View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
IMPLEMENTASI CREATE SHARED VALUE (CSV) PADA PT. HOLCIM
INDONESIA TBK.
Disusun Oleh:
Mutia Yogasrini
NIM. 135020301111033
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
RIWAYAT HIDUP
Nama : Mutia Yogasrini
Tempat, Tanggal Lahir : Banda Aceh, 16 September 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lamandau III No. 4 Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan
E-mail : mutiayo@gmail.com
Pendidikan Formal
2001 – 2007 : SD Al-Azhar Syifa Budi Kemang Jakarta
2007 – 2010 : SMPN 12 Jakarta
2010 – 2013 : SMA Negeri 6 Jakarta
2013 – 2018 : S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Malang
Pendidikan Non Formal
2013 : SAP Training Upported by SAP ERP di Jurusan Akuntansi FEB
UB
Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan
2016 : Staf divisi kesekretariatan Brawijaya Accounting Fair (BAF)
Pengalaman Kerja
2016 : Internship bagian stock opname PT. PLN Persero Malang
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“IMPLEMENTASI CREATE SHARED VALUE (CSV) PADA PT. HOLCIM
INDONESIA TBK.”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang wajib ditempuh
untuk memenuhi syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Ekonomi Strata-1
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Skripsi ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik berkat dari bimbingan,
dukungan dan bantuan dari segala pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini, serta Rasulullah SAW yang selalu
menjadi panutan untuk selalu menuntut ilmu.
2. Kedua orang tua serta kakak penulis yang selalu memberikan doa, motivasi,
semangat, dukungan, nasihat, perhatian, dan kasih sayang yang tidak
terhingga kepada penulis.
3. Ibu Dr. Erwin Saraswati, Ak., CPMA., CSRA., CA. selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing serta memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Dr. Roekhudin, Ak., CSRS., CA. selaku dosen penguji I dan Ibu
Rizka Fitriasari, MSA., Ak., CA. selaku dosen penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi penulis.
5. Harits Mukti Hendito, yang telah menemani penulis semenjak kuliah
semester 4, atas segala semangat, canda dan tawa, keluh kesah, dan motivasi
hingga skripsi ini selesai.
6. Efa Lutfi ‘Azizah, teman yang selalu menemani saat menunggu dan
mengejar dosen, teman saat sedih dan susah, saat senang, dan telah
memberikan motivasi kepada penulis.
7. Zahratul Huzna, Afif Luqman H., Marselle Mahardheka, Arrizal Bondan S.,
teman-teman yang selalu menemani dan memberikan hiburan serta teman
travelling.
8. Teman-teman yang menemani dari semester 1, Irene Ikhwallia P., Alyssa
Almas S., Desy Elfarisa atas pengalaman, wawasan dan dukungan selama
ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, secara
langsung dan tidak langsung telah memberikan banyak dukungan dalam
penyelesaian skripsi penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan
penelitian dengan tema yang sama di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat menjadi suatu bahan referensi, atau setidaknya bermanfaat
bagi siapa saja yang membutuhkannya,
Malang, Januari 2018
Mutia Yogasrini
ABSTRAK
IMPLEMENTASI CREATE SHARED VALUE (CSV) PADA PT. HOLCIM
INDONESIA TBK.
Oleh:
Mutia Yogasrini
135020301111033
Dosen Pembimbing:
Dr. Erwin Saraswati, Ak., CPMA., CSRA., CA
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai bagaimana
implementasi CSV di suatu perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan cara
menganalisis laporan pembangunan keberlanjutan suatu perusahaan dengan
guidelines CSV yang telah diterapkan oleh Mitsui Trust Holdings, Inc. dan industri
rumah makan di Swedia. Penelitian ini memfokuskan pada salah satu perusahaan
semen ketiga terbesar di Indonesia yaitu PT. Holcim Indonesia, Tbk. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
implementasi program CSV pada perusahaan dibagi menjadi tiga aspek, yaitu
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Aspek ekonomi mencakup pembangunan
infrastruktur dan hal yang mempengaruhi perusahaan maupun masyarakat dari segi
ekonomi. Aspek lingkungan dilihat dari penggunaan sumber daya dan emisi yang
dihasilkan oleh perusahaan dan cara perusahaan meminimalisir hal tersebut. Aspek
sosial diidentifikasikan melalui kegiatan-kegiatan sosial, keselamatan kerja
pegawai, dan yang menyangkut hak-hak pegawai.
Kata kunci: Create Shared Value (CSV), laporan pembangunan keberlanjutan,
implementasi, content analysis.
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF CREATE SHARED VALUE (CSV) AT PT.
HOLCIM INDONESIA TBK.
By:
Mutia Yogasrini
135020301111033
Advisor:
Dr. Erwin Saraswati, Ak., CPMA., CSRA., CA
The objective of this research is to provide information about the
implementation of CSV at a company. This research was done by comparing the
sustainable development report of a company with CSV guidelines applied by
Mitsui Trust Holdings, Inc. and restaurant industry in Sweden. This research
focuses on one of three largest cement companies in Indonesia, that is PT. Holcim
Indonesia, Tbk. This study uses secondary data that are analyzed through content
analysis method. The results of this study shows that the implementation of CSV at
the company is divided into three aspects; they are economy, environment, and
social. The economic aspect includes infrastructure development and anything that
affects the company and the society in terms of economy. The environmental aspect
is seen from resources usage, emissions caused by the company’s operation, and
the way the company minimizes it. The social aspect is identified through social
activities, the safety of employees, and anything about employee’s rights.
Keywords: Create Shared Value (CSV), sustainable development report,
implementation, content analysis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
ABSTRACT ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktik .................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 7
2.1 Teori Legitimasi ............................................................................................ 7
2.2 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) ...................................................... 9
2.3 Coporate Social Responsibility (CSR) ....................................................... 10
2.3.1 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) ................................ 10
2.3.2 Komponen dasar Corporate Social Responsibility (CSR) ................. 13
2.3.3 Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) ..................... 14
2.3.4 Alasan dan Manfaat Diterapkannya Corporate Social Responsibility
(CSR) bagi Perusahaan ....................................................................... 16
2.4 Creating Shared Value (CSV) .................................................................... 18
2.5 Perbandingan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dan Create
Shared Value (CSV) ................................................................................... 21
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 28
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 28
3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 29
3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 29
3.4 Teknik Analisis Data .................................................................................. 31
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 33
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................ 33
4.1.1 Sejarah PT. Holcim Indonesia Tbk. ................................................... 34
4.1.2 Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan ............ 35
4.2 Kerangka Laporan Program Create Shared Value (CSV) .......................... 37
4.3 Analisis Implementasi Program Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim
Indonesia Tbk. ............................................................................................ 40
4.3.1 Proses 1 ............................................................................................... 42
4.3.2 Proses 2 ............................................................................................... 45
4.3.3 Proses 3 ............................................................................................... 48
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 53
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 53
5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 54
5.3 Saran ........................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Create Shared
Value (CSV) ........................................................................................................ 22
Tabel 2.2 Daftar Penelitian Terdahulu ................................................................ 27
Tabel 4.1 Penyesuaian Antara Program Create Shared Value (CSV) pada
Sumitomo Mitsui dengan Program Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT.
Holcim Indonesia Tbk. ........................................................................................ 41
Tabel 4.2 Kerangka yang Akan Digunakan untuk Menganalisis Implementasi
Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia Tbk............................ 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Proses Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Holcim
Indonesia Tbk. ..................................................................................................... 36
Gambar 4.2 Kerangka Create Shared Value (CSV) pada Mitsui Trust Holdings, Inc.
............................................................................................................................. 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penyebab meningkatnya pencemaran lingkungan adalah
banyaknya bisnis yang tidak memperdulikan lingkungan sekitar. Untuk
mengatasi hal tersebut, perusahaan diwajibkan untuk melakukan Corporate
Social Responsibility (CSR) dan melaporkannya dalam laporan berkelanjutan
perusahaan. Elkington (1998) mengemas Corporate Social Responsibility
(CSR) dalam tiga fokus yang biasa disingkat 3P, profit, planet dan people.
Menurut Elkington (1998), perusahaan yang baik tidak hanya memburu
keuntungan ekonomi (profit) saja, melainkan pula harus memiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan (people).
Di Indonesia, Corporate Social Responsibility (CSR) mulai marak
diterapkan pada tahun 1990. Pada tahun sebelumnya sudah ada beberapa
perusahaan yang melakukan nilai-nilai sosial, namun belum memakai istilah
Corporate Social Responsibility (CSR). Saat ini setiap perusahaan khususnya
perusahaan besar berkompetisi secara tidak langsung melakukan kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR) dengan berbagai bentuk yang menarik
dan kreatif. Melalui aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR), sebuah
perusahaan bukan hanya melakukan suatu kewajiban dan tanggung jawab,
melainkan juga meningkatkan image perusahaan itu sendiri di mata publik
(PRide, 2015). Kebijakan mengenai penerapan Corporate Social
2
Responsibility (CSR) di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas.
Menurut Ang Swat dan Marsella (2015) pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) telah menjadi salah satu sarana untuk menjamin
keberlanjutan bagi perusahaan. Selain faktor keuangan, konsekuensi sosial
dan lingkungan yang ada untuk saat ini dan masa datang telah menjadi salah
satu faktor pertimbangan baru dalam pengambilan keputusan investasi oleh
investor. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi
salah satu cara untuk meningkatkan nilai perusahaan, dan hal tersebut akan
tercermin dalam peningkatan harga saham sebagai bentuk atas reaksi investor
terhadap pengungkapan tersebut. Salah satu kekhawatiran dalam praktik
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah program Corporate Social
Responsibility (CSR) yang tidak berkelanjutan. Masyarakat diberikan
bantuan, pelayanan atau pelatihan hanya dalam waktu tertentu saja dan tidak
secara berkala (Kompasiana, 22 Januari 2015). Program Corporate Social
Responsibility (CSR) juga dianggap hanya untuk memperbaiki reputasi
perusahaan dan termasuk ke dalam biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
(Porter dan Kramer, 2011). Menurut Macagno (2013), permasalahan dalam
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah aktivitasnya bersifat sukarela
yang tidak berhubungan dengan aktivitas bisnis utama sebuah perusahaan.
3
Pada tahun 2011 dalam Harvard Business Review, Porter & Kramer
memperkenalkan sebuah konsep baru yang dikembangkan dari Corporate
Social Responsibility (CSR), konsep tersebut adalah Create Shared Value
(CSV). Konsep tersebut menekankan adanya peluang untuk membangun
keunggulan kompetitif dengan cara memasukkan masalah sosial sebagai
bahan pertimbangan utama dalam merancang strategi perusahaan
(Kompasiana, 22 Januari 2015). Elkington dan Hartigan (2008) berpendapat
bahwa shared value tercipta ketika sebuah perusahaan menghasilkan nilai
bagi masyarakat dan pemegang saham. Menurut Porter dan Kramer (2011),
salah satu perbedaan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Create Shared Value (CSV) yaitu Corporate Social Responsibility (CSR)
berfokus pada “doing good”, sementara Create Shared Value (CSV)
merupakan integrasi antara aktivitas perusahaan dan bagian dari masyarakat.
