View
12
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen
185
MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI DI PEDESAAN
MOTIVATION OF SOCIETY TO THE OPERATIONS OF TELECOMMUNICATION IN RURAL AREA
Hilarion Hamjen
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Banjarmasin
Jl. Yos Sudarso No. 29 Banjarmasin, Kalimantan Selatan; Telp. (0511) 3353849 / Hp. 08538644098
Email: hamjen1g@yahoo.com
diterima: 16 Desember 2014 | direvisi: 5 Januari 2015 | disetujui: 16 Januari 2015
ABSTRACT
This research be held in Sei. Liju Village, Jamut Village and Liang Buah Village in North Barito district of
Central Kalimantan in order to determine the level of motivation and social demand for telecommunications
operations in the rural area. The study was conducted using quantitative method, Ana Alt survey quota
sampling. Based on the survey results revealed that people are highly motivated and require
telecommunications operations in their village in order to have telecommunications easily, quickly and
smoothly for agricultural purposes such as the distribution of the harvest, the need for knowledge, the need to
increase the income and needs of communication with their family and friend who are planted away from the
village or wander in other areas. It is expected that telecommunications providers pay attention to the villages
that have a society with a high motivation and needs in telecommunications access, so that the
implementations of telecommunications in rural areas become more effective and efficient in order to support
the law no. 36 Years 1999 Article 3 of the purpose of the operation of telecommunications and law No. 6 Years
2014, Article 8 and Article 12 of development and community empowerment.
Keywords : Motivation, needs, rural, operation, telecommunication
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di desa Sei. Liju, Desa Jamut dan desa Liang Buah di Kabupaten Barito Utara
Kalimantan Tengah dengan tujuan untuk mengetahui tingkat motivasi dan kebutuhan masyarakat terhadap
penyelenggaraan telekomunikasi di desa tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode survei secara
kuantitatif dengan teknik quota sampling. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat sangat
termotivasi dan membutuhkan penyelenggaraan telekomunikasi di desanya agar dapat melakukan
telekomunikasi secara mudah, cepat dan lancar untuk keperluan pertanian serta pendistribusian hasil panen,
kebutuhan untuk pengetahuan, kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan dan kebutuhan komunikasi dengan
keluarga dan kerabat mereka yang berada di lokasi jauh dari desa atau merantau di daerah lain. Diharapkan
pihak penyelenggara telekomunikasi dapat memperhatikan desa-desa yang memiliki masyarakat dengan
motivasi yang tinggi dalam mengakses telekomunikasi, sehingga realisasi penyelenggaraan telekomunikasi
di pedesaan menjadi lebih efektif dan efisien guna mendukung Undang-Undang no. 36 Tahun 1999 pasal 3
tentang tujuan penyelenggaraan telekomunikasi dan Undang-Undang No.6 tahun 2014 pasal 8 dan pasal 12
tentang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Kata Kunci : Motivasi, kebutuhan, masyarakat, desa, penyelenggaraan, telekomunikasi
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan untuk bertukar informasi atau
berkomunikasi antara satu pihak dengan pihak
lainnya merupakan salah satu kebutuhan mendasar
yang telah dilakukan oleh manusia sejak dahulu.
Dalam perkembangannya pada masa kini
berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh orang-
orang yang berada dilokasi yang sama, namun juga
dapat dilakukan oleh orang-orang yang berada
dilokasi yang berbeda-beda misalnya komunikasi
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202
186
antar negara, antar kota disuatu negara, antar desa
ke kota atau sebaliknya, bahkan antar desa dengan
jarak yang berjauhanpun hal tersebut dapat
dilakukan dengan bantuan perangkat
telekomunikasi, selama infrastruktur diwilayah
tersebut memadai dan tersedia jasa telekomunikasi
diwilayah tersebut (Gouzali 2006).
Jasa telekomunikasi yang disediakan oleh
operator sebagian besar berbasis komunikasi
bergerak atau komunikasi seluler yang memerlukan
infrastruktur berupa BTS (Base Transceiver
Station) yang berfungsi sebagai stasiun pemancar
dan penerima sinyal informasi dari dan ke perangkat
Ponsel yang berada dalam area cakupan BTS
tersebut. Dengan kata lain perangkat ponsel yang
jauh dari cakupan BTS akan sulit untuk mengakses
jasa telekomunikasi dan perangkat ponsel yang
tidak berada pada cakupan BTS tidak dapat
digunakan untuk berkomunikasi dengan perangkat
ponsel lainnya. (Gouzali 2006).
Dalam Undang-Undang No.36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi, pada pasal 3 disebutkan
bahwa Telekomunikasi diselenggarakan dengan
tujuan untuk mendukung persatuan dan kesatuan
bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Artinya
penyelenggaraan telekomunikasi seharusnya
direalisasikan secara merata mulai dari perkotaan
hingga ke desa-desa. Akan tetapi dalam realisasinya
untuk pemerataan tersebut tidak dapat dilakukan
secara serentak melainkan secara bertahap, karena
terlebih dahulu diperlukan pembangunan
infrastruktur telekomunikasi berupa BTS (Base
Tranceiver Station) yang tentu saja membutuhkan
waktu dan biaya yang relatif besar agar dapat
menyelenggarakan jasa telekomunikasi hingga ke
desa-desa.
Penyelenggaraan telekomunikasi meliputi
Infrastruktur dan layanan telekomunikasi yang
memadai disuatu wilayah dipedesaan tentu saja
perlu didukung oleh motivasi yang tinggi dari
masyarakat setempat agar tidak merugikan pihak
operator untuk memungkinkan penyelenggaraan
telekomunikasi secara efektif dan efisien
dipedesaan, dengan kata lain keberhasilan
komunikasi disuatu daerah ditentukan oleh
dukungan dari masyaraakat. Oleh karena itu
dilakukan penelitian ini dengan rumusan masalah
adalah bagaimana tingkat motivasi masyarakat dan
bagaimana kebutuhan masyarakat terhadap
penyelenggaraan telekomuniasi didesanya ?
sehingga sesuai dengan rumusan masalah maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat motivasi masyarakat dan kebutuhan
terhadap penyelenggaraan telekomunikasi
didesanya.
