View
2.054
Download
6
Category
Preview:
DESCRIPTION
Faal praktikum untuk Pemeriksaan Denyut Nadi dan Pengukuran Tekanan Darah
Citation preview
PEMERIKSAAN DENYUT NADI DAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Nama dan Nim anggota sub kelompok
Nilna Nur Putri 021311133132Natalia Tjahyono 021311133133Inggit Dwi Virgianti 021311133134Putri Permata Timur 021311133135Risma Amalia 021311133137Calista Dienar Fadhillah S. 021311133138Hera Septania Moekti 021311133139Septiani Permata Widyasari 021311133140Yeremia Trisnadinata 021311133141Aditya Arinta Putra 021311133142Elma Zakiy Annisa 021311133143Rizky Noor Adha 021311133153Okso Brillian Pribadi 021311133154
Aditya Sonarya 021311133155Farris Zakki Ghiffari 021311133159
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014
BAB 1PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang TeoriTekanan darah dan denyut nadi merupakan faktor penting yang harus diperiksa oleh instansi medis untuk mengetahui kesehatan pasien. Pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah dapat memberitahu kita berbagai macam penyakit yang diderita oleh pasien. Tekanan darah adalah tekanan yang dialami oleh darah di dalam pembuluh arteri darah saat darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh manusia. Tekanan darah dibagi menjadi 2 macam, yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan disaat darah dipompa oleh jantung menuju organ, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan saat jantung beristirahat diantara pemompaan. Denyut nadi adalah denyutan pembuluh arteri karena adanya tekanan dari pemompaan darah dari jantung. Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan dengan mudah menggunakan jari tangan (palpasi), bisa juga dengan alat elektronik. Pembuluh darah yang digunakan untuk pemeriksaan denyut nadi adalah arteri radialis, arteri brachialis, arteri temporalis, dan arteri carotis communis. Untuk pemeriksaan tekanan darah ada 2 metode, yaitu metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). Metode langsung (direct method) menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer, metode tidak langsung (indirect method) menggunakan sphygmomanometer (tensimeter). Dengan metode tidak langsung kita dapat menggunakan 2 cara pengukuran yaitu cara palpasi dan cara auskultasi.
1.2. Masalah Bagaimana cara memeriksa denyut nadi dan mengukur tekanan
darah ? Apakah posisi tubuh berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan
darah ? Apa pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah
?1.3. Tujuan
Memeriksa denyut nadi dan tekanan darah● Memeriksa denyut nadi secara palpasi● Mengukur tekanan darah secara palpasi● Mengukur tekanan darah secara auskultasi
Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah
Mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah
BAB 2
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan Meja priksa/tempat tidur Stopwatch/arloji (jam) Sphygmomanometer (tensimeter), terdiri dari :
● Manset udara● Selang karet● Pompa udara dari karet + sekrup pembuka penutup● Manometer air raksa + klep pembuka penutup
Stethoscope Bangku latihan fisik Metronom
2.3 Tata Kerja 2.3.1 Memeriksa Denyut Nadi dan Mengukur Tekanan Darah
Memeriksa Denyut Nadi Secara Palpasi● Pilih satu mahasiswa coba (MC1)● Suruh MC1 berbaring telentang dengan tenang selama 23
menit di meja periksa/tempat tidur.● Letakkan kedua lengan disisi tubuh dengan kedudukan
volar● Periksa denyut arteri radialis dextra dengan menggunakan
ujung jari ke IIIIIIV yang diletakkan sejajar satu yang lain diatas arteri radialis tersebut. Tentukan : (1) Frekuensi [jumlah denyut/menit] (2) Irama [teratur/tidak teratur]
● Catat data sesuai format : Tabel E.1.Catatan :Tiap mahasiswa harus melakukan pemeriksaan ini.Bagi mahasiswa coba (MC1) diberi kesempatan melakukannya di sselasela waktu praktikum ini.
Mengukur Tekanan Darah Secara Palpasi
● MC1 tetap berbaring terlentang tenang di meja periksa/tempat tidur
● Letakkan lengan yang hendak diukur tekanan darahnya (lengan kanan) disisi tubuh dengan keadaan volar.