Create Shared Value (CSV) merupakan sebuah cara melakukan bisnis dengan
mempertimbangkan sosial dan lingkungan tidak hanya sebagai faktor
eksternal perusahaan, tetapi juga sebagai keseluruhan dari bisnis (Lapina et
al, 2012).
Perusahaan dapat menerapkan shared value melalui tiga kerangka.
Pertama, perusahaan perlu melakukan redefinisi pasar dan produk. Kedua,
redefinisi produktivitas sepanjang value chain. Porter dan Kramer (2011)
berpendapat kesempatan untuk mewujudkan shared value juga didorong oleh
kenyataan bahwa masalah sosial bisa meningkatkan biaya ekonomi bagi
value chain perusahaan. Ketiga, anjuran untuk membangun klaster industri
4
pendukung di sekitar lokasi perusahaan. Porter dan Kramer memandang
bahwa shared value bisa tercipta melalui pembangunan klaster industri. (Ari,
2011).
Drozdz et al (2015) mengemukakan bahwa Porter dan Kramer mendapat
banyak kritik terkait Create Shared Value (CSV). Menurut Crane et al (2014)
Create Shared Value (CSV) tidak orisinil dan tidak sesuai dengan perbedaan
antara tujuan sosial dan ekonomi, sedangkan Mohammed (2013) berpendapat
bahwa Create Shared Value (CSV) tidak memiliki kerangka yang pasti untuk
bisa menghitung Create Shared Value (CSV).
Perusahaan yang dipilih peneliti untuk menjadi objek penelitian adalah
PT. Holcim Indonesia Tbk. yang bergerak di bidang manufaktur dan
distribusi semen. Bisnisnya diklasifikasikan menjadi tiga segmen, yaitu
produksi dan distribusi semen serta produksi beton siap-campur,
pertambangan agregat, dan jasa lainnya yang terdiri dari jasa distribusi semen.
Holcim merupakan perusahaan semen terbesar di dunia, sedangkan di
Indonesia menempati urutan ketiga dikalahkan oleh PT. Semen Indonesia dan
Indocement (Semen Tiga Roda) (jpnn, 2017). Holcim Indonesia
memproduksi sekitar 11 juta ton semen dan klinker per tahun untuk
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun untuk diekspor ke negara-
negara se-kawasan. Dalam proses bisnisnya, Holcim membutuhkan banyak
bahan mentah seperti gamping, lempung, pasir silika, pasir besi dan masih
banyak lagi. Holcim juga membutuhkan banyak energi seperti batubara dan
minyak solar industri yang tidak bisa diperbaharui, serta pada tahun 2016
5
Holcim menghasilkan 655 kg emisi CO2 per semen ton. Oleh karena itulah,
peneliti memilih PT. Holcim sebagai objek penelitian.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menyusun penelitian mengenai
implementasi Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia Tbk,.
Bagi peneliti, Create Shared Value (CSV) merupakan kegiatan yang penting
dalam sebuah perusahaan karena dapat menguntungkan tidak hanya pihak
perusahaan, tetapi juga dapat menguntungkan pihak masyarakat dan
stakeholders. Alasan lain peneliti mengambil topik tersebut, karena Create
Shared Value (CSV) memiliki dampak secara jangka panjang terhadap
produksi perusahaan dan juga lingkungan sekitar perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian adalah bagaimana implementasi
program Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia Tbk.?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas, tujuan dari
penelitian adalah menganalisis implementasi program Create Shared Value
(CSV) pada PT. Holcim Indonesia Tbk.
6
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi, yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk
mengembangkan teori akuntansi manajemen dalam bidang Corporate Social
Responsibility (CSR). Selain itu, penelitian dapat dimanfaatkan sebagai
referensi dalam penelitian selanjutnya terkait program Create Shared Value
(CSV) pada perusahaan.
1.4.2 Manfaat Praktik
1. Bagi Peneliti
Mengetahui bagaimana implementasi Create Shared Value (CSV) pada
suatu perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Bagi PT. Holcim Indonesia Tbk., sebagai salah satu alat bagi perusahaan
untuk menunjukkan kinerja dalam program Create Shared Value (CSV)
perusahaan.
Bagi perusahaan-perusahaan lain, dapat menjadi pendorong untuk
menerapkan Create Shared Value (CSV).
3. Bagi Pihak Lain
Menambah wawasan dan pemahaman mengenai Create Shared Value
(CSV) serta pelaporannya.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Legitimasi
Teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang
diimplikasikan antara institusi sosial dan masyarakat (Ahmad dan Sulaiman,
2004). Teori tersebut dibutuhkan oleh institusi-institusi untuk mencapai
tujuan agar kongruen dengan masyarakat luas.
O’Donovan (2002) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat
sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu
yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian,
legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial bagi perusahaan
untuk bertahan hidup (going concern) (Nor Hadi, 2011:87). Menurut
Dowling dan Pfeffer (1975), legitimasi adalah hal yang penting bagi
organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-
nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya
analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.
Deegan et al (2000) menyatakan legitimasi sebagai perspektif yang
berorientasi pada sistem, entitas diasumsikan dipengaruhi oleh dan
berpengaruh pada masyarakat dimana perusahaan beroperasi. Pengungkapan
perusahaan dianggap merupakan satu cara penting yang manajemen lakukan
untuk dapat mempengaruhi persepsi eksternal tentang organisasi tersebut.
8
Menurut Degaan et al (2000) dalam perspektif teori legitimasi, suatu
perusahaan akan secara sukarela melaporkan aktivitasnya jika manajemen
menganggap bahwa hal ini adalah yang diinginkan komunitas.
Guthrie dan Parker (1989) yang dikutip oleh Rokhlinasari (2015)
menyatakan jika perusahaan merasa bahwa legitimasi-nya dipertanyakan
maka perusahaan dapat mengambil beberapa strategi perlawanan, yaitu:
a. Perusahaan dapat berupaya untuk mendidik dan menginformasikan
kepada stakeholder-nya mengenai perubahan yang terjadi dalam
perusahaan.
b. Perusahaan dapat berupaya untuk merubah pandangan stakeholder
tanpa mengganti perilaku perusahaan.
c. Perusahaan dapat berupaya untuk memanipulasi persepsi
stakeholder dengan cara membelokkan perhatian stakeholder dari
isu yang menjadi perhatian kepada isu lain yang berkaitan dan
menarik.
d. Perusahaan dapat berupaya untuk mengganti dan mempengaruhi
harapan pihak eksternal tentang kinerja perusahaan.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh para peneliti
terkemuka diatas, teori legitimasi merupakan interaksi antara perusahaan
dengan masyarakat. Perusahaan harus mentaati norma sosial yang berlaku
untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar. Perusahaan juga
harus bersifat transparan dengan cara mengungkapkan aktivitas sosial dan
operasinya.
9
2.2 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Terdapat banyak definisi mengenai stakeholder, menurut Crowther dan
Aras (2008) stakeholder merupakan individu ataupun sekolompok orang
yang berpengaruh atau dipengaruhi oleh pencapaian perusahaan dan tanpanya
perusahaan tidak akan ada. Individu atau kelompok yang termasuk
stakeholders adalah: manajer, karyawan, pelanggan, investor, pemegang
saham, supplier, pemerintah, dan masyarakat. Argumen untuk teori
stakeholder didasarkan pada penegasan bahwa memaksimalkan
kesejahteraan bagi pemegang saham tidak sejalan dengan memaksimalkan
kesejahteraan masyarakat (Crowther dan Aras, 2008: 30).
Dalam teori stakeholder, perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingannya sendiri serta hanya berorientasi pada
keuntungan semata, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya
yang dalam hal ini terdiri atas pemegang saham, kreditor, konsumen,
pemasok, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain. Jadi, dapat dikatakan
bahwa keberadaan dan keberlangsungan suatu perusahaan sangat dipengaruhi
oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut
(Ghozali dan Chariri, 2007).
Menurut Rokhlinasari (2015) beberapa alasan yang mendorong
perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, yaitu:
a. Isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam
masyarakat yang dapat menganggu kualitas hidup mereka.
10
b. Dalam era globalisasi telah mendorong produk-produk yang
diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan.
c. Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk
memilih perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan
dan program lingkungan.
d. LSM dan pecinta lingkungan makin vokal dalam mengkritik
perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan.
Ang Swat dan Marsella (2015) memberi kesimpulan bahwa teori
stakeholder merupakan teori yang mengatakan bahwa keberlangsungan suatu
perusahaan tidak terlepas dari adanya peranan stakeholder baik dari internal
maupun eksternal. Corporate Social Responsibility (CSR) dapat menjadi
strategi perusahaan untuk memenuhi kepentingan dari para stakeholder akan
informasi non keuangan perusahaan terkait dampak sosial dan lingkungan
yang timbul dari adanya aktivitas perusahaan.
2.3 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.3.1 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Walaupun Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep
populer yang sering diterapkan dalam sebuah perusahaan, terdapat bermacam
definisi yang dikemukakan oleh para ahli, praktisi dan peneliti. Johnson &
Johnson (2006) (dikutip oleh Nor Hadi, 2011: 46) mendefinisikan “Corporate
social responsibility (CSR) is about how companies manage the business
processes to produce an overall positive impact on society”. Definisi tersebut
11
pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana cara mengelola perusahaan
baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi
dirinya dan lingkungan. Maka, perusahaan harus mampu mengelola bisnis
operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif
terhadap masyarakat dan lingkungan.
World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) yang
merupakan lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dan beranggotakan
120 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara dunia,
mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai komitmen
bisnis untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan, keluarga dan masyarakat lokal
(WBCSD, 2001). Secara umum Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah seperangkat kebijakan, praktik dan program yang terintegrasi di
seluruh operasi bisnis dan proses pengambilan keputusan serta dimaksudkan
untuk memastikan bahwa perusahaan memaksimalkan dampak positif dari
operasinya pada masyarakat atau “operasi dengan cara yang memenuhi atau
melebihi etika, hukum, komersial dan harapan publik” (BSR, 2001).
World Bank yang merupakan lembaga keuangan global memiliki definisi
Corporate Social Responsibility (CSR) tersendiri. World Bank memandang
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai:
The commitment of business to contribute to sustainable
economic development working with employees and their
representatives the local community and society at large to
improve quality of life, in ways that are both good for business
and good for development.
12
Definisi tersebut menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi berkelanjutan bekerja sama dengan para karyawan
dan perwakilan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup, yang baik
untuk bisnis maupun untuk pengembangan.
Corporate Social Responsibility (CSR) forum memberikan definisi:
CSR mean open and transparent business practices that are based
on ethical values and respect for employees, communities and
environment.
Sementara itu, sejumlah negara juga mempunyai definisi tersendiri
mengenai Corporate Social Responsibility (CSR). Uni Eropa (EU green
paper on CSR) mengemukakan bahwa:
CSR is a concept whereby companies integrate social and
environmental concerns in their business operations and in their
interaction with their stakeholders on a voluntary basic.
