View
24
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
METODE DAKWAH PADA MAJELIS TAKLIM DI KECAMATAN KOTA BARU
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
Oleh:
INDRA SAPUTRA
UB.150376
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN
JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2019
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS DAKWAH
Jalan Raya Jambi Ma.Bulian, Simpang Sungai Duren Telp.(0741)582020
PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul “Metode Dakwah Pada Majelis Taklim Di Kec. Kota Baru Kota
Jambi” Yang Dimunaqasahkan Oleh Siding Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 26 Februari 2020
Jam : 10.00-11.00 WIB
Tempat : Dekanat Fakultas Dakwah Lantai 2
Telah Diperbaiki Sebagaimana Hasil Siding Munaqasah Dan Telah Diterima Sebagai Bagian Dari
Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Bimbingan Penyuluhan
Islam Fakultas Dakwah UIN STS JAMBI.
Jambi, 16 Maret 2020
TIM PENGUJI
Ketua Siding : Dr. Sahmin Batubara, M.HI ( )
Sekretaris Siding : Ulfati, M.Pd.I ( )
Penguji 1 : Drs. Syarifuddin, M.Pd.I ( )
Penguji 2 : Neneng Hasanah, M.Pd.I ( )
Pembimbing 1 : Dr. Zulqarnin, M.Ag ( )
Pembimbing 2 : Dra. Jamilah, M.Pd.I ( )
Dekan Fakultas Dakwah
Dr. Zulqarnin, M.Ag
Nip. 196409081993031002
i
Jambi, November 2019
Pembimbing I : Drs. Zulqarnain, M.Ag
Pembimbing II: Dra. Jamilah, M.Pd.I
Alamat : Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi Jln. Raya Jambi-Ma.
Bulian Simp. Sungai Duren
Muaro Jambi
Kepada Yth.
Bapak Dekan
Fak. Dakwah
UIN Islam Negeri
STS
di_
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alikum Wr. Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami
berpendapat bahwa skripsi saudara indra saputra UB150376 yang berjudul
“Metode Dakwah Pada Majelis Taklim Di Kecamatan Kota Baru Kota
Jambi”.telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu
Bimbingan Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga
bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Zulqarnain, M.Ag Dra. Jamilah, M.Pd.I
NIP.196409081993031002 NIP.196406122014112002
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : INDRA SAPUTRA
Nim : UB150376
Tempat/Tanggal Lahir : Muara Bulian, 02-09-1997
Konsentrasi : BPI (Bimbingan Penyuluhan Islam)
Fakultas : Dakwah
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Metode Dakwah Pada
Majelis Taklim Di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi”. benar-benar karya
sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian orang lain kecuali
kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku.
Bila dikemudian hari terbukti mengingkari pernyataan di atas, saya bersedia
kesarjanaan saya dan segala kewenangan yang melekat pada kesarjanaan
tersebut dibatalkan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Jambi, November 2019
Penulis,
INDRA SAPUTRA
UB.150376
iii
MOTTO
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(QS. An-
Nahl:125).1
1 Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemahmya, (Jakarta, Cv Karya Agung,
2006), Hal, 383
iv
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi karena Dakwah menjadi suatu keharusan
bagi setiap individu muslim dan muslimah untuk menyiarkan nilai-nilai agama
Islam. Keberadaanya menjadikan Islam tegak dan kokoh di atas muka bumi ini.
Aktifitas dakwah yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan
agama. Sebaliknya aktifitas dakwah yang lesu berakibat pada kemunduran
agama. Oleh karena itu, maka dapat dimengerti jika Islam meletakan kewajiban
berdakwah dipundak setiap pemeluknya. Melihat keadaan masyarakat yang
mulai meninggalkan nilai-nilai agama, oleh karena itu Pemerintah Kecamatan
Kota Baru, membuat inisiatif untuk bisa menarik minat masyarakat untuk
kembali aktif pada kegiatan-kegiatan Majelis Taklim.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian lapangan (field
research) berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara
kualitatif, dengan mendeskripsikan bagaimana metode dakwah dan bagaimana
peranan serta factor pendukung dan penghambat kegiatan majelis taklim ini.
Penelitian ini menggunakan sumber data person, place, dan paper. Pengumpulan
data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, teknik analisis data yaitu
reduksi data, penyortiran data, dan penyajian data.
Berdasarkan penelitian ini maka penulis menemukan bahwa metode
dakwah yang di metode yang peneliti temukan saat melakukan penelitian yakni
metode dakwah dengan metode dakwah bil lisan, metode dakwah bil qalam, dan
juga metode dakwah bil hal. Peranan Majelis Ta’lim dalam membina
silaturrahim masyarakat Kecamatan Kota Baru Kota Jambi yaitu; Melakukan
Pengajian, Melakukan Dzikir Bersama, Melakukan Kerja Bakti, Berkunjung
ketika ada Tertimpa Musibah, Melakukan Hajatan, Melakukan Rekreasi
Bersama, Memperingati Hari Besar Islam, Melakukan Penyelenggaraan Jenazah.
Faktor pendukung Majelis Ta’lim dalam membina silaturrahim masyarakat
kecamatan kota baru kota jambi: Adanya kerjasama yang baik antara masyarakat
sekitar dengan anggota majelis taklim, Banyaknya masyarakat yang ikut
berpartisipasi memberikan bantuan dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan
oleh Majelis Ta’lim. Faktor yang menjadi penghambat bagi Majelis Ta’lim
dalam membina silaturrahim masyarakat kecamatan kota baru kota jambi: Faktor
Waktu, Keadaan Penduduk, dan Faktor Sarana dan Prasarana.
Kata kunci: Metode, Dakwah, Majelis Taklim.
v
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Dengankeridhoan Allah Swt dan shalawat kepada Rasulullah Saw,
karya kecil ini saya persembahkan kepada :
Ayahanda Sakirudin dan ibunda Norva, kakek tercinta Darisman dan, adik
perempuan Nadia Sulistiawati, Adik laki-laki Muhammad Nabil, Serta
kekasih hati (tunangan) Ulfa Roza Tilova, S.Pd. Trimakasih untuk kasih sayang
dan dukungan yang tak terhingga kepada penulis, baik lahir maupun batin.
Semoga kita selalu bahagia dan mendapat ridho dari Allah Ta’ala dalam setiap
langkah kehidupan.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis diberi kekuatan untuk
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Metode Dakwah Pada Majelis
Taklim Di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi”. Skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program
Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan,
dukungan, dan masukan baik berupa ide ataupun saran dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Zulqarnain, M.Ag selaku pembimbing I yang telah
membimbing dan selalu memberi arahan yang bermanfaat sehingga selalu
menimbulkan semangat baru.
2. Bapak Dra. Jamilah, M.Pd.I selaku pembimbing II dan sekaligus dosean
pembimbing akademik saya yang telah membimbing dan selalu memberi
arahan yang bermanfaat sehingga selalu menimbulkan semangat baru. Serta
dorongan dan motivasi akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Sya’roni, S.Ag.,M.Pd selaku ketua prodi Program Studi Bimbingan
Penyuluhan Islam (BPI), dan ibu Neneng Hasanah, S.Ag., M.Pd.I selaku
Sekretaris Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Drs. Zulqarnain, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA., P.Hd Selaku Rektor UIN STS
Jambi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi yang selalu dengan ikhlas memberi ilmu pengetahuan
kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Bapak dan Ibu Pimpinan Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi beserta Staf-stafnya.
9. Camat kecamatan kota baru yang telah banyak memberi informasi terkait
penelitian ini,serta trima kasih kepada tokoh adat,tokoh agama dan para
muballigh yg slalu support dalam hal ini para jama’ah yang telah banyak
meberikan motivasi kepada peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan
karya ini.
10. Teman-teman seperjuangan BPI angkatan 2015, teman-teman Mahasiswa/I
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, serta teman-teman KKN posko 13
yang telah memberikan warna dalam kehidupan perkuliahan penulis.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
vii
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga, semoga Allah SWT
membalasnya. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Jambi, Januari 2019
Penulis
Indra Saputra
UB.150376
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
NOTA DINAS .................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................. v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah .............................................................. 1
B. Permasalahan ............................................................................. 3
C. BatasanMasalah ......................................................................... 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 4
E. KerangkaTeori ........................................................................... 5
F. Metode Penelitian ...................................................................... 15
G. Studi Relevan ............................................................................. 21
BAB II PROFIL KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI
A. Sejarah Kecamatan Kota Baru Kota Jambi…………………….24
B. Letak Geografis Kecamatan Kota Baru Kota Jambi……………25
C. Perencanaan Kinerja Dan Visi Misi Kecamatan Kota Baru
Kota Jambi ……………………………………………………..26
D. Sejarah Badan Konrtak Majelit Taklim Secara Umum ……….29
E. Data majelis taklim kota baru………………………………….32
BAB III METODE DAKWAH YANG DILAKUKAN DI KECAMATAN
KOTA BARU KOTA JAMBI……………………………………..35
A. Metode dakwah pada majelis taklim…………………………..35
B. Strategi Dakwah Pada Majelis Ta’lim Di Kecamtan
Kota Baru……………………………………………………..41
BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM DALAM MEMBINA
SILATURRAHMI MASYARAKAT DAN JUGA FAKTOR
PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DARI KEGIATAN
MAJELIS TAKLIM DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA
JAMBI……………………………………………………………….51
A. Peranan Majelis Taklim Dalam Membina Silaturrahim
Masyarakat Dan Tanggapa Masyarakat Terhadap Majelis
Taklim………………………………………………………….51
ix
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Majelis Taklim Membina
Silaturrahim Masyarakat………………………………………..61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................... ……………. 65
B. Rekomendasi ......................................................................... 66
C. Kata Penutup ......................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad untuk membina umatmanusia agar berpegang teguh kepada
ajaran-ajaran yang benar dan diridhoi olehNya serta untuk mencapai
kebahagian dunia dan akhirat. Islam adalah agama sempurna, yang merupakan
agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya. Pekembangan agama
Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah kemudian
berkembang keseluruh penjuru dunia tidak lain adalah proses dakwah yang
dilakukan oleh tokoh Islam yang mana di ajaran Islam yang utama adalah
ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah inilah yang menyebabkan agama
Islam senantiasa berkembang dan disebarluaskan kepada masyarakat.2
Islam adalah agama yang didalamnya terdapat ajaran untuk
melaksanakan dakwah secara kelompok maupun perorang dan aktifitas atau
usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan
taraf tata hidup manusiadengan berlandasan ketentuan Allah SWT dan
Rosullulah SAW.3
Dakwah adalah aktifitas penyampaian agama Islam yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Dakwah merupakan proses manusia dengan
kebijakan kepada jalan yang benar sesuai perintah Allah SWT, dalam
kemaslahat kehidupan dunia dan akhirat.4 Dasar dakwah adalah amar makruf
nahi mungkar.5 Pada dasarnya kegiatan dakwah ialah proses komunikasi
antara seorang da’i dengan mad’unya karena dengan komunikasi seseorang
dapat menyampaikan apa yang ada didalam pikiranya dan apa yang ada di
rasakan kepada orang lain. Dakwah juga merupakan spirit untuk
memperjuangkan nilai kebenaran ke dalam jiwa manusia.6
Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan
muslimah untuk menyiarkan nilai-nilai agama Islam. Keberadaanya
menjadikan Islam tegak dan kokoh di atas muka bumi ini. Aktifitas dakwah
yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya
aktifitas dakwah yang lesu berakibat pada kemunduran agama. Oleh karena
itu, maka dapat dimengerti jika Islam meletakan kewajiban berdakwah
dipundak setiap pemeluknya.
2 Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, Cet. Ke2, 2009), 16-17. 3Alwisral Imam Zainal, Strategi Dakwah, (Jakarta: Kalam Mulia, Cet. Ke2, 2005), 1.
4Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. Ke.1 2004), 3.
5Firdaus, Panji-Panji Dakwah, (Jakarta: Pedoman Jaya, Cet. Ke1, 1991), 4.
6Imam Habibi Abdullah, Kelengkapan Dakwah, (Semarang: CV Toha Putra, 1980), 17-18.
2
Metode dakwah merupakan strategi yang menentukan keberhasilan
dakwah seorang da’i di masyarakat. Ada ungkapan yang berkata bahwa tata
cara atau metode dakwah lebih penting dari materi yang dalam bahasa arap
dikenal dengan Al-Thariqah ahammu min Al-maddah. Dengan demikian
sangatlah dibutuhkan segolongan umat yang mampu mengingatkan dan
mengajak kembali kepada jalan yang lebih baik. Upaya yang di lakukan dalam
memperbaiki karakter jiwa manusia yang lebih baik tentu tidak dapat terlepas
dari kegiatan dakwah. Dimana dakwah adalah upaya yang dilakukan oleh
seorang da’i atau dai’ah menyampaian nilai-nilai ke Islaman kepada mad’u
atau masyarakat tanpa memandang siapa mereka, dari suku mana, ataupun lain
sebagainnya. Setiap individu mempunyai kewajiban untuk berdakwah baik
dengan Bil Lisan, Bil Hal maupun Bil Qalam.
Dengan kapasitas ilmu yang dimiliki serta sesuai dengan Al-quran dan
Al-hadits. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah an-nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.(Q.S An-Nahl:125).7
Semua orang Islam yang berorientasi pada farseigh seeing (jauh
kedepan) senantiasa dapat memilih skala prioritas dengan mendahulukan yang
dianggap mendesak dan lebih penting. Kekuatan dan kemenangan hanyalah
dapat diperoleh dengan persatuan dan keutuhan umat.Dalam memperoleh
persatuan dan kesatuan tersebut maka ukhuwah Islamiyah di dalam
masyarakat diperlukan ditingkatkan, hal ini tidak lepas dari kontribusi Majelis
Taklim yang ada di tengah-tengah masyarakat. Setelah peneliti melakukan
survei langsung ke lapangan yaitu di Kecamatan Kota Baru, peneliti
mengetahui bahwa dakwah sangat mempengaruhi terbentuknya Majelis
7Departement Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Diponegoro, 2012), 281.
3
Taklim banyak sekali masyarakat yag belum secara kaffa mempelajari ajaran
serta syariat agamaIslam.
Berdasarkan perkembangan zaman pada saat sekarang ini dikalangan
masyarakat banyak sekali yang buta akan ilmu agama, pemahaman tentang
syari’at islam dan lain sebagainya. Melihat fenomena tersebut sangat
diperlukan sekali yang namanya dakwah terutama memulai dakwah di majelis
taklim agar bisa meningkatkan ukhwah islamiyah antara sesama muslim.
Berdasarkan juga observasi awal peneliti menemukan bahwa metode dakwah
yang dilakukan pada setiap majelis taklim itu memilliki pendekatan-
pendekatan yang sangat berbeda tergantung pada pendakwahnya.
Melihat keadaan masyarakat yang mulai meninggalkan nilai-nilai
agama, oleh karena itu Pemerintah Kecamatan Kota Baru, membuat inisiatif
untuk bisa menarik minat masyarakat untuk kembali aktif pada kegiatan-
kegiatan Majelis Taklim. Inisiatif tersebut salah satunya ialah dengan arisan,
anggota-anggotaMajelis Taklim datang ke rumah warga satu-persatu dengan
maksud arisansekaligus mengajak warga masyarakat untuk turut meramaikan
MajelisTaklim. Dalam proses tersebut diketahui sebab-sebab mengapa
masyarakattidak aktif kembali dalam Majelis Taklim serta dengan metode
dakwah yangditerapkan oleh para pendakwah dalam meningkatkan ukhwah
islamiyah pada masyarakat kecamatan kota baru. Oleh karena nya peneliti
tertarik untuk meneliti bagaimana Metode Dakwah pada Majelis Taklim di
Kecamatan Kota Baru Kota Jambi.
B. Permasalahan
Setelah penulis kemukakan latar belakang masalah di atas, maka
penulis perlu merumuskan masalah untuk mempermudah dalam membahas
skripsi ini, adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Metode Dan Strategi Dakwah Pada Majelis Taklim Di
Kecamatan Kota Baru Kota Jambi?
2. Apa Peranan Majelis Taklim Dalam Membina Silaturrahim Masyarakat
Dan Tanggapan Masyarakat Terhadap Majelis Taklim?
3. Apa Faktor Pendukung Dan Penghambat Majelis Taklim Dalam Membina
Silaturrahim Masyarakat?
4
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya membahas tentang metode dakwah majelis taklim
pada masyarakat Kecamatan Kota Baru Kota Jambi dan dalam penelitian ini
juga akan membahas tentang metode dan materi dakwah yang dilakukan dan
yang diterapkan pada masyarakat, dan juga penelitian ini ingin mengkaji
bagaimana peningkatan nilai-nilai islam dengan menggunakan metode-metode
dakwah yang diterapkan sehingga masyarakat dapat meningkatkan
pemahaman keagaman dan selalu menjaga nilai-nilai keislaman khususnya
masyarakat Kecamatan Kota Baru Kota Jambi.
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah:
a) Ingin mengetahui Metode Dan Strategi Dakwah Pada Majelis Taklim
Di Kecamatan Kota Baru Kota Baru Kota Jambi.
b) Ingin mengetahui Peranan Majelis Taklim Dalam Membina
Silaturrahim Masyarakat Dan Tanggapan Masyarakat Terhadap
Majelis Taklim
c) Ingin mengetahui Faktor Pendukung Dan Penghambat Majelis Taklim
Dalam Membina Silaturrahim Masyarakat
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:
a) Sebagai sumbangan pemikiran peneliti terhadap pembaca khususnya
dan masyarakat luas pada umumnya dan untuk pengembangan Ilmu
Pengetahuan tentang metode dakwah pada majelis taklim di kecamatan
kota baruKota Jambi.
b) Sebagai sarana penambah wawasan bagi peneliti dalam rangka
pengembangan ilmu yang telah didapat dibangku perkuliahan.
c) Sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar Sarjana Strata Satu
(S1) dalam Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Shultan Thaha Shaifuddin Jambi.
5
E. Kerangka Teori
1. Konsep Metode Dakwah
a. Pengertian Metode Dan Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta”
(melalui) dan “hodos” (jalan atau cara)8. Dengan demikian kita dapat
artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode
berasal dari bahasa jerman methodica, artinya ajaran tentang metode.
Dalam bahasa yunani metode berasal dari methodos artinya jalan yang
dalam bahasa arab disebut thariq.
Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses
pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan dakwah Menurut
bahasa, Kata dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’wah, sebagai
bentuk masdar dari kata kerja da-aa yad’uu. Kata dakwah menurut arti
bahasa memiliki beberapa arti antara lain:
1. Mengharapkan dan berdoa kepada Allah SWT.
2. Memanggil dengan suara lantang,
3. Mendorong seseorang untuk memeluk suatu keyakinan
tertentuMemanggil dan menyeru.9
Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakaratau ilmuan
adalah sebagai berikut:
1. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu
prosesmenghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan
maksudmemindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.
2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak
manusiauntuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk,
menyuruhmereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan
jelekagar mereka mendapat kebahagian dunia dan akhirat.10
Dakwah pada hakikatnya adalah fardu ain bagi setiap muslim
tidak lepas dari tanggung jawab melaksanakan dakwah Islamnya.
Dilihat dari sudut objeknya, dakwah mempunyai tujuan seebagai
berikut:
a. Tujuan untuk personal: mengusahakan agar terbentuk pribadi
muslim
8M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke1, 1991), 6.
9Masyhur Amin, Dakwah Islam Dan Pesan Moral, (Yogyakkarta: Al Amin Press, Cet. Ke1,
1997), 8. 10
Faiza Dan Lalu Muchin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group
Kencana, Cet. ke1, 2006), 7.
6
yang memeluk Islam secara kaffah.
b. Tujuan untuk keluarga: mengusahakan agar terbentuk
keluargakeluarga yang sakinah penuh mawadah dan warahma.
c. Tujuan sosial: mengusahan agar terbentuk suatu realitas masyarakat
yang islami.
d. Tujuan international: mengusahakan agar masyarakat dunia dapat
menikmati rahmatnya islam.11
Sedangkan dalam segi materinya dakwah itu memiliki tujuan tertentu
yakni:
1) Tujuan akidah: mengusahakan agar akidah Islam itu tertananam
dengan mantab dihati seseorang, bebas dari sikap ragu atau syak.
