View
33
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN PERSEPSI BIDAN DI DESA
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BIDAN
DENGAN DUKUN BAYI DI KECAMATAN SUKARAJA
KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWABARAT
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh :
RETNA PERTIWI
NPM 1006821464
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
ii
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
iii
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
iv
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
v
KATA PENGANTAR
Bismillahir Rahmanir Rahim
Alhamdulillahirrabil alamin. Segala puji dan Syukur bagi Allah SWT,
yang telah memberi rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga akhirnya saya dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Ilmu Kesehatan
Masyarakat, program studi Kebidanan Komunitas.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, kami mendapatkan bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan penghargaan
dan terimakasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Prof. Amal Chalik Sjaaf, dr, SKM, Dr. PH selaku pembimbing akademik
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Anwar Hassan, MPH yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk menjadi penguji I dalam skripsi ini.
3. H. Hermansyah, SKM, MPH yang bersedia meluangkan waktu dalam
kesibukan beliau untuk menjadi Penguji II .
4. Drg. Tri Wahyu Harini.MM.M. Kes, Ibu Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor dan seluruh jajarannya yang telah memberikan izin
kepada kami untuk melakukan penelitian di wilayah Kabupaten Bogor.
5. Bidan di desa, bidan koordinator, serta Kepala Puskesmas wilayah
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor yang telah bersedia meluangkan
waktunya ikut berpartisipasi dalam pengumpulan data di lapangan.
6. Bapak dan I bu tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan yang
besar kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di FKM-UI.
7. Suamiku Tri Samhudi dan anak-anakku tercinta (M. Anhabyan R.M dan
Khadeeja Azra R.M) yang telah memberikan semangat dan kekuatan yang
besar bagi saya selama pendidikan di FKM –UI.
8. Teman-teman mahasiswi Program studi Kebidanan Komunitas FKM-UI
angkatan 2010 yang telah saling membantu dan memberikan dukungan.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
vi
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
yang telah semua pihak berikan kepada saya. Ssemoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pihak.
Depok, Juni 2012
Penulis
Retna Pertiwi
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
vii
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : RETNA PERTIWI
Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 04 Mei 1982
Alamat Rumah : Serpeng Wetan, Pacarejo, Kecamatan Semanu
Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negri Bentakan 01 Kabupaten Sukoharjo : Tahun 1988
2. SLTP Negri 11 Kotamadya Surakarta : Tahun 1994
3. SMU Negri 7 Kotamadya Surakarta : Tahun 1997
4. Akademi Kebidanan Aisyiyah Surakarta : Tahun 2000
5. Program Peminatan Bidan Komunitas FKM UI : Tahun 2010 – Sekarang
Riwayat Pekerjaan
Bidan Puskesmas Semanu Kabupten Gunungkidul DIY Tahun 2006 sampai
sekarang
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
ix
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
x
ABSTRAK
Nama : Retna Pertiwi
NPM : 1006821646
Judul : Gambaran Persepsi Bidan di Desa Dalam Pelaksanaan
Program Kemitraan Bidan Dengan Dukun Bayi Di
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012
Salah satu penyebab tingginya Angka Kematian Ibu adalah masih
kurangnya cakupan persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan. Di
Indonesia pertolongan persalinan masih banyak dilakukan oleh dukun bayi,
sehingga kemudian dilakukan upaya kemitraan bidan dan dukun untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi bidan
di desa dalam pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun paraji di
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Penelitian menggunakan metode
kualitatif dengan data yang di peroleh dari hasil wawancara mendalam dan diskusi
kelompok terarah (FGD), dengan analisis sistem mulai dari komponen masukan,
proses dan keluaran.
Hasil penelitian menggambarkan pelaksanaan kemitraan di wilayah
Kecamatan Sukaraja oleh bidan di desa belum sesuai dengan harapan. Penting
bagi instansi terkait untuk melakukan pengelolaan yang serius dan lebih baik lagi
untuk perbaikan pada kegiatan kemitraan selanjutnya.
Kata Kunci :
Kemitraan, Bidan, Dukun Paraji, Persepsi.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
xi
ABSTRACT
Name : Retna Pertiwi
NPM : 1006821646
Title : Discription of Midwife Perception In Implementation of
Partnership Program With Traditional Birth Attendant
(TBA) in Subdistrict of Sukaraja, District of Bogor, West
Java Year 2012
One of the main cause of high maternal mortality rate is still a lack of
coverage of deliveries by health personnel in please. Help labor in Indonesia is
still mostly done by traditional birth attendants, so then do midwives and TBA
partnership efforts to improve maternal and child health. The research was
conducted in the District of Talbot Bogor regency of West Java Province.
The purpose of this study was to determine the image perception of
village midwives in the implementation of partnership programs with the shaman
paraji midwives in the District of Talbot, Bogor Regency. Research using
qualitative methods with data obtained from in-depth interviews and focus group
discussions (FGD), the analysis starts from the component system inputs,
processes and outputs.
The study describes the implementation of partnerships in the sub district
of Sukaraja by the midwife in the village have not been in line with expectations.
It is important for agencies to conduct the management of serious and even better
for the improvement of the partnership activities further.
Keyword:
Partnership, Midwife, TBA, Perception.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
HALAMAN ORISINALITAS ..............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................
ABSTRAK ............................................................................................................
ABSTRACT ..........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................
1.4 Tujuan Penelitian ..............................................................................
1.4.1 Tujuan Umum.........................................................................
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................
1.5.1 Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan
Puskesmas .............................................................................
1.5.2 Bagi Bidan Di Desa ................................................................
1.5.3 Bagi Peneliti ...........................................................................
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
2.1 Persepsi ..............................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xi
xii
xvi
xvii
xviii
1
1
5
6
6
6
6
7
7
7
7
7
9
9
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
xiii
2.1.1 Pengertian Persepsi ................................................................
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi..........................
2.2 Kemitraan ..........................................................................................
2.2.1 Pengertian ...............................................................................
2.2.2 Prinsip Dasar ..........................................................................
2.2.3 Langkah-Langkah Kemitraan .................................................
2.2.4 Indikator Keberhasilan kemitraan ..........................................
2.3 Bidan Di Desa ....................................................................................
2.4 Kemitraan Bidan Dan Dukun Bayi ....................................................
2.4.1 Pengertian ...............................................................................
2.4.2 Tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi .............................
2.4.3 Kebijakan ...............................................................................
2.4.4 Mekanisme Kerja ...................................................................
2.4.5 Tata Hubungan Kerja .............................................................
2.4.6 Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi ...............
2.4.7 Langkah-langkah Kemitraan Bidan dan Dukun .....................
2.4.8 Peran Bidan Dengan Dukun Dalam Pelaksanaan Kemitraan .
2.5 Pendekatan Sistem .............................................................................
2.6 Kerangka Pikir ...................................................................................
BAB 3 KERANGKA KONSEP ........................................................................
3.1 Kerangka Konsep...............................................................................
3.2 Definisi Istilah ...................................................................................
BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................................
4.1 Desain Penelitian ...............................................................................
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................
4.3 Sumber Informasi .............................................................................
4.4 Jenis Data dan Metoda Pengumpuan Data ........................................
4.5 Instrumen Penelitian ..........................................................................
4.6 Pengolahan Data ................................................................................
4.7 Analisis Data ......................................................................................
4.8 Validasi Data .....................................................................................
9
10
13
13
14
14
15
15
17
17
18
18
18
19
20
21
22
26
27
29
29
29
32
32
32
32
33
33
34
34
34
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
xiv
BAB 5 GAMBARAN UMUM ...........................................................................
BAB 6 HASIL PENELITIAN ............................................................................
6.1 Karakteristik Informan .....................................................................
6.2 Komponen Input ...............................................................................
6.2.1 Sumber Tenaga .....................................................................
6.2.2 Dana .......................................................................................
6.2.3 Sarana .....................................................................................
6.2.4 Metode ....................................................................................
6.3 Komponen Proses ...............................................................................
6.3.1 Pendataan dan pemetakan dukun ...........................................
6.3.2 Koordinasi dengan lintas sektor .............................................
6.3.3 Membina dukun .....................................................................
6.3.4 Melaksanakan kegiatan program kemitraan ..........................
6.3.5 Pemantauan dan Evaluasi kegiatan program .........................
6.4 Komponen Output ..............................................................................
BAB 7 PEMBAHASAN ....................................................................................
7.1 Keterbatasan Penelitian .....................................................................
7.2 Komponen Input ................................................................................
7.2.1 Sumber Tenaga ......................................................................
7.2.2 Dana.......................................................................................
7.2.3 Sarana ....................................................................................
7.2.4 Metode ...................................................................................
7.3 Komponen Proses ..............................................................................
7.3.1 Pendataan dan pemetakan dukun ...........................................
7.3.2 Koordinasi dengan lintas sektor .............................................
7.3.3 Membina dukun .....................................................................
7.3.4 Melaksanakan kegiatan program kemitraan ..........................
7.3.5 Pemantauan dan Evaluasi kegiatan program .........................
7.4 Komponen Output .............................................................................
36
39
39
40
40
43
51
53
61
61
64
67
69
73
75
79
79
79
79
80
81
82
84
84
85
85
86
87
88
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
xv
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
8.1 Kesimpulan ........................................................................................
8.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
90
90
92
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel
5.1 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Per Desa..............................
5.2 Tabel Wilayah Binaan UPT Kecamatan Sukaraja ..............................
6.1 Karakteristik Informan Utama Penelitian Kemitraan Bidan didesa
dengan dukun bayi di Kecamatan Sukaraja tahun 2012 .....................
6.2 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Sumber Tenaga
6.3 Hasil Wawancara Mendalam Informan Lain Tentang Sumber
Tenaga ................................................................................................
6.4 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Kemitraan
6.5 Hasil Wawancara Mendalam Sumber Informasi lain Mengenai
Dana Kemitraan .................................................................................
6.6 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Pembagian
Biaya Persalinan Pasien ......................................................................
6.7 Wawancara Mendalam Informan Lain Mengenai Dana Pembagian
Biaya Persalinan .................................................................................
6.8 Hasil FGD Informan Bidan Di Desa Mengenai Sarana Persalinan
6.9 Hasil wawancara Mendalam Tentang Sarana Dengan Sumber
Informan Bidan Koordinator dan Kepala Puskesmas ........................
6.10 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Metode Yang
Digunakan Dalam Kemitraan .............................................................
6.11 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Reward dan Sanksi
Dalam Kemitraan ...............................................................................
6.12 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Pendataan Dan
Pemetaan Paraji Dalam Kemitraan .....................................................
Halaman
35
36
37
39
41
42
44
46
48
50
51
55
58
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar
2.1 Bagan Skematis Proses Persepsi (The Perseptual Process)
2.2 Bagan Hubungan Unsur-Unsur Sistem
2.3 Kerangka Pikir Penelitian Gambaran Pelaksanaan Kemitraan Bidan
di Desa Terhadap Program Kemitraan
Halaman
22
26
27
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Lampiran 1 : Matriks Hasil FGD dengan Bidan di Desa Mengenai Persepsi
Kemitraan Dengan Dukun Bayi di Wilayah Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat
Lampiran 2 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Bidan di Desa
Mengenai Persepsi Kemitraan Dengan Dukun Bayi di Wilayah
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat
Lampiran 3 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Kepala Puskesmas
Mengenai Persepsi Kemitraan Dengan Dukun Bayi di Wilayah
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat
Lampiran 4 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Bidan Koordinator
Puskesmas Mengenai Persepsi Kemitraan Dengan Dukun Bayi
di Wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat
Lampiran 5 : Lembar Permintaan Menjadi Informan
Lampiran 6 : Petunjuk Wawancara Mendalam
Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Sebagai Responden
Lampiran 8 : Panduan FGD Informan Bidan di Desa
Lampiran 9 : Pedoman Wawancara Mendalam Bidan di desa
Lampiran 10 : Pedoman Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas
Lampiran 11: Pedoman Wawancara Mendalam Informan Bidan Koordinator
Puskesmas
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu dan Bayi merupakan standar tingkat kesehatan
disuatu negara atau daerah. Kelompok ibu dan anak merupakan kelompok yang
strategis bagi masa depan bangsa, terutama dalam rangka membangun sumber
daya manusia yang sehat dan berkualitas.
Negara kita bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga di
ASEAN, Indonesia masih menempati urutan atas negara yang Angka Kematian
Ibunya tinggi. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007,
Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 228 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, terjadi penurunan signifikan dari 390 pada tahun 1991, dan 307 pada tahun
2002 (Depkes 2011). Sedangkan Angka Kematian Bayi 35 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2002, hanya bergeser menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2007. Sementara Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka
Kematian Bayi adalah 23 per 1000 kelahiran hidup, sesuai dengan target MDGs.
Penyebab kematian ibu di pengaruhi oleh faktor langsung dan tidak
langsung. Penyebab langsung kematian ibu 90% terjadi saat persalinan dan
segera setelah persalinan. Dari 90 % tersebut, 28% perdarahan, 24% eklampsia,
11% infeksi, 8% infeksi puerperium, 5% partus macet, 5% trauma obstetric, 3%
emboli, dan lain-lain 11% (SKRT, 2001). Disamping itu kematian ibu juga
dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
kedudukan dan peran perempuan faktor sosial bidaya serta faktor transportasi,
yang kesemuanya berpengaruh pada munculnya keadaan yang tidak
menguntungkan yaitu tiga terlambat (terlambat mngenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan kesehatan), keadaan yang tidak
menguntungkan yan lain adalah 4 telalu (terlalu muda melahirkan, terlalu sering
melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, terlalu tua melahirkan). Mengingat
penyebab dan latar belakang kematian ibu sangat kompleks dan menyangku
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
2
Universitas Indonesia
bidang-bidang yang ditangani banyak sektor, maka upaya menurunkan AKI
memerlukan penaganan yang menyeluruh terhadap masalah yang ada dengan
melibatkan sektor terkait.
Untuk mananggulangi masalah tersebut telah dilakukan upaya
pengembangan Gerakkan Sayang Ibu tahun 1996 yang lebih menonjolkan peran
masyarakat dalam upaya penurunan angka kematian ibu. Selain itu, di canangkan
pula Making Pregnancy Safer (MPS) tahun 2008 dengan 3 pesan kunci dalam
upaya percepatan Penurunan AKI, yaitu setiap persalinan di tolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan
yang adekuat, dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Bahkan tahun 2011 pemerintah melakukan upaya terobosan untuk
mengejar ketertinggalan penurunan AKI agar dapat mencapai target MDGs
dengan meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal). Kebijakan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap persalinan
yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu
hamil yang belum memiliki jaminan persalinan. Jaminan persalinan diberikan
kepada semua ibu hamil agar dapat mengakses pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, pemeriksaan nifas dan pelayanan KB oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan sehingga dapat menekan angka kematian ibu dan
bayi. (Depkes, 2009).
Penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas di masyarakat dan
didukung oleh peningkatan kualitas sistem rujukan merupakan upaya yang
berdampak relatif cepat terhadap penurunan Angka Kematian Ibu. Tahun 1990-an,
pemerintah menempatan bidan di desa seluruh Indonesia dalam upaya
mendekatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat. Melalui
kebijakan tersebut sampai tahun 2006 sudah sekitar 40.000 bidan bertugas di desa
yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Keadaan ini menempatkan
bidan bidan di desa sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi ibu, neonatal, bayi dan balita. Namun demikian kualitas
pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa masih perlu ditingkatkan. Bidan di
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
3
Universitas Indonesia
desa membutuhkan pembinaan, baik secara klinis profesi bidan maupun dalam hal
manajemen program KIA agar dapat menjalankan fungsinya dengan standar
(Depkes RI, 2008)
Namun pada kenyataanya hasil yang diharapkan masih belum optimal,
hal tersebut tercermin dari masih tingginya persalinan yang ditolong oleh dukun
tradisional. Berdasarkan riskesdas 2010, penolong persalinan terbesar adalah
bidan yaitu 51,9%, selanjutnya adalah dukun 40,2% , sedangkan dokter 2,1% ,
dan paramedis lain 1,4%. Selain itu, sebagian besar persalinan dilakukan di
fasilitas kesehatan yaitu 53,4%, , untuk persalinan yang masih dilakukan di
rumah 46,3% lainnya di polindes atau poskesdes 0,3%,
Di Kabupaten Bogor sendiri cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
sebesar 80,4%. masih dibawah target SPM (85%) maupun Nasional (90%).
