View
17
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
RAGAM QIRA’AT DALAM TAFSIR
(Kajian Kitab Tafsir Al-Munir Karya Syekh Nawawi
al-Bantani (w. 1897 M) Terhadap Farsy al-Hurûf
dalam Surah Al-Baqarah)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Khoirotun Nisa
NIM. 16210744
Pembimbing:
Ahmad Hawasyi, M.Ag
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1442 H/2020 M
i
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Ragam Qira’at dalam Tafsir (Kajian Kitab Tafsir Al-
Munir Karya Syekh Nawawi al-Bantani Terhadap Farsy al-Hurûf dalam
Surah Al-Baqarah)” yang disusun oleh Khoirotun Nisa Nomor Induk
Mahasiswa: 16210744 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang
munaqasyah.
Jakarta, 30 Agustus 2020
Pembimbing,
Ahmad Hawasyi, MA
ii
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Ragam Qira’at dalam Tafsir (Kajian Kitab Tafsir Al-
Munir Karya Syekh Nawawi al-Bantani Terhadap Farsy al-Hurûf dalam
Surah Al-Baqarah)” oleh Khoirotun Nisa dengan NIM 16210744 telah
diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 31 Agustus 2020. Skripsi telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 31 Agustus 2020
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta (IIQ) Jakarta,
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang,
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA
Sekretaris Sidang,
Mamluatun Nafisah, M.Ag
Penguji I,
Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag
Penguji II,
Istiqomah, MA
Pembimbing,
Ahmad Hawasyi, M.Ag
iii
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khoirotun Nisa
NIM : 16210744
Tempat/Tanggal Lahir: Cirebon, 31 Juli 1996
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Ragam Qira’at dalam Tafsir (Kajian
Kitab Tafsir Al-Munir Karya Syekh Nawawi al-Bantani Terhadap Farsy al-Hurûf
dalam Surah Al-Baqarah)” adalah benar-benar hasil karya saya kecuali kutipan-
kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 30 Agustus 2020
Khoirotun Nisa
iv
iv
MOTTO
Jalani Hidup dengan Hati yang Tenang
v
v
حيم حمن الر الر بسم الله
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt., atas segala limpahan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi
dengan judul “Ragam Qira’at dalam Tafsir (Kajian Kitab Tafsir Al-Munir
Karya Syekh Nawawi al-Bantani Terhadap Farsy al-Hurûf dalam Surah Al-
Baqarah)” Tugas skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana Strata Satu (S1) pada program studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir, fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda
Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa kita dari kebodohan kepada iman
dan takwa. Semoga kelak akan mendapat syafa’atnya. Aamiin..
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan
tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA selaku Rektor Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
2. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
3. Bapak Hawasyi, MA selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, masukan
agar skripsi ini segera terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu dosen fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu dann
pengetahuan kepada penulis.
vi
vi
5. Seluruh Instruktur tahfiz Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,
terutama kepada Ibu Muthmainnah, MA dan ka Fitriani, S.Pd, ka
Lutfah S. Ag, dan ibu Hj. Isti’anah yang senantiasa sabar dan telaten
membimbing penulis dalam menghafal Al-Qur’an serta memberikan
motivasi dalam menghafal dan menjaganya.
6. Keluarga Amin Family, mama Amin dan ema Khamimah yang tak
pernah henti memanjatkan do’a untuk kebahagiaan anak-anaknya.
Kakak-kakakku (Nurkholis Amin, S.Farm, Apt, Nunung Nurjannah,
S.Pdi, Mar’atus Shalihah, M.Pd, Marzuqoh S.Pd, dan Ahmad Marzuki,
S.Pd. T) dan adik-adikku (Abu Bakar Siddiq, Abu Abdillah dan Abu
Sa’id Mubarok) yang selalu mendukung dan menyemangati dalam
segala hal, serta ponakan-ponakan yang lucu dan menggemaskan yang
selalu memberikan hiburan.
7. Sahabat dan teman-teman khususnya keluarga Ciputat, keluarga
asrama al-Husainy, keluarga Ponpes Ummul Qura’ Pondok Cabe,
keluarga Pesantren Takhassus IIQ Jakarta, dan teman-teman
seperjuangan IIQ Jakarta 2016.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
telah berpartisipasi dan mendukung dalam membantu penyelesaian
tugas skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan
sebaik-baiknya balasan. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
Jakarta, 30 Agustus 2020
Penulis
Khoirotun Nisa
vii
vii
TRANSLITERASI
1. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
‘ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
l : ل kh : خ
m : م d : د
n : ن dz : ذ
w : و r : ر
h : ه z : ز
` : ء s : س
y : ي sy : ش
sh : ص
dh : ض
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a آ : â ي : ai
Kasrah : i ي : î و : au
Dhammah : u و : û
viii
viii
3. Kata sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Baqarah : البقرة
al-Madînah : المدينة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan
dan sesuai bunyinya. Contoh:
ar-Rajul : الرجل
asy-Syams : الشمس
as-Sayyidah : السيدة
ad-Dârimî : الدارمي
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
( ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada ditengah
kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang
diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
نا باالل Âmannâ billâhi : أ م
ن السف هاء Âmana as-Sufahâ’u : أ م
Inna al-ladzîna : إن الذين
كع الر wa ar-rukka‘i : و
ix
ix
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbuuthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na‘at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf “h”. Contoh:
فأئدة al-Af`idah : الأ
لمية سأ al-Jâmi‘ah al-Islâmiyyah : الأجامعةالأ
Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
ن اصب ة ع امل ة : ‘Âmilatun Nâshibah
ى al-’Âyat al-Kubraa : ال ي ة الك بر
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan
awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan
lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam
alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold)
dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali
dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal
nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: ‘Ali Hasan al-‘Âridh,
al-Asqallânî, al-Farmawi dan seterusnya. Khusus untuk penulisan
kata Alqur`an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf
kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan
seterusnya.