2) Tujuan hukum: mengusahakan agar manusia memiliki kesadaran
untuk mematuhi hukum-hukum yang telah di syariatkan oleh Allah
SWT dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3) Tujuan akhlak: mengusahakan agar terbentuknya pribadi-pribadi
muslim yang menghiasi dirinya dengan aklhlaqul karimah.
b. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah
1. Metode dakwah bil lisan
Dakwah Bil Lisan adalah suatu kegiatan dakwah yang
dilakukan melalui lisan atau perkataan, maka kemudian dapat
dibedakan menjadi beberapa bentuk dakwah bil lisan, diantaranya
yaitu:
a) Tabligh, Arti dasar tabligh adalah menyampaikan. Dalam
aktivitas dakwah tabligh berarti menyampaikan ajaran Islam
kepada orang lain, yang biasanya lebih bersifat pengenalan
dasar tentang Islam. Tabligh adalah usaha menyampaikan dan
menyiarkan pesan Islam yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok bak secara lian maupun tulis.12
b) Nasehat merupakan suatu tindakan yang dimana dilakukan
untuk menghendaki kebaikan seseorang, dan merupakan suatu
11
Masyhur Amin, Dakwah Islam Dan Pesan Moral, (Yogyakkarta: Al Amin Press, Cet. Ke1,
1997), 15-17. 12
Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. Ke.1 2004), 20.
7
kawajiban bagi setiap muslim agar saling menjaga keagamaan
satu sama lain.
c) Khotbah, kata khotbah berasal dari susunan tiga huruf, yaitu
kha’ ,tha’,ba’ ,yang dapat berarti pidato atau meminang. Arti
asal khotbah adalah bercakap-cakap tentang masalah yang
penting. Dari pengertian tersebut kemudian dapat dikatakan
khotbah merupakan pidato yang disampaikan untuk
menunjukkan kepda pendengar mengenai pentingnya suatu
pembahasan.13
d) Ceramah dilakukan untuk menyampaikan keterangan, petunjuk,
pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada mad’u
secaran lisan.14
Dalam metode ceramah ini informasi yang
disampaikan biasanya dikemas secara ringan, informatif, dan
tidak mengundang perdebatan.
e) Diskusi, dakwah dengan menggunakan metode diskusi ini dapat
memberikan peluang kepada peserta diskusi atau mad’u untuk
memberikan sumbangan pemikiran terhadap suatu masalah atau
materi
dakwah yang disampaikan, yang kemudian akan menimbulkan
beberapa kemungkinan jawaban yang dapat dijadikan sebagi
alternatif pilihan jawaban yang lebih beragam.
f) Retorika adalah seni dalam berbicara untuk mempengaruhi
orang lain melalui pesan dakwah.
g) Propaganda atau Di’ayah adalah suatu upaya untuk menyiarkan
Islam dengan cara mempengaruhi dan membujuk massa secara
massa dan persuasif.15
h) Tanya Jawab, metode tanya jawab ini dipandang efektif dalam
kegiatan dakwah, kerena dengan metode ini objek dakwah
dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari mad’u sehingga
akan timbul feedback antara subjek dan ojek dakwah. Dalam
proses tanya jawab, persoalan yang ditanya mad’u kepada da’i
13
Ali Aziz, Ilmu Dakwah, 28. 14
Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, Cet. Ke2, 2009), 10. 15
Samsul Munir, Ilmu Dakwah, 103.
8
tidak hanya berkisar pada topik yang dibahas da’i ketika
dakwah, namun juga masalah-masalah yang sedang dihadapi
mad’u, seperti masalah tata cara beribadah, cara berdoa yang
baik, cara berhubungan dengan orang non muslim.16
Seorang
pendakwah yang profesional menguasai psikologi Islam dan
komunikasi Islam agar mereka dapat meluruskan jiwa para
jamaah dakwahnya sehingga umat Islam memiliki kesehatan
jasmani dan kesehatan jiwa yang prima.17
2. Metode Dakwah Bil Qalam
Pengertian dakwah Bil Qalam yaitu mengajak manusia dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah
Swt. lewat seni tulisan. Pengertian dakwah Bil Qalam adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
menurut perintah Allah SWT melalui seni tulisan. Maka, jadilah
Dakwah Bil kalam sebagai konsep “dakwah melalui pena”, yaitu
dengan membuat tulisan di media massa. Karena menyangkut
tulisan, Dakwah Bil kalam bisa diidentikkan dengan istilah
“Da’wah Bil Kitabah” dakwah melalui tulisan.
Metode ini telah diaplikasikan pada zaman Rasulullah. Karena,
pada saat itu, tradisi tulis menulis sudah berkembang. Terbukti
ketika Rasulullah menerima wahyu, beliau langsung
memerintahkan kepada para sahabat yang memiliki kemampuan
untuk menulis wahyu yang diterimanya. Padahal saat itu secara
teknis sulit untuk melakukan tulismenulis disebabkan belum
tersedianya sarana seperti kertas dan alat tulis pena, disamping
budaya yang kurang mendukung. Tetapi para sahabat berupaya
untuk melakukannya. Begitu juga terhadap hadits Rasulullah,
sebagian sahabat yang memiliki kemampuan menulis dengan baik
banyak yang menulis hadits, meskipun ada sebagian riwayat yang
mengatakan bahwa sahabat dilarang untuk menulis Hadits.Seperti
yang dikatakan Ali Bi Abi Thalib “Tulisan adalah tamannyapara
16
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet. Ke1,
2011), 124. 17
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, (Jakarta: Amzah, Cet. Ke1,2012),10.
9
ulama,”. Lewat tulisan-tulisanlah para ulama “mengabadikan”
danmenyebarluaskan pandangan-pandangan keislamannya.
Dakwah Bil Kalamyang telah dilakukan para ulama salaf dan
cendekiawan muslim terdahulu,telah melahirkan sejumlah “kitab
kuning”. Mungkin, jika tidak dituangkandalam tulisan, pendapat
para ulama dan mujtahid sulit dipelajar dandiketahui dewasa
ini.Keunggulannya yaitu : Materi dapat mengena langsung dan
dapat dikenang oleh mad’u, seandainya lupa bisa di lihat dan di
pelajari lagi materidakwahnya, dan dapat di pelajari dan di hafal.
Kelemahannya yaitu:Mengeluarkan biaya besar, tidak semua orang
bisa membaca, karenasasaran dakwah tidak hanya pada anak
remaja dan dewasa, anak kecil danorang tua pun menjadi sasaran
dakwah, dan tidak sedikit orang yang malasmembaca, mereka lebih
senang mendengarkan dan melihat.
3. Metode Dakwah Bil Hal
Dakwah Bil Hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang
dilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap
kebutuhan penerima dakwah, sehingga tindakan nyata tersebut
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah.
Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan
masyarakat sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit.18
Tema utama dakwah ke lapisan bawah adalah dakwah Bil Hal,
yaitu dakwah yang diletakkan kepada perubahan dan perhatian
kondisi material lapisan masyarakat miskin. Dengan perbaikan
kondisi material itu diharapkan dapat mencegah kecenderungan ke
arah kekufuran karena desakan ekonomi.19
Bergaul dengan remaja dan berinteraksi dengan para remaja
inilah seorang dai akan lebih mudah dalam menyebarkan
dakwahnya. Karena dengan begitu dapat mengerti karakter dari
mad’u sehingga dapat menentukan metode yang tepat dalam
18
Armawati Arbi,*- Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, 178. 19
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh,182.
10
menyampaikan ajaran islamnya.20
Menyelenggarakan pendidikan
bagi masyarakat secara luas, yaitu dengan cara mewujudkan
gamelan sekatan, kesenian wayang kulit yang sarat berisikan ajaran
islam , merintis permainan-permainan anak yang berisikan ajaran
islam, serta mengajarkan lagu-lagu jawa yang disisipi dengan
ajaran Islam.21
Dakwah Bil Hal dalam artian bahwa, lembaga tidak
hanya berpusat di masjid-masjid, di forum-forum diskusi,
pengajian, dan semacamnya. Dakwah harus mengalami
desentralisasi kegiatan. Ia harus berada di bawah, di pemukiman
kumuh, di rumah-rumah sakit, di teater-teater, di studio-studio film,
musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat perdagangan,
ketenagakerjaan, di pabrik-pabrik, di tempat-tempat gedung
pencakar langit, di bank-bank, di pengadilan dan sebagainya.22
2. Materi Dakwah
Materi dakwah (maddah ad da’wah) adalah pesan-pesan dakwah Islam
atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah,
yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada dalam Kitabullah maupun Sunnah
Rasul-Nya. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada objek dakwah
adalah pesan-pesan yang berisi ajaran Islam. Meliputi bidang akidah,
syariah (ibadah dan muamalah) dan akhlak. Semua materi dakwah ini
bersumber pada Alqur’an, As-Sunnah Rasulullah Saw, hasil ijtihad ulama,
sejarah peradaban Islam.23
Dalam istilah komunikasi, materi dakwah atau Maddah Ad-Da’wah
disebut dengan istilah message (pesan).24
Menurut Asmuni Syukir , materi
dakwah dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu:25
a. Akidah
Akidah adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh
setiap umat Islam berdasarkan dalil aqli dan naqli (nash dan akal).26
Akidah
disebut tauhid dan merupakan inti dari kepercayaan. Tauhid adalah inti
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Islam, Akidah
20
Wahyu Ilaihi, Wahyu. Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Group,
2007), 174. 21
Wahyu Ilaihi, Wahyu. Pengantar Sejarah Dakwah, 176. 22
Andi Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), 133. 23
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta, PT. Rajagrofindo Persada, 2011), 13 24
Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), 88 25
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, ( Surabaya: Al Ikhlas, 1983), 60 26
Zainudin, Al Islam 1: Aqidah dan Ibadah, (Jakarta: Pusaka Setia, 2004), 49
11
merupakan I’tiqad bathiniyyah yang mencakup masalah-masalah yang erat
hubungannya dengan rukun iman.
b. Syariah
Secara bahasa, syariah artinya peraturan atau undang-undang.
Sedangkan secara istilah, syariah adalah hukum-hukum yang ditetapkan
Allah SWT untuk mengatur manusia baik dalam hubungannya dengan
Allah SWT, dengan sesama manusia, dengan alam semesta dan dengan
makhluk ciptaan lainnya.27
Syariah ditetapkan oleh Allah untuk kaum
muslimin, baik yang dimuat dalam Alqur’an maupun dalam Sunnah Rasul.
c. Akhlak
Akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu akhlaq
dalam bentuk jamak, sedang mufrodnya adalah khuluq. Selanjutnya makna
akhlak secara etimologis akan dikupas lebih mendalam. Kata khuluq
(bentuk mufrod dari akhlaq) ini berasal dari fi’il madhi khalaqa yang dapat
mempunyai bermacam macam arti tergantung pada masdar yang
digunakan. Ada beberapa kata arab seakar dengan kata al-khuluq ini
dengan perbedaan makna. Karena ada persamaan akar kata, maka berbagai
makna tersebut tetap saling berhubungan. Diantaranya adalah kata al-khalq
artinya ciptaan. Daam bahasa Arab al-khalq artinya menciptakan sesuatu
tanpa didahului oleh sebuah contoh atau dengan kata lain menciptakan
sesuatu dari tiada.
Ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas
perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya.
Akhlak dalam Islam bukanlah norma ideal yang tidak dapat
diimplementasikan dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari
kebaikan norma sejati. Dengan demikian yang menjadi materi akhlak
dalam Islam adalah mengenai sifat dan kriteria perbuatan manusia serta
berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya. Karena semua manusia harus
mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya, maka Islam mengajarkan
kriteria perbuatan dan kewajiban yang mendatangkan kebahagiaan, bukan
siksaan.28
27
Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), 23 28
M. Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), 24
12
3. Konsep Majelis Taklim
a. Pengertian Majelis Taklim
Dari segi etimologis Majelis Taklim berasal dari bahasa Arab,
yang terdiri dari dua kata “Majelis” dan “Taklim”. Majelis artinya
tempat duduk,tempat sidang, dewan. Taklim yang diartikan dengan
pengajaran.29
Dengan demikian secara bahasa Majelis Taklim adalah
tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.
Secara istilah, pengertian majelis taklim sebagai mana dirumuskan
pada musyawarah majelis taklim se-DKI Jakarta tahun 1980 adalah:
lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum
tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh
jama’ah yang relatif banyak, bertujuan untuk membina dan
mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dan sesamanya, serta antara
manusia dengan lingkungannya dalam rangka membina masyarakat
yang taqwa kepada Allah SWT.
Berdasarkan pengertian diatas, tampak bahwa penyenggaraan
Majelis Tak’lim berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan Islam
lainya. Seperti pesantren dan madrasah, baik menyangkut sistem,
materi maupun tujuan. Hal ini dapat dilihat bahwa perbedaan antara
majelis taklim dengan yang lainnya, sebagai berikut:
1) Majelis taklim adalah lembaga pendidikan non formal Islam.
2) Waktu belajarnya berkala tapi teratur, tidak setiap hari sebagaimana
halnya sekolah atau madrasah.
3) Pengikut atau pesertanya disebut jamaah (banyak orang), bukan
pelajar atau santri. Hal ini didasarkan kepada kehadiran di majelis
taklim bukan merupakan kewajban murid menghadiri madrasah atau
sekolah.
4) Tujuan yaitu memasyarakat ajaran islam.
b. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim
Dari sejarah kelahirannya, majelis taklim merupakan lembaga
pendidikan tertua dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman
29
Zakiyah Darajat, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, Cet. Ke2 1980),
9-11.
13
rasulullah SAW. Meskipun tidak disebut dengan Majelis Taklim,
namun pengajian Nabi Muhammad SAW yang berlangsung secara
sembunyi-sembunyi di rumah Arqam bin Abil Arqam dapat dianggap
sebagai Majelis Taklim dalam konteks pengertian sekarang.30
Sementara itu, di Indonesia terutama disaat-saat penyiaran
Islam oleh para wali dahulu, juga mempergunakan Majelis Taklim
untuk menyampaikan dakwahnya. Itulah sebabnya maka untuk
Indonesia, Majelis Taklim juga merupakan lembaga pendidikan tertua.
Barulah kemudian seiring dengan perkembangan ilmu dan pemikiran
dalam mengatur pendidikan, disamping Majelis Taklim yang bersifat
non formal, tumbuh lembaga pendidikan yang lebih formal sifatnya
seperti pesantren, madrasah dan sekolah. Dengan demikian, menurut
pengalaman historis, sistem Majelis Taklim telah berlangsung sejak
awal penyebaran Islam di Saudi Arabia, kemudian menyebar ke
berbagai penjuru dunia Islam di Asia, Afrika dan Indonesia pada
khususnya sampai sekarang. Jika ditinjau dari segi strategi pembinaan
umat, maka dapat dikatakan bahwa Majelis Taklim merupakan wadah
atau wahana dakwah Islamiyah yang murni institusional keagamaan
yang melekat pada agama Islam itu sendiri.31
c. Tujuan Dan Fungsi Majelis Taklim Sebagai Lembaga Nonformal
Ditengah Masyarakat
Manusia meskipun ia sama-sama makluk tetapi masing-masing
memiliki keunggulan dari makluk lain, keunggulan tersebut kecuali
karena manusia memang diciptakan sebagai makluk yang baik dan
sempurna (ahsanu takwin) dengan bentuk tubuh yagn elastis dan
dinamis, juga kerena anugrah yag di antaranya yaitu akal. Akal adalah
lebih tepat diterjemakan sebagai jalinan antara rasa dan rasio yang
dalam bahasa Inggris disebut sebagai mind akal mampu menerima
segala sesuatu yang bisa ditangkat dengan indera, bahkan hal-hal diluar
pengalaman empiris, karena dalam akal terdapat unsur rasa yang
30
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1988), 14. 31
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam Dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke3
1995), 119-120.
14
membuat rasa percaya.32
Hubungan masyarakat merupakan kegiatan
melaksanakan hubungan dengan publik diluar dan didalam organisasi
dengan jalan berkomunikasi. Sudah tentu komunikasi yang dilakukan
tidak sembarangan, melainkan dengan cara-cara disertai seni-seni
berkomunikasi tertentu yang merupakanobjek ilmu komunikasi.33
Adanya majelis taklim di tengah-tengah masyarakat bertujuan
untukmenambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong
pengalaman
ajaran agama, sebagai ajang silaturahmi anggota masyarakat, dan untuk
meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan
lingkungan jamaahnya.34
Masih dalam konteks yang sama, majelis
taklim juga berguna untuk membina dan mengembangkan kehidupan
beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada
Allah SWT, menjadi taman rohani, ajang silaturrahim antara sesame
muslim, dan menyampaikan gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi
pembangunan umat dan bangsa. Sementara itu, maksud diadakannya
majelis taklim menurut adalah: 35
1. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal
yang gaib
2. Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan
hidup manusia dan alam semesta.
3. Sebagai inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi
jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal
dan optimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja
produktif untuk kesejahteraan bersama.
4. Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang
padat dan selaras.
Masih dalam konteks yang sama, tujuan majelis taklim adalah
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di
kalangan masyarakat Islam, meningkatkan amal ibadah
masyarakat, mempererat tali silaturrahmi di kalangan jamaah,
membina kader di kalangan umat Islam, membantu pemerintah
dalam upaya membina masyarakat menuju ketakwaan dan
mensukseskan program pemerintah di bidang pembangunan
32
Kaelany, Islam Kependudukan Dan Lingkungan Hidup, (Jakarta: PT Rhineka Cipta, Cet. Ke
1, 1996),. 43. 33
Onong Uche Jana Efendi, Hubungan Masyarakat, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet.
Ke7, 2006),.18. 34
Alawiyah, Tuti, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung: Mizan, Cet.
Ke1,1997),78. 35
M. Habib Chirzin, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, Cet. Ke7, 1997), 77.
15
keagamaan. Apabila dilihat dari makna dan sejarah berdirinya
majelis taklim dalam masyarakat, bisa diketahui dan dimungkinkan
lembaga dakwah ini berfungsi dan bertujuan sebagai berikut:
a) Tempat belajar-mengajar
b) Lembaga pendidikan dan keterampilan
c) Wadah berkegiatan dan berkreativitas
d) Pusat pembinaan dan pengembangan
e) Jaringan komunikasi, ukhuwah dan silaturahim.36
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, metodologi kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Pendeketan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistik (utuh).37
Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian
kualitatif sebagai suatu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia, baik dalam
kawasannya maupun peristilahannya.38
Pendekatan kualitatif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-
data yang diperoleh baik berupa gambar, ucapan maupun tulisan yang dapat
diamati dari subyek itu sendiri. Pendekatan ini lebih peka serta dapat
menyesuaikan dengan metode penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara
sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan
antara fenomene yang diteliti. Teknik deskriptif adalah pencarian fakta
pencarian fakta interpretasi yang tepat.39
Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif
sebagai berikut:
a) Karena penelitian deskriptif kualitatif bersifat integral, artinya bisa
menangkap gejala-gejala utuh sehingga metode ini tepat untuk
menggali data yang diharapkan oleh peneliti.
36
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke1, 2013), 140. 37
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: RemajaRodakarya,2000).3 38
Lexy,J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: RemajaRodakarya,2000),4 39
M. Nasir, Metode penelitian(Jakarta:Ghalia Indonesia, Cet 3,1998). 521
16
b) Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif ini
kevaliditan data dapat diperoleh. Hal ini dikarenakan dalam metode
tersebut ada teknik pemeriksaan keabsahan data.
2. Setting dan Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih Kecamatan Kota Baru, Kota
Jambi sebagai lokasi penelitian. Adapun yang menjadi sasaran dalam
penelitian ini terdapat di Kecamatan Kota Baru, diketahui bahwa disana ada
terdapat beberapa majelis taklim. Pemilihan subyek penelitian ini,
didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut:
a. Lokasi Kecamatan Kota Baru Kota Jambi merupakan kawasan
pinggiran perkotaan dimana masyarakatnya masih dalam proses
perubahan, baik dalam ilmu agama untuk meningkatkan Ukhwah
Islamiyahnya.
b. Modernitas yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Kota Baru Kota
Jambi ini merupakan fokus utama dalam penelitian ini dikarenakan
benturan antara masyarakat yang modern denagan metode dakwah
yang berbeda-beda.
3. Sumber dan Jenis Data
a. Sumber data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana
data dapat diperoleh.40
Dalam penelitian ini menggunakan sumber data,
yaitu:
1) Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban
lisan melalui wawancara, dalam hal ini dapat dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
a) Person primer: da’i atau pendakwah yang terdapat di Kecamatan
Kota baru
b) Person sekunder: masyarakat Kecamatan Kota Baru, atau ibu-ibu
majelis taklim.
2) Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan
diam atau bergerak. Dalam hal ini:
40
SuharsimiArikunto,ProsedurPenelitianSuatuPendekayanPraktik,(Jakarta:PT.RenikaCipta,2
006),129
17
a) Diam: visi misi, tatanan ruang, kondisi atau keadaan majelis
taklim.
b) Bergerak: kegiatan yang ada di majelis taklim, kinerja atau peran
pendakwah , dll.
3) Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar, atau simbol-simbol lainnya. Dalam hal ini peneliti
ingin memperoleh data berupa sejarah berdirinya majelis taklim,
keadaan sarana prasarana, struktur organisasi, dan lain-lain.
b. Jenis data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat peneliti
klarifikasikan dalam dua jenis yaitu jenis data primer dan jenis data
sekunder.
1) Jenis data primer, merupakan data literatur yang secara lansung yang
terkait dengan pokok permasalahan. Yaitu jenis data tentang metode
dan materi dakwah pada majelis taklim Kecamatan Kota Baru, Kota
Jambi.
2) Jenis data sekunder, merupakan jenis data yang memiliki keterkaitan
pokok permasalahan penelitian ini atau data yang bersifat melengkapi
data primer.41
yaitu data tentang sejarah, struktur, dan geografis
kecamatan, dan sejarah perkembangan majelis taklim di Kecamatan
Kota Baru Kota Jambi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan 3 macam teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk
kemudian dilakukan pencatatan-pencatatan.42
Dalam penelitian ini
peneliti melakukan pengamatan sekaligus mengikuti kegiatan dakwah
yang dilakukan oleh Jamaah majelis taklim. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan pengamatan sekaligus mengikuti kegiatan dakwah
41
TimPenyusun,PanduanPenulisanKaryaIlmiahMahasiswaFakultasUshuluddinIAINSulthanT
hahaSyaifuddinJambi,(Jambi:Fak.UshuluddinIAINSTSJambi,2016),Hal,44-45. 42
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:
RinekaCipta,2004),63
18
yang dilakukan oleh majelis taklim. Hal ini dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui bagaimana metode dakwah majelis taklim dan
aplikasi dakwah mereka di tengah modernitas zaman dengan indikator
kegiatan dakwah, materi dakwah, metode dakwah, media dakwah dan
lain sebagainya. Adapun data yang sudah peneliti dapatkan dari
observasi ini adalah kegiatan dakwah, media yang digunakan, dan
aplikasi majelis taklim ditengah modernitas masyarakat Kecamatan
Kota Baru Kota Jambi.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.43
Wawancara juga bisa diartikan sebagai teknis dalam upaya
menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses
pemecahan masalah tertentu, yang sesuai dengan data.44
Penelitian ini
menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur yang sering juga
disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara
kualitatif, atau wawancara terbuka. Wawancara tak tersruktur ini
bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap
pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik soasial
budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan dan lainlain)
informan yang dihadapi.45
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.46
Dokmen yang
dignakan pada penelitian ini berupa foto kegiatan dakwah Jamaah
Tabligh dan arsip dokumen-dokumen terkait.
43
S. Nasution, Metode Researt,(Jakarta:Bumi Aksara,1996),.113 44
Wardi Bacthiar, Metodologi Penelitian Dakwah,(Jakarta:Logos,1997),72 45
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:remajaRosdakarya,2004), 181 46
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Refisi,(Yogyakarta:Rineka Cipta,1992),2000
19
5. Teknik Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, selanjutnya data tersebut dianalisis.
Sedangkan analisis data menurut Patton, adalah proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar.47
Dikumpulkan, kemudian dikelompokkan. Penyusunan teori disini
berasal dari bawah keatas (grounded theory), yaitu dari sejumlah data yang
banyak kumpulan yang saling berhubunagan.48
Penelitian ini menggunakan
analisis secara induktif.
Analisis ini merupakan pembentukan abstraksi bersadarkan bagian-
bagian yang telah Analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai
berikut:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistensikan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menempatkan pola dan hubungan-hubungan dan
membuat temuan-temuan umum.49
6. Pemeriksaan keabsahan data
Untuk memperoleh data yang terpecaya dan dapat dipercayai, maka
peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan
dengan empat cara, yaitu :
a. Perpanjangan keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat
keikutsertaan peneliti di lokasi secara Iangsung dan cukup lama, dalam
upaya mendeteksi dan memperhitungkan penyimpangan yang mungkin
mengurangi keabsahan data, karena kesalahan penilaian data (data
distortion) oleh peneliti atau responden, disengaja atau tidak sengaja.
b. Ketekunan pengamatan
47
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rodakarya,
2000),280 48
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rodakarya,
2000),10-11 49
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 327-329
20
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara seksama dan berkesinambungan terhadap faktor--
faktor yang diutamakan dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut
selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti dapat memahaminya.
Ketekunan pengamatan dilakukan dalam upaya mendapatkan
karakteristik data yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
rinci. Hal ini diharapkan pula agar dapat mengurangi kesalahan data
yang mungkin timbul akibat keterburuan peneliti untuk menilai suatu
persoalan, ataupun kesalahan data yang timbul dari kesalahan
responden yang memberikan data secara tidak tepat.50
c. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan
pengecekan reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat
perbandingan berbagai data yang diperoleh dari berbagai informan.
Terdapat empat macam teknik trianggulasi yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yaitu teknik pemeriksaan menggunakan sumber, metode,
penyidik, dan teori.51
1) Trianggulasi sumber merupakan teknik yang dilaksanakan dengan
membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu
informasi yang didapatkan tersebut.
2) Trianggulasi metode merupakan teknik yang dilaksanakan dengan
mengecek informasi yang didapatkan bersamaan dengan metode
yang dilakukan.
3) Trianggulasi penyidik merupakan teknik yang dilaksanakan dengan
jalan memamfaatkan peneliti dan pengamat lainnya dalam
mengecek kepercayaan data.
4) Trianggulasi teori merupakan teknik yang dilaksanakan dengan
melakukan perbandingan terhadap data yang didapatkan.
d. Diskusi Dengan Teman Sejawat
50
Tim Penyusun,Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, 66. 51
Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, 330-332.
21
Diskusi merupakan langkah akhir untuk menjamin keabsahan
data, peneliti akan melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna
memastikan bahwa data yang diterima benar-benar nyata dan bukan
persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut
peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, dan saran
yang berharga dan konstruktif dalam meninjau orisinalitas data yang
telah didapatkan.52
G. Studi Relevan
Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang
dikajioleh penulis. Judul-judul tersebut antara lain:
1. Fungsi Majelis Taklim At-Takwa Dalam Mengembangkan
SolidaritasDan Integrasi Sosial Masyarakat Di RT.04 LK.11 Kelurahan
Way DadiSukarame Kota Bandar Lampung, skripsi ditulis oleh Ertesi
Nova, JurusanPengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah Dan
Ilmu Komunikasi, IAIN Raden Intan Bandar Lampung, tahun 2016.53
Dari
penelitian ini ditemukan bahwa Fungsi Majelis Taklim At-Takwa Dalam
Mengembangkan Solidaritas Dan Integrasi Sosial Masyarakat Di RT.04
Lk.11 Kelurahan Way Dadi Sukarame Kota Bandar Lampung ialah
sebagai pemberi pengkajian agama islam melalui pembinaan masyarakat
jamaahnya dalam mengamalkan ajaran agama Islam agar menjadi
manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Dalam mewujudkan
fungsinya, Majelis Taklim At-Takwa merealisasikan melalui pendekatan
pembinaan dan bimbingan agama Islam diantaranya metode dialogis,
metode persuadif, metode pengawasan dan metode pengembangan. Dalam
usahanya mengembangkan solidaritas dan integrasi sosial masyarakat,
Majelis Taklim melakukan pengkajian keagamaan kepada masyarakat,
Majelis Taklim At-Takwa memberikan materi yang dikaji diantara lain:
materi akidah, materi syariah (ibadah/muamalah) dan materi akhlak atau
tarikh. Dimana dalam proses pengkajiannya, majelis taklim lebih
menekankan pada dampak sosial jamaahnya. Dari penelitian ini
didapatkan beberapa indikator pencapaian dari serangkaian kegiatan
52
Tim Penyusun,Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, 68. 53
Ertesi Nova, “Fungsi Majelis Taklim At-Takwa Dalam Mengembangkan Solidaritas Dan
Integrasi Sosial Masyarakat Di Rt.04 Lk.11 Kelurahan Way Dadi Sukarame Kota Bandar Lampung”,
(Skripsi Program Pengembangan Masyarakat Islam, IAIN Raden Intan, Lampung, 2012), 80.
22
Majelis Taklim At-Takwa adalah bahwa jamaah dapat memahami ajaran
agama Islam dan masuk islam secara keseluruhan, masyarakat dapat
mengamalkan ajaran agama Islam dengan penuh kesadaran serta memiliki
semangat kerja keras dan terciptanya ukhuwah Islamiyah. Faktor
pendorong yang mendasari Majelis Taklim At-Takwa dalam
megembangkan solidaritas dan integrasi sosial masyarakat, diantaranya:
keadaan masyarakat indonesia dan dunia yang sering kali berrikai pada
urusan pandangan masing-masing tokoh ormas, serta kebutuhan dan
keinginan masyarakat RT. 04 LK II Kelurahan Way Dadi dalam
mengamalkan ajaran Islam ditengan masyarakat yang heterogen,
panggilan dakwah Islamiyah dari seorang ustad dan juga panggilan
tuntutan ilmu bagi jamaah dan sesama muslim laki-laki maupun muslim
perempuan dalam memahami hakikat manusia dan Allah SWT sebagai
tuhannya.
2. Pengaruh Majelis Taklim Terhadap Peningkatan Religiusitas Masyarakat
Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik, Skripsi Ini Di
Tulis Oleh Siti Nur Hidayah, Program Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009.54
Pada penelitian
ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif, yakni
metode yang menggunakan rumus-rumus statistik yang sesuai dengan
permasalahan yang ada. Karena penelitian ini berusaha untuk mengetahui
pengaruh antara majelis ta’lim dan religiusitas, maka sesuai dengan rumus
statistic menggunakan rumus regresi linier yaitu Y = a+bx. Dan data yang
diperoleh untuk rumus tersebut adalah data dari hasil penyebaran angket
kepada masyarakat desa Tanjung, Kedamean, Gresik. Khususnya para
jamaah Majelis Ta’lim yang berjumlah 40 orang yang merupakan hasil
sample 25% dari jumlah populasi 160 orang. Dari hasil penyebaran
angket, kegiatan Majelis Ta’lim diperoleh skor rata-rata 3.1 yang tergolog
baik dan religiusitas juga diperoleh skor rata-rata yang sama baik yakni
3.1. Serta analisis data melalui rumus regresi linier diperoleh hasil Y =
73.79+0.031X, jika Majelis Ta’lim (X) ditingkatkan 40% maka
religiusitas masyarakat desa Tanjung, Kedamean, Gresik akan bertambah
54
Siti Nur Hidayah, skripsi tentang majelis taklim, diakses pada tanggal 28 maret 2019, pukul
19.00 melalui Http://digilib.uinsby.ac.id
23
menjadi Y = 73.79+0.031(40) akan terima yakni ada pengaruh antara
Majelis Ta’lim dengan peningkatan religiusitas masyarakat desa Tanjung,
Kedamean, Gresik.
3. Peran Majelis Taklim dalam Meningkatkan Ibadah Bagi Masyarakat di
desaTelukjambe Karawang, skripsi di tulis oleh Iwan Hermawan,
universitassingaperbangsa karawang, 2012.55
Majelis taklim adalah salah
satu lembaga pendidikan diniyah nonformal yang bertujuan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada AllahSWT dan akhlak mulia bagi
jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alamsemesta. .Dalam
prakteknya, majelis taklim merupakan tempat pengajaranatau pendidikan
agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat olehwaktu. Penelitian
ini bertujuan untuk mengungkapkan data tentang peran Majelis taklim
dalam meningkatkan ibadah masyarakat di desa Telukjambe serta faktor
penghambat dan pendukung peran majelis taklim dalam meningkatkan
pengamalan ibadah masyarakat Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik penyebaran angket kepada jamaah majelis taklim dan observasi
dilakukan untuk melihat langsung terhadap realitas majelis dan kondisi
obyektif majelis taklim..Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya
diaadakan pengolahan dan analisa data.Untuk data hasil observasi
digunakan penafsiran logika., data hasil angket digunakan skala
prosentasi. Hasil penemuan dan penelitian tentang peran majlis taklim ini
membuktikan bahwa keberadaan majelis taklim mampu memberikan
tambahan ilmu dan pengetahuan bagi masyarakat dalam meningkatkan
ibadah dan akhlak masyarakat dengan kategorii baik Pada penelitian ini
peneliti mengkaji beberapa penelitian. Penelitian tersebut digunakan
sebagai bahan kajian pendukung dalam penelitian ini.
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan masalah yang
penulis angkat dalam penelitian ini antara lain memiliki subjek yang sama
yaitu Majelis Taklim, namun penelitian yang dilakukan oleh penulis
berbeda dengan penelitian yang sebelunya karena penulis berfokus pada
metode dakwah majelis taklim pada masyarakat Kecamatan Kota Baru
Kota Jambi.
55
Iwan Hermawan, skripsi tentang majelis taklim, diakses pada tanggal 28 maret 2019, pukul
19.00 melalui Https://Unsika.Ac.Id
24
BAB II
PROFIL KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI
A. Sejarah Kecamatan Kota Baru Kota Jambi
Kecamatan Kotabaru dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 6 tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah
Tingkat II Jambi dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Hari jo Peraturan
Daerah Kota Jambi Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pembentukkan Organisasi
Kecamatan dan Kelurahan dalam Kota jambi (lembaran Daerah Kota Jambi
Nomor 32 tahun 2009). (tujuh) Kelurahan, Dalam upaya mendekatkan
pelayanan pemerintah kepada masyarakat sehubungan dengan bertambahnya
jumlah penduduk, kecamatan Kotabaru dimekarkan menjadi 10 (sepuluh )
kelurahan melalui Perda Kota Jambi Nomor 32 tahun 2002.56
Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang
berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, telah diterbitkan
Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP). Pelaksanaan lebih lanjut didasarkan atas
pedoman penyusunan penetapan kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
InstansiPemerintah Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara ReviewatasLaporan Kinerja Instansi
Pemerintah.Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggung
jawaban secara periodik.Untuk mencapai Akuntabilitas Instansi Pemerintah
yang baik, Kecamatan KotabaruKota Jambiselaku unsur pembantu pimpinan,
dituntut selalu melakukan pembenahan kinerja. Pembenahan kinerja
diharapkan mampu meningkatkan peran serta fungsi Kecamatan sebagai
subsistem dari sistem pemerintahan daerah yang berupaya memenuhi aspirasi
masyarakat.Dalam perencanaan pembangunan daerah Kota Jambi, capaian
tujuan dan sasaran pembangunan yang dilakukan tidak hanya
mempertimbangkan visi dan misi daerah, melainkan keselarasan dengan
56 Anonym, profil kecamatan kota baru kota jambi, diakses pada tanggal 5 november 2019
pukul 12.45, melalui http://keckotabaru.jambikota.go.id/profil/detail/2/selayang-pandang
25
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai padalingkup Pemerintahan Kota,
Provinsi dan Nasional.Terwujudnya suatu tata pemerintahan yang baik dan
akuntabel merupakan harapan semua pihak. Berkenan harapan tersebut
diperlukan pengembangan dan penerapan system pertanggungjawaban yang
tepat, jelas, terukur legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih
dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN).Sejalan dengan pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaran negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme, maka di terbitkan Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang
SistemAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Sehubungan
dengan hal tersebut KecamatanKotabaruKota Jambidiwajibkan untuk
menyusun Laporan Kinerja (LKj). Penyusunan LKj Kecamatan Kota baru
Kota Jambi Tahun 2017yang dimaksudkan sebagai perwujudan akuntabilitas
penyelenggaraan kegiatan yang dicerminkan dari pencapaian kinerja, visi,
misi, realisasi pencapaian indikator kinerja utama dan sasaran dengan target
yang telah ditetapkan.57
B. Letak Geografis Kecamatan Kota Baru Kota Jambi
Kecamatan Kota baru terletak di Pusat Pemerintahan Kota
Jambidengan memiliki luas tanah sebesar 38,21KM2.Secara administratif
Kecamatan Kota baru dibatasi oleh :
Bagian Selatan: Kabupaten Muaro Jambi
Bagian Utara : Kecamatan Telanaipura
Bagian Timur : Kecamatan Jambi Selatan
Bagian Barat : Kecamatan Alam Barajo
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2008
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan dan Kelurahan di
Lingkungan Pemerintah Kota JambiKedudukan Kecamatan merupakan
wilayah kerjaCamat sebagai perangkat daerah yang dipimpin oleh Camat,
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris
Daerah. Kecamatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan Walikota kepada Camat untuk
57
Anonym, profil kecamatan kota baru kota jambi, diakses pada tanggal 5 november 2019
pukul 12.45, melalui https://jambikota.go.id/new/wp-content/uploads/LKJ-Kec.-kobar-2017.pdf
26
menangani sebagian urusan otonomi daerah.Untuk melaksanakan tugas pokok
dan kewajibannya, Kecamatan Kotabarumempunyai fungsisebagai berikut:
1. Penyelenggaraan Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian Pemerintah
Kecamatan dan Kelurahan.
2. Penyelenggaraan Batas Kelurahan.
3. Penyelenggaraan Pembinaan tertib administrasi kependudukan dan
Pertanahan.
4. Penyelenggaraan Perencanaan, Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan
Pembangunan Kecamatan.
5. Penyelenggaraan Pembinaan Peningkatan Pangan, Gizi dan Kesejahteraan
Masyarakat.
6. Penyelenggaraan Pembinaan Perekonomian Masyarakat, Kebersihan,
Lingkungan hidup, mental dan spiritual.
7. Penyelenggaraan pembinaan Polisi Pamong Praja, Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat, Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat di
Kecamatan.
8. Penyelenggaraan dan Pengelolaan Administrasi Kecamatan.58
C. Perencanaan Kinerja Dan Visi Misi Kecamatan Kota Baru Kota Jambi
Pada penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2017ini, mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014tentang tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara ReviewatasLaporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Rencana Strategis Kecamatan Kota baru Kota Jambi adalah merupakan
dokumen yang disusun melalui proses sistimatis dan berkelanjutan serta
merupakan penjabaran dari pada Visi dan Misi Kepala Daerah yang terpilih
dan terintegrasi dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Daerah
yang bersangkutan, dalam hal ini Kecamatan KotabaruKota Jambi. Rencana
Strategis Kecamatan KotabaruKota Jambiyang ditetapkan untuk jangka waktu
5 (lima ) tahun yaitu dari tahun 2013sampai dengan Tahun 2018. Penetapan
jangka waktu 5 tahun tersebut dihubungkan dengan pola pertanggung jawaban
Walikota terkait dengan penetapan /kebijakan bahwa Rencana Strategis
58 Anonym, profil kecamatan kota baru kota jambi, diakses pada tanggal 5 november 2019
pukul 12.45, melalui https://jambikota.go.id/new/wp-content/uploads/LKJ-Kec.-kobar-2017.pdf
27
Kecamatan Kota baru Kota Jambi dibuat pada masa jabatannya, dengan
demikian akuntabilitas penyelenggaraan Pemerintah daerah akan menjadi
akuntabel.Renstra Kecamatan KotabaruKota Jambitersebut ditujukan untuk
mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimanatelah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) KotaJambiTahun 2013-
2018.
Penyusunan Renstra Kecamatan Kota baru Kota Jambi telah melalui
tahapan-tahapan yang simultan dengan proses penyusunan RPJMD KotaJambi
Tahun 2013-2018 dengan melibatkan stakeholderspada saat dilaksanakannya
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJMD, Forum
SKPD,sehingga Renstra Kecamatan KotabaruKota Jambimerupakan hasil
kesepakatan bersama antara Kecamatan KotabaruKota Jambidan
stakeholder.Selanjutnya, Renstra Kecamatan KotabaruKota Jambitersebut
akan dijabarkan kedalam Rencana Kerja (Renja) KecamatanKotabaruKota
Jambiyang merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu)
tahun. Didalam Renja KecamatanKotabaruKota Jambidimuat program dan
kegiatan prioritas yang diusulkan untuk dilaksanakan pada satu tahun
mendatang.
Visi:
Visi adalah gambaran kondisi ideal yang diinginkan pada masa mendatang
oleh pimpinan dan seluruh staf Kecamatan KotabaruKota Jambi. Visi tersebut
mengandung makna bahwa “Terwujudnya KotabaruKota Jambi sebagai salah
satu kegiatan agrobisnis pendidikan, perdagangan dan jasa serta memberikan
pelayanan pmbangunan Pemukiman penduduk yang handal dengan didukung
kemampuan Sumber Manusia (SDM) yang bersaing, profesional dan beretika
untuk kesejahteraan masyarakat”.Visi Kecamatan KotabaruKota JambiTahun
2013-2018 adalah :“ Menjadikan Kecamatan Kotabaru Sebagai simpul
pelayanan Prima yang didukung SDM yang profesional menuju Kota Jambi
sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berbasis pada masyarakat yang
berakhlak dan berbudaya.”