Bahkan dalam tiga tahun terakhir persalinan oleh dukun bayi atau biasa disebut
dengan paraji/maberang masih tergolong tinggi, yaitu tahun 2009 persalinan oleh
dukun sebesar 12,7%, sedangkan tahun 2010 sebesar 13% dan 2011 sama 13%
atau sekitar 15.576 persalinan ditolong oleh dukun bayi / Paraji (Dinkes Kab.
Bogor 2011).
Masih rendahnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
merupakan masalah yang komplek, salah satu diantaranya adalah bahwa
masyarakat masih banyak mempercayai dukun bayi dibandingkan dengan bidan
karena pelayanan dukun dinilai lebih komprehensif, lebih murah dan mudah di
panggil kerumah (Depkes RI, 2005).
Keberadaan dukun paraji yang berjumlah 4 : 1 (Dinkes Kab. Bogor 2010)
dengan bidan di desa yang dianggap sebagai pesaing, belum dapat digunakan
sebagai peluang untuk meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, mengingat segala kelebihannya dalam melakukan pelayanan yang
diterima oleh masyarakat (Dinkes Prop. Jabar, 2004). Masyarakat khususnya
daerah pedesaan masih menaruh kepercayaan yang besar kepada dukun bayi, oleh
karena itu, bidan harus dapat memanfaatkan kepercayaan masyarakat tersebut
dalam menolong persalinan dengan melakukan kemitraan dengan dukun bayi
sehingga dukun bayi bersedia merujuk kebidan.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Program kemitraan bidan dan dukun bayi yang telah dicanangkan sejak
tahun 2002 merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan cakupan
pertolongan persalinan yang aman sehingga diharapkan angka kematian ibu di
Indonesia akan mengalami percepatan penurunan. Untuk meningkatkan cakupan
dan kualitas pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, perlu ada alih peran
penolong persalinan dari penolong persalinan bukan tenaga kesehatan ke
penolong persalinan oleh tenaga kesehatan. Perubahan peran dukun bayi yang
biasanya sebagai penolong persalinan di dorong supaya menjadi mitra
pendamping bagi bidan yang menolong persalinan, melalui mekanisme kerjasama
yang saling menguntungkan (Depkes RI, 2008).
Selama ini di Kabupaten Bogor program kemitraan bidan dan dukun
paraji telah di sosialisakan sejak tahun 2008. Begitu juga di wilayah Kecamatan
Sukaraja, wilayah yang mempunyai 3 UPF Puskesmas yaitu Puskesmas Cilebut,
Puskemas Cimandala, dan Puskesmas Sukaraja telah melaksanakan kemitraan
sejak tahun 2009. Dari program tersebut diharapkan Angka Kematian Ibu dan
Bayi dapat di tekan dengan mengurangi resiko yang mungkin terjadi bila
persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan
menggunakan pola kemitraan bidan dengan dukun.
Kasus kematian di wilayah Sukaraja tahun 2010 terdapat 1 kasus
kematian ibu, kasus tersebut meningkat pada tahun 2011 menjadi 3 kasus
kematian ibu. Cakupan persalinan yang semula 77 % menjadi 82,7 pada tahun
2011. Pencapaian tersebut masih di bawah target SPM Puskesmas yaitu 85%
(2011) dan masih di bawah target nasional yaitu 90%. Sedangkan jumlah dukun
yang berada di wilayah kecamatan Sukaraja berjumlah 65 dan 17 diantaranya
belum bermitra dengan bidan di desa. (Laporan Tahunan UPT Puskesmas
Sukaraja, 2011)
Evaluasi yang dilakukan Depkes terhadap kemitraan bidan di desa dan
dukun bayi di Kabupaten Trenggalek pada 3 tahun terakhir setelah
dilaksanakannya program tersebut cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
meningkat, demikian juga dengan kasus kematian ibu dan bayi juga mengalami
penurunan (Depkes RI, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa upaya membina
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
5
Universitas Indonesia
kemitraan bidan di desa dan dukun merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
Peran bidan di desa sebagai pelaku utama kemitraan selain dukun, sangat
mendukung pelaksanaan program tersebut, selain dukungan dinas terkait,
puskesmas dan masyarakat sebagai stakeholder yang memperkuat keberhasilan
dan berjalannya program kemitraan bidan dan dukun tersebut. Salah satu cara
supaya bidan di desa dapat diterima baik oleh masyarakat desa adalah ia perlu
melakukan hubungan baik dengan dukun dan masyarakat dengan memperhatikan
faktor sosio budaya setempat serta faktor kelebihan “dukun” dalam pelayanan
masyarakat (Depkes RI, 2008)
Dari hasil pengamatan selama ini di wilayah Kecamatan Sukaraja belum
pernah dilakukan pemantauan dan evaluasi secara khusus pelaksanaan kemitraan
bidan dan dukun bayi/paraji yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2009. Masih
ada persalinan yang di tolong oleh dukun bayi padahal di wilayah desa tersebut
sudah ada bidan di desa dan kemitraan sudah disosialisasikan. Pembinaan dan
pertemuan antara pelaku kemitraan belum dilakukan secara rutin, sedangkan
pendekatan yang dilakukan oleh bidan di desa terhadap paraji terlihat belum
menunjukkan hasil yang optimal.
Dalam hal ini penulis tertarik untuk melihat lebih dalam dengan
melakukan penelitian terhadap bidan di desa mengenai gambaran pelaksanaan
kegiatan kemitraan dengan dukun, karena bidan di desa merupakan ujung tombak
pelaksana pelayanan kesehatan dan pelaksana program, dalam kaitannya dengan
kemitraan, bidan di desa memegang peran penting sebagai driver yang bisa
menentukan kegiatan ini berjalan ataupun tidak.
1.2. Rumusan Masalah
Program Kemitraan Bidan dan Dukun bayi merupakan salah satu hal
yang sangat penting untuk meningkatkan cakupan persalinan tenaga kesehatan
dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu.
Selama ini belum pernah dilakukan monitoring dan evaluasi sejauh mana
bidan di desa melakukan kemitraan terhadap dukun bayi di kecamatan Sukaraja,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, sehingga perlu dilakukan penelitian
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
6
Universitas Indonesia
kualitatif untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang kemitraan
tersebut.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah gambaran persepsi bidan di desa terhadap pelaksanaan
program kemitraan dengan dukun bayi di wilayah Kecamatan Sukaraja,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat ?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi
bidan di desa terhadap pelaksanaan program kemitraan dengan dukun
bayi di wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya secara mendalam persepsi bidan di desa terhadap
komponen masukan (input) dalam pelaksanaan program kemitraan
oleh bidan di desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat.
2. Diketahuinya secara mendalam persepsi bidan di desa terhadap
komponen proses (process) dalam pelaksanaan program kemitraan
oleh bidan di desa yang meliputi pendataan dan pemetakan dukun,
koordinasi dengan lintas sektor, membina dukun, melaksanakan
kegiatan program kemitraan, pemantauan dan evaluasi kegiatan
program di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat.
3. Diketahuinya secara mendalam persepsi bidan terhadap keluaran
(output) dalam pelaksanaan program kemitraan oleh bidan di desa di
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
7
Universitas Indonesia
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan Puskesmas)
Sebagai bahan masukan dan dasar dalam evaluasi serta
perbaikan kebijakan program kemitraan yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mempererat hubungan kemitraan antara bidan di desa
dengan dukun, meningkatkan cakupan pertolongan persalinan tenaga
kesehatan serta menurunkan Angka kematian Ibu.
1.5.2. Bagi Bidan di Desa
Dengan di ketahuinya gambaran pelaksanaan kemitraan yang
dilakukan oleh bidan di desa maka hasil penelitian ini dapat di jadikan
pedoman dalam upaya peningkatan kemitraan dengan dukun bayi sebagai
mitra kerja utamanya.
1.5.3. Bagi Peneliti
Memberikan informasi kepada peneliti lainnya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan kemitraan antara bidan dan dukun bayi, serta
untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Sukaraja untuk
mengkaji tentang persepsi bidan di desa terhadap pelaksanaan kemitraan
dengan dukun bayi di wilayah kerja daerah kecamatan Sukaraja di
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Data yang dikaji meliputi komponen input yang terdiri dari sumber
tenaga, dana, sarana dan metode. Komponen proses yang dikaji meliputi
pendataan dan pemetakan dukun, koordinasi dengan lintas sektor, membina
dukun, melaksanakan kegiatan program kemitraan, pemantauan dan
evaluasi kegiatan program. Sedangkan komponen output yang akan dikaji
adalah mengenai pencapaian target pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam
kaitannya dengan kemitraan.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, untuk memperoleh
data yang diperlukan. Data primer dikumpulkan melalui Focus Group
Discussion (FGD) atau diskusi Kelompok Terarah dan wawancara
mendalam, sedangkan data sekunder diperoleh dengan telaah dokumen.
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Mei – Juni 2012.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman objek, peristiwa, hubungan –
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkannya. Persepsi memberikan makna kepada stimulus
(Notoatmodjo, 2010).
Sedangkan menurut James L. Gibson (1988) persepsi adalah
proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Sarwono Sarlito (1985) berpendapat persepsi adalah
kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan meliputi kemampuan
untuk membeda-bedakan, kemampuan untuk mengelompokkan,
kemampuan untuk memfokuskan dan sebagainya. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan perbedaan dalam persepsi antara lain perhatian, harapan
seseorang akan rangsangan yang timbul, kebutuhan, sistem nilai dan ciri
kepribadiannya, sehingga setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-
beda terhadap suatu rangsangan/stimulus.
Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi
seseorang selain ciri-ciri khas yang terdapat dalam objek stimulus, juga
beberapa faktor yang merupakan faktor pribadi termasuk didalamnya ciri
khas individu antara lain umur, taraf kecerdasan, minat, emosi dan
sebagainya (Oskamp dalam Herawaty. 1998)
Robins Stephen (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu
proses yang yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan
kesan indera yang memberikan makna kepada lingkungan individu
tersebut.
Nina Mutmainah dan M. Fauzi (1997) menyatakan bahwa
persepsi adalah cara kita menginterpretasikan atau mengerti pesan yang
diproses oleh sistem panca indera kita, timbulnya persepsi didahului
adanya sensasi. Sedangkan persepsi merupakan tahap awal dalam
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
10
Universitas Indonesia
penerimaan informasi melaui alat indera yang selanjutnya mengubah
informasi menjadi impuls-impuls saraf yang disampaikan ke otak melalui
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, perasa dan sentuhan.
Sensasi yang dialami oleh masing-masing individu dapat berbeda terhadap
stimuli yang sama. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya faktor kapasitas alat indera, perbedaan pengalaman
,lingkungan, budaya dan faktor personal lainnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses hasil interpretasi otak
terhadap sensasi yang diterimanya melalui panca indera untuk dapat
diberikan arti atau makna.
Pendapat lain tentang definisi persepsi juga dikemukakan oleh
James P Chaplin (2000) dalam Krisna (2011) yaitu
1. Suatu proses untuk mengetahui objek dan kejadian onjektif dengan
bantuan indera.
2. Kesadaran dari proses-proses organis
3. Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti – arti yang
berasal dari pengalaman diri di masa lalu.
4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan berasal dari
kemampuan organisme untuk melkukan perbedaan di antara
rangsangan- rangsangan.
5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan
yang serta merta mengenali sesuatu.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Berpengaruh pada Proses Persepsi
Robins Stephen (2003) melihat adanya sejumlah faktor yang
berperan dalam membentuk dan kadang memutar balikkan yang
berhubungan dengan persepsi. Faktor – faktor ini dapat berada pada pihak
pelaku persepsi dan pihak objek atau target yang dipersepsikan atau dalam
konteks situasi dimana persepsi itu dibuat. Faktor tersebut diantaranya :
1. Pelaku (perceiver)
Yaitu ketika individu memandang ke obyek tertentu dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi
oleh karakteristik pelaku persepsi. Diantara karakteristik pribadi yang
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
11
Universitas Indonesia
mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan
atau minat, pengalaman masa lalu dan harapan.
2. Target atau obyek
Karakteristik target obyek yang diamati akan mempengaruhi persepsi,
misalnya hal yang baru atau berbeda, gerakan, bunyi, ukuran, latar
belakang dan kedekatan. Orang yang bersuara keras akan lebih cepat
menarik perhatian dari pada orang yang bersuara lembut.
3. Situasi
Persepsi juga dapat dipengaruhi oleh situasi atau lingkungan yang ada
disekitarnya (waktu, keadaan tempat kerja, keadaan sosial).
Rakhmat (1992) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang menjadi empat, yaitu :
1. Faktor Fungsional
Faktor ini dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati),
pelayanan, dan pengalaman masa lalu. Bruner dan Goodman (1947,
dalam Krech dan Crutcfield 1975) memformulasikan hipotesis sebagai
berikut : semakin tinggi derajat sosial efek, semakin tinggi tingkat
kelemahannya terhadap susunan faktor penentu perilaku, semakin
tinggi tinggi tingkat kebutuhan sosial obyek semakin tinggi nilai
operasi objek faktor penentu perilaku.
2. Faktor Struktural
Berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk
stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf
individu (dalam Krech dan Crutcfield 1975). Menurut Gestalt jika
mempersepsikankan sesuatu, kita mempersepsikannya secara
keseluruhan dan tidak melihat bagian – bagiannya, meskipun stimuli
yang diterima tidak lengkap.
3. Faktor Situasional
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk
proksemik, kinesik wajah, paralinguistik, adalah beberapa faktor yang
situasional yang mempengaruhi persepsi.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
12
Universitas Indonesia
4. Faktor Personal
Menurut David Krech (1962) persepsi seseorang dipengaruhi dua hal
yaitu Frame of reference (kerangka pengetahuan yang dimiliki dan
diperoleh dari pendidikan, pengamatan, atau bawaan) dan Field of
experience (pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari
lingkungan sekitarnya).
Sedangkan Nina Mutmainah dan M. Fauzi (1997), membagi faktor - faktor
yang mempengaruhi persepsi antara lain :
1. Faktor Personal
Karakter seseorang yang melakukan persepsi mempengaruhi
bagaimana dirinya mempersepsikan suatu objek, hal tersebut
mencakup kebutuhan atau motif, sikap, nilai, dan keyakinan, tujuan,
kapabilitas atau kemampuan, serta pengalaman dan kebiasaan.
2. Faktor yang berasal dari stimuli/ stimulus/ rangsangan
Antara lain karakter fisik stimuli (ukuran, warna, intensitas),
pengorganisasian pesan, asal mula pesan serta novelty (kebaruan,
keluarbiasaan)
3. Pengaruh media dan lingkungan
Media dan lingkungan berpengaruh dalam penerimaan dan
pengolahan informasi terhadap persepsi seseorang.
Gibson (1988) menyatakan bahwa persepsi mencakup penerimaan
stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus, dan penterjemahan atau
penafsiran stimulus yang telah diorganisir dengan cara yang dapat
mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Proses persepsi menurut
Gibson (1988) dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Gambar 2.1
Bagan Skematis Proses Persepsi (The Perseptual Proses)
Menurut James L. Gibson (1987)
2.2 KEMITRAAN
2.2.1 Pengertian
Kemitraan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu kerja sama
formal antara individu-individu, kelompok – kelompok, atau organisasi –
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerja
sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing –
masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan – kesepakatan
yang telah dibuat dan saling berbagi, baik dalam resiko maupun
keuntungan yang diperoleh. Dari batasan ini terdapat 3 kata kunci dalam
kemitraan yakni : (a) Kerjasama antar kelompok, organisasi, individu. (b)
bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama). (c)
saling menanggung resiko dan keuntungan.
