View
166
Download
13
Category
Preview:
DESCRIPTION
makalah pengelolaan sampah, sampah padat
Citation preview
MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH
APLIKASI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (PENGELOLAAN LIMBAH PADAT) PADA INDUSTRI
NATA DE COCO
Disusun Oleh:
Nama NIMAde Arya Perdana 0809035017
Amirul Irdiansyah 1109045012
Mita Sari 1109045057
Reny Yulianti 1109045013
Rezkie Zulfikri 1109045018
Rossy Laine Silalahi 1109045056
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Pengelolaan Sampah. Tugas ini
disusun berdasarkan dari hasil analisis berbagai macam sumber khususnya dari jurnal-
jurnal yang berkaitan dengan judul makalah ini yaitu “Aplikasi Penerapan Produksi
Bersih (Pengelolaan Limbah Padat) Pada Industri Nata De Coco”
Tugas ini bertujuan untuk menganalisis apa saja opsi-opsi yang dapat digunakan dalam
penerapan aplikasi produksi bersih pada suatu kawasan industri, seperti yang salah-
satunya diangkat dalam makalah ini, yaitu pada industri nata de coco.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami
mengharap saran dan kritikan yang membangun guna memperbaiki tugas ini agar
dimasa yang akan datang lebih baik lagi. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya.
Samarinda, 15 April 2013
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Bersih Pada Kawasan Industri.........................................................6
2.2 Penerapan Produksi Bersih Pada Industri.....................................................14
2.3 Produksi Bersih Dan Simbiose Industri........................................................16
BAB III ISI
3.1 Gambaran Umum Nata de coco....................................................................18
3.2 Opsi Aplikasi Produksi bersih......................................................................22
3.3 Keuntungan Adanya Aplikasi Produksi Bersih............................................26
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................27
4.2 Saran.............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri nata de coco merupakan salah satu industri pangan yang mengolah air kelapa
untuk dijadikan nata baik yang siap dikonsumsi maupun yang dijual kembali dalam
bentuk mentah untuk digunakan oleh industri lain. Di Kota Padang dan Bogor ini, usaha
industri kecil yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku air kelapa menjadi
minuman segar nata de coco telah berkembang dalam beberapa tahun belakangan ini.
Akan tetapi, kegiatan produksi dari industri nata de coco banyak menghasilkan limbah
yang jika dibuang akan membahayakan bagi lingkungan. Limbah ini bisa
mengakibatkan terjadinya pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran lahan
pertanian dan sebagainya. Limbah yang dihasilkan dari industri nata dapat ditangani
dengan menerapkan konsep produksi bersih, sehingga mengurangi biaya penanganan
limbah, mengurangi kerusakan lingkungan dan dapat mendatangkan keuntungan bagi
industri nata de coco. Upaya penerapan produksi bersih ini dapat dilakukan dalam
seluruh kegiatan perusahaan.
Oleh karena itu, industri nata de coco sebagai salah satu industri kecil minuman ringan
yang banyak terdapat di kota Padang dan Bogor perlu melakukan upaya untuk
menerapkan konsep produksi bersih yang sebaik-baiknya.
Tujuan dari kegiatan penerapan produksi bersih pada industri minuman ringan nata de
coco adalah: memperkenalkan konsep produksi bersih pada industri kecil minuman
ringan nata de coco, memberikan opsi produksi bersih yang mungkin dilaksanakan oleh
industri nata de coco,mengurangi limbah yang dihasilkan dari produksi nata de coco
dan meningkatkan pendapatan pengusaha industri kecil nata de coco dengan kegiatan
pengolahan limbah yang dilakukan.
4
Diharapkan dengan adanya uraian mengenai opsi aplikasi penerapan produksi bersih
pada industri nata de coco dapat meminimalisir limbah yang dihasilkan dari adanya
kegiatan produksi nata de coco di kota Padang dan Bogor.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bahan apa saja yang termasuk limbah padat dari hasil kegiatan Industri Nata de
coco.
b. Bagaimana proses atau aplikasi dalam pengelolaan dan pengolahan limbah padat
yang dihasilkan dari kegiatan Industri tersebut.
c. Apa saja keuntungan dari adanya aplikasi produksi bersih di Industri tersebut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Bersih Pada Kawasan Industri
Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern berhubungan langsung
dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan
sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa
mengabaikan lingkungan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam
waktu yang relatif cepat maupun dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan
merupakan suatu upaya dan pola pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam
yaitu suatu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pada era global dan pasar bebas sekarang ini, industri dihadapkan pada persaingan yang
ketat, sehingga keunggulan komparatif yang menjadi andalan pada masa lalu sudah tak
mampu untuk menghadapi tantangan pasar bebas. Peningkatan efisiensi merupakan
salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing terhadap produk-produk sejenis dari
Negara tetangga maupun Negara lain yang masuk ke Indonesia dan juga dalam
melakukan produk ekspor ekspor. Hanya dengan keunggulan kompetitif dan produk
yang berkualitas yang akan mampu berkembang dan memenangkan persaingan dalam
pasar bebas.
Berbagai proses produksi dan penyelenggaraan jasa menuju pada suatu system yang
mempertimbangkan aspek keunggulan dan kepuasan konsumen. Harga suatu produk
dan layanan jasa besaing dengan ketat, sementara tuntutan kualitas semakin tinggi.
