View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
UJI EFEK ANTIINFLAMASI TOPIKAL EKSTRAK ETANOL DAUN
MAJAPAIT (Crescentia cujete L.) PADA EDEMA KULIT PUNGGUNG
MENCIT GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Monika Febrianti
NIM : 128114077
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI EFEK ANTIINFLAMASI TOPIKAL EKSTRAK ETANOL DAUN
MAJAPAIT (Crescentia cujete L.) PADA EDEMA KULIT PUNGGUNG
MENCIT GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Monika Febrianti
NIM : 128114077
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Every Expert Started From A Beginner” (Anonim)
Whatever you do, work at it with all your heart, as working
for the Lord.
(Colossians 3:23)
Kupersembahkan skripsi ini untuk :
Kemuliaan Tuhan Yesus Kristus
Ibu-Bapakku, ungkapan rasa hormat dan baktiku
Para sahabat dan Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat, rahmat, dan kurnia-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Efek Antiinflamasi Topikal
Ekstrak Etanol Daun Majapait (Crescentia cujete L.) pada Edema Kulit Punggung
Mencit Galur Swiss Terinduksi Karagenin”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penyusunan skripsi telah banyak melibatkan berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu drh. Sitarina Widyarini, MP. PhD., selaku pembimbing utama atas segala
kesabaran dan waktu untuk selalu memotivasi, membimbing, mendukung, dan
membantu penulisan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku dosen pembimbing kedua atas
segala kesabaran untuk membimbing dan membantu penulis dalam menyusun
skripsi ini.
4. Staf laboratorium, Bapak Heru Purwanto, Mas Kayatno, serta laboran lainnya
yang telah membimbing dan membantu penulis dalam penelitian di
laboratorium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
5. Kedua orang tua, Antonius Pawi dan Elisabet Elis yang selalu memberi
motivasi, menjadi semangat dan kekuatan bagi saya, serta selalu mendukung
saya dalam bentuk doa dan kasih sayang sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini.
6. Saudara-saudaraku, Anastasia Eva dan Andreas Saputra yang selalu
memberikan doa dan semangat kepada penulis.
7. Nicolaus Pramudya yang selalu menjadi motivasi dan penyemangat penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian : Dui Sostales, F.X. Rury
Henggar, Kathrin Cinthika, Sinta Atmi Utami, dan Farra Ayu Efrianti atas
kebersamaan, kerja sama, bantuan, dan perjuangan selama penelitian ini
berlangsung.
9. Sahabat-sahabat penulis, Nova, Sisca, Ope, Iwat, Putri, dan Nonik yang selama
ini sebagai tempat untuk berbagi canda, tawa, senang, dan sedih. Terimakasih
untuk semangatnya.
10. Teman-teman FKK A angkatan 2012 atas kebersamaan selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang turut
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun yang
dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Penulis mohon maaf atas segala
kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam laporan akhir skripsi ini. Akhir
kata, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
kefarmasian.
Yogyakarta, 3 Desember 2015
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menaggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 2 Desember 2015
Penulis
Monika Febriant
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Monika Febrianti
Nomor Mahasiswa : 128114077
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “UJI EFEK
ANTIINFLAMASI TOPIKAL EKSTRAK ETANOL DAUN MAJAPAIT
(Crescentia cujete L.) PADA EDEMA KULIT PUNGGUNG MENCIT
GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN” beserta perangkat yang
diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 27 Januari 2016
Yang menyatakan,
Monika Febrianti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ iv
PRAKATA ......................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ viii
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xv
INTISARI ........................................................................................... xvi
ABSTRACT ......................................................................................... xvii
BAB I. PENGANTAR ....................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
1. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
2. Keaslian Penelitian .................................................................... 4
3. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................ 7
A. Tanaman Crescentia cujete L. ....................................................... 7
1. Taksonomi Tanaman ................................................................. 7
2. Sinonim ..................................................................................... 8
3. Nama Daerah ............................................................................. 8
4. Penyebaran ................................................................................ 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Morfologi ................................................................................... 9
6. Kegunaan ................................................................................... 9
B. Flavonoid ....................................................................................... 10
C. Metode Penyarian .......................................................................... 12
D. Kulit ............................................................................................... 14
E. Inflamasi ........................................................................................ 17
1. Definisi ...................................................................................... 17
2. Gejala ......................................................................................... 18
3. Mekanisme Inflamasi ................................................................ 20
F. Obat Antiinflamasi ......................................................................... 25
G. Mekanisme Obat Antiinflamasi .................................................... 26
1. Kortikosteroid ............................................................................ 26
2. OAINS ....................................................................................... 27
H. Metode Pengujian Antiinflamasi ................................................... 29
I. Radikal Bebas dan Antioksidan ...................................................... 32
J. Karagenin........................................................................................ 36
K. Hidrokortison Asetat ..................................................................... 38
L. Biocream®
...................................................................................... 39
M. Landasan Teori ............................................................................. 39
N. Hipotesis ........................................................................................ 41
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................... 42
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 42
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 42
C. Bahan Penelitian ............................................................................ 45
D. Alat Penelitian dan Instrumen Penelitian ...................................... 46
E. Tata Cara Penelitian ....................................................................... 47
F. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................ 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 53
A. Hasil Determinasi Tanaman .......................................................... 53
B. Ekstraksi Etanol Daun Crescentia cujete L. .................................. 53
C. Penguian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun
Crescentia cujete ........................................................................... 55
D. Uji Pendahuluan ............................................................................ 57
E. Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun C.cujete ........... 58
F. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun
C.cujete .......................................................................................... 63
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 71
A. Kesimpulan ................................................................................... 71
B. Saran .............................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 72
LAMPIRAN ....................................................................................... 77
BIOGRAFI ......................................................................................... 106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Nilai rata-rata AUC total masing-maisng kelompok
perlakuan ......................................................................... 64
Tabel II. Rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi pada
setiap kelompok perlakuan beserta kontrol dengan
hasil uji Mann-Whitney ................................................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman dan daun Crescenti cujete................................ 7
Gambar 2. Struktur lapisan kulit ....................................................... 16
Gambar 3. Mekanisme kortikosteroid dan antiinflamasi nonsteroid
sebagai antiinflamasi ....................................................... 29
Gambar 4. Patologi radical oxidative stress (ROS) menyebabkan
kerusakan sel ................................................................... 36
Gambar 5. Pengukuran edema setiap 1 jam hingga 6 jam dari
berbagai konsentrasi karagenin secara subkutan ............. 57
Gambar 6. Kurva rata-rata selisih tebal lipat kulit punggung
mencit dari waktu pengukuran 1 jam hingga 6 jam ........ 60
Gambar 7. Diagram batang rata-rata persen (%) penghambatan
Inflamasi pada tiap kelompok perlakuan ........................ 67
Gambar 8. Serbuk daun C.cujete beserta ekstrak etanol C.cujete ..... 78
Gambar 9. Ekstrak kental etanol daun C.cujete .............................. 78
Gambar 10. Ekstrak yang dilarutkan dalam basis biocream®
............ 78
Gambar 11. Mencit betina galur Swiss .............................................. 79
Gambar 12. Kulit punggung mencit setelah injeksi karagenin .......... 79
Gambar 13. Cara pengukuran edema ................................................. 79
Gambar 14. Karagenin sebagai kontrol negatif.................................. 80
Gambar 15. Hidrokortison asetat 2,5% sebagai kontrol positif ......... 80
Gambar 16. Biocream® sebagai kontrol biocream
® ........................... 80
Gambar 17. Alat spuit injeksi............................................................. 81
Gambar 18. Jangka sorong digital ...................................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Serbuk daun C.cujete sebagai ekstrak etanol
C.cujete ....................................................................... 78
Lampiran 2. Hewan uji yang digunakan beserta cara pengukuran
edema .......................................................................... 79
Lampiran 3. Kontrol yang digunakan dalam penelitian, alat spuit
injeksi, beserta jangka sorong digital ......................... 80
Lampiran 4. Surat determinasi tanaman C.cujete ........................... 82
Lampiran 5. Data perhitungan AUC tebal lipat kulit punggung
Mencit ......................................................................... 83
Lampiran 6. Hasil perhitungan Area Under Curve (AUC) ............. 85
Lampiran 7. Data perhitungan persen penghambatan inflamasi ..... 89
Lampiran 8. Perhitungan persen (%) penghambatan inflamasi ...... 91
Lampiran 9. Hasil uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk ............ 92
Lampiran 10. Hasil perhitungan rata-rata persen penghambatan
Inflamasi (%PI) pada masing-masing kelompok
Perlakuan .................................................................... 93
Lampiran 11. Hasil pengujian Kruskal-Wallis ................................. 96
Lampiran 12. Hasil pengujian Mann-Whitney ................................. 97
Lampiran 13. Surat Ethical Clirens .................................................. 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
INTISARI
Tumbuhan Majapait (Crescentia cujete L.) merupakan salah satu
tanaman yang dapat berperan sebagai antiinflamasi. Dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun majapait
memiliki aktifitas sebagai antiinflamasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
efek antiinflamasi topikal, konsentrasi optimum, dan mengetahui persen (%)
penghambatan inflamasi dari ekstrak etanol daun C.cujete pada mencit betina
galur Swiss menggunakan metode Inflammation-assosiated edema dengan
mengukur tebal lipat kulit punggung mencit.
Penelitian ini termasuk eksperimental murni dengan rancangan acak
lengkap pola searah. Tiga puluh ekor hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok
perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif karagenin 3%, kelompok kontrol
Biocream®, kelompok kontrol positif Hidrokortison Asetat
®, kelompok ektrak
etanol daun majapait 1,67; 2,5 dan 3,75% b/b. Senyawa uji dioleskan setelah
injeksi karagenin diberikan. Tebal lipatan kulit punggung mencit diukur tiap jam
selama 6 jam menggunakan jangka sorong digital kemudian dihitung selisih tebal
lipatan kulit punggung tiap mencit, nilai AUC dan persen penghambatan
inflamasi. Analisis data menggunakan uji Shapiro-Wilk kemudian dilanjutkan
analisis Kruskall-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun C.cujete
memiliki efek antiinflamasi topikal. Konsentrasi optimum yang menunjukkan
efek antiinflamasi topikal sebesar 1,67%. Persen (%) penghambatan inflamasi dari
ekstrak etanol daun C.cujete pada konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% berturut-turut
adalah 83,78; 69,98; dan 78,83%.
Kata kunci : antiinflamasi, topikal, daun Crescentia cujete, ekstrak etanol,
Inflammation assosiated edema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
ABSTRACT
Majapait (Crescentia cujete L.) is a plant that has pharmacological effect.
From the previous study, flavonoid in majapait leaf (Crescentia cujete L.) has
antiinflamation activity. The research purpose were to investigate topical anti-
inflammatory effect, optimum concentration, and find out the percent (%)
inhibition of inflammation of the ethanol extract of C.cujete leaves using
Inflammation-associated edema methods by measuring middorsal skinfold
thickness.
This research was purely experimental with completely randomized
design direction. Thirty mice were divided into six groups of five animals each.
Negatif control group (Karagenin 3%), positive group (Hidrokortison Asetat®
2.5%), Biocream® control group, and group of ethanol extract of C.cujete with a
consentration of 1.67; 2.5; and 3.75% b/b. The tested substance will be smeared
after the carrageenan was injected given. Middorsal skin fold thickness of mice
was measured every hour for 6 hours used digital Calipers and then calculated the
difference in middorsal skin fold thickness of each mice, AUC and percent
inhibition of inflammation. Analysis used the Shapiro-Wilk test, continued by
Kruskall-Wallis test and Mann-Whitey test.
The result showed that ethanol extract of C.cujete leaves has topical
antiinflammatory effect. Optimum concentration showed topical antiinflammatory
effect at 1.67%. Inhibiton percentages of the ethanol extract of C.cujete leaves at
concentration 1.67; 2.5; and 3.75% were 83.78; 69.98; and 78.83%.respectively.
Keyword : anti-inflammatory, topical, Crescentia cujete leaf, ethanol extract,
Inflammation-assosiated edema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap luka
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat
mikrobiologik (Mycek, 2001). Inflamasi dapat menyebabkan keadaan yang
menggelisahkan, akan tetapi inflamasi sebenarnya adalah suatu gejala yang
menguntungkan, yang hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen
penyerang, penghancuran jaringan nekrotik, dan pembentukan keadaan yang
dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan (Price, 1984). Karena dipandang
merugikan, maka inflamasi memerlukan obat untuk mengendalikannya.
Obat antiinflamasi dibagi dalam dua golongan, yaitu golongan
kortikosteroid dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Kortikosteroid sebagai
antiinflamasi dengan menghambat fosfolipase A2, sedangkan OAINS dengan cara
inhibisi sintesis prostaglandin (Neal, 2005). Akan tetapi, inhibisi sintesis
prostaglandin sering menyebabkan gangguan gastrointestinal sehingga cara
mengatasi masalah ini dengan mengubah jalur pemberian dari per oral menjadi
topikal.
Pemberian sediaan secara topikal bertujuan untuk menghasilkan efek
lokal bukan sistemik (Syamsuni, 2005). Apabila dibandingkan dengan sediaan
topikal, efek lokal dari sediaan topikal ini lebih menguntungkan karena obat cepat
menimbulkan efek sebab obat langsung dioleskan pada daerah yang mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
inflamasi. Selain itu, meminimalkan terjadinya efek samping seperti yang
ditimbulkan pada penggunaan obat inflamasi secara oral karena obat tidak
melewati first pass metabolism di hati.
Sejalan dengan tren „back to nature‟ yang berkembang pada masyarakat
saat ini, penggunaan berbagai tumbuhan serta bahan alam lainnya sebagai
alternatif obat terus berkembang semakin besar, baik untuk pengobatan suatu
penyakit maupun pemeliharaan kesehatan. Oleh karena itu, muncul banyak
penelitian untuk mengembangkan bahan-bahan alam sebagai obat, salah satunya
obat anti inflamasi. Tanaman yang dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan
pengobatan seperti pengobatan inflamasi, yaitu daun majapait (Crescentia cujete)
(Wasito, 2011).
Ugbabe, Ayodele, Ajoku, Kunle, Kolo, dan Okogun (2010) melaporkan
bahwa kandungan fitokimia dari ekstrak daun C.cujete menunjukkan adanya
kandungan flavonoid. Flavonoid berfungsi sebagai antiinflamasi dengan cara
menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase yang dapat memberi
harapan untuk pengobatan gejala peradangan dan alergi. Selain menunjukkan
adanya kandungan flavonoid, daun C.cujete juga menunjukkan kandungan
fitokimia lain seperti adanya kandungan fenolik, saponin, tanin, dan terpenoid.
Parvin, Das, Jahan, Akhter, Nahar, dan Islam (2015) juga melaporkan
bahwa senyawa aktif dari ekstrak etanol daun C.cujete yang bersifat sebagai anti
inflamasi adalah senyawa fenolik seperti tanin dan flavonoid, dimana flavonoid
seperti quercetin diketahui efektif mengatasi inflamasi akut. Flavonoid
bertanggung jawab sebagai antiinflamasi karena memiliki aktivitas menghambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pelepasan enzim fosfolipase A2 sehingga asam arakhidonat tidak akan dilepaskan.
Apabila asam arakhidonat tidak terbentuk maka akan menghambat sintesis
prostaglandin, suatu senyawa mediator inflamasi.
Kusuma, Sulistyo, Susanti, dan Sabikis (2014) melaporkan bahwa
ekstrak etanol 96% daun C.cujete dengan dosis 40, 60, dan 80% secara in vivo
memiliki aktifitas antiinflamasi yang dibuktikan dengan kemampuan ekstrak
etanol daun C.cujete dalam menghentikan pendarahan luar dengan mekanisme
membentuk bekuan buatan pada luka. Selain itu mekanisme lain dalam
menghentikan pendarahan luar diduga melalui flavonoid dan tanin yang
dikandung oleh daun C.cujete yang berperan dalam penghambatan sintesis lokal
dan produksi dari prostaglandin I2 vasodilatasi (prostasiklin) sehingga
menyebabkan proses kontraksi luka (vasokonstriksi) menjadi lebih cepat.
Das, Islam, Jahan, Khan, dan Parvin (2014) melaporkan bahwa
kandungan fitokimia dari ekstrak etanol daun C.cujete ditemukan adanya
kandungan fitokimia berupa steroid, saponin, tanin, glikosida, terpenoid, dan
flavonoid yang memperlihatkan kemampuan sebagai antioksidan dengan
memperlihatkan adanya aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH yang
diduga akan menghambat pembentukan mediator inflamasi, yaitu prostaglandin
sehingga bisa menghambat timbulnya rasa nyeri. Kemampuan ekstrak daun
C.cujete sebagai anti inflamasi diduga berkaitan erat dengan kandungan fitokimia
dalam tanaman tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian dilakukan pemberian
ekstrak etanol daun C.cujete secara topikal pada mencit yang terinduksi karagenin
3% subkutan untuk melihat apakah ekstrak etanol daun C.cujete dapat melindungi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kulit mencit dari inflamasi dilihat dari pengurangan edema (inflammation
associated edema) pada lipat kulit punggung mencit.
1. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, rumusan permasalahan
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Apakah ekstrak etanol daun Crescentia cujete memiliki efek
antiinflamasi topikal pada mencit betina galur Swiss terinduksi
karagenin?
b. Berapakah konsentrasi optimum ekstrak etanol daun Crescentia cujete
yang menunjukkan efek antiinflamasi topikal pada mencit betina galur
Swiss terinduksi karagenin?
c. Berapa persen (%) penghambatan inflamasi ekstrak etanol daun
Crescentia cujete pada mencit betina galur Swiss terinduksi
karagenin?
