View
14
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUKKANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN PADI (Oryza sativa .L)
SKRIPSI
OLEH
ERWIN SAPUTRA07C10407046
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
PENGARUH BEBERAPA VARIETAS DAN DOSIS PUPUKKANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN PADI (Oryza sativa .L)
SKRIPSI
OLEH
ERWIN SAPUTRA07C10407046
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaFakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Beberapa Varietas dan Dosis PupukKandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil TanamanPadi (Oryza sativa .L)
Nama Mahasiswa : Erwin SaputraN I M : 07C10407046Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui :Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Ir. Rusdi Faizin, M.SiNIDN
Ir. T. Sarwanidas
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,
Diswandi Nurba, S.TP, M.SiNIDN 01-2804-8202
Jasmi, S.P, M.ScNIDN 01-2708-8002
Tanggal Lulus : 27 Maret 2013
1
I. PENDAULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa .L) merupakan bahan makanan yang
mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya
terkandung bahan – bahan yang mudah diubah menjadi energi. Dalam usaha
mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia memenuhi kebutuhan
primernya, dan salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan (AAK,
1990).
Menurut sejarahnya, tanaman padi termasuk genus Oryza yang meliputi
lebih kurang 25 spesies. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput
berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika
Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi
di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah
ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan
India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand,
Laos, Vietnam (AAK, 1990).
Dalam upaya untuk meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani
maka perlu adanya penggunaan varietas – varietas unggul dan pemupukan yang
berimbang. Penggunaan varietas – varietas unggul akan meningkatkan hasil
pendapatan petani dibandingkan dengan varietas biasa, umumnya varietas unggul
berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap hama penyakit. Dengan tingginya
kebutuhan makanan pokok berupa beras selama ini menyebabkan banyak
2
penelitian tentang varietas padi unggul, karena varietas padi unggul mempunyai
beberapa kelebihan antara lain: umur panen yang pendek dan produksi yang
tinggi, varietas unggul memiliki kualitas yang tinggi dalam meningkatkan
produktivitas. Keunggulan suatu varietas dibatasi oleh berbagai faktor, termasuk
penurunan ketahanannya terhadap hama dan penyakit tertentu (Bambang et al.,
2004 ).
Varietas – varietas unggul merupakan salah satu usaha petani untuk
meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani. Varietas unggul merupakan
salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi,
baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman maupun toleransi dan
ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik (Sembiring, 2008).
Selain menggunakan varietas – varietas unggul maka perlu adanya untuk
meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani dengan penggunaan pupuk
kandang. Pemberian bahan organik (pupuk kandang) mampu meningkatkan
kelembaban tanah dan membantu dalam membangun kesuburan tanah terutama
apabila dilakukan dalam waktu yang relatif panjang (Sutanto, 2002).
Pemberian bahan organik dapat menambahkan unsur hara dalam tanah dan
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, apabila dilakukan dalam waktu yang
relatif panjang. Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan
tanaman dan limbah, misalnya pupuk kandang, hijauan tanaman rerumputan,
semak perdu dan pohon (Sutanto, 2002).
Salah satu pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kotoran sapi yang sudah terdekomposisi dengan sempurna. Pupuk kandang yang
3
mempunyai unsur hara mikro dan makro yang dapat menyuburkan tanaman
walaupun unsur hara yang dikandung pupuk kandang sangat rendah dan
bervariasi, pupuk kandang juga dapat menjaga kelembaban tanah.
Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui pengaruh varietas dan dosis pupuk kandang yang
tepat agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman padi yang optimum.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa varietas
dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah,
serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
1. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah.
2. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
padi sawah.
3. Terdapat interaksi antara varietas dan dosis pupuk kandang terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman padi
a. Sistematika
Menurut AAK (1990) tanaman padi merupakan tanaman semusim
termasuk golongan rumput – rumputan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
b. Morfologi
Akar adalah yang pertama muncul yaitu akar tunggang kemudian setelah
5-6 hari akan tumbuh akar serabut. Akar ini hanya dapat menembus lapisan tanah
bagian atas/ lapisan olah tanah yaitu berkisar antara 10-12 cm. Pada umur 30 hari
setelah tanam, akar akan dapat menembus hingga kedalaman 18 cm dan pada
umur 50 hari akar sudah mulai dapat menembus lapisan tanah di bawahnya (sub
soil) yaitu berkisar 25 cm (AAK, 1990).
Batang padi mempunyai batang yang beruas-ruas. panjang batang
tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih
pendek dari pada jenis lokal, sedangkan jenis padi yang tumbuh tanah rawan dapat
5
lebih panjang lagi, yaitu atara 2 – 6 meter. Rangkaian ruas-ruas pada batang padi
mempunyai panjang yang berbeda-beda. Pada ruas batang bawah pendek, semakin
ke atas menpunyai ruas batang yang makin panjang. Ruas pertama dari atas
merupakan ruas terpanjang (AAK, 1990).
