View
235
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP
PEMBIAYAAN BAGI HASIL PERBANKAN SYARIAH
DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
TAUFIK ISMAIL
NIM: 1112046100125
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2016 M
i
Abstract
Taufik Ismail. 1112046100125. Effect of Internal Factor, Third Party
Fund (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Perfoming Financing
(NPF), Eskternal factor, (BI rate) and Sharia Certificate of Bank Indonesia
(SBIS) to Profit Sharing Islamic Banking either simultaneously or Partially,
Muamalat, Faculty of Sharia and Law, islamic state university of Syarif
Hidayatulla, Jakarta, 2016
The purpose of study is to analyze further the Lending in Bank Indonesia
Sharia 2010 – 2015. Independent variable consisted of internal factor that are
Third Party Fund (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Perfoming
Financing (NPF). And eksternal factor that is (BI rate) and Sharia Certificate of
Bank Indonesia (SBIS). This study use secondary data and reprocessed by author,
secondary data were obtained from websites of Bank Indonesia. The methods of
data analysis was perfomed using Multiple Linier Regression method is to analyze
the influence of independent variable on the dependent variable. Result from this
research that :
The result from factor internal that was Third Party Fund (DPK) has the
significance effect and positive to profit sharing of Islamic banking. Financing to
Deposit Ratio (FDR), has the significance effect and positive to profit sharing of
Islamic banking. Non Perfoming Financing (NPF) is not significance effect and
positive.
The eksternal factor, BI rate has the significance effect and positive to
profit sharing of Islamic banking. And than Sharia Certificate of Bank Indonesia
(SBIS) is significance effect and positive to profit sharing of Islamic banking.
The research show that eksternal faktor,(BI RATE and SBIS) have
simultaneously effect to profit sharing of Islamic banking and internal faktor(
DPK,FDR,NPF) have simultaneously effect to profit sharing of Islamic banking.
And than the result from eksternal faktor, internal faktor have simultaneously
effect to profit sharing of Islamic banking
Keyword : Third Party Fund (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Non Perfoming Financing (NPF), (BI rate), Sharia Certificate of Bank Indonesia
(SBIS) and Profit sharing Islamic Banking.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
nikmat, karunia dan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai
uswatun khasanah yang telah menuntun ummatnya khususnya penulis dalam
mengenal kalimat Allah SWT, dan semoga penulis beserta pembaca dikumpulkan
bersama beliau nanti di akhirat.
Alhamdulillah, penelitian yang berjudul “PENGARUH FAKTOR
INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PEMBIAYAAN BAGI
HASIL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.” telah dapat penulis
selesaikan. Penulisan karya ilmiah dalam bentuk Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang
terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga penulis, almamater dan pihak-
pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaiaan karya ilmiah ini. Sebagai bentuk
penghargaan, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Phil Asep Saepudin Jahar, MA,Ph.D Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
iii
2. Bapak AM Hasan Ali, MA selaku Ketua Program Studi Muamalat
yang telah memberikan arahan dalam penelitian skripsi penulis.
3. Bapak Dr. Abdulrauf, Lc, MA selaku Sekretaris Program Studi
Muamalat yang telah banyak membantu dalam hal akademik terkait
penyelesaiaan studi penulis.
4. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu serta memberikan arahan dan masukan agar skripsi
ini terselesaikan dengan baik
5. Bapak Fahmi M. Ahmadi, M.Si. dan Bapak Maman R. Hakim, SEI,
MM. selaku tim penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan
arahan, kritik, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Bapak Bukhori muslim, Lc, MA. Selaku dosen penasehat akademik
dan segenap dosen serta staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum
yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta
bantuan bagi penulis
7. Kedua orang tercinta, Bapak Djakirman dan Ibu Tin Fatimah yang
telah banyak memberikan Doa dan motivasinya, Aa Nandar, Teh Teti ,
Azkiyya serta adiku Muhammad Fahmi yang saya banggakan.
8. Abiler ciputat yang senantiasa menjadi keluarga yang penuh ukhwah
semoga terus dilancarkan urusannya dan semakin kompak.
9. Kos - kosan Ps 2012 yang merupakan sahabat penuh dengan canda
tawa, dua kata buat kalian, kalian hebat
iv
10. Un – Name Fc dan Abstu merupakan sahabat sekolah yang cerdas
pintar dan kompak walaupun sedikit kontroversi (datang kelapangan
untuk tanding 9 orang selesai tanding 12 orang)
11. Sahabat KKN Simpati yang telah memberikan warna selama 1 bulan
untuk membangun Desa Leweung Kolot Bogor.
12. Keluarga besar Perbankan Syariah angkatan 2012, sebagai teman
seperjuangan terimaksih atas kebersamaannya
Semoga Allah SWT dengan Ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan
pahala yang berlipat ganda. Dalam menyusun Skripsi ini, penulis telah berusaha
dengan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Namun tidak mustahil
jika pepatah, “tak ada gading yang tak retak” masih ada dalam penyusunan Skripsi
ini. Kesempurnaan Skripsi ini memang semata-mata adalah berkat karunia Allah
SWT. Oleh karena itu, penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun
dari berbagai pihak untuk menyempurnakan Skripsi ini. Penulis berharap Skripsi
ini dapat bermanfaat dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada
kita. Aamiiin.
Jakarta, 15 September 2016
Taufik Ismail
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR……………......….……..……………………………......ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….......v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Pokok Masalah...........................................................................................8
1. Identifikasi Masalah..............................................................................8
2. Pembatasan Masalah.............................................................................9
3. Rumusan Masalah.................................................................................9
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.................................................10
1. Tujuan Penelitian.................................................................................10
2. Manfaat Penelitian...............................................................................10
D. Tinjauan (Review) Terdahulu..................................................................12
E. Kerangka pemikiran...................................................................................15
F. Sistematika Penulisan................................................................................16
vi
BAB II Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia
A. Pembiayaan Bank syariah........................................................................18
B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan................................................................24
C. Jenis – jenis dan Klasifikasi Pembiayaan Bank Syariah.........................28
D. Pembiayaan Bagi hasil Bank Syariah......................................................32
E. Prinsip distribusi bagi hasil......................................................................33
F. Perbedaan bagi hasil dengan system bunga..............................................35
G. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil Bank
Syariah
a. Faktor internal
1. Dana Pihak Ketiga (DPK)..............................................................33
2. Financing deposit rasio (FDR).......................................................37
3. Non performing rasio (NPF)..........................................................39
b. Faktor eksternal
1. Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate)...........................................42
2. Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS).......................................44
c. Pengaruh antar variable.......................................................................45
d. Hipotesis..............................................................................................50
BAB III METODE PENELITIAN
a. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................52
b. Jenis Penelitian dan Sumber Data.......................................................52
c. Metode Penentuan Sample..................................................................52
vii
d. Metode Pengumpulan Data.................................................................53
e. Metode penulisan skripsi.....................................................................53
f. Teknik analisa data.............................................................................53
1. Uji Asusmsi Klasik........................................................................54
a. Uji Normalitas..........................................................................54
b. Uji Multikolinieritas.................................................................55
c. Uji Heteroskedastisitas.............................................................57
d. Uji Autokorelasi.......................................................................58
2. Uji Regresi Berganda.....................................................................59
a. Uji t............................................................................................60
b. Uji F...........................................................................................61
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)......................................................62
g. Definisi operasional variable...............................................................63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil
1. Analisis Deskriptif...............................................................................67
2. Uji Asumsi Klasik...............................................................................74
a. Uji Normalitas................................................................................75
b. Uji Multikolinieritas.......................................................................77
c. Uji Heteroskedastisitas...................................................................79
d. Uji Autokorelasi.............................................................................81
3. Uji Regresi berganda faktor internal...................................................83
a. Uji t.................................................................................................83
viii
b. Uji F................................................................................................88
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)......................................................89
4. Uji Regresi Berganda faktor eksternal................................................90
a. Uji t.................................................................................................90
b. Uji F................................................................................................96
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)......................................................96
5. Uji Regresi berganda internal, ekternal...............................................97
a. Uji F................................................................................................97
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)......................................................98
c. Variabel yang paling dominan mempengaruhi...............................98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................100
B. Keterbatasan.......................................................................................101
C. Implikasi.............................................................................................101
D. Saran...................................................................................................102
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................103
LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan yang diberikan perbankan syariah dalam sector riil memiliki
peranan besar dalam pembangunan ekonomi yang dapat meningkatkan
produktivitas masyarakat, meningkatnya produktivitas dapat meningkatkan iklim
dunia usaha dan investasi yang dapat meningkatkan pendapatan nasional.1
Bank sebagai intermediasi masyarakat memiliki tiga kategori produk utama
yaitu sebagai berikut: Produk Penyaluran Dana (financing), Produk
penghimpunan Dana (funding), Produk Jasa (service). Penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola penyaluran
yaitu prinsip jual beli, bagi hasil, prinsip ujroh dan akad pelengkap2.
Menurut Zarkasih (2008) Produk penyaluran dana atau pembiayaan
dalam bank syariah lebih dipersempit lagi menjadi dua yaitu debt
financing dan equity financing, produk debt based financing mendasarkan
pembiayaan pada prinsip jual beli dan prinsip sewa. Pembiayaan dengan
prinsip jual beli terdiri dari murabahah, salam, dan istishna’. Pembiayaan
dengan prinsip sewa terdiri dari ijarah yang dilandasi adanya perpindahan
manfaat. Sedangkan produk equity based financing dengan prinsip bagi
hasil terdiri dari musyarakah dan mudharabah.3
Pembiayaan yang disalurkan Oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah dari tahun – ketahun memiliki peningkatan yang cukup besar namun
1 Muhammad Luthfi Qolby. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah Di Indonesia . Economics Development Analysis Journal. Vol 2 No 4.
November 2013, h.368.
2 Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo
persada : 2004), h.97
3 Moh. Wahyudin Zarkasyi. Good Corporate Governance. (Alfabeta: Bandung : 2008), h.4
2
pembiayaan masih di dominasi oleh produk jual beli dan sewa. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Komposisi penyaluran dana Bank syariah di Indonesia 2010 – 2015
total % total % total % total % total % total %
68.18 100 102.7 100 147.51 100 184.12 100 199.33 100 203.89 100
130.62 70,94 135.59 68,02 134.96 48,92
63.741 31,98 68.939 33,81
44.93 65,89 73.47 71,75 107.82 73,09
29.19 28,43 39.69 26,91 53.499 29,06
Jenis pembiayaan
Bagi hasil
Jual beli & Sewa
Jumlah
23.26 34,11
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber : statistik perbankan syariah Bank Indonesia, 2015 (diolah)
Pada Tabel 1.1 menandakan bahwa pembiayaan bagi hasil dari tahun
ketahun mengalami peningkatan dan stagnan pada persentase 33,81 % (2015),
persentase terendah 34,11 % (2010). Berbeda dengan jenis pembiayaan Jual beli
& sewa, walaupun persentase dari tahun ketahun mengalami fluktuatif tidak
menyebabkan persentase di bawah 60 %.
Tingginya jenis pembiayan jual beli dan sewa (murabahah, salam, istisna,
Ijarah dan Qard dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya adalah jenis
pembiayaan ini termasuk pembiayaan investasi berjangka pendek dengan tingkat
risiko yang cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis pembiayaan
bagi hasil profit and loss sharing (PLS). Selain dengan tingkat risiko yang lebih
kecil jenis pembiayaan jual beli dan sewa dinilai lebih mudah dan tidak
memerlukan analisa yang rumit serta menguntungkan baik dari pihak Bank
maupun nasabah, keuntungan bagi Bank syariah yaitu dapat memperoleh
3
pendapatan yang tetap (fixed income) dari tingkat keuntungan yang telah
ditentukan diawal4.
Dalam mekanisme penerapan jenis pembiayaan bagi hasil masih sulit
dilakukan karena adanya beberapa kendala seperti harus dilakukannya
pemantauan secara lebih intensif oleh bank terhadap setiap investasi yang
diberikan sehingga membuat operasional perbankan berjalan tidak ekonomis dan
efisien5. Namun demikian jenis pembiayaan bagi hasil dalam bentuk pembiayaan
mudharabah dan musyarakah merupakan alat yang terbaik dalam rangka
menghapus bunga dalam berbagai macam transaksi sehingga dalam praktiknya
harus lebih ditingkatkan. Selain itu pembiayaan bagi hasil juga dapat membantu
pengembangan usaha masyarakat terutama masyarakat yang memiliki
kemampuan mengelola bisnis namun memiliki kendala dalam hal permodalannya.
Meningkatnya total pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah dari tahun ketahun tidak terlepas dari kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana, keberadaan bank syariah di industry perbankan nasional turut
memberikan andil dalam menigkatkan pemerataan ekonomi masyarakat dengan
kegiatan penghimpunan dan penyaluran dananya. Hingga Juni 2015
penghimpunan DPK sebesar Rp 215.339 miliar dan total pembiayaan sebesar Rp
203.894 miliar6.
4 Amin Mu’allim, Praktek pembiayaan Bank syariah dan problematikanya. Paper Al-
mawarid edisi XI 2004, h. 55. 5 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi
Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 128 6 www.bi.com . data statistic perbankan syariah. Diakses pada tanggal 2 maret 2016.
4
Dalam kaitannya dengan peningkatan pembiayaan atau penyaluran dana
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor tersebut merupakan faktor
dari dalam (internal) dan faktor dari luar bank (eksternal). faktor internal dapat
dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank seperti
keputusan yang berkaitan dengan pemodalan, pembiayaan serta pengelolaan risiko
bank7.
Sedangkan faktor ekternal menurut Athanasoglou "merupakan variable-
variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi
faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian dan
hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan8”
Adapun faktor internal bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah
aspek liquidity meliputi financing deposit ratio (FDR). Aspek penghimpunan dana
yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kualitas aktiva produktif terutama kualitas
pembiayaan dalam hal ini adalah pembiayaan bermasalah non perfoming
Financing (NPF). Sementara dari sisi ekternal, bank syariah sebagai lembaga
keuangan tentu pertumbuhannya dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro
seperti kenaikan dan penurunan inflasi dan BI rate, secara umum sangat
dimungkinkan sekali juga akan berpengaruh pada kemampuan nasabah untuk
meningkatkan dana pihak ketiga dalam industi perbankan syariah. Kondisi makro
ekonomi ini tentu berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank yaitu
pembiayaan9.
7 Dahlan Siamat,. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”,
Jakarta: 2005 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, h. 57 8 Febriana dwijayanthy, dan prima naomi 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate. Dan
nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal karisma, Vol 3 no
2, h.87-98. 9 Ekarina katmas, pengaruh faktor ekternal dan internal terhadap volume pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013 , (Jakarta :skripsi UIN Jakarta, 2013), h.6
5
Selain inflasi dan BI rate faktor ekternal lainnya adalah penempatan dana
pada SBIS dan penempatan dana pada PUAS. Bank Indonesia mengeluarkan
perangkat kebijakan moneter berupa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
sebagai wahana penitipan dana jangka pendek oleh bank syariah pada Bank
Indonesia, yang juga berfungsi sebagai secondary reserve bagi bank tersebut10
.
Selain itu Bank Indonesia juga mengeluarkan perangkat kebijakan moneter dalam
bentuk Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)11.“Namun semakin banyak
penempatan dana yang dialokasikan pada SBIS dan PUAS maka pembiayaan
semakin menurun
Menurut Siregar (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
penyaluran dana yaitu DPK, SBIS, dan pembiayaan bermasalah atau NPF.
Dimana dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang diperoleh dari
masyarakat yang berbentuk giro, tabungan, dan deposito, sedangkan bonus SBIS
adalah sumber dana bank yang diperoleh dari Bank Indonesia atas penitipan dana
wadiah atas kelebihan likuiditas bank yang bersangkutan. Pembiayaan bermasalah
atau non performing financing merupakan rasio perbandingan pembiayaan yang
bermasalah dengan total penyaluran dana yang disalurkan kepada masyarakat12
.
Berdasarkan data statistik Bank Umum syariah dan Unit Usaha Syariah
berikut adalah total jenis pembiayaan bagi hasil, DPK, NPF, FDR, BI rate dan
SBIS selama kurun waktu 5 tahun 6 bulan terkahir.
10
7PBI No. 10/11/PBI/2008 yang diperbaharui dengan PBI No.12/18/PBI/2010 tentang
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 11
PBI No.7/26/PBI/2005 tentang perubahan atas PBI No.2/8/PBI/2000 tentang PUAS 12
Siswati . anaisis penyaluran dana bank syariah. Jurnal dinamika manajemen . Vol 4 No
1. maret 2013, h.83.
6
Table 1.2 Total Pembiayaan Bagi Hasil, Kinerja Keuangan, BI rate dan
SBIS, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rp. 76.036 Rp. 115.415 Rp. 147.512 Rp. 183.534 Rp. 217.858 Rp. 215.339
3,02 % 2,52 % 2,22 % 2,62 % 4,33 % 4,76 %
Rp. 5.408 Rp. 9.244 Rp. 4.993 Rp. 6.699 Rp. 8.130 Rp. 8.858
6,50 % 6,00 % 5,75 % 7,50 % 7,75 % 7,50 %
89,67 % 88,94 % 100,00 % 100,32 % 91,50 % 96,52 %
Rp. 23.255 Rp.29.189 Rp.39.690 Rp.53.499 Rp.63.741 Rp. 68.939
Tahun
DPK
NPF
SBIS
BI Rate
FDR
Pembiayaan Basil
Sumber : statistic perbankan syariah Bank Indonesia, 2015 (diolah)
Berdasarkan Table 1.2 pengamatan pada Bank Umum Syariah Indonesia
menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil yang diberikan BUS dan UUS sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya DPK. Hal tersebut menunjukan bahwa
meningkatnya DPK yang dihimpun dapat membuat bank lebih agresif dalam
menyalurkan pembiayaan bagi hasil dari berbagai sumber dana yang meliputi
giro, tabungan, dan deposito.
Pada rasio NPF dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif, pada tahun 2012-
2013 rasio NPF mengalami kenaikan sebesar 0.4 % dengan diikuti besarnya
kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 13.809 miliar. Dan pada tahun 2013-2014
rasio NPF naik sebesar 1.71% dengan kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar
10.242 miliar, sedangkan kenaikan NPF pada rentang waktu 2014-2015 sebesar
0,43% dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 5.198 miliar.
