View
21
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI
DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
M. Triyono Yuliyanto
NIM: 031124033
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) Propinsi Indonesia,
pengurus Dewan Paroki paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta,
dan
kampus IPPAK USD Yogyakarta.
v
MOTTO
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan,
dan menaruh harapan pada-Nya.”
(Yer 17:7)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Desember 2008
Penulis
M. Triyono Yuliyanto
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : M. Triyono Yuliyanto Nomor Mahasiswa : 031124033 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Darma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, 20 Desember 2008 Yang menyatakan,
M. Triyono Yuliyanto
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner, penulis mempunyai keprihatinan bahwa masih sedikit umat yang bersedia untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja, terutama keterlibatan dalam karya kerasulan. Salah satu wujud keterlibatan kaum awam diwujudkan dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki. Sebagai usaha melihat seberapa besar keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja, penulis memperoleh data menggunakan penelitian kualitatif dengan wawancara dan penyebaran kuesioner. Wawancara dan penyebaran kuesioner ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Kaum awam, berkat Sakramen Permandian dan Penguatan, dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Oleh sebab itu kaum awam turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah diwujudkan oleh Gereja kepada dunia yang mengarahkannya kepada Kristus. Kaum awam terlibat dalam karya keselamatan Allah dengan mengambil bagian dalam tritugas Kristus, yakni imamat (tugas menguduskan), nabi (tugas mewartakan), dan raja (tugas menggembalakan). Dalam melaksanakan karya kerasulan Gereja, kaum awam mewartakan karya keselamatan Allah kepada semua manusia melalui kenyataan hidup sehari-hari, baik dalam Gereja maupun dalam masyarakat. Kerasulan awam merupakan tugas perutusan Gereja untuk membawa kesaksian akan misteri rencana karya keselamatan Allah bagi penebusan manusia. Salah satu perwujudan keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan adalah keterlibatan dalam kepengurusan Dewan Paroki. Dewan Paroki merupakan salah satu bentuk persekutuan para pelayan umat Allah, baik imam sebagai wakil Uskup maupun kaum awam sebagai wakil umat yang bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas Kristus. Sebagai usaha meningkatkan keterlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki penulis mengusulkan program katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP). Model SCP mempunyai kekhasan bersifat dialogal dan partisipatif sarta menggarisbawahi peranan peserta sebagai subjek yang bebas dan bertanggung jawab. Program pendampingan ketekese model SCP ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran dan peranan pengurus Dewan Paroki dalam membangun jemaat, sehingga kaum awam semakin meningkatkan keterlibatan dalam karya kerasulan Gereja.
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is THE PARTICIPATION OF LAITY IN THE CHRUCH MINISTRY AS THE OFFICIALS OF THE PARISH COMMITTEE IN SAINT JOHN THE DISCIPLE PARISH OF PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. The writer chose this title based on the result of interviews and questionnaires which show us that there are only a few number of lay persons who are available to engage actively in the Church; especially on her ministerial task. One of the realizations of the participation of the laity is their role as the members of the parish committee. The writer collected some data using qualitative research through interviews and random questionnaires in order to see the range of participation of the laity in the church ministry. The interviews and questionnaires were aimed to the officers of the Parish Committee in Saint John the Disciple Parish of Pringwulung, Yogyakarta.
Laity, for having accepted the Sacraments of Baptist and Confirmation, is called to proclaim God’s works of salvation. Therefore, the laity also participates in the saving action of the Lord. Church takes God’s work of salvation into its shape by directing the world to Christ. Laity is engaged to this work of salvation by taking part to the three-fold works of Christ, as a priest (to sanctify), a prophet (to proclaim), and a king (to shepherd). In accomplishing the ministerial works of the Church, lay persons proclaim the saving actions of the Lord through daily reality, both in the body of the Church herself and in the society. The laity ministerial service is a mission of the Church to witnessing the God’s mystery of the works of salvation for the redemption of the mankind. One of the completions of the laity participation in the ministerial task is the involvement in the Parish Committee. Parish Committee is one model of unity of the God’s people ministers; with the priests as the vicars of the Bishops and laity as the representatives of all God’s people who together accomplish the task and vocation to partaking into the Christ’s three-fold works.
As an effort to increase the participation of the laity in Parish Committee, the writer suggests the catechetical program modeled in the Shared Christian Praxis (SCP). This SCP Model has the dialogical and participative character and it underlines as well the roles of the participants as free and responsible subjects. This SCP model of program as catecheses is aimed to the offials/members of the Parish Committee in Saint John the Disciple Parish of Pringwulung, Yogyakarta . It is meant to help them increase the consciousness and the role of the Parish Committee officers in building Church community, so that the laity will also increase their participation in the ministerial tasks of the Church.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa karena kasih-Nya
yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN
GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI
SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. Skripsi
ini ditulis bertolak dari keprihatinan penulis akan masih sedikitnya kaum awam
yang terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja terutama keterlibatan dalam
kepengurusan Dewan Paroki. Oleh sebab itu penulisan skripsi ini dimaksudkan
untuk memberikan sumbangan dalam meningkatkan keterlibatan kaum awam
dalam karya kerasulan Gereja.
Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak,
yang dengan sepenuh hati, setia, meluangkan waktu, mendampingi, memberikan
semangat, membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan dukungan
melalui doa, motivasi, dan sumbangan ide- ide yang baik. Pada kesempatan ini
penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rm. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang
telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, mendampingi, membimbing
penulis dengan penuh kesabaran, memberikan semangat, dorongan, dan
memberikan masukan serta koreksi dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Rm. Dr. C. Putranta, S.J., selaku dosen penguji II dan dosen pembimbing
akademik yang selalu mendampingi, mendukung, menguatkan, membimbing,
xi
dan memberikan semangat kepada penulis selama menempuh studi di IPPAK
USD ini, dan dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.
3. Bapak P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang telah
memberikan dukungan dan evaluasi kepada penulis dalam
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
4. Segenap staf dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama studi hingga selesainya skripsi ini.
5. Rm. Ignatius Sukawalyana, Pr., Rm. Adolpus Suratmo, Pr., selaku Pastor
paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dan segenap pengurus
Dewan Paroki Pringwulung, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran selama proses wawancara dan penyebaran kuesioner untuk membantu
penulis sehingga penulis memperoleh data yang dibutuhkan.
6. Rm. Alexander Sapta Dwi Handoko, S.C.J., sebagai Pater Propinsial
Kongregasi S.C.J. Indonesia yang telah memberikan tugas perutusan kepada
penulis untuk studi di IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
7. Rm. Yohanes Juliwan Maslim, S.C.J., selaku Rektor Skolastikat S.C.J. dan
Rm. Agustinus Riyanto, S.C.J., Rm. Dr. C.B. Kusmaryanto, S.C.J, Rm. Dr.
F.A. Purwanto, S.C.J., dan Rm. P. Sugiarto, S.C.J. selaku staf Skolastikat
S.C.J., konfrater S.C.J. II komunitas Visma Vijaya Praya (Fr. Rudiyanto,
S.C.J., Fr. Mardani S.C.J., Fr. Marianus, S.C.J., Fr. Oki, S.C.J., Fr. Louis,
S.C.J., Fr. Guntoro, S.C.J., Fr. Sriyanto, S.C.J., Fr. Alfonsus, S.C.J., dan Fr.
xii
Indri, S.C.J.), dan para konfrater yang telah memberikan dukungan, semangat,
motivasi, bantuan, usulan, sarana dan prasarana selama penulis menempuh
studi dan proses penyelesaian skripsi.
8. Sahabat-sahabatku yang baik (Sr. Oktaviana K.S.F.L., Sr. Gratiana S.F.D., Fr.
Irenius B.H.K., Marina Yulita, Br. Eduardus B.M., Sr. Angelina F.C.J.M., Sr.
Yulia H.K., Hendi Kurniawan, dan Citra Kania Rahmawati Intan Putri).
9. Teman-teman angkatan 2004 yang telah memberikan dukungan, perhatian
kepada penulis selama penulis menempuh studi dan atas kerjasama yang baik
selama perjalanan studi di kampus IPPAK USD.
10. Kedua orang tua, kakak dan adik yang senantiasa memberi dukungan,
semangat, perhatian, cinta, dan doa selama penulis menjalankan tugas
perutusan untuk studi di Yogyakarta.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, yang selama ini
dengan tulus telah memberikan dukungan kepada penulis selama studi dan
dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kasih membalas budi baik mereka semua
dengan berkat dan rahmat yang melimpah. Akhirnya penulis berharap semoga
karya tulis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi pembaca,
khususnya bagi kaum awam yang peduli tehadap perkembangan Gereja.
