View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Gedung Sekretariat Negara,Jalan Teuku Umar No. 10-11,Menteng, Jakarta PusatT. +62 21 319 012 608
Badan Restorasi Gambut@BRG_Indonesia@BRG_IndonesiaBadan Restorasi Gambut - BRGBadan Restorasi Gambut-BRG
www.brg.go.id
“ Pulihkan Gambut, Pulihkan Kemanusiaan.”
BADAN RESTORASI GAMBUT2016 - 2020
DESA PEDULI GAMBU T
% !"#"$
%
&'()*+"(, -".
/0)
PETA JALAN RESTORASI GAMBUT INDONESIA
2016-2020
BadanRestorasiGambut
PROVINSI SUMATRA SELATANDESA PENANGGOAN DUREN
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PANANGGOAN DUREN
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GRAFIK, PETA, TABEL, DLL
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTLAH
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................... 1 Tujuan ....................................................... 3 Metode Pengumpulan Data ...................... 4
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI
Letak Desa/Komunitas ............................. 6 Sarana Dan Prasarana .............................. 8
BAB III LINGKUNGAN FISIK DAN EKOSISTEM GAMBUT
Lingkungan Ekosistem Gambut ............... 11 Kalender Musim ....................................... 13
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PANANGGOAN DUREN
iii
BAB IV KEPENDUDUKAN
Data Umum Penduduk ............................ 16 Tingkat Pendidikan. ................................. 17 Mata Pencaharian Penduduk .................. 18
BAB V KESEHATAN DAN PENDIDIKAN
Sarana dan prasarana pendidikan ........... 20 Sarana Kesehatan .................................... 20
BAB VI KESEJARAHAN DAN KEBUDAYAAN
MASYARAKAT Sejarah desa/komunitas/pemukiman ..... 22 Sejarah Kepemimpinan Desa ................... 23
BAB VII PEMERINTAHAN DAN KEPEMIMPINAN
Pembentukan pemerintahan desa .......... 25 Struktur pemerintahan ............................ 26
BAB VIII KELEMBAGAAN SOSIAL
Organisasi sosial formal .......................... 27
DESA PANANGGOAN DUREN
iii
BAB IV KEPENDUDUKAN
Data Umum Penduduk ............................ 16 Tingkat Pendidikan. ................................. 17 Mata Pencaharian Penduduk .................. 18
BAB V KESEHATAN DAN PENDIDIKAN
Sarana dan prasarana pendidikan ........... 20 Sarana Kesehatan .................................... 20
BAB VI KESEJARAHAN DAN KEBUDAYAAN
MASYARAKAT Sejarah desa/komunitas/pemukiman ..... 22 Sejarah Kepemimpinan Desa ................... 23
BAB VII PEMERINTAHAN DAN KEPEMIMPINAN
Pembentukan pemerintahan desa .......... 25 Struktur pemerintahan ............................ 26
BAB VIII KELEMBAGAAN SOSIAL
Organisasi sosial formal .......................... 27
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
iv
Organisasi sosial informal ....................... 27 Jejaring warga ......................................... 28
BAB IX PEREKONOMIAN DESA/KOUNITAS
Pendapatan dan belanja desa ................. 29 Aset desa ................................................. 35 Tingkat pendapatan warga ...................... 36 Industri dan pengolahan desa ................. 36 Potensi dan masalah dalam sector pertanian,
perikanan,peternakan,perkebunan, kehutanan, dll ......................................... 43
BAB X PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN TANAH DAN SUMBER
DAYA ALAM
Pola penguasaan tanah, badan air, hutan dan sumber daya alam Lain ..................... 48
pola pemanfaatan tanah ......................... 48 tata guna lahan desa ............................... 48 konflik tenurial ......................................... 48
DESA PANANGGOAN DUREN
v
BAB XI PROGRAM DAN KEGITAN PEMBANGUNAN YANG ADA
(TERMASUK YANG BERKAITAN DENGAN EKOSISTEM GAMBUT) 50
BAB XII PRESEPSI TERHADAP RESTORASI GAMBUT BAB XIII PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN (PETA, FOTO, DLL.) DAFTAR PUSTAKA
DESA PANANGGOAN DUREN
v
BAB XI PROGRAM DAN KEGITAN PEMBANGUNAN YANG ADA
(TERMASUK YANG BERKAITAN DENGAN EKOSISTEM GAMBUT) 50
BAB XII PRESEPSI TERHADAP RESTORASI GAMBUT BAB XIII PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN (PETA, FOTO, DLL.) DAFTAR PUSTAKA
DESA PANANGGOAN DUREN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebakaran hutan dan lahan gambut pada tahun 2015 merupakan peristiwa paling luar biasa memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan menimbulkan kerugian negara mencapai 221 Triliun Rupiah.1 Kebakaran tersebut banyak terjadi dalam areal perkebunan/hutan monokultur, salah satunya perkebunan kelapa sawit, terutama yang berada di lahan gambut. Kerusakan hidrologi gambut merupakan salah satu pemicu lahan gambut mudah terbakar dan sulit dipadamkan.
Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan terparah pada ekosistem gambut. Di kabupaten OKI, terdapat 29 perusahaan perkebunan sawit dengan luasan 127.425 hektar. Sebanyak 14 perusahaan beroperasi di ekosistem gambut dengan luasan 48.592 hektar. Menurut data Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, pada tahun 2015 terdapat 377.365 hektar areal terbakar di Kabupaten OKI.
1 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/12/20/nzms82359-bnpb-catat-kerugian-akibat-kebakaran-hutan-2015-rp-221-triliun dilihat pada tanggal 19 Juli 2017
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
2
Salah satu yang terkena dampak dari kebakaran tahun 2015, adalah Desa Pananggoan Duren. Kebakaran yang berdampak pada Desa Panggoan Duren terjadi akibat pembukaan kanal oleh PT. Bumi Mekar Hijau (BMH). Perusahaan tersebut memiliki izin konsesi tidak saja di Desa Pananggoan Duren, tetapi masuk dalam wilayah Desa Lebung Itam, Jadi Mulya dan Tulung Seluang. Luasnya izin konsesi tersebut telah berdampak pada hilangnya sumber penghidupan masyarakat. Kontribusi kebakaran terbesar bukan berasal dari praktek sonor yang dilakukan oleh warga Pananggoan Duren pada tahun 2015. Masyarakat Pananggoan Duren berharap bisa memperbaiki atau merestorasi lahan gambut yang terbakar serta belajar untuk memanfaatkan lahan gambut melalui praktek yang lebih ramah lingkungan.
Berdasarkan kondisi tersebut, upaya restorasi gambut yang dilakukan haruslah melihat satu Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) yang secara umum terdiri dari tanah gambut dan tanah mineral yang berada diantara dua sungai (atau antara sungai dan laut). Ekosistem gambut merupakan ekosistem yang rapuh sehingga pengelolaannya harus direncanakan dengan baik dan hati-hati. Dalam proses pengelolaan tersebut, kesatuan hidrologi gambut tidak bisa dipecah-pecah. Setiap orang atau komunitas yang berada di dalam atau di sekitar kesatuan hidrologi gambut atau yang memiliki kepentingan di dalam kesatuan hidrologi gambut tersebut harus dilibatkan dalam pengelolaannya. Restorasi pada lahan gambut yang telah rusak perlu dilakukan dengan perencanaan yang baik dan hati-hati.
Pelaksanaan restorasi gambut di tingkat tapak dilakukan antara lain dengan perencanaan restorasi, pembangunan infrastruktur untuk perbaikan hidrologi, penanaman kembali dan berbagai kegiatan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan berbasis pada pengelolaan lahan gambut secara bijak. Guna memastikan bahwa kegiatan-kegiatan itu tidak menimbulkan dampak sosial yang tidak diinginkan maka perlu dipastikan adanya kerangka pengaman sosial yang baik.
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
2
Salah satu yang terkena dampak dari kebakaran tahun 2015, adalah Desa Pananggoan Duren. Kebakaran yang berdampak pada Desa Panggoan Duren terjadi akibat pembukaan kanal oleh PT. Bumi Mekar Hijau (BMH). Perusahaan tersebut memiliki izin konsesi tidak saja di Desa Pananggoan Duren, tetapi masuk dalam wilayah Desa Lebung Itam, Jadi Mulya dan Tulung Seluang. Luasnya izin konsesi tersebut telah berdampak pada hilangnya sumber penghidupan masyarakat. Kontribusi kebakaran terbesar bukan berasal dari praktek sonor yang dilakukan oleh warga Pananggoan Duren pada tahun 2015. Masyarakat Pananggoan Duren berharap bisa memperbaiki atau merestorasi lahan gambut yang terbakar serta belajar untuk memanfaatkan lahan gambut melalui praktek yang lebih ramah lingkungan.
Berdasarkan kondisi tersebut, upaya restorasi gambut yang dilakukan haruslah melihat satu Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) yang secara umum terdiri dari tanah gambut dan tanah mineral yang berada diantara dua sungai (atau antara sungai dan laut). Ekosistem gambut merupakan ekosistem yang rapuh sehingga pengelolaannya harus direncanakan dengan baik dan hati-hati. Dalam proses pengelolaan tersebut, kesatuan hidrologi gambut tidak bisa dipecah-pecah. Setiap orang atau komunitas yang berada di dalam atau di sekitar kesatuan hidrologi gambut atau yang memiliki kepentingan di dalam kesatuan hidrologi gambut tersebut harus dilibatkan dalam pengelolaannya. Restorasi pada lahan gambut yang telah rusak perlu dilakukan dengan perencanaan yang baik dan hati-hati.
Pelaksanaan restorasi gambut di tingkat tapak dilakukan antara lain dengan perencanaan restorasi, pembangunan infrastruktur untuk perbaikan hidrologi, penanaman kembali dan berbagai kegiatan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan berbasis pada pengelolaan lahan gambut secara bijak. Guna memastikan bahwa kegiatan-kegiatan itu tidak menimbulkan dampak sosial yang tidak diinginkan maka perlu dipastikan adanya kerangka pengaman sosial yang baik.
DESA PANANGGOAN DUREN
3
Untuk memperkuat upaya restorasi tersebut, diperlukan suatu basis data berupa sistem tenurial masyarakat, kondisi sosial ekonomi dan tata kelola gambut masyarakat. Data ini diharapkan berguna bagi pengambil kebijakan terutama Badan Restorasi Gambut, Pemerintah Pusat, Kabupaten dan Desa dalam merencanakan restorasi gambut. Pengambilan data dilakukan dengan metode penelitian partisipatif, survei lapangan, wawancara dan diskusi yang melibatkan masyarakat, perangkat desa, dan tokoh masyarakat di Desa Penanggoan Duren yang berada dalam KHG Tulung Selapan dilakukan untuk mendukung upaya pengumpulan basis data. Pengumpulan data dan informasi ini dilakukan oleh tim kerja yang terdiri dari 4 orang dalam tim.