Semakin tinggi persentase rasio NPF mengindikasikan semakin buruk kualitas
pembiayaan sehingga bank akan lebih ketat dalam melakukan pembiayaan
mengingat bank harus melakukan recovery dana atas dana yang tidak kembali dari
pembiayaan yang gagal bayar. Jadi setiap kenaikan pembiayaan yang bermasalah
NPF akan menurunkan jumlah dana yang disalurkan.
7
Selanjutnya pada faktor eksternal BI rate dari tahun ketahun mengalami
fluktuatif pada 2012-2013 BI rate mengalami kenaikan sebesar 1.75 % dengan
diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 13.809 miliar. Demikian halnya
pada tahun 2013-2014 BI rate mengalami kenaikan sebesar 0,25 % dengan
kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 10.242 miliar. Namun pada rentang
waktu 2014-2015 BI rate mengalami penurunan sebesar 0,25% hal terebut tidak
mengakibatkan menurunnya pembiayaan bagi hasil melainkan terjadi kenaikan
sebesar 5.198 miliar. Kenaikan Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) berdampak
pada kenaikan suku bunga simpanan dan diik uti oleh suku bunga pinjaman.
Tingginya bunga simpanan yang ditawarkan tentu akan menarik hasrat
masyarakat untuk menyimpan dananya di bank konvensional dari pada
menyimpan dananya di bank syariah hal tersebut dikarenakan nilai nisbah bagi
hasil bank syariah lebih kecil dari bunga bank, dengan begitu akan banyak
nasabah yang beralih ke bank konvensional dengan nilai keuntungan yang lebih
tinggi. Hal ini mengakibatkan bank syariah menurunnya dana pihak ketiga dari
nasabah yang merupakan sumber modal terbesar dalam melakukan pembiayaan
kepada pihak yang membutuhkan, jika dana pihak ketiga menurun maka, secara
tidak langsung akan mengakibatkan penurunan pembiyaan bagi bank13
.
Faktor ekternal lainnya yaitu SBIS Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
bahwa jumlah SBIS pada BUS dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
kecuali pada tahun 2012 mengalami penurunan namun, penurunan tersebut tidak
13
Edo widiyanto, dan lucia ari diyanti. “Analisis pengaruh tingkat suku bunga BI
terhadap pembiayaan mudharabah” tahun 2008 – 2012, journal bisnis dan komunikasi vol 2 No 1
februari 2015.
8
mengakibatkan menurunnya penyaluran dana BUS, justru diiringi juga dengan
peningkatan pembiayaan bagi hasil dari tahun ketahun. Semakin besar dana yang
dialokasikan ke Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) maka akan
menyebabkan alokasi dana pada pembiayaan menurun. Dari tabel tersebut
mengindikasikan bahwa telah terjadi kesenjangan dimana jumlah SBIS
berbanding lurus dengan total pembiayaaan.
Berdasarkan fakta-fakta diatas banyaknya kesenjangan antara faktor
ekternal dan internal bank syariah terhadap penyaluran dana bagi hasil. Maka
dari itu masalah ini menjadi hal yang menarik untuk di analisis sehingga
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor ekternal
(DPK, NPF, FDR) dan faktor internal (SBIS, BI rate) terhadap penyaluran dana
bagi hasil. Dari pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul
“PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP
PEMBIAYAAN BAGI HASIL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA”
B. Pokok Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Adanya kesenjangan faktor internal Bank Umum Syariah yaitu Financing
Deposit Rasio (FDR), dan Non Perfoming Financig (NPF) terhadap
pembiayaan bagi hasil.
b. Adanya kesenjangan faktor eksternal Bank Umum Syariah yaitu Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan suku bunga Bank Indonesia (BI rate)
terhadap pembiayaan bagi hasil.
9
c. Untuk identifikasi selanjutnya peneliti mengambil variable Dana Pihak
Ketiga (DPK) dikarenakan dalam teori bahwa hampir semua bank
mengandalkan DPK untuk penyaluran pembiayaan,
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah yang sudah di identifikasikan pada sub-bab
sebelumnya maka terdapat batasan dalam penelitian ini yaitu:
a. Analisis dilakukan pada faktor Internal (FDR, DPK, NPF) dan Eksternal
(BI rate dan SBIS) yang merupakan data historis dengan rentang waktu
januari 2010 sampai dengan juni 2015 dimana pada rentang waktu tersebut
telah terjadinya fluktuatif NPF, bahkan pada bulan februari 2015 NPF
menembus 5,1%. Serta adanya peningkatan SBIS dan peningkatan suku
bunga bank Indonesia (BI rate) yang dapat mempengaruhi pembiayaan
bagi hasil.
b. Indikator yang diteliti berasal dari laporan keungan Bank syariah yang
terkodifikasi pada laporan tahunan Bank Indonesia.
3. Perumusan Masalah
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini antara lain :
a. Apakah variabel (internal) DPK, FDR, NPF, berpengaruh secara parsial
dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah?
b. Apakah variabel (ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara parsial
dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah
10
c. Seberapa besar variabel (internal) DPK, FDR, NPF, dan variabel
(ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara simultan terhadap
pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah ?
d. Variable independen mana diantara faktor (eksternal), dan faktor
(internal) yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan bagi hasil di
perbankan syariah ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah variabel (internal) DPK, FDR, NPF
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil
di perbankan syariah.
b. Untuk mengetahui apakah variabel (ekternal) BI rate, dan SBIS
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil
di perbankan syariah.
c. Untuk mengetahui variabel (internal) FDR, NPF, DPK, dan variabel
(ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara simultan terhadap
pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah.
d. Untuk mengetahui variable independen mana diantara DPK, FDR, NPF
dan BI rate, dan SBIS yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan
bagi hasil di perbankan syariah.
2. Manfaat Penelitian.
a. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi / masukan dalam upaya
meningkatkan kemampauan, kreativitas yang berkaitan dengan dunia kerja
11
di masa yang akan datang dan merupakan sarana pelatihan bagi mahasiswa
untuk dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi antara teori
yang diberikan dengan praktik lapangan.
b. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan memberikan sumbangan berupa pengembangan ilmu
yang berkaitan dengan penyaluran pembiayaan bagi hasil perbankan
syariah serta sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.
c. Bagi perbankan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
Kajian mengenai penyaluran pembiayaan bagi hasil Bank umum syariah
serta faktor-faktor yang mendukung atau menghambat penyaluran
pembiayaan.
d. Manfaat bagi masyarakat luas, penelitian ini berfungsi sebagai bahan
informasi bagi masyarakat luas, khususnya bagi para nasabah dan mereka
yang antusias seputar dunia perbankan syariah.
D. Studi Penelitian Terdahulu.
1. Nugroho heri pramono, accounting analisys journal, vol. 2, No. 2, Mei
(2013). Dengan judul Optimalisasi pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank
syariah di Indonesia, dengan metode regresi linier berganda, dengan hasil
penelitian Secara simultan variabel deposito mudharabah, spread bagi hasil, dan
tingkat bagi hasil berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan berbasis
bagi hasil. Sedangkan secara parsial hanya variabel deposito mudharabah dan
spread bagi hasil yang berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan
berbasis bagi hasil. Sedangkan tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan
12
terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu. Dan variable
independen. Persamaan : terdapat pada metode yang digunakan
2. Nur gilang Giannini, accounting analisys journal. Vol. 2 No. 1. Januari 2013.
Dengan judul Faktor pengaruh pembiayaan mudharabah pada Bank syariah di
Indonesia. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan hasil
penelitian secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah. Untuk
hasil secara parsial, variabel FDR berpengaruh negatif terhadap pembiayaan
mudharabah. Variabel NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.
Sedangkan untuk variabel ROA, CAR, dan tingkat bagi hasil berpengaruh positif
terhadap pembiayaan mudharabah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang diteliti sementara
variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan mudharabah dan
musyarakah. Persamaan: terdapat beberpa variable independent yang sama yaitu
variable NPF dan FDR.
3. Prastanto, accounting analisys journal. Vol. 2 No. 1. februari 2013. Dengan
judul Faktor yang mempengaruhi pembiayaan murabahah pada bank umum
syariah di Indonesia. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Dengan hasil penelitian simultan berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
Untuk hasil secara parsial, variabel FDR, QR, dan ROE berpengaruh positif
terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan untuk variabel NPF, dan DER
berpengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang
13
diteliti sementara variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan
mudharabah dan musyarakah, sedangkan diatas hanya menggunakan variabel
dependent murabahah. Persamaan terdapat pada variable indepeden yang sama
yaitu NPF dan FDR
4. Muhammad lutfhi qolby. Economics development analysis journal. Vol. 2,
No.4 november 2013. Dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi
pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Metode yang digunakan Error
correction model (ECM). Dengan hasil penelitian, Hasil penelitian diperoleh
menunjukan bahwa dalam jangka panjang secara bersama-sama Dana Pihak
Ketiga (DPK), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Return On Assets
(ROA) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pembiayaan. Dalam
jangka pendek Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai ECT yang signifikan
menunjukkan bahwa model jangka pendek dapat digunakan. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pada jangka panjang Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Return On Assets (ROA) berpengaruh secara
statistik terhadap pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Pada jangka
pendek Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh secara statistik terhadap
pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan Dana Pihak Ketiga
(DPK) dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) berpengaruh secara statistik
terhadap pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu
yang diteliti sementara variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan
mudharabah dan musyarakah, sedangkan penelitian diatas menggunakan variable
14
dependen yang meliputi semua pembiayaan pada bank syariah. Persamaan
terdapat dua varibel independent yang sama yaitu DPK dan SBIS.
5. Ekarina katmas, skripsi (S1), fakultas syariah dan hukum, UIN Jakarta 2012.
Dengan judul Pengaruh faktor ekternal dan internal terhadap volume pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia. Dengan metode Error correction model. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dalam jangka pendek inflasi, CAR, ROA, NPF dan
BOPO memiliki pengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah.
Dalam jangka panjang variable inflasi, CAR, ROA, NPF, FDR dan BOPO
memiliki pengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.
Sedangkan variable Kurs tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang diteliti sementara
variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan mudharabah dan
musyarakah, sedangkan penelitian diatas menggunakan variable dependen yang
meliputi semua pembiayaan pada bank syariah. Persamaan metode yang
digunakan sama regresi linier berganda.
15
E. Kerangka Pemikiran
Penulis mengemukakan penelitian ini dengan variable DPK sebagai (X1),
variable FDR (X2), variable NPF (X3) (internal), variable BI rate (X4) dan
variable SBIS (X5) (eksternal) yang akan mempengaruhi variable pembiayaan
bagi hasil sebagai variable dependen (Y)
DPK
(X1)
SBIS
(X5)
FDR
(X2)
NPF
(X3)
BI RATE
(X4)
Pembiayaan Bagi hasil
(Y)
FAKTOR
INTERNAL dan
EKSTERNAL
DPK (X1)
FDR (X2)
NPF (X3)
BI RATE (X4)
SBIS (X5)
I
n
t
e
r
n
a
l
E
k
s
t
e
r
n
a
l
16
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan pola dalam penyusunan laporan untuk
gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika penulisan,
diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari sebuah laporan :
BAB I: Pendahuluan
Bagian ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi
terdahulu, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan
BAB II: Tinjauan Pustaka
Bagian ini berisi tentang penguraian teori – teori yang berada di latar
bekalang masalah. meliputi pengertian pembiayaan bagi hasil, tujuan, fungsi, jenis
biaya bagi hasil serta prinsip distribusi bagi hasil. faktor yang mempengaruhi
pembiayaan bagi hasil seperti faktor internal bank yaitu dana pihak ketiga (DPK).
Financing deposit rasio (FDR), dan Non performing rasio (NPF), serta faktor
ekternal bank meliputi Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) dan Sertifikat bank
Indonesia syariah (SBIS).
BAB III: Metode Penelitian
Bagian ini merupakan penjabaran secara keseluruhan metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian yang meliputi ruang lingkup penelitian, jenis
dan sumber data, batasan dan definisi operasional, hipotesis penelitian serta teknik
analisis data yang meliputi uji asumsi klasik dan uji regresi linier berganda.
17
BAB IV : Analisis dan Pembahasan
Bagian ini meliputi hasil analisis penelitian yang berisi analisis data yang
meliputi faktor internal yaitu dana pihak ketiga (DPK). Financing deposit rasio
(FDR), dan Non performing rasio (NPF) dan faktor ekternal yaitu Suku Bunga
Bank Indonesia (BI rate) dan Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS), serta
pengujian hipotesis.
BAB V: Penutup
Bagian ini merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam
skripsi yang berisi kesimpulan dan saran – saran dari penulis mengenai hal- hal
yang dibahas dalam skripsi ini.
18
BAB II
Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia
A. Pembiayaan Bank Syariah
Pembiayaan Bank syariah merupakan aktivitas yang sangat penting , karena
dengan pembiayaan akan diperoleh sumber pendanaan utama dan menjadi
penunjang kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik
akan menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank. Oleh karena itu
diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang baik sehingga
penyaluran pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan
tujuan dari perusahaan maupun syariat Islam itu sendiri14
.
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain15
Pengertian pembiayaan dalam UU No 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 12 yang
merupakan perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
mengungkapkan bahwa “Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
14
Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah dalam teory dan Praktek, Yogyakarta :
Deepublish, juni 2014, h. 138
15 Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP
19
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tabungan setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil16
Diperjelas dengan UU Nomor 21 tahun 2008, pembiayaan Tentang
Perbankan syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa17
:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna
4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh dan
5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas
dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Sedangkan menurut Syafi’i Antonio
16
UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 ayat 12.
17 Undang-undang republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 Tentang Perbankan syariah,
h. 5
20
“pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas
dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit"18
a. Perbedaan pembiayaan dengan kredit
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil19
.
Bank konvensional maupun bank syariah mempunyai peraturan masing-
masing untuk menetapkan dan mengatur pemberian kredit dan pembiayaan
maupun jasa perbankan lainnya yang dilaksanakan oleh bank-bank tersebut. Akan
tetapi, peraturan yang ditetapkan harus berpedoman pada peraturan perbankan
yang berlaku secara umum. Sistem pemberian kredit pada bank konvensional
lebih menekankan pada perolehan bunga yang ditetapkan pada para debitur.
Besarnya jumlah pengembalian pinjaman yang harus dibayarkan oleh para debitur
adalah sebesar jumlah pinjaman kredit yang diterima beserta jumlah bunga kredit
18
Muhammad Syafi Antonio, 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema
Insani Press, h. 160
19 Undang-undang republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas
undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, h.2
21
yang ditetapkan pihak bank. Sehingga dengan adanya bunga tersebut dapat
dimasukkan dalam pendapatan dan keuntungan bank. Jika dipandang dari segi
syariah, maka apa yang diterapkan pada bank konvensional tersebut adalah
termasuk perbuatan riba.
Sementara itu, sistem pembiayaan yang diterapkan pada bank syariah
memiliki beberapa perbedaan dengan sistem pemberian kredit yang diterapkan
pada bank konvensional. Ketika terdapat debitur yang meminjam dana kepada
bank syariah, maka antara pihak bank maupun pihak debitur akan melakukan
perjanjian di awal pembiayaan yang dianggap sebagai pengikatan kontrak antara
pihak bank dengan calon nasabah atau calon debitur. Perjanjian tersebut antara
lain meliputi perhitungan bagi hasil yang selanjutnya akan ditanggung bersama
oleh kedua pihak tersebut. Selain itu, perjanjian tersebut juga menjelaskan bahwa
jika terjadi kerugian, maka akan ditanggung bersama oleh pihak bank maupun
nasabah. Perhitungan bagi hasil yang ditetapkan dalam perjanjian dilakukan tanpa
adanya unsur paksaan di dalamnya. Terkait dengan perhitungan bagi hasil, jika
bank mendapatkan keuntungan lebih, maka laba akan dibagi bersama dengan
nasabahnya. Namun jika pihak bank mengalami kerugian, maka pihak nasabah
juga turut menanggung resiko kerugiannya. Berdasarkan hasil keputusan MUI
(Majelis Ulama Indonesia), bagi hasil tersebut bukan merupakan aktivitas riba dan
tidak haram20
20
Achasih Nur Chikmah “analisis perbandingan sistem pemberian kredit
bankkonvensional dengan pembiayaan bank syariah pada usaha mikro, kecil, dan menengah”
jurnal akuntansi unesa · vol 2, no 2 (2014), h. 4
22
Perbedaan pembiayan bank syariah dengan kredit bank konvensional secara
rinci dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya :
1. Keuntungan yang diperoleh bank Pada bank konvensional,
Keuntungan diperoleh dari besarnya tingkat suku bunga kredit
yang ditetapkan pada debitur yang mengajukan kredit. Dengan adanya
beban bunga tersebut, maka jumlah pembayaran kredit yang diajukan
oleh debitur nominalnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah
pinjaman. Sedangkan pada bank syariah, keuntungan diperoleh melalui
bagi hasil antara pihak bank dengan debitur yang mengajukan
pembiayaan. Bagi hasil yang dimaksud telah disepakati oleh kedua
pihak, yakni pihak bank dan pihak debitur. Perjanjian yang dilakukan di
awal transaksi merupakan kesepakatan untuk menentukan prosentase
penentuan bagi hasil antara pihak bank dengan pihak debitur, baik
kerugian maupun keuntungan akan ditanggung bersama
2. Prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit atau pembiayaan
Pada bank konvensional, prinsip yang diterapkan dalam pemberian
kredit antara lain; bank konvensional melayani semua jenis kredit, baik
untuk kredit modal usaha, kredit konsumtif, maupun kredit investasi,
dan tidak membedakan transaksi halal maupun haram. Sedangkan
prinsip yang diterapkan pada bank syariah antara lain, prinsip wadiah,
prinsip mudharabah, prinsip jual beli, prinsip sewa dan prinsip bagi
hasil.
3. Pengikatan kontrak dan perjanjian pihak bank dengan pihak nasabah.
23
Pada bank konvensional, tidak ada pengikatan kontrak atau
perjanjian yang disepakati di awal dengan nasabah ataupun debitur.
Namun, bank konvensional hanya menetapkan bunga atas jumlah kredit
yang dipinjam oleh debitur dengan jumlah prosentase pasti, yang wajib
dibayarkan kembali oleh debitur dalam jangka waktu yang telah
ditentukan. Jika debitur menunggak atau melebihi jatuh tempo, maka
akan dikenakan denda berupa jumlah bunga kredit yang lebih besar dari
yang ditentukan sebelumnya. Sementara itu, pada bank syariah terjadi
perjanjian dan kesepakatan di awal antara pihak bank dengan debitur.
