View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH KEPERCAYAAN DAN HARAPAN TERHADAP
KEBAHAGIAAN PERNIKAHAN BURUH MIGRAN YANG
MENJALANI HUBUNGAN JARAK JAUH Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Zahrotul Afiffah
NIM: 11140700000143
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Oktober 2019
C) Zahrotul Afiffah
D) Pengaruh Kepercayaan dan Harapan terhadap Kebahagiaan Pernikahan
pada Buruh Migran yang Menjalani Hubungan Jarak Jauh
E) xii + 84 halaman + lampiran
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh kepercayaan
dan harapan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis
regresi berganda. Sampel berjumlah 202 buruh migran yang diambil
dengan teknik non-probability sampling. CFA (Confirmatory Factor
Analysis) digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan multiple linear
regression digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Peneliti
mengadaptasi alat ukur yang terdiri dari alat ukur kebahagiaan pernikahan
yang dikembangkan oleh Gottman (1999), Skala kepercayaan yang
disusun berdasarkan aspek kepercayaan yang dikemukakan oleh Johnson
dan Johnson (1997), dan The Adult Dispositional (Trait) Hope Scale
(Snyder, Harris, et al., 1991)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel kepercayaan dan harapan dengan signifikansi
sebesar 0.000 atau p > 0.05 terhadap kebahagiaan pernikahan buruh
migran yang menjalani hubungan jarak jauh. Hasil uji koefisien regresi
masing-masing independent variable menunjukkan dari tujuh variabel
yang di uji yaitu openess, sharing, acceptance, support, cooperative
intentions, pathway thinking, dan agency thinking terdapat tiga variabel
yang signifikan mempengaruhi kebahagiaan pernikahan buruh migran
yang menjalani hubungan jarak jauh. Variabel yang dinyatakan signifikan
mempengaruhi kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani
hubungan jarak jauh adalah opennes, sharing dan support.
Hasil penelitian juga menunjukan proporsi varians dari
kebahagiaan pernikahan yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen
adalah 66.1% sedangkan 33.9% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di
luar penelitian. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti
variabel lain di luar penelitian, seperti relijiusitas, pendapatan dan lain
sebagainya.
F) Buku bacaan: 44 ; buku: 21 + jurnal: 19 + artikel online: 4
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta
B) October 2019
C) Zahrotul Afiffah
D) The Effect of Trust and Hope on Marital Happiness of Migrant Workers
Who Undergo Long Distance Relationship
E) xii + 84 pages + appendix
This study was conducted to determine the effect of trust and hope on
marital happiness of migrant workers who undergo long distance
relationship.
This study used a quantitative approach with multiple regression
analysis. The sample was 202 migrant workers taken with non-probability
sampling technique. CFA (Confirmatory Factor Analysis) was used to test
the validity of instrument and multiple linear regression analysis was used
to test the research hypothesis. Researcher adapted measuring instruments
consisting of Marital Happiness scale by Gottman (1999), Trust Scale by
Johnson and Johnson (1997), and The Adult Dispositional (Trait) Hope
Scale (Snyder, Harris, et al., 1991).
The results showed that there is a significant influence of the
variable trust and hope with a significance of 0.000 or p> 0.05 to marital
happiness in migrant wokers who undergo long distance relationship. The
results of a minor hypothesis test that examined the effect of the seven
independent variables openess, sharing, acceptance, support, cooperative
intentions, pathway thinking, and agency thinking, showed that there were
only three significant variables, namely openess, sharing and support had
a significant effect on marital happiness in migrant workers who undergo
long distance relationship.
The results also showed the proportion of variance in marital
happiness explained by all independent variables was 66.1% while the
remaining 33.9% was influenced by other variables outside the study. For
further research it is recommended to examine other variables outside the
study, such as religiosity, income and so forth.
F) Reading materials: 44; books: 21 + journals: 19 + internets: 4
vii
KATAPENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat dan
karunia Allah SWT, karena-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Kepercayaan dan Harapan terhadap Kebahagiaan
Pernikahan Buruh Migran yang Menjalani Hubungan Jarak Jauh” Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
sahabat, keluarga, dan pengikutnya sampai akhir zaman nanti.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini:
1. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si sebagai dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menerima saya sebagai mahasiswi fakultas
psikologi.
2. Dr. Rena Latifa, M.Psi sebagai pembimbing skripsi saya yang telah
memberikan banyak bimbingan saran dan masukan dalam penyusunan
skripsi.
3. Mulia Sari Dewi, M.Psi. Psi sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan selama delapan semester.
4. Segenap Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi yang
telah memberikan banyak ilmu yang sangat berarti kepada peneliti.
5. Pimpinan dan Staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pelayanan yang baik terhadap penulis sehingga
penulis dapat sampai di titik ini.
viii
6. Para responden yang sudah bersedia mengisi kuesioner untuk keperluan data
penulis. Semoga Allah berikan kebahagiaan dan membalas kebaikan
responden.
7. Kedua orangtua serta keluarga yang telah memberikan doa dan
dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis
8. Yoga Mizannovan yang sudah bersedia mengantar ke Madiun untuk
membantu menyebarkan angket dan memberikan dukungan selama
penyusunan skripsi.
9. Sahabat terdekat Annastasia Aulia, Izzati Kamilah, dan Salma Zahwa yang
selalu memberikan dukungan selama ini. Terimakasih atas kebersamaan,
gelak tawa, kesedihan dan kejutan-kejutan istimewanya.
10. Seluruh teman angkatan 2014 yang memberikan energi positif terhadap
penulis selama masa perkuliahan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan semuanya
Semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan oleh seluruh
pihak kepada penulis. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih atas perhatiannya
dan mohon maaf pula atas segala kekurangan. Semoga skripsi ini bermanfaat
khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi seluruh pembaca. Aamiin.
Jakarta, 15 Oktober 2019
Penulis
Zahrotul Afiffah
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 9
1.2.1 Pembatasan Masalah ...................................................................... 9
1.2.2 Perumusan Masalah........................................................................ 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 11
1.3.1 Tujuan Penelitian............................................................................ 11
1.3.2 Manfaat Penelitian.......................................................................... 12
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................... 14
2.1 Kebahagiaan Pernikahan .......................................................................... 14
2.1.1 Definisi Kebahagiaan Pernikahan .................................................. 14
2.1.2 Aspek-aspek Kebahagiaan Pernikahan .......................................... 16
2.1.3 Faktor-faktor Pembentuk Kebahagiaan .......................................... 19
2.1.4 Skala Pengukuran Kebahagiaan Pernikahan .................................. 22
2.2 Kepercayaan ............................................................................................. 23
2.2.1 Definisi Kepercayaan ..................................................................... 23
2.2.2 Aspek-aspek Kepercayaan ............................................................. 25
2.2.3 Skala Pengukuran Kepercayaan ..................................................... 27
2.3 Harapan .................................................................................................... 28
2.3.1 Definisi Harapan ............................................................................ 28
2.3.2 Aspek-aspek Harapan ..................................................................... 29
2.3.3 Skala Pengukuran Harapan ............................................................ 32
2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................... 33
2.5 Hipotesis ................................................................................................... 40
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 41
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 41
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........................... 42
3.3 Instrumen Penelitian ................................................................................. 44
3.3.1 Teknik Pengambilan Data .............................................................. 44
3.3.2 Alat Ukur Penelitian ....................................................................... 45
x
3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................ 47
3.4.1 Uji Validitas Kebahagiaan Pernikahan .......................................... 49
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kepercayaan.............................................. 50
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Harapan ..................................................... 52
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 54
BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................. 57
4.1 Deskripsi Umum Subjek Penelitian ......................................................... 57
4.1.1 Deksripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Data Demografi .............. 57
4.2 Analisis Deskriptif .................................................................................... 59
4.3 Kategorisasi Partisipan Penelitian ............................................................ 60
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian .................................................................. 63
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian .............................................. 66
4.4.2 Pengujian Proporsi Varians Independent Variabel ........................ 67
BAB 5 DISKUSI PENELITIAN ............................................................................. 69
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 69
5.2 Diskusi ...................................................................................................... 69
5.3 Saran ......................................................................................................... 73
5.3.1 Saran Teoritis ................................................................................. 73
5.3.2 Saran Praktis ................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 75
LAMPIRAN .............................................................................................................. 78
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Skala Likert ....................................................................................... 45
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kebahagiaan Pernikahan................................................. 46
Tabel 3.3 Blue Print Skala Kepercayaan.................................................................... 46
Tabel 3.4 Blue Print Skala Harapan ........................................................................... 47
Tabel 3.5 Muatan Faktor Kebahagiaan Pernikahan ................................................... 50
Tabel 3.6 Muatan Faktor Kepercayaan ...................................................................... 51
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Pathway Thinking ..................................................... 53
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Agency Thinking ........................................................ 53
Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Data Demografi .......................... 57
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik ...................................................................................... 59
Tabel 4.3 Norma Skor Kategorisasi ........................................................................... 60
Tabel 4.4 Kategorisasi Partisipan Penelitian .............................................................. 61
Tabel 4.5 Tabel R-Square .......................................................................................... 63
Tabel 4.6 Tabel Anova ............................................................................................... 63
Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi Variabel .............................................................. 64
Tabel 4.8 Proporsi Varians Variabel Setiap Independent Variabel ........................... 67
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Variabel Penelitian ...................................................................... 38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian................................................................................ 80
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ............................................................................... 81
Lampiran 3 Path Diagram dan Syntax Kebahagiaan Pernikahan .............................. 86
Lampiran 4 Path Diagram dan Syntax Kepercayaan ................................................. 87
Lampiran 5 Path Diagram dan Syntax Pathway Thinking ......................................... 88
Lampiran 6 Path Diagram dan Syntax Agency Thinking ........................................... 89
Lampiran 7 Tabel R Square dan Tabel Analisis Deskriptif ....................................... 90
Lampiran 8 Tabel Anova dan Tabel Regresi ............................................................. 90
Lampiran 9 Tabel Proporsi Varians ........................................................................... 91
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial, tidak dapat hidup sendiri, dan membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya. Kebutuhan untuk melakukan interaksi dengan
orang lain dikenal dengan konsep kebutuhan afiliasi. McClelland (dalam Robbins,
2001) mengatakan kebutuhan afiliasi adalah suatu kebutuhan dari seseorang untuk
merasakan suatu perasaan terlibat dan ikut serta di dalam suatu kelompok sosial.
Dengan adanya kebutuhan afiliasi juga dapat menimbulkan perasaan dan
ketertarikan yang dapat berujung pada terjalinnya suatu hubungan yang lebih serius
yaitu menikah. Menurut Santrock (2014), membina hubungan intim dengan lawan
jenis merupakan tugas perkembangan spesifik bagi individu dewasa muda. Selain
itu, hubungan romantis juga merupakan suatu tahapan penting karena hal ini
berhubungan dengan proses pemilihan pasangan hidup.
Melalui proses pernikahan, maka individu telah membentuk sebuah
keluarga. Pernikahan adalah kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan
perempuan yang menjalin ikatan lahir batin dalam membina kehidupan keluarga
bukan semata-mata legalisasi (Duvall & Miller, 1985). Menikah merupakan salah
satu kebutuhan pokok yang dijalankan oleh seorang laki-laki dan perempuan untuk
hidup bersama secara sah sebagai pasangan suami istri (Fatima & Ajmal, 2012).
Dengan menikah, seseorang dapat menjalin suatu hubungan jangka panjang dengan
komitmen yang kuat untuk saling memberikan kasih sayang dan perhatian.
2
Pasangan suami istri berharap dapat memperoleh manfaat dari pernikahan yang
dijalaninya, seperti ekspresi rasa cinta, rasa syukur dan pengakuan. Pernikahan
dapat memberikan manfaat baik secara fisik, psikologis maupun sosiologis. Hasil
dari penelitian Stutzer & Frey (2003) menunjukkan bahwa orang yang telah
menikah kondisi fisik dan psikologisnya lebih sehat dibandingkan orang yang
belum menikah dan mereka dapat hidup lebih lama atau panjang umur.
Menurut Fatima & Ajmal (2012) ada berbagai macam alasan mengapa
seseorang memilih untuk menikah, diantaranya ialah adanya pengakuan secara sah
menurut hukum, terpenuhinya kebutuhan biologis, emosional, spiritual, religi,
ekonomi atau secara sederhana untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan
memperoleh keturunan. Fungsi penting dari pernikahan secara sosial menurut
Fatima & Ajmal (2012) adalah saling berbagi dan adanya rasa aman.
Dari beragamnya alasan yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan seseorang menikah adalah memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan dalam
pernikahan merupakan hal yang diinginkan oleh setiap pasangan. Kebahagiaan
pernikahan menurut Gottman (1999) adalah kebahagiaan yang didasari pada rasa
saling percaya, menghormati satu sama lain, mengetahui dengan baik apa yang
pasangan sukai dan tidak sukai, mengetahui kepribadian, harapan, mimpi satu sama
lain, serta pasangan tersebut mampu mengekspresikan dengan baik hal-hal yang
mereka inginkan.
Seligman (2005) mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubungannya
dengan kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua penjelasan mengenai hubungan
kebahagiaan dan pernikahan yaitu, orang yang bahagia lebih atraktif sebagai
3
pasangan daripada orang yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan
memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang,
diantaranya keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak, membangun keluarga,
menjalankan peran sebagai pasangan dan orang tua, menguatkan identitas dan
menciptakan keturunan (Carr, 2004).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stutzer dan Frey
(2003) yang menunjukkan bahwa orang yang telah menikah itu lebih bahagia
dibandingkan orang yang belum menikah dan orang yang bercerai. Selain itu
penelitian lain tentang pengaruh pernikahan terhadap kebahagiaan juga
menunjukkan bahwa tingkatan kebahagiaan orang yang telah menikah lebih tinggi
dibandingkan orang yang belum menikah, dengan studi penelitian di berbagai
negara dan pada periode waktu yang berbeda pula (Stutzer & Frey, 2003).
Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah, kemudian terdapat peran dan
status sosial baru sebagai suami atau istri. Pada umumnya, keluarga yang baru
terbentuk tersebut tinggal dalam satu atap atau rumah bersama dengan anak-anak
mereka atau bersama keluarga besar di lingkungan yang sama (Mahyudin, dalam
Arida, 2010). Namun seiring dengan perubahan waktu, individu terpaksa mengikuti
tuntutan kehidupan dimana bisa saja melakukan migrasi karena beberapa faktor.
Mahyudin (dalam Arida, 2010) mengatakan faktor umum yang biasanya terjadi
adalah karena tuntutan ekonomi dan pekerjaan, Selama proses pemenuhan
kebutuhan keluarga tersebut, tidak jarang salah satu pasangan suami istri memiliki
pekerjaan yang mengharuskannya untuk meninggalkan rumah dan anggota
keluarga sementara waktu. Hal ini terjadi sebagai tuntutan pekerjaan yang harus
4
dijalani atau karena tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat misalnya
seperti suami atau istri yang bekerja sebagai TKI di luar negeri. Kondisi ini
kemudian menjadi penyebab awal kehidupan pernikahan jarak jauh pada pasangan
suami istri. Pernikahan pada awalnya menjunjung tinggi kebersamaan kini
berkembang menjadi keluarga dengan hubungan jarak jauh. Idealnya, awal
pernikahan menjadi waktu untuk menjalin kasih sayang dan membangun rumah
tangga yang harmonis antara suami istri. Kenyataannya, banyak pasangan dalam
keluarga TKI justru harus menjalani kehidupan rumah tangga yang terpisah dari
pasangannya (Mahyudin, dalam Arida, 2010).
Penelitian lain yang dilakukan Qomariyah (2015), mengatakan salah satu
pasangan terutama (suami) berkewajiban untuk dapat menafkahi keluarganya,
karena suami merupakan tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah.
Kewajiban suami inilah yang mendorongnya untuk mencari pekerjaan, agar dapat
mencukupi segala kebutuhan rumah tangganya. Holmes (2004, dalam Pistole,
2010) menyatakan bahwa pernikahan jarak jauh merupakan ikatan pernikahan
dimana pasangan suami istri dipisahkan oleh jarak fisik yang tidak memungkinkan
adanya kedekatan secara fisik untuk periode waktu tertentu. Tidak jarang banyak
pasangan suami istri yang sedang menjalani hubungan jarak jauh karena masalah
tuntutan perkerjaan yang pindah tugas atau pendidikan (Kauffman, 2000).
