View
34
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Pharmacokinetics & Pharmacodynamics :
Principle of ANTIBIOTICS DOSING
on CRITICAL CARE
KONKER PDPI XVI – 2019, Kamis 12 Sept 2019, Jam : 13.15 -14.00
M.DOEWES Fak. Kedokteran UNS - Surakarta
Dalam Klinis….., Farmakokinetik & Farmakodinamik
merupakan satu kesatuan dan dikenal sebagai : PK/PD
Pharmacokinetic/Pharmacodynamic
Farmakokinetik cabang ilmu dari Farmakologi yang mempelajari tentang :
Perjalanan obat, sejak mulai diminum hingga keluar dari tubuh melalui organ ekskresi.
Perjalanan obat di mulai dari penyerapan (Absorpsi) tersebar ke jaringan tubuh melalui darah (Distribusi) selanjutnya dimetabolisir organ-2 tertentu terutama Hati
(Biotransformasi), lalu sisa atau hasil metabolisme dikeluarkan dari tubuh dengan Ekskresi/Eliminiasi
dan selanjutnya disingkat menjadi ADME. Apa yg tubuh lakukan pd Obat, atau Apa yg terjadi pd Obat di dalam Tubuh.
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Subdisiplin Farmakologi yg mempelajari Efek Biokimiawi & Fisiologi Obat
serta Mekanisme Kerjanya. Pengertian Farmakodinamika
Ilmu yang mempelajari Efek Obat terhadap Fisiologi & Biokimia serta Mekanisme Kerja Obat.
NOR EPINEFRIN
FENIL ALANIN TIROSIN DOPA DOPAMIN
?
10 – 20 %
5 %
VMA
MAO COMT 15 %
MAO
60 – 70 %
DI BLOCK :
“KOKAIN”
Apa yang obat lakukan pada Tubuh.
ANTIBIOTIK Apa yg obat lakukan pada Kuman
Optimalisasi Terapi Antimikroba dengan menggunakan prinsip-prinsip
FARMAKOKINETIK & FARMAKODINAMIK
1.Memilih AB yg sesuai/cocok. 2.Menentukan cara pemberian AB.
3.Mempertimbangkan kondisi khusus yg mempengaruhi kinerja AB
Tujuan Klinis pemberian AB Membunuh Kuman
Cara AB membunuh Kuman : AB menghambat/mengganggu Kuman dalam
proses metabolisme Siklus Hidup dan Multiplikasinya
Daya bunuh Kuman Bakteriostatik & Bakterisid
Bagaimana cara AB membunuh Kuman
*AB harus memiliki Konsentrasi yg Optimal di daerah infeksi. *AB harus berada didaerah infeksi dlm waktu yg cukup lama.
Untuk dapat membunuh kuman Kadar AB dalam Darah atau Jaringan
setidaknya mencapai kadar MIC
(Minimal Inhibitoric Concentration).
Post Antibiotic Effect (PAE) Supresi pertumbuhan kuman yang terjadi
setelah penghentian obat
Post Antibiotic Leucocyte Enhancement (peningkatan Lekosit Pasca Antibiotik)
Efek Lekosit terhadap Bakteri selama masa PAE in vivo.
Daya Bunuh Kuman 1. Concentrate Dependent Killing 2. Time Dependent Killling
Concentrate Dependent Killing Kelompok AB yg bila semakin tinggi Kadarnya di atas MIC
maka Daya Bunuh Kuman semakin Meningkat.
Daya Bunuh Kuman berdasarkan MIC
Bila kita ingin meningkatkan Daya Bunuh Kuman Dosis di-naikkan walau Frekuensi pemberian AB di-turunkan.
Dosis Gentamycine : 2 x 40 mg iv. Bila ingin mengoptimalkan Daya Bunuh Kuman,
maka dosis harus di rubah menjadi 1 x 80 mg. Memberikan dosis 3 x 40 mg (meningkatkan Frekuensi)
tidak akan meningkatkan Daya Bunuh Kuman.
Concentrate Dependent Killing
Termasuk dalam Kelompok AB ini adalah : * Aminoglikosida : Gentamisin, Amikasin, Tobramisin
* Daptomisin * Fluoroquinolones * Ketolides
Time Dependent Killing Semakin Lama Dosis berada di atas MIC
semakin baik Daya Bunuh Kuman, atau
semakin Lama/semakin Sering Time above MIC
Semakin baik Daya Bunuh Kuman.
Ceftazidime Vs P.Auroginosa Pemberian bolus Ceftazidime dosis tinggi 1 x sehari,
tidak menghasilkan Daya Bunuh Kuman yg optimal.
Pemberian bolus Dosis Sedang di-ikuti Dosis Intermitten
memberi Hasil yang Lebih Baik.
Bila kita ingin meningkatkan Daya Bunuh Kuman maka Pertahankan Konsentrasi selama mungkin
atau sesering mungkin berada diatas MIC,
mis : Dosis Cefotaxim 2 x 50 mg iv bila ingin meningkatkan Daya Bunuh Kuman,
maka Dosis harus dirubah menjadi : Cefotaxim 4 x 250 mg atau 3 x 500 mg.
Meningkatkan Cefotaxim 1 x 1000 mg atau 2 x 750 mg tidak akan meningkatkan Daya Bunuh Kuman.
Time Dependent Killing
Termasuk dlm kelompok AB Time Dependent Killing : Beta Laktam (Penicillin, Cefalosporin) Macrolides Clindamycine Azythromycine Tetracycline Glycopeptides Fluconazole
CARA AB MEMBUNUH KUMAN
AB harus dapat ber penetrasi ke daerah infeksi AB harus memiliki konsentrasi yang optimal di
daerah infeksi AB harus berada di daerah infeksi dalam waktu
yg cukup lama
Seftriakson
Ampicillin
FARMAKOKINETIK ANTIBIOTIKA
Absorbsi Absorbsi AB terjadi melalui oral atau intramuskular.
Kemampuan absorbsi di nilai dng Bioaviliabilitas obat yang merupakan Jumlah Dosis Obat (dalam %)
yg dapat mencapai sistem sirkulasi dari tempat masuknya obat ( oral atau im).
AB dng bioaviliabilitas tinggi (>90%) mrpk AB yg ideal dalam proses penggantian obat iv ke per-oral.
Metronidazol bioavilibilitas 100% Pasien tidak sadar Metronidazol iv dosis 3 x 250 mg.
Setelah pasien sadar dan dapat minum obat, maka pemberian Metrodiazol
dapat di ganti per oral dng dosis sama 3 x 250 mg, tanpa mengurangi kadar dalam serum.
Faktor-faktor pengganggu Absorbsi AB oral adalah :
AB dengan solubilitas rendah. Waktu pengosongan lambung memanjang. Waktu transit intestinal yg pendek. Instabilitas kimia dalam lambung. Ke tidak mampuan penetrasi melalui
dinding usus.
Distribusi Definisi : Perpindahan obat
dari satu bagian (compartement) ke bagian (compartemen) lain-nya,
Mis : Dari Compartement Vascular ke Jaringan Otot…
Umumnya, Proses Distribusi - melalui Pemb.Darah ke Jaringan/Organ.
Setelah obat ter-distribusi ke organ & jaringan, maka kadar obat dalam darah menurun,
sebanding dengan peningkatan kadar obat di Jaringan dan Organ.
Beberapa faktor berperan dalam distribusi obat, meliputi :
Aliran darah regional, Ukuran molekul, Ikatan dengan Protein Serum.
Distribusi
Ikatan obat dng Protein Plasma AB yg dpt mencapai Kadar Optimal di Jaringan
dan Efektif membunuh Kuman adalah
AB yang tidak terikat protein (AB Bebas). Ikatan dengan Protein Plasma bersifat Reversible,
dan dinyatakan dalam %. Dalam klinis, Ikatan dengan Protein ini
tidak menjadi masalah, kecuali bila Ikatan Protein > 95%
Distribusi
Peningkatan Ikatan Obat dengan Albumin Serum
1. Trauma, 2. Tindakan Pembedahan 3. Sakit
Menurunkan jumlah %-tage obat bebas
Untuk mencapai kadar > MIC, pertimbangkan : Tingkatkan DOSIS !!!
Distribusi
Penurunan Ikatan Obat dengan Albumin Serum
Metabolisme Di Hepar Bbrp AB mengalami metabolisme di hepar segera
setelah berada di dalam sistem sirkulasi Metabolisme ini umumnya melibatkan -
enzim redox Sitikrom P450
Hasil dari metabolisme ini disebut metabolit
Metabolit umumnya memiliki efektifitas lebih rendah dibanding obat sebelum metabolisme
Bbrp metabolit justru lebih aktif dari pada obat sebelum metabolisme
Antibiotika Inhibitor Inducer
Claritromycie Diltiazem Fenobarbital
Eritromisin Metronidazole Fenitoin
Itracomazole Isoniazid Rifampin
Ketokonazole
Dapson
Gangguan pada metabolisme di hati
AB dapat menghambat CYP450 isoenzim
Antibiotika Obat yang di hambat Metabolismenya
Eritromisin Teofilin, Feniton, Warfarin, Asetaminofen,
Siklosporin, Simvastatin, Cafein,
Metil prednisolon
INH Fenitoin, Warafin, Asetaminofen
Fluconazole Asetaminofen, Teofilin, Warafin
Metronidazole Fenitoin, Warafin, Chlorpropamide, Ibuprofen
AB dapat meningkatkan CYP450 isoenzim
Antibiotika Obat yang terangsang Metabolismenya
Rifampisin Carbapamicin, Deksametason, Metil
prednisolon, Prednison, Loratadin,
Midazolam, Diazepam, Obat Anti neoplasma
Penetrasi ke Jaringan Kemampuan AB dalam berpenetrasi
ke Jaringan sangat tergantung dari kondisi jaringan target dan sekitarnya
Satu macam obat bisa memiliki kemampuan berbeda dlm penetrasi di berbagai macam organ
Ekskresi/Eliminasi AB dan metabolitnya hrs di buang dari tubuh
melalui proses Ekskresi/Eliminasi. Kegagalan Ekskresi/Eliminasi akan -
menyebabkan penumpukan zat (AB) dan… dapat mengganggu metabolisme tubuh.
Ekskresi/Eliminasi terjadi melalui Ginjal/Urin dan Duct Biliaris/Feses.
Faktor-2 Ekskresi/Eliminasi yg mempengaruhi
PEMILAHAN ANTIBIOTIKA AB di Ekskresi tanpa mengalami perubahan, ditulis dalam %
menyatakan Rasio antara : Kadar di Urine/Feses dibanding Kadar dalam Serum.
AB yang di Ekskresi “un-change” di urine dengan % rendah
tidak tepat bila di gunakan untuk terapi ISK, mis : Kloramfenikol TIDAK untuk untuk ISK,
sebab Ekskresi/Eliminasi utama melalui duct. Bilier dan hanya sedikit di Ekskrei melalui Urine.
AB yang di Ekskresi melalui Duct bilier, ttp sudah mengalami perubahan (in-aktivasi)
tidak tepat digunakan utk terapi Kolesistitis.
Mis : Kloramfenikol, tidak untuk Kolesistitis, Kloramfenikol terutama di ekskresi
di duct biliaris, namun sudah berubah menjadi metabolit tidak aktif.
Rangkuman 1.Prinsip PK/PD penting dalam upaya meng-optimalkan penggunaan AB.
2. Pemilihan AB yg tepat pada bbrp kondisi tubuh, penting untuk mengoptimalkan -
penggunaan AB dan mencegah Toksisitas.
Recommended