View
426
Download
20
Category
Preview:
DESCRIPTION
patofisologi nyeri
Citation preview
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 1/21
MAKALAH
(TINJAUAN PUSTAKA )
PATOFISIOLOGI NYERI DAN PENATALAKSANAANNYA
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT
KEPANITERAAN KLINIK
BIDANG ANESTESIOLOGI DAN RAWAT INTENSIF
DI BLUD RSUD KOTA SEMARANG
OLEH :
TYAS NATASYA CITRAWATI
030.06.262
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2011
1
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 2/21
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Tyas Natasya Citrawati
NIM : 030.06.262
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Trisakti
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bidang pendidikan : Anestesiologi dan Terapi Intensif
Periode Kepaniteraan Klinik : 12 September 2011- 15 Oktober 2011
Judul Makalah : Patofisiologi Nyeri dan Penatalaksanaannya
Diajukan : Oktober, 2011
Pembimbing : Dr. Donni Indra Kusuma, Sp.An, Msi. Med.
TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL :
Mengetahui :
Ketua SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif PEMBIMBING
BLUD RSUD Kota Semarang
Dr. Purwito Nugroho, Sp.An, M.M Dr. Donni Indra Kusuma, Sp.An, Msi. Med.
NIP. 19551221 198301 1002 NIP. 19760808 200903 1 002
2
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 3/21
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga makalah dengan judul ”Patofisiologi
Nyeri dan Penatalaksanaannya” ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Bidang
Anestesiologi dan Terapi intensif Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang periode 12 September 2011- 15 Oktober
2011.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan kerja sama yang telah diberikan selama penyusunan referat ini, kepada :
1. Dr. Abimayu, MM, selaku Direktur Rumah Sakit Umum daerah Kota
semarang.
2. Dr. Wahyu Hendrato,Sp.An, MH. Kes. Selaku Ka. Instalasi Anestesiologi dan
pembimbing Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD
kota Semarang.
3. Dr. Purwito Nugroho, Sp.An, M.M , selaku Ka. SMF dan pembimbing
Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Kota semarang.
4. Dr. Donni Indra Kusuma, Sp. An, Msi. Med, selaku pembimbing
Kepaniteraan klinik Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Kota Semarang,
5. Dr. Dicky dan Dr. Fajrian, selaku pembimbing Kepaniteraan klinik
Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Kota Semarang,
6. Para Staff Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Kota Semarang.
7. Rekan- rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Anestesiologi dan
terapi Intensif RSUD kota Semarang.
3
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 4/21
Penulis menyadari masih banyak kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, supaya referat ini dapat menjadi
lebih baik, dan dapat berguna bagi semua yang membacanya. Penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam
makalah ini.
Semarang, Oktober 2011
Penulis
4
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 5/21
PATOFISIOLOGI NYERI DAN PENATALAKSANAANNYA
Tyas Natasya Citrawati*Donni Indra Kusuma**
ABSTRACT Pain is an experience that is personal and subjective factors which include
sensory, emotional, behavioral tissue trauma associated with actual and potential.
Pain is divided into non-painful and painful nosiseptif nosiseptif. Anatomy of pain
pathways are divided into ascending pain pathway and descending modulation pathway,
which occurs tranduction, transmission, modulation and perception process.
Analgesic is divided into three groups that can work on the central and
peripheral, or both to block pain pathways. To be able to deliver appropriate therapy, it
is necessary to understand the pathophysiology / neurophysiology of pain, from
transmission system in addition to the anatomy of pain pathways.
Key words : Pain, tranduksi, transmission, modulation, and perception and analgesic.
ABSTRAK
Nyeri adalah pengalaman yang bersifat personal dan subyektif yang meliputi
faktor sensoris, emosional, perilaku yang berhubungan dengan trauma jaringan yang
aktual dan potensial. Nyeri dibagi menjadi nyeri nosiseptif dan nyeri non nosiseptif.
Anatomi jalur nyeri dibagi menjadi jalur nyeri asendens dan jalur modulasi desendens,
dimana terjadi proses tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
Penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi tiga golongan yang dapat bekerja pada
sentral dan perifer maupun keduanya untuk memblok jalur nyeri. Untuk dapat
memberikan terapi yang tepat, maka perlu dipahami mengenai patofisioiogi /
neurofisiologi nyeri, dari transmisi nosiseptif yang lebih kompleks daripada sistem
transmisi langsung, disamping anatomi jalur nyeri.
