View
325
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
PROFIL HEMATOLOGI DAN KIMIA DARAH KUDA GAYO
MOHAMAD IBNU SATRIA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Hematologi dan
Kimia Darah Kuda Gayo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktoberr 2016
Mohamad Ibnu Satria
NIM B04110165
ABSTRAK
MOHAMAD IBNU SATRIA. Profil Hematologi dan Kimia Darah Kuda Gayo.
Dibimbing oleh AMROZI dan CHUSNUL CHOLIQ.
Kuda gayo merupakan ras kuda asli Indonesia yang berasal dari Kabupaten
Aceh Tengah dengan ibukota Takengon. Informasi mengenai kuda gayo masih
sangat terbatas terutama data pemeriksaan klinis hematologi dan kimia darahnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil hematologi dan kimia darah kuda
gayo. Tiga kuda gayo yang sehat secara klinis di koleksi sampel darahnya melalui
vena jugularis dengan menggunakan disposable syringe 10 ml. Parameter
hematologi dan kimia darah terdiri dari RBC, WBC, jenis-jenis WBC, Hb, PCV,
indeks eritrosit, trombosit, AST, ALT, BUN, kreatinin, kolesterol, dan glukosa
puasa. Kuda gayo akan dibandingkan dengan beberapa kuda dari ras berbeda
diantaranya Hotblood (HB) - Thoroughbred, Warmblood (WB) – Murgese, dan
Pony – Kiso. Hasil penelitian menunjukkan profil hematologi dan kimia darah
kuda gayo sangat bervariasi jika dibandingkan dengan tiga ras kuda lain.
Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa profil hematologi dan kimia
darah sederhana kuda gayo memiliki karakter nilai tersendiri.
Kata kunci: hematologi, kimia darah, kuda gayo, pemeriksaan darah
ABSTRACT
MOHAMAD IBNU SATRIA. The Profile of Hematology and Blood Chemistry
on Gayo Horse. Supervised by AMROZI and CHUSNUL CHOLIQ.
Gayo horse is known as the Indonesian native horse from the capital city of
middle Aceh, Takengon. The information regarding gayo horses are still limited
especially the hematology and blood chemistry analyze. This study is aimed to
find out the hematology profile and blood chemistry analyze of gayo horses.
Blood samples were collected from three gayo horses through jugular vein using
10ml disposable syringe. The parameters of hematology and blood chemistry
consist of RBC, WBC, the types of WBC, Hb, PCV, index erythrocytes, platelets,
AST, ALT, BUN, creatinine, cholesterol, and fasting glucose. Gayo horses will
bw compared with a few horses from different breeds including Hotblood (HB) -
Thoroughbred, Warmblood (WB) – Murgese, dan Pony – Kiso. The results
showed that the profile of hematology and blood chemistry gayo horses vary
considerably when compared with three other horse. The conclusions of this study
indicate that the profile of hematology and blood chemistry gayo horses has a
character of its own value.
Keywords: blood chemistry, blood examination, gayo horse, hematology.
PROFIL HEMATOLOGI DAN KIMIA DARAH KUDA GAYO
MOHAMAD IBNU SATRIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi : Profil Hematologi dan Kimia Darah Kuda Gayo
Nama : Mohamad Ibnu Satria
NIM : B04110165
Disetujui oleh
Drh Amrozi, PhD
Pembimbing I
Dr Drh Chusnul Choliq, MS, MM
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Tanggal lulus:
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat beserta salam juga penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Judul penelitian adalah Profil Hematologi dan Kimia Darah Kuda Gayo.
Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Bapak Drh Amrozi
PhD dan Bapak Dr Drh Chusnul Choliq, MS, MM selaku pembimbing skripsi atas
segala bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama penelitian dan
penyusunan tugas akhir. Terima kasih kepada Ibu Dr Drh Damiana Rita Ekastuti,
MS, AIF selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan selama penulis
menjalankan studi.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada
Ayah, Ibu beserta keluarga, Langen Tunjungsari serta seluruh keluarga besar atas
doa, semangat dan cinta yang selalu diberikan. Ucapan terima kasih kepada
teman-teman Equestrian Club IPB serta semua teman-teman di FKH IPB atas
bantuan, saran, dan motivasi selama berjuang menempuh pendidikan di Institut
Pertanian Bogor (IPB).
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan, untuk
itu penulis sangat berterima kasih atas kritik dan saran-saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Bogor, September 2016
Mohamad Ibnu Satria
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar belakang ........................................................................................ 1
Tujuan penelitian .................................................................................... 1
Manfaat penelitian .................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2
Kuda ........................................................................................................ 2
Karakteristik dan persebaran kuda gayo ................................................. 2
Hematologi ............................................................................................. 3
Biokimia darah........................................................................................ 5
METODE PENELITIAN ................................................................................. 6
Waktu dan tempat ................................................................................... 6
Alat dan bahan ........................................................................................ 6
Hewan coba ............................................................................................ 7
Prosedur penelitian ................................................................................. 7
HASIL dan PEMBAHASAN ........................................................................... 8
SIMPULAN dan SARAN ................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13
DAFTAR TABEL
1 Tabel 1 Rata-rata (±SD) nilai hematologi kuda gayo dan
perbandingannya dengan beberapa ras kuda lain 9
2 Tabel 2 Rata-rata (±SD) nilai kimia darah kuda gayo dan
perbandingannya dengan beberapa ras kuda lain. 12
DAFTAR GAMBAR
1 Kuda gayo ...................................................................................................... 2
2 Peta persebaran kuda gayo di Kabupaten Aceh Tengah................................ 3
3 Morfologi jenis-jenis leukosit ........................................................................ 11
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda merupakan hewan yang sudah lama dikenal dan digunakan sebagai
alat transportasi yang ramah lingkungan oleh masyarakat Indonesia. Seiring
dengan perkembangan zaman, peranan kuda lebih digunakan sebagai olah raga.
Menurut Soehardjono (1990), jenis kuda yang dikenal di Indonesia semuanya
termasuk jenis kuda poni dengan tinggi kurang lebih 140 cm dan dianggap
sebagai keturunan kuda mongol (Przewalski) dan kuda arab. Kuda-kuda ini diberi
nama sesuai dengan asalnya dan tersebar diseluruh wilayah diantaranya kuda
batak, kuda bali, kuda lombok, kuda sulawesi, kuda priangan, kuda sumbawa,
kuda sandel, kuda jawa, kuda timor, kuda flores, dan kuda gayo.