Menurut Uni Eropa, Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan konsep dimana perusahaan menggabungkan kepedulian
sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis perusahaan dan dalam
interaksinya dengan para pemangku kepentingan secara sukarela.
Meskipun Corporate Social Responsibility (CSR) tidak memiliki
definisi tunggal, namun semua definisi-definisi yang dikemukakan
oleh para ahli, praktisi dan peneliti memiliki konsep yang sama, yaitu
perlu adanya keseimbangan antara lingkungan dan sosial dengan
kegiatan perusahaan.
13
2.3.2 Komponen Dasar Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan tidak
diharapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom
line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam
kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada
triple bottom lines, selain aspek finansial juga sosial dan lingkungan
(Hendrik, 2008: 25).
Elkington (1997) mempopulerkan istilah triple bottom line dan
mengembangkan konsepnya dalam istilah economic prosperity,
environmental quality dan social justice (dikutip oleh Yusuf, 2007: 32).
Melalui buku tersebut, Elkington (1998) memberi pandangan bahwa
perusahaan yang ingin berkelanjutan, haruslah memperhatikan “3P”. Selain
mengejar profit, perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat pada
pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif
dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
a. Profit (Keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap
kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam
perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham
setinggi tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah
bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang
saham (Yusuf, 2007: 33).
b. People (Masyarakat)
14
Masyarakat merupakan salah satu stakeholders penting bagi perusahaan,
karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan,
kelangsungan hidup, dan perkembangan suatu perusahaan. Sebagai bagian
yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu
berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat yang dituangkan dalam bentuk kepedulian. Selain itu,
perlu disadari bahwa operasional suatu perusahaan berpotensi
memberikan dampak kepada masyarakat sekitar, baik dalam makna positif
maupun negatif. Oleh karenanya, perusahaan perlu untuk melakukan
berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat, sebagai
kompensasi atas dampak yang diterima oleh masyarakat (Isa & Busyra,
2008: 136).
c. Planet (Lingkungan)
Lingkungan fisik memiliki signifikansi terhadap eksistensi perusahaan.
Mengingat, lingkungan merupakan tempat di mana perusahaan menopang.
Satu konsep yang tidak bisa diniscayakan adalah hubungan perusahaan
dengan alam yang bersifat sebab-akibat. Kerusakan lingkungan,
eksploitasi tanpa batas keseimbangan, cepat atau lambat akan
menghancurkan perusahaan dan masyarakat (Nor Hadi, 2011: 58).
2.3.3 Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)
Ranah tanggungjawab sosial (social responsibility) mengandung dimensi
yang sangat luas dan kompleks. Di samping itu, tanggung-jawab sosial (social
responsibility) juga mengandung interpretasi yang sangat berbeda, terutama
15
dikaitkan dengan kepentingan stakeholders. Untuk itu, dalam rangka
memudahkan pemahaman dan penyederhanaan, banyak ahli mencoba
menggarisbawahi prinsip dasar yang terkandung dalam tanggungjawab sosial
(social responsibility) (Nor Hadi, 2011: 59).
Crowther dan Aras (2008) mengungkapkan terdapat tiga prinsip dasar
yang mencakup semua aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR).
Yaitu:
1. Sustainability
Hal ini berkaitan dengan pengaruh tindakan yang dilakukan pada saat ini
terhadap pilihan yang tersedia di masa depan. Sumber daya yang terbatas
jumlahnya menjadi perhatian khusus karena jika sumber daya tersebut
digunakan pada saat ini secara berlebihan, maka di masa depan sumber daya
tersebut tidak tersedia lagi (Crowther dan Aras, 2008).
2. Accountability
Hal ini berkaitan dengan kejelasan fungsi dan tanggungjawab perusahaan
sehingga dalam kegiatannya berjalan efektif. Jika prinsip ini diterapkan
secara efektif, maka perusahaan akan terhindar dari masalah benturan
kepentingan (Sedarmayanti, 2007:57).
3. Transparency
Transparency berarti informasi yang diberikan kepada para stakeholders
harus memadai dan akurat berdasarkan fakta. Perusahaan harus
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaporan untuk menghindari adanya
kecurangan seperti manupulasi laporan (Sutedi, 2012:11). Semua dampak
16
dari tindakan perusahaan harus dapat dilihat oleh semua pengguna informasi
melalui mekanisme pelaporan perusahaan.
2.3.4 Alasan dan Manfaat diterapkannya Corporate Social Responsibility
(CSR) bagi Perusahaan
Terdapat berbagai manfaat diterapkannya Corporate Social
Responsibility (CSR) bagi perusahaan yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Ujang R. (2013) aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)
memiliki fungsi strategis bagi perusahaan, yaitu sebagai bagian dari
manajemen risiko khususnya dalam membentuk pengaman sosial. Dengan
menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan diharapkan
tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga harus turut
berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat
dan lingkungan jangka panjang.
Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya
menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu, dapat
mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan,
layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis
perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses
menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan
dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator,
meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang
mendapatkan penghargaan. Sementara menurut Sukada et al (2007), manfaat
Corporate Social Responsibility (CSR) diantaranya bagi perusahaan-
17
perusahaan yaitu berkesempatan mendapatkan sumberdaya manusia terbaik,
produktivitas pekerja di perusahaan bereputasi baik dicatat lebih tinggi
dibandingkan perusahaan yang bereputasi lebih rendah, mendapatkan
kesempatan investasi yang lebih tinggi di masa depan. Muljati (2011) yang
dikutip dari Totok M. (2014: 136) mengemukakan manfaat Corporate Social
Responsibility (CSR) bagi perusahaan, yaitu meningkatkan citra perusahaan,
memperkuat “brand” perusahaan, mengembangkan kerjasama dengan
pemangku kepentingan (stakeholders), membedakan perusahaan dengan
pesaingnya, menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan
perusahaan perusahaan, membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi
perusahaan, meningkatkan harga saham. Manfaat yang dikemukakan oleh
Muljati (2011) kurang lebih memiliki konsep yang sama dengan Wibisono
(2007).
Menurut Bhatt (2002: 6) terdapat tiga alasan perusahaan menerapkan
Corporate Social Responsibility (CSR), yang pertama yaitu perusahaan harus
patuh pada peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku. Kedua, perusahaan
harus mengembangkan dan mengimpelementasikan kebijakan serta prosedur
untuk meminimalisasi berbagai kerusakan atau kerugian yang mungkin
dihasilkan dari operasi perusahaan atau dari rekanan bisnisnya. Ketiga,
perusahaan dapat menciptakan “positive social value” dengan melibatkan
masyarakat di dalamnya. Sedangkan menurut Mulyadi (2003) terdapat tiga
motif perusahaan menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu
motif menjaga kemanan fasilitas produksi, motif mematuhi kesepakatan
18
kontrak kerja, dan motif moral untuk memberikan pelayanan sosial pada
masyarakat lokal.
2.4 Creating Shared Value (CSV)
Konsep Create Shared Value (CSV) pertama kali diperkenalkan oleh
Porter dan Kramer (2011). Porter dan Kramer (2011) menggambarkan
masalah dimana perusahaan dianggap memanfaatkan masyarakat untuk
kesejahteraannya sendiri. Perusahaan berupaya untuk mengatasi masalah
tersebut, namun dengan pendekatan yang salah. Dengan menggunakan
Corporate Social Responsibility (CSR) dan menangani masalah sosial
sebagai kegiatan diluar bisnis, perusahaan gagal mendapatkan kepercayaan
masyarakat luas, dan reputasinya jatuh. Porter dan Kramer (2011)
berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) digunakan untuk
meningkatkan reputasi perusahaan, sementara Create Shared Value (CSV)
adalah cara untuk melegitimasi bisnis.
Porter dan Kramer (2011) berpendapat bahwa perusahaan harus
mengatasi masalah tersebut dengan menata ulang model bisnisnya dengan
cara yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta penciptaan nilai
ekonomi di dalam perusahaan. Porter dan Kramer (2011) mendefinisikan
shared value sebagai proses operasi yang meningkatkan daya saing
perusahaan sembari menangani kondisi ekonomi dan sosial. Menurut Lapina
et al (2012), Create Shared Value (CSV) adalah sebuah konsep baru yang
berpendapat bahwa kemajuan masyarakat merupakan inti kesuksesan sebuah
19
perusahaan, dan pada isu-isu masyarakat terdapat peluang yang luas untuk
meningkatkan daya saing dan penciptaan nilai organisasi.
Porter dan Kramer (2011) mengemukakan adanya kelemahan dan
kerugian sosial menimbulkan biaya internal bagi perusahaan. Namun bukan
berarti menangani kelemahan dan kerugian menaikkan biaya dari perusahaan,
karena perusahaan dapat berinovasi melalui penggunaan teknologi baru,
metode operasi, dan pendekatan manajemen. Dengan begitu, produktivitas
perusahaan akan meningkat dan akan memperluas pasar juga.
Terdapat tiga cara untuk mewujudkan shared value menurut Porter dan
Kramer (2011), yaitu:
1. Redefinisi Produk dan Pasar.
Pada ekonomi sekarang, permintaan untuk produk dan jasa yang
merupakan kebutuhan masyarakat meningkat pesat. Perusahaan makanan
yang biasanya fokus pada rasa dan kuantitas untuk mendorong konsumsi
yang lebih banyak lagi mengubah fokusnya pada kebutuhan mendasar
untuk nutrisi yang lebih baik.
Untuk perusahaan, langkah awal untuk menciptakan shared value
dengan cara ini adalah dengan mengidentifikasi semua kebutuhan
masyarakat, keuntungan, dan kerugian yang dapat terjadi pada produk
perusahaan. Kesempatan tersebut tidaklah tetap atau stabil, melainkan
selalu berubah mengikuti perkembangan teknologi, perkembangan
ekonomi, dan pergeseran prioritas masyarakat. Eksplorasi terus-menerus
terhadap kebutuhan masyarakat dapat menuntun perusahaan untuk
20
menemukan peluang baru untuk diferensiasi dan memposisikan ulang
posisi perusahaan di pasar tradisional, dan untuk menyadari potensi dari
pasar baru yang sebelumnya perusahaan abaikan.
2. Redefinisi Produktivitas dalam Rantai Nilai (Value Chain).
Rantai nilai sebuah perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
banyak masalah sosial dalam perusahaan, seperti sumber daya alam dan
penggunaan air, kesehatan dan keamanan, kondisi kerja, dan perlakuan
yang sama terhadap antar pekerja di tempat kerja. Kesempatan untuk
menciptakan shared value meningkat karena masalah-masalah sosial
tersebut dapat menimbulkan biaya ekonomi pada rantai nilai perusahaan.
Sebagai contoh, Wal-Mart dapat mengatasi masalah kelebihan
kemasan produk dan gas-gas rumah kaca (greenhouse) dengan cara
mengurangi kemasan dan mengubah rute perjalanan truk-nya untuk
memotong 100 juta mil dari rute pengiriman-nya di tahun 2009,
menghemat $200 juta bahkan saat perusahaan mengirim lebih banyak
produk. Inovasi dalam membuang plastik yang telah digunakan di toko
telah menyelamatkan jutaan orang dengan menurunkan biaya pembuangan
ke tempat pembuangan sampah lebih rendah (Porter dan Kramer, 2011).
