View
234
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN
NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI
DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Karmelia Galih Runti Sari
NIM: 121224045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN
NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI
DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING
UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Karmelia Galih Runti Sari
NIM: 121224045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Orang tua tercinta, Bapak Adrianus Sutardi dan Ibu Christina Suliwati yang luar biasa
telah memberikan cinta dan kasih sayang yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam
doa!”
(Roma 12 : 12)
“Kecantikkan wanita tidak terletak pada riasan wajahnya, tetapi pada hati yang ikhlas memberi , tangan yang tak pernah berhenti menolong dan mulut yang tak pernah berhenti
mengucap syukur”
(Christina Suliwati- Ibuku)
“Jangan takut untuk bermimpi. Karena mimpi adalah tempat menanam benih harapan dan
memetakan cita-cita”
(Monkey D. Luffy- One Piece)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Sari, Karmelia Galih Runti. 2017. Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Orang-
orang Proyek Karya Ahmad Tohari dan Rancangan Pembelajarnnya dengan
Menggunakan Role Playing untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yaitu kurangnya
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sastra sehingga pembelajaran sastra
hanya tersedia seperenam atau kurang dari 19% dari keseluruhan alokasi waktu
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan unsur tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek serta
memberikan alternatif rancangan pembelajarannya dengan menggunakan metode role
playing untuk siswa SMA kelas XI semester I. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk
mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad
Tohari dalam bentuk kutipan kata-kata.
Penelitian ini menemukan hasil analisis sebagai berikut: (1) tokoh yang
frekuensi kemunculannya stabil dari awal cerita hingga akhir cerita adalah Tokoh
Kabul, (2) Tokoh Kabul merupakan tokoh utama yang memiliki sifat protagonis, (3)
Tokoh pembantu atau tambahan seperti tokoh Pak Tarya, Wati, Mak Sumeh dan
Dalkijo (4) Tokoh pembantu yang memiliki interaksi menonjol ialah tokoh Dalkijo
yang memiliki sifat antagonis, perseteruan itu terkait beda kepentingan dalam karir, (5)
metode penokohan yang digunakan ada dua yaitu metode analitik dan dramatik, namun
kecenderungan terdapat pada penggunaan metode dramatik. Berdasarkan hasil analisis
keseluruhan novel, bagian I novel OOP memenuhi kebutuhan metode role playing
sebagai bahan ajar. Ada sembilan langkah yang ditempuh dalam metode role playing
yaitu, pemanasan suasana kelompok, pemilihan partisipan, persiapan partisipan
sebagai pengamat, pengaturan latar (setting), pemeranan, diskusi dan evaluasi,
pemeranan kembali, diskusi dan evaluasi, serta sharing dan generalisasi.
Dari hasil analisis novel, peneliti menyusun silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran pada kompetensi membaca, memahami hikayat, novel
Indonesia/terjemahan. Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah kemampuan
menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat dijadikan salah satu alternatif dalam
pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I dengan menggunakan metode role
playing.
Kata Kunci: Metode Role Playing, Unsur Tokoh dan Penokohan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Sari, Karmelia Galih Runti. 2017. The Analysis of Characters and
Characterization of Orang-orang Proyek Novel Written by Ahmad Tohari
and the Lesson Plan Using Role Playing Method First Semester Students of
Grade XI Senior High School. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and
Literature Education Study Program, Faculty of Teacher Training and
Education, Sanata Dharma University.
The research was motivated by the problem that is the lack of ability of
teachers to manage learning literature, as the result, the literature learning is available
only available for one-sixth or less than 19% of the overall allocation of time for
learning Indonesian language and literature. The aim of this research was to describe
the character and characterization elements in Orang-Orang Proyek novel and to
provide alternatives of lesson plan using role playing method for First Semester
Students of Grade XI Senior High School. The method used in this research was
qualitative descriptive method. This method was applied to describe the characters and
characterization of Orang-Orang Proyek Novel written by Ahmad Tohari in the form
of quote of the words.
The research found analysis result as follow: (1) the character whose
frequency of appearance was stable from the start to the end of the story is Kabul’s
character, (2) Kabul’s character is the main character as the protagonist, (3) The
additional characters are Pak tarya, Wati, Mak Sumeh and Dalkijo, (4) The additional
character having appealing interaction is Dalkijo’s character who is the antagonist, the
fight is related to different interest in career, () the method of characterization used was
analytic and dramatic method , but mostly the tendency was on the use of dramatic
method. Based on the whole analysis of the novel, the first part of Orang-Orang Proyek
novel fulfilled the need of role playing method as the learning material. There are nine
steps taken in role playing method, such as heating group atmosphere, selecting the
participants, preparing the participants as an observer, setting the stage (setting), play,
discussion and evaluation, play back, discussion and evaluation, as well as sharing and
generalization.
From the analysis of the novel, the researcher designed syllabus and lesson
plan on reading, tale comprehension, and Indonesian/translated novel competence. The
to-be-achieved basic competence is the ability to analyze the intrinsic and extrinsic
elements of Indonesian/translated novel. The syllabus and lesson plan can become one
of the alternatives in learning literature at first semester students of grade XI senior
high school by applying role playing method.
Keywords : Role Playing Method, Elements of Characters and Characterization
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan
Rancangan Pembelajarannya dengan Menggunakan Metode Role Playing untuk Siswa
SMA Kelas XI Semester I. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis memperoleh pengalaman dan pelajaran berharga saat menyusun skripsi
ini, karena saat penyusunan skripsi terdapat hambatan dan masalah yang dialami oleh
penulis. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan,
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Rahmanto, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak
memberikan arahan dan petunjuk bagi penulis dengan sabar dan memberikan
sumbangsih besar dalam penyelesaian penelitian ini.
2. Drs. P. Hariyanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing,
mengoreksi, dan memberi motivasi dengan penuh kesabaran dalam penyusunan
skripsi ini
3. Dr.Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia.
4. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia.
5. Para Dosen PBSI yang telah memberikan bekal ilmu dan membimbing penulis
selama masa perkuliahan di Universitas Sanata Dharma
6. Keluargaku tercinta, ayah, ibu dan kakakku yang selalu memberikan doa,
dukungan, nasihatnya bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Teman-teman PBSI 2012 yang senantiasa menjadi teman bertukar pikiran, tempat
berbagi rasa atas segala semangat dan perhatian yang tak pernah putus untuk
penulis.
8. Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu penulis selama belajar di
kota Yogyakarta. Maaf tidak bisa menyebut nama kalian satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Walaupun demikian, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat berguna bagi penulis.
Yogyakarta, 6 Maret 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
MOTO ................................................................................................................ v
PERNYATAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoretis ................................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 6
1.5 Batasan Istilah ............................................................................................ 6
1.6 Sistematika Penyajian ................................................................................ 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 10
2.1 Penelitian yang Relevan .......................................................................... 10
2.2 Kajian Teori ............................................................................................. 12
2.2.1 Metode Role Playing ........................................................................... 12
2.2.1.1 Ciri- Ciri Metode Pembelajaran Role Playing ................................. 13
2.2.1.2 Prinsip Metode Pembelajaran Role Playing ..................................... 14
2.2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing ........................... 15
2.2.1.4 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Role Playing ................... 16
2.3 Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA ...................................................... 18
2.4 Unsur-Unsur Intrinsik Novel ................................................................... 19
2.4.1 Unsur Tokoh ....................................................................................... 19
2.4.2 Unsur Penokohan ................................................................................ 21
2.5 Hakikat Novel .......................................................................................... 22
2.6 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ...................................... 23
2.6.1 Silabus ................................................................................................. 24
2.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................... 26
2.6.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ....................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 30
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 30
3.2 Data dan Sumber Penelitian .................................................................. 31
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 31
3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................. 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 33
4.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 33
4.2 Analisis Unsur Tokoh dan Penokohan Novel OOP .............................. 34
4.2.1 Analisis Unsur Tokoh Novel OOP ..................................................... 34
4.2.1.1 Bagian I ............................................................................................ 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.2.1.2 Bagian II ........................................................................................... 37
4.2.1.3 Bagian III .......................................................................................... 40
4.2.1.4 Bagian IV ......................................................................................... 42
4.2.1.5 Bagian V ........................................................................................... 44
4.2.2 Analisis Unsur Penokohan Novel OOP .............................................. 48
4.2.2.1 Bagian I ............................................................................................ 48
4.2.2.2 Bagian II ........................................................................................... 55
4.2.2.3 Bagian III .......................................................................................... 59
4.2.2.4 Bagian IV ......................................................................................... 62
4.2.2.5 Bagian V ........................................................................................... 65
4.3 Rancangan Pembelajaran dengan
Menggunakan metode Role Playing .................................................... 70
4.3.1 Penerapan Langkah-Langkah Metode
Role Playing dalam Rancangan Pembelajaran ................................... 71
4.3.2 Rancangan Pembelajaran Tokoh dan Penokohan
Novel OOP bagian I dengan Metode Role Playing ............................ 82
4.3.2.1 Silabus Pembelajaran .................................................................. 82
4.3.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................. 89
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 118
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 118
5.2 Implikasi ................................................................................................ 121
5.3 Saran ...................................................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 123
LAMPIRAN ................................................................................................... 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Materi Pembelajaran Tokoh dan Penokohan ............................. 126
Lampiran 2 : Hasil Rancangan Metode Role Playing Materi
Tokoh dan Penokohan Novel OOP Bagian I ............................. 128
Lampiran 3 : Penggalan Bagian I Novel OOP
Karya Ahmad Tohari ................................................................ 134
Lampiran 4 : Biodata Penulis ........................................................................... 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembelajaran sastra sangat membantu peningkatan kualitas
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari empat cakupan manfaat pembelajaran sastra,
yaitu: membantu keterampilan berbahasa, mengingkatkan pengetahuan budaya,
mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto,
1988: 15-16). Kenyataannya, pembelajaran sastra di sekolah masih dianggap belum
menyentuh substansi serta belum mampu mengusung misi utamanya, yakni
memberikan pengalaman bersastra(apresiasi dan ekspresi) kepada siswa.
Kurikulum 1994 menakar porsi pembelajaran sastra hanya seperenam atau 19%
dari keseluruhan alokasi pembelajaran bahasa dan sastra yang ada (Siregar, 1999: 57).
Ketidaktercapaian pembelajaran sastra disebabkan oleh sejumlah faktor. Tiga faktor
utama penyebab kegagalan pembelajaran sastra ialah guru, siswa, dan sarana belajar
(Suryatin, 1997: 52-53). Terdapat empat masalah utama gagalnya pembelajaran sastra
pada faktor guru yaitu rendahnya minat baca guru terhadap karya sastra, kurangnya
pengalaman guru dalam mempelajari dan mengapresiasi teori sastra, serta terhambat
oleh luasanya cakupan kurikulum yang harus disampaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Pembelajaran sastra menuntut guru agar tidak terbatas pada pemahaman teori
dasar sastra saja. Guru diminta menciptakan kesempatan bagi siswa untuk mengalami
sendiri proses apresiasi dan mengekspresikan dirinya terhadap karya sastra. Peran
guru yang sangat dituntut dalam hal ini ialah proses pembuatan rancangan
pembelajaran sastra yang efektif dan efisien. Guru harus mampu memilih bahan,
media, metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran sastra. dan
memadukannya dalam rancangan pembelajaran berupa silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang ideal. Salah satu metode yang dapat memberikan
pengalaman bersastra ialah metode role playing.
Metode Role Playing merupakan metode pembelajaran yang berbentuk interaksi
antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan
simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang
sebenarnya (Hosnan, 2014: 200). Siswa diajak untuk berekspresi, berkreasi sambil
belajar. Metode ini memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dengan karya
sastra, siswa dapat mengapresiasi sekaligus mengekspresikan karya sastra. Penerapan
metode role playing untuk tidak sekadar mengajarkan pengetahuan baru bagi siswa,
tetapi juga berperan sebagai manager dalam pengelolaan pembelajaran.
Faktor lain yang menyebabkan tidak tercapainya misi utama pembelajaran sastra
adalah faktor sarana. Minimnya buku-buku hasil karya sastra yang dimiliki oleh
perpustakaan sekolah menjadi salah satu bukti adanya hambatan di bidang sarana
(Suryatin, 1997: 55). Buku karya sastra beraneka ragam bentuknya, seperti; novel,
kumpulan cerpen, gurindam, puisi, sajak, dsb. Siswa SMA yang berada pada tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
perkembangan remaja, cenderung tertarik pada novel. Hal ini dikarenakan novel
mampu memberikan daya imajinasi dan sajian alur cerita yang menarik dibandingkan
karya sastra lainnya. Salah satu alasan kedekatan novel dengan remaja lainnya ialah
daya tafsir untuk menikmati sebuah novel tidak begitu dibutuhkan.
Dilihat dari kedekatannya, novel sangat cocok dijadikan bahan ajar untuk kalangan
siswa SMA, namun pemilihan novel sebagai bahan ajar juga tidak bisa sembarangan.
Novel harus mengandung cerita yang bisa memberi pesan positif dan kedekatan
dengan kehidupan sosial siswa. Novel karya Ahmad Tohari yang berjudul Orang-
Orang Proyek mengisahakan perjuangan tokoh Kabul untuk melawan ketidakadilan
terhadap rakyat kecil. Ia menentang atasan (Dalkijo) yang mengajaknya untuk
memainkan uang proyek jembatan untuk kepentingan pribadinya. Novel yang berlatar
belakang kehidupan pembangunan di zaman orde baru ini dapat dimanfaatkan
sebagai bahan ajar sastra untuk siswa SMA.
Novel dibangun dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, secara spesifik unsur
pembangun tersebut dapat diangkat sebagai materi pembelajaran, misalnya salah satu
unsur intrinsik yaitu unsur tokoh dan penokohan. Materi tokoh dan penokohan dipilih
karena tokoh-tokoh dalam novel mendapat sorotan lebih tajam dari para penulisnya.
Mutu sebuah cerpen (juga novel) banyak ditentukan oleh kepandaian penulis
menghidupkan watak tokoh-tokohnya. Kalau karakter tokohnya lemah, maka akan
lemahlah seluruh cerita (Saini, 1986: 64).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa atau
sebagian dari peristiwa yang digambarkan dalam plot atau alur (Sumardjo & Saini,
1986: 144). Sifat dan kedudukan tokoh cerita dalam suatu karya sastra drama
beraneka ragam. Berdasarkan sifatnya, tokoh dibedakan menjadi tokoh protagonis
dan antagonis, sedangkan berdasarkan kedudukannya tokoh dibagi menjadi tokoh
utama (tokoh major) dan tokoh pembantu (tokoh minor). Tokoh dihadirkan melalui
teknik pelukisan adalah pelukisan tokoh cerita baik keadaan lahir maupun batinnya
atau keyakinannya melalui penokohan atau perwatakan, pandangan hidupnya, dan
adat istiadatnya. Penokohan dibagi menjadi dua kelompok yaitu: metode analitik dan
metode dramatik.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti memberikan solusi bagi guru
untuk memanfaatkan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari sebagai bahan
ajar sastra. Pengembangan pembelajaran dengan metode role playing akan membantu
guru dalam menciptakan pengalaman bersastra bagi siswa. Siswa akan mengapresiasi
dan mengekspresikan dirinya terhadap karya sastra secara sistematis dan terpadu.
Metode pembelajaran role playing dengan materi unsur tokoh dan penokohan pada
novel Orang-Orang Proyek memberikan sarana bagi siswa untuk mengembankan
potensi dan karakternya. Penelitian analisis unsur tokoh dan penokohan novel Orang-
Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan pengembangan metode pembelajaran role
playing untuk siswa SMA kelas XI semester I ini akan mempermudah proses
pembelajaran untuk mencapai empat cakupan manfaat pengajaran sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian
ini adalah :
1) Apa sajakah unsur tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek
karya Ahmad Tohari?
2) Bagaimana rancangan pembelajaran tokoh dan penokohan novel OOP dengan
menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI Semester I?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
ini adalah:
1) Mendeskripsikan unsur tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang
Proyek karya Ahmad Tohari.
2) Memberikan alternatif rancangan pembelajaran penokohan novel OOP dengan
menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI Semester I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang metode
pembelajaran sastra, sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir,
kemampuan belajar, kemampuan berekspresi dan mampu mengembangkan sikap
tanggung jawab, disiplin dan kerjasama dengan teman sebayanya.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan untuk
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan potensi siswa
dalam pembentukan karakter. Siswa diajak mengalami pengalaman bersastra.
2) Bagi Guru
Menambah wawasan tentang metode, indikator, penilaian yang dibutuhkan
dalam pembelajaran sastra.
1.5 Batasan Istilah
1) Novel
Novel merupakan cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran luas
disini dapat berarti cerita atau plot (alur) yang kompleks (Sumardjo & Saini,
1986: 28). Novel adalah produk masyarakat. Novel berada di masyarakat karena
dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau
rasional dalam masyarakat (Sumardjo dalam Wahyuningtyas, 2010: 47)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2) Tokoh
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-
peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot
(Sumardjo & Saini, 1986:144).
3) Penokohan
Penokohan dan perwatakan adalah mengenai tokoh cerita, baik keadaan
lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya,
keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita
(Jones dalam Nurgiantoro, 2015: 247). Menurut Sudjiman (1988: 22) watak
adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakan dengan tokoh lain.
4) Metode Role Playing
Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa-siswa
untuk praktik menempatkan diri mereka dalam peran-peran dan situasi yang akan
meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai keyakinan-keyakinan mereka
sendiri dan orang lain. Menurut Huda (2013: 116-117) terdapat sembilan tahap
yang harus ditempuh untuk menerapkan metode role play yaitu pemanasan
suasana kelompok, seleksi partisipan, pengaturan setting, persiapan pemilihan
siswa sebagai pengamat, pemeranan, diskusi dan evaluasi, pemeranan kembali
kemudian sharing dan generalisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
5) Pengajaran Sastra
Pengajaran Sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila
cakupannya meliputi empat manfaat yaitu: membantu keterampilan berbahasa,
mengingkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa dan
menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
6) Silabus
Silabus adalah rancangan program pembelajaran satu atau kelompok mata
pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dicapai siswa serta cara mempelajarinya dan juga pencapaian materi
(Sanjaya, 2008: 167).
7) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan mata pelajaran
per unit yang diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.6 Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I Pendahuluan , bab II Landasan
Teori, bab III Metodologi Penelitian, bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab V
Penutup. Bab I berisi tentang pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penelitian, batasan istilah, sistematika penyajian. Bab II berisikan
landasan teori yaitu penelitian yang relevan, metode role playing, pembelajaran sastra
di jenjang SMA, unsur intrinsik, hakikat novel, kurikulum tingkat satuan pendidikan
(a) silabus, (b) rencana pelaksanaan pembelajaran, (c) standar kompetensi, dan (d)
komponen dasar. Bab III berisikan metodologi penelitian yaitu jenis penelitian,
metode penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data. Bab IV berisikan pembahasan yaitu deskripsi data, langkah-
langkah metode role play (a) analisis tokoh novel Orang-Orang Proyek karya
Ahmad Tohari (b) analisis penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad
Tohari, pengembangan metode pembelajaran role playing dalam pembelajaran sastra
di SMA kelas XI semester I. Bab V berisikan penutup yaitu kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sujatmiko (2014).
Judul penelitian ini adalah Aspek Moral Dalam Novel Orang- Orang Proyek Karya
Ahmad Tohari : Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar
Sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Metode penelitian kualitatif deskriptif merujuk pada kutipan adegan, dialog, tindakan
yang dilakukan tokoh dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
Metode ini memberikan gambaran secara besar aspek moral yang terkandung dalam
novel Orang-Orang Proyek dalam tinjauan sosilogi sastra.
Hasil analisisnya sebagai berikut: (1) latar sosio-historis Ahmad Tohari peduli
dengan masalah-masalah orang kecil dan tertindas, (2) struktur novel Orang-orang
Proyek karya Ahmad Tohari ditemukan tema yang terdapat dalam novel, tokoh yang
terdapat pada novel adalah Kabul sebagai tokoh utama, tokoh tambahan adalah
Insinyur Dalkijo, Pak Tarya, Pak Basar, Wati, dan Mak Sumeh, (3) novel Orang-
Orang Proyek dapat dijadikan bahan ajar SMA karena memiliki empat aspek moral,
yaitu moral kemanusiaan, moral pergaulan, moral keadilan, dan moral keagamaan,
(4) hasil implementasinya dapat digunakan dalam pelajaran bahasa Indonesia di SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kelas XI semester I (ganjil) dengan standar kompetensi (7) memahami berbagai
hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan kompetensi dasar (7.2) menganalisis
unsur–unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan yang ditekankan
pada semester I (ganjil).
Penelitian relevan kedua dilakukan oleh Wini (2015). Judul penelitian ini adalah
Metode Inkuiri Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Perempuan Itu Bermata Saga
karya Agust Dapa Loka Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I. Penelitian ini
mendeskripsikan tema dan amanat dalam novel PIBS karya Agust Dapa Loka yang
kemudian diimplementasikan sebagai bahan ajar yang diwujudkan dalam silabus dan
rancangan rencana pembelajaran dengan menerapkan metode inkuiri. Berdasarkan
hasil analisis metode inkuiri dalam pembicaraan sastra di SMA kelas XI semester I
dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum berbasis kompetensi menyebutkan tujuan
pembelajaran sastra di SMA agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya
sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Persamaan skripsi Sujatmiko dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan novel Orang-Orang Proyek sebagai sumber data dan bahan ajar pada
pembelajaran sastra di SMA. Perbedaan dalam skripsi ini adalah Sujatmiko fokus
pada aspek moral dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra, sedangkan dalam
penelitian ini fokus pada unsur tokoh dan penokohan dengan pedoman analisis unsur
tokoh dan penokohan. Pada skripsi Wini juga ditemukan persamaan orientasi tujuan
penelitian yaitu menciptakan pembelajaran sastra yang dapat dinikmati dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dimanfaatkan sebagai pengembangan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan,
serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Berbeda dengan
penelitian ini, metode pembelajaran yang digunakan ialah role playing dengan materi
unsur tokoh dan penokohan pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Metode Role Playing
Metode role playing merupakan metode pembelajaran yang berbentuk
interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan
menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian,
atau sistem yang sebenarnya (Hosnan, 2014: 200). Model pembelajaran ini
mengajak siswa untuk mempelajari sesuatu (sistem) dengan menggunakan model
dan membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan
memecahkan dilema dengan bantuan kelompok (Hamzah, 2007: 26). Metode role
playing merupakan salah satu jenis dari metode pembelajaran simulasi.
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan
sesungguhnya dalam kelas, misalnya simulasi sebagai seorang manager, siswa
diminta untuk berperan sebagai manager di perusahan fiktif. Simulasi dapat
berbentuk permainan peran atau role playing (Hosnan, 2014: 200) sebagai metode
mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip,
atau keterampilan tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Metode Role playing pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial. Artinya, dengan bermain peran siswa belajar
menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan
dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai
sarana bagi siswa untuk: (1) mengeksplorasi perasaan siswa, (2) mentransfer dan
mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan persepsi siswa, (3)
mengembalikan skill pemecahan masalah dan tingkah laku, (4) mengeksplorasi
materi pelajaran dengan cara yang berbeda (Huda, 2013: 116). Hal ini akan
bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena ia akan
mendapatkan diri dalam suatu situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti
dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja dan lain-lain.