Kuda gayo merupakan ras asli Indonesia yang berasal dari Kabupaten
Aceh Tengah dengan ibukota Takengon dan dikenal dengan berbagai sebutan,
diantaranya “Negeri di atas Awan” atau “Dataran Tinggi Tanoh Gayo”. Sejak
zaman penjajahan Belanda di Aceh, kuda gayo telah digunakan sebagai kuda
pekerja, alat transportasi, dan perayaan pesta rakyat. Seiring perubahan zaman
kuda gayo lebih sering digunakan untuk perlombaan pacuan kuda dalam rangka
memperingati hari kemerdekaan Indonesia (Humas Kabupaten Aceh Tengah
2014).
Data tentang kuda gayo masih sangat terbatas termasuk data tentang
hematologi dan kimia darah belum dapat dijumpai literaturnya hingga saat ini.
Data hematologi dan kimia darah sangat diperlukan untuk mengetahui status
kesehatan dan untuk membantu menegakkan diagnosa berbagai penyakit.
Menurut Paden et al. (2014), parameter hematologi dan biokimia pada kuda biasa
digunakan untuk membantu mendiagnosa secara klinis akibat penyakit infeksius
dan non infeksius. Setiap ras kuda memiliki karakteristik profil hematologi dan
kimia darah yang berbeda-beda. Interpretasi hematologi dan kimia darah ini
digunakan pula untuk monitoring persembuhan dan penanganan terhadap
penyakit. Selain itu, pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui perubahan
fisiologis dan kemungkinan penyakit yang dialami pada hewan tersebut. Data
nilai normal pada suatu hewan diperlukan untuk mengetahui perubahan fisiologis
maupun patologis dalam penegakan diagnosa sehingga dapat dijadikan sebagai
salah satu indikator dalam menentukan penyakit tertentu pada kuda.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil hematologi dan kimia darah
pada kuda gayo.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai rujukan standart
nilai normal darah kuda lokal di Indonesia.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Kuda
Kuda merupakan salah satu mamalia dari genus Equus. Sejak dahulu kuda
menjadi salah satu hewan ternak yang sangat penting secara ekonomis dan juga
banyak membantu dalam mengubah kehidupan umat manusia. Kuda pada
awalnya memegang peranan penting dalam pengangkutan barang dan orang
selama ribuan tahun. Seiring dengan perkembangan zaman, kuda tidak lagi hanya
sebatas sebagai pengangkutan barang atau orang dan penarikan. Hewan ini mulai
diminati dalam bidang olahraga, diantaranya polo, pacuan, dan ketangkasan
berkuda (Maswarni dan Nofiar Rachman 2014).
Karakteristik kuda lokal Indonesia sangat dipengaruhi oleh iklim tropis dan
lingkungan. Tinggi badan kuda lokal berkisar antara 1,15-1,35 m dan tergolong
kedalam jenis kuda poni. Bentuk kepala yang besar dengan wajah rata, sinar mata
hidup, serta bentuk leher tegak dan lebar. Tengkuk kuat, dada lebar, punggung
lurus, dan panggul kuat. Kaki kuda lokal berotot kuat, persendian baik, bentuk
kuku kecil, dan telapak yang kuat (Soehardjono (1990). Menurut Wilson et al.
(2005), kuda memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Famili : Equidae
Genus : Equus
Spesies : Equus caballus
Karakteristik dan Persebaran Kuda Gayo
Gambar 1 Kuda Gayo
Kuda gayo merupakan salah satu kuda lokal di Indonesia. Kuda gayo
memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari kuda lain seperti kuda batak,
kuda padang dan kuda jawa. Dari segi bentuk, kuda gayo memiliki tubuh
ramping, agak pendek, kepala berukuran relatif pendek dan kaki yang tebal.
3
Secara kuantitatif, kuda gayo memiliki spesifikasi ukuran tubuh sebagai berikut:
tinggi pundak 113-120 cm, panjang badan 103-104 cm, lingkar dada 137-139 cm,
serta bobot badan berkisar antara 215-273 kg. Kuda gayo berasal dari daerah
Takengon yang merupakan ibukota Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nangro
Aceh Darussalam. Kuda gayo berada di dataran tinggi dengan kondisi cuaca yang
panas, dengan kelembaban yang tinggi. Pada tanggal 13 Oktober 2014 melalui
Menteri Pertanian Republik Indonesia telah diresmikan keberdaan kuda gayo
sebagai plasma nutfah kuda asli Indonesia dengan surat keputusan nomer
1054/kpts/SR.120/10/2014. Persebaran kuda Gayo meliputi daerah Aceh Tengah,
Bener Meriah, dan Gayo Lues (Humas Kabupaten Aceh Tengah 2014).
Gambar 2 Peta persebaran kuda Gayo di Kabupaten Aceh Tengah (Sumber :
Humas Kabupaten Aceh Tengah 2014)
Hematologi
Darah terdiri atas plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah dan sel-sel
darah dapat terpisah dan bebas bergerak di dalam cairan intraseluler. Total volume
darah diperkirakan sekitar 5-8% dari total bobot badan dan angka ini dapat
bervariasi karena dapat dipengaruhi oleh umur, spesies, besar tubuh, aktivitas,
status kesehatan, status gizi, dan kondisi fisiologis (Bijanti et al. 2010).
Fungsi dari darah diantaranya mengangkut zat-zat makanan dari alat
pencernan ke jaringan, mengangkut hasil limbah metabolisme dari jaringan ke
ginjal, berpartisipasi dalam pengaturan asam-basa, keseimbangan elektrolit dan
temperatur tubuh, serta sebagai pertahanan tubuh terhadap penyakit. Hematokrit
atau sering disebut juga Packed Cell Volume adalah presentase eritrosit dari
keseluruhan volume darah. Peningkatan nilai hematokrit mengindikasikan adanya
peningkatan viskositas darah. Hal ini dapat menggangu aliran darah sehingga
tekanan yang dibutuhkan tubuh untuk memompa darah dan mengalirkan darah ke
4
seluruh tubuh akan semakin besar. Rendahnya konsentrasi dari eritrosit
menunjukkan bahwa hewan mengalami anemia (Bijanti et al. 2010).
Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen pada eritosit yang berfungsi dalam
mengikat oksigen di dalam darah. Kadar hemoglobin menunjukkan nilai kelarutan
oksigen di dalam darah (Bijanti et al. 2010). Indeks eritrosit dapat digunakan
untuk menentukan jenis anemia yang terjadi pada hewan. Indeks eritrosit terdiri
atas Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH),
dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC). Mean Corpuscular
Volume menunjukkan jenis anemia berdasarkan ukuran eritrosit, yaitu berukuran
kecil (mikrositik), normal (normositik), dan besar (makrositik). Penurunan nilai
MCV menandai adanya indikasi anemia mikrositik. Peningkatan nilai MCV
mengindikasikan terjadinya anemia makrositik. Mean Corpuscular Hemoglobin
merupakan indikasi dari bobot hemoglobin dalam eritrosit tanpa memperhatikan
ukurannya. Peningkatan MCH terjadi akibat defisiensi besi pada kasus anemia.
Penurunan MCH menandai adanya indikasi anemia mikrositik hipokromik. Mean
Corpuscular Hemoglobin Concentration mengindikasikan konsentrasi
hemoglobin per unit volume eritrosit dan dinyatakan dalam persen (%).
Penurunan MCHC terjadi pada kasus anemia hipokromik (Bijanti et al. 2010).
Leukosit atau sel darah putih mamalia terdiri dari polymorphonuclear
leukocyte (PMN) dan mononuclear leukocyte. Polymorphonuclear leukocyte pada
umumnya disebut granulosit karena memiliki banyak granula di sitoplasmanya.
Tiga tipe dari granulosit yaitu basofil, eosinofil, dan neutrofil. Mononuclear
leukocyte pada umumnya disebut agranulosit karena sel ini sama sekali tidak
memiliki granul di sitoplasmanya. Agranulosit dibedakan menjadi dua yaitu
limfosit atau monosit.
Neutrofil merupakan pertahanan paling efektif terhadap mikroba terutama
bakteri. Fungsi neutrofil sebagai pertahanan terhadap antibakteri melalui
mekanisme kemotaksis dan fagositosis karena mempunyai granula lisosom yang
bertugas untuk mencerna benda asing. Proses fagositosis jarang terjadi di dalam
pembuluh darah akan tetapi lebih sering terjadi di dalam jaringan (Bijanti et al.
2010). Harvey (2012) mengatakan bahwa masa umur dari neutrofil di dalam darah
berkisar antara 5 sampai 10 jam.
Eosinofil memiliki peranan dalam tubuh pada kasus hipersensitifitas
contohnya saat kasus alergi dan reaksi anafilaksis. Granula eosinofil mengandung
antihistamin yang bertugas dalam proses detoksikasi terhadap histamin. Menurut
Harvey (2012), eosinofil akan berada di jaringan dalam hitungan minggu hingga
bulan namun berbeda jika bermigrasi ke saluran udara dan saluran pencernaan.
Basofil pada hewan normal jarang ditemukan di dalam pembuluh darah dan
basofil memiliki granula sitoplasma yang gelap menutupi inti. Granula basofil
mengandung heparin, serotonin, dan histamin. Basofil berperan dalam respon
terhadap alergi. Basofil didalam jaringan berubah menjadi sel mast dan
degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin (Bijanti et al. 2010).
Monosit merupakan agranulosit yang besar dan beredar dalam darah dalam
jumlah terbatas. Monosit beredar melalui aliran darah kemudian menembus
dinding kapiler dan masuk kedalam jaringan (Effendi 2003). Peningkatan limfosit
terjadi jika antigen masuk ke dalam tubuh, sehingga tubuh harus memproduksi
antibodi. Penurunan limfosit dapat dialami jika terjadi imunosupresi atau
kerusakan pada jaringan limfoid akibat faktor tertentu atau hewan dalam keadaan
5
tercekam (stres). Limfopenia terjadi dengan mengurangi mitosis atau
pembentukan limfosit. Kortisol juga berpengaruh terhadap berkurangnya limfosit
dalam sirkulasi karena terjadi redistribusi limfosit ke sumsum tulang dan bagian
lain (Effendi 2003).
Trombosit merupakan sel darah tidak berinti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Produksi dari trombosit berada di sumsum tulang. Sebanyak 2/3
dari seluruh trombosit berada di sirkulasi darah sedangkan 1/3nya berada di limpa.
Sel ini mempunyai peranan penting pada hemostasis tubuh karena fungsi dari
trombosit untuk menutup luka. Kelainan trombosit menyebabkan terjadinya
kebocoran darah melalui pembuluh darah kecil di kulit dan permukaan mukosa
secara spontan yang disebut ptechiae. (Bijanti et al. 2010).
Kimia Darah
Enzim aminotransferase mengkatalisasi reaksi kimia yaitu asam amino.
Enzim ini dibagi menjadi dua yaitu enzim aspartat aminotransferase (AST) atau
dikenal sebagai serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) dan alanin
aminotransferase (ALT) atau dikenal sebagai serum glutamat piruvat transaminase
(SGPT). AST dan ALT adalah enzim yang diproduksi oleh hati dan oleh jenis-
jenis sel lainnya serta enzim ini terletak di sel-sel hati dan jaringan yang bocor ke
sirkulasi (Davis 2016). Menurut Bijanti et al. (2010) adanya peningkatan pada
kedua enzim ini yang lebih dari standar nilai normal tidak harus secara langsung
dinyatakan dengan penyakit hati. Peningkatan tersebut mungkin dapat
dikarenakan masalah dari hati atau dari jaringan lainnya. AST paling banyak
ditemukan di dalam otot, kemudian di jantung, ginjal dan sedikit berada di hati.
Oleh karena itu, AST bukan merupakan indikator yang spesifik dari peradangan
pada hati. Enzim ini dilepaskan saat ada jaringan yang rusak atau mengalami
peradangan. Misalnya, AST meningkat pada saat terjadi cedera otot atau
peradangan pada jantung. Sebagian besar ALT dapat ditemukan di hati dan sedikit
berada di ginjal, jantung, dan otot. ALT dilepaskan ke pembuluh darah sebagai
akibat dari adanya peradangan atau perlukaan di hati. Oleh karena itu, enzim ini
berfungsi sebagai indikator spesifik dalam menilai status dari fungsi hati (Davis
2016).
Ureum merupakan produk hasil katabolisme protein dan asam amino.
