View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Skripsi
KANDUNGAN NUTRISI LIMBAH AMPAS KELAPA
TERFERMENTASI ENZIM BROMELIN
SEBAGAI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
FIRMAN
10594089514
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
I
KANDUNGAN NUTRISI LIMBAH AMPAS KELAPA HASIL
FERMENTASI MENGGUNAKAN ENZIM BROMELIN
SEBAGAI PAKAN IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)
FIRMAN
10594089514
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
Pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Kandungan Nutrisi Limbah Ampas Kelapa Hasil
Fermentasi Menggunakan Enzim Bromelin sebagai
Pakan Ikan Nila ( Oreochromis niloticus)
Nama : Firman
Stambuk : 10594089514
Jurusan : BudidayaPerairan
Fakultas : Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar
Makassar, 9 Februari 2021
Disetujui
Komisi Pembimbing:
Pembimbing I Pembimbing II,
Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. Nur Insana Salam, S.Pi., M.Si.
NIDN : 0926036803 NIDN: 0904038504
Mengetahui:
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Pertanian, Budidaya Perairan,
Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P Dr. Ir. Hj Andi Khaeriyah,M.Pd.
NIDN : 0912066901 NIDN : 0926036803
iii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Kandungan Nutrisi Limbah Ampas Kelapa Hasil
Fermentasi Menggunakan Enzim Bromelin sebagai
Pakan Ikan Nila ( Oreochromis niloticus)
Nama : Firman
Stambuk : 10594089514
Jurusan : BudidayaPerairan
Fakultas : Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar
SUSUNAN KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. (……………………………)
Ketua sidang
2. Nur Insana Salam, S.Pi., M.Si. (…………………………....)
Sekretaris
3. Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. (……………………………)
Anggota
4. Dr. Murni, S.Pi., M.Si (……………………………)
Anggota
Tannggal Lulus : 8 Maret 2021
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kandungan Nutrisi
Limbah Ampas Kelapa Hasil Fermentasi Menggunakan Enzim Bromelin
sebagai Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah benar hasil karya saya
yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, 9 Febuari 2021
Firman
10594089514
v
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2020
Hak Cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tampa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan, karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk laporan apapun tampa izin Unismuh Makassar.
vi
ABSTRAK
Firman, 10594089514, Kandungan Nutrisi Limbah Ampas Kelapa Hasil
Fermentasi Menggunakan Enzim Bromelin sebagai Pakan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Dibimbing oleh Khaeriyah dan Nur Insana Salam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi ampas kelapa di
fermentasi dengan enzim bromelin terhadap kandungan nutrisi pakan pada ikan
nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini dilakukan pada bulan september
sampai oktober 2020. Proses fermentasi dilakukan di Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar, Analisis kimia dilakukan di Laboratorium
Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Rancangan percobaan
yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan deskriftif yang bertujuan
untuk membandingkan perubahan kandungan nutrisi yang terdapat pada ampas
kelapa yang terfermentasi dengan enzim bromelin dengan dosis masing masing
perlakuan yaitu, Perlakuan A tanpa enzim bromelin, Perlakuan B diberi enzim
bromelin 1,5 ml/100g, Perlakuan C diberi enzim bromelin 1,75 ml/100g,
Perlakuan D diberi enzim bromelin 2,0 ml/100g. Berdasarkan dari hasil analisa,
ampas kelapa dapat dijadikan sebagai bahan pakan ikan dengan penambahan
ekstrak enzim bromelin dari bonggol nanas sebagai fermentator alami untuk
meningkatkan nilai kandungan nutrisi bahan pakan ikan nila.
Kata Kunci : Ampas kelapa, Fermentasi, Enzim Bromelin, Ikan Nila
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamduliilah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan
semesta alam.Hanya kepada-Nya penulis menyerahkan diri dan menumpahkan
harapan, semoga segala aktivitas dan praduktivitas penulis mendapatkan limpahan
rahmat dari Allah SWT. Rasa syukur juga dipanjatkan oleh penulis atas berkat
Rahmat, Hidayah serta Kasih Sayang Allah jualah telah memberi banyak nikmat,
kesehatan, dan petunjuk serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan Judul “Kandungan Nutrisi Limbah Ampas Kelapa
Hasil Fermentasi Menggunakan Enzim Bromelin sebagai Pakan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)” Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk
memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tampa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Kepada kedua orang tua saya yang telah membesarkan, mendidik dan
mendoakan penulis tiada henti, semoga Allah senantiasa melimpahkan
kesehatan, kekuatan dan kebahagiaan dunia wal akhirat, Aamiin.
2. Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd, selaku pembimbing I dan Nur Insana
Salam, S.Pi., M.Si.. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan
viii
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
3. Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. selaku penguji I dan Dr. Murni, S.Pi., M.Si.
selaku penguji II yang memberikan masukan dan saran guna
kesempurnaan skripsi ini.
4. Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Ibu Dr, Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. selaku Prodi Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar yang
telah memfasilitasi dan memberikan izin melaksanakan penelitian sehingga
penelitian ini dapat terlaksana dengan baik lancar.
7. Ucapan terimah kasih juga Penulis Sampaikan kepada teman-teman terkhusus
kepada teman teman angkatan 014 budidaya perairan atas bantuan kerja
samanya.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 9 Februari 2021
Firman
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGATAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila 4
2.2. Pakan 5
2.3. Enzim 6
2.4. Enzim Bromelin 8
III. METODE PENELITIAN 12
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 12
3.2. Prosedur Penelitian 12
3.2.1 Pembuatan Enzim Bromelin 12
3.2.2 FermentasiAmpasKelapa 13
3.3. RancanganPercobaan 13
3.4. Parameter Uji 13
3.5. Analisis Data 14
x
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16
4.1. hasil dan pembahasan uji proximat 16
V. PENUTUP 24
5.1. Kesimpulan 24
5.2. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 4
2. Buah Nanas yang Digunakan dalam Penelitian 11
3. Alur Pembuatan Enzim Bromelin 11
4. Grafik Hasil Uji Proksimat Ampas Kelapa yang Belum
Difermentasi dengan penambahan Enzim Beomelin 16
5. Grafik Hasil Uji Proksimat dengan Parameter Kadar Air pada Ampas
Kelapa Setelah Difermentasi Dengan Menambahkan Enzim Bromelin 17
6. Grafik Hasil Uji Proksimat dengan Parameter Kadar Abu pada Ampas
Kelapa Setelah Difermentasi Dengan Menambahkan Enzim Bromelin. 18
7. Grafik Hasil Uji Proksimat dengan Parameter Protein Kasar
pada Ampas Kelapa Setelah Difermentasi dengan Menambahkan
Enzim Bromelin. 20
8. Grafik Hasil Uji Proksimat dengan Parameter Lemak Kasar
pada Ampas Kelapa Setelah Difermentasi dengan Menambahkan
Enzim Bromelin. 21
9. Grafik Hasil Uji Proksimat dengan Parameter Serat Kasar pada
Ampas Kelapa Setelah Difermentasi dengan Menambahkan
Enzim Bromelin. 22
10. Grafik Hasil Uji Proksimat Ampas Kelapa Yang Telah Difermentasi
dengan Menambahkan Enzim Bromelin dengan Dosis yang
Berbeda pada Setiap Perlakuan. 23
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ampas kelapa merupakan limbah industri pengolahan kelapa yang
mempunyai tingkat cukup tinggi sebagai bahan pakan cara untuk dijadikan
sebagai bahan baku pakan ikan, produksi kelapa di Indonesia mencapai 19,5
miliar butir per tahun atau setara dengan 12,02 miliar ton daging kelapa per tahun.