Badan Restorasi Gambut menyusun Pedoman Pelaksanaan Kerangka Pengaman Sosial dalam Restorasi Gambut ini sebagai acuan bagi seluruh pelaksana restorasi gambut untuk menjamin bahwa tidak ada hak dan akses masyarakat dan para pihak yang berkurang serta adanya kesesuaian kegiatan dengan kondisi sosial masyarakat yang ada di sekitarnya. Lebih jauh lagi, dengan kerangka pengaman sosial yang baik maka dapat dilakukan mitigasi konflik sosial serta ada upaya terencana untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
1.2 TUJUAN
1. Mengumpulkan data dan informasi terkait:
a) Lokasi kejadian kebakaran gambut, kekeringan, banjir dan sebagainya ditemukan dan potensial menjadi lokasi kegiatan restorasi gambut
b) Pihak-pihak yang mempunyai hak atau akses terhadap lokasi dan sumber daya yang ada di lokasi tersebut atau yang akan terdampak
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
5
5. Survey rumah tangga 6. Transek wilayah
4
c) Forum, mekanisme dan aktor penting dalam pengambilan keputusan di dalam masyarakat
d) Bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dan potensi sumber daya
e) Konflik dan potensi konflik yang ada terkait dengan lahan gambut
2. Untuk penyusunan Profil Desa Gambut
3. Untuk memberikan pemahaman pada masyarakat tentang upaya restorasi gambut sebagai implementasi kebijakan BRG dan pemerintah pusat
4. Untuk memperoleh basis data berupa sketsa desa, sketsa infrastruktur, dan data sosial ekonomi
5. Sebagai dasar pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan restorasi gambut, perlindungan dan pemanfaatan ekosistem gambut dan/atau pembangunan desa
6. Sebagai tolak ukur “perkembangan” desa sebelum dan sesudah kegiatan restorasi gambut
1.3 METODE PENGUMPULAN DATA
Proses pengumpulan data terdiri dari beberapa teknik/cara yakni:
1. Pengumpulan data sekunder di desa atau literatur yang relevan
2. Wawancara mendalam 3. Diskusi kelompok terarah (FGD/PRA) 4. Pengamatan berperan serta
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
5
5. Survey rumah tangga 6. Transek wilayah
4
c) Forum, mekanisme dan aktor penting dalam pengambilan keputusan di dalam masyarakat
d) Bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dan potensi sumber daya
e) Konflik dan potensi konflik yang ada terkait dengan lahan gambut
2. Untuk penyusunan Profil Desa Gambut
3. Untuk memberikan pemahaman pada masyarakat tentang upaya restorasi gambut sebagai implementasi kebijakan BRG dan pemerintah pusat
4. Untuk memperoleh basis data berupa sketsa desa, sketsa infrastruktur, dan data sosial ekonomi
5. Sebagai dasar pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan restorasi gambut, perlindungan dan pemanfaatan ekosistem gambut dan/atau pembangunan desa
6. Sebagai tolak ukur “perkembangan” desa sebelum dan sesudah kegiatan restorasi gambut
1.3 METODE PENGUMPULAN DATA
Proses pengumpulan data terdiri dari beberapa teknik/cara yakni:
1. Pengumpulan data sekunder di desa atau literatur yang relevan
2. Wawancara mendalam 3. Diskusi kelompok terarah (FGD/PRA) 4. Pengamatan berperan serta
DESA PANANGGOAN DUREN
5
5. Survey rumah tangga 6. Transek wilayah
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PANANGGOAN DUREN
6
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
2.1 LETAK DESA/KOMUNITAS
Secara Geografis Desa Penanggoan Duren merupakan salah satu desa dari 22 desa yang terdapat di terletak di Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. Berdasarkan Lampiran Peraturan Bupati No. 67 Tahun 2016, Desa Penanggoan Duren mempunyai luas wilayah 8.628 hektar atau 86,28 km2. Lahan di Desa Penanggoaan Duren terdiri rawa gambut dan tanah mineral. Desa Penanggoan Duren beriklim tropis dengan suhu rata-rata 28° – 32° dan curah hujan ± 200 mm/ per tahun.
Untuk jarak dari desa menuju ke beberapa pusat pemerintahan adalah sebagai berikut:
- Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 16 km2
- Jarak dari pusat pemerintahan kabupaten : 107 km2
- Jarak dari pusat pemerintahan provinsi : 80 km2
Dari peta administratif Desa Penanggoan Duren diketahui batas administrasi wilayah desa terdiri dari:
- Sebelah Utara : Desa Jerambah Rengas Kecamatan Tulung Selapan
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
7
- Sebelah Timur : Desa Lebung Itam Kecamatan Tulung Selapan
- Sebelah Selatan : Desa Cambai Kecamatan Tulung Selapan
- Sebelah Barat : Desa Toman Kecamatan Tulung Selapan
Desa Penanggoan Duren awalnya terdiri dari 4 dusun, namun di tahun 2017 terdapat penambahan sehingga total dusun di kawasan ini menjadi 5 dusun, 8 RW dan 17 RT.
Gambar 1. Peta Administratif Desa Penanggoan Duren
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
7
- Sebelah Timur : Desa Lebung Itam Kecamatan Tulung Selapan
- Sebelah Selatan : Desa Cambai Kecamatan Tulung Selapan
- Sebelah Barat : Desa Toman Kecamatan Tulung Selapan
Desa Penanggoan Duren awalnya terdiri dari 4 dusun, namun di tahun 2017 terdapat penambahan sehingga total dusun di kawasan ini menjadi 5 dusun, 8 RW dan 17 RT.
Gambar 1. Peta Administratif Desa Penanggoan Duren
DESA PANANGGOAN DUREN
8
2.2 SARANA DAN PRASARANA
a) Prasarana Jalan dan Jembatan
Kondisi sebagian besar jalan primer maupun jalan sekunder yang terdapat di Desa Penanggoan Duren dalam kondisi rusak yang cukup parah. Hingga saat ini bantuan perbaikan jalan baru terlihat beberapa meter di jalan penghubung antar desa. Sementara di bagian jalan lainnya, ketika musim hujan, tanah merah yang terdapat dihampir semua jalan sulit dilalui oleh kendaraan bermotor karena kondisinya yang becek. Agar jalan dapat dilalui, masyarakat biasanya menggunakan potongan susunan batang pohon dibeberapa titik jalan yang berlubang. Jumlah jembatan yang terdapat di Desa Penanggoan Duren ada 9 titik, dari seluruh titik jembatan tersebut, salah satunya digunakan sebagai jalan penghubung antara Dusun 3 dan Dusun 2. Namun kondisi jembatan penghubung ini kondisinya cukup parah dan hanya menggunakan potongan pohon untuk menutupi bagian yang berlubang.
b) Sarana Air Bersih
Saat ini pemenuhan air bersih masyarakat di Desa Penanggoan Duren sebagian besar bersumber dari sumur bor. Selain milik masyarakat, sebagian sumur bor merupakan bantuan dari Dana Desa (DD) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Sumur bor bantuan ini biasanya diletakkan di depan jalan dan dimanfaatkan oleh beberapa anggota keluarga. Hingga tahun 2017, terdapat 14 titik sumur bor yang terdapat di dalam desa.
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
9
c) Sarana Ibadah
Sebagian besar masyarakat di Desa Penanggoan Duren beragama Islam. Untuk mendukung kegiatan Ibadan warga di desa, maka dibangun 1 masjid dan 1 musholla/langar.
d) Sarana Telekomunikasi
Sarana telekomunikasi yang umumnya digunakan oleh masyarakat yaitu telepon genggam (handpone). Akses internet juga telah tersedia di desa meskipun sinyalnya masih kurang baik, sehingga akses informasi dan komunikasi via internet belum begitu lancar. Sarana informasi lain seperti televisi, radio, komputer bahkan laptop dimiliki oleh hampir seluruh warga desa. Dalam memudahkan
Gambar 2. Sumur Bor Umum
Gambar 3. Masjid Desa Penanggoan Duren
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
9
c) Sarana Ibadah
Sebagian besar masyarakat di Desa Penanggoan Duren beragama Islam. Untuk mendukung kegiatan Ibadan warga di desa, maka dibangun 1 masjid dan 1 musholla/langar.
d) Sarana Telekomunikasi
Sarana telekomunikasi yang umumnya digunakan oleh masyarakat yaitu telepon genggam (handpone). Akses internet juga telah tersedia di desa meskipun sinyalnya masih kurang baik, sehingga akses informasi dan komunikasi via internet belum begitu lancar. Sarana informasi lain seperti televisi, radio, komputer bahkan laptop dimiliki oleh hampir seluruh warga desa. Dalam memudahkan
Gambar 2. Sumur Bor Umum
Gambar 3. Masjid Desa Penanggoan Duren
DESA PANANGGOAN DUREN
10
warganya menyampaikan aspirasi, desa menyediakan email sebagai berikut: desapenanggoanduren@gmail.com
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PANANGGOAN DUREN
11
BAB III
LINGKUNGAN FISIK DAN EKOSISTEM GAMBUT
3.1 LINGKUNGAN EKOSISTEM GAMBUT
Masyarakat di Desa Penanggoan Duren dahulunya banyak yang memanfaatkan kayu yang terdapat di rawa gambut seperti kayu gelam, meranti, jelutung, prepat dan leban. Pengambilan jenis-jenis kayu tersebut diambil hingga ke bagian dalam hutan rawa gambut dengan menghanyutkan kayu-kayu tersebut melalui parit yang dibuat oleh masyarakat. Agar mudah dialirkan, bagian ujung kayu diikat dengan jerigen kosong agar kayu dapat mengapung. Kayu yang lebih banyak dimanfaatkan yaitu kayu yang telah tumbang dan terendam di dalam air rawa gambut dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan karena pohon yang masih berdiri tegak diameternya cenderung lebih kecil dari diameter pohon yang di dalam air. Karena pertimbangan jauhnya lokasi dan besarnya biaya yang dikeluarkan yang tidak sebanding dengan harga jual kayu, maka sebagian besar pengusaha kayu banyak yang menghentikan kegiatan ini. Hingga saat ini hanya segelintir masyarakat yang berprofesi sebagai pengambil kayu, khususnya untuk kayu gelam dan leban yang masih berdiri tegak di bagian luar hutan rawa gambut. Sementara untuk kayu prepat saat ini sudah jarang ditemui.
•
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
12
Kearifan lokal di lahan gambut yang saat ini masih diupayakan oleh masyarakat setempat yaitu menangkap ikan oleh nelayan rawa gambut. Metode penangkapan yang biasa dipraktekan oleh warga yaitu menangkap ikan dengan memasang perangkat tajur atau bubu, dan menjaring secara langsung dengan memakai alat tangkul dan pilar. Tajur merupakan potongan bambu kecil sepanjang kurang lebih 1 meter yang diujungnya diberi tali dan kail. Kail kemudian diberi umpan potongan ikan atau cacing, lalu di tancap disekitar lokasi ikan berada. Setiap setengah jam di periksa apakah ada ikan yg sudah kena, hal ini untuk menghidari ikan terlalu lama tertangkap dan bisa rusak sehingga tidak bisa dikonsumsi.
Metode memasang perangkap bubu; bubu merupakan perangkap yangg terbuat dari anyaman bambu yangg berbentuk bulat panjang atau bisa terbuat dari kawat yg berbentuk kotak, sistem perangkapnya diberi pintu agar ikan masuk tetapi pintu yg dibuat tidak bisa membuat ikan keluar. Sistem ini tidak mesti dipantau dalam waktu singkat karena ikan tidak mati akibat perangkapnya di letakkan didalam air.
Gambar 4. Jenis Pohon yang Terdapat di Hutan Rawa Gambut
Desa Penanggoan Duren
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
12
Kearifan lokal di lahan gambut yang saat ini masih diupayakan oleh masyarakat setempat yaitu menangkap ikan oleh nelayan rawa gambut. Metode penangkapan yang biasa dipraktekan oleh warga yaitu menangkap ikan dengan memasang perangkat tajur atau bubu, dan menjaring secara langsung dengan memakai alat tangkul dan pilar. Tajur merupakan potongan bambu kecil sepanjang kurang lebih 1 meter yang diujungnya diberi tali dan kail. Kail kemudian diberi umpan potongan ikan atau cacing, lalu di tancap disekitar lokasi ikan berada. Setiap setengah jam di periksa apakah ada ikan yg sudah kena, hal ini untuk menghidari ikan terlalu lama tertangkap dan bisa rusak sehingga tidak bisa dikonsumsi.
Metode memasang perangkap bubu; bubu merupakan perangkap yangg terbuat dari anyaman bambu yangg berbentuk bulat panjang atau bisa terbuat dari kawat yg berbentuk kotak, sistem perangkapnya diberi pintu agar ikan masuk tetapi pintu yg dibuat tidak bisa membuat ikan keluar. Sistem ini tidak mesti dipantau dalam waktu singkat karena ikan tidak mati akibat perangkapnya di letakkan didalam air.
Gambar 4. Jenis Pohon yang Terdapat di Hutan Rawa Gambut
Desa Penanggoan Duren
DESA PANANGGOAN DUREN
13
Sedangkan tangkul adalah satu bambu besar kira-kira sepanjang 3 meter yang ujungnya diikat jaring yang dibentangkan menggunakan bambu kecil. Cara pemakaiannya yaitu dengan memegang bagian ujung yang besar, dan ujung yg terdapat jaring ditenggelamkan di area sekitar ikan berada, ketika ada ikan yg masuk diangkat. Sementara, alat penangkap ikan berbentuk pilar sama saja seperti tangkul akan tetapi bahan jaring pada tangkul diganti dengan bahan dari keramba ikan.