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Ugbabe, dkk., (2010) melaporkan bahwa
kandungan fitokimia dari C.cujete menunjukkan adanya kandungan flavonoid.
Flavonoid berfungsi sebagai antiinflamasi dengan cara menghambat enzim
siklooksigenase dan lipooksigenase. Selain menunjukkan adanya kandungan
flavonoid, daun C.cujete juga menunjukkan kandungan fitokimia lain seperti
adanya kandungan fenolik, saponin, tanin, dan terpenoid.
Penelitian yang dilakukan oleh Parvin, dkk., (2015) melaporkan bahwa
senyawa aktif dari ekstrak daun C.cujete yang bersifat sebagai antiinflamasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
adalah senyawa fenolik, tanin dan flavonoid. Senyawa aktif ini bertindak sebagai
antiinflamasi dengan menghambat pelepasan enzim fosfolipase A2 sehingga
menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma, dkk., (2014) melaporkan bahwa
ekstrak etanol 96% daun C.cujete dengan dosis 40%, 60%, dan 80% secara in
vivo memiliki aktifitas antiinflamasi yang dibuktikan dengan kemampuan ekstrak
etanol daun C.cujete dalam menghentikan pendarahan luar sehingga dapat
memperpendek waktu pendarahan ketika terjadi luka karena adanya kandungan
flavonoid dan tanin pada ekstrak etanol daun C.cujete.
Penelitian yang dilakukan oleh Das, dkk., (2014) melaporkan bahwa
ekstrak etanol daun C.cujete ditemukan adanya kandungan fitokimia berupa
steroid, saponin, tanin, glikosida, terpenoid, dan flavonoid yang memperlihatkan
adanya aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH.
Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang efek antiinflamasi topikal
ekstrak etanol daun Crescentia cujete pada mencit yang dilihat dari pengurangan
edema (inflammation associated edema) pada lipat kulit punggung mencit setelah
diinjeksikan karagenin secara subkutan belum pernah dilaporkan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang kefarmasian terkait
informasi tentang penggunaan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai
antiinflamasi topikal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat tentang penggunaan ekstrak etanol daun Crescentia
cujete sebagai antiinflamasi topikal.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum. Untuk mengetahui efek antiinflamasi ekstrak etanol daun
Crescentia cujete.
2. Tujuan khusus.
a. Untuk mengetahui efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun Crescentia
cujete pada mencit betina galur Swiss terinduksi karagenin.
b. Untuk mengetahui konsentrasi optimum ekstrak etanol daun Crescentia
cujete yang menunjukkan efek antiinflamasi topikal pada mencit betina
galur Swiss terinduksi karagenin.
c. Untuk mengetahui persen (%) penghambatan inflamasi ekstrak etanol daun
Crescentia cujete pada mencit betina galur Swiss terinduksi karagenin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Crescentia cujete L.
Gambar 1. Tanaman dan daun Crescentia cujete (Direktorat BPTH, 2012).
1. Taksonomi tanaman
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Subdivisi : Angiospermae (Tumbuhan berbiji tertutup)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Bignoniaceae
Genus : Crescentia
Spesies : Crescentia cujete L. (Anonim a, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Sinonim
Crescentia acuminata Kunth, C. Arborea Raf., C. Cuneifolia Gardner, C.
Fasciculata Miers, C. Plectantha Miers, C. Pumila Raf., dan C. Spathulata Miers
(Anonim b, 2014).
3. Nama daerah
Melayu : Tabu kayu
Jawa : Berenuk
Makasar : Bila balanda
Ternate : Buah no
Indonesia : Majapait (Direktorat BPTH, 2012).
.
4. Penyebaran
Tanaman Crescentia cujete (Gambar 1) adalah tanaman asli daerah tropis
dan daerah subtropis Amerika. Tempat asal tanaman ini tidak pasti karena
tanaman ini telah dibudidayakan di Yucatan Peninsula sejak zaman pra-Hispanik.
Spesies ini tumbuh secara alami di pulau-pulau Karibia dan Meksiko melalui
Amerika Tengah ke wilayah utara Amerika Selatan (Krishen, 2006). Tanaman ini
dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar
matahari langsung, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, yakni pada
ketinggian 1 sampai 14 m di atas permukaan laut. Ditanam di tempat yang agak
ternaung atau sedikit terlindungi pun masih dapat juga berbunga dan berbuah.
Untuk mendapatkan tanaman yang sehat, media tanam atau lahan yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ditanami harus subur, gembur, dan drainase diatur dengan baik (Direktorat BPTH,
2012).
5. Morfologi
Tanaman majapait (C. cujete L.) merupakan pohon perdu yang tingginya
dapat mencapai 8 m. Daun dalam berkas berbentuk solet, panjangnya 10-20 cm.
Daunnya tunggal, tetapi tidak berbagi menyirip rangkap sampai bercangap
menyirip rangkap. Bunganya adalah bunga tunggal atau dalam berkas yang terdiri
dari 2-3 bunga, yang muncul pada batang dan cabang, bertangkai, menggantung,
panjang lebih kurang 5 cm, berwarna kuning kehijau-hijauan dengan urat
berwarna merah. Kelopak bunga mula-mula menutup, kemudian terbelah
berbentuk upih atau berbentuk 2-3 taju yang sampai pangkal tidak beraturan,
panjang lebih kurang 1 cm. Tabung mahkota bunga membengkok, berbentuk
lonceng, berperut dengan lipatan melintang. Benangsari berjumlah 4, dua
diantaranya panjang, terdapat sisa-sisa benangsari yang ke-5. Buahnya berbentuk
bola, licin, berwarna hijau mengkilat, kulit buah berkayu, keras, diameter 25 cm.
Setiap buah berbiji banyak, bentuk biji pipih, terdapat dalam daging buah yang
lumat (Steenis, 1992).
6. Kegunaan
Tanaman Crescentia cujete L. atau lebih dikenal dengan nama berenuk
biasanya dimanfaatkan untuk bahan kerajinan terutama bagian buahnya. Selain
itu, secara tradisional tanaman ini sering digunakan untuk mengobati luka baru,
bengkak, diuretik, obat pencahar, penurun panas, membersihkan luka,
ekspektoran, dan untuk pengobatan sakit kepala. Di Indonesia sendiri terutama di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
daerah Sumatera, masyarakat sering menggunakan perasan daun berenuk dan
tumbukannya untuk mengobati dan menutup luka (Kusuma, 2014).
Buah C.cujete digunakan untuk tempat air dan gayung, daunnya sebagai
pakan ternak, tanaman hias taman. Daun C.cujete berkhasiat sebagai obat luka
baru dan daging buahnya untuk urus-urus. Untuk obat luka baru dipakai + 10 g
daun C.cujete, dicuci dan ditumbuk sampai halus, ditempelkan pada bagian yang
luka dan dibalut dengan kain bersih (Direktorat BPTH, 2012).
B. Flavonoid
Flavonoid sering pula disebut bioflavonoid, merupakan kelompok
pigmen tanaman yang memberikan perlindungan terhadap serangan radikal bebas
yang merusak. Flavonoid merupakan komponen fenol, yaitu bioaktif yang akan
mengubah reaksi tubuh terhadap senyawa lain, seperti allergen, virus, dan zat
karsinogen (Wirakusumah, 2007). Flavonoid adalah golongan senyawa polifenol
yang diketahui memiliki sifat sebagai penangkap radikal bebas, penghambat
enzim hidrolisis dan oksidatif, dan bekerja sebagai antiinflamasi (Pourmourad,
2006).
Mekanisme flavonoid dalam menghambat proses terjadinya inflamasi
melalui dua cara, yaitu dengan menghambat permeabilitas kapiler dan
menghambat metabolisme asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel
neutrophil dan sel endothelial. Terjadinya kerusakan pembuluh darah kapiler
akibat radang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga darah
(terutama plasma darah) akan keluar dari kapiler jaringan, diikuti dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
terjadinya respon inflamasi. Flavonoid terutama bekerja pada endothelium
mikrovaskular untuk mengurangi terjadinya hipermeabilitas dan radang. Beberapa
senyawa flavonoid dapat menghambat pelepasan asam arakhidonat dan sekresi
enzim lisosom dari membran dengan jalan memblok jalur siklooksigenase.
Penghambatan jalur siklooksigenase dapat menimbulkan pengaruh lebih luas
karena reaksi siklooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang
menuju ke hormon eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan ( Fitriyani,
2011).
Mekanisme antiinflamasi lain yang dilakukan oleh flavonoid dapat
melalui beberapa jalur, antara lain melalui penghambatan aktivitas enzim COX
dan atau lipooksigenase, dimana penghambatan ini secara langsung juga
menyebabkan penghambatan biosintesis eikosanoid dan leukotrien yang
merupakan produk akhir dari jalur COX dan lipooksigenase. Kemudian melalui
penghambatan akumulasi leukosit di daerah inflamasi. Pada kondisi normal
leukosit bergerak bebas sepanjang dinding endotel. Selama inflamasi, berbagai
mediator turunan endotel dan faktor komplemen mungkin menyebabkan adhesi
leukosit ke dinding endotel sehingga menyebabkan leukosit menjadi immobile dan
menstimulasi degranulasi neutrofil. Pemberian flavonoid dapat menurunkan
jumlah leukosit immobile dan mengurangi aktivasi komplemen sehingga
menurunkan adhesi leukosit ke endotel dan mengakibatkan penurunan respon
inflamasi tubuh. Mekanisme selanjutnya, yaitu melalui penghambatan degranulasi
neutrofil sehingga secara langsung mengurangi pelepasan asam arakhidonat oleh
neutrofil. Selanjutnya, mekanisme antiinflamasi oleh flavonoid yaitu sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
penstabil Reactive Oxygen Species (ROS). Efek flavonoid sebagai antioksidan
secara tidak langsung juga mendukung efek antiinflamasi flavonoid. Adanya
radikal bebas dapat menarik berbagai mediator inflamasi, disini flavonoid dapat
menstabilkan Reactive Oxygen Species (ROS) dengan bereaksi dengan senyawa
reaktif dari radikal sehingga radikal menjadi inaktif (Hidayati, 2008).
C. Metode Penyarian
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan
mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
(Badan POM RI, 2005).
Proses penarikan zat aktif dalam simplisia nabati atau hewani dapat
dilakukan dengan metode maserasi, infundasi, dekoksi, perkolasi, maupun
pemerasan simplisia segar. Pemilihan metode dan jenis penyari yang digunakan
tergantung dari zat aktif yang akan disari (Badan POM RI, 2013).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan
(kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
kesetimbangan (Depkes RI, 2000). Prinsip ekstraksi dari metode maserasi adalah
adanya gerak kinetik dari pelarut pada suhu ruangan walaupun tanpa adanya
pengocokan. Pengocokan dilakukan untuk mempercepat perpindahan zat dari sel
tanaman ke dalam pelarut (Hamdani, 2013).
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, kemudian zat aktif akan larut dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel,
maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986). Selama proses maserasi
(biasanya berkisar 2-14 hari) dilakukan pengadukan atau pengocokan dan
penggantian pelarut setiap hari. Pengocokan memungkinkan pelarut segar
mengalir berulang-ulang masuk ke seluruh permukaan simplisia yang sudah halus.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Maserasi biasanya
dilakukan pada temperatur 150-20
0C dalam waktu 3 hari sampai bahan-bahan
yang larut melarut (Ansel, 1989).
Metode maserasi digunakan untuk simplisia kering dan penyarian
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, serta
tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari. Cairan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, metanol atau pelarut lain (Badan
POM RI, 2013).
Keuntungan dari maserasi adalah dalam pengerjaannya lebih mudah,
sederhana, dan peralatannya lebih murah. Sedangkan kekurangannya adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mengekstraksi bahan cukup lama, penyarian kurang
sempurna, serta pelarut yang digunakan jumlahnya banyak jika harus dilakukan
remaserasi (Badan POM RI, 2013).
D. Kulit
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan
melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar (Wibowo, 2005). Kulit
menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput
lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk. Kulit yang di
dalamnya terdapat ujung saraf peraba mempunyai banyak fungsi, antara lain
membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuh dan
mempunyai sedikit kemampuan ekskretori, sekretori, dan absorpsi (Pearce, 2006).
Kulit memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam
gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan
suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin
untuk melindugi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan
perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Latifah, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Kulit memiliki kemampuan proteksi karena adanya lapisan lemak
subkutan, dermis, epidermis, dan adneksa kulit yang saling berkaitan satu sama
lainnya. Sebagai mekanisme pertahanan non spesifik, kulit bekerja sebagai barier
terhadap invasi mikroba, zat kimia, agen fisik, misalnya trauma ringan dan cahaya
ultraviolet, serta dehidrasi (Ross and Wilson, 2001).
Kulit melindungi bagian dalam tubuh dengan kemampuan proteksinya
terhadap trauma mekanik, misalnya tekanan, gesekan, dan tarikan diperankan oleh
serabut elastis yang terdapat pada dermis dan jaringan lemak subkutan. Lapisan
tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah
masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga
berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Proteksi terhadap
mikroorganisme lainnya berupa mantel asam kulit yang dapat mecegah
pertumbuhan bakteri di kulit (Latifah, 2007). Lapisan keratin merupakan barier
terhadap iritan dan zat sensitisasi, racun sistemik, dan mikroorganisme. Pigmen
kulit, melanin, dianggap dapat melindungi kulit terhadap kerusakan akibat efek
sinar ultraviolet dan regenerasi sel epidermis yang terjadi secara terus-menerus
yang menghalangi kolonisasi kuman dan jamur (Jeyaratnam, 2010).
Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg
jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan
utama, yaitu epidermis atau kutikula, sebagai lapisan yang paling luar dan dermis
atau korium. Di bawah kulit terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit
(Latifah, 2007). Selain lapisan epidermis, dermis, dan subkutis, kulit juga
dilengkapi oleh rambut, kuku, dan kelenjar sebaseus yang dianggap sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
tambahan pada kulit (Pearce, 2006). Histologis lapisan kulit dapat dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Struktur lapisan kulit: Lapisan epidermis dan dermis
(Brown, 2005).
Pada umumnya, sediaan topikal yang diaplikasikan pada kulit melewati
tiga bagian, yaitu permukaan kulit, stratum korneum yang berperan sebagai
reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada obat masih berhubungan
dengan permukaan kulit namun belum berpenetrasi, dan dermis. Zat aktif pada
sediaan topikal akan diserap oleh vaskular kulit pada dermis dan hipodermis
kemudian akan memberikan efek. Awalnya, sediaan topikal yang mengandung zat
aktif yang telah dioleskan akan melewati permukaan kulit dan tertahan pada
stratum korneum, maka sediaan topikal tersebut akan tertahan pada kulit
meskipun tergosok atau terkena pakaian (Yanhendri dan Yenny, 2012).
Absorbsi sediaan topikal secara umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
Lag phase, dimana sediaan berada di permukaan kulit dan belum melewati
stratum korneum; Rising phase, saat dimana sebagian sediaan mulai masuk
melewati stratum korneum menuju lapisan dermis, dan Falling phase, merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
fase pelepasan zat aktif dari pembawanya dan terserap di pembuluh kapiler pada
dermis (Yanhendri dan Yenny, 2012).
E. Inflamasi
1. Definisi
Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan
seperti infeksi dan cedera jaringan (Baratawidjaja, 2010). Ketika proses inflamasi
berlangsung, terjadi reaksi vaskular di mana cairan, elemen-elemen darah, sel
darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan
atau infeksi untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Proses
inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan di mana tubuh berusaha
untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera
dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Kee,1996).
Meskipun ada hubungan antara inflamasi dan infeksi, istilah-istilah ini
tidak boleh di anggap sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan
menyebabkan inflamasi, tetapi tidak semua inflamasi disebabkan oleh infeksi
(Kee,1996). Selama berlangsungnya fenomena inflamasi banyak mediator
kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara lain histamin, 5-hidroksitriptamin
(5HT), faktor kemotaktik, bradikinin, leukotrien, autakoid lipid PAF (platelet
activating factor), dan prostaglandin (Tanu, 1972). Menurut waktunya, inflamasi
dibagi menjadi 2 yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronis.
Inflamasi akut adalah respon cepat terhadap kerusakan sel, berlangsung
cepat (beberapa jam-hari) dan dipacu oleh sejumlah sebab seperti kerusakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kimiawi dan termal serta infeksi (Baratawidjaja, 2010). Peradangan akut memiliki
tiga komponen utama, yaitu (1) dilatasi pada pembuluh darah dan peningkatan
aliran darah sehingga menyebabkan eritema dan hangat, (2) ekstravasasi dan
pengendapan cairan dan protein plasma yang menyebabkan terjadinya edema serta
(3) emigrasi dan akumulasi leukosit terutama neutrofil di tempat cedera. Pada
sebagian besar bentuk peradangan akut, neutrofil mendominasi infiltrat
peradangan selama 6 sampai 24 jam pertama kemudian digantikan oleh monosit
dalam 24 sampai 48 jam (Kumar, 2005). Penyebab inflamasi akut dapat berupa
benda asing yang masuk tubuh, invasi mikroorganisme, trauma, bahan kimia yang
berbahaya, faktor fisik dan alergi (Baratawidjaja, 2010).
Inflamasi kronis adalah radang atau inflamasi yang disebabkan oleh jejas
atau injury yang berlangsung beberapa minggu, bulan, atau bersifat menetap dan
merupakan kelanjutan dari radang akut. Inflamasi kronis disebut juga radang
proliferatif karena selalu diikuti dengan terjadinya proliferasi fibroblast atau
jaringan ikat (Sander,2003).