Produsenpun mulai dituntut berbagai aturan dan standar yang berhubungan dengan
lingkungan seperti ISO 14001 dan Ecolabeling.
Limbah dan emisi merupakan hasil yang tak diinginkan dari kegiatan industri. Sebagian
besar industri masih berkutat pada pola pendekatan yang tertuju pada aspek limbah.
Bahkan masih ada yang berpandangan bahwa limbah bukanlah menjadi suatu
6
permasalahan dan kalau perlu keberadaannya tidak diperlihatkan. Pihak industri
mungkin masih belum menyadari bahwa sebenarnya ”limbah” sama dengan ”uang” atau
pengertian tentang limbah yang terbalik, artinya bahwa limbah merupakan uang atau
biaya yang harus dikeluarkan dan mengurangi keuntungan. Memang benar bahwa
dengan mengabaikan persoalan limbah, keuntungan tidak akan berkurang untuk jangka
pendek.
Pihak industri yang demikian mungkin belum melihat faktor biaya yang berkaitan
dengan ”image” perusahaan dan tuntutan pembeli dari luar negri yang mensyaratkan
pengelolaan lingkungan dengan ketat. Kita melihat bahwa ada peluang yang sebenarnya
mempunyai nilai ekonomi tinggi tetapi pada akhirnya terlepas karena mengabaikan
aspek lingkungan.
Produksi Bersih merupakan model pengeloaan lingkungan dengan mengedepankan
bagaimana pihak manajemen untuk selalu berpikir agar dalam setiap kegiatan yang
dilakukan mempunyai efisiensi tinggi sehingga timbulan limbah dari sumbernya dapat
dicegah dan dikurangi. Penerapan Produksi Bersih akan menguntungkan industri karena
dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi
lebih baik. Penerapan Produksi Bersih di suatu kawasan industri dipakai sebagai
pendekatan untuk mewujudkan Kawasan Eco-industrial (Kawasan Industri Berwawasan
Lingkungan). Penerapan Produksi Bersih di kawasan akan memberikan keuntungan
berlebih dibanding dengan keuntungan yang diperoleh industri secara sendiri-sendiri.
Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air dan energi,
dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi
timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran seringkali digunakan untuk maksud
yang sama dengan istilah Produksi Bersih. Demikian pula halnya dengan Eco-efficiency
yang menekankan pendekatan bisnis yang memberikan peningkatan efisiensi secara
ekonomi dan lingkungan.
7
Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya
pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan dan bagaimana
daur hidup suatu produk. Pengelolaan pencemaran dimulai dengan melihat sumber
timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi
sampai ke konsumen dan produk menjadi limbah. Pendekatan pengelolaan lingkungan
dengan penerapan konsep produksi bersih melalui peningkatan efisiensi merupakan pola
pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya saing.
Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan dampak lingkungan
terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses, produk, jasa untuk
meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko terhadap manusia
maupun lingkungan (UNEP, 1994). Produksi Bersih, menurut Kementerian Lingkungan
Hidup, didefinisikan sebagai: Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif,
terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke
hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan
mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko
terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (KLH,2003).
Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata kunci yang dipakai untuk
pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran, proses, produk, jasa,
peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Dengan demikian maka perlu perubahan
sikap, manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan dan evalusi teknologi yang
dipilih.
Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan
baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-bahan berbahaya dan
beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum
meninggalkan proses.
8
Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama
daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir
setelah produk tersebut tidak digunakan.
Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan lingkungan ke dalam
perancangan dan layanan jasa. Penerapan Produksi Bersih sangat luas mulai dari
kegiatan pengambilan bahan termasuk pertambangan, proses produksi, pertanian,
perikanan, pariwisata, perhubungan, konservasi energi, rumah sakit, rumah makan,
perhotelan, sampai pada sistem informasi.
Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan
limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih
dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-
think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle).
Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung
dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.
Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki pada
saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi :
o Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun
produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.
o Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan
dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah,
masyarakat maupun kalangan usaha.
Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan
limbah pada sumbernya.
Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu
limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.
Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah
dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia dan
biologi.
9
Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-bahan
yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan
ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn fisika, kimia dan biologi.
Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu
ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan Pengurangan
(1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih menimbulkan
pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle,
dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah.
Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan
limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan:
1.Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah
dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan pengolahan
agar buanagn memenuhi baku mutu lingkungan.
2.Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang
termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus.
Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih dan
pengolahan limbah sampai dengan pembuangan.
Penekanan dilakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan
pengolahan maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya
dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan.
Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (Eco-Industrial Park/ Esatate) merupakan
sekumpulan industri dan bisnis jasa yang berlokasi pada suatu tempat di mana pelaku-
pelaku di dalamnya secara bersama meningkatkan kinerja lingkungan, ekonomi dan
sosialnya melalui kerjasama dalam mengelola issu lingkungan dan sumberdaya. Dengan
cara bekerjasama akan diperoleh manfaat bersama yang lebih besar dibanding
penjumlahan manfaat yang diperoleh oleh setiap industri. Bahasan komprehensif
mengenai Kawasan Indutri Berwasasn Lingkungan dilakukan oleh Lowe.
