View
229
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
INDONESIAN CATHOLIC FAMILY BRISBANE.GOLDCOAST
BRISBANE
MISA BAHASA INDONESIA
Gereja St. Ita
247 Gladstone Rd
Dutton Park Qld 4102
Setiap Hari Minggu
Jam 10.30 Pagi
GOLD COAST
MISA BAHASA INDONESIA
Gereja St. Mary's
185 Billinghurst Crescent
Upper Coomera Qld 4209
Setiap Hari Minggu ke 4
Jam 2.00 Siang
PESAN GEMBALA...Umat ICF yang terkasih, Apakah sumber kegembiraan hidup kita? Banyak orang menjawab, “jika saya punya
uang banyak” atau “jika saya saya memiliki jabatan bagus” atau “jika keluarga saya
harmonis”. Itu semua benar! Dan memang hal-hal itulah yang mendatangkan
kegembiraan. Namun yang saya maksudkan di sini adalah SUMBER kegembiraan.
Kebenarannya, tanpa Tuhan Yesus there is big missing dalam kehidupan orang
Kristen. Mari kita belajar dari dua pribadi hebat pada bulan September ini.
Bunda Maria, yang kita rayakan HUT-nya pada 8 September, adalah seorang
wanita hebat karena kesanggupannya dalam mengatakan “YA” kepada Roh Kudus
untuk melahirkan dan membesarkan Yesus, puteranya, yang adalah juga Putera
Allah. Ketika Yesus disesah, menderita dan wafat di kayu salib, hati keibuannya
memang sungguh teramat pilu, tapi hati kekudusannya dipenuhi dengan
kegembiraan suci. Maria percaya bahwa Allah pasti punya rencana besar bagi
keselamatan dunia. Berhadapan dengan situasi hidup yang sulit, Maria menemukan
bahwa kegembiraan sejatinya hanya ada di dalam Tuhan. Imannya yang kokoh
telah mengantarkannya menjadi Ratu Surgawi!
Santo Matius, yang kita rayakan pestanya pada tanggal 21 September, adalah
seorang pribadi yang mengutamakan kebahagiaan batiniah ketimbang lahiriah.
Sebagai seorang pemungut cukai yang bekerja untuk pemerintahan Romawi pada
waktu itu, jabatan dan harta bukanlah perkara sulit untuk diperoleh. Namun
nyatanya, hal itu tidak memberikan kegembiraan penuh di dalam dirinya.
Berhadapan dengan kenikmatan yang dimilikinya, Matius menemukan bahwa
kegembiraan sejatinya hanya ada dalam Tuhan. Dia meninggalkan segalanya
setelah pertemuannya dengan Tuhan Yesus!
Kiranya menjadi jelas bahwa SUMBER kegembiraan hidup kita hanya ada di dalam
Kristus Tuhan. Sumber kegembiraan ini mesti ditemukan di dalam hati kita. Jika
kita tidak mampu menemukannya di dalam, kita pasti tidak akan pernah
menemukan-Nya di mana pun. Maka, mari kita sediakan waktu untuk bertemu
dengan-Nya sesering mungkin.
Have a blessed September! (P. Pio – Chaplain)
SEPTEMBER 2017
CHAPLAIN:
Fr Pionius Hendi OFMCap
M: 0478 777 498
E: Fr.pionius@gmail.com
KETUA:
Andreas Ong
M: 0478 409 600
ICF KONTAK:
FaceBook :
Chaplaincy.icf
Web site :
icfbrisbane.com
Email :
info@icfbrisbane.com
Bagi umat yang membutuhkan pelayanan Pastur
atau urusan kerohanian lainnya seperti :
( Misa lingkungan /
keluarga dengan intensi khusus, ibadat
pemberkatan, penerimaan sakramen dan Rosario
di rumah )
Silahkan menghubungi Seksi Liturgi ,
Saudari Hetty Tando :
Phone / SMS: 0401 576 935
Email : hettytando@hotmail.com
Sangat di harapkan untuk membuat arrangement
minimal 1 ( satu ) bulan sebelum acara
AGUSTUS 2017 INDONESIAN CATHOLIC FAMILY BRISBANE.GOLDCOAST SEPTEMBER 2017 PAGE 2
Di tulis oleh : Romo Thomas Ulun Ismoyo Pr.