2. Gejala
Radang akut adalah respon segera dari tubuh terhadap cedera atau
kematian sel. Pada level makroskopik gejala reaksi radang akut yang dapat
diamati adalah :
a. Rubor (Kemerahan). Rubor biasanya merupakan hal pertama yang
terlihat di daerah yang mengalami proses peradangan. Waktu reaksi peradangan
dimulai maka arteriol yang mensuplai daerah itu melebar, sehingga darah yang
mengalir ke mikrosirkulasi lokal bertambah. Kapiler yang semula kosong atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sebagian saja meregang dengan cepat terisi darah. Keadaan ini dinamakan
hiperemia atau kongesti yang menyebabkan warna merah lokal karena peradangan
akut. Timbulnya hiperemia pada awal reaksi peradangan diatur oleh tubuh, baik
secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamin
(Price dan Wilson, 1984).
b. Calor (Panas). Calor terjadi bersamaan dengan rubor pada reaksi
peradangan akut. Sebenarnya calor atau panas hanya terjadi pada permukaan
tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 370C yaitu panas tubuh.
Daerah peradangan pada kulit lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang
disalurkan ke permukaan daerah yang terkena infeksi lebih banyak daripada
daerah yang normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah radang
yang jauh di dalam tubuh karena jaringan-jaringan tersebut sudah memiliki inti
370C, dan hiperemia lokal tidak menimbulkan perubahan (Price dan Wilson,
1984).
c. Tumor (Pembengkakan). Tumor atau pembengkakan merupakan segi
paling mencolok dari peradangan akut. Pembengkakan ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstisial. Cairan
dan sel yang tertimbun dalam daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan
dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi
pada lepuhan akibat luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit
meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat (Price dan
Wilson, 1984).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
d. Dolor (Nyeri). Rasa sakit atau dolor dapat dihasilkan dari berbagai
cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang
ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin
atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan
jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa
diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit (Price dan Wilson, 1984).
e. Functio laesa (Perubahan Fungsi). Functio laesa atau perubahan fungsi
merupakan berkurangnya fungsi dari organ yang mengalami peradangan, akibat
terbentuknya metabolit-metabolit yang merugikan oleh sel-sel yang mengalami
trauma dan peningkatan temperatur di daerah peradangan untuk reaksi biokimia
sehingga fungsi organ menurun (Sander, 2003).
3. Mekanisme inflamasi
Kejadian tingkat molekular atau selular pada inflamasi adalah
vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular dan infiltrasi selular. Hal-hal
tersebut disebabkan berbagai mediator kimia yang disebarluaskan ke seluruh
tubuh dalam bentuk aktif atau tidak aktif (Baratawidjaja, 2010). Mediator kimia
yang dilepaskan ketika terjadi peradangan seperti histamin, serotonin, enzim
lisosom, prostaglandin, leukotrien, faktor penggiat trombosit (PAF), nitrat oksida,
dan sitokin (Kumar, 2005).
Vasodilatasi adalah salah satu manifestasi paling dini pada peradangan
akut. Vasodilatasi mulanya mengenai arteriol dan kemudian menyebabkan
terbukanya jaringan-jaringan kapiler baru di daerah yang bersangkutan. Hal ini
menyebabkan peningkatan aliran darah yang menimbulkan panas dan kemerahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(Kumar,2005). Vasodilatasi meningkatkan persediaan darah untuk mengalirkan
lebih banyak molekul dan sel yang diperlukan untuk memerangi antigen yang
mencetuskan inflamasi (Baratawidjaja, 2010). Permeabilitas vaskular yang
meningkat tidak saja mengakibatkan pemindahan beberapa zat protein yang
penting seperti opsonin atau antibodi lain ke tempat pertempuran. Selanjutnya,
salah satu dari protein-protein yang bocor ke dalam daerah peradangan adalah
fibrinogen, yang secara cepat mengendap untuk membentuk fibrin yang dapat
bekerja sebagai suatu penutup atau lem pada luka-luka, dan karena sifat fibrilnya,
ia dapat bekerja sebagai sarana bagi migrasi leukosit fagosit dan akhirnya sebagai
sarana perbaikan (Price,1984). Dalam beberapa jam leukosit menempel ke sel
endotel di daerah inflamasi dan bermigrasi melewati dinding kapiler masuk ke
rongga jaringan yang disebut ekstravasasi. Pada pemeriksaan histologik
ditemukan cairan edem dan infiltrasi sel leukosit. Berbagai faktor plasma seperti
imunoglobulin, komplemen, sistem aktivasi kontak- koagulasi fibrinolitik dan sel-
sel inflamasi seperti neutrofil, mastosit, eosinofil, monosit-fagosit, sel endotel dan
molekul adhesi, trombosit, limfosit, dan sitokin berinteraksi satu dengan yang lain
untuk memulai proses-proses perbaikan jaringan (Baratawidjaja, 2010).
Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi,
fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah
fosfolipida menjadi asam arakhidonat (Tjay dan Rahardja, 2002). Asam
arakhidonat adalah suatu asam lemah poli-tidak jenuh yang terdapat dalam jumlah
banyak sebagai fosfolipid selaput sel. Bila terdapat kerusakan pada sel, maka
enzim fosfolipase A2 diaktifkan untuk membebaskan asam arakhidonat yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dari fosfolipid. Turunan asam arakhidonat adalah eikosanoid (prostanoids dan
leukotriens). Prostanoids terdiri dari zat-zat prostaglandin (PG) dan tromboksan
(TX). Leukotriens terdiri dari zat-zat leukotrien (Rang, 2003). Prostaglandin dan
leukotrien bertanggung jawab bagi sebagian besar dari gejala peradangan. Selain
itu radikal bebas oksigen yang dihasilkan peroksida juga berperan dalam
menimbulkam nyeri yang merupakan salah satu gejala peradangan (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Ada dua jalan utama sintesis eikosanoid dari asam arakidonat, yaitu :
1. Jalan siklo-oksigenase. Siklooksigenase terdiri dari dua isoenzim, yaitu COX-
1 dan COX-2 (Mycek, 2001). Enzim COX-1 terdapat di kebanyakan jaringan
antara lain di pelat-pelat darah, ginjal, dan saluran cerna. Sedangkan, enzim
COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan tapi dibentuk selama
proses peradangan (Tjay dan Rahardja, 2002). Asam arakidonat nantinya
akan diubah menjadi prostaglandin dan tromboksan oleh enzim-enzim ini
(Mycek, 2001).
2. Jalan lipoksigenase. Beberapa lipoksigenase dapat bekerja pada asam
arakidonat untuk membentuk 5-HPETE, 12-HPETE, dan 15-HPETE yang
merupakan turunan peroksidasi tidak stabil yang dikonversi menjadi turunan
hidroksilasi yang sesuai (HETES), atau menjadi leukotrien atau lipoksin,
tergantung pada jaringan (Mycek, 2001). Ada beberapa subtipe lipoksigenase
yang disintesis melalui jalur ini yaitu leukotrien, lipoksin, atau komponen
lainnya (Rang, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Jalur siklooksigenase yang diaktikan oleh enzim COX-1 dan COX-2
menyebabkan pembentukan prostaglandin. Prostaglandin yang terpenting dalam
peradangan yang disintesis melalui jalur ini adalah PGE2, PGD2, PGF2α, PGI2
(Prostasiklin) dan tromboksan (TXA2) yang masing-masing dihasilkan oleh kerja
enzim spesifik pada suatu zat antara dalam jalur siklooksigenase ini. Sebagian dari
enzim ini terdistribusi hanya di jaringan tertentu. Contohnya, trombosit
mengandung enzim tromboksan sintetase, sehingga produk utama di sel ini
adalah TXA2. Di sisi lain, endotel vaskular tidak memiliki tromboksan sintetase,
tetapi mempunyai prostasiklin sintetase, yang menyebabkan terbentuknya
prostasiklin (PGI2) (Kumar, 2005).
Melalui jalur siklooksigenase, prostaglandin-D2 (PGD2) merupakan
metabolit utama pada jalur siklooksigenase di sel mast, bersama dengan
prostaglandin-E2 (PGE2) dan prostaglandin-F2α (PGF2α) menyebabkan vasodilatasi
dan peningkatan permeabilitas venula pascakapiler sehingga meningkatkan
pembentukan edema (Kumar, 2005). PGE2 dan PGF2 berfungsi untuk vasodilatasi
dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh dan membran sinovial yang
menyebabkan terjadinya radang dan nyeri. Prostasiklin (PGI2) dibentuk terutama
di dinding pembuluh darah. PGI2 berperan dalam vasodilatasi, anti trombosis atau
inhibitor agregasi trombosit yang paten, dan memperkuat peningkatan
permeabilitas dan efek kemotaktik dari mediator lain. Tromboxan (TXA2) yang
dibentuk khusus dalam trombosit, berfungsi sebagai vasokonstriksi dan
menstimulasi agregasi platelet darah (trombotis) (Tjay dan Rahardja, 2002).
PGE2, PGI2, dan PGD2 pada dasarnya adalah vasodilator yang sangat kuat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
bersinergi dengan vasodiator inflamasi lain seperti histmain dan bradikinin. Aksi
kombinasi vasodilator tersebut berperan pada timbulnya kemerahan dan
peningkatan aliran darah inflamasi akut (Rang, 2003).
Enzim COX-1 diproduksi sebagai respon terhadap rangsangan
peradangan dan juga secara konstitutif diekspresikan oleh sebagian besar jaringan.
Sedangkan, enzim COX-2 diproduksi karena enzim ini terinduksi oleh beragam
rangsang inflamatorik dan tidak terdapat di sebagian besar jaringan pada keadaan
istirahat normal. Perbedaan ini menimbulkan anggapan bahwa COX-1
bertanggung jawab dalam peradangan, tetapi juga memiliki fungsi homeostatis,
misalnya keseimbangan cairan dan elektrolit di ginjal dan sitoproteksi di saluran
cerna. Sebaliknya, COX-2 merangsang pembentukan prostaglandin yang berperan
pada reaksi peradangan (Kumar, 2005).
Jalur lipoksigenase merupakan jalur yang penting untuk membentuk
bahan-bahan proinflamasi yang kuat. 5-lipoksigenase adalah enzim metabolit
asam arakidonat utama pada neutrofil. Asam 5-hidroperoksiekosatetranoik (5-
HPTE) merupakan derivat 5-hidroperoksi asam arakidonat yang tidak stabil dan
direduksi menjadi asam 5-hidroksiekosatetraenoik (5-HETE) sebagai kemotaktik
bagi neutorif yang kemudian diubah menjadi golongan senyawa yang disebut
leukotrien (Kumar, 2005). Leukotrien adalah senyawa sulfidopeptida yang
dibentuk sebagai hasil metabolisme asam arakidonat dan merupakan mediator
radang dan nyeri. Leukotrien (LT) ini terdiri dari LTB4, LTC4, LTD4, dan LTE4.
LTC4, LTD4, dan LTE4 terutama dibentuk di granulosit eosinofil yang berfungsi
sebagai vasokonstriktif di bronkus dan mukosa lambung dan peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
permeabilitas, sedangkan LTB4 khusus disintesis di makrofag dan neutrofil
alveolar dan bekerja kemotaktis yaitu menstimulasi migrasi leukosit dengan jalan
meningkatkan mobilitas dan fungsinya. Dengan adanya leukotrien ini, sejumlah
besar leukosit akan menginvasi daerah peradangan dan mengakibatkan gejala
radang juga (Tjay dan Rahardja, 2002).
Lipoksin juga termasuk hasil dari jalur lipoksigenase yang disintesis
menggunakan jalur transeluler. Lipoksin A4 dan B4 (LXA4 dan LXB4) dihasilkan
oleh kerja 12-lipooksigenase trombosit pada trombosit LTA4, yang berasal dari
neutrofil. Lipoksin menghambat kemotaktis neutrofil dan perlekatannya pada
endotel (Kumar, 2005). Jadi, lipoksin beraksi pada reseptor spesifik pada polimorf
untuk menentang aksi LTB4 untuk menyampaikan semacam sinyal untuk
menghentikan beberapa aspek peradangan (Rang, 2003). Aksi lipoksin sebagai
antiinflamasi yaitu LXA4 dan LXB4 berfungsi sebagai vasodilatasi, menghambat
kemotaksis neutrofil, dan merangsang perlekatan monosit (Kumar, 2005).
F. Obat Anti Inflamasi
Terapi pasien dengan peradangan melibatkan dua sasaran utama,
pertama, meredakan gejala dan mempertahankan fungsi, yang biasanya
merupakan keluhan utama pasien; dan kedua, memperlambat atau menghentikan
proses yang merusak jaringan (Katzung, 2012).
Antiinflamasi bekerja dengan mengikat enzim siklooksigenase (COX)
dan lipoksigenase sehingga menghambat sintesis prostaglandin dan leukotrin.
Adanya penghambatan tersebut dapat menyebabkan peningkatan stabilitas sel,
menurunkan permeabilitas membran yang dapat mengurangi edema, serta rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
nyeri menjadi lebih berkurang (Priyanto, 2010). Berdasarkan cara kerjanya,
terdapat dua golongan senyawa yang banyak digunakan sebagai anti inflamasi
yaitu kortikosteroid dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) (Neal, 2005).
G. Mekanisme Obat Antiinflamasi
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks
adrenal yang pembuatan bahan sintetik analognya telah berkembang dengan pesat.
Efek utama penggunaan kortikosteroid secara topikal pada epidermis dan dermis
ialah efek vasokonstriksi, efek antiinflamasi, dan efek antimitosis (Ardhie, 2004).
Kortikosteroid menekan semua fase respons inflamasi, termasuk
pembengkakan dini, kemerahan, nyeri, dan selanjutnya perubahan proliferatif
yang tampak pada inflamasi kronis. Kortikosteroid menghambat pembentukan
mediator proinflamasi, seperti prostaglandin, leukotrien, dan platelet activating
faktor (PAF). Golongan obat ini menghambat fosfolipase A2, enzim yang
bertanggung jawab atas pembebasan asam arakhidonat dari fosfolipid sehingga
dapat mengurangi peradangan yang terjadi (Neal, 2005). Efek antiinflamasi
kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imunokompeten seperti sel T,
makrofag, sel dendritik, eosinofil, neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan
menyebabkan apoptosis berbagai sel tersebut (Sitompul, 2011).
Kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid (Neal, 2005). Glukokortikoid (GK)
berdifusi pasif dan berikatan dengan reseptor glukokortikoid (RG) di sitosol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Ikatan GK-RG mengakibatkan translokasi kompleks tersebut ke inti sel untuk
berikatan dengan sekuens DNA spesifik, yaitu glucocorticoid response elements
(GRE). Ikatan GK-RG dengan DNA mengakibatkan aktivasi atau supresi proses
transkripsi. Mekanisme GK terjadi melalui aktivasi endothelial nitric oxide
synthetase (eNOS) yang menyebabkan lebih banyak pelepasan nitric oxide (NO),
suatu mediator anti-inflamasi (Sitompul,2011).
Kelebihan kortikosteroid dibandingkan OAINS yaitu mampu
menghambat fosfolipase, sehingga mampu menghambat pembentukan baik dari
prostaglandin maupun leukotrien sehingga mampu menekan gejala yang
ditimbulkan dari peradangan lebih baik. Akan tetapi, apabila kortikosteroid
digunakan pada dosis tinggi dan penggunaan yang lama akan menimbulkan efek
samping yang lebih berbahaya dibandingkan NSAID (Tjay dan Rahardja, 2002).
2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Obat-obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) merupakan suatu grup obat
yang secara kimiawi tidak sama, yang berbeda aktivitas antipiretik, analgesik, dan
antiinflamasinya. Obat-obat ini bekerja dengan jalan menghambat enzim siklo-
oksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase (Mycek, 2001). Golongan obat ini
menghambat enzim siklooksigenase sehingga asam arakidonat menjadi PGG2
terganggu (Ganiswarna, 1995). Pada inflamasi, prostaglandin berperan dalam
menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular. Akan tetapi,
inhibisi sintesis prostaglandin oleh OAINS mengurangi inflamasi daripada
menghilangkannya karena obat ini tidak menghambat mediator inflamasi lainnya.
Sayangnya, inhibisi sintesis prostaglandin dalam mukosa gaster sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menyebabkan gangguan gastrointestinal (dispepsia, mual, gastritis). Efek samping
yang paling serius adalah perdarahan gastrointestinal dan perforasi (Neal, 2005).
Contoh obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) adalah derivat asam
salisilat (aspirin), derivat asam propionat (ibuprofen, naproksen), lainnya
(diklofenak, indometasin, nabumeton, fenilbutazon, dan inhibitor COX-2 selektif
(etoricoxib, celecoxib, dan valdecoxib). COX terdapat pada jaringan sebagai suatu
isoform konstitutif (COX-1), tetapi sitokin pada lokasi inflamasi menstimulasi
induksi isoform kedua (COX-2). Inhibisi COX-2 diduga bertanggung jawab untuk
efek antiinflamasi OAINS, sementara inhibisi COX-1 bertanggung jawab untuk
toksisitas gastrointestinalnya. Inhibitor COX-2 adalah OAINS yang paling banyak
digunakan karena selektif untuk COX-1 dan inhibitor COX-2 selektif., sehingga
insidensi perforasi gaster, obstruksi, dan pendarahan lambung berkurang paling
tidak sebanyak 50% (Neal, 2005). Mekanisme kerja dari antiinflamasi steroid dan
nonsteroid dapat dilihat pada gambar 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 3. Mekanisme kortikosteroid dan antiinflamasi nonsteroid sebagai
antiinflamasi (Tjay dan Rahardja, 2002).
