View
7
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
makalah pencemaran lingkungan
Citation preview
Tugas Manusia dan Lingkungan
Pencemaran oleh Minyak dan Cara Mengatasinya
Disusun oleh:
Nama : Dwi Puspita sari
NIM : 06121009036
Dosen Pembimbing : Drs. Khoiron Nazip, M.Si
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2013
Tumpahan minyak di lautan bisa terjadi karena beberapa sebab. Tumpahan
ini bisa terjadi karena kecerobohan dan menyebabkan tanker bocor menuju lautan.
Ada beberapa cara kebocoran minyak bisa terjadi. Peralatan yang mogok atau
rusak dapat menyebabkan kebocoran minyak. Jika peralatan mogok, tanker dapat
macet di tanah yang dangkat. Ketika tanker dinyalakan lagi, dapat menyebabkan
lubang yang menyebabkan kebocoran minyak.
Ketika suatu negara berada dalam situsi perang, negara dapat membuang
galon-galon minyak ke lautan negara lain. Kejadian terorisme juga dapat
menyebabkan kebocoran minyak karena mereka dapat membuang minyak ke
negara lain untuk mendapatkan perhatian negara tersebut atau berusaha untuk
membuat penyataan kepada sebuah negara.
Pembuang ilegal sering dilakukan untuk membuang minyak mentah ke
lautan karena tidak ingin menghabiskan uang untuk mendekomposisi sampah
minyak mereka. Karena itu, banyak minyak mentah yang dibuang ke laut.
Bencana alam juga dapat menyebabkan tumpahan minyak, misalnya angin
ribut atau badai apabila menyebabkan tanker terbalik dan mengelurkan minyak
yang ada di dalam tanker.
Tujuan
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca:
Mengetahui pengertian dari minyak, limbah minyak dan pencemaran minyak di
laut
Mengetahui pengelompokkan limbah minyak
Mengetahui sumber pencemaran minyak di laut
Mengetahui dampak yang timbul akibat pencemaran minyak di laut
Mengetahui cara menanggulangi pencemaran minyak di laut
1. Pengertian Minyak
Minyak adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan produk
petroleum yang penyusun utamanya terdiri dari hidrokarbon. Minyak mentah
dibuat dari hidrokarbon berspektrum lebar yang berkisar dari sangat mudah
menguap, material ringan seperti propana dan benzena sampai pada komposisi
berat seperti bitumen, aspalten, resin dan wax. Produk pengilangan seperti petrol
atau bahan bakar terdiri dari komposisi hidrokarbon yang lebih kecil dan
kisarannya lebih spesifik.
Struktur kimia petroleum terdiri atas rantai hidrokarbon dalam ukuran
panjang yang berbeda. Perbedaan kimia hidrokarbon ini dipisahkan oleh distilasi
pada penyulingan minyak untuk menghasilkan gasoline, bahan bakat jet, kerosin,
dan hidrokarbon lainnya. Formula umum untuk hidrokarbon ini adalah CnH2n+2.
Contohnya 2,2,4-Trimethylpentane, banyak digunakan pada gasoline, memiliki
formula kimia C8H18 yang bereaksi dengan oksigen.
C8H18(aq) + 12.5O2(g) → 8CO2(g) + 9H2O(g) + panas
Pembakaran tidak sempurna pada petroleum atau gasoline menghasilkan
emisi gas beracun seperti karbon monooksida dan/atau nitrit oksida. Contohnya:
C8H18(aq) + 12.5O2(g) + N2(g) → 6CO2(g) + 2CO(g) + 2NO(g) + 9H2O(g) +
panas.
Formasi petroleum kebanyakan terjadi dalam bermacam reaksi endotermik
pada tekanan dan/atau suhu tinggi. Contohnya, kerosin dapat pecah menjadi
hidrokarbon dalam panjang yang berbeda.
CH1.45(s) + heat → .663CH1.6(aq) + .076CH2(aq) + .04CH2.6(g) + .006CH4(g)
+ .012CH2.6(s) + .018CH4.0(s) + .185CH.25(s)
2. Limbah Minyak
Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi
produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan,
pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, dan bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan
beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat
mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lainnya.
3. Pencemaran Laut
Berdasarkan PP No.19/1999, pencemaran laut diartikan sebagai
masuknya/ dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain
ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi
dengan baku mutu dan/atau fungsinya (Pramudianto, 1999). Sedangkan Konvensi
Hukum Laut III (United Nations Convention on the Law of the Sea = UNCLOS
III) mengartikan bahwa pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut
termasuk muara sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga
dapat merusak sumber daya hayati laut (marine living resources), bahaya terhadap
kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan
penggunaan laut secara wajar, menurunkan kualitas air laut dan mutu kegunaan
serta manfaatnya (Siahaan, 1989 dalam Misran, 2002
4. Pengelompokan Limbah Minyak
Limbah minyak yang berasal dari minyak mentah (crude oil) terdiri dari
ribuan konstituen pembentuk yang secara struktur kimia dapat dibagi menjadi
lima family :
a. Hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbons), merupakan kelompok minyak
yang dicirikan dengan adanya rantai atom karbon (bercabang atau tidak
bercabang atau membentuk siklik) berikatan dengan atom hidrogen, dan
merupakan rantai atom jenuh (tidak memiliki ikatan ganda). Termasuk dalam
kelompok ini adalah golongan alkana (paraffin), yang mewakili 10-40 %
komposisi minyak mentah. Senyawa alkana bercabang (branched alkanes)
biasanya terdiri dari alkana bercabang satu ataupun bercabang banyak
(isoprenoid), contoh dari senyawa ini adalah pristana, phytana yang terbentuk
dari sisa-sisa pigment chlorofil dari tumbuhan. Kelompok terakhir dari famili
ini adalah napthana (Napthenes) atau disebut juga cycloalkanes atau
cycloparaffin. Kelompok ini secara umum disusun oleh siklopentana dan
siklohexana yang masanya mewakili 30-50% dari massa total minyak mentah.
