View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
xviii
LAMPIRAN A: FORMULIR BIMBINGAN TUGAS AKHIR
xix
LAMPIRAN B: TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN STAF
PROGRAM ANGGARAN TNKJ
Hari/Tanggal : Senin, 21 September 2020
Tempat : Zoom Meeting
Waktu : 09:15 – 10:45 WIB
Narasumber : Rohmani Sulisyati (Staf Program Anggaran BTNKJ)
1. Penulis : Boleh diceritakan kronologinya sejak kapan Karimunjawa
diresmikan menjadi Taman Nasional dan juga destinasi wisata?
Sulis : Dimulai saat 1982 menurut surat Gubernur Jawa Tengah
tentang pengajuan Karimunjawa untuk menjadi taman nasional laut. Lalu
pada tahun 1986, ditunjuk sebagai cagar alam laut. Selanjutnya pada tahun
1988 dinyatakan sebagai Taman Nasional. Pada tahun 1989, ditentukan 4
zonasi. Lalu pada tahun 1992, dilakukan penetapan wilayah Kemujan dan
Karimunjawa sebagai hutan cagar alam. Baru pada 22 Februari 1999,
diresmikan Taman Nasional Karimunjawa oleh Kementerian Kehutanan
dan Lingkungan Hidup. Karena sesuai perkembangan zaman, makin ramai,
dan dinamika sosialnya tinggi, maka zonasi dikembangkan menjadi 7 pada
tahun 2012. Karimunjawa dijadikan Taman Nasional karena ekosistemnya
masih asli. Dan di Taman Nasional dapat diadakan kegiatan untuk
menunjang penelitian, pendidikan, budidaya, dan wisata alam.
2. Penulis : Untuk wilayah Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) apa
saja, Bu?
xx
Sulis : Jadi ada beberapa zona. Yang paling pokok ada zona merah yang
merupakan zona inti yang hanya boleh diakses oleh peneliti atau wisatawan
yang sangat khusus. Di bawahnya lagi ada zona perlindungan yaitu hutan
hujan tropis di Karimunjawa, dan hutan mangrove di Kemujan. Jadi di
Karimunjawa ada 27 pulau, tapi ada 5 pulau tidak termasuk wilayah TNKJ.
Tetapi masih menjadi kawasan konservasi dan dikelola oleh BKSDA Jawa
Tengah. Ada zona pemanfaatan, pemanfaatan wisata bahari dan wisata
darat. Luas total 111.625 ha, dengan 1507,7 ha daratan, dan perairan seluas
110.117,3 ha. Wilayah darat dari tidak termasuk wilayah TN, hanya air,
hutan hujan tropis, dan hutan mangrove. Sedangkan untuk daratan
merupakan tanggung jawab Pemda Kab. Jepara. Terdapat 1 kecamatan, dan
4 desa di Karimunjawa. Desa Karimunjawa, Kemujan, Desa Parang, Desa
Nyamuk. Memiliki ekosistem asli terumbu karang, mangrove, hutan hujan
tropis dan pantai, dan padang lamun.
3. Penulis : Untuk kegiatan wisata, apakah ada wilayahnya sendiri?
Sulis : Jadi menurut peta wisata milik BTNKJ. Pulau
Karimunjawa merupakan pusat kegiatan wisata, penginapan, seperti hotel,
homestay, dan pelabuhan. Walaupun sekarang tidak menutup kemungkinan
di Pulau Kemujan karena sekarang ada bandara. Seperti pada waktu lalu ada
Wings Air beroperasi namun masih subsidi, jadi kadang dapat berangkat
atau tidak. Di sana mulai ada pembangunan hotel, dsb. Tapi saat ini tamu-
tamu masih terpusat di Karimunjawa. Biasanya wisatanya ke P. Menjangan
Besar, P Menjangan Kecil, P. Cemara Kecil, Cemara Besar, lalu kembali
xxi
lagi ke Karimunjawa ke Tanjung gelam melihat sunset. Itu kalau untuk
perjalanan ke wilayah barat. Jika wilayah timur, maka akan ke P. Cilik, P.
Tengah, P Sintok. Perjalanan ke barat atau timur menyesuaikan dengan
musim angin. Contohnya saat musim angin timur, maka lebih baik
berwisata ke barat. Karena semua transport masih memakai kapal kecil.
Penulis : Untuk pelabuhan di sana apakah benar ada dua dermaga?
Sulis : Benar, satu pelabuhan utama (dermaga perintis) untuk
kapal besar atau kapal penyebrangan. Ada satu lagi untuk wisatawan yang
akan berwisata ke antar pulau dengan kapal yang lebih kecil.
4. Penulis : Bagaimana dengan proses pengelolaan TN
Karimunjawa?
