View
805
Download
38
Category
Preview:
DESCRIPTION
unit transfusi darah
Citation preview
LAPORAN TRANSFUSI DARAH
UJI VALIDASI REAGEN
OLEH
KELOMPOK 3
1. Luh Made Ari Mas Purnamasari ( P 07134011005 )
2. Putu Murnitha Sari Rahayu ( P 07134011013 )
3. Ni Wayan Nenik Prayanti ( P 07134011021 )
4. I Putu Mahendra ( P 07134011033 )
5. Ni Ketut Sutariasih ( P 07134011041 )
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN D III ANALIS KESEHATAN
2013
PRAKTIKUM VIII
VALIDASI REAGENSIA
Hari/tanggal Praktikum : Senin, 3 Juni 2013
Tempat Praktikum : UTD RSUP Sanglah
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kualitas reagen yang akan digunakan masih berada
dalam keadaan valid atau tidak valid untuk digunakan dalam pemeriksaan.
II. METODE
2.2 Test Validasi Reagen Anti–A, Anti – B, Anti – D serta Sel Standar A, B, O
Metode yang digunakan adalah Bloodgrouping Plate
2.2 Test Validasi Reagen Bovine Albumin (BA) 22 % dan Anti Human
globulin (AHG)
Metode yang digunakan adalah Tube Test
III. PRINSIP
2.2 Test Validasi Reagen Anti–A, Anti–B, Anti–D serta Sel Standar A, B, O
Suspensi sel A, atau B, atau O ditambahkan dengan reagen anti-A atau
anti-B atau anti- D , akan membentuk aglutinasi yang menunjukkan reagen
tersebut valid untuk pemeriksaan.
2.2 Test Validasi Reagen Bovine Albumin (BA) 22 % dan Anti Human
globulin (AHG)
Suspensi sel A, B dan O direaksikan dengan penambahan bovine albumin
22% kemudian disentrifuge, dilakukan pencucian sebanyak 3 kali
menggunakan saline dan ditambahkan anti human globulin kemudian
disentrifuge lalu dilakukan pemeriksaan dengan cara coombs control cells
sehingga akan terjadi aglutinasi yang menunjukkan bahwa reagen valid.
IV. DASAR TEORI
A. PENGERTIAN TRANSFUSI DARAH
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat
(donor) ke orang sakit (respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah
lengkap dan komponen darah. (Anonim, 2012)
TUJUAN TRANSFUSI DARAH (Anonim, 2012)
Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar
tetap bermanfaat.
Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran
darah (stabilitas peredaran darah).
Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
Meningkatkan oksigenasi jaringan.
Memperbaiki fungsi Hemostatis.
Tindakan terapi kasus tertentu.
Ketika transfuse darah dari orang ke orang dicoba untuk pertama kali,
tansfusi hanya berhasil baik pada beberapa keadaan. Seringkali timbul aglutinasi dan
hemolisis sel darah merah secara cepat atau lambat, menimbulkan reaksi transfusi
yang khas yang kadang-kadang menyebabkan kematian. Segera setelah itu,
ditemukan bahwa darah dari orang yang berbeda biasanya mempunyai sifat antigen
dan imunitas yang berbeda pula, sehingga antibody dalam plasma darah seseorang
akan bereaksi dengan antigen pada permukaan sel darah merah orang lain.
Berdasarkan alasan ini, sangat mudah terjadi ketidak cocokan antara darah donor
dengan darah resipien. Bila dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat
menentukan sebelumnya apakah antibody dan antigen yang terdapat dalam darah
donor dan darah resipien akan bereaksi atau tidak. (Anonim, 2012)
Dalam transfusi darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan
resipien (penerima) adalah sangat penting. Transfusi darah dari golongan yang tidak
kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Hemolisis adalah penguraian sel darah
merah dimana hemoglobin akan terpisah dari eritrosit. (Anonim, 2012)
1. Penggolongan darah Sistem ABO (Anonim, 2012)
Sebelum melakukan transfusi, perlu menentukan golongan darah resipien dan
golongan darah donor sehingga dapat tepat sesuai. Dalam sistem A-B-O dikenal
2 macam antigen, yaitu antigen A dan antigen B. Seseorang bisa memiliki salah
satu antigen, atau keduanya, atau sama sekali tidak memiliki antigen A atau B.