Stimulus(Sistem imbalan,organisasi, gayapersuasi yangdipakaisupervisor, aruspekerjaan)
Evaluasi danpenafsirankenyataan
Faktor faktoryangmempengaruhiPersepsi :‒ Meniru‒ Memilih-milih‒ Gambaran diri
sendiri‒ Situasi‒ Kebutuhan‒ Emosi
PengamatanStimulus Sikap
yangterbentuk
Perilakutanggapan
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
14
Universitas Indonesia
2.2.2 Prinsip dasar
Di dalam Notoatmodjo (2003) untuk membangun sebuah kemitraan
ada tiga prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masing – masing anggota
kemitraan yakni :
a. Persamaan (equity)
Individu, organisasi, atau institusi yang telah tersedia menjalin
kemitraan harus merasa “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”.
Bagaimana besarnya suatu institusi atau organisasi, apabila sudah
bersedia untuk menjalin kemitraan harus merasa sama. Oleh karena itu
di dalam kemitraan asas demokrasi harus dijunjung tinggi. Tidak boleh
satu anggota memasakan kehendak kepada orang lain karena merasa
lebih tinggi, dan tidak adanya dominasi terhadap yang lain.
b. Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau
kelebihan dan apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing –
masing anggota harus diketahui oleh anggota lain. Maksudnya bukan
untuk menyombongkan yang satu dengan yang lain atau merendahkan
yang satu terhadap yang lain tetapi untuk lebih saling memahami saru
dengan yang lain, sehingga tidak ada saling mencurigai. Dengan saling
keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling
membantu diantara anggota (mitra).
c. Saling Menguntungkan (Mutual Benefit)
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau uang
tetapi lebih kepada non materi. Saling menguntungkan disini lebih
dilihat dari kebersamaan atau sinergis dalam mencapai tujuan bersama.
Ibarat mengangkat barang atau beban 50kg, diangkat bersama-sama 4
orang jelas lebih ringan dibandingkan dengan diangkat sendiri.
2.2.3 Langkah-langkah Kemitraan
Langkah langkah kemitraan menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan identifikasi stakeholder (mitra dan pelaku potensial)
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
15
Universitas Indonesia
2. Membangun jejaring kerjasama antar mitra kerja dalam upaya
mencapai tujuan.
3. Memadukan sumberdaya yang tersedia dimasing-masing mitra kerja.
4. Melaksanakan kegiatan terpadu.
5. Menyelenggarakan pertemuan berkala untuk perencanaan,
pemantauan, penilaian, dan pertukaran informasi.
2.2.4 Indikator Keberhasilan Kemitraan
Indikator keberhasilan kemitraan yaitu ukuran kualitatif dan
kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian tujuan kemitraan yang
telah ditetapkan dengan memperhitungkan (Depkes RI 2002 ; Notpatmodjo,
2007) :
1. Indikator masukan (input), yaitu sumberdaya yang dimiliki dan
tersedia dalam kemitraan.
2. Indikator proses, berupa kontribusi mitra, frekuensi pertemuan, jumlah
dan kelangsungan kegiatan.
3. Indikator Keluaran (out put) : Terbentuknya jaringan kerja, tersusunya
program dan pelaksanaan kegiatan bersama.
4. Indikator dampak (out come), yaitu membaiknya indikator derajat
kesehatan.
2.3 Bidan di Desa
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program
pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
(KEP.MEN.KES.RI nomor 900, 2002).
Bidan adalah seorang wanita yang memiliki keahlian, kemampuan,
dan ketrampilan di bidang perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan
yang diperoleh melalui pendidikan dan telah dinyatakan lulus dari program
pendidikan bidan yang diakui pemerintah. Bidan di desa adalah seorang
bidan yang ditempatkan di desa dan bertanggung jawab terhadap pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal di wilayah kerjanya, serta secara langsung
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
16
Universitas Indonesia
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada kepala dinas kesehatan
Kabupaten (Ilyas, 2004).
Bidan didesa adalah bidan yang di tempatkan dan bertugas didesa,
yang mempunyai wilayah kerja satu atau dua desa dan memberikan tugas
pemberian pelayanan medik. Bidan di desa bertanggungjawab kepada
kepala puskesmas.
Tugas pokok bidan adalah melaksanakan kegiatan puskesmas di
desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang
dihadapi, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan diberikan. Selain itu,
bidan juga menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah
kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk berperilaku sehat. (Depkes RI,
1992)
Bidan sebagai tenaga medis yang bertugas di wilayah kerjanya
mempunyai fungsi sebagai berikut
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,
menangani keluarga berencana dan pengayoman medik kontrasepsi.
b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai
dengan permasalahan kesehatan setempat.
c. Membina dan memberi bimbingan teknis kepada kader dan dukun bayi.
d. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan
e. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga
swadaya masyarakat.
f.Melakukan rujukan medis dan rujukan kesehatan ke puskesmas, kecuali
dalam keadaan darurat harus dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan pemakaian
kontrasepsi serta adanya penyakit – penyakit lain dan berusaha
mengatasi sesuai dengan kemampuan. (Depkes RI, 1992)
Salah satu cara agar bidan di desa dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat desa, ia perlu membina hubungan baik dengan dukun dan
masyarakat dengan memperhatikan faktor sosio budaya setempat serta
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
17
Universitas Indonesia
faktor “kelebihan” dukun dalam pelayanan kepada masyarakat. Terbinanya
hubungan yang harmonis antara bidan dan dukun diharapkan peningkatan
pemanfaatan bidan didesa dalam menolong persalinan dapat meningkat.
Dalam survey yang dilakukan McDermott (1997), salah satu faktor
yang menyebabkan sulitnya bidan dalam membina hubungan dengan dukun
bayi adalah karena pebedaan usia dan asal daerah, karena bidan bidan yang
diturunkan ke desa adalah bidan yang masih muda dan tidak selalu berasal
dari daerah tempat dimana bidan ditempatkan.
Demikian pula dengan pembangunan kesehatan yang partisipatif,
respon terhadap kebutuhan masyarakat yang diyakini memiliki investasi
kedepan perlu dikawal oleh sumber daya pembaharu sebagai agen
perubahan dan dari sosok bidan desalah beban tersebut ada di pundaknya.
2.4 Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi
2.4.1 Pengertian
Kemitraan bidan dan dukun adalah suatu bentuk kerjasama dukun
yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan
kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Kemitraan ini
menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan
dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi
pada masa nifas, yang berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan
dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada.
Kemitraan Bidan dan Dukun Paraji dalam pelayanan kesehatan Ibu
dan Anak adalah suatu proses kerjasama yang bersifat keterbukaan, kesetaraan
dan saling menguntungkan antara Bidan dan Dukun Paraji dalam membantu
melakukan pendampingan pada seorang ibu di mulai dari saat ibu tersebut
hamil, pendampingan dan membantu proses kelahiran dan
mendampingi/merawat pada saat nifas sesuai dengan keahlian, fungsi dan
kewenangannya, sehingga seorang ibu dapat melalui semua proses tersebut
dengan baik, tenang, aman dan nyaman.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
18
Universitas Indonesia
2.4.2 Tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun Paraji
Kemitraan bidan dan Dukun Paraji adalah untuk mendayagunakan
dukun paraji sebagai pendamping spiritual untuk melakukan komunikasi yang
terarah sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, melahirkan, dan nifas, serta
membantu bidan dalam semua proses sesuai dengan kemampuannya untuk
meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu akibat kehamilan, Persalinan dan
nifas.
Kemitraan dapat di bentuk dengan kerjasama, karena alaminya
manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus di hargai di mulai
dari menerima mitra apa adanya setara dengan dirinya sesuai dengan
kompetensinya. Diharapkan pada kemitraan ini didapatkan manfaat dari
semua pihak, dalam hal ini bagi bidan adanya kemitraan dan kerjasama
sehingga membantu dalam pencapaian tujuan, bagi dukun paraji memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan pada umumnya dan kesehtana ibu dan anak
pada khususnya, bagi ibu hamil, bersalin dan nifas memperoleh palayanan
yang aman dan nyaman sesuai dengan keinginannya.
2.4.3 Kebijakan
Kebijakan dalam kemitraan bidan dan dukun antara lain :
1. Meningkatkan persalinan dan perawatan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan melalui kemitraan bidan dengan dukun
2. Setiap ibu bersalin dan bayi baru lahir memperoleh pelayanan dan
pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dalam pertolongan
persalinan .
3. Seluruh dukun yang ada dilibatkan dalam suatu bentuk kerjasama yang
menguntungkan antara bidan dengan dukun dalam bentuk kemitraan.
2.4.4 Mekanisme Kerja
Di dalam kemitraan, bidan dengan dukun bayi mempunyai peran dan
tanggung jawab masing-masing. Oleh sebab itu perlu diberi pengertian bahwa
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
19
Universitas Indonesia
peran dukun bayi tidak kalah penting dibandingkan perannya dahulu. Proses
perubahan peran dukun menuju peran barunya yang berbeda, memerlukan suatu
adaptasi dan hubungan interpersonal yang baik antara bidan dukun. Di dalam
konsep kemitraan bidan dengan dukun, dukun bayi perlu diberikan wawasan
dalam bidang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, terutama tentang tanda bahaya
pada kehamilan, persalinan dan nifas serta persiapan yang harus dilakukan oleh
keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi (Depkes, 2008)
2.4.5 Tata hubungan kerja
Dalam tata hubungan kerja masing-masing bidang administrasi
mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Tugas Provinsi :
Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan Bidan –
Dukun, mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan), menjamin kualitas
Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan, Partisipasi Masyarakat),
fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun,
penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan Lintas
Program/Lintas Sektor Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan
kegiatan, penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan
melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas.
2. Tugas Kabupaten/Kota :
Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan
Bidan – Dukun, mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan), menjamin
kualitas Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan, Partisipasi
Masyarakat), fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun,
penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan Lintas
Program/Lintas Sektor Kabupaten/Kota dan Puskesmas dalam pelaksanaan
kegiatan, penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan
melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas.
3. Tugas Puskesmas :
Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan Bidan –
Dukun, berkoordinasi dengan Lintas Program/Lintas Sektor Kecamatan dan
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Desa/Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan, membangun jejaring (dengan
LSM, PKK, Tokoh agama, Tokoh Masyarakat dan Swasta di Kecamatan dan
Desa/Kelurahan), membina dukun yang berada di wilayah setempat,
melaksanakan kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun, memfasilitasi
Bidan di Desa dalam pelaksanaan kemitraan, memantau dan evaluasi kegiatan
program kemitraan bidan dengan dukun, bertanggung jawab dan melaporkan
kepada kepala dinas.
4. Tugas bidan di Desa/bidan pembina wilayah :
Mendata dan memetakan dukun bayi dan ibu hamil, berkoordinasi dengan
Lintas Sektor di Desa/Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan, membina dukun
yang berada di wilayah setempat, melaksanakan kegiatan program kemitraan
bidan dengan dukun, melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan program
kemitraan bidan dengan dukun, bertanggung jawab dan melaporkan kepada
kepala Puskesmas.
2.4.6 Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan dukun bayi
Ruang lingkup kegiatan kemitraan menurut (depkes, 2008) mencakup
masukan, proses dan luaran program.
1. Input
Meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana
kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode /mekanisme pelaksanaan
kegiatan.
2. Proses
Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan
kegiatan dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan
dukun mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan pada
alih peran dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan
merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan
dengan dukun.
Aspek teknis kesehatan adalah aspek proses pengelola dan pelayanan
program KIA. Pengelolaan (manajemen) program KIA adalah semua kegiatan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian (evaluasi)
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
21
Universitas Indonesia
program kesehatan ibu dan anak masuk KB. Sedangkan pelayanan kesehatan
ibu dan anak, mencakup kegiatan yang dilakukan bidan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan sesuai wewenang, etika, tanggung jawab bidan.
Aspek non kesehatan meliputi penggerakkan dan pemberdayakan ibu,
keluarga dan masyarakat, memberdayakan tradisi setempat yang positif
berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak , menghilangkan kebiasaan buruk
yang dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
3. Output
Output dalam kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target
upaya kesehatan ibu dan anak antara lain meningkatnya jumlah bidan dan
dukun yang bermitra, meningkatnya rujukan oleh dukun, meningkatnya
cakupan ANC, pertolongan Linakes, KB pasca Salin, serta deteksi
risti/komplikasi oleh masyarakat. (Depkes RI, 2008).
2.4.7 Langkah – Langkah Kemitraan Bidan Dan Dukun Bayi
Dalam membangun kemitraan antara dukun dan bidan diperlukan
langkah – langkah yang dilakukan tahap demi tahap yang meliputi
beberapa proses sebagai berikut (Dinkes, 2004) :
1. Penjajagan
Untuk melakukan kemitraan bidan dan dukun paraji harus
dilakukan atau melakukan penjajagan disertai dengan tokoh
masyarakat lain yang dianggap potensial atau penting untuk
menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah kerja.
2. Untuk memperoleh pandangan yang sama dalam menangani
masalah kesehatan yang ada, maka bidan dan dukun paraji
beserta tokoh masyarakat lainnya perlu bertemu secara terbuka
dan kekeluargaan untuk saling memahami tugas, fungsi dan
peran masing-masing untuk mengatasi permasalahan kesehatan
diwilayahnya.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
22
Universitas Indonesia
3. Pengaturan peran
Pengaturan peran ini harus dipahami oleh masing-masing
individu dalam proses kemitraan dan pengaturan peran tersebut
harus ditulis secara jelas dalam dokumen resmi.
4. Komunikasi intensif
Untuk mengetahui perkembangan perlu dilakukan komunikasi
antara bidan dan dukun bayi secara teratur dan
berkesinambungan.
5. Melakukan kegiatan
Kegiatan yang sudah disepakati haruslah dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan peran masing-masing berlandaskan 7 saling
dan prinsip kemitraan.
6. Pemantauan dan penilaian
Kegiatan pemantauan dan penilaian harus disepakati sejak
awal, kegiatan ini bertujuan untuk mnyempurnakan kemitraan
dan menjaga kelangsungan terjadinya suatu kemitraan.
2.4.8 Peran Bidan Dengan Dukun Dalam Pelaksanaan Kemitraan
Periode kehamilan
BIDAN DUKUN
1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam hal:
a. Keadaan umum
b. Menentukan taksiran partus
c. Menentukan keadaan janin dalam
kandungan
2. Melakukan tindakan pada ibu hamil dalam
hal :
a. Pemberian imunisasi TT
b. Pemberian tablet Fe
c. Pemberian pengobatan/tindakan apabila
ada komplikasi
3. Melakukan penyuluhan dan konseling pada
1. Memotivasi ibu hamil untuk periksa
ke Bidan
2. Mengantar ibu hamil yang tidak mau
periksa ke Bidan
3. Membantu Bidan pada saat
pemeriksaan ibu hamil
4. Melakukan penyuluhan pada ibu
hamil dan keluarga tentang
a. Tanda-tanda persalinan
b.Tanda bahaya kehamilan
kebersihan pribadi & lingkungan
c. Kesehatan & Gizi
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
23
Universitas Indonesia
BIDAN DUKUN
ibu hamil dan keluarga mengenai:
a. Tanda-tanda Persalinan dan lingkungan
b. Tanda bahaya kehamilan
c. Kebersihan pribadi dan lingkungan
d. Kesehatan & gizi
e. Perencanaan persalinan (bersalin di
Bidan, menyiapkan transportasi,
menggalang dalam menyiapkan biaya,
menyiapkan calon donor darah)
f. KB setelah melahirkan menggunakan
Alat Bantu Pengambilan Keputusan
(ABPK)
4. Melakukan kunjungan rumah untuk :
a. Pemerikasaan kehamilan
b. Penyuluhan/konseling pada keluarga
tentang perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi
c. Melihat kondisi rumah persiapan
persalinan
d. Motivasi persalinan di Bidan pada waktu
menjelang taksiran partus
5. Melakukan rujukan apabila diperlukan
6. Melakukan pencatatan seperti :
a. Kartu ibu
b. Kohort ibu
c. Kohort KIA
7. Melakukan laporan :
*cakupan K1 dan K4
d. perencanaan persalinan (bersalin
di Bidan, menyiapkan
transportasi, menggalang dalam
menyiapkan biaya, menyiapkan
calon donor darah)
5. Memotivasi ibu hamil dan keluarga
tentang :
a. KB setelah melahirkan
b. persalinan di Bidan pada waktu
menjelang taksiran partus
6. melakukan ritual
keagamaan/tradisional yang sehat
sesuai tradisi setempat (bila ada)
7. melakukan motivasi pada waktu
rujukan diperlukan
8. melaporkan ke Bidan apabila ada
ibu hamil baru
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
24
Universitas Indonesia
Periode Persalinan
BIDAN DUKUN
1. Mempersiapkan sarana prasarana
persalinan aman dan alat resusitasi
bayi baru lahir, termasuk pencegahan
infeksi.
