View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH VARIASI KONNSENTRASI BAHAN TAMBAH LIMBAH
TETES TEBU TERHADAP KUAT TEKAN BETON
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Oleh:
TAUFIK DWI TYAS HARTANTO
D 100 090 051
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Naskah Publikasi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggung jawabkan sepenuhnya.
.
Surakarta, 27 Desember 2016
Penulis
TAUFIK DWI TYAS HARTANTO
D 100 090 051
1
PENGARUH VERIASI KONSENTRASI BAHAN TAMBAH LIMBAH TETES
TEBU TERHADAP KUAT TEKAN BETON
Taufik Dwi Tyas Hartanto1)
1)Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan Surakarta 57102.
Email : taufik.d100090051@gmail.com
Abstrak
Beton merupakan batuan buatan yang tersusun dari pengerasan suatu campuran tertentu dari air, semen, dan agregat.
Beton material yang sudah tidak asing lagi dalam bidang Teknik Sipil, karena hampir setiap bangunan menggunakan
beton sebagai struktur utama maupun pelengkap baik itu jembatan, bangunan air, maupun gedung. Karena beton
merupakan material komposit, maka kualitas beton tergantung dari masing-masing material pembentuknya
(Tjokrodimuljo. K,1996). Bahan tambah tetes tebu digunakan sebagai material untuk teknologi beton ramah lingkungan
akan dikaji pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tetes tebu asli dengan
variasi 0,00%, 0,15%, 0,20%, 0,25%, 0,30%, 0,35% dan tetes tebu yang konsentrasinya dirubah Tetes tebu : Air (1 :
0,5) dengan prosentase 0,40%, 0,45%, 0,50%, 0,55%, 0,60% dari penggunaan semen, dan faktor air semen ditentukan
sama pada semua variasi, yaitu sebesar 0,4. Sample yang digunakan berbentuk silinder (d = 15cm; h = 30cm), mutu
beton direncanakan 20 MPa. Jumlah sample 66, Setiap variasi terdiri 6 sample. Pada pengujian slump terjadi
peningkatan nilai slump yang berbanding lurus dengan penambahan variasi tetes tebu sehingga meningkatkan
workability. Hasil pengujian kuat tekan menunjukkan terjadinya peningkatan kuat tekan maksimal pada umur 7 & 28
hari dengan takaran 0,20% tetes tebu dari berat semen yaitu 22,07 MPa & 28,11 MPa, dan kuat tekan terendah terjadi
pada variasi tetes tebu dengan takaran 0,60% yaitu 16,13 MPa & 21,50 Mpa. Peningkatan kuat tekan beton umur 7 hari
terhadap umur 28 hari pada hasil pengujian ini lebih tinggi dari perkuatan kuat tekan beton secara teoritis berdasarkan
PBI 1971.N.I-2, hal ini terjadi karena semen yang digunakan adalah semen tipe PCC (Portland Composite Cemen)
sehingga pengikatan awal semen meningkat, akan tetapi seiring prosentase penambahan tetes tebu pada tiap adukan
beton, kuat tekan terhadap beton tanpa bahan tambah tetes tebu mengalami penurunan. Tetes tebu dapat digolongkan
pada bahan tambah retarder, karena prosentase penambahan tetes tebu pada batas ambang normal dapat berfungsi untuk
memperlambat pengerasan beton, menghambat kenaikan temperatur, serta membuat semen memiliki waktu yang lebih
banyak untuk proses berhidrasi sehingga beton lebih padat. dan apabila prosentase penambahan tetes tebu kadarnya
melebihi batas normal akan mengakibatkan perlambatan yang berlebihan bahkan mengakibatkan beton tidak dapat
mengeras sehingga menurunkan kekuatan beton.