Jika antigen yang dimiliki adalah a maka orang tersebut dikatakan mempunyai
golongan darah A. Demikian seterusnya bergolongan darah AB bila ia memiliki
kedua jenis antigen. Jika tidak memiliki satupun antigen maka dikatakan orang
tersebut bergolongan darah O. (O adalah simbol dari “kosong”. Pada satu individu
tidak bisa dijumpai antibodi/aglutinin yang sepadan dengan antigennya, artinya
jika pada individu dijumpai antigen A maka aggulitininnya adalah bukan anti-A.
2. Penggolongan darah Rhesus (Rh) (Anonim, 2012)
Bersama dengan system golongan darah O-A-B, system Rh juga penting dalam
transfuse darah. Perbedaan utama antara system O-A-B dan system Rh adalah
sebagai berikut: pada system O-A-B, aglutinin bertanggung jawab atas timbulnya
reaksi transfuse yang terjadi secara spontan, sedangkan pada system Rh, reaksi
agglutinin spontan hampir tidak pernah terjadi. Malahan, orang mula-mula harus
terpajan secara pasif dengan antigen Rh, biasanya melalui transfuse darah atau
melalui ibu yang memiliki bayi dengan antigen, sebelum terdapat cukup
agglutinin untuk menyebabkan reaksi transfuse yang bermakna.
3. Reaksi silang (Crossmatch = Compatibility-test) (Anonim, 2010)
Reaksi silang (Crossmatch = Compatibility-test) perlu dilakukan sebelum
melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan
darah donor. Pengertian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah
pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini
dimaksudnkan untuk mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu
nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma
donor yang turut ditransfudikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya
hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi
hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien.
4. Coomb’s Test (Anonim, 2008)
Coombs test merupakan tes antibodi terhadap eritrosit. Normalnya, antibodi akan
mengikat benda asing seperti bakteri dan virus dan menghancurkannya sehingga
menyebabkan destruksieritrosit (hemolisis).
Coombs test yang dapat dilakukan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Direct Coombs test (secara langsung)
Tes ini dilakukan pada sampel eritrosit langsung dari tubuh. Tes ini akan
mendeteksi antibodi yang ada di permukaan eritrosit. Terbentuknya antibodi
ini karena adanya penyakit atau berasal dari transfuse darah. Tes ini juga
dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan darah Rh positif dimana ibunya
mempunyai Rh negatif. Tes ini akan menunjukkan apakah ibunyatelah
membentuk antibodi dan masuk ke dalam darah bayinya melalui plasenta.
Beberapa penyakit dan obat-obatan (kuinidin, metildopa, dan prokainamid)
dapat memicu produksi antibodi ini. Antibodi ini terkadang menghancurkan
eritrosit dan menyebabkan anemia. Tes ini terkadang menunjukkan diagnosis
penyebab anemia atau jaundice.
b. Indirect Coombs test (secara tidak langsung)
Tes ini dilakukan pada sampel dari bagian cair dari darah (serum). Tes ini
akan mendeteksi antibodi yang ada dalam aliran darah dan dapat mengikat
eritrosit tertentu yang memicu terjadinya masalah bila terjadi percampuran
darah. Tes ini biasanya dilakukan untuk menemukan antibodi pada darah
donor atau resipien sebelum dilakukan transfusi.