Sulis : Ada 3 pilar, yaitu perlindungan, pengawetan, dan
pemanfaatan. Jika itu berjalan dengan baik maka fungsi ekonomi, fungsi
sosial budaya, dan fungsi ekologis akan meningkat.
Penulis : Sedangkan untuk pengelolaan wisata apakah
diserahkan kepada pihak pemerintah atau swasta?
Sulis : Di Karimunjawa masih abstrak dan sesuai permintaan
pasar, karena BTNKJ hanya dapat mengelola dari tiket masuk. Sedangkan
yang bergerak di wisata adalah agen tur. Sebenarnya TNKJ memiliki
kewenangan untuk mengatur itu, tetapi untuk saat ini belum sampai ke tahap
itu. Saya mengakui juga pengelolaan di Karimunjawa belum ada
pengelolaan satu pintu.
5. Penulis : Dapatkah dijelaskan tentang lokasi TNKJ?
xxii
Sulis :Jadi TNKJ terdapat di tengah-tengah utara Pulau Jawa.
Dapat diakses dari Semarang, dan Jepara. Namun biasanya orang berangkat
dari Jepara karena lebih dekat. Lalu untuk Karimunjawa juga menjadi transit
hasil-hasil hutan dari Sumatera, Kalimantan, sampai Papua melewati
Karimunjawa. Jadi boleh dibilang sangat strategis. Apalagi karena
ekosistemnya sangat terjaga, otomatis ada banyak ancaman ilegal fishing
seperti dari nelayan Pantura dan Madura.
6. Penulis : Apakah pernah ada salah fungsi pemanfaatan TNKJ
selama ini?
Sulis : Iya pernah, contohnya adalah kasus penutupan
“penangkaran hiu” 2019 kemarin. Seperti yang tersebar luas di masyarakat,
diceritakan bahwa ada penangkaran hiu di Karimunjawa. Tetapi sebenarnya
itu salah kaprah, karena sebenarnya itu bukan penangkaran melainkan
kolam pembesaran hiu. Karena di wilayah Taman Nasional tidak boleh
dilakukan penangkaran.
7. Penulis : Apakah ada tantangan dari segi wisata yang dapat
mengancam keberlangsungan TNKJ?
Sulis : Tantangan terbesar yang tidak bisa dihindari adalah mass
tourism. Karena yang menuju Karimunjawa sekarang sudah tidak
berkonsep ekowisata lagi, tetapi cenderung ke mass tourism. Karena
aksesnya sulit, otomatis wisatawan akan lebih suka berangkat bergerombol.
Karena mass tourism tersebut, ancaman selanjutnya adalah sumber air
tawar. Selama ini sumber air berasal dari hutan hujan tropis di P.
xxiii
Karimunjawa, padahal dengan mass tourism kebutuhan air akan semakin
meningkat. Karena tanah di Karimunjawa sulit untuk menyimpan air, hanya
mengandalkan akar pohon-pohon besar sebagai penyangga air. Terumbu
karang kondisinya juga akan menurun, terutama apabila penyelam kurang
edukasi sebelum beraksi. Diving justru akan lebih aman karena biasanya
pelakunya sudah ahli di bidangnya, tetapi lain hal dengan snorkeling yang
umumnya pemula dan sering tidak sengaja menginjak terumbu karang.
Pembangunan sarana pariwisata seperti resort, juga ada beberapa yang
menyalahi aturan Taman Nasional contohnya pembangunan resort dalam
permukaan air pantai yang menggunakan cor semen dan tiang pancang.
Karena dengan itu, ikan dapat terhalangi untuk menuju ke wilayah tersebut,
dan warna air juga dapat berubah seiring berjalannya waktu.
8. Penulis :Apakah ada data kunjungan menurut BTNKJ ?
Sulis :Berikut adalah data BTNKJ pada tahun 2017, terlihat
penurunan pada tiga tahun terakhir. Ada perbedaan data menurut kami dan
Dinas Pariwisata Jepara. Karena jika data kami disesuaikan dengan jumlah
tiket berpajak yang masuk ke pihak Taman Nasional. Yang Rp. 5000/
wisatawan lokal, 150.000/ turis mancanegara. BTNKJ juga mengaku ada
lost control tentang penarikan tiket karena kami tidak bisa membatasi
pengunjung, kalau ada yang ijin ke taman nasional pasti akan terurus. Tetapi
karena makin banyaknya agen tur dan wisatawan kami tidak bisa
mengontrol. Apalagi banyak pintu untuk menuju Karimunjawa, bisa dari
Semarang, Jepara, dan bandara. Untuk kerja sama, kami baru dengan
xxiv
PELNI jadi tiket masuk Karimunjawa dapat disertakan dengan tiket kapal
feri PELNI dari Semarang, sedangkan yang lain belum bisa karena banyak
kepentingan. Untuk kapal cepat dari Jepara, jika ada biro wisata yang jujur
maka mereka juga membayar tiket masuk.
