View
168
Download
19
Category
Preview:
DESCRIPTION
TEORI AKUNTANSI
Citation preview
Kerangka konseptual akuntansi
A. Pengertian Kerangka Konseptual
Kerangka kerja konseptual (Conceptual framework) didefenisikan oleh
FASB sebagai : ”kerangka kerja konseptual adalah suatu sistem oheren yang
terdiri dari uuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi
landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta
batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.”
1. Pelaporan dan Statement Keuangan
Walaupun tujuannya sama, pelaporan keuangan harus dibedakan dengan
statement keuangan. FASB menyatakan bahwa statement keuangan adalah media
utama atau ciri sentral pelaporan keuangan. Statement keuangan merupakan ciri
sentral pelaporan dan oleh karena itu menjadi batas lingkup pengakuan dan
pengukuran. Penjelasan atau catatan atas statement keuangan menjadi bagian
integral dari statement keuangan dasar.
2. Seperangkat Statement Keuangan
Tujuan pelaporan, karakteristik kualitatif, dan element statement keuangan
akan menentukan jenis statement apa saja yang membentuk seperangkat penuh
statement keuangan. Sekelompok elemen akan membentuk jenis statement
keuangan tertentu. FASB menyatakan bahwa seperangkat penuh statement
keuangan untuk suatu periode harus menunjukkan informasi sebagai berikut :
1. Posisi keuangan pada akhir periode tersebut
2. Laba untuk periode tersebut
3. Laba komprehensif untuk periode tersebut
4. Aliran kas selama periode tersebut
5. Investasi oleh dan distribusi ke pemilik selama periode tersebut
Informasi di atas tidak lain adalah informasi semantik yang termuat dalam
tujuan pelaporan 2 dan 3. Perbedaannya adalah bahwa informasi di atas dikaitkan
secara spesifik dengan seperangkat statemen keuangan sebagai satu kesatuan
penuh (lengkap). Tiap informasi tersebut harus dituangkan dalam satu jenis
statemen keuangan (individual financial statetment). Gambar di bawah ini
menunjukkan jenis statemen dan informasi semantik yang dikandungnya.
Jenis Statemen keuangan dan Informasi Yang Dikandung
Informasi Semantik Jenis Statemen Keuangan
Posisi Keuangan Statemen Posisi Keuangan (Neraca)
Laba Periode Statemen Laba-Rugi
Laba Komprehensif Statemen Laba/Penghasilan
Komprehensif
Aliran Kas Periode Statemen Aliran Kas
Investasi oleh dan distribusi ke
pemilik
Statemen Perubahan Ekuitas atau Laba
Ditahan
3. Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
relevan yang akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan statemen
keuangan.
4. Pemakai dan Kepentingannya
FASB mengacu pemakai potensial yang dapat dituju oleh pelaporan
keuangan, yaitu:
owners, lenders, supplioers, potential investors and creditors, employees,
management, directors, customers, financial analysis and advisors, brokers,
underwriters, stock exchanges, lawyers, economists, taxing authorities, regulatory
authorities, legislators, financial press and reporting agencies, labor unions, trade
associations, business researchers, teachers and students, and the public.
Beragam kepentingan antara lain: pertanggungjawaban, kebermanfaatan
keputusan, riset keuangan dan pasar, penentuan tarif, penentuan pajak,
pengendalian sosial, pengendalian alokasi sumber daya ekonomik, dan
pengukuran kinerja entitas.
Beberapa menunjukkan dua pendekatan dalam penentuan tujuan
penyediaan informasi (pelaporan keuangan), yaitu:
Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang
mempunyai bermacam-macam kepentingan keputusan, atau
Menyediakan informasi untuk kelompokj pemakai tertentu yang
mempunyai kepentingan tertentu yang diketahui (teridentifikasi).
5. Aspek Sosial Tujuan Pelaporan
Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional adalah tujuan masyarakat atau organisasi secara
keseluruhan tanpa memperhatikan tujuan/motivasi masing-masing
individual di dalamnya. Tujuan fungsional dapat diidentifikasi dengan
mengamati konsekuensi-konsekuensi dari kegiatan masyarakat atau
organisasi yang nyatanya terjadi. Dengan demikian, tujuan fungsional
merupakan tujuan normatif yang menjadi pedoman dalam pembuatan
kebijakan di tingkat nasional atatu organisasi. Sebagai kegiatan sosoial
(social activity), tujuan fungsional akuntansi dapat ditetapkan misalnya
untuk:
1. Mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien
2. Membantu perusahaan untuk dapat memperoleh dana untuk ekspansi
3. Membantu pemerintah untuk menarik pajak secara adil dan efisien
4. Membantu para manajer dalam keputusan investasi
5. Mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara
6. Memfasilitasi fungsi dan pengendalian sosial
7. Mengarahkan perilaku manajer untuk mengambil keputusan yang selaras
dengan tujuan sosial dan ekonomik negara
8. Mengurangi atau mencegah konflik kepentingan antara manajer, auditor,
dan pemegang saham.