3. Memungkinkan Pengembangan Cluster Lokal.
Tidak ada perusahaan yang dapat berdiri sendiri. Kesuksesan dari
setiap perusahaan dipengaruhi oleh perusahaan pendukung dan
infrastruktur di sekitarnya (Andelin et al, 2015). Produktivitas dan inovasi
sangat dipengaruhi oleh “cluster”, atau konsentrasi geografis perusahaan,
21
bisnis terkait, pemasok (supplier), penyedia jasa, dan infrastruktur logistik
pada bidang tertentu (Porter dan Kramer, 2011). Cluster meliputi institusi,
asosiasi perdagangan, hukum persaingan, standar kualitas, dan
transparansi pasar.
Cluster memiliki peran penting untuk mendorong produktivitas,
inovasi, dan persaingan dan sebaliknya tanpa cluster yang mendukung,
produktivitas akan jatuh. Perusahaan menciptakan shared value dengan
membangun cluster untuk meningkatkan produktivitas sembari
menangani kesenjangan di sekitar cluster.
2.5 Perbandingan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dan Create
Shared Value (CSV)
Menurut Lapina et al (2012) baik Corporate Social Responsibility (CSR)
maupun Create Shared Value (CSV) berfokus pada kebutuhan masyarakat
serta tantangan dan dorongan bisnis untuk mencapai kedua hal tersebut.
Namun terdapat beberapa perbedaan signifikan di antara kedua pendekatan
tersebut.
Perbedaan yang paling signifikan adalah perspektif perusahaan terhadap
sosial dan permasalahan-nya. Sementara kedua pendekatan menuntut bisnis
untuk mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan
lingkungan mereka, beserta dengan pemegang saham, karyawan dan
pelanggan, Corporate Social Responsibility (CSR) melihat hal tersebut
sebagai biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan (eksternalitas). Ini
22
berarti melakukan kebaikan (doing good) untuk seseorang atau sesuatu di luar
organisasi dan kebutuhannya sendiri. Corporate Social Responsibility (CSR)
berarti memenuhi harapan masyarakat, memenuhi persyaratan dan
melakukan kegiatan ekstra untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di
sisi lain, Create Shared Value (CSV) melihat lingkungan dan sosial
sekitarnya sebagai bagian dari model bisnis perusahaan, maka berbuat baik
bagi masyarakat merupakan prasyarat untuk berbisnis dengan baik (Lapina et
al, 2012).
Tabel 2.1
Perbedaan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Create
Shared Value (CSV)
Corporate Social Responsibility (CSR) Create Shared Value (CSV)
Value: doing good Value: economic and societal benefits
relative to cost
Citizenship, philanthropy, sustainability Joint company and community value
creation
Discretionary or in response to external
pressure
Integral to competing
Separate from profit maximization Integral to profit maximization
Agenda is determined by external reporting and
personal preferences
Agenda is company specific and internally
generated
Impact limited by corporate footprint and CSR
budget
Realigns the entire company budget
Example: fair trade purchasing Example: transforming procurement to
increase quality and yield
Sumber: Porter dan Kramer (2011)
Pada pembiayaan, menurut Porter dan Kramer (2011) aktivitas
Corporate Social Responsibility (CSR) terbatas pada anggaran yang
dialokasikan secara khusus, perusahaan yang menerapkan Create Shared
Value (CSV) tidak menerapkan anggaran khusus untuk tanggungjawab sosial
23
perusahaan-nya. Sebagai gantinya, diambil melalui keseluruhan anggaran
perusahaan, menjadi bagian dari setiap fungsi dan setiap aktivitas.
Dikutip dari Latipa et al (2012), Sen dan Bhattacharya (2001)
mengungkapkan dengan Create Shared Value (CSV), nilai Corporate Social
Responsibility (CSR) “melakukan kebaikan” berubah menjadi “keuntungan
ekonomi dan sosial yang relatif terhadap biaya”. Dan sementara Corporate
Social Responsibility (CSR) sering digunakan sebagai cara tambahan untuk
melindungi posisi perusahaan di pasar dan masyarakat, Create Shared Value
(CSV) merupakan bagian integral dari strategi daya saing perusahaan.
Porter dan Kramer (2011) berpendapat bahwa Create Shared Value
(CSV) lebih baik dari Corporate Social Responsibility (CSR) dan pada
akhirnya akan menggantikan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal
tersebut karena Create Shared Value (CSV) menawarkan tidak hanya
pandangan yang benar-benar berbeda pada tanggungjawab sosial, tetapi juga
cara baru untuk memahami pelanggan, produktivitas dan pengaruh eksternal
terhadap kesuksesan perusahaan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang membahas mengenai Create Shared Value
(CSV) pada perusahaan memiliki hasil yang beragam.
Syahierdan (2013) membahas mengenai implementasi Create Shared
Value (CSV) pada PT. Nestle Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
24
menganalisis bentuk dari Create Shared Value (CSV) dengan indikator-
indikator yang diungkapkan sesuai pedoman pelaporan Corporate Social
Responsibility (CSR), implementasinya dari segi ekonomi, sosial dan
lingkungan, dan alokasi dana untuk program Create Shared Value (CSV)
yang telah ditetapkan dasar-dasarnya sesuai dengan undang-undang yang
berlaku. Hasil penelitian menunjukkan indikator-indikator dari laporan
Create Shared Value (CSV) yang diungkapkan telah sesuai dengan pedoman
pelaporan dari GRI G3. Implementasi kegiatan Create Shared Value (CSV)
dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan berfokus pada program gizi, air dan
pembangunan pedesaan. Terakhir, penentuan alokasi dana untuk program
Create Shared Value (CSV) yang dikeluarkan oleh perusahaan sesuai dengan
Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 dan Peraturan
Menteri Negara BUMN No.Per-05/MBU/2007.
Dyah (2017) menganalisa mengenai kepatuhan PT. Pupuk Kaltim (PKT)
terhadap pedoman GRI G4 dan relevansi terhadap Create Shared Value
(CSV) yang terlihat pada laporan Corporate Social Responsibility (CSR).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi pedoman
GRI G4 meskipun terdapat beberapa aspek yang belum disajikan. Relevansi
terhadap Create Shared Value (CSV) terdapat pada aspek lingkungan seperti
pengurangan gas emisi, pengurangan penggunaan energi, dan pengelolaan
limbah. Pada aspek sosial, relevansi terhadap Create Shared Value (CSV)
terlihat pada penyediaan training, kesehatan, dan keselamatan kerja.
Sementara relevansi Create Shared Value (CSV) pada Laporan Program
25
Kemitraan dan Bina Lingkungan terlihat pada pemberian modal untuk para
mitra binaan pada industri pertanian, perikanan dan peternakan. Perusahaan
juga membangun dan mengembangkan sarana prasarana umum, kesehatan,
dan memberikan beasiswa pada masyarakat.
Fatma (2014) membahas mengenai penerapan Create Shared Value
(CSV) dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Objek dari penelitian
tersebut adalah PT. Petrokimia Gresik (PKG). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) berdampak pada
kinerja perusahaan seperti yang ditunjukkan oleh tiga indikator, yang terdiri
dari kinerja keuangan, citra perusahaan, dan sumber daya manusia. Kegiatan
Create Shared Value (CSV) yang dilakukan oleh perusahaan memiliki
dampak positif dan cukup signifikan terhadap kinerja perusahaan, antara lain
meningkatnya rasio tahun keuangan perusahaan dan meningkatnya penjualan
produk.
Nuruddin (2013) membahas mengenai penerapan Create Shared Value
(CSV) sebagai acuan pengembangan Corporate Social Responsibility (CSR)
berbasis kewirausahaan sosial (studi kasus pada PT. Nestle Indonesia).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi program Create
Shared Value (CSV) pada sektor pembangunan pedesaan dan bentuk kegiatan
kewirausahaan sosial yang dapat diimplementasikan dalam Corporate Social
Responsibility (CSR) berdasarkan review program dari Corporate Social
Responsibility (CSR) perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan program
Create Shared Value (CSV) pada sektor pembangunan pedesaan dibagi
26
menjadi beberapa kegiatan, yaitu bantuan kepada peternak sapi perah,
pemberian pinjaman lunak, pembangunan fasilitas biogas, dan pemberian
pelatihan untuk meningkatkan kualitas susu. Bentuk kewirausahaan sosial
yang dapat dilakukan dalam aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)
yaitu pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas masyarakat,
penggunaan energi alternatif, meningkatkan kesehatan masyarakat,
kepedulian terhadap lingkungan, dan kepedulian kepada para pekerja.
27
Tabel 2.2
Daftar Penelitian Terdahulu
Peneliti Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Syahierdan
Wirdamawika
Ramadhanny
(2013)
Menganalisis kesesuaian indikator
yang diungkapkan dari Create
Shared Value (CSV) dengan
pedoman pelaporan Corporate
Social Responsibility (CSR),
implementasinya dari segi
ekonomi, sosial dan lingkungan,
dan alokasi dana untuk program
Create Shared Value (CSV).
Indikator dari laporan Create Shared Value (CSV)
yang diungkapkan telah sesuai dengan pedoman
pelaporan dari GRI G3. Implementasi kegiatan
Create Shared Value (CSV) dari segi ekonomi,
sosial dan lingkungan berfokus pada program gizi,
air dan pembangunan pedesaan. Penentuan alokasi
dana untuk program Create Shared Value (CSV)
sesuai dengan Undang-Undang.
Dyah Ayu
Widhayati
(2017)
Menganalisis kepatuhan PT.
Pupuk Kaltim (PKT) terhadap
pedoman GRI G4 dan relevansi
terhadap Create Shared Value
(CSV) yang terlihat pada laporan
Corporate Social Responsibility
(CSR).
Perusahaan telah memenuhi pedoman GRI G4
meskipun terdapat beberapa aspek yang belum
disajikan. Relevansi terhadap Create Shared
Value (CSV) yaitu pengurangan gas emisi,
pengurangan penggunaan energi, dan pengelolaan
limbah, penyediaan training, kesehatan, dan
keselamatan kerja, pemberian modal untuk para
mitra binaan pada industri pertanian, perikanan dan
peternakan, membangun dan mengembangkan
sarana prasarana umum, kesehatan, dan
memberikan beasiswa pada masyarakat.
Fatma
Hartining Tyas
(2014)
Menganalisis penerapan Create
Shared Value (CSV) dan
dampaknya terhadap kinerja
perusahaan.
Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
berdampak pada kinerja perusahaan. Dampak
kegiatan Create Shared Value (CSV) perusahaan
antara lain meningkatnya rasio tahun keuangan
perusahaan dan meningkatnya penjualan produk.
