View
139
Download
58
Category
Preview:
DESCRIPTION
sistem pemadam kebakaran pada bangunan tinggi
Citation preview
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT PENULISAN
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI DAN KRONOLOGIS
2.2 TEORI-TEORI API
A. Teori Segitiga Api (Triangle of Fire)
B. Teori Piramida Bidang Empat (Tetrahedron of Fire)
2.3 PENGERTIAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
2.4 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
2.4.1 Sistem Pencegahan
2.4.2 Sistem Pemadaman
2.4.3 Sistem Evakuasi
BAB III STUDI PROYEK
3.1 SPESIFIKASI OBJEK
1. Sistem Pencegahan
2. Sistem Pemadaman
3. Sistem Evakuasi
KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini, media massa cetak dan elektronik banyak melaporkan terjadinya
kebakaran pada bangunan, baik bangunan tempat tinggal, perkantoran atau
gudang/pabrik. Penyebabnya pun bermacam-macam, seperti hubungan pendek arus
listrik, meledaknya kompor, kecerobohon penyalaan api dan sebagainya.
Memang, suatu bangunan gedung memiliki potensi terjadinya
kebakaran. Apalagi bila bangunan tersebut material konstruksinya berasal dari material
yang mudah terbakar dan digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah
terbakar.
Oleh karenanya, guna meminimalisasi kebakaran dan menanggulangi kejadian
kebakaran pada bangunan gedung, maka gedung harus diproteksi melalui penyediaan
prasarana dan sarana proteksi kebakaran serta kesiagaan dan kesiapan pengelola,
penghuni dan penyewa bangunan dalam mengantisipasi dan mengatasi kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem yang terdiri
atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada
bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif
maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya
terhadap bahaya kebakaran.
1.2 TUJUAN
Tujuan penulisan dari tugas ini adalah untuk memahami bagaimana sistem
perlindungam dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran serta untuk mengetui dan
memahami bagaimana penerapannya terhadap bangunan.
1.3 MANFAAT PENULISAN
1.3.1 Manfaat Umum
Adapun manfaat umum dari makalah ini adalah untuk dapat
memahami mengenai sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran
pada bangunan disekitar kita.
1.3.2 Manfaat Teoristis
Adapun manfaat teoristis dari makalah ini adalah untuk
mengetahui dan menambah wawasan mengenai sistem perlindungan dan
pengamanan pada bahaya kebakaran dalam perancangan utilitas
bangunan.
1.3.3 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari makalah ini adalah informasi yang
digali diharapkan menjadi cerminan atau pedoman bagi masyarakat luas.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI DAN KRONOLOGIS
Sejak dahulu api berperan besar dalam menunjang bermacam-macam kebutuhan
hidup manusia, mulai dari hal kecil hingga hal besar. Sebagai salah satu contoh, api
digunakan untuk memasak atau untuk pemakaian skala besar dalam industri peleburan
logam. Tapi api juga merupakan elemen yang jika digunakan secara sembarangan dan
sudah tidak dapat dikendalikan lagi, akan menjadi malapetaka dan dapat menimbulkan
kerugian materi maupun jiwa manusia. Hal tersebutlah yang biasa disebut kebakaran.
Api berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas dan
Material yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Unsur – unsur tersebutlah yang jika tidak
dikendalikan atau tanpa pengawasan akan menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah
uraian singkat mengenai unsur – unsur api:
a. Oksigen
Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting
dalam pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan
pembakaran suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12 % tidak akan
menimbulkan pembakaran.
b. Panas
Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu /
temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar.
Sumber – sumber panas tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat
energi mekanik, pusat reaksi kimia dan sebagainya.
c. Bahan yang mudah terbakar (Bahan Bakar)
Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur
terendah suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila
tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala yang makin
rendah. Dari ketiga unsur – unsur di atas dapat digambarkan pada segitiga api.
Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing – masing
tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian
meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur – angsur menurun
sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada
umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :
a. Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )
Gambar 2.1.1 : Kurva Suhu Api
Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi
oleh lidah api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah
vertikal sampai batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan
menjalar kearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung – gedung
bertingkat tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.
Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap
pertumbuhan. Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau
dikendalikan.
2.2 TEORI-TEORI API
A. Teori Segitiga Api (Triangle of Fire)
Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur
pokok yaitu adanya unsur : bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup
dari udara atau bahan oksidator dan panas yang cukup. Apabila salah satu unsur tersebut
tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi.
Gambar 2.2.1 : Segitiga Api
B. Teori Piramida Bidang Empat ( Tetrahedron of Fire)
Gambar 2.2.2 : Tetrahedron Of Fire
Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi perubahan bentuk dan
sifat-sifatnya yang semula menjadi zat baru, maka proses ini adalah perubahan secara
kimia. Proses pembakaran ditinjau dengan teori kimia adalah reaksi satu unsur atau satu
senyawa dengan oksigen yang disebut oksidasi atau pembakaran. Produk yang
terbentuk disebut oksida.
Gambar 2.2.2 : Teori Metode Piramida bidang Empat
2.3 PENGERTIAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
Pemadam Kebakaran atau Fire Fighting adalah upaya mencegah terjadinya
kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai
bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun meminimalisasi
risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan
kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif, dengan
metode proteksinya menggunakan berbagai macam media yang dapat digunakan
sebagai pemadam api.
2.4 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
Sistem-sistem pemadam kebakaran dapat diuraikan melalui bagan sebagai berikut:
1. Sistem Pencegahan
2. Sistem Pemadaman
3. Sistem Evakuasi
2.4.1 Sistem Pencegahan
2.4.1.1 Program Pencegahan Kebakaran
Program pencegahan kebakaran dapat kelompokkan menjadi tiga kategori utama
yaitu:
1. Program engineering yaitu program yang meliputi perencanaan
bangunan yang yang aman dari kebakaran dan perencanaan proses yang aman
dari kebakaran,misalnya instalasi fire detection system (aktif) dan instalasi fire
protection system (pasif).
2. Program edukasi yaitu program untuk meningkatkan kesadaran pekerja
terhadap kebakaran,yaitu dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan tentang
kebakaran,identifikasi penyebab kebakaran,bahaya kebakaran,pencegahan
kebakaran dan evakuasi jika terjadi kebakaran.
3. Pogram Penegakan Sistem program penegakkan sistem adalah program
untuk memastikan bahwa semua sistem pencegahan kebakaran sesuai atau
comply dengan fire code atau regulasi yang ada. Maka harus dilakukan inspeksi
terhadap semua fasilitas pencegahan kebakaran secara berkala.
2.4.1.2 Klasifikasi Bangunan Berdasarkan Ketahanan Terhadap Api
Sistem pencegahan kebakaran pada bangunan dapat berfungsi dengan baik
asalkan sebelumnya dilakukan syarat untuk bangunan itu sendiri. Klasifikasi
bangunan menurut struktur utamanya tahan terhadap api di bagi menjadi empat kelas
yaitu A, B, C dan D.
1. Bangunan Kelas A
Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 3
jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas A adalah hotel, pertokoan,
perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, tempat hiburan, museum dan
bangunan dengan penggunaan ganda/ campuran.