Ureum diproduksi oleh hati dan didistribusikan ke dalam darah melalui cairan
intraselular dan ekstraselular serta difiltrasi oleh glomerulus. Pemeriksaan ureum
dilakukan untuk menegakkan diagnosa gagal ginjal akut. Selain itu, digunakan
untuk mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen,
menilai progresivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisis. Ureum dapat
di ambil dari bahan plasma, serum, dan urin. Peningkatan ureum dalam darah
disebut azotemia, sedangkan pada saat kondisi gagal ginjal diikuti tingginya kadar
ureum plasma disebut uremia. Peningkatan ureum dapat dibagi menjadi tiga yaitu
pra-renal, renal, dan pasca-renal (Gowda et al. 2010). Kreatinin merupakan hasil
pemecahan kreatin fosfat otot dan diproduksi oleh tubuh secara konstan
tergantung dari masa otot. Namun, kadar kreatinin tidak tergantung hanya pada
masa otot saja tapi juga dipengaruhi oleh aktivitas otot, diet, dan status kesehatan.
Kadar kreatinin digunakan untuk mengukur fungsi ginjal dengan menggunakan
Glomerulus Filtration Rate (GFR). Kadar kreatinin berada dalam keadaan relatif
6
konstan sehingga dapat digunakan sebagai penanda filtrasi ginjal yang baik.
Penurunan kadar kreatinin terjadi saat glomerulonefritis, gagal jantung kongestif,
dan dehidrasi. Selain itu, karena terjadinya penurunan perfusi darah ke ginjal
menyebabkan makin sedikit kadar kreatinin yang difiltrasi ginjal (Gowda et al.
2010).
Kolesterol adalah zat yang dibutuhkan tubuh untuk keperluan pembangunan
membran sel, bahan pembuatan hormon steroid, dan garam empedu untuk
pencernaan lemak. Kolesterol pada dasarnya dapat disintesis oleh sel tubuh pada
semua organ, akan tetapi kebanyakan kolesterol disintesis oleh sel. Kolesterol
juga bisa didapat dari makanan yang berasal dari kolesterol hewan seperti otak,
hati, daging, kuning telur, dan organ dalam lainnya. Peningkatan atau penurunan
kadar kolesterol dalam darah dapat menyebabkan terjadinya arterosklerosis,
diabetus militus, meningkatnya asam urat, dll (Stockham dan Scott 2008).
Tahap awal proses metabolisme glukosa menjadi energi di dalam tubuh
dinamakan glikolisis. Proses ini berlangsung dengan menggunakan bantuan dari
beberapa enzim yang berfungsi sebagai katalis di dalam sitoplasma. Glukosa yang
telah diserap oleh usus halus kemudian akan di salurkan ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. Glukosa dapat tersimpan di dalam otot dan hati dalam bentuk
glikogen. Selain itu, juga dapat tersimpan dalam plasma darah dalam bentuk
glukosa darah. Peranan dari glukosa adalah sebagai bahan bakar bagi proses
metabolisme, sumber energi utama untuk kerja otak, dll. Penurunan kadar glukosa
darah (hipoglikemia) terjadi akibat darah terlalu banyak mengandung insulin.
Sedangkan peningkatan kadar gluosa darah (hiperglikemia) terjadi ketika insulin
yang beredar di dalam darah tidak mencukupi (Irawan 2007).
METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat
Penelitian dilakukan selama periode April sampai dengan September 2015.
Penelitian dilakukan di laboratorium Patologi Klinik dan Unit Rehabilitasi
Reproduksi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu darah segar,
alkohol 70%, disposable syringe 10 ml, kandang jepit, tabung vakum EDTA dan
plain, cool box, cobas mira s (random access analyzer), dan sysmex KX-21N
(automated hematology analyzer).
Hewan Coba
Penelitian ini menggunakan tiga ekor kuda gayo yang terdiri dari satu ekor
kuda jantan dan dua ekor kuda betina. Sebelum penelitian ini dilaksanakan, ketiga
kuda gayo telah diperiksa secara rutin oleh dokter hewan terkait sehingga
7
dinyatakan sehat secara klinis. Umur dari ketiga ekor kuda ini berkisar antara 8-10
tahun dan termasuk ke dalam kuda dewasa. Pakan yang diberikan berupa rumput
dan konsentrat yang diberikan masing-masing dua kali sehari. Air minum
diberikan secara ad libitum. Kuda dirawat dan diumbar ke padang rumput setiap
pagi dan kembali ke kandang disiang hari.
Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan di unit rehabilitasi reproduksi pada
pukul 04.00 WIB sebelum jadwal pemberian pakan konsentrat. Ketiga kuda ini
secara bergantian dimasukkan ke dalam kandang jepit agar mudah untuk
dilakukan pengambilan sampel. Sampel darah diambil melalui vena Jugularis
kurang lebih sebanyak 8 ml menggunakan disposable syringe. Kemudian sampel
darah dimasukkan ke dalam tabung vakum EDTA untuk tabung hematologi
sebanyak 4 ml dan plain untuk tabung kimia darah sebanyak 4 ml yang telah
disiapkan sebelumnya. Tabung vakum EDTA kemudian dihomogenisasi dengan
membentuk angka delapan. Sampel darah dibawa menuju laboratorium untuk
dianalisis. Pemeriksaan kimia darah menggunakan alat cobas mira s sedangkan
untuk pemeriksaan hematologi menggunakan alat sysmex KX-21N.
Pembuatan Preparat Ulas Darah Sel Darah Putih
Pembuatan preparat ulas dilakukan di laboratorium patologi klinik dengan
tujuan untuk mengamati ada tidaknya kelainan morfologi sel darah putih. Kaca
preparat dibersihkan dengan alkohol 70%. Satu tetes darah kuda gayo diteteskan
di salah satu sisi preparat. Kaca preparat lain diambil dan ditempatkan di salah
satu sisi ujungnya pada kaca preparat pertama dengan membentuk sudut kira-kira
45 derajat. Kaca preparat kedua ditarik sampai menyentuh tetes darah dan
dibiarkan menyebar sepanjang tepi kaca preparat kedua. Kaca preparat kedua
didorong sepanjang permukaan kaca preparat pertama sehingga terbentuk lapisan
merata dan tipis. Preparat dikeringkan dengan cara diayun-ayunkan di udara.
Kemudian preparat ulas dimasukkan ke dalam metil alkohol selama 5 menit.
Setelah dikeringkan preparat dimasukkan ke dalam larutan Giemsa 7.5% selama 1
jam. Setelah itu, preparat dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan di udara.