Yogyakarta, 20 Desember 2008
Penulis
M. Triyono Yuliyanto
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... iv
MOTTO.......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR.................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Permasalahan.................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 6
D. Manfaat Penulisan............................................................................ 7
E. Metode Penulisan.............................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 8
BAB II. GAMBARAN UMUM KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM KARYA KERASULAN SEBAGAI DEWAN PAROKI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA............................................. 10
A. Gambaran Umum Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta ..................................................................................... 10
1. Sejarah dan Perkembangan Paroki............................................. 11
2. Visi dan Misi Paroki................................................................... 16
xiv
3. Situasi Goegrafis Paroki............................................................. 17
4. Situasi Umat Paroki.................................................................... 18
B. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kerasulan Gereja sebagai Pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta............................................................... 23
1. Gambaran Umum Dewan Paroki St. Yohanes Rasul
Primngwulung ............................................................................ 23
2. Pemahaman Anggota Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja........................................................................ 27
3. Pemahaman Anggota Dewan Paroki Pringwulung tentang Makna Dewan Paroki .................................................... 29
4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja sebagai Pengurus Dewan Paroki ................................................ 33
C. Rangkuman Permasalahan-Permasalahan Pokok dalam Keterlibatan Kaum Awam di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta............................................................... 34
1. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja ....... 35
2. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kepengurusan Dewan Paroki ......................................................................................... 36
3. Pemahaman Pengurus Dewan Paroki terhadap Tugas- tugasnya ...................................................................................... 37
4. Keterlibatan Pengurus Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja........................................................................ 39
BAB III. KERASULAN KAUM AWAM DALAM KARYA KERASULAN GEREJA SEBAGAI DEWAN PAROKI.............. 40 A. Identitas Kaum Awam.................................................................... 40
1. Pengertian Awam secara Umum................................................ 41
2. Pengertian Awam dalam Gereja................................................. 41
B. Kerasulan Gereja ............................................................................ 42
1. Tritugas Kerasulan Gereja.......................................................... 44
a. Kerasulan imamat ................................................................... 45
b. Kerasulan kenabian................................................................ 47
c. Kerasulan rajawi..................................................................... 49
2. Peranan Kerasulan dalam Gereja ............................................... 51
xv
C. Kerasulan Awam dalam Gereja ...................................................... 52
1. Kerasulan Awam........................................................................ 53
a. Pengertian kerasulan awam.................................................... 53
b. Dasar kerasulan awam............................................................ 56
c. Arah dan tujuan kerasulan awam ........................................... 61
d. Spiritualitas kerasulan awam.................................................. 65
2. Pembinaan Karya Kerasulan Awam .......................................... 67
a. Pembinaan manusiawi............................................................ 69
b. Pembinaan rohani................................................................... 70
c. Pembinaan pengetahuan teologis ........................................... 71
3. Bidang-Bidang Kerasulan Awam............................................... 71
D. Dewan Paroki ................................................................................. 73
1. Selayang Pandang tentang Dewan Paroki.................................. 74
a. Sejarah Dewan Paroki ............................................................ 74
b. Pengertian Dewan Paroki....................................................... 76
c. Tujuan dan fungsi Dewan Paroki ........................................... 77
2. Struktur Kelembagaan Dewan Paroki........................................ 79
a. Dewan Paroki sebagai persekutuan umat............................... 80
b. Pedoman dasar Dewan Paroki................................................ 82
3. Dewan Paroki sebagai Tugas Kerasulan Gereja ........................ 96
BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM KEPENGURUSAN DEWAN PAROKI DI PAROKI ST. YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA........................................................................... 100
A. Latar Belakang Pemilihan Program ............................................... 101
B. Alasan Pemilihan Tema.................................................................. 102
C. Rumusan Tema dan Tujuan............................................................ 103
D. Penjabaran Program ....................................................................... 105
E. Petunjuk Pelaksanaan Program....................................................... 108
F. Contoh Satuan Persiapan ................................................................ 109
xvi
BAB V. PENUTUP....................................................................................... 124
A. Kesimpulan..................................................................................... 124
B. Saran............................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 130
LAMPIRAN .................................................................................................. 133
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan kitab suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjamjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru dengan pengantar dan catatan
singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas
Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV).
Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 13.
B. Singkatan Dokumen Gereja
AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.
AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kagiatan Misioner
Gereja, 7 Desember 1965.
CFL : Christi Fideles Laici, Imbauan Apostolik Pasca Sinode Bapa
Suci Yohanes Paulus II tentang Panggilan dan Tugas Kaum
Awam Beriman di dalam Gereja dan di dalam Dunia, 12 Maret
1989.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964.
xviii
C. Singkatan lain
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
HAK : Hubungan antar Agama dan Kepercayaan
Kan : Kanon
KAS : Keuskupan Agung Semarang
Litbang : Penelitian dan Pengembangan
PANKAT : Panitia Katekese
PD : Persekutuan Doa
PDDP : Pedoman Dasar Dewan Paroki
PGPM : Pengurus Gereja Papa Miskin
PIA : Pendampingan Iman Anak
PIR : Pendampingan Iman Remaja
PIU : Pendampingan Iman Umat
PKL : Paguyuban Ketua Lingkungan
PPDP : Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki
RAPB : Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja
SCP : Shared Christian Praxis
Sosek : Sosial ekonomi
St : Santo
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Peristiwa Pentakosta menjadi peristiwa pertobatan orang-orang yang
berada di kota Yerusalem dengan menyediakan diri untuk dibaptis dan menjadi
pengikut Kristus. Mereka datang dari berbagai bangsa di bawah kolong langit
(Kis 2:1-13) untuk menerima Pembaptisan dari para rasul. Jumlah orang yang
menyediakan diri untuk dibaptis pada hari itu sangat banyak, jumlah mereka
bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kis 2:41). Dengan bertambahnya umat yang
dibaptis pada saat itu, maka dibutuhkan pula para pelayan/murid untuk
menjamin iman mereka. Karena keterbatasan jumlah para rasul, maka mereka
memilih dan mengangkat murid-murid untuk menjamin iman umat pada saat
itu. Bahkan para rasul secara khusus memilih tujuh orang untuk melayani orang
miskin dan para janda (Kis 6:3-6).
Umat kristiani, seiring perkembangan zaman, mengalami perkembangan
di berbagai penjuru dunia. Dengan bertambahnya jumlah umat kristiani tersebut,
maka dibutuhkan pelayan-pelayan bagi mereka dalam bidang rohani. Pada
awalnya umat kristiani senantiasa mendapatkan pelayanan dari kaum klerus atau
imam dan biarawan/biarawati. Menyadari akan kebutuhan pelayanan umat yang
semakin berkembang memunculkan kesadaran kaum awam. Kebutuhan kaum
awam turut serta dalam karya pelayanan (kerasulan) umat untuk mengambil
bagian dan terlibat dalam karya pelayanan umat semakin besar dan mendesak
2
(CFL, art. 3). Keterlibatan kaum awam dalam karya pewartaan dan karya
kerasulan diungkapkan dalam dokumen Apostolicam Actuositatem:
Adapun zaman sekarang kita menuntut semangat merasul kaum awam yang tidak kalah besar. Bahkan situasi sekarang ini jelas memerlukan kerasulan mereka yang lebih intensif dan lebih luas. Sebab semakin bertambahnya jumlah manusia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan-hubungan antar manusia yang lebih erat, bukan saja memperluas tanpa batas gelanggang kerasulan awam, yang sebagian terbuka bagi mereka, melainkan juga menimbulkan masalah-masalah baru, yang menuntut perhatian serta usaha mereka yang cekatan. Kerasulan itu semakin mendesak, karena otonomi banyak bidang kehidupan manusiawi, sebagaimana wajarnya, amat banyak bertambah, adakalanya disertai suatu penyimpangan dari tata kesusilaan dan keagamaan, serta bahaya besar bagi hidup kristiani. Selain itu dibanyak daerah, jumlah imamnya sangat sedikit (AA, art. 1).
Menanggapi perkembangan umat beriman yang semakin pesat Paus
Celasius (492-496) membagi daerah-daerah pedesaan menjadi paroki-paroki
(Gitowiratmo, 2003: 21). Status pembentukan paroki semakin diperjelas
terutama dalam Konsili Trente tahun 1563 dan lebih dipertegas lagi pada tahun
1917 dengan adanya ketentuan Hukum Gereja (Gitowiratmo, 2003: 21-26).
Imam, dalam tugas penggembalaannya, menggembalakan umat lebih kurang
1.000-10.000 jiwa. Melihat kenyataan tersebut mau tidak mau para
gembala/imam membutuhkan peran serta kaum awam dalam tugas
penggembalaan.
Konsili Vatikan II mengadakan perubahan besar dalam Gereja. Salah
satu perubahan yang dihasilkan dalam Konsili Vatikan II antara lain mengenai
paroki yaitu mengikutsertakan seluruh umat dalam persekutuan orang beriman
Kristiani (KHK, kan. 581). Hal tersebut dipertegas oleh Gitowiratmo (2003: 29)
yang mengatakan, “sejak tahun 1965, suasana hidup menggereja lambat laun
berubah, disadari bahwa Gereja adalah seluruh umat Allah (imam dan awam)
3
yang saling bersekutu karena sama-sama menerima panggilan Allah dalam
Kristus”. Melalui ungkapan tersebut, semakin jelas bahwa kaum awam juga
mempunyai peranan penting dalam kehidupan menggereja. Konsili Vatikan II
menegaskan:
Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat baptis telah mejadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan persatuan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia (LG, art. 31).
Berkat Sakramen Permandian kaum awam dipanggil untuk berpartisipasi
dalam tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus (CFL, art. 23). Peran serta
kaum awam dalam karya kerasulan Gereja meliputi berbagai bidang kerasulan
antara lain kerasulan jemaat-jemaat kristiani, kerasulan keluarga, kerasulan
kaum muda, kerasulan lingkungan sosial, dan kerasulan bidang-bidang nasional
dan internasional (AA, art. 10-14). Salah satu wujud nyata dari peranan umat
dalam karya kerasulan Gereja yakni terlibat di dalam kepengurusan Dewan
Paroki. Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki, kaum awam turut
terlibat dalam tritugas Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan
menggembalakan. Kaum awam, selain terlibat dalam tritugas Kristus, juga turut
serta menampakkan persekutuan Allah Tritunggal yang melandasi segala
kehidupan Gereja (KAS, 2004: 15).