H. Metode Pengujian Antiinflamasi
Aktivitas antiinflamasi dari suatu senyawa dapat diukur dengan beberapa
metode. Metode pengujian aktivitas antiinflamasi yaitu :
1. Metode pembentukan edema buatan
Metode ini berdasarkan pengukuran volume dari edema buatan. Volume
edema diukur sebelum dan sesudah pemberian zat yang di uji. Beberapa iritan
yang dipakai sebagai penginduksi edema antara lain formalin, kaolin, ragi, dan
dekstran. Iritan yang umum digunakan dan memiliki kepekaan yang tinggi adalah
karagen (Vogel, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Metode eritema ultraviolet
Metode uji aktivitas antiinflamasi yang menggunakan sinar ultraviolet
untuk membentuk eritema yang dilakukan pada kulit hewan uji. Hewan uji yang
digunakan dicukur bulunya pada bagian kedua sisi dan di bagian belakang.
Kemudian, diberi krim penghilang bulu atau dapat menggunakan suspensi dari
barium sulfida. Dua puluh menit kemudian, krim penghilang bulu yang
diaplikasikan dibersihkan dengan air hangat yang mengalir. Keesokan harinya,
dilakukan pemaparan sinar ultraviolet selama 2 menit. Pengukuran eritema
dilakukan 2 dan 4 jam setelah pemaparan. Penilaian setelah 2 dan 4 jam
memberikan beberapa indikasi durasi efek. Senyawa uji dapat diberikan setengah
jam sebelum pemaparan dan setengahnya lagi setelah pemaparan sinar ultraviolet
(Vogel, 2002).
3. Metode pembentukan kantong granuloma
Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk di
dalam kantong granuloma. Mula-mula benda terbentuk pelet yang terbuat dari
kapas yang ditanam di bawah kulit abdomen tikus menembus lapisan linia alba.
Respon yang terjadi berupa gejala iritasi, migrasi leukosit, dan makrofag ke
tempat radang yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan terbentuklah
granuloma (Vogel, 2002).
4. Metode edema telinga pada tikus dan mencit
Peradangan pada telinga kanan hewan uji dibuat dari pemberian croton-
oil sebanyak 0,01 mL pada mencit dan 0,02 mL pada tikus yang diberikan di
telinga kanan masing-masing hewan uji. Telinga kiri hewan uji digunakan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kontrol normal. Senyawa yang akan diujikan dilarutkan dalam cairan iritan yang
digunakan dengan konsentrasi 0,03 mg/mL sampai 1 mg/mL pada mencit dan
pada tikus lebih tinggi 3 sampai 10 kalinya. Empat jam setelah diaplikasikan,
hewan uji dikorbankan dengan anastesi. Kedua telinganya diambil dan kemudian
langsung ditimbang. Derajat edema diindikasikan dari selisih berat dari telinga
kanan dan telinga kiri (Vogel, 2002).
5. Metode iritasi dengan panas
Metode ini berdasarkan pengukuran luas radang dan berat edema yang
terbentuk setelah diiritasi dengan panas. Mula-mula hewan diberi zat warna tripan
biru yang disuntik secara IV, dimana zat ini akan berikatan dengan albumin
plasma. Kemudian pada daerah penyuntikan tersebut dirangsang dengan panas
yang cukup tinggi. Panas menyebabkan pembelahan histamin endogen sehingga
timbul inflamasi. Zat warna akan keluar dari pembuluh darah yang mengalami
dilatasi bersama-sama dengan albumin plasma sehingga jaringan yang meradang
kelihatan berwarna. Penilaian derajat inflamasi diketahui dengan mengukur luas
radang akibat perembesan zat ke jaringan yang meradang. Pengukuran juga dapat
dilakukan dengan menimbang edema yang terbentuk, dimana jaringan yang
meradang dipotong kemudian ditimbang (Vogel, 2002).
6. Permeabilitas vaskuler
Senyawa induksi yang digunakan merupakan senyawa radang yang dapat
memicu mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin, dan leukotrien. Hal
tersebut mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah dan peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
permeabilitas vaskuler, sehingga terbentuk edema dari cairan dan protein plasma
yang dikeluarkan (Vogel, 2002).
Pengujian dilakukan dengan menginjeksikan senyawa radang secara
intrakutan atau subkutan pada kulit. Sembilan puluh menit kemudian, hewan uji
dikorbankan dan bagian yang diinjeksikan diambil dan diwarnai dengan Evan’s
blue yang dapat meresap untuk mengetahui peningkatan permeabilitas vaskuler.
Diameter resapan pewarna Evan’s blue diukur dan dibandingkan antara kelompok
kontrol dan kelompok uji dan dinyatakan sebagai persen penghambatan.
Kelompok uji yang menunjukkan nilai kurang dari 50% dari kontrol dinyatakan
positif memiliki aktivitas penghambatan inflamasi (Vogel, 2002).
7. Metode edema kaki
Uji antiinflamasi dengan menggunakan edema pada kaki tikus atau
mencit ini merupakan metode yang umum digunakan. Banyak senyawa radang
yang telah digunakan dalam metode ini seperti formaldehida, ragi, dekstran,
albumin telur, kaolin, polisakarida sulfat seperti karagenin atau
naphthoylheparamine. Edema dibuat dengan menginjeksikan senyawa radang
secara intraplantar pada kaki hewan uji kemudian dilakukan pengukuran (Vogel,
2002).
I. Radikal Bebas dan Antioksidan
Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu
atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang
tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari
pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
sekitarnya. Sebagai dampak kerja radikal bebas tersebut akan terbentuk radikal
bebas baru yang berasal dari atom atau molekul yang elektronnya diambil untuk
berpasangan dengan radikal sebelumnya (Winarsi, 2007). Salah satu contoh akibat
dari radikal bebas adalah timbulnya peradangan. Peradangan merupakan salah
satu kelainan tubuh yang paling sering terjadi, berkaitan dengan produksi radikal
bebas, tetapi radikal bebasnya lebih bersifat sebagai penyebab dan bukan efek dari
peradangan. Meskipun demikian, sebenarnya tubuh menggunakan radikal bebas
untuk membunuh bakteri di dalam sel-sel pemakan dari sistem imun yaitu fagosit
dan apabila radikal bebas ada di daerah peradangan dalam jumlah yang sangat
besar maka radikal bebas dapat menambah kerusakan jaringan (Youngson, 2005).
Proses perusakan organ tubuh oleh radikal bebas dapat dihambat dengan
memberikan antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron
(electron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil tapi
mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah
terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat
menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang
sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2007).
Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan enzim
meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase
(GSH.Prx). Antioksidan vitamin lebih popular sebagai antioksidan dibandingkan
enzim. Antioksidan vitamin meliputi alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten dan
asam askorbat (vitamin C). Mekanisme kerja dari antioksidan berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sifatnya yang mudah dioksidasi (menyerahan elektron) sehingga menetralkan
sebagian besar radikal bebas yang berlebihan (Sofia, 2005).
Ketika terjadi inflamasi, fosfolipid akan dipecah menjadi asam
arakidonat dimana asam arakidonat dibantu oleh enzim siklooksigenase dan
lipoksigenase untuk memetabolisme prostaglandin dan leukotrien yang
merupakan mediator penting dalam inflamasi (Baratawidjaja, 2010). Selama
inflamasi berlangsung, radikal bebas yang berasal dari oksigen akan dikeluarkan
ke ruang ekstrasel dari leukosit setelah sel ini terpajan oleh mikroba, kemokin,
dan kompleks imun, atau setelah rangsangan fagositik. Rangsangan ini akan
melepaskan anion superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), dan radikal
hidroksil (OH) yang mana metabolit-metabolit ini dapat berikatan dengan nitrat
oksida (NO), suatu mediator pleiotropik inflamasi. Radikal reaktif ini dapat
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan secara langsung melalui degradasi
oksidatif dari komponen sel. Sebenarnya tubuh juga memiliki antioksdan alamiah
yang berfungsi mengendalikan reaksi radikal agar tidak merusak organ-organ di
dalam tubuh, akan tetapi jumlahnya terbatas. Jika pengendalian tersebut gagal
maka terjadi kelebihan radikal bebas di dalam tubuh karena antioksidan alamiah
tidak mampu menetralkannya. Hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya
stress oksidatif yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan memicu terjadinya
proses inflamasi (Kumar, 2005). Oleh karena itu tubuh kita memerlukan
antioksidan dari luar untuk mengatasi dampak buruk yang ditimbulkan dari
radikal bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Peran spesies oksigen reaktif dalam cedera sel adalah dimulai dengan O2
diubah menjadi superoksida (O2-) oleh enzim-enzim oksidatif di retikulum
endoplasma (RE), mitokondria, membran plasma, dan sitosol. O2- diubah menjadi
H2O2 melalui proses dismutasi dan kemudian menjadi OH oleh reaksi Fenton yang
dikatalisis oleh Cu2+
/Fe2+
. H2O2 juga diperoleh secara langsung dari oksidase di
peroksisom. Kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas pada lemak
(peroksidasi), protein, dan DNA menyebabkan berbagai bentuk cedera sel
(Kumar, 2005).
Radikal-radikal bebas, dengan keberadaan oksigen dapat menyebabkan
peroksidase lemak di dalam membran plasma dan organel. Kerusakan oksidatif
terjadi jika ikatan-ikatan ganda di asam-asam lemak tidak jenuh pada lemak
membran diserang oleh radikal bebas yang berasal dari oksigen, terutama OH.
Interaksi radikal bebas dengan lemak menghasilkan peroksida, yang merupakan
zat tidak stabil dan bersifat reaktif sehingga memicu reaksi berantai autokatalis.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada membran, organel, dan
sel. Selain itu, radikal bebas juga dapat meningkatkan oksidasi residu asam amino
rantai samping, pembentukan ikatan silang antar protein (misalnya ikatan
disulfida) dan oksidasi kerangka protein yang menyebabkan fragmentasi protein.
Modifikasi oksidatif meningkatkan penguraian protein-protein penting oleh
kompleks proteasom multikatalitik sehingga terjadi kerusakan di seluruh sel.
Spesies reaktif apabila bereaksi dengan timin di DNA nukleus dan mitokondria
dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan di salah satu untai DNA. Kerusakan
DNA ini diperkirakan berperan pada penuaan sel dan dalam transformasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
keganasan sel. Ketika terjadi kerusakan sel, sel-sel mengembangkan berbagai
mekanisme untuk menyingkirkan radikal bebas dan memperkecil cedera,
misalnya serangkaian enzim yang bekerja sebagai penyapu radikal bebas dan
menguraikan hidrogen peroksida serta anion superoksida. Enzim-enzim
antioksidan utama adalah superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation
peroksidase (Kumar, 2005). Pengaruh ROS pada sel dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Patologi radical oxidative stress (ROS) menyebabkan kerusakan
sel (Kumar, 2005).
J. Karagenin
Karagenin adalah polimer linear yang tersusun dari sekitar 25.000
turunan galaktosa yang strukturnya tergantung pada sumber dan kondisi ekstraksi.
Karagenin dikelompokkan menjadi 3 kelompok utama yaitu kappa, iota, dan
lambda karagenin. Karagenin lambda (π karagenin) adalah karagenin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
diisolasi dari ganggang Gigartina pistillata atau Chondrus crispus, yang dapat
larut dalam air dingin. Karagenin dipilih untuk menguji obat antiinflamasi karena
tidak bersifat antigenik dan tidak menimbulkan efek sistemik (Hidayati, 2008).
Teknik yang paling sering digunakan untuk mengetahui efek
antiinflamasi suatu obat adalah pemberian iritan berupa karagenan. Injeksi
karagenan akan menyebabkan terbentuknya edema dan inflamasi secara cepat,
yaitu mencapai maksimal 3-5 jam setelah pemberian karagenan. Tanda kardinal
dari inflamasi yang terjadi akibat injeksi karagenan secara subkutan adalah edema,
hiperalgesia, dan eritema. Inflamasi yang diinduksi oleh karagenan ditandai
dengan peningkatan rasa sakit, pembengkakan, dan sintesis prostaglandin hingga
4 sampai 5 kali (Utami, 2011).
Mekanisme pembentukan udem oleh karagenin terbagi atas dua tahap.
Tahap pertama yaitu disebabkan oleh pelepasan histamin dan serotonin yang
dimulai segera setelah diinduksi dan berkurang setelah dua jam. Tahap kedua
adalah karena pelepasan bradikinin dan prostaglandin yang dimulai pada akhir
tahap pertama dan bertahan pada jam ketiga sampai jam kelima (Suralkar, 2008).
Dalam pembentukan edema yang berperan adalah intermediet prostaglandin yang
terbentuk melalui biosintesa prostaglandin yang bereaksi dengan jaringan di
sekitarnya dan menyebabkan perubahan-perubahan pada pembuluh darah yang
merupakan awal mula terjadinya edema (Vinegar, Truax, and Selph, 1976).
Dalam penelitian ini yang digunakan untuk menginduksi inflamasi
adalah karagenin karena ada beberapa keuntungan yang didapat antara lain tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
menimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas, serta memberikan
respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi (Vogel, 2002).
K. Hidrokortison Asetat
Hidrokortison Asetat mengandung tidak kurang dari 97,0 % dan tidak
lebih dari 102 % C23H32O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian hidrokortison asetat berupa serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak
berbau, rasa tawar, kemudian pahit. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air,
sukar larut dalam etanol (95%) P dan kloroform serta melebur pada suhu lebur
lebih kurang 2200
disertai peruraian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1979).
Hidrokortison Asetat adalah salah satu golongan kortikosteroid yang
digunakan untuk menekan inflamasi, dimana salah satu pemerian hidrokortison
asetat yaitu dapat digunakan secara topikal. Kortikosteroid menekan semua fase
respon inflamasi, termasuk pembengkakan dini, kemerahan, nyeri, dan
selanjutnya perubahan proliferatif yang tampak pada inflamasi kronis (Neal,
2005). Krim hidrokortison merupakan contoh-contoh dari glukokortikoid topikal
yang membantu menyembuhkan dermatitis. Berdasarkan kekuatannya dalam
menghilangkan rasa gatal dan peradangan akibat dermatitis, glukokortikoid
topikal dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kekuatan tinggi, sedang, dan rendah,
dimana hidrokortison termasuk kortikosteroid dengan kekuatan rendah. Absorbsi
hidrokortison akan lebih banyak pada kulit yang lebih permeabel. Efek samping
dan reaksi yang merugikan dapat terjadi pada pemakaian topikal jangka panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
karena dapat menyebabkan penipisan kulit disertai dengan atrofi epidermis dan
dermis, serta purpura akibat erupsi pembuluh darah kecil (Kee, 1996).
L. Biocream®
Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu
zat pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan
topikal yang memiliki efek teraupetik, sedangkan zat pembawa adalah bagian
inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan
aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah
dibersihkan, dan tidak mengiritasi. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam
zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan. Salah satu contoh bahan pembawa
berbentuk krim yang sudah jadi, yaitu Biocream®. Biocream
® ini bersifat
ambifilik artinya berkhasiat sebagai W/O atau O/W (Yanhendri, 2012).
M. Landasan Teori
Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan
seperti infeksi dan cedera jaringan. Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi
reaksi vaskular di mana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit),
dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses
inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan di mana tubuh berusaha
untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera
selanjutnya mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Gejala terjadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
inflamasi, yaitu panas (calor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor), nyeri (dolor),
dan perubahan fungsi (function laesa).
Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi,
fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah
fosfolipida menjadi asam arakhidonat. Pada saat terjadi kerusakan pada sel, maka
enzim fosfolipase A2 diaktifkan untuk membebaskan asam arakhidonat yang ada
dari fosfolipid. Turunan asam arakhidonat adalah eikosanoid (prostanoids dan
leukotriens). Prostanoids terdiri dari zat-zat prostaglandin (PG) dan tromboksan
(TX). Leukotriens terdiri dari zat-zat leukotrien. Prostaglandin dan leukotrien
bertanggung jawab bagi sebagian besar dari gejala peradangan.
Pendekatan dari ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Ugbabe, dkk., (2010) melaporkan bahwa kandungan fitokimia dari ekstrak daun
C.cujete menunjukkan adanya kandungan fenolik, saponin, tanin, terpenoid dan
flavonoid. Flavonoid berfungsi sebagai antiinflamasi dengan cara menghambat
enzim siklooksigenase dan lipooksigenase. Senyawa aktif dari ekstrak daun
C.cujete yang bersifat sebagai antiinflamasi menurut penelitian Parvin, dkk.,
(2015) adalah fenolik, tanin, dan flavonoid. Senyawa aktif ini bertindak sebagai
antiinflamasi dengan menghambat pelepasan enzim fosfolipase A2 sehingga
menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Das, dkk., (2014) melaporkan bahwa
ekstrak etanol dari daun C.cujete ditemukan adanya kandungan fitokimia berupa
steroid, saponin, tanin, glikosida, terpenoid, dan flavonoid yang memperlihatkan
adanya aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH. Adanya aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
penangkapan radikal bebas terhadap DPPH inilah yang menyebabkan peradangan
dapat dihambat sehingga kandungan yang terdapat pada C.cujete diduga memiliki
aktifitas antiinflamasi.
Pengujian efek antiinflamasi dari ekstrak etanol daun C.cujete dilakukan
dengan menggunakan metode inflammation-assosiated edema (Vetriselvan, 2013)
yaitu dengan mengukur edema dari tebal lipat kulit punggung mencit terinduksi
karagenin yang terjadi setiap jam selama 6 jam. Apabila terjadi penurunan edema
setiap jamnya selama 6 jam setelah pemberian perlakuan maka menunjukkan
bahwa ekstrak etanol daun Crescentia cujete memiliki efek antiinflamasi topikal.
