View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG PADA LAHAN
SUB OPTIMAL DI PROVINSI BENGKULU
Oleh: WAHYUNI AMELIA WULANDARI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2014
2
LEMBAR PENGESAHAN
1 Judul RPTP : Integrasi Sapi dengan Jagung Pada Lahan Sub Optimal Provinsi Bengkulu
2 Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3 Alamat Unit Kerja : JL. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119
4 Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2015
5 Status Kegiatan : Baru
6 Penanggung Jawab
a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan
: : :
Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si. Penata / IIIc Peneliti Muda
7 Lokasi : 1 (Satu) Kabupaten
8 Agroekosistem : Lahan Kering
9 Tahun Mulai : 2015
10 Tahun Selesai : 2016
11 Output Tahunan : Tahun 2015 1. Potensi lahan sub optimal untuk
penerapan model usaha tani integrasi sapi jagung.
2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis kompos berbahan baku feces.
3. Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada lahan sub optimal
Tahun 2016 1. Penumbuhan peran kelompok dalam
penerapan integrasi sapi jagung. 2. Terbangunnya jaringan kemitraan,
kelembagaan integrasi sapi jagung. 12 Output Akhir : 1. Model usahatani integrasi sapi jagung
pada lahan sub optimal. 2. Menigkatnya kualitas lahan sub
optimal melalui integrasi sapi jagung. 3. Meningkatnya pendapatan petani
pada lahan sub optimal. 13 Biaya TA. 2015 Rp. 81.590.000 (Delapan Puluh Satu
Juta Limaratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah).
3
Koordinator Program Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690427 199803 1 001
Penanggung Jawab RPTP
Wahyuni A Wulandari, S.Pt, M.Si NIP.19750724 199903 2 002
Mengetahui, Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Dr. Ir. Abdul Basit,MS NIP. 19610929 198603 1 003
Kepala Balai,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
4
RINGKASAN
1. Judul : Integrasi Sapi Bali dengan Jagung Pada Lahan Sub Optimal di Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu.
3. Lokasi : Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah
4. Agroekosistem : Lahan Kering
5. Status : Baru
6. Tujuan : Tujuan Jangka Panjang : 1. Mendapatkan model usahatani integrasi sapi jagung
pada lahan sub optimal. 2. Meningkatkan kualitas lahan sub optimal melalui
integrasi sapi jagung. 3. Meningkatkan pendapatan petani pada lahan sub
optimal Tahun 2015
1. Mengkaji potensi lahan sub optimal untuk penerapan modal usaha tani integrasi sapi jagung.
2. Memanfaatkan sumberdaya tanaman untuk pakan dan sumber daya ternak untuk kompos.
3. Menganalisis nilai ekonomi dampak penerapan integrasi sapi jagung di lahan sub optimal
Tahun 2016 1. Menumbuhkan peran kelompok dalam penerapan
integrasi sapi jagung. 2. Membangun jaringan kemitraan, kelembagaan
integrasi sapi jagung. 7. Keluaran : Keluaran Jangka Panjang :
1. Model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan sub optimal.
2. Meningkatnya kualitas lahan sub optimal melalui integrasi sapi jagung.
3. Meningkatnya pendapatan petani pada lahan sub optimal
Tahun 2015 1. Potensi lahan sub optimal untuk penerapan model
usaha tani integrasi sapi jagung. 2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis
kompos berbahan baku feces. 3. Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan
tanaman jagung pada lahan sub optimal Tahun 2016
1. Penumbuhan peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung.
2. Terbangunnya jaringan kemitraan, kelembagaan integrasi sapi jagung.
5
8. Hasil yang
diharapkan
: 1. Pendapatan petani meningkat. 2. Gairah usaha ternak meningkat. 3. Populasi ternak meningkat. 4. Menbuka lapangan kerja baru. 5. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
9. Perkiraan
manfaat
: 1. Meningkatkan gairah petani untuk memperluas usaha.
2. Mendorong jumlah populasi sapi potong di lokasi pengkajian sejalan dengan peningkatan gairah usaha petani.
3. Nilai pendapatan petani meningkat seiring dengan peningkatan produksi dan efisiensi usaha
10. Perkiraan
dampak
: 1. Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat khususnya yang berkaitan dengan aktifitas di bidang perternakan sapi potong dan pertanian tanaman jagung.
2. Mendorong penentu kebijakan setempat untuk meningkatkan pengembangan usaha perternakan sapi potong dan pertanian tanaman jagung yang lebih luas.
3. Menberi kontribusi terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
11. Metodologi : Kegiatan penelitian ini akan di mulai bulan Januari sampai Desember 2015 di Kabupaten Bengkulu Tengah. Penanaman tanaman jagung manis dengan menggunakan PTT tanaman jagung. Pengkajian menggunakan ternak sapi bali berjumlah 21 ekor yang di bagi menjadi 3 perlakuan pakan dan dilakukan pengulangan sebanyak 7 kali pada masing-masing perlakuan. Perlakuan 1 (P1) = limbah jagung 10% dari BB, dedak 1% dari BB, mineral 0,01% dari BB. Perlakuan 2 (P2) limbah jagung fermentasi 5% dari BB, jerami jagung segar 5% dari BB, dedak 1% dari BB dan mineral 0,01% dari BB. Perlakuan 3 (P3) = limbah jagung fermentasi 10% dari BB, dedak 1% dari BB dan mineral 0,01% dari BB. Data kesuburan tanah dan pertumbuhan, produktivitas tanaman jagung dan ternak yang terkumpul akan dianalisis dengan analisis of variant (ANOVA), uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) (Gomez dan Gomez, 1984). Analisis finansial dilakukan untuk menentukan kelayakan usahatani.