Daun padi terdiri dari, halaian daun yang berbentuk memanjang seperti
pelepah daun yang menyelubungi batang, berguna untuk memberikan dukungan
kepada bagian buku yang jaringannya empuk. Panjang dengan warna lidah daun
berbeda- beda tergantung pada varietas padi yang ditanam. Lidah daun duduknya
air hujan diantara batang daun upih daun keadaan ini dapat mencegan infeksi dan
penyakit- penyakit. Panjang dari helai daun juga tergantun pada varietas padi yang
akan ditanam dan letaknyan pada batang.daun ketiga dari atas biasanya
merupakan daun terpanjang. daun bendera yang paling atas mempuyai daun
terpendek dengan lebar daun yang terbesar
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8 – 10
buku yang menghasilkan cabang – cabang primer selanjutnya menghasilkan
cabang – cabang sekunder. Dari buku pangkal malai akan muncul hanya satu
cabang primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2
– 3 cabang primer. Jumlah cabang setiap malai berkisar antara 15 – 20 buah dan
setiap malai bisa mencapai 100 – 120 bunga ataupun bisa lebih tergantung pada
varietas (Tobing et al., 1995).
Biji ditempati oleh sebagian besar endoperm yang mengandung aleuro
yakni butir-butir yang mengandung protein terdapat pada vacuola. Endosperm
umumnya terdiri atas zat tepung yang terdiri dari selaput protein, gula, lemak, dan
zat organik ( Luh, 1991).
6
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
a. Iklim
Tanaman padi akan berproduksi dengan baik di daerah yang berhawa
panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan
berkisar 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan
curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1.500 – 2.000 mm. Tanaman padi
dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi
dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 650 m dpl dengan temperatur 22,5 0C – 26,5 0C
sedangkan di dataran tinggi padi dapat tumbuh baik pada ketinggian antara 650 –
1.500 m dpl dan membutuhkan temperatur berkisar 18,7 0C – 22,5 0C (AKK,
1990).
Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang
rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu
proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi
akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu bunting
juga dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari
(Luh, 1991).
b. Tanah
Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya
antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 – 7. Pada lapisan tanah atas
untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan
warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan
kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% (AAK,
1990).
7
2.3. Varietas
Varietas padi unggul merupakan varietas yang memiliki hasil yang tinggi
dan tahan terhadap hama penyakit. Varietas – varietas unggul dapat meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani meski digunakan dalam kondisi lahan yang
kurang optimum. Penggunaan varietas padi unggul berdaya hasil tinggi dan
bernilai ekonomi yang tinggi ( Basri et al., 2010 ).
Penggunaan varietas – varietas unggul dapat mengurangi resiko kegagalan
budidaya padi karena bebas dari serangan hama dan penyakit, mampu tumbuh
baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Varietas padi merupakan
teknologi yang paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini murah dan
penggunaannya sangat praktis (Bambang et al., 2004).
2.4. Deskripsi Varietas
Varietas Cigelis merupakan asal persilangan Ciliwung, Cikapundung,
IR64. Umur tanaman 115-125 hari, memiliki tinggi tanaman 100-110 cm, anakan
produktif 14-16 batang. Rata-rata hasil 5 ton/ha dan potensi hasil 8 ton/ha.
Varietas cigelis juga tahan terhadap hama tahan terhadap wereng coklat biotipe 2
dan rentan biotipe 3 dan penyakit tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV,
yang dilepas pada tahun 2002.
Varietas Ciherang dengan umur 116 – 125 hari, tinggi tanaman 107 – 115
cm. Anakan produktif 14 – 17 batang, rata – rata produksi 6.0 ton ha-1. Varietas
ciherang memiliki ketahanan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan 3, tahan
terhadap penyakit bakteri hawar daun (HDB) strain III, IV.
8
Varietas cibogo merupakan varietas golongan Cere, umur tanaman 115-125
hari, tinggi tanaman 100-120 cm, anakan produktif 12 -19 batang. Varietas cibogo
memiliki hasil tinggi rata-rata hasil 7 ton ha-1. Ketahanan terhadap hama wereng
coklat biotipe 2, agak tahan wereng coklat biotipe 3 dan tahan terhadap penyakit
hawar daun bakteri strain IV, rentan terhadap penyakit tungro, yang dilepas pada
tahun 2003.
2.5. Pupuk Kandang
Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara,
juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Pemberian bahan organik mampu
meningkatkan kelembaban tanah dan membantu dalam membangun kesuburan
tanah terutama apabila dilakukan dalam waktu yang relatif panjang (Sutanto,
2002).
Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenah tanah yang
paling baik, unsur hara yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan
sangat bervariasi. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembaban
tanah dan membantu dalam membangun kesuburan tanah terutama apabila
dilakukan dalam waktu yang relatif panjang (Sutanto, 2002).
Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk yang dapat menjaga
kelembaban tanah apabila dilakukan dalam waktu yang relatif panjang meski
unsur hara yang dikandung pupuk kandang kurang, tapi sangat berfariasi. Dosis
anjuran pupuk kandang untuk tanaman padi adalah 5 ton/ha, agar kesuburan tanah
tetap cukup baik (Anonymous, 2003).
10
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Pulo Ie Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya mulai dari tanggal 2 Mei sampai dengan tanggal 2
Agustus 2012.
3.2. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Benih
Varietas padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Varietas
Cigelis, Ciherang dan Cibogo yang di produksi oleh PT. Petani (Persero).
b. Tanah
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah sawah yang
langsung ditanam pada areal persawahan di Gampong Pulo Ie Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya.
c. Pupuk Kandang
Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran sapi
yang sudah terdekomposisi dengan sempurna yang diambil di Gampong Pulo Ie
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
d. Pupuk yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk Urea, SP36 dan KCl
sebanyak 250 kg/ha (5 kg), 100 kg/ha (2 kg) dan 50 kg/ha (1 kg).
10
e. Pestisida
Insektisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah Poksindo.
Fungisida yang digunakan Dithane M-45 masing-masing disediakan sebanyak
200 ml.
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,
hand traktor, parang, cangkul, hand spayer, meteran, jaring dan alat-alat tulis.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 4, dengan 3 ulangan. Faktor
yang diteliti meliputi varietas dan dosis pupuk kandang.
Faktor Varietas ( V ) terdiri atas 3 taraf, yaitu :
V1 = Cigelis
V2 = Ciherang
V3 = Cibogo
Faktor dosis pupuk kandang ( D ) terdiri atas 4 taraf, yaitu :
D0 = 0 ton/ha
D1 = 2 kg bedengan-1 (5 ton ha-1)
D2 = 3 kg bedengan-1 ( 7,5 ton ha-1)
D3 = 4 kg bedengan-1 ( 10 ton ha-1)
Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan 3 ulangan maka
terdapat 36 unit perlakuan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 1.
11
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Varietas dan Dosis Pupuk KandangNo Kombinasi perlakuan Varietas Dosis Pupuk Kandang
( Ton ha-1)
1
2
3
4
V1 D0
V1D1
V1D2
V1D3
Cigelis
Cigelis
Cigelis
Cigelis
0
5
7,5
10
5
6
7
8
V2 D0
V2D1
V2D2
V2D3
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
0
5
7,5
10
9 V3D0 Cibogo 0
10 V3D1 Cibogo 5
11 V3D2 Cibogo 7,5
12 V3D3 Cibogo 10
Model Matematis yang digunakan adalah:
Yijk = + i + Vj + Dk + (VD)jk + ijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor varietas taraf ke-j, faktor dosis
pupuk taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
i = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2 dan 3)
Vj = Pengaruh faktor varietas ke-j ( j = 1, 2 dan 3)
Dk = Pengaruh faktor dosis pupuk ke-k ( k = 1, 2, 3 dan 4 )
12
(VD)jk = Interaksi varietas dan dosis pupuk pada taraf varietas ke-j, taraf
dosis pupuk ke-k
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor varietas taraf ke-j,
faktor dosis pupuk taraf ke-k.
Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Dengan
persamaan sebagai berikut:
BNJ0,05 = q0,05 ( p;dbg )
Dimana :
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 %
q0,05 ( p;dbg ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; ( jumlah perlakuan p dan derajat
bebas galat )
KT g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
1. Perlakuan dan penyemaian benih
Sebelum penyemaian benih dimasukkan dalam goni kecil, dan dilakukan
perendaman dengan air bersih selama 12 jam dan ditiriskan. Benih
dikecambahkan selama 2 hari. Setelah berkecambah benih tersebut ditabur ke
tempat persemaian yang telah disiapkan. Media penyemaian yang diguanakan
13
pupuk kandang dicampur dengan tanah mineral (1:1) dalam wadah tampah (niru).
Yang masing-masing telah ditandai dengan jenis varietas.
Pemberian pupuk tambahan hanya diberikan pupuk Urea dalam bentuk
cair, sebanyak 2 sendok teh/ 8 liter air.
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan hand traktor dengan cara dibajak atau dicangkul, 3 hari sebelum
dilakukan pembajakan terlebih dahulu diberikan air untuk melunakkan tanah.
Pembajakan pertama dilakukan untuk membalikan tanah, selanjutnya sawah
digenangi air lagi selama 3-4 hari, selang beberapa hari diadakan pembajakan
kedua untuk meratakan tanah. Kemudian dibuat plot dengan ukuran 2 x 2 m.
