View
21
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP
HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
SOFIYAH
NIM 103016327172
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H2010 M
LEMBAR PENGESAHAN
ldquoPENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP
HASIL BELAJAR FISIKA SISWArdquo
(Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
SOFIYAH
NIM 103016327172
Pembimbing I Pembimbing II
Dr Zulfiani M Pd Erina Hertanti M Si
NIP 19760309 200501 2 002 NIP 19720419 199903 2 002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H2010 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
Skripsi berjudul Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa oleh Sofiyah NIM 103016327172 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 03 Sepetember 2010 di hadapan dewan penguji Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana S1 (SPd) dalam Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Jakarta September 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti MSc NIP 19700209 20003 2 001
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Nengsih Juanengsih MPd NIP 19790510 200604 2 001
Penguji I Ir Mahmud M Siregar MSi NIP 19540310 198803 1 001
Penguji II Drs Hasian Pohan S Pd M Si NIP 130 805 861
Mengetahui
Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan
Prof Dr Dede Rosyada MA NIP 19571005 198703 1 003
LEMBAR UJI REFERENSI
Dosen Pembimbing No Footnote I II
BAB I 1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan
Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
BAB II 1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan
Praktek (Jakarta Prestasi Pustaka Publisher 2007) h26
2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
3 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
4 Trianto Op Cit h 27
5 Ibid h 28
6 Ibid
7 Ibid
8 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008) h 124
9 Trianto Op Cit h 29
10 Baharuddin Op Cit h 127
11 Trianto Op Cit h 30
12 Ibid
13 Ibid h 30
14
Anwar Holil Teori Pembelajaran Sosial artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
15 Ibid
16 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 13
17 Ibidh 14
18 Ibid h 15
19 Trianto Op Cit h 33
20
Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml
21
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
22 Ibid
23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit
24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6
25 Ibid h 3
26
Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
27 Baharuddin Op Cit h 97
28 Ibid h 98
29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5
30 Ibid h 7
31 Ibid h 8
32
Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml
33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9
34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17
35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90
36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188
37 Ibid
38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412
39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165
40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)
41 Ibid
42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117
43 Ibid h 118
44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60
45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119
46 Tatang M Amirin Op Cit
47
I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
48
Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
49
A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14
50 Ibid h 15
51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
52
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
BAB III
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168
3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7
4
Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213
5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263
BAB IV
1
Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di
2
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17
4
Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66
ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung
i
ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676
Keywords physics subject achievement Direct Instruction
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada
1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini
2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya
3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si
Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi
5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan
iii
6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut
7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah
Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku
8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003
khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan
Ucie
9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7
1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8
2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25
B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36
v
B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 61 B Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18
Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36
Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53
Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65
Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68
Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74
Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77
Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80
Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83
Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89
Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91
Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93
Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95
Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97
Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98
Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101
Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104
Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107
Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110
Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk
dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar
yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur
mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan
keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep
Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
1
2
belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model
pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3
Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa
Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab
itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
3
Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba
menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah
Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam
menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran4
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5
4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika
2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do)
3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika
4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya
5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa
C Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman
(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)
2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII
D Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo
5
E Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction)
F Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A Kajian Teoretis
1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai
pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut
Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat
mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5
a Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya
3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid
9
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi
antara seseorang dengan lingkungan sosial6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan
memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa
tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya9
6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)
h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30
10
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan
Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction11
a Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10 Ibid 11 Ibid h 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement12
Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian retensi produksi dan motivasi
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct
Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran yaitu 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27
12
hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut 15
a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal
siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui dan dapat dilakukannya
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara
dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal
pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif
dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu
mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih
menimbulkan permasalahan
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya
4) Motivasi
15 Ibid 16 Ibid h27-28
13
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui
pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik17
b Penguatan Diri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan18
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)
a Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)
Menurut Arends
17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10
18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28
14
ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19
Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi20
Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan
kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik21
Menurut Arends yaitu
ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia
httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid
15
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan
deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
keterampilan akademik siswa
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula
22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16
16
b Ciri-ciri Direct Instruction
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut
bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian hasil belajar
bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
c Tujuan Direct Instruction
Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung
bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru
banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-
latihan terbimbing
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai
penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar
peragaan dsb
Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah
17
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa
akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
d Sintaks Direct Instruction
Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru
menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau
mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2126
25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8
18
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara
detail seperti berikut27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya
27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)
19
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan
demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan
presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik
arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari
penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi
selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau
20
berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang
untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar
Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan
terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar
dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna
21
b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai
konsepketerampilan yang dipelajari
c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan
berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan
bukan pada ldquohasilrdquo
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
22
d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik
e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran
terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil
belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial
23
atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang
abstrak28
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa
a Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage
(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah
learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa
ldquolearning is to observe to read to imitate to try something
themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk
mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu
mendengarkan mengikuti arahan)29
Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in
performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna
Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi
pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam
28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]
30 Ibid
24
ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini
banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar
pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-
kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan
insight belajar menyelami pengertian
Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses
membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau
pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan
persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan
pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa
yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31 Ibid
25
pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat
intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru
baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun
pengalaman sosial
b Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods)33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif
32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi
No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]
33 Ibid
26
maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja
(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)
aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu yaitu 35
1 Aspek MengingatC1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual
prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai
kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap
- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk
membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam
kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi
baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan
- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan
dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal
34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38
35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18
27
ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat
dicari dengan mudah pada buku atau catatan
2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri
- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat
mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor
- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari
sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan
dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses
identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan
dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus
- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa
menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori
Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok dari contoh khusus dan konsep dasar
Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-
konsepprinsip-prinsip dasar
- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau
poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah
informasi yang membangun seperti pengertian sebuah
fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya
28
- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan
sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang
menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting
dengan menuliskan hubungan di antara semuanya
- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua
ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika
informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa
- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat
membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi
3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau
prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara
menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)
pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat
- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa
sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih
29
Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya
mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat
menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup
- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih
dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang
memungkinkan)
4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang
relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting
- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi
sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana
mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan
- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat
menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama
Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh
30
penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami
pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang
penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut
1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan
menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II
dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian
meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus
III36
2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)
31
Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran37
3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung38
4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz
menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran
dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu39
5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-
task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung40
37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)
38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
32
C Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut
Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja
Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan
33
Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik
maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan
pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)
memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu
Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
34
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
Rendahnya Hasil Belajar
Hanya menekankan pada penguasaan
konsep
Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang
dimiliki siswa
Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang diajarkan
Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika
Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural
Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)
(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)
Meningkatkan hasil belajar
Fisika siswa
Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir
35
D Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-
2010
B Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut
Tabel 31 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 XE Y2
K Y1 XC Y2
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
36
37
Keterangan
E Kelas eksperimen
K Kelas kontrol
Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen
XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol
C Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari
populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi
D Teknik Pengumpulan Data
1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat
2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta
2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806
pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran
E Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran
dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan
a Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut6
6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi
Aksara 2001) h 79
39
qp
SMM
t
tppbi
minus=γ
Keterangan
γpbi Koefisien korelasi biserial
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt Rerata skor total
St Standar deviasi dari skor total
p Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q Proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 ndash p )
Tabel 3 2 Kriteria Validitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi
2 0600 ndash 0800 Tinggi
3 0400 ndash 0600 Cukup
4 0200 ndash 0400 Rendah
5 0000 ndash 0200 Sangat rendah
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini
40
b Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q
n Banyak item
S Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 090 ndash 100 Tinggi sekali
2 070 ndash 090 Tinggi
3 040 ndash 070 Cukup
4 020 ndash 040 Rendah
5 000 ndash 020 Kecil
Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama
dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori
tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini
7Ibid h 100-101
41
c Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8
JSBP =
Keterangan
P Indeks Kesukaran
B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 070 ndash 100 Mudah
2 030 ndash 070 Sedang
3 000 ndash 030 Sukar
Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah
d Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut9
BAB
B
A
A PPJB
JBD minus=minus=
8Ibid h 208 9Ibid h 213
42
Keterangan
D Daya pembeda
BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA Jumlah peserta kelompok atas
JB Jumlah peserta kelompok bawah
A
AA J
BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
No Rentang Nilai Kriteria
1 000 ndash 020 Jelek
2 020 ndash 040 Cukup
3 040 ndash 070 Baik
4 070 ndash 100 Baik Sekali
Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria
soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali baik atau cukup
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian
43
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aspek Kognitif Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
Munt
elakukan percobaan uk menunjukkan
sifat-sifat perambatan cahaya
12 36 47 89 8
Menjelaskan hukum emantulan yang
diperoleh melalui percobaan
p 915 10 12
11 13
14 16 8
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin
kung dan cermin cembung ce
18 20
17 19
22 24
21 23 8
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
25 27
26 30
28 29
31 32 8
SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KD Menyelidik
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
33 36
34 35
39 40
37 38
8
Jumlah
10 10 10 10 40
Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
F Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10
Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut
10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
44
1 Uji Prasyarat Analisis
a Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3
Zn dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka
S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
11 Sudjana Op Cit h 466-467
45
Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors
Xi
Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)
Keterangan
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z le Zi
S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
5) Kesimpulan
b Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 = σ32 = σn
2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ge χt
2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung
χ02 lt χt
2 = terima H0 χt2 Nilai tabel
12 Ibid h261-263
46
3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu
Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok
dk (n-1)
S2
1
Log S2
1
dk (n-1)Log S21
Jumlah
S21
= kuadrat standar deviasi
Dengan Sgabungan = )1(
)1( 12
1
minusΣminusΣn
Sn
Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett
Menghitung nilai χ02
χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)
dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2
Sehingga
χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si
2
4) Kesimpulan
2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang
digunakan sebagai berikut
47
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Dimana ( ) ( )
( ) 211
21
222
211
minus+minus+minus
=nn
SnSnS
Keterangan
t Hasil hitung distribusi t
X1 Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2
1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol
S Nilai deviasi gabungan
n1 Banyaknya data kelas eksperimen
n2 Banyaknya data kelas kontrol
dk = n ndash 1
Langkah selanjutnya adalah
a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)
b Menentukan nilai t-tabel
c Menguji hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Hipotesis Statistik
baa
ba
H
H
μμ
μμ
ne
=
0
48
3 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N-Gain (g) =
dengan kategorisasi perolehan berikut ini
nilai posttest - nilai pretest
nilai maksimum - nilai pretest
a g-tinggi nilai G ge 0070
b g-sedang nilai 0030 le G lt 030
c g-rendah nilai G lt 030
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai
standar deviasi serta nilai varians
1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut
Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa
49
50
0
2
4
6
8
10
12
14
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-
rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522
standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk
hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675
modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians
(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41
51
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Kelas
Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen
Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432
2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang
memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa
kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja
Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor
62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas
52
eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20
nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)
sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar
15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637
median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)
53
sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 42
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031
3 Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian
Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai maksimum 60 80 60 68
Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226
Varians (S2) 2401 9920 6432 15031
B Hasil Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh
54
karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya
1 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah
a Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 44 di bawah ini
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No Statistik Kelas
Eksperiman
Kelas
Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 637 4423
3 Standar Deviasi (SD) 996 226
4 Lo hitung 01453 01413
5 L tabel 0161 0161
Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf
kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8
55
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas
No Data Nilai Lohitung
Nilai Ltabel
Kesimpulan
1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi
normal
2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi
normal
b Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2
tabel sebaliknya
jika χ2 hitung gt χ2
tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46
sebagai berikut
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Statistik Nilai
1 S2 eksperimen 9920
2 S2 kontrol 15030
3 S2 gabungan 12475
4 Χ2 hitung 125
5 Χ2 tabel 384
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2
tabel Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
56
2 Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005
adalah sebesar 200
Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =
-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya
C Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa
besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005
adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha
tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat
57
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata
posttest kontrol (4423)
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt
ttabel = 1672
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya
1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia
httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]
2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)
melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik
(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)
Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula3
Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model
pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press
2000) h 17
59
itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt
nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian
tugas4
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan
keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut
1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru
2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada
posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66
60
3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk
4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction
B Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
61
DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru
Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta
PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media
2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004
Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT
RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml
62
63
Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University
Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd
Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja
Grafindo Persada 2003
64
Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo
Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal
Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55
Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung
Pakar Raya 2004
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika
INSTRUMEN TES Lampiran 21
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 1820 1719 2224 2123 8
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8
Jumlah
10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif Standar
Kompetensi Kompetensi
Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4
Nomor soal
Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
1 Perambatan cahaya
2 Pemantulan
cahaya
1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan
peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra
1 Mengamati proses terjadinya
pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan
cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan
pemantulan tidak teratur
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 2
12 3
48
567
1115
1214 16
910 13
3 Cermin 4 Pembiasan
cahaya
1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya
2 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
4 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
5 Menyebutkan manfaat cermin cekung
dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya
yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan
sempurna dalam kehidupan sehari-hari
1
1 2
1 1 1
1
1 2
2 1
1
18
1722
19212
3
24
20
2527 26
32
2829
31
5 Lensa
5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa
cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
4 Menyebutkan manfaat lensa cembung
dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari
5 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa
1 1
1 1
1
2
2
30
33
34
3738
35
36
3940
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan
B C1
2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
4 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
C C3
5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4
C C4
6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
7
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
8 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur
A C1
c Difus d Baur
10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip
a
c
b
d
B C3
12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal
C C2
13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
D C3
14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
A C4
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip
a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda
B C1
16 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar
D C2
18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung
C C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip
C C4
a
b
c
d
22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar
D C4
24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm
B C3
25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya
C C1
26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n
B C3
29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13
D C3
30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami
A C2
31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat
a
b
c
D C4
d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24
A C2
36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip
a b
C C4
c d
38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f
D C3
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4
Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 18 19 22 21 4
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Lensa 33 36 34 39 38 5
Jumlah
6 6 7 6 25
Lampiran 27
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya
C C3
c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
5
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
6 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur
A C1
8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
B C3
10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
D C3
a
c
b
d
11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke
cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o
A C4
12 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4
benar adalahhellip
a
b
c
d
16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn
B C3
c n = C x Cn d Cn = C x n
20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
Lampiran 1
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Pretest Kelas Kontrol
24 32 36 44 44 44
48 48 48 48 52 52
52 52 52 52 52 52
52 56 56 56 56 56
56 56 56 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60ndash 24
= 36
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 736
= 514
asymp 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875
30 1527 795915Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
95030
1527==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
4156547
1327157547
13
273021
7547
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
25274547
510107547
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
028464
87056016
87023317292387745
13030152757959130
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 2
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Posttest Kelas Kontrol
20 24 32 32 32 36
36 40 40 40 40 40
40 40 44 44 48 48
48 48 48 52 52 56
60 64 64 64 64 68
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 68 ndash 20
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125
30 1327 63057Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
234430
1327==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
5328540
723157540
7
233021
7540
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
5385533
2557533
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( )( )
261223150
870130781
87017609291891710
130301327)63057(30
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 3
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Pretest Kelas Eksperimen
44 44 44 48 48 48
48 52 52 52 52 52
52 52 56 56 56 56
56 56 56 56 56 56
56 56 60 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60 ndash 44
= 16
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 6
17
= 228
asymp 3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0
30 1608 86886Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
65330
1608==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
7546758555
1230157555
12
303021
7555
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
75924555
812127555
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbbpbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
940424
87020916
87025856642606580
1303016088688630
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 4
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Posttest Kelas Eksperimen
32 44 48 56 56 56
64 64 64 64 64 68
68 68 68 68 68 68
68 68 68 72 72 72
76 76 76 76 76 80
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 80 ndash 32
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574
30 1911 124607Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
76330
1911==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
35524559
1524157559
15
243021
7559
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
6353559
1212127559
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
9691899
87086289
87036519213738210
13030191112460730
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 5
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 509
Simpangan Baku (S) = 802
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261
10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01278]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 6
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 4423
Simpangan Baku (S) = 1226
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01413]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 7
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 536
Simpangan Baku (S) = 49
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577
10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01343]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 8
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 637
Simpangan Baku (S) = 996
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01453]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 9
Penghitungan Homogenitas Data Pretest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
124458
96255858
671862296962929
236429012429
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 4412
= 164
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 164 x 58
= 9512
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 897039032
519512953210ln
2
2
22
minus=minustimes=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 10
Penghitungan Homogenitas Data Posttest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
754612458
7668723558
92044358846428762929
30761502920169929
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 1247546
= 20961
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 20961 x 58
= 1215713
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 2515427032
028612157131213210ln
2
2
22
=times=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 11
Pengujian Hipotesis Pretest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 536 2X = 509 2
1S = 2401 = 6432 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( )
( ) ( )( )
64661654458
57256158
28186529696
23030326429012429
221
21
22
21
==
=
+=
minus+sdot+sdot
=
minus+minus+minus
=
S
S
S
S
nnSnSnS
Maka t adalah
( )
5741
715172
2580646672
3026466
72301
3016466
950653
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika
siswa
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar
fisika siswa
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t
hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 12
Pengujian Hipotesis Posttest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 637 2X = 4423 2
1S = 992016 = 1503076 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
169411
754612458
7668723558
9204435884642876
292930761502920169929
1111
21
222
21 1
=
==
+=
++
=
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
S
nnSnSn
S
Maka t adalah
( )
75646
881724719
25801694114719
302169411
4719301
301169411
2344763
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
riteria Pengujian Hipotesis
abel = Terima Ho Tolak Ha
Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan
K
Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t
hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan
tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 13
Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen
Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini
s Kontrol da
pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus
=minusminus
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut
070
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
ekspe
a g-tinggi nilai G ge 070
b g-sedang nilai 030 ge G gt
c g-rendah nilai G lt 030
rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain
Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain
est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah
AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang
1364 1968
Kategori
Lampiran 14
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Kontrol
-04 -036 -036
0 0 0
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Kontrol
1
-073 -043 -042
-033 -031 -025 -025 -025 -018
-018 -017 -015 -014 -01 -009
-008 -005 0 0 0 014
017 018 25 27 36 044
nilai minimum (Xmin) adalah -073
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 044ndash (-073
= 117
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 7171
= 0167
asymp 017
Sehingga panjang k snya adalahela 017
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738
30 -352 2421Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
117030
523minus=
minus=
sumsdotsum
=xf
x i
f
7 Menentukan Harga Median (Me)
727)7(720
823157720
8
233021
7720
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 enentukan Modus (Mo) M
68041720
4117720
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
26006920870239660
8703904126372
13030523421230
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 15
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Eksperimen
1 008 01
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Eksperimen
1
-027 -021 -018 -0
018 018 02 02 021 025
027 027 027 027 027 033
033 033 036 036 038 042
046 05 05 05 054 055
nilai minimum (Xmin) adalah -027
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 055 ndash (-027
= 082
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen
Panjang Kelas (P) = KR
= 7820
= 0117
asymp 012
Sehingga panjang k snya adalahela 012
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606
30 772 3406Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
257030727==
sumsdotsum
=xf
x i
fasymp 026
7 Menentukan Harga Median (Me)
299)9(290
724157290
7
243021
7290
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
Menentukan Modus (Mo) 8
7167290
0227290
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
22004890870581642
87059845918102
13030727406330
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 16
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a
berdistribusi normal
rmal
Menentukan harga L0
X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
Hipotesis
H0 = data
H1 = data berdistribusi tidak no
b
1) Pengamatan X1 X2
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S
2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
n yang lebih kecil atau sama
= Simpangan Baku
U
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara
c enentukan harga Ltabel
i Liliefors dengan taraf signifikan 005
d riteria pengujian
tabel
erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
M
Dari harga kritis untuk uj
K
Tolak H0 jika L0 gt L
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
B
Nilai Rata-rata ( X ) = -0117
Simpangan Baku S) = 026 (
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166
Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-
harga mutlak yaitu [00967]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal
Lampiran 17
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 026
Simpangan Baku (S) = 022
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [00934]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 18
Penghitungan Homogenitas N-Gain
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
0587505840753
580216672186239491
292906940290481029
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 005875
= -1231
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= -1231 x 58
= -71398
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 00051435032
83371(398713210ln
2
2
22
=times=
minusminusminustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 19
Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Kriteria Hipotesis
Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
2 Hipotesis Statistik
Ha micro1 ne micro2
H0 micro1 = micro2
3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol
117030
523minus=
minus=
sumsum
=fxf
X i
4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen
256030697
==sum
sum=
fxf
X i
5 Menghitung Nilai thitung dengan cara
a Menghitung Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
24240058750
292906940290481029
1111
2
21
222
2112
==
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛minussum+minussumminussum+minussum
=
S
S
nnSnSn
S
( )
( )
0326062503770
2580242403770
301
30124240
1170260
11
21
21
==
=
+
minusminus=
+
minus=
hitungt
t
t
nnS
XXt
6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan
α = 005 = (n1 + n2) ndash 2
= (30 + 30) ndash 2
= 58
Maka diperoleh ttabel sebesar = 200
7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032
maka terima Ha dan tolak H0
8 Kesimpulan
ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo
Lampiran 28
Konsep Cahaya
A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari
menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi
terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya
merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1
B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2
Perhatikan gambar di
samping
Berkas sinar yang
mengenai cermin disebut
sinar datang Sedangkan
berkas sinar yang
meninggalkan cermin
disebut
sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan
dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar
2 Sudut datang sama dengan sudut pantul
C Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan
gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila
cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari
udara menuju ke air
Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca
Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi)
Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang
disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya
Gambar A menunjukkan bahwa
cahaya dibiaskan atau dibelokkan
mendekati garis normal Hal ini terjadi
karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat Misalnya
dari udara menuju air
Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika
cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat Misalnya dari air menuju udara
Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3
Semoga berhasil
Lampiran 29
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 1) Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus
Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau
berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap
A Alat dan Bahan
1 Lilin
2 Korek api
3 Dua karton berlubang
B Langkah kerja
1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi
2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api
lilin
C Hasil kegiatan dan pembahasan
1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari
api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Jadi kesimpulannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
GOOD LUCK
LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan
A Alat dan Bahan
1 Busur derajat 3 Cermin datar
2 Senter laser 4 Kertas putih
Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B Langkah kegiatan
1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data
5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O
C Data Kegiatan dan Kesimpulan
No Sudut Datang Sudut Pantul
1 300
2 400
3 500
4 600
1 Jelaskan cara menentukan sudut datang
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut
pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
D Kesimpulan
1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
sudut pantul
2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada
helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)
Pembiasan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum
Snellius)
Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang
terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi
A Alat dan Bahan
1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu
2 Bejana kaca 4 Karton
B Langkah Kerja
1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca
2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o
C Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air bagaimana arah rambatannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan
Jawab
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut
Jawab
6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
Lampiran 24
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen
dengan Rumus KR-20
Diketahui
n = 40
sumpq = 734
S2 = 2401
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah
Tinggiliabilitasr
SpqS
nnr
Re7100124
3470124140
40
1
11
2
2
11
rarr=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
G Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak
bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya
mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-6
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya
mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
Pertemuan Ke-7
Posttest
LEMBAR PENGESAHAN
ldquoPENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP
HASIL BELAJAR FISIKA SISWArdquo
(Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
SOFIYAH
NIM 103016327172
Pembimbing I Pembimbing II
Dr Zulfiani M Pd Erina Hertanti M Si
NIP 19760309 200501 2 002 NIP 19720419 199903 2 002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H2010 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
Skripsi berjudul Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa oleh Sofiyah NIM 103016327172 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 03 Sepetember 2010 di hadapan dewan penguji Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana S1 (SPd) dalam Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Jakarta September 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti MSc NIP 19700209 20003 2 001
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Nengsih Juanengsih MPd NIP 19790510 200604 2 001
Penguji I Ir Mahmud M Siregar MSi NIP 19540310 198803 1 001
Penguji II Drs Hasian Pohan S Pd M Si NIP 130 805 861
Mengetahui
Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan
Prof Dr Dede Rosyada MA NIP 19571005 198703 1 003
LEMBAR UJI REFERENSI
Dosen Pembimbing No Footnote I II
BAB I 1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan
Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
BAB II 1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan
Praktek (Jakarta Prestasi Pustaka Publisher 2007) h26
2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
3 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
4 Trianto Op Cit h 27
5 Ibid h 28
6 Ibid
7 Ibid
8 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008) h 124
9 Trianto Op Cit h 29
10 Baharuddin Op Cit h 127
11 Trianto Op Cit h 30
12 Ibid
13 Ibid h 30
14
Anwar Holil Teori Pembelajaran Sosial artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
15 Ibid
16 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 13
17 Ibidh 14
18 Ibid h 15
19 Trianto Op Cit h 33
20
Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml
21
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
22 Ibid
23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit
24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6
25 Ibid h 3
26
Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
27 Baharuddin Op Cit h 97
28 Ibid h 98
29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5
30 Ibid h 7
31 Ibid h 8
32
Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml
33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9
34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17
35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90
36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188
37 Ibid
38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412
39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165
40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)
41 Ibid
42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117
43 Ibid h 118
44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60
45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119
46 Tatang M Amirin Op Cit
47
I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
48
Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
49
A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14
50 Ibid h 15
51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
52
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
BAB III
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168
3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7
4
Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213
5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263
BAB IV
1
Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di
2
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17
4
Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66
ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung
i
ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676
Keywords physics subject achievement Direct Instruction
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada
1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini
2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya
3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si
Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi
5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan
iii
6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut
7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah
Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku
8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003
khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan
Ucie
9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7
1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8
2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25
B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36
v
B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 61 B Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18
Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36
Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53
Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65
Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68
Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74
Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77
Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80
Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83
Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89
Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91
Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93
Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95
Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97
Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98
Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101
Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104
Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107
Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110
Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk
dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar
yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur
mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan
keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep
Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
1
2
belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model
pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3
Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa
Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab
itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
3
Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba
menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah
Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam
menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran4
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5
4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika
2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do)
3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika
4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya
5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa
C Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman
(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)
2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII
D Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo
5
E Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction)
F Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A Kajian Teoretis
1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai
pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut
Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat
mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5
a Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya
3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid
9
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi
antara seseorang dengan lingkungan sosial6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan
memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa
tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya9
6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)
h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30
10
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan
Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction11
a Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10 Ibid 11 Ibid h 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement12
Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian retensi produksi dan motivasi
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct
Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran yaitu 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27
12
hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut 15
a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal
siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui dan dapat dilakukannya
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara
dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal
pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif
dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu
mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih
menimbulkan permasalahan
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya
4) Motivasi
15 Ibid 16 Ibid h27-28
13
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui
pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik17
b Penguatan Diri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan18
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)
a Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)
Menurut Arends
17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10
18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28
14
ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19
Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi20
Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan
kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik21
Menurut Arends yaitu
ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia
httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid
15
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan
deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
keterampilan akademik siswa
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula
22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16
16
b Ciri-ciri Direct Instruction
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut
bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian hasil belajar
bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
c Tujuan Direct Instruction
Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung
bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru
banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-
latihan terbimbing
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai
penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar
peragaan dsb
Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah
17
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa
akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
d Sintaks Direct Instruction
Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru
menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau
mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2126
25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8
18
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara
detail seperti berikut27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya
27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)
19
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan
demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan
presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik
arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari
penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi
selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau
20
berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang
untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar
Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan
terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar
dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna
21
b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai
konsepketerampilan yang dipelajari
c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan
berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan
bukan pada ldquohasilrdquo
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
22
d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik
e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran
terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil
belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial
23
atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang
abstrak28
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa
a Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage
(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah
learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa
ldquolearning is to observe to read to imitate to try something
themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk
mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu
mendengarkan mengikuti arahan)29
Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in
performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna
Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi
pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam
28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]
30 Ibid
24
ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini
banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar
pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-
kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan
insight belajar menyelami pengertian
Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses
membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau
pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan
persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan
pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa
yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31 Ibid
25
pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat
intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru
baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun
pengalaman sosial
b Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods)33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif
32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi
No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]
33 Ibid
26
maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja
(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)
aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu yaitu 35
1 Aspek MengingatC1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual
prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai
kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap
- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk
membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam
kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi
baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan
- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan
dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal
34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38
35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18
27
ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat
dicari dengan mudah pada buku atau catatan
2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri
- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat
mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor
- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari
sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan
dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses
identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan
dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus
- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa
menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori
Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok dari contoh khusus dan konsep dasar
Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-
konsepprinsip-prinsip dasar
- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau
poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah
informasi yang membangun seperti pengertian sebuah
fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya
28
- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan
sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang
menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting
dengan menuliskan hubungan di antara semuanya
- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua
ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika
informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa
- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat
membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi
3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau
prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara
menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)
pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat
- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa
sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih
29
Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya
mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat
menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup
- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih
dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang
memungkinkan)
4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang
relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting
- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi
sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana
mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan
- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat
menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama
Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh
30
penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami
pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang
penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut
1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan
menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II
dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian
meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus
III36
2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)
31
Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran37
3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung38
4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz
menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran
dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu39
5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-
task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung40
37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)
38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
32
C Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut
Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja
Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan
33
Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik
maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan
pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)
memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu
Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
34
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
Rendahnya Hasil Belajar
Hanya menekankan pada penguasaan
konsep
Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang
dimiliki siswa
Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang diajarkan
Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika
Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural
Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)
(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)
Meningkatkan hasil belajar
Fisika siswa
Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir
35
D Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-
2010
B Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut
Tabel 31 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 XE Y2
K Y1 XC Y2
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
36
37
Keterangan
E Kelas eksperimen
K Kelas kontrol
Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen
XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol
C Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari
populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi
D Teknik Pengumpulan Data
1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat
2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta
2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806
pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran
E Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran
dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan
a Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut6
6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi
Aksara 2001) h 79
39
qp
SMM
t
tppbi
minus=γ
Keterangan
γpbi Koefisien korelasi biserial
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt Rerata skor total
St Standar deviasi dari skor total
p Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q Proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 ndash p )
Tabel 3 2 Kriteria Validitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi
2 0600 ndash 0800 Tinggi
3 0400 ndash 0600 Cukup
4 0200 ndash 0400 Rendah
5 0000 ndash 0200 Sangat rendah
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini
40
b Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q
n Banyak item
S Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 090 ndash 100 Tinggi sekali
2 070 ndash 090 Tinggi
3 040 ndash 070 Cukup
4 020 ndash 040 Rendah
5 000 ndash 020 Kecil
Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama
dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori
tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini
7Ibid h 100-101
41
c Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8
JSBP =
Keterangan
P Indeks Kesukaran
B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 070 ndash 100 Mudah
2 030 ndash 070 Sedang
3 000 ndash 030 Sukar
Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah
d Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut9
BAB
B
A
A PPJB
JBD minus=minus=
8Ibid h 208 9Ibid h 213
42
Keterangan
D Daya pembeda
BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA Jumlah peserta kelompok atas
JB Jumlah peserta kelompok bawah
A
AA J
BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
No Rentang Nilai Kriteria
1 000 ndash 020 Jelek
2 020 ndash 040 Cukup
3 040 ndash 070 Baik
4 070 ndash 100 Baik Sekali
Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria
soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali baik atau cukup
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian
43
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aspek Kognitif Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
Munt
elakukan percobaan uk menunjukkan
sifat-sifat perambatan cahaya
12 36 47 89 8
Menjelaskan hukum emantulan yang
diperoleh melalui percobaan
p 915 10 12
11 13
14 16 8
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin
kung dan cermin cembung ce
18 20
17 19
22 24
21 23 8
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
25 27
26 30
28 29
31 32 8
SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KD Menyelidik
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
33 36
34 35
39 40
37 38
8
Jumlah
10 10 10 10 40
Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
F Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10
Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut
10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
44
1 Uji Prasyarat Analisis
a Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3
Zn dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka
S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
11 Sudjana Op Cit h 466-467
45
Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors
Xi
Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)
Keterangan
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z le Zi
S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
5) Kesimpulan
b Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 = σ32 = σn
2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ge χt
2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung
χ02 lt χt
2 = terima H0 χt2 Nilai tabel
12 Ibid h261-263
46
3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu
Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok
dk (n-1)
S2
1
Log S2
1
dk (n-1)Log S21
Jumlah
S21
= kuadrat standar deviasi
Dengan Sgabungan = )1(
)1( 12
1
minusΣminusΣn
Sn
Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett
Menghitung nilai χ02
χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)
dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2
Sehingga
χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si
2
4) Kesimpulan
2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang
digunakan sebagai berikut
47
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Dimana ( ) ( )
( ) 211
21
222
211
minus+minus+minus
=nn
SnSnS
Keterangan
t Hasil hitung distribusi t
X1 Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2
1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol
S Nilai deviasi gabungan
n1 Banyaknya data kelas eksperimen
n2 Banyaknya data kelas kontrol
dk = n ndash 1
Langkah selanjutnya adalah
a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)
b Menentukan nilai t-tabel
c Menguji hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Hipotesis Statistik
baa
ba
H
H
μμ
μμ
ne
=
0
48
3 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N-Gain (g) =
dengan kategorisasi perolehan berikut ini
nilai posttest - nilai pretest
nilai maksimum - nilai pretest
a g-tinggi nilai G ge 0070
b g-sedang nilai 0030 le G lt 030
c g-rendah nilai G lt 030
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai
standar deviasi serta nilai varians
1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut
Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa
49
50
0
2
4
6
8
10
12
14
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-
rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522
standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk
hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675
modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians
(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41
51
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Kelas
Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen
Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432
2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang
memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa
kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja
Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor
62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas
52
eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20
nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)
sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar
15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637
median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)
53
sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 42
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031
3 Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian
Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai maksimum 60 80 60 68
Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226
Varians (S2) 2401 9920 6432 15031
B Hasil Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh
54
karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya
1 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah
a Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 44 di bawah ini
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No Statistik Kelas
Eksperiman
Kelas
Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 637 4423
3 Standar Deviasi (SD) 996 226
4 Lo hitung 01453 01413
5 L tabel 0161 0161
Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf
kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8
55
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas
No Data Nilai Lohitung
Nilai Ltabel
Kesimpulan
1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi
normal
2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi
normal
b Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2
tabel sebaliknya
jika χ2 hitung gt χ2
tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46
sebagai berikut
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Statistik Nilai
1 S2 eksperimen 9920
2 S2 kontrol 15030
3 S2 gabungan 12475
4 Χ2 hitung 125
5 Χ2 tabel 384
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2
tabel Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
56
2 Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005
adalah sebesar 200
Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =
-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya
C Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa
besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005
adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha
tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat
57
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata
posttest kontrol (4423)
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt
ttabel = 1672
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya
1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia
httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]
2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)
melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik
(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)
Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula3
Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model
pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press
2000) h 17
59
itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt
nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian
tugas4
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan
keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut
1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru
2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada
posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66
60
3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk
4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction
B Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
61
DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru
Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta
PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media
2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004
Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT
RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml
62
63
Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University
Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd
Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja
Grafindo Persada 2003
64
Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo
Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal
Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55
Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung
Pakar Raya 2004
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika
INSTRUMEN TES Lampiran 21
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 1820 1719 2224 2123 8
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8
Jumlah
10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif Standar
Kompetensi Kompetensi
Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4
Nomor soal
Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
1 Perambatan cahaya
2 Pemantulan
cahaya
1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan
peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra
1 Mengamati proses terjadinya
pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan
cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan
pemantulan tidak teratur
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 2
12 3
48
567
1115
1214 16
910 13
3 Cermin 4 Pembiasan
cahaya
1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya
2 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
4 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
5 Menyebutkan manfaat cermin cekung
dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya
yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan
sempurna dalam kehidupan sehari-hari
1
1 2
1 1 1
1
1 2
2 1
1
18
1722
19212
3
24
20
2527 26
32
2829
31
5 Lensa
5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa
cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
4 Menyebutkan manfaat lensa cembung
dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari
5 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa
1 1
1 1
1
2
2
30
33
34
3738
35
36
3940
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan
B C1
2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
4 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
C C3
5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4
C C4
6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
7
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
8 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur
A C1
c Difus d Baur
10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip
a
c
b
d
B C3
12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal
C C2
13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
D C3
14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
A C4
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip
a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda
B C1
16 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar
D C2
18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung
C C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip
C C4
a
b
c
d
22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar
D C4
24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm
B C3
25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya
C C1
26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n
B C3
29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13
D C3
30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami
A C2
31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat
a
b
c
D C4
d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24
A C2
36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip
a b
C C4
c d
38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f
D C3
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4
Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 18 19 22 21 4
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Lensa 33 36 34 39 38 5
Jumlah
6 6 7 6 25
Lampiran 27
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya
C C3
c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
5
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
6 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur
A C1
8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
B C3
10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
D C3
a
c
b
d
11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke
cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o
A C4
12 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4
benar adalahhellip
a
b
c
d
16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn
B C3
c n = C x Cn d Cn = C x n
20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
Lampiran 1
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Pretest Kelas Kontrol
24 32 36 44 44 44
48 48 48 48 52 52
52 52 52 52 52 52
52 56 56 56 56 56
56 56 56 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60ndash 24
= 36
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 736
= 514
asymp 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875
30 1527 795915Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
95030
1527==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
4156547
1327157547
13
273021
7547
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
25274547
510107547
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
028464
87056016
87023317292387745
13030152757959130
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 2
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Posttest Kelas Kontrol
20 24 32 32 32 36
36 40 40 40 40 40
40 40 44 44 48 48
48 48 48 52 52 56
60 64 64 64 64 68
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 68 ndash 20
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125
30 1327 63057Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
234430
1327==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
5328540
723157540
7
233021
7540
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
5385533
2557533
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( )( )
261223150
870130781
87017609291891710
130301327)63057(30
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 3
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Pretest Kelas Eksperimen
44 44 44 48 48 48
48 52 52 52 52 52
52 52 56 56 56 56
56 56 56 56 56 56
56 56 60 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60 ndash 44
= 16
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 6
17
= 228
asymp 3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0
30 1608 86886Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
65330
1608==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
7546758555
1230157555
12
303021
7555
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
75924555
812127555
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbbpbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
940424
87020916
87025856642606580
1303016088688630
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 4
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Posttest Kelas Eksperimen
32 44 48 56 56 56
64 64 64 64 64 68
68 68 68 68 68 68
68 68 68 72 72 72
76 76 76 76 76 80
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 80 ndash 32
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574
30 1911 124607Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
76330
1911==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
35524559
1524157559
15
243021
7559
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
6353559
1212127559
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
9691899
87086289
87036519213738210
13030191112460730
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 5
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 509
Simpangan Baku (S) = 802
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261
10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01278]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 6
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 4423
Simpangan Baku (S) = 1226
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01413]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 7
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 536
Simpangan Baku (S) = 49
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577
10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01343]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 8
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 637
Simpangan Baku (S) = 996
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01453]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 9
Penghitungan Homogenitas Data Pretest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
124458
96255858
671862296962929
236429012429
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 4412
= 164
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 164 x 58
= 9512
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 897039032
519512953210ln
2
2
22
minus=minustimes=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 10
Penghitungan Homogenitas Data Posttest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
754612458
7668723558
92044358846428762929
30761502920169929
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 1247546
= 20961
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 20961 x 58
= 1215713
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 2515427032
028612157131213210ln
2
2
22
=times=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 11
Pengujian Hipotesis Pretest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 536 2X = 509 2
1S = 2401 = 6432 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( )
( ) ( )( )
64661654458
57256158
28186529696
23030326429012429
221
21
22
21
==
=
+=
minus+sdot+sdot
=
minus+minus+minus
=
S
S
S
S
nnSnSnS
Maka t adalah
( )
5741
715172
2580646672
3026466
72301
3016466
950653
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika
siswa
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar
fisika siswa
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t
hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 12
Pengujian Hipotesis Posttest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 637 2X = 4423 2
1S = 992016 = 1503076 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
169411
754612458
7668723558
9204435884642876
292930761502920169929
1111
21
222
21 1
=
==
+=
++
=
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
S
nnSnSn
S
Maka t adalah
( )
75646
881724719
25801694114719
302169411
4719301
301169411
2344763
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
riteria Pengujian Hipotesis
abel = Terima Ho Tolak Ha
Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan
K
Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t
hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan
tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 13
Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen
Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini
s Kontrol da
pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus
=minusminus
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut
070
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
ekspe
a g-tinggi nilai G ge 070
b g-sedang nilai 030 ge G gt
c g-rendah nilai G lt 030
rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain
Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain
est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah
AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang
1364 1968
Kategori
Lampiran 14
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Kontrol
-04 -036 -036
0 0 0
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Kontrol
1
-073 -043 -042
-033 -031 -025 -025 -025 -018
-018 -017 -015 -014 -01 -009
-008 -005 0 0 0 014
017 018 25 27 36 044
nilai minimum (Xmin) adalah -073
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 044ndash (-073
= 117
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 7171
= 0167
asymp 017
Sehingga panjang k snya adalahela 017
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738
30 -352 2421Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
117030
523minus=
minus=
sumsdotsum
=xf
x i
f
7 Menentukan Harga Median (Me)
727)7(720
823157720
8
233021
7720
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 enentukan Modus (Mo) M
68041720
4117720
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
26006920870239660
8703904126372
13030523421230
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 15
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Eksperimen
1 008 01
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Eksperimen
1
-027 -021 -018 -0
018 018 02 02 021 025
027 027 027 027 027 033
033 033 036 036 038 042
046 05 05 05 054 055
nilai minimum (Xmin) adalah -027
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 055 ndash (-027
= 082
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen
Panjang Kelas (P) = KR
= 7820
= 0117
asymp 012
Sehingga panjang k snya adalahela 012
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606
30 772 3406Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
257030727==
sumsdotsum
=xf
x i
fasymp 026
7 Menentukan Harga Median (Me)
299)9(290
724157290
7
243021
7290
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
Menentukan Modus (Mo) 8
7167290
0227290
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
22004890870581642
87059845918102
13030727406330
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 16
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a
berdistribusi normal
rmal
Menentukan harga L0
X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
Hipotesis
H0 = data
H1 = data berdistribusi tidak no
b
1) Pengamatan X1 X2
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S
2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
n yang lebih kecil atau sama
= Simpangan Baku
U
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara
c enentukan harga Ltabel
i Liliefors dengan taraf signifikan 005
d riteria pengujian
tabel
erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
M
Dari harga kritis untuk uj
K
Tolak H0 jika L0 gt L
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
B
Nilai Rata-rata ( X ) = -0117
Simpangan Baku S) = 026 (
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166
Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-
harga mutlak yaitu [00967]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal
Lampiran 17
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 026
Simpangan Baku (S) = 022
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [00934]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 18
Penghitungan Homogenitas N-Gain
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
0587505840753
580216672186239491
292906940290481029
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 005875
= -1231
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= -1231 x 58
= -71398
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 00051435032
83371(398713210ln
2
2
22
=times=
minusminusminustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 19
Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Kriteria Hipotesis
Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
2 Hipotesis Statistik
Ha micro1 ne micro2
H0 micro1 = micro2
3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol
117030
523minus=
minus=
sumsum
=fxf
X i
4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen
256030697
==sum
sum=
fxf
X i
5 Menghitung Nilai thitung dengan cara
a Menghitung Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
24240058750
292906940290481029
1111
2
21
222
2112
==
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛minussum+minussumminussum+minussum
=
S
S
nnSnSn
S
( )
( )
0326062503770
2580242403770
301
30124240
1170260
11
21
21
==
=
+
minusminus=
+
minus=
hitungt
t
t
nnS
XXt
6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan
α = 005 = (n1 + n2) ndash 2
= (30 + 30) ndash 2
= 58
Maka diperoleh ttabel sebesar = 200
7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032
maka terima Ha dan tolak H0
8 Kesimpulan
ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo
Lampiran 28
Konsep Cahaya
A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari
menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi
terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya
merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1
B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2
Perhatikan gambar di
samping
Berkas sinar yang
mengenai cermin disebut
sinar datang Sedangkan
berkas sinar yang
meninggalkan cermin
disebut
sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan
dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar
2 Sudut datang sama dengan sudut pantul
C Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan
gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila
cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari
udara menuju ke air
Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca
Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi)
Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang
disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya
Gambar A menunjukkan bahwa
cahaya dibiaskan atau dibelokkan
mendekati garis normal Hal ini terjadi
karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat Misalnya
dari udara menuju air
Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika
cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat Misalnya dari air menuju udara
Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3
Semoga berhasil
Lampiran 29
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 1) Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus
Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau
berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap
A Alat dan Bahan
1 Lilin
2 Korek api
3 Dua karton berlubang
B Langkah kerja
1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi
2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api
lilin
C Hasil kegiatan dan pembahasan
1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari
api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Jadi kesimpulannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
GOOD LUCK
LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan
A Alat dan Bahan
1 Busur derajat 3 Cermin datar
2 Senter laser 4 Kertas putih
Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B Langkah kegiatan
1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data
5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O
C Data Kegiatan dan Kesimpulan
No Sudut Datang Sudut Pantul
1 300
2 400
3 500
4 600
1 Jelaskan cara menentukan sudut datang
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut
pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
D Kesimpulan
1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
sudut pantul
2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada
helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)
Pembiasan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum
Snellius)
Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang
terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi
A Alat dan Bahan
1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu
2 Bejana kaca 4 Karton
B Langkah Kerja
1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca
2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o
C Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air bagaimana arah rambatannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan
Jawab
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut
Jawab
6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
Lampiran 24
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen
dengan Rumus KR-20
Diketahui
n = 40
sumpq = 734
S2 = 2401
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah
Tinggiliabilitasr
SpqS
nnr
Re7100124
3470124140
40
1
11
2
2
11
rarr=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
G Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak
bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya
mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-6
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya
mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
Pertemuan Ke-7
Posttest
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH
Skripsi berjudul Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa oleh Sofiyah NIM 103016327172 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 03 Sepetember 2010 di hadapan dewan penguji Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana S1 (SPd) dalam Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Jakarta September 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti MSc NIP 19700209 20003 2 001
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Nengsih Juanengsih MPd NIP 19790510 200604 2 001
Penguji I Ir Mahmud M Siregar MSi NIP 19540310 198803 1 001
Penguji II Drs Hasian Pohan S Pd M Si NIP 130 805 861
Mengetahui
Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan
Prof Dr Dede Rosyada MA NIP 19571005 198703 1 003
LEMBAR UJI REFERENSI
Dosen Pembimbing No Footnote I II
BAB I 1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan
Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
BAB II 1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan
Praktek (Jakarta Prestasi Pustaka Publisher 2007) h26
2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
3 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
4 Trianto Op Cit h 27
5 Ibid h 28
6 Ibid
7 Ibid
8 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008) h 124
9 Trianto Op Cit h 29
10 Baharuddin Op Cit h 127
11 Trianto Op Cit h 30
12 Ibid
13 Ibid h 30
14
Anwar Holil Teori Pembelajaran Sosial artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
15 Ibid
16 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 13
17 Ibidh 14
18 Ibid h 15
19 Trianto Op Cit h 33
20
Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml
21
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
22 Ibid
23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit
24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6
25 Ibid h 3
26
Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
27 Baharuddin Op Cit h 97
28 Ibid h 98
29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5
30 Ibid h 7
31 Ibid h 8
32
Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml
33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9
34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17
35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90
36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188
37 Ibid
38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412
39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165
40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)
41 Ibid
42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117
43 Ibid h 118
44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60
45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119
46 Tatang M Amirin Op Cit
47
I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
48
Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
49
A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14
50 Ibid h 15
51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
52
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
BAB III
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168
3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7
4
Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213
5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263
BAB IV
1
Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di
2
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17
4
Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66
ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung
i
ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676
Keywords physics subject achievement Direct Instruction
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada
1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini
2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya
3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si
Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi
5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan
iii
6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut
7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah
Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku
8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003
khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan
Ucie
9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7
1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8
2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25
B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36
v
B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 61 B Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18
Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36
Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53
Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65
Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68
Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74
Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77
Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80
Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83
Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89
Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91
Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93
Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95
Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97
Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98
Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101
Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104
Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107
Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110
Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk
dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar
yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur
mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan
keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep
Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
1
2
belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model
pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3
Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa
Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab
itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
3
Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba
menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah
Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam
menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran4
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5
4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika
2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do)
3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika
4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya
5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa
C Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman
(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)
2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII
D Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo
5
E Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction)
F Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A Kajian Teoretis
1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai
pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut
Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat
mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5
a Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya
3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid
9
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi
antara seseorang dengan lingkungan sosial6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan
memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa
tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya9
6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)
h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30
10
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan
Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction11
a Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10 Ibid 11 Ibid h 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement12
Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian retensi produksi dan motivasi
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct
Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran yaitu 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27
12
hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut 15
a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal
siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui dan dapat dilakukannya
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara
dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal
pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif
dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu
mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih
menimbulkan permasalahan
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya
4) Motivasi
15 Ibid 16 Ibid h27-28
13
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui
pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik17
b Penguatan Diri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan18
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)
a Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)
Menurut Arends
17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10
18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28
14
ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19
Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi20
Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan
kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik21
Menurut Arends yaitu
ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia
httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid
15
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan
deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
keterampilan akademik siswa
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula
22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16
16
b Ciri-ciri Direct Instruction
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut
bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian hasil belajar
bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
c Tujuan Direct Instruction
Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung
bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru
banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-
latihan terbimbing
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai
penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar
peragaan dsb
Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah
17
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa
akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
d Sintaks Direct Instruction
Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru
menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau
mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2126
25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8
18
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara
detail seperti berikut27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya
27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)
19
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan
demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan
presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik
arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari
penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi
selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau
20
berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang
untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar
Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan
terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar
dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna
21
b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai
konsepketerampilan yang dipelajari
c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan
berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan
bukan pada ldquohasilrdquo
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
22
d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik
e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran
terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil
belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial
23
atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang
abstrak28
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa
a Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage
(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah
learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa
ldquolearning is to observe to read to imitate to try something
themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk
mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu
mendengarkan mengikuti arahan)29
Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in
performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna
Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi
pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam
28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]
30 Ibid
24
ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini
banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar
pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-
kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan
insight belajar menyelami pengertian
Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses
membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau
pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan
persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan
pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa
yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31 Ibid
25
pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat
intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru
baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun
pengalaman sosial
b Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods)33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif
32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi
No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]
33 Ibid
26
maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja
(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)
aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu yaitu 35
1 Aspek MengingatC1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual
prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai
kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap
- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk
membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam
kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi
baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan
- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan
dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal
34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38
35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18
27
ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat
dicari dengan mudah pada buku atau catatan
2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri
- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat
mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor
- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari
sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan
dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses
identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan
dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus
- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa
menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori
Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok dari contoh khusus dan konsep dasar
Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-
konsepprinsip-prinsip dasar
- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau
poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah
informasi yang membangun seperti pengertian sebuah
fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya
28
- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan
sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang
menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting
dengan menuliskan hubungan di antara semuanya
- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua
ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika
informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa
- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat
membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi
3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau
prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara
menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)
pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat
- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa
sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih
29
Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya
mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat
menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup
- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih
dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang
memungkinkan)
4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang
relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting
- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi
sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana
mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan
- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat
menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama
Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh
30
penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami
pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang
penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut
1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan
menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II
dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian
meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus
III36
2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)
31
Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran37
3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung38
4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz
menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran
dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu39
5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-
task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung40
37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)
38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
32
C Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut
Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja
Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan
33
Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik
maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan
pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)
memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu
Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
34
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
Rendahnya Hasil Belajar
Hanya menekankan pada penguasaan
konsep
Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang
dimiliki siswa
Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang diajarkan
Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika
Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural
Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)
(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)
Meningkatkan hasil belajar
Fisika siswa
Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir
35
D Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-
2010
B Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut
Tabel 31 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 XE Y2
K Y1 XC Y2
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
36
37
Keterangan
E Kelas eksperimen
K Kelas kontrol
Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen
XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol
C Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari
populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi
D Teknik Pengumpulan Data
1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat
2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta
2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806
pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran
E Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran
dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan
a Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut6
6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi
Aksara 2001) h 79
39
qp
SMM
t
tppbi
minus=γ
Keterangan
γpbi Koefisien korelasi biserial
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt Rerata skor total
St Standar deviasi dari skor total
p Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q Proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 ndash p )
Tabel 3 2 Kriteria Validitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi
2 0600 ndash 0800 Tinggi
3 0400 ndash 0600 Cukup
4 0200 ndash 0400 Rendah
5 0000 ndash 0200 Sangat rendah
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini
40
b Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q
n Banyak item
S Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 090 ndash 100 Tinggi sekali
2 070 ndash 090 Tinggi
3 040 ndash 070 Cukup
4 020 ndash 040 Rendah
5 000 ndash 020 Kecil
Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama
dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori
tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini
7Ibid h 100-101
41
c Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8
JSBP =
Keterangan
P Indeks Kesukaran
B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 070 ndash 100 Mudah
2 030 ndash 070 Sedang
3 000 ndash 030 Sukar
Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah
d Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut9
BAB
B
A
A PPJB
JBD minus=minus=
8Ibid h 208 9Ibid h 213
42
Keterangan
D Daya pembeda
BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA Jumlah peserta kelompok atas
JB Jumlah peserta kelompok bawah
A
AA J
BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
No Rentang Nilai Kriteria
1 000 ndash 020 Jelek
2 020 ndash 040 Cukup
3 040 ndash 070 Baik
4 070 ndash 100 Baik Sekali
Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria
soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali baik atau cukup
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian
43
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aspek Kognitif Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
Munt
elakukan percobaan uk menunjukkan
sifat-sifat perambatan cahaya
12 36 47 89 8
Menjelaskan hukum emantulan yang
diperoleh melalui percobaan
p 915 10 12
11 13
14 16 8
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin
kung dan cermin cembung ce
18 20
17 19
22 24
21 23 8
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
25 27
26 30
28 29
31 32 8
SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KD Menyelidik
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
33 36
34 35
39 40
37 38
8
Jumlah
10 10 10 10 40
Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
F Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10
Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut
10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
44
1 Uji Prasyarat Analisis
a Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3
Zn dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka
S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
11 Sudjana Op Cit h 466-467
45
Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors
Xi
Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)
Keterangan
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z le Zi
S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
5) Kesimpulan
b Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 = σ32 = σn
2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ge χt
2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung
χ02 lt χt
2 = terima H0 χt2 Nilai tabel
12 Ibid h261-263
46
3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu
Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok
dk (n-1)
S2
1
Log S2
1
dk (n-1)Log S21
Jumlah
S21
= kuadrat standar deviasi
Dengan Sgabungan = )1(
)1( 12
1
minusΣminusΣn
Sn
Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett
Menghitung nilai χ02
χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)
dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2
Sehingga
χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si
2
4) Kesimpulan
2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang
digunakan sebagai berikut
47
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Dimana ( ) ( )
( ) 211
21
222
211
minus+minus+minus
=nn
SnSnS
Keterangan
t Hasil hitung distribusi t
X1 Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2
1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol
S Nilai deviasi gabungan
n1 Banyaknya data kelas eksperimen
n2 Banyaknya data kelas kontrol
dk = n ndash 1
Langkah selanjutnya adalah
a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)
b Menentukan nilai t-tabel
c Menguji hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Hipotesis Statistik
baa
ba
H
H
μμ
μμ
ne
=
0
48
3 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N-Gain (g) =
dengan kategorisasi perolehan berikut ini
nilai posttest - nilai pretest
nilai maksimum - nilai pretest
a g-tinggi nilai G ge 0070
b g-sedang nilai 0030 le G lt 030
c g-rendah nilai G lt 030
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai
standar deviasi serta nilai varians
1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut
Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa
49
50
0
2
4
6
8
10
12
14
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-
rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522
standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk
hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675
modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians
(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41
51
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Kelas
Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen
Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432
2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang
memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa
kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja
Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor
62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas
52
eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20
nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)
sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar
15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637
median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)
53
sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 42
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031
3 Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian
Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai maksimum 60 80 60 68
Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226
Varians (S2) 2401 9920 6432 15031
B Hasil Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh
54
karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya
1 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah
a Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 44 di bawah ini
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No Statistik Kelas
Eksperiman
Kelas
Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 637 4423
3 Standar Deviasi (SD) 996 226
4 Lo hitung 01453 01413
5 L tabel 0161 0161
Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf
kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8
55
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas
No Data Nilai Lohitung
Nilai Ltabel
Kesimpulan
1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi
normal
2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi
normal
b Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2
tabel sebaliknya
jika χ2 hitung gt χ2
tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46
sebagai berikut
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Statistik Nilai
1 S2 eksperimen 9920
2 S2 kontrol 15030
3 S2 gabungan 12475
4 Χ2 hitung 125
5 Χ2 tabel 384
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2
tabel Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
56
2 Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005
adalah sebesar 200
Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =
-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya
C Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa
besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005
adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha
tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat
57
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata
posttest kontrol (4423)
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt
ttabel = 1672
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya
1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia
httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]
2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)
melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik
(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)
Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula3
Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model
pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press
2000) h 17
59
itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt
nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian
tugas4
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan
keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut
1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru
2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada
posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66
60
3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk
4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction
B Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
61
DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru
Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta
PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media
2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004
Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT
RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml
62
63
Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University
Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd
Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja
Grafindo Persada 2003
64
Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo
Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal
Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55
Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung
Pakar Raya 2004
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika
INSTRUMEN TES Lampiran 21
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 1820 1719 2224 2123 8
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8
Jumlah
10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif Standar
Kompetensi Kompetensi
Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4
Nomor soal
Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
1 Perambatan cahaya
2 Pemantulan
cahaya
1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan
peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra
1 Mengamati proses terjadinya
pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan
cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan
pemantulan tidak teratur
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 2
12 3
48
567
1115
1214 16
910 13
3 Cermin 4 Pembiasan
cahaya
1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya
2 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
4 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
5 Menyebutkan manfaat cermin cekung
dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya
yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan
sempurna dalam kehidupan sehari-hari
1
1 2
1 1 1
1
1 2
2 1
1
18
1722
19212
3
24
20
2527 26
32
2829
31
5 Lensa
5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa
cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
4 Menyebutkan manfaat lensa cembung
dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari
5 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa
1 1
1 1
1
2
2
30
33
34
3738
35
36
3940
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan
B C1
2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
4 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
C C3
5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4
C C4
6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
7
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
8 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur
A C1
c Difus d Baur