Tujuan Bersama
Tujuan bersama adalah satu atau beberapa (subhimpunan) tujuan
individual yang sama dengan tujuan individual lainnya. Tujuan bersama
ditentukan dengan mengidentifikasi dahulu tujuan-tujuan individual
kemudian memilih tujuan-tujuan individual (seluruh anggota masyarakat)
yang sama untuk dijadikan tujuan kegiatan sosial.
Tujuan Kelompok Dominan
Kelompok atau grup dominan adalah kelompok yang konsekuensi
keputusan atau tindakannya mempengaruhi secara kuat tidak relevan atau
dianggap terlalu lemah untuk mempengaruhi kegiatan sosial.
6. Perkembangan Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan Versi A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT)
Komite ini mendefinisi tujuan pelaporan keuangan dengan menunjukkan
manfaatnya untuk:
1. Membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan penggunaan
sumber daya (alam, fisis, manusia, finansial) yang terbatas
2. Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya fisis dan manusia suatu
organisasi secara efektif
3. Memelihara dan melaporkan pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepada manajemen
4. Memberi kemudahan berjalannya fungsi dan pengendalian sosial.
Tujuan Versi APB No. 4
Tujuan pelaporan keuangan yang dicanangkan dalam APB No. 4 secara
umum dinyatakan sebagai berikut:
The basic purpose of financial accounting and financial statements is to
provide financial information about individual business enterprises that is
useful in making economic decisions.
APB No.4 memuat dua tujuan pelaporan yaitu tujuan umum (general
objectives) dan tujuan kualitatif (qualitative objectives).
7. Tujuan Pelaporan Keuangan FASB
FASB menyatakan secara umum tujuan pelaporan yaitu “to provide
information that is useful in making business and economic decision.” Dengan
tujuan ini tersirat bahwa sasaran pelaporan adalah para pelaku dalam dunia bisnis
dan perekonomian suatu negara. FASB mendasarkan penyusunan tujuan
pelaporan pada tiga aspek landasan pikiran yaitu bahwa:
1. Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan ekonomik,
hukum, politis, dan social tempat akuntansi diterapkan.
2. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan
informasi yang dapat disampaikan melalui mekanisma pelaporan
keuangan.
3. Tujuan pelaporan memerlukan suatu fokus untuk menghindari terlalu
umumnya informasi akibat terlalu banyaknya pihak pemakai yang ingin
dipenuhi kebutuhan informasionalnya.
Konteks Lingkungan Tujuan Pelaporan
FASB menyatakan bahwa tujuan pelaporan tidak dapat steril (immutable) dari
lingkungan penerapan pelaporan keuangan. Ini berarti bahwa tujuan pelaporan
harus dikaitkan dengan tujuan social dan ekonomik negara. Tujuan pelaporan
FASB didasarkan atas lingkungan ekonomik, hukum, politis, dan social di
Amerika. Lingkungan penerapan akuntansi di Amerika diberi ciri:
1. Sistem ekonomi pasar yang maju (highly developed exchange economy)
2. Sistem produksi, keuangan, dan perbankan yang canggih.
3. Pemisahan antara pemilikan dan manajemen; kegiatan perusahaan
dijalankan melalui perusahaan/badan usaha milik investor (investor
owened business enterprises)
4. Pasar modal sebagai sarana pemenugan modal utama selain lembaga
keuangan.
5. Pemilikan pribadi sumber ekonomi diakui dan dilindungi pemerintah
(private ownership is honored); sumber daya produktif lebih banyak
dikelola oleh swasta/pribadi daripada oleh pemerintah dan pemerintah
bertindak sebagai regulator.
6. Pemerintah membantu kegiatan bisnis dan ekonomik dengan menyediakan
informasi public yang sebagian berasal dari informasi pelaporan keuangan
yang disediakan oleh tiap badan usaha.
7. Reliabilitas atau kredibilitas informasi dalam pelaporan keuangan dicapai
melalui pengauditan oleh auditor independen.
Karakteristik dan Keterbatasan Informasi
Pihak yang berkepentingan dengan operasi suatu badan usaha membutuhkan
berbagai informasi relevan tentang badan usaha dan lingkungan bisnis dan
ekonomik tempat beroperasinya badan usaha. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh
karakteristik dan keterbatasan tentang jenis informasi yang dapat disediakan.
Karakteristik dan keterbatasan tersebut adalah bahwa informasi yang disediakan
melalui mekanisma pelaporan keuangan:
1. Lebih berkaitan dengan badan usaha atau perusahaan daripada dengan
industri atau ekonomi secara keseluruhan.
2. Lebih merupakan informasi kuantitatif yang bersifat
pendekatan(approximation) daripada hasil perhitungan yang pasti.
3. Sebagian besar merefleksi pengaruh transaksi dan kejadian yang telah
terjadi (historis).
4. Hanya merupakan salah satu sumber informasi yang dibutuhkan oleh
mereka yang mengambil keputusan tentang badan usaha.