“Romo, saya butuh ketemu romo, mendesak, tentang rencana perkawinan saya”, demikian suara dari seorang pria yang menghubungi saya via telepon pagi itu. Pria itu rencananya akan segera menikah dengan teman gadisnya dan saya dimin-ta untuk memberkati perkawi-nan mereka di sebuah kapel di Jakarta. Saat berjumpa di teras pastoran gereja, “Gimana rencana perkawinan kamu? Semua mantab kan?”, demikian
sapaan awal saya padanya. Langsung ia menjawab, “batal mo. Saya memutuskan untuk membatalkan perkawinan saya”. Saya sangat terkejut mendengar kalimat pertama yang ia ungkapkan karena sesungguhnya hari perkawinan sudah tinggal dua minggu lagi. Kemudian saya bertanya apa yang se-dang terjadi pada dirinya. Ia melanjutkan, “romo, gedung resepsi sudah dibayar, katering makanan juga sudah dipesan. Tapi saya sudah mantap untuk batal. Saya tidak bisa terus menerus mengalah pada calon istri saya”. Dalam ketidak jelasan akan apa yang ia ungkapkan, saya beranikan diri untuk ber-tanya lebih lanjut, “maksudmu, mengalah dalam hal apa?”. Pria ini yang sudah berumur sekitar 30 tahun-an, memang merencanakan pemberkatan perkawinan dengan pasangannya dengan ijin beda Gereja, meng-ingat agama si pihak wanita adalah kristen protestan dari denominasi tertentu. Proses kanonik sudah berjalan di paroki si pria, pun perijinan sudah diberikan oleh pihak keuskupan, namun ternyata rencana ini bubar karena sebuah kisah yang mengharukan. Pria tersebut melanjutkan, “Romo, kan romo tau pasangan saya bukan katolik. Saya tidak mau mengalah terus, mo. Saya udah ke-banyakan ngalah. Saya sudah mengalah ketika dia tidak mau ada misa, hanya pemberkatan. Lalu saya sudah mengalah ketika ia meminta dalam buku panduan perkawinan, kata-kata Gereja Katolik di-hilangkan, menjadi Gereja saja. Namun kali ini saya tidak bisa mengalah mo, ketika beberapa hari yang lalu, ia mengatakan tidak mau mendampingi saya berdoa di depan patung bunda Maria sesudah pem-berkatan. Mo, kali ini saya tidak bisa mengalah. Saya tidak bisa hidup dengan seseorang yang me-nolak kehadiran Bunda Maria dalam keluarga saya.” Hati saya bercampur aduk ketika mendengarkan penjelasan berikutnya, “Sejak kecil sampai dengan saya sekolah, orang tua saya selalu mengajak berdoa di depan patung bunda Maria sesudah selesai misa. Kebiasaan itu saya lanjutkan hingga saat ini. Saya tidak bisa menerima kenyataan bah-wa orang yang akan hidup bersama dengan saya: istri saya, tidak bisa menerima kehadiran Bunda Maria. Kali ini saya gak bisa dan gak mau ngalah, maka saya beritahu pacar saya bahwa daripada tid-ak mau berdoa di depan patung Maria, lebih baik kita tunda atau batalkan perkawinannya”. Dan jalan itulah yang akhirnya dipilih oleh keduan-ya.Pria itu mengakhiri pembicaraan tersebut dengan berupaya tetap tegar walau bibirnya ber-getar menahan emosi. Ia memilih meninggalkan perempuan yang dikasihinya demi melanjutkan ke-biasaan berdoa di depan patung bunda Maria. Da-
lam diam mencermati semua yang ia kisahkan, pikiran dan hati saya berkecamuk: tidak habis pikir dengan keputusan fundamental yang baru saja ia buat berkaitan dengan rencana perkawinannya yang tiba - tiba di batalkan.Tapi merefleksikannya secara lebih mendalam, sebagai imam dan sebagai orang Katolik yang secara tradisional juga sering berdoa di depan patung Bunda Maria, saya sungguh bahagia dengan apa yang telah ia buat dan ia nyatakan di hadapan orang lain. Dengan tindakan yang sederhana, berdoa di depan patung Bunda Maria, yang dilakukan secara rutin bersama keluarganya, ia menyatakan kepada dunia sebuah kekayaan Gereja Katolik yang membedakan dengan gereja-gereja kristen lainnya, yaitu devosi kepada Bunda Maria. Belajar dari kisah ini, setidaknya ada dua ciri tan-tangan beriman di kota besar, yang