12. Jangka Waktu : 2 tahun (2015 – 2016)
13 Biaya : Rp. 81.590.000 (Delapan Puluh Satu Juta Lima Ratus
Sembilan Puluh Ribu Rupiah ).
6
SUMMARY
1. Title RPTP : Integration System of Bali Cattle with Corn On
Sub-Optimal Land in Bengkulu Province
2. Institute : Bengkulu Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT)
3. Location : North Bengkulu and Central Bengkulu Residence
4. Agroecosystems : Dry land
5. Status (C/N) : New
6. Objectives : Long-Term Goals.
1. Obtaining models of farming systems
integration cow corn on land sub- optimal.
2. Optimizing sub- optimal soil quality through
system integration cow corn on land sub-
optimal.
3. Optimizing the income of farmers in sub-
optimal land.
Year 2015
1. Assessing the potential for sub-optimal land
application of farm capital system integration
cow corn.
2. Increasing resources for crops and feed
livestock resource for compost.
3. Analyzing the impact of the economic value of
system integration cow corn on land sub
optimal.
Year 2016
1. Growing role of the group in the application
system integration cow corn.
2. Establishing a network of partnerships,
institutional systems integration cow corn.
7. Output : Long-Term Goals :
7
1. Obtained model of system integration corn beef
farming on land sub- optimal.
2. Optimization sub- optimal soil quality through
system integration cow corn on land sub-
optimal.
3. Optimization income of farmers in sub- optimal
land.
Year 2015
1. Study of land potential for the application of
the model sub- optimal farming systems
integration cow corn.
2. Increasing resources for crops and feed
livestock resource for compost.
3. Analysis of the impact of the economic value of
system integration cow corn on land sub-
optimal.
Year 2016
1. Growth role in the application of systems
integration groups cow corn.
2 . Development of a network of partnerships,
institutional systems integration cow corn.
8. Achievements : 1. Increased farmer income.
2. Passion increasing livestock venture.
3. Livestock population increases.
4. Opening a new field.
5. Increase revenue.
9. Expected Benefits : 1. Improving farmer passion to expand the business.
2. Promote the number of beef cattle population in locations consistent with increased arousal assessment of farmers.
3. Farmers' income value increases with the increase in production and business efficiency.
10. Expected Impact : 1. Opens new jobs for local communities, especially with regard to activities in the field of beef cattle farms and corn crops.
2. Encouraging local policy makers to improve the business development of beef cattle farming
8
and agriculture corn crop wider.
3. Gif contributed to the increase in revenue
11. Methodology : The research activities will begin January to
December 2015 in the district of Central Bengkulu.
Planting sweet corn plants using corn crop PTT.
Assessment using bali cattle amounted to 21 tail is
divided into 3 treatment feed and be repeated 7
times for each treatment. Treatment 1 (P1) =
waste 10% of corn, bran 1% of BB, minerals
0.01% of BB. Treatment 2 (P2) fermentation of
corn waste 5% of BB, fresh corn straw 5% of BB,
bran 1% of BB and minerals 0.01% of BB.
Treatment 3 (P3) = 10% fermented corn waste of
BB, bran 1% of BB and minerals 0.01% of BB.
Data soil fertility and growth, productivity of corn
crops and livestock collected will be analyzed by
analysis of variants (ANOVA), further testing with
Duncan Multiple Range Test (DMRT) (Gomez and
Gomez, 1984). Financial analysis was to determine
the feasibility of farming.
12. Period : 2 years (2015 – 2016)
13. Cost : Rp. 81.590.000,- (Eght One Million Fife Nine
Thousand).
9
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lahan sub optimal di Provinsi Bengkulu cukup luas dan belum
sepenuhnya dimanfaatkan untuk pertanian, lahan sub optimal tersebut
diantaranya adalah lahan kering masam dan lahan rawa, lahan kering mencapai
4,57 juta ha yang tediri dari 3,44 juta ha lahan masam dan 1,13 juta ha lahan
tidak masam. Luas lahan kering yang memiliki potensi untuk sektor untuk sektor
pertanian seluas 796.800 ha (BPS Provinsi Bengkulu 2013). Provinsi Bengkulu
memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak sapi karena
didukung oleh sumber daya alam (lahan, pakan), sumber daya manusia, serta
peluang pasar yang memadai.