● Pasang manset pada lengan atas kanan, sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
● Raba serta rasakan denyut arteri radialis dextra.● Pompakan udara ke dalam manset (menggunakan pompa
udara) sampai denyut arteria radialis dextra tak teraba)● Pompakan terus udara ke dalam manset sampai tinggi Hg
pada manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut arteri radialis dextra tak teraba.
● Keluarkan udara dalam manset secara pelan dan berkesinambungan (dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam). Catat tinggi Hg pada manometer dimana arteri radialis pertama kali teraba kembali. Nilai ini menunjukan besarnya tekanan sistolik secara palpasi.
● Catat data sesuai fromat : tabel E.1.Catatan :Tiap mahasiswa harus melakukan pemeriksaan ini.Bagi mahasiswa coba (MC1) diberi kesempatan melakukannya di selasela waktu praktikum ini.
Mengukur Tekanan Darah Secara Auskultasi● MC1 tetap berbaring terlentang tenang diatas meja
periksa/tempat tidur dengan manset tetap terpasang di lengan atas kanan, posisi lengan tetap disisi tubuh dengan keadaan volar.
● Tentukan letak arteria brachialis dextra secara palpaasi secara fossa cubiti dan letakkan stethoscope (bell stethoscope) di atas arteri brachialis dextra tersebut.
● Pompakan udara ke dalam manset, maka saudara akan mendengar suara bising arteria brachialis dextra melalui stethoscope.
● Teruskan memompa udara ke dalam manset, pada suatu saat suara bising arteria brachialis dextra akan hilang.
● Pompakan terus udara ke dalam manset sampai tinggi Hg pada menometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana suara bising arteria brachialis dextra tadi menghilang
● Keluarkan udara dalam manset secara pelan dan
berkesinambungan, maka saudara akan mendengar lagi suara bising tersebut, dan lihat tinggi Hg pada manometer, didapatkan tekanan darah sistolik. Dan stelah diturunkan lagi suara bising tersebut kembali menghilang, didapatkan tekanan darah diastolik.
● Catat data sesuai format : Tabel E.1.Catatan :Tiap mahasiswa harus melakukan pemeriksaan ini.Bagi mahasiswa coba (MC1) diberi kesempatan melakukannya di selasela waktu praktikum ini.
2.3.2 Mengamati Dan Mempelajari Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi Dan Tekanan Darah
Pilih satu mahasiswa coba (MC2),● MC2 boleh sama dengan MC1 atau mahasiswa lain dalam
kelompok yang bersangkutan.● Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi
MC2 pada arteri radialis sinistra selama praktikum● Pilih satu mahasiswa yang mengukur tekanan darah MC2
pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum● Pilih salah satu mahasiswa untuk mencatat
MC2 suruh berbaring terlentang tenang selama 23 menit, kemudian:Tentukan frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masingmasing diukur tiga kali berturutturut) selanjutnya serta hitung nilai rataratanya
MC2 suruh duduk tenang selama 23 menit, kemudian :Tentukan frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masingmasing diukur tiga kali berturutturut) selanjutnya serta hitung nilai rataratanya
MC2 suruh berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 23 menit, kemudian :Tentukan frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masingmasing diukur tiga kali berturutturut) selanjutnya serta hitung nilai rataratanya
Catat data sesau format : Tabel E.2.Catatan :Bila dalam tiga kali pengukuran secara berturutturut terdapat
perbedaan yang besar, gunakan interval waktu 2 menit2.3.3 Mengamati Dan Mempelajari Pengaruh Latihan Fisik Terhadap
Denyut Nadi Dan Tekanan Darah Pilih salah satu mahasiswa coba 3,
● MC3 boleh sama dengan MC2 atau mahasiswa lain dalam kelompok bersangkutan
● Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC3 pada arteri radialis sinistra selama praktikum
● Pilih satu mahasiswa yang mengukur tekanan darah MC3 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum
● Pilih salah satu mahasiswa untuk mencatat MC3 suruh duduk tenang selama 23 menit, kemudian :
Periksa denyut nadi arteria radialis sinistra serta dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi, (masingmasing diperiksa/diukur tiga kali berturutturut).Catat frekuensi,irama denyut nadi dan tekanan sistolik, diastolik serta hitung nilai rataratanya
Dengan manset tetap terpasang pada lengan atas kanan, MC3 melakukan latihan fisik dengan cara:“STEP TEST (NAIKTURUN BANGKU)” 20 kali/menit selama 2 menit dengan dipandu oleh irama metronom yang di setting pada frekuensi 80 ketukan per menit.