Dengan jarak antar plot 50 cm untuk pembuatan drainase supaya pupuk yang
diberikan pada setiap plot tidak mengalir pada plot yang lain. Pupuk kandang
diberikan sesuai dengan perlakuan, selanjutnya dilakukan pelumpuran tanah
menggunakan garu untuk meratakan tanah menjadi lebih sempurna dan lahan siap
ditanam.
3. Penanaman
Penanaman diawali dengan pencabutan bibit dipersemaian pada umur 12
hari setelah semai (HSS). Penanaman dilakukan dengan 2 bibit setiap lubang
tanam, dalam satu bedengan ditanam sebanyak 64 rumpun dengan jarak tanam
25 x 25 cm. Keadaan lahan pada saat tanam dalam bentuk berlumpur. Tanaman
yang diambil sebagai sampel 10 rumpun dalam satu plot.
14
4. Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea
diberikan dua kali, pertama sebagai pupuk dasar sebanyak 150 kg ha-1 (60 gr
plot-1), SP-36 100 kg ha-1 (40 gr plot-1) dan KCl 50 kg ha-1 (20 gr plot-1). Pupuk
tersebut diberikan pada saat tanam. Sedangkan pupuk susulan adalah pupuk Urea
100 kg ha-1 (40 gr plot-1) diberikan waktu tanaman berumur 35 HST (AAK,
1990).
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman padi meliputi pengairan, penyulaman dan
penyiangan, pengendalian hama dan penyakit. Pengairan dilakukan dengan cara
dialirkan air melalui saluran irigasi ke saluran drainase yang dibagikan keareal
persawahan. Penyulaman dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST) dengan
bibit yang sama, apabila tanaman ada yang mati. Penyiangan gulma akan
dilakukan pada umur 20 HST dan penyiangan selanjutnya pada umur 42 HST.
Penyiangan dilakukan terhadap rumput-rumput yang tumbuh disekitar tanaman
padi, dengan cara mencabut menggunakan tangan. Pengendalian hama walang
sangit dan penyakit pada tanaman padi dengan cara menyemprot dengan
menggunakan Dithane M-45 30 gram/ tangki semprot. Sedangkan hama burung
pipit pengendaliannya dilakukan dengan cara memasang jaring pada lahan
penelitian.
6. Panen
Panen dilakukan ketika biji telah menunjukkan masak fisiologis atau 90 –
95 % malai telah menguning. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit
dan hasil panen masing – masing per plot percobaan dipisahkan agar tidak
bercampur. Tanaman sampel dipanen terlebih dahulu sebelum semuanya di panen.
15
3.5. Pengamatan
Adapun peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman akan diamati pada umur 30 dan 45 hari setelah tanam
(HST). Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal batang tanaman yang telah
diberikan tanda sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran dalam
satuan cm.
2. Jumlah Anakan Per Rumpun
Pengamatan jumlah anakan dilakukan pada umur 30 dan 45 HST dengan
menghitung jumlah anakan per rumpun.
3. Jumlah Anakan Produktif Per Rumpun
Pengamatan jumlah anakan produktif dilakukan pada saat panen dengan
menghitung jumlah anakan produktif (anakan yang menjadi malai) per rumpun.
4. Bobot 1000 Butir Gabah
Pengamatan bobot 1000 butir gabah akan dilakukan dengan menimbang
secara acak 1000 butir gabah kering dalam satuan gram.
5. Bobot Gabah Kering Per Plot
Bobot gabah berisi per plot dilakukan dengan cara menimbang seluruh
gabah berisi per plot, ditimbang dalam satuan kilogram (kg).
6. Produksi Hasil Per Ha
Perhitungan produksi hasil per hektar akan dilakukan dengan
mengkonversikan hasil per plot, dijumlahkan dalam satuan ton.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Pengaruh Varietas
Hasil Uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 16) menunjukkan
bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi pada umur
30 dan 45 HST serta berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan umur 30
dan 45 HST, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir gabah, bobot gabah
kering per plot dan produksi hasil per hektar.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Rata-rata tinggi tanaman padi umur 30 dan 45 HST pada beberapa varietas
setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 30 dan 45 HST PadaBeberapa Varietas.
Varietas Tinggi Tanaman (cm)
Simbol Varietas 30 HST 45 HST
V1 Cigeulis 46.38 b 60.51 b
V2 Ciherang 43.94 a 56.60 a
V3 Cibogo 41.98 a 55.23 a
BNJ 0,05 3.44 3.73
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbedatidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman padi tertinggi umur 30 dan 45 HST
dijumpai pada varietas Cigeulis (V1) yang berbeda nyata dengan varietas Cibogo
(V3) dan varietas Ciherang (V2). Adapun hubungan antara tinggi tanaman padi
dengan beberapa varietas pada umur 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.