10
Tujuan dari Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan adalah untuk memperbaiki
kinerja ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dengan cara meminimalkan dampak
lingkungannya. Pola pendekatan yang dipakai meliputi desain infrastruktur kawasan
dan pabrik berwawasan lingkungan, produksi bersih, efisiensi energi, dan kemitraan
antar perusahaan.
Suatu kawasan industri tidak serta merta dapat menyatakan sebagai kawasan industri
berwawasan lingkungan sekedar hanya telah melaksanakan satu atau beberapa hal
sebagai berikut:
- pertukaran satu jenis produk samping
- sebagai kluster bisnis daur ulang
- kumpulan perusahaan berteknologi ramah lingkungan
- kumpulan perusahaan yang membuat produk ramah lingkungan
- kawasan industri yang dirancang dengan satu tema lingkungan seperti
pemanfaatan energi tenaga sinar matahari
- kawasan yang memiliki infrastruktur atau konstruksi ramah lingkungan
- pengembangan kawasan multi-pakai untuk industri, komersial dan permukiman
Beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan industri berwawasan
lingkungan melalui :
1. Eco-industrial park (estate) (EIP / EIE) – kawasan industri yang dikembangkan dan
dikelola untuk mencapai manfaat lingkungan, ekonomi dan sosial sebanyak mungkin
dan juga manfaat bisnis.
2.Virtual Eco-Industrial Park – industri-industri di suatu daerah yang tidak harus berada
dalam sustu kawasan, namun terhubung melalui pertukaran limbah dan kerjasama
pada tingkatan yang berbeda
3. By-product exchange (BPX) – sekelompok perusahaan yang saling mempertukarkan
dan menggunakan produk samping (energi, air, dan bahan) daripada membuangnya
sebagai limbah. Istilah-istilah yang sering dipakai BPX adalah industrial ecosystem,
by-product synergy, industrial symbiosis, industrial recycling network, green
twinning, zero emission network.
11
4. Eco-industrial network (EIN)- sekelompok perusahaan di suatu daerah yang bekerja
sama untuk meningkatkan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi Konsep dasar
dalam pengembangan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi ekologi
industri, produksi bersih, perencanaan kota, aristektur, dan konstruksi berkelanjutan
Beberapa dasar ekologi industri yang dipakai untuk mengembangkan Kawasan Industri
Berwawasan Lingkungan meliputi :
1.Memadukan suatu perusahaan ke dalam ekosistem industri, menggunakan pendekatan
¨ Lingkar tertutup melalui pakai ulang dan daur ulang
¨ Memaksimalkan efisiensi pemakaian bahan dan energi
¨ Meminimisasi timbulan limbah
¨ Memanfaatkan semua limbah sebagai produk-produk potensial dan mencari pasar
limbah
2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran ke dalam kapasitas ekosistem alam
3. Mengurangi beban lingkungan yang diakibatka oleh adanya pelepasan energi dan
bahan ke lingkungan
4. Merancang antarmuka industri dengan alam terkait dengan karakteristik dan
sensitivitas (kepekaan) alam
5. Menghindari atau meminimisasi penciptaan dan transportasi bahan-bahan berbahaya
dan beracun, dengan membuatnya secara lokal bila diperlu
6. Merekayasa ulang (re-engineer) pemakaian energi dan bahan-bahan untuk
keperluan industri.
7. Merancang ulang proses untuk mengurangi pemakaian energi
8. Mengganti teknologi dan desain produk untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan
yang penyebarannya kurang memungkinkan untuk dilakukan pungut ulang
(recapture)
9. Membuat produk menggunakan bahan sesedikit mungkin (Dematerialisasi)
10. Penyesuaian kebijakan industri dengan perspektif jangka panjang dari evolusi sistem
Industri.
11. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan sosial dan ekonomi
masyarakat lokal
12. Mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan kesempatan kerja
12
13. Memperkecil dampak pembangunan industri pada sistem regional melalui berbagai
investasi dalam program-program masyarakat
Dasar-dasar Desain dan Konstruksi Berkelanjutan yang diterapkan mulai dari
pengembangan, perencanaan, desain, konstruksi, operasi, dan dekonstruksi. Aspek yang
perlu dipertimbangkan meliputi sumberdaya energi, air, bahan baku, dan tanah. Prinsip-
prinsip yang dipakai meliputi : konservasi (conservation), pakai ulang (reuse), dapat
diperbarui/daur ulang (renew/recycle), perlindungan alam (protect nature), tidak
beracun (non-toxic) dan perpaduan (integrasi).
1. Konservasi (Conservation): Meminimasi pemakaian sumberdaya
¨ Merancang efisiensi energi untuk desain bangunan, sistem pemanasan, ventilasi,
air conditioning, dan penerangan
¨ Menggunakan penerangan sinar matahari pada siang hari
2. Pakai Ulang (Reuse) :
- Memilih bahan-bahan yang dapat didesain tahan lama.