5. Penyediaan dan penggunaannya memerlukan atau melibatkan kos (cost)
sehingga pertimbangan kos-manfaat dapat membatasi apa yang harus
dilaporkan.
Fokus dan Cakupan Informasi
FASB lebih mendasarkan tujuan pelaporan atas dasar tujuan kelompok
dominan yang dalam hal ini adalah investor dan kreditor. Pertimbangan FASB
untuk memfokuskan pelaporan pada pelaporan keuangan umum diuraikan berikut:
1. Tujuan pelaporan didasarkan pada keperluan pada keperluan para pemakai
eksternal yang tidak mempunyai autoritas untuk menentukan atau akses
untuk memperoleh informasi yang mereka perlukan sehingga mereka
harus menggantungkan diri pada informasi yang disampaikan oleh
manajemen kepada mereka.
2. Oleh karena itu, tujuan pelaporan disusun atas dasar gagasan bahwa
kemampuan perusahaan untuk menciptakan aliran kas yang
menguntungkan merupakan fokus atau kepentingan umum/bersama
(common interest) dari berbagai pemakai informasi. Dengan kata lain,
meskipun lingkup tujuan pelaporan harus cukup luas, berbagai pemakai
dianggap banyak berkepentingan dengan keputusan investasi dan kredit.
3. Tujuan pelaporan berkaitan dengan penyediaan informasi luas untuk
melayani keputusan investasi dan kredit. Dengan kata lain, tujuan
pelaporan lebih diarahkan untuk pelaporan keuangan dan tidak hanya
untuk statemen keuangan.
Isi Tujuan Pelaporan
Tujuannya dituangkan dalam bentuk SFAC No. 1. Tiga rumusan tujuan
utama.
1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun
potensial, dalam membuat keputusan-keputusan investasi, kredit, dan
semacam yang rasional. Informasi harus terpahami bagi mereka yang
mempunyai pengetahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan bisnis
dan economic dan bersedia untuk mempelajari informasi dengan cukup
tekun.
2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu
investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial,
dalam menilai (assessing) jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian
penerimaan kas mendatang dari dividen atau bunga dan pemerolehan kas
mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau
pinjaman. Dengan cara lain, pelaporan keuangan harus menyediakan
informasi untuk membantu para investor dan kreditor dan pemakai lain
dalam menilai jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke
badan usaha bersangkutan.
3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya
ekonomik suatu badan usaha, klaim terhadap sumber-sumber tersebut
(kewajiban badan usaha untuk mentransfer sumber daya ekonomik ke
entitas lain dan ekuitas pemilik), dan akibat-akibat dari transaksi, kejadian,
dan keadaan yang mengubah sumber daya badan usaha dan klaim terhadap
sumber daya tersebut.
FASB menjabarkan lebih lanjut posisi keuangan dan perubahannya dalam
bentuk butir-butir informasi yang harus disajikan yang relevan dengan keputusan
investasi dan kredit. Butir-butir tersebut (SFAC No. 1,prg. 41-45):
a. Economic resources, obligations and owners’equity
b. Enterprise performance and earnings
c. Liquidity, solvency, and funds flows
d. Management stewardship and performance
e. Management explanations and interpretations
8. Teori di Balik Tujuan Pelaporan FASB
Akuntansi akan mempunyai peran yang nyata dalam kehidupan social dan
ekonomi kalau informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dapat mengendalikan
pencapaian tujuan social dan ekonomik negara.
Pasar modal adalah sarana untuk mempertemukan peminta dan pemasok
atau penyedia dana. Pasar modal merupakan suatu sistem pemenuhan kebutuhan
dana dan investasi yang terorganisasi yang melibatkan partisipan yang terdiri atas
bank-bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan, investor, dan
kreditor dan melibatakan instrument keuangan dan surat berharga baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
Mekanisma pasar dan pengakuan hak milik pribadi sebagai landasan
ekonomi mempunyai konsekuensi bahwa pemerintah tidak secara langsung
mengendalikan efisiensi alokasi sumber daya ekonomik. Informasi yang dibentuk
melalui standar akuntansi dapat mempengaruhi perilaku ekonomik sehingga
distribusi kemakmuran diharapkan dapat terjadi melalui tiga partisipan yaitu
investor dan kreditor sebagai pihak sasaran (intended users), pemakai laporan lain
yang tidak dituju secara langsung (free riders), dan manajemen sebagai pihak
yang menyampaikan dan menyiapakan informasi (reporting entity).
Dengan struktur ekonomi tersebut, laba, kemampuan melaba, dan
kemampuan menciptakan kas badan usaha dianggap sebagai indicator yang dapat
mempengaruhi perilaku para partisipan di pasar modal. Investor dan kreditor
menanamkan kekayaan dalam industri tertentu yang memproduksi barang dan jasa
untuk kepentingan masyarakat. Harapan investor adalah dana yang ditanamkan
akan berkembang yang berarti bahwa investasinya memberikan kembalian yang
memadai.