Preparat yang sudah jadi diamati dengan mikroskop perbesaran 1000x. Kemudian
dilakukan pengambilan gambar dan pengamatan terhadap morfologi dan
diferensiasi sel darah putih.
Parameter Hematologi dan Kimia darah
Parameter yang dianalisis terdiri dari hematologi yaitu Red Blood Cell
(RBC), White Blood Cell (WBC), diferensiasi WBC, hemoglobin (Hb), Packed
Cell Volume (PCV), indeks eritrosit, dan trombosit. Sedangkan, kimia darah yaitu
Aspartat Aminotransferase (AST), Alanin Aminotransferase (ALT), Blood Urea
Nitrogen (BUN), kreatinin, kolesterol, dan glukosa puasa.
8
Indeks Eritrosit
Perhitungan indeks eritrosit dibagi menjadi tiga yaitu, Mean Corpuscular
Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular
Hemoglobin Concentration (MCHC).
𝑀𝐶𝑉 =𝑃𝐶𝑉 𝑥 10
𝑅𝐵𝐶(𝑓𝑙) 𝑀𝐶𝐻 =
𝐻𝑏 𝑥 10
𝑅𝐵𝐶(𝑝𝑔) 𝑀𝐶𝐻𝐶 =
𝐻𝑏 𝑥 100
𝑃𝐶𝑉(𝑔/𝑑𝑙)
Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan mencari nilai rata-rata
dan standar deviasi serta dibandingkan dengan standar normal darah pada
beberapa ras kuda diluar negeri. Kemudian data tersebut dianalisis secara
deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hematologi
Berbagai jenis kuda dengan perbedaan umur, jenis kelamin, ras,
temperamen, dan tipe darah dapat memperlihatkan parameter hematologi dan
biokimia darah yang berbeda (Mikniene et al. 2014). Menurut Egbe-Nwiyi et al.
(2012), adanya sedikit perbedaan dalam hal batas bawah atau batas atas dari nilai-
nilai normal kuda pada berbagai ras dapat disebabkan oleh lingkungan, ras, umur,
jenis kelamin, faktor nutrisi dan letak geografis. Hasil penelitian ini
memperlihatkan nilai standar normal hematologi dan kimia darah kuda gayo
seperti terlihat pada Tabel 1.
Profil hematologi dan kimia darah kuda gayo pada penelitian ini,
dibandingkan dengan beberapa kuda dari ras yang berbeda diantaranya Hotblood
(HB) - Thoroughbred (Hassan et al. 2015), Warmblood (WB) – Murgese (Rubino
et al. 2006), dan Pony – Kiso (Takasu et al. 2013). Warmblood dan hotblood
merupakan ras kuda yang paling sering digunakan di Indonesia baik dalam hal
olahraga berkuda maupun breeding. Sedangkan, kuda kiso termasuk kuda pony
asli Jepang yang pada sejarahnya mirip dengan kuda mongol dan hidupnya berada
di dataran tinggi (Takasu et al. 2013).
Nilai rata-rata dari RBC dan Hb pada kuda gayo terlihat lebih rendah
dibandingkan dengan nilai dari kuda hotblood dan warmblood. Namun, nilai PCV
kuda gayo berada diantara kedua nilai dari kuda hotblood dan warmblood.
Tingginya nilai RBC, Hb, dan PCV dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas yang
tinggi. Kuda hotblood dan warmblood lebih sering digunakan oleh para pemilik
kuda untuk dijadikan sebagai kuda atlit seperti endurance, cross country, pacuan,
dressage, maupun show jumping. Kuda yang sering mengalami latihan fisik maka
terlihat nilai RBC dan nilai hematokritnya akan lebih tinggi karena latihan dapat
meningkatkan afinitas hemoglobin terhadap pengambilan oksigen (Ricketts 2006).
Kuda yang sering mengalami latihan fisik, dehidrasi, dan ketakutan akan
9
menyebabkan hilangnya cairan didalam tubuh yang disebut sebagai polisitemia
relatif. Kuda juga mempunyai cadangan RBC dalam limpa cukup besar sehingga
dapat meningkatkan jumlah RBC dalam mencukupi kebutuhan tubuh namun tidak
dalam waktu yang lama. Perbedaan nilai hematologi dari setiap ras juga dapat
dipengaruhi oleh lingkungan diantaranya suhu, ketinggian, dan letak geografis
(Egbe-Nwiyi et al. 2012).
Tabel 1 Rata-rata (±SD) nilai hematologi kuda gayo dan perbandingannya dengan
beberapa ras kuda lain.
Nilai eritrosit pada kuda gayo dan kuda kiso terlihat tidak jauh berbeda. Hal
ini dipengaruhi oleh lingkungan, habitat, serta fungsi dari kuda kuda ini terlihat
tidak jauh berbeda. Menurut Takasu et al. (2013), kuda kiso merupakan kuda asli
Jepang dan sejak dahulu kuda ini hidup di dataran tinggi serta sering digunakan
sebagai kuda pekerja dan transportasi oleh penduduk setempat. Keadaan yang
sama terlihat pada kuda gayo yang hidupnya di dataran tinggi dan sering
digunakan oleh penduduk lokal sebagai kuda transportasi dan kuda pekerja. Kuda
yang hidup di dataran tinggi konsentrasi oksigennya akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan hipoxia kronis. Keadaan ini dapat menstimulus ginjal untuk
memproduksi hormon eritropoietin dalam jumlah yang banyak sehingga RBC
yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan tubuh dalam mengikat oksigen.
Indeks eritrosit dapat digunakan untuk menentukan jenis anemia yang
terjadi berdasarkan morfologi pada hewan. Indeks eritroit terdiri dari MCV,
MCH, dan MCHC. Mean Corpuscular Volume (MCV) menunjukkan ukuran
tunggal dari sel darah merah apakah normositik, , ataupun. Penurunan dari nilai
MCV (mikrositik) salah satunya dapat disebabkan karena defisiensi besi.
Parameter
(units)
Gayo
(n=3)
Thoroughbred
(HB)
(Hassan et al.
2015)
Kiso
(Pony)
(Takasu et al.
2013)
Murgese
(WB)
(Rubino et al.
