View
214
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
afsdgasdgadfg
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AUsia : 14 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiTanggal Masuk Rumah Sakit : 11-08-2015Ruangan : BadarAlamat : jalan serdang baru
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Panas Sejak 4 Hari SMRS
Keluhan Tambahan :
Nyeri ulu hati, Pusing dan mual.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Demam sejak 4 hari SMRS, panas meningkat saat menjelang malam,dan turun saat pagi-siang hari. Tidak mereda meski diberi obat paracetamol. Batuk (+), pilek (+), belum BAB sejak 1 hari SMRS . Nyeri ulu hati, mual. Nafsu makan menurun , badan terasa lemas dan pegal, pusing. gusi berdarah dan mimisan disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os blm pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya, Asma (-), TBC (-)
Riwayat Pengobatan :
Os sudah berobat ke klinik dan diberikan paracetamol, panas hanya turun saat pagi-siang dan meningkat menjelang malam hari. Tidak sedang menjalani pengobatan jangka panjang seperti OAT.
Riwayat Kehamilan :
Ibu Os selalu rutin cek kehamilan selama mengandung Os ke tenaga medis, dan selama hami tidak pernah sakit, tidak menderita hipertensi maupun DM.
1
Riwayat Persalinan :
Persalinan os secara normal, tidak ada kelainan atau cacat bawaan. Os lahir dengan keadaan sehat. BBL : 3000gr
Pola makan :
Os sering mengaku jajan sembarangan di sekolah, dan makan makanan dipinggir jalan
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar sudah lengkap.
Riwayat Tumbuh Kembang:
Tumbuh kembang sesuai dengan usia
Riwayat Alergi :
Tidak ada alergi obat, makanan dan debu
Riwayat Psikososial :
Sering jajan makanan di sekolahan, jarang mencuci tangan saat makanan disekolah
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 39,8c
Nadi : 112x/menit
RR : 24x/menit
Antropometri
BB : 43 kg TB : 158 cm
Status Gizi
- BB / U : 43/52 x 100% = 97,5% Gizi Baik
- TB / U : 158/163 x 100% = 96% Normal
- BB / TB : 43/48 x 100% = 89 % Gizi Baik
Kesan Gizi : Gizi Baik
2
Status Generalis
Kepala :
- Bentuk kepala normocephal.- Rambut berwarna hitam distribusi merata, rambut tidak rontok.- Ubun ubun besar menutup.
Mata :
- Reflek pupil (+/+), pupil isokor (+/+), edema palpebra (-/-)- Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung :
- Pernafasan cuping hidung (-)- Epistaksis (-), sekret (+), deviasi septum (-)
Telinga :
- Bentuk telinga normotia- Serumen (-/-)
Mulut :
- Mukosa bibir kering (+)- Perdarahan gusi (-)- Lidah Kotor (+)- Faring hiperemis (+)
Leher :
- Pembesaran KGB (-/-)- Pembesaran tiroid (-)
Paru
Inspeksi : Normochest , pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-).
Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler di kedua lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-),
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
3
Palpasi : teraba ictus cordis
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I, II reguler. Murmur (-), gallop (-).
Abdomen :
Inspeksi : abdomen terlihat datar.
Auskultasi : bising usus normal.
Perkusi : timpani pada 4 kuadran abdomen, turgor baik
Palpasi : perut teraba supel, nyeri tekan epigastrium (+)
Ekstremitas Atas
Akral : hangat.
CRT : <2 detik.
Edema : -/-
Sianosis : -/-
Ekstremitas Bawah
Akral : hangat.
CRT : <2 detik
Edema : -/-
Sianosis : -/-
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Resume :
OS 14 tahun datang ke UGD RSIJ CEMPUT dengan febris 4 hari SMRS, naik turun, menggigil, meningkat menjelang malam hari , dan turun saat pagi –siang hari. Tidak ada perbaikkan dengan paracetamol , konstipasi (+), nyeri epigastrium (+), mual (+), batuk (+) , anoreksia (+), malaise (+), cephalgia (+), vomitus (-), epistaksis (-), pilek (+), gusi berdarah (-)
Tanda vital yang didapat yaitu S:39,8C N:112x/m, 24x/m
Hasil pemeriksaan fisik didapat lidah kotor dan nyeri tekan epigastrium
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pemeriksaan hematologi yaitu Hb : 15,1 , Ht: 41 %, Leukosit : 4,89 ribu/uL, Trombosit : 176.000/Ul dan pemeriksaan salmonella IgM tubex +6.0
ASESMENT DAN DIAGNOSIS
Assesment
- Febris H4
- Konstipasi
- Batuk
5
Diagnosis
- Klinis : Demam Tifoid
- Gizi : Gizi Baik
- Imunisasi : Lengkap
- Tumbang : Sesuai Usia
RENCAN TINDAKAN DAN TATALAKSANA
Tatalaksana
Tirah Baring Diet makanan lunak IVDF kebutuhan cairan : 1960+423=2383 . 21 tpm Ceftriaxon 2 gr Paratusin Tab (parasetamol,Noskapin, CTM, GG,fenilpropanolamin) 3x1 Ranitidine 2-4mg ~ 2x43= 86 mg, 4x43=172 mg. 2x1 tab• Ondansentron
Dosis terapi : 0,1-0,2mg/KgBB/x (waktu paruh 8 jam) 0,1x43 = 4,3 mg
0,2x 43 = 8,6 mgRange Dose: 4,3-8,6mg/ kali (3x/hari)
FOLLOW UP
Hari/Tanggal S O A P
12-08-15 Demam naik turun
Batuk (+)
BAB (-)
Nyeri ulu hati, lemas, mual, tidak muntah
S: 39,8
N: 112 x/m
RR: 25x/m
Nyeri tekan ulu hati.
