View
233
Download
19
Category
Preview:
DESCRIPTION
bandeng adalah hewan air yang memiliki rasa yang enak dan kandungan gizi yang tinggi. ikan bandeng dapat diolah menjadi presto bandeng, pepes dan lain sebagainya. untuk itu dalam makalah ini saya akan membahas tentang prospek bandeng di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat
Citation preview
Prospek Pembesaran Ikan Bandeng dalam Tambak di Desa Sungai Itik
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya
Dosen : Ir. Hastiadi Hasan, M.M.A
Disusun Oleh
Muhammad Sami Daryanto
(10 111 0449)
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bandeng adalah jenis ikan konsumsi yang tidak asing bagi masyarakat.
Bandeng merupakan hasil tambak, dimana budidaya hewan ini mula-mula
merupakan pekerjaan sampingan bagi nelayan yang tidak dapat pergi melaut.
Itulah sebabnya secara tradisional tambak terletak di tepi pantai. Bandeng
merupakan hewan air yang bandel, artinya bandeng dapat hidup di air tawar, air
asin maupun air payau. Selain itu bandeng relatif tahan terhadap berbagai jenis
penyakit yang biasanya menyerang hewan air. Sampai saat ini sebagian besar
budidaya bandeng masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana dengan
tingkat produktivitas yang relatif rendah. Jika dikelola dengan sistim yang lebih
intensif produktivitas bandeng dapat ditingkatkan hingga 3 kali lipatnya.
Dari aspek konsumsi bandeng adalah sumber protein yang sehat sebab
bandeng adalah sumber protein yang tidak mengandung kolesterol. Bandeng
presto, bandeng asap, otak-otak adalah beberapa produk bandeng olahan yang
dapat dijumpai dengan mudah di supermarket. Selama sepuluh tahun terakhir
permintaan bandeng meningkat dengan 6,33% rata-rata per tahun, tetapi produksi
hanya meningkat dengan 3,82%. Budidaya bandeng tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan baik air kotor maupun bau amis. Pemeliharaan bandeng
yang sehat mensyaratkan air dan tambak yang bersih serta tidak tercemar.
Wilayah Kecamatan Sungai Kakap merupakan salah satu bagian dari
Kabupaten Kubu Raya yang memiliki potensi perikanan cukup besar. Daerah ini
berbatasan dengan Kecamatan Siantan Kab. Pontianak di sebelah utara,
Kecamatan Teluk Pakedai di sebelah selatan, Laut Natuna di sebelah barat, dan
Kecamatan Rasau Jaya, Sungai Raya, dan Kota Pontianak di sebelah timur.
Kecamatan Sungai Kakap memiliki luas wilayah 52.966 km2 (6,01% dari luas
1
Kabupaten Kubu Raya) dengan 12 desa dan 48 dusun (BPN Kab. Kubu Raya).
Secara topografis daerah ini dilalui garis pantai yang panjangnya mencakup 6.985
km2 yang melewati Kecamatan Sungai Kakap, Teluk Pakedai, Kubu, dan Batu
Ampar (KP3K, KKP).