Tanaman jagung merupakan tanaman yang dapat ditanam di lahan
suboptimal dengan penanganan berbagai macam penanganan. Di Provinsi
Bengkulu luas tanaman tanaman jagung 22.653 ha dengan produksi 103.770
ton, sedangkan di Bengkulu Utara seluas 2.904 ha dengan produksi 13. 346 ton
(BPS Bengkulu, 2013). Produktivitas jerami jagung adalah sekitar dua kali lipat
dari produktivitas jagung, jadi seandainya jagung pipil kering diperoleh 3,5
ton/ha maka bahan kering jerami adalah sekitar 7 ton/ha (PAAT, 2000).
Usahatani terpadu merupakan pilihan tepat karena semakin terbatasnya
kemampuan sumberdaya pertanian. Sehubungan dengan itu sistem integrasi
jagung-sapi (SIJS) adalah salah satu model sistem usahatani terpadu alternatif
pada pertanian lahan kering. Pengembangan SIJS merupakan program yang
strategis untuk menundukung swasembada jagung Indonesia. SIJS merupakan
sistem usahatani tanpa limbah (Zero waste) sehingga limbah tanaman menjadi
input pakan ternak, sebaliknya limbah ternak digunakan untuk pupuk tanaman
jagung. Keunggulan model usahatani terpadu ini adalah terjadinya interaksi
posistif antar kedua atau lebih komoditas yang dipadukan (Taroreh,2003). Setiap
kombinasi yang berinteraksi posistif menunjukkan bahwa keduanya saling
mendukung dalam satu sistem produksi usahatani.
Usahatani pada lahan kering marginal yang hanya bertumpu hanya pada
tanaman pangan semusim saja tidak akan mampu memenuhi kebutuhan
keluarga tani dan juga tidak akan menjamin kelestarianya. Ini disebabkan
10
kompleknya interaksi faktor-faktor pembatas sumberdaya lahan dan lingkungan
antara lain rendahnya produktivitas lahan, rendahnya efisiensi pemupukan,
tingginya serangan penyakit serta rendahnya efisiensi pemasaran hasil
pertanian.
Sistem integrasi tanaman-ternak dengan pendekatan zero waste
merupakan penyempurnaan dari sistem intesifikasi padi yang telah berkembang
di kalangan masyarakat pedesaan. Ada tiga komponen teknologi utama yaitu:
1. Teknologi budidaya ternak, terdiri atas sistem pengandangan ternak secara
berkelompok, teknologi peningkatan frekuensi kelahiran anak melalui
aplikasi teknologi inseminasi buatan (IB) dan teknologi pemberian pakan.
2. Teknologi budidaya jagung melalui pendekatan PTT
3. Teknologi pengolahan pakan ternak dan kompos serta teknologi
penyimpanan dan peningkatan mutu gizi pakan.
Populasi ternak sapi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2012 berjumlah
105.550 ekor dengan produksi daging 3.759,88 ton/tahun. Sedangkan populasi
sapi potong di Kabupaten Bengkulu Utara adalah 36.206 ekor dengan produksi
daging sebesar 471,08 ton (BPS 2013). Sistem pemberian pakan cukup beragam
di masing-masing kawasan. Ternak sapi mempunyai prospek dan potensi pasar
yang cerah. Selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani peternak,
usaha ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui
perdagangan antarprovinsi, antara lain ke Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
dan Jambi.
Pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bengkulu telah melakukan berbagai langkah untuk mengembangkan
peternakan di wilayah tersebut. Satu dari kebijakan tersebut adalah memberikan
bantuan ternak sapi maupun modal kepada kelompok petani-peternak. Di
Bengkulu, sapi dipelihara secara terpadu dengan tanaman, yang dikenal dengan
sistem integrasi tanaman ternak (integrated farming system). Menurut Priyanti
(2007), usaha ternak sapi tanaman dapat memberikan dampak budi daya, sosial,
dan ekonomi yang positif. Potensi ketersediaan pakan dari limbah tanaman
cukup besar sepanjang tahun.
Guna mewujudkan pembangunan pertanian yang maju, efisien dan
berkelanjutan, diperlukan dukungan teknologi pertanian yang telah teruji sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan kemampuan wilayah. Badan Penelitian dan
11
Pengembangan Pertanian telah banyak melakukan kegiatan penelitian yang
hasilnya sebagian besar telah diterapkan oleh pengguna secara luas. Namun
disadari bahwa masih banyak informasi teknologi hasil penelitian yang belum
diketahui oleh para pengguna dan pembuat kebijakan. Hal ini terlihat dari cukup
tingginya senjang hasil yang dicapai oleh pengguna dengan hasil yang dicapai
oleh lembaga penelitian, bahkan tingkat teknologi yang diterapkan oleh
pengguna masih relatif rendah. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
informasi teknologi dari sumber inovasi ke pengguna belum berjalan lancar.
Peluang integrasi jagung dan sapi didukung oleh beberapa faktor internal
sebagai berikut:1) pertanian jagung menghasilkan pakan limbah pertanian yang
cukup besar, sebagai contoh total biomasa segar jagung varietas bima-1 sebesar
100,68 ton/ha, varietas semar-10 sebesar 99,15 ton/ha (Puslitbangtan, 2003),
2). Perumpasan daun jagung untuk pakan sapi dapat dilakukan sejak
pertumbuhan vegetasi sebagaimana yang sering dilakukan di Blora
(Puslitbangtan, 2003). 3). Sapi mampu memanfaatkan limbah jagung sebagai
pakan, 4). Tenaga kerja sapi dibutuhkan dalam sistem produksi jagung, 5).
