View
38
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENERJEMAHAN KITAB KASYF AL-HIJÂB FÎ
MURÂQABAH AL-WAHHÂB KARYA MUHAMMAD IDRUS BUTON
(METODE SEMANTIK)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora
(S. Hum)
Oleh:
Andhika Tiara
NIM: 11150240000014
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
v
ABSTRAK
Andhika Tiara, 11150240000014, Penerjemahan Kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb karya Muhammad Idrus Buton (Metode Semantik), Skripsi, Program Studi Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Skripsi ini bertujuan untuk menerapkan metode penerjemahan semantik dan untuk menjelaskan strategi penerjemahan dalam terjemahan kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb. Sumber utama penelitian ini adalah kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb karya Muhammad Idrus Buton dan ditunjang oleh sumber primer kitab lainnya. Metode yang digunakan dalam analisis adalah metode kualitatif-deskriptif. Hasil penelitian skripsi ini adalah penerjemahan semantik yang paling tepat dalam menerjemahkan teks keagamaan bidang tasawuf. Penerjemahan semantik fokus pada pencarian padanan tataran kata, tetapi tetap terikat pada budaya bahasa sumber. Metode ini sangat mengutamakan makna yang dimaksud sehingga dalam menerjemahkan diperlukan instrumen kamus istilah tasawuf untuk lebih memudahkan. Adapun strategi penerjemahan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah penambahan (addition/ziyâdah), pengurangan (deletion/hadzf), transposisi (transposition/tabdîl), mendahulukan dan mengakhirkan (taqdîm wa takhîr).
Kata kunci : Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb, Penerjemahan Semantik, Strategi Penerjemahan, dan Tasawuf.
vi
ص البحثخمل ترجمة كتاب كشف الحجاب في ،۱۱۱۵۰۲٤٠٠٠٠٠١٤ ،انديكا تييارا
البحث الجامعي ،)الدلالي المنهج( البطونيلمحمد عيدروس مراقبة الوهاب جامعة شريف هداية الله ،كلية الآداب والعلوم الإنسانية ،قسم الترجمة
.۲٠١۹ ،جاكرتا الإسلامية الحكوميةشرح و ةيترجمة الدلالالمنهج طبيق تفهي ا البحث ذه أما أهداف
كشف الحجاب في مراقبة الوهاب.إستراجيات الترجمة على كتاب كتاب كشف الحجاب في مراقبة المستخدمة هي الأساسية مصادرال
احثةلت البوحل البطوني وترفد بالبيانات الأخرى. الوهاب لمحمد عيدروسهي ا البحثذه ونتائج الكيفي.المدخل والوصفي منهج ال باستخدام
ة الأصح في ترجمة النصوص العربية خاصة في مجال يالترجمة الدلالولكنها التزمت ،مرادف الكلمات نيلزت الترجمة الدلالية إلى ركالتصوف.
إلى حتى يحتاجمنهج المعاني المستهدفة ا الذه ل. فضمصدرفي ثقافة لغة الوأما إستراجيات الترجمة . أدوات المعاجم التصوفية للسهولة عند الترجمة
(addition) ا البحث الجامعي فهي: زيادةذالمستخدمة في ه تقديم وتأخير.و (transposition)وتبديل (deletion)فذحو
،يةرجمة الدلالالت ،: كشف الحجاب في مراقبة الوهابمفتاحيةالكلمات ال التصوف.و ،وإستراجيات الترجمة
vii
KATA PENGANTAR
Bismillâhirrahmânirrahîm
Tiada kata yang pantas diungkapkan, tiada kalimat yang layak
untuk disanjungkan dalam mensyukuri nikmat Allah yang tak
terbatas, yang maha luas yang tak pernah habis dan tuntas untuk
kita bahas. Shalawat beriring salam senantiasa tercurah
limpahkan kepada junjungan Nabi akhir zaman, sang penerang
siang dan malam, serta penyempurna syariat Islam, baginda Nabi
agung Muhammad SAW.
Bersamaan dengan selesainya penulisan skripsi ini, peneliti
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada yang
terhormat:
1. Saiful Umam, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora.
2. Dr. Darsita Suparno, M.Hum, dan Dr. Ulil Abshar, S.S.,
M.Hum., MA, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan
Tarjamah yang telah memberikan arahan, saran, serta
nasihat kepada peneliti.
3. Abdul Wadud Kasyful Anwar, Lc., M.Ag, selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan
dan semangat kepada peneliti.
4. Dr. Zubair, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran
dalam membimbing peneliti hingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
viii
5. Dr. Ahmad Syatibi, M. Hum, selaku Dosen Penguji I dan
Dr. Akhmad Saehudin, M. Hum Selaku Penguji II.
6. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora terkhusus
dosen program studi Tarjamah yang telah memberikan
ilmu dan wawasannya dengan ikhlas.
Semoga segala yang telah diberikan dapat menjadi amal
jariyah di akhirat kelak.
Tak lupa, peneliti sampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada teman-teman seperjuangan Tarjamah angkatan
2015, Bidikmisi angkatan 2015, serta keluarga besar Ma’had al-
Jami’ah, serta kepada sahabatku Khusnul Ma’arif, Lisa
Aminatusy S., Badriyah, Fatma Agustina, Firda Aulia, Nana
Andriana serta Siti Rofiqoh, dan sahabat di Madrasah Aliyah
Barirotul Musta’inah, Husnul Hamidah, Nuron Najahah, dan
Nuris Sirrul Laily yang telah mendoakan dan memberikan
semangat tiada henti-hentinya.
Terakhir, semoga ketulusan, kebaikan, keikhlasan serta kasih
sayang yang telah dicurahkan kepada peneliti selama ini dibalas
oleh Allah SWT. Peneliti berharap semoga skripsi yang masih
jauh dari kata sempurna ini dapat bermanfaat bagi khalayak luas
di manapun berada, khususnya bagi peneliti serta orang-orang
yang bergelut di bidang penerjemahan.
Jakarta, 16 Agustus 2019
Andhika Tiara
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk kedua orang tua
tercinta Bapak Muhammad Sadjim dan Ibu Nur Sa’adah yang
telah merawat, mendidik, serta tak henti mendoakan dalam setiap
sujudnya. Tak lupa untuk kedua kakak tersayang Nurma Lailiyah
dan Ahmad Mashabi Satrio serta adik tersayang Acil Salbiyah
yang senantiasa memberikan semangat, doa dan dukungan
sepenuh hati mereka. Semoga lewat skripsi ini peneliti dapat
merekahkan senyum di bibir orang-orang terkasih.
“Terima kasih telah menjadi penopang di saat jalan terjal
menghadang, serta menjadi pelindung di kala badai menerjang.”
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................ x
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5
E. Penelitian Terdahulu ....................................................... 6
F. Metodologi Penelitian ..................................................... 8
1. Fokus Penelitian ....................................................... 9
2. Sumber Data ............................................................. 9
3. Teknik Pengumpulan Data ..................................... 10
4. Metode Analisis Data ............................................. 11
5. Teknik Penulisan .................................................... 13
G. Sistematika Penulisan ................................................... 13
BAB II KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan Teks Klasik Keagamaan ......................... 15
B. Metode Penerjemahan Semantik .................................... 16
C. Istilah Tasawuf ............................................................... 19
D. Strategi Penerjemahan .................................................... 21
xi
BAB III SEKILAS TENTANG KITAB DAN PENULIS
A. Biografi Singkat Muhammad Idrus Buton ................... 28
B. Karya-karya Muhammad Idrus Buton .......................... 31
C. Latar Belakang Tasawuf Muhammad Idrus Buton ....... 33
D. Kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb ........... 34
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PENERJEMAHAN
A. Pertanggungjawaban Penerjemahan Kitab Kasyf al-
Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb ...................................... 37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 75
B. Rekomendasi ............................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................... 82
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalihaksarakan suatu tulisan ke
dalam aksara lain. Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin.
Transliterasi yang peneliti gunakan dalam penelitian skripsi
ini merujuk pada pedoman transliterasi pada Keputusan Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017
Tentang “Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut daftar aksara
Arab dan padanannya dalam aksara latin:
A. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts te dan es ث
J Je ج
H h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis di bawah ص
xiii
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkaf
atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya
adalah sebagai berikut:
D de dengan garis di bawah ض
Ṯ te dengan garis dibawah ط
Z zet dengan garis bawah ظ
‘ عkoma terbalik di atas
hadap kanan
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
Apostrof ` ء
Y Ye ي
xiv
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
◌ A Fathah
◌ I Kasrah
◌ U Dammah
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ◌ ي
Au a dan u ◌ و
C. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam
bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ȃ ا a dengan topi di
atas
Ȋ ي i dengan topi di
atas
Ȗ و u dengan topi di
atas
xv
D. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab
dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi
huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf
qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan
ad- dîwân.
E. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan tanda (~), dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan
huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyyah. Misalnya kata “الضرورة” tidak ditulis ad-darûrah
melainkan al-darûrah. Demikian seterusnya.
F. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah
terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah).
Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta
marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
Contoh:
xvi
No. Kata Arab Alih Aksara
Tarîqah ة ق ی ر ط 1
al-jâmi’ah al-islâmiyyah ة ی م لا س الإ ة ع ام الج 2
Wahdat al-wujûd د و ج الو ة د ح و 3
G. Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,
dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk
menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama tempat,
nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan,
jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-
Ghazâlî bukan Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat
diterapkan dalamalih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai
huruf cetak miringn (italic) atau cetak tebal (bold). Jika
menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring,
maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian
seterusnya.
Berkaitan dengan penelitian nama, untuk nama-nama
tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan
tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari
bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak
xvii
Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
H. Cara Penelitian Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism),
maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah
beberapa contoh alih aksara atas kalimat- kalimat dalam
bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
Kata Arab Alih Aksara
Dau'u al-Misbah اح ب ص الم ء و ض
A’lamu bi al-Sawâb ابو ـالص ب م ل ع أ
Fî al-Jâmi’ah ة ع ام ي الج ف
xviii
DAFTAR SINGKATAN
BSa : Bahasa Sasaran
BSu : Bahasa Sumber
Dll : Dan Lain-lain
SAW : Sallâllah ‘Alaih wa Sallam
SWT : Subhânahu wa Ta’âlâ
TSa : Terjemahan Sasaran
TSu : Terjemahan Sumber
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pentingnya tasawuf dalam budaya negeri-negeri muslim
dapat dikenali dengan baik.1 Sejarah mencatat peran tasawuf
yang begitu besar, A.H. John melaporkan bahwa para sufi
pengembara terutama yang melakukan penyiaran di Nusantara
berhasil mengislamkan sejumlah besar penduduk Nusantara
minimal sejak abad ke-13. Seiring perkembangan Islam di
Indonesia, ajaran tasawuf nampaknya suatu hal yang tak dapat
dipisahkan dari misi Islam untuk membawa manusia menjadi
umat yang bertauhid. Amalan-amalan agama yang dibawa
oleh pengembang Islam menekankan perlunya mengisi
kehidupan rohani yang betul-betul dapat dirasakan dan
dipikirkan. Sebab dalam pengamalan ibadah agama pada
hakikatnya adalah untuk meraih hidup tenang bahagia di dunia
dan akhirat.2
Salah satu ulama sastrawan sufi yang berpengaruh dalam
membawa misi ajaran tasawuf di Indonesia adalah Syekh
Muhammad Idrus Buton yang berasal dari kesultanan Buton
1J. Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam (London: Oxford University Press, 1973), h. 233.
2Septiawadi .”Pergolakan Pemikiran Tasawuf di Indonesia”. Vol. 7, No. 1, 2013, h. 183.
2
di Sulawesi Tenggara, beliau lahir pada akhir abad ke-18, tak
banyak yang mengenalnya, namun semasa hidupnya tercatat
tidak kurang dari 40 karya kitab telah ditulisnya yang
mayoritas berisi ajaran tasawuf.3
Dari banyaknya karya Muhammad Idrus Buton yang
sudah dialihbahasakan, kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-
Wahhâb merupakan salah satu karya beliau yang belum
ditemukan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, dan dapat
diasumsikan bahwa kitab ini menarik untuk dijadikan objek
penelitian karena sudah jarang sekali ditemukan terjemahan
kitab-kitab yang bercorak tasawuf dan dirasa sangat perlu
diterjemahkan guna menambah khazanah keilmuwan di
bidang tasawuf, kitab ini berisi teks-teks keagamaan yang
mengajarkan ajaran tasawuf amali yaitu ajaran cara meyakini
bahwa Tuhan mengintai lahir dan batinnya, di mana dan kapan
saja.
Hasrat masyarakat untuk menggunakan buku-buku
terjemahan juga sangatlah tinggi. Jika hasil terjemahan teks
keagamaan dibaca oleh pembaca awam yang tidak memiliki
pengetahuan yang memadai tentang kandungan teks, tentu
mereka akan menghadapi kesulitan dalam memahami, apalagi
jika teks bahasa sumbernya merupakan teks yang terkait
dengan pemikiran tasawuf, selain berfungsi sebagai khazanah
3Basrin Melamba dan Wa Ode Siti Hafsah. “Ijtihad Sultan
Muhammad Idrus Kaimuddin”, Vol. 16, No.1, 2014, h. 1.
3
tasawuf islam di Indonesia juga sekaligus memperkaya kosa
kata bahasa Indonesia.4
Menerjemahkan teks keagamaan berarti menerjemahkan
teks yang substansinya didominasi oleh tema dan topik-topik
yang bersumber pada satu agama atau lebih. Teks keagamaan
bisa ditemukan pada alquran, hadits, kitab kuning. Teknik yang
dibutuhkan saat menerjemahkan teks keagamaan dalam Islam
pun tidaklah sama, teknik untuk menerjemahkan alquran tidak
sama dengan menerjemahkan hadis, teknik menerjemahkan
hadis juga tidaklah sama dengan kitab kuning.5
Metode yang tepat dalam menerjemahkan teks keagamaan
adalah metode penerjemahan semantik. Metode ini merupakan
metode penerjemahan yang berorientasi ke dalam bahasa
sasaran. Metode ini menghasilkan terjemahan yang lengkap,
detail, fokus, dan cenderung agak panjang terjemahannya
dibandingkan dengan teks aslinya.6. Begitu juga
menerjemahkan kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb
dibutuhkan teori penerjemahan semantik karena teks ini
merupakan teks keagamaan. Tentunya, dalam
penerjemahannya sangat memperhatikan bahasa sumber.
4Qonitatul Mahmudah, Muhammad Yunus Anis. “Ideologi
Penerjemahan Arab-Indonesia”. ISBN 978-602-60295-7-7, 2017, h. 252. 5Benny. H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan. (Jakarta:
Pustaka Jaya, 2006), h.33. 6Sunarto al-Qurtubi, KH. MA. Sahal Mahfudh, Era Baru Fiqih
Indonesia, (Yogyakarta : Cermin, 1999), h. 7.
4
Maka, penerjemahan semantik dirasa yang paling sesuai dalam
menghasilkan teks yang sangat kompleks, detail, dan padat.7
Oleh karena itu, setelah melakukan berbagai pengamatan
yang mendalam, peneliti akhirnya tertarik untuk melakukan
penelitian penerjemahan kitab teks klasik keagamaan yang
bercorak ajaran tasawuf, dengan judul “Penerjemahan Kitab
Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb Karya Muhammad
Idrus Buton (Metode Semantik)”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam mengkaji dan meneliti sebuah masalah baik berupa
data maupun yang lainnya, diperlukan batasan dan perumusan
masalah, agar lebih jelas dan terfokus arah pembahasan yang
akan diuraikan nanti.
Adapun berdasarkan latar belakang masalah di atas,
peneliti membatasi permasalahan dengan menerjemahkan kitab
Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb dan mengajukan
rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses penerjemahan kitab Kasyf al-Hijâb
fî Murâqabah al-Wahhâb karya Muhammad Idrus
Buton dengan menerapkan metode penerjemahan
semantik?
7Jeremy Monday, Introducing Translation Studies : Theories and
Application (New York: Routledge, 2008), h. 71.
5
2. Bagaimana penerapan strategi penerjemahan dalam
terjemahan kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-
Wahhâb karya Muhammad Idrus Buton?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah peneliti kemukakan di
atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui proses penerjemahan Kitab Kasyf al-
Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb dengan menggunakan
metode semantik dan strategi penerjemahannya.
D. Manfaat Penelitian
Ditinjau dari aspek teortis, penelitian ini mempunyai
beberapa manfaat di antaranya:
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan
penelitian terkait penerjemahan teks klasik
keagamaan.
2. Sebagai ajang pengembangan bakat dan langkah awal
untuk menjadi seorang penerjemah freelance. Karena
menerjemahkan buku-buku yang berisi tentang cerita-
cerita pendek, sastra, dan naskah dokumenter dapat
dikerjakan sembari mengerjakan pekerjaan yang
lainnya dan tidak perlu terikat kontrak dengan
perusahaan.8
8Geoffrey Samuelsoon, Brown, A Practical Guide for Translators,
(Canada: Multilingual Matters, 2010), h. 5-17.
6
3. Sebagai wawasan bagi peneliti, pembaca, dan
penerjemah agar dapat mempertimbangkan metode
dan teknik mana yang tepat dalam menerjemahkan
teks klasik keagamaan.
Adapun secara praktis penelitian ini mempunyai manfaat
di antaranya:
1. Sebagai masukan atau motivasi untuk mahasiswa
khususnya mahasiswa prodi Tarjamah agar dapat
melakukan penerjemahan pada teks klasik keagamaan.
2. Sebagai sumbangsih literasi di Indonesia khususnya
dalam bidang penerjemahan teks klasik keagamaan
tasawuf.
E. Penelitian Terdahulu
Setelah mencari berbagai macam literature sebagai bahan
rujukan skripsi, peneliti menemukan beberapa penelitian baik
objek maupun metode yang digunakan dalam menerjemahkan
teks klasik kegamaan di antaranya :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Virginia (2011)
dengan judul “Ali Audah dan Terjemahannya (Analisis
Terjemahan Buku Abu Bakar as-Siddiq Karya M. Husen
Haekal pada Bab Abu Bakar pada Masa Nabi)”. Dalam
penelitian tersebut membahas tentang strategi yang digunakan
oleh Ali Audah dalam menerjemahkan buku, sedangkan
penelitian ini fokus pada penerjemahan dan metode yang
digunakan dalam menerjemahkan teks klasik keagamaan.
7
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ecep Ismail (2016)
dengan judul “Analisis Semantik pada Kata Ahzab dan
Derivasinya dalam Alquran”. Dalam penelitian tersebut hanya
mengupas makna kata Ahzab yang ada dalam alquran,
sedangkan penelitian ini menerjemahkan semua makna yang
ada dalam teks kitab.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Farhan
(2015) dengan judul “Kitab Qasas al-Anbiya pada Bab Ihtijâj
Adam dan Musa Karya Ibnu Katsir (Analisis Morfosintaksis
Terjemahan M. Abdul Ghaffar E.M)”. Dalam penelitian
tersebut dilakukan analisis serta penilaian hasil terjemahan,
sedangkan penelitian ini dilakukan dengan tanpa analisis,
hanya menerjemahkan teks kitab saja.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Kardimin (2013)
dengan judul “Problematika Penerjemahan Teks
Keagamaan”. Dalam penelitian tersebut memaparkan tentang
permasalahan yang dijumpai dalam penerjemahan teks
keagamaan, metode serta teknik penerjemahan teks
keagamaan, sedangkan penelitian ini hanya memaparkan hasil
serta metode terjemahan teks kitab.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Maftukhatul Inayah
(2018) dengan judul “Penerjemahan Hadis dalam Kitab Ahkâm
Tamannî al-Maut”. Dalam penelitian tersebut memaparkan
hasil terjemahan hadis pilihan dalam kitab serta metodenya,
sedangkan penelitian ini memaparkan hasil terjemahan seluruh
isi teks kitab.
8
F. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif
adalah sebuah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang
mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan
maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta
peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan
data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak
menganalisis angka-angka.9 Sedangkan deskriptif merupakan
gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat
alamiah itu sendiri. Secara deskriptif, peneliti dapat
memberikan ciri, sifat, serta gambaran data yang dilakukan
pada tahap pemilihan data setelah data terkumpul.10
Metodologi penelitian ini akan membahas hal-hal sebagai
berikut:
9Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Depok: Raja Grafindo
Persada, 2015), h. 13. 10T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode
Penelitian dan Kajian, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 16-17.
9
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menerjemahkan seluruh isi
teks yang terdapat di dalam kitab Kasyf al-Hijâb fî
Murâqabah al-Wahhâb dari bahasa Arab ke dalam Bahasa
Indonesia dengan menggunakan metode semantik.
2. Sumber Data
Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan
suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga
hanya ada pengungkapan fakta.11 Metodologi penelitian ini
akan membahas hal-hal sebagai berikut:
a. Sumber primer atau sumber utama, yaitu data yang
langsung digunakan peneliti. Adapun yang menjadi
sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab
yang berjudul kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah
al-Wahhâb karya Muhammad Idrus Buton yang
berbahasa Arab sebagai teks sumber (TSu).
b. Sumber sekunder atau pendukung, yaitu mengambil
dari literatur buku yang berhubungan dengan
penerjemahan, dan kamus-kamus sebagai
pendukung, diantaranya; Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), Kamus al-Munawwir Arab-
Indonesia, kamus al-Ma’ani, kamus offline, buku-
buku, jurnal, artikel, serta internet sebagai
penunjang.
11Herman Wasinto, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta:
Gramedia, 1993), h. 19.