Untuk itu diperlukan usaha budidaya perikanan melalui meningkatkan
produksi dari kultivan yang biasa dibudidayakan atau pengembangan jenis
komoditas baru dan aplikasi teknologi budidaya yang sesuai dengan kondisi dan
lingkungan pertambakan yang ada di daerah Brebes baik secara teknis, ekologis
maupun ekonomis.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan ini betujuan untuk mengkaji prospek budidaya tambak pembesaran
ikan bandeng di Kecamatan Sungai Kakap sehingga kedepannya dapat
memajukan potensi perikanan daerah. Selain itu dapat meningkatkan ekspor hasil
perikanan budidaya dalam rangka upaya pemupukan perolehan devisa negara.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Potensi Budidaya Tambak
Menurut Departemen Kelautan Perikanan (2004) tambak adalah merupakan
bangunan air yang dibangun pada daerah pasang surut yang diperuntukkan
sebagai wadah pemeliharaan ikan/udang dan memenuhi syarat yang diperlukan
sesuai dengan sifat biologi hewan yang dipelihara. Dirjen Perikanan (1998)
menyatakan bahwa budidaya pantai dalam istilah budidaya perairan diartikan
sebagai semua kegiatan budidaya organisme perairan laut dan payau yang
dilakukan pada lahan daratan disekitar garis pantai. Kegiatan ini biasanya
melibatkan modifikasi lahan dengan pembangunan konstruksi wadah/genangan
yang dapat menampung air laut atau payau, dan dapat dikelola sesuai dengan
sistem budidaya yang diterapkan. Pada pengertian sempit, budidaya pantai
disamaartikan dengan tambak atau budidaya air payau.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa komoditas untuk budidaya pantai, berupa
organisme perairan yang menduduki prioritas tinggi sebagai komoditas budidaya
di pandang dari aspek ekonomi maupun peluang ketersediaan sarana produksi dan
teknologinya, adalah : udang windu, udang putih, ikan bandeng, ikan nila, dan
teripang. Udang dianggap komoditas yang dapat di budidayakan diberbagai tipe
kondisi lingkungan pantai, karena kemajuan teknologi budidaya yang memadai.
Potensi budidaya pantai dapat berupa komoditas produk perikanan yang ada
ditambak dan pantai, serta pengembangannya.
Menurut Kusnendar dalam Nurjanah (2009), potensi lahan untuk
pengembangan tambak di Indonesia diperkirakan sebesar 913.000 Ha, dan saat ini
baru dimanfaatkan sekitar 350.000 Ha tambak yang terdiri dari: 10% (43.000 Ha)
tambak intensif, 15% (67.700 Ha) tambak semi intensif, dan sisanya 75%
(328.510 Ha) tambak ektensif yang dikelola secara tradisional (dengan sedikit
input teknologi) dengan komoditas utama ikan bandeng dan udang windu.
3
2.2. Biologi Ikan Bandeng
2.2.1. Klasifikasi
Klasifikasi ikan bandeng :
Kingdom : Animalia Phylum : ChordataSub phylum : VertebrataClass : PiscesSub class : Teleostei Gambar 1. Ikan BandengOrdo : MalacopterygiiFamily : ChanidaeGenus : ChanosSpecies : Chanos chanos Forsk
2.2.2. Morfologi
Ikan bandeng dikenal sebagai ikan petualang yang suka merantau. Ikan
bandeng ini mempunyai bentuk tubuh langsing mirip terpedo, dengan
moncong agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih
gemerlapan seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada
punggungnya (Mudjiman, 1998).
Ciri umum ikan bandeng adalah tubuh memanjang agak gepeng, mata
tertutup lapisan lemak (adipase eyelid), pangkal sirip punggung dan dubur
tertutup sisik, tipe sisik cycloid lunak, warna hitam kehijauan dan keperakan
bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang besar pada sirip dada dan sirip
perut. Bandeng jantan memiliki ciri-ciri warna sisik tubuh cerah dan
mengkilap keperakan serta memiliki dua lubang kecil di bagian anus yang
tampak jelas pada jantan dewasa (Hadie, 2000).
2.2.3. Habitat dan Penyebaran
Bandeng termasuk herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini
memakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari
permukaan tanah, klekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng
terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar
(Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia).
4
Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan
lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk (Liviawaty,
1991).
Bandeng banyak dikenal orang sebagai ikan air tawar. Habitat asli ikan
bandeng sebenarnya di laut, tetapi ikan ini dapat hidup di air tawar maupun
air payau. Ikan bandeng hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya
sampai Samudra Pasifik, mereka cenderung bergerombol di sekitar pesisir
dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di
laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau,
dan kadangkala danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah
dewasa dan bisa berkembang biak (Anonim, 2009). Ikan bandeng merupakan
ikan laut dengan daerah persebaran yang sangat luas yaitu dari pantai Afrika
Timur sampai ke Kepulauan Tua mutu, sebelah timur Tahiti, dan dari Jepang
Selatan sampai Australia Utara. Ikan ini biasanya terdapat di daerah Tropika
dan Sub Tropika.