Setiap pengolahan 100 kg daging kelapa untuk pembuatan minyak murni
dihasilkan 19,5 kg ampas kelapa (Aldimas dkk, 2014), untuk itu dalam beberapa
penelitian ampas kelapa kerap dimanfaatkan menjadi salah satu sumber nabati
pakan ternak, namun belum banyak digunakan sebagai pakan ikan.
Pemanfaatan ampas kelapa sebagai bahan pakan ikan terkendala pada
rendahnya kandungan protein dan tingginya kandungan serat kasar. Berdasarkan
penelitian Puri (2011) menyatakan bahwa isi nutrisi ampas kelapa terdiri dari
karbohidrat 23,77. llemak 9,44%, air 13,35%, abu 5,92% , protein 5,09%, dan
serat kasar 30,40%, kemudian pemakaian serat dalam pakan ikan sebaiknya tsak
melebihi 8% agar compositions pencernaan serapan zat-zat makanan memadai
(Mudjiman, 2004), dan penggunaan protein untuk ikan herbivora 15-25% untuk
memberikan pertumbuhan yang ideal (Usman et al., 2018)
Usaha peningkatan kandungan zat protein menurunkan isi serat parah
terhadap tepung kelapa, dijalankan melalui pkedekatan teknologi fermentasi
memakai bromelin, Nur et al., 2017, karena ekstrak nenas yang mengandung
bromelin dapat mensintesis enzim, diantaranya enzim selulosa dan enzim
protease. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian terdahulu oleh Surahman Nur et
2
al,. 2017 aktifitas Enzim Bromelin terhadap pencapaian asam amino terigu ampas
kelapa dann konsentrasi 10.%,15%,20%,25.% berpengaruh fakta kepada
pencapaian protein ampas kelapa dimana konsentrasi 25% mengasihi protein
terlarut banyak. Enzim sellulose diharapkan mampu merombak dan
merenggangkan ikatan lignisellulose dan lignihemisellulose, sehingga ampas
kelapa dapat lebih mudah dicerna (Haryanto, 2000). Sedangkan enzim bromelin
dapat meningkatkan kandungan protein ampas kelapa melalui hidrolisis protein
menjadi senyawa sederhana dalam bentuk asam amino Surahman et al 2017.
1.2. fungsi dan manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam memilih dosis fermentasi optimal bromelin
tkepada kandungan nutrisi ampas kelapa sebagai pakan ikan nila guna
menemukan pakan alternative untuk ikan nila (Oreochromis niloticus). Selain itu,
terhadap informasi kepada subjek budidaya tentang kandungan fungsi kotoran
rumah tangga dalamm ini ampas kelapa.
3
II. KAJIAN TEORI
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Nila
Secara sistematisnya ikan nila ini dapat diklasifikasi dan taksonomikan
sebagai berikut :
Menurut Saanin, 1984 ikan nila ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichyes
Sub Kelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
4
Definisi ikan nila (Oreochromis niloticus) pendaapat Saanin (1968),
memiliki ciri model badan dan sirip ekor, punggung lebih tinggi, tubuh bulat
pipih, didapatkan garis lurus (vertikal). Ikan Nila (Oreochormis niloticus) bisa
hidup di air tawarr mereka memiliki ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada
dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. ikan mempunyai 5
buah Sirip, yakni punggung sirip (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut
(ventral fin), sirip anal (anal fin), sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya
panjang dari Sebagian tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Ada sepasang
sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu
buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya 1 buah
dengan berbentuk bundar.
2.2. Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila
Asumsi pola makan yang diinginkan oleh ikan, khususnya protein, pati,
dan lemak. Makanan yang tidak tepat dapat mempengaruhi peningkatan, misalnya
sedikit protein membuat ikan menggunakan hotspot protein hanya untuk peran
dasar dan sedikit untuk kemajuan. Kandungan protein yang melimpah, membuat
protein terbuang percuma dan menyebabkan bertambahnya kandungan garam
yang tercium di dalam air. Kebutuhan pakan ikan akan terpenuhi dengan adanya
protein dalam pakan. Protein adalah kompleks yang terdiri dari asam amino
fundamental yang merupakan campuran sub-atom yang mengandung amino (-
NH2) dan karboksil (- CO2H) dan pertemuan praktis yang tidak penting (NRC,
1993). Zat karbohidrat merupakan kumpulan alami terbesar yang terdapat pada
tumbuhan, terdiri dari komponen-komponen. Cn (H2O) n dan karbohidrat adalah
5
salah satu segmen yang berperan sebagai sumber energi untuk ikan dan secara
hemat mempengaruhi protein. Gula pecah lebih cepat dalam cairan dan dapat
digunakan sebagai pasta untuk meningkatkan kepadatan pakan. Tidak adanya
karbohidrat dan lemak dapat menyebabkan kemajuan terhambat karena ikan
menggunakan protein untuk sumber bahan bakar lemak dan karbohidrat yang
seharusnya menjadi sumber bahan bakar. Kebutuhan karbohidrat yang memiliki
batasan tinggi dan pergerakan senyawa amilase pada ikan nila akan
mempengaruhi peningkatan daya serap pati (Pascual, 2009). Zat lemak merupakan
senyawa alami yang mengandung komponen karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O) sebagai komponen fundamental. Beberapa di antaranya mengandung
nitrogen dan fosfor. Lemak berharga sebagai sumber energi dalam latihan dan
membuat perbedaan. Sesuai dengan kebutuhan pengembangan ikan nila, dapat
ditemukan di tabel. Aksesibilitas pakan yang baik untuk perkembangan ikan nila
harus memiliki pilihan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan ikan. Bagian dari
kebutuhan sehat pada ikan setara dengan hewan lain, yang berperan dalam
struktur fisiologis dan biokimia dari aktivitas sehari-hari, termasuk (O-fish, 2007):
a. Protein
Protein diperlukan ikan dalam memelihara sel-sel tubuh, mengganti jaringan
tubuh yang rusak, pembentukan jaringan, dan dapat dijadikan sebagaisumber
energi cadangan, kebutuhan protein ikan menurut (Hepher, 1990) pada umumnya
berkisar 35 – 50 %. Kebutuhan protein ikan karnivora 40-50% dan omnivore 25-
35% (craig and Helfrich, 2002). Kebutuhan protein masing-masing jenis ikan
berbeda-beda, dimana dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran ikan,
6
kualitas air, jumlah pakan yang dimakan ikan , ketersediaan dan kualitas pakan
serta kualitas protein (Kordi, 2004). Pada umumnya ilkan membutuhkan ikan
membutuhkan makanan yang kadar proteinnya berkisar antara 20 – 50 %, apabila
protein dalam pakan kurang dari 6 persen maka ikan tidak dapat tumbuh
(Mujiman 2004).