2006)
Nilai normal
(Mercks
Manual 2010)
RBC (x 106/μl) 7.9 ± 0.3 8.5 ± 0.2 7.2 ± 1.1 8.4 ± 1.4 6.0-10.4
Hb (g/dl) 12.3 ± 0.5 15.5 ± 0.2 11.6 ± 1.5 12.5 ±1.6 10.1-16.1
PCV (%) 36.1 ± 1.6 44.5 ± 1.9 32.9 ± 4.0 34.5 ± 4.2 27-43
MCV (fl) 45.5 ± 1.0 50.5 ± 1.1 - 41.3 ± 4.1 37-49
MCH (pg) 15.6 ± 0.2 18.2 ± 0.1 - 15.0 ± 1.5 13.7-18.2
MCHC (g/dl) 34.3 ± 0.1 35.8 ± 0.6 - 36.3 ± 0.5 35.3-39.3
Trombosit
(x103/ul)
170 176 ±
59 267
- - 183 640 ± 43
340
94-232
WBC (x 103/μl) 9.1 ± 1.5 7.7 ± 0.1 8.3 ± 2.1 11.8 ± 2.3 5.6-12.1
Basofil (%) 0 - - 0.2 ± 0.2 0-2
Eosinofil (%) 0 - - 2.3 ± 1.5 0-7
Neutrofil batang
(%)
0 - - - 0
Neutrofil
segmen (%)
59.4 ± 6.5 59.5 ± 0.2 - 48.2 ± 9.5 52-70
Limfosit (%) 39.6 ± 7.4 38.8 ± 1.1 - 44.4 ± 10.0 21-42
Monosit (%) 0.6 ± 0.5 1.5 ± 0.1 - 4.9 ± 1.8 0-6
10
Sedangkan peningkatan nilai MCV (makrositik) dapat disebabkan karena penyakit
hati dan defisiensi folat. Nilai MCV pada kuda gayo terlihat berada diantara kedua
nilai dari kuda hotblood dan warmblood, mungkin merupakan karakter dari setiap
ras. MCH menggambarkan konsentrasi Hb di dalam satu sel RBC dan dapat
digunakan untuk mendiagnosa jenis anemia. Hipokromik menandakan sedikitnya
Hb rata-rata didalam RBC sehingga warnanya menjadi pudar. Sedangkan,
hiperkromik menandakan banyaknya Hb rata-rata didalam RBC sehingga
warnanya menjadi lebih gelap. Hiperkromik terjadi salah satunya karena sampel
darah mengalami hemolisis. Jika normokromik menandakan bahwa normalnya Hb
rata-rata didalam sel darah merah. Nilai MCH pada kuda hotblood terlihat lebih
tinggi dibandingkan dengan kuda gayo dan kuda warmblood. Hal ini
menggambarkan bahwa besarnya kapasitas Hb didalam RBC sehingga, pertukaran
oksigen didalam sirkulasi darah dan jaringan menjadi lebih cepat. MCHC
mengukur konsentrasi Hb didalam satuan unit RBC. Konsentrasi Hb didalam
satuan unit RBC dalam penelitian ini terlihat tidak jauh berbeda.
Trombosit atau keping-keping darah merupakan elemen seluler terkecil di
dalam pembuluh darah. Produksi trombosit berada di sumsum tulang. Sebanyak
2/3 dari seluruh trombosit berada di sirkulasi darah sedangkan 1/3nya berada di
limpa. Nilai rata-rata trombosit kuda gayo adalah 170 176 ± 59 267/µl. Nilai
trombosit pada kuda gayo terlihat lebih rendah dibanding kuda warmblood, hal ini
dapat dikarenakan perbedaan karakter dari masing-masing kuda. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi nilai trombosit diantaranya tingkat destruksinya di sirkulasi
darah, produksinya di sumsum tulang, dan pemakaiannya di jaringan. Selain itu
dataran tinggi, aktivitas fisik, dan trauma dari kuda tersebut juga merupakan salah
satu faktor penyebab perbedaan nilai trombosit (Ricketts 2006).
Gambar 3 Morfologi jenis-jenis leukosit (a) neutrofil (b) basofil (c) eosinofil
(d) monosit (e) limfosit (perbesaran 100x)
a
e d
c b
11
Leukosit atau WBC mempunyai fungsi utama yaitu melawan infeksi,
melindungi tubuh dengan cara memfagosit benda asing, dan memproduksi serta
mendistribusikan antibodi karena adanya benda asing yang masuk ke dalam tubuh
(Stockham dan Scott 2008). Nilai jenis-jenis leukosit terdiri dari basofil, eosinofil,
neutrofil, limfosit, dan monosit. Nilai WBC dari kuda gayo dan tiga ras kuda
lainnya sangat bervariasi. Menurut Barrellet dan Rickettes (2002), secara
fisiologis peningkatan nilai leukosit dapat dipengaruhi oleh latihan fisik, rasa
takut, dan stres. Pada penelitian ini, nilai WBC yang bervariasi dari keempat kuda
tersebut kemungkinan dapat dipengaruhi oleh waktu dan proses pengambilan
darah, cara handling, keadaan lingkungan, dan karakter kuda yang berbeda.
Basofil adalah jenis leukosit yang mempunyai banyak granula sitoplasma
yang gelap menutupi inti serta mengandung histamin. Basofil pada hewan normal
jarang ditemukan di dalam sirkulasi darah. Basofil terlibat di dalam reaksi
hipersensitivitas seperti alergi dengan cara bermigrasi dari sirkulasi ke jaringan
berubah menjadi sel mast dan mempunyai tempat perlekatan immunoglobulin E
(IgE) (Bijanti et al. 2010). Nilai basofil pada penelitian ini bernilai nol,
kemungkinan tidak ditemukan adanya basofil di dalam sirkulasi.
Eosinofil memiliki peranan dalam sistem kekebalan tubuh terhadap paparan
parasit. Menurut Harvey (2012), eosinofil akan beredar di sirkulasi darah dalam
beberapa jam kemudian masuk ke dalam jaringan di seluruh tubuh. Nilai eosinofil
kuda gayo berada dalam range normal jika dibandingkan dengan kuda pada
umumnya. Sistem umbar kuda gayo pada penelitian ini dilakukan mulai dari pagi
hari hingga menjelang siang sehingga resiko terkena paparan parasit menjadi lebih
rendah. Selain itu, didukung dengan pemberian obat cacing secara rutin setiap tiga
bulan sekali. Menurut Paden et al. (2014), tingginya nilai rata-rata dari eosinofil
diakibatkan sistem umbar di padang rumput dalam waktu yang lama
menyebabkan tingginya paparan parasit.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri
dan proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika
terjadi infeksi di suatu tempat dengan sifat fagositik yang mirip dengan makrofag.