- Memaksimalkan pemakaian ulang sumber daya
¨ Mengembangkan wilayah yang sudah ada daripada membuka lahan baru
¨ Menggunakan kembali bahan-bahan, produk-produk bangunan
¨ Melakukan pengolahan air sehingga dapat dipakai ulang
3. Dapat diperbarui /Daur ulang (Renew/Recycle) :
- Menggunakan sumberdaya yang dapat diperbarui dan dapat didaur ulang
¨ Menggunakan bahan-bahah bangunan yang mengandung bahan yang dapat diadaur
ulang
¨ Menggunakan kayu-kayu dari hutan berkelanjutan
4. Perlindungan Alam (Protect Nature) : Melakukan perlindungan terhadap alam
¨ Meminimasi kerusakan lingkungan pada saat persiapan dan pembangunan
¨ Memilih bahan-bahan yang mempunyai dampak lingkungan reandah pada saat
pengambilan dan pemrosesan
5. Tidak-Beracun (Non-toxic) :
-Menciptakan lingkungan yang sehat,bebas dari bahan-bahan beracun
¨ Memilih material dan peralatan yang tidak beracun
13
¨ Menyediakan udara segar bagi semua penghuni
6. Perpaduan (Integrasi) :
-Memadukan desain bangunan dan infrastruktur ke dalam lingkungan alam dan
Perencanaan tata ruang dengan memanfaatkan danau, lahan basah yang telah ada
dan tanam-tamanan asli daerah untuk menangkap limpahan air.
¨ Mengembangkan untuk mengurangi dampak dari pengembangan sistem
transportasi masyarakat.
2.2 Penerapan Produksi Bersih Pada Industri
Penerapan Produksi Bersih pada industri secara individual merupakan salah satu
langkah dalam mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Tahapan
penerapan meliputi : perencanaan dan organisasi, kajian produksi bersih, penentuan
prioritas dan analisis kelayakan, implementasi, monitoring dan evaluasi, dilanjutkan
dengan keberlanjutan.
Langkah 1 : Perencanaan dan Organisasi
Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi produksi
bersih. Sasaran peluang Produksi Bersih yang dikaitkan dengan bisnis dan adanya
komitmen dari manajemen puncak. Pihak industri juga melakukan identifikasi
hambatan dan penyelesaiannya, identifikasi sumber daya luar yang menyediakan
informasi dan ahli Produksi Bersih. Program yang kaan dijalankan dikomunikasikan ke
semua karyawan dilanjutkan dengan pembentukan im yang menangani produksi bersih.
Langkah 2 : Kajian dan Identifikasi Peluang
Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk
memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi peluang
peluang Produksi Bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan lapangan
berupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas, pencegahan dan
pengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya. Akar permasalahan yang
menyebabkan tidak efisien dan adanya timbulan limbah dicari penyebabnya sehingga
dapat memilih tindakan dan teknik untuk memecahkan masalah dengan
mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin.
Langkah 3 : Analisis Kelayakan dan Penentuan Prioritas
14
Menentukan pilihan Produksi Bersih, berdasarkan keuntungan (biaya yang dikeluarkan
dan pendapatan / penghematan yang diperoleh), resiko yang dihadapi, tingkat
komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan ekonomi. Analisis
kelayakan ekonomi dilakukan secara rinci bagi peluang yang memerlukan investasi
besar. Agar industri tertarik untuk mengimplementasikan Produksi Bersih, dicari
peluang berdasarkan urutan kebutuhan biaya yaitu tanpa biaya (no cost), biaya rendah
(low cost) dan biaya tingi (high cost)
Langkah 4 : Implementasi
Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket dan rencana tindakan yang
dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan dan mengalokasikan
sumberdaya yang diperlukan. Selanjutnya melaksanakan program dan menekankan
pada para karyawan bahwa Produksi Bersih sebagai bagian dari pekerjaan, mendorong
inisiatif dari mereka sebagai umpan balik pelaksanaan. Agar implemetasi dapat dipantau
kemajuannnya maka perlu dikembangkan indikator kinerja efisiensi, lingkungan, dan
kesehatan dan keselamatan kerja.
Langkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, Modifikasi
Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan Produksi
Bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai, apakah sesuai dengan
rancangan ataukah tidak. Kelemahan pencatatan data yang kurang seringkali
menghambat pengukuran kinerja, sehingga pelaporan peningkatan efisiensi dan
penurunan timbulan limbah tidak dapat dihitung dengan tepat. Pada saat pemantauan
dilakukan pendokumentasian program. Melakukan tinjauan ulang secara periodik
pelaksanaan Produksi Bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis.
Langkah 6 : Perbaikan Berkelanjutan
Hal yang tak kalah penting adalah merayakan keberhasilan, mempertahankan target
telah dicapai, dan selanjutnya mengimplementasikan untuk peluang lainnya. Produksi
Bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program sehingga
industri akan melakukan perbaikan berkelanjutan. Keberhasilan penerapan Produksi
Bersih pada industri sudah cukup banyak, baik pada industri skala kecil, menengah
maupun besar untuk berbagai jenis produk industri.
Sebagai contoh keberhasilan penerapan produksi bersih dapat disampaikan sebagai
berikut :
15
1. Industri elektroplating di Sidoarjo :
- menata ulang peralatan proses dapat menghemat pemakaian energi listrik sampai 25
persen
- penggantian bahan baku beracun senyawa sianida dengan senyawa asam
menurunkan biaya produksi sebesar 10 persen.