2.3. Tata Letak, Desain, Konstruksi
2.3.1. Tata Letak
Tata letak dari komponen-komponen yang terdapat dalam satu unit
tambak harus diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi tujuan antara lain :
a) Menjamin kelancaran mobilitas operasional sehari-hari.
b) Menjamin kelancaran dan keamanan pasok air dan pembuangan.
c) Dapat menekan biaya konstruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari
unit pertambakan yang dibangun.
d) Dapat mempertahankan aspek kelestarian lingkungan.
2.3.2. Desain
Pembuatan desain suatu unit tambak mendasarkan pada kriteria
perencanaan yang secara garis besar menyangkut hal-hal berikut :
a) Kebutuhan air (jumlah dan mutu) yang sangat dipengaruhi oleh
tingkat teknologi budidaya yang diterapkan. Kebutuhan air untuk
5
budidaya ini akan menentukan ukuran, bentuk tambak dan pintu air
serta salurannya. Kebutuhan air itu sendiri akan ditentukan oleh
parameter berikut ini :
- Kondisi pasang surut air laut.
- Jumlah dan mutu air akan banyak berpengaruh terhadap teknologi
yang diterapkan.
- Lama waktu yang diperlukan untuk pengisian, pengeringan dan
penggantian air tambak.
- Frekuensi dan besarnya prosentase penggantian air.
- Tingkat salinitas bulanan yang dibutuhkan
- Kedalaman/tinggi air tambak
- Tingkat teknologi budidaya, pola dan waktu tanam.
b) Keadaan topografi dan elevasi lahan serta kondisi sumber air
(tawar tawar dan air laut) akan menentukan kemiringan dasar
tambak dan saluran, kedalaman penggalian tanah untuk tambak,
dimensi dan penggalian saluran serta penggunaan pompa air.
c) Kondisi dan karakteristik tanah akan menentukan lebar pematang,
serta lebar dan kemiringan tanggul.
d) Cara-cara pemanenan akan menetukan pola bentuk dari pintu air
(outlet).
e) Dalam pembuatan tambak mengacu pada kelestarian sumberdaya
seperti penyediaan areal untuk jalur hijau di tepi pantai dan sungai
serta pemisahan antara saluran pasok dan buang.
2.3.3. Konstruksi
Konstruksi tambak yang kurang baik akan mengakibatkan tambak
tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada umumnya, konstruksi
tambak yang dilakukan secara manual mempunyai kelemahan menonjol yaitu
pada kualitas tanggul. Oleh karena itu, agar tanggul cukup kuat, padat, kedap
air dan tidak mudah longsor, maka pembuatannya agar menggunakan
peralatan berat.
6
2.3.4. Sistem Irigasi
Sistem irigasi yang dikembangkan agar memenuhi tujuan, sebagai
berikut :
a) Dapat menjamin kelancaran dan keamanan pasok serta buang air
tambak.
b) Pendistribusikan air yang efektif dengan sistem drain yang mampu
membersihkan kotoran dan membuang air limbah dari dalam
tambak secara praktis dan tuntas sampai keluar kawasan pantai.
2.4. Kualitas Air
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan dan udang sangat dipengaruhi
oleh lingkungan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi adalah suhu, salinitas,
pH, oksigen terlarut serta kandungan amonia dan nitrit. Salinitas (kadar garam)
merupakan salah satu sifat kualitas air yang penting, karena mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan bandeng. Oksigen terlarut yang diperlukan dalam
pembudidayaan bandeng adalah 2 – 6 ppm, sedangkan pH optimum untuk
pertumbuhan bandeng adalah 8,0 – 8,3. Suhu yang optimum dalam perkembangan
bandeng adalah berkisar antara 26 oC – 30 oC, salinitas optimum berkisar antara
29 – 32 ppt.
