View
155
Download
9
Category
Preview:
Citation preview
TUGAS MAKALAH FILSAFAT SAINS
POLIGAMIPRO ATAU KONTRA?
oleh
Mardhika Surachman I2E O12 017
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Poligami bukanlah sesuatu yang asing lagi untuk diperdengarkan. Poligami telah
menjadi fenomena yang marak dibicarakan khususnya oleh masyarakat Indonesia. Banyak
kalangan masyarakat dan para tokoh terkenal di Indonesia yang melakukan poligami
termasuk public figure, ini menyebabkan fenomena ini semakin menarik untuk
dibicarakan.
Poligami di Indonesia telah marak terjadi baik yang dilakukan secara terang-
terangan dan dilegalkan lewat lembaga perkawinan (KUA) maupun yang dilakukan secara
sembunyi-sembunyi (sirri) dibawah tangan. Sudah banyak para kyai (tokoh agama)
dan tokoh masyarakat yang melakukan praktik poligami ini dengan maksud dan
motivasi yang bervariasi.
Setiap apapun perbuatan pasti memiliki dampak bagi pelakunya, begitu pun dengan
poligami. Poligami membawa dampak tersendiri bagi orang yang berpoligami baik positif
maupun negatif. Maka tidak heran hingga saat ini poligami menuai pro dan kontra dari
masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan kajian lebih dalam mengenai poligami ditinjau dari
berbagai aspek kehidupan sehingga pada akhirnya kita dapat menyimpulkan apakah
poligami boleh atau tidak.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dapat diajukan dalam makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan poligami?
2. Apa saja fakta-fakta/peristiwa tentang poligami?
3. Apa saja alasan melakukan poligami?
4. Bagaimanakah poligami ditinjau dari berbagai aspek kehidupan?
5. Apa saja dampak poligami?
6. Bagaimana hasil analisa pemikiran penulis tentang poligami?
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain untuk:
1. Mengetahui definisi poligami;
2. Mengetahui beberapa peristiwa poligami;
3. Mengetahui alasan melakukan poligami;
4. Mengetahui poligami ditinjau dari berbagai aspek kehidupan;
5. Mengetahui dampak poligami; dan
6. Mengetahui hasil analisa pemikiran penulis tentang poligami.
D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain untuk:
1. Sebagai tambahan informasi bagi pembaca mengenai poligami;
2. Sebagai sumber rujukan tentang poligami.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI POLIGAMI
Poligami berasal dari bahasa Yunani. Kata ini merupakan penggalan kata poli atau
polus yang artinya banyak, dan kata gamein atau gamos, yang artinya kawin atau
perkawinan. Maka, ketika kedua kata ini digabungkan akan berarti suatu perkawinan yang
banyak (Collins, dalam Soewondo, 2011). Dalam antropologi sosial, poligami merupakan
praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin
orang bersangkutan). Hal ini berlawanan dengan praktik monogami yang hanya memiliki
satu suami atau istri.
Terdapat tiga bentuk poligami, antara lain:
a. Poligini, adalah suatu sistem perkawinan dimana suami mengawini lebih dari satu istri
pada waktu bersamaan, artinya istri-istri tersebut masih dalam tanggungan suami tidak
diceraikan tetapi masih sah menjadi istrinya.
b. Poliandri, adalah suatu sistem perkawinan dimana istri mengawini lebih dari satu istri
pada waktu bersamaan
c. Pernikahan kelompok (group marriage/poliginandri), yaitu perkawinan dua orang pria
atau lebih dengan dua orang wanita atu lebih pada waktu yang sama (Seccombe &
Warner, 2004; Fisher & Goodwin dalam Regan, 2003).
Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah, namum poligini merupakan
bentuk yang paling umum terjadi. Jika dibandingkan dengan poliandri, lebih banyak orang
yang mempraktekkan poligini. Dalam prakteknya, poligini lebih umum dikenal oleh
masyarakat dengan poligami sehingga dalam makalah ini istilah poligini akan disebut
sebagai poligami.