2. Industri cor besi di Ceper Klaten
- Penggantian dapur tungkik menjadi dapur kupola mengurangi pemakaian cokes dari
1/7 menjadi 1/12 (bag cokes/bag besi scrap)
- Pemakaian dapur induksi meningkatkan kualitas produk, penurunan biaya produksi,
dan pengurangan emisi gas serta limbah padat
- Daur ulang pasir cetakan mengurangi pemakaian bahan baku pasir
2.3 Produksi Bersih Dan Simbiose Industri
Produksi Bersih yang diterapkan secara individual pada industri di suatu kawasan
memberikan manfaat besar yang dirasakan oleh industri tersebut. Manfaat yang dapat
dirasakan berupa peningkatan efisiensi pemakaian bahan baku dan energi, penurunan
timbulan limbah dan peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan kesehatan dan
keselamatan kerja. Beberapa hal terkait dengan keberhasilan penerapan Produksi Bersih
di industri, dapat diambil contoh, pemakaian air menjadi berkurang sehingga industri
mempunyai kelebihan pasokan air, peningkatan efisiensi energi sehingga industri
mempunyai daya yang berlebih yang masih dapat dimanfaatkan, adanya limbah industri
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku, kapasitas instalasi pengolah air limbah
dan insinerator berlebih karena adanya penurunan timbula limbah cair maupun padat.
Kerjasama antar industri di suatu kawasan akan memberi manfaat yang jauh lebih besar
daripada industri menerapkan Produksi Bersih secara sendiri-sendiri. Beberapa
kerjasama dalam bentuk simbiose industri yang saling menguntungkan dapat dilakukan,
seperti :
- pemanfaatan kelebihan pasokan air dan energi
- penyediaan instalasi pengolah limbah bagi industri lain
- pertukaran produk samping
- pemanfaatan limbah sebagai bahan baku bagi industri lain (waste to product)
- pembentukan industri jasa reparasi peralatan
16
- pembentukan forum untuk saling tukar menukar informasi
- penelitian dan pengembangan
Sebagai ilustrasi keberhasilan simbiose industri sebagai berikut :
1. Sentra Industri Cor Logam.
Produk samping pemesinan (gram) cor besi semula tidak dimanfaatkan dengan baik.
Dengan adanya industri yang menggunakan dapur induksi, gram dari beberapa industri
cor dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan baku. Gram yang telah dilakukan
pengecoran digunakan sebagai salah satu bahan baku cor.
2. Jejaring Industri
Pabrik gula menggunakan batubara sebagai bahan bakan menimbulkan limbah cokes
yang mempunyai kadar karbon tinggi. Limbah cokes dimanfaatkan oleh industri cor
logam.
3. Kawasan Industri
Bidang K3LH industri-industri di Kabupaten Semarang membentuk forum pertukaran
informasi terkait dengan K3 dan lingkungan. Penerapan PB di salah satu industri tekstil
telah mengurangi pemakaian air dan menurunkan timbulan limbah. Merencanakan
untuk mengoptimalkan IPAL dan incinerator bagi industri-industri di sekitarnya.
Menyediakan layanan pengolahan bagi IKM bila mendapat dukungan dari pemerintah.
Model ini banyak dijumpai pada berbagai kawasan industri di Indonesia.
17
BAB III
ISI
3.1 Gambaran Umum Nata de coco
Nata de coco adalah makanan yang terbuat dari bahan-bahan seperti air kelapa, sari
nanas dan sari buah lainnya, dengan adanya pertolongan bakteri Acetobacter xylinum
(Brown), maka komponen gula yang terdapat di dalam substrat diubah menjadi suatu
bahan yang menyerupai gel dan terbentuk dipermukaan medium.
Nata de coco berasal dari Filipina. Hal ini bias dipahami karena Filipina merupakan
salah satu Negara penghasil kelapa yang cukup besar di dunia. Filipina termasuk Negara
yang paling banyak mendapatkan devisanya dari produk kelapa.
Nata de coco merupakan suatu pertumbuhan yang menyerupai gel yang terapung pada
permukaan medium yang mengandung gula dan asam yang dihasilkan mikroorganisme
Acetobacter xylinum. Nata de coco merupakan makanan rendah kalori yang cocok
untuk penderita diabetes. Nata de coco adalah selulosa bacterial yang mengandung air
kurang lebih 98% dengan tekstur yang agak kenyal.
Bahan baku pembuatan nata de coco adalah air kelapa yang sudah tua, air kelapa yang
akan dijadikan nata de coco jangan tercampur dengan benda lain. Jika bercampur
dengan air, kualitas nata de coco yang dihasilkan akan rendah. Jika bercampur dengan
garan, tidak akan terbentuk nata de coco karena bakteri Acetobacter xylinum tidak bias
tumbuh dalam media yang asin. Air kelapa bias diperoleh dari pabrik-pabrik kopra,
pasar tradisional dan tempat-tempat pemarutan kelapa. Setiap satu liter akan
menghasilkan 1 kg nata.
