View
12
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LAPS-
HEURISTIC DAN STRATEGI GIVING QUESTION AND GETTING
ANSWER PADA MATERI SEGIEMPAT PESERTA DIDIK KELAS VII
SMPN 1 KANIGORO
SKRIPSI
OLEH
ANNI ROSYIDA
NPM 216.01.072.045
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2021
i
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LAPS-
HEURISTIC DAN STRATEGI GIVING QUESTION AND GETTING
ANSWER PADA MATERI SEGIEMPAT PESERTA DIDIK KELAS VII
SMPN 1 KANIGORO
SKRIPSI
Diajukan kepada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Malang
Untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Matematika
OLEH
ANNI ROSYIDA
NPM 216.01.072.045
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JANUARI 2021
Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu: (1) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan model LAPS-Heuristic
dan strategi giving question and getting answers dengan yang menggunakan
model pembelajaran konvensional; (2) untuk mengetahui manakah yang lebih
baik kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan model
pembelajaran LAPS-Heuristic dan strategi giving question and getting answers
dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional; (3) untuk
mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
dengan model pembelajaran LAPS-Heuristic dan strategi giving question and
getting answers. Pendekatan yang digunakan yaitu mixed method research
jenis sequential explanatory design. Pada penelitian kuantitatif menggunakan
desain true experimental. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Terdapat adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik antara kelas yang menggunakan model LAPS-Heuristic dan strategi
giving question and getting answers dengan kelas yang menggunakan model
konvesional (Sig = 0,014< 0,05); (2) Kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran LAPS-
Heuristic dan strategi giving question and getting answers lebih baik
dibandingkan peserta didik dengan menggunakan model konvensional (thitung =
> ttabel = 2,00030); (3) Subjek yang telah dipilih pada kelas yang
menggunakan model LAPS-Heuristic dan strategi giving question and getting
answers mempunyai pencapaian indikator yang lebih menguasai daripada kelas
yang menggunakan model konvensional.
Kata Kunci: Pemecahan Masalah Matematis, Model LAPS-Heuristic, Strategi
Giving Question and Getting Answe
Abstract
The objectives of this study are: (1) to determine whether there are differences in
the problem solving abilities of students using the LAPS-Heuristic model and the
strategy of giving questions and getting answers using conventional learning
models; (2) to find out which students have better mathematical problem solving
abilities with the LAPS-Heuristic learning model and the strategy of giving
questions and getting answers using conventional learning models; (3) to describe
the mathematical problem solving abilities of students with the LAPS-Heuristic
learning model and the strategy of giving questions and getting answers. The
approach used is a mixed method research type of sequential explanatory design.
In quantitative research using true experimental design. The results of this study
are as follows: (1) There are differences in students' mathematical problem-
solving abilities between classes using the LAPS-Heuristic model and the strategy
of giving questions and getting answers and classes using conventional models
(Sig = 0.014 <0.05); (2) The ability of students to solve mathematical problems
using the LAPS-Heuristic learning model and the strategy of giving questions and
getting answers is better than students using conventional models (tcount =
2.53704> ttable = 2,00030); (3) The subjects that have been selected in the class
using the LAPS-Heuristic model and the strategy of giving questions and getting
answers have more powerful indicators than the class that uses the conventional
model.
Keywords: Mathematical Problem Solving, LAPS-Heuristic Model, Giving
Question and Getting Answer Strategy
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan berperan penting untuk membangun kualitas peserta didik.
Dengan melalui pendidikan, peserta didik dapat mengembangkan potensi-potensi
yang dimilikinya. Fuad (2005:1) berpendapat bahwa pendidikan ialah usaha
manusia yang digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi yang
ada baik dalam rohani ataupun jasmani sesuai dengan nilai sosial budaya yang
ada. Oleh karena itu, potensi-potensi yang dimiliki akan menjadikan peserta didik
mampu bersaing dengan siapapun.
Dalam sistem pendidikan, matematika sangat dibutuhkan baik untuk
kehidupan sehari-hari dan untuk mengatasi adanya pengaruh IPTEK, oleh karena
itu matematika harus dibekalkan kepada peserta didik mulai dari sekolah dasar.
Susanto (2016:183) mengatakan bahwa matematika ialah bidang studi yang
tersedia di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 pasal 37 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan
bahwa salah satu pelajaran yang harus diajarkan pada jenjang pendidikan dasar
dan juga menengah ialah matematika. Standar isi pada satuan pendidikan dasar
dan menengah yang ada di dalam undang-undang tersebut juga menyatakan
2
bahwa matematika telah menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan
di lembaga pendidikan formal sejak pendidikan dasar.