2.2 PERISTIWA POLIGAMI
Berikut adalah beberapa keluarga poligami yang terkenal di seluruh dunia :
a) Keluarga Ziona Chana (India)
Ziona Chana, seorang tukang kayu berusia 67 tahun memiliki sebuah keluarga
yang sangat besar. Tak tanggung-tanggung, 39 wanita dia peristri. Dari hasil
perkawinan itu, dia memiliki 94 anak dan 33 cucu. Jumlah keluarga itu masih ditambah
dengan kehadiran 14 putri tiri yang dibawa oleh beberapa istrinya. Maka bila keluarga
ini kumpul semua mencapai 181 orang jumlah yang luar biasa untuk sebuah keluarga.
Bersama semua istri dan keturunannya, ia tinggal di sebuah gedung bertingkat empat
dengan 100 kamar, di Mizoram, negara bagian India. Keluarga ini menerapkan disiplin
mirip militer, dengan istri tertua, Zathiangi mengorganisir para anggota keluarga untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan, mencuci dan menyiapkan
makanan. Dalam satu makan malam, mereka bisa menghabiskan 30 ayam, 60 kg
kentang dan menanak sampai 100 kg beras. Menurut Ziona, alasannya melakukan
poligami adalah untuk menyelamatkan perekonomian wanita miskin.
b) Keluarga Bello Maasaba (Nigeria)
Bello Maasaba, seorang pria berusia 87 tahun memiliki istri sebanyak 107 orang.
Saat ini dia tinggal bersama 87 orang istrinya. sementara 9 orang istrinya sudah
meninggal dan 12 diantaranya sudah bercerai. Dari para istrinya, ia mendapatkan
185 anak, 133 diantaranya masih hidup. Anak bungsunya baru berusia sebulan.
Jika dikumpulkan, kerabatnya ipar, sepupu, keponakan, jumlahnya sekitar 5.000
orang. Dalam masyarakat yang membolehkan poligami, mereka bahkan
menganggap tindak tanduk Bello Masaba sudah kelewatan. Ia tetap nekat, meski
pemerintah Nigeria tak senang dengan tindakannya, demikian juga dengan otoritas
Islam setempat. Menurut pengakuannya, alasan dia melakukan polgami adalah
karena dia dikunjungi malaikat Jibril dalam mimpinya. Ia menyatakan bahwa jibril
menyuruhnya untuk terus menikah, sehingga ia terus-menerus melakukan
pernikahan hampir sebulan sekali.
c) Keluarga Asentus Ogwella Akuku (Kenya)
Seorang Pria Kenya bernama Asentus Ogwella Akuku memegang rekor sebagai
pria terbanyak menikah dengan 130 kali menikah dan memiliki 210 anak. Pria ini
dianggap menjadi simbol poligami di kenya dan dijuluki sebagai “danger” atau
pria berbahaya karena kemampuannya menggoda wanita. Namun dari 130 kali
pernikahannya hanya 40 pernikahan yang diakui oleh pemerintah kenya
dikarenakan hukum di sana. Akuku meninggal pada Oktober 2010 karena penyakit
diabetes yang dideritanya. Kematiannya meninggalkan kisah salah seorang pelaku
poligami terbesar yang tercatat sejarah. Salah satu cucunya, Maureen Ochido
menyebut, “Kakekku seorang yang sangat bersahabat dan penyayang yang sering
disalahpahami.” Dan keluarganya berbaris memenuhi pemakamannya.