9. Penulis : Sejauh mana pengembangan yang sudah dilakukan
atau direncanakan untuk menciptakan wisata berkonsep ekowisata di sana?
Sulis : Sudah ada perencanaan jangka panjang. Jadi untuk
meningkatkan kualitas obyek dan daya tarik wisata alam, maka jangan
sampai kerusakan obyek wisata bahari menurun dan sampah meningkat.
Sampah di Karimunjawa sekarang makin lama menumpuk karena belum
ada pengelolaan sampah, baru ada satu LSM yang sudah mulai peduli
dengan masalah sampai dan mulai memilah sampah.
Jadi ada tiga cara untuk mencapai tujuan tersebut. Yang pertama adalah
perencanaan pola pemanfaatan pariwisata alam. Contohnya dengan
penyusunan desain tapak untuk panduan investor yang akan mengelola
suatu tempat wisata. Namun sekarang yang baru dibuatkan desain tapaknya,
adalah di Pulau Tengah, Menjangan Besar, dan Menjangan Kecil. Lalu yang
kedua adalah penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas pekaku
wisata. Seperti contohnya kita sudah melakukan studi banding ke Bali,
kampanye ekowisata, pelatihan ekowisata untuk pemandu wisata. Yang
terakhir adalah pengawasan dan pengendalian pengunjung, yang sudah kita
lakukan adalah pengadaan kapal patroli.
xxv
10. Penulis : Apa saja promosi yang pernah dilakukan oleh pihak
TNKJ untuk memperkenalkan Karimunjawa?
Sulis : Untuk promosi dan informasi sudah ada beberapa. Jika ada
pameran konservasi di suatu Taman Nasional kita pasti ikut, dan yang
dibawa ke sana adalah masyarakat asli Karimunjawa sehingga dapat
sekalian membandingkan pengelolaannya, dsb. Lalu untuk festival, di sini
ada namanya festival Barikan yaitu seperti festival seperti pawai untuk
selamatan hasil alam dan menolak bala. Festival tersebut diadakan setiap
tahun dan menjadi salah satu daya tarik wisata di sana. Ada juga festival
religi, pembuatan film dokumenter, dan buku, serta kemah konservasi.
11. Penulis : Apa saja kegiatan konservasi yang pernah dilakukan di
TNKJ ?
Sulis : Kita memiliki satwa prioritas penyu. Pengelolaannya
dilakukan bersama dengan masyarakat. Kegiatan untuk melestarikan penyu
antara lain penetasan semi alami penyu, pendampingan kelompok pelestari
penyu, monitoring penyu, bersih pantai habitat peneluran penyu, evakuasi
sarang penyu, pembuatan studi kelayakan fasilitas PSA, dan kampanye
konservasi penyu. Karena di daerah Jepara dan Karimunjawa masih ada
kebiasaan mengonsumsi telur penyu, sehingga kelestariannya harus tetap
dijaga secara ketat.
12. Penulis : Apa yang membedakan wisata biasa dengan
ekowisata menurut TNKJ?
xxvi
Sulis : Kalau pelaku wisata biasa pasti akan mencari peluang dari
segi ekonomi dengan mendatangkan banyak wisatawan, tetapi jika dari
TNKJ lebih memilih konsep ekowisata, yang jumlah orangnya dibatasi
tetapi juga akan menghasilkan nilai ekonomi. Tetapi selama ini belum ada
persamaan tujuan dari Pemda selaku pengelola hasil dari mass tourism, dan
TNKJ yang berkonsep ekowisata. Untuk mengawinkan dua hal tersebut,
tidak mudah dan masih dalam proses.
13. Penulis : Apakah ada dampak dari pandemi global terhadap
keberlangsungan ekowisata di Karimunjawa?
Sulis : Jadi sejak adanya pandemi ini ada sisi positifnya.
Karimunjawa sebenarnya sudah akan dibuka, tetapi Kabupaten Jepara
masih zona merah sehingga belum dapat dibuka. Walaupun Karimunjawa
merupakan zona hijau, menurut gugus COVID-19 pembukaan wilayah
disesuaikan dalam tingkat kabupaten. Karena sekarang wajib ada protokol
kesehatan, syarat, dan lain sebagainya, maka diharapkan dari situasi ini,
pariwisata di Karimunjawa dapat dibuka melalui satu pintu. Pengawasannya
juga akan lebih mudah karena mungkin di masa depan setiap perjalanannya
akan dibatasi dengan kuota tertentu. Sampai sekarang (21/9) Karimunjawa
belum dibuka untuk umum. Penelitian pun jumlahnya dibatasi, dan
diprioritaskan untuk konservasi.
