View
329
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 1/55
MAKALAH CASE VIII BLOK NBSNEUROSIS
TUTORIAL D-3
Tutor : dr. Ferdiana
An’Umillah Arini Zidna 1110211066
Muhammad Noval 1110211160
Irnanita Pratiwi 1110211179
Asti Nurhidayati 1110211003
Rizky Amelia 1110211040
Tegar Aulia Fadlilah 1110211045
Arinda Faranita 1110211124
Nancy Sri Ulina Tarigan 1110211080
Indranu Nanggala Putra 1110211004
Nurul Arief Kurniawan 1110211158
Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta
Tahun Ajaran 2012/2013
Gangguan Kepribadian1 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 2/55
Definisi
Pengalaman dan perilaku subjektif yang berlangsung lama, menyimpang standar
budaya, universal yang kaku, memiliki onset pada masa remaja atau dewasa awal,
stabil sepanjang waktu dan menimbulkan ketidakbahagiaan serta hendaya
Etiologi
• Faktor genetik
• Faktor biologis
• Hormon
• Monoamin oksidase trombosit
• Neurotransmitter
• Psikoanalitik
KLASIFIKASI
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR),
gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok :
Kelompok A Kelompok B Kelompok C
Orang dengan kelainan
ini biasanya aneh &eksentrik.
Terdiri dari:
Paranoid
Skizoid
Skizotipal
Orang dengan gangguan Ini
biasanya tampak dramatik,emosional, & tak menentu
Terdiri dari:
Anti sosial
Ambang
Histrionik
Narsistik
Orang dengan gangguan ini
biasanya tampak cemas atauketakutan
Terdiri dari:
Menghindar
Dependen
Obsesif-kompulsif
Gg. Kepribadian YTD (yg
tdk ditentukan)
Gangguan Kepribadian Paranoid
Penderita ditandai dengan adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan yangberlangsung lama terhadap orang-orang pada umumnya
Sering bersikap bermusuhan, iritabel dan marah
2 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 3/55
Orang yang fanatik, pasangan yang cemburu patologis dan orang aneh yang sukamenuntut sering memiliki gangguan kepribadian paranoid
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kerpibadian paranoid adalah sekotar 0.5 sampai 2.5% persen
dari populasi umum
Lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan
Tidak memiliki pola familial
Gambaran Klinis
Curiga tanpa dasar yang cukup bahwa orang lain mengeksploitasi, mencederai ataumenipu mereka
Enggan mempercayai orang lain
Membaca arti mengancam dan merendahkan pada tanda yang samar
Menganggap karakter dan reputasinya diserang
Memiliki kecurigaan berulang tanpa pembenaran mengenai kesetiaan pasangan
Diagnosis Banding
Skizofrenia paranoid
Gangguan waham
Terapi
Farmakoterapi à untuk mengatasi agitasi dan ansietas
Diazepam
Thioridazine
Haloperidol
Pimozide
Gangguan Kepribadian Skizoid
Gangguan kepribadian skizoid di diagnosis pada pasien yang menunjukkan polapenarikan diri dari kehidupan sosial mereka seumur hidup
Ketidaknyamanan dengan interaksi antar manusia, bersifat tertutup
Sering dilihat oleh orang lain sebagai orang yang eksentrik, terisolasi atau kesepian
Epidemiologi
3 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 4/55
Prevalensi belum ditegakkan, namun sekitar 7.5% dari populasi umum
Rasio laki-laki : perempuan à 2 : 1
Banyak yang lebih menyukai bekerja pada malam hari
Gambaran Klinis
Tidak ada hasrat atau menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi bagian darikeluarga
Tampak acuh terhadap pujian dan kritikan dari orang lain
Menunjukkan kedinginan emosi atau afek datar
Menunjukkan sifat menjauh dan mengasingkan diri dalam peristiwa sehari-hari dantidak peduli terhadap orang lain
Tampak diam, menjauh, menyendiri dan tidak bersosialisasi
Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian skizotipal
Skizofrenia
Gangguan kepribadian paranoid
Gangguan Kepribadian Skizotipal
Penderita bersikap sangat aneh bahkan dengan orang yang belum ia kenal
Pikiran magis, emosi yang aneh, ide-ide referensi, ilusi dan derealisasi merupakanbagian dari dunia seorang skizotipal
Epidemiologi
Gangguan ini terdapat pada 3% populasi
Rasio jenis kelamin tidak diketahui
Diagnosis
Gangguan kepribadian skizotipal di diagnosis berdasarkan keanehan berpikir,
perilaku, dan penampilan seseorang
Anamnesis mungkin sulit dilakukan karena cara berkomunikasi pasien yang tidaklazim
Gambaran Klinis
Keyakinan aneh atau pikiran magis yang berpengaruh terhadap perilaku dan tidakkonsisten dengan norma subkultural
4 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 5/55
Pengalaman persepsi yang tidak biasa
Pikiran dan pembicaraan yang aneh
Kecurigaan atau gagasan paranoid
Perilaku atau penampilan ganjil, eksentrik atau anehDiagnosis Banding
Gangguan kepribadian skizoid
Gangguan kepribadian menghindar
Skizofrenia
Gangguan Kepribadian Anti Sosial
Merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi norma sosial yang
asalnya mengatur banyak aspek perilaku remaja dan dewasa seseorang
Epidemiologi
Prevalensinya adalah 3% pada laki-laki dan 1% pada perempuan
Di dalam penjara angka prevalensinya dapat mencapai 75%
Gambaran Klinis
Pasien dapat tampak normal dan mempesona
Namun, riwayat mereka mengungkapkan banyak area fungsi kehidupan yangterganggu
Berbohong, membolos, kabur dari rumah, mencuri, berkelahi, penyalahgunaan zat
dan aktivitas ilegal merupakan pengalaman khas yang dilaporkan pasien pada
masa kanak-kanak
Pasien tidak menunjukkan ansietas atau depresi
Pasien tidak mengatakan hal dengan sebenarnya dan tidak dapat dipercaya untuk
melakukan setiap tugas
Berganti pasangan, penganiayaan pasangan dan menyetir sambil mabuk lazim didalam kehidupan mereka
Temuan yang jelas adalah mereka tidak mempunyai rasa penyesalan terhadap
tindakan ini
Gangguan Kepribadian Ambang
5 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 6/55
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang berdiri pada batas antara neurosis
dengan psikosis serta ditandai dengan afek, mood, perilaku, hubungan objek dan
citra diri yang sangar tidak stabil
Disebut juga Skizofrenia ambulatorik
Epidemiologi
Tidak ada study prevalesi definitif yang tersedia, namun dianggap ada pada 1-2%
populasi
Dua kali lebih banyak pada perempuan dari pada laki-laki
Gambaran Klinis
Penderita gangguan kepribadian ambang hampr selalu tampak berada di dal;am
keadaan krisis
Mood swing lazim ditemukan
Pola hubungana intrapersonal yang tidak stabil
Gangguan identitas, citra diri atau rasa diri yang menetap dan nyata tidak stabil
Perilaku, sikap atau ancaman bunuh diri berulang
Ketidakstabilan afektif akibat reaktivitas mood yang nyata
Perasaan kosong yang kronis
Gangguan Kepribadian Histrionik
Penderita mudah tercetus dan emosional serta memiliki perilaku penuh warna,
dramatik, dan terbuka
Epidemiologi
Prevalensi sebesar 2-3%
Lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki
Gambaran Klinis
Pasien menunjukkan perilaku pencari perhatian yang tinggi
Cenderung melebih-lebihkan pikiran dan perasaan mereka dan membuat sesuatuterdengar lebih penting dari sebenarnya
Tidak nyaman di dalam situasi dimana ia bukanlah pusat perhatian
Terus menerus menggunakan tampilan fisik untuk menarik perhatian pada dirinya
6 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 7/55
Gangguan Kepribadian Narsistik
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai dengan adanya rasa
pentingnya diri yang meningkat serta perasaan unik yang berlebihan
EpidemiologiPrevalensi berkisar dari 2-6% di dalam populasi
Klinis dan kurang dari 1% di dalam populasi umum
Gambaran Klinis
Memiliki rasa kebesaran akan pentingnya dirinya
Menganggap diri mereka spesial dan mengharapkan perlakuan khusus
Tidak dapat menghadapi kritik
Tidak dapat menunjukkan empati dan simpati
Menanamkan rasa berkuasa, kebesaran, kecantikan dan bakat yang tidak realistikpada anak-anaknya
Rentan mengalami depresi
Yakin bahwa ia spesial dan harus dimengerti oleh orang yang juga spesial atau yangkedudukannya tinggi
Sering iri dengan orang lain atau yakin orang lain iri kepada dirinya
Menunjukkan sikap perilaku yang arogan dan tinggi hati
Gangguan Kepribadian Menghindar
Pasien menunjukkan sensitivitas yang ekstrim terhadap penolakan dan dapatmenyebabkan penarikan diri dari kehidupan sosial
Menunjukkan minat yang besar untuk berteman tetapi mereka membutuhkan jaminan untuk diterima tanpa celaan
Epidemiologi
Lazim ditemukan
Prevalensi antara 1-10% dalam populasi umum
Tidak ada informasi mengenai rasio laki-laki : perempuan
Tidak ada informasi mengenai pola familial
Gambaran Klinis
7 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 8/55
Hipersensitivitas
Menghindari aktivitas pekerjaan yang melibatkan kontak intrapersonal
Tidak ingin terlibat dengan orang, kecuali jika akan disukai
Memandang dirinya secara sosial tidak layak, sebagai individu yang tidak menarikatau inferior dibandingkan orang lain
F41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA
• Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada
situasi lingkungan tertentu saja
• Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan juga beberapa unsure dari
anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan
F41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA
F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)
F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan anxietas lainnya yang ditentukan (specified)
F41.9 Gangguan anxietas yang tidak tergolongkan (unspecified)
F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)
Pedoman diagnostik:• gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan anxietas fobik
• untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat
(severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan
a) pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;
b) tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situations)
c) dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara
serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga “anxietas
antisipatorik,” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi).
F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
Pedoman diagnostik:
8 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 9/55
• penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”)
• gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a) kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb.);
b) ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c) overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb.).
• pada anak-anak sering terlibat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
• Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khusussnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan anxietas menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi criteria lengkap dari episode depresif, gangguan anxietas fobik,
gangguan panic, atau gangguan obsesif-kompulsif
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
Pedoman diagnostic:
• Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak
terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
•
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harusdipertimbangkan kategori anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
• Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat
dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
• Bila gejal-gejal tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus
digunakan kategori gangguan penyesuaian.