Berdasarkan teori kebutuhan dikembangkan
oleh David McClelland yang berfokus pada tiga
kebutuhan yang didefinisikan yaitu Need for
Achievement (kebutuhan pencapaian) adalah
dorongan/keinginan untuk melebihi, mencapai
standar-standar, berusaha keras untuk berhasil /
mencapai kesuksesan (High Achiever). Kebutuhan
akan prestasi merupakan dorongan untuk
mengungguli, berprestasi sehubungan dengan
seperangkat standar, bergulat untuk sukses.
Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara
kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Ciri-ciri individu yang
menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia
menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan
Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen
187
untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja
mereka, keinginan mendapatkan tanggungjawab
pemecahan masalah.
Kemudian Need for Power (Kebutuhan
kekuatan) adalah Kebutuhan untuk membuat
individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga
mereka tidak akan berperilaku sebaliknya atau
keinginan untuk mempunyai pengaruh dan senang
mengatur. Kebutuhan akan kekuasaan adalah
kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku
dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa
dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu
bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada
teori Maslow terletak antara kebutuhan akan
penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
McClelland menyatakan bahwa kebutuhan
akan kekuasaan sangat berhubungan dengan
kebutuhan untuk mencapai suatu posisi
kepemimpinan dan need for affiliation adalah
Kebutuhan hubungan: keinginan untuk menjalin
suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan
akrab untuk bekerjasama, bersahabat, menanggung
bersama. Pada umumnya para ahli teori perilaku
beropini bahwa dalam setiap perilakunya manusia
mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Kebutuhan
akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar
pribadi yang ramah dan akrab. Individu
merefleksikan keinginan untuk mempunyai
hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap
persahabatan dengan pihak lain. Individu yang
mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi
umumnya berhasil dalam pekerjaan yang
memerlukan interaksi sosial yang tinggi.
McClelland mengatakan bahwa kebanyakan
orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut,
akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan
dalam bekerja atau mengelola organisasi.
Tiga karakteristik dan sikap motivasi prestasi
ala Mcclelland: (1) Pencapaian adalah lebih penting
daripada materi; (2) Mencapai tujuan atau tugas
memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar
daripada menerima pujian atau pengakuan. (3)
Umpan balik sangat penting, karena merupakan
ukuran sukses, umpan balik yang diandalkan,
kuantitatif dan faktual.
Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu
“Movere” yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Mc Donald (Djamarah 2008)
mengatakan bahwa, motivation is a energy change
within the person characterized by affective arousal
and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah
suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasan)
dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Ada beberapa pengertian motivasi menurut
Para ahli sebagai berikut:
- Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad 1987)
motivasi adalah pemberian atau penimbulan
motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan
menjadi motif.
- Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam
pribadi seeseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai
tujuan (Hamalik 2009).
- Makmun (2009) mendefinisikan motivasi
sebagai kekuatan (power) atau tenaga (forces)
atau daya (energy) atau suatu keadaan yang
kompleks dan kesiapsediaan dalam diri
individu yang bergerak kearah tertentu, baik
disadari maupun tidak disadari.
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202
188
- Sedangkan menurut Mitchell (dalam Winardi
2002) motivasi mewakili proses-proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,
diarahkanya, dan terjadinya persistens.
Dari seluruh definisi tentang motivasi dapat
ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu
dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi adalah proses yang menjelaskan
intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu
untuk mencapai tujuannya (Mitchell 1997). Tiga
elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas,
arah, dan ketekunan (Robbins 2008).
Hubungan antara motivasi dan intensitas,
intensitas terkait dengan dengan seberapa giat
seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak
menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan
kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang
menguntungkan. Sebaliknya elemen yang terakhir,
ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa
lama seseorang dapat mempertahankan usahanya
(Robbins 2008).
Konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin
Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk
memahami motivasi individu dapat dilihat dari
beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi
kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada
kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan
dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5)
devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6)
tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan
kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi
prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap
sasaran kegiatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Desa
adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah
keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan
sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau
desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang
merupakan kesatuan.
Mengacu pada hukum menurut UU No. 5
Tahun 1979, Desa adalah suatu wilayah yang
ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat dan hukum yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung di bawah camat
dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Menurut UU No. 22 Tahun 1999, Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam
sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005, Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut. Undang Undang No. 6 Tahun 2014
Pasal 1 Desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen
189
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 8 Pembangunan Desa adalah upaya
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Di Pasal 9 Menyebutkan Kawasan Perdesaan
adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
Dan Pasal 12 menyebutkan pemberdayaan
masyarakat desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan,
perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan
yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat desa.
Komunikasi adalah proses saling bertukar
informasi atau berita yang berjalan lancar dan terus
menerus diantara anggota kelompok atau individu
(Gouzali 2006). Teori Komunikasi dari Shanon dan
Weaver (1949) diterima secara luas sebagai salah
satu dasar berkembangnya ilmu komunikasi yang
memandang komunikasi sebagai transmisi pesan.
Menurut Gozali (2006) dijelaskan bahwa
komunikasi dapat berlangsung bila sekurang-
kurangnya ada empat komponen, yaitu: (1)
Pengirim berita (sumber), (2) Pihak yang menerima
berita (sasaran), (3) Isi Pesan (berita) yang akan
disampaikan, dan (4) Media Penyampai atau media
transmisi yang akan mengantarkan pesan dari satu
pihak kepihak lain.
Komunikasi mencakup semua cara untuk
menyampaikan atau menyebarluaskan berita.
Sedang berita yang disampaikan dapat terdiri dari
buah pikiran/gagasan, pengetahuan, nilai-nilai
hidup, kepercayaan, dan lain sebagainya. Demikian
pula media transmisi yang akan menyampaikan
berita itu dapat berupa cahaya atau gelombang
elektromagnetik berkecepatan tinggi.
Komunikasi berasal dari bahasa latin:
Communis = sama (common) Komunikasi berarti
kita salin berusaha mengadakan kesamaan
(commonness) dengan orang lain. Dan orang lain
(sipenerima) tersebut sedang berusaha pula untuk
mengerti isi informasi yang diterimanya. Supaya
proses komunikasi berjalan lancar, adalah antara
pengirim dan penerima pesan harus sama-sama
memahaminya dengan sempurna. Bermacam-
macam cara manusia untuk dapat saling
berkomunikasi ada yang lewat bahasa, isyarat,
tanda, bunyi dan sebagainya.
Arthur Berger dalam Erdhy Fanggida E (2006
hal.13) mengklasifikasikan media komunikasi
kedalam tiga bagian yang terdiri dari media
elektronik (telepon, televisi, radio, rekaman), media
cetak (buku, majalah, suratkabar, billboard) dan
media fotografis (fotogragfi, film, video).