2.5. Kualitas Tanah
Parameter kesesuaian lahan bagi budidaya tambak yang sangat penting
untuk diperhatikan, antara lain :
1. pH Tanah
Tanah yang akan digunakan untuk membuat tambak sebaiknya
mempunyai pH netral atau basa, yaitu 7,0 – 8,5. Tanah semacam ini kaya
akan garam nutrien, sehingga dapat merangsang pertumbuhan pakan bagi
kultivan yang dibudidayakan. Dengan sedikit pemberian kapur, tanah dengan
pH sekitar 6,5 – 7,0 masih dimanfaatkan untuk dijadikan tambak (Afrianto
dan Liviawaty, 1992).
2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah mempunyai peranan yang sangat penting untuk menentukan
apakah tanah mempunyai persyaratan untuk budidaya tambak, makin kompak
7
teksturnya makin baik tanah tersebut untuk dijadikan tambak. Tanah terdiri
dari mineral dan bahan organik dari berbagai ukuran. Mineral tersebut
terdapat dalam partikel tanah yang berupa tanah liat (clay), lumpur (silt), dan
pasir (sand), sedangkan bahan tanah sangat ditentukan oleh banyaknya
kompsisi pasir, lumpur dan liat (Marto dan Ranumiharjo, 1992).
3. Kesuburan Tanah
Unsur hara yang terdapat di lokasi pertambakan sangat bermanfaat dalam
menentukan kualitas tambak. Tambak sebaiknya dibangun di daerah yang
cukup mengandung unsur hara karena di daerah tersebut klekap dan tanaman
air lainnya yang berpotensi sebagai pakan alami dapat tumbuh dengan baik.
Jenis unsur hara makro yang dibutuhkan bagi pertumbuhan klekap dan
tanaman air antara lain nitrogen (N), fosfor (P) dan Kalium (K) (Dinas
Perikanan Jawa Tengah, 1996).
8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Kecamatan Sungai Kakap
1.1.1. Kondisi Geografis
Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Sungai Kakap
Kecamatan Sungai Kakap merupakan salah satu kecamatan yang berada
di Kabupaten Kubu Raya yang terletak antara 1o00’53,09” – 0o13’40,83”
Lintang Selatan dan 109o02’19,32” – 109o58’32,16” Bujur Timur. Batas
wilayah Kecamatan Sungai Kakap sebelah utara adalah Kecamatan Siantan
Kab. Pontianak, Kecamatan Teluk Pakedai di sebelah selatan, Laut Natuna di
sebelah barat, dan Kecamatan Rasau Jaya, Sungai Raya, dan Kota Pontianak
di sebelah timur.
Kecamatan Sungai Kakap memiliki luas wilayah 52.966 km2 (6,01%
dari luas Kabupaten Kubu Raya) dengan 12 desa dan 48 dusun (BPN Kab.
Kubu Raya). Secara topografis daerah ini dilalui garis pantai yang panjangnya
mencakup 6.985 km2 yang melewati Kecamatan Sungai Kakap, Teluk
Pakedai, Kubu, dan Batu Ampar (KP3K, KKP).
9
Ditinjau dari letak geografisnya Kecamatan Sungai Kakap berada
pada ketinggian 0 – 2 meter diatas permukaan laut (dpl) dan mendapat
penyinaran matahari sebanyak 58 persen dengan penyinaran tertinggi terjadi
pada bulan Mei sebesar 67 sedangkan penyinaran terendah tercatat 49 persen
terjadi pada bulan November – Desember.
1.1.2. Kondisi Budidaya Tambak Kecamatan Sungai Kakap
Luas Pertambakan di Kecamatan Sungai Kakap mencapai 990 Ha
dengan jumlah petani (petambak) 105 orang (DKP Kalbar, 2011). Kecamatan
Sungai Kakap memiliki potensi sumber perikanan bandeng yang cukup besar
sehingga dapat menjadi modal dasar bagi usaha untuk meningkatkan produksi
perikanan. Sumber perikanan tersebut berasal dari Laut Natuna, perairan
umum, tambak, dan kolam yang mendukung peningkatan usaha budidaya
(DKP Kalbar, 2011).