Darah memiliki arti yang vital bagi kelangsungan hidup organisme. Itu
karena darah dan komponennya berfungsi sebagai life saving therarapy atau
replacement therapy belum dapat diganti dengan bahan atau obat yang lain. Oleh
sebab itu pula sebabnya, keberadaan Unit Transfusi Darah (UTD) sebagai unit
pelayanan penunjang dalam pengobatan dan pemulihan kesehatan tidak dapat
diabaikan begitu saja. Namun, pengelolaan darah tersebut ternyata tidaklah
sederhana, tidak sekadar berhenti hingga pada ketersediaan stok darah. Kualitas dan
keamanan darah juga perlu mendapat perhatian. Karena itu, dalam pengelolaan
darah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. (Anonim, 2012)
B. VALIDASI REAGEN
Pereaksi atau sering disebut juga reagensia (inggris : reagent) adalah suatu zat
yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan analisis. Istilah
reagen juga digunakan untuk menunjuk pada zat kimia dengan kemurnian yang
cukup untuk sebuah analisis atau percobaan. (Anonim, 2011)
Validasi dilakukan terhadap reagen yang dipakai untuk mendapatkan hasil
yang akurat. Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu
proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi dilakukan bila ada
perubahan yang mempengarui produk secara langsung (major modification), produk
baru atau produk lama dengan metode baru, exiting dan legacy product. (Anonim,
2011)
Dalam transfusi darah, validasi reagen dilakukan setiap hari. Adapun reagen-
reagen yang perlu divalidasi diantaranya : (Anonim, 2011)
a. Anti-A
b. Anti-B
c. Anti-D
d. Test Sel A Standar
e. Test Sel B Standar
f. Test Sel O Standar
g. Bovine Albumin 22%
h. Coomb’s Serum (AHG)
i. Coomb’s Control Cells (CCC)
V. ALAT DAN BAHAN
V.1ALAT
1. Tabung reaksi uk. 12 × 75 mm.
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet Pasteur
4. Sentrifuge
5. Labu semprot
6. Bloodgrouping plate
7. Inkubator
8. Timer
8.2 BAHAN
1. Reagen Anti-A
2. Reagen Anti-B
3. Reagen Anti-D
4. Suspensi sel A,sel B dan sel O 5 %
5. Suspensi sel A, sel B dan sel O 10 %
6. Bovine Albumine 22 %
7. Coomb’ s serum (Anti Human Globulin)
8. Larutan Saline / NaCl 0.85 %.
VI. CARA KERJA
A. Validasi Reagen Anti – A
Sumur 1 Sumur 2 Sumur 3
Identitas
Anti-A
2 tetes Anti-A
+ 1 tetes Susp sel A
10%
2 tetes anti-A
+ 1 tetes susp sel B
10%
2 tetes Anti-A
+1 tetes susp sel 0
10%
Bloodgrouping plate digoyang kedepan dan kebelakang hingga
tercampur rata
Agutinasi yang terbentuk diamati dan hasil dicatat
B. Validasi Reagen Anti – B
Sumur 1 Sumur 2 Sumur 3
Identitas
Anti-B
2 tetes Anti-B
+ 1 tetes Susp sel A
10%
2 tetes anti-B
+ 1 tetes susp sel B
10%
2 tetes Anti-B
+ 1 tetes susp sel O
10%
Bloodgrouping plate digoyang kedepan dan kebelakang hingga
tercampur rata
Aglutinasi yang terbentuk diamati dan dicatat
C. Validasi Reagen Anti - D
Sumur 1 Sumur 2 Sumur 3 Sumur 4
Identitas
Anti-D
IgM
2 tetes Anti-D
IgM
+ 1 tetes Susp sel
A 10%
2 tetes Anti-D
IgM
+ 1 tetes Susp sel
B 10%
2 tetes BA 22%
+ 1 tetes Susp sel
A 10%
2 tetes BA 22%
+ 1 tetes Susp sel
B 10%
Bloodgrouping plate digoyang kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata
Aglutinasi yang terbentuk diamati dan dicatat
D. Validasi Reagen Bovine Albumin (BA) 22 % dan Anti Human globulin
(AHG)
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Validasi bovine 1 tts susp sel A 5% 1 tts susp sel B 5% 1 tts susp sel O 5%
albumine 22%
2 tts BA 22%2 tts BA 22%
2 tts BA 22%
Dikocok agar homogen , kemudian diinkubasi pada suhu 370C
Lalu diputar dalam sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
detik
Hasil Aglutinasi yang terbentuk diamati dan dicatat
Validasi Anti
Human
Globulin
Larutan pada masing – masing tabung dicuci 3 kali dengan saline,
kemudian reaksi dilanjutkan dengan menambahkan kedalam masing-
masing tabung 2 tetes Anti Human Globulin (Coomb’s Serum)
Dikocok perlahan-lahan , kemudian diputar dalam sentrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 detik
Aglutinasi yang terbentuk diamati dan dicatat
Coombs Control Cells (CCC)
Control semua tabung bila hasil pemeriksaan negatif dengan CCC.
