View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KOMPETENSI KEPALA PERPUSTAKAAN, STUDI KASUS SDIA 20, SDN 01, SDN 05 dan SDN 11 CIBUBUR
Indah Siti Rahayu, Zulfikar Zen.
Ilmu Perpustakaan, Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Kampus UI, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
sitirahayuindah@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana kompetensi yang dimiliki oleh
Kepala Perpustakaan Sekolah di wilayah Kelurahan Cibubur Jakarta Timur, yang dilakukan di
empat (4) sekolah, yaitu: SDIA 20 Cibubur, SDN 01 Cibubur, SDN 05 Cibubur, SDN 11
Cibubur sesuai dengan Permendiknas No.25 Th.2008. Pada penelitian ini yang menjadi
subjek kajian adalah kompetensi yang dimiliki oleh Kepala Perpustakaan Sekolah yang ada di
wilayah Kelurahan Cibubur. Informan yang diteliti empat (4) orang Kepala Perpustakaan,
dengan menggunakan teknik wawancara dengan jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian
adalah bahwa pencapaian Kepala Perpustakaan Sekolah di wilayah Kelurahan Cibubur belum
sepenuhnya dapat menunjukan kompetensi yang baik, khususnya kompetensi pengembangan
profesi, kompetensi pengelolaan informasi dan kompetensi kepribadian dan sosial. Penelitian
ini menyarankan agar Kepala Perpustakaan Sekolah sebaiknya lebih merencanakan
pengorganisasian sumber daya perpustakaan, mengembangkan kesadaran para pustakawan,
melakukan sosialisasi lebih banyak, dan menghimbau pustakawan untuk mulai melakukan
kajian-kajian ilmiah sehingga bisa memenuhi kompetensi Wawasan Kependidikan.
Kata kunci: Kompetensi, Pustakawan, Kepala Perpustakaan Sekolah
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
ABSTRACT
This research aims to explain the competence that is had by the Heads of School Libraries in the area
of Kelurahan Cibubur Jakarta Timur, which is at SDIA 20 Cibubur, SDN 01 Cibubur, SDN 05 Cibubur, SDN 11 Cibubur, according to Permendiknas no. 25 of 2008. The subject of this research is the competence that is had by the Heads of School Libraries in the area of Kelurahan Cibubur. Informants of the research are four (4) Heads of School Libraries, analyzed by doing interviews with qualitative research type. The result is that the Heads of School Libraries in the area of Kelurahan Cibubur have not fully shown good competence needed, especially in terms of professional development, information management, and personal and social competence. This research suggests that the Heads of School Libraries should plan the organization of library resources more, develop the awareness of librarians, do library socialization more and urge librarians to start doing scientific studies so that it can meet the competency of Wawasan Kependidikan (Educational Insight). Keywords : Competence; Librarian; Head of School Library
PENDAHULUAN
Perpustakaan tidak hanya berkaitan dengan gedung dan buku saja tetapi juga dengan
sistem penyimpanan, pemeliharaan, dan pengguna perpustakaan tersebut. Karena
perpustakaan adalah suatu kesatuan unit kerja yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian
pengembangan koleksi, bagian pengolahan koleksi, bagian pelayanan dan juga bagian
pemeliharaan sarana prasarana perpustakaan. Menurut Rahayuningsih (2007: 1) banyaknya
bagian-bagian perpustakaan tersebut menyebabkan perpustakaan juga membutuhkan sumber
daya manusia dan berbagai fasilitas pendukung serta yang paling penting adalah koleksi yang
disusun berdasarkan sistem tertentu.
Menurut Dian Sinaga (2011: 27) perpustakaan sekolah adalah pusat integrasi segala
kegiatan pendidikan dan berbagai sumber bahan pengajaran, informasi, dan bahan rekreasi,
yang fungsinya menunjang pelaksanaan program kurikulum dan sebagai konsekuensinya
perpustakaan harus dikelola oleh tenaga ahli yang benar-benar memiliki kompetensi dalam
pengelolaan perpustakaan sekolah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan
pada Pasal 1 ayat 8 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pustakawan adalah seseorang
yang memiliki kompetensi yang diproleh melalui pndidikan dan/ atau pelatihan
kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
Dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan hal mutlak yang wajib dimiliki oleh
seseorang yang berprofesi sebagai pustakawan. Kompetensi menjadi hal penting yang wajib
dimiliki oleh pustakawan karena kompetensi dapat membentuk suatu kerangka kerja yang
efektif dan efisien dalam pelaksanaan aktivitas pustakawan sehari-hari.