Nuruddin
Ahmad Putra
(2013)
Menganalisis implementasi
program Create Shared Value
(CSV) pada sektor pembangunan
pedesaan dan bentuk kegiatan
kewirausahaan sosial yang dapat
diimplementasikan dalam
Corporate Social Responsibility
(CSR) berdasarkan review
program dari Corporate Social
Responsibility (CSR) perusahaan.
Create Shared Value (CSV) pada sektor
pembangunan pedesaan, yaitu bantuan kepada
peternak sapi perah, pemberian pinjaman lunak,
pembangunan fasilitas biogas, dan pemberian
pelatihan untuk meningkatkan kualitas susu.
Bentuk kewirausahaan sosial yang dapat dilakukan
dalam yaitu pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan kualitas masyarakat, penggunaan
energi alternatif, meningkatkan kesehatan
masyarakat, kepedulian terhadap lingkungan, dan
kepedulian kepada para pekerja.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deksriptif. Menurut Sugiyono (2015: 1) metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan
statistik, atau bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran angka.
Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau
makna yang terdapat dibalik fakta dan hanya dapat diungkapkan dan
dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata (Gunawan, 2014).
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang tidak
dimaksudkan untuk menguji atau merumuskan hipotesis tertentu, tetapi hanya
untuk menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala ataupun
keadaannya (Syahierdian W., 2013). Menurut Dewi Ayuningtyas (2010)
dinamakan penelitian bersifat deskriptif karena dilakukan tanpa hipotesa
29
yang dirumuskan secara ketat dengan tujuan untuk mendeskripsikan secara
terperinci mengenai fenomena sosial tertentu.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan sumbernya data dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan
data sekunder (Sulistyaningsih, 2011). Data primer adalah data yang mengacu
pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang
berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi (Uma Sekaran,
2011). Data sekunder menurut Supomo dan Indriantoro (2002) merupakan
sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa laporan pembangunan keberlanjutan PT. Holcim Indonesia Tbk. tahun
2016. Di dalam laporan tersebut terdapat informasi mengenai kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan. Penulis juga
menggunakan data sekunder lain yang didapat dari:
1. Teks lengkap, yang terdapat dalam buku, artikel, jurnal dan data online
dari internet.
2. Rangkuman artikel atau penulisan peneliti lainnya.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Kepustakaan.
30
Menurut Pohan dalam Prastowo (2012: 81), studi kepustakaan bertujuan
untuk mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori,
metode, atau pendekatan yang pernah berkembang dan telah di
dokumentasi-kan dalam bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman
sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di perpustakaan.
Menurut Nazir (2005) studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan
data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku, literatur,
catatan-catatan, dan laporan yang berhubungan dengan permasalahan
yang diteliti.
Metode studi kepustakaan yang dilakukan peneliti adalah dengan
mengumpulkan dan mempelajari informasi berupa buku-buku, jurnal,
penelitian terdahulu, serta artikel-artikel yang berhubungan dengan
objek penelitian dari perpustakaan dan secara online.
2. Studi Dokumentasi.
Studi dokumentasi atau biasa disebut kajian dokumen merupakan teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek
penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian.
Dalam studi dokumentasi, peneliti biasanya melakukan penelusuran
data historis objek penelitian serta melihat sejauh mana proses
yang berjalan telah terdokumentasikan dengan baik (Creswell, 2010).
Studi dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah dengan
mengumpulkan laporan pembangunan keberlanjutan PT. Holcim
Indonesia Tbk. pada website perusahaan.
31
3.4 Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen (1982) mengemukakan analisis data adalah upaya
yang dilakukan dengan cara mengorganisir data, memilah data menjadi
satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan hal
penting yang dapat dipelajari, dan memutuskan apakah terdapat informasi
dari data yang dapat diberikan kepada orang lain. Penyusunan penelitian ini
menggunakan metode content analysis untuk menganalisis implementasi
kegiatan Create Shared Value (CSV) perusahaan. Schreier (2012)
mengemukakan bahwa content analysis merupakan salah satu cara dari
beberapa metode kualitatif untuk menganalisis data dan menafsirkan
maknanya.
Content analysis merupakan suatu teknik untuk mengambil kesimpulan
dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara
objektif, sistematis, dan generalis (Holsti, 1969). Menurut Supomo dan
Indriantoro (2002) content analysis adalah metode melalui teknik observasi
dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen untuk menghasilkan
deskripsi yang objektif dan sistematik, seperti kategori isi, telaah, pemberian
kode berdasarkan karakteristik kejadian atau transaksi yang terdapat dalam
dokumen.
Teknik content analysis yang digunakan oleh peneliti adalah dengan
menyesuaikan program Create Shared Value (CSV) oleh Sumitomo Mitsui
Trust Holdings Inc. dengan program Corporate Social Responsibility (CSR)
32
dari PT. Holcim Indonesia Tbk. kemudian peneliti mengemukakan isi dari
program CSR perusahaan tersebut.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
PT. Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan semen swasta dan
merupakan produsen dan pemasok material bangunan berbahan dasar semen
terkemuka di Indonesia. Saham mayoritas Holcim (80,65%) dimiliki dan
dikelola oleh LafargeHolcim Group yang berbasis di Swiss, perusahaan
semen terbesar di dunia dengan lebih dari 90.000 karyawan dan beroperasi di
lebih dari 80 negara.
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1975, dimana
produk-produknya dipasarkan di dalam negeri dan internasional. Sebagai
salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia, Holcim mengoperasikan
jaringan pasokan bahan bangunan domestik yang mencakup distributor
khusus, pengecer, tukang batu, dan solusi nilai tambah. Perusahaan juga
mempertahankan bisnis terintegrasi untuk semen, beton siap pakai, dan
produksi agregat, dan pengelolaan limbah dibawah Geocycle. Pada 2016,
Holcim menyelesaikan integrasi strategis untuk mengukuhkan posisinya
sebagai bagian dari LafargeHolcim Group global.
Holcim Indonesia mengelola jaringan luas usaha yang didukung oleh
empat pabrik semen yang berlokasi di Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa
Tengah), Tuban (Jawa Timur), dan Lhoknga (Nanggroe Aceh Darussalam)
34
dengan total kapasitas produksi 15 juta ton. Produk dan layanan Holcim
Indonesia tersedia baik bagi pelanggan individu maupun organisasi di
Indonesia, dengan latar belakang industri yang berbeda-beda, termasuk
industri kontruksi, infrastruktur, dan perumahan.
Selama beberapa tahun ini Holcim Indonesia juga aktif menjadi anggota
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) dan Indonesian Business Council for
Sustainable Development (IBCSD). Holcim juga menjadi salah satu pendiri
Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia, Business and Human Rights
Working Group (B&HRWG), Corporate Forum for Sustainable
Development (CFCD), dan Masyarakat Cagak Sawita Rupa Indonesia, dan
anggota pendiri Cement Sustainability Initiative (CSI).
4.1.1 Sejarah PT. Holcim Indonesia Tbk.
PT. Holcim Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1971 dengan nama PT.
Semen Cibinong Tbk (PTSC). Pada tahun 1977, PTSC tercatat di Bursa Efek
Jakarta sebagai perusahaan publik pertama di Indonesia. Pada tahun 2001
Holcim Ltd menjadi pemegang saham mayoritas di PT. Semen Cibinong Tbk
(PTSC). Pada tahun 2006, PT. Semen Cibinong Tbk (PTSC) berubah nama
menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk. Selanjutnya, Holcim Indonesia menjadi
anggota Asosiasi Semen Indonesia dan sebagai unit usaha di bawah group
Holcim perusahaan aktif sebagai anggota World Bussiness Council for
Sustainable Development (WBCSD) dan anggota pendiri Cement
Sustainability Initiative. Perusahaan melakukan akuisisi dengan perusahaan
lokal pada tahun 2008 guna memperluas bisnis ready-mixed dan agregat serta
35
cement grinding. Pada tahun 2010, PT. Holcim Indonesia melakukan
peletakan batu pertama pendirian pabrik semen di Tuban, Jawa. Kegiatan
operasional grinding pertama di Tuban 1 dimulai pada tahun 2013. Pada tahun
berikutnya, PT. Holcim melakukan peletakan batu pertama pembangunan
terminal semen di Lampung. Pada tahun 2015, pabrik Tuban 1 dan Tuban 2
yang kapasitas produksi total mencapai 3,4 juta ton/tahun secara resmi
beroperasi. Keberadaan pabrik semen Holcim di Tuban, merupakan
pengembangan dari pabrik semen Holcim di Cilacap, Jawa Tengah dan Bogor,
Jawa Barat. Pada tahun 2016, PT. Holcim Indonesia Tbk melakukan akuisisi
dengan PT. Lafarge Cement Indonesia.
4.1.2 Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan
Holcim Indonesia Tbk. melaporkan program Corporate Social
Responsibility (CSR) perusahaan pada Laporan Pembangunan Berkelanjutan
yang disusun sesuai dengan pedoman pelaporan keberlanjutan Global
Reporting Initiatives (GRI) G4. Penerbitan laporan ini telah mematuhi
Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Pasal 66 Ayat 2c
tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan OJK melalui Keputusan Ketua
Bapepam-LK Nomor: KEP-431/BL/2012 tanggal 1 Agustus 2012. Agar
kredibilitas laporan tetap terjaga, seluruh data dan informasi dalam laporan
telah ditinjau dan diverifikasi oleh seluruh departemen. Holcim menggunakan
jasa eksternal auditor Ernst & Young untuk layanan audit terkait data
keuangan. Dalam laporan tersebut, Holcim menerapkan empat prinsip untuk
memandu proses penetapan isi laporan:
36
1. Keterlibatan Stakeholder
Pada prinsip ini, Holcim mengajak stakeholder untuk terlibat dalam
proses identifikasi dan validasi aspek-aspek material perusahaan.
2. Konteks Keberlanjutan
Perusahaan harus melaporkan kinerja perseroan dalam konteks
keberlanjutan yang lebih luas mencakup kinerja perusahaan secara global.
3. Materialitas
Prinsip ini mewakili dampak signifikan perseroan secara ekonomi,
lingkungan, dan sosial atau yang mempengaruhi penilaian dan keputusan
para stakeholder.
4. Ketepatan
Laporan harus membahas aspek, ruang lingkup, batasan, dan waktu
secara sesuai.
Gambar 4.1
Proses Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Holcim
Indonesia Tbk.
Sumber: Holcim Indonesia CSR Report
37
Dalam proses untuk mencapai penciptaan nilai (creation of value),
Holcim menggunakan tiga strategi yang dikembangkan berdasarkan lima
pemikiran seperti yang terdapat pada gambar diatas. Pemikiran-pemikiran
tersebut antara lain, kinerja keberlanjutan lingkungan, manajemen biaya,
kepuasan pelanggan, kepemimpinan, dan tanggungjawab sosial perusahaan.
Tiga strategi yang digunakan Holcim yaitu, fokus produk, keanekaragaman
geografi, dan manajemen lokal standar global. Untuk mewujudkan hal
tersebut, diperlukan sumber daya manusia sebagai dasar.