Peternakan sapi mensulpai kotoran sebagai bahan baku pupuk organik, di satu
sisi jagung membutuhkan pupuk organik dalam pertumbuhannya.
Perakitan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi di Bengkulu telah
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan penelitian dan pengkajian sesuai dengan
kebutuhan pengguna, sosial ekonomi budaya petani. Paket teknologi pertanian
spesifik lokasi tersebut perlu didiseminasikan kepada pengguna melalui
kelembagaan formal dan informal dengan cara yang tepat melalui komunikasi
tatap muka berupa Seminar/Lokakarya, Ekspose, Temu Lapang, Temu Usaha,
Temu Informasi dan Pameran (Badan Litbang Pertanian, 2004b).
1.2. Dasar Pertimbangan
1. Sapi bali memiliki efisiensi yang cukup tinggi terutama dalam memanfaatkan
pakan, pada kondisi pakan yang kurang tersedia sapi bali masih mampu
bertahan hidup meskipun penurunan berat badannya sangat drastis.
Sebaliknya pada saat pakan tersedia dalam jumlah yang cukup dengan
berkualitas tinggi maka pertambahan berat badannya sangat drastis
peningkatannya (convensatory growth). Oleh karena itu untuk
mempertahankan produktifitas sapi bali maka perlu upaya peningkatan
kualitas pakan yang tersedia, terutama pada musim kemarau, sebab pada
12
musim ini pakan yang banyak tersedia adalah berupa limbah pertanian
terutama jerami dan diketahui kualitasnya sangat rendah dan mengandung
serat kasar yang tinggi sekitar 27,8% (jerami jagung).
2. Untuk mencapai keberhasilan dalam usaha tani berkelanjutan dilahan kering
diperlukan pengetahuan yang cukup tentang beberapa faktor yang
mendukung peningkatan produksi serta berbagai kendala yang dapat
mempengaruhi degradasi lahan hal ini sangat menentukan dalam
pengolahan lahan dan konservasinya pada dua tipe lahan kering yang agak
berbeda (Soepandie dan Utomo,1995).
3. Sistem integrasi sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan
rumput dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian
sebagai pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Rohaeni et al 2010, yang mengkaji
keragaan model integrasi jagung-ternak di lahan kering yang dilakukan di
Desa Sumber Mulia, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, sistem
integrasi yang diintroduksikan yaitu dari segi budidaya jagung, fermentasi
kotoran sapi dan teknologi budidaya ternak sapi. Budidaya jagung yang
diintroduksikan yaitu penggunaan pupuk dasar fine compost, Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa integrasi usahatani tanaman jagung dan
ternak sapi di lahan kering dapat memberikan nilai tambah berupa
penggunaan kotoran sapi sebagai fine compost sehingga dapat mengurangi
biaya untuk pembelian kotoran ayam, limbah jagung yang dapat
dimanfaatkan terutama untuk pakan alternatif pada musim kemarau yaitu
daun, batang dan jenggel.
1.3. Tujuan
Tujuan Jangka Panjang :
1. Mendapatkan model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan sub
optimal.
2. Meningkatkan kualitas lahan sub optimal melalui integrasi sapi jagung.
3. Meningkatkan pendapatan petani pada lahan sub optimal
13
Tahun 2015
1. Mengkaji potensi lahan sub optimal untuk penerapan modal usaha tani
integrasi sapi jagung.
2. Memanfaatkan sumberdaya tanaman untuk pakan dan sumber daya
ternak untuk kompos.
3. Menganalisis nilai ekonomi dampak penerapan integrasi sapi jagung di
lahan sub optimal
Tahun 2016
1. Menumbuhkan peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung.
2. Membangun jaringan kemitraan, kelembagaan integrasi sapi jagung.
1.4. Keluaran yang Diharapkan
Keluaran Jangka Panjang :
1. Model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan sub optimal.
2. Meningkatnya kualitas lahan sub optimal melalui integrasi sapi jagung.
3. Meningkatnya pendapatan petani pada lahan sub optimal
Tahun 2015
1. Potensi lahan sub optimal untuk penerapan model usaha tani integrasi
sapi jagung.
2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis kompos berbahan baku
feces.
3. Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung
pada lahan sub optimal
Tahun 2016
1. Tumbuhnya peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung.
2. Terbangunnya jaringan kemitraan, kelembagaan integrasi sapi jagung.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Pemanfaatan lahan sub optimal untuk pertanaman jagung dengan
penggunaan varietas yang sesuai dan pemanfaatan pupuk kandang yang spesifik
lokasi sehingga produktivitas jagung yang optimal dapat tercapai dengan
pengolahan lahan yang tepat. Pengembangan sapi yang di integrasikan dengan
tanaman jagung pada lahan suboptimal dapat meningkatkan produksinya jagung
14
dan daging sapi dan peningkatan Bahan Organik dan perbaikan tekstur tanah
akan berdampak positif pada peningkatan pendapatan petani.