Proses pembuatan nata de coco pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Air kelapa disaring dengan menggunakan kain penyaring kemudian dimasak
selama kurang lebih 1 jam dan didinginkan,
2. Mencampurkan gula pasir, asam cuka, ZA dan cairan bibit kedalam air kelapa
yang telah dimasak dan kemudian diaduk,
18
3. Masukkan campuran tersebut (media fermentasi) kedalam baki (cetakan)
kemudian ditutup dengan kertas Koran yang diikat dengan tali karet,
4. Dan setelah 7 hari nata de coco siap dipanen
19
Cara penerapan opsi produksi bersih diatas akan dijelaskan dalam bentuk tabel dibawah
ini, yaitu:
No.Opsi Produksi
BersihCara Pelaksanaannya
Manfaat
bagi
Lingkungan
1 Pemanfaatan kotoran
hasil penyaringan,
perebusan dan limbah
pembersihan kulit
untuk pembuatan
pupuk organik serta
Kumpulkan semua kotoran (limbah)
tersebut dalam satu wadah, lalu campur
dengan kapur tohor (100 kg hasil panen
yang gagal dicampur dengan 10 kg kapur
tohor). Fungsi kapur tohor adalah untuk
menetralkan pH bahan pupuk. Setelah
Mengurangi
pencemaran
karena
limbah padat
dan semi
21
biogas tercampur rata, biarkan selama ± 2 jam,
pupuk tersebut sudah siap digunakan.
Untuk biogas dijelaskan pada subbab 3.2
padat
2 Pemanfaatan kembali
sisa cairan fermentasi
Kumpulkan semua sisa cairan fermentasi
dalam dandang, kemudian direbus
kembali, dimasukkan kedalam botol,
didinginkan, lalu tambahkan biakan
murni, setelah itu dilakukan pemeraman
selama satu minggu, maka starter (bibit)
sudah dapat digunakan.
Mengurangi
pencemaran
karena
limbah cair
3 Pemanfaatan kembali
air sisa rendaman, air
pembersihan kulit dan
pencucian, sisa air
perendam potongan
nata serta air
perebusan potongan
nata
Air sisa dari berbagai proses tersebut
diendapkan, kemudian dituangkan ke
drum penyaringan yang sudah berisi
bahan penyaringan (pasir, kerikil, ijuk,
arang, batu bata, ijuk). Air hasil
penyaringan ini bisa digunakan kembali.
Mengurangi
pencemaran
karena
limbah cair
4 Pemanfaatan sisa
potongan nata untuk
pembuatan minuman
jelly drink
Sisa potongan nata direbus hingga hilang
baunya dan bersih (berwarna putih),
kemudian diblender sampai halus. Hasil
blenderan ini direbus kembali dengan air,
ditambahkan gula dan flavour. Kemudian
dikemas dalam kemasan gelas plastik.
Mengurangi
pencemaran
karena
limbah semi
padat
5 Pemanfaatan sisa
potongan nata untuk
pembuatan pupuk
organik
Kumpulkan semua kotoran (limbah)
tersebut dalam satu wadah, lalu campur
dengan kapur tohor (100 kg hasil panen
yang gagal dicampur dengan 10 kg kapur
tohor). Fungsi kapur tohor adalah untuk
menetralkan pH bahan pupuk. Setelah
tercampur rata, biarkan selama ± 2 jam,
pupuk tersebut sudah siap digunakan.
Mengurangi
pencemaran
karena
limbah semi
padat
22
6 Menjual sisa plastik
pengemasan
Kumpulkan semua sisa plastik dalam
kantong, kemudian jual ke tempat
penjualan yang telah ada
Mengurangi
pencemaran
karena
limbah padat
3.2 Opsi Aplikasi Produksi bersih
Pada proses produksi nata de coco dihasilkan limbah cair berupa sisa cairan fermentasi
dan sisa penggunaan air selama proses produksi. Limbah semi padat berasal dari
kotoran berbentuk lendir dari hasil perebusan, lapisan kulit nata dan sisa potongan nata
de coco serta hasil panen nata yang gagal (jika terjadi kegagalan panen). Sedangkan
limbah padat berasal dari kotoran pada waktu penyaringan, Koran penutup Loyang atau
botol yang sudah tidak terpakai dan plastik penutup kemasan gelas plastik/cup.
Berdasarkan dari data hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengelolaan limbah
padat di lokasi yaitu kota Bogor, tepatnya limbah padat yang dikaji berada didaerah
Pesantren Darul Fallah, Ciampea dan di kota Padang . Opsi produksi bersih yang bisa
dilakukan adalah pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan, dan pembersihan
kulit untuk pembuatan pupuk, pemanfaatan kembali air sisa selama proses, pemanfaatan
sisa potongan nata untuk pembuatan jelly drink, pemanfaatan sisa potongan nata untuk
pembuatan pupuk dan menjual sisa plastik pengemasan.
Adapun teknik pelaksanaan untuk beberapa opsi produksi bersih adalah :
1. Pembuatan pupuk
a. Semua kotoran hasil penyaringan air kelapa, lapisan kulit nata, sisa potongan dan nata
yang tidak bisa terpakai (hasil panen yang gagal) dikumpulkan dalam baskom.
b. Setiap 100 kg limbah berupa kotoran hasil penyaringan air kelapa, sisa potongan dan
nata yang tidak bisa terpakai dicampur dengan 10 kg kapur tohor. Fungsi kapur tohor
adalah untuk menetralkan pH bahan pupuk.
c. Setelah tercampur rata, biarkan selama ± 3 jam, pupuk tersebut sudah siap digunakan.