N. Hipotesis
Ekstrak etanol daun Crescentia cujete memiliki aktivitas antiinflamasi
topikal terhadap edema tebal lipat kulit punggung mencit betina galur Swiss yang
terinduksi oleh karagenin 3%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Peneletian tentang efek antiinflamasi secara topikal dengan
menggunakan ekstrak etanol daun C.cujete pada mencit betina galur Swiss
merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan
acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel utama.
1) Variabel bebas : konsentrasi dari ektrak etanol Crescentia cujete
L.
2) Variabel tergantung : tebal edema kulit punggung mencit (mm)
b. Variabel pengacau.
1) Variabel pengacau terkendali
a) Subyek uji : mencit betina
b) Umur subyek uji : 2-3 bulan
c) Berat badan subyek uji : 20–30 g
d) Keadaan subyek uji : sehat
2) Variabel pengacau tidak terkendali : kondisi patofisiologis mencit
yang digunakan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2. Definisi operasional
a. Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai respon normal
terhadap trauma fisik, zat kimia berbahaya atau agen mikrobiologi.
Gejalanya meliputi rubor , kalor, dolor,tumor, dan function laesa. Dalam
hal ini, yang diamati berupa edema (bengkak).
b. Tebal edema merupakan tebal lipat kulit punggung mencit yang meningkat
dari tebal lipat kulit punggung normal setiap 1 jam selama 6 jam setelah
diinjeksikan karagenin 3% yang diukur dengan menggunakan jangka
sorong digital.
c. Daun C.cujete yang digunakan merupakan daun yang berwarna hijau
segar, tidak berlubang, serta tidak terdapat kotoran dari binatang kecil
yang didapat dari tanaman milik warga di Gg. Garuda No. 168,
Priwulung, Yogyakarta.
d. Ekstrak etanol daun C.cujete adalah ekstrak yang didapatkan dengan cara
mengekstraksi simplisia daun C.cujete seberat 15 g yang dilarutkan dalam
100 ml pelarut etanol 70% secara maserasi selama dua hari. Kemudian
dengan jumlah pelarut yang sama dilakukan remaserasi selama satu hari,
disaring dengan kertas saring dan diuapkan menggunakan oven hingga
menjadi ekstrak kental.
e. Konsentrasi ekstrak etanol daun C.cujete merupakan sejumlah berat
ekstrak kental daun C.cujete (g) dalam setiap bobot basis (g) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
digunakan, dengan satuan g/g (b/b). Konsentrasi ekstrak kental daun
C.cujete yang digunakan adalah 1,67; 2,5; dan 3,75 %.
f. Konsentrasi optimum adalah konsentrasi tertinggi dari ekstrak etanol daun
C.cujete yang menunjukkan efek antiinflamasi topikal yang dilihat dari %
penghambatan inflamasi yang berbeda bermakna dengan kelompok
kontrol negative dan kontrol Biocream®
g. Inflammation-associated edema atau tebal edema merupakan tebal lipat
kulit punggung mencit yang meningkat dibandingkan dengan tebal lipat
kulit punggung mencit normal setiap 1 jam selama 6 jam setelah
diinjeksikan karagenin 3% yang diukur dengan menggunakan jangka
sorong digital.
h. Efek antiinflamsi ekstrak etanol daun C.cujete adalah kemampuan ekstrak
etanol daun C.cujete untuk mengurangi edema pada kulit punggung mencit
akibat injeksi karagenin 3% secara subkutan.
i. Uji antiinflamasi adalah uji yang menggunakan mencit betina galur Swiss
sebagai hewan uji yang dibuat radang pada kulit punggung mencit dan
diukur ketebalan kulit punggungnya menggunakan jangka sorong digital
dan dibandingkan dengan perlakuan topikal ekstrak daun C.cujete.
j. Pemberian topikal adalah pemberian seri konsentrasi ekstrak etanol daun
C.cujete (1,67; 2,5; dan 3,75 %) dengan cara mengoleskannya pada kulit
punggung mencit yang telah dicukur rambutnya terlebih dahulu setelah
diinjeksikan dengan karagenin 3%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
k. Injeksi subkutan merupakan injeksi yang dilakukan pada jaringan di
bawah kulit pada punggung kulit yang sudah dicukur rambutnya terlebih
dahulu.
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Hewan uji pada penelitian ini mengunakan mencit betina galur Swiss yang
berumur sekitar 6 – 8 minggu (2-3 bulan) dengan bobot sekitar 20- 30 g
dalam kondisi yang sehat yang diperoleh dari Laboratorium Imunologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bahan uji yang digunakan adalah daun C.cujete yang dipanen pada bulan Juni
ketika musim kemarau dan diperoleh dari tanaman milik warga di Gg.
Garuda No. 168, Priwulung, Yogyakarta.
3. Inflamatogen yang digunakan adalah Karagenin tipe I (sigma Chemical co.)
yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Falkutas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Etanol 70% diperoleh dari PT. Brataco di Jl. Letjend Suprapto No. 70,
Ngampilan, Yogyakarta.
5. Larutan fisiologis NaCl 0,9% sebagai pelarut karagenin diperoleh dari
Laboratorium Biofarmasetika Falkutas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
6. Akuades diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Falkutas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
7. Biocream® sebagai basis krim diproduksi oleh Meck, diperoleh dari Apotek
K-24 di jalan Seturan Raya No.101 A., Catur Tunggal, Depok, Sleman,
Yogyakarta.
8. Hidrokortison Asetat®
cream sebagai kontrol positif yang mengandung
Hidrokortison Asetat 2,5% diproduksi oleh Galenium, diperoleh dari Apotek
K-24 di jalan Seturan Raya No.101 A., Catur Tunggal, Depok, Sleman,
Yogyakarta.
9. Veet®
cream sebagai perontok bulu diproduksi oleh Reckitt Benckiser,
diperoleh dari Alfamart Paingan Sleman.
D. Alat Penelitian dan Instrumen Penelitian
1. Alat ekstraksi :
a. Mesin penyerbuk
b. Ayakan no. 40
c. Oven
d. Alat-alat gelas seperti gelas beker, gelas ukur, Erlenmeyer, labu ukur,
batang pengaduk, cawan porselin, pipet tetes, dan gelas arloji.
2. Alat induksi dan pengukuran edema kulit punggung mencit dan lain-lain :
a. Gunting
b. Stopwach
c. Neraca analitik
d. Alat pencukur bulu mencit
e. Spuit injeksi 1 ml
f. Mortir dan stamper
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
g. Jangka sorong Digital Caliper “Wipro”
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri tanaman
majapait berdasarkan buku acuan menurut Steenis (1992).
2. Pengumpulan bahan
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain.
3. Pembuatan simplisia
Pembuatan simplisia daun C.cujete dilakukan dengan cara daun yang telah
dipanen dan telah dikumpulkan dicuci dengan menggunakan air mengalir
kemudian ditiriskan untuk meniadakan air pada daun. Selanjutnya, daun
majapait dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam agar
daun tidak terkena sinar matahari secara langsung. Daun majapait kemudian
dikeringkan kembali di dalam oven dengan suhu 30-500C hingga daun
benar-benar kering. Daun yang telah kering terlihat berwarna hijau
kecoklatan dan mudah dihancurkan. Selanjutnya daun yang telah kering
diserbuk menggunakan mesin penyerbuk di Laboratorium Farmakognosi-
Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Serbuk simplisia
yang didapatkan diayak kembali menggunakan ayakan ukuran 40 mesh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4. Pembuatan ekstrak etanol daun Crescentia cujete L.
Ekstrak etanol daun C.cujete diperoleh dengan mengambil 15 g serbuk
kering daun C.cujete kemudian direndam dalam 100 ml etanol 70% (Das,
2014) pada erlenmeyer bersumbat, selanjutnya dieskstraksi secara maserasi
selama dua hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk dan disaring.
Selama proses maserasi, dilakukan pengadukan menggunakan batang
pengaduk. Setelah 2 hari, didapatkan filtrat dengan cara memisahkan dari
endapannya kemudian ampasnya diremaserasi dengan dilarutkan kembali
dalam jumlah dan volume pelarut yang sama selama satu hari dan terlindung
dari cahaya, selanjutnya disaring untuk mendapatkan filtrat. Hasil dari filtrat
maserasi dan filtrat remaserasi disatukan dan dibiarkan selama satu hari
kemudian pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan oven hingga
didapatkan ekstrak kental dengan bobot tetap.
5. Pembuatan krim ekstrak daun Crescentia cujete L.
Kontrol positif yang digunakan yaitu hidrokortison asetat dijadikan sebagai
dasar penentuan konsentrasi ekstrak etanol daun C.cujete. Hidrokortison
asetat 2,5% dijadikan sebagai konsentrasi tengah (konsentrasi kedua) untuk
sediaan krim ekstrak etanol daun C.cujete. Konsentrasi tengah sebesar 2,5%
ini dinaikan dan diturunkan masing-masing 1,5 kalinya sehingga didapatkan
tiga konsentrasi ekstrak etanol daun C.cujete dalam krim yaitu 1,67; 2,5 dan
3,75% b/b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Pembuatan krim ekstrak etanol daun C.cujete 1,67; 2,5 dan 3,75% dibuat
dengan menimbang ekstrak etanol daun C.cujete seberat 0,0835; 0,125; dan
0,1875 g kemudian dilarutkan dalam 5 g basis Biocream®.
6. Pembuatan konsentrasi karagenin
Karagenin 1,5; 2; dan 3 % dibuat dengan melarutkan masing-masing 0,375;
0,5; dan 0,75 g karagenin dalam sedikit NaCl fisiologis 0,9% dalam gelas
beaker kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, selanjutnya
ditambahkan NaCl Fisiologis 0,9% hingga tanda.
7. Orientasi pemberian karagenin
Mencit yang digunakan sebanyak 3 ekor. Mencit dibagi menjadi 3
kelompok berdasarkan konsentrasi karagenin, yaitu kelompok pemberian
karagenin 1,5, 2 dan 3 % dengan masing-masing volume pemberian 0,2 mL
secara subkutan. Sebelum diinjeksikan karagenin, kulit punggung mencit
dicukur terlebih dahulu. Kulit punggung mencit diukur sebelum pemberian
karagenin dan setelah pemberian karagenin setiap 1 jam selama 6 jam.
Edema pada kulit punggung mencit dari pemberian karagenin yang
mengalami peningkatan tebal kulit sebesar 2-3 kali dari tebal awal dipilih
sebagai konsentrasi penginduksi inflamasi.
8. Ethical clearance
Pengujian menggunakan hewan uji yaitu mencit betina galur Swiss dalam
penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari Medical and Health
Research Ethics Committee (MHREC) Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
9. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor mencit betina galur
Swis yang berumur sekitar 6-8 minggu (2-3 bulan) dengan bobot sekitar
20- 30 g. Kelompok perlakuan terdiri dari 6 kelompok (kelompok kontrol
negatif, kelompok kontrol Biocream®
, kelompok kontrol positif, kelompok
tiga seri konsentrasi ekstrak C.cujete, yaitu 1,67; 2,5 dan 3,75% b/b
(Kurniasih, 2014) yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit.
Hewan uji terlebih dahulu dicukur bulu punggungnya dengan gunting,
kemudian dioleskan Veet® untuk merontokkan bulu yang belum tercukur
sempurna. Kulit punggung yang telah tercukur bulunya dibiarkan selama 1
hari untuk menghindari adanya inflamasi yang disebkan oleh pencukuran
dan pemberian Veet®.
10. Pengujian ekstrak etanol daun Crescentia cujete L.
Sebanyak 30 ekor mencit betina dibagi secara acak menjadi 6 kelompok
perlakuan. Kelompok 1, yaitu kontrol negatif (karagenin), kelompok 2, yaitu
kontrol basis krim (Biocream®), kelompok 3, yaitu kontrol positif
(Hidrokortison Asetat® cream), kelompok 4,5, dan 6, yaitu kelompok krim
ekstrak etanol daun C.cujete dengan konsentrasi berturut-turut 1,67; 2,5; dan
3,75 % b/b. Sebelum diberi perlakuan, mencit-mencit tersebut dicukur bulu
pada punggungnya dengan Veet® dan dibiarkan selama 1 hari kemudian
diukur tebal lipat kulit punggung mencit sebelum diinjeksikan karagenin
3%. Kelompok 1 diinjeksikan karagenin 3% secara subkutan dan diukur
edema yang muncul dengan jangka sorong digital setiap 1 jam selama 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
jam. Kelompok 2, 3, 4, 5, dan 6, setelah diinjeksikan karagenin maka mencit
diolesi dengan dengan Biocream®, hidrokortison asetat, dan krim ekstrak
etanol daun C.cujete dengan konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75 % b/b. Masing-
masing dari ekstrak etanol daun C.cujete dengan tiga seri konsentarasi
(1,67; 2,5; dan 3,75 % b/b), Biocream®, dan krim hidrokortison asetat
dioleskan pada area suntikan karagenin dengan luas area 2,25 cm2
kemudian
diukur tebal lipatan kulit punggung mencit dengan jangka sorong digital
setiap 1 jam selama 6 jam untuk melihat penghambatan inflamasinya.
F. Tata Cara Analisis Hasil
1. Pengukuran tebal edema kulit punggung mencit
Analisis hasil dilakukan dengan mengukur ketebalan edema kulit
punggung mencit menggunakan jangka sorong digital.
2. Perhitungan AUC selisih tebal lipat kulit punggung mencit
Nilai selisih edema tiap jam diukur dan dihitung nilai AUC total masing-
masing perlakuan dengan rumus berikut :
𝐴𝑈𝐶0−6 = 𝑦𝑛−1 + 𝑦𝑛 𝑥𝑛 + 𝑥𝑛−1
6
0
Keterangan :
𝐴𝑈𝐶0−6 = area di bawah kurva dari jam ke-0 hingga jam ke-6 (mm.jam)
𝑦𝑛−1 = tebal lipatan kulit pada jam ke-(n-1) (mm)
𝑦𝑛 = tebal lipatan kulit pada jam ke-n (mm)
𝑥𝑛−1 = jam ke-(n-1) (jam)
(Ikawati, Supardjan, dan Asmara; 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
3. Pentuan persen (%) penghambatan inflamasi
Nilai persen penghambatan inflamasi dihitung dengan rumus berikut :
Penghambatan inflamasi (%)= 𝐴𝑈𝐶0−𝑥 0− 𝐴𝑈𝐶0−𝑛 𝑛
𝐴𝑈𝐶0−𝑥 0× 100%
Keterangan :
𝐴𝑈𝐶0−𝑥 0 = rata-rata AUC total kontrol negatif (mm.jam)
𝐴𝑈𝐶0−𝑛 𝑛 = nilai AUC total pada kelompok perlakuan replikasi ke(mm.jam)
(Ikawati, dkk; 2007).
4. Analisis hasil
Data yang diperoleh dianalisis dengan Shapiro-Wilk untuk melihat
distribusi data normal atau tidak. Apabila data terdistribusi dengan normal
maka dilanjutkan dengan analisis One-Way ANOVA dengan taraf kepercayaan
95% sedangkan apabila data tidak terdistribusi dengan normal akan dilanjutkan
dengan analisis Kruskall-Wallis. Analisis dilanjutkan dengan uji Post Hoc
dengan Scheffe test untuk data yang terdistribusi normal dan uji Mann-Whitney
untuk data yang terdistribusi tidak normal. Analisis ini untuk mengetahui
apakah perbedaan yang ditemukan berbeda bermakna atau berbeda tidak
bermakna. Apabila diperoleh dengan nilai p < 0,05 maka diartikan perbedaan
bermakna secara statistik dan jika diperoleh nilai p > 0,05 diartikan perbedaan
tersebut tidak bermakna secara statistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman
Bahan yang digunakan dalam penelitian efek antiinflamasi topikal ini
adalah serbuk daun C.cujete yang diperoleh dari tanaman milik warga di Gg.
Garuda No. 168, Priwulung, Yogyakarta. Tanaman C.cujete dideterminasi untuk
memastikan kebenaran tanaman yang akan digunakan dalam penelitian.
Determinasi tanaman yang dilakukan membutuhkan bagian tanaman majapait
berupa daun, batang, dan buah. Determinasi tanaman uji merupakan langkah awal
sebelum dilakukan penelitian.
Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi–Fitokimia
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan hasil determinasi yang
dilakukan maka dapat dipastikan bahwa spesies tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benar merupakan daun majapait dengan nama ilmiah
Crescentia cujete L. (Lampiran 4.)
B. Ekstraksi Etanol Daun Crescentia cujete L.
Daun majapait yang dipilih adalah daun yang masih segar dan berwarna
hijau, tidak berlubang, dan tidak ada binatang kecil atau kotorannya. Setelah
dipanen, daun majapait dikeringkan menggunakan oven pada suhu 30-500C. Daun
majapait yang sudah kering kemudian dibuat serbuk. Tujuan dilakukan pembuatan
serbuk adalah agar kontak antara permukaan serbuk dan pelarut lebih besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sehingga kandungan fitokimia yang terdapat dalam daun majapait dapat terekstrak
dengan mudah. Daun majapait diserbuk dengan mesin penyerbuk dan kemudian
diayak dengan ayakan nomor 40 mesh.