Secara ringkas, FASB berasumsi bahwa informasi akuntansi
mempengaruhi keputusan investasi pada investor dan kreditor. Dengan
mekanisma pasar modal dan pasar bebas, evaluasi terhadap badan usaha secara
keseluruhan tercermin dalam harga pasar sekuritas badan usaha. Karena standar
akuntansi menetapkan informasi apa yang harus diungkapkan maka akuntansi
mempunyai pengaruh ekonomik terhadap kemakmuran partisipan melalui harga
sekuritas.
9. Tujuan Pelaporan Entitas Nonbisnis
Tujuan pelaporan keuangan untuk organisasi nonbisnis dimasukkan
sebagai salah satu komponen kerangka konseptual. FASB berargumen bahwa
karakteristik kedua kategori organisasi (bisnis dan nonbisnis) mengandung
persamaan dan perbedaan tetapi tidak perlu disusun dua kerangka konseptual
terpisah untuk masing-masing kategori organisasi.
Tujuan Utama (Primary Objective)
Pelaporan keuangan organisasi nonbisnis harus menyediakan informasi
yang bermanfaat bagi para penyedia dana dan pemakai lain, baik berjalan maupun
potensial, dalam membuat keputusan-keputusan rasional tentang alokasi dana ke
organisasi tersebut.
Tujuan-Tujuan Spesifik (Specific Objective)
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para
penyedia dana dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam
menilai jasa-jasa yang disediakan organisasi dan kemampuannya untuk
terus menyediakan jasa-jasa tersebut.
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para
penyedia dana dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam
menilai bagaimana para manajer organisasi nonbisnis telah melakasanakan
tanggung jawab kepengurusannya dan aspek-aspek lain kinerjanya.
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya,
kewajiban dan sumberdaya (asset) bersih organisasi, dan akibat-akibat dari
transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya dan ha katas
sumber daya tersebut.
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang kinerja
organisasi selama suatu periode. Pengukuran periodic perubahan-
perubahan jumlah dan sifat asset bersih organisasi nonbisnis dan informasi
tentang upaya-upaya dan hasil jasa organisasi secara bersama
menunjukkan informasi yang paling bermanfaat dalam menilai kinerja
organisasi.
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang bagaimana
organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas atau sumber likuid lain,
tentang pinjaman dan pelunasannya, dan tentang faktor lain yang dapat
mempengaruhi likuiditas organisasi.
Pelaporan keuangan harus mencakupi penjelasan-penjelasan dan
interpretasi-interpretasi untuk membantu para pemakai memahami
keuangan yang disediakan.
Pada mulanya, FASB mempertimbangkan organisasi-organisasi berikut
sebagai nonbisnis:
1. Unit-unit kepemerintahan
2. Organisasi amal dan keagamaan
3. Institusi social
4. Organisasi swasta nonprofit
Dalam perkembangannya, unit-unit kepemerintahan dipisahkan dari lingkup
organisasi nonbisnis dan pelaporan keuangannya ditangani oleh Governmental
Accounting Standards Board (GASB).
Oleh karena itu, organisasi atau entitas tidak lagi dikategori menjadi bisnis dan
nonbisnis tetapi menjadi nonkepemerintahan dan kepemerintahan. Entitas
nonkepemerintahan meliputi entitas bisnis dan nonbisnis yang pelaporan
keuangannya berada dibawah jurisdiksi FASB sedangkan entitas kepemerintahan
meliputi pemerintah pusat dan daerah yang berada di bawah jurisdiksi GASB.
FASB mengidentifikasi ciri-ciri nonbisnis yang menjadikan tujuan peleporan
organisasi nonbisnis berbeda dengan organisasi bisnis. Ciri-ciri tersebut adalah
(SFAC No. 4, prg. 6):
Penerimaan sumber ekonomik yang cukup besar dari penyedia dana yang
tidak mengharapkan untuk menerima imbalan atau manfaat yang
proporsional dengan sumber ekonomik yang diserahkan.
Tujuan operasi selain menyediakan/menjual barang dan jasa untuk
mendatangkan laba atau setara laba.
Tidak terdapatnya hak pemilikan dengan proporsi tertentu/pasti yang dapat
dijual, dipindahtangankan, atau ditarik, atau yang mengandung hak yuridis
atas bagian dari sisa kekayaan dalam hal organisasi dilikuidasi/dibubarkan.
B. Karakteristik Kualitatif Informasi
Kerangka konseptual merupakan pedoman bagi penyusun standar untuk
memutuskan apakah suatu objek atau kajadian harus diwajibkan, melalui standar
akuntansi, untuk dilaporkan oleh badan usaha atau organisasi.
Ada dua tataran atau level kebijakan akuntansi yaitu tataran penyusun
standar dan tataran badan usaha secara individual. Karena merupakan konstitusi
yang harus diacu dalam pembuatan kebijakan akuntansi tersebut, maka rerangka
konseptual harus memuat kriteria untuk mengevaluasi apakah suatu objek layak
untuk dilaporkan dalam kaitannya dengan tujuan pelaporan keuangan.
Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat erat kaitannya
dengan masalah apakah informasi suatu objek bermanfaat untuk pengambilan
keputusan bagi pihak pemakai yang dituju. Kebermanfaatan (usefulness)
merupakan suatu karakteristik yang hanya dapat ditentukan secara kualitatif. Oleh
karena itu, kriteria ini secara umum disebut karakteristik kualitatif (qualitative
characteristics) atau kualitas (qualities) informasi akuntansi.
Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut: berpaut dengan
keputusan yang menjadi sasaran informasi; dipahami dan digunakan oleh
pemakai; dipercayai oleh pemakai.Kalau pemakai tidak dapat mencerna informasi
yang disajikan, akhirnya informasi akan menjadi tidak digunakan yang berarti
tidak bermanfaat kalau disediakan. Oleh karena itu, kualitas informasi juga harus
sepadan dengan kualitas pemakai (user-specific qualities).
1. Nilai Informasi
Informasi dikatakan mempunyai nilai (kebermanfaatan keputusan) apabila
informasi tersebut:
Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di masa
lalu, sekarang, atau masa datang.
Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas terealisasinya
suatu harapan dalam kondisi ketidakpastian.
Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.
2. Keterpahaman (Understandibiity)
Keterpahaman adalah kemampuan informasi untuk dapat dicerna maknanya
oleh pemakai. Dalam menetapkan tujuan, FASB menetapkan kriteria
kebermanfaatan atas dasar karakteristik pemakai dan informasi sekaligus sebagai
berikut (SFAC No. 1,prg. 34):
The information should be comprehensible to those who have a reasonable
understanding of business and economic activities and are willing to study the
information with reasonable diligence.
3. Keberpautan (Relevance)
Keberpautan atau kerelevanan adalah kemampuan infformasi untuk
membantu pemakai dalam membedakan beberapa alternatif keputusan sehingga
pemakai dapat dengan mudah menentukan pilihan. Bila dihubungkan dengan
tujuan pelaporan keuangan, keberpautan adalah kemampuan informasi untuk
membantu investor, kreditor dan pemakai lain dalam menyusun prediksi-prediksi
tentang beberapa munculan (outcomes) dari kejadian masa lalu, sekarang, dan
masa datang atau dalam mengkonfirmasi atau mengkoreksi harapan-harapannya.
4. Nilai Prediktif (Predictive Value)
Sebagai unsur keberpautan, nilai prediktif adalah kemampuan informasi
untuk membantu pemakai dalam meningkatkan probabilitas bahwa harapan-
harapan pemakai akan munculan/hasil suatu kejadian masa lalu atau datang akan
terjadi. Nilai prediksi disini adalah kemampuan informasi dalam memperbaiki
kemampuan atau kapasitas pembuat keputusan untuk melakukan prediksi.
5. Nilai Balik (Feedback Value)
Sebagai unsur kebarpautan, nilai balik adalah kemampuan informasi untuk
membantu pemakia dalam mengkonfirmasi dan mengkoreksi harapan-harapan
pemakai di masa lalu. Jadi, nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk
dijadikan basis mengevaluasi apakah keputusan-keputusan masa lalu adalah tepat
dengan datangnya informasi tersebut.
6. Ketepatanwaktuan (Timeliness)
Sebagai aspek pendukung keberpautan, ketepatanwaktuan adalah tersedianya
informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi
tersebut kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi keputusan.Dalam hal tertentu,
mengejar keberpautan dan ketepatanwaktuan untuk mencapai kebermanfaatan
harus dibarengi dengan mengorbankan kualitas lain yaitu keakuratan/presisi atau
keterandalan. Jadi, terdapat saling korban (trade-off) antara ketepatanwaktuan dan
keakuratan/reliabiltas untuk mendapatkan kebarmanfaatan.
7. Keandalan (Realiability)
Keandalan adalah kemampuan informasi untuk memberikan keyakinan
bahwa informasi tersebut benar atau valid. Informasi akan mempunyai nilai yang
tinggi kalau pemakai mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kebanaran
informasi.
8. Ketapatan Penyimbolan (Representational Faithfulness)
Ketepatan penyimbolan adalah kesesuaian atau kecocokan antara pengukur
atau deskripsi (representasi) dan fenomena yang diukur atau dideskripsi. Dalam
akuntansi, fenomena yang ingin direpresentasi adalah kondisi fisis, kondisi
keuangan, dan kegiatan ekonomik badan usaha berupa sumber ekonomik,
kewajiban keuangan, dan transaksi atau kejadian yang mengubah sumber
ekonomik dan kewajiban tersebut.Ketepatan penyimbolan dalam akuntansi
menyangkut dua hal yaitu ketepatan deskripsi atau definisional (misalnya aset,
kas, piutang, dan kewajiban) dan validitas pengukuran.