Kata kunci : Nyeri, tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi dan analgesik.
* Coassisten FK Universitas Trisakti
** Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif BLUD RSUD kota Semarang
5
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 6/21
PENDAHULUAN
Nyeri sangat penting sebagai mekanisme proteksi tubuh yang timbul bilamana
jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan
rangsang nyeri ini.
Berdasarkan International Association for the Study of Pain (IASP)
mendefinisikan nyeri sebagai sensasi yang tidak menyenangkan dan mengganggu dan
pengalaman emosional akibat adanya kerusakan jaringan atau yang berpotensi terjadinya
kerusakan jaringan atau sesuatu yang berarti kerusakan.1
Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri. Pengukuran nyeri
bersifat subyektif dan diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai
'0' (tidak dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga '5'
(nyeri terburuk yang pernah dirasakan pasien).2
Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari nyeri akut dan nyeri kronik. Banyak
data yang menunjukkan bahwa pada nyeri akut, keluhan nyeri berhubungan langsung
dengan trauma jaringan. Berbeda sekali dengan nyeri kronis, yang sulit memperlihatkan
bukti adanya kerusakan jaringan sebagai sumber dari rasa nyeri.3
Penanganan nyeri tergantung dari derajat rasa nyeri serta tanggapan pada obat
analgesik. Pemberian dan penggantian obat analgesik dilakukan secara bertahap. Tahapan
digambarkan dengan Jenjang Analgesik dengan tiga tahap atau langkah. Langkah
pertama mencakup obat analgesik non narkotik, misalnya aspirin atau parasetamol.
Langkah kedua memberi narkotik lemah, misalnya kodein, bila dibutuhkan dengan tetap
diberi analgesik biasa. Sedang pada langkah tertinggi, diberikan obat narkotik kuat,
misalnya morfin, sekali lagi dengan analgesik biasa bila dibutuhkan.4
Praktek pengelolaan nyeri tidak hanya terbatas pada seorang ahli anestesi tetapi
juga meliputi dokter lain seperti dokter praktek dan selain dokter (psikolog, ahli urut,
akupuntur, hipnosis). Secara jelas, pendekatan yang paling efektif adalah secara
multidisiplin. Untuk dapat memberikan terapi yang tepat, maka perlu dipahami mengenai
patofisioiogi / neurofisiologi nyeri, dari transmisi nosisepsi yang lebih kompleks daripada
sistem transmisi langsung, disamping anatomi jalur nyeri.
6
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 7/21
Definisi
Menurut IASP ( International Association of the Study of Pain) nyeri
didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan yang nyata atau adanya potensi kerusakan jaringan atau yang
tergambarkan seperti itu.5
Anatomi Jalur Nyeri
Jalur nyeri dimulai dari jalur saraf perifer dari kulit melewati dorsal root
ganglion menuju ke dorsal horn, selanjutnya menjadi tractus spraotoalamicus. Saraf
aferen primer yang mengandung serat Aβ , Aδ dan C akan berakhir di Cornu dorsalis
pada lamina-lamina tertentu.4,6
Mechanoreceptors Aβ berakhir di lamina III,IV,V,VI dan laminanya terus
menuju ke dorsal columns. Serat Aδ yang mengandung mechanoreceptors berakhir pada
lamina III dan IV yang mengandung nociceptors dan cold receptors berakhir di laminal
dan V.2
Gambar 1. Anatomi jalur nyeri
7
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 8/21
(Sumber:http://3.bp.blogspot.com/_7yh7JzbaJ1c/TCrRyZ8BlvI/AAAAAAAAAAM/3bY
Wivh0_MM/s1600/nyeri-pathways.jpg)
Serat C yang mengandung nociceptors, thermoreceptors dan mechanoreceptors
berakhir dilamina I dan II.2
Adapun spesifikasi serat saraf sensoris aferen adalah sebagai berikut:
Serat Aβ mempunyai diameter > 6-12 μm, bermielin dan mempunyai ambang
rendah, bersifat unimodal (mechanoreceptor ) yaitu untuk nyeri tekan.