2. Memantau kemajuan persalinan
sesuai dengan partograf.
3. Melakukan asuhan persalinan.
4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini.
5. Injeksi vit. K1 dan salep mata
antibiotik pada bayi baru lahir.
6. Melakukan perawatan bayi baru lahir.
7. Melakukan tindakan PPGDON
apabila mengalami komplikasi.
8. Melakukan rujukan bila diperlukan.
9. Melakukan pencatatan persalinan
pada :
a. Kartu ibu/partograf
b. Kohort ibu dan bayi
c. Register persalinan
10. Melakukan pelaporan :
*Cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan
1. Mengantar calon ibu bersalin ke
Bidan
2. Mengingatkan keluarga menyiapkan
alat transport untuk pergi ke
Bidan/memanggil bidan
3. Mempersiapkan sarana prasarana
persalinan aman seperti :
a. Air bersih
b. Kain bersih
4. Mendampingi ibu pada saat
persalinan
5. Membantu Bidan pada saat proses
persalinan
6. Melakukan ritual
keagamaan/tradisional yang sehat
sesuai tradisi setempat
7. Membantu Bidan dalam perawatan
bayi baru lahir
8. Membantu ibu dalam inisiasi
menyusu dini kurang dari 1 jam
9. Memotivasi rujukan bila diperlukan
10. Membantu Bidan membersihkan
ibu, tempat dan alat setelah
persalinan
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
25
Universitas Indonesia
Periode Nifas
BIDAN DUKUN
1. Melakukan kunjungan Neonatal dan
sekaligus pelayanan nifas
a. Perawatan ibu nifas
b. Perawatan neonatal
c. Perawatan imunisasi HB 1
d. Pemberian Vit. A ibu nifas 2 kali
e. Perawatan payudara
2. Melakukan penyuluhan dan
konseling pada ibu dan keluarga
mengenai :
a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit
ibu nifas
b. Tanda-tanda bayi sakit
c. Kebersihan pribadi dan lingkungan
d. Kesehatah & gizi
e. Asi Ekslusif
f. Perawatan tali pusat
g. KB setelah melhirkan
3. Melakukan rujukan bila diperlukan
4. Melakukan pencatatan pada :
a. Kohort Bayi
b. Buku KIA
5. Melakukan laporan :
*cakupan pelayanan nifas
1. Melakukan kunjungan rumah dan
memberikan penyuluhan tentang :
a. tanda-tanda bahaya dan penyakit
ibu nifas
b. tanda-tanda bayi sakit
c. kebersihan pribadi dan lingkungan
d. kesehatan & Gizi
e. Asi Ekslusif
f. Perawatan tali pusat
g. Perawatan payudara
2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk
ber-KB setelah melahirkan
3. melakukan ritual
keagamaan/tradisional yang sehat
sesuai tradisi setempat
4. Memotivasi rujukan bila diperlukan
5. Melaporkan ke Bidan apabila da
calon akseptor KB baru
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
26
Universitas Indonesia
2.5 Pendekatan Sistem
Sistem menurut Azrul Anwar (2010) adalah suatu kesatuan yang utuh
dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi
yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Stoner (1996) memandang organisasi sebagai suatu sistem yang
dipersatuakn dan diarahkan dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Melalui
pendekatan tersebut para manajer diarahkan untuk melihat organisasi secara
keseluruhan dan sebagi bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas.
Terry (2005) menyatakan bahwa sistem dapat dipandang sebagai suatu
kumpulan atau himpunan antara dua komponen yang saling berada dalam pola
hubungan tertentu dimana suatu kegiatan menimbulkan reaksi pihak yang lain.
Dengan kata lain sebuah sistem adalah seperangkat komponen yang saling
berhubungan dan saling beraksi.
2.5.1 Ciri – Ciri Sistem
Ciri – ciri sistem antara lain terdapat bagian atau elemen yang satu sama
lain saling berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu
kesatuan untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan, fungsi yang
diperankan masing-masing bagian mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan, fungsi bekerja secara bebas namun terkait yang diarahkan suatu
mekanisme pengendalaian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi sesuai
dengan apa yang direncanakan, sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu dan
tidak tertutup terhadap lingkungan (Azrul Anwar, 2010)
2.5.2 Unsur – Unsur Sistem
Menurut Azrul Anwar (2010) unsur-unsur sistem terdiri dari masukan,
proses, keluaran, umpan balik, dampak, dan lingkungan. Masukan (Input) adalah
kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan diperlukan untuk
fungsinya tersebut. Proses (process) merupakan elemen yang terdapat dalam
sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem. Umpan Balik (feed back) adalah keluaran
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
27
Universitas Indonesia
dari suatu sistem. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran
suatu sistem. Lingkungan (environment) dunia luar sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
Gambar 2.2
Bagan Hubungan Unsur-Unsur Sistem
Sumber : Azrul Anwar. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Hal 29.
2.5 Kerangka Pikir
Berdasarkan pedoman kemitraan bidan dan dukun bayi yang diterbitkan
oleh Sekretaris Jendral Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008
bahwa lingkup kegiatan bidan dalam pelaksanaan program kemitraan bidan dan
dukun paraji antara lain pendataan dan pemetakan dukun, koordinasi dengan
lintas sektor, membina dukun, melaksanakan kegiatan program kemitraan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan program dan pelaporan. Dalam
mengembangkan konsep kemitraan dapat menggunakan pendekatan sistem yakni
input, proses, output, dan outcome (Notoatmodjo, 2003), dan menurut Azrul
Anwar (2010) bahwa sistem merupakan suatu kesatuan utuh dan terpadu dari
berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar
dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari hal tersebut
diatas, maka tersusunlah kerangka pikir penelitian sebagai berikut :
Lingkungan
Masukan Proses Keluaran
Umpan Balik
Dampak
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
28
Universitas Indonesia
PROSES
Pelaksanaan kemitraan terhadap dukun bayi olehbidan di desa
Gambar 2.3
Kerangka Pikir Penelitian Gambaran Pelaksanaan Kemitraan Bidan di Desa
Terhadap Program Kemitraan
INPUT‒Sumber
daya
manusia
‒Dana /
biaya
operasional
‒Sarana
‒Metode
OUTPUT
Kemitraan
Bidan
dengan
dukunMendata dan memetakan dukunBerkoordinasi dengan lintassektorMembangun jejaringMembina dukunMelaksanakan kegiatan programkemitraanPemantauan dan Evaluasikegiatan program
DampakPersalinan oleh tenaga kesehatanAngka Kematian Ibu menurunAngka kematian bayi menurun
Umpan Balik
LINGKUNGANKebijakan ProgramBudaya masyarakat
Karakteristik masyarakat
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
29
PROSES
Pelaksanaan kemitraan oleh bidan di desa
Pendataan dan pemetakan dukun
Koordinasi dengan lintas sektor
Membina dukun
Melaksanakan kegiatan program
kemitraan
Pemantauan dan Evaluasi kegiatan
program
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Agar tujuan penelitian tercapai, peneliti menyusun kerangka konsep
penelitian berdasarkan kerangka pikir yang di paparkan pada bab sebelumnya.
Maka tersusun kerangka konsep sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam menggali
informasi sebagai berikut ini :
Gambar 3.1. Kerangka konsep sistem kemitraan bidan terhadap dukun bayi oleh
bidan di desa
3.2 Definisi Istilah
Komponen Input
1. Sumber tenaga : tersedianya tenaga kesehatan bidan di setiap desa, dan
kecukupanya menurut bidan di desa.
2. Dana : ketersediaan dana yang diperlukan untuk melakukan
program kemitraan. Dalam penelitian ini peneliti
menggali informasi tentang sumber dana yang digunakan
dalam pelaksanakan kemitraan.
3. Sarana : fasilitas atau sarana yang menunjang kegiatan kemitraan,
dalam hal ini yang akan di gali peneliti yaitu berupa
INPUT
Sumber
Tenaga
Dana
Sarana
Metode
OUTPUT
Kemitraan
Bidan
dengan
dukun
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
30
Universitas Indonesia
penyediaan sarana penyelenggaraan pertemuan
kemitraan dan tersedianya buku-buku pedoman
kemitraan yang dapat digunakan sebagai bahan acuan
dalam bermitra.
4. Metode : merupakan suatu cara atau metode yang digunakan
dalam pelaksanaan kemitraan. Dalam penelitian ini,
metode yang akan digali oleh peneliti yaitu mengenai
pendekatan bidan terhadap mitra nya, adanya
kesepakatan pelaku kemitraan yaitu bidan di desa dan
dukun paraji adanya sistem reward pada pelaksanaan
kemitraan dan adanya sanksi.
Komponen Proses
1. Pendataan dan pemetakan dukun
Mengetahui, mengenal dan mendata siapa dan berapa dukun di wilayah desa
binaannya.
2. Koordinasi lintas sektor
Melakukan koordinasi dengan lintas sektor di desa atau kelurahan. Hal
tersebut bertujuan untuk mendapatkan dukungan dalam melakukan kemitraan
dengan paraji.
3. Membina dukun
Melakukan pembinaan dukun secara rutin mengenai kemitraan, peran atau
tugas dukun dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak pada masa kehamilan,
persalinan dan masa nifas, tanda bahaya kehamilan dan persalinan.
4. Melaksanakan kegiatan program kemitraan
Melakukan serangkaian kegiatan bermitra dengan dukun bayi dalam
pelayanan kesehatan ibu dan anak pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas
sesuai dengan pembagian tugas atau perannya masing - masing, pelaksanaan
MOU atau kesepakatan tertulis antara bidan dan dukun bayi.
5. Evaluasi kegiatan program
Merupakan suatu kegiatan untuk menilai pencapaian seluruh pelaksanaan
sesuai rencana yang di tetapkan dalam kegiatan kemitraanya dengan dukun
bayi dan melaporkannya kepada puskesmas.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Komponen Output
Output kemitraan bidan dan dukun paraji adalah pencapaian target upaya
kesehatan ibu dan anak. Meningkatnya jumlah bidan dan dukun yang bermitra,
meningkatnya rujukan oleh dukun, Cakupan ANC, Cakupan pertolongan Linakes.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
32
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, karena
melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi lebih
mendalam tentang bagaimana gambaran persepsi bidan di desa terhadap
pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun bayi di Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2012 yang
dilaksanakan oleh peneliti dan di bantu oleh asisten yang terlebih dahulu
telah dilakukan pelatihan untuk penyamaan persepsi mengenai apa yang
akan diteliti.
4.3 Sumber Informasi
Pemilihan sumber informasi pada penelitian ini dilakukan secara
purposif (purposive sampling) memperhatikan prinsip kesesuaian
(appropriates) dan kecukupan (adequacy). Berdasarkan hal tersebut diatas,
maka sumber informasi pada penelitian ini adalah bidan–bidan di desa yang
membina wilayah dan melaksanakan kegiatan program kemitraan bidan dan
dukun bayi, Kepala UPT Puskesmas Sukaraja , Kepala UPF Cimandala,
Sukaraja dan Cilebut, serta Bidan koordinator di puskesmas Cimandala,
Sukaraja dan Cilebut.
Bidan di desa dipilih sebagai sumber informasi karena mereka
terlibat langsung dan termasuk pelaku utama dalam pelaksanaan program
kemitraan Bidan dan Dukun bayi. Sedangkan Kepala UPT Puskesmas
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
33
Univesitas Indonesia
Sukaraja, Kepala UPF Cimandala, Sukaraja dan Cilebut, Bidan koordinator
di puskesmas Cimandala, Sukaraja dan Cilebut dipilih sebagai informan
dengan tujuan untuk memverifikasi dan melengkapi informasi yang
diperoleh dari bidan desa.
4.4 Jenis dan Metoda Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang dilakukan
dengan cara wawancara mendalam dan Fokus Group Diskusi (FGD).
Sedangakan data sekunder didapat dari telaah dokumen hasil laporan.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan tehnik wawancara
mendalam (indepth interview) dan diskusi kelompok terpadu (Foccus Group
Discussion) atau FGD.
FGD merupakan tehnik pengumpulan data kualitatif, dimana
sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seoang fasilitator atau
moderator mengenai suatu topik. FGD dilakukan dengan panduan pedoman
FGD dan di rekam dengan tape recorder . Sedangkan wawancara mendalam
dilakukan dengan tatap muka langsung dengan sumber informasi,
menggunakan tehnik wawancara terbuka dengan menggunakan pedoman
wawancara.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian pada studi kualitatif yang paling utama adalah
peneliti itu sendiri dengan dibantu dengan instrumen lain, yaitu :
1) Pedoman wawancara mendalam
2) Alat pencatat dan perekam suara (Voice Recorder)
3) Kamera
4) Fasilitator FGD dan pedoman FGD
5) Panduan penelusuran
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
34
Univesitas Indonesia
Penyusunan pedoman wawancara mendalam dan FGD disesuaikan
dengan kerangka konsep penelitian. Sebelum pedoman untuk FGD dan
pedoman wawancara digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap
informan di luar wilayah penelitian dengan karakteristik yang hampir sama
dengan daerah yang akan diteliti. Uji coba pedoman dilaksanakan dengan
tujuan reabilitas instrumen penelitian.
4.6 Pengolahan Data
1. Pembuatan Transkrip
2. Pengkodean
3. Peringkasan Data
4. Ringkasan data diinterpretasikan dan secara keseluruhan disajikan
dalam bentuk matriks.
4.7 Analisis Data
Analisis data mengatur transkrip wawancara mendalam dan FGD
secara sistematis. Hasil pengolahan data dilakukan analisis berdasarkan isi
(content analisis) yaitu menganalisis dan mengidentifikasi sesuai dengan
topik bahasan dari setiap hasil wawancara dan FGD menjadi berbagai
kategorik topik bahasan yang sama, sesuai topik dalam pertanyaaan
penelitian dan tujuan penelitian..