Peran serta kaum awam sangat dibutuhkan dalam usaha pendampingan
hidup rohani umat beriman saat ini. Panggilan kaum awam untuk merasul
merupakan panggilan kristiani. Melalui Sakramen Permandian kaum awam
secara langsung menerima panggilan untuk mewartakan karya keselamatan
4
Allah. Dengan menerima Sakramen Penguatan panggilan untuk merasul bagi
orang kristiani semakin dipertegas. Hal senada juga diungkapkan dalam
dokumen Apostolicam Actuositatem art. 3 yang mengungkapkan bahwa
kewajiban dan hak kaum awam untuk merasul berdasarkan persatuan mereka
dengan Kristus sebagai kepalanya. Sebab, Sakramen Permandian meleburkan
mereka ke dalam tubuh mistik Kristus, dan Sakramen Penguatan mengukuhkan
mereka dengan daya Roh Kudus, dan dengan demikian oleh Tuhan sendiri
menetapkan tugas kerasulan. Panggilan khusus para awam ialah mengikhtiarkan
Kerajaan Allah dengan menyelenggarakan urusan-urusan duniawi dan
mengaturnya menurut kehendak Tuhan (Heuken, 1967: 5). Kaum awam, dalam
tugas perutusannya, mempunyai kekhasan yakni bersifat khas duniawi. Hal
tersebut dipertegas oleh Tondowidjojo (1990: 32) yang mengatakan:
Kaum awam itu hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan setiap jabatan serta kegiatan dunia, dan dalam situasi hidup berkeluarga dan hidup kemasyarakatan yang biasa, yang merajut seluruh keberadaan mereka. Di sana mereka dipanggil Allah agar - dalam menjalankan tugas khususnya, dibimbing oleh semangat Injil - mereka menyumbang pengudusan dunia dari dalam laksana ragi. Jadi tugas mereka secara khusus ialah: menerangi dan menata semua hal ikhwal dunia, yang erat behubungan dengan mereka sehingga selalu terjadi dan berkembang sesuai dengan Kristus, dan merupakan pujian bagi Pencipta dan Penyelamat.
Peran serta kaum awam dalam kehidupan menggereja sangat dibutuhkan
dan menjadi partner kerja para imam dalam pelayanan dan penggembalaan umat
(Tondowidjojo, 1990: 59). Kaum awam seringkali masih kurang menyadari dan
kurang memahami betapa pentingnya kehadiran mereka dalam kehidupam
menggereja terutama dalam karya kerasulan. Salah satu bentuk karya kerasulan
yang membutuhkan peranan kaum awam antara lain keterlibatan di dalam
5
kepengurusan Dewan Paroki. Kaum awam beranggapan bahwa karya kerasulan
merupakan tugas para imam, religius, dan kaum biarawan/biarawati (tanggung
jawab kaum berjubah). Sebagai akibat dari anggapan tersebut kaum awam
kurang melibatkan diri dalam karya kerasulan baik di paroki, lingkungan
masing-masing, maupun di dalam masyarakat.
Dewan Paroki merupakan lembaga Gereja yang kehadirannya sangat
dibutuhkan di dalam suatu paroki. Dewan Paroki mempunyai peranan sentral di
dalam paroki karena Dewan Paroki merupakan suatu bentuk persekutuan umat
yang didalamnya orang-orang beriman tertentu (kaum awam) menerima
tanggung jawab pelayanan pastoral bersama dengan gembala mereka sebagai
pemersatunya. Hidup matinya Dewan Paroki sebagai lembaga pelayanan umat
sungguh-sungguh tergantung dari dukungan, keterlibatan, dan peran serta umat
setempat.
Kekurang-terlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki dapat
disebabkan oleh berbagai latar belakang, seperti merasa tidak pantas, kurang
mampu, mempunyai kesibukan kerja atau masih aktif di dunia kerja, dan
sebagainya. Keterlibatan kaum awam juga sangat dibutuhkan, antara lain dalam
hal pendampingan, membutuhkan pemimpin atau orang yang dituakan (pemuka
umat) untuk menjamin kehidupan iman mereka.
Penulis mengalami keprihatinan ketika melihat bahwa kaum awam
masih kurang terlibat aktif untuk mengambil bagian dalam tugas kerasulan
Gereja salah satunya keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki. Sebagai
wujud keprihatinan penulis, maka dalam penulisan ini, penulis mencoba
mengangkat masalah tersebut dengan mengambil judul “Keterlibatan kaum
6
awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di
Paroki Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta”.
B. Rumusan Permasalahan
Permasalahan pokok yang ingin dibahas oleh penulis dalam skripsi ini
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Sejauh mana kaum awam di paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung,
terlibat di dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki?
2. Sejauh mana Gereja memahami keterlibatan kaum awam dalam karya
kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki?
3. Sejauh mana peranan katekese dalam meningkatkan peranan kaum awam
dalam kepengurusan Dewan Paroki di paroki St. Yohanes Rasul
Pringwulung?
C. Tujuan Penulisan
Untuk lebih jelasnya tujuan penulisan “Keterlibatan kaum awam
dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki
Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” adalah:
1. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan kaum awam di paroki St.
Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dalam tugas perutusan Gereja
terutama dalam keterlibatan sebagai pengurus Dewan Paroki.
2. Untuk memberikan sumbangan kepada Gereja tentang pemahaman Dewan
Paroki sebagai salah satu perwujudan tugas kerasulan Gereja.
7
3. Untuk meningkatkan peranan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja
sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung,
Yogyakarta.
4. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan sarjana Strata 1
(S1) Program Studi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
1. Melalui penulisan, wawancara, dan penyebaran kuesioner ini penulis
memperoleh wawasan yang luas tentang teori keterlibatan kaum awam
dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St.
Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.
2. Melalui penulisan ini, dapat dijadikan oleh penulis sebagai dasar untuk
semakin mendalami peranan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja
sebagai pengurus Dewan Paroki.
3. Melalui penulisan ini, dapat semakin memperluas wawasan, sebagai bahan
refleksi, dan untuk meningkatkan peranan kaum awam dalam tugas
kerasulan sebagai kepengurusan Dewan Paroki.
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode deskriptif yaitu mendalami tentang keterlibatan kaum awam dalam
karya kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes
Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Sebagai dasar dari penulisan ini, penulis
8
melakukan pengedaran angket dan melakukan wawancara kepada anggota dan
pengurus Dewan Paroki serta kepada romo paroki. Selain itu penulis juga
berusaha mengembangkan refleksi pribadi melalui studi pustaka menggunakan
buku-buku pendukung dari para ahli yang berkompeten di bidangnya selama
penulisan skripsi ini. Akhirnya menjadi sebuah bahan refleksi bagi kaum awam
dan pengurus Dewan Paroki untuk terlibat di dalam mengambil bagian dalam
tugas kerasulan Gereja. Semoga melalui refleksi tersebut semakin banyak kaum
awam yang terlibat di dalam karya kerasulan Gereja terutama keterlibatan kaum
awam di dalam kepengurusan Dewan Paroki.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini yang berjudul “Keterlibatan kaum awam dalam
tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki Santo
Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” terdiri dari beberapa bab, yakni
sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini, penulis menuliskan
latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II memberikan gambaran umum keterlibatan kaum awam dalam
karya kerasulan sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul,
Pringwulung, Yogyakarta. Bertolak dari judul bab tersebut penulis pertama-tama
mengangkat tentang sejarah paroki, situasi umat paroki, dan keterlibatan kaum
awam dalam kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki.
9
Bab III menjelaskan kerasulan awam dalam karya kerasulan Gereja
sebagai Dewan Paroki. Dari judul besar tersebut penulis mencoba menjelaskan
tentang identitas kaum awam, kerasulan awam dalam Gereja, kerasulan Gereja,
dan membahas tentang Dewan Paroki yang berisi Dewan Paroki dalam Konsili
Vatikan II, struktur kelembagaan Dewan Paroki, dan Dewan Paroki Sebagai
tugas kerasulan Gereja.
Bab IV menjabarkan usulan program katekese untuk meningkatkan
keterlibatan kaum awam kepengurusan Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes
Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Penulis dalam penulisan ini menjabarkan
tentang latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan tema, penjabaran
program, rumusan tema dan tujuan, petunjuk pelaksanaan program, dan contoh
satuan persiapan.
Bab V sebagai bagian penutup untuk mengakhiri rangkaian penulisan
skripsi ini. Pada bagian ini penulis memberikan kesimpulan dari karya tulis ini
serta memberikan beberapa saran untuk meningkatkan peranan kaum awan
dalam tugas kerasulan Gereja terutama sebagai pengurus Dewan Paroki.
10
BAB II
GAMBARAN UMUM KETERLIBATAN KAUM AWAM
DALAM KARYA KERASULAN SEBAGAI DEWAN PAROKI PAROKI
SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA
Perkembangan Gereja yang semakin pesat menumbuhkan kesadaran
umat untuk terlibat dalam karya penggembalaan. Kesadaran Gereja dalam turut
mengambil bagian dalam tugas penggembalaan umat dapat diwujudkan melalui
berbagai macam bentuk keterlibatan sesuai kemampuan masing-masing. Santo
Paulus mengatakan: “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa
pelayanan tetapi satu Tuhan” (1 Kor 12:4-5). Setiap orang mendapatkan
anugerah dan talenta yang berbeda-beda (Mat 25:14-30) untuk dikembangkan
dalam berbagai bentuk pelayanan. Kehidupan menggereja mempunyai banyak
bentuk pelayanan yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan yang bertujuan
agar semua manusia memperoleh keselamatan, kebahagiaan, dan lain- lain.
A. Gambaran Umum Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta
Gereja, yang merupakan paguyuban umat yang beriman kepada Yesus
Kristus, dipahami sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh
seluruh umat beriman Katolik, sehingga kehidupan dan perkembangannya
menjadi tanggung jawab bersama. Sebagai salah satu usaha mengembangkan
kehidupan umat dan mempermudah pengkoordinasian umat dibentuklah paroki-
paroki. Paroki, dalam PDDP Keuskupan Agung Semarang 2004, sebagai bentuk
persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman sebagai bagian dari
11
keuskupan dalam batas-batas teritorial tertentu. Dengan adanya persekutuan
umat yang memiliki batas-batas teritorial tertentu maka pengkoordinasian dan
pelayanan umat dapat semakin dipermudah dan lebih maksimal. Salah satu
wujud paguyuban umat Allah berdasarkan batas teritorial tertentu yakni Paroki
St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Untuk mengenal lebih jauh
Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta, maka pada bagian ini
membicarakan tentang sejarah dan perkembangan, Visi dan misi, letak
geografis, dan situasi umat Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.