b. Lemak
Lemak adalah sumber utama energi dalam pencernaan, menjaga bentuk dan
kapasitas lapisan atau jaringan sel yang penting untuk organ tertentu, membantu
dalam retensi nutrisi, menjaga tubuh tetap ringan, dan berfungsi sebagai agen
pencegahan kanker ( Sahwan 2002). Lemak dalam pakan memiliki tugas penting
untuk dilakukan, karena berfungsi sebagai sumber energi dan lemak tak jenuh
yang mendasar. Dari hasil survey, diketahui bahwa sumber lemak yang tinggi
terdapat pada bungkil kelapa 24,7% , Sebagian besar ikan membutuhkan pakan
dengan kandungan lemak antara 4-8% (Afrianto & Liviawaty,2005). Menurut
Mudjiman (2004), kebutuhan lemak untuk ikan air tawar berkisar 4-8%. Dan
menurut standar makanan ikan minimal 3%. Menurut Sucipto & Prihartono
(2007), pertumbuhan ikan nila akan terlihat baik apabila diberi pakan dengan
komposisi nutrisi pakan yang seimbang, dimana didalamnya terdapat protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan serat.
c. Karnohidrat
terdapat sumber energi yang sebagian besar diciptakan oleh tumbuhan melalui
siklus fotosintesis (Sahwan, 2002). Kebutuhan ikan akan pati sangat tergantung
pada jenis ikannya. Ikan pemakan daging mengantisipasi pengurangan pati 9%,
7
ikan omnivora membutuhkan karbohidrat hingga 18,6% dan ikan herbivora
membutuhkan lebih banyak karbohidrat, mencapai 61% (Mujiman, 1989).
Sebelumnya, karbohidrat diet adalah polisakarida, disakarida, dan monosakarida.
Karena ikan tidak memiliki ludah, proses pembuatan gula dimulai dalam porsi,
namun serius terjadi di bagian usus yang memiliki senyawa amilase pankreas.
Banyak senyawa karbohidrat yang berperan dalam fragmen usus, termasuk
amilase, laktase, selulase, dan lain-lain. Pati dan glikogen dihidrolisis oleh
senyawa amilase untuk membentuk maltosa dan dekstrin. Moltase dan dekstrin
akan dihidrolisis oleh protein laktase a-limit dextrinase menjadi glukosa.
Disakarida dihidrolisis oleh senyawa laktase atau sukrase untuk menghasilkan
galaktosa, glukosa, dan fruktosa. Selulosa akan dihidrolisis oleh selulase kimiawi
menjadi selubiosa, kemudian selubiosa akan dihidrolisis oleh protein selubiosa
menjadi glukosa. Pada glukosa jenis ini, karbohidrat dapat dikonsumsi oleh
pembagi usus (Fujaya, 2004).
Setelah dikonsumsi oleh sel, glukosa dapat dengan cepat diubah menjadi
energi atau disimpan sebagai glikogen. Jalur utama dalam pencernaan pati adalah
piruvat yang dapat diubah menjadi laktat tanpa membutuhkan oksigen (glikolisis
anaerobik). Bagaimanapun, dalam kondisi unik misalnya dalam renang cepat,
energi dapat ditingkatkan meskipun jumlahnya rendah sambil percaya bahwa
sistem pernapasan akan dialihkan oleh oksigen ekstra. Respon anaerob ini pada
akhirnya membentuk laktat sehingga laktat akan berkumpul (terutama di jaringan
otot) hingga oksigen dapat digunakan. interaksi laktat, oksidasi, akan diubah
menjadi karbondioksida (Fujaya, 2004).
8
d. Gizi
jumlah yang sangat rendah diperlukan, terutama untuk kesenangan kesehatan
untuk perkembangan ikan. Nutrisi yang memuaskan dibutuhkan oleh pencernaan,
lebih spesifiknya sebagai koenzim. Berdasarkan sifat sebenarnya, nutrisi dapat
dibagi menjadi dua kelompok, menjadi nutrisi khusus yang larut dalam air,
termasuk nutrisi B dan C, dan yang pelarut lemak, termasuk nutrisi A, D, E, K
(Fujaya 2004) .Nutrisi dalam pakan untuk perkembangan khas, perawatan tubuh,
dan generasi. Nutrisi adalah campuran alami yang tidak dapat diprediksi,
umumnya berukuran atom kecil. Nutrisi dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah yang
sedikit dengan tujuan agar mereka dalam jumlah yang sedikit dalam pakan (1 -
4% dari total segmen pakan).
e. Mineral
Kapasitas utama mineral dalam tubuh ikan adalah untuk pengaturan desain
kerangka, menjaga kerangka koloid (faktor pengepresan osmotik, ketebalan,
dispersi), dan pedoman keseimbangan basa korosif. asimilasi mineral tertentu,
seperti halnya nutrisi, mineral dibutuhkan dalam jumlah terbatas. Mineral yang
dibutuhkan ikan antara lain kalsium, fosfor, natrium, mangan, besi, tembaga,
yodium, dan kobalt.
