View
408
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
IMPLEMENTASI TQM DI PERGURUAN TINGGI
Citation preview
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 1
TQM IMPLEMENTATION IN HIGHER EDUCATION
Oleh : Wisnu Wardhono
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Perkembangan masyarakat yang semakin kompetitif menuntut setiap orang
untuk berkompetisi secara sehat. Demikian halnya dengan sebuah lembaga
termasuk lembaga pendidikan, kompetisi untuk merebut pasar menuntut setiap
lembaga untuk mengedepankan kualitas dalam proses manajerial dan
pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan persoalan kualitas ini, sekarang sudah
berkembang sebuah pendekatan, khususnya dalam proses manajerial, yaitu Total
Quality Manajemen (TQM).
TQM dapat digunakan untuk menggambarkan dua gagasan yang agak
berbeda tetapi saling berkaitan. Pertama, adalah filsafat perbaikan terus menerus.
Kedua, arti yang saling berkaitan menggunakan TQM untuk menggambarkan alat
dan teknik, seperti brainstorming dan analisis lapangan, dimana digunakan untuk
meletakkan perbaikan kualitas ke dalam tindakan. TQM baik dalam konteks
pikiran ataupun aktivitas praktis – merupakan sikap dari pikiran dan metode
perbaikan terus menerus.
Total Quality Mangement (TQM) berasal dari dunia bisnis dan khususnya
dalam dunia perusahaan. Oleh karena itu, untuk memahami TQM harus merujuk
pada dunia asalnya. Hal ini bukan berarti bahwa metode bisnis lebih unggul dari
pada praktek pendidikan, atau bahwa pendidikan akan bisa ditingkatkan hanya
dengan mengadopsi bahasa komersial. Lebih dari itu, justru dunia bisnis dapat
belajar dari metode yang diterapkan di beberapa sekolah.
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 2
Di era kontemporer, dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model
pengelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini menuntut adanya
upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan
berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu dalam
pendidikan ini lebih populer dengan sebutan istilah "Total Quality Education
(TQE)", Dasar dari manajemen ini dikembangkan dari konsep TQM, yang pada
mulanya diterapkan pada dunia bisnis. Secara filosofis, konsep ini menekankan
pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk
mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Total Quality Mangement (TQM) dalam pendidikan ini mendapatkan
perhatian serius dalam National Quality Servey (1991). Hal ini menunjukkan
bahwa TQM dan isu-isu mutu secara umum mengundang perhatian publik.
Dalam beberapa tahun terakhir, isu tersebut semakin meningkat. Masyarakat dari
semua sektor pendidikan sekarang telah menunjukkan minatnya. Beberapa
institusi mulai mewujudkan filosofi TQM ke dalam praktek. Perkembangan minat
ini telah memberikan stimulan pada tuntutan publikasi isu-isu TQM dalam dunia
pendidikan.
Tulisan ini akan memaparkan seputar pendekatan Total Quality
Management (TQM) dalam pendidikan. Secara sistematis, pemaparan akan
difokuskan pada beberapa aspek, atara lain; Desain dan pendekatan TQM, Konsep
Sistem Pendidikan Tinggi Modern, Hambatan yang harus diatasi ketika
memperkenalkan TQM, hambatan dalam pelaksanaan TQM, dan pengembalian
investasi ( ROI ) dari Implementasi TQM
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 3
BAB II TQM DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN TINGGI
A. Pengertian Total Quality Mangement Seperti halnya dengan kualitas, definisi Total Quality Mangement juga
bermacam-macam. Total Quality Mangement sebagaimana diungkapkan oleh Ishikawa, diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya diungkapkan oleh Santoso, ia menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus terhadap produk jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungannya. Sebab, berdasarkan TQM, tolok ukur keberhasilan usaha bertumpu pada kepuasan pelanggan atas barang atau jasa yang diterimanya. Untuk memudahkan pemahaman, maka pengertian TQM dapat dikemukakan sebagai berikut:
Total Quality Mangement merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Berdasarkan definisi-definisi tentang TQM seperti di atas, Goetsch dan Davis mengungkapkan sepuluh unsur utama (karakteristik) total quality management, sebagai berikut:
1. Fokus Pada Pelanggan, dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi Terhadap Kualitas, dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 4
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
3. Pendekatan Ilmiah, pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen jangka Panjang, TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerja sama Team (Teamwork), dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan, setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan, dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan yang Terkendali, dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 5
Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
9. Kesatuan Tujuan, agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan
harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan
pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada
persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai
upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti. B. Prinsip dan Unsur Pokok Dalam TQM
Total quality management merupakan suatu konsep yang berupaya
melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan
perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut
Hensler dan Brunell, ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:
1. Kepuasan Pelanggan Memberikan kepuasan kebutuhan pelanggan (internal dan eksternal) dalam
segala aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai (value) yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, semakin besar pula kepuasan pelanggan.
2. Respek Terhadap Setiap Orang Dalam perusahaan yang berkelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai
individu yang memiliki talenta dan kreativitas yang unik. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 6
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta, setiap keputusan didasarkan pada data, dengan mengacu pada konsep prioritisasi (prioritization) dan variasi (variation), dan bukan sekedar pada perasaan (feeling).