Sedangkan metode komunikasi yang paling Populer
digunakan antara lain: Interaksi adalah sebuah
bentuk komunikasi. Macam-macam komunikasi
sebagai bentuk interaksi manusia terdiri dari
intrapersonal, interpersonal, kelompok kecil (small
group), publik komunikasi, komunikasi massa
(Adler 2006) Interaksi merupakan ungkapan yang
kemudian dapat menggambarkan cara untuk
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202
190
mempermudah terjadinya sebuah hubungan antara
seseorang dengan orang lain, yang kemudian
diaktualisasikan melalui praktek komunikasi,
dimana interaksi lisan ini merupakan sesuatu yang
disampaikan dapat berupa pesan, berita, dan lainnya
yang kemudian dapat menggambarkan
mempermudah suatu proses komunikasi dan dalam
berkomunikasi inipun .
Interaksi lisan baik secara formal maupun
tidak, inipun dapat dilakukan yang mana dalam
prosesnya dapat langsung ataupun tidak langsung.
Komunikasi tersebut terjadi secara tidak langsung
karena dibatasi oleh jarak, misalnya komunikasi
lewat telepon dlan sebagainya. Komunikasi Lisan
adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dan
tidak dibatasi oleh jarak, dimana dua belah pihak
dapat bertatap muka, Misalnya dialog dua orang,
wawancara maupun rapat dan sebagainya. seperti:
pidato, ceramah ,memberi prasaran, wawancara,
memberi perintah atau tugas dan lain-lainnya.
Komunikasi Tertulis, bentuknya beragam,
misalnya Mading (Majalah Dinding), dan Buletin
yang berisi berita-berita sukses pencapaian target
penjualan–informasi produk baru–curah
pendapat/pengetahuan karyawan–sampai dengan
interaksi tanya jawab dengan Manajer HR atas isu
kepersonaliaan internal. Di sini, lagi-lagi terbuka
peluang bagi atasan terutama Manajer HR upaya
saling mempertajam kemampuan komunikatif.
Penulis beruntung berkesempatan
mempraktekkannya di tempat yang telah mengenal
LAN, maka e-discussion, adalah media interaktif
yang real-time dan menantang. Komunikasi tertulis
adalah komunikasi yang dilaksanakan dalam bentuk
surat dan dipergunakan untuk menyampaikan berita
yang sifatnya singkat, jelas tetapi dipandang perlu
untuk ditulis dengan maksud-maksud tertentu.
Media elektronika suatu cara yang
disampaikan dengan menggunakan media
elektronik sebagai perantaranya apapun maksud dan
tujuannya komunikasi ini tentunya akan lebih luas
jangkauanya. Manusia sebagai makhluk sosial
tentunya akan berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Interaksi adalah sebuah bentuk
komunikasi. Macam-macam komunikasi sebagai
bentuk interaksi manusia terdiri dari intrapersonal,
interpersonal, kelompok kecil (small group),
komunikasi publik, komunikasi masa (Adler 2006).
Pembagian ini merupakan berdasarkan jumlah
orang yang berkomunikasi, dimana tentunya mass
komunikasi merupakan jumlah terbesar orang
dimana memerlukan media yang harus memediasi
komunikasi diantara mereka. Media yang mereka
gunakan biasanya disebut media massa seperti
koran, majalah, televisi, radio dan sebagainya. Mass
media berasal dari dua kata yaitu “mass” dan
“media”. Mass mengacu pada penerimaan media
secara besar-besaran (massive) seperti televisi, film
dan sebagainya (Laughey 2007).
Telekomunikasi adalah sejenis komunikasi
elektronika yang menggunakan perangkat-
perangkat telekomunikasi untuk berlangsungnya
komunikasi yang kita maksudkan.
Telekomunikasi terdiri dari dua suku kata yaitu
tele=jarak jauh dan komunikasi=kegiatan untuk
menyampaikan berita atau informasi. Jadi
telekomunikasi secara sederhana dapat diartikan
sebagai suatu upaya penyampaian berita dari suatu
tempat ketempat lainnya (jarak jauh) yang
menggunakan alat atau media elektronik.
Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen
191
Pasal 1 Undang-Undang No.36 Tahun 1999
tentang telekomunikasi mengemukakan definisi
atau pengertian telekomunikasi, bahwa :
Telekomunikasi adalah setiap pemancara,
pengiriman dan atau penerimaan dari setiap
informasi dalam setiap bentuk tanda, isyarat,
tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem
kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik
lainnya.Sedangkan Alat telekomunikasi adalah
setiap alat perlengkapan yang digunakan dalam
bertelekomunikasi.
Dalam pasal 2 peraturan pemerintah No.22
ditegaskan bahwa PT.Telkom diberi wewenang
sebagai satu-satunya BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) untuk menyelenggarakan telekomunikasi
untuk umum baik dalam maupun luar negeri.
Dengan berdirinya PT.Indosat (melalui Peraturan
Pemerintah No.54 Tahun 1980), maka Peraturan
Pemeritnah No.22 Tahun 1974 mengalami
penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah
No.53 Tahun 1980 yang menyatakan bahwa tugas
PT.Telkom untuk menyelenggarakan
telekomunikasi untuk umum dan dalam negeri,
sedangkan untuk penyelenggaraan telekomunikasi
untuk umum keluar negeri ditangani oleh PT.
Indosat.
Namun dengan keluarnya UU.No 36 Tahun
1999 pembatasan penyelenggaraaan telekomunikasi
untuk hubungan dalam dan luar negeri tidak berlaku
lagi, karena undang-undang ini membebaskan
setiap badan hukum (BUMN, BUMD, BUMS dan
Koperasi) dapat menyelenggarakan jasa dan
jaringan telekomunikasi untuk keperluan dalam dan
luar negeri apabila berminat dan mendapat izin
usaha dari pemerintah.
Kemudian pasal 4 Undang-undang yang sama
dijelaskan lagi bahwa Telekomunikasi dikuasai oleh
Negara dan pembinaannya dilakukan oleh
pemerintah. Pembinaan tersebut diarahkan untuk
meningkatkan penyelenggaraan telekomunikasi
meliputi penetapan kebijakan, pengaturan,
pengawasan dan pengendalian, namun pengertian
dikuasai oleh negara itu tidaklah berarti bahwa
harus pemerintah atau negara yang
menyelenggarakan secara langsung, akan tetapi
dapat bekerjasama dengan pihak-pihak lainnya.
II. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis dan pendekatan penelitian dilakukan
secara kuantitatif didukung dengan wawancara
mendalam.
B. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini lokasi yang menjadi lokasi
penelitian adalah di tiga desa yaitu desa sei Liju,
desa Jamut dan desa Liang Buah di Kalimantan
Tengah. Pertimbangan memilih lokasi tersebut di
desa tersebut merupakan desa terpencil yang tidak
terjangkau listrik dan tidak tersedia infrastruktur
telekomunikasi (BTS).
Namun masyarakat mendapatkan sinyal
telekomunikasi yang sangat terbatas untuk dapat
berkomunikasi menggunakan ponsel hanya dapat
dilakukan pada lokasi tertentu saja misalnya di
dataran tinggi dari sinyal BTS yang berada di desa
tetangga yang tersedia BTS yaitu desa Benangin.
Sedangkan untuk men-charger perangkat
ponselnya dengan menggunakan aliran listrik yang
berasal dari genset atau solar sell yang diaktifkan
pada malam hari.
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202
192
C. Populasi dan Sample
Populasi penelitian ini adalah penduduk desa di
Kalimantan Tengah, jenis sampling yang digunakan
adalah nonprobability sampling menggunakan
teknik quota sampling dengan pertimbangan jumlah
populasi penduduk desa yang tidak tersedia BTS di
Kalimantan Tengah tidak diketahui dengan persis,
selain itu responden penelitian juga memiliki
karakteristik yang sama yaitu tidak tersedia listrik
dan tidak tersedia menara telekomunikasi (BTS) di
desanya dan didukung dengan wawancara
mendalam kepada informan-informan yang
merupakan sekretaris desa tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
instrument penelitian berupa kuisioner dengan
pertanyaan berstruktur tertutup didukung oleh
wawancara mendalam dan observasi lapangan.
Sebelum dilakukan pengumpulan data maka
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji
realibilitas terhadap instrument penelitian.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Uji Validitas dapat dilakukan dengan
menggunakan software SPSS.Untuk proses ini
digunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment.
Dalam uji ini, setiap item akan diuji relasinya
dengan skor total variabel yang dimaksud. Dalam
hal ini masing-masing item yang ada di dalam
variabel X dan Y akan diuji relasinya dengan skor
total variabel tersebut. Responden berjumlah 48
orang. Agar penelitian ini lebih teliti, sebuah item
sebaiknya memiliki korelasi (r) dengan skor total
masing-masing variabel ≥ 0,25. Hasil uji validitas
dapat dilihat pada tabel 1.
Untuk lebih jelas mengenai hasil uji validitas
instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Berdasarkan tabel 1 maka diketahui bahwa korelasi
(r) untuk masing-masing item ≥ 0,25, Sehingga
instrument kuisioner ini adalah valid.
2. Uji Realibilitas Instrumen
Uji Reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha
Cronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
𝑎 = (𝐾
𝐾 − 1) (
𝑠𝑟2 − ∑ 𝑠𝑖
2
𝑠𝑥2
)
Keterangan: Remarks:
𝑎 = koefisien reliabilitas 𝑎 = coefficient realibity 𝑛 = jumlah pertanyaan 𝑛 = number question ∑ 𝑠𝑖
2 = varian skor item ∑ 𝑠𝑖2 = score item varian
𝑠𝑥2 = varian skor 𝑠𝑥
2 = score of varian
Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas
mencukupi (sufficient reliability) sementara jika
alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel
dan seluruh tes secara konsisten secara internal
karena memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada
pula yang memaknakannya sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil uji Validitas
Table 1. Result of validation test
Jenis Pertanyaan
(Question Type)
Kepemilikan Ponsel
(Phone Ownership)
Pengeluaran
Pulsa
(Relation)
Penggunaan
Ponsel
(Phone Utility)
Kepemilikan Ponsel
Pearson Correlation 1 0,839 0,807
Sig. (2 Tailed) 0,000 0,000
N 48 48 48
Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen
193
Tabel 1. Lanjutan
Table 1. Continued
Jenis Pertanyaan
(Question Type)
Kepemilikan Ponsel
(Phone Ownership)
Pengeluaran
Pulsa
(Relation)
Penggunaan
Ponsel
(Phone Utility)
Pengeluaran Pulsa
Pearson Correlation 0,839 1
Sig. (2 Tailed) 0,000
N 48 48 48
Penggunaan Ponsel
Pearson Correlation 0,807 0,899 1
Sig. (2 Tailed) 0,002 0,849
N 48 48 48
- Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna.
- Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas
tinggi.
- Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas
moderat.
- Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah.
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas
Table 2. Result of reliability Test
Cronbach’s Alpha N of Items
0,941 3
Berdasarkan tabel 2 maka diketahui bahwa
seluruh item reliabel karena memiliki reliabilitas
sempurna yakni >0,90.
F. Pengolahan Data
Untuk pengolahan data penelitian dengan
menggunakan aplikasi SPSS, dimana data-data
penelitian disesuaikan dengan indikator penelitian.
Seluruh data yang telah terkumpul, di coding, lalu
di analisa melalui perangkat lunak tersebut.
G. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif
deskriptif. Menurut Sugiono (2010) bahwa data
kuantitatif dianalisa dengan rumus:
𝑃 =𝑓
𝑛 𝑥100
Keterangan: Remarks:
P = Presentase P = Percentage
f = Frekuensi f = Frequency
n = Responden n = responden
III. HASIL PENELITIAN
Sebelum mengetengahkan hasil penelitian
terlebih dahulu di tampilkan mengenai identitas
responden yang meliputi jenis kelamin, jenis
pekerjaan, usia, pendidikan dan jumlah penghasilan
pada tabel 3.
Tabel 3. Jenis Kelamin
Table 3. Respondent Gender
Jenis Kelamin (Gender)
Desa
(Village) Total
Sei. Liju Jamut Liang Buah
F % F % F % F %
Laki – Laki (Man)
10 62.50 11 68.75 14 87.50 35 72.92
Perempuan (Women)
6 37.50 5 31.25 2 12.50 13 27.08
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202
194
Gambar 1. Usia Responden
Figure 1. Respondent Age
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa jumlah
responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan baik pada tiap desa
maupun secara total.