Kalsium dan fosfor dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan untuk
menjaga kerja jaringan biasa. Zat besi dibutuhkan untuk penataan trombosit merah
dan mangan yang kuat dalam siklus pembuahan (Fujaya, 2004).Adapun
kebutuhan nutrisi ikan nila secara umum sebagai berikut :
9
Tabel 1. kebutuhan nutrisi ikan nila
Kebutuhan Umur Nilai
Protein
Asam Amino :
- Arginin
- Histidin
- Isoleusin
- Leusin
- Treonin
- Lisin
Lemak
Karbohidrat
Vitamin
Mineral
Larva
Juvenil
Semua ukuran
Semua ukuran
Semua ukuran
Semua ukuran
Semua ukuran
Semua ukuran
35 %
25 – 30 %
20 – 25 %
4,2 %
1,7 %
3,1 %
3,4 %
3,8 %
5,1 %
6 – 8 %
6 – 10 %
0,5 – 10 %
< 0,9
Sumber : Bautista et al(1994),Badan litbang deptan(1989).
2.3. Pakan
Pakan merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan ikan
nila. Kandungan protein dalam pakan merupakan sumber bahan bakar yang
mendasar seperti segmen sel dan jaringan tubuh yang mendasari perkembangan
ikan nila. Pada proses pencernaan diperlukan bahan yang dapat menghidrolisis
ikatan peptida menjadi asam amino. Asam amino didapatkan dari sumber-sumber
10
protein. Protein yang didapatkan melalui makanan sehari-hari diurai dalam
percernaan dalam bentuk asam amino (Anonim, 2011 dalam Surahman et al.,
2017). Kadar asam amino pada limbah ampas kelapa dapat ditingkatkan,
diantaranya dengan fermentasi ampas kelapa menggunakan enzim bromelin. Hasil
fermentasi tersebut kemudian diaplikasikan sebagai bahan pakan ikan nila.
2.4. Ampas Kelapa
Residu Kelapa Sampai saat ini hasil utama buah kelapa yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah produk organiknya untuk dijadikan minyak.
Sejujurnya, selain produk alami kelapa, bahan lain yang tertinggal dan tidak
dimanfaatkan yang biasa disebut pemborosan. Sisa kelapa disia-siakan dari proses
pembuatan santan (Fauzi, 2004). Selain itu, pengembangan pohon kelapa melalui
peternakan terutama dilakukan untuk mengalirkan minyak kelapa yang didapat
dari jaringan produk organik dengan efek samping berupa residu kelapa. Selama
pembuatan minyak kelapa murni, daging kelapa yang baru digiling kemudian
dikeringkan dan diperas hingga minyaknya mengisolasi. Hasil dari 9 siklus
pembuatan minyak kelapa murni adalah residu kelapa. Sisa kelapa merupakan
efek samping dari pembuatan virgin coconut oil ternyata mengandung kandungan
protein yang cukup tinggi. Hal ini membuat sisa kelapa dapat dimanfaatkan dan
diolah menjadi pakan. Zat residu kelapa terdiri dari 13,35% air, 17,09% protein,
9,44% lemak, 23,77% gula, 5,92% serpihan, dan 30,4% serat tidak
dimurnikan.Sesuai DERRICK (2005), Zat kasar yang terkandung dalam sisa
kelapa mencapai 23%, dan kandungan seratnya yang dapat diserap secara efektif
bermanfaat dalam menjadikan sisa kelapa sebagai bahan pengatur pakan.
11
2.5. Senyawa
Bahan kimia adalah zat penguat protein yang terbuat dari bagian protein
dan juga bersifat sinergis yang mempunyai dorongan pemanfaatan untuk
mempercepat siklus metabolisme dalam tubuh makhluk tersebut. Untuk alasan
apa segmen ini begitu penting dalam siklus metabolisme, karena tidak akan
dipercepat dengan menurunkan energi pengaktifan yang diperlukan saat respons
metabolik akan dimulai. Sifat reaktan adalah atribut bahan kimia yang
memisahkan antara senyawa dan protein yang berbeda. Sifat sinergis diperoleh
dari gugus kofaktor yang dapat berupa campuran alami (koenzim dan pertemuan
prostetik), atau campuran anorganik (partikel logam).
Cara kerja protein dalam respons metabolik dalam tubuh makhluk adalah
dengan mengurangi energi inisiasi, yang merupakan energi yang seharusnya siap
untuk memulai respons. Dengan membatasi "biaya", interaksi yang berkembang
juga akan jauh lebih cepat.
Cara kerja enzim dalam mempercepat reaksi kimia adalah dengan cara
berinteraksi bersama substrat, setelah itu substrat tersebut akan diubah menjadi
sebuah produk. Apabila terbentuk produk, enzim akan dapat melepaskan “diri’
dari substrat tersebut. Hal tersebut dikarenakan enzim tidak dapat bereaksi dengan
substratnya. Terdapat dua teori yang menggambarkan bagaimana cara kerja
enzim, teori tersebut adalah teori gembok kunci dan teori induksi.
Enzim memiliki peranan yang sangat penting di dalam suatu reaksi kimia.
Seperti yang dijelaskan Fungsi enzim adalah untuk mempercepat suatu reaksi
kimia pada tubuh oprganisme. Tanpa enzim, maka proses metabolisme baik
12
anabolisme maupun katabolisme tersebut akan terganggu. Selain dari hal itu, sifat
enzim yang tidak ikut bereaksi lagi dengan substrat inilah yang sangat paling
menguntungkan dalam sebuah percepatan reaksi kimia pada tubuh organisme.
2.5. Enzim Bromelin
Khususnya salah satu bahan kimia protease, yaitu suatu senyawa yang
mengkatalisis pemecahan protein menjadi asam amino dengan membuat blok
melalui respon hidrolisis. Hidrolisis (hidro = air; lisis = pelepasan atau interupsi /
pemecahan) adalah pemecahan partikel yang sangat besar menjadi unit-unit yang
lebih sederhana dengan campuran air. Dalam pemrosesan protein, 56 ikatan
peptida diputuskan dengan masuknya segmen air, - H dan - Kebaikan, dalam
rantai akhir (William et al. 2002).
Khususnya bahan kimia endopeptidase yang memiliki pengumpulan
sulfhidril (- SH) di tempat dinamis. Senyawa ini pada umumnya diperoleh dari
jaringan tanaman nanas (Supartono 2004). Protein ini bekerja dengan
mengoksidasi senyawa, alkilator dan logam berat. Bahan kimia Bromelin banyak
digunakan dalam industri pangan dan non pangan, seperti daging kaleng,
minuman dan lain-lain (Herdyastuti 2006).
Senyawa bromelain dari jaringan tanaman nanas memiliki intensitas yang
sama dengan papain yang terdapat pada pepaya yang mampu mengolah protein
hingga beberapa kali lipat beratnya. Bromelin dapat diperoleh dari tanaman nanas
baik dari batang, kulit, daun, hasil alam, maupun batang dalam jumlah yang
bervariasi. Kandungan protein lebih banyak pada jaringan produk organik, hal ini
13
ditunjukkan dengan pergerakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan aksi pada
batang (Supartono 2004).