4.8 Validasi Data
Untuk mendapatkan validitas data, maka dalam penelitian ini dilakukan tehnik
triangulasi yang meliputi :
1) Triangulasi Sumber, dilakukan cross check data dengan fakta dari
sumber melaui informan yang berbeda, sampai menghasilkan data yang
saling memperkuat atau tidak ada kontradiksi satu dengan yang lainnya.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
35
Univesitas Indonesia
2) Triangulasi Metode, yaitu menggunakan metode yang berbeda dalam
pengumpulan data. Pada penelitian ini digunakan metode wawancara
mendalam dan FGD.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
36
BAB 5
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
Wilayah Kecamatan Sukaraja terletak di sebelah Selatan Kabupaten
Bogor. Berdasarkan profil Kecamatan Luas wilayah Kecamatan Sukaraja adalah ±
4.202 Ha. Dengan batas wilayah adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong gede
Sebelah Selatan : Kota Bogor dan Kecamatan Megamendung
Sebelah Barat : Kota Bogor
Sebelah Timur : Kecamatan Babakan Madang
Jarak kecamatan dengan ibu kota kabupaten, ibu kota provinsi, dan ibu
kota negara dijelaskan sebagai barikut :
Ibu kota Kabupaten : 6 km
Ibu Kota Provinsi : 120 km
Ibu kota negara : 52 km
Berdasarkan topografi, Kecamatan Sukaraja beriklim sedang dengan
temperatur suhu rata-rata 320 C pada siang hari dan 240 C pada malam hari,
dengan ketinggian antara 200 m – 750 m DPL. Daerah dataran rendah di
Kecamatan Sukaraja meliputi desa Cijujung, Cimandala, Cilebut Barat dan
Cilebut Timur. Desa Gunung Geulis merupakan daerah dataran tertinggi dengan
curah hujan rata-rata 300-350 mm per tahun.
Penduduk kecamatan Sukaraja pada tahun 2011 berjumlah 168.397 jiwa,
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 86.299 dan perempuan sebanyak 82.098 jiwa
dengan jumlah kepala keluarha sebanyak 43.777 KK.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Tabel 5.1
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Per Desa
No Desa Luas Wilayah Kepadatan
Penduduk
1 Cilebut Barat 440 49,76
2 Cilebut Timur 135 116,53
3 Sukaraja 223 32,56
4 Nagrak 766 13,88
5 Cikeas 313 28,12
6 Pasir laja 337 34,60
7 Pasir Jambu 215 44,40
8 Cimandala 316 71,78
9 Cijujung 365 65,60
10 Cadas ngampar 183 33,74
11 Gunung Geulis 465 13,83
12 Cibanon 290 25,05
13 Sukaani 154 28,70
Jumlah 4.202
Sumber : laporan penyelenggaraan pemerintahan kecamatan Sukaraja tahun 2011
Mata pencaharian masyarakat Sukaraja paling dominan adalah buruh
industri, sedangkan mata pencaharian penduduk selain itu adalah petani,
pengusaha kecil, pedagang, pengemudi dan lain-lain.
Di wilayah Kecamatan Sukaraja terdapat UPT Puskesmas Sukaraja yang
merupakan Unit Pelaksana Tekhnis Puskesmas yang membawahi 3 Unit
Pelaksana Fungsional (UPF), yaitu UPF Cimandala, UPF Cilebut dan UPF
Sukaraja. Kepala UPT sukaraja Merangkap sebagai Kepala UPF Cimandala.
Setiap UPF Puskesmas mempunyai desa binaan masing – masing. Berikut adalah
nama –nama desa binaan Puskesmas wilayah Kecamatan Sukaraja.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Tabel 5.2
Tabel Wilayah Binaan UPT Kecamatan Sukaraja
No UPT/UPF DESA
I UPT/UPF Cimandala 1. Desa Cijujung
2. Desa Pasir Laja
3. Desa Cimandala
4. Desa Pasir Jambu
II UPF Sukaraja 1. Desa Cikeas
2. Desa Cadas Ngampar
3. Desa Nagrak
4. Desa Sukaraja
5. Desa Sukatani
6. Desa Cibanon
7. Desa Gunung Geulis
II UPF Cilebut 1. Desa Cilebut Barat
2. Desa Cilebut Timur
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tahun 2011
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
39
BAB 6
HASIL PENELITIAN
6.1 Karakteristik Informan
Pada penelitian ini informan utama adalah bidan di desa, sedangkan
informan pendukung terdiri dari Kepala Puskemas dan Bidan Koordinator.
Tabel 6.1
Karakteristik Informan Utama Penelitian Kemitraan Bidan didesa dengan
dukun bayi di Kecamatan Sukaraja tahun 2012
No Kode Alamat Umur Pendidikan Jabatan
1 FB1 Pasir Laja 32 D3 Kebidanan Bidan Desa
2 FB2 Cijujung 26 D3 Kebidanan Bidan Desa
3 FB3 Cilebut Timur 47 D3 Kebidanan Bidan Desa
4 FB4 Nagrak 31 D3 Kebidanan Bidan Desa
5 FB5 Cibanon 25 D3 Kebidanan Bidan Desa
6 FB6 Cikeas 29 D3 Kebidanan Bidan Desa
7 FB7 Gunung Geulis 29 D3 Kebidanan Bidan Desa
8 WB1 Cimandala 28 D3 Kebidanan Bidan Desa
9 WB2 Sukaraja 34 D3 Kebidanan Bidan Desa
10 KP1 Cimandala 49 S1 Kedokteran Kepala Puskesmas
11 KP2 Cilebut 36 S1 Kedokteran Kepala Puskesmas
12 BK1 Cimandala 28 D3 Kebidanan Bidan Koordinator
13 BK2 Sukaraja 32 D3 Kebidanan Bidan Koordinator
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
40
Universitas Indonesia
Para bidan di desa dilakukan Foccus Group Discussion (FGD). Dari 9
bidan di desa yang direncanakan terdapat tujuh bidan di desa yang menghadiri
FGD. Yaitu bidan di desa dari desa Pasir laja, Cijujung, Cilebut Timur, Gunung
Geulis, Cikeas, Cibanon, Nagrak.
Selanjutnya terhadap bidan di Desa yang tidak ikut serta dalam FGD di
ikutkan dalam wawancara mendalam sebagai bentuk penerapan triangulasi
metode. Bidan di desa yang terlibat dalam wawancara mendalam adalah bidan di
desa dari Cimandala dan desa Sukaraja. Koordinator KIA Puskesmas, dan kepala
Puskesmas dilakukan wawancara mendalam sebagai sumber informan lain.
Dari UPF Puskesmas Cimandala jumlah peserta yang hadir adalah dua
bidan di desa yaitu desa Pasir Laja dan Cijujung. UPF Puskesmas Cilebut 1 bidan
di desa yang hadir dari 2 bidan desa yang ada. Sedangkan UPF Puskesmas
Sukaraja hadir 4 bidan di desa dari 7 wilayah desa yang ada, yaitu desa Gunung
Geulis, Nagrak, Cikeas, dan Cibanon . Semua informan bidan didesa adalah orang
Sunda. Dari tujuh bidan desa yang hadir, 6 diantaranya ber status bidan PTT,
hanya satu yang sudah PNS yaitu dari Cilebut Timur. Mereka telah menjadi bidan
di desa dan telah bekerja dipuskesmas masing-masing antara 1 sampai 8 tahun.
Setiap bidan di desa mengkoordinir satu wilayah desa. Hampir semua informan
sudah menikah dan mempunyai anak. Hanya ada satu yang belum menikah yaitu
bidan di desa dari Gunung Geulis.
6.2 Komponen Input
6.2.1 Sumber tenaga
Informan bidan di desa mengatakan bahwa tenaga bidan sudah tersedia
ditiap-tiap desa. Satu orang satu desa binaan. Seperti informasi hasil FGD bidan
di desa berikut ini :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Tabel 6.2
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Sumber Tenaga
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
...tempat kita
mah satu desa
satu bidan yah...
cukup ya saya
rasa, udah bisa
ngehandel saya
rasa ya.
Awalanya
emang di
haruskan
tinggal di situ
sama
Kepalanya...
...satu bidan satu
desa, saya satu.
Cukup lah...
kadang juga
dibantu ama yang
lain juga... saya
disuruh ama Ibu
Kepala tinggalnya
di situ juga, tahun
pertama dulu
ngontrak yah
hehehe... baru
sekarang beli di
daerah situ..
...per desa satu
bidannya, yang
ngebina... saya
rasa udah cukup
sih ya..kalao pas
kerepotan
posyandu dibantu
juga ama temen
puskesmas...
...kebetulan saya
udah punya
rumah di situ jadi
ya tinggalnya di
situ...
...satu desa juga...
maunya sih ada
temennya hehe..
biar bisa bagi-bagi
tugas, kan banyak
ya posyandu
tempat saya. Tapi
ya karena udah
aturannya gitu...
saya tinggal disitu,
ibu Kepala dulu
yang nyuruh...
... per desa
satu bidan
sih, tapi
emang saya
nggak tinggal
di situ, saya
pulang ke
Cibinong,
nggak ya, ia
(Kepala
Puskesmas)
nggak
maksain...
...sama satu
aja.. cukuplah
ya bisa
kepegang...
iya, saya
tinggal di situ,
kebetulan asal
dari situ
hehehe...
...udah di bagi tiap-
tiap desa satu bidan
desanya... cukup
nggak cukup lah ya,
ngurusin posyandu
banyak sih ya,
belum lagi kegiatan
yang lain, ya
penyuluhan, lokmin
desa.. saya tinggal
di situ, di suruhnya
gitu...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Dari ketujuh informan mengatakan bahwa dua diantaranya merasa perlu
bidan tambahan, mengingat luasnya area desa binaan mereka sehingga mereka
merasa perlu tembahan partner untuk meringankan kerja mereka, sedangkan lima
bidan lainnya merasa cukup karena merasa mampu melakukan tugas bidan di desa
tersebut. dan dari seluruh bidan di desa sebagian tidak bertempat tinggal di
wilayah desa binaannya
Informasi tentang sumber tenaga bidan di desa juga dijelaskan oleh
informan lain sebagai triangulasi sumber dan metode yaitu dari bidan di desa yang
tidak mengikuti FGD namun dilakukan wawancara mendalam, serta bidan
koordinator puskesmas. Berikut hasil wawacara mendalam yang dilakukan
peneliti :
... kalau kita mah saya rasa cukup deh satu bidan satu desa ya, meskipun
ngos-ngosan juga hampir tiap hari posyandu hehehe... (WB1)
...saya ngebina satu desa, saya nggak tinggal disitu sih, karna kan udah
ada gubuk sendiri tuh, tapi semua ke handel kok, kepegang semua.. sebenernya
tergantung kitanya aja sih ya... (WB2)
Sedangkan untuk triangulasi sumber berikut informasi yang didapat dari
informan Bidan Koordinator dan Kepala Puskesmas terkait sumber tenaga bidan
di desa. Berikut hasil wawancaranya :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
43
Universitas Indonesia
Tabel 6.3
Hasil Wawancara Mendalam Informan Lain Tentang Sumber Tenaga
KP1 KP2 BK1 BK2
...satu bidan
membina satu
wilayah desa.
saya
menganjurkan
nya tinggal di
situ ya
bidannya, biar
bisa stand
by...
...ada satu bidan
di desa yang
bertanggung
jawab di daerah
situ, ada yang
tinggal, ada juga
yang tidak , tapi
selain bidan desa
ada juga kok
bidan lain yang di
tinggal di daerah
situ juga...
...bidannya satu
desa satu dan
itu cukup...
harus tinggal di
situ, udah
peraturannya
kan ya, bidan
desa ya harus
tinggal di
desa...
...kalau
bidannya yang
tinggalnya di
desa itu, Cikeas,
Cadas, Nagrak,
Gunung geulis,
sedang yang
lain tinggalnya
diluar
wilayah...udah
punya rumah
sendiri kan...
Dari hasil penggalian informasi dari informa Bidan Koordinator dan
Kepala Puskesmas di simpulkan bahwa tiap-tiap desa mempunyai wilayah binaan
desanya masing-masing, dan tidak semua bidan di desa tinggal di daerah binaanya
masing-masing.
6.2.2 Dana
Sebagian informan bidan di desa menyatakan bahwa dana yang di
gunakan untuk kegiatan kemitraan bidan dan dukun paraji berasal dari dana BOK
Puskesmas, sebagian lagi kurang mengetahuinya. Berikut ungkapan informan
bidan di desa dalam FGD :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Tabel 6.4
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Kemitraan
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
... mmh, kurang
tahu ya, tanya
langsung aja deh
sama Bikornya...
ntar salah lagi
ngomongnya...
... ada lah, ya.
Kan kalo
pertemuan itu,
pake dana
kemitraan...
...dari BOK sih
kayaknya...
...setahu saya ada
yah, dananya sih
buat pertemuan
gitu... rinciannya
ya nggak tahu...
Ngundangnya
sih dari lintas
sektor yah...
...kalo masalah
dana mah yang
keuangan
puskesmas kali ya
yang tahu
rinciannya, kita
mah mmm..
pelaksananya
ajah...
... dana buat
pertemuan ada
ya, saya rasa
cukup banyak
juga sih ya, kan
ampe ngundang
polisi, koramil,
pak camat,
lurahnya gitu...
...bikornya yang
tahu detailnya
yah, heheh..
...tahu ya, tanya
ke pengurus
uangny, aja lah,
nggak enak kalo
salah ngomong,
... sumbernya sih
emang dari BOK
tapi buat apa aja
ya nggak tahu ...
... tahunya dana
itu mah buat
pertemuan...
...dari BOK ...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
45
Universitas Indonesia
Dari infomasi semua peserta FGD dapat di simpulkan bahwa dana untuk
kegiatan kemitraan bersumber dari dana BOK di alokasikan untuk pertemuan
kemitraan dengan mengundang lintas sektoral yang berasal dari kepolisian,
koramil, kecamatan dan lurah selain bidan dan parajinya.
Informasi tentang dana yang di pergunakan untuk kegiatan kemitraan
bidan dan paraji diungkapkan pula oleh bidan di desa yang tidak mengikuti FGD
melaui wawancara mendalam. Menurut mereka dana kegiatan kemitraan di
khususkan untuk pertemuan kemitraan bidan paraji dengan sumber dana dari
BOK. Berikut informasi yang diperoleh :
...setahu saya ada dananya, tapi emang cuman sedikit, buat pertemuan
besar aja, yang untuk rutinnya kayaknya belum diadain dananya...
(WB1)
...masalah dana mah, urusan yang diatas, bikornya ya yang tahu
rinciannya...kayaknya dari BOK sih sumbernya... (WB2)
Sumber Informan lain juga menyatakan tentang dana yang dipergunakan
untuk kemitraan. Informan tersebut dari bidan koordinator puskesmas dan Kepala
Puskesmas melalui hasil wawancara mendalam sebagai berikut :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Tabel 6.5 Hasil Wawancara Mendalam Sumber Informasi lain Mengenai Dana Kemitraan
KP1 KP2 BK1 BK2
... dana ada, sekarang dari
BOK. Tapi ya terbatas
hanya untuk pertemuan
saja, kayak kemarin untuk
pertemuan kemitraan
dengan mengundang lintas
sektor juga. Kalau untuk
yang pertemuan rutinnya
per bulan gitu ya dana yang
di khususkan belum ada..
...untuk masalah dana, selama ini
pertemuan kemitraan dananya dari
dana BOK, dananya untuk beli
snack, makan, juga uang transport
maparajinya...
... alokasi untuk pertemuan
rutinnya belum, BOK kan dibagi
banyak program juga yah... jadi ya
terbatas untuk pertemuan aja
selama ini, pertemuan di
puskesmas.
... dana dari BOK yah,
penggunaannya untuk
pertemuan... selama ini
pertemuannya baru 1 kali
dalam setahun yah, kemarin
tuh mengundang linsek juga
sih...
...sebenarnya masalah
dana pihak BOK yang
lebih tahu... pertemuan
kemitraan selama ini
baru sekali ya, iya
pertahun.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Kesimpulan dari hasil WM Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator
adalah bahwa sumber dana kegiatan kemitraan dari BOK, dengan alokasi untuk
pertemuan kemitraan dengan mengundang lintas sektor 1-2 kali dalam setahun.
Sedangkan dana untuk pertemuan rutin belum ada.