Dampak kegiatan integrasi yang dilakukan diharapkan agar terjadi
peningkatan produktivitas lahan, dari lahan sub optimal menjadi lahan optimal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem integrasi merupakan penerapan usaha tani terpadu melalui
pendekatan low external input antara ternak sapi dan tanaman (Priyanti 2007).
Sistem ini sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput
dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai
pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan
kesuburan tanah.
Sistem integrasi juga dapat menambah pendapatan rumah tangga
dengan mengolah kotoran sapi menjadi kompos. Pupuk kompos selanjutnya
dapat dijual kepada petani lain atau masyarakat yang membutuhkannya. Usaha
tani integrasi menerapkan pendekatan sistem dalam satu kesatuan daur produksi
(Priyanti 2007). Dalam penelitiannya, Suwandi (2005) dan Priyanti (2007)
mengkaji sistem integrasi tanaman-ternak sapi potong. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan sistem integrasi ternak sapi tanaman dapat meningkatkan
pendapatan petani (Sariubang et al. 2003; Suwandi 2005; Dinas Peternakan
Provinsi Sumatera Barat 2007; Priyanti 2007).
Secara umum lahan kering dapat di bedakan menjadi lahan kering masam
dan lahan kering tidak masam, tanah-tanah yang umumnya mempunyai pH
masam dilahan kering adalah ordo Entisol, Inceptisol, Ultisols dan Oxisols yang
beriklim basah dengan curahujan tinggi,sedangkan lahan kering yang tidak
masam pada umumnya terdiri dari Inceptisols, Vertisols, Millisols, Alfisols yang
berbeda pada daerah beriklim kering (Hidayat dan Mulyani, 2002).
Sariubang et al. (2003) menyatakan, pada pola integrasi sapi potong-
jagung, pendapatan dapat berasal dari hasil panen jagung pipilan, anak sapi, dan
pupuk kandang. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dalam satu luasan
lahan lebih besar dibanding bila hanya menanam jagung saja. Pola integrasi sapi
potongjagung di Sulawesi Selatan mampu memberikan keuntungan
Rp4.797.118/ha/ musim tanam dengan B/C ratio 1,40 (Sariubang et al. 2003).
15
Pembangunan pertanian adalah suatu rangkaian kegiatan untuk
meningkatkan pendapatan petani, yakni melalui melalui salah satu program
pendampingan Peningkatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (Wulandari,
2010), diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, mengentaskan
kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian, 2004a).
Inovasi teknologi pertanian merupakan salah satu cara mempercepat
pembangunan pertanian. Oleh karena itu peran penelitian dan pengembangan
(Litbang) pertanian menjadi penting artinya sebagai salah satu pendukung
pembangunan pertanian.
III. METODOLOGI
3.1. Pendekatan/Kerangka Pemikiran
Pendekatan pengkajian ini merupakan pengkajian inovasi teknologi
integrasi yang di lakukan melalui pendekatan Eksperimental Perticipatory On
Farm Research dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang
berhubungan dengan inovasi teknologi integrasi pada sektor peternakan sapi dan
tanaman jagung. Pada sektor tanaman jagung dengan melalui teknologi integrasi
ternak dan tanaman. Pada sektor peternakan yaitu pada peternakan sapi potong
yang sudah menerapkan teknologi pakan limbah pertanian dan limbah kotoran
ternak sebagai kompos.
Penentuan lokasi sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa pada daerah sampel merupakan lokasi perternakan sapi
dan perkebunan jagung yang belum terintegrasi. Keberadaan ternak sapi
diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah di lahan sub optimal Kabupaten
Bengkulu Tengah.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan pengkajian ini akan dilaksanakan selama 2 tahun yaitu dari tahun
2015 – 2016. Ruang lingkup kegiatan ini dilakukan pada lahan sub optimal (lahan
kering PMK) jenis tanaman yang di tanam adalah tanaman jagung manis
sedangkan jenis ternak adalah sapi (sapi bali).
16
Bahan yang digunakan pada pengkajian ini adalah sapi bali berumur
1,5 – 2 tahun berjumlah 18 ekor, pakan ternak hijauan : rumput, hasil samping
tanaman jagung, pakan tambahan : dedak padi, mineral. Benih jagung manis,
kapur pertanian, pupuk, pestisida (herbisida, insektisida, dan fungisida).
Peralatan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah hand tractor, pH
meter, alat pengambil sampel tanah, perangkat analisis tanah, timbangan
gantung, timbangan analitik, timbangan ternak digital ATK (mistar, hand counter,
calculator, pena), arit, plastik, cangkul, tugal, ember, hand sprayer, tali, dan
meteran.