Kompetensi berkaitan dengan bakat dan kemampuan seseorang dalam suatu profesi
(pekerjaan) yang memiliki sifat interpersonal. Pustakawan harus memiliki kemampuan,
keterampilan serta perilaku dan karakteristik untuk melaksanakan pekerjaannya. Dalam
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (2012: 2) disebutkan bahwa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja pustakawan diwujudkan dalam 3 kelompok unit kompetensi
yaitu umum, inti dan khusus. Kompetensi tersebut menjadikan pustakawan dapat
mengembangkan inovasi serta kreatifitasnya dalam menjadikan perpustakaan sekolah agar
dapat dimanfaatkan oleh siswa secara efektif.
Sesuai peraturan menteri pendidikan nasional nomor 25 Tahun 2008 tanggal 11 Juni
2008, kualifikasi standar tenaga perpustakaan sekolah/ madrasah adalah setiap sekolah/
madrasah untuk semua jenis dan jenjang yang mempunyai jumlah tenaga perpustakaan
sekolah/ madrasah lebih dari satu orang, mempunyai lebih dari enam rombongan belajar
(rombel), serta memiliki koleksi minimal 1000 (seribu) judul materi perpustakaan dapat
mengangkat kepala perpustakaan sekolah/ madrasah. Setiap perpustakaan sekolah/ madrasah
memiliki sekurang-kurangnya satu tenaga perpustakaan sekolah/ madrasah yang
berkualifikasi SMA atau yang sederajat dan bersertifikat kompetensi pengelolaan
perpustakaaan sekolah/ madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah.
Di Indonesia, budaya kompetisi pustakawan masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat
dari praktek pustakawan yang berlangsung hamper seluruh perpustakaan, hanya beberapa
pesan saja yang mebawa pengguna dari kesadaran ke pembelian, belum pada pemuasan
kebutuhan pengguna. Pustakawan masih sangat sederhana dan selalu mendasarkan diri hanya
pada kepentingan pribadi, bahkan lupa bahwa perpustakaan sebagai sumber informasi.
Misalnya sikap ketidakpedulian, berperilaku seenaknya, tidak berperan aktif dalam
pendayagunaan informasi yang tersedia di perpustakaan.
Dalam penelitian ini dibutuhkan perumusan masalah secara jelas, untuk mendapatkan
hasil penelitian yang baik. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas maka
pokok permasalahan yang dapat peneliti sebutkan adalah:
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
“Bagaimana kompetensi yang dimiliki oleh Kepala Perpustakaan sekolah di Kelurahan
Cibubur, Jakarta Timur.”
TINJAUAN LITERATUR
Definisi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan
dan memelihara koleksi pustaka baik buku-buku ataupun bacaan lainnya yang diatur,
diorganisasikan dan diadministrasikan dengan cara tertentu untuk memberi kemudahan dan
digunakan secara berlanjut oleh pemakainya sebagai informasi. Larasati Milburga (1989)
menyatakan bahwa perpustakaan sekolah ialah suatu unit kerja dari sebuah lembaga
persekolahan yang berupa tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka penunjang proses
pendidikan, yang diatur secara sistematis, untuk digunakan secara berkesinambungan sebagai
sumber informasi untuk perkembangan dan memperdalam pengetahuan, baik oleh pendidik
maupun yang dididik di sekolah tersebut. Menurut Soeatminah (1992), perpustakaan sekolah,
adalah perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk menunjang
pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari
definisi tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan
yang didirikan oleh sekolah, dan berada dilingkungan sekolah yang merupakan sarana
penunjang sekolah, dengan tujuan utamanya untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan
yang diselengarakan oleh sekolah, dimana perpustakaan sekolah tersebut bernaung.
Pustakawan
Pustakawan dengan pendidikan paling rendah Sarjana (S1) dalam bidang ilmu
perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo), atau S1 bidang lain yang memiliki
kompetensi dalam pengelolaan perpustakaan, dengan tugas keprofesian dalam bidang
perpustakaan. Pustakawan sekolah (school librarians) yaitu seseorang yang memiliki
kualifikasi sebagai pustakawan karena pendidikan formal. Mengelola sepenuhnya
Perpustakaan Sekolah.
Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan dan/ atau pelatihan kepustakawanan, serta mempunyai tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan (Undang-Undang No 43 Tahun 2007
Pasal 1 Ayat 8). Secara sederhana pustakawan dapat dipahami sebagai sebutan atau istilah
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
untuk seseorang yang bekerja di perpustakaan. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai
organisasi yang menghimpun para pustakawan dalam kode etiknya mengatakan bahwa
pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan
memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya
berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi, dan informasi yang dimilikinya melalui
pendidikan. Pustakawan adalah seseorang yang berkarya secara profesional di bidang
perpustakaan dan informasi (Hermawan dan Zen, 2006: 46).
Pustakawan Guru
Pustakawan guru (teacher librarians) yaitu guru yang disamping mengajar juga
mengelola Perpustakaan Sekolah. Seorang teacher librarians harus memiliki dua kompetensi
yaitu sebagai guru dan sebagai pustakawan. Teacher Librarians juga harus menguasai
keilmuan perpustakaan sehingga selain dapat mengajar juga dapat mengelola perpustakaan.
Asisten Pustakawan
Asisten pustakawan dengan pendidikan ilmu perpustakaan tingkat diploma dalam
bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi (Pusdokinfo) dengan tugas
melaksanakan tugas penunjang keprofesian dalam bidang perpustakaan.
Sebagian besar tugas asisten pustakawan adalah membantu tugas pustakawan,
terutama untuk jenis pekerjaan yang bersifat profesi. Menurut jenjang jabatan pustakawan,
asisten pustakawan merupakan jenjang jabatan yang terendah. Dari segi tingkatan kualifikasi,
asisten pustakawan dimasukkan ke dalam tingkat semiprofessional.
Tenaga Fungsional Lain
Tenaga fungsional lain, misalnya pegawai perpustakaan dengan pendidikan kejuruan
atau keahlian tingkat kesarjanaan dengan tugas melaksanakan pekerjaan penunjang
koprefesian seperti pranata komputer dan kearsipan.
Staf atau pegawai perpustakaan adalah seseorang yang ditugaskan untuk menjaga
perpustakaan, mengeluarkan dan menerima bahan-bahan untuk perpustakaan,
mengelompokkan dan memasang rak buku-buku, perekam suara dan gambar, majalah yang
terbit berkala, jurnal, majalah-majalah dan surat kabar, serta menyediakan informasi tentang
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
perpustakaan secara umum untuk pengguna perpustakaan. Pegawai perpustakaan tidak
berkualifikasi sebagai pustakawan dan bukan pula guru.
Kompetensi
Kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik seseorang yang dapat
mengindikasikan cara berperilaku seseorang serta mendukung perilakunya tersebut dalam
waktu yang lama (Spencer, 1993: 9).
Secara sederhana kompetensi dipahami sebagai kemampuan yang terdapat di dalam
diri seseorang untuk melaksanakan pekerjaannya secara optimal, yang diperolehnya melalui
pendidikan atau pun pelatihan. Kompetensi banyak dipahami oleh banyak orang sebagai
salah satu faktor yang membedakan seseorang bekerja secara optimal atau tidak. Reitz (2002:
158) dalam Online Dictionary for Library and Information Science mendefinisikan
kompetensi sebagai kemampuan yang diharapkan dari seseorang untuk melakukan pekerjaan
tertentu setelah seseorang menyelesaikan pendidikan atau pelatihan.
Berdasarkan teori mengenai kompetensi yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat dikatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan yang terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang menjadi dasar seseorang untuk melaksanakan aktivitas kerja
secara maksimal atau sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.
Kompetensi Pustakawan
Dalam pembahasan mengenai pustakawan, telah dijelaskan bahwa profesi pustakawan
adalah profesi yang hanya bisa dijabat oleh seseorang yang memiliki kompetensi atau
kemampuan dan keterampilan khusus di bidang perpustakaan. Dengan kata lain, seorang
pustakawan harus memiliki kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, perilaku,
serta karakteristik pustakawan untuk melaksanakan pekerjaan memberikan layanan kepada
pengguna. Dengan adanya kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh pustakawan, akan
menjamin terwujudnya layanan yang bermutu (Hermawan dan Zen, 2006: 174).