9. Keterujian (Verifiability)
Sebagai unsur keterandalan, keterujian adalah kemampuan informasi untuk
memberi keyakinan yang tinggi kepada para pemakai karena tersedianya sarana
bagi para pemakai untuk menguji secara independen ketepatan peyimbolan
(kebenaran/validitas informasi).Secara ringkas, keterujian (verifiabilitas) adalah
kemampuan untuk meyakinkan bahwa informasi merepresentasi apa yang
dimaksudkan untuk direpresentasi sesuai dengan konsensus atau bahwa cara
pengukuran yang dipilih telah diaplikasi tanpa kesalahan atau bias.
10. Kenetralan (Neutrality)
Sebagai unsur sekunder keterandalan, kenetralan adalah ketidakberpihakan
pada grup tertentu atau ketakberbiasan dalam perlakuan akuntansi.
Ketakberbiasan berarti bahwa informasi disajikan tidak untuk mengarahkan grup
pemakai tertentu agar bertindak sesuai dengan keinginan penyedia informasi atau
untuk menguntungkan/merugikan grup pemakai tetentu atau untuk menghindari
akibat/konsekuensi tertentu bagi sekelompok pemakai.
Sebenarnya, kebijakan akuntansi tidak hanya terjadi ditataran penyusuan
standar dan manajemen (badan usaha) tetapi ditataran yang lebih tinggi yaitu
perekayasa pelaporan yang menghasilkan rerangka konseptual. Kenetralan lebih
mempunyai arti penting bagi penyusun standar daripada bagi pelaksana standar
(penyusun laporan keuangan). Akan tetapi, makna kenetralan dan sikap netral
adalah sama untuk kedua pihak tersebut. Kenetralan berarti bahwa baik dalam
merumuskan atau mengimplementasikan standar, perhatian utama adalah
relevansi dan reliabilitas informasi yang dihasilkan bukan pengaruh standar
tersebut terhadap pihak pemakai tertentu.
11. Keterbandingan (Comparability)
Keterbandingan merupakan unsur tambahan yang menjadikan informasi
bermanfaat. Keterbandingan adalah kemampuan informasi untuk membantu para
pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua perangkat
fenomena ekonomik. Informasi tentang suatu badan usaha akan bertambah tingkat
kebermanfaatannya bila ia dapat dibandingkan dengan informasi yang serupa. Jadi
kebermanfaatan informasi tentang suatu objek akan meningkat jika informasi
tersebut dibandingkan dengan suatu patok duga (benchmark).
Dua hal atau lebih dapat dibandingkan kalau mereka mempunyai beberapa
karakteristik bersama sebagai basis perbandingan. Contohnya adalah asset,
pertumbuhan, ukuran dan lain sebagainya.
Perbandingan biasanya dengan menilai/mengukur karakteristik bersama
tersebut secara kuantitatif. Perbandingan akan bermakna hanya jika kuantitas
karakteristik bersama dihasilkan dengan dasar, standar, prosedur, atau metode
yang sama. Dalam akuntansi, bukan hanya unit pengukur yang sama yang
disyaratkan melainkan juga definisi yang sama tentang suatu objek. Artinya,
pengertian laba bagi perusahaan satu harus sama dengan pengertian laba bagi
perusahaan lain yang dibandingkan.
Standar akuntansi dimaksudkan untuk menjamin bahwa kualitas
ketebandingan antarbadan usaha tinggi. Selain itu juga, memberikan keleluasaan
bagi badan usaha untuk memilih perlakuan akuntansi yang paling sesuai dengan
kondisi badan usaha. Sehingga terjadilah tarik menarik antara perlunya
keseragaman (uniformity) dan keragaman (diversity) perlakuan akuntansi.
Hendriksen dan Van Breda (1992, hlm. 142) menunjukan argumen para
pendukung masing-masing pendekatan.
Kualitas informasi yang sangat erat kaitannya dengan keterbandingan adalah
ketaatasasan atau konsistensi. Konsistensi ini meningkatkan keterbandingan di
dalam perusahaan. Akan tetapi jika dipertahankan berlebihan akan mengurangi
keberpautan informasi. Kalau perubahan memang membawa informasi menjadi
lebih baik kualitasnya, menjaga konsistensi dapat menghalangi kemajuan. Jadi
pengungkapan mengatasi masalah konsistensi dalam hal terjadinya perubahan.
Namun, perubahan harus dipertimbangkan dengan masak atas dasar kos-benefit
sehingga saling tukar (trade-off) antara konsisitensi dan keberpautan informasi
memang benar-benar dapat dijustifikasi.
12. Materialitas (Materiality)
Tidak semua informasi disajikan dalam laporan keuangan, hal ini
disebabkan oleh pertimbangan bahwa investor tidak tertarik pada informasi yang
tidak berpengaruh terhadap keputusannya atau karena jumlah rupiah informasi
akuntansi terlalu kecil untuk mempengaruhi keputusan. Oleh karena itu,
diperlukan batas bawah untuk menyaring informasi mana yang dianggap penting
dan tidak, sehingga perlu diakui atau tidak. Penting tidaknya informasi biasanya
dievaluasi atas dasar besar-kecilnya jumlah rupiah (magnitude) objek informasi
dibandingkan dengan jumlah rupiah objek keputusan. Pada umumnya, hal ini
diukur secara kuantitatif. Ambang batas (threshold) kuantitatif untuk menyaring
informasi untuk diakui adalah materialitas.