14. Penulis : Yang terakhir, apa harapan Bu Sulis untuk
keberlangsungan ekowisata di TN Karimunjawa?
xxvii
Sulis : Harapannya konsep wisata Karimunjawa tetap
menjadi ekowisata bukan mass tourism. Mulai dari hulu ke hilir, semua
teratur dari perilaku wisatawannya dan kegiatannya juga secara ramah
lingkungan. Jangan terlalu di modernisasi.
xxviii
LAMPIRAN C: TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN
SEKRETARIS DPC HPI KARIMUNJAWA
Hari/Tanggal : Rabu, 23 September 2020
Tempat : Zoom Meeting
Waktu : 12:45 – 13:30 WIB
Narasumber : Jamaludin (Sekretaris DPC Himpunan Pramuwisata
Indonesia (HPI) Karimunjawa)
1. Penulis : Bagaimana tingkat kunjungan ke Karimunjawa selama
lima tahun terakhir?
Jamal : Ada sedikit penurunan pada tahun 2018, dikarenakan
sedang musim bencana gempa di Indonesia seperti di Lombok saat itu. HPI
Karimunjawa baru mulai melakukan pencatatan jumlah wisatawan yang
berwisata ke laut pada November 2018 – Maret 2020. Dari data tersebut terlihat
jumlah total kurang lebih 34.000 wisatawan. Dengan mayoritas wisatawan
domestik, dan wisatawan mancanegara sekitar 1000. Data tersebut dapat
dibandingkan dengan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Jepara dan
Balai TN Karimunjawa. Terdapat perbedaan data, karena data TNKJ
disesuaikan dengan pembayaran tiket masuk PNBP. Retribusi PNBP sudah
lama diadakan sejak Taman Nasional berdiri, tetapi ada beberapa pihak yang
tidak setuju dan mendukung TNKJ maka pada tahun 2014 sempat didemo dan
banyak agen tur yang tidak membayar.
Penulis : Jadi untuk penurunan jumlah kunjungan hanya pada 2018?
xxix
Jamal : Jadi pariwisata di Karimunjawa sangat aktif pada tahun
2011 – 2016. Dengan puncaknya pada 2012, lalu sempat menurun, dan pada
2018 menurun kembali, baru saat 2019 ada peningkatan. Karena sebelum tahun
2018, HPI Karimunjawa belum melakukan pencatatan jumlah wisatawan.
Tetapi baru dari absen pemandu wisata. Seiring kebutuhan akan data, jadi baru
diadakan formulir untuk kunjungan di wisata laut, dan data tersebut dapat
digunakan untuk menentukan langkah kebijakan ke depannya. Namun jika
dilihat dari jumlah dan pola wisatanya, Karimunjawa sudah cenderung mass
tourism dibandingkan ekowisata. Tetapi harus ditinjau lebih dalam tentang
daya tampung dan kemampuan alamnya untuk menghadapi mass tourism.
Dapat disimpulkan bahwa kami memiliki tujuan besar yaitu semua pelaku
wisata menerapkan konsep ekowisata. Dimulai dari pengaturan kunjungan, dan
kegiatan di lokasi wisata. Tetapi untuk menuju itu, dibutuhkan mekanisme
lebih lanjut dari pemerintah, ahli, dan lembaga lainnya.
Penulis : Jadi dapat dikatakan bahwa konsep wisata di Karimunjawa
masih abu-abu?
Jamal : Jika dilihat dari jumlahnya, jelas sudah termasuk mass
tourism apalagi tamunya mayoritas adalah rombongan. Disertai bukti
kerusakan seperti pada terumbu karang di beberapa tempat. Hal ini diakibatkan
oleh kegiatan snorkeling yang tidak sesuai kaidah. Namun untuk penerapan
sanksi, sampai sekarang belum ada kepastiannya. Tetapi tidak semua pelaku
wisata melanggar, tetap ada pihak yang sudah menerapkan konsep ekowisata.
xxx
2. Penulis : Bagaimana segmentasi pasar dari wisatawan yang
berkunjung ke Karimunjawa?
Jamal : Kalau dari segi usia, mayoritas yang berkunjung masih
tergolong pemuda. Biasanya mereka adalah rombongan backpacker, atau
rombongan dari kelompok bisnis. Dalam satu rombongan, jumlahnya cukup
banyak. Kota asal masih didominasi oleh masyarakat perkotaan besar di Pulau
Jawa. Seperti Semarang, Solo, Surabaya, Jakarta, dan Bandung. Mereka
umumnya tertarik untuk berkunjung ke Karimunjawa karena melihat di
internet, atau rekomendasi teman, atau sekedar penasaran karena belum pernah
berkunjung sebelumnya.