10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip
a
c
b
d
B C3
12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal
C C2
13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
D C3
14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
A C4
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip
a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda
B C1
16 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar
D C2
18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung
C C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip
C C4
a
b
c
d
22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar
D C4
24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm
B C3
25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya
C C1
26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n
B C3
29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13
D C3
30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami
A C2
31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat
a
b
c
D C4
d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24
A C2
36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip
a b
C C4
c d
38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f
D C3
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4
Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 18 19 22 21 4
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Lensa 33 36 34 39 38 5
Jumlah
6 6 7 6 25
Lampiran 27
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya
C C3
c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
5
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
6 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur
A C1
8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
B C3
10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
D C3
a
c
b
d
11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke
cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o
A C4
12 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4
benar adalahhellip
a
b
c
d
16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn
B C3
c n = C x Cn d Cn = C x n
20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
Lampiran 1
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Pretest Kelas Kontrol
24 32 36 44 44 44
48 48 48 48 52 52
52 52 52 52 52 52
52 56 56 56 56 56
56 56 56 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60ndash 24
= 36
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 736
= 514
asymp 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875
30 1527 795915Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
95030
1527==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
4156547
1327157547
13
273021
7547
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
25274547
510107547
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
028464
87056016
87023317292387745
13030152757959130
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 2
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Posttest Kelas Kontrol
20 24 32 32 32 36
36 40 40 40 40 40
40 40 44 44 48 48
48 48 48 52 52 56
60 64 64 64 64 68
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 68 ndash 20
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125
30 1327 63057Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
234430
1327==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
5328540
723157540
7
233021
7540
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
5385533
2557533
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( )( )
261223150
870130781
87017609291891710
130301327)63057(30
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 3
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Pretest Kelas Eksperimen
44 44 44 48 48 48
48 52 52 52 52 52
52 52 56 56 56 56
56 56 56 56 56 56
56 56 60 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60 ndash 44
= 16
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 6
17
= 228
asymp 3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0
30 1608 86886Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
65330
1608==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
7546758555
1230157555
12
303021
7555
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
75924555
812127555
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbbpbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
940424
87020916
87025856642606580
1303016088688630
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 4
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Posttest Kelas Eksperimen
32 44 48 56 56 56
64 64 64 64 64 68
68 68 68 68 68 68
68 68 68 72 72 72
76 76 76 76 76 80
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 80 ndash 32
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574
30 1911 124607Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
76330
1911==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
35524559
1524157559
15
243021
7559
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
6353559
1212127559
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
9691899
87086289
87036519213738210
13030191112460730
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 5
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 509
Simpangan Baku (S) = 802
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261
10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01278]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 6
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 4423
Simpangan Baku (S) = 1226
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01413]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 7
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 536
Simpangan Baku (S) = 49
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577
10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01343]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 8
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 637
Simpangan Baku (S) = 996
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01453]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 9
Penghitungan Homogenitas Data Pretest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
124458
96255858
671862296962929
236429012429
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 4412
= 164
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 164 x 58
= 9512
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 897039032
519512953210ln
2
2
22
minus=minustimes=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 10
Penghitungan Homogenitas Data Posttest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
754612458
7668723558
92044358846428762929
30761502920169929
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 1247546
= 20961
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 20961 x 58
= 1215713
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 2515427032
028612157131213210ln
2
2
22
=times=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 11
Pengujian Hipotesis Pretest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 536 2X = 509 2
1S = 2401 = 6432 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( )
( ) ( )( )
64661654458
57256158
28186529696
23030326429012429
221
21
22
21
==
=
+=
minus+sdot+sdot
=
minus+minus+minus
=
S
S
S
S
nnSnSnS
Maka t adalah
( )
5741
715172
2580646672
3026466
72301
3016466
950653
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika
siswa
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar
fisika siswa
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t
hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 12
Pengujian Hipotesis Posttest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 637 2X = 4423 2
1S = 992016 = 1503076 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
169411
754612458
7668723558
9204435884642876
292930761502920169929
1111
21
222
21 1
=
==
+=
++
=
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
S
nnSnSn
S
Maka t adalah
( )
75646
881724719
25801694114719
302169411
4719301
301169411
2344763
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
riteria Pengujian Hipotesis
abel = Terima Ho Tolak Ha
Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan
K
Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t
hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan
tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 13
Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen
Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini
s Kontrol da
pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus
=minusminus
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut
070
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
ekspe
a g-tinggi nilai G ge 070
b g-sedang nilai 030 ge G gt
c g-rendah nilai G lt 030
rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain
Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain
est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah
AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang
1364 1968
Kategori
Lampiran 14
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Kontrol
-04 -036 -036
0 0 0
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Kontrol
1
-073 -043 -042
-033 -031 -025 -025 -025 -018
-018 -017 -015 -014 -01 -009
-008 -005 0 0 0 014
017 018 25 27 36 044
nilai minimum (Xmin) adalah -073
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 044ndash (-073
= 117
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 7171
= 0167
asymp 017
Sehingga panjang k snya adalahela 017
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738
30 -352 2421Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
117030
523minus=
minus=
sumsdotsum
=xf
x i
f
7 Menentukan Harga Median (Me)
727)7(720
823157720
8
233021
7720
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 enentukan Modus (Mo) M
68041720
4117720
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
26006920870239660
8703904126372
13030523421230
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 15
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Eksperimen
1 008 01
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Eksperimen
1
-027 -021 -018 -0
018 018 02 02 021 025
027 027 027 027 027 033
033 033 036 036 038 042
046 05 05 05 054 055
nilai minimum (Xmin) adalah -027
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 055 ndash (-027
= 082
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen
Panjang Kelas (P) = KR
= 7820
= 0117
asymp 012
Sehingga panjang k snya adalahela 012
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606
30 772 3406Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
257030727==
sumsdotsum
=xf
x i
fasymp 026
7 Menentukan Harga Median (Me)
299)9(290
724157290
7
243021
7290
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
Menentukan Modus (Mo) 8
7167290
0227290
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
22004890870581642
87059845918102
13030727406330
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 16
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a
berdistribusi normal
rmal
Menentukan harga L0
X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
Hipotesis
H0 = data
H1 = data berdistribusi tidak no
b
1) Pengamatan X1 X2
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S
2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
n yang lebih kecil atau sama
= Simpangan Baku
U
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara
c enentukan harga Ltabel
i Liliefors dengan taraf signifikan 005
d riteria pengujian
tabel
erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
M
Dari harga kritis untuk uj
K
Tolak H0 jika L0 gt L
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
B
Nilai Rata-rata ( X ) = -0117
Simpangan Baku S) = 026 (
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166
Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-
harga mutlak yaitu [00967]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal
Lampiran 17
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 026
Simpangan Baku (S) = 022
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [00934]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 18
Penghitungan Homogenitas N-Gain
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
0587505840753
580216672186239491
292906940290481029
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 005875
= -1231
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= -1231 x 58
= -71398
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 00051435032
83371(398713210ln
2
2
22
=times=
minusminusminustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 19
Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Kriteria Hipotesis
Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
2 Hipotesis Statistik
Ha micro1 ne micro2
H0 micro1 = micro2
3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol
117030
523minus=
minus=
sumsum
=fxf
X i
4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen
256030697
==sum
sum=
fxf
X i
5 Menghitung Nilai thitung dengan cara
a Menghitung Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
24240058750
292906940290481029
1111
2
21
222
2112
==
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛minussum+minussumminussum+minussum
=
S
S
nnSnSn
S
( )
( )
0326062503770
2580242403770
301
30124240
1170260
11
21
21
==
=
+
minusminus=
+
minus=
hitungt
t
t
nnS
XXt
6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan
α = 005 = (n1 + n2) ndash 2
= (30 + 30) ndash 2
= 58
Maka diperoleh ttabel sebesar = 200
7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032
maka terima Ha dan tolak H0
8 Kesimpulan
ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo
Lampiran 28
Konsep Cahaya
A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari
menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi
terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya
merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1
B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2
Perhatikan gambar di
samping
Berkas sinar yang
mengenai cermin disebut
sinar datang Sedangkan
berkas sinar yang
meninggalkan cermin
disebut
sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan
dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar
2 Sudut datang sama dengan sudut pantul
C Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan
gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila
cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari
udara menuju ke air
Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca
Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi)
Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang
disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya
Gambar A menunjukkan bahwa
cahaya dibiaskan atau dibelokkan
mendekati garis normal Hal ini terjadi
karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat Misalnya
dari udara menuju air
Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika
cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat Misalnya dari air menuju udara
Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3
Semoga berhasil
Lampiran 29
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 1) Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus
Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau
berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap
A Alat dan Bahan
1 Lilin
2 Korek api
3 Dua karton berlubang
B Langkah kerja
1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi
2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api
lilin
C Hasil kegiatan dan pembahasan
1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari
api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Jadi kesimpulannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
GOOD LUCK
LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan
A Alat dan Bahan
1 Busur derajat 3 Cermin datar
2 Senter laser 4 Kertas putih
Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B Langkah kegiatan
1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data
5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O
C Data Kegiatan dan Kesimpulan
No Sudut Datang Sudut Pantul
1 300
2 400
3 500
4 600
1 Jelaskan cara menentukan sudut datang
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut
pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
D Kesimpulan
1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
sudut pantul
2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada
helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)
Pembiasan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum
Snellius)
Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang
terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi
A Alat dan Bahan
1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu
2 Bejana kaca 4 Karton
B Langkah Kerja
1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca
2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o
C Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air bagaimana arah rambatannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan
Jawab
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut
Jawab
6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
Lampiran 24
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen
dengan Rumus KR-20
Diketahui
n = 40
sumpq = 734
S2 = 2401
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah
Tinggiliabilitasr
SpqS
nnr
Re7100124
3470124140
40
1
11
2
2
11
rarr=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
G Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak
bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya
mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-6
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya
mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
Pertemuan Ke-7
Posttest
LEMBAR UJI REFERENSI
Dosen Pembimbing No Footnote I II
BAB I 1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan
Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
BAB II 1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan
Praktek (Jakarta Prestasi Pustaka Publisher 2007) h26
2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
3 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
4 Trianto Op Cit h 27
5 Ibid h 28
6 Ibid
7 Ibid
8 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008) h 124
9 Trianto Op Cit h 29
10 Baharuddin Op Cit h 127
11 Trianto Op Cit h 30
12 Ibid
13 Ibid h 30
14
Anwar Holil Teori Pembelajaran Sosial artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
15 Ibid
16 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 13
17 Ibidh 14
18 Ibid h 15
19 Trianto Op Cit h 33
20
Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml
21
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
22 Ibid
23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit
24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6
25 Ibid h 3
26
Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
27 Baharuddin Op Cit h 97
28 Ibid h 98
29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5
30 Ibid h 7
31 Ibid h 8
32
Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml
33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9
34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17
35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90
36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188
37 Ibid
38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412
39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165
40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)
41 Ibid
42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117
43 Ibid h 118
44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60
45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119
46 Tatang M Amirin Op Cit
47
I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
48
Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
49
A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14
50 Ibid h 15
51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
52
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
BAB III
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168
3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7
4
Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213
5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263
BAB IV
1
Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di
2
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17
4
Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66
ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung
i
ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676
Keywords physics subject achievement Direct Instruction
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada
1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini
2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya
3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si
Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi
5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan
iii
6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut
7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah
Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku
8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003
khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan
Ucie
9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7
1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8
2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25
B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36
v
B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 61 B Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18
Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36
Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53
Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65
Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68
Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74
Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77
Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80
Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83
Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89
Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91
Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93
Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95
Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97
Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98
Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101
Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104
Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107
Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110
Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk
dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar
yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur
mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan
keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep
Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
1
2
belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model
pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3
Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa
Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab
itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
3
Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba
menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah
Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam
menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran4
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5
4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika
2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do)
3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika
4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya
5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa
C Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman
(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)
2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII
D Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo
5
E Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction)
F Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A Kajian Teoretis
1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai
pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut
Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat
mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5
a Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya
3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid
9
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi
antara seseorang dengan lingkungan sosial6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan
memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa
tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya9
6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)
h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30
10
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan
Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction11
a Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10 Ibid 11 Ibid h 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement12
Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian retensi produksi dan motivasi
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct
Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran yaitu 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27
12
hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut 15
a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal
siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui dan dapat dilakukannya
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara
dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal
pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif
dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu
mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih
menimbulkan permasalahan
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya
4) Motivasi
15 Ibid 16 Ibid h27-28
13
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui
pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik17
b Penguatan Diri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan18
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)
a Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)
Menurut Arends
17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10
18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28
14
ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19
Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi20
Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan
kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik21
Menurut Arends yaitu
ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia
httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid
15
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan
deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
keterampilan akademik siswa
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula
22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16
16
b Ciri-ciri Direct Instruction
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut
bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian hasil belajar
bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
c Tujuan Direct Instruction
Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung
bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru
banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-
latihan terbimbing
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai
penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar
peragaan dsb
Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah
17
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa
akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
d Sintaks Direct Instruction
Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru
menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau
mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2126
25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8
18
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara
detail seperti berikut27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya
27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)
19
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan
demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan
presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik
arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari
penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi
selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau
20
berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang
untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar
Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan
terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar
dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna
21
b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai
konsepketerampilan yang dipelajari
c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan
berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan
bukan pada ldquohasilrdquo
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
22
d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik
e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran
terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil
belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial
23
atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang
abstrak28
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa
a Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage
(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah
learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa
ldquolearning is to observe to read to imitate to try something
themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk
mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu
mendengarkan mengikuti arahan)29
Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in
performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna
Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi
pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam
28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]
30 Ibid
24
ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini
banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar
pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-
kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan
insight belajar menyelami pengertian
Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses
membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau
pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan
persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan
pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa
yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31 Ibid
25
pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat
intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru
baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun
pengalaman sosial
b Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods)33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif
32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi
No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]
33 Ibid
26
maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja
(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)
aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu yaitu 35
1 Aspek MengingatC1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual
prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai
kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap
- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk
membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam
kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi
baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan
- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan
dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal
34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38
35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18
27
ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat
dicari dengan mudah pada buku atau catatan
2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri
- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat
mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor
- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari
sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan
dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses
identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan
dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus
- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa
menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori
Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok dari contoh khusus dan konsep dasar
Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-
konsepprinsip-prinsip dasar
- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau
poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah
informasi yang membangun seperti pengertian sebuah
fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya
28
- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan
sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang
menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting
dengan menuliskan hubungan di antara semuanya
- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua
ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika
informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa
- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat
membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi
3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau
prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara
menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)
pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat
- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa
sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih
29
Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya
mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat
menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup
- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih
dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang
memungkinkan)
4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang
relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting
- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi
sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana
mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan
- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat
menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama
Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh
30
penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami
pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang
penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut
1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan
menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II
dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian
meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus
III36
2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)
31
Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran37
3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung38
4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz
menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran
dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu39
5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-
task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung40
37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)
38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
32
C Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut
Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja
Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan
33
Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik
maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan
pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)
memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu
Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
34
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
Rendahnya Hasil Belajar
Hanya menekankan pada penguasaan
konsep
Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang
dimiliki siswa
Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang diajarkan
Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika
Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural
Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)
(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)
Meningkatkan hasil belajar
Fisika siswa
Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir
35
D Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-
2010
B Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut
Tabel 31 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 XE Y2
K Y1 XC Y2
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
36
37
Keterangan
E Kelas eksperimen
K Kelas kontrol
Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen
XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol
C Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari
populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi
D Teknik Pengumpulan Data
1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat
2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta
2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806
pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran
E Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran
dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan
a Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut6
6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi
Aksara 2001) h 79
39
qp
SMM
t
tppbi
minus=γ
Keterangan
γpbi Koefisien korelasi biserial
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt Rerata skor total
St Standar deviasi dari skor total
p Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q Proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 ndash p )
Tabel 3 2 Kriteria Validitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi
2 0600 ndash 0800 Tinggi
3 0400 ndash 0600 Cukup
4 0200 ndash 0400 Rendah
5 0000 ndash 0200 Sangat rendah
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini
40
b Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q
n Banyak item
S Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 090 ndash 100 Tinggi sekali
2 070 ndash 090 Tinggi
3 040 ndash 070 Cukup
4 020 ndash 040 Rendah
5 000 ndash 020 Kecil
Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama
dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori
tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini
7Ibid h 100-101
41
c Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8
JSBP =
Keterangan
P Indeks Kesukaran
B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 070 ndash 100 Mudah
2 030 ndash 070 Sedang
3 000 ndash 030 Sukar
Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah
d Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut9
BAB
B
A
A PPJB
JBD minus=minus=
8Ibid h 208 9Ibid h 213
42
Keterangan
D Daya pembeda
BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA Jumlah peserta kelompok atas
JB Jumlah peserta kelompok bawah
A
AA J
BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
No Rentang Nilai Kriteria
1 000 ndash 020 Jelek
2 020 ndash 040 Cukup
3 040 ndash 070 Baik
4 070 ndash 100 Baik Sekali
Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria
soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali baik atau cukup
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian
43
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aspek Kognitif Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
Munt
elakukan percobaan uk menunjukkan
sifat-sifat perambatan cahaya
12 36 47 89 8
Menjelaskan hukum emantulan yang
diperoleh melalui percobaan
p 915 10 12
11 13
14 16 8
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin
kung dan cermin cembung ce
18 20
17 19
22 24
21 23 8
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
25 27
26 30
28 29
31 32 8
SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KD Menyelidik
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
33 36
34 35
39 40
37 38
8
Jumlah
10 10 10 10 40
Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
F Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10
Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut
10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
44
1 Uji Prasyarat Analisis
a Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3
Zn dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka
S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
11 Sudjana Op Cit h 466-467
45
Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors
Xi
Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)
Keterangan
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z le Zi
S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
5) Kesimpulan
b Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 = σ32 = σn
2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ge χt
2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung
χ02 lt χt
2 = terima H0 χt2 Nilai tabel
12 Ibid h261-263
46
3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu
Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok
dk (n-1)
S2
1
Log S2
1
dk (n-1)Log S21
Jumlah
S21
= kuadrat standar deviasi
Dengan Sgabungan = )1(
)1( 12
1
minusΣminusΣn
Sn
Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett
Menghitung nilai χ02
χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)
dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2
Sehingga
χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si
2
4) Kesimpulan
2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang
digunakan sebagai berikut
47
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Dimana ( ) ( )
( ) 211
21
222
211
minus+minus+minus
=nn
SnSnS
Keterangan
t Hasil hitung distribusi t
X1 Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2
1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol
S Nilai deviasi gabungan
n1 Banyaknya data kelas eksperimen
n2 Banyaknya data kelas kontrol
dk = n ndash 1
Langkah selanjutnya adalah
a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)
b Menentukan nilai t-tabel
c Menguji hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Hipotesis Statistik
baa
ba
H
H
μμ
μμ
ne
=
0
48
3 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N-Gain (g) =
dengan kategorisasi perolehan berikut ini
nilai posttest - nilai pretest
nilai maksimum - nilai pretest
a g-tinggi nilai G ge 0070
b g-sedang nilai 0030 le G lt 030
c g-rendah nilai G lt 030
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai
standar deviasi serta nilai varians
1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut
Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa
49
50
0
2
4
6
8
10
12
14
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-
rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522
standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk
hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675
modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians
(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41
51
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Kelas
Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen
Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432
2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang
memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa
kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja
Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor
62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas
52
eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20
nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)
sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar
15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637
median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)
53
sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 42
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031
3 Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian
Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai maksimum 60 80 60 68
Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226
Varians (S2) 2401 9920 6432 15031
B Hasil Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh
54
karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya
1 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah
a Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 44 di bawah ini
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No Statistik Kelas
Eksperiman
Kelas
Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 637 4423
3 Standar Deviasi (SD) 996 226
4 Lo hitung 01453 01413
5 L tabel 0161 0161
Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf
kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8
55
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas
No Data Nilai Lohitung
Nilai Ltabel
Kesimpulan
1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi
normal
2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi
normal
b Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2
tabel sebaliknya
jika χ2 hitung gt χ2
tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46
sebagai berikut
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Statistik Nilai
1 S2 eksperimen 9920
2 S2 kontrol 15030
3 S2 gabungan 12475
4 Χ2 hitung 125
5 Χ2 tabel 384
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2
tabel Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
56
2 Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005
adalah sebesar 200
Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =
-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya
C Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa
besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005
adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha
tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat
57
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata
posttest kontrol (4423)
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt
ttabel = 1672
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya
1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia
httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]
2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)
melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik
(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)
Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula3
Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model
pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press
2000) h 17
59
itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt
nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian
tugas4
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan
keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut
1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru
2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada
posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66
60
3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk
4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction
B Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
61
DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru
Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta
PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media
2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004
Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT
RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml
62
63
Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University
Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd
Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja
Grafindo Persada 2003
64
Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo
Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal
Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55
Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung
Pakar Raya 2004
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika
INSTRUMEN TES Lampiran 21
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 1820 1719 2224 2123 8
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8
Jumlah
10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif Standar
Kompetensi Kompetensi
Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4
Nomor soal
Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
1 Perambatan cahaya
2 Pemantulan
cahaya
1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan
peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra
1 Mengamati proses terjadinya
pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan
cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan
pemantulan tidak teratur
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 2
12 3
48
567
1115
1214 16
910 13
3 Cermin 4 Pembiasan
cahaya
1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya
2 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
4 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
5 Menyebutkan manfaat cermin cekung
dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya
yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan
sempurna dalam kehidupan sehari-hari
1
1 2
1 1 1
1
1 2
2 1
1
18
1722
19212
3
24
20
2527 26
32
2829
31
5 Lensa
5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa
cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
4 Menyebutkan manfaat lensa cembung
dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari
5 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa
1 1
1 1
1
2
2
30
33
34
3738
35
36
3940
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan
B C1
2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
4 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
C C3
5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4
C C4
6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
7
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
8 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur
A C1
c Difus d Baur
10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip
a
c
b
d
B C3
12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal
C C2
13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
D C3
14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
A C4
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip
a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda
B C1
16 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar
D C2
18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung
C C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip
C C4
a
b
c
d
22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar
D C4
24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm
B C3
25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya
C C1
26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n
B C3
29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13
D C3
30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami
A C2
31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat
a
b
c
D C4
d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24
A C2
36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip
a b
C C4
c d
38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f
D C3
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4
Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 18 19 22 21 4
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Lensa 33 36 34 39 38 5
Jumlah
6 6 7 6 25
Lampiran 27
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya
C C3
c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
5
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
6 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur
A C1
8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
B C3
10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
D C3
a
c
b
d
11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke
cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o
A C4
12 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4
benar adalahhellip
a
b
c
d
16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn
B C3
c n = C x Cn d Cn = C x n
20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
Lampiran 1
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Pretest Kelas Kontrol
24 32 36 44 44 44
48 48 48 48 52 52
52 52 52 52 52 52
52 56 56 56 56 56
56 56 56 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60ndash 24
= 36
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 736
= 514
asymp 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875
30 1527 795915Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
95030
1527==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
4156547
1327157547
13
273021
7547
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
25274547
510107547
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
028464
87056016
87023317292387745
13030152757959130
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 2
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Posttest Kelas Kontrol
20 24 32 32 32 36
36 40 40 40 40 40
40 40 44 44 48 48
48 48 48 52 52 56
60 64 64 64 64 68
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 68 ndash 20
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125
30 1327 63057Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
234430
1327==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
5328540
723157540
7
233021
7540
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
5385533
2557533
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( )( )
261223150
870130781
87017609291891710
130301327)63057(30
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 3
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Pretest Kelas Eksperimen
44 44 44 48 48 48
48 52 52 52 52 52
52 52 56 56 56 56
56 56 56 56 56 56
56 56 60 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60 ndash 44
= 16
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 6
17
= 228
asymp 3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0
30 1608 86886Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
65330
1608==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
7546758555
1230157555
12
303021
7555
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
75924555
812127555
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbbpbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
940424
87020916
87025856642606580
1303016088688630
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 4
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Posttest Kelas Eksperimen
32 44 48 56 56 56
64 64 64 64 64 68
68 68 68 68 68 68
68 68 68 72 72 72
76 76 76 76 76 80
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 80 ndash 32
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574
30 1911 124607Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
76330
1911==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
35524559
1524157559
15
243021
7559
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
6353559
1212127559
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
9691899
87086289
87036519213738210
13030191112460730
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 5
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 509
Simpangan Baku (S) = 802
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261
10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01278]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 6
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 4423
Simpangan Baku (S) = 1226
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01413]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 7
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 536
Simpangan Baku (S) = 49
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577
10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01343]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 8
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 637
Simpangan Baku (S) = 996
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01453]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 9
Penghitungan Homogenitas Data Pretest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
124458
96255858
671862296962929
236429012429
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 4412
= 164
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 164 x 58
= 9512
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 897039032
519512953210ln
2
2
22
minus=minustimes=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 10
Penghitungan Homogenitas Data Posttest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
754612458
7668723558
92044358846428762929
30761502920169929
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 1247546
= 20961
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 20961 x 58
= 1215713
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 2515427032
028612157131213210ln
2
2
22
=times=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 11
Pengujian Hipotesis Pretest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 536 2X = 509 2
1S = 2401 = 6432 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( )
( ) ( )( )
64661654458
57256158
28186529696
23030326429012429
221
21
22
21
==
=
+=
minus+sdot+sdot
=
minus+minus+minus
=
S
S
S
S
nnSnSnS
Maka t adalah
( )
5741
715172
2580646672
3026466
72301
3016466
950653
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika
siswa
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar
fisika siswa
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t
hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 12
Pengujian Hipotesis Posttest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 637 2X = 4423 2
1S = 992016 = 1503076 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
169411
754612458
7668723558
9204435884642876
292930761502920169929
1111
21
222
21 1
=
==
+=
++
=
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
S
nnSnSn
S
Maka t adalah
( )
75646
881724719
25801694114719
302169411
4719301
301169411
2344763
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
riteria Pengujian Hipotesis
abel = Terima Ho Tolak Ha
Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan
K
Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t
hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan
tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 13
Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen
Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini
s Kontrol da
pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus
=minusminus
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut
070
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
ekspe
a g-tinggi nilai G ge 070
b g-sedang nilai 030 ge G gt
c g-rendah nilai G lt 030
rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain
Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain
est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah
AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang
1364 1968
Kategori
Lampiran 14
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Kontrol
-04 -036 -036
0 0 0
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Kontrol
1
-073 -043 -042
-033 -031 -025 -025 -025 -018
-018 -017 -015 -014 -01 -009
-008 -005 0 0 0 014
017 018 25 27 36 044
nilai minimum (Xmin) adalah -073
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 044ndash (-073
= 117
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 7171
= 0167
asymp 017
Sehingga panjang k snya adalahela 017
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738
30 -352 2421Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
117030
523minus=
minus=
sumsdotsum
=xf
x i
f
7 Menentukan Harga Median (Me)
727)7(720
823157720
8
233021
7720
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 enentukan Modus (Mo) M
68041720
4117720
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
26006920870239660
8703904126372
13030523421230
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 15
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Eksperimen
1 008 01
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Eksperimen
1
-027 -021 -018 -0
018 018 02 02 021 025
027 027 027 027 027 033
033 033 036 036 038 042
046 05 05 05 054 055
nilai minimum (Xmin) adalah -027
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 055 ndash (-027
= 082
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen
Panjang Kelas (P) = KR
= 7820
= 0117
asymp 012
Sehingga panjang k snya adalahela 012
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606
30 772 3406Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
257030727==
sumsdotsum
=xf
x i
fasymp 026
7 Menentukan Harga Median (Me)
299)9(290
724157290
7
243021
7290
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
Menentukan Modus (Mo) 8
7167290
0227290
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
22004890870581642
87059845918102
13030727406330
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 16
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a
berdistribusi normal
rmal
Menentukan harga L0
X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
Hipotesis
H0 = data
H1 = data berdistribusi tidak no
b
1) Pengamatan X1 X2
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S
2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
n yang lebih kecil atau sama
= Simpangan Baku
U
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara
c enentukan harga Ltabel
i Liliefors dengan taraf signifikan 005
d riteria pengujian
tabel
erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
M
Dari harga kritis untuk uj
K
Tolak H0 jika L0 gt L
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
B
Nilai Rata-rata ( X ) = -0117
Simpangan Baku S) = 026 (
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166
Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-
harga mutlak yaitu [00967]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal
Lampiran 17
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 026
Simpangan Baku (S) = 022
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [00934]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 18
Penghitungan Homogenitas N-Gain
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
0587505840753
580216672186239491
292906940290481029
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 005875
= -1231
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= -1231 x 58
= -71398
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 00051435032
83371(398713210ln
2
2
22
=times=
minusminusminustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 19
Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Kriteria Hipotesis
Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
2 Hipotesis Statistik
Ha micro1 ne micro2
H0 micro1 = micro2
3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol
117030
523minus=
minus=
sumsum
=fxf
X i
4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen
256030697
==sum
sum=
fxf
X i
5 Menghitung Nilai thitung dengan cara
a Menghitung Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
24240058750
292906940290481029
1111
2
21
222
2112
==
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛minussum+minussumminussum+minussum
=
S
S
nnSnSn
S
( )
( )
0326062503770
2580242403770
301
30124240
1170260
11
21
21
==
=
+
minusminus=
+
minus=
hitungt
t
t
nnS
XXt
6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan
α = 005 = (n1 + n2) ndash 2
= (30 + 30) ndash 2
= 58
Maka diperoleh ttabel sebesar = 200
7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032
maka terima Ha dan tolak H0
8 Kesimpulan
ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo
Lampiran 28
Konsep Cahaya
A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari
menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi
terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya
merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1
B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2
Perhatikan gambar di
samping
Berkas sinar yang
mengenai cermin disebut
sinar datang Sedangkan
berkas sinar yang
meninggalkan cermin
disebut
sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan
dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar
2 Sudut datang sama dengan sudut pantul
C Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan
gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila
cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari
udara menuju ke air
Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca
Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi)
Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang
disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya
Gambar A menunjukkan bahwa
cahaya dibiaskan atau dibelokkan
mendekati garis normal Hal ini terjadi
karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat Misalnya
dari udara menuju air
Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika
cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat Misalnya dari air menuju udara
Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3
Semoga berhasil
Lampiran 29
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 1) Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus
Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau
berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap
A Alat dan Bahan
1 Lilin
2 Korek api
3 Dua karton berlubang
B Langkah kerja
1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi
2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api
lilin
C Hasil kegiatan dan pembahasan
1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari
api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Jadi kesimpulannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
GOOD LUCK
LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan
A Alat dan Bahan
1 Busur derajat 3 Cermin datar
2 Senter laser 4 Kertas putih
Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B Langkah kegiatan
1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data
5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O
C Data Kegiatan dan Kesimpulan
No Sudut Datang Sudut Pantul
1 300
2 400
3 500
4 600
1 Jelaskan cara menentukan sudut datang
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut
pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
D Kesimpulan
1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
sudut pantul
2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada
helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)
Pembiasan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum
Snellius)
Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang
terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi
A Alat dan Bahan
1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu
2 Bejana kaca 4 Karton
B Langkah Kerja
1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca
2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o
C Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air bagaimana arah rambatannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan
Jawab
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut
Jawab
6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
Lampiran 24
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen
dengan Rumus KR-20
Diketahui
n = 40
sumpq = 734
S2 = 2401
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah
Tinggiliabilitasr
SpqS
nnr
Re7100124
3470124140
40
1
11
2
2
11
rarr=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
G Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak
bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya
mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-6
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya
mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
Pertemuan Ke-7
Posttest
7 Ibid
8 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008) h 124
9 Trianto Op Cit h 29
10 Baharuddin Op Cit h 127
11 Trianto Op Cit h 30
12 Ibid
13 Ibid h 30
14
Anwar Holil Teori Pembelajaran Sosial artikel ini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