F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
• Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan (meskipun
hanya dalam jangka pendek) ciri-ciri yang menonjol dari kategori gangguan F40-F49,
akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap.
• Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam
kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan dalam
kategori gangguan penyesuaian.
9 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 10/55
F41.8 Gangguan Anxietas Lainnya YDT
F41.9 Gangguan Anxietas YTT
GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI)
PENDAHULUAN
Gangguan konversi juga disebut disosiatif karena dahulu di anggap terjadi hilangnya
asosiasi antara berbagai proses mental seperti identitas pribadi dan memori, sensori dan fungsi
motorik. Ciri utamanya adalah hilangnya fungsi yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Pada
penderita didapatkan hilangnya fungsi seperti memori (amnesia psikogenik), berjalan-jalan
dalam keadaan trans ( fugue), fungsi motorik (paralisis dan pseudoseizure), atau fungi sensorik
(anesthesia sarung tangan dan kaus kaki, glove and stocking anaesthesia). Istilah konversi
didasarkan pada teori kuno bahwa perasaan dan anxietas dikonversikan menjadi gejala-gejala
dengan akibat terselesaikannya konflik mental (keuntungan primer) dan didapatkannya
keuntungan praktis seperti perhatian dari orang lain (keuntungan sekunder).1,2
Gangguan konversi berkaitan dengan gangguan kecemasan. Dari beberapa literatur
mengatakan bahwa gangguan konversi bisa merupakan bagian dari gangguan somatoform atau
pada gangguan disosiatif, individu mengeluhkan gejala-gejala gangguan fisik yang terkadang
berlebihan, tetapi pada dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis. Pada gangguan somatoform,
individu mengeluhkan gejala-gejala gangguan fisik, yang terkadang berlebihan, tetapi pada
dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis. Pada gangguan disosiatif, individu mengalami
gangguan kesadaran, ingatan, dan identitas. Munculnya kedua gangguan ini biasanya berkaitan
dengan beberapa pengalaman yang tidak menyenangkan, dan terkadang gangguan ini muncul
secara bersamaan.1,2
DEFENISI
Gangguan konversi (conversion disorders) menurut DSM-IV didefinisikan sebagai suatu
gangguan yang ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis (sebagai contohnya
paralisis, kebutaan, dan parastesia) yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau
10 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 11/55
medis yang diketahui. Disamping itu diagnosis mengharuskan bahwa faktor psikologis
berhubungan dengan awal atau eksaserbasi gejala. Adapun menurut PPDGJ III gangguan
konversi atau disosiatif adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal
antara: ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan segera (awareness of
identity and immediate sensations), dan kendali terhadap gerakan tubuh. 1,3
Secara normal terdapat pengendalian secara sadar, sampai taraf tertentu, terhadap ingatan
dan penghayatan, yang dapat dipilih untuk digunakan segera, serta gerakan-gerakan yang harus
dilaksanakan. Pada gangguan konversi diperkirakan bahwa kemampuan mengendalikan secara
sadar dan selektif ini terganggu, sampai suatu taraf yang dapat bervariasi dari hari ke hari atau
bahkan dari jam ke jam. Biasanya sangat sulit untuk menilai sejauh mana beberapa kehilangan
fungsi masih berada dalam pengendalian volunter.3
Dalam penegakan diagnosis gangguan konversi harus ada gangguan yang menyebabkan
kegagalan mengkordinasikan identitas, memori persepsi ataupun kesadaran, dan menyebabkan
gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan memanfaatkan waktu senggang.3
EPIDEMIOLOGI
Gangguan konversi bukanlah penyakit yang umum ditemukan dalam masyarakat. Tetapi
juga gangguan konversi ini tidak jarang ada dalam kasus-kasus psikiatri. Prevelensinya hanya 1
berbanding 10.000 kasus dalam populasi. Dalam beberapa referensi bisa terlihat bahwa ada
peningkatan yang tajam dalam kasus-kasus gangguan konversi yang dilaporkan, dan menambah
kesadaran para ahli dalam menegakkan diagnosis, menyediakan kriteria yang spesifik, dan
menghindari kesalahan diagnosis antara disosiatif identity disorder , schizophrenia atau gangguan
personal. 1,2,4
Orang-orang yang umumnya mengalami gangguan konversi ini sangat mudah dihipnotis
dan sangat sensitive terhadap sugesti dan lingkungan budayanya,namun tak cukup banyak
referensi yang membetulkan pernyataan tersebut. 5,6
Dalam beberapa studi, mayoritas dari kasus gangguan konversi ini mengenai wanita 90%
atau lebih, Gangguan konversi bisa terkena oleh orang di belahan dunia manapun, walaupun
struktur dari gejalanya bervariasi.1
ETIOLOGI
11 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 12/55
Gangguan konversi belum dapat diketahui penyebab pastinya, namun biasanya terjadi
akibat trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang dialami. Gangguan
ini terjadi pertama pada saat anak- anak namun tidak khas dan belum bisa teridentifikasikan,
dalam perjalanan penyakitnya gangguan konversi ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan trauma
masa lalu pernah terjadi kembali, dan berulang-ulang sehingga terjadinya gejala gangguan
konversi.2,4,5
Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa :1,2,4,5,7
• Kepribadian yang labil :
• Pelecehan seksual
• Pelecehan fisik
• Kekerasan rumah tangga ( ayah dan ibu cerai )
• Lingkungan sosial yang sering memperlihatkan kekerasan
Identitas personal terbentuk selama masa kecil, dan selama itupun, anak-anak lebih
mudah melangkah keluar dari dirinya dan mengobservasi trauma walaupun itu terjadi pada orang
lain.
TANDA DAN GEJALA
Pada gangguan konversi, kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali selektif
tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari kehari atau bahkan jam ke jam.
Gejala umum untuk seluruh tipe gangguan konversi meliputi : 8,9
• Hilang ingatan (amnesia) terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orang
• Masalah gangguan mental, meliputi depresi dan kecemasan,
• Persepsi terhadap orang dan benda di sekitarnya tidak nyata (derealisasi)
• Identitas yang buram
• Depersonalisasi
FAKTOR RESIKO
Orang-orang dengan pengalaman gangguan psikis kronik, seksual ataupun emosional
semasa kecil sangat berisko besar mengalami gangguan konversi. Anak-ana dan dewasa yang
12 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 13/55
juga memiliki pengalaman kejadian yang traumatic, semisalnya perang, bencana, penculikan,
dan prosedur medis yang infasif juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya gangguan konversi
ini.
DIAGNOSIS
Gangguan disosiatif (konversi) dibedakan atau diklasifikasikan atas beberapa
pengolongan yaitu : 1,3
F444.0 Amnesia Disosiatif
F.44.1 Fugue Disosiatif
F.44.2 Stupor Disosiatif
F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan
F44.4-F44.7 Gangguan konversi dari gerakan dan Penginderaan
F44.4 Gangguan motorik Disosiatif
F.44.5 Konvulsi Dsosiatif
F.44.6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif
F44.7 Gangguan konversi campuran
F44.8 Gangguan konversi lainnya
F44.9 Gangguan konversi YTT
Untuk diagnosis pasti maka hal-hal berikut ini harus ada :
1. Ciri-ciri klinis yang ditentukan untuk masing-masing gangguan yang tercantum pada
F44.
2. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala tersebut.
3. Bukti adanya penyebab psikologis dalam bentuk hubungan waktu yang jelas dengan
problem dan peristiwa yang stressful atau hubungan interpersonal yang terganggu
(meskipun disangkal pasien).
F44.0 Amnesia Disosiatif
13 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 14/55
Ciri utama adalah hilangnya daya ingat, biasanya mengenal kejadian penting yang baru
terjadi yang bukan disebabkan karena gangguan mental ogranik atau terlalu luas untuk
dijelaskan.
Pada Amnesia disosiatif biasanya didapati gangguan ingatan yang spesifik saja dan tidak
bersifat umum. Informasi yang dilupakan biasanya tentang peristiwa yang menegangkan atau
traumatik, dalam kehidupan seseorang.
Bentuk umum dari amnesia disosiatif melibatkan amnesia untuk identitas pribadi
seseorang, tetapi daya ingat informasi umum adalah utuh.
Diagnostik pasti memerlukan :
1. Amnesia, baik total maupun persial, mengenai kedian baru yang bersifat stress atau
traumatic.
2. Tidak ada gangguan otak egmency
F44.1 Fugue Disosiatif
Memilih semua ciri amnesia disosiatif ditambah gejala perilaku melakukan perjalanan
meninggalkan rumah. Pada beberapa kasus, penderita mungkin menggunakan identitas baru.
Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan terintegrasi
dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif. Pasien dengan fugue
disosiatif telah berjalan jalan secara fisik dari rumah dan situasi kerjanya dan tidak dapat
mengingat aspek penting identitas mereka sebelumnya (nama, keluarga, pekerjaan). Pasien
tersebut seringkali, tetapi tidak selalu mengambil identitas dan pekerjaan yang sepenuhnya baru,
walaupun identitas baru biasanya kurang lengkap dibandingkan kepribadian ganda yang terlihat
pada gangguan identitas disosiatif.
Untuk diagnosis pasti harus ada :
1. Ciri-ciri amnesia disosiatif
2. Dengan sengaja melakukan perjalanan tertentu melampaui jerak yang biasa
dilakukannya sehari-hari.
3. Tetap memepertahankan kemampuan mengurus diri yang mendasar dan melakukan
interaksi sosial sederhana dengan orang yang belum dikenalnya.
F.44.2 Stupor Disosiatif
14 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 15/55
Perilaku individu memenuhi kriteria untuk stupor, akan tetapi dari pemeriksaan tidak
didapatkan adanya tanda penyebab fisik. Seperti juga pada gangguan-gangguan konversi lain,
didapat bukti adanya penyebab psikogenik dalam bentuk kejadian-kejadian yang penuh stress
ataupun masalah sosial atau interpersonal yang menonjol.
Stupor Disosiatif bisa didefinisikan sebagai sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan
–gerakan voulunter dan respon normal terhadap rangsangan luar, seperti misalnya cahaya, suara,
dan perabaan ( sedangkan kesadaran dalam artian fisiologis tidak hilang ).
Untuk diagnosis pasti harus ada :
1. Stupor, seperti yang sudah disebutkan tadi.
2. Tidak ditemukan adanya gangguan fisik atau gangguan psikiatrik lain yang dapat
menjelaskan keadaan stupor tersebut.