Menurut Herdiyastuti (2006), kandungan protein bromelain cukup, ada
bagian batang yang saat ini kurang dimanfaatkan. Pengangkutan bromelain pada
batang nanas miring dan bergantung pada umur tanaman. Kandungan bromelin
pada tisu yang tidak tua, terutama yang lengket hampir tidak ada atau bahkan ada
yang hilang sama sekali (Herdyastuti 2006). Bahan kimia Bromelain dapat
dilepaskan dengan mengisolasi sel dengan sentrifugasi dan kemudian
dekontaminasi diselesaikan dengan metode untuk testimoni, filtrasi gel, dan
kromatografi perdagangan partikel (Naiola dan Widhyastuti 2007).
Ada juga banyak eksplorasi tentang bromelin. ElGharbawi dan Whitaker
(1963) dalam Wharton (1974) memanfaatkan kromatografi pertukaran kation dan
elektroforesis seksi dalam Sephadex G-100 mengumumkan bahwa bromelain dari
nanas diisolasi menjadi lima segmen dinamis proteolitik. Pada saat itu Murachi
dkk. (1964) disinggung dalam Wharton (1974) memutuskan beban sub atom
bromelain dari batang nanas dengan ultrasentrifugasi dispersi sedimentasi dan
mendapat estimasi 33000 Da.
Shosi (Collowic 1978, disinggung dalam Supartono 2004) melacak bahwa
lima bagian dinamis proteolitik dari bromelin ekor nanas adalah glikoprotein
dengan beban sub-atom mulai dari 18.000 hingga 28.000 Da. Sedangkan bromelin
dari tumbukan nanas terdiri dari dua bagian
14
yang memiliki aksi proteolitik. Setiap segmen ini memiliki muatan atom
28.000 dan 19.000 Da, dengan terminal aminonya adalah asam amino valin dan
alanin. Terminal karboksil adalah sesuatu yang serupa, untuk lebih spesifiknya
glisin korosif amino. Pada saat itu Hideko dkk. (1979) menemukan bahwa
bromelin adalah protease tiol yang terputus dari nanas dan mengandung satu
oligosakarida asparagin yang terikat pada rantai oligosakarida. Setiap atom
oligosakarida terdiri dari mannose, fucose, xylose, dan N-Acetylglucosamine
(Glcnac).
Supartono (2004) menjelaskan bahwa katalis protease nanas adalah
endopeptidase nonpartisan termostabil karena aksi protease paling ekstrim dengan
kepadatan dasar sub-atom yang tinggi pada kisaran harga pH 7,5. Suhu ideal
untuk aksi proteolitik adalah 70 ºC. Ini menyiratkan bahwa ketika suhu respons
meningkat melebihi 70 ºC, stabilitas konstruksi atom tidak dapat dipertahankan
dan menghilang sehingga pergerakan proteolitik hilang.
Sumber bahan kimia bromelin yang digunakan diperoleh dari nanas.
Kualitas tanaman nanas adalah: daunnya menumpuk panjang dan menggantung,
mengandung kira-kira 30 buah dalam satu tanaman di sekitar produk organik.
Tepinya bergerigi, hasil alam dalam bahasa Inggris disebut nanas karena
bentuknya yang seperti bahan pokok penyiksaan; naungan produk alami putih saat
muda; rasa manis agak tajam. Foto-foto nanas yang digunakan dalam pemeriksaan
ini dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
15
Gambar 2. Buah Nanas yang dipakai
Cara melakukan ekstrat kasar enzim bromelin dapat dilihat pada gambar 3
dibawah ini :
Gambar 3. Alur pengolahan enzim bromelin
Hasil analisa proksimat enzim bromelin yang dilaksanakan di
Laboratorium Nutrisi Universitas Hasanuddin dengan sampel ekstrak kasar nanas
menyebutkan bahwa PK mencapai 0,42% dengan protease 23,97.
Nanas
Dikupas dan diambil
bonggolnya
dihaluskan
Eksstrak kasar bromelin berdasarkan
hasil pennelitian terdapat paling
besar pada bonggolnya Di filter
16
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2020 di
Universitas Muhammadiyah Makassar, dan analisis kimia dilakukan di
laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Persiapan Enzim bromelin
Bonggol nanas yang telah dihaluskan menggunakan parut kemudian
disaring sehingga didapatkan larutan ekstrak nanas bromelin yang mengandung
enzim protease, selanjutnya ekstrak akan diukur kadar proteinnya dengan
membandingkan absorbansi ekstrak enzim bromelin dengan kurva standar gelatin.
Kadar protein enzim bromelin dari ekstrak kasar bonggol nanas diukur dengan
menggunakan spektrofotometer, Spektometer akan menentukan kadar protein baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur trasmitan ataupun atsorban
larutan blanko atau pembanding.
3.2.2 Proses Fermentasi Ampas Kelapa
Ampas kelapa yang telah dikeringkan ditimbang masing-masing 100 gram
lalu dimasukkan kedalam wadah fermentasi kemudian ditambahkan enzim
bromelin sesuau dosis yang telah ditentukan lalu wadah fermentasi divakum untuk
mengeluarkan udara didalam wadah setelah itu ditutup rapat untuk diinkubasi
selama 1 minggu.
17
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini bersifat deskriptif dimana kita akan membandingkan
perubahan kandungan nutrisi yang terdapat pada ampas kelapa yang terfermentasi
dengan enzim bromelin dengan dosis sebagai berikut :
Perlakuan A tanpa enzim bromelin
Perlakuan B diberi enzim bromelin 1,5 ml/100g ampas kelapa
Perlakuan C diberi enzim bromelin 1,75 ml/100g ampas kelapa
Perlakuan D diberi enzim bromelin 2,0 ml/100g ampas kelapa
3.4. Parameter Uji
Analisis proksimat kandungan nutrisi pakan di uji laboratorium, meliputi
kadar protein, lemak, serat, BETN dan Kadar abu. Mengunakan metode metode
semimicro-kjedahl : Takeuchi 1988 (terlampir).