Dengan cara kedalam masing-masing tabung ditambahnkan dengan 1
tetes CCC
Dikocok perlahan-lahan , kemudian diputar dalam sentrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 detik
Aglutinasi yang terbentuk diamati dan dicatat
VII. HASIL PENGAMATAN
Gambar Hasil Praktikum
1. Reagen yang Divalidasi
Dalam uji validasi reagen pada praktikum dilakukan pada beberapa reagen. Reagan
yang dilakukan uji validasi antara lain :
No Gambar Keterangan
1 Reagen Anti-A
2Reagen Anti-B
3 Reagen Anti-D
4 Bovine Albumin 22%
2. Bahan
Beberapa bahan yang digunakan dalam uji validasi reagen pada praktikum, antara
lain :
No Gambar Keterangan
1 Suspensi sel darah 5%, yang
terdiri dari :
a. Suspensi sel A 5%
b. Suspensi sel B 5%
c. Suspensi sel O 5%
2Suspensi sel darah 10%, yang
terdiri dari :
a. Suspensi sel A 10%
b. Suspensi sel B 10%
c. Suspensi sel O 10%
3 Coomb’s serum
4 CCC (Coomb’s Control Cell)
Hasil Uji Validasi Reagen
A. Validasi Reagen Anti – A
Identitas
Anti-A
2 tetes Anti-A+1 tetes
Susp sel A 10%
2 tetes anti-A+1 tetes
susp sel B 10%
2 tetes Anti-A +1 tetes
susp sel 0 10%
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata
Hasi reaksi Pos. (+3) Neg. (-) Neg. (-)
Gambar
B. Validasi Reagen Anti – B
Identitas
Anti-B
2 tetes Anti-B+1 tetes
Susp sel A 10%
2 tetes anti-B+1 tetes
susp sel B 10%
2 tetes Anti-B +1 tetes
susp sel 0 10%
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata
Hasi reaksi Neg. (-) Pos. (+3) Neg. (-)
Gambar
C. Validasi Reagen Anti – D
Identita
s Anti-
D IgM
2 tetes Anti-D
IgM + 1 tetes
Susp sel A 10%
2 tetes Anti-D
IgM + 1 tetes
Susp sel B 10%
2 tetes BA 22% +
1 tetes Susp sel A
10%
2 tetes BA 22% +
1 tetes Susp sel B
10%
Goyang plate kedepan dan kebelakang hingga tercampur rata
Hasil
ReaksiPos. (+3) Pos. (+3) Neg. (-) Neg. (-)
Gambar
Hasil Validasi :
Anti-A : valid/tidak valid
Anti-B : valid/tidak valid
Anti-D : valid/tidak valid
Bovine Albumine : valid/tidak valid
Tanggal Pemeriksaan : 3 Juni 2013
Nama Pemeriksa : Kelompok 3
- Ari Mas Purnamasari
- Murnitha Sari Rahayu
- Nenik Prayanti
- Mahendra
- Sutariasih
No lot / Exp Anti-A : 060413/April’14
No lot / Exp Anti-B : 060413/April’14
No lot/Exp Anti-D : DM040313/Mar’14
No lot / Exp BA : 111212/Des’13
Test cell standar A 10% : 3/6/13
Test cell standar B 10% : 3/6/13
Test cell standar O 10% : 3/6/13
Dicek oleh : Kelompok 3.