Serat Aδ mempunyai diameter 1-5 μm, bermielin, transmisi lebih cepat, akhir
serat eferen dilamina I dan V, bersifat poli modal (nociceptor, cold receptor dan
mechanoreceptor) untuk nyeri tajam yang terlokasi dengan baik.
Serat C mempunyai diameter 0,2-1,5 μM, tidak bermielin, transmisi lambat,
ujung saraf nosiseptif polimodal (nociceptor, thermoreceptor dan
mecahnoreseptor ) akhir serat aferen di lamina II, untuk nyeri tumpul / terbakar,
tidak terlokasi.
Gambar 2. serat saraf sensoris aferen
(Sumber: http://fikarkasper309.blogspot.com/2011/08/fisiologi-nyeri.html)
8
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 9/21
Satu neuron terdiri atas : ujung saraf, axon yang terbungkus mielin dan inti
neuron / sel saraf. Antara satu neuron dengan neuron yang lain dibatasi oleh celah /
sambungan serabut saraf yang disebut sinaps.6
Ada tiga neuron yang terlibat dalam jalur nyeri:
1. First order neuron; menghantarkan nyeri dari perifer ke medula spinalis
2. Second order neuron; menghantarkan nyeri dari medula spinals ke thalamus
3. Third order neuron; menghantarkan nyeri dari thalamus ke korteks7
Rangsangan yang datang (impuls) dibawa dari reseptor-reseptor perifer yang ada
di permukaan tubuh melalui tractus dorsolateral Lissauer ke substansia grisea posterior.
Di substansia grisea posterior, impuls akan dibawa secara menyilang ke arah substansia
alba lateral melalui tractus spinothalamicus lateral. Tractus spinothalamicus lateral akan
membawa impuls ke arah thalamus. Selanjutnya dari thalamus impuls dibawa ke gyrus
postcentralis pada korteks somatosensoris cerebral melalui kapsula interna dan korona
radiata (tractus thalamocorticalis). Perhatikan persilangan yang dilakukan oleh tractus
spinothalamicus lateral menyebabkan rangsangan yang datang akan diterima di sisi yang
berlawanan pada sistem saraf pusat.8
Patofisiologi Nyeri
Nyeri Nyeri Nosiseptif Nyeri Somatik Somatik Superfisial (Kulit)
Somatik Dalam
Nyeri Viseral
Nyeri Non-Nosiseptif Nyeri Neuropatik
Nyeri Psikogenik
Tabel 1. Klasifikasi nyeri
(Sumber : http://panmedical.wordpress.com/)
Nyeri dibedakan antara nyeri nosiseptif ( somatic pain) dan nyeri non nosiseptif
(neuropathic pain), dimana nyeri nosiseptif berhubungan dengan kerusakan jaringan
perifer. Rangsangan nosiseptif ditimbulkan oleh mediator nyeri yang dilepas pada
kerusakan jaringan perifer, misalnya nyeri pasca bedah karena sayatan operasi, luka
bakar, luka kecelakaan dll.4
9
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 10/21
Sedangkan nyeri non nosiseptif tidak berhubungan dengan kerusakan jaringan
perifer, rangsangan timbul pada disfungsi atau kerusakan pada neuron nosiseptif itu
sendiri, misalnya nyeri pada kerusakan jaringan saraf perifer, misalnya neuropathia
diabetica atau herpes zoster.4,7
Yang dimaksud dengan nosisepsi adalah rangkaian peristiwa elektrofisiologik
yang berawal dari kerusakan jaringan (sumber rangsangan nyeri) sampai ke persepsi
nyeri. Peristiwa ini melibatkan 4 tahap, yaitu :
1. Transduksi.
Pada nyeri nosiseptif, fase pertamanya adalah transduksi, konversi stimulus yang
intens apakah itu stimuli kimiawi seperti pH rendah yang terjadi pada jaringan yang
meradang , stimulus panas diatas 420C, atau kekuatan mekanis. Disini didapati adanya
protein transducer spesifik yang diekspresikan dalam neuron nosiseptif ini dan
mengkonversi stimulus noksious menjadi aliran yang menembus membran, membuat
depolarisasi membran dan mengaktifkan terminal perifer.