3. Penulis : Apa saja yang menjadi daya tarik ekowisata di Karimunjawa?
Jamal : Di Karimunjawa ada wisata air, pantai, tracking mangrove
dan bukit, diving, penetasan semi alami penyu, banana boat, camping,
sunbathing, sampai memancing. Tetapi kalau dari data kami, 90% kegiatannya
didominasi wisata bahari. Seperti snorkeling.
Penulis : Bagaimana untuk atraksi yang kegiatannya erat dengan
konservasi?
Jamal : Beberapa kegiatan konservasi ada, tetapi untuk kegiatan
wisata berbasis ekowisata atau konservasi masih sedikit. Mayoritas motif
wisatanya adalah untuk plesiran dengan bersantai menikmati pemandangan.
Tetapi tetap digunakan kaidah konservasi, menggunakan local guide, perahu
lokal, homestay juga lokal milik warga sekitar. Sebenarnya untuk konsep
ekowisata sudah berjalan. Wisatawan pulang membawa informasi dan
xxxi
pengetahuan, masyarakat mendapat feedback, dan alam tetap terjaga. Untuk
poin pertama dapat dilakukan dengan misalnya tidak menginjak terumbu
karang saat snorkeling, dan tidak membuang sampah sembarangan. Tetapi
kenyataannya untuk kegiatan wisata berbasis ekowisata murni, jumlahnya
masih belum terlalu banyak.
4. Penulis : Apakah ada obyek wisata yang favorit dan yang kurang
favorit?
Jamal : Untuk primadona lokasi snorkeling ada P. Menjangan
Kecil, Cemara Kecil, P. Cilik, P. Sintok. Jika untuk kunjungan pulau favoritnya
adalah P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Cemara Kecil, P. Cemara
Besar, P. Cilik, P. Sintok, P. Geleang. Untuk pantai ada di P. Karimunjawa
yaitu Pantai Bobi, dan Pantai Tanjung Gelam. Untuk bukit ada bukit LOVE.
Dan untuk yang kurang terkenal, biasanya pulau-pulau yang terletak jauh dari
pulau utama. Seperti antara lain, P. Nyamuk, P. Parang, P. Bengkoang.
Umumnya wisatawan jarang ke sana karena aksesnya yang jauh dan memakan
waktu.
5. Penulis : Ada kelebihan dari Karimunjawa apabila diterapkan
konsep ekowisata?
Jamal : Resiliensi terumbu karang masih bagus, air masih jernih,
bakau masih bagus, hutan baik, dan adat budaya masih terjaga. Walaupun
seiring perkembangan zaman, sosial masyarakat ada beberapa aspek yang
sedikit berubah. Tetapi masyarakat yang bergerak di wisata ataupun tidak,
xxxii
sudah memiliki kesadaran akan menjaga lingkungan dan Sumber Daya Alam
(SDA) di Karimunjawa.
6. Penulis : Apakah Karimunjawa memiliki kelemahan jika diterapkan
konsep ekowisata?
Jamal : Ada tumpang tindih kebijakan pemerintah tentang sanksi
pelanggar konsep ekowisata, baik di Jepara maupun Karimunjawa. Beberapa
masyarakat ada yang belum patuh aturan, disebabkan lemahnya pengawasan
oleh pemerintah. Lalu untuk dari segi agen, masih ada persaingan harga yang
tidak sehat dari para agen tur. Jika harga pemandu sudah ada standarnya, tetapi
untuk harga paket wisata setiap agen berbeda. Contohnya ada yang membuka
open trip seharga Rp 500ribu, tetapi rombongannya sampai 100 - 200 per trip.
Dan untuk harga, belum ada pengaturan harga standar untuk wisata ke
Karimunjawa. Padahal di agen tur juga ada paguyubannya, harusnya mereka
dapat menentukan harga tingkat atas dan bawah untuk kegiatan wisata.
Sehingga nanti mereka dapat bersaing dari segi kualitas bukan kuantitas.
Karena jika hanya berbicara masalah harga, masyarakat tentu akan lebih tergiur
dengan harga yang lebih murah. Dari banyaknya persoalan tersebut, terkadang
konsep wisata Karimunjawa oleh pemerintah daerah belum sejalan dengan
konsep ekowisata oleh Balai TN Karimunjawa.
7. Penulis : Untuk masing-masing sarana transportasi apakah ada harga
tertentu atau ada perbedaan?
Jamal : Untuk kapal feri Siginjai dari Jepara harga turis dan warga
lokal sama, tetapi untuk kapal cepat Bahari Express ada perbedaan tarif warga
xxxiii
lokal dan turis. Kapal feri dari PELNI Semarang juga sama, pesawat juga sama.
Tetapi jika dari wisatawan, mereka umumnya lebih memilih kapal cepat untuk
efektivitas waktu berangkat. Mengingat jarak tempuhnya hanya kurang lebih 2
jam.