D. Validasi Reagen Bovine Albumin (BA) 22 % dan Anti Human globulin
(AHG)
Vakidasi bovine
albumine 22%
1 tts susp sel A 5%
2 tts BA 22%
1 tts susp sel B 5%
2 tts BA 22%
1 tts susp sel O 5%
2 tts BA 22%
Kocok agar homogen , kemudian inkubasi pada suhu 370C
Putar 3000 rpm selama 15 detik → baca reaksi
Hasil
Pemeriksaan Neg (-) Neg (-) Neg (-)
Validasi Anti
Human Globulin
Cuci 3 kali dengan saline kemudian reaksi dilanjutkan dengan
Menambahkan kedalam masing-masing tabung 2 tetes anti human
globulin
Kocok perlahan-lahan , kemudian putar 300 rpm selama 35 detik→baca
reaksi
Hasil
Pemeriksaan Neg. (-) Neg. (-) Neg. (-)
Coombs Control Cells (CCC)
Control semua yabung bila hasi pemeriksaan negatif dengan CCC
Tambahkan kedalam masing-masing tabung dengan 1 tetes CCC
Kocok perlahan-lahan , kemudian putar 3000 rpm selama 15 detik→baca
reaksi
Hasil
PemeriksaanPos. (+) Pos. (+) Pos. (+)
Test Validasi :
BA 22% : valid/tidak valid
Anti Human Globulin : valid/tidak
valid
Tanggal pemeriksaan : 3 Juni 2013
Nama Pemeriksa : kelompok 5
- Ari Mas Purnama S.
- Murnitha Sari Rahayu
- Nenik Prayanti
- Mahendra
- Sutariasih
No Lot / Exp BA : 111212/Des 13
No Lot / Exp AHG :
S6A060812/juli11
Test cell standar A 5% : 3/6/13
Test cell standar B 5% : 3/6/13
Test cell standar O 5% : 3/6/13
Coombs control cells : 3/6/13
Dicek oleh : kelompok 5
VIII. PEMBAHASAN
Pereaksi atau sering disebut juga reagensia (inggris : reagent) adalah suatu
zat yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan analisis.
Istilah reagen juga digunakan untuk menunjuk pada zat kimia dengan kemurnian
yang cukup untuk sebuah analisis atau percobaan.
Validasi dilakukan terhadap reagen yang dipakai untuk mendapatkan hasil
yang akurat. Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu
proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi dilakukan bila
ada perubahan yang mempengarui produk secara langsung (major modification),
produk baru atau produk lama dengan metode baru, exiting dan legacy product.
Dalam kegiatan praktikum transfusi darah pada khususnya, terdapat
beberapa reagen yang umum digunakan dan harus dilakukan validasi dalam
jangka waktu berkala (kurun waktu setiap hari), reagen tersebut meliputi :Anti-A,
Anti-B, Anti-D, Test Sel A Standar, Test Sel B Standar, Test Sel O Standar,
Bovine Albumin 22%, Coomb’s Serum (AHG), dan Coomb’s Control Cells
(CCC).
Pada prinsipnya, validasi reagen dalam kegiatan praktikum ini didasarkan
pada reaksi aglutinasi antara reagen yang di uji validitasnya, reaksi aglutinasi
yang terjadi dikarenakan adanya reaksi spesifik antara reagen yang di uji dengan
lawannya atau anti – reagennya, sebagai contoh adalah reaksi spesifik antara Anti
– A dengan test sel A standar. Apabila reaksi yang terjadi bukan diantara dua
reagen yang spesifik seperti aglutinasi antara Anti – A dengan test sel B standar
maka hal tersebut mengindikasikan adanya suatu pengotor pada reagen, atau
kualitas reagen yang digunakan sudah menurun sehingga reagen tersebut tidak
valid.
Uji validasi reagen yang termasuk golongan antibody sel darah ( Anti –
A , Anti – B, dan Anti – D) yang terdapat dalam serum atau plasma dilakukan
dengan cara mereaksikan (mencampur) reagen tersebut dengan test sel standar A,
test sel standar B, dan test sel 0 10% dimana metode yang digunakan adalah
metode aglutinasi plate, karena metode yang digunakan adalah aglutinasi plate
maka konsentrasi yang digunakan adalah suspense test sel 10% hal ini terkait
dengan luas bidang reaksi.