2. Bangunan Kelas B
Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 2
jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas B adalah perumahan
bertingkat, asrama, sekolah dan tempat ibadah.
3. Bangunan Kelas C
Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 1
jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas C adalah bangunan yang
tidak bertingkat atau bangunan sederhana.
4. Bangunan Kelas D
Bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur tersendiri
contohnya adalah instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/ mesin.
2.4.1.3 Fire Alarm System
Sistem pengindera api atau yang umum dikenal dengan fire alarm system adalah
suatu sistem terintegrasi yang didesain dan dibangun untuk mendeteksi adanya gejala
kebakaran, untuk kemudian memberi peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan
ditindak lanjuti secara otomatis maupun manual dengan sistem instalasi pemadam
kebakaran ( fire fighting system ).
Sistem Pendeteksian dan Pengendalian
Di lapangan, dikenal 3 sistem pendeteksian dan pengendalian, yaitu :
1. Non addressable system.
Sistem ini disebut juga dengan conventional sistem. Pada sistem ini MCFA
menerima sinyal masukan langsung dari semua detektor (biasanya jumlahnya sangat
terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan komponen keluaran untuk
merespon masukan tersebut. Sistem ini umumnya digunakan pada bangunan / area
supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan atau pada ruangan-ruangan
tertentu pada suatu bangunan yang diamankan.
2. Semi addressable system.
Pada sistem ini dilakukan pengelompokan / zoning pada detektor & alat
penerima masukan berdasarkan area pengawasan (supervisory area). Masing-masing
zona ini dikendalikan ( baik input maupun output ) oleh zone controller yang
mempunyai alamat / address yang spesifik. Pada saat detektor atau alat penerima
masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O)
berdasarkan zone controller yang mengumpankannya.
Dalam konstruksinya tiap zona dapat terdiri dari :
a. satu lantai dalam sebuah bangunan / gedung.
Gambar 2.4.1 : Conventional Fire Detection System
b. beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah bangunan / gedung.
c. beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tai di sebuah bangunan / gedung.
Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjadi gejala kebakaran,
sehingga dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada
zona tersebut.
Gambar 2.4.2 : Common Addressable Fire Alarm System
3. Full addressable system.
Merupakan pengembangan dari sistem semi addressable. Pada sistem ini semua
detector dan alat pemberi masukan mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses
pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan
mengalami kebakaran.
Komponen Utama Sistem Fire Alarm
Komponen utama sistem fire alarm terdiri dari MCFA ( Main Control Fire
Alarm ). MCFA merupakan peralatan utama dari sistem protection. MCFA berfungsi
menerima sinyal masuk (input signal) dari detector dan komponen proteksi lainnya
(fixed heat detector, smoke detector, ROR heat detector, dll).
Jenis - Jenis Alat Pendeteksi.
Alat pendeteksi atau detector adalah alat yang berfungsi sebagai alat penerima
masukan yang bekerja secara otomatis. Jenis detector kebakaran ini terbagi menjadi 4
macam yaitu:
1. Detektor Asap (Smoke Detector).
2. Detektor Panas (Heat Detector).
3. Detektor Api (Flame Detector).
4. Detektor Gas (Fore Gas Detector).
1. Detektor Asap (Smoke Detector)
Detektor asap (smoke detector) adalah alat yang berfungsi mendeteksi asap.
Ketika detektor mendeteksi asap maka detektor akan segera mengirimkan sinyal
sehingga fire alarm berbunyi. Prinsip umumnya sensor asap berfungsi untuk mendeteksi
keberadaan asap di udara. Namun, dalam perkembangannya aplikasi yang tidak
menggunakan komponen sensor asap pun juga bisa dikatakan sebagai sensor asap.
Walaupun dengan kemampuan yang berbeda. Sensor ini dapat mengenali perubahan
udara yang disebabkan khususnya oleh asap. Dimana untuk jenis sensor asap tertentu
juga dapat mendeteksi kandungan apa saja yang terdapat dalam asap tersebut.
Gambar 2.4.3: Smoke DetectorSumber: http://blog.arc-system.net
Jenis – Jenis Smoke Detector
a. Photoelectric / optical
Photoelectric / optical mendeteksi asap menggunakan sensor cahaya. Cahaya
(infra red) diarahkan ke sensor photoelectric, apabila ada asap maka cahaya tidak
sepenuhnya diterima sensor photoelectric. kejadian ini ditangkap sebagai sinyal yang
kemudian diteruskan ke fire alarm. Dari pengalaman lapangan diketahui kelemahan dari
detektor ini adalah sering kali menimbulkan false alarm yang diakibatkan oleh debu.
Prinsip kerjanya yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.4.4 : Prinsip Kerja Optical Smoke Detector
Sumber: http://blog.arc-system.net
Photoelectric sensor akan terus menerus memancarkan cahaya ke sebuah dioda
penerima. Apabila kekuatan cahaya berkurang sampai nilai tertentu maka photo detector
akan mendeteksi adanya asap. Sistem yang dipakai di sketsa ini adalah sistem
pemantulan. Apabila ada asap dalam jumlah yang tertentu maka sinar akan dipantulkan
menuju photo detector. Photo detector sangat peka pada asap yang berwarna putih.
Kondisi optimal photoelectric bekerja pada partikel smoke 0,3 – 10 micron.
b. Ionization
Ionization detektor model ini menggunakan metode ionization chamber.
kelemahan dari detektor ini adalah setelah habis umur pakainya, detektor dikategorikan
limbah radioaktif, karena di dalam detektor ini terdapat ameresium.
Gambar 2.4.5 : Prinsip Kerja Ionization Smoke Detector
Sumber: http://blog.arc-system.net
Smoke detector ini terdiri atas 2 plat yang bermuatan listrik dan terdapat bahan
radioaktif di antara plat positif dan negatif. Tumbukan antar partikel tersebut akan
menyebabkan adanya ion positif dan negatif yang akan tertarik ke dua plat dan
membentuk arus dengan nilai tertentu. Apabila ada asap yang masuk maka ion akan
bereaksi dengan asap dan sensor pun bekerja. Sensor ini dapat bereaksi dengan cepat
pada bahan – bahan yang mudah terbakar. Dengan partikel 0,01 sampai 0,3 micron.
Gambar 2.4.5: Prinsip Kerja Ionization Smoke Detector Sumber: http://blog.arc-system.net
2. Heat Detector
Gambar 2.4.6 : Heat Detector
Sumber : http://www.griyatekno.com
Heat Detector / Alat Pendeteksi Panas adalah sensor yang digunakan untuk
mendeteksi temperatur tinggi. Heat Detector ada banyak macam, Salah satu produk
Heat Detector 4 Wire, yaitu detektor panas yang dapat diintegrasikan dengan panel
controller (security alarm). alat ini memiliki telah dilengkapi fitur auto-reset apabila
mengalami trigger alarm. Dengan desain stylish, alat ini dapat ditempatkan pada ceiling
ruangan dengan berbagai pola interior.