Setelah step test berakshir, MC3 suruh segera duduk, ukurlah frekuensi nadi serta tekanan darahnya masingmasing satu kali saja.Data ini diharapkan tercatat tepat 1 menit setelah step test berakhir
Teruskam mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah dengan interval 2 menit (menit ke 3.... menit ke 5.... menit ke 7.... dstnya) sampai nilainya kembali seperti keadaan sebelum latihanCatatan :Untuk setiap saat/interval, pengukuran denyut nadi dan tekanan darah hanya diukur satu kali.
Catat data sesuai format : Tabel E.3.BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil
Denyut nadi adalah getaran / denyut darah di dalam pembuluh darah arteri
akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi adalah beberapa kali jantung
berdetak setiap menit.1
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di
dalam pembuluh darah dan bredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang
dengan lancer beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebgai media
pengangkut oksigen serta zat – zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel – sel tubuh.
Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme.2
Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah waktu jantung menguncup
(sistole). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
mengendor kembali (diastole). Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik
selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik. Tekanan darah manusia senantiasa
berayunayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung.2
Menurut Ronny (2010), peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan
volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah
akan menurunkan tekanan darah.3
Menurut praktikum yang telah dilakukan, Posisi tubuh sangat
berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah.
Variasi tekanan darah dapat terjadi bila pasien mengambil posisi yang
berbedabeda. Bila volume darah berkurang, seperti pada kehilangan darah
berat (kehilangan akut 20% volume darah) atau pada dehidrasi, tekanan darah
turun bila pasien berdiri. Biasanya bila kita berdiri dari posisi duduk atau tidur,
peningkatan tonus arteri yang terjadi secara reflex membuat kita dapat
mempertahankan tekanan darah yang normal. Bila tons tersebut telah maksimal
karena volume vascular berkurang, posisi berdiri akan memperkuat gaya
gravitasi yang tidak tertahankan dan tekanan darah turun kadangkadang
sampai tak terukur. Hipotensi ortostatik ini, bersama dengan peningkatan denyut
nadi, merupakan tanda diagnostic yang baik untuk hipovolemia. Pemeriksaan
tekanan darah pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri untuk melihat efek
farmokologik yang memadai dari obat antihipertensi.3
Terdapat dua mekanisme kompensasi yang menanggulangi efek gravitasi
ini:
1. Refleks baroreseptor (keseimbangan aktivitas sistem
simpatisparasimpatis). Baroreseptor / proreseptor berada pada
dinding sinus karotis dan arkus aorta. Baroreseptor dirangsang oleh
peningkatan tekanan dalam pembuluh. Sinyal dari sinus karotis
melewati saraf. Hering ke saraf glosofaringeal kemudian melewati
traktus solitarius di medula batang otak. Sinyal dari arkus aorta
melewati nervus vagus ke area yang sama di batang otak. Sinyal
sekunder dari traktus solitarius medula kemudian menghambat pusat
vasokonstriktor di medula dan merangsang pusat vagus,
menyebabkan:
a. Vasodilatasi di seluruh sistem sirkulasi perifer
b. Berkurangnya frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi
jantung.
Penurunan tekanan darah menyebabkan efek sebaliknya.
Tekanan yang menurun menyebabkan baroreseptor menjadi inaktif.
Terjadi vasokonstriksi dan peningkatan curah jantung. Selain itu
terjadi peningkatan kadar renin dan aldosteron dalam darah yang
membantu mempertahankan tekanan darah ke tingat semula dengan
meningkatkan volume darah melalui retensi urin.