3. Adanya masalah atau kejadian-kejadian baru yang penuh stress.
F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan
Merupakan gangguan-gangguan yang menunjukkan adanya kehilangan sementara
penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya; dalam beberapa
kejadian, individu tersebut berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib
atau malaikat. Gangguan trans yang terjadi selama suatu keadaan skizofrenik atau psikosis akut
disertai halusinasi atau waham atau kepribadian multiple tidak boleh dimasukkan dalam
kelompok ini.
F44.4 Gangguan Motorik Disosiatif
Bentuk yang paling lazim dari gangguan ini adalah kehilangan kemampuan untuk
menggerakkan seluruh atau sebagian dari anggota gerak. Pralisis dapat bersifat parsial dengan
gerakan yang lemah atau lambat atau total. Berbagai bentuk inkoordinasi dapat terjadi,
khusussnya pada kaki dengan akibat cara jalan yang bizarre. Dapat juga terjadi gemetar.
F44.5 Konvulsi Disosiatif
Dapat menyerupai kejang epileptic dalam hal gerakannya akan tetapi jarang disertai lidah
tergigit, luka serius karena jatuh saat serangan dan inkontinensia urin, tidak dijumpai kehilangan
kesadaran tetapi diganti dengan keadaan seperti stupor atau trans.
15 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 16/55
F44.6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif
Bagian kulit yang mengalami anestesi sering kali mempunyai batas yang tegas yang
menjelskan bahwa hal tersebut lebih berkaitan dengan pemikiran pasien mengenai fungsi
tubuhnya daripada dengan pengetahuan kedokterannya. Meskipun ada gangguan penglihatan,
mobilitas pasien serta kemampuan motoriknya sering kali masih baik. Tuli disosiatif dan
anosmia jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengn hilang rasa dan penglihatan.
F44.7 Gangguan Konversi Campuran
Campuran dari gangguan-gangguan tersebut di atas.
F44.8 Gangguan Konversi lainnya
F44.80 Sindrom ganser
Ciri-ciri dari gangguan ini adalah “jawaban kira-kira”, yang biasanya disertai
beberapa gejala disosiatif lainnya, sring kali dalam keadaan yang menunjukkan
kemungkinan adanya penyebab yang bersifat psikogenik dan harus dimasukkan di sini.
F44.81 Gangguan kepribadian multiple
Ciri utama adanya dua atau lebih kerpibadian yang jelas pada satu individu dan
hanya satu yang tampil untuk setiap saatnya. Masing-masing kepribadian tersebut adalah
lengkap, dalm arti memiliki ingatan, perilaku dan kesenangan sendiri-sendiri yang
mungkin sangat berbeda dengan kepribadian pramorbidnya.
F44.82 Gangguan konversi sementara terjadi pada masa kanak dan remaja
F44.88 Gangguan Disosiatuf lainnya YDT
F44.9 Gangguan konversi YTT
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya. Bila tidak ditemukan
kelainan fisik, perlu dijelaskan pada pasien dan dilakukan pendekatan psikologik terhadap
penanganan gejala-gejala yang ada. Penanganan penyakit ini sebagai berikut:
16 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 17/55
• Terapi obat. Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penangan awal, walaupun tidak ada obat
yang spesifik dalam menangani gangguan konversi ini. Biasanya pasien diberikan resep
berupa anti-depresan dan obat anti-cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada
gangguan konversi ini.
Barbiturat kerja sedang dan singkat, seperti
tiopental, dan
natrium amobarbital diberikan secara intravena dan
Benzodiazepine seperti lorazepam 0,5-1 mg tab (bersama dengan saran bahwa gejala
cenderung dikirim pada satu jam atau lebih) dapat berguna untuk memulihkan ingatannya
yang hilang.
Amobarbital atau lorazepam parental
Pengobatan terpilih untuk fugue disosiatif adalah psikoterapi psikodinamika suportif-
ekspresif.
• Hipnosis menciptakan keadaan relaksasi yang dalam dan tenang dalam pikiran. Saat
terhipnotis, pasien dapat berkonsentrasi lebih intensif dan spesifik. Karena pasien lebih
terbuka terhadap sugesti saat pasien terhipnotis. Ada beberapa konsentrasi yang menyatakan
bahwa bisa saja ahli hipnotis akan menanamkan memori yang salah dalam mensugesti.
• Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan konversi ini. Bentuk terapinya
berupa terapi bicara, konseling atau terapi psikososial, meliputi berbicara tentang gangguan
yang diderita oleh pasien jiwa. Terapinya akan membantu anda mengerti penyebab dari
kondisi yang dialami. Psikoterapi untuk gangguan konversi sering mengikutsertakan teknik
seperti hipnotis yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan gejala disosiatif.
• Terapi kesenian kreatif. Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe terapi ini
menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka. Seni kreatif dapat membantu meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni
kreatif meliputi kesenian, tari, drama dan puisi.
17 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 18/55
• Terapi kognitif. Terapi kognitif ini bisa membantu untuk mengidentifikasikan kelakuan yang
negatif dan tidak sehat dan menggantikannya dengan yang positif dan sehat, dan semua
tergantung dari ide dalam pikiran untuk mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku
pemeriksa.
PENCEGAHAN
Anak- anak yang secara fisik, emosional dan seksual mengalami gangguan, sangat
beresiko tinggi mengalami gangguan mental yang dalam hal ini adalah gangguan konversi. Jika
terjadi hal yang demikian, maka bersegeralah mengobati secara sugesti, agar penangan tidak
berupa obat anti depresan ataupun obat anti stress, karena diketahui bahwa jika menanamkan
sugesti yang baik terhadap usia belia, maka nantinya akan didapatkan hasil yang maksimal,
dengan penangan yang minimal.
KESIMPULAN
Secara umum gangguan konversi (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai
adanya kehilangan ( sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali sadar)
meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera (awareness of identity
and immediate sensations) serta kontrol terhadap gerak tubuh.8,9
Gangguan konversi bukanlah penyakit yang umum ditemukan dalam masyarakat. Dalam beberapa studi, mayoritas dari kasus gangguan konversi ini mengenai wanita 90% atau lebih,
Gangguan konversi bisa terkena oleh orang di belahan dunia manapun, walaupun struktur dari
gejalanya bervariasi.
Ada beberapa penggolongan dalam gangguan konversi, antara lain adalah Amnesia
Disosiatif, Fugue Disosiatif, Stupor Disosiatif, Gangguan Trans dan Kesurupan, Gangguan
Motorik Disosiatif, Konvulsi disosiatif dan juga Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif. 8,9
Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya. Terapi obat. sangat
baik untuk dijadikan penangan awal, walaupun tidak ada obat yang spesifik dalam menangani
gangguan konversi ini. Biasanya pasien diberikan resep berupa anti-depresan dan obat anti-
cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada gangguan konversi ini. Bila tidak
ditemukan kelainan fisik, perlu dijelaskan pada pasien dan dilakukan pendekatan psikologik
terhadap penanganan gejala-gejala yang ada.
18 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 19/55
F48 GANGGUAN NEUROTIK LAINNYA
Yang termasuk dalam gangguan neurotic lainnya ialah:
• F48.0 Neurastenia
• F48.1 Sindrom Depersonalisasi-Derealisasi
• F48.8 Gangguan Neurotik Lainnya YDT
• F48.9 Gangguan Neurotik YTT
F48.0 Neurastenia
• Pedoman Diagnostik
a. Adanya keluhan-keluhan yang menetap dan mengganggu berupa meningkatnyarasa lelah setelah suatu kegiatan mental, atau keluhan mengenai kelemahan
badaniyah dan kehabisan tenaga hanya setelah kegiatan ringan saja.
b. Paling sedikit ada 2 dari hal-hal tersebut dibawah ini:
o Perasaan sakit dan nyeri otot-otot
o Pusing kepala
o Sakit kepala
o Gangguan tidur
o Tidak dapat bersantai
o Peka/mudah tersinggung
o Dispepsia
c. Bila ditemukan gejala otonomik ataupun depresif , keadaan tersebut tidak cukup
menetap dan berat untuk dapat memenuhi kriteria tersebut agar dapat didiagnosis
secara tersendiri.
• Harus diusahkan terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan gangguan depresif atau
gangguan anxietas
F48.1 Sindrom Depersonalisasi-derealisasi
• Pedoman Diagnostik
19 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 20/55
a. Gejala depersonalisasi, yaitu individu merasa bahwa perasaanya dan atau
pengalamannya terlepas dari dirinya, jauh, bukan dari dirinya, hilang.
b. Gajala derealisasi, yaitu objek, orang dan atau lingkungan menjadi seperti tidak
sesungguhnya (unreal),jauh, semu, tanpa warna, tidak hidup.
c. Memahami bahwa hal tersebut merupakan perubahan spontan dan subjektif dan
bukan disebabkan oleh kekuatan luar atau orang lain.
d. Peng-inderaan tidak terganggu (clear sensorium) dan tidak ada “toxic confusional
state” atau epilepsi
• Harus dibedakan dengan gangguan lain dengan gejala “change of personality”, seperti
Skizofrenia, Gangguan disosatif, Epilepsi.
F48.8 Gangguan Neurotik Lainnya YDT
• Kategori ini mencakup gangguan-gangguan campuran dari perilaku, keyakinan dan
emosi yang tidak ada penyebabnya dan status neurologik yang jelas, dan yang terjadi
dengan frekuensi tertentu di dalam lingkungan budaya tertentu.
F.48.9 Gangguan Neurotik YTT
Psikotropik
Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiranyang biasa digunakan dalam bidang psikiatri
ANTIPSIKOSIS
Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik
Ciri terpenting antipsikosis adalah:
20 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 21/55
Berguna mengatasi agresivitas dan labilitas emosional
Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam
Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversible/ireversible
Tidak menimbulkan ketergantungan fisis & psikis
Menurur efek samping ekstrapiramidal yang ditimmbulkan, antipsikotik terbagimenjadi:
Antipsikotik tipikal (efek samping ekstrapiramidal yang nyata)
Antipsikotik atipikal (efek samping ekstrapramidal yang minimal)
ANTIPSIKOSIS
Golongan anipsikosis atipikal diduga efektif untuk gejala positif (bicara kacau,halusinasi, delusi) maupun gejala negatif (miskin kata, afek datar, inisiatif menurun)
Golongan tipikal umumnya hanya untuk gejala positif
ANTIPSIKOSIS TIPIKAL: KLORPROMAZIN dan DERIVAT FENOTIAZIN
Prototipe kelompok ini adalah klorpromazin (CPZ)
FARMAKODINAMIK. Efek farmakologik klorpromazin terjadi karena antipsikosismenghambat berbagai reseptor; dopamin, α-adrenergik, muskarinik, histamin H1dan serotonin
SSP
Menimbulkan efek sedasi dan acuh tak acuh. Pada pemakaian lama timbultoleransi terhadap efek sedasi.