bisa direfleksi-kan secara mendalam: Pertama, tantangan modernisme. Di jaman ini, yang semuanya serba modern dan instan, orang dituntut untuk sukses dalam karir dan pekerjaan. Nilai yang dikejar adalah kesuksesan dan kebahagiaan dunia, sehingga keluarga (dapat atau menjadi) terlupakan. Begitu banyak tantangan-tantangan yang menggerus nilai-nilai spiritual dan nilai luhur dari sebuah keluarga. Dan kisah si pemuda itu menjadi suatu pembelajaran yang amat penting bagi keluarga-keluarga Katolik dalam menghayati dan menghidupi iman Katolik dalam keseharian hidupnya. Jangan pernah diremehkan tindakan-tindakan iman sederhana yang menjadi bekal untuk hidup iman anak-anak bagi masa depannya kelak. Tindakan-tindakan sederhana tersebut tampil salah satunya dalam kebiasaan berdoa bersama. Usaha untuk mengejar kesuksesan dan karir (semoga) jangan sampai mengorbankan kebiasaan untuk berdoa bersama, secara kontinyu dan ajeg. Tantangan kedua, adalah pluralisme. Hidup di kota besar menampakkan kemajemukan kepercayaan iman (agama) dan keberagaman tradisi (gereja-gereja). Karena pergaulan, pekerjaan, hubungan cinta, relasi, dsb; orang dapat mengenal begitu ban-yak agama dan keyakinan yang memperkaya dan menjadi bekal untuk hidup bersaudara. Namun, tanpa pijakan dan identitas yang kuat, banyak juga umat Katolik, khususnya kaum muda yang me-mang sedang di masa pencarian identitas, yang terombang-ambing dalam keyakinan iman dan akhirnya “jajan” di gereja lain yang non Katolik. Dalam kisah pemuda tersebut, kebiasaan berdoa bersama di depan patung Bunda Maria, yang dil-akukan secara terus menerus, akhirnya menjadi sebuah pengkondisian yang memberikan identitas yang khas baginya, bahwa ia adalah seorang Katolik dengan segala kekayaan rohani dan tradisi yang dimilikinya. Berkaca dari secuil pengalaman di atas, akhirnya, tulisan ini hanya ingin mengingatkan keluarga-keluarga Katolik agar terus berupaya memupuk dan mengembangkan iman dalam keluarga.Semoga dalam keluarga pula, Dia semakin dipuji dan Ger-eja semakin dicintai.
PAGE 3 INDONESIAN CATHOLIC FAMILY BRISBANE.GOLDCOAST SEPTEMBER 2017
Hi everyone, This is us ICF Youth (ICFY). We are more than just a bunch of kids that just know about party. Kami anak-anak yang selalu membereskan gathering dan mengangkat meja setiap acara ICF. Kami juga yang sela-lu duduk di samping Pastor setiap minggu dan menyanyi di misa minggu pertama. Jumlah kami tidak banyak tapi, kami selalu berusaha untuk berkembang dan menjadi lebih baik. Untuk mencapai itu semua dan tetap melayani, kami butuh wadah untuk mempererat hubungan dan persaudaraan kami. Disinilah peran dari Titik Temu Mudika. Acara bulanan yang sudah pertama kali diadakan 12 Agustus 2017. Lebih dari sekedar nasi kuning, dan pemandangan dari Brisbane Powerhouse, tapi yang terpenting adalah kedatangan ang-gota-anggota baru kami. Mungkin sebagian dari mereka hanya akan singgah sementara atau mungkin akan ada yang menetap. Tapi yang terpenting they will be our family forever. Mungkin sebagian besar dari umat, banyak yang tidak mengenal kami secara individu. Tapi kami bersyukur atas dukungan dan doa teman-teman ICF, yang memberikan kami kesempatan untuk belajar menjadi bagian keluarga be-sar di negeri orang. Oleh karena itu, kami berharap semoga acara Titik Temu Mudika episode selanjutnya boleh ter-jadi lagi, dan kami boleh berkembang lebih baik lagi. Untuk teman-teman ICFY dimanapun kalian berada dan apapun yang kalian kerjakan, semoga kita bisa bertemu kembali di Titik Temu episode September 2017. Stay tune and God Bless You. With love, ICFY
Pada tanggal
16 Agustus
Fr. Pio yang terkasih
memperingati hari Ulang
Tahunnya yang ke 36 Th,
dan sehari setelah itu kita
merayakan hari kemerdekaan
RI yang ke 72 th.