2. Kompensasi sirkulasi serebrum
Saat tekanan arteri menurun ± 2040 mmHg, tekanan vena
jugularis hanya menurun ± 58 mmHg sehingga mengurangi
penurunan tekanan perfusi (tekanan arterivena). Resistensi vaskular
serebrum berkurang karena tekanan intrakranium menurun seiring
penurunan tekanan vena, sehingga tekanan pada pembuluh
serebrum menurun. Penurunan aliran darah serebrum menyebabkan
perubahan metabolik lokal yang meningkatkan vasodilatasi
pembuluh serebrum. Dengan mekanisme autoregulasi ini, aliran
darah serebrum hanya turun 20% pada posisi berdiri dan jumlah
penyerapan O2 per satuan darah meningkat, sehingga konsumsi O2
pada keadaan berbaring dan berdiri adalah sama.
Aktifitas tubuh juga sangat mempengaruhi tekanan darah baik
systole maupun diastole. Pada saat beraktivitas jantung memompa
darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang telah
banyak terpakai. Begitupun denyut nadi bertambah cepat untuk
memenuhi kebutuhan oksigen kemudian semakin lama denyut nadi
semakin menurun hingga kembali ke normal karena kebutuhan
oksigen telah terpenuhi 4. Hasil yang telah kami peroleh tersebut
sesuai dengan teori yang ada yaitu semain berat aktivitas tubuh yang
dilakukan maka semakin besar tekanan darah yang dihasilkan.
Kemudian setelah beristirahat sekitar 3 menit denyut jantung
kembali normal.
Berdasarkan hasil praktikum diatas pengukuran denyut nadi dan
tekanan darah terpengaruh pada posisi tubuh pasien, yaitu berdiri,
duduk, dan berbaring. Hasil praktikum sudah sesuai secara teori
yaitu diketahui pada posisi berdiri mempunyai tekanan sistolik paling
rendah dan diastolik paling tinggi, kemudian terendah kedua adalah
pada posisi duduk, dan paling tinggi adalah pada saat posisi
berbaring. Sedangkan pada pengukuran denyut nadi, posisi duduk
mempunyai ukuran denyut nadi terendah, kemudian posisi
berbaring, lalu posisi berdiri mempunyai denyut nadi paling tinggi.
Pengukuran denyut nadi tidak sesuai dengan teori yang ada.
Seharusnya, intensitas denyut nadi yang paling rendah adalah saat
posisi berbaring, duduk, dan berdiri. Ketidaksesuaian tersebut
dapat dikarenakan jarak waktu pengukuran antara posisi berbaring
dan duduk terlalu dekat serta perbedaan praktikan yang mengukur
denyut nadi pada posisi tersebut.
Pengukuran tekanan darah setelah melakukan Step Test
diketahui mengalami peningkatan karena kontraksi jantung lebih
berat, sehingga tekanan darah dan frekuensi denyut nadi semakit
tinggi. Pengukuran tekanan darah kembali dalam keadaan normal
seperti sebelum melakukan step test setelah dilakukan pengukuran
11 menit setelah latihan fisik.
4.2 Pembahasan Pertanyaan
1. Sebutkan pengertian tekanan darah? Daya yang dihasilkan darah yang diterima
dinding pembuluh darah per satuan luas. (Guyton, 2008)
2. Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memeriksa denyut nadi?
Jawab: Denyut jantung dirasakan pada daerah arterial, denyut yang dirasakan
dihasilkan dari kontraksi ventricular yang dirambatkan melalui dinding arteri. Pembuluh
nadi yang umum digunakan adalah arteri radial, carotid, temporal, femoral, brachial,
popliteal, dan dorsalis pedis.
3. Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengan
cara auskultasi?
Jawab: Pengukuran tekanan darah biasanya dibantu oleh alat sphygmomanometer.