Proses ini tidak melibatkan prostanoid atau produksi prostaglandin oleh siklo-
oksigenase, sehingga nyeri ini, atau proses ini, tidak dipengaruhi oleh penghambat enzim
COX-2.9
Neuron transduksi diperankan oleh suatu nosiseptor berupa serabut A-δ dan
serabut C yang menerima langsung suatu stimulus noksius.10
Serabut A-δ dan serabut C tidak hanya berbeda dalam struktur dan kecepatan
transmisinya namun mereka juga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
mendeteksi suatu stimulus. Serabut A-δ mentransmisikan nyeri tajam dan tusukan. dan
serabut C menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu, dan tekanan halus.
Walaupun dengan adanya perbedaan ini, kedua tipe serabut ini memiliki jalur yang sama
dalam menghantarkan stimulus yang terdeteksi. Rute dari impuls saraf ini biasanya
disebut dengan ”jalur nyeri”.11,12
Selain dari peran serabut A-δ dan serabut C, disebutkan juga terdapat peran dari
neuroregulator yang merupakan suatu substansi yang memberikan efek pada transmisi
stimulus saraf, biasanya substansi ini ditemukan pada nosiseptor yaitu akhir saraf dalam
kornu dorsalis medulla spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik.
Neuroregulator ada dua macam, yaitu neurotransmitter dan neuromodulator.
10
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 11/21
Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah sinaptik antara 2 serabut
saraf dan neuromodulator berfungsi memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi
stimulus saraf tanpa mentransfer secara langsung sinyal saraf melalui sinap.13
2. Transmisi.
Di sini terjadi transfer informasi dari neuron nosiseptif primer ke neuron di
kornu dorsalis, selanjutnya ke neuron proyeksi yang akan meneruskan impuls ke otak.
Transmisi ini melibatkan pelepasan asam amino decarboxilic glutamate, juga peptida
seperti substantia P yang bekerja pada reseptor penting di neuron post-sinaptic.
Selanjutnya ini akan memungkinkan transfer yang cepat dari input mengenai intensitas,
durasi, lokasi, dari stimuli perifer yang berbeda lokasi.
Secara umum, ada dua cara bagaimana sensasi nosiseptif dapat mencapai
susunan saraf pusat, yaitu melalui traktus neospinothalamic untuk ”nyeri cepat – spontan”
dan traktus paleospinothalamic untuk ”nyeri lambat”.12
Pada traktus neospinothalamik, nyeri secara cepat bertransmisi melalui
serabut A-δ dan kemudian berujung pada kornu dorsalis di medulla spinalis dan
kemudian bersinapsis dengan dendrit pada neospinothlamaik melalui bantuan suatu
neurotransmitter. Akson dari neuron ini menuju ke otak dan menyebrang ke sisi lain
melalui commisura alba anterior, naik keatas dengan columna anterolateral yang
kontralateral. Serabut ini kemudian berakhir pada kompleks ventrobasal pada thalamus
dan bersinapsis dengan dendrit pada korteks somatosensorik. Nyeri cepat-spontan ini
dirasakan dalam waktu 1/10 detik dari suatu stimulus nyeri tajam, tusuk, dan gores. 12
Pada traktus paleospinothalamik, nyeri lambat dihantarkan oleh serabut C ke
lamina II dan III dari cornu dorsalis yang dikenal dengan substantia gelatinosa. Impuls
kemudian dibawa oleh serabut saraf yang berakhir pada lamina V, juga pada kornu
dorsalis, bersinaps dengan neuron yang bergabung dengan serabut dari jalur cepat,
menyebrangi sisi berlawanan via commisura alba anterior dan naik ke aras melalui jalur
anterolateral. Neuron ini kemudian berakhir dalam batang otak, dengan sepersepuluh
serabut berhenti di thalamus dan yang lainnya pada medulla, pons, dan substantia grisea
sentralis dari tectum mesencephalon.12
Sebenarnya terdapat beragam jalur khusus hantaran sinyal dari kerusakan
jaringan dibawa ke berbagai tujuan, dimana dapat memprovokasi proses kompleks.