4. Perbaikan Berkesinambungan Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara
sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
C. Konsep Sistem Pendidikan Tinggi Modern
Meminjam konsep berpikir manajemen sistem industri modern, maka
manajemen perguruan tinggi di Indonesia seyogianya memandang bahwa Proses
Pendidikan Tinggi adalah suatu peningkatan terus-menerus (continuous
educational process improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya
ide-ide untuk menghasilkan lulusan (output) yang berkualitas, pengembangan
kurikulum, proses pembelajaran, dan ikut bertanggung jawab untuk memuaskan
pengguna lulusan perguruan tinggi. Berdasarkan informasi sebagai umpan-balik
yang dikumpulkan dari pengguna lulusan (external customers) itu dapat
dikembangkan ide-ide kreatif untuk mendesain ulang kurikulum atau
memperbaiki proses pendidikan tinggi yang ada saat ini. Konsep pemikiran
manajemen sistem pendidikan tinggi ini dituangkan pada gambar 1.
Gambar 1. Manajemen Sistem Pendidikan Tinggi Modern
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 7
Selanjutnya, dapat dikembangkan pula model manajemen operasional
perguruan tinggi di Indonesia seperti pada gambar 3.
Gambar 2. Roda Deming dalam Manajemen Pendidikan Tinggi Modern
Gambar di atas, menunjukkan bahwa penerapan roda Deming dalam
manajemen pendidikan tinggi di Indonesia akan terdiri dari empat komponen
utama, yaitu: riset pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional
proses pendidikan tinggi, dan penyerahan lulusan yang kompetitif dan berkualitas
ke pasar tenaga kerja. Dalam hal ini diperlukan suatu interaksi tetap antara riset
pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional proses pendidikan
tinggi, dan bertanggung jawab menghasilkan lulusan yang kompetitif dan
berkualitas ke pasar tenaga kerja, agar perguruan tinggi di Indonesia mampu
berkompetisi dalam persaingan global.
Manajemen Perguruan
Tinggi
Tahap kedua : Desain proses
pendidikan berorientasi pasar
tenaga kerja
Tahap ke tiga : Menjalankan
proses belajar mengajar secara
efektif dan efesien
Tahap Ke empat : Menyerahkan lulusan yang
kompetitif dan berkualitas baik
Tahap Pertama : Riset pasar untuk
mengetahui kebutuhan pasar
tenaga kerja
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 8
Berkaitan dengan hal ini, sudah saatnya perguruan tinggi di Indonesia
melakukan reorientasi dan redefinisi tujuan dari pendidikan tinggi, bukan sekedar
menghasilkan lulusan sebanyak-banyaknya tanpa peduli akan kepuasan pengguna
lulusan itu, melainkan juga harus bertanggung jawab untuk menghasilkan output
(lulusan) yang kompetitif dan berkualitas agar memuaskan kebutuhan pengguna
tenaga kerja terampil berpendidikan tinggi. Konsekuensi dari pemikiran ini adalah
penerapan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia harus dijalankan atas dasar
pengertian dan tanggung jawab bersama untuk mengutamakan efisiensi
pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses pendidikan tinggi itu.
Melalui penerapan roda Deming dalam sistem pendidikan tinggi yang
dijalankan secara konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan mampu
memenangkan persaingan global yang amat sangat kompetitif dan memperoleh
manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk
pengembangan perguruan tinggi itu dan peningkatan kesejahteraan pegawai yang
terlibat di perguruan tinggi itu.
D. Desain TQME untuk Perguruan Tinggi di Indonesia
Sebelum TQME didesain untuk perguruan tinggi di Indonesia, maka
stakeholders dari perguruan tinggi harus memiliki kesamaan persepsi tentang
manajemen kualitas. Dalam konsep manajemen kualitas modern, kualitas suatu
perguruan tinggi antara lain ditentukan oleh kelengkapan fasilitas atau reputasi
institusional. Kualitas adalah sesuatu standar minimum yang harus dipenuhi agar
mampu memuaskan pelanggan yang menggunakan output (lulusan) dari sistem
pendidikan tinggi itu, serta harus terus-menerus ditingkatkan sejalan dengan
tuntutan pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif. Berkaitan dengan hal ini,
maka Spanbauer (1992) menyatakan bahwa manajemen perguruan tinggi harus
mengadopsi paradigma baru tentang manajemen kualitas modern. Paradigma baru
dan paradigma lama yang dianut oleh manajemen perguruan tinggi dicantumkan
pada tabel 1.