2.2.1.1 Ciri-Ciri Metode Pembelajaran Role Playing
Pembelajaran Role Playing memiliki ciri sebagai berikut:
1) Siswa dalam kelompok bermain menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda,
baik tingkat kemapuan tinggi maupun rendah. Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan gender.
3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing
individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.2.1.2 Prinsip Metode Pembelajaran Role Playing
Prinsip yang digunakan pada metode role playing mengadaptasi metode
induknya yaitu simulasi. Beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran tersebut sebagai berikut :
1) Role playing dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat
kesempatan untuk melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga
berbeda.
2) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing.
3) Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, yang
sebelumnya dibicarakan oleh siswa dan guru.
4) Petunjuk simulasi (role playing) diberikan terlebih dahulu.
5) Simulasi seyogianya dapat dicapai tiga domain psikis (afektif, kognitif, dan
psikomotorik).
6) Simulasi hendaknya menggambarkan situasi yang lengkap.
7) Hendaknya diusahakan terintegrasikannya beberapa ilmu (Hasibuan dan
Moedjiono dalam Taniredja, dkk, 2014 : 41).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing
Metode Role Playing memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut : (1)
siswa melatih dirinya memahami dan mengingat isi bahan yang akan
diperankan, (2) siswa akan berlatih unutk berinisiatif dan kreatif, (3) bakat
yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul
atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah, (4) kerjasama antarpemain dapat
ditumbuhkan dan dibina sebaik-baiknya, (5) siswa memperoleh kebiasaan
untuk menerima dan membagi tanggungjawab dengan sesamanya, (6) bahasa
lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami
orang lain.
Metode role playing memiliki beberapa kekurangan yang harus
diperhatikan oleh guru. Kekurangan metode role playing diantaranya: (1)
sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif, (2) banyak
memakan waktu, (3) memerlukan tempat yang cukup luas, (4) kelas lain
sering merasa terganggu dengan suara pemain dan tepuk tangan penonton atau
pengamat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2.1.4 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Role Playing
Metode role playing memiliki sembilan yang harus ditempuh untuk
diterapkan yaitu pemanasan suasana kelompok, seleksi partisipan, pengaturan
setting, persiapan pemilihan siswa sebagai pengamat, pemeranan, diskusi dan
evaluasi, pemeranan kembali kemudian sharing dan generalisasi (Huda,
2013:116-117) yang secara rinci dipaparkan sebagai berikut:
1) Pemanasan Suasana Kelompok
Pada tahap ini, guru mengidentifikasi, menjelaskan, menafsirkan
masalah yang dirumuskan dalam suatu tema materi tertentu tertentu.
Kemudian guru menjelaskan tentang metode yang akan digunakan adalah
role playing (bermain peran).
2) Seleksi Partisipan
Guru terlebih dahulu menganalisis peran, kemudian guru memilih
pemain (siswa) yang akan berperan. Oleh karenanya guru harus
memperhatikan kemampuan siswa yang beragam.
3) Pengaturan Setting
Guru mengatur sesi-sesi peran, guru menegaskan kembali tentang peran,
kemudian guru dan siswa mendekati situasi yang bermasalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4) Persiapan Pemilihan Siswa sebagai Pengamat
Guru dan siswa memutuskan yang akan dibahas, guru memberi tugas
pengamatan terhadap salah seorang siswa.
5) Pemeranan
Guru dan siswa memulai, mengukuhkan, dan menyudahi role playing.
6) Diskusi dan Evaluasi
Guru dan siswa menilai pemeran (kejadian, posisi, kenyataan), guru dan
siswa mendiskusikan, dan mengembangkan pemeranan selanjutnya.
7) Pemeranan Kembali
Siswa dibimbing guru memerankan perannya kembali dengan bekal
komentar dari kelompok pengamat.
8) Diskusi dan Evaluasi
Dilakukan sebagaimana pada tahap 6.
9) Sharing dan Generalisasi Pengalaman
Guru dan siswa menghubungkan situasi yang diperankan dengan
kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain yang mungkin muncul,
guru menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.3 Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA
Karakter siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran sastra. Dalam
pembelajaran sastra, pemilihan bahan ajar harus disesuaikan dengan kemampuan
siswa pada suatu tahap pembelajaran. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan
secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat yaitu: membantu
keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta
rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 15). Pengajaran sastra
akan membantu generasi bangsa mengenali masalah-masalah di masyarakat pada
suatu periode yang ditafsirkan dalam karya sastra. Apabila karya sastra dianggap
tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-
masalah dunia nyata maka tentu saja pengajaran sastra itu mempunyai relevansi
dengan masalah-masalah nyata, maka pembelajaran sastra harus kita pandang sebagai
sesuatu yang penting dan menduduki tempat yang selayaknya (Rahmanto, 1988: 16).
Pengajaran sastra menjadi solusi pemecahan masalah di masyarakat, asalkan
pengajaran sastra tersebut dilakukan dengan tepat. Ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih bahan pengajaran yang tepat yaitu pertama dari
sudut bahasa, kedua dari sudut kematangan jiwa (psikologi), dan yang ketiga dari
sudut latar belakang budaya para siswa (Rahmanto, 1988: 27-33).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.4 Unsur-Unsur Intrinsik Novel
Suatu karya sastra dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun suatu karya sastra itu sendiri. Unsur-
unsur inilah yang akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra. Dalam novel,
unsur intrinsik menjadi unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun
cerita. Unsur intrinsik yang padu akan memberikan identitas bagi sebuah novel.
Unsur-unsur yang termasuk intrinsik adalah, plot, penokohan, tema, latar, sudut
pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan unsur moral yang terdapat dalam
fiksi (Nurgiyantoro, 2015: 30). Berikut ini peneliti hanya ingin menganalisis unsur
tokoh dan penokohan.
2.4.1 Unsur Tokoh
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-
peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.
Berdasarkan pembangunan konflik cerita, terdapat tokoh protagonis dan tokoh
antagonis (Waluyo, 1994:167). Waluyo melanjutkan, tokoh protagonis adalah
tokoh sentral atau tokoh yang mendukung jalannya cerita, sedangkan tokoh
antagonis adalah konflik dengan tokoh protagonis (1994:168). Tokoh pertama-
tama dicirikan oleh cara mereka memandang hal ihwal sekitar mereka. Tokoh
dapat dilihat dari isi cerita dan perkembangan ceritanya, dengan hal tersebut
gambaran tentang tokoh dapat dianalisis (Luxemburg: 137-138).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Tokoh dianalisis dengan mengikuti keseluruhan ceritanya. Menurut Nurgiyantoro
(2015: 258) berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh
utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalan novel yang
bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya
lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan
dengan tokoh utama secara langsung. Tokoh utama dapat saja hadir dalam setiap
kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan,
tetapi tokoh utama juga bisa tidak muncul dalam setiap kejadian atau tidak
langsung ditunjuk dalam setiap bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab
tersebut tetap erat kaitannya, atau dapat dikaitkan dengan tokoh utama.
Penentuan tokoh utama dalam sebuah cerita dapat dilakukan dengan cara yaitu
tokoh itu yang paling terlibat dengan makna atau tema, tokoh itu yang paling
banyak berhubungan dengan tokoh lain, tokoh itu yang paling banyak memerlukan
waktu penceritaan. Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat
frekuensi kemunculan tokoh dalam suatu cerita, selain lewat memahami peranan
dan frekuensi kemunculan tokoh, dalam menentukan tokoh utama dapat juga
melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya
merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Judul cerita dapat mencerminkan tokoh utamanya (Aminudin, 2002: 80).
Tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari seorang, walau kadar
keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi,
banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara
keseluruhan.
2.4.2 Unsur Penokohan
Penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones melalui Nurgiyantoro, 2015: 247). Cara
sastrawan menggambarkan atau memunculkan tokohnya dapat menempuh
berbagai cara (Boulton dalam Aminuddin, 1984: 85). Sastrawan menampilkan
tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang memiliki
semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki
cara yang sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya atau pelaku egois,
kacau, dan mementingkan diri sendiri. Pelaku dalam cerita fiksi dapat berupa
manusia atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat seperti manusia, misalnya
kancil, kucing, kaset, dan sepatu. Menurut Sudjiman (1988: 22) watak adalah
kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Baribin
(1989: 57) menyatakan bahwa ada dua cara penggambaran perwatakan dalam
prosa fiksi yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1) Metode analitik (cara singkap): pengarang langsung memaparkan tentang
watak atau karakter tokoh. Pengarang langsung menyebutkan bahwa tokoh
tersebut, misalnya keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya
2) Metode dramatik (cara lukis) : Penggambaran watak tokoh yang tidak
dicerminkan secara langsung tetapi disampaikan melalui pilihan nama tokoh
(misalnya nama semacam Ijah untuk menyebut pembantu dan nama Laura
untuk anak gadis putri majikan), penggambaran fisik atau postur tubuh, cara
berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh lain dan lingkungannya, dan melalui
dialog yaitu dialog tokoh yang bersangkutan atau interaksi dengan tokoh lain.
Berdasarkan uraian di atas penokohan atau perwatakan tokoh dalam cerita
dapat digambarkan secara langsung dan tidak langsung.
2.5 Hakikat Novel
Secara etimologis, kata novel berasal dari bahasa Latin novellas, yang terbentuk
dari kata novus yang berarti baru. Novel merupakan karya sastra yang berasal dari
karya sastra lain, yakni puisi dan drama. Adapun beberapa pandangan ahli mengenai
hakikat novel. Menurut Wellek dan Warren (dalam Wahyuningtyas 2010: 47), novel
menyajikan kehidupan itu sendiri, sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial.
Walaupun karya sastra juga meniru alam dan kehidupan subjektivitas manusia. Novel
adalah produk masyarakat (Sumardjo dalam Wahyuningtyas 2010: 47). Novel
tercipta oleh dorongan-dorongan yang terdapat dalam masyarakat, yaitu dorongan
rasional maupun emosional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan
peristiwa rekaan yang menggambarkan aspek kehidupan manusia yang senantiasa
berubah-ubah, berkesinambungan, dan penuh makna. Sebagian besar isi novel
mengadopsi kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik kondisi sosial
maupun subjektivitas tokoh atau pelaku.
2.6 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan direalisasikan dalam bentuk silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang relevan dengan hasil analisis
tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek yang akan didasarkan pada
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP merupakan penyempurnaan dari
kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007: 10). Setiap tingkat
satuan pendidikan dipercaya untuk menyusun KTSP yang hampir senada dengan
prinsip implementasi KBK (Kurikulum 2004) yang disebut pengelolaan Kurikulum
Berbasis Sekolah (KBS).
Terdapat empat komponen dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP).
Komponen tersebut yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2)
struktur muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, (4) silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Namun, yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu silabus
dan rencana pelaksanaan (RPP), standar kompetensi dasar (Muslich, 2007: 12-16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.6.1 Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Silabus dapat
didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok isi materi
pelajaran.” Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan
kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu
dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar (Salim dalam Muslich, 2007: 23).
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan
pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Muslich
(2007: 25-26) menjelaskan beberapa prinsip yang mendasari pengembangan
silabus yaitu sebagai berikut:
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Mengingat silabus
berisikan garis-garis besar isi/materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa,
maka materi/isi pembelajaran tersebut harus memenuhi kebenaran ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Penyusunan silabus disarankan melibatkan ahli bidang keilmuan masing-
masing mata pelajaran agar materi pembelajaran tersebut memiliki validitas
yang tinggi.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi. Silabus pada dasarnya merupakan
suatu sistem, oleh karena itu dalam penyusunannya harus dilakukan secara
sistematis.
4) Konsisten
Silabus harus nampak hubungan yang konsisten (ajeg, taat azas) antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian cukup memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi
dasar yang pada akhirnya mencapai standar kompetensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor)
2.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rancangan mata pelajaran per unit
yang diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas(Muslich, 2007: 45).
Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP maupun yang
bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Secara
teknik, Muslich (2007:53) menyebutkan rencana pembelajaran minimal mencakup
kompetensi berikut : (1) standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator hasil
belajar, (2) tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan
metode pengajaran, (5) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sumber belajar, (7) evaluasi belajar. Muslich (2007:46) menyebut beberapa
langkah yang patut dilakukan guru dalam penyusunan RPP sebagai berikut :
1) Ambilah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam
pembelajaran
2) Tulislah standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut
3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut.
5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenalkan kepada siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
7) Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan
pembelajaran.
8) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan
tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
9) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua)
jam pelajar, bagian langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu
pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satu tujuan
pembelajaran atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran.
10) Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran
secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
11) Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang
akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilian berbentuk
tugas, rumusan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu
penilaiannya.
2.6.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan arah dan
landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah menyediakan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) berbagai mata pelajaran yang dapat
mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal
ini, tugas guru adalah menjabarkan, menganalisis dan mengembangkan indikator
dan menyesuaikan SK-KD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik,
situasi dan kebutuhan daerah.
Berikut ini akan dipaparkan isi dari kompetensi inti (KI) dan kompetensi
dasar (KD) yang akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra untuk siswa
SMA kelas XI semester I. Dengan adanya standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) diharapkan siswa dapat lebih mudah untuk memahami
pembelajaran ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
SILABUS
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
SK 7 : Memahami berbagai hikayat,
novel Indonesia/terjemahan
KD 7.2 : Menganalisis unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Orang-Orang
Proyek karya Ahmad Tohari dan Pengembangan Metode Pembelajaran Role Playing
untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I merupakan penelitian kualitatif deskripsi. Hal
ini dapat dilihat melalui data yang diambil yakni kata-kata dan adegan yang
digunakan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang terdapat pada novel
tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya secara holistik
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan memanfaatkan metode ilmiah (Moleong, 2014: 6). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi. Hal ini dikarenakan
penelitiannya menggunakan kata-kata, bukan angka-angka. Wujud penelitiannya
adalah menggunakan deskripsi yang menghasilkan data tertulis (Moleong, 2014:11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3.2 Data dan Sumber Penelitian
Sumber data pada penelitian novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari ,
terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama, kelompok GRAMEDIA, anggota IKAPI,
Jakarta cetakan kedua tahun 2015 dengan 256 halaman serta metode role playing.
Data penelitian berupa kutipan-kutipan paragraf dan kalimat dalam novel tersebut
yang menggambarkan tokoh dan penokohan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ialah teknik simak dan catat.
Peneliti menyimak keseluruhan isi novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari
dan mencatat hal-hal pokok yang terdapat dalam novel. Berdasarkan kedua teknik
tersebut, peneliti memperoleh dari sumber tertulis. Sumber tertulis merupakan segala
buku kesusastraan yang berkaitan dengan teori tentang tokoh dan penokohan dalam
novel Orang–Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan ialah analisis data kualitatif. Menurut Siddel dalam
(Moleong, 2014: 248) analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut : (1)
mencatat yang menghasilkan data lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber
datanya dapat ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya, (3) berpikir untuk
membuat kategori data itu mempunyai makna, dengan cara mencari dan menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pola dalam hubungan-hubungan dan membuat temuan umum. Berdasarkan teori
diatas peneliti akan menganalisis data tersebut. Langkah-langkah analisis data sebagai
berikut :
1) Menentukan novel yang dijadikan objek penelitian yaitu novel Orang-Orang
Proyek karya Ahmad Tohari.
2) Melakukan studi pustaka yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan
teori dari berbagai sumber seperti buku, internet yang relevan dengan
penelitian ini.
3) Mengidentifikasi tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya
Ahmad Tohari.
4) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya
Ahmad Tohari.
5) Mendeskripsikan metode role playing dalam pembelajaran tokoh dan
penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari untuk
Siswa Kelas XI Semester I.
6) Menarik kesimpulan
7) Menyajikan dalam bentuk laporan dari hasil analisis data tentang tokoh dan
penokohan terkandung dalam novel Orang-Orang Proyek .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Pada bab ini, data-data yang ditemukan dalam penelitian novel Orang-Orang
Proyek karya Ahmad Tohari dijabarkan secara keseluruhan. Analisis data berupa
kalimat dan paragraf yang dikutip dalam novel Orang-Orang Proyek dilakukan untuk
menunjukkan penerapan metode role playing terhadap pembelajaran tokoh dan
penokohan. Pengembangkan karakter siswa merupakan tujuan utama pembelajaran
sastra, oleh karena itu bahan pengajaran harus sesuai dengan kemampuan siswa pada
suatu tahapan atau jenjang tertentu.
Peneliti menggunakan metode role playing dalam pembelajaran tokoh dan
penokohan karena metode memberikan atmosfer belajar yang lebih inovatif bagi
siswanya dalam kegiatan pembelajaran. Metode ini akan memberikan pengalaman
belajar sekaligus kesempatan siswa untuk mengasah aspek keterampilan
berbahasanya. Metode lama yang tidak diminati siswa seperti metode ceramah yang
memberikan celah bagi siswa untuk sibuk dengan teman sebangkunya sangatlah
dihindari. Siswa seolah ditempatkan sebagai penonton dan guru adalah aktor utama
dalam kegiatan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Kehadiran metode role playing ingin memberikan porsi yang tepat bagi siswa
dan guru. Metode role playing akan menambah porsi peran siswa agar dapat terlibat
secara aktif dalam langkah-langkah metode role playing yaitu langkah (1)
pemanasan suasana kelompok, (2) seleksi partisipan, (3) pengaturan setting, (4)
persiapan pemilihan siswa sebagai pengamat, (5) pemeranan, (6) diskusi dan evaluasi,
(7) pemeranan kembali, (8) diskusi dan evaluasi, dan (9) sharing dan generalisasi
pengalaman.
Beberapa tahap dalam metode role playing di atas memang cukup panjang dan
bahkan dapat menyita waktu. Namun, dalam pembahasan juga akan dibahas
penerapan metode secara efektif dan efisien. Metode ini tentunya lebih menarik
dibandingkan metode ceramah, karena siswa terlibat secara aktif diajak
mengeksplorasi perasaan, mengembangkan skill problem solving, persepsi, dan
mengembangkan materi pelajaran dengan cara yang berbeda.
4.2 Analisis Unsur Tokoh dan Penokohan Novel Orang-Orang Proyek
4.2.1 Analisis Unsur Tokoh Novel Orang-Orang Proyek
Novel dibagi menjadi lima bagian. Pada setiap bagian penulis akan
memaparkan analisis tokoh yang terdapat dalam novel Orang-Orang Proyek karya
Ahmad Tohari. Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami
peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan
dalam plot. Berdasarkan pembangunan konflik cerita, terdapat tokoh protagonis
dan tokoh antagonis (Waluyo, 1994:167). Tokoh protagonis adalah tokoh utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
atau tokoh yang mendukung jalannya cerita, sedangkan tokoh antagonis adalah
konflik dengan tokoh protagonis (Waluyo, 1994: 168). Dilihat dari segi peranan
atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang yang tergolong
penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian
besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau
beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang
relatif pendek.
Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita sedang yang kedua
adalah tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 2015: 258). Tokoh pertama-tama dicirikan
oleh cara mereka memandang hal ihwal sekitar mereka. Tokoh dapat dilihat dari
isi cerita dan perkembangan ceritanya, dengan hal tersebut gambaran tentang
tokoh dapat dianalisis (Luxemburg:137-138). Proses analisis tokoh perlu melihat
frekuensi kehadiran tokoh dan interaksinya dengan tokoh lain yang menonjol.
Keseluruhan cerita tentunya harus diikuti dan benar-benar dipahami, dengan
demikian ekspresi tokoh dapat secara jelas didapatkan dalam novel.
Dua poin yang akan menjadi bahan analisis unsur tokoh dan penokohan,
pertama, segi frekuensi kemunculan tokoh dan kedua yaitu segi interaksi yang
menonjol antar tokoh. Berikut ini akan dianalisis tokoh dalam novel Orang-Orang
Proyek karya Ahmad Tohari, kami membaginya dalam beberapa bagian sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
4.2.1.1 Bagian I
Awal pengenalan tokoh yang terdapat pada novel Orang-Orang Proyek.
Bagian ini diawali dengan deskripsi proyek di jembatan sungai Cibawor.
(1) Pada bagian ini, tokoh yang muncul yang interaksi menonjol adalah tokoh
Kabul yang bertentangan dengan tokoh Dalkijo yang merupakan atasan Kabul
di proyek jembatan sungai Cibawor. Kabul menentang sikap Dalkijo yang
terlalu memainkan uang rakyat. Sedangkan Kabul yang mantan aktivis tidak
berkenan mengikutinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Eh, Dik Kabul,” sambung Dalkijo.”Saya tahu, dalam perhitungan yang
wajar, keuntungan kita dari proyek-proyek yang kita kerjakan adalah nol
atau malah minus. Tapi, ya itu tadi, kalau kita bisa bermain, nyatanya
perusahaan kita masih jalan. Bisa menggaji karyawan termasuk Dik
Kabul sendiri. Dan saya, he-he, bisa ganti Harley Davidson model terbaru
setiap selesai mengerjakan satu proyek. Rekening pun bertambah. Jadi,
apa lagi?”(Tohari, 2015 : 31).
Jadi, Dik Kabul, bagi saya hanya sikap pragmatis yang bisa
menghentikan sejarah panjang kemiskinan keluarga saya. Dan dari sini
saya bisa bilang, mau apa Dik Kabul dengan idealisme yang sampeyan
kukuhi?
“Ya, saya bisa mengira-ngira. Mantan aktivis seperti Dik Kabul tentu
menghendaki perubahan besar di berbagai bidang. Korupsi dalam
berbagai bentuk dan manifestasinya harus dihilangkan. Pemerintah mesti
cakap, berwibawa, dan tepercaya. Lembaga legislatif harus selalu
berpihak kepada kepentingan rakyat. Pokoknya demokrasi harus benar-
benar tegak. Dengan demikian, cita-cita membangun kehidupan bersama
yang adil dan makmur bisa menjadi kenyataan (Tohari, 2015 : 34).
(2) Tokoh–tokoh yang muncul namun tidak terlalu banyak berinteraksi dengan
tokoh lainnya ialah Tokoh Pak Tarya, Mak Sumeh, Wati, Basar. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Mak Sumeh, perempuan Tegal, juga datang dengan warung nasinya. Mak
Sumeh yang wartegnya ada di mana-mana, tak pernah absen dalam setiap
proyek (Tohari, 2015 : 17).
Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu,
tinggal agak jauh. Namun dia selalu melewati proyek setiap kali pergi
memancing di bawah pohon arah ke hulu. Atau Pak Tarya malah singgah
untuk sekadar melihat-lihat. Maka dia jadi Mas Kabul, pelaksana proyek.