11
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 12/21
Transmisi nosiseptif sentripetal memicu berbagai jalur : spinoreticular,
spinomesencephalic, spinolimbic, spinocervical, dan spinothalamic.12
Traktus spinoreticular membawa jalur aferen dari somatosensorik dan
viscerosensorik yang berakhir pada tempat yang berbeda pada batang otak. Traktus
spinomesencephalik mengandung berbagai proyeksi yang berakhir pada tempat yang
berbeda dalam nukleus diencephali. Traktus spinolimbik termasuk dari bagian
spinohipotalamik yang mencapai kedua bagian lateral dan medial dari hypothalamus dan
kemudian traktus spinoamygdala yang memanjang ke nukleus sentralis dari amygdala.
Traktus spinoservikal, seperti spinothalamik membawa sinyal ke thalamus.10
3. Modulasi.
Pada fase modulasi terdapat suatu interaksi dengan sistem inhibisi dari transmisi
nosisepsi berupa suatu analgetik endogen. Konsep dari sistem ini yaitu berdasarkan dari
suatu sifat, fisiologik, dan morfologi dari sirkuit yang termasuk koneksi antara
periaqueductal gray matter dan nucleus raphe magnus dan formasi retikuler sekitar dan
menuju ke medulla spinalis. Analgesik endogen meliputi :
- Opiat endogen
- Serotonergik
- Noradrenergik (Norepinephric)
Sistem analgesik endogen ini memiliki kemampuan menekan input nyeri di
kornu posterior dan proses desendern yang dikontrol oleh otak seseorang, kornu posterior
diibaratkan sebagai pintu gerbang yang dapat tertutup adalah terbuka dalam menyalurkan
input nyeri. Proses modulasi ini dipengaruhi oleh kepribadian, motivasi, pendidikan,
status emosional & kultur seseorang. Secara skematik proses modulasi dapat dilihat pada
skema dibawah ini.
12
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 13/21
Gambar 3. Skema Proses Modulasi
(Sumber: http://cetrione.blogspot.com/2008/05/nyeri-nosiseptif.html)
4. Persepsi.
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu
menjadi sadar akan adanya suatu nyeri, maka akan terjadi suatu reaksi yang kompleks.
Persepsi ini menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu
itu dapat bereaksi.11
Fase ini dimulai pada saat di mana nosiseptor telah mengirimkan sinyal pada
formatio reticularis dan thalamus, sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran dan afek.
Sinyal ini kemudian dilanjutkan ke area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang bisa
mengatur emosi. Area ini yang akan memproses reaksi emosi terhadap suatu nyeri.
Proses ini berlangsung sangat cepat sehingga suatu stimulus nyeri dapat segera
menghasilkan
emosi.9,12
13
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 14/21
Gambar 4. Skema proses terjadinya nyeri nosiseptif
(Sumber: http://cetrione.blogspot.com/2008/05/nyeri-nosiseptif.html)
Penatalaksanaan Nyeri
Pada aktivasi primer, kerusakan yang melepas kalium dan terjadi biosentesis
prostaglandin dan bradikinin. Pada aktivasi sekunder, sinyal dari ujung saraf tidak hanya
ditransmisi ke spinal cord , tetapi juga ke cabang ujung saraf yang lainnya, dimana
peptid inkl substance P dilepas.11
Selanjutnya substance P melepas histamin dan mask selles dan serotonin dari
platelets. Substance P menyebabkan vasodilatasi dan edema neurogenik dan disini terjadi
akumulasi bradikinin.11
Pada proses transmisi, proses depolarisasi dan repolarisasi yang dipicu oleh
mediator nyeri akan membentuk potensial aksi dan sinyal elektrokimiawi dikirim
kesepanjang serat saraf sensoris. Pada proses mudulasi, sinyal rangsangan nosiseptif
perifer akan dilawan / ditekan oleh sinyal hambatan nyeri (opiate endogen) sehingga
terjadilah persepsi, yaitu hasil akhir dari rangkaian peristiwa nosiseptik dan interaksi
proses sentral dan rangsangan perifer yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan
subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.12
Yang disebut “balanced analgesia” adalah pemberian analgetik yang sisi
targetnya pada proses transduksi, transmisi dan modulasi. Jadi analgesik tersebut sebagai
analgesik perifer, analgesik local dan analgesik sentral.14
14
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 15/21
Gambar 5. target obat analgetik
(Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-