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 9
Tabel 1. Paradigma Baru dan Paradigma Lama dari Manajemen Perguruan Tinggi
PARADIGMA BARU PARADIGMA LAMA
Mahasiswa menerima hasil ujian, pembimbingan, dan nasehat agar membuat pilihan-pilihan yang sesuai
Mahasiswa diperlakukan sebagai pelanggan
Keluhan mahasiswa ditangani secara cepat dan efisien
Terdapat sistem saran aktif dari mahasiswa
Setiap departemen pelayanan menetapkan kepuasan pelanggan sesuai kebutuhan
Terdapat rencana tindak-lanjut
untuk penempatan lulusan dan peningkatan pekerjaan
Mahasiswa diperlakukan dengan sopan, rasa hormat, akrab, penuh pertimbangan
Fokus manajemen pada
keterampilan kepemimpinan kualitas seperti: pemberdayaan dan partisipasi aktif karyawan
Manajemen secara aktif mempromosikan kerjasama dan solusi masalah dalam unit kerja
Hasil ujian tidak digunakan sebagai informasi untuk memberikan bimbingan dan nasehat kepada mahasiswa Mahasiswa tidak diperlakukan sebagai pelanggan
Keluhan mahasiswa ditangani dalam bentuk defensif dan dengan cara negatif
Mahasiswa tidak didorong untuk memberikan saran atau keluhan
Staf departemen pelayanan tidak memperlakukan karyawan lain dan/atau mahasiswa sebagai pelanggan
Tidak ada sistem tindak-lanjut yang cukup atau tepat untuk mahasiswa dan alumni
Mahasiswa dipandang sebagai inferior, tidak diperlakukan dengan rasa hormat, cara yang akrab dan penuh pertimbangan
Fokus manajemen pada pengawasan karyawan, sistem, dan operasional
Banyak keputusan manajemen dibuat tanpa masukan informasi dari karyawan dan mahasiswa
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 10
Sistem informasi memberikan laporan yang berguna untuk membantu manajemen dan dosen
Staf administrasi bertanggung jawab dan siap memberikan pelayanan dengan cara yang mudah dan cepat guna memenuhi kebutuhan mahasiswa
Sistem informasi usang dan tidak membantu manajemen sistem kualitas
Staf administrasi kurang memiliki tanggung jawab dan kesiapan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa
Sumber: Spanbauer, 1992
Agar pemahaman dan adopsi paradigma baru pada tabel 2 dapat berhasil,
maka dibutuhkan suatu sistem pelatihan kepada pengelola perguruan tinggi di
Indonesia. Pelatihan TQME yang penting bagi pengelola perguruan tinggi di
Indonesia ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2 Desain Sistem Pelatihan TQME bagi Pengelola Perguruan Tinggi di
Indonesia
JENIS PELATIHAN
WAKTU MINIMUM MATERI PELATIHAN PESERTA
1. Pelatihan Manajemen Puncak
36 jam Manajemen Proses, Statistical Thinking, Pelayanan Pelanggan, Pembentukan Kelompok, dan Solusi Masalah
Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, Pembantu Dekan, dan Ketua Jurusan/ Departemen
2. Pelatihan Dosen
36 jam Efektivitas dan Metode Pengajaran, Statistical Thinking, Pelayanan Pelanggan, Pembentukan Kelompok, dan Solusi Masalah
Dosen Tetap, Dosen Tidak Tetap, dan Asisten Dosen
1. Pelatihan Staf Pendukung
36 jam Pelayanan Pelanggan, Pembentukan Kelompok, Solusi Masalah, Manajemen Waktu, Keterampilan Bertelepon, dan Pengendalian Diri
Semua Staf Pendukung
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 11
Setelah memperoleh pelatihan dan siap menerima paradigma baru tentang
manajemen perguruan tinggi yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan
kepuasan pelanggan, maka sistem TQME secara lengkap dapat didesain,
diimplementasikan, dan ditingkatkan terus-menerus pada perguruan tinggi itu
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Penerapan Total Quality Management in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi
E. Hambatan yang Harus Diatasi Ketika Memperkenalkan TQM Untuk mengembangkan sebuah kultur mutu, diperlukan waktu dan kerja
keras. Karena jika kedua hal tersebut tidak berjalan dengan baik, maka perjalanan mekanisme kerja mutu akan terhambat. TQM membutuhkan mental juara yang mampu mengahadapi tantangan dan perubahan dalam pendidikan. Peningkatan mutu merupakan proses yang membutuhkan kewaspadaan dan kehati-hatian. Karena diam di tempat saat para pesaing terus berkembang adalah tanda-tanda kegagalan.
TQM mengharuskan kesetiaan jangka panjang staf senior terhadap institusi. Karena, tidak tertutup kemungkinan manajemen senior sendiri bisa menjadi
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 12
problem. Mereka bisa saja mengharapkan hasil positif yang dihasilkan TQM, namun tidak mau memberikan dukungan sepenuh hati yang diperlukan. Banyak inisiatif mutu yang tersendat-sendat disebabkan sikap manajer senior yang kembali pada metode manejemen tradisional. Kekhawatiran manajer senior dalam mengadopsi metode dan pendekatan yang baru adalah kendala utamanya. Hal ini merupakan rintangan atau kendala yang sangat serius. Ketika manajemen senior tidak mampu mendukung TQM, maka sangat kecil kemungkinan orang lain di organisasi tersebut akan mampu melaksanakannya.
Volume tekanan eksternal juga bisa menghalangi upaya sebuah organisasi dalam menerapkan TQM. Walaupun program-program mutu disampaikan dengan publikasi besar-besaran, seringkali program-program tersebut tergilas oleh inisiatif lain. Perlu dipastikan bahwa meskipun ada tekanan lain, mutu harus selalu menjadi prioritas utama dalam agenda. Dalam hal ini, perencanaan strategis memiliki peranan penting, untuk membantu staf memahami misi institusi dan menjembatani jurang dalam komunikasi.
Manajemen senior harus mempercayai stafnya untuk bersama-sama mengusung visi institusi mereka ke depan. Beberapa manajer senior terkadang tidak berbagi visi dengan para bawahan sebab mereka khawatir akan kehilangan status dan hal tersebut dianggap menurunkan derajat manajer. Ditambah lagi dengan ketakutan manajer senior untuk mendelegasikan bawahannya, maka peningkatan dan pengembangan mutu akan menjadi suatu yang mustahil.