Menurut Spencer yang dikutip oleh Moeheriono (2010: 3-4), kompetensi adalah
karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam
pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai
sebab-akibat dengan kriteria yang menjadi acuan, efektif, atau berkinerja prima atau superior
di tempat kerja atau pada situasi tertentu. Berdasarkan definisi kompetensi yang
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
diungkapkan oleh Spencer ini, Moeheriono kemudian menjelaskan lebih lanjut mengenai 3
(tiga) makna yang terkandung di dalamnya, yaitu:
a. Karakteristik dasar (underlying characteristic) kompetensi adalah bagian dari
kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta mempunyai perilaku yang
dapat diprediksi pada berbagai keadaan tugas seseorang.
b. Hubungan kausal (causallly related) berarti kompetensi dapat menyebabkan atau
digunakan untuk memprediksi kinerja seseorang, artinya jika mempunyai kompetensi
tinggi, maka akan mempunyai kinerja tinggi pula (sebab akibat).
c. Kriteria (criterian referenced) yang dijadikan sebagai acuan, bahwa kompetensi secara
nyata akan memprediksikan seseorang dapat bekerja dengan baik, harus terukur atau
terstandar.
Pada profesi pustakawan, umumnya para pustakawan ataupun para praktisi di bidang
perpustakaan mengenal ada dua jenis kompetensi, yaitu kompetensi profesional dan
kompetensi personal. Kedua jenis kompetensi pustakawan yang secara umum paling dikenal
ini merupakan kompetensi dari Competencies for Information Professionals of the 21st
Century yang dikeluarkan oleh Special Library Association (SLA) pada tahun 2003. Standar
kompetensi pustakawan yang dikeluarkan oleh SLA sebenarnya diperuntukan bagi
pustakawan di perpustakaan khusus, namun karena di Indonesia standar kompetensi
pustakawan baru dipublikasikan pada tahun 2012, maka standar kompetensi pustakawan
yang dikeluarkan oleh SLA digunakan oleh pustakawan dan para praktisi kepustakawanan
sebagai acuan sementara dengan melakukan sedikit penyesuaian dengan kondisi di Indonesia.
Selain SLA, terdapat beberapa organisasi perpustakaan lain yang juga mengeluarkan standar
kompetensi pustakawan, di antaranya adalah:
1. Ohio Libray Council, Ohio Public Library Core Competencies (2008).
2. American Library Association (ALA), Core Competencies of Librarianship (2008).
3. Canadian Association of Research Libraries (CARL), Core Competencies for 21st
Century (2010).
4. Competency Index for the Library Field (2014). Merupakan kumpulan kompetensi di
bidang perpustakaan dari 11 (sebelas) organisasi perpustakaan di luar negeri. Kumpulan
kompetensi ini dikumpulkan oleh WebJunction.
5. Perpustakaan Nasional RI, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
Bidang Perpustakaan (2012). SKKNI Bidang Perpustakaan merupakan rumusan kerja
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan/atau keahlian serta sikap kerja
yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan pustakawan yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan
dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang bersangkutan akan
mengetahui dan memiliki kemampuan tentang:
a. Bagaimana mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan.
b. Bagaimana mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan.
c. Apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana
semula.
d. Bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah
atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.
e. Bagaimana menyesuaikan kemampuan yang dimiliki bila bekerja pada kondisi dan
lingkungan yang berbeda.
Di dalam SKKNI Bidang Perpustakaan, kompetensi pustakawan didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar
kinerja yang ditetapkan (SKKNI-PRP, 2012: 2).
Pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja seorang pustakawan diwujudkan ke dalam 3
(tiga) kelompok unit kompetensi, yaitu kelompok kompetensi umum, kompetensi inti, dan
kompetensi khusus. Selain 3 (tiga) kelompok unit kompetensi tersebut, terdapat pula 1 (satu)
kompetensi kunci yang juga harus dikuasai oleh seorang pustakawan. Kompetensi kunci
adalah sikap kerja yang harus dimiliki pustakawan untuk mencapai unjuk kerja yang
dipersyaratkan dalam pelaksanaan setiap unit kompetensi (Umum, Inti, dan Khusus).
Lebih jauh lagi, Spencer (dikutip oleh Moeheriono) mengatakan bahwa dalam setiap
individu seseorang terdapat beberapa karakteristik kompetensi dasar yang terdiri dari watak,
motif, bawaan/konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan. Kelima karakteristik tersebut
merupakan kesatuan yang saling mendukung. Namun dalam pelaksanaannya, keterampilan
dan pengetahuan merupakan karakteristik yang cenderung lebih nyata kelihatan muncul.