1. Sejarah dan Perkembangan Paroki
Sejak didirikannya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun
1955, ternyata membawa perkembangan baru dalam Gereja terutama gereja
Paroki Baciro. Pada tahun 1964, saat itu romo Paroki Baciro yakni Romo J.
Stormmesand, S.J. Setelah Universitas Sanata Dharma didirikan, umat kring
Mrican dan kring Kolombo tidak perlu jauh-jauh pergi ke Paroki Baciro untuk
merayakan Perayaan Ekaristi harian maupun hari Minggu, melainkan di kapel
Sanata Dharma (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki
Pringwulung, 2007: 15).
Pada tahun 1967 terjadi pergantian romo Paroki Baciro, dari Romo J.
Stormmesand, S.J. digantikan oleh Romo A. Prodjosuto, S.J. Pergantian romo
paroki ternyata juga membawa perubahan kebijakan yang berbeda yakni bahwa
seluruh kegiatan umat di wilayah Baciro dipusatkan di paroki. Setelah
pergantian pastor paroki yang baru yaitu Romo F.X. Tan Soe Ie, S.J. pada tahun
1970, kebijakan berubah lagi. Beliau menekankan agar kegiatan-kegiatan umat
12
berkembang di lingkungan- lingkungan. Kebijakan ini juga diteruskan oleh romo
paroki yang menggantikannya pada tahun 1977 yaitu Romo Al. Utoyo, Pr. Ia
memberikan perhatian khusus pada kegiatan di lingkungan- lingkungan yang
berada di bagian utara Paroki Baciro. Umat lingkungan Mrican dan lingkungan
Kolombo mengalami perkembangan, maka dua lingkungan tersebut dimekarkan
menjadi 4 (empat) lingkungan yaitu lingkungan Mrican, Pringgodani,
Karangasem, dan Deresan, pemekaran tersebut terjadi pada tahun 1978. Pada
tahun-tahun berikutnya Lingkungan Kolombo dimekarkan menjadi 5 (lima)
lingkungan yaitu lingkungan Kolombo, Kepuh, Demangan, Ambarukmo, dan
Janti (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007:
15).
Pada saat Romo F.A. Susilo, S.J. ditunjuk untuk membantu romo paroki,
beliau mendapat tugas secara khusus untuk memimpin umat yang kegiatannya
berpusat di kapel Sanata Dharma. Pada tahun itu pula Romo Susilo, S.J.
membentuk “Dewan Stasi” yang diketuai oleh Bapak G.A. Karyono. Pada saat
itulah dianggap sebagai “Berdirinya stasi Mrican”. Dengan berdirinya stasi
Mrican, sejak 1 Juli 1981 keuangan stasi dipisahkan dari keuangan pastoran
Sanata Dharma dan dikelola oleh umat sendiri (Tim Penyusun Buku Kenangan
Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).
Pada tahun 1982 Romo Vicaris Capitularis Keuskupan Agung Semarang
berkunjung ke Paroki Baciro dalam rangka penerimaan Sakramen Krisma.
Kesempatan ini dimanfaatkan umat stasi Mrican untuk mengungkapkan
keinginannya agar stasi Mrican dalam waktu dekat dapat menjadi paroki dan
pada saat itu secara resmi mendirikan Pengurus Gereja dan Papa Miskin
13
(PGPM) di wilayah gereja St. Ignatius Mrican. Pada tahun yang sama, wakil
umat bertemu Provinsial S.J., Romo J. Darmaatmaja, S.J., kepada beliau
dikemukakan permohonan menggunakan kapel Sanata Dharma sebagai gereja
paroki (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007:
16).
Berdasarkan surat keputusan No. 002/II/1983, tanggal 1 Februaru 1983,
PGPM membentuk suatu susunan Panitia Persiapan Pendirian Paroki Mrican,
yang diketuai oleh Bapak A. Tutoyo. Sementara itu permohonan penggunaan
kapel Sanata Dharma sebaga i gereja paroki kepada Dewan Pengurus dan
Kurator Yayasan Sanata Dharma telah dikabulkan dengan surat keputusan No.
042/ AK/84, tanggal 25 Juni 1984. Pada tahun tersebut stasi Mrican untuk
pertama kalinya menyelenggarakan Sakramen Krisma (Tim Penyusun Buku
Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).
Setelah menjabat romo stasi selama 6 (enam) tahun, pada tahun 1986
Romo F.A. Susilo, S.J. digantikan oleh Romo J. Madyasusanta, S.J. dan romo
Paroki Baciro digantikan oleh Romo Al. Wahyosudibya, Pr yang dibantu oleh
Romo P. Supriyanto, Pr. Pada tuhun tersebut terjadi pembagian wilayah yaitu
lingkungan Ambarukmo dimekarkan menjadi 2 (dua), wilayah di sisi selatan
Jalan Solo masuk Paroki Baciro dan wilayah utara Jalan Solo masuk stasi
Mrican, lalu berganti nama menjadi lingkungan Nologaten. Pada tahun 1987,
lingkungan Pringwulung yang semua menjadi bagian dari Paroki Banteng
bergabung menjadi warga umat stasi Mrican. Dengan penggabungan tersebut
stasi Mrican memiliki 11 lingkungan (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang
Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).
14
Pada 15 Mei 1989 dikeluarkan surat keputusan romo Paroki Baciro, Romo
Al. Wahyosudibya, Pr, No. 001/Rm.P/SK.P/DPGKRB/89, tentang pengangkatan
Panitian Pembangunan Gereja Mrican kedua, masa bakti 1989 sampai 1992.
Pada saat itu tanah yang akan digunakan untuk pembangunan gereja, panti
paroki, dan pastoran sudah tersedia di Pandean, Gandok, Condongcatur seluas
3.165 m2 (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung,
2007: 17).
Pada 15 Mei 1992, kepanitiaan Pembangunan Gereja Mrican berakhir,
akan tetapi tugas belum selesai. Maka pada 25 Juni 1993 dilakukan
pembentukan panitia dan pengurus yang baru dan dilantik pada 1 Juli 1993
dengan masa bakti sampai dengan 31 Desember 1996. Panitia pembangunan
yang baru ini kembali diketuai oleh Bapak J.B. Daliyo SH. Saat Bupati Dati II
Sleman dijabat oleh Bapak Drs. H. Arifin Ilyas, beliau menyarankan
memindahkan lokasi pembangunan gedung gereja. Maka lokasi pembangunan
gereja yang semula berlokasi di sebelah barat Sungai Gajah Wong, Pandean,
Gandok, Condongcatur ditukar dengan tanah kas desa Condongcatur yang
terletak di tepi Sungai Gajah Wong Pringwulung dengan pertimbangan bahwa
tanah tersebut lebih sesuai. Pada tanggal 23 Februari 1993 sertifikat tanah
pengganti diterima (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki
Pringwulung, 2007: 17).
Pembangunan gereja, panti paroki, dan pastoran dimulai pada tanggal 10
April 1994. Pada saat itu penggembalaan umat stasi Mrican dilaksanakan
langsung di bawah koordinasi romo Paroki Baciro, Romo J.M. Harjoyo, Pr,
yang kemudian digantikan oleh Romo FX. Wiyono, Pr yang dibantu oleh Romo
15
S. Atas Wahyudi, Pr. Sejak 27 Desember 1996 status Stasi Mrican ditingkatkan
menjadi Paroki Administratif dengan pelindung St. Yohanes Rasul dan Romo S.
Atas Wahyudi, Pr sebagai romo Paroki Administratif. Nama Mrican pun
bergeser sesuai dengan nama dusun tempat gereja dibangun yaitu Pringwulung.
Pada tanggal 27 Desember 1997 gereja Paroki Administratif St. Yohanes
Pringwulung diresmikan, sekaligus penetapan dari paroki Administratif menjadi
paroki mandiri, dengan Romo S. Atas Wahyudi, Pr sebagai romo paroki (Tim
Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 17-18).
Pada tahun 1997 Paroki Pringwulung telah terbentuk, ada 11 lingkungan
yang termasuk dalam paroki ini yaitu Deresan, Karangasem, Kepuh, Kolombo,
Kuningan, Mrican, Nologaten, Pringgodani, Pringwulung I, Pringwulung II, dan
Samirono. Pada tahun 1998, Lingkungan Ngropoh yang semula bagian dari
Paroki Banteng bergabung dengan Paroki Pringwulung. Pada tahun 2000,
Romo Paulus Susanto, Pr ditugaskan oleh keuskupan untuk membantu
pelayanan umat di paroki tersebut. Sejak berdirinya Paroki St. Yohanes Rasul,
Pringwulung, Yogyakarta sampai tahun 2008 ini ada beberapa romo yang
bertugas di paroki tersebut dan beberapa kali pergantian pastor paroki antara lain
Romo Bonifasius Benny Bambang Sumintarto, Pr., Romo FX. Sumantoro, Pr.,
Romo Yohanes Iswahyudi, Pr., dan pada tahun 2007 sampai sekarang Paroki St.
Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta digembalakan oleh Romo Ignatius
Sukawalyana, Pr selaku romo kepala dan Romo Adolfus Suratmo Atmamartaya,
Pr (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 18).
Gereja Paroki Pringwulung menggunakan nama Santo Yohanes Rasul
sebagai nama pelindung paroki. Alasan umat memilih Santo Yohanes Rasul
16
sebagai pelindung Gereja ini antara lain bahwa Santo Yohanes adalah seorang
rasul yang mempunyai semboyan hidup: “Yesus adalah jalan, kebenaran, dan
hidup” (Yoh 14: 6). Santo Yohanes berusaha sekuat tenaga agar hidupnya bisa
dihayati dan dijiwai cinta kasih Kristus. Pengalaman dikasihi Allah (Yoh 13:23)
menjadikan pengalaman pribadi yang ditawarkan kepada semua orang. Santo
Yohanes Rasul memberikan teladan agar Gereja tetap mengikuti jalan Yesus
yang mengungkapkan cintakasih Allah dan menerima setiap orang sebagai
sahabat-sahabatnya (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki
Pringwulung, 2007: 30).