Masalah utama yang sering dialami oleh banyak institusi adalah peran yang dimainkan oleh manajemen menengah. Mereka memiliki peran penting karena mereka adalah petugas operasional harian institusi dan bertindak sebagai petugas komunikasi yang sangat penting. Mereka bisa menjadi penghalang terjadinya perubahan, atau sebaliknya menjadi pemimpin. Mananjer menengah hanya bisa mendefinisikan hasil karyanya sebagai salah satu bentuk inovasi, jika manajer senior mengkomunikasikan kepada mereka visi dari sebuah masa depan baru. Manajer senior harus konsisten dalam bersikap dan bertindak ketika menganjurkan dan mengkomunikasikan pesan peningkatan mutu.
Para manajer bukan satu-satunya pihak yang bisa menghalangi pengembangan mutu. Beberapa staf yang terlalu khawatir salah terhadap konsekwensi pemberdayaan juga bisa menghalangi mutu. Mereka kadangkala
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 13
cenderung suka terhadap hal-hal yang bersifat statis. Mereka perlu mendapatkan brainstorming pentingnya dan kegunaan perubahan. Untuk alasan ini, TQM tidak boleh menjadi sekedar jargon dan iklan.
F. Kegagalan Mutu Analisa terhadap kegagalan mutu merupakan salah satu hasil terpenting dari
penelitian Deming. Dia membedakan sebab-sebab kegagalan menjadi dua bentuk, umum dan khusus. Sebab-sebab umum adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan sistem. Masalah sistem ini merupakan masalah internal proses institusi. Masalah-masalah tersebut hanya bisa diatasi jika sistem, proses dan prosedur institusi tersebut dirubah. Sementara sebab-sebab lain yang ia sebut sebagai sebab-sebab khusus melahirkan variasi-variasi yang non-acak di dalam sistem dan merupakan sebab-sebab eksternal.
Sebab-sebab umum rendahnya mutu pendidikan bisa disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Jika kesalahan dan kegagalan tersebut diidentifikasi sebagai akibat dari masalah sistem, kebijakan, atau sumber daya, maka hal tersebut adalah sebuah kegagalan "sebab umum". Implikasi manajemennya adalah sebab-sebab tersebut harus dihilangkan dan sistem serta prosedurnya harus disusun, ditetapkan dan dikembangkan kembali.
Hal ini mungkin memerlukan perubahan kebijakan atau pelatihan-pelatihan baru. Hal terpenting yang harus dicatat di sini adalah, hanya pihak manajemen yang dapat membenahi masalah tersebut. Hanya manajemen yang memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan atau mendesain ulang sebuah sistem. Staf yang lain mungkin melihat perlunya perubahan, tetapi implementasi perubahan tersebut hanya akan terjadi ketika manajemen mengambil tindakan.
Untuk menentukan akan dan penyebaran sebuah masalah, diperlukan sebuah upaya untuk mencari data-data kegagalan dan melakukan pemeriksaan secara teratur. Dan kesalahan yang sering kali terjadi dalam dunia pendidikan adalah kurangnya penelitian dan analisa terhadap sebab-sebab rendahnya tingkat pencapaian tujuan, serta belum terwujudnya penelitian dan analisa tersebut sebagai subyek aksi manajerial.
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 14
Di sisi lain, sebab-sebab khusus kegagalan, sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah-pahaman. Kegagalan tersebut bisa juga diakibatkan oleh anggota individu staf yang tidak memiliki skil, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer pendidikan. Sebab-sebab khusus masalah mutu bisa mencakup kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota, kurangnya motivasi, kegagalan komunikasi, atau yang berkaitan dengan perlengkapan-perlengkapan.
Jika sebuah masalah disebabkan oleh sebab-sebab khusus, maka masalah tersebut bisa diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan atau mendesain kembali sistem. Merubah sistem merupakan hal yang tidak tepat dan bisa mengakibatkan terjadinya kegagalan yang lebih fatal. Sumber kegagalan membutuhkan identifikasi dan penyelesaian. Menangani sebab-sebab khusus juga merupakan tanggung jawab manajemen. Memang staf lain sangat mungkin bisa menangani dan menyelesaikan masalah tersebut, namun terkadang mereka tidak memiliki otoritas yang cukup. Banyak masalah khusus dalam pendidikan muncul dari sejumlah kecil individu yang kurang memiliki motivasi atau ketrampilan untuk menjadi seorang guru yang efektif.
G. Pengembalian Investasi (ROI) Dari Implementasi TQM
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi sumber daya manusia
yang harus lebih diprioritaskan sejajar dengan investasi modal fisik karena
pendidikan merupakan investasi jangka panjang. Di mana nilai balik dari investasi
pendidikan (return on investment = ROI) tidak dapat langsung dinikmati oleh
investor saat ini, melainkan akan dinikmati di masa yang akan datang. Selain itu
pendidikan juga merupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia
sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena melalui pendidikan
upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Pendidikan
mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu Negara (daerah). Hal ini
bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi
juga akan berpengaruh fertilitas masyarakat. Pendidikan dapat menjadikan sumber
daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan
pembangunan suatu Negara.
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 15
Hampir semua negara berkembang menghadapi masalah kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu
pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya tingkat melek huruf yang rendah,
pemerataan pendidikan yang rendah, serta standar proses pendidikan yang relatif
kurang memenuhi syarat. Padahal kita tahu, bahwa pendidikan merupakan suatu
pintu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu
peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak harus dilakukan. Karena
dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dapat memberikan
multiplier efect terhadap pembangunan suatu negara, khsususnya pembangunan
bidang ekonomi.