Selain dana yang di pergunakan dalam pertemuan kemitraan dengan
sumber dana dari BOK, dana lain yang berkaitan dengan kemitraan adalah dana
pembagian yang bersumber dari biaya persalinan pasien. Persentase pembagian
dana tersebut berbeda tiap desanya tergantung kesepakatan yang di buat.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam MOU (Memorandum Of Understanding)
Ada variasi informasi yang diperoleh dari informan bidan di desa,
persentase pembagian jasa persalinan sudah tidak berlaku lagi sejak ada program
jampersal. Pasien yang bersalin di bidan dengan jampersal tidak lagi dikenakan
biaya persalinan. Sehingga paraji hanya menerima secara langsung dari pasien.
Ada sebagian informan bidan di desa mengatakan bahwa pembagian tetap sesuai
kesepakatan, namun menunggu uang klaim persalinan dengan jampersal, pendapat
lain mengatakan bahwa bidan tetap memberikan langsung ke paraji dengan
memakai uang pribadinya terlebih dahulu sebelum uang jampersal cair. Berikut
ungkapan informan yang di peroleh dari informan bidan desa dari hasil FGD dan
wawancara mendalam :
...soal pembagiannya kalo menurut MOU sih 20% ya, nganter juga
segitu, tapi sejak april 2011 kan ada kebijakan jampersal tuh, yaa..
jadinya beda lagi. Nggak kasih lagi, tapi ma paraji tetep dikasih dari
pasien yang bersalin itu buat ngurus ari, buat mijit, gitu.. (WB1)
... dulu nya di kasih langsung, sekarang nunggu dulu dari jampersal cair,
heheh... persentase sama 20-30% , Cuman sekarang lebih dikit, dari
sononya juga dikit yah...(WB2)
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Tabel 6.6
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Pembagian Biaya Persalinan Pasien
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
...ada
pembagiannya...
dari biaya
persalinan yang di
kasih pasien..,
ditempat saya 10%
nan itu
...yah... uang klaim
yang khusus
persalinan kan 350
ribu aja, kita harus
ngeklaim dulu kan
ya... ya kalo ia
periksanya kekita
bisa kita klaimkan
...gimana yah,
sekarang ada
jampersal itu sih ya.
Kita kan gak di bayar
lansung sama pasien
ya, ya kita nggak
kasih lah. Ia (paraji)
kan dapet juga dari
pasiennya. Tiap-tiap
kunjung juga dapet
yah, kalo kita mana
klaimnya lama,
kadang-kadang juga
kurang syarat-
syaratnya...(BD4)
persalinannya...
gimana ya.. jadi
terpaksa pake uang
sendiri dulu, di
kasihkan itu ke
paraji, kalau nunggu
klaim ntar takutnya
ia ngitung rujukan
segini, saya
ngitungnya segini,
kalo beda ntar
dianya berpikir yang
enggak-enggak, trus
nggak mau ngrujuk
lagi, akhirnya ya
... mmmhh..
sebenarnya
tinggal kita
hitung aja ya,
berapa kali ia
nganter pasien.
Kalau klaim
udah cair ya
kita kasih tuh
paraji berapa
persennya, tapi
ya nggak kayak
di kasih
langsung sih
sebenarnya.
...ya, kalau
dianya
nganterin aja
dikasihnya lima
(5%) atau
sepuluh (10%)
aja ya. Kalau
sambil bantu-
bantuin ampe
selesai ya kita
kasih lebih
dong, tiga
puluh, empat
puluh lah,
soalnya bantuin
... sepuluh
persen (10%),
kadang juga
lima belas
persen (15%)
tergantung sih
ya, ada yang
nungguin
pasiennya
ampe selesai ya
ditambahin
gitu... ya
meskipun kita
yang ngerjain
semuanya, tapi
...pas dulu sih
bisa sampai
25% nan yah,
tergantung juga.
Kalau sekarang
mah.. agak itu
juga
sebenarnya,
menurun, kan
biaya
persalinan
jampersal 350,
trus ntar ma
paraji 15 % nya
dikumpulin
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
49
Universitas Indonesia
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
juga ANC nya, kalo
nggak ya
bersalinnya doang,
paling ama nifasnya
3 kali 10.000...
persenan
pembagiannya ya
yang dari bersalin
aja. Kalau dulu kan
mungkin kita tarik
400 ribu ya, trus
ntar ma paraji
langsung kasih 20 %
gitu, sekarang mah
nggak bisa
langsung...
...kalau sejak ada
jampersal teh, udah
nggak ada pembagian
lagi, udah gak berlaku
kesepakatannya ...ya
mana yang akan di
bagi...orang kita aja
dapetnya juga entar-
entar, nunggunya 2
bulan, 3 bulan. Kalau
pake jampersal trus
dia (pasien) kasih
uang ke kita, kitanya
di marahin, di tegor
ama Kepala...
pake kantong pribadi
dulu lah... gimana
lagi... biar dianya
juga rajin ngarujuk...
Trus uang klaim
persalinan kan
cuma sedikit
ya.. 350 ribu
klaim
bersih-bersih
juga...
Sejak ada
jampersal,
nggak lagi yah.
Kebanyakan
juga nganter
doang sih, ia
dapet langsung
dari pasien,
kitanya
dapetnya
nunggu,
kan ia ikut di
dalem yah,
kasih support
ibunya, pijitin,
kadang bantuin
kita juga...
dulu, di catat, di
kasih kalo udah
dapat uang
kitanya... dari
jampersal.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Tabel 6.7
Hasil Wawancara Mendalam Informan Lain Mengenai Dana Pembagian Biaya Persalinan
BK1 BK2 KP1 KP2
... memang sudah ada
MOU nya pembagian
jasa persalinannya,
berapa persennya
tergantung maunya bidan
ama paraji sih ya. Selama
ini memang jalan, cuman
itu.. setelah program
jampersal kan harusnya
ada kesepakatan baru, ini
belum...
... sekarang belum ada
kesepakatan baru lagi,
tahun sekarang ya, kan
udah berlaku jampersal.
dulunya udah, beda-beda
sih tiap desa. Tergantung
berapa yang dulunya
disepakati...
...sebelum ada jampersal
pembagiannya 40% buat
paraji, 60 % buat
bidannya. Sesudah ada
jampersal, pasiennya aja
yang kasih uang lansung
ke paraji, kebidannya
gratis. Bidan juga nggak
kasih langsung ke paraji,
Ntar kalau bidan sudah
klaim uang jampersal,
baru paraji kebagian,
ntar uangnya dikasihkan
ke parajinya...
... perdesa berbeda – beda tergantung kesepakatan,
ada yang 25% sampai 40% itu kan di bahasnya di
musyawarah desa mengundang paraji juga... tapi
itu yang sebelum jampersal ya... sejak ada
jampersal tuh ya, per april 2011 kesepakatan itu
tidak bisa diterapkan lagi, pasien kan gratis ya,
tidak dipungut bayaran, jadi bidannya udah nggak
kasih ke paraji lagi secara langsung, tapi setelah
klaim keluar... Tapi parajinya dapet juga kok dari
pasien langsung. Kalo misalnya ya si pasien
jampersal kasih juga kebidan, maka bidannya harus
kasih uang tersebut ke parajinya, jadi dobel kan
parajinya, tapi kita udah sosialisai pasien
jampersal nggak perlu kasih uang ke bidannya...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
51
Universitas Indonesia
Kesimpulan informasi Bidan di desa di dapatkan bahwa pembagian biaya
persalinan masing – masing desa berbeda satu sama lain, semua nya tergantung
dari kesepakatan antara bidan dan parajinya, adanya kebijakan jampersal bagi
bidan di desa dinilai mempengaruhi sistem pembayaran dan jumlah persentase
yang diberikan. Belum ada MOU baru tentang kebijakan yang baru.
Sedangkan kesimpulan dari sumber lain menyatakan hampir senada
dengan yang dungkapkan bidan di desa, belum ada MOU kemitraan yang baru
setelah bergulirnya program jampersal, anjuran kepala puskesmas tentang
persentase pembagian tidak dilakukan perubahan, sesuai kesepakatan, hanya saja
sistem pemberiannya yang perlu diatur.
6.2.2 Sarana
Hasil dari penggalian informasi mengenai sarana seperti yang
diungkapkan oleh informan bidan di desa dalam FGD dan wawancara mendalam
sebagai berikut :
... di sini mah kalau pertemuan gitu yang ngurusinya pihak puskesmas
bu.. kita kan udah sibuk pelayanan segala macem ya, biasanya bikor nya
yang kasih tahu kita ntar ada pertemuan di puskesmas, ada pak camat,
lintas sektor segala macem... soal buku pedoman saya nggak punya..
(WB1)
... yang perlu kan tempat kita mengadakan pertemuannya kan ya, pernah
ya kita pertemuan kemitraan di desa kala itu, di balai desanya... bukunya
nggak punya... (WB2)
.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Tabel 6.8 Hasil FGD Informan Bidan Di Desa Mengenai Sarana Persalinan
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
...selama ini mah
sarana atau fasilitas
puskesmas yang
nyediain, kayak pas
pertemuan itu,
puskesmas yang
nyediain tempatnya.
Kalau yang dari
dinas belum ada ya
kayaknya...
... pas pertemuan
kemitraan di desa,
kayak tahun
kemarin, desa ya
yang kasih sarana.
Walaupun yang
ngundang dari
puskesmas, tapi desa
yang siapin macem-
macemnya...
...dari
puskesmas
juga. yang dari
dinas yang
diundang
paling-paling
hanya
bikornya...
... sarana
kemitraan paling
tempat
pertemuannya ya,
puskesmas yang
ngurusin gitu-
gitu...
...puskesamsnya
yah yang kasih
fasilitas
pertemuan, yang
ngundang paraji
untuk pertemuan,
ngundang lintas
sektor juga yah...
...di tempat saya
pihak puskesmas
juga yang
ngadainnya, yang
nyiapainnya...
...iyah,
pihak
puskesmas
yang
nyediain
sarananya..
.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Sarana atau fasilitas yang menunjang kegiatan kemitraan menurut bidan
di desa sudah cukup, sarana di sediakan oleh puskesmas maupun pihak desa.
sedangkan buku pedoman sebagai sarana penunjang bagi bidan untuk
melaksanakan tugasnya belum di sediakan dri pihak dinas maupun puskesmas.
Hal tersebut di perkuat oleh informan Bidan koordinator dan Kepala
Puskesmas. Berikut hasilnya :
Tabel 6.9
Hasil wawancara Mendalam Tentang Sarana Dengan Sumber Informan Bidan
Koordinator dan Kepala Puskesmas.
KP1 KP2 BK1 BK2
...dari kita
yang nyediain
tempatnya...
...buku
pedoman buat
bidan di desa
belum di drop
ya, itu kan
dinas ya yang
punya...
...iya kita, dari
puskesmas, kerja
sama juga sama
desa...
... kayaknya dulu
pernah ada ya,
cuman dipegang
siapa kurang tahu
sekarang...
...selama ini
puskesmas
yang fasilitasin,
dinas belum
ada..
... belum ada ya
bukunya, belum
dikasih dari
dinas...
...pertemuan ada
di puskesmas ,
didesa juga ada
fasilitasnya
puskesmas ama
desa juga...
... ada nggak ya,
kurang tahu
saya...
6.2.3 Metode.
Hasil dari penggalian informasi melalui FGD dan wawancara mendalam
bidan di desa tentang cara pendekatan bidan terhadap paraji dan adanya MOU
sebagai bentuk tertulis yang dapat mendekatkan bidan dan paraji adalah sebagai
berikut :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Tabel 6. 10
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Metode Yang Digunakan Dalam Kemitraan
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
... pendekatan
nya saat ada
pesalinan yah,
kita sama-
sama kerja
ngurusin
pasien
bersalin, ya
pas itu kita
sambil
ngobrol...
...untuk
kesepakatan
MOU nya ada,
ditandatangani
... pernah sih
kitaberkunjung
kerunahnya gitu,
nganterin uang
transport
kemitraan..
nggak ngobrol
ya, Cuma
ngomong biasa
aja, lagi apa
mak, repot
nggak, gitu-gitu
aja...
...ada sih
...cara kita
mendekati dukun
yah, saat kita
kemitraan gitu
yah, ya..kita
ketemu mungkin
pas dijalan,
ngobrol sih
enggak yah, say
hello gitu-gitu
ajah. Kunjung
kerumah pernah,
pas nganter
undangan atau
buat nanya
...pendekatannya
paling pas ketemuan
di puskesmas saja
sih. Tempat saya
kan jaraknya ada
jauh ya ma parinya
masuk ke dalem
banget, jadi paling
yang dekat aja yang
kadang ketemu di
jalan, , apa pas
kondangan...ngobrol
juga kok. kalo harus
kesana-sana capek
yah
...berusaha
mendekati sih
udah, tapi
kadang si
maparaji nggak
respek ya,
kurang apa ya..
kayak cuek-
cuekan kalo
diajak
ngomong...
Karena udah
tua kali yah..
...ada,
...mendekatinya
kita kerumahnya,
meski nggak bawa
apa-apa, ada yang
tanggapannya baik,
ada juga yang
nggak bikin
sreg.macem-
macem. Tapi kan
udah usaha...
...perjanjiannya
ada, di buat dulu
pas kemitraan, tapi
ya pelaksanaannya
.. selama ini
emang belum
pernah
kerumahnya
satu-satu ya,
kalau pas ada
kemitraan aja
kita coba ajak
ngobrol gitu
yah.. ada juga
paraji yang
kerumah saat
ada persalinan
gitu..
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
55
Universitas Indonesia
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
oleh bidan dan
parajinya, trus
disaksikan
oleh kepala
desa setempat,
juga
camatnya...
MOUnya.. isinya
tentang
pertolongan
persalinan yang
nggak boleh
dilakukan paraji
sendirian, trus
pembagian fee,
trus saling
menghubungi,
gitu..
data...
... MOU udah di
buat... tapi
belum ada
perbaruan...
MOU sih aya... tapi
ya cuman formalitas
ajah yah menurut
saya...
kesepakatannya
ditandatangani
kita ama
maparajinya...
ditandatangani
ama ibu kepala,
pak camat
sama lurahnya
ya kita ya...
gimana ya... nggak
itu sih sesuai..
masih ada paraji
yang juga nolong,
trus sangsinya juga
gak jalan.
...iya, ada MOU
nya ada...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
56
Universitas Indonesia
Seluruh informan bidan di desa mengatakan bahwa sudah ada MOU
tentang kemitraan antara bidan dengan paraji. MOU yang dibuat di tandatangani
oleh Bidan di desa serta paraji, disaksikan oleh Camat, Kepala UPT dan Lurah
desa.
Sedangkan informasi dari bidan desa yang dilakukan wawancara
mendalam adalah sebagai berikut :
...memang kita dulu sih ya, yang istilahnya menyapa duluan lah ya, tapi
mereka tuh tanggapannya kurang bersahabat gitu, kadang males juga
sih kalo udah gitu ya..Tapi ada juga yang enak ngobrolnya,..
...soal MOU ada udah pernah dibuat, di simpan sama bikornya ya
lembaranya... (WB1)
... ada yang belum kenal, jadi belum ada pendekatan, kalau yang udah
bermitra ma kita ya kita saling menyapa yah kalo pas ketemu dijalan...
...Kesepakatan ada, udah pernah dibuat... (WB2)
Pendapat senada juga di ungkapkan oleh Kepala Puskesmas dan Bidan
Koordinator sebagaimana informasi berikut ini :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Tabel 6.11
Hasil wawancara Mendalam Tentang Metode Dengan Sumber Informan Bidan
Koordinator dan Kepala Puskesmas.
KP1 KP2 BK1 BK2
...setiap orang
kan nggak
sama ya, tapi
pada
dasarnya
bidan didesa
cukup bisa
berbaur
dengan dukun
paraji nya...
...mengenai
Mou setiap
desa sudah
ada...
...yah kita nggak
bisa maksain ia
harus seperti yang
lain, watak kan
itu.., ada yang
bisa deket sama
parajinya, ada
yang judes, ada
yang cuek, variatif
ya...