b. Aromatik (Aromatics). Famili minyak ini adalah kelas hidrokarbon dengan
karakteritik cincin yang tersusun dari enam atom karbon. Kelompok ini terdiri
dari benzene beserta turunannya (monoaromatik dan polyalkil), naphtalena (2
ring aromatik), phenanthren (3 ring), pyren, benzanthracen, chrysen (4 ring)
serta senyawa lain dengan 5-6 ring aromatic. Aromatik ini merupakan
komponen minyak mentah yang paling beracun, dan bisa memberi dampak
kronik (menahun, berjangka lama) dan karsinogenik (menyebabkan kanker).
Hampir kebanyakan aromatik bermassa rendah (low-weight aromatics), dapat
larut dalam air sehingga meningkatkan bioavaibilitas yang dapat menyebabkan
terpaparnya organisme didalam matrik tanah ataupun pada badan air. Jumlah
relative hidrokarbon aromatic didalam mnyak mentah bervariasi dari 10-30 %.
c. Asphalten dan Resin. Selain empat komponen utama penyusun minyak
tersebut di atas, minyak juga dikarakterisasikan oleh adanya komponen-
komponen lain seperti aspal (asphalt) dan resin (5-20 %) yang merupakan
komponen berat dengan struktur kimia yang kompleks berupa siklik aromatic
terkondensasi dengan lebih dari lima ring aromatic dan napthenoaromatik
dengan gugus-gugus fungsional sehingga senyawa-senyawa tersebut memiliki
polaritas yang tinggi.
d. Komponen non-hidrokarbon. Kelompok senyawa non-hidrokarbon terdapat
dalam jumlah yang relative kecil, kecuali untuk jenis petrol berat (heavy
crude). Komponen non-hidrokarbon adalah nitrogen, sulfur, dan oksigen, yang
biasanya disingkat sebagai NSO. Biasanya sulphur lebih dominant disbanding
nitrogen dan oxygen, sebaga contoh, minyak mentah dari Erika tanker
mengandung kadar S, N dn O berturut-turut sebesar 2.5, 1.7, dan 0.4 % (Baars,
2002).
e. Porphyrine. Senyawa ini berasal dari degradasi klorofil yang berbentuk
komplek Vanadium (V) dan Nikel (Ni).
5. Sumber Pencemaran Minyak di Laut
Menurut Pertamina (2002), Pencemaran minyak di laut berasal dari :
a. Ladang Minyak Bawah Laut;
b. Operasi Kapal Tanker;
c. Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal);
d. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut;
e. Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar;
f. Scrapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua);
g. Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan
tabrakan);
h. Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung
hydrocarbon;
i. Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery)
6. Dampak Pencemaran Minyak di Laut
Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung
yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak
tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir
dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik
berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota
laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya
dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber
mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio
karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar (Fakhrudin, 2004).
Sumadhiharga (1995) dalam Misran (2002) memaparkan bahwa dampak-dampak
yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan
akibat jangka panjang.
a. Akibat jangka pendek.
Molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel biota laut,
mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke
dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak,
sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak menyebabkan kematian
pada ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan
keracunan langsung oleh bahan berbahaya.
b. Akibat jangka panjang.
Lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di dalam laut dapat termakan
oleh biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama
makanan, sedang sebagian lagi dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan
protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisma satu ke
organisma lain melalui rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak di dalam
zooplankton dapat berpindah ke ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila
ikan tersebut dimakan ikan yang lebih besar, hewan-hewan laut lainnya, dan
bahkan manusia.
Secara tidak langsung, pencemaran laut akibat minyak mentah dengan
susunannya yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan
mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang hidup di sekeliling laut
akan tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke daerah lain.
Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi sinar
matahari masuk sampai ke lapisan air dimana ikan berdiam. Menurut
Fakhrudin (2004), lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran gas dari
atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada tingkat
tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob.