17
Gambar 1. Tinggi Tanaman Padi pada Umur 30 dan 45 HST dengan BeberapaVarietas
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada umur 30 HST tinggi tanaman
tertinggi pada varietas Cigeulis (V1). Pada umur 45 HST tinggi tanaman padi
meningkat sampai pada varietas Cigeulis (V1) dan lebih rendah pada varietas
Cibogo (V3).
2. Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman padi
Rata-rata jumlah anakan tanaman padi umur 30 dan 45 HST pada beberapa
varietas disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Padi Pada Umur 30 dan 45 HSTPada Beberapa Varietas.
Varietas Jumlah Anakan Per Rumpun(batang)
Simbol Varietas 30 HST 45 HST
V1 Cigeulis 18.70 21.18
V2 Ciherang 18.02 21.24
V3 Cibogo 18.92 22.47
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun terbanyak pada
umur 30 dan 45 HST dijumpai pada varietas Cibogo (V3) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
18
3. Jumlah Anakan Produktif
Rata-rata jumlah anakan produktif tanaman padi pada beberapa varietas
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi Pada BeberapaVarietas.
Varietas Jumlah Anakan Produktif
(batang)Simbol Varietas
V1 Cigeulis 12.11
V2 Ciherang 11.76
V3 Cibogo 11.69
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif per rumpun
terbanyak dijumpai pada varietas Cigeulis (V1), meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
4. Bobot 1000 Butir Gabah (gr)
Rata-rata bobot 1000 butir gabah padi pada beberapa varietas disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Bobot 1000 Butir Gabah Padi Pada Beberapa Varietas.
Varietas Bobot 1000 Butir Gabah(gr)Simbol Varietas
V1 Cigeulis 24.52
V2 Ciherang 24.23
V3 Cibogo 24.28
Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot 1000 butir gabah padi dijumpai pada
varietas Cigeulis (V1) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
19
5. Bobot Gabah Kering Per Plot (kg)
Rata-rata bobot gabah kering per plot tanaman padi pada beberapa varietas
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Bobot Gabah Kering Per Plot Tanaman Padi Pada BeberapaVarietas.
Varietas Bobot Gabah Kering Per Plot(kg)Simbol Varietas
V1 Cigeulis 1.43
V2 Ciherang 1.64
V3 Cibogo 1.56
Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot gabah kering per plot tanaman padi
dijumpai pada varietas Ciherang (V2) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
6. Produksi Hasil Per Hektar (ton)
Rata-rata produksi hasil per hektar tanaman padi pada beberapa varietas
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Produksi hasil per hektar Tanaman Padi Pada BeberapaVarietas.
Varietas Produksi Hasil Per Hektar(ton)Simbol Varietas
V1 Cigeulis 3.58
V2 Ciherang 4.11
V3 Cibogo 3.90
Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi hasil per hektar tanaman padi
dijumpai pada varietas Ciherang (V2) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
20
4.1.2. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Hasil Uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 16) menunjukkan
bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
padi pada umur 45 HST, jumlah anakan umur 30 dan 45 HST, jumlah anakan
produktif, bobot 1000 butir gabah, bobot gabah kering per plot dan produksi hasil
per hektar, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman padi pada
umur 30 HST.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Rata-rata tinggi tanaman padi umur 30 dan 45 HST pada beberapa dosis
pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 30 dan 45 HST PadaBeberapa Dosis Pupuk Kandang.
Dosis pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)Simbol Ton ha-1 30 HST 45 HST
D0 0 43.64 55.07 aD1 5 43.76 57.53 abD2 7.5 44.47 60.50 bD3 10 44.53 56.68 a
BNJ 0,05 - 3.48Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 8 menunjukkan bahwa tanaman padi tertinggi umur 30 HST
dijumpai pada pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 (D3) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
umur 45 HST tanaman padi tertinggi dijumpai pada pemberian pupuk kandang
7.5 ton ha-1 (D2) berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk kandang (D0),
pemberian pupuk kandang 5 ton ha-1 (D1) dan pemberian pupuk kandang 10 ton
ha-1 (D3). Adapun hubungan antara tinggi tanaman padi dengan dosis pupuk
kandang pada umur 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 2.
21
010203040506070
0 5 7.5 10
Tin
ggi T
anam
an P
adi
(cm
)
Dosis Pupuk Kandang (ton ha-1)
30 HST
45 HST
Gambar 2. Tinggi Tanaman Padi pada Umur 30 dan 45 HST dengan BeberapaDosis Pupuk Kandang.
Gambar 2 menunjukkan bahwa pada umur 30 HST tanaman meningkat
dengan pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 (D3). Pada umur 45 HST tanaman
padi tertingi dijumpai dengan pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) serta
terjadi penurunan tinggi tanaman pada pemberian 10 ton ha-1 (D3).