Uji Validasi Anti-A
Uji validitas pada reagen Anti-A dilakukan dengan cara meneteskan 2
tetes reagen Anti-A pada 3 lubang bioplate. Kemudian pada lubang 1 diteteskan 1
tetes suspense sel A 10%, pada lubang 2 diteteskan 1 tetes suspense sel B 10%,
dan pada lubang 3 diteteskan 1 tetes suspense sel O 10%. Kemudian digoyangkan
ke depan dan ke belakang hingga tercampur rata. Reagen Anti-A yang valid akan
menunjukkan adanya aglutinasi bila direaksikan dengan suspense sel A 10%
karena mengandung antigen A, pada saat direaksikan dengan suspensi sel B 10%
dan suspensi sel O 10% tidak menunjukkan adanya aglutinasi karena tidak
mengandung antigen A. Dari pengujian yang telah di lakukan terhadap reagen
antigen A didapatkan hasil yang valid dimana ditunjukkan dengan adanya
aglutinasi (+3) pada Anti-A ,Anti- Ayang direaksikan dengan suspensi sel B 10%
dan suspensi sel darah O 10% tidak terjadi aglutinasi.
Uji Validasi Anti-B
Uji validitas pada reagen Anti-B dilakukan dengan cara meneteskan 2
tetes reagen Anti-B pada 3 lubang bioplate. Kemudian pada lubang 1 diteteskan 1
tetes suspensi sel A 10%, pada lubang 2 diteteskan 1 tetes suspensi sel B 10%,
dan pada lubang 3 diteteskan 1 tetes suspensi sel O 10%. Kemudian digoyangkan
ke depan dan ke belakang hingga tercampur rata. Reagen Anti-B yang valid akan
menunjukkan adanya aglutinasi bila direaksikan dengan suspensi sel B 10%
karena mengandung antigen B, Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap
reagen antigen B ini, didapatkan hasil valid yang ditunjukkan dengan adanya
aglutinasi (+3) pada Anti-B yang direaksikan dengan suspense sel B 10% dan
pada Anti-B yang direaksikan dengan suspensi sel A 10% dan suspensi sel darah
O 10% tidak terjadi aglutinasi.
Uji Validasi Anti-D
Uji validitas reagen anti-D dilakukan dengan mereaksikannya dengan
suspense sel 10% Rhesus positif dan suspense sel B 10% Rhesus positif. Selain
pengujian reagen Anti-D, dilakukan juga pengujian sel darah yang digunakan
untuk pengujian anti-D dengan bovine albumin 22%. Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa tidak terdapat kesalahan dalam proses pengerjaan ataupun
tidak terdapat kelainan pada suspense sel yang digunakan untuk pengujian. Anti-
D yang direaksikan dengan sel darah Rhesus positif harus memberikan hasil
positif (aglutinasi) karena darah Rhesus positif mengandung antigen D. sedangkan
pengujian dengan bovine albumin 22% harus memberi hasil negative (tidak
terjadi aglutinasi). Pada praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil positif (+3)
pada reagen Anti-D yang direaksikan dengan suspensi sel A 10% dan pada reagen
Anti-D yang direaksikan dengan suspensi sel B 10%. Sedangkan pada pengujian
dengan bovine albumin 22%, diperoleh hasil negative. Hal ini menadakan bahwa
pada uji validitas reagen Anti-D didapatkan hasil yang valid.