x
x
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS ......................................................................... iii
MOTTO ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
TRANSLITERASI ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
BAB I ........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ............................................. 6
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8
F. Kerangka Teori ................................................................................ 12
G. Metodologi Penelitian .................................................................. 14
H. Sistematika Penulisan ................................................................... 17
BAB II ....................................................................................................... 19
KAJIAN TENTANG QIRA’AT ................................................................. 19
A. Pengertian Qira’at ........................................................................ 19
B. Perbedaan dalam Qira’at............................................................... 20
C. Sejarah Perkembangan Qira’at...................................................... 44
D. Tingkatan dan Macam-macam Qira’at .......................................... 48
E. Klasifikasi Qira’at dari Segi Pengaruhnya Terhadap Penafsiran .... 51
BAB III ...................................................................................................... 54
BIOGRAFI SYEKH NAWAWI AL-BANTANI (1230 H/1813 M – 1314
H/1897 M) DAN KITAB TAFSIR AL-MUNIR ......................................... 54
xi
xi
A. Biografi Syekh Nawawi al-Bantani (1230 H/1813 M – 1314 H/1897
54
B. Kitab Tafsir Al-Munir .................................................................. 61
BAB IV ...................................................................................................... 68
PERBEDAAN QIRA’AT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PENAFSIRAN AL-MUNIR ....................................................................... 68
A. Pengaruh Perbedaan Qira’at Terhadap Penafsiran Al-Qur’an pada
ayat-ayat yang mengandung farsy al-huruf .............................................. 68
1. Kata يكذب ون pada QS. Al-Baqarah[2]:10 ..................................... 68
2. Kata ته ـ pada QS. Al-Baqarah[2]: 81 ................................ 71 خطي
3. Kata تظهرون pada QS. Al-Baqarah[2]: 85 ..................................... 73
4. Kata ن نسخ dan ن نسها pada QS. Al-Baqarah[2]: 106 ..................... 77
5. Kata ولتس ل pada QS. Al-Baqarah[2]: 119 .................................. 80
6. Kata ذوا pada QS. Al-Baqarah[2]: 125 .................................... 83 وات
7. Kata امت قولون pada QS. Al-Baqarah[2]: 140 ................................. 86
8. Kata ي عملون pada QS. Al-Baqarah[2]: 144 ................................... 89
9. Kata ولوي رى pada QS. Al-Baqarah[2]: 165 ................................... 92
10. Kata منموص pada QS. Al-Baqarah[2]: 182 .................................. 96
11. Kata pada QS. Al-Baqarah[2]: 184 ........................ 99 فديةطعاممسكي ن
12. Kata فلرفثولفسوق pada QS. Al-Baqarah[2]: 197 ...................... 101
13. Kata ت رجعالمور pada QS. Al-Baqarah[2]: 210 ............................. 104
14. Kata يطهرن pada QS. Al-Baqarah[2]: 222 ................................... 106
15. Kata تم pada QS. Al-Baqarah[2]: 233.................................. 109 ماات ي
16. Kata وصية pada QS. Al-Baqarah[2]: 240 .................................... 111
17. Kata غرفة pada QS. Al-Baqarah[2]: 249 ..................................... 114
18. Kata ن نشزها pada QS. Al-Baqarah[2]: 259 .................................. 118
xii
xii
19. Kata ويكف ر pada QS. Al-Baqarah[2]: 271 ................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 127
xiii
xiii
ABSTRAK
Qira’at adalah salah satu kajian al-Qur’an dan termasuk disiplin ilmu yang
mempelajari tata cara melafadzkan beberapa kosakata al-Qur’an dan
perbedaan pelafadzannya dengan menisbatkan pada orang yang meriwayatkan.
Perbedaan pelafadzannya tersebut adakalanya berpengaruh terhadap
penafsiran dan adakalanya tidak berpengaruh terhadap penafsiran. Penelitian
ini berjudul “Ragam Qira’at Dan Tafsir (Kajian Kitab Tafsir Al-Munir
Terhadap Farsy al-Huruf dalam Surah Al-Baqarah)” yang mana masalah yang
diangkat dalam penelitian adalah tentang bagaimana pengaruh ragam qira’at
sab’ah terhadap penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an surah Al-Baqarah yang
mengandung farsy al-huruf dalam tafsir al-Munir karya Syekh Nawawi al-
Bantani.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan
peengaruh perbedaan qira’at sab’ah terhadap penafsiran ayat-ayat yang
mengandung farsy al-huruf. Penelitian ini bersifat library research dengan
jenis penelitian kualitatif menggunakan metode deskriptif-analitis.
Dalam QS. Al-Baqarah, penulis menemukan 104 farsy al-huruf, dari
104 farsy al-huruf Syekh Nawawi al-Bantani dalam tafsir Al-Munir
menjelaskan perbedaan qira’at pada 19 farsy al-huruf yang berpengaruh
terhadap penafsiran ayat. 19 farsy al-huruf tersebut terdapat dalam ayat 10,
ayat 81, ayat 85, ayat 106, ayat 119, ayat 125, ayat 140, ayat 144, ayat 165,
ayat 182, ayat 184, ayat 197, ayat 210, ayat 222, ayat 233, ayat 240, ayat 249,
ayat 259, dan ayat 271. Pengaruh ragam qira’at tersebut sangat signifikan
karena menimbulkan makna yang berbeda yang disebabkan oleh perubahan
lafadz (dalam segi bacaan).
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Qira’at adalah salah satu kajian Al-Qur’an dan termasuk disiplin
ilmu yang mempelajari tata cara melafadzkan beberapa kosakata Al-
Qur’an dan perbedaan pelafadzannya dengan menisbatkan pada orang
yang meriwayatkan. Bacaan qira’at bukan didasarkan atas hasil ijtihad
tetapi berdasarkan pada riwayat yang sanadnya bersambung sampai
kepada Nabi Muhammad Saw.1 Objek kajian (ontologi) ilmu qira’at
adalah Al-Qur’an dari segi perbedaan lafadz dan cara artikulasinya.
Sedangkan nilai guna ilmu qira’at sebagaimana yang dijelaskan oleh Az-
Zarqani (w. 769 H/1367 M) dalam Manâhil al-‘Irfân adalah sebagai salah
satu instrumen untuk mempertahankan orisinalitas Al-Qur’an dan
sekaligus bermanfaat sebagai kunci untuk masuk ke dalam tafsir Al-
Qur’an.2
Ada beberapa pandangan ulama terkait ragam qira’at dan
pengaruhnya terhadap penafsiran. Ibnu Taimiyah (w. 728 H)
mengungkapkan bahwa perbedaan qira’at dapat mempengaruhi penafsiran
Al-Qur’an.3 Menurut Jalaluddin As-Suyuti (911 H/1505 M), pemahaman
terhadap qira’at sebagai prasyarat tafsir disebabkan oleh adanya versi
bacaan Al-Qur’an (qira’at) yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
adakalanya berkaitan dengan substansi lafadz dan adakalanya berkaitan
1 Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis 101 Maqra’ Qira’at Mujawwad & al-Kalimah
al-Farsyiyah Riwayat ad-Duriy dan as-Susiy, Jilid 1,(Ciputat: WasaPrinting, 2016), h.2-3 2 Muhammad ‘Abd al-‘Adzim al-Zarqaniy, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an
Jilid 1, (Libanon: Daar al-Kutub al-‘Araby, 1995), h. 21 3 Romlah Widayati, “Memahami Penafsiran Ayat Poligami Melalui Pendekatan
Qira’at Al-Qur’an: Penafsiran QS. An-Nisa’: 3” dalam Jurnal Alim Jurnal of Islamic
Education, h. 207
2
2
dengan lahjah atau dialek kebahasaan. Perbedaan qira’at yang berkaitan
dengan substansi lafadz bisa menimbulkan perbedaan makna. Sementara
perbedaan qira’at yang berkaitan dengan lahjah atau dialek kebahasaan
tidak menimbulkan perbedaan makna seperti bacaan tashîl4, imâlah,5
taqlîl,6 tarqîq,7 tafkhîm8 dan sebagainya. 9 Ibnu ‘Asyur (w. 1393 H/1973
M), dalam muqaddimah kitab tafsirnya membahas tentang qira’at dan
pengaruhnya terhadap penafsiran Al-Qur’an. Menurut Ibnu ‘Asyur (w.