2. Visi dan Misi Paroki
Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung memiliki visi dan misi paroki
sebagai arah dan tujuan paroki agar menjadi seperti diharapkan oleh umat paroki
setempat. Visi dan misi Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung (Tim Penyusun
Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 3) dirumuskan
sebagai berikut:
Visi Umat Allah Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung bercita-cita menjadi murid Yesus yang setia mewartakan sabda Tuhan, mengembangkan rahmat Allah, menghayati, mengungkapkan, dan mewujudkan iman dalam hidup menggereja dan hidup memasyarakat. Misi 1. Menumbuh kembangkan iman dalam keluarga sebagai basis hidup beriman. 2. Membangun dan mengembangkan paguyuban-paguyuban yang berciri terbuka. 3. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan umat dan
masyarakat dengan mendayagunakan seluruh potensi dan aspirasi umat secara terkoordinasi.
17
4. Menyelenggarakan pelayanan sosial, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pembinaan demi peningkatan kesejahteraan umat dan masyarakat sekitar.
5. Memberikan perhatian dan kepedulian kepada seluruh umat terutama mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir serta cacat.
6. Membangun habitus baru; mengangkat martabat pribadi manusia dan melestarikan keutuhan ciptaan.
3. Situasi Geografis Paroki
Gereja Santo Yohanes Rasul Pringwulung sejak 27 Desember 1996 telah
berubah statusnya dari stasi Mrican menjadi Paroki Administratif dan menjadi
paroki mandiri. Paroki Santo Yohanes Rasul beralamatkan di Jalan Panuluh no.
377 A, Pringwulung, Depok, Sleman, Yogyakarta. Sebelah barat bangunan
gereja berbatasan langsung dengan Sungai Gajah Wong, yang memebatasi
rumah penduduk dengan gereja, sebelah timur gereja merupakan tanah lapangan
kosong milik desa yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar untuk sepak
bola atau bola volley, akan tetapi bila hari besar seperti Natal dan Paskah
digunakan sebagai lahan parkir kendaraan umat. Bagian utara gereja merupakan
pemukiman penduduk dan terdapat juga Wisma keuskupan (Wisma Domus
Pacis). Adapun batas-batas wilayah Paroki Santo Yohanes Pringwulung
[Lampiran 5: (24)] adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Paroki Banteng dan Minomartani.
Sebelah timur : Paroki Baciro (stasi Babarsari).
Sebelah selatan : Paroki Baciro.
Sebelah barat : Paroki Kota Baru.
Jarak gereja Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung dengan jalan raya
(Jalan Afandi dahulu Jalan Gejayan) lebih kurang 300 meter. Dengan jarak yang
18
demikian bagi umat yang mempunyai kendaraan pribadi bukan menjadi kendala,
akan tetapi bagi umat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi bukan hal yang
mudah. Karena bagi yang menggunakan kendaraan bus umum harus berjalan
kaki 10 sampai 15 menit untuk sampai ke gereja. Maka kadang ada umat yang
merasa keberatan untuk pergi ke gereja Pringwulung terutama bagi orang-orang
tua. Sebagai solusi dan alternatif lain mereka sebagian pergi ke gereja lain
seperti gereja Kota Baru, kapel Mrican, kapel Santa Anna, kapel Panti Rapih
dan biara Klaris yang lebih mudah di jangkau. [Lampiran 3:(15)].
4. Situasi Umat Paroki
Gereja Pringwulung sebagai paroki mandiri baru berusia beberapa tahun
dan dapat digolongkan sebagai paroki muda. Peningkatan dari Paroki
Administratif menjadi paroki mandiri sudah seharusnya diikuti dengan
mengetahui dan memperhitungkan keadaan lingkungan yang ada di paroki
tersebut. Hal tersebut dikarenakan paroki terbentuk karena adanya lingkungan-
lingkungan. Paroki St. Yohanes Pringwulung saat ini telah mempunyai 13
lingkungan. Nama-nama lingkungan yang ada di Paroki St. Yohanes Rasul,
Pringwulung, Yogyakarta tersebut yakni [Lampiran 4: (23)]:
a. Lingkungan St. Albertus Magnus Deresan b. Lingkungan St. Stephanus Kepuh c. Lingkungan St. Philipus Kuningan d. Lingkungan St. Stanislaus Karangasem e. Lingkungan Brayat Minulyo Nologaten f. Lingkungan Maria Carmel Kolombo g. Lingkungan St. Yusup Mrican h. Lingkungan Santa Perawan Maria Ngropoh i. Lingkungan Emmanuel Pringgondani j. Lingkungan St. Patricius Pringwulung I k. Lingkungan Angela Merici Pringwulung II
19
l. Lingkungan St. Margareta Maria Alacoque Pringwulung III m. Lingkungan St. Kristoforus Samirono.
Jumlah umat Katolik Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta
secara keseluruhan berdasarkan statistik 31 Desember 2007 berjumlah 3.946
jiwa (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007:
22). Jumlah tersebut tidak termasuk mahasiswa/pelajar dan biarawan/biarawati
yang tinggal dan berdomisili di wilayah Paroki Pringwulung. Jumlah mahasiswa
yang berdomisili dan kos di wilayah Paroki Pringwulung lebih kurang 1.000
orang, hal tersebut didukung dengan banyaknya Universitas dan sekolah yang
berada di wilayah Paroki Pringwulung seperti Universitas Sanata Dharma,
Universitas Atma Jaya, Universitas Negeri Yogyakarta, AKS Tarakanita,
Akademi Pariwisata, Sekolah Tinggi Pertanian, Kolese De Brito, dan lain- lain.
Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung salah satu kekhasannya adalah
mempunyai banyak kaum muda baik yang asli maupun pendatang. Jumlah kaum
muda pendatang di paroki ini sangat banyak, hal ini disebabkan dengan adanya
universitas-universitas besar yang ada di sekitar paroki. Dengan adanya kaum
muda di Paroki Pringwulung ini tentu membawa warna yang khusus apalagi
mereka berasal dari berbagai daerah yang ada di belahan Nusantara ini.
Kehadiran kaum muda yang beraneka ragam dan beraneka budaya memberikan
kekayaan tersendiri bagi Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.
Menanggapi hal ini paroki memberikan perhatian kepada kaum muda dengan
melibatkan dalam berbagai kegiatan. Salah satu bentuk perhatian paroki
terhadap kaum muda seperti paduan suara mudika dan misa inovatif dengan
gaya anak muda (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki
20
Pringwulung, 2007: 22). Untuk tindakan lebih lanjut sampai saat ini pihak
paroki belum mempunyai kebijakan berkaitan dengan banyaknya kaum muda
yang kos di wilayah Paroki Pringwulung tetapi sudah menjadi sebuah wacana
dan pemikiran kedepan [Lampiran 3: (16)].
Kekhasan lain yang dimiliki oleh Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung
lainnya yaitu banyak komunitas imam biarawan biarawati yang berada di
wilayah paroki ini. Ada lebih kurang 27 komunitas religius baik imam, Bruder,
maupun komunitas suster (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki
Pringwulung, 2007: 73-78; bdk. KAS, 2008: 163-174) yakni sebagai berikut:
• Tarekat Suster Cinta Kasih Santo Boromeus (C.B.)
• Kongregasi Pengikut Yesus (C.I.J. = Congregatio Imitationis Jesu)
• Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih (C.M.M. =
Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis Matris Misericoriae)
• Suster Pasionis Santo Paulus dari Salib (C.P.)
• Sahabat Setia Yesus (F.C.J. = Faithful Companis of Jesus)
• Putri Cintakasih Canossiana (F.d.C.C. = Figlie della Carita Canossiana)
• Putri Bunda Hati Kudus (P.B.H.K.)
• Kongregasi Fransiskus Misionaris Maria (F.M.M.)
• Fransiskanes Santa Elisabeth (F.S.E.)
• Frater Hamba-hamba Kristus (H.H.K.)
• Suster-suster Belaskasih dari Hati Kudus Yang Maha Kudus (H.K.)
• Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (K.S.F.L.)
21
• Ordo Saudara-saudara Hina Fransiskan (O.F.M. = Ordo Fratrum
Minorum)
• Ordo Santa Ursula (O.S.U.)
• Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (S.C.J. = Congregatio
Sacerdotum a Sacro Corde Jesu)
• Serikat Jesus (S.J. = Societas Jesu)
• Kongregasi Suster Cintakasih dari Maria Bunda yang Berbelaskasih
(S.C.M.M. = Congregatio Sororum Caritatis a Nostra Domina Matre
Misericordiae)
• Suster Dina Santo Yosef (S.M.S.J. = Sorores Minores Sancti Josephi)
• Serikat Sabda Allah (S.V.D. = Societas Verbi Divini)
• Kongregasi Suster Fransiskus Dina (S.F.D. = Congregatie Zusters
Franciscanessen van Dongen)
• Wisma Imam Projo Keuskupan Ruteng
• Wisma Imam Projo Atambua
• Kongregasi Suster Cintakasih dari Yesus dan Maria Bunda Pertolongan
Baik (K.Y.M.)
• Kongregasi Suster Santa Perawan Maria (S.P.M. = Zusters van Onze Lieve
Vrouw)
• Ordo Suster Santa Klara (OSC = Ordo Sanctae Clarae)
• Kongregasi Suster Fransiskanes Sambas (K.F.S.)