Hubungan investasi sumber daya manusia (pendidikan) dengan
pertumbuhan ekonomi merupakan dua mata rantai. Namun demikian,
pertumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baik walaupun peningkatan mutu
pendidikan atau mutu sumber daya manusia dilakukan, jika tidak ada program
yang jelas tentang peningkatan mutu pendidikan dan program ekonomi yang jelas.
Para pakar ekonomi telah banyak mengutarakan pendapatnya mengenai
pentingnya pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah Prof
Harvard Dale Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan
rentang waktu yang cukup lama yang mengatakan bahwa 46 persen pertumbuhan
ekonomi adalah disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen
disebabkan pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen
disebabkan kemajuan teknologi. Selanjutnya, meski modal manusia memegang
peranan penting dalam pertumbuhan penduduk, para ahli mulai dari ekonomi,
politik, sosiologi bahkan engineering lebih menaruh prioritas pada faktor modal
fisik dan kemajuan teknologi.
Menurut William Schweke, Smart Money: Education and Economic
Development (2004), memberikan afirmasi atas tesis ilmiah terdahulu,
bahwasanya pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas, memiliki pengetahuan, keahlian, keterampilan serta menguasai
teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif
bagi pertumbuhan ekonomi.
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 16
Perhatian terhadap faktor manusia menjadi sentral akhir-akhir ini berkaitan
dengan perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi. Para
ahli di kedua bidang tersebut umumnya sepakat pada satu hal yakni modal
manusia berperan secara signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor
teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Modal manusia tersebut tidak
hanya menyangkut kuantitas, tetapi yang jauh lebih penting adalah dari segi
kualitas.
Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak hanya berfaedah bagi
perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian
pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan
produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan
pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun
pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran,
kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi
beban sosial politik bagi pemerintah.
Ada berbagai aspek yang dapat menjelaskan indikator untuk mengukur
kualitas manusia seperti aspek kesehatan, pendidikan, kebebasan berbicara dan
lain sebagainya. Di antara berbagai aspek ini, pendidikan dianggap memiliki
peranan paling penting dalam menentukan kualitas manusia. Lewat pendidikan,
manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuannya
manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik.
Dari berbagai studi tersebut sangat jelas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berkembangnya
kesempatan untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan, dan ketarmpilan,
keahlian, serta wawasan mereka agar mampu lebih bekerja secara produktif, baik
secara perorangan maupun kelompok. Implikasinya, semakin tinggi pendidikan,
hidup manusia akan semakin berkualitas. Dalam kaitannya dengan perekonomian
secara umum (nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin
tinggi pula tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa tersebut.
Sebuah tinjauan laporan pada pengalaman penerapan TQM di universitas-
universitas dan lembaga pendidikan tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 17
perbaikan yang dilaksanakan terus menerus terutama yang berhubungan dengan
administrasi tugas, dapat menghasilkan ROI yang sangat rendah . sedangkan
dalam rangka untuk membawa pengaruh positif TQM dengan ROI yang tinggi ,
adalah penting untuk menggabungkan perbaikan terus menerus yang terukur
dalam pendidikan inti proses , yaitu mengajarkan pengalaman TQM pada sebuah
tinjauan laporan
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 18
BAB III PEMBAHASAN
Sebagai salah satu bentuk jasa yang melibatkan tingkat interaksi yang tinggi
antara penyedia dan pemakai jasa. Menurut Zethaml, Parasuraman, dan Barry
dalam Kotler mengidentifikasikan lima dimensi pelayanan yaitu; kehandalan,
kepastian, berwujud fasilitas dan peralatan fisik serta penampilan karyawan yang
professional, empati tingkat perhatian pribadi terhadap para pelanggan, dan
kepekaan. Lebih lanjut Fandy menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi pokok
yang menentukan kualitas perguruan tinggi, yaitu; Pertama, keandalan
(reliability) yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera atau tepat waktu, akurat, dan memuaskan. Pelanggan tidak ingin waktunya
dihabiskan hanya untuk menunggu. Karena waktu bagi pelanggan sangat
berharga, setiap menitnya memiliki makna yang berarti yang ingin dilaluinya
dengan penuh senang hati. Beberapa contoh di antaranya penawaran mata kuliah
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan (misalnya tuntutan keterampilan,
profesi, dan dunia kerja); jadwal perkuliahan dan ujian yang akurat; proses
perkuliahan yang berlangsung lancar; penilaian yang fair dalam perkuliahan,dll.
Kedua, daya tangkap (responsiveness), yaitu kemampuan atau kesediaan
para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan
tanggap. Membiarkan pelanggan menunggu untuk alasan yang tidak jelas bila
menimbulkan persepsi yang negative terhadap kualitas. Dengan demikian rektor,
pembantu rektor, dekan, ketua jurusan, dan para pejabat struktural lainnya harus
mudah ditemui, begitu pula dengan dosen harus mudah ditemui mahasiswa untuk
kepentingan konsultasi, proses belajar mengajar hendaknya diupayakan intensif
dan memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan seluruh kapasitasnya,
fasilitas pelayanan yang ada (perpustakaan, laboratorium, ruang olah raga, dll)
harus mudah diakses oleh setiap insan kampus; prosedur administrasi penerimaan
mahasiswa baru harus sederhana tidak birokrasi atau berbelit-belit dan lain-lain.