1393 H/1973 M), hubungan antara qira’at dan tafsir dapat dikelompokkan
menjadi dua: pertama, qira’at yang tidak berimplikasi pada penafsiran;
dan kedua, qira’at yang berimplikasi pada penafsiran. Jenis qira’at yang
tidak berimplikasi pada penafsiran disebabkan oleh perbedaan
pengucapan huruf, tanda baca, panjang dan pendeknya bacaan, al-imâlah,
al-takhfîf, al-Tashîl, al-Tahqîq, al-jahr (nafas ditahan), al-hams (nafas
berhembus) dan al-ghunnah (berdengung). Jenis qira’at yang berimplikasi
terhadap penafsiran (QS. Yusuf [12]: 110).
4 Tashîl adalah bacaan khusus huruf hamzah. Didalam prakteknya, apabila hamzah
berharakat fathah maka bunyinya antara hamzah yang berharakat fathah dan alif (ha-samar).
Apabila hamzah berharakat dhammah maka bunyinya antara hamzah yang berharakat
dhammah dan waw (hu-samar). Apabila hamzah berharakat kasrah maka bunyinya antara
hamzah yang berharakat kasrah dan ya (lihat: Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis 101 Maqra
Qira’at Mujawwad dan al-Kalimah al-Farsyiyah Riwayat ad-Duriy dan as-Susi Jilid 1, h.11) 5 Imâlah adalah bunyi alif yang diucapkan antara fathah dan kasrah dan antara alif
dan ya. (lihat: Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis 101 Maqra Qira’at Mujawwad dan al-
Kalimah al-Farsyiyah Riwayat ad-Duriy dan as-Susi Jilid 1, h.11) 6 Taqlîl adalah bunyi alif yang diucapkan antara al-fath dan al-imalah al-kubra. (lihat:
Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis 101 Maqra Qira’at Mujawwad dan al-Kalimah al-
Farsyiyah Riwayat ad-Duriy dan as-Susi Jilid 1, h.11) 7 Tarqîq artinya tipis yang tentunya ketika diucapkan posisi rongga mulut tanpa
dipenuhi oleh gema suaranya. (Lihat: Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-
Qur’an Metode Maisura, h. 83) 8 Tafkhîm artinya sifat ketebalan pada suatu huruf dimana ketika ia diucapkan posisi
rongga mulut dipenuhi oleh gema suaranya (seakan-akan depenuhi oleh makanan). (Lihat:
Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura, h. 83) 9 Romlah Widayati, “Peran Qira’at dalam Menafsirkan Ayat-ayat Al-Qur’an”,
Makalah dalam Focus Group Discussion (FGD) tantang Qira’at, Gedung Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama RI, Senin 18 November 2019, h. 5
3
3
ذبوا .......هم قد ك ن
وا أ .....وظن
"…dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan…“ (QS. Yusuf
[12]: 110)
Kata كذبوا bisa dibaca dengan tasydîd pada huruf dzal yang
bermakna mereka (yaitu para Nabi) telah didustakan kaumnya, atau bisa
dibaca tanpa tasydîd yang bermakna mereka (yaitu orang-orang yang
berdosa dan melanggar larangan Allah) telah mendustakan Rasul.
Perbedaan bacaan ini berimplikasi pada penafsiran.10 Menurut Romlah
Widayati dalam artikel dikemukakan bahwa perbedaan qira’at
adakalanya membawa pengaruh terhadap penafsiran dan ada sebagian
memperjelas makna dari qira’at lainnya. Perbedaan qira’at yang
membawa pengaruh pada perbedaan makna terdapat pada redaksi lafadz
yang ada pada farsy al-hurûf11. 12 Menurut Faizah Ali Syibromalisi,
mengemukakan bahwa tidak semua jumlah ayat dalam Al-Qur’an
disentuh oleh berbedaan qira’at, ragam qira’at ada yang berimplikasi pada
penafsiran yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses istinbath
hukum dan produk hukum yang dihasilkannya.13
Dari perdebatan ulama yang telah penulis paparkan, dapat
disimpulkan bahwa ragam qira’at adakalanya berpengaruh terhadap
penafsiran dan adakalanya tidak. Qira’at yang berimplikasi pada
penafsiran berpusat pada sebagian farsy al-hurûf.
10 Faizah Ali Syibromalisi, “Pengaruh Qira’at Terhadap Penafsiran”, h. 13-14 11 Farsy al-hurûf biasa disebut dengan kaidah khusus, yakni suatu kaidah yang
menjelaskan bacaan lafadz tertentu oleh Imam Tujuh pada ayat dan surat tertentu pula. Dengan
demikian, kaidah ini akan tersebar di masing-masing surat dalam Al-Qur’an. (Lihat: Ahmad
Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh 1 & 2, h. 161) 12 Romlah Widayati, “Peran Qira’at dalam Menafsirkan Ayat-ayat Al-Qur’an”, h.13 13 Faizah Ali Syibromalisi, “Pengaruh Qira’at Terhadap Penafsiran”, h. 1
4
4
Dalam membaca Al-Qur’an harus sesuai dengan tajwid yang
sempurna dan sesuai dengan qira’at yang mutawatir. Karena, jika
seseorang melakukan kesalahan dalam membaca Al-Qur’an maka akan
berpengaruh pada maknanya. Salah satu contoh kesalahan yang terjadi
ketika membaca Al-Qur’an pada QS. Al-Fatihah ayat 5:
تعين س بد وإياك ن إياك نع
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah [1]: 5)
Jika dibaca ن عبد :tanpa tasydîd pada huruf ya, maka artinya إيك
“kepada cahaya matahari kami menyembah dan kepada cahaya matahari
kami meminta pertolongan”. Yang benar adalah dibaca كن عبد dengan إي
mentasydîd huruf ya yang artinya: “hanya kepada Engkaulah kami
menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”.