Perjanjian tersebut antara lain berupa kontrak dan perjanjian serta
perhitungan jumlah bagi hasil bagi pihak bank debiturnya. Pada awal
perjanjian, telah disepakati bahwa untung atau kerugian yang terjadi di
bank syariah akan ditanggung bersama oleh pihak bank maupun
debitur, serta tidak ada unsur bunga dalam pembiayaan tersebut.
4. Jenis pemberian kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh bank
Bank konvensional tidak membatasi jenis pemberian kredit yang
disalurkan kepada masyarakat selama debitur dapat memenuhi syarat
dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank konvensional. Baik
jenis kredit konsumtif, investasi, jaminan maupun modal usaha, dan
tidak memperdulikan hukum jenis kredit yang diajukan, selama
debitur dapat melunasi pinjaman dengan tepat waktu beserta bunga
yang telah ditetapkan pihak bank. Sementara itu, bank syariah hanya
akan memberikan pembiayaan kepada debitur jika telah jelas hukum
24
dan tujuan penggunaannya. Jika pembiayaan yang diajukan debitur
digunakan untuk kegiatan yang haram, maka pihak bank tidak akan
memberikan pembiayaan kepada debiturnya. Dari segi kriteria usaha
yang dibiayai, bank syariah mengharuskan usaha-usaha yang halal.
Usaha-usaha seperti minuman beralkohol, bar atau usaha lain yang
dipandang lebih banyak madharat-nya daripada manfaatnya tentu
tidak dapat dibiayai oleh perbankan syariah21
B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
a. Tujuan pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai – nilai Islam.
Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak – banyaknya pengusaha
yang bergerak dibidang industry, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang
kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang – barang dan jasa
– jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negri maupun ekspor22
Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup lingkup yang luas. Pada
dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan yaitu 23
:
a. Profitability, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha
yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan
21
Ibid ,h. 15 22
Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, 2009, Manajemen operasional Bank Syariah,
Cirebon : STAIN Press., h. 68
23 Totok budisantoso, Sigit Triandanu, “ Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, (Jakarta :
salemba Empat, 2006), h 144
25
menyalurkan pembiayaan kepada usaha – usaha nasabah yang diyakini
mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya.
Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan
dan sekaligus juga unsur keuntungan dari suatu pembiayaan, sehingga
kedua unsur tersebut saling berkaitang dengan demikian keuntungan
merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam
bentuk bagi hasil yang diterima.
b. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar
– benar terjamin sehingga tujuan profitabilitas dapat benar – benar
tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan
keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk
modal, barang, atau jasa itu betul – betul terjamin pengembaliannya,
sehingga keuntungan yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.
b. Fungsi pembiayaan
Irham dan Lavianti menyatakan fungsi kredit perbankan dalam aktivitas
perekonomian suatu negara adalah sebagai berikut:
1. Fungsi kredit berusaha memposisikan uang sebagai alat pertukaran
yang efektif.
Industri perbankan merupakan lembaga intermediasi, dimana bank
mengefektifkan dana yang selama ini tersimpan secara menganggur
dengan menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang membutuhkan
dan yang mampu mengelolanya, yaitu mengelola uang tersebut untuk
membeli barang dan jasa sesuai kebutuhan.
26
2. Fungsi kredit sebagai penyalur dana dan pembina bagi dunia usaha.
Dunia usaha adalah pihak yang paling dominan dalam
menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sehingga dengan bantuan kredit yang disalurkan perbankan, diharapkan
akan mampu mengatasi kekurangan dana yang selama ini tidak
tercukupi untuk membeli kebutuhan yang sudah direncanakan.
3. Fungsi kredit untuk menciptakan pemerataan pendapatan.
Para pebisnis yang berencana memperluas usahanya, akan
membuat pengangguran sedikit berkurang karena akan ada tenaga kerja
baru yang diharapkan mengelola bisnis tersebut. Sehingga dengan
tertampungnya tenaga kerja baru diharapkan pendapatan pemerataan
akan tercipta.
4. Fungsi kredit sebagai salah satu alat dalam menggairahkan bisnis
internasional.
Setiap pelaku bisnis yang terlibat dalam perdagangan internasional
yang juga melakukan tindakan ekspor dan impor, maka kebutuhan akan
kredit dalam bentuk mata uang asing akan meningkat. Dimana pada
saat proyek yang dikerjakan membutuhkan mata uang asing, maka
perbankan perlu mempunyai simpanan dan menyalurkan dananya
dalam bentuk mata uang asing. Dari hal tersebutlah kegairahan pebisnis
untuk masuk ke pasar tradisional akan lebih mudah.
27
5. Fungsi kredit untuk meningkatkan aktivitas penggunaan barang dan
jasa.
Dana yang diperoleh pebisnis dari perbankan akan membuat
mereka dapat membeli bahan baku dan melakukan prosesnya hingga
menjadi barang jadi. Tindakan ini diharapkan akan meningkatkan nilai
barang tersebut, begitupun dari segi jasa.
6. Fungsi kredit sebagai pendorong dan pencipta stabilitas ekonomi.
Pada saat suatu negara mengalami masalah perekonomian,
diharapkan kredit ini dapat mengembalikan stabilitas perekonomian
tersebut dengan cara mengendalikan inflasi, menciptakan pembukaan
lapangan pekerjaan, memenuhi kebutuhan pokok rakyat dan
mendukung dunia usaha khususnya bidang ekspor dan impor24
.
Sedangkan menurut H. Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal,
pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian.
Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan dan
keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang.
2. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) suatu barang.
3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
24 Fahmi, Irham dan Hadi, Yovi Lavianti. “Pengantar Manajemen Perkreditan”,
Alfabeta, Bandung, 2010, h. 50
28
4. Pembiayaan menimbulkan gairah usaha masyarakat.
5. Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi.
6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.
7. Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi internasional25
Dari fungsi pembiayaan dan kredit di atas dapat di buat kesimpulan
bahwasannya pembiaayan dan kredit memiliki tujuan yang sama yaitu meyalurkan
dana kepada sektor yang membutuhkan sebagai meningkatkan nilai modal / uang
yang bertujuan untuk pemerataaan pendapatan, dan dari segi makro penyaluran
dana baik dalam bentuk pembiayaan maupun kredit berfungsi sebagai stabilitas
perokonomian suatu negara yang dapat meningkatkan pendapatan nasional.
C. Jenis – Jenis dan Klasifikasi Pembiayaan
1. Jenis pembiayaan
Pembiayaan menurut jenisnya dapat di tinjau berdasarkan dengan tujuan
masing –masing diantaranya :
a. Berdasarkan tujuan penggunaannya, dibedakan dalam26
:
i. Pembiayaan modal kerja, yakni modal lancar yang dipergunakan
untuk mendukung operasional perusahaan sehari – hari sehingga
perusahaan dapat beroperasi secara normal dan lancar. Beberapa
penggunaan modal kerja antara lain adalah untuk pembayaran
25
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori konsep dan aplikasi ,
Jakarta : (Bumi Aksara, 2010) 711 - 715
26 Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo
persada : 2004), h.231.
29
persekot pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, dan lain
– lain. Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk
pembiayaan syariah jenis pembiayaan modal kerja (PMK) dapat
dibagi 5 macam akad pembiayaan, yakni: mudharabah, Isntishna,
salam, Murabahah, Ijarah
ii. Pebiayaan investasi, yakni pembiayaan jangka menengah atau
jangka panjang untuk pembelian barang – barang modal yang
diperlukan seperti pendirian proyek baru, rehabilitas peralatan
industry, modernisasi seperti peningkatan teknologi baru dan
kualitas tinggi, ekspansi melalui penambahan mesin dan
perlengkapan yang dibutuhkan oleh industry dan relokasi proyek
yang sudah ada temasuk sarana penunjang kegiatan pabrik, seperti
laboratorium dan gudang. Berdasarkan akad yang digunakan
dalam produksi pembiayaan syariah, pembiayaan investasi dapat
dibagi menjadi 4 yaitu : murabahah , IMBT, salam, Istishna.
iii. Pembiayaan komsumtif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk
pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan
perseorangan27
Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan
syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi 5 bagian :
murabahah, IMBT, Ijarah, Istishna dan Qard28
.
27
Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah dalam teory dan Praktek, Yogyakarta :
Deepublish, juni 2014, h. 143.
28 Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo
persada : 2004), h.244.
30
b. Berdasarkan jangka waktu pemberiannya. Dibedakan dalam29
.
1. Pembiayaan dengan jangka pendek umumnya dibawah 1 tahun.
2. Pembiayaan dengan jangka waktu menengah umumnya sama
dengan 1 tahun.
3. Pembiayaan dengan jangka waktu panjang, umumnya diatas 1
tahun sampai dengan 3 tahun.
4. Pembiayaan dengan jangka waktu diatas tiga tahun dalam kasus
yang tertentu seperti untuk pembiayaan investasi perumahan, atau
penyelamatan pembiayaan.
2. Klasifikasi Pembiayaan.
Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar klasifikasi
pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaanya, yaitu :
1. Pembiayaan dengan prinsip jual – beli
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
4. Pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap
29
Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” h. 144
31
Pembiayaan dengan akad jual – beli ditujukan untuk memiliki barang
sedangkan sedangkan yang mengunakan prinsip sewa ditujukan untuk
mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang
ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.
Pada katagori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di
depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang
termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli
seperti Murabahah, Salam, dan Istishna serta produk yang menggunakan prinsip
sewa, yaitu Ijarah dan IMBT.
Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari
besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi
hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka.
Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah musyarakah dan
mudharabah. Sedangkan pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk
memperlancar pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip diatas30
Produk dengan mengunakan prinsip nisbah bagi hasil (Mudharabah dan
Musyarakan) tergolong dalam kontrak Natural uncertainty contracts (NUC) yang
merupakan kontrak / akad dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian
pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing) –
nya. Tingkat return – nya bisa positif, negative, atau nol. Dalam konrak jenis ini,
30
Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo
persada : 2004), h. 98
32
pihak – pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik assets
maupun financial assets) menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung
risiko bersama – sama untuk mendapatkan keuntungan. Di sini, keuntungan dan
kerugian dapat ditanggung bersama. Natural uncertainty contracts ini dapat
diterangkan pula dengan sebuah teori umum yang diberi nama teori
percampuran.31
D. Pembiayaan Bagi Hasil
Jika dalam mekanisme ekonomi konvensional menggunakan instrumen
bunga, maka dalam mekanisme ekonomi islam dengan menggunakan instrumen
bagi hasil. Salah satu bentuk kelembagaan yang menggunakan atau menerapkan
instrumen bagi hasil adalah bisnis dalam lembaga keuangan syari’ah. Salah satu
karakteristik bank syari’ah adalah adanya mekanisme bagi hasil.
Bagi hasil menurut terminology asing dikenal dengan profit sharing. Profit
sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai laba. Sedangkan menurut kamus
popular keuangan dan ekonomi syariah adalah prinsip bagi untung hasil usaha
antara para pihak (mitra) dalam suatu bentuk usaha kerjasama yang dihitung dari
pendapatan setelah dikurangi biaya (cost) pengelolaan dana32
.
Sedangkan menurut Ahmad Supriyadi bagi hasil adalah “akad kerja sama
antara bank sebagai pemilik modal untuk memperoleh keuntungan dan membagi
keuntungan yang diperoleh berdasarkan nisbah yang disepakati. Bagi hasil
31
Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” h. 52
32 M Nadratuzzaman Hosen, AM Hasan Al, 2007. Kamus “popular kuangan & ekonomi
syariah” Jakarta : pusat komunikasi ekonomi syariah, h. 69
33
menurut syariah diperbolehkan sebab Rasulullah saw telah melakukan bagi hasil,
beliau mengambil dari Siti Khadijah sewaktu berniaga ke syam”33
Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan
dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzaraah dan
al-musaqah. Sungguhpun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-
musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzaraah dan al-musaqah
dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh
beberapa bank Islam.34
E. Prinsip distribusi bagi hasil (revenue sharing dan Profit sharing)
Menurut Fatwa dewan syari’ah nasional no: 15/DSN-MUI/IX/2000 prinsip
distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syari'ah dapat di lakukan dua cara
yaitu :
a. Bagi laba (profit sharing), yakni bagi hasil yang dihitung dari
pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal) dan biaya – biaya,
b. Bagi pendapatan (Net Revenue Sharing), yakni bagi hasil yang dihitung
dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal); dan masing
masing memiliki kelebihan dan kekurangan35
Dalam aplikasi perbankan syariah menggunakan system profit sharing
maupun revenue sharing tergantung pada kebijakan masing – masing bank untuk
33
Ahmad supriyadi, system pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (suatu tinjauan
yuridis terhadap praktek pembiayaan di perbankan syariah di Indonesia) paper alwarid edisi XI
tahun 2004, h. 58
34 Muhammad Syafi Antonio, 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema
Insani Press, h. 90
35 Dewan syari’ah nasional No: 15/dsn-mui/ix/2000, “Tentang Prinsip distribusi hasil
usaha dalam Lembaga keuangan syari'ah” h. 1
34
memilih salah satu dari system yang ada. Jika suatu bank syariah menerapkan
prinsip bagi hasil dengan system profit sharing maka kemungkinan bagi hasil
yang akan diterima oleh shahibul maal (pemilik dana) akan semakin kecil, karena
profit sharing di hitung dari pendapatan netto setelah di kurangi biaya – biaya, hal
ini tentunya akan mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata
secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan
mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank
syariah yang berdampak menurunnya jumlah dana pihak ketiga 36
.
Sedangkan bank yang menggunakan bagi hasil dengan system revenue
sharing kemungkinan bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar
dibandingkan dengan suku bunga pasar yang berlaku, karena system pada revenue
sharing dihitung dari total pendapatan bank sebelum dikurangi dengan biaya –
biaya bank, kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk menyimpan
dananya di bank syairah yang mampu memberikan hasil yang optimal.
Rekomendasi Dewan Syariah Nasional (DSN), maupun dalam Praktek
perbankan di Indonesia saat ini yang diterapkan adalah revenue sharing karena
ditinjau dari kemaslahatannya lebih baik dari pada profit sharing37
.
36
Hardiwinoto “ analisis komparasi revenue and profit sharing pada system mudharabah
pada BPRS PNM binama semarang” jurnal value added, vol. 7, No. 2, maret 2011, h. 49
37 Supono , evaluasi bagi hasil pada BPRS WAKALUMI, “jurnal penelitian,
pengembangan ilmu manajemen dan akuntansi STIE putra perdana Indonesia” vol. 3 Mei 2010
35
F. Perbedaan bagi hasil dengan sistem bunga
Hadirnya system bagi hasil dalam pembiayaan bank syariah merupakan
solusi yang baik dalam melakukan kegiatan perekonomian yang mampu
menjamin adanya keadilan dan tidak adanya pihak yang terdzolimi .Perbedaan
keduanya memiliki system yang dapat dilihat pada table berikut38
.
Table 2.1 Perbedaan antara Bagi Hasil dan Bunga
Bagi hasil Bunga
Penentuan besarnya resiko bagi
hasil di buat pada waktu akad
dengan berpedoman pada
kemungkinan untung dan rugi
Penentuan suku bunga di buat
pada waktu akad dengan
pedoman harus selalu untung
untuk pihak bank.
Besarnya nisbah ( rasio ) bagi
hasil berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang di peroleh
Besarnya prosentase
berdasarkan jumlah uang (
modal ) yang di pinjamkan.
Tergantung pada kinerja usaha.
Ju mlah pembagian bagi hasil
meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan.
Tidak tergantung pada kinerja
usaha. Jumlah pembayaran
bunga tidak mengikat meskipun
jumlah keuntungan berlipat
ganda saat keadaan ekonomi
sedang baik.
tidak ada agama yang
meragukan keabsahan bagi hasil
Eksistensi bunga diragukan
kehalala nnya oleh semua
agama termasuk agama islam.
Bagi hasil tergantung kepada
keuntungan proyek yang
dijalankan. Jika proyek itu tidak
mendapatkan keuntunga n maka
kerugian akan di tanggung
bersama oleh kedua pihak.
Pembayaran bunga tetap seperti
yang di janjikan tanpa
pertimbangan proyek yang
dijalnkan oleh pihak nasabah
untung atau rugi.
38
Muhammad Syafi Antonio, 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema
Insani Press, h. 60
36
G. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembiyaan bagi hasil bank syariah
1. Faktor internal bank syariah
Factor internal merupakan pengambilan kebijakan dan strategi
operasional bank seperti keputusan yang berkaitan dengan permodalan,
pembiayaan serta pengelolaan risiko bank. Salah satu faktor internal yang di
gunakan dalam peneitian ini adalah sebagai berikut :
a. Dana Pihak Ketiga.
Sumber dana yang berasal dari masyarakat luas merupakan
sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional Bank dan
merupakan ukuran keberhasilan Bank jika mampu membiayai
operasionalnya dari sumber dana ini. Pentingnya sumber dana dari
masyarakat luas disebabkan sumber ini merupakan sumber utama
bagi Bank. Sumber dana yang juga disebut dana pihak ketiga
(DPK) disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak di
masyarakat. Untuk mendapatkan sumber dana pihak ketga (DPK),
Bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan yang nantinya
Bank akan memberikan keuntungan melalui bagi hasil dari setiap
simpanan tersebut39
UU No.21 tahun 2008 pasal 1 ayat 20 simpanan adalah dana
yang dipercayakan oleh nasabah kepada Bank Syariah dana tau
UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan,
39
Kasmir, Pemasaran Bank. Jakarta:kencana, 2008, h.31
37
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu40
. Dana pihak
ketiga biasanya dikenal dengan dana masyarakat, yang merupakan
dana yang dihimpun oleh Bank yang berasal dari masyarakat luas,
meliputi masyarakat individu, maupun badan usaha. Bank
menawarkan produk simpanan kepada masyarakat dalam
menghimpun dananya41
Sumber dana yang berasal dari pihak ketiga ini diantaranya :
Simpanan giro, tabungan dan deposito. Giro adalah Simpanan
berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan42
.