3.5. Analisis Data
Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif lalu disajikan dalam
bentuk tabel, grafik dan gambar.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Proksimat
Hasil analisis proksimat kandungan nutrisi ampas kelapa yang
difermentasi enzim bromelin pada masing masing perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2. Analisis proksimat ampas kelapa yang difermentasi enzim bromelin
Perlakuan KOMPOSISI (%)
Protein Lemak Serat Kasar Air Abu
Sebelum Fermentasi 5,20 31,29 18,69 3,92 1,60
A (0 ml/100g) 6,20 22, 61 35,29 8,50 1,25
B (1,5 ml/100g) 5,51 26,80 36,28 8,74 1,23
C (1,75 ml/100g) 5,56 24,41 29,03 8,87 1,28
D (2 ml/100g) 5,47 26,84 33,31 8,92 1,37
Sumber : Laboratorium Peternakan, Unhas 2020
Protein kasar pada ampas kelapa yang belum difermentasi adalah 5,20%
dan terjadi peningkatan setelah dilakukan fermentasi menggunkan enzim
bromelin. Kadar protein kasar pada perlakuan A (0 ml/100 mg) meningkat
menjadi 6,20%, perlakuan B (1,5 ml/100 mg) menurun menjadi 5,51 %, dan pada
perlakuan C (1,75 ml/100 gram) meningkat kembali sebesar 5,56% serta kembali
mengalami penurunan pada perlakuan D (2,0 ml/100 mg) yaitu sebesar 5,47%
berdasarkan tabel diatas memperlihatkan bahwa adanya perbedaan kadar protein
ampas kelapa pada konsentrasiekstrak enzim bromelin yang berbeda beda dengan
kandungan protein kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan A. hal tersebut
19
menunjukan bahwa tingginya konsentrasi ekstrak enzim bromelin yang
ditambahkan tidak sejalan dengan peningkatan kandungan protein. Penambahan
ekstrak enzim bromelin pada perlakuan D (2 ml/100g) menunjukan penurunan
kandungan protein yang menandakan bahwa aktivitas enzim bromelin menurun
dalam menghidrolisa protein, enzim bromelin adalah enzim yang bekerja secara
optimal pada konsentrasi tertentu dan aktivitasnya akan menurun jika konsentrasi
jenuh. Hasil uji proksimat pada ampas kelapa yang telah difermentasi
menggunakan enzim bromelin pada perlakuan A, B, C, dan D memiliki nilai yang
sangat kurang dari Standar Nasional Indonesia tahun 2006 tentang pakan ikan
yaitu 20-35% sedangkan protein kasar pada perlakuan A, B, C, dan D tidak tidak
lebih dari 6,20%.
Fermentasi menggunakan enzim bromelin yang dilakukan pada ampas
kelapa menyebabkan penurunan lemak kasar. lemak kasar pada ampas kelapa
yang belum difermentasi adalah 31,29% dan terjadi penurunan setelah dilakukan
fermentasi yaitu 22,61% pada perlakuan A (0 ml/100 gr), meningkat menjadi
26,80% pada perlakuan B (1,5 ml/100 mg), kemudian menurun kembali menjadi
24, 41% pada perlakuan C (1,75 ml/100 mg) dan kembali mengalami peningkatan
sebesar 26,84% pada perlakuan D (2,0 ml/100 mg). Ampas kelapa yang
difermentasi dengan menggunakan enzim bromelin menunjukan terjadi penurunan
kandungan lemak dibandingkan tanpa fermentasi hal tersebut diduga karena
prosesfermentasi bertujuan untuk menurungkan kadar lemak pada pakan selain itu
selama proses penyimpanan terdapat aktivitas sehingga kandungan lemak
cenderung rendah. Kurniati (2016) menyatakan bahwa semakin lama pakan
20
disingkirkan maka substansi lemak kasar mengembang, hal ini disebabkan oleh
interaksi penurunan kualitas bahan alami yang dimanfaatkan oleh mikroba untuk
membingkai lemak. Peningkatan konsentrat senyawa bromelain juga dapat
menurunkan kadar lemak kasar, hal ini dikarenakan bahan konsentrat kimia
bromelain dapat menahan respon oksidasi. Zat dalam penghilang katalis
bromelain ini mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai agen pencegah
kanker. Hal ini diperkuat oleh penilaian Ayunda (2014) yang menyatakan bahwa
flavonoid yang terkandung dalam suatu bahan berperan sebagai penguat sel
karakteristik yang dapat menghambat interaksi oksidasi. Sistem aktivitas agen
pencegah kanker adalah dengan menghambat oksidasi lemak. Respons oksidasi
oleh ekstremis bebas dapat ditunda atau ditekan dalam pandangan agen
pencegahan kanker. Tanpa agen pencegahan kanker, respon oksidasi lemak akan
berakhir melalui respon antara ekstremis bebas (Pengunjung, 2017). Hasil
pengujian umum residu kelapa tua yang menggunakan bahan kimia bromelain
menunjukkan nilai yang sangat jauh dari SNI (2006) dalam hal pemeliharaan,
khususnya 2-10%, sedangkan pengujian umum untuk setiap perlakuan A, B, C ,
dan D menunjukkan perkiraan lebih dari 20%.
Terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada serat kasar ampas kelapa
setelah difermentasi menggunakan enzim bromelin. Serat kasar perlakuan A (0
ml/100 gr) yaitu 35,29%, perlakuan B (1,5 ml/100 mg) yaitu 36,28 %, perlakuan
C (1,75 ml/100 mg) yaitu 29,03% dan pada perlakuan D (2,0 ml/100 mg) sebesar
33,31 % sedangkan saat belum dilakukan fermentasi serat kasar pada ampas
kelapa hanya 18,69%. Serat kasar merupakan total kandungan serat yang larut dan
21
tidak larut. Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat
dicerna dan bukan nutrisi penting bagi ikan laut. Serat kasar akan menimbulkan
pengotoran dalam wadah kultur, akan tetapi tetap diperlukan untuk memudahkan
pengeluaran feses. Menurut Rukmana (1997), pada ikan nila kadar serat kasar
yang optimal dalam menunjang pertumbuhan ikan adalah 4-18%. Setelah ampas
kelapa difermentasi menggunakan enzim bromelin dan dilakukan uji proksimat,
lemak kasar menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari jumlah optimal lemak kasar
yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ikan yaitu 4-18%, sedangkan
hasil uji proksimat pada setiap perlakuan menunjukan nilai lebih dari 29%.