Ibnu katsir menjelaskan hal ini dalam tafsirnya yaitu Amr ibnu Fayid
membacanya dengan takhfîf yakni tanpa tasydîd (huruf ya) dan
mengkasrah (huruf alif). Ini adalah bacaan yang aneh/nyeleneh dan
tertolak. Karena makna “iyâ” adalah cahaya matahari. 14
Ada masalah lain terkait dengan qira’at adalah Adanya
sekelompok orang yang menyalahkan bacaan orang lain karena bacaan
Al-Qur’an yang orang lain baca itu berbeda dengan bacaannya. Padahal
bacaan orang lain tersebut merupakan salah satu dari ragam bacaan Al-
Qur’an (qira’at).
14 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-Adzim Juz 1, Terj.Bahrun Abu Bakar, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 124
5
5
Masalah ini perlu untuk diteliti karena diperlukannya perluasan
wawasan kepada kepada masyarakat Indonesia bahwa Al-Qur’an
memiliki ragam bacaan yang disebut dengan qira’at. Bukan hanya
riwayat Hafs saja. Alasan kedua masalah ini perlu diteliti karena untuk
menunjukkan bahwa ragam qira’at ini ada berpengaruh terhadap
penafsiran.
Banyak kitab tafsir yang didalamnya menafsirkan Al-Qur’an
dengan qira’at yang berkaitan dengan substansi lafadz seperti tafsir al-
Jâmi’ al-Bayân karya Ibn Jarir ath-Thabari (224-310 H), al-Jâmi’ li
Ahkâm Al-Qur’ân karya al-Qurthubi (580-671 H), Mafâtih al-Ghaib
karya Fahruddin ar-Razi (544-606 H) dan lain sebagainya.15 Namun
ternyata bukan hanya tafsir dari kalangan ulama Timur Tengah yang
menafsirkan Al-Qur’an dengan qira’at, ada juga tafsir dari ulama
nusantara yang menafsirkan Al-Qur’an dengan qira’at seperti Abdur Rauf
as-Singkili dalam tafsir Tarjuman al-Mustafid dengan bahasa Melayu dan
tafsir Al-Munir karya Syekh Nawawi al-Bantani yang berbahasa Arab.
Dalam hal ini, penulis memilih tafsir Al-Munir sebagai objek penelitian
karena tafsir ini merupakan tafsir pertama yang berbahasa Arab yang
lengkap serta menggunakan metode tahlili sehingga penulis memilih
obek yang akan dibahaspun sesuai urutan mushaf yaitu surat Al-Baqarah.
Tafsir Al-Munir juga merupakan tafsir yang cukup komprehensif di
zamannya serta tidak kalah dengan tafsir-tafsir Timur Tengah karena
tafsir ini juga cukup popular di Timur Tengah dan banyak dikaji. Penulis
tafsir ini merupakan salah satu tokoh nusantara yang populer dan
15 Romlah Widayati, “Peran Qira’at dalam Menafsirkan Ayat-ayat Al-Qur’an”, h.5
6
6
mendapat gelar ulama Hijaz16 memiliki banyak karya serta mumpuni
dalam berbagai disiplin ilmu termasuk ilmu qira’at.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah, antara lain sebagai berikut:
1. Pengaruh qira’at terhadap penafsiran.
2. Perbedaan qira’at dalam tafsir Al-Munir dan pengaruhnya
terhadap penafsiran.
3. Keistimewaan tafsir Al-Munir.
4. Ragam qira'at yang terdapat dalam kitab tafsir Al-Munir.
5. Pengaruh ragam qira’at terhadap penafsiran ayat-ayat Al-
Qur’an yang mengandung farsy al-hurûf di dalam tafsir Al-
Munir
6. Sikap Syekh Nawawi al-Bantani (1230 H/1813 M - 1314
H/1897 M) terhadap ayat-ayat yang mengandung perbedaan
penafsiran karena perbedaan qira’at.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis melakukan
pembatasan masalah terhadap berbagai masalah yang timbul dari latar
belakang masalah. Oleh karena itu, penulis hanya melakukan telaah
terhadap pengaruh ragam qira’at terhadap penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an
yang mengandung farsy al-hurûf di dalam tafsir Al-Munir yang terdapat
dalam QS. Al-Baqarah. Adapun qira’at yang penulis pilih dalam
penelitian ini adalah qirâ’at sab’ah dan berfokus pada farsy al-hurûf.
Alasan penulis melakukan penelitian yang berfokus pada qirâ’at sab’ah
16 Hijaz pada mulanya adalah deretan pegunungan tinggi berawal dari Yaman di
bagian selatan dan memanjang ke utara dekat perbatasan Syam. Hijaz dikenal sebagai suatu
wilayah yang terdiri dari deretan pegunungan dengan beberapa kota seperti Makkah dan
Madinah. (lihat: https://ihram.co.id/berita/nbdp11/sekilas-tentang-hijaz )
7
7
dan berfokus pada farsy al-hurûf karena perbedaan qira’at yang
berpengaruh terhadap makna terdapat pada perubahan redaksi lafadz
(dalam segi bacaan) yang ada pada farsy al-hurûf. Dalam hal ini, penulis
akan membahas 19 ayat QS. Al-Baqarah yang di dalamnya terdapat
perbedaan qira’at yang mempengaruhi penafsiran pada kitab tafsir Al-
Munir karya Syekh Nawawi al-Bantani.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka untuk
memperjelas arah penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan penelitian
yaitu: “Bagaimana pengaruh ragam qira’at terhadap penafsiran ayat-ayat
Al-Qur’an yang mengandung farsy al-hurûf di dalam tafsir Al-Munir yang
terdapat pada QS. Al-Baqarah?.”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah di
atas maka yang diharapkan menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan menjelaskan pengaruh perbedaan qira’at terhadap
penafsiran dalam tafsir Al-Munir pada ayat-ayat Al-Qur’an yang
mengandung farsy al-hurûf pada QS. Al-Baqarah.
Dari penelitian ini diharapkan akan mendapat beberapa manfaat
yaitu:
1. Manfaat akademis
a. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk
pengembangan pengetahuan ilmiah pada bidang qira’at
dan tafsir.
b. Secara praktis, penelitian ini bisa menjadi rujukan
akademisi untuk memahami pengaruh qira’at dalam
penafsiran Al-Qur’an terutama yang berkaitan dengan
8
8
tafsir nusantara khususnya tafsir Al-Munir karya Syekh
Nawawi al-Bantani
2. Manfaat sosial
a. Secara sosial, penelitian ini dapat menambah
pengetahuan kepada masyarakat khususnya masyakarat
Indonesia bahwa sebenarnya banyak ragam bacaan Al-
Qur’an (qira’at) sehingga mereka tidak mudah
menyalahkan orang yang berbeda bacaannya.
b. Penelitian ini juga memberikan manfaat secara sosial
agar masyarakat patuh terhadap aturan membaca Al-
Qur’an (kaidah tajwid) supaya tidak merubah makna.