Adakalanya juga Pak Tarya masuk ke warung Mak Sumeh, minum kopi,
menikmati senyum dan tawa segar gadis-gadis (Tohari, 2015 : 18-19).
Wati, yang disodorkan tokoh setempat, bekerja sebagai penulis kantor
proyek itu. Sama seperti jagoan kampung dan pensiunan tentara yang
direkrut jadi satpam, juga tukang batu dan kuli-kuli lokal, Wati diterima
dalam rangka pemberdayaan tenaga setempat untuk menekan dampak
sosial negatif proyek (Tohari, 2015 : 26-27).
“Seperti Kabul, saya juga sarjana dan mantan aktivis. Tapi di sini saya
adalah kepala desa yang wajib tunduk kepada orang pemerintah dan
orang partai golongan. Kalau mereka tidak ngrusuhi proyek, tak masalah.
Tapi nyatanya?”
Basar berhenti, tersenyum tawar. Pak Tarya tertawa. Maklum (Tohari,
2015 : 51).
4.2.1.2 Bagian II
Pada bagian ini, tokoh mulai berkembang dan bertambah. Jalan ceritanya
mulai menjelaskan perkembangan proyek jembatan yang dipenuhi tukang,
kuli beserta seluruh aktivitasnya.
(3) Pada bagian ini, tokoh yang memiliki kemunculan dan interaksi yang
menonjol adalah interaksi Basar yang menemui Kabul yang kemudian
memberitahu bahwa Samad (adik Kabul) sudah lulus kuliah. Kemudian Basar
menasihati Kabul untuk menjaga jarak dengan Wati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
“Ya, mulailah ngomong. Aku mau mendengar.”
“Ah, tunggu dulu. Kamu seperti sedang punya tamu? Aku mendengar ada
suara di kamar mandi, Wati?”
“Yang bener! Itu adikku, Samad, datang bemarin sore. Dia mau pamer
karena sudah lulus. Insinyur hidro. Jadi di sini saat ini ada tiga orang dari
satu almamater; kamu, aku, dan adikku.” (Tohari, 2015 : 118).
“Begini. Ini soal kamu dan Wati…”
Kabul mengangkat wajah. Mata berkedip cepat.
“Ya, kenapa?”
“ Suara di luar kian santer. Orang bilang, kamu pacaran sama Wati.
Betul?”
Kabul mengeluh. Kabul gelisah. Cengar-cengir seperti anak kecil merasa
akan dipermalukan.
“ Kok cengengesan?”
“Aku mau bilang apa ya? Rasanya aku biasa saja. Ya, jujur saja, aku
menganggap Wati teman yang punya daya Tarik. Tapi aku tahu dia sudah
punya pacar. Jadi, aku sampai saat ini tetap menjaga jarak.”
“Begitu?”
“Sungguh.”
“Aku percaya kamu. Aku juga akan ikut malu bila punya teman, ya kamu
itu, merebut pacar orang. Tapi bagaimana dengan Wati sendiri? Aku
dengar dia mulai menjauh dari pacarnya gara-gara kamu.”
Kamu boncengan sama Wati. Iya, kan? Tiap hari rantang-runtung makan
siang bersama. Juga nonton bareng. Ini kampung, Bul. Jadi jangan
salahkan orang yang mengatakan kamu ada apa-apa dengan Wati.”
Makin gelisah. Kabul minum kopi, mengambil keripik, tapi tak dimakan.
Terbayang wajah Wati ketika merengut. Dan garuk-garuk kepala.
“Ah, tolong. Aku harus bagaimana?”
“He, kok kamu jadi tolol, Saudara Insinyur?” gurau Basar. Namun
gurauan itu tak mempan. Alih-alih Kabul tertawa, tersenyum pun tidak.
“Ini serius; aku harus bagaimana?”
“Begini. Kamu jangan lagi pernah memberi harapan kepada Wati.”
(Tohari, 2015 : 121).
(4) Tokoh lain yang hadir dan mendukung tokoh Kabul pada bagian ini ialah
Tante Anna, Pak Tarya, Tiga pria partai GLM, Mak Sumeh, Wati, Samad. Hal
ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Agak lama tak kelihatan, malam ini Tante Ana muncul di proyek. Lelaki
banci ini seperti biasa berdandan menjadi perempuan menor. Kelewat
Menor. Wajahnya putih oleh bedak yang sangat tebal. Bibirnya bergincu
menyala. Kain kebayanya dan kebayanya ketat dengan sanggul lebih
besar daripada kepala. Dan bulu mata buatan. Perkakas utamanya, kecrek,
tentu tak pernah lepas dari tangan. Tapi lenggokknya manis juga (Tohari,
2015 : 66).
Pak Tarya tertawa lagi. Kabul juga tersenyum. Dia baru mendengar ada
lelaki tidak malu mengakui impotensi. Ah, Pak Tarya memang
mengesankan (Tohari, 2015 : 82).
Malam ini, Basar, kades, menerima tiga tamu lelaki. Semua berjaket
partai. Tamu-1 necis-rambut berminyak dan tersisir rapi. Kacamatanya
tampak dari jenis yang mahal. Berkumis. Tamu-2 lebih tua, berkopiah,
satu gigi depannya ompong, berkacamata minus, dan terus merokok.
Tamu-3 terus memainkan gantungan kunci mobil. Dialah yang
mengemudikan mobil, tapi pasti bukan sekadar sopir. (Tohari, 2015: 91).
“Kemarin asyik ya , Pak Insinyur?”
Kabul mengangkat wajah dan bertanya lewat gerakan alisnya.
“Ya, kemarin kulihat dari sini Pak Insinyur boncengan sama Wati. Aku
bilang apa, kalian berduamemang pasangan yang pantas. Iya, kan?
Kabul agak gagap karena merasa ditarik ke dalam ruang pembicaraan
yang tiba-tiba dihadirkan.
“ Pak Insinyur tahu, kepergian berdua dengan Wati kali ini jadi perhatian
orang? Soalnya, Pak Insinyur berdua dengan Wati naik sepeda motor.
Dan cara Wati menempel di punggung Pak Insinyur itu… wah.”
Kabul masih diam. Atau hanya tersenyum samar (Tohari, 2015: 110).
“Mas, mutu pasir giling ini kurang baik, ya? Pasti batu kalinya juga mutu
rendah.”
Kabul mengangkat alis. Dalam hatinya dia memuji adiknya yang bermata
jeli.
“Di sana tadi aku lihat besi rancang, betonnya buatan pabrik yang tak
punya merek dagang. Mas percaya akan mutunya?”
Sekali lagi Kabul mengangkat alis.”Oh, adikku, kamu belum tahu betapa
sulit menaati ketentuan ilmu teknik di proyek ini. Karena, anggaran sudah
jadi bancakan, sehingga semua sektornya harus ditekan (Tohari, 2015:
123-124).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Nasihat Basar agar Kabul tidak memberi harapan kepada Wati tak pernah
dilupakan. Maka Kabul membuat dirinya selalu sudah ada acara bila
malam Mingu Wati mengajaknya nonton bareng. Majalah kesukaan dibeli
di hari pertama terbit, sehingga tak ada peluang bagi Wati untuk
memasoknya. Dan ketika pertama kali diajak makan siang di warung Mak
Sumeh, Wati terdiam. Sinar matanya penuh pertanyaan (Tohari, 2015:
128).
4.2.1.3 Bagian III
Bagian ini menceritakan konflik antartokoh dan interaksi tokoh yang kian
memanas.
(5) Interaksi tokoh yang menonjol pada bagian ini ialah pertemuan tokoh Basar
yang mengajak Baldun meminta bantuan kepada Kabul untuk masalah
pembangunan masjid. Tetapi Kabul menolak permintaan Baldun. Hal ini
dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
“ Wah, pasti gayeng, ya?” ujar Basar sambil tersenyum. “Tapi maaf,
rasanya kedatangan kami mengganggu kalian. Begini. Saya mengantar
Pak Baldun yang ingin bertemu Kabul, eh maaf, pelaksana proyek ini.
Pak Baldun adalah ketua panitia renovasi masjid kampung ini. Nah
silahkan Pak Baldun, bicaralah sendiri.”(Tohari, 2015: 157).
“Jadi keputusannya bagaimana?” desak Baldun yang tampak kesal.
“Jawaban saya sudah jelas, sumbangan akan kami berikan setelah proyek
ini selesai.”
“Bagaimana jika karena sikap Pak Kabul ini masjid belum selesai ketika
pemimpin umum GLM tiba di sini; Anda mau bertanggung jawab?”
“Pak Baldun, tanggung jawab saya hanya menyangkut pembangunan
jembatan.”
“ Baik. Tapi Anda akan saya laporkan ke atas. Saya akan cari data jangan-
jangan Anda tidak bersih lingkungan. Sebab indikatornya mulai jelas.
Masa iya dimintai bantuan untuk pembangunan masjid Anda banyak
berkelit. Cukup. Selamat malam. Dan selanjutnya mungkin Anda tidak
bisa mendapat proyek lagi. Atau Pak Dalkijo akan memecat Anda.”
(Tohari, 2015: 163).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(6) Interaksi yang menonjol selanjutnya ialah konflik tokoh Dalkijo dengan
Kabul. Tokoh Dalkijo meminta Kabul untuk segera memasang balok jembatan
tetapi Kabul tidak patuh, karena menurutnya untuk memasang balok jembatan
membutuhkan kurang lebih tujuh belas hari lagi. Hal ini dapat dibuktikan pada
kutipan berikut:
“ Semua balok jembatan sudah datang?” suara Dalkijo.
“Sudah. Tapi ada dua yang cacat retak seperti dulu saya laporkan. Dan
gantinya belum datang. Bagaimana?”
“Kapan balok-balok akan dipasang? Secepatnya, kan? Aku akan pesan
derek besar.”
Kabul mendengus. Soal balok cacat tidak ditanggapi. Brengsek!
“Lusa pengecoran tiang terakhir selesai. Jadi pemasangan balok paling
cepat tujuh belas hari ke depan.”
“Apa? Kok lama betul? Nanti bisa terlambat. Apa jadinya bila di hari
peresmiaan jembatan belum sempurna? Ingat, peresmian akan dilakukan
Wapres dan disaksikan juga oleh Ketua Umum GLM. Jangan main-
main.” (Tohari, 2015:178-179).
(7) Tokoh lain yang hadir pada bagian ini ialah Kang Martasatang, Sawin, Pak
Tarya, Wati, Mak Sumeh. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Dibelakang rumah Kang Martasatang yang terletak di tepi sungai
Cibawor ada serumpun tanaman benguk yang menjalar menutupi pohon
lamtoro. Pada dini hari yang hening itu banyak kelelawar yang
berterbangan diseputar rumput benguk itu. Ada yang hinggap sesaat pada
daunnya yang muda, menyobek dengan mulutnya, lalu terbang lagi.
Mereka seperti tak peduli pada lelaki yang sedang jongkok di belakang
rumah. Kang Martasatang yang hampir semalaman tak bisa tidur akhirnya
memilih keluar rumah untuk mencoba mengusir kegelisahannya (Tohari,
2015:136-137).
Atau, kemarahan dan kecemasan Kang Martasatang benar-benar berakhir
karena sehari kemudian Sawin, si anak hilang itu, muncul kembali di
rumahnya. Enam hari Sawin menghilang menjadi cerita yang sungguh
menghibur. Dan konyol. Ternyata, Sawin memang suka sama Sonah.
Ketika mendengar hari Jumat Sonah pulang ke kampungnya di
Jatibarang, Sabtu esoknya setelah gajian Sawin menyusul. Modalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
adalah cerita Sonah sendiri bahwa rumahnya tidak jauh dari pasar
Jatibarang. Konyolnya, Sawin pergi ke Jatibarang, Cirebon. Padahal
kampung Sonah ada di Jatibarang lain di wilayah Brebes (Tohari,
2015:148-149).
“ Ya, demi Golongan Lestari Menang, he-he-he….”
“Kok Pak Tarya ikut seloroh? Orang pensiunan harus setia dan
mendukung GLM, kan?”
“He-he-he…. Diharuskan secara terus terang sih tidak. Tapi, diamang-
amang, iya. GLM memang hebat. Kami para pensiunan tak bisa menolak
apa pun yang mereka kehendaki. Kekuasaannya merambah ke mana-
mana. Bahkan urusan tempat tidur pun dicampurinya.”
Wati mengigit bibir. Menunduk. Jelas sekali dia enggan menjawab
pertanyaan Kabul. Merenggut. Ah, selalu jantung Kabul menyentak
dalam detik-detik Wati merengut. Dan detik yang mendebarkan itu cepat
berlalu, karena Wati menoleh dan berusaha tersenyum (Tohari,
2015:172).
Pikiran Kabul masih melayang–layang sampai terdengar gemerincing
gelang-gelang emas di tangan Mak Sumeh. Kali ini Kabul mencium bau
sirih yang kuat. Rupanya Mak Sumeh tahu diri. Dia memakai deodoran
wangi sirih untuk melawan bau badannya yang asam-asam sengak
(Tohari, 2015:174).
4.2.1.4 Bagian IV
Pada bagian ini, konflik dan interaksi antartokoh kian memuncak.
(8) Interaksi tokoh yang sangat menonjol pada bagian ini adalah pertikaian tokoh
Dalkijo dengan Kabul yang mempermasalahkan besi rancang yang sudah
habis. Namun permintaan Kabul justru dijawab dengan datangnya truk besi
rancang bekas. Dalkijo berdalih hal itu ia lakukan karena minimnya dana
anggaran. Namun Kabul tidak percaya dan ingin mengundurkan diri. Hal ini
dapat dibuktikan pada kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
“ Aduh, Dik Kabul ini bagaimana? Sudahlah, ikuti perintahku. Gunakan
besi itu. Toh itu hanya untuk menutup kekurangan. Aku tahu penggunaan
besi bekas memang tidak baik. Tapi bagaimana lagi, dana sudah habis.
Makanya, kita pun tidak mampu membeli pasir giling. Dana benar-benar
sudah habis.” (Tohari, 2015: 207).
“ Ya, saya tahu. Meskipun begitu saya tidak mau menggunakan besi
bekas itu. Bila dipaksakan, saya lebih baik mengundurkan diri.”
“ Apa? Mengundurkan diri? Tunggu Dik Kabul. Jangan bicara begitu.
Atau begini saja. Besok aku akan datang ke proyek. Kita akan bicara
baik-baik. Ngomong penting seperti ini tidak mungkin cukup lewat radio.
Besok aku datang.” (Tohari, 2015: 209).
(9) Tokoh lain yang hadir di bagian ini adalah Yos, Wati, Aminah, Mak Sumeh.
Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Yos menghitung umur sendiri. Tamat SMA tahun 1987 pada usia
sembilan belas tahun diterima di Fakultas Pertanian, tapi paruh tahun
kelar karena merasa tidak cocok. Tahun berikut mengikuti UMPTN lagi
dan diterima di Fakultas Filsafat. Tidak betah lagi. Kesempatan terakhir
UMPTN dicobanya untuk ganti fakultas dan Yos diterima di fakultas
MIPA. Nah, ini cocok. Maka setelah dihitung dalam semester lima usia
Yos adalah 24. Dan Wati teman seangkatan di SMA, hanya berbeda
jurusan. Maka usia Wati minimal 24, dan sudah bekerja (Tohari,
2015:192).
“ Rasanya iya. Mas siapa?”
“Namaku Wiyoso. Yos.”
“Begini. Rasanya Mbak Wati sedang ke kantor pos. Aku dengar begitu.
Aku kira hanya sebentar. Mari masuk.”
“Terimakasih. Mbak bekerja di sini juga?”
“Tidak. Aku menyusul kakak yang bekerja di proyek ini. Mumpung
sedang libur tengah semester. Namaku Aminah. Aku adik Mas Kabul,
pelaksana proyek ini.”
Yos terdiam sejenak (Tohari, 2015: 198).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Kali ini nyinyir Mak Sumeh membuat Kabul terbungkam. Kelancangan
perempuan pemilik warung itu membuat Kabul sulit membuka mulut.
Kabul merasa sesuatu yang masih ingin disembunyikan dalam hati sudah
tertebak oleh Mak Sumeh. Ada senyum di bibir Kabul, namun kaku dan
tawar. Atau Kabul merasa lebih baik mulai menyantap hidangan di
hadapannya. Namun gulai ikan emas dengan nasi yang masih hangat kali
ini tak ada rasa apa pun (Tohari, 2015:213-214).
4.2.1.5 Bagian V
Pada bagian ini, pertikaian tokoh mulai mereda, dan cerita mulai
terselesaikan.
(10) Pada bagian ini, interaksi yang menonjol adalah penyelesaian masalah tokoh
Kabul dengan Dalkijo. Kabul memutuskan mengundurkan diri dari proyek.
Dan Ia berhasil menjadi site manager perusahan swasta setelah mundur dari
proyek tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Begini Dik Kabul. Aku datang kemari dengan keputusan. Maka kita
tidak akan bicara banyak-banyak.”
“Maksud Bapak?”
“Ya. Keputusan itu ku ambil tadi malam setelah aku berbicara dengan
pihak pemilik proyek, tokoh-tokoh partai dan khususnya jajaran GLM.
Mereka telah setuju kebijakan yang ku ambil. Dan itu pula keputusan
yang ku bawa saat ini.”
“Artinya, besi bekas, pasir yang kurang bermutu, tetap akan dipakai?”
“Ya. Dan peresmian jembatan ini tetap akan dilaksanakan tepat pada
HUT GLM. Itulah keputusan yang ada dan Dik Kabul kuminta bisa
menerimanya.”
“Maaf saya pun tetap berada pda keputusan saya. Saya tak bisa……”
“Tunggu, Dik Kabul. Aku tidak akan lupa Dik Kabul dan aku sama-sama
insinyur, lulus dari perguruan tinggi yang sama, hanya beda angkatan.
Kita sudah sekian lama bekerjasama. Dan terus terang, aku sudah
menganggap Dik Kabul adik kandungku. Maka laksanakanlah keputusan
itu.”“Maaf, Pak Dalkjio. Kalau keputusan Anda sudah final, saya pun tak
mungkin berubah. Saya tetap mengundurkan diri.” (Tohari, 2015: 228).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
(11) Tokoh lain yang muncul namun interaksi antartokoh nya kurang menonjol
ialah Mak Sumeh, Wati, Tante Ana, Bejo, Pak Tarya, dan Biyung. Hal ini
dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
“ Ya, aku pun akan segera mengangkut barang-barang ini. Aku sedang
menunggu truk,” ujar Mak Sumeh.
“Dan aku harus mengembalikan Tante Ana ke terminal,” sela Bejo. Tapi
entah naik apa.
“Kalau mau, kalian bisa ikut aku. Tapi aku mau antar Wati dulu ke
rumahnya. Bagaimana?”
“Boleh, Pak. ”
“Kalau begitu, habiskan minum kalian. Kita berangkat sekarang agar
tidak menganggu keberangkatan Mak Sumeh. Dan, Pak Tarya?”
“Jangan pikirkan saya. Saya meninggalkan pancing di tempat biasa.
Habis dari sini saya akan meneruskan mancing.”
“ Pak Insinyur, bila ada proyek baru, ajaklah aku. Aku senang buka
warung di proyek yang dipimpin Pak Insinyur.”
“Kalau proyekku di Sulawesi Tengah?”
Mak Sumeh tertawa. Dan gelangnya bergemerincing (Tohari, 2015: 247).
Dari arah belakang Kabul dapat melihat kepala dan punggung Pak Tarya.
Tangkai pancing yang sudah dipasang terpancang condong di
hadapannya. Boleh jadi karena lama tak ada ikan mendekat, Pak Tarya
menunggu sambil meniup serulingnya.
Kabul tetap berdiri, diam, karena masih ingin menikmati lebih lama bunyi
lembut itu. Namun ternyata terdengar suara Pak Tarya rengeng-rengeng.
Ah, lelaki ini memang manusia yang ayem, pikir Kabul yang masih
berdiri diam di tempat tanpa diketahu Pak Tarya (Tohari, 2015: 218).
Mungkin bagi Pak Tarya, hidup adalah angina dan dia adalah burung
elang yang melayang, meniti, mengalir, sambil menikmati semilirnya.
Atau seperti pernah dikatakan Pak Tarya, hidup pun bisa diajak bersenda
gurau ( Tohari, 2015: 219).
Akhir Desember 1992, hanya satu tahun setealh Kabul meninggalkan
proyek pembangunan jembatan Sungai Cibawor. Keinginan Kabul
bekerja di proyek milik swasta terlaksana ketika dia mendapat
kepercayaam menjadi site manager pembangunan hotel di Cirebon. Libur
akhir tahun ingin dinikmatinya di rumah Biyung bersama Wati yang
sudah menjadi Nyonya Kabul. Mereka baru sebulan menikah (Tohari,
2015:249).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Bagi Kabul, Biyung adalah lembaga, lebih dari sekadar perempuan yang
telah melahirkannya. Memang, personifikasi ke-biyung-an terwakili
sepenuhnya oleh sosok perempuan kampung yang perkasa itu. Namun
nuansa ke-biyungan-an bisa terasa pada suasana rumah tua yang dulu
menjadi tempat Kabul dierami hingga tamat sekolah dasar. Bahkan
nuansa ke-biyung-an bisa tercium dari bau udara senthong atau bilik
dengan balai-balai bamboo, tikar pandan, bantal lusuh, tempat dulu dia di
kelon sambil bermain puting tetek Emak-sepasang tetek anggun pada
dada bidang yang menawarkan daya hidup dan rasa aman bagi anak-anak
(Tohari, 2015: 235-36).
Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat frekuensi
kemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan
keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui
petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan
tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu
lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya (Aminudin, 2002: 80).
Berdasarkan hasil analisis frekuensi kemunculan dan interaksi tokoh pada lima
bagian dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari, berikut ini penulis
akan mengklasifikasikan analisis tokoh dalam novel ini.
1) Frekuensi Kemunculan Tokoh
Tokoh yang memiliki frekuensi kemunculan yang menonjol pada novel
Orang-Orang Proyek ialah Tokoh Kabul. Tokoh Kabul selalu hadir pada tiap
bagian novel. Kabul ialah seorang mantan aktivis yang berprofesi menjadi
kepala pelaksana proyek jembatan Sungai Cibawor. Ia banyak menentang
ketidakadilan dan penyelewengan yang sering dilakukan Dalkijo, atasannya.
Tokoh lain yang muncul dan mewarnai cerita ialah Wati, Basar, Mak Sumeh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pak Tarya, Baldun, Ketiga pria Partai, Kang Martasatang, Tante Anna, Bejo,
Yos, Sonah, Sawin, Aminah, Samad, dan Biyung.
Berikut ini kutipan yang menunjukkan kehadiran tokoh dalam novel ini yaitu:
(1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8), (9), (10), (11).
2) Interaksi Tokoh yang menonjol
Interaksi tokoh yang menimbulkan cerita kian berkembang dalam novel ini
didominasi oleh interaksi pertentangan Tokoh Kabul dengan Dalkijo–
atasannya yang sering melakukan korup. Tokoh Kabul senantiasa memegang
teguh idealismenya untuk tidak memanfaatkan proyek untuk menikmati uang
rakyat sedang Tokoh Dalkijo hidupnya selalu jor-joran dan cuek dengan
kepentingan masyarakat. Berikut kutipan yang menunjukkan interaksi tokoh
yang menonjol dalam novel yaitu: (1), (3), (5), (8), (10).