10
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti klasifikasikan secara
sistematis dan bertahap. Klasifikasi langkah-langkah
tersebut ialah sebagai berikut:
a. Menentukan objek penelitian yang akan diteliti
yaitu kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-
Wahhâb.
b. Membaca objek penelitian.
c. Memilih data yang akan dianalisis.
d. Menentukan teori yang sesuai dengan teks kitab.
e. Mengaplikasikan teori penerjemahan.
Berikut bagan pengumpulan data :
Ada 6 tahapan
Tahap 1 Menentukan
objek penelitian
Tahap 2 Membaca
objek penelitian
Tahap 3 Memilih data
yang akan dianalisis
Tahap 4 Menentukan teori yang
sesuai
Tahap 5 Mengaplikasikan teori penerjemahan semantik
11
4. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teori
sebagai rujukan yang dalam langkah analisis yang peneliti
lakukan yaitu menerapkan metode penerjemahan dengan
pendekatan metode semantik. Adapun langkah-langkah
peneliti agar penelitian ini berjalan secara sistematis, maka
tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menerjemahkan kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah
al-Wahhâb menggunakan metode kata-perkata
dengan berbagai perkakas penerjemahan yang akan
dijadikan rujukan seperti Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), Kamus al-Munawwir Arab-
Indonesia, kamus al-Ma’ani, kamus offline, serta
internet sebagai penunjang.
b. Mencari diksi yang sesuai dengan menggunakan
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Tesaurus
Bahasa Indonesia.
c. Memisahkan kata asing yang sulit diterjemahkan
kemudian mencarinya ke dalam kamus istilah
tasawuf.
d. Mereproduksi struktur dan kultur dari teks bahasa
sumber ke dalam teks bahasa sasaran dengan
pendekatan metode penerjemahan semantik.
12
Berikut bagan analisis data :
Ada 4 tahapan
Tahap 1 Menerjemahkan
seluruh teks kitab
Tahap 2 Mencari diksi yang
sesuai
Tahap 4 Mereproduksi
struktrur dan kultur BSa ke BSu
dengan metode semantik
Tahap 3 Mencari kata asing
ke dalam kamus istilah tasawuf
13
5. Teknik Penulisan
Secara teknis skripsi ini berpedoman pada buku
pedoman penulisan “Pedoman Penelitian Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta” berdasarkan Keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017.
G. Sistematika Penyusunan
Sistematika penulisan berupa rencana pembagian bab dan
sub bab dari laporan penelitian yang akan ditulis. Sistematika
penulisan yang baik adalah yang mampu memberikan informasi
lengkap tentang garis besar laporan penelitian serta disusun
berdasarkan kriteria yang logis. Untuk memberikan gambaran
pembahasan yang sistematis, serta mudah dipahami, maka
diperlukan suatu susunan yang baik yang terbagi dalam beberapa
bab. Sistematika penyusunan skripsi ini antara lain :
Bab pertama, berisi tentang pendahuluan yaitu mencakup
latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, berisi tentang kerangka teori yaitu penerjemahan
teks klasik keagamaan, metode penerjemahan semantik, istilah
tasawuf dan strategi penerjemahan.
Bab ketiga, berisi tentang korpus penelitian yaitu sekilas
tentang seluk beluk penulis dan kitab. Adapun yang dibahas
yaitu biografi Muhammad Idrus Buton, karya-karya Muhammad
14
Idrus Buton, latar belakang tasawuf Muhammad Idrus Buton dan
kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb.
Bab keempat, berisi tentang pokok penelitian yaitu
pertanggungjawaban penerjemahan kitab Kasyf al-Hijâb fî
Murâqabah al-Wahhâb.
Bab kelima, berisi tentang penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan rekomendasi.
15
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan Teks Klasik Keagamaan
Penerjemahan dianggap sebagai proses render makna dari
teks ke bahasa lain berdasarkan cara yang dimaksudkan oleh
penulis teks. Selain itu terjemahan mencakup proses
mentransfer makna dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa
sasaran (BSa).12 Proses pemindahan pesan yang telah
diungkapkan dalam satu bahasa ke dalam bahasa yang lain
secara sepadan dan wajar dalam pengungkapannya, sehingga
tidak menimbulkan kesalahan presepsi dan kesan asing dalam
menangkap makna yang telah dialihbahasakan tersebut.13
Menerjemahkan juga merupakan suatu jenis pekerjaan
yang memerlukan pendidikan dan pelatihan tingkat lanjutan.
Seseorang yang menggeluti pekerjaan ini dapat digolongkan ke
dalam tipe penerjemah tertentu.14 Bila penerjemah tidak
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai, seorang
12Peter Newmark, Approaches to Translation (Germany:
Pergamon Press), h. 91 13Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Al-Kitabah, 2014), h. 17. 14Kardimin, “Problematika Penerjemahan Teks Bernuansa
Keagamaan”, INSYIRAH Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam Vol. 1, No. 2, 2013, hal. 1-16.
16
penerjemah akan mengalami banyak kesulitan, apalagi
penerjemah belum akrab dengan teks yang dimaksud.15
Begitu juga ketika menerjemahkan teks klasik keagamaan.
Teks klasik keagamaan adalah teks-teks keagamaan yang
sudah berumur 100 tahun ke atas, serta sudah mengalami
macam perubahan budaya.16 Jadi dapat disimpulkan bahwa
penerjemahan teks klasik keagamaan berarti
mengalihbahasakan pesan sumber ke pesan sasaran teks yang
berumur 100 tahun ke atas yang memuat topik agama.
Teks-teks keagamaan islam yang diimpor ke Indonesia
banyak menggunakan bahasa Arab, tetapi saat proses
penerjemahan ke bahasa Indonesia terjadi proses yang sama
yaitu mengambil langsung beberapa istilah sesuai asli
bahasa sumber atau mencari padanannya. Berbeda halnya
ketika berhadapan dengan teks tasawuf, di sini pembaca akan
banyak menemukan banyak istilah keagamaan yang dapat
membentuk moral bangsa dan terdapat akurasi kebudayaan.17
B. Metode Penerjemahan Semantik
Molina & Hurtado Albir mendefinisikan metode
penerjemahan sebagai cara sebuah proses penerjemahan
15Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer. h. 92. 16Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer. h. 93 17Qonitatul Mahmudah, Muhammad Yunus Anis. “Ideologi
Penerjemahan Arab-Indonesia”. ISBN 978-602-60295-7-7, 2017, h. 252.
17
dilakukan sesuai dengan tujuan penerjemah, yakni opsi global
yang berdampak pada teks bahasa sasaran secara keseluruhan.
Mereka mengungkapkan ada beberapa metode penerjemahan
yang bisa dipilih yakni: metode interpretatif-komunikatif
(penerjemahan gagasan atau amanat), harfiah (transkodifikasi
linguistik), bebas (modifikasi kategori-kategori semiotika dan
komunikatif) dan filologis (penerjemahan akademis atau
kritik).18
Sedangkan Newmark mendefinisikan metode
penerjemahan adalah sebuah metode yang berorientasi pada
bahasa sumber (SK emphasis) atau berbasis semantik dan
empat metode berorientasi pada bahasa target (TL emphasis)
atau berbasis komunikatif. Kedelapan metode tersebut
digambarkan oleh dalam bentuk diagram V, yakni sebagai
berikut :19
SL emphasis TL emphasis
Word-for-word Adaptation
Literal Free
Fathful Idiomatic
Semantic Communicative
Metode semantik berusaha mengkaji distribusi kosakata
(tema-tema) yang membentuk jaringan makna dan jaringan
18Lucia Molina, Hurtado Albir, A. “Translation Techniques
Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach” dalam Meta: Journal des Traducteur/Meta: Translators Journal. XLVII, No.4, 2002, h. 498-512.
19Peter Newmark, A Textbook of Translation, (Newyork: Prentice Hall, 1988), h. 45.
18
konseptual dalam sebuah medan semantik dengan mengejar
dan mengkombinasikan unit-unit makna kosakata dari unit
yang paling elementer (tendensi makna) hingga unit yang
paling sentral (terma).20 Terjemahan jenis ini lebih
mengedepankan nilai-nilai keindahan dari BSu dan lebih
fleksibel dengan memberikan ruang bagi kreativitas dan intuisi
penerjemahnya.21
Penerjemahan semantik fokus pada pencarian padanan
tataran kata, tetapi tetap terikat pada budaya bahasa sumber.
Meskipun begitu, penerjemah berusaha mengalihkan makna
konstekstual bahasa sumber sedekat mungkin dengan struktur
sintaksis dan semantik bahasa sasaran.22
Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang
penerjemah lebih luwes dan lebih fleksibel, dengan
memertimbangkan unsur estetika TSu dengan
mengkrompomikan makna selama masih dalam batas wajar.
Contoh:
أمام الفصل ذا الوجهينرايت
Aku lihat si muka dua di depan kelas
20Ecep Ismail. “Analisis Semantik Kata Ahzab dan Derivasinya
dalam alquran”, Vol. 1, No. 2, 2016, h. 2. 21Peter Newmark, A Textbook of Translation, h. 47. 22Jeremy Monday, Introducing Translation Studies : Theories and
Application, h. 71.
19
Terjemahan “si muka dua” diterjemahkan dengan
menggunakan metode semantik yang sudah lazim dikenal oleh
masyarakat penutur TSa, artinya tidak terjebak dengan
terjemahan “orang yang memiliki dua muka”. Metode ini
merupakan salah satu metode yang direkomendasikan oleh
para ahli teori penerjemahan, pada kategori metode ini yang
berorientasi pada keakuratan TSu, para ahli menyebut metode
ini paling baik digunakan untuk menjamin keteralihan pesan
dengan baik.23
Penerjemahan semantik sangat memperhatikan nilai
estetika teks bahasa sumber, kompromi makna agar selaras
dengan asonasi, serta permainan dan pengulangan kata yang
menggetarkan. Berbeda dengan penerjemahan setia, metode
penerjemahan semantis lebih luwes dan memperkenankan
intuinsi penerjemah untuk berempati dengan teks sumber.24
C. Istilah Tasawuf
Kridalaksana menyatakan istilah sebagai kata atau
gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep,
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Setiap bahasa memiliki istilah khusus yang menunjuk pada
sesuatu yang sifatnya spesifik. Istilah-istilah itu menunjukkan
23Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer. h. 40. 24M. Zaka al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2014), h. 55
20
suatu konsep tertentu yang kadang-kadang terikat konteksnya.
Perhatian terhadap istilah serta usaha membentuknya dalam
bahasa Indonesia sudah lama ada di antara Pembina bahasa
Indonesia. Perkembangan istilah itu sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan., konsep-konsep baru pun
banyak muncul, dengan demikian diperlukan istilah-istilah
baru untuk merumuskan konsep-konsep itu.25
Pembentukan istilah dalam bahasa Indonesia memiliki
aturan di dalamnya. Istilah tersebut tidak dibuat tanpa dasar,
melainkan melalui proses pembentukan istilah yang sudah
disepakati. Penulisan istilah serapan itu dilakukan dengan atau
tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan kaidah fonotaktik,
yakni hubungan urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa
Indonesia.26 Istilah asing yang konvensional dipadankan
menurut kaidah fonotaktik sesuai dengan bunyi yang lazim di
Indonesia. Dengan demikian, istilah tersebut dapat digunakan
dalam bahasa Indonesia.27
Maka dari itu, diperlukan instrumen dalam membantu
peneliti dalam menerjemahkan teks tasawuf, yaitu dengan
mencari istilah tasawuf dalam kamus istilah khusus bidang
tasawuf. Kamus istilah sendiri adalah kamus yang memuat
25Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik: Edisi keempat.
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 97. 26PUPI. 27Syihaabul Hudaa. “Transliterasi, Serapan, dan Padanan Kata:
Upaya Pemutakhiran Istilah Dalam Bahasa Indonesia”. Vol. 2, No. 1, Mei 2019, h. 4.
21
istilah dengan makna konsepnya dari bidang ilmu tertentu28
(seperti kamus istilah tasauf, kamus istilah ekonomi, kamus
istilah hukum, dll).
Ada 6 kamus istilah tasawuf yang peneliti temukan, di
antaranya:
1. Sufi Terminology (al-Qâmûs al-Sûfî) The Mystical
Language of Islam karya Amatullah Amstrong.
2. Khazanah Istilah Sufi (Kunci Memasuki Dunia
Tasawuf) karya Amatullah Amstrong.
3. Ensiklopedi Tasawuf karya tim penulis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
4. Kamus Ilmu Tasawuf karya Drs. Totok Jumantoro,
M.A. dan Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag.
5. Kunci Tasawuf karya KH. Amiruddin Syah.
6. Kamus Istilah Tasawuf karya Ramli Harun dkk.
D. Strategi Penerjemahan
Suryawinata dan Hariyanto mengemukakan bahwa strategi
penerjemahan adalah taktik penerjemah untuk menerjemahkan
kata atau kelompok kata, atau mungkin kalimat penuh apabila
kalimat tersebut tidak bisa dipecah lagi menjadi unit yang lebih
kecil untuk diterjemahkan.
28KBBI.
22
Secara garis besar strategi penerjemahan dibagi dua yaitu,
strategi struktural dan strategi semantis. Strategi struktural
berkenaan dengan struktur kata atau kalimat yang meliputi:29
1. Penambahan (addition/ziyâdah)
Penambahan di sini adalah penambahan kata-kata di
dalam BSa karena struktur BSa memang menghendaki
demikian. Penambahan jenis ini bukanlah masalah pilihan
tapi suatu keharusan. Contoh:
BSu : فهم القرأن أمر مهم
BSa : Memahami alquran adalah hal (yang) penting
Pada contoh ini, kata “adalah” dan “yang” harus
ditambahkan demi keberterimaan struktur bahasa sasaran.
2. Pengurangan (deletion/hadzf)
Pengurangan artinya adanya pengurangan elemen
struktural di dalam BSa. Contoh:
BSu : السمك في يوم من الأيام ذهب أحمد لصيد
BSa : Suatu hari, Ahmad (pergi) memancing
Pada contoh ini, kata ل dan السمك dihilangkan dari
BSa.
29Zuchridin Suryawinata, Sugeng Hariyanto. Translation: Bahasan
Teori & Penuntun Praktis Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h.67-76.
23
3. Transposisi (transposition/tabdîl)
Strategi penerjemahan ini digunakan untuk
menerjemahkan klausa atau kalimat. Transposisi umumnya
dilakukan karena alasan gaya bahasa. Transposisi
mencakup pengubahan bentuk jamak ke bentuk tunggal,
posisi kata sifat sampai pengubahan struktur kalimat secara
keseluruhan.30 Pemisahan satu kalimat BSu menjadi dua
kalimat BSa atau lebih, penggabungan dua kalimat BSu
atau lebih menjadi satu kalimat BSa juga termasuk dalam
strategi ini. Pengubahan letak kata sifat di dalam frase
nomina dan pengubahan dari bentuk kata jamak menjadi
tunggal atau sebaliknya merupakan suatu keharusan bagi
penerjemah. Contoh:
BSu : يوزع مجانا ولا يباع
BSa : Gratis atau tidak diperjualbelikan
Sedangkan strategi semantis (strategi yang dilakukan
karena pertimbangan makna) meliputi:31
1. Pungutan (borrowing)
Pungutan merupakan strategi penerjemahan yang
membawa kata BSu ke dalam Teks BSa. Penerjemah
sekedar memungut kata BSu yang ada, karenanya strategi
ini dinamakan pungutan. Salah satu alasan mengapa
30Peter Newmark, A Textbook of Translation, h. 85. 31Peter Newmark, A Textbook of Translation, h. 83-91
24
strategi ini digunakan adalah untuk menunjukkan
penghargaan terhadap kata-kata tersebut juga karena belum
ditemuinya padanan di dalam BSa. Pungutan mencakup
transliterasi dan naturalisasi. Transliterasi adalah strategi
penerjemahan yang mempertahankan kata-kata BSu
tersebut secara utuh, baik bunyi maupun tulisannya ke
dalam BSa. Sedangkan naturalisasi sudah terjadi adaptasi
atau penyesuaian kata dari BSu ke BSa. Contoh
transliterasi kata شريعة diterjemahkan menjadi “syari’ah”
dan contoh naturalisasi kata لعلماءا diterjemahkan menjadi
“ulama”.
Strategi pungutan ini biasa digunakan untuk kata atau
frase yang berhubungan dengan nama orang, nama tempat,
nama majalah, nama jurnal, nama lembaga, gelar dan
istilah-istilah pengetahuan yang belum ada pada kosakata
BSa.
2. Padanan Budaya (cultural equivalent)
Strategi ini mengganti kata-kata khas dalam BSu ke
dalam kata-kata khas BSa. Karena budaya antara BSu dan
BSa mungkin berbeda, maka kemungkinan strategi ini
tidak bisa menjaga ketepatan makna. BSu. Contoh:
حجته طال لسانهمن قصرت artinya “orang yang pendek
argumennya, maka panjang lisannya” padanan ini
25
sudah biasa diterjemahkan dengan “tong kosong nyaring
bunyinya”. 3. Padanan Deskriptif (descriptive equivalent) dan
Analisis komponensial (komponential analysis)
Strategi ini digunakan karena kata BSu sangat terkait
dengan budaya khas BSu dan penggunaan padanan budaya
dirasa tak bisa memberikan derajat ketepatan yang
dikehendaki. Contoh kata الذاكر yang diterjemahkan
menjadi “orang yang berdzikir” .
Sedangkan analisis kompenensial digunakan ketika
sebuah kata BSu diterjemahkan ke dalam BSa dengan cara
memerinci komponen-komponen makna kata BSu tersebut.
Hal ini dilakukan karena tidak adanya padanan satu-satu
pada BSa sementara penerjemah menganggap penting
bahwa pembaca teks BSa perlu mengerti arti yang
sebenarnya. Contoh:
BSu: الغني يغني بصوت رخيم
BSa: Penyanyi itu menyanyi dengan merdu
Perbedaan antara padanan deskriptif dengan analisis
komponensial adalah padanan deskriptif digunakan untuk
menerjemahkan kata-kata yang terkait dengan budaya
sedangkan analisis komponensial digunakan untuk
menerjemahkan kata-kata umum.
26
4. Sinonim (synonymy)
Dalam menerjemahkan, penerjemah bisa menggunakan
kata BSa yang kurang lebih sama maknanya untuk kata
BSu yang bersifat umum. Contoh:
BSu: اشترت امي حقيبة جميلة
BSa: Ibuku membeli tas yang bagus
5. Terjemahan Resmi
Strategi ini merupakan terjemahan resmi yang telah
dibakukan. Dengan mengunakan strategi ini, penerjemah
bisa menghemat waktu dalam menerjemah. Contoh:
BSu: وزارة الشؤون الدين
BSa: kementerian urusan agama
6. Penyusutan dan Perluasan
Penyusutan yang dimaksud di sini, adalah penyusutan
komponen kata BSu. Contoh frasa حضر موت
diterjemahkan menjadi “Hadramaut” merupakan salah satu
nama propinsi di Yaman.
Perluasan merupakan lawan dari penyusutan. Strategi
ini memperluas unsur kata dalam BSa. Contoh kata جورب
diterjemahkan menjadi “kaos kaki”.
7. Penambahan (addition)
Berbeda dengan penambahan pada strategi struktural,
penambahan di sini dilakukan demi kepentingan kejelasan
27
makna. Penerjemah memasukkan informasi tambahan di
dalam teks terjemahan karena menurutnya pembaca
memang memerlukan informasi tersebut. Informasi
tambahan ini bisa diletakkan di dalam teks, di bagian bawah
halaman (catatan kaki) atau di bagian akhir dari teks.
8. Penghapusan (omission/deletion)
Penghapusan di sini adalah penghapusan kata atau
bagian teks BSu di dalam teks BSa. Dengan kata lain, kata
atau bagian dari teks tersebut tidak diterjemahkan. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa kata atau bagian
tersebut tidak terlalu penting bagi keseluruhan teks dan
biasanya sulit untuk diterjemahkan.
9. Modulasi (modulation)
Strategi ini digunakan untuk menerjemahkan frase,
klausa atau kalimat. Penerjemah memandang pesan dalam
kalimat BSu dari sudut yang berbeda atau cara pikir yang
berbeda. Strategi ini digunakan jika penerjemahan kata-
kata dengan makna literal tidak menghasilkan terjemahan
yang wajar atau luwes. Contoh kalimat ت أسدا في البيت رأي
yang artinya “saya melihat singa di dalam rumah”, kata
“singa” lebih berterima jika diterjemahkan dengan “lelaki
pemberani”.
28
BAB III
SEKILAS TENTANG PENULIS DAN KITAB
A. Biografi Singkat Muhammad Idrus Buton
Muhammad Idrus memiliki nama lengkap yaitu
Muhammad Idrus Qaimuddin Ibnu Badaruddin al-Buthuni.
Beliau adalah ulama sufi ternama dari kesultanan Buton di
Sulawesi Tenggara. Muhammad Idrus Qaimuddin lahir pada
akhir abad ke-18, ia menjabat menjadi Sultan pada tahun 1824,
pada usia sekitar 40 tahun. Ayah beliau adalah Sultan
Badruddîn, Sultan Buton ke-27. Sementara kakeknya adalah
Sultan Qaimuddin al-Kabir, yang merupakan Sultan Buton ke-
24.32
Idrus kecil tumbuh dalam lingkungan aristokrasi istana
kesultanan Buton, sekaligus dalam lingkungan ilmu
pengetahuan dan keislaman yang kental. Pada lingkungan
keluarganya itu, dan di Madrasah Kesultanan Buton, Idrus
telah menghafal alquran sejak kecil dan belajar ilmu-ilmu
keislaman dasar.33
Pada tahun 1824, beliau menggantikan ayahnya menjadi
sultan Buton. Era kepemimpinannya ditandai dengan
penetapan-penetapan hukum agama (Islam) dan kebijakan-
32Basrin Melamba dan Wa Ode Siti Hafsah. “Ijtihad Sultan
Muhammad Idrus Kaimuddin”, Vol. 16, No.1, 2014, h. 25. 33Diakses di http://www.nu.or.id/post/read/77064/fathur-rahim-
kitab-karya-sultan-idrus-buton pada 4 April 2019 pukul 12.14 WIB.
