View
29
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Paparan p kadis
Citation preview
TANGGUNG JAWAB INSINYUR
DALAM MENGHADAPI
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Oleh :
DR. Ir. GENTUR PRIHANTONO S., MTKepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang
Provinsi Jawa Timur
APA ITU MEA?
Berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia untuk
membentuk pasar tunggal.
Terdiri dari 10 Negara di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar,
dan Kamboja.
Deklarasi pembentukannya akan dilaksanakan pada 31 Desember 2015 nanti.
Bertujuan meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar
negara ASEAN.
MEA dapat meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk
meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN.
KONSEKUENSI MEA
Kemudahan, kebebasan, keterbukaan diantara negara ASEAN terhadap :
arus barang.
arus jasa.
arus bebas investasi.
arus bebas modal.
arus tenaga kerja terampil :
menyebabkan meningkatnya daya saing di bursa kerja, terutama yang
berkecimpung pada sektor keahlian khusus, seperti insinyur, arsitek.
persaingan tenaga insinyur profesional nantinya tidak hanya datang dari
dalam negeri, tetapi juga dari negara-negara lain di ASEAN.
* Profesi arsitek tampaknya masih disamakan dalam profesi insinyur. Padahal nyatanya, kedua profesi ini berbeda
meskipun berada di lingkup pekerjaan yang serupa.
Konsekuensi tenaga kerja diatur :
Konferensi ASEAN Federation of Engineering Organizations (AFEO) atau Perhimpunan Organisasi Insinyur se-ASEAN pada 11-13 November 2014 di
Yangoon, Myanmar menyepakati penerapan regulasi yang selaras dan
standar yang sama di setiap negara ASEAN.
Insinyur yang memiliki kompetensi dan keahlian yang sesuai dengan standar Mutual Recognition Arrangements (MRA) dan bersertifikat
ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE).
Standar Mutual Recognition Arrangements (MRA)
Hasil kesepakatan perdagangan pada tahun 2005 untuk memfasilitasi
pergerakan jasa keinsinyuran profesional serta sebagai sarana bertukar
informasi standar dan kualifikasi pada tiap negara di ASEAN.
1. Kriteria insinyur profesional yang diakui dalam skema MRA, yaitu
memenuhi persyaratan ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE):
a. Lulus Sarjana Teknik dari Universitas/ Lembaga Pendidikan yang
terakreditasi di salah satu negara ASEAN.
b. Sertifikasi/ lisensi sebagai Tenaga Ahli Teknik yang diterbitkan oleh
Professional Regulatory Authority (PRA) dari negara anggota ASEAN;
c. Pengalaman kerja di bidang teknik minimal tujuh tahun dan
pengalaman kerja yang menangani proyek teknik yang signifikan
minimal dua tahun;
d. Mematuhi ketentuan Continuing Professional Development (CPD)
sesuai dengan kebijakan negara asal;
e. Tidak memiliki catatan pelanggaran terhadap standar teknis,
profesional ataupun etika, baik di tingkat lokal maupun internasional.
2. Prosedur bagaimana seorang insinyur bisa melakukan praktik di negara
ASEAN lainnya.
Insinyur bersertifikasi ACPE harus memenuhi lagi kriteria sebagai Insinyur
Profesional Asing Teregistrasi atau Registered Foreign Professional
Engineer (RFPE) di Negara lain tempat ia akan bekerja, yaitu :
a. mematuhi kode etik profesionalitas sebagai insinyur;
b. mematuhi hukum dan peraturan di negara tujuan;
c. berafiliasi dengan insinyur profesional lokal di negara tujuan.
DAMPAK MEA
Dampak Positif :
Kesempatan kerja bertambah. Jika MAMPU bersaing maka Insinyur Indonesia
akan tersebar memiliki kesempatan mendapatkan pekerjaan di kawasan ASEAN.
Indonesia dapat melakukan penetrasi pasar di ASEAN dengan potensi penduduk
yang besar.
atau
Dampak Negatif :
Kesempatan kerja berkurang. Jika TIDAK MAMPU bersaing maka Insinyur
Indonesia hanya dapat menjadi penonton karena lapangan kerja dikuasai oleh Tenaga Kerja Asing, bahkan di negaranya sendiri.
DATA INSINYUR
Indonesia adalah negara berpenduduk terbanyak diantara negara yang tergabung dalam MEA. Berpotensi besar untuk menguasai pasar tunggal.
Jumlah Insinyur per satu juta
penduduk di Indonesia
adalah yang terendah di
lingkup ASEAN.
(Sumber: disampaikan Perhimpunan Insinyur Indonesia (PII), Maret 2015)
Jumlah Insinyur Indonesia yang bersertifikat ACPE (ASEAN
Chartered Professional Engineer)
adalah terbanyak di lingkup
ASEAN.