15 Ibid
16 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 13
17 Ibidh 14
18 Ibid h 15
19 Trianto Op Cit h 33
20
Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml
21
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
22 Ibid
23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit
24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6
25 Ibid h 3
26
Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
27 Baharuddin Op Cit h 97
28 Ibid h 98
29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5
30 Ibid h 7
31 Ibid h 8
32
Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml
33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9
34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17
35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90
36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188
37 Ibid
38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412
39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165
40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)
41 Ibid
42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117
43 Ibid h 118
44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60
45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119
46 Tatang M Amirin Op Cit
47
I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
48
Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
49
A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14
50 Ibid h 15
51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
52
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
BAB III
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168
3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7
4
Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213
5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263
BAB IV
1
Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di
2
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17
4
Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66
ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung
i
ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676
Keywords physics subject achievement Direct Instruction
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada
1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini
2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya
3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si
Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi
5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan
iii
6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut
7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah
Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku
8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003
khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan
Ucie
9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7
1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8
2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25
B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36
v
B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 61 B Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18
Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36
Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53
Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65
Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68
Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74
Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77
Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80
Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83
Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89
Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91
Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93
Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95
Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97
Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98
Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101
Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104
Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107
Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110
Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk
dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar
yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur
mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan
keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep
Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
1
2
belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model
pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3
Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa
Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab
itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
3
Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba
menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah
Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam
menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran4
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5
4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika
2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do)
3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika
4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya
5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa
C Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman
(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)
2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII
D Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo
5
E Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction)
F Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A Kajian Teoretis
1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai
pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut
Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat
mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5
a Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya
3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid
9
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi
antara seseorang dengan lingkungan sosial6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan
memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa
tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya9
6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)
h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30
10
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan
Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction11
a Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10 Ibid 11 Ibid h 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement12
Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian retensi produksi dan motivasi
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct
Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran yaitu 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27
12
hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut 15
a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal
siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui dan dapat dilakukannya
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara
dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal
pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif
dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu
mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih
menimbulkan permasalahan
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya
4) Motivasi
15 Ibid 16 Ibid h27-28
13
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui
pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik17
b Penguatan Diri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan18
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)
a Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)
Menurut Arends
17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10
18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28
14
ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19
Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi20
Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan
kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik21
Menurut Arends yaitu
ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia
httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid
15
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan
deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
keterampilan akademik siswa
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula
22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16
16
b Ciri-ciri Direct Instruction
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut
bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian hasil belajar
bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
c Tujuan Direct Instruction
Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung
bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru
banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-
latihan terbimbing
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai
penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar
peragaan dsb
Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah
17
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa
akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
d Sintaks Direct Instruction
Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru
menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau
mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2126
25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8
18
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara
detail seperti berikut27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya
27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)
19
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan
demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan
presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik
arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari
penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi
selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau
20
berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang
untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar
Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan
terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar
dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna
21
b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai
konsepketerampilan yang dipelajari
c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan
berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan
bukan pada ldquohasilrdquo
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
22
d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik
e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran
terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil
belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial
23
atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang
abstrak28
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa
a Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage
(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah
learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa
ldquolearning is to observe to read to imitate to try something
themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk
mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu
mendengarkan mengikuti arahan)29
Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in
performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna
Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi
pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam
28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]
30 Ibid
24
ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini
banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar
pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-
kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan
insight belajar menyelami pengertian
Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses
membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau
pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan
persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan
pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa
yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31 Ibid
25
pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat
intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru
baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun
pengalaman sosial
b Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods)33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif
32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi
No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]
33 Ibid
26
maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja
(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)
aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu yaitu 35
1 Aspek MengingatC1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual
prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai
kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap
- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk
membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam
kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi
baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan
- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan
dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal
34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38
35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18
27
ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat
dicari dengan mudah pada buku atau catatan
2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri
- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat
mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor
- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari
sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan
dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses
identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan
dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus
- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa
menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori
Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok dari contoh khusus dan konsep dasar
Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-
konsepprinsip-prinsip dasar
- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau
poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah
informasi yang membangun seperti pengertian sebuah
fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya
28
- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan
sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang
menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting
dengan menuliskan hubungan di antara semuanya
- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua
ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika
informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa
- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat
membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi
3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau
prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara
menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)
pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat
- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa
sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih
29
Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya
mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat
menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup
- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih
dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang
memungkinkan)
4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang
relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting
- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi
sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana
mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan
- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat
menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama
Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh
30
penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami
pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang
penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut
1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan
menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II
dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian
meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus
III36
2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)
31
Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran37
3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung38
4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz
menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran
dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu39
5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-
task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung40
37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)
38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
32
C Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut
Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja
Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan
33
Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik
maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan
pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)
memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu
Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
34
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
Rendahnya Hasil Belajar
Hanya menekankan pada penguasaan
konsep
Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang
dimiliki siswa
Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang diajarkan
Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika
Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural
Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)
(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)
Meningkatkan hasil belajar
Fisika siswa
Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir
35
D Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-
2010
B Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut
Tabel 31 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 XE Y2
K Y1 XC Y2
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
36
37
Keterangan
E Kelas eksperimen
K Kelas kontrol
Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen
XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol
C Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari
populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi
D Teknik Pengumpulan Data
1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat
2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta
2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806
pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran
E Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran
dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan
a Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut6
6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi
Aksara 2001) h 79
39
qp
SMM
t
tppbi
minus=γ
Keterangan
γpbi Koefisien korelasi biserial
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt Rerata skor total
St Standar deviasi dari skor total
p Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q Proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 ndash p )
Tabel 3 2 Kriteria Validitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi
2 0600 ndash 0800 Tinggi
3 0400 ndash 0600 Cukup
4 0200 ndash 0400 Rendah
5 0000 ndash 0200 Sangat rendah
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini
40
b Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q
n Banyak item
S Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 090 ndash 100 Tinggi sekali
2 070 ndash 090 Tinggi
3 040 ndash 070 Cukup
4 020 ndash 040 Rendah
5 000 ndash 020 Kecil
Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama
dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori
tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini
7Ibid h 100-101
41
c Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8
JSBP =
Keterangan
P Indeks Kesukaran
B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 070 ndash 100 Mudah
2 030 ndash 070 Sedang
3 000 ndash 030 Sukar
Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah
d Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut9
BAB
B
A
A PPJB
JBD minus=minus=
8Ibid h 208 9Ibid h 213
42
Keterangan
D Daya pembeda
BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA Jumlah peserta kelompok atas
JB Jumlah peserta kelompok bawah
A
AA J
BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
No Rentang Nilai Kriteria
1 000 ndash 020 Jelek
2 020 ndash 040 Cukup
3 040 ndash 070 Baik
4 070 ndash 100 Baik Sekali
Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria
soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali baik atau cukup
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian
43
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aspek Kognitif Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
Munt
elakukan percobaan uk menunjukkan
sifat-sifat perambatan cahaya
12 36 47 89 8
Menjelaskan hukum emantulan yang
diperoleh melalui percobaan
p 915 10 12
11 13
14 16 8
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin
kung dan cermin cembung ce
18 20
17 19
22 24
21 23 8
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
25 27
26 30
28 29
31 32 8
SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KD Menyelidik
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
33 36
34 35
39 40
37 38
8
Jumlah
10 10 10 10 40
Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
F Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10
Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut
10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
44
1 Uji Prasyarat Analisis
a Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3
Zn dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka
S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
11 Sudjana Op Cit h 466-467
45
Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors
Xi
Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)
Keterangan
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z le Zi
S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
5) Kesimpulan
b Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 = σ32 = σn
2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ge χt
2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung
χ02 lt χt
2 = terima H0 χt2 Nilai tabel
12 Ibid h261-263
46
3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu
Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok
dk (n-1)
S2
1
Log S2
1
dk (n-1)Log S21
Jumlah
S21
= kuadrat standar deviasi
Dengan Sgabungan = )1(
)1( 12
1
minusΣminusΣn
Sn
Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett
Menghitung nilai χ02
χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)
dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2
Sehingga
χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si
2
4) Kesimpulan
2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang
digunakan sebagai berikut
47
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Dimana ( ) ( )
( ) 211
21
222
211
minus+minus+minus
=nn
SnSnS
Keterangan
t Hasil hitung distribusi t
X1 Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2
1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol
S Nilai deviasi gabungan
n1 Banyaknya data kelas eksperimen
n2 Banyaknya data kelas kontrol
dk = n ndash 1
Langkah selanjutnya adalah
a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)
b Menentukan nilai t-tabel
c Menguji hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Hipotesis Statistik
baa
ba
H
H
μμ
μμ
ne
=
0
48
3 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N-Gain (g) =
dengan kategorisasi perolehan berikut ini
nilai posttest - nilai pretest
nilai maksimum - nilai pretest
a g-tinggi nilai G ge 0070
b g-sedang nilai 0030 le G lt 030
c g-rendah nilai G lt 030
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai
standar deviasi serta nilai varians
1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut
Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa
49
50
0
2
4
6
8
10
12
14
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-
rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522
standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk
hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675
modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians
(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41
51
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Kelas
Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen
Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432
2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang
memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa
kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja
Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor
62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas
52
eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20
nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)
sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar
15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637
median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)
53
sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 42
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031
3 Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian
Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai maksimum 60 80 60 68
Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226
Varians (S2) 2401 9920 6432 15031
B Hasil Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh
54
karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya
1 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah
a Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 44 di bawah ini
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No Statistik Kelas
Eksperiman
Kelas
Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 637 4423
3 Standar Deviasi (SD) 996 226
4 Lo hitung 01453 01413
5 L tabel 0161 0161
Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf
kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8
55
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas
No Data Nilai Lohitung
Nilai Ltabel
Kesimpulan
1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi
normal
2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi
normal
b Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2
tabel sebaliknya
jika χ2 hitung gt χ2
tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46
sebagai berikut
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Statistik Nilai
1 S2 eksperimen 9920
2 S2 kontrol 15030
3 S2 gabungan 12475
4 Χ2 hitung 125
5 Χ2 tabel 384
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2
tabel Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
56
2 Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005
adalah sebesar 200
Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =
-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya
C Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa
besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005
adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha
tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat
57
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata
posttest kontrol (4423)
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt
ttabel = 1672
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya
1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia
httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]
2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)
melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik
(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)
Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula3
Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model
pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press
2000) h 17
59
itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt
nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian
tugas4
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan
keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut
1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru
2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada
posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66
60
3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk
4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction
B Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
61
DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru
Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta
PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media
2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004
Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT
RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml
62
63
Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University
Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd
Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja
Grafindo Persada 2003
64
Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo
Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal
Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55
Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung
Pakar Raya 2004
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika
INSTRUMEN TES Lampiran 21
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 1820 1719 2224 2123 8
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8
Jumlah
10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif Standar
Kompetensi Kompetensi
Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4
Nomor soal
Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
1 Perambatan cahaya
2 Pemantulan
cahaya
1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan
peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra
1 Mengamati proses terjadinya
pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan
cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan
pemantulan tidak teratur
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 2
12 3
48
567
1115
1214 16
910 13
3 Cermin 4 Pembiasan
cahaya
1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya
2 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
4 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
5 Menyebutkan manfaat cermin cekung
dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya
yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan
sempurna dalam kehidupan sehari-hari
1
1 2
1 1 1
1
1 2
2 1
1
18
1722
19212
3
24
20
2527 26
32
2829
31
5 Lensa
5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa
cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
4 Menyebutkan manfaat lensa cembung
dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari
5 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa
1 1
1 1
1
2
2
30
33
34
3738
35
36
3940
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan
B C1
2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
4 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
C C3
5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4
C C4
6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
7
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
8 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur
A C1
c Difus d Baur
10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip
a
c
b
d
B C3
12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal
C C2
13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
D C3
14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
A C4
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip
a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda
B C1
16 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar
D C2
18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung
C C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip
C C4
a
b
c
d
22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar
D C4
24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm
B C3
25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya
C C1
26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n
B C3
29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13
D C3
30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami
A C2
31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat
a
b
c
D C4
d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24
A C2
36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip
a b
C C4
c d
38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f
D C3
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4
Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 18 19 22 21 4
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Lensa 33 36 34 39 38 5
Jumlah
6 6 7 6 25
Lampiran 27
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya
C C3
c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
5
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
6 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur
A C1
8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
B C3
10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
D C3
a
c
b
d
11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke
cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o
A C4
12 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4
benar adalahhellip
a
b
c
d
16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn
B C3
c n = C x Cn d Cn = C x n
20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
Lampiran 1
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Pretest Kelas Kontrol
24 32 36 44 44 44
48 48 48 48 52 52
52 52 52 52 52 52
52 56 56 56 56 56
56 56 56 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60ndash 24
= 36
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 736
= 514
asymp 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875
30 1527 795915Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
95030
1527==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
4156547
1327157547
13
273021
7547
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
25274547
510107547
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
028464
87056016
87023317292387745
13030152757959130
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 2
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Posttest Kelas Kontrol
20 24 32 32 32 36
36 40 40 40 40 40
40 40 44 44 48 48
48 48 48 52 52 56
60 64 64 64 64 68
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 68 ndash 20
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125
30 1327 63057Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
234430
1327==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
5328540
723157540
7
233021
7540
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
5385533
2557533
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( )( )
261223150
870130781
87017609291891710
130301327)63057(30
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 3
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Pretest Kelas Eksperimen
44 44 44 48 48 48
48 52 52 52 52 52
52 52 56 56 56 56
56 56 56 56 56 56
56 56 60 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60 ndash 44
= 16
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 6
17
= 228
asymp 3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0
30 1608 86886Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
65330
1608==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
7546758555
1230157555
12
303021
7555
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
75924555
812127555
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbbpbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
940424
87020916
87025856642606580
1303016088688630
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 4
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Posttest Kelas Eksperimen
32 44 48 56 56 56
64 64 64 64 64 68
68 68 68 68 68 68
68 68 68 72 72 72
76 76 76 76 76 80
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 80 ndash 32
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574
30 1911 124607Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
76330
1911==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
35524559
1524157559
15
243021
7559
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
6353559
1212127559
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
9691899
87086289
87036519213738210
13030191112460730
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 5
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 509
Simpangan Baku (S) = 802
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261
10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01278]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 6
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 4423
Simpangan Baku (S) = 1226
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01413]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 7
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 536
Simpangan Baku (S) = 49
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577
10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01343]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 8
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 637
Simpangan Baku (S) = 996
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01453]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 9
Penghitungan Homogenitas Data Pretest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
124458
96255858
671862296962929
236429012429
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 4412
= 164
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 164 x 58
= 9512
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 897039032
519512953210ln
2
2
22
minus=minustimes=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 10
Penghitungan Homogenitas Data Posttest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
754612458
7668723558
92044358846428762929
30761502920169929
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 1247546
= 20961
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 20961 x 58
= 1215713
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 2515427032
028612157131213210ln
2
2
22
=times=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 11
Pengujian Hipotesis Pretest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 536 2X = 509 2
1S = 2401 = 6432 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( )
( ) ( )( )
64661654458
57256158
28186529696
23030326429012429
221
21
22
21
==
=
+=
minus+sdot+sdot
=
minus+minus+minus
=
S
S
S
S
nnSnSnS
Maka t adalah
( )
5741
715172
2580646672
3026466
72301
3016466
950653
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika
siswa
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar
fisika siswa
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t
hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 12
Pengujian Hipotesis Posttest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 637 2X = 4423 2
1S = 992016 = 1503076 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
169411
754612458
7668723558
9204435884642876
292930761502920169929
1111
21
222
21 1
=
==
+=
++
=
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
S
nnSnSn
S
Maka t adalah
( )
75646
881724719
25801694114719
302169411
4719301
301169411
2344763
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
riteria Pengujian Hipotesis
abel = Terima Ho Tolak Ha
Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan
K
Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t
hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan
tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 13
Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen
Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini
s Kontrol da
pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus
=minusminus
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut
070
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
ekspe
a g-tinggi nilai G ge 070
b g-sedang nilai 030 ge G gt
c g-rendah nilai G lt 030
rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain
Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain
est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah
AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang
1364 1968
Kategori
Lampiran 14
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Kontrol
-04 -036 -036
0 0 0
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Kontrol
1
-073 -043 -042
-033 -031 -025 -025 -025 -018
-018 -017 -015 -014 -01 -009
-008 -005 0 0 0 014
017 018 25 27 36 044
nilai minimum (Xmin) adalah -073
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 044ndash (-073
= 117
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 7171
= 0167
asymp 017
Sehingga panjang k snya adalahela 017
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738
30 -352 2421Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
117030
523minus=
minus=
sumsdotsum
=xf
x i
f
7 Menentukan Harga Median (Me)
727)7(720
823157720
8
233021
7720
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 enentukan Modus (Mo) M
68041720
4117720
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
26006920870239660
8703904126372
13030523421230
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 15
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Eksperimen
1 008 01
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Eksperimen
1
-027 -021 -018 -0
018 018 02 02 021 025
027 027 027 027 027 033
033 033 036 036 038 042
046 05 05 05 054 055
nilai minimum (Xmin) adalah -027
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 055 ndash (-027
= 082
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen
Panjang Kelas (P) = KR
= 7820
= 0117
asymp 012
Sehingga panjang k snya adalahela 012
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606
30 772 3406Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
257030727==
sumsdotsum
=xf
x i
fasymp 026
7 Menentukan Harga Median (Me)
299)9(290
724157290
7
243021
7290
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
Menentukan Modus (Mo) 8
7167290
0227290
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
22004890870581642
87059845918102
13030727406330
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 16
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a
berdistribusi normal
rmal
Menentukan harga L0
X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
Hipotesis
H0 = data
H1 = data berdistribusi tidak no
b
1) Pengamatan X1 X2
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S
2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
n yang lebih kecil atau sama
= Simpangan Baku
U
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara
c enentukan harga Ltabel
i Liliefors dengan taraf signifikan 005
d riteria pengujian
tabel
erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
M
Dari harga kritis untuk uj
K
Tolak H0 jika L0 gt L
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
B
Nilai Rata-rata ( X ) = -0117
Simpangan Baku S) = 026 (
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166
Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-
harga mutlak yaitu [00967]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal
Lampiran 17
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 026
Simpangan Baku (S) = 022
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [00934]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 18
Penghitungan Homogenitas N-Gain
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
0587505840753
580216672186239491
292906940290481029
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 005875
= -1231
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= -1231 x 58
= -71398
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 00051435032
83371(398713210ln
2
2
22
=times=
minusminusminustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 19
Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Kriteria Hipotesis
Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
2 Hipotesis Statistik
Ha micro1 ne micro2
H0 micro1 = micro2
3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol
117030
523minus=
minus=
sumsum
=fxf
X i
4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen
256030697
==sum
sum=
fxf
X i
5 Menghitung Nilai thitung dengan cara
a Menghitung Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
24240058750
292906940290481029
1111
2
21
222
2112
==
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛minussum+minussumminussum+minussum
=
S
S
nnSnSn
S
( )
( )
0326062503770
2580242403770
301
30124240
1170260
11
21
21
==
=
+
minusminus=
+
minus=
hitungt
t
t
nnS
XXt
6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan
α = 005 = (n1 + n2) ndash 2
= (30 + 30) ndash 2
= 58
Maka diperoleh ttabel sebesar = 200
7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032
maka terima Ha dan tolak H0
8 Kesimpulan
ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo
Lampiran 28
Konsep Cahaya
A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari
menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi
terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya
merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1
B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2
Perhatikan gambar di
samping
Berkas sinar yang
mengenai cermin disebut
sinar datang Sedangkan
berkas sinar yang
meninggalkan cermin
disebut
sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan
dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar
2 Sudut datang sama dengan sudut pantul
C Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan
gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila
cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari
udara menuju ke air
Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca
Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi)
Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang
disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya
Gambar A menunjukkan bahwa
cahaya dibiaskan atau dibelokkan
mendekati garis normal Hal ini terjadi
karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat Misalnya
dari udara menuju air
Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika
cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat Misalnya dari air menuju udara
Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3
Semoga berhasil
Lampiran 29
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 1) Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus
Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau
berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap
A Alat dan Bahan
1 Lilin
2 Korek api
3 Dua karton berlubang
B Langkah kerja
1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi
2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api
lilin
C Hasil kegiatan dan pembahasan
1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari
api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Jadi kesimpulannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
GOOD LUCK
LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan
A Alat dan Bahan
1 Busur derajat 3 Cermin datar
2 Senter laser 4 Kertas putih
Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B Langkah kegiatan
1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data
5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O
C Data Kegiatan dan Kesimpulan
No Sudut Datang Sudut Pantul
1 300
2 400
3 500
4 600
1 Jelaskan cara menentukan sudut datang
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut
pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
D Kesimpulan
1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
sudut pantul
2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada
helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)
Pembiasan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum
Snellius)
Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang
terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi
A Alat dan Bahan
1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu
2 Bejana kaca 4 Karton
B Langkah Kerja
1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca
2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o
C Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air bagaimana arah rambatannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan
Jawab
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut
Jawab
6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
Lampiran 24
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen
dengan Rumus KR-20
Diketahui
n = 40
sumpq = 734
S2 = 2401
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah
Tinggiliabilitasr
SpqS
nnr
Re7100124
3470124140
40
1
11
2
2
11
rarr=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
G Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak
bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya
mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-6
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya
mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
Pertemuan Ke-7
Posttest
22 Ibid
23 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit
24 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6
25 Ibid h 3
26
Hari Van Java Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
27 Baharuddin Op Cit h 97
28 Ibid h 98
29 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 5
30 Ibid h 7
31 Ibid h 8
32
Anwar Holil Model Pengajaran Langsung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml
33 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 8-9
34 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 17
35 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan (Bandung Remaja Rosdakarya 2005) h 90
36 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi No 1VIIOktober2003) h 188
37 Ibid
38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412
39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165
40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)
41 Ibid
42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117
43 Ibid h 118
44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60
45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119
46 Tatang M Amirin Op Cit
47
I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
48
Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
49
A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14
50 Ibid h 15
51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
52
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
BAB III
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168
3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7
4
Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213
5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263
BAB IV
1
Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di
2
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17
4
Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66
ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung
i
ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676
Keywords physics subject achievement Direct Instruction
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada
1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini
2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya
3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si
Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi
5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan
iii
6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut
7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah
Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku
8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003
khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan
Ucie
9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7
1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8
2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25
B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36
v
B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 61 B Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18
Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36
Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53
Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65
Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68
Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74
Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77
Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80
Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83
Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89
Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91
Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93
Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95
Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97
Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98
Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101
Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104
Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107
Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110
Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk
dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar
yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur
mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan
keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep
Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
1
2
belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model
pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3
Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa
Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab
itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
3
Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba
menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah
Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam
menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran4
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5
4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika
2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do)
3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika
4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya
5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa
C Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman
(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)
2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII
D Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo
5
E Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction)
F Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A Kajian Teoretis
1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai
pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut
Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat
mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5
a Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya
3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid
9
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi
antara seseorang dengan lingkungan sosial6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan
memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa
tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya9
6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)
h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30
10
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan
Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction11
a Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10 Ibid 11 Ibid h 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement12
Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian retensi produksi dan motivasi
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct
Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran yaitu 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27
12
hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut 15
a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal
siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui dan dapat dilakukannya
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara
dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal
pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif
dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu
mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih
menimbulkan permasalahan
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya
4) Motivasi
15 Ibid 16 Ibid h27-28
13
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui
pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik17
b Penguatan Diri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan18
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)
a Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)
Menurut Arends
17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10
18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28
14
ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19
Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi20
Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan
kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik21
Menurut Arends yaitu
ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia
httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid
15
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan
deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
keterampilan akademik siswa
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula
22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16
16
b Ciri-ciri Direct Instruction
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut
bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian hasil belajar
bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
c Tujuan Direct Instruction
Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung
bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru
banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-
latihan terbimbing
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai
penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar
peragaan dsb
Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah
17
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa
akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
d Sintaks Direct Instruction
Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru
menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau
mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2126
25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8
18
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara
detail seperti berikut27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya
27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)
19
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan
demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan
presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik
arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari
penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi
selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau
20
berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang
untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar
Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan
terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar
dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna
21
b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai
konsepketerampilan yang dipelajari
c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan
berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan
bukan pada ldquohasilrdquo
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
22
d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik
e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran
terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil
belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial
23
atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang
abstrak28
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa
a Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage
(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah
learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa
ldquolearning is to observe to read to imitate to try something
themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk
mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu
mendengarkan mengikuti arahan)29
Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in
performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna
Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi
pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam
28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]
30 Ibid
24
ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini
banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar
pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-
kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan
insight belajar menyelami pengertian
Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses
membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau
pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan
persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan
pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa
yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31 Ibid
25
pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat
intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru
baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun
pengalaman sosial
b Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods)33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif
32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi
No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]
33 Ibid
26
maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja
(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)
aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu yaitu 35
1 Aspek MengingatC1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual
prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai
kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap
- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk
membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam
kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi
baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan
- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan
dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal
34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38
35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18
27
ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat
dicari dengan mudah pada buku atau catatan
2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri
- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat
mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor
- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari
sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan
dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses
identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan
dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus
- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa
menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori
Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok dari contoh khusus dan konsep dasar
Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-
konsepprinsip-prinsip dasar
- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau
poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah
informasi yang membangun seperti pengertian sebuah
fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya
28
- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan
sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang
menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting
dengan menuliskan hubungan di antara semuanya
- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua
ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika
informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa
- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat
membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi
3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau
prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara
menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)
pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat
- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa
sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih
29
Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya
mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat
menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup
- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih
dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang
memungkinkan)
4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang
relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting
- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi
sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana
mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan
- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat
menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama
Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh
30
penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami
pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang
penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut
1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan
menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II
dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian
meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus
III36
2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)
31
Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran37
3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung38
4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz
menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran
dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu39
5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-
task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung40
37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)
38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
32
C Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut
Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja
Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan
33
Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik
maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan
pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)
memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu
Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
34
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
Rendahnya Hasil Belajar
Hanya menekankan pada penguasaan
konsep
Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang
dimiliki siswa
Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang diajarkan
Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika
Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural
Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)
(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)
Meningkatkan hasil belajar
Fisika siswa
Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir
35
D Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-
2010
B Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut
Tabel 31 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 XE Y2
K Y1 XC Y2
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
36
37
Keterangan
E Kelas eksperimen
K Kelas kontrol
Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen
XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol
C Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari
populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi
D Teknik Pengumpulan Data
1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat
2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta
2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806
pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran
E Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran
dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan
a Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut6
6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi
Aksara 2001) h 79
39
qp
SMM
t
tppbi
minus=γ
Keterangan
γpbi Koefisien korelasi biserial
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt Rerata skor total
St Standar deviasi dari skor total
p Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q Proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 ndash p )
Tabel 3 2 Kriteria Validitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi
2 0600 ndash 0800 Tinggi
3 0400 ndash 0600 Cukup
4 0200 ndash 0400 Rendah
5 0000 ndash 0200 Sangat rendah
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini
40
b Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q
n Banyak item
S Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 090 ndash 100 Tinggi sekali
2 070 ndash 090 Tinggi
3 040 ndash 070 Cukup
4 020 ndash 040 Rendah
5 000 ndash 020 Kecil
Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama
dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori
tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini
7Ibid h 100-101
41
c Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8
JSBP =
Keterangan
P Indeks Kesukaran
B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 070 ndash 100 Mudah
2 030 ndash 070 Sedang
3 000 ndash 030 Sukar
Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah
d Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut9
BAB
B
A
A PPJB
JBD minus=minus=
8Ibid h 208 9Ibid h 213
42
Keterangan
D Daya pembeda
BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA Jumlah peserta kelompok atas
JB Jumlah peserta kelompok bawah
A
AA J
BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
No Rentang Nilai Kriteria
1 000 ndash 020 Jelek
2 020 ndash 040 Cukup
3 040 ndash 070 Baik
4 070 ndash 100 Baik Sekali
Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria
soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali baik atau cukup
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian
43
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aspek Kognitif Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
Munt
elakukan percobaan uk menunjukkan
sifat-sifat perambatan cahaya
12 36 47 89 8
Menjelaskan hukum emantulan yang
diperoleh melalui percobaan
p 915 10 12
11 13
14 16 8
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin
kung dan cermin cembung ce
18 20
17 19
22 24
21 23 8
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
25 27
26 30
28 29
31 32 8
SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KD Menyelidik
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
33 36
34 35
39 40
37 38
8
Jumlah
10 10 10 10 40
Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
F Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10
Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut
10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
44
1 Uji Prasyarat Analisis
a Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3
Zn dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka
S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
11 Sudjana Op Cit h 466-467
45
Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors
Xi
Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)
Keterangan
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z le Zi
S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
5) Kesimpulan
b Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 = σ32 = σn
2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ge χt
2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung
χ02 lt χt
2 = terima H0 χt2 Nilai tabel
12 Ibid h261-263
46
3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu
Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok
dk (n-1)
S2
1
Log S2
1
dk (n-1)Log S21
Jumlah
S21
= kuadrat standar deviasi
Dengan Sgabungan = )1(
)1( 12
1
minusΣminusΣn
Sn
Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett
Menghitung nilai χ02
χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)
dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2
Sehingga
χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si
2
4) Kesimpulan
2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang
digunakan sebagai berikut
47
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Dimana ( ) ( )
( ) 211
21
222
211
minus+minus+minus
=nn
SnSnS
Keterangan
t Hasil hitung distribusi t
X1 Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2
1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol
S Nilai deviasi gabungan
n1 Banyaknya data kelas eksperimen
n2 Banyaknya data kelas kontrol
dk = n ndash 1
Langkah selanjutnya adalah
a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)
b Menentukan nilai t-tabel
c Menguji hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Hipotesis Statistik
baa
ba
H
H
μμ
μμ
ne
=
0
48
3 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N-Gain (g) =
dengan kategorisasi perolehan berikut ini
nilai posttest - nilai pretest
nilai maksimum - nilai pretest
a g-tinggi nilai G ge 0070
b g-sedang nilai 0030 le G lt 030
c g-rendah nilai G lt 030
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai
standar deviasi serta nilai varians
1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut
Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa
49
50
0
2
4
6
8
10
12
14
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-
rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522
standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk
hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675
modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians
(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41
51
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Kelas
Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen
Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432
2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang
memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa
kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja
Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor
62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas
52
eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20
nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)
sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar
15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637
median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)
53
sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 42
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031
3 Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian
Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai maksimum 60 80 60 68
Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226
Varians (S2) 2401 9920 6432 15031
B Hasil Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh
54
karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya
1 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah
a Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 44 di bawah ini
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No Statistik Kelas
Eksperiman
Kelas
Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 637 4423
3 Standar Deviasi (SD) 996 226
4 Lo hitung 01453 01413
5 L tabel 0161 0161
Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf
kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8
55
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas
No Data Nilai Lohitung
Nilai Ltabel
Kesimpulan
1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi
normal
2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi
normal
b Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2
tabel sebaliknya
jika χ2 hitung gt χ2
tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46
sebagai berikut
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Statistik Nilai
1 S2 eksperimen 9920
2 S2 kontrol 15030
3 S2 gabungan 12475
4 Χ2 hitung 125
5 Χ2 tabel 384
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2
tabel Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
56
2 Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005
adalah sebesar 200
Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =
-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya
C Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa
besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005
adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha
tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat
57
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata
posttest kontrol (4423)
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt
ttabel = 1672
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya
1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia
httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]
2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)
melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik
(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)
Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula3
Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model
pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press
2000) h 17
59
itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt
nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian
tugas4
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan
keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut
1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru
2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada
posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66
60
3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk
4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction
B Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
61
DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru
Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta
PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media
2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004
Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT
RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml
62
63
Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University
Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd
Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja
Grafindo Persada 2003
64
Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo
Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal
Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55
Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung
Pakar Raya 2004
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika
INSTRUMEN TES Lampiran 21
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 1820 1719 2224 2123 8
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8
Jumlah
10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif Standar
Kompetensi Kompetensi
Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4
Nomor soal
Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
1 Perambatan cahaya
2 Pemantulan
cahaya
1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan
peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra
1 Mengamati proses terjadinya
pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan
cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan
pemantulan tidak teratur
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 2
12 3
48
567
1115
1214 16
910 13
3 Cermin 4 Pembiasan
cahaya
1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya
2 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
4 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
5 Menyebutkan manfaat cermin cekung
dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya
yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan
sempurna dalam kehidupan sehari-hari
1
1 2
1 1 1
1
1 2
2 1
1
18
1722
19212
3
24
20
2527 26
32
2829
31
5 Lensa
5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa
cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
4 Menyebutkan manfaat lensa cembung
dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari
5 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa
1 1
1 1
1
2
2
30
33
34
3738
35
36
3940
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan
B C1
2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
4 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
C C3
5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4
C C4
6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
7
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
8 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur
A C1
c Difus d Baur
10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip
a
c
b
d
B C3
12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal
C C2
13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
D C3
14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
A C4
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip
a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda
B C1
16 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar
D C2
18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung
C C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip
C C4
a
b
c
d
22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar
D C4
24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm
B C3
25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya
C C1
26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n
B C3
29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13
D C3
30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami
A C2
31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat
a
b
c
D C4
d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24
A C2
36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip
a b
C C4
c d
38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f
D C3
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4
Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 18 19 22 21 4
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Lensa 33 36 34 39 38 5
Jumlah
6 6 7 6 25
Lampiran 27
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya
C C3
c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
5
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
6 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur
A C1
8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
B C3
10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
D C3
a
c
b
d
11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke
cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o
A C4
12 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4
benar adalahhellip
a
b
c
d
16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn
B C3
c n = C x Cn d Cn = C x n
20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
Lampiran 1
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Pretest Kelas Kontrol
24 32 36 44 44 44
48 48 48 48 52 52
52 52 52 52 52 52
52 56 56 56 56 56
56 56 56 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60ndash 24
= 36
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 736
= 514
asymp 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875
30 1527 795915Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
95030
1527==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
4156547
1327157547
13
273021
7547
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
25274547
510107547
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
028464
87056016
87023317292387745
13030152757959130
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 2
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Posttest Kelas Kontrol
20 24 32 32 32 36
36 40 40 40 40 40
40 40 44 44 48 48
48 48 48 52 52 56
60 64 64 64 64 68
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 68 ndash 20
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125
30 1327 63057Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
234430
1327==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
5328540
723157540
7
233021
7540
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
5385533
2557533
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( )( )
261223150
870130781
87017609291891710
130301327)63057(30
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 3
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Pretest Kelas Eksperimen
44 44 44 48 48 48
48 52 52 52 52 52
52 52 56 56 56 56
56 56 56 56 56 56
56 56 60 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60 ndash 44
= 16
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 6
17
= 228
asymp 3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0
30 1608 86886Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
65330
1608==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
7546758555
1230157555
12
303021
7555
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
75924555
812127555
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbbpbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
940424
87020916
87025856642606580
1303016088688630
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 4
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Posttest Kelas Eksperimen
32 44 48 56 56 56
64 64 64 64 64 68
68 68 68 68 68 68
68 68 68 72 72 72
76 76 76 76 76 80
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 80 ndash 32
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574
30 1911 124607Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
76330
1911==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
35524559
1524157559
15
243021
7559
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
6353559
1212127559
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
9691899
87086289
87036519213738210
13030191112460730
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 5
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 509
Simpangan Baku (S) = 802
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261
10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01278]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 6
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 4423
Simpangan Baku (S) = 1226
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01413]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 7
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 536
Simpangan Baku (S) = 49
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577
10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01343]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 8
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 637
Simpangan Baku (S) = 996
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01453]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 9
Penghitungan Homogenitas Data Pretest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
124458
96255858
671862296962929
236429012429
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 4412
= 164
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 164 x 58
= 9512
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 897039032
519512953210ln
2
2
22
minus=minustimes=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 10
Penghitungan Homogenitas Data Posttest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
754612458
7668723558
92044358846428762929
30761502920169929
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 1247546
= 20961
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 20961 x 58
= 1215713
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 2515427032
028612157131213210ln
2
2
22
=times=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 11
Pengujian Hipotesis Pretest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 536 2X = 509 2
1S = 2401 = 6432 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( )
( ) ( )( )
64661654458
57256158
28186529696
23030326429012429
221
21
22
21
==
=
+=
minus+sdot+sdot
=
minus+minus+minus
=
S
S
S
S
nnSnSnS
Maka t adalah
( )
5741
715172
2580646672
3026466
72301
3016466
950653
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika
siswa
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar
fisika siswa
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t
hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 12
Pengujian Hipotesis Posttest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 637 2X = 4423 2
1S = 992016 = 1503076 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
169411
754612458
7668723558
9204435884642876
292930761502920169929
1111
21
222
21 1
=
==
+=
++
=
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
S
nnSnSn
S
Maka t adalah
( )
75646
881724719
25801694114719
302169411
4719301
301169411
2344763
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
riteria Pengujian Hipotesis
abel = Terima Ho Tolak Ha
Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan
K
Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t
hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan
tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 13
Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen
Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini
s Kontrol da
pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus
=minusminus
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut
070
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
ekspe
a g-tinggi nilai G ge 070
b g-sedang nilai 030 ge G gt
c g-rendah nilai G lt 030
rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain
Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain
est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah
AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang
1364 1968
Kategori
Lampiran 14
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Kontrol
-04 -036 -036
0 0 0
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Kontrol
1
-073 -043 -042
-033 -031 -025 -025 -025 -018
-018 -017 -015 -014 -01 -009
-008 -005 0 0 0 014
017 018 25 27 36 044
nilai minimum (Xmin) adalah -073
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 044ndash (-073
= 117
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 7171
= 0167
asymp 017
Sehingga panjang k snya adalahela 017
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738
30 -352 2421Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
117030
523minus=
minus=
sumsdotsum
=xf
x i
f
7 Menentukan Harga Median (Me)
727)7(720
823157720
8
233021
7720
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 enentukan Modus (Mo) M
68041720
4117720
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
26006920870239660
8703904126372
13030523421230
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 15
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Eksperimen
1 008 01
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Eksperimen
1
-027 -021 -018 -0
018 018 02 02 021 025
027 027 027 027 027 033
033 033 036 036 038 042
046 05 05 05 054 055
nilai minimum (Xmin) adalah -027
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 055 ndash (-027
= 082
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen
Panjang Kelas (P) = KR
= 7820
= 0117
asymp 012
Sehingga panjang k snya adalahela 012
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606
30 772 3406Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
257030727==
sumsdotsum
=xf
x i
fasymp 026
7 Menentukan Harga Median (Me)
299)9(290
724157290
7
243021
7290
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
Menentukan Modus (Mo) 8
7167290
0227290
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
22004890870581642
87059845918102
13030727406330
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 16
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a
berdistribusi normal
rmal
Menentukan harga L0
X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
Hipotesis
H0 = data
H1 = data berdistribusi tidak no
b
1) Pengamatan X1 X2
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S
2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
n yang lebih kecil atau sama
= Simpangan Baku
U
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara
c enentukan harga Ltabel
i Liliefors dengan taraf signifikan 005
d riteria pengujian
tabel
erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
M
Dari harga kritis untuk uj
K
Tolak H0 jika L0 gt L
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
B
Nilai Rata-rata ( X ) = -0117
Simpangan Baku S) = 026 (
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166
Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-
harga mutlak yaitu [00967]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal
Lampiran 17
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 026
Simpangan Baku (S) = 022
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [00934]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 18
Penghitungan Homogenitas N-Gain
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
0587505840753
580216672186239491
292906940290481029
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 005875
= -1231
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= -1231 x 58
= -71398
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 00051435032
83371(398713210ln
2
2
22
=times=
minusminusminustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 19
Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Kriteria Hipotesis
Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
2 Hipotesis Statistik
Ha micro1 ne micro2
H0 micro1 = micro2
3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol
117030
523minus=
minus=
sumsum
=fxf
X i
4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen
256030697
==sum
sum=
fxf
X i
5 Menghitung Nilai thitung dengan cara
a Menghitung Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
24240058750
292906940290481029
1111
2
21
222
2112
==
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛minussum+minussumminussum+minussum
=
S
S
nnSnSn
S
( )
( )
0326062503770
2580242403770
301
30124240
1170260
11
21
21
==
=
+
minusminus=
+
minus=
hitungt
t
t
nnS
XXt
6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan
α = 005 = (n1 + n2) ndash 2
= (30 + 30) ndash 2
= 58
Maka diperoleh ttabel sebesar = 200
7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032
maka terima Ha dan tolak H0
8 Kesimpulan
ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo
Lampiran 28
Konsep Cahaya
A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari
menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi
terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya
merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1
B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2
Perhatikan gambar di
samping
Berkas sinar yang
mengenai cermin disebut
sinar datang Sedangkan
berkas sinar yang
meninggalkan cermin
disebut
sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan
dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar
2 Sudut datang sama dengan sudut pantul
C Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan
gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila
cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari
udara menuju ke air
Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca
Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi)
Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang
disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya
Gambar A menunjukkan bahwa
cahaya dibiaskan atau dibelokkan
mendekati garis normal Hal ini terjadi
karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat Misalnya
dari udara menuju air
Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika
cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat Misalnya dari air menuju udara
Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3
Semoga berhasil
Lampiran 29
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 1) Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus
Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau
berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap
A Alat dan Bahan
1 Lilin
2 Korek api
3 Dua karton berlubang
B Langkah kerja
1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi
2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api
lilin
C Hasil kegiatan dan pembahasan
1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari
api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Jadi kesimpulannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
GOOD LUCK
LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan
A Alat dan Bahan
1 Busur derajat 3 Cermin datar
2 Senter laser 4 Kertas putih
Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B Langkah kegiatan
1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data
5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O
C Data Kegiatan dan Kesimpulan
No Sudut Datang Sudut Pantul
1 300
2 400
3 500
4 600
1 Jelaskan cara menentukan sudut datang
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut
pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
D Kesimpulan
1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
sudut pantul
2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada
helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)
Pembiasan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum
Snellius)
Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang
terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi
A Alat dan Bahan
1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu
2 Bejana kaca 4 Karton
B Langkah Kerja
1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca
2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o
C Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air bagaimana arah rambatannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan
Jawab
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut
Jawab
6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
Lampiran 24
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen
dengan Rumus KR-20
Diketahui
n = 40
sumpq = 734
S2 = 2401
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah
Tinggiliabilitasr
SpqS
nnr
Re7100124
3470124140
40
1
11
2
2
11
rarr=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
G Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak
bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya
mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-6
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya
mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
Pertemuan Ke-7
Posttest
37 Ibid
38 Sri Esti W Djiwandono Psikologi Pendidikan (Jakarta Gramedia 2006) h 412
39 Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta Bumi Aksara 2001) h 164-165
40 Tatang M Amirin Taksonomi Bloom Versi Baru artikelini diakses pada tanggal 9 Agustus 2010 di httptatangmanguny ordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru)
41 Ibid
42 Suharsimi Arikunto Op Cit h 117
43 Ibid h 118
44 Ella Yulaelawati Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung Pakar Raya 2004) h 60
45 Suharsimi Arikunto Op Cit h 119
46 Tatang M Amirin Op Cit
47
I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
48
Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
49
A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT Unesa 2004) h14
50 Ibid h 15
51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
52
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
BAB III
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168
3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7
4
Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213
5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263
BAB IV
1
Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di
2
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17
4
Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66
ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung
i
ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676
Keywords physics subject achievement Direct Instruction
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada
1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini
2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya
3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si
Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi
5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan
iii
6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut
7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah
Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku
8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003
khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan
Ucie
9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7
1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8
2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25
B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36
v
B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 61 B Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18
Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36
Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53
Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65
Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68
Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74
Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77
Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80
Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83
Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89
Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91
Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93
Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95
Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97
Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98
Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101
Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104
Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107
Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110
Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk
dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar
yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur
mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan
keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep
Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
1
2
belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model
pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3
Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa
Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab
itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
3
Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba
menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah
Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam
menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran4
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5
4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika
2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do)
3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika
4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya
5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa
C Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman
(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)
2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII
D Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo
5
E Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction)
F Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A Kajian Teoretis
1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai
pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut
Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat
mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5
a Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya
3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid
9
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi
antara seseorang dengan lingkungan sosial6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan
memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa
tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya9
6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)
h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30
10
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan
Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction11
a Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10 Ibid 11 Ibid h 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement12
Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian retensi produksi dan motivasi
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct
Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran yaitu 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27
12
hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut 15
a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal
siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui dan dapat dilakukannya
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara
dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal
pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif
dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu
mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih
menimbulkan permasalahan
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya
4) Motivasi
15 Ibid 16 Ibid h27-28
13
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui
pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik17
b Penguatan Diri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan18
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)
a Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)
Menurut Arends
17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10
18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28
14
ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19
Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi20
Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan
kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik21
Menurut Arends yaitu
ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia
httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid
15
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan
deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
keterampilan akademik siswa
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula
22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16
16
b Ciri-ciri Direct Instruction
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut
bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian hasil belajar
bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
c Tujuan Direct Instruction
Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung
bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru
banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-
latihan terbimbing
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai
penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar
peragaan dsb
Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah
17
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa
akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
d Sintaks Direct Instruction
Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru
menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau
mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2126
25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8
18
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara
detail seperti berikut27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya
27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)
19
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan
demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan
presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik
arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari
penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi
selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau
20
berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang
untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar
Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan
terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar
dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna
21
b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai
konsepketerampilan yang dipelajari
c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan
berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan
bukan pada ldquohasilrdquo
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
22
d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik
e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran
terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil
belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial
23
atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang
abstrak28
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa
a Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage
(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah
learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa
ldquolearning is to observe to read to imitate to try something
themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk
mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu
mendengarkan mengikuti arahan)29
Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in
performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna
Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi
pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam
28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]
30 Ibid
24
ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini
banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar
pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-
kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan
insight belajar menyelami pengertian
Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses
membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau
pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan
persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan
pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa
yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31 Ibid
25
pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat
intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru
baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun
pengalaman sosial
b Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods)33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif
32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi
No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]
33 Ibid
26
maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja
(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)
aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu yaitu 35
1 Aspek MengingatC1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual
prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai
kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap
- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk
membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam
kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi
baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan
- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan
dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal
34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38
35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18
27
ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat
dicari dengan mudah pada buku atau catatan
2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri
- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat
mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor
- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari
sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan
dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses
identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan
dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus
- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa
menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori
Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok dari contoh khusus dan konsep dasar
Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-
konsepprinsip-prinsip dasar
- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau
poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah
informasi yang membangun seperti pengertian sebuah
fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya
28
- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan
sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang
menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting
dengan menuliskan hubungan di antara semuanya
- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua
ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika
informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa
- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat
membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi
3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau
prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara
menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)
pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat
- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa
sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih
29
Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya
mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat
menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup
- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih
dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang
memungkinkan)
4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang
relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting
- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi
sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana
mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan
- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat
menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama
Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh
30
penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami
pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang
penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut
1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan
menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II
dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian
meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus
III36
2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)
31
Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran37
3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung38
4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz
menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran
dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu39
5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-
task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung40
37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)
38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
32
C Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut
Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja
Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan
33
Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik
maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan
pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)
memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu
Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
34
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
Rendahnya Hasil Belajar
Hanya menekankan pada penguasaan
konsep
Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang
dimiliki siswa
Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang diajarkan
Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika
Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural
Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)
(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)
Meningkatkan hasil belajar
Fisika siswa
Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir
35
D Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-
2010
B Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut
Tabel 31 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 XE Y2
K Y1 XC Y2
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
36
37
Keterangan
E Kelas eksperimen
K Kelas kontrol
Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen
XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol
C Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari
populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi
D Teknik Pengumpulan Data
1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat
2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta
2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806
pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran
E Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran
dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan
a Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut6
6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi
Aksara 2001) h 79
39
qp
SMM
t
tppbi
minus=γ
Keterangan
γpbi Koefisien korelasi biserial
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt Rerata skor total
St Standar deviasi dari skor total
p Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q Proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 ndash p )
Tabel 3 2 Kriteria Validitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi
2 0600 ndash 0800 Tinggi
3 0400 ndash 0600 Cukup
4 0200 ndash 0400 Rendah
5 0000 ndash 0200 Sangat rendah
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini
40
b Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q
n Banyak item
S Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 090 ndash 100 Tinggi sekali
2 070 ndash 090 Tinggi
3 040 ndash 070 Cukup
4 020 ndash 040 Rendah
5 000 ndash 020 Kecil
Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama
dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori
tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini
7Ibid h 100-101
41
c Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8
JSBP =
Keterangan
P Indeks Kesukaran
B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 070 ndash 100 Mudah
2 030 ndash 070 Sedang
3 000 ndash 030 Sukar
Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah
d Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut9
BAB
B
A
A PPJB
JBD minus=minus=
8Ibid h 208 9Ibid h 213
42
Keterangan
D Daya pembeda
BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA Jumlah peserta kelompok atas
JB Jumlah peserta kelompok bawah
A
AA J
BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
No Rentang Nilai Kriteria
1 000 ndash 020 Jelek
2 020 ndash 040 Cukup
3 040 ndash 070 Baik
4 070 ndash 100 Baik Sekali
Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria
soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali baik atau cukup
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian
43
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aspek Kognitif Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
Munt
elakukan percobaan uk menunjukkan
sifat-sifat perambatan cahaya
12 36 47 89 8
Menjelaskan hukum emantulan yang
diperoleh melalui percobaan
p 915 10 12
11 13
14 16 8
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin
kung dan cermin cembung ce
18 20
17 19
22 24
21 23 8
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
25 27
26 30
28 29
31 32 8
SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KD Menyelidik
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
33 36
34 35
39 40
37 38
8
Jumlah
10 10 10 10 40
Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
F Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10
Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut
10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
44
1 Uji Prasyarat Analisis
a Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3
Zn dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka
S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
11 Sudjana Op Cit h 466-467
45
Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors
Xi
Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)
Keterangan
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z le Zi
S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
5) Kesimpulan
b Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 = σ32 = σn
2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ge χt
2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung
χ02 lt χt
2 = terima H0 χt2 Nilai tabel
12 Ibid h261-263
46
3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu
Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok
dk (n-1)
S2
1
Log S2
1
dk (n-1)Log S21
Jumlah
S21
= kuadrat standar deviasi
Dengan Sgabungan = )1(
)1( 12
1
minusΣminusΣn
Sn
Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett
Menghitung nilai χ02
χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)
dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2
Sehingga
χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si
2
4) Kesimpulan
2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang
digunakan sebagai berikut
47
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Dimana ( ) ( )
( ) 211
21
222
211
minus+minus+minus
=nn
SnSnS
Keterangan
t Hasil hitung distribusi t
X1 Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2
1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol
S Nilai deviasi gabungan
n1 Banyaknya data kelas eksperimen
n2 Banyaknya data kelas kontrol
dk = n ndash 1
Langkah selanjutnya adalah
a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)
b Menentukan nilai t-tabel
c Menguji hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Hipotesis Statistik
baa
ba
H
H
μμ
μμ
ne
=
0
48
3 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N-Gain (g) =
dengan kategorisasi perolehan berikut ini
nilai posttest - nilai pretest
nilai maksimum - nilai pretest
a g-tinggi nilai G ge 0070
b g-sedang nilai 0030 le G lt 030
c g-rendah nilai G lt 030
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai
standar deviasi serta nilai varians
1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut
Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa
49
50
0
2
4
6
8
10
12
14
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-
rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522
standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk
hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675
modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians
(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41
51
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Kelas
Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen
Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432
2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang
memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa
kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja
Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor
62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas
52
eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20
nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)
sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar
15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637
median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)
53
sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 42
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031
3 Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian
Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai maksimum 60 80 60 68
Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226
Varians (S2) 2401 9920 6432 15031
B Hasil Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh
54
karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya
1 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah
a Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 44 di bawah ini
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No Statistik Kelas
Eksperiman
Kelas
Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 637 4423
3 Standar Deviasi (SD) 996 226
4 Lo hitung 01453 01413
5 L tabel 0161 0161
Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf
kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8
55
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas
No Data Nilai Lohitung
Nilai Ltabel
Kesimpulan
1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi
normal
2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi
normal
b Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2
tabel sebaliknya
jika χ2 hitung gt χ2
tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46
sebagai berikut
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Statistik Nilai
1 S2 eksperimen 9920
2 S2 kontrol 15030
3 S2 gabungan 12475
4 Χ2 hitung 125
5 Χ2 tabel 384
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2
tabel Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
56
2 Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005
adalah sebesar 200
Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =
-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya
C Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa
besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005
adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha
tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat
57
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata
posttest kontrol (4423)
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt
ttabel = 1672
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya
1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia
httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]
2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)
melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik
(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)
Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula3
Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model
pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press
2000) h 17
59
itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt
nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian
tugas4
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan
keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut
1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru
2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada
posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66
60
3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk
4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction
B Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
61
DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru
Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta
PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media
2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004
Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT
RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml
62
63
Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University
Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd
Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja
Grafindo Persada 2003
64
Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo
Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal
Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55
Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung
Pakar Raya 2004
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika
INSTRUMEN TES Lampiran 21
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 1820 1719 2224 2123 8
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8
Jumlah
10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif Standar
Kompetensi Kompetensi
Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4
Nomor soal
Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
1 Perambatan cahaya
2 Pemantulan
cahaya
1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan
peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra
1 Mengamati proses terjadinya
pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan
cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan
pemantulan tidak teratur
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 2
12 3
48
567
1115
1214 16
910 13
3 Cermin 4 Pembiasan
cahaya
1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya
2 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
4 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
5 Menyebutkan manfaat cermin cekung
dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya
yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan
sempurna dalam kehidupan sehari-hari
1
1 2
1 1 1
1
1 2
2 1
1
18
1722
19212
3
24
20
2527 26
32
2829
31
5 Lensa
5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa
cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
4 Menyebutkan manfaat lensa cembung
dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari
5 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa
1 1
1 1
1
2
2
30
33
34
3738
35
36
3940
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan
B C1
2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
4 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
C C3
5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4
C C4
6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
7
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
8 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur
A C1
c Difus d Baur
10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip
a
c
b
d
B C3
12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal
C C2
13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
D C3
14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
A C4
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip
a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda
B C1
16 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar
D C2
18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung
C C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip
C C4
a
b
c
d
22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar
D C4
24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm
B C3
25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya
C C1
26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n
B C3
29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13
D C3
30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami
A C2
31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat
a
b
c
D C4
d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24
A C2
36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip
a b
C C4
c d
38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f
D C3
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4
Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 18 19 22 21 4
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Lensa 33 36 34 39 38 5
Jumlah
6 6 7 6 25
Lampiran 27
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya
C C3
c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
5
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
6 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur
A C1
8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
B C3
10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
D C3
a
c
b
d
11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke
cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o
A C4
12 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4
benar adalahhellip
a
b
c
d
16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn
B C3
c n = C x Cn d Cn = C x n
20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
Lampiran 1
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Pretest Kelas Kontrol
24 32 36 44 44 44
48 48 48 48 52 52
52 52 52 52 52 52
52 56 56 56 56 56
56 56 56 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60ndash 24
= 36
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 736
= 514
asymp 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875
30 1527 795915Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
95030
1527==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
4156547
1327157547
13
273021
7547
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
25274547
510107547
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
028464
87056016
87023317292387745
13030152757959130
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 2
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Posttest Kelas Kontrol
20 24 32 32 32 36
36 40 40 40 40 40
40 40 44 44 48 48
48 48 48 52 52 56
60 64 64 64 64 68
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 68 ndash 20
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125
30 1327 63057Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
234430
1327==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
5328540
723157540
7
233021
7540
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
5385533
2557533
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( )( )
261223150
870130781
87017609291891710
130301327)63057(30
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 3
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Pretest Kelas Eksperimen
44 44 44 48 48 48
48 52 52 52 52 52
52 52 56 56 56 56
56 56 56 56 56 56
56 56 60 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60 ndash 44
= 16
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 6
17
= 228
asymp 3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0
30 1608 86886Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
65330
1608==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
7546758555
1230157555
12
303021
7555
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
75924555
812127555
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbbpbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
940424
87020916
87025856642606580
1303016088688630
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 4
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Posttest Kelas Eksperimen
32 44 48 56 56 56
64 64 64 64 64 68
68 68 68 68 68 68
68 68 68 72 72 72
76 76 76 76 76 80
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 80 ndash 32
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574
30 1911 124607Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
76330
1911==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
35524559
1524157559
15
243021
7559
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
6353559
1212127559
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
9691899
87086289
87036519213738210
13030191112460730
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 5
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 509
Simpangan Baku (S) = 802
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261
10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01278]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 6
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 4423
Simpangan Baku (S) = 1226
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01413]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 7
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 536
Simpangan Baku (S) = 49
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577
10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01343]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 8
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 637
Simpangan Baku (S) = 996
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01453]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 9
Penghitungan Homogenitas Data Pretest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
124458
96255858
671862296962929
236429012429
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 4412
= 164
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 164 x 58