2. Jumlah Anakan Per Rumpun
Rata-rata jumlah anakan per rumpun tanaman padi umur 30 dan 45 HST
pada beberapa dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan
pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi Pada Umur 30dan 45 HST Pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang.
Dosis pupuk Kandang Jumlah Anakan Per RumpunSimbol ton ha-1 30 HST 45 HST
D0 0 18.28 a 20.58 aD1 5 17.62 a 21.18 aD2 7.5 20.67 b 24.95 bD3 10 17.62 a 19.80 a
BNJ 0,05 2.19 3.42Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
22
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun terbanyak pada
umur 30 dan 45 HST dijumpai pada pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2)
yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk kandang (D0), pemberian
pupuk kandang 5 ton ha-1 (D1) dan pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 (D3).
Adapun hubungan antara jumlah anakan per rumpun tanaman padi dengan dosis
pupuk kandang pada umur 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 3.
0
5
10
15
20
25
30
0 5 7.5 10
Jum
lah
Ana
kan
Per
Rum
pun
Dosis Pupuk Kandang (ton ha-1)
30 HST
45 HST
Gambar 3. Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi pada Umur 30 dan 45HST dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang.
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada umur 30 dan 45 HST jumlah anakan
per rumpun tanaman padi meningkat pada dosis pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2)
dan terendah pada dosis pupuk kandang 0 ton ha-1 (D0).
3. Jumlah Anakan Produktif
Rata-rata jumlah anakan produktif tanaman padi pada beberapa dosis
pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 10.
23
Tabel 10. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi Pada BeberapaDosis Pupuk Kandang.
Dosis pupuk Kandang Jumlah Anakan Produktif(batang)Simbol ton ha-1
D0 0 10.77 a
D1 5 11.48 abD2 7.5 13.00 c
D3 10 12.17 bBNJ 0,05 0.81
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbedatidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif tanaman padi
terbanyak dijumpai dengan pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) yang
berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk kandang (D0), 5 ton ha-1 (D1), dan
pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 (D3). Adapun hubungan antara jumlah
anakan produktif tanaman padi dengan dosis pupuk kandang dapat dilihat pada
Gambar 4.
02468
101214
0 5 7.5 10
Jum
lah
Ana
kan
Pro
dukt
if
Dosis pupuk Kandang (ton ha-1)Gambar 4. Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi dengan Beberapa Dosis
Pupuk Kandang.
Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah anakan produkitf tanaman padi
meningkat dengan pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) dan terendah pada
pemberian tanpa pupuk kandang (D0).
24
4. Bobot 1000 Butir Gabah (gr)
Rata-rata bobot 1000 butir gabah padi pada beberapa dosis pupuk kandang
setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata Bobot 1000 Butir Gabah Padi Pada Beberapa Dosis PupukKandang.
Dosis pupuk Kandang Bobot 1000 Butir Gabah(gr)Simbol ton ha-1
D0 0 23.42 aD1 5 22.92 aD2 7.5 24.12 aD3 10 26.90 b
BNJ 0,05 1.58Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 11 menunjukkan bahwa bobot 1000 butir gabah padi tertinggi
dijumpai pada pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 (D3) yang berbeda nyata
dengan tanpa pemberian pupuk kandang (D0), pemberian pupuk kandang 5 ton ha-
1 (D1) dan 7.5 ton ha-1 (D2). Adapun hubungan antara bobot 1000 butir gabah padi
dengan dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 5.
202122232425262728
0 5 7.5 10
Bob
ot 1
000
But
irG
abah
(gr)
Dosis Pupuk Kandang (ton ha-1)
Gambar 5. Bobot 1000 Butir Gabah Padi dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang.
Gambar 5 menunjukkan bahwa bobot 1000 butir gabah padi meningkat
pada pemberian pupuk kandang 10 ton ha-1 (D3) dan menurun pada pemberian
pupuk kandang 5 ton ha-1 (D1).
25
5. Bobot Gabah Kering Per Plot (kg)
Rata-rata bobot gabah kering per plot pada beberapa dosis pupuk kandang
setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata Bobot Gabah Kering Per Plot Pada Beberapa Dosis PupukKandang.Dosis pupuk Kandang Bobot Gabah Kering Per Plot
(kg)Simbol ton ha-1
D0 0 1.42 aD1 5 1.54 abD2 7.5 1.81 bD3 10 1.42 a
BNJ 0,05 0.27Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 12 menunjukkan bahwa bobot gabah kering per plot dijumpai pada
pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) yang berbeda nyata dengan tanpa
pemberian pupuk kandang (D0) dan 10 ton ha-1 (D3) namun tidak berbeda nyata
dengan pemberian pupuk kandang 5 ton ha-1 (D1). Adapun hubungan antara bobot
gabah kering per plot dengan dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 6.