Fenomena pernikahan hubungan jarak jauh di Indonesia, pada keluarga TKI
sudah banyak dijumpai di Indonesia, Menurut data dari BNP2TKI yang diolah
Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (Pusdatinaker) menyebutkan bahwa di
Indonesia, penempatan TKI berdasarkan status perkawinan periode 2016-2017
5
didominasi oleh TKI yang sudah menikah. Terakhir pada tahun 2017 sebesar 42%
TKI berstatus sudah menikah, 31% belum menikah dan 23% cerai. Penempatan
kerja TKI berdasarkan tahun 2016, 51% berstatus menikah, 41% belum menikah
dan 8% cerai. Hal ini menunjukkan bahwa TKI masih sangat didominasi oleh
pasangan yang sudah menikah. Sedangkan menurut provinsi yang menepatkan TKI
diatas 10.000 orang tahun 2017 terdapat di enam provinsi tertinggi yaiut provinsi
Jawa Timur sebanyak 63.498 orang, provinsi Jawa Tengah sebanyak 54.737, Jawa
Barat sebanyak 50.756 orang, NTB sebanyak 34.975 orang, Lampung sebanyak
15.327, Sumatera Utara sebanyak 17.109 orang, dan lainnya dibawah 10.000 orang.
Dikutip dari ddhongkong.org (2013), seorang buruh migran berinisial Y.C
mempermasalahkan keadaan rumah tangganya yang harus dijalani secara jarak
jauh. Y.C menjelaskan hal penting dalam suatu hubungan pernikahan adalah
kepercayaan dan komitmen agar pernikahannya tetap utuh. Y.C meyakini jika tidak
ada kepercayaan terhadap pasangan, maka otomatis sulit mempertahankan
hubungan. Selain kepercayaan, Y.C menjelaskan kesabaran juga sangat penting
dalam hubungan jarak jauh.
Hubungan jarak jauh sering kali menjadi topik perbincangan dikalangan
masyarakat, terutama bagi mereka yang sedang menjalaninya dan merasakannya.
Kerap kali masalah yang timbul dalam hubungan jarak jauh dapat diprediksi,
menurut Kariuki (2014) Beberapa masalah ini meliputi; keterasingan pasangan dari
satu sama lain dan orang tua dengan anak-anak, biaya telepon yang tinggi,
komunikasi yang buruk, kehilangan kesempatan untuk memiliki anak dan
mengasuh, keuangan yang kurang, zona waktu berbeda, kecurigaan,
6
ketidakpercayaan, perselingkuhan dan ketidakjujuran. Masalah ini melemahkan
hubungan pasangan dan menciptakan jarak emosional antar anggota keluarga.
Masalah yang timbul pada akhirnya akan menimbulkan perselisihan, pertentangan,
dan bahkan berakhir dengan perceraian.
Data kasus perceraian yang diperoleh dari Dirjen Badan Peradilan Agama,
Mahkamah Agung pada tahun 2017, Pengadilan Tinggi Agama Surabaya mencatat
angka tertinggi pertama memutus perkara cerai talak sebanyak 26.342 perkara dan
cerai gugat 58.497 perkara. Diikuti Pengadilan Tinggi Agama Bandung di posisi
kedua dengan angka putusan perkara cerai talak sebanyak 20.580 perkara dan cerai
gugat 58.467 perkara. Di urutan ketiga ditempati Pengadilan Tinggi Agama
Semarang dengan putusan perkara cerai talak sebanyak 19.368 perkara dan cerai
gugat 50.489. Merujuk data tersebut, terdapat beberapa faktor penyebab perceraian.
Pertama, zina dengan 1.896 perkara. Kedua, mabuk dengan jumlah 4.264 perkara.
Ketiga, madat dengan jumlah 1.189 perkara. Keempat, judi dengan jumlah 2.179
perkara. Kelima, meninggalkan salah satu pihak dengan jumlah 70.958 perkara.
Keenam, dihukum penjara dengan jumlah 4.898 perkara. Ketujuh, poligami dengan
jumlah 1.697 perkara. Kedelapan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan
jumlah 8.453 perkara. Kesembilan, cacat badan sebanyak 432 perkara. Kesepuluh,
perselisihan dan pertengkaran terus menerus dengan jumlah 152.575 perkara.
Kesebelas, kawin paksa sebanyak 1.976 perkara. Kedua belas, murtad sebanyak
600 perkara. Ketiga belas, ekonomi sebanyak 105.266 perkara. Keempat belas, lain
lain sebanyak 7.799 perkara (Hidayat, R. 2018).
7
Dari data faktor penyebab perceraian tahun 2017 di Pengadilan Agama
seluruh Indonesia terlihat didominasi alasan/faktor penyebab perceraian yakni
meninggalkan salah satu pihak diurutan ketiga, kemudian faktor persoalan ekonomi
diurutan kedua, dan faktor perselisihan atau pertengkaran terus menerus yang
menempati urutan pertama terbanyak. Berdasarkan data faktor penyebab perceraian
tersebut semakin memperkuat asumsi peneliti bahwa pasangan suami istri yang
terpisah jarak atau meninggalkan salah satu pihak memiliki resiko keterputusan
hubungan atau perceraian lebih tinggi, namun realitanya ada juga pasangan suami
istri yang masih bisa mempertahankan keutuhan rumah tangganya meskipun
mengalami hubungan jarak jauh (Hidayat, R. 2018).
Penikahan tidak terlepas dari berbagai faktor yang menentukan bahagia atau
tidak bahagianya suatu kehidupan pernikahan. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kebahagiaan pernikahan adalah kepercayaan. Hal ini didasari pada
penelitian Fatima dan Ajmal (2012) yang menunjukkan bahwa rasa percaya adalah
salah satu dari enam belas faktor yang mempengaruhi kebahagiaan dalam
kehidupan pernikahan. Faktor lainnya yaitu kesamaan agama, kepuasan,
kompromi, cinta, care, saling memahami, komunikasi, perbedaan usia, ketulusan
dan respect, saling berbagi, saling memaafkan, temperamen pasangan, kekuatan
menjaga anak, struktur keluarga, pendidikan dan status hubungan hukum yang
positif.
Penelitian yang dilakukan Muhardeni (2018), menunjukkan ada hubungan
antara kepercayaan dan kebahagiaan pernikahan, semakin tinggi kepercayaan maka
semakin tinggi tingkat kebahagiaan pernikahan begitupun sebaliknya. Menurut
8
Johnson & Johnson (1997) kepercayaan merupakan aspek dalam suatu hubungan
dan secara terus menerus berubah. Selain itu kepercayaan merupakan dasar dalam
membangun dan mempertahankan hubungan intrapersonal. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ramadhini dan Hendriani (2015) bahwa
kepercayaan yang dimiliki pasangan terhadap pasangan lainnya berperan penting
dalam memperkuat hubungan pernikahan khususnya dalam konteks hubungan jarak
jauh. Pada umumnya, hubungan yang terjalin dengan kepercayaan membuat
seseorang memiliki pikiran positif terhadap pasangannya. Karena pasangan tidak
akan mudah terpengaruh hal negatif yang dikatakan orang lain dan yakin bahwa
pasangannya dapat diandalkan dan menunjukkan perilaku yang konsisten seperti
yang telah diprediksi.
Selain kepercayaan, harapan juga diprediksi mempengaruhi kebahagiaan
pasangan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rios (2010)
menunjukkan bahwa harapan terhadap pasangan dan diri sendiri berhubungan
dengan kebahagiaan pernikahan. Apabila harapan terpenuhi maka kebahagiaan
pernikahan akan meningkat. Kariuki (2014) juga menyatakan faktor lain yang
meningkatkan kelangsungan hidup pernikahan jarak jauh adalah kesadaran bahwa
perjalanan panjang akan berakhir. Dengan demikian berarti ada harapan reuni dan
kelanjutan menjalin hubungan keluarga yang normal (tidak terpisah jarak). Sebuah
antisipasi bahwa ada harapan untuk reuni masa depan membantu mempertahankan
kebahagiaan pernikahan.
Snyder (2002) menyatakan harapan adalah keseluruhan dari kemampuan
yang dimiliki individu untuk menghasilkan jalur mencapai tujuan yang diinginkan,
9
bersamaan dengan motivasi yang dimiliki untuk menggunakan jalur-jalur tersebut.
Harapan didasarkan pada harapan positif dalam pencapaian tujuan.
Peneliti telah melakukan studi pendahuluan sebelumnya dengan
memberikan angket pada 10 orang responden buruh migran yang menjalani
hubungan jarak jauh. 70% diantara mereka tidak bahagia dengan pernikahan jarak
jauh. 80% percaya pada pasangan walaupun menjalani hubungan jarak jauh.
Responden rata-rata telah menjalani hubungan jarak jauh selama tiga sampai lima
tahun dengan usia pernikahan diatas 10 tahun. Dalam penelitian ini yang menjadi
fokus penelitian adalah buruh migran yang meninggalkan keluarganya karena
tuntutan pekerjaan di luar negri.
Berdasarkan fenomena diatas dan penelitian sebelumnya, peneliti ingin
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepercayaan dan Harapan
terhadap Kebahagiaan Pernikahan Buruh Migran yang Menjalani hubungan
jarak jauh”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebahagiaan
pernikahan pada buruh migran yang meninggalkan keluarga karena bekerja di luar
negri dan melihat pengaruh dari kepercayaan dan harapan terhadap kebahagiaan
pernikahan jarak jauh.
1.2 Pembatasan dan perumusan masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka perlu suatu pembatasan
masalah. Adapun pokok permasalahan yang menjadi batasan dalam penelitian ini
adalah kebahagiaan pernikahan pasangan yang menajalani hubungan jarak jauh,
yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diantaranya adalah kepercayaan dan
10
harapan. Adapun penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut sebagai berikut:
Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi
penelitian ini hanya kepada:
1. Kebahagiaan pernikahan yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada rasa
yang didasari oleh rasa saling percaya, menghormati satu sama lain,
mengetahui dengan baik apa yang pasangan sukai dan tidak sukai, mengetahui
kepribadian, harapan, mimpi satu sama lain, serta pasangan tersebut mampu
mengekspresikan dengan baik hal-hal yang mereka inginkan (Gottman, 1999).
2. Kepercayaan yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada openess,
sharing, Acceptance, support, dan cooperative intentions. (Johnson dan
Johnson, 1997)
3. Harapan yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada proses dari
pemikiran satu tujuan, dengan motivasi untuk mendapatkan tujuan-tujuan
tersebut (agency), dan cara-cara untuk meraih tujuan-tujuan tersebut
(pathways) (Snyder, 2002).
4. Subjek penelitian ini adalah buruh migran yang meninggalkan keluarga untuk
bekerja ke luar negri.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah
yang ingin diteliti adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepercayaan dan harapan
terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan
jarak jauh?
11
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek openess dari variabel
kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek sharing dari variabel
kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek acceptance dari variabel
kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek support dari variabel
kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek cooperative intentions dari
variabel kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek pathway thinking dari
variabel harapan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek agency thinking dari
variabel harapan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh?
12
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk menguji pengaruh kepercayaan dan harapan terhadap kebahagiaan
pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh
b. Untuk menguji pengaruh aspek openess dari variabel kepercayaan terhadap
kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh
c. Untuk menguji pengaruh aspek sharing dari variabel kepercayaan terhadap
kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh
d. Untuk menguji pengaruh aspek acceptance dari variabel kepercayaan
terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan
jarak jauh
e. Untuk menguji pengaruh aspek support dari variabel kepercayaan terhadap
kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh
f. Untuk menguji pengaruh aspek cooperative intentions dari variabel
kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh
g. Untuk menguji pengaruh aspek pathway thinking dari variabel harapan
terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan
jarak jauh
h. Untuk menguji pengaruh aspek agency thinking dari variabel harapan
terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan
jarak jauh
13
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi di bidang pemikiran dan
pengetahuan terhadap perkembangan psikologi yaitu psikologi keluarga dan
psikologi positif. Memberikan informasi terkait kebahagiaan pernikahan buruh
migran yang sedang menjalani hubungan jarak jauh.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi bagi
remaja, orang tua, pendidik serta pihak-pihak yang tertarik dengan dinamika
psikologis pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh. Khususnya bagi buruh
migran yang sedang mengalami jarak jauh dapat menjadi masukan yang positif dan
bermanfaat bagi kelangsungan hubungan rumah tangganya.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi landasan teori yang mendeskripsikan definisi dan konsep dasar
kebahagiaan dalam pernikahan pasangan jarak jauh, kepercayaan,dan harapan;
kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.
2.1 Kebahagiaan Pernikahan
2.1.1 Definisi Kebahagiaan Pernikahan
Definisi Kebahagiaan atau happiness adalah konsep yang subjektif karena setiap
individu pada umumnya memiliki tolak ukur yang berbeda-beda dalam menentukan
kebahagiaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahagia
(ke.ba.ha.gi.an) adalah kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin);
keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin. Keadaan atau perasaan senang
dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan).
Sedangkan kebahagiaan pernikahan menurut Gottman (1999) adalah
kebahagiaan yang didasari pada rasa saling percaya, menghormati satu sama lain,
mengetahui dengan baik apa yang pasangan sukai dan tidak sukai, mengetahui
kepribadian, harapan, mimpi satu sama lain, serta pasangan tersebut mampu
mengekspresikan dengan baik hal-hal yang mereka inginkan.
Gottman dan Notarius (2002) menjelaskan kebahagiaan pernikahan berarti
pasangan memfokuskan diri pada hal-hal positif yang ada pada diri pasangannya.
15
Schoen (2002) menjelaskan kebahagiaan pernikahan sebagai tingkatan kepuasan
yang dirasakan individu dalam pernikahan.
Secara filsafat kata “bahagia” dapat diartikan dengan kenyamanan dan
kenikmatan spiritual dengan sempurna dan rasa kepuasan, serta tidak adanya cacat
dalam pikiran sehingga merasa tenang serta damai. Kebahagiaan bersifat abstrak
dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat berhubungan dengan
kejiwaan dari yang bersangkutan. Kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu
pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas positif yang
disukai oleh individu (Seligman, 2005).
Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang
mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas positif
yang disukai oleh individu. Seligman (2005) mengklasifikasikan emosi positif
menjadi tiga kategori yaitu berhubungan dengan masa lalu, sekarang dan masa
depan. Emosi positif terkait dengan masa depan mencakup optimis, harapan,
keyakinan, dan kepercayaan. Emosi positif terkait masa lalu mencakup kepuasan,
pemenuhan, kebanggaan dan ketenangan sedangkan emosi positif berkaitan dengan
masa kini adalah kesenangan. Pada kontras yang lebih tinggi kesenangan berasal
dari kegiatan yang lebih kompleks dan mencakup perasaan seperti kebahagiaan.
Lebih lanjut, Seligman (dalam Lopez dan Snyder, 2002) menyebutkan kehidupan
yang menyenangkan dan bermakna dapat menghasilkan kebahagiaan yang berasal
dari pemanfaatan kekuatan- kekuatan psikologis.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, pada penelitian ini
peneliti menggunakan definisi kebahagiaan pernikahan menurut Gottman (1999)
16
kebahagiaan yang didasari pada rasa saling percaya, menghormati satu sama lain,
mengetahui dengan baik apa yang pasangan sukai dan tidak sukai, mengetahui
kepribadian, harapan, mimpi satu sama lain, serta pasangan tersebut mampu
mengekspresikan dengan baik hal-hal yang mereka inginkan .
2.1.2 Aspek-aspek Kebahagiaan Pernikahan
Menurut Gottman (1999) kebahagiaan pernikahan terdiri atas tiga aspek, yaitu:
a. Friendship And Intimacy
Terdiri dari love maps yang berfungsi untuk melindungi pernikahan. Karena
pasangan suami istri telah menjaga dengan baik kebiasaan dan telah
sungguh-sungguh menyadari kondisi perasaan dan pikiran pasangannya,
fondness and admiration merupakan kebiasaan berfikir yang positif
terhadap karakter pasangan, turning toward or away yaitu didasari pada
kondisi emosional, percintaan dan kehidupan seksual yang baik, emotional
distance and loneliness adalah kesalahan dasar yang dapat menyebabkan
munculnya kesalahan secara menyeluruh.
b. Conflict
Terdiri dari harsh start-up dimana kondisi ini terjadi ketika istri merasa
tidak direspon dengan baik oleh pasangannya, mengeluh dan mudah
marah. The four horsemen mengidentifikasikan empat jenis konflik negatif
yang terjadi pada pasangan. empat jenis konflik tersebut ialah kritikan,
penghinaan, pertahanan diri dan diam seribu bahasa. Gridlock on
perceptual issues pada bagian ini dijelaskan bahwa mimpi-mimpi antar
pasangan dapat menjadi penyebab munculnya konflik. Accepting influence
17
merupakan sikap dan kemampuan untuk menjaga hubungan baik dengan
cara memfokuskan perhatian pada pasangannya. Compromise dapat
membantu pasangan menemukan kedamaian setelah konflik terjadi.
c. Meaning
Shared Meaning Rituals merupakan salah satu komponen spiritual yang
berfungsi untuk menciptakan makna kebersamaan hidup. Shared
Meaning Roles berkaitan dengan peran yang dimainkan oleh suami istri,
yang dapat memunculkan keharmonisan, kebermaknaan dan ketegangan.