3. Flame Detector
Gambar 2.4.7 : Flame DetectorSumber : http://www.sierramonitor.com
Detektor api (Flame Detector) adalah sebuah sensor yang dimaksudkan untuk
dapat melihat dan merespon keberadaan nyala api, misalnya dengan menyalakan sistem
supresi kebakaran atau dengan mematikan saluran bahan bakar, bereaksi lebih cepat
daripada pendeteksi asap atau pendeteksi panas.
Gambar 2.4.8 : Vlamedetectie Spectrum (Flame detector spectrum)Sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Flame_detector#mediaviewer/File:Vlamdetectie_spectrum.jpg
Jenis – Jenis Flame Detector
a. Ultraviolet (UV)
Detector Ultraviolet bekerja dengan panjang gelombang kurang dari 300 nm
(nanometer). Detektor ini mampu mendeteksi kebakaran dan ledakan dalam waktu 3-4
milidetik karena radiasi UV yang dipancarkan langsung di saat menyalanya api. Akan
tetapi, alarm palsu dapat terpicu oleh sumber ultraviolet lainnya seperti kilat, alat las,
radiasi, dan sinar matahari langsung. Untuk mengurangi pemicu alarm palsu, penundaan
waktu selama 2-3 detik sering dimasukkan dalam desain pendeteksi api ultraviolet.
b. Near IR array
Near infrared (IR) Array flame detector, biasa juga dikenal sebagai pendeteksi
api visual (visual flame detector), menggunakan teknologi pengenalan api yang dapat
mengkonfirmasi api dengan menganalisis radiasi infrared (IR) terdekat melalui susunan
pixel dari perangkat teknologi CCD (charge-coupled device).
c. Infrared
Infrared (IR) adalah detektor api yang bekerja dalam serangkaian spektrum
inframerah. Gas panas memancarkan pola spektral yang khusus di wilayah inframerah,
yang dapat dirasakan menggunakan kamera khusus pemadam kebakaran thermal
imaging (TIC), sejenis kamera thermographic yang dapat membaca dan membedakan
suhu. Alarm palsu dapat disebabkan oleh permukaan panas lainnya dan radiasi dari
panas pada suatu area, dan alat ini juga dapat dibutakan oleh keberadaan air dan energi
surya. Biasanya, frekuensi tunggal detektor api inframerah (IR) akan sensitif pada
panjang gelombang sekitar 4,4 mikrometer. Waktu respon umumnya adalah 3-5 detik.
d. UV/IR
Gabungan antara pendeteksi api ultraviolet (UV) dan Infrared (IR),
membandingkan ambang batas sinyal dalam dua rentang konfigurasi “AND” dan
membandingkan rasio keduanya dari satu sama lain untuk mengkonfirmasi sinyal api
dan meminimalkan alarm palsu.
e. IR/IR flame detection
Detector api dengan Infrared ganda (IR / IR) membandingkan ambang batas
sinyal dari kedua rentang inframerah. Dalam hal ini satu sensor terlihat di kisaran 4,4
mikrometer, sedangkan sensor lain terlihat pada frekuensi referensi tertentu.
f. IR3 flame detection
Tiga detektor api inframerah membandingkan tiga susunan panjang gelombang
tertentu dalam daerah spectral inframerah dan rasio mereka satu sama lain. Dalam hal
ini satu sensor terlihat pada kisaran 4.4 mikrometer dan sensor lainnya berada pada
susunan referensi baik di atas dan di bawahnya. Hal ini memungkinkan detektor untuk
membedakan antara sumber pancaran inframerah non-api dan api, yang memancarkan
karbon dioksida (CO2) panas dalam proses pembakaran (ini memiliki karakteristik
spectral dengan puncaknya pada 4,4 mikrometer). Hasilnya, baik jangkauan deteksi dan
kekebalan terhadap alarm palsu dapat ditingkatkan secara signifikan. Detector Triple IR
(IR3) dapat mendeteksi 0.1 m2 (1 ft2) api bensin sampai sejauh 65 m dalam waktu
kurang dari 5 detik.
Kebanyakan detektor IR dirancang untuk mengabaikan radiasi konstan yang
berlatar belakang inframerah, yang hadir secara terus menerus di semua lingkungan.
Sebaliknya, mereka mengukur bagian termodulasi dari radiasi. Ketika terkena modulasi
radiasi inframerah non-api, detector Inframerah (IR) dan detector UV / IR menjadi lebih
rentan terhadap alarm palsu. Sementara itu Triple Infrareds Detector (IR3) menjadi agak
kurang sensitif, tetapi lebih kebal terhadap alarm palsu. Triple IR (IR3), seperti jenis
detector inframerah lainnya, rentan terhadap resiko sensor yang dibutakan oleh silaunya
lapisan air yang terpapar cahaya pada jendela detektor.
g. Visible sensors
Dalam beberapa detektor, sensor untuk menangkap radiasi yang terlihat
ditambahkan ke dalam desain dengan tujuan untuk lebih membedakan alarm palsu atau
untuk meningkatkan jangkauan deteksi. Contoh: detector api UV / IR / vis, IR / IR / vis,
IR / IR / IR / vis.
h. Video
CCTV atau kamera web dapat digunakan video pendeteksi (panjang gelombang
antara 0,4 dan 0,7 nm). Namun seperti halnya manusia, kamera dapat dibutakan oleh
asap atau kabut.
4. Gas Detector
Gambar 2.4.9 : Gas DetectorSumber : http://i01.i.aliimg.com
Gas Detector / Pendeteksi Gas / Gas Alarm Standalone Gas Detector adalah alat
yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas berbahaya seperti LPG
dan Methane. Detector ini dapat berfungsi tanpa harus menggunakan panel controller.
Ketika mendeteksi gas berbahaya,alat ini akan membunyikan built-in sirine.Alat ini
dapat ditempatkan pada dinding ruang yang rentan terhadap kebocoran gas. Disamping
sebagai Gas detector, alat ini dapat diintegrasikan dengan alarm system.
2.4.2 Sistem Pemadaman
Sistem pemadaman merupakan tindakan yang dilakukan saat terjadi kebakaran.
Tahap ini harus di perhatikan dengan serius karena tahap ini merupakan tahap penting
agar kebakaran/api tidak meluas. Alat-alat pemadam kebakaran yang digunakan untuk
memadamkan api yaitu seperti berikut.
2.4.2.1 Hydrant
Hydrant merupakan sebuah terminal air untuk bantuan darurat ketika terjadi
kebakaran. Hydrant ini juga berfungsi untuk mempermudah proses penanggulangan
ketika bencana kebakaran melanda. Hydrant merupakan sebuah fasilitas wajib bagi
bangunan-bangunan publik seperti pasar tradisional maupun modern, pertokoan, bahkan
semestinya lingkungan perumahan pun harusnya ada fasilitas hydrant. Pada saat terjadi
peristiwa kebakaran Fire Hydrant harus mudah terlihat dan segera dapat dipergunakan.
National Fire Protection Association (NFPA) secara specifik menyatakan bahwa Fire
Hydrant harus diwarnai dengan chrome yellow atau warna lain yang mudah terlihat
termasuk diantaranya white, bright red, chrome silver dan lime-yellow, tetapi
sebenarnya aspek terpenting adalah warna tersebut harus konsisten terutama dalam satu
wilayah tertentu.