Alat ini terdiri dari manset, selang udara, pompa udara+sekrup, dan manometer air
raksa+ klep pembuka. Pengukuran darah secara palpasi tanpa menggunakan
stethoscope. Prosedur: cari terlebih dahulu denyut nadi di arteri barchialis dextra
kemudian memasangkan manset sphygmomanometer diatas fossa cubiti region
brachialis dextra, pompakan udara hingga denyut nadi tidak terasa lagi lalu tambahkan
tekanan sekitar 20mmhg, buka knop udara perlahan, amati manometer air raksa
hingga terasa denyut nadi kembali, tekanan yang didapat adalah tekanan sistolik.
Pengukuran dengan cara auskultasi membutuhkan bantuan alat stethoscope.
Prosedur: cari terlebih dahulu denyut nadi brachialis dextra, pasang manset diatas fossa
cubiti, letakkan pad stethoscope pada tempat ditemukannya denyut nadi brachialis
dextra, pompakan udara, saat udara dipompakan melebihi tekanan artery maka
pembuluh darah tertekan dan aliran darah berhenti, pada stethoscope tidak dapat
didengarkan suara, ketika udara perlahan dibuka maka artery dapat terbuka dan
darah kembali menyembur keluar arteri menghasilkan suara keras yang bernama
Kortokoff’s sound yang bisa didengar melalui stethoscope, tinggi merkuri pada
manometer saat kondisi ini menunjukkan tekanan sistolik, ketika tekanan terus
dikurangi maka suara akan semakin lama semakin menghilang, tinggi mercury pada
manometer saat suara tersebut menghilang adalah tekanan diastolic.
4. Mengapa pemeriksaan darah dilakukan pada lengan kanan atas?
Jawab :
Karena letak arteri brachialis dextra adalah arteri yang lebih jauh daripada jantung
dibanding arteri brachialis sinistra, dan karena rotasi jantung leih ke arah kiri, sehingga
suara yang didapat tidak terlalu bising dan dapat mendapatkan hasil yang akurat.
5. Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari timbul dan hilangnya suara bising
yang dipakai untuk menentukan tekanan darah sistolik dan diastolik!
Jawab :
Suara ini didapat ketika memeriksa tekanan darah menggunakan cara auskultasi.
Bunyi yang terdengar biasa disebut bunyi Korrotkof. Sejalan dengan pengenduran
manset , turbulensi aliran darah melalui arteri brakialis menimbulkan rangkaina suara. Hal
ini dikelompokkan menjadi 5(lima) fase suara. Fase 1 ditandai oleh suara yang jelas,
suara menghentak dan berulang, bersamaan dengan pemunculan kembali denyut nadi
yang teraba. Pemunculan awal suara fase 1 ini sama dengan tekanan darah sistolik.
Selama fase 2, suara murmur terdengar. Pada fase 3 dan 4, perubahan mulai terjadi
dimana suara nadi mulai melemah(biasanya 10 mmHg diatas tekanan darah diastolik
yang sebenarnya). Pada fase 5, suara mulai hilang, dan menunjukkan tekanan darah
diastolik. (Smeltzer & Bare, 2001)
6. Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat
mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah?
a. Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi
dan tekanan darah?
b. Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori?
c. Apakah hasil praktikum saudara tidak sesuai dengan teori, jelaskan
mengapa demikian!
Jawab:
Ya berpengaruh. Cara pemasangannya harus tepat yaitu tidak terlalu ketat dan tidak
terlalu longgar.
● Apabila terlalu longgar : bunyi yang terdengar lemah, menghasilkan tekanan
darah yang tinggi.
● Apabila terlalu ketat: tekanan yang didapat sangat besar sehingga kadang suara
korotkoff tidak terdengar, menghasilkan tekanan darah menjadi lebih rendah
dari seharusnya.
a. Posisi tubuh sangat mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah dari
seseorang.