Shared Meaning Goals adalah perolehan/pencapaian yang diinginkan
oleh pasangan suami istri dalam kehidupan berumah tangga. Shared
Meaning Symbol merupakan salah satu komponen spiritual yang
menyangkut kepercayaan dan nilai-nilai.
Sedangkan menurut Seligman (2005) lima aspek utama kebahagiaan, yaitu:
a. Terjalinnya hubungan positif dengan orang lain
Hubungan positif bukan sekedar memiliki teman, pasangan, ataupun anak,
tetapi dengan menjalin hubungan yang positif dengan individu yang ada disekitar.
Hubungan positif akan tercipta bila adanya dukungan sosial yang membuat individu
mampu mengembangkan harga diri, meminimalkan masalah-masalah psikologis,
kemampuan pemecahan masalah yang adaptif, dan membuat individu menjadi
sehat secara fisik.
b. Keterlibatan Penuh
Keterlibatan penuh bukan hanya pada karir, tetapi juga dalam aktivitas lain
seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga. Melibatkan diri secara penuh, bukan
18
hanya fisik yang beraktivitas, tetapi hati dan pikiran juga turut serta dalam aktivitas
tersebut.
c. Penemuan makna dalam keseharian
Dalam keterlibatan penuh dan hubungan positif dengan orang lain tersirat
satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni menemukan makna dalam apapun yang
dilakukan. Individu yang bahagia akan menemukan makna disetiap apapun yang
dilakukannya.
d. Optimisme yang realistis
Individu yang optimis mengenai masa depan merasa lebih bahagia dan puas
dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi dirinya dengan cara yang
positif, akan memiliki kontrol yang baik terhadap hidupnya, sehingga memiiki
impian dan harapan yang positif tentang masa depan. Hal ini akan tercipta bila sikap
optimis yang dimiliki individu bersifat realistis.
e. Resiliensi
Orang yang berbahagia bukan berarti tidak pernah mengalami penderitaan.
Kebahagiaan tidak bergantung pada seberapa banyak peristiwa menyenangkan
yang dialami, melainkan sejauh mana seseorang memiliki resiliensi, yakni
kemampuan untuk bangkit dari peristiwa yang tidak menyenangkan sekalipun.
Carr (2004) membagi aspek kebahagiaan menjadi dua, yaitu:
a. Aspek afektif; aspek afektif yaitu menggambarkan pengalaman emosi dari
kesenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan
b. Aspek kognitif; aspek kognitif yaitu kepuasan dengan variasi domain
kehidupan.
19
Dengan demikian aspek kebahagiaan itu menggambarkan pengalaman emosi
yang positif selama dalam rentang kehidupan.
2.1.3 Faktor-faktor Pembentuk Kebahagiaan
Menurut Muhardeni (2018), faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan
adalah kepercayaan. Hal ini diperoleh dari hasil penelitiannya mengenai peran
intensitas komunikasi, kepercayaan, dan dukungan sosial terhadap kebahagiaan
pernikahan. Hasilnya menunjukkan bahwa kepercayaan sangat kuat dalam
menentukan kebahagiaan pernikahan dibandingkan variabel lainnya.
Faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan adalah harapan.
Menurut Rios (2010) harapan terhadap pasangan dan diri sendiri berhubungan
dengan kebahagiaan pernikahan. Apabila harapan terpenuhi maka kebahagiaan
pernikahan akan meningkat.
Menurut Seligman (2005) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kebahagiaan, yaitu:
a. Pernikahan
Pernikahan terkadang dicerca sebagai belenggu dan terkadang dipuji sebagai
kenikmatan abadi. Tidak satupun dari kedua penggambaran itu tepat sasaran.
Namun, secara keseluruhan, data-data lebih mendukung penggambaran yang
kedua. Tidak seperti uang, yang hanya sedikit pengaruhnya, pernikahan sangat erat
hubungannya dengan kebahagiaan.
b. Uang
Penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaannya, lebih
daripada uang itu sendiri. Orang yang menempatkan uang diatas tujuan lainnya
20
kurang puas dengan penghasilan mereka dan dengan kehidupan mereka secara
keseluruhan.
c. Kehidupan Sosial
Dalam penelitian Seligman dan Ed Diener tentang orang - orang yang sangat
bahagia, ditemukan bahwa semua orang (kecuali satu) yang termasuk dalam 10%
orang yang paling berbahagia, sedang terlibat dalam hubungan romantis. Orang
yang sangat bahagia jauh berbeda dengan orang rata-rata dan orang yang tidak
bahagia, yaitu orang yang menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan.
d. Emosi negatif
Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dan emosi negatif. Ini
berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, seseorang mungkin memiliki lebih
sedikit emosi positif. Demikian pula, meskipun seseorang memiliki banyak emosi
positif dalam hidup, tidak berarti seseorang tersebut sangat terlindungi dari
kepedihan.
e. Usia
Dalam kajian terkenal yang dilakukan 35 tahun lalu oleh Wilson, kemudaan
dianggap senantiasa mencerminkan keadaan lebih berbahagia. Kini, kemudaan
tidak lagi dinilai sedemikian tingginya. Begitu para peneliti menelaah data-data itu
secara lebih teliti, lenyaplah anggapan bahwa orang muda lebih berbahagia.
f. Kesehatan
Seseorang mengira bahwa kesehatan merupakan kunci menuju kunci kebahagiaan,
karena kesehatan yang bagus biasanya dinilai sebagai segi terpenting dalam
kehidupan manusia. Namun ternyata, kesehatan objektif yang baik tidak begitu
21
berkaitan dengan kebahagiaan; yang penting adalah persepsi subjektif seseorang
terhadap seberapa sehat diri seseorang tersebut.
g. Pendidikan, iklim, ras, dan jenis kelamin
Meskipun merupakan sarana untuk mencapai penghasilan yang lebih tinggi,
pendidikan bukanlah sarana menuju kebahagiaan yang lebih besar, kecuali hanya
terjadi dikalangan mereka yang berpenghasilan rendah. Begitu pula, kecerdasan
tidak mempengaruhi kebahagiaan. Jenis kelamin, sebagaimana yang telah Seligman
katakan, memiliki hubungan yang mengherankan dengan suasana hati. Tingkat
emosi rata-rata laki-laki dan perempuan tidak berbeda. Yang mengherankan,
perempuan lebih bahagia dan sekaligus lebih sedih daripada laki-laki.
h. Agama
Relevansi yang paling langsung tampak pada fakta bahwa data survei secara
konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih
puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius.
Faktor pengaruh kebahagiaan pernikahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kepercayaan yang merupakan hasil temuan Muhardeni (2018), dan harapan
yang merupakan hasil temuan Rios (2010). Berdasarkan faktor-faktor yang
dipaparkan di atas oleh Muhardeni (2018), menunjukan bahwa kepercayaan sangat
kuat dengan kebahagiaan pernikahan sehingga hal tersebut pun menarik menjadi
menarik untuk diteliti dan dengan faktor harapan peneliti ingin mengetahui harapan
terhadap pasangan maka penelitian ini akan berfokus pada apa yang mempengaruhi
kebahagiaan pernikahan dengan menggunakan variabel yang diambil berdasarkan
faktor-faktor di atas serta penelitian sebelumnya.
22
2.1.4 Skala Pengukuran Kebahagiaan Pernikahan
1. Marital Happiness
Alat ukur ini dikembangkan oleh Johnson, White, Edwards dan booth
(dalam frisco dan williams, 2003). Terdiri dari 11 item dengan rentang skala
berjumlah tiga (sangat bahagia, agak bahagia, tidak bahagia).
2. Skala Kebahagiaan Pernikahan
Alat ukur ini merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Gottman
meliputi perasaan positif pada beberapa aspek penentu kebahagiaan
(1999). Aspek tersebut meliputi friendship and intimacy, conflict dan
meaning.
3. Marital Happiness Scale (MHS)
Alat ukur ini merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Azrin dan
Jones (1973). Terdiri dari 10 aspek kebahagiaan pasangan suami istri,
meliputi: household responsibility, Rearing of children, Social activities,
Money, Communication, Sex, Academic (or occupational) progress,
Personal independence, Spouse independence, General happiness.
Dari ketiga alat ukur diatas, dalam penelitian ini peneliti memilih alat ukur
yang digunakan adalah skala kebahagiaan pernikahan Gottman (1999) meliputi
perasaan positif pada beberapa aspek penentu kebahagiaan yang memiliki aspek
friendship and intimacy, conflict dan meaning.
23
2.2 Kepercayaan
2.2.1 Definisi Kepercayaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepercayaan merupakan harapan dan
keyakinan seseorang akan kejujuran, kebaikan dan lain sebagainya dari orang lain
(kbbi.web.id). Kepercayaan merupakan sebuah keyakinan, kepedulian terhadap
pasangan, dan sebagai kekuatan hubungan (Rempel, dkk., 1985).
Menurut Johnson & Johnson (1997) kepercayaan merupakan aspek dalam
suatu hubungan dan secara terus menerus berubah. Selain itu kepercayaan
merupakan dasar dalam membangun dan mempertahankan hubungan intrapersonal.
Trust terhadap pasangan akan meningkat apabila pasangan dapat memenuhi
pengharapan individu dan bersungguh-sungguh peduli terhadap pasangan ketika
situasi memungkinkan individu untuk tidak memperdulikan mereka (Rempel,
1985).
Definisi kepercayaan menurut Ramadhini dan Hendriani (2015) adalah
keyakinan dan kepedulian terhadap pasangan serta kekuatan sebuah hubungan.
Keyakinan ini tidak hanya mencerminkan penilaian intelektual dari kemungkinan
bahwa pasangan akan bertindak seperti yang diharapkan tetapi juga pengalaman
emosional dan jaminan perilaku serta motif pasangan. Rotter (1967)
mengungkapkan bahwa kepercayaan adalah kata-kata harapan yang dipegang oleh
seseorang atau kelompok.
Menurut Arida (2010) kepercayaan adalah keyakinan dan kesediaan
seseorang untuk mempercayai integritas, kemampuan, karakter dan kebenaran yang
dimiliki oleh pihak lain. Dalam mempercayai pihak lain tersebut terdapat resiko
24
harapan dan kepercayaanya tidak terpenuhi. Dalam mempercayai seseorang ada
dua hal yang terjadi yaitu kemampuan untuk mempercayai orang lain dan kesediaan
untuk mengambil resiko.
Yamagishi (1998) memformulasikan kepercayaan sebagai anggapan bahwa
setiap orang tidak bermaksud negatif terhadap dirinya. Ini apa yang disebut
kepercayaan secara umum. Untuk mempercayai orang lain, individu memiliki
indikator kepercayaan diri berdasarkan tingginya kepekaan dan keterampilan untuk
membedakan antara perasaan dapat dipercaya dan tidak dipercaya. Pada dasarnya
semua orang dapat dipercaya hingga suatu hal tertentu membuat individu tersebut
tidak dapat dipercaya lagi.
Dari beberapa uraian mengenai definisi kepercayaan di atas, peneliti
menggunakan definisi kepercayaan menurut Johnson & Johnson (1997) dan dapat
disimpulkan bahwa kepercayaan pada pasangan dapat diartikan sebagai perasaan
saling percaya dalam mempertahankan hubungan intrapersonal, keyakinan dan
kepedulian terhadap pasangan serta kekuatan sebuah hubungan. Kepercayaan
pasangan juga merupakan keyakinan bahwa pasangan akan bertindak seperti yang
diharapkan berdasarkan pada pengalaman kedua pasangan dalam menjalani
hubungan sebelumnya. Sehingga kepercayaan menjadi salah satu faktor pembentuk
kebahagiaan pernikahan.
2.2.2 Aspek-aspek Kepercayaan
Menurut Johnson dan Johnson (1997) terdapat lima aspek utama dalam
kepercayaan, yaitu sebagai berikut:
a. Keterbukaan (Openness)
25
Keterbukaan meliputi kesediaan individu untuk berbagi informasi, ide,
pemikiran, perasaan, pendapat, dan reaksi terhadap hal yang sedang dialami.
b. Berbagi (Sharing)
Berbagi berarti kesediaan individu untuk membagikan bantuan emosional dan
sumber daya yang dimilikinya kepada orang lain untuk membantu pencapaian
tujuan bersama.
c. Penerimaan (Acceptance)
Penerimaan berarti melakukan komunikasi dengan orang lain dan menghargai
pendapat orang lain tersebut tentang suatu hal yang sedang dibicarakan.
d. Dukungan (Support)
Dukungan meliputi komunikasi yang dilakukan individu dengan orang lain
sehingga orang lain mengenal kelebihannya dan percaya bahwa orang lain
tersebut mampu mengatur secara produktif situasi di mana mereka berada dan
percaya bahwa dia mempunyai kapabilitas yang dibutuhkan dalam
menjalankan hubungan intrapersonal.
e. Bekerjasama (Cooperative Intentions)
Bekerja sama meliputi harapan individu untuk bisa bersikap kooperatif dan
bahwa orang lain juga akan bersikap kooperatif untuk mencapai tujuan
bersama.
Jadi ketika kita dan pasangan sudah memenuhi kelima aspek tersebut, maka kita
dan pasangan telah memiliki mutual trust satu dengan lainnya.
26
Menurut Rempel dkk (1985) terdapat tiga komponen utama dalam kepercayaan
pada pasangan, yaitu sebagai berikut:
a. Dependability (ketergantungan), mengacu pada kepercayaan dalam diri
seseorang bahwa pasangannya peduli dan memberikan respon terhadap
kebutuhan, tujuan dan keinginannya. Komponen ini juga mencakup harapan
positif seseorang terkait dengan ketersediaan pasangan, sikap responsif dan
perhatiannya.
b. Predictability (keadaan dapat diprediksi). Komponen ini merupakan keyakinan
seseorang bahwa pasangan akan berperilaku konsisten dan sesuai dengan yang
telah diprediksi. Prediksi ini dapat diketahui berdasarkan interaksi yang
dilakukan dengan pasangan, pengalaman dan proses belajar dari hubungan
yang dijalani. Komponen ini juga berhubungan dengan sejauh mana
pengalaman bersama pasangan membentuk konsistensi dan kontrol atas
perilaku yang ditampilkan pasangan (Rempel dkk, 1985).
c. Faith (keyakinan). Komponen ini merupakan keyakinan seseorang bahwa
pasangan akan menjaga komitmen dan kesetiaan, dapat dipercaya pada janji
yang telah diberikan serta berani mengambil resiko atau keputusan terkait
dengan masa depan. Bentuk keyakinan ini tidak didasarkan pada pengalaman
masa lalu dalam hubungan, namun lebih cenderung pada kepercayaan dalam
diri individu terhadap komitmen pasangan. Keyakinan dalam hubungan perlu
dibangun dengan kuat sejalan dengan kepercayaan yang ada pada masing-
masing pasangan (Ramadhini & Hendriani, 2015).
27
Menurut Rakhmat (dalam Arida, 2010) terdapat beberapa aspek dalam
kepercayaan, diantaranya yaitu aspek karakteristik, hubungan kekuasaan, sifat dan
kualitas komunikasi, sikap menerima, empati, kejujuran.
2.2.3 Skala Pengukuran Kepercayaan
1. Skala kepercayaan
Skala kepercayaan yang disusun berdasarkan aspek kepercayaan yang
dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (1997) meliputi keterbukaan
(openess), saling berbagi (sharing), penerimaan (acceptance), dukungan
(support) serta niat untuk bekerja sama (cooperative intentions).
2. Skala Kepercayaan Terhadap Pasangan
Skala dari kepercayaan yang digunakan menggunakan komponen dalam
kepercayaan menurut Rempel dkk (1985) yaitu keadaan dapat diramalkan
(Predictability), Keadaan dapat diandalkan (Dependability), Keyakinan
(Faith).