29
kebijakannya yang pro terhadap kemaslahatan rakyat.
Kedatangan pedagang-pedagang Belanda disikapinya dengan
mengadakan kontrak perjanjian yang multi waspada dan hati-
hati.34
Ketika masih menjadi raja, Idris Buton diamanahi
ayahandanya untuk menjadi pemimpin pasukan Kesultanan
Buton dalam sebuah perang laut besar di perairan Buton,
melawan para perompak dan bajak laut. Pada perang naval
tersebut, Idris Buton membuktikan kecakapannya sebagai
pemimpin, dan pasukannya berhasil mengalahkan sekelompok
perompak dan bajak laut tersebut.35
Sanad keilmuan beliau didapat dari dari Syekh
Muhammmad ibn ‘Abd al-Karim dari Syekh Muhammad
Sunbul al-Makki dari Syekh ‘Abd dari Syekh Musthafa ibn
Kamaluddin al-Bakri dari Samman al-Madani dari Syekh ‘Ali
Effendi dari Syekh Musthafa Effendi al-Adranari dari al-Lathif
dari Syekh ‘Umar al-Fuadi dari Syekh Isma’il al-Jaruni dari al-
Qarabisyi dari Syekh dari Syekh Halabi al-Sulthani al-Aqrani
dari Syekh Khaliluddin al-Tawaqqu’i dari Syekh Abu
Zakariyya al-Syirwani dari Syekh Muhammad al-Anjani dari
Syekh ‘Umar dari Syekh Maram al-Khalwati dari Syekh
‘Izzuddin dari Shadaruddin dari Syekh Abu Ishaq Ibrahim dari
34Diakses di https://islami.co/biografi-syeikh-idrus-buton-dan-
kitab-dliya-al-anwar-wa-tashfiya-al-akdar/ pada 27 Juni 2019 pukul 21.20 WIB
35Diakses di http://www.nu.or.id/post/read/77064/fathur-rahim-kitab-karya-sultan-idrus-buton pada 4 April pukul 12.14 WIB.
30
Syekh Akha Muhammad al-Bilsi dari al-Khalwati dari Syekh
Syihabuyddin dari Syekh Rukdunnin al-Ahrawi dari al-Kailani
dari Syekh Quthbuddin al-Abhari dari Syekh Rukduddin al-
Najjasi dari al-Thabrisyi dari Syekh ‘Umar al-Bakri dari Syekh
‘Abd al-Qahir Dhiyauddin al-Surhawardi dari Syekh Junaid
dari Syekh Minsya al-Nuri dari Syekh Muhammad al-Daniri
dari Syekh dari Syekh Ma’ruf al-Karkhi dari Syekh Sirri al-
Siqthi dari al-Baghdadi dari Syekh al-Hasan al-Bashri dari
Syekh Habib al-A’jami dari Dawud al-Tabi Rasulullah SAW.
dari Sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib.36
Sampai pada tahun 1874, orang Buton masih menemukan
jejak tempat ia dibina oleh kakeknya dalam pendalaman
agama, khususnya tasawuf, lembaga pendidikan itu terkenal
dengan pesantren Zawiyyah. Ia berguru pada Syekh
Muhammad bin Syits Sunbul al-Makki. Dari ulama inilah ia
menerima tarikat khalwatiyah sammaniyah.37
Syekh Idris Buton wafat pada tahun 1851 dan memiliki tiga
orang putera, yaitu Sultan Muhammad Isa Buton, Syekh Abdul
Hadi Buton dan Sultan Muhammad Salleh Buton.38
36Muhammad Idrus Buton, Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-
Wahhâb (Sukabumi, 2015), h. 11. 37Basrin Melamba dan Wa Ode Siti Hafsah. “Ijtihad Sultan
Muhammad Idrus Kaimuddin”, Vol. 16, No.1, 2014, h. 26. 38Diakses di http://www.nu.or.id/post/read/77064/fathur-rahim-
kitab-karya-sultan-idrus-buton pada 4 April pukul 12.14 WIB.
31
B. Karya-Karya Muhammad Idrus Buton
Syekh Idrus Buton meninggalkan banyak karya, baik dalam
bidang teologi, yurisprudensi islam, tata negara, dan tasawuf.
Ada yang dalam bahasa Arab, Melayu dan Jawi dan ada pula
tentunya dalam bahasa Wolio yang pada umumnya berbentuk
syair yang disebut “kabanti”. Berikut adalah karya-karyanya:
1. Buku Kabanti:
a. Bula Malino.
b. Tazikiri Momapodona (Tanbîh al-Ghâfil).
c. Jaohara Maanikamu Molabina.
d. Fakihi.
e. Guru Molakina.
2. Buku dalam bahasa Arab:
a. Badât al-Ikhwân.
b. Mikhât al-Uturiyyât.
c. Tahsîn al-Aulâdi fî Tâ’at Rabb al-‘Ibâd.
d. Sirâj al-Muttaqîn.
e. Dzurrah al-Ahkâm.
f. Sabîl al-Salâm.
g. Targhîb al-Anâm.
h. Diya al-Anwâr.
i. Tanqiyyah al-Qulûb.
j. Hadiyyah al-Basyîr.
k. Habl al-Wasîm.
l. Millah al-Wahîdî.
m. Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb.
32
n. Jauhar Mounika Mo Mulabee.
o. Misbah al-Râjîn fi al-Dzikr al-Shalah wa as Salam
al-Nabi Syafi’ al-Mudznibin.
3. Buku dalam bahasa Melayu Jawa:
a. Bidâyah al-‘Alâmiyyah.39
Karya-karya tersebut hanya merupakan sebagian dari
tulisan Muhammad Idrus Qaimuddin. Hal ini dikarenakan
naskah-naskah Buton yang dihasilkan pada abad ke-19 tidak
hanya berada dalam lingkup kota Baubau, khususnya pusat
pemerintahan Kesultanan Buton, namun naskah-naskah Buton
tersebar sampai ke wilayah Wakatobi yang merupakan bekas
wilayah Kesultanan Buton pada masa silam. Dua naskah
pertama (1 dan 2) yang disebut di atas ditemui di luar koleksi
Mulku Zahari yang merupakan salah satu kolektor naskah
terbanyak di Buton. Hal ini mengindikasikan masih adanya
naskah-naskah lain yang berada di luar kota Baubau. Salah satu
di antaranya adalah adanya naskah Alquran yang ditemui di
Wakatobi, yang dipegang oleh La Ode Hati. Naskah Alquran
tersebut dibawa pada masa pemerintahaan Muhammad Idrus
Qaimuddin. Di samping itu, didapatkan pula beberapa salinan
naskah di wilayah Wakatobi (Pulau Binongko) dalam bahasa
Wolio. Teks naskah tulisan itu berasal dari masa pemerintahaan
Muhammad Idrus Qaimuddin.40
39Abdul Mulku Zahari, Daarul Butuni Sejarah dan Adatnya Jilid 3
(Baubau: CV DIA DAN AKU, 2017), h. 16-17. 40Hasaruddin; Andi Tenri Machmud. “Peranan Sultan Dalam
Pengembangan Tradisi Tulis di Kesultanan Buton”, Vol. 3, No.2 , Oktober
33
C. Latar Belakang Tasawuf Muhammad Idrus Buton
Pada hakikatnya Sultan Muhammad Idrus Qaimuddin
berfungsi sebagai guru masyarakat pada zamannya. Terbukti
ketika beliau menemukan konsep tata krama atau etika menurut
ajaran pemikiran Sultan Muhammad Idrus Qaimuddin yang
dijadikan tuntunan masyarakat kraton Kesultanan Buton yang
pada dasarnya banyak bersumber dari ajaran agama Islam.41
Munculnya paham wahdatul wujud dalam dunia tasawuf
adalah sebagai akibat pengalaman fana dan baqa yang terjadi
pada sufi dalam “pengembaraan” tasawufnya. Pemikiran
tasawuf di Buton pada abad ke-19 rupanya mengikuti alur
pemikiran ini. Hal ini diketahui melalui ajaran tasawuf La Ode
Muhammad Idrus Qaimuddin. Ia menerima paham tasawuf
Wujudiyyah karena ia terlebih dahulu mengakui terjadinya
fana dan baqa dalam perkembangan tasawufnya. Karena
menerima paham wujudiyyah, Idrus menerima konsep
“Martabah Tujuh” yang menjadi bagian ajaran wujudiyyah
dalam tasawuf falsafi.42
Pemikiran tasawuf La Ode Muhammad berusaha untuk
sampai pada fana dan baqa, seperti yang dikemukakan dalam
karyanya Mu’natsah al-Qulûb fî al-Dzikr wa al-Musyâhadah.
Fana menurutnya, terbagi kepada tiga macam, yaitu Fanâ al-
2012, h.6.
41Basrin Melamba dan Wa Ode Siti Hafsah. “Ijtihad Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin”, Vol. 16, No.1, 2014, h. 24-25.
42La Niampe. “La Ode Muhammad Idrus Qaimuddin Sastrawan Sufi Ternama di Buton abad XIX”, Vol. 22, No. 3, 2010, h. 252
34
Af’âl, Fanâ al-Sifât, dan Fanâ al-Dzât, sedangkan baqa,
menurutnya terbagi kepada dua macam, yaitu Syuhûd al-
Kasrah fi Wahdah (menyaksikan orang banyak pada esa),
Syuhûd al-Wahdah fi Kasrah (menyaksikan yang esa pada
yang banyak). Uraiannya tentang fana dan baqa ini
menunjukkan bahwa ia cenderung pada corak tasawuf yang
berkembang pada masanya. Yakni corak teosufi atau falsafi.
Hanya saja, ia menyangkal akan terjadinya hulul dan ittihad,
ajarannya tentang zikir ini termuat dalam beberapa tulisannya,
antara lain dalam Mu’natsah al-Qulûb fî al-Dzikr wa al-
Musyâhadah, Diya’ al-Anwar Tasfiyah al-Akdâr, Kasyf al-
Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb, dan Jauhar Mouanika Mo
Mulabee.43
D. Kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb
Kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb merupakan
salah satu kitab karya ulama besar Nusantara Muhammad Idrus
Buton yang juga Sultan Buton ke-28 dalam bidang tasawuf,
terdapat versi manuskrip (makhthûth) dan versi edisi teksnya
(muhaqqaq), manuskrip kitab ini sekarang tersimpan di Buton
dan menjadi koleksi Abdul Mulku Zahari Buton (lihat “Katalog
Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku Zahari”, disunting oleh
Achadiati Ikram dkk dan diterbitkan oleh Manassa-YOI di
Jakarta pada tahun 2002).
43La Niampe. “La Ode Muhammad Idrus Qaimuddin Sastrawan
Sufi Ternama di Buton abad XIX”, Vol. 22, No. 3, 2010, h. 251
35
Naskah manuskrip ini ditulis tanpa garis panduan dan tanpa
nomor halaman, tetapi diberi glosa antarlarik, naskah ini juga
ditulis dengan tinta warna hitam dan merah dengan aksara Arab
gaya naskhi.44 Manuskrip kitab ini kemudian di-tahqiq oleh al-
Fadhil al-Muhaqqiq Abu Sabiq Supriyanto Kudus pada tahun
2015 silam. Jumlah keseluruhan kitab Kasyf al-Hijâb fî
Murâqabah al-Wahhâb versi manuskrip setebal 26 halaman,
dan dalam versi tahqiq-an menjadi 33 halaman, termasuk di
dalamnya terdapat pengantar pen-tahqiq serta biografi
Muhammad Idrus Buton.
Kitab tahqiq ini terdiri dari 33 halaman, untuk itu peneliti
menerjemahkan seluruh isi halaman yang ada dalam kitab.
Adapun halaman pertama merupakan halaman judul, halaman
kedua sampai keempat belas merupakan seluk beluk
penyusunan kitab ini, dan halaman isi terdiri dari 19 halaman
dengan ditutup oleh daftar pustaka pada halaman terakhir
seperti kitab pada umumnya.
Kitab ini menjelaskan tentang penjagaan diri manusia
terhadap Tuhannya, di mana manusia senantiasa meyakini
bahwa Tuhan mengawasi dirinya dalam lahir maupun batinnya
di setiap tempat dan waktu, serta membuka tabir (hijab) pada
diri manusia dengan tujuan ber-muraqabah kepada sang maha
pemberi (Allah). Kitab ini juga mengajak manusia untuk tidak
44Achadiati Ikram dkk, Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul
Mulku Zahari (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), h. 93.
36
mudah berpuas diri dan berpaling dalam mencari Tuhannya,
sampai terpenuhi apa yang dicari yaitu Allah SWT..
Berikut ini adalah beberapa tema yang ada di setiap bab
dalam kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb:
1. Bab 1 Hakikat Muraqabah, berisi tentang intisari atau
dasar ber-muraqabah
2. Bab 2 Macam-macam Muraqabah
3. Bab 3 Manfaat Muraqabah
4. Bab 4 Cahaya Penerimaan Para Penjaga dan Pengingat,
berisi tentang cahaya yang diterima bagi orang yang
ber-muraqabah.
37
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN PENERJEMAHAN
A. Pertanggungjawaban Penerjemahan Kitab Kasyf al-
Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb
Pada bab ini peneliti akan memberikan
pertanggungjawaban penerapan metode penerjemahan
semantik dalam kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb
karya Muhammad Idrus Buton. Pertanggungjawaban ini hanya
akan memaparkan 14 teks sampel kalimat dan paragraf hasil
terjemahan pada teks yang telah peneliti terjemahkan dari kitab
Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb yaitu pada setiap bab
yang mana kata dan strukturnya terdapat perubahan setelah
diterapkannya metode penerjemahan semantik.
1. Teks Pertama
TSu:45
45Lampiran-lampiran, h. 23.
: أن حقيقة المراقبة هي -أرشدني الله وإياك -اعلم يا أخي المحافظة أي يلازم على اعتقاده أن الله مطلع على ظاهره
: {أم أينما كان ملاحظا قوله تعالى وأنهوباطنه زمانا ومكانا، وقوله تعالى: بلى} يحسبون أنا لا نسمع سرهم ونجواهم
}رقيبا {وكان الله على كل شيئ
38
TSa:
Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Allah
membimbingku dan engkau: Hakikat muraqabah
adalah seseorang menjaga atau senantiasa meyakini
bahwa Allah adalah dzat yang maha melihat lahir
maupun batin dalam setiap ruang dan waktu, dan bahwa
ia selalu menyadari di manapun berada akan firman-
Nya: (Ataukah mereka mengira bahwa kami tidak
mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka?
Sebenarnya (kami mendengar)) dan juga firman-Nya
(Dan Allah maha mengawasi atas segala sesuatu).
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat أرشدني الله وإياك peneliti
terjemahkan menjadi “semoga Allah membimbingku
dan engkau”, kata أرشدني merupakan kalam insyaiyyah
yang mengandung makna do’a untuk objek yang
dimaksud.
Pada susunan kalimat وأنه أينما كان ملاحظا قوله تعالى
peneliti terjemahkan menjadi “dan bahwa ia selalu
menyadari di manapun berada akan firman-Nya” yang
secara gramatikal tidak sesuai dengan susunannya.
39
b. Strategi penerjemahan:
Adanya strategi taqdim wa takhir pada kalimat
أرشدني الله وإياك
3 2 1
semoga Allah membimbingku dan engkau
2 1 3
kata “Allah” berganti tempat, sehingga peneliti
menerjemahkan menjadi “semoga Allah
membimbingku” karena kata أرشد merupakan fi’il
madhi yang berarti memberikan makna lampau bagi
Allah yang maha qadim.
Adanya strategi hadzf (penambahan) dan
taqdim wa takhir pada kalimat
وأنه أينما كان ملاحظا قوله تعالى
4 3 2 1
dan bahwa ia selalu menyadari di manapun berada
akan firman-Nya.
1 2 3 4
5
kata “selalu” ditambahkan oleh peneliti karena
kata tersebut merupakan akibat dari adanya ‘amil
nawasikh كان أنه أينما .
40
c. Istilah tasawuf:
Peneliti tidak menerjemahkan kata المراقبة
dikarenakan kata tersebut adalah sebuah istilah dalam
bidang tasawuf yang artinya “istilah ini diterapkan pada
konsentrasi penuh waspada, dengan segenap kekuatan
jiwa, pikiran, dan imajinasi, serta pemeriksaan yang
dengannya sang hamba mengawasi dirinya sendiri
dengan cermat. Selama muraqabahnya berlangsung,
sang hamba mengamati bagaimana Allah maujud
dengan jelas dalam kosmos dan dalam dirinya
sendiri”.46 Dalam strategi penerjemahan ini dinamakan
borrowing (pungutan) karena belum ditemukan
padanan dalam BSa, maka peneliti tetap
mempertahankan istilah muraqabah tersebut.
46Amatullah Amstrong, Khazanah Istilah Sufi Kunci Memasuki
Dunia Tasawuf (Malaysia: A.S. Noorden, 1995) h. 197.
41
2. Teks Kedua
TSu:47
TSa:
Seperti beberapa Syekh memiliki murid, ada yang
mengistimewakan salah satu dari mereka, Syekh
tersebut selalu menemuinya dibanding murid lain,
mereka bertanya kepadanya karena hal tersebut : (Saya
akan menjelaskan kepada kalian) dia memberi seekor
burung kepada setiap muridnya dan berkata :
(Sembelihlah dia di tempat yang tidak ada satupun
orang melihatmu), dan dia memberikan burung itu, lalu
47Lampiran-lampiran, h. 25.
وكان بعض المشايخ له تلامذة، وكان يخص واحدا منهم
بإقباله أكثر بما يقبل على غيره، فقالوا له في ذلك، فقال :
(أبين لكم). فدفع إلى كل واحد من تلامذته طائرا وقال :
أحد). ودفع إلى هذا طائرا، وأمره (اذبحه بحيث لا يراك
بمثل أمرهم به، فمضوا ورجع كل واحد منهم وقد ذبح
طائره، وجاء هذا بالطائر حيا، وقال : (هل لا ذبحته؟) فقال
: يا سيدي أمرتني أن أذبحه بحيث لا يراني أحد ولم أجد
موضعا إلا والحق يراني. فقال : (لهذا أخصه بإقبالي عليه).
42
memerintahkan kepada sang murid sama seperti dia
memerintahkan yang lain, mereka pergi dan
menyembelih burungnya, lalu sang murid datang
bersama burung yang masih hidup, Syeikh bertanya :
(Mengapa engkau tidak menyembelihnya?) dia
menjawab : Hai Tuanku engkau memerintahkanku
untuk menyembelihnya di tempat yang tidak ada
satupun orang melihatku akan tetapi aku tidak
menemukan satu tempat pun kecuali Allah melihatku.
Syekh pun berkata : (Inilah sebabnya aku
mengistemawakannya untuk selalu menemuiku).
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat
فدفع إلى كل واحد من تلامذته طائرا
peneliti terjemahkan menjadi “dia memberi seekor
burung kepada setiap muridnya”, tidak ada banyak
perubahan pada terjemahan kalimat ini karena lebih
mengutamakan makna yang terkandung di dalam TSu.
Pada susunan kalimat ولم أجد موضعا إلا والحق يراني
peneliti terjemahkan menjadi “akan tetapi aku tidak
menemukan satu tempat pun kecuali Allah melihatku”,
di sini kata والحق merupakan asmaul husna yang
dikhususkan untuk Allah SWT di mana jika tidak
43
memperhatikan konjungsi و yang merupakan wawu hal
yang menunjukkan keadaan kata sebelumnya, maka
jika tidak memperhatikan susunan tersebut akan
terjebak pada makna lain.
b. Strategi penerjemahan:
Adanya idiom verba pada kata دفع إلى arti kata دفع
sendiri “mendorong, menolak, menghindari,
menggerakkan, memindahkan”48, namun peneliti tidak
terjemahkan dengan arti tersebut karena adanya partikel
yang menyertai yaitu إلى , sehingga دفع إلى memiliki
arti “memberikan”.
Adanya strategi ziyadah (penambahan) pada
kalimat
ولم أجد موضعا إلا والحق يراني
5 4 3 2 1
akan tetapi aku tidak menemukan satu tempat pun
kecuali Allah melihatku
1 2 3
4 5 6
kata “akan tetapi” ditambahkan karena dirasa perlu
untuk menambah tingkat keterbacaan TSa.
48Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia) Atef Sharia, versi 1.2.
44
3. Teks Ketiga TSu:49
TSa: (Pendapat Imam Dzun Nun al-Misri tentang
Muraqabah)
Beliau berpendapat : (Tanda-tanda muraqabah adalah
mengutamakan yang diutamakan Allah,
mengagungkan yang diagungkan Allah, serta
mengecilkan yang Allah dikecilkan Allah).
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat وتعظيم ما عظم , إيثار ما آثر الله
peneliti terjemahkan وتصغير ما صغر الله dan الله
“mengutamakan yang diutamakan Allah”,
mengagungkan yang diagungkan Allah”, dan “serta
mengecilkan yang dikecilkan Allah”, di sini tidak ada
banyak perubahan pada terjemahan kalimat ini karena
metode semantik lebih mengutamakan makna yang
terkandung di dalam TSu.
49Lampiran-lampiran, h. 26.