Kemampuan terlatih yang memerlukan kecekatan dan daya pemikiranberkurang
Dapat mengurangi atau mencegah muntah
Dapat menimbulkan gejala parkinsonisme
Neurologik.
Dikenal 6 gejala sindrom neurologik karakteristik obat ini
Distonia akut
Akatisia
Parkinsonisme
Sindrom neuroleptic malignant
21 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 22/55
Tremor perioral
Diskinesia tardif
Endokrin.
Beberapa efek samping pada reproduksi
Wanita: amenorea, galaktorea dan peningkatan libido
Pria: penurunan libido dan ginekomastia
Kardiovaskular.
Hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi saat istirahat seringterjadi
FARMAKOKINETIK.
Kebanyakan diabsorpsi sempurna, sebagian mengalami metabolismelintas pertama
Bioavailabilitas berkisar antara 25-35%
Kebanyakan larut lemak dan terikat kuat dengan protein plasma
Memiliki volume distribusi besar (> 7L/kg)
SEDIAAN
Klorpromazin ; tablet 25 dan 100 mg. Larutan suntik 25 mg/mL
Perfenazin; obat suntik dan tablet 2,4 dan 8 mg
Tioridazin; tablet 50 dan 100 mg
Fluvenazin; tablet HCl 0,5 mg. Masa kerja 24 jam
ANTI PSIKOSIS TIPIKAL LAINNYA
HALOPERIDOL
Berguna menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang tidak bisadiberikan fenotiazin
SSP.
Menenangkan dan membuat tidur pada eksitasi
Efek sedatif tidak sekuat CPZ
Menghambat muntah
Kardiovaskular
22 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 23/55
Menyebabkan hipotensi tapi tidak sesering CPZ
Menyebabkan takikardi
Endokrin.
Menyebabkan galaktorea dan respon endokrin lain
SSO.
Bisa menyebabkan pandangan kabur
FARMAKOKINETIK.
Cepat diserap saluran cerna
Kadar puncak dalam plasma tercapai 2-6 jam, menetap selama 72 jam
Ditimbun dalam hati, kira-kira 1% diekskresi melalui empedu
Ekskresi lambat melalui ginjal, dikeluarkan setelah 5 hari sesudahpemberian
SEDIAAN.
Haloperidol.
Tablet 0.5 mg dan 1,5 mg
Sirup 5 mg/100mL
Ampul 5 mg/mL
DIBENZOKSAZEPIN.
Termasuk derivat ini adalah loksapin
FARMAKODINAMIK. Efek farmakologik hampir sama
FARMAKOKINETIK.
Diabsorpsi baik peroral
Kadar puncak plasma dicapai 1 jam (IM), 2jam (oral)
T ½ 3,4 jam
SEDIAAN.
Loksapin tersedia dalam bentuk oral dan suntik
Dosis awal 20-50 mg/hari dalam 2 dosis
Dosis pemeliharaan 20-100 mg/hari dalam 2 dosis
23 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 24/55
ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL
DIBENZODIAZEPIN
KLOZAPIN
Efektif mengontrol gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif maupun negatif
Efek yang bermanfaat terlihat dalam 2 minggu, diikuti perbaikanbertahap pada minggu selanjutnya
EFEK SAMPING.
Efek samping utama adalah agranulositosis
Resiko terjadi pada penggunaan 4 minggu atau lebih adalah 1,2%
Gejala paling sering 6-18 minggu setelah pemakaian
Tidak boleh >6mgg, kecuali kalau ada perbaikan
ES lain; hipertemia, takikardi, sedasi, sakit kepala, hipesalivasi
Farmakokinetik.
Diabsorpsi cepat dan sempurna pada pemberian oral
Kadar puncak plasma tercapai 1,6 jam
Diikat oleh protein plasa
T ½ 11,8 jam
Sediaan.
Tablet 25 dan 100 mg
RISPERIDON
Farmakokinetik.
Bioavailabilitas oral sekitar 70%
Volume distribusi 1-2 L/kg
Di metabolisme di hati
Di plasma diikat oleh protein plasma
Indikasi.
Untuk terapi skizofrenia baik gejala positif maupun negatif.
24 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 25/55
Untuk gangguan bipolar dan depresi dengan ciri psikosis
Efek Samping. Insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual, muntah,peningkatan BB, hiperprolaktinemia
Sediaan
Tablet 1, 2, 3 mg
Sirup dan injeksi 50 mg/mL
ANTIANSIETAS
Obat yang digunakan ialah sedatif atau memiliki sifat yang sama dengansedatif
Antiansietas yang utama adalah golongan benzodiazepin
Golongan benzodiazepin
Benzodiazepin yang dianjurkan adalah klordiazepoksid, diazepam, oksazepam,klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam dan halozepam
Farmakokinetik.
Setelah pemberian peroral, klordiazepoksid mencapai kadar tertinggidalam 8 jam dan tetap tinggi sampai 24 jam
Ekskresi melalui ginjal lambat
Efek Samping dan Kontraindikasi
Efek antiansietas diharapkan terjadi bila kadar dalam darah mencapai300-400 ng/mL; pada kadar yang sama terjadi efek sedasi dangangguan psikomotor
Intoksikasi terjadi; kadar 900-1000 ng/mL
Reaksi toksik klordiazepoksid yg dijumpai adalah mual, nyeri kepala,gangguan fungsi seksual, vertigo dan kepala rasa ringan
Jangan digunakan bersamaan dengan alkohol, barbiturat ataufenotiazin, bisa menimbulkan depresi yg berlebihan
Pasien dengan gangguan pernapasan dapat memperberat gejala sesaknapas
Indikasi dan Sediaan.
Digunakan untuk menimulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas.
Digunakan juga sebagai hipnotik, antikonvulsi, pelemas otot daninduksi anestesi umum
25 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 26/55
Klordiazepoksid tersedia dalam bentuk tablet 5 dan 10 mg
Diazepam berbentuk tablet 2 dan 5 mg. Dosis suntik 2-20 mg sehari,dapat diulang tiap 3-4 jam
BUSPIRON
• Merupakan golongan azaspirodekanidon
• Efek sedatifnya relatif ringan
• Resiko timbulnya toleransi dan ketergantungan relatif kecil
• Efek antiansietas baru timbul setelah 10-15 hari
Psikoterapi
Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan
mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi
keseimbangan dalam diri individu tersebut.
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam
tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik.
Psikoterapi merupakan suatu seni, dan terapis yang baik dapat membuat perbedaan yang bermakna. Secara umum, dalam mencari terapi yang cocok untuk setiap
pasien (yaitu, pasien akan merasa nyaman dengan suatu jenis terapi tertentu dan juga
terapisnya). Pasien-pasien menolak untuk diberi psikoterapi kecuali mereka merasa
mendapat keuntungan dan dapat melakukan toleransi terhadap hal-hal yang dilakukan;
angka gugur (drop out) dapat cukup tinggi. Tetapi individual merupakan yang paling
banyak digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi kelompok, keluarga dan
perkawinan penggunaannya juga cukup luas.
Tujuan Psikoterapi
1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, dengan kata lain membuat
seseorang itu bahagia dan sejahtera.
26 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 27/55
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk
mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang tahu dan
mengerti tentang dirinya.
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.1
Dimana terapis harus melihat keadaan pasien, sejauh mana pasien membutuhkan
bantuan. Wolberg menjelaskan tiga tingkatan psikoterapi. Berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai, psikoterapi dibedakan atas tiga tingkatan yaitu:
1. Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien)
Pada terapi suportif, psikoterapi bertujuan untuk memulihkan keseimbangan
pasien secara cepat dan menghilangkan masalah-masalah neurotik yang ada. Terapi
supportif dilakukan pada pasien yang sebenarnya memiliki penyesuaian diri yang
baik, namun memiliki masalah akibat tekanan lingkungan yang terlalu berlebihan.
Terapi supportif juga ditunjukkan pada pasien yang memiliki mekanisme koping yang
terbatas, tidak mampu mengatasi kecemasan, dan yang kurang memiliki motivasi atau
intelegensinya. Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional,
hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.
2. Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif)
Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk membantu pasien
mencapai insight. Menurut Gelso dkk (dalam Kivlighan dkk, 2000). Istilah insight,
menunjukkan derajat pemahaman pasien mengenai hal-hal yang digali selama proses
terapi, yang bisa berupa pemahaman mengenai hubungan di dalam proses konseling,
keberfungsian individu diluar konseling, atau aspek-aspek dinamika dan perilaku
pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga akan meningkat selama proses
psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang seiring dengan peningkatan tersebut.
Individu yang mencapai insight selama proses terapi menunjukkan penurunan
keluhan yang berkaitan dengan tekanan yang dirasakan. Cara atau pendekatan: Terapi
perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif)
27 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 28/55
Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan
tercapainya kesadaran atas konflik-konflik yang tidak disadari dan dengannya dengan
mekanisme pertahanan tertentu. Tujuan utamanya adalah merasakan emosional yang
berawal dari pemahaman total melalui rekonstruksi kepribadian. Cara atau
pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney,
Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.
2.3 Tahap-tahap psikoterapi :
1. Wawancara awal
a. Kemukakan apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung, aturan-aturan yang
akan dilakukan terapi & diharapkan dari pasien, kontrak terapeutik (tujuan,
harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll)
b. Hal apa yang menjadi masalah pasien, pasien menceritakan masalah (ada
komitmen untuk mengkomunikasikan), terapis & pasien bekerjasama.
2. Proses terapi
a. Mengkaji pengalaman pasien, hubungan terapis & pasien, pengenalan –
penjelasan – pengertian perasaan & pengalaman pasien.
b. Pengertian ke tindakan
c. Terapis bersama pasien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah dipelajari
pasien selama terapi berlangsung, pengetahuan pasien akan aplikasinya nanti di
perilaku & kehidupan sehari-hari.