Selain itu, matematika merupakan ilmu pasti dan konkrit yang tidak lepas
dari angka dan rumus. Artinya, matematika menjadi ilmu real yang dapat
diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari dalam beragam bentuk. Tujuan
diajarkan matematika tidak lain agar peserta didik dapat mengembangkan dan
mengaplikasikan unsur-unsur matematika (kemampuan mengoperasikan dan
mengaplikasikan konsep matematika) ke dalam kehidupan sehari-hari. Peserta
didik akan dengan mudah menggunakan matematika jika sudah dapat
mengembangkan dan mengaplikasikan unsur-unsur matematika. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 21 tahun 2016, ditetapkan salah satu tujuan dari pembelajaran matematika
di sekolah yaitu agar peserta didik mempunyai kemampuan memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan dalam memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model matematika, serta memberi solusi dengan
tepat.
Perihal tersebut dapat menandakan bahwa kemampuan pemecahan
masalah adalah kegiatan yang sangat penting untuk dikembangkan dan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Hal
tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Summarno (dalam Hendriana,
2017:43), bahwa pemecahan masalah ialah inti dan proses utama dalam kurikulum
matematika atau tujuan umum pembelajaran matematika, bahkan sebagai
3
jantungnya matematika. Pemecahan masalah sebagai tujuan dari pembelajaran dan
kemampuan yang wajib dicapai sesudah pembelajaran merupakan kegiatan
mencari jalan keluar atas suatu permasalahan yang tidak dapat langsung
ditemukan penyelesaiannya. Menurut Wardhani (2010:28), pemecahan masalah
merupakan suatu proses penerapan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya
ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Sehingga tujuan pada akhir
pembelajaran ialah dapat menciptakan peserta didik yang mempunyai
pengetahuan serta keterampilan guna memecahkan suatu masalah.
Hasil wawancara awal telah dilakukan oleh peneliti dengan Ibu Sulamah
S,Pd. selaku guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 1 Kanigoro
dengan menetapkan bahwasannya kriteria ketuntasan minimal dalam
pembelajaran matematika di sekolah ialah 75 dan berdasarkan hasil dari observasi
peserta didik masih banyak yang beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah
pelajaran yang sangat sulit jika dibandingkan dengan pembelajaran lain. Pendapat
tersebut di perkuat dengan nilai hasil ulangan harian dari materi garis dan sudut
yang dilakukan peserta didik yang rata-rata hasilnya masih kurang dari kriteria
ketuntuasan minimal. Sebagian besar dari peserta didik merasa sulit dalam
mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis pemecahan masalah dan juga
diketahui bahwa model pembelajaran yang diterapkan pada saat proses belajar
mengajar masih terpusat oleh guru (teacher centered) yang akhirnya dapat
mengakibatkan peserta didik banyak bergantung dengan apa yang dikatakan guru.
4
Dari hasil uraian yang telah dijelskan, rendahnya kemampuan pemecahan
masalah akan menghambat proses dan hasil dari belajar peserta didik. Sehingga
cara untuk memfasilitasi agar kemampuan dalam pemecahan masalah matematis
meningkat menjadi sangatlah penting dalam proses belajar mengajar. Salah
satunya usaha agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis adalah dengan cara menerapkan proses pembelajaran dengan peserta
didik sebagai pusatnya (student centered) serta menggunakan inovasi
pembelajaran terbaru baik dalam model pembelajaran, metode, pendekatan,
strategi, serta media pembelajaran.
Oleh karena itu, salah satu model pembelajaran yang relevan dalam
peningkatan kemampuan peserta didik terhadap pemecahan masalah ialah dengan
diterapkan model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving Heuristic (LAPS-
Heuristic). Purba & Sirait (2017:34) berpendapat bahwa dalam model
pembelajaran LAPS-Heuristic, peserta didik diajak untuk menggunakan langkah-
langkah dalam proses pemecahan masalah, mampu menganalisis ataupun
membuat dugaan akan kebenaran dalam pemecahan persoalan masalah juga
dituntut guna membuat penilaian untuk hasil dari solusinya sendiri. Model
pembelajaran LAPS-Heuristic menurut (Ngalimun, 2016) ialah model
pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada proses pemecahan masalah
dengan menggunakan kata-kata tanya seperti apa masalahnya, apakah ada
alternatif pemecahannya, apa manfaatnya, apa solusinya, dan bagaimana cara
terbaik dalam mengerjakannya.