]كلام الإمام ذ و النون المصري عن المراقبة[ إيثار ما آثر: (علامة المراقبة -رحمه الله-وقال ذون النون
).الله، وتعظيم ما عظم الله، وتصغير ما صغر الله
45
b. Strategi penerjemahan:
Adanya strategi tabdil (transposisi) pada kata إيثار ,
yang merupakan isim mashdar yang تصغير dan تعظيم
memiliki arti “pengutamaan”, “pengagungan, dan
“pengecilan” 49F
50, namun peneliti terjemahkan menjadi
kata verb sehingga artinya menjadi “mengutamakan”
“mengagungkan” dan “mengecilkan” karena lebih
berterima dengan terjemahan yang dimaksud.
4. Teks Keempat
TSu:51
TSa: (Pendapat Imam Abu Hafsh tentang Muraqabah)
Beliau berpendapat : (Jika engkau duduk bersama
manusia, jadilah penasihat untuk hatimu, dan jangan
sampai engkau terperdaya bersama mereka, karena
50Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia al-
Munawwir (Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1984) h. 6, 779, 946. 51Lampiran-lampiran, h. 28.
]كلام الإمام أبي حفص عن المراقبة[: (إذا جالست الناس فكن -رحمه الله-وقال أبو حفص
واعظا لقلبك، ولا يغرنك اجتماعهم عليك، فإنهم يراقبون .)ظاهرك، والله عز وجل رقيب باطنك
46
mereka akan mengawasi lahirmu, dan Allah yang Maha
mengawasi batinmu).
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat حفص عن المراقبةكلام الإمام أبي
peneliti terjemahkan “pendapat Imam Abu Hafsh
tentang Muraqabah”, tidak ada banyak perubahan pada
terjemahan kalimat ini karena metode semantik lebih
mengutamakan makna yang terkandung di dalam TSu.
b. Strategi penerjemahan:
Kata إمام peneliti tidak terjemahkan, tetapi hanya
perlu di transkripsi saja, maka kata tersebut ditulis
dengan diksi “Imam” yang memiliki arti “pemimpin
salat, mazhab, umat negeri dan sebagainya”51F
52.
5. Teks Kelima
TSu:53
52https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/imam diakses pada 20 Juli
pukul 2019 pukul 10.20 WIB. 53Lampiran-lampiran, h. 30.
: مراقبة الأقربية، وإليه الإشارة بقوله تعالى : ونحن )ومنها(أقرب إليه من حبل [الوريد] فتعلم يقينا بأن الله أقرب إليك
.ومنك، وأشفق عليك منك، وأقدر عليك منك
47
TSa: Muraqabah al-Aqrabiyah (lebih dekat), seperti
diisyaratkan dalam firman Allah: (Kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya) Maka dengan ayat
ini kamu tahu secara yakin bahwa Allah SWT lebih
dekat denganmu dan darimu, Dia lebih mengasihimu
daripada dirimu sendiri, serta lebih memuliakanmu
daripada dirimu sendiri.
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat وأشفق عليك منك peneliti
terjemahkan “Dia lebih mengasihimu daripada dirimu
sendiri”, tidak ada banyak perubahan pada terjemahan
kalimat ini karena metode semantik lebih
mengutamakan makna yang terkandung di dalam TSu.
Pada susunan kalimat مراقبة الأقربية ومنها : peneliti
terjemahkan “Muraqabah al-Aqrabiyah (lebih dekat)”,
yang secara gramatikal tidak sesuai dengan
susunannya.
b. Strategi penerjemahan:
Adanya idiom verba pada kata أشفق علي , kata
sendiri memiliki arti “merasa takut”53F أشفق
54, namun
peneliti tidak terjemahkan dengan arti tersebut karena
54Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia).
48
adanya partikel yang menyertai, yang mana ia menjadi
satu kesatuan frase, sehingga frase أشفق علي memiliki
arti “mengasihi”.
Adanya strategi hadzf (membuang) pada partikel
selain bermakna “dari”, juga terkadang berfungsi من
sebagai tab’idh (salah satu), dalam hal ini partikel
tersebut menunjukkan arti “salah satunya”, namun
peneliti tidak menerjemahkannya karena tidak
mempengaruhi pada konteks yang menyertai.
6. Teks Keenam TSu:55
TSa: (Muraqabah itu Umumnya Mewiridkan Ism adz-Dzat
(Allah))
55Lampiran-lampiran, h. 36.
]المراقبة تكون باسم الذات غالبا[وهذه الكيفيات متفرعة عن الأصل المتقدم المشروع عن
ل أي باشتغا -صلى الله عليه وسلم وشرف وكرم -رسول اللهوهي الواردة في أصل المراقبة، اسم الذات، إذ هي الأصل،
وفي الاتباع شأن عظيم، وقد نقل عن غالب سادات الطريقة البسطامي سلطان العارفين أن المراقبة كانت باسم كأبي يزيد .الذات غالبا
49
Cara-cara ini merupakan cabang dari zikir pokok yang
diajarkan Rasulullah SAW yang mulia – yaitu dengan
menyibukkan Ism adz-Dzat, karena ism adz-dzat adalah
pokok, dan merupakan wirid pokok muraqabah, di sini
itba’ kepada nabi adalah suatu hal yang penting, serta
dinukil dari kebanyakan para pemimpin thariqah
seperti Abu Yazid al-Bustomi merupakan sultan arifin
(rajanya para ahli ma’rifat) yang menegaskan bahwa
muraqabah ada umumnya dengan mwewiridkan ism
adz-dzat.
a. Metode semantik:
Pada frasa وشرف وكرم peneliti terjemahkan “yang
mulia”, kata tersebut cukup berterima dengan
diterjemahkan satu frasa saja.
Pada susunan kalimat أي باشتغال اسم الذات peneliti
terjemahkan “yaitu dengan menyibukkan Ism adz-
Dzat” yang secara gramatikal tidak sesuai dengan
susunannya.
b. Strategi penerjemahan:
Pada frasa وشرف وكرم peneliti hanya terjemahkan
ke dalam satu adverbia, yang mana keduanya memiliki
arti yang sama yaitu “mulia”, di sini ada pengulangan
kata untuk menegaskan dan memuliakan pada sang
prediket yang dimaksud yaitu Rasulullah SAW.
50
Adanya strategi tabdil (transposisi) pada kata اشتغال
yang merupakan isim mashdar yang memiliki arti “kesibukan”55F
56, namun peneliti terjemahkan menjadi
kata verb sehingga artinya menjadi “menyibukkan”
karena lebih berterima dengan terjemahan yang
dimaksud.
c. Istilah tasawuf:
Peneliti tidak menerjemahkan kata dan الطريقة
dikarenakan kata tersebut adalah istilah dalam العارفين
bidang tasawuf, kata الطريقة artinya “perjalanan
panjang (salik), umumnya hanya sampai ke haqul
yaqin, dan jarang sampai ke tajali ilahi
(mukasyafah)”57, dan kata العارفين artinya “orang yang
telah sampai pada derajat sebagai mukmin yang
sempurna karena selalu membersihkan dirinya dari
syirik, melihat dengan cahaya Allah, dan istigrak pada
Allah; cinta golongan arifin kepada Allah disadari oleh
keadaan mereka yang telah mengenal hakikat Allah
dengan yang sebenarnya; yang dilihat dan yang
dirasakan oleh golongan arifin bukan cinta Allah, tetapi
56Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia). 57KH. Amiruddin Syah, Kunci Tasawuf. (Jakarta: Institut Kajian
Tasawuf, 2015), h. 226.
51
diri yang dicintai; mereka hanya melihat yang dicintai,
hanya mendengar kepada-Nya, dan hanya
mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah58.
Dalam strategi penerjemahan ini dinamakan borrowing
(pungutan) karena belum ditemukan padanan dalam
BSa, maka peneliti tetap mempertahankan istilah
thariqah dan ‘arifin tersebut.
7. Teks Ketujuh
TSu:59
58Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1985), h.3. 59Lampiran-lampiran, h. 37.
ن : م -قدس الله أسرارهم-قال بعض الأكابر من المحققين
الذاكر سبعة أيام : (الله أراد الذكر باسم الذات بأن يقول
الله) دائما في القلب دون اللسان، ولا يرى شيئا إلا الله،
غير و فتظهر له الأرواح والملائكة والأنبياء والأولياء والبدلاء
ذلك من عجائب الأسرار، ثم دام على ذلك سبعة أيام أخر
أظهر له عجائب الملكوت الأعلى، فإن بلغ أربعين يوما
.امات، وأعطاه التصرفات في الموجوداتأظهر له الكر
52
TSa:
Sebagian besar para ahli hakikat -yang semoga Allah
mensucikan sirr-nya- berpendapat : Siapa yang ingin
berdzikir dengan ism adz-dzat hendaknya ia mengucap
(Allah Allah) selama 7 hari di dalam hati bukan dalam
lisan, dan hendaknya ia tidak melihat sesuau kecuali
Allah, dan dia akan ditampakkan beberapa keajaiban
yang bersifat rahasia berupa ruh para malaikat, nabi,
aulia, budala, dll, kemudian dia melanjutkannya
selama 7 hari berikutnya maka ia akan ditampakkan
baginya keajaiban alam malakut a’la, lalu jika sampai
40 hari akan ditampakkan baginya beberapa karamah,
serta diberikan beberapa kemampuan untuk melakukan
sesuatu di alam ini.
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat
أولياءفتظهر له الأرواح والملائكة والأنبياء وال
والبدلاء وغير ذلك من عجائب الأسرار
peneliti terjemahkan “dia akan ditampakkan beberapa
keajaiban yang bersifat rahasia berupa ruh para
malaikat, nabi, aulia, guru, dll,” yang secara gramatikal
tidak sesuai dengan susunannya.
53
Pada susunan kalimat وأعطاه التصرفات في الموجودات
peneliti terjemahkan “serta diberikan beberapa
kemampuan untuk melakukan sesuatu di alam ini”,
tidak ada banyak perubahan pada terjemahan kalimat
ini karena metode semantik lebih mengutamakan
makna yang terkandung di dalam TSu.
b. Strategi penerjemahan:
Adanya strategi taqdim wa takhir (mendahulukan
dan mengakhirkan) pada kalimat
فتظهر له الأرواح والملائكة والأنبياء والأولياء والبدلاء وغير ذلك
2 1
من عجائب الأسرار
3
dan dia akan ditampakkan beberapa keajaiban yang
bersifat rahasia berupa ruh para malaikat, nabi, aulia,
guru, dll
1 3
2
kata “beberapa keajaiban yang bersifat rahasia”
berganti tempat karena untuk memudahkan TSa yang
dimaksud.
54
Adanya strategi ziyadah (penambahan) pada
kalimat
وأعطاه التصرفات في الموجودات
3 2 1
serta diberikan beberapa kemampuan untuk melakukan
sesuatu di alam ini
1 2 3
4
kata “beberapa kemampuan” dan “sesuatu” ini menjadi
konsekuensi dari perbedaan TSa dan TSu sehingga
menambah tingkat keterbacaan TSa.
c. Istilah tasawuf:
Peneliti tidak menerjemahkan kata أسرار ،الأولياء ،
-dikarenakan kata الكرامات dan الملكوت الأعلى ,البدلاء
kata tersebut adalah istilah dalam bidang tasawuf, kata
artinya “jamak dari sirr yaitu rahasia atau misteri أسرار
yang merupakan substansi halus dan lembut dari rahmat
Allah, relung kesadaran paling dalam, tempat
komunikasi rahasia antara Tuhan (rabb) dan hamba
(‘abd)-Nya, inilah tempat paling tersembunyi di mana
Allah memanifestasikan rahasia-rahasia-Nya kepada
55
diri-Nya sendiri,60 kata الأولياء artinya “jamak wali,
yaitu orang yang dekat dengan Allah sehingga orang itu
mengenal sifat Allah; dalam tasawuf orang yang
demikian disebut waliyullah”61,البدلاء artinya “para
pengganti, di dalam hierarki sufi, ada tujuh orang yang
disebut al-budala. Seorang pengganti atau al-badal
adalah orang yang telah melakukan perjanalan dari
suatu tempat dengan meninggalkan tubuh sedemikian
rupa sehingga tak seorang pun tahu bahwa dia sudah
tidak ada”,62 الملكوت الأعلى artinya “segala sesuatu
yang menutupi tuntutan; menurut ahli hakikat, hijab
adalah terbentuknya gambaran alam dalam hati yang
menghalangi datangnya tajali haq”63 dan kata الكرامات
artinya “keajabian dan keistimewaan pekerjaan yang
luar biasa yang dilakukan oleh para wali yang
membuktikan kemuliaannya di sisi Allah”63F
64. Dalam
strategi penerjemahan ini dinamakan borrowing
(pungutan) karena belum ditemukan padanan dalam
60Drs. Totok Jumantoro, M.A. dan Drs. Samsul Munir Amin,
M.Ag., Kamus Ilmu Tasawuf. (Jakarta: AMZAH, 2005), h. 209. 61Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h.3. 62KH. Amiruddin Syah, Kunci Tasawuf. h. 63. 63Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h.26 64Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h.19.
56
BSa, maka peneliti tetap mempertahankan istilah aulia,
budala, malakut a’la dan karamah tersebut.
8. Teks Kedelapan TSu:65
TSa: (Macam-macam Warna Hijab)
Para wali Allah mutaakhirin menyusun warna hijab,
maka mereka menjadikan warna setiap cahaya
menyelimuti lathifah dari lathifah 7, maka warna
cahaya lathifah qalibiyah adalah abu pekat, warna
cahaya lathifah nafsiyyah adalah biru jernih, warna
cahaya lathifah qalbiyyah adalah merah nyata, warna
cahaya lathifah ruhiyyah adalah kuning cerah, warna
cahaya lathifah sirriyyah adalah putih murni, warna
65 Lampiran-lampiran, h. 39.
]أنواع ألوان الحجب[وقد رتبها ركن الملة والدين من المتأخرين فجعل لون كل
لقالبية االلطيفة من اللطائف السبع، فلون نور اللطيفة نور ستردخان كدر، ولون اللطيفة النفسية زرقة صافية، ولون نور اللطيفة القلبية أحمر عقيقي، ولون نور اللطيفة الروحية أصفر
ولون نور صاف، دقيق، ولون نور اللطيفة السرية أبيضاللطيفة الخفية أسود براق ينزل من فوق الرأس، ولون نور
الحقيقة حضرة صافية. اللطيفة
57
cahaya lathifah khafiyyah adalah hitam mengkilap yang
turun dari atas kepala, dan warna lathifah haqiqah
adalah hijau jernih.
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat ركن الملة والدين من المتأخرين
peneliti terjemahkan “Para wali Allah mutaakhirin”,
yang secara gramatikal tidak sesuai dengan
susunannya, karena arti tersebut menjadi satu kesatuan.
Pada susunan frasa أصفر دقيق peneliti terjemahkan
“kuning cerah”, tidak ada banyak perubahan pada
terjemahan frasa ini karena metode semantik lebih
mengutamakan makna yang terkandung di dalam TSu.
b. Strategi penerjemahan:
Pada frasa ركن الملة والدين من المتأخرين memiliki arti
“tiang agama dari orang-orang terdahulu”, namun
peneliti tidak menerjemahkannya karena tidak sesuai
dengan konteks yang dimaksud, sehingga peneliti
terjemahkan menjadi “para wali Allah”.
Kata دقيق memiliki arti “1. Yang tipis, halus,
lembut, kecil, subtil, detail, akurat, tepat, teliti, cermat,
2. Peka, sensitif, kritis, serius“65F
66 namun peneliti tidak
66Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia).
58
terjemahkan dengan kata tersebut karena tidak sesuai
dengan kata yang mendampinginya, sehingga jika
digabungkan menjadi frasa nomina أصفر دقيق yang
peneliti terjemahkan “kuning cerah”, di sini terdapat
analisis kompenensial yang berfungsi ketika sebuah
kata BSu diterjemahkan ke dalam BSa dengan cara
memerinci komponen-komponen makna kata BSu
tersebut.
c. Istilah tasawuf:
Peneliti tidak menerjemahkan kata الحجب dan
dikarenakan dua kata tersebut adalah istilah اللطائف
dalam bidang tasawuf, الحجب artinya “segala sesuatu
yang menutupi tuntutan; menurut ahli hakikat, hijab
adalah terbentuknya gambaran alam dalam hati yang
menghalangi datangnya tajali haq67 dan kata اللطائف
artinya “jamaknya lathif – halus, lembut, dan tidak
kasar. Istilah ini secara umum mengacu pada berbagai
esensi lembut dan halus (pusat) dalam tubuh. Penyucian
lathaif merupakan perjuangan spiritual (mujahadah)
dalam tarekat atau jalan spiritual, penyucian setiap
lathaif yang terpisah menandai sebuah tahap dalam
67Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h. 11.
59
perjalanan kembali. Lathaif juga mendefinisikan
berbagai kelembutan dan kehalusan dalam diri kaum
arif dan pencinta Allah”.68 Dalam strategi
penerjemahan ini dinamakan borrowing (pungutan)
karena belum ditemukan padanan dalam BSa, maka
peneliti tetap mempertahankan istilah hijab dan
lathifah tersebut.
9. Teks Kesembilan
TSu:69
TSa: Apabila seorang murid yang jujur ber-tawajuh ke dalam
hadirat Ilahi, lalu dia menyibukkan dirinya dalam
riadah dan mujahadah sesuai dengan sunnah dan
mutaba’ah Nabi, dan selalu berdzikir dan ber-
muraqabah sesuai dengan petunjuk syekh mursyid
maka akan disingkapkan rahasia alam mulk dan
68Drs. Totok Jumantoro, M.A. dan Drs. Samsul Munir Amin,
M.Ag., Kamus Ilmu Tasawuf. h. 127. 69Lampiran-lampiran, h. 40.
فإذا توجه الطالب الصادق إلى الحضرة الإلهية وبنا أمره على
الرياضة والمجاهدة على وجه السنة والمتابعة، وداوم الذكر
والمراقبة بإشارة شيخ مرشد يعبر سره على الملك
.والملكوت، ويقطع جميع الحجب المذكور بإذن الله
60
malakut, dan akan disingkapkan semua hijab yang telah
disebut di atas sesuai dengan izin Allah.
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat ويقطع جميع الحجب peneliti
terjemahkan “dan akan disingkapkan semua hijab”,
tidak ada banyak perubahan pada terjemahan kalimat
ini karena metode semantik lebih mengutamakan
makna yang terkandung di dalam TSu.
b. Strategi penerjemahan:
Adanya strategi tabdil (transposisi) pada kata يقطع
yang pada umumnya secara leksikal memiliki arti
“memotong, menyela, menambah, membagi,
menyekat, menyabik” 69F
70, namun peneliti terjemahkan
menjadi “disingkapkan” karena lebih sesuai dengan
konteks yang menyertai.
c. Istilah tasawuf:
Peneliti tidak menerjemahkan kata المجاهدة الرياضة،
,مرشد ,شيخ dikarenakan kata-kata الملكوت dan الملك
tersebut tersebut adalah istilah dalam bidang tasawuf,
artinya “1. Ibarat untuk penindakan budi pekerti الرياضة
kejiwaan, yaitu bahwa pendidikan hanya merupakan
70Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia).
61
percampuran dan pelepasan watak, 2. Melatih diri
dengan dengan melatih batinnya untuk mendekatkan
diri kepada Allah dengan jalan mengendalikan hawa
nafsunya”71 kata المجاهدة artinya “perjuangan batin
melawan diri sendiri dalam usahanya memasuki
kehidupan yang lebih sempurna sebagai manusia di
dalam melawan nafsu serta berusaha untuk tidak
meminta imbalan atau ganjaran atas amal ibadahnya”72,
kata مرشد artinya “yang memberi petunjuk tentang
jalan lurus sebelum tersesat, yaitu seorang syekh atau
guru dalam ilmu tasawuf”73, kata شيخ artinya “guru
spiritual, secara bahasa bermakna laki-laki tua, orang
yang dituakan atau sesepuh, syekh merupakan
pembimbing autentik dan satu-satunya yang dituju oleh
sang pencari kebenaran dalam pencariannya, secara
khusus adalah gelar bagi pimpinan spiritual, guru,
pimpinan, tarekat”,74 kata الملك artinya “malaikat;
termasuk jenis makhluk halus yang berasal dari nur;
dapat menjelmakan dirinya dalam berbagai bentuk” 74F
75.
71Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h. 33. 72Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h. 30. 73Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h. 32. 74Drs. Totok Jumantoro, M.A. dan Drs. Samsul Munir Amin,
M.Ag., Kamus Ilmu Tasawuf. h. 215. 75Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h. 26.
62
Dan kata الملكوت artinya “alam gaib khusus untuk roh
dan jiwa”76. Dalam strategi penerjemahan ini
dinamakan borrowing (pungutan) karena belum
ditemukan padanan dalam BSa, maka peneliti tetap
mempertahankan istilah riadah, mujahadah, mursyid,
syekh dan malakul maut tersebut.
10. Teks Kesepuluh
TSu:77
TSa:
Tidak ada gambaran riya’: karena ketika dia dilihat
orang lain, dia dikira sebagai orang yang mengantuk.
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat عدم تصور الرياء فيها peneliti
terjemahkan “tidak ada gambaran riya’”, tidak ada
banyak perubahan pada terjemahan kalimat ini karena
metode semantik lebih mengutamakan makna yang
terkandung di dalam TSu.
76Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h. 26. 77Lampiran-lampiran, h. 42.