Sedangkan konsep diri, watak, dan motif cenderung tidak tampak atau tersembunyi.
Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan kompetensi yang dimiliki oleh Kepala
Perpustakaan Sekolah yang berada di wilayah Kelurahan Cibubur, oleh karena itu peneliti
akan mengacu pada bahasan Kompetensi sesuai dengan Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
yaitu mengenai Kompetensi Kepala Perpustakaan. Pada profesi pustakawan, menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia UU NO.25 Tahun 2008 mengenai
Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah, setiap perpustakaan sekolah memiliki sekurang-
kurangnya satu tenaga perpustakaan sekolah yang berkualifikasi SMA atau yang sederajat dan
bersertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah dari lembaga yang ditetapkan
oleh pemerintah. Pustakawan yang memiliki kompetensi memiliki enam kriteria kompetensi
pustakawan beserta sub-sub kompetensinya, yaitu:
Tabel Kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah
DIMENSI KOMPETENSI KOMPETENSI
1. Kompetensi Manajerial (1) Memimpin tenaga perpustakaan sekolah/
madrasah.
(2) Merencanakan program perpustakaan
sekolah/ madrasah
(3) Melaksanakan program perpustakaan
sekolah/ madrasah
(4) Memantau pelaksanaan program
perpustakaan sekolah/ madrasah
(5) Mengevaluasi program program
perpustakaan sekolah/ madrasah
2. Kompetensi Pengelolaan
Informasi
(1) Mengembangkan koleksi perpustakaan
sekolah/ madrasah.
(2) Mengorganisasi Informasi
(3) Memberikan jasa dan sumber informasi
(4) Menerapkan teknologi informasi dan
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
komuni-kasi.
3. Kompetensi Kependidikan (1) Memiliki wawasan kependidikan.
(2) Mengembangkan keterampilan
memanfaatkan informasi
(3) Mempromosikan perpustakaan
(4) Memberikan bimb ingan literasi
informasi.
4. Kompetensi Kepribadian (1) Memiliki integritas yang tinggi.
(2) Memiliki etos kerja yang tinggi.
5. Kompetensi Sosial (1) Membangun hubungan sosial.
(2) Membangun komunikasi.
6. Kompetensi
Pengembangan Profesi
(1) Mengembangkan ilmu.
(2) Menghayati etika profesi.
(3) Menunjukkan kebiasaan membaca
Reputasi/Citra Sekolah
Peran pustakawan sangat besar untuk menumbuhkan citra perpustakaan di
masyarakat. Pandangan masyarakat di Indonesia terhadap keberadaan profesi pustakawan
masih kurang begitu menghargai, malah mungkin diantara pustakawan sendiri yang kurang
menghargai profesinya termasuk juga mahasiswa ilmu perpustakaan di sebuah perguruan
tinggi yang malu untuk menjawab jika ada yang bertanya jurusan apa yang diambilnya.
Pandangan masyarakat itu pula yang banyak mempengaruhi kondisi internal atau citra
diri dari pustakawan itu sendiri antara lain merasa malu, tidak berarti, dan kurang komitmen
terhadap profesinya. Ini berpengaruh terhadap citra perpustakaan di mata masyarakat, yang
mengakibatkan program-program perpustakaan tidak berjalan dengan semestinya, kinerja
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
pustakawan semakin berjalan lambat, padahal sudah banyak Peraturan Pemerintah yang sudah
dibuat.
Secara sederhana citra diri seorang pustakawan dapat diartikan sebagai gambaran kita
terhadap diri sendiri atau pikiran kita tentang pandangan orang lain terhadap diri. Dengan kata
lain, apa yang dipahami orang lain tentang kita sebenarnya dibentuk oleh akumulasi sikap,
perilaku, dan cara kita mengekspresikan diri. Kemunculan kita ke publik, dalam bentuk
apapun, melalui suatu proses waktu. Secara perlahan-lahan akan membentuk “kesan atau
imej” tertentu dalam benak publik. Apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar tentang
kita, itulah yang menjadi faktor pembentuk citra kita di benak mereka.