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa fermentasi ampas kelapa
menggunakan enzim bromelin dengan dosis yang berbeda menyebabkan
peningkatan kadar air pada setiap perlakuan. Kadar air pada ampas kelapa
sebelum dilakukan fermentasi adalah 3,29%. Sedangkan setelah dilakukan
fermentasi dengan tambahan enzim bromelin kadar airnya meningkat menjadi
8,50% pada perlakuan A (0 ml/100 gr) , 8,74% pada perlakuan B (1,5 ml/100 gr),
dan 8,87% pada perlakuan C (1,75 ml/100 gr) sedangkan pada perlakuan D (2,0
ml/100 gr) meningkat menjadi 8,92%. Kadar air yang dimaksud adalah banyaknya
air yang terkandung dalam bahan-bahan penyusun pakan dalam hal ini adalah
ampas kelapa. Untuk mengetahui kadar air tersebut diketahui melalui uji
proksimat. Setelah dilakukan uji proksimat maka dapat diketaui kadar air pada
ampas kelapa saat sebelum di fermentasi dan setelah difermentasi. Menurut
Standar Nasional Indonesia (2006) tentang standar pakan ikan, kadar air yang
terkandung pada pakan adalah kurang dari 12%. Berdasarkan SNI (2006) tentang
22
standar pakan ikan, maka dapat dikatakan bahwa perlakuan A, B, C, dan D saat
telah dilakukan fermentasi menunjukkan nilai kadar air yang bagus karena kadar
airnya kurang dari 12%. Ini sesuai penilaian Sari et al. (2016) menyatakan bahwa
kandungan air yang rendah pada suatu material dapat membangun batas
penimbunan, kemungkinan bahaya untuk perawatan bahan pengikat akan lebih
kecil.
Pematangan sisa kelapa menyebabkan peningkatan kandungan serpihan.
Kandungan kotoran pada sisa kelapa sebelum pematangan adalah 1,06%,
sedangkan setelah penuaan berubah menjadi 1,24% pada perlakuan A (0 ml /
100gr), 1,23% pada perlakuan B (1,5 ml / 100 gr), 1,28% pada perlakuan C ( 1,75
ml / 100 gr) dan pada perlakuan D (2,0 ml / 100 gr) ditingkatkan menjadi 1,37%.
Penambahan zat sisa kelapa dapat menyebabkan berkembangnya zat mineral yang
terkandung dalam residu kelapa. Sesuai Wulandari et al. (2015) semakin banyak
kandungan debris yang terbawa, semakin tinggi kandungan mineralnya.
Widaningrum dkk. (2010) mengemukakan bahwa kandungan debris menunjukkan
ukuran zat mineral yang terkandung dalam bahan pengikat pakan, karena mineral
merupakan zat anorganik yang tidak mengkonsumsi selama siklus penyalaan. Sisa
kelapa matang dengan katalis bromelain akan menopang perkembangan
mikroorganisme, di dalam tubuh mikroba mengandung mineral untuk penataan
tubuh. Hal ini sesuai dengan asesmen Puspitasari dan Sidik (2009) yang
menyatakan bahwa mikroorganisme membutuhkan mineral tertentu untuk
perkembangan dan pencernaannya. Seperti yang ditunjukkan oleh Malacca et al.
(2013) merekomendasikan bahwa mikroorganisme membutuhkan sejenis mineral
23
untuk membantu pergantian kejadiannya. Zat sisa perlakuan A, B, C, dan D
setelah dilakukan penuaan menunjukkan nilai yang layak karena nilainya di
bawah 12% (Norma Masyarakat Indonesia, 2006).
24
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji proksimat yang telah dilakukan pada ampas kelapa
yang telah difermentasi menggunakan enzim bromelin menunjukkan beberapa hal
yaitu , kadar air dan kadar abu pada ampas kelapa yang telah difermentasi dengan
menggunakan enzim bromelin tersebut dinilai bagus karena menunjukkan nilai
yang kurang dari 12%. Beda halnya dengan protein kasar yang kurang dari
Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2006 tentang pakan karena hanya
menunjukkan nilai 6,20% sedangkan standarnya yaitu 20-35%. Lain lagi dengan
lemak kasar dan serat kasarnya. Lemak kasar dan serat kasar pada ampas kelapa
yang telah difermentasi dengan enzim bromelin mengalami peningkatan dan itu
jauh dari standar. Lemak kasar standarnya hanya 2-10%, sedangkan lemak kasar
pada ampas kelapa setelah dilakukan fermentasi dengan enzim bromelin yaitu
lebih dari 20%. Dan serat kasar yang standarnya hanya 4-18% ini lebih kurang
dari serat kasar pada ampas kelapa yang telah difermentasi karena menunjukkan
lebih dari 29%.
5.2 Saran
Disarankan agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada pemeliharaan
sisa ampas kelapa dengan konsentrat senyawa bromelain untuk perkembangan
ikan nila.
25
DAFTAR PUSTAKA
Angelia, Ika Okhtora. "Analisis Kadar Lemak Pada Tepung Ampas
Kelapa." Jurnal Technopreneur (Jtech) 4.1 (2016): 19-23.
Ayunda, R. D. 2014. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol kulit nanas dan
Potensinya sebagai Pencegah Oksidasi Lipid. Departemen Biokimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
(Skripsi)
Giri, N. A., Suwirya, K., & Marzuqi, M. (1999). Kebutuhan Protein, Lemak, Dan
Vitamin C Untuk Yuwana Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes
Altivelis). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 5(3), 38-46.
Glider, W. V., & Hargrove, M. S. (2002). Using Bromelain In Pineapple Juice To
Investigate Enzyme Function. J. Biochemistry, 275-295.
Herdyastuti, N. (2006). Isolasi Dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Bromelin
Dari Batang Nanas (Ananas Comusus L. Merr). Berkala Penelitian
Hayati, 12, 75-77.
Ishihara, H., Takahashi, N., Oguri, S., & Tejima, S. (1979). Complete Structure
Of The Carbohydrate Moiety Of Stem Bromelain. An Application Of The
Almond Glycopeptidase For Structural Studies Of Glycopeptides. Journal
Of Biological Chemistry, 254(21), 10715-10719.
Iskandar, R., & Elrifadah, E. (2015). Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Yang Diberi Pakan Buatan Berbasis
Kiambang. Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian, 40(1), 18-24.
Iskandar, Rina, And Subhan Fitriadi. "Analisa Proksimat Pakan Hasil Olahan
Pembudidaya Ikan Di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan." Ziraa'ah
Majalah Ilmiah Pertanian 42.1 (2017): 65-68.
Kurniati. 2016. Kandungan Lemak Kasar, Bahan Organik, dan Bahan Ekstrak
Tanpa Nitrogen Silase Pakan Lengkap Berbahan Utama Batang Pisang
(Musa paradisiaca) dengan Lama Inkubasi yang Berbeda. Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. (Skripsi).
Kurniawan, H. (2016). Kualitas Nutrisi Ampas Kelapa (Cocos Nucifera L.)