Kata kunci : beton, bahan tambah, tetes tebu, kuat tekan, workability
Abstract)
Concrete is an artificial rock composed of hardening of a particular mixture of water, cement and aggregates. Concrete
material which is not foreign in the field of civil engineering, for almost every building using concrete as the main
structure and a good complement to the bridges, waterworks, and buildings. Because concrete is a composite material, the
quality of the concrete depends on the respective constituent materials (Tjokrodimuljo, K, 1996). Materials added
molasses is used as a material for environmentally friendly concrete technology will be examined in this study. This
study aimed to determine the effect of molasses original with variation 0.00%, 0.15%, 0.20%, 0.25%, 0.30%, 0.35% and
molasses whose concentration changed cane Molasses: water (1: 0.5) with a percentage of 0.40%, 0.45%, 0.50%, 0.55%,
0.60% of the use of cement and cement water factor determined the same in all variations, amounting 0.4. Sample used
cylindrical (d = 15cm; h = 30cm), the quality of concrete was planned 20 MPa. Number of samples 66, each comprising
six sample variation. In testing the slump increased the value of the slump is directly proportional to the increased variety
of molasses thus improving workability. Compressive strength test results showed an increase in the maximum
compressive strength at ages of 7 and 28 days with a rate of 0.20% by weight of cement molasses is 22.07 MPa and 28.11
MPa, and a compressive strength lowest in molasses with a rate variations 0 , 60% ie 16.13 MPa and 21.50 MPa.
Increased strength of concrete age of 7 days to 28 days on the test results is higher than the strength of concrete
reinforcement theoretically based PBI 1971.NI-2, this happens because the cement used is a cement-type PCC (Portland
Composite Cemen) so that the binding cement initial increase, but as a percentage of the addition of molasses to each
mixing concrete, compressive strength of the concrete without the added material molasses decreased. Molasses can be
classified on the added material retarder, as a percentage of the addition of molasses to the normal thresholds can serve to
slow the hardening of concrete, inhibiting the rise in temperature, as well as making cement have more time to process
hydratious so that concrete is more dense. and when the percentage of addition of molasses levels exceed normal limits
will result in excessive deceleration even lead to hardened concrete can not thus lowering the strength of the concrete.
Keywords: concrete, admixture, molasses, compressive strength, workability.
2
1. PENDAHULUAN
Beton merupakan batuan buatan yang tersusun dari pengerasan suatu campuran tertentu dari
air, semen, dan agregat ( batu pecah, kerikil, pasir). Beton material yang sudah tidak asing lagi
dalam bidang Teknik Sipil, karena hampir setiap bangunan menggunakan beton sebagai struktur
utama maupun pelengkap baik itu jembatan, bangunan air, maupun gedung. Karena beton
merupakan material komposit, maka kualitas beton tergantung dari masing-masing material
pembentuknya. (Tjokrodimuljo. K,1996).
Kuat tekan merupakan parameter utama mutu beton, kuat tekan adalah besarnya beban
persatuan luas yang menyebabkan benda uji hancur bila di bebani dengan gaya tekan tertentu, yang
di hasilkan oleh alat uji. Kuat tekan beton sangat di pengaruhi oleh perbandingan komposisi semen,
air, agregat kasar, agregat halus, dan bahan tambah bila ada.
Bahan tambah yang berasal dari limbah pabrik gula digunakan sebagai material untuk
teknologi beton ramah lingkungan akan dikaji pada penelitian ini, adapun bahan tambah yang
digunakan adalah limbah pabrik gula (tetes tebu). Tetes tebu merupakan limbah pabrik gula hasil
sisa kristalisasi gula yang berulang ulang yang tidak memungkinkan lagi untuk diproses lagi
menjadi gula dengan proses konvensional. Limbah cair (tetes tebu) mengandung 32% sukrosa, 14%
glukosa, dan 16% fruktosa sehingga berpotensi di gunakan sebagai bahan tambah beton. Oleh
karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan studi ekperimental untuk memanfaatkan tetes tebu
sebagai bahan alternatif bahan tambah beton. (Olbirch,2006)
Penelitian ini merupakan penelitian dimana bahan tambah berbasis limbah pabrik gula (tetes
tebu) akan ditambahkan dengan variasi konsentrasi tertentu pada beton dengan harapan akan
meningkatkan mutu dan kualitas beton. Selanjutnya beton normal akan dibandingkan dengan beton
yang diberi bahan tambah tetes tebu, ditinjau dari kuat tekannya.
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian eksperimental yang dilakukan di
Laboratorium Bahan Bangunan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini
direncanakan dalam 6 tahapan, yaitu :
a. Tahap I : Persiapan bahan-bahan dan alat penelitian.
Tahap ini merupakan tahap persiapan yang meliputi penyediaan semua bahan-bahan material
penyusun beton,dan mempersiapkan semua peralatan penelitian.
b. Tahap II : Pemeriksaan kualitas bahan-bahan penelitian
Tahap kedua ini melakukan pemeriksaan agregat yang akan digunakan dalam pembuatan beton,
pemeriksaan agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil) meliputi kandungan organik pada
3
pasir, kandungan lumpur, dan keausan agregat. Sedangkan untuk semen dan air dilakukan
pemeriksaan secara visual.
c. Tahap III : Perencanaan campuran beton.
Pada tahap ini dilakukan perencanaan campuran (mix design) untuk pembuatan adukan beton
per sampel, perencanaan campuran beton menggunakan metode SNI dengan fas 0,4 dan kuat
tekan beton rencana 20MPa.
d. Tahap IV : Pembuatan benda uji.
Pada tahap ini dilakukan pembuatan benda uji silinder. Pencampuran dilakukan dengan mesin
molen, setelah adukan tercampur rata kemudian adukan diukur kekentalannya menggunakan
metode slump test. Setelah pengukuran nilai Slump, beton dicetak menggunakan cetakan
silinder dengan diameter 15cm dan tinggi 30cm, setelah ± 24 jam cetakan dibuka dan mulai
dilakukan perwatan beton dengan cara direndam dalam bak perendaman sampai masa yang
direncanakan untuk melakukan pengujian.
e. Tahap V : Pengujian kuat tekan silinder.
pada tahap ini setelah beton mencapai umur 7 & 28 hari dilakukan pengujian. Sehari sebelum
pengujian sesuai umur rencana benda uji silinder dikeluarkan dari bak perendaman.
f. Tahap VI : Analisis data, pembahasan, pembuatan kesimpulan dan saran.
Tahap terakhir yaitu menganalisis dan membahas data yang didapat dari semua pengujian
beton sehingga didapat kesimpulan dari semua data tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan berbagai tahap, seperti yang telah dijabarkan dalam
tahap-tahap penelitian.
3.1 Pengujian Agregat Halus
Hasil pemeriksaan agregat halus yang dilaksanakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel.1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Agregat Halus
Jenis pengujian
Hasil pengujian Syarat SNI
03-6821-
2002
Keterangan
Kandungan organik No.2 Kuning
kecokelatan
No. 1-3 Memenuhi syarat
Kandungan lumpur 4.20 % < 5 % Memenuhi syarat
Modulus halus butiran 3.01 1.5-3.8 Memenuhi syarat
Berat jenis bulk 3.01 - -
Berat jenis SSD 2.98 - -
Berat jenis semu 3.15 - -
Penyerapan air 4.51 % 1-2 % Tidak memenuhi
syarat
4
3.2 Pengujian Agregat Kasar
Hasil pemeriksaan agregat halus yang dilaksanakan pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel.2.
Tabel 2. Hasil Pengujian Agregat Kasar
Jenis pengujian Hasil
pengujian
Syarat SNI
15-1990-03
Keterangan
Keausan agregat 28.60 % < 40 % Memenuhi syarat
Modulus halus butiran 7.05 5-8 Memenuhi syarat
Berat jenis bulk 3.53 - -
Berat jenis SSD 3.71 - -
Berat jenis semu 3.92 - -
Penyerapan air 2.85 % < 3 % Memenuhi syarat
3.3 Pengujian nilai Slump
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekentalan adukan beton supaya memenuhi
syarat, Nilai Slump Selalu di hubungkan dengan kemudahan pengerjaan beton (workability),Hasil
pengujian keausan agregat kasar yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Hasil pengujian slumptiap variasi penambahan tetes tebu.
FAS Variasi Kadar tetes tebu Nilai Slump
syarat nilai slump (cm)
0,4
N 0,00% 9,7
7-15 cm
Variasi I
1
2
3
4
5
0,15%
0,20%
0,25%
0,30%
0,35%
9,6
10,2
10
10,3
10,1
Variasi II
6
7
8
9
10
0,40%
0,45%
0,50%
0,55%
0,60%
9,8
10,4
10,6
10,9
11,4
Grafik 3.1 Pengujian slump pada variasi I tiap penambahan tetes tebu
0,00% 0,15% 0,20% 0,25% 0,30% 0,35%
NILAI SLUMP 9,7 9,6 10,2 10 10,3 10,1
8
9
10
11
12
Nila
i Slu
mp
(c
m)
5
Grafik 3.2 Pengujian slump pada variasi II tiap penambahan tetes tebu
Dari hasilpengujian slump yang dapat dilihat pada tabel dan grafik di atas menunjukkan
bahwa prosentase penambahan tetes tebu pada adukan beton dapat meningkatkan kelecakan beton,
peningkatan kemudahan pengerjaan (workability)ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai slump
yang berbanding lurus dengan prosentase penambahan tetes tebu pada adukan beton, hal ini terjadi
kerena tetes tebu yang bersifat plastis sehingga mengencerkan campurkan beton tanpa
mempengaruhi faktor air semen (FAS).