Selanjutnya untuk jenis pekerjaan responden
dapat dilihat pada tabel 4. Pada tabel 4 di ketahui
bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai
petani, kemudian urutan kedua terbanyak adalah Ibu
rumah tangga dan urutan ketiga adalah PNS.
Pada Gambar 1 terlihat usia responden di Desa
Sei Liju terbanyak adalah yang berusia 46 tahun ke
atas. Sedangkan yang berusia 20-25 dan 36-40 tidak
ada. Pada Gambar 2 terlihat usia responden di Desa
Jamut terbanyak adalah yang berusia 36-40 tahun.
Sedangkan, yang berusia 20-25 tidak ada responden
pada penelitian ini.
Responden di desa Jamut terlihat lebih
beragam baik dari usia maupun dari segi jumlah.
Dimana di desa Sei. Liju, tidak ada responden yang
berusia di antara 36-40 tahun, di desa Jamut terdapat
31% dimana menjadi mayoritas responden pada
desa tersebut.
Terlihat pada Gambar 1, responden pada desa
Liang Buah, mayoritas berusia 46 tahun keatas,
sebanyak 37,50% responden dari total responden.
Sedangkan usia yang lain memiliki jumlah yang
hampir sama, yakni 12% - 12,50%.
Tabel 4. Pekerjaan Responden Table 4. Job os Respondent
Pekerjaan Responden
(Job of Respondent)
Desa (Village) Total
Sei. Liju Jamut Liang Buah
F % F % F % F %
Petani 13 81.25 14 87.5 14 87.5 41 85.42
PNS 0 0 1 6.25 1 6.25 2 4.17
Wiraswasta 0 0 0 0 1 6.25 1 2.08
Ibu Rumah Tangga 2 12.5 1 6.25 0 0 3 6.25
Bidan 1 6.25 0 0 0 0 1 2.08
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
20-25 25-30 31-35 36-40 41-45 > 46
Sei. Liju Jamut Liang Buah
Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen
195
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden
Table 5. Respondent Education Level
Pekerjaan Responden (Job of Respondent)
Desa (Village) Total
Sei. Liju Jamut Liang Buah
F % F % F % F %
SD 11 68.75 9 56.25 13 76.47 32 66.67
SMP 3 18.75 3 18.75 2 11.76 8 16.67
SMA 1 6.25 3 18.75 2 11.76 6 12.50
D3 1 6.25 0 0 0 0.00 1 2.08
S1 0 0 1 6.25 0 0.00 1 2.08
Untuk tingkat pendidikan responden dapat
dilihat pada tabel 5. Pada Tabel 5 diketahui bahwa
secara total sebagian besar tingkat pendidikan
responden adalah SD, kemudian urutan kedua
adalah SMP, dan urutan ketiga adalah SMA.
Menurut Gambar 2, secara total penghasilan
responden pada penelitian ini sebagian besar adalah
17 responden memiliki penghasilan antara 500 ribu
– 1 juta rupiah perbulan, kemudian urutan kedua
adalah 13 responden memiliki penghasilan dibawah
500 ribu rupiah dan urutan ketiga adalah 11
responden memiliki penghasilan antara 2 juta – 5
juta rupiah perbulan.
Rata-Rata penghasilan responden adalah
antara Rp.500.000 hingga Rp.1.000.000, sebanyak
17 responden memiliki rentang penghasilan
tersebut.
Berdasarkan tabel 6 tingkat motivasi pada
variabel kepemilikan ponsel, direpresentasikan
dengan indikator sebagai berikut:
1. Tidak memiliki Ponsel (0) → Tidak Termotivasi
(KT)
2. Memiliki 1 → Cukup Termotivasi (CT)
3. Memiliki > 1 → Sangat Termotivasi (ST)
Gambar 2. Penghasilan (dalam Ribu Rupiah) Figure 2. Income (on Thousand Rupiah)
5
6
1
4
0
6
2
4 4
02
9
2
3
00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
< 500 500 - 1,000 1,000 - 2,000 2,000 - 5,000 > 5,000
Dalam RIbu Rupiah
Sei. Liju Jamut Liang Buah
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202
196
Tabel 6. Kepemilikan Hp Table 6. Phone Ownership
Kepemilikan Hp (Phone Ownership)
Desa
(Village) Total Sei. Liju Jamut Liang Buah
F % F % F % F %
Tidak memiliki (KT) 4 25.00 1 6.25 6 37.50 11 22.92
Memiliki 1 HP (CT) 7 43.75 10 62.50 8 50.00 25 52.08
Memiliki > 1 HP (ST) 5 31.25 5 31.25 2 12.50 12 25.00
Sehingga menunjukkan bahwa secara total
paling dominan responden memiliki 1 ponsel,
urutan kedua responden tidak memiliki ponsel dan
urutan ketiga tidak memiliki ponsel Sesuai dengan
indikator tingkat motivasi diukur dari kepemilikan
ponsel maka diketahui bahwa sebagian besar
responden cukup termotivasi dalam melakukan
telekomunikasi.
Berdasarkan Tabel 7 tingkat motivasi pada
variabel Pengeluaran untuk pulsa seluler,
direpresentasikan dengan indikator sebagai berikut:
1. Tidak ada Pengeluaran (Rp.0) → Tidak
Termotivasi (KT)
2. Rp.5.000 – Rp.50.000 → Cukup Termotivasi
(CT)
3. > Rp.50,000 → Sangat Termotivasi (ST)
Sehingga hasil penelitian pada tabel 7
menunjukkan bahwa secara total paling dominan
responden dengan pengeluaran untuk pulsa seluler
5000-50.000 rupiah perbulan, urutan kedua
responden dengan pengeluran >50.000 rupiah
perbulan dan urutan ketiga adalah responden yang
tidak memiliki pengeluaran untuk pulsa seluler.
Sesuai dengan indikator tingkat motivasi diukur
dari pengeluaran pulsa seluler maka diketahui
bahwa sebagian besar responden cukup termotivasi
dalam melakukan telekomunikasi.
Kemudian untuk penggunaan ponsel untuk
telekomunikasi dalam tiga bulan terakhir dapat
dilihat pada tabel 8.