NFPA menyarankan bahwa secara umum ada perbedaan secara fungsi antara
Fire Hydrant untuk kebutuhan perkotaaan (municipal system) dan kebutuhan pribadi
(private system) termasuk di dalamnya untuk pabrik, sehingga harus ada perbedaan
warna dan penandaan lainnya. Secara internasional warna violet (light purple) telah
dikembangkan sebagai warna untuk non-portable water.
Ciri penandaan lainnya adalah flow indicators, standar NFPA untuk bonnets
(topi hydrant) dan caps (sumbat hydrant) harus diwarnai sesuai dengan indikasi kuatnya
tekanan aliran hydrant (20 p.s.i.)
Hydrant System
Sistem pada hydrant terdiri atas:
• Tempat penyimpanan air (Reservoir)
• Sistem distribusi
• Sistem pompa hydrant
Berikut akan dijelaskan masing-masing dari system tersebut;
1. Tempat penyimpanan air (Reservoir)
Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan dalam
proses pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki ataupun
beberapa tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di
atas tanah maupun dalam tanah. Dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat
menampung air untuk supply air hydrant selama minimal 30 menit penggunaan hydrant
dengan kapasitas minimum pompa 500 galon per menit.
Selain itu reservoir juga harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali
dari sumber-sumber air yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia
dalam reservoir. Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang
dihubungan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air
sungai, dll.
2. Sistem Distribusi
Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi
yang menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang
hydrant. Dalam perancangan jaringan pipa hydrant, yang terbaik adalah menggunakan
system jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring atau O. Sistem ini
memberikan beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:
• Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa
mengalami kerusakan.
• Semburan air hydrant lebih stabil, meskipun seluruh titik hydrant dibuka.
Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydarant biasanya berukuran 12-16
inch. Pipa sambungan ke dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch.
Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa hydrant
tersambung dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang box yang
digunakan untuk menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari bahan
kanvas yang panjangnya berkisar 20-30 meter.
Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang
berinterkoneksi dengan sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese.
Sambungan ini terdiri dari satu / dua sambungan pipa yang fungsinya adalah untuk
memberikan supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat berguna
bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan suplai air tambahan melalui mobil
pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.
3. Sistem Pompa Hydrant
Gambar 2.4.10 : Sistem Pompa HydrantSumber : http://fire-safety-securiti-solution.blogspot.com/2012/09/hidrant.html
Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa.
Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta
mematikan keseluruhan system dan juga untuk mengetahui status dan kondisi pompa.
Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa
untuk menyedot dan menyemburkan air.
Unit pompa untuk hydrant biasanya terdiri dari:
1. Pompa Diesel
Digunakan sebagai sumber tenaga cadangan pada saat listrik mati
2. Pompa Utama
Digunakan sebagai penggerak utama untuk menyedot air dari sumber ke titik hydrant
3. Pompa Jockey
Digunakan untuk mempertahankan tekanan air pada sistem hydrant
Jenis hydrant dapat di bagi menjadi dua bagian :
1. Hydrant Box
Hydrant Box ini dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa Indoor Hydrant (terletak di
dalam gedung) atau Outdoor Hydrant (terletak di luar gedung). Untuk pemasangan
Hydrant Box di dalam ruangan pada bagian atasnya (menempel pada dinding) harus
disertai pemasangan alarm bell. Pada Hydrant Box terdapat gulungan selang atau lebih
dikenal dengan istilah Hose Reel.
Gambar 2.4.11 (kiri) : Indoor HydrantGambar 2.4.12 (kanan): Outdoor Hydrant
Sumber : http://jogjasafety.com/products/hydrant
2. Hydrant Pillar
Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PAM dan GWR gedung
disalurkan ke mobil pemadam kebakaran agar pemadam kebakaran dapat menyiram air
mobil ke gedung yang sedang terbakar. Alat ini diletakkan diluar gedung yang jumlahya
serta peletakannya sesuai dengan jumlah gedung.
`
Gambar 2.4.13: Hydrant PillarSumber :http://www.combat.com.sg/photo_library/pillar_hydrants/pix_pillar_hydrant.jpg
Untuk pemasangan perlatan hydrant diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sumber persediaan air hydrant kebakaran harus diperhitungkan pemakaiannya selama
30-60 menit dengan daya pancar 200 galin/menit.
2. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik
tersendiri dari sumber daya listrik darurat.
3. Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5” - 2” harus terbuat dari bahan yang
tahan panas dengan panjang selang 20-30 meter.
4. Harus disediakan kopling penyambungan yang sama dengan kopling dari unit
pemadam kebakaran.
5. Penempatan hydrant harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau dan tidak
terhalang oleh benda-benda lain
6. Hydrant di halaman harus menggunakan katup pembuka dengan diameter 4” untuk 2
kopling, diameter 6” untuk 3 kopling dan mampu mengalirkan air 250 galon/menit
atau 950 liter/menit untuk setiap kopling.
Untuk jumlah pemakaian hydrant pada suatu bangunan itu disesuaikan dari klasifikasi
bangunan dan jumlah luas bangunan tersebut. Untuk klasifikasi bangunan A= 1 buah/80
m2, bangunan B= 1 buah/1000 m2, bangunan C= 1 buah/1000m2 .
2.4.2.2 Sprinkler
Sprinkler merupakan sistem yang digunakan untuk memadamkan kebakaran pada
sebuah bangunan. Sprinkler akan secara otomatis menyala bila ada kebakaran yang
terjadi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem fire sprinkler adalah:
- Jenis sistem dan fungsi bahaya kebakaran
- Perhitungan hidrolik tiap jenis hunian (bahaya kebakran ringan Q = 225 1/min, p
= 2,2 kg/cm2 ; bahaya kebakaran sedang Q = 375-1100 1/min, p = 1,0 – 1,7
kg/cm2; bahaya kebakaran berat Q = 2300 – 4550 1/min, p=1,0 – 1,7 kg/cm2).
- Kepadatan pancaran dan kerja maksimum yang diestimasi
- Sistem penyediaan air
- Penempatan dan letak kepala spinkler
- Jenis kepala spinkler.
Gambar 2.4.14 : Kepala SprinklerSumber : pkppksupadio.wordpress.com
Sistem Pada Sprinkler
1. Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan
tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap
2. Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan,
peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm
memerintahkannya.
- Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.
- Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar
bangunan.
Peralatan Utama dan Fungsi
1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump dan Jockey Pump.
- Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump
akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa.
- Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah)
maka pompa kebakaran utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey
berhenti.
- Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian
pompa cadangan Diesel secara otomatis akan bekerja.
- Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan
nada yang berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan
kepada operator akan adanya gangguan.
- Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan “Mati secara
Manual”.
- Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan
segera membunyikan alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi
indikasi pada flow switch yang terpasang pada setiap cabang & dikirim ke panel
fire alarm untuk membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.
2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.
3. Manometer : Alat untuk membaca tekanan
4. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah
ditentukan.
5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
7. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja setelah
pecahnya bulb akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker
15 mm, kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt
dan setiap katup kendali jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala sprinkler.
Sistem sprinkler otomatik adalah adalah kombinasi dari deteksi panas dan
pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau sistem lain.
Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang
paling efektif dibandingkan dengan sistem hidran dan lainnya.
Klasifikasi Sprinkler
Sistem sprinkler terdiri dari 3 klasifikasi sesuai dengan klasifikasi hunian bahaya
kebakaran, yaitu :
1. Sistem bahaya kebakaran ringan
Kepadatan pancaran yang direncanakan 2.25 mm/menit, dengan daerah kerja
maksimum yang diperkirakan : 84 m2, adapun jenis hunian kebakaran ringan
antara lain seperti bangunan perkantoran, perumahan, pendidikan, perhotelan,
rumah sakit dan lain-lain.
2. Sistem bahaya kebakaran sedang
Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit, dengan daerah kerja
maksimum yang diperkirakan : 72 – 360 m2, sedangkan yang termasuk jenis hunian
kebakaran ini adalah : industri ringan seperti : pabrik susu, elektronika, pengalengan,
tekstil, rokok, keremik, pengolahan logam, bengkel mobil dan lain-lain.
3. Sistem bahaya kebakaran berat
Untuk proses industri kepadatan pancaran yang direncanakan 7.5 – 12.5
mm/menit, dengan daerah kerja maksimum yang diperkirakan adalah 260 m2,
sedangkan bahaya pada gudang penimbunan tinggi kepadatan yang direncanakan 7.5 –
30 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 260 – 300 m2 dengan
kepadatan pancaran yang direncanakan untuk bahaya pada gedung penimbunan tinggi
tergantung pada sifat bahaya barang yang disimpan, adapun yang termasuk jenis hunian
kebakaran ini adalah industri berat seperti : pabrik kimia, korek api, bahan peledak,
karet busa, kilang minyak, dan lain-lain.
Semua ruang dalam bangunan tersebut harus dilindungi dengan sistem sprinkler, kecuali
ruang tertentu yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang seperti : ruang tahan
api, kamar kakus, ruang panel listrik, ruangan tangga dan ruangan lain yang dibuat
khusus tahan api.
Jenis Sprinkler
1. Antifreeze Sprinkler System (a wet system)
Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai sprinkler otomatis dengan sistem
pemipaan yang mempunyai penyelesaian untuk mencegah pembekuan (antifreeze) dan
terhubung dengan suplai air. Penyelesaian pencegahan pembekuan adalah dengan
dibuangnya bersamaan dengan air saat sistem sprinkler bekerja setelah ada panas dari
suatu kebakaran.
2. Circulating Closed – Loop Sprinkler System
Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai anti proteksi kebakaran yang
sudah terhubung ke sistem sprinkler otomatis dalam sistem susunan yang tersirkulasi
(Close loop piping arrangement) dengan tujuan untuk meningkatkan pemipaan sprinkler
ke air yang ada untuk pemanasan dan pendinginan dimana air terjebak atau tidak bisa
dipindahkan atau digunakan dari sistem tapi hanya disirkulasi melewati sistem
pemipaan.
3. Combined Dry Pipe – Preaction Sprinkler System
Sistem sprinkler pipa basah yang dikendali dengan sistem sprinkler otomatis
yang sudah terhubung ke sistem pemipaan yang mempunyai udara di bawah tekanan
dengan tambahan sistem deteksi yang terpasang pada daerah yang sama dengan sistem
sprinkler. Cara kerja dari sistem deteksi memanfaatkan alat trip actuator dengan katup
pipa kering terbuka secara tiba-tiba tanpa kehilangan tekanan udara dalam sistem, yang
juga bisa terjadi dengan cara memasang atau membuka katup udara buang di ujung dari
umpan utama yang mana biasanya pembukaan dari kepala sprinkler. Sistem deteksi juga
melayani secara otomatis sistem fire alarms.
4. Deluge Sprinkler System
Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler sistem terbuka yang sudah
terhubung pemipaan dengan suplai air lewat katup yang dibuka oleh sistem deteksi yang
terpasang pada daerah yang sama dengan dengan sprinkler, ketika katup terbuka, air
mengalir ke dalam sistem pemipaan dan dibuang melalui sprinkler jika terjadi
kebakaran.
5. Dry Pipe Sprinkler System
Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler otomatis yang sudah terhubung
dengan sistem pemipaan yang terdiri dari udara atau gas nitrogen dibawah tekanan,
sprinkler akan terbuka jika tekanan air ke katup terbuka yang diketahui melalui katup
pipa kering lalu air mengalir ke dalam sistem pemipaan dan keluar dari sprinkler yang
terbuka.
6. Gridded Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang mana mempunyai persilangan di pipa utama yang
terhubung ke banyak pipa cabang. Cara kerja sistem sprinkler akan menerima air dari
kedua ujung pipa cabang pada saat cabang lain membantu memindahkan air antara
persilangan utama.
7. Looped Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang mana percabangan utama yang banyak secara
bersama-sama untuk ditetapkan lebih dari satu jalur untuk air yang mengalir ke sistem
sprinkler yang bekerja dan pipa cabang yang tidak terhubung bersama.
8. Preaction Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan sistem
pemipaan yang terdiri dari udara yang bertekanan dan tidak bertekanan dengan
tambahan sistem deteksi yang terpasang dalam area yang sama dengan sprinkler.
9. Wet Pipe Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan sistem
pemipaan yang terdiri dari air yang dihubungkan ke suplai air dan air dibuang lagi
secepat mungkin dari sprinkler yang terbuka akibat panas dari suatu kebakaran.
Komponen Sprinkler
1. Pipa Pada Sprinkler
Dengan jumlah hasil perhitungan bagi pipa pembagi, maka perhitungan harus
dimulai dari pipa cabang yang terdekat pada katup kendali. Jika pipa cabang atau kepala
springkler tunggal disambung pada pipa pembagi dengan pipa tegak, maka pipa tegak
dianggap sebagai pipa pembagi. Titik desain adalah tempat dimana dimulai perhitungan
pipa pembagi dan pipa cabang. Dalam perhitungan ukuran pipa pada sistem springkler,
ukuran pipa hanya boleh mengecil sejalan dengan arah pengaliran air.
2. Kepala Sprinkler
Sifat-sifat aliran kepala springkler harus berupa penggunaan sebagai kepala
springkler pancaran atas, atau penggunaan sebagai kepala springkler pancaran bawah,
atau penggunaan sebagai kepala springkler dinding, bentuk-bentuk kepala springkler
dapat dilihat pada gambar di bawah ini
2.4.2.3 Fire Extinguisher (APAR)
Fire Extinguisher adalah alat yang digunakan untuk memadamka api skala kecil
yang biasanya berbentuk tabung dan untuk kebutuhan pemadaman api yang sifatnya
darurat. Alat pemadam api ini tidak diperuntukkan untuk pemadaman api yang sifatnya
sudah out of control, seperti kebakaran dimana api yang telah membakar langit-langit
bangunan, atau situasi-situasi kebakaran yang memang hanya bias diatasi oleh petugas
pemadam kebakaran yang sudah terlatih.
Klasifikasi Fire Extinguisher
Fire extinguisher dibagi menjadi empat kategori berdasarkan perbedaan tipe-tipe api.