...MOU sudah
ada. Setiap desa
sudah di buat...
...memang
nggak semua
mempunyai
kemampuan
pendekatan
yang baik,
biasanya yang
baik itu
nakesnya
bagus, paraji
seneng rujuk
pasien ke dia,
ada sih ya yang
terkesan
judesan gitu..
...udah semua,
tiap desa...
...banyak faktor
sih saya rasa,
ada kan ya,
bidannya tuh
dah baik, sabar,
ramah, eee
parajinya yang
kelewat egois,
tapi ada juga itu
bu, paraji takut
deket ma dia,
dianya terkenal
galak gitu, tapi
sebenernya dia
baik kok...
...iyah aya, tiap
desa udah di
buatkan...
Untuk mendukung terjalinnya hubungan kemitraan dan sebagai wujud
dari menghargai eksistensi dukun paraji dan pengakuan untuk bidan dalam
pelaksanaan kemitraan perlu adanya reward bagi pelaku kemitraan tersebut.
selain itu di gali pula mengenai sanksi yang di kenakan apabila pelaku kemitraan
tidak melakukan atau melaksanakan segala ketentuan yang telah di sepakati.
Berikut informasi mengenai reward dan sanksi dari informan bidan di desa
melalui FGD dan wawancara secara mendalam :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Tabel 6. 12Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Reward dan Sanksi Dalam Kemitraan
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
...nggak ada ya,
belum pernah
ada reward....
bidan nggak ada,
yang buat
parajinya juga
nggak ada ya di
tempat saya..
Tapi sebenernya
kalau ada seperti
itu bisa jadi
penyemangat
buat kita kerja
yah...
...di dalam
MOU kalo si
Paraji
menolong
persalinan
sendiri tanpa
bidan, maka
uang hasil
pemberian
pasien tersebut
diminta 100%
oleh FMD,
bukan kita
yang
mintainnya,
...dulu paraji
yang periksa
kepuskesmas
yang punya
askin atau
nggak kita
gratisin, tapi
semenjak lebih
ketat
pemeriksaan
tentang
keuangan
puskesmas, ya
nggak lagi.
Malah jadi
...pengharg
aannya sih
belum ada
yah,
sebenarnya
bagus juga
kalo
diadain
yah heheh..
... sanksi
ada juga,
belum ada
yang
pernah
...amin, kalau
ada reward
buat kita..
heheh...
harusnya dinas
tuh ya yang
kasih ya..,
selama ini
nggak ada
sama
sekali..mapara
ji yang baik
aja mitranya
yang dikasih,
sembako pas
... maparaji nya kalo pas
lebaran itu yah di kasih
bingkisan sembako ama
puskesmas, tapi untuk
yang bermitra terus ama
kita...
...ada sih sangsinya, di
minta ya uangnya yang
dari hasil menolong
persalinan... semuanya
100%. Tapi selama ini
sih saya rasa belum
pernah parajinya yang
nolong dimintain ya,
... belum ada
yang buat kita
kita... yang buat
maparaji ya itu
sembako...
...nggak ada
pelaksanaanya ,
sanksi cuman di
tulis doang di
MOU...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
59
Universitas Indonesia
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
...sanksi emang
adah di MOU in
tapi belum
pernah ada
tindak
lanjutnya...
tapi desa... ya,
...memang
belum sih
realisasinya...
temuan kan ya
nanti...
...sanksi
selama ini
belum pernah
dilakukan...
kena
sanksi...
hari lebaran
itu yah...
...sama
sanksinya
nggak jalan
juga..
gimana ya... desa juga
gak enak kali ya... kan
ada tuh ya maparaji
anaknya jadi pamong
desa...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Perihal tentang reward informan bidan di desa menyatakan selama ini
belum ada reward untuk bidan didesa. Namun untuk paraji yang kemitraannya
baik, salah satu puskesmas yaitu puskesmas Sukaraja memberikan bingkisan
lebaran bagi paraji yang bermitra baik dengan bidan. Sedangkan untuk sanksi
sebenarnya sudah tercantum dalam MOU namun belum dilaksanakan secara
optimal. seperti ungkapan bidan di desa berikut ini :
...reward belum ada, nggak ada yang kasih.. heheh, kalo sanksi memang
di MOU di tulis, tapi nggak jalan juga... (WB1)
...mengenai sanksi yah, pernah tuh saya yang disuruh mintainya, kan
uang hasil persalinan dukun kan harus dikasih ke desa tuh sesuai
sepakat kita, maunya sekalian pembinaan gitu yah, karena maparajinya
nolong sendiri tuu, halaah... malah nangis-nangis coba dia nya (paraji),
orang saya tuh ngomongnya baik-baik yah, sesuai kesepakatan juga kan
ya, haduh... malahan saya yang kena marah ama keluarga
maparajinya... kapok deh saya..bener lho bu... (WB2)
Selain hal tersebut diatas, didapat pula informasi yang di peroleh dari
Bidan Koordinator Puskesmas dan Kepala Puskesmas. Berikut hasil wawancara
yang di peroleh :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
61
Universitas Indonesia
Tabel 6.13
Hasil wawancara Mendalam Tentang Metode Dengan Sumber Informan Bidan
Koordinator dan Kepala Puskesmas.
KP1 KP2 BK1 BK2
...belum ada reward
bagi bidan maupun
parajinya... belum
ada pembicaraan
mengenai hal
tersebut sih selama
ini. selain itu
dananya untuk
kemitraan saja
terbatas, jabi
alokasi ke situ
belum...
Sanksi sudah
tertuang di MOU,
kalo paraji nolong,
uang jasa
persalinan diminta
100% oleh desa,
uangnya masuk
FMD...
...nggak ada
reward buat
bidan, kalau untuk
paraji biasanya
bidannya yang
inisiatif, dikasih
kayak bingkisan
lebaran gitu
setahu saya...
dananya dari
kantong bidan
sendiri ya, yang
dari puskesmas
belum... sanksi
ada, di tulis dalm
MOU juga,
pelaksanaanya
belum...
...belum ada
reward bagi
bidan maupun
parajinya...
belum ada
pembicaraan
mengenai hal
tersebut sih
selama ini.
selain itu
dananya untuk
kemitraan saja
terbatas, jabi
alokasi ke situ
belum...
...nggak ada
reward buat
bidan, kalau
untuk paraji
biasanya
bidannya yang
inisiatif, dikasih
kayak bingkisan
lebaran gitu
setahu saya...
dananya dari
kantong bidan
sendiri ya, yang
dari puskesmas
belum... sanksi
ada, di tulis
dalm MOU
juga,
pelaksanaanya
belum...
6.3 Komponen Proses
6.3.1 Pendataan Dan Pemetaan Dukun
Informasi tentang pendataan dan pemetaan dukun bayi diperdalam dengan
sejauh mana bidan di desa mengenal paraji yang berada di wilayah binaannya, hal
tersebut di peroleh informasi dari bidan di desa melalui FGD. Berikut hasilnya :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
62
Universitas Indonesia
Tabel 6. 14 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Pendataan Dan Pemetaan Dukun Paraji Dalam Kemitraan
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
...tahu ya, kenal
mabeurang nya.
Ketemunya pas
lokmin desa...
semua ma paraji
tahu, kenal
banget sih
enggak, tapi
minimal pernah
ketemu..
... iyah di tempat
saya ada 3 orang
yang agak bandel
satu, kadang suka
nolong sendiri,
semua udah
bermitra yah...
... cuma 2
paraji ya, jadi
ya kenal sih..,
bermitra kok
kita...
... ada yang udah
ketemu, tapi ada juga
yang belum, yang
belum pernah ketemu
tahu namanya dari
kadernya, juga
pasiennya yang suka
cerita... rumahnya kan
jauh ya, trus banyak
banget paraji
ditempat saya, saya
nggak kenal semua...
...kenal lah ma
parajinya, tahu,
Cuma dianya
nggak pernah
kirim kekita
pasen, ya kita
jarang
ketemuannya...
... semua bidan
mah tahu siapa
paraji yang ada
di desanya kali
yah, Mereka
kenal kok. Kalo
rumah –
rumahnya paraji
ya nggak semua
tahu ya, kan ada
yang masuk ke
daerah banget...
...saya kan belum
lama tinggal di
situnya, jadi ya
belum mengenal
semua, tapi
minimal tahu
namanya, meski
belum pernah
ketemuan.. kalau
pas kemitraan
nggak dateng
dia...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Belum semua bidan di desai kenal dan bertemu dengan paraji yang tinggal di
wilayah kerjanya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh bidan di desa yang di
wawancara secara mendalam, berikut hasilnya :
... saya mengenal semua paraji ya, ada ma E, ma I, ma S, sama ma A.
Ada yang ketemunya pas dia rujuk kekita, ada juga pas pertemuan
kemitraan itu dia dateng... (WB1)
...kenal lah ya, kan di wilayah binaan kita, cuman kadang lupa
namanya... jarang sih ya ketemunya... (WB2)
Hal tersebut juga diungkapkan oleh kepala Puskesmas dan Bidan
koordinator Puskesmas dalam hasil wawancara mendalam sebagai berikut :
Tabel 6. 15
Hasil Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator
Mengenai Pendataan Dan Pemetaan Paraji Dalam Kemitraan
KP2 KP2 BK1 BK2
...ya harus
tahu dong, itu
kan mitra
mereka, dan
mereka pasti
tahu siapa
nama
parajinya,
rumah
dimana ... itu
penting...
... saya
menganjurkan
semua harus
tahu ya, kan
kerja
samanya
sama paraji
juga
nantinya...
... memang
kalau di sini
semuanya
mengetahuinya
siapa nama-
namanya
paraji yah,
mereka tahu,
bisa nanya ke
kaderya juga...
Belum semua tahu
saya kira ya, ada
yang belum lama
kan kerjanya, trus
ada yang jauh
banget juga,
apalagi dianya
nggak pernah
ikutan pertemuan,
jadi yah bidan
mungkin belum
kenal...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Tidak semua bidan di desa sudah mengenal paraji yang ada di wilayah
kerja desa binaannya, ada beberapa faktor yang menyebabkan bidan di desa belum
mengenal semua paraji yang ada yaitu karena jarak yang jauh antara rumah paraji
dengan tempat tinggal bidan di desa, selain itu ada bidan desa yang baru tinggal di
daerah binaannya tersebut dan memang belum terjalin mitra diantara bidan dan
paraji.
6.3.2 Koordinasi Dengan Lintas Sektor
Informasi tentang koordinasi yang dilakukan oleh bidan di desa terhadap
lintas sektor yang ada di wilayah desa binaanya diungkapkan oleh bidan didesa
melalui FGD dan hasil wawancara mendalam berikut ini :
... koordinasi lintas sektor memang bukan kita ya, yang secara langsung
berkoordinasi gitu, di tempat saya mah puskesmasnya yang
melaksanakannya, koordinasi lintas sektor kan mengundang pihak luar
juga, ya dari polisi, koramil, camat gitu yah, jadi ya mereka (Puskesmas)
yang ngoordinir, kita juga hadir , paraji ada, ikutan juga... (WB1).
... yang kita sendiri sama kadernya sih koordinasinya, sama tokoh
masyarakat juga, ma RT, RW... yang dari polisi, koramil, kecamatan
kita bersama puskesmas yang nyelenggarainnya... gak bisa lah sendiri,
gimana yah hheheh... biasanya dari puskesmas hanya Ibu Kepala yang
bicara pas pertemuan lintas sektor itu ya... kita mendengar... (WB2).
Untuk hasil FGD nya adalah sebagai berikut :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Tabel 6.16
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Koordinasi Lintas Sektor Dalam Kemitraan
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
... yang kita
lakukan sendiri
sih sama PKK ya
pas posyandu
gitu...
... yang lintas
sektor , kita mah
berharapnya
kalau mereka
hadir juga dalam
pertemuan kan
parajinya mau
dengar tuh
penjelasan. Kalo
Kalo ada pertemuan
desa itu, kita ngobrol
ama pak sekdesnya,
atau ama RT nya,
tentang kemitraan..
... kalo yang lintas
sektor diundangnya ke
Puskesmas kalo lagi ada
pertemuan. Biasanya
dari polisi, dari koramil,
kecamatan, trus
lurahnya..
... semua (paraji) kan
ada yang nggak
Koordinasi tuh
penting ya, bagi
kita, biasanya
ama kadernya
kalo kita , kalo
yang tokoh-tokoh
itu puskesmas
yang
koordinasinya
...kita kan
inginnya mereka
itu berperan
serta, mereka kan
di segani, trus
... lintas
sektor ma,
dari
puskesmas
ya yang
ngundang.
Kita ikutan
hadir juga
di
pertemuan
itu, yang
resmi
mengunda
ng pihak
puskesmas
...kalau dari kita-
kita aja kan
paraji dah nggak
mau dengar kali
ya, kalau mereka
(Polisi, camat,
lurah, koramil)
yang bicara kan
lain yah...agak
ada rasa
takutnya....
makanya lintas
sektor perlu
terlibat juga, biar
mereka juga
... kalau menurut
saya mah kurang
ngefek ya,
gimana ya, orang
pas ada kematian
ibu bersalin,
yang datengin
cuman kita-kita
doang, tahu
sendirilah ma
paraji sama kita
mah cuma iya iya
doang, abis ntu
yah udah, nolong
lagi... meskipun
... saya sih
paling sama
kadernya ya,
yang linsek itu
puskesmas sih
yang
mengkoordinir.
... yang hadir di
depan yang
lintas sektor,
biasanya dari
polisi, trus
koramil yah,
trus camatnya,
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
66
Universitas Indonesia
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
menolong
persalinan trus
kok sampai
meninggal bisa di
kenakan
hukuman...
dateng yah, jadi ada
yang nggak tahu juga
ada penjelasan-
penjelasan dari
mereka...
menurut saya
mereka sesuai
kalau
memberikan
penjelasan
tentang tentang
hukum-hukum...
nya... mendukung kita... udah sama lintas
sektor tetep aja
jalan di tempat...
lurahnya,
kadang di
wakilin ama
sekdesnya...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
67
Universitas Indonesia
Tujuan dari diundangnya lintas sektor dalam pertemuan kemitraan bidan
dan dukun paraji diungkapkan oleh informan kepala Puskesmas sebagai bentuk
peran serta sektor lain dalam menggalang dukungan alih peran dukun sebagai
penolong persalinan, menjadi pendamping ibu bersalin, sebagaimana ungkapan
berikut :
... dukungan lintas sektor itu kan penting ya perannya, tujuannya biar
mereka itu mendukung kalau persalinan sekarang itu oleh tenaga
kesehatan bukan paraji, itu kan demi ibu bersalinnya juga, masyarakat
mereka...pertemuan lintas sektor kita yang fasilitasi, biasanya di
puskesmas. Yang datang dari pihak polisi, koramil, tokoh masyarakt,
camatnya juga... (KP1)
... koordinasi dengan linsek kita lakukan ketika pertemuan kemitraan,
seperti pas kesepakatan MOU kemarin.. biar memperkuat dukungan...
agar semua menganggapnya bahwa hal ini tuh penting gitu.. (KP2)
6.3.3 Membina Dukun
Menurut informan bidan di desa, selama ini di wilayah kecamatan
Sukaraja pembinaan dukun paraji tentang hal hal yang berkaitan dengan
kemitraan dalam forum khusus secara rutin belum terlaksana. Seperti yang
diungkapkan dalam hasil wawancara mendalam dan FGD bidan di desa berikut
ini:
... pembinaan yang khusus kemitraan secara rutin mah belum ada yah,
adanya ya pertemuan itu aja, nanti di pertemuan itu di kasih pembinaan
gitu... (WB1)
...belum ada tempat saya. Nggak ada dananya kali ya, untuk hal
itu...(WB2)
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Tabel 6.17
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Pembinaan Dukun Paraji Dalam Kemitraan
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
.. selama ini ma,
pembinaan yang
rutin belum sih,
perbulan gitu
belum, kalau pas
pertemuan itu aja
dikatakan kalau
ngerawat tali pusat
begini, kalau
ngurut bayi atau
ibunya nggak boleh
kenceng-kenceng,
trus tanda-tanda
bahayanya ini,
gitu...