3.3. Perencanaan
Tahapan kegiatan perencanaan pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem
integrasi sapi jagung di lahan sub optimal di susun berdasarkan informasi yang di
peroleh dari data sekunder serta informasi hasil penelitian sejenis yang pernah
dilakukan sebelumnya. Kegiatan perencanaan ini meliputi :
a. Penyusunan rancangan pengkajian
b. Pembagian tugas untuk masing-masing pelaksana pengkajian seperti
peneliti, penyuluh, litkayasa, teknisi dan petugas lapangan setempat.
c. Pembuatan kuesioner dan alat bantu pengkajian lainnya seperti petunjuk
teknis, liptan, flip chart dan peta singkap.
d. Penyiapan sarana dan prasarana pengkajian seperti ternak sapi bali, benih
jagung manis, sarana produksi (pupuk, kapur pertanian, pakan dan obat-
obatan) probiotikbahan baku pakan tambahan.
3.4. Persiapan
Persiapan direncanakan sebelum kegiatan pengkajian diimplementasikan
dilapangan perlu dilakukan persiapan-persiapan untuk mendukung implementasi
kegiatan tersebut, meliputi :
(a) Koordinasi internal antar anggota tim dan eksternal dengan stakeholders di
provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa setempat, koordinasi ini selain
dilakukan sebelum implementasi pelaksanaan kegiatan dilakukan secara
periodik setiap bulan atau pada waktu-waktu tertentu bila diperlukan.
Kegiatan ini dilakukan untuk saling bertukar informasi guna kelancaran dan
perbaikan pelaksanaan kegiatan di lapangan
17
(b) Melaksanakan kegiatan sosialisasi dilapang secara berjenjang tentang
rencana pengkajian yang akan dilakukan mulai dari tingkat kabupaten,
kecamatan (BPP), serta calon lokasi yang akan di jadikan target pelaksanaan
kegiatan pengkajian. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi
tentang tujuan, sasaran dan manfaat program yang akan dilaksanakan
dengan demikian semua pihak terkait yang akan terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan ini memahami dan mendukung sepenuhnya selama kegiatan
berlangsung.
3.5. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Penentuan petani/peternak kooperator. Dipilih sebanyak 18 orang
peternak dalam satu kabupaten yang memiliki ternak sapi dengan kandang yang
berdekatan serta mempunyai lahan untuk tanaman jagung.
Implementasi dan penataan system integrasi melalui teknologi usaha
integrasi sapi potong yang terpadu dengan tanaman jagung manis dengan umur
panen 55 - 65 hari, peningkatan manajemen mutu nutrisi pakan ternak sapi
maka ternak sapi akan di berikan pakan tambahan yang berupa konsentrat
berbahan baku jagung giling, dedak padi dan mineral.
3.5.1. Metode
Realisasi kegiatan teknis yang akan dilakukan adalah implementasi
pengembangan sistem dan usaha integrasi sapi potong dengan tanaman jagung
di lahan sub optimal. Pengkajian dilakukan secara partisipatif dilahan petani dan
melibatkan petani sebagai kooperator.
Karakterisasi lokasi pada areal lahan kering berbasis tanaman pangan
menggunakan metode PRA (Participatory Rural Appraisal ) pada lokasi yang
memiliki potensi bagi penerapan model usaha sapi potong di lahan kering
berbasis tanaman pangan kegiatan ini untuk mendata potensi, kendala dan
prospek usaha sapi potong untuk penggemukan.
Penentuan petani/peternak kooperator yang memiliki kandang dalam
hamparan yang berdekatan, dengan kapasitas ternak 21 ekor sapi bali berumur
1,5 – 2 tahun yang di bagi kedalam 3 perlakuan pakan dan tiap perlakuan terdiri
dari 7 ekor sapi sebagai ulangan yang di susun dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK). Formulasi pakan yang digunakan disajikan pada Tabel 2.
18
untuk memanfaatkan sumberdaya pakan dengan skema perlakuan sebagai
berikut :
Tabel 1. Formula Pakan Pengkajian
No. Bahan Pakan Perlakuan
I II III
……………..% BB……………..
1. Limbah Jagung 10 5 -
2. Limbah Jagung Fermentasi - 5 10
3. Dedak 1 1 1
4. Mineral 0,01 0,01 0,01
Untuk komoditas tanaman jagung dengan luas lahan 3 ha
budidaya/pemeliharaan tanaman jagung mengacu kepada PTT jagung
(Departemen Pertanian 2008, Dirjen tanaman Pangan 2008, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, 2009a), tanaman jagung manis hibrida di tanam
10 kali tanam setiap selang waktu 7 hari, luas setiap kali tanam masing-masing
adalah 0,25 ha. Komponen teknologi yang di terapkan dalam pengkajian ini di
sajikan pada :
Tabel 2. Komponen teknologi budidaya tanaman jagung
No Komponen Teknologi Keterangan 1
2
3 4
5 6
7
8 9
Varietas Unggul
Pengolahan Tanah
Sistem tanam Jarak tanam (cm)
Jumlah benih perlubang tanam Cara pemupukan
Penyiangan
Pengendalian hama penyakit Sistem panen
Jagung manis
Bajak
Monokultur 70 x 20 cm
1 – 2 biji Tugal (3 kali)
2 kali
PHT Manual
Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data tahap awal dilakukan identifikasi
wilayah dengan koordinasi dengan stake halder di Kabupaten, data yang di
kumpulkan meliputi : data potensi wilayah, biopisik, karakteristik peternak sapi
potong sebelum dan sesudah menerapkan sistem integrasi, data pertumbuhan
ternak, pertambahan bobot badan ternak, data pertumbuhan tanaman jagung,
data produksi buah jagung manis, data kesuburan tanah sebelum dan sesudah
pelaksanaan kegiatan integrasi tanaman-ternak, data perkembangan jumlah
peternak sapi potong yang menerapkan teknologi integrasi yang ditawarkan.