3. Trust Scale
Kuesioner dengan 5 item yang dirancang untuk mengukur tingkat
kepercayaan individu secara umum terhadap orang lain. Ini secara khusus
dirancang untuk mengukur dua faktor utama itu bentuk kepercayaan umum:
(1) keyakinan bahwa orang lain pada dasarnya bersifat jujur dan (2) percaya
bahwa untuk mempercayai orang lain itu beresiko. Item-item dari skala ini
sebagian berasal dari Yamagishi dan Skala Ketakutan Sato (1986) dan
sebagian dari skala kepercayaan Yamagishi dan Sato (1986).
28
Dari ketiga alat ukur diatas, dalam penelitian ini peneliti memilih alat ukur yang
digunakan adalah skala kepercayaan yang disusun berdasarkan aspek kepercayaan
yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (1997) meliputi keterbukaan
(openess), saling berbagi (sharing), penerimaan (acceptance), dukungan (support)
serta niat untuk bekerja sama (cooperative intentions).
2.3 Harapan
2.3.1 Definisi Harapan
Menurut Snyder, Shorey, dkk (2002) harapan dapat didefinisikan sebagai “proses
dari pemikiran satu tujuan, dengan motivasi untuk mendapatkan tujuan-tujuan
tersebut (agency), dan cara-cara untuk meraih tujuan-tujuan tersebut (pathways)”.
Snyder, et al (1996) menjelaskan hope sebagai sekumpulan kognitif yang didasari
pada hubungan timbal-balik antara agency dan pathway. Menurut Snyder (2002),
harapan adalah keseluruhan daya kehendak (willpower/agency) dan strategi
(waypower/pathway) yang dimiliki individu untuk mencapai sasaran.
Menurut Linley dan Joseph (2004) harapan mencerminkan persepsi individu
terkait kapasitas mereka untuk mengkonseptualisasikan tujuan-tujuan secara jelas,
mengembangkan strategi spesifik untuk mencapai tujuan tersebut (pathways
thinking), menginisiasi dan mempertahankan motivasi untuk menggunakan strategi
tersebut (agency thinking). Snyder, Harris, dkk (1991) menjelaskan harapan
sebagai sekumpulan kognitif yang didasarkan pada hubungan timbal-balik antara
agency (penentu perilaku yang berorientasi tujuan) dan pathway (rencana untuk
mencapai tujuan).
29
Snyder (dalam Carr, 2004) mengkonsepkan harapan ke dalam dua komponen,
yaitu kemampuan untuk merencanakan jalur untuk mencapai tujuan yang
diinginkan (pathway) dan agency atau motivasi untuk menggunakan jalur tersebut.
Harapan merupakan keseluruhan dari kedua komponen tersebut. Berdasarkan
konsep ini, harapan akan menjadi lebih kuat jika harapan ini disertai dengan adanya
tujuan yang bernilai yang memiliki kemungkinan untuk dapat dicapai,bukan
sesuatu yang mustahil dicapai.
Menurut Herth dan Snyder (dalam Drach-Zahavy, 2002) harapan adalah suatu
proses terhadap pencapaian tujuan di masa depan yang ditentukan oleh pentingnya
tujuan tersebut bagi seseorang dan motivasi dalam bertindak untuk meraih tujuan.
Pemahaman terhadap konsep harapan berkembang menurut Farran, Herth, dan
Popovitch, Snyder (dalam Drach-Zahavy, 2002) melakukan meta-analisis terhadap
beberapa definisi yang ada dan mengemukakan bahwa harapan merupakan suatu
pengalaman dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, pada penelitian ini peneliti
menggunakan definisi harapan menurut Snyder (2002).
2.3.2 Aspek-aspek Harapan
Menurut Snyder (2002), aspek-aspek yang terkandung dalam teori harapan yaitu:
a. Pathway Thinking
Untuk dapat mencapai tujuan maka individu harus memandang dirinya sebagai
individu yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan suatu jalur untuk
mencapai tujuan. Proses ini yang dinamakan pathway thinking, yang menandakan
30
kemampuan seseorang untuk mengembangkan suatu jalur untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pathway thinking mencakup pemikiran mengenai kemampuan
untuk menghasilkan satu atau lebih cara yang berguna untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Beberapa jalur yang dihasilkan akan berguna ketika individu
menghadapi hambatan, dan orang yang memiliki harapan yang tinggi merasa
dirinya mampu menemukan beberapa jalur alternatif dan umumnya mereka sangat
efektif dalam menghasilkan jalur alternatif (Snyder, 2002).
b. Agency Thinking
Komponen motivasional pada teori harapan adalah agency, yaitu kapasitas untuk
menggunakan suatu jalur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Agency
mencerminkan persepsi individu bahwa dia mampu mencapai tujuannya melalui
jalur-jalur yang dipikirkannya, agency juga dapat mencerminkan penilaian individu
mengenai kemampuannya bertahan ketika menghadapi hambatan dalam mencapai
tujuannya. Orang yang memiliki harapan tinggi menggunakan self-talk seperti
“Saya dapat melakukan ini” dan “Saya tidak akan berhenti sampai disini”. Agentic
thinking penting dalam semua pemikiran yang berorientasi pada tujuan, namun
akan lebih berguna pada saat individu menghadapi hambatan. Ketika individu
menghadapi hambatan, agency membantu individu menerapkan motivasi pada jalur
alternatif terbaik (Irving, Snyder, & Crowson dalam Snyder, Rand & Sigmon,
2002). Komponen agency dan pathway saling memperkuat satu sama lain sehingga
satu sama lain saling mempengaruhi dan dipengaruhi secara berkelanjutan dalam
proses pencapaian tujuan.
31
Weil (2000) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa terdapat beberapa
aspek yang terdapat dalam teori harapan, yaitu: (a) dukungan sosial, harapan
memiliki kaitan erat dengan dukungan sosial. Dalam penelitiannya mengenai
pasien yang menderita penyakit kronis (Weil, 2000) mengatakan bahwa keluarga
dan teman pada umumnya diidentifikasikan sebagai sumber harapan untuk para
penderita penyakit kronis dalam beberapa aktivitas seperti mengunjungi suatu
tempat, mendengarkan, berbicara dan memberikan bantuan secara fisik.
Sebaliknya, kurangnya ikatan sosial diatribusikan sebagai hasil kesehatan yang
lebih buruk seperti peningkatan morbidity dan kematian awal. Individu
mengekspresikan perasaan tidak berdaya ketika mereka tidak mampu
berkomunikasi dengan orang lain. (b) kepercayaan religius, telah diidentifikasikan
sebagai sumber utama harapan. Kepercayaan religius dijelaskan sebagai
kepercayaan dan keyakinan seseorang pada hal positif atau menyadarkan individu
pada kenyataan bahwa terdapat sesuatu atau tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya untuk situasi individu saat ini. (c) kontrol, mempertahankan kontrol
merupakan salah satu bagian dari konsep harapan. Mempertahankan kontrol dapat
dilakukan dengan cara tetap mencari informasi, menentukan nasib sendiri, dan
kemandirian yang menimbulkan perasaan kuat pada harapan individu. Harapan
dapat dikorelasikan dengan keinginan dalam kontrol, kemampuan untuk
menentukan, menyiapkan diri untuk melakukan antisipasi terhadap stres,
kepemimpinan, dan menghindari ketergantungan.
Sedangkan menurut Post-White, dkk (1996 dalam Kemp 1999) aspek
harapan adalah:
32
1. Menemukan makna melalui iman atau spiritualitas
2. Memiliki hubungan yang menguatkan
3. Mengandalkan sumber dalam diri
4. Menjalani kehidupan setiap hari
5. Mengantisipasi kelangsungan hidup di masa depan
2.3.3 Skala Pengukuran Harapan
1. The Adult Dispositional (Trait) Hope Scale (Snyder, Harris, et al., 1991)
merupakan self report dimana untuk mengisinya, subjek diminta untuk
membayangkan dirinya berada pada situasi dan waktu tertentu. Oleh sebab
itu, The Adult Dispositional (Trait) Hope Scale juga biasa disebut The
Future Scale. The Adult Dispositional (Trait) Hope Scale memiliki 12 item,
4 item untuk komponen agency thinking (willpower), 4 item untuk
komponen pathway thinking (waypower), dan 4 item distraktor.
2. The Adult State Hope Scale (Snyder et al., 1996) juga merupakan self report,
namun hal yang membedakan dibandingkan dengan The Adult
Dispositional (Trait) Hope Scale adalah untuk mengisinya subjek diminta
untuk mendeskripsikan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka pada
‘saat ini’. The Adult State Hope Scale memiliki 6 item, 3 item untuk
komponen agency thinking (willpower), dan 3 item untuk komponen
pathway thinking (waypower).
3. Herth Hope Index (HHI) merupakan 12 item yang dikembangkan oleh
Herth untuk mengukur harapan. Validitas dan keandalan instrumen ini telah
diverifikasi (Herth, 1992). Item HHI, seperti "Saya punya pandangan positif
33
tentang kehidupan "dan" Saya memiliki gol yang pendek atau gol yang
jauh” dinilai menggunakan 4 poin skala Likert mulai dari 1 (sangat tidak
setuju) hingga 4 (Sangat setuju).
Peneliti menggunakan Adult Dispositional (Trait) Hope Scale dalam penelitian ini
dengan sedikit modifikasi dan adaptasi.
2.4 Kerangka Berpikir
Menikah adalah kehidupan bersama seorang laki-laki dan perempuan yang
menjalani hubungan lahir batin dan membangun sebuah keluarga. Tujuan utama
dari pernikahan adalah memperoleh kebahagiaan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Stutzer dan Frey (2003), orang yang menikah itu lebih bahagia
dibandingkan dengan orang yang belum menikah.
Kebahagiaan dalam pernikahan merupakan hal yang diinginkan oleh setiap
pasangan. Kebahagiaan pernikahan menurut Gottman (1999) adalah kebahagiaan
yang didasari pada rasa saling percaya, menghormati satu sama lain, mengetahui
dengan baik apa yang pasangan sukai dan tidak sukai, mengetahui kepribadian,
harapan, mimpi satu sama lain, serta pasangan tersebut mampu mengekspresikan
dengan baik hal-hal yang mereka inginkan.
Lalu bagaimana dengan kebahagiaan pernikahan pada buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh. Pada umumnya, keluarga yang baru terbentuk
tersebut tinggal dalam satu atap atau rumah bersama dengan anak-anak mereka atau
bersama keluarga besar di lingkungan yang sama. Namun seiring dengan perubahan
waktu, individu terpaksa mengikuti tuntutan kehidupan dimana bisa saja melakukan
migrasi karena beberapa faktor. Faktor umum yang biasanya terjadi adalah karena
34
tuntutan pekerjaan, pendidikan yang mengharuskan salah seorang dari pasangan
pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri dan mulai menjalin hubungan jarak jauh.
Hal ini akan membuat individu beradaptasi dengan kehidupan rumah tangga nya
yang berbeda dengan kebanyakan orang. Banyak perubahan yang terjadi baik
perubahan fisiologis maupun psikologis, keterasingan pasangan dari satu sama lain
dan orang tua dengan anak-anak, biaya telepon yang tinggi, komunikasi yang
buruk, kehilangan kesempatan untuk memiliki anak dan mengasuh, keuangan yang
kurang, zona waktu berbeda, kecurigaan, ketidakpercayaan, perselingkuhan dan
ketidakjujuran, ini semua akan menimbulkan kecemasan, stress dan depresi
sehingga menunrukan tingkat kebahagiaan pernikahan buruh migran yang
menjalani hubungan jarak jauh. Oleh sebab itu, munculah pertanyaan yang menjadi
fokus dalam penelitian ini yaitu akan melihat bagaimana pengaruh dari kepercayaan
dan harapan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani
hubungan jarak jauh.
Dalam penelitian peneliti menguji variabel kepercayaan. Beberapa penelitian
terdahulu menemukan bahwa individu yang memiliki kepercayaan pada pasangan
kepuasan hidupnya lebih tinggi dan cenderung bahagia. Hal ini dapat dijelaskan
karena kepercayaan kepercayaan merupakan faktor penting yang dapat
mempertahankan dan menjaga kebahagiaan bagi pasangan yang tinggal satu rumah
maupun tidak tinggal dalam satu rumah, kepercayaan adalah keyakinan dan
kepedulian terhadap pasangan serta kekuatan sebuah hubungan (Ramadhini dan
Hendriani , 2015). Memiliki kepercayaan yang tinggi akan memudahkan dalam
menjalani hubungan jarak jauh karena pasangan akan tetap merasakan aman dan
35
nyaman walaupun tidak tinggal satu rumah dan pasangan juga dapat mencapai
kebahagiaan pernikahan. Apabila salah satu pasangan mulai tidak percaya dan tidak
saling terbuka, maka pasangan yang lain akan merasa tidak aman dan nyaman
(Tescher, 2010).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori dari Johnson & Johnson
(1997) mengembangkan lima aspek dalam kepercayaan yaitu : (a). Openness,
merupakan dimensi yang mengukur kesediaan individu untuk berbagi informasi,
ide, pemikiran, perasaan, pendapat, dan reaksi terhadap hal yang sedang dialami.
Bagi setiap pasangan, saling terbuka adalah hal yang baik dalam menjalankan
komunikasi sehari-hari untuk mencapai keutuhan rumah tangganya. Peneliti
memiliki dugaan dimensi ini akan memberikan pengaruh positif terhadap
kebahagiaan pernikahan. (b) Sharing, merupakan dimensi yang mengukur
kesediaan individu untuk membagikan bantuan emosional dan sumber daya yang
dimilikinya kepada orang lain untuk membantu pencapaian tujuan bersama.
Pasangan yang senang melakukan sharing bersama akan leibih mudah memiliki
kepercayaan pada pasangan lainnya. Oleh karena itu, peneliti memiliki dugaan
bahwa dimensi ini akan memberikan pengaruh positif terhadap kebahagiaan
pernikahan. (c) Acceptance, merupakan dimensi yang mengukur komunikasi
dengan orang lain dan menghargai pendapat orang lain tersebut tentang suatu hal
yang sedang dibicarakan. Menghargai pendapat orang lain adalah keinginan setiap
pasangan dalam menjalankan sebuah hubungan. Oleh karena itu, peneliti memiliki
dugaan bahwa dimensi ini akan memberikan pengaruh positif terhadap kebahagiaan
pernikahan. (d) Support merupakan dimensi yang mengukur komunikasi yang
36
dilakukan individu dengan orang lain sehingga orang lain mengenal kelebihannya
dan percaya bahwa orang lain tersebut mampu mengatur secara produktif situasi di
mana mereka berada dan percaya bahwa dia mempunyai kapabilitas yang
dibutuhkan dalam menjalankan hubungan intrapersonal. Oleh karena itu, peneliti
memiliki dugaan bahwa dimensi ini akan memberikan pengaruh positif terhadap
kebahagiaan pernikahan. (e) Cooperative Intentions, Bekerja sama meliputi
harapan individu untuk bisa bersikap kooperatif dan bahwa orang lain juga akan
bersikap kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, peneliti
memiliki dugaan bahwa dimensi ini akan memberikan pengaruh positif terhadap
kebahagiaan pernikahan.
Dari semua dimensi ini maka peneliti memiliki dugaan bahwa akan
berdampak pada buruh migran yang sedang menjalani hubungan jarak jauh. Dan
dimensi ini dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga membentuk
kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh.