5
Selain model pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai macam
strategi untuk meningkatkan pemahaman peserta didik pada proses pembelajaran.
Salah satunya yaitu menerapkan strategi giving question and getting answers.
Strategi ini termasuk penerapan strategi dari pembelajaran konstruktivistik yang
melibatkan peserta didik sebagai subyek pada suatu pembelajaran. Sehingga dapat
diartikan bahwa peserta didik dapat membangun ilmunya sendiri, dan gurunya
hanya sebagai fasilitator (Kurino, 2018:36). Menurut Suprijono (2010:107)
strategi ini dirancang untuk peserta didik guna melatih agar mempunyai
ketrampilan dalam menjawab ataupun bertanya soal, karena dasar dari strategi ini
ialah metode tanya jawab yang dikolaborasikan dengan beberapa potongan kertas.
Dengan model pembelajaran LAPS-Heuristic dan strategi pembelajaran
giving question and getting answers ini diharapkan mampu membantu peserta
didik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis pada
materi yang diajarkan yaitu segiempat.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan
menggunakan Model Pembelajaran LAPS-Heuristic dan Strategi Giving
Question and Getting Answers pada Materi Segiempat Peserta Didik Kelas
VII SMPN 1 Kanigoro”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan,
masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah.
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik dengan model pembelajaran LAPS-Heuristic dan strategi giving
question and getting answers dengan yang menggunakan model
pembelajaran konvesional pada materi segiempat kelas VII SMP Negeri 1
Kanigoro?
2. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan
model pembelajaran LAPS-Heuristic dan strategi giving question and getting
answers lebih baik daripada yang menggunakan model pembelajaran
konvesional pada materi segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Kanigoro?
3. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan
model pembelajaran LAPS-Heuristic dan strategi giving question and getting
answers dengan yang menggunakan model pembelajaran konvesional pada
materi segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Kanigoro?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik dengan model pembelajaran LAPS-Heuristic
7
dan strategi giving question and getting answers dengan yang menggunakan
model pembelajaran konvesional pada materi segiempat kelas VII SMP
Negeri 1 Kanigoro.
2. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik dengan model pembelajaran LAPS-Heuristic dan
strategi giving question and getting answers dengan yang menggunakan
model pembelajaran konvesional pada materi segiempat kelas VII SMP
Negeri 1 Kanigoro.
3. Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik dengan model pembelajaran LAPS-Heuristic dan strategi giving
question and getting answers dengan yang menggunakan model pembelajaran
konvesional pada materi segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Kanigoro.
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan maka hipotesis
penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
dengan model pembelajaran LAPS-Heuristic dan strategi giving question and
getting answers dengan yang menggunakan model pembelajaran konvesional
pada materi segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Kanigoro.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan model
pembelajaran LAPS-Heuristic dan strategi giving question and getting
8
answers lebih baik dari yang menggunakan model pembelajaran konvesional
pada materi segiempat peserta VII SMP Negeri 1 Kanigoro.
1.5 Asumsi
Dalam penelitian ini asumsi dasar yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut.
1. Validator dalam penelitian ini adalah seorang yang ahli dibidangnya dan
memberikan penilaian yang objektif serta bersungguh-sungguh sehingga hasil
validasi menunjukkan validitas yang sebenarnya.
2. Semua peserta didik mengerjakan soal post-test dengan sungguh-sungguh dan
sesuai dengan kemampuannya.
3. Faktor-faktor lain selain model dan strategi yang digunakan dengan tujuan
guna mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis dianggap tidak
berpengaruh.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan
Supaya penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka pada penelitian ini
diperlukan ruang lingkup dan keterbatasan penelitian. Adapun ruang lingkup
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yang di teliti yakni variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu model pembelajaran LAPS-
Heuristic dan strategi giving question and getting answers. Sedangkan
variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis.
9
2. Penelitian ini dilaksankan pada dua kelas yakni kelas VII-J SMPN 1
Kanigoro sebagai kelas kontrol dan kelas VII-H SMPN 1 Kanigoro sebagai
kelas eksperimen.
3. Materi pembelajaran yang menjadi fokus penelitian adalah bab segiempat di
Kelas VII SMPN 1 Kanigoro.
Sedangkan keterbatasan pada penelitian ini adalah fokus mengetahui
kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah matematis dengan
menggunakan model LAPS-Heuristic dan strategi giving question and getting
answers.