Namun..... ini tidak proposional jika
dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan penduduk.(Sumber: disampaikan Perhimpunan Insinyur Indonesia (PII), Maret 2015)
Negara Jumlah Insinyur per satu juta penduduk
(orang)
Indonesia 3.038
Singapura 28.235
Negara Jumlah Insinyur
bersertifikat ACPE
(orang)
Per 12 Januari 2015
Jumlah Penduduk
(orang)
Indonesia 290 237.000.000
Malaysia 203 28.000.000
Singapura 218 5.000.000
Berdasarkan standar Mutual Recognition Arrangements (MRA), jumlah Insinyur Indonesia yang sudah diakui sebagai insinyur profesional dan bisa
berpraktik di negara ASEAN lainnya, diperkirakan hanya sekitar 0,03
persen dari total Insinyur Profesional asal Indonesia (Sumber:
www.kemlu.go.id, Maret 2015).
Jumlah Insinyur Profesional Indonesia masih lebih sedikit
jika dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya.
(Sumber: disampaikan Pehimpunan Insinyur Indonesia (PII), Maret 2015)
Indonesia memerlukan penambahan Insinyur sebanyak 65.000 orang, sedangkan penambahan tenaga Insinyur Indonesia hanya sebesar 36.000
orang (Sumber : Project Manajemen Institute, 2015).
Negara Jumlah Insinyur Profesional
(orang)
Indonesia 9.000
Malaysia 11.170
Thailand 23.000
Filiphina 14.250
PEMENUHAN TENAGA AHLI KONSTRUKSI
Indonesia memiliki 7,2 juta tenaga konstruksi. Namun, baru 5% darijumlah tersebut atau sekitar 380.000 orang yang telah disertifikasi,100.000 orang masuk dalam kategori tenaga ahli dan 280.000 orangyang masuk dalam tenaga terampil.
Yang bersetifikat tenaga ahli 48.000. Bersertifikat tenaga terampil100.000
TARGET:
Target jangka pendek tahun 2016 untuk jumlah insinyur barukonstruksi bersertifikat bertambah sebanyak 10.000 orang, jumlahteknisi bersertifikat sebanyak 40.000 orang, dan jumlah tenagaterampil bersertifikat sebanyak 100.000 orang.
Target jangka panjang 2016-2019 jumlah insinyur baru konstruksibersertifikat bertambah sebanyak 50.000 orang, jumlah teknisibersertifikat sebanyak 200.000 orang, dan jumlah tenaga terampilbersertifikat sebanyak 500.000 orang.
(sumber : Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR 20 Agustus 2015)
PELUANG KERJA
Agenda pembangunan Infrastruktur Indonesia Tahun 2015 - 2019 senilai Rp.
5.500 Triliun (Sumber: disampaikan Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, 2015) dalam rangka menunjang kelancaran arus barang
dan jasa untuk menghadapi tantangan dalam MEA.
Pemerintah terus mendorong pemenuhan infrastruktur fisik dan penyediaan
fasilitas.
Diupayakan pelaksanaannya dapat dikerjakan oleh tenaga kerja profesional
lokal, termasuk insinyur.
STRATEGI PEMERINTAH MENGHADAPI MEA
Strategi Pemerintah melindungi Pasar Lokal dalam menghadapi MEA antara
lain:
a.Pemerintah mengesahkan UU nomor 11 tahun 2014 tentang standardisasi
kompetensi para insinyur yang didasarkan pada Kode Etik Keinsinyuran
sehingga Indonesia dapat menghasilkan insinyur yang ahli dan kompeten. Hal
ini mencakup perizinan kerja bagi para pelaku profesi keinsinyuran, sistem
penjaminan kompetensi profesional bagi perolehan izin kerja, sistem
penjaminan kualifikasi dasar untuk memasuki profesi keinsinyuran, sistem
penjaminan mutu akademis untuk pendidikan tinggi teknik.
b.Dalam menghadapi persaingan tenaga kerja, persyaratan bagi tenaga kerja
Asing yang ingin bekerja di Indonesia diperketat. Antara lain : kewajiban
berbahasa Indonesia dan sertifikasi lembaga profesi terkait di dalam negeri.
(Sumber: disampaikan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2014)
c. Mengembangkan peran Insinyur Indonesia antara lain dengan:
memperkuat penguasaan dan pengembangan teknologi, memprioritaskan
peran kontraktor nasional dalam pembangunan proyek-proyek Infrastruktur,
mensyaratkan pemakaian produk dalam negeri, meningkatkan daya saing
dan nilai keekonomian proyek dengan penyediaan pendanaan, serta
mendorong peran dan kompetensi Insinyur. (Sumber: disampaikan
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015).
d. Memenuhi ketersediaan insinyur profesional secara merata dan setara
dengan negara lain melalui: percepatan pemberian sertifikasi yang
menjamin kualitas minimal Insinyur Indonesia melalui kerjasama dengan
asosiasi profesi perekayasaan (Sarjana Teknik).(Sumber: disampaikan
Kementrian Koordinator Perekonomian, 2015).
KESIMPULAN
Insinyur Indonesia perlu meningkatkan
kompetensi agar selaras dan setara dengan
kesepakatan menghadapi MEA untuk dapat
menguasai peluang di pasar lokal bahkan di
ASEAN.
Recommended