Variabel kedua dalam penelitian ini adalah harapan. Menurut Snyder
(2002), harapan adalah keseluruhan daya kehendak (willpower/agency) dan strategi
(waypower/pathway) yang dimiliki individu untuk mencapai tujuan. Harapan ada
ketika seseorang mengharap yang terbaik untuk masa depan dan menjadi percaya
diri menghadapi hambatan, gigih berjuang mengatasinya, dan berani menghadapi
kegagalan (Aspinwall dan Staudinger, 2003). Harapan terhadap pasangan dan diri
sendiri berhubungan dengan kebahagiaan pernikahan, apabila harapan terpenuhi
maka kebahagiaan pernikahan akan meningkat (Rios, 2010). Pasangan suami istri
yang mengalami hubungan jarak jauh tentu akan memiliki harapan yang tinggi
37
untuk bisa berjumpa atau kembali tinggal bersama dalam satu rumah. Memiliki
harapan tentu saja akan membuat kehidupan pernikahan terasa lebih bahagia,
karena adanya keyakinan terhadap satu sama lain dan adanya tujuan yang ingin
dicapai bersama.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori dari Snyder (2002), aspek-
aspek yang terkandung dalam teori harapan yaitu: (a) Pathway Thinking, dimensi
ini mengukur untuk dapat mencapai tujuan maka individu harus memandang
dirinya sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan suatu
jalur untuk mencapai tujuan. Proses ini yang dinamakan pathway thinking, yang
menandakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan suatu jalur untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pada pasangan yang sudah menikah memiliki
kemampuan untuk mencapai tujuan adalah hal yang bermanfaat dalam kehidupan
rumah tangganya. Tujuan dapat dicapai bersama sebagai suami istri. Oleh karena
itu, peneliti memiliki dugaan bahwa dimensi ini akan memberikan pengaruh positif
terhadap kebahagiaan pernikahan. (b) Agency Thinking, dimensi ini mengukur
persepsi individu bahwa inidividu mampu mencapai tujuannya melalui jalur-jalur
yang dipikirkannya, agency juga dapat mencerminkan penilaian individu mengenai
kemampuannya bertahan ketika menghadapi hambatan dalam mencapai tujuannya.
Bagi pasangan menghadapi hambatan bersama akan lebih mudah dibandingkan
dengan menghadapinya sendiri. Oleh karena itu, peneliti memiliki dugaan bahwa
dimensi ini akan memberikan pengaruh positif terhadap kebahagiaan pernikahan.
Kerangka berpikir yang dipaparkan diatas selanjutnya dapat dilihat pada
bagan berikut:
38
Gambar 2.1 Pengaruh kepercayaan dan harapan terhadap kebahagiaan
pernikahan pasangan LDR
Kebahagiaan Pernikahan Buruh Migran yang
Menjalani Hubungan Jarak Jauh
Openness
Sharing
Acceptance
Support
Cooperative Intentions
Pathway Thinking
Agency Thinking
Harapan
Kepercayaan
39
2.5 Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis mayor:
Terdapat pengaruh signifikan dari aspek kepercayaan (openness, sharing,
acceptance, support, cooperative intentions) dan aspek harapan (pathway thinking,
agency thinking) terhadap kebahagiaan pernikahan suami istri yang menjalani
hubungan jarak jauh.
Hipotesis minor:
H1: Terdapat pengaruh signifikan dimensi opennes dari variabel kepercayaan
terhadap kebahagiaan pernikahan suami istri yang sedang menjalani hubungan
jarak jauh
H2: Terdapat pengaruh signifikan dimensi sharing dari variabel kepercayaan
terhadap kebahagiaan pernikahan suami istri yang sedang menjalani hubungan
jarak jauh
H3: Terdapat pengaruh signifikan dimensi acceptance dari variabel kepercayaan
terhadap kebahagiaan pernikahan suami istri yang sedang menjalani hubungan
jarak jauh
H4: Terdapat pengaruh signifikan dimensi support dari variabel kepercayaan
terhadap kebahagiaan pernikahan suami istri yang sedang menjalani hubungan
jarak jauh
40
H5: Terdapat pengaruh signifikan dimensi cooperative intentions dari variabel
kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan suami istri yang sedang menjalani
hubungan jarak jauh
H6: Terdapat pengaruh signifikan dimensi pathway thinking dari variabel harapan
terhadap kebahagiaan pernikahan suami istri yang sedang menjalani hubungan
jarak jauh
H7: Terdapat pengaruh signifikan dimensi agency thinking dari variabel harapan
terhadap kebahagiaan pernikahan suami istri yang sedang menjalani hubungan
jarak jauh
41
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan populasi dan sampel penelitian, teknik sampling, variabel
penelitian, instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk dan hasilnya serta
teknik analisis data.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini ialah buruh migran dengan status menikah yang sedang
menjalani hubungan jarak jauh dikarenakan saat ini sedang bekerja di luar negri.
3.1.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buruh migran dengan status
menikah yang sedang menjalani hubungan jarak jauh dikarenakan saat ini sedang
bekerja di luar negri. Jumlah sampel adalah 202.
Peneliti melakukan pengambilan sampel di daerah Anyer pada tanggal 12
Oktober 2019, dan didapatkan 40 sampel. Pada saat peneliti sedang melakukan
pengambilan sampel sedang ada pelatihan untuk para TKI di daerah Anyer, mereka
diberikan ilmu yang berbeda untuk menuju negara yang berbeda. Peneliti juga
melakukan pengambilan sampel di daerah Madiun pada tanggal 26 Oktober 2018
dengan cara mengunjungi rumah warga yang bekerja sebagai buruh migran dan
sedang pulang ke Indonesia, peneliti juga mengunjungi pusat pelatihan buruh
migran di Madiun. Peneliti mendapatkan 74 sampel di Madiun. Sisanya peneliti
menggunakan google docs untuk mengumpulkan sampel. Google docs disebar dari
Juli 2018 hingga akhir Desember 2018. Data yang didapatkan sebanyak 88 sampel.
42
Peneliti menghubungi satu persatu buruh migran yang sedang bekerja diluar negri
melalui aplikasi chat whatsapp dan kemudian meminta bantuan buruh migran untuk
bersedia mengisi google docs.
3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non
probability sampling yaitu dengan purposive sampling yakni pemilihan sampel
yang berdasarkan pada tujuan-tujuan tertentu asalkan tidak menyimpang dari ciri-
ciri sampel (Sugiyono, 2014), karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang
sesuai dengan yang telah peneliti tentukan. Adapun kriteria-kriteria yang dijadikan
sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Individu yang sudah menikah dan salah satu atau keduanya bekerja sebagai
buruh migran di luar negeri.
2. Responden adalah buruh migran yang meninggalkan keluarga untuk bekerja ke
luar negri.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (dependent variable) dan
variabel bebas (independent variable).
Adapun variabel-variabel tersebut adalah:
a. Variabel terikat (dependent variable), yaitu kebahagiaan pernikahan
b. Variabel bebas (independent variable), yaitu aspek-aspek dari:
- Kepercayaan: (openess, sharing, Acceptance, support, cooperative
intentions).
43
- Harapan : ( pathway thinking, agency thinking)
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Kebahagiaan pernikahan: rasa yang didasari oleh kepercayaan,
menghormati satu sama lain, mengetahui dengan baik apa yang pasangan
sukai dan tidak sukai, mengetahui kepribadian, harapan, mimpi satu sama
lain, serta pasangan tersebut mampu mengekspresikan dengan baik hal-hal
yang mereka inginkan (Gottman, 1999). Secara operasional diukur dengan
skala kebahagiaan pernikahan yang dikembangkan oleh penulis beberapa
aspek penentu kebahagian pernikahan menurut Gottman (1999). Aspek
tersebut meliputi friendship and intimacy dengan indikator saling
memahami, conflict dengan indikator pengelolaan persepsi dan meaning
dengan indikator berbagi makna kebersamaan.
2. Kepercayaan: kepercayaan merupakan aspek dalam suatu hubungan dan
secara terus menerus berubah. Kepercayaan pada pasangan dapat diartikan
sebagai perasaan saling percaya dalam mempertahankan hubungan
intrapersonal, keyakinan dan kepedulian terhadap pasangan serta kekuatan
sebuah hubungan (Johnson & Johnson, 1997). Secara operasional diukur
dengan skala kepercayaan yang dikembangkan oleh penulis berdasarkan
aspek kepercayaan yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (1997).
Aspek-aspek tersebut meliputi keterbukaan (openess) dengan indikator
diskusi secara terbuka antar pasangan, saling berbagi (sharing) dengan
indikator sharing antara pasangan, penerimaan (acceptance) dengan
44
indikator menerima keadaan pasangan apa adanya, dukungan (support)
dengan indikator memberi dukungan kepada pasangan, serta niat untuk
bekerja sama (cooperative intentions) dengan indikator memiliki keinginan
untuk bekerja sama dengan pasangan.
3. Harapan: harapan adalah proses dari pemikiran satu tujuan, dengan motivasi
untuk mendapatkan tujuan-tujuan tersebut (agency), dan cara-cara untuk
meraih tujuan-tujuan tersebut (pathways) (Snyder, 2002). Secara
operasional diukur dengan Adult Disposition Hope Scale yang diadaptasi
dan dimodifikasi dari Snyder (1991). Aspek-aspek tersebut meliputi
pathway thinking dengan indikator yakin pada diri sendiri, agency thinking
dengan indikator mampu menghadapi situasi sulit dan distractor dengan
indikator cenderung menunjukkan sikap hidup yang pesimistis.
3.3 Instrumen Penelitian
3.3.1 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data menggunakan self inventory yang berupa kuesioner
dengan tiga bentuk skala pernyataan yaitu skala kebahagiaan pernikahan,
kepercayaan dan harapan. Skala yang digunakan adalah model skala Likert, yaitu
pernyataan pendapat yang disajikan kepada responden yang memberikan indikasi
pernyataan setuju atau tidak setuju. Jawaban dari setiap item instrument ini
memiliki rentang dari tertinggi (sangat positif) sampai terendah (sangat negatif).
Tiap item diukur melalui empat kategori jawaban yaitu “Sangat Setuju” (SS),
“Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS), dan “Sangat Tidak Setuju” (STS). Hal ini
45
dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan (central tendency) atau
menghindari jumlah respon yang bersifat netral.
Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari pernyataan positif (favorable),
pernyataan negatif (unfavorable) dan distraktor. Skor tertinggi diberikan pada
pilihan jawaban sangat setuju dan skor terendah diberikan pada pilihan jawaban
sangat tidak setuju untuk pernyataan favorable. Selanjutnya skor tertinggi untuk
pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan skor
terendah diberikan pada pilihan jawaban sangat setuju. Adapun cara subjek
memberikan jawaban terhadap skala model likert ini adalah dengan memberikan
tanda silang (X) pada salah satu alternatif jawaban.
Bobot skor nilai untuk skala kebahagiaan pernikahan, kepercayaan dan
harapan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skor skala likert
Pilihan SS S TS STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
3.3.2 Alat Ukur Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala dan kuesioner yang terdiri dari:
1. Skala Kebahagiaan Pernikahan
Kebahagiaan pernikahan diukur dengan skala kebahagiaan pasangan yang
dikembangkan oleh peneliti meliputi aspek penentu kebahagiaan pernikahan
menurut Gottman (1999). Item-item yang digunakan dalam skala ini adalah item
positif berjumlah 10 dengan adaptasi dan modifikasi skala. Jenis skala adalah skala
likert (sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, sangat setuju).
46
Tabel 3.2
Blueprint skala kebahagiaan pernikahan
Aspek Indikator Item
Fav Un-fav Jumlah
Persahabatan dan
keintiman
Saling memahami 1,2,3 4,5 5
Konflik
Pengelolaan persepsi
-
6, 7, 8
3
kebermaknaan Berbagi makna kebersamaan 9, 10 - 2
Jumlah 10
2. Skala Kepercayaan
Skala kepercayaan yang digunakan adalah skala kepercayaan yang disusun
berdasarkan aspek kepercayaan yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson
(1997) meliputi keterbukaan (openess), saling berbagi (sharing), penerimaan
(acceptance), dukungan (support) serta niat untuk bekerja sama (cooperative
intentions). Item dari skala ini berjumlah 10 dengan adaptasi dan modifikasi skala.
Jenis skala adalah skala likert (sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, sangat
setuju).
Tabel 3.3
Blueprint skala kepercayaan
Aspek Indikator Item
Fav Un-fav Jumlah
Keterbukaan Diskusi secara terbuka antar
pasangan
1 2 2
Saling berbagi Sharing antara pasangan 3, 4 - 2
Penerimaan Menerima keadaan pasangan apa
adanya
5, 6 - 2
Dukungan Memberi dukungan kepada pasangan 7 8 2
Niat untuk
bekerja sama
Memiliki keinginan untuk bekerja
sama dengan pasangan
9, 10 - 2
Jumlah 10
47
3. Skala Harapan
Skala harapan disusun oleh penulis berdasarkan teori dan modifikasi skala Adult
Disposition Hope Scale dari Snyder et al. (1991) dengan jumlah item 12 butir
dengan adaptasi dan modifikasi skala. Skala yang digunakan dalam instrument ini
adalah likert scale yang terdiri atas empat pilihan jawaban berupa sangat sesuai
(SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Semua item pada
ADHS bersifat favorable dan memiliki penyekoran tersendiri. Dari tiga dimensi
ADHS, yang dilakukan pembobotan skor hanya dimensi agency dan pathways. Hal
ini dikarenakan dua dimensi tersebut merupakan komponen utama yang akan
mengukur tingkat harapan seorang indvidu. Sementara dimensi distractor
digunakan sebagai item yang akan memanipulasi dengan tujuan menghindari
adanya pengisian yang asal dan menebak.
Tabel 3.4
Blueprint skala harapan
Aspek Indikator Item
Fav Un-fav Jumlah
pathway Yakin pada diri sendiri 1, 4, 6, 8 - 4
Agency
Mampu menghadpi situasi sulit 2, 9, 10,
12
- 4
distraktor Cenderung menunjukan sikap
hidup yang pesimistis
3, 5, 7,
11
- 4
Jumlah 12
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Dalam CFA (Confirmatory
Factor Analysis), peneliti harus memiliki gambaran yang spesifik mengenai (a)
jumlah faktor, (b) variabel yang mencerminkan suatu faktor dan (c) faktor-faktor
yang saling berkorelasi. Adapun logika dari CFA (Umar, 2011), yaitu:
48
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-
itemnya.
2. Teori setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya, baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
(unidimensional), maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ -
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis penelitian yang kemudian diuji
dengan chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0,05, maka
hipotesis tersebut “tidak ditolak”. Artinya, teori unidimensionalitas tersebut
dapat diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu
faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
atau tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test.
Jika hasil t-test tidak signifikan, maka item tersebut tidak signifikan dalam
49
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop
dan sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab, hal ini tidak
sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software
LISREL 8.70.
3.4.1 Uji Validitas Kebahagiaan Pernikahan
Peneliti menguji apakah 10 item dari Kebahagiaan Pernikahan bersifat
unidimensional, artinya benar-benar mengukur kebahagiaan pernikahan.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak
fit dengan chi-square= 544.35, df= 35, p-value= 0.00000 RMSEA= 0.269. Peneliti
kemudian melakukan beberapa kali modifikasi terhadap model, kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan chi-square= 28.61, df= 20, p-value= 0.09566,
RMSEA= 0.046. Nilai chi-square menghasilkan RMSEA <0.05 (tidak signifikan),
yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu Kebahagiaan Pernikahan. Selanjutnya
adalah melihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak
diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu untuk di drop
atau tidak. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran Kebahagiaan
Pernikahan, seperti pada tabel 3.5
50
Tabel 3.5 Muatan Faktor Kebahagiaan Pernikahan
Dimensi Item Koefisien Standar
Error
T-Value Keterangan
Persahabatan
dan keintiman
Konflik
Kebermaknaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0.76
0.85
0.71
0.37
0.42
0.22
0.34
0.45
0.81
0.62
0.06
0.06
0.06
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
0.06
0.07
11.89
14.00
11.00
5.09
5.73
2.96
4.66
6.29
13.10
8.92
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t >1.96); X = tidak signifikan
Pada tabel di atas, sepuluh item tersebut tidak ada yang di drop karena bersifat
signifikan yaitu t-value lebih besar dari 1.96 (t >1.96) sehingga dapat digunakan
dalam mengestimasi skor faktor untuk konstruk kebahagiaan pernikahan.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kepercayaan
Peneliti menggunakan CFA model multifaktorial untuk mengukur apakah 20 item
yang terdiri dari lima dimensi kepercayaan yaitu openess (keterbukaan), sharing
(saling berbagi), Acceptance (penerimaan), support (dukungan), dan cooperative
intentions (niat untuk bekerja sama) bersifat unidimensional yang artinya benar
hanya mengukur kepercayaan.
Berdasarkan hasil awal CFA yang dilakukan ternyata menghasilkan model yang
tidak fit dengan perolehan nilai Chi-Square= 840.71, df= 160, P-value=0.00000,
RMSEA=0.145. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square= 168.71, df= 147, P-
value= 0.10614 RMSEA=0.027.