8. Penulis : Jika saat pariwisata Karimunjawa dibuka kembali (pasca
pandemi), apakah ada protokol kesehatan yang harus dipatuhi oleh wisatawan?
Jamal : Ada, dan itu wajib. Namun sampai sekarang karena
Karimunjawa masih ditutup dan sedang proses re-aktifasi Taman Nasional
Karimunjawa, maka semua paguyuban pemandu wisata wajib membuat SOP
Protokol Kesehatan COVID-19. Kemarin kami sudah selesai produksi video
panduan tahap kedua, lalu akan dinaikkan ke gubernur dan bupati. Setelah
disetujui, baru Karimunjawa dapat dibuka kembali. Tetapi dengan kesepakatan
kuota 100 orang per minggu. Jika evaluasinya baik, maka perlahan akan
ditambah sampai batas 50%.
9. Penulis : Menurut pengalaman Bapak sebagai pemandu wisata, apa
yang membuat Karimunjawa bisa berkembang di masa depan?
Jamal : Alamnya terjaga, karena fokus wisata pada wisata alam.
Otomatis jika alamnya masih baik, orang akan tetap datang ke Karimunjawa.
Selain itu, pertimbangan keamanan, kenyamanan, sampah yang dikelola
dengan baik pasti akan lebih mendatangkan perkembangan di masa mendatang.
10. Penulis : Indonesia memiliki banyak destinasi ekowisata, jika dapat
dibandingkan, siapakah kompetitor dari Karimunjawa?
xxxiv
Jamal : Untuk itu saya kurang mengetahui, tapi jika dilihat-lihat
mungkin Kepulauan Seribu di Jakarta. Karena sama-sama fokus di atraksi
wisata baharinya.
11. Penulis : Untuk pengelolaan pariwisata di Karimunjawa, apakah
diserahkan ke pemerintah atau swasta?
Jamal : Jika dari segi transportasi ada pemerintah dan swasta,
begitu pula dengan hotel dan penginapan, sedangkan untuk agen tur semuanya
swasta. HPI Karimunjawa dan paguyuban pemandu wisata lainnya di
Karimunjawa di bawah pemerintah. Dan semua pemandu wisata, harus
penduduk Karimunjawa.
12. Penulis : Selama menjadi pemandu wisata di Karimunjawa, apakah
ada pengalaman berkesan?
Jamal : Banyak pengalamannya, ada beberapa wisatawan yang sulit
untuk dipandu. Oleh karena itu, kami harus lebih sosialisasi dan kampanye ke
wisatawan, seperti briefing di awal wisata harus lebih ditekankan. Walaupun
tidak semua anggota HPI itu komunikatif, tetapi harus tetap diusahakan supaya
semuanya terlaksana dengan baik, masyarakat tetap sejahtera, dan alam terjaga.
13. Penulis : Sepengetahuan saya, kalau untuk promosi biasanya
dilakukan agen tur. Selain itu pernahkah pihak pemerintah juga
mempromosikan Karimunjawa?
Jamal : Mayoritas masih memasarkan bisnis agen tur masing-
masing, kalau dari pemerintah sudah pernah di promosikan tapi masih
xxxv
dilakukan di sekitar Jepara dan Jawa Tengah. Dari pihak TNKJ, sudah sering
mengikuti pameran konservasi di berbagai daerah.
14. Penulis : Apakah harapan Bapak untuk keberlangsungan ekowisata
di Karimunjawa?
Jamal : Semoga di masa depan bukan hanya tentang persoalan
menjual paket wisata, tetapi juga bicara tentang Karimunjawa seperti apa,
akses, alam, cerita, dan mungkin dapat membahas perencanaan wisatanya
contoh dari segi biayanya. Apalagi di masa kini, pola pariwisata di dunia
cenderung ke wisata alam, maka itu dapat menjadi peluang yang baik. Dan
semoga promosi selanjutnya dapat lebih menonjolkan tentang keindahan alam
Karimunjawa
xxxvi
LAMPIRAN D: TRANSKRIP FGD DENGAN PARA BACKPACKER INDONESIA
Peserta : Andhi (30, Freelance Tourleader, Yogyakarta), Karin
(22, Freshgraduate, Jakarta), Jamal (40, Wiraswasta, Demak), Zain (28,
Travel Blogger dan Mahasiswa, Semarang), Ridho (25, Travel Guide,
Makassar)
Lokasi FGD : Zoom Meeting
Waktu : Minggu, 25 Oktober 2020 (19:30 - 21:15)
Tema : Ekowisata Karimunjawa
Tujuan : Menggali informasi mendalam tentang persepsi
backpacker tentang Karimunjawa dan berbagi pengalaman serta pendapat
tentang destinasi pulau.