Keduanya di rayakan bersama oleh para umat
ICF Brisbane - Goldcoast dengan sederhana
namun penuh suka cita.
Marilah kita terus mendoakan Fr. Pio dan negara
kita Indonesia agar senantiasa dalam lindungan kasih Tuhan.
Tgl 3, 10, 17 September,
Tgl 1, 8, 22 Oktober
Tgl 5,12,19 November
dimulai pk.9.30 pagi
Hari Minggu
Kelas Anak-anak di Hall St Ita
Kelas Dewasa di Ruang
Rapat St Ita
INDONESIAN CATHOLIC FAMILY PAGE 4 SEPTEMBER 2017
Melayani hanya bagi kemuliaan nama Tuhan.
Kolekte I $ 1.252.50
Kolekte II $ 1.118.25
Pengeluaran $ 1.501.24
Shop 4/59 Hardgrave Road West End
4101 Brisbane
Tel: 1300 746 556
Opening Hours Tuesday to Sunday 11.00 - 21.00
ROAD DENTAL …..Check up ( Including xray )and cleaning is only $ 100,-
If you have private health fund you will pay less than $ 100,-and even gap free.
if you have any questions please contact us Phone: 3397-3999
635 Logan Rd, Greenslopes Opening hours:
Monday-Friday 8:00 - 17:30 Saturday 8:00 - 12:00
After hours is also available by appointment
Hasil Kolekte & Pengeluaran
Bulan Agustus 2017
Doa Rosario Sabtu,
9 September
Jam 11.00-
13.00
Di Rumah
Dani
GoldCoast
Sabtu,
16 September
Jam 15.00 Di Rumah
keluarga
Gems-Henny
Ong
Brisbane
Adorasi & Misa
Jum’at
Pertama
Jumat,
6 Oktober
Jam 18.30 St. Ita
Dutton Park
PDKK Sabtu,
7 Oktober
Jam 14.00
-16.00
St. Ita Dutton
Park
“Doa Lima Jari
Paus Fransiskus”
1. Jari Jempol, ialah jari yang terdek-at denganmu. Mulailah berdoa untuk mereka yang dekat denganmu. Mere-ka ialah orang-orang yang engkau ingat. Berdoa untuk orang tersayang merupakan suatu kewajiban yang manis. 2. Jari Telunjuk, berdoalah bagi mere-ka yang mendidikmu, mengarahkanmu, menyembuhkanmu. Mereka memerlukan dukungan dan kebijaksanaan untuk menunjukkan arah bagi orang lain. Bawalah mereka dalam doamu. 3. Jari Tengah, jari terpanjang meng-ingatkan kita pada para Pemimpin, Pemerintah, Semua yang Mengem-ban Kekuasaan. Mereka membutuh-kan bimbingan Tuhan. 4. Jari Manis di mana biasa ditempat-kan cincin. Kita tak mengira bahwa ini jari paling lemah. Doakanlah yang lemah, sakit, yang sedang menghadapi masalah. Mereka mem-butuhkan doamu. 5. Jari Kelingking, jari paling kecil, mengingatkan kita untuk berdoa bagi diri kita sendiri. Setelah me-
nyelesaikan empat doa sebelumnya, kamu dapat melihat kebutuhanmu sendiri dengan cara pandang yang benar, dan mendoakan kebutuhan dirimu dengan cara yang lebih baik." Selamat Berdoa
Kepada Keluarga Sonny-Mila Adiwinata atas sumbangannya
untuk ICF. Semoga Tuhan memberkati Keluarga ini
dengan kesehatan, kebahagiaan
dan damai sejahtera.
Semua umat ICF di undang untuk berpartisipasi
membersihkan kapel Marian Valley Pada Hari Sabtu 9 September 2017
Jam 8—11 pagi Untuk keterangan lebih lanjut hubungi
Sdr Sugi
Recommended