Misi:
Sedangkan untuk mewujudkan Visi Kecamatan KotabaruKota JambiTahun
2013-2018 tersebut diatas dilaksanakan Misi sebagai berikut; Meningkatkan
perekonomian kota berbasis potensi lokal menuju kemandirian daerah.
28
Sebagai bentuk penjabaran VISI dan MISI yang telah ditetapkan maka
di tetapkan tujuan dan sasaran disetiap misi. Tujuan merupakan penjabaran
atau implimentasi daripernyataan Misi yaitu sesuatu apayang akan dicapai
atau dihasilkan dalam jangka waktu lima( 5 )tahunan. Sedangkan sasaran
merupakan penjabaran dari tujuan yaitu hasil-hasil yang akan dicapai secara
nyatadalam rumusan yang lebih sfesifik, terinci, dapat diukur dan dapat
dicapai serta dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Adapun tujuan
dan sasaran Kecamatan Kotabaru tahun 2013-2018adalah sebagai berikut
Tujuan; Mewujudkan peningkatan kinerja ekonomi yang merata dan
berkelanjutan melalui penerapan kebijakan ekonomi yang berpihak kepada
masyarakat, menyeluruh, seimbang, konsisten dan adil berbasis potensi
daerah.59
Gambar: 2.1
Struktur Organisasi Kecamatan Kota Baru Kota Jambi
59 Anonym, profil kecamatan kota baru kota jambi, diakses pada tanggal 5 november 2019
pukul 12.45, melalui https://jambikota.go.id/new/wp-content/uploads/LKJ-Kec.-kobar-2017.pdf
29
D. Sejarah Badan Konrtak Majelit Taklim Secara Umum
Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) berdiri tanggal 1 Januari 1981
di Jakarta. Organisasi ini lahir dari kesepakatan lebih dari 735 Majelis Taklim
yang ada di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Organisasi BKMT telah
berkembang di seluruh wilayah Indonesia. Cakupan perkembangan
anggotanya mencapai ribuan majelis taklim dengan meliputi jutaan orang
jamaah yang tersebar di 33 propinsi.
BKMT juga telah mengembangkan beberapa organisasi otonom
bawahnya yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi. Dalam hal ini
BKMT telah melahirkan organisasi perhimpunan usaha wanita (PUSPITA)
BKMT dan mempunyai sekitar 400 buah Koperasi Jamaah (KOMAH) BKMT.
Koperasi-koperasi ini bernaung di bawah induk Koperasi Jamaah (IKOMAH)
BKMT.
Secara umum ada beberapa kondisi yang melatar belakangi pembentuk
dan pengembangan BKMT. Keadaan-keadaan tersebut adalah :
1. Masih adanya isi materi dan bobot penyampaian pidato atau tabliq yang
kurang menarik, kurang memperhatikan relevansinya dengan masalah
aktual atau kebutuhan lingkungan.
2. Pengelolaan Majelis taklim tanpa perencanaan yang matang.
3. Kemampuan individual kaum mubaligh belum mendukung keterlibatannya
dengan pemecahan masalah masyarakat, terutama dalam penguasaan ilmu
pegnetahuan umum.
4. Pengelolaan Majelis taklim tanpa perencanaan yang matang
5. Kemampuan individual kaum mubaligh belum mendukung keterlibatannya
dengan pemecahan masalah masyarakat, terutama dalam penguasaan ilmu
pengetahuan umum.
6. Daya analisa terhadap keadaan dan kemampuan memecahkan masalah
masih lemah, apa adanya, belum sistematik.
7. Kurang adanya perhatian terhadap masalah kemasyarakatan,
keterbelakangan ummat, kebodohan, kemiskinan dan ketidak adilan sosial.
8. Wawasan berorganisasi untuk bekerja sama masih belum menjadi
kesadaran umum. Berorganisasi baru diartikan sebagai tempat berkumpul,
bukan bekerjasama untuk kepentingan bersama.
30
9. Kegiatan Majelis taklim masih sangat tergantung gagasan dan aktifitas
pengurus atau gurunya
10. Wawasan tentang masa depan, kehidupan sosial ekonomi, lingkungan,
kesejahteraan bahkan pemikiran keagamaan juga belum menjadi perhatian
kebanyakan dari mereka.
Meningkatkan kualitas pemahaman dan amalan keagamaan setiap pribadi
muslim Indonesia yang mengacu pada keseimbangan antara Iman dan takwa
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedang tujuan khusus BKMT adalah
meningkatkan kemampuan dan perananan Majelis Taklim dalam
meningkatkan syiar Islam dan kecerdasan ummat.
Sesuai dengan latar belakang keadaan majelis taklim di atas, maka
program-program BKMT diarahkan pada peningkatan kemampuan
ustadzah/mubalighot dalam meningkatkan kualitas majelis taklim.
Secara sistematis program-program kegiatan tersebut dapat dipaparkan
sebagai berikut :
1. Program latihan untuk peningkatan mutu mubaligh. Meliputi latihan
pidato, kepemimpinan dan metode pendidikan.
2. Program lokakarya untuk meningkatkan keterampilan. Meliputi
penyusunan pidato, perencanaan dakwah dan administrasi keuangan
majelis taklim tersebut.
3. Program Latihan dakwah untuk menyebarluaskan Islam dan
pemberdayaan ekonomi dengan tabungan TAS BKMT
4. Program seminar untuk memperluas wawasan. Meliputi seminar peranan
wania, kanker, dan seminar ekonomi.
5. Program kontak ilmu untuk memperluas pengetahuan. Meliputi cerdas
cermat, halaqah ilmiyah, dan dirasat Islamiah. Program muhibah untuk
memperluas kontak dan memperat ukhuwah. Meliputi muhibah keluar
kota dengan majelis taklim. MUI serta pesantren setempat.
6. Program Pengiriman da’I kedaerah dan luar negeri, antara lain ke Brunei,
singapura dan malaysia.
7. Program Peringatan HUT BKMT pada hari besar Islam dan Nasional
setiap tahun.
8. Program perluasan kegiatan majelis taklim yaitu kegiatan santunan anak
asuh, taman balita di masing-masing majelis taklim.
31
9. Program pengembangan organisasi yaitu meningkatkan kesadaran dan
kemampuan bekerja sama dalam organisasi, dan kerjasama dengan
organisasi atau badan lain.
Dalam pelaksanaannya, beberapa program diselenggarakan secara
bersamaan, yaitu pada saat menyelenggarakan peringatan hari ulang tahun
BKMT. Pada kesempatan ini kegiatan ilmiah, perlombaan, bakti sosial atau
peran serta anggota dan rekreasi diselenggarakan pada satu upacara.60
60
Syifa, sejarah majelis taklim, diakses pada tanggal 05 november 2019, pukul 13.15, melalui
http://bkmt.or.id/index/sejarah-bkmt/
32
E. Data Majelis Taklim Kota Baru Kota Jambi
Berikut adalah data majelis taklim yang ada di kecamatan kota baru
kota jambi.61
Nama majelis taklim Ketua majelis taklim Alamat 1 As-Syuhada Ny. Lahmudin Rt. 01 Kel. Mayang Mangurai
2 Nurul Hidayah Ny. Mansyur Rt 02 Kel. Mayang Mangurai
3 Syafa'ah Ny. Asikin Rt. 03 Kel. Mayang Mangurai
4 Nurul Yaqin Ny. Ishak Rt. 4 Kel. Mayang Mangurai
5 Al-Muttaqin Ny. A. Manap Rt. 05 Kel. Mayang Mangurai
6 Jawarul Wathon Ny. Suhaimi Rt. 06 Kel. Mayang Mangurai
7 Al-Ikhlas Ny. Edy Rt. 08 Kel. Mayang Mangurai
8 Nurul Islam Ny. Sulaiman Rt. 10 Kel. Mayang Mangurai
9 Al-Muhajirin Ny. D Nurdin Rt. 11 Kel. Mayang Mangurai
10 Al-Muttaqin Ny. Gunawan Rt. 14 Kel. Mayang Mangurai
11 Baitul Izzah Ny. Yuswarah Rt. 15 Kel. Mayang Mangurai
12 Al-Ikhlas Ny. Ishak Rt. 18 Kel. Mayang Mangurai
13 Al-Muhajirin Ny. Hendra Rt. 19 Kel. Mayang Mangurai
14 Al-Muzaakir Ny. Aceng B Rt. 20 Kel. Mayang Mangurai
15 Thoriqul Jannah Ny. Mukhrojin Rt. 22 Kel. Mayang Mangurai
16 Baitul Mubarok Ny. Hawari Rt. 24 Kel. Mayang Mangurai
17 Nurul Ikhlas Ny. Bustami Rt. 25 Kel. Mayang Mangurai
18 An-Nur Ny. H.Musthofa Rt. 26 Kel. Mayang Mangurai
19 Al-Muhajirin Ny. Zulkifli Rt. 26 Kel. Mayang Mangurai
20 Nurul Iman Ny.Hendri Beni Rt. 27 Kel. Mayang Mangurai
21 Indah At-Taqwa Ny. Very Rt. 28 Kel. Mayang Mangurai
22 Baitul insyira Ny. Subhan Rt. 30 Kel. Mayang Mangurai
23 Al-Muqorobin Ny. Saiful yani Rt. 31 Kel. Mayang Mangurai
24 Al-Jannah Ny. Ridwansyah Rt. 34 Kel. Mayang Mangurai
25 Ichsaniah Ny.H.Rojali Rt. 36 Kel. Mayang Mangurai
26 Al-Istiqomah Hj. Sriwidiawati Rt. 03 Kel. Mayang Mangurai
27 Al-Muhaddisin Ny. Ema Rt. 01 Kel. Beliung
28 Al-Muttaqin Ismawati Rt. 02 Kel. Beliung
29 Nurul Kirom Marleni Rt. 03 Kel. Beliung
30 Kurnia Zaimah Rt. 04 Kel. Beliung
31 Al Amin Umi Kalsum Rt. 05 Kel. Beliung
32 Al-Ihklas Ny.Sayuti Rt. 06 Kel. Beliung
33 Salamah Hj.Siti Hawa Rt. 09 Kel. Beliung
34 Baiturrahim Ny.Badrun Rt. 10 Kel. Beliung
35 Al-Amin Ny.Kasran s Rt. 11 Kel. Beliung
36 Khairul Jami'Alwahab Ny. Miskan Rt. 12 Kel. Beliung
37 Nurul Hidayah Ny. Maki Rt. 14 Kel. Beliung
38 Nurul Iman Maryana Rt. 01 Kel. Kenali besar
39 Al-Hariri Rts. Zahrah Rt. 02 Kel. Kenali besar
40 Darussalam Ny.Alfiyah Rt. 04 Kel. Kenali besar
41 Fathurrahman Hj.Fatimah Rt. 05 Kel. Kenali besar
42 Al-Mauizoh Yesi Rt. 06 Kel. Kenali besar
43 As-Syuhada Rts. Zainal Rt. 07 Kel. Kenali besar
44 Al-Muqorrobin Yulinar Rt. 11 Kel. Kenali besar
45 Al-Musyafirin Ny. Amrizal Rt. 12 Kel. Kenali besar
61
Dokumentasi mejlis taklim kecamatan kota baru kota jambi.
33
46 Sabiul Muhtadin Ny. Saodah Rt 13 Kel. Kenali besar
47 Al-Ikhlas Rt. 05 Kel. Kenali besar
48 An-Nur Aida Rt. 17 Kel. Kenali besar
49 Al-Mukhlisin Hasrul Rt. 15 Kel. Kenali besar
50 Baiturrahim Suhartini Rt 18 Kel. Kenali besar
51 Al-Ikhlas Agustiah Rt. 26 Kel. Kenali besar
52 Darul Iman Ny. Khairuddin Rt. 11 Kel. Kenali besar
53 Al-Muhajirin Juhriyah S.Ag Rt 19 Kel. Kenali besar
54 Al-Mu'awamah Sri Rahmadan Rt. 25 Kel. Kenali besar
55 At-Taqwa Ade Irawan Rt. 23 Kel. Kenali besar
56 Madinatul Jadidah Ny. Bahrul.U Rt. 30 Kel. Kenali besar
57 Miftahul Jannah Ny.SurianHad Rt. 36 Kel. Kenali besar
58 Babul Jamal Ny.Damiran Rt. 50 Kel. Kenali besar
59 Rahmatullah Ny.Pauroni Rt. 37 Kel. Kenali besar
60 Babul Fatah Hj.Salmah Rt. 18 Kel. Kenali besar
61 Al-Habibi Salbiah Rt. Kel. Kenali besar
62 Al-Mukminah Juminah Rt. 26 Kel. Kenali besar
63 Nurul Ikhlas Devirdyanti Rt. 38 Kel. Kenali besar
64 Al-Furqon Ny. Aisyah Rt. 01 Kel.Rawasari
65 Nur-Hikmah Ny.Kemis Rt. 02 Kel.Rawasari
66 Miftahul Jannah Ny. Nuraida Rt. 04 Kel.Rawasari
67 Al-Mujahidin Salmiyah Rt. 06 Kel.Rawasari
68 Mukhlisin Ny. Sobirin Rt. 08 Kel.Rawasari
69 An-Nur Ny.Mustofa Rt. 09 Kel.Rawasari
70 At-Taqwa Ny.Alfen Rt. 10 Kel.Rawasari
71 Sirotul Mustaqim Ny. Sri DY Rt. 11 Kel.Rawasari
72 As-Saadah Ny. Warni Rt. 13 Kel.Rawasari
73 Nurul Hidayah Ny.Asiah Rt. 14 Kel.Rawasari
74 Al-Mahabbah Ny.Mur Rt. 17 Kel.Rawasari
75 Khairul Bariyah Ny.Sartiati Rt. 18 Kel.Rawasari
76 Al-Jihad Ny.Ratni Rt. 19 Kel.Rawasari
77 Darussalam Ny.Maznah Rt. 20 Kel.Rawasari
78 Nurul ijtihad Hj. Suparmi Rt. 21 Kel.Rawasari
79 Al-Hidayat Ny.Darwin Rt. 22 Kel.Rawasari
80 Raudatul Jannah Ny.Syarifuddin Rt. 23 Kel.Rawasari
81 Assa'adiyah Evi Rt. 13 Kel.Rawasari
82 Darul Muttaqin Ny. Darmis Rt. 01 Kel. Bagan Pete
83 Baitul ikhsan Jasmiarti Rt. 02 Kel. Bagan Pete
84 Miftahul Jannah Saji Rt. 03 Kel. Bagan Pete
85 Al-Amin Ny. Ja'far.BA Rt. 04 Kel. Bagan Pete
86 Al-Hikmah Ny.Syarifuddin Rt. 09 Kel. Bagan Pete
87 Fathuliman Hj.Ponijah Rt. 05 Kel. Bagan Pete
88 Nurul Hidayah Ny.Solihin Rt. 08 Kel. Bagan Pete
89 Hidayatullah Sumarni Rt. 22 Kel. Bagan Pete
90 Ramadhan Zaitun Rt. 17 Kel. Bagan Pete
91 Al-Mubarokah Dra. Netrifida Rt. 13 Kel. Bagan Pete
92 Babul Fattah Hj. Nuraini Rt. 11 Kel. Bagan Pete
93 Al-hidayah Siti Aminah Rt. 03 Kel. Kenali Asam Atas
94 Miftahul Jannah Siti Fatimah Rt. 22 Kel. Kenali Asam Atas
95 Nurussaadah Herlina Rt. 10 Kel. Kenali Asam Atas
96 Assalam Siti Aminah Rt. 15 Kel. Kenali Asam Atas
97 Al-Minah Ngatiyah Rt. 03 Kel. Suka Karya
98 Nurul Ikhlas Sumiyati Rt. 04 Kel. Suka Karya
34
99 Nur Ikhlas Khomsatun Rt. 10 Kel. Suka Karya
100 Nurul Falah Dra. Helmita Rt. 07 Kel. Suka Karya
101 Munajaturrahman Nani Sumarni Rt. 09 Kel. Suka Karya
102 At-taqwa Ermina Rt. 01 Kel. Kenali Asam Bawah
103 Nurul Huda Hj. Painah Rt. 12 Kel. Kenali Asam Bawah
104 Nurul Iman Rusmiati Rt. 15 Kel. Kenali Asam Bawah
105 Jamiatul Ummah Kusmarni Rt. 25 Kel. Kenali Asam Bawah
106 Al-Mttazam Hj. Rismiyati Rt. 19 Kel. Kenali Asam Bawah
107 Sabilil Huda Rosna Rt. 10 Kel. Kenali Asam Bawah
108 Sidiq Sujud Rohana Rt. 07 Kel. Kenali Asam Bawah
109 Nurul Islam Hj.Unaida Rt. 06 Kel. Kenali Asam Bawah
110 Nurur Rahman Alfiah Rt. 02 Kel. Paal Lima
111 Al-Muttaqin Sulima Rt. 06 Kel. Paal Lima
112 Nur Taqwa Usdani Lubis Rt. 07 Kel. Paal Lima
113 Silaturrahmi Prihatin Rt. 08 Kel. Paal Lima
114 Nurul Huda Asma Rt. 10 Kel. Paal Lima
115 Al-Hidayah Zuhriati Rt. 06 Kel. Paal Lima
116 Hidayatullah Abd. Kafi Rt. 06 Kel. Paal Lima
117 Baitul Jnnah A. Yoga Rt. Kel. Paal Lima
118 Nurul Islam Ribut Rt. 10 Kel. Paal Lima
119 Nurul Hidayah Ismail Rt. 12 Kel. Paal Lima
120 Hasanah Ngalimin Rt. 12 Kel. Paal Lima
121 Al-Husein Ngatijo Rt. 14 Kel. Paal Lima
122 An-Nawawi Solehah Rt. 28 Kel. Paal Lima
123 Al-Ikhlas Farida Rt. 07 Kel. Paal Lima
124 Al-Hasanah Hj. Fatimah Rt. 22 Kel. Simp. III Sipin
125 Al-Arief Dra. Suwarti Rt. 26 Kel. Simp. III Sipin
126 Nur Zahra Rahmah Rt. 18 Kel. Simp. III Sipin
127 Baitl Faizin Hj. Yusnadar Rt. 13 Kel. Simp. III Sipin
128 Nurussalikin Ny. Tugiyo Rt. 21 Kel. Simp. III Sipin
129 Baitul Ihsan Hj. Suesih Rt. 04 Kel. Simp. III Sipin
130 Nurussaadah Ilyas Ahmad Rt. 05 Kel. Simp. III Sipin
131 Nur Taqwa Suwarti Rt. 26 Kel. Simp. III Sipin
132 Baitussa'adah Halijah Rt. 15 Kel. Simp. III Sipin
133 Baitul Muslim Ita Rt. 32 Kel. Simp. III Sipin
134 Baitul Musholli Ponijah Rt. 30 Kel. Simp. III Sipin
135 Nurul Islam A. Junaidi Rt. 39 Kel. Simp. III Sipin
136 Baitul Haq Hj. Hartati 08 Kel. Simp. III Sipin
137 Al-hilal Atmi Rt. 06 Kel. Simp. III Sipin
138 Sunan Giri Saohiah Rt. 36 Kel. Simp. III Sipin
139 Baitul Mukmin Miswar.Bt Rt. 31 Kel. Simp. III Sipin
35
BAB III
METODE DAN STRATEGI DAKWAH PADA MAJELIS TAKLIM DI
KECAMATAN KOTA BARU KOTA BARU KOTA JAMBI
A. Metode dakwah pada majelis taklim
Ta’lim merupakan suatu aktivitas Islami, dimana seseorang
memberikan pengetahuan tentang agama kepada orang lain dalam rangka
memelihara kehidupan beragama yang baik serta dapat memupuk semangat
ukhuwah islamiyahatau persaudaraan Islam, sehingga dapat memberikan nilai-
nilai keagamaan dan nilainilai keluruhan yang luhur bagi pribadi seseorang.
Pada umumnya ta’lim atau majelis taklim adalah lembaga pendidikan Islam
non formal yang memiliki kurikulum tersendiri yang dilaksanakan secara
berkala dan teratur dan diikuti oleh. jama’ah yang relatif banyak dan bertujuan
untuk membina dan mengembangkan hubungn yang santun dan seras antara
manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesamanya, dan antara
manusia dengan lingkungannya. Manfaat majelis taklim akan terasa
mempunyai makna bagi jama’ahnya, apabila kebutuhan masing-masing
jama’ah terpenuhi. Para mubaligh atau dai sangat penting untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan mereka, agar ia dapat menyelesaikan atau mengarahkan
jama’ah pada tujuan yang akan dicapai. Tentu saja tidak semua kebutuhan
akan dapat dipenuhi.62
Ta’lim merupakan kelompok atau jama’ah yang berupaya untuk
belajar tentang agama. Sebab ta’lim merupakan kelompok dari masyarakat
yang berarti milik masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu hakekat dari
kegiatan atau aktvits ta’lim itu sendiri adalah pembangunan nilai-nilai agama.