3. Manfaat personal
a. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
ilmu peneliti secara mendalam tentang ragam qiraat
terhadap penafsiran dalam tafsir Al-Munir karya Syekh
Nawawi al-Bantani.
b. Untuk meraih gelar sarjana agama di bidang ilmu Al-
Qur’an dan tafsirnya.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menjadi bahan telaah dalam penulisan skripsi ini
menggunakan jurnal, artikel, dan karya tulis lainnya yang berkaitan
dengan penulisan judul skripsi. Diantara karya-karya yang menjadi bahan
telaah adalah sebagai berikut:
1. Al-Qirâ’at al-Mutawâtirah dan kesannya terhadap pentafsiran Al-
Qur’an: Kajian terhadap kitab Marah Labîd li Kasyf Ma’na Al-Qur’ân
al-Majîd. Desertasi oleh Sukhairu Sulaiman, University of Malaysa,
tahun 2013. Desertasi ini membahas tentang kesan penafsiran terhadap
ayat yang berkaitan dengan hukum syariah dan akidah yang merupakan
9
9
hasil dari perbedaan bacaan oleh Imam qiraat di dalam QS. Al-Baqarah
yang terdapat dalam kitab tafsir Marah Labîd li Kasyf Ma’na Al-
Qur’ân al-Majîd. Selain itu, desertasi ini juga memaparkan bentuk-
bentuk qira’at yang terdapat dalam beberapa karya tafsir di Indonesia
yang mengandung elemen ilmu qira’at.
Persamaan desertasi ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
tema besar yang diangkat, yakni tentang qira’at mutawatir dan kitab
tafsir yang dijadikan objek penelitiannya yaitu Tafsir Al-Munir.
Perbedaannya terdapat pada fokus penelitiannya, dimana fokus
penelitian desertasi ini adalah ayat yang berkaitan dengan hukum
syariah dan akidah yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah. Sedangkan
penelitian yang akan dilakukan adalah berfokus pada ayat yang
mengandung farsy al-hurûf yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah. 17
Desertasi ini sangat bermanfaat bagi penulis karena karya ini
menjelaskan banyak aspek dalam hal qiraat dan pengaruhnya terhadap
penafsiran serta menjelaskan lebih banyak perbedaan penafsiran para
mufassir nusantara seperti M. Quraish Shihab dan mufassir lainnya
yang membahas ragam qiraat serta pengaruhnya terhadap penafsiran.
2. Qira’at dalam al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qur’ân penafsiran al-Qurthubi
dalam QS. Al-Baqarah. Tesis oleh Sofian Effendi, jurusan Ilmu Al-
Qur’an dan Ilmu Hadis Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta tahun 2014.
Tesis ini membahas tentang qira’at syadzah dapat berpengaruh untuk
berhujjah dalam istinbath hukum, dan qira’at juga memiliki peran
penting sebagai salah satu alat bantu dalam menafsirkan ayat Al-Quran.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada
penelitian ini menggunakan tafsir al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qur’ân serta
17 Sukhairu Sulaiman, “Desertasi: Al-Qira’at al-Mutawatirah dan kesannya terhadap
pentafsiran Al-Qur’an: Kajian terhadap kitab Marah Labid li Kasyf Ma’na Al-Qur’an al-
Majid”, (Malaysa: University of Malaysa, 2013)
10
10
pengaruh ragam qira’at terhadap penafsiran yang berkaitan dengan
istinbath hukum. Sedangkan yang akan diteliti menggunakan tafsir Al-
Munir karya Syekh Nawawi al-Bantani (1230 H/1813 M - 1314 H/1897
M). Sedangkan persamaannya adalah sama-sama membahas pengaruh
qira’at terhadap penafsiran.18
Secara akademis, penelitian yang dilakukan oleh Sofian Effendi sangat
berkonstribusi bagi penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu
menambah wawasan tentang ragam qira’at dan pengaruhnya terhadap
penafsiran bahkan dalam tesis ini memaparkan bahwa qira’at
syadzdzah dapat dijadikan istinbath hukum.
3. Ragam qira’at dan pengaruhnya terhadap penafsiran, studi analisis
qirâ’at sab’ah dalam kitab Turjuman al-Mustafîd. Skripsi oleh Maria
Ulpah prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir fakultas Ushuluddin dan
Dakwah IIQ Jakarta tahun 2018. Skripsi ini membahas tentang jumlah
riwayat qira’at dalam tafsir Turjuman al-Mustafîd ada tiga riwayat,
Abdur Rauf as-Singkili menggunakan ragam qira’at tersebut sebagai
salah satu alat untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an jika ayat tersebut
memiliki perbedaan qira’at, pembahasan dalam skripsi ini membahas
ayat-ayat yang mengandung farsy al-hurûf saja.
Persamaan skripsi ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
sama-sama membahas tentang pengaruh qira’at terhadap penafsiran
Al-Qur’an pada ayat-ayat yang mengandung farsy al-hurûf. Sedangkan
perbedaannya adalah kitab tafsir yang digunakan. 19
18 Sofian Effendi, “Tesis: Qira’at dalam al-Jami’ Ahkam Al-Qur’an (Penafsiran Al-
Qurthubi dalam Surat Al-Baqarah),”, (Ciputat: IIQ Jakarta: 2014)
19 Maria Ulpah, “Skripsi: Ragam Qira’at dan Pengaruhnya Terhadap Penafsiran,”
(Ciputat: IIQ Jakarta: 2018)
11
11
Skripsi ini memberikan sumbangsih terhadap penelitian yang akan
dilakukan yaitu memberikan gambaran umum tentang farsy al-hurûf
dalam qira’at yang sangat berpengaruh terhadap perbedaan makna
dalam penafsiran Al-Qur’an.
4. Qira’at mutawattir dan pengaruhnya dalam tafsir al-Qurthubi studi
analisa surat Al-Baqarah ayat 184, 222, surat an-Nisa’ 19, 43, dan surat
al-Maidah ayat 6. Skripsi oleh Asna Fitria Ningsih prodi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir fakultas Ushuluddin dan Dakwah IIQ Jakarta tahun
2018. Skripsi ini membahas tentang pengaruh qira’at dalam penafsiran
al-Qurthubi serta qira’at yang tidak mempengaruhi penafsiran. Qira’at
yang dipaparkan dalam kitab tafsirnya tidak hanya yang mutawatir
tetapi qira’at syadzah juga termasuk dalam tafsir al-Qurthubi.