Materialitas adalah besar-kecilnya atau magnitude suatu penghilangan atau
penyalahsajian informasi akuntansi yang menjadikan besar kemungkinan bahwa
pertimbangan seorang bijaksana yang mengandalkan diri pada informasi tersebur
berubah atau terpengaruh oleh penghilangan/pengabaian atau penyalahsajian
tersebut. Untuk menjadi material, mangnituda informasi harus dievaluasi
bersamaan dengan kondisi-kondisi yang melingkupi informasi tersebut.
13. Keterpautan dan Keterandalan
Keterpautan dan keterandalan keduanya harus melekat pada suatu informasi
agar informasi tersebut bermanfaat. Kebermanfaatan akan hilang kalau salah satu
karakteristik tidak ada. Karakteristik ini juga menjadi criteria yang keduanya
harus dipenuhi dalam pengakuan informasi untuk disajikan dalam laporan
keuangan. Karena para pemakai yang berbeda mempunyai kepentingan dan
kebutuhan yang berbeda, dalam kondisi tertentu bobot yang diletakkan pada tiap
kerakteristik juga berbeda-beda. Sehingga di sini terjadi saling korban antara
keberpautan dan keterandalan.
Setelah batas atas (benefit > kos) dilewati dan informasi cukup material,
ambang keterandalan minimal harus ditetepkan dengan cukup wajar sehingga
laporan keuangan tetepa berisi informasi yang cukup layak berpaut dengan
keputusan para pemakai. Dengan demikian, laporan keuangan tetap bermanfaat,
dan keberpautan juga merupakan criteria pengakuan suatu pos untuk masuk
sebagai elemen laporan keuangan.
C. Elemen-Elemen Laporan Keuangan
Elemen laporan keuangan adalah makna (meaning) atau konstruk yang
sengaja ditentukan dalam perekayasaan akuntansi untuk menyimbolkan atau
merepresentasi realitas kegiatan usaha suatu badan usaha sehingga orang dapat
membayangkan realitas kegiatan tersebut secara keuangan tanpa harus
menyaksikan sendiri secara fisis kegiatan tersebut. Kegiatan badan usaha di sini
meliputi kondisi fisis dan nonfisis serta proses ekonomik badan usaha.
Bila laporan keuangan dianalogi dengan peta jalan, gambar jalan, lebar
gambar jalan, arah, nam jalan, dan jembatan yang tercetak dalam peta merupakan
elemen-elemen fenomena atau realitas fisis jalan dalam wilayah yang dipetakan.
Agar orang yang melakukan perjalanan tidak tersesat, maka informasi jalan dalam
peta harus terandalkan, dan harus berpaut dengan tujuan pembuatan peta. Peta
pariwisata, peta demografi, atau peta geologi jelas akan berbeda dengan peta
jalan.
Elemen laporan keuangan merupakan bahan pembentuk informasi
semantik yang dikandung laporan keuangan. Informasi semantic terdiri atas
elemen (objek), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Jadi elemen-elemen
laporan keuangan harus ditentukan atas dasar informasi semantik yang ingin
disampaikan dalam pelaporan keuangan. Dengan kata lain, tujuan pelaporan
keuangan menentukan informasi semantik yang harus disajikan dan akhirnya
menentukan banyaknya elemen laporan keuangan.
Informasi semantik harus mencakupi :
1. Posisi keuangan
2. Kemampuan menghasilkan laba
3. Kinerja manajemen
4. Pertanggungjawaban manajemen
Elemen – elemen yang harus disajikan untuk mempresentasikan informasi
semantik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Aliran kas bersih masa datang ke badan usaha
2. Sumber daya ekonomik badan usaha
3. Klaim terhadap sumber ekonomik tersebut dari :
1. Entitas atau badan usaha lain
2. Pemilik
3. Perubahan elemen di atas akibat transaksi, kejadian, atau keadaan
Ada tiga jenis perubahan akibat transaksi, kejadian, atau keadaan, yaitu:
1. Perubahan yang tidak mempengaruhi ekuitas
2. Perubahan yang mempengaruhi ekuitas dan elemen lain
3. Perubahan yang hanya mempengaruhi ekuitas
1. Definisi Elemen
Definisi berkaitan dengan beberapa karakteristik utama elemen-elemen
statement keuangan. Definisi elemen merupakan penyaring atau criteria penting
pertama untuk menentukan isi statement keuangan. Untuk disajikan melalui
statement keuangan, suatu objek atau pos tidak cukup hanya memenuhi definisi
tetapi harus mengakui criteria pengakuan dan pengukuran. Berikut ini disajikan
definisi elemen-elemen yang diidentifikasikan FASB.