Teori : peningkatan curah jantung menjadi hal dasar untuk menyediakan
sejumlah besar oksigen dan zat makanan lain yang dibutuhkan oleh otototot
yang bekerja. Karena itulah denyut nadi dan tekanan darah pada posisi berdiri
lebih besar daripada posisi duduk dan berbaring atau terlentang. ( Kardiologi,
2005, Penerbit Erlangga hal 20)
b. Tidak
c. Ya hasil praktikum tidak sesuai teori yaitu tekanan darah pada saat posisi
berbaring paling besar dibandingkan posisi duduk dan berdiri. Karena terjadi
kesalahan, yaitu pada saat pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah,
mahasiswa coba melakukan aktivitas lain, sehingga hasil percobaannya tidak
sesuai dengan teori.
7. Apa yang anda ketahui tentang baroreceptor?
a. Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi
dan tekanan darah
b. Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori?
c. Apakah hasil praktikum saudara tidak sesuai dengan teori, jelaskan
mengapa demikian!
Jawab:
Termasuk dari sensory receptor yang menerima gaya mekanis, baroreceptor
(pressoreceptors) berfungsi mendeteksi perubahan tekanan darah. (Shier and Butler
et al., 2006, hal 456)
Baroreceptors (pressoreceptors) terletak dibeberapa region aorta (aortic arch)
dan arteri carotid (carotid sinuses), reseptor ini sangat sensitive terhadap peregangan
dan bisa mendeteksi perubahan tekanan darah. Tekanan yang tinggi meregangkan
reseptor yang kemudian mengirim sinyal ke cardio inhibitor di medulla, sebagai respon
medulla mengirim impuls parasimpatik motoris ke jantung yang menurunkan denyut
jantung (Shier and Butler et al., 2006, hal 597)
a. Pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi:
Baroreceptors terdapat di aorta setelah melewati jantung dan arteri carotid yang
membawa darah dari aorta ke otak. Jika tekanan darah menurun contohnya saja
disebabkan karena posisi berdiri, baroreceptor memberi sinyal ke cardioregulatory
center, kemudian motoric simpatik memberi impuls ke jantung untuk menaikkan denyut
jantung. (Mader, Sylvia S. hal 233)
b. Tidak
c. Ya hasil praktikum tidak sesuai teori yaitu tekanan darah pada saat posisi
berbaring paling besar dibandingkan posisi duduk dan berdiri. Karena
terjadi kesalahan, yaitu pada saat pemeriksaan denyut nadi dan tekanan
darah, mahasiswa coba melakukan aktivitas lain, sehingga hasil
percobaannya tidak sesuai dengan teori.
8. Apakah ada perbedaan antara atlet dan non – atlet dalam hal pemulihan nadi dan
tekanan darah post exercise ( setelah latihan )? Jelaskan!
Jawab :
Pada atlet yang sering bahkan teraktur olahraga mempunyai pemulihan nadi
yang lebih cepat dibandingkan dengan non – atlet. Hal tersebut dikarenakan latihan yang
terus – menerus yang dilakukan atlet membuat otot jantung menjadi tebal dan kuat.
Jantung yang kuat dan tebal membuat kerja jantung menjadi efisien dan denyut jantung
menjadi lebih stabil. Seorang atlet yang teratur melakukan olahraga membuat presso
refleksnya terlatih sehingga pemulihan nadi dan tekanan darahnya menjadi lebih cepat
dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Burnside, McGlynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hlm. 72
Gunawan, L. 2007. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Edisi 8. Yogyakarta : Kanisius.
Hlm. 82 – 84
Mader, Sylvia S, 2004, Understanding Human Anatomy And Physiology
Boston:McGrawHill Science Engineering.
Ronny, dr, Mkes. Setiawan. Sari, Fatimah. Fisiologi Kardiovaskular. Jakarta: EGC.
2010. Pp :2635.
Scanlon, V. C. and Sanders, T. 2007. Essentials of anatomy and physiology.
Philadelphia: F.A. Davis Co.
Shier, D., Butler, J. and Lewis, R. 2006. Hole's essentials of human anatomy and
physiology. Boston: McGrawHill.
Yahya, F.A. 2010. Menaklukkan Pembunuh No.1 Mencegah dan Mengatasi Penyakit
Jantung Koroner Secara Tepat dan Cepat. Bandung: Penerbit Qanita. Hlm. 154.
Recommended