Reputasi adalah kesan imajinatif yang terbentuk dalam benak publik dalam rentang
waktu tertentu dan terbentuk oleh keseluruhan informasi tentang diri kita yang sampai ke
publik. (Matta, 2002: 177). Pada perpustakaan sekolah, reputasi pustakawan yang baik adalah
pengaruh untuk perpustakaan sekolah yang baik pula, dan tentunya tidak luput untuk
menjunjung tinggi nama naik sekolah. Reputasi perpustakaan sekolah yang baik sangat
ditentukan oleh kinerja pustakawannya, dan kinerja sangat tergantung pada kompetensi atau
kapasitas internal yang dimiliki pustakawan tersebut. Jadi, untuk membangun citra
pustakawan yang baik hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki kinerja. Kinerja
pustakawan mengacu pada total produktivitas pustakawan atau gambaran tentang portofolio
seseorang sebagai pustakawan.
Reputasi dapat terbangun dengan hal yang tampak atau dengan hal yang dirasakan.
Melalui hal yang tampak dapat dilihat dari penampilan pustakawan yang ada di front officer
apakah sudah tampil secara baik atau belum. Hal tampak tersebut menjadi hal yang terdengar
saat pengguna perpustakaan menyampaikan informasi pada masyarakat. Hal lain yang dapat
membangun reputasi pustakawan adalah dari yang dirasakan melalui bagaimana pustakawan
menghadapi pengguna (Sihabudin, Urip, 2009).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang dilakukan peneliti pada
penelitian ini adalah mengumpulkan data yang berasal dari wawancara, catatan, memo, dan
dokumen resmi lainnya.
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
Dengan pendekatan ini, penulis dapat mengamati dan mempelajari perilaku
pustakawan dengan jelas secara dekat dan mendalam. Seperti yang dikatakan oleh Powell
(2004: 59) mengenai pendekatan ini, bahwa penelitian kualitatif cenderung lebih mudah
diterapkan pada penelitian yang aspeknya subjektif, ketimbang penelitian kuantitatif.
Pada penelitian ini peneliti berusaha memaparkan kompetensi yang dimiliki empat
Kepala Perpustakaan SD yang berada di wilayah Kelurahan Cibubur, yaitu SDIA 20
CIBUBUR, SDN 01, SDN 05, dan SDN 11.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kompetensi Kepala Perpustakaan SDIA 20, SDN 01, SDN 05 dan SDN 11 Cibubur
a. Kompetensi Manajerial
Dapat disimpulkan mengenai kompetensi manajerial kepala perpustakaan pada penelitian
ini, bahwa para informan sudah merasa menjalankan kompetensi manajerialnya dengan baik,
yaitu dengan melakukan pengembangan secara rutin dalam waktu satu tahun atau setengah
tahun. Tetapi para informan belum menjelaskan gambaran upaya-upaya personal mereka
secara spesifik dalam kaitannya meningkatkan taraf kemanfaatan perpustakaan bagi
pengguna. Pada fase evaluasi, dapat dinyatakan bahwa para pustakawan masih
menitikberatkan evaluasi administratif namun kurang memikirkan pentingnya kepuasan
pengguna perpustakaan.
b. Kompetensi Pengelolaan Informasi
Simpulan dari hasil pembahasan tersebut yaitu Kepala Perpustakaan Sekolah masih
memiliki kendala dalam kaitannya dengan ruang lingkup pengetahuan mereka mengenai cara
mengorganisasi informasi. Pustakawan lebih banyak memperhatikan penggunaan teknik atau
metode khusus dalam mengelompokkan atau menata koleksi perpustakaan dibandingkan
memperkaya pengetahuannya sendiri. Kepala Perpustakaan belum sepenuhnya mampu
memenuhi ekspektasi kompetensi pengelolaan informasi, terutama karena masih banyak
disibukkan dengan tugas-tugas administratif teknis. Optimalisasi perangkat lunak atau
penggunaan Teknologi Informasi untuk mempermudah proses pendaataan koleksi yang juga
belum dimaksimalkan.
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
c. Kompetensi Wawasan Kependidikan
Hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Kepala Perpustakaan dalam penelitian ini
sudah berhasil menyediakan koleksi perpustakaan yang sesuai dengan kurikulum pendidikan
di sekolah. Kepala Perpustakaan dalam penelitian ini juga sudah memotivasi para
pustakawannya agar selalu berusaha memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan meski
belum maksimal. Selain itu, Kepala Perpustakaan dalam penelitian ini juga sudah membuat
pengguna perpustakaan (siswa) untuk lebih memanfaatkan Teknologi Informasi untuk
memfasilitasi proses pembelajaran.
d. Kompetensi Kepribadian Sosial
Peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman informan tentang integritas masih terpaku
pada sifat-sifat tugas administratif dalam bentuk pelaporan kepada sekolah. Artinya
paradigma administratif masih menjadi pendekatan yang populer di kalangan pustakawan.