d) Keluarga Aa Gym (Indonesia)
Yan Gymnastiar (50 tahun) atau lebih dikenal sebagai Abdullah Gymnastiar
atau Aa Gym adalah seorang pendakwah yang populer karena mengenalkan cara
berdakwah yang unik dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami
yang praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari, citranya pun
didaulat menjadi “ustad keluarga bahagia.” Hal ini menjadi kontroversial ketika
terdapat kutipan dakwah Aa Gym yang tidak menganjurkan poligami, namun sang
pendakwah malah melakukan sebaliknya. Aa Gym berpoligami dan menikah lagi
dengan janda beranak 3, Alfarini Eridani "Teh Rini" pada bulan Desember 2006,
saat itu istri pertamanya adalah Hj Ninih Muthmainnah atau dikenal juga dengan
sebutan "Teh Ninih", yang telah menjadi istrinya sejak tahun 1988 dan selama
menikah dengannya telah dikaruniai 7 anak. Banyak penggemarnya kecewa dan
mengirim SMS berantai, menulis di blog dan Surat Pembaca, menelepon ke stasiun
TV, berhenti berkunjung ke Daarut Tauhid, hingga ikut turun jalan dan berdemo
menentang poligami. Hal ini berdampak buruk pada kepopulerannya dan bisnisnya.
Alasannya melakukan poligami adalah karena factor kesibukan Aa Gym
berdakwah di berbagai daerah yang notabene membutuhkan tenaga pendamping
yang bisa memberikan pelayanan lahir dan batin secara halal dan untuk
memperbaiki citra buruk poligami karena ia ingin membangun keluarga poligami
yang sakinah mawadah warohmah dan alasan lainnya tentunya karena factor
internal yang sifatnya sangat pribadi bagi Aa Gym.
2.3 ALASAN MELAKUKAN POLIGAMI
Terdapat beberapa alasan yang melandasi seseorang untuk melakukan polgami. Mulia
(2004) mengemukakan beberapa alasan seseorang melakukan poligami yaitu adanya
keyakinan bahwa poligami merupakan suatu hal yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW dan patut untuk diteladani. Alasan kedua adalah karena istri memiliki cacat atau
tidak dapat memiliki keturunan atau mengidap penyakit kronis yang sulit untuk
disembuhkan. Tutik dan Trianto (2007) mengemukakan bahwa factor perbedaan kapasitas
seksual laki-laki dan perempuan juga berperan. Dijelaskan bahwa pada perempuan
terdapat beberapa hambatan yang menghalangi mereka untuk melakukan hubungan
seksual seperti menstruasi, mengandung, dan melahirkan. Sedangkan umumnya bagi laki-
laki tidak terdapat hambatan. Bahkan pria juga cenderung untuk cukup kuat untuk
melakukan hubungan seksual hingga usia lanjut.
Soewondo (2001) juga mengemukakan factor-faktor yang mendasari seseorang
melakukan pologami, antara lain:
1. Untuk mencari variasi pengalaman seksual
2. Mencari kepuasan emosional yang tidak terpenuhi dalam perkawinannya
3. Agar mempunyai hubungan persahabatan dengan seseorang di luar perkawinan yang
kemudian berkembang menjadi hubungan seksual.
4. Karena muncul perasaan bosan dalam hubungan suami istri
5. Ingin membuktikan bahwa mereka masih muda dan menarik
6. Karena semata-mata untuk mendapatkan kesenangan
7. Perkawinan yang tidak harmonis
8. Untuk mendapatkan rasa aman, afeksi, afiliasi, dan prestise
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Al-Krenawi (1999) pada
masyarakat Bedouin-Arab ditemukan bahwa yang menjadi penyebab seseorang
berpoligami adalah karena alasan cinta. Hal tersebut dikarenakan perkawinan pertama
merupakan perjodohan yang diatur oleh orang tua. Alasan cinta juga yang melandasi
perempuan Bedouin-Arab bersedia menjadi istri muda. Meski demikian, pada dasarnya
perempuan tidak menginginkan menjadi istri muda (Slonim-Nevo & Al-Krenawi, 2006).