.ومنها) : عدم تصور الرياء فيها؛ لأنه لو رأه غيره ظنه ناعسا(
63
b. Strategi penerjemahan:
Adanya strategi hadzf (penghapusan atau
pengurangan) pada kalimat
عدم تصور الرياء فيها
4 3 2 1
tidak ada gambaran riya’
1 2 4
kata فيها dihapus untuk tidak diterjemahkan, karena
tanpa kata itu pun tidak akan mengurangi tingkat
keterbacaan dan kepahaman pada TSa.
c. Istilah tasawuf:
Peneliti tidak menerjemahkan kata الرياء
dikarenakan kata tersebut adalah istilah dalam bidang
tasawuf, الرياء artinya “1. Meninggalkan rasa ikhlas
dalam beramal karena ingin menarik perhatian selain
Allah, 2. Menonjol-nonjolkan amalan baik dengan
tujuan agar dipuji atau untuk mencari muka dengan
tujuan tertentu”78 Dalam strategi penerjemahan ini
dinamakan borrowing (pungutan) karena belum
ditemukan padanan dalam BSa, maka peneliti tetap
mempertahankan istilah riya’ tersebut.
78Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h. 33.
64
11. Teks Kesebelas
TSu:79
TSa: Al-Jarir berkata : (Siapa yang tidak memiliki takwa dan
muraqabah di antara dia dan Allah, maka dia tidak akan
sampai pada tingkat kasyf dan musyahadah).
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat
من لم يحكم بينه وبين الله التقوى والمراقبة
peneliti terjemahkan “Siapa yang tidak memiliki takwa
dan muraqabah di antara dia dan Allah”, tidak ada
banyak perubahan pada terjemahan kalimat ini karena
metode semantik lebih mengutamakan makna yang
terkandung di dalam TSu.
b. Strategi penerjemahan:
Adanya idiom verba pada kata يحكم ، يحكم بين
sendiri artinya “memerintahkan, mengomando,
memutuskan, menetapkan” 79F
80, namun peneliti tidak
terjemahkan dengan arti tersebut karena adanya partikel
79Lampiran-lampiran, h. 43. 80Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia).
: (من لم يحكم بينه وبين الله -رحمه الله-قال الجريري والمراقبة لم يصل إلى الكشف والمشاهدة). التقوى
65
yang menyertai, yang mana ia menjadi satu kesatuan بين
idiom verba, sehingga kata يحكم بين memiliki arti
“memiliki”.
Adanya strategi taqdim wa takhir (mendahulukan
dan mengakhirkan) pada kalimat
من لم يحكم بينه وبين الله التقوى والمراقبة
6 5 4 3 2 1
Siapa yang tidak memiliki takwa dan muraqabah di
antara dia dan Allah
1 2 5 6
3 4
kata “takwa dan muraqabah” berganti tempat karena
sebagai prediket sehingga didahulukan untuk
memudahkan TSa yang dimaksud.
c. Istilah tasawuf:
Peneliti tidak menerjemahkan kata لكشفا
dikarenakan kata-kata tersebut التقوى dan المشاهدة,
adalah istilah dalam bidang tasawuf, الكشف artinya
“terbukanya mata hati seseorang atas segala yang gaib
karena telah terbuka kepada dirinya tabir rahasia Allah;
66
dari fana dari sesuatu selain Allah, seseorang akan
mengetahui bahwa semua yang ada ini masuk ke dalam
cahaya kebenaran Allah”81, kata المشاهدة artinya
melihat Allah dengan perantaraan melihat segala
macam makhluk-Nya karena ia menampakkan wujud-
Nya pada segala sesuatu yang ada; memandang sesuatu
berdasarkan tauhid atau keesaan Allah”82, dan kata
artinya “patuh kepada segala perintah Allah SWT التقوى
dengan menjauhi semua larangan-Nya”83. Dalam
strategi penerjemahan ini dinamakan borrowing
(pungutan) karena belum ditemukan padanan dalam
BSa, maka peneliti tetap mempertahankan istilah kasyf
dan musyahadah tersebut.
12. Teks Kedua belas
TSu:84
81Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h. 20. 82Amatullah Amstrong, Khazanah Istilah Sufi Kunci Memasuki
Dunia Tasawuf. h. 30. 83Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf . h. 39. 84Lampiran-lampiran, h. 43.
وقال النصرابادي : ([الرجاء] يحبك إلى الطاعات، بعدك عن المعاصي، والمراقبة تؤديك إلى طرق ي والخوف
التوفيق). الحقائق، والله ولي
67
TSa:
An-Nushrabad berkata : ((raja’) itu menjadikanmu
mencintai ketaatan, (khauf) itu menjauhkanmu dari
maksiat, dan muraqabah itu menuntunmu pada jalan
hakikat, Allah maha pemilik taufiq).
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat
والمراقبة تؤديك إلى طرق الحقائق
peneliti terjemahkan “dan muraqabah itu menuntunmu
pada jalan hakikat”, tidak ada banyak perubahan pada
terjemahan kalimat ini karena metode semantik lebih
mengutamakan makna yang terkandung di dalam TSu.
b. Strategi penerjemahan:
Adanya idiom verba pada kata تؤدي memiliki arti
“melakukan, melaksanakan, menyelesaikan”85, namun
peneliti tidak terjemahkan dengan arti tersebut karena
adanya partikel yang menyertai, yang mana ia menjadi
satu kesatuan, sehingga frase تؤدي إلى memiliki arti
“menuntun”.
85Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia).
68
Kata الحقائق merupakan kata jama’ dari حقيقة
mufrad yang memiliki arti “kebenaran, kenyataan,
hakikat”86 yang seharusnya jika diterjemahkan menjadi
“kebenaran-kebenaran, beberapa kenyataan, beberapa
hakikat” juga pada kata المعاصي jama’ dari معصية yang
seharusnya jika diterjemahkan menjadi “beberapa
maksiat, maksiat-maksiat”, namun peneliti tetap
mempertahankan kata jama’ tersebut menjadi mufrad
karena agar tidak membuat rancu terjemahan yang
dimaksud.
c. Istilah tasawuf:
Peneliti tidak menerjemahkan kata الخوف الرجاء،
dan الحقائق dikarenakan kata-kata tersebut adalah
sebuah istilah dalam bidang tasawuf, kata الرجاء
memiliki arti “salah satu dari sepuluh syarat iman bagi
golongan sufi , yaitu penuh harap atas limpahan karunia
dan rahmat Allah SWT”87, kata الخوف artinya “takut
kepada Allah karena cintanya dengan jalan berusaha
agar selalu dekat dirinya dengan Allah melalui
86Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia). 87Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf. h. 33.
69
serangkaian ibadah, melaksanakan segala perintah-
Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya”88, dan kata
;artinya “yang sebenarnya حقيقة jamak dari الحقائق
padanya ; sesungguhnya; mengenal sesuatu dengan
sesungguhnya; hakikat sesuatu ialah keadaan yang
sebenarnya dalam hal mengerti batin sesuatu”89. Dalam
strategi penerjemahan ini dinamakan borrowing
(pungutan) karena belum ditemukan padanan dalam
BSa, maka peneliti tetap mempertahankan istilah raja,
khauf dan hakikat tersebut.
13. Teks Ketiga belas
TSu:90
TSa: Terkadang munculnya dari atas kepala dan dari
belakang punggung maka dia adalah malaikat yang
menaungi orang yang berdzikir.
88Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf. h. 21. 89Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf. h. 9. 90Lampiran-lampiran, h. 45.
وتارة تكون من فوق الرأس ومن وراء الظهر فهو من الملائكة .بالذاكرين الحافين
70
a. Metode semantik:
Pada klausa من الملائكة الحافين بالذاكرين peneliti
terjemahkan “malaikat yang menaungi orang yang
berdzikir”, tidak ada banyak perubahan pada
terjemahan kalimat ini karena metode semantik lebih
mengutamakan makna yang terkandung di dalam TSu.
b. Strategi penerjemahan:
Adanya tabdil (transposisi) pada kata الحافين adalah
kata adverbia yang memiliki arti “yang meliputi”90F
91
namun peneliti terjemahkan menjadi kata verba
sehingga artinya menjadi “menaungi” karena lebih
berterima dengan terjemahan yang dimaksud.
14. Teks Keempat belas
TSu:92
91Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia). 92Lampiran-lampiran, h. 46.
]ينبغي للسالك أن لا يقنع بورود النور عليه[، ولا عندهلكن ينبغي للسالك أن لا يقنع بذلك، ولا يقف
إليه؛ لأن التجليات الإلهية والفتوحات الربانية لا نهاية يلتفتيسعى في طلب الزيادة حتى يظفر أن لها، بل يجب علي
.بالمطلوب
71
TSa:
(Hendaknya Orang Salik Tidak Berpuas Diri Jika Ada
Cahaya yang Muncul Padanya)
Seharusnya orang salik tidak mudah berpuas diri, tidak
mudah berhenti, dan tidak mudah menghiraukannya,
karena tajalli ilahiyyah dan futuh rabbaniyyah tidak
akan ada habisnya, akan tetapi wajib baginya untuk
terus berusaha mencari peningkatan sampai terpenuhi
apa yang dicari (Allah).
a. Metode semantik:
Pada susunan kalimat
لكن ينبغي للسالك أن لا يقنع بذلك
peneliti terjemahkan “Hendaknya Orang Salik Tidak
Berpuas Diri Jika Ada Cahaya yang Muncul Padanya”,
yang secara gramatikal tidak sesuai dengan
terjemahannya.
Pada susunan kalimat ولا يلتفت إليه peneliti
terjemahkan “dan tidak mudah menghiraukannya”,
tidak ada banyak perubahan pada terjemahan kalimat
ini karena metode semantik lebih mengutamakan
makna yang terkandung di dalam TSu.
72
b. Strategi penerjemahan:
Adanya strategi hadzf (penghapusan atau
pengurangan) pada kalimat
لكن ينبغي للسالك أن لا يقنع بذلك
6 5 4 3 2 1
seharusnya orang salik tidak mudah berpuas diri
2 3 5
kata نبغي ي , partikel أن dan بذلك tidak perlu
diterjemahkan lagi, peneliti berpendapat bahwa jika
tidak diterapkan strategi ini akan dapat mengurangi
tingkat keterbacaan pada TSa. Namun tentunya peneliti
tetap akan mempertahankan pesan dan tujuan yang
disampaikan TSu.
Adanya idiom verba pada kata يلتفت ، يلتفت إلى
sendiri memiliki arti “memutar, berpaling,
memalingkan muka, melihat sekeliling”93, namun
peneliti tidak terjemahkan dengan arti tersebut karena
adanya partikel yang menyertai, yaitu إلى yang mana ia
93Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia).
73
menjadi satu kesatuan, sehingga يلتفت إلى memiliki arti
“memperhatikan, menghiraukan”.
c. Istilah tasawuf:
Peneliti tidak menerjemahkan kata السالك ، التجليات
dan فتوحاتال dikarenakan kata tersebut adalah sebuah
istilah dalam bidang tasawuf, kata السالك artinya
“mereka yang menjalani suluk yang tidak akan
berpaling sesaat pun dari Allah, melainkan setelah fana
di dalam-Nya; makam salik diperloeh setelah taubat”.94
Kata التجليات artinya “meresapkan rasa ketuhanan
sedalam-dalamnya ke dalam diri setelah takhali
sehingga meilhat nur kegaiban dalam hati”.95 Serta kata
لفتوحاتا memiliki arti “keterbukaan atau kemenangan,
kemenangan untuk mendapatkan jalan menuju
pengalaman spiritual. Secara umum dikelompokkan
sebagai terbukanya penjelasan gamblang (‘ibarah)
terbukanya kemanisan (al-Halawah) dalam dunia
bathiniah, dan terbukanya penyingkapan ilahi
94Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf. h. 35. 95Ramli Harun, dkk. Kamus Istilah Tasawuf. h. 38.
74
(mukasyafah)”96. Dalam strategi penerjemahan ini
dinamakan borrowing (pungutan) karena belum
ditemukan padanan dalam BSa, maka peneliti tetap
mempertahankan istilah salik, tajali dan futuh tersebut.
96KH. Amiruddin Syah, Kunci Tasawuf. h. 78.
75
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini memaparkan hasil terjemahan seluruh isi
kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb karya
Muhammad Idrus Buton dengan menggunakan metode
semantik yang peneliti anggap paling sesuai dalam membantu
menerjemahkan teks klasik keagamaan yang berusia ratusan
tahun ini, serta strategi penerjemahan yang digunakan dalam
penelitian skripsi ini adalah penambahan (addition/ziyâdah),
pengurangan (deletion/hadzf), transposisi
(transposition/tabdîl), mendahulukan dan mengakhirkan
(taqdîm wa takhîr).
Ketika proses menerjemahkan peneliti menemukan
beberapa istilah tasawuf yang belum peneliti pelajari dan
pahami sehingga menyulitkan peneliti dalam proses
penerjemahan, hal ini dapat diselesaikan dengan cara
menggolongkan beberapa kata yang masih asing, kemudian
mencarinya ke dalam kamus istilah (ensiklopedia) tasawuf, jika
ini tidak dilakukan maka akan menjadikan terjemahan rancu
dan keluar dari konteks yang dituju.
Penelitian ini juga didukung oleh instrumen lain seperti
kamus-kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus
al-Munawwir Arab-Indonesia, kamus al-Ma’ânî, buku-buku,
76
jurnal, artikel, serta internet terkait penerjemahan sebagai
penunjang, termasuk kamus istilah tasawuf yaitu Sufi
Terminology (al-Qâmûs al-Sûfî) The Mystical Language of
Islam karya Amatullah Amstrong, Khazanah Istilah Sufi
(Kunci Memasuki Dunia Tasawuf) karya Amatullah Amstrong,
Ensiklopedi Tasawuf karya tim penulis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Kamus Ilmu Tasawuf karya Drs. Totok
Jumantoro, M.A. dan Drs. Samsul Munir Amin, M.Ag., Kunci
Tasawuf karya KH. Amiruddin Syah, Kamus Istilah Tasawuf
karya Ramli Harun dkk.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses
penerjemahan kitab Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb
yang tergolong teks klasik keagamaan metode semantiklah
yang yang paling tepat dan sesuai digunakan, dikarenakan
metode ini menghasilkan terjemahan yang lengkap dan padat
meskipun cenderung agak panjang pada TSa dibandingkan
dengan TSu. Selain itu metode ini sangat mengutamakan
makna yang dimaksud sehingga peneliti rasa perlu dibantu
dengan kamus istilah untuk lebih memudahkan.
B. REKOMENDASI
Adapun rekomendasi yang peneliti berikan:
1. Peneliti berharap penerjemahan teks klasik keagamaan
khusunya bidang tasawuf semakin diperbanyak lagi
karena melalui istilah-istilahkeagamaan ini
77
diharapakan mampu memberikan wawasan dan
pelajaran untuk membentuk akhlak yang baik pada diri
manusia.
2. Peneliti berharap para penerjemah dalam
menerjemahkan teks klasik keagamaan yang
mengutamakan TSa seperti kitab ini seharusnya
menggunakan metode penerjemahan semantik agar
terjemahan dapat mudah diterima dan dikonsumsi bagi
khalayak pembaca.
78
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Depok: Raja Grafindo
Persada, 2015.
Al-Farisi. M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offser, 2014.
Al-Qurtubi, Soenarto, KH. MA. Sahal Mahfudh, Era Baru Fiqih
Indonesia. Yogyakarta: Cermin, 1999.
Amstrong, Amatullah. Khazanah Istilah Sufi Kunci Memasuki
Dunia Tasawuf. Malaysia: A.S Noorden, 1995.
Brown, Geoffrey Samuelsoon. A Practical Guide for
Translators. Canada: Multilingual Matters, 2010.
Djajasudarma, T. Fatimah. Metode Linguistik: Ancangan
Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama,
2006.
Harun, Ramli dkk. Kamus Istilah Tasawuf. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1985.
Hidayatullah, Moch. Syarif. Seluk Beluk Penerjemahan Arab-
Indonesia Kontemporer. Tangerang Selatan: Al-Kitabah,
2014.
Hoed, Benny. H. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta:
Pustaka Jaya, 2006.
Ikram, Achadiati dkk. Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul
Mulku Zahari. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001.
79
Jumantoro, Totok, Samsul Munir Amin. Kamus Ilmu Tasawuf.
Jakarta: AMZAH, 2005.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik Edisi Keempat.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Monday, Jeremy. Introducing Translation Studies: Theories and
Application. New York: Routledge, 2008.
Newmark, Petter. Approaches to Translation. Germany:
Pergamon Press.
________, Petter. A Textbook of Translation. Newyork: Prentice
Hall, 1988.
Trimingham, J. Spencer. The Sufi Orders in Islam. London:
Oxford University Press, 1973.
Suryawinata, Zuhridin, Sugeng Hariyanto. Translation: Bahasa
Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta:
Kanisius, 2003.
Syah, Amiruddin. Kunci Tasawuf. Jakarta: Institut Kajian
Tasawuf, 2015.
Wasinto, Herman. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta:
Gramedia, 1993.
Zahari, Abdul Mulku. Daarul Butuni Sejarah dan Adatnya Jilid
3. Baubau: CV DIA DAN AKU, 2017.
Sumber Kamus:
Kamus aplikasi al-Ma’any (Arab-Indonesia) Atef Sharia, versi
1.2.
80
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) during Edisi Kelima
Versi 0.1.4. Beta (14). Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 2016.
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Arab-Indonesia al-
Munawwir. Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1984.
Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI) Edisi Ketiga
Cetakan Keempat. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2007.
Sumber Jurnal:
Ismail, Ecep. “Analisis Semantik Kata Ahzab dan Derivasinya
dalam alquran”. Vol. 1. No. 2. Tahun 2016.
Kardimin, “Problematika Penerjemahan Teks Bernuansa
Keagamaan”, INSYIRAH Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan
Studi Islam Vol. 1. No. 2. Tahun 2013.
Melamba, Basrin, Wa Ode Siti Hafsah. “Ijtihad Sultan
Muhammad Idrus Kaimuddin”, Vol. 16 No.1 Tahun 2014.
Niampe, La. “La Ode M. Idrus Qaimuddin Satrawan Sufi
Ternama di Buton abad XIX”, Vol. 22 No. 3 Tahun 2010.
Qonitatul Mahmudah, Muhammad Yunus Anis. “Ideologi
Penerjemahan Arab-Indonesia”. ISBN 978-602-60295-7-7.
Tahun 2017.
Septiawadi, “Pergolakan Pemikiran Tasawuf di Indonesia”, Vol.
7 No. 1 Tahun 2013.
81
Syihaabul Hudaa. “Transliterasi, Serapan, dan Padanan Kata:
Upaya Pemutakhiran Istilah Dalam Bahasa Indonesia”, Vol.
2 No. 1, Mei Tahun 2019
Sumber Internet:
http://www.nu.or.id/post/read/77064/fathur-rahim-kitab-karya-sultan-idrus buton diakses pada 4 April 2019 pukul 12.14 WIB.
https://islami.co/biografi-syeikh-idrus-buton-dan-kitab-dliya-
al-anwar-wa tashfiya-al-akdar/ diakses pada 27 Juni 2019 pukul 21.20 WIB.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/imam diakses pada 20 Juli pukul 2019 pukul 10.20 WIB.
82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
Teks Sasaran Teks Sumber
(Kata Pengantar pen-tahqiq)
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah sang maha
pemberi, yang menjadikan
muraqabah sebagai jalan untuk
memperoleh sebaik-baik tempat,
shalawat serta salam dikhususkan
kepada orang yang paling fasih
perkataannya, nabi kita
Muhammad SAW yang
mempunyai ilmu dan hati nurani
beserta keluarga dan para sahabat
terpilih.
Kemudian:
]مقدمة المحقق[
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الوهاب، الذي جعل مراقبته وسيلة لنيل
خصه المآب، والصلاة والسلام على خير من حسن
محمد صلى الله عليه وسلم ذي بفصل الخطاب، نبينا
: نجاب، وبعدلأا لباب، وعلى آله وصحبهأالنهى وال
Ini merupakan risalah sederhana
yang di dalamnya terdapat
penjelasan muraqabah yang
disusun oleh Shekh Muhammad
Idrus Qaim ad-Din al-Butuni yang
semoga Allah merahmatinya, saya
menyampaikan kepada para
pembaca budiman dengan cara
yang elegan setelah saya tahqiq
فهذه رسالة وجيزة في بيان المراقبة ألفها الشيخ العلامة
الله رحمه-محمد عيدروس قائم الدين البطوني
للقراء النبلاء بصورة أنيقة بعد أن أقدمها -تعالى
.حققتها بقدر الاستطاعة
2
sesuai dengan kemampuan yang
saya miliki.
Saya memohon kepada Allah SWT
agar upaya sederhana ini dapat
dijadikan sebagai bagian
timbangan kebaikan saya di hari
kiamat kelak, dan memberi manfaat
kepada setiap umat yang
membacanya, karena dialah yang
maha berkuasa atas apa yang
dikehendakinya dan dialah yang
layak untuk mengabulkan. Semoga
Allah memberikan shalawat kepada
tuan kita Muhammad, keluarga,
serta para sahabat.