Fermentasi Menggunakan Aspergillus Niger. Buletin Peternakan, 40(1),
25-32.
Malaka, R., Metusalach, E. Abustam. 2013. Pengaruh jenis mineral terhadap
produksi eksoplisakarida dan karrakteristik pertumbuhan Lactobacillus
bulgaricus strain Ropy dalam media susu. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.
26
Maryam, S. (2009). Ekstrak Enzim Bromelin Dari Buah Nanas (Ananas Sativus
Schult.) Dan Pemanfaatannya Pada Isolasi Dna (Doctoral Dissertation,
Universitas Negeri Semarang).
Naiola, E., & Widhyastuti, N. (2007). Semi Purifikasi Dan Karakterisasi Enzim
Protease Bacillus Sp. Berkala Penelitian Hayati, 13(1), 51-56.
Novita, V., & Sudaryono, A. (2017). Spengaruh Penambahan Enzim Bromelin
Dalam Pakan Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan Dan Pertumbuhan
Ikan Patin (Pangasius Hypophtalmus). Journal Of Aquaculture
Management And Technology, 6(3), 86-95.
Pratama, A. L., Rachmawati, D., & Hutabarat, J. (2017). Pengaruh Kombinasi
Penambahan Ekstrak Nanas Pada Pakan Buatan Dan Probiotik Pada Media
Pemeliharaan Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan Dan
Kelulushidupan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum). Journal
Of Aquaculture Management And Technology, 6(4), 30-38.
Puspitasari, N. dan M. Sidik. 2009. Pengaruh Jenis Vitamin B dan Sumber
Nitrogen dalam Peningkatan Kandungan Protein Kulit Ubi Kayu Melalui
Proses Fermentasi. Seminar Tugas Akhir, Program Studi Teknik Kimia,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Putri, M. F. (2014). Kandungan Gizi Dan Sifat Fisik Tepung Ampas Kelapa
Sebagai Bahan Pangan Sumber Serat. Teknobuga: Jurnal Teknologi
Busana Dan Boga, 1(1).
Saanin, H. (1968). Taksonomi Dan Kuntji Identifikasi Ikan. Binatjipta.
Supartono. 2004. Karakterisasi Enzim Protase Dari Buah Nenas Segar. Jurnal
Mipa Universitas Negeri Semarang, 27 (2): 134-142.
Sari, I., T. Miranda, dan Sadli. 2016. The cytotoxic activity of N-hexane extract of
kersen (muntingia calabura Linn.) leaves using the brine shrimp lethality
test (BSLT) method. J. Natural. 16 (2) : 37-44.
Tamu, F. 2017. Formulasi dan Uji Efektivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol
batang nanas. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar. (Skripsi).
Tilawati. 2016. Kandungan Protein Kasar Lemak Kasar Dan Serat Kasar Limbah
Kulit Kopi Yang Difermentasi Menggunakan Jamur Aspergiluus Niger Dan
Trichoderma Viride. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Wharton, C. W. (1974). The Structure And Mechanism Of Stem Bromelain.
Evaluation Of The Homogeneity Of Purified Stem Bromelain,
Determination Of The Molecular Weight And Kinetic Analysis Of The
27
Bromelain-Catalysed Hydrolysis Of N-Benzyloxycarbonyl-L-Phenylalanyl-
L-Serine Methyl Ester. Biochemical Journal, 143(3), 575-586.
Widaningrum., Miskiyah, A. S. Somantri. 2010. Perubahan sifat fisiko-kimia biji
jagung (Zea mays L.) pada penyimpanan dengan perlakuan karbondioksida
(CO2). J. Agritech. 30 (1) : 36-45.
Wulandari, S., F. Fathul, Liman. 2015. Pengaruh berbagai komposisi limbah
pertanian terhadap kadar air, abu, dan serat kasar pada wafer. J. Ilmiah
Peternakan Terpadu. 3 (3) : 104-109.
Zaenuri, R., Suharto, B., & Haji, A. T. S. (2014). Kualitas Pakan Ikan Berbentuk
Pelet Dari Limbah Pertanian. Jurnal Sumberdaya Alam Dan
Lingkungan, 1(1), 31-36.
28
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Analisis Proksimat Ampas Kelapa yang difermentasi dengan
ekstrak enzim bromelin
No Kode
Sampel Parameter Satuan Hasil Acuan Metode
1. A
Kadar Air
Kadar Abu
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
%
%BK
%BK
%BK
%BK
8.50
1.24
6.20
22.61
35.29
SNI 01-2891-1992
AOAC 942.06
AOAC 984.13
AOAC 920.39
AOAC 962.09
2. B
Kadar Air
Kadar Abu
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
%
%BK
%BK
%BK
%BK
8.74
1.23
5.51
26.80
36.28
SNI 01-2891-1993
AOAC 942.07
AOAC 984.14
AOAC 920.40
AOAC 962.10
3. C
Kadar Air
Kadar Abu
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
%
%BK
%BK
%BK
%BK
8.87
1.28
5.56
24.41
29.03
SNI 01-2891-1994
AOAC 942.08
AOAC 984.15
AOAC 920.41
AOAC 962.11
4. D
Kadar Air
Kadar Abu
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
%
%BK
%BK
%BK
%BK
8.92
1.37
5.47
26.84
33.31
SNI 01-2891-1995
AOAC 942.09
AOAC 984.16
AOAC 920.42
AOAC 962.12
29
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Penyiapan buah nana untuk pembuatan enzim bromelim
Ekztrak enzim bromelin
Penyiapan ampa kelapa
30
Dokumentai Penelitian
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Firman dilahirkan di Kecamatan
Liukang Tupabbiring Utara, Kabupaten Pangkep pada
tanggal 5 Mei 1995, sebagai anak ketiga dari empat
bersaudara dari pasangan Hj. Wati dan H. ABD. Rahman.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) pada
tahun 2007 di SD 3/37 Pulau Sabutung, setelah tamat SD penulis melanjutkan
kesekolah Manengah Pertama pada tahun 2007 di MTSS PP Kelautan Perak dan
diselesaikan pada tahun 2009, pada tahun yang sama penulis masuk ke sekolah
manengah atas (SMA) di MA Pesanteren Kelautan Perak dan lulus pada tahun
2013. Dan pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa program studi
budidaya perairan, fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar
melalui jalur tes. Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang
berjudul “Analisis Kandungan Nutrisi Limbah Ampas Kelapa Hasil Fermentasi
Menggunakan Enzim Bromelin Sebagai Pakan Ikan Nila”. dibawah bimbingan
Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd, dan Nur Insana Salam, S.Pi, M.Si.
Recommended