Berdasarkan tabel 8 tingkat motivasi pada
variabel penggunaan ponsel untuk telekomunikasi
tiga bulan terakhir direpresentasikan dengan
indikator sebagai berikut :
1. Tidak Pernah (0x) → Kurang Termotivasi (KT)
2. Ya Sekali (1x) → Cukup Termotivasi (CT)
3. Ya, Lebih dari sekali → Sangat Termotivasi
(ST)
Tabel 7. Pengeluaran Untuk Pulsa Table 7. Outcome for TopUp
Pengeluaran Untuk Pulsa (Outcome for TopUp)
Desa
(Village) Total
Sei. Liju Jamut Liang Buah
F % F % F % F %
Tidak ada pengeluaran (KT) 4 25.00 1 6.25 6 37.50 11 22.92
5.000 < 50.000 6 37.50 9 56.25 6 37.50 21 43.75
> 50.001 6 37.50 6 37.50 4 25.00 16 33.33
Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen
197
Tabel 8. Penggunaan Ponsel Untuk Komunikasi dalam 3 Bulan Terakhir Table 8. Using The Phone to Communication on last 3 Mouth
Pengeluaran Untuk Pulsa (Outcome for TopUp)
Desa (Village) Total
Sei. Liju Jamut Liang Buah
F % F % F % F %
Tidak Pernah (KT) 4 25.00 1 6.25 6 37.50 11 22.92
Ya Sekali (CT) 2 12.50 0 0.00 2 12.50 4 8.33
Ya Lebih dari Sekali (ST) 10 62.50 15 93.75 8 50.00 33 68.75
Sehingga hasil penelitian pada tabel 8
menunjukkan bahwa secara total paling dominan
menggunakan ponsel untuk telekomunikasi tiga
bulan terakhir yaitu lebih dari sekali, kemudian
urutan kedua menggunakan ponsel untuk
telekomunikasi tiga bulan terakhir dan urutan
ketiga tidak pernah menggunakan ponsel untuk
telekomunikasi tiga bulan terakhir. Sesuai dengan
indikator tingkat motivasi diukur dari penggunaan
ponsel untuk telekomunikasi tiga bulan terakhir,
maka diketahui bahwa sebagian besar responden
sangat termotivasi dalam melakukan
telekomunikasi.
Apabila diambil nilai rata-rata dari
keseluruhan indikator tingkat motivasi
responden pada tiga desa terhadap
infrastruktur telekomunikasi (Sugiono 2010)
adalah sebagai berikut:
- Kurang Termotivasi (KT)
=11 + 11 + 11
3= 11 Responden
P =𝑓
𝑛𝑥100 =
11
48𝑥100 = 22,92%
- Cukup Termotivasi (CT)
=25 + 21 + 4
3= 17 Responden
P =𝑓
𝑛𝑥100 =
17
48𝑥100 = 35,42%
- Sangat Termotivasi (CT)
=12 + 16 + 33
3= 20 Responden
P =𝑓
𝑛𝑥100 =
20
48𝑥100 = 41,66%
Berdasarkan perhitungan dihalaman
sebelumnya, maka diperoleh hasil penelitian
bahwa sebagian besar responden sangat
termotivasi memanfaatkan layanan telekomunikasi
sehingga diperlukan infrastruktur telekomunikasi
didesa-desa tersebut.
Sementara itu dari hasil wawancara mendalam
yang dilakukan dengan sekretaris desa Jamut yaitu
Bapak Haryadi, diketahui bahwa:
“Sebagian besar penduduk desa Jamut mata
pencahariannya adalah petani, pagi hari
sampai siang hari mereka bekerja diladang,
bahkan ada juga yang bekerja sampai sore
hari. Kemudian saat malam hari mereka
berada dirumah. Di desa Jamut belum
tersedia listrik dari PLN, selain itu akses
jalan menuju kedesa juga cukup sulit.
Masyarakat menggunakan genset yang
dinyalakan terbatas hanya pada malam hari
untuk menonton siaran TV dan untuk
mencharger perangkat ponsel mereka
dikarenakan perangkat genset diesel
tersebut memerlukan bahan bakar minyak
yang dapat beroperasi 3-4 jam per liternya.
Sebagian besar penduduk Jamut memiliki
ponsel hanya saja mereka jarang mengisi
pulsa dan jarang menggunakannya untuk
berkomunikasi dikarenakan belum ada
menara BTS sehingga akses sinyal sangat
sulit karena hanya memperoleh sedikit
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202
198
sinyal dari BTS di daerah lain pada lokasi-
lokasi tertentu didataran tinggi. Padahal
msyarakat membutuhkan ponsel untuk
urusan pekerjaan dan supaya dapat
berkomunikasi dengan keluarga atau
kerabat mereka yang berada di kota muara
teweh atau di kecamatan Benangin di
Kabupaten Barito Utara”.
Sehingga menurut Pak Haryadi memang
diperlukan pembangunan infrastruktur menara
telekomunikasi (BTS) untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat didesanya.
Demikian pula untuk desa Sei. Liju
berdasarkan hasil wawancara mendalam yang
dilakukan dengan kepala desa yaitu bapak
Burhanuddin yaitu Sekretaris desa Sei.Liju bahwa:
“Perlu adanya menara telekomunikasi
didesanya karena sebagian besar
masyarakat memiliki ponsel hanya saja
aksesnya sangat terbatas dikarenakan sulit
mendapatkan sinyal. Hampir sama dengan
desa Jamut, desa sei. Liju juga belum
terdapat akses listrik dari PLN, namun
mereka menggunakan listrik yang berasal
dari subsidi solar cell 75 watt yang
disediakan oleh pemda setempat untuk dapat
menyalakan perangkat elektronik pada
malam hari, sebagian lainnya juga
menggunakan genset untuk mencharger
perangkat ponsel dan menyalakan
perangkat elektronik lainnya”.
Seperti kedua desa sebelumnya, kepala desa
Liang Buah juga mengungkapkan hal yang sama.
“Bahwa pembangunan menara
telekomunikasi didesa sangat diperlukan
oleh masyarakat desa, meskipun akses jalan
belum tersedia di sebagian wilayah desa
liang buah dan untuk akses listrik juga
nasayrakat setempat secara mandiri
menggunakan genset pada masing-masing
rumah namun yang menjadi indikasi
motivasi dan tingginya kebutuhan
komunikasi masyarakat, sekaligus
merupakan temuan pada penelitian ini
dimana sebagian besar masyarakat memiliki
perangkat ponsel rela menuju ke titik-titik
tertentu dengan level sinyal terbatas untuk
dapat mengakses telekomunikasi
didesanya”.