3. Mengakhiri terapi
a. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, pasien tidak melanjutkan lagi,
atau terapis tidak dapat lagi menolong pasiennya (merujuk ke ahli lain)
b. Beberapa pertemuan sebelum terapi berakhir pasien diberitahu untuk menjadi
lebih mandiri menghadapi lingkungannya nanti. Sehingga pasien dibantu agar
28 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 29/55
merasa dirinya diterima, aman, dilindungi, diperhatikan, dibesarkan hatinya dan
dikurangi kecemasannya.6
Jenis Psikoterapi
1. PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis
adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai
dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang
wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang multipel
dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam dari Vienne,
Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika ia
mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan Breuer
menggunakan tehknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya untuk
berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang berhubungan
dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi tersebut akhirnya menjadi teknik
asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk mengatakan apa saja
yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor pikiran mereka. Metoda ini
masih sering digunakan sekarang dan merupakan salah satu ciri psikoanalisis,
melalui mana pikiran dan perasaan yang berada dalam alam bawah sadar dibawa
ke dalam alam sadar.
Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model topografik
dan pikiran yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar
(preconscious), dan alam bawah dasar (unconscious). Pikiran sadar dianggap
sebagai kesiagaan. Prasadar, di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke
kesadaran, dan bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari
tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi
pikiran nonverbal dan membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset), dan
gejala psikologis. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan bawah sadar
dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls mereka. Konflik
29 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 30/55
tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap sebagai patologis.
Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang terepresi diungkapkan kembali dan
dengan demikian berperan dalam penyembuhan.
SADAR SADAR
BAWAH SADAR BAWAH SADAR
a. Tujuan
Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter
individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien.
Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman kanak-
kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan
ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik
menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui.
Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan-
perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting
lagi. 3
b. Lingkungan Analisis
Analisis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai
kesadaran diri, kejujuran keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam
menangani kecemasan secara realistis serta dalam memperoleh kendali atas tingkah
laku yang impulsive dan interpersonal.3 Lingkungan analisis yang biasanya adalah
pasien berbaring pada dipan atau sofa dan ahli analisis duduk di sebelahnya, sebagian
atau sama sekali di luar lapangan pandang pasien. Dipan membantu ahli analisis
menimbulkan regresi terkendali yang mempermudah timbulnya material yang
rerepresi. Posisi pasien yang berbaring dengan kehadiran ahli analisis yang penuh
perhatian, pada saat berbaring klien melaporkan perasaan-perasaan, pengalaman-
pengalaman, asosiasi-asosiasi, ingatan-ingatan dan fantasi-fantasinya. Posisi juga
membantu pasien memusatkan perhatian pada pikiran, perasaan, dan khayalan dalam,
yang selanjutnya dapat menjadi pusat asosiasi bebas. 4
30 | P a g e
S UP E R E G O
I d
E G O
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 31/55
c. Peranan AhIi Analisis
Idealnya, ahli analisis yang telah menjalani psikoanalisis pribadi sebagai
bagian dan latihan mereka mampu untuk mempertahankan sikap objektivitas atau
netralitas yang kepada pasien, mencoba untuk tidak menanamkan kepribadian atau
sistem nilai dirinya sendiri.4
d. Lama Terapi
Pasien dan ahli psikoanalisis harus siap untuk terlibat dalam proses untuk
jangka waktu yang tidak ditentukan. Psikoanalisis mernbutuhkan waktu antara tiga
dan enam tahun, kadang-kadang lebih lama. Sesion biasanya dilakukan empat atau
lebih dalarn seminggu masing-masingnya selama 45 sampai 50 menit. Beberapa
analisis dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang dan dengan sesion yang
bervaniasi dan 20 sampai 30 menit.4
e. Indikasi Terapi
Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung lama
yang telah menimbulkan gejala atau gangguan. Hubungan antara konflik dan gejala
rnungkin langsung atau tidak langsung. Psikoanalisis dianggap efektif dalam
mengobati gangguan kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan obsesif-
kompulsif, gangguan depresif ringan (gangguan distimik), beberapa gangguan
kepribadian, dan beberapa gangguan pengendalian impuls dan gangguan seksual.
f. Hasil Terapi
Analisis membantu menurunkan kekuatan konflik dan membantu menemukan
cara yang dapat diterima untuk menghadapi impuls yang tidak dapat diturunkan.
Tujuan akhir adalah menghilangkan gejala, dengan demikian meningkatkan
kemampuan pasien untuk bekerja, bersenang – senang dan mengerti diri sendiri.
Psikoanalisis dianggap efektif pada beberapa keadaan untuk banyak gangguan.4
2. PSIKOTERAPI PSIKOANALITIK
Psikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan
psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Tidak seperti
psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja
selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi,
31 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 32/55
psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan pola
dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan dengan
dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya menggunakan
asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi psikoanalitik ditandai
dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang menggunakan asosiasi bebas, Dan
sekali lagi tidak seperti psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik biasanya membatasi
kerjanya pada transferensi dengan suatu diskusi reaksi pasien terhadap dokter
pskiatrik dan orang lain.
a. Teknik Terapi
Pada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling
bertatap-tatapan satu sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata dan
bukan merupakan kumpulan khayaian yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh
lebih fleksibel dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat lebih sering digunakan
bersarna-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan psikoanalisis.
Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif tunggal,
memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai terapi selama
bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam seminggu dengan
lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik
mengobati sebagian besar gangguan yang dalam bidang psikopatologi.4
b. Tipe
1. Psikoterapi berorientasi tilikan
Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya dan
kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus menyebutkan
bidang atau tingkat pengertian atau pengalaman di mana pasien berada,
Penekanan dokter psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut
terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai di
mana pasien menggali sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika perasaan,
respon, perilaku sekarang dan khususnya, hubungan mereka sekarang
dengan orang lain. Dalam lingkup yang lebih sempit penekanan adalah
pada nilai untuk mengembangkan tilikan ke dalam respon pasien terhadap
32 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 33/55
ahli terapi dan respon pada masa anak – anak. Terapi berorientasi tilikan
adalah terapi yang terpilih untuk seorang pasien yang meniiliki kekuatan
ego yang adekuat tetapi, karena satu dan lain alasan, tidak dapat atau tidak
boleh menjalani psikoanalisis.4
Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan yang
dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada
faktor – faktor tertentu seperti pengungkapan perasaaan dalam suasana
yang tidak menghakimi tetapi memiliki batas-batas, identifikasi dengan
ahli terapi, dan faktor hubungan lainnya. Hubungan terapetik tidak
memerlukan suatu penerimaan tanpa pilih – pilih sama sekali terhadap apa
yang dikatakan dan dilakukan pasien. Kadang – kadang ahli terapi harus
mengintervensi sisi ego yang relatif lemah dengan memberikan bukti-
bukti yang tidak dapat disanggah sehingga pasien dapat mencoba untuk
mencapai penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan batas
yang realistik untuk perilaku maladaptif pasien.4
2. Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini
memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan
mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu
periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan
untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi
frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi. 4
Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau
konbinasi, termasuk :
• Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah
• Pemuasan kebutuhan tergantungan
• Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya
• Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai
contohnya, hobi)
33 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 34/55
• Istirahat dan penghiburan yang adekuat
• Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin
• Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan
• Medikasi untuk menghilangkan gejala
• Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini
rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima,
terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.4
Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini dapat
dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahapdidasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling
menjanjikan untuk perbaikan.
Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis :
katarsis, persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling).
Oleh karena itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini.
1. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya.
Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya)
berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya.
Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan
anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi). Yang
dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga,
perasaan salah atau berdosa.2
2. Persuasi ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya
yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang
dihadapinya. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan
demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan
impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari
impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa
gejala-gejalanya akan hilang.2 Hal ini dibantu dokter dengan sikap membangun,
34 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 35/55
mengubah dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskan dari impuls yang
menggangu secara masuk akal dan sesuai hati nurani. Berusaha meyakinkan pasien
dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.
3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau
membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. Dokter
sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta
menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan
emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan
sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang
mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru
dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.2
Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang
juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena
pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti
dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta
pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan
memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia
membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien
harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat
kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila
gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud gejala-
gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.2
4. Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus atau
sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara
adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau
dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien. 2
5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang
berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup
mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara
berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.2
35 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 36/55
6. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk
membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu
masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan
sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi. 2
7. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu
proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada
seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus. Fokusnya
ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi) pada
gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola
dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi pada
tingkat realistik (nyata).2
8. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun berupa
latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari
nafkah kelak.2
c. Beberapa contoh penerapan
- Gangguan psikotik
Sikap terapis : berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya pasien, misalnya dengan
bicara penuh keakraban, ingat akan hari ulang tahunnya, makanan kesukaannya dan
kesenangannya yang lain, serta penuh pengertian lainnya.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi bila pasien mengalami banyak keluhan yang realistic, seperti
makanan yang tidak enak, tidak diberi uang jajan, dilarang keluar rumah dan tidak
boleh sering mandi.
o Memberikan terapi reassurance bila pasien meragukan masa depannya setelah
sembuh nanti
o Memberikan bimbingan dan penyuluhan sehingga pasien lebih dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan setelah sembuh nanti
- Gangguan somatisasi
Sikap terapis : dapat menerima keluhan fisik pasien dan tidak langsung
menentangnya, tetapi terapis tidak melakukan eksplorasi keluhan fisik terlalu jauh.
Pelaksanaan terapi :
36 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 37/55
o Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-gejalanya.
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua perasaannya yang
menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.
o Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi alternative dalam
mengekspresikan perasaannya.
- Gangguan penyesuaian
Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami pasien secara
berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam proses psikoterapi tersebut.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan cemas dan
depresinya.
o Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya.
o Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan yang mungin
akan dihadapinya lagi.1
PSIKOTERAPI KELOMPOK
Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit
emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang
dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn
menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik
dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk
membuat perubahan tersebut.
Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri
suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang
psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok
berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan
terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan
teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk
mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai
orang, mendapatkan berbagai transferensi.4
a. Berbagai bentuk terapi kelompok
37 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 38/55
1. Gaya Kepemimpinan
Pemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota
kelompok, dimana pemimpinnya sangat aktif, mengarahkan dan terlibat pada
sebagian besar interaksi dalam kelompok. Pemimpin dapat mengurus anggota
yang berbeda dan berinteraksi dengan mereka sebagaimana ia melakukan
terapi perorangan. Pemimpin juga dapat berperan sebagai konsultan yang di
angkat oleh anggota kelompok dimana sebagian interaksi dan inisiatif terletak
pada anggota kelompok.