Ta’lim menurut para warga di kecamtan kota baru kota jambi adalah
merupakan pengajian atau perkumpulan sekelompok orang yang memperlajari
tentang ajaran-ajaran agama yang di pimpin oleh seorang muballigh atau
sering dikenal dengan sebutan penceramah.63
62
Departemen Agama RI, Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Balai LITBANG, 2003), h. 40
63
Yuni, anngota majelis ta’lim di kota baru kota jambi, wawancara dengan penulis tanggal 20
oktober 2019, catatan penulis.
36
Metode ta’lim menyangkut bagaimana ta’lim dilaksanakan agar lebih
efektif dan baik. Pemahaman tentang metode disini merupakan acara
penyamaan gagasan pengembangan lingkungan oleh para kiai kepada jama’ah
atau masyarakat yang berada disekitarnya. Adapun beberapa metode yang
secara rutin dipergunakan dalam kegiatan ini antara lain:
1. Metode Ceramah merupakan metode konvensional dalam kegiatan
pengembangan Islam yang diterapkan oleh para kiai dalam ta’lim rutin.
2. Metode Tanya Jawab merupakan kelanjutan dari metode ceramah. Setiap
pendengar atau jama’ah dari kelompok diberi kesempatan untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas dari penjelasan yang dikemukakan
oleh para kiai atau penceramah. Dengan adanya kondisi yang sedemikian
rupa secara spontan terjadi tanya jawab secara terbuka, maksudnya setiap
pertanyaan dijawab secara jelas dan gamblang.
3. Metode Hafalan, metode ini menjadi ciri yang melekat pada sistem
pendidikan tradisional, termasuk pada pondok pesantren. Hal ini amat
penting pada sistem keilmuan yang lebih mengutakan argumen, transmisi
dan periwayatan. Akan tetapi ketika konsep keilmuan lebih menekankan
rasionalitas seperti yang menjadi dasar sistem pendidikan modern, metode
hafalan kurang dianggap penting. Sebaliknya yang penting adalah
kreativitas dan kemampuan menembangan pengetahuan yang dimiliki.
4. Metode Diskusi, metode ini berarti penyajian bahan pelajaran dilakukan
dengan cara jama’ah membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat
tentang suatu topik atau masalah tertentu. Dalam hal ini ustaz bertindak
sebagai moderator. Dengan metode ini diarahkan dapat memacu pada santr
untuk dapat lebih aktif dalam belajar. Melalui metode ini akan tumbuh dan
berkembang pemikiran-pemikiran kritis, analitis dan logis. Metode ta’lim
ini juga tidak jauh berbeda halnya dengan metode dakwah, dimana metode
dakwah disini adalah cara yang digunakan subjek dakwah untuk
menyampaikan materi dakwah.64
Beberapa metode diatas memang secara umum dalam menyampaikan
dakwah tidak jauh dari metode tersebut. Hal ini sesuai dengan pengalaman
64
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), h. 60-62
37
peneliti saat mengikuti beberapa kali observasi dilapangan sebelum
menulis lebih lanjut penelitian ini. Yang peneliti temukan adalah metode
seperti ceramah, membca Al-Qur’an, diskusi, Tanya jawab, dan lain
sebagainya. Namun peneliti meneliti lebih lanjut tentang bagaimana
metode atau cara dakwah pada majelis ta’lim khusus nya majelis ta’lim di
kecamatan kota baru kota jambi. Terkai dengan hal tersebut ada tiga
metode yang peneliti temukan saat melakukan penelitian yakni metode
dakwah dengan metode dakwah bil lisan, metode dakwah bil qalam, dan
juga metode dakwah bil hal, berikut adalah penjelasan terkait dengan
ketiga metode tersebut saat peneliti mewawancarai salah seorang
muballigh. Diantara tiga tersebut adalah:
1. Metode Dakwah Bil Lisan
Dakwah Bil Lisan adalah suatu kegiatan dakwah yang dilakukan
melalui lisan atau perkataan, maka kemudian dapat dibedakan menjadi
beberapa bentuk dakwah bil lisan, diantaranya yaitu:
a. Tabligh, Arti dasar tabligh adalah menyampaikan. Dalam aktivitas
dakwah tabligh berarti menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain,
yang biasanya lebih bersifat pengenalan dasar tentang Islam.
Tablighadalah usaha menyampaikan dan menyiarkan pesan Islam yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok bak secara lian maupun
tulis.
b. Nasehat merupakan suatu tindakan yang dimana dilakukan untuk
menghendaki kebaikan seseorang, dan merupakan suatu kawajiban
bagi setiap muslim agar saling menjaga keagamaan satu sama lain.
c. Khotbah, kata khotbah berasal dari susunan tiga huruf, yaitu kha’ ,tha’
,ba’ ,yang dapat berarti pidato atau meminang. Arti asal khotbah
adalah bercakap-cakap tentang masalah yang penting. Dari pengertian
tersebut kemudian dapat dikatakan khotbah merupakan pidato yang
disampaikan untuk menunjukkan kepda pendengar mengenai
pentingnya suatu pembahasan.
d. Ceramah dilakukan untuk menyampaikan keterangan, petunjuk,
pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada mad’u secara lisan.
Dalam metode ceramah ini informasi yang disampaikan biasanya
dikemas secara ringan, informatif, dan tidak mengundang perdebatan.
38
e. Diskusi, dakwah dengan menggunakan metode diskusi ini dapat
memberikan peluang kepada peserta diskusi atau mad’u untuk
memberikan sumbangan pemikiran terhadap suatu masalah atau materi
dakwah yang disampaikan, yang kemudian akan menimbulkan
beberapa kemungkinan jawaban yang dapat dijadikan sebagi alternatif
pilihan jawaban yang lebih beragam.
f. Retorika adalah seni dalam berbicara untuk mempengaruhi orang lain
melalui pesan dakwah.
g. Propaganda atau Di’ayah adalah suatu upaya untuk menyiarkan Islam
dengan cara mempengaruhi dan membujuk massa secara massa dan
persuasif.
h. Tanya Jawab, metode tanya jawab ini dipandang efektif dalam
kegiatan dakwah, kerena dengan metode ini objek dakwah dapat
mengajukan pertanyaan—pertanyaan dari mad’u sehingga akan timbul
feedback antara subjek dan ojek dakwah. Dalam proses tanya jawab,
persoalan yang ditanya mad’u kepada da’i tidak hanya berkisar pada
topik yang dibahas da’i ketika dakwah, namun juga masalah-masalah
yang sedang dihadapi mad’u, seperti masalah tata cara beribadah, cara
berdoa yang baik, cara berhubungan dengan orang non muslim.
Seorang pendakwah yang profesional menguasai psikologi Islam dan
komunikasi Islam agar mereka dapat meluruskan jiwa para jamaah
dakwahnya sehingga umat Islam memiliki kesehatan jasmani dan
kesehatan jiwa yang prima.65
Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama dengan para jama’ah
majelis ta’lim di kecamatan kota baru kota jambi mengatakan bahwa
“[M]emang dik, yang namanya dakwah ini tidak terlepas dari yang
namnya ceramah, pasti cara atau metode penyampaiannya dengan cara
lisan atau metode ceramah, Tanya jawab, tabligh, dan juga. Jadi
dakwah tu kebanyakan memang seperti biasalah, ceramah didepan
orang banyak dengan cara menyampaikan materi yang telah di sepakati
antara muballigh dengan pengurus jama’ah majelis ta’lim”.66
2. Metode Dakwah Bil Qalam
65
Faiza Dan Lalu Muchin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group
Kencana, Cet. ke1, 2006), h. 4. 66
Aisyah, anggota majelis ta’lim, wawancara dengan penulis, tanggal 29 oktober 2019,
catatan penulis.
39
Pengertian dakwah Bil Qalam yaitu mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah Swt. lewat seni
tulisan. Pengertian dakwah Bil Qalam adalah mengajak manusia dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah SWT
melalui seni tulisan. Penggunaan nama “Kalam” merujuk kepada firman
Allah SWT, “Nun, perhatikanlah Al-Qalam dan apa yang dituliskannya”
(Q.S. AlQolam:1). Maka, jadilah Dakwah Bil kalam sebagai konsep
“dakwah melalui pena”, yaitu dengan membuat tulisan di media massa.
Karena menyangkut tulisan, Dakwah Bil kalam bisa diidentikkan dengan
istilah “Da’wah Bil Kitabah” dakwah melalui tulisan. Metode ini telah
diaplikasikan pada zaman Rasulullah. Karena, pada saat itu, tradisi tulis
menulis sudah berkembang. Terbukti ketika Rasulullah menerima wahyu,
beliau langsung memerintahkan kepada para sahabat yang memiliki
kemampuan untuk menulis wahyu yang diterimanya. Padahal saat itu
secara teknis sulit untuk melakukan tulismenulis disebabkan belum
tersedianya sarana seperti kertas dan alat tulis pena, disamping budaya
yang kurang mendukung. Tetapi para sahabat berupaya untuk
melakukannya. Begitu juga terhadap hadits Rasulullah, sebagian sahabat
yang memiliki kemampuan menulis dengan baik banyak yang menulis
hadits, meskipun ada sebagian riwayat yang mengatakan bahwa sahabat
dilarang untuk menulis Hadits. Seperti yang dikatakan Ali Bi Abi Thalib
“Tulisan adalah tamannya para ulama,”. Lewat tulisan-tulisanlah para
ulama “mengabadikan” dan menyebarluaskan pandangan-pandangan
keislamannya. Dakwah Bil Kalam yang telah dilakukan para ulama salaf
dan cendekiawan muslim terdahulu,
telah melahirkan sejumlah “kitab kuning”.67
Mungkin, jika tidak
dituangkan dalam tulisan, pendapat para ulama dan mujtahid sulit dipelajar
dan diketahui dewasa ini. Keunggulannya yaitu : Materi dapat mengena
langsung dan dapat di kenang oleh mad’u, seandainya lupa bisa di lihat
dan di pelajari lagi materi dakwahnya, dan dapat di pelajari dan di hafal.
Kelemahannya yaitu : Mengeluarkan biaya besar, tidak semua orang bisa
membaca, karena sasaran dakwah tidak hanya pada anak remaja dan
67
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet. Ke1,
2011), h. 124.
40
dewasa, anak kecil dan orang tua pun menjadi sasaran dakwah, dan tidak
sedikit orang yang malas membaca, mereka lebih senang mendengarkan
dan melihat.
Metode dakwah bil qalam ini memang salah satu dari para muballigh
sering menggunakannya namun hanya sedikit, di kecamatan kota baru
kota jambi di temukan peneliti seperti itu sedikit yang menggunakan
metode dakwah bil qalam, seperti halnya yang dikatakan oleh bapak
syamsuri selaku pengurus masjid sekaligus jama’ah yang mengatakan
bahwa “[D]akwah bil qalam memang efektif untuk menambah daya
ingat para jama’ah ketika mereka telah lupa. Karena dakwahnya
denganmenggunakan tulisan-tulisan ataupun buku-buku, dikecamatan
kota baru ini dik, sedikit sekali yang saya temukan para muballigh
yang berdakwah dengan metode ini akan tetapi ada walaupun hanya
sedikit. Itupun juga terkadang dipinta oleh para jama’ah, kebanyakan
muballigh di daerah kecamatan kota baru ini biasanya berdakwah
dengan lisan, tetapi ada juga yang melakukan dakwah dengan tulisan.68
3. Metode Dakwah Bil Hal
Dakwah Bil Hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan
dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima
dakwah, sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh penerima dakwah. Misalnya dakwah dengan membangun
rumah sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan
keberadaan rumah sakit. Tema utama dakwah ke lapisan bawah adalah
dakwah Bil Hal, yaitu dakwah yang diletakkan kepada perubahan dan
perhatian kondisi material lapisan masyarakat miskin. Dengan perbaikan
kondisi material itu diharapkan dapat mencegah kecenderungan ke arah
kekufuran karena desakan ekonomi.Bergaul dengan remaja dan
berinteraksi dengan para remaja inilah seorang dai akan lebih mudah
dalam menyebarkan dakwahnya. Karena dengan begitu dapat mengerti
karakter dari mad’u sehingga dapat menentukan metode yang tepat dalam
menyampaikan ajaran islamnya. Menyelenggarakan pendidikan bagi
masyarakat secara luas, yaitu dengan cara mewujudkan gamelan sekatan,
kesenian wayang kulit yang sarat berisikan ajaran islam , merintis
permainan-permainan anak yang berisikan ajaran islam, serta mengajarkan
lagu-lagu jawa yang disisipi dengan ajaran Islam.
68
Syamsuri, pengurus masjid, wawancara dengan penulis tanggal 31 oktober 2019, catatan
penulis.
41
Dakwah Bil Hal dalam artian bahwa, lembaga tidak hanya berpusat di
masjid-masjid, di forum-forum diskusi, pengajian, dan semacamnya.
Dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan. Ia harus berada di
bawah, di pemukiman kumuh, di rumah-rumah sakit, di teater-teater, di
studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat
perdagangan, ketenagakerjaan, di pabrik-pabrik, di tempat-tempat gedung
pencakar langit, di bank-bank, di pengadilan dan sebagainya.69
B. Strategi Dakwah Pada Majelis Ta’lim Di Kecamtan Kota Baru
Dakwah merupakan bagian dari ajaran Islam yang wajib dilaksanakan
oleh setiap muslim. Kewajiban tercermin dari konsep amar ma’ruf nahi
munkar, yakni perintah untuk mengajak masyarakat melakukan perilaku
positif sekaligus mengajak masyarakat melakukan perintah positif sekaligus
mengajak mereka untuk meninggalkan dan menjauhkan diri dari perilaku
negatif. Konsep ini mengandung makna implikasi dua sekaligus, yakni proses
perjuangan menegakkan kebenaran dalam Islam serta mengaktualisasikan
kebenaran Islam tersebut dalam kehidupan sosial guna menyelamatkan mereka
dan lingkungan dari kerusakan. Dan manusia juga diberi kesempurnaan hati
dan akal pikiran yng membedakan dengan makhluk Allah SWT lainnya.
namun Allah juga memberikan nafsu yang membuat manussalah. oleh karena
itu tugas seorang da’i adalah memberikan nasehat dan mengajak ke jalan yang
benar, dengan cara memberikan nasehat yang baik kepada mad’u.
Tujuan dakwah Islam adalah untuk mewujudkan kebahagiaan di dunia
dan akhirat dan untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakat. Program
dakwah pada sebuah lembaga dakwah mengupayakan agar terjadinya
transformasi pengetahuan dan pemikiran untuk mengembangkan masyarakat.
Masyarakat yang telah mempunyai pemikiran dan pengetahuan yang cukup
maju akan semakin mudah menerima masukan-masukan dari luar yang
bertujuan untuk kebaikan masyarakat. Karena dengan pemikiran dan
pengetahuan yang harus dilakukan untuk mengembangkan masyarakatnya,
terutama untuk mengatasi persoalan-persoalan dakwah yang semakin
kompleks. Maka disilah letak keberhasilan dakwah dengan model
pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat sebagai salah satu
alternatif pemecahan terhadap problrm yang dihadapi masyarakat.
69
Andi Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 133.
42
Mengembangkan masyarakat untuk dapat memaksimalkan potensi yang
dimilikinya akan membiasakan mereka untuk berfikir kritis terhadap
fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat dimana mereka berada.
Fenomena yang terjadi di masyarakat ia itu sendiri berbuat khilaf atau
yang diatasi dengan cara mengembangkan masyarakat harus dapat merubah
problem-problem yang dihadapi, menjadi suatu pemecahan yang dapat
diterima oleh semua pihak. Perubahan pada masyarakat menunjukan bahwa
dalam suatu perkembangan yang dinamis dan mengandung perubahan.
Didalam suatu masyarakat bila ada hal yang baik dapat dikembangkan
menjadi yang lebih baik lagi, seperti kegiatan keagamaan yang telah dilakukan
dalam masyarakat perlu dikembangkan agar dapat menambah rasa iman dan
taqwa kepada Allah SWT. Sedangkan apabila ada hal yang kurang baik dapat
dihilangkan atau diperbaiki. Kegiatan positif yang bernuansakan keagamaan
akan mendorong terutama bagi para pemuda dan masyarakat pada umumnya
untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik di masyarakat. Karena
dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif secara otomatis
menghindari kegiatan negatif. Melalui data-data yang diperoleh dengan teknik
pengambilan data, kemudian penelit akan menganalisis data tersebut.70
Dalam hal ini, peneliti akan menganalisis strategi dakwah para
muballigh dalam mengelola Majelis Taklim. Rencana strategis yang handal
dan mumpuni sangat dibutuhkan dalam melaksanakdengan merumuskan
rencana strategis itulah akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tepat
sesuai dengan tujuan akhir. Rencana strategis biasanya dibentuk dari visi misi,
tujuan, kebijakan, program, dan kegiatan yang berorientasi pada apa yang
akan dicapai sebuah lembaga Dalam hal ini Majelis Taklim sebagai lembaga
dakwah sangat membutuhkan rencana strategi untuk mencapai sebuah hasil
yang memuaskan sesuai dengan visi dan misi suatu lembaga. Adanya sebuah
strategi dakwah yang efektif dan efisien dilanjutkan dengan pelaksanaan dari
sebuah strategi dakwah yang telah dirancang dan ditetapkan bersama akan
membantu lembaga dakwah dalam mencapai tujuan. Maka dari itu, sebuah
lembaga dakwah dalam proses mencapai sebuah tujuan diperlukan adanya
strategi dakwah yang jitu agar ketika menjalankan fungsinya sebagai lembaga
70
0bservasi peneliti dikecamatan kota baru kota jambi, terkait dengan strategi dalam
mengelola majelis taklim
43
dakwah tidak menjadi sia-sia, karena untuk mencapai sebuah tujuan tanpa
dilakukan dengan strategi yang jitu maka akan sulit untuk mencapainya.
Kaitannya dengan analisis yang dilakukan oleh peneliti, yakni strategi dakwah
para muballigh dalam mengelola Majelis Taklim secara garis besar dapat
dikategorikan ke dalam rencana strategis dakwah yang telahan kegiatan
dakwah.
Adapun membuat rencana strategis dengan mengupayakan diantaranya
struktur organisasi yang efektif dan efisien dengan membentuk kepengurusan
yang kredibel dan jauh dari kepentingan pribadi atau kelompok dengan cara
meningkatkan kinerja pengurus melalui program kegiatan.Strategi dakwah
Islam sebaiknya dirancang untuk lebih memberikan tekanan pada usaha-usaha
pemberdayaan umat. Baik pemberdayaan ekonomi, politik, budaya maupun
pendidikan. Karena itu strategi dakwah perlu dirumuskan dalam berdakwah,
seperti halnya peranan prinsip ekonomi dalam dakwah yaitu pengeluaran
sedikit untuk mendapat hasil semaksimal mungkin. Yang setidak-tidaknya
seimbang antara tenaga, pikiran, waktu dan biaya dengan hasil pencapainya.
Melaksanakan strategi dakwah seorang da’i dituntut untuk selalu
memperhatikan keadaan sekitarnya (kondisi mad’u). Dengan begitu seorang
da’i bisa mengira-ngira bagaimana strategi dakwah yang sesuai dengan
masyarakat setempat. Karena kondisi masyarakat tidak ditentukan dan
banyaknya bangunan musholla ataupun masjid. Melainkan juga harus melihat
dari sisi lain, seperti kehidupan sosial, pendidikan, dan perekonomian. Majelis
Taklim menjadi landasan dakwah agar dapat menjalankan fungsinya sebagai
lembaga dakwah dengan baik dan mencapai tujuan dakwah yang diinginkan.
Setelah peneliti melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi di Majelis
yang ada di kecamatan kota baru kota jambi maka strategi dakwah dalam
mengelola Majelis Taklim diperuntukkan untuk semua Masyarakat Kota baru
yaitu dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seperti pengajinan rutinan setiap
hari sabtu malam dan minggu malam, pengajian bulanan setiap selasa pon,
TPQ, Perayaan Hari Besar Islam, bakti sosial, Mengaji kitab dan lain-lain.
Menurut peneliti, para muballigh memiliki strategi dalam mengelola Majelis
Taklim. Salah seorang ustadz dalam berdakwah menggunakan pendekatan-
pendekatan yang bisa diterima oleh berbagai macam kalangan masyarakat
44
yang bisa menyesuaikan mad’u. Dalam pokok pelaksanakan strategi dakwah
menggunakan macam-macam metode dakwah Islam di kota baru tersebut.