Pustakawan memandang peran organisasi adalah sangat penting dalam mengembangkan
kemampuan dan kompetensi pustakawan, terutama untuk berbagi pengetahuan dan
kemampuan antar pustakawan. Hal yang masih dinilai kurang adalah pola komunikasi antara
pustakawan dengan pemustaka, khususnya siswa. Pustakawan masih kurang memerhatikan
pembangunan karakter pribadi dan pola hubungan dengan pengguna perpustakaan serta pihak
sekolah.
e. Kompetensi Pengembangan Profesi
Pada kategori kompetensi ini dapat disimpulkan pula bahwa pustakawan belum bisa
menggambarkan kompetensi pengembangan profesi yang memadai, terutama dalam bentuk
karya ilmiah atau publikasi ilmiah. Capaian umum pustakawan antara lain menyusun
pedoman dan petunjuk teknis di bidang ilmu perpustakaan dan informasi, indeks koleksi dan
bibliografi. Pustakawan dalam penelitian ini menitikberatkan pada kegiatan pelatihan ataupun
seminar tentang pustakawan dan ilmu perpustakaan serta keterlibatan dalam organisasi profesi
dalam upaya meningkatkan kompetensi. Beberapa Kepala Perpustakaan juga masih menilai
dirinya (pustakawan) sebagai pekerja yang santai, simple dan mudah. Pustakawan juga maish
banyak yang merasa bahwa menjadi pustakawan hanyalah pekerjaan menunggu perpustakaan
dan menegur perpustakaan disaat ada yang membuat keributan didalam perpustakaan.
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pencapaian Kepala Perpustakaan SD di
Wilayah Kelurahan Cibubur belum sepenuhnya dapat menunjukkan kompetensi mereka.
Khususnya kompetensi pengembangan profesi, kompetensi pengelolaan informasi dan
kompetensi kepribadian dan sosial. Secara umum dapat disimpulkan kompetensi Kepala
Perpustakaan sangat diperlukan dalam mengembangkan perpustakaan sekolah masing-
masing, kompetensi kepala perpustakaan tersebut dapat semakin terbentuk oleh dua hal yaitu
hard skill dan soft skill. Yang pertama lebih bersifat scientific achievement, sedangkan yang
kedua bersifat psychological achievement.
Kompetensi yang dimiliki kepala perpustakaan tersebut bekenaan dengan penguasaan
teknis dan detail bidang kepustakawanan dan keperpustakaan, serta berkaitan dengan
kemampuan berpikir strategis sebagai perumus kebijakan, wawasan masa depan (forward
looking), dan kemampuan perencanaan strategis, kemampuan manajerial, kemampuan
komunikasi publik, dan lainnya.
Bersamaan dengan berkembangnya kompetensi melalui pengembangan kapasitas
internal pustakawan secara berkesinambungan, maka kinerja pustakawan akan meningkat.
Dengan cara itu pula pustakawan dapat merebut kepercayaan publik. Dengan kepercayaan
publik yang ada, otomatis citra perpustakaan menjadi naik dan penghargaan terhadap
pustakawan semakin meningkat pula.
Saran
Berdasarkan keseluruhan pembahasan dan kesimpulan diatas, berikut saran yang penulis
harapkan dapat berdampak lebih baik untuk perpustakaan SDIA 20 CIBUBUR, SDN 01,
SDN 05, dan SDN 11, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kepala Perpustakaan Sekolah sebaiknya lebih merencanakan pengorganisasian sumber
daya perpustakaan, khususnya untuk Perpustakaan SDN 05 Cibubur dan SDN 01 Cibubur.
Sedangkan untuk Perpustakaan SDIA 20 Cibubur dan SDN 11 Cibubur sudah mempunyai
perencanaan yang baik dalam hal pengorganisasian sumber daya perpustakaan.
b. Untuk pengelolaan informasi, beberapa Kepala Perpustakaan sudah menjalankan
kegiatannya secara baik, namun untuk Perpustakaan SDN 01 Cibubur dan SDN 05
Cibubur sebaiknya Kepala Perpustakaan diperlukan lagi untuk mengembangkan
kesadaran para pustakawan di Perpustakaan Sekolah, seperti memantau, menyesuaikan
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
dan memperbaharui data online yang ada. Hal itu diharapkan terciptanya katalog yang up-
date, dan pastinya menjadi indikator kompetensi pustakawan yang baik dalam mengelola
informasi.