Diterbitkan di Sukabumi:
5/11/2015 M
Pelayan Santri bidang Sains di
Sukabumi
Abu Sabiq Sufriyanto al-Qudsi
والله تعالى أسأل أن يجعل هذا الجهد المتواضع من حسناتي يوم القيامة، وينفع بها كل من اطلع موازين
إنه على ما يشاء قدير، وبالإجابة مة،لأعليها من هذه امحمد وعلى آله وصحبه جدير. وصلى الله على سيدنا
.وسلم م ۵/۱۱/٢۰۱۵: حررها في سوكابومي
خادم طلبة العلم بسوكابومي أبو سابق سوفريانتو القدسي
(Metode Tahqiq)
Metode saya dalam men-tahqiq
buku ini tidak jauh berbeda dari
]منهج التحقيق[
3
cara saya yang saya gunakan dalam
men-tahqiq pada kitab-kitab lain,
ringkasnya sebagai berikut :
إن منهجي في تحقيق هذا الكتاب ليس بعيدا عن
في تحقيقي لرسائل أخرى المناهج التي ستعملتها
: وهي تتلخص كما يلي
• Saya menyalin seluruh
buku ini dengan tangan
kemudian saya
mencocokkan dengan
manuskrip yang ditulis
tangan;
الكتاب كله بيدي ثم قابلت نسخت هذا •
.المخطوطة المنسوخ على النسخة
• Saya menyajikan dengan
pengantar singkat yang
mencakup metode tahqiq
dan penjelasan beberapa
contoh manuskrip dan
biografi penulis kitab ini;
قدمت هذا الكتاب بالمقدمة الوجيزة التي •
ان منهج التحقيق وبي تشتمل على الكلام في
نماذج صور المخطوطات وترجمة مؤلف
.الكتاب هذا
• Saya memberi tanda dengan
kata (الأصل) sesuai dengan
teks asli manuskrip;
رمزت إلى المخطوطة التي اعتمدت عليها •
(الأصل). بكلمة
4
• Saya meletakkan lambang
yang dapat memudahkan
bacaan di antara tanda [ ]
yang ditempatkan di
antaranya ada sebuah kata
yang dibutuhkan sebagai
keterangan lebih lanjut;
وضعت العناوين التي تسهل القراءة بين علامة •
وضعت بينها كلمة تحتاج ] كما أنني [ كذا
.ضبطإلى مزيد ال
• Saya memperbaiki
beberapa kalimat salah
yang disampaikan penulis
dengan membandingkan
dengan versi cetak buku
tersebut;
صححت بعض العبارات الخاطئة التي نقلها •
على النسخ المؤلف وذلك بمقابلتها
.المطبوعة لتلك الكتب
• Saya menggunakan tanda
baca yang sesuai digunakan
pada masa kini;
استعملت علامات الترقيم المناسبة التي •
.تستعمل في هذا العصر
• Saya mengeluarkan ayat-
ayat al-Qur’an setelah
ditempatkan di antara 2
tanda seperti ini { }
kemudian menyebut nama
surat dan ayatnya;
أن وضعتها بينيات القرآنية بعد خرجت الآ •
ذكرت اسم السورة } ثم{ علامتين كهذا
م الآية.ورق
5
• Saya juga mengeluarkan
teks-teks hadits Nabi
setelah ditempatkan di
antara 2 tanda seperti ini ((
)) serta menyebutkan
pendapatnya dengan
menyebut nama kitab,
nomor seri atau halaman di
buku itu;
حاديث النبوية بعد أن لأخرجت نصوص ا •
وعزوتها )) (( وضعتها بين علامتين كهذا
اسم الكتاب ورقم الجزء إلى مظانها بذكر
رقم سلسلة الحديث في ذلك أو والصفحة
.الكتاب
• Saya menyebutkan
pendapat ‘ulama yang
diambil oleh penulis di
antara 2 tanda seperti ini (
) dengan menyebut nama
kitab dan nomor juz serta
halaman jika karyanya
diketahui oleh penulis dan
berusaha mengutip kalimat
yang dimaksud;
عزوت نقولات العلماء التي نقلها المؤلف إلى •
بين علامتين كهذا مظانها بعد أن وضعتها
) بذكر اسم الكتاب ورقم الجزء (
علمت أن المصنف رحمه الله والصفحة إذا
.ظباللف تعالى حاول نقل العبارات المنقولة
• Saya menerjemahkan
biografi sederhana terhadap
nama-nama yang
disebutkan dalam buku ini;
ترجمت للأعلام الوارد ذكرهم في هذا •
.وجيزةالكتاب ترجمة
6
• Saya meletakkan daftar
pustaka dan daftar isi di
akhir buku.
وضعت فهرس المراجع والموضوعات في •
.آخر الكتاب
(Sejarah Singkat Manuskrip)
Sumber Naskah :
Dalam menyunting buku ini saya
berpedoman pada foto copy naskah
tulisan tangan dari beberapa
koleksi.
] تعريف موجز بالنسخة الخطية [
: مصدر المخطوطة
إني في تحقيق هذا الكتاب قد اعتمدت على نسخة
من محفوظات خطية مصورة
Naskah ini ditulis dengan tulis
tangan yang baik dengan tinta
hitam dan merah.
وهذه المخطوطة كتبت بخط معتاد جيد بحبر أسود
.وأحمر
Jumlah lembarnya ada 7 yang
terdapat 12 halaman kecil di
dalamnya isi buku dan 1 lembar
sampul buku.
صفحة صغيرة فيها ۱۲وتشتمل على ٧عدد أوراقها
.وورقة واحدة هي ورقة الغلاف مضمون الكتاب
Setiap lembar memiliki dua wajah
kecuali lembar sampul, yang
merupakan lembar baris, 15-17
penutup, dan setiap baris berisi
kurang lebih 7 – 15 kata.
ولى التي هي لأوكل ورقة منها ذات وجهين إلا الورقة ا
۱۵ - ۱٧كلمة وكل وجه له ما بين ورقة الغلاف،
.تقريبا كلمة ٧-۱۵سطرا، وكل سطر يحوي ما بين
7
Judul Naskah :
Saya menemukan pada sampul
naskah tertulis sebagai berikut :
Risalah ini berjudul Kasyf al-Hijab
fi Muraqabah al-Wahhab, disusun
oleh Syekh al-‘Allamah Sultan
Muhammad Idrus al-Butuni
(semoga Allah mengampuninya).
: عنوان النسخة المخطوطة
: المخطوطة ما يلي إني وجدت في غلاف
هذه رسالة المسماة كشف الحجاب في مراقبة (
لشيخي العلامة السلطان محمد الوهاب تصنيف
)عيدروس البطوني عفى الله عنه
Karena penulis menjelaskan dalam
kata pengantar buku ini, (kemudian
risalah ini disebut Kasyf al-Hijab fi
Muraqabah al-Wahhab) lalu saya
memberi judul buku ini sesuai judul
di atas.
كما أن المؤلف قد صرح في ثنايا مقدمته بأنه سمى
ثم إن هذه الرسالة سميتها (فقال : هذا الكتاب به،
ثم جعلت هذا )كشف الحجاب في مراقبة الوهاب
.الكتاب بذلك العنوان
Penyalin dan Tanggal
Penyalinan Naskah
Saya tidak menemukan penjelasan
siapa penyalin naskah yang dapat
saya jadikan landasan, serta tidak
ditemukan tanggal penyalinnya.
: الناسخ وتاريخ النسخ
لم يتبين لي ناسخ هذه المخطوطة التي تم الاعتماد
.كذلك بيانات تاريخ النسخ عليها، ولا يوجد
Bukti Penisbatan Naskah kepada
Penulis : : نسبة الكتاب إلى المؤلف توثيق
8
Tampak bagi saya bahwa buku
(Kasyf al-Hijab fi Muraqabah al-
Wahhab) yang dinisbatkan kepada
Syekh al-‘Allamah Muhammad
Idrus Qaim ad-Din Badr ad-Din al-
Butuni (semoga Allah
merahmatinya) dengan bukti
sebagai berikut :
كشف الحجاب في مراقبة ((ظهر لي أن كتاب
الشيخ العلامة محمد صحت نسبتها إلى)) الوهاب
عيدروس قائم الدين بن بدر الدين البطوني رحمه الله
: تعالى، وذلك بالأدلة التالية
• Adanya nama penyusun -
yang semoga Allah SWT
merahmatinya- dalam
naskah tulis tangan yang
ditemukan dalam arsip
Perpustakaan Abdul Mulki
Zuhri;
في -تعالى-وجود اسم المصنف رحمه الله •
عليها وهي من النسخة الخطية التي عثرت
. محفوظات مكتبة عبد الملك زهري
• Pernyataan dari penulis
biografi Muhammad Idrus
Qaim ad-Din dan
pernyataan oleh pen-tahqiq
kitab ((Mu’natsah al-Qulub
fi adz-Dzikr wa
Musyahadah ‘Allam al-
Guyub)) disebutkan dalam
تصريح من قبل من ألف في ترجمة الشيخ •
الدين رحمه الله تعالى محمد عيدروس قائم
مؤنسة ((ومن ذلك تصريح من محقق كتاب
)) ومشاهدة علام الغيوب القلوب في الذكر
أن كتاب ۷وقد ذكر في مقدمته في ص
9
pengantar di halaman 7
buku ((Kasyf al-Hijab fi
Muraqabah al-Wahhab))
disusun oleh Muhammad
Idrus Qaim ad-Din Badr ad-
Din al-Buthuni
هو ))كشف الحجاب في مراقبة الوهاب((
.عيدروس البطوني تأليف الشيخ محمد
Dan : pernyataan oleh pen-tahqiq
buku ((Dhiya al-Anwar fi Tashfiyah
al-Akdar)), disebutkan dalam
pengantar di halaman 12 buku itu
((Kasyf al-Hijab fi Muraqabah al-
Wahhab)) salah satu kitab
Muhammad Idrus Qaim ad-Din
Badr ad-Din al-Butuni.
ضياء الآنوار في ((حقق كتاب ومنه : تصريح من م
۱۲وقد ذكر في مقدمته في ص ،))تصفية الآكدار
))مراقبة الوهاب كشف الحجاب في((أن كتاب
يعتبر أحد كتب الشيخ محمد عيدروس قائم الدين
.البطوني
(Biografi Singkat Sang Penulis)
Nama Lengkap :
Beliau adalah seorang sufi Syekh al-
‘Allamah Muhammad Idrus Qaim
al-Din bin Sultan Badr al-Din al-
Butuni.
]ترجمة موجزة للمؤلف[
: اسمه
هو الشيخ العلامة الصوفي محمد عيدروس قائم الدين
.السلطان بدر الدين البوطوني بن
10
Diriwayatkan : Bahwa nama
ayahnya adalah La Badru Asrar al-
Din bin Sultan La Jampi Qaim al-
Din dan dijuluki Sultan Qaim al-
Din al-Awwal.
وقيل : إن اسم أبيه لا بدرو أسرار الدين بن السلطان
الدين الكبير البطوني الملقب بالسلطان لا جمفي قائم
. وللأقائم الدين ا
Ayahnya merupakan raja Buton
yang ke-27 dan kakeknya
merupakan raja Buton yang ke-24.
وكان أبوه مالك البطون السابع والعشرين وجده مالك
.الرابع والعشرين البطون
Gelar :
Beliau memiliki julukan yang lain,
di antaranya : Oputa Mokobadiana
(Sultan pemilik kota Badiana),
Oputa Ikuba (Sultan yang menggali
kolam), Oputa Mancuana (Sultan
tua), Idrus Matambe (Idrus yang
hina)
: ألقابه
والشيخ محمد عيدروس له ألقاب أخرى منها : أوبوتا
،)السلطان الذي يملك مدينة باديانا( موكوباديانا
بوتا ، أو)البركة السلطان الذي يحفر(أوبوتا إيكوبا
، إيدوروسو ماتمبي )السلطان القديم(منجوانا
).الحقير عيدروس(
Kelahiran :
Beliau lahir pada akhir abad ke-18
H di desa Wolio. Sebagian
masyarakat Wolio berpendapat :
: ولادته
الثامن عشر الهجري في ولد الشيخ في أواخر القرن
قالو : إن الشيخ تولى سلطنة بطون قرية وولييو. وقد
11
beliau berhasil menjabat kerajaan
Buton pada tahun 1824 M ketika
usianya menginjak 40 tahun, beliau
lahir sekitar tahun 1784 M.
وعليه فكانت م وعمره أربعون سنة، ۱٨۲٤سنة
.م تقريبا ۱٧٨٤ولادته سنة
Menjabat sebagai Raja Buton :
Beliau menjabat kerajaan Buton
selama sekitar 27 tahun, dari tahun
1874 H sampai tahun 1851 H ketika
usianya sekitar 40 tahun, dan beliau
dianggap sebagai raja Buton yang
ke 28, raja Buton pertama yang
membuat undang-undang aturan
rumah tangga dan hulu balang
kerajaan, meskipun hanya
berurusan dengan urusan yang
diketahui saja.
: توليه سلطنة البطون
سنة تقريبا، من ٢٧تولى الشيخ سلطنة البطون لمدة
وعمره عند توليه م ۱٨۵۱إلى سنة م ۱٨٧٤سنة
يعتبر السلطان سنة تقريبا. وهو٤۰سلطنة البطون
الثامن والعشرين لسلطنة البطون. وأول سلطان البطون
الإدارات والموظفين الذي أصدر قوانين تنظيم
على أن لا يتعامل إلا مع لمملكته بالرغم من تحفظه
.الجهة المعروفة فقط
Kerajaan Buton pada masanya
didominasi oleh penerapan ajaran
islam dan ketentraman segala
urusan umat.
وكان مملكة البطون في عصره يسودها تطبيق تعاليم
.مةلأأمور اواستقرار الإسلام
Riwayat Pendidikan : رحلته العلمية :
12
Beliau mendapatkan ilmu agama
dari para ulama istimewa, dari :
تلقى الشيخ محمد عيدروس قائم الدين العلوم الشرعية
: العلماء الفضلاء ومنهم من
• Kakeknya Syekh “La
Jampi” yang diberi julukan
Sultan Qaim al-Din al-
Kabir (1763-1788 M)
beliau mengajarkannya
sesuai yang tertera dalam
riwayatnya;
جده الشيخ "لا جمبي" الملقب ب "سلطان •
) م ۱٧٦۳ -۱٧۸۸(قائم الدين الكبير"
.اويتهروكان يتعلم منه في
• Syekh Muhammad bin Syit
Sunbu al-Makki, dan
mengambil Thariqah al-
Khalwatiyyah al-
Samaniyyah ketika beliau
datang ke Buton.
والشيخ محمد بن شيث سنبل المكي، وأخذ •
السمانية حين قدم على منه الطريقة الخلوتية
. بطون
Kitab yang Disukai :
Beliau sangat menyukai kitab-kitab
tasawuf, di antaranya :
: كتب يرغب الشيخ في دراستها
وكان الشيخ يحب جدا دراسة كتب التصوف ومنها
:
13
• Kitab Hidayah al-Salikin fi
Suluk al-Muttaqin wa Siyar
al-Salikin ila ‘Ibadah Rabb
al-‘Alamin karya Syekh
Abd al-Shamad al-
Falimbani;
هداية السالكين في سلوك مسالك ((كتاب •
إلى عبادة رب المتقين وسير السالكين
تأليف الشيخ العلامة عبد الصمد ))العالمين
.رحمه الله تعالى الفلمباني
• Kitab Ihya ‘Ulumuddin,
Bidayah al-Hidayah, al
Lubab, al-Arba’in fi al-
Usul, karya Imam Ghazali;
بداية ((و ))إحياء علوم الدين((كتاب •
الآربعين في (( و ))اللباب((و ))الهداية
.للإمام الغزالي ))الآصول
• Kitab Hall al-Rumuz wa
Mafatih al-Kunuz karya
Imam ‘Izzu al-Din bin Abd
al-Salam;
م للإما ))حل الرموز ومفاتيح الكنوز((كتاب •
.السلام عز الدين بن عبد
• Kitab Shirath al-Mustaqim
karya Syekh Nur al-Din al-
Sumrata;
للشيخ نور الدين ))صراط المستقيم((كتاب •
.السمطراني
• Kitab Mamlakah Sayyid al-
Kaunain karya Syeikh Abd
al-Rauf Ali al-Fansuri.
للشيخ عبد ))مملكة سيد الكونين((كتاب •
.الرؤوف علي الفنسوري
14
Sanad Keilmuan :
Syeikh ‘Abd al-Hadi bin Syekh
Muhammad Idrus di dalam
karangannya menyebutkan
(manuskrip) sanadnya melalui jalan
yang telah sampai pada Rasulullah
SAW dengan rincian sebagai
berikut :
: سنده العلمي
ذكر الشيخ عبد الهادي بن الشيخ محمد عيدروس في
سنده في الطريق الذي وصل )وهو مخطوط( مؤلف له
يب على الترت -وسلم صلى الله عليه-إلى رسول الله
:التالي
Muhammad Idrus al-Butuni dari
Syekh Muhammad bin Syits
Sunbul al-Makki dari Syekh
Muhammad bin ‘Abd al-Karim al-
Saman al-Qadiri dari Syekh
Mushthofa bin Kamal al-Din al-
Bakr dari Syekh ‘Abd al-Latif dari
Syekh Mushthofa Afandi dari
Syekh Ali Afandi al-Qarabasyi dari
Syekh Ismail al-Jaruni dari Syekh
Umar al-Fuad dari Syekh Khalil al-
Din al-Tawaqqu’i dari Syekh Halbi
al-Sultan al-Aqrani dari Syekh
Muhammad al-Anjabi dari Syekh
Abu Zakariya Yahya al-Syirwani
dari Syekh Shadr al-Din dari Syekh
ني عن الشيخ محمد بن شيثومحمد عيدروس البط
عن الشيخ محمد بن عبد الكريم السمان سنبل المكي
كمال الدين البكري القادري عن الشيخ مصطفى بن
يمصطفى أفندعن الشيخ عبد اللطيف عن الشيخ
درانري عن الشيخ علي أفندي القرابشي عن الشيخ لأا
الشيخ عمر الفؤادي عن الشيخ إسماعيل الجروني عن
السلطاني خليل الدين التوقعي عن الشيخ حلبي
قراني عن الشيخ محمد الآنجاني عن الشيخ أبو لأا
الشرواني عن الشيخ صدر الدين عن زكريا يحيى
15
‘Izz al-Din dari Syekh Maram al-
Khalwati dari Syekh Umar al-
Khalwati dari Syeikh Akha’
Muhammad al-Balasi dari Syekh
Abu Ishaq Ibrahim al-Kailani dari
Syekh Rukn al-Din al-Ahrawi dari
Syekh Syihab al-Din at-Thabrasi
dari Syekh Rukn al-Din al-Najasi
dari Syekh Quthb al-Din al-Abhari
dari Syekh ‘Abd al-Qahir Dhiya al-
Din al-Sahrawardi dari Syekh
Umar al-Bakri dari Syekh
Muhammad al-Daniri dari Syekh
Minsya al-Nur dari Syekh Junaid
al-Baghdadi dari Syekh Sirr al-
Suqthi dari Syekh Ma’ruf dari
Syekh Dawud al-Tabi dari Habib
al-A’jami dari Hasan al-Bishri dari
‘Ali bin Thalib dari Rasulullah
SAW.
الخلوتي عن الشيخ خ مرامالشيخ عز الدين عن الشي
عمر الخلوتي عن الشيخ أخاء محمد البلسي عن
أبي إسحاق إبراهيم الكيلاني عن الشيخ ركن الشيخ
شهاب الدين الطبريسي عن هراوي عن الشيخلأالدين ا
ن الدي الشيخ ركن الدين النجاسي عن الشيخ قطب
بحاري عن الشيخ عبد القاهر ضياء الدين لأا
عمر البكري عن الشيخ الشيخالسهراوردي عن
محمد الدانري عن الشيخ منشاء النور ي عن الشيخ
جنيد البغدادي عن الشيخ سري السقطي عن الشيخ
الشيخ داود التابي عن الحبيب معروف الكرخي عن
ب أبي طال عجمي عن الحسن البصري عن علي بنلأا
.عن رسول الله صلى الله عليه وسلم
Kepahlawanan :
Ketika itu terjadi peperangan di laut
pada masa ayahnya kemudian dia
: بطولته
16
diangkat sebagai panglima, yang
pada waktu itu dia menjabat
sebagai putra mahkota, lalu
ayahnya memerintahkannya untuk
mengejar para perompak dan dia
pun berhasil mengalahkan mereka.
لما وقعت الحرب البحرية في زمان أبيه عينه قائدا
ابن السلطان في ذلك الوقت وأمر للأسطول وهو
.بملاحقة فراصنة البحر فغلبهم
Murid :
Sebagian murid terkenal
Muhammad Idrus al-Butuni yaitu :
تلامذته:
وممن اشتهر أنه تتلمذ على الشيخ محمد عيدروس
: وهما البطوني ابناه
• Syekh ‘Abd al-Hadi dan
Syekh Muhammad Shaleh
yang semoga Allah
memberikan kasih sayang
pada keduanya. Keduanya
memiliki karya kitab. Syekh
‘Abd al-Hadi memiliki
kitab Tsammamat al-Warad
fi Tartib al-Awrad;
الشيخ عبد الهادي والشيخ محمد صالح •
منهما له مؤلفات. تعالى. وكل رحمهما الله
ثممت الوراد((فالشيخ عبد الهادي له كتاب
))ورادلأترتيب ا في
• Syekh Muhammad Shaleh
memiliki karya kitab di
antaranya : Ibtida Sir Allah
ء ابتدا((والشيخ محمد صالح له كتب منها : •
غافل تنبيه ال((و ))الله سير الله إلى انتهاء سر
17
ila Intiha Sair Allah, Tanbih
al-Gafil Tanzih al-Muhafil
dan Risalah fi Majmu’ al-
Da’awat.