• Wisma Imam Projo Keuskupan Agung Semarang “Domus Pacis”
22
Dengan banyaknya komunitas tarekat religius maupun imam yang berada
di Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung ini membawa warna tersendiri dalam
kehidupan menggereja umat setempat. Kehadiran komunitas religius dan imam
banyak membantu kegiatan rohani maupun kegiatan yang lain di Paroki
Pringwulung. Romo paroki menyadari bahwa selama ini kurang menyapa
komunitas-komunitas religius yang bedomisili di paroki Pringwulung. Untuk
kembali menjalin komunikasi dengan komunitas religius seperti yang pernah
diadakan oleh romo paroki sebelumnya, romo paroki mempunyai program untuk
mengadakan kunjungan dan menjalin komunikasi dengan komunitas-komunitas
religius yang berada di paroki Pringwulung. [Lampiran 3: (16-17)].
Sebagai usaha meningkatkan perkembangan iman, Paroki St. Yohanes
Rasul Pringwulung memberikan kesempatan kepada umat untuk membentuk
dan bergabung ke dalam kelompok komunitas-komunitas dan paguyuban-
paguyuban. Adapun kelompok komunitas dan paguyuban yang ada di Paroki
Pringwulung antara lain Putra-Putri Altar St. Dominicus Savio, mudika paroki,
paduan suara mudika paroki Cantemus, komunitas lektor St. Yohanes
Krisostomus, persekutuan doa karismatik, paguyuban kasepuhan Yuswa Adi,
paguyuban Santa Monika, paguyuban seni gerak badan pernafasan Cokro
Kembang Indonesia, dan komunitas Sant’Egidio. Beberapa komunitas dan
paguyuban yang ada tersebut (kemungkinan masih banyak lagi bentuk kegiatan
yang lain) sebagai wujud peran serta umat paroki dalam mengembangkan bakat
dan iman melalui berbagai kegiatan. Gereja juga membuka kemungkinan adanya
kegiatan umat demi pengembangan umat (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang
Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 18).
23
B. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kerasulan Gereja Sebagai Pengurus
Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta
Kepemimpinan dalam Gereja Vatikan II bukanlah kepemimpinan
hierarkis, tetapi kepemimpinan partisipatif. Seluruh umat terlibat dalam
membangun dan mengembangkan Gereja umat Allah. Seluruh umat dipanggil
untuk menghadirkan dan mengaktifkan Gereja di tempat-tempat dan keadaan-
keadaan manapun yang menuntut keterlibatan seluruh umat. Kristus
menghendaki agar kesaksian dan pelayanan-Nya dilanjutkan oleh Gereja; maka
Kristus menganugerahkan tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus kepada
Gereja.
1. Gambaran Umum Dewan Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung
Kemajuan dan perkembangan suatu paroki tidak dapat lepas dari
peranserta anggota Gereja setempat. Demikian halnya yang terjadi dengan
Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Berkat usaha dan kerja
sama umat setempat, Paroki Pringwulung yang semula hanya sebuah stasi
akhirnya dapat menjadi paroki yang besar. Itulah yang menjadi kerinduan umat
stasi Mrican pada saat itu untuk mempunyai gereja paroki. Peran serta umat
begitu gigih untuk mendirikan suatu paroki seperti yang mereka harapkan. Akan
tetapi pembangunan suatu paroki tidak hanya berhenti dengan terwujudnya
suatu bangunan gereja akan tetapi juga memperhatikan pembangunan jemaat
setempat.
Kaum awam, dengan menerima Sakramen Permandian, Penguatan, dan
Ekaristi, mereka dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Melalui
24
panggilan tersebut kaum awam menyadari akan tugas perutusan mereka untuk
mewarakan Kristus melalui kekhasan hidup mereka yakni meresapi hidup
sehari-hari dalam setiap pekerjaan mereka dengan semangat Kristus (Sumarno
Ds., 2005: 3). Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik Christi Fideles
Laici art. 7 mengatakan sebagai berikut: kaum awam beriman mempunyai
peranan yang hakiki dan tidak tergantikan dalam pewartaan Injil ini dan dalam
kesaksian ini: melalui merekalah Gereja Kristus dihadirkan di dalam berbagai
sektor dunia, sebagai tanda dan sumber pengharapan serta kasih.
Kaum awam mempunyai peranan yang sangat penting dan tidak
tergantikan dalam karya pewartaan Injil dan kesaksian hidup di tengah dunia.
Salah satu wujud peranan kaum awam dalam Gereja yakni terlibat dalam
kepengurusan Dewan Paroki. Dewan Paroki merupakan salah satu wadah
peningkatan peranan kaum awam dalam perutusan Gereja (Sumarno Ds., 2005:
3). Menurut PDDP Keuskupan Agung Semarang Dewan Paroki merupakan:
persekutuan para pelayan umat Allah yang terdiri dari imam sebagai wakil
Uskup dan kaum awam serta biarawan/biarawati (bila ada) sebagai wakil umat
bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas
Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan (KAS, 2004:
15).
Keterlibatan sebagai pengurus Dewan Paroki, kaum awam bertindak
sebagai wakil umat, berperan sebagai pelayan umat bersama romo paroki dalam
tugas pengudusan, pewartaan, dan penggembalaan. Sebagai wakil umat maka
Dewan Paroki berfungsi sebagai badan konsultatif yang menampung suara dan
aspirasi umat, mengkoordinasikan hubungan dan interaksi yang hidup antara
25
imam dan umat, sehingga peranan kaum awam tampak dalam dinamika paroki
(KHK, kan. 536). Dewan Paroki sebagai organ tanggung jawab bersama atas
kehidupan dan kesaksian Kristus yang diwujudkan melalui ibadat, pewartaan,
karya misioner, amal, pendidikan, kerasulan umum, dan khususnya diantara
muda-mudi. Maka Dewan Paroki mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perkembangan suatu paroki.
Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta
dalam pelaksanaannya sesuai dengan Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan
Agung Semarang tahun 2004. Pelaksanaan dan semua penyelenggaraan tata
penggembalaan Dewan Paroki senantiasa menyesuaikan dan menyelaraskan
dengan PDDP yang telah disusun oleh keuskupan setempat yakni Keuskupan
Agung Semarang. Sebagai paroki muda, Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung,
terus menerus berusaha meningkatkan dan mengembangkan tata penggembalaan
Dewan Paroki agar dapat semakin sesuai dengan perkembangan zaman dan
perkembangan umat. Sebagai salah satu usaha yang nyata dalam mengusahakan
peningkatan dan pengembangan umat Dewan Paroki sedang menyusun
Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP).
Dewan Paroki sebagai wadah peningkatan peranan kaum awam dalam
perutusan Gereja dan badan konsultatif (Sumarno Ds., 2005: 3). Dewan Paroki
Pringwulung memiliki beberapa bidang antara lain Bidang Liturgi dan
Peribadatan, Bidang Pewartaan, Bidang Paguyuban dan Persaudaraan, Bidang
Pelayanan Kemasyarakatan, Bidang Fasilitas dan Litbang [Lampiran 4: (21-23)].
Bidang Liturgi dan Peribadatan meliputi tim kerja Prodiakon, tim kerja
Lektor, tim kerja Putra altar dan Koor Bosco, tim kerja Koor Dirigen dan
26
Organis, tim kerja Pemazmur, tim kerja Paramenta, tim kerja Misa Harian, dan
tim kerja Tatalaksana Mingguan. Bidang Pewartaan meliputi tim kerja PIA, tim
kerja PIR, tim kerja PIU, tim kerja Katekis, dan tim kerja Kitab Suci. Bidang
Paguyuban dan Persaudaran meliputi tim kerja PD St. Monica, tim kerja
Paguyuban Remaja, tim kerja Cendikiawan, tim kerja Mariage Encounter, tim
kerja Ibu- ibu Paroki, tim kerja Kasepuhan, tim kerja Mudika, tim kerja
Kebatinan, tim kerja Karismatik, dan tim kerja Worosemedi. Bidang Pelayanan
Kemasyarakatan meliputi tim kerja Pendidikan, tim kerja Kesehatan, tim kerja
Pengembangan SOSEK, tim kerja Bina Arta, tim kerja TCK, tim kerja Komsos,
tim kerja Pangurtiloyo, tim kerja HAK, dan tim kerja Kerasulan Awam. Bidang
Fasilitas dan Litbang meliputi tim kerja Rumah Tangga Pasturan, tim kerja
Pembangunan, tim kerja Rumah Tangga Gereja, Keamanan dan Perparkiran, tim
kerja Listrik dan Sound System, tim kerja Wisma Paroki dan Prasarana
Lingkungan, tim kerja Kekaryawanan, tim kerja Inventarisasi, dan tim kerja
Litbang [Lampiran 4: (21-23)].
Pembentukan bidang pelayanan dan tim kerja Dewan Paroki Pringwulung
bertujuan agar pelayanan dan pengembangan umat dapat lebih maksimal serta
sesuai dengan kebutuhan umat setempat. Dengan pelayanan yang lebih
maksimal dan menjangkau seluruh kehidupan umat sehingga diharapkan umat
paroki dapat semakin berkembang dalam berbagai segi kehidupan. Untuk
semakin meningkatkan pelayanan dalam karya penggembalaan umat, pengurus
Dewan Paroki terutama Dewan Harian, mengadakan pertemuan satu bulan
sekali pada hari Kamis minggu ke dua dalam bulan dan PKL (Paguyuban Ketua
Lingkungan) mengadakan pertemuan satu bulan sekali pada hari Kamis minggu
27
ke tiga dalam bulan. Pertemuan tim-tim kerja dalam PD diatur oleh koordinator
tim kerja masing-masing.