Demam Typhoid
Ceftriaxone Ranitidine Ondansentron
paratusin
13-08-15 Demam naik turun
S: 36,8
N: 120x/menit
- Demam Typhoid
Terapi lanjutkan
6
Pusing
Batuk (+)
Nyeri ulu hati
BAB (-),mual, tidak muntah
RR: 22x/m
Hb: 14,8
Leukosit : 4,79
Hematokrit : 41
Trombosit : 137 rb
Eritrosit : 5,09
-Intake kurang
14-08-15 Demam naik turun
Pusing
Batuk (+)
Nyeri ulu hati
BAB (1x),mual, tidak muntah
Nafsu makan baik, nyeri tenggorokan
S: 36,8
N: 120 x/m
RR: 22x/m
Lab :
Hb: 13,7
Leukosit : 4,3
Ht :38
Trombosit :154
Eritrosit :4,77
MCV/VER : 79
MCH 29
MCHC : 37
Demam
tifoid
Terapi lanjutkan
fg Troches 3x1tab
15-8-15 Demam (-)
Nyeri ulu hati (+)
Mual (-)
Nyeri tenggorokan (+)
S= 37,4c
Nadi= 110x/menit
RR: 18x /menit
Faring hiperemis
Demam tifoid
Terapi lanjut
7
16-8-15 Demam (-)
Nyeri tenggorokan
(+)
S: 36,4c
Nadi 118x/menit
RR: 18x/menit
Pulang Sanmol
FG troches
Ondansetron 3x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
8
Demam tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia yang disebabkan oleh
infeksis sistemik Salmonella. 96% disebabkan oleh Salmonella typhi, sisanya disebabkan
oleh Salmonella paratyphi. 90% kasus demam tifoid terjadi pada usia 3-19 tahun, kejadian
meningkat setelah usia 5 tahun. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar
dibedakan dengan penyakit demam lainnya. Untuk memastikan diagnosis diperlukan
pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmasi.
II. Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri gram negative,
mempunyai flagella,tidak berkapsul,tidak membentuk spora,fakultatif anaerob
III. Patogenesis
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan/minuman masuk ke dalam tubuh melalui
mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (PH<2) banyak bakteri yang mati.
Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-
sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus tepatnya di ileum
dan yeyenum. Sel-sel M sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s Patch,merupakan tempat
internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus mengikuti aliran ke
kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan
RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi bermutiplikasi di dalam sel fagosit
mononuclear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe. Setelah
melewati periode inkubasi, yang lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta
respon imun pejamu maka salmonella typhi akann keluar dari habitatnya dan melalui duktus
torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini, maka salmonella typhi dapat
mencapai organ yang disukai seperti hati.limpa,sumsum tulang, kandung empedu dan
Peyer”s Patch dari ileum terminal.
IV. Manifestasi Klinis
• Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata antara 10-14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus smapai berat sehingga harus di rawat. Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada awal penyakit. Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama
• Anak sering mengigau, malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung
9
• Dapat terjadi kejang
V. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran dengan kriteria ini maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka demam tifoid. Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi S.typhi dari darah.
• Darah tepi perifer :
• anemia
• Leukopenia
• Trombositopenia
• Pemeriksaan serologi widal
• Kadar IgM dan IgG (typhi -dot)
• Pemeriksaan biakan Salmonella
• Pemeriksaan radiologi bila curiga terdapat komplikasi
VI. Diagnosis Banding
Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang-kadang secara klinis dapat menjadi diagnosis bandingnya yaitu influenza, gastroenteritis, DBD.
VII. Tatalaksana
Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul penyulit. Pengobatan antibiotik merupakan pengobatan utama karena pada dasarnya patogenesis infeksi Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan bakteremia. Kloramfenikol masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 100 mg/kg/BB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun.
Amoxicilin 150-200 mg/kgBB/hari, oral atau IV selama 14 hari
Ceftriaxon 100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 1 - 2 dosis selama 5 -7 hari. Maksimal 4 gram/hari
VIII. Prognosis
10
Prognosis demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usai, keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka mortalitasnya <1%. Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10% biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat,meningitis, endokarditis, dan pneumonia mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
IX. Pencegahan
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.typhi, maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Salmonella typhi di dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57C untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi. Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 57C untuk beberapa menit atau secara merata juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu negara/ daerah tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene pribadi. Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid.
REFERENSI
RSUP. Nasional Dr Cipto Mangunkusumo.2010. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta.
Soedarmo, Sumarmo.S Poorwo. 2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
11
12
Recommended