Strategi dakwah di bagi dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Strategi sentimentil ( al manhaj al-athifi ) Strategi sentimentil ( al manhaj
al-athifi ) adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan
menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah
nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan, atau
memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode
yang di kembangkan dari strategi ini. Metode ini sesuai untuk mitra
dakwah yang masih awam atau kalangan pedesaan. Menurut peneliti, dari
Metode sentimentil sudah dimiliki oleh Para da’i dalam melaksanakan
dakwah. Karena Para da’i dalam melaksanakan strategi dakwah
menggunakan metode-metode dengan menggerakkan perasaan. Seperti
halnya Para da’i memberikan ceramah yang menunjang perasaan dari
mad’u untuk berbuat lebih baik.
2. Strategi rasional (al-manhaj al-aqli) adalah dakwah dengan beberapa
metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini
mendorong mitra dakwah untuk berfikir, merenungkan dan mengambil
pelajaran. Penggunaan hokum logika, diskusi atau penampilan contoh dan
bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasional. al-Qur’an
mendorong penggunaan strategi rasional dengan beberapa terminologi
antara lain : tafakkur, tadzakkur, nazhar, taamul, i’tibar, tadabbur, dan
istibshar. Tafakkur adalah menggunakan pemikiran untuk mencapainya
dan memikirkannya; Tadzakkur merupakan menghadirkan ilmu yang
harus di pelihara setelah di lupakan; Nazhar ialah mengarahkan hati untuk
berkonsentrasi pada objek yang sedang di perhatikan; Taamul berarti
mengulang-ulang pemikiran hingga menemukan kebenaran dalam hatinya
; I’tibar bermakna perpindahan dari pengetahuan yang sedang di pikirkan
menuju pengetahuan yang lain; Tadabbur adalah suatu usaha memikirkan
akibat-akibat setiap masalah; Istibsharyaitu mengungkap sesuatu atau
menyingkapnya, serta memperlihatkannya kepada pandangan hati. Metode
ini menurut peniliti, bahwa Para da’i dalam mengelola Majelis Taklim
tidak hanya secara praktis. Para da’i juga harus menyamakan persepsi dari
masyarakat Karena pemikiran Masyarakat masih menganut hal-hal
45
kejawen, jadi Para da’i perlahan-lahan untuk memberikan pemikiran-
pemikiran yang mengandung hukum-hukum agama Islam.
3. Strategi indrawi ( al-manhaj al-hissi ) Metode indrawi (al-manhaj al-hissi)
juga dapat dinamakan dengan strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai
sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada
panca indra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan.
Metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan,
keteladanan, dan pentas drama Menurut peneliti, strategi ini sering
digunakan Para da’i untuk berdakwah dengan anak-anak dan Remaja Kota
baru. Karena dari strategi ini anak-anak dan remaja harus dikasih hasil
bukti nyata. Seperti sekarang anak-anak umur 5 tahun sudah diajarkan
mengaji qiroati, belajar fasholatan, menghafal do’a-do’a dan menghafal
Jus Amma. Untuk Remaja kota baru mengadakan perkumpulan setiap 1
bulan sekali mujahadah. Metode ini lebih cocok untuk mitra dakwah di
kalangan anak-anak maupun remaja. Dalam Metode dakwah seorang Para
da’i menginginkan dakwahnydari itu, pelaksanaan dakwah perlu adanya
perencanaan yang matang untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari
hasil penelitian. Pendidikan mempersiapkan individu atau pribadi agar bisa
menghadapi kehidupan secara sempurna, hidup bahagia, cinta tanah air,
kuat jasmani, sempurna akhlaknya, teratur dalam berfikir, berperasaan
lembut, mahir dalam bidang ilmu, saling membantu dalam sesama,
memperindah lesannya, serta membaguskan amal perbuatannya.
Pendidikan secara luas sebagai upaya mengubah orang dengan
pengetahuan tentang sikap perilakunya sesuai dengan nilai tertentu. Maka
dengan demikian pendidikan dalam Islam merupakan kewajiban setiap
muslim.
Berkaitan dengan perkembangan zaman, Para muballigh dalam mengelola
Majelis Taklim menggunakan strategi dakwah dengan cara mengaktifkan
kegiatankegiatan keagamaan dan pendidikan di Majelis Taklim, karena
Majelis Taklim merupakan sarana media dakwah yang efektif dan strategis
untuk mempelajari ilmu-ilmu keagamaan dan dakwah islamiyah. Kedua
strategi tersebut itu menurut para muballigh adalah strategi internal-personal
adalah strategi yang menekankan pada peningkatan berhasil sesuai tujuannya.
46
Maka kualitas keberagamaan dalam kehidupan individu dan strategi
eksternalinstitusional adalah strategi yang menekankan pada pembangunan
struktur organisasi masyarakat.
Strategi dakwah internal personal tersebut, dalam pelaksanaannya oleh
Para muballigh dilakukan dengan cara mengembangkan kegiatan-kegiatan di
Majelis Taklim maupun di masyarakat Kota baru seperti pengajian-pengajian,
yasinan, tahlil dan lain-lain. Dengan adanya majlis ta'lim dan kegiatan-
kegiatan lainnya, banyak masyarakat disekitarnya yang ikut dalam kegiatan ini
dan berkembang di masyarakat Kota baruPendidikan Islam identik dengan
dakwah Islam, dengan demikian memberi motivasi agar dalam pelaksanaan
tugas kewajiban tersebut mengarah kepada nilai tambahan positif, setiap
muslim da’i sekaligus pendidik Islam. Strategi dakwah yang dilaksanakan
Para muballigh dapat mengelola Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ). Dengan
adanya TPQ anak-anak dapat mempelajari ilmu agama yang luas. Karena
disini anak-anak di ajarkan untuk menghafal do’a-doa harian, mengahafal Jus
Amma, mempelajari fasholatan.Pada hakekatnya tujuan strategi dakwah Para
muballigh dalam mengelola Majelis Taklim agar diterima sesuai
perkembangan zaman yang meliputi:
a. Menyelenggarakan pendidikan islami yang berlandaskan IMTAQ dan
IPTEK
b. Mengoptimalkan kedisiplinan tilmidzah dalam beribadah dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran di majelis ta’lim
c. Meningkatkan motivasi, potensi dan prestasi anak didalam
perkembangan belajarnya
d. Mendorong dan membantuanak-anak untuk melaksanakan pendidikan
non formal di madrasah
e. Menghasilkan sebuah Badan Eksekutif Masyarakat serta Lembaga
Riset dan Pengembangan sebagai organisasi penyokong kegiatan
dakwah Majelis Taklim.
Strategi dakwah Para da’i yang diterapkan memberikan dampak dan
pengaruh positif serta cukup signifikan dalam pengembangan Majelis
Taklim. Dalam hal ini bahwa Majelis Taklim mempunyai peran dan
47
potensi sangat besar dalam pengembangan dan pembangunan masyarakat
terutama dalam bidang keagamaan dan sosial. Dalam strategi dakwah yang
digunakan Para da’i. Strategi dakwah Para muballigh dalam mengelola
Majelis Taklim menggunakan strategi organisasi non profit sebagai
berikut:
1) Strategik Agresif, Strategi ini dilakukan dengan cara melaksanakan
program-program kegiatan yang ada di Majelis Taklim guna untuk
mencapai keunggulan dari ilmu yang didapatkan. Menurut peneliti dari
strategi ini sudah dilakukan oleh Para da’i dalam mengelola Majelis
Taklim Kota baru, karena dari startegi agresif Majelis Taklim Kota
baru bisa menemukan keunggulannya dibidang agama seperti
keunggulan masyarakat yang bermula tidak bisa membaca alQur’an
dan sekarang masyarakat sudah banyak yang bisa membaca al-Qur’an,
yang dulunya masih menganut hal-hal kejawen sekarang sudah
berkurang.
2) Startegi Konserpatif, startegi ini dilakukan dengan hatihati untuk
disesuiakan dengan kebiasaan yang berlaku. Seperti halnya yang
dilakukan oleh Para da’i dalam menyebarkan agama islam dengan cara
melakukan pengajian rutinan. Beliau melakukan itu dengan hti-hati
sesuai kebiasaan
3) Strategik Difensif (Strategik Bertahan), Strategik ini dilakukan dengan
membuat program-program dan mengatur langkah-langkah atau
tindakan untuk mempertahankan kondisi keunggulan atau prestasi
yang sudah dicapai. Berdasarkan hasil wawancara dengan Para da’i,
bahwasanya strategi ini dilakukan oleh Para da’i agar suatu kegiatan
yang sudah terprogramkan oleh beliau agar bisa dipertahankan, dan
menurut beliau program yang dilakukan setidaknya bisa lebih
berkembang sesuai dengan zamannya. Karena dalam mengelola
majelis Taklim di Kota baru masih menggunakan hal-hal yang
tradisional, belum bisa menggunakan suatu majelis taklim yang
modern. Menurut dari analisis peneliti, strategi yang digunakan oleh
Para da’i sudah bagus, karena strategi ini setidaknya bisa bertahan
suatu Majelis Taklim walaupun masyarakat disana masih belum
48
mengenal berbagai IPTEK. Dengan mengadakan suatu kegiatan yang
dikota baru masyarakat sudah merasa senang dan antusias dari
masyarakat juga sangat bagus.warga setempat.
4) Strategi kompetitif, strategi ini dilakukan untuk mewujudkan
keunggulan yang melebihi organisasi non profitsebagai aparatur
pemerintahan.
5) Strategi inovatif, strategi ini dilakukan untuk pelopor pembaharuan
dalam bidang pemerintahan.
6) Strategik Preventif, Strategik ini dilakukan dengan membuat program-
program dan mengatur langkahlangkah atau tindakan untuk
mengoreksi dan memperbaiki kekeliruan baik yang dilakukan oleh
organisasi sendiri maupun yang diperintahkan organisasi atasan. Suatu
organisasi perlu adanya evaluasi, begitu pula Majelis Taklim Kota
baru. Para da’i selalu mengadakan evaluasi terkait pengelolaan Majelis
Taklim. Setiap satu bulan sekali berbarengan dengan kegiatan
pengajian Para da’i melakukan evalusi demi berkembangnya Majleis
Takim Kota baru. Karena dari evaluasi tersebut majelis Taklim sampai
sekarang masih ada di Kota baru, walaupun perkembangnya tidak
berkembang pesat seperti Majelis Taklim di Desa lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Para muballigh dan beberapa
Masyarakat Kota baru, bahwa strategi yang digunakan Para da’i dalam
mengelola Majelis Taklim Kota baru adalah melalui berbagai kegiatan,
sebagai berikut:
1) Mengaktifkan Pengajian setiap selasa ponPengajian Selasa Pon
diadakan setiap satu bulan sekali di balaidesa Kota baru. Kegiatan ini
diikuti oleh seluruh Jamaah Majelis Taklim dan masyarakat Kota baru.
Banyak masyarakat yang antusias datang menghadiri karena pengajian
selapanan ini merupakan wadah atau tempat untuk menuntut ilmu.
Pada pengajian selasa pon ini Para da’i memberikan mauidzah hasanah
serta nasehat-nasehat untuk masyarakat Kota baru. Berbagai rangkaian
acara ketika pengajian selapanan nini, yaitu: pembacaan ayat suci al-
Qur’an, yasin dan tahlil yang dipimpin, kemudian dilanjutkan
mauidzah hasanah Para da’i sampai pukul 11 malam.
49
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Yusmanto“ Biasanya
pengajian ini berisi nasehat-nasehat, mauidzoh hasanah oleh Para
da’i, yasinan dan Tahlilan. Masyarakat Kota baru sangat antusias
dalam kegiatan pengajian ini, karena diselenggarakannya hanya satu
bulan sekali. Banyak sekali manfaat dari pengajian ini. Sebab yang
dahulu masyarakat tidak menyukai pengajian, sebagian masyarakat
tidak bisa membaca tahlil dan pada akhirnya dengan kegiatan ini
masyarakat lebih menyukai dan banyak yang hadir di pengajian
tersebut”.71
Dengan mengaktifkan Pengajian Selasa Pon, Majelis Taklim
semakin berkembang ilmu agamanya. Karena didalam pengajian
tersebut Para muballigh mengajarkan materi kitab Safinatun Najah,
Sholatuttahfiq, Tafsil Qur’an dan Fasholatan.Adanya kegiatan
pengajian selasa Pon setiap sebulan sekali diharapkan dapat menambah
ilmu agama dan menambah wawasan masyarakat. Kegiatan ini juga
dapat menguji sifat istiqamah seseorang dalam mengikuti kegiatan
tersebut setiap bulan serta dapat meningkatkan keimanan. Kegiatan ini
merupakan bukti kuat keinginan seseorang untuk menuntut ilmu dan
keikhlasan diri seseorang dalam mengintrospeksi diri sendiri kemudian
mau untuk memperbaikinya.
2) Pengelolaan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) dilakukan di Masjid
Kota baru setiap hari Senin, Rabu, Kamis dan Minggu. Pendidikan
nonformal ini dikelola oleh Para da’i. Mengelola Taman Pendidikan al-
Qur’an tidak ada pemasukan dana dari masyarakat. Karena Para da’i
mengelola Taman Pendidikan al-Qur’an dengan ikhlas. Taman
Pendidikan al-Qur’an di khususkan untuk anak-anak Kota baru yang
minat untuk mengembangkan ilmu agamanya. Disini anak-anak
menerima materi tentang fasholatan, hafalan Jus Amma, hafalan do’a-
do’a harian. Menurut orang tua dari anak-anak tersebut kegiatan ini
sangat diapresiasi karena kegiatan seperti ini sangat kurang di terima
anak-anak di pendidikan formal. Dengan adanya kegiatan tersebut
anak-anak memiliki tambahan ilmu agama diluar pendidikan formal.
3) Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam Hari besar Islam di peringati
setiap memperingati Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad, Idul Fitri, Idhul
71
Yusmanto, pengurus majelis ta’lim, wawancara dengan penulis tanggal 23 oktober 2019,
catatan penulis
50
Adha, Maulid Nabi. Kegiatan tersebut diperingati dengan maksud agar
kita selalu ingat dan slalu menjalankan ajaran-ajaran agama Islam yang
masuk di Indonesia. Berbagai cara untuk memperingati hari Besar
Islam tersebut. Seperti memperingati Hari Besar Idhul Adha.
Memperingati Idhul Adha masyarakat Kota baru melaksanakan
pemotongan daging Qurban yang berada di depan Masjid Desa tajung.
Hal itu dilakukan agar kita tau sejarah dahulu diberlakukannya
berkurban dan manfaat dari berkurban. Kemudian Maulid Nabi yang
dilakukan di masjid Kota baru dengan cara kita bersholawatan,
berjanjinan dan tahlil bersama. Hal ini dilakukakan untuk
memperingati hari lahirnya nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini
diikuti dari berbagai kalangan masyarakat yang ada di Kota baru. Dari
mulai anak-anak samapai orang tua.
51
BAB IV
PERANAN MAJELIS TAKLIM DALAM MEMBINA
SILATURRAHIM MASYARAKAT DAN TANGGAPAN
MASYARAKAT TERHADAP MAJELIS TAKLIM SERTA FAKTOR
PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT MAJELIS TAKLIM ANAS BIN
MALIK DALAM MEMBINA SILATURRAHIM MASYARAKAT.
A. Peranan Majelis Taklim Dalam Membina Silaturrahim Masyarakat Dan
Tanggapan Masyarakat Terhadap Majelis Taklim Serta Manfaat Yang
Di Timbulkan Oleh Anggota Majelis Taklim.
1) Peranan Majelis Taklim
Al-quran sebagai sumber petunjuk umat manusia mengajarkan kepada
kita bahwa hidup menyendiri yang permanen bagi suatu makhluk tidak ada
tempatnya dalam ajaran Islam. Hidup sendiri dan mandiri dalam
ketunggalan yang mutlak dan salam keesaan yang tidak mengenal
ketergantungan kepada siapapun, hanyalah dimiliki oleh sifat allah semata.
Dari titik tolak keimanan yang demikian ini, manusia disadarkan untuk
bias mengenal kehidupan dan lingkungan hidup disekitarnya. Manusia
sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup tanpa kehadiran orang lain
karena setiap individu pasti membutuhkan kehadiran orang lain dalam
kehidupannya. Dari sinilah berawal mula manusia mengenal arti saudara
dan persaudaraan maka nilai persaudaraan yang berwujud kesayangan,
perhatian, perlindungan, pembelaan, kebersamaan dalam suka dan duka
serta segala macam dukungan dalam kehidupan bermasyarakat.Dalam
upaya merealisasikan hal tersebut maka usaha dan langkah Majelis Ta’lim
dalam membina silaturrahim masyarakat di Kecamatan Kota Baru Kota
Jambi merupakan wadah dan wahana dalam membina umat yang murni
institusional keagamaan.
Dan sebagai institusi keagamaan Majelis Ta’lim merupakan salah satu
struktur dakwah dan tablig yang dilaksanakan sesuai perintah agama
secara teratur dan periodik. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, Majelis
Ta’lim mencoba menerapkan pembinaan, persaudaraan dan mempererat
tali persaudaraan serta. menjalin hubungan yang baik itu tidak lain adalah
melalui majelis taklim namun bagi pengurus dan anggota Majelis Ta’lim
52
usaha dan langkah dalam membina silaturrahim masyarakat merupakan
suatu pekerjaan yang sulit, sebab masyarakat yang ada disekitarnya
merupakan masyarakat yang masih banyak mementingkan diri sendiri.
Masyarakat yang ada di sekitar Kecamatan Kota Baru Kota Jambi juga
masih kental akan kepercayaan dan kebiasaan lamanya yang menduakan
Allah swt. Masyarakat yang awalnya melakukan pemujaan di tempat-
tempat yang dianggap sakral untuk meminta sesuatu, secara perlahan sadar
bahwa yang mereka lakukan adalah kesalahan besar dan sangat dibenci
oleh allah swt. Setelah mereka bergabung menjadi anggota Majelis Ta’lim
ini memiliki tujuan untuk memperkuat keimanannya dan meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan lamanya.72
Melihat kondisi masyarakat tersebut, maka Majelis Ta’lim harus
memiliki metode atau cara dalam membina dan menjalin hubungan
silaturrahim yang baik sehingga masyarakat yang ada di sekitarnya juga
dapat meninggalkan kebiasaan lamanya dalam hal yang menduakan Allah
swt. Oleh karena itu butuh strategi yang harus dilakukan dengan mengacu
pada unsure-unsur komunikasi yaitu komunikator, pesan, media,
komunikan, efek, fatback dan lingkungan. Sehingga situasi dan kondisi
yang ada di sekitar masyarakat dapat diketahui, agar tujuan Majelis Ta’lim
dalam membina silaturrahim masyarakat dapat terjalin dengan baik.
Adapun peranan Majelis Ta’lim dalam membina silaturrahim masyarakat
Kecamatan Kota Baru Kota Jambi yaitu:
a) Melakukan Pengajian
Pengajian biasanya dilakukan di lokasi mesjid tempatnya di
Kecamatan Kota Baru Kota Jambi. Kegiatan tersebut sering kali
dilakukan, sebab kegiatan ini juga merupakan kegiatan rutin yang
dilakukan setiap harinya. Selain pengajian yang dilakukan sring juga
diajarkan tajwid oleh orangorang yang memiliki kemampuan untuk
mengajarkan kepada anggota majelis taklim ataupun masyarakat
72 Abdullah (41 Tahun), Pembina Majelis, Wawancara, wawancara dengan penulis tanggal 29
0ktober 2019, catatan penulis.