Fokus dan sasaran
Kelompok dapat berbeda dalam focus dan sasarannya, sesuai dari
tujuan masing -masing, contoh dalam pendidikan, ketrampilan tertentu
Keanggotaan kelompok
Kelompok dapat berbeda dalam berat dan sifatnya penyakit psikologik
anggota. Dapat diciptakan kelompok yang homogen dalam masalahnya dan
gejala utama dari anggotanya. Kelompok dapat juga heterogen dalam masalah
dn sifat demografiknya.
Struktur Kelompok
Kelompok dapat berbeda dalam parameter organisasinya, dari mulai
frekuensi pertemuan, pembahasan masalah, keanggotaan kelompok yang
terbuka atau tertutup dan ukuran atau jumlah anggota kelompok.
Orientasi Teoritis
Kelompok dapat bervariasi dari segi orientasi teoritis. Terdapat teori
orientasi eksistensial dari terapi gestal, penekanan interaksi antar pribadi,
orientasi psikoanalitik dari kelompok yang dijalankan melalui psikoanalisis,
dan lain – lain.
b. Klasifikasi
38 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 39/55
Banyak klinisi bekerja di dalam kerangka referensi psikoanalitik, Teknik
terapi lain adalah terapi kelompok transaksional, terapi kelompok perilaku, terapi
kelompok Gestalt yang diciptakan dan teori Frederic Pens dan memungkinkan
pasien untuk mengabreaksikan dan mengekspresikan dirinya sendiri secara penuh,
psikoterapi kelompok berpusat klien (client-centered group psychotherapy), yang
dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan pada ekspresi perasaan yang tidak
mengadili dari anggota kelompok.4
c. Pemilihan Pasien
Untuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli
terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara
skrining. Dokter psikiatrik harus menggali riwayat psikiatrik dan melakukkan
pemeriksaan.
Pasien dengan kecemasan kekuasaan mungkin dapat bekerja atau tidak
dalam terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali mereka menjadi baik di dalam
lingkungan kelompok di banding lingkungan individu. Pasien dengan cemas
kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat, cemas, menentang, dan tidak
mau mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan individual,
biasanya karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli terapi.
Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan kepribadian
ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan destruktif dengan teman sebayanya
atau yang terisolasi secara ekstrim dan kontak teman sebaya biasanya beraksi
secara negatif atau cemas jika ditempatkan di lain lingkungan kelompok. Tetapi,
jika pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya, terapi kelompok dapat
membantu.
Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan
pendekatan terapi yang terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk terapi,
kapasitas untuk berubah, dan kekuatan dan kelemahan struktur kepnibadian.
Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien antisosial
biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen karena mereka
tidak dapat mengikuti standar kelompok. Tetapi, jika kelompok terdiri dari pasien
antisosial lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik kepada teman
39 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 40/55
sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa. Pasien terdepresi
menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli terapinya. Pasien yang secara aktif
mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh diobati hanya dalam
lingkungan kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi, jika telah di bawah
kendali psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam lingkungan kelompok.
Pasien yang delusional dan yang mungkin memasukkan sistem wahamnya ke
dalam kelompok harus dikeluarkan, demikian juga pasien yang memiliki ancaman
fisik kepada anggota kelompok lain karena ledakan agresif yang tidak dapat
dikendalikan.4
Ukuran Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota sedikitnya 3 orang dan
sebanyaknya 15 orang, tetapi sehagian besar ahli terapi merasa bahwa 8 sampai
10 anggota adalah ukuran yang optimal. Pada anggota yang lebih sedikit mungkin
tidak cukup interaksi kecuali anggota-anggotanya adalah cukup verbal. Tetapi
pada lebih dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar untuk diikutii oleh
anggota atau ahli terapi.
Frekuensi sesion. Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok melakukan sesion
kelompok sekali seminggu. Mempertahankan kontinuitas dalam sesion adalah
penting. Jika digunakan sesion berselang kelompok bertemu dua kali seminggu,
sekali dengan ahli terapi, sekali tanpa ahli terapi. Panjang sesion. Pada umumnya,
sesion kelompok berlangsung kapan saja dan satu sampai dua jam, tetapi
pembatasan waktu harus tetap.
Peranan Ahli Terapi, Walaupun terjadi perbedaan pendapat tentang seberapa
aktifnya atau pasifnya ahli terapi sehanisnya, konsensusnya adalah bahwa peranan
ahli terapi terutama adalah sebaga fasilitator. ldealnya, anggota kelompok sendiri
adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh
kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dan
sekedar ahli yang menerapkan teknik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi
yang menarik vaniabel tertentu seperti empati, kehangatan, dan rasa hormat.4
2. Psikoterapi Kelompok Rawat
40 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 41/55
Terapi kelompok adalah bagian penting dari pengalaman terapetik pasien yang
dirawat di rumah sakit. Kelompok dapat disusun di bangsal dengan berbagai cara: dalam
pertemuan komunitas, seluruh unit pasien rawat inap bertemu dengan semua anggota staf
(sebagai contohnya, dokter psikiatrilc, ahli psikologi, dan perawat); dalam pertemuan tim,
15 sampai 20 pasien dan anggota staf bertemu; dan suatu kelompok regular atau kecil
yang terdiri dan 8 sampai 10 pasien yang bertemu dengan satu atau dua ahli terapi,
sebagai terapi kelompok yang tradisional. Walaupun tujuan dan masing-masing tipe
kelompok adalah berbeda – beda, mereka memiliki tujuan umum:
• Meningkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui interaksi mereka
dengan anggota kelompok lain, yang memberikan umpan balik tentang perilaku
mereka
• Memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih baik
• Membantu anggota beradaptasi dengan lingkungan rawat inap
• Meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe pertemuan
kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan untuk
meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan dukungan dan
dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka sehari-hari dengan
pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih membantu dalammenghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan oleh terapi
berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi kelompok
kecil.4
Komposisi kelompok . Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang umum untuk
semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya pertukaran
pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki banyak pilihan darimana pasien dipilih
untuk terapi kelompok. Di bangsal, ahli terapi memiliki jumlah pasien yang terbatas
darimana pasien dipilih dan lebih dibatasi lagi oleh pasien yang mau berperan serta dan
layak untuk pengalaman kelompok kecil. Dalam situasi tertentu, peran serta kelompok
mungkin diharuskan (sebagai contohnya, dalam penyalahgunaan alkohol dan unit
ketergantungan zat). Tetapi hal tersebut tidak selalu berlaku untuk unit psikiatri
41 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 42/55
umum.Pada kenyataannya, sebagian besar kelompok merasakan lebih baik jika pasien
sendiri yang memilih untuk memasuki terapi kelompok.4
3. Kelompok rawat Jalan lawan rawat inap. Walaupun faktor terapetik yang berperan
untuk perubahan pada kelompok kecil rawat inap adalah serupa dengan yang berperan
dalam lingkungan – rawat jalan, terdapat perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya, relatif
tingginya pertukaran pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses
perpaduan. Tetapi kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam
rumah sakit membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk mempercepat
proses, menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi, universalisasi, dan katarsis adaiah
faktor terapetik utama dalam bekerja pada kelompok rawat inap. Walaupun tilikan lebih
mungkin terjadi pada kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang jangka panjang,
dalam keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat memperoleh
pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari kelompok rawat
inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas, saat mereka tinggal bersama di
bangsal yang sama.4
4. Kelompok Menolong Diri Sendiri. Kelompok menolong diri sendiri (self-help group)
adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau krisis kehidupan tertentu. Biasanya
disusun dengan tugas tertentu, kelompok tersebut tidak berusaha untuk menggali
psikodinamika individual secara sangat mendalam atau untuk mengubah fungsi
kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang.
Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah
homogenitasnya. Anggota ,staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi
pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil satu sama lainnya.
Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya, memberikan
dukungan yang saling menguntungkan, dan menghilangkan perasaan terasing yang
biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.
Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk bergabung.
Kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan pola
42 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 43/55
perilaku yang tidak diinginkan kelompok terapi membantu anggotanya mengerti
mengapa dan bagaimana mereka seharusnya.4
TERAPI JENIS INDIVIDUAL
Psikoterapi wawasan (atau genetik dinamik) (insight psychotherapy) dibagi
menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi rekonstruktif.
a. Psikoterapi reedukatif :
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih
banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri kembali,
memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi
kreatif yang ada. 2
Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut:
1. Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)
2. Terapi sikap (attitude therapy)
3. Terapi wawancara (interview therapy)
4. Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer)
5. Konseling terapetik
6. Terapi case work
7. Reconditioning
8. Terapi kelompok yang reedukatif
9. Terapi somatik 2
b. Psikoterapi rekonstruktif
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di alam
tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada
struktur kepribadian dan perluasan daripada pertumbuhan kepribadian dengan
pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.
Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain ialah sebagai berikut :
43 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 44/55
1. Psikoanalisa Freud
2. Psikoanalisa non Freudian
3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalysa.
Cara : Asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi
main, terapi seni, terapi kelompok analitik.2
PSIKOTERAPI KOMBINASI INDIVIDUAL DAN KELOMPOK
Dalam psikoterapi kombinasi individual dan kelompok, pasien ditemui secara
individual oleh ahli terapi dan juga memiliki bagian dalam sesion kelompok. Ahli
terapi untuk kelompok dan untuk sesion individual biasanya adalah orang yang sama.
Terapi kombinasi adalah suatu modalitas terapi yang khusus. Ini bukan suatu
sistem di mana pasien individual dibekali oleh sesion kelompok yang kadang-kadang,
dan juga tidak berarti partisipan terapi kelompk bertemu sendiri dengan ahli terapi
dari waktu ke waktu. Malahan. ini adalah rencana yang berkelanjutan di mana
kelompok mèngalami interaksi yang penuh arti dengan sesion individual dan di mana
umpan balik timbai balik membantu membentuk pengalaman terapetik yang
terintegrasi.4
HasilSebagian besar peneliti percaya bahwa terapi kombinasi memiliki keuntungan
dari lingkungan individu dan lingkungan kelompok, tanpa mengorbankan kualitas
masing – masing. Pada banyak kasus, terapi kombinasi tampaknya membawa
masalah ke permukaan dan menghilangkannya lebih cepat dibandingkan yang
dimungkinkan oleh metoda tersebut masing-masing.4
PSIKODRAMA
Psikodrama adalah metoda psikoterapi kelompok yang diciptakan oleh dokter
psikiatrik kelahiran Vienna, Jacob Moreno dimana susunan kepribadian, hubungan
interpersonal, konflik, dan masalah emosional digali dengan menggunakan metoda
dramatik spesifik. Dramatisasi terapetik masalah emosional adalah termasuk
1. Pelaku utama atau pasien, orang yang memerankan masalah dengan bantuan
44 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 45/55
2. Peran pembantu (auxiliary egos), orang yang memerankan berbagai aspek pasien
3. Sutradara, psikodramatis, atau ahli terapi, orang yang membimbing drama
tersebut dalam mencapai tilikan.