1. Class A Fire Extinguisher
Pemadam untuk material-material umum yang mudah terbakar seperti kertas,
kayu, kardus, dan plastik. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan banyaknya
air yang terkandung serta besarnya api yang dapat dipadamkannya.
2. Class B Fire Extinguisher
Pemadam untuk zat-zat cair (liquid) yang mudah terbakar seperti gasoline
(bensin), kerosin, minyak dan oli. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan
berapa persegi wilayah api yang dapat dipadamkannya.
3. Class C Fire Extinguisher
Pemadam untuk api yang disebabkan oleh alat-alat elektrik, seperti peralatan
rumah tangga, kabel, circuit breakers, dan sebagainya. Jangan pernah menggunakan air
untuk memadamkan api kelas C ini, karena resiko tersetrum akan jauh lebih besar.
Racun api kelas C ini tidak memiliki angka rating.
4. Class D Fire Extinguisher
Pemadam api kelas D seringkali ditemukan di ruang laboratorium kimia.
Pemadam ini untuk memadamkan api yang melibatkan bahan-bahan metal yang mudah
terbakar, seperti magnesium, titanium, potassium dan sodium. Fire extinguisher ini juga
tidak memiliki rating angka.
Tabel 2.4.1 : Klasifikasi Fire Extinguisher
Contoh dari fire extinguisher adalah tabung pemadam kebakaran. Tabung
pemadam kebakaran dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Tabung Pemadam Api Portable Unit .
Tabung pemadam Api Portable Unit adalah tabung pemadam api yang mudah
dioperasikan bahkan oleh satu orang pengguna. karena bentuknya kecil serta beratnya
dapat ditanggung oleh satu orang saja. Portable Unit ini memiliki kelebihan dan
kekurangan, dimana tabung jenis ini dapat mematikan api pada awal terjadinya
kebakaran. tetapi tidak direkomendasikan untuk kebakaran yang sudah membesar.
b. Tabung Pemadam Api Trolley Unit.
Tabung Pemadam Api Trolley Unit adalah tabung pemadam api skala besar dan
bisa dioperasikan oleh dua orang atau lebih, dikarenakan bentuknya yang besar dan juga
berat. Cocok digunakan dalam kebakaran jenis kecil dan sedang, sama halnya dengan
tabung pemadam api portable unit, tabung jenis trolley juga memiliki berbagai bahan
media atau isi sebagai bahan pemadam api.
Gambar 2.4.15:Jenis-Jenis Fire ExtinguisherSumber : http://fireextinguisherservicinghq.com/wp-content/uploads/2011/03/fire-extinguisher-
colours.jpg
Jenis Fire Extinguisher
1. Water and Foam
Gambar 19 : Water and FoamSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html
Water and Foam fire extinguishers memadamkan api dengan memisahkan
oksigen dari elemen – elemen pembentuk api.Water extinguishers dikategorikan sebagai
pemadam api Class A saja. Jenis ini tidak dapat dipakai untuk kebakaran class B atau C.
Aliran debit bisa menyebarkan cairan yang mudah terbakar dalam kebakaran Kelas B
atau bisa menciptakan bahaya sengatan listrik pada api Kelas C.
2. Carbon Dioxide
Gambar 2.4.16 : Carbon DioxideSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html
Carbon Dioxide fire extinguishers memadamkan api dengan cara
menghilangkan oksigen dan juga mendinginkan panas dengan debit yang sangat dingin.
Carbon Dioxide dapat digunakan untuk kebakaran jenis B dan C. Jenis ini kurang
efektif jika digunakan untuk kebakaran jenis A.
3. Dry Chemical
Gambar 2.4.17 : Dry ChemicalSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html
Dry Chemical fire extinguishers memadamkan api dengan mengganggu reaksi
kimia dari segitiga api. Jenis ni paling banyak digunakan pada kebakaran karena paling
efektif untuk digunakan dalam kebakaran Kelas A, B, dan C. Agen ini juga bekerja
dengan menciptakan penghalang antara elemen oksigen dan elemen bakar pada
kebakaran Kelas A.
4. Wet Chemical
Gambar 2.4.18 : Wet ChemicalSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html
Wet Chemical adalah agen baru yang memadamkan api dengan menghapus
panas dari segitiga api dan mencegah penyalaan kembali dengan menciptakan
penghalang antara unsur-unsur oksigen dan bahan bakar.
5. Clean Agent
Clean Agent memadamkan api dengan mengganggu reaksi kimia dari segitiga
api. Clean Agent digunakan untuk Kelas B & C dalam kebakaran. Beberapa alat
pemadam clean agent yang lebih besar dapat digunakan pada kebakaran Kelas A, B,
dan C.
Gambar 2.4.19 : Clean AgentSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html
6. Dry Powder
Gambar 2.4.20: Dry PowderSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html
Dry Powder mirip dengan dry chemical, bedanya, dry powder memadamkan api
dengan memisahkan bahan bakar dari unsur oksigen atau dengan menghapus elemen
panas dari segitiga api. Namun, alat pemadam dry powder hanya bisa digunakan untuk
Kelas D. Mereka tidak efektif pada kelas lain dari kebakaran.
7. Water Mist
Gambar 2.4.21 : Water MistSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html
Water Mist adalah perkembangan baru yang memadamkan api dengan
mengambil unsur panas dari segitiga api. Mereka adalah alternatif alat pemadam Clean
Agent. Water Mist digunakan untuk kebakaran kelas A, walau jenis ini juga bias
digunakan untuk kebakaran kelas C.
8. Cartridge Operated Dry Chemical
Gambar 2.4.22 : Cartridge Operated Dry ChemicalSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html
Cartridge Operated Dry Chemical fire extinguishers memadamkan api terutama
dengan mengganggu reaksi kimia dari segitiga api. Dry chemical efektif pada kebakaran
Kelas A, B, dan C. Agen ini juga bekerja dengan menciptakan penghalang antara
elemen oksigen dan elemen bakar pada kebakaran Kelas A.
2.4.3 Sistem Evakuasi
Sistem evakuasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mengamankan seluruh
penghuni gedung saat terjadi kebakaran. Sistem evakuasi ini meliputi berbagai
komponen yang ada didalam gedung untuk memberikan jalan keluar yang aman dan
efektif sebelum gedung tersebut hancur. Beberapa komponen dari sistem evakuasi
adalah sebagai berikut:
1. Tangga Darurat
Tangga adalah tangga yang berfungsi untuk sirkulasi orang berjalan kaki serta
kelintasan utama pada bangunan gedung antar lantai bertingkat dalam kondisi
keseharian karena menjadi sirkulasi, maka pada tangga harus memenuhi persyaratan
kenyamanan pemakaian untuk naik maupun turun yang tidak melelahkan dan
membahayakan pemakainya.
Tangga darurat adalah tangga yang digunakan untuk mengevakuasi atau
menyelamatkan penghuni gedung dari pengaruh bahaya.
Syarat tangga darurat:
a. Letakknya berhubungam dengan dinding luar bangunan dan mempunyai pintu
akses keluar gedung.
b. Dilengkapi dengan pintu dari bahan tahan api sekurang-kurangnya selama 3 jam.
c. Pada bagian bordes dilengkapi jendela kaca yang bias dibuka dari luar untuk
penyelamatan penghuni.
d. Dilengkapi cerobong pengisap asap.
e. Pada tangga darurat harus dilengkapi dengan lampu penerangan dengan supply
baterai darurat.
f. Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang).