51
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di drop
atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran religiusitas disajikan
pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6. Muatan Faktor Kepercayaan
No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
Keterbukaan
1
0.62
0.06
9.59
√
2 0.19 0.03 6.11 √
3 0.51 0.05 9.51 √
4
0.17 0.03 5.74 √
Saling Berbagi
5
0.74
0.05
16.26
√
6 0.73 0.05 16.14 √
7 0.04 0.03 1.37 X
8
0.53 0.04 13.32 √
Penerimaan
9 0.87 0.05 16.50 √
10 0.67 0.05 14.77 √
11 0.13 0.03 3.94 √
12
0.41 0.04 11.31 √
Dukungan
13
0.77
0.06
12.51
√
14 0.40 0.04 9.65 √
15 0.36 0.04 8.71 √
16
-0.21 0.04 -5.89 X
Niat untuk
bekerjasama
17
0.65
0.05
14.26
√
18 0.74 0.05 14.84 √
19 0.34 0.04 9.19 √
20 0.27 0.04 6.66 √
52
Berdasarkan table 3.6, setelah dilakukan pengujian CFA, nilai t bagi koefisien
muatan faktor seluruh item bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Akan tetapi, muatan faktor pada item nomor tujuh
dan delapan belas tidak signifikan karena nilai t<1.96. Dengan demikian dua item
tersebut di drop dan tidak diikutkan pada analisis berikutnya.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Harapan
Peneliti mengukur apakah 12 item yang terdiri dari dua dimensi harapan yaitu
pathway thinking dan agency thinking dan distraktor bersifat unidimensional yang
artinya benar hanya mengukur harapan.
3.4.3.1 Uji Validitas Dimensional Pathway Thinking
Peneliti menguji apakah empat item dari dimensi pathway thinking bersifat
unidimensional, artinya benar-benar mengukur pathway thinking. Berdasarkan
hasil analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan
chi-square= 1.31, df= 2, p-value= 0.51983, RMSEA= 0.000. Peneliti melakukan
beberapa kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
chi-square= 0.00, df=1, p-value= 0.94543, RMSEA= 0.000. Nilai chi-square
menghasilkan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu pathway thinking. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
pathway thinking, seperti pada tabel 3.11
53
Tabel 3.7 Muatan faktor item pathway thinking
Item Koefisien Standar Error T-Value Signifikan
ITEM1
ITEM4
ITEM6
ITEM8
0.46
0.61
0.16
0.49
0.10
0.12
0.10
0.11
4.44
5.05
1.56
4.61
√
√
X
√
Pada tabel di atas, terdapat muatan faktor negative pada satu item dan t-value di
bawah 1.96 (t <1.96) yang tidak signifikan, sehingga item tersebut harus didrop.
Maka hanya tiga item yang dapat digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk
dimensi pathway thinking.
3.4.3.2 Uji Validitas Dimensional Agency Thinking
Peneliti menguji apakah empat item dari dimensi agency thinking bersifat
unidimensional, artinya benar-benar mengukur agency thinking. Berdasarkan hasil
analisi CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata fit dengan chi-
square= 0.80, df= 2, p-value= 0.67159, RMSEA= 0.000. Nilai chi-square
menghasilkan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu agency thinking. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
agency thinking, seperti pada tabel 3.12
Tabel 3.8 Muatan faktor item agency thinking
Item Koefisien Standar Error T-Value Signifikan
ITEM2
ITEM9
ITEM10
ITEM12
0.65
0.36
0.54
0.57
0.08
0.08
0.08
0.08
8.03
7.45
6.77
7.13
√
√
√
√
Pada tabel di atas, terlihat tidak ada muatan faktor negative pada salah satu
item dan t-value di atas 1.96 (t > 1.96). Maka seluruh item tersebut dapat digunakan
dalam mengestimasi skor untuk dimensi agency thinking.
54
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh
yang signifikan antara kepercayaan dan harapan terhadap kebahagiaan pernikahan
pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh, dan untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi yang diberikan kepercayaan dan harapan terhadap kebahagiaan
pernikahan pasangan jarak jauh, menggunakan metode statistika karena datanya
berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam
hal ini berdasarkan hipotesis yang akan di ukur menggunakan teknik analisis
multiple reggresion atau analisis regresi berganda untuk mengetahui besar dan arah
hubungan kepercayaan dan harapan dengan kebahagiaan pernikahan. Adapun
persamaan umum analisis regresi berganda ini yaitu:
𝒀 =a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9
Keterangan:
𝑌 : Nilai yang diprediksi (DV) yang dalam hal ini adalah kebahagiaan pernikahan
a : Konstan Intersepsi
b : Koefisien Regresi
X1 : openess,
X2: sharing,
X3: acceptance,
X4: support,
X5: cooperative intentions,
X6: pathway thinking,
X7: agency thinking
55
e : residu
Melalui analisis regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara kebahagiaan pasangan jarak jauh dengan aspek
kepercayaan dan harapan. Besarnya kemungkinan kebahagiaan pasangan jarak jauh
karena dua aspek yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh nilai R2, yaitu
koefisien determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians dari
DV yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya IV secara keseluruhan.
Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut :
𝑅2 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑆𝑆𝑦
Yaitu :
R2 = Proporsi varians dari variabel kebahagiaan pernikahan jarak jauh
yang bisa dijelaskan oleh variabel kepercayaan dan harapan.
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi
telah diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus
untuk uji F terhadap R2 adalah :
𝐹 = 𝑅2 𝑘⁄
(1−𝑅2) (𝑁−𝑘−1)⁄ dengan df= K dan (N-K-1)
Dimana K adalah banyaknya IV dan N adalah besarnya sampel. Apabila
nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh IV secara bersama-sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV.
56
Adapun langkah berikutnya, hipotesis minor dianalisa melalui penjelasan
tentang apakah terdapat pengaruh signifikan yang diberikan kepercayaan dan
harapan terhadap kebahagiaan pernikahan pasangan jarak jauh, caranya adalah
dengan melakukan uji t. Jika nilai t > 1,96 maka berarti IV yang bersangkutan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV, dan sebaliknya.
Adapun rumus t-test yang digunakan adalah :
𝑡𝑖 =𝑏
𝑆𝑏𝑖
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar deviasi sampling
dari b. Signifikan tidaknya dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah
peneliti jelaskan sebelumnya.
57
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Umum Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah buruh migran dengan status menikah yang sedang
menjalani hubungan jarak jauh dikarenakan saat ini sedang bekerja di luar negri.
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Data Demografi
Tabel 4.1 Deskripsi hasil penelitian berdasarkan data demografi
Demografi Jumlah (N) Presentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
40
162
19.8%
80.2%
Usia 20-29 Tahun
30-39 Tahun
40-49 Tahun
>50 Tahun
59
86
48
9
29.2%
42.6%
23.8%
4.4%
Usia Pernikahan <10 Tahun
11-19 Tahun
20-29 Tahun
>30 Tahun
112
53
30
7
55.4%
26.2%
14.9%
3.5%
Pendidikan
Bekerja Sebagai Buruh
Migran
Menjalani LDR
Jumlah Anak
SD
SMP
SMA
D3
S1
S2
<1 Tahun
1-3 Tahun
3-6 Tahun
>6 Tahun
<1 Tahun
1-3 Tahun
3-6 Tahun
>6 Tahun
0
1-2
3-4
>5
48
43
71
10
24
6
33
82
47
40
33
92
39
38
32
141
25
4
23.8%
21.3%
35.1%
5%
11.9%
2.9%
16.3%
40.6%
23.3%
19.8%
16.3%
45.6%
19.3%
18.8%
15.8%
69.9%
12.3%
2%
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden pada penelitian ini yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 40 orang dengan presentase 19.8%, dan responden
berjenis kelamin perempuan terdapat 162 orang dengan presentase 80.2%.
58
Selanjutnya, dapat diketahui usia dari responden yaitu pada rentang usia 20-29
tahun berjumlah 59 orang dengan presentase 29.2%, rentang usia 30-39 berjumlah
86 orang dengan presentase 42.6%, rentang usia 40-49 tahun berjumlah 48 orang
dengan presentase 23.8% dan rentang usia lebih besar dari 50 tahun atau sama
dengan 50 tahun berjumlah 9 orang dengan presentase 4.4%.
Berikutnya, diketahui usia pernikahan dari responden yaitu pada rentang
usia pernikahan kurang dari 10 tahun terdapat 112 orang dengan presentase 55.4%,
rentang usia pernikahan 11-19 tahun terdapat 53 orang dengan presentase 26.2%,
rentang usia pernikahan 20-29 tahun terdapat 30 orang dengan presentase 14.9%
dan rentang usia pernikahan lebih besar dari 30 tahun atau sama dengan 30 tahun
terdapat 7 orang dengan presentase 3.5%. Selain usia pernikahan, terdapat
karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikannya yaitu SD
berjumlah 48 orang dengan presentase 23.8%, SMP berjumlah 43 orang dengan
presentase 21.3%, SMA berjumlah 71 orang dengan presentase 35.1 %, D3
berjumlah 10 orang dengan presentase 5%, S1 berjumlah 24 orang dengan
presentase 11.9% dan S2 berjumlah 6 orang dengan presentase 2.9%.
Selain latar belakang pendidikan responden, terdapat karakteristik
berdasarkan berapa lama responden bekerja sebagai buruh migran yaitu kurang dari
1 tahun berjumlah 33 orang dengan presentase 16.3%, rentang 1-3 tahun berjumlah
82 orang dengan presentase 40.6%, di rentang 3-6 tahun berjumlah 47 orang dengan
presentase 23.3% dan lebih dari 6 tahun berjumlah 40 orang dengan presentase
19.8%. Diketahui lamanya responden menjalani LDR yaitu kurang dari 1 tahun
terdapat 33 orang dengan presentase 16.3%, di rentang 1-3 tahun terdapat 92 orang
59
dengan presentase 45.6%, di rentang 3-6 tahun terdapat 39 orang dengan presentase
19.3% dan lebih dari 6 tahun terdapat 38 orang dengan presentase 18.8%.
Karakteristik terakhir diketahui dari jumlah anak yang dimiliki responden,
yaitu responden tidak memiliki anak berjumlah 32 orang dengan presentase 15.8%,
responden memiliki 1 atau 2 anak terdapat 141 orang dengan presentase 69.9%,
responden yang memiliki 3 atau 4 anak berjumlah 25 orang dengan presentase
12.3% dan responden yang memiliki anak 5 atau lebih berjumlah 4 orang dengan
presentase 2%.
4.2 Analisis Deskriptif
Sebelum dilakukan uji hipotesis, penulis melakukan analisis deskriptif. Analisis
deskriptif tersebut bertujuan untuk menganalisis sejumlah data yang dikumpulkan
dalam penelitian guna memperoleh gambaran mengenai suatu variable. Dalam hasil
analisis deskriptif ini akan disajikan sebuah tabel yang terdiri atas nilai maksimum,
minimum, mean, dan standar deviasi. Gambaran hasil analisis deksriptif ini dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut
Tabel 4.2 Deskripsi statistic
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kebahagiaan Pernikahan 202 20.35 65.44 50.0000 9.33603
Openess 202 28.42 61.98 50.0000 7.19344
Sharing 202 29.31 63.39 50.0000 8.39640
Acceptance 202 27.16 61.25 50.0000 8.20063
Support 202 24.72 63.61 50.0000 9.99500
Cooperative Intentions 202 27.95 63.85 50.0000 8.13457
Pathway Thinking 202 32.25 62.25 50.0000 6.86177
Agency Thinking 202 27.71 64.35 50.0000 7.86152
Valid N (listwise) 202
Berdasarkan tabel 4.2, terdapat penjelasan mengenai gambaran umum
deskripsi statistic dari variabel-variabel yang diteliti dengan indeks yang dijadikan
60
acuan dalam perhitungan ini adalah skor mean, standar deviasi (SD), maksimum
dan minimum tiap variabel penelitian
Dependen variabel yaitu kebahagiaan pernikahan memiliki nilai minimum
20.35; nilai maksimum 65.44 dan SD= 9.33, variabel mentoring Openess memiliki
nilai minimum 28.42; nilai maksimum 61.98 dan SD = 7.19 variabel Sharing
memiliki nilai minimum 29.31; nilai maksimum 63.39 dan SD = 8.39, variabel
Acceptance memiliki nilai minimum 27.16; nilai maksimum 61.25 dan SD = 8.20,
variabel Support memiliki nilai minimum 24.72 nilai maksimum 63.61 dan SD =
9.99, variabel Cooperative Intentions memiliki nilai minimum 27.95; nilai
maksimum 63.85 dan SD = 8.13, variabel Pathway Thinking memiliki nilai
minimum 32.25; nilai maksimum 62.25 dan SD = 6.86, variabel Agency Thinking
memiliki nilai minimum 27.71; nilai maksimum 64.35 dan SD = 7.86.
4.3 Kategorisasi Partisipan Penelitian
Setelah melakukan deksripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian, maka
hal yang perlu dilakukan adalah pengkategoriasian terhadap data penelitian.
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan responden penelitian ke dalam
kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontimum
berdasarkan atribut yang diukur. Untuk mengelompokkan responden ke dalam
jenjang tersebut, ditetapkan norma dengan menggunakan standar deviasi dan mean
dari t-score seperti pada tabel dibawah
Tabel 4.3 Norma Skor Kategorisasi
Norma Intepretasi
X < Mean – 1Standar Deviasi Rendah
Mean – 1Standar Deviasi ≤ X ≤ Mean + 1Standar Deviasi Sedang
X > Mean +1Standar Deviasi Tinggi
61
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan selanjutnya akan dijelaskan
perolehan nilai presentase kategorisasi unutk variabel kebahagiaan pernikahan,
pathway thinking, agency thinking, openess, sharing, acceptance, support dan
cooperative intentions pada tabel 4.4 berikut
Tabel 4.4 Kategorisasi partisipan penelitian Frekuensi
Variabel Rendah Sedang Tinggi
Kebahagiaan Pernikahan 30 (14.9%) 132 (65.3%) 40 (19.8%)
Openess 31 (15.3%) 123 (60.9%) 48 (23.8%)
Sharing 38 (18.8%) 129 (63.9%) 35 (17.3%)
Acceptance 37 (18.3%) 114 (56.4%) 51 (25.2%)
Support 57 (28.2%) 94 (46.5%) 51 (25.2%)
Cooperative Intentions 37 (28.3%) 131 (64.9%) 34 (16.8%)
Pathway Thinking 35(17.3%) 134 (66,3%) 33 (16,3%)
Agency Thinking
29 (14.4%)
135 (66.8%) 38 (18.8%)
Berdasarkan tabel 4.4, ditemukan bahwa pada variabel kebahagiaan pernikahan,
14.9% dari total responden memiliki tingkat kebahagiaan pernikahan rendah,
sementara 65.3% responden memiliki tingkat kebahagiaan sedang, dan 19.8%
memiliki tingkat kebahagiaan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
responden yang diteliti, kebahagiaan pernikahan yang paling dominan berada pada
kategori sedang.
Pada variabel openess, 15.3% dari total responden memiliki tingkat openess
rendah, sementara 60.9% responden memiliki tingkat openess sedang, dan 23.8%
memiliki tingkat openess yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
responden yang diteliti, openess yang paling dominan berada pada katagori sedang.
Pada variabel sharing, 18.8% dari total responden memiliki tingkat sharing
rendah, sementara 63.9% responden memiliki tingkat sharing sedang, dan 17,3%
memiliki tingkat sharing yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
responden yang diteliti, sharing yang paling dominan berada pada katagori sedang.
62
Pada variabel acceptance, 18.3% dari total responden memiliki tingkat
acceptance rendah, sementara 56.4% responden memiliki tingkat acceptance
sedang, dan 25.2% memiliki tingkat acceptance yang tinggi. Dapat disimpulkan
bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, acceptance yang paling dominan
berada pada katagori sedang.
Pada variabel support, 28.2% dari total responden memiliki tingkat support
rendah, sementara 46.5% responden memiliki tingkat support sedang, dan 25.2%
memiliki tingkat support yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
responden yang diteliti, support yang paling dominan berada pada katagori sedang.
Pada variabel cooperative intentions, 28.3% dari total responden memiliki
tingkat cooperative intentions rendah, sementara 64.9% responden memiliki tingkat
cooperative intentions sedang, dan 16.8% memiliki tingkat cooperative intentions
yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti,
cooperative intentions yang paling dominan berada pada katagori sedang.
Pada variabel pathway thinking, 17.3% dari total responden memiliki
tingkat pathway thinking rendah, sementara 66.3% responden memiliki tingkat
pathway thinking sedang, dan 16,3% memiliki tingkat pathway thinking yang
tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, pathway
thinking yang paling dominan berada pada katagori sedang.