Pengambilan ikan seperti; gabus, ruwan, betok, dan sepat, umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan ikan sehari-hari dan sebagian lagi diolah menjadi ikan asin untuk dijual. Sayangnya pembukaan kanal yang dilakukan oleh perusahaan PT. Bumi Mekar Hijau (BMH) yang bergerak di bidang usaha tanaman industri akasia menyebabkan berkurangnya jumlah populasi ikan di hutan rawa. Berkurangnya jumlah populasi ikan di rawa gambut menyebabkan masyarakat sulit untuk memproduksi ikan asin dalam jumlah banyak.
3.2 KALENDER MUSIM
Kalender musim merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan sebagai sarana informasi terkait prediksi musim, waktu tanam, pola tanam berdasarkan prakiraan iklim. Iklim Desa Penanggoan Duren termasuk ke dalam iklim tropis. Dari informasi yang diperoleh, musim hujan biasanya dimulai Bulan Oktober – Maret. Sedangkan musim kering dimulai pada Bulan April – Oktober sebagaimana yang tertera di dalam tabel berikut ini:
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
14
Tabel 1. Kalender Musin Desa Pananggoan Duren
Kegiatan Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Masalah
Hujan
Akses jalan sulit
dilalui
Panas
Olah Kebun
Ketika hujan
masyarakat tidak bisa
menyadap
karet
Tangkap Ikan
Ikan sulit diperoleh ketika musim kemarau
Keterangan: : Hujan : Kemarau : Olah kebun maksimal
: Olah kebun kurang maksimal : Pengambilan Ikan
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
14
Tabel 1. Kalender Musin Desa Pananggoan Duren
Kegiatan Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Masalah
Hujan
Akses jalan sulit
dilalui
Panas
Olah Kebun
Ketika hujan
masyarakat tidak bisa
menyadap
karet
Tangkap Ikan
Ikan sulit diperoleh ketika musim kemarau
Keterangan: : Hujan : Kemarau : Olah kebun maksimal
: Olah kebun kurang maksimal : Pengambilan Ikan
DESA PANANGGOAN DUREN
15
Sumber : Tim Pemetaan sosial DPG (2017)
Musim hujan yang terjadi di Desa Penanggoan Duren mempengaruhi akses jalan. Beberapa jalan di Desa Pananggoan Duren sulit dilalui karena jalanan yang becek sehingga cukup mengganggu aktivitas warga masyarakat. Musim hujan juga menyebabkan masyarakat tidak dapat maksimal menyadap karet karena hujan menyebabkan getah karet mencair. Hal ini tentunya berdampak terhadap jumlah produktivitas karet.
Pencarian ikan di rawa gambut yang dilakukan oleh sebagian kelompok masyarakat sangat tergantung terhadap musim. Ikan baru dapat dicari ketika musim hujan dan menjelang musim kering. Di samping itu, untuk menuju ke lokasi rawa gambut, masyarakat pergi menggunakan ketek (perahu kecil) jadi lebih mudah jika rawa dalam kondisi tergenang.
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PANANGGOAN DUREN
16
BAB IV
KEPENDUDUKAN
4.1 JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2015
Data dari RPJMDES tahun 2016 – 2021 dan BPS (2016) diketahui total jumlah kepala keluarga di Desa Pananggoan Duren yaitu 946 kepala keluarga. Jumlah penduduk Desa Penanggoan Duren yaitu sebesar 4,366 jiwa, terdiri dari 2,155 laki-laki dan 2,211 perempuan dengan kepadatan penduduk mencapai 50.16 jiwa/km2. Di tahun 2017, terjadi penambahan jumlah dusun dari 4 menjadi 5 dusun, sehingga jumlah penduduk di Desa Penanggoan Duren bertambah mencapai 4.564 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 52.44 jiwa/km2. Desa Panggoan Duren masuk dalam kategori padat. Selain penambahan jumlah dusun, penambahan jumlah penduduk di desa ini juga dipengaruhi oleh faktor kelahiran.
Grafik 1. Jumlah Penduduk berdasarkan Sex Rasio
0400800
1200160020002400
2155 L
P
22
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
17
(Sumber : Data RPJMDES, 2016 – 2021 dan BPS, 2016)
4.2 TINGKAT PENDIDIKAN
Masyarakat Desa Penanggoan Duren memiliki tingkat pendidikan yang cukup beragam mulai dari tingkat SD, SLTP, SMA, D1/D2, D3 dan D4. Dari data yang diperoleh, sebagian besar penduduk Desa Penanggoan Duren yang mengenyam Pendidikan akhir SLTP dan SLTA yang jumlahnya masing-masing sebesar 41.57% dan 42.83%. Namun demikian, masih ditemukan anggota masyarakat yang tidak/belum bersekolah sebanyak 307 orang atau 7.03% dari total jumlah penduduk desa.
Grafik 2. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Penanggoan Duren (Sumber : Data RPJMDES, 2016 – 2021 dan BPS, 2016)
Strata 2; 0,00
D4/Strata 1; 0,46
D3/Sarjana Muda; 0,87
D1/D2; 0,14
SLTA Sederajat ;
42,83
SLTP Sederajat ;
41,57
SD Sederajat ; 7,10
Tidak/Belum Sekolah ; 7,03
0 20 40 60 80 100%
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
17
(Sumber : Data RPJMDES, 2016 – 2021 dan BPS, 2016)
4.2 TINGKAT PENDIDIKAN
Masyarakat Desa Penanggoan Duren memiliki tingkat pendidikan yang cukup beragam mulai dari tingkat SD, SLTP, SMA, D1/D2, D3 dan D4. Dari data yang diperoleh, sebagian besar penduduk Desa Penanggoan Duren yang mengenyam Pendidikan akhir SLTP dan SLTA yang jumlahnya masing-masing sebesar 41.57% dan 42.83%. Namun demikian, masih ditemukan anggota masyarakat yang tidak/belum bersekolah sebanyak 307 orang atau 7.03% dari total jumlah penduduk desa.
Grafik 2. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Penanggoan Duren (Sumber : Data RPJMDES, 2016 – 2021 dan BPS, 2016)
Strata 2; 0,00
D4/Strata 1; 0,46
D3/Sarjana Muda; 0,87
D1/D2; 0,14
SLTA Sederajat ;
42,83
SLTP Sederajat ;
41,57
SD Sederajat ; 7,10
Tidak/Belum Sekolah ; 7,03
0 20 40 60 80 100%
DESA PANANGGOAN DUREN
18
4.3 MATA PENCAHARIAN PENDUDUK
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari RPJMDES 2016 – 2021, diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Desa Penanggoan Duren bekerja disektor pertanian dan perkebunan. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya jumlah petani yang memiliki sawah yang jumlahnya mencapai 2.300 orang, petani penggarap sebesar 1.300 orang, dan buruh kebun sebanyak 306 orang. Di samping mata pencaharian yang terdapat pada tabel dari survei yang dilakukan diketahui pula beberapa jenis mata pencaharian sampingan yang akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.
Tabel 2. Mata Pencaharian Di Desa Panggoan Duren
No Mata Pencaharian Jumlah (Orang)
1 Petani Pemilik Sawah 2300 orang
2 Petani Penggarap 1300 orang
3 Pertukangan 45 orang
4 Buruh Kebun 306 orang
5 Pedagang 50 orang
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
19
(Sumber : Data RPJMDES, 2016 – 2021 dan BPS, 2016)
6 Pengemudi/Jasa 10 orang
7 PNS 50 orang
8 TNI/POLRI 2 orang
9 Pensiunan 8 orang
10 Industri kecil 10 orang
11 Buruh industri 10 orang
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
19
(Sumber : Data RPJMDES, 2016 – 2021 dan BPS, 2016)
6 Pengemudi/Jasa 10 orang
7 PNS 50 orang
8 TNI/POLRI 2 orang
9 Pensiunan 8 orang
10 Industri kecil 10 orang
11 Buruh industri 10 orang
DESA PANANGGOAN DUREN
20
BAB V
KESEHATAN DAN PENDIDIKAN
5.1 SARANA KESEHATAN
Tahun 2017 Desa Penanggoan Duren telah memiliki 1 puskesmas yang baru saja dibangun dan berjarak hanya ±500 meter dari pusat desa. Puskesmas ini dikelola oleh dokter, pegawai honorer dan bidan desa. Jumlah posyandu di Desa Penaggoan Duren yaitu 3 buah dan terletak di beberapa dusun sebagaimana terlampir:
- Posyandu Merpati I : Dusun I
- Posyandu Merpati II : Dusun II dan Dusun III
- Posyandu Merpati III : Dusun IV
Di dalam menghadapi kebakaran di lahan gambut, fasilitas kesehatan yang dimiliki desa masih sangat terbatas sehingga kesiapan dalam menangani bencana masih belum cukup memadai.
5.2 SARANA PENDIDIKAN
Sebagai masyarakat Desa Pananggoan Duren belum memahami pentingnya pendidikan, hal ini lebih didorong karena alasan faktor ekonomi. Beberapa anak yang sudah
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
21
masuk dalam katagori usia wajib belajar tetapi belum atau tidak bersekolah. Sementara masyarakat lain dengan usia produktif mengalami kesulitan sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang memadai.
Fasilitas Pendidikan yang terdapat di Desa Penanggoan Duren terdiri dari 1 unit SMP Negeri Penanggoan Duren dan 1 unit Sekolah Dasar Negeri. Di desa tidak terdapat SMA, sehingga apabila masyarakat ingin melanjutkan Pendidikan ke tingkat SMA mereka harus mendaftar di luar desa.
Gambar 5. Bangunan Sekolah SMP Negeri Panggoan Duren 1
Gambar SMP di Desa Penanggoan Duren
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
21
masuk dalam katagori usia wajib belajar tetapi belum atau tidak bersekolah. Sementara masyarakat lain dengan usia produktif mengalami kesulitan sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang memadai.
Fasilitas Pendidikan yang terdapat di Desa Penanggoan Duren terdiri dari 1 unit SMP Negeri Penanggoan Duren dan 1 unit Sekolah Dasar Negeri. Di desa tidak terdapat SMA, sehingga apabila masyarakat ingin melanjutkan Pendidikan ke tingkat SMA mereka harus mendaftar di luar desa.
Gambar 5. Bangunan Sekolah SMP Negeri Panggoan Duren 1
Gambar SMP di Desa Penanggoan Duren
DESA PANANGGOAN DUREN
22
BAB VI
KESEJARAHAN DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT
6.1 SEJARAH DESA / KOMUNITAS/PERMUKIMAN
Desa Penanggoan Duren terbentuk dari beberapa desa-desa kecil yang berkumpul di Kampung Sunggutan. Sunggutan merupakan nama darmaga yang digunakan sebagai akses utama masyarakat menuju ke pusat Kecamatan Tulung Selapan dengan menggunakan perahu sepanjang 4 meter. Akses ini ramai digunakan oleh masyarakat sebelum adanya jalan utama yang menghubungkan antar desa hingga ke pusat kecamatan. Dermaga Sunggutan terletak di pinggiran sungai alam di dalam hutan. Kondisi ini sedikit demi sedikit menjadi daya tarik masyarakat dari luar dusun berimigrasi dan tinggal di kawasan ini. KH. Brumin kemudian berinisiatif untuk mendirikan desa dengan nama Sunggutan. Di zaman pemerintahan Jepang, perkampungan atau dusun di kawasan ini lebih dikenal dengan nama persirah atau marga (desa). Hingga tahun 1983 nama Desa Sunggutan berubah nama menjadi Desa Penanggoan Duren. Seiring dengan perkembangannya, dusun ini berkembang cukup pesat hingga berubah menjadi Desa Penanggoan Duren. Desa ini pertama kali dipimpin oleh Kerio Penanggoan Duren yaitu Jalal Bin Rugis pada tahun 1819 hingga tahun 1839.
Mayoritas penduduk Desa Penaggoan Duren merupakan etnis Melayu yang dikenal dengan Suku Ogan. Sebagian besar masyarakat di desa ini memeluk agama Islam yang taat
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
23
sehingga hampir seluruh kehidupan, budaya dan adat istiadat mereka dipengaruhi oleh budaya Islam dan Melayu. Bahasa yang digunakan yaitu Bahasa Ogan yang dikenal mirip dengan bahasa Melayu. Meski mayoritas masyarakat di Kecamatan Tulung Selapan menggunakan bahasa Ogan, namun dialeg masyarakat di masing-masing dusun cukup berbeda antara satu dan lainnya.