Secara keseluruhan dapat disimpulkan tokoh yang paling banyak muncul
dan berinteraksi dengan tokoh lain pada novel ini adalah Tokoh Kabul. Tokoh
Kabul, dilihat dari peran pembangunan konflik atau berdasarkan
kedudukannya maka ia merupakan tokoh utama. Tokoh lain seperti Wati, Pak
Tarya, Mak Sumeh, Tante Anna, Bejo, Kang Martasatang, Samad, Basar,
Sawin, Sonah, Yos, Aminah, Baldun, Tiga pria partai yang muncul namun
interaksi antartokohnya tidak menonjol (menimbulkan konflik) adalah tokoh
tambahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Dilihat dari sifatnya, tokoh Kabul merupakan tokoh yang menjujung
tinggi idealismenya untuk tidak menikmati uang rakyat merupakan tokoh
protagonis. Sedangkan tokoh Dalkijo yang hidupnya jor-joran dan egois tidak
peduli dengan kepentingan masyarakat merupakan tokoh antagonis.
4.2.2 Analisis Unsur Penokohan Novel Orang-Orang Proyek
Novel ini dibagi atas lima bagian. Pada setiap bagian penulis akan
memaparkan analisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Orang-
Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
4.2.2.1 Bagian I
Bagian ini dibuka dengan deskripsi keadaan sungai Cibawor yang telah tiga
hari mengalami banjir akhibat hujan deras. Banjir ini memberikan kerugian
yang cukup besar bagi proyek pembangunan jembatan. Kemuculan tokoh
disertai dengan metode penggambarannya. Hal ini dapat dibuktikan melalui
Pada bagian pertama ini, beberapa tokoh hadir dengan teknik penokohan yang
beraneka rupa. Satu-per satu akan dibahas dibawah ini.
(12) Pak Tarya adalah tokoh yang tua dan bisa memainkan suling dan rumahnya
tidak jauh dari proyek. Tokoh Pak Tarya jelas digambarkan sebagai pria tua
yang sudah berdamai dengan kondisi impotensi yang dia alami. Kita juga
mengetahui bahwa ayah Pak Tarya adalah seorang guru sekolah desa yang
menjadi korban peledakan jembatan sekitar 40 tahun silam. Pengarang
menceritakan tokoh secara jelas, sehingga pembaca langsung mengetahui latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
atau karakteristik tokoh (metode analitik). Pak Tarya merupakan mantan
pegawai kantor penerangan bahkan pernah bekerja di Jakarta sebagai
wartawan. Tokoh Pak Tarya juga dikenal sebagai pemancing yang
berpengalaman dalam percakapan maupun pemikiran tokoh lain (metode
dramatik). Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut:
Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu,
tinggal agak jauh. Namun ia selalu melewati proyek setiap kali pergi
memancing di bawah pohon arah ke hulu (Tohari,2015: 18).
Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu,
tinggal agak jauh. Namun dia selalu melewati prouyek setiap kali pergi
memancing di bawah pohon arah hulu. Atau Pak Tarya malah singgah
untuk sekadar melihat-lihat. Maka dia jadi kenal Mas Kabul, pelaksana
proyek. Adakalanya juga Pak Tarya masuk ke warung Mak Sumeh,
minum kopi, menikmati senyum dan tawa segar gadis-gadis pelayan. Ya,
apa salahnya menikmati senyum gadis-gadis bagi lelaki yang sudah bisa
menerima dengan damai kehadiran impotensi dalam dirinya. Bagi Pak
Tarya impotensi ternyata juga bisa dinikmati. Yakni sebagai ruang di
mana kenangan akan kemudaannya dulu terasa lebih manis dan lebih
mengesankan untuk diingat ( Tohari, 2015: 19).
“Ya, sampai beberapa hari yang lalu saya hanya tahu Pak Tarya tukang
mancing. Tapi kini saya sudah dapat informasi yang lebih lengkap bahwa
sebetulnya Pak Tarya adalah pensiunan pegawai Kantor Penerangan.
Selain itu, Pak Tarya ketika muda pernah lama mengembara ke Jakarta.
Iya, kan?”
“Informasi itu sedikit benarnya, tapi banyak salahnya.”
“Tak ada guna menutup-nutupi jati dirimu, Pak. Malah ada orang bilang,
ketika berada di Jakarta, Pak Tarya pernah bekerja di penerbitan. Jadi
wartawan?”
“ Ah, Cuma sebentar.” (Tohari, 2015: 9-10).
“Kok Pak Tarya tahu dia ikan baceman?”
“He-he, dari caranya menarik pancing. Masing-masing ikan punya
caranya sendiri. Jadi bisa dikenali jenisnya, meskipun mereka masih
berada di dalam air.” Kabul tersenyum. Dan tambah yakin, dalam soal
mancing, Pak Tarya memang sangat berpengalaman (Tohari, 2015: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(13) Tokoh Kabul merupakan tokoh yang lugu dan ingin menegakkan kebenaran.
Tokoh Kabul adalah seorang insinyur yang berasal dari keluarga yang
ekonominya tidak baik alias melarat (metode analitik). Melalui pandangan
tokoh lain dapat diketahui bahwa Kabul merupakan sosok pemuda yang
cerdas, sederhana. Selain dari pikiran tokoh lain, melalui gambaran fisik
Kabul dan dialog tokoh lain, kita mendapatkan gambaran fisik Kabul. Tokoh
Kabul berdasarkan pemilihan nama dan dialog antar tokoh juga diketahui
memiliki latar belakang ekonomi keluarga yang lemah dan berasal dari daerah
pelosok (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:
Sebagai insinyur, Kabul tahu betul dampak semua permainan ini. Mutu
bangunan ini menjadi taruhan. Padahal bila mutu bangunan
dipermainkan, masyarakatlah yang pasti akan menanggung akhibat
buruknya. Dan bagi Kabul hal ini adalah pengkhianatan terhadap derajat
keinsinyurannya (Tohari, 2015: 32).
Di kalangan jemaah masjid kampung, Kabul sudah menjadi sosok yang
sangat dikenal karena sudah puluhan kali ikut Salat Jumat di sana. Dan
mereka tidak suka menyebut nama. Karena mereka merasa lebih sopan
dengan menyebut dia Pak Insinyur, atau Pak Pelaksana (Tohari, 2015:
42).
Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan baik hubungan antara
kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini dengan
keberpihakan kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama
merupakan manifestasi yang kedua? Apakah kejujuran dan kesungguhan
sejatinya adalah perkara biasa bagi masyarakat berbudaya, dan haris
dipilih karena keduanya hal yang niscaya untuk menghasilkan
kemaslahatan bersama? (Tohari, 2015: 39).
Pak Tarya memerhatikan kepergian Kabul sampai lelaki muda itu lenyap
ke arah hilir melewati tepian sungai yang berbatu-batu.”Anak pandai,”
pikir Pak Tarya.” Kalau tidak, mustahil lelaki semuda itu dipercaya
menjadi kepala pelaksana pembangunan jembatan yang bernilai ratusan
juta. Atau bahkan miliar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Dan wajahnya bersih. Sorot matanya terasa memancarkan kesederhanaan.
Atau kesejatian. Ah, nanti dulu, toh di bagian dari mereka, orang-orang
proyek!” (Tohari, 2015: 13).
Si pendatang, laki-laki muda dengan sepatu kulit dan baju katun lengan
panjang, dengan perkakas radio terselip di pingganya, tidak segera
menyatakan kehadirannya. Ia pun kelihatan larut dalam getar irama
seruling yang dituip Pak Tua. Kalau tidak karena topinya hampir jatuh
oleh embusan angin sehingga dia harus membuat gerakan yang nyata,
pemancing itu tak akan melihatnya. Dan suara lembut seruling mendadak
berhenti. Sejenak lengang
“ Wah, Mas Kabul Aduh, saya jadi malu. Aduh, kok Anda sampai di
tempat terpencil ini?” (Tohari, 2015: 8).
Kabul menegakkan kepala. Mau bicara tapi tidak jadi.
“Maksud saya begini. Mari bicara mulai dari nama kita. Nama saya
Dalkijo, dari Blora. Nama sampeyan Kabul, dari?”
“Gombong.”
“Nah, melihat nama, kita tahu dari lapisan masyarakat mana kita berasa.
Taruhan, kita sama-sama anak petani miskin. Betul?”
Kabul tersenyum. Persis (Tohari, 2015: 33).
(14) Tokoh Wati adalah sosok yang periang dan juga ramah. Tokoh Wati
merupakan keluarga yang cukup berada, ia berwawasan dan juga manja.
Tokoh Wati digambarkan sebagai wanita yang tidak ingin disebut pemalas
atau pengangguran (metode analitik). Hal itu dapat dibuktikan melalui kutipan
berikut:
Wati yang periang memang biasa menyapa siapa saja dengan bahasa dan
senyum yang sama hangatnya. Gayanya seperti anak usia enam belas,
padahal usia Wati sudah 23 (Tohari, 2015: 27).
Wati manja. Sedikit bersungut. Kabul terdiam. Terasa ada satu detik yang
aneh. Yakni ketika Kabul merasa dalam sepersekian detik muncul daya
pikat dari penampilan Wati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Apanya? Sunggutnya? Getar suaranya? Mungkin. Atau entah. Yang pasti
ada sesuatu yang baru saja terasa dalam beberapa detik (Tohari, 2015:
63).
Kabul tersenyum. Dia merasa Wati berbicara pada tingkat
pengetahuannya yang memang lumayan. Juga tingkat sosialnya. Untuk
ukuran desanya, orang tua Wati cukup berada. Ayahnya anggota DPRD.
Seorang kakak Wati konon jadi mayor polisi. Kabul juga tahu gaji Wati
di proyek itu tidak seberapa. Bila benar Wati bekerja demi gaji, pasti dia
tak akan bertahan satu bulan. Jadi, Wati tampaknya bekerja di proyek
lebih untuk menghindar dari sebutan penganggur. Atau seperti pernah
dikatakan Wati sendiri dia bekerja di proyek untuk mengisi waktu
penantian sebelum ada pekerjaan yang lebih baik (Tohari, 2015: 64).
(15) Tokoh Dalkijo adalah sosok yang suka meniru gaya koboi baik dalam gaya
berpakaian maupun saat ia memimpin. Tokoh Dalkijo juga digambarkan
sebagai sosok yang terbiasa dengan permainan tanpa mengeluh atau bahkan
dapat dikatakan justru memanfaatkannya. Tokoh ini juga diceritakan bahwa ia
mengalami kemiskinan semasa kecil (metode analitik). Melalui dialog pribadi
sang tokoh dapat diketahui bahwa Dalkijo adalah orang yang sombong. Ia
bahkan tidak mau disamakan dengan Kabul yang mau makan di warung Mak
Sumeh. Tokoh Dalkijo digambarkan melalui pikiran tokoh lain sebagai
pribadi yang sangat membenci kemiskinan (metode dramatik). Hal ini dapat
dibuktikan melalui kutipan berikut:
Entahlah, kata “koboi” membuat Kabul sungguh-sungguh tersenyum.
Memang, bila datang ke proyek, Dalkijo selalu memakai topi wol merek
Stetson. Dan memakainya dengan meniru gaya koboi yang sering muncul
di bioskop tahun enam puluhan. Di atas sadel sepeda motor besar yang
selalu dikendarainya ke proyek,
Dalkijo pun mengusahakan gayanya mirip para penunggang kuda dari
Texas. Agaknya kekoboiannya memang sudah merasuk ke dalam hidup
pemimpin proyek ini ( Tohari, 2015: 31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Namun Kabul merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Karena permainan itu
terasa sudah menjadi kewajaran dan menggejala di mana-mana, sampai
masyarakat sekitar proyek pun ikut melakukannya. Bahkan pelaksana
seperti Dalkijo sudah terbiasa menerima semua bentuk permainan itu
tanpa keluhan apa-apa malah memanfaatkannya? (Tohari, 2015: 32).
“ Dik Kabul, karena sudah tobat melarat, lihatlah. Saya tak mau pakai
sepatu kalau bukan yang asli dari merek terkenal. Juga baju dan celana,
bahkan celana dalam. Soal makan, apalagi. Saya tak sudi seperti
sampeyan, makan di warung Mak Sumeh di proyek itu. Anak-anak saya?
Semua belajar di sekokah favorit bersama anak-anak Cina dan anak
pejabat. Kamar mereka mirip kamar anak remaja Amerika. Soal
kemampuan anak tidak penting, karena ternyata bisa diganti dengan duit.
Istri saya?
Dik Kabul tahu sendirilah. Pokoknya saya tidak sudi lagi berdekat-dekat
dengan apa saja yang berbau kemelaratan.” (Tohari, 2015: 34).
Dan kau, Dalkijo, yang begitu membenci kemiskinan dengan cara hidup
jor-joran, tak peduli dari mana ongkosnya, apakah kau punya rasa kaya?
Jangan-jangan kau membenci kemiskinan, sementara hati dan jiwamu
memang benar-benar melarat (Tohari, 2015: 39).
Ceramah panjang Dalkijo, yang membuat beberapa pengunjung rumah
makan itu menoleh, agaknya belum akan berakhir. Agaknya juga, Dalkijo
memang benar-benar menyimpan dendam yang berat terhadap hantu yang
bernama kemiskinan yang mencengkram dia di masa anak-anak (Tohari,
2015: 34).
(16) Tokoh Mak Sumeh adalah tokoh yang suka bergosip. Secara langsung, tokoh
Mak Sumeh digambarkan sebagai wanita yang berusia sekitar enam puluhan,
merokok, dan tambun (metode analitik). Berdasarkan dialog antartokoh bahwa
Mak Sumeh adalah orang yang suka nyinyir dan selain berdagang ia juga
nyambi sebagai makcomblang (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan
pada kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dan suatu hari ketika motor bebek Wati mogok, Kabul mengantarnya
pulang dengan jip proyek. Atau mereka sering berdua makan siang di
warung Mak Sumeh. Lalu dari mulut Mak Sumeh yang nyinyir pula
berawal omongan bahwa Wati dan Kabul adalah pasangan serasi (Tohari,
2015: 28).
Mak Sumeh mendekat. Gelangnya bergemerincing. Dan rokoknya terus
mengepul. Usia Mak Sumeh mungkin mendekati enam puluhan. Atau
malah lebih. Namun wajahnya tetap segar. Hidupnya kelihatan penuh
semangat, padahal tubuhnya tambun (Tohari, 2015:59).
“Ah, Mak Sumeh, kenapa kamu terus nyinyir? Soal jodoh kan, nanti akan
ketemu bila sudah tiba masanya.”
“Eh, Pak Insinyur, kok kuno amat. Yang namanya jodoh, dari zaman
nenekku pun harus diusahakan, karena tidak bakalan jatuh dari langit.
Apalagi sekarang. Nah, Pak Insinyur tahu aku sering jadi makcomblang?”
“Setahuku, kamu Mak Sumeh,” gurau Kabul.
“Iya. Mak Sumeh sudah berpengalaman jadi makcomblang. Gratis kok.
Asal, saya jangan dilarang berjualan di proyek….” (Tohari, 2015: 54-55).
(17) Tokoh Basar melalui dialog antar tokoh dapat diketahui bahwa Basar
merupakan mantan aktivis dan seorang terdidik (sarjana). Namun ia harus
tunduk pada kuasa pemimpin (metode dramatik). Hal ini digambarkan dalam
kutipan berikut:
“ Seperti Kabul, saya juga sarjana dan mantan aktivis. Tapi di sini saya
adalah kepala desa yang wajib tunduk kepada orang pemerintah, dan
orang partai golongan. Kalau mereka tidak ngrusuhi proyek, tak masalah.
Tapi nyatanya?”
Basar berhenti, tersenyum tawar. Pak Tarya tertawa. Maklum.
“Coba, Pak Tarya. Dua bulan lagi HUT partai golongan akan dipusatkan
di desa kita ini. Dananya besar sekali. Dan saya tidak ,au dikuras untuk
hal yang tidak semestinya. Jadi, kepada orang Kabupaten saya bilang tak
punya uang. Tapi apa kata mereka? ‘Saudara masih ingin jadi kades, kan?
Di desa Saudara sedang ada proyek besar, kan?’ Begitulah, bagaimana
saya tidak susah.”
“Sudah pernah menolak?”
“Secara tak langsung, sudah. Dan saya menjadi bahan tertawaan sesama
kepala desa yang sedang kumpul di Kabupaten.” (Tohari, 2015: 51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
4.2.2.2 Bagian II
Kegelisahan hati Kabul tak kunjung reda, ia masih memikirkannya dan
membicarakannya dengan Pak Tarya yang sedang sibuk memancing. Hasil
tangkapan malam itu dijadikan jamuan spesial dari Pak Tarya yang
mengundang Kabul makan dirumahnya. Namun karena sebelum berangkat ke
rumah Pak Tarya, Kabul bertemu Wati, maka bertambahlah tamu Pak Tarya.
Wati mendengarkan perbincangan Kabul dan Pak Tarya tentang kegelisahan
yang sempat diceritakan Kabul tadi malam. Di lain tempat, Basar menjamu
ketiga tamu partai.
Malam itu dia dinterfensi habis-habisan. Ia diminta untuk mempersiapkan
perayaan HUT partai GLM sebaik mungkin. Mulai dari menyiapkan hiburan
rakyat, pemesanan tenda, sampai perataan jalan yang akan dilalui mobil para
pejabat partai. Basar hanya bisa pasrah, karena ia masih menginginkan jabatan
kades ditangannya. Basar berharap Kabul dapat menentang ketiga lelaki yang
baru saja datang. Basar memikirkan kerugian yang akan ditanggung warganya
akhibat perayaan Ultah GLM. Basar merasa kegetiran dalam hatinya.
(18) Penggambaran tokoh Tante Ana adalah seorang lelaki yang berdandan wanita,
bencong. Dengan jelas juga digambarkan tampak wajah tokoh, latar belakang
tokoh. Toko Ana digambarkan secara jelas sebagai seorang pengasong rokok
di terminal dan ia tinggal bersama seorang gadis yang hendak dijual oleh
ibunya di balik tembok terminal (metode analitik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Agak lama kelihatan, malam ini Tante Ana muncul di proyek. Lelaki
banci ini seperti biasa berdandan menjadi perempuan menor. Kelewat
menor. Wajahnya putih oleh bedak yang sangat tebal. Bibirnya bergincu
menyala. Kain dan kebayanya ketat dengan sanggul lebih besar daripada
kepala. Dan bulu mata buatan.
Perkakas utamanya, kecrek, tentu tak akan pernah lepas dari tangan. Tapi
lenggoknya manis juga (Tohari, 2015: 66).
Ah, Tante Ana. Kabul pernah mendengar dia punya nama asli Daripan.
Siang hari mengasong rokok di terminal, sepuluh kilometer lebih dari
proyek. Tinggal di balik tembok terminal dengan seorang gadis kecil.
Konon gadis itu direbut Tante Ana dari ibunya yang hendak menjual si
bocah di pasar berahi, di sekitar terminal (Tohari, 2015: 69).
(19) Tokoh Basar terpaksa menjadi kader Golongan Lestari Menang karena ia
merupakan kades yaitu salah satu perangkat desa yang juga pilar penopang
partai GLM. Basar mengalami tekanan karena ia mengambil bagian dalam
kegiatan yang ia kritik bersama Kabul saat menjadi aktivis (metode analitik).
Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan dibawah ini:
Memang ya. Karena, sistem kekuasaan di bawah Golongan Lestari
Menang, GLM, menempatkan jajaran perangkat desa dan kelurahan
seluruh Indonesia menjadi onderbouw mereka. Jajaran perangkat desa
adalah satu di antara pilar penopang GLM. Dua pilar lain adalah birokrasi
pegawai negeri dan ABRI.
Maka, suka atau tidak kades seperti Basar sudah tercantum sebagai kader
Golongan Lestari Menang
Ya, dia merasa tertekan setelah menemukan dirinya jelas berada dalam,
malah menjadi bagian, sistem kekuasaan yang dulu amat sering
dikritiknya. Dulu, ketika bersama Kabul masih giat sebagai aktivis
kampus, Basar yakin Orde Baru banyak melakukan penyimpangan
(Tohari, 2015: 96).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
(20) Tokoh Tiga Pria Partai pengarang memberikan gambaran jelas mengenai
penampilan ketiga pria partai. Mereka berasal dari kalangan ekonomi
menengah ke atas (metode analitik). Hal ini dapat dilihat dari pakaian, cara
menyisir rambut yang tercantum secara gamblang atau jelas.
Malam ini Basar, kades menerima tiga tamu lelaki. Semua berjaket partai.
Tamu-1 necis-rambut berminyak dan tersisir rapi. Kacamatanya tampak
dari jenis yang mahal. Berkumis. Tamu-2 lebih tua, berkopiah, satu gigi
depannya ompong,berkacamata minus, dan terus merokok. Tamu-3 terus
memainkan gantungan kunci mobil. Dialah yang mengemudikan mobil,
tapi pasti bukan sekadar sopir. Dia mungkin mewakili angkatan muda
partai. Dari ketiganya, Tamu- 1 yang paling banyak bicara.
Pembicaraan terpotong karena Basar harus membantu istrinya
membagikan hidangan. Dan menyilakan para tamu menikmatinya. Tamu-
3 mengulurkan tangan meraih cangkir kopi. Tamu-2 diam saja. Tamu-1
malah kelihatan masa, karena pidatonya terpaksa dipotong. Lihatlah dia
kembali mengibar-ngibarkan telunjuknya di udara (Tohari, 2015: 91).
(21) Tokoh Pak Tarya melalui dialog tokoh maupun pikiran tokoh lain (tokoh
utama) kita mengetahui bahwa Pak Tarya bisa mengolah ikan pelus. Pak
Tarya juga merupakan sosok yang peduli kesehatan pribadi.
Ia menghindari makanan berlemak yang tidak sehat dikonsumsi. Kita juga
mengetahui beberapa penyakit yang dialami Pak Tarya, salah satunya
impotensi (metode dramatik).
“Lembur untuk anak-anak dan mandor yang kebagian ngecor. Tapi bila
yang ditawarkan untuk lauk makan pagi adalah ikan ini, saya ingin
datang.”
“Ya, tentu ikan ini. Saya akan memasaknya sendiri. Pepes ikan pelus
gurih sekali. Apalagi bila diberi bumbu perutan cengkir, kelapa yang
masih sangat muda. Malah bagi saya lebih enak parutan cengkir daripada
ikan-pelusnya,”
“Kok bisa begitu?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
“He…he, soalnya pelus adalah jenis ikan yang sangat berlemak. Tekanan
darah saya terasa naik sesudah makan ikan pelus. Yah, Mas Kabul, orang
seumur saya sudah digerogoti ketuaan. Ada darah tinggi, ambeien,
ompong, dan sering sulit tidur. Terakhir, malah impotensi. Hehehehehe
tapi saya biasa saja. Sungguh. Saya lebih merisaukan darah tinggi saya.