f4qUPt3Mius/TbhBCuwrcYI/AAAAAAAAAJg/Lz7Hg_JCiro/s320/terapi-nyeri.gif )
Obat analgetika dapat dibagi dalam tiga golongan sebagai berikut.:
1. Golongan Opioid
Opiat berasal dari biji-bijian opium, opioid berarti mirip opiat (opiatelike), adalah
derivat opium termasuk opium natural dan sintetis. Opioid merupakan obat penghilang
nyeri yang terkuat, sayangnya masih banyak pemahaman yang salah mengenai opioid
sehingga menyebabkan masih banyaknya tulisan resep dokter yang tidak tepat.14
Ada 5 grup reseptor opiat yang tersebar di dalam tubuh (otak, medula spinalis,
syaraf perifer, ganglion, medula adrenal dan usus). Reseptor yang berbeda akan
memberikan efek farmakologis yang berbeda pula tergantung dimana lokasinya.
Sebagian besar reseptor opioid di otak berada di PAG ( periaqueductal gray). Stimulasi
pada reseptor ini akan mengaktifkan serabut desenden, yang mana akan memodulasi
input serabut C kedalam Lamina II medula spinalis. Modulasi ini akan menyebabkan
medula spinalis merilis neurotransmiternya (nor epinefrin dan serotonin).14
15
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 16/21
Reseptor opioid ditingkat medula spinalis berada di Lamina II ( substansia
gelatinosa). Stimulasi pada reseptor ini akan menghambat rilis SP (Substansi P ) dari
terminal syaraf pre-sinaptik, dan akan meningkatkan konduksi Kalium pada terminal
post-sinaptik.14
2. Golongan Non Opioid
Yang termasuk golongan ini adalah golongan obat anti inflamasi non steriod,
golongan obat acetaminophen dan obat golongan tramadol.14
2.1. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS / NSAID).
OAINS adalah obat analgetika non opioid yang mempunyai efek anti-inflamasi,
anti-piretik dan analgetik. Obat golongan ini direkomendasikan untuk menanggulangi
nyeri ringan sampai sedang. Tergantung dari penyebab yang mendasari nyerinya, OAINS
amat efektif untuk menghilangkan nyeri dan tergantung dari efek durasi dari berbagai
golongannya. Untuk nyeri sedang sampai berat dapat diberikan kombinasi OAINS
dengan opioid.14
Gambar 6. target kerja OAINS
(Sumber: https://reader008.{domain}/reader008/html5/0310/5aa378d007066/5aa378d54c791.jpg)
16
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 17/21
Cara kerja OAINS terutama melalui penghambatan enzim COX, yang mencegah
pemecahan asam arakhidonat membentuk prostaglandin (PG). PG ini akan memicu reaksi
inflamasi dan secara langsung akan mensensitisasi terminal syaraf serabut C di perifer
terhadap stimulus termal, mekanis, dan kimia. Karena sensitisasi ini maka mediator kimia
seperti Bradikinin, Histamin dan SP akan memberikan efek yang lebih besar pada
reseptor nyeri (nosiseptor).14
OAINS akan menyebabkan iritasi lokal pada mukosa lambung secara langsung
dan tidak langsung. Dosis tinggi akan menurunkan sintesis PGE2 dan PGI2 yang berguna
untuk menghambat sekresi asam lambung dan merangsang pembentukan sito-protektif
mukosa intestinal. Karena itu dapat menyebabkan erosi gaster dan pendarahan gaster
sekunder, terutama pada ulcus peptikum, riwayat perdarahan lambung, alkoholik dan usia
lanjut. Profilaksis dapat dilakukan dengan pemberian H2 antagonis dan analog
prostaglandin.14
2.2. Obat acetaminophen
Acetaminophen adalah derivat parasetamol dan berbeda dengan golongan OAINS
karena tidak mempunyai efek anti inflamasi. Obat ini baik untuk menghilangkan nyeri
sedang yang tidak memerlukan anti inflamasi. Obat ini sering dikombinasi dengan
narkotik (codein).14
Cara kerja obat masih belum jelas. Analgesia disebabkan oleh inhibisi NO dalam
medula spinalis. NO adalah neurotransmiter yang dirilis pada kornu dorsalis medula
spinalis bila ada aktivasi dari serabut C. Dengan adanya NO pada celah sinaptik dapat
mengaktivasi neuron traktus spinotalamikus post sinaptik. Selain itu asetaminophen akan
menginhibisi COX di otak, yang mana menyebabkan efek anti-piretik.14
Efek samping acetaminophen amat minimal, dan tidak menyebabkan iritasi
lambung maupun menghambat agregasi trombosit.14
2.3. Obat tramadol
Tramadol menyebabkan analgesi melalui dua mekanisme yaitu:
a. Ikatan lemah pada reseptor mu, karenanya ia merupakan opioid agonis yang lemah.