Dalam hal ini terjadi service failure, kemampuan untuk melakukan perbaikan
secara tepat dan profesional bisa menciptakan persepsi kualitas yang sangat
positif.
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 19
Ketiga, jaminan (assurance) yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya dimiliki para
staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Sebagai contoh seluruh jajaran
(dosen, asisten, dan karyawan) harus benar-benar orang yang kompeten
dibidangnya, reputasi perguruan tinggi yang positif dimata masyarakat, sikap, dan
perilaku seluruh jajaran mencerminkan profesionalisme dan kesopanan, dll.
Keempat, empati, yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para
pelanggan. Misalnya dosen-dosen yang mengenal nama mahasiswa yang
menempuh mata kuliah yang diasuhnya; dosen pembimbing akademik benar-
benar berperan sesuai dengan fungsinya; setiap dosen bisa dihubungi dengan
mudah baik dihubungi di ruang kerja, via telepon, dll. Kelima, bukti langsung
(tangibles) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan atau dosen dan sarana
kommunikasi. Misalnya berupa kampus, computer, perpustakaan, ruang kuliah,
ruang dosen, ruang seminar, kantin, tempat parkir, bookstore, jurnal ilmiah, sarana
ibadah, keterampilan, dan busana staf, dll.
Kelima dimensi di atas didasarkan pada derajat kepentingan relatifnya
dimata pelanggan. Dimensi-dimensi digunakan pelanggan untuk menilai kualitas
jasa (service quality), yang didasarkan atas perbandingan antara jasa yang
diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service).
Gap diantara jasa yang diharapkan dan yang dipersepsikan merupakan ukuran
kualitas jasa. Oleh sebab itu, perguruan tinggi harus meningkatkan kerjanya dalam
setiap dimensi dan tidak melakukan overpromise dalam penyampaian informasi
kepada para calon mahasiswa, orang tua mahasiswa, dosen, dan karyawan
sehingga menimbulkan harapan yang muluk-muluk/tidak realitas dan sulit
direalisasikan.
Perguruan tinggi sebagai organisasi maka tidak terlepas dari sebuah sistem,
yang mana di dalam sistem itu terdapat beberapa elemen yang menentukan
kelangsungan dan keberhasilan perguruan tinggi, diantaranya adalah pelanggan.
Pelanggan atau klien. Dalam organisasi manajemen peningkatan mutu pelanggan
atau klien adalah seseorang yang menerima produk atau jasa layanan. Jadi,
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 20
pelanggan tidak berada secara eksternal terhadap organisasi tetapi berada pada
setiap tahapan yang mempersyaratkan penyempurnaan hasil sebuah produk atau
pemberian layanan.
Hal ini menggambarkan terdapat mata rantai dari klien, yang keterkaitannya
bersama dengan proses. Manajemen mutu mempersyaratkan organisasi
melakukan penggalian dengan bertanya atau mendengarkan, yang tentunya
kepada klien yang tepat. Dalam hal ini diperlukan umpan balik yang untuk
menjamin bahwa layanan yang dikerjakan memang tepat. Hal-hal yang mencakup
di dalam MPM terhadap pelanggan adalah nilai-nilai organisasi, visi dan misi
yang perlu dikomunikasikan, yang dikerjakan dengan memperhatikan etika dalam
pengambilan keputusan dan perencanaan anggaran.
Murgatroyd dan Morgan (1994) dalam Willem Mantja mengemukakan
empat gagasan dasar yang sentral bagi keefektifan sistem pendidikan ; Pertama,
adalah lembaga pendidikan merupakan mata rantai yang menghubungkan
pelanggan (customer, klien) dan pemasok (supplier). Selain dalam hal ini,
perguruan tinggi dalam realitanya adalah suatu organisasi yang mengendalikan
mata rantai para klien. Para tenaga pengajar (dosen) adalah pemasok layanan
terhadap peserta didik (mahasiswa) dan para orang tua; pemerintah
(Kemendiknas/Kemenag) merupakan pemasok layanan terhadap para tenaga
pengajar (dosen), administrator adalah pemasok layanan kepada tenaga pengajar,
dan para guru memberikan layanan satu terhadap yang lain. Ada pelanggan
eksternal (ialah mereka yang memiliki tuntutan atau kepentingan layanan dari
PT). disamping itu, ada juga pemasok eksternal suatu layanan terhadap sekolah.
Semua itu adalah hubungan pelanggan-pemasok yang dibatasi oleh organisasi
yang dinamai lembaga (perguruan tinggi).
Kedua, yang merupakan gagasan kunci adalah bahwa semua hubungan
antara pelanggan dan pemasok (apakah itu internal atau eksternal) ditengahi oleh
proses. Ketiga, orang dapat melakukan proses adalah mereka yang dekat dengan
pelanggan dalam proses tersebut. Hal itu, menyatakan yang bersifat piramid
terbalik : pada puncak adalah para pelanggan, ditengah adalah para guru, dan di
bawah adalah para menejer senior. Di tengah (jantung) organisasi terletak
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 21
kliennya, yakni para orang tua dan peserta didik. Tanpa hal itu sebenarnya tidak
ada sekolah. Selanjutnya, proses penting bagi para menejer di sekolah adalah
tingkatan dan catatan guru, karena merekalah yang paling dekat dengan pelanggan
dan kinerja mereka dalam proseskurikulum, evaluasi reflektif, evaluasi formatif
dan sumatif dan memelihara serta menyimpan catatan penting merupakan hal
yang sentral bagi tugas-tugas persekolahan. Sebaliknya mereka memberi
dukungan dalam pekerjaan mereka melalui bantuan para guru, pustakawan
sekolah, dan para pegawai tata usaha, yang juga sebaliknya, memperoleh
dukungan dari penyelenggara administrasi sekolah dari tim manejer. Ini adalah
customer driven hierarchy yang terdapat di dalam sekolah.