رسالة في مجموع((و ))تنزيه المحافل
.))الدعوات
Karya-karya :
Beliau memiliki banyak karya yang
sebagian berbahasa Walio, Melayu
dan Arab, di antaranya :
• Raudhah al-Ikhwan fi
‘Ibadah al-Rahman
(Berbahasa Arab);
• Tahsin al-Awlad fi Tha’ah
Rabb al-‘Ibad (Berbahasa
Arab);
• Dhiya al-Anwar fi
Tafhfiyah al-Akdar;
• Munatsah al-Qulub fi Dzikr
wa Musyahadah;
• Tanqiyah al-Qulub fi
Ma’rifah ‘Allam al-Guyub;
• Kasyf al-Hijab fi
Muraqabah al-Wahhab;
• Mishbah al-Rajin fi Dzikr
al-Shalah wa al-Salam ‘ala
: مؤلفاته
له مؤلفات كثيرة بعضها بلغة وولية وبعضها بلغة
: بلغة عربية. ومن هذه المؤلفات وبعضهاملايوية
)ةبلغة عربي( روضة الإخوان في عبادة الرحمن •
ة بلغ( ولاد في طاعة رب العبادلأتحسين ا •
)عربية
.كدارأنوار في تصفية اللأضياء ا •
.مؤنسة القلوب في ذكر ومشاهدة •
.تنقية القلوب في معرفة علام الغيوب •
.كشف الحجاب في مراقبة الوهاب •
الراجين في ذكر الصلاة والسلام على مصباح •
.النبي شفيع المذنبين
18
al-Nabi Syafi’ al-
Mudznibin;
• Fath al-Rahim fi Tauhid
Rabb al-‘Arsy al-Adzim;
• Durroh al-Ahkam
(Berbahasa Arab);
• Targib al-Murid;
• Sabil al-Salam li Bulug al-
Maram (Berbahasa Arab);
• Hidayah al-Basyir fi
Ma’rifah al-Qadir;
• Tanqiyah al-Qulub;
• Siraj al-Muttaqin;
• Targib al-Anam;
• Dhiya al-Anwar;
• Tanbih al-Gafil (Berbahasa
Walio);
• Jawhar Mounika Mo
Mulabee (Berbahasa
Walio).
.فتح الرحيم في توحيد رب العرش العظيم •
)بلغة عربية(حكام أدرة ال •
.ترغيب المريد •
)بلغة عربية( سبيل السلام لبلوغ المرام ( •
.هداية البشير في معرفة القدير •
.تنقية القلوب •
.سراج المتقين •
.ناملأترغيب ا •
.نوارالأضياء •
)بلغة وولية(تنبيه الغافل •
)بلغة وولية( جوهر منيكامو مولابي •
Wafat :
Sejarah tidak melihat tahun
wafatnya Muhammad Idrus secara
: وفاته
19
pasti, hanya saja yang pasti akhir
pemerintahan raja Buton pada
tahun 1851 M, sebagian dari
mereka bersikeras bahwa beliau
memang wafat pada tahun tersebut.
Maka semoga Allah melimpahkan
kasih sayang yang luas dan
memasukkannya ke dalam surga-
Nya.
لم ير تاريخ وفاة الشيخ محمد عيدروس بالضبط، غير
م، ۱۸۵۱آخر توليه سلطنة البطون سنة لظاهر أنأن ا
لله السنة. فرحمه ا وجزم بعضهم بأنه توفي في تلك
.تعالى رحمة واسعة وأدخله فسيح جنته
Beliau meninggalkan banyak anak
yang menjadi sultan dan imam,
mereka adalah : Sultan Muhammad
Isa, Syeikh Muhammad ‘Abd a-
Hadi, dan Sultan Muhammad Salih
yang semoga Allah melimpahkan
kasih sayangnya kepada mereka
semua. Disebutkan bahwa beliau
memiliki 97 anak. Wallahu a’lam
bi haqiqatih.
وقد ترك الشيخ أولادا أصبحوا سلاطين مثله وهم :
عيسى والشيخ عبد الهادي والسلطان السلطان محمد
إن الشيخ له : محمد صالح رحمهم الله تعالى. وقيل
.ولدا. والله أعلم بحقيقته ۹۷
(Kata Pengantar)
Ya Allah bukakanlah kebenaran
dan engkaulah sebaik-baik
pembuka.
]مقدمة المؤلف[
رب افتح بالحق وأنت خير الفاتحين
الرحمن الرحيمبسم الله
20
Dengan menyebut nama Allah yang
maha pengasih lagi maha
penyayang
Segala puji bagi Allah yang
mensucikan hati orang-orang yang
dicintainya dengan muraqabah,
melimpahkan kenikmatan yang
banyak, mengangkat hijab mereka
dari pandangan yang menghalangi
selain-Nya, mensucikan mereka
dari kotoran, mereka berhak
mendapatkan petunjuk dan
pertolongan, menghiasi mereka
dengan cahaya keindahan, serta
mengkhususkan mereka untuk
menuntut kesempurnaan, Dialah
maha pencipta, maha lembut dan
maha mengetahui hambanya,
semoga shalawat dan salam yang
dijadikan sebagai cahaya pemberi
kabar gembira dan peringatan
kepada keluarga, sahabat, serta
pengikutnya (Nabi Muhammad) :
الحمد لله الذي طهر قلوب أحبابه بمدد المراقبات
من حضرة العلية فيضا وإنعاما كثيرا، تطهيرا، وحباهم
اس دنلأوصفاهم من ا ورفع عن بصائرهم حجاب الغير
وكان الحق لهم هاديا ونصيرا، وزين أسرارهم بأنوار
الجمال، وخصهم بطلب الكمال، وكان البديع بعباده
والسلام على من جعله الله نورا خبيرا، والصلاةلطيفا
ومن يهتدي به بشيرا ونذيرا، وعلى آله وأصحابه
تبعهم وسلم تسليما كثيرا وبعد
(Alasan Disusunnya Kitab) ]سبب تأليف الكتاب[
21
(Sebagian sahabat-sahabat)
meminta kepada saya yang tidak
mungkin saya menolak permintaan
serta membantah pendapatnya,
yaitu Sayyid Muhammad bin
Ahmad al-Shafi - yang semoga
Allah menjaganya di dunia dan
akhirat demi kakeknya Rasulullah
SAW- Untuk menuliskan kitab ini
untuknya tentang muraqabah, cara
penggunaannya, serta penjelasan
manfaatnya, lalu saya
memenuhinya, meskipun saya
bukanlah orang yang ahli di bidang
itu, demi untuk memenuhi
harapannya, serta permintaannya,
maka saya menulisnya seperti apa
yang saya pelajari dan dapatkan
dari Syekh, guru dan tuan saya,
serta sebagai pintu futuh, Syekh
Muhammad bin Syit Sunbul al-
Makki - yang semoga Allah
mengistirahatkan jiwanya,
menjadkan firdaus sebagai tempat
ه، ممن لا تسعني مضايقت] أحبائي[فقد سألني بعض
مخالفته، السيد محمد بن أحمد الصافي ولا توافقني
أن -سيد الكونين حفظه الله في الدارين بجاه جده
طرفا من أحوال المراقبة وكيفية استعمالها،أكتب له
وبيان فوائدها، فأجبته إلى ذلك، وإن لم أكن أهلا
خاطره، وراجيا من صالح لذلك، راغبا في جبر
دعوته، فكتبت له كما علمني وأجازني شيخي
وأستاذي مولاي، وباب فتوحي، الشيخ محمد ابن
الله ثراه، وجعل الفردوس شيث سنبل المكي طيب
لهم خرة، ال بله ومأواه، أمدنا الله بمدده، ونفعنا منمتق
بركاته في من ارحم والديه، وارحم مشايخه، وجميع
.سلك في طريقته يا رب العالمين الدنيا و
22
kembali dan ternyamannya,
membentangkan cintanya kepada
kami, serta memberikan kami
manfaat keberkahan di dunia dan
akhirat, Ya Allah sayangi kedua
orang tuanya, guru-gurunya, dan
seluruh yang berada di thariqatnya.
Wahai Tuhan semesta alam.
Kitab ini saya beri nama : Kasyf al-
Hijab fi Muraqabah al-Wahhab.
Saya memohon kepada Allah yang
maha mensyukuri, semoga
selamanya kitab ini dapat
memberikan manfaat dan pahala
yang sempurna, serta terpelihara
dari orang-orang yang ingkar dan
tertipu daya, di bawah nafsu yang
menindas diri sendiri, Dialah yang
maha mendengar lagi maha dekat
bagi siapapun yang mengajak
dengan hati taubat.
كشف الحجاب في ((ثم إن هذه الرسالة سميتها :
أسأل الله الشكور ، أن يديم بها النفع ))مراقبة الوهاب
جاحد مغرور، وتحت جور، ويحفظها من كللأويتم ا
شهوة نفسه مقهور ، إنه سميع قريب مجيب، لمن
.بقلب منيب دعاه
Saya menyusunnya ke dalam 4 bab
Insya Allah.
.-ىتعال-ورتبتها على أربعة فصول إن شاء الله
23
Bab Pertama:
Hakikat Muraqabah
Ketahuilah wahai saudaraku,
semoga Allah membimbingku dan
engkau: Hakikat muraqabah adalah
seseorang menjaga atau senantiasa
meyakini bahwa Allah adalah dzat
yang maha melihat lahir maupun
batin dalam setiap ruang dan
waktu, dan bahwa ia selalu
menyadari di manapun berada akan
firman-Nya: أم يحسبون أنا لا نسمع(
Ataukah) 1(سرهم ونجواهم بلى
mereka mengira bahwa kami tidak
mendengar rahasia dan bisikan-
bisikan mereka? Sebenarnya (kami
mendengar)) dan juga firman-Nya
1F(وكان الله على كل شيئ رقيبا)
2 (Dan
Allah maha mengawasi atas segala
sesuatu).
: الفصل الأول
في حقيقة المراقبة
: أن حقيقة -أرشدني الله وإياك -أخي اعلم يا
أي يلازم على اعتقاده أن الله المراقبة هي المحافظة
أينما كان مطلع على ظاهره وباطنه زمانا ومكانا، وأنه
م لا نسمع سره أم يحسبون أنا{ملاحظا قوله تعالى :
وكان الله على كل {وقوله تعالى : }بلى ونجواهم
}رقيبا شيئ
1 Surat az-Zukhruf ayat 80 2 Surat al-Ahzab ayat 52
24
Orang-orang yang menginginkan
kasih sayang Tuhan, kabut futuh,
wajib hal tersebut disertai dengan
ketenangan, khawwas,
mengasingkan diri dari perasaan
waspada dan teman duduk, seperti
kucing yang ber-muraqabah atau
merasa waspada (kepada Tuhan-
Nya).
هواطل الإمدادات الإلهية، ومنتظرا ما يريد من
الربانية، ويلازم على ذلك وسحائب الفتوحات
بالسكون ، وجمع الحواس، والغيبوبة عن الخلاس
.]لمطلو بها[والجلاس كالهرة المراقبة
Rasulullah SAW bersabda ketika
ditanya : Apa itu Ihsan? Beliau
menjawab : (Ihsan adalah engkau
menyembah Tuhanmu seakan-akan
engkau melihat-Nya, dan engkau
tidak akan bisa melihatnya tetapi
Dia bisa melihatmu).
حين سئل : ما -صلى الله عليه وسلم-وقد قال
الإحسان أن تعبد ربك كأنك تراه، : (( الإحسان؟ قال
))فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Hadits ini adalah isyarat pada
keadaan muraqabah, ini adalah
sumber semua kebaikan, dan
hampir tidak akan sampai pada
urutan ini kecuali setelah dia
banyak ber-muhasabah, jika dia
ber-muhasabah atas apa yang telah
dilalui serta memperbaiki
هذا الحديث إشارة إلى حال المراقبة، وهذا أصل كل
يصل إلى هذه الرتبة إلا بعد فراغه عن خير، ولا يكاد
سلف وأصلح المحاسبة، فإذا حاسب نفسه على ما
طريق الحق، وأحسن بينه وبين حاله في الوقت، ولازم
ه نفاس، راقب الللأمراعاة القلب، وحفظ مع الله ا الله
25
keadaannya dalam satu waktu,
melewati jalan yang benar,
memperbaiki hubungan dengan
Tuhan-Nya sebagai penjagaan hati,
serta menjaga diri bersama Allah.
Maka Allah akan mengawasi dalam
keadaan apapun, karena Allah
SWT maha mengetahui lagi maha
mengawasi bagi hati hambanya
yang dekat, dia mengetahui
keadaan, melihat segala perbuatan,
serta mendengar segala perkataan.
انه سبح-فيعلم أن الله في عموم أحواله، -تعالى-
عليه رقيب، ومن قلبه قريب، يعلم أحواله، -وتعالى
.ويرى أفعاله، ويسمع أقواله
Seperti beberapa Syekh memiliki
murid, ada yang mengistimewakan
salah satu dari mereka, Syekh
tersebut selalu menemuinya
dibanding murid lain, mereka
bertanya kepadanya karena hal
tersebut : (Saya akan menjelaskan
kepada kalian) dia memberi seekor
burung kepada setiap muridnya dan
berkata : (Sembelihlah dia di
tempat yang tidak ada satupun
orang melihatmu), dan dia
وكان بعض المشايخ له تلامذة، وكان يخص واحدا
بما يقبل على غيره، فقالوا له في منهم بإقباله أكثر
واحد من . فدفع إلى كل)أبين لكم(ذلك، فقال :
. )اذبحه بحيث لا يراك أحد(ائرا وقال : تلامذته ط
طائرا، وأمره بمثل أمرهم به، فمضوا ودفع إلى هذا
وجاء هذا ورجع كل واحد منهم وقد ذبح طائره،
دي فقال : يا سي )هل لا ذبحته؟(بالطائر حيا، وقال :
26
memberikan burung itu, lalu
memerintahkan kepada sang murid
sama seperti dia memerintahkan
yang lain, mereka pergi dan
menyembelih burungnya, lalu sang
murid datang bersama burung yang
masih hidup, Syeikh bertanya :
(Mengapa engkau tidak
menyembelihnya?) dia menjawab :
Hai Tuanku engkau
memerintahkanku untuk
menyembelihnya di tempat yang
tidak ada satupun orang melihatku
akan tetapi aku tidak menemukan
satu tempat pun kecuali Allah
melihatku. Syekh pun berkata :
(Inilah sebabnya aku
mengistemawakannya untuk selalu
menemuiku).
أذبحه بحيث لا يراني أحد ولم أجد موضعا أمرتني أن
.)أخصه بإقبالي عليه لهذا(إلا والحق يراني. فقال :
(Pendapat Imam Dzun Nun al-
Misri tentang Muraqabah)
Beliau berpendapat : (Tanda-tanda
muraqabah adalah mengutamakan
yang diutamakan Allah,
]النون المصري عن المراقبةكلام الإمام ذ و [
علامة المراقبة إيثار (: -رحمه الله-وقال ذون النون
وتعظيم ما عظم الله، وتصغير ما صغر ما آثر الله،
. )الله
27
mengagungkan yang Allah
agungkan, serta mengecilkan yang
Allah kecilkan).
(Pendapat Imam Ja’far bin Nashir
tentang Muraqabah)
Ja’far bin Nashir ditanya tentang
muraqabah dan beliau berpendapat
: (Menjaga sirr untuk menyadari
yang Maha Benar (Allah) dalam
setiap langkah).
]كلام الإمام جعفر بن نصير عن المراقبة[
قال عن المراقبة ف -رحمه الله-وسئل جعفر بن نصير
)السر لملاحظة الحق مع كل خطوة مراعات(:
(Pendapat Imam al-Murta’asy
tentang Muraqabah)
Beliau berpendapat : (Muraqabah
adalah menjaga sirr dengan
menyadari yang Maha Gaib (Allah)
dalam setiap langkah dan kata-
kata).
]كلام الإمام المرتعش عن المراقبة[
المراقبة : مراعات (: -رحمه الله-وقال المرتعش
)الغيب مع كل لحظة ولفظة السر بملاحظة
(Pendapat Imam Ibrahim al-
Khawwash tentang Muraqabah)
]كلام الإمام إبراهيم الخواص عن المراقبة[
28
Beliau berpendapat : (Penjagaan
yang melahirkan muraqabah, baik
muraqabah yang hilangnya
tersembunyi maupun nampak).
المراعات (: -رحمه الله-وقال إبراهيم الخواص
)والمراقبة خلوص السر والعلانية تورث المراقبة
(Pendapat Imam Abu Hafsh tentang
Muraqabah)
Beliau berpendapat : (Jika engkau
duduk bersama manusia, jadilah
penasihat untuk hatimu, dan jangan
sampai engkau terperdaya bersama
mereka, karena mereka akan
mengawasi lahirmu, dan Allah
yang Maha mengawasi batinmu).
]كلام الإمام أبي حفص عن المراقبة[
إذا جالست الناس (: -رحمه الله-وقال أبو حفص
لقلبك، ولا يغرنك اجتماعهم عليك، فكن واعظا
)رقيب باطنك فإنهم يراقبون ظاهرك، والله عز وجل
Bab Kedua :
Macam-macam Muraqabah
Ada banyak (di antaranya):
• Hadis dari Rasulullah
SAW- dengan cara ini,
duduk posisi sila
meletakkan 2 tangannya di
atas 2 lutut, menundukkan
: الفصل الثاني
في أنواعها
: وهي كثيرة
صلى الله عليه -: ما نقل عن رسول الله )منها(
وهي الجلوس مربعا واضع بهذه الكيفية، -وسلم
29
kepala dan melihat pusar
sendiri sambil memejamkan
mata lalu naik ke atas
dengan menyebut nama
Allah sampai ke otak secara
berulang dengan hembusan
nafas sesuai kemampuan,
lalu dia memikirkan dan
memperbarui dirinya
kembali dan seterusnya;
اليدين على الركبتين، وإطراق الرأس والنظر إلى
السرة أخذا من السرة بنفسه مع تغميض عينيه
إلى الدماغ مكررا )الله( صاعدا باسم الذات وهو
مع حبس النفس بحسب الطاقة، ثم يفكر ويجدد
.نفسا آخر، وهلم جرا
• Muraqabah ( ليس كمثله شيئ
2F(وهو السميع البصير
3 (Tidak
ada sesuatu pun yang serupa
dengan Dia. Dan Dia yang
maha melihat lagi maha
mendengar)
Ini merupakan tempat yang tinggi,
muraqabah menyulitkan hal
tersebut, memvisualisasikan
hatimu sebagai dzat nurani, seperti
apa yang disabdakan oleh
وهو السميعيئ ليس كمثله ش{: مراقبة )ومنها(
. }البصير
وهذا مقام عظيم فإن تعسرت مراقبة ذلك فتصور في
صلى الله عليه -نوارانيا، كما ورد عنه قلبك ذاتا
وهذا المقام على طريق التدلي أراه : أنه قال -وسلم
يئ.يشبهه ش أي ليس يشبه شيئا ولا نورانيا
3 Surah asy-Syura ayat 11
30
Rasulullah SAW bahwa : Tempat
ini sebagai jalan di bawah untuk
melihatnya sebagai nurani,
maksudnya tidak menyerupakan
sesuatu dan tidak diserupakan
lainnya;
• Muraqabah al-Aqrabiyah
(lebih dekat), seperti
diisyaratkan dalam firman
Allah: ( ونحن أقرب إليه من
3F( حبل [الوريد]
4 (Kami lebih
dekat kepadanya daripada
urat lehernya).