Ektrak etanol daun C.cujete diperoleh dari ekstraksi serbuk daun C.cujete
yang telah diayak. Proses ekstraksi yang digunakan adalah maserasi, yaitu dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Tujuan perendaman
simplisia ini adalah agar cairan penyari menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut dan
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan
di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam
sel (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986). Maserasi bertujuan untuk
menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan
pemanasan (Depkes RI, 2000). Dalam hal ini, kandungan fitokimia yang
terkandung dalam daun C.cujete tidak diketahui apakah tahan terhadap panas atau
tidak sehingga sudah tepat pemilihan metode maserasi pada tahap ekstraksi.
Selain itu, keuntungan lain dari maserasi adalah dalam pengerjaannya lebih
mudah, sederhana, dan peralatannya lebih murah (Badan POM RI, 2013). Serbuk
daun C.cujete ditimbang seberat 15 g dan direndam dalam 100 ml etanol 70% di
dalam 250 ml erlenmeyer bersumbat selama dua hari. Setelah dua hari, hasil
rendaman disaring dengan kertas saring dan ampas dari serbuk daun C.cujete
dilakukan remaserasi kembali dengan dilarutkan kembali dalam jumlah dan
volume pelarut yang sama selama satu hari kemudian disaring untuk mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
filtrat. Proses remaserasi yang dilakukan bertujuan agar senyawa-senyawa di
dalam sel yang masih tertinggal pada ampas serbuk dapat tertarik ke pelarut baru
yang ditambahkan karena kemungkinan pelarut pertama sudah jenuh oleh
senyawa sehingga tidak dapat melarutkan kembali senyawa-senyawa lainnya,
akibatnya dengan remaserasi ini maka senyawa yang tertarik akan lebih banyak
dan mempercepat proses ekstraksi. Hasil filtrat maserasi dan remaserasi disatukan
dan selanjutnya diuapkan di atas waterbath menggunakan cawan porselin pada
suhu 50-600C hingga bobotnya tetap sehingga didapatkan ekstrak kental. Hasil
ekstrak kental yang didapatkan yaitu seberat 2,2 g dengan nilai rendemen sebesar
14,67%. Ekstrak kental ini yang kemudian digunakan untuk pengujian
antiinflamasi dalam penelitian ini.
C. Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun C.cujete
Penelitian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun C.cujete pada mencit
betina galur Swiss ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun
C.cujete memiliki efek antiinflamasi topikal, mengetahui konsentrasi optimum
ekstrak etanol daun C.cujete yang menunjukkan efek antiinflamasi topikal, serta
mengetahui persen (%) penghambatan inflamasi ekstrak etanol daun C.cujete pada
mencit betina galur Swiss.
Metode pengukuran efek antiinflamasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Inflammation-assosiated edema (Vetriselvan, 2013) menggunakan
jangka sorong yang sebelumnya telah dilakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk
memastikam akurasi dan presissi alat tersebut. Prinsip dari metode ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mengukur tebal lipat kulit punggung mencit yang meningkat dari tebal lipat kulit
punggung normal setiap 1 jam selama 6 jam setelah diinjeksikan karagenin 3%
yang diukur menggunakan jangka sorong digital. Pengukuran dilakukan selama 6
jam karena pada penelitian ini digunakan karagenin 3% sebagai agen penginduksi
inflamasi, dimana injeksi karagenin akan menyebabkan terbentuknya edema dan
inflamasi secara cepat, yaitu mencapai maksimal 3-5 jam setelah pemberian
karagenin (Utami, 2011) sehingga diharapkan dengan pengamatan selama 6 jam
dapat menggambarkan reaksi inflamasi berupa edema yang terjadi akibat
karagenin. Sebelum diinjeksikan karagenin, hewan uji terlebih dahulu dicukur
bulu punggungnya menggunakan gunting kemudian dioleskan Veet®
untuk
merontokkan bulu yang belum tercukur sempurna. Kulit punggung yang telah
dicukur bulunya didiamkan selama satu hari untuk menghindari adanya inflamasi
yang disebabkan oleh pencukuran dan pemberian Veet®
sehingga edema yang
terjadi benar-benar dari reaksi karagenin. Adanya efek antiinflamasi topikal
ditandai dengan penurunan tebal lipat kulit punggung mencit dalam mengurangi
edema pada kulit punggung mencit setelah diinjeksikan karagenin 3% secara
subkutan setelah pemberian ekstrak etanol daun C.cujete secara topikal.
Pemberian ekstrak etanol daun C.cujete dilakukan secara topikal karena zat aktif
dari sediaan topikal akan diserap oleh vaskular kulit pada dermis dan hipodermis
sehingga akan cepat memberikan efek (Yanhendri dan Yenny, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
D. Uji Pendahuluan
Sebelum dilakukan uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun C.cujete,
dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu. Tujuan dari uji pendahuluan adalah
untuk validasi metode yang akan digunakan dalam penelitian efek antiinflamasi.
Uji pendahuluan yang dilakukan adalah orientasi konsentrasi optimal yang dapat
digunakan dalam penelitian ini. Tujuan dilakukan orientasi adalah agar setelah
dilakukan injeksi karagenin dengan konsentrasi optimal maka akan terjadi selisih
penebalan lipat kulit punggung sebesar dua hingga tiga kali dari tebal kulit normal
dan mampu mempertahankan ketebalannya hingga jam ke-6 (Santoso, 2014).
Konsentrasi karagenin yang digunakan untuk orientasi ini adalah 1,5, 2 dan 3%.
Hasil dari orientasi konsentrasi pemberian karagenin pada hewan uji berupa
edema yang terjadi pada punggung kulit mencit selama 6 jam dapat dilihat pada
gambar 5.
Gambar 5. Pengukuran edema setiap 1 jam hingga 6 jam dari berbagai
konsentrasi karagenin secara subkutan
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
0 1 2 3 4 5 6
Teb
al L
ipat
Ku
lit (
mm
)
Waktu Pengamatan (jam)
Karagenin 1,5%
Karagenin 2%
Karagenin 3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi karagenin 1,5%
yang diinjeksikan secara subkutan terjadi peningkatan tebal lipat kulit yang terjadi
tidak sampai setengah kali lipat dari tebal lipat kulit normalnya yaitu dari 0,35
mm menjadi 0,41 mm. Pada konsentrasi karagenin 2% secara subkutan terjadi
peningkatan tebal lipat kulit mencapai dua kali lipat dari tebal lipat kulit normal
yaitu dari 1,27 mm menjadi 2,94 mm. Walaupun konsentrasi 2% sudah
menunjukkan peningkatan edema mencapai 2 kali lipat dari tebal lipat kulit awal,
akan tetapi konsentrasi 2% tidak dapat mempertahankan peningkatan tebal lipat
kulit punggung mencit hingga jam ke-6 sehingga konsentrasi karagenin dinaikkan
menjadi 3%. Hasil kurva konsentrasi karagenin 3% secara subkutan menunjukkan
ketebalan lipat kulit yang mencapai lebih dari tiga kali lipat dari tebal lipat kulit
normal yaitu dari 0,75 mm menjadi 3,39 mm. Oleh karena itu, konsentrasi
karagenin 3% yang digunakan dalam penelitian ini karena konsentrasi karagenin
3% menunjukkan peningkatan ketebalan lipat kulit punggung mencit hingga 2-3
kalinya dari tebal lipat kulit awal dan mampu mempertahankan ketebalannya
hingga jam ke-6.
E. Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun C.cujete
Setelah melakukan orientasi terhadap konsentrasi karagenin, maka
dilakukan pengujian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun C.cujete terhadap
edema kulit punggung mencit. Ekstrak kental daun C.cujete yang diperoleh dari
hasil ekstraksi dibuat dalam bentuk krim. Efek antiinflamasi ekstrak etanol daun
C.cujete dapat diamati dari penurunan ketebalan lipat kulit punggung mencit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
setelah pemberian krim ekstrak etanol daun C.cujete secara topikal dengan
menggunakan tiga konsentrasi berturut-turut, yaitu konsentrasi 1,67; 2,5; dan
3,75%. Ekstrak daun C.cujete dibuat dalam bentuk krim agar dapat
mempermudah penentuan konsentrasi karena adanya perbedaan tingkat
konsentrasi serta pembuatan krim bertujuan agar lebih mudah ketika
mengaplikasikannya pada kulit punggung mencit. Tujuan pembuatan tiga
konsentrasi yang berbeda adalah untuk melihat pada konsentrasi berapa ekstrak
etanol daun C.cujete menunjukkan adanya efek antiinflamasi topikal yang paling
signifikan dalam penurunan tebal lipat kulit punggung mencit serta mengetahui
bagaimana perbandingan dari berbagai tingkat konsentrasi ekstrak etanol daun
C.cujete bila dibandingkan terhadap kontrol dalam penelitian ini. Apabila terdapat
efek antiinflamasi dari senyawa uji, maka akan terjadi penurunan tebal lipat kulit
yang signifikan hingga jam ke-6 dimana penurunan yang terjadi diharapkan
mendekati tebal lipat kulit normal.
Pada penelitian ini, mencit dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I
adalah kelompok kontrol negatif karagenin 3% sebagai zat penginduksi edema.
Kelompok II adalah kelompok Biocream® sebagai basis dalam pembuatan krim
ekstrak etanol daun C.cujete. Kelompok III adalah kelompok kontrol positif
Hidrokortison Asetat. Kelompok IV, V, dan VI merupakan kelompok perlakuan
ekstrak etanol daun C.cujete dengan masing-masing konsentrasi 1,67; 2,5; dan
3,75%. Masing-masing konsentrasi ekstrak etanol daun C.cujete dengan dosis
masing-masing 0,0835; 0,125; dan 0,1875 g dalam 5 g basis Biocream®
kemudian dioleskan pada bagian kulit punggung mencit yang sebelumnya telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
diinjeksikan karagenin 3%. Setelah dioleskan ekstrak etanol daun C.cujete dengan
berbagai tingkat konsentrasi, maka dibandingkan dengan kelompok kontrol pada
kelompok I, II, dan III. Pengukuran ketebalan lipat kulit punggung mencit
dilakukan setiap 1 jam selama 6 jam, dimana pengukuran dimulai dari jam ke-0
yaitu pengukuran kulit normal dari kulit punggung mencit sebelum diinjeksikan
karagenin. Hasil data yang ditampilkan berupa grafik rata-rata selisih tebal lipat
kulit punggung mencit terinduksi karagenin 3% dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Kurva rata-rata selisih tebal lipat kulit punggung mencit dari
waktu pengukuran 1 jam hingga 6 jam
Keterangan:
KN : Kontrol Negatif (karagenin 3%)
KP : Kontrol Positif (hidrokortison asetat 2,5%)
KB : Kontrol Biocream®
EEDCC1 : Ekstrak Etanol Daun C.cujete 1,67%
EEDCC2 : Ekstrak Etanol Daun C.cujete 2,5%
EEDCC3 : Ekstrak Etanol Daun C.cujete 3,75%
Pada tiap kelompok kontrol dan perlakuan, diinjeksikan karagenin 3%
secara subkutan setelah pengukuran tebal lipatan kulit normal kemudian dibiarkan
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
0 1 2 3 4 5 6
rata
-rat
a se
lisih
te
bal
lip
at k
ulit
(m
m)
waktu pengamatan (jam)
KN
KB
KP
EEDCC1
EEDCC2
EEDAM3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
selama 1 jam kemudian dilakukan pengukuran kembali 1 jam setelah pemberian
karagenin untuk memberi waktu agar karagenin dapat meresap dengan maksimal
pada bagian punggung mencit sehingga cairan pembentukan edema dapat
terakumulasi dengan optimal.
Gambar 6 memperlihatkan bahwa pada semua kelompok perlakuan
terjadi penebalan lipat kulit pada jam ke-1 setelah injeksi karagenin 3% secara
subkutan. Menurut Suralkar (2008) mekanisme pembentukan edema oleh
karagenin terbagi atas dua tahap. Tahap pertama yaitu disebabkan oleh pelepasan
histamin dan serotonin yang dimulai segera setelah diinduksi dan berkurang
setelah dua jam. Tahap kedua adalah karena pelepasan bradikinin dan
prostaglandin yang dimulai pada akhir tahap pertama dan bertahan pada jam
ketiga sampai jam kelima. Menurut Vinegar, dkk., (1976) dalam pembentukan
edema yang berperan adalah intermediet prostaglandin yang terbentuk melalui
biosintesa prostaglandin yang bereaksi dengan jaringan di sekitarnya dan
menyebabkan perubahan-perubahan pada pembuluh darah yang merupakan awal
mula terjadinya edema. Pada kurva terlihat bahwa pada kelompok kontrol negatif
terjadi peningkatan edema yang besar, dimana terjadi peningkatan tebal lipat kulit
sebesar tiga kali lipat dari tebal lipat kulit normal. Hal yang sama ditunjukkan
pada kelompok Biocream® yang menunjukkan peningkatan edema terbesar,
dimana terjadi peningkatan tebal lipat kulit sebesar empat kalinya dari tebal lipat
kulit normal. Pada kelompok kontrol positif yang mengandung Hidrokortison
Asetat 2,5% dan tiga seri konsentrasi ekstrak C.cujete menunjukkan kebalikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
bila dibandingkan kelompok Biocream® dan kelompok kontrol negatif, dimana
terlihat adanya penurunan tebal lipat kulit pada punggung mencit.
Setelah 6 jam pengukuran, tebal lipatan kulit punggung mencit pada
kelompok Biocream® belum kembali ke tebal lipat kulit normalnya. Kontrol
Biocream® sebagai basis krim ekstrak etanol daun C.cujete dilakukan untuk
mengetahui apakah Biocream® memiliki pengaruh terhadap efek antiinflamasi
atau tidak. Hal tersebut terlihat dari garis kurva kontrol Biocream® yang
menunjukkan adanya peningkatan tebal lipat kulit yang hampir mirip dengan garis
kurva untuk kontrol negatif. Pada penelitian ini, hidrokortison asetat 2,5% dipilih
sebagai kontrol positif karena hidrokortison asetat yang merupakan golongan
kortikosteroid memiliki mekanisme yang sama sebagai antiinflamasi bila
dibandingkan dengan flavonoid, yaitu senyawa aktif yang diduga bertanggung
jawab sebagai antiinflamasi dari ekstrak etanol daun C.cujete. Menurut Neal
(2005) kortikosteroid menghambat pembentukan mediator proinflamasi, seperti
prostaglandin, leukotrien, dan platelet activating faktor (PAF). Golongan obat ini
menghambat fosfolipase A2, enzim yang bertanggung jawab atas pembebasan
asam arakhidonat dari fosfolipid sehingga dapat mengurangi peradangan yang
terjadi. Sedangkan, menurut Parvin (2015) flavonoid bertindak sebagai
antiinflamasi dengan menghambat enzim fosfolipase A2 sehingga bisa
menghambat pelepasan mediator inflamasi. Oleh karena itu, hingga jam ke-6
dapat dilihat bahwa kelompok kontrol positif menunjukkan penurunan selisih
tebal lipat kulit yang mendekati kulit normal. Kelompok perlakuan ekstrak etanol
daun C.cujete konsentrasi 1,67% menunjukkan selisih tebal lipat kulit yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kecil dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Pada kelompok konsentrasi
2,5% cenderung lebih besar dari konsentrasi 1,67% dan 3,75% walaupun tidak
jauh berbeda dengan kontrol positif, akan tetapi kelompok konsentrasi 3,75%
memiliki selisih tebal lipat kulit yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
kontrol positif.
F. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun C.cujete
Pada pengujian efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun C.cujete
dilakukan analisa data lanjutan dengan cara menghitung rata-rata AUC total dari
masing-masing kelompok perlakuan terhadap kontrol. Rata-rata AUC total adalah
luas daerah di bawah kurva yang menunjukkan rata-rata selisih tebal lipat kulit
punggung mencit yang menunjukkan adanya edema dari jam ke-0 hingga jam ke-
6. Adanya efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun C.cujete ditunjukkan
dengan penurunan tebal lipat kulit yang berbeda secara signifikan terhadap
kontrol negatif maupun kontrol Biocream® yang ditunjukkan dengan semakin
kecilnya nilai rata-rata AUC total. Sebaliknya, semakin besar nilai rata-rata AUC
totalnya maka semakin kecil penurunan selisih tebal lipat kulitnya. Data AUC
yang diperoleh digunakan untuk menghitung % penghambatan inflamasi untuk
tiap kelompok perlakuan. Hasil rata-rata AUC total untuk masing-masing
kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel I di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel I. Nilai rata-rata AUC total masing-masing kelompok perlakuan
Kelompok
Rerata AUC total ± SE (mm.jam)
I 11,61 ± 2,50
II 17,15 ± 2,48
III 3,06 ± 0,26
IV 1,88 ± 0,2
V 3,49 ± 1,05
VI 2,46 ± 0,78
Keterangan:
I : Kontrol negatif (karagenin 3%)
II : Kontrol Biocream®
III : Kontrol positif (hidrokortison asetat 2,5%)
IV : Ekstrak etanol daun C.cujete 1,67%
V : Ekstrak etanol daun C.cujete 2,5%
VI : Ekstrak etanol daun C.cujete 3,75%
Hasil pengujian pada tabel I menunjukkan bahwa kelompok perlakuan
kontrol negatif (karagenin 3%) menghasilkan rerata AUC sebesar 11,61 ± 2,50
mm.jam dan pada kelompok perlakuan Biocream® menghasilkan rerata AUC
sebesar 17,15 ± 2,48 mm.jam. Kelompok kontrol negatif dan Biocream®
memiliki nilai rerata AUC yang paling besar dibandingkan dengan kelompok
lainnya. Hal tersebut menunjukkan terjadinya proses inflamasi dengan adanya
injeksi karagenin 3% secara subkutan, serta Biocream® sebagai basis untuk
ekstrak etanol daun C.cujete tidak memiliki kemampuan untuk menghambat
inflamasi yang ditimbulkan oleh karagenin 3%.