19
Data pendukung untuk kelancaran berlangsungnya kegiatan serta jenis dan
jumlah lembaga penunjang yang terlibat dalam kegiatan integrasi ternak sapi
dengan tanaman jagung yang di terapkan pada lokasi pengkajian.
Penanaman jagung di lakukan secara bertahap, setiap kali penananam
jagung manis adalah seluas 2.500 m2. Penanaman jagung manis dilakukan 12
kali tanam, dengan selang waktu 7 hari 1 kali tanam. Dosis pemupukan tanaman
jagung adalah Kapur 1.500 kg/ha, Urea 300 kg/ha, Sp-36 100 kg/ha, KCL 50
kg/ha dan pupuk kompos (organik) 2.000 kg/ha.
3.5.2. Parameter yang diamati
Parameter yang diamati adalah 1. produksi buah jagung manis pada
demplot (t/ha). 2. Produksi limbah Jagung manis (batang dan daun jagung) 3.
Pertambahan bobot badan ternak dan bobot potong ternak yang di integrasikan
dengan tanaman jagung, sedangkan untuk tanah akan di lakukan analisis
kesuburan tanah pada awal dan setelah dilakukan integrasi 2 komoditas pada
lahan sub optimal. Pengamatan dilakukan secara periodik setiap minggu untuk
tanaman, pertambahan bobot badan ternak dilakukan penimbangan setiap
bulannya. Pengamatan nilai ekonomis usaha integrasi ternak dan tanaman
dihitung berdasarkan output dan outcome yang di lakukan setelah terintegrasi.
3.5.3. Analisis data
Data pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung, ternak dan lahan
yang terkumpul dianalisis dengan analisis of variant (ANOVA) dan uji lanjut
dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) (Gomez dan Gomez, 1984).
Sedangkan analisis finansial dilakukan untuk menentukan kelayakan usaha tani.
3.5.4. Seminar dan Temu lapang
Setelah data dikumpulkan selanjutnya di analisis untuk di jadikan bahan
publikasi dalam bentuk seminar dan temu lapang. Kegiatan ini di maksudkan
untuk penyebaran informasi hasil pengkajian bagi para pelaku usaha dan pelaku
agribisnis perternakan sapi potong dari lokasi lain yang memiliki sifat bio fisik dan
social ekonomi yang sama.
20
3.5.5. Pelaporan hasil kegiatan
Dari seluruh rangkaian kegiatan pengkajian integrasi yang di lakukan
mulai dari penyusunan rencana, pelaksanaan teknis di lapangan, pengumpulan
data analisis dan publikasi dalam bentuk seminar dan temu lapang selanjutnya di
buat laporan hasil kegiatan sebagai bentuk pertanggungjawaban akhir dari
seluruh pelaksanaan kegiatan pengkajian.
IV. ANALISIS RESIKO
Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang dihadapi
dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal resiko, penyebab,
dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan
resiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 3 dan 4).
Tabel 3. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan
No. RESIKO PENYEBAB DAMPAK
1.
Sulit mendapatkan petani kooperator yang memiliki lahan jagung dan ternak sapi
Keterbatasan modal yang dimiliki petani
Sistem integrasi sulit diterapkan
2. Terlambatnya pengarapan lahan suboptimal
Terlalu berat bagi petani membuka lahan sub optimal
Keterlambatan dalam penanaman jagung
Tabel 4. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan
No. RESIKO PENYEBAB PENANGANAN
1.
Sulit mendapatkan petani kooperator yang memiliki lahan jagung dan ternak sapi
Keterbatasan modal yang dimiliki petani
Mendekatkan kedua petani jagung dan ternak agar saling berintegrasi
2. Terlambatnya penggarapan lahan suboptimal
Terlalu berat bagi petani membuka lahan sub optimal
Upaya untuk penggunaan traktor dalam pengolahan lahan
21
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN
5.1. Tenaga yang Terlibat Dalam Kegiatan
No Nama/NIP
Jabatan
Fungsional/ Bidang
keahlian
Jabatan
dalam Kegiatan
Uraian Tugas Alokasi
Waktu (Jam/mi
nggu)
1 Wahyuni A W, SPt, MSi/ 197507241999032002
Peneliti Muda/ Budidaya Ternak
Penanggung jawab
1. Mengkoordinir anggota tim dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan.
2. Membuat perencanaan, mengkordinir pelaksanaan kegiatan pendampingan PSDSK di Provinsi Bengkulu.
3. Mengevaluasi kinerja dan pencapaian anggota tim secara periodik/per bulan
4. Bertanggungjawab terhadap Kepala Balai dan memberikan laporan fisik dan keuangan secara periodik (bulanan).
10
2 Ir. Siswani Dwi Daliani/
196007301989032001
PP Muda/
Produksi
Ternak
Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam perencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan.