6.2 SEJARAH KEPEMIMPINAN DESA
a. Jalal Bin Rugis tanggal 01 mei 1819
b. H. Berumin Bin Jalal tanggal 09 april 1839
c. Galim tanggal 01 februari 1859
d. Kamalidun tanggal 05 juli 1879
e. RozaliBinH.Berumin tanggal 18 februari 1899
f. Aminudin tanggal 03 oktober 1900
g. Abu Bakar Bin Samik tanggal 08 september 1915
h. Samudin tanggal 04 januari 1930
i. Rokhmad tanggal 21 desember 1943
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
23
sehingga hampir seluruh kehidupan, budaya dan adat istiadat mereka dipengaruhi oleh budaya Islam dan Melayu. Bahasa yang digunakan yaitu Bahasa Ogan yang dikenal mirip dengan bahasa Melayu. Meski mayoritas masyarakat di Kecamatan Tulung Selapan menggunakan bahasa Ogan, namun dialeg masyarakat di masing-masing dusun cukup berbeda antara satu dan lainnya.
6.2 SEJARAH KEPEMIMPINAN DESA
a. Jalal Bin Rugis tanggal 01 mei 1819
b. H. Berumin Bin Jalal tanggal 09 april 1839
c. Galim tanggal 01 februari 1859
d. Kamalidun tanggal 05 juli 1879
e. RozaliBinH.Berumin tanggal 18 februari 1899
f. Aminudin tanggal 03 oktober 1900
g. Abu Bakar Bin Samik tanggal 08 september 1915
h. Samudin tanggal 04 januari 1930
i. Rokhmad tanggal 21 desember 1943
DESA PANANGGOAN DUREN
24
j. Nurjan tanggal 10 mei 1946
k. Zainal Bin Kojat tanggal 6 juni 1968
l. Aguscik Bin Jenal tanggal 17 maret 1969
m. Burlian Saniun tanggal 17 juli 1985
n. Buslah H. Sopa tanggal 24 mei 1995
o. Sopian (PJS) tanggal 25 mei 1995
p. Buslah H. Sopa tanggal 20 agustus 1995
q. Asdeli tanggal 21 september 2008
r. Juanda (PJS) tanggal 06 maret 2015
s. Buslah H. Sopa tanggal 29 oktober 2015 s.d sekarang
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PANANGGOAN DUREN
25
BAB VII
PEMERINTAHAN DAN KEPEMIMPINAN
Sistem pemilihan kepala Desa Penanggoan Duren dilakukan secara langsung oleh warga setempat. Kepala Desa terpilih memiliki masa jabatan selama 6 (enam) tahun dan memiliki peluang untuk dapat menjabat kembali sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut sesuai dengan pilihan masyarakat. Untuk perangkat desa yang terdiri dari kepala dusun, ketua RT dan ketua RW dipilih secara langsung oleh kepala desa.
Dalam struktur kelembagaaan desa, posisi tertinggi dipegang oleh kepala desa. Di bawah kepala Desa terdapat Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). BPD merupakan salah satu badan yang berfungsi untuk membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, termasuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan melakukan pengawasan kinerja kepala Desa. LPM merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan yang berfungsi sebagai mitra kerja pemerintah desa untuk mengelola, merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan menggali swadaya gotong royong masyarakat desa. Dalam membantu pelaksanaan kegiatan di dalam kantor desa, kepala desa dibantu oleh seksi pemerintahan, seksi pembangunan, seksi kesejahteraan dan sekertaris desa. Di tingkat dusun, kepala desa dibantu oleh kepala dusun dan Krtua RT yang terdapat di masing-masing dusun. Meski kepala Desa memegang peranan penting, namun di dalam penyelesaian permasalahan di desa umumnya
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
26
dilakukan dengan cara mufakat untuk mendapatkan solusi terbaik.
Gambar 6. Struktur Kelembagaan Formal Desa Penanggoan Duren
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
26
dilakukan dengan cara mufakat untuk mendapatkan solusi terbaik.
Gambar 6. Struktur Kelembagaan Formal Desa Penanggoan Duren
DESA PANANGGOAN DUREN
27
BAB VIII
KELEMBAGAAN SOSIAL
8.1 Organisasi Sosial Formal
a. Karang Taruna yaitu wadah pengembangan pemuda pemudi di Desa Penanggoan Duren yang dimana bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial.
b. Lembaga Adat yaitu berperan dalam mengatur dan mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan hukum adat di Desa Penanggoan Duren.
c. BPD meruapkan perwakilan dari penduduk Desa Penanggoan Duren yang ditetapkan sebagai pemuka masyarkat dengan cara musyawarah.
d. PKK yaitu organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita dalam sandang, perumahan dan tatalaksana rumah tangga, pengembangan kehidupan berkoperasi, dan perencanaan hidup sehat.
8.2 Organisasi Sosial Informal
a. IRMA (Ikatan Remaja Masjid)
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
28
Organisasi yang menggunakan konsep islam yang pembagian tugas dan wewenang dalam pengurusan salah satu masjid di Desa Penanggoan Duren yang menerapkan kejujuran, keadilam, musyawarah, mufakat, dan gotong royong.
8.3 Jejaring Warga
Gambar 7. Diagram Venn Desa Panggoan Duren
Masyarakat Taruna
Perangkat Desa
Lembaga Adat IRMA
PKK
BPD
Karang
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
28
Organisasi yang menggunakan konsep islam yang pembagian tugas dan wewenang dalam pengurusan salah satu masjid di Desa Penanggoan Duren yang menerapkan kejujuran, keadilam, musyawarah, mufakat, dan gotong royong.
8.3 Jejaring Warga
Gambar 7. Diagram Venn Desa Panggoan Duren
Masyarakat Taruna
Perangkat Desa
Lembaga Adat IRMA
PKK
BPD
Karang
DESA PANANGGOAN DUREN
29
BAB IX
PEREKONOMIAN DESA/KOMUNITAS
9.1 PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
Pendapatan dan belanja Desa Pananggoan Duren dapat dilihat dalam tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Tabel Pendapatan Dan Belanja Desa Pananggoan Duren
No
Bidang/Jenis Kegiatan
Lokasi Volume
Bidang Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
30
I Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
1 Tambahan Penghasilan Tetap Kepala Desa
Desa 1org/thn
2 Tambahan penghasilan tetap sekretaris
Desa 1org/thn
3 Pengadaan Alat Infokus
Desa 1 unit
4
Pegadaan Buku ADM dan ATK Pemerintahan Desa
Desa
20 set
5 Pemeliharaan Motor Dinas
Desa 1 unit
6
Tambahan Penghasilan Tetap Perangkat Desa Kaur Dan Kadus
Desa 7org/th
n
7 Honor Tim Pengelola Kegiatan (TPK)
Desa 3org/thn
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
30
I Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
1 Tambahan Penghasilan Tetap Kepala Desa
Desa 1org/thn
2 Tambahan penghasilan tetap sekretaris
Desa 1org/thn
3 Pengadaan Alat Infokus
Desa 1 unit
4
Pegadaan Buku ADM dan ATK Pemerintahan Desa
Desa
20 set
5 Pemeliharaan Motor Dinas
Desa 1 unit
6
Tambahan Penghasilan Tetap Perangkat Desa Kaur Dan Kadus
Desa 7org/th
n
7 Honor Tim Pengelola Kegiatan (TPK)
Desa 3org/thn
DESA PANANGGOAN DUREN
31
8
Pengadaan Baju Seragam Perangkat Desa RT,RW,LPM,BPD, Karang Taruna
Desa
150org
9
Honor Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD)
Desa 6org/th
n
10 Biaya Jasa Media Dan Publikasi
Desa pertahu
n
11 Biaya Perpustakaan Dan Sudut Baca Desa
Desa 1 unit
12
Peningkatan Kesejahteraan Tim 11 Penyusun RPJMDes
Desa
11org
13
Peningkatan Kesejahteraan Tim 11 Penyusun RPKDes
Desa
11org
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
32
II Pembangunan
Desa
1 Pos Kamling Dusun I - Dusun
V 5 titik
2
Pembangunan Pengadaan Lahan TPU (pemkaman) Dusun I 1 ha
3 Pembangunan POSKEDES
Desa 5 unit
4 Bak Sampah Basah Dan Kering
RW 01-06 100 unit
III Pembinaan
Kemasyarakatan
1 Kegiatan Rapat Desa
Desa 50org
2 Kegiatan Penunjang 10 Program PKK
Desa 20org
3 Pelatihan/Pembinaan Pemuda
RW 01-06 200org
4 Pembentukan TIM Pordes
Desa 5unit
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
32
II Pembangunan
Desa
1 Pos Kamling Dusun I - Dusun
V 5 titik
2
Pembangunan Pengadaan Lahan TPU (pemkaman) Dusun I 1 ha
3 Pembangunan POSKEDES
Desa 5 unit
4 Bak Sampah Basah Dan Kering
RW 01-06 100 unit
III Pembinaan
Kemasyarakatan
1 Kegiatan Rapat Desa
Desa 50org
2 Kegiatan Penunjang 10 Program PKK
Desa 20org
3 Pelatihan/Pembinaan Pemuda
RW 01-06 200org
4 Pembentukan TIM Pordes
Desa 5unit
DESA PANANGGOAN DUREN
33
5 Pelatihan Guru Berkarakter
aula desa 30org
6 Bantuan Kegiatan Program Karang Taruna
Desa 25org
7 Bantuan Pedidikan Warga Tidak Mampu
RW 01-06
100org
8 Pengadaan Sarana Kursi dan Tenda Desa
RW 01-06
25org
9 Pembinaan Remaja Masjid
RW 01-06 100org
10
Kegiatan Peningkatan Pendidikan Keagamaan
RW 01-06
100org
11 Pelatihan Kewirausahaan Karang Taruna
Desa 100org
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
34
12
Pelatihan Kewirausahaan Bengkel roda 2 dan 4
RW 01-06
20org
13
Workshop Peran Perempuan Dalam Kewirausahaan
RW 01-06
15org
14 Pendirian Perpustakaan
RW 01-06 10org
15 Bantuan Beasiswa
RW 01-06 30org
16 Pelatihan Administrasi RT/RW
RW 01-06
30org
17 Pelatihan Administrasi Pemerintahan
RW 01-06
80org
18 Pelatihan RW
RW 01-06 20org
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
34
12
Pelatihan Kewirausahaan Bengkel roda 2 dan 4
RW 01-06
20org
13
Workshop Peran Perempuan Dalam Kewirausahaan
RW 01-06
15org
14 Pendirian Perpustakaan
RW 01-06 10org
15 Bantuan Beasiswa
RW 01-06 30org
16 Pelatihan Administrasi RT/RW
RW 01-06
30org
17 Pelatihan Administrasi Pemerintahan
RW 01-06
80org
18 Pelatihan RW
RW 01-06 20org
DESA PANANGGOAN DUREN
35
Sumber: RPJMDes Tahun 2016-2021
9.2 ASET DESA
Aset Desa Pananggoan Duren bisa dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4. Aset Desa Panggaoan Duren
No Jenis Aset Jumlah
1 Tanah Carik Desa 1 Ha
2 Hutan Bambu 2 Ha
3 Kayu 1 Ha
4 Tanah Hibah Masyarakat 4 Ha
19 Peningkatan Penyuluhan Pertanian
RW 01-06
50org
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
36
5 Sumber Mata Air 30 titik
6 Hutan Rakyat -
7 Irigasi 20 titik
8 Sungai/Solokan 30 titik
Sumber: RPJMDes Tahun 2016-2021
9. 3 MATA PENCAHARIAN UTAMA MASYARAKAT
Rata – rata pendapatan penduduk di Desa Penanggoan Duren ± Rp. 5.000.000, mengapa hal itu bisa terjadi, di karenakan mayoritas penduduk di Desa bekerja di Perkebunan karet. Pendapatan setiap warga tergantung naik turunnya harga karet. Tetapi jika ada penduduk yang mempunyai industri walet maupun dan mempunyai kolam pemancingan maka penghasilan perbulan bisa mencapai ± Rp. 5.000.000 sampai Rp. 8.000.000 perbulan, bahkan ada yang lebih, menurut beberapa penuturan warga. Berikut adalah mata pencaharian di desa penanggoan duren.