Nilai rata-rata dari neutrofil segmen pada kuda gayo adalah 59.4 ± 6.5 %
sedangkan neutrofil batang tidak ditemukan. Peningkatan nilai neutrofil segmen
paling sering berkaitan dengan kondisi inflamasi. Sedangkan, penurunannya dapat
diakibatkan oleh infeksi virus dan infeksi bakteri pada anak kuda. Neutrofil
batang merupakan neutrofil muda yang masuk ke sirkulasi darah ketika kuda
mengalami peradangan hebat seperti salmonellosis dan pleuritis (Ricketts 2006).
Menurut Harvey (2012), limfosit banyak berada di limpa, jaringan
limfatikus, dan nodus limfe serta hanya sedikit yang beredar di dalam sirkulasi
darah. Nilai limfosit pada kuda gayo adalah sebesar 39.6 ± 7.4 %. Peningkatan
dari limfosit dapat diakibatkan oleh infeksi virus dan bakteri. Monosit berfungsi
sebagai pertahanan tubuh kedua yang dapat memfagositosis benda asing serta
tergolong ke dalam kelompok makrofag. Nilai monosit pada kuda gayo adalah
sebesar 0.6 ± 0.5 %. Monositosis berkaitan dengan adanya nekrosis jaringan,
infeksi virus, bakteri, dan parasit tertentu (Ricketts 2006).
12
Tabel 2 Rata-rata (±SD) nilai kimia darah kuda gayo dan perbandingannya
dengan beberapa ras kuda lain.
Kimia darah
Aspartat aminotransferase atau AST biasanya ditemukan dalam berbagai
jaringan termasuk hati, jantung, ginjal, dan otot rangka. Oleh karena itu, AST
bukan merupakan indikator yang spesifik dari peradangan pada hati. Menurut
Vrankovic et al. (2015), 60% nilai AST dalam serum darah meningkat karena
dipengaruhi oleh aktivitas otot. Sebagian besar Alanin aminotransferase atau ALT
lebih banyak ditemukan di dalam hati dan sedikit berada di ginjal, jantung, dan
otot. Sehingga, ALT lebih banyak berfungsi dalam mendiagnosa ada atau
tidaknya penurunan dari
kerusakan sel hati. berguna untuk mendiagnosa penyakit hati. Nilai rata-rata
AST pada kuda gayo, kiso, dan hotblood terlihat berbeda jika dibandingkan
dengan kuda warmblood. Nilai AST paling tinggi terlihat pada kuda warmblood,
hal ini dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, habitat, dan aktivitas fisik dari
kuda tersebut. Menurut Rubino et al. (2006), lingkungan dari kuda warmblood
berada di dataran tinggi yang banyak akan bebatuan dan lingkungan yang kering
serta kuda ini lebih sering berada di padang rumput dalam waktu yang lama.
Seringya kuda ini berada di padang rumput menyebabkan aktivitas otot meningkat
sehingga terlihat nilai AST pada kuda ini lebih tinggi dari nilai normal kuda pada
umumnya. Enzim ALT dan AST berada di dalam sitoplasma sel, sehingga jika
terjadi penurunan pada fungsi organ mengakibatkan integritas sel terganggu yang
akan menyebabkan bocornya kedua enzim ini ke dalam sirkulasi darah dan
nilainya akan meningkat (Stockham dan Scott 2008).
Fungsi dari BUN dan kreatinin pada umumnya membantu dalam menilai
kerusakan ginjal. Menurut Gowda et al. (2010), BUN merupakan hasil akhir dari
katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan
melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian
difiltrasi oleh glomerulus. Sedangkan, kreatinin merupakan hasil akhir dari
metabolisme kreatin fosfat yang diproduksi oleh tubuh secara konstan tergantung
massa otot dan dibuang melewati ginjal. Semakin berat massa otot maka akan
mempengaruhi nilai BUN. Nilai BUN dan kreatinin pada kuda gayo dan ketiga
kuda lainnya terlihat sangat bervariasi. Hal ini dikarenakan BUN dapat
berhubungan dengan asupan nutrisi protein (Egbe-Nwiyi et al. 2012). Sedangkan,
nilai kreatinin dapat berhubungan dengan massa otot, aktivitas otot, dan status
Parameter (units) Gayo
(n=3)
Thoroughbred
(HB)
(Hassan et al.
2015)
Kiso
(Pony)
(Takasu et al.
2013)
Murgese
(WB)
(Rubino et
al. 2006)
Nilai normal
(mercks
Manual 2010)
AST (unit/l) 286.3± 32.3 264.5 ± 0.5 276.5± 62.0 436.6 ± 98.3 160-412
ALT (unit/l) 17.8 ± 3.1 17 ± 0.2 - 3.5 ± 1.9 3-23
BUN (mg/dl) 30.1± 3.9 21.2 ± 0.5 12.2 ± 4.8 29.6 ± 7.2 11-27
Kreatinin (mg/dl) 1.5 ± 0.1 1.6 ± 0.2 1.2 ± 0.3 1.2 ± 0.3 0.4-2.2
Kolesterol (mg/dl) 93.2 ± 10.6 111.3 ± 1.6 76.6 ± 14.2 82.1 ± 20.7 75-150
Glukosa (mg/dl) 77.3 ± 6.9 107.1 ± 1.0 83.7 ± 13.2 77.0 ± 15.1 62-134
13
kesehatan. Peningkatan dan penurunan dari BUN dan kreatinin dapat dipengaruhi
oleh jumlah cairan yang hilang melalui keringat, sirkulasi darah ke ginjal, laju
filtrasi glomerulus, gangguan pada fungsi ginjal, serta ketidakseimbangan dari
asupan nutrisi (Gowda et al. 2010).
Kolesterol merupakan bahan sintesis utama dari asam empedu yang
diproduksi di hepatosit melalui berbagai jalur metabolisme dan diekskresi melalui
empedu (Munoz et al. 2010). Nilai rata-rata kolesterol tertinggi terlihat pada kuda
hotblood dibandingkan dengan kuda gayo, kiso, dan warmblood. Penurunan nilai
kolesterol menjadi salah satu indikator adanya gangguan fungsi hati dan juga
dapat ditemukan pada kuda yang mengalami malabsorbsi atau maldigesti akibat
rendahnya jumlah asam empedu yang di sekresikan (Ricketts 2006).