Sebagaimana yang telah dikutif oleh Adiwarman Karim bahwa
Dewan syariah nasional telah mengeluarkan fatwa yang
menyatakan giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang
dijalankakn berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah43
b. Financing Deposit Rasio (FDR)
Financing deposit rasio (FDR) adalah rasio antara jumlah
pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang
diterima oleh bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara
40
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008,h. 5
41 Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010 h.43
42 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008,h.5
43 Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo
persada : 2004), h. 339
38
jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang
dihimpun yaitu giro, deposito, dan tabungan. Financing deposit
rasio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
Mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber
liquiditasnya. Financing deposit rasio (FDR) dirumuskan sebagai
berikut44
:
Batas maksimum untuk financing deposit rasio (FDR) adalah
sebesar 110%, dimana apabila melebihi batas tersebut berarti
liquiditas bank sudah termasuk kategori buruk, sebagian praktisi
perbankan menyepakati batas aman dari financing deposit rasio
(FDR) sebesar 80 % dengan batas toleransi antara 85 % dan 100
%. Jika rasio FDR suatu bank berada di bawah 80 % misalnya 60
% maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat
meyalurkan sebesar 60 % dari seluruh dana yang dihimpun, dan 40
% dari seluruh dana yang di himpun tidak disalurkan kepada
nasabah, jika FDR mencapai lebih dari 110 % berarti total
pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang di
himpun, oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit.45
44
Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta, h. 116
45 Ibid h. 114
39
Semakin tinggi rasio FDR tersebut memberikan indikasi
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang
diperlukan untuk pembiayaan menjadi semakin besar, demikian
pula semakin jika terjadi penurunan maka pembiayaan yang
disalurkan juga mengalami penurunan.
c. Non Perfoming financing (NPF)
Kredit bermasalah sering juga dikenal dengan non performing
loan (NPL) dalam perbankan konvensional dan non performing
financing (NPF) pada perbankan syariah. Kredit bermasalah atau
NPF merupakan kredit yang disalurkan oleh bank, dan nasabah
tidak dapat melakukan pembayaran atau angsuran sesuai dengan
perjanjian yang telah di tandatangani oleh bank dan nasabah46
.
NPF berfungsi mengukur kemampuan bank dalam mengcover
risiko kegagalan pengembalian pembiayaan oleh nasabah. NPF
mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi tingkat NPF
maka semakin besar pula risiko pembiayaan yang ditanggung oleh
pihak bank, besarnya NPF menunjukan bahwa bank tersebut tidak
profesional dalam mengelola pembiayaan, sebagaimana di tetapkan
oleh Bank Indonesia besar NPF maksimal 5%.47
46
Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010 h.123
47 Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management edisi ketiga, (Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004),h .161
40
Menurut peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 yang
dimaksud kredit bermasalah Non Performing Financing adalah
kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva
Produktif yang berlaku48
. Tingginya Non Performing Financing
(NPF) akan mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan
kredit hal ini disebabkan dana yang akan disalurkan akan
berkurang, begitu juga sebaliknya jika NPF menurun maka kredit
yang disalurkan akan meningkat.
Tingkat resiko pembiayaan bermasalah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Adapun kriteria kesehatan bank syariah yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia adalah sebagai berikut :
Table 2.2 Kriteria Penilaian Peringkat NPF
peringkat 1 NPF < 2% Sangat baik
peringkat 2 2% ≤ NPF < 5% Baik
peringkat 3 5% ≤ NPF < 8% Cukup baik
peringkat 4 8% ≤ NPF < 12 % Kurang baik
peringkat 5 NPF ≥ 12 % Tidak baik
Besarnya nilai NPF pada suatu Bank di sebabkan beberapa faktor :
Faktor internal bank
48
peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan
penetapan status bank, h. 22.
41
1. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan
terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan.
2. Adanya kolusi antara penjabat bank yang menangani pembiayaan dan
nasabah, sehingga bank memberikan pembiayaan dengan tidak
semestinya.
3. Keterbatasan pengetahuan penjabat bank terhadap jenis usaha debitur,
sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan akurat.
4. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya komisaris,
direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam memutuskan
pembiayaan.
5. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring pembiayaan
debitur.
Faktor ekternal bank
1. Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran –
angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam
memenuhi kewajiban.
2. Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang
dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap
keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan kerja.
3. Perusahaan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada
usaha debitur.
4. Bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian debitur.
2. Faktor eksternal bank
42
Faktor ekternal menurut Athanasoglou (2009:87) "merupakan
variable- variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan
manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan
efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja
lembaga keuangan49
. Salah satu faktor Ekternal yang gunakan dalam
peneitian ini adalah sebagai berikut :
a. Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate)
BI Rate merupakan suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh
Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur
bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar
uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter50
.
Secara sederhana BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka
pendek yang di inginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai
target inflasi.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight.
49
Febriana dwijayanthy, dan prima naomi 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate. Dan
nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal karisma, Vol 3 no
2, h.87-98.
50 Laporan kebijakan moneter Indonesia, diakses pada tanggal 1 maret 2016 dari
www.bi.com.
43
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI
Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang
telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI
Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran
yang telah ditetapkan.
BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter
untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang
operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku
bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku Bungan
simpanan, dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang.
Perubahan BI rate dilaksanakan secara konsisten dan berharap
dengan kelipatan 25 basis poins.51
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut
SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia52. Tujuan penerbitan SBIS Pasal 2 SBIS diterbitkan oleh
Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka
51
Aulia pohan, “ kerangka kebijakan moneter dan implementasi di Indonesia”, Rajawali
Press, Jakarta, 2008,h. 2008
52 peraturan bank indonesia nomor : 10/ 11 /pbi/2008 tentang sertifikat bank indonesia
syariah, h. 4
44
dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan
Prinsip Syariah.
Pasal 3 SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
menggunakan akad Ju’alah. Sedangan pada pasal 4 SBIS memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah);
2. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama
12 (dua belas) bulan;
3. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);
4. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan
5. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) melalui lelang
yang melibatkan :
1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan
2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak
langsung, wajib memenuhi persyaratan financing to deposit ratio (FDR)
yang ditetapkan Bank Indonesia.
45
Menurut fatwa DSN MUI No. 36/DSN-MUI/X/2002 persyaratan SBIS
ditetapkan antara lain sebagai berikut53 :
1. Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrument
moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan sertifikat bank
Indonesia syariah (SBIS), yang dapat dimanfaatkan oleh bank syariah
untuk mengatasi kelebihan liquiditas.
2. Akad yang digunakan SBIS adalah akad wadiah sebagaimana diatur
dalam fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro dan fatwa
DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.
3. Dalam SBIS tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam
bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank Indonesia.
4. SBIS tidak boleh diperjualbelikan
3. Pengaruh antar variabel
a. Pengaruh dana pihak ketiga (DPK) dengan pembiayaan bagi hasil
Dana pihak ketiga merupakan sumber pendanaan perbankan syariah
yang paling utama, semakin besar jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang
dihimpun oleh perbankan syariah maka semakin besar pula pembiayaan
yang akan diberikan oleh perbankan syariah kepada masyarakat. Dalam
menjalankan fungsi intermediasi, perbankan syariah mengoptimalkan dana
yang dihimpun dari masyarakat untuk dialokasikan dalam bentuk
53
fatwa dewan syariah nasional no: 36 /dsn-mui/x/2002 tentang sertifikat bank indonesia
syariah (sbis). H. 3
46
pembiayaan,54
oleh karena itu besarnya pembiayaan dapat diengaruhi oleh
besarnya dana pihak ketika (DPK).
b. Pengaruh Financing deposit ratio (FDR) terhadap pembiayaan bagi
hasil.
Financing deposit rasio merupakan salah satu rasio yang
menggambarkan liquiditas perbankan. Rasio ini menyatakan seberapa
besar kemampuan bank dalam mengembalikan penarikan dana yang
dilakukan oleh masyarakat (DPK) dengan mengandalkan pembiayaan
yang disalurkan kepada nasabah melalui pembiayaan.
Dalam dunia konvensional financing deposit rasio (FDR) dikenal dengan
loan to deposit (LDR) yang fungsinya sama sebagai mengukur liquiditas
bank, semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan55
, hal ini disebabkan
karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin
besar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa LDR/FDR
berpengaruh terhadap kredit / pembiayaan yang disalurkan kepada
masyarakat.
c. Pengaruh non performing financing (NPF) terhadap pembiayaan bagi
hasil.
54
Muhammad Luthfi Qolby. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah Di Indonesia . Economics Development Analysis Journal. Vol 2 No 4.
November 2013, h. 380.
55 Abdul Halim, & Hanafi M. Mamduh. 2009. Analisis Laporan Keuangan. 4th ed.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, h.331
47
Non Performing Loan / kredit bermasalah merupakan rasio dari risiko
kredit, dimana Non Performing Loan ini adalah sebuah kondisi yang
sangat ditakuti oleh setiap pegawai bank. Karena dengan kredit
bermasalah tersebut akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank
yang selanjutnya memungkinkan terjadinya penurunan laba56
. Dalam
terminology bank syariah NPL disebut dengan non perfoming financing
(NPF) yaitu rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Bank syariah dalam kegiatan menyalurkan Pembiayaan tidak
memperhatikan prinsip kehati-hatian bank, kemungkinan akan berpotensi
terjadinya Non Performing Financing (kredit bermasalah). Terjadinya Non
Performing Financing ini akan memperburuk kondisi kesehatan bank
sekaligus menyebabkan ketidakmampuan bank dalam menyalurkan
pembiayaan.
d. Pengaruh Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) terhadap pembiayaan
bagi hasil.
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. BI Rate ini timbul ketika inflasi mengalami
peningkatan. Dengan ditetapkannya BI Rate sebagai solusi masalah atas
56
Mudrajad Kuncoro, dan Suhardjono. “Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi”,
BPFE, Yogyakarta, 2011,h. 42
48
meningkatnya inflasi, maka suku bunga simpanan meningkat dan diikuti
dengan suku bunga pinjaman agar tidak terjadi negative spread57.
Dengan meningkatnya suku bunga pinjaman, tentu masyarakat tidak
mau melakukan peminjaman dan menyebabkan bank tersendat dalam
menyalurkan dananya.
Dalam dunia perbankan syariah suku bunga memang tidak berlaku
karena bertentangan dengan syariat islam yaitu riba. Jika dilihat
pembiayaan bagi hasil tidak terpengaruhi oleh BI rate karena pembiayaan
bagi hasil secara umum merupakan perjanjian financial antara pemilik
modal dengan pengelola dana dimana pengelola dana jika mendapatkan
keuntungan dari penggunaan modal yang diberikan akan dibagi secara
bersama – sama sesuai kesepakatan dan jika ada kerugian maka
ditanggung bersama sesuai kesepakatan di awal.
Pada prakteknya bahwa jika ada kenaikan dan penurunan BI rate
maka akan mempengaruhi tingkat rate pembiayaan perbankan syariah
terhadap pembiayaan bagi hasil. Hal ini dapat terjadi di karenakan
kenaikan BI rate, secara langsung akan memberikan dampak displaced
commercial risk yakni risiko berpindahnya dana dari perbankan syarah ke
perbankan konvensional karena adanya perbedaan rate keuntungan yang
didapat ketika ada perubahan tingkat suku bunga BI.
Jika Bunga perbankan meningkat maka nasabah memilih untuk
menyimpan dana nya di perbankan konvensional dari pada di perbankan
57
www.bi.co.id Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan diakses pada tanggal 4
april 2016.
49
syariah, sebaliknya jika nilai bunga perbankan menurun maka nasabah
akan lebih memilih perbankan syariah untuk menyimpan dana dari pada
perbankan konvensional.
Risiko perpindahan dana dari bank syariah ke bank konvensional
dalam j angka pendek akan menyebabkan liquiditas dan sumber dana pihak
ketiga (DPK) menurun. Dana pihak ketiga (DPK) merupkan sumber
terbesar bagi bank dalam melakukan penyaluran dana kepada pihak yang
membutuhkan, sehingga apabila Dana pihak ketiga (DPK) terjadi
penurunan selain berakibat terhadap liquiditas bank itu sendiri dapat pula
berakibat penurunan pembiayaan58.
e. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS) terhadap
pembiyaan bagi hasil.
Bank Indonesia melakukan operasi pasar untuk mengendalikan jumlah
uang beredar, agar pelaksanaan operasi pasar terbuka berdasarkan prinsip
syariah dapat berjalan maka diperlukan alat khusus untuk pelaksanaan
tersebut. Alat yang sesuai dengan prinsip syariah itu adalah SBIS. Pada
saat bonus SBIS naik maka bank syariah lebih memilih menyalurkan
dananya pada SBIS dibandingkan menyalurkan dananya melalui
pembiayaan yang dinilai beresiko dan sebaliknya apabila bonus SBIS
turun maka bank lebih memilih menyalurkan dananya kepada masyarakat
melalui pembiayaan karena dinilai lebih menguntungkan. Dengan adanya
58
Edo widiyanto, dan lucia ari diyanti. “Analisis pengaruh tingkat suku bunga BI
terhadap pembiayaan mudharabah” tahun 2008 – 2012, journal bisnis dan komunikasi vol 2 No 1
februari 2015.
50
penyaluran dana ke instrument SBIS menyebabkan Bank dalam
menyalurkan pembiayaan terhadap masyarakat berkurang. Selain memiliki
tingkat risiko kecil, penyaluran dana ke instrument SBIS pun memiliki
return yang pasti bagi bank59.
4. Hipotesis penelitian.
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas kesimpulan yang di
ambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian
Berdasarkan pembahasan secara teoritis mengenai pengaruh variable DPK,
FDR, NPF, BI rate dan SBIS terhadap pembiayaan bagi hasil yang
didukung oleh hasil – hasil studi terdahulu tersebut di atas maka dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut :
Hipotesi Faktor Internal :
1. Ha1: Dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap pembiayaan bagi hasil.
2. Ha2: Financing deposit rasio (FDR) berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap pembiayaan bagi hasil.
3. Ha3: Non perfoming financing (NPF) berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap pembiayaan bagi hasil.
4. Ha4 : Dana pihak ketiga (DPK), Financing deposit rasio (FDR) dan Non
perfoming financing (NPF) berpengaruh secara simultan (bersama-
sama) terhadap pembiayaan bagi hasil Bank Umum syariah.
59
lifstin wardiantika, rohmawati kusumaningtias “pengaruh dpk, car, npf, dan swbi
terhadap pembiayaan murabahah pada bank umum syariah tahun 2008-2012, journal ilmu
manajemen vol 2 no 4 oktober 2014, h. 1554
51
Hipotesis Faktor Eksternal :
5. Ha5: Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap pembiayaa bagi hasil.
6. Ha6: Sertifikat bank indonesia syariah (SBIS) berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap pembiayaan bagi hasil.
7. Ha7: Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) dan Sertifikat bank indonesia
syariah (SBIS) berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap
pembiayaan bagi hasil Bank Umum syariah.
Hipotesis Faktor internal, eksternal :
8. H8: Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing deposit rasio (FDR) Non
Performing Financing (NPF), Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh secara simultan
(bersama-sama) terhadap pembiayaan bagi hasil Bank Umum syariah.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini menganalisa pengaruh faktor ekternal (SBIS,
BI Rate) dan faktor internal (DPK, FDR dan NPF) terhadap pembiayaan bagi
hasil yang dilakukan pada 12 bank terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah
pembiayaan yang disalurkan pada tahun 2015 bulan juni dengan menggunakan
data laporan keuangan yang diperoleh dari Bank Indonesia.
Penelitian ini dilakukan selama 5 tahun 6 bulan terhitung januari 2010 – juni
2015. Perhitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi linier berganda dengan menggunkan program SPSS 20.
B. Jenis penelitian dan sumber data
Jenis data dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang besumber dari data
sekunder Bank Umum syariah di Indonesia yang meliputi Non perfoming
financing (NPF), Dana pihak ketiga (DPK), financing deposit rasio (FDR),
sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS) dan Tingkat suku bunga (BI rate), yang
diperoleh dari statistic perbankan syariah Indonesia 2010 – 2015 (bulanan)
C. Metode penentuan sempel
Penelitian ini menggunakan metode sensus dimana keseluruhan Bank
Umum Syariah yang terdapat dalam periode penelitian ini dijadikan sebagai objek
penelitian. Penelitian ini menggunakan 66 amatan (N=66) bulan Januari 2010 –
Juni 2015
53
D. Metode pengumpulan data
Pada saat melakukan sebuah penelitian, dibutuhkan data dan informasi yang
relevan untuk dianalisis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yaitu jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak
kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi dokumentasi yaitu
pengumpulan data dengan meneliti dokumen-dokumen berupa laporan statistic
perbankan syariah dan laporan kebijakan moneter Indonesia periode 2010-2015,
yang diambil dari situs resmi www.bi.com
E. Metode penulisan skripsi
Adapun teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku “ pedoman
penuisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2012”
F. Teknik analisa data
Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian asumsi klasik, untuk memastikan apakan regresi linier berganda yang
digunakan tidak terdapat masalah pada uji normalitas, multikolerasi,
heterokedastisitas, dan autokorelasi. Jika semua itu terpenuhi berarti model analisi
telah layak digunakan.
54
Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik. Sedangkan teknik
yang digunakan adalah Regresi linier berganda yang memiliki varibel dua, tiga,
bahkan lebih tergantung jumlah yang dimiliki sebuah penelitian60
.
Teknik Regregesi linier berganda bertujuan untuk menghitung besarnya
pengaruh dua atau lebih variable independent terhadap variable dependent dan
memperediksi variable terikat dengan menggunakan dua atau lebih variable61
.
Untuk mendapatkan model regresi linier yang baik ada beberapa pengujian yang
harus dilakukan, diantaranya :
1. Uji Asumsi Klasik.
Metode OLS dikenal dengan model regresi linier klasik. Asumsi tersebut
bertujuan untuk menghasilkan estimator yang linier, tidak bias dan
mempunyai varian yang minimum, syarat tersebut dapat terwujud jika 4
asumsi terpenuhi dengan syarat yang baik62
, 4 asumsi tersbut adalah sebagai
berikut :
a. Uji Normalitas data
Uji normalitas dimaksud untuk menguji apakah nilai residual yang
telah di standari berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan
berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian
60
Burhan nugriyantoro dkk, “statistic terapan untuk penelitian ilmu social” (yokyakarta :
gadjah mada university, 2004), h. 296
61 Stanislaus S. Uyanto “pedoman analisis data dengan SPSS” (Yogyakarta : graha
ilmu,2009) h.; 243
62 Agus widarjono, “analisis statistika multivariate terapan” (Yogyakarta: sekolah tinggi
ilmu manajemen, 2010) h. 75
55
besar mendekati nilai rata – ratanya. Nilai residual terstandarisasi yang
berdistribusi normal jika digambarkan dengan bentuk kurva akan
membentuk lonceng yang kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga,
dalam uji normalitas menggunakan kurva maka variable yang akan
diujikan dilakukan secara serentak, sedangkan jika uji normalitas
menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test maka variabel yang
di ujikan harus satu persatu63
.
Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat
diketahui dari beberapa metode sebagai berikut ini:
1. Uji Normalitas dengan metode Analisis Grafik yaitu Histogram & P-P
Plots.
2. Uji Normalitas dengan metode Signifikasi Skewness dan Kurtosis.
3. Uji Normalitas dengan metode Jarque – Bera (JB Test)
4. Uji Normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov
Dari semua uji tersebut peneliti menggunakan 2 uji deteksi yaitu uji
Kolmogorov-Smirnov dan uji normal P-Plot.
b. Uji Multikolinieritas.
Multikolinearitas timbul sebagai akibat adanya hubungan kausal
antara dua variabel bebas atau lebih atau adanya kenyataan bahwa dua
variabel penjelas atau lebih bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga
di luar model. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, jika nilai
63
Suliyanto, ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss, Yogyakarta :penerbit
CV Andi, 2011, h. 69.
56
Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas
dari multikolinearitas.
VIF adalah suatu estimasi berapa besar multikolinearitas
meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel
penjelas. VIF yang tinggi menunjukkan bahwa multikolinearitas telah
menaikkan sedikit varian pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan
nilai t. Beberapa alternatif perbaikan karena adanya multikolinearitas
yaitu: (1) membiarkan saja; (2) menghapus variable yang berlebihan; (3)
transformasi variabel multikolinearitas dan (4) menambah ukuran
sampel.64
.
Selain menggunakan VIF dalam mendeteksi multikolinieritas.
Terdapat beberapa metode lain dalam mendeteksi multikolinieritas
diantaranya :
1. Uji korelasi parsial antar variable independen
2. Uji multikolinieritas dengan melihat R square dan nilai t-statistic.65
Dari uji deteksi diatas peneliti menggunakan 2 pengujian yaitu : uji
deteksi Variance Inflation Factor (VIF) dan uji Korelasi.
64
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya, 2009), h.79
65 Suliyanto, ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss, Yogyakarta :penerbit
CV Andi, 2011, h. 83
57
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas, pada umumnya sering terjadi pada model-model
yang menggunakan data cross section. Namun bukan berarti model-model
yang menggunakan data time series bebas dari heteroskedastisitas.
Sedangkan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu
model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Tidak
terdapat heteroskedastisitas jika: (1) penyebaran titik-titik data sebaiknya
tidak berpola; (2) titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau
disekitar angka 0 dan (3) titik-titik data tidak menggumpul hanya di atas
atau di bawah saja 66
Selain Scatterplot model terdapat beberapa metode dalam mendeteksi
heteroskedastisitas diantaranya67
:
1. Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser.
2. Uji heteroskedastisitas dengan metode Park.
3. Uji heteroskedastisitas dengan metode White.
4. Uji heteroskedastisitas dengan metode Rank Spearman.
Dari semua uji deteksi heteroskedastisitas peneliti hanya
menggunakan 2 uji deteksi diantaranya : uji dengan metode Glejser dan uji
dengan metode scatter plot.
66
Ibid.., h. 79
67Suliyanto, ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss, Yogyakarta :penerbit
CV Andi, 2011, h. 125
58
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Panduan mengenai pengujian ini
dapat dinilai dalam besaran nilai Durbin Watson atau D-W (Santoso,
2001). Pedoman pengujiannya adalah:
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2. Angka D-W di antara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif68
.
Selain menggunaka metode uji Durbin Watson, terdapat beberapa
metode dalam mendeteksi autokorelasi diantaranya :
a. Uji autokorelasi dengan metode Lagrange Multiple
(LM – Test)
b. Uji autokorelasi dengan metode Run Test.
c. Dan Uji Uji autokorelasi dengan metode Breusch –
Godfrey (B-GTes)
Dari pemaparan diatas peneliti tidak menggunaan semua uji deteksi
melainkan hanya menggunakan 2 uji deteksi yaitu : uji Durbin Watson,
dan uji Lagrange Multiple (LM – Test).
68
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya, 2009), h.267
59
2. Uji Regresi Linier Berganda
Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel satu dengan
variabel lain. Pada saat ini, analisis regresi berguna dalam menelaah
hubungan dua variabel atau lebih dan terutama untuk menelusuri pola
hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna, sehingga dalam
penerapannya lebih bersifat eksploratif. Regresi berganda seringkali
digunakan untuk mengatasi permasalahan analisis regresi yang melibatkan
hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Berikut ini adalah model dari
persamaan regresi berganda:
Model regresi linier berganda dengan 5 variabel yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + e
Di mana: Y adalah variable terikat (dependent variable); X1, X2, X3
merupakan variable penjelas dari faktor internal, sedangkan X4 dan X5
merupakan variable penjelas dari faktor ekternal
Y = Pembiayaan Bagi Hasil Bank Umum syariah.
a = konstanta
Faktor internal terdiri dari :
X1 = Dana pihak ketiga (DPK)
X2 = Financing deposit rasio (FDR)
X3 = Non perfoming financing (NPF)
e = error-terms (variabel yang tidak diteliti).
60
Dengan model regresi berganda sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 +
b3X3 + e
Faktor eksternal terdiri dari:
X4 = Tingkat suku bunga (BI rate)
X5 = Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS)
e = error-terms (variabel yang tidak diteliti).
Dengan model regresi berganda sebagai berikut : Y = a + b4X4 + b5X5 + e
Pada model regresi diatas menggambarkan peneliti melakukan uji regresi
sebanyak dua kali yang pertama untuk uji regresi faktor internal dan yang
kedua untuk faktor eksternal. Uji regresi linier berganda meliputi sebagai
berikut :
a. Uji t
Pada dasarnya uji t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variable independen secara individual dalam menerangkan variasi bariabel
dependen69
. Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikansi
(rodoni, 2005:90), yaitu :
1. Jika probablitas > 0.05 maka H0 diterima, berarti bahwa suatu
variable independent tidak dipengaruhi secara signifikan
terhadap variable dependen.
69
Imam Ghozali, aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS (semarang : badan
penerbit universitas diponegoro, 2009), h.98
61
2. Jika probabilitas signifikan < 0.05 maka H0 ditolak, berarti
bahwa suatu variable independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variable dependen.
3. Selain itu pengambilan keputusan juga dapat dengan
membandingkan nilai t table dengan t hitung, t table dapat
dirumuskan sebagai berikut : uji t =(df(n-k-1)).
Dimana n adalah jumlah sample penelitian dan k adalah
jumlah variable bebas. Jika t hitung > t table maka H0 ditolak dan
sebaliknya jika t hitung < t table maka H0 diterima.
b. Uji F
Pengujian uji F ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi F
dengan tingkat α yang digunakan (penelitian ini menggunakan tingkat α
sebesar 5%). Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
1. Jika signifikansi F > 0,05, maka H0 diterima yang berarti
variabel-variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2. Jika signifikansi F < 0,05, maka H0 ditolak yang berarti
variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependen.
62
Pengujian juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji F yaitu
dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. F tabel diperoleh dengan
(V1 = k; V2 = n-k-1). Uji ini dilakukan dengan syarat:
1. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima yang berarti variabel-
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
2. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak yang berarti variabel-
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen70
.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Atau dapat pula dikatakan
sebagai proporsi pengaruh seluruh variable bebas terhadap variabel terikat.
Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai R Square atau Adjusted
R-Square. R-Square digunakan pada saat variabel bebas hanya 1 saja
(biasa disebut dengan Regresi Linier Sederhana), sedangkan Adjusted R-
Square digunakan pada saat variabel bebas lebih dari satu71
.
Dalam mengukur seberapa besar kemampuan model dalam
menerangkan variasi variable dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variable –
70
V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi
& Umum, (Yogyakarta: Global Media Informasi, 2008), h. 267
71 Muhammad Iqbal, “Pengolahan Data dengan Regresi Linier Berganda (dengan SPSS)”
paper, h.14
63
variable independen dalam menjelaskan variasi variable dependen amat
terbatas nilai yang mendekati satu berarti variebel - variable independen
memberikan hampir semua informasi variabel dependen. Secara umum
koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena
adanya variasi yang besar antara masing – masing pengamatan, sedangkan
untuk data runtut waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien
determinasi yang tinggi72
G. Operasional Variabel Penelitian
Variabel operasional merupakan sebuah konsep yang mempunyai variasi
nilai yang diterapkan dalam suatu bentuk penelitian. Variabel operasional yang
akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel Independen merupakan suatu variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat (Sugiyono, 2003:33). Variabel independen
dalampenelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana pihak ketiga biasanya dikenal dengan dana masyarakat,
yang merupakan dana yang dihimpun oleh Bank yang berasal dari
masyarakat luas, meliputi masyarakat individu, maupun badan
72 Imam Ghozali, aplikasi analisis multivariate dngan program SPSS (semarang : badan
penerbit universitas diponegoro, 2009), h. 96
64
usaha. Bank menawarkan produk simpanan kepada masyarakat
dalam menghimpun dananya.73
Sumber dana yang berasal dari
pihak ketiga ini diantaranya : Simpanan giro, tabungan dan
deposito
b. Non Perfoming Financing (NPF)
Kredit bermasalah atau NPF merupakan kredit yang disalurkan
oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau
angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah di tandatangani oleh
bank dan nasabah74
Tingkat resiko pembiayaan bermasalah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
c. Financing Deposit Rasio (FDR)
Financing deposit rasio (FDR) adalah rasio antara jumlah
pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang
diterima oleh bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara
jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang
dihimpun yaitu giro, deposito, dan tabungan.
73
Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010 h.43
74 Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010 h.123
65
Financing deposit rasio menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan Mengendalikan kredit yang diberikan
sebagai sumber liquiditasnya. Financing deposit rasio (FDR)
dirumuskan sebagai berikut75
d. BI rate
BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk
mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi
pasar terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI
diharapkan mempengaruhi PUAB, suku Bungan simpanan, dan
suku bunga lainnya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate
dilaksanakan secara konsisten dan berharap dengan kelipatan 25
basis poins.76
e. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut
SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
75
Lukman Dendawijaya, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta, h. 116
76 Aulia pohan, “ kerangka kebijakan moneter dan implementasi di Indonesia”, Rajawali
Press, Jakarta, 2008,h. 2008
66
Indonesia.77
Tujuan penerbitan SBIS Pasal 2 SBIS diterbitkan oleh
Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka
dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan
Prinsip Syariah.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2003:33).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Pembiayaan Bagi Hasil
Variable dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
gabungan dan rata – rata dari total pembiayaan mudharabah dan total
pembiayaan musyarakah yang disalurkan oleh Bank dan unit usha
syariah periode 2010 - 2014
77
Peraturan bank indonesia nomor : 10/ 11 /pbi/2008 tentang sertifikat bank indonesia
syariah, h. 4
67
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif
Dalam bab ini penulis menganalisa data yang telah terkumpul dari variable
independen berupa data Dana Pihak Ketiga, Financing Deposit Ratio, Non
Perfoming Financing faktor (internal) serta, Suku Bunga Bank Indonesia (BI
rate) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) faktor (eksternal),
sedangkan untuk variabel independen menggunakan variabel pembiayaan
bagi hasil. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan Microsoft excel 2013 dan dengan bantuan program SPSS untuk
mendapatkan perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel – variabel
independen terhadap pembiayaan bagi hasil bank umum syariah (BUS)
periode Januari 2010 sampai Juni 2015. Penjelasan lebih lengkap dari masing
– masing variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat di tunjukan
sebagai berikut:
68
Tabel 4.1
Dana Pihak Ketiga (DPK) Periode 2010-2015
DPK Dalam Miliaran Rupiah
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulan
Januari 53.163 75.814 116.518 148.731 177.930 210.761
Februari 53.299 75.085 114.616 150.795 178.154 210.297
Maret 52.811 79.651 119.639 156.964 180.945 212.988
April 54.043 79.567 114.018 158.519 185.508 213.973
Mei 55.067 82.861 115.206 163.858 190.783 215.339
Juni 58.079 87.025 119.279 163.966 191.470 215.339
Juli 60.462 89.786 121.018 166.453 194.299
Agustus 60.972 92.021 123.673 170.222 195.959
September 63.912 97.756 127.678 171.701 197.141
Oktober 66.478 101.804 134.453 174.018 207.121
November 69.086 105.330 138.671 176.292 209.644
Desember 76.036 115.415 147.512 183.534 217.858 Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dana pihak ketiga dari tahun – ketahun
mengalami peningkatan yang cukup besar. Pada bulan Januari 2010 dana pihak
ketiga sebesar 53.163 miliar, sampai dengan Desember 2010 terus mengalami
peningkatan sebesar 76.036 miliar, penurunan hanya terjadi pada bulan Maret
2010 itu pun penurunan tidak terlalu besar hanya sebesar 488 miliar, berbeda
halnya pada bulan Januari sampai bulan April 2011 jumlah dana pihak ketiga
fluktuatif naik turun dan pada bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember
2012 peningkatan terus melaju sebesar 147.512 miliar, walaupun pada bulan
Februari dan April mengalami penurunan.
Pada bulan Januari 2013 – Desember 2014 peningkatan dana pihak ketiga
mengalami peningkatan yang signifikan dari 148.731 - 217.858 miliar, penurunan
hanya terjadi sekali dalam kurun waktu dua tahun yaitu pada bulan Desember ke
Januari, sedangkan pada tahun 2015 dana pihak ketiga fluktuatif naik turun dan
stagnan pada bulan Juni sebesar 215.339 miliar.
69
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa potensi perbankan
syariah memiliki peluang yang cukup besar dalam penghimpunan dana. dapat
dilihat dari peningkatan dana pihak ketiga dari tahun – ketahun. Meningkatnya
jumlah DPK tidak terlepas dari besarnya komposisi DPK yang dihimpun seperti
giro, tabungan, dan deposito Dalam perkembangannya, kemampuan
penghimpunan dana dari masyarakat ini sangat mempengaruhi pertumbuhan
setiap bank dalam hal penyaluran dana atau pembiayaannya dikarenakan DPK
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank bisa mencapai
80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank sehingga Semakin banyak
DPK yang dihimpun maka akan semakin besar pula tingkat pembiayaan yang
akan disalurkan kepada masyarakat.
Tabel 4.2
Financing Deposit Rasio (FDR) Periode 2010-2015
Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Tabel 4.2 merupakan tingkat pertumbuhan Financing Deposit Rasio
(FDR) yang mengalami fluktuasi dari tahun – ketahun. FDR dengan persentase
FDR Dalam Bentuk Persen
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulan
Januari 88.67% 91.97% 87.27% 100.63% 100.07% 93.60%
Februari 90.96% 95.16% 90.49% 102.17% 102.03% 93.94%
Maret 95.07% 93.22% 87.13% 102.62% 102.22% 94.24%
April 95.57% 95.17% 95.39% 103.08% 95.50% 94.18%
Mei 96.65% 94.88% 97.95% 102.08% 99.43% 94.69%
Juni 96.08% 94.93% 98.59% 104.43% 100.80% 94.22%
Juli 95.32% 94.18% 99.91% 104.83% 99.89%
Agustus 98.86% 98.39% 101.03% 102.53% 98.99%
September 95.40% 94.97% 102.10% 103.27% 99.71%
Oktober 94.76% 95.24% 100.84% 103.03% 98.99%
November 95.45% 94.40% 101.19% 102.58% 94.62%
Desember 89.67% 88.94% 100.00% 100.32% 91.50%
70
terendah dalam kurun waktu 5 tahun sebesar 87.13 % pada bulan Maret tahun
2012 sedangkan persentase FDR terbesar adalah pada bulan Juli 2013 sebesar
104.83 %, dan pada Juni 2015 persentase FDR sebesar 94.22% . FDR sendiri
merupakan banyaknya jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah
dibanding dengan total dana pihak ketiga. Batas maksimum untuk financing
deposit rasio (FDR) adalah sebesar 110%, dimana apabila melebihi batas tersebut
berarti liquiditas bank sudah termasuk kategori buruk, sebagian praktisi perbankan
menyepakati batas aman dari financing deposit rasio (FDR) sebesar 80 % dengan
batas toleransi antara 85 % dan 100 %.
Jika rasio FDR suatu bank berada di bawah 80 % misalnya 60 % maka
dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat meyalurkan sebesar 60 %
dari seluruh dana yang dihimpun, dan 40 % dari seluruh dana yang di himpun
tidak disalurkan kepada nasabah, jika FDR mencapai lebih dari 110 % berarti total
pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang di himpun, oleh
karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit.
Tabel 4.3
Non Performing Financing (NPF) Periode 2010-2015
NPF Dalam Bentuk Persen
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulan
Januari 4.36% 3.28% 2.68% 2.49% 3.01% 4.87%
Februari 4.75% 3.66% 2.82% 2.72% 3.53% 5.10%
Maret 4.53% 3.60% 2.76% 2.75% 3.22% 4.81%
April 4.47% 3.79% 2.85% 2.85% 3.48% 4.62%
Mei 4.77% 3.76% 2.93% 2.92% 4.02% 4.76%
Juni 3.89% 3.55% 2.88% 2.64% 3.90% 4.73%
Juli 4.14% 3.75% 2.92% 2.75% 4.31%
Agustus 4.10% 3.53% 2.78% 3.01% 4.58%
September 3.95% 3.50% 2.74% 2.80% 4.67%
Oktober 3.95% 3.11% 2.58% 2.96% 4.58%
71
Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Non Performing Financing merupakan rasio perbandingan pembiayaan
yang bermasalah dengan total penyaluran dana yang disalurkan kepada
masyarakat. Pada Tabel 4.3 merupakan persentase NPF dari tahun - ketahun,
pada tahun 2010 NPF terbesar pada bulan Mei sebesar 4,77% dan persentase
terkecil sebesar 3,02% pada bulan Desember, berbeda halnya dengan NPF pada
tahun 2011 sampai tahun 2012 persentase nilai NPF menurun sampai pada
persentase 2.22% bulan Desember semakin rendahnya nilainya NPF maka bank
tersebut semakin rendahnya tingkat risiko kredit macet yang dialami oleh suatu
bank, pada tahun 2013 persentase NPF berfluktuatif kisaran 2 % sampai dengan
3,08% hal ini masih tergolong dalam zona nyaman, namun pada bulan Juli 2014
persentase nilai NPF sudah menembus angka 4,31% dan persentase tertinggi pada
bulan November sebesar 4,86%, sedangkan menginjak tahun 2015 persentase nilai
NPF masih diatas 4,5% bahkan pada bulan Februari 2015 NPF tembus pada
persentase 5,10 % kondisi tersebut dapat memperburuk kesehatan bank sekaligus
menyebabkan ketidakmampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan kepada
nasabah.