2. Memberikan laporan perkembangan kegiatan secara periodik (Bulanan) kepada Penjab.
6
3 Zul Efendi, SPt. 196902272007011001
Peneliti Pertama/ Budidaya Ternak
Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam perencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan pendampingan
2. Memberikan laporan perkembangan kegiatan pendampingan secara periodik (Bulanan) kepada Penjab.
6
4. Erpan Ramon, S.Pt 197512102009121004
Peneliti Pertama/ Budidaya Ternak
Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pendampingan
2. Memberikan laporan perkembangan kegiatan pendampingan secara periodik (Bulanan) kepada Penjab.
6
5. Rizal Efendi, SE Teknisi Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam perencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan.
2. Memberikan laporan
perkembangan kegiatan secara periodik (Bulanan) kepada Penjab.
6
6. Muhammad Nur Teknisi Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam perencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan.
2. Memberikan laporan perkembangan kegiatan secara periodik (Bulanan) kepada Penjab.
6
22
5.2. Jangka waktu kegiatan
No
Kegiatan Bulan/Tahun 2015
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan x
2 Koordinasi x
3 Hunting dan pemantapan lokasi x
4 Penerapan teknologi x x x x x x x x
5 Pengamatan x x x x x x
6 Pengolahan data x x
7 Analisis data x x
8 Pelaporan x x x
5.3 Pembiayaan
No No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan (Rp.000)
Jumlah Biaya (Rp.000)
1
2 3 4 5 6
Belanja Bahan : 1. Bahan sarana Pengkajian dan
pendukung lainnya 2. Penggandaan, penjilidan dan
laminasi 3. ATK, komputer supplies dan
pelaporan 4. Konsumsi Honor Output Kegiatan 1. Petugas lapang 2. UHL Belanja Barang Non Operasional Lainnya Analisa Laboratorium Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota - Uang Harian dalam rangka
workshop, apresiasi evaluasi pelaksanaan kegiatan, pertemuan, sosialisasi
- Paket kegiatan dalam rangka workshop, apresiasi evaluasi pelaksanaan kegiatan, pertemuan, sosialisasi
Belanja Perjalanan Biasa Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp. 5.000.000
Jumlah
1 tahun
1 paket
1 paket
100 OK
28 OH
100 OH
1 paket
12 OH
2 OP 4 OP
l
36.570
2.000
3.000
50.000
100 35
5.000
130.000
180.000
5.000
46.570 36.570
2.000
3.000
5.000
6.300 2.800 3.500
5.000 5.000
3.720 1.560
2.160
20.000 20.000
81.590
23
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, UP .2010. Pemetaan Kebutuhan Benih Padi, Jagung, dan Kedele
(VUB,volume) dan Pengembangan Penangkar Benih yang Efisien
(>10%) di Bengkulu (Laporan Akhir PIPKPP). Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu
Balai Penelitian Tanaman Pangan. 2011.Laporan Tahun 2011 Penelitian Aneka
Kacang, Umbi dan jagung Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Teknologi produksi Jagung,
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Bailey, K.D. 1987. Methods of Social Research. Third edition. The Free Press,
New York.
BPS. 2001. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta
BPS. 2013. Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bengkulu
Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. 2007. Potensi Pupuk Organik. http://www.disnaksumbar.org.) 2008.
Haryono dan Subagyono.K. 2013.
Hidayat, A dan Mulyani.A 2002.Lahan kering untuk pertanian dalam buku
teknologi pengelolaan lahan kering menuju pertanian produktif dan ramah
lingkungan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Bogor
I Wayan Suastika,I. Wayan, Ratmini, NP.S, T Turmalan. 1997. Budidaya kedelai
di lahan pasang surut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Idjudin, A.Abas dan Marwanto, S. 2008. Reformasi pengelolaan lahan kering
untuk mendukung swasembada pangan.
Koesrini dan William. E. 2009. Penampilan Genotipe Kedelai dengan Dua
Perlakuan Kapur di Lahan Pasang Surut Bergambut.Jurnal Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan Vol 28 No. 1.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Nursyamsi, D 2003.Penelitian Kesuburan Tanah Oxisol untuk Jagung. J. Tanah.
Tropika. No 17 : 53–65.
Priyanti, A. 2007. Dampak Program Sistem Integrasi Tanaman Ternak terhadap Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
24
Rohaeni, E.S., Amali, N. Sumanto, dan Subhan, A. 2010 Pengkajian Integrasi Usaha Tani Jagung dan Ternak Sapi di Lahan Kering Kabupaten Tanah Laut Kalimantan, BPTP. Kalimantan Selatan.
Sariubang, M.A., A. Syam, dan A. Nurhayu. 2003. Sistem Usaha Tani Tanaman-
Ternak pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. (http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id.) 2007.
Soepandie, D., dan I.H. Utomo. 1995 Pengelolaan Lahan dan Teknik Konservasi
di Lahan Kering. Makalah penunjang Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Bogor, 27 September 1995.
Suwandi. 2005. Keberlanjutan Usaha Tani Terpadu Pola Padi Sawah-Sapi Potong
Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan RAP-CLS. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Recommended