Gambar 2.4.23 : Tangga DaruratSumber : http://1.bp.blogspot.com/-_ZPp9SJ7FWU/UNMQ3XZ_YwI/AAAAAAAAADI/x9PSLk3-
mxQ/s1600/tangga+darurat.jpg
2. Pintu Darurat
Pintu darurat adalah alat bantu yang digunakan saat evakuasi untuk menuju
tempat yang aman. Dalam penempatannya pintu darurat ini memiliki beberapa syarat
agar dapat digunakan secara maksimal untuk evakuasi.
Pintu darurat memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu:
a. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua pintu
lainnya membuka ke arah ruangan tangga, kecuali pintu paling bawah membuka
ke luar dan langsung berhubungan dengan ruang luar.
b. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakarannya 2 jam.
c. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel, kunci
dan pegangan yang juga tahan terhadap api.
d. Pintu tidak dapat dibuka secara otomatis dari ruangan tangga, kecuali pintu
paling atas atau paling bawah.
e. Letak pintu kebakaran ini paling jauh dapat dijangkau oleh pengguna dalam
jarak radius 25 m. Oleh karena itu diperlukan suatu tangga kebakaran dalam
suatu bangunan dengan luas 600m2 yang ditempati 50-70 orang.
Gambar 2.4.24 : Pintu DaruratSumber: pkppksupadio.wordpress.com
3. Sign / Tanda-Tanda Darurat
Sign/ pertanda adalah sebuah petunjuk yang membantu dalam proses evakuasi
saat terjadi bahaya kebakaran. Biasanya petunjuk ini diletakkan pada posisi tertentu
yang mudah dilihat dan memudahkan para penghuni untuk menuju pintu darurat
maupun tangga darurat. Selain itu petunjuk juga harus tetap menyala walaupun keadaan
listrik saat terjadinya kebakaran sedang padam dan bahan penunjuk tersebut juga tahan
terhadap api.
Gambar 2.4.26: Petunjuk Pintu DaruratSumber : http://ilmupalingasik.files.wordpress.com/2012/11/pintudarurat.jpg
Gambar 2.4.25: Tanda-tanda daruratSumber : http://www.infopurchasing.com/wp-content/uploads/2011/07/944196.jpg
BAB III
STUDI PROYEK
3.1 SPESIFIKASI OBJEK
Gambar 3.1.1: Bird Eye View Pancoran RiversideSumber : Google.com
Gambar 3.1.2: Site Plan Pancoran RiversideSumber : Google.com
Pancoran Riverside Apartement
Bangunan yang kami gunakan untuk objek observasi adalah Pancoran Riverside
Apartement berlokasi di Jl. Pengadegan Timur 1 No.30, Jakarta Selatan. Pancoran
Riverside Apartment memiliki luas 5 ha, proyek ini berencana memiliki 7 tower dan
saat ini baru terealisasi 3 tower. Setiap tower terdapat 24 lantai dimana pada lantai 1
sampai 3 merupakan ruko, lantai 4 sampai 23 merupakan hunian, dan lantai 24
merupakan atap (rooftop).
Gambar 3.1.3: Tower 1 (kiri) dan 2 (kanan) Pancoran RiversideSumber : Doc. Pribadi
Gambar 3.1.4 : Tower 3 Pancoran Riverside Apartement
Sumber: Doc. Pribadi
Berdasarkan studi yang telah kami lakukan pada proyek Pancoran Riverside,
tower pada apartemen ini memiliki sistem dan peralatan pencegahan kebakaran, sistem
dan peralatan pemadaman kebakaran, dan sistem evakuasi saat terjadi bahaya
kebakaran.
1. Sistem Pencegahan
Bangunan apartemen Pancoran Riverside masuk dalam klasifikasi bangunan
kelas A dimana lantai dasar sampai lantai ketiga dari bangunan difungsikan sebagai
ruko. Aktivitas yang terjadi pada ruko hanya pada jam-jam kerja sedangkan aktivitas
pada apartemen berlangsung selama 24 jam. Jadi Program yang meliputi perencanaan
proses yang aman dari kebakaran secara aktif adalah dengan instalasi heat detector, fire
alarm, dan smoke detector. Pada bangunan apartemen yang merupakan hunian tidak
menggunakan fire detector karena pada setiap apartemen memiliki dapur dan berbagai
jenis penghuni. Api dari dapur atau dari puntung rokok akan menyebabkan false alarm
atau alarm palsu. Meskipun heat detector dinilai masih lebih lamban dalam mendeteksi
kebakaran dibandingkan fire detector namun untuk bangunan Pancoran Riverside
Apartement heat detector dianggap paling tepat. Heat detector pada tower 2 dan 3 belum
dipasang karena pemasangannya setelah pemasangan plafond dan finishing. Smoke
detector hanya dipasang pada ruko karena pada ruko tidak terdapat dapur sehingga tidak
akan terjadi false alarm atau alarm palsu.
Gambar 3.1.5: Smoke Detector pada RukoSumber : Doc. Pribadi
2. Sistem Pemadaman
Sistem pemadaman merupakan tindakan paling krusial dalam mencegah
penyebaran api dan memadamkannya. Pada Pancoran Riverside Apartement sistem
pemadam kebakaran yang tersedia seperti; hydrant dengan sumber air dari sungai
ciliwung, sprinkler, dan fire extinguisher. Sumber air yang berasal dari sungai ciliwung
diolah terlebih dahulu di WTP (Water Treatment Plan) yang selanjutnya disimpan
dalam ground tank, lalu dipompa menuju hydrant dan sprinkler.
Gambar 3.1.6: WTP (Water Treatment Plan)Sumber : Doc. Pribadi
Gambar 3.1.7: Wadah Pengendapan Air WTPSumber : Doc. Pribadi
Pancoran Riverside Apartement kompleks memiliki cara perlakuan tersendiri
dalam hal penyediaan air layak pakai. Sumber air yang tersedia berasal dari sungai
Ciliwung yang airnya tidak layak pakai maka dari itu sebelum siap digunakan air harus
melalui proses pemurnian terlebih dahulu melalui WTP (water treatment plan). Pada
WTP memiliki 3 komponen pompa, yaitu yang pertama adalah main pump atau pompa
utama yang bertugas memompa air dari sungai ke WTP. Kemudian di WTP air
dimurnikan dengan proses penyaringan dan pengendapan kotoran secara berulang-
ulang, air juga dibersihkan dari bakteri-bakteri berbahaya dengan zat kimia sehingga
aman untuk digunakan dan kemudian disimpan sebagai persediaan air di tanki bawah
tanah (ground tank).
Kemudian diesel pump atau pompa diesel digunakan sebagai sumber tenaga
sehingga pompa bekerja terus menerus tanpa terganggu walau pada saat listrik mati.
Yang terakhir adalah jockey pump atau pompa joki merupakan pompa bertekanan yang
mempertahankan tekanan air pada sistem hydrant dan sprinkler.