IV. PEMBAHASAN
Sebagaimana yang dikemukakan oleh David
McCelland bahwa ada tiga jenis kebutuhan yaitu
Need For achievement atau kebutuhan pencapaian,
Need For Power atau kebutuhan kekuatan dan
Need For Affiliation atau kebutuhan hubungan,
hasil penelitian ini mendukung teori McCelland
pada jenis kebutuhan hubungan yaitu keinginan
untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang
ramah dan akrab untuk bekerjasama, bersahabat,
menanggung bersama Pada umumnya para ahli
teori perilaku beropini bahwa dalam setiap
perilakunya manusia mempunyai tujuan yang
hendak dicapai, akan tetapi dalam temuan
dilapangan diketahui bahwa need for affiliation
masyarakat desa belum sepenuhnya tercapai,
dikarenakan belum adanya infrastruktur
telekomunikasi yang dibangun didesa tersebut.
Sebagaimana yang telah disebutkan pada hasil
penelitian oleh sekretaris masing-masing desa
Jamut, Sei.Liju dan Liang buah bahwa:
“Belum ada pembangunan tower didesa
mereka, meskipun demikian masyarakat
didesa mereka masih mendapatkan sinyal
telekomuniksasi dari menara BTS yang
dibangun didesa sekitarnya berjarak
puluhan kilometer dari desa mereka. Sinyal
yang diperoleh sangat terbatas karena desa
mereka posisinya tidak berada didalam
cakupan BTS tersebut tetapi dibatas terluar
dari cakupan BTS tersebut. Sehingga dari
desa mereka sendiri, masyarakat hanya
dapat mengakses sinyal dari titik-titik
tertentu didataran tinggi atau dengan cara
menggantung perangkat ponsel mereka
pada posisi yang lebih tinggi dan itupun
level sinyalnya tidak stabil atau berfluktuasi.
Masyarakat tidak dapat menerima
panggilan telpon atau sms dari perangkat
lain karena sebagian besar wilayah didesa
mereka blank spot (tidak tercover sinyal)
Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen
199
meskipun mereka dapat melakukan
panggilan keluar atau sms saat berada pada
titik area tertentu dengn level sinyal yang
sangat terbatas yang berasal dari menara
BTS didaerah lain. Dalam keterbatasan infrastruktur
telekomunikasi dengan kebutuhan afiliasi yang
belum tercapai tujuannya yakni untuk
mendapatkan infrastruktur yang memungkinkan
upaya telekomunikasi dapat dilakukan dengan
mudah, murah dan lancar, maka peneliti menggali
lebih jauh mengenai tingkat motivasi dari
masyarakat desa terkait kebutuhan afiliasi
mayarakat di desa tersebut, dimana motivasi
merupakan proses yang menjelaskan intensitas,
arah, dan ketekunan seorang individu untuk
mencapai tujuannya (Mitchell 1997).
Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah
intensitas, arah, dan ketekunan menurut Robbins
(2008). Terkait dengan intensitas untuk mencapai
tujuan, di dalam konteks studi psikologi,
Mendukung teori dengan yang dikemukakan oleh
Abin Syamsuddin Makmun (2003) Hasil penelitian
motivasi individu dapat dipahami dari beberapa
indikator, diantaranya frekuensi kegiatan,
persistensi pada kegiatan, devosi dan pengorbanan
untuk mencapai tujuan, tingkat kualifikasi prestasi
atau produk (output) yang dicapai dari kegiatan
yang dilakukan. Indikator-indikator tersebut
direpresentasikan dengan mengetahui persentase
kepemilikan ponsel, pengeluaran untuk pulsa
seluler dan penggunaan ponsel selama tiga bulan
terakhir.
Mendukung Teori Abin Syamsuddin Makmun
(2003) bahwa individu yang termotivasi terindikasi
melakukan devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuannya, yang dalam hal ini adalah
dengan membeli perangkat ponsel dan
mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli pulsa
dan juga dengan frekuensi yang lebih dari sekali
dalam tiga bulan terakhir sanggup mengakses
perangkat ponsel untuk melakukan telekomunikasi
demi memenuhi kebutuhannya. Meskipun hal
tersebut dilakukan dalam kondisi ketiadaan
infrastruktur telekomunikasi dan dengan
keterbatasan sinyal telekomunikasi yang diperoleh
dari cakupan terluar dari menara BTS di wilayah
lain. Sebagaimana hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat
cukup termotivasi memiliki handphone, terbukti
bahwa secara dominan masyarakat memiliki
sebuah ponsel yaitu 52 persen.
Sementara untuk pengeluaran pulsa seluler
ditemukan bahwa sebagian besar masyarakat
cukup termotivasi membeli pulsa seluler untuk
digunakan dalam berkomunikasi dan hal tersbut
terbukti dengan persentase pengeluaran untuk
pulsa seluler oleh masyarakat dominan adalah
5000- 50.000 rupiah perbulan. Sedangkan untuk
penggunaan ponsel selama tiga bulan terakhir
diketahui bahwa masyarakat sangat termotivasi
dalam menggunkan ponsel diukur dari waktu tiga
bulan terakhir, hal itu terbukti dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian
besar menggunakan ponsel lebih dari sekali dalam
kurun waktu tiga bulan terakhir.
Sehingga dari ketiga indikator tingkat
motivasi dan kebutuhan, secara keseluruhan
tingkat motivasi masayrakat sangat tinggi,
masyarakat sangat termotivasi, selain itu
masyarakat membutuhkan pembangunan
infrastruktur telekomunikasi agar dapat melakukan
terlekomunikasi secara mudah, cepat dan lancar
untuk keperluan pertanian serta pendistribusian
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202
200
hasil panen karena sebagian besar masyarakat
adalah petani, kebutuhan untuk pengetahuan
karena sebagian besar masyarakat berlatar
belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD),
kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat yang sebagian besar memiliki
pendapatan antara 500 ribu sampai dengan 1 juta
rupiah setiap bulannya dan kebutuhan untuk
melakukan telekomunikasi dengan anak-anak
mereka yang berada dilokasi jauh dari desa atau
merantau kedaerah lain, mengingat sebagaian besar
masyarakat berusia diatas 40 tahun.
Mengacu pada Undang-Undang No. 6 Tahun
2014 tentang desa, pada pasal 8 disebutkan bahwa
Pembangunan desa adalah upaya peningkatan
kualitas hidup dan kehidupan sebesar-besarnya
kesejahteraan desa. Kemudian dalam pasal 12
disebutkan bahwa Pemberdayaan masyarakat desa
adalah upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan
sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan
masyarakat desa.