1.7 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara teoritis maupun
praktis. Adapun manfaat penelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan memberikan dampak positif dan
kontribusi yang maksimal dalam pembelajaran matematika sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran LAPS-Heuristic dan
strategi giving question and getting answers.
2. Manfaat Praktis
10
Secara praktis, manfaat yang diharapkan dari pengalaman ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menjadi inovasi
guru dalam proses pembelajaran agar lebih bervariasi pada model
pembelajarannya dan dapat menguatkan guru dalam memunculkan ide-ide
kreatif.
b. Bagi peserta didik
Diharapkan mampu melatih dan meningkatkan dalam hal
pemecahan masalah matematis dengan diterapkannya model LAPS-
Heuristic dan strategi giving question and getting answers pada peserta
didik sehingga dalam kegiatan belajarnya menjadi lebih bersemangat.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi sekolah
kepada guru matematika maupun guru mata pelajaran lainnya agar
menggunakan model pembelajaran yang lebih variatif sehingga kualitas
hasil pembelajaran menjadi lebih maksimal.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan juga
pengetahuan bagi peneliti yang berhubungan dengan variasi pendekatan
dalam mengajar pembelajaran matematika, dan sebagai persiapan seorang
calon pendidik (guru) dimasa depan.
11
1.8 Definisi Istilah
Dalam peneltian ini, penulisan skripsi banyak menggunakan beberapa
istilah guna menghindari kemungkinan terjadinya definisi lain dalam istilah yang
akan digunakan dan mempermudah peneliti ketika bekerja agar lebih terarah,
maka beberapa istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Masalah matematis adalah suatu pertanyaan yang tidak langsung dapat
diselesaikan dengan prosedur yang ada dalam soal matematika sehingga
membutuhkan perencanaan yang benar dalam proses penyelesaiannya sebelum
menemukan jawabannya.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ialah kemampuan peserta didik
guna menjalani proses mencari solusi dari suatu persoalan matematika sesuai
dengan pengetahuan yang telah diperolehnya untuk mendapatkan jalan keluar
dari suatu permasalahan matematika. Indikator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis yakni yang pertama,
memahami masalah (understand the problem). Kedua, merencanakan
pemecahan masalah (devise a plan). Ketiga, melaksanakan perencanaan (carry
out the plan). Keempat, memeriksa kembali proses dan hasil ((looking back)
3. Model Pembelajaran LAPS-Heuristic merupakan model pembelajaran yang
berbentuk runtutan dari suatu pertanyaan guna menyelesaikan suatu masalah
dengan menentukan alternatif sebagai solusi sehingga dapat ditarik kesimpulan
dari masalah tersebut. Adapun sintak model pembelajaran LAPS–Heuristic
antara lain. Pertama, memahami masalah. Kedua, merencanakan
12
pemecahannya. Ketiga, menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua.
Keempat, memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
4. Strategi giving question and getting answer (GQAGA) ialah strategi yang
dirancang untuk peserta didik guna melatih agar mempunyai ketrampilan
dalam menjawab ataupun bertanya soal, karena dasar dari strategi ini ialah
metode tanya jawab yang dikolaborasikan dengan beberapa potong kertas.
Adapun sintak strategi tersebut antara lain. Pertama, membagikan dua buah
kartu yakni kartu soal dan kartu jawaban. Kedua, membagi peserta didik ke
dalam kelompok kecil. Ketiga, mengerjakan dan menyeleksi kartu soal.
Keempat, meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil seleksi kartu soal.
Kelima, mengoreksi kartu soal dengan kartu jawaban. Keenam, menyimpulkan
hasil diskusi.
5. Model Pembelajaran Konvesional adalah pembelajaran yang mengharuskan
guru lebih mendominasi kelas dengan menyampaikan materi secara langsung
dan peserta didik sebagai penerima informasi secara pasif dalam pembelajaran.
6. Materi matematika yang digunakan pada penelitian ini ialah materi segiempat
dan termasuk materi SMP Kelas VII. Segiempat merupakan bangun datar yang
memiliki empat buah sisi. Pokok dalam pembahasan materi segiempat ini
adalah tentang bagaimana memahami masalah segiempat, menyelesaikan
masalah segiempat, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
segiempat. Segiempat yang menjadi objek pada penelitian ini yakni persegi
panjang, persegi, jajar genjang, trapesium, layang-layang serta belah ketupat.