Teknik
Psikodarma dapat memusatkan perhatian pada bidang fungsi tertentu ( suatu
mimpi, keluarga atau situasi kominitas ), suatu peranan simbolik, suatu sikap bawah
sadar atau bayangan situasi di masa depan. Gejala tertentu seperti waham dan
halusinasi juga dapat diperankan di dalam kelompok. Teknik untuk menunjukan
proses terapeutik ini adalah percakapan seorang diri (suatu cerita tentang pikiran dan
perasaan yang terlihat dan tersembunyi ), pembalikan peran dan ganda multiple
(beberapa orang berperan seperti pasien pada keadaan yang bervariasi) dan teknik
cermin. Teknik lain adalah menggunakan hypnosis dan obat psikoaktif untuk
memodifikasi memerankan perilaku dalam berbagai cara.4
TERAPI KELUARGA
Terapi keluarga adalah cukup terkenal sehingga keluarga dengan banyak
konflik mungkin memintanya secara khusus. Tetapi, jika keluhan awal adalah tentang
anggota keluarga individual, pemeriksaan praterapi mungkin diperlukan. Diperlukan penilaian keluraga awal dan evaluasi keluarga yang menyeluruh. Terapis harus
mendapatkan informasi dasar mengenai struktur keluarga dan sifat dari masalah yang
di hadapi. Terapis harus memperkenalkan diri, menyambut dan mengenal anggota
keluarga. Terapis harus meningkatkan kontak dengan setiap anggota keluarga,
menyadari alam perasaan anggota keluarga dan bagaimana nggota keluarga
berhubungan dengan terapis serta mengamati hubungan verbal dan nonverbal antar
anggota keluarga dan subkelompok keluarga.4
Terapis harus mengeksplorasi setiap pandangan anggota keluarga terhadap
masalah, penyelesaian apa yang telah di coba dan hasil apa yang diharapkan dari
usaha terakhir untuk perubahan.
Nilai perfungsian mutakhir keluarga
1. Amati interaksi di antara anggota keluarga
45 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 46/55
2. Tanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antar anggota keluarga
dan teliti respon lisan dan non lisan anggota keluarga.
3. Mengembangkan beberapa hipotesis mengenai sistem keluarga
4. Cari adanya segitiga yaitu, dua orang dalam konflik cenderung untuk
melibatkan orang ketiga dalam konflik.
5. Pertahankan posisi empatik dan netral
6. Kenali kekuatan dalam anggota keluarga dan perseorangan
7. Fokuskan pada pola hubungan dan cara berinteraksi habitual.
a. Tujuan
Tujuan terapi adalah
1. untuk memecahkan atau menurunkan konflik dan kecemasan patogenik di dalam
matniks hubungan interpersonal
2. untuk meningkatkan persepsi dan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga lain
oleh anggota keluarga
3. untuk meningkatkan hubungan peran yang sesuai antara jenis kelamin dan antara
generasi
4. untuk memperkuat kemampuan anggota individual dan keluarga sebagai
keseluruhan untuk mengatasi tenaga destruktif di dalam dan di luar lingkungan
sekitamya
5. untuk mempengaruhi identitas dan nilai-nilai keluarga sehingga anggota
terorientasi kepada kesehatan dan pertumbuhan.
Tujuan akhir adalah untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam sistem yang besar di
dalam masyarakat, yang termasuk bukan saja keluarga besar (extended family) tetapi juga
masyarakat seperti yang diwakili oleh sistem tersebut sebagai sekolah, fasilitas medis,
dan badan sosial, rekreasional, dan kesejahteraan sehingga keluarga tidak terisolasi.4
b. Teknik Wawancara
46 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 47/55
Kualitas khusus wawancara keluarga berasal dan dua kenyataan penting:
(1) Keluarga datang ke terapi dengan riwayat dan dinamikanya yang terlekat kuat. Bagi
ahli terapi keluarga, hal tersebut adalah sifat kelompok yang te!ah melekat, lebih dan
sekedar gejala, yang berperan dalam masalah klinis.
(2) Anggota keluarga biasanya tinggal bersama-sama dan, dengan suatu tingkat,
tergantung satu sama lainnya untuk kesehatan fisik dan emosionalnya.
c. Teknik Terapi
1. Terapi kelompok keluarga
Terapi kelompok keluarga mengkombinasikan beberapa keluarga ke dalam satu
kelompok tunggal. Masalah bersama adalah saling dibagikan, dan keluarga-keluarga
tersebut membandingkan interaksi mereka dengan keluarga lain di dalam kelompok.
Kelompok keluarga yang multipel telah digunakan secana efektif dalam terapi
skizofrenia. Orang tua dan anak yang terganggu dapat juga disatukan bersama-sama
untuk berbagi situasi mereka.4
2. Terapi jaringan kerja sosial (social network therapy)
Terapi jaringan kerja sosial mengumpulkan bersama komunitas atau jaringan kerja
sosial pasien yang terganggu, semuanya bertemu di dalam sesion kelompok bersama
dengan pasien. Jaringan kerja adalah termasuk beberapa orang yang berkontak setiap
harinya dengan pasien, bukan hanya keluarga dekat tetapi juga sanak saudara, teman-
teman, pedagang, guru, dan teman kerja.4
3. Terapi paradoksikal
Pendekatan ini, yang dikembangkan dari penelitian Gregory Bateson, terdiri atas
anjuran di mana pasien dilibatkan secara sengaja dalam perilaku yang tidak
diharapkan (dinamakan keputusan paradoksikal ), seperti menghindari objek fobik
atau melakukan ritual kompulsif. Walaupun terapi paradoksikal dan pemakaian
keputusan paradokikal adalah relatif baru, terapi dapat inenciptakan tilikan baru bagi
beberapa pasien. Bahaya dan pendekatan ini adalah bahwa dapat digunakan dalam
cara yang sewenang – wenangnya atau rutin.4
4. Konotasi positif
Konotasi positif atau pembingkaian kembali (reframing) adalah pelabelan ulang
semua perasaan atau perilaku yang diekspresikan secara negatif menjadi positif. Ahli
47 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 48/55
terapi berusaha untuk menjadikan anggota keluarga memandang perilaku dan bingkai
referensi baru sebagai contohnya, “Anak ini bandel” menjadi “Anak ini mati – matian
mencoba mengalihkan dan melindungi anda dari apa yang dirasakannya sebagai
perkawinan yang tidak bahagia.”4
d. Frekuensi dan Lama Terapi
Sesion biasanya dilakukan tidak lebih dan satu kali dalam Seminggu Tetapi,
masing-masing sesion mungkin memerlukan paling lama dua jam. Suatu jadwal yang
fleksibel diperlukan jika keadaan geografis dan personal menimbulkan kesulitan fisik
bagi keluarga untuk hadir bersama – sama. Lama terapi tergantung tidak hanya pada sifat
masalah tetapi juga pada model terapetik. Ahli terapi yang menggunakan model
memecahkan masalah saja mungkin mencapai tujuannya dalam beberapa sesion, ahli
terapi yang menggunakan model beronientasi pertumbuhan mungkin bekerja selama
bertahun – tahun dalam sesion yang panjang.4
PSIKOTERAPI JENIS PRILAKU
Terapi ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning theory. Perilaku
yang aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat yang tidak dikehendaki oleh seorang
tersebut tetapi merupakan hasil dari cara belajar menghadapi situasi tertentu yang cenderung
keliru. Tingkat keberhasilan cukup tinggi dengan menggunakan terapi ini.
Terapi perilaku (behavior therapy) berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus
secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Burus F. Skinner merupakan
seorang yang terkenal dalam bidang ini.2
Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu:
1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya, yang
membangkitkan bentuk perilaku khusus itu. Umpamanya seorang anak yang tidak
berprestasi di sekolah dan nakal di kelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat
menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh seorang guru yang
lain.
2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah atau
dimodifikasi. Umpamanya seorang anak dapat diajar ntuk melihat dirinya sendiri dalam
48 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 49/55
suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia
menghadapi frustasi.
3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku itu dapat
dimodifikasi. Umpamnya ia dihukum bila ia menganggu orang lain, degnan demikian
rasa bermusuhan mungkin dapat diganti dengan sikap yang lebih kooperatif.
Terapi perilaku dapat dilakukan secara individual ataupun secara berkelompok.
Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual
(umpamanya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (umpamanya exhibisionisme).
Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls
(umpamanya gagap, enuresis dan berjudi secara kompulsif), gangguan nafsu makan
(obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada
skizofrenia akut, depresi yang hebat dan hipomania.2
TERAPI KOGNITIF
Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan kerja
sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik. Terapi ini
berorientasi terhadap rnasalah sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya dilakukan
atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga digunakan. Terapi juga dapat
digunakan bersama-sama dengan obat.
Terapi kognitif telah diterapkan terutama untuk gangguan depresif (dengan atau
tanpa gagasan bunuh din) tetapi, terapi ini juga telah digunakan pada kondisi lain, seperti
gangguai panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian paranoid, dan
gangguan somatoform. Terapi depresi dapat berperan sebagai paradigma pendekatan
kognitif.4
a. Teori Kognitif Tentang Depresi
Teori kognitif tentang depresi menyatakan bahwa disfungsi kognitif adalah
inti dari depresi dan bahwa perubahan aktif dan fisik dari ciri penyerta laiñriya dan
depresi adalah akibat dan disfungsi kognitif. Sebagai contohnya, apati dan énergi
yang rendah adalah akibat harapan seseorang tentang kegagalan pada semua bidang.
Demikian juga, paralisis kemauan berasal dan pesimisme dan perasaan putus asa
seseorang.