Gambar 3.1.7: Main Pump WTPSumber : Doc. Pribadi
Gambar 3.1.8: Pipa Hydrant Pada WTPSumber : Doc. Pribadi
a. Hydrant
Hydrant yang digunakan menggunakan hydrant tipe Wet Riser System dimana
seluruh instalasi pipa berisi air bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan
yang relatif tetap. Jika hydrant diaktifkan atau katup selang pada hydrant dibuka maka
air akan langsung mengalir keluar.
Hydrant pillar dan hydrant box terdapat pada setiap sudut tapak masing-masing
bangunan. Terdapat 4 buah hydrant pillar dan box, ini untuk memudahkan upaya
pemadaman pada saat terjadi kebakaran sebelum datangnya petugas pemadam
kebakaran karena disetiap sudut sudah terdapat alat pemadaman.
Gambar 3.1.9: Hydrant Box dan Hydrant Pillar pada Luar GedungSumber : Doc. Pribadi
Di dalam setiap gedung yang ada di kompleks apartemen ini, disediakan fasilitas
pemadam kebakaran berupa hydrant box yang ada pada setiap sudut lantai bangunan.
Jadi, pada tiap lantai apartemen terdapat 4 unit hydrant box. Hydrant diletakkan
bersebelahan dengan Fire Extinguisher (APAR). Upaya ini dilakukan agar saat terjadi
kebakaran upaya pemadaman dapat dilakukan semaksimal mungkin untuk mencegah
terjadinya penyebaran api yang lebih luas.
Gambar 3.1.10: Pipa Hydrant & Hydrant BoxSumber : Doc. Pribadi
Gambar 3.1.12: Instalasi Pipa Hydrant Dalam GedungSumber : Doc. Pribadi
b. Sprinkler
Sprinkler yang digunakan merupakan sprinkler type Wet Riser System
dimana seluruh instalasi pipa berisi air bertekanan dengan tekanan air selalu
dijaga pada tekanan yang relatif tetap. jika alat detector berbunyi dan terjadi
kebakaran atau suhu ruangan panas melebihi batas, sprinkler tersebut akan
mengeluarkan air. Jika salah satu sprinkler dalam satu lantai mengeluarkan air
maka sprinkler di dekatnya otomatis akan mengeluarkan air untuk
menanggulangi penyebaran api ke seluruh ruangan. Pada setiap lantai terdapat
kurang lebih 80 buah sprinkler dengan jarak 2,5 m. Karena masih dalam tahap
pengerjaan sprinkler belum terpasang.
Gambar 3.1.13: Instalasi Pipa SprinklerSumber : Doc. Pribadi
c. Fire Extinguisher (APAR)
Pada setiap gedung yang ada di kompleks apartemen ini fire extinguisher lebih
banyak diletakkan berdampingan dengan hydrant dan dekat pintu darurat. Ini bertujuan
agar lebih memudahkan pada saat pengoperasian. Karena masih dalam tahap
pengerjaan jadi Fire Extinguisher (APAR) belum terpasang.
Gambar 3.1.14: Letak APARSumber : Doc. Pribadi
3. Sistem Evakuasi
Sistem evakuasi pada gedung ini menggukana tangga darurat, pintu darurat,
dantanda-tanda darurat / sign.
a. Tangga Darurat
Tangga darurat pada setiap gedung yang ada di kompleks apartemen ini terletak
di setiap sudut bangunan. Ruangan pada tangga darurat ini merupakan ruangan yang
paling aman untuk berkumpul saat terjadi kebakaran. Tangga darurat memiliki panjang
1m, lebar 30cm, dan tinggi 20cm per anak tangga. Tangga darurat ini menggunakan
Hand railing dari besi yang tidak mudah ternakar oleh api. Karena masi dalam tahap
pengerjaan hand railing belum terpasang.
Gambar 3.1.15: Tangga DaruratSumber : Doc. Pribadi
Gambar 3.1.15:Pengukuran Tangga DaruratSumber : Doc. Pribadi
b. Pintu Darurat
Pintu darurat pada kompleks apartement ini terdapat di setiap lantai, pintu
berukuran lebar 80cm dan tinggu kurang lebih 200cm. Pintu darurat berwarna merah
agar memudahkan untuk mengenali karena berbeda dengan pintu yang lainnya saat
terjadi keadaan yang genting. Pintu darurat hanya bisa di buka dari arah dalam gedung
ke luar. Karena masih dalam tahap pengerjaan jadi pintu darurat tersebut belum
terpasang.
Gambar 3.1.16: Pintu Darurat Pada AtapSumber : Doc. Pribadi
c. Tanda – Tanda darurat
Tanda / petunjuk arah untuk sistem evakuasi pada kompleks apartement
Pancoran Riverside diletakkan pada koridor masing-masing dekat dengan tangga
darurat, ini dimaksudkan agar memudahkan civitas apartemen menuju tempat yang
aman jika terjadi kebakaran. Karena dalam masih dalam tahap pengerjaan jadi tanda
darurat tersebut belum terpasang.
KESIMPULAN
Hal yang paling krusial dalam sistem Pemadam kebakaran adalah kecepatan
dalam mendeteksi dan memadamkan api untuk mencegah meluasnya api. Namun, salah
satu masalah yang sering timbul pada proses pemadaman api adalah masalah
ketersediaan air. Pada pancoran Riverside Apartement kompleks mengandalkan sumber
air kali Ciliwung sebagai sumber air utama. Namun kondisi air yang penuh sampah dan
kotor tidak layak pakai, sehingga dibutuhkan proses lebih lanjut agar air layak
digunakan. Dalam hal ini apartemen memiliki WTP (water treatmen plan) tersendiri.
Air dipompa dari kali Ciliwung ke WTP untuk selanjutnya disaring dan diendapkan
kotorannya menggunakan bahan kimia. Setelah itu air layak pakai ini disimpan didalam
ground tank. Letak ground tank dibawah tanah sehingga sistem hydrant dan sprinkler
menggunakan sistem pipa bertekanan atau wet riser system.
Masalah lainnya adalah menemukan sistem fire alarm yang sesuai dengan
fungsi bangunan. Pada lantai pertama sampai ketiga Pancoran Riverside Apartement
berfungsi sebagai ruko atau pusat perbelanjaan sehingga banyak material-material yang
mudah terbakar dan biasanya mengepulkan asap yang lebih pekat seperti material kain
sehingga pendeteksi yang digunakan adalah smoke detector. Namun pada lantai empat
keatas berfungsi sebagai hunian sehingga banyak sumber asap yang dapat memicu
alarm palsu seperti asap rokok dan asap dari dapur rumah tangga, jadi pada hunian
digunakan heat detector. Sedangkan sistem evakuasi yang digunakan bersifat pasif,
seperti penyediaan tangga darurat dan jalur evakuasi dengan tanda-tanda darurat.
Dengan memperhatikan semua hal tersebut ditarik kesimpulan bahwa semua sistem-
sistem yang dipakai pada Pancoran Riverside Apartement mulai dari pencegahan,
pemadaman dan evakuasi dipilih menurut kesesuaiannya dengan klasifikasi bangunan
apartemen.
Recommended