Berdasarkan analisis di atas, PT. Holcim Indonesia Tbk. belum
menerapkan program Create Shared Value (CSV) secara keseluruhan, namun
seperti yang terlihat dalam gambar 4.1, perusahaan sudah menjadikan Create
Shared Value (CSV) sebagai tujuan kegiatan program Corporate Social
Responsibility (CSR) perusahaan. Beberapa kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) perusahaan sudah ada yang mengandung Create Shared
Value (CSV), hal tersebut yang akan dibahas peneliti dalam bab empat ini.
4.2 Kerangka Laporan Program Create Shared Value (CSV)
Seperti yang sudah tercantum dalam bab satu, Create Shared Value
(CSV) tidak memiliki pedoman atau kerangka untuk pelaporannya sehingga
tidak ada cara yang benar ataupun cara yang salah dalam membuat laporan
program Create Shared Value (CSV) suatu perusahaan. Oleh karena itu,
kerangka laporan Create Shared Value (CSV) yang dibuat oleh setiap
38
perusahaan dapat berbeda-beda. Pada sub-bab ini, peneliti akan menganalisis
kerangka laporan yang digunakan oleh perusahaan yang sudah menerapkan
Create Shared Value (CSV) yang nanti akan disimpulkan dan digunakan
untuk menganalisis implementasi Create Shared Value (CSV) pada PT.
Holcim Indonesia Tbk.
Peneliti memilih kerangka Create Shared Value (CSV) dari perusahaan
Sumitomo Mitsui Trust Holdings, Inc. yang bergerak dalam bidang
perbankan dan berbasis di Jepang. Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua
bahwa menurut Porter dan Kramer (2011) kelemahan sosial dapat menjadi
sumber produktivitas perusahaan. Area-area yang berpengaruh terhadap
produktivitas perusahaan tersebut adalah penggunaan energi, penggunaan air,
dampak lingkungan, akses dan kelangsungan hidup pemasok, keterampilan
pegawai, keamanan pegawai, dan kesehatan pegawai (Porter dan Kramer,
2011). Kerangka yang peneliti pilih sudah mencakup seluruh area yang
disebutkan dalam teori Porter dan Kramer (2011), hal tersebut menjadi alasan
peneliti untuk memilih dua kerangka Create Shared Value (CSV) dari kedua
perusahaan tersebut.
39
Gambar 4.2
Kerangka Create Shared Value (CSV) pada Sumitomo Mitsui Trust
Holdings, Inc.
Sumber: Laporan CSR Sumitomo Mitsui Trust Holdings, Inc.
Dalam laporannya, Sumitomo Mitsui Trust Holdings, Inc.
menglasifikasikan proses Create Shared Value (CSV) ke dalam tiga proses
seperti yang dapat dilihat pada gambar diatas. Proses pertama, membuat
bisnis baru untuk memperbaiki masalah sosial yang menyangkut energi,
perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan banyaknya populasi orangtua.
Masalah sosial disesuaikan dengan daerah dimana perusahaan itu berada.
Proses kedua, memperkuat perusahaan dengan meningkatkan kegiatan sosial
perusahaan pada setiap aktivitas bisnisnya. Proses yang terakhir,
meningkatkan kepercayaan stakeholders melalui kegiatan sosial dan
memperkuat bisnis perusahaan. Kegiatan sosial yang dilakukan adalah
memberikan dukungan untuk lingkungan dan hewan-hewan, memberikan
dukungan untuk “succesful aging” dan berkontribusi dalam masyarakat.
40
Peneliti akan menyesuaikan program Create Shared Value (CSV) yang
terdapat dalam Sumitomo Mitsui Trust Holdings Inc. dengan program
Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. Holcim Indonesia. Setelah
itu, peneliti akan menganalisis isi dari program CSR PT. Holcim Indonesia
Tbk. yang mengandung unsur Create Shared Value (CSV) dengan
menerapkan kerangka Create Shared Value (CSV) dari Mitsui Trust Holdings
Inc.
4.3 Implementasi Program Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim
Indonesia Tbk.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti akan menyesuaikan
program Create Shared Value (CSV) yang terdapat dalam Sumitomo Mitsui
Trust Holdings Inc. dengan program Corporate Social Responsibility (CSR)
dari PT. Holcim Indonesia. Berikut hasil dari penyesuaian yang telah peneliti
lakukan.
41
Tabel 4.1
Penyesuaian Antara Program Create Shared Value (CSV) pada
Sumitomo Mitsui dengan Program Corporate Social Responsibility
(CSR) pada PT. Holcim Indonesia Tbk.
CSV pada Sumitomo Mitsui CSR pada Holcim
Process 1 Climate Change
Energy
Successful Aging X
Social Contribution as Business Activities
Process 2 Organizational Governance
Consumer Issues X
Fair Operating Practices X
Employee and Human Rights
Process 3 Support for The Environment and Living
Creatures
Contributions to Local Communities and
Society
Pada tabel di atas, terdapat tiga proses dalam penerapan Create Shared
Value (CSV) pada Sumitomo Mitsui Trust Holdings Inc. dan dari ketiga
proses tersebut, terdapat 9 aspek yang terdapat dalam program Corporate
Social Responsibility (CSR) PT. Holcim Indonesia dan 3 aspek yang tidak
terdapat dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan.
berdasarkan analisis tersebut, kerangka yang akan digunakan untuk
menganalisis implementasi Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim
Indonesia Tbk. adalah sebagai berikut.
42
Tabel 4.2
Kerangka yang Akan Digunakan untuk Menganalisis Implementasi
Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia Tbk.
Process 1 Process 2 Process 3
Climate change,
Energy, Social
Contribution as
Business Activities
Organizational Governance,
Employee and Human Rights
Support for The
Environment and Living
Creatures, Contributions
to Local Communities
and Society
4.3.1 Proses 1
Pada proses 1, program Create Shared Value (CSV) yang menjadi fokus
adalah program terkait perubahan iklim, energi, serta kontribusi sosial
perusahaan yang dilakukan sebagai aktivitas bisnis perusahaan. Sebagai
bentuk kepedulian perusahaan terhadap perubahan iklim, Holcim melakukan
pengelolaan efektif pada emisi CO2, penggunaan air, penggunaan energi,
serta limbah yang dihasilkan perusahaan.
Holcim secara rutin mengukur emisi gas yang dihasilkan dari kegiatan
operasional perusahaan agar kadar emisi tetap berada dalam jumlah yang
terhitung aman, bahkan jauh di bawah batas kadar emisi maksimal yang
ditetapkan pemerintah. Sampai tahun 2016, Holcim berhasil mengurangi
emisi karbon sebesar 21,2% dibandingkan dengan tahun 1990.
Dalam proses produksi semen, Holcim memerlukan 146 liter air per ton
material semen. Holcim berhasil mengoptimalkan penggunaan air hujan
sebanyak 111% dan mengurangi penggunaan air PDAM sebesar 54%,
Holcim juga memanfaatkan air limbah produksi semen dan beton siap pakai.
43
Dari total konsumsi air yang digunakan perusahaan, 29,45% atau 531.358 m3
total air merupakan air dari proses daur ulang.
Holcim telah menurunkan tingkat emisi per ton semen melalui
peningkatan efisiensi energi. Upaya yang dilakukan Holcim untuk
menerapkan efisiensi energi adalah:
1. Penggunaan listrik secara efisien (lampu, pendingin ruangan, mesin, dsb).
2. Instalasi jaringan listrik dengan baik.
3. Pengecekan rutin mesin dan alat transportasi.
4. Penggunaan bahan bakar di proses produksi semen.
5. Meningkatkan utilitasi dari bahan bakar alternatif dan bahan baku.
Terkait penggunaan energi alternatif dalam operasional Holcim, pada tahun
2016 perusahaan mencatat adanya peningkatan penggunaan sumber energi
alternatif sebanyak 24,25%, dari 1.806 TJ pada tahun 2015 menjadi 2.244 TJ
pada tahun 2016.
Holcim mempunyai unit bisnis bernama Geocycle yang berfungsi untuk
menciptakan nilai melalui pemanfaatan energi dan mineral yang terkandung
dalam limbah dengan menggunakannya sebagai sumber daya untuk proses
produksi (pengelolaan limbah). Penanganan limbah secara internal dilakukan
dengan cara menggunakan kembali dan mendaur ulang barang bekas yang
masih memiliki nilai ekonomis. Sepanjang tahun 2016, Holcim menghasilkan
total 2.634 ton limbah padat tak berbahaya. Sejumlah 2.070 ton atau 78,59%
limbah tersebut telah didaur ulang atau dimanfaatkan kembali sebagai bahan
baku alternatif. Total limbah berbahaya yang dihasilkan dari operasional
44
Holcim adalah sebanyak 2.140 ton. Sebanyak 75,93% dari total limbah
berbahaya mampu digunakan kembali sebagai sumber energi dalam kegiatan
internal operasional perusahaan.
Holcim juga telah melaksanakan proyek percobaan yang disebut
Geotainer di pabrik Narogong, melalui kemitraan dengan pemerintah Kota
Bogor. Tujuan dari proyek tersebut adalah untuk melakukan penelitian akan
pengelolaan limbah padat perkotaan secara mekanis biologis atau Mechanical
Biological Treatment (MBT) of Municipal Solid Waste (MSW) dari TPU
terdekat, untuk digunakan sebagai bahan bakar turunan limbah atau Refuse-
Derived Fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif. Dengan digunakannya
limbah dalam proses pembakaran, Holcim mampu memitigasi risiko naiknya
biaya energi, meningkatkan keamanan energi, dan mengurangi konsumsi
sumber daya alam.
Produk utama Holcim adalah semen, beton, dan solusi berbahan dasar
beton lainnya. Bahan bangunan berbahan dasar semen produk perusahaan
menjadi penunjang utama urbanisasi maupun pembangunan infrastruktur,
perumahan dan industri. Hal tersebut membuat Holcim dapat memenuhi
kebutuhan bisnisnya sekaligus mengatasi berbagai persoalan lingkungan
dengan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang
dilakukan oleh Holcim antara lain:
1. Membantu Dinas Marga Pemerintah DKI Jakarta pada tahun 2016 dalam
menyelesaikan permasalahan jalan di perlintasan kereta api di wilayah
45
Karet, Tanah Abang, Jakarta. Holcim Indonesia terpilih menjadi mitra
resmi untuk penyediaan solusi perbaikan jalan rusak di Jakarta.
2. Melakukan perbaikan landasan ancang (taxiway) di Bandara Internasional
Juanda, Jawa Timur, dan jalur pejalan kaki di Jakarta.
3. Melakukan kontrak kerja sama dengan WIKA, perusahaan konstruksi
milik pemerintah di Indonesia, untuk memasok 1.700 m3 beton yang
digunakan dalam pembangunan New Condensate and Diesel Tank
(NCDT) milik BP Berau Ltd., yang mengoperasikan platform gas lepas
pantai dan kilang LNG di Tangguh, Papua Barat.
4. Membangun Taman Pandang Istana, sebuah taman publik yang berlokasi
di Monas, Jakarta. Taman tersebut dibangun untuk memberikan fasilitas
kegiatan publik, termasuk dalam mengekspresikan ide dan pendapat
masyarakat dalam berbagai topik dan isu.
5. Bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Kediri, Holcim
memberikan pembekalan teknis kepada 94 ahli bangunan. Tujuan dari
pembekalan tersebut adalah untuk membantu program pembangunan
sanitasi di Kota Kediri.
4.3.2 Proses 2
Pada proses 2, program Create Shared Value (CSV) berfokus pada tata
kelola perusahaan, serta sumber daya manusia dan hak asasi manusia yang
dipenuhi. Tata kelola perusahaan berkontribusi terhadap kesuksesan
perusahaan jangka panjang, membangun kepercayaan dan membina
46
hubungan antara perusahaan dan stakeholders untuk menciptakan dan
menghasilkan nilai keberlanjutan.
Holcim memiliki Kode Etik Bisnis yang menjadi pedoman bagi karyawan
dalam menyelaraskan komitmen integritas dengan nilai-nilai inti perusahaan.
Kode Etik Bisnis ini berisi berbagai panduan serta saran praktis untuk
membuat keputusan dan penilaian yang baik dalam konteks pekerjaan
sehingga perusahaan dan karyawan dapat mematuhi kebijakan perusahaan
dan hukum dan perundangan yang berlaku, serta dalam membina hubungan
dengan pelanggan, masyarakat dan mitra kerja.
Holcim juga memiliki program Integrity Line sebagai mekanisme
pelaporan whistleblowing. Melalui program tersebut, karyawan dapat
melaporkan kecurangan yang terjadi dan menjadi terdorong untuk
memastikan agar etika bisnis dan Kode Etik Bisnis terlaksana dalam kegiatan
bisnis sehari-hari. Selain itu, terdapat program Anti-Bribery and Corruptive
Directive (ABCD) yang dirancang untuk mencegah atau mendeteksi dan
memulihkan potensi pelanggaran.
Sebagai upaya mewujudkan penerapan tata kelola perusahaan yang
efektif, Holcim berkomitmen menerapkan sistem manajemen risiko. Holcim
melakukan evaluasi risiko berdasarkan kemungkinan terjadinya risiko dan
potensi kerugian. Jenis risiko bisnis yang signifikan bagi Holcim, yaitu risiko
operasional, risiko nilai tukar, dan risiko pasar.
Dibalik kesuksesan Holcim, terdapat sumber daya manusia yang
berkompeten dan berperan penuh dalam kegiatan produksi perusahaan. Maka,
47
Holcim memiliki standar kesehatan dan keselamatan kerja yang tinggi bagi
para pegawai. Pelatihan di bawah Institution of Occupational Safety and
Health (IOSH) menjadi persyaratan pelatihan minimum bagi setiap manajer.
Seluruh pabrik Holcim juga menyelenggarakan berbagai workshop
keselamatan dan rapat Central Contractor Safety setiap enam bulan sekali.
Kegiatan tersebut wajib diikuti oleh tim manajemen kontraktor, staf
keselamatan kontraktor dan pihak manajemen Holcim. Holcim juga
membentuk Corporate Safety Committee untuk memastikan standar
keamanan grup dapat terimplementasi dengan baik. Corporate Safety
Committee akan menunjuk pegawai dari masing-masing departemen, divisi,
dan fungsi manajemen sebagai anggota komite. Hal tersebut dilakukan untuk
mengimplementasikan kesehatan dan keselamatan yang tegas dan relevan
juga memungkinkan pegawai untuk bertanggung jawab secara individu
sesuai jabatan masing-masing.
Holcim juga menciptakan lingkungan kerja yang sehat dengan
melakukan pemantauan kebersihan tempat kerja setiap tahunnya. Seluruh
temuan terkait kesehatan dan kebersihan dicatat dan dilaporkan kepada
manajer dan karyawan terkait untuk ditindaklanjuti.
Dalam hal kompensasi, Holcim sangat menjaga hak-hak para pegawai
dengan mematuhi standar upah minimum regional yang berlaku. Terdapat
program Total Rewards yang dirancang untuk memberikan kompensasi yang
kompetitif di semua area operasional dan mendukung remunerasi yang adil
antara pria dan wanita. Selain gaji bulanan, Holcim juga memberikan
48
tunjangan kesehatan, uang pensiun, dan pengembangan keterampilan.
Dengan mengikuti prinsip-rinsip Global Compact PBB, Holcim melarang
adanya pekerja anak atau kerja paksa dalam kegiatan operasi perusahaan, usia
minimum untuk bergabung dengan perusahaan adalah 18 tahun.
Guna menjaga kualitas dari Sumber Daya Manusia yang dimiliki, Holcim
mengadakan berbagai program pelatihan dan pengembangan untuk setiap
pegawai. Program pengembangan yang telah dilaksanakan antara lain, Anti
Bribery and Corruption Directive (ABCD), Fair Competition Training,
Third-party Due Diligince (TPDD), Supervisory Development Program
(SDP), People Manager 101, Program Sertifikasi Fasilitator Internal,
Orientasi Perusahaan, Health & Safety Improvement Program (HSIP),
Sertifikasi Teknis untuk CIP, Program Pensiun, dan Pelatihan Regional untuk
CIP. Program-program tersebut diberikan dalam bentuk seminar dan
workshop yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan pengetahuan
pegawai. Terdapat juga Program Kepemimpinan Holcim yang berfokus untuk
mengembangkan kepemimpinan, membina bakat dan minat karyawan, dan
meningkatkan keterampilan pegawai pada bidang teknis.
4.3.3 Proses 3
Pada proses 3, program CSV berfokus pada kegiatan perusahaan untuk
mendukung lingkungan dan makhluk hidup, serta kontribusi perusahaan pada
sosial masyarakat sekitar perusahaan.
Sebagai bentuk kepedulian pada alam, Holcim menanam 20.185 pohon
di wilayah operasional pabrik Holcim yang berada di Narogong, Cilacap,
49
Tuban, Maloko, dan Jeladri. Selain itu, perusahaan mendedikasikan sekitar
65% dari area konsesi di Nusa Kambangan untuk kawasan konservasi
keanekaragaman hayati. Holcim bekerja sama dengan Kementrian
Lingkungan Hidup, Badan Kelautan dan Perikanan, dan Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Segara Anakan mengadakan program penanaman bakau di
pelabuhan Wijayapura, pulau Nusakambangan. Holcim bekerja sama dengan
Fakultas Kehutanan IPB (Institut Pertanian Bogor) membuat proyek hutan
pendidikan yang diberi nama Holcim Educational Forest (HEF). Hutan yang
terletak di Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat tersebut menjadi habitat bagi
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Selain itu, terdapat juga area pembibitan
dengan kapasitas mencapai 30.000 bibit tanaman.
Sebagai bentuk keterlibatan dalam sosial masyarakat, Holcim membantu
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah, serta menciptakan
lapangan kerja. Dalam usahanya tersebut, program yang dibuat oleh Holcim
untuk masyarakat, yaitu:
1. Membuat aplikasi internet handphone mFish untuk membantu para
nelayan lokal berhubungan dan saling berbagi informasi penting satu
sama lain dengan menggunakan ponsel.
2. Menyumbangkan delapan ekor sapi kepada Badan Usaha Milik Gampong
Lampaya, Aceh Besar, sebagai upaya untuk kegiatan beternak sapi di
wilayah tersebut.
3. Mendukung kegiatan peternakan Bebek Basur yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar Cilacap Selatan, yang hasilnya akan dijual ke pasar
50
lokal dan limbahnya akan dijual kepada pemilik kebun pepaya sebagai
kompos.
4. Memberikan fasilitas Galeri Sampireun yang digunakan untuk menjual
produk UKM dan sebagai pusat pengembangan usaha masyarakat
Narogong.
5. Mendukung usaha kecil yang dibentuk dan dikelola oleh perempuan
setempat yang berada di wilayah sekitar perusahaan.
6. Membuat Pusat Kegiatan Masyarakat (PKM) di wilayah pabrik Holcim
di Tuban. Hingga kini, PKM telah membantu berbagai proyek dan
program yang memberi manfaat bagi 15.818 orang. Salah satu program
utama PKM adalah program Saprodi, yaitu dukungan pendanaan mikro
bagi petani dan pemilik usaha kecil. Total 135 petani telah mendapatkan
bantuan dari program tersebut.
Holcim juga menawarkan layanan Solusi RumahKu untuk membantu
pembangunan tempat tinggal masyarakat. Layanan bantuan yang ditawarkan
antara lain, konsultasi desain, akses pembiayaan ke bank mitra, dan
menyediakan bahan bangunan yang terpercaya.
Area fokus investasi sosial Holcim mencakup pendidikan dan pelatihan
masyarakat, kesehatan masyarakat, dan sumber daya manusia di perusahaan
tersebut. Dalam area pendidikan dan pelatihan, Holcim memberikan berbagai
macam beasiswa bagi masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasional
perusahaan dan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Beasiswa yang
diberikan oleh Holcim adalah Beasiswa Reguler Holcim, sebanyak 5000
51
siswa dapat menyelesaikan pendidikan mereka dengan baik di tingkat dasar
maupun menengah. Beasiswa LCI, telah diserahkan kepada 400 siswa lokal
dari daerah Lhoknga dan Leupung. Terakhir, GOTA (Gerakan Orang Tua
Asuh), yang juga diikuti oleh karyawan pabrik Holcim sebagai orang tua asuh
bagi siswa yang berasal dari sekitar wilayah operasional perusahaan.. Selain
memberikan beasiswa, Holcim juga memiliki program Enterprise-based
Vocational Education (EVE). Program tersebut bertujuan untuk menyeleksi
dan mengembangkan potensi remaja lulusan SMA yang tinggal di sekitar
wilayah operasional Holcim untuk melanjutkan studi mereka dalam program
kejuruan. Beberapa lulusan yang dihasilkan dari program Enterprise-based
Vocational Education (EVE) tersebut direkrut untuk bekerja di Holcim.
Program tersebut diselenggarakan dengan kerjasama lembaga akademik
Indonesia, yaitu Politeknik Negeri Jakarta dan Universitas Jenderal
Soedirman, dan telah meluluskan sebanyak 415 siswa. Pada tahun 2016,
program Enterprise-based Vocational Education (EVE) membuka
pendaftaran untuk pabrik Lhoknga dan berhasil menerima 14 siswa dari 106
pelamar.
Dalam area kesehatan masyarakat, Holcim memiliki beberapa program
utama untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Holcim bersama
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta komunitas Masyarakat
Peduli Ciliwung memulai program restorasi untuk memperbaiki kondisi
sungai Ciliwung di Jakarta. Karyawan Holcim juga memberikan pelatihan
keanekaragaman hayati kepada Masyarakat Peduli Ciliwung. Selain itu
52
terdapat Konsep Terpadu untuk Mendukung dan Memberdayakan
Masyarakat atau disebut juga Posdaya. Dalam Posdaya, Holcim akan
melakukan pemetaan sosial yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan
dan badan pemerintah, dari hasil pemetaan sosial, Holcim akan memberikan
respon langsung atas situasi yang dihadapi masyarakat. Pusat Posdaya akan
didirikan di desa atau kecamatan, dan hingga tahun 2016 Holcim telah
memberi dukungan kepada 50 Posdaya dan memberi manfaat bagi 8000
orang.