Alat bantu : Earphone, Laptop, Powerpoint Pertanyaan Diskusi
Peraturan :
1. Menggunakan atasan berkerah dan sopan
2. Harap menyalakan kamera saat FGD berlangsung (kecuali sinyal
bermasalah)
3. Membawa alat tulis atau pencatat untuk mencatat hasil diskusi
3. Akan ada 2 pertanyaan kelompok, nanti akan dibagi dua kelompok untuk
yang pernah dan belum pernah ke Karimunjawa. Kelompok A = Jamal, Zain.
Sedangkan kelompok B = Andhi, Karin, Ridho. Sedangkan 3 pertanyaan
lainnya ditujukan untuk semua peserta.
4. Berkenalan dan bersikap saling menghargai antar peserta FGD
5. Penulis berperan sebagai moderator sekaligus pencatat pada FGD
xxxvii
6. Rangkaian FGD berlangsung selama 1 jam, dengan waktu diskusi sebanyak
5 menit, dilanjutkan dengan pemaparan hasil diskusi oleh 1 atau 2 orang
selama 3 menit.
7. Akan ada sesi foto bersama di akhir FGD
8. Saat diskusi berlangsung, peserta akan dimasukkan ke break room.
Kendala: Jaringan internet para peserta maupun moderator yang kadang
tidak lancar, beberapa peserta sempat putus jaringan sehingga waktu FGD
terpaksa menjadi lebih lama.
1. Moderator : Sebagai backpacker, darimana kalian mendengar
Karimunjawa pertama kali? Apa pandangan kalian mengenai Karimunjawa saat
itu dan apa yang kalian harapkan dapat lakukan di sana?
Peserta : Kebanyakan tahu dari media sosial, dan teman-teman pada
tertarik karena Taman Nasional Karimunjawa lautnya indah dan alami banget,
harapannya akses ke sana dapat diperbanyak karena masih minim. Contohnya
kapal hanya ada dua hari sekali, pesawat juga jarang beroperasi. Disana
sekarang listrik sudah 24 jam, tidak seperti saat 2010 yang hanya ada saat
malam hari. Yang diharapkan yaitu fasilitas yang lengkap karena letaknya jauh.
Kebanyakan backpacker menanyakan tentang harga dan cara untuk pergi ke
sana bagaimana? Lebih baik akses dari Pelabuhan Kartini Jepara, karena kapal
besar milik PELNI hanya ada seminggu sekali.
xxxviii
2. Moderator : Sebagai backpacker, menurut kalian apa saja informasi
penting yang harus didapatkan backpacker sebelum mengunjungi suatu
destinasi yang berbentuk kepulauan/pulau?
Peserta : Yang pasti akses dan transport, cari tahu dahulu tentang jadwal
kapal atau pesawat kapan saja, bagaimana untuk transport antar pulau nanti,
karena Karimunjawa kan kepulauan besar jadi untuk transportasi antar pulau
juga harus tahu, data tentang tour guide, kendaraan saat disana apakah jalan kaki
atau bisa sewa motor, penginapan sesuai dengan budget, dan informasi tentang
apa yang harus dipersiapkan sebelum berangkat, karena di sana tidak ada ATM,
jadi uang / budget harus dibawa dari rumah.
3. Moderator : Sebagai seorang yang pernah mengunjungi Karimunjawa,
apakah pernah menemukan informasi di media yang tidak/kurang sesuai dengan
keadaan di Karimunjawa? Apa masalah yang biasanya dikeluhkan backpacker
saat berkunjung ke sana?
Peserta Kelompok A (Yang pernah mengunjungi) : Informasi yang ada di
media yang kurang sesuai dengan keadaan di Karimunjawa adalah lingkungan
dan alam di sana lebih bagus dan indah aslinya daripada di foto, masih belum
banyak orang dan masih bersih. Lalu sebenarnya untuk makanan para
backpacker juga tidak sulit ditemukan, karena sebenarnya malam hari di sana
cukup ramai, ada café, ada rumah makan, untuk yang low-budget juga ada, tapi
biasanya jika ditargetkan untuk turis mancanegara harganya lebih mahal.
Makanan lokal juga sudah banyak dan harganya sama antara turis lokal dan
mancanegara. Sedangkan untuk masalah yang dikeluhkan biasanya oleh
xxxix
teman-teman backpacker adalah sinyal terutama untuk jaringan internet, kalau
Wi-fi sudah aman, tetapi jika tidak ada Wi-fi biasanya yang sinyalnya bagus
hanyalah Telkomsel, ATM cuma ada BRI dan itu tidak bisa digunakan untuk
ATM bersama.
4. Moderator : Sebagai orang yang belum pernah mengunjungi
Karimunjawa, apa informasi yang belum kalian temukan tentang Karimunjawa
di media massa yang sekiranya sangat kalian butuhkan untuk perencanaan trip
Anda?