Lapisan minyak yang tergenang tersebut juga akan mempengarungi
pertumbuhan rumput laut, lamun dan tumbuhan laut lainnya jika menempel
pada permukaan daunnya, karena dapat mengganggu proses metabolisme pada
tumbuhan tersebut seperti respirasi, selain itu juga akan menghambat terjadinya
proses fotosintesis karena lapisan minyak di permukaan laut akan menghalangi
masuknya sinar matahari ke dalam zona euphotik, sehingga rantai makanan
yang berawal pada phytoplankton akan terputus Jika lapisan minyak tersebut
tenggelam dan menutupi substrat, selain akan mematikan organisme benthos
juga akan terjadi perbusukan akar pada tumbuhan laut yang ada.
Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove. Minyak
tersebut berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi
dalam pertukaran CO2 dan O2, dimana akar tersebut akan tertutup minyak
sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam
waktu yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada akar mangrove
yang mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan
minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi
dengan hutam mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota
lainnya.
Bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa minyak yang terperangkap di
dalam habitat berlumpur tetap mempunyai pengaruh racun selama 20 tahun
setelah pencemaran terjadi. Komunitas dominan species Rhizophora mungkin
bisa membutuhkan waktu sekitar 8 (delapan ) tahun untuk mengembalikan
kondisinya seperti semula (O'Sullivan & Jacques, 2001 ).
Ekosistim terumbu karang juga tidak luput dari pengaruh pencemaran minyak.
Menurut O'Sullivan & Jacques (2001), jika terjadi kontak secara langsung
antara terumbu karang dengan minyak maka akan terjadi kematian terumbu
karang yang meluas. Akibat jangka panjang yang paling potensial dan paling
berbahaya adalah jika minyak masuk ke dalam sedimen. Burung laut
merupakan komponen kehidupan pantai yang langsung dapat dilihat dan sangat
terpengaruh akibat tumpahan minyak. Akibat yang paling nyata pada burung
laut adalah terjadinya penyakit fisik (Pertamina, 2002). Minyak yang
mengapung terutama sekali amat berbahaya bagi kehidupan burung laut yang
suka berenang di atas permukaan air, seperti auk (sejenis burung laut yang
hidup di daerah subtropik), burung camar dan guillemot ( jenis burung laut
kutub).
Tubuh burung ini akan tertutup oleh minyak, kemudian dalam usahanya
membersihkan tubuh mereka dari minyak, mereka biasanya akan menjilat bulu-
bulunya, akibatnya mereka banyak minum minyak dan akhirnya meracuni diri
sendiri. Disamping itu dengan minyak yang menempel pada bulu burung, maka
burung akan kehilangan kemampuan untuk mengisolasi temperatur sekitar
(kehilangan daya sekat), sehingga menyebabkan hilangnya panas tubuh
burung, yang jika terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan burung
tersebut kehilangan nafsu makan dan penggunaan cadangan makanan dalam
tubuhnya.
7. Metode Penanggulangan
Tumpahan Minyak di Laut
Pengelolahan Fisika
Kelebihan
1. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air. Cara ini
membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran
minyak) atau barrier yang tahan api. mampu mengatasi kesulitan
pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan
minyak serta air laut yang terasosiasi, yang dijumpai dalam teknik
penyisihan secara fisik.
2. Penyisihan minyak secara mekanis, melalui dua tahap yaitu melokalisir
tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan
minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang
disebut skimmer. Cara ini merupakan pemecahan ideal terutama untuk
mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit
dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan.
Kekurangan
1. Pada metode in-situ burning memunculkan kesulitan untuk
mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang cukup
untuk dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah
terbakar. Sisi lain, residu pembakaran yang tenggelam di dasar laut akan
memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga, kemungkinan penyebaran api
yang tidak terkontrol.
2. Upaya ini terhitung sulit dan mahal, serta keberadaan angin, arus dan
gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala.
Pengelolahan Kimia
Kelebihan
1. Sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi
(penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan
minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak
dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan.
Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah
disebarkan di permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan ulang.
Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering,
serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis
(busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).
2. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut
surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat
aktif permukaan). Dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil
(droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke
dalam tumpahan.
Kekurangan
1. Dispersan kimiawi dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif
tambahan berupa pencemaran bahan kimia tersebut ke lingkungan.
Pengelolahan Biologi
Kelebihan
1. Bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami,
misalkan dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi
sejumlah komponen menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 ,
air dan biomass. Selain memiliki dampak lingkunga kecil, cara ini bisa
mengurangi dampak tumpahan secara signifikan.
2. Bioteknologi yang digunakan untuk mengatasi tumpahan minyak bumi di
lautan adalah teknik pembersihan. Pencermaran lingkungan ini lazim
disebut sebagai bioremediasi (bioremediation).yaitu : merekayasa genetik
dari mikroorganisme (bakteri), sehingga mampu melumat (menetralkan)
bahan pencemar (pollutants- minyak) yang mencemari suatu lingkungan
perairan atau daratan (seperti tumpahan minyak/oil spills), sehingga
lingkungan tersebut menjadi bersih.
3. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi
dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi mendestruksi organisme
patogen memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang
masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada
proses digestion mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan
dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan.
Kekurangan
1. Bioremediasi ini hanya bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti
pantai berpasir dan berkerikil, dan tidak efektif untuk diterapkan di lautan.
Recommended