= 9512
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 897039032
519512953210ln
2
2
22
minus=minustimes=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 10
Penghitungan Homogenitas Data Posttest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
754612458
7668723558
92044358846428762929
30761502920169929
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 1247546
= 20961
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 20961 x 58
= 1215713
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 2515427032
028612157131213210ln
2
2
22
=times=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 11
Pengujian Hipotesis Pretest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 536 2X = 509 2
1S = 2401 = 6432 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( )
( ) ( )( )
64661654458
57256158
28186529696
23030326429012429
221
21
22
21
==
=
+=
minus+sdot+sdot
=
minus+minus+minus
=
S
S
S
S
nnSnSnS
Maka t adalah
( )
5741
715172
2580646672
3026466
72301
3016466
950653
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika
siswa
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar
fisika siswa
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t
hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 12
Pengujian Hipotesis Posttest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 637 2X = 4423 2
1S = 992016 = 1503076 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
169411
754612458
7668723558
9204435884642876
292930761502920169929
1111
21
222
21 1
=
==
+=
++
=
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
S
nnSnSn
S
Maka t adalah
( )
75646
881724719
25801694114719
302169411
4719301
301169411
2344763
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
riteria Pengujian Hipotesis
abel = Terima Ho Tolak Ha
Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan
K
Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t
hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan
tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 13
Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen
Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini
s Kontrol da
pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus
=minusminus
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut
070
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
ekspe
a g-tinggi nilai G ge 070
b g-sedang nilai 030 ge G gt
c g-rendah nilai G lt 030
rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain
Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain
est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah
AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang
1364 1968
Kategori
Lampiran 14
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Kontrol
-04 -036 -036
0 0 0
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Kontrol
1
-073 -043 -042
-033 -031 -025 -025 -025 -018
-018 -017 -015 -014 -01 -009
-008 -005 0 0 0 014
017 018 25 27 36 044
nilai minimum (Xmin) adalah -073
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 044ndash (-073
= 117
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 7171
= 0167
asymp 017
Sehingga panjang k snya adalahela 017
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738
30 -352 2421Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
117030
523minus=
minus=
sumsdotsum
=xf
x i
f
7 Menentukan Harga Median (Me)
727)7(720
823157720
8
233021
7720
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 enentukan Modus (Mo) M
68041720
4117720
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
26006920870239660
8703904126372
13030523421230
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 15
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Eksperimen
1 008 01
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Eksperimen
1
-027 -021 -018 -0
018 018 02 02 021 025
027 027 027 027 027 033
033 033 036 036 038 042
046 05 05 05 054 055
nilai minimum (Xmin) adalah -027
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 055 ndash (-027
= 082
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen
Panjang Kelas (P) = KR
= 7820
= 0117
asymp 012
Sehingga panjang k snya adalahela 012
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606
30 772 3406Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
257030727==
sumsdotsum
=xf
x i
fasymp 026
7 Menentukan Harga Median (Me)
299)9(290
724157290
7
243021
7290
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
Menentukan Modus (Mo) 8
7167290
0227290
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
22004890870581642
87059845918102
13030727406330
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 16
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a
berdistribusi normal
rmal
Menentukan harga L0
X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
Hipotesis
H0 = data
H1 = data berdistribusi tidak no
b
1) Pengamatan X1 X2
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S
2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
n yang lebih kecil atau sama
= Simpangan Baku
U
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara
c enentukan harga Ltabel
i Liliefors dengan taraf signifikan 005
d riteria pengujian
tabel
erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
M
Dari harga kritis untuk uj
K
Tolak H0 jika L0 gt L
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
B
Nilai Rata-rata ( X ) = -0117
Simpangan Baku S) = 026 (
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166
Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-
harga mutlak yaitu [00967]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal
Lampiran 17
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 026
Simpangan Baku (S) = 022
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [00934]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 18
Penghitungan Homogenitas N-Gain
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
0587505840753
580216672186239491
292906940290481029
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 005875
= -1231
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= -1231 x 58
= -71398
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 00051435032
83371(398713210ln
2
2
22
=times=
minusminusminustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 19
Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Kriteria Hipotesis
Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
2 Hipotesis Statistik
Ha micro1 ne micro2
H0 micro1 = micro2
3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol
117030
523minus=
minus=
sumsum
=fxf
X i
4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen
256030697
==sum
sum=
fxf
X i
5 Menghitung Nilai thitung dengan cara
a Menghitung Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
24240058750
292906940290481029
1111
2
21
222
2112
==
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛minussum+minussumminussum+minussum
=
S
S
nnSnSn
S
( )
( )
0326062503770
2580242403770
301
30124240
1170260
11
21
21
==
=
+
minusminus=
+
minus=
hitungt
t
t
nnS
XXt
6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan
α = 005 = (n1 + n2) ndash 2
= (30 + 30) ndash 2
= 58
Maka diperoleh ttabel sebesar = 200
7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032
maka terima Ha dan tolak H0
8 Kesimpulan
ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo
Lampiran 28
Konsep Cahaya
A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari
menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi
terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya
merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1
B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2
Perhatikan gambar di
samping
Berkas sinar yang
mengenai cermin disebut
sinar datang Sedangkan
berkas sinar yang
meninggalkan cermin
disebut
sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan
dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar
2 Sudut datang sama dengan sudut pantul
C Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan
gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila
cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari
udara menuju ke air
Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca
Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi)
Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang
disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya
Gambar A menunjukkan bahwa
cahaya dibiaskan atau dibelokkan
mendekati garis normal Hal ini terjadi
karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat Misalnya
dari udara menuju air
Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika
cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat Misalnya dari air menuju udara
Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3
Semoga berhasil
Lampiran 29
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 1) Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus
Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau
berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap
A Alat dan Bahan
1 Lilin
2 Korek api
3 Dua karton berlubang
B Langkah kerja
1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi
2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api
lilin
C Hasil kegiatan dan pembahasan
1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari
api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Jadi kesimpulannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
GOOD LUCK
LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan
A Alat dan Bahan
1 Busur derajat 3 Cermin datar
2 Senter laser 4 Kertas putih
Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B Langkah kegiatan
1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data
5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O
C Data Kegiatan dan Kesimpulan
No Sudut Datang Sudut Pantul
1 300
2 400
3 500
4 600
1 Jelaskan cara menentukan sudut datang
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut
pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
D Kesimpulan
1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
sudut pantul
2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada
helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)
Pembiasan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum
Snellius)
Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang
terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi
A Alat dan Bahan
1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu
2 Bejana kaca 4 Karton
B Langkah Kerja
1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca
2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o
C Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air bagaimana arah rambatannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan
Jawab
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut
Jawab
6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
Lampiran 24
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen
dengan Rumus KR-20
Diketahui
n = 40
sumpq = 734
S2 = 2401
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah
Tinggiliabilitasr
SpqS
nnr
Re7100124
3470124140
40
1
11
2
2
11
rarr=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
G Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak
bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya
mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-6
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya
mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
Pertemuan Ke-7
Posttest
50 Ibid h 15
51 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
52
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
BAB III
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
2 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 161 dan h 168
3 Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian (Jakarta RajaGrafindo Persada 2002) h 7
4
Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi Aksara 2001) h 79 h 100-101 h 208 dan h 213
5 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
6 Sudjana Op Cit h 466-467h 261-263
BAB IV
1
Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di
2
Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas- metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17
4
Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66
ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung
i
ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676
Keywords physics subject achievement Direct Instruction
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada
1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini
2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya
3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si
Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi
5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan
iii
6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut
7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah
Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku
8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003
khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan
Ucie
9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7
1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8
2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25
B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36
v
B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 61 B Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18
Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36
Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53
Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65
Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68
Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74
Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77
Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80
Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83
Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89
Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91
Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93
Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95
Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97
Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98
Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101
Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104
Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107
Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110
Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk
dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar
yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur
mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan
keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep
Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
1
2
belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model
pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3
Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa
Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab
itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
3
Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba
menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah
Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam
menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran4
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5
4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika
2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do)
3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika
4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya
5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa
C Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman
(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)
2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII
D Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo
5
E Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction)
F Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A Kajian Teoretis
1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai
pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut
Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat
mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5
a Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya
3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid
9
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi
antara seseorang dengan lingkungan sosial6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan
memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa
tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya9
6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)
h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30
10
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan
Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction11
a Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10 Ibid 11 Ibid h 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement12
Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian retensi produksi dan motivasi
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct
Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran yaitu 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27
12
hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut 15
a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal
siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui dan dapat dilakukannya
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara
dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal
pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif
dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu
mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih
menimbulkan permasalahan
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya
4) Motivasi
15 Ibid 16 Ibid h27-28
13
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui
pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik17
b Penguatan Diri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan18
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)
a Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)
Menurut Arends
17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10
18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28
14
ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19
Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi20
Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan
kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik21
Menurut Arends yaitu
ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia
httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid
15
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan
deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
keterampilan akademik siswa
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula
22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16
16
b Ciri-ciri Direct Instruction
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut
bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian hasil belajar
bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
c Tujuan Direct Instruction
Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung
bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru
banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-
latihan terbimbing
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai
penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar
peragaan dsb
Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah
17
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa
akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
d Sintaks Direct Instruction
Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru
menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau
mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2126
25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8
18
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara
detail seperti berikut27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya
27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)
19
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan
demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan
presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik
arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari
penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi
selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau
20
berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang
untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar
Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan
terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar
dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna
21
b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai
konsepketerampilan yang dipelajari
c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan
berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan
bukan pada ldquohasilrdquo
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
22
d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik
e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran
terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil
belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial
23
atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang
abstrak28
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa
a Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage
(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah
learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa
ldquolearning is to observe to read to imitate to try something
themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk
mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu
mendengarkan mengikuti arahan)29
Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in
performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna
Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi
pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam
28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]
30 Ibid
24
ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini
banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar
pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-
kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan
insight belajar menyelami pengertian
Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses
membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau
pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan
persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan
pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa
yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31 Ibid
25
pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat
intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru
baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun
pengalaman sosial
b Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods)33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif
32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi
No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]
33 Ibid
26
maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja
(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)
aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu yaitu 35
1 Aspek MengingatC1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual
prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai
kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap
- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk
membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam
kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi
baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan
- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan
dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal
34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38
35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18
27
ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat
dicari dengan mudah pada buku atau catatan
2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri
- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat
mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor
- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari
sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan
dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses
identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan
dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus
- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa
menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori
Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok dari contoh khusus dan konsep dasar
Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-
konsepprinsip-prinsip dasar
- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau
poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah
informasi yang membangun seperti pengertian sebuah
fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya
28
- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan
sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang
menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting
dengan menuliskan hubungan di antara semuanya
- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua
ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika
informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa
- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat
membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi
3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau
prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara
menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)
pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat
- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa
sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih
29
Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya
mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat
menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup
- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih
dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang
memungkinkan)
4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang
relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting
- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi
sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana
mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan
- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat
menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama
Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh
30
penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami
pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang
penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut
1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan
menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II
dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian
meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus
III36
2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)
31
Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran37
3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung38
4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz
menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran
dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu39
5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-
task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung40
37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)
38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
32
C Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut
Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja
Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan
33
Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik
maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan
pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)
memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu
Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
34
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
Rendahnya Hasil Belajar
Hanya menekankan pada penguasaan
konsep
Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang
dimiliki siswa
Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang diajarkan
Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika
Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural
Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)
(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)
Meningkatkan hasil belajar
Fisika siswa
Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir
35
D Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-
2010
B Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut
Tabel 31 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 XE Y2
K Y1 XC Y2
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
36
37
Keterangan
E Kelas eksperimen
K Kelas kontrol
Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen
XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol
C Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari
populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi
D Teknik Pengumpulan Data
1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat
2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta
2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806
pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran
E Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran
dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan
a Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut6
6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi
Aksara 2001) h 79
39
qp
SMM
t
tppbi
minus=γ
Keterangan
γpbi Koefisien korelasi biserial
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt Rerata skor total
St Standar deviasi dari skor total
p Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q Proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 ndash p )
Tabel 3 2 Kriteria Validitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi
2 0600 ndash 0800 Tinggi
3 0400 ndash 0600 Cukup
4 0200 ndash 0400 Rendah
5 0000 ndash 0200 Sangat rendah
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini
40
b Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q
n Banyak item
S Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 090 ndash 100 Tinggi sekali
2 070 ndash 090 Tinggi
3 040 ndash 070 Cukup
4 020 ndash 040 Rendah
5 000 ndash 020 Kecil
Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama
dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori
tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini
7Ibid h 100-101
41
c Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8
JSBP =
Keterangan
P Indeks Kesukaran
B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 070 ndash 100 Mudah
2 030 ndash 070 Sedang
3 000 ndash 030 Sukar
Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah
d Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut9
BAB
B
A
A PPJB
JBD minus=minus=
8Ibid h 208 9Ibid h 213
42
Keterangan
D Daya pembeda
BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA Jumlah peserta kelompok atas
JB Jumlah peserta kelompok bawah
A
AA J
BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
No Rentang Nilai Kriteria
1 000 ndash 020 Jelek
2 020 ndash 040 Cukup
3 040 ndash 070 Baik
4 070 ndash 100 Baik Sekali
Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria
soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali baik atau cukup
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian
43
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aspek Kognitif Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
Munt
elakukan percobaan uk menunjukkan
sifat-sifat perambatan cahaya
12 36 47 89 8
Menjelaskan hukum emantulan yang
diperoleh melalui percobaan
p 915 10 12
11 13
14 16 8
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin
kung dan cermin cembung ce
18 20
17 19
22 24
21 23 8
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
25 27
26 30
28 29
31 32 8
SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KD Menyelidik
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
33 36
34 35
39 40
37 38
8
Jumlah
10 10 10 10 40
Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
F Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10
Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut
10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
44
1 Uji Prasyarat Analisis
a Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3
Zn dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka
S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
11 Sudjana Op Cit h 466-467
45
Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors
Xi
Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)
Keterangan
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z le Zi
S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
5) Kesimpulan
b Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 = σ32 = σn
2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ge χt
2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung
χ02 lt χt
2 = terima H0 χt2 Nilai tabel
12 Ibid h261-263
46
3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu
Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok
dk (n-1)
S2
1
Log S2
1
dk (n-1)Log S21
Jumlah
S21
= kuadrat standar deviasi
Dengan Sgabungan = )1(
)1( 12
1
minusΣminusΣn
Sn
Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett
Menghitung nilai χ02
χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)
dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2
Sehingga
χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si
2
4) Kesimpulan
2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang
digunakan sebagai berikut
47
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Dimana ( ) ( )
( ) 211
21
222
211
minus+minus+minus
=nn
SnSnS
Keterangan
t Hasil hitung distribusi t
X1 Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2
1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol
S Nilai deviasi gabungan
n1 Banyaknya data kelas eksperimen
n2 Banyaknya data kelas kontrol
dk = n ndash 1
Langkah selanjutnya adalah
a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)
b Menentukan nilai t-tabel
c Menguji hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Hipotesis Statistik
baa
ba
H
H
μμ
μμ
ne
=
0
48
3 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N-Gain (g) =
dengan kategorisasi perolehan berikut ini
nilai posttest - nilai pretest
nilai maksimum - nilai pretest
a g-tinggi nilai G ge 0070
b g-sedang nilai 0030 le G lt 030
c g-rendah nilai G lt 030
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai
standar deviasi serta nilai varians
1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut
Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa
49
50
0
2
4
6
8
10
12
14
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-
rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522
standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk
hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675
modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians
(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41
51
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Kelas
Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen
Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432
2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang
memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa
kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja
Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor
62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas
52
eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20
nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)
sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar
15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637
median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)
53
sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 42
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031
3 Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian
Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai maksimum 60 80 60 68
Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226
Varians (S2) 2401 9920 6432 15031
B Hasil Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh
54
karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya
1 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah
a Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 44 di bawah ini
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No Statistik Kelas
Eksperiman
Kelas
Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 637 4423
3 Standar Deviasi (SD) 996 226
4 Lo hitung 01453 01413
5 L tabel 0161 0161
Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf
kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8
55
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas
No Data Nilai Lohitung
Nilai Ltabel
Kesimpulan
1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi
normal
2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi
normal
b Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2
tabel sebaliknya
jika χ2 hitung gt χ2
tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46
sebagai berikut
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Statistik Nilai
1 S2 eksperimen 9920
2 S2 kontrol 15030
3 S2 gabungan 12475
4 Χ2 hitung 125
5 Χ2 tabel 384
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2
tabel Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
56
2 Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005
adalah sebesar 200
Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =
-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya
C Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa
besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005
adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha
tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat
57
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata
posttest kontrol (4423)
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt
ttabel = 1672
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya
1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia
httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]
2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)
melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik
(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)
Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula3
Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model
pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press
2000) h 17
59
itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt
nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian
tugas4
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan
keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut
1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru
2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada
posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66
60
3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk
4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction
B Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
61
DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru
Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta
PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media
2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004
Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT
RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml
62
63
Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University
Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd
Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja
Grafindo Persada 2003
64
Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo
Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal
Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55
Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung
Pakar Raya 2004
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika
INSTRUMEN TES Lampiran 21
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 1820 1719 2224 2123 8
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8
Jumlah
10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif Standar
Kompetensi Kompetensi
Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4
Nomor soal
Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
1 Perambatan cahaya
2 Pemantulan
cahaya
1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan
peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra
1 Mengamati proses terjadinya
pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan
cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan
pemantulan tidak teratur
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 2
12 3
48
567
1115
1214 16
910 13
3 Cermin 4 Pembiasan
cahaya
1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya
2 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
4 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
5 Menyebutkan manfaat cermin cekung
dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya
yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan
sempurna dalam kehidupan sehari-hari
1
1 2
1 1 1
1
1 2
2 1
1
18
1722
19212
3
24
20
2527 26
32
2829
31
5 Lensa
5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa
cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
4 Menyebutkan manfaat lensa cembung
dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari
5 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa
1 1
1 1
1
2
2
30
33
34
3738
35
36
3940
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan
B C1
2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
4 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
C C3
5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4
C C4
6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
7
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
8 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur
A C1
c Difus d Baur
10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip
a
c
b
d
B C3
12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal
C C2
13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
D C3
14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
A C4
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip
a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda
B C1
16 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar
D C2
18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung
C C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip
C C4
a
b
c
d
22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar
D C4
24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm
B C3
25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya
C C1
26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n
B C3
29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13
D C3
30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami
A C2
31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat
a
b
c
D C4
d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24
A C2
36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip
a b
C C4
c d
38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f
D C3
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4
Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 18 19 22 21 4
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Lensa 33 36 34 39 38 5
Jumlah
6 6 7 6 25
Lampiran 27
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya
C C3
c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
5
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
6 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur
A C1
8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
B C3
10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
D C3
a
c
b
d
11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke
cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o
A C4
12 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4
benar adalahhellip
a
b
c
d
16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn
B C3
c n = C x Cn d Cn = C x n
20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
Lampiran 1
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Pretest Kelas Kontrol
24 32 36 44 44 44
48 48 48 48 52 52
52 52 52 52 52 52
52 56 56 56 56 56
56 56 56 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60ndash 24
= 36
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 736
= 514
asymp 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875
30 1527 795915Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
95030
1527==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
4156547
1327157547
13
273021
7547
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
25274547
510107547
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
028464
87056016
87023317292387745
13030152757959130
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 2
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Posttest Kelas Kontrol
20 24 32 32 32 36
36 40 40 40 40 40
40 40 44 44 48 48
48 48 48 52 52 56
60 64 64 64 64 68
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 68 ndash 20
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125
30 1327 63057Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
234430
1327==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
5328540
723157540
7
233021
7540
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
5385533
2557533
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( )( )
261223150
870130781
87017609291891710
130301327)63057(30
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 3
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Pretest Kelas Eksperimen
44 44 44 48 48 48
48 52 52 52 52 52
52 52 56 56 56 56
56 56 56 56 56 56
56 56 60 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60 ndash 44
= 16
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 6
17
= 228
asymp 3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0
30 1608 86886Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
65330
1608==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
7546758555
1230157555
12
303021
7555
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
75924555
812127555
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbbpbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
940424
87020916
87025856642606580
1303016088688630
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 4
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Posttest Kelas Eksperimen
32 44 48 56 56 56
64 64 64 64 64 68
68 68 68 68 68 68
68 68 68 72 72 72
76 76 76 76 76 80
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 80 ndash 32
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574
30 1911 124607Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
76330
1911==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
35524559
1524157559
15
243021
7559
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
6353559
1212127559
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
9691899
87086289
87036519213738210
13030191112460730
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 5
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 509
Simpangan Baku (S) = 802
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261
10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01278]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 6
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 4423
Simpangan Baku (S) = 1226
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01413]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 7
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 536
Simpangan Baku (S) = 49
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577
10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01343]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 8
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 637
Simpangan Baku (S) = 996
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01453]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 9
Penghitungan Homogenitas Data Pretest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
124458
96255858
671862296962929
236429012429
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 4412
= 164
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 164 x 58
= 9512
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 897039032
519512953210ln
2
2
22
minus=minustimes=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 10
Penghitungan Homogenitas Data Posttest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
754612458
7668723558
92044358846428762929
30761502920169929
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 1247546
= 20961
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 20961 x 58
= 1215713
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 2515427032
028612157131213210ln
2
2
22
=times=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 11
Pengujian Hipotesis Pretest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 536 2X = 509 2
1S = 2401 = 6432 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( )
( ) ( )( )
64661654458
57256158
28186529696
23030326429012429
221
21
22
21
==
=
+=
minus+sdot+sdot
=
minus+minus+minus
=
S
S
S
S
nnSnSnS
Maka t adalah
( )
5741
715172
2580646672
3026466
72301
3016466
950653
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika
siswa
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar
fisika siswa
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t
hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 12
Pengujian Hipotesis Posttest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 637 2X = 4423 2
1S = 992016 = 1503076 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
169411
754612458
7668723558
9204435884642876
292930761502920169929
1111
21
222
21 1
=
==
+=
++
=
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
S
nnSnSn
S
Maka t adalah
( )
75646
881724719
25801694114719
302169411
4719301
301169411
2344763
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
riteria Pengujian Hipotesis
abel = Terima Ho Tolak Ha
Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan
K
Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t
hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan
tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 13
Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen
Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini
s Kontrol da
pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus
=minusminus
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut
070
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
ekspe
a g-tinggi nilai G ge 070
b g-sedang nilai 030 ge G gt
c g-rendah nilai G lt 030
rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain
Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain
est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah
AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang
1364 1968
Kategori
Lampiran 14
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Kontrol
-04 -036 -036
0 0 0
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Kontrol
1
-073 -043 -042
-033 -031 -025 -025 -025 -018
-018 -017 -015 -014 -01 -009
-008 -005 0 0 0 014
017 018 25 27 36 044
nilai minimum (Xmin) adalah -073
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 044ndash (-073
= 117
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 7171
= 0167
asymp 017
Sehingga panjang k snya adalahela 017
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738
30 -352 2421Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
117030
523minus=
minus=
sumsdotsum
=xf
x i
f
7 Menentukan Harga Median (Me)
727)7(720
823157720
8
233021
7720
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 enentukan Modus (Mo) M
68041720
4117720
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
26006920870239660
8703904126372
13030523421230
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 15
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Eksperimen
1 008 01
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Eksperimen
1
-027 -021 -018 -0
018 018 02 02 021 025
027 027 027 027 027 033
033 033 036 036 038 042
046 05 05 05 054 055
nilai minimum (Xmin) adalah -027
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 055 ndash (-027
= 082
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen
Panjang Kelas (P) = KR
= 7820
= 0117
asymp 012
Sehingga panjang k snya adalahela 012
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606
30 772 3406Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
257030727==
sumsdotsum
=xf
x i
fasymp 026
7 Menentukan Harga Median (Me)
299)9(290
724157290
7
243021
7290
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
Menentukan Modus (Mo) 8
7167290
0227290
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
22004890870581642
87059845918102
13030727406330
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 16
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a
berdistribusi normal
rmal
Menentukan harga L0
X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
Hipotesis
H0 = data
H1 = data berdistribusi tidak no
b
1) Pengamatan X1 X2
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S
2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
n yang lebih kecil atau sama
= Simpangan Baku
U
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara
c enentukan harga Ltabel
i Liliefors dengan taraf signifikan 005
d riteria pengujian
tabel
erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
M
Dari harga kritis untuk uj
K
Tolak H0 jika L0 gt L
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
B
Nilai Rata-rata ( X ) = -0117
Simpangan Baku S) = 026 (
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166
Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-
harga mutlak yaitu [00967]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal
Lampiran 17
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 026
Simpangan Baku (S) = 022
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [00934]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 18
Penghitungan Homogenitas N-Gain
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
0587505840753
580216672186239491
292906940290481029
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 005875
= -1231
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= -1231 x 58
= -71398
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 00051435032
83371(398713210ln
2
2
22
=times=
minusminusminustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 19
Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Kriteria Hipotesis
Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
2 Hipotesis Statistik
Ha micro1 ne micro2
H0 micro1 = micro2
3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol
117030
523minus=
minus=
sumsum
=fxf
X i
4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen
256030697
==sum
sum=
fxf
X i
5 Menghitung Nilai thitung dengan cara
a Menghitung Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
24240058750
292906940290481029
1111
2
21
222
2112
==
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛minussum+minussumminussum+minussum
=
S
S
nnSnSn
S
( )
( )
0326062503770
2580242403770
301
30124240
1170260
11
21
21
==
=
+
minusminus=
+
minus=
hitungt
t
t
nnS
XXt
6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan
α = 005 = (n1 + n2) ndash 2
= (30 + 30) ndash 2
= 58
Maka diperoleh ttabel sebesar = 200
7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032
maka terima Ha dan tolak H0
8 Kesimpulan
ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo
Lampiran 28
Konsep Cahaya
A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari
menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi
terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya
merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1
B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2
Perhatikan gambar di
samping
Berkas sinar yang
mengenai cermin disebut
sinar datang Sedangkan
berkas sinar yang
meninggalkan cermin
disebut
sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan
dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar
2 Sudut datang sama dengan sudut pantul
C Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan
gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila
cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari
udara menuju ke air
Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca
Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi)
Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang
disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya
Gambar A menunjukkan bahwa
cahaya dibiaskan atau dibelokkan
mendekati garis normal Hal ini terjadi
karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat Misalnya
dari udara menuju air
Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika
cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat Misalnya dari air menuju udara
Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3
Semoga berhasil
Lampiran 29
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 1) Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus
Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau
berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap
A Alat dan Bahan
1 Lilin
2 Korek api
3 Dua karton berlubang
B Langkah kerja
1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi
2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api
lilin
C Hasil kegiatan dan pembahasan
1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari
api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Jadi kesimpulannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
GOOD LUCK
LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan
A Alat dan Bahan
1 Busur derajat 3 Cermin datar
2 Senter laser 4 Kertas putih
Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B Langkah kegiatan
1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data
5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O
C Data Kegiatan dan Kesimpulan
No Sudut Datang Sudut Pantul
1 300
2 400
3 500
4 600
1 Jelaskan cara menentukan sudut datang
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut
pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
D Kesimpulan
1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
sudut pantul
2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada
helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)
Pembiasan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum
Snellius)
Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang
terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi
A Alat dan Bahan
1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu
2 Bejana kaca 4 Karton
B Langkah Kerja
1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca
2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o
C Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air bagaimana arah rambatannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan
Jawab
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut
Jawab
6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
Lampiran 24
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen
dengan Rumus KR-20
Diketahui
n = 40
sumpq = 734
S2 = 2401
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah
Tinggiliabilitasr
SpqS
nnr
Re7100124
3470124140
40
1
11
2
2
11
rarr=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
G Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak
bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya
mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-6
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya
mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
Pertemuan Ke-7
Posttest
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press 2000) h 17
4
Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) h 66
ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung
i
ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676
Keywords physics subject achievement Direct Instruction
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada
1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini
2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya
3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si
Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi
5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan
iii
6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut
7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah
Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku
8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003
khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan
Ucie
9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7
1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8
2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25
B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36
v
B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 61 B Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18
Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36
Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53
Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65
Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68
Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74
Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77
Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80
Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83
Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89
Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91
Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93
Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95
Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97
Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98
Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101
Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104
Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107
Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110
Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk
dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar
yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur
mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan
keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep
Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
1
2
belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model
pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3
Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa
Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab
itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
3
Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba
menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah
Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam
menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran4
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5
4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika
2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do)
3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika
4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya
5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa
C Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman
(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)
2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII
D Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo
5
E Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction)
F Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A Kajian Teoretis
1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai
pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut
Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat
mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5
a Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya
3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid
9
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi
antara seseorang dengan lingkungan sosial6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan
memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa
tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya9
6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)
h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30
10
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan
Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction11
a Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10 Ibid 11 Ibid h 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement12
Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian retensi produksi dan motivasi
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct
Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran yaitu 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27
12
hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut 15
a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal
siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui dan dapat dilakukannya
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara
dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal
pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif
dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu
mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih
menimbulkan permasalahan
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya
4) Motivasi
15 Ibid 16 Ibid h27-28
13
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui
pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik17
b Penguatan Diri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan18
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)
a Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)
Menurut Arends
17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10
18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28
14
ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19
Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi20
Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan
kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik21
Menurut Arends yaitu
ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia
httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid
15
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan
deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
keterampilan akademik siswa
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula
22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16
16
b Ciri-ciri Direct Instruction
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut
bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian hasil belajar
bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
c Tujuan Direct Instruction
Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung
bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru
banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-
latihan terbimbing
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai
penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar
peragaan dsb
Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah
17
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa
akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
d Sintaks Direct Instruction
Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru
menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau
mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2126
25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8
18
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara
detail seperti berikut27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya
27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)
19
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan
demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan
presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik
arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari
penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi
selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau
20
berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang
untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar
Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan
terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar
dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna
21
b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai
konsepketerampilan yang dipelajari
c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan
berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan
bukan pada ldquohasilrdquo
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
22
d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik
e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran
terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil
belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial
23
atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang
abstrak28
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa
a Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage
(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah
learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa
ldquolearning is to observe to read to imitate to try something
themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk
mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu
mendengarkan mengikuti arahan)29
Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in
performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna
Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi
pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam
28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]
30 Ibid
24
ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini
banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar
pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-
kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan
insight belajar menyelami pengertian
Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses
membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau
pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan
persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan
pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa
yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31 Ibid
25
pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat
intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru
baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun
pengalaman sosial
b Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods)33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif
32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi
No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]
33 Ibid
26
maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja
(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)
aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu yaitu 35
1 Aspek MengingatC1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual
prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai
kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap
- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk
membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam
kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi
baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan
- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan
dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal
34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38
35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18
27
ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat
dicari dengan mudah pada buku atau catatan
2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri
- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat
mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor
- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari
sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan
dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses
identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan
dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus
- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa
menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori
Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok dari contoh khusus dan konsep dasar
Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-
konsepprinsip-prinsip dasar
- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau
poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah
informasi yang membangun seperti pengertian sebuah
fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya
28
- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan
sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang
menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting
dengan menuliskan hubungan di antara semuanya
- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua
ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika
informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa
- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat
membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi
3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau
prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara
menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)
pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat
- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa
sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih
29
Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya
mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat
menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup
- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih
dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang
memungkinkan)
4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang
relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting
- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi
sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana
mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan
- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat
menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama
Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh
30
penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami
pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang
penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut
1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan
menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II
dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian
meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus
III36
2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)
31
Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran37
3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung38
4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz
menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran
dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu39
5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-
task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung40
37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)
38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
32
C Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut
Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja
Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan
33
Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik
maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan
pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)
memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu
Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
34
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
Rendahnya Hasil Belajar
Hanya menekankan pada penguasaan
konsep
Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang
dimiliki siswa
Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang diajarkan
Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika
Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural
Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)
(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)
Meningkatkan hasil belajar
Fisika siswa
Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir
35
D Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-
2010
B Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut
Tabel 31 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 XE Y2
K Y1 XC Y2
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
36
37
Keterangan
E Kelas eksperimen
K Kelas kontrol
Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen
XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol
C Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari
populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi
D Teknik Pengumpulan Data
1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat
2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta
2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806
pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran
E Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran
dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan
a Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut6
6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi
Aksara 2001) h 79
39
qp
SMM
t
tppbi
minus=γ
Keterangan
γpbi Koefisien korelasi biserial
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt Rerata skor total
St Standar deviasi dari skor total
p Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q Proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 ndash p )
Tabel 3 2 Kriteria Validitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi
2 0600 ndash 0800 Tinggi
3 0400 ndash 0600 Cukup
4 0200 ndash 0400 Rendah
5 0000 ndash 0200 Sangat rendah
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini
40
b Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q
n Banyak item
S Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 090 ndash 100 Tinggi sekali
2 070 ndash 090 Tinggi
3 040 ndash 070 Cukup
4 020 ndash 040 Rendah
5 000 ndash 020 Kecil
Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama
dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori
tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini
7Ibid h 100-101
41
c Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8
JSBP =
Keterangan
P Indeks Kesukaran
B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 070 ndash 100 Mudah
2 030 ndash 070 Sedang
3 000 ndash 030 Sukar
Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah
d Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut9
BAB
B
A
A PPJB
JBD minus=minus=
8Ibid h 208 9Ibid h 213
42
Keterangan
D Daya pembeda
BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA Jumlah peserta kelompok atas
JB Jumlah peserta kelompok bawah
A
AA J
BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
No Rentang Nilai Kriteria
1 000 ndash 020 Jelek
2 020 ndash 040 Cukup
3 040 ndash 070 Baik
4 070 ndash 100 Baik Sekali
Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria
soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali baik atau cukup
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian
43
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aspek Kognitif Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
Munt
elakukan percobaan uk menunjukkan
sifat-sifat perambatan cahaya
12 36 47 89 8
Menjelaskan hukum emantulan yang
diperoleh melalui percobaan
p 915 10 12
11 13
14 16 8
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin
kung dan cermin cembung ce
18 20
17 19
22 24
21 23 8
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
25 27
26 30
28 29
31 32 8
SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KD Menyelidik
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
33 36
34 35
39 40
37 38
8
Jumlah
10 10 10 10 40
Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
F Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10
Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut
10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
44
1 Uji Prasyarat Analisis
a Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3
Zn dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka
S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
11 Sudjana Op Cit h 466-467
45
Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors
Xi
Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)
Keterangan
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z le Zi
S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
5) Kesimpulan
b Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 = σ32 = σn
2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ge χt
2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung
χ02 lt χt
2 = terima H0 χt2 Nilai tabel
12 Ibid h261-263
46
3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu
Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok
dk (n-1)
S2
1
Log S2
1
dk (n-1)Log S21
Jumlah
S21
= kuadrat standar deviasi
Dengan Sgabungan = )1(
)1( 12
1
minusΣminusΣn
Sn
Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett
Menghitung nilai χ02
χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)
dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2
Sehingga
χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si
2
4) Kesimpulan
2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang
digunakan sebagai berikut
47
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Dimana ( ) ( )
( ) 211
21
222
211
minus+minus+minus
=nn
SnSnS
Keterangan
t Hasil hitung distribusi t
X1 Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2
1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol
S Nilai deviasi gabungan
n1 Banyaknya data kelas eksperimen
n2 Banyaknya data kelas kontrol
dk = n ndash 1
Langkah selanjutnya adalah
a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)
b Menentukan nilai t-tabel
c Menguji hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Hipotesis Statistik
baa
ba
H
H
μμ
μμ
ne
=
0
48
3 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N-Gain (g) =
dengan kategorisasi perolehan berikut ini
nilai posttest - nilai pretest
nilai maksimum - nilai pretest
a g-tinggi nilai G ge 0070
b g-sedang nilai 0030 le G lt 030
c g-rendah nilai G lt 030
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai
standar deviasi serta nilai varians
1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut
Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa
49
50
0
2
4
6
8
10
12
14
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-
rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522
standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk
hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675
modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians
(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41
51
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Kelas
Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen
Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432
2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang
memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa
kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja
Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor
62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas
52
eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20
nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)
sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar
15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637
median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)
53
sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 42
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031
3 Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian
Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai maksimum 60 80 60 68
Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226
Varians (S2) 2401 9920 6432 15031
B Hasil Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh
54
karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya
1 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah
a Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 44 di bawah ini
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No Statistik Kelas
Eksperiman
Kelas
Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 637 4423
3 Standar Deviasi (SD) 996 226
4 Lo hitung 01453 01413
5 L tabel 0161 0161
Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf
kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8
55
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas
No Data Nilai Lohitung
Nilai Ltabel
Kesimpulan
1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi
normal
2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi
normal
b Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2
tabel sebaliknya
jika χ2 hitung gt χ2
tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46
sebagai berikut
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Statistik Nilai
1 S2 eksperimen 9920
2 S2 kontrol 15030
3 S2 gabungan 12475
4 Χ2 hitung 125
5 Χ2 tabel 384
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2
tabel Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
56
2 Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005
adalah sebesar 200
Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =
-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya
C Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa
besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005
adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha
tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat
57
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata
posttest kontrol (4423)
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt
ttabel = 1672
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya
1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia
httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]
2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)
melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik
(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)
Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula3
Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model
pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press
2000) h 17
59
itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt
nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian
tugas4
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan
keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut
1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru
2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada
posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66
60
3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk
4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction
B Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
61
DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru
Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta
PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media
2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004
Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT
RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml
62
63
Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University
Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd
Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja
Grafindo Persada 2003
64
Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo
Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal
Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55
Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung
Pakar Raya 2004
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika
INSTRUMEN TES Lampiran 21
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 1820 1719 2224 2123 8
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8
Jumlah
10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif Standar
Kompetensi Kompetensi
Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4
Nomor soal
Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
1 Perambatan cahaya
2 Pemantulan
cahaya
1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan
peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra
1 Mengamati proses terjadinya
pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan
cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan
pemantulan tidak teratur
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 2
12 3
48
567
1115
1214 16
910 13
3 Cermin 4 Pembiasan
cahaya
1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya
2 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
4 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
5 Menyebutkan manfaat cermin cekung
dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya
yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan
sempurna dalam kehidupan sehari-hari
1
1 2
1 1 1
1
1 2
2 1
1
18
1722
19212
3
24
20
2527 26
32
2829
31
5 Lensa
5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa
cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
4 Menyebutkan manfaat lensa cembung
dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari
5 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa
1 1
1 1
1
2
2
30
33
34
3738
35
36
3940
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan
B C1
2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
4 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
C C3
5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4
C C4
6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
7
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
8 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur
A C1
c Difus d Baur
10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip
a
c
b
d
B C3
12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal
C C2
13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
D C3
14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
A C4
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip
a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda
B C1
16 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar
D C2
18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung
C C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip
C C4
a
b
c
d
22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar
D C4
24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm
B C3
25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya
C C1
26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n
B C3
29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13
D C3
30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami
A C2
31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat
a
b
c
D C4
d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24
A C2
36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip
a b
C C4
c d
38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f
D C3
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4
Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 18 19 22 21 4
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Lensa 33 36 34 39 38 5
Jumlah
6 6 7 6 25
Lampiran 27
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya
C C3
c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
5
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
6 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur
A C1
8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
B C3
10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
D C3
a
c
b
d
11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke
cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o
A C4
12 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4
benar adalahhellip
a
b
c
d
16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn
B C3
c n = C x Cn d Cn = C x n
20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
Lampiran 1
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Pretest Kelas Kontrol
24 32 36 44 44 44
48 48 48 48 52 52
52 52 52 52 52 52
52 56 56 56 56 56
56 56 56 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60ndash 24
= 36
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 736
= 514
asymp 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875
30 1527 795915Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
95030
1527==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
4156547
1327157547
13
273021
7547
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
25274547
510107547
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
028464
87056016
87023317292387745
13030152757959130
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 2
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Posttest Kelas Kontrol
20 24 32 32 32 36
36 40 40 40 40 40
40 40 44 44 48 48
48 48 48 52 52 56
60 64 64 64 64 68
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 68 ndash 20
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125
30 1327 63057Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
234430
1327==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
5328540
723157540
7
233021
7540
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
5385533
2557533
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( )( )
261223150
870130781
87017609291891710
130301327)63057(30
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 3
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Pretest Kelas Eksperimen
44 44 44 48 48 48
48 52 52 52 52 52
52 52 56 56 56 56
56 56 56 56 56 56
56 56 60 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60 ndash 44
= 16
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 6
17
= 228
asymp 3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0
30 1608 86886Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
65330
1608==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
7546758555
1230157555
12
303021
7555
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
75924555
812127555
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbbpbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
940424
87020916
87025856642606580
1303016088688630
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 4
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Posttest Kelas Eksperimen
32 44 48 56 56 56
64 64 64 64 64 68
68 68 68 68 68 68
68 68 68 72 72 72
76 76 76 76 76 80
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 80 ndash 32
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574
30 1911 124607Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
76330
1911==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
35524559
1524157559
15
243021
7559
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
6353559
1212127559
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
9691899
87086289
87036519213738210
13030191112460730
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 5
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 509
Simpangan Baku (S) = 802
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261
10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01278]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 6
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 4423
Simpangan Baku (S) = 1226
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01413]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 7
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 536
Simpangan Baku (S) = 49
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577
10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01343]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 8
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 637
Simpangan Baku (S) = 996
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01453]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 9
Penghitungan Homogenitas Data Pretest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
124458
96255858
671862296962929
236429012429
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 4412
= 164
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 164 x 58
= 9512
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 897039032
519512953210ln
2
2
22
minus=minustimes=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 10
Penghitungan Homogenitas Data Posttest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
754612458
7668723558
92044358846428762929
30761502920169929
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 1247546
= 20961
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 20961 x 58
= 1215713
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 2515427032
028612157131213210ln
2
2
22
=times=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 11
Pengujian Hipotesis Pretest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 536 2X = 509 2
1S = 2401 = 6432 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( )
( ) ( )( )
64661654458
57256158
28186529696
23030326429012429
221
21
22
21
==
=
+=
minus+sdot+sdot
=
minus+minus+minus
=
S
S
S
S
nnSnSnS
Maka t adalah
( )
5741
715172
2580646672
3026466
72301
3016466
950653
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika
siswa
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar
fisika siswa
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t
hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 12
Pengujian Hipotesis Posttest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 637 2X = 4423 2
1S = 992016 = 1503076 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
169411
754612458
7668723558
9204435884642876
292930761502920169929
1111
21
222
21 1
=
==
+=
++
=
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
S
nnSnSn
S
Maka t adalah
( )
75646
881724719
25801694114719
302169411
4719301
301169411
2344763
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
riteria Pengujian Hipotesis
abel = Terima Ho Tolak Ha
Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan
K
Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t
hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan
tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 13
Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen
Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini
s Kontrol da
pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus
=minusminus
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut
070
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
ekspe
a g-tinggi nilai G ge 070
b g-sedang nilai 030 ge G gt
c g-rendah nilai G lt 030
rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain
Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain
est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah
AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang
1364 1968
Kategori
Lampiran 14
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Kontrol
-04 -036 -036
0 0 0
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Kontrol
1
-073 -043 -042
-033 -031 -025 -025 -025 -018
-018 -017 -015 -014 -01 -009
-008 -005 0 0 0 014
017 018 25 27 36 044
nilai minimum (Xmin) adalah -073
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 044ndash (-073
= 117
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 7171
= 0167
asymp 017
Sehingga panjang k snya adalahela 017
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738
30 -352 2421Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
117030
523minus=
minus=
sumsdotsum
=xf
x i
f
7 Menentukan Harga Median (Me)
727)7(720
823157720
8
233021
7720
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 enentukan Modus (Mo) M
68041720
4117720
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
26006920870239660
8703904126372
13030523421230
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 15
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Eksperimen
1 008 01
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Eksperimen
1
-027 -021 -018 -0
018 018 02 02 021 025
027 027 027 027 027 033
033 033 036 036 038 042
046 05 05 05 054 055
nilai minimum (Xmin) adalah -027
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 055 ndash (-027
= 082
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen
Panjang Kelas (P) = KR
= 7820
= 0117
asymp 012
Sehingga panjang k snya adalahela 012
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606
30 772 3406Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
257030727==
sumsdotsum
=xf
x i
fasymp 026
7 Menentukan Harga Median (Me)
299)9(290
724157290
7
243021
7290
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
Menentukan Modus (Mo) 8
7167290
0227290
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
22004890870581642
87059845918102
13030727406330
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 16
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a
berdistribusi normal
rmal
Menentukan harga L0
X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
Hipotesis
H0 = data
H1 = data berdistribusi tidak no
b
1) Pengamatan X1 X2
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S
2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
n yang lebih kecil atau sama
= Simpangan Baku
U
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara
c enentukan harga Ltabel
i Liliefors dengan taraf signifikan 005
d riteria pengujian
tabel
erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
M
Dari harga kritis untuk uj
K
Tolak H0 jika L0 gt L
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
B
Nilai Rata-rata ( X ) = -0117
Simpangan Baku S) = 026 (
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166
Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-
harga mutlak yaitu [00967]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal
Lampiran 17
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 026
Simpangan Baku (S) = 022
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [00934]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 18
Penghitungan Homogenitas N-Gain
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
0587505840753
580216672186239491
292906940290481029
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 005875
= -1231
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= -1231 x 58
= -71398
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 00051435032
83371(398713210ln
2
2
22
=times=
minusminusminustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 19
Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Kriteria Hipotesis
Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
2 Hipotesis Statistik
Ha micro1 ne micro2
H0 micro1 = micro2
3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol
117030
523minus=
minus=
sumsum
=fxf
X i
4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen
256030697
==sum
sum=
fxf
X i
5 Menghitung Nilai thitung dengan cara
a Menghitung Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
24240058750
292906940290481029
1111
2
21
222
2112
==
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛minussum+minussumminussum+minussum
=
S
S
nnSnSn
S
( )
( )
0326062503770
2580242403770
301
30124240
1170260
11
21
21
==
=
+
minusminus=
+
minus=
hitungt
t
t
nnS
XXt
6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan
α = 005 = (n1 + n2) ndash 2
= (30 + 30) ndash 2
= 58
Maka diperoleh ttabel sebesar = 200
7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032
maka terima Ha dan tolak H0
8 Kesimpulan
ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo
Lampiran 28
Konsep Cahaya
A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari
menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi
terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya
merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1
B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2
Perhatikan gambar di
samping
Berkas sinar yang
mengenai cermin disebut
sinar datang Sedangkan
berkas sinar yang
meninggalkan cermin
disebut
sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan
dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar
2 Sudut datang sama dengan sudut pantul
C Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan
gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila
cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari
udara menuju ke air
Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca
Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi)
Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang
disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya
Gambar A menunjukkan bahwa
cahaya dibiaskan atau dibelokkan
mendekati garis normal Hal ini terjadi
karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat Misalnya
dari udara menuju air
Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika
cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat Misalnya dari air menuju udara
Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3
Semoga berhasil
Lampiran 29
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 1) Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus
Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau
berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap
A Alat dan Bahan
1 Lilin
2 Korek api
3 Dua karton berlubang
B Langkah kerja
1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi
2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api
lilin
C Hasil kegiatan dan pembahasan
1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari
api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Jadi kesimpulannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
GOOD LUCK
LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan
A Alat dan Bahan
1 Busur derajat 3 Cermin datar
2 Senter laser 4 Kertas putih
Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B Langkah kegiatan
1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data
5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O
C Data Kegiatan dan Kesimpulan
No Sudut Datang Sudut Pantul
1 300
2 400
3 500
4 600
1 Jelaskan cara menentukan sudut datang
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut
pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
D Kesimpulan
1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
sudut pantul
2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada
helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)
Pembiasan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum
Snellius)
Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang
terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi
A Alat dan Bahan
1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu
2 Bejana kaca 4 Karton
B Langkah Kerja
1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca
2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o
C Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air bagaimana arah rambatannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan
Jawab
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut
Jawab
6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
Lampiran 24
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen
dengan Rumus KR-20
Diketahui
n = 40
sumpq = 734
S2 = 2401
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah
Tinggiliabilitasr
SpqS
nnr
Re7100124
3470124140
40
1
11
2
2
11
rarr=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
G Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak
bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya
mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-6
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya
mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
Pertemuan Ke-7
Posttest
ABSTRAK SOFIYAH (103016327172) Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010 Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII-2 (menggunakan model konvensional) Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purposive sampling Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 40 butir soal Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan Uji t (t-test) untuk uji hipotesis Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas Hasil yang diperoleh adalah nilai thitung adalah 676 dan ttabel pada taraf signifikansi 5 untuk dk 58 adalah sebesar 200 Terlihat bahwa nilai ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung adalah -200 lt 676 atau 200 lt 676 Kata kunci hasil belajar fisika model pengajaran langsung
i
ABSTRACT SOFIYAH (103016327172) The Influence of Direct Instruction Models to Result Learn The Student Physics S1 thesis of Physics Education Department Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic university of Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models to result learn the student physics in the light concepts Research method is used quasi experiment with the nonequivalent control group design An experiment in SMP Islamiyah Ciputat at May 24th ndash June 12th of 2010 The research was done in VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional models) Defining these two classes as sample based on purposive sampling technique Instrument these was used in the research is test instrument that is multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40 items In this research the analysis technique used is Liliefors test to test the normality Bartlett test to test the homogenity and t-test to there are significant affect of DI to student achievement Based on result of the analysis get conclusion that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the student physics The conclusion is based on result of statictical test of analysis test of hypotesis in both of posttest result of classes The result get is t0 price is 676 and ttable price in degree of significance 5 for the dk of 58 is 200 Can be seen that ndash t tabel lt t hitung or t tabel lt t hitung price is -200 lt 676 or 200 lt 676
Keywords physics subject achievement Direct Instruction
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada
1 Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini
2 Bapak Prof Dr Dede Rosyada M A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya
3 Ibu Baiq Hana Susanti M Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Ibu Dr Zulfiani M Pd Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti M Si
Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan nasehat arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi
5 Para dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman berakhlak dan berwawasan
iii
6 Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut
7 Mas dan Mbakku A Komar Istirochah Syaiful Azis A Chaeron Choiriyah
Nurchasanah Cholifah A Ichsan dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku
8 Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003
khusus Febi Reni Tersquo Fina Tersquo Upie Liana Nurokhman Masrsquoamah dan
Ucie
9 Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
Jakarta Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah 1 B Identifikasi Masalah 5 C Pembatasan Masalah 5 D Perumusan Masalah 5 E Tujuan Penelitian 6 F Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR PENGAJUAN HIPOTESIS A Kajian Teoretis 7
1 Teori Belajar Konstruktivisme 7 a Konstruktivisme Sosial Vygotsky 8
2 Teori Pembelajaran Sosial 10 a Pemodelan (Modelling) 10 b Penguatan Diri (Self-Regulatuin) 13
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) 13 a Pengertian Direct Instruction 13 b Ciri-ciri Direct Instruction 16 c Tujuan Direct Instruction 16 d Sintaks Direct Instruction 17 e Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan 22 f Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction 22
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa 23 a Pengertian Belajar 23 b Pengertian Hasil Belajar 25
B Hasil Penelitian yang Relevan 30 C Kerangka Pikir 32 D Pengajuan Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian 36
v
B Metode Penelitian 36 C Populasi dan Sampel 37 D Teknik Pengumpulan Data 37 E Instrumen Penelitian 38 F Teknik Analisis Data 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Data 49 B Hasil Analisis Data 53 C Pembahasan Hasil Penelitian 56 D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 59
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 61 B Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir 34
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 50
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 52
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction 18
Tabel 31 Rancangan Penelitian The Pretest-Posttest Control Group Design 36
Tabel 3 2 Kriteria Validitas 39
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas 40
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran 41
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda 42
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 43
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 51
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 53
Tabel 43 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 53
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest 54
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas 55
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest 55
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol 65
Lampiran 2 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol 68
Lampiran 3 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
Lampiran 4 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen 74
Lampiran 5 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol 77
Lampiran 6 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Kontrol 80
Lampiran 7 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen 83
Lampiran 8 Proses Penghitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen 86
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest 89
Lampiran 10 Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest 91
Lampiran 11 Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest 93
Lampiran 12 Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest 95
Lampiran 13 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 97
Lampiran 14 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol 98
Lampiran 15 Penghitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen 101
Lampiran 16 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol 104
Lampiran 17 Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen 107
Lampiran 18 Penghitungan Homogenitas N-Gain 110
Lampiran 19 Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 112
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do) mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk
dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi percobaan ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar
yaitu mengobservasi atau mengamati menghitung mengukur
mengklasifikasi dan berpresentasi2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan
keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep
Namun kenyataanya pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa sehingga learning to do dalam pembelajaran
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA (Tersedia httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
2 Skripsi Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas (Tersedia httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi -pembelajaran-fisika-denganhtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
1
2
belum tercapai Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model
pengajaran konvensional sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan3
Pada pelajaran fisika kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan terdapat konsep cahaya Dalam konsep cahaya siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir Pertama tingkat paling bawah berupa informasi faktual yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa
Kedua Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya Oleh sebab
itu pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut
3 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml Diakses pada tanggal 09 April 2010)
3
Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba
menerapkan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) Model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah
Pada kenyataannya peran guru dalam pembelajaran sangat dominan maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah demonstrasi pelatihan atau praktek dan kerja kelompok Dalam
menggunakan Direct Instruction seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran4
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI)5
4 Muh Makhrus Laporan Penelitian Dosen Muda Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (STKIP Hamzanwadi Selong 2007) h 17
5 Daniel Muijs dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd Edition (London SAGE Publication Ltd 2005) h 29
4
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian
eksperimen yang berjudul ldquoPengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswardquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1 Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika
2 Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do)
3 Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika
4 Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya
5 Rendahnya hasil belajar fisika siswa
C Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini Oleh karena itu dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall) C2 pemahaman
(comprehension) C3 penerapan (application) dan C4 analisis (analysis)
2 Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII
D Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah ldquoBagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswardquo
5
E Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction)
F Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut
1 Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika dapat mengurangi kebosanan dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika
BAB II
KAJIAN TEORETIS KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A Kajian Teoretis
1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah menemukan sesuatu untuk dirinya
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri otak siswa sebagai mediator yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif Dalam kerja mental siswa guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan tantangan berfikir melayani sebagai
pelatih atau model namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran
Menurut teori ini satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007) h26 2 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat (Jakarta Depdiknas 2002) h 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut
Berpijak dari uraian di atas maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat
mendengar mencium menjamah dan merasakannya Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri5
a Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
Dalam belajar zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa Singkatnya
3 Trianto Op Cit h 28 4 Ibid 5 Ibid
9
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi
antara seseorang dengan lingkungan sosial6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk peringatan dorongan
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan
memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa
tumbuh mandiri Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya9
6 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta Ar-Ruzz Media 2008)
h 124 7 Trianto Op Cit h 29 8 Baharuddin Op Cit h 127 9 Trianto Op Cit h 30
10
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan
Pertama adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka Kedua pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2 Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling) yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction11
a Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning)
Pertama pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10 Ibid 11 Ibid h 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement12
Kedua pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian retensi produksi dan motivasi
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
ldquojelasrdquo dan tidak terlampau kompleks Dari segi model Direct
Instruction pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran yaitu 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan lalu diajarakan secara terpisah
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12Ibid 13 Ibid 14 Ibid h 27
12
hal tersebut mengajar dapat memanfaaatkan langsung untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut 15
a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal
siswa pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui dan dapat dilakukannya
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang pengajara
dapat menyediakan periode latihan yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatanketerampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan Terutama pada awal
pembelajaran umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin positif
dan korektif Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar lalu
mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih
menimbulkan permasalahan
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya
4) Motivasi
15 Ibid 16 Ibid h27-28
13
Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui
pengamatan Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan memproduksi
perilaku itu Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan Di dalam kelas
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik17
b Penguatan Diri (Self-Regulation)
Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation) Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan18
3 Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI)
a Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung Dalam pendidikan
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL)
Menurut Arends
17 A Grummy W dkk Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA (Surabaya FT UNESA 2004) h 10
18 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 28
14
ldquoA teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion For our purposes here the model is labeled the direct instruction modelrdquo19
Menurutnya model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction)
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika membuat referensi dari data dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi20
Dalam pelaksanaannya guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isimateri atau keterampilan menjelaskan
kepada siswa pemodelanmendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik21
Menurut Arends yaitu
ldquoThe direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and
19 Muhammad Faiq Dzaki Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) (Tersedia
httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsung-directhtml) 20 Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
(Tersedia httpkanreguruwordpresscom20091257) 21 Ibid
15
declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashionrdquo22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran langsung ini diharapkan pemahaman pengetahuan
deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
keterampilan akademik siswa
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula
22 Muhammad Faiq Dzaki Op Cit 23 S Kardi dan Moh Nur Op Cit h 6 24 Muh Mahkrus dkk Op Cit h 16
16
b Ciri-ciri Direct Instruction
Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut
bull Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian hasil belajar
bull Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
bull Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil
c Tujuan Direct Instruction
Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung
bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru
banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihan-
latihan terbimbing
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajartugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif Dengan demikian model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik Guru berperan sebagai
penyampai informasi dalam melakukan tugasnya guru dapat
menggunakan berbagai media misalnya film tape recorder gambar
peragaan dsb
Menurut Arends bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya Pengetahuan prosedural adalah
17
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu contohnya siswa
akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil
d Sintaks Direct Instruction
Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang dan pentingnya materi pembelajaran (2) guru
menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau
mendemonstrasikan secara benar (3) guru membimbing pelatihan
awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam bentuk tugas25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2126
25 Muh Makhrus dkk Op Cit h 18 26 S Kardi dan Moh Nur OpCcit h 8
18
Tabel 21 Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru Fase 1
Menyampaikan tujuan danmempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran informasi latar belakang pelajaran pentingnya pelajaran mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untukpelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara
detail seperti berikut27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswandashsiswanya
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya
27 Anwar Holil Model Pengajaran Langsung (Tersedia httpanwarholilblogspotcom 200901model-pengajaran-langsunghtml)
19
serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap Dengan
demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik Dalam melakukan
presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasipresentasi adalah (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama yaitu menfokuskan pada satu ide (titik
arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari
penyimpangan dari pokok bahasanLKS (2) presentasi
selangkah demi selangkah (3) prosedur spesifik dan kongkret
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam atau
20
berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang
untuk poin-poin yang sulit (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar
Oleh karena itu agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan ldquopelatihan
terbimbingrdquo Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi membuat belajar berlangsung dengan lancar
dan memungkinkan siswa menerapkan konsepketerampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna
21
b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai
konsepketerampilan yang dipelajari
c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan
berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c) Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada ldquoprosesrdquo dan
bukan pada ldquohasilrdquo
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
22
d Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa model ini terutama berpusat pada guru Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter dingin dan tanpa humor
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik
e Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran
terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil
belajar yang tinggi pula Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial
23
atau kreativitas proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang
abstrak28
4 Hakikat Hasil Belajar Siswa
a Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar Misalnya Gage
(1984) mengartikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya Cronbach mendefinisikan belajar adalah
learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya) Harold Spears mengatakan bahwa
ldquolearning is to observe to read to imitate to try something
themselves to listen to follow direction (belajar adalah untuk
mengamati membaca meniru mencoba sendiri sesuatu
mendengarkan mengikuti arahan)29
Adapun Geoch menegaskan bahwa learning is a change in
performance as result of practice (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik) Kemudian menurut Ratna
Willis Dahar30 belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar (1) pada tingkat emosional yang paling primitif
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi Sebagai suatu fungsi
pengalaman stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi Bentuk semacam
28 Muh Makhrus dkk Op Cit h 29 29 Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang (Tersedia httplibraryumacid imagesstorieslptksuw1209Content20Penerapan20Model20Siklus20Belajar20LC5E20untuk20meningkatkan20Motivasi20dan20Prestasi20belajar20Fisika20Siswa20Kelas20VIIIA20SMP20Negeri20820Malang20Tahun20Ajaran202008202009pdf) [27 Januari 2010]
30 Ibid
24
ini disebut responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana
para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-
bidang studi (2) belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu dan hal ini
banyak kali kita alami Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari drill dan belajar stereotipe-stereotipe
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak dan berapa besar
pengulangan itu Belajar semacam ini disebut belajar operant
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-
kejadian Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dengan
insight belajar menyelami pengertian
Akhirnya Depdiknas mendefinisikan belajar sebagai proses
membangun maknapemahaman terhadap informasi danatau
pengalaman Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan
sendiri oleh siswa atau bersama orang lain Proses itu disaring dengan
persepsi pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru Hal ini terbukti yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama dari guru yang sama dan
pada saat yang sama Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa
yaitu membangun pemahaman maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan)
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31 Ibid
25
pengalaman Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas seperti minat
intelegensi perhatian bakat dan sebaginya Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar-
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasanpemahaman sendiri untuk berbuat berpikir
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru
baik melalui pengalaman mental pengalaman fisik maupun
pengalaman sosial
b Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu ldquohasilrdquo dan ldquobelajarrdquo Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods)33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental Dalam kegiatan mental
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan Oleh karena itu hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif afektif
32 Rini Susanti Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar (Pustekkom Jurnal Teknodik Edisi
No 1VIIOktober2003 Tersedia httpwwwpustekkomgoidteknodikt12isihtm55)[19 Januari 2010]
33 Ibid
26
maupun psikomotorik Pada pembelajaran Fisika penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan penugasan penilaian kinerja
(performance assesment) penilaian hasil karya (product assesment)
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingatC1 (remembering) aspek memahamiC2 (understanding)
aspek aplikasiC3 (applying) dan aspek menganalisisC4 (analyzing)
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu yaitu 35
1 Aspek MengingatC1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember) Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta konseptual
prosedural atau metakognitif atau gabungannya Untuk mencapai
kemampuan mengingat maka siswa harus melalui tahap
- Mengenal (Recognizing) mengenal bertujuan untuk
membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada Dalam
kesadaran siswa mencari informasi yang ada Saat informasi
baru datang siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan
- Memanggil kembali (Recalling) termasuk dalam pengetahuan
dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat Soal
34 Moh Nurudin perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010) h 38
35 Triyoga Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas VII (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung 2010) h 13-18
27
ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat
dicari dengan mudah pada buku atau catatan
2 Aspek MemahamiC2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui mengingat tetapi juga harus mengerti Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri
- Interpretasi (Interpreting) terjadi ketika seorang siswa dapat
mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor
- Exemplifying menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari
sebuah konsep atau prinsip Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum Menerangkan
dengan contoh (exemplifying) termasuk dalam proses
identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan
dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus
- Mengklasifikasikan (Classifying) terjadi ketika siswa
menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori
Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok dari contoh khusus dan konsep dasar
Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan
mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-
konsepprinsip-prinsip dasar
- Meringkas (Summarizing) merangkum gambaran umum atau
poin-poin penting Meringkas termasuk dalam sebuah
informasi yang membangun seperti pengertian sebuah
fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya
28
- Inferensi (Inferring) menggambarkan kesimpulan-kesimpulan
sementara secara logis dari informasi yang disajikan Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan dengan menghitung satu set contoh yang
menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting
dengan menuliskan hubungan di antara semuanya
- Membandingkan (Comparing) mencari hubungan antara dua
ide objek dan sejenisnya Dalam membandingkan ketika
informasi baru diberikan siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa
- Menjelaskan (Explaining) terjasi ketika seorang siswa dapat
membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat perbaikan masalah perancangan kembali prediksi
3 Aspek MengaplikasikanC3 (Applying)
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum aturan atau
prosedur metode umum dan juga dalam bentuk prinsip ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan Sementara
menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan)
pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat
- Melaksanakan (Executing) secara rutin siswa membawa
sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedurcara yang dipilih
29
Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik Contohnya
mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat
menggunakan mistar jangka sorong atau mikrometer sekrup
- Implementasi (Implementing) digunakan saat siswa memilih
dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang
memungkinkan)
4 Aspek MenganalisisC4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
- Membedakan (Differentiating) menentukan ciri-ciri yang
relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan Dalam tanggapan siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting
- Mengorganisasikan (Organizing) yaitu mengidentifiaksi
sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana
mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan
- Melengkapi (Attributing) terjadi ketika siswa dapat
menentukan ide utama dugaan nilai-nilai atau tujuan utama
Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh
30
penulis untuk interpretasi Siswa mencari untuk memahami
pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan kata lain menentukan sebuah segi pandang
penyimpangan harga atau tujuan dasar materi yang disajikan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika
B Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) adalah sebagai berikut
1 Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 212
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 pada siklus II dan
menjadi 265 pada siklus III Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 630 pada siklus I menjadi 691 pada siklus II
dan mencapai nilai 794 pada siklus III Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa dimana pada siklus I diperoleh 7473 kemudian
meningkat menjadi 7913 pada siklus II dan menjadi 8703 pada siklus
III36