53
lainnya.73
Dengan demikian maka dapat terjalin hubungan silaturrahim
diantara masyarakat.
b) Melakukan Dzikir Bersama
Dzikir bersama biasanya juga dilakukan di lokasi masjid
tempatnya di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi.. Kegiatan tersebut
sering kali dilakukan, sebab kegiatan ini juga merupakan kegiatan rutin
yang dilakukan dalam setiap tahunnya yaitu pada waktu bulan suci
ramadhan selain itu juga, dilakukan Isra mi’raj. Majelis Ta’lim ini juga
sering kali menerima panggilan untuk melakukan dzikir dan pengajian
bersama saat ada kegiatan yang diadakan oleh masyarakat setempat
seperti pada saat sebelum pesta perkawinan, khitanan, syukuran serta
kegiatan lainnya tanpa dipungut biaya atau imbalan sedikitpun. Karena
kegiatan ini dilakukan semata-mata hanya kepada Allah swt. Dzikir
yang dilakukan dalam hal ini adalah hanya dzikir biasa. Dengan cara
seperti ini hubungan silaturrahim dapat terjalin dengan baik, karena
dengan melakukan dzikir kita dapat terhindar dari segala sesuatu yang
dapat memutus hubungan silaturrahim.
c) Melakukan Kerja Bakti
Kerja bakti tersebut yang di maksud adalah kerjasama antara
anggota majelis taklim dengan masyarakat setempat, untuk melakukan
bersih lingkungan dan kegiatan ini dilakukan satu kali dalam seminggu
yaitu pada hari minggu saja yaitu di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi,
kegiatan ini berupa membersihkan got, membersihkan lingkungan
disekitar rumah masyarakat masing-masing serta membersihkan
mesjid. Dengan melakukan kerja bakti kita tidak hanya dapat
menikmati indahnya kebersihan di sekitar kita, tetapi di sini kita juga
dapat merasakan indahnya kebersamaan dalam menjalin silaturrahim.
d) Berkunjung ketika ada Tertimpa Musibah
Berkunjung ketika ada anggota, keluarga atau masyarakat yang
sedang sakit atau tertimpa musibah maka kita akan datang melihat
kondisinya apakah orang tersebut berada di rumah ataupun berada di
rumah sakit. Karena dengan datang melihat kondisi mereka itu berarti
73 Dahliah (45 Tahun), Pengurus Harian Majelis Taklim , wawancara dengan penulis tanggal
29 0ktober 2019, catatan penulis
54
mengurangi rasa sakit yang diderita dan secara tidak langsung dapat
mengurangi beban mereka. Serta bisamempererat dan menjalin
hubungan silaturrahim dengan baik.74
e) Melakukan Hajatan
Hajatan yang dimaksud adalah pada saat ada yang menggelar
acara pernikahan atau acara sunnatan diantara anggota maupun
masyarakat maka seluruh anggota Majelis Ta’lim ikut serta dalam
kegiatan ini guna untuk membantu ataupun melakukan suatu pengajian
dan dzikir bersama. Dengan demikian dari sinilah hubungan
silaturrahin dapat terjalin karena dengan kegiatan ini maka seluruh
anggota maupun masyarakat datang untuk membantu keluar
f) Melakukan Rekreasi Bersama
Dengan melakukan rekreasi bersama baik dengan anggota
Majelis Ta’lim maupun masyarakat. Dalam hal ini juga dapat
merasakan indahnya kebersamaan dalam menjalin silaturrahim. Karena
dengan adanya kegiatan ini bukan hanya anggota majelis taklim saja
yang hadir tetapi sebagian dari anggota majelis taklim mengajak
keluarganya. Rekreasi tersebut biasanya dilakukan di beberapa tempat.
Hal ini dilakukan agar anggota masyarakat tidak merasa bosan karena
dalam mengikuti suatu kegiatan dakwah terkadang membuat seseorang
atau anggota majelis taklim jenuh. Sehingga kegiatannya itu monoton.
g) Memperingati Hari Besar Islam
Majelis taklim juga setiap tahunnya melakukan maulid Nabi
Muhammad saw serta Isra Mi’raj yang dilakukan dalam setahun sekali
dengan tujuan untuk bisa lebih mempererat tali silaturrahim serta
mejalin hunbungan silaturrahim dengan baik bagi sesama angoota
majelis taklim maupun masyarakat di Kecamatan Kota Baru Kota
Jambi pada khususnya, dalam hal ini kita juga dapat mendapatkan hal-
hal positif yang disampaikan oleh para da’i dengan bekerjasama antara
anggota organisasi dengan masyarakat setempat untuk mensukseskan
kegiatan ini. Maulid Nabi Besar saw ini dilakukan dengan cara
membawa makanan setiap masyarakat setelah itu ada seorang da’i
74 Irmawati Amir (25 Tahun) Anggota Majelis Taklim wawancara dengan penulis tanggal 29
0ktober 2019, catatan penulis
55
yang membawakan sebuah ceramah agama. Selain itu, Selain dari
kegiatan tersebut di atas Majelis Ta’lim juga mengadakan kegiatan isra
mi’raj dengan cara mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut
mendengarkan ceramah Agama. Agar seluruh lapisan rmasyarakat
Desa Kanjilo dapat hadir dan ikut serta dalam kegiatan ini dan secara
tidak langsung bisa menjalin hubungan yang harmonis.
h) Melakukan Penyelenggaraan Jenazah
Salah satu menjalin hubungan yang baik diantara masyarakat
adalah Sebagian dari anggota Majelis Ta’lim melakukan suatu kegiatan
berupa memandikan jenazah, memakaikan kain kafan, dan menyalati
jenazah, dalam hal ini agar dapat membantu masyarakat atau keluarga
yang di tinggalkan.75
Serta bertujuan untuk lebih mempererat tali
persaudaraan dan mampu menjalin hubungan silaturrahim dengan
baik.76
Berdasarkan penjelasan di atas yang telah dikemukakan, maka
dapat dipahami bahwa keberadaan Majelis Ta’lim semakin bermanfaat
pada masyarakat dan sekitarnya, secara singkat dapat diperjelas sebagai
berikut: Jumalia merupakan salah satu dari anggota Majelis Ta’lim yang
pernah mengidap penyakit tipes dia dirawat dirumah sakit kurang lebih 1
minggu. Jumalia ini mengidap penyakit tipes tersebut dan menurut beliau
dia sangat bersyukur atas kehadiran majelis taklim di tengah-tengah
masyarakat ini karena semua anggota ataupun masyarakat memiliki rasa
persaudaraan yang tinggi karena mereka semua datang kerumah sakit
untuk melihat kondisi yang saya alami sekarang dan hati saya sangat
senang. Selain itu pula kehadiran majelis taklim ini mempunyai pengaruh
yang sangat signifikan dalam membentuk dan membina sesama
anggotanya juga sangat mendukung karena mampu menciptakan suasana
yang akrab diantara sesama anggotanya maupun masyarakat.77
75
Hj. Kiba (54 Tahun) Anggota Majelis Taklim, wawancara dengan penulis tanggal 30
0ktober 2019, catatan penulis 76
Irmawati Amir (25 Tahun) Anggota Majelis Taklim wawancara dengan penulis tanggal 29
0ktober 2019, catatan penulis 77
Jumalia (45 Tahun), Pengurus Harian Majelis, wawancara dengan penulis tanggal 30
0ktober 2019, catatan penulis
56
Hal ini juga dirasakan oleh Joharia umur 48 tahun juga mengalami
penyakit Demam Berdarah atau (DBD) kemudian dia dibawa kerumah
sakit .Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit datanglah serombongan
pembesuk untuk menjenguk saya tak lain adalah para pengurus Majelis
Ta’lim. Hati saya jadi haru dan sakit saya sedikit tertanggulangi berkat
adanya uluran tangan dari pengurus Majelis Ta’lim serta masyarakat
lainnya. Oleh karena itu dengan seringnya melaksanakan kegiatan seperti
itu, kegiatan pengajian dan dzikir bersama, serta shalawat. Hal ini dapat
menjadi suatu landasan bagi Majelis Ta’lim untuk lebih dikenal oleh
masyarakat sebagai majelis dzikir.
Selain dari kegiatan itu Majelis Ta’lim juga bertujuan agar anggota dan
masyarakat setempat dapat menjalin hubungan silaturrahim dengan baik
dan melalui berbagai kegiatan, serta dapat menarik minat masyarakat
untuk bergabung kedalam organisasi ini dan meninggalkan segala
kebiasaan lamanya yang menduakan Allah swt.Kesadaran batin yang
tinggi karena adanya iman yang tumbuh dan berkembang dalam diri
jama’ah dan masyarakat untuk mempercepat proses terwujudnya
persaudaraan manusiawi. Karena begitu manusia sudah beriman maka
disitulah seseorang terikat persaudaraan dan dapat menjalin hubungan
silaturrahim dengan orang lain yang seiman dengannya. Iman dalam
hubungan antara seorang jama’ah dengan jama’ah yang lainnya
merupakan tali pengikat yang lebih kuat dari tali asal- usul kekerabatan,
kekelompokan dan seterusnya. Dalam hal ini Majelis Ta’lim dituntut untuk
bisa memberikan peranan yang mampu menunjang guna tercapainya suatu
hubungan yang baik tidak lain adalah mampu membina dan mempererat
tali persaudaraan dengancara menyambungkan silaturrahim sesama
anggota maupun masyarakat. Dimana kegiatan-kegiatan yang perlu
dikembangkan lebih lanjut lagi serta program-program yang belum
terlaksana tentu memerlukan kesiapan dan kesigapan para pengurusnya
dan anggota-anggotanya dan tentu saja butuh motivasi dan dukungan dari
semua pihak yang terkait khususnya masyarakat yang berada di
Kecamatan Kota Baru Kota Jambi.
Berdasarkan penjelasan di atas yang telah dikemukakan, maka dapat
dipahami bahwa suatu kesyukuran bagi para pemuka agama dan
57
masyarakatterhadap keberadaan Majelis Ta’lim semakin bermanfaat pada
masyarakat sekitarnya, karena mampu membawa pengaruh yang cukup
positif bagi kehidupan masyarakat dimana dalam hal ini mampu mengubah
pola pikir masyarakat sekaligus keberagamannya. Masyarakat semakin
bergairah mempelajari agama dan menerapkan ajaran-ajarannya dan
mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan sebelumnya yang mampu
menjerumuskan mereka kedalam neraka.Penerangan agama yang selama
ini gencar-gencarnya di bicarakan dilingkungan pengajian termasuk
Majelis Ta’lim benar-benar telah mengantarkan umat sedikit demi sedikit
kepada pemahaman keagamaan yang lebih baik dan tidak lain disebut
dengan tali persaudaraan dengan kata lain menjalin hubungan silaturrahim.
2) Tanggapan Masyarakat terhadap majelis taklim Anas Bin Malik
Sejak berdirinya Majelis Ta’lim ditengah-tengah masyarakat
khususnya di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi ini merupkan suatu
kesyukuran bagi para pemuka agama dan masyarakat karena kehadiran
majelis taklim tersebut membawa pengaruh yang cukup positif dan
signifikan bagi kehidupan masyarakat. Mampu merobah pola pikir
masyarakat sekaligus keberagamannya dimana sebagian masyarakat
awalnya banyak yang tidak tahu membaca alquran dengan benar setelah
adanya majelis taklim ini maka mampu membina anggota atau masyarakat
yang terlibat didalammnya sudah mulai tahu membaca alquran dengan
benar. Majelis taklim tersebut benar-benar mampu mencairkan kebekuan
yang terjadi selama ini. Masyarakat semakin bergairah mempelajari agama
dan mampu menerapkan ajaran-ajarannya. Penerangan agama yang selama
ini gencar-gencarnya di suarakan di lingkungan Majelis Ta’lim benar-
benar telah mengantarkan umat sedikit demi sedikit kepada pemahaman
keagamaan yang semakin baik.
Keberhasilan yang telah di dapatkan terungkap dari salah seorang yang
selama ini aktif mengikuti pengajian yang diselenggarakan oleh Majelis
Ta’lim. Yakni Dahlia berkata:“Sebenarnya saya secara pribadi, melihat
kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama ini oleh Majelis Ta’lim
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dalam membentuk pola pikir
dan membina antara sesama anggotanya maupun masyarakat yang lain,
sehingga tercipta suasana yang akrab diantara sesama jama’ah dan tidak
58
lain mampu menjalin hubungan silaturrahim dengan baik. Karena
sebagaimana kita ketahui bahwa sebagian masyarakat Desa Kanjilo ini
pada umumnya adalah masyarakat yang lebih mengutamakan kesibukan
sendiri-sendiri”.78
Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa dengan adanya Majelis
Ta’lim Kecamatan Kota Baru Kota Jambi di dusun tangalla pelaksanaan
ajaran agamanya dapat direalisasikan dengan baik melalui sarana atau
wadah berupa majelis taklim. Artinya secara tidak langsung mampu
mempraktekkan ajaran agama yang mendasar dari ajaran agama seperti
halnya saling kasih mengasihi, tenggang rasa, saling memberikan masukan
dalam melaksanakan suatu kegiatan, berdiskusi serta memecahkan suatu
masalah yang pada akhirnya akan mengantarkan mereka kepada kesadaran
bahwa antara mereka harus memiliki rasa persaudaraan dan harus mampu
menjalin hubungan silaturrahim dengan baik. Keberhasilan Majelis Ta’lim
dalam membina silaturrahim masyarakat terhadap masyarakat yang
terdapat di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi tidak terlepas dari pemilihan
metode dakwah yang selama ini diterapkan.
3) Manfaat yang ditimbulkan pada Anggota dan Masyarakat
Adapun manfaat yang ditimbulkan oleh anggota Majelis Ta’lim dan juga
pada masyarakat disekitarnya yaitu:
a. Manfaat Spiritual
Organisasi tersebut dalam pembahasan yang hakiki merupakan
suatu wadah yang bertujuan untuk membina para anggotanya guna
melakukan latihan menuju kemurnian tauhidullah melalui
pembangunan dan pemeliharaan kesadaran kelemahan diri dihadapan
Allah swt. Menjaga kemurnian tauhid, bukanlah suatu jalan yang lurus
dan mulus. Dalam hal ini syaithan selalu berusaha menghalangi setiap
mereka yang akan mendalami dan mengamalkan secara konsistensi
perintah Allah swt.79
Oleh karena itu,setiap anggota Majelis Ta’lim
juga senantiasa sadar bahwa merekaselalu berhadapan dengan syaitan
sebagai musuh utamanya, dengan segala kekuatan dan sifat-sifatnya.
78 Dahliah (45 Tahun), Pengurus Harian Majelis Taklim , wawancara dengan penulis tanggal
29 0ktober 2019, catatan penulis 79 Irmawati Amir (25 Tahun) Anggota Majelis Taklim wawancara dengan penulis tanggal 29
0ktober 2019, catatan penulis
59
Dalam kesadaran bahwa syaithan sebagai musuh inilah anggota majelis
ta’lim mengupayakan keistiqamahannya. Oleh karena itu, majelis
ta’lim dikatakan juga sebagai tempat mendengarkan ilmu-ilmu agama
yang disampaikan oleh para dai karena kepercayaannya yang begitu
tinggi terhadap sesuatu yang sangat dibenci oleh Allah swt. Karena
berbagai bentuk kekuatan dan sifat syaithaniah sebagai musuh
utamanya. Syaithan akan berupaya mengganggu manusia dari segala
penjuru atau aspek. Untuk mencapai keikhlasan tersebut tidaklah
mudah dan tidak boleh dipaksapaksakan melainkan dapat diperoleh
dengan cara yang benar. Ada beberapa tingkatan atau fase untuk
memperoleh keikhlasan, yang pertama adalah komitmen, yang kedua
memperoleh keyakinan lewat pembelajaran keilmuan, yang ketiga
mesti diamalkan dan dilatih, barulah kemudian kita menjadi hamba-
hamba Allah yang ikhlas.
Di organisasi inilah kemudian kita diajarkan agar dapat
mencapai keikhlasan yang diridhohi oleh Allah swt dan kemudian
mengamalkannya pada kehidupan sehari-hari serta dalam hal ini
beribadah. Keikhlasan dalam beribadah tidaklah mudah karena
syaithan pasti akan berupaya menghalangi kita dengan godaan-
godaannya. Seperti misalnya saat kita hendak melaksanakan shalat
lima waktu syaithan akan berupaya menggoda kita agar tidak
melaksanakannya.80
Hal ini terjadi karena adanya pertentangan dalam
dirinya, selain itu banyaknya masyarakat yang mencaci dan tidak
percaya terhadap dirinya bahwa dia mampu untuk berubah. Setelah
masuk dalam anggota majelis taklim akhirnya beliau tersadar akan
perbuatannya dan berjanji akan meninggalkan perbuatan yang pernah
beliau lakukan yaitu menduakan Allah swt.
b. Manfaat Sosial
Setiap organisasi pada umumnya mempunyai manfaat sosial
bagi para anggotanya dan masyarakat sekitarnya baik secara langsung
maupun tidak langsung, sama halnya dengan perguruan ini yang juga
bermanfaat dalam bidang tersebut. Seperti dibidang sosial, dimana
80 Abdullah (41 Tahun), Pembina Majelis, Wawancara, wawancara dengan penulis tanggal 29
0ktober 2019, catatan penulis
60
manfaatnya bagi masyarakat yaitu dengan adanya Majelis Ta’lim ini
masyarakat setempat secara perlahan meninggalkan kebiasaan lamanya
yang menduakan Allah swt. Masyarakat yang awalnya melakukan
pemujaan ditempat-tempat yang dianggap sakral untuk meminta
sesuatu secara perlahan sadar bahwa yang mereka lakukan adalah
kesalahan besar, kemudian mereka masuk keperguruan ini untuk
memperkuat keimanannya dan meninggalkan kebiasaan lamanya.81
Majelis taklim ini juga sering melakukan kegiatankegiatan sosial
seperti melakukan pengajian, melakukan dzikir bersama, maulid Nabi
Muhammad saw, kegiatan bersih-bersih lingkungan, isra mi’raj,
melakukan silaturahmi, melakukan rekreasi bersama, serta
penyelenggaraan jenazah. Majelis Ta’lim inipun sering kali menerima
panggilan melakukan pengajian dan dzikir bersama saat ada kegiatan
yang diadakan oleh masyarakat seperti pada saat sebelum pesta
perkawinan, masuk rumah baru, khitanan, sserta kegiatan lainnya tanpa
dipungut biaya.82
Maka dengan cara seperti inilah Majelis Ta’lim akan lebih
mudah dalam membina hubungan silaturrahim masyarakat.Selain
kegiatan dzikir bersama anggota majelis taklim ini juga setiap
tahunnya melakukan maulid nabi Muhammad saw, bekerja sama
dengan masyarakat untuk mensukseskan kegiatan ini. Dari berbagai
kegiatan tersebut bertujuan agar anggota dan masyarakat dapat
menjalin silaturrahim serta dapat menarik minat masyarakat untuk
bergabung dalam anggota majelis taklim ini.
Sedangkan manfaat sosial bagi anggota dari Majelis Ta’lim ini
yaitu dengan adanya organisasi ini maka dapat lebih mudah membina
dan menjalin silaturrahim antara sesama anggota, karena seringnya
melakukan kegiatan pengajian dan dzikir bersama setiap harinya.
Dapat menyatukan keluarga yang awalnya berselisih, jarang bertemu
menjadi rukun kembali dan sering bertemu, misalnya yang dialami
oleh beberapa anggota sebelum masuk menjadi anggota jarang-jarang
81 Dahliah (45 Tahun), Pengurus Harian Majelis Taklim , wawancara dengan penulis tanggal
29 0ktober 2019, catatan penulis 82
Dahliah (45 Tahun), Pengurus Harian Majelis Taklim , wawancara dengan penulis tanggal
29 0ktober 2019, catatan penulis
61
ketemu akhirnya dengan masuk dalam anggota ini, maka mereka dapat
sering bertemu dan melakukan kegiatan pengajian dan dzikir bersama
serta kegiatan lainnya.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Majelis Taklim Membina
Silaturrahim Masyarakat.
Setiap organisasi senantiasa diperhadapkan dengan berbagai macam
persoalan dalam mewujudkan tujuannya, baik itu dari kalangan anggota
maupun masyarakat sekitarnya. Akan tetapi hal tersebut, tidak dapat terjadi
pada Majelis Ta’lim dalam membina silaturrahim masyarakat. Hal ini
senantiasa bertopang dengan kesabaran, ketabahan, serta ketekunan dalam
melaksanakan visi misinya. Sehingga keberadaan Majelis Ta’lim semakin
bermanfaat pada masyarakat sekitar.Seperti halnya yang telah dikemukakan
sebelumnya, bahwa organisasiini juga seringkali menerima panggilan
melakukan pengajian dan dzikir bersama saat ada kegiatan yang diadakan oleh
masyarakat seperti pada saat sebelum pesta perkawinan, masuk rumah baru,
khitanan, serta kegiatan lainnya tanpa dipungut biaya. Hal yang demikian
membuka peluang Majelis Ta’lim untuk semakin mendapat dukungan
ditengah-tengah masyarakat dan sekitarnya.
Berikut ini penulis akan mengemukakan beberapa faktor pendukung
Majelis Ta’lim dalam membina silaturrahim masyarakat kecamatan kota baru
kota jambi:
1. Adanya kerjasama yang baik antara masyarakat sekitar dengan anggota
majelis taklim.83
2. Banyaknya masyarakat yang ikut berpartisipasi memberikan bantuan
dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Majelis Ta’lim.
3. Seringnya melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan pengajian
setiap hari, dzikir bersama, melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan
dan gotong royong serta melakukan penyelenggaraan jenazah saat ada
yang meninggal dunia.