2. Pemahaman Anggota Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja
Untuk mengetahui seberapa besar pemahaman anggota Dewan Paroki
terhadap kerasulan Gereja maka penulis melakukan penelitian dengan
melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner tertutup. Penelitian ditujukan
kepada seluruh pengurus Dewan Paroki. Pengurus Dewan Paroki yang mejadi
sasaran penelitian antara lain anggota Dewan Harian, para pamong lingkungan,
dan koordinator tim kerja Dewan Paroki. Berdasarkan hasil penelitian melalui
kuesioner tertutup yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagai
anggota Dewan Paroki sudah cukup memahami karya kerasulan Gereja. Karya
kerasulan Gereja dipahami sebagai semua bentuk kegiatan-kegiatan baik yang
bersifat rohani maupun duniawi yang dilakukan umat Allah yang mengarah pada
tujuan Gereja. Tujuan Gereja yang dimaksudkan adalah karya keselamatan
Allah kepada manusia dan kesatuan dengan Allah. Melalui berbagai kegiatan
yang bersifat rohani maupun duniawi karya kerasulan Gereja bertujuan
penginjilan, pengudusan, dan memperbaharui tatanan dunia secara kris tiani
[Lampiran 2: (8)].
Karya kerasulan Gereja menuntut keterlibatan umat dalam karya
pewartaan karya keselamatan Allah. Karya kerasulan menuntut semua anggota
Gereja tanpa terkecuali untuk terlibat aktif sesuai dengan situasi hidup masing-
masing. Karya kerasulan Gereja tidak terbatas pada bidang-bidang tertentu tetapi
mencakup semua bidang. Karya kerasulan bertujuan untuk mewartakan nilai-
28
nilai kristiani dimana pun mereka berada sesuai dengan kemampuan dan profesi
masing-masing. Setiap anggota Gereja secara hakiki dipanggil untuk melakukan
karya kerasulan karena telah menerima Sakramen Permandian, Sakramen
Krisma, dan Sakramen Ekaristi. Maka dapat dikatakan bahwa yang menjadi
dasar panggilan karya kerasulan Gereja adalah dasar sakramen. Selain itu karya
kerasulan juga mempunyai dasar kristologis yakni bahwa Kristus memanggil
semua umat beriman untuk mewartakan karya keselamatan [Lampiran 2: (8-9)].
Karya kerasulan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan dan perkembangan Gereja. Dengan turut serta dalam karya kerasulan
berarti ikut mengambil bagian dalam memberikan pelayanan kepada umat dalam
seluruh bidang kehidupan. Selain peran pelayanan umat seluruh bidang
kehidupan, karya kerasulan juga mempunyai peran turut mengambil bagian
dalam pengembangan iman umat serta membantu imam dalam tugas
penggembalaan umat. Karya kerasulan Gereja mencakup bidang-bidang yang
sangat luas dan mencakup keseluruhan hidup umat Allah yakni bidang rohani,
bidang moral, dan bidang sosial. Bidang rohani berarti mengembangkan iman
umat yang berkaitan dengan liturgi, peribadatan, dan pendalaman iman. Bidang
moral menyangkut perkembangan kepribadian, tingkahlaku, budipekerti, dan
sopan santun dalam masyarakat. Sedangkan bidang sosial berkaitan dengan
kesejahteraan umat, perhatian kepada kaum lemah, miskin, dan terlantar
[Lampiran 2: (9)].
Ciri khas karya kerasulan yakni melibatkan seluruh umat tanpa terkecuali
dan karya kerasulan mencakup seluruh bidang kehidupan manusia. Karya
kerasulan melibatkan seluruh umat tanpa terkecuali berarti menyangkut seluruh
29
usia. Bagi pengurus Dewan Paroki yang menjadi spiritualitas dalam
melaksanakan karya kerasulan Gereja yaitu karena panggilan Kristus untuk
mewartakan karya kerasulan. Selain itu mereka sebagai warga Gereja menyadari
akan pentingnya peranan kaum awam dalam kehidupan menggereja maka
mereka merasa mempunyai tanggung jawab untuk terlibat dalam kehidupan
menggereja [Lampiran 2: (9)].
Karya kerasulan Gereja masih sangat relefan pada zaman ini karena umat
senantiasa membutuhkan pewartaan dan pendampingan agar hidupnya
senantiasa terarah pada Kristus. Mengingat karya kerasulan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kehidupan menggereja maka membutuhkan
pendampingan dan pembinaan karya kerasulan. Pembinaan karya kerasulan
dimaksudkan agar dalam melaksanakan kerasulan benar-benar mengena pada
sasaran dan kebutuhan umat setempat. Adapun bidang-bidang yang dibutuhkan
dalam pembinaan karya kerasulan yakni bidang pembinaan rohani, bidang
pembinaan pengetahuan teologis, serta bidang pembinaan manusiawi [Lampiran
2: (9-10)].
3. Pemahaman Anggota Dewan Paroki Pringwulung tentang Makna Dewan
Paroki
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui kuesioner tertutup yang
ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki, sebagai pegurus Dewan Paroki
sebagian besar telah memahami apa itu Dewan Paroki dan tugas-tugasnya.
Berdasarkan pendapat mereka (pengurus Dewan Paroki) pengertian Dewan
Paroki adalah persekutuan para pelayan umat Allah yang terdiri dari imam
30
sebagai wakil Uskup dan kaum awam serta biarawan/biarawati (bila ada)
sebagai wakil umat bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk
terlibat dalam tritugas Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan
menggembalakan. Para pengurus Dewan Paroki memahami pengertian Dewan
Paroki berdasarkan PDDP KAS 2004. Berdasarkan pengertian tersebut maka
Dewan Paroki merupakan persekutuan umat yang terdiri dari imam,
biarawan/biarawati dan wakil umat yang melaksanakan tugas tritugas Kristus
[Lampiran 2: (10)].
Sebagai pengurus Dewan paroki mereka sangat memahami apa yang
menjadi tujuan Dewan Paroki. Tujuan Dewan Paroki adalah sebagai berikut:
- Menyelenggarakan tata penggembalaan dengan melibatkan dan
mengembangkan serta memberdayakan seluruh umat dalam hidup dan karya
paroki.
- Membangun kerja sama dengan siapa pun yang berkehendak baik dalam
hubungan antar agama dan kepercayaan.
- Mengembangkan pola hidup dan pola pikir dalam masyarakat yang majemuk,
dan memperhatikan kaum lemah, miskin, dan terlantar.
Selain memahami tujuan Dewan Paroki mereka juga sebagian besar sudah
memahami apa yang menjadi fungsi Dewan Paroki. Adapun fungsi Dewan
Paroki adalah sebagai wadah pelayanan dan koordinasi keterlibatan seluruh
umat dalam melaksanakan panggilan dan tugas perutusan Gereja [Lampiran 2:
(10-11)].
Berdasarkan PDDP KAS tahun 2004 pengurus Dewan Paroki St. Yohanes
Rasul Pringwulung sebagian besar telah memahami apa yang menjadi
31
wewenang Dewan Paroki. Wewenang Dewan Paroki menurut pemahaman
mereka yakni mengambil keputusan reksa pastoral paroki dalam kesatuan
dengan arah pastoral keuskupan. Dewan Paroki selain mempunyai wewenang
juga mempunyai tanggung jawab. Tanggung jawab Dewan Paroki berdasarkan
pemahaman pengurus Dewan Paroki Pringwulung adalah bertanggung jawab
atas pelaksanaan keputusan kepada umat paroki dan Uskup. Selain memiliki
wewenang dan tanggung jawab Dewan Paroki juga mempunyai tugas umum
yang diemban oleh pengurus Dewan Paroki. Adapun tugas-tugas yang harus
dilaksanakan sebagai pengurus Dewan Paroki menurut pendapat mereka adalah
sebagai berikut: menggerakkan dan mengkoordinasi keterlibatan umat, dan
dalam terang iman Dewan Paroki bertugas memutuskan,
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi reksa pastoral paroki yang
meliputi bidang liturgi dan peribadatan, pewartaan, pelayanan kemasyarakatan,
serta paguyuban dan organisasi [Lampiran 2: (11)].
Semua anggota Gereja mempunyai hak untuk menjadi pengurus Dewan
Paroki. Walaupun semua anggota Gereja mempunyai hak menjadi pengurus
Dewan Paroki tentu harus memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditentukan
baik yang berasal dari paroki yang bersangkutan maupun yang berasal dari
keuskupan. Persyaratan atau kriteria ideal untuk menjadi anggota Dewan Paroki
yakni aktif dalam kegiatan menggereja, bersemangat hidup menggereja dan
bersedia melayani umat, mempunyai nama baik, diterima oleh umat, mempunyai
kemampuan bekerjasama dan bermasyarakat, serta rajin mengikuti perayaan
Ekaristi. Menjadi pengurus Dewan Paroki setidak-tidaknya juga mempunyai
32
semangat untuk melayani, kerjasama, dan penggembalaan umat [Lampiran 2:
(11-12)].
Sebagai anggota Gereja mempunyai tanggung jawab untuk
mengembangkan umat paroki melalui tugas pelayanan, pewartaan, dan
penggembalaan. Atas kesadaran tersebut banyak umat yang terlibat dalam
berbagai kegiatan dan persekutuan dalam paroki. Sebagai salah satu bentuk
keterlibatan mereka adalah menjadi pengurus Dewan Paroki. Berbagai alasan
yang mendasari umat Allah mau terlibat dalam kepengurusan Dewan Paroki
antara lain sebagai anggota merasa mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan umat, mempunyai semangat untuk melayani dan turut serta
dalam tugas penggembalaan umat, serta ingin menyumbangkan apa yang
dimiliki untuk mengembangkan umat [Lampiran 2: (12)].
Semua anggota Gereja mempunyai hak untuk menjadi pengurus Dewan
Paroki akan tetapi tidak sedikit orang yang merasa keberatan duduk di dalam
kepengurusan DP. Dewan Paroki menurut padangan beberapa orang sebagai
kedudukan yang tinggi maka harus mempunyai kemampuan yang lebih dan
berasal dari kalangan kaum terpelajar. Salah satu alasan yang yang
memberatkan seseorang untuk menjadi pengurus Dewan Paroki yakni merasa
kurang mampu dan kurang pantas menjadi pengurus DP karena masih banyak
orang yang mempunyai kemampuan dan lebih pantas, lalu juga kesibukan kerja
karena masih terikat dan aktif dalam pekerjaan. Akan tetapi setelah terlibat di
dalam kepengurusan DP banyak keuntungan yang bisa diterima oleh mereka.