Kepuasan pelanggan merupakan faktor penting dalam TQM. Kepuasan
adalah perasaan senang atau kecewa seorang yang berasal dari perbandingan
antara kesan terhadap kinerja (atau hasil suatu produk dan harapan-
harapannya).Berangkat dari definisi di atas kepuasan kesan merupakan fungsi dari
kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja di bawah harapan, pelanggan tidak puas.
Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan,
pelanggan amat puas atau senang.
Oleh sebab itu identifikasi pelanggan perguruan tinggi dan kebutuhan
mereka merupakan aspek krusial. Ivancevich (1992) dalam Fandy menyatakan
bahwa langkah pertama dalam menerapkan TQM adalah memandang mahasiswa
sebagai pelanggan yang harus dilayani. Pandangan ini dikenal secara luas, tapi
tidak diterima secara universal. Salah satu pihak yang mengajukan keberatan atas
pendangan ini adalah Wambsganss dan Kennett (1995). Mereka mengungkapkan
bahwa secara tradisional, para mahasiswa dianggap sebagai pelanggan karena
mereka yang “membayar SPP” dan menerima jasa yang ditawarkan (pendidikan).
Universitas atau fakultas tidak akan ada tanpa mereka. Akan tetapi menurut
mereka TQM bukanlah konsep tradisional. Justru memakai akhir (end user) yang
harus menjadi fokus utama perguruan tinggi. Atas dasar itu, mereka menegaskan
bahwa future employer merupakan pelanggan utama bagi perguruan tinggi.
Pelanggan yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Lewis dan Smith
(1994). Keduanya mengajukan kerangka identifikasi pelanggan yang ditinjau dari
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 22
tiga perspektif, yaitu pelanggan internal (akademik dan administratif), pelanggan
eksternal langsung, dan pelanggan eksternal tidak langsung. Pelanggan internal
akademik meliputi mahasiswa, staf pengajar, program, dan departemen dalam
program akademik suatu kampus yang mempengaruhi program tertentu.
Pelanggan internal untuk administrasi meliputi mahasiswa, karyawan, dan
unit departemen atau devisi yang mengawasi suatu pelayanan atau aktivitas.
Pelanggan eksternal langsung terdiri atas employers para mahasiswa dan PT lain
yang menjadi penerima mahasiswa (untuk keperluan studi lanjut) dan jasa PT
tertentu. Sedangkan pelanggan eksternal tidak langsung meliputi legislature
bodies, masyarakat yang dilayani, BAN (Badan Akreditasi Nasional), alumni dan
donator yang mempengaruhi keputusan dan operasional PT. Pelanggan ini harus
diprioritaskan karena pelanggan internal dan eksternal langsung merupakan
penerima langsung dari program, pelayanan, dan riset akademik yang berkualitas
dari suatu perguruan tinggi. Sementara pelanggan eksternal tidak langsung juga
pelu dilayani dengan baik, karena mereka memiliki kendali financial dan
akreditasi.
Mutu tidaknya suatu proses belajar mengajar didefinisikan menurut persepsi
pelanggan. Di kelas, mahasiswa merupakan pelanggan dari dosen; karena
mahasiswa orang yang menerima langsung layanan pembelajaran. mahasiswa
bukan merupakan unsur utama dalam menentukan suatu sistem pendidikan,
namun mahasiswa harus diminta pertimbangannya untuk menentukan sistem
tersebut.
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 23
BAB IV KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa TQM adalah
salah satu bentuk pendekatan modern untuk meningkatkan kualitas Perguruan
Tinggi. Kualitas perguruan tinggi memiliki lima dimensi pokok, yaitu; keandalan,
daya tangkap, jaminan, empati, dan bukti langsung. TQM mempersyaratkan
integrasi dari berbagai faktor yang perlu diintegrasikan. Faktor itu adalah
pelanggan, kepemimpinan, tim, prosedur, dan struktur. Pelanggan dalam dunia
perguruan tinggi mencakup pelanggan internal (akademik dan administratif),
pelanggan eksternal langsung dan tidak langsung.
Penerapan total quality management (TQM) pada perguruan tinggi di
Indonesia harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama
untuk mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari
proses pendidikan tinggi. Melalui penerapan TQM dalam sistem pendidikan tinggi
yang dijalankan secara terus-menerus dan konsisten, maka perguruan tinggi di
Indonesia akan mampu memenangkan persaingan global yang amat sangat
kompetitif dan memperoleh manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat
dipergunakan untuk pengembangan perguruan tinggi dan peningkatan
kesejahteraan personel yang terlibat di perguruan tinggi itu. Upaya ini juga akan
mengurangi kesenjangan persepsi yang terjadi antara perguruan tinggi dan
industri di Indonesia. Untuk itu, perlu direnungkan secara mendalam, mengapa
tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi di Indonesia dari waktu ke waktu
terus bertambah, sedangkan di satu pihak tenaga kerja asing yang nota bene
adalah lulusan perguruan tinggi luar negeri terus berdatangan ke Indonesia dan
"merebut" posisi manajemen dalam industri? Hal ini memberikan konsekuensi
ekonomi yaitu semakin banyak devisa yang tersedot untuk membayar upah tenaga
kerja asing itu!