83
Suriani Dg. Sompa , (45 Tahun Pengurus Majelis Taklim, wawancara dengan penulis
tanggal 29 0ktober 2019, catatan penulis
62
4. Banyaknya anggota yang mengikuti kegiatan pengajian dan dzikir
bersama, yang dapat memotivasi masyarakat di sekitarnya untuk ikut
bergabung kedalam Majelis Ta’lim.84
Dengan adanya faktor yang mendukung, maka sangat mudah bagi Majelis
Ta’lim untuk mewujudkan tujuannya dalam membina silaturrahim masyarakat
kecamatan kota baru kota jambi. Karena adanya dukungan dari masyarakat
setempat sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik
dan hubungan silaturrahim juga dapat terjalin dengan baik dan semakin erat.
Demikian beberapa faktor yang dapat mendukung Majelis Ta’lim dalam
membina dan mempererat silaturrahim masyarakat kecamatan kota baru kota
jambi.
Berikut ini penulis akan mengemukakan beberapa faktor yang menjadi
penghambat bagi Majelis Ta’lim dalam membina silaturrahim masyarakat
kecamatan kota baru kota jambi:
1. Faktor Waktu
Waktu merupakan suatu hal yang paling utama. Karena waktu sangat
mempengaruhi para jamaah atau anggota Majelis Ta’lim absen atau tidak
hadir. Sebagaimana dijelaskan oleh salah satu anggota majelis taklim
bahwa masyarakat atau anggota yang terlibat di dalamnya biasanya tidak
datang karena berbagai hal misalnya ada kesibukan diluar seperti ada acara
keluarga, dll. Sehingga akan menjadikan penghambat bagi seseorang untuk
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh majelis taklim sehingga sulit untuk
bisa mempererat tali persaudaraan dan menjalin hubungan
silaturrahimdengan baik.85
2. Keadaan Penduduk
Dalam mengubah keadaan penduduk di kecamatan kota baru kota
jambi, maka berikut ini hasil wawancara dengan bapak Abdullah, MA yg
menjelaskan bahwa Masyarakat di kecamatan kota baru kota jambi
merupakan masyarakat yang tidak bisa diharapkan dalam hal dunia dan
84 Dahliah (45 Tahun), Pengurus Harian Majelis Taklim , wawancara dengan penulis tanggal
29 0ktober 2019, catatan penulis 85
Irmawati Amir (25 Tahun) Anggota Majelis Taklim wawancara dengan penulis tanggal 29
0ktober 2019, catatan penulis
63
akhirat. Karena di kalangan masyarakat setempat masih sangat kental akan
kepercayaan anamismenya yang mengarah kepada kemusyrikan atau
berupa tradisi. Di mana masyarakat banyak yang melakukan pemujaan di
tempat-tempat yang dianggap sakral yang bersifat menyesatkan dan
menduakan Allah. Selain itu, masih banyak masyarakat yang berbuat
maksiat, seperti meminum minuman keras serta berjudi dan masih banyak
yang kurang motivasinya dalam beribadah, sehingga perlu ada sebuah
wadah yang mewadahi masyarakat agar dapat kembali kejalan yang lebih
baik dan diridohi oleh Allah swt.86
Berdasarkan dari penjelasan di atas, penulis mengemukakan bahwa ini
merupakan sesuatu yang sangat berat bagi Majelis Ta’lim untuk mengubah
perilaku masyarakat disekitarnya. Karena di kalangan masyarakat setempat
pada saat itu masih kental kepercayaan animisme dan dinamismenya yang
mengarah pada kemusyrikan, dimana masyarakat masih banyak yang
melakukan pemujaan ditempat-tempat yang dianggap sakral yang bersifat
menyesatkan dan menduakan Allah swt. Seperti adanya masyarakat yang
mengadakan acara makan-makan di sebuah pemakaman yang dianggap
sebagai tuan rumah yang dalam bahasa Makassarnya (patanna
pa’rasangang) dan diberi nama pemakaman (tabba)yaitu karaeng.
Selain itu masih ada masyarakat yang berbuat maksiat, seperti
meminum minuman keras dan berjudi, serta masih banyak yang kurang
motivasinya dalam beribadah, sehingga perlu ada sebuah wadah yang
mewadahi masyarakat agar dapat kembali kejalan yang lebih baik. Karena
masyarakat di sekitar menganggap bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh nenek moyangnya yang sampai sekarang
kepercayaannya itu semakin kental, sehingga mereka sangat sulit untuk
meninggalkan kebiasaan tersebut. Oleh karena itu dengan kehadiran
majelis taklim di tengah-tengah masyarakat yang dapat mengubah pola
pikir dan perilaku masyarakat terhadap kepercayaan anamisme dan
dinamismenya, sehingga masyarakat dapat melupakan dan meninggalkan
kebiasaannya dalam menduakan Allah.
86
Abdullah (41 Tahun), Pembina Majelis, Wawancara, wawancara dengan penulis tanggal 29
0ktober 2019, catatan penulis
64
3. Faktor Sarana dan Prasarana
Faktor sarana dan prasarana yaitu keadaan tempat atau mesjid yang
tidak memungkinkan untuk melakukan berbagai kegiatan, terutama
kegiatan pengajian dan dzikir bersama karena dilihat dari segi anggota
Majelis Ta’lim itu sendiri lumayan banyak dan masyarakat yang ada di
sekitarnya itu juga sangat banyak.oleh karena itu Majelis Ta’lim sangat
sulit untuk melaksanakan suatu kegiatan dan hubungan silaturrahim juga
tidak dapat terjalin dengan baik.87
Berdasarkan pernyataan di atas yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat dipahami bahwa yang menjadi faktor pendukung bagi Majelis
Ta’lim dalam membina silaturrahim masyarakat kecamatan kota baru kota
jambi adalah adanya kerjasama yang baik antara masyarakat setempat
dengan anggota majelis taklim serta banyaknya masyarakat yang ikut
berpartisipasi dalam memberikan sumbangan berupa dana setiap kegiatan
yang dilaksanakan oleh Majelis Ta’lim. Sehingga hubungan silaturrahim
antara anggota organisasi dan masyarakat setempat dapat terjalin dengan
baik.
Sedangkan yang menjadi penghambat bagi Majelis Ta’lim dalam
membina silaturrahim masyarakat kecamatan kota baru kota jambi yaitu,
adanya faktor waktu seperti kurangnya masyarakat yang mengikuti
kegiatan karena adanya kesibukan diluar seperti acara keluarga ataupun
yang lain. Sehingga inilah yang menjadi faktor penghambat untukbisa
menjalin hubungan silaturrahim dengan baik. Faktor sarana dan prasarana
berupa mesjid yang tidak memadahi untuk melakukan kegiatan. Hal ini
menjadi suatu hambatan bagi Majelis Ta’lim dalam membina silaturrahim
masyarakat kecamatan kota baru kota jambi. Tetapi Majelis Ta’lim
menganggap bahwa suatu hambatan itu bukanlah masalah yang dapat
menjadi suatu halangan bagi organisasi untuk mewujudkan tujuannya,
tetapi semua itu merupakan suatu ujian bagi organisasi untuk tetap
berusaha memperbaiki dan mencari jalan keluar dari suatu permasalahan
yang dihadapi
87
Dahliah (45 Tahun), Pengurus Harian Majelis Taklim , wawancara dengan penulis tanggal
29 0ktober 2019, catatan penulis
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Metode ta’lim menyangkut bagaimana ta’lim dilaksanakan agar lebih
efektif dan baik. Pemahaman tentang metode disini merupakan acara
penyamaan gagasan pengembangan lingkungan oleh para kiai kepada
jama’ah atau masyarakat yang berada disekitarnya. Adapun beberapa
metode yang secara rutin dipergunakan dalam kegiatan ini antara lain;
Metode Ceramah, Tanya jawab, dan juga lainya, namun secara umum
metode dakwah yang di metode yang peneliti temukan saat melakukan
penelitian yakni metode dakwah dengan metode dakwah bil lisan, metode
dakwah bil qalam, dan juga metode dakwah bil hal. Strategi dakwah Para
muballigh dalam mengelola Majelis Taklim menggunakan strategi
organisasi non profit sebagai berikut: Strategik Agresif, Startegi
Konserpatif, Strategik Difensif, Strategi kompetitif, Strategi inovatif,
Strategik Preventif.
2. Peranan Majelis Ta’lim dalam membina silaturrahim masyarakat
Kecamatan Kota Baru Kota Jambi yaitu; Melakukan Pengajian,
Melakukan Dzikir Bersama, Melakukan Kerja Bakti, Berkunjung ketika
ada Tertimpa Musibah, Melakukan Hajatan, Melakukan Rekreasi
Bersama, Memperingati Hari Besar Islam, Melakukan Penyelenggaraan
Jenazah. Tanggapan masyrakat terkait adanya majelis taklim yaitu dengan
adanya Majelis Ta’lim Kecamatan Kota Baru Kota Jambi di dusun tangalla
pelaksanaan ajaran agamanya dapat direalisasikan dengan baik melalui
sarana atau wadah berupa majelis taklim. Artinya secara tidak langsung
mampu mempraktekkan ajaran agama yang mendasar dari ajaran agama
seperti halnya saling kasih mengasihi, tenggang rasa, saling memberikan
masukan dalam melaksanakan suatu kegiatan, berdiskusi serta
memecahkan suatu masalah yang pada akhirnya akan mengantarkan
mereka kepada kesadaran bahwa antara mereka harus memiliki rasa
66
persaudaraan dan harus mampu menjalin hubungan silaturrahim dengan
baik.
3. Faktor pendukung Majelis Ta’lim dalam membina silaturrahim masyarakat
kecamatan kota baru kota jambi: Adanya kerjasama yang baik antara
masyarakat sekitar dengan anggota majelis taklim, Banyaknya masyarakat
yang ikut berpartisipasi memberikan bantuan dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh Majelis Ta’lim, Seringnya melaksanakan kegiatan-
kegiatan seperti kegiatan pengajian setiap hari, dzikir bersama,
melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan dan gotong royong serta
melakukan penyelenggaraan jenazah saat ada yang meninggal dunia,
Banyaknya anggota yang mengikuti kegiatan pengajian dan dzikir
bersama, yang dapat memotivasi masyarakat di sekitarnya untuk ikut
bergabung kedalam Majelis Ta’lim. Faktor yang menjadi penghambat bagi
Majelis Ta’lim dalam membina silaturrahim masyarakat kecamatan kota
baru kota jambi: Faktor Waktu, Keadaan Penduduk, dan Faktor Sarana dan
Prasarana.
B. Rekomendasi
Berdasarkan penelitian tersebut maka peneliti mencoba untuk
memberikan saran atau rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi pembaca, agar selalu mempelajari dan banyak membaca literatur
yang berkaitan dengan majelis taklim serta memahami lebih mendalam
makna dari majelis taklim, fungsi, serta tugasnya.
2. Kepada para jama’ah atau anggota majelis taklim agar sesalu mensupport
dan selalu menjaga serta meramaikan acara kegiatan majelis taklim.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan judul yang sama
disarankan untuk mempertimbangkan ketersediaanya referensi, baik
dalam buku, artikel, modul, maupun yang lainnya. Hal ini perlu karena
referensi mengenai data majelis taklim khususnya di kota jambi terbatas
dan dirasa masih kurang sehingga tidak terkesan penggulangan terhadap
peneliti sebelumnya.
4. Bagi masyarakat disekitar tempat peneliti melakukan penelitian, agar
selalu menjaga kerukunan dan meningkatkan ukhwah serta silaturrahmi
sesama anggota dan juga pengurus majelis taklim serta ikut berperan
dalam setiap kegiatan.
67
C. Kata Penutup
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta taufiq dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penyusunannya sehingga masih belum
sempurna. Dengan menyadari keterbatasan tersebut, maka penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun, guna penulis jadikan
bekal untuk perbaikan skripsi dan peningkatan pada pelaksanaan tugas
lainnya.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, baik bagi penulis pribadi maupun bagi para pembaca umumnya.
Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdul Muis Andi, Komunikasi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet.Ke1,
2011
Ali Sayuti, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek,
Jakarta:Grafindo Persada, 2002
Amin Masyhur, Dakwah Islam Dan Pesan Moral, Yogyakkarta: Al Amin Press, Cet.
Ke1, 1997
Andi Abdul Muis, Komunikasi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001
Aripudin Acep, Pengembangan Metode Dakwah, Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet.
Ke1, 2011
Arbi Armawati, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, Jakarta: Amzah, Cet. Ke1,2012
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al Ikhlas, 1983
Aziz Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. Ke.1 2004
Basit Abdul, Filsafat Dakwah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke1, 2013
Bacthiar Wardi, Metodologi Penelitian Dakwah,Jakarta:Logos,1997
Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta:Grafindo Persada, 2001
Chirzin M. Habib, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, Cet. Ke7, 1997
Darajat Zakiyah, Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta: PT. Bulan Bintang, Cet. Ke2
1980
Departement Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Bandung: Diponegoro, 2012
Faiza Dan Lalu Muchin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta: Prenada Media Group
Kencana, Cet. ke1, 2006
Firdaus, Panji-Panji Dakwah, Jakarta: Pedoman Jaya, Cet. Ke1, 1991.
Harjani Helmi Munzier Suparta, Metode Dakwah, Jakarta: Putra Grafika, Cet. ke3,
2009
Habibi Abdullah Imam, Kelengkapan Dakwah, Semarang: CV Toha Putra, 1980
Imam, Ukhuwah Islamiyah, Jakarta: PT Prasasti, 1982
Imam Zainal Alwisral, Strategi Dakwah, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. Ke2, 2005
Jana Efendi Onong Uche, Hubungan Masyarakat, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
Cet. Ke7, 2006
Kaelany, Islam Kependudukan Dan Lingkungan Hidup, Jakarta: PT Rhineka Cipta,
Cet. Ke 1, 1996
Langgulung Hasan, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21, Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1988
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke1, 1991
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam Dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.
ke3 1995
M. Nasir, Metode penelitian, Jakarta:Ghalia Indonesia, Cet 3,1998
Mulyana Dedy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:remaja Rosdakarya,2004
Munir Samsul, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, Cet. Ke2, 2009
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Ditaman Kanak-Kanak, Jakarta: Pt Asdi Ahdi
Mahasatya, 2004
Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rodakarya,2000
Nurhayati Euis, wawancara dengan penulis, Masyarakat, 29 Maret 2017
S. Nasution, Metodologi Reaserch: Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumiaksara,1996
Subagyo Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta:Rineka
Cipta,2004
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Refisi,Yogyakarta:Rineka Cipta,1992
tim Penyusun,Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa,
Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, Bandung: Mizan,
Cet. Ke1,1997
Wahyu, Wahyu Ilaihi,. Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Group,
2007.
B. Internet
Anonym, profil kecamatan kota baru kota jambi, diakses pada tanggal 5 november
2019 pukul 12.45, melalui
http://keckotabaru.jambikota.go.id/profil/detail/2/selayang-pandang
Anonym, profil kecamatan kota baru kota jambi, diakses pada tanggal 5 november
2019 pukul 12.45, melalui https://jambikota.go.id/new/wp-
content/uploads/LKJ-Kec.-kobar-2017.pdf
Hermawan Iwan, skripsi tentang majelis taklim, diakses pada tanggal 28 maret 2019,
pukul 19.00 melaluiHttps://Unsika.Ac.Id
Nur Hidayah Siti, skripsi tentang majelis taklim, diakses pada tanggal 28 maret 2019,
pukul 19.00 melalui Http://digilib.uinsby.ac.id
Nova Ertesi, “Fungsi Majelis Taklim At-Takwa Dalam Mengembangkan Solidaritas
Dan Integrasi Sosial Masyarakat Di Rt.04 Lk.11 Kelurahan Way Dadi
Sukarame Kota Bandar Lampung”, (Skripsi Program Pengembangan
Masyarakat Islam, IAIN Raden Intan, Lampung, 2012), h. 80.
Syifa, sejarah majelis taklim, diakses pada tanggal 05 november 2019, pukul 13.15,
melalui http://bkmt.or.id/index/sejarah-bkmt/
C. Wawancara
Abdullah (41 Tahun), Pembina Majelis, Wawancara, wawancara dengan penulis
tanggal 29 0ktober 2019, catatan penulis.
Aisyah, anggota majelis ta’lim, wawancara dengan penulis, tanggal 29 oktober 2019,
catatan penulis.
Dahliah (45 Tahun), Pengurus Harian Majelis Taklim , wawancara dengan penulis
tanggal 29 0ktober 2019, catatan penulis
Hj. Kiba (54 Tahun) Anggota Majelis Taklim, wawancara dengan penulis tanggal 30
0ktober 2019, catatan penulis
Irmawati Amir (25 Tahun) Anggota Majelis Taklim wawancara dengan penulis
tanggal 29 0ktober 2019, catatan penulis
Jumalia (45 Tahun), Pengurus Harian Majelis, wawancara dengan penulis tanggal 30
0ktober 2019, catatan penulis
0bservasi peneliti dikecamatan kota baru kota jambi, terkait dengan strategi dalam
mengelola majelis taklim
Suriani Dg. Sompa , (45 Tahun Pengurus Majelis Taklim, wawancara dengan penulis
tanggal 29 0ktober 2019, catatan penulis
Syamsuri, pengurus masjid, wawancara dengan penulis tanggal 31 oktober 2019,
catatan penulis.
Yuni, anngota majelis ta’lim di kota baru kota jambi, wawancara dengan penulis
tanggal 20 oktober 2019, catatan penulis
Yusmanto, pengurus majelis ta’lim, wawancara dengan penulis tanggal 23 oktober
2019, catatan penulis
A. Instrumen Pengumpulan Data
SKRIPSI
METODE DAKWAH MAJELIS TAKLIM PADA MASYRAKAT KECAMATAN
KOTA BARU KOTA JAMBI
No Jenis Data Metode Sumber Data
1. Historis dan Letak
kecamatan kota baru
- Observasi
- Dokumentasi
- Wawancara
- Setting
- DokumenGeografis
- Pegawai kecamatan
2. Struktur Organisasi
kecamatan kota baru
- Dokumentasi - Dokumen kecamtan
3. VisidanMisi kecamatan kota
baru
- Dokumentasi
- DokumenVisidanMisikecamt
an
4. Sarana dan Prasarana
kecamatan kota baru
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
- KeadaanSaranadanPrasarana.
- DokumenSaranadanPrasaran
a
- Pegawai kecamatan
5. Metode dakwah pada
majelis taklim
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
- Setting
- Da’i
6. Peranan dan factor
pendukung serta
penghambat dakwah pada
majelis taklim
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
- Setting
- Pegawai kecamatan
- Da’i dan masyarakat
1. Panduan Observasi
No. Jenis Data Objek Observasi
1. Letak Geografis kecamatan kota
baru.
Keadaan Letak Geografis
2. SaranadanPrasarana. SaranadanPrasarana yang Tersedia di
kecamatan kota baru.
3. Metode dakwahpada majelis
taklim
- Kegiatan yang diterapkanmajelis
taklim. Dan da’i
4. Peranan dan factor pendukung serta
penghambat dakwah pada majelis
taklim
- Pegawai kecamatan
- Da’i
- Masyarakat
2. Panduan Dokumentasi
No. Jenis Data Data Dokumentasi
1. Historis dan Geografiskecamatan
kota baru
- Data Dokumentasi Tentang Historis
dan Geografis.
2. Struktur Organisasikecamatan kota
baru
- Data Dokumentasi Tentang Struktur
Organisasi.
3. Metode dakwah pada majelis
taklim
- Data Dokumentasi Tentang
Bentukatau metode dakwah majelis
taklim pada masyrakat.
4. Peranan dan factor pendukung serta
penghambat dakwah pada majelis
taklim
- Data Dokumentasi kegiatan dakwah
3. Butir-Butir Wawancara
No. Jenis Data Sumber Data & Substansi Wawancara
1. Historis dan Geografis kecamatan
kota baru
- Pegawai kecamatan
- Bagaimana Sejarah Adanya..........
- Bagaimana Perkembangannya Hingga
saat ini ..............
- Bagaimana Letak Geografis
kecamatan kota baru kota jambi
2. Kegiatan majelis taklim yang ada di
kecamatan kota baru kota jambi
- Da’i
- Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh
majelis ........
- Apa saja kendaladalam memberikan
dakwah……
- Media yang digunakan ........
3. Metode dakwah pada majelis
taklim
- Pegawai kecamatan dan da’i
- Mengapa harus ada majelis
taklim..............
- Metode apa yang digunakan ............
- Apa yang Harus di
Tingkatkandandiperbaiki ................
4. Peranan dan factor pendukung serta
penghambat dakwah pada majelis
taklim
- Da’i
- masyarakat
- Bagaimana pendapat anda tentang
majelis taklim .......
- Materi apa yang diberikan dakwah.....
- Apa yang anda rasakan setelah adanya
kegiatan majelis taklim.....
- Apa kesan selama bergabung dalam
majelis taklim .....
LAMPIRAN
Recommended