Persamaan skripsi ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
pengaruh ragam qira’at terhadap penafsiran Al-Qur’an. Sedangkan
perbedaannya adalah kitab tafsir yang digunakan serta ada beberapa
surat yang berbeda karena dalam skripsi ini membahas dari surat Al-
Baqarah sampai dengan QS. Al-Maidah.20
Penelitian yang dilakukan oleh Asna Fitria ini sangat bermanfaat bagi
penulis karena memaparkan ayat-ayat yang memiliki perbedaan qira’at
yang dapat menimbulkan perbedaan makna dan juga tidak
menimbulkan perbedaan makna.
5. Qira’at dan penafsiran ayat-ayat hukum dalam tafsir al-jâmi’ li ahkâm
Al-Qur’ân karya al-Qurthubi studi analisa surat Al-Maidah dan surat
An-Nisa’. Skripsi oleh Nurhasanah Nasution jurusan Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir IIQ Jakarta tahun 2019. Skripsi ini membahas tentang
20 Asna Fitriya Ningsih, “Skripsi: Qira’at Mutawatir dan Pengaruhnya dalam Tafsir
al-Qurthubi,”, (Ciputat: IIQ Jakarta: 2018)
12
12
perbedaan qirâ’at sab’ah terkadang berpengaruh terhadap pemaknaan
maupun penafsiran dalam tafsir al-Qurthubi terutama ayat-ayat hukum.
Persamaan skripsi ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
pembahasan tentang qira’at dan pengaruhnya terhadap penafsiran.
Perbedaannya adalah pembahasan dalam skripsi ini lebih kepada ayat-
ayat hukum dan tafsir yang digunakan adalah tafsir al-Qurthubi yang
sangat bercorak fiqh.21
Skripsi ini sangat memberikan konstribusi bagi penelitian yang akan
dilakukan dalam hal pemahaman tentang tidak semua qiraat
berimplikasi pada perbedaan penafsiran terutama yang terdapat dalam
ayat-ayat hukum.
F. Kerangka Teori
Teori yang digunakan untuk menganalisis ragam qira’at yang
mempengaruhi makna adalah teori linguistik. Penulis menggunakan 2
jenis ilmu linguistik yakni morfologi (ilmu sharaf) dan sintaksis (ilmu
nahwu). Dalam menganalisis qira’at yang perubahan lafadznya berkaitan
dengan ilmu sharaf, penulis menggunakan kitab al-Amtsilah al-
Tashrîfiyyah dan Qawâ’id al-I’lâl fî al-Sharf. Sedangkan kitab nahwu
yang digunakan dalam menganalisis adalah Matan al-Jurûmiyyah.
Ilmu sharaf adalah salah satu yang cabang ilmu penting yang harus
dikuasai dalam mempelajari Bahasa Arab, dengan ilmu sharaf kita dapat
mengetahui bentuk perubahan dari suatu kata. Ilmu sharaf atau dikenal
dengan tashrif secara bahasa memiliki arti perubahan. Adapun secara
istilah, ilmu sharaf adalah ilmu yang mempelajari bentuk kata (bina’) yang
meliputi jumlah huruf, harakat, dan sukunnya, seperti bentuk fi’il mâdhi
21 Nurhasanah Nasution, “Skripsi: Qira’at dan Penafsiran Ayat-ayat Hukum
dalamTafsir al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an karya al-Qurthubi,” (Ciputat: IIQ Jakarta: 2019)
13
13
(kata kerja lampau), fi’il mudhâri’ (kata kerja sekarang), mashdar (kata
benda) dan bentuk kata yang lain. 22
Ilmu sharf adalah ilmu yang menerangkan tata cara merubah satu
kata dari satu bentuk ke bentuk lainnya untuk menghasilkan makna yang
berbeda-beda. Contohnya merubah kata كتب (telah menulis) menjadi يكتب
(sedang menulis), dan كاتب (penulis). 23
Sedangkan ilmu nahwu (sintaksis) adalah ilmu yang mempelajari
kata ketika ketika sudah berada dalam kalimat. Sintaksis juga mempelajari
hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang
disebut dengan kalimat. Sintaksis mendeskripsikan bagaimana kalimat
dibangun dari kosakata serta mendeskripsikan kelas kata yang memiliki
potensi untuk menempati posisi tertentu dalam kalimat, jenis-jenis
kalimat, dan perubahan kalimat. 24
Dalam hubungan satu kata dengan kata lain di dalam kalimat
memiliki istilah-istilah bagi setiap kata yang mempunyai hubungan fungsi
sintaksis, seperti subyek, predikat, objek, keterangan, pelengkap dan lain
sebagainya.25
Melalui teori ilmu sharaf ini, peneliti akan melakukan analisis
terhadap perbedaan lafadz yang terdapat dalam ragam qira’at tersebut
dengan menganalisis wazan lafadz-lafadz tersebut serta maknanya
22 Abu Razin dan Ummu Razin,Ilmu Sharaf untuk Pemula, (Jakarta: Maktabah BISA,
2017), h. 20 23 Abu Razin dan Ummu Razin,Ilmu Sharaf untuk Pemula,h. 20 24 Yeni Ramdiani, “Sintaksis Bahasa Arab (Sebuah Kajian Deskriptif)” dalam El-
Hikam:Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman,vol. VII, no. 1, 2014, h. 115-116 25 Yeni Ramdiani, “Sintaksis Bahasa Arab (Sebuah Kajian Deskriptif)”, h. 121
14
14
menurut kaidah ilmu sharf (morfologi). Dan menganalisis ragam bacaan
yang berkaitan dengan struktur kalimat melalui ilmu nahwu (sintaksis).
G. Metodologi Penelitian
Metode dapat diartikan sebagai way of doing anything yaitu suatu
cara yang ditempuh untuk mengerjakan sesuatu, agar sampai kepada suatu
tujuan.26
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.27
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
sumber primer dan sumber sekunder.
Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah:
a. Kitab tafsir Al-Munir karya Syekh Nawawi al-Bantani (1230
H/1813 M - 1314 H/1897 M)
Sedangkan sumber sekunder dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
26 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea
Press,2015), h. 51 27 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2017), h.9
15
15
a. Kitab-kitab atau buku-buku yang membahas tentang ilmu qira’at
b. Buku-buku atau jurnal yang membahas tentang kajian tafsir
nusantara
c. Karya ilmiah lainnya seperti tesis atau skripsi yang membahas
tentang qira’at maupun tafsir Al-Munir
d. Buku atau jurnal serta artikel yang berkaitan dengan pembahasan
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
studi dokumentasi. Teknik atau studi dokumentasi adalah cara
pengumpulan data melalui arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil-dalil, dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian.28 Peneliti mengumpulkan data-data melalui
library research (studi kepustakaan) dengan cara mengumpulkan
dokumen yang berkaitan dengan qira’at dan tafsir Al-Munir.