Infrastruktur telekomunikasi merupakan salah
satu prioritas yang dibutuhkan dalam rangka
pembangunan desa, meningkatkan kualitas hidup
dan kesehteraan desa, dengan kondisi masyarkat
yang sangat termotivasi dan membutuhkan
infrastruktur telekomunikasi, tentu saja hal tersebut
sangat memungkinkan sebagai bahan
pertimbangan bagi operator dalam
menyelenggarakan telekomunikasi yang lebih
efektif dan efisien guna mendukung implementasi
Undang-Undang Telekomunikasi No.36 tahun
1999 pada pasal 3 yang mengamanatkan agar
Telekomunikasi diselenggarakan dengan tujuan
untuk mendukung persatuan dan kesatuan bangsa,
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara adil dan merata.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa mayarakat sangat termotivasi
terhadap penyelenggaraan telekomunikasi di
desanya. Hal tersebut terindikasi dari kepemilikan
ponsel,pengeluaran untuk pulsa dan penggunaan
ponsel untuk telekomunikasi meskipun dengan
mengakses sinyal yang lemah, terbatas pada titik-
titik tertentu atau di dataran tinggi di desanya
karena sinyal terebut berasal dari menara
telekomunikasi di perkotan dengan jarak puluhan
kilometer dari desa tersebut.
Masyarakat membutuhkan penyelenggaraan
telekomunikasi agar dapat melakukan
terlekomunikasi secara mudah, cepat dan lancar
untuk keperluan pertanian serta pendistribusian
hasil panen, kebutuhan untuk pengetahuan,
kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan dan
kebutuhan komunikasi dengan keluaraga dan
kerabat mereka yang berada dilokasi jauh dari desa
atau merantau di daerah lain.
B. Saran
Pihak penyelenggara telekomunikasi perlu
memperhatikan desa-desa yang memiliki
masyarakat dengan motivasi tinggi dalam
mengakses telekomunikasi namun belum memiliki
infrastruktur BTS didesa seperti desa Jamut,
Sei.Liju dan Liang Buah di Muara Teweh
Motivasi Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi... Hilarion Hamjen
201
Kalimantan Tengah. Untuk penelitian lanjutan
perlu diketahui data populasi dari desa-desa yang
tidak tersedia BTS agar penelitian lanjutan dapat
menggunakan teknik yang lebih baik selain teknik
quota sampling.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Kepala BPPKI
Banjarmasin yang telah memberikan saya
kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Saya
berterimakasih kepada Pemkab Barito Utara dan
saya juga berterimakasih kepada Kepala dan
Sekretaris Desa Sei. Liju, Jamut dan Liang buah
dan kepada masyarakat desa yang bersedia
berpartisipasi sebagai informan dan responden.
DAFTAR PUSTAKA
Adler, Ronald B. & Rodman, George, 2006,
Understanding Human Communication, New
York: Oxford University Press
Arif Laila Nugrahaha dan Bambang Sudarsono,
2007, Survei Topografi Dalam Penentuan
Line of Sight (LoS) BTS (Base Transceiver
Station). Jurnal Teknik.Vol 28, No.1
As’Ad, 1987, Psikologi Industri, Yogyakarta:
Liberty
Cameron, J.; Pierce,W. D, 1994, Reinforcement,
Reward, and Intrinsic Motivation: A Meta-
Analysis, Review of Educational Research
David D. Vaus, 2002,Analyzing Social Science
Data: 50 Key Problems in Data Analysis,
Thousand Oaks: Sage Publications, hal.31-9.
Djamarah, 2008, Psikologi Belajar, Jakarta :
Rineka Cipta
Fiske, John, 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Gusnardi, 2010, Teori Of Constrain, Pekbis Jurnal,
Vol.2, No.3:336-34
Hamalik, Oemar, 2009, Poses Belajar Mengajar,
Jakarta: Bumi Aksara
Hartiningsih, 2014, Komunikasi Massa Televisi,
Dan Tayangan Kekerasan Dalam Pendekatan
Kasus, Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Laughey, Dan,2007,Key Themes in Media
Theory.New York:Open University Press
Locke, E. A., 1968, Toward a Theory of Task
Motivation and Incentive, Organizational
Behavior and Human Performance, hal. 157-
159
Maslow, A, 1954, Motivation and Personality.
New York: Harper & Row
Makmum, 2003, Psikologi Pendidikan, Bandung:
PT.Rosdakarya Remaja
McClelland, D.C, 1961, The Achieving Society,
New York: Van Nostrand Reinhold.
Mc. Donald, Federick. Educational Psychology.
San Fransisco: Wadsworth Publishing,Inc
dalam Sardiman . 2007. Interaksi dan
Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
McDonald, J. Federick, 1959, Educational
Psychology, United States of America:
Wadsworth Publishing
Meliana Christianti, 2006, Teknologi Komunikasi
Seluler Code Division Multiple Access
Sebagai Standar Teknologi Digital Generasi
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 18 No.3 Februari 2015: 185-202
202
ketiga, Jurnal Informatika, Vol.2, No.2 : 135 –
144
Michael Bittman, Judith E.Brown & Judy
Wajcman, 2009, The Mobile Phone, Perpetual
Contact and Time Pressure, work,
Employment & Society, Vol.23, No 4 : 673-
691
Mitchell, T. R, 1997, Research in Organizational
Behavior. Greenwich, CT: JAI Press
Robbins, Stephen P, 1994, Teori Organisasi:
Struktur, Desain & Aplikasi. Terjemahan
Jusuf Udaya, Lic., Ec. Arcan.
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A, 2008,
Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba
Empat.
Ritonga Romadoni Syahputra, 2015, Pemetaan
Menara Telekomunikasi Operator Indosat
Sub.Cluster Lubuk Pakam Berbasis Android,
Biltek Vol.4 no.46
Saydam, Gozali, 2006, Sistem Telekomunikasi di
Indonesia, Bandung: Alfabeta
Syahrul Mauluddin dan Ahmad Sodikin, 2013,
Perancangan Sistem Informasi Penjualan
Pulsa berbasis Android , Jurnal Profit ,Vol. 1,
No.1
Wahyu aji Prijono, 2010, Penataan Menara BTS
(Cell Planning), Jurnal EECCIS, Vol.IV, No.1
Winardi, J, 2002, Motivasi dan Pemotivasian
dalam Manajemen, Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada
Undang-Undang No.36 tahun 1999 tentang
Telekomunikasi
Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Undang-Undang No 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa
Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa
Recommended