Pengurus DP selama menjabat dalam kepengurusan DP mereka dapat belajar
banyak dalam hal berorganisasi dalam Gereja, dapat membangun kerjasama
33
antar pengurus, dapat mengembangkan pelayanan dan kepedulian kepada
sesama, selain itu juga semakin memperteguh iman. Sebagai pengurus DP
mereka tidak pernah merasa rugi baik dalam hal materi maupun yang lain
[Lampiran 2: (12)].
4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja sebagai
Pengurus Dewan Paroki
Dewan Paroki merupakan persekutuan umat yang melaksanakan tugas
perutusan dan panggilan untuk terlibat di dalam tritugas Kristus yakni
menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan. Maka DP sebagai salah satu
perwujudan karya kerasulan Gereja karena selaras dengan tujuan karya
kerasulan. Bahkan dapat dikatakan bahwa DP perwujudan utuh karya kerasulan
karena DP melayani semua bidang, baik bidang rohani maupun pelayanan
kemasyarakatan secara luas [Lampiran 2: (12-13)].
Sebagai pengurus DP, selain melaksanakan tugas-tugas sebagai pengurus
DP, mereka juga senantiasa terbuka dalam keterlibatan-keterlibatan lain di
dalam hidup menggereja maupun di dalam masyarakat. Keterlibatan di dalam
masyarakat menjadi kesempatan untuk melakukan kegiatan pewartaan dengan
menanamkan nilai-nilai kristiani di dalam masyarakat. Melalui keterbukaan
tersebut pengurus Dewan Paroki mempunyai keterlibatan yang sangat besar
dalam karya kerasulan Gereja. Sebagai pengurus DP banyak karya yang dapat
dilakukan kebagai perwujudan karya kerasulan Gereja [Lampiran 2: (13)].
Keberadaan Dewan Paroki menurut pengurus DP St. Yohanes Rasul,
Pringwulung, Yogyakarta mempunyai peranan yang sangat besar dalam karya
34
kerasulan Gereja. Menurut pendapat mereka Dewan Paroki mempunyai peran
yang sangat besar dalam karya kerasulan, karena turut mengembangkan iman
umat dan mengambil bagian dalam tugas penggembalaan umat. Selain itu ada
yang berpendapat bahwa Dewan Paroki mempunyai peran yang sangat besar
dalam karya kerasulan, karena DP bertujuan mengembangkan iman umat dan
terbuka membangun kerjasama dengan agama lain serta memperhatikan kaum
miskin, lemah, dan terlantar [Lampiran 2: (13)].
Dewan Paroki sebagai salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan
Gereja oleh pengurus DP dipahami sebagai:
1. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki
bertujuan menyelenggarakan tata penggembalaan umat paroki dalam
berbagai bidang kehidupan.
2. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki
mempunyai tujuan yang selaras dengan tujuan karya kerasulan Gereja.
3. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki
turut melaksanakan tugas-tugas kerasulan Gereja.
Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki sangat disadari bahwa
menjadi pengurus Dewan Paroki berarti turut mewujudkan dan mengambil
bagian dalam karya kerasulan Gereja [Lampiran 2: (14)].
C. Rangkuman Permasalahan-permasalahan Pokok dalam Keterlibatan
Kaum Awam di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta
Setiap paroki, dalam usaha memajukan dan mengembangkan diri, tentu
menghadapi permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi. Sebagai Gembala
35
dan anggota Gereja mempunyai tanggung jawab untuk melihat secara kritis dan
bijaksana permasalahan-permasalahan yang ada sehingga mampu
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil yang
diperoleh melalui kuesioner tertutup dan wawancara penulis menemukan
beberapa masalah pokok berkait an dengan keterlibatan kaum awam dalam
kerasulan Gereja, keterlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki,
pemahaman pengurus Dewan Paroki terhadap tugas-tugasnya, dan keterlibatan
pengurus Dewan Paroki terhadap karya kerasulan Gereja.
1. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja
Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta saat ini masih berusia
lebih kurang 10 tahun. Dengan usia tersebut dapat digolongkan sebagai paroki
muda. Sebagai paroki muda mereka (umat Allah) masih berusaha mencari
bentuk yang sesuai dengan situasi setempat agar dapat berkembang sesuai
dengan apa yang diharapkan. Suatu paroki yang masih muda tentu situasi umat
sangat berbeda dibandingkan dengan paroki-paroki yang lain seperti paroki-
paroki yang ada di sekitar Yogyakarta ini [Lampiran 3: (17)].
Paroki Pringwulung sebagai paroki muda terus menerus mengusahakan
perkembangan dalam berbagai hal salah satunya pembangunan jemaat. Dalam
usaha pembangunan jemaat tentu tidak cukup hanya dilakukan oleh gembalanya
saja akan tetapi membutuhkan keterlibatan umat. Menurut beberapa pengamatan
baik dari imam maupun umat setempat, situasi umat Paroki Pringwulung masih
ada yang memiliki mentalitas biasa dilayani. Sebagai gembala umat, romo
paroki, sangat mengharapkan keterlibatan umat dalam pembangunan jemaat,
36
karya-karya paroki, dan mampu merubah mentalitas dilayani menjadi melayani.
Gembala, dalam hal ini imam, sangat menghargai umat yang menyediakan diri
menjadi aktivis-aktivis paroki. Bagi imam pertama-tama bukan mencari yang
terbaik tetapi mencari orang yang mempunyai kerelaan untuk terlibat aktif
[Lampiran 3: (17)].
Alasan lain kurang terlibatnya sebagian umat adalah bahwa mereka banyak
yang pendatang atau baru bergabung dengan Paroki Pringwulung. Karena
mereka masih baru tidak jarang hati mereka masih berada di paroki yang lama
sehingga loyalitas terhadap paroki baru (Paroki Pringwulung) belum
sepenuhnya. Sebagai akibat loyalitas yang belum sepenuhnya tersebut umat
kurang terlibat aktif dalam turut serta membangun paroki. Akan tetapi sebagain
umat sudah mulai ada usaha untuk terlibat aktif dalam berbagai karya paroki
yang sesuai dengan bidang dan keahlian mereka [Lampiran 3: (17)].
Sebagai umat paroki bila dilihat secara keseluruhan umat sudah mulai
terlibat aktif dalam karya kerasulan Gereja. Karya kerasulan Gereja mempunyai
makna dan memberikan jangkauan yang sangat luas sehingga terbuka bagi
seluruh umat. Umat dapat terlibat dalam karya kerasulan Gereja sesuai dengan
kemampuan dan situasi hidup masing-masing baik dalam Gereja maupun dalam
masyarakat umum melalui kesaksian hidup [Lampiran 3: (17)].
2. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kepengurusan Dewan Paroki
Menjadi umat dalam suatu paroki tentu berkewajiban dan mempunyai
tanggung jawab untuk membangun dan mengembangkan paroki mereka masing-
masing. Bentuk-bentuk ketelibatan umat dalam suatu paroki dapat beraneka
37
ragam sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing-masing serta sesuai
dengan situasi hidup masing-masing. Salah satu bentuk keterlibatan dalam
pembangunan jemaat dan paroki adalah kesiapsediaan menjadi pengurus Dewan
Paroki.
Keterlibatan kaum awam dalam karya penggembalaan umat sebagai
pengurus Dewan Paroki sangat dibutuhkan bagi perkembangan dan kemajuan
sebuah paroki dalam berbagai bidang yang sangat luas. Mengingat pentingnya
keberadaan pengurus Dewan Paroki maka dibutuhkan totalitas dan kerelaan dari
dalam diri untuk terlibat dalam kepengurusan tersebut. Sejauh ini tidak
mengalami kesulitan yang berarti dalam pemilihan pengurus Dewan Paroki dan
anggota-anggotanya [Lampiran 3: (17-18)].
Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki bukan tugas yang
ringan karena memegang tanggung jawab yang besar sehingga banyak alasan
umat untuk bersedia ataupun menolak untuk terlibat dalam kepengurusan
tersebut. Kaum awam menyadari akan peranan dan tanggung jawab dalam
pembangunan jemaat maka menyediakan diri untuk terlibat didalam
kepengurusan Dewan Paroki. Kaum awam yang menolak atau tidak bersedia
menjadi pengurus Dewan Paroki dikarenakan mereka merasa sibuk dan masih
aktif sebagai pegawai, ada sebagian umat yang merasa tidak pantas atau tidak
mampu [Lampiran 3: (17-18)].
3. Pemahaman Pengurus Dewan Paroki terhadap Tugas-tugasnya
Sebagai pengurus Dewan Paroki setidak-tidaknya sudah memahami apa
yang menjadi tugas-tugas mereka. Agar memahami tugas dan peranannya
38
pengurus Dewan Paroki hendaknya memahami Pedoman Dasar Dewan Paroki.
Pedoman Dasar Dewan Paroki KAS tahun 2004 sebagai patokan umum Dewan
Paroki mengingat Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Pringwulung belum
selesai disusun (sedang dalam proses penyelesaian) [Lampiran 3: (18-19)].
Tugas-tugas yang diemban oleh pegurus Dewan Paroki sebagian besar
telah dipahami oleh mereka terutama bagi Dewan Harian dan pamong
lingkungan. Hal tersebut dikarenakan mereka mempunyai jadwal pertemuan
bulanan untuk rapat dan membicarakan banyak hal berkaitan dengan tugas-tugas
dan lain- lain. Bagaimana dengan tim kerja dan anggotanya dalam penghayatan
tugas-tugas mereka? Situasi
Recommended