Pengumpulan data ini dilakukan dari sumber data primer dan
sekunder. Pengumpulan data ini akan melalui beberapa langkah yaitu:
a. Langkah pertama, menetapkan objek formal yang menjadi
fokus penelitian yaitu tafsir Al-Munir karya Syekh Nawawi al-
Bantani (1230 H/1813 M - 1314 H/1897 M).
b. Langkah kedua, menetapkan tema yaitu ragam qira’at dan
pengaruhnya terhadap penafsiran yang terdapat dalam kitab Al-
Munir
c. Langkah ketiga, menetapkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
mengandung farsy al-hurûf di kalangan imam qira’at sab’ah
dengan menggunakan kitab Nadzam Syatibiyyah sebagai
rujukannya.
28 Iryana dan Kawasati, “Artikel: Tehnik pengumpulan data metode kualitatif”, h.11
16
16
d. Langkah keempat, mengklasifikasikan data dari langkah ketiga
ke dalam farsy al-hurûf yang berpengaruh terhadap penafsiran
maupun yang tidak berpengaruh tehadap penafsiran.
e. Langkah kelima, menetapkan ayat-ayat Al-Qur’an yang akan
dianalisis yaitu ayat-ayat yang mengandung farsy al-hurûf
dikalangan imam qira’at tujuh yang terdapat dalam kitab tafsir
Al-Munir serta qira’at tersebut berpengaruh terhadap
penafsiran.
f. Langkah keenam, menganalisis data-data yang diperoleh dari
poin kelima dengan menggunakan analisis deskriptif
bagaimana pengaruh penafsiran Syekh Nawawi al-Bantani
(1230 H/1813 M - 1314 H/1897 M) terhadap qira’at serta
menganalisisnya baik dengan teori morfologi (ilmu sharaf)
maupun teori sintaksis (ilmu nahwu).
g. Langkah terakhir, setelah dianalisis selanjutnya adalah
menyimpulkan apakah ragam qira’at dalam tafsir Al-Munir
memberikan pengaruh terhadap penafsiran.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriptif (deskriptif analitis). Metode analisis deskriptif
adalah sebuah metode pembahasan untuk memaparkan data yang telah
tersusun dengan melakukan kajian terhadap data-data tersebut.29
Dengan metode analisis-deskriptif ini, peneliti mendeskripsikan
temuan-temuan atau data-data terkait ragam qira’at yang
mempengaruhi makna serta memaparkan perbedaan maknanya dan
menganalisis data-data tersebut. Selain itu, peneliti menggunakan
29 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung PersadaPress, 2009),
h. 73
17
17
pendekatan ilmu linguistik sebagai pisau analisis. Cabang ilmu
linguistik yang dipilih peneliti adalah ilmu sharf (morfologi) dan ilmu
nahwu (sintaksis).
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang dijadikan panduan dalam penyusunan
dan penulisan skripsi ini adalah buku Petunjuk Teknis Penulisan
Proposal dan Skripsi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang
diterbitkan oleh LPPI IIQ Jakarta tahun 2017.
H. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini tersusun secara sistematis dan terarah, maka
penulis menyusun sistematika penulisan dengan membaginya menjadi
lima bab, dan masing-masing bab berisi subbab sebagai berikut:
Bab satu merupakan pendahuluan yang berisikan: latar belakang
masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, kerangka teoritik, metode penelitian, kajian
pustaka dan sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan tinjauan umum dan deskripsi tentang
Qira’at. Bab ini berisikan: pengertian, perbedaan dalam qira’at
(kaidah ushûliyyah dan kaidah farsy al-hurûf), sejarah
perkembangan qira’at, tingkatan dan macam-macam qira’at serta
klasifikasi qira’at dari segi pengaruhnya terhadap penafsiran.
Bab ketiga merupakan biografi Syekh Nawawi al-Bantani (1230
H/1813 M - 1314 H/1897 M) dan kajian metodologi kitab tafsir
Al-Munir. Bab ketiga berisikan subbab tentang riwayat hidup,
karya-karya Syekh Nawawi al-Bantani (1230 H/1813 M - 1314
H/1897 M), identifikasi fisiologi tafsir, identifikasi metodologis
kitab tafsir Al-Munir serta identifikasi ideologis mufassir.
18
18
Bab keempat, merupakan pembahasan dari rumusan masalah,
yakni analisis ragam qira’at dalam tafsir Al-Munir dan bagaimana
pengaruh dari perbedaan qira’at tersebut terhadap penafsiran pada
ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung farsy al-hurûf di kalangan
imam qirâ’at sab’ah.
Bab kelima, merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan
saran
125
125
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan kajian dan penelitian tentang ragam
qira’at sab’ah dan pengaruhnya terhadap penafsiran Al-Qur’an pada
ayat-ayat yang mengandung farsy al-hurûf QS. Al-Baqarah dalam
kitab tafsir Al-Munir karya Syekh Nawawi al-Bantani, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
Dari 104 farsy al-hurûf dalam QS. Al-Baqarah, terdapat 85
farsy al-hurûf yang tidak mempengaruhi penafsiran. Nawawi al-
Bantani menjelaskan perbedaan bacaan Imam Qira’at tanpa
menjelaskan perbedaan maknanya. Dengan demikian, penulis
menemukan 19 farsy al-hurûf yang berpengaruh terhadap penafsiran
dalam tafsir Al-Munir karya Syekh Nawawi al-Bantani. 19 farsy al-
hurûf tersebut terdapat dalam ayat 10, ayat 81, ayat 85, ayat 106, ayat
119, ayat 125, ayat 140, ayat 144, ayat 165, ayat 182, ayat 184, ayat
197, ayat 210, ayat 222, ayat 233, ayat 240, ayat 249, ayat 259, dan
ayat 271. Pengaruh ragam qira’at tersebut sangat signifikan karena
menimbulkan makna yang berbeda yang disebabkan oleh perubahan
lafadz (dalam segi bacaan).
Dalam memaparkan perbedaan penafsiran, syekh Nawawi al-
Bantani sering kali menjelaskan melalui kaidah-kaidah Bahasa Arab
seperti Nahwu dan sharaf. Ketika menafsirkan perbedaan qira’an yang
tidak berpengaruh tterhadap penafsiran, Syekh Nawawi menyebutkan
bagaimana bacaan para imam qira’at kemudian menjelaskannya secara
singkat dan padat.