Asset adalah manfaat ekonomik masa dating yang cukup pasti yang
diperoleh atau dikuasai oleh suatu entitas sebagai hasil transaksi atau
kejadian masa lalu.
Kewajiban adalah pengorbanan masa manfaat ekonomik masa dating
yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu entitas untuk
mentransfer asset atau menyerahkan jasa kepada entitas lain di masa
dating sebagai akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu.
Ekuitas atau asset bersih adalah hak residual terhadap asset suatu entitas
yang masih tersisa setelah mengurangi asset dengan kewajibannya.
Investasi oleh pemilik adalah kenaikan dalam ekuitas suatu badan usaha
sebagai akibat dari transfer ke entitas lain sesuatu yang bernilai untuk
mendapatkan atau menaikkan hak pemilikan atau ekuitas di dalamnya.
Distribusi ke pemilik adalah penurunan dalam ekuitas suatu badan usaha
sebagai akibat pentransferan asset, penyerahan jasa, dan penimbulan
kewajiban oleh badan usaha tersebut kepada pemilik.
Laba komprehensif adalah perubahan dalam ekuitas suatu badan usaha
selama suatu periode yang berasal dari transaksi dan kejadian lain dan
kondisi dari sumber-sumber nonpemilik.
Pendapatan adalah aliran msuk asset atau kenaikan asset lainnya pada
suatu entitas atau penyelesaian/pelunasan kewajiban entitas tersebut dari
penyerahan atau produksi barang, pemberian/penyerahan jasa, atau
kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama dan berlanjut
dari entitas tersebut.
Biaya adalah aliran keluar asset atau penyerapan asset lainnya pada suatu
entitas atau penimbulan kewajiban entitas tersebut (atau kombinasi
keduanya) dari penyerahan atau produksi barang, pemberian/penyerahan
jasa, atau kegiatan lain yang membentuk operasi sentral atau utama dan
berlanjut dari entitas tersebut.
Untung adalah kenaikan dalam ekuitas yang berasal dari transaksi
peripheral (ikutan) atau insidental (kala-kala) suatu entitas dan dari semua
transaksi atau kejadian atau keadaan lain yang mempengaruhi entitas
tersebut kecuali kenaikan sebagai akibat dari pendapatan atau investasi
oleh pemilik.
Rugi adalah penurunan dalam ekuitas yang berasal dari transaksi
peripheral atau insidental suatu entitas dan dari semua transaksi atau
kejadian atau keadaan lain yang mempengaruhi entitas tersebut kecuali
penurunan sebagai akibat dari biaya atau distribusi ke pemilik.
Sepuluh elemen diatas disebut secara eksplisit oleh FASB dalam SFAC No. 2.
Aliran kas bersih terdiri atas tiga aliran berikut ini :
Aliran kas dari kegiatan operasi
Aliran kas dari kegiatan investasi
Aliran kas dari kegiatan pendanaan
2.Perubahan Posisi Keuangan
Asset, kewajiban, dan ekuitas sebagai elemen posisi keuangan dapat berubah
akibat tiga hal, yaitu :
Kejadian (events) Adalah terjadinya suatu perkara atau urusan yang
mempunyai konsekuensi terhadap suatu entitas. Misalnya, suatu entitas
memasukkan bahan baku ke mesin pengolah (contoh kejadian internal) atau
membeli bahan baku (contoh kejadian eksternal).
Keadaan (circumstances) Adalah suasana atau seperangkat kondisi yang
berkembang dari suatu kejadian atau serangkaian kejadian yang berkulminasi
pada situasi yang tak terduga atau sulit diduga. Keadaan biasanya bersifat
random, tak terantisipasi, dan biasanya bersifat darurat atau istimewa.
Transaksi (transaction) Adalah salah satu bentuk kejadian eksternal yang
melibatkan transfer sesuatu yang bernilai (manfaat ekonomik masa datang)
antara dua entitas atau lebih. Untuk dapat disebut sebagai transaksi, suatu
kejadian harus melibatkan pihak luar.
Bila dilihat dari elemen ekuitas, perubahan-perubahan posisi keuangan akibat
tiga hal tersebut dapat dikategorikan menjadi :
1. Semua perubahan dalam asset dan kewajiban yang tidak dibarengi dengan
perubahan dalam ekuitas.
2. Semua perubahan dalam asset atau kewajiban yang dibarengi dengan
perubahan dalam ekuitas.
3. Perubahan dalam ekuitas yang tidak melibatkan asset atau kewajiban.
Jadi, secara konseptual, statement laba rugi dan statement perubahan ekuitas
sebenarnya merupakan lampiran dari neraca sehingga seperangkat penuh
statement keuangan akan saling berkaitan.
PENUTUP
Kesimpulan
Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat
masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam Standar Akuntansi.
Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptualdan standar
akuntansi, maka ketentuan standar akuntansi diunggulkan relatif terhadap
kerangka konseptual ini. Dalam jangka panjang, konflik demikian diharapkan
dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar akuntansi di masa depan
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.Edisi 3.
Yogyakarta: BPFE,2005
www. google.com
Recommended