Pada variabel agency thinking, 14.4% dari total responden memiliki tingkat
agency thinking rendah, sementara 66.8% responden memiliki tingkat agency
thinking sedang, dan 18.8% memiliki tingkat agency thinking yang tinggi. Dapat
63
disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, agency thinking yang
paling dominan berada pada katagori sedang.
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahap ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
dengan menggunakan software SPSS 21. Seperti yang telah disebutkan pada BAB
tiga, dalam regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu melihat besaran R-square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable dan melihat signifikan
atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variable.
Tabel 4.5 Tabel R Square Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .813a .661 .648 5.53549
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.661 atau
66.1% artinya, proporsi varians dari kebahagiaan pernikahan jarak jauh pada buruh
migran yang dijelaskan oleh kepercayaan (openess, sharing, Acceptance, support,
cooperative intentions) dan harapan (pathway thinking, agency thinking) adalah
sebesar 66.1%, sedangkan 33.9% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisis pengaruh dari keseluruhan
independent variabel terhadap kebahagiaan pernikahan. Adapun hasil uji F dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.6 Tabel Anova
Model Sum of
square
df Mean
square
F Sig.
1 Regression 11574.980 7 1653.569 53.965 .000a
Residual 5944.483 194 30.642
Total 17519.463 201
64
a. Predictors: (Constant), NIAT_BEKERJASAMA, harapanpathway, harapanpathway,
SALING_BERBAGI, PENERIMAAN, DUKUNGAN, KETERBUKAAN
b. Dependent Variable: kebahagiaanpernikahan.
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat pada kolom Sig bahwa (Sig < 0.05),
maka hipotesis nihil ditolak. Oleh karena itu hipotesis nihil yang menyatakan tidak
ada pengaruh yang signifikan dari openess, sharing, acceptance, support,
cooperative intentions, pathway thinking, dan agency thinking terhadap
kebahagiaan pernikahan ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari
openess, sharing, acceptance, support, cooperative intentions, pathway thinking,
dan agency thinking terhadap kebahagiaan pernikahan.
Langkah selanjutnya peneliti melihat signifikansi koefisien regresi pada setiap
variabel pada kolom signifikan. Jika signifikansi < 0.05 maka koefisien regresi
berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Adapun tabel
koefisien regresi dari setiap independent variable terhadap dependent variable
ditampilkan pada tabel berikut
Tabel 4.7 Tabel koefisien regresi variabel Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -8.457 3.459 -2.445 .015
Openess .309 .097 .238 3.182 .002*
Sharing .270 .071 .243 3.830 .000*
Acceptance .158 .080 .138 1.960 .051
Support .176 .049 .189 3.613 .000*
Overcooperative Intentions .090 .061 .078 1.483 .140
Pathway Thinking .041 .072 .030 .577 .565
Agency Thinking .124 .068 .105 1.831 .069
a. Dependent Variable: kebahagiaanpernikahan
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:
Kebahagiaan Pernikahan = -8.457 + 0.041 pathway thinking + 0.124 agency
thinking + 0.309 openess* + 0.270 sharing* + 0.158 acceptance + 0.176 support*
+ 0.090 overcooperative intentions.
65
Keterangan: Signifikan (*)
Pada tabel 4.7 terdapat tiga koefisien regresi yang signifikan, yaitu opennes,
sharing dan support. Variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi yang tidak
signifikan. Penjelasan dari nilai yang diperoleh pada masing-masing independent
variabel adalah sebagai berikut:
1. Variabel Openess
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.309 dengan signifikansi 0.002
(sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil ditolak, yang berarti terdapat
pengaruh yang signifikan Openess terhadap kebahagiaan pernikahan. Arah
koefisien positif menunjukkan bahwa semakin tinggi Openess maka
semakin tinggi kebahagiaan pernikahan.
2. Variabel Sharing
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.270 dengan signifikansi 0.000
(sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil ditolak, yang berarti terdapat
pengaruh yang signifikan Sharing terhadap kebahagiaan pernikahan. Arah
koefisien positif menunjukkan bahwa semakin tinggi sharing maka semakin
tinggi kebahagiaan pernikahan.
3. Variabel Acceptance
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.158 dengan signifikansi 0.051
(sig > 0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil diterima, yang berarti tidak
terdapat pengaruh yang signifikan Acceptance terhadap kebahagiaan
pernikahan.
66
4. Variabel Support
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.176 dengan signifikansi 0.000
(sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil ditolak, yang berarti terdapat
pengaruh yang signifikan Support terhadap kebahagiaan pernikahan. Arah
koefisien positif menunjukkan bahwa semakin tinggi Support maka
semakin tinggi kebahagiaan pernikahan.
5. Variabel Cooperative Intentions
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.090 dengan signifikansi 0.140
(sig > 0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil diterima, yang berarti tidak
terdapat pengaruh yang signifikan Cooperative Intentions terhadap
kebahagiaan pernikahan.
6. Variabel Pathway Thinking
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.041 dengan signifikansi 0.565
(sig > 0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil diterima, yang berarti tidak
terdapat pengaruh yang signifikan Pathway Thinking terhadap kebahagiaan
pernikahan.
7. Variabel Agency Thinking
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.124 dengan signifikansi 0.069
(sig > 0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil diterima, yang berarti tidak
terdapat pengaruh yang signifikan Agency Thinking terhadap kebahagiaan
pernikahan.
67
4.4.2 Pengujian proporsi varians masing-masing independent variable
Peneliti ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari masing-masing
independent variable terhadap kebahagiaan pernikahan. Besarnya proporsi varian
pada kebahagiaan pernikahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.8 Proporsi varians variabel setiap independent variable
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df
1 df2
Sig. F
Change
1 .0454a .207 .023 8.33706 .207 52.055 1 200 .000*
2 .604b .365 .358 7.47778 .158 49.606 1 199 .000*
3 .761c .580 .573 6.09837 .215 101.206 1 198 .000*
4 .787d .620 .612 5.81593 .040 20.698 1 197 .000*
5 .796e .633 .624 5.72849 .013 7.060 1 196 .009*
6 .810f .657 .646 5.55247 .024 13.624 1 195 .000*
7 .813g .661 .648 5.53549 .004 2.198 1 194 .140
a. Predictors: (Constant), harapanpathway
b. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency
c. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency, KETERBUKAAN
d. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency, KETERBUKAAN,
SALING_BERBAGI
e. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency, KETERBUKAAN,
SALING_BERBAGI, PENERIMAAN
f. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency, KETERBUKAAN,
SALING_BERBAGI, PENERIMAAN, DUKUNGAN
g. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency, KETERBUKAAN,
SALING_BERBAGI, PENERIMAAN, DUKUNGAN, NIAT_BEKERJASAMA
Keterangan: signifikan(*)
Tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel pathway thinking memberikan sumbangan yang signifikan sebesar
0.207 atau 20.7% dengan nilai sig F change = 0.000
2. Variabel agency thinking memberikan sumbangan yang signifikan sebesar
0.158 atau 15.8% dengan nilai sig F change = 0.000
68
3. Variabel openess memberikan sumbangan yang signifikan sebesar 0.215 atau
21.5% dengan nilai sig F change = 0.000
4. Variabel sharing memberikan sumbangan yang signifikan sebesar 0.040 atau
4% dengan nilai sig F change = 0.000
5. Variabel acceptance memberikan sumbangan yang signifikan sebesar 0.013
atau 1.3% dengan nilai sig F change = 0.009
6. Variabel support memberikan sumbangan yang signifikan sebesar 0.024 atau
2.4% dengan nilai sig F change = 0.000
7. Variabel cooperative intentions memberikan sumbangan yang tidak signifikan
sebesar 0.004 atau 0.4% dengan nilai sig F change = 0.140
Dengan demikian terdapat enam dari tujuh independent variable (IV), yaitu agency
thinking, pathway thinking, openess, sharing, acceptance dan support yang
berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan jika dilihat dari
besarnya 𝑅2 yang dihasilkan dari sumbangan proporsi variabel yang diberikan.
69
BAB 5
DISKUSI PENELITIAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab 4, maka kesimpulan
yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan
dari variabel kepercayaan (openess, sharing, acceptance, support dan cooperative
intentions) dan variabel harapan (pathway thinking dan agency thinking) terhadap
kebahagiaan pernikahan pada buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh.
Hasil uji koefisien regresi masing-masing independent variable
menunjukkan dari tujuh variabel yang di uji yaitu openess, sharing, acceptance,
support, cooperative intentions, pathway thinking, dan agency thinking terdapat
tiga variabel yang signifikan mempengaruhi kebahagiaan pernikahan buruh migran
yang menjalani hubungan jarak jauh. Variabel yang dinyatakan signifikan
mempengaruhi kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan
jarak jauh adalah openess, sharing dan support.
5.2 Diskusi
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan R square sebesar 0.661 atau 66.1%.
Hal ini berarti bahwa variabel kepercayaan dan harapan memberikan pengaruh
terhadap perubahan variabel kebahagiaan pernikahan sebesar 66.1%, Dengan
demikian perubahan variabel kebahagiaan pernikahan sebesar 33.9% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Pada bagian ini peneliti akan membahas diskusi mengenai ketujuh
independent variable yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu openess, sharing,
70
acceptance, support, cooperative intentions, pathway thinking, dan agency thinking
terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan jarak
jauh. Serta membahas penelitian dan literature terhdahulu mengenai ketujuh
independent variable yang dikaitkan dengan dependent variable tersebut.
Pada penelitian ini yang menjadi variabel pengaruh terhadap kebahagiaan
pernikahan pada buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh ialah
kepercayaan dan harapan. Karena ukuran kebahagiaan pernikahan tidak serta merta
selalu kepercayaan yang ada didalam teori, maka peneliti memilih variabel
kepercayaan untuk diteltiti. Penelitian ini menghasilkan hal yang sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ramadhini dan Hendriani (2015) bahwa
kepercayaan yang dimiliki pasangan terhadap pasangan lainnya berperan penting
dalam memperkuat hubungan pernikahan khususnya dalam konteks long distance
marriage.
Selain kepercayaan, dalam penelitian ini harapan juga berpengaruh terhadap
kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Kariuki (2014), Faktor lain yang meningkatkan
kelangsungan hidup pernikahan jarak jauh adalah kesadaran bahwa perjalanan
panjang akan berakhir. Dengan demikian berarti ada harapan reuni dan kelanjutan
menjalin hubungan keluarga yang normal (tidak terpisah jarak). Sebuah antisipasi
bahwa ada harapan untuk reuni masa depan membantu mempertahankan
pernikahan.
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang memiliki hasil siginifikan
yaitu, opennes, sharing dan support. Penelitian ini menghasilkan variabel opennes
71
(keterbukaan) signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Keterbukaan pada
pasangan dapat menciptakan kebahagiaan dalam pernikahan karena dengan
keterbukaan tidak ada rahasia apapun yang disembunyikan oleh pasangan dalam
berhubungan. Adanya keterbukaan pada pasangan maka akan meningkatkan
kepercayaan antara suami dan istri hal ini sejalan dengan pernyataan Johnson
(dalam Johnson & Johnson, 1997), bahwa kepercayaan yang terpenting adalah
keterbukaan dan saling berbagi. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rini, R. I.
(2009), keterbukaan akan membantu individu untuk mengenal lebih dalam tentang
pribadi pasangan hidupnya menyangkut hal-hal yang disukai dan tidak disukai,
pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya. Ketika suami atau istri telah mengenal
pribadi masing-masing pasangannya maka akan lebih mudah bagi suami atau istri
tersebut untuk melakukan penyesuaian diri dengan pasangan hidupnya. Dalam
penelitian kali ini opennes atau keterbukaan cenderung berada pada kategori tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel sharing memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani
hubungan jarak jauh. Sharing berarti kesediaan individu untuk membagikan
bantuan emosional dan sumber daya yang dimilikinya kepada orang lain untuk
membantu pencapaian tujuan bersama (Johnson & Johnson, 2012). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatima dan Ajmal (2012), untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan kehidupan pernikahan menjadi bahagia ada 16
faktor salah satunya adalah sharing, tidak adanya sharing dapat menimbulkan
keegoisan diantara pasangan yang dapat menyebabkan masalah besar dalam suatu
hubungan. Sharing masalah dan kekhawatiran seseorang dengan pasangannya
72
membantu membangun kepercayaan. Sharing membuat hubungan pernikahan
bahagia dan tahan lama (Fatima & Ajmal, 2012). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
individu yang senang melakukan sharing bersama pasangannya akan mendapatkan
kebahagiaan pernikahan walaupun terpisah oleh jarak.
Pada variabel support, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa support atau
dukungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan
buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Mijilputri (2015) bahwa dukungan sosial yang diterima
sesuai dengan kebutuhan istri membuat istri tidak terlalu merasa kesepian dan
menerima keadaan yang mengharuskannya menjalani pernikahan jarak jauh dengan
suami. Dengan kata lain, bahwa suami istri yang saling memberikan dukungan
maka akan merasa bahagia dengan pernikahannya walaupun terpisah oleh jarak.
Dari hasil penelitian, support memiliki nilai yang cukup tinggi.
Variabel acceptance, cooperative intentions, pathway thinking dan agency
thinking pada penelitian kali ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh.
Variabel acceptance dalam penelitian ini tidak signifikan dapat diduga karena
sebagian individu masih kesulitan dalam melakukan komunikasi terhadap pasangan
dan menghargai pendapat pasangannya. Variabel cooperative intentions dalam
penelitian ini tidak signifikan dapat diduga karena individu dengan pasangannya
belum bersifat saling kooperatif untuk mencapai suatu tujuan bersama. Variabel
pathway thinking tidak signifikan dapat diduga karena individu kurang memiliki
kemampuan untuk mengembangkan suatu strategi atau cara untuk mencapai tujuan
73
yang diharapkan. Variabel agency thinking dalam penelitian ini tidak signifikan
karena kurangnya motivasi yang dimiliki oleh individu ataupun pasangan dalam
mencapai tujuan bersama yang diharapkan.
Secara keseluruhan pada hasil penelitian ini masih banyak kekurangan dan
masih perlu ditingkatkan lagi. Hal tersebut mungkin terjadi karena adanya
keterbatasan dalam kelemahan dalam penelitian seperti responden yang kurang
memahami maksud dari item atau kurang seriusnya responden dalam mengisi
kuesioner penelitian.
5.3 Saran
Pada proses penulisan ini, peneliti menyadari masih terdapat banyak kelemahan
dalam penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan untuk menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya
5.3.1 Saran teoritis
1. Pada penelitian ini ditemukan tiga variabel yang signifikan yaitu openness,
sharing dan support, yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan buruh
migran yang menjalani hubungan jarak jauh. Untuk penelitian lebih lanjut
dapat disarankan untuk diteliti faktor-faktor apa yang berkontribusi pada
variabel openness, sharing dan support.
2. Kebahagiaan pernikahan harus ada di dua pihak, namun pada penelitian ini
hanya fokus kepada salah satu pihak. Oleh karena itu untuk penelitian
selanjutnya bisa dipertimbangkan fokus antara dua pihak.
3. Penelitian ini, yang menjadi variabel independen hanyalah kepercayaan dan
harapan. Oleh karena itu perlu kiranya memperkaya variabel lain sebagai
74
variabel independen yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan, seperti
relijiusitas, pendapatan dan lain sebagainya.
4. Mencari informasi yang lengkap mengenai prosedur validitas alat ukur agar
tidak mengalami kekurangan item atau penghapusan dimensi dan indikator
alat ukur yang mungkin disebabkan kesalahan responden dalam melakukan
uji keterbacaan.
5.3.2 Saran Praktis
Terkait dengan hasil penelitian, variabel yang memiliki pengaruh terhadap
kebahagiaan pernikahan buruh migran yang menjalani hubungan jarak jauh adalah
openness, sharing dan support. sehingga dapat disarankan sebagai berikut
1. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa keterbukaan antara suami dan istri
menjadi hal yang penting guna mencapai kebahagiaan pernikahan. Dengan
adanya keterbukaan pada pasangan maka akan meningkatkan kepercayaan
antara suami dan istri.
2. Untuk pasangan yang sedang menjalani hubungan jarak jauh, sharing
merupakan metode penting agar selalu merasa dekat dengan pasangan.
Karena itu diharapkan selalu berbagi perasaan dengan memberikan pujian
dan dukungan, berkompromi, saling menghargai perbedaan pendapat, serta
menghindari sikap saling menyalahkan.
3. Untuk para suami atau istri sebaiknya selalu memberikan dukungan kepada
pasangannya karena dengan memberikan dukungan, individu akan menjadi
lebih percaya kepada pasangannya dan dapat meningkatkan taraf
kebahagiaan pernikahannya.