126
126
B. SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis berharap agar
hasil penelitian ini bisa memberikan sedikit informasi tentang
perbedaan qira’at dan pengaruhnya terhadap penafsiran. Melalui
penelitian ini, semoga bisa menjadi inspirasi pembaca untuk
melakukan penelitian lanjutan tentang tema ini pada farsy al-hurûf
qirâ’at sab’ah di surat-surat lainnya.
127
127
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Muhammad ‘Adzim al-Zarqani, Manahil al-‘Arfan fi ‘Ulum al-Qur’an,
(Beirut: Daar al-Kutub al-‘Araby, 1995)
Abdurrahman, Abu Zar’ah, Hujjah al-Qira’ah, (Beirut:el-Resalah, 1997)
Ahmad, Abu Ja’far al-Nuhas, I’rab al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Marefah, 2008)
Aizid, Rizem, Biografi Ulama Nusantara, (Yogyakarta: Diva Press, 2016)
Albab, Chasan, Pengantar Qira’at Tujuh, (Semarang: Moncer Press, 2016)
al-Bantani, Nawawi, Marah Labid, (Indonesia: Daar Ihya al-Kutub al-
Arabiyyah)
al-Biqa, Muhibuddin Abu al-Biqa, al-Tibyan fi I’rab al-Qur’an, (Riyad: Bait
al-Afkar al-Dauliyyah, 1998
al-Jawi, Muhammad Nawawi, Marah Labid Jilid 1, (Surabaya: Syirkah
Maktabah Ahmad bin Sa’id bin Nabhan wa Auladuhu)
al-Rumi, Fahd ibn Abdurrahman, Buhuts fi Ushul al-Tafsir wa manahijuhu,
(Riyadh: Maktabah at-Taubah, 1416 H)
Amin, Mafri, Literatur Tafsir Indonesia, (Ciputat: Madzhab Ciputat, 2013)
asy-Syathibi, Ahmad, Matan al-Syathibiyyah; Hirz al-Amani wa Wajh al-
Tahani, (Mesir: Aulad al-Syaikh, 2020)
Effendi, Sofian, “Tesis: Qira’at dalam al-Jami’ Ahkam Al-Qur’an (Penafsiran
Al-Qurthubi dalam Surat Al-Baqarah),” (Ciputat: IIQ Jakarta: 2014)
Fathoni, Ahmad, Kaidah Qira’at Tujuh 1 & 2,
Fathoni, Ahmad, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an Metode Maisura,
Fathoni, Ahmad, Tuntunan Praktis 101 Maqra’ Qira’at Mujawwad & al-
Kalimah al-Farsyiyah Riwayat ad-Duriy dan as-Susiy, Jilid 1, (Ciputat:
WasaPrinting, 2016)
Fattah, Abdul Abdul Ghani al-Qadhi, al-Qira’ah fi Nadzri al-Mustasyrikin wa
alMulhidin, (Mesir: Daar Mishra)
128
128
Fattah, Abdul Abdul Ghani al-Qadi, al-Wafi fi Syarh al-Syathibiyyah fi Qira'ah
al-Sab'
Fitriya, Asna Ningsih, “Skripsi: Qira’at Mutawatir dan Pengaruhnya dalam
Tafsir al-Qurthubi,” (Ciputat: IIQ Jakarta: 2018)
Gusmian, Islah, Khazanah Tafsir Indonesia, (Yogyakarta: LKiS, 2013)
https://ihram.co.id/berita/nbdp11/sekilas-tentang-hijaz
Ibn al-Jazari, Mandzumah Thayyibah al-Nasyr fi Qira’ah al-‘asyr, (Suriah:
Maktabah Ibn al-Jazari)
Iryana dan Kawasati, “Artikel: Tehnik pengumpulan data metode kualitatif”
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung PersadaPress,
2009)
Katsir, Ibnu, Tafsir al-Qur’an al-Adzim Juz 1, Terj.Bahrun Abu Bakar,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000)
Khalawaih, Imam Ibnu, Al-Hujjah fi Qira’ah as-Sab’, (Beirut: Daar al-Syuruq,
1979)
Khalil, Manna’ al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS, (Bogor:
Pustaka Litera AntarNusa, 2015)
Manzur, Ibn, Lisân al-‘Arab, (Beirut: Dar al-Ma’arif, 2007)
Masyhuri, Abdul Aziz, 99 Kyai Kharismatik Indonesia Jilid 1, (Depok: Keira
Publising, 2017)
Ma’shum, Muhammad, al-Amtsilah al-Tashrifiyyah, (Semarang: Pustaka al-
Alawiyah, 1992)
Muhammad, Ahsin Sakho, Manba’ul al-Barakat, (Ciputat: IIQ Press, 2015)
Muhammad, Ahsin Sakho, Membumikan Ulumul Qur’an, (Jakarta: Qaf, 2019)
Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea
Press, 2015)
129
129
Nasution, Nurhasanah, “Skripsi: Qira’at dan Penafsiran Ayat-ayat Hukum
dalamTafsir al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an karya al-Qurthubi,” (Ciputat:
IIQ Jakarta: 2019)
Parhani, Aan, “Metode Penafsiran Syekh Nawawi al-Bantani dalam Tafsir
Marah Labid”, dalam Jurnal Tafsere, Vol. 1 No. 1 2013
Razin, Abu, dan Ummu Razin, Ilmu Sharaf untuk Pemula, (Jakarta: Maktabah
BISA, 2017)
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), h.9
Sulaiman, Sukhairu, “Desertasi: Al-Qira’at al-Mutawatirah dan kesannya
terhadap pentafsiran Al-Qur’an: Kajian terhadap kitab Marah Labid li
Kasyf Ma’na Al-Qur’an al-Majid”, (Malaysa: University of Malaysa,
2013)
Syibromalisi, Faizah Ali, “Pengaruh Qira’at Terhadap Penafsiran”
Ulpah, Maria, “Skripsi: Ragam Qira’at dan Pengaruhnya Terhadap
Penafsiran,” (Ciputat: IIQ Jakarta: 2018)
Widayati, Romlah, “Peran Qira’at dalam Menafsirkan Ayat-ayat Al-Qur’an”,
Makalah dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang Qira’at, Gedung
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama RI, Senin 18
November 2019
Yeni Ramdiani, “Sintaksis Bahasa Arab (Sebuah Kajian Deskriptif)” dalam
El-Hikam:Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman, Vol. VII no. 1 2014
Recommended