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Create Shared
Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia, Tbk. Data yang digunakan
merupakan data sekunder yaitu Laporan Pembangunan Keberlanjutan
perusahaan tahun 2016 yang dianalisis dengan menggunakan teknik Content
Analysis.
Konsep Create Shared Value (CSV) yang dikembangkan oleh Porter dan
Kramer (2011) belum memiliki pedoman kerangka pelaporan secara resmi,
sehingga peneliti tidak menggunakan pedoman Global Reporting Initiative
(GRI) dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti menggunakan kerangka
perusahaan lain yang sudah menerapkan Create Shared Value (CSV) untuk
menjadi pedoman analisis implementasi program Create Shared Value (CSV)
di PT. Holcim Indonesia, Tbk. Perusahaan yang digunakan sebagai pedoman
yaitu, Sumitomo Mitsui Trust Holding, Inc. yang merupakan perusahaan
perbankan Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi
Program Create Shared Value (CSV) pada PT. Holcim Indonesia, Tbk. dibagi
menjadi tiga proses.
1. Proses 1.
Berfokus pada perubahan iklim, energi yang digunakan perusahaan, serta
kontribusi sosial perusahaan yang dilakukan sebagai aktivitas bisnis
54
perusahaan. Pada Holcim, kontribusi sosial yang dilakukan sebagai
aktivitas bisnis perusahaan adalah pembangunan infrastruktur. Hal
tersebut dikarenakan produk utama dari Holcim adalah semen, beton, dan
solusi berbahan dasar beton lainnya yang menjadi penunjang utama
pembangunan infrastruktur, perumahan dan industri.
2. Proses 2.
Pada proses ini, program Create Shared Value (CSV) yang difokuskan
adalah tata kelola perusahaan, sumber daya manusia serta pemenuhan hak
asasi manusia dalam perusahaan. Tata kelola perusahaan berkontribusi
terhadap kesuksesan perusahaan jangka panjang, membangun
kepercayaan dan membina hubungan antara perusahaan dan stakeholders
untuk menciptakan dan menghasilkan nilai keberlanjutan.
3. Proses 3.
Pada proses ini, program Create Shared Value (CSV) yang menjadi fokus
adalah kegiatan perusahaan untuk pelestarian alam, serta kontribusi
perusahaan pada sosial masyarakat sekitar perusahaan. Sebagai bentuk
keterlibatan dalam sosial masyarakat, Holcim membantu pengembangan
usaha mikro, kecil dan menengah, serta menciptakan lapangan kerja.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini mempunyai keterbatasan yang
dapat dijadikan pertimbangan bagi peneliti berikutnya untuk hasil yang lebih
baik, antara lain:
55
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada aspek subjektivitas peneliti,
karena menggunakan metode content analysis dalam proses pemahaman
informasi sustainability report yang diterbitkan perusahaan.
2. Tidak terdapat kerangka Create Shared Value (CSV) yang pasti, sehingga
peneliti menggunakan kerangka Create Shared Value (CSV) yang
diterapkan oleh Mitsui Trust Holding Inc.
5.3 Saran
Saran bagi penelitian selanjutnya mengenai Create Shared Value (CSV),
yaitu:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode lain seperti
metode wawancara untuk meminimalisir tingkat subjektivitas.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan penjelasan yang
lebih terperinci mengenai perhitungan biaya program Create Shared
Value (CSV) yang dikeluarkan oleh perusahaan dan pembagian-nya pada
setiap program. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menganalisis
laporan keuangan perusahaan dan melakukan wawancara dengan bagian
Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan.
56
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Sutedi. 2012. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.
Ahmad dan Sulaiman. (2004). Environment Disclosure in Malaysian Annual
Reports: A Legitimacy Theory Perspective. International Journal of
Commerce & Management. 14(1)
Ahmad P., Nuruddin. 2013. The Implementation of Creating Shared Value
(CSV) as A Reference for CSR Development Based on Social
Entrepreneurship (Case Study at PT. Nestle Indonesia). (Skripsi,
Universitas Brawijaya, Malang). Diakses dari www.digilibfeb.ub.ac.id.
Andelin, Mia., Karhu, Jessica., & Junnila, Seppo. 2015. Creating Shared
Value in a Construction Project – a Case Study. Procedia Economics
and Finance. 21: 446-453.
Ayu W., Dyah. 2017. The Compliance of GRI G4 Guidelines and The
Relevance With Creating Shared Value (CSV) Concept: Sustainability
and Partnership and Community Development Reports Analysis of PT.
Pupuk Kaltim. (Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang). Diakses dari
www.digilibfeb.ub.ac.id.
Ayuningtyas, Dewi. 2010. Analisis Bentuk-Bentuk Corporate Social
Responsibility Serta Pengungkapannya pada Perusahaan-Perusahaan
Pemenang Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) 2008.
(Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang). Diakses dari
www.digilibfeb.ub.ac.id.
Bhatt, Ganesh D. 2002. Management Strategies for Individual Knowledge
and Organizational Knowledge. Journal of Knowledge Management.
6(1): 31-39.
Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Budi, Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.
Crane, A., Palazzo, G., Spence, L. J., & Matten, D. 2014. Contesting the
Value of “Creating Shared Value”. California Management Review.
56(2): 130-153.
Creswell, John W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar.
57
Crowther, D., & Aras, G. 2008. Corporate Social Responsibility (1st edition).
Diakses dari http://bookboon.com/en/defining-corporate-social-
responsibility-ebook.
Deegan, C., Rankin, M., Voght, P. 2000. Firms Disclosure Reactions to Major
Social Incidents: Australian Evidence. Accounting Forum. 24(1), 101-
130.
Dowling, J., & Pfeffer, J. 1975. Organizational Legitimacy: Social Values
and Organizational Behaviour. Pacific Social Review. 18(1): 122-136.
Drozdz et al. 2015. An Assessment of Customer Shared Value in the
Restaurant Industry – a Survey from Sweden. Theorotical and Applied
Economics Journal. 22(4): 85-98.
Elkington, John. 1998. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st
Century Business. Capstone.
Elkington, John, & Hartigan, Pamela. 2008. The Power of Unreasonable
People: How Social Entrepreneurs Create Markets That Change the
World. Harvard Business School Press.
Ghozali, I., & Chariri, A. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hartining T., Fatma. 2014. The Implementation of Creating Shared Value
(CSV) and Its Impact on Company’s Performance. (Skripsi, Universitas
Brawijaya, Malang). Diakses dari www.digilibfeb.ub.ac.id.
Hendrik, Budi U. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar
Grafika.
Holsti, O. R. 1969. Content Analysis for the Social Sciences and Humanities.
Massachusetts: Addison-Westley Publishing.
JPNN. 2017. 4 Produsen Semen Terbesar Dunia yang Beroperasi di
Indonesia. Diakses dari https://www.jpnn.com/news/4-produsen-
semen-terbesar-dunia-yang-beroperasi-di-indonesia?page=4.
58
L. Lindawati, Ang S., & Puspita, Marsella E. 2015. Corporate Social
Responsibility: Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap dalam
Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma.
6(1): 157-174.
Lapina I., Borkus, I., Starineca, O. 2012. Corporate Social Responsibility and
Creating Shared Value: Case of Latvia. International Journal of Social,
Behavioral, Educational, Economic, Business and Industrial
Engineering. 6(8).
Macagno, T., 2013. A Model for Managing Corporate Sustainability.
Business and Society Review. 118(2): 223-252.
Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility)
(Tanggungjawab Sosial Korporasi). Bandung: Alfabeta.
Margiono, M. Ari. 2011. Melirik Paradigma Creating Shared Value. Bisnis
Indonesia.
Masyhari, Nanang. 2017. Holcim Latih 94 Ahli Bangunan Kota Kediri.
Diakses dari
http://beritajatim.com/ekonomi/289697/holcim_latih_94_ahli_bangun
an_kota_kediri.html
Mohammed, M. 2013. Conceptual Framework for Corporate Accountability
in the Context of Sustainability – a Literature Review.
Mulyadi. 2003. Pengelolaan Program Corporate Social Responsibility:
Pendekatan, Keberpihakan dan Keberlanjutannya. Center for
Population Studies, UGM.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
O’Donovan, G. 2002. Environmental Disclosure in the Annual Report:
Extending the Applicability and Predictive Power of Legitimacy
Theory. Accounting, Auditing and Accountability Journal. 15(3): 344-
371.
Porter, M. E., & Kramer, M. R. 2011. Creating Shared Value: How to
Reinvent Capitalism and Unleash a Wave of Innovation and Growth.
Harvard Business Review. 89(1-2): 62-77.
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
59
Pride. 2015. Megupas CSR dalam Konsep dan Sejarah. Diakses dari
http://pride.co.id/2015/01/mengupas-csr-dalam-konsep-dan-sejarah/.
PT. Holcim Indonesia Tbk. 2016. Sustainable Development Report.
PT. Holcim Indonesia Tbk. 2014. CSR Special Report.
Rusdianto, Ujang. 2013. CSR Communications A Framework for PR
Practitioners. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rokhilanasari, S. 2015. Teori-teori dalam Pengungkapan Informasi
Corporate Social Responsibility Perbankan. Diakses dari
https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/amwal/article/view/217.
Schreier, Margrit. 2012. Qualitative Content Analysis. Diakses dari
https://www.researchgate.net/file.PostFileLoader.html?id=56b500a55
cd9e36fb28b4585&assetKey=AS%3A325861132783616%401454702
756916.
Sedarmayanti. 2007. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan
Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik).
Bandung: Mandar Maju.
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Business. Jakarta: Salemba
Empat.
Sen, Sankar., & Bhattacharya, C. B. 2001. Does Doing Good Always Lead to
Doing Better? Consumer Reactions to Corporate Social Responsibility.
Journal of Marketing Research. 38(2): 225-243.
Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2015. CSR Masih Relevankah?. Diakses dari:
http://www.kompasiana.com/rcl2014/csr-masih-
relevankah_54f90baca3331100448b4a3e.
Sukada, Sonny., Wibowo, Pamadi., Ginano, Katamsi., Jalal., Kadir, Irpan., &
Rahman, Taufik. 2007. Membuka Bisnis Berkelanjutan: Memahami
Konsep dan Praktik Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Jakarta:
Indonesia Business Links.
Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan, Kuantitatif &
Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumitomo Mitsui Trust Holdings, Inc. 2013. CSR Report.
60
Supomo, Bambang., & Indriantoro, Nur. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: BFEE UGM.
Wahyudi, Isa, & Busyra, Azheri. 2008. Corporate Social Responsibility:
Prinsip, Pengaturan dan Implementasi. Malang.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik: Fascho
Publishing.
Wirdamawika R., Syahierdian. 2013. Implementasi Creating Shared Value
pada PT. Nestle Indonesia. (Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang).
Diakses dari www.digilibfeb.ub.ac.id.
Recommended