125
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah
matematis dengan menggunakan model LAPS- Heuristic dan strategi giving
question and getting answer pada materi segiempat kelas VII SMP Negeri 1
Kanigoro diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1) Terdapat adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah peserta didik
antara kelas yang menggunakan model LAPS-Heuristic dan strategi giving
question and getting answers dengan kelas yang menggunakan model
konvesional (Sig = 0,014< 0,05).
2) Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan
menggunakan model pembelajaran LAPS-Heuristic dan strategi giving
question and getting answers lebih baik dibandingkan peserta didik dengan
menggunakan model konvensional (thitung = > ttabel = 2,00030).
3) Subjek yang telah dipilih berdasarkan data wawancara pada kelas dengan
model LAPS-Heuristic dan strategi giving question and getting answers
mampu lebih menguasai indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis daripada kelas dengan model konvensional didapatkan data
sebagai berikut.
126
a. Subjek berkemampuan tinggi pada kelas dengan model pembelajaran
LAPS-Heuristic dan strategi giving question and getting answers mampu
mencapai semua indikator dan pada kelas model konvesional mampu
mencapai tiga dari empat indikator pemecahan masalah matematis.
b. Subjek berkemampuan sedang pada kelas dengan model pembelajaran
LAPS-Heuristic dan strategi giving question and getting answers mampu
menguasai tiga dari empat indikator dan pada kelas model konvesional
hanya menguasai dua dari tiga indikator pemecahan masalah matematis.
c. Subjek berkemampuan rendah pada kelas dengan model pembelajaran
LAPS-Heuristic dan strategi giving question and getting answers hanya
mampu menguasai dua dari empat indikator dan pada kelas model
konvesional hanya bisa mencapai satu dari empat indikator pemecahan
masalah matematis.
Dengan demikian diperoleh hasil bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis kelas yang menggunakan model pembelajaran LAPS-
Heuristic dan strategi giving question and getting answers lebih baik daripada
kelas dengan menggunakan model konvesional serta didapatkan kesimpulan
bahwasannya data kualitatif bisa melengkapi, memperkuat, serta mendukung
data kuantitatif.
127
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti di kelas
VII SMP Negeri 1 Kanigoro, peneliti memiliki saran-saran sebagai berikut.
1) Bagi Peserta Didik
Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran LAPS-Heuristic dan
strategi giving question and getting answers, peserta didik diharapkan dapat
berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, menumbuhkan rasa ingin
tahu yang tinggi, lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya serta
lebih mandiri dalam belajar.
2) Bagi Pendidik
Pendidik sebaiknya juga dapat menerapkan model pembelajaran LAPS-
Heuristic dan strategi giving question and getting answers pada materi yang
lain dengan dibuat model diskusi aktif dalam kegiatan pembelajaran agar
dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan keaktifan peserta didik dalam
berdiskusi pada kegiatan pembelajaran berlangsung.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti yang lain dapat menggunakan model pembelajaran LAPS-
Heuristic dan strategi giving question and getting answers pada materi
pelajaran matematika atau selain materi segiempat SMP, pada materi
pembelajaran selain matematika ataupun pada jenjang pendidikan yang
berbeda.
128
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Z dan Walida, S.E. 2019. Interactive E-Module Model of Transformation
Geometry Based on Case (Creative, Active, Systematic, Effective) as A
Practical and Effective Media to Support Learning Autonomy and
Competence. International Journal of Development Research, Volume 9,
Issue 01, pp.25156-25160, 26 Mei 2020. (http://www.journalijdr.com)
Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
As’ari, Abdur Rahman., Tohir, Mohammad., dan Valentino, Erik., Dkk. 2017.
Matematika SMP/MTs Kelas VII Semester 2.Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI
Cahyono, Tri. 2015. Stastik Uji Normalitas. Purwokerto:Yasamas
Creswell, John W.2016. Research Design (Pendekatan metode kualitatif,
kuantitatif dan campuran) Edisi keempat. Yoyakarta: Pustaka Pelajar
Departemen Pendidikan Indonesia. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful., dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Effendi, Sulaiman., dan Siregar, Syarifah. 2018. Penerapan Strategi Giving
Question And Getting Answer Sebagai Upaya Peningkatkan Hasil
Belajar Akuntansi, (Online), Vol 1 No 2, (diakses 20 Februari 2020)
Fathonah, Ika., dan Sukestiyarno. 2019. Segiempat Konsep dan Aplikasinya.