c. Dalam hal kerjasama, perlunya Kepala Perpustakaan melakukan sosialisasi lebih banyak,
terutama tentang cara penggunaan model katalog elektronik, sehingga pemustaka tidak
mengalami kesulitan yang justru bisa menghambat pemanfaatan perpustakaan. Dalam hal
ini, Perpustakaan SDIA 20 sudah menerapkan katalog elektronik yang tentunya
memudahkan penggunanya dalam melakukan kegiatan di perpustakaan. Untuk ketiga
perpustakaan sekolah yang belum membenahi katalog elektroniknya mungkin dapat lebih
banyak lagi menjalin kerjasama antar perpustakaan agar dengan tidak adanya jaringan
online berbentuk katalog tersebut, tidak menjadikan hambatan dan kurangnya informasi
yang dimiliki oleh pengguna perpustakaan nantinya.
d. Disarankan kepada Kepala Perpustakaan agar menghimbau pustakawan untuk mulai
melakukan kajian-kajian ilmiah sehingga bisa memenuhi kompetensi Wawasan
Kependidikan, yang diwujudkan dalam karya tulis ilmiah, abstrak atau publikasi ilmiah
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anne, Totterdell, 2005. Library and Information Work. London: Facet. Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Asdi Mahasatya. Bafadal, Ibrahim. 2009. Pengelolaan perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Britha, Mikkelsen. 2005. Metode Partisipatoris. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Bungin, Burhan, 2007. Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cahyono, Teguh Yudi. (2014). Demokratisasi kerja untuk meningkatkan kompetensi pustakawan. 10 April 2016. http://repository.um.ac.id/index.php http://www.Artikel-Pustakawan/demokerja.html Creswell, John W. (2010). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
Chowdhury, G.G. 1999. Introduction to Modern Information Retrieval. London: Library Association Publishing. Dokumen Perpustakaan SDIA 20 CIBUBUR, Diakses April 29, 2016, dari (official Site Al-Azhar Cibubur) http://www.alazhar-cibubur.sch.id Dokumen Perpustakaan SDN 01 CIBUBUR. Diakses Februari 24, 2016, dari http://www.kesekolah.com Dokumen Perpustakaan SDN 05 CIBUBUR. Diakses April 26, 2016, dari http://www.datadikti.net Dokumen Perpustakaan SDN 11 CIBUBUR. Diakses April 16, 2016, dari http://www.sdncibubur11.sch.id Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. (2006) Etika kepustakawanan: Suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. Idrus, Muhammad. (2009). Metode penelitian ilmu sosial: Pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga. IFLA/UNESCO. (1994). Public library manifesto. 14 April 2016. http://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994 Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/ Madrasah. Indonesia. 2004. Departemen Pendidikan Nasional tentang Sumber Daya Manusia Perpustakaan. Indonesia. (2007). Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Reitz, Joan M. (2002). ODLIS: Online dictionary for library and information science.14 April 2016. http://www.abc-clio.com/ODLIS/searchODLIS.aspx Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Koentjaraningrat. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Laksmi, Fuad Gani, dan Budiantoro. (2007). Manajemen perkantoran modern. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
Milburga, C. Larasati et al. 1989. Membina perpustakaan sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Mulyasa, E 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Patton, E. Kristi, 1998, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta, Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi UI. Rahayuningsih. 2007. Pengelolaan Perpustakaan. Jakarta: Graha Ilmu. Sinaga, Dian. 2011. Mengelola Perpustakaan Sekolah. Bandung: Bejana. Soedibyo, Noerhayati. 2005. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius. Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakwan. Yogyakarta: Kanisius. Spencer, Peter M. (1993). Competence at Work “Models for Superior Performance”. New York: Jhon Wiley & Sons Inc. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung: Alfabeta. Sumantri, MT. 2002. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sutarno NS. 2003. Perpustkaan dan Masyarakat. Jakarta: Obor. Suwarno, Wiji. 2011. Pengetahuan Dasar Kepustakaan; Sisi Penting Perpustakaan dan Pustakawan. Bogor: Ghalia Indonesia. Yin, Robert K. 2003. Studi Kasus dan Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada Yusuf, Pawit M. Dan Yaya Suhendar. 2010. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kompetensi Kepala ..., Indah Siti Rahayu, FIB UI, 2016
Recommended