2. Pembuatan jelly drink nata, adapun tahapannya adalah :
23
a. Mencuci sisa potongan nata minimum tiga kali, bisa juga diikuti dengan pengepresan
untuk menghilangkan bau
b. Merebus sisa potongan nata dalam air mendidih lebih kurang 20 menit. Tujuannya
agar sisa potongan nata tersebut menjadi kenyal. Sesudah direbus, air rebusan
dibuang.
c. Untuk membuat jelly drink nata, sebanyak 250 gram sisa potongan nata ditambahkan
dengan 100 ml air, kemudian diblender sampai halus.
d. Hasil sisa potongan nata yang sudah diblender, dituangkan ke dalam panci,
tambahkan gula dan esense sucukupnya, jika ingin memberikan pengawet,
tambahkan benzoate, kemudian rebus kembali hingga mendidih. Setelah itu bisa
diangkat dan dikemas. Pengemasan bisa menggunakan cup ukuran 240 ml atau 120
ml.
Aspek penanganan limbah padat
penanganan limbah pada suatu industri sangat penting dilakukan,karena dapat
menghindari atau mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Berdasarkan hasil
survey diperoleh data hanya 13,33% industri kecil nata de coco yang memanfaatkan
kembali limbah padat nata de coco yang dihasilkannya, sedangkan industri nata de coco
yang lainnya hanya membuang limbah.
Pada umumnya limbah yang dihasilkan merupakan limbah padat yang berasal dari
pengupasan atau yang gagal (bentuk tidak sempurna atau terserang jamur). Jumlah
limbah padat yang dihasilkan, baik yang berasal dari proses pembuatan dan pengupasan
berkisar antara 5% sampai dengan 10% dari total produksi.
Pemilik industri kecil nata de coco pada umumnya belum memiliki tempat khusus
untuk menampung limbah padat. Limbah padat nata de coco pada umumnya dibuang ke
sungai atau kesaluran air yang terletak disekitar lokasi industri. Cara lain untuk
menampung limbah padat adalah dengan membuat lubang atau bak-bak tertutup yang
dibuat di bawah permukaan tanah. Pembuatan penampungan limbah dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu:
24
1. Limbah padat nata de coco dimasukkan kedalam lubang di tanah dan bila sudah
penuh ditutup kembali dengan tanah.
2. Limbah padat dimasukkan kedalam lubang dengan ukuran kedalaman 3 m, panjang
dan
lebar 2 m, kemudian ditutup dengan seng.
3. Limbah padat nata de coco dimasukkan dalam lubang tertutup dalam tanah, seperti
tangki septik.
4. Limbah padat nata de coco ditampung dalam bak-bak terbuka.
Dampak yang paling dirasakan dengan adanya limbah padat nata de coco yang tidak
ditangani dengan baik adalah masalah bau yang ditimbulkan oleh limbah padat tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghilangkan bau tersebut, seperti dengan cara
memberikan EM4 dan kapur pertanian, akan tetapi masalah bau tersebut masih sulit
teratasi.
Pada beberapa produsen industri kecil nata de coco telah dilakukan proses pemanfaatan
kembali limbah padat nata de coco yang dihasilkan. Limbah padat nata de coco dapat
dimanfaatkan sebagai pakan, pupuk, ataupun minuman berserat. Pemanfaatan limbah
sebagai pakan diberikan pada ternak ayam dan budidaya ikan lele.
25
Pemanfaatan sebagai pupuk dilakukan dengan cara limbah padat ditampung dalam
ember selama kurang lebih 2 minggu, kemudian setelah membusuk diletakkan pada
tempat pemasukan air di sawah sebagai pupuk tanaman padi sawah.
Pemanfaatan limbah padat sebagai minuman berserat dilakukan dengan cara limbah
padat nata de coco diblender hingga halus dan kemudian dicampur dalam air untuk
minuman berserat dengan nama Vit Orange . produk tersebut dalam 1 bulan hanya
diproduksi selama 5 hari dengan tingkat produksi 400 kardus per hari (24 gelas per
kardus), sehingga dalam 1 bulan diproduksi 2000 kardus.
Alternatif lain dalam pemanfaatan limbah padat nata de coco pada percobaan yang
dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah padat nata de coco sebagai penghasil
energi alternatif (gas bio) dan pupuk organik cair. Dalam pemanfaatan limbah nata de
coco sebagai penghasil gas bio dan pupuk organik diperlukan bahan baku lainnya, yaitu
kotoran hewan (kotoran sapi). Untuk dapat menghasilkan gas bio dan pupuk organik
diperlukan sumber bahan baku yang kontinu.
Pembuatan gas bio dilakukan dengan mencampurkan limbha padat dan kotoran sapi
sesuai dengan perlakuan yang diberikan (T1, T2, T3, dan T4). Bahan baku diproses
dalam pencerna anaerobik selama 30 hari. Penambahan bahan baku sesuai dengan
perlakuan yang diberikan dan dilakukan apabila api sudah dapat dinyalakan. Jumlah gas
bio dan waktu yang dibutuhkan untuk memasak 1 liter air sampai mendidih dicatat.