Semarang: UNNES
Fathurrohman, Muhammad., dan Sulistyorini. 2018. Belajar & pembelajaran.
Yogyakarta:Kalimedia
Fathurrohman, Muhammad. 2018. Pendekatan dan Model Pembelajaran.
Yogyakarta: Kalimedia
129
Fuad, Ihsan.2005.Dasar-dasar Kependidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hawa, Siti. Aisyah, Nyimas., dan Purwoko., Dkk. 2008. Pengembangan
Pembelajaran Matematika SD. Dirjen DIKTI : Kemdiknas
Hendriana, H. H., Sumarmo, U., & Rohaeti, E. E., 2017. Hard skills dan
softskills.Penerbit: Refika Aditama Cetakan ke 1Tahun 2017 Original
Isfara, Laila., dan Ermawati. 2018. Validitas Instrumen Four-Tier Misconception
Diagnostic Test untuk Materi Fluida Statis, Jurnal: Inovasi Pendidikan
Fisika, (Online), Volume 07 No.3. (diakses 1 Maret 2020)
Komarudin. 2016. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Pada Materi Peluang Berdasarkan High Order Thinking Dan
Pemberian Scaffolding, Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan,
Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam, (Online), Volume VIII, No.1,
(diakses 23 Februari 2020)
Kurino, Yeni. 2018. Model Giving Question and Getting Answer Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Didactical
Mathematics, (Online), Vol 1 No 1, (diakses 3 Februari 2020)
Lestari, K. E., dan Yudhanegara, M. R. 2017. Penelitian Pendidikan
Matematika.Bandung: PT Refika Aditama.
Moleong, Lexy J. 2016. Metode Penelitian Kualitatif edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja
Presindo.
Nuansyah, Nanda., Efuansyah., dan Yanto. 2019. Efektivitas Model Pembelajaran
Logan Avenue Problem Solving (LAPS)-Heuristik Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa, Jurnal Pendidikan Matematika RAFA
(Online), Vol 5(2): 162-172, (diakses 1 Februari 2020)
130
Pemerintah Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 37
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Purba, Oktaviana., dan Sirait, Syahriani. 2017. Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah dengan Model LAPS-Heuristic di SMA Shafiyyatul
Amaliyah. Vol.2. No.1. Jurnal Matematics Paedagogic. Halaman 31-39.
Online (diakses 23 Januari 2020)
Putri, Rahmi., Rahmi., dan Edriati, Sofia. 2017. Pengaruh Strategi Giving
Question And Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Smp, Jurnal Pelangi (Online), Vol.10 No. 2. (diakses 1 Februari)
Polya, George.1957. How To Solve It : A New Aspect of Mathematic Method.
New York: Doubleday Anchor Books
Prihandoko, A.C. 2006 Memahami Konsep Matematika Secara Benar Dan
Menyajikannya Dengan Menarik. Jakarta: Depdiknas
Rosita, Dwi. 2017. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Berpikir
Kritis Siswa Menggunakan Model PembelajaranSearch, Solve, Create,
and Share (SSCS) Pada Pokok Bahasan Turunan Fungsi Kelas XI MA
Nahdlatul.
Runtukahu, Tombokan., dan Kandou, Selpius. 2014. Pembelajaran Matematika
Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non
Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito
Rusman.2012. Model –Model Pembelajaran. Depok : PT Rajagrafindo Persada
Sagala, Syaiful. 2017. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sahimin., Nasution, Wahyuddin., dan Sahputra, Edi. 2017. Pengaruh Model
Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar PAI Siswa Kelas
VII SMP Negeri 1 Kabanjahe Kabupaten Karo, (Online),Vol 1 No 2,
(diakses 9 juli 2020)
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum
2013.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Silberman, Melvin L. 2009. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Alih
131
bahasa: Raisul Muttaqien). rev.ed. Bandung: Nusamedia.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: PT. Alfabeta
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung. PT. Alfabeta
Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad.2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Usman, Husaini. 2011.Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Bumi
Aksara. Jakarta
Wardhani, Sri., Wiworo., Guntoro, Sigit., dan Windro, Hanan. 2010.
Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Di
SMP.Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika
Wulandari, Yessicha. 2018. Deskripsi Pemahaman Konsep Bangun Datar Oleh
Siswakelas Viii Smp Negeri 03 Salatiga Berkemampuan rendah, Maju
(Online), Vol 5 No 2, (diakses 3 Februari 2020)
Zaini, Hisyam., Munthe, Bermawy., dan Ayu, Sekar. 2008. Strategi
Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Recommended