49 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 50/55
Trias kognitif dan depresi terdiri atas
1. Persepsi diri yang negatif yang melihat seseorang sebagai tidak mampu, tidak adekuat,
kekurangan, tidak berguna, dan tidak diharapkan
2. Suatu kecenderungan untuk mengalmai dunia sebagai tempat yang negatif, menuntut dan
rnengalahkan diri sendiri dan mengharapkan kegagalan dan hukuman
3. Harapan untuk kesulitan, penderitaan, kekurangan, dan kegagalan yang terus menerus.
Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan depresi dan mencegah rekurensinya dengan
membantu pasien
1. Untuk mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif
2. Untuk mengernbangkan skema alternatif dan lebih fleksibel
3. Untuk mengulangi respon kognitif yang baru dan respon perilaku yang baru. Tujuannya
adalah untuk mengubah cara seseorang berpikir dan, selanjutnya, untuk rnenghilangkan
gangguan depresif.
b. Strategi dan Teknik
Secara keseluruhan terapi adalah relatif singkat, berlangsung sampai kira-kira 25
minggu. Jika pasien tidak membaik pada waktu tersebut, diagnosis harus diperiksa ulang.Terapi pemeliharaan dapat dilakukan selama periode beberapa tahun.
Seperti pada psikoterapi lainnya, peranan ahli terapi adalah penting untuk
keberhasilan terapi. Ahli terapi harus mampu memancarkan pengalaman hidup yang hangat
dan dimengerti dari masing – masing pasien, dan benar-benar murni dan jujur dengan dirinya
sendiri dan dengan pasiennya. Ahli terapi harus mampu berhubungan secara terampil dan
interaktif dengan pasiennya. Ahli terapi kognitif membuat agenda pada awal masing-masing
sesion, menyusun tugas ruinah yang harus dikerjakan di antara sesion, dan mengajarkan
keterampilan baru. Ahli terapi dan pasien secara aktif bekerja sama. Terapi kognitif memiliki
tiga komponen: aspek didaktik, teknik kognitif dan teknik perilaku.4
c. Aspek Didaktik
Aspek didaktik termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias kognitif, skema, dan
logika yang salah. Ahli terapi harus mengatakan kepada pasien bahwa mereka akan
50 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 51/55
menyusun hipotesis bersama-sama dan mengujinya selama perjalanan terapi. Terapi kognitif
mengharuskan penjelasan lengkap tentang hubungan antara depresi dan pikiran, afek, dan
perilaku dan juga alasan semua aspek terapi. Penjelasan bertentangan dengan ahli terapi
berorientasi analitik, yang memerlukan sedikit penjelasan.4
d. Teknik Kogntif
Pendekatan kognitif terdiri dan empat proses:
1. mendapatkan pikiran otomatis
2. menguji pikiran otomatis
3. mengidentifikasi anggapan dasan yang maladaptif
4. menguji keabsahan anggapan maladaptif.
Mendapatkan pikiran otomatis. Pikiran otomatis adalah kognisi yang menghalangi
antara peristiwa eksternal dan reaksi emosional orang terhadap peristiwa. Suatu contoh dari
pikiran otomatis adalah keyakinan bahwa “setiap orang akan menertawakan saya jika mereka
mengetahui betapa buruknya permainan bowling saya ”.
Menguji pikiran otamatis, dengan berperan sebagai guru, ahli terapis membantu
pasien menguji keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya adalah untuk mendorong pasien
menolak pikiran otomatis yang tidak akurat atau berlebih – lebihan setelah pemeriksaan yang
cermat.
Mengidentifikasi asumsi maladaptif, saat pasien dan ahli terapis terus berusaha
mengidentifiksi pikiran otomatis, pola biasanya menjadi tampak. Pola mewakili aturan atau
anggapan umum yang maladaptif yang menuntun kehidupan pasien. Contoh ”Supaya
gembira saya harus sempurna”. Aturan tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan
kegagalan dan akhirnya depresi.
Menguji keabsahan asumsi maladaftif, mirip dengan pengujian keabsahan pikiran
otomatis adalah menguji keakuratan anggapan maladapatif. Satu tes yang cukup efektif
adalah bagi ahli terapi untuk meminta pasien mempertahankan keabsahan suatu asumsi.
Sebagai contohnya, jika pasien menyatakan bahwa ia harus selalu membangun
kemampuannya. Ahli terapi dapat bertarya, “Mengapa hal tersebut sangat penting bagi
anda?”
51 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 52/55
e. Teknik Perilaku
Teknik perilaku bekerja sama dengan teknik kognitif: Teknik perilaku digunakan
untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif dan tidak akurat. Tujuan keseluruhan teknik
adalah untuk membantu pasien mengerti ketidakakuratan asumsi kognitifnya dan
mempelajari strategi dan cara baru tnenghadapi masalah tersebut.
Di antara teknik perilaku yang digunakan dalam terapi adalah menjadwalkan
aktivitas, pengusaan dan kesenangan, menyusun tugas bertahap, latihan kognitif, latihan
kepercayaan din, permainan peran (role playing), dan teknik pengalihan.2,4
f. Manfaat
Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif ringan
sampai sedang atau bersarna-saina dengan medikasi antidepresan untuk gangguan depresif
berat. Ini adalah salah satu intervensi psikoterapik yang paling berguna untuk gangguan
depresif. Terapi kognitif juga telah dipelajari dalam hubungannya meningkatkan kepatuhan
dengan lithium pada pasien gangguan bipolar I dan sebagai pengobatan putus heroin.4
HIPNOTERAPI
Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada dalam
kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan dalam terapi untuk
memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika pasien atau memungkinkan pasien
menggunakan menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk asosiasi baru.6
a. Indikasi dan Pemakaian
Hipnosis telah digunakan, dengan berbagai tingkat keberhasilan, untuk
mengendalikan obesitas dan gangguan berhubungan zat, seperti penyalahgunaan alkohol
dan ketergantungan nikotin. Cara ini telah digunakan untuk menginduksi anestesia, dan
pembedahan besar telah dilakukan tanpa anestetik kecuali hipnosis. Hipnosis juga ielah
digunakan untuk menangani gangguan nyeri kronis, asma, kutil, pruritis, aforia, dan
gangguan konversi.6
Relaksasi dapat dicapai dengan mudah dengan hipnosis, sehingga pasien dapat
mengatasi fobia dengan mengendalikan kecemasan mereka. Hipnosis juga telah
digunakan untuk menginduksi relaksasi dalam desensitisasi sistematik.
52 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 53/55
b. Kontraindikasi
Pasien yang dihipnosis berbeda. dalam keadaan ketergantungan atipikal dengan
ahli terapi, sehingga suatu transferensi yang kuat dapat berkernbang, ditandai oleh
perlekatan positif yang harus dihormati dan diinterpretasikan. Dalam keadaan lain dapat
terjadi transferensi negatif pada pasien yang rapuh atau yang memiliki kesulitan dalam
tes realitas. Pasien yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar, seperti pasien
paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian, seperti pasien obsesif kompu1sif,
adalah bukan calon yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai etik yang kuat adalah penting
untuk semua terapi dan khususnya untuk hipnoterapi, di mana pasien (khususnya mereka
yang berada dalam trance) adalah sangat mudah disugesti dan ditundukkan. Terdapat
pertentangan tentang apakah pasien akan melakukan tindakan selama keadaan trance
yang mereka rasakan menjijikan pada keadaan lain atau yang bertentangan dengan kode
moral rnereka. 6
Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat dicapai dengan
hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga dicapai dengan cara yang lain tanpa hipnosa.
Hipnosa hanya dapat mempercepat pengaruh psikoterapi.
Hal yang penting dalam hipnosa ialah sugesti (bukan kekuatan kemampuan
terapis hipnotisir). Kesadaran pasien menyempit dan menurun, akhirnya ia hanya
menerima rangsangan dari hipnotisir, ia masuk ke dalam keadaan “trance” mulai dari
ringan sampai ke “trance” yang dalam dengan kekakuan otot di seluruh badan.
Dalam hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa, atau sintesa
dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini sugesti dalam waktu hipnosa dan
sugesti sesudah hipnosa dapat dipakai.2,3,4
NARKOTERAPI
Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek
(umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah tidur pasien
diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul sewaktu narkoterapi
dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali.
53 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 54/55
Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi.
Pemakaian narkoanalisa di luar bidang pengobatan (umpamanya untuk pengusutan
perkara bagi penelitian) tidak dapat dibenarkan, baik atas dasar etik dan moral, maupun
teknis-medis (apa yang dikatakan oleh individu dalam keadaan itu tidak selalu benar,
tetapi mungkin karena sugesti pemeriksa; jadi obat yang dipakai untuk narkoanalisa
bukan merupakan “serum kebenaran” yang sungguh-sungguh, seperti apa yang pernah
dihebohkan oleh surat kabar dan oleh majalah).
EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI
Dari pelbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian
banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul
daripada yang lain. Walaupun ada banyak jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk
berbagai problem pasien. Dengan pengecualian yang memungkinkan untuk sejumlah
kecil metoda perilaku dan kognitif perilaku tertentu, yang diterapkan untuk beberapa
problem khas tertentu pula, bukti akurat mengenai efektivitas psikoterapi belum
ditemukan. Meskipun demikian, terdapat banyak pengalaman yang sangat menarik
perhatian, tetapi tidak akurat menyatakan bahwa banyak jenis psikoterapi dapat
membantu pasien; hampir semua terapis melakukan edukasi, mengajak pasien-pasien
untuk menyatakan hal yang menjadi perhatian mereka, mendorong mereka untuk
mencoba perilaku yang baru, dsb. sayangnya, indikasi spesifik untuk psikoterapi spesifik
umumnya tidak tersedia. Beberapa ahli membantah bahwa banyak metode psikoterapi
dalam praktik sebetulnya sama. Para ahli lain mengemukakan bahwa terapi yang terlatih
untuk menggunakan teknik tertentu mungkin kurang penting untuk perbaikan kondisi
pasien dibandingkan dengan sifat-sifat pribadi terapis yang memiiki empati yang akurat,
kehangatan yang tidak posesif serta tulus.
Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor:
- Tujuan yang ingin dicapai
- Motivasi pasien
- Kepribadian dan ketrampilan terapis
54 | P a g e
7/27/2019 Makalah Neurosis D3.doc
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-neurosis-d3doc 55/55
- Teknik yang digunakan
Hasil Terapeutik
Hasil utama dan terakhir dari suatu teknik pertolongan, berupa :
- Bebas penyakit : Penyakit – sakit – Bebas penyakit
- Sejahtera bahagia : Penderitaan – Menderita – Sejahtera – Bahagia
Recommended