Maka dengan ayat ini kamu tahu
secara yakin bahwa Allah SWT
lebih dekat denganmu dan darimu,
Dia lebih mengasihimu daripada
dirimu sendiri, serta lebih
memuliakanmu daripada dirimu
sendiri;
قربية، وإليه الإشارة بقوله تعالىأ: مراقبة ال )ومنها(
. ]}الوريد[إليه من حبل ونحن أقرب{:
ليك ع فتعلم يقينا بأن الله أقرب إليك ومنك، وأشفق
.عليك منك منك، وأقدر
4 Surat Qaf ayat 16
31
• Muraqabah al-Ihathah wa
al-Waraiyyah (di dalam dan
di belakang), diisyaratkan
dalam firman Allah: ( والله
Padahal) 5(من ورائهم محيط
Allah mengepung dari
belakang mereka (sehingga
tidak dapat lolos)) serta ( ألا
5F( إنه بكل شيئ محيط
6
(Ingatlah sesungguhnya Dia
maha meliputi segala
sesuatu) Dia maha menjaga
lagi maha nyata bagi semua,
dan tidak ada kebenaran
selain Dia;
: مراقبة الإحاطة والورائية، وإلى ذلك )ومنها(
}والله من ورائهم محيط{ : الإشارة بقوله تعالى
ي هوأ }محيط ئيألا إنه بكل ش{وبقوله تعالى :
الحافظ للجميع، والظاهر للجميع، وليس في
.الحقيقة موجود إلا هو
• Muraqabah al-Ma’iyyah
wa an-Nadzriyyah wa asy-
Syahidiyyah (kebersamaan,
pandangan dan persaksian),
wajib dengan hati (Allah)
: مراقبة المعية والنظرية والشاهدية، بأن )ومنها(
الله شاهد ( )الله ناظر إلي(مع )للها(يلازم بالقلب
.، متفهما معناه)علي
5 Surah al-Buruj ayat 20 6 Surah Fushhilat ayat 54
32
beserta (Allah melihatku)
(Allah saksiku), artinya
sudah difahami;
• Muraqabah an-Nur
(cahaya), diisyaratkan
dalam firman Allah: ( الله
(نور السموات والأرض 6F
7 (Allah
(pemberi) cahaya (kepada)
langit dan bumi)
maksudnya yang menerangi
langit dan bumi sehingga
keduanya ada setelah
berada dalam kegelapan
yang tiada;
: مراقبة النور ، وإلى ذلك الإشارة بقوله )ومنها(
أي }السموات والآرض الله نور{تعالى :
ه فيهما بعد أن كانتا في ظلمةمنورهما بظهور
.العدم
• Muraqabah al-Ilahiyyah
(Tuhan), diisyaratkan
dalam firman Allah: ( وهو
الذي في السماء إله وفي الأرض
: مراقبة الإليهية، وإليها الإشارة بقوله )ومنها(
السماء إله وفي الآرض وهو الذي في{تعالى
وفي الآرض على ] السماء[هو معبود في }إله
7 Surah an-Nur ayat 35
33
Dan Dialah Tuhan) 8(إله
(yang disembah) di langit
dan Tuhan (yang disembah)
di bumi) Dialah yang
disembah (di langit) serta di
bumi sebagai jalan yang
benar, tidak ada yang
disembah selain Dia Allah
SWT;
جل -الحقيقة، ولا يستحق العبادة غيره طريق
.-وعلا
• Muraqabah al-Qabliyyah
wa al-Ba’diyyah (sebelum
dan sesudah), diisyaratkan
dalam firman Allah: ( لله
(الأمر من قبل ومن بعد 8F
9 (Bagi
Allah-lah urusan sebelum
dan sesudah (mereka
menang))
Maksudnya Tuhan melakukan
perintahnya dalam penciptaan
makhluk baik yang terdahulu
maupun sekarang : Karena tidak
ة عدية، وإليها الإشار: مراقبة القبلية والب )ومنها(
. }الآمر من قبل ومن بعد لله{ بقوله تعالى :
أي لله تنفيذ أمره في اختراعه هذه المخلوقات قديما
.ليس إلا هو أولا وآخرا أو حديثا؛ لأنه
8 Surah az-Zukhruf ayat 84 9 Surah ar-Rum ayat 4
34
ada yang Maha mengawali dan
mengakhiri selain Dia;
• Muraqabah Fanaih wa
‘Adamih (sementara dan
tiada), Dia yang mengawali
ketiadaan sehingga akan
seperti itu, menyadari
firman Allah SWT: ( إنك
(ميت 9F
10 (Sesungguhnya
engkau (Muhammad) akan
mati) maka dia akan
memelihara dirinya sendiri
dan tidak akan terbiasa
dengan muraqabah;
: مراقبة فنائه وعدمه، وأنه أوله عدم )ومنها(
إنك{ويلاحظ قوله تعالى : وسصير إلى ذلك،
.فينفر عن نفسه ولا يألفها }يتم
• Muraqabah (Fana)
(sementara) Allah tidak ada
di dunia maupun akhirat,
mereka adalah orang-orang
lemah tentang memberi
manfaat bagi diri mereka
خرة، غيره الله حالا أي )فناء(: مراقبة )ومنها(
وأنهم عاجزون عن نفع الآخرة, الدنيا ومآلا أي
أنفسهم فكيف ينفعون غيرهم؟! فلا يعتمد على
أحد، ولا يعول على غير الله في سائر أموره،
10 Surah az-Zumar ayat 30
35
lalu bagaimana bisa
memberi manfaat untuk
orang lain?! Maka mereka
harus berpegang pada satu,
dan tidak dalam segala
urusan, menyadari maqam
ini Allah SWT berfirman:
Dan mereka) 11(وإنهم ميتون)
akan mati pula) ( كل من
فان ويبقى –أي الأرض –عليها
12(وجه ربك ذواالجلال والإكرام
(Semua yang ada di bumi
itu akan binasa – Tetapi
wajah Tuhanmu yang
memiliki kebesaran dan
kemuliaan tetap kekal) serta
يأيها الناس أنتم الفقراء إلى )
(الله 12F
13 (Wahai manusia!
}وإنهم ميتون{ : ويلاحظ هذا المقام قوله تعالى
-أي الآرض-كل من عليها {. وقوله تعالى :
. }الجلال والإكرام ربك ذو فان ويبقى وجه
}للها يا أيها الناس أنتم الفقراء إلى{وقوله تعالى :
11 Surah az-Zumar ayat 30 12 Surah ar-Rahman ayat 26-27 13 Surat Fathir ayat 15
36
Kamulah yang memerlukan
Allah);
• Muraqabah al-Iqrar, Allah
berfirman : ( ألست بربكم
13F(قالوا بلى
14 (“Bukankah aku
ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab “Betul (Engkau
Tuhan kami”)).
ى : ل: مراقبة الإقرار، وهي مراقبة قوله تعا )ومنها(
}بلى ألست بربكم قالوا{
(Muraqabah itu Umumnya
Mewiridkan Ism adz-Dzat (Allah))
Cara-cara ini merupakan cabang
dari zikir pokok yang diajarkan
Rasulullah SAW yang mulia – yaitu
dengan menyibukkan Ism adz-
Dzat, karena ism adz-dzat adalah
pokok, dan merupakan wirid pokok
muraqabah, di sini itba’ kepada
nabi adalah suatu hal yang penting,
serta dinukil dari kebanyakan para
pemimpin thariqah seperti Abu
Yazid al-Bustomi merupakan
]المراقبة تكون باسم الذات غالبا[
وهذه الكيفيات متفرعة عن الآصل المتقدم المشروع
-صلى الله عليه وسلم وشرف وكرم-عن رسول الله
وهي الواردة أي باشتغال اسم الذات، إذ هي الآصل،
الاتباع شأن عظيم، وقد نقل في أصل المراقبة، وفي
ي سادات الطريقة كأبي يزيد البسطام عن غالب
.اباسم الذات غالب المراقبة كانت سلطان العارفين أن
14 Surah al-‘Araf ayat 172
37
sultan arifin (rajanya para ahli
ma’rifat) yang menegaskan bahwa
muraqabah ada umumnya dengan
mwewiridkan ism adz-dzat.
(Manfaat: Cara Penggunaan Ism
adz-Dzat)
(Manfaat) cara penggunaan ism
adz-dzat dan cara paling cepat
untuk membuka, caranya dengan
menutup gigi dan kedua bibirnya,
lalu memukul lisannya pada atap
tenggorokan dengan membaca:
(Allah Allah) maka ketika
melakukan hal tersebut dengan
membalikkan zikir tersebut sampai
masuk ke dalam hati, dan ketika
hati sibuk dengan dzikir maka akan
menghasilkan kefanaan dalam apa
yang disebut, dan yang demikian
ini terus menerus dari satu tempat
ke tempat lain. Masya Allah.
]فائدة : في كيفية استعمال اسم الذات[
: في كيفية استعمال اسم الذات وهو أسرع )فائدة(
يطبق أسنانه وشفتيه، ويضرب بلسانه للفتح، وهو أن
فعند ملازمة ذلك )الله الله(في سقف حلقه قائلا :
ينقلب الذكر إلى داخل القلب، فإذا اشتغل القلب
حصل الفناء في المذكور ، وهكذا لم يزل من بالذكر
.مقام إلى مقام إلى ما شاء الله
38
Sebagian besar para ahli hakikat -
yang semoga Allah mensucikan
sirr-nya- berpendapat : Siapa yang
ingin berdzikir dengan ism adz-dzat
hendaknya ia mengucap (Allah
Allah) selama 7 hari di dalam hati
bukan dalam lisan, dan hendaknya
ia tidak melihat sesuau kecuali
Allah, dan dia akan ditampakkan
beberapa keajaiban yang bersifat
rahasia berupa ruh para malaikat,
nabi, aulia, budala, dll, kemudian
dia melanjutkannya selama 7 hari
berikutnya maka ia akan
ditampakkan baginya keajaiban
alam malakut a’la, lalu jika sampai
40 hari akan ditampakkan baginya
beberapa karamah, serta diberikan
beberapa kemampuan untuk
melakukan sesuatu di alam ini.
-قدس الله أسرارهم-كابر من المحققين لأقال بعض ا
باسم الذات بأن يقول الذاكر سبعة : من أراد الذكر
ى اللسان، ولا ير دائما في القلب دون )الله الله(أيام :
ياء نبأرواح والملائكة واللأشيئا إلا الله، فتظهر له ا
م سرار، ثلأوالبدلاء وغير ذلك من عجائب ا والآولياء
أظهر له عجائب دام على ذلك سبعة أيام أخر
على، فإن بلغ أربعين يوما أظهر له لأالملكوت ا
.وأعطاه التصرفات في الموجودات الكرامات،
(Jumlah Hijab dalam Diri Manusia)
Ketahuilah bahwa hijab dalam diri
manusia ada 70.000, yang
disebutkan Rasulullah SAW ada
]عدد الحجب في باطن الإنسان[
اعلم أن الحجب في باطن الإنسان سبعون ألفا ذكرها
عشرة آلاف منها -صلى الله عليه وسلم - رسول الله
39
10.000 di antaranya : 10.000 yang
terletak di lathifah qalibiyah,
10.000 yang terletak di lathifah
nafsiyah, 10.000 terletak di lathifah
qalbiyyah, 10.000 terletak di
lathifah ruhiyyah, 10.000 terletak
di lathifah sirriyah, 10.000 terletak
di lathifah khafiyyah, 10.000
terletak di lathifah haqiqah.
عة في وعشرة آلاف مود القالبية،: مستكنة في اللطيفة
اللطيفة النفسية، وعشرة آلاف مودعة في اللطيفة
القلبية، وعشرة آلاف مودعة في اللطيفة الروحية،
السرية، وعشرة آلاف وعشرة آلاف في اللطيفة
مدرجة في اللطيفة الخفية، وعشرة آلاف موجودة في
.اللطيفة الحقيقة
(Macam-macam Warna Hijab)
Para wali Allah mutaakhirin
menyusun warna hijab, maka
mereka menjadikan warna setiap
cahaya menyelimuti lathifah dari
lathifah 7, maka warna cahaya
lathifah qalibiyah adalah abu pekat,
warna cahaya lathifah nafsiyyah
adalah biru jernih, warna cahaya
lathifah qalbiyyah adalah merah
nyata, warna cahaya lathifah
ruhiyyah adalah kuning cerah,
warna cahaya lathifah sirriyyah
adalah putih murni, warna cahaya
]أنواع ألوان الحجب[
وقد رتبها ركن الملة والدين من المتأخرين فجعل لون
اللطيفة من اللطائف السبع، فلون نور كل نور ستر
ية زرقة اللطيفة النفس اللطيفة القالبية دخان كدر، ولون
لون و صافية، ولون نور اللطيفة القلبية أحمر عقيقي،
ة دقيق، ولون نور اللطيفنور اللطيفة الروحية أصفر
صاف، ولون نور اللطيفة الخفية أسود السرية أبيض
40
lathifah khafiyyah adalah hitam
mengkilap yang turun dari atas
kepala, dan warna lathifah haqiqah
adalah hijau jernih.
قة نور اللطيفة الحقي براق ينزل من فوق الرأس، ولون
.حضرة صافية
Apabila seorang murid yang jujur
ber-tawajuh ke dalam hadirat Ilahi,
lalu dia menyibukkan dirinya
dalam riadah dan mujahadah
sesuai dengan sunnah dan
mutaba’ah Nabi, dan selalu
berdzikir dan ber-muraqabah
sesuai dengan petunjuk syekh
mursyid maka akan disingkapkan
rahasia alam mulk dan malakut, dan
akan disingkapkan semua hijab
yang telah disebut di atas sesuai
dengan izin Allah.
فإذا توجه الطالب الصادق إلى الحضرة الإلهية وبنا
الرياضة والمجاهدة على وجه السنة أمره على
شيخ مرشد والمتابعة، وداوم الذكر والمراقبة بإشارة
يعبر سره على الملك والملكوت، ويقطع جميع
.بإذن الله تعالى الحجب المذكور
(Di antara Muraqabah) : Juga
terdapat tempat lain yaitu
muraqabah Rasulullah SAW dalam
membenarkan apa yang diberikan
Allah SWT kepadanya, mengikuti
jalannya, menghidupkan sunnah,
serta cintanya kepada Tuhan,
sahabat, dan para pengikutnya.
راقبة سيدنا : أيضا مقام آخر وهي م )ومن المراقبة(
ما في التصديق ب -الله عليه وسلم صلى-رسول الله
ه سنته، وحب جاء به عن الله، واتباع طريقه، وإحياء
.وحب آله وأصحابه وأتباعه
41
Ada juga :
• Muraqabah Mursyid yaitu
seorang murid mengetahui
secara yakin bahwa Allah
maha memberi mukasyafah
dalam dirinya, dan Allah
lebih mengetahui apa yang
akan kamu perbaiki, maka
letakkanlah dirimu di antara
tangannya seperti mayat di
tangan orang yang
memandikan, kamu
melakukan apa yang
diperintahkannya, dan
kamu meninggalkan apa
yang dilarang secara
mutlak;
: مراقبة المرشد بأن يعلم يقينا أن الله رزقه )ومنها(
باطنه، وأن الله أعلم بما يصلحك، المكاشفة على
، وتفعل ما الغاسل فتلقى نفسك بين يديه كالميت بين
.أمرك به، وتترك ما نهاك عنه مطلقا
• Muraqabah Tilawah al-
Qur’an yaitu membaca
Qur’an dalam keadaan suci,
khusyuk, meresapi artinya,
melagukan dan beretika
ketika mendengar dan
membaca, seakan-akan
: مراقبة تلاوة القرآن، فتقرأه على طهارة )ومنها(
معانيه، مرتلا متأدبا عند سماعه وقراءته، خاشعا متأملا
سيدنا رسول الله خك، أو علىكأنك تقرأه على شي
عليه-، أو على سيدنا جبريل -صلى الله عليه وسلم-
42
engkau membaca di
hadapan gurumu atau di
hadapan Rasulullah SAW,
atau malaikat Jibril AS, atau
Tuhan yang memiliki
derajat paling tinggi
barangsiapa yang
memperolehnya maka akan
memiliki semua yang dicari
dan diinginkan, rahmat
Allah dikhususkan kepada
yang dia kehendaki, sang
pemilik keutamaan agung.
، أو من رب العزة وهي الدرجة العليا التي من -السلام
مطلوب ومرغوب، يختص نالها حصل لديه كل
.برحمته من يشاء، والله ذو الفضل العظيم
Bab Ketiga :
Manfaat Muraqabah
Ada banyak (di antaranya) :
• Menjadi (sebab) giat dan
motivasi dalam beribadah;
• Keterasingan terhadap
makhluk;
• Tidak ada gambaran riya’:
karena ketika dia dilihat
orang lain, dia dikira
: الفصل الثالث
في فوائدها
: وهي كثيرة
النشاط في العبادة، وباعثة ]سبب[: أنها تكون )منها(
.عليها
.: غيبوبة صاحبها عن المخلوقين )ومنها(
43
sebagai orang yang
mengantuk;
• Mempercepat futuh atas apa
yang dimilikinya;
• Mendapatkan apa yang
dimaksud dalam waktu
cepat atau lambat;
Dan lain sebagainya masih banyak
lagi manfaatnya.
نه ه غيره ظأ: عدم تصور الرياء فيها؛ لأنه لو ر )ومنها(
.ناعسا
.: سرعة الفتح على صاحبها )ومنها(
إلى غير .: حصول المقصود له عاجلا وآجلا )ومنها(
.ذلك من الفوائد العظيمة
Al-Jarir berkata : (Siapa yang tidak
memiliki takwa dan muraqabah di
antara dia dan Allah, maka dia tidak
akan sampai pada tingkat kasyf dan
musyahadah).
من لم يحكم بينه وبين (: -رحمه الله-قال الجريري
والمراقبة لم يصل إلى الكشف الله التقوى
.)والمشاهدة
Ibnu ‘Atha ditanya : Apa
keutamaan taat? Lalu dia menjawab
: (Muraqabah pada Tuhan dalam
setiap waktu).
: ما أفضل الطاعات؟ -رحمه الله-وسئل ابن عطاء
).وقاتلأالحق على دوام ا مراقبة(فقال :
Abu Utsman al-Maghribi berkata :
(Yang paling utama yang
diwajibkan bagi manusia adalah
muhasabah dan muraqabah).
أفضل ما (: -رحمه الله-وقال أبو عثمان المغربي
.)نفسه المحاسبة والمراقبة يلزم الإنسان
44
An-Nashrabad berkata : ((raja’) itu
menjadikanmu mencintai ketaatan,
(khauf) itu menjauhkanmu dari
maksiat, dan muraqabah itu
menuntunmu pada jalan hakikat,
Allah maha pemilik taufiq).
يحبك إلى الطاعات، ]الرجاء([وقال النصرابادي :
ى ؤديك إلتيبعدك عن المعاصي، والمراقبة والخوف
)التوفيق طرق الحقائق، والله ولي
Bab Keempat :
Mengenali Cahaya yang
Diterima Orang yang ber-
Muraqabah dan ber-Dzikir
Cahaya itu terbagi menjadi 4
macam : putih, hijau, merah, dan
kuning pada umumnya, terkadang
ada juga yang lain.
: الفصل الرابع
في معرفة الأنوار الواردة على المراقبين والذاكرين
نوار على أربعة أقسام : أبيض، وأخضر، وأحمر، أوال
.وقد يكون غير ذلك وأصفر غالبا،
Terkadang munculnya dari arah
kanan terhubung ke bahu, maka dia
akan tahu bahwa itu dari malaikat
pencatat kebaikan.
وظهوره تارة يكون من جهة اليمين متصلا بالكتف،
.الملك كاتب الحسنات فيعلم أنه من
Dan terkadang munculnya dari arah
kanan tidak terhubung ke bahu,
maka dia tahu bahwa dari gurunya.
وتارة يكون من جهة اليمين غير متصل بالكتف، فيعلم
.الشيخ أنه من
45
Terkadang dari arah depan, maka
dia akan tahu bahwa dari cahaya
Nabi Muhammad SAW.
وتارة يكون من جهة الإمام، فيعلم أنه من نور سيدنا
.-الله عليه وسلم صلى-محمد
Terkadang dari arah kiri terhubung
dengan bahu, dia akan tahu bahwa
dari sang malaikat pencatat
keburukan, jika dari arah kiri tidak
terhubung dengan bahu maka itu
dari tipuan Iblis.
وتارة يكون من جهة اليسار متصلا بالكتف، فيعلم أنه
إن كان من جهة اليسار كاتب السيئات، و من الملك
.إبليس غير متصل بالكتف فهو من تلبيس
Terkadang pula munculnya dari
sosok berlebihan dari arah kiri
maka dia juga adalah tipuan Iblis.
وتارة تكون صورة متعدية من جهة اليسار فهو أيضا
.إبليس من تلبيس
Terkadang munculnya dari atas
kepala dan dari belakang punggung
maka dia adalah malaikat yang
menaungi orang yang berdzikir.
وتارة تكون من فوق الرأس ومن وراء الظهر فهو من
.بالذاكرين الملائكة الحافين
Terkadang dari selain arah yang
disebutkan maka dia terkejut
sehingga hatinya tidak hadir setelah
pergi maka dia adalah hiasan Iblis,
jika hatinya masih hadir dengan
rasa rindu maka itulah tujuannya
yang dicari kepada Allah SWT.
وتارة تكون من غير جهة فتقع الدهشة وعدم الحضور
فهو من تلبيس إبليس، وإن بقي الحضور بعد ذهابه
.بأنه من الله عظملأوالشوق بعد فهو المقصود ا
46
Terkadang dari atas dada dan pusar
maka dia bagian dari tipuan Iblis
juga.
وتارة تكون من فوق الصدر والسرة فهو من تلبيس
.وتارة تكون من فوق القلب فهو الروح .إبليس أيضا
Terkadang dari atas hati maka dia
adalah ruh. الروح. وتارة تكون من فوق القلب فهو
Terkadang dari arah matahari atau
ujung arah kanan tenggorokan,
maka dia adalah bagian ruh yang
paling besar.
وتارة تكون من طريق الشمس أي طرف المنحر
.عظملأا يمن فهو من الروحلأا
Terkadang dari arah bulan atau
ujung arah kiri rongga hidung,
maka dia adalah bagian cahaya
bersihnya hati, dll.
ر يسلأوتارة تكون من طريق القمر أي طرف الخشوم ا
.نوارلأصفاء القلب، إلى غير ذلك من ا فهو من نور
(Hendaknya Orang Salik Tidak
Berpuas Diri Jika Ada Cahaya
yang Muncul Padanya)
Seharusnya orang salik tidak
mudah berpuas diri, tidak mudah
berhenti, dan tidak mudah
menghiraukannya, karena tajalli
ilahiyyah dan futuh rabbaniyyah
tidak akan ada habisnya, akan tetapi
wajib baginya untuk terus berusaha
]ينبغي للسالك أن لا يقنع بورود النور عليه[
لكن ينبغي للسالك أن لا يقنع بذلك، ولا يقف عنده،
إليه؛ لأن التجليات الإلهية والفتوحات ولا يلتفت
طلب أن يسعى في الربانية لا نهاية لها، بل يجب عليه
.طلوبمالزيادة حتى يظفر بال
47
mencari peningkatan sampai
terpenuhi apa yang dicari (Allah).
(Penutup)
Ya Allah, aku memohon kepadamu
cahaya, bimbingan serta adab
dalam berprilaku, aku berlindung
kepadamu dari kejahatan yang
dapat menghalangiku denganmu,
dan dari setiap tempat yang
menjauhkanku darimu, ya Allah
muliakanlah diriku dengan cahaya
pensucianmu, serta kuatkanlah
diriku dengan munculnya kekuatan
raja (ibadah). Karena aku
mengenalmu dengan ma’rifah serta
engkau yang memberikan hikmah,
wahai Tuhan pemilik kebaikan dan
keutamaan.
]خاتمة[
داب في الاقتداء، اللهم إني أسالك النور والهدى والأ
وكل مبعد شر كل قاطع يقطعني عنك، وأعوذ بك من
أنوار قدسك، يبعدني منك، اللهم أكرمني بشهود
، وعرفني إياك ]أنسك[ وأيدني بظهور سطوة سلطان
تامة، وارزقني منك حكمة عامة، يا ذا الجود معرفة
.والامتنان والحسان، ويا ذا الفضل
Semoga Allah memberikan
shalawat kepada baginda kita
Muhammad, keluarga dan
sahabatnya.
وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم
والحمد لله رب العالمين
تمت
48
Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam
Selesai.
Recommended