Gas bio merupakan salah satu energi alternatif terbaharukan yang ramah lingkungan
yang dapat dihasilkan dari berbagai macam limbah organik, seperti limbah padat nata
de coco dan kotoran sapi. Energi yang dihasilkan dari proses pembuatan gas bio dapat
dimanfaatkan sebagai energi untuk bahan bakar untuk keperluan memasak.
Pemanfaatan limbah padat nata de coco sebagai energi alternatif (gas bio) dapat
diaplikasikan pada industri nata de coco, sehingga terjadi proses daur ulang yang dapat
menguntungkan bagi industri kecil nata de coco dan bagi kelestarian lingkungan.
26
Limbah padat nata de coco setelah diproses dalam pencerna anaerobik tidak hanya
menghasilkan energi alternatif (gas bio), tetapi dihasilkan juga pupuk organik cair yang
berasal dari limbah gas bio. Proses produksi dengan menggunakan gas bio dengan
menggunakan pencerna biologis merupakan sebuah cara yang sangat menguntungkan
karena mampu memanfaatkan alam tanpa merusaknya, sehingga siklus ekologis tetap
terjaga. Manfaat yang paling besar dari penggunaan pencerna biologis adalah
menghasilkan pupuk alami untuk tanaman secara teratur dan berkelanjutan.
Gas bio yang dihasilkan jika dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada proses pembuatan
nata de coco, yaitu dapat digunakan pada proses perebusan nata de coco. Pemanfaatan
limbah padat nata de coco sebagai bahan bakar dalam proses produksi nata de coco
sangat menguntungkan bagi industri nata de coco, karena dapat mengurangi biaya
produksi dan dapat mencegah pencemaran lingkungan.
3.3 Keuntungan Adanya Aplikasi Produksi Bersih Pada Industri Nata De
Coco
Keuntungan adanya aplikasi produksi bersih pada industri nata de coco, yaitu:
1. Mengurangi limbah yang dihasilkan dari produksi nata de coco, sehingga
pencemaran lingkungan dapat diminimalisir
2. Dan meningkatkan pendapatan bagi pengusaha industri kecil nata de coco dengan
kegiatan pengolahan limbah yang dilakukan, dan dalam pengolahan tersebut ada
yang bersifat ekonomis (dapat dijual) maupun digunakan kembali oleh industri nata
de coco tersebut untuk bahan bakar.
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
proses pembuatan nata de coco diawali dengan pembuatan bibit dengan tahapan
proses adalah penyaringan, pencampuran, perebusan, penuangan larutan
kedalam botol, pendinginan, penambahan biakan murni dan pemeraman.
Sedangkan proses pembuatan nata de coco adalah penyaringan, pencampuran,
perebusan, penempatan dalam wadah fermentasi, pendinginan, penambahan
bibit, fermentasi (pemeraman), permanenan, pembersihan kulit, pemotongan,
perebusan, dan pengemasan.
Pada produksi nata de coco dihasilkan limbah semi padat yang berasal dari
kotoran berbentuk lendir dari hasil perebusan, lapisan kulit nata, dan sisa
potongan nata de coco serta hasil panen yang gagal (jika terjadi kegagalan
panen). Dan limbah padatnya berasal dari kotoran hasil dari proses penyaringan,
Koran penutup loyang atau botol yang sudah tidak terpakai dan plastik sisa
penutup kemasan gelas plastik/cup.
Opsi aplikasi produksi bersih pada industri nata de coco adalah pemanfaatan
sisa potongan nata untuk pembuatan jelly drink, menjual sisa plastik
pengemasan, pembuatan biogas sebagai energi alternatif dan pembuatan pupuk
cair.
Keuntungan yang diperoleh dengan adanya aplikasi produksi bersih pada
industri nata de coco adalah mengurangi limbah yang dihasilkan dari produksi
nata de coco dan meningkatkan pendapatan pengusaha industri kecil nata de
coco dengan kegiatan pengolahan limbah yang dilakukan.
28
4.2 Saran
Perusahaan nata de coco yang ada sekarang diharapkan untuk dapat menerapkan
produksi bersih pada industrinya agar limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat
diminimalisir sekecil mungkin selain itu juga mengurangi beban biaya industri dalam
melakukan sebuah aktivitas produksi karena limbah yang dihasilkan didaur ulang
kembali, dengan menggunakan beberapa opsi aplikasi poduksi bersih yang teklah
disebutkan dalam makalah ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Daddy Dkk. -. Penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production) pada Industri Nata de Coco. Jurnal Teknik Mesin dan Agribisnis Universitas Andalas.
Hakimi, Rini Dkk. 2006. Penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production) pada Industri Nata de Coco. Jurnal Teknik Mesin Vol 3, No 2, Desember 2006
Purwanto. 2005. Penerapan Produksi Bersih di Kawasan Industri. Disampaikan pada Seminar Penerapan Program Produksi Bersih Dalam Mendorong Terciptanya Kawasan Eco-industrial di Indonesia, diselenggarakan oleh Asisten Deputi Urusan Standardisasi dan Teknologi di Jakarta 3 Juni 2005.
Zaitun. 2004. Pengelolaan Limbah Padat Industri Kecil Nata de Coco Melalui Teknologi Produksi Gas Bio dan Pemanfaatannya Sebagai Pupuk Organik Cair. Jurnal Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
30
Recommended