75
DAFTAR PUSTAKA
Arida, P. (2010). Gambaran Trust Pada Istri Yang Menjalani Commuter Marriage
Tipe Adjusting. Skripsi Psikologi. Universitas Sumatera Utara
Aspinwall,L.G. dan Staudinger, U.M. (2003). A psychological of human strengths
fundamental questions and future disections for positive psychology.
American Psychological Assotiaton. Washington, DC.
Azrin, N., Naster, B., & Jones, R. (1973). Reciprocity counseling: A rapid learning-
based procedure for marital counseling. Behaviour Research and Therapy,
11, 365-382.
Carr, A. (2004). Positive pschology : the science of happiness and human strengths.
Bronner-Routledge. New York.
Drach-Zahavy, A., & Erez, M. (2002). Challenge versus threat effects on the goal-
performance relationship. Organizational Behavior and Human Decision
Processes, 88(2), 667-682.
Duvall, Evelyn Millis & Miller, Brent C. (1985). Marriage and Family
Development (Sixth Edition). New York: Harper & Row
Fatima, M., & Ajmal, M. A. (2012). Happy marriage: a qualitative study. Pakistan
Journal of Social and Clinical Psychology, 9(2), 37-42.
Frisco, M.L., & Williams, K. (2003) Perceived housework equity, marital
happiness, and divorce in dual-earner households. Journal of family issues,
24, 51-73.
Gottman, J.M (1999). The seven principles for making marriage work. New York:
Crown Publishers, Inc.
Gottman, J.M., & Notarius C.I. (2002) Marital research in the 20th century and a
research agenda for the 21st century. Journal of Family Process, 41(2):159-
97.
Herth, K. (1992). Abbreviated instrument to measure hope: Development and
psychometric evaluation. Journal of Advanced Nursing, 17, 1251-1259.
Hidayat, R. (2018) Melihat Tren Perceraian dan Dominasi Penyebabnya.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5b1fb923cb04f/melihat-tren-
perceraian-dan-dominasi-penyebabnya. Diakses pada tanggal 26 Mei 2019,
pukul 22.00)
Johnson, D., and Johnson, F., (1997). Joining Together, Group Theory and Group
Skills 6th Ed. Boston: Allyn & Bown.
Kariuki, J. W (2014). The impact of long distance marriage on the family: a study
of families with spouses abroad in kiambu county. University Of Nairobi.
76
Kauffman, M. H. (2000). Relational maintenance in long-distance relationships:
staying close. (Master of Science Thesis Blacksburg, Virginia). Diunduh
dari https://theses.lib.vt.edu/theses/available/etd-08292000
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/berbahagia, [Diakses 21 Mei 2018]
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/percaya, [Diakses 21 Mei 2018]
Kemp, C. (1999). Klien sakit terminal: seri asuhan keperawatan: edisi 2. Jakarta:
EGC.
Linley, A., Joseph, S. (2004). Positive Psychology in Practice. USA: Wiley
Mijilputri, N. (2015). Peran Dukungan Sosial terhadap Kesepian Istri yang
menjalani Hubungan Pernikahan Jarak Jauh (Long Distance Marriage).
eJournal Psikologi , 3(2) : 478.
Muhardeni, R. (2018). Peran intensitas komunikasi, kepercayaan, dan dukungan
sosial terhadap kebahagiaan perkawinan pada istri tentara saat menjalani
long distance marriage (ldm) di batalyon infanteri 407/padmakusuma
kabupaten Tegal. Jurnal Psikologi Sosial, 16(01), 34–44.
https://doi.org/10.7454/jps.2018.4
Pistole, M.C. (2010). Long distance romantic couples: an attachment theoretical
perspective. Journal of Marital and Family Therapy, 36, 115-125.
Qomariyah, N. (2015). Gambaran pernikahan jarak jauh (long distance marriage).
Skripsi. Program Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
Ramadhini, S & Hendriani, W (2015) Gambaran Trust Pada Wanita Dewasa Awal
yang Sedang Menjalani Long Distance Marriage. Jurnal Psikologi Klinis
dan Kesehatan Mental. Vol 4 no. 1
Rini, R. I. (2009). Hubungan antara keterbukaan diri dengan penyesuaian
perkawinan pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah. Psycho Idea, 7
(2), 1-13.
Rios, C.M. (2010). The Relationship Between Premarital Advice, Expectations and
Marital Satisfaction. (tesis tidak dipublikasikan). Utah State University. US.
Rempel, J. K., Holmes J. G., & Zanna M.P. (1985). Trust in close relationship.
Journal of Personality and Social Psychology, 49 (1), 95-112. doi:
10.1037/0022-3514.49.1.95
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi. Edisi 12 Bahasa Indonesia. Jakarta:
PTI Indeks.
Rotter, J. B. (1967). A new scale for the measurement of interpersonal trust. Journal
of Personality, 35(4), 651-665.
77
Santrock, John W (2014) .A Topical Approach To Life-Span Development, Seventh
Edition. University of Texas-Dallas
Schoen, R., Astone, N. M., Rothert, K., Standish, N. J., & Kim, Y. J. (2002)
Women's employment, marital happiness, and divorce. Social Forces,
81(2), 643-662.
Seligman, M. (2005). Authentic Happiness: using the new positive psychology to
realize your potential for lasting fullfilment. New York: Free Press, cetakan
pertama.
Snyder, C. R. (2002). Hope Theory: Rainbows In The Mind . Psychological Inquiry.
2. 4. 249-275
Snyder, C. R., & Lopez, S, (2002) Handbook of Positive Psychology. Oxford
University Press.
Snyder, C. R., & Shorey, H. (2002). Hope in the classroom: The role of positive
psychology in academic achievement and psychology curriculum.
Psychology Teacher Network, 12, 1–9.
Snyder, C. R., Harris, C., Anderson, J. R., Holleran, S. A., Irving, L. M., Sigmon,
S. T., et al. (1991). The will and the ways: Development and validation of
an individual-differences measure of hope. Journal of Personality and
Social Psychology, 60, 570-585.
Snyder, C. R., Sympson, S. C., Ybasco, F. C., Borders T. F., Babyak, M. A., &
Higgins, R. L. (1996). Development and validation of the State Hope Scale.
Journal of Personality and Social Psychology, 70, 321–335.
Stutzer. A., & Frey. B.S (2003). Does marriage make people happy, or do happy
people get married?. The journal of socio-economics, 35,326-347.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tescher, E. (2010, April). Marriage without trust lacks good foundation. ProQuest
[online]. Diakses pada tanggal 14 Mei 2018 dari
http://search.proquest.com/docview/251477173?accountid=25704
Umar, Jahja. (2011). Analisis faktor konfirmatorik. Bahan perkuliahan. Fakultas
Psikologi. UIN Jakarta. Tidak dipublikasikan
Weil, C.M. (2000). Exploring Hope in Patients With End Stage Renal Disease on
Chronic Hemodialysis. ANNA Journal, 27, 219-223
Yamagishi, T dan Sato, K. (1986). Motivational Bases of the Public Goods
Problem. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 50, No. 1, 67-
73.
Yamagishi, T. (1998) Trust: The Evolutionary Game of Mind and Society,
University of Tokyo Press.
78
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian
79
Lampiran 2: Kuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Selamat pagi/ siang/ sore/ malam,
Saya adalah Zahrotul Afiffah, mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Saat ini sedang melakukan penelitian mengenai “Pengaruh
Kepercayaan dan Harapan terhadap Kebahagiaan Pernikahan Buruh
Migran yang Menjalani Hubungan Jarak Jauh” dalam rangka menyelesaikan
tugas akhir. Peneliti mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini. Tidak ada jawaban benar atau salah dalam menjawab
pernyataan-pernyataan yang ada disini, Bapak/Ibu cukup menjawab sesuai dengan
keadaan Bapak/Ibu apa adanya. Kuesioner ini digunakan hanya untuk tujuan
penelitian dan setiap jawaban yang Bapak/Ibu berikan akan terjamin
kerahasiaannya. Atas kesediaan dan bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.
Identitas responden
Nama (Inisial) :__________________
Jenis kelamin :__________________
Usia : _____________Tahun
Usia pernikahan : __________________
Pendidikan terakhir : __________________
Jumlah anak : __________________
Pekerjaan : __________________
Lokasi tinggal/bekerja saat ini : __________________
Sudah berapa lama bekerja diluar negeri : __________________
Lokasi tinggal pasangan saat ini : __________________
Pekerjaan pasangan : __________________
………….., 2018
Responden
80
Petunjuk pengisian
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda
saat ini sesuai dengan pilihan jawaban yang diberikan, yaitu:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh:
NO Pernyataan SS S TS STS
1. Saya suka memasak X
Selamat Mengerjakan
Skala 1
NO Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasa dicintai oleh pasangan saya
2 Saya merasa nyaman menjadi suami/istri
nya
3 Tanpa perlu saya jelaskan, pasangan akan
mengerti apa yang saya inginkan
4 Saya merasa pasangan saya tidak pernah
memahami saya dengan baik
5 Saya sering merasa kecewa dengan
pasangan saya
6 Saya sering dibentak pada saat terjadi
81
perdebatan
7 Saya merasa dihina oleh pasangan saya
8 Kami sering bertengkar
9 Saya senang bertukar pikiran dengan
pasangan
10 Kami melakukan hal-hal yang
menyenangkan di akhir pekan
Skala 2
NO Pernyataan SS S TS STS
1 Kami saling terbuka satu sama lain
2 Saya merasa ada jarak antara saya dan
pasangan *
3 Saya senang melakukan diskusi dengan
pasangan saya
4 Saya mampu menceritakan sesuatu dengan
mudah kepada pasangan
5 Rasa cinta saya masih sama seperti dulu,
tidak berubah
6 Saya menerima pasangan apa adanya, tidak
menuntut
7 Saya dan pasangan saling pengertian
8 Saya tidak pernah mendapatkan dukungan
moral *
9 Saya senang melakukan kegiatan rumah
tangga bersama pasangan
10 Pasangan selalu membantu pekerjaan rumah
tangga
82
11 Saya mudah mengutarakan perasaan
emosional terhadap pasangan
12 Saya senang berbagi informasi dengan
pasangan
13 Saya membantu pasangan dalam mencapai
tujuan bersama
14 Saya memberikan motivasi kepada pasangan
dalam keadaan apapun
15 Saya dapat menghargai perbedaan pendapat
diantara kami
16 Saya dapat menerima masukan dari
pasangan
17 Sesibuk apapun kami selalu memberikan
kabar
18 Saya senang melakukan komunikasi dengan
pasangan
19 Ketika memiliki masalah, kami
memecahkannya secara bersama
20 Kami mudah untuk bekerjasama satu sama
lain
Skala 3
NO Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mampu memikirkan banyak cara untuk
keluar dari permasalahan yang rumit.
2 Saya mengejar tujuan yang saya inginkan
dengan penuh semangat.
3 Saya mengkhawatirkan banyak hal.
4 Bagi saya akan selalu ada cara untuk
83
mengatasi masalah, sesulit apapun itu.
5 Saya sering merasa lelah sepanjang hari.
6 Saya tidak sulit mencari jalan keluar atas
masalah rumah tangga saya.
7 Saya mudah terpancing emosi.
8 Bahkan ketika orang lain ragu, saya tahu
saya bisa menemukan cara untuk
memecahkan masalah.
9 Pengalaman masa lalu telah mempersiapkan
saya dengan baik untuk masa depan saya.
10 Saya rasa saat ini saya cukup berhasil
mengelola kehidupan pernikahan kami.
11 Saya khawatir dengan kesehatan saya.
12 Dalam rumah tangga kami, ada tujuan yang
harus dicapai.
84
Lampiran 3 : Path diagram dan Syntax Kebahagiaan Pernikahan
UJI VALIDITAS KONSTRUK KEBAHAGIAAN PERNIKAHAN
DA NI=10 NO=202 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=KP.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
KP
FR TD 2 1 TD 5 4 TD 9 8 TD 6 5 TD 8 7 TD 6 4 TD 10 2 TD 5 3
FR TD 10 5 TD 7 5 TD 8 5 TD 8 6 TD 7 6 TD 8 4 TD 7 4
PD
OU MI SS TV
85
Lampiran 4 : Path diagram dan Syntax Kepercayaaan
UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPERCAYAAN
DA NI=12 NO=249 MA=PM
LA
KON1 KON2 KON3 KON4
KOM5 KOM6 KOM7
TAN8 TAN9 TAN10 TAN11 TAN12
PM SY FI=HARDINES.COR
MO NX=12 NK=3 PH=ST TD=SY
LK
KONTROL KOMITMEN TANTANGAN
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 2 LX 6 2 LX 7 2 LX 8 3 LX 9 3 LX 10 3
LX 11 3 LX 12 3
FR TD 12 7 TD 9 3 TD 11 8 TD 10 7 TD 5 3 TD 6 1 TD 8 2 TD 11 4 TD 12 8 TD
8 7 TD 9 5 TD 7 2 TD 12 4 TD 12 11 TD 9 8 TD 12 5 TD 8 3
PD
OU SS TV MI
86
Lampiran 5 : Path diagram dan Syntax Pathway Thinking
UJI VALIDITAS KONSTRUK PATHWAY THINKING
DA NI=4 NO=202 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=HP.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
KP
FR TD 3 1
PD
OU MI SS TV
87
Lampiran 6 : Path diagram dan Syntax Agency Thinking
UJI VALIDITAS KONSTRUK AGENCY THINKING
DA NI=4 NO=202 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=HA.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
HA
PD
OU MI SS TV
88
Lampiran 7 : Tabel R-Square dan Tabel Analisis Deskriptif
Model Summary Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .813a
.661 .648 5.53549
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kebahagiaan Pernikahan 202 20.35 65.44 50.0000 9.33603
Pathway Thinking 202 32.25 62.25 50.0000 6.86177
Agency Thinking 202 27.71 64.35 50.0000 7.86152
Openess 202 28.42 61.98 50.0000 7.19344
Sharing 202 29.31 63.39 50.0000 8.39640
Acceptance 202 27.16 61.25 50.0000 8.20063
Support 202 24.72 63.61 50.0000 9.99500
Cooperative Intentions 202 27.95 63.85 50.0000 8.13457
Valid N (listwise) 202
Lampiran 8 : Tabel Anova dan Tabel Regresi
Anovaa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig
1 Regresion 11574.980 8 1653.569 53.965 .000b
Residual 5944.483 194 30.642
Total 17519.463 201
a. Predictors: (Constant), NIAT_BEKERJASAMA, harapanpathway, harapanpathway,
SALING_BERBAGI, PENERIMAAN, DUKUNGAN, KETERBUKAAN
b. Dependent Variable: kebahagiaanpernikahan.
89
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -8.457 3.459 -2.445 .015
Pathway Thinking .041 .072 .030 .577 .565
Agency Thinking .124 .068 .105 1.831 .069
Openess .309 .097 .238 3.182 .002*
Sharing .270 .071 .243 3.830 .000*
Acceptance .158 .080 .138 1.960 .051
Support .176 .049 .189 3.613 .000*
Overcooperative
Intentions
.090 .061 .078 1.483 .140
a. Dependent Variable: kebahagiaanpernikahan
Lampiran 9 : Tabel Proporsi Varians
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df
1 df2
Sig. F
Change
1 .0454a .207 .023 8.33706 .207 52.055 1 200 .000*
2 .604b .365 .358 7.47778 .158 49.606 1 199 .000*
3 .761c .580 .573 6.09837 .215 101.206 1 198 .000*
4 .787d .620 .612 5.81593 .040 20.698 1 197 .000*
5 .796e .633 .624 5.72849 .013 7.060 1 196 .009
6 .810f .657 .646 5.55247 .024 13.624 1 195 .000*
7 .813g .661 .648 5.53549 .004 2.198 1 194 .140
a. Predictors: (Constant), harapanpathway
b. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency
c. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency, KETERBUKAAN
d. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency, KETERBUKAAN,
SALING_BERBAGI
e. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency, KETERBUKAAN,
SALING_BERBAGI, PENERIMAAN
f. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency, KETERBUKAAN,
SALING_BERBAGI, PENERIMAAN, DUKUNGAN
g. Predictors: (Constant), harapanpathway, harapanagency, KETERBUKAAN,
SALING_BERBAGI, PENERIMAAN, DUKUNGAN, NIAT_BEKERJASAMA
Keterangan: signifikan(*)
Recommended