Fungsi utama glukosa yaitu untuk mengevaluasi status kecukupan energi
(Ricketts 2006). Nilai rata-rata glukosa kuda gayo, kiso, dan thoroughbred terlihat
lebih rendah dibandingkan dengan nilai pada kuda warmblood. Faktor fisiologis
yang dapat mempengaruhi level glukosa dalam plasma darah yaitu stres dan
aktivitas fisik. Semakin tinggi kuda melakukan aktivitas fisik semakin tinggi pula
energi yang dibutuhkan dengan cara memecah glikogen sehingga, terjadi
peningkatan kadar glukosa dalam darah. Glukosa dalam darah dipelihara oleh
aktivitas hormon glukagon yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan
insulin yang dapat menurunkan kadar glukosa. Glukosa dapat diabsorbsi di usus
halus dan disimpan di hati dan otot yang akan dipecah ketika level glukosa dalam
plasma menurun (Irawan 2007).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan profil hematologi dan kimia darah kuda gayo
memiliki karakter nilai tersendiri.
Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pemeriksaan kimia darah yang
lebih lengkap sesuai standart internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Barrelet A, Ricketts S. 2002. Haematology and blood biochemistry in the horse: a
guide to interpretation. In Practice. 24 : 318-327.
Bijanti R, Yuliani GA, Wahjuni RS, Utomo RB. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik
Veteriner. Surabaya (ID): Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.
14
Davis C P. 2016. Liver blood tests. Di dalam: Davis C P, Shiel WC Jr, editor.
MedicineNet [Internet]. [diunduh pada 2016 Juli 21]. Tersedia pada:
http://www.medicinenet.com/liver_blood_tests/page2.htm
Effendi Z. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam Tubuh.
Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara.
Ebge-Nwiyi TN., Kalu N.A, and Naphtali C. 2012. Preliminary studies on some
haematological and serum biochemical parameters of apparently healthy
adult horses in maiduguri, Nigeria. Afr J Biomed Res. 15 : 49-53.
Gowda S, Desai PB, Kulkarni SS, Hull VV, Math AAK, Vemeker SN. 2010.
Marker of renal function tests. North Am J Med Sci. 2:170-173.
Harvey, John W. 2012. Veterinary Hematology: A Diagnostic Guide and color
Atlas. Missouri (US): Elsevier.
Hassan HY, Aly MA, Elseady YM, Nayel MA, Elsify AM, Salama AA, Hassan
MS, Elbarody EF, Kamar AB. 2015. The effect of race in the clinical,
hematological and biochemical biomarkers in thoroughbred horses. J Vet
Sci. 46 : 161-169.
Humas Kabupaten Aceh Tengah. 2014. Karakteristik dan informasi genetik kuda
gayo. Acehtengahkab [Internet]. [Diunduh pada 2016 Juni 23]. Tersedia
pada: http://humas.acehtengahkab.go.id/2014/12/ini-karakteristik-dan-
informasi-genetik-kuda-gayo/
Irawan MA. 2007. Glukosa dan Metabolisme Energi. Polton Sport Science &
Performance Lab. 1: 1-5
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman
interpretasi data klinik. Jakarta (ID): Direktorat Bina Pelayanan
Kefarmasian.
Maswarni, Rachman N. 2014. Kuda: Manajemen Pemeliharaan dan
Pengembangbiakan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Mikniene Z, Maslauskas K, Kerziene S, Kucinskiene J, Kucinskas A. 2014. The
effect of age and gender on blood haematological and serum biochemical
parameter in zemaitukai horses. Vet Med Zoot. 65 : 37-43
Munoz A, Riber C, Trigo P, and Castejon F. 2010. Hematology and clinical
pathology data in chronically starved horses. J Equine Vet Sci. 30 : 581-589.
Paden L, Gomercic T, Duras M, Arbanasic H, Galov A. 2014. Hematological and
serum biochemical reference values for the posavina and croatian coldblood
horse breeds. Acta Vet-Beograd. 64 : 200-212.
Ricketts S. 2006. Equine Clinical Pathology. Suffolk: Rossdale & Partners
Veterinary Surgeons.
Rubino G, Cito AM, Lacinio R, Bramante G, Caroli A, Pieragostini E, Petazzi F.
2006. Hematology and some blood chemical parameters as a function of
tick-borne disease (TBD) signs in horses. J Equine Vet Sci. 26 : 475-480.
Soehardjono O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang Equestrian Centre : Jakarta.
Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamental of Veterinary Clinical Pathology
Ed. 2nd. State Avenue (US): Blackwell Pub.
15
Takasu M, Nagatani N, Tozaki H, Kakoi H, Maeda M, Murase T, Mukoyama H.
2013. Hematological and biochemical reference values for the endangered
kiso horse. J Equine Sci. 24 : 75-78.
The Merck Veterinary Manual (2010) 10th Edn., pp. 2192-94.
Tomenendalova J, Vodicka R, Uhrikova I, Doubek J. 2014. Determination of
haematological and biochemical parameter of przewalski horses (equus
przewalski) kept by the praguen zoo. Vet Med 59 : 11-21.
Vrankovic L, Aladrovic J, Beer-Ljubic B, Zdelar-Tuk Maja, Stovejic Z. 2015.
Seasonal change in enzyme activities and mineral concentration in holstein
stallion blood plasma. Vet arhiv. 85 : 235-246.
Wilson, Don E., and DeeAnn M. Reeder, eds. 2005. Mammal Species of the
World: A Taxonomic and Geographic Reference, 3rd., vol. 1 & 2.
Baltimore, Maryland (US): John Hopkins University Pr.
16
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mohamad Ibnu Satria yang dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 28 Oktober 1993. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD AL FURQON
tahun 2005, SMPN 6 Jember tahun 2008 dan SMAN 4 Jember tahun 2011. Masuk
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur BUD.
Selama kuliah Penulis aktif pada organisasi UKM Equestrian Club IPB
periode 2013-2014, anggota cluster wild herbivore dan divisi eksternal Himpunan
Minat dan Profesi Satwa Liar tahun 2013-2014, dan aktif mengikuti kegiatan
magang kesehatan dan pelatihan berkuda di Detasemen Kavaleri Berkuda,
Parongpong (2013), dan Athena Stable (2014), PKM bidang kewirausahaan
didanai Dikti tahun 2013 dan 2014 serta mengikuti pertandingan berkuda
Dressage Walk Trot Senior dan Show Jumping pada beberapa kejuaraan berkuda
dari tahun 2013-2015.
Recommended