00.5
11.5
22.5
33.5
0 5 7.5 10Bob
ot G
abah
Ker
ing
Per
Plo
t (kg
)
Dosis pupuk Kandang (ton ha-1)
Gambar 6. Bobot Gabah Kering Per Plot dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang.
Gambar 6 menunjukkan bahwa bobot gabah kering per plot meningkat
pada pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) dan menurun pada pemberian
pupuk kandang 0 ton ha-1 (D0).
26
6. Produksi Hasil Per Hektar (ton)
Rata-rata produksi hasil per hektar pada beberapa dosis pupuk kandang
setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata Produksi Hasil Per Hektar Pada Beberapa Dosis PupukKandang.
Dosis pupuk Kandang Produksi Hasil Per Hektar(ton)Simbol ton ha-1
D0 0 3.55 a
D1 5 3.84 aD2 7.5 4.52 b
D3 10 3.54 aBNJ 0,05 0.67
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbedatidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 13 menunjukkan bahwa produksi hasil per hektar dijumpai pada
pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) yang berbeda nyata dengan tanpa
pemberian pupuk kandang (D0), pemberian pupuk kandang 5 ton ha-1 (D1) dan 10
ton ha-1 (D3). Adapun hubungan antara produksi hasil per hektar dengan dosis
pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 7.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 5 7.5 10Pot
ensi
Has
il P
er H
ekta
r (t
on)
Dosis pupuk Kandang (ton ha-1)Gambar 7. Produksi Hasil Per Hektar dengan Beberapa Dosis Pupuk Kandang.
27
Gambar 7 menunjukkan bahwa produksi hasil per hektar meningkat pada
pemberian pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) dan menurun pada pemberian pupuk
kandang 5 ton ha-1 (D1).
4.1.3. Pembahasan
1. Pengaruh Varietas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman padi umur 30 dan 45 HST serta berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah anakan umur 30 dan 45 HST, jumlah anakan produktif, bobot
1000 butir gabah, bobot gabah kering per plot dan produksi hasil per hektar.
Dari berbagai varietas yang dicobakan, tinggi tanaman padi pada umur
30 dan 45 HST meniningkat pada varietas Cigelis (V1), diduga karena perbedaan
sifat genetik dari varietas yang digunakan, dimana varietas Cigelis mempunyai
masa adaptasi yang lebih baik dan pertumbuhan serta produksi yang lebih cepat
dan lebih baik terhadap kondisi lingkungan yang berbeda dibandingkan dengan
varietas Ciherang dan Cibogo. Hal ini sesuai dengan pendapat Simatupang (1997),
yang menyatakan bahwa perbedaan pertumbuhan dan produksi suatu varietas
dipengaruhi oleh kemampuan suatu varietas beradaptasi terhadap lingkungan
tempat tumbuhnya. Meskipun secara genetis ada varietas yang memiliki potensi
produksi yang lebih baik, tetapi karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat
tumbuhnya sangat dapat menurunkan produksi. Harjadi (1996) menambahkan
bahwa setiap varietas selalu terdapat perbedaan respon genotip pada kondisi
lingkungan tempat tumbuhnya.
Bedasarkan penelitian yang telah dilaksanakan bahwa varietas Cigelis
mempunyai tingkat daya adaptasi lingkungan yang lebih tinggi dan masa vegetatif
28
yang lebih cepat dibandingkan dengan varietas Ciherang dan Cibogo. Harjadi
(1996) menyatakan bahwa pada setiap varietas tanaman selalu terdapat perbedaan
respon genotipe pada kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini memberikan
pengaruh pada penampilan fenotipe dari setiap varietas terhadap lingkungan
tumbuhnya sehingga kondisi ini juga dapat mempengaruhi tingkat produksinya.
Selain itu tinggi rendahnya pertumbuhan serta hasil tanaman dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang dipengaruhi oleh sifat genetik atau sifat turunan seperti
umur tanaman, morfologi tanaman, daya hasil, kapasitas menyimpan cadangan
makanan, ketahanan terhadap penyakit dan lain-lain. Faktor eksternal merupakan
faktor lingkungan, seperti iklim, tanah dan faktor biotik (Gardner et al., 1991).
2. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh
sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi pada umur 45 HST, jumlah anakan
umur 30 dan 45 HST, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir gabah, bobot
gabah kering per plot dan produksi hasil per hektar. Berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman padi pada umur 30 HST.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk kandang
memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman padi yang terbaik dijumpai pada
perlakuan dosis pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2) dibandingkan dengan perlakuan
dosis pupuk kandang 0 ton ha-1 (D0), 5 ton ha-1 (D1) dan 10 ton ha-1 (D3).