Sebab kalau saya tiba-tiba kaena stroke pas sedang mancing, bisa-bisa
saya mati kecebur kali. Hehehehhe.”Pak Tarya tertawa lagi. Kabul juga
tersenyum. Dia baru mendengar ada lelaki tidak malu mengakui
impotensinya. Ah, Pak Tarya memang mengesankan (Tohari, 2015: 82).
(22) Tokoh Kabul melalui pikiran Basar sang kades , kita mengetahui bahwa Kabul
pribadi yang cablaka, lugas, berani bertahan. Dari dialog antartokoh juga kita
mengetahui bahwa Kabul merupakan pria yang tidak ingin melukai perasaan
pria lain (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Kini wajah Kabul yang masuk. Ah, sahabat yang senasib. Kamu pasti
akan pusing bila orang-orang GLM itu mendatangimu malam ini.
Proyekmu akan dijarah. Ya, tapi kamu Kabul anak yang lugas. Mungkin
kamu akan berani bertahan dengan sikap cablaka-mu. Mungkin kamu
akan membantah mereka: Ini proyek milik rakyat, bukan milik Golongan
Lestari Menang. Proyek ini dibangun dengan dana utang dari luar negeri
yang akan jadi beban anak-cucu rakyat. Maka, bila benar kalian punya
otak dan hati, jangan main-main dnegan proyek ini. Atau kalian akan
kualat oleh kutukan anak-cucumu sendiri!” (Tohari, 2015: 87-88).
Namun setidaknya Kabul bisa menahandiri ketika minggu kemarin Wati
mengajaknya nonton film ke kota.
“Aku memang suka nonton, Wat. Tapi maaf, untuk nonton berdua sama
kamu aku khawatir akan dikatakan kurang pantas.”
“Mas malu nonton bersama aku? Iya, kan?” tanya Wati.
Matanya naik. Kabul nyengir janggal.
“Tidak, sungguh tidak.”
“Lalu?”
“Kamu pasti sudah tahu alasan saya; bagaimana nanti perasaan pacar
kamu. Mak Sumeh betul kan, kamu sudah punya pacar?” (Tohari, 2015:
114).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(23) Tokoh Wati diceritakan kondisi fisik Wati yang tersiksa. Dari kutipan di atas
juga, Wati digambarkan melalui tingkahnya yang deg-degan terhadap Kabul,
dapat ditafsirkan bila Wati menyukai Kabul (metode dramatik). Hal ini dapat
dibuktikan melalui kutipan berikut:
Kabul tidak meneruskan kata-katanya karena melihat Wati muncul dari
ruang tengah. Memakai baju kaus dan celana panjang batik yang kombor.
Matanya layu. Kesegaran yang selama ini menjadi bagian penampilannya
seakan hilang entah kemana. Bibirnya pucat. Tapi Wati mencoba
tersenyum. Ada percik nyala di matanya. Tadi Wati tergugah ketika
mendengar bunyi jip berhenti. Dia langsung bisa memastikan siapa yang
datang. Hatinya langsung berdebar. Tetes air matanya gagal ditahan. Wati
bergegas ke kamar mandi untuk membasuh muka. Dan kini dia
berhadapan dengan Kabul (Tohari, 2015: 134).
4.2.2.3 Bagian III
Bagian ini menemui titik puncak ketika Dalkijo meminta Kabul segera
memasang balok jembatan, Dalkijo tidak mempedulikan keluhan Kabul
mengenai kecacatan dua balok jembatan. Ia bersikeras agar Kabul segera
memasang balok jembatan tersebut. Padahal, menurut Kabul hal itu sekurang-
kurangnya dapat dilakukan tujuh belas hari kemudian agar cor-coran
mengeras. Untungnya, niat Dalkijo ini dihalangi oleh kasus terperosoknya
truk ke dalam parit ketika melewati jembatan yang sedang dan sudah berkali-
kali diperbaiki. Malam ini, Tante Ana datang dan memberikan hiburan. Hari
itu adalah penggajian mingguan. Bejo dan yang lain sangat terhibur, maka
Kabul merasa sangat berhutang pada Tante Ana, ia kemudian membayari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tante Ana makan, karena pekerjaan mulai sedikit longgar, Kabul memberikan
libur bagi para kuli.
(24) Penggambaran Tokoh Kang Martasatang tokoh Kang Martasatang merupakan
seorang ahli rogoh. Ia sering mengucap mantra dan menjinakan ikan. Kita
juga dapat mengetahui bahwa ia berpindah pekerjaan karena rakit
penyeberangannya ditambat (metode analitik). Hal ini dapat dibuktikan
melalui kutipan berikut:
Demi Sang Kala yang sedang memberi kesempatan, Kang Martasatang
yang saat ini sedang melayang kembali ke masa lalu. Dulu, bila rakit
penyeberangan harus ditambat karena air Sungai Cibawor sangat surut,
Kang Martasatang pindah pekerjaan menjadi penangkap ikan. Bukan
dengan kail atau jala, melainkan dengan tangan kosong. Bersama
beberapa teman, dulu, Kang Martasatang terkenal jago rogoh, atau gogoh,
yakni menangkap ikan tanpa alat.
Mereka menyelam di lubuk-lubuk Sungai Cibawor, memburu ikan
sampai ke ceruk atau celah batu yang paling dalam seperti cerpelai
mengejar mangsa. Konon rogoh ikan tidak bisa dilakukan pada
sembarang hari. Dan ada mantranya. Dalam tidurnya itu pun Kang
Martasatang komat-kamit karena dia sedang merapal mantra ngumbuk-
nguyum. Dengan mantra itu ikan-ikan berkumpul dan menjadi jinak
(Tohari, 2015: 141).
(25) Tokoh Baldun penggambaran postur tubuh dan penampilan fisik Baldun dapat
diketahui bahwa ia adalah salah satu anggota GLM yang memiliki maksud
dan tujuan tertentu (metode dramatik).
Hening sejenak, sampai terdengar Baldun terbatuk. Lelaki lima puluh
tahunan ini berjaket GLM, berkopiah. Sisa rambut yang tak tertutup
mengkilat oleh minyak. Sebelum berbicara, dia mengeluarkan kertas-
kertas dari map yang sewarna dengan jaketnya.
Dan dari kata pengantar Basar tadi, Kabul sudah bisa meraba apa yang
disampaikan Baldun (Tohari, 2015: 157).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(26) Tokoh Kabul melalui dialog antartokoh kita dapat mengetahui sifat perwira
yang terdapat dalam diri Kabul. Selain itu sifat rendah diri juga dimiliki
seorang Kabul (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan
berikut ini:
Pak Tarya tertawa lagi.
“Hehe, baguslah. Artinya, dalam diri sampyan masih tersisa sikap
perwira.”
“Perwira? Saya tidak pernah ingin jadi perwira.”
“Perwira militer? Oh, bukan itu yang saya maksud. Saya bisa mengerti
bila Mas Kabul tidak ingin jadi perwira militer, karena saat ini banyak
perwira yang ora merwirani lagi. Yang saya maksud dengan perwira
adalah parawira. Yaitu orang-orang yang tidak merasa kehilangan apapun
ketika bersikap hormat dan peduli kepada orang lain, orang-orang yang
tidak merasa rendah ketika meninggikan harkat dan martabat orang lain.
Mereka adalah orang-orang yang malu ketika merasa dirinya lebih
penting daripada orang lain siapa pun orang lain itu. Nah, saya senang
andaikata sampeyan tidak merasa lebih penting daripada Kang
Martasatang, meskipun sampeyang insinyur dan dia cuma tukang rakit
penyeberangan. Hehhehehehe…(Tohari, 2015: 154-155).
(27) Tokoh Wati melalui tingkah dan dialog dari tokoh lain, kita mengetahui
bahwa Wati menyukai Kabul. Penggambaran tingkah yang gugup, salah
tingkah dan kurang nyaman watakWati dapat dikenali (metode dramatik). Hal
ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:
Wati mengigit bibir. Menunduk. Jelas sekali dia enggan menjawab
pertanyaan Kabul. Merenggut. Ah, selalu jantung Kabul menyentak
dalam detik-detik Wati merengut. Dan detik yang mendebarkan itu cepat
berlalu, karena Wati menoleh dan berusaha tersenyum.
“Dokter hanya bilang aku harus istirahat, itu saja.”
“Yang kamu rasakan?”
Wati kembali menunduk. Menelan ludah. Kemudian tanpa menoleh Wati
menjawab lirih.
“ Hanya lemas, dan anu….sering berdebar-debar.” (Tohari, 2015: 172).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
“Alaaaaah……Pak Insinyur tak bosan-bosannya berkata seperti itu. Pak
Insinyur, aku percaya perasaan Wati terhadap Pak Insinyur bukan hal
yang dibuat-buat. Perasaan seperti itu tumbuh tanpa dikehendaki. Kata
orang kan rasa benci bisa disalahkan, tapi rasa suka? Apalagi Wati masih
sendiri, baru ikatan pacaran yang belum diresmikan. Ya bagaimana mau
diresmikan bila si pacar dua tahun lagi baru tamat?”(Tohari,2015: 176).
(28) Tokoh Dalkijo dapat diketahui melalui dialog antartokoh bahwa Dalkijo
adalah pribadi yang suka memaksa dan kurang bertanggung jawab, cuek, tidak
acuh (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Semua balok jembatan sudah datang?” suara Dalkijo
“Sudah. Tapi ada dua yang cacat retak seperti dulu saya laporkan. Dan
gantinya belum datang. Bagaimana?”
“Kapan balok-balok akan dipasang? Secepatnya, kan? Aku akan pesan
derek besar.”
Kabul mendengus. Soal balok cacat tidak ditanggapi.
Brengsek!
“Lusa pengecoran tiang terakhir selesai. Jadi pemasangan balok paling
cepat tujuh belas hari ke depan.”
“Apa? Kok lama betul? Nanti bisa terlambat. Apa jadinya bila di hari
peresmian akan dilakukan Wapres dan disaksikan juga oleh Ketua Umum
GLM. Jangan main-main.” (Tohari, 2015: 178-179).
4.2.2.4 Bagian IV
Pemasangan balok-balok jembatan selesai dalam lima hari. Tahap
berikutnya adalah pekerjaaan pembuatan lantai dan pagar pengaman jembatan
serta sayap-sayap fondasi. Terakhir nanti pengaspalan. Pada tahap ini, semua
seluruh pekerja proyek bergiat. Tukang batu membangun fondasi, tukang las
dan tukang besi menyiapkan rancangan untuk cor lantai, tukang kayu
menyiapkan papan-papan cor. Namun, kehadiran Ir. Dalkijo menambah ramai.
Dalkijo menyuruh Kabul untuk menambah jumlah kuli san tukang dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
alasan mempetnya waktu. Namun, Kabul sendiri was-was dengan musim
hujan. Musim hujan akan menurunkan kualitas pasir sungai yang mau-tak
mau digunakan. Selain hujan, Kabul juga mengalami hambatan minimnya
dana dari Manajer Proyek. Pusingnya lagi, permintaan atas kekurangan besi
rancang yang diajukan kepada Dalkijo dijawab dengan kedatangan truk
tronton; isinya besi rancang bekas bongkaran jembatan di pantura. Bagi
Kabul, ini sudah keterlaluan. Ia mulai mengutarakan niatnya untuk
mengundurkan diri kepada Dalkijo. Namun keinginan itu masih akan
dibicarakan berdua dengan Dalkijo di hari berikutnya.
(29) Tokoh Wiyoso atau Yos kita mengetahui bahwa Wiyoso merupakan
mahasiswa MIPA semester lima (metode analitik). Melalui dialog dan
pemikiran tokoh lain bahwa Yos merupakan tokoh yang alim, pintar, pemalu,
penuh pertimbangan (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan melalui
kutipan berikut:
Di kamarnya yang lumayan baik, Wiyoso ato Yoso atau Yos duduk diam
menghadap meja belajar. Yos mahasiswa MIPA semester lima. Beberapa
buk tentang matematika ada di hadapannya. Namun satu pun tak ada yang
terbuka (Tohari, 2015: 191).
“Sori, Gog. Ini emergency. Wati minta kawin. Jangan tertawa dulu! Nah,
aku mesti bagaimana?”
Sialan! Diminta jangan tertawa Gogi malah ngakak.
“Si Wati masih virgin kan,kan?”
“Tentu. Aku kan cowok superalim.”
“Kamu itu kan anak pinter tapi guoblok juga. Pilihanmu sangatlah jelas
dan Cuma ada dua; kamu mau kuliah atau kamu mau kawin. Tak ada
jawaban intermediate. Jawab cepat!”
“Dasar bloon. Pertanyaan begitu gambling kamu malah bingung, Yos,
kalau aku jadi kamu, jelas aku akan pilih terus kuliah. Soal kawin he?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Memang aku mikirin? He? Lagi pula kamu kuno amat sih. Takut
kehilangan Wati? Iya? Ah, kamu murahan. Kamu nggak ngerti ya, selain
Wati masih seabrek cewek lain. Buka matamu. Kampus kita tidak
sesempit dompetmu, He?”
Yos malu. Di mata Gogi, terasa dirinya memang lemah. Dia putuskan
telepon setelah mengucapkan terima kasih kepada Gogi. Tapi Yos belum
beranjak. Rasanya dia masih ingin bicara dengan yang lain. (Tohari,
2015: 195).
(30) Tokoh Wati dialog antartokoh dan tingkah Wati dapat diketahui bahwa Wati
telah menipu dan berkhianat, dari tingkahnya seolah mengatakan bahwa ia
memang bersalah (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan
berikut:
“Tapi dulu kamu mau. Iya, kan? Mengapa sekarang tidak? Jadi kamu
penipu. Kamu pengkhianat.”
Yos benar-benar marah. Kedua matanya berkobar dan tangannya
pengepal. Wati pasi. Wajahnya ciut. Matanya mewakili kecemasan yang
sangat. Kedua bibirnya rapat. Ketika merasa harus berbicara, bibir Wati
bergetar (Tohari, 2015: 203).
(31) Penggambaran Tokoh Kabul percakapan antartokoh, kita mengetahui bahwa
Kabul adalah pribadi yang kuat pendirian, dan selalu mengingat peraturan
yang harus ditaati oleh para Insinyur (metode dramatik). Hal ini dapat
dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Sebentar, Pak,” sela Kabul. “Bapak bilang saya tak perlu risau
meskipun lantai jembatan mungkin hanya bisa bertahan satu-dua tahun.”
“Ya. Bila nanti lantai jembatan rusak, ya kita perbaiki lagi, tentu saja bila
disedikan dananya. Kita ini pemborong. Makin banyak jembatan rusak,
makin banyak pula borongan yang akan kita dapat. Begitu saja kok
susah? Lagi pula, Dik Kabul, bila jembatan rusak, bukan hanya
pemborong yang harus bertanggung jawab. Kita tahu betapa banyak truk,
trailer pengangkut peti kemas, yang melanggar batas berat muatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Mereka lolos di jembatan timbang setelah sopir menyuap pegawai di
sana. Alaaaahhh, Dik Kabul tahu kan, yang namanya jembatan timbang?
Jadi, sebaik apa pun jembatan yang kita buat, bila banyak kendaraan
kelebihan berat lewat, ya tahu sendirilah.”
“Pak Dalkijo, saya ingatkan ada Undang-undang Nomor 18 Tahun 1990;
pemborong wajib menjamin bangunan yang dikerjakan bisa dimanfaatkan
setidaknya selama sepuluh tahun.”
“Wah, Dik Kabul, terima kasih atas peringatan ini. Dan terus terang, aku
juga tidak pernah melupakan undang-undang itu. Tapi bisa dibilang
undang-undang tersebut baru lahir kemarin sore. Jadi, belum
memasyarakat. Lagi pula penegakkannya amburadul. Maka banyak orang
bilang di sini okum dibuat hanya untuk dilanggar. Iya, kan?”
“Ya, saya tahu. Meskipun begitu saya tidak mau menggunakan besi bekas
itu. Bila dipaksakan, lebih baik saya mengundurkan diri.” (Tohari, 2015:
208-209).
4.2.2.5 Bagian V
Dalkijo datang untuk melanjutkan pembicaraan dengan Kabul. Intinya,
keputusan tetap sama yaitu Kabul harus menggunakan rancang bangun bekas.
Namun Kabul tetap pada pendiriannya, ia tetap mengundurkan diri. Wati
sangat sedih mendengar percakapan Kabul dan Dalkijo. Tangisan Wati
berhenti setelah Kabul memeluk dan menjanjikan dirinya takkan
meninggalkan Wati, dengan ditemani Wati, Kabul berpamitan kepada kuli,
tukang dan Mak Sumeh.
Mereka semua terkejut dan seolah ingin ikut keluar bersama Kabul. Setelah
keluar, Kabul pulang ke Biyungnya. Akhir Desember 1992, hanya satu tahun
setelah Kabul meninggalkan proyek pembangunan jembatan Sungai Cibawor.
Keinginan Kabul bekerja di proyek miliki swasta terlaksana ketika dia
mendapat kepercayaan menjadi site manager pembangunan hotel di Cirebon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Libur akhir tahun dingin dinikmatinya di rumah Biyung bersama Wati
yang sudah sebulan menjadi istrinya. Untuk mencapai rumah Biyung dari arah
Cirebon, Kabul akan melewati jembatan Sungai Cibawor. Tiba-tiba Kabul
menghentikan laju mobilnya, ia melihat tulisan “jembatan rusak” dan
disarankan untuk melewati jalur alternatif. Kabul turun dan memeriksa
kerusakan jembatan itu. Lantai jebol pada dua titik dan aspal sudah retak
hampir sepanjang lantai jembatan. Di sela-sela pengecekannya, Kabul
mendengar suara suling Pak Tarya. Kabul masuk jipnya dan menceritakan
cerita lomba buat jembatan antara surge dan neraka yang pernah di ceritakan
Dalkijo. Wati kaget, ternyata orang-orang proyek seperti Dalkijo juga sadar
bahwa mereka orang yang jelas bersalah, namun tutup mata hanya untuk
kepentingan mereka.
Wati bertanya sampai kapan kegilaan seperti itu akan berakhir. Kabul
hanya mnjawab dengan perumpaan rayap yang akan berhenti bila kayu yang
digerogoti habis. Bagian ini ditutup dengan pertanyaan menarik “Ada berapa
ribu proyek yang senasib dengan jembatan Cibawor? Dan dengan mental
“orang-orang proyek “yang merajalela dimana-mana, bisakah orang berharap
akan terbangun tatanan hidup yang punya masa depan?”
(32) Tokoh Kabul kita mengetahui bahwa Kabul merasa sakit hati dan sebal
terhadap kegiatan pawai tersebut (metode analitik). Melalui dialog tokoh lain,
kita mengetahui bahwa Kabul memiki sikap yang lugu (metode dramatik). Hal
ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Rasa sakit di hati membuat tontonan konyol pawai politik yang sangat
ingar-bingar tak lagi menarik perhatian Kabul. Malah dia merasa
demikian sebal, sehingga Kabul berharap cepat usai. Apalagi cuaca
semakin terik karena awan menghilang (Tohari, 2015: 245).
“Dik Kabul, sampeyan memang insinyur. Tapi terlalu ludu. Dengar, Dik.
Untuk memeriksa atau bahkan menahan Dik Kabul, mereka akan
menemukan banyak alasan. Misalnya, menghambat pelaksanaan program
pembangunan, tidak loyal kepada pemerintah, menentang Orde Baru,
sampai kepada indikasi bahaya laten komunis.
Dan sekali lagi Dik Kabul berurusan dengan aparat keamanan, nama Dik
Kabul akan masuk daftar hitam;
Dik Kabul akan tetap diawasi dan mungkin tidak akan dapat bekerja di
mana pun.” (Tohari, 2015: 229).
(33) Tokoh Wati sudah menikah dengan Kabul dan usia pernikahan mereka baru
satu bulan (metode analitik). Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Akhir Desember 1992, hanya satu tahun setelah Kabul meninggalkan
proyek pembangan jembatan Sungai Cibawor. Keinginan Kabul bekerja
di proyek milik swasta terlaksana ketika dia mendapaat kepercayaan
menjadi site manager pembangunan hotel di Cirebon. Libur akhir tahun
ingin dinikmatinya di rumah Biyung bersama Wati yang sudah menjadi
Nyonya Kabul. Mereka baru sebulan menikah (Tohari, 2015: 249).
(34) Tokoh Dalkijo melalui penggambaran gaya penampilan dan tingkah laku tokoh
kita dapat melihat bahwa tokoh Dalkijo adalah orang yang sangat necis dan
penuh kuasa (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan
berikut:
Dan sang Koboi muncul mengendarai kuda besi Harley Davidson. Pakai
topi seperti yang dikenakan Franco Nero dalam film koboi A Coffin for
Jango. Celana jins ketat dan sepatu berhak tinggi. Hem lengan panjang
bermotif kotak-kotak.
Tapi menyalahi penampilan koboi yang sebenarnya, di pinggang Dalkijo
tidak ada pistol. Sebagai gantinya adalah pesawat radio komunikasi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
pinggang kiri. Juga menyalahi kebiasaan para koboi, Dalkijo memakai
kacamata gelap.
Turun dan memarkir kuda besinya, ulah Dalkijo masih meniru perilaku
para koboi. Gila Franco Neroi, Clint East Wood, atau Clark Gable dalam
peran koboi mereka yang tak pernah lupa mengusap kepala kuda, Dalkijo
mengusap kepala kuda, Dalkijo mengusap lampu Harley-nya sebelum
pergi. Sayangnya, bila orang tak pernah melihat koboi cengar-cengir-
kecuali Koboi Cengeng-nya Bagyo cs-Dalkijo malah cengengesan.
Apalagi ketika beberapa tukang dan mandor berhenti bekerja hanya untuk
mengangumi motor besar kebanggan bos proyek itu.
Dan lihat gaya Dalkijo ketika berjalan menuju kantor proyek.
Langkahnya ringan. Kedua tangannya mengayun bebas, seperti tangan
jagoan yang setiap detik siap mencabut dan menarik picu pada saat yang
hampir bersamaan. Untunglah ketika membuka pintu bar. Maka gaya para
koboi dengan gaya aslinya, gaya anak petani Blora (Tohari, 2015: 226).
(35) Tokoh Biyung melalui perasaan dan pikiran tokoh lain, kita mengetahui bahwa
sosok Biyung adalah sosok yang kuat, sederhana dan memberikan rasa damai
(metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Biyung muncul dengan tangan memutih oleh ampas singkong. Seorang
kerabat yang selama ini tinggal bersama Biyung juga datang. Agaknya
Biyung sedang mamarut singkong untuk membuat klanting. Ibu dan anak
bersitatap. Bersalaman. Kabul merasa tangan Biyung sejuk,
mengimbaskan rasa damai. Dan tetap kuat, tangan perempuan petani yang
tetap bekerja sampai hari tua. Mata Biyung menyapu tubuh Kabul dari
kepala hingga kaki, lalu tersenyum. Kabul melihat kerlap-kerlip surgawi
di mata Biyung (Tohari, 2015: 237).