2 Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
36 I Wayan Distrik Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung (Tersedia httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung)
31
Gondowulung Bantul Yogyakarta Menurut peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran37
3 Penelitian oleh Good Grows dkk antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung38
4 Penelitian tahun 1974 yang dilakukan Stalling dan Kaskowiz
menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran
dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu39
5 Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Time-
task-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung40
37 Sidik Purnomo Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 (Tersedia httpdigilibuin-sukaaciddownloadphpid=2161)
38 A Grummy W dkk Op Cit h 14 39 Ibid h 15 40 S Kardi dan Muh Nur Op Cit h 17
32
C Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu) Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif Oleh sebab itu kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut
Namun kenyataannya tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja
Untuk mengatasi hal di atas model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan
33
Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik
maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan yaitu 1) penyampaian tujuan
pembelajaran 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan 3)
memberi latihan terbimbing 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu
Dengan demikian penerapan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
34
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
Rendahnya Hasil Belajar
Hanya menekankan pada penguasaan
konsep
Kurangnya penguasaan keterampilan dasar yang
dimiliki siswa
Penggunaan model pengajaran konvensional yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang diajarkan
Menggunakan model yang sesuai dengan konsep fisika
Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural
Model Pengajaran langsung (Direct InstructionDI)
(proses pembelajaran secara tahap demi tahap)
Meningkatkan hasil belajar
Fisika siswa
Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Gambar 21 Bagan Kerangka Pikir
35
D Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) terhadap hasil belajar Fisika siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat ndash Tangerang dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 2009-
2010
B Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi Sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 31 berikut
Tabel 31 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
E Y1 XE Y2
K Y1 XC Y2
1 Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2008) h 98
36
37
Keterangan
E Kelas eksperimen
K Kelas kontrol
Y1 Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
Y2 Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol
XE Perlakuan model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) pada kelas eksperimen
XC Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas kontrol
C Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat Sampel merupakan bagian dari
populasi3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti4 Dalam
penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
InstructionDI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi
D Teknik Pengumpulan Data
1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti5 Dalam penelitian ini terdapat
2P Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta Rineka Cipta
2004) h 23 3Ibid 4 Sudjana Metoda Statistika (Bandung Tarsito 2001) h 168 5Rakim Pengertian Variabel [Tersedia httprakim-ytkblogspotcom200806
pengertian-variabelhtml] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran
E Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options) Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria yaitu validitas reliabilitas taraf kesukaran
dan daya pembeda Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan
a Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut6
6Suharsimi Arikunto Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) (Jakarta PT Bumi
Aksara 2001) h 79
39
qp
SMM
t
tppbi
minus=γ
Keterangan
γpbi Koefisien korelasi biserial
Mp Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt Rerata skor total
St Standar deviasi dari skor total
p Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q Proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 ndash p )
Tabel 3 2 Kriteria Validitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0800 ndash 1000 Sangat tinggi
2 0600 ndash 0800 Tinggi
3 0400 ndash 0600 Cukup
4 0200 ndash 0400 Rendah
5 0000 ndash 0200 Sangat rendah
Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 22 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini
40
b Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20 Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas dengan rumus sebagai berikut7
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq jumlah hasil perkalian antara p dan q
n Banyak item
S Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah
Tabel 3 3 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 090 ndash 100 Tinggi sekali
2 070 ndash 090 Tinggi
3 040 ndash 070 Cukup
4 020 ndash 040 Rendah
5 000 ndash 020 Kecil
Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama
dengan uji validitas Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 071 Nilai ini termasuk kategori
tinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini
7Ibid h 100-101
41
c Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus8
JSBP =
Keterangan
P Indeks Kesukaran
B Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 34 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 070 ndash 100 Mudah
2 030 ndash 070 Sedang
3 000 ndash 030 Sukar
Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25
Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah
d Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut9
BAB
B
A
A PPJB
JBD minus=minus=
8Ibid h 208 9Ibid h 213
42
Keterangan
D Daya pembeda
BA Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA Jumlah peserta kelompok atas
JB Jumlah peserta kelompok bawah
A
AA J
BP = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
BB J
BP = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 35 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
No Rentang Nilai Kriteria
1 000 ndash 020 Jelek
2 020 ndash 040 Cukup
3 040 ndash 070 Baik
4 070 ndash 100 Baik Sekali
Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26 kriteria
soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali baik atau cukup
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 36 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian
43
Tabel 36 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Aspek Kognitif Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar
Indikator C1 C2 C3 C4 Jumlah
Munt
elakukan percobaan uk menunjukkan
sifat-sifat perambatan cahaya
12 36 47 89 8
Menjelaskan hukum emantulan yang
diperoleh melalui percobaan
p 915 10 12
11 13
14 16 8
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin
kung dan cermin cembung ce
18 20
17 19
22 24
21 23 8
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
25 27
26 30
28 29
31 32 8
SK Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KD Menyelidik
sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
33 36
34 35
39 40
37 38
8
Jumlah
10 10 10 10 40
Catatan tanda () adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
F Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisiperlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompokperlakuan itu10
Sebelum dilakukan uji-t analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut
10 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan cet ke-12 (Jakarta Raja Grafindo Persada 2003) h 264
44
1 Uji Prasyarat Analisis
a Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3
Zn dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi)
maka
S(Zi) = banyaknya Z1 Z2 Z3 hellip Zn yang le Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
11 Sudjana Op Cit h 466-467
45
Contoh Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors
Xi
Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) ndash S(Zi)
Keterangan
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z le Zi
S(Zi) = ni = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 005
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
5) Kesimpulan
b Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 = σ32 = σn
2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ge χt
2 = tolak H0 χ02 Nilai hitung
χ02 lt χt
2 = terima H0 χt2 Nilai tabel
12 Ibid h261-263
46
3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu
Contoh Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok
dk (n-1)
S2
1
Log S2
1
dk (n-1)Log S21
Jumlah
S21
= kuadrat standar deviasi
Dengan Sgabungan = )1(
)1( 12
1
minusΣminusΣn
Sn
Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 Σ (ni ndash 1) B = nilai Bartlett
Menghitung nilai χ02
χ02 = ln 10 (B - Σ(ni -1)log Si)
dengan Σ(ni ndash 1) log Si = Σ dk(n-1) Log Si2
Sehingga
χ02 = ln 10 B - Σ dk Log Si
2
4) Kesimpulan
2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test)
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 005 dengan tes dua pihak Rumus yang
digunakan sebagai berikut
47
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Dimana ( ) ( )
( ) 211
21
222
211
minus+minus+minus
=nn
SnSnS
Keterangan
t Hasil hitung distribusi t
X1 Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 Skor rata-rata kelas kontrol 2
1S Nilai deviasi kelas eksperimen 22S Nilai deviasi kelas kontrol
S Nilai deviasi gabungan
n1 Banyaknya data kelas eksperimen
n2 Banyaknya data kelas kontrol
dk = n ndash 1
Langkah selanjutnya adalah
a Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
Dk = (n1 ndash 1) + (n2 ndash 1)
b Menentukan nilai t-tabel
c Menguji hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Hipotesis Statistik
baa
ba
H
H
μμ
μμ
ne
=
0
48
3 Uji Normal Gain (N-Gain)
Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N-Gain (g) =
dengan kategorisasi perolehan berikut ini
nilai posttest - nilai pretest
nilai maksimum - nilai pretest
a g-tinggi nilai G ge 0070
b g-sedang nilai 0030 le G lt 030
c g-rendah nilai G lt 030
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata median modus dan nilai
standar deviasi serta nilai varians
1 Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 41 diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29 30-35 dan 36-41 Untuk kelas eksperimen dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut
Tetapi terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pada rentang skor 48-53 perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol yaitu sebanyak 12 orang Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65 jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa
49
50
0
2
4
6
8
10
12
14
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas KontrolKelas Eksperimen
Gambar 41 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24 nilai rata-
rata ( X ) sebesar 509 median (Me) sebesar 41 modus (Mo) sebesar 522
standar deviasi (SD) sebesar 802 dan varians (S2) sebesar 6432 Untuk
hasil pretest kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44 nilai rata-rata ( X ) sebesar 536 median (Me) sebesar 4675
modus (Mo) sebesar 597 standar deviasi (SD) sebesar 49 dan varians
(S2) sebesar 2401 Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 41
51
Tabel 41 Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Kelas
Kontrol Data Pretest Kelas Eksperimen
Nilai maksimum 60 60 Nilai minimum 44 24 Mean ( X ) 536 509 Median (Me) 4675 41 Modus (Mo) 597 522 Standar Deviasi (SD) 49 802 Varians (S2) 2401 6432
2 Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ditinjau dari gambar 42 berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40 sedangkan kelas eksperimen tidak ada yang
memperoleh skor direntang tersebut Untuk rentang skor 41-47 siswa
kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja Pada kelas kontrol siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja
Dalam kelas kontrol jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang Untuk kelas eksperimen siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang Pada rentang skor
62-68 terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas
52
eksperimen dengan kelas kontrol Untuk kelas kontrol siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82 siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol tidak memperoleh skor pada rentang tersebut
0
2
4
6
8
10
12
14
16
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
Ban
yakn
ya S
isw
a
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Gambar 42 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68 Jadi dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20
nilai rata-rata ( X ) sebesar 4423 median (Me) sebesar 325 modus (Mo)
sebesar 385 standar deviasi (SD) sebesar 1226 dan varians (S2) sebesar
15031 Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32 nilai rata-rata ( X ) sebesar 637
median (Me) sebesar 553 modus (Mo) sebesar 63 standar deviasi (SD)
53
sebesar 996 dan varians (S2) sebesar 9920 Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4 Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 42
Tabel 42 Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Posttest Kelas Eksperimen
Posttest Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68 Nilai minimum 32 20 Mean ( X ) 637 4423 Median (Me) 553 325 Modus (Mo) 63 385 Standar Deviasi (SD) 996 1226 Varians (S2) 9920 15031
3 Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian
Tabel 43 Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai maksimum 60 80 60 68
Nilai minimum 44 32 24 20 Mean ( X ) 536 637 509 4423 Standar Deviasi (SD) 49 996 802 1226
Varians (S2) 2401 9920 6432 15031
B Hasil Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Oleh
54
karena itu yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya
1 Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah
a Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) lt Ltabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 44 di bawah ini
Tabel 44 Hasil Uji Normalitas Data Posttest
No Statistik Kelas
Eksperiman
Kelas
Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 637 4423
3 Standar Deviasi (SD) 996 226
4 Lo hitung 01453 01413
5 L tabel 0161 0161
Berdasarkan hasil diatas dengan menggunakan pengujian pada taraf
kepercayaan (α = 005) maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat disimpulkan dengan tabel 45 Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8
55
Tabel 45 Kesimpulan Uji Normalitas
No Data Nilai Lohitung
Nilai Ltabel
Kesimpulan
1 Posttest Kelas Kontrol 01413 0161 Berdistribusi
normal
2 Posttest Kelas Eksperimen 01453 0161 Berdistribusi
normal
b Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung lt χ2
tabel sebaliknya
jika χ2 hitung gt χ2
tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 46
sebagai berikut
Tabel 46 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Statistik Nilai
1 S2 eksperimen 9920
2 S2 kontrol 15030
3 S2 gabungan 12475
4 Χ2 hitung 125
5 Χ2 tabel 384
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α = 005) Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen karena χ2 hitung lt χ2
tabel Penghitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
56
2 Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen Oleh karena itu untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
676 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 005
adalah sebesar 200
Dengan demikian untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung =
-200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha tolak Ho Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya
C Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian yaitu bahwa
besar thitung diperoleh sebesar 676 dan besar ttabel pada taraf signifikan 005
adalah sebesar 200 Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah yaitu -200 lt 676 atau 200 lt 676 artinya terima Ha
tolak Ho Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) mengalami peningkatan Hal ini diperkuat
57
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (637) gt nilai rata-rata
posttest kontrol (4423)
Model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered Meskipun demikian kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa
Menurut Arends direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 34936 gt
ttabel = 1672
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif afektif dan psikomotorik tetapi metode diskusi hanya
1 Nurman Pengajaran Langsung (Direct InstructionDI) (Tersedia
httpnurmanspdwordpresscom20090821model-pembelajaran-direct-instruction-di) [24 Mei 2010]
2 Hernawan Tri Prasetyo Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks (Tersedia httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)
melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial
Oleh sebab itu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui pengalaman mental (kognitif) pengalaman fisik
(psikomotorik) dan pengalaman sosial (afektif)
Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula3
Pada umumnya penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 509 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 4423 Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran karena tercapainya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan penggunaan model
pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal Selain
3 S Kardi dan Moh Nur Pengajaran Langsung (Surabaya Unesa-University Press
2000) h 17
59
itu respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 637 gt
nilai rata-rata pretest 536 Singkatnya siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh Makhrus dan Satutik Rahayu menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah tanya jawab dan pemberian
tugas4
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
D Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan
keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut
1 Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru
2 Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pretest lebih besar daripada
posttest Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal
4 Muh Makhrus dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor (Tersedia httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml) [09 Agustus 2010] h 66
60
3 Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk
4 Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat Untuk hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction
B Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif Dengan demikian model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
61
DAFTAR PUSTAKA Amirin Tatang M Taksonomi Bloom Versi Baru Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di httptatangmangunywordpresscom 0010119taksonomi-bloom-versi-baru
Arikunto Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi) Jakarta
PT Bumi Aksara 2001 Baharuddin Teori Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Ar-Ruzz Media
2008 Depdiknas Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat Jakarta Depdiknas 2002 Distrik I Wayan Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httppustakailmiahunilaacid20090716model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung
Djiwandono Sri Esti W Psikologi Pendidikan Jakarta Gramedia 2006 Dkk A Grummy W Laporan Penelitian LPTK Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA Surabaya FT Unesa 2004
Dzaki Muhammad Faiq Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httppenelitiantindakankelasblogspotcom200903model-pengajaran-langsunghtml
Emzir Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta PT
RajaGrafindo Persada 2008 Holil Anwar Teori Pembelajaran Sosial Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901teori-pembelajaran-sosialhtml
____________ Model Pengajaran Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei 2010 di httpanwarholilblogspotcom200901model-pengajaran-langsunghtml
62
63
Java Hari Van Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive Instruction) Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di httpeducationforourcountrycommodel-pembelajaran-langsung
Kardi S dan Moh Nur Pengajaran Langsung Surabaya Unesa-University
Press 2000 Makhrus Muh dan Satutik Rahayu Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mursquoallimat NW Pancor Artikel ini diakses pada tangggal 09 Agustus 2010 di httpsatutikrahayublogspotcom200811pdmhtml
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di httpkanreguruwordpresscom20091257
Muijs Daniel dan David Reynold Effective Teaching Evidence and Practice 2nd
Edition London SAGE Publication Ltd 2005 Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpid-jurnalblogspotcom200909skripsi-pembelajaran-fisika-denganhtml
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari httpgudangmakalahblogspotcom200908pengaruh-pembelajaran-fisika-denganhtml
Prasetyo Hernawan Tri Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks Artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpwwwdocstoccomdoc22293108Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai
Purnomo Sidik Skripsi Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 20072008 artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di httpdigilibuinsukaaciddownloadphpid=2161
Sudijono Anas Pengantar Statistik Pendidikan Cet Ke-12 Jakarta Raja
Grafindo Persada 2003
64
Sudjana Metoda Statistik Cet Ke-6 Bandung Tarsito 2001 Suryabrata Sumadi Metodologi Penelitian Cet Ke-13 Jakarta Raja Grafindo
Persada 2002 Susanti Rini Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar Pustekkom Jurnal
Teknodik Edisi No 12VIIOktober2003 diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari httpwwwpustekkomgoidTeknodikt12isihtm55
Syah Muhibbin Psikologi Pendidikan Bandung Remaja Rosdakarya 2005 Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek Jakarta Prestasi
Pustaka Publisher 2007 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari httpxpresiriaucomterokaartikel-tulisan-pendidikan teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning
Yulaelawati Ella Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran Bandung
Pakar Raya 2004
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sofiyah lahir di Tangerang 28 Juni 1985 putra dari pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah Saat ini tinggal di Jl Tanah Seratus RT 003 RW 02 Sudimara Jaya Kec Ciledug Kab Tangerang-Banten 15151 (Telp 021-7336262)
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN Sudimara Timur IV kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun 2001 pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang Pada 03 September 2010 telah lulus dari Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Fisika
INSTRUMEN TES Lampiran 21
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4 Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 12 36 47 58 8
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 915 1012 1113 1416 8
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 1820 1719 2224 2123 8
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 2527 2630 2829 3132 8
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung Lensa 3336 3435 3940 3837 8
Jumlah
10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif Standar
Kompetensi Kompetensi
Dasar Submateri Indikator Soal C1 C2 C3 C4
Nomor soal
Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Menyelidik sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
1 Perambatan cahaya
2 Pemantulan
cahaya
1 Menjelaskan pengertian cahaya 2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya 3 Membedakan sinar-sinar cahaya 4 Mengamati perambatan cahaya dan
peristiwa terbentuknya bayang-bayang umbra dan penumbra
1 Mengamati proses terjadinya
pemantulan 2 Menemukan hukum pemantulan
cahaya 3 Membedakan pemantulan teratur dan
pemantulan tidak teratur
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 2
12 3
48
567
1115
1214 16
910 13
3 Cermin 4 Pembiasan
cahaya
1 Membedakan bayangan nyata dan bayangan maya
2 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung
4 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada cermin
5 Menyebutkan manfaat cermin cekung
dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
1 Menjelaskan pengertian pembiasan 2 Mengamati arah perambatan cahaya
yang melewati dua medium 3 Menentukan indeks bias suatu medium 4 Mengamati peristiwa pemantulan
sempurna dalam kehidupan sehari-hari
1
1 2
1 1 1
1
1 2
2 1
1
18
1722
19212
3
24
20
2527 26
32
2829
31
5 Lensa
5 Menjelaskan peristiwa fatamorgana 1 Menjelaskan pengertian lensa 2 Membedakan lensa cekung dan lensa
cembung 3 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cembung
4 Menyebutkan manfaat lensa cembung
dan lensa cekung dalam kehidupan sehari-hari
5 Menjelaskan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung 6 Menjelaskan hubungan antara jarak
benda jarak bayangan dan jarak fokus pada lensa
1 1
1 1
1
2
2
30
33
34
3738
35
36
3940
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya kecuali hellip a Matahari b Kunang-kunang c Bintang d Bulan
B C1
2 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
4 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
C C3
5 Beberapa percobaan 1 Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan 2 Lampu yang disorotkan pada kaca bening 3 Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan 4 Sendok yang dimasukkan ke dalam air Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah a 1 b 2 c 3 d 4
C C4
6 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
7
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
8 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
9 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur
A C1
c Difus d Baur
10 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
11 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan cahaya hellip
a
c
b
d
B C3
12 Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul maka sinar pantulnya hellip a Mendekati garis normal b Menjauhi garis normal c Berimpit dengan garis normal d Tidak berimpit dengan garis normal
C C2
13 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
D C3
14 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
A C4
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o 15 Sinar datang adalah hellip
a Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda b Sinar yang datang pada permukaan benda c Sinar yang datang oleh permukaan benda d Sinar yang datang dari permukaan benda
B C1
16 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
17 Sifat bayangan pada cermin datar yaitu hellip a Maya b Tegak c Sama besar d Maya tegak sama besar
D C2
18 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
19 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
20 Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah hellip a Cermin datar b Cermin cekung c Cermin cembung d Lensa cekung
C C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
21 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang benar adalahhellip
C C4
a
b
c
d
22 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
23 Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada gambar di atas adalah hellip a Nyata terbalik b Nyata diperkecil c Maya terbalik d Maya tegak diperbesar
D C4
24 Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika jarak bayangan 60 cm maka jarak titik fokus adalah hellip a 12 cm b 20 cm c 50 cm d 60 cm
B C3
25 Refraksi disebut juga dengan hellip a Pemantulan cahaya b Pembelokkan cahaya c Pembiasan cahaya e Perambatan cahaya
C C1
26 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
27 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
28 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn c n = C x Cn d Cn = C x n
B C3
29 Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 ms sedangkan di air 23 x 108 ms maka indeks bias air adalah hellip a 69 x 1016 b 07 c 7 x 108 d 13
D C3
30 Berikut ini adalah yang bukan proses terjadinya fatamorganahellip a Peristiwa penguraian warna b Peristiwa pembiasan cahaya c Peristiwa pemantulan sempurna d Peristiwa alami
A C2
31 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
32 Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah ini manakah yang paling tepat
a
b
c
D C4
d 33 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
34 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
35 Manfaat dari lensa digunakan pada 1 mikroskop 3 kamera 2 kacamata 4 kaca pembesar Lensa cembung dimanfaatkan pada benda hellip a 134 b 123 c 23 d 24
A C2
36 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
37 Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa cembung adalah hellip
a b
C C4
c d
38 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
39 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
40 Rumus menentukan dayakekuatan pada lensa jika f titik fokus satuannya centimeter hellip a f = 10P b P = 10 x f c F = 100 x P d P = 100f
D C3
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR
Kompetensi Dasar Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok Cahaya Kelas VIII (Delapan) Jenis Tes Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban Jumlah Soal 40 soal
A Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Aspek Kognitif No Indikator Submateri C1 C2 C3 C4
Jumlah
1 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya 2 36 47 8 6
2 Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan 9 10 1113 14 16 6
3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin 18 19 22 21 4
4 Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pembiasan 27 26 28 31 4
5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Lensa 33 36 34 39 38 5
Jumlah
6 6 7 6 25
Lampiran 27
B Bentuk Soal Kunci Jawaban dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Butir Soal Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
1 Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang hellip a Lurus b Longitudinal c Elektromagnetik d Udara
C C1
2 Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari sehingga pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu Hal itu karena sinar gelombang cahaya hellip a Memerlukan medium b Tidak dapat dibiaskan c Merambat dengan arah tak tentu d Dapat dipantulkan
D C2
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
Perambatan Cahaya
3 Perhatikan gambar di bawah ini
a Lilin mengeluarkan cahaya b Lilin sebagai benda cahaya
C C3
c Sinar merambat lurus d Sinar keluar dari lilin
4 Bayangan terjadi akibat hellip a Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya b Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya c Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus
cahaya d Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
B C2
5
x
Pada gambar di atas huruf x adalah ruang hellip a Bayang-bayangan b Bayangan c Umbra d Penumbra
D C3
2
3
6 Perhatikan gambar di bawah ini
1
4
Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah hellip Pilihan Sinar sejajar Divergen Konvergen
a b c d
1 1 2 3
3 4 3 4
2 3 4 2
A C4
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
Hukum Pemantulan
7 Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan halus adalah pemantulan hellip a Sejajar b Teratur c Difus d Baur
A C1
8 Akibat pemantulan beraturan hellip a Menyilaukan b Teduh c Gersang d Redup
B C2
9 Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan teratur hellip
a
c
b
d
B C3
10 Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur hellip
D C3
a
c
b
d
11 Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke
cebuah cermin Besar sudut datang dan sudut pantul adalah
Sudut datang
Sudut pantul
a 40o 40o
b 40o 50o
c 50o 40o
d 60o 50o
A C4
12 Perhatikan gambar di bawah ini
Kesimpulannya adalah hellip a Besar sudut datang = sudut pantul b Sinar datang sejajar dengan cermin c Besar sinar datang = sudut datang d Sudut datang = 90o
A C4
13 Terdapat dua jenis bayangan yaitu hellip a Nyata dan maya b Baur dan teratur c Terang dan gelap d Pendek dan tinggi
A C1
14 Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalahhellip a Maya b Tegak c Maya tegak dan diperkecil d Diperkecil
C C2
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar cermin cekung dan cermin cembung
Cermin
15 Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah terbalik tegak diperkecil Jika dilukiskan pada gambar yang C C4
benar adalahhellip
a
b
c
d
16 Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh tubuhnya di depan cermin datar tinggi cermin yang diperlukan minimal hellip a 160 cm b 80 cm c 60 cm d 40 cm
B C3
17 Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak pada kedudukan sesungguhnya Hal itu disebabkan oleh peristiwa hellip a Pemantulan b Dispersi c Pembiasan d Interferensi
C C2
18 Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda disebut hellip a Pembiasan cahaya b Pemantulan cahaya c Perambatan cahaya d Pembelokkan cahaya
A C1
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
Hukum Pembiasan
19 Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa maka nilai indeks bias zat adalah hellip a C = nCn b n = CCn
B C3
c n = C x Cn d Cn = C x n
20 Beberapa peristiwa 1 fatamorgana 2 pelangi 3 pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air 4 dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya yang termasuk pemantulan sempurna adalah hellip a 4 b 3 c 2 d 1
D C4
21 Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung dinamakan hellip a Lensa b Cermin c Kacamata d Spion
A C1
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cembung dan lensa cekung
Lensa
22 Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah hellip a Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya b Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya c Mengumpulkan dan meluruskan cahaya d Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
A C2
23 Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa cekung hellip a Tegak b Positif c Maya d Diperkecil
B C1
24 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada gambar di atas adalah hellip a Sejati tegak b Sejati terbalik c Maya diperkecil d Maya tegak diperkecil
D C4
25 Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa maka titik fokus adalah hellip a 5 cm b 10 cm c 15 cm d 20 cm
B C3
Lampiran 1
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Pretest Kelas Kontrol
24 32 36 44 44 44
48 48 48 48 52 52
52 52 52 52 52 52
52 56 56 56 56 56
56 56 56 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60ndash 24
= 36
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 736
= 514
asymp 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif24 - 29 235 265 1 1 70225 265 7022530 - 35 295 325 1 2 105625 325 10562536 - 41 355 385 1 3 148225 385 14822542 - 47 415 445 3 6 198025 1335 59407548 - 53 475 505 13 19 255025 6565 331532554 - 59 535 565 8 27 319225 452 2553860 - 65 595 625 3 30 390625 1875 1171875
30 1527 795915Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
95030
1527==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
4156547
1327157547
13
273021
7547
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
25274547
510107547
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
028464
87056016
87023317292387745
13030152757959130
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 2
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1 Data Posttest Kelas Kontrol
20 24 32 32 32 36
36 40 40 40 40 40
40 40 44 44 48 48
48 48 48 52 52 56
60 64 64 64 64 68
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 68 ndash 20
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 195 23 1 1 529 23 5292 27 - 33 265 30 4 5 900 120 36003 34 - 40 335 37 9 14 1369 333 123214 41 - 47 405 44 7 21 1936 308 135525 48 - 54 475 51 2 23 2601 102 52026 55 - 61 545 58 2 25 3364 116 67287 62 - 68 615 65 5 30 4225 325 21125
30 1327 63057Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
234430
1327==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
5328540
723157540
7
233021
7540
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
5385533
2557533
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( )( )
261223150
870130781
87017609291891710
130301327)63057(30
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 3
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Pretest Kelas Eksperimen
44 44 44 48 48 48
48 52 52 52 52 52
52 52 56 56 56 56
56 56 56 56 56 56
56 56 60 60 60 60
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 60 ndash 44
= 16
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 6
17
= 228
asymp 3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 435 45 3 3 2025 135 60752 47 - 49 465 48 4 7 2304 192 92163 50 - 52 495 51 7 14 2601 357 182074 53 - 55 525 54 0 14 2916 0 05 56 - 58 555 57 12 26 3249 684 389886 59 - 61 585 60 4 30 3600 240 144007 62 - 64 615 63 0 30 3969 0 0
30 1608 86886Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
65330
1608==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
7546758555
1230157555
12
303021
7555
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
75924555
812127555
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbbpbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
940424
87020916
87025856642606580
1303016088688630
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifin
SD
Lampiran 4
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
1 Data Posttest Kelas Eksperimen
32 44 48 56 56 56
64 64 64 64 64 68
68 68 68 68 68 68
68 68 68 72 72 72
76 76 76 76 76 80
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32
2 Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Xmax ndash Xmin
= 80 ndash 32
= 48
3 Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas (K) = 1 + 33 log n
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 748
= 686
asymp 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7
5 Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 315 35 1 1 1225 35 12252 39 - 45 385 42 1 2 1764 42 17643 46 - 52 455 49 1 3 2401 49 24014 53 - 59 525 56 3 6 3136 168 94085 60 - 66 595 63 15 21 3969 945 595356 67 - 73 665 70 3 24 4900 210 147007 74 - 80 735 77 6 30 5929 462 35574
30 1911 124607Jumlah (sum)
No fi Xi2Xi2 fi Xi
6 Menentukan Harga Mean ( x )
76330
1911==
sumsdotsum
=fxf
x i
7 Menentukan Harga Median (Me)
35524559
1524157559
15
243021
7559
21
=minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 Menentukan Modus (Mo)
6353559
1212127559
21
1
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) (( )
)
9691899
87086289
87036519213738210
13030191112460730
1
2
22
==
=
minus=
minusminus
=
minussumminussum
=
SDSD
SD
SD
SD
nnXifiXifinSD
Lampiran 5
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 509
Simpangan Baku (S) = 802
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)1 24 -335 00004 00333 003292 32 -236 00091 00667 005763 36 -186 00314 01 006864 44 -086 01949 02 000515 44 -086 01949 02 000516 44 -086 01949 02 000517 48 -036 03594 03333 002618 48 -036 03594 03333 002619 48 -036 03594 03333 00261
10 48 -036 03594 03333 0026111 52 0137 05557 06333 0077612 52 0137 05557 06333 0077613 52 0137 05557 06333 0077614 52 0137 05557 06333 0077615 52 0137 05557 06333 0077616 52 0137 05557 06333 0077617 52 0137 05557 06333 0077618 52 0137 05557 06333 0077619 52 0137 05557 06333 0077620 56 0636 07389 08667 0127821 56 0636 07389 08667 0127822 56 0636 07389 08667 0127823 56 0636 07389 08667 0127824 56 0636 07389 08667 0127825 56 0636 07389 08667 0127826 56 0636 07389 08667 0127827 60 1135 08729 1 0127128 60 1135 08729 1 0127129 60 1135 08729 1 0127130 60 1135 08729 1 01271
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01278]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01278 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 6
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 4423
Simpangan Baku (S) = 1226
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 20 -198 00239 00333 000942 24 -165 00495 00667 001723 32 -1 01587 03 014134 32 -1 01587 03 014135 32 -1 01587 03 014136 36 -067 02514 02333 001817 36 -067 02514 02333 001818 40 -035 03632 04667 010359 40 -035 03632 04667 0103510 40 -035 03632 04667 0103511 40 -035 03632 04667 0103512 40 -035 03632 04667 0103513 40 -035 03632 04667 0103514 40 -035 03632 04667 0103515 44 -002 0492 05333 0041316 44 -002 0492 05333 0041317 48 0308 06217 07 0078318 48 0308 06217 07 0078319 48 0308 06217 07 0078320 48 0308 06217 07 0078321 48 0308 06217 07 0078322 52 0634 07357 07667 003123 52 0634 07357 07667 003124 56 096 08315 08 0031525 60 1286 09015 08333 0068226 64 1613 09463 09667 0020427 64 1613 09463 09667 0020428 64 1613 09463 09667 0020429 64 1613 09463 09667 0020430 68 1939 09738 1 00262
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01413]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01413 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal
Lampiran 7
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 536
Simpangan Baku (S) = 49
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 44 -194 00262 01 007382 44 -194 00262 01 007383 44 -194 00262 01 007384 48 -109 01379 02333 009545 48 -109 01379 02333 009546 48 -109 01379 02333 009547 48 -109 01379 02333 009548 52 -023 0409 04667 005779 52 -023 0409 04667 00577
10 52 -023 0409 04667 0057711 52 -023 0409 04667 0057712 52 -023 0409 04667 0057713 52 -023 0409 04667 0057714 52 -023 0409 04667 0057715 56 0617 07324 08667 0134316 56 0617 07324 08667 0134317 56 0617 07324 08667 0134318 56 0617 07324 08667 0134319 56 0617 07324 08667 0134320 56 0617 07324 08667 0134321 56 0617 07324 08667 0134322 56 0617 07324 08667 0134323 56 0617 07324 08667 0134324 56 0617 07324 08667 0134325 56 0617 07324 08667 0134326 56 0617 07324 08667 0134327 60 1468 09292 1 0070828 60 1468 09292 1 0070829 60 1468 09292 1 0070830 60 1468 09292 1 00708
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01343]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01343 lt 0161 hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 8
Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 637
Simpangan Baku (S) = 996
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 32 -318 00007 00333 003262 44 -198 00239 00667 004283 48 -158 00571 01 004294 56 -077 02206 02 002065 56 -077 02206 02 002066 56 -077 02206 02 002067 64 003 0512 03667 014538 64 003 0512 03667 014539 64 003 0512 03667 0145310 64 003 0512 03667 0145311 64 003 0512 03667 0145312 68 0432 06664 07 0033613 68 0432 06664 07 0033614 68 0432 06664 07 0033615 68 0432 06664 07 0033616 68 0432 06664 07 0033617 68 0432 06664 07 0033618 68 0432 06664 07 0033619 68 0432 06664 07 0033620 68 0432 06664 07 0033621 68 0432 06664 07 0033622 72 0833 07967 08 0003323 72 0833 07967 08 0003324 72 0833 07967 08 0003325 76 1235 13907 09667 042426 76 1235 13907 09667 042427 76 1235 13907 09667 042428 76 1235 13907 09667 042429 76 1235 13907 09667 042430 80 1637 09495 1 00505
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [01453]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 01453 lt 0161 hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 9
Penghitungan Homogenitas Data Pretest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 2401 138 4002 Kontrol 29 6432 181 5249 58 9251
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
124458
96255858
671862296962929
236429012429
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 4412
= 164
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 164 x 58
= 9512
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 897039032
519512953210ln
2
2
22
minus=minustimes=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu -0897 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 10
Penghitungan Homogenitas Data Posttest
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 992016 19965 578985 Kontrol 29 1503076 21769 631301 58 1210286
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
754612458
7668723558
92044358846428762929
30761502920169929
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 1247546
= 20961
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= 20961 x 58
= 1215713
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 2515427032
028612157131213210ln
2
2
22
=times=
minustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 125 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 11
Pengujian Hipotesis Pretest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 536 2X = 509 2
1S = 2401 = 6432 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( )
( ) ( )( )
64661654458
57256158
28186529696
23030326429012429
221
21
22
21
==
=
+=
minus+sdot+sdot
=
minus+minus+minus
=
S
S
S
S
nnSnSnS
Maka t adalah
( )
5741
715172
2580646672
3026466
72301
3016466
950653
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika
siswa
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar
fisika siswa
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 204 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel le t
hitung le t tabel = ndash 200 le 1574 le 200 maka terima Ho dan tolak Ha Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 12
Pengujian Hipotesis Posttest
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui
N1 = 30 N2 = 30
1X = 637 2X = 4423 2
1S = 992016 = 1503076 22S
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus
21
21
11nn
S
XXt+
minus=
Menentukan Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
169411
754612458
7668723558
9204435884642876
292930761502920169929
1111
21
222
21 1
=
==
+=
++
=
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
S
nnSnSn
S
Maka t adalah
( )
75646
881724719
25801694114719
302169411
4719301
301169411
2344763
=
===
+
minus=
t
t
t
Kesimpulan
riteria Pengujian Hipotesis
abel = Terima Ho Tolak Ha
Tolak Ho
Dimana Ha terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
H0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 676 dan
K
Jika ndash t tabel le t hitung le t t ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
pengajaran langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil
belajar fisika siswa
ttabel pada taraf signifikan adalah 200 Karena kriteria pengujian adalah ndash t tabel lt t
hitung atau t tabel lt t hitung = -200 lt 676 atau 200 lt 676 maka terima Ha dan
tolak H0 Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct InstructionDI) terhadap hasil belajar fisika siswa
Lampiran 13
Nilai Normal Gain(N-Gain) Kela n Kelas Eksperimen
Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini
s Kontrol da
pretestnilaimaksimumnilaipretestnilaiposttestnilaigainN minus
=minusminus
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut
070
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
ekspe
a g-tinggi nilai G ge 070
b g-sedang nilai 030 ge G gt
c g-rendah nilai G lt 030
rimen ditunjukkan pada tabel berikut ini Nilai Nilai N-gain
Pretest Posttest Kontrol PretRsp Kategori Rsp Nilai Nilai N-gain
est Posttest EkspA 52 36 -033 rendah A 52 56 00833 rendahB 48 48 0 rendah B 60 56 -01 rendahC 52 40 -025 rendah C 56 64 01818 rendahD 52 32 -042 rendah D 52 64 025 rendahE 44 36 -014 rendah E 44 64 03571 sedangF 56 40 -036 rendah F 52 68 03333 sedangG 32 32 0 rendah G 56 64 01818 rendahH 56 52 -009 rendah H 52 68 03333 sedangI 48 32 -031 rendah I 44 32 -02143 rendahJ 48 40 -015 rendah J 56 68 02727 sedangK 52 40 -025 rendah K 52 76 05 sedangL 48 48 0 rendah L 48 72 04615 sedangM 58 40 -043 rendah M 44 56 02143 rendahN 56 48 -018 rendah N 56 68 02727 rendahO 52 40 -025 rendah O 56 68 02727 rendahP 56 68 027 rendah P 56 80 05455 sedangQ 60 44 -04 rendah Q 56 76 04545 sedangR 56 24 -073 rendah R 48 68 03846 sedangS 52 44 -017 rendah S 60 68 02 rendahT 24 20 -005 rendah T 56 48 -01818 rendahU 44 64 036 sedang U 52 76 05 sedangV 52 48 -008 rendah V 56 44 -02727 rendahW 52 60 017 rendah W 52 72 04167 sedangX 56 64 018 rendah X 52 76 05 sedangY 44 52 014 rendah Y 60 64 01 rendahZ 56 48 -018 rendah Z 60 68 02 rendah
AA 56 40 -036 rendah AA 48 76 05385 sedangAB 52 64 025 rendah AB 56 68 02727 rendahAC 60 56 -01 rendah AC 56 68 02727 rendahAD 36 64 044 sedang AD 56 72 03636 sedang
1364 1968
Kategori
Lampiran 14
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Kontrol
-04 -036 -036
0 0 0
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 044 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Kontrol
1
-073 -043 -042
-033 -031 -025 -025 -025 -018
-018 -017 -015 -014 -01 -009
-008 -005 0 0 0 014
017 018 25 27 36 044
nilai minimum (Xmin) adalah -073
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 044ndash (-073
= 117
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Kontrol
Panjang Kelas (P) = KR
= 7171
= 0167
asymp 017
Sehingga panjang k snya adalahela 017
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -073 - -057 -123 -065 1 1 04225 -065 042252 -056 - -040 -106 -048 3 4 02304 -144 069123 -039 - -023 -089 -031 7 11 00961 -217 067274 -022 - -006 -072 -014 8 19 00196 -112 015685 -005 - 011 -055 003 4 23 00009 012 000366 012 - 028 -038 02 5 28 004 1 027 029 - 045 -021 037 2 30 01369 074 02738
30 -352 2421Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
117030
523minus=
minus=
sumsdotsum
=xf
x i
f
7 Menentukan Harga Median (Me)
727)7(720
823157720
8
233021
7720
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
8 enentukan Modus (Mo) M
68041720
4117720
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
26006920870239660
8703904126372
13030523421230
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 15
Perhitungan Mean Median Modus dan Simpangan Baku
Data Normal Gain Kelas Eksperimen
1 008 01
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 055 dan
Menentukan Rentang Kelas
ax ndash Xmin
)
terval
+ 33 log n
knya k
Normal Gain pada Kelas Eksperimen
1
-027 -021 -018 -0
018 018 02 02 021 025
027 027 027 027 027 033
033 033 036 036 038 042
046 05 05 05 054 055
nilai minimum (Xmin) adalah -027
2
Rentang Kelas (R) = Xm
= 055 ndash (-027
= 082
3 Banyaknya Kelas In
Banyaknya Kelas (K) = 1
= 1 + 33 log 30
= 1 + 33 x 147
= 1 + 485
= 585
asymp 6 atau 7
Sehingga banya elas adalah 7
4 Menentukan Panjang Kelas Eksperimen
Panjang Kelas (P) = KR
= 7820
= 0117
asymp 012
Sehingga panjang k snya adalahela 012
Tabel Distribusi 5
Kelas No Batas Nilai Tengah Frekuensi FrekuensiInterval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -027 - -016 -077 -022 3 3 00484 -066 014522 -015 - -004 -065 -01 1 4 001 -01 0013 -003 - 008 -053 005 1 5 00025 005 000254 009 - 020 -041 015 5 10 00225 075 011255 021 - 032 -029 027 7 17 00729 189 051036 033 - 044 -017 039 7 24 01521 273 106477 045 - 056 -005 051 6 30 02601 306 15606
30 772 3406Jumlah (sum)
fi Xi2Xi2 fi Xi
Menentukan Harga Mean ( x6 )
257030727==
sumsdotsum
=xf
x i
fasymp 026
7 Menentukan Harga Median (Me)
299)9(290
724157290
7
243021
7290
21
minus=minus+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus
+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+minus=
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ minus+=
e
e
e
e
ke
MM
M
M
f
fnpbM
Menentukan Modus (Mo) 8
7167290
0227290
21
1
=+minus=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=
o
o
o
o
MM
M
bbb
pbM
9 Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
( )( )
( ) ( )( )
22004890870581642
87059845918102
13030727406330
1 22 summinussum XifiXifin
2
==
=
minus=
minusminus
=
minus=
SDSD
SD
SD
SD
nnSD
Lampiran 16
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a
berdistribusi normal
rmal
Menentukan harga L0
X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
Hipotesis
H0 = data
H1 = data berdistribusi tidak no
b
1) Pengamatan X1 X2
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S
2) ntuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
n yang lebih kecil atau sama
= Simpangan Baku
U
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Z
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
harga-harga mutlak selisih
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara
c enentukan harga Ltabel
i Liliefors dengan taraf signifikan 005
d riteria pengujian
tabel
erdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
M
Dari harga kritis untuk uj
K
Tolak H0 jika L0 gt L
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
B
Nilai Rata-rata ( X ) = -0117
Simpangan Baku S) = 026 (
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -073 -237 00089 00333 002442 -043 -121 01131 00667 004643 -042 -117 0121 01 00214 -04 -11 01357 01333 000245 -036 -094 01736 02 002646 -036 -094 01736 02 002647 -033 -083 02033 02333 0038 -031 -075 02266 02667 004019 -025 -052 03015 03667 0065210 -025 -052 03015 03667 0065211 -025 -052 03015 03667 0065212 -018 -025 04013 04333 003213 -018 -025 04013 04333 003214 -017 -021 04168 04667 0049915 -015 -013 04483 05 0051716 -014 -01 04602 05333 0073117 -01 0058 05239 05667 0042818 -009 0096 05398 06 0060219 -008 0135 05517 06333 0081620 -005 025 05987 06667 006821 0 0442 067 07667 0096722 0 0442 067 07667 0096723 0 0442 067 07667 0096724 014 0981 08365 08 0036525 017 1096 08643 08333 003126 018 1135 08708 08667 0004127 025 1404 09192 09 0019228 027 1481 09306 09333 0002729 036 1827 09664 09667 0000330 044 2135 09834 1 00166
Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara harga-
harga mutlak yaitu [00967]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00967 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal
Lampiran 17
Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut
a Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1 X2 X3 Xn dijadikan bilangan baku Z1 Z2 Z3 Zn
dengan menggunakan rumus
SXX
Z ii
minus=
Dimana
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z le Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1 Z2 Z3 Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka
nZyangZZZZbanyaknya
ZS ini
le=
)( 321
4) Menghitunglah selisih F(Zi) ndash S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
tersebut Sebutlah harga terbesar ini L0
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
c Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 005
d Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
Nilai Rata-rata ( X ) = 026
Simpangan Baku (S) = 022
No Data (Xi) Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)]1 -027 -241 0008 003 002532 -021 -214 00162 007 005053 -018 -2 00228 01 007724 -01 -164 00505 013 008285 008 -082 02061 017 003946 01 -073 02327 02 003277 018 -036 03594 027 009278 018 -036 03594 027 009279 02 -027 03936 033 0060310 02 -027 03936 033 0060311 021 -023 0409 037 0042312 025 -005 04801 04 0080113 027 0045 05199 057 0046814 027 0045 05199 057 0046815 027 0045 05199 057 0046816 027 0045 05199 057 0046817 027 0045 05199 057 0046818 033 0318 06255 063 0007819 033 0318 06255 063 0007820 036 0455 06736 07 0026421 036 0455 06736 07 0026422 038 0545 07088 073 0024523 042 0727 07673 077 0000624 045 0864 08051 08 0005125 046 0909 08186 083 0014726 05 1091 08621 093 0071227 05 1091 08621 093 0071228 05 1091 08621 093 0071229 054 1273 0898 097 0068730 055 1318 09066 1 00934
Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [00934]
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
005 yaitu 0161
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah
Tolak H0 jika L0 gt Ltabel
Terima H0 jika L0 lt Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa L0 (Nilai Hitung) lt Ltabel (Nilai Tabel)
= 00934 lt 0161 Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal
Lampiran 18
Penghitungan Homogenitas N-Gain
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel db = (n-1) S2 Log S2 (db) Log S2
Eksperimen 29 00481 -1318 -38222 Kontrol 29 00694 -1159 -33611 58 -71833
1 Menghitung varians gabungan dengan rumus
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
0587505840753
580216672186239491
292906940290481029
1111
2
1
2
2
21
222
212
==
+=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
minussum+minussum
minussum+minussum=
S
S
S
nnSnSn
S
2 Log S2 = Log 005875
= -1231
3 B (Nilai Bartlett) = ( )12 minussumsdot nSLog
= -1231 x 58
= -71398
4 Menghitung X2 Hitung
( ) ( ) ( )( ) 00051435032
83371(398713210ln
2
2
22
=times=
minusminusminustimes=
summinus=
XX
SLogdbBX
5 Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel untuk α = 005 dengan derajat
kebebasan (db) = k ndash 1 = 2 ndash 1 = 1 sehingga X2 tabel = 384
6 Kriteria pengujian
Jika X2 hitung gt dari X2 tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung lt dari X2 tabel maka data dinyatakan homogen
7 Kesimpulan
Jadi karena X2 hitung lt X2 tabel yaitu 10005 lt 384
Maka data tersebut bersifat Homogen
Lampiran 19
Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
1 Kriteria Hipotesis
Ha Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H0 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol
Jika ndash t tabel le t hitung le t tabel = Terima Ho Tolak Ha
ndash t tabel lt t hitung atau t tabel lt t hitung = Terima Ha Tolak Ho
2 Hipotesis Statistik
Ha micro1 ne micro2
H0 micro1 = micro2
3 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol
117030
523minus=
minus=
sumsum
=fxf
X i
4 Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen
256030697
==sum
sum=
fxf
X i
5 Menghitung Nilai thitung dengan cara
a Menghitung Standar Deviasi Gabungan
( ) ( )( ) ( )
( ) ( )( ) ( )
24240058750
292906940290481029
1111
2
21
222
2112
==
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛minussum+minussumminussum+minussum
=
S
S
nnSnSn
S
( )
( )
0326062503770
2580242403770
301
30124240
1170260
11
21
21
==
=
+
minusminus=
+
minus=
hitungt
t
t
nnS
XXt
6 Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan
α = 005 = (n1 + n2) ndash 2
= (30 + 30) ndash 2
= 58
Maka diperoleh ttabel sebesar = 200
7 Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel lt thitung atau ttabel lt thitung = -200 lt 6032 atau 200 lt 6032
maka terima Ha dan tolak H0
8 Kesimpulan
ldquoTerdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest ndash posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest ndash posttest kelas kontrolrdquo
Lampiran 28
Konsep Cahaya
A Cahaya Merambat Lurus Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita Karena ada cahaya matahari hari
menajdi siang (terang) karena ada cahaya lampu ruangan menjadi
terang dan sebagainya Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita Tentu saja dengan cara merambat Cahaya
merambat lurur ke segala arah Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1
B Pemantulan Cahaya (Difraksi) Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya Bahkan benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul lakukanlah percobaan pada LKS 2
Perhatikan gambar di
samping
Berkas sinar yang
mengenai cermin disebut
sinar datang Sedangkan
berkas sinar yang
meninggalkan cermin
disebut
sinar pantul Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang yang dilambangkan
dengan i Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul yang dilambangkan dengan r
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1 Sinar datang garis normal dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar
2 Sudut datang sama dengan sudut pantul
C Pembiasan Cahaya (Refraksi)
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain seperti dari udara ke air kecepatan
gelombang cahaya itu berubah Bagaimana arah rambat cahaya apabila
cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain seperti dari
udara menuju ke air
Jika kita perhatikan sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca
Akibat perubahan kecepatan tersebut berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi)
Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang
disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya
Gambar A menunjukkan bahwa
cahaya dibiaskan atau dibelokkan
mendekati garis normal Hal ini terjadi
karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat Misalnya
dari udara menuju air
Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
daripada laju cahaya di air Kelajuan cahaya akan bertambah jika
cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat Misalnya dari air menuju udara
Untuk membuktikannya lakukanlah percobaan pada LKS 3
Semoga berhasil
Lampiran 29
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS 1) Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus
Bagaimanakah cahaya itu bergerak apakah merambat lurus atau
berkelok-kelok Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap
A Alat dan Bahan
1 Lilin
2 Korek api
3 Dua karton berlubang
B Langkah kerja
1 Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris Amatilah apa yang terjadi
2 Jika satu lubang digeser tidak lurus apa yang terjadi pada api
lilin
C Hasil kegiatan dan pembahasan
1 Ketika lubang kedua karton segaris bagaimana arah cahaya dari
api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Ketika kedua lubang karton tidak segaris apakah yang terjadi
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Jadi kesimpulannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
GOOD LUCK
LEMBAR KERJA SISWA 2 ( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya
Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan
A Alat dan Bahan
1 Busur derajat 3 Cermin datar
2 Senter laser 4 Kertas putih
Gambar Hukum pemantulan cahaya pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B Langkah kegiatan
1 Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2 Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3 Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4 Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat Amati dan catat dalam data
5 Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O 50O 60O
C Data Kegiatan dan Kesimpulan
No Sudut Datang Sudut Pantul
1 300
2 400
3 500
4 600
1 Jelaskan cara menentukan sudut datang
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Jelaskan cara menentukan sudut pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut
pantul
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
D Kesimpulan
1 Besar sudut datang helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
sudut pantul
2 Sudut datang garis normal dan sinar pantul terletak pada
helliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)
Pembiasan Cahaya
Tujuan Pembelajaran Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum
Snellius)
Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air apa yang
terjadi Seakan-akan pensilmu menjadi patah Mengapa demikian
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi
A Alat dan Bahan
1 Lampu senterlaser 3 Larutan susu
2 Bejana kaca 4 Karton
B Langkah Kerja
1 Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca
2 Arahkan senterlaser dengan sudut datang 45o
C Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1 Ketika senterlaser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air bagaimana arah rambatannya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
2 Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
3 Peristiwa tersebut dinamakan dengan
Jawab
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
4 Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
5 Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut
Jawab
6 Tuliskan pernyataan hukum Snellius
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip
Lampiran 24
Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen
dengan Rumus KR-20
Diketahui
n = 40
sumpq = 734
S2 = 2401
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
2
2
11 1 SpqS
nnr
Keterangan
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
sumpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Dengan demikian hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah
Tinggiliabilitasr
SpqS
nnr
Re7100124
3470124140
40
1
11
2
2
11
rarr=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ minus⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
minus= sum
G Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya Menyajikan peta konsep Cahaya secara keseluruhan
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa benda dapat terlihat di tempat yang terangrdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
Prasyarat pegetahuan ldquoSyarat apa sajakah agar benda dapat dilihat oleh matardquo
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang perambatan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai perambatan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah rambatan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum Memberikan bimbingan jika masih ada siswa atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa Memberikan informasi yang sebenarnya Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoBagaimana cahaya dipantulkanrdquo Prasyarat pegetahuan ldquoApakah yang dimaksud dengan pemantulan cahayardquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang pemantulan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemantulan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan mengamati perambatan cahaya
melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pemantulan cahaya
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu cermin datar cermin cembung dan cermin cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa pada spion mobil objek lebih dekat daripada bayangan yang terlihatrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoSebutkan manfaat dari cermin dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang cermin hubungan jarak fokus jarak benda dan jarak
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai cermin hubungan jarak fokus jarak
bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi air pensil akan terlihat bengkokrdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah yang dimaksud dengan pembiasan rdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan secara singkat tentang
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya Mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan percobaan mengamati pembiasan cahaya
mengenai pembiasan cahaya Menyimak dengan seksama petunjuk untuk melakukan percobaan
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius)
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu Lensa cekung dan lensa cembung untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya Menjawab salam
Pertemuan Ke-6
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi siswa Mengulas secara singkat materi sebelumnya
Menjawab salam dan menjawab panggilan guru selama absensi Secara aktif menjawab guru seputar materi sebelumnya Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran
2 Menyampaikan tujuan dan mempersipkan siswa
3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan sebagainya Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan ldquoMengapa bintang di langit jika dengan menggunakan teropong akan terlihat dekat sekalirdquo Prasyarat pegetahuan Guru bertanya ldquoApakah manfaat lensa dalam kehidupan sehari-harirdquo
Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab guru
3 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 menit Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok Menjelaskan dengan jelas tentang lensa
Berkumpul bersama kelompoknya masing-masing Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda dan jarak bayangan serta perbesaran bayangan Menggambarkan proses pembentukan dan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
mengenai lensa cembung lensa cekung dan hubungan antara jarak fokus jarak benda jarak bayangan dan perbesaran bayangan Memperhatikan dengan seksama
4 Membimbing pelatihan
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan hubungan antara jarak benda jarak bayangan dan jarak fokus serta perbesaran bayangan
Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
5 Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di kelas Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada siswa
Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya
6 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk pelatihan lanjutkan dan penerapan
20 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah (PR)
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok Menyimak informasi yang diberikan oleh guru Mencatat dan mengerjakan latihan
7 Penutup 4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa siswa untuk
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahaminya
mengulanginya Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
Menjawab salam
Pertemuan Ke-7
Posttest
Recommended