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
36
5 Sumber Mata Air 30 titik
6 Hutan Rakyat -
7 Irigasi 20 titik
8 Sungai/Solokan 30 titik
Sumber: RPJMDes Tahun 2016-2021
9. 3 MATA PENCAHARIAN UTAMA MASYARAKAT
Rata – rata pendapatan penduduk di Desa Penanggoan Duren ± Rp. 5.000.000, mengapa hal itu bisa terjadi, di karenakan mayoritas penduduk di Desa bekerja di Perkebunan karet. Pendapatan setiap warga tergantung naik turunnya harga karet. Tetapi jika ada penduduk yang mempunyai industri walet maupun dan mempunyai kolam pemancingan maka penghasilan perbulan bisa mencapai ± Rp. 5.000.000 sampai Rp. 8.000.000 perbulan, bahkan ada yang lebih, menurut beberapa penuturan warga. Berikut adalah mata pencaharian di desa penanggoan duren.
DESA PANANGGOAN DUREN
37
Tabel 5. Mata Pencaharian Di Desa Penanggoan Duren
No Mata Pencaharian Jumlah (Orang)
1 petani pemilik sawah 2300 orang
2 petani penggarap 1300 orang
3 pertukangan 45 orang
4 buruh kebun 306 orang
5 pedagang 50 orang
6 pengemudi/jasa 10 orang
7 PNS 50 orang
8 TNI/POLRI 2 orang
9 pensiunan 8 orang
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
38
10 industri kecil 10 orang
11 buruh industri 10 orang
Sumber: RPJMDes Tahun 2016-2021
Lebih lanjut terkait penjelasan ragam mata pencaharian dan pendapatan, adalah sebagai berikut :
1. Petani Sonor
Budidaya padi sonor adalah sistem pananaman padi secara tradisional. Umumnya sistem bertani sonor dilakukan sekali setahun pada saat kemarau panjang yang berlangsung sekitar 5 – 6 bulan. Konsep penanaman padi sonor dilakukan dengan terlebih dahulu membabat semak, kemudian membakar serasah dengan tujuan untuk mengurangi zat asam. Benih padi lalu ditebar langsung ke areal sawah atau rawa gambut. Perawatan padi sonor cukup mudah karena tidak memerlukan pemupukan, penyiangan gulma dan pemberantasan hama. Petani hanya cukup menyebarkan benih kemudian kembali lagi ketika sudah saatnya panen. Usaha padi sonor di kawasan rawa gambut dilakukan oleh masyarakat Desa Penanggoan Duren sejak tahun 1960-an hingga tahun 2015. Namun, kian hari intensitas budidaya padi sonor semakin menurun disebabkan musim yang tidak menentu dan penetapan peraturan pelarangan membakar di lahan gambut.
39
2. Petani Karet
Kegiatan utama masyarakat Desa Penanggoan Duren yaitu menyadap karet. Kegiatan ini berlangsung jauh sebelum Indonesia merdeka dan dilakukan di kawasan tanah mineral atau oleh masyarakat setempat disebut sebagai kawasan “talang”. Dari kegiatan menyadap karet masyarakat dapat membiayai kehidupan sehari-hari dan juga menyekolahkan anak. Hingga saat ini bertani karet masih menjadi mata pencaharian utama masyarakat Desa Penanggoan Duren, karena karet cenderung mudah pemeliharaannya dan dapat dipanen setiap hari.
Perkebunan karet masyarakat Desa Penanggoan Duren tidak hanya terdapat di dalam desa saja tapi ada juga masyarakat yang memiliki perkebunan karet di luar kawasan desa. Untuk menuju ke kawasan perkebunan karet, masyarakat menggunakan motor sebagai moda transportasi utama menuju ke lokasi perkebunan dan juga untuk mengangkut hasil karet. Tanaman karet merupakan jenis tanaman tahunan yang memiliki usia produktif hingga 30 tahun. Jenis tanaman ini menghasilkan getah karet yang digunakan sebagai bahan baku industri karet. Karet terbentuk dari penggumpalan tanaman karet (lateks). Pohon karet normalnya dapat disadap ketika berusia 5 tahun. Satu hektar kebun karet rata-rata terdiri dari 500 pohon karet. Di Desa Penanggoan Duren, sebelum usia 5 tahun, pohon karet terus diberikan perawatan berupa pupuk sebanyak
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
38
10 industri kecil 10 orang
11 buruh industri 10 orang
Sumber: RPJMDes Tahun 2016-2021
Lebih lanjut terkait penjelasan ragam mata pencaharian dan pendapatan, adalah sebagai berikut :
1. Petani Sonor
Budidaya padi sonor adalah sistem pananaman padi secara tradisional. Umumnya sistem bertani sonor dilakukan sekali setahun pada saat kemarau panjang yang berlangsung sekitar 5 – 6 bulan. Konsep penanaman padi sonor dilakukan dengan terlebih dahulu membabat semak, kemudian membakar serasah dengan tujuan untuk mengurangi zat asam. Benih padi lalu ditebar langsung ke areal sawah atau rawa gambut. Perawatan padi sonor cukup mudah karena tidak memerlukan pemupukan, penyiangan gulma dan pemberantasan hama. Petani hanya cukup menyebarkan benih kemudian kembali lagi ketika sudah saatnya panen. Usaha padi sonor di kawasan rawa gambut dilakukan oleh masyarakat Desa Penanggoan Duren sejak tahun 1960-an hingga tahun 2015. Namun, kian hari intensitas budidaya padi sonor semakin menurun disebabkan musim yang tidak menentu dan penetapan peraturan pelarangan membakar di lahan gambut.
39
2. Petani Karet
Kegiatan utama masyarakat Desa Penanggoan Duren yaitu menyadap karet. Kegiatan ini berlangsung jauh sebelum Indonesia merdeka dan dilakukan di kawasan tanah mineral atau oleh masyarakat setempat disebut sebagai kawasan “talang”. Dari kegiatan menyadap karet masyarakat dapat membiayai kehidupan sehari-hari dan juga menyekolahkan anak. Hingga saat ini bertani karet masih menjadi mata pencaharian utama masyarakat Desa Penanggoan Duren, karena karet cenderung mudah pemeliharaannya dan dapat dipanen setiap hari.
Perkebunan karet masyarakat Desa Penanggoan Duren tidak hanya terdapat di dalam desa saja tapi ada juga masyarakat yang memiliki perkebunan karet di luar kawasan desa. Untuk menuju ke kawasan perkebunan karet, masyarakat menggunakan motor sebagai moda transportasi utama menuju ke lokasi perkebunan dan juga untuk mengangkut hasil karet. Tanaman karet merupakan jenis tanaman tahunan yang memiliki usia produktif hingga 30 tahun. Jenis tanaman ini menghasilkan getah karet yang digunakan sebagai bahan baku industri karet. Karet terbentuk dari penggumpalan tanaman karet (lateks). Pohon karet normalnya dapat disadap ketika berusia 5 tahun. Satu hektar kebun karet rata-rata terdiri dari 500 pohon karet. Di Desa Penanggoan Duren, sebelum usia 5 tahun, pohon karet terus diberikan perawatan berupa pupuk sebanyak
DESA PANANGGOAN DUREN
39
2. Petani Karet
Kegiatan utama masyarakat Desa Penanggoan Duren yaitu menyadap karet. Kegiatan ini berlangsung jauh sebelum Indonesia merdeka dan dilakukan di kawasan tanah mineral atau oleh masyarakat setempat disebut sebagai kawasan “talang”. Dari kegiatan menyadap karet masyarakat dapat membiayai kehidupan sehari-hari dan juga menyekolahkan anak. Hingga saat ini bertani karet masih menjadi mata pencaharian utama masyarakat Desa Penanggoan Duren, karena karet cenderung mudah pemeliharaannya dan dapat dipanen setiap hari.
Perkebunan karet masyarakat Desa Penanggoan Duren tidak hanya terdapat di dalam desa saja tapi ada juga masyarakat yang memiliki perkebunan karet di luar kawasan desa. Untuk menuju ke kawasan perkebunan karet, masyarakat menggunakan motor sebagai moda transportasi utama menuju ke lokasi perkebunan dan juga untuk mengangkut hasil karet. Tanaman karet merupakan jenis tanaman tahunan yang memiliki usia produktif hingga 30 tahun. Jenis tanaman ini menghasilkan getah karet yang digunakan sebagai bahan baku industri karet. Karet terbentuk dari penggumpalan tanaman karet (lateks). Pohon karet normalnya dapat disadap ketika berusia 5 tahun. Satu hektar kebun karet rata-rata terdiri dari 500 pohon karet. Di Desa Penanggoan Duren, sebelum usia 5 tahun, pohon karet terus diberikan perawatan berupa pupuk sebanyak
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
40
50kg/ha setiap tiga bulan sekali. Setelah 5 tahun, pemberian pupuk dapat dikurangi sedikit demi sedikit. Perawatan lain yang penting untuk dilakukan yaitu pembersihan rumput yang ada di sekitar pohon. Di usia pohon 1 – 3 tahun biasanya di sela-sela jarak antar tanaman karet, masyarakat menanam tanaman jenis lain seperti ubi, nanas atau pisang. Menurut keterangan masyarakat setempat, setelah 3 tahun, tidak boleh lagi ada tanaman lain di dekat pohon karet karena akan menghambat pertumbuhan karet.
Penyadapan karet dilakukan setiap hari dengan menggunakan pahat, sementara di bagian bawah digunakan mangkok kecil untuk menampung tetesan getah karet. Jika tidak hujan, kegiatan penyadapan karet biasanya dilakukan selama seminggu penuh dimulai dari jam 6 hingga jam 11 siang. Sementara pada musim hujan, kadang beberapa petani karet memilih tidak menyadap karena getah karet meleleh terkena air hujan. Namun ada pula beberapa petani karet yang memilih memulai waktu penyadapan lebih awal karena harus melumurkan obat ke tiap-tiap batang karet sehingga getah karet bisa mengeras meski terkena air hujan. Biasanya karet yang disadap dikumpulkan dan dijual ke pengepul karet setiap seminggu sekali. Karet yang setiap hari diperoleh disimpan dan dicetak menggunakan cetakan berbentuk kotak (slab). Satu cetakan kecil memiliki kapasitas 50 kg, sedangkan cetakan besar berkapasitas 100 kg. Semakin lama karet disimpan, semakin tinggi harganya karena kadar air yang semakin berkurang. Dalam kondisi basah dan berwarna putih biasanya
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
40
50kg/ha setiap tiga bulan sekali. Setelah 5 tahun, pemberian pupuk dapat dikurangi sedikit demi sedikit. Perawatan lain yang penting untuk dilakukan yaitu pembersihan rumput yang ada di sekitar pohon. Di usia pohon 1 – 3 tahun biasanya di sela-sela jarak antar tanaman karet, masyarakat menanam tanaman jenis lain seperti ubi, nanas atau pisang. Menurut keterangan masyarakat setempat, setelah 3 tahun, tidak boleh lagi ada tanaman lain di dekat pohon karet karena akan menghambat pertumbuhan karet.
Penyadapan karet dilakukan setiap hari dengan menggunakan pahat, sementara di bagian bawah digunakan mangkok kecil untuk menampung tetesan getah karet. Jika tidak hujan, kegiatan penyadapan karet biasanya dilakukan selama seminggu penuh dimulai dari jam 6 hingga jam 11 siang. Sementara pada musim hujan, kadang beberapa petani karet memilih tidak menyadap karena getah karet meleleh terkena air hujan. Namun ada pula beberapa petani karet yang memilih memulai waktu penyadapan lebih awal karena harus melumurkan obat ke tiap-tiap batang karet sehingga getah karet bisa mengeras meski terkena air hujan. Biasanya karet yang disadap dikumpulkan dan dijual ke pengepul karet setiap seminggu sekali. Karet yang setiap hari diperoleh disimpan dan dicetak menggunakan cetakan berbentuk kotak (slab). Satu cetakan kecil memiliki kapasitas 50 kg, sedangkan cetakan besar berkapasitas 100 kg. Semakin lama karet disimpan, semakin tinggi harganya karena kadar air yang semakin berkurang. Dalam kondisi basah dan berwarna putih biasanya
DESA PANANGGOAN DUREN
41
karet dihargai sekitar Rp 6,000 – Rp 7,000 per kg, sedangkan dalam kondisi kurang air atau kering, karet bisa dihargai sekitar Rp 7,000 – 8,000 per kg. Harga ini cukup rendah dibandingkan dengan harga karet 5 – 10 tahun lalu dimana harga karet saat itu sekitar Rp 12,000 – Rp 15,000 per kg.