Solusinya adalah secepatnya menerapkan TQM pada perguruan tinggi di
Indonesia, agar lulusan perguruan tinggi di Indonesia mampu bersaing di pasar
tenaga kerja global pada tahun 2003 dan seterusnya. Patut dicatat bahwa
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 24
pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam sistem industri akan menjadi sumber
daya nasional yang paling efektif untuk membawa bangsa Indonesia menuju
kemajuan dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Lulusan
perguruan tinggi di Indonesia perlu dibekali juga dengan beberapa kemampuan
tambahan seperti: bekerja sama dan berinteraksi dengan orang lain,
berkomunikasi, berpikir berdasarkan logika, solusi masalah dan pembuatan
keputusan, melihat sesuatu secara komprehensif dalam konteks sistem,
pengendalian diri, dan lain-lain. Untuk hal ini, beberapa mata kuliah seperti
manajemen proses, dasar-dasar teori dan analisis sistem, teori-teori tentang
manajemen kualitas, statistical thinking, statistical process control, analisis
masalah dan pembuatan keputusan akan sangat bermanfaat apabila diajarkan pada
perguruan tinggi di Indonesia.
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 25
DAFTAR PUSTAKA
Academic Excellence: Implementing the Quality Principles in Higher
and action learning to create a validated and living curriculum", Higher and embedding graduate attributes: bringing together quality assurance and quality in higher education", in Fincher, C. (Ed.), Defining and Assessing Quality, Institute of Higher Education, University of Georgia, Athens, GA, pp. 27-47.
Bath, D., Smith, C., Stein, S. and Swann, R. (2004), "Beyond mapping Beaver, W. (1994), "Is TQM appropriate for the classroom?", College Bensimon, E. and Neumann, A. (1993), Redesigning Collegiate Blankstein, A.M. (1996), "Why TQM can't work - and a school where it Brigham, S.E. (1993), "Lessons we can learn from industry", Change,
by value-added indicators? Applying Deming to education", Total Quality Cambridge. continuous improvement groups", The TQM Magazine, Vol. 11 No. 1, pp. 29-34.
Corrigan, J. (1995), "The art of TQM", Quality Progress, Vol. 28, pp. Crosby, P.B. (1979), Quality Is Free, McGraw-Hill, New York, NY. Deming, W.E. (1986), Out of Crisis, Cambridge University Press, Derm, Barret.1995.The TQM Paradigm Key Ideas That Make It Work.Portland,
Oregon. Productivity Press. Desjardins, C. and Obara, Y. (1993), "From Quebec to Tokyo:
did", Education Digest, Vol. 62 No. 1, pp. 27-30. Education Research and Development, Vol. 23 No. 3, pp. 313-28. Education, Buckingham, pp. 3-20. Education, Jossey Bass, San Francisco, CA. Education?, Open University Press and Society for Research into Higher
Fincher, C. (1994), "Quality and diversity: the mystique of Fitz-Gibbon, C.T. (1997), "Will 'Joy' in work be helped or hindered Freed, J.E., Klugman, M.R. and Fife, J.D. (2000), A Culture for Friedman, A.A. (2004), "Beyond mediocrity: transformational Gillis, L. and Bailey, A. (2003), "The bottom line on ROI: measuring
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 26
Green, D. (1994), "What is quality in higher education? Concepts, Groennings, S. (1994), "Between a rock and a hard place: investment Gronlund, N.E. and Linn, R.L. (1990), Measurement and Evaluation in Hammersley, G. and Pinnington, A. (1999), "Employee response to Harvey, L. (1995a), "Editorial: The quality agenda", Quality in Harvey, L. (1995b), "Beyond TQM", Quality in Higher Education, Vol.
Higher Education, Vol. 1 No. 1, pp. 5-12. Institute of Higher Education, University of Georgia, Athens, GA, pp. 84-94.
Kotler, Philip.1980. Marketing Management. Alih bahasa Agus Hasan. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol.Jakarta.PT.Prenhallindo. Leadership in Education, Vol. 7 No. 3, pp. 203-24. leadership within a transactional framework", International Journal of Leadership, Johns Hopkins, Baltimore, MD. Learning Journal, Vol. 7 No. 1, pp. 7-10. Management, Vol. 8 Nos 2-3, pp. 152-5.
Mantja, Willem.2000.Jurnal Ilmu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan.Januari perspectives on TQM", Educational Leadership, Vol. 51 No. 1, pp. 68-9. policy and practice", in Green, D. (Ed.), What Is Quality in Higher process", in Fincher, C. (Ed.), Defining and Assessing Quality, Teaching, 6th ed., Macmillan, London. Teaching, Vol. 42 No. 3, pp. 111-14.
Tenner, R. Arthur, Detoro J. Irving. Total Quality Management Three Steps To Continous Improvement. California.New York.Addison-Wesley Publishing Company. the return on our training and development investments", The Canadian Tim. Manajemen Mutu Terpadu.Program Pascasarjana.Jakarta
Tjiptono, Fandy.1999.Aplikasi TQM Dalam Manajemen Perguruan
Tinggi.Usahawan, Nopember, Vol 1 Vol. 25 No. 3, pp. 42-7.
Wiyono, Trisno, Abdullah, Pius.1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis.Surabaya.Arloka.
Recommended