b. Memudahkan rilis dan menghambat re-uptake dari serotonin atau norepinephrin.
Efek samping yang sering terjadi adalah mual, muntah dan sakit kepala. Efek
farmakologis tramadol ialah terserap melalui traktus gastrointerstinal dan parenteral.14
17
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 18/21
3. Golongan Co Analgetika
Obat golongan ini digunakan dalam penanggulangan nyeri walaupun mungkin
tidak mempunyai efek analgetik. Obat ini menghilangkan nyeri sebagai suatu sindrom
atau potensiasi dengan obat analgetika seperti halnya kerja opioid. Umumnya obat Co-
analgetika sebelumnya digunakan untuk tujuan lain dari penanggulangan nyeri, tetapi
seiring dengan perkembangan pengetahuan fisiologi yang mendasari sindroma nyeri,
maka obat co-analgetika semakin banyak digunakan dalam penanggulangan nyeri.15
3.1. Obat anti depresan
Obat anti depresan sering digunakan pada penanggulangan sindroma nyeri yang
bersifat kronis. Obat anti depresan akan menginhibisi re-uptake amine biogenik
(norepinephrin dan serotonin) kembali ke dalam terminal syaraf, sehingga meningkatkan
konsentrasi dan durasi dari kerja neurotransmiter pada sinaps. Neuron serotonergik dan
noradrenergik dalam batang otak akan menginhibisi input serabut C ke medula spinalis.
Obat anti depresan akan mengaktifkan neuron inhibisi desenden yang juga diaktifkan
oleh opioid. Anti depresan akan berpotensiasi dengan serotonin dan norepinephrin yang
di rilis oleh opioid.15
3.2. Obat anti konvulsan
Obat anti konvulsan efektif digunakan pada penanggulangan sindroma nyeri yang
bersifat intermiten-tajam, neuropatik dan kontinyu burning. Obat yang sering digunakan
adalah golongan carbamazepine, gabapentin dan phenytoin. Cara kerja obat ini umumnya
dengan memblok Sodium Channel yang akan menekan fokus ektopik dalam otak,
karenanya dapat mencegah kejang dan obat ini juga mengurangi pelepasan fokus ektopik
dari cedera syaraf perifer yang diperkirakan merupakan sebab dari nyeri intermiten yang
tajam.15
3.3. Obat anti aritmia
Beberapa obat anti aritmia tampaknya berguna pada penanggulangan sindroma
nyeri yang bersifat intermiten-tajam, tetapi juga untuk nyeri yang bersifat allodinia dan
dysesthetik . Obat yang sering digunakan adalah golongan Bretylium, Guanetidin dan
Lidokain. Cara kerja obat golongan ini hampir sama seperti obat anti konvulsan 15
3.4. Obat anatagonis alfa-1 dan agonis alfa-2
18
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 19/21
Sistem Syaraf Simpatis (SSS) terlibat dalam banyak sindroma nyeri kronis. Obat
alfa-1 antagonis dan alfa-2 agonis digunakan untuk maksud ini. Terminal syaraf perifer
bertindak sebagai reseptor alfa yang akan menjadi aktif pada keadaan nyeri neuropatik.