Bibit karet yang ditanam oleh warga sebagian diperoleh dari dinas perkebunan juga berasal dari masyarakat sendiri.Meski rutin memperoleh bantuan setiap tahun, namun sebagian besar masyarakat memilih untuk membeli sendiri bibit pohon karet. Satu bibit pohon karet dengan ketinggian 40 – 50 cm dengan kualitas sedang dapat diperoleh seharga Rp 6,000/bibit. Hal ini disebabkan karena hasil karet dari bibit karet bantuan pemerintah kurang memuaskan. Perhitungan penghasilan budidaya karet di Desa Penanggoan Duren diketahui bahwa modal selama 5 tahun hingga pohon karet dapat dipanen yaitu sebesar Rp 16,725,000. Ketika panen awal karet penghasilan kotor yang dapat diperoleh yaitu Rp 44,400,000/ha/tahun dengan menggunakan asumsi harga karet Rp 6,000/kg. Jika dikurangi dengan biaya operasional dan peralatan yang digunakan selama setahun yaitu Rp. 11,251,000/ha/tahun, maka diperoleh nilai penghasilan bersih sebesar Rp 33,149,000/ha/tahun. Perhitungan ini berdasarkan asumsi jumlah hari efektif penyadapan karet pertahun. Dari wawancara yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa jika hari hujan, maka masyarakat mengambil karet efektifnya hanya 4 hari dalam seminggu dengan total berat karet 250 kg/minggu. Sedangkan
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
42
ketika musim kemarau penyadapan karet dilakukan setiap hari namun dengan total berat karet 150 kg/minggu. Berkurangnya berat karet ketika musim kemarau dipengaruhi oleh kurangnya air pada musim kemarau yang berpengaruh terhadap produktivitas karet.
Permasalahan utama yang dihadapi petani karet di desa yakni harga karet yang cenderung sangat rendah. Turunnya harga karet di Desa Pananggoan Duren diakibatkan oleh panjangnya rantai pasar, kualitas Bahan Olah Karet (BOKAR) yang kurang baik dan frekuensi penjualan BOKAR yang cukup sering (biasanya 3 kali – 1 minggu sekali).
Pola pemasaran bahan baku karet di Desa Penanggoan Duren tergolong pola pemasaran tradisional. Dari gambar 7 terlihat bahwa pola distribusi pemasaran karet dari petani karet ke pedagang/pengumpul/tengkulak yag ada di desa, pedagang besar dan ke pabrik pengolahan karet. Namun rantai pemasaran juga ada yang dari petani karet langsung ke pedagang besar. Sementara pedagang/pengumpul/tengkulak ada yang tidak menjual karetnya ke pedagang besar tapi langsung ke pabrik pengolahan karet.
Gambar 8. Rantai Pasar Karet di Desa Penanggoan Duren
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
42
ketika musim kemarau penyadapan karet dilakukan setiap hari namun dengan total berat karet 150 kg/minggu. Berkurangnya berat karet ketika musim kemarau dipengaruhi oleh kurangnya air pada musim kemarau yang berpengaruh terhadap produktivitas karet.
Permasalahan utama yang dihadapi petani karet di desa yakni harga karet yang cenderung sangat rendah. Turunnya harga karet di Desa Pananggoan Duren diakibatkan oleh panjangnya rantai pasar, kualitas Bahan Olah Karet (BOKAR) yang kurang baik dan frekuensi penjualan BOKAR yang cukup sering (biasanya 3 kali – 1 minggu sekali).
Pola pemasaran bahan baku karet di Desa Penanggoan Duren tergolong pola pemasaran tradisional. Dari gambar 7 terlihat bahwa pola distribusi pemasaran karet dari petani karet ke pedagang/pengumpul/tengkulak yag ada di desa, pedagang besar dan ke pabrik pengolahan karet. Namun rantai pemasaran juga ada yang dari petani karet langsung ke pedagang besar. Sementara pedagang/pengumpul/tengkulak ada yang tidak menjual karetnya ke pedagang besar tapi langsung ke pabrik pengolahan karet.
Gambar 8. Rantai Pasar Karet di Desa Penanggoan Duren
DESA PANANGGOAN DUREN
43
Pemasaran di dalam desa memang masih berdasarkan berat basah. Rata-rata getah karet yang diperoleh setiap harinya disimpan selama seminggu oleh petani karet sebelum dijual ke padagang/pengumpul/tengkulak. Selama waktu tersebut, Kadar Karet Kering (KKK) yang dihasilkan petani sekitar 45 – 50%, selebihnya berupa air dan kotoran.
9.3 MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT
Dari survei dan wawancara yang dilakukan diketahui terdapat beberapa mata pencaharian alternatif masyarakat yang terdapat di Desa Penanggoan Duren, diantaranya: pengusaha pengolahan kayu, pengrajin keripik, pengrajin arang dan pencari ikan. Beberapa mata pencaharian ini berdasarkan potensi sumber daya alam yang ada di Desa Penanggoan Duren.
Gambar 9. Peta Indikatif Sumber Penghidupan Desa Penanggoan Duren (Sumber: Hasil Survey (2017) dan Pemetaan Partisipatif (2017))
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
44
Pengusaha pengolahan kayu mendapatkan bahan baku kayu yang berasal dari Desa Penanggoan Duren seperti kayu setul, karet, leban dan sungkay (sejenis jati, biasanya digunakan sebagai bahan baku lemari). Apabila kebutuhan kayu tidak didapatkan di dalam desa, pengolah kayu biasanya mencari kayu di luar desa. Masyarakat yang memiliki kebun biasanya menjual kayu di dalam kebunnya 3 – 5 barang ke pengolah kayu.
Pengusaha pengolahan kayu biasanya memiliki beberapa pekerja sekitar 5 orang yang digaji sekitar Rp 80,000/orang/hari. Dalam waktu 1 hari biasanya pengolah kayu dapat membuat hingga 5 m3 papan dan 5 m3 balok. Ukuran papan maupun balok disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku. Rata-rata pendapatan kotor pengusaha kayu yaitu sekitar Rp 5,000,000. Jika dipotong dengan biaya operasioal termasuk gaji pegawai, pengusaha kayu dapat memperoleh rata-rata pendapatan senilai Rp2,000,000. Dalam menjalankan usahanya pengusaha kayu yang berada di Desa Penanggoan Duren belum pernah mendapatkan pelatihan.
Pemasaran kayu olahan di Desa Penanggoan Duren terdiri dari penjual kayu, masyarakat yang langsung menjual kayu, pengolah kayu, dan kemudian masyarakat desa. Hingga saat ini pola pemasaran kayu olahan masih sebatas di dalam desa. Pengolah kayu umumya mendapatkan kayu dari penjual kayu baik yang berada di dalam maupun dari luar desa. Masyarakat yang menjual kayu menjual kayu sekitar 4 -5 batang yang diperoleh dari kebunnya sendiri.
Gambar 10. Alur Pasar Desa Penanggoan Duren
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
44
Pengusaha pengolahan kayu mendapatkan bahan baku kayu yang berasal dari Desa Penanggoan Duren seperti kayu setul, karet, leban dan sungkay (sejenis jati, biasanya digunakan sebagai bahan baku lemari). Apabila kebutuhan kayu tidak didapatkan di dalam desa, pengolah kayu biasanya mencari kayu di luar desa. Masyarakat yang memiliki kebun biasanya menjual kayu di dalam kebunnya 3 – 5 barang ke pengolah kayu.
Pengusaha pengolahan kayu biasanya memiliki beberapa pekerja sekitar 5 orang yang digaji sekitar Rp 80,000/orang/hari. Dalam waktu 1 hari biasanya pengolah kayu dapat membuat hingga 5 m3 papan dan 5 m3 balok. Ukuran papan maupun balok disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku. Rata-rata pendapatan kotor pengusaha kayu yaitu sekitar Rp 5,000,000. Jika dipotong dengan biaya operasioal termasuk gaji pegawai, pengusaha kayu dapat memperoleh rata-rata pendapatan senilai Rp2,000,000. Dalam menjalankan usahanya pengusaha kayu yang berada di Desa Penanggoan Duren belum pernah mendapatkan pelatihan.
Pemasaran kayu olahan di Desa Penanggoan Duren terdiri dari penjual kayu, masyarakat yang langsung menjual kayu, pengolah kayu, dan kemudian masyarakat desa. Hingga saat ini pola pemasaran kayu olahan masih sebatas di dalam desa. Pengolah kayu umumya mendapatkan kayu dari penjual kayu baik yang berada di dalam maupun dari luar desa. Masyarakat yang menjual kayu menjual kayu sekitar 4 -5 batang yang diperoleh dari kebunnya sendiri.
Gambar 10. Alur Pasar Desa Penanggoan Duren
DESA PANANGGOAN DUREN
45
Sisa kayu dari pengolahan kayu biasanya dimanfaatkan untuk membuat arang oleh orang lain. Lokasi pengolahan arang letaknya berdampingan dengan lokasi pengolahan kayu. Pengolahan arang biasanya dilakukan oleh orang lain dengan sistem bagi hasil sebesar 40% yang dibagikan kepada pemilik kayu dan 60% untuk pengolah arang. Dalam 1 bulan biasanya pembuatan arang dilakukan sebanyak 2 – 3 kali, tergantung ketersediaan bahan baku. Sekali pembuatan, rata-rata dihasilkan arang sebanyak 25 karung dengan kapasitas 50 kg/karung. Satu karung arang dihargai sebesar Rp 15,000. Apabila bahan baku cukup banyak, dalam sebulan dapat dihasilkan 75 karung arang. Arang ini dipasarkan di dalam desa dan Kota Palembang untuk rumah-rumah makan yang menggunakan bahan baku arang untuk memasak makanan.
Selain pengusaha pengolahan kayu dan pembuat arang, alternatif mata pencaharian lain yang ditemukan di desa yaitu pembuatan keripik ubi. Pembuatan keripik berbahan dasar ubi
Gambar 11 Alur Produksi dan Pemasaran Arang Desa Penanggoan Duren
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
46
menjadi salah satu alternative dikarenakan jenis tanaman ini menjadi tanaman yang paling dominan ditanam berdampingan dengan tanaman karet yang baru peremajaan. Satu siklus pertumbuhan ubi kayu membutuhkan waktu 6 bulan. Setelah dipanen, bibit baru akan ditanam kembali, begitu seterusnya hingga mencapai 3 tahun. Untuk memenuhi produksinya, biasanya penjual keripik harus mencari atau membeli bahan dari pedagang ubi kayu. Pemasaran keripik ubi biasanya dijual di dalam desa.
Kondisi rawa gambut yang terdapat di Desa Penanggoan Duren masih cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari masih lebatnya hutan rawa gambut dan masih banyak jenis ikan yang dapat diperoleh. Jenis ikan yang diperoleh yaitu; ikan gabus, ruwan, betok, dan sepat. Meski dikategorikan masih cukup baik, namun dari interview yang dilakukan kondisi rawa gambut di Desa Penanggoan Duren cukup berbeda dibandingkan 10 – 20 tahun yang lalu dimana perusahaan kelapa sawit belum masuk ke dalam desa. Perubahan yang paling dirasakan oleh masyarakat yaitu berkurangnya jumlah ikan tangkapan. Di samping itu, ketika musim hujan lahan rawa mudah sekali mengalami banjir, sedangkan di musim kemarau lahan tersebut mudah sekali kering dan terbakar.