2.4 POLIGAMI DITINJAU DARI BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN
A. Poligami Menurut Hukum
Di Indonesia, ketentuan tentang poligami ini diatur oleh Undang-undang No. 1
tahun 1974 tentang perkawinan khususnya bab 1 pasal 3 sampai dengan pasal 5 dan
peraturan pemerintah tentang pelaksanaannya termaktub dalam Peraturan pemerintah
No. 9 tahun 1975, bab VII, pasal 40 sampai dengan pasal 44, yang mana kesemuanya
itu mengacu pada tujuan menjaga kehormatan wanita agar tidak terjadi adanya
tindakan diluar ketentuan hukum, dengan jelas bahwa didalam pasal 3 Undang-undang
Perkawinan tahun 1974 termaktub dengan bunyi:
“Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai
seorang istri, seorang wanita hanya boleh memiliki seorang suami.”
Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan) yang
menyatakan bahwa asas perkawinan adalah monogami, dan poligami diperbolehkan
dengan alasan, syarat, dan prosedur tertentu tidak bertentangan dengan ajaran islam
dan hak untuk membentuk keluarga, hak untuk bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, dan hak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif.
Pasal dalam undang-undang yang menerangkan tentang poligami yaitu:
1. Pasal 40
Apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang, maka ia wajib
mengajukan permohonan secara tertulis ke Pengadilan (Pengadilan Agama/Pengadilan
Negeri).
2. Pasal 41
Pengadilan selanjutnya berkewajiban memeriksa mengenai beberapa hal yang terkait
dengan pemberian izin bagi suami untuk menikah lagi (poligami), hal-hal antara lain:
a. Ada tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami kawin lagi, ialah:
bahwa isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;
bahwa isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
bahwa isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
b. Ada atau tidaknya persetujuan dari isteri, baik persetujuan lisan maupun tertulis,
apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus diucapkan di
depan Sidang Pengadilan.
c. Ada atau tidak adanya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup isteri-isteri
dan anak-anak
d. Ada atau tidak adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan
anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami yang dibuat dalam bentuk
yang ditetapkan untuk itu.
3. Pasal 42
a. Dalam melakukan pemeriksaan mengenai hal-hal pada pasal 40 dan 41, Pengadilan
harus memanggil dan mendengar isteri yang bersangkutan.
b. Pemeriksaan Pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari setelah diterimanya surat permohonan beserta lampiran-lampirannya.
4. Pasal 43
Apabila pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon (suami) untuk beristeri
lebih dari seorang, maka pengadilan memberikan putusannya yang berupa izin untuk
beristeri lebih dari seorang.
5. Pasal 44
Pegawai pencatat dilarang untuk melakukan pencatatan perkawinan seorang suami yang
akan beristeri lebih dari seorang sebelum adanya izin pengadilan seperti yang dimaksud
dalam pasal 43.
B. Poligami Menurut Agama
1. Hindu
Baik poligini maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat Hindu pada
zaman dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan poligami. Pada
praktiknya dalam sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami.
2. Buddhisme
Dalam Agama Buddha pandangan terhadap Poligami adalah suatu bentuk keserakahan
(Lobha) sehingga poligami tidak diperbolehkan.
3. Yudaisme
Walaupun kitab-kitab kuno agama Yahudi menandakan bahwa poligami diizinkan,
berbagai kalangan Yahudi kini melarang poligami.
4. Kristen
Gereja-gereja Kristen umumnya, (Protestan, Katolik, Ortodoks, dan lain-lain)
menentang praktik poligami. Namun beberapa gereja memperbolehkan poligami
berdasarkan kitab-kitab kuna agama Yahudi. Gereja Katolik merevisi pandangannya
sejak masa Paus Leo XIII pada tahun 1866 yakni dengan melarang poligami yang
berlaku hingga sekarang.
5. Mormonisme
Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak tahun 1840-
an hingga sekarang mempraktikkan, bahkan hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882
penganut Mormon memprotes keras undang-undang anti-poligami yang dibuat
pemerintah Amerika Serikat. Namun praktik ini resmi dihapuskan ketika Utah memilih
untuk bergabung dengan Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon
sampai kini masih mempraktekkan poligami.