SSS akan merilis norepinephrin(NE), yang menstimuli reseptor ini dan menyebabkan
rasa nyeri. Alfa bloker akan memblok kerja NE pada reseptor ini. Alfa-2 agonis akan
menghambat rilis dari NE oleh terminal syaraf simpatis post ganglionik. Dengan cara ini
obat ini membuat suatu simpatektomi kimia.15
KESIMPULAN
Nyeri adalah pengalaman yang bersifat personal dan subyektif yang meliputi
faktor sensoris, emosional, perilaku yang berhubungan dengan trauma jaringan yang
aktual dan potensial.
Nyeri berdasarkan asal timbulnya dapat dibagi menjadi nyeri perseptif dan nyeri
nosiseptif. Jalur nyeri dimulai dari jalur saraf perifer, dari kulit / viscera melewati dorsal
root ganglion menuju ke dorsal horn, selanjutnya menjadi tractus spraotoalamicus. Saraf
aferen primer yang mengandung serat Aβ , Aδ dan C akan berakhir di Cornu dorsalis
pada lamina-lamina tertentu. Anatomi jalur nyeri dibagi menjadi jalur nyeri asendens dan
jalur modulasi desendens, dimana terjadi proses tranduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi.
Penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi tiga golongan yang dapat bekerja pada
sentral dan perifer maupun keduanya untuk memblok jalur nyeri.
Konsep nyeri berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan dan
perkembangan neuroanatomi, neurofisiologi dan neurofarmakologi. Demikian juga
konsep penatalaksanaannya, sehingga merupakan tantangan bagi praktisi nyeri modern
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menyebarluaskan informasi nyeri terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
19
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 20/21
1. Mekzack R. Labour Pain As A Model Of Acute Pain. Mosby. Philadelphia. 1993;
117-120.
2. Pemeriksaan Fisik. Available from : http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeriksaan_fisik .
Diunduh pada tanggal 30 September 2011.
3. Panmedical. Nyeri. Available from: http://panmedical.wordpress.com/. Diunduh
pada tanggal 30 September 2011.
4. Rasa Nyeri. Available from: http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=560. Diunduh pada
tanggal 1 Oktober 2011.
5. Hadinoto H, Setiawan, Soetedjo. Nyeri: Pengenalan dan Tatalaksana. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang. 1996; 1-20.
6. Sidharta P. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta. 2009; 25-
60.
7. Murdiyanto J. Manajemen Nyeri Akut dan Nyeri Refrakter. Available from:
http://perawattegal.wordpress.com/2009/08/29/manajemen-nyeri-akut-dan-nyeri-
refrakter/. Diunduh pada tanggal 30 September 2011.
8. Budiman G. Basic Neuroanatomical Pathway. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2005; 5-11.
9. Anonymous. Pain Outline. Available from :
http://library.med.utah.edu/pain_center/education/outlines/toc.html. Diunduh pada
tanggal 1 September 2011.
10.Chapman CR . Psychological Aspects of Pain : A Consciousness Studies Perspective
– in The Neurological Basis Of Pain. McGraw Hill. Philadelphia. 2004; 156-159.
11.Surota. Aspek Neurobiologi Nyeri dan Inflamasi. Erlangga Universities Press.
Surabaya. 2006; 51-66.
12.Purwandari R. Nyeri. Available from :
http://www.elearning.unej.ac.id/courses/IKU13236c49/document/NYERI handout.do
c?cidReq=IKU13239dc2. Diunduh pada tanggal 30 September 2011.
13.Wikipedia. Pain and Nociception. Available from :
http://en.wikipedia.org/wiki/Pain_and_nociception. Diunduh pada tanggal 30
September 2011.
20
7/15/2019 Patofisiologi Nyeri Dan Penatalaksanaannya
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-nyeri-dan-penatalaksanaannya 21/21
14. Soenarjo, Jatmiko H. Anestesiologi. Ikatan Dokter Spesialis Anestesi dan Reanimasi.
Semarang. 2010; 171-183.
15. Muhiman M, Thaib R, Sunatrio S, Dahlan R. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif FKUI. Jakarta. 2004; 27-33.
Recommended