Uji Validasi Biovine Albumin 22% dan Anti Human Globulin
Selain pengujian validitas Anti – A , Anti – B, dan Anti – D, dalam
praktikum ini juga dilakukan uji validitas terhadap bovine albumin 22% dan anti
human globulin (AHG). Untuk pengujian validitas bovine albumin 22%
digunakan suspense sel A , sel B, dan sel 0 dengan konsentrasi 5%, penggunaan
konsentrasi 5% dikarenakan media reaksi yang digunakan adalah berupa tabung
reaksi, sehingga luas bidang reaksi tidak terlalu luas dibandingkan dengan
menggunakan plate. Untuk teknik pengerjaannya masing2 1 tetes test sel A, sel B,
dan sel 0 5% dicampurkan dengan 2 tetes bovine albumin 22% dalam tabung
yang berbeda, kemudian dilakukan inkubasi pada suhu 37oC , inkubasi ini
bertujuan untuk memberikan kondisi suhu optimal agar reaksi dapat berjalan
dengan baik, selanjutnya dilakukan proses centrifugasi agar terjadi pemisahan
antara suspense sel dengan bovine albumin 22% , kemudian diamati apakah
terjadi aglutinasi atau tidak. Dari hasil praktikum didapatkan hasil negative (tidak
aglutinasi) yang menandakan reagen bovine albumin 22% yang diperiksa valid,
tidak terjadi aglutinasi ini disebabkan karena pada reagen bovine albumin
memang tidak mengandung komponen antibody terhadap antigen pada sel A, sel
B, dan sel 0 .
Untuk uji validitas anti human globulin (AHG) , terlebih dahulu dilakukan
pencucian terhadap hasil negative pada uji validitas bovine albumin 22%,
pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan senyawa pengotor atau protein
pengganggu pada larutan. Setelah dilakukan pencucian kedalam masing – masing
tabung ditambahkan 2 tetes AHG dan dilakukan centrifugasi untuk mempercepat
reaksi. Dari hasil praktikum didapatkan hasil negative , yang menandakan AHG
yang diperiksa valid, hasil negative ini dikarenakan dalam senyawa AHG tidak
terdapat antibody terhadap antigen pada sel A, sel B, dan sel 0, selain itu AHG
juga tidak dapat bereaksi dengan bovine albumin 22% karena bovine albumin
22% merupakan media reaksi. Setelah didapatkan hasil negative, maka ke dalam
masing-masing tabung ditambhakan combs control cell (CCC) sebanyak 1 tetes,
kemudian dilakukan centrifugasi, dari hasil praktikum didapatkan hasil positif
(aglutinasi), terjadinya aglutinasi ini dikarenakan AHG merupakan lawan dari
CCC sehingga kedua senyawa tersebut dapat berikatan dan membentuk aglutinasi,
hal ini menandakan reagen yang diperiksa valid sehingga reagen masih layak
untuk di gunakan.
IX. SIMPULAN
Dari pengujian yang dilakukan pada semua reagen dalam uji validitas
menunjukkan hasil yang valid, hal ini menunjukkan reagen yang diuji masih layak
digunakan dalam pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Coomb’s Test. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/76997294/Coomb-Test tanggal 6 Juni 2013.
Anonim. 2012. Transfusi Darah. Diakses dari http://sovasilinzuensik.blogspot.com/
2012/07/transfusi-darah.html tanggal 6 Juni 2013.
Anonim. 2011. Diakses dari http://riskan.wordpress.com/2011/02/16/validasi/ tanggal 6
Juni 2013.
Anonim. 2012. Diakses dari http://healthyenthusiast.com/transfusi-darah.html tanggal 6
Juni 2013.
Anonim. 2012. Sistem Golongan Darah ABO. Diakses dari
http://herdianaakhyar.blogspot. com/2012/10/sistem-golongan-darah-b-o.html
tanggal 6 Juni 2013.
Anonim. 2010. Reaksi Silang (Crossmatc Reaction) diakses dari http://drdjebrut.
wordpress.com/2010/08/31/reaksi-silang-crossmatch-reaction/ tanggal 6 Juni
2013.
LEMBAR PENGESAHAN
Denpasar, 3 Mei 2013 Pembimbing
Praktikan
6. Luh Made Ari Mas Purnamasari ( )
( )
7. Putu Murnitha Sari Rahayu
( )
8. Ni Wayan Nenik Prayanti
( )
9. I Putu Mahendra
( )
10. Ni Ketut Sutariasih
( )
Recommended