6. Islam
Poligami dalam Islam merupakan praktik yang diperbolehkan (mubah, tidak larang
namun tidak dianjurkan). Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat
orang istri dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya
(Surat an-Nisa ayat 3 4:3). Dalam kitab Ibn al-Atsir, sikap beristeri lebih dari satu
wanita yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah upaya transformasi social,
yaitu untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi feodal Arab pada abad
ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang perempuan dan janda sedemikian rendah
sehingga seorang laki-laki dapat beristri sebanyak mereka suka. Sebaliknya, Nabi
membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku sewenang-wenang, dan menegaskan
keharusan berlaku adil dalam beristeri lebih dari satu wanita. Ketika Nabi melihat
sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh perempuan, mereka diminta
menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang dilakukan Nabi kepada Ghilan
bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan Qais bin al-Harits. Dan, inilah
pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami yang awalnya
tanpa batas sama sekali.
Apabila seorang lelaki akan berpoligami, hendaklah dia memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut;
1. Membatasi jumlah isteri yang akan dinikahinya
2. Diharamkan bagi suami mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada tali
persaudaraan menjadi isterinya
3. Disyaratkan pula berlaku adil, baik terhadap diri sendiri, terhadap istri, maupun
terhadap anak-anak. Adil terhadap istri meliputi adil dalam memberi nafkah,
menyediakan tempat tinggal, dan adil dalam giliran. Anak-anak juga mempunyai
hak untuk mendapatkan perlindungan, pemeliharaan serta kasih sayang yang adil
dari seorang ayah.
4. Tidak menimbulkan huru-hara di kalangan isteri maupun anak-anak
5. Berkuasa menanggung nafkah
C. Poligami Menurut Kesehatan
Dari segi kesehatan, poligami tidak diperbolehkan karena dengan berganti-ganti pasangan
seksual akan berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, yakni beresiko terhadap
penularan penyakit kelamin antara lain:
1. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks)
Berganti-ganti pasangan seksual, suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan
seksual pertama pada usia dibawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks.
2. Siphilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh kuman gonokokus yang sangat
menular dan ditularkan lewat hubungan seksual.
3. Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae
yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian
putih mata (konjungtiva). Penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
4. HIV-AIDS, disebabkan oleh virus yang menyerang leukosit sehingga jumlah leukosit
berkurang dan peran leukosit sebagai system imun tubuh mengalami penurunan, akibatnya
tubuh dengan mudah terjangkit penyakit. Penyakit HIV-AIDS kini berada pada posisi
pertama di kalangan ibu rumah tangga. Melampaui angka kejadian pada PSK.
5. Genital herpes hanya dapat ditularkan langsung melalui kontak seksual, termasuk ke-
genital-genital, mulut-ke-genital, atau kontak dengan partner yang terinfeksi. Sesekali,
kontak oral-genital herpes mulut dapat menyebar ke alat kelamin (dan sebaliknya).
Individu dengan herpes aktif atau luka di sekitar mulut mereka atau di alat kelamin mereka
hanya terlibat dalam seks, melalui vagina atau anus.
6. Condyloma Acuminata atau dalam bahasa awam dikenal dengan nama Kutil di daerah
sekitar kelamin dan atau biasa disebut juga Jengger Ayam semakin mudah ditemui dalam
kehidupan sehari - hari. Condyloma Acuminata ini biasa dikaitkan dengan STD / PMS
(Sexual Transmited Diseases / Penyakit Menular Seksual) disebabkan oleh virus DNA
golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV).
2.5 DAMPAK POLIGAMI
a. Dampak Positif
Dampak Positif poligami, antara lain:
1. Mencegah perzinahan
2. Mencegah pelacuran
3. Mencegah kemiskinan
4. Meningkatkan ekonomi keluarga.
b. Dampak Negatif
Dampak negatif poligami antara lain:
1. Dampak psikologis: timbul perasaan dalam diri menyalahkan diri sendiri, istri merasa
tindakan suaminya berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan dirinya memenuhi
kebutuhan biologis suaminya.