Mencari ikan biasanya dilakukan oleh masyarakat ketika musim hujan atau ketika musim hujan berakhir dimana air di lahan rawa gambut mulai surut. Pencarian ikan dilakukan di rawa gambut dengan menggunakan ketek/kolek (perahu kecil) yang berjarak sekitar 2 km dari tanah mineral. Untuk Ketika musim hujan tiba, pencari ikan biasanya meletakkan beberapa buah bubu/perangkap yang akan ditengok setiap seminggu
Gambar 12. Alur Pasar Keripik Ubi
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
46
menjadi salah satu alternative dikarenakan jenis tanaman ini menjadi tanaman yang paling dominan ditanam berdampingan dengan tanaman karet yang baru peremajaan. Satu siklus pertumbuhan ubi kayu membutuhkan waktu 6 bulan. Setelah dipanen, bibit baru akan ditanam kembali, begitu seterusnya hingga mencapai 3 tahun. Untuk memenuhi produksinya, biasanya penjual keripik harus mencari atau membeli bahan dari pedagang ubi kayu. Pemasaran keripik ubi biasanya dijual di dalam desa.
Kondisi rawa gambut yang terdapat di Desa Penanggoan Duren masih cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari masih lebatnya hutan rawa gambut dan masih banyak jenis ikan yang dapat diperoleh. Jenis ikan yang diperoleh yaitu; ikan gabus, ruwan, betok, dan sepat. Meski dikategorikan masih cukup baik, namun dari interview yang dilakukan kondisi rawa gambut di Desa Penanggoan Duren cukup berbeda dibandingkan 10 – 20 tahun yang lalu dimana perusahaan kelapa sawit belum masuk ke dalam desa. Perubahan yang paling dirasakan oleh masyarakat yaitu berkurangnya jumlah ikan tangkapan. Di samping itu, ketika musim hujan lahan rawa mudah sekali mengalami banjir, sedangkan di musim kemarau lahan tersebut mudah sekali kering dan terbakar.
Mencari ikan biasanya dilakukan oleh masyarakat ketika musim hujan atau ketika musim hujan berakhir dimana air di lahan rawa gambut mulai surut. Pencarian ikan dilakukan di rawa gambut dengan menggunakan ketek/kolek (perahu kecil) yang berjarak sekitar 2 km dari tanah mineral. Untuk Ketika musim hujan tiba, pencari ikan biasanya meletakkan beberapa buah bubu/perangkap yang akan ditengok setiap seminggu
Gambar 12. Alur Pasar Keripik Ubi
DESA PANANGGOAN DUREN
47
sekali. Setiap minggu ikan yang diperoleh berkisar 2 – 3 kg. Ikan yang diperoleh tersebut biasanya hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Terkadang jika ada sisa, ikan akan diolah menjadi ikan asin dan dijual ke pasar seharga Rp 15,000/kg. Dari wawancara yang dilakukan, rata-rata produksi ikan asin sebulan hanya dapat mencapai 2 kg.
Saat ini ikan rawa gambut yang diperoleh nelayan rawa gambut masih sebatas untuk konsumsi sendiri dan sebagian lagi dijual. Umumnya ikan yang akan dijual sebelumnya diolah menjadi ikan asin terlebih dahulu. Gambar dibawah memperlihatkan alur sederhana penjualan ikan di Desa Penanggoan Duren. Ikan yang diperoleh, diolah kemudian dijual ke pasar. Terkadang ikan yang diperoleh juga dibeli langsung di rumah nelayan.
Kegiatan mata pencaharian lain yang saat ini semakin banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Penanggoan Duren yaitu budidaya burung walet. Biasanya masyarakat menggunakan bagian rumah mereka untuk dijadikan sarang walet. Untuk pembangunan sarang burung dibutuhkan modal sekitar Rp 40,000,000 – Rp 50,000,000. Sementara sarang walet dihargai sebesar Rp 20,000,0000/kg. Hingga saat ini pemasaran sarang burung walet di Desa Penanggoan Duren mencakup petani/peternak walet, tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pengusaha/eksportir. Rantai pemasaran ini terbilang cukup panjang sehingga berpotensi menyebabkan turunnya harga sarang walet.
Gambar 13. Alur Pasar Ikan Rawa Gambut
Gambar 14. Rantai Pemasaran Sarang Burung Walet
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
48
BAB X
PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN TANAH DAN SUMBER DAYA ALAM
10.1 POLA PENGUASAAN TANAH, BADAN AIR, HUTAN DAN SUMBER DAYA ALAM LAIN
Di Desa Penanggoan Duren saat ini mengenal dan menggunakan dua pola yaitu penguasaan komunal terhadap badan air, hutan dan sumber daya alam serta penguasaan individu terhadap tanah. Rata-rata masyarakat Desa Pananggoan Duren memiliki tanah atau lahan seluas 2 ha setiap keluarga.
Tata guna lahan di Desa Pananggoan Duren terdiri dari tanah carik desa sebesar 2 ha, kemudian lahan persawahan yang hampir mencapai 3.785 ha, tanah perkebunan sebesar 7.315 ha. Di desa juga terdapat rencana perkebunana sawit yaitu PT. Bintang Harapan Palma (BHP), selain itu terdapat konsensi PT Bumi Mekar Hijau (BMH) yang juga bersentuhan dengan Desa Tulung Seluang, Desa Lebung Itam dan Jadi Mulya yaitu. Total PT BMH di Desa Pananggoan Duren yaitu sebesar 3.894 ha (Sumber : Pengolahan Data Spasial Kawasan Hutan dan Perizinan Tim DPG BRG).
10.2 KONFLIK TENURIAL
Implementasi tahapan restorasi di Desa Penanggoan Duren cukup dinamis dengan adanya beberapa konflik yang terjadi.
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
48
BAB X
PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN TANAH DAN SUMBER DAYA ALAM
10.1 POLA PENGUASAAN TANAH, BADAN AIR, HUTAN DAN SUMBER DAYA ALAM LAIN
Di Desa Penanggoan Duren saat ini mengenal dan menggunakan dua pola yaitu penguasaan komunal terhadap badan air, hutan dan sumber daya alam serta penguasaan individu terhadap tanah. Rata-rata masyarakat Desa Pananggoan Duren memiliki tanah atau lahan seluas 2 ha setiap keluarga.
Tata guna lahan di Desa Pananggoan Duren terdiri dari tanah carik desa sebesar 2 ha, kemudian lahan persawahan yang hampir mencapai 3.785 ha, tanah perkebunan sebesar 7.315 ha. Di desa juga terdapat rencana perkebunana sawit yaitu PT. Bintang Harapan Palma (BHP), selain itu terdapat konsensi PT Bumi Mekar Hijau (BMH) yang juga bersentuhan dengan Desa Tulung Seluang, Desa Lebung Itam dan Jadi Mulya yaitu. Total PT BMH di Desa Pananggoan Duren yaitu sebesar 3.894 ha (Sumber : Pengolahan Data Spasial Kawasan Hutan dan Perizinan Tim DPG BRG).
10.2 KONFLIK TENURIAL
Implementasi tahapan restorasi di Desa Penanggoan Duren cukup dinamis dengan adanya beberapa konflik yang terjadi.
Badan Restorasi Gambut
DESA PANANGGOAN DUREN
48
BAB X
PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN TANAH DAN SUMBER DAYA ALAM
10.1 POLA PENGUASAAN TANAH, BADAN AIR, HUTAN DAN SUMBER DAYA ALAM LAIN
Di Desa Penanggoan Duren saat ini mengenal dan menggunakan dua pola yaitu penguasaan komunal terhadap badan air, hutan dan sumber daya alam serta penguasaan individu terhadap tanah. Rata-rata masyarakat Desa Pananggoan Duren memiliki tanah atau lahan seluas 2 ha setiap keluarga.
Tata guna lahan di Desa Pananggoan Duren terdiri dari tanah carik desa sebesar 2 ha, kemudian lahan persawahan yang hampir mencapai 3.785 ha, tanah perkebunan sebesar 7.315 ha. Di desa juga terdapat rencana perkebunana sawit yaitu PT. Bintang Harapan Palma (BHP), selain itu terdapat konsensi PT Bumi Mekar Hijau (BMH) yang juga bersentuhan dengan Desa Tulung Seluang, Desa Lebung Itam dan Jadi Mulya yaitu. Total PT BMH di Desa Pananggoan Duren yaitu sebesar 3.894 ha (Sumber : Pengolahan Data Spasial Kawasan Hutan dan Perizinan Tim DPG BRG).
10.2 KONFLIK TENURIAL
Implementasi tahapan restorasi di Desa Penanggoan Duren cukup dinamis dengan adanya beberapa konflik yang terjadi.
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
49
Meski demikian, tahapan restorasi tetap dapat dijalankan termasuk hingga pembentukan POKMAS. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang dilakukan oleh tokoh berpengaruh dan karakter masyarakat yang masih mengutamakan musyawarah, terbuka dengan hal-hal baru, serta dibarengi dengan keinginan yang kuat untuk mengelola kawasan gambut. Selain itu, dipengaruhi oleh adanya kesadaran yang tinggi bahwa lahan rawa gambut memiliki potensi ekonomi namun juga rentan untuk dibuka.
Saat ini Desa Penanggoan Duren terdapak potensi konflik, hal ini dikarenakan perbedaan keinginan antara beberapa kelompok. Sebagian kelompok menginginkan bisa bekerja sama dengan PT . Bintang Harapan Palma (BHP), sementara kelompok lain menginginkan agar rawa gambut tidak dikelola oleh perusahaan tetapi dikelola oleh masyarakat sendiri. PT . Bintang Harapan Palma (BHP) pun menyatakan bahwa mereka sudah mengantongi izin dari bupati, tetapi hingga saat ini belum ada warga yang melihat secara langsung. Kelompok yang menolak pun beraliansi dengan AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) untuk memperkuat gerakan dalam menolak perkebunan kelapa sawit di wilayah Desa Pananggoan Duren.
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
49
Meski demikian, tahapan restorasi tetap dapat dijalankan termasuk hingga pembentukan POKMAS. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang dilakukan oleh tokoh berpengaruh dan karakter masyarakat yang masih mengutamakan musyawarah, terbuka dengan hal-hal baru, serta dibarengi dengan keinginan yang kuat untuk mengelola kawasan gambut. Selain itu, dipengaruhi oleh adanya kesadaran yang tinggi bahwa lahan rawa gambut memiliki potensi ekonomi namun juga rentan untuk dibuka.
Saat ini Desa Penanggoan Duren terdapak potensi konflik, hal ini dikarenakan perbedaan keinginan antara beberapa kelompok. Sebagian kelompok menginginkan bisa bekerja sama dengan PT . Bintang Harapan Palma (BHP), sementara kelompok lain menginginkan agar rawa gambut tidak dikelola oleh perusahaan tetapi dikelola oleh masyarakat sendiri. PT . Bintang Harapan Palma (BHP) pun menyatakan bahwa mereka sudah mengantongi izin dari bupati, tetapi hingga saat ini belum ada warga yang melihat secara langsung. Kelompok yang menolak pun beraliansi dengan AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) untuk memperkuat gerakan dalam menolak perkebunan kelapa sawit di wilayah Desa Pananggoan Duren.
DESA PANANGGOAN DUREN
50
BAB XI
PROGRAM DAN KEGIATAN RESTORASI
Keberadaan lahan basah memiliki arti penting sebagai daerah tangkapan air, regulator perubahan iklim, penyimpan cadangan karbon, dan rumah bagi keanekaragaman hayati. Tahun 2015 merupakan tahun dimana bencana kebakaran terjadi sebagian besar di lahan monokultur yang terletak di lahan gambut tidak terkecuali di lahan gambut Desa Penanggoan Duren. Kebakaran yang terjadi menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Kegiatan sonor yang masih dilakukan masyarakat saat itu, pembukaan kanal oleh perusahaan HTI, PT. Bumi Mekar Hijau (BMH) yang merupakan pengelola HTI dan menanam akasia, dan cuaca yang cukup ekstrim menyebabkan rentannya kebakaran terjadi di lahan rawa gambut Desa Penanggoan Duren. Kebakaran yang terjadi tidak hanya menyebabkan hilangnya flora dan fauna, tapi juga menyebabkan hilangnya sumber mata pencaharian masyarakat setempat.
Berdasarkan kondisi tersebut, tahun 2015 pemerintah membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG) yang fokus terhadap upaya perbaikan ekosistem gambut di Indonesia melalui pendekatan 3R yaitu; pembasahan kembali (rewetting), penanaman kembali jenis-jenis tanaman asli gambut (revegetasi), dan revitalisasi (revitalization of people livelihood). Kegiatan restorasi gambut mengacu pada Peraturan Kepala Badan Restorasi Gambut P.6/KB BRG-SB/12/2016. Di dalam peraturan tersebut di tetapkan skema tahapan restorasi yang diuraikan sebagai berikut:
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
51
1) Komunikasi dengan pihak utama di tingkat provinsi dan kabupaten, yaitu Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD), pemerintah daerah dan pemerintah provinsi, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) provinsi dan kabupaten.
2) Komunikasi dengan stakeholder utama di wilayah Kecamatan dan desa.
3) Fasilitator Desa (Fasdes) masuk ke desa untuk mempersiapkan kondisi desa agar siap dengan pelaksanaan Restorasi R1, R2, dan R3.
4) Persiapan desa siap dengan kegiatan restorasi dengan tahapan:
a. Sosialisasi terkait kegiatan restorasi (R1, R2, dan R3) di tingkat desa
b. Pemetaan sosial dilakukan oleh Fasdes bersama-sama masyarakat secara partisipatori.
c. Padiatapa (FPIC) dengan catatan kegiatan restorasi sudah dipastikan akan masuk ke desa.
d. Peningkatan kapasitas masyarakat desa melalui berbagai kegiatan diantaranya adalah:
Persiapan, pendampingan, dan pembuatan Peraturan Desa (PERDES) terkait restorasi.
Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) melalui mekanisme Desa Peduli Gambut (DPG) dan forum.
e. Pembuatan Kelompok Masyarakat (POKMAS)
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
51
1) Komunikasi dengan pihak utama di tingkat provinsi dan kabupaten, yaitu Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD), pemerintah daerah dan pemerintah provinsi, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) provinsi dan kabupaten.
2) Komunikasi dengan stakeholder utama di wilayah Kecamatan dan desa.
3) Fasilitator Desa (Fasdes) masuk ke desa untuk mempersiapkan kondisi desa agar siap dengan pelaksanaan Restorasi R1, R2, dan R3.
4) Persiapan desa siap dengan kegiatan restorasi dengan tahapan:
a. Sosialisasi terkait kegiatan restorasi (R1, R2, dan R3) di tingkat desa
b. Pemetaan sosial dilakukan oleh Fasdes bersama-sama masyarakat secara partisipatori.
c. Padiatapa (FPIC) dengan catatan kegiatan restorasi sudah dipastikan akan masuk ke desa.
d. Peningkatan kapasitas masyarakat desa melalui berbagai kegiatan diantaranya adalah:
Persiapan, pendampingan, dan pembuatan Peraturan Desa (PERDES) terkait restorasi.
Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) melalui mekanisme Desa Peduli Gambut (DPG) dan forum.
e. Pembuatan Kelompok Masyarakat (POKMAS)
DESA PANANGGOAN DUREN
52
sebagai kelompok legal yang nantinya akan berhubungan dengan kegiatan restorasi (R1, R2, dan R3) serta secara administrasi menerima seluruh kegiatan restorasi. Pokmas ini minimal 15 orang dan bekerja secara swakelola. Pokmas bisa berasal dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang sudah ada namun jika kegiatan Gapoktan sudah banyak maka POKMAS dibentuk tersendiri
f. Pendampingan POKMAS
5) Kegiatan Restorasi masuk dan berjalan.
6) Pendampingan. Kegiatan dilakukan oleh tenaga ahli untuk R1 dan R2 ketika kegiatan restorasi masuk. Pada saat yang sama dilakukan pula simulasi dan pelaporan agar kedepannya masyarakat sudah bisa menjalankan kegiatan restorasi sendiri/ mandiri.
Dalam prakteknya pada saat pendampingan juga dilakukan pelatihan manajemen pelaporan keuangan terkait dana kegiatan restorasi. Dari beberapa tahapan restorasi yang diuraikan, Desa Penanggoan Duren telah melakukan restorasi hingga ke tahapan Nomor 5. Meski demikian, dalam implementasinya fasdes sebagai eksekutor belum dapat meingimplementasikan pembuatan Perdes terkait restorasi karena poin ini membutuhkan waktu yang cukup panjang terkait situasi politik desa. Sementara untuk pembentukan BUMDES telah diinisiasikan sendiri oleh kelompok masyarakat.
Pembentukan POKMAS yang bernama Kelompok Masyarakat Peduli Gambut (KMPG) “Rawang Sunggutan” dilakukan pada tanggal 24 November 2017 dengan anggota yang berjumlah 21 orang yang merupakan anggota masyarakat yang murni memiliki keinginan untuk ikut terlibat di dalam kegiatan restorasi. Secara hukum kelompok POKMAS yang
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
53
dibentuk telah mendapatkan SK dari Kepala Desa. Dengan bantuan dana dari BRG, saat ini POKMAS melakukan kegiatan pembersihan lokasi untuk pembuatan mini demplot di kawasan rawa gambut. Dari dana tersebut POKMAS juga mendapatkan bantuan bibit untuk jenis tanaman: jelutung, nanas, jeruk, kelapa, dan pinang. Penentuan jenis tanaman telah melalui proses diskusi dengan anggota kelompok. Rencana ke depannya lokasi ini akan dibuat sebagai laboratorium untuk penelitian sehingga jenis tanaman akan diperbanyak.
Untuk tahapan R1 (rewetting) dan R2 (rehabilitasi) belum sepenuhnya dijalankan di desa. Hingga saat ini kegiatan R1 (rewetting) baru sampai kepada penitikan lokasi rencana canal blocking dengan menggunakan Geographic Information System (GIS). Penitikan lokasi ini dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat desa. Titik rencana canal blocking berjumlah 6 buah sesuai dengan terlihat pada peta. Enam kanal tersebut dulunya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jalur transportasi dan lokasi mencari ikan.
Gambar 15. Kegiatan Pembersihan Lokasi Mini Demplot oleh POKMAS
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
53
dibentuk telah mendapatkan SK dari Kepala Desa. Dengan bantuan dana dari BRG, saat ini POKMAS melakukan kegiatan pembersihan lokasi untuk pembuatan mini demplot di kawasan rawa gambut. Dari dana tersebut POKMAS juga mendapatkan bantuan bibit untuk jenis tanaman: jelutung, nanas, jeruk, kelapa, dan pinang. Penentuan jenis tanaman telah melalui proses diskusi dengan anggota kelompok. Rencana ke depannya lokasi ini akan dibuat sebagai laboratorium untuk penelitian sehingga jenis tanaman akan diperbanyak.
Untuk tahapan R1 (rewetting) dan R2 (rehabilitasi) belum sepenuhnya dijalankan di desa. Hingga saat ini kegiatan R1 (rewetting) baru sampai kepada penitikan lokasi rencana canal blocking dengan menggunakan Geographic Information System (GIS). Penitikan lokasi ini dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat desa. Titik rencana canal blocking berjumlah 6 buah sesuai dengan terlihat pada peta. Enam kanal tersebut dulunya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jalur transportasi dan lokasi mencari ikan.
Gambar 15. Kegiatan Pembersihan Lokasi Mini Demplot oleh POKMAS
DESA PANANGGOAN DUREN
54
Keberadaan BRG di Desa Penanggoan Duren ternyata mampu memberikan harapan baru kepada masyarakat. Masyarakat berharap agar restorasi yang dilakukan dapat memberikan solusi peningkatan perekonomian masyarakat di lahan rawa gambut. Rencana pola pemanfaatan lahan rawa gambut dengan pola kearifan lokal diharapkan dapat membantu mewujudkan restorasi gambut ayang berkesimbungan di Desa Penanggoan Duren.
Gambar 16. Titik Rencana Canal Blocking Desa Penanggoan Duren
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PANANGGOAN DUREN
55
BAB XII
PERSEPSI TERHADAP RESTORASI GAMBUT
Dari wawancara yang dilakukan dengan beberapa masyarakat maupun perangkat Desa Penanggoan Duren diketahui bahwa wawasan mereka terkait restorasi gambut masih sangat minim. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa lahan rawa gambut memiliki peran yang sangat penting bagi peningkatan perekonomian masyarakat setempat. Beberapa tahun belakangan terjadi perubahan yang cukup signifikan, diantaranya lahan rawa gambut mudah sekali mengalami kekeringan dan banjir. Jumlah ikan juga mulai berkurang dibandingkan 10 – 20 tahun lalu.
Terakhir lahan rawa gambut dimanfaatkan untuk penanaman padi sonor di tahun 2015. Kegiatan restorasi gambut di desa yang dilakukan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) merupakan salah satu hal yang baru, namun pada dasarnya masyarakat menyambut baik program ini. Namun masyarakat mengingatkan perlu adanya identifikasi potensi yang terdapat di lahan rawa gambut Desa Penanggoan Duren sehingga kegiatan restorasi tidak hanya menyelamatkan gambut dari kerusakan tapi juga meningkatkan taraf ekonomi masyarakat setempat. Di samping itu, masyarakat juga berharap agar kegiatan restorasi yang dilakukan oleh BRG melalui Program Desa Peduli Gambut (DPG) dapat membuka peluang besar untuk menjadikan desa menjadi lebih baik melalui pemanfaatan lahan rawa gambut yang lestari dan berkelanjutan. Masyarakat mengapresiasi pihak BRG yang secara intense terus berbagi pengalaman dan belajar tentang
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
56
perlindungan dan pemulihan ekosistem gambut secara tepat, efektif dan efisien.
Terkait pilihan jenis tanaman yang akan dikembangkan di lahan gambut, ketika ditanyakan sebagian besar masyarakat lebih memililih jenis padi sonor. Namun budidaya ini tidak ramah lingkungan karena dalam penerapannya harus dilakukan pembakaran gambut. Oleh karena itu, masyarakat saat ini lebih memilih jenis tanaman lain yang bernilai ekonomi seperti jelutung, nanas, jeruk, kelapa, dan pinang.
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
56
perlindungan dan pemulihan ekosistem gambut secara tepat, efektif dan efisien.
Terkait pilihan jenis tanaman yang akan dikembangkan di lahan gambut, ketika ditanyakan sebagian besar masyarakat lebih memililih jenis padi sonor. Namun budidaya ini tidak ramah lingkungan karena dalam penerapannya harus dilakukan pembakaran gambut. Oleh karena itu, masyarakat saat ini lebih memilih jenis tanaman lain yang bernilai ekonomi seperti jelutung, nanas, jeruk, kelapa, dan pinang.
DESA PANANGGOAN DUREN
57
BAB XIII
PENUTUP
Demikianlah laporan narasi kegiatan pemetaan sosial dan spasial dibuat dan dilaporkan semoga menjadi bahan evaluasi untuk kerja-kerja selanjutnya guna terlaksana dengan baik Program Desa Peduli Gambut 2017. Terima Kasih.
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
Badan Restorasi Gambut
DESA PANANGGOAN DUREN
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATANDESA PANANGGOAN DUREN
DESA PANANGGOAN DUREN
DESA PANANGGOAN DUREN DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
DESA PANANGGOAN DUREN
DESA PANANGGOAN DUREN
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
DESA PANANGGOAN DUREN
DESA PANANGGOAN DUREN DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
DESA PANANGGOAN DUREN
DESA PANANGGOAN DUREN
DESA PEDULI GAMBUT - SUMATRA SELATAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/12/20/nzms82359-bnpb-catat-kerugian-akibat-kebakaran-hutan-2015-rp-221-triliun dilihat pada tanggal 19 Juli 2017
RPJMDes Tahun 2016-2021
Badan Restorasi Gambut
Badan Restorasi Gambut
Gedung Sekretariat Negara,Jalan Teuku Umar No. 10-11,Menteng, Jakarta PusatT. +62 21 319 012 608
Badan Restorasi Gambut@BRG_Indonesia@BRG_IndonesiaBadan Restorasi Gambut - BRGBadan Restorasi Gambut-BRG
www.brg.go.id
“ Pulihkan Gambut, Pulihkan Kemanusiaan.”
BADAN RESTORASI GAMBUT2016 - 2020
DESA PEDULI GAMBU T
% !"#"$
%
&'()*+"(, -".
/0)
PETA JALAN RESTORASI GAMBUT INDONESIA
2016-2020
BadanRestorasiGambut
Recommended