Meningkatnya pertumbuhan dan produksi tanaman padi pada perlakuan
dosis pupuk kandang 7.5 ton ha-1 (D2), diduga karena unsur hara yang dibutuhkan
29
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cukup tersedia sehingga mampu
mendorong pertumbuhan dan hasil kearah yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan
pendapat Wibawa (1998) yang menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman yang
baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
hasil tanaman berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan dalam dosis yang
optimum. Selanjutnya Hardjowigeno (1987) menambahkan tanaman dapat
tumbuh dengan baik harus didukung oleh ketersediaan unsur hara yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman dan dalam keadaan yang seimbang. Hal yang sama
dikemukakan oleh Darmawan dan Baharsyah (1983), ketersediaan unsur hara
dalam keadaan cukup dan seimbang akan mempengaruhi proses metabolisme
pada jaringan tanaman.
Hasil penelitian juga menunjukkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi
terendah dijumpai pada pemberian tanpa pupuk kandang (D0). Hal ini disebabkan
bahwa pada dosis pupuk kandang (D0) tidak mampu memberikan unsur hara
organik yang cukup. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2002), menyatakan
bahwa pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik. Pada
umumnya pupuk kandang mengandung unsur hara makro N, P dan K rendah.
Menurut Henry (1988) Nitrogen yang terdapat di dalam pupuk kandang tersedia
perlahan-lahan bagi tanaman. Selanjutnya Rinsema (1986) menyatakan bahwa
bila tanaman kekurangan unsur hara maka proses metabolismenya terganggu
sehingga produksi daun berkurang dan akan mengakibatkan pertumbuhan bagian-
bagian lain tanaman akan terhambat.
30
3. Interaksi
Tidak terdapat interaksi yang nyata antara varietas dengan dosis pupuk
kandang terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman padi yang
diamati. Hal tersebut bermakna perbedaan pengaruh tanaman padi terhadap
varietas tidak tergantung pada dosis pupuk kandang.
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi pada umur 30
dan 45 HST serta berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan umur 30
dan 45 HST, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir gabah, bobot gabah
kering per plot dan potensi hasil per hektar. Pertumbuhan dan hasil tanaman
padi terbaik dijumpai pada varietas Cigeulis.
2. Pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi pada
umur 45 HST, jumlah anakan umur 30 dan 45 HST, jumlah anakan produktif,
bobot 1000 butir gabah, bobot gabah kering per plot dan potensi hasil per
hektar, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman padi pada
umur 30 HST. Pertumbuhan dan hasil tanaman padi terbaik dijumpai pada
dosis pupuk kandang 7,5 ton ha-1.
3. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara varietas dengan dosis pupuk kandang
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi.
5.2. Saran
1. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang tinggi dianjurkan
penggunaan varietas Cigelis dan pemberian pupuk kandang 7,5 ton ha-1.
2. Perlu dilakukan lebih lanjut penggunaan varietas dan dosis pupuk kandang
terhadap tanaman holtikultura dan palawija lainnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Jakarta.
Anonymous. 2003. Petunjuk Teknis Budidaya Padi Sawah. Kantor PenyuluhanPertanian dan Ketahanan Pangan. Aceh Barat.
Bambang, S. Zulkifli, Z, Diah, W. 2004. Kebijakan perbesaran dan inovasiteknologi padi. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. 899 hlm.
Basri A, Ir. M.Si, Iskandar T. Ir.M.Si, Khalid J. Ir, Nasir Ali M.Ir. 2010. PetunjukPraktis Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balaipengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Aceh.
Darmawan. J dan J. Baharsyah. 1983. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.Suryandaru Utama. Semarang 88 hal.
Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi TanamanBudidaya. Terjemahan oleh: Herawati Susilo. University of IndonesiaPress. Jakarta. 428h.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 90 hal.
Harjadi, M. 1998. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta. 197 hlm.
Henry. 1988. Rice Formerly Agricultural Economist, Colonial AgriculturalService, Malaya. Longmans Green and Co Ltd : London.
Luh, B. S., 1991. Rice Production, Volume I. Published by Van NostrandReinhold, New York.
Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan (Terjemahan H.M. Saleh).Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Sembiring H, 2008. Kebijakan penelitian dan rangkuman hasil penelitian BB Padidalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. Prosidingseminar apresiasi hasil penelitian padi menunjang P2BN. Balai BesarPenelitian Tanaman Padi Sukamandi.
Simatupang, S. 1997. Sifat dan ciri-ciri tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.86 hlm.
33
Sutanto. R . 2002. Pertanian Organik. Menuju Pertanian Alternatif danBerkelanjutan. Kanius, Yogyakarta.
Tobing, M. P. L., Opor, G., Sabar, G., Damanik. R. K., 1995. Agronomi TanamanMakanan – I, FP USU-Press, Medan.
Wibawa, A. 1998. Intensifikasi Pertanaman Kopi dan Kakao Melalui Pemupukan.Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 14 (3) : 245-262.
Recommended