November 3.99% 2.74% 2.50% 3.08% 4.86%
Desember 3.02% 2.52% 2.22% 2.62% 4.33%
72
Tabel 4.4
Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) Periode 2010-2015
Dalam Bentuk Persen
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulan
Januari 6.50% 6.50% 6.00% 5.75% 7.50% 7.50%
Februari 6.50% 6.75% 5.75% 5.75% 7.50% 7.50%
Maret 6.50% 6.75% 5.75% 5.75% 7.50% 7.50%
April 6.50% 6.75% 5.75% 5.75% 7.50% 7.50%
Mei 6.50% 6.75% 5.75% 5.75% 7.50% 7.50%
Juni 6.50% 6.75% 5.75% 6.00% 7.50%
Juli 6.50% 6.75% 5.75% 6.50% 7.50%
Agustus 6.50% 6.75% 5.75% 7.00% 7.50%
September 6.50% 6.75% 5.75% 7.25% 7.50%
Oktober 6.50% 6.50% 5.75% 7.25% 7.50%
November 6.50% 6.00% 5.75% 7.50% 7.75%
Desember 6.50% 6.00% 5.75% 7.50% 7.75% Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Pada Tabel 4.4 diatas memaparkan pergerakan BI rate dari peride 2010 –
2015. Dapat dilihat bahwa pergerakan BI rate mengalami flutuatif, mulai Januari
2010 sebesar 6.50% kemudian meningkat pada bulan Februari sampai dengan
bulan September 2011 menjadi 6.75%, sedangkan pada bulan Februari tahun 2012
sampai bulan Mei 2013 BI rate mengalami penurunan menjadi 5.75% disusul
kembali pada bulan Agustus 2013 BI rate meningkat diatas 7.00% sampai dengan
bulan November dan Desember 2014 BI rate mengalami persentase terbesar yaitu
7.75%.
Pergerakan BI rate yang fluktuatif ini akan mempengaruhi naik turunnya
tingkat pembiayaan pada perbankan syariah.
73
Tabel 4.5
Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS) Periode 2010-2015
Dalam Miliaran Rupiah
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulan
Januari 3.373 3.968 10.663 4.709 5.253 8.050
Februari 2.972 3.659 4.243 5.103 5.331 9.040
Maret 2.425 5.870 6.668 5.611 5.843 8.810
April 3.027 4.042 3.825 5.343 6.234 9.130
Mei 1.656 3.879 3.644 5.423 6.680 8.858
Juni 2.734 5.011 3.936 5.443 6.782 8.858
Juli 2.576 5.214 3.036 4.640 5.880
Agustus 1.882 3.647 2.918 4.299 6.514
September 2.310 5.885 3.412 4.523 6.450
Oktober 2.783 5.656 3.321 5.213 6.680
November 3.287 6.447 3.242 5.107 6.530
Desember 5.408 9.244 4.993 6.699 8.130 Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga
berjangka pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Bagi sejumlah bank yang
memiliki kelebihan likuiditas diberikan kesempatan untuk menitipkan dananya
pada surat-surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, salah satunya
adalah SBIS.
Pada Tabel 4.5 mengindikasikan bahwa SBIS dari tahun – ketahun
mengalami fluktuatif. Penempatan SBIS terendah terjadi pada bulan Mei 2010
sebesar 1.656 miliar sedangkan pada penempatan SBIS tertinggi pada bulan
Januari 2012 sebesar 10.663 miliar, pada bulan Januari tahun 2013 – bulan Juni
2015 penempatan SBIS terus mengalami fluktuatif dan stagnan pada nominal
8.858 miliar. Besarnya penempatan SBIS setiap tahunnya mengindikasikan bahwa
bank syariah kurang mampu mengalokasikan dananya kearah pembiayaan,
74
semakin besar SBIS yang dialokasikan akan menyebabkan turunnya jumlah porsi
pembiayaan yang akan disalurkan bank syariah dan sebaliknya.
Tabel 4.6
Pembiayaan Bagi hasil 2010-2015
Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa selama periode 2010 sampai dengan
bulan Juni 2015 jumlah pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang
disalurkan oleh bank umum syariah terus mengalami penigkatan. Besarnya
penyaluran pembiayaan mudharabah dan musyarakah ini telah sejalan dengan
besarnya dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun seperti sudah di jelaskan pada
Tabel 4.6 dimana besarnya pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang
disalurkan hingga akhir bulan juni 2015 sebesar 68.939 miliar.
2. Uji Asumsi klasik
Data yang digunakan adalah data sekunder, untuk menentukan ketepatan
model perlu dilakukan beberapa tahap pengujian yaitu dengan uji asumsi klasik
Dalam Miliaran Rupiah
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulan
Januari 16.919 23.160 28.892 40.119 52.007 63.623
Februari 17.317 23.283 29.347 40.952 52.554 63.833
Maret 17.932 23.755 29.542 42.959 54.081 65.858
April 18.565 23.900 30.745 44.314 56.633 67.060
Mei 19.181 24.473 31.757 45.911 57.923 68.939
Juni 20.013 25.844 33.202 47.686 59.960 68.939
Juli 20.501 26.187 33.345 49.278 61.298
Agustus 21.530 27.120 34.231 49.182 61.630
September 21.597 27.399 35.840 50.079 62.966
Oktober 22.354 27.919 36.645 51.585 62.998
November 23.248 28.412 37.714 52.558 64.313
Desember 23.255 29.189 39.690 53.499 63.741
75
yang meliputi : Uji normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas, Uji
Autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Sebelum melakukan uji statistik langkah awal yang harus
dilakukan adalah penyaringan (screening) terhadap data yang akan diolah.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual yang telah di
standari berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan
berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian
besar mendekati nilai rata – rata yang sudah ditentukan.
Untuk menguji normalitas data peneliti menggunakan dua pengujian
yaitu Uji Kolmorogov – Smirnov dan Uji normal P-Plot. Adapun
ketentuan pengujian ini adalah : jika nilai probabilitas atau Asymp. Sig. (2-
tailed) lebih besar dari level of significant (α = 5%) maka data
berdistribusi normal. Sedangkan ketentuan untuk uji Normal P-P Plots
yaitu jika gambar distribusi dengan titik-titik data menyebar di sekitar
garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis
diagonal maka data pada variabel yang digunakan dinyatakan berdistribusi
normal. Uji normal P-Plot dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut :
Gambar 4.1 Hasil Uji normal P-Plot
76
Berdasarkan Gambar 4.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa titik-titik
menyebar di sekitar garis diagonal oleh karena itu berdasarkan Uji normalitas
bahwa analisis model regresi layak digunakan dan cukup memenuhi asumsi
normalitas. Agar tidak berbeda pendapat dalam menginterprestasikan uji normal
P-Plot, maka peneliti menggunakan Uji Kolmorogov – Smirnov agar mendapatkan
hasil yang akurat, uji tersebut sebagai berikut :
Tabel 4.7 Uji One-Sample Kolmorogov – Smirnov
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas uji normalitas data dengan One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed)
Pembiayaan Basil DPK FDR NPF
BI RATE SBIS
N 66 66 66 66 66 66
Normal Parametersa Mean
4.5621182 5.0892145E0
-1.3399312E-2
-1.4605203E0
.0000000
3.6803311E0
Std. Deviation
18685818 .19636551
.01979129
.09771890
.96076892
.17777259
Most Extreme Differences
Absolute .120 .132 .124 .138 .121 .101
Positive .097 .102 .124 .138 .121 .061
Negative -.120 -.132 -.094 -.091 -.069 -.101
Kolmogorov-Smirnov Z 973 1.074 1.011 .1.119 .981 .821
Asymp. Sig. (2-tailed) .300 .199 .258 .164 .291 .511
a. Test distribution is Normal.
77
variabel Pembiayaan Mudharabah & Musyarakah sebesar 0,300. Nilai tersebut
lebih besar apabila dibandingkan dengan taraf signifikansi (α = 5%) yaitu (0,135 >
0,05) sehingga distribusi data adalah normal. Demikian juga dengan variabel
DPK, FDR keduanya berdistribusi normal yaitu DPK (0,199 > 0,05) dan FDR
(0,258 > 0,05). Sedangkan variabel NPF, BI Rate dan SBIS ketiganya
berdistribusi normal yaitu NPF (0,164 > 0,05), BI Rate (0,291 > 0,05), dan SBIS
(0,511 > 0,05).
Kesimpulan Berdasarkan uji normalitas data dengan One-Sample
Kolmogrov-Smirnov setelah dilakukan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) masing-
masing variabel lebih besar dari taraf signifikansi (α = 5%) sehingga distribusi
data dari keseluruhan variabel adalah normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik yang harus dipenuhi selanjutnya adalah bahwa
model persamaan regresi tidak terjadi korelasi yang signifikan antar variable
bebasnya atau dalam statistiknya tidak terjadi mutikolinieritas, pada uji
miltikolinieritas peneliti menggunakan dua uji yaitu : Uji mutikolinieritas
dengan uji VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance dan Uji Korelasi.
Syarat dengan Uji VIF tolerance dapat dilihat dari nilai Tolerance <
0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, sedangkan syarat untuk uji korelasi
78
dapat dilihat dari Pearson Correlation jika diatas 0,85 maka di duga terjadi
miltikolinieritas78
, adapun Uji korelasi sebagai berikut :
Tabel 4.8 Deteksi Multikolinearitas Dengan Uji Korelasi
Correlations
DPK FDR NPF BI RATE SBIS
DPK Pearson Correlation 1 .405** -.089 .400
** .741
**
Sig. (2-tailed) .001 .476 .001 .000
N 66 66 66 66 66
FDR Pearson Correlation .405** 1 -.324** -.014 -.160
Sig. (2-tailed) .001 .008 .909 .199
N 66 66 66 66 66
NPF Pearson Correlation -.089 -.324** 1 .663** .031
Sig. (2-tailed) .476 .008 .000 .805
N 66 66 66 66 66
BI RATE Pearson Correlation .400** -.014 .663** 1 .420**
Sig. (2-tailed) .001 .909 .000 .000
N 66 66 66 66 66
SBIS Pearson Correlation .741** -.160 .031 .420** 1
Sig. (2-tailed) .000 .199 .805 .000
N 66 66 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada Tabel 4.8 menunjukan bahwa nilai korelasi pearson pada variabel
DPK dengan FDR sebesar 0,405, DPK dengan NPF sebesar -0,089 dan nila
korelasi pearson terbesar dan terkecil adalah DPK dengan SBIS sebesar 0,741 dan
NPF dengan FDR yaitu -0,324. Sedangkan korelasi pearson antara variabel satu
78
Agus widarjono, “analisis statistika multivariate terapan” (Yogyakarta: sekolah tinggi
ilmu manajemen, 2010) h.77
79
dengan lainnya terlihat memiliki nilai dibawah 0,85. Sehinggga dapat disimpulkan
tidak terjadi multikorelasi antar variable bebas.
Tabel 4.9
Deteksi Multikolinearitas
dengan VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8.580 .163 52.480 .000
DPK 7.491E-6 .000 .937 43.883 .000 .164 6.113
FDR .769 .159 .078 4.830 .000 .283 3.536
NPF -.597 .726 -.011 -.823 .414 .410 2.441
BI RATE 2.702 .897 .044 3.010 .004 .351 2.852
SBIS 1.960E-6 .000 .009 .475 .636 .197 5.071
a. Dependent Variable: log_Y
Berdasarkan Tabel 4.9 nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan
Tolerance dari setiap variabel independen memiliki nilai kurang dari 10 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas. Begitu pula bila
menggunakan angka tolerance diduga tidak ada multikolinieritas walaupun
mungkin perlu waspada karena angka tolerance nilainya sekitar 0,164 yang tentu
angka mendekati 0.
c. Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasitas berarti ada varian variable pada model regresi
yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variable pada model
regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan
80
homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi adalah yang
homoskedastisitas
Untuk mendeteksi apakah variabel tersebut terdapat
heteroskedasitas didalam regresi peneliti menggunakan beberapa uji
deteksi diataranya dengan uji Glejser dan uji scatterplot, uji Glejser
dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai
mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan
terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah
heteroskedasitas79
, nilai signifikan untuk uji Glejser minimal sebesar 5%
jika di bawah 5% terdapat heteroskedasitas.
Sedangkan untuk syarat dari uji scatterplot adalah harus memiliki
pola scatterplot yang menyebar secara acak hal tersebut menandakan tidak
terjadi masalah heteroskedasitas, begitu juga sebaliknya jika pola
scatterplot membentuk pola tertentu (tidak menyebar) maka terjadi
masalah heteroskedasitas. Untuk uji scatterplot dapat dilihat gambar 4.2
Gambar 4.2 Uji Scatterplot Heteroskedasitas
79
Suliyanto, ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss, Yogyakarta :penerbit CV Andi,
2011, h. 98
81
Dari Gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa plot yang menyebar diatas
maupun dibawah angka nol tidak menbentuk pola tertentu yang jelas pada sumbu
Regression standadized Residual. Oleh karena itu maka berdasarkan uji
heteroskedasitas menggunakan analis grafik pada model regresi yang berbentuk,
dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedasitas.
Tabel 4.10 Deteksi Heteroskedasitas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .177 .057 3.088 .003
DPK -.029 .012 -.707 -2.387 .121
FDR .065 .086 .168 .756 .453
NPF -.029 .019 -.331 -1.534 .131
BI RATE .074 .038 .415 1.967 .054
SBIS .008 .013 .164 .626 .534
a. Dependent Variable: ABRESID
Dari Tabel 4.10 menunjukkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas yang
terjadi dalam proses estimasi parameter model penduga, dimana tidak ada nilai t
hitung yang signifikan atau nilai signifikan (sig) lebih dari 0,05 (p>0,05). Jadi
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu
82
(time - series) atau ruang (cross section). Untuk mengetahui adanya
autokorelasi dalam suatu model regresi peneliti menggunakan uji Durbin –
Watson dan uji LM - Test adapun uji tersebut sebagai berikut :
Tabel 4.11 Deteksi Autokorelasi dengan uji Durbin – Watson
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson pada
model summary adalah sebesar 0,486. Berdasarkan pedoman pengujian Durbin
Watson atau nilai D-W (Santoso, 2001) maka hasil analisis menunjukkan bahwa
angka D-W sebesar + 0,486 berada diantara -2 dan +2 sehingga terbebas dari
autokorelasi.
Tabel 4.12 Deteksi Autokorelasi dengan uji LM – Test
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .999a .998 .998 .0185907
a. Predictors: (Constant), ut_1, DPK, NPF, FDR, BI RATE, SBIS
b. Dependent Variable: log_Y
Pada output di atas terlihat bahwa nilai R2
ini digunakan sebagai dasar
untuk menghitung nilai X2
hitung dengan rumus X2
hitung dengan rumus X2
= (n-
1) * R2. Jika nilai X
2 hitung ≤ X
2 tabel, hal ini menunjukan tidak terjadi masalah
autokorelasi.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .998a .996 .995 .0299706 .486
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK
b. Dependent Variable: log_Y
83
Dari Tabel 4.12 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai R2
= 0,998 dan
jumlah pengamatan = 66, maka X2
hitung sebesar : (65 * 0,998) = 64,870
sedangkan nilai X2 tabel dengan df : (65;0,05) = 84.820 Karena nilai X
2 (64,870)
< X2
tabel (84.820), maka model persamaan regresi tidak mengandung masalah
autokorelasi. Hasil uji autokorelasi antara Durbin – Watson dengan Uji
Langrange Multiplier (LM – Test) memberikan kesimpulan yang sama.
3. Uji Regresi berganda faktor internal
a. Uji t
Faktor internal merupakan faktor yang berhubungan erat dengan
pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank seperti keputusan yang
berkaitan dengan pemodalan, pembiayaan serta pengelolaan risiko bank80. Uji
t digunakan untuk membuktikan apakah variable independen secara individu
mempengaruhi variable independen. (Agus widarjono, 2010:25) hasil uji t
dapat dilihat pada table dibawah ini
Tabel 4.13 Hasil Uji T faktor internal (DPK, FDR, NPF)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.740 .107 81.403 .000
DPK 7.727E-6 .000 .967 94.907 .000
FDR .718 .106 .073 6.803 .000
NPF .751 .541 .014 1.387 .170
80
Dahlan Siamat,. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan
Perbankan”, Jakarta: 2005 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, h. 57
84
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.740 .107 81.403 .000
DPK 7.727E-6 .000 .967 94.907 .000
FDR .718 .106 .073 6.803 .000
NPF .751 .541 .014 1.387 .170
a. Dependent Variable: log _Y
Dari Tabel 4.13 dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Y = 8.740+ 7.727 DPK_X1 + 0.718 FDR_X2 + 0.751 NPF_X3 + e
Y = 16.468,5
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama (Ha1) DPK mempunyai pengaruh secara nyata terhadap
pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa
koefisien β DPK bernilai positif sebesar 7.727 yang berarti setiap setiap
peningkatan sebesar Rp 1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil
sebesar Rp 7.727. Karena nilai t hitung > t table yaitu 94.907 > 1.670 atau sig. <
α yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima Ha4. Dengan
demikian DPK berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan
bagi hasil.
85
Hasil penelitian ini sejalan dengan Muhammad Luthfi Qolby81
dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa variabel DPK
berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan. Artinya
kenaikan DPK akan menyebabkan naiknya penyaluran dana bank syariah
dan sebaliknya penyaluran dana akan turun bila jumlah DPK turun.
Secara garis besar hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa hubungan antara dana pihak ketiga (DPK) dengan
pembiayaan bagi hasil perbankan syariah adalah positif. Hubungan positif
ini dikarenakan dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber pendanaan
perbankan syariah yang paling utama, semakin besar jumlah dana pihak
ketiga (DPK) yang di himpun oleh perbankan syariah dari masyarakat
maka semakin besar pula pembiayaan yang akan diberikan oleh perbankan
syariah kepada masyarakat. Dalam menjalani fungsi intermediasi,
perbankan syariah mengoptimalkan dana yang dihimpun dari masyarakat
untuk dialokasikan dalam bentuk pembiayaan, mengingat dana pihak
ketiga merupakan faktor yang dominan dalam besarnya pembiyaan yang
diberikan oleh perbankan syariah kepada masyarakat.
2. Hipotesis kedua (Ha2) FDR mempunyai pengaruh secara nyata terhadap
pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa
koefisien β FDR bernilai 0,718 yang berarti setiap peningkatan sebesar Rp
1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 0.718.
81
Muhammad Luthfi Qolby. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah Di Indonesia . Economics Development Analysis Journal. Vol 2 No 4.
November 2013, h. 380.
86
Karena nilai t hitung > t table yaitu 6.803 > 1.670 atau nilai sig. < α yaitu 0,000 <
0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima (Ha2). Dengan demikian
FDR berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Prastanto82
dimana hasil penelitian menunjukan bahwa FDR
berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan. Hal serupa
terjadi pada penelitian Ekarina Katsmas83
dengan hasil penelitian bahwa
FDR berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan. Secara tidak
langsung dari literatur terdahulu dan peneliti dapat disimpulkan bahwa
hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin
tinggi rasio FDR maka akan menyebabkan meningkatnya nilai
pembiayaan. Hal ini sesuai dengan perkembangan data yang telah diolah
dimana pada bulan Maret sampai bulan September 2012 nilai FDR terus
meningkat sebesar 102,10% kenaikan tersebut di ikuti oleh peningkatan
pembiayaan bagi hasil dari bulan Maret sampai bulan September 2012
sebesar Rp 35.840 miliar.
3. Hipotesis ketiga (Ha3) NPF mempunyai pengaruh secara nyata terhadap
pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa
koefisien β NPF bernilai 0,751 yang berarti setiap peningkatan sebesar Rp
1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 0.751.
Karena nilai t hitung < t table yaitu 1.387 < 1670 atau nilai sig. > α yaitu 0,170 >
82
Prastanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan murabahah Pada
Perbankan Syariah Di Indonesia Accounting Analysis Journal. Vol 2 No 1. Februari 2013, h. 86 83
Ekarina katmas. Pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap volume pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia, skripsi fakultas syariah dan hukum 2015, h. 97
87
0,05 maka dapat disimpulkan untuk menolak (Ha3). Dengan demikian NPF
tidak berpengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh nur gilang gianni84
dimana hasil uji t pada NPF menunjukan bahwa
nilai signifikansi NPF sebesar 0,712 > 0,05, maka secara tidak langsung
Ho diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha), yang berarti bahwa
secara parsial variabel NPF tidak mempunyai pengaruh secara nyata dalam
pembiayaan yang diberikan oleh bank umum syariah di Indonesia. Hal ini
dikarenakan variasi variable independen tidak dapat menjelaskan variabel
dependen. Berbeda halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
prastanto85
yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh secara nyata
terhadap pembiayaan bagi hasil.
Secara garis besar teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi NPF
maka akan memberikan penurunan terhadap pembiayaan bank syariah
tidak sesuai dengan hasil peneliti ini yang memperoleh hasil bahwa NPF
tidak berpengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Hal ini
terjadi dapat disebabkan karena tidak konsistennya antara kenaikan atau
penurunan NPF terhadap jumlah pembiayaan di setiap bulan. Sebagai
contoh pada bank umum syariah NPF pada tahun 2014 bulan januari
sebesar 4,31% dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp.
61.298 miliar sedangkan pada tahun 2014 bulan November nilai NPF naik
84
Nur gilang gianni “ faktor yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah pada bank
umum syariah di Indonesia” accounting analysis journal volume 2 no 1 februari 2013, h. 99 85
Prastanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan murabahah Pada
Perbankan Syariah Di Indonesia Accounting Analysis Journal. Vol 2 No 1. Februari 2013, h. 87
88
menjadi 4,86% dengan diikuti kenaikan pembiayaan sebesar Rp. 64.313
miliar, selanjutnya pada tahun 2015 bulan februari nilai NPF naik sebesar
5,01% dengan ikuti penurunan jumlah pembiayaan sebesar Rp. 63.833
miliar sedangkan pada bulan juni 2015 nilai NPF turun menjadi 4,73%
dengan ikuti kenaikan pembiayaan sebesar Rp. 68.939 miliar.
Selain ketidak konsistenan nilai NPF terhadap pembiayaan diatas,
terdapat beberapa kemungkinan yaitu dimana rata – rata besarnya nilai
NPF pada bank umum syariah tergolong kecil dibandingkan dengan
perbankan konvensional, yaitu dalam kurun waktu 5 tahun 7 bulan nilai
NPF masih dibawah standar BI (Bank Indonesia) sebesar 5% (hanya saja
pada bulan februari nilai NPF melewati batas ketentuan BI yaitu 5,01 %
hal ini tidak menyebabkan nilai pembiayaan menurun). Nilai NPF bank
umum syariah masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan nilai NPF
Bank umum konvensional yang mana bank umum konvensional lebih
sensitive dengan instrumen derivative sedangkan bank umum syariah akan
lebih sensitif apabila sector riil mengalami goncangan hal ini dikarenakan
bank umum syariah lebih konsisten dan cenderung membiayai dunia usaha
dalam sector rill, di Indonesia masih dalam batas yang dapat dikatakan
aman dari berbagai goncangan perekonomian dengan demikian bank
umum syariah (BUS) memiliki nilai NPF yang tidak terlalu besar maka hal
tersebut menunjukan bahwa sector riil yang dibiayai oleh pembiayaan bagi
hasil (mudharabah dan musyarakah) dalam batas yang dapat dikatakan
89
aman sehingga NPF tidak memiliki pengaruh secara nyata terhadap
pembiayaan bagi hasil.
b. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable internal (DPK, FDR,
dan NPF,) secara simultan (bersama-sama) terhadap variable dependen yaitu
pembiayaan bagi hasil, uji F ini bisa dijelaskan dengan menggunakan (analisi
of varian = ANOVA), pengambilan keputusan dilakukan dengan
membandingkan nilai F table dengan F hitung selain itu pengambilan
keputusan berdasarkan tingkat probabilitas signifikansi. Jika probabilitas
signifikansi > 0,05 maka menolak H1 dan jika < 0,05 menerima H1.
Tabel 4.14 Uji F faktor internal (DPK, FDR, NPF)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 11.970 3 3.990 3.952E3 .000a
Residual .063 62 .001
Total 12.033 65
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR
b. Dependent Variable: log _Y
Berdasarkan Tabel 4.14 diatas, Uji F faktor internal diperoleh pengaruh
secara simultan dengan tiga variable DPK, FDR, dan NPF terhadap variable
dependen pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa nilai F
hitung yang telah di logaritma kan variable Y nya sebesar 3.952 dan F table
sebesar 2.75 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05, dan F hitung (3.952 > 2.75 ) lebih besar dari F table maka
90
secara simultan variable independen faktor internal DPK, FDR, dan NPF
berpengaruh secara nyata terhadap variable dependen pembiayaan bagi hasil.
c. Adjusted R square
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis
regresi sesuai data aktualnya (Goodness of fit). Koefisien determinasi ini
mengukur presentase total variasi dependen Y yang dijelaskan oleh variabel –
variabel independen di dalam garis regresi.
Tabel 4.15 Uji Koefisien Detreminasi faktor internal (DPK, FDR, NPF)
Berdasarkan Tabel 4.15 Adjusted R square diatas diperoleh bahwa nilai
adjusted R2 sebesar 0,995, hal ini berarti 99,5% variasi pembiayaan dapat
dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen faktor internal DPK, FDR,
NPF. Sedangkan 0,5% dengan nilai 0,005 merupakan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
4. Uji Regresi Berganda faktor eksternal
a. Uji t
Menurut Athanasoglou " faktor eksternal merupakan variable-variabel
yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .997a .995 .995 .03177594
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR
91
faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian dan
hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan“86
Tabel 4.16 Hasil Uji t faktor eksternal (BI rate dan SBIS) Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.235 1.561 5.275 .000
BI RATE 1.102 .377 .270 2.922 .005
SBIS .621 .097 .591 6.387 .000
a. Dependent Variable: log _ Y
Dari Tabel 4.16 dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut : Y = a + b4X4 + b5X5 + e
Y = 8.235+ 1.102 BI rate_X4 + 0.621 SBIS_X5 + e
Y = 9.337,6
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis keempat (Ha4) BI rate mempunyai pengaruh secara nyata
terhadap pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui
bahwa koefisien β BI rate bernilai positif sebesar 1.102 yang berarti setiap
peningkatan sebesar Rp 1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil
sebesar Rp 1.102. Karena nilai t hitung > t table yaitu 2.922 > 1.670 atau sig. <
α yaitu 0,005 < 0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima Ha4. Dengan
86
Febriana dwijayanthy, dan prima naomi 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate. Dan
nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal karisma, Vol 3 no
2, h.87-98.
92
demikian BI rate berpengaruh secara nyata dan positif terhadap
pembiayaan bagi hasil.
Penelitian ini bertolak belakang terhadap teori yang mengatakan
bahwa semakin tinggi suku bunga bank Indonesia (BI rate) maka dapat
mempengaruhi penurunan pembiayaan yang disalurkan, penyebabnya
adalah teori tersebut hanya dilihat dari sisi nasabah yang menyimpan
dananya di bank syariah kemudian beralih ke bank konvensional yang
memiliki tingkat return yang besar yang menyebabkan DPK menurun.
Sedangkan bila dilihat dari sisi pembiayaan, ketika terjadi kenaikan
BI rate maka perbankan konvensional tentu akan menaikan tingkat suku
bunganya, hal ini akan mengakibatkan masnyarakat enggan untuk
mengajukan kredit pada perbankan konvensional dikarenakan beban bunga
yang terlalu tinggi, sehingga masyarakat beralih memilih perbankan
syariah dengan produk yang bervariasi termasuk didalamnya terdapat
produk bagi hasil yang tidak menetapkan berapa jumlah bagi hasil akan
tetapi berdasarkan kondisi ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa
masyarakat Indonesia masih profit oriented sehingga mereka akan
memilih produk yang menguntungkan dan meniggalkan produk yang tidak
menguntungkan.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa naiknya BI rate
belum tentu menyebabkan pembiayaan yang disalurkan oleh bank ke
masyarakat menurun ini terbukti dari data BI rate dan pembiayaan bagi
93
hasil pada bulan mei – desember 2013 suku bunga bank indonesia
mengalami kenaikan dengan sebesar 1,50% dengan diiringi penigkatan
pembiayaan bagi hasil sebesar Rp. 53.499 miliar. Hasil peneliti pun
sejalan dengan ekarina katmas87
dengan hasil penelitian koefisien
0,034408 dengan tingkat probabilitas 0,0035 yang lebih kecil dari tingkat
α 5% sehingga menrima Ha dan menolak H0.
1. Hipotesis kelima (Ha5) SBIS mempunyai pengaruh secara nyata terhadap
pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa
koefisien β SBIS bernilai 0,621 yang berarti setiap peningkatan sebesar Rp
1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 0,621.
Karena nilai t hitung > t table yaitu 5.300 > 1.670 atau nilai sig. < α yaitu 0,000
< 0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima (Ha5). Dengan demikian
SBIS berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil
Penelitian ini sejalan dengan Irfan syauqi dan Winda Nur Aprianti88
dengan hasil penelitian bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
berpengaruh secara nyata hal ini membuktikan bahwa kenaikan SBIS
memberi andil terhadap peningkatan alokasi dana untuk pembiyaan sektor
pertanian.
87
Ekarina katmas. Pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap volume pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia, skripsi fakultas syariah dan hukum 2015, h.85 88
Irfan Syauqi Beik dan Winda Nur Aprianti “Analisis faktor-faktor yang memengaruhi
pembiayaan bank syariah untuk sektor pertanian di Indonesia” jurnal Agro Ekonomi. Volume 31
No. 1, Mei 2013, h. 29
94
Dari hasil tersebut maka secara tidak langsung teori yang
mengatakan bahwa semakin besar bank menyimpan liquiditasnya di
instrument SBIS maka akan mengurangi pembiayaan bagi hasil terhadap
kebutuhan masyarakat, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yang
menemukan hasil bahwa, SBIS berpengaruh secara nyata dan positif
dengan artian jika simpanan bank dalam bentuk SBIS meningkat maka
dapat diikuti dengan kenaikan pembiayaan bagi hasil. Hal ini terjadi
dikarenakan SBIS merupakan salah satu alat untuk penyerapan kelebihan
likuiditas yang dialami oleh perbankan syariah.
Bank Indonesia melakukan operasi pasar untuk mengendalikan
jumlah uang beredar. Agar pelaksanaan operasi pasar terbuka berdasarkan
prinsip syariah dapat berjalan maka diperlukan alat khusus untuk
pelaksanaan tersebut. Alat yang sesuai dengan prinsip syariah itu adalah
SWBI / SBIS, Penitipan dana pada SWBI di Bank Indonesia diberikan
bonus. Meskipun bonus SWBI/SBIS yang diberikan cukup tinggi, namun
permintaan masyarakat akan pembiayaan juga tetap diberikan oleh bank ke
sector riil khususnya pembiayaan bagi hasil. Menurut badan pusat statistic
(2012) pulihnya perekonomian nasional yang di tandai dengan
pertumbuhan ekonomi dari tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar
6,1% dibandingkan tahun 2007 dan hingga tahun 2012 mengalami
pertumbuhan sebesar 6,23% dibandingkan tahun 2011. Yang
mengiindikasikan adanya aktivitas perekonomian. Oleh karena itu SBIS
95
tidak berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan kepada
masyarakat89
.
Pengaruh SBIS terhadap pembiayaan bagi hasil dapat dilihat dari
data statistik perbankan syariah (SPS). Pada tahun 2010 bulan Mei jumlah
SBIS yang dialokasikan ke BI sebesar Rp. 1.656 miliar dengan
pembiayaan bagi hasil Rp. 19.181 miliar. Sedangkan Pada tahun 2010
bulan Agustus jumlah SBIS menigkat dengan nomial sebesar Rp. 1.882
miliar dengan diikuti besarnya pembiayaan yang disalurkan oleh bank
sebesar Rp.21.530 miliar. Selanjutnya pada tahun 2011 bulan Januari SBIS
kenaikan sebesar Rp. 3.968 miliar dengan pembiayaan bagi hasil Rp.
23.160 miliar, sedangkan pada Desember 2011 SBIS sebesar Rp. 9.244
miliar dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil yang disalurkan
sebesar Rp. 29.189 miliar, peningkatan SBIS yang diikuti dengan kenaikan
pembiayaan bagi hasil dapat dilihat juga dari tahun selanjutnya yaitu pada
tahun 2014 bulan November penigkatan SBIS sebesar Rp. 6.530 miliar
dengan diikuti kenaikan pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp. 64.313
miliar, sedangkan untuk tahun 2015 bulan juni penempatan SBIS sebesar
menigkat Rp. 8.858 miliar dengan diikuti kembali kanaikan pembiayaan
yang dialokasikan sebesar Rp. 68.939 miliar. Dari pemaparan data yang
sudah di jelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa meningkatnya
89
Lifstin wardiantika dan Rohmawati kusumaningsih. Pengaruh DPK, NPF, dan SBIS
terhadap pembiayaan murabahah pada bank umum syariah tahun 2008 – 2012, jurnal ilmu
manajemen volume 2 no.4 oktober 2014, h. 1551
96
simpanan Bank syariah pada instrument (SBIS) belum tentu pembiayaan
bagi hasil bank syariah mengalami penurunan begitu juga sebaiknya.
b. Uji F
Tabel 4.17 Uji F faktor eksternal (BI rate, SBIS)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.693 2 3.347 39.483 .000a
Residual 5.340 63 .085
Total 12.033 65
a. Predictors: (Constant), SBIS, BI RATE
b. Dependent Variable: log_Y
Berdasarkan Tabel 4.17 diatas, Uji F faktor eksternal diperoleh pengaruh
secara simultan dengan dua variable BI rate dan SBIS terhadap variable dependen
pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung
yang telah di logaritma kan variable Y nya sebesar 39.486 dan F table sebesar
3.14 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05, dan F hitung (39.486 > 3.14) lebih besar dari F tabel maka secara
simultan variable BI rate, dan SBIS berpengaruh secara nyata terhadap variabel
pembiayaan bagi hasil.
97
c. Adjusted R square
Table 4.18 Uji Koefisien Detreminasi faktor eksternal (BI rate, SBIS)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .746a .556 .542 .29113436
a. Predictors: (Constant), SBIS, BI RATE
Berdasarkan Table 4.18 Adjusted R square diatas diperoleh bahwa nilai
adjusted R2 sebesar 0,556, hal ini berarti 55,6% variasi pembiayaan dapat
dijelaskan oleh variasi dari kedua variable eksternal BI rate dan SBIS. Sedangkan
0,444 % dengan nilai 0,444 merupakan sisanya dijelaskan oleh sebab lain.
5. Uji F faktor eksternal, internal secara keseluruhan
a. Uji F
Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor eksternal dan internal
memiliki hubungan simultan atau tidak, karena sebelumya peneliti hanya
melakukan uji F secara terpisah yaitu uji F untuk faktor eksternal dan uji F
untuk Internal. Maka uji F ini akan dilakukan secara serentak.
Tabel 4.19 Uji F statistik faktor eksternal, internal
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 11.979 5 2.396 2.667E3 .000a
Residual .054 60 .001
Total 12.033 65
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK
98
Berdasarkan Tabel 4.19 diatas, Uji F diperoleh pengaruh secara simultan
dengan lima variabel SBIS, NPF, FDR, BI RATE, dan DPK terhadap variabel
dependen pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa nilai F
hitung yang telah di logaritma kan variable Y nya sebesar 2.667 dan F tabel
sebesar 2.36 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05, dan F hitung (2.667 > 2.36) lebih besar dari F tabel maka
secara simultan variabel independen SBIS, NPF, FDR, BI RATE, dan DPK
berpengaruh terhadap variable dependen pembiayaan bagi hasil.
b. Adjusted R square eksternal dan internal secara keseluruhan
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis
regresi sesuai data aktualnya (Goodness of fit). Koefisien determinasi ini
mengukur presentase total variasi dependen Y yang dijelaskan oleh variable –
variable independen di dalam garis regresi.
Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Detreminasi faktor eksternal dan internal
Berdasarkan Tabel 4.20 adjusted R square diatas diperoleh bahwa nilai
adjusted R2 sebesar 0,996, hal ini berarti 99,6% variasi pembiayaan dapat
dijelaskan oleh variasi dari kelima variable independen DPK, FDR, NPF, BI rate,
b. Dependent Variable: log _Y
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .998a .996 .995 .02997059
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK
99
dan SBIS. Sedangkan 0,4% dengan nilai 0,004 merupakan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
c. Variabel independen yang paling dominan mempengaruhi variable
dependen.
Di antara variabel independen yang terdiri dari faktor eksternal, (BI rate,
SBIS) dan internal (DPK, FDR, dan NPF) dan yang paling dominan
mempengaruhi kemampuan bank umum syariah (BUS) adalah faktor internal
yaitu dana pihak ketiga. Dapat dilihat dari nilai tertinggi pada kolam koefisien.
Koefisien dari Dana Pihak Ketiga mempunyai nilai sebesar 7.721. Hal ini
menunjukkan bahwa dana masyarakat memang berperan penting terhadap
kemampuan bank menyalurkan kreditnya dalam rangka membantu kebutuhan
atau usaha masyarakat.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh faktor eksternal
(DPK, FDR, NPF) dan internal (BI rate, SBIS) secara simultan dan parsial
terhadap pembiayaan bagi hasil bank umum syariah (BUS) periode tahun 2010
– 2015. Berdasarkan hasil penelitian tentang variable independen yang
mempengaruhi kebijakan pembiayaan di bank umum syariah Indonesia dapat
ditarik kesimpulan.
1. Berdasarkan uji F faktor internal (DPK, FDR, NPF) faktor eksternal (BI
rate, SBIS), dan faktor eksternal internal (BI rate, SBIS DPK, FDR NPF,)
diperoleh hasil pada semua Uji F terdapat pengaruh secara simultan terhadap
pembiayaan bagi hasil.
2. Berdasarkan Uji – t faktor internal (DPK, FDR, NPF)
a. Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh secara nyata dan positif
terhadap pembiayaan bagi hasil
b. Financing Deposit Rasio (FDR) berpengaruh secara nyata dan positif
terhadap pembiayaan bagi hasil
c. Non Perfoming Financing (NPF) tidak berpengaruh secara nyata
terhadap pembiayaan bagi hasil
3. Berdasarkan Uji – t faktor eksternal (BI rate, SBIS)
101
a. Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) berpengaruh secara nyata dan
positif terhadap pembiayaan bagi hasil
4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh secara nyata dan
positif terhadap pembiayaan bagi hasil
5. Faktor yang paling mempengaruhi pembiayaan bagi hasil adalah faktor
internal yaitu dana pihak ketiga (DPK)
B. Keterbatasan metode
Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya :
1. Penelitian hanya mampu mengindikasikan pengaruh faktor –faktor
yang bersifat kuantitatif
2. Penelitian hanya memiliki periode 5 tahun kurang 6 bulan, dan hanya
menggunakan metode regresi linier berganda,
C. Implikasi
Bank Umum Syariah sebaiknya dalam mengeluarkan pembiayaan bagi
hasil agar memperhatikan faktor internal (DPK, FDR, NPF) dan eksternal (BI
rate, SBIS) karena hal ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal dalam pengeluaran pembiayaan bagi hasil.
102
D. Saran
Atas kesimpulan di atas, dapat diajukan saran – saran sebagai berikut:
1. Kelemahan dari penelitian ini adalah jumlah data time series yang
digunakan masih relatif sedikit sehingga dianjurkan bagi penelitian
selanjutnya agar dapat menggunakan data yang lebih banyak lagi, agar
didapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Dalam kaitannya dengan
teori yang digunakan dalam penelitian selanjutnya diharapkan agar
lebih memperbanyak teori terutama terkait DPK, FDR, NPF, BI rate
dan SBIS karena teori yang digunakan dalam penelitian ini dirasa masih
belum sepenuhnya mendukung hasil penelitian. Penelitian selanjutnya
juga diharapkan agar menambahkan variabel lain diluar variabel yang
telah digunakan karena diduga masih terdapat banyak variabel yang
dapat mempengaruhi pembiayaan mudharabah dan musyarakah.
2. Diharapkan untuk menambah periode waktu agar data semakin banyak
dan bisa lebih baik dari peneliti ini dan dapat menambah metode selain
regresi ketika mendapat faktor baru telah diteliti.
103
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Karim,Adiwarman” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja
Grafindo persada : 2004)
Zarkasyi, Moh. Wahyudin. Good Corporate Governance. (Alfabeta:
Bandung : 2008)
Seed, Abdullah Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis Larangan Riba dan
Interpretasi Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
Siamat,Dahlan 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan
Perbankan”, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu
Hejazziey, Djawahir .Perbankan Syariah dalam teory dan Praktek, Yogyakarta :
Deepublish, juni 2014.
Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP
Antonio, Muhammad Syafi. 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta :
Gema Insani Press.
Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, 2009, Manajemen operasional Bank
Syariah, Cirebon : STAIN Press.,
Rizal yaya dkk. Akuntansi Perbankan Syariah teori dan praktek komtemporer
(2014) edisi 2. Jakarta : salemba empat.
Budisantoso, Totok, Sigit Triandanu, “ Bank dan Lembaga Keuangan Lain”,
(Jakarta : salemba Empat, 2006),
Fahmi, Irham dan Hadi, Yovi Lavianti. “Pengantar Manajemen Perkreditan”,
Alfabeta, Bandung, 2010.
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori konsep dan
aplikasi , Jakarta : (Bumi Aksara, 2010)
Hosen,M Nadratuzzaman, AM Hasan Ali, 2007. Kamus “popular kuangan &
ekonomi syariah” Jakarta : pusat komunikasi ekonomi syariah.
Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah, PT. Grafindo Perkasa, 2007, Jakarta.
Kasmir, Pemasaran Bank. Jakarta:kencana, 2008
Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan
Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta.
104
Riyadi, Slamet. Banking Assets and Liability Management edisi ketiga, (Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004).
Pohan, Aulia. “ kerangka kebijakan moneter dan implementasi di Indonesia”,
Rajawali Press, Jakarta, 2008,h. 2008
Halim, Abdul & Hanafi M. Mamduh. 2009. Analisis Laporan Keuangan. 4th ed.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Kuncoro, Mudrajad. dan Suhardjono. “Manajemen Perbankan Teori dan
Aplikasi”, BPFE, Yogyakarta, 2011.
Nugriyantoro, Burhan dkk, “statistic terapan untuk penelitian ilmu social”
(yokyakarta : gadjah mada university, 2004).
Stanislaus S. Uyanto “pedoman analisis data dengan SPSS” (Yogyakarta : graha
ilmu,2009).
Agus widarjono, “analisis statistika multivariate terapan” (Yogyakarta: sekolah
tinggi ilmu manajemen, 2010)
Suliyanto, ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss, Yogyakarta
:penerbit CV Andi, 2011,
Sujianto, Agus Eko. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya, 2009).
Sujarweni, V. Wiratna. Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Skripsi, Tesis,
Disertasi & Umum, (Yogyakarta: Global Media Informasi, 2008).
Ghozali, Imam aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS (semarang :
badan penerbit universitas diponegoro, 2009).
JURNAL / SKRIPSI
Luthfi Qolby ,Muhammad. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan
Pada Perbankan Syariah Di Indonesia . Economics Development Analysis Journal. Vol 2
No 4. November 2013.
Mu’allim, Amin Praktek pembiayaan Bank syariah dan problematikanya. Paper
Al-mawarid edisi XI 2004.
Dwijayanthy, Febriana dan naomi, prima 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate.
Dan nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal
karisma, Vol 3 no 2.
105
Katmas,Ekarina pengaruh faktor ekternal dan internal terhadap volume
pembiayaan perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013 , (Jakarta :skripsi UIN
Jakarta, 2013).
Siswati, analisis penyaluran dana bank syariah. Jurnal dinamika manajemen .
Vol 4 No 1. maret 2013.
Wdiyanto, Edo dan ari diyanti, lucia. “Analisis pengaruh tingkat suku bunga BI
terhadap pembiayaan mudharabah” tahun 2008 – 2012, journal bisnis dan komunikasi
vol 2 No 1 februari 2015.
Chikmah, Achasih Nur. “analisis perbandingan sistem pemberian kredit
bankkonvensional dengan pembiayaan bank syariah pada usaha mikro, kecil,
dan menengah” jurnal akuntansi unesa · vol 2, no 2 (2014).
Supriyadi, Ahmad. system pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (suatu
tinjauan yuridis terhadap praktek pembiayaan di perbankan syariah di Indonesia) paper
alwarid edisi XI tahun 2004.
Hardiwinoto “ analisis komparasi revenue and profit sharing pada system
mudharabah pada BPRS PNM binama semarang” jurnal value added, vol. 7, No. 2,
maret 2011.
Supono , evaluasi bagi hasil pada BPRS WAKALUMI, “jurnal penelitian,
pengembangan ilmu manajemen dan akuntansi STIE putra perdana Indonesia” vol. 3
Mei 2010
Rosita, Siti ita. “studi pembiayaan mudharabah dan laba perusahaan Pada pt
bank muamalat indonesia tbk. Cabang bogor” Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume
14, April 2012.
Syahri, Nur laily alfi. “Perhitungan keuntungan pembiayaan mudharabah dan
pembiayaan musyarakah” jurnal akuntansi UNESA. Vol 3, no 1 tahun 2014.
Wardiantika, Lifstin dan rohmawati kusumaningtias. “pengaruh dpk, car, npf,
dan swbi terhadap pembiayaan murabahah pada bank umum syariah tahun 2008-2012,
journal ilmu manajemen vol 2 no 4 oktober 2014.
Iqbal, Muhammad. “Pengolahan Data dengan Regresi Linier Berganda (dengan
SPSS)” paper.
106
WEBSITE
PBI No. 10/11/PBI/2008 yang diperbaharui dengan PBI No.12/18/PBI/2010
tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
PBI No.7/26/PBI/2005 tentang perubahan atas PBI No.2/8/PBI/2000 tentang
PUAS
UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 ayat 12
Undang-undang republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 Tentang Perbankan
syariah.
www.bi.com . data statistic perbankan syariah. Diakses pada tanggal 2 maret
2016.
Dewan syari’ah nasional No: 15/dsn-mui/ix/2000, “Tentang Prinsip distribusi
hasil usaha dalam Lembaga keuangan syari'ah”.
Laporan kebijakan moneter Indonesia, diakses pada tanggal 1 maret 2016 dari
www.bi.com.
Peraturan bank indonesia nomor : 10/ 11 /pbi/2008 tentang sertifikat bank
indonesia syariah.
Fatwa dewan syariah nasional no: 36 /dsn-mui/x/2002 tentang sertifikat bank
indonesia syariah (sbis).
www.bi.co.id Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan diakses pada
tanggal 4 april 2016.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSN/-MUI/IV/2000.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008,
Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan
dan penetapan status bank.
PSAK 06 tentang akuntansi musyarakah.
Lampiran data
Data yang digunakan dalam penelitian
Tahun Bulan DPK FDR NPF BI
rate SBIS
Ln_
PBH
2010 januari 53163 0.8867 0.0436 0.065 3373 9.73619
februari 53299 0.9096 0.0475 0.065 2972 9.75944
I maret 52811 0.9507 0.0453 0.065 2425 9.79434
april 54043 0.9557 0.0447 0.065 3027 9.82903
mei 55067 0.9665 0.0477 0.065 1656 9.86168
II juni 58079 0.9608 0.0389 0.065 2734 9.90414
juli 60462 0.9532 0.0414 0.065 2576 9.92823
agustus 60972 0.9886 0.041 0.065 1882 9.9772
III september 63912 0.954 0.0395 0.065 2310 9.98031
oktober 66478 0.9476 0.0395 0.065 2783 10.0148
november 69086 0.9545 0.0399 0.065 3287 10.054
IV desember 76036 0.8967 0.0302 0.065 5408 10.0543
2011 januari 75814 0.9197 0.0328 0.065 3968 10.0502
februari 75085 0.9516 0.0366 0.0675 3659 10.0555
I maret 79651 0.9322 0.036 0.0675 5870 10.0755
april 79567 0.9517 0.0379 0.0675 4042 10.0816
mei 82861 0.9488 0.0376 0.0675 3879 10.1053
II juni 87025 0.9493 0.0355 0.0675 5011 10.1598
juli 89786 0.9418 0.0375 0.0675 5214 10.173
agustus 92021 0.9839 0.0353 0.0675 3647 10.208
III september 97756 0.9497 0.035 0.0675 5885 10.2183
oktober 101804 0.9524 0.0311 0.065 5656 10.2371
november 105330 0.944 0.0274 0.06 6447 10.2546
IV desember 115415 0.8894 0.0252 0.06 9244 10.2815
2012 januari 116518 0.8727 0.0268 0.06 10663 10.2713
februari 114616 0.9049 0.0282 0.0575 4243 10.2869
I maret 119639 0.8713 0.0276 0.0575 6668 10.2936
april 114018 0.9539 0.0285 0.0575 3825 10.3335
mei 115206 0.9795 0.0293 0.0575 3644 10.3659
II juni 119279 0.9859 0.0288 0.0575 3936 10.4104
juli 121018 0.9991 0.0292 0.0575 3036 10.4147
agustus 123673 1.0103 0.0278 0.0575 2918 10.4409
III september 127678 1.021 0.0274 0.0575 3412 10.4868
oktober 134453 1.0084 0.0258 0.0575 3321 10.509
november 138671 1.0119 0.025 0.0575 3242 10.5378
IV desember 147512 1 0.0222 0.0575 4993 10.5889
2013 januari 148731 1.0063 0.0249 0.0575 4709 10.5996
februari 150795 1.0217 0.0272 0.0575 5103 10.6202
I maret 156964 1.0262 0.0275 0.0575 5611 10.668
april 158519 1.0308 0.0285 0.0575 5343 10.6991
mei 163858 1.0208 0.0292 0.0575 5423 10.7345
II juni 163966 1.0443 0.0264 0.06 5443 10.7724
juli 166453 1.0483 0.0275 0.065 4640 10.8052
agustus 170222 1.0253 0.0301 0.07 4299 10.8033
III september 171701 1.0327 0.028 0.0725 4523 10.8214
oktober 174018 1.0303 0.0296 0.0725 5213 10.851
november 176292 1.0258 0.0308 0.075 5107 10.8697
IV desember 183534 1.0032 0.0262 0.075 6699 10.8874
2014 januari 177930 1.00067 0.03007 0.075 5253 10.8591
februari 178154 1.02031 0.03535 0.075 5331 10.8696
I maret 180945 1.02221 0.03218 0.075 5843 10.8982
april 185508 0.95503 0.0348 0.075 6234 10.9443
mei 190783 0.99427 0.04019 0.075 6680 10.9669
II juni 191470 1.00805 0.03904 0.075 6782 11.0014
juli 194299 0.99887 0.04308 0.075 5880 11.0235
agustus 195959 0.98992 0.04583 0.075 6514 11.0289
III september 197141 0.99707 0.04668 0.075 6450 11.0504
oktober 207121 0.98992 0.04583 0.075 6680 11.0509
november 209644 0.94625 0.0486 0.0775 6530 11.0715
IV desember 217858 0.91495 0.04331 0.0775 8130 11.0626
2015 januari 210761 0.936 0.0487 0.0775 8050 11.0607
februari 210297 0.9394 0.051 0.075 9040 11.064
maret 212988 0.9424 0.0481 0.075 8810 11.0953
april 213973 0.9418 0.0462 0.075 9130 11.1133
mei 215339 0.9469 0.0476 0.075 8858 11.141
juni 215339 0.9422 0.0473 0.075 8858 11.141
Lampiran Uji Asumsi Klasik & Regresi Linier Berganda.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pembiayaan Basil DPK FDR NPF BI RATE SBIS
N 66 66 66 66 66 66
Normal Parametersa Mean
4.5621182 5.08921
45E0
-1.33993
12E-2
-1.46052
03E0
.0000000
3.6803311E0
Std. Deviation
18685818 .196365
51 .019791
29 .097718
90 .960768
92 .177772
59
Most Extreme Differences
Absolute .120 .132 .124 .138 .121 .101
Positive .097 .102 .124 .138 .121 .061
Negative -.120 -.132 -.094 -.091 -.069 -.101
Kolmogorov-Smirnov Z 973 1.074 1.011 .1.119 .981 .821
Asymp. Sig. (2-tailed) .300 .199 .258 .164 .291 .511
a. Test distribution is Normal.
Correlations
DPK FDR NPF BI RATE SBIS
DPK
Pearson
Correlation 1 .405
** -.089 .400
** .741
**
Sig. (2-tailed) .001 .476 .001 .000
N 66 66 66 66 66
FDR
Pearson
Correlation .405** 1 -.324** -.014 -.160
Sig. (2-tailed) .001 .008 .909 .199
N 66 66 66 66 66
NPF
Pearson
Correlation -.089 -.324** 1 .663** .031
Sig. (2-tailed) .476 .008 .000 .805
N 66 66 66 66 66
BI RATE
Pearson
Correlation .400** -.014 .663** 1 .420**
Sig. (2-tailed) .001 .909 .000 .000
N 66 66 66 66 66
SBIS
Pearson
Correlation .741** -.160 .031 .420** 1
Sig. (2-tailed) .000 .199 .805 .000
N 66 66 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2
tailed).
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant
) 8.580 .163
52.480 .000
DPK 7.491E-6 .000 .937 43.883 .000 .164 6.113
FDR .769 .159 .078 4.830 .000 .283 3.536
NPF -.597 .726 -.011 -.823 .414 .410 2.441
BI RATE 2.702 .897 .044 3.010 .004 .351 2.852
SBIS 1.960E-6 .000 .009 .475 .636 .197 5.071
a. Dependent Variable: log_Y
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .177 .057 3.088 .003
DPK -.029 .012 -.707 -2.387 .121
FDR .065 .086 .168 .756 .453
NPF -.029 .019 -.331 -1.534 .131
BI RATE .074 .038 .415 1.967 .054
SBIS .008 .013 .164 .626 .534
a. Dependent Variable: ABRESID
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 11.970 3 3.990 3.952E3 .000a
Residual .063 62 .001
Total 12.033 65
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR
b. Dependent Variable: log _Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.740 .107 81.403 .000
DPK 7.727E-6 .000 .967 94.907 .000
FDR .718 .106 .073 6.803 .000
NPF .751 .541 .014 1.387 .170
a. Dependent Variable: log _Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.235 1.561 5.275 .000
BI RATE 1.102 .377 .270 2.922 .005
SBIS .621 .097 .591 6.387 .000
a. Dependent Variable: log _ Y
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .997a .995 .995 .03177594
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.693 2 3.347 39.483 .000a
Residual 5.340 63 .085
Total 12.033 65
a. Predictors: (Constant), SBIS, BI RATE
b. Dependent Variable: log_Y
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .746a .556 .542 .29113436
a. Predictors: (Constant), SBIS, BI RATE
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .998a .996 .995 .02997059
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 11.979 5 2.396 2.667E3 .000a
Residual .054 60 .001
Total 12.033 65
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK
b. Dependent Variable: log _Y
Recommended