Bersadarkan hasil analisis penokohan pada lima bagian dalam novel Orang-
Orang Proyek karya Ahmad Tohari penulis akan mengklasifikasikan penokohan
yang terdapat dalam novel ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
1) Penokohan dengan Metode Analitik
Penggambaran tokoh secara langsung banyak dilakukan oleh pengarang.
Sifat para tokoh yang nyata dijelaskan pengarang dapat ditemukan pada
kutipan: (12), (13), (14), (15), (16), (17), (18), (19), (24), (29), (32), (33).
2) Penokohan dengan Metode Dramatik
Penggambaran watak tokoh melalui pelukisan seperti pemilihan nama,
dialog anartokoh, pikiran tokoh lain, maupun deskripsi penampilan fisik tokoh
juga digunakan dalam penggambaran tokoh seperti Tokoh Kabul, Mak
Sumeh, Dalkjio, dbs. Berikut adalah kutipan yang menunjukkan
penggambaran tokoh secara dramatik : (12), (13), (14), (15), (16), (17), (19),
(21), (22), (23), (25), (26), (27), (28), (30), (31), (34), (35).
Berdasarkan hasil analisis penokohan pada novel Orang-Orang Proyek
dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa penokohan yang digunakan dalam
novel tersebut ialah penokohan dengan metode analitik dan dramatik. Namun
lebih didominasi penggambaran tokoh dengan menggunakan metode dramatik.
Kesimpulan dari pengembangan metode pembelajaran role playing terhadap
materi tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari
yaitu:
a. Secara keseluruhan dapat disimpulkan tokoh yang paling banyak muncul dan
berinteraksi dengan tokoh lain pada novel ini adalah Tokoh Kabul. Tokoh
Kabul, dilihat dari peran pembangunan konflik atau berdasarkan
kedudukannya maka ia merupakan tokoh utama. Sedangkan tokoh lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
seperti Wati, Pak Tarya, Mak Sumeh, Tante Anna, Bejo, Kang Martasatang,
Samad, Basar, Sawin, Sonah, Yos, Aminah, Baldun, Tiga pria partai yang
muncul namun interaksi antartokohnya tidak menonjol(menimbulkan
konflik) adalah tokoh tambahan. Dilihat dari sifatnya. Tokoh Kabul
merupakan tokoh yang menjujung tinggi idealismenya untuk tidak
menikmati uang rakyat merupakan tokoh protagonist. Sedangkan tokoh
Dalkijo yang hidupnya jor-joran dan egois tidak peduli dengan kepentingan
masyarakat merupakan tokoh antagonis.
b. Berdasarkan hasil analisis penokohan pada novel Orang-orang Proyek dapat
disimpulkan secara keseluruhan bahwa penokohan yang digunakan dalam
novel tersebut ialah penokohan dengan metode Analitik dan Dramatik.
Namun lebih didominasi penggambaran tokoh dengan menggunakan metode
dramatik.
4.3 Rancangan Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel OOP bagian I
dengan Metode Role Playing
Rancangan pembelajaran menerapkan kesembilan langkah role playing. Hal ini
dapat dilakukan setelah dilakukan proses analisis novel Orang-Orang Proyek karya
Ahmad Tohari secara menyeluruh. Proses analisis ini dilakukan untuk
mengumpulkan materi serta memilih bagian novel yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Berdasarkan hasil analisis tokoh dan penokohan novel, bagian I merupakan
bagian yang sesuai dengan kebutuhan bahan ajar metode role playing Pemilihan bab
atau bagian I sebagai bahan ajar didasari oleh plot bagian I yang merupakan fase
perkenalan. Pada fase perkenalan, sifat tokoh benar-benar memberikan gambaran
mengenai identitas tokoh, oleh karenanya bagian ini memiliki unsur tokoh dan
penokohan yang menonjol.
4.3.1 Penerapan Langkah-Langkah Metode Role Playing dalam Rancangan
Pembelajaran
Setelah bagian I terpilih sebagai bahan ajar, sembilan langkah metode role
playing dapat diterapkan sebagai berikut:
1) Pemanasan Suasana Kelompok
Pada langkah ini, topik, masalah serta tujuan pembelajaran dijelaskan oleh
guru. Pada tahap ini siswa diberikan rangsangan mengenai materi yang akan
dipelajari. Siswa diajak bermain tebak tokoh untuk menggali pengetahuan
awal siswa mengenai tokoh. Guru menjelaskan pula metode dan “aturan
main” yang akan digunakan pada pembelajaran guru.
Pada langkah ini sangat penting unutk memberikan penjelasan dan
penyampaian “aturan main”, hal ini menghindarkan ketidakpahaman siswa.
Tahap ini sangat penting untuk menciptakan atmosfer berupa semangat baru
pada siswa. Semakin guru menarik dalam menjelaskan dan pandai mengajak
“bermain” maka siswa akan tertantang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Setelah guru mengkondisikan para siswa, pembelajaran dibuka dengan
merangsang dan mengajak siswa. Pada tahap ini, guru melakukan rangsangan
dengan memberikan naskah dramatisasi Orang-orang Proyek bagian I karya
Ahmad Tohari. Naskah dramatisasi tersebut kemudian akan didemonstrasikan
dan dikembangkan siswa dalam kelompoknya. Beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam langkah pemanasan suasana kelompok adalah :
a. Siswa diminta untuk mencermati naskah yang telah disiapkan guru
b. Siswa mencatat pedoman pengamatan yang akan mereka lakukan (poin
penting).
Pada langkah ini, guru menyiapkan stimulus berupa ringkasan salah satu
bagian novel yang kemudian diubah menjadi naskah dramatisasi. Guru harus
jeli dalam mempersiapkan naskah dan siswa yang akan memainkan naskah
yang telah dibuat guru. Ringkasan novel Orang-Orang Proyek tidak harus
mencakup seluruh bagian novel. Guru bisa memanfaatkan salah satu bagian,
seperti bagian I. Metode role playing membutuhkan media naskah, oleh
karena itu bagian satu kemudian diolah menjadi sinopsis yang akan menjadi
acuan pembuatan nasakah dramatisasi. Berikut sinopsis dan naskah
dramatisasi novel OOP bagian I:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Sinopsis Bagian I
Diceritakan kisah hidup seorang insiyur sipil bernama Kabul yang
dipercaya memegang proyek pembangunan jembatan di pinggiran Sungai
Cibawor. Kabul yang idealis mengalami banyak benturan dalam proyek
pekerjaannya yang dipenuhi oleh tikus-tikus kantor. Proyek yang dikerjakan
Kabul seolah menjadi ajang pamer bagi partai penguasa tanpa mengindahkan
ilmu kontruksi bangunan. Jembatan itu merupakan pesanan pemerintah
sekaligus golongan penguasa yang didanai luar negeri. Jembatan itu dipaksa
untuk segera selesai, bertepatan dengan HUT partai penguasa.
Pembangunan itu semata-mata karena desa tersebut akan dijadikan tempat
perayaan ulang tahun golongan penguasa GLM (Golongan Lestari Menang).
Tekanan dari golongan penguasa inilah yang membuat kualitas bahan dan
konstruksi harus dibuat pada musim hujan. Pembangunan jembatan tersebut
sangat berisiko, terutama kekuatan jembatan sangat dipertanyakan. Kabul
begitu getir melihat penyelewengan-penyelewengan yang terjadi, seperti
penggelapan bahan bangunan, pembangunan di bawah standar operasional
dan juga adanya pemangkasan uang proyek yang dilakukan orang-orang
pemerintah. Dia dipaksa bergelut dengan realitas masyarakat yang korup dan
curang. Sementara idealismenya masih bersemayam di dalam hatinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Naskah Dramatisasi Bagian I
Orang-Orang Proyek
(diadaptasi dari bagian I novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari)
Peran :
Narator
Pak Tarya
Kabul
Wati
Mak Sumeh
Dalkijo
Kelas di setting menjadi warung makan Mak Sumeh. Kemudian Pak Tarya
memasuki stage.
1. Narator : Ini adalah kisah seorang Kabul. Kabul merupakan kepala
pelaksana proyek pembangunan jembatan. Ia adalah Insinyur
muda yang pintar dan juga ramah. Ia lah yang memimpin
pembangunan jembatan di sungai cibawor.
2. Mak Sumeh : “Selamat pagi Pak Insinyur. Duh makin ganteng aja!
Tumben, kok pagi-pagi sudah ke warung? “ (Mak Sumeh
menyapa dengan riang gembira dan sedikit terkejut)
3. Kabul : ” Gatau Mak Sumeh, saya tiba-tiba lapar. Mungkin karena
saya mencium bau ikan yang digoreng dari warung ini.”
(sambil celingukan melihat dapur Mak Sumeh)
4. Mak Sumeh : “Ah, Pak Insinyur ini bisa saja. Wong belum matang kok.
Kalau begitu saya siapkan dulu makanannya.” (keluar dari
arah stage 2)
Pak Tarya masuk dari stage 1 sembari membawa alat pancingnya.
5. Pak Tarya : “Selamat pagi Pak Insinyur!!!! Waah…. baru kali ini saya
lihat ada “orang gede” mau makan di tempat seperti ini!”
(sambil menggeleng keheranan)
6. Kabul : “Ah, Pak Tarya ini. Kita semua sama Pak. Sama-sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
manusia. Saya senang makan disini saya bisa ngobrol
dengan tukang dan kuli, atau bisa tambah teman ngobrol
seperti Mak Sumeh.” (bicara dengan rendah hati)
7. Pak Tarya :” Pak Insinyur!!!! Anda terlalu rendah hati. Biasanya orang
sukses tidak mau kumpul dengan bawahan. Apalagi
berteman dengan yang levelnya rendah.” (menggelengkan
kepala)
8. Kabul : “ Tidak Pak Tarya. Pak tarya lebih rendah hati daripada saya.
Oh iya, saya dengar Pak Tarya ternyata pensiunan pegawai
Kantor Penerangan. Dan bahkan sewaktu di Jakarta sempat
bekerja sebagai wartawan ?” (nada bertanya)
9. Pak Tarya : “Ah, informasi itu ada yang benar tapi banyak salahnya. Saya
hanya sebentar jadi wartawan.”
10. Kabul : “Pak Tarya tidak mancing hari ini?”
11. Pak Tarya : “Tadinya mau mancing, tapi sungai masih keruh. Bekas
banjir kemarin. Tapi karena sudah telanjur keluar rumah,
saya mampir sini niatnya mau pesan es teh saja untuk
ngademin awak.” (medok jawa)
12. Kabul : “Banjir kemarin itu membuat saya stres berat Pak Tarya!”
(wajah sendu)
13. Pak Tarya : “Iya, saya lihat. Tiang jebol karna tak kuat menahan sampah
ranting. Tapi masalah banjir ini kan karena masalah alam,
jadi tidak usah terlalu menyalahkan diri.”
14. Kabul : “Sebenarnya masalah seperti ini bisa dicegah bila para
penguasa mau ikuti saran saya untuk memulai pembangunan
saat musim kemarau tiba.
Tapi mereka memaksa saya segera menyelesaikan jembatan
itu untuk kepentingan kampanye penguasa golongan partai.”
(wajah kecewa sedikit marah)
15. Pak Tarya : “Hahahahhaa…. Saya paham nak Kabul. Tapi saya yakin tidak
semua temanmu sedih karena banjir itu. Justru ini adalah
kesempatan untuk meminta dana tambahan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
16. Kabul : “Ya begitulah, belum lagi warga yang menyogok mandor
untuk mengambilkan semen atau sisa besi.”
17. Pak Tarya : “Sudah, jangan terlalu ambil pusing. Ngomong-ngomong
Seorang Insinyur hebat seperti Anda kok ga pernah bawa
calon istri ke sini?”
18. Kabul : “Dulu ada, mungkin karena saya telalu sibuk demo jadi dia
memilih untuk meninggalkan saya.”
19. Pak Tarya : “Oh. jadi sampeyan dulu mantan aktivis?”
20. Kabul : “Dulu, dan berhenti karena saya harus bekerja untuk adik
adik dan biyung.”
Mak Sumeh masuk melalui stage 2 sembari membawa makanan dan dua es teh.
21. Mak Sumeh : “Monggo Pak Insinyur dan Pak Tarya, maaf agak lama. Tadi
gasnya sempet habis. Jadi lama buat minumnya. Maaf Pak
Insinyur, aku tadi ga sengaja nguping sedikit. Kalau masih
jomblo, saya bisa lho carikan
pasangan untuk Pak Insinyur!”(nada bicara centil)
22. Kabul : “Mak Sumeh ini ngomong apa sih?”
23. Mak Sumeh : “ Sebenarnya ada yang sudah lama naksir Pak Insinyur. Tapi
Pak Insinyurnya cuek.”
24. Kabul : “Mak Sumeh ini tukang gosip!!!”
25. Mak Sumeh : “Ah, Pak Insinyur. Saya itu terkenal gak hanya sebagai
penggosip, sebagai mak comblang juga. Kalau Pak Insinyur
mau sama Wati. Saya akan bantu jodohkan. Ehhh…
maafkan mulut saya ini Pak Insinyur!”(menutup mulutnya
dengan kedua tangan)
26. Kabul : “Kok Wati?” (mimik bingung)
27. Mak Sumeh : “Pak Insinyur tidak tau? Wati itu menyukai Pak Insinyur. Dia
sendiri yang cerita. Tapi repotnya, dia juga cerita kalau dia
sudah punya pacar.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
28. Pak Tarya : “Mak Sumeh, nak Kabul saya tak pergi ke bawah pohon sana
dulu. Mau main seruling dulu. Es tehnya saya bawa kesana
ya Mak.” (membawa es teh kemudian keluar dari stage 1)
29. Mak Sumeh : “Iya Pak Tarya, silahkan!”
30. Kabul : “Mak Sumeh sendiri yang cerita kalau Wati sudah punya
pacar. Artinya sudah tidak bisa diganggu lagi kan? Kok
malah dijodoh-jodohkan sama saya?”
31. Mak Sumeh : “Namanya juga manusia, selama janur kuning belum
melengkung. Masih boleh memilih to?”
Dalkijo masuk melalui stage 1 dengan mimik kelelahan mencari Kabul.
32. Dalkijo :” Nah, disini rupanya Insinyur kita. Haduhhhh dek Kabul.
Masa mau makan di tempat seperti ini sih? Ini kan tempat
makan kuli dan tukang. Kita ga level makan di sini. Kita ini
pemain yang beda kasta.” (nada sombong sambil melihat
jijik ke sekeliling)
33. Kabul : “Maksud Pak Dal?”
34. Dalkijo : “Ah, Dik Kabul ini. Kita ini atasan, tunjukkan sedikit
wibawa kita. Jangan merendahkan dirilah, kita ini yang
punya kuasa! Kalau bukan karena kita, mereka ga akan
hidup enak. Kamu tau to? Permainan anggaran kita lah yang
menghidupi mereka. Lihat saya, bisa ganti Harley
Davidson model terbaru setiap selesai mengerjakan satu
proyek. Semua itu halal Dik Kabul
35. Kabul : “Maksud Pak Dal apa?”
36. Dalkijo : “Dik Kabul, kita ini mantan orang kere. Harus tobat melarat.
Jauh-jauh sama yang namanya kemiskinan. Contohnya,
tiang jebol akibat banjir kemarin itu. Itulah makanan kita.
Keruk kekayaan dik, lupakan dosa.
Hahahaha….”(menunjukkan wajah sombong dan jijik dan
keluar dari stage 1 sambil tertawa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
37. Mak Sumeh : “Lihat, Pak Insinyur. Wati datang. Lihat, cantik,kan?
Aku dan semua orang di sini bilang Pak Insinyur dan Wati
adalah pasangan yang cocok. Pas. Semua orang disini tau
kalau aku ini mak comblang. Khusus untuk Wati dan Pak
Insinyur aku gratiskan.”
38. Wati : “Makan gasik ya mas?”(masuk dari stage 1)
39. Kabul : “Pekerjaanmu sudah selesai?”
40. Wati : “Sudah lama selesai. Makanya aku jenuh, mau apa terus jadi
lapar. Kali ini aku yang bayar, Mas. Malu terus terusan
ditraktir.” (nada manja)
41. Narator : Tiba-tiba Kabul teringat jati diri Wati. Wati adalah satu
satunya karyawati yang bisa dikatakan berasal dari keluarga
yang berada. Ayahnya adalah anggota DPRD dan konon
kakaknya petinggi polisi. Kabul melebar. Ah, bagaimana bila
uang Wati berasal dari gaji ayahnya yang anggota DRPD itu?
Namun Kabul segera meminum es tehnya dan membayar dan
meninggalkan Wati.
Naskah Dramatisasi inilah yang nanti akan menjadi media ajar dalam
pembelajaran unsur tokoh-penokohan novel OOP dengan metode pembelajaran
role playing.
2) Seleksi Partisipan
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari lima
anggota. Guru membagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok penampil dan
pengamat. Guru bisa memilih partisipan penampil berdasarkan pengamatan
kemampuan siswa dalam kelas untuk menghemat waktu. Namun,
diperkenankan pula apabila guru memberikan kesempatan siswa untuk
menentukkan partisipasinya apabila alokasi waktunya memadai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
3) Pengaturan Setting
Para pemain menggambarkan garis besar skenario. Gambaran sederhana
setting (pengaturan) dan aksi pemeran salah satu peran. Guru membantu
kelompok penampil untuk menghadirkan pentas yang ada dalam naskah. Guru
juga dapat membantu pemeran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sederhana mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peran tersebut.
Hal itu penting agar siswa merasa aman dalam melaksanakan role playing
dan memulai aksi pemeranan. Pada langkah ini, siswa diarahkan untuk
pertama-tama mengimajinasikan latar atau setting yang terdapat dalam naskah
drama, kemudian imajinasi itu dihidupkan melalui penghadiran property yang
dibantu juga oleh guru.
4) Persiapan Pemilihan Siswa sebagai Pengamat
Pengamat terlibat aktif seperti kelompok pemeran dan menganalisis
pemeranan. Guru disarankan untuk terlibat menjadi pengamat dalam role
playing dengan menetapkan tugas untuk siswa, seperti mengevaluasi jalannya
role playing, memberi komentar terhadap keefektifan dan rangkaian sikap
pemeran. Pada langkah ini, kelompok pengamat diberikan bekal dan
dipersiapkan agar jeli melihat poin yang akan dibahas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
5) Pemeranan
Guru memberikan kesempatan untuk pemeran mengekspresikan ide
mereka sesuai dengan tujuan. Apabila tindak lanjut yaitu diskusi menunjukkan
kekurangpahaman siswa terhadap alur cerita yang diperankan, guru dapat
meminta pemeranan ulang. Tujuan sederhana pemeranan adalah untuk
mendirikan kejadian dan peran, yang kemudian peran dapat diselidiki,
dianalisis, dan dikerjakan kembali.
6) Diskusi dan Evaluasi
Dengan mengajukan sebuah pertanyaan, siswa akan segera terpancing
untuk segera mengeluarkan pendapatnya. Spontanitas diskusi hanya terjadi
karena siswa mengerti apa yang baru saja diperankan.
7) Pemeranan Kembali
Siswa melakukan pementasan kembali dengan merubah peran yang ia
miliki sesuai dengan saran atau masukkan dari kelompok pengamat yang
dibimbing guru dalam memberikan peniliaian.
8) Diskusi dan Evaluasi
Pada tahap ini, guru dan siswa melakukan diskusi baik tentang jalannya
simulasi, maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong
agar siswa dapat melihat perbandingan pementasan pertama dan kedua. Siswa
dibimbing guru untuk dapat bersikap kritis. Langkah terakhir pada tahap ini
adalah penarikan kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
9) Sharing dan Generalisasi Pengalaman
Berbagi pengalaman dan generalisasi. Guru hendaknya membentuk
diskusi sehingga siswa setelah mengalami role playing dapat
menggeneralisasi situasi masalah dan konsekuensinya. Bentuk diskusi yang
mencukupi akan sampai pada kesimpulan yang tepat. Siswa dibantu oleh
guru untuk menghubungan situasi dalam naskah terhadap kenyataan-
kenyataan di dunia nyata.
Metode role playing merupakan metode pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa-siswa untuk praktik menempatkan diri mereka dalam
peran-peran dan situasi yang akan meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai
keyakinan-keyakinan mereka sendiri dan orang lain. Langkah-langkah praktis
pembelajaran novel Orang-Orang Proyek dengan menggunakan metode role
playing
a. Guru menyusun / menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum pelaksaan kegiatan pembelajaran
c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima orang
d. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan
e. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario
yang sedang diperagakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
f. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja
untuk membahas atau memberi penilaian atas penampilan masing-masing
kelompok
g. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulan
h. Guru memberikan kesimpulan secara umum
i. Evaluasi dan penutup
4.3.2 Rancangan Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel OOP
bagian I dengan Metode Role Playing
4.3.2.1 Silabus Pembelajaran
Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan
kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dasar yang
ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa
dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (Salim
dalam Muslich, 2007: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. Memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia/novel Indonesia/terjemahan
7.1 Menganalisis unsur-unsur intrinsik
dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : I
Standar Kompetensi : 7 Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok Indikator
Pengalaman
Belajar
Alokasi
Waktu
Penilaian
Sumber Bahan Jenis Bentuk Contoh
7.2 Menganali
-sis unsur-
unsur
intrinsik
dan
ekstrinsik
novel
Indonesia /
terjemahan
Unsur
Intrinsik
Tokoh
&
Penokoh
-an
naskah
drama
-tisasi
novel
OOP
bagian I
Kognitif
1. Menyebutkan
unsur intrinsik
dan ekstrinsik
dalam novel.
2. Merumuskan
pengertian
tokoh dan
penokohan
sebagai salah
satu unsur
intrinsik novel
Berlatih
memerankan
naskah
dramatisasi novel
OOP yang
dibacakan oleh
kelompok
penampil
Mengekspresikan
dialog tokoh yang
terdapat pada
naskah
dramatisasi novel
4 x 45
Menit
Kognitif
Tes
Uraian
1. Lengkapi
bagan unsur
intrinsik dan
ekstrinsik
novel di
bawah ini!
Sudjiman 1991.
Memahami
Cerita Rekaan
Jakarta : Pustaka
Jaya
Waluyo. 2003.
Apresiasi Puisi .
Jakarta PT.
Gramedia
Pustaka Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
3. Mengidentifi
-kasi unsur
tokoh dan
penokohan
pada naskah
dramatisasi
novel OOP
bagian I
OOP bagian I
melalui
pementasan
drama
Memberikan
komentar dan
saran bagi dari
kelompok
pengamat pada
kelompok
penampil
Mengemukakan
pemahaman
siswa terhadap
pengertian tokoh
dan penokohan
menurut siswa
Mengkritisi buah
pemikiran rekan
kelompok lain
mengenai
pengertian tokoh
dan penokohan
2. Jelaskan
pengertian
tokoh dan
penokohan
menurut
Anda !