Perbedaan berbanding terbalik ditunjukkan pada kelompok kontrol
positif serta kelompok perlakuan ekstrak etanol daun C.cujete dengan masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
masing konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% yang memiliki nilai rerata AUC total
yang jauh lebih kecil bila dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kontrol
Biocream®. Adanya penurunan nilai AUC ini menunjukkan bahwa kelompok
kontrol positif dan kelompok ekstrak etanol daun C.cujete dengan masing-masing
konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% memiliki kemampuan menghambat inflamasi
karena dapat menurunkan edema yang terjadi karena injeksi karagenin 3% yang
perlu dibuktikan dengan perhitungan % persen penghambatan inflamasi.
Perhitungan % penghambatan inflamasi berdasarkan dari %
penghambatan inflamasi masing-masing kelompok perlakuan. Persen
penghambatan inflamasi menunjukkan seberapa besar kemampuan suatu senyawa
untuk menghambat proses inflamasi, dimana dalam penelitian ini dilihat dari
seberapa besar kemampuan ekstrak etanol daun C.cujete dalam mengurangi tebal
lipat kulit punggung mencit. Hasil % penghambatan inflamasi pada masing-
masing kelompok perlakuan kemudian dianalisis dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk untuk menentukan apakah data yang diolah terdistribusi normal
atau tidak. Berdasarkan hasil statistik uji Shapiro-Wilk diperoleh nilai p=0,000 (p
< 0,05) yang menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal. Pada penelitian
ini, karena distribusi data tidak normal maka dilanjutkan dengan analisis Kruskall-
Wallis. Hasil uji Kruskall-Wallis, diperoleh nilai p=0,001 (p < 0,05) yang
menunjukkan terdapat perbedaan antar kelompok perlakuan. Selanjutnya
dilanjutkan uji Mann-Whitney untuk mengetahui apakah perbedaan yang
ditemukan berbeda bermakna atau berbeda tidak bermakna. Rerata %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
penghambatan inflamasi pada setiap kelompok perlakuan beserta kontrol dapat
dilihat pada tabel II.
Tabel II. Rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi pada setiap
kelompok perlakuan beserta kontrol dengan hasil uji Mann-Whitney
Kelompok
Rerata %PI ± SE
I
II
III
IV
V
VI
I 0,00 ± 21,49
- TB B B B B
II -47,66 ± 21,35
TB - B B B B
III 73,68 ± 2,22
B B - B TB TB
IV 83,78 ± 1,74
B B B - TB TB
V 69,98 ± 9,03
B B TB TB - TB
VI 78,83 ± 6,70
B B TB TB TB -
Keterangan:
Kelompok I : Kelompok kontrol negatif (karagenin 3%)
Kelompok II : Kelompok kontrol Biocream®
Kelompok III : Kelompok kontrol positif (hidrokortison asetat 2,5%)
Kelompok IV : Kelompok ekstrak etanol daun C.cujete 1,67%
Kelompok V : Kelompok ekstrak etanol daun C.cujete 2,5%
Kelompok VI : Kelompok ekstrak etanol daun C.cujete 3,75%
SE : Standar eror
%PI : % penghambatan inflamasi
BB : Berbeda bermakna (p < 0,05)
TB : Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Pada tabel II dapat dilihat berdasarkan perhitungan persen efek anti
inflamasi, kelompok kontrol negatif menunjukkan persen penghambatan inflamasi
yang tidak bermakna secara statistik (p<0,05) dengan kontrol Biocream®. Rerata
persen penghambatan inflamasi pada masing-masing kelompok kontrol negatif
dan kontrol Biocream® adalah 0,00% dan -47,66%. Nilai persen penghambatan
inflamasi ≤ 0 menunjukkan bahwa kontrol negatif dan Biocream® tidak memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
pengaruh terhadap efek antiinflamasi baik dari ekstrak etanol daun C.cujete
maupun hidrokortison asetat.
Gambar 7. Diagram batang rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi
pada setiap kelompok perlakuan
Berdasarkan gambar 7 dan tabel II dapat dilihat bahwa kelompok kontrol
negatif menunjukkan perbedaan yang tidak berbeda bermakna terhadap kelompok
Biocream®, hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol negatif dan
Biocream® terjadi proses inflamasi karena tidak dapat menghambat inflamasi
berupa edema pada lipat kulit punggung mencit. Pada kelompok kontrol positif
yang mengandung hidrokortison asetat 2,5% dan pada kelompok perlakuan
ekstrak C.cujete dengan konsentrasi 1,67; 2,5; 3,75% menunjukkan perbedaan
yang berbeda bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan Biocream®,
dimana masing-masing persen penghambatan inflamasinya sebesar 73,68; 83,78;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
69,98; dan 78,83%. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif dan
kelompok ekstrak etanol daun C.cujete memiliki efek antiinflamasi.
Pada kelompok kontrol positif menunjukkan perbedaan yang tidak
berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol 2,5% dan 3,75%, sehingga
menunjukkan ekstrak 2,5% dan 3,75% memiliki efek penghambatan inflamasi
yang sebanding dengan kontrol positif. Kelompok kontrol positif menunjukkan
perbedaan yang berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol daun C.cujete
1,67%, hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif memiliki
kemampuan yang lebih kecil dalam menghambat inflamasi bila dibandingkan
dengan kelompok ekstrak etanol 1,67%.
Pada kelompok ekstrak etanol daun C.cujete dengan konsentrasi 1,67%
menunjukkan perbedaan yang tidak berbeda bermakna secara statistik (p>0,05)
terhadap kelompok ekstrak dengan konsentrasi 2,5% dan 3,75%, hal ini
menunjukkan bahwa pada kelompok ekstrak etanol daun maja dengan konsentrasi
1,67; 2,5; dan 3,75% memiliki efek antiinflamasi yang sebanding dalam
menghambat inflamasi, akan tetapi konsentrasi optimum dari ekstrak etanol daun
C.cujete dalam penenlitian ini sebesar 1,67% karena pada konsentrasi terkecil
dapat memberikan efek antiinflamasi yang paling besar.
Ekstrak daun C.cujete mengandung senyawa alkaloid, saponin, fenol, dan
flavonoid yang dapat memberikan efek antiinflamasi (Ugbabe, 2010). Flavonoid
berfungsi sebagai antiinflamasi melalui penghambatan pelepasan asam
arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari membran dengan jalan memblok jalur
siklooksigenase dan lipoksigenase, dimana penghambatan ini secara langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
juga menyebabkan penghambatan biosintesis eikosanoid dan leukotrien yang
merupakan produk akhir dari jalur COX dan lipooksigenase sehingga mediator
penyebab inflamasi tidak terbentuk (Hidayati, 2008). Penghambatan antiinflamasi
daun C.cujete dapat dilihat pada penelitian Sostales (2015) melaporkan bahwa
senyawa aktif yang terkandung pada daun C.cujete mampu menghambat ekspresi
COX-2 dan memperlihatkan adanya pengurangan sel-sel neutrofil pada daerah
terjadinya inflamasi setelah pemberian ekstrak etanol daun C.cujete, dimana pada
pemberian ekstrak etanol daun C.cujete dengan konsentrasi 2,5% dan 3,75%
menunjukkan hasil yang paling baik dalam menghambat ekspesi COX-2 dan
pengurangan sel-sel neutrofil di daerah inflamasi.
Flavonoid adalah salah satu senyawa yang bertanggung jawab sebagai
antiinflamasi pada ekstrak C.cujete dibuktikan berdasarkan penelitian Parvin,
dkk., (2015) yang melaporkan ditemukannya total komponen flavonoid (TFC)
sebesar 139,57 ± 3.75 mg QE/gm pada ekstrak etanol daun C.cujete, yang artinya
terdapat 139,57 mg kuersetin dalam tiap 1 g ekstrak etanol daun C.cujete. Pada
penelitian ini, ekstrak daun C.cujete menunjukkan adanya efek antiinflamasi yang
dibuktikan dengan penurunan tebal lipat kulit punggung mencit yang terinduksi
karagenin 3%, sehingga membuktikan bahwa daun C.cujete dapat dijadikan
sebagai alternatif pengobatan inflamasi yang diberikan secara topikal.
Penelitian ini merupakan penelitian skrining awal untuk menunjukkan
bahwa ekstrak etanol daun C.cujete memiliki efek antiinflamasi topikal.
Penelitian ini tidak menggunakan senyawa aktif tunggal sehingga senyawa aktif
lain yang terkandung dalam ekstrak etanol daun C.cujete dapat mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
hasil penelitian. Oleh karena itu, perlu adanya penelitiaan lebih lanjut untuk
mengetahui senyawa aktif yang bertanggung jawab dalam menunjukkan efek
antiinflamasi dari ekstrak etanol daun C.cujete.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak etanol daun C.cujete memiliki efek antiinflamasi topikal terhadap
mencit betina galur Swiss yang terinduksi karagenin 3% secara subkutan.
2. Konsentrasi optimum dari ekstrak etanol daun C.cujete yang memiliki efek
antiinfkamasi topikal terhadap mencit betina galur Swiss, yaitu sebesar 1,67%.
3. Persen penghambatan inflamasi ekstrak etanol daun C.cujete pada konsentrasi
1,67; 2,5; dan 3,75% secara berturut-turut, yaitu sebesar 83,78; 69,98; dan
78,83%.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang :
1. Senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak etanol daun C.cujete yang
bertanggung jawab terhadap efek antiinflamasi.
2. Pemeriksaan kualitatif terkait kandungan kimia yang ada di dalam ekstrak
etanol daun C.cujete seperti fenolik, tanin, dan flavonoid yang diduga
bertanggung jawab terhadap efek antiinflamasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, 2012, Classification for Kingdom Plantae Down to Species Crescentia
cujete L.,
http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=display&classid=C
RCU, diakses tanggal 10 November 2015.
Anonim b, 2014, Berenuk Mulai Obat, Usir Tikus, Hingga Biotanol,
http://alamendah.org/2014/03/01/berenuk-mulai-obat-usir-tikus-hingga-
bioetanol/comment-page-1/ , diakses tanggal 10 November 2015.
Ansel, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Edisi IV, UI-Press, Jakarta, pp. 608.
Ardhie, A.M., 2004, Dermatitisdan Peran Steroid dalam Penanganganannya, Vol
17, No.4, Dexa Media, Jakarta, pp. 5-6.
Badan POM RI, 2005, Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salah
satu Tahapan Penting Dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia, Vol 6,
No.4, Badan POM RI, Jakarta, pp. 5.
Badan POM RI, 2013, Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak,
Vol 2, Badan POM RI, Jakarta, pp. 10.
Baratawidjaja, K.G., dan Iris, R., 2010, Imunologi Dasar, Edisis IX, Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 259.
Brown, R.G., 2005, Dermatologi : Catatan Kuliah, diterjemahkan oleh Tony
Burns, Edisi VIII, Erlangga, Jakarta, pp. 2.
Das, N., Islam, M.E., Jahan, N., Islam, M.S., Khan, A., Islam, M.R., and Parvin,
M.S., 2014, Antioxidant activities of ethanol extracts and fractions of
Crescentia cujete Leaves and Stem Bark and the Involvement of Phenolic
Compound, BioMed Central, 14:45, pp. 1-9.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi
III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pp. 293-294.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 10-11.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, pp. 10-12.
Direktorat Badan Perbenihan Tanaman Hutan, 2012, Informasi Singkat Crescentia
cuyete L., No. 134, BPTH, Sulawesi, pp. 1-2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Fitriyani, A., Winarti, L., Muslichah, S., dan Nuri, 2011, Uji Antiinflamasi
Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada
Tikus Putih, Majalah Obat Tradisional, 16(1), 34-42.
Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, pp. 3,6.
Guenka, L.C., Gomes, R.C., Melo, V.L., Kitanishi, C.R.R., Pereira, P.S., Franca
S.C., Couto, L.B., and Beleboni R.O., 2008, Anti-inflammatory and Anti-
nociceptive Effects of Zeyheria montana (Bignoniaceae) Ethanol Extract,
Mem Inst Oswaldo Cruz, Vol. 103 (8), 768-772.
Hamdani, S., 2013, Maserasi, http://catatankimia.com/catatan/maserasi.html,
diakses pada tanggal 23 Maret 2015.
Hidayati, N.A., Listyawati, S., dan Setyawan, A.D., 2008,Kandungan Kimia dan
Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. Pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus L.) Jantan, Bioteknologi, 5(1), 10-17.
Ikawati, Z., Supardjan, A. M., dan Asmara, L. S., 2007, Pengaruh Senyawa
Heksagamavunon-1 (HGV-1) Terhadap Inflamasi Akut Akibat Reaksi
Anafilaksis Kutaneus Aktif Pada Tikus Wistar Jantan Terinduksi
Ovalbumin, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Jeyaratnam, J., Koh, D., 2010, Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja,
diterjemahkan oleh dr.Suryadi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
pp. 96-97.
Katzung, B.G., Masters, S.B., and Trevor, A.J., 2012, Farmakologi Dasar dan
Klinik, edisi XII, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 716.
Kee, J.L., and Hayes, E.R., 1996,Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan,
Edisi 5, diterjemahkan oleh Peter, A., Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp.
310, 382-383.
Krishen, P., 2006, Tress of Delhi, Dorling Kindersley, India, pp. 360.
Kumar, V., Abbas, A.K., and Fausto, N., 2005, Dasar Patologis Penyakit,
diterjemahkan oleh dr. Brahm U, Edisi VII, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, pp. 15-17, 51, 64, 70-72, 74-75.
Kurniasih, T.R., 2014, Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Umbi Bidara Upas
(Merremia mammosa Hall.f.) secara Topikal pada Mencit Betina Galur
Swiss Terinduksi Karagenin, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kusuma, A.M., Sulistyo, A.N., Susanti, dan Sabikis, 2014, Aktivitas Penghentian
Pendarahan Luar Ekstrak Etanol Daun Berenuk (Crescentia cujete L) secara
In-Vivo, Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, Vol 1, No.2,
2407-2354.
Latifah, F., dan Ranggono, R.I.S., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 11,26.
Marc, N.O., 2008, The Nutrive and Anti-nutrive Compositions of Calabash
Crescentia cujete, Journal of Food Technology, 6, 267-270.
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe,P.C., 2001, Farmakologi : Ulasan
Bergambar, Edisi II, Widya Medika, Jakarta, pp. 404-406.
Neal, M.J., 2005, At A Glance Farmakologi Medis, diterjemahkan oleh dr.
Juwalita Surapsari, edisi V, Erlangga, Jakarta, pp. 70-73.
Parvin, M.S., Das, N., Jahan, N., Akhter, M.A., Nahar, L., and Islam, M.E., 2015,
Evaluation of In Vitro Anti-Inflammatory and Antibacterial potential of
Crescentia cujete Leaves and Stem Bark, BioMed Central, 8:412, pp. 1-7.
Pearce, E.C., 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, pp. 291.
Pourmourad, F., Hosseinimehr, S.J., and Shahabimajd, N., 2006, Antioxidant
Activity, Phenol And Flavonoid Contents Of Some Selected Iranian
Medicinal Plants, African Joural of Biotechnology, Vol 5(11), 1142-1145.
Price,S.A. dan Wilson,L.M., 1984, Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit, diterjemahkan oleh Adji Dharma, Edisi II, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 33-34, 41-42.
Price, S.A., dan Wilson, L.N., 1992, Patophysiology, diterjemahkan oleh Peter
Anugrah, Edisi 4, Buku I, EGC, Jakarta, p. 36.
Priyanto, 2010, Farmakologi Dasar, edisi II, Lembaga Studi dan Konsultasi
Farmakologi, Jakarta, pp. 118-120.
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th
edition, Churchill Livingstone, London, pp. 231-237.
Rathee, P., Chaudhary, H., Rathee, S., Rathee, D., Kumar, V., and Kohli, K.,
2009, Mechanism of Action of Flavonoids as Anti-inflammatory Agents: A
Review, Inflammation and Allergy-Drug Targets, Vol 8, No.3, 229-235.
Ross, and Wilson , 2001, Anatomy and Physiology In Health and Ilness, 9th ed,
Churchill Livingstone, London, pp. 362-363.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Sander, M.A., 2003, Patologi Anatomi, Jiid I, Penerbit Universitas
Muhammadiyah, Malang, pp. 12-13.
Santoso. Y., I., K., 2014., Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kemangi
(Ocimum basilicum L.) Topikal pada Edema Punggung Mencit Betina Galur
Swiss Terinduksi Karagenin, Tesis, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Sitompul, Ratna, 2011, Kortikosteroid dalam Tata Laksana Uveitis: Mekanisme
Kerja, Aplikasi Klinis, dan Efek Samping, Vol 61, Journal of Indonesian
Medical Association, 265-9.
Sofia, D., 2005, Antioksidan dan Radikal Bebas, http://www.kompas.com, diakses
tanggal 30 Maret 2015.
Sostales, D., 2015, Uji Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Majapait
(Crescentia cujete L.) pada Mencit Terinduksi Karagenin, Tesis, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Steenis, C.G.J.V., 1992, Flora untuk Sekolah Indonesia, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, pp. 35-37, 49-57, 372-374.
Suralkar, A.A., Sarda, P.S., Ghaisas, M.M., Thakare, V., and Deshpande, A.D.,
2008, In-vivo Animal Models for Evaluation of Antiinflammatory Activity,
Vol 6, Article Review, Issue 2.
Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 36.
Tanu, Ian, 1972, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Gaya Baru, Jakarta, pp. 209.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, PT. Elek Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta, pp. 309-311.
Utami, E.T., Kuncoro, R.A., Hutami, I.R., Sari, F.T., dan Handajani,J., 2011, Efek
Antiinflamasi Ekstrak Daun Sembukan (Paederia scandens) pada Tikus
Wistar, Majalah Obat Tradisional, 16(2), 95-100.
Ugbabe, G.E., Ayodele, A.E., Ajoku, G.A., Kunle, O.F., Kolo, I., and Okogun,
J.I., 2010, Preliminary Phytochemical and Antimicrobial Analyses of the
Leaves of Nigerian Bignoniaceae Juss, Global Research Journals, Vol. 1
(1), pp. 1-5.
Vetriselvan, S., Subasini, U., Velmurugan, C., Muthuramu, T., Shankar, J., and
Revathy, 2013, Anti-inflamatory Activity of Cucumis sativus Seed in
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Carrageenan and Xyline Induced Edema Model Using Albino Wistar Rats,
International Journal of Biopharmaceutics, 4(1), 34-37.
Vinegar, R., Truax, J.F., and Selph, J.L., 1976, Quantitative Studies of The
Pathway to Acute Carrageenan Inflammation, Federation Proceedings,
35(13), 2447-56.
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assays,
second edition, Springer Vorlag Berlin Heidelberg, pp. 726-769.
Wasito, Hendri, 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu,
Yogyakarta, pp. 1, 11-12.
Wibowo, D.S., 2005, Anatomi Tubuh Indonesia, PT Grasindo, Jakarta, pp. 13.
Winarsi, Hery, 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas : Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan, Kanisius, Yogyakarta, pp. 15,20.
Wirakusumah, E.S., 2007, Jus Buah dan Sayuran, Penebar Swadaya, Jakarta,
pp.18.
Yanhendri dan Yenny, S.W., 2012, Berbagai Bentuk Sediaan Topikal Dalam
Dermatologi, Cermin Dunia Kedokteran-194, 39(6), pp. 423-430.
Youngson, R., 2005, Antioksidan : Manfaat Vitamin C dan E bagi Kesehatan,
Arcan, Jakarta, pp. 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 1. Serbuk daun C.cujete beserta ekstrak etanol C.cujete
Gambar 8. Serbuk daun C.cujete
Gambar 9. Ekstrak kental etanol daun C.cujete
Gambar 10. Ekstrak yang dilarutkan dalam basis Biocream
®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 2. Hewan uji yang digunakan beserta cara pengukuran edema
Gambar 11. Mencit betina galur Swiss
Gambar 12. Kulit punggung mencit setelah injeksi karagenin
Gambar 13. Cara pengukuran edema (tebal lipat kulit)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 3. Kontrol yang digunakan dalam penelitian, alat spuit injeksi,
beserta jangka sorong digital
Gambar 14. Karagenin sebagai kontrol negatif
Gambar 15. Hidrokortison asetat
® 2,5% sebagai kontrol positif
Gambar 16. Biocream
® (Basis ekstrak) sebagai kontrol Biocream
®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gambar 17. Alat spuit injeksi
Gambar 18. Jangka sorong digital
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 4. Surat determinasi tanaman Majapait (Crescentia cujete L.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 5. Data perhitungan AUC tebal lipat kulit punggung mencit
HASIL EDEMA KONTROL NEGATIF (KARAGENIN 3%)
Jam ke- Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
0 0 0 0 0 0
1 2,1 2,4 4,09 1,71 2,66
2 1,05 2,65 4,07 1,56 2,5
3 0,98 2,58 3,85 1,38 2,41
4 0,89 2,3 3,47 1,22 1,95
5 0,76 2,12 3,18 0,89 1,56
6 0,68 1,92 2,87 0,68 1,3
AUC 6,12 13,01 20,10 7,10 11,73
HASIL EDEMA KARAGENIN 3% + BIOCREAM
Jam ke- Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
0 0 0 0 0 0
1 4,1 4,04 4,51 2,41 3,47
2 3,91 3,9 4,4 2,01 2,58
3 3,73 3,44 4,29 1,88 1,71
4 3,66 3,35 4,11 1,85 1,67
5 3,4 3,29 3,97 1,81 1,55
6 3,1 3,2 3,9 1,73 1,44
AUC 20,35 19,62 23,23 10,83 11,70
HASIL EDEMA KONTROL POSITIF (KARAGENIN 3% +
HIDROKORTISON ASETAT 2,5%)
Jam ke- Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
0 0 0 0 0 0
1 0,7 1,07 0,67 0,93 0,79
2 0,55 0,88 0,56 0,85 0,69
3 0,37 0,76 0,52 0,58 0,55
4 0,32 0,46 0,48 0,53 0,51
5 0,24 0,43 0,43 0,45 0,45
6 0,09 0,17 0,21 0,2 0,31
AUC 2,23 3,69 2,77 3,44 3,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
HASIL EDEMA EEDCC 1,67 %
Jam ke- Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
0 0 0 0 0 0
1 0,74 0,39 0,53 0,41 0,65
2 0,36 0,28 0,45 0,35 0,52
3 0,33 0,25 0,4 0,3 0,48
4 0,31 0,24 0,32 0,19 0,37
5 0,24 0,15 0,28 0,14 0,29
6 0,19 0,13 0,2 0,12 0,24
AUC 2,08 1,38 2,08 1,45 2,43
HASIL EDEMA EEDCC 2,5 %
Jam ke- Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
0 0 0 0 0 0
1 1,24 0,3 1,65 0,27 1,82
2 0,67 0,27 1,44 0,25 1,35
3 0,56 0,22 0,79 0,22 1,24
4 0,48 0,18 0,76 0,15 0,72
5 0,42 0,15 0,69 0,12 0,63
6 0,39 0,14 0,64 0,1 0,39
AUC 3,57 1,19 5,65 1,06 5,96
HASIL EDEMA EEDCC 3,75 %
Jam ke- Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
0 0 0 0 0 0
1 0,6 0,27 1,26 0,67 0,5
2 0,56 0,2 1,17 0,56 0,47
3 0,19 0,12 0,95 0,41 0,41
4 0,14 0,06 0,84 0,32 0,35
5 0,13 0,05 0,77 0,22 0,34
6 0,12 0,05 0,73 0,21 0,32
AUC 1,68 0,73 5,36 2,29 2,23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 6. Hasil perhitungan Area Under Curve (AUC)
Case Processing Summary
Perlakuan
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
AUC kontrol Negatif 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kontrol Biocream 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kontrol Positif 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
EEDCC 1,67% 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
EEDCC 2,5% 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
EEDCC 3,75% 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Descriptives
Perlakuan Statistic Std. Error
AUC kontrol Negatif Mean 11.6120 2.49534
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 4.6838
Upper Bound 18.5402
5% Trimmed Mean 11.4456
Median 11.7300
Variance 31.134
Std. Deviation 5.57976
Minimum 6.12
Maximum 20.10
Range 13.98
Interquartile Range 9.94
Skewness .856 .913
Kurtosis .406 2.000
Kontrol Biocream Mean 17.1460 2.47944
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 10.2620
Upper Bound 24.0300
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
5% Trimmed Mean 17.1589
Median 19.6200
Variance 30.738
Std. Deviation 5.54419
Minimum 10.83
Maximum 23.23
Range 12.40
Interquartile Range 10.52
Skewness -.343 .913
Kurtosis -2.729 2.000
Kontrol Positif Mean 3.0560 .25713
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.3421
Upper Bound 3.7699
5% Trimmed Mean 3.0667
Median 3.1500
Variance .331
Std. Deviation .57496
Minimum 2.23
Maximum 3.69
Range 1.46
Interquartile Range 1.06
Skewness -.602 .913
Kurtosis -.501 2.000
EEDCC 1,67% Mean 1.8840 .20215
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.3227
Upper Bound 2.4453
5% Trimmed Mean 1.8817
Median 2.0800
Variance .204
Std. Deviation .45203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Minimum 1.38
Maximum 2.43
Range 1.05
Interquartile Range .84
Skewness -.144 .913
Kurtosis -2.257 2.000
EEDCC 2,5% Mean 3.4860 1.04804
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .5762
Upper Bound 6.3958
5% Trimmed Mean 3.4833
Median 3.5700
Variance 5.492
Std. Deviation 2.34349
Minimum 1.06
Maximum 5.96
Range 4.90
Interquartile Range 4.68
Skewness -.036 .913
Kurtosis -2.951 2.000
EEDCC 3,75% Mean 2.4580 .77760
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .2991
Upper Bound 4.6169
5% Trimmed Mean 2.3928
Median 2.2300
Variance 3.023
Std. Deviation 1.73876
Minimum .73
Maximum 5.36
Range 4.63
Interquartile Range 2.62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Skewness 1.490 .913
Kurtosis 2.969 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 7. Data perhitungan persen penghambatan inflamasi (%PI)
Kontrol Negatif (Karagenin 3%)
Mencit AUC K.Negatif Nilai AUC %PI
1 11,612 6,12 47,30
2 11,612 13,01 -12,04
3 11,612 20,1 -73,10
4 11,612 7,1 38,86
5 11,612 11,73 -1,02
Kontrol Biocream®
Mencit AUC K.Negatif Nilai AUC %PI
1 11,612 20,35 -75,25
2 11,612 19,62 -68,96
3 11,612 23,23 -100,05
4 11,612 10,83 6,73
5 11,612 11,7 -0,76
Kontrol Positif (Hidrokortison Asetat 2,5%)
Mencit AUC K.Negatif Nilai AUC %PI
1 11,612 2,23 80,80
2 11,612 3,69 68,22
3 11,612 2,77 76,15
4 11,612 3,44 70,38
5 11,612 3,15 72,87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Kontrol EEDCC 1,67%
Mencit AUC K.Negatif Nilai AUC %PI
1 11,612 2,08 82,09
2 11,612 1,38 88,12
3 11,612 2,08 82,09
4 11,612 1,45 87,51
5 11,612 2,43 79,07
Kontrol EEDCC 2,5%
Mencit AUC K.Negatif Nilai AUC %PI
1 11,612 3,57 69,26
2 11,612 1,19 89,75
3 11,612 5,65 51,34
4 11,612 1,06 90,87
5 11,612 5,96 48,67
Kontrol EEDCC 3,75%
Mencit AUC K.Negatif Nilai AUC %PI
1 11,612 1,68 85,53
2 11,612 0,73 93,71
3 11,612 5,36 53,84
4 11,612 2,29 80,28
5 11,612 2,23 80,80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 8. Perhitungan persen (%) penghambatan inflamasi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PersenPI 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
PersenPI Mean 43.1020 10.41982
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 21.7911
Upper Bound 64.4129
5% Trimmed Mean 47.8367
Median 69.8200
Variance 3.257E3
Std. Deviation 5.70717E1
Minimum -100.05
Maximum 93.71
Range 193.76
Interquartile Range 77.23
Skewness -1.375 .427
Kurtosis .733 .833
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 9. Hasil uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PersenPI .237 30 .000 .781 30 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PersenPI kontrol negatif .201 5 .200* .922 5 .546
kontrol biocream .272 5 .200* .868 5 .258
kontrol positif .165 5 .200* .969 5 .871
EEDCC 1,67% .267 5 .200* .884 5 .329
EEDCC 2,5% .236 5 .200* .855 5 .210
EEDCC 3,75% .339 5 .062 .860 5 .227
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Case Processing Summary
Perlakuan
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PersenPI kontrol negatif 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
kontrol biocream 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
kontrol positif 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
EEDCC 1,67% 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
EEDCC 2,5% 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
EEDCC 3,75% 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 10. Hasil perhitungan rata-rata persen penghambatan inflamasi
(%PI) pada masing-masing kelompok perlakuan
Descriptives
Perlakuan Statistic Std. Error
PersenPI kontrol negatif Mean .0000 21.49070
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -59.6677
Upper Bound 59.6677
5% Trimmed Mean 1.4333
Median -1.0200
Variance 2.309E3
Std. Deviation 4.80547E1
Minimum -73.10
Maximum 47.30
Range 120.40
Interquartile Range 85.65
Skewness -.856 .913
Kurtosis .406 2.000
kontrol biocream Mean -47.6580 21.35122
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -1.0694E2
Upper Bound 11.6225
5% Trimmed Mean -47.7689
Median -68.9600
Variance 2.279E3
Std. Deviation 4.77428E1
Minimum -100.05
Maximum 6.73
Range 106.78
Interquartile Range 90.64
Skewness .343 .913
Kurtosis -2.729 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
kontrol positif Mean 73.6840 2.21532
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 67.5333
Upper Bound 79.8347
5% Trimmed Mean 73.5922
Median 72.8700
Variance 24.538
Std. Deviation 4.95361
Minimum 68.22
Maximum 80.80
Range 12.58
Interquartile Range 9.17
Skewness .602 .913
Kurtosis -.501 2.000
EEDCC 1,67% Mean 83.7760 1.74133
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 78.9413
Upper Bound 88.6107
5% Trimmed Mean 83.7961
Median 82.0900
Variance 15.161
Std. Deviation 3.89374
Minimum 79.07
Maximum 88.12
Range 9.05
Interquartile Range 7.23
Skewness .143 .913
Kurtosis -2.251 2.000
EEDCC 2,5% Mean 69.9780 9.02588
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 44.9181
Upper Bound 95.0379
5% Trimmed Mean 70.0011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Median 69.2600
Variance 407.332
Std. Deviation 2.01825E1
Minimum 48.67
Maximum 90.87
Range 42.20
Interquartile Range 40.30
Skewness .035 .913
Kurtosis -2.951 2.000
EEDCC 3,75% Mean 78.8320 6.69622
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 60.2403
Upper Bound 97.4237
5% Trimmed Mean 79.3939
Median 80.8000
Variance 224.197
Std. Deviation 1.49732E1
Minimum 53.84
Maximum 93.71
Range 39.87
Interquartile Range 22.56
Skewness -1.490 .913
Kurtosis 2.971 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 11. Hasil pengujian Kruskal-Wallis
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Perlakuan N Mean Rank
PersenPI kontrol negatif 5 6.60
kontrol biocream 5 4.40
kontrol positif 5 17.30
EEDCC 1,67% 5 23.80
EEDCC 2,5% 5 19.00
EEDCC 3,75% 5 21.90
Total 30
Test Statisticsa,b
PersenPI
Chi-Square 21.155
df 5
Asymp. Sig. .001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 12. Hasil pengujian Mann-Whitney
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
PersenPI 30 43.1020 57.07168 -100.05 93.71
Perlakuan 30 3.5000 1.73702 1.00 6.00
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol negatif 5 6.60 33.00
kontrol biocream 5 4.40 22.00
Total 10
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 22.000
Z -1.149
Asymp. Sig. (2-tailed) .251
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol negatif 5 3.00 15.00
kontrol positif 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol negatif 5 3.00 15.00
EEDCC 1,67% 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol negatif 5 3.00 15.00
EEDCC 2,5% 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol negatif 5 3.00 15.00
EEDCC 3,75% 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol biocream 5 3.00 15.00
kontrol positif 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol biocream 5 3.00 15.00
EEDCC 1,67% 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol biocream 5 3.00 15.00
EEDCC 2,5% 5 8.00 40.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol biocream 5 3.00 15.00
EEDCC 3,75% 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol positif 5 3.20 16.00
EEDCC 1,67% 5 7.80 39.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 16.000
Z -2.410
Asymp. Sig. (2-tailed) .016
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol positif 5 5.80 29.00
EEDCC 2,5% 5 5.20 26.00
Total 10
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U 11.000
Wilcoxon W 26.000
Z -.313
Asymp. Sig. (2-tailed) .754
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI kontrol positif 5 4.30 21.50
EEDCC 3,75% 5 6.70 33.50
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U 6.500
Wilcoxon W 21.500
Z -1.257
Asymp. Sig. (2-tailed) .209
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI EEDCC 1,67% 5 6.00 30.00
EEDCC 2,5% 5 5.00 25.00
Total 10
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.524
Asymp. Sig. (2-tailed) .600
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI EEDCC 1,67% 5 6.00 30.00
EEDCC 3,75% 5 5.00 25.00
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.524
Asymp. Sig. (2-tailed) .600
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks
PersenPI EEDCC 2,5% 5 4.80 24.00
EEDCC 3,75% 5 6.20 31.00
Total 10
Test Statisticsb
PersenPI
Mann-Whitney U 9.000
Wilcoxon W 24.000
Z -.731
Asymp. Sig. (2-tailed) .465
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 13. Surat Ethical Clirens
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul : “Uji Efek
Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun
Majapait (Crescentia cujete L.) pada Edema Kulit
Punggung Mencit Galur Swiss Terinduksi
Karagenin” bernama lengkap Monika Febrianti,
dilahirkan di Pontianak pada tanggal 14 Febuari
1994 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Antonius Pawi dan Elisabet.
Penulis menempuh pendidikan di TK
hingga SMA di Pontianak, Kalimantan Barat, yaitu
TK Suster (2000-2001), SD Suster (2001-2007),
SMP Suster (2007-2010), SMA N 3 (2010-2012),
kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
(2012-2016).
Semasa kuliah, penulis aktif dalam kepanitiaan, baik dalam fakultas maupun di
luar fakultas. Penulis pernah menjadi Divisi Acara Desa Mitra 2012, Divisi
keamanan Pagelaran Seni Tangkuban Perahu 2012, Divisi Dana Usaha Bulan
Budaya 2013, dan anggota kelompok Program Kreativitas Mahasiswa bidang
Pengabdian Masyarakat yang lolos dibiayai DIKTI pada tahun 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended