View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH MODEL SNOWBALL THROWING DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN PPKN DI SMK MUHAMMADIYAH 2 BONTOALA
SKRIPSI
Oleh
Nur Azizah
NIM. 10543005214
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN AlamatKantor :Jl.SultanAlauddin No.529 Tlpn.(0411) 860 837 Fax.(0411) 860 132 Makassar 90221/ http://www.fkip-unismuh.info
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nur Azizah
NIM : 10543005214
Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Judul Skripsi : Pengaruh Model Snowball Throwing dalam Meningkatkan
Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn
di Smk Muhammadiyah 2 Bontoala
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji
adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh
siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila
pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2020
Yang Membuat Pernyataan
Nurazizah
http://www.fkip-unismuh.info/
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN AlamatKantor :Jl.SultanAlauddin No.529 Tlpn.(0411) 860 837 Fax.(0411) 860 132 Makassar 90221/ http://www.fkip-unismuh.info
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nurazizah
NIM : 10543 005214
Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan skripsi sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing
yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan 3, saya akan bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, September 2020
Yang Membuat Perjanjian
NurAzizah
http://www.fkip-unismuh.info/
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-
orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Al-Mujadilah: 11)
“Man Jadda Wa Jadda
Jika setitik cahaya harapan sudah kembali setelah sebelumnya pernah redup,
ada 2 pilihan: kau bangun untuk menggapainya atau tetap tidur
membiarkannya benar-benar tak benderang lagi.
PERSEMBAHAN
Bismillaahirraahmaanirrahiim
Bersama keridhaanMu ya Allah, kupersembahkan karya
sederhana ini kepada orang-orang yang menyayangi insan
sepertiku. Kepada Ayah kandungku Zulkifli beserta Ibu kandungku
Siti Rukmanah yang tercinta. Terimakasih atas segalanya, atas
segala yang telah dilakukan demi anakmu. Terimakasih atas semua
pengorbanan, cinta, yang terpancar dalam setiap doa dan restumu
yang selalu mengiringi langkah anakmu dan untuk setiap
dukungan, serta lantunan doa yang selalu diutarakan untuk
anakmu.
Terimakasih Saudaraku, sahabat serta seluruh keluarga tersayang,
untuk semua dukungan dan kasih sayang kalian yang membuat
peneliti tetap semangat dan optimis menyelesaikan karya ini.
Semoga semua usaha ini mampu menjadi kebahagiaan dan
kebanggan untuk kalian.
Almamaterku Tercinta Universitas Muhammadiyah Makassar
ABSTRAK
Nur Azizah. 2020, Pengaruh Model Snowball Throwing dalam
Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
PPKn di Smk Muhammadiyah 2 Bontoala. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Drs. Nasrun Hasan,
M.Pd dan pembimbing II Dr. Andi Sugiati, M.Pd
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Snowball
Throwing dalam Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran PPKn di Smk Muhammadiyah 2 Bontoala tahun ajaran 2019/2020.
Peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen semu (quasi experimental
design). Quasi experimental design terdiri dari dua bentuk yaitu time series
design dan one group pre test and post test design. penelitian ini dapat
dikategorikan sebagai pre eksperimental, desain penelitian jenis one group pretest
and posttest design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya
melibatkan satu kelompok sebagai kelas eksperimen. Satuan eksperimen dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII TKR sebanyak 26 orang.
Hasil analisis uji t diketahui bahwa nilai t Hitung yang diperoleh adalah
4.320 dengan frekuensi d.b = (N-1 ) = 22 - 1 = 21. Pada taraf signifikan 0,05 (5%)
diperoleh nilai t Tabel = 1.720. Jadi, t Hitung > t Tabel atau Hipotesis nol (H0)
ditolak dan Hipotesis alternative (H1) diterima. Hal ini membuktikan bahwa
penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar siswa. Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran
Snowball Throwing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Hasil belajar, Snowball Throwing, PPKn.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah swt yang senantiasa memberikan nikmat dan
rahmat kepada kita semua, selalu memberikan petunjuk kepada orang yang
bersungguh-sungguh dan memberikan jalan keluar terhadap segala kesulitan.
Karena Allah lah Maha kuasa atas segala sesuatu. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada panutan umat Islam yaitu Nabi Muhammad saw yang
memberikan tauladan bagi umatnya sehingga selamat di dunia dan akhirat.
Setiap manusia harus yakin akan kekuatan Allah dan janji Allah. Begitu
juga penulis yang meyakini terhadap kekuatan Maha Pengasih dan Penyayang-
Nya. Seperti janji Allah dalam Al-Qur’an ”Intansurullaha yansurkum wa yusabbit
aqdaamakum” artinya siapa saja yang menolong agama Allah maka Allah akan
menolongmu dan meneguhkan pendirianmu. Ayat itulah yang menjadi motivasi
penulis selama ini sehingga dengan ridha-Nya dan dukungan serta bantuan dari
berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa
kepada kedua orang tua Zulkifli dan Siti Rukmanah yang telah merawat,
membesarkan, mendidik dengan penuh kesabaran, senantiasa mencurahkan kasih
sayang, memberikan motivasi, dan memanjatkan doa yang selalu mengalir dalam
setiap desah nafasnya. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak:
1. Drs. H. Nasrun Hasan, M.Pd. Pembimbing I.
2. Dr. H. Andi Sugiati , M.Pd. selaku Dosen pembimbing II
3. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Erwin Akib M.Pd.,Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Muhajir M. Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Dr. Munirah, M.Pd Selaku Penasehat Akademik Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Kepala Sekolah, guru, staf SMK Muhammadiyah 2 Bontoala dan teruntuk
sahabat-sahabatku tercinta, yang telah bersedia mendoakan, menjadi penyemangat
penulis, menjadi bahu sandaran ketika penulis terbentur batu sandungan dan tidak
menemukan titik terang dan do’a yang senantiasa dipanjatkan peneliti.
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan dukungan dan
do’a dalam proses penulisan laporan ini. Adapun tujuan yang peneliti lakukan
ialah untuk melatih dan memantapkan kemampuan serta kompetensi- kompetensi
penulis secara nyata dalam mengaplikasikan teori dan ilmu yang peneliti peroleh
selama menempuh proses pendidikan. Untuk itu, semoga penelitian ini bisa
dipergunakan sebagaimana mestinya dan bisa bermanfaat bagi peneliti khususnya
dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan umumnya. Peneliti menyadari, bahwa
tak ada gading yang tak retak, dimana tidak ada pekerjaan yang sempurna. Karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam
laporan ini, dan guna memperbaiki kesalahan tersebut, peneliti menerima saran
dan kritik yang positif dari pembaca agar laporan ini menjadi lebih baik dan dapat
bermanfaat di masa yang akan datang.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb
Makassar, Agustus 2020
Nur Azizah
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 8
A. Kajian Teori .......................................................................................... 8
1. Pembelajaran .................................................................................... 8
2. Model Pembelajaran ....................................................................... 10
3. Model Pembelajaran Snowball Throwing ........................................ 15
4. Kelebihan Dan Kekurangan ............................................................ 23
5. Partisipasi Siswa ............................................................................ 27
6. Hasil Belajar .................................................................................. 29
7. Metode Mengajar ............................................................................ 32
8. Mata pelajaran PPKn di SMK ......................................................... 32
B. Kerangka Pikir .................................................................................... 37
C. Definisi Operasional Variabel……….……………………………….38
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 38
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 39
A. Rancangan Penelitian ........................................................................... 39
1. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 39
2. Jenis Penelitian ................................................................................. 39
3. Desain Penelitian .............................................................................. 41
B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 43
1. Populasi ............................................................................................ 43
2. Sampel .............................................................................................. 44
C. Instrumen Penelitian ............................................................................. 45
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 46
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 51
A. Deskripsi SMK Muhammadiyah Bontoala .......................................... 51
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 52
C. Pembahasan .......................................................................................... 65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 69
A. Simpulan ............................................................................................... 69
B. Saran ...................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Desain Penelitian .................................................................................... 42
3.2. Populasi siswa kelas VII SMK Muhammadiyah 2 Bontoala ................. 43
3.3. Kategori Standar Ketuntasan Hasl Belajar Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan kelas VII SMK Muhammadiyah 2 Bontoala .... 44
4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin……….....52
4.2. Kategorisasi Standar Hasil Belajar Yang Ditetapkan Oleh
Departemen Pendidikan Nasional……………………………….…54
4.3 Kategori Standar Ketuntasan Hasil Belajar PPKn kelas VII
SMK Muhammadiyah 2 Bontoala…………………………………. 55
4.4 Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest dan Posttest
Hasil Belajar Siswa ................................................................................ 56
4.5. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pretest-Posttest ………. 57
4.6. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Pretest-Posttest
Siswa Kelas VIIa SMP Negeri 3 Sungguminasa .................................. 58
4.7. Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest dan Posttest Hasil Belajar Siswa ... 60
4.8. Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Hasil Belajar Siswa ......... 62
4.9. Hasil Uji t Data Posttest Hasil Belajar Siswa ........................................ 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Pola Kerangka Pikir ............................................................................... 37
4.1. Diagram Hasil Belajar Pree Test………………………………………...……59
4.2. Diagram Hasil Belajar Post Test……………...………………………………59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrument Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Observasi
Lampiran 3 : RPP Pertemuan Pertama sampai pertemu ke-empat
Lampiran 4 : Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa
Lampiran 5 : Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa
Lampiran 6 : Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa
Lampiran 7 : Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Lampiran 8 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Hasil Belajar Siswa
Lampiran 9 : Contoh Hasil Belajar Siswa
Lampiran 10 : Surat Izin penelitian
Lampiran 11 : Surat Keterangan Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah
Bontoala
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia.Pendidikan
memiliki efek langsung yaitu mendapatkan pengetahuan. Menurut kamus
Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 9 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berdasarkan pernyataan tersebut, diharapkan sistem pendidikan dapat
mewujudkan generasi penerus bangsa yang berkualitas baik secara ilmu
pengetahuan, budi pekerti, keterampilan, dan berakhlak mulia serta
bertanggungjawab dalam upaya pencapaian kesejahteraan diri yang
berdampak pada kemakmuran keluarga, masyarakat, bahkan Negara.
Wina Sanjaya, 2009:2. Indonesia menempatkan pendidikan kejuruan
sebagai bagian dari system pendidikan Nasional yang berkarakter
untuk menyiapkan lulusan bekerja, melanjutkan kejenjang lebih
tinggi atau bekerja mandiri berwirausaha.
1
2
.Dalam rangka mendukung perkembangan SDM, pemerintah pusat
dan daerah telah melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMK. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan Indonesia. Banyak fakor yang
dapat menyebabkan hal tersebut, salah satunya disebabkan karena proses
pembelajaran di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala cenderung rendah. Di
Indonesia, modul pembelajarannya masih di dominasi oleh model pengajaran
yang verbalistik (ceramah) dan proses pembelajaran masih terpusat pada
pengajaran atau teacher centered (jamil, 2013:286). Mengakibatkan, siswa
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran didalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan siswa untuk
menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut
dengan kaitannya pada kegiatan sehari-hari.
Siswa akan kesulitan apabila mendapatkan soal-soal yang
membutuhkan penalaran.Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran
merupakan tugas dari sesorang pendidik atau guru, sebab guru merupakan
perancang strategi pembelajaran di dalam kelas agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.Salah satu peran guru adalah sebagai demonstrator yakni guru
harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa
lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Belajar pada hakikatnya adalah
proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar
3
dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses
berbuat melalui berbagai pengalaman.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai
komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Pendidikan yang
demokratis dan inofatif harus mampu menciptakan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pembelajaran. Tujuannya adalah untuk menggali
kemampuan siswa agar berperan secara aktif, disiplin, dan kerja keras dalam
meningkatkan kemampuan intelektual, sikap dan minatnya. Strategi
pembelajaran yang efektif tergantung pada guru menggunakan model
pembelajaran, karena suatu strategi pemebelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan model pembelajaran. Penggunaan
model pembelajaran yang variatifpun dapat dilakukan didalam kelas, sebagai
maksud untuk menjembatani kebutuhan siswa dan menghindari terjadinya
kejenuhan yang dialami siswa. Model pembelajaran yang melibatkan siswa
seperti siswa akan menggali sendiri informasi, memecahkan masalah-masalah
dari suatu konsep yang dipelajari (Student Centered). Hal ini tentu akan
membangkitkan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan di SMK Muhammadiyah
2 Bontoala serta melakukan observasi pada mata pelajaran PPKn, penulis
melihat rendahnya aktivitas belajar yang dilakukan peserta didik. Peserta
didik hanya duduk dan mendengarkan penjelasan pendidik serta kurang
merespon materi yang disampaikan pendidik.Keberanian peserta didik untuk
4
bertanya ataupun menjawab pertanyaan dari pendidik juga masih kurang.
Penggunaan model pembelajaran yang konfensional ini menyebabkan siswa
kurang antusias terhadap pelajaran yang disampaikan dan sering berbicara
dengan teman sebangku, bermain handphone sampai mengerjakan PR mata
pelajaran lain karena merasa bosan.
Hasil dari Tes pra tindakan pada mata pelajaran PPKn kelas VII dari
jumlah siswa sebanyak 26 siswa, hanya 8 siswa Yang aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan dari guru dalam kegiatan pembelajaran. Siswa bersikap
diam saat diberi kesempatan bertanya atau menjawab pertanyaan.dan dari
jumlah 26 siswa, 18 Siswa nilainya kurang dari KKM 65.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi
permasalahan-permasalahan tersebut adalah dengan pemilihan model belajar
yang tepat dan membuat siswa aktif serta menyenangkan. Dalam proses
pembelajaran, ada dua unsur yang terpenting yaitu metode dan media
pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaiatan, pemilihan salah satu model
mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai,
meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam
memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, lingkungan, fasilitas
pendukung, respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran
berlangsung dan karakteristik siswa, (Arsyad, 2009:15).
Maka dari itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang
menyenangkan, efektif dan efesien serta membuat peserta didik aktif. Salah
5
satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model snowball
throwing. Snowball Throwing adalah salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif. Pemilihan model pembelajaran Snowball Throwing dianggap
tepat, dikarenakan model pembelajaran ini mampu melibatkan keaktifan
siswa melalui permainan menggulung dan melemparkan “Bola Salju” atau
kertas. Selain itu model pembelajaran ini juga akan menggali kreativitas siswa
untuk menuliskan pertanyaan dan menjawab pertanyaan sekaligus. Dalam
artian model pembelajaran Snowball Throwing mendorong siswa untuk
berpikir dan bergerak aktif selama proses pembelajaran.
Dengan dasar latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Snowball Throwing
dalam Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran PPKn di Smk Muhammadiyah 2 Bontoala”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran
PPKn di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala?
2. Apakah penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran PPKn
di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menegatahui apakah penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas VII pada
mata pelajaran PPKn di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran snowball
throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada mata
pelajaran PPKn di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat berguna sebagai bentuk sumbangan pemikiran
agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK
Muahmmadiyah 2 Bontoala untuk kelas VII.
2. Bagi guru
Penelitian ini agar guru dapat memberikan model pembelajaran yang
bervariasi agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta keaktifan
dalam kegiatan pembelajaran
3. Bagi siswa
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menumbuhkan daya
tarik siswa untuk lebih mendalami materi pembelajaran yang
disampaikan.
7
4. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan sumber belajar bagi peneliti untuk
mengetahui bagaimana seharusnya proses pembelajaran itu dilakukan.
Agar peneliti dapat mengaplikasikan apa yang telah didapat melalui
penelitian ini.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
Pembelajaran secara harfiah berarti proses belajar. Pembelajaran dapat
dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui
rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang
sifatnya positif, dan pada tahap akhi rakan didapatkan keterampilan,
kecakapan dan pengetahuan baru. (Saefuddin, 2014:8).
Menurut (winkel, 1991) pembelajaran adalah seperangkat tindakan
yang dirancang untuk mendukung proses pembelajaran siswa, dengan
memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung yang dialami
siswa.
Sedangkan menurut Darsono (2002: 24-25) secara umum menjelaskan
pengertian pembelajaran sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih
baik”. Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebgai berikut:
Teori behavioristic, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan
(stimulus).Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang
8
9
diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi
hadiah dan atau renforcement (penguatan).
Teori kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal
dan memahami apa yang sedang dipelajari.
Teori gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru
untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa
lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola
bermakna).
Teori humanistic, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah
memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan
cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Sedangkan menurut undang-undang system pendidikan nasional
nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “ pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”
Dari uraian dan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses penyampaian materi ajar dan pendidikan (guru)
kepada peserta didik. Oleh karena itu seorang guru wajib menguasai materi
pelajaran, menyediakan sumber belajar, merancang kegiatan belajar,
mengukur pengalokasian waktu dan mengatur pengelolaan kelas.
10
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran sama dengan pendekatan pembelajaran,
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Model
pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir
(Endang, 2011).
Metode pembelajaran sebuah kerangka konseptual yang isinya
sistematis dengan tujuan agar dapat menggambarkan proedur dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa dalam mencapai
tujuan dari proses belajar menurut Toeti Soekamto Dan Winataputra (1995:
78)
Model pembelajaran sebagai sebuah metode, cara atau strategi dalam
kegiatan belajardan mengajar yang harus memiliki empat unsur yaitu:
sintak, sistem social, prinsip reaksi, dan sistem pendukung menurut joyce
dan weil (1986 : 14-15)
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengerrtian model pembelajaran adalah suatu pola pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan tertentu berdasarkan kemampuan siswa, dan
karakteristik mata pelajarannya agar penyerapan informasi oleh siswa dapat
berjalan dengan optimal.
11
b. Macam-Macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang berpusat pada siswa dikenal sebagai model
pembelajaran yang demokratis atau sering disebut dengan model
pembelajaran student centered. Guru didepan kelas berperan sebagai penyedia
layanan dan memfasilitasi siswa untuk belajar. Siswa yang harus aktif
mencari dan menemukan pengetahuan mereka sendiri.Oleh karena itu guru
harus merancang pola pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran yang
diinginkan tercapai melalui model-model pembelajaran.
Joyce & Weil yang dikutip oleh Jamil (2013: 186) membagi model-
model mengajar menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
1) Information processing model (model pemprosesan informasi) model
menekankan pada pengolahan informasi dalam otak sebagai aktivitas mental
siswa. Model ini akan mengoptimalkan daya nalar pikir siswa melalui
pemberian masalah yang disajikan oleh guru. Tugas siswa adalah
memecahkan masalah-masalah tersebut. Dalam model ini akan merangkai
kegiatan-kegiatan siswa mulai dari siswa menanggapi rangsangan dari
lingkungan, mengolah data, mendeteksi masalah, menyusun konsep,
memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol baik verbal dan
nonverbal. Model ini menerapkan teori belajar behavioristic dan kognitivistik.
Ada tujuh model yang termasuk rumpun ini, yakni:
a) Inductive thinking model (hilda taba)
b) Inquiry training model (Richard suchman)
12
c) Scientific inquiry (joseph J. schwab)
d) Concept attainment (jerome bruner)
e) Cognitive growth (jean piaget, irving sigel, Edmund Sullivan,
Lawrence Kohlberg)
f) Advance organizer model (david ausubel)
g) Memory (harry lorayne, jerry lucas)
2) Personal Model (Model Pribadi)
Model mengajar dalam kategori ini berorientasi kepada perkembangan
diri individu.Setiap siswa adalah individu unik yang berinteraksi dengan
lingkungannya.Oleh karena itu model mengajar ini memfokuskan pada uasaha
guru untuk menolong siswa dalam mengembangkan bubungan yang produktif
dengan lingkungannya.Dengan model ini, siswa diharapkan dapat melihat
potensi diri dan mengembangkannya dalam bentuk kecakapan sebagai bagian
dari suatu kelompok.
Terdapat lima model yang termasuk rumpun ini yaitu:
a) Nondirective teaching (carl rogers)
b) Awareness training (William achutz)
c) Synectics (William Gordon)
d) Conceptual systems (david hunt)
e) Classroom meeting (William glasser)
13
3) Social Interaction Model (Model Interaksi Social)
Model interaksi social adalah model mengajar yang menitik beratkan
pada proses interaksi antara individu yang terjadi dalam kelompok. Model-
model mengajar digunakan dalam pembelajaran kelompok. Model ini
mengutamakan pengembangan kecakapan individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Siswa dihadapkan pada situasi yang demokratis dan
didorong utnuk berperilaku produktif dalam masyarakat. Melalui model ini
guru menciptakan timbulnya dialog antar siswa dan siswa belajar dari dialog
yang dilakukannya. Isi pelajaran difokuskan pada masalah-masalah yang
berkenaan dengan sosio kultural.Salah satu contoh model yang sering
diterapkan oleh guru adalah bermain peran (Role Playing).
Selain role playing model pembelajaran yang termasuk dalam kategori
ini adalah:
a) Grub investigation (Herbert thelen, john dewey)
b) Social inquiry (Byron masalas, Benjamin cox)
c) Laboratory method (national training laboratory bethel, maine)
d) Jurisprudential (Donald oliver, james P. shaver)
e) Role playing (fannie shaftel, George shaftel)
f) Social simulation (serene boocock, Harold guetzkow)
4) Behavioral Model (Model Peralaku)
Pembelajaran harus memberikan perubahan pada perilaku si
pembelajar ke arah yang sejalan dengan tujuan pembelajaran perubahan
14
tersebut harus dapat diamati.Terdapat 7 model pembelajaran yang termasuk
dalam kategori ini.
a) Contingency management (B.F.Skinner)
b) Self-Contol (B.F Skinner)
c) Relaxtation (Rimm and Masters,Wolpe)
d) Stress Reduction ( Rimm and Masters, Wolpe)
e) Assertive training (Wolpe,Lazarus,Salter)
f) Desentization (Wolpe)
g) Direct Training (Gagne,Smith and Smith)
Sedangkan menurut Suprijono (2009: 45), model pembelajaran ada 3 jenis,
yaitu:
1) Model pembelajaran langsung merupakan pembelajaran dimana guru
terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dan
mengajarkannya secara langsung.
2) Model pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
3) Model pembelajaran kontekstual, merupakan konsep yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
15
dimilikinya denganpenerapannya dalam kehidupan sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Menurut mulyasa (2003), menyatakan bahwa kualitas pembelajaran
dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun
social dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar
yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.
Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya
atau setidak-tidaknya sebagian besar.
Pembelajaran yang berkualitas adalah terlibatnya peserta didik secara
aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan yang dimaksud adalah: aktivitas
mendengarkan, komitmen terhadap tugas, mendorong berpartisipasi,
menghargai kontribusi/pendapat, menerima tanggung jawab, bertanya kepada
pengajar atau teman dan merespon pertanyaan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, terdapat begitu banyak model-
model pembelajaran.Salah satunya adalah model pembelajaran
kooperatif.Pembelajaran kooperatif merupakan bagian dari pembelajaran
konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran yang
16
menekankan adanya kerja sama, yaitu kerja sama antar kelompoknya untuk
mencapai tujuan belajar (Johnson & Johnson, 1987). Model pembelajaran ini
bermanfaat untuk melatih kerjasama, berani mengemukakan pendapat, dan
berani bermusyawarah mufakat untuk menentukan pendapat yang tepat sesuai
dengan topic permasalahan yang diberikan.Model pembelajaran kooperatif
sangat berbeda dengan pengajaran langsung.Disamping model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model
pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan
social siswa.
Jadi pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar siswa dapat
mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan
kreativitas siswa, pembelajaran juga dapat mempertahankan nilai social
bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik
mereka memotivasi mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk
keberhasilan mereka, hubungan kooperatif juga mendorong siswa untuk
menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya.
c. Pemilihan Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum,
17
dan lain-lain (Joyce Dalam Trianto, 2011:5) model pembelajaran yang tepat
sangat berpengaruh dengan hasil atau output dari siswa. Model pembelajaran
yang digunakan dapat disesuaikan dengan karakteristik materi yang
diajarkan.Setiap mata pelajaran memiliki sifat maupun atau ciri khusus yang
berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya, sehingga perlu pemikiran yang
matang untuk menerapkan model yang tepat untuk suatu kompetensi yang
diajarkan.
Arends dan pakar-pakar pembelajaran yang lain berpendapat bahwa
tidak ada satu pun model mengajar yang lebih unggul dari pada model
pembelajaran yang lainnya. Semua mode mengajar adalah baik, tergantung
pada implementasinya dikelas sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.
Oleh karena itu, guru perlu memili pertimbangan yang matang dalam
memilih model mengajar sesuai dengan relevansi dan tujuan yang akan
dicapai melalui pembelajaran.
Pertimbangan dimaksud misalnya terhadap materi pelajaran, tingkat
perkembangan kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia sehingga
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan dapat tercapai. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran, guru dapat memodifikasi model mengajar atau
menciptakan model mengajar sendiri. Yang terpenting adalah guru dapat
menciptakan ruang bagi siswanya untuk berkembang, produktif, aktif dan
kreatif sesuai bakat dan minatnya. Oleh karena itu, model mengajar juga harus
adaptif terhadap kebutuhan siswa. (jamil, 2013:186).
18
Pendapat diatas semakin diperkuat oleh pendapat M Atui (2014:119)
bahwa setiap model memiliki tujuan untuk menghasilkan suatu system
intruksional yang efektif dan efesien dalam memfasilitasi pencapaian tujuan
intruksional. Sedangkan menurut Syaodih (2012:104), pemilihan pendekatan
model, metode mengajar atau pembelajaran hendaknya didasarkan atas
beberapa pertimbangan:
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan memberikan arahan terhadap semua kegiatan dan bahan yang
akan disajikan. Setiap bahan dan pendekatan mengajar dirancang dan
dilaksanakan dengan maksud pencapaian tujuan secara maksimal. Tujuan
pembelajaran tersebut berkenaan dengan ranah kognitif, afektiif, ataupun
psikomotor.
2. Karakteristik Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang akan diberikan termasuk atau bagian dari bidang
ilmu atau bidang profesi tertentu. Tiap bidang ilmu dan profesi memiliki
karakteristik yang berbeda dengan yang lainnya. Guru perlu meyesuaikan
model pembelajarannya sesuai dengan karakteristik masing-masing bidang
ilmu atau profesi.
3. Kemampuan Siswa
Siswa adalah subjek dan pelaku dari kegiatan pembelajaran. Melalui
kegiatan belajar ini potensi-potensi, kecakapan dan karaktristik siswa di
kembangkan. Kemampuan siswa merupakan hal yang kompleks, selain
19
terkait dengan jenis variasi tingakat kemampuan yang dimiliki para siswa,
tetapi juga dengan tahap perkembangan, status, pengalaman belajar serta
berbagai factor yang melatarbelakanginya. Agar para siswa dapat
mengembangkan semua potensi, kecakapan dan karakteristikya secara
optimal, dibutuhkan pendekatan, model dan metode pembelajaran, yang
sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan siswa tersebut.
4. Kemampuan Guru
Guru seharusnya berkualitas sebagai pendidik professional. Kenyataan
kemampuan profesionalnya masih terbatas. Terbatas karena latar belakang
pendidikan, pengalaman, pembinaan yang belum intensif, atau karena hal-hal
yang bersifat internal, pemiliha pendekatan, model dan metode mengajar juga
harus disesuaikan dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada guru atau
dosen tersebut.
3. Model Pembelajaran Snowball Throwing
a. Pengertian Snowball Throwing
Model pembelajaran snowball throwing ini termasuk dalam kategori
model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dimaksudkan dalam
hal ini adalah yang disusun memalalui kelompok kecil siswa yang saling
bekerja sama dengan memaksimalkan kodisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Konsep belajar berkelompok, tingkat keberhasilannya tergantung pada
kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun
secara kelompok.
20
Model snowball throwing adalah cara belajar dengan melemparkan
kertas yang berisi pertanyaan yang digulung bulat seperti bola ke siswa yang
lain. Snowball throwing terdiri dua kata yaitu snowball dan throwing.
Snowball berarti gumpalan salju atau bola salju, sedangkan throwing berasal
dari kata throw yang berarti lemparan atau melemparkan. Jadi, snowball
throwing adalah melemparkan bola salju.
Strategi pembelajaran snowball throwing (ST) atau juga sering dikenal
dengan snowball figh merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali
dari game fisika dimana segumpalan salju dengan maksud memukul orang
lain. Dalam konteks pembelajaran, snowball throwing diterapkan dengan
melemparkan segumpalan kertas untuk menunjukkan sisswa yang diharuskan
menjawab soal dari guru
Metode pembelajaran ini, digunakan untuk memberikan konsep
pemahaman materi yang sulit kepada peserta didik serta dapat juga digunakan
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemapuan peserta didik
dalam materi tersebut. Pada model ini, kegiatan belajar diatur sedemikian rupa
sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih dengan
menyenangkan. Dengan penerapan metode ini, diskusi kelompok dan
interaksi antara peserta didik dari kelompok yang berbeda memungkinkan
terjadinya sharing pengetahuan dalam pengalaman dalam upaya
menyelasaikan permasalahan yang memungkinkan timbul dalam diskusi yang
berlangsung secara interaktif dan menyenangkan.
21
Salah satu permasalahan serius yang terjadi dalam proses belajar yaitu
adanya perasaan ragu pada diri siswa untuk menyampaikan permasalahan
yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran sehingga siswa kurang
memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Tetapi, melalui penerapan
model pembelajaran snowball throwing, peserta didik dapat menyampaikan
pertanyaan atau permasalahannya dalam bentuk tertulis yang nantinya akan
didiskusikan bersama dan akan menjadi mudah dipahami peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik dapat menyampaikan kesulitan yang
dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Manfaat lain yang dapat
diperoleh dalam pembelajaran snowball throwing guru dapat melatih kesiapan
peserta didik dalam menanggapi dan menyelasaikan masalah.
Menurut komalasari (20133:67) dalam bukunya pembelajaran
kontekstual konsep dan aplikasi, model pembelajaran snowball throwing
adalah model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa
dalam kelompok dan keterampilan membuat, menjawab pertanyaan yang
dipadukan memalui suatu permaianan imajinatif membentuk dan melempar
bola salju.
Sedangkan uno (2011:102) mengatakan bahwa model pembelajaran
snowball throwing adalah model kegiatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan individu untuk berpendapat, kemudian dipadukan secaa
berpasangan, berkelompok, dan yang terakhir secara klasikal utnuk
mendapatkan pandangan dari seluruh siswa atau siswa di kelas.
22
Berdasarkan pendapat para ahli diatas mengenai pengertian model
pembelajaran snowball throwing dapat diambil kesimpulan bahwa model
snowball throwing memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berkelompok
2. Membuat sebuah pertanyaan atau sebuah kertas yang kemudian
digulung menyerupai bola.
3. Throwing artinya melempar. Kertas yang telah digulung menyerupai
bola yang kemudian kertas berbentuk bola tersebut dilemparkan
kepada siswa lain.
4. Menjawab pertanyaaan sesuai dengan yang tertulis pada kertas
tersebut.
b. Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Model Snowball Throwing
Langkah-langkah pembelajaran snowball throwing menurut Huda
(2017:227) sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memaggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman
sekelompoknya.
23
4. Masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemuadian kertas yang berisi pertanyaan tersebt dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis
dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Guru mengevaluasi dan menutup pembelajaran.
Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah untuk melakukan model pembelajaran snowball throwing adalah guru
membentuk siswa menjadi kelompok-kelompok kecil, tiap kelompok
menentuka anggota kelompoknya. Guru memanggil ketua kelompok untuk
menjelaskan materi, yang kemudian materi tersebut akan dijelaskan oleh
ketua kelompok kepada anggota kelompoknya masing-masing.
Setelah selesai tiap anggota kelompok akan menuliskan pertanyaan
kedalam seelembar kertas, yang kemudian kertas digulung menyerupai sebuah
bola dan dilemparkan kepada anggota kelompok lain. Kertas yang berisi
pertanyaan yang didapatkann oleh anggota kelompok lain akan dijawab
pertanyaannya oleh siswa yang menerima kertas itu. Siswa maju satu persatu
utnuk menjelaskan jawabannya sambil dievaluasi oleh guru.
24
4. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing
a. Kelebihan:
1) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada orang lain.
2) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa
lain.
3) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak
tahu dengan berbagai soal yang dibuat temannya seperti apa.
4) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
5) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung
dalam peraktik.
6) Pembelajaran menjadi lebih efektif.
7) Ketiga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai.
b. Kekurangan
1) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi
sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari
soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah
dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
2) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baiktentu
menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga
25
diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi
pelajaran.
3) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan untuk kelompok sehingga
siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerjasama. Akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi guru utnuk menambahkan
pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.
4) Memerlukan waktu yang sangat panjang.
5) Siswa yang nakal cenderung berbuat onar.
6) Kelas sering kali gaduh karena kelompok yang dibuat siswa.
Jadi, dari pengertian diatas peniliti dapat menyimpulkan bahwa model
pembelajaran snowball throwing adalah model pembelajaran yang membagi
peserta didik menjadi bebrapa kelompok kemudian didalam masing-masing
kelompok terdapat ketua kelompok utnuk mendapat tugas dari guru.
Kemudian masing-masing peserta didik bekerjasama dengan anggota
kelompoknya membuat pertanyaan di selembar kertas yang kemudian diremas
dan dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar kepeserta
didik yang lain. Kemudian peserta didik yang terkena lemparan kertas harus
menjawab pertanyaan dalam kertas yang diperoleh. Kemudian dalam proses
pembelajaran ini guru tetap berperan sebagai pembimbing dan mengarahkan
peserta didik dalam menyelasaikan tugas yang diberikan. Dengan indicator
berupa membuat soal, menjawab soal dan bermain sambil belajar.
26
5. Partisipasi Siswa
a. Pengertian partisipasi siswa
Partisipasi berasal dari bahasa inggris “participation” yang berarti
pengambilan bagian atau pengikut sertaan. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia partisipasi diartikan sebagai “ hal turut berperan serta dalam suatu
kegiatan, keikutsertaan, peran serta” . (tim penyusun kamus, 1996).
Partisipasi siswa berarti keikutsertaan siswa dalam suatu kegiatan yang
ditunjukkan dengan perilaku fisik dan psikisnya. Belajar yang optimal akan
terjadi bila siswa berpartisipasi secara tanggung jawab dalam proses belajar.
Keaktifan siswa ditunjukkan dengan partisipasinya. Keaktifan itu dapat
terlihat dari beberapa perilaku misalnya mendengarkan, mendiskusikan,
membuat sesuatu , menulis laporan, dan sebagainya. Partisipasi siswa
dibutuhkan dalam menetapkan tujuan dan dalam kegiatan belajar dan
mengajar (Hasbuan & moedjiono, (2006 : 7). Partisipasi diperlukan dalam
proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk
mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan maksudnya siswa harus aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran. Tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting dalam proses pembelajaran.
Menurut pendapat Tjokrowinoto dalam Suryobroto (1997 : 278)
partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang didalam situasi
kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya piker dan
27
perasaan mereka bagi terciptanya tujuan-tujuan bersama tangguang jawab
terhadap tujuan tersebut.
Jerrold dalam Yeni Herawati (2008) berpendapat bahwa partisipasi
tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai hal, diantaranya:
a) Keaktifan siswa didalam kelas
Misalnya aktif mengikuti pelajaran, memahami penjelasan guru,
bertanya kepada guru, mampu menjawab pertanyaan dari guru dan
sebagainya.
b) Kepatuhan terhadap norma belajar
Misalnya mengerjakan tugas sesuai dengan perintah guru, datang tepat
waktu, memakai pakaian sesuai dengan ketentuan, dan sebagainya.
Dari uraian yang disampaikan oleh Jerrold, partisipasi tersebut dapat
dikembangkan lagi menjadi beberapa jenjang, yaitu:
a) Menerima, yaitu siswa mau memperhatikan suatu kejadian atau
kegiatan, contohnya siswa mau mendengarkan apa yang di sampaikan
oleh guru dan mengamati apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
b) Menanggapi, yaitu siswa mau terhadap suatu kejadian dengan berperan
serta, contohnya: menjawab, mengikuti, menyetujui, menuruti
perintah, menyukai dan sebagainya.
c) Menilai, yaitu siswa mau menerima atau menolak suatu kejadian
melalui pernyataan sikap positif atau negative, contohnya: menerima,
mendukung, ikut serta, meneruskan, mengabdikan diri, dan sebagainya.
28
d) Menyusun, yaitu apabila siswa berhadapan dengan situasi yang
menyangkut lebih dari satu nilai, dengan senang hati menyusun nilai
tersebut, menentukan hubungan antara berbagai nilai dan menerima
bahwa ada nilai yang lebih tinggi daripada yang lain, contohnya:
menyusun, memilih, mempertimbangkan, memutuskan, mengenali,
membuat rencana dan sebagainya.
e) Mengenali ciri karena kompleks nilai, yaitu siswa secara konsisten
bertindak mengikuti nilai yang berlaku dan menganggap tingkah laku
ini sebagai bagian dari kepribadiannya, contohnya: percaya,
memparktekkan, melakukan dan mengerjakan.
Didalam proses pembelajaran guru dapat meningkatkan partisipasi
siswa dengan menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, kegiatan yang
dapat dilakukan oleh guru (Yeni Herawati, 2008) diantaranya:
a) Menggunakan multimetode dan multimedia.
b) Memberikan tugas secara individu maupun kelompok.
c) Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen
dalam kelompok kecil.
d) Memberikan tugas untuk membaca bahan ajar, mencatat hal-hal
yang kurang jelas, serta mengadakan Tanya jawab dan diskusi.
Secara garis besar partisipasi merupakan keikutsertaan siswa dalam
proses pembelajaran yang meliputi menerima respon dari luar, menanggapi
29
suatu permasalahan, dan menjawab dari suatu permasalah yang sedang
dibahas. Partisipasi siswa didalam kelas akan mempengaruhi proses
pembelajaran itu sendiri, dimana dengan partisipasi yang tinggi akan tercipta
suasana pembelajaran yang efektif.
Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik
yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang
membedakannya kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada
keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Menurut mulyasa
(2011: 105) dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan kompetensi
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seuruhnya atau setidak-tidaknya
sebagaian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental,
maupun social dalam proses pembelajaran.
Disini perlu kreativitas guru dalam mengajar agar siswa berpartisipasi
dalam pembelajaran. Penggunaan strategi dan metode yang tepat akan
menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode belajar mengajar
yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa
dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih
terbuka dan sensitive dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mampu
mneciptakan suasana kelas yang hidup, yaitu ada interaksi antar guru dengan
siswa maupun siswa dengan siswa.
30
6. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Setiap melaksanakan kegiatan tertentu akan diperoleh suatu hasil,
begitu pula dengan hasil belajar, hasil kegiatan belajar biasa dikenal sebagai
hasil belajar. Hasil belajar mempunyai ukuran keberhasilan peserta didik
melaksanakan belajar. Hasil belajar ini diperoleh melalui seperangkat tes dan
hasil-hasil tesnya akan memberikan informasi apa yang telah dikuasai peserta
didik. Hasil belajar ( achievement) diartikan sebagai tingkat keberhasilan
dengan mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran tertentu
(Suharsimi Arikunto, 1997: 30).
Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui perubahan
perilaku yang terjadi pada diri siswa dengan kaitannya dengan tujuan
instruksional yang telah ditetapkan. Proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh
dua kelompok factor yaitu factor yang bersal dari diri individu yang sedang
belajar dan factor yang bersal dari luar individu. Menurut Baharuddin dan Esa
(2007: 19) factor yang terdapat didalam diri individu dikelompokkan menjadi
dua factor yaitu factor psikis dan factor fisik. Yang termasuk factor psikis
antara lain ialah: kognitif, afektif, psikomotor, campuran, kepribadian.
Sedangkan yang termasuk factor fisik ialah kodisi: indera, anggota badan,
tubuh, kelenjar, syaraf, dan organ-organ dalam tubuh.
b. Factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
31
Untuk meraih hasil belajar yang baik banyak sekali factor-faktor yang
perlu diperhatikan menurut Rusyan dkk (1994 : 81) yang tergolong factor
internal adalah
1) Factor jasmaniah, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
2) Factor psikologi, terdiri atas:
a) Factor intelektif yang meliputi factor( potensial kecerdasan dan
bakat, factor kecakapan nyata)prestasi yang dimiliki.
3) Factor kematangan fisik maupun sikis yang tergolong factor eksternal
adalah
a) Factor social
b) Factor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,teknologi
dan kesenian
c) Factor lingkungan spiritual dan keagamaan
Sedangkan menurut syah (2007 : 144) mengemukakan secara global,
factor-factor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat digolongkan
menjadi dua yaitu: factor intern dan ekstern.
c. Evaluasi hasil belajar
Hasil belajar dapat diketahui, dinilai dan diukur dengan menggunakan
evaluasi.Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan
dan efisiensi system pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan,
materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun system penilaian
32
itu sendiri.Sedangkan tujuan khusus evaluasi pembelajaran disesuaikan
dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perecanaan
dan pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-
ekonomis, dan evaluasi program komprehensif. (Arifin, 2012: 22)
Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai tes. Daryanto
(2008: 12-14) membagi tes menjadi empat macam yaitu: tes penempatan, tes
formatif, tes diagnosis, tes sumatif.
7. Metode Mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi
tersebut kepada siswa. Menurut Hasbuan dan moedjiono, (2004 : 3) mengajar
adalah penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar. Metode mengajar yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk
menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Hasbuan dan moedjiono (2004 : 3) mengatakan bahwa metode mengajar
adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam
pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Sedangkan factor yang paling
penting adalah factor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas,
memiliki disiplin yang tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi
senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi,
paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.
33
8. Mata pelajaran PPKn di SMK
Pendidika pancasila dan kewarganegaraan ataau yang biasa disingkat
PPkn merupakan mata pelajaran yang diamattkan langsung pasal 2, pasal 3,
dan pasal 37 UU nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.
Mata pelajaran ppkn ini juga diharapkan mampu mengembangkan pserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang
dijiwai oleh nilai-nilai pancasila, UUD Negara republic Indonesia tahu 1945,
semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen Negara kesatuan republic
Indonesia. (lampiran III permendikbud nomor 60 tahun 2014).
Sebagai mata pelajaran yang multidimensional, secara umum tujuan
mata pelajaran PPKn pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah
mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh dimensi
kewarganegaraan, yakni:
1) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung
jawab kewarganegaraan.
2) pengetahuan kewarganegaraan.
3) keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi
kewarganegaraan. (lampiran III permendikbud nomor 60 tahun 2014).
Dalam pelaksanaannya disekolah, mata pelajaran PPKn selalu
dihadapkan dengan berbagai kendala dan keterbatasan. Sunarso, dkk (2008: 2)
menjelaskan beberapa kendala dan keterbatasan yang dihadapi mata pelajaran
ppkn diantaranya yakni:
34
1) masukan instrumenal terutama yang berkaitan dengan kualitas guru serta
keterbatasan fasilitas dan sumber belajar
2) masukan lingkungan terutama yang berkaitan dengan kondisi dan situasi
kehidupan politik negara yang kurang demokratis. Sehingga implementasi
PPKn tidak sesuai dengan misi sebagai mana mestinya.
Ketidak sesuaian tersebut dapat ditunjukkan dengan beberapa indikasi
empiric, yang salah satunya ada pada proses pembelajaran PPKn dikelas yang
mencakup penilaian yang dilakukan oleh guru. Proses pembelajaran yang
lebih banyak menekankan pada satu aspek akan berpengaruh juga terhadap
penilaian yang dilakukan guru dikelas.
Indikasi-indikasi diatas menunjukkan bahwa begitu banyak kendala
bagi ppkn untuk mencapai hasil belajar secara utuh mencakup aspek kognitif,
efektif dan psikomotoric.Apabila hasil belajar belum bisa mencapai ketahap
dimana semua dimensi kewarganegaraan dalam mata pelajaran ppkn dapat
tercapai maka dapat diartikan pula tujuan dari PPKn sendiri belum
sepenuhnya dapat dicapai.
Menyadari akan hal itu tentunya pemerintah juga terus berupaya
memperbaiki system yang ada dalam pendidikan. Salah satuhnya perubahan
kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai pada tahun
2013 lalu pemerintah telah memberlakukan kurikulum baru ytakni kurikulum
35
2013 untuk menggantikan kurikulum yang sebelumnya yakni kurikulum
2006.
Salah satu aspek yang dijadikan perubahan dan penataan didalam
implementasi kurikulum 2013 adalah pada penataan standar
penilaian.Meskipun telah ada kurikulum 2013 tidak berarti semua sekolah
serempak untuk menerapkannya, hanya beberapa sekolah yang dipilih sebagai
sekolah pencontohan untuk implementasi kurikulum 2013.berbagai factor
menjadi alasan untuk tidak diberlakukannya kurikulum 2013 disemua
sekolah.
Kurikulum 2013 memilki karakteristik sebagai kurikulum yang
mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
social, rasa ingin tahu,kreatifitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik.
Melihat karakteristik kurikulum 2013 yang demikian sangat sesuai
dengan tujuan umum dari mata pelajaran PPKn yang harus dicapai dalam
kegiatan pembelajaran dikelas, apabila dalam hal ini guru mampu
melaksanakan kurikulum 2013 disekolah dengan baik, pada dasarnaya inti
dari implementasi kurikulum itu sendiri adalah pembelajaran dimana salah
satunya mencakup penilaian. Penilaian merupakan aspek penting dalam
pembelajaran dan tidak dapat terlepas dari pembelajaran.Pada intinya
36
kesuksesan pendidikan bukan terletak pada kurikulum melainkan dari
gurunya sendiri seperti yang disampaikan oleh menteri pendidikan dan
kebudayaan Anis baswedan menyatakan kunci kesuksesan pendidikan bukan
terletak pada kurikulum melainkan pada gurunya.(Yohannie Linggasari,
CNN Indonesia kamis, 18/12/2014 15:35 WIB).
Penilaian dalam mata pelajaran PPKn mencakup tiga aspek sekaligus.
Pertama, kompetensi sikap yang dalam kurikulum 2013 dibagi menjadi dua,
yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang
beriman dan bertakwa,dan sikap social yang terkait dengan pembentukan
peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung
jawab.
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui obserasi,
penilaian diri, penilaian “teman sejawat” oleh peserta didik dan
jurnal..instrumen yang digunakan untuk observasi, penialain diri, dan
penialain antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang
disertai rubric, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Kedua,
kompetensi pengetahuan merupakan kompetensi ranah kognitf dalam
taksonomi pendidikan.Radasi pecapaian kompetensi pengetahuan ppkn pada
jenjang SMA/MA/SMK/MAK adalah memahami, menganalisiss, dan
mengevaluasi.
37
Tahapan ini perlu diapahami guru dalam menyusun indicator
pencapaian kompetensi dalam menyusun kisi-kisi penilaian.Pendidik menilai
kompetensi pengetahuan melalui teknik tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.Ketiga, kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penialain yang menuntut peserta didik mendemonstrasikann suatu
kompetensi tertentu.
Gradasi pencapaian kompetensi keterampilan mata pelajaran ppkn
pada jenjang SMA/MA/SMK/MAK adalah mencoba dan menyajikan.
Tahapan ini perlu dipahami oleh guru untuk menyusun indicator pencapaian
kompetensi dalam kisi-kisi penialaian.Teknik peniaalain kompetnsi
keterampilan menggunakan tes praktik, projeck dan penilaian
portofolio.Instrument yang digunakan berupa daftar cek atau skala penialian
yang dilengkapi rubric (Lampiran III Permenikbud Nomor 60 Tahun 2014).
38
B. Kerangka Pikir
2.1 Pola Kerangka Pikir
C. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel
bebas (X) dan variabel terikat (Y).
ASPEK SISWA
1. Siswa cenderung duduk, diam dalam proses pembelajaran dikelas
2. Siswa kurang berpartisipasi selama proses pembelajaran berlangsung.
ASPEK GURU
1. Guru masih monoton dalam memberikan nmetode dalam pembelajaran
2. Guru kurang fokus terhadap partisipasi siswa
3. Guru kurang berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran Snowball Trowing
Partisipasi belajar siswa
Hasil Belajar Siswa
SMK MUHAMMADIYAH
2 BONTOALA
39
1. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian Ini adalah ada Pengaruh Model Snowball
Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Ppkn Di Smk Muhammadiyah 2 Bontoala.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala.Jl.
Andalas no. 126H/7C, Bontoala, kec. Makassar, kota Makassar, Sulawesi
selatan. Penelitian ini dimulai pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.
Alasan pemilihan lokasi tersebut karena berdasarkan pengamatan
peneliti di sekolah tersebut masih ada kendala yang dihadapi oleh guru dalam
pembelajaran PPKn, dan bagi siswanya masih banyak yang kurang aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran PPKn.
2. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen semu (quasi
experimental design). Quasi experimental design terdiri dari dua bentuk yaitu
time series design dan one group pre test and post test design. Quasi
experimental design terdiri dari dua bentuk yaitu time series design dan
nonequivalent control group design (Sugiyono, 2016: 108). Adapun jenis
design yang dipilih dalam penelitian ini yaitu nonequivalent control group.
Desain bentuk ini digunakan karena terdapat dua kelompok yang tidak
39
41
dipilih secara acak, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Sebelum kelompok eksperimen diberikan perlakuan (treatment), kedua
kelompok tersebut diberikan pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan
awal antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang
baik adalah jika nilai kedua kelompok hampir sama atau tidak berbeda secara
signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, secara sederhana peneliti menyimpulkan
untuk mencari hasil dari suatu perlakuan maka perlu mencari selisih,
sedangkan untuk kelas kontrol tanpa perlakuan, hasil diperoleh dari selisih.
Langkah selanjutnya setelah memperhitungkan selisih, yaitu melihat akibat
perlakuan dengan melihat perbedaan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
pelaksanaan rancangan ini sebagai berikut : Memilih dua kelompok
subjek yang tidak equivalent. Kelompok eksperimen yang mendapat
perlakuan penerapan model
1. Model pembelajaran Snowball Throwing dan kelompok kontrol tanpa
perlakuan.
2. Melaksanakan pretest pada kedua kelompok itu.
3. Mengadakan perlakuan pada kelompok eksperimen, dengan menerapkan
model pembelajaran Snowball Throwing.
4. Setelah selesai langkah ketiga, kemudian memberikan posttest pada kedua
kelompok.
42
5. Setelah dilaksanakan posttest, kemudian mencari beda mean antara
posttest dan pretest pada kedua kelompok tersebut.
6. Menggunakan statistik untuk mencari perbedaan hasil langkah kelima,
sehingga dapat diketahui pengaruh penggunaan model pembelajaran
Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa
7. pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan kelompok kontrol
tanpa perlakuan.
8. Melaksanakan pretest pada kedua kelompok itu.
9. Mengadakan perlakuan pada kelompok eksperimen, dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.
10. Setelah selesai langkah ketiga, kemudian memberikan posttest pada kedua
kelompok.
11. Setelah dilaksanakan posttest, kemudian mencari beda mean antara
posttest dan pretest pada kedua kelompok tersebut.
12. Menggunakan statistik untuk mencari perbedaan hasil langkah kelima,
sehingga dapat diketahui pengaruh penggunaan model
13. pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing terhadap hasil belajar
siswa.
3. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one
group pre test and post test design. Desain penelitian ini hanya dilaksanakan
43
satu kelompok saja yang tidak dipilih secara random dan tidak dilakukan test
kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan(
Sugiyono, 2016:109). Pada rancangan penelitian ini kelompok eksperimen
hanya menggunakan satu kelas saja. Langkah pertama dalam pengambilan
data adalah melakukan test awal (pretest). Tes ini dilakukan untuk mengetahui
skor siswa sebelum diberi perlakuan (treatment). Setelah dilakukan tes awal,
langkah selanjutnya yaitu memberikan perlakuan, dalam hal ini bentuk
perlakuannya adalah pembelajaran dengan menggunakan metode model
pembelajaran Snowball Throwing sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Setelah perlakuan selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan tes
akhir (posttest) kemudian menganalisis dengan uji-t dan mendeskripsikan
pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing pada mata pelajaran PPKn
kelas VII TKR SMK Muhammadiyah 2 Bontoala. Adapun urutan desain
penelitian terlihat jelas pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
One Group Pretest Posttest Design
Pretest Treatment Posttest
T1 X T2
Keterangan:
T1 : Tes awal (Pretest) sebelum perlakuan diberikan
T2 : Posttest setelah perlakuan diberikan
44
X : Perlakuan (Treatment) Pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan
dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing
T2 : Pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan dengan metode ceramah.
B. Populasi dan Sampel
A. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono 2016 :
117). Selain itu populasi merupakan suatu kelompok atau kumpuln objek yang
akan digeneralisasikan dari hasil penelitian (Widyanto, 2010:5).
Tabel 3.2
Populasi siswa kelas VII SMK Muhammadiyah 2 Bontoala
No
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
LK PR
1. TKJ 44 4 88
2. ADM Perkantoran 34 15 49
3. Tekhnik Otomotif 70 0 70
4. Tehnik Otomotif Kendaraan Ringan 26 0 26
5. Tehnik Otomotif Sepeda Motor 65 0 65
6. Tekhnik Elektronika Audio-Vidio 35 6 41
45
7. AK 54 3 57
Jumlah 435
Sumber: SMK Muhammadiyah 2 Bontoala
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Tekhnik pengambilan sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah sampel jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jenis sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Sugiyono (2016: 124)
menjelaskan bahwa sampel jenuh ialah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Peneliti memilih sampel kelas
TKR berjumlah 26 orang siswa sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas
kontrol.
Tabel 3.3 Deskripsi Keadaan Sampel
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
LK PR -
1 TKR 26 - 26
Sumber: SMK Muhammadiyah 2 Bontoala
46
C. Instrument Penelitian
Sugiyono (2014, hlm. 92) menyatakan bahwa “Instrumen penelitian adalah
suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati”. Dengan demikian, penggunaan instrumen
penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah,
fenomena alam maupun sosial. Adapun intrumen yang dipakai dalam penelitian
ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah suatu aktivitas pengamatan terhadap sebuah objek
secara langsung dan mendetail guna untuk menemukan informasi
mengenai objek tertentu.
2. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,
arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah.
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”
47
(Arikunto, 2013, hlm. 193). Teknik tes yang digunakan menggunakan
bentuk tes objektif.
D. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang di gunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah alat yang dipakai untuk menggali data mengenai,
data siswa, aktivitas siswa, proses mengajar guru.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah alat yang dipakai untuk menggali data
mengenai proses belajar mengajar di SMK Muhammadiyah 2
Bontoala, berupa nilai yang diperoleh siswa sebelum
mengguanakan postes dan setelah melakukan pretes, kemuadian
melihat kategori ketuntasa standar hasil belajar siswa, berupa
gambar yang diambil selama proses pembelajaran selama proses
belajar mengajar.
3. Tes
Tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa selama proses pembelajaran dikelas
.
48
1. Test awal (pretest).
Test awal di lakukan sebelum treatment,pretest di lakukan untuk
mengetahui kemampuan PPKn yang di miliki oleh siswa sebelum
diterapkannya model pembelajaran snowball throwing.
2. Test akhir (posttest).
Setelah treatment,tindakan tindakan selanjutnya adalah posttest
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran snowball
throwing.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian, kemudian
diolah dan dianalisis agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan
menguji hipotesis. Teknik analisis data yang ditetapkan dalam penelitian ini
adalah analisis uji-t yang dibantu dengan program SPSS. Penggunaan
teknik analisis dengan menggunakan uji-t dimaksudkan untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dengan kelas
control yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball Throwing.
49
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
normal tidaknya persebaran data yang akan dianalisis. Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov Test yang
dilakukan dengan kaidah Asymp Sig atau nilai p.
Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan terhadap skor pretest dan
posttest, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Proses
perhitungan normalitas ini menggunakan bantuan komputer program SPSS.
Interpretasi hasil uji normalitas dilakukan dengan melihat nilai sig. (2-tailed).
Adapun interpretasi dari uji normalitasnya sebagai berikut :
a. Jika nilai sig. (2-tailed) lebih besar dari tingkat alpha 5% (sig.(2-tailed) >
0,050), dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang sebarannya
berdistribusi normal.
b. Jika nilai sig. (2-tailed) lebih kecil dari tingkat alpha 5% (sig. (2-tailed) <
0,050), dapat disimpulkan bahwa data tersebut menyimpang atau
berdistribusi tidak normal.
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal,
langkah selanjutnya adalah mencari nilai homogenitasnya. Uji homogenitas
dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan (homoginitas) beberapa
50
bagian sampel, yakni seragam tidaknya varian sampel yang diambil dari
populasi yang sama. Untuk menguji homogenitas varian tersebut perlu
dilakukan uji statistik (test of homogeneity of variances) pada distribusi skor
kelompok-kelompok yang bersangkutan.
Uji homogenitas dilakukan pada skor hasil pretest dan posttest dengan
ketentuan jika nilai signifikansi hitung lebih besar dari taraf signifikansi 0,05
(5%) maka skor hasil tes tersebut tidak memiliki perbedaan varian atau
homogen. Perhitungan homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan
komputer program SPSS.
3. Uji Hipotesis
Setelah melakukan pengujian prasyarat, langkah selanjutnya adalah
melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Uji-t ini digunakan untuk
menguji nilai rata-rata dari kelompok tersebut memiliki perbedaan atau tidak.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS untuk
menghitung uji-t. .Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, artinya rata-rata pretest dan
posttest hasil belajar siswa adalah sama.
b. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak, artinya rata-rata pretest dan
posttest hasil belajar siswa adalah berbeda.
Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
51
H0 : μ1 = μ2 H1 : μ1 ≠ μ2
Keterangan:
H0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing
terhadap hasil belajar siswa di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala.
H1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing terhadap
hasil belajar siswa di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala.
μ1 : Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.
μ2 : Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran metode ceramah.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi SMK Muhammadiyah 2 Bontoala
Berdasarkan tingginya animo masyarakat Bontoala pada khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya untuk menyekolahkan putra putrinya disekolah
yang bernuansa Islami.Untuk merespon kehendak masyarakat tersebut maka, tokoh-
tokoh Muhammadiyah Cabang Bontoala seperti: Drs. H. M. Saleh Muthalib, Drs.
H. M. Arafah Pataoe, Abd. Rahim dan lain–lain.Maka mereka bersepakat untuk
mendirikan sekolah yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Sebagai wujud nyata
dari hal tersebut Maka tepat pada tanggal 1 Januari 1994 didirikanlah Mualimin
Muhammadiyah 6 tahun. Dan pada tahun itu pulalah dimulai penerimaan siswa
baru. Seiring dengan perkembangan zaman, sekolah ini kian tahun kian diminati
oleh siswa maka pada tahun 2004 nama Mualimin diubah namanya menjadi
Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 2 Bontoala. Itulah yang kita kenal
sampai sekarang.
Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 2 Bontoala dalam kiprahnya
didunia pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa, telah banyak
menelorkan alumni yang sudah mengabdi diberbagai instansi pemerintah dan
swasta diseluruh pelosok tanah air.
Selanjutnya sejak berdirinya sekolah tersebut, telah terjadi 6 kali pergantian
Kepala Sekolah, Sebagai berikut :
1. Drs. Muh. Rusli (1994 s.d 1998)
51
53
2. Drs. H. Muh. Saleh Muthalib (1998 s.d 2004)
3. Drs. Mastura (2004 s.d 2009)
4. H. M. Arifin BA (2009 s.d 2012)
5. Hj. Nadirah S.Pd.I (2012 s.d 2017)
6. Firdaus Yusuf (2017 sampai sekarang)
Dan sekarang dengan adanya Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah
2 Bontoala sangat membantu masyarakat sekitar untuk menyekolahkan anak-anak
masyarakat setempat untuk mewujudkan dan pendidikan yang berkualitas dan
mampu melahirkan insan yang cerdas, kompetitif, beriman dan bertaqwa serta
mempunyai jiwa Nasionalisme yang tinggi.
B. Hasil Penelitian
1. Data Observasi Dan Dokumentasi
Tabel 4.1
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin .
No
Responden
Jenis
Kelamin
Umur Ket
1. Abdul Muslim L 18 Tahun
2. Achmad Fiqri Arasyid L 18 Tahun
3. Aditya Pratama L 18 Tahun
4. Rakhmad Ramadhan L 18 Tahun
5. Ricky Abdi Prayoga L 18 Tahun
6. Rivaldi Aji Ramadhan L 18 Tahun
7. Yuri Ilham Fahri L 17 Tahun
54
8. Agus Supriyanto L 18 Tahun
9. Bagus Zakaria Adytama L 17 Tahun
10. Yudystira L 17 Tahun
11. Ilham Rizal Pradana L 17 Tahun
12. M. Arif Al Amin L 18 Tahun
13. Muhammad Naufal Nafis L 17 Tahun
14. Sajid Abdullah L 18 Tahun
15. Taufiq Rahman L 18 Tahun
16. Ahmad Mirza L 18 Tahun
17. Ahmad Nanda Falahuddin L 17 Tahun
18. Bagas Arsy Ardana L 18 Tahun
19. Dava Alif Kurniawan L 18 Tahun
20. Muhammad Faisal L 18 Tahun
21. Muhammad Anshori L 18 Tahun
22. Aryadika L 18 Tahun
23. Diaz Aditya L 17 Tahun
24. Muhammad Tawaqal. P L 17 Tahun
25. Rafie Iqbal Pratama L 18 Tahun
26. Reza Ramadhan L 17 Tahun
Total Responden 26
55
Tabel 4.2
b. Kategorisasi Standar Hasil Belajar Yang Ditetapkan Oleh
Departemen Pendidikan Nasional
No. Nilai Kategori
1. 2 3
2. 90 < × ≤ 100 Sangat Tinggi
3. 80 < × ≤ 100 Tinggi
4. 65 < × ≤ 79 Sedang
5. 55 < × ≤ 64 Rendah
6 0 < × ≤ 54 Sangat Rendah
Hasil belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil belajar
secara individual. Kriteria seorang murid dika
Recommended