3.Identifikasi-
lah tokoh
dramatisasi
novel OOP
bagian I,
berdasarkan
sifat dan
kedudukan
perannya!
4. Identifikasi-
lah unsur
penokohan
pada drama-
tisasi novel
OOP bagian
I dengan
menunjuk-
kan bukti
kutipan!
Tohari, Ahmad.
2015. Orang –
Orang Proyek.
Jakarta : PT.
Gramedia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Afektif
4. Menunjukkan
sikap
kerjasama
dalam
kegiatan
berdiskusi
mengenai
unsur tokoh
dan
penokohan
Melengkapi
pengertian tokoh
dan penokohan
bersama-sama
dan mencatat
tambahan
informasi dari
guru
Mengkreasikan
naskah
dramatisasi novel
OOP bagian I
yang diberikan
guru sesuai
kemampuan
siswa
Non-
Tes
Lembar
Pengam
-atan
Penilaian sikap
siswa:
tanggung
jawab
bekerja sama
percaya diri,
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dalam naskah
dramatisasi
novel OOP
bagian I
5. Menunjukkan
sikap
tanggung
jawab dalam
kegiatan
pementasan
naskah
dramatisasi
novel OOP
bagian I
6. Menunjukkan
sikap percaya
diri saat
mementaskan
naskah kreasi
dramatisasi
novel OOP
bagian I
7. Menunjukkan
sikap
menghargai
hasil karya
teman
kelompok lain
dalam
Mementaskan
naskah
dramatisasi novel
OOP bagian I
hasil kreasi
kelompoknya
Memberikan
masukan kepada
kelompok yang
sdang tampil dan
juga
mendapatkan
masukan dari
kelompok lain
yang menjadi
pengamat
Mengidentifikasi
tokoh dan
penokohan
berdasarkan
klasifikasi dalam
diskusi kelompok
Kelompok
mengajukan
pertanyaan
antarkelompok
maupun guru
menghargai
hasil karya
teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
pementasan
drama kreasi
kelompok
Psikomotorik
8. Mendemo
-nstrasikan
tokoh dan
penokohan
sesuai dengan
karakter
dengan lafal,
keberanian,
intonasi dan
ekspresi yang
sesuai dengan
gambaran
karakter pada
naskah
dramatisasi
novel OOP
bagian I
Menjawab
pertanyaan dari
kelompok lain
dan guru
menjelaskan hal
yang masih
membingungkan
siswa
Non-Tes
Unjuk
Kerja
Penilaian :
Lafal
Keberanian
Intonasi
Ekspresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
4.3.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka
pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa yang akan
dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi siswa
(Muslich, 2008: 154).
Rencana pelaksanaan pembelajaran metode role play dalam menganalisis
tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari untuk
siswa SMA kelas XI semester I akan diterapkan sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Tingkat Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI / I
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit
A. Standar Kompetensi : 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel
terjemahan
B. Kompetensi Dasar : 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan
C. Indikator
Kognitif
Menyebutkan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel
Merumuskan pengertian tokoh dan penokohan
Mengidentifikasi unsur-unsur tokoh dan penokohan pada naskah
dramatisasi novel OOP bagian I sesuai dengan klasifikasinya
Afektif
Menunjukkan sikap kerjasama dalam kegiatan berdiskusi mengenai
unsur tokoh dan penokohan dalam naskah dramatisasi novel OOP
bagian I
Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam kegiatan pementasan
naskah dramatisasi novel OOP bagian I
Menunjukkan sikap percaya diri saat memperagakan naskah kreasi
dramatisasi novel OOP bagian I
Menunjukkan sikap menghargai hasil karya teman kelompok lain
dalam pementasan drama kreasi kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Psikomotorik
Mendemonstrasikan tokoh dan penokohan sesuai dengan karakter
dengan lafal, keberanian, intonasi dan ekspresi yang sesuai dengan
gambaran karakter pada naskah dramatisasi novel OOP bagian I
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menyebutkan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel
melalui diskusi kelompok secara rinci
Siswa mampu merumuskan pengertian tokoh dan penokohan melalui
diskusi kelompok menggunakan bahasa sendiri secara sederhana dan
jelas
Siswa mampu mengidentifikasi unsur tokoh dan penokohan pada
naskah dramatisasi novel OOP bagian I dalam diskusi kelompok
secara tepat
Siswa mampu menunjukkan sikap kerjasama dalam kegiatan
berdiskusi mengenai unsur tokoh dan penokohan pada naskah
dramatisasi novel OOP bagian I dengan baik
Siswa mampu menunjukkan tanggung jawab dalam kegiatan
pementasan naskah dramatisasi novel OOP bagian I dengan baik
Siswa menunjukkan sikap percaya diri saat mementaskan naskah
dramatisasi novel OOP bagian I dengan baik
Siswa menunjukkan sikap menghargai hasil karya teman kelompok
lain dalam pementasan drama kreasi kelompok dengan baik
Siswa mampu mendemonstrasikan tokoh dan penokohan sesuai
dengan karakter dengan lafal, keberanian, intonasi dan ekspresi yang
sesuai dengan gambaran karakter pada naskah dramatisasi novel OOP
bagian I dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
E. Materi Pembelajaran (lampiran 1)
Macam-macam unsur yang terdapat pada unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
pada novel
Pengertian tokoh dan penokohan sebagai salah satu unsur intrinsik pada
novel
Klasifikasi tokoh dan penokohan dalam sebuah novel
Langkah-langkah identifikasi tokoh dan penokohan naskah dramatisasi
novel OOP bagian I
Naskah dramatisasi novel OOP bagian I (lampiran 2)
F. Metode Pembelajaran
Bermain peran (role playing)
Diskusi
Tanya jawab
Penugasan
G. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Pertama
No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
Guru menyampaikan salam
dan mengecek kehadiran siswa
Beberapa siswa menjawab
pertanyaan guru mengenai
novel yang pernah mereka
baca
10 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
b. Orientasi
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai siswa yaitu siswa dapat
menyebutkan unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik pada
novel serta merumuskan
pengertian salah satu unsur
intrinsik novel yakni unsur
tokoh dan penokohan pada
naskah dramatisasi novel
OOP bagian I
Guru menyampaikan rencana
kegiatan yang akan dilakukan
pada pertemuan, yakni berlatih
memperagakan/mendemonstra
-sikan dialog pada naskah
dramatisasi novel OOP bagian
I
Siswa menjawab pertanyaan
guru mengenai unsur intrinsik
dan ekstrinsik yang ia temui
saat membaca novel
c. Memotivasi
Siswa bermain “tebak tokoh”,
siswa secara acak dipilih guru
untuk menyebutkan nama
tokoh pada gambar
Powerpoint dan perannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Siswa yang tidak mengenal
tokoh dicatat namanya pada
papan tulis
2. Kegiatan Inti
d. Eksplorasi
Siswa yang namanya tertulis di
papan, kemudian diberi nomer
urut
Pada pertemuan sebelumnya,
guru memberikan skenario
pada beberapa siswa pilihan
guru untuk memerankan
skenario dramatisasi novel
OOP bagian I buatan guru
Siswa yang namanya belum
tercatat dipapan dan tidak
terpilih sebagai penampil,
berhitung 1-7 (siswa 35 orang)
kemudian bertemu dalam
kelompoknya (pemanasan
suasana kelompok)
Dalam satu kelas siswa terbagi
menjadi dua kelompok yang
memiliki tugas berbeda yakni
kelompok pengamat dan
kelompok penampil. Satu
kelompok besar penampil yang
akan mempraktikan naskah
dramatisasi novel OOP bagian
70 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
I dan beberapa kelompok kecil
pengamat yang akan menilai
dan mendiskusikan materi
tokoh dan penokohan terkait
naskah dramatisasi novel OOP
bagian I (seleksi partisipan)
Guru meminta siswa untuk
membaca/mengamati naskah
dramatisasi novel OOP bagian
I yang telah disediakan dalam
bentuk fotokopian secara
bertanggung jawab
Kelompok penampil dibantu
guru mencari poin–poin
penting seperti latar, nada
bicara, hingga kostum yang
harus ditekankan dalam
peragaan naskah dramatisasi
novel OOP bagian I dengan
menunjukkan sikap kerja sama
(pengaturan setting)
Kelompok pengamat diminta
untuk mencatat hal-hal
menarik dari naskah
dramatisasi novel OOP bagian
I, terutama berkenaan dengan
pengertian tokoh dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
penokohan (persiapan
pemilihan siswa sebagai
pengamat)
e. Elaborasi
Kelompok penampil
memperagakan dialog ada
naskah dramatisasi novel OOP
bagian I dengan sikap
percaya diri(pemeranan)
Kelompok penampil
memberikan penekanan
terhadap nada suara maupun
ekspresi yang sebelumnya
sudah dibahas dalam
kelompok bersama guru
Kelompok pengamat
berdiskusi dalam kelompoknya
dan membuat catatan kecil
berisi komentar dan saran
untuk kelompok penampil
mengenai nada bicara yang
akan disampaikan sebagai
bahan evaluasi, (diskusi dan
evaluasi)
Kelompok pengamat
menunjukkan sikap
menghargai hasil karya
dengan menyampaikan saran
untuk kelompok penampil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Kelompok pengamat
menuliskan rumusan
pengertian tokoh dan
penokohan berdasarkan hasil
diskusi kelompoknya
Kelompok penampil bekerja
sama melatih pementasan
drama dengan menerapkan
saran dan komentar kelompok
pengamat, terutama pada
bagian yang paling banyak
dikritik (pemeranan kembali)
f. Konfirmasi
Siswa memberikan komentar
mengenai penampilan
perbaikan, apakah sudah ada
perkembangan belum (diskusi
dan evaluasi)
Guru memberikan apresiasi
terhadap siswa penampil yang
mengerjakan tugas dengan
baik (sharing dan generalisasi
pengalaman)
Siswa diajak untuk melihat
rumusan pengertian tokoh dan
penokohan yang telah
dituliskan masing-masing
kelompok di papan tulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Siswa diminta memilih satu
rumusan pengertian tokoh dan
penokohan yang paling
lengkap dan jelas
Guru kemudian menggaris
bawahi kata penting/kata kunci
yang terdapat pada rumusan
kelompok yang dipilih
Siswa dibantu guru untuk
memperbaiki, menambahi,
mengurangi rumusan
pengertian tokoh dan
penokohan yang disusun siswa
Guru memberikan tambahan
informasi mengenai klasifikasi
tokoh dan penokohan, dan
langkah-langkah identifikasi
tokoh penokohan pada naskah
dramatisasi novel OOP bagian
I
Siswa mencatat pengertian
tokoh dan penokohan berserta
klasifikasinya yang telah
disempurnakan guru
Siswa mengulangi tugas
kelompoknya
Siswa mencatat pokok-pokok
penting yang dijelaskan oleh
guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
3. Kegiatan Penutup
Siswa dibantu guru
menyimpulkan kegiatan
pembelajaran dengan
menegaskan kembali materi
ajar, dan tugas tiap kelompok
Siswa merefleksikan kegiatan
pembelajaran dengan
mengutarakan pengalaman
belajarnya hari ini
Guru memberikan tugas rumah
yakni membuat ulang naskah
dramatisasi novel OOP bagian
I sesuai dengan kreatifitas
mereka dengan berpegang
pada deskripsi karakteristik
tokoh pada naskah dramatisasi
novel OOP bagian I awal yang
kemudian akan ditampilkan
pada pertemuan selanjutnya
Kelompok mengirim
perwakilannya untuk
mengambil undian nomer urut
tampil kemudian mencatatnya
pada daftar tampil yang
dimiliki guru
10 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Guru melakukan evaluasi
terhadap pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan
mengenai tugas rumah maupun
materi tokoh dan penokohan
secara acak kepada siswa
Rencana Pelaksaan Pembelajaran Pertemuan Kedua
No
.
Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
Guru menyapa siswa,
mengecek kehadiran siswa
Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa terkait materi
tokoh dan penokohan maupun
unsur instrinsik dan ekstrinsik
yang telah mereka yang telah
pelajari pada pertemuan
sebelumnya secara acak
b. Orientasi
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai siswa yaitu siswa harus
mampu mengidentifikasi tokoh
dan penokohan yang terdapat
10 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
pada naskah dramatisasi novel
OOP bagian I
Guru menyampaikan rencana
kegiatan yang akan dilakukan
yakni mendemonstrasikan
naskah dramatisasi novel OOP
bagian I karya kelompok dan
menganalisis unsur tokoh dan
penokohannya berdasarkan
klasifikasinya
Guru menanyakan persiapan
masing-masing kelompok
Guru membagikan lembar
kerja kelompok
c. Motivasi
Guru mengajak siswa senam
wajah dengan menggerak-
gerakan mata, mulut, otot
wajah untuk mendukung
pementasan dramatisasi
naskah OOP bagian I yang
telah dikreasikan (pemanasan
suasana kelompok)
Siswa diajak bersungguh-
sungguh dalam pementasan
karena pementasan akan
diabadikan dalam rekaman
video
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
2 Kegiatan Inti
d. Eksplorasi
Guru menyampaikan peta
pasangan antarkelompok
penampil dan pengamat.
Kelompok penampil akan
dikomentari oleh kelompok
pengamat sesuai peta pasangan
tersebut
Kelompok yang sedang tampil
merupakan kelompok
penampil dan kelompok yang
belum tampil sebagai
pengamat (seleksi partisipan)
Kelompok penampil
menunjukkan sikap bekerja
sama dalam menyiapkan
property panggung dan
menata kelas sesuai kebutuhan
pementasan (pengaturan
setting)
Kelompok pengamat secara
bertanggung jawab mengamati
hal-hal pokok terkait tugas
kelompok pengamat yakni
identifikasi tokoh dan
penokohan berdasarkan
klasifikasinya (persiapan
kelompok pengamat)
70 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Kelompok penampil
melakukan pementasan drama
sesuai penafsiran kelompok
dengan percaya diri
(pementasan)
Kelompok pengamat
mengamati pementasan
kelompok penampil dengan
seksama, sedangkan kelompok
pengamat yang bukan
pasangan penampil mulai
mencicil mengerjakan soal esai
identifikasi tokoh dan
pemokohan pada naskah
dramatisasi novel OOP bagian
I secara bertanggung jawab
Kelompok pengamat membuat
catatan kecil mengenai
kekurangan penampilan pentas
dan mengidentifikasi tokoh
dan penokohan milik
kelompok penampil
Kelompok pengamat diberikan
waktu untuk mengerjakan
tugas kelompok
e. Elaborasi
Semua kelompok pengamat
menunjukkan sikap
menghargai hasil karya orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
lain dengan membacakan hasil
pekerjaan dan komentar
terhadap pementasan
kelompok penampil
pasangannya (diskusi dan
evaluasi)
Para siswa memilih satu
penampil yang terbaik untuk
menampilkan kembali
naskahnya dengan menerapkan
kritik dan saran dari kelompok
pengamat (pemeranan
kembali)
Kelompok pengamat lain
menanggapi perbaikan yakni
melihat perbedaan penampilan
pertama dengan penampilan
kedua yang dilakukan oleh
kelompok penampil (diskusi
dan evaluasi)
f. Konfirmasi
Siswa dan guru mengapresiasi
(menghargai hasil karya)
presentasi kelompok pengamat
dan pementasan kelompok
penampil (sharing dan
generalisasi pengalaman)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Guru menjelaskan kembali
jawaban dari tugas maupun
pertanyaan spontan kelompok
Guru memberikan poin – poin
penting yang perlu diingat
siswa terkait materi dan
kegiatan pembelajaran
Siswa mencatat pokok-pokok
penting yang dijelaskan Guru
Siswa yang tertarik dengan
bidang pemeranan disarankan
guru untuk bergabung atau
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler teater sekolah
3
.
Kegiatan Penutup
Siswa membacakan kembali
poin-poin penjelasan guru
yang ia tangkap sebagai
kesimpulan kegiatan
pembelajaran
Salah satu siswa
mengutarakan pengalaman
belajarnya hari ini sebagai
refleksi belajar hari ini
Guru memberikan tugas
rumah bagi siswa yakni
membaca novel Indonesia
maupun terjemahan dan
membuat sinopsisnya
10 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Guru melakukan evaluasi
dengan menanyakan kembali
beberapa pertanyaan terkait
materi kepada siswa secara
acak
H. Media yang digunakan
Naskah Drama
Power Point
Kamera DSLR/ Handycam
I. Sumber Belajar
Sudjiman . 1991. Memahami Cerita Rekaan Jakarta: Pustaka Jaya.
Waluyo . 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Tohari, Ahmad. 2015. Orang – Orang Proyek. Jakarta: Gramedia.
J. Penilaian
1. Penilaian Kognitif
Soal Uraian
1. Lengkapilah bagan unsur intrinsik dan ekstrinsik dibawah ini! (Skor 25)
No. Unsur Intrinsik Unsur Ekstrinsik
1. T……….a Latar P…………n Penulis
2. A…………r E………….i Penulis
3. T………h L……………n Penulis
4. P……………….n I…………….Penulis
5. L……….r
6. A…………..t
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
2. Jelaskan pengertian tokoh dan penokohan menurut Anda ! (Skor 25)
3. Identifikasilah tokoh berdasarkan sifat dan kedudukan perannya dalam naskah
dramatisasi novel OOP bagian I ! (Skor 25)
4. Identifikasilah unsur penokohan yang terdapat pada naskah pementasan
dramatisasi novel OOP bagian I , sertakan kutipannya ! (Skor 25)
Kunci Jawaban Soal Uraian :
1. Bagan Pembagian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
No Unsur Pembangun Cerita
Unsur Intrinsik Unsur Ekstrinsik
1. TEMA LATAR PENDIDIKAN
PENULIS
2. ALUR EMOSI PENULIS/
PSIKOLOGI
3. TOKOH LINGKUNGAN PENULIS
4. PENOKOHAN IDEOLOGI PENULIS
5. LATAR
6. AMANAT
2. Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama
yang memiliki suatu karakter , sedangkan penokohan adalah penghadiran tokoh
dalam cerita fiksi atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung
mengajak pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan
tindakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
3. Bagan analisis tokoh pada naskah dramatisasi novel OOP bagian I berdasarkan
kedudukan peran
Tokoh Utama Tokoh Tambahan
Kabul- Insinyur Tante Anna, Pak Tarya, Wati,
Dalkijo, Aminah, Biyung, Basar,
dll
4. Bagan analisis penokohan dalam novel OOP bagian I
Penokohan metode analitik Penokohan metode dramatik
Tokoh utama Kabul sebagai kepala
pelaksana proyek pembangunan
jembatan dan ia seorang insinyur
secara jelas terdapat pada kutipan
berikut:
1. Narator I : Hujan
deras berhasil membuat
sungai Cibawor meluap.
Banjir. Banjir inilah yang
merusak pekerjaan Kabul.
Kabul adalah kepala
pelaksana proyek
pembangunan jembatan. Ia
adalah Insinyur muda yang
pintar dan juga ramah. Hari
ini entah mengapa perutnya
terasa lapar, padahal waktu
baru menunjukkan pukul
delapan. Maka ia
melangkahkan kakinya ke
Tokoh utama Kabul yang rendah
hati digambarkan melalui cakapan
tokoh lain terdapat pada kutipan
berikut:
9. Pak Tarya :” Pak
Insinyur!!!! Anda terlalu
rendah hati. Biasanya
orang Sukses tidak mau
gabung dengan bawahan.
Apalagi berteman dengan
yang levelnya rendah.”
(menggelengkan kepala)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
warung Mak Sumeh.
Warung makan terbesar di
area proyek.
2. Tokoh Wati melalui dialog
antartokoh terdapat pada kutipan
berikut:
46. Narator : Niat Wati untuk
membayar makan siang
membuat Kabul mengingat
siapa Wati. Sebagai satu-
satunya karyawati, Wati
memang bisa dikatakan
berasal dari keluarga yang
berada. Ayahnya adalah
anggota DPRD dan konon
kakaknya petinggi polisi.
Kabul melebar. Ah,
bagaimana bila uang Wati
berasal dari gaji ayahnya
yang anggota DRPD itu?
Namun Kabul segera
meminum es tehnya dan
membayar dan
meninggalkan Wati.
2. Penggambaran tokoh Pak
Tarya melalui dialog antartokoh
terdapat pada kutipan berikut:
10. Kabul : “ Tidak
Pak Tarya. Saya sama
seperti Pak Tarya. Saya
dengar selain pintar
bermain suling. Pak
Tarya ternyata pensiunan
pegawai Kantor
Penerangan. Dan bahkan
sewaktu di Jakarta
sempat bekerja sebagai
wartawan ?” (nada
bertanya)
11. Pak Tarya : “Ah,
informasi itu ada yang
benar tapi banyak
salahnya. Saya hanya
sebentar jadi wartawan.”
3. Penggambaran tokoh Mak
Sumeh melalui dialog tokoh
terdapat pada kutipan berikut:
29. Mak Sumeh : “Ah, Pak
Insinyur. Saya itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
terkenal. Ga hanya sebagai
penggosip, sebagai mak
comblang juga. Kalau Pak
Insinyur mau sama Wati.
Saya akan bantu jodohkan.
Ehhh… maafkan mulut
saya ini Pak
Insinyur!”(menutup
mulutnya dengan kedua
tangan).
4. Penggambaran tokoh Dalkijo
melalui dialog tokoh terdapat
pada
kutipan berikut:
40. Dalkijo : “Nah, melihat
nama, kita tahu dari
lapisan masyarakat mana
kita berasal. Taruhan, kita
sama-sama anak petani
miskin. Betul? Kita ini
harus bisa keluar dari
kemiskinan. Lihat saya,
saya sudah tobat melarat,
lihatlah. Saya tidak mau
pakai sepatu kalau bukan
yang asli dari merek
terkenal. Anak-anak saya,
sekolah bersama anak-
anak pejabat. Istri saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
lagi. Pokoknya udah ga
sudi aku deket-deket
dengan kemiskinan. Kau
pikirkan baik-baik, jadi
miskin itu menderita.