Besarnya usaha perikanan tambak kecamatan Sungai Kakap yaitu 135
buah petakan tambak tradisional dengan rata-rata luas 5 – 10 Ha yang 100
persen status kepemilikannya adalah milik sendiri. Dari 135 buah petakan
tambak 75 petakan diantaranya dimanfaatkan untuk pemeliharaan ikan
bandeng dengan ukuran 10 Ha perpetak dengan luasan keseluruhan 750 Ha.
1.1.3. Iklim dan Curah Hujan
Kecamatan Sungai Kakap dan umumnya di seluruh wilayah
Indonesia, umumnya dikenal dengan dua musim yaitu musim kemarau dan
penghujan, musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni – September
sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Desember – Maret. Keadaan
ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan
April – Mei dan Oktober – November. (Kubu Raya dalam Angka, 2011).
Curah hujan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya iklim, keadaan
geografi, dan perputaran perputaran pertemuan arus udara. Pada tahun 2010
rata-rata curah hujan adalah 293,2 mm, curah hujan terendah tercatat pada
bulan Agustus yaitu 173,9 mm dan tertinggi tercatat pada bulan Desember 10
yaitu sebesar 449, 9 mm. Sedangkan rata-rata hari hujan pada tahun 2010
adalah 21 hari. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Juni yaitu 26
hari sedangkan terendah terjadi pada bulan Maret, April, dan Juni yaitu
tercatat sebesar 18 hari. Rata-rata kecepatan angin tercatat sebesar 5 knot dan
kecepatan maksimum terjadi pada bulan Juli dan Agustus yakni sebesar 22
knot. (Kubu Raya dalam Angka, 2011).
Suhu disuatu daerah antara lain dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut dan iklim daerah tersebut. Kecamatan Sungai Kakap adalah
wilayah beriklim Tropis salah satu cirinya adalah mempunyai temperatur
udara yang tinggi atau panas. Apalagi letaknya yang sangat dekat dengan
garis Khatulistiwa sehingga temperatur udaranya lebih panas. Pada tahun
2010, temperatur udara rata-rata yang tercatat pada Stasiun Meteorologi
Supadio Kubu Raya sebesar 23,6 oC – 32,3 oC. Suhu terendah tercatat pada
bulan Desember yang tercatat sebesar 23,4 oC sedangkan suhu tertinggi
tercatat pada bulan Mei yaitu sebesar 33,1 oC Pada tahun 2010, rata-rata
kelembaban nisbi tercatat sekitar 86 persen lebih tinggi apabila kita
bandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun kelembaban nisbi tertinggi
terjadi pada bulan November yakni sebesar 89 persen dan kelembaban udara
terendah tercatat pada bulan Mei yakni sebesar 83 persen. (Kubu Raya dalam
Angka, 2011).
1.1.4. Kualitas Air dan Tanah
Dari hasil data sekunder yang didapatkan menunjukan oksigen terlarut
perairan kakap adalah 5 ppm sedangkan suhu menunjukan angka 26,8 oC yang
diukur pada pagi hari. Larutan tersuspensi yang didapat adalah 5,48 dan salinitas
perairan adalah 30 ppt, serta pH menunjukan angka 7.
Dari segi kualitas tanah, di Kecamatan Sungai Kakap khususnya daerah
aliran das dan daerah pesisir pantai yang ditumbuhi mangrove, dijumpai jenis
tanah aluvial yang memiliki pH kurang dari 6 dengan kandungan bahan organik
lebih dari 20 persen (tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30 persen (tanah
bertekstur liat).11
3.2. Desa Sungai Itik
Desa Sungai Itik merupakan salah satu dari 12 desa yang berada di Kecamatan
Sungai Kakap. Desa Sungai Itik mempunyai aksesbilitas yang cukup baik, berjarak
sekitar 3 Km dari ibukota Kecamatan Sungai Kakap dengan infrastruktur yang
beraspal dan sebagian masih jalan tanah dengan waktu tempuh sekitar 10 menit
dari ibukota kecamatan. Jarak dari Desa Sungai Itik ke Pontianak sekitar 20 km
dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Untuk mencapai Kota Pontianak dari
Kecamatan Sungai Kakap dapat ditempuh dengan menggunakan dengan
menggunakan kendaraan umum (oplet dan bis). Penduduk biasanya menggunakan
sepeda motor, sepeda atau berjalan kaki.