2. Dampak Ekonomi: Ketergantungan secara ekonomi kepada suami. Walaupun ada
beberapa suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya, tetapi dalam
prakteknya, suami lebih mementingkan istri muda dan menelantarkan istri dan anak-
anaknya terdahulu. Akibatnya istri yang tidak memiliki pekerjaan akan sangat
kesulitan menutupi kebutuhan sehari-hari.
3. Dampak Hukum: Seringnya terjadi nikah di bawah tangan (perkawinan yang tidak
dicatatkan pada Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama), sehingga
perkawinan dianggap tidak sah oleh negara, walaupun perkawinan tersebut sah
menurut agama. Pihak perempuan akan dirugikan karena konsekuensinya suatu
perkawinan dianggap tidak ada, seperti hak waris dan sebagainya.
4. Kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik, ekonomi, seksual maupun
psikologis.
5. Dampak Kesehatan: kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan suami/istri
menjadi rentan terhadap penyakit menular seksual (PMS) dan bahkan rentan terjangkit
virus HIV/AIDS.
6. Para suami bebas berselingkuh, berpindah ke lain hati. Jika jatuh cinta lagi ke pada
WIL (Wanita Idaman Lain) bisa dikawini. Jika sudah bosan dengan istri pertama, cari
istri kedua dst. Akhirnya terjadi penurunan moral suami, keluarga yang berantakan,
penurunan kesejahteraan keluarga.
7. Para muslim berlomba-lomba cari istri tambahan, kawin lagi karena terinspirasi contoh
nabi dan para tokoh ulama (Aa Gymm, Hamzah Haz, Rhoma, dst.) yang berpoligami,
para muslim berangan-angan cari wanita lain yang lebih dari istri sebelumnya
8. Terjadi pertikaian dan perpecahan dalam rumah tangga
Istri pertama, kedua, dan anak-anak mereka saling berebut kasih sayang, saling
cemburu, saling curiga dan membenci.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan ini berisi hasil analisa pemikiran penulis setelah meninjau poligami dari
berbagai aspek kehidupan baik hukum, agama, social budaya maupun kesehatan serta
meninjau dari dampak positif maupun negatifnya.
Dari tinjauan diatas, menurut saya poligami bukanlah suatu hal yang harus dilarang, bukan
pula suatu hal yang dianjurkan. Poligami itu boleh-boleh saja dilakukan asal memenuhi dua
syarat :
1. Ada alasan yang sangat mendesak dimana poligami adalah satu-satumya jalan terbaik
untuk menyelesaikannya;
2. Pria yang melakukan poligami haruslah mempunyai sifat yang secara akumulatif dan
konferehensif seperti Rasulullah SAW, yakni dapat berperilaku adil.
Namun bila kedua atau salah satu syarat diatas tidak terpenuhi, maka menurut saya
poligami hanya akan membawa mudharat terutama bagi kaum perempuan. Bukankah lebih
baik beristri satu daripada banyak, karena akan menciptakan keluarga yang lebih harmonis,
sehat jasmani dan rohani.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, 2011. Wanita, Poligami dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Reproduksi. (Online): http://curhatnisa.blogspot.com/2011/01/wanita-poligami-dan-pengaruhnya-bagi.html. Diakses tanggal 5 Januari 2013.
Anonim, 2012. Syarat-Syarat Poligami Dalam Islam. (Online): http://dokterbantal.tripod.com/f_artikel_islam/syarat-syarat%20poligami%20dalam%20 islam.htm. Diakses tanggal 5 Januari 2013.
Anonim, 2012. Inilah Raja Poligami di Dunia. (Online): http://kabartop.com/wow-inilah-para-raja-poligami-di-dunia/. Diakses tanggal 5 Januari 2013.
Wikipedia. 2012. Poligami. (Online): http://id.wikipedia.org/wiki/Poligami. Diakses tanggal 5 Januari 2013.
Wikipedia. 2012. Poligami Dalam Islam. (Online): http://id.wikipedia.org/wiki/Poligami_dalam_Islam 2012. Diakses tanggal 5 Januari 2013.
Recommended