Lakukan yang bisa kau
lakukan untuk mengusir
kemiskinan
itu!”(menampakan wajah
sombong dan jijik dan
keluar dari stage 1 sambil
tertawa)
Pedoman Penilaian Soal Essai
Soal No.1
Skor 25 Jika siswa mampu melengkapi 10 bagan unsur intrinsik dan
ekstrinsik dengan tepat
Skor 20 Jika siswa mampu melengkapi 7-9 bagan unsur intrinsik dan
ekstrinsik dengan tepat
Skor 15 Jika siswa mampu melengkapi 4-6 bagan unsur intrinsik dan
ekstrinsik dengan tepat
Skor 10 Jika siswa mampu melengkapi 1-3 bagan unsur intrinsik dan
ekstrinsik dengan tepat
Skor 0 Jika siswa tidak mampu melengkapi bagan unsur intrinsik dan
ekstrinsik dengan tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Soal No. 2
Skor 25 Jika siswa mampu menjawab dengan jelas/tepat dengan
menggunakan seluruh kata kunci yang diberikan guru dengan
bahasa yang sangat mudah dipahami
Skor 20 Jikan siswa mampu menjawab dengan jelas /mendekati kajian
dengan menggunakan sebagian kata kunci yang diberikan
guru dengan bahasa yang mudah dipahami
Skor 15 Jika siswa menjawab tidak terlalu jelas /tepat dengan hanya
menggunakan sedikit kata kunci yang diberikan guru dengan
bahasa yang cukup mudah dipahami
Skor 10 Jika siswa menjawab dengan tidak menggunakan kata kunci
yang diberikan guru dan bahasanya sulit dipahami
Skor 0 Jika siswa tidak menjawab pertanyaan, jawaban sama sekali
tidak sesuai dengan kata kunci yang diberikan guru
Soal no. 3 dan 4
Skor 25 Jika siswa mampu mengidentifikasi seluruh tokoh dan
penokohan pada naskah dramatisasi novel OOP bagian I
dengan menunjukkan kutipan yang sesuai
Skor 20 Jika siswa mampu mengidentifikasi seluruh tokoh dan
penokohan pada naskah dramatisasi novel OOP bagian I
dengan menunjukkan beberapa kutipan yang sesuai
Skor 15 Jika siswa mampu mengidentifikasi beberapa tokoh dan
penokohan pada naskah dramatisasi novel OOP bagian I
dengan menunjukkan sedikit kutipan yang sesuai
Skor 10 Jika siswa mampu mengidentifikasi tokoh dan penokohan
pada naskah dramatisasi novel OOP bagian I tanpa
menunjukkan kutipan yang sesuai
Skor 0 Jika siswa tidak mampu mengidentifikasi satupun tokoh dan
penokohan pada naskah dramatisasi novel OOP bagian I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Penentuan Nilai
Jumlah soal esai 4, masing-masing soal berbobot skor 25
Nilai = Skor yang diperoleh x 100
Skor maksimum
2. Penilaian Sikap
Instrumen Pengamatan Sikap Siswa Kelas XI terhadap Materi Tokoh
dan Penokohan naskah dramatisasi novel OOP bagian I
Mapel Bahasa Indonesia
Petunjuk : Isilah kolom perilaku sesuai dengan skala perilaku siswa yang
bersangkutan !
No. Nama Perilaku Nilai Ket.
Bekerja
sama
Tanggung
Jawab
Percaya
Diri
Menghargai
Karya
Orang lain
1.
2.
3.
4.
5.
dst
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Pedoman Skala Perilaku
Skor Keterangan
1 Sangat kurang
2 Kurang
3 Sedang
4 Baik
5 Amat Baik
Skor Minimal 5
Skor Maksimal
20
Pedoman penskoran perilaku siswa
No. Skor Peserta Didik Kategori perilaku
1. 18-20 Amat baik
2. 14-17 Baik
3. 10-13 Sedang
4. 6-9 Kurang
5. 0-5 Sangat Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
3. Penilaian Psikomotorik
Format Penilaian
No. Nama Aspek yang dinilai Nilai
1 2 3 4
1. Lafal
Keberanian
Intonasi
Ekpresi
2. Lafal
Keberanian
Intonasi
Ekpresi
3. Lafal
Keberanian
Intonasi
Ekpresi
4. Lafal
Keberanian
Intonasi
Ekpresi
5. Dst…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Pedoman Penilaian Unjuk Kerja Pementasan Drama
Aspek yang dinilai Deskripsi Penilaian Skor
Keberanian Tidak berani tampil kedepan kelas
Kurang berani tampil kedepan kelas
Berani tampil kedepan kelas dengan
dipanggil guru
Berani tampil kedepan kelas tanpa disuruh
1
2
3
4
Ekspresi Tidak tepat mimik muka dengan peran
tokoh
Kurang tepat mimik muka dengan peran
tokoh
Hampir tepat mimik muka dengan peran
tokoh
Tepat mimik muka dengan peran tokoh
1
2
3
4
Lafal Tidak jelas mengucapkan bunyi bahasa
Kurang jelas mengucapkan bunyi bahasa
Cukup jelas mengucapkan bunyi bahasa
Jelas mengucapkan bunyi bahasa
1
2
3
4
Intonasi Nada pembacaan kalimatnya tidak
bersuara
Nada pembacaan kalimatnya dengan suara
kecil
Nada pembacaan kalimatnya dengan suara
sedang
Nada pembacaan kalimatnya dengan suara
tinggi
1
2
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Penentuan Nilai
Nilai = skor yang diperoleh x 100
skor maksimum
Keterangan :
Kuantitatif
Skor Maksimal : 4 x 4 = 16
Kualitatif
Skor 4-6 Kemampuan memerankan tokoh masih sangat rendah atau kurang
Skor 7- 10 Kemampuan memerankan tokoh sedang atau cukup baik
Skor 11- 16 Kemampuan memerankan tokoh tinggi atau baik
Yogyakarta 2017
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan dua hal yaitu kesimpulan dan
saran. Kedua hal tersebut diuraikan sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mendeksprisikan
unsur tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel OOP serta memberikan
alternatif rancangan pembelajaran dengan menggunakan metode role playing
materi tokoh dan penokohan novel OOP untuk siswa SMA kelas XI semester I.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) tokoh yang frekuensi
kemunculannya stabil dari awal cerita hingga akhir cerita adalah Tokoh Kabul, (2)
Tokoh Kabul merupakan tokoh utama yang memiliki sifat protagonis, (3) Tokoh
pembantu atau tambahan seperti tokoh Pak Tarya, Wati, Mak Sumeh dan Dalkijo
(4) Tokoh pembantu yang memiliki interaksi menonjol ialah tokoh Dalkijo yang
memiliki sifat antagonis, perseteruan itu terkait beda kepentingan dalam karir, (5)
metode penokohan yang digunakan ada dua yaitu metode analitik dan dramatik,
namun kecenderungan terdapat pada penggunaan metode dramatik.
Pada penelitian ini, bagian I dipilih karena memenuhi kebutuhan metode role
playing. Bagian I termasuk fase perkenalan identitas tokoh, oleh karena itu bagian
ini memberikan perkenalan dari tokoh dengan jelas. Rancangan pembelajaran role
playing materi tokoh dan penokohan novel OOP dilakukan dengan menerapkan
langkah role playing dilakukan setelah pemilihan bagian novel sebagai bahan ajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Ada sembilan langkah yang terdapat dalam metode role play yaitu, (1)
pemanasan suasana kelompok, (2) seleksi partisipan, (3) pengaturan setting, (4)
persiapan pemilihan siswa sebagai pengamat, (5) pemeranan, (6) diskusi dan
evaluasi, (7) pemeranan kembali, (8) diskusi dan evaluasi dan (9) sharing dan
generalisasi pengalaman. Langkah yang pertama, yaitu pemanasan suasana
kelompok. Peserta didik diminta untuk mencermati naskah yang telah disiapkan
oleh guru. Sebelumnya guru memberi arahan mengenai poin yang harus
diperhatikan dalam naskah. Pada langkah ini, satu bagian dari novel dinarasikan
dalam naskah yang akan dimainkan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
pemahaman peserta didik mengenai isi novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad
Tohari.
Langkah yang kedua, yaitu seleksi partisipan. Guru melakukan analisis
kemampuan peserta didik. Namun, tidak menutup kemungkinan peserta didik
boleh mengajukan keinginannya untuk menjadi pemain naskah atau ketua
kelompok pengamat. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengambil partisipasi
dalam pembelajaran. Langkah ketiga, yaitu pengaturan setting. Peserta didik
diminta untuk mengimajinasikan latar atau setting yang dibutuhkan oleh naskah.
Guru membantu peserta didik dengan memberi masukan. Langkah keempat,
persiapan pemilihan peserta didik sebagai pengamat. Peserta didik diminta untuk
mencatat hal-hal atau pedoman yang harus didiskusikan dalam kelompok. Hal ini
juga perlu persiapan agar kelompok penampil dan pengamat berhasil memainkan
perannya masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Langkah kelima, yaitu pemeranan. Peserta didik yang bertugas sebagai
kelompok penampil melakukan pemeranan naskah. Sedangkan kelompok
pengamat mulai melaksanakan tugasnya dalam mengidentifikasi tokoh dan karater
tokoh yang dihadirkan melalui penokohan. Hal ini memberikan kesempatan yang
besar bagi seluruh peserta didik untuk berperan serta aktif dalam pembelajaran.
Langkah keenam, yaitu diskusi dan evaluasi. Peserta didik yang bertugas
sebagai kelompok pengamat diberikan kesempatan untk memberikan review
mengenai pemeranan (kejadian, posisi, kenyataan) yang dilakukan oleh kelompok
penampil, kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan tugas
tertulis kelompok pada lembar penugasan. Langkah ketujuh, yaitu pemeranan
kembali. Langkah ini merupakan kesempatan untuk kelompok memperbaiki
penampilannya dengan menerapkan saran dari kelompok lain. Hal ini dapat
dilakukan secara menyeluruh atau dilakukan pada bagian yang paling banyak
terdapat kesalahan.
Langkah kedelapan, diskusi dan evaluasi. Langkah ini pada dasarnya sama
seperti langkah keena, namun, langkah ini biasanya dilakukan setelah dilakukan
langkah ketujuh. Apabila langkah ketujuh tidak dilaksanakan, maka pembelajaran
dapat melangkah ke maju ke langkah terakhir. Langkah kesembilan, yaitu sharing
dan generalisasi pengalaman. Pada langkah terakhir ini, peserta didik dibantu guru
menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan
masalah-masalah lain yang mungkin muncul. Kesembilan langkah metode role
play dapat diefektifkan melalui pembuatan materi dan bahan ajar yang semenarik
dan sesederhana mungkin. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
naskah drama yang diadaptasi dari satu bagian novel Orang-Orang Proyek yang
dirancang sesuai kemampuan kognitif, afektif, dan motorik peserta didik.
Berkaitan dengan pembelajaran sastra, tokoh dan penokohan dalam novel
Orang-orang Proyek dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran di SMA karena
masuk dalam bagian standar kompetensi 7 yaitu memahami berbagai hikayat,
novel Indonesia/novel terjemahan, serta kompetensi dasar 7.2 menganalisis unsur-
unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
5.2 Implikasi
Penelitian ini diharap dapat berimplikasi terhadap pembelajaran sastra di
SMA. Peserta didik diberi kesempatan untuk tidak sekadar belajar sastra, tetapi
mengalami pengalaman bersastra. Siswa dapat mengapresiasi dan
mengekspresikan dirinya terhadap karya sastra. Novel Orang-Orang Proyek karya
Ahmad Tohari dapat digunakan sebagai pilihan bahan pembelajaran sastra yang
menarik untuk diajarkan di SMA karena isi cerita yang inspiratif. Siswa diajak
mengalami kondisi dan situasi peran yang dimainkan, yang mana tidak pernah
atau belum dialami oleh peserta didik. Hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dilakukan untuk menemukan tokoh dan penokohan novel Orang-Orang
Proyek dapat menjadi bukti bahwa penelitian ini memperkuat teori yang
digunakan. Analisis ini sangat mementingkan masalah unsur dan hubungan unsur
yang membangun sebuah karya satra yang digunakan sebagai bahan pengajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
5.3 Saran
1) Bagi Guru Bahasa Indonesia
Guru bidang studi hendaknya memahami kebutuhan pembelajaran sastra
dalam rupa indikator dan penilaian baik aspek kognitif, afektif,
psikomotorik yang harus dicapai pembelajaran sastra. Guru juga harus
berani berekperimen dengan metode-metode yang inovatif.
2) Bagi Sekolah
Bagi sekolah, pembelajaran dengan metode role playing perlu
dikembangkan dan didukung dengan penyediaan berbagai sarana yang
menunjang seperti ruang khusus untuk berlatih, sehingga kualitas siswa
dan sekolah dapat terus ditingkatkan.
3) Bagi peneliti lain
Penelitian terhadap novel Orang-Orang Proyek ini baru pada tahap
awal, yaitu analisis tokoh dan penokohan serta pengembangan metode
role playing pada pembelajaran sastra di SMA Kelas XI Semester I.
Masih banyak permasalahan lain dalam novel tersebut yang dapat
diangkat sebagai bahan penelitian. Peneliti mengharapkan dan
menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat mengangkat masalah-
masalah baru sebagai objek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1984. Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra.
Malang: FPBS IKIP Malang.
Baribin, Raminah. 1989. Kritik & Penilaian Sastra. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Depdiknas. 2003 : 8. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jakob, Sumardjo & Saini. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Luxemburg, Jan van, dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
Moleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung:
Rosda Karya.
Muslich, Mansur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan):
Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi: Cet.15. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Siregar, Ahmad Samin. 1999. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Medan: USU Press.
Sudjiman, Panuti. 1990. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Sujatmiko, Alfian Khoirul. 2014. Aspek Moral dalam Novel Orang-Orang
Proyek Karya Ahmad Tohari: Tinjauan Sosiologi Sastra dan
Impelentasinya sebagai Bahan Ajar Sastra SMA. Skripsi. Surakarta:
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas
Muhammadyah
Suryatin, H.E. 1997. “Efektivitas Model Mengajar Resensi dan Pendekatan
Resepsi Sastra dalam Pengajaran Sastra untuk Meningkatkan
Kemampuan Apresiasi Sastra”. diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS yang diunduh pada 17 Maret
2017.
Taniredja, dkk . 2014. Model-Model Inovatif & Efektif. Bandung: Alfabeta.
Tohari, Ahmad. 2015. Orang-orang Proyek, Cetakan 2. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar-
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyuningtyas, Wijaya. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma
Pustaka.
Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Cet. 2. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Wini, Melinda Christiyanti Rambu Paja. 2015. “Metode Inkuiri dalam
Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Perempuan Itu Bermata
Saga Karya Agust Dapa Loka”. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran 1: Materi Pembelajaran Tokoh dan Penokohan pada Novel
1.
2. Pengertian Tokoh dan Penokohan
a. Tokoh
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami
peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang
digambarkan dalam plot.
b. Penokohan
Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik
keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.
Teknik penghadiran tokoh dalam suatu cerita.
Unsur Pembangun
Cerita
Unsur Intrinsik :
merupakan unsur yang
langsung dapat ditemukan
dalam sebuah cerita
seperti tema, alur, tokoh,
penokohan, latar, amanat
Unsur Ekstrinsik :
merupakan unsur yang
membangun suatu
cerita tetapi tidak
secara langsung
tampak dalam cerita
seperti, ideologi
penulis, psikologi
penulis, faktor
lingkungan dan
pendidikan penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
3. Klasifikasi Tokoh dan Penokohan:
Klasifikasi Tokoh
Klasifikasi Tokoh berdasarkan sifat
tokoh
Tokoh Antagonis : Tokoh yang
memiliki sifat bertentangan dengan
nilai yang ideal, melanggar norma
Tokoh Protagonis: Tokoh yang dikagumi,
mewakili nilai-nilai luhur
Klasifikasi Tokoh berdasarkan
kedudukan peran
Tokoh Utama: Tokoh yang memiliki perang
yang besar dan menjadi pusat cerita
Tokoh Figuran/tambahan :
Tokoh yang perannya tidak
terlalu besar namun terdapat dalam cerita
Klasifikasi Penokohan
Secara analitik (Secara langsung)
Pengarang menuliskan sifat
tokoh secara langsung
Secara Dramatik (Secara tidak
langsung/singkap)
Pengarang menghadirkan tokoh melalui:
dialog antartokoh, pikiran tokoh lain,
penggambaran fisik dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Lampiran 2: Hasil Pengembangan Metode Pembelajaran Role Playing Materi
Tokoh dan Penokohan Novel OOP bagian I .
Tabel I
No. Langkah-langkah
Metode Role Playing
Kegiatan Pembelajaran
1. Pemanasan Suasana
Kelompok
Pertemuan pertama
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai siswa yaitu menyebutka unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik serta merumuskan
pengertian salah satu unsur intrinsik novel yakni
unsur tokoh dan penokohan pada naskah
dramatisasi novel OOP bagian I
Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan
dilakukan pada pertemuan, yakni berlatih
memperagakan dialog pada naskah dramatisasi
novel OOP bagian I dan tujuan dan hasil belajar
yang dapat dicapai oleh siswa
Bermain tebak tokoh untuk menentukkan
kelompok penampil dan pengamat pada kegiatan
pementasaan dramatisasi novel OOP bagian I
Pertemuan kedua
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai siswa yaitu siswa harus mampu
mengidentifikasi tokoh dan penokohan yang
terdapat pada naskaah dramatisasi novel OOP
bagian I
Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan
dilakukan yakni mendemonstrasikan naskah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
dramatisasi novel OOP bagian I karya kelompok
Guru mengajak siswa senam wajah dengan
menggerak-gerakkan mata, tangan, mulut, dan
otot wajah untuk mendukung penampilan mereka
2. Seleksi Partisipan Pertemuan pertama
Dalam satu kelas, siswa terbagi menjadi dua
kelompok yang memiliki tugas berbeda yakni
kelompok pengamat dan kelompok penampil. Satu
kelompok akan mempraktikan naskah dramatisasi
novel OOP bagian I dan beberapa kelompok
pengamat akan mendiskusikan materi tokoh dan
penokohan terkait naskah dramatisasi novel OOP
bagian I
Pertemuan Kedua
Guru membuat peta pasangan antarkelompok
penampil dan pengamat. Kelompok penampil
akan dikomentari sesuai peta pasangan tersebut
Kelompok yang sedang tampil merupakan
kelompok penampil dan kelompok yang belum
tampil sebagai pengamat
3. Pengaturan Setting Pertemuan Pertama
Kelompok penampil dibantu guru mencari poin-
poi penting seperti latar, nada bicara, hingga
kostum yang harus ditonjolkan dalam peragaan
naskah dramatisasi novel OOP bagian I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Pertemuan Kedua
Kelompok penampil dibantu guru untuk
menyiapkan property panggung dan menata kelas
sesuai kebutuhan pementasan
4. Persiapan Pemilihan
Peserta didik sebagai
pengamat
Pertemuan Pertama
Kelompok pengamat diminta mencatat hal-hal
menarik dari naskah dramatisasi novel OOP
bagian I
Siswa mencatat hal-hal yang dinilai dalam
pementasan sebuah drama
Pertemuan Kedua
Kelompok pengamat dibimbing guru untuk
mengamati hal-hal pokok terkait tugas kelompok
pengamat yakni identifikasi tokoh dan penokohan
berdasarkan klasifikasinya
5. Pemeranan Pertemuan Pertama
Kelompok penampil memperagakan/
mendemonstrasikan naskah dramatisasi novel
OOP bagian I dengan penghayatan
Pertemuan Kedua
Kelompok penampil melakukan pementasan
naskah dramasisasi novel OOP bagian I hasil
kreasinya
6. Diskusi dan Evaluasi Pertemuan Pertama
Kelompok pengamat berdiskusi dalam
kelompoknya dan membuat kelompoknya dan
membuat catatan kecil berisi komentar dan saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
untuk kelompok penampil mengenai hal-hal yang
dinilai pada sebuah drama
Pertemuan Kedua
Kelompok pengamat menyampaikan penilaiannya
terhadap kelompok penampil yang merupakan
pasangannya
Kelompok membacakan hasil analisis
kelompoknya mengenai tokoh dan penokohan
pada naskah dramatisasi novel OOP bagian I
7. Pemeranan Kembali Pertemuan Pertama
Kelompok penampil melatih pementasan drama
kembali dengan menerapkan saran dan komentar
kelompok pengamat, terutama pada bagian yang
paling banyak dikritik
Pertemuan Kedua
Para siswa memilih satu penampil terbaik untuk
menampilkan kembali naskahnya dengan
menerapkan kritik dan saran dari kelompok
pengamat
8. Diskusi dan Evaluasi Pertemuan Pertama
Siswa memberikan komentar untuk pemapilan
kembali kelompok pilihan, apakah sudah ada
perkembangan belum
Pertemuan Kedua
Kelompok pengamat lain menanggapi perbaikan
dengan melihat perbedaan penampilan pertama
dan penampilan kedua yang dilakukan oleh
kelompok penampil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
9. Sharing dan
Generalisasi
Pengalaman
(Penutup-
Peneguhan)
Pertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
Siswa mengutarakan pengalaman belajarnya hari
ini sebagai refleksi belajar
Guru mengajak siswa yang tertarik dengan
pembelajaran dengan metode pementasan untuk
bergabung dengan ekstrakurikuler teater di
sekolah
Guru melakukan peneguhan terakhir dengan
memberikan kesimpulan akhir yakni :
Berdasarkan hasil analisis tokoh pada lima
bagian dalam novel Orang-orang Proyek karya
Ahmad Tohari, berikut ini penulis akan
mengklasifikasikan langkah-langkah untuk
menentukan tokoh dalam novel ini. Hal itu
digunakan untuk mempermudah pembaca
memahami tokoh yang terkandung dalam lima
bagian kisah dalam novel Orang-orang Proyek
Karya Ahmad Tohari.
Ada dua langkah menentukan tokoh yang
digunakan pemula untuk menemukan tokoh
dalam novel OOP,yang pertama, frekuensi
kemunculan tokoh dan interaksi tokoh yang
menonjol.
Kutipan yang menunjukkan frekuensi
kemunculan tokoh persoalan yang menonjol
dalam novel ini yaitu, (1), (2), (3),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
(4), (5), (6), (7), (8), (9), (10), (11).
Kutipan yang menujukkan interaksi tokoh yang
menonjol yaitu, (1), (3), (5), (8), (10).
Berdasarkan hasil analisis penokohan pada
lima bagian dalam novel OOP karya Ahmad
Tohari, berikut ini penulis akan
mengklasifikasikan langkah untuk menemukan
amanat dalam novel ini. Hal itu digunakan
untuk mempermudah pembaca memahami
penokohan yang terkandung dalam lima bagian
kisah dalam novel OOP karya Ahmad Tohari
tersebut.
Kutipan yang mendukung penentuan
penokohan secara analitik terdapat pada
kutipan (12), (13), (14), (15), (16), (18), (19),
(20), (24), (29), (32), (33).
Kutipan yang mendukung penentuan
penokohan secara dramatik dalam novel
terdapat pada kutipan (12), (13), (15), (16),
(17), (21), (22), (23), (25), (26), (27), (28),
(30), (31), (34), (35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Lampiran 3 : Penggalan Bagian I novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari
(Cover depan novel)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
BIODATA PENULIS
Karmelia Galih Runti Sari lahir di Jakarta pada 18 Juli 1993.
Memulai Pendidikan formal di TKK Sang Timur Ciledug pada
tahun 1998. Kemudian melanjutkan di SDK. Sang Timur
Ciledug dan selesai pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan
pada tingkat Sekolah Menengah Atas Pertama di SMPK. Sang
Timur Ciledug dan selesai pada tahun 2009. Kemudian
melanjutkan pada tingkat sekolah menengah atas di SMAK.
Sang Timur Tomang dan selesai pada tahun 2012. Pada tahun 2012, ia melanjutkan
pendidikan di Universitas Sanatha Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia. Lulus pada tahun 2017 dengan skripsi berjudul Analisis Tokoh dan
Penokohan Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan Pengembangan
Metode Role Playing untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended