View
223
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
1/22
DR. Heru Hendrayana - 2003
PENGELOLAAN CEKUNGAN AIR BAWAH TANAH
Dr. Heru Hendrayana
Geological Engineering Dept., Faculty of Engineering, Gadjah Mada University
Email : heruha@ugm.ac.id
Website : www.heruhendrayana.staff.ugm.ac,id Tahun : 2003
• PENDAHULUAN
Air bawah tanah merupakan sumber daya alam yang terbarukan (renewal
natural resources), dan memainkan peranan penting di dalam penyediaan pasokan
kebutuhan air bagi berbagai keperluan. Mengingat peranan air bawah tanah yangsemakin vital, maka pemanfaatan air bawah tanah harus juga memperhatikan
keseimbangan dan pelestarian sumber daya itu sendiri, atau dengan kata lain yang
sekarang populer, pemanfaatan air bawah tanah harus berwawasan lingkungan.
Air bawah tanah sebagai salah satu sumberdaya air, saat ini telah menjadi
permasalahan Nasional, sehingga mutlak dituntut perlunya langkah-langkah nyata untuk
memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan eksploitasi air bawah
tanah yang tidak terkontrol.
Pengelolaan air bawah tanah harus dilakukan secara bijaksana yang bertumpu
pada aspek hukum, yakni peraturan perundangan yang berlaku di bidang air bawah
tanah serta aspek teknis yang menyangkut pengetahuan keair bawah tanahan
(groundwater knowledge) suatu daerah.
Pengelolaan air bawah tanah dalam arti luas adalah segala upaya yang
mencakup inventarisasi, pengaturan pemanfaatan, perijinan, pengendalian serta
pengawasan dalam rangka konservasi air bawah tanah. Pengelolaan air bawah tanah
pada hakekatnya melibatkan banyak pihak dan harus dilakukan secara bijaksana
dengan mendasarkan aspek hukum dan aspek teknis. Pengelolaan air bawah tanah
harus didasarkan pada konsep pengelolaan cekungan air bawah tanah ( Groundwater
Basin Management ). Secara umum pengelolaan air bawah tanah yang berwawasan
lingkungan mencakup kegiatan untuk pelaksanaan konservasi air bawah tanah dan
pemantauan keseimbangan pemanfaatan air bawah tanah.
Pada saat ini pengelolaan air bawah tanah dan kegiatan konservasi air bawah
tanah telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, baik Instansi Pemerintah maupun
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
2/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 2
Swasta. Tetapi pada kenyataannya hasil pengelolaan maupun konservasi air bawah
tanah belum dapat mencapai sasaran dan masih relatif jauh dari titik optimal.
• PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DI INDONESIA
Pengelolaan air bawah tanah di Indonesia pada dasarnya bertumpu pada
aspek hukum dan aspek teknis. Aspek hukum merupakan peraturan dan perundangan
yang digunakan untuk melandasi upaya pengelolaan air bawah tanah, baik yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Peraturan dan
perundangan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebenarnya merupakan
pranata hukum yang bertindak sebagai ujung tombak pelaksanaan upaya pengelolaan
dan perlindungan air bawah tanah, dengan demikian peraturan daerah sangat
menentukan dalam pelaksanaan konservasi sumberdaya air bawah tanah. Karena
sifatnya demikian, maka sebaiknya peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah disesuaikan dan mengacu pada kondisi fisik sumberdaya air bawah
tanah yang ada di daerah tersebut. Aspek teknis pelaksanaan pengelolaan air bawah
tanah tidak mendasarkan pada batas administrasi suatu daerah, tetapi harus tetap
mengacu pada konfigurasi cekungan air bawah tanah dengan memperhatikan kondisi
batas hidrogeologi yang ada.
Pelaksanaan kebijakan pengelolaan air bawah tanah mencakup kegiatan
inventarisasi, peruntukan pemanfaatan, perijinan, pengendalian serta pemantauan
pengambilan air bawah tanah, yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya
keseimbangan pemanfaatan air bawah tanah dan konservasi air bawah tanah secara
optimal. Atas dasar pengertian tersebut di atas, maka visi Pengelolaan Air Bawah Tanah
adalah: KELESTARIAN KETERSEDIAAN AIR BAWAH TANAH DEMI KESINAMBUNGAN
PEMANFAATANNYA. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya Air Bawah Tanah
didasarkan atas:
• Sumber daya Air Bawah Tanah adalah karunia Tuhan yang terkandung di
dalam bumi Indonesia, dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat.
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
3/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 3
• Sumber daya Air Bawah Tanah mempunyai fungsi sosial. Pola pengaturan Air
Bawah Tanah didasarkan atas asas kemanfaatan, keseimbangan dan
kelestarian,
• Hak atas Air Bawah Tanah adalah semata-mata hak guna air, yakni hak untuk
memperoleh air bagi keperluan tertentu.• Air Bawah Tanah untuk keperluan air minum merupakan prioritas utama
diatas keperluan lain.
• Perlunya memperhatikan kondisi alam (hidrogeologi) termasuk yang diatas
permukaan (lahan) maupun di bawah permukaan (sub surface) tanah.
• Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Air Bawah
Tanah:
o Keterpihakan kepada masyarakat atau kepentingan yang lebih luas
yang tercermin pada prioritas peruntukannya
o Tuntutan kebutuhan PAD perlu diimbangi dengan peningkatan upaya
konservasi atau pelestarian Air Bawah Tanah dan pelayanan
kebutuhan masyarakat terhadap air bersih.
Sedangkan perwujudan kebijakan dalam pengelolaan air bawah tanah oleh
Menteri Pertambangan dan Energi, meliputi :
• Mengkoordinasi segala inventarisasi sumberdaya air bawah tanah dengan
memperhatikan kepentingan umum, departemen dan lembaga lain terkait
•
Mengatur peruntukan pemanfaatan air bawah tanah
• Melakukan pengendalian dan pemantauan pengambilan air bawah tanah
dalam rangka ijin pengambilan dan konservasi
• Mengelola data air bawah tanah sebagai sumber informasi air bawah tanah
• Memberi ijin usaha perusahaan pengeboran air bawah tanah
Sampai saat ini upaya pengelolaan air bawah tanah untuk menjamin
keberlanjutan pemanfaatan dan pelestarian air bawah tanah terus menerus diterapkan
di lapangan, baik yang mencakup aspek teknis maupun aspek hukum. Tetapi pada
kenyataannya, meskipun upaya pengelolaan air bawah tanah telah dilakukan oleh
semua unsur terkait, di lapangan masih menunjukkan adanya degradasi sumberdaya air
bawah tanah, baik kuantitas maupun kualitasnya, di samping terhadap lingkungan di
sekitarnya. Hal ini menunjukkan, bahwa pelaksanaan pengelolaan air bawah tanah
dalam rangka konservasi air bawah tanah belum berhasil secara optimal.
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
4/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 4
Seperti dijelaskan diatas, bahwa pada dasarnya pengelolaan air bawah tanah di
Indonesia bertumpu pada dua aspek, yaitu (1). Aspek hokum dan (2). Aspek Teknis.
Aspek Hukum
Peraturan dan perundangan yang melandasi upaya pengelolaan air bawah tanah
adalah:
• Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3. Di sini tersirat bahwa air yang
terkandung di dalam bumi perlu dikelola dan dilindungi agar dapat dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
• Undang-undang No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan, Peraturan Pemerintah No. 22
tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air, dan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun
1982 tentang Irigasi. Dalam peraturan dan perundangan ini, tersurat kewenangan
dan tanggungjawab pengurusan air bawah tanah ada pada Menteri yang
bertanggungjawab dalam bidang pertambangan.
• Undang-undang No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Di sini tersirat kehendak pengelolaan dan perlindungan
sumberdaya alam (termasuk air bawah tanah) sebagai salah satu komponen
lingkungan.
• Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi (Permen PE) Nomor 02.P/101/M.PE/1994
tentang Pengurusan administrasi Air bawah tanah. Peraturan ini merupakan landasan
kebijaksanaan pengelolaan air bawah tanah, sebagai perwujudan dari kewenangan
Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang pertambangan dalam pengurusan
administratif atas sumber air bawah tanah.
• Keputusan Direktur Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral No.
005.K/10/DDJG/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengurusan Administratif Air
bawah tanah.
• Keputusan Memteri Pertambangan dan Energi No. 390.K/008/M.PE/1995 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengeloaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan kegiatan Pengambilan Air bawah tanah, sebagaipelaksanaan dari Pedoman tersebut ditetapkan keputusan Dirjen Geologi dan
Sumberdaya Mineral No. 048.K/101/DDJG/1995 tentang Petunjuk Teknis.
• Dan beberapa pedoman yang telah dikeluarkan oleh Departemen dan Instansi
terkait pada tahun 2000 ke atas.
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
5/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 5
Disamping itu, dalam rangka perbantuan tugas pemerintah pusat dalam pengelolaan
air bawah tanah, di daerah-daerah telah ditetapkan Peraturan Daerah tentang Masalah
Pengelolaan Air bawah tanah.
Aspek TeknisKeterdapatan air bawah tanah tidak dibatasi oleh batas administratif suatu daerah,
sehingga pengelolaan air bawah tanah berdasarkan aspek teknis yang mengacu pada
cekungan air bawah tanah, yaitu suatu wilayah yang ditentukan oleh batasan-batasan
hidrogeologi, dimana semua proses hidraulika (pengisian, pengambilan, pengaliran)
berlangsung. Batasan-batasan teknis hidrogeologi tersebut meliputi : (1) waktu, (2)
jumlah, (3) ruang/wadah dan (4) kualitas
Waktu : dimaksudkan bahwa ketersediaan air bawah tanah dibatasi oleh dimensi waktu
yang menyangkut waktu pengaliran dan pembentukan air bawah tanah.
Ruang/wadah : tempat dimana air bawah tanah tersimpan, yaitu akuifer atau wadah
yang secara hidrogeologi memungkinkan menyimpan dan melepaskan air bawah
tanah dalam jumlah berarti, sehingga diperlukan pemahaman terhadap konfigurasi,
geometri, dan parameter akuifer di suatu cekungan untuk membantu menentukan
keterdapatan dan besaran sumberdaya air bawah tanah.
Jumlah : dengan mengetahui adanya batasan waktu dan ruang/wadah, maka jumlah
suatu sumberdaya air bawah tanah di suatu cekungan (1) dapat dihitung dan
diketahui dan (2) ditentukan skenario pemanfaatannya.
Kualitas : dengan analisis hidrokimia air bawah tanah dapat diketahui kesesuaian
peruntukannya : air minum, industri, pertanian.
Beberapa upaya pengelolaan air bawah tanah dari aspek teknis pada
pengendalian dampak negatif akibat pemompaan air bawah tanah secara berlebihan,
yaitu :
1. Penentuan Lokasi Pemompaan.
Mengingat keterdapatan lapisan pembawa air bawah tanah tidak merata, maka
penentuan lokasi pengambilan air bawah tanah sangat menentukan, agar sumberdaya
air bawah tanah dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Disamping itu, pengaruh
pengambilan air bawah tanah melalui sumur-sumur yang berdekatan akan
mengakibatkan penurunan muka air bawah tanah yang lebih besar, maka penentuan
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
6/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 6
lokasi dan jarak antar sumur, akan dapat mencegah pengaruh dampak negatif tersebut
di atas.
2. Pengaturan Kedalaman Penyadapan
Suatu daerah sering mempunyai akuifer berlapis banyak ( multi layer aquifer ).
Kondisi yang demikian sangat memungkinkan untuk dilakukan pengaturan kedalaman
penyadapan pada lapisan akuifer tertentu. Dengan pengaturan kedalaman
penyadapan dapat dihindari terjadinya eksploitasi air bawah tanah yang terkonsentrasi
hanya pada satu lapisan akuifer tertentu, yang dampaknya tentu berbeda dengan
penyadapan yang dilakukan pada beberapa lapisan akuifer. Peruntukan air bawah
tanah untuk berbagai keperluan, diatur dengan mengambil air bawah tanah dari
berbagai kedalaman yang berbeda. Namun pada dasarnya pengaturan kedalaman
penyadapan air bawah tanah tetap mengacu pada prioritas peruntukan air bawah
tanah, di mana air minum merupakan prioritas utama.
3. Pembatasan Debit Pemompaan
Pembatasan besarnya air bawah tanah yang disadap, bertujuan agar
penurunan muka air bawah tanah dapat dibatasi pada kedudukan yang aman.
Pengertian aman mempunyai arti dapat mencegah terjadinya intrusi air laut pada
pengambilan air bawah tanah di daerah pantai, maupun kemungkinan terjadinya
amblesan, serta untuk menyesuaikan dengan cadangan air bawah tanah yang
tersedia. Namun konsekuensi dari pembatasan ini adalah, harus dapat disediakan
sumber-sumber pasokan air yang lain, misalnya dari air permukaan. Kondisi hidrogeologi
suatu daerah sangat menentukan besar cadangan dan kualitas air bawah tanah,
sehingga berapa batas yang aman jumlah debit pengambilan air bawah tanah, sangat
berbeda dari suatu daerah ke daerah yang lain. Tetapi secara kualitatif dapat
ditentukan, bahwa jumlah pengambilan air bawah tanah hendaknya tidak melebihi
jumlah imbuhan air bawah tanah.
4. Penambahan ImbuhanBerdasarkan pada daur hidrologi, sumber utama air bawah tanah adalah
berasal dari air hujan. Indonesia yang beriklim tropis basah, umumnya mempunyai
curah hujan yang relatif tinggi, lebih dari 1000 mm/tahun, dengan hari hujan yang relatif
panjang. Kondisi ini sangat menguntungkan dalam imbuhan air bawah tanah secara
alami, di mana pada saat musim hujan terjadi pengisian dan penggantian dari defisit
air bawah tanah yang terjadi pada musim kemarau. Dengan demikian akuifer akan
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
7/22
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
8/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 8
• Terlalu banyak Lembaga/Instansi yang terlibat pada penanganan air bawah tanah,
merasa bertanggungjawab terhadap air bawah tanah, merasa membidangi dan
membawahi air bawah tanah,
• Instansi/Lembaga yang sebenarnya bertanggungjawab membidangi dan
membawahi bidang air bawah tanah belum melakukan koordinasi optimal denganLembaga lain terkait
• Pola kerja dan kinerja Lembaga/Instansi terkait belum optimal, penelitian air bawah
tanah belum terkoordinasi dengan baik, banyak terjadi duplikasi dan hasil penelitian
yang tersebar di berbagai tempat
• Data dan informasi yang ada kurang informatif dan tidak seragam dalam format,
belum tersusunnya standart sistem informasi air bawah tanah
• Konsep pengelolaan dan konservasi air bawah tanah tidak didasarkan pada konsep
pengelolaan cekungan air bawah tanah, tetapi lebih mendasarkan pada
pengelolaan sumur (well management) dan juga mendasarkan pada batas
administrasi
• Pada pelaksanaan pengelolaan dan konservasi air bawah tanah banyak yang
mengesampingkan konsep-konsep dasar hidrologi, geologi dan hidrogeologi
• Masih terbatasnya pengetahuan masyarakat awam terhadap air bawah tanah
• Belum meratanya kemampuan sumberdaya manusia yang menangani
permasalahan air bawah tanah
• Kurangnya penegakan hukum di bidang air bawah tanah
Sedangkan secara global permasalahan pada sumberdaya air dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
a.
Terjadinya peningkatan kebutuhan air baku di segala bidang
b.
Terjadinya degradasi kuantitas dan kualitas air
c.
Terjadinya konflik antar pengguna air
d.
Ketidakefektifan peraturan perundangan tentang sumberdaya air dan rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap kepatuhan hukum
e.
Terbatasnya dana Pemerintah maupun Swasta untuk mendukung pada
pengelolaan sumberdaya air
f.
Belum terintegrasinya program antar sector pada pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya air, dan masih adanya gejala ego-sektoral
g.
Lemahnya kinerja organisasi/lembaga terkait pada pengelolaan sumberdaya air
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
9/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 9
Demikian juga adanya perubahan paradigma yang pada akhirnya berpengaruh
pada penentuan kebijakan dan proses pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air,
antara lain :
• Perubahan fungsi status air dari Komoditas Sosial menjadi Komoditas Sosial-
Komersial• Pergeseran peran Pemerintah sebagai Provider menjadi Enabler.
• Perubahan sistem pemerintahan dari Sentralisasi menjadi Desentralisasi.
• Perubahan pola pengelolaan dan pengembangan sumberdaya air dari
Government Centrist menjadi Private-Public Participation.
• Perubahan pelayanan pemerintah dari birocrative-normative menjadi
responsive-flexible
• Perubahan sistem kebijakan Pemerintah dari top-down menjadi bottom-up
Adapun kendala non teknis yang sangat berpengaruh pada pelaksanaan
pengelolaan sumberdaya air, antara lain :
• Masyarakat belum concern terhadap keberadaan sumberdaya air, baik
kuantitas, kualitas dan kontinuitas
• Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap air sebagai standart komoditas
hidup sehat
• Masyarakat belum menyadari dan mempertimbangkan air sebagai investasi
kesehatan atau komoditas sehat
•
Masyarakat menganggap air sebagai komoditas bebas, kurang menyadari
air sebagai public property ( bahkan saat ini air telah menjadi komoditas
ekonomis dan strategis)
• Masyarakat menganggap saat ini yang terjadi adalah krisis air, tetapi
sebenarnya yang terjadi adalah krisis manajemen air
• Masyarakat tidak menyadari bahwa dimasa datang masalah kualitas air
menjadi permasalahan yang lebih komplek dari pada masalah kuantitas air
Banyaknya permasalahan dan kendala yang masih ada, baik yang bersifat teknis
maupun non teknis sangat berpengaruh pada hasil pelaksanaan pengelolaan air
bawah tanah dan konservasinya.
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
10/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 10
• KONSEP MANAJEMEN AIR BAWAH TANAH
Kebutuhan Konsep Manajemen
Sebagai alat bantu utama pada penentuan kebijakan pada proses pengelolaansumberdaya air, maka diperlukan pemahaman konsep dasar pengelolaan sumberdaya
air. Konsep pengelolaan sumberdaya air harus dibedakan menjadi dua konsep
pendekatan manajemen pada dua macam sumberdaya air, yaitu : (1) Pengelolaan Air
Permukaan, dan (2) Pengelolaan Air Bawah Tanah. Namum demikian implementasi
kedua konsep pengelolaan sumberdaya air tersebut harus terintegrasi pada satu
kebijakan dan dilaksanakan secara simultan.
Pengelolaan air permukaan didasarkan pada pemahaman Daerah Aliran
Sungai, dengan konsep : “One River - One Plan – One Management”. Sedangkan
pengelolaan air bawah tanah didasarkan pada pemahaman Cekungan Air Bawah
Tanah, yaitu dengan mendasarkan pada konsep sistem aliran air bawah tanah, yang
dibedakan menjadi (1) sistem aliran airbawah tanah regional, (2) intermediate dan (3)
sistem aliran air bawah tanah lokal atau artificial groundwater flow system.
Sinkronisasi konsep pengelolaan air permukaan dan pengelolaan air bawah
tanah tersebut di atas harus diimplementasikan secara benar dengan melibatkan
berbagai pihak terkait dengan dukungan komitmen para pemegang kebijakan.
Pengelolaan air bawah tanah berbasis cekungan air bawah tanah sampai saat
ini masih merupakan aktivitas atau kegiatan berorientasi proyek, dan implementasinya
belum mendasarkan pada konsep yang benar.
Kenyataan tersebut di atas mendorong perlu segera diwujudkannya pendekatan
konsep untuk pengelolaan air bawah tanah secara menyeluruh (total groundwater basin
management ).
Tahapan pada Konsep Manajemen
Implementasi pengelolaan sumberdaya air bawah tanah perlu didahului oleh
beberapa kegiatan awal, yaitu : (1) penentuan daerah/basin yang akan dikelola, (2)
penyusunan sistem informasi dan data base dan (3) evaluasi data yang tersedia.
Disamping itu perlu adanya dukungan komitmen semua pihak terkait pada pelaksanaan
pengelolaannya.
Penyusunan data base dan sistem informasi pada daerah yang akan dikelola
dilaksanakan melalui pengumpulan data primer maupun data sekunder, termasuk di
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
11/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 11
dalamnya aspek legal, manajerial dan aspek teknis. Melalui evaluasi ketiga aspek
tersebut, selanjutnya ditentukan variabel utama atau parameter-parameter yang
digunakan pada proses commitment building dari semua pihak terkait.
Hasil yang didapatkan pada proses commitment building tersebut digunakan
untuk menyusun kebijakan yang dimanifestasikan pada item-item tujuan dan target yang diharapkan dari pelaksanaan pengelolaan. Bersamaan dengan proses tersebut
diperlukan pembentukan kelembagaan / organisasi sesuai peraturan perundangan
yang berlaku. Item tujuan dan target pengelolaan yang telah ditentukan di suatu daerah
yang akan dikelola harus diikuti dengan penyusunan program-program pengelolaan
yang sesuai. Tahapan berikutnya pada proses siklus pengelolaan ( management cycle)
adalah proses audit. Hasil proses audit pengelolaan didasarkan pada evaluasi kebijakan
yang telah dilaksanakan dan semua kegiatan dalam rangka pengelolaan. Hal tersebut
sangat penting, karena hasil audit tersebut diharapkan sebagai control dari berbagai
pihak terkait. Kontrol, saran dan kritik perbaikan dari semua pihak sangat diperlukan untuk
peningkatan proses pengelolaan berkelanjutan. (gambar )
• PENGELOLAAN CEKUNGAN AIR BAWAH TANAH
Cekungan air bawah tanah didefinisikan sebagai suatu cekungan hidrogeologi
pada suatu wilayah yang dibatasi oleh kondisi hidraulika yang berbeda. Cekungan air
bawah tanah secara alamiah dibatasi oleh batas-batas hidraulika yang dikontrol oleh
karakteristik kondisi geologi dan hidrogeologi wilayah setempat. Suatu cekungan air
bawah tanah dapat dibatasi oleh satu atau lebih tipe batas yang kondisi hidraulika pada
setiap batasnya berbeda-beda. Suatu cekungan air bawah tanah dapat berada dalam
satu wilayah kabupaten/kota, lintas kabupaten/kota, lintas provinsi, atau bahkan lintas
Negara, dengan demikian batas cekungan air bawah tanah tidak selalu berimpit denga
batas administrasi.
Dalam rangka menjaga kelangsungan ketersediaan sumberdaya air bawah
tanah, maka diperlukan langkah-langkah sistematis untuk pelaksanaan pengelolaan air
bawah tanah, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas dalam suatu cekungan air bawah
tanah. Pengelolaan cekungan air bawah tanah harus dilaksanakan dengan
mendasarkan pada efektifitas pemanfaatan air bawah tanah untuk meminimalkan
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
12/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 12
dampak negatif, seperti penurunan muka air bawah tanah, degradasi kualitas maupun
terjadinya penurunan muka tanah/amblesan.
Tidak tercapainya hasil yang optimal pada proses pengelolaan air bawah tanah
selama ini, antara lain disebabkan adanya kesalahan konsepsi ( misconception) pada
pendekatan teknis pengelolaannya, yaitu :(1)
implementasi pengelolaan air bawah tanah didasarkan hanya pada
konsep well management ;
(2)
batas administrasi dijadikan batas daerah pengelolaan air bawah tanah;
(3)
pengelolaan kuantitas dan kualitas air bawah tanah dilaksanakan dengan
menggunakan konsep pendekatan pengelolaan yang sama;
(4)
belum adanya integrasi pengelolaan antara air bawah tanah dan air
permukaan;
(5)
dan beberapa penyebab non teknis lainnya.
Secara umum pengelolaan cekungan air bawah tanah dilaksanakan melalui tiga
tahapan utama, yaitu :
1.
Tahapan penelitian, untuk memperoleh gambaran karakteristik fisik
cekungan air bawah tanah, identifikasi kuantitas dan kualitas air bawah
tanah, inventarisasi permasalahan atau problem air bawah tanah, dll.
2.
Tahapan observasi, untuk memantau perkembangan kuantitas dan
kualitas air bawah tanah, analisa data dan mengumpulkannya pada
sistem data base.
3.
Tahapan pengelolaan, implementasi program pelaksanaan pengelolaan
air bawah tanah berbasis cekungan air bawah tanah
Pada ketiga tahapan tersebut di atas, setiap tahapnya harus didukung oleh fasilitas
seperti sumur pantau, sistem informasi dan software aplikasi untuk simulasi kondisi air
bawah tanah.
Pada kenyataan di alam, satu daerah aliran sungai di permukaan dapat
mencakup satu atau lebih cekungan air bawah tanah, dan terdapat juga satu
cekungan air bawah tanah di bawah permukaan dapat mencakup satu atau lebih
daerah aliran sungai. (lihat gambar ). Masing-masing cekungan air bawah tanah dan
daerah aliran sungai dapat berada pada satu atau lebih daerah administrasi. Pada
kasus kenyataan di alam seperti di atas, maka regulasi pemanfaatan sumberdaya air
tidak ditentukan oleh batas administrasi, tetapi tetap mendasarkan pada batas
cekungan air bawah tanah atau pun batas daerah aliran sungai.
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
13/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 13
Pengelolaan cekungan air bawah tanah di setiap wilayah mempunyai
karakteristik dengan kata kunci, sebagai berikut :
a.
Bersifat spesifik pada setiap daerah yang dikelola
b.
Evaluasi bersifat spatial berdasar cekungan air bawah tanah
c.
Evaluasi Sebab-Akibat
d.
Implementasi program bersifat integrasi
e.
Memerlukan komitmen dari pemegang kebijakan
f.
Didukung oleh peraturan perundangan
g.
Memerlukan partisipasi Pemerintah–Masyarakat–Swasta
h.
Demokrasi-HAM-Lingkungan Hidup
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
14/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 14
Gambar : Hubungan antara Cekungan Air Bawah Tanah dan Daerah Aliran Sungai
Sumberdaya air bawah tanah baik secara kuantitas dan kualitas harus dikelola
bersamaan, dengan menggunakan pendekatan konsep pengelolaan yang berbeda,
sehingga dapat dicapai hasil pengelolaan yang lebih optimal dan nyata. Konsep dasar
sistem pola aliran air bawah tanah secara regional, intermediate dan local sangat
berperan pada pendekatan konsep pengelolaan cekungan air bawah tanah di suatu
daerah.
Aliran air bawah tanah regional ( Regional Groundwater Flow System) adalah air
bawah tanah yang mengalir secara regional dari satu wilayah ke wilayah lain dalam
satu cekungan air bawah tanah atau lebih. Pola aliran air bawah tanah regional
didapatkan dari hasil pemetaan pada skala regional 1 : 100.000 atau lebih kasar (1 :
250.000 dan seterusnya). Pola aliran ini merupakan kondisi aliran air bawah tanah secara
alamiah, yang dikontrol oleh kondisi geologi dan hidrogeologi (=factor geogen).
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
15/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 15
Aliran air bawah tanah intermediate ( Intermediate Groundwater Flow System)
adalah air bawah tanah yang mengalir secara sub regional/intermediate/menengah
dari satu tempat ke tempat lain dalam satu cekungan air bawah tanah. Pola aliran air
bawah tanah intermediate didapatkan dari hasil pemetaan pada skala intermediate 1 :
50.000 atau 1 : 25.000. Pola aliran ini sebagian besar merupakan kondisi aliran airbawah tanah alamiah (dikontrol oleh kondisi geologi dan hidrogeologi = factor
geogen), tetapi di beberapa tempat tertentu dapat dipengaruhi oleh kegiatan manusia
(=factor anthropogen).
Aliran air bawah tanah lokal ( Local Groundwater Flow System = Artificial
Groundwater Flow System) adalah air bawah tanah yang mengalir secara lokal dari satu
lokasi ke lokasi lain dalam satu cekungan air bawah tanah. Pola aliran air bawah tanah
lokal didapatkan dari hasil pemetaan pada skala rinci 1 : 12.500 atau lebih detil 1 :
10.000 dan seterusnya. Pola aliran ini sebagian besar merupakan kondisi aliran air
bawah tanah yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia (=factor anthropogen), tetapi di
beberapa tempat tertentu merupakan kondisi alamiah (dikontrol oleh kondisi morfologi
local/setempat (=factor geogen).
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
16/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 16
Gambar : Sistem aliran air bawah tanah Regional-, Intermediate-, dan Lokal dalam
Cekungan air bawah tanah
Gambar : Sistem aliran air bawah tanah Regional-, Intermediate-, dan Lokal pada
skala pemetaan yang berbeda
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
17/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 17
Gambar : Klasifikasi sistem aliran air bawah tanah dan penerapannya pada
pemecahan masalah air bawah tanah
Groundwater Basin
Regional GwFlowSystem
Intermediate GwFlow System Local GwFlow System
Regional
hydrostratigraphicalunits
(Regionalhydrogeological
System)
Intermediate
hydrostratigraphicalunits
(Intermediatehydrogeological
System)
Local
hydrostratigraphicalunits
(Microhydrogeological
System)
Solving the groundwaterquantity problem,
regional groundwaterreserve, groundwaterquality problems, at
regional scale
Solving the groundwaterquantity problem,
intermediategroundwater reserve,groundwater quality
problems, atintermediate scale
Solving the groundwaterquantity problem, localgroundwater reserve,groundwater quality
problems, at local scale
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
18/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 18
Pendekatan konsep pengelolaan KUANTITAS air bawah tanah dalam cekungan
Langkah awal pada proses pengelolaan kuantitas air bawah tanah dalam
cekungan adalah penentuan batas dan karakterisasi cekungan air bawah tanah yang
akan dikelola. Pada pengelolaan kuantitas air bawah tanah dalam cekungan ini
didasarkan pada pemahaman konsep aliran air bawah tanah secara regional atau
intermediate tergantung luas penyebaran cekungan air bawah tanah. Analisis sistem
aliran airtanah regional/intermediate digunakan untuk menentukan daerah recharge
dan discharge air bawah tanah. Selanjutnya pada daerah-daerah tersebut dilakukan
analisis neraca air bawah tanah dengan menggunakan evaluasi data numerik sistem
aliran air bawah tanah dan bantuan dari sistem data base.
Pada pendekatan konsep ini harus diintegrasikan dengan konsep pengelolaan
air permukaan pada suatu daerah aliran sungai. Deliniasi dan karakterisasi daerah aliran
sungai dilakukan untuk analisis sistem aliran sungai regional/intermediate dan karakterisasi
daerah recharge dan discharge aliran air permukaan. Dengan demikian selanjutnya
dapat dihitung neraca air permukaan.
Berdasarkan pada hasil analisis neraca air bawah tanah pada cekungan air
bawah tanah dan neraca air permukaan pada daerah aliran sungai, serta didukung
oleh sistem data base dan sistem informasi sumberdaya air, maka pengelolaan
kuantitas air bawah tanah dapat diimplementasikan dengan menggunakan sistem siklus
pengelolaan (management cycle) (lihat gambar )
Pendekatan konsep pengelolaan KUALITAS air bawah tanah dalam cekungan
Konseptualisasi secara kuantitatif dari suatu proses pergerakan massa yang
komplek dalam air bawah tanah relative lebih rumit dibandingkan dengan analisis
neraca air pada pengelolaan kuantitas air bawah tanah dalam suatu cekungan. Proses
kontaminasi atau pencemaran air bawah tanah yang terjadi di suatu tempat harus
diketahui secara akurat dengan melakukan penelitian dan pemantauan secara detil,
yaitu untuk mengetahui proses dan pergerakan kontaminan dalam air bawah tanah.
Proses pencemaran air bawah tanah berlangsung lambat dan komplek, sehingga
memerlukan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan pemecahan masalah
pada kuantitas air bawah tanah.
Berdasar uraian di atas, maka pemahaman konsep pola aliran air bawah tanah
secara lokal sangat berperan pada pendekatan konsep pengelolaan kualitas air bawah
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
19/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 19
tanah dalam cekungan, yaitu pemahaman terhadap interaksi air permukaan dan air
bawah tanah secara lokal, pola aliran air bawah tanah akibat kegiatan manusia dan
akibat pengaruh morfologi daerah setempat.
Pada pendekatan konsep pengelolaan kualitas air bawah tanah ini, maka perlu
dilakukan pembagian cekungan air bawah tanah dan daerah aliran sungai menjadisatuan-satuan yang lebih kecil, sesuai sub daerah yang akan dikelola kualitas air bawah
tanah nya.
Konsep MikroHidrogeologi dapat diterapkan pada cekungan air bawah tanah
untuk mengetahui sistem aliran air bawah tanah secara lokal (Local and artificial
groundwater flow system), yang pada dasarnya sangat berpengaruh pada proses dan
pergerakan massa / kontaminan dalam air bawah tanah. Demikian juga pada suatu
aliran sungai di dalam daerah aliran sungai seharusnya dibagi menjadi segmen-segmen
yang lebih pendek untuk mengetahui interaksi antara air permukaan dan air bawah
tanah secara lokal di setiap tempat.
Dengan berbasis pada konsep aliran air bawah tanah secara local tersebut di
atas, maka data hidrokimia air bawah tanah dan air permukaan yang sangat berkaitan
dalam cekungan air bawah tanah dan daerah aliran sungai, serta dengan dukungan
sistem database, maka dapat diimplementasikan konsep pengelolaan kualitas air
bawah tanah dengan memanfaatkan sistem siklus pengelolaan (gambar )
DELINEATION ANDCHARACTERIZATION
GROUNDWATER BASIN
ANALYSIS
REGIONAL AND INTERMEDIATEGWFLOW SYSTEM
DELINEATION ANDCHARACTERIZATION
RIVER BASIN
ANALYSIS
SURFACE WATER FLOW SYSTEM
DEVELO
PM
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
20/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 20
Gambar : Pendekatan konsep pengelolaan KUANTITAS air bawah tanah secara total
DELINEATION ANDCHARACTERIZATION
GROUNDWATER BASIN
ANALYSISLOCAL AND ARTIFICIAL
DELINEATION ANDCHARACTERIZATION
RIVER BASIN
ANALYSIS
DEVELO
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
21/22
DR. Heru Hendrayana - 2003 21
Gambar : Pendekatan konsep pengelolaan KUALITAS air bawah tanah secara total
CEKUNGAN AIR BAWAH TANAH SEBAGAI LANDASAN TATA RUANG
8/20/2019 Pengelolaan Cekungan Airtanah (Heru Hendrayana)
22/22
DR Heru Hendrayana 2003 22
Penataan ruang yang berdasarkan kepada paradigma pengelolaan
sumberdaya air bawah tanah yang berwawasan lingkungan memperhatikan satu
kesatuan hubungan hidrologi dengan sumberdaya air lainnya, seperti air hujan atau air
permukaan pada umumnya. Pemahaman cekungan air bawah tanah artinyamengetahui secara pasti karakteristik kawasan resapan air bawah tanah dan kawasan
pengambilan air bawah tanah secara tiga demensi. Neraca air bawah tanah yang
seimbang, setelah dilakukan evaluasi dan optimasi, mampu memberi rekomendasi
daya dukung sumberdaya air baku untuk memenuhi berbagai kebutuhan di suatu
wilayah yang akan dilakukan penataan ruangnya, dan juga bagi pengembangan
wilayah tersebut dikemudian hari.
Potensi sumberdaya air yang terdapat pada suatu cekungan air bawah tanah
perlu dikelola secara menyeluruh, tidak hanya terhadap air bawah tanahnya, tetapi juga
cekungan air bawah tanah itu sendiri. Tujuan pengelolaan cekungan air bawah tanah
antara lain agar terjadi efektivitas pemanfaatan air bawah tanah, yang mencakup : a)
untuk rnernenuhi kebutuhan air baku, b) untuk menghindari kekeringan, c) dapat
mengendalikan pencernaran, d) mampu memelihara lingkungan, e) mengetahui
karakteristik imbuhan (imbuhan lokal, imbuhan regional, atau kombinasi diantaranya).
Setelah dilakukan penataan ruang di suatu wilayah, maka pengelolaan
cekungan air tanah tersebut bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, tetapi
juga bagi pengguna air bawah tanah, misalnya masyarakat setempat, industri, pemakai
air irigasi, para agen pengelola air bawah tanah dll. Pemerintah dalam hal ini berfungsi
sebagai fasilitator dan mewujudkan “networking”, serta mengontrol mekanisme
pengelolaan air bawah tanah berikut penataan kawasan yang telah ditetapkan sebagai
zona-zona tertentu. Dengan demikian pola distribusi pemukiman, lahan-lahan terbuka,
kawasan konservasi, kawasan preservasi mempunyai pertimbangan yang kuat dan
rasional dalam rangka mengendalikan pengembangan wilayah dari waktu ke waktu.
Kondisi sistim hidrogeologi di suatu wilayah seharusnya menjadi salah satu
parameter kendali dalam penataan ruang dan pengembangan wilayah.
Recommended