Desa Sungai Itik merupakan merupakan salah satu desa dengan lahan pasang
surut yang potensial untuk pengembangan akuabisnis karena memiliki lokasi yang
strategis, maka perlu pengelolaan yang baik. Sumber perairan di Desa ini
dipengaruhi pasang surut air laut dengan kategori tipe luapan sebagian merupakan
tipe B artinya merupakan daerah yang hanya terluapi oleh pasang surutnya air laut
pada saat pasang air cukup besar. Selain itu terdapat juga daerah pasang tipe
luapan A terutama sepanjang Sungai Itik yang dekat dengan wilayah ibukota
kecamatan.
3.3. Pembahasan
Dari hasil yang didapatkan diatas dapat kita lihat bahwa prospek pengembangan
budidaya bandeng khususnya pembesaran di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai
Kakap menjanjikan bagi para pengusaha, hal ini dikarenakan selain akses jalan
mudah dijangkau, dekat dengan pasar dan dekat dengan pusat ibukota kabupaten
maupun provinsi. Selain itu dari segi letak geografis pun dapat dikatakan bahwa Desa
Sungai Itik Kecamatan Sungai Raya layak dikategorikan menjadi daerah tambak yang
potensial. Tidak hanya itu dilihat dari segi kualitas air dan tanah yang terdapat di
daerah Kecamatan Sungai Kakap menunjukan bahwa sudah dikategorikan layak
untuk membudidayakan bandeng tetapi, dari segi tanahnya sendiri liat berpasir yang
sudah lumayan baik.
12
Untuk menjaga kearifan lokal dan mencegah terjadinya kerusakan ekosistem di
daerah pesisir Kecamatan Kakap maka pembuatan tambak seharusnya berdasarkan
pada kaidah lingkungan agar kedepannya produksi perikanan di daerah tersebut dapat
stabil ataupun meningkat.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Prospek pengembangan budidaya bandeng khususnya pembesaran di Desa
Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap menjanjikan bagi para pengusaha hal ini
dikarenakan dekat dengan pasar dan dekat dengan pusat ibukota kabupaten maupun
provinsi. Selain itu dari segi letak geografis pun dapat dikatakan bahwa Desa Sungai
Itik Kecamatan Sungai Raya layak dikategorikan menjadi daerah tambak yang
potensial. Tidak hanya itu dilihat dari segi kualitas air dan tanah yang terdapat di
daerah Kecamatan Sungai Kakap menunjukan bahwa sudah dikategorikan layak
untuk membudidayakan bandeng.
Untuk menjaga kearifan lokal dan mencegah terjadinya kerusakan ekosistem di
daerah pesisir Kecamatan Kakap maka pembuatan tambak seharusnya berdasarkan
pada kaidah lingkungan agar kedepannya produksi perikanan di daerah tersebut dapat
stabil ataupun meningkat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Laporan Statistik Produksi Perikanan Triwulan IV Tahun 2011.
Pontianak:Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat.
Anonim, 2012. Kabupaten Kubu Raya dalam Angka 2012. Pontianak:Badan Pusat
Statistik Provinsi Kalimantan Barat.
Anonim, 2012. Kecamatan Sungai Kakap dalam Angka 2012. Pontianak:Badan
Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat.
Nurjanah. 2009. Thesis: Analisis Prospek Budidaya Tambak di Kabupaten
Brebes. Semarang: Program Pasca Sarjana UNDIP.
Mustafa, Akhmad dkk. 2008. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Budidaya
Tambak di Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Riset
Akuakultur Vol. 3 No. 2: 241-261 pp.
Mustafa, Akhmad. 2008. Disain, Tata Letak, dan Konstruksi Tambak. Media
Akuakultur Vol. 3 No. 2.
15
Recommended