3.4 Pengujian Kuat Tekan beton
Pengujian kuat tekan beton dimaksudkan untuk mencari nilai kuat tekan beton, akibat
penambahan variasi tetes tebu terhadap berat semen. Hasil pengujian kuat tekan beton silinder yang
telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Perhitungan kuat tekan rata-rata beton silinder umur 7 dan 28 hari.
Kode
benda uji
Kadar
Tetes
tebu
Dimensi Kuat tekan Rata-Rata
(MPa)
Rasio kuat tekan beton umur 7
hari terhadap umur 28 hari
L D Hasil
Pengujian
Teoritis PBI
1971 (mm) (mm) 7 hari 28 hari
N 0,00% 300 150 20,37 25,28 0,806 0,750
Variasi I
1 0,15% 300 150 20,94 26,16 0,800 0,750
2 0,20% 300 150 22,07 28,11 0,785 0,750
3 0,25% 300 150 21,31 27,35 0,779 0,750
4 0,30% 300 150 20,94 26,91 0,778 0,750
5 0,35% 300 150 19,98 25,84 0,773 0,750
Variasi II
6 0,40% 300 150 20,65 26,79 0,771 0,750
7 0,45% 300 150 19,98 26,22 0,762 0,750
8 0,50% 300 150 18,86 24,90 0,757 0,750
9 0,55% 300 150 17,54 23,20 0,756 0,750
10 0,60% 300 150 16,13 21,50 0,750 0,750
0,00% 0,40% 0,45% 0,50% 0,55% 0,60%
NILAI SLUMP 9,7 9,8 10,4 10,6 10,9 11,4
8
9
10
11
12
Nila
i Slu
mp
(c
m)
6
Grafik 3.3. Perbandingan kuat tekan beton hasil pengujian variasi I pada
umur 7 hari dengan teoritis berdasarkan PBI 1971.
Grafik 3.4. Perbandingan kuat tekan beton hasil pengujian variasi II pada
umur 7 hari dengan teoritis berdasarkan PBI 1971.
Dari Tabel dan Grafik di atas hasil pengujian kuat tekan beton,rasio kuat tekan beton umur 7
hari terhadap umur 28 hari lebih besar dibandingkan dengan rasio secara teoritis Menurut PBI 1971,
seiring dengan prosentase penambahan tetes tebu pada adukan beton,rasio kuat tekan beton umur 7
hari terhadap umur 28 hari pada penelitian mengalami penurunan jika dibandingkan dengan beton
tanpa bahan tambah tetes tebu, hal tersebut menunjukkan bahwa tetes tebu memperlambat
pengerasan awal beton.
0.00% 0.15% 0.20% 0.25% 0.30% 0.35%
N 1 2 3 4 5
Hasil Pengujian 0,806 0,800 0,785 0,779 0,778 0,773
Teoritis (PBI '71) 0,750 0,750 0,750 0,750 0,750 0,750
0,720
0,730
0,740
0,750
0,760
0,770
0,780
0,790
0,800
0,810
Nila
i Per
ban
din
gan
Ku
at T
ekan
Um
ur
7 h
ari t
erh
adap
Bet
on
u
mu
r 2
8 h
ari
0.00% 0.40% 0.45% 0.50% 0.55% 0.60%
N 6 7 8 9 10
Hasil Pengujian 0,806 0,771 0,762 0,757 0,756 0,750
Teoritis (PBI '71) 0,750 0,750 0,750 0,750 0,750 0,750
0,720
0,730
0,740
0,750
0,760
0,770
0,780
0,790
0,800
0,810
Nila
i Per
ban
din
gan
Ku
at T
ekan
Um
ur
7 h
ari t
erh
adap
B
eto
n u
mu
r 2
8 h
ari
7
Grafik 3.5. Pengujian Kuat Tekan Silinder variasi I pada umur 7 & 28 hari.
Berdasarkan Grafik 3.5penambahan tetes tebu variasi I (tetes tebu asli/tetes tebu yang
konsentrasinya tidak di rubah) menunjukkan bahwa kuat tekan beton mengalami kenaikan, kuat
tekan beton optimum terjadi pada kadar penambahan 0,20% dari berat semen dengan nilai kuat
tekan sebesar 22,07 MPa pada umur 7 hari dan 28,11 MPa pada umur 28 hari.
Grafik 3.6. Pengujian Kuat Tekan Silinder variasi II pada umur 7 & 28 hari.
Berdasarkan Grafik 3.6. diatas penambahan tetes tebu variasi II (Tetes tebu konsentrasinya
dirubah dengan perbandingan 1 : 0,5 antara tetes tebu : air) mengalami kenaikan dan cenderung
menurun setelah penambahan prosentase takaran tetes tebu sebesar 0,45%. Pada Variasi ini kuat
tekan beton optimum terjadi pada kadar penambahan 0,40% dari berat semen dengan nilai kuat
tekan sebesar 20,65 MPa pada umur 7 hari dan 26,79 MPa pada umur 28 hari.
Dari seluruh hasil pengujian kuat tekan beton didapatkan bahwa penggunaan tetes tebu
sangat berpengaruh terhadap nilai kuat tekan beton, secara keseluruhan beton dengan bahan tambah
tetes tebu mengalami peningkatan nilai kuat tekannya jika dibandingkan dengan beton tanpa bahan
0,00% 0,15% 0,20% 0,25% 0,30% 0,35%
Umur 7 hari 20,37 20,94 22,07 21,31 20,94 19,98
Umur 28 hari 25,28 26,16 28,11 27,35 26,91 25,84
18
20
22
24
26
28
30
f'c
(MP
a)
0,00% 0,40% 0,45% 0,50% 0,55% 0,60%
Umur 7 hari 20,37 20,65 19,98 18,86 17,54 16,13
Umur 28 hari 25,28 26,79 26,22 24,90 23,20 21,50
15
17
19
21
23
25
27
f'c
(MP
a)
8
tambah tetes tebu pada umur 28 hari akan tetapi penambahan kadar tetes tebu yang berlebihan akan
menurunkan kuat tekan beton.
Perbandingan hasil pengujian kuat tekan dua variasi penambahan kadar tetes tebu pada umur
7 hari dan 28 hari dapat dilihat pada Grafik 3.7 dan Grafik 3.8.
Grafik 3.7. Perbandingan kuat tekan beton variasi I & II pada umur 7 hari
Grafik 3.8. Perbandingan kuat tekan beton variasi I & II pada umur 28 hari
Hasil penelitian dua variasi dapat dilihat pada grafik 3.7 dan Grafik 3.8 penambahan kadar
tetes tebu pada variasi I (tetes tebu asli/tetes tebu tanpa dirubah konsentrasinya) memberikan hasil
kuat tekan beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan variasi II (Tetes tebu konsentrasinya
dirubah dengan perbandingan 1 : 0,5 antara tetes tebu : air) pada umur 7 hari dan 28 hari.
Dari semua hasil penelitian disimpulkan bahwa tetes tebu dapat digolongkan pada bahan
tambah retarder, hal ini disebabkan karena prosentase penambahan tetes tebu pada batas ambang
normal dapat berfungsi untuk memperlambat pengerasan beton, menghambat kenaikan temperatur,
serta membuat semen memiliki waktu yang lebih banyak untuk proses berhidrasisehingga beton
1 2 3 4 5
VARIASI I 20,94 22,07 21,31 20,94 19,98
VARIASI II 20,65 19,98 18,86 17,54 16,13
0
5
10
15
20
25
Kuat
Tek
an b
eto
n
(MPa
)
1 2 3 4 5
VARIASI I 26,16 28,11 27,35 26,91 25,84
VARIASI II 26,79 26,22 24,90 23,20 21,50
0
5
10
15
20
25
30
Kuat
Tek
an b
eto
n
(MPa
)
9
lebih padat dan kapiler air yang terdapat dalam beton menjadi sedikit. dan apabila prosentase
penambahan tetes tebu kadarnya melebihi batas normal akan mengakibatkan perlambatan yang
berlebihan bahkan mengakibatkan beton tidak dapat mengeras sehingga menurunkan kekuatan
beton.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1) Dari penelitian diperoleh hasil kelecakan adukan beton mengalami peningkatan yang
berbanding lurus dengan prosentase penambahan tetes tebu, akan tetapi peningkatan tersebut
tidaklah signifikan jika dibandingkan dengan beton tanpa tetes tebu.
2) Dari seluruh hasil pengujian kuat tekan menunjukkan terjadinya peningkatan kuat tekan
maksimal pada umur 7 & 28 hari dengan takaran 0,20% tetes tebu dari berat semen yaitu 22,07
MPa & 28,11 MPa, dan kuat tekan terendah terjadi pada variasi tetes tebu dengan takaran
0,60% yaitu 16,13 MPa & 21,50 Mpa.
3) Laju peningkatan kuat tekan beton pada hasil pengujian ini lebih tinggi dari perkuatan kuat
tekan beton secara teoritis berdasarkan PBI 1971.N.I-2 Hal ini dimungkinkan karena semen
yang digunakan adalah semen tipe PCC (Portland Composite Cemen) sehingga pengikatan
awal semen meningkat, akan tetapi seiring prosentase penambahan tetes tebu pada adukan
beton kuat tekan terhadap beton tanpa bahan tambah tetes tebu mengalami penurunan dan pada
umur 28 hari kuat tekan beton pada sebagian variasi penambahan tetes tebu lebih tinggi
dibanding beton normal atau beton tanpa tambahan tetes tebu.
4) Dapat disimpulkan bahwa tetes tebu dapat digolongkan pada bahan tambah retarder, hal ini
disebabkan karena prosentase penambahan tetes tebu pada batas ambang normal dapat
berfungsi untuk memperlambat pengerasan beton, menghambat kenaikan temperatur, serta
membuat semen memiliki waktu yang lebih banyak untuk proses berhidrasi sehingga beton
lebih padat dan kapiler air yang terdapat dalam beton menjadi sedikit. dan apabila prosentase
penambahan tetes tebu kadarnya melebihi batas normal akan mengakibatkan perlambatan yang
berlebihan bahkan mengakibatkan beton tidak dapat mengeras sehingga menurunkan kekuatan
beton.
4.2. Saran-Saran
10
Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan penelitian, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut :
1) Pengujian waktu ikat semen semen tidak dilakukan pada penelitian ini, untuk penelitian
selanjutnya sebaiknya dikaji.
2) Dalam penelitian, sebaiknya harus sangat teliti karena dengan kesalahan yang kecil akan
mengakibatkan ketidak sesuaian data.
3) Dalam proses pembuatan benda uji permukaan benda uji harus benar-benar rata, karena sangat
berpengaruh terhadap kuat tekan beton saat pengujian.
4) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tenteng pemakaian bahan retarder dan hasilnya
dibandingkan dengan pemakaian tetes tebu pada campuran beton.
PERSANTUNAN
Ucapan terimakasih disampaikan kepada laboratorium Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Surakarta dan juda teman-teman seangkatan 2010 yang senasib dan seperjuangan,
tak lupa juga kepada dosen pembimbing dan penguji yang membantu menyelesaikanpenelitian ini
sehingga dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1982.Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Anonim. (1991). Tata Cara Recana Pembuatan Campuran Beton Normal, SK SNI T-15-1990-03.
Bandung. Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan LPBM.
Asroni, A., 1997, Struktur Beton I (Balok dan Plat BetonBertulang), Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Asroni, A., 2003, Struktur Beton Lanjut, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Ghambir, M. L., 1986. Concrete Teknology. Tata Mc Graw Hill Publishing Company Limited New
Delhi.
Http://www.risvank.com/2011/11/28/diversifikasi-produk-pabrik-gula/
Http://www.risvank.com/2011/12/14/sekilas-proses-pembuatan-gula/
Mordock dan K.M. Brook., 1991. Bahan dan Praktek Beton, Terjemahan Stephany Hindarko,
Erlangga, Jakarta.
Mulyono, T., 2005. Teknologi Beton, Andy Offset, Yogyakarta.
11
Olbrich, H. 1973. Molasses. In: Principles of Sugar Technology, Vol. III. Elsevier Publisher
Benjamin-Cummings Publishing Company, Subs of Addison Wesley Longman, Inc. ISBN
9780805345827
PBI NI-2 (1997). Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Bandung : Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
SNI 03-1972-1990 Metode Pengujian Slump Beton. Pustran, Balitbang, Departemen Pekerjaan
Umum.
Tjokrodimuljo, K., 1995. Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Recommended