Peserta Kelompok B (Yang belum pernah mengunjungi): Yang belum ada
informasi dan masih dipertanyakan adalah akses mulai dari peta lokasi, karena
jika kita lihat di google map atau peta lainnya kan itu tidak terlihat tentang
aksesibilitas jalan tersebut, apakah bisa diakses jalan kaki atau kendaraan.
Sedangkan rumornya adalah cuaca yang tidak bagus, sehingga kalau mau
pulang/pergi suka tertahan. Jadi kita sebagai backpacker masih bingung kapan
waktu terbaik ke Karimunjawa, informasinya juga banyak yang belum
terupadate karena info mayoritas dari blog-blog lama seperti dari tahun 2010,
sehingga apakah informasi dan keadaan disana sudah sama seperti masa kini.
Lalu untuk masyarakat dan keamanannya bagaimana? apakah mereka ramah-
ramah? Sehingga kita sebagai backpacker ada bayangan untuk bagaimana
berprilaku disana.
Peserta Kelompok A (Yang pernah mengunjungi): Waktu terbaik lebih
baik saat musim panas, sehingga jarang ada badai. Mulai dari Maret-
September. Karena pas itu, saya pernah Oktober cuaca kurang baik dan
xl
ombaknya kencang. Sehingga kapal cepat kami banyak terguncang sehingga
sedikit mabuk laut. Untuk penduduknya, keamanannya terjamin dan mereka
ramah-ramah. Sedangkan untuk kapal mulai dari 160rb untuk kapal cepat
selama 2 jam. Sedangkan untuk kapal biasa dari Semarang perjalanan 5 jam.
5. Moderator : Sebagai backpacker yang pernah mengunjungi
Karimunjawa, apa media informasi yang menurut kalian cocok untuk
menginformasikan ekowisata/wisata alam yang ramah lingkungan di
Karimunjawa? Berikan alasannya dari sudut pandang backpacker?
Peserta Kelompok A: Media yang cocok untuk menginformasikan
ekowisata Karimunjawa yaitu media sosial seperti Facebook, Twitter, atau
blog-blog. Sedangkan agar lebih jelas dan terpercaya dapat melalui website
agar dapat memuat banyak informasi. Dan untuk meningkatkan kepercayaan
orang” dapat melalui media audio visual seperti video yang diupload di
Youtube. Sehingga penonton dapat merasakan penggambaran suasana di sana.
6. Moderator : Sebagai seorang backpacker yang belum pernah
mengunjungi Karimunjawa, apakah informasi tentang kaidah-kaidah
ekowisata / wisata alam ramah lingkungan di Karimunjawa sudah cukup
tersampaikan di media? Apakah Anda akan bersedia untuk mengikuti semua
peraturan yang dimiliki pihak Taman Nasional, seperti contohnya membayar
karcis PNBP/tiket kegiatan?
Peserta Kelompok B: Pasti, harus mengikuti peraturan disana, entah harus
pakai local guide dan yang lain sebagainya. Walaupun jarang ada yang
mengingatkan pun, kami akan tetap menaati. Karena disana pasti akan ada
xli
petugasnya juga. Hal itu juga dapat digunakan untuk mengembangkan
pariwisata di sana.
7. Moderator : 2020 adalah masa dimana pandemi corona berlangsung,
pada 16 Oktober 2020 Karimunjawa resmi dibuka dengan protokol new normal
yang ketat seperti pembatasan wisatawan, syarat rapid test, dan membawa
peralatan pribadi untuk menyelam, dsb. Otomatis perlahan pariwisata di
Karimunjawa akan beradaptasi ke wisatawan dengan kelompok kecil seperti
dengan kaidah ekowisata. Menurut kalian, apa tantangan terbesar backpacker
untuk menghadapi keadaan ini?
Peserta : Tantangannya biaya pasti akan bertambah, barang bawaan juga
akan lebih berat karena harus bawa peralatan sendiri, dan rasanya tidak bisa
sebebas dulu pasti akan ada rasa cemas karena di pelabuhan pun kita pasti akan
bertemu banyak orang asing yang kita tidak tahu mereka keadaaan
kesehatannya seperti apa. Walaupun kita sendiri sudah melakukan rapid test.
Karena jumlah orangnya dibatasi, kami juga takut kalau trip akan merasa lebih
sepi dan tidak seseru dahulu.
xlii
LAMPIRAN E: KUESIONER SURVEI POLA TRAVELING
DAN MINAT EKOWISATA
xliii
xliv
xlv
LAMPIRAN F: SURAT PERIZINAN WAWANCARA
xlvi
LAMPIRAN G: TIMELINE DAN BAGAN PENGERJAAN
TUGAS AKHIR
Recommended