...pembinaan
buat paraji
penting ya
sebenarnya,
disana kan
kita bisa
ngomong ma
parajinya
kalo tugas
kita begini,
tugas mereka
begitu, itu
menurut
saya...
... pembinaan rutin untuk
ma paraji sekarang mah
nggak ya, dulunya pernah
ada pelatihan, pelatihan ma
paraji sebelum tahun
berapa yah..., 2000an
kayaknya, tapi malahan
parajinya tambah PD tuh,
nolong sendiri, apa –apa
sendiri, mentang-mentang
udah dilatih gitu, untungnya
udah gak ada lagi tuh
sekarang...
...
pembinaan
secara
khusus,
waktu
khusus
belum ada
selama ini
saya rasa...
harusnya
masuk
anggaran
juga lho
itu...
...di tempat
saya ada ya,
pembinaan.
Itu pas kalo
lagi ada
pertemuan
gitu di
puskesmas..,
untuk yang
berkala belum
sih ya...
... belum
dilakukan
secara resmi,
kalo itu ya,
pembinaan ya
pas pertemuan
itu aja kita
kasih tahunya,
bahwa peran
dukun
sekarang
begini, tidak
boleh lagi
menolong
sendiri...
... yang rutin
belum ada...,
nggak ada
dana nya,
anggarannya
buat
pertemuan aja
saya kira ya...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
69
Universitas Indonesia
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kepala Puskemas dan Bidan
Koordinator dalam wawancara mendalam sebagai berikut :
Tabel 6. 18
Hasil Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator
Mengenai Pembinaan Dukun Paraji Dalam Kemitraan
KP1 KP2 BK1 BK2
...ya ada
pembinaan,
pas
pertemuan itu
sekalian.
Yang secara
rutin per
berapa bulan
sekali belum
ada...
...penginnya
diadain juga ya,
bisa
mempererat
hubungan bidan
sama parajinya,
tapi ya..
dananya belum
ada untuk yang
itu...
...belum ada
sih bu..
rutinnya...
...untuk yang
sekarang belum ya,
tapi kedepan kita
berharap itu juga
dilaksanakan, kalo
sering ketemu kan
jadi lebih akrab...
6.3.4 Melaksanakan Kegiatan Kemitraan
Selain paraji yang sebagian masih melakukan praktek pertolongan
persalinan, informan bidan di desa juga mengungkapkan bahwa sebagian
masyarakat masih mengandalkan paraji sebagai penolong persalinannya, selain
dapat melahirkan dirumah, pasien juga di pijit, di mandikan dan di doa-doain
(jampe-jampe). Selain itu paraji akan mendatangi pasien 2-3 hari sekali sampai 40
hari masa nifas. Menurut informan keluarga juga mempunyai pengaruh besar
dalam pengambilan keputusan pertolongan persalinan.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Tabel 6. 19
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Tentang Melaksanakan Kemitraan
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
... sebenarnya sih
udah baik ya
kemitraannya,
udah pada
ngarujuk ke kita,
hanya saja masih
ada ma paraji
yang nolong
sendiri, padahal
udah dikasih
pembinaan, ntar
alasannya
kebrojolan,
... saya rasa
cukup lumayan
dianya (paraji)
datang sih ya pas
pertemuan
kemitraan, pas
ada lokmin desa,
ya.. meski tetep
aja masih ada
nolong sendiri...
... si maparaji
ikutan nganter,
juga nemenin
...ada yang udah
baik juga, ada
yang belum juga..
soalnyaada tuh ya
mereka (bumil)
periksanya pernah
ke saya ya, tapi
bersalinnya
malahan ke
paraji, ma paraji
nggak ngerujuk
kekita, nggak
kasih tahu kita, di
...belum itu ya
tempat saya,
ada itu
persalinan
sungsang yah,
ditolong ma
paraji, pasiennya
cerita ma saya
pas imunisasi.
Kata si
maparajinya ini
mah emak udah
tahu ilmunya,
... ya susah sih
ya, dari
parajinya gak
bisa di omongin,
dari pasiennya
juga begitu,
emang ada yah
satu dua orang
gitu, maunya
lahirnya dirumah
aja, jadi manggil
maparaji. Karena
kalau bidan kan
... yang baik sih
bantuin kita
banget, biasanya
kan suka ngeluh-
ngeluh pegel yah
pasienya, maparaji
yang mijetin, saya
bilangin boleh
pijet-pijet tapi
tangan ma kakinya
aja. Trus ma N
ngelus-elus
perutnya, ama di
... kalo ma paraji
hanya kasih
support aja sama
doa-doa, yang
nolong bayinya
ya saya, keluarin
plasenta ama
jahitnya semua
saya, kalau
bayinya udah
lahir si maparaji
yang kasih
bajunya,
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
71
Universitas Indonesia
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
padahal nggak
satu dua lho ma
E nolong bayi,
masak semua
kebrojolan...
sampai selesai,
sampai bayinya
lahir, juga
bantuin bersih-
bersih...
tolonglah sendiri.
Ntar tahunya pas
imunisasi, ee
ternyata udah
lahir...heheh...
dulu nolong si Y
juga bisa...
kita kan udah
bermitra ya sama
mereka tapi ya
itu dia, masih
saja PD nolong
sendiri...
kasih sarannya
ke rumahnya
bidan atau
puskesmas yah...
komat-kamitin
gitu... di
mantrain...hehehe..
Yang nggak baik
ya.. kita nggak
bermitra ma dia,
ada yang belum
juga saya kenal sih
ya..
ngebedongin
gitu... kadang
mijitin kita juga
lho, dia itu
ramah...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
72
Universitas Indonesia
Dari seluruh informasi yang di gali dari informan bidan di desa yang ikut
dalam FGD , sebagian belum melakukan kemitraan dengan paraji. Namun tidak
semua paraji yang bermitra melakukan rujukan ibu hamil untuk bersalin ke bidan
sebagian masih menolong persalinan tanpa ada pendampingan dari bidan. Selain
paraji tidak melaporkan dan merujuk ibu hamil ke bidan, ibu hamil yang
bersangkutan juga berkeinginan di tolong paraji.
Sebagian besar informan Bidan di Desa mengungkapkan bahwa untuk
pembagian peran antara Bidan di desa dan paraji sebagian besar masih terbatas
dalam lingkup pertolongan persalinan. Paraji yang bermitra baik dengan bidan
selain merujuk ibu hamil yang akan bersalin ke Bidan di desa juga mendampingi
dan membantu bidan dalam proses persalinan. Menurut bidan di desa saat
bersama – sama menolong persalinan paraji melakukan peran secara sosial budaya
seperti mengelus-elus perut ibu, memijat tangan dan kaki, mendampingi ibu
selama proses melahirkan, membersihkan ibu , memberikan kekuatan psikologis
kepada ibu, membersihkan kain bekas melahirkan, serta membersihkan plasenta.
Hal tersebut juga di sampaikan oleh informan bidan di desa yang di
lakukan wawancara mendalam, berikut hasil nya :
... gimana yah, susah sih kalo yang masyarakatnya udah itu banget sama
paraji, kadang ibu hamilnya mau ya ikut saran kita, suaminya juga mau
ya, tapi keluarganya itu yang susahnya minta ampun... ya ibunya,
neneknya, saudaranya... mereka kuat banget pengaruhnya... jadi meski
kitanya udah bermitra, tapi kurang juga menurut saya. Harusnya dia
(paraji) kan juga hubungi saya ya, itu nggak nolong sendiri.. (WB2)
...Yah... gimana ya, yang baik kemitraannya ma kita mah bisa banget
diajak kerja bebarengan, yang kurang tuh yang susah, kadang dianya
diajak ngomong, ngobrol pun susah, gimana kita bisa kerja bareng coba
bikin gimana yah... se el (kesal).. gitu.. (WB1)
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
73
Universitas Indonesia
Dari hasil wawancara mendalam kepada bidan koordinator Puskesmas
dan Kepala puskesmas tentang pelaksanaan kemitraan yang di lakukan oleh bidan
di desa, di peroleh informasi sebagai berikut :
Tabel 6.20
Hasil Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator
Mengenai Pelaksanaan Kemitraan oleh Bidan Di Desa
KP1 KP2 BK1 BK2
... menurut saya
mereka (bidan di
desa) udah bagus
pelaksanaannya,
ya, sebagian
besar sudah
bermitra, mereka
juga melakukan
pendekatan yang
baik dengan
parajinya...
... rata-rata kerja
mereka baik ya,
sudah bermitra
tapi tetep aja ada
pasien yang
maunya bersalin
sama paraji ya.
Maunya kan
ngelahirinnya
dirumah , kalau
sama kita kan
kita nyuruhnya ke
puskesmas atau
rumah kita yang
alatnya lebih
lengkap kan...
... ya lumayan ada yang
baik ada yang
susah...sebenarnya nggak
parajinya aja ya yang
susah kita ajak mitra ya,
kitanya kan juga nggak
bisa maksa ya, ada yang
mau di bilangin kalau
lahiran ke bidan, ada juga
yang nggak usah
dibilangin udah tahu gitu
yah, tapi ada juga yang
nggak mau denger, udah
gimana ya... sugestinya
udah biasa ama paraji
sih...
...Secara umum
baik sih ya,
mereka terjun
kemasyarakat
udah bagus, tapi
karena belum
deket, jadi ya
kemitraannya
dengan paraji
kurang bagus..
6.3.5 Evaluasi Kegiatan Program
Dari seluruh bidan di desa menyatakan bahwa telah melakukan pelaporan
kepada kepuskesmas, melalui laporan PWS. Belum ada format khusus tentang
pelaporan kegiatan kemitraan.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
74
Universitas Indonesia
Tabel 6. 21
Hasil FGD Mengenai Evaluasi Program Kemitraan
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
... laporan
kegiatan ada kali
ya di bikornya,
laporannya pas
ada pertemuan
itu biasanya,
kalau yang
khusus pada
evalusi
pelaksanaanya
belum ada sih..
... belum ada
setahu saya...
nggak ada
formatnya, yang
kita laporin
paling cuma PWS
aja...
...selama ini
PWS aja yang
kita laporin rutin
per bulan, kalau
kegiatan paling-
paling cuman
ditanya aja, ama
Bikornya atau
Kepala, itu aja...
... iyah.. pas
ditanya aja
kita
ngejawabnya,
tertulisnya
belum...
... gimana kita
buatnya ya...
saya nggak tahu
itunya
formatnya...
setahu saya ya
PWS itu...
... kita selalu
laporan rutin
nya PWS
KIA, udah
macem-
macem itu
laporannya
di sana...
...laporannya ya
PWS itu, di situ kan
ada ya persalinan
bidan berapa, paraji
berapa, yang
meninggal berapa,
trus yang
pendampingan ama
paraji berapa, ada
itu..
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Informasi juga di peroleh dari bidan desa yang di wawancara, berikut hasilnya :
...selama ini yang memantau paling kepala puskesmasnya ya, biasanya di
tanyain, gimana kemitraannya dengan mak itu ..., kalau laporan khusus
saya nggak tahu, kayaknya belum ada selama ini. yang rutin di laporin
itu PWS KIA, cakupan-cakupan... (WB1)
... pemantauan dari dinas nggak saya nggak tahu ya, kalo dari
puskesmas sih saya rasa belum ada selama ini, hanya cakupan-cakupan
aja yang diminta buat puskesmas ya... (WB2)
Hal tersebut juga di perkuat oleh informasi dari Kepala Puskesmas :
... pemantauan secara tidak langsung dilakukan sebenarnya, tapi hanya
dari puskesmas, yang dari dinas belum secara fokus ya, untuk
evaluasinya mungkin pas kita ketemuan di dinas ya, suka disinggung
juga mengenai kemitraan... (KP1)
... selama ini pemantauan dan evaluasi khusus kegiatan yang dilakukan
oleh bidan di desa sih belum ada, mungkin di lihat aja ya dari laporan
bulanan bidan desa nya, cakupannya udah bagus atau belum... (KP2)
6.4 Komponen Output
Informasi tentang hasil keluaran kemitraan bidan di desa dengan paraji,
diungkapkan oleh informan bidan di desa melalui FGD sebagaimana berikut ini :
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
76
Universitas Indonesia
Tabel 6. 22
Hasil FGD Mengenai Out Put Program Kemitraan
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
...kalau di desa
saya mah, linakes
dari tahun lalu
naik sih
yah...meski
sedikit...
... kalau hasil
dari cakupan-
cakupan
meningkat ya,
tapi yang
bermitra itu-itu
aja, belum ada
yang gabung
lagi...
...paraji yang
suka nganterin
ngarujuk tetap ya
itu, nggak ada
tambahan tapi
emang
persalinannya
agak naik.
diempat saya..
...yang tahun 2011
itu emang banyak
persalinan
maparijinya, 50
an lebih naik dari
tahun 2010, 40 an
saat itu..
...lumayan naik
ya, saya senang
itu, kebetulan
emang semua
bermitra dengan
saya...
... sama ,biasa
ajah, tempat saya
mah masih ada
aja persa linan
dukunnya...
...alhamdulillah
cakupannya naik,
cuman ya, masih
ada dukunnya
nolong, jumlah
yang bermitra
tetap, yang lain
belum
terangkul...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
77
Universitas Indonesia
Sedangkan hasil wawancara mendalam dengan bidan di desa adalah sebagai
berikut:
...alhamdulillah, klo cakupan di desa saya naik yah, naik 5% dari yang
kemarin..., ada yang turun emang, di pasir jambu Nakesnya malah turun
itu... semua dukunnya udah bermitra, jadi nggak ada tambah-tambah
lagi... (WB1)
...cakupan cukup lah, nggak rendah-rendah amat 78% tempat saya.
Jumlah dukun bermitra tetap yah, belum ada yang mitra lagi, satu aja itu
yang susah sampai saat ini belum mau diajak kerjasama... (WB2)
Informasi yang di dapat dari kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator tentang
output adalah sebagai berikut:
Tabel 6. 23
Hasil Wawancara Mendalam Mengenai Out Put Program Kemitraan
KP1 KP2 BK1 BK2
... kalau bicara
tentang
cakupan
memang naik,
tapi masih saja
di bawah
target, ada
desa yang
persalinan
nakesnya
menurun ya,
parajinya yang
naik, tapi
secara umum
ada kenaikan...
...menurut
saya udah
lumayan baik
sih ya, di
Cilebut mah
linakesnya
bertambah,
naik dari
tahun-tahun
sebelumnya...
...bervariasi ya
perdesanya, ada yang
persalinannya naik, ada
juga maparajinya yang
malahan naik, yang
agak banyak maparinya
tuh desa Pasir Jambu,
dulunya sempat bagus
sih, tapi kesini-sini
persalinan malahan
maparajinya nambah
bahkan yang tahun 2011
kemarin itu 60 an persen
linakesnya...
...yah... gimana ya,
hasilnya memang
belum memuaskan
ya,masih dibawah
target juga. tahun
2011 itu emang agak
naik maparajinya,
gimana ya..
jampersal juga udah
di sosialisasi, bidan
tiap desa ada,
hehehe...belum
maksimal kali yah..
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
78
Universitas Indonesia
Hasil penelitian informan FGD dan wawancara mendalam, cakupan KIA
sebagian mengalami peningkatan meskipun tidak banyak, namun ada desa yang
justru menurun. Dari yang meningkat sebagian besar masih dibawah target nasional
maupun target puskesmas. Sedangkan jumlah paraji yang bermitra dengan bidan
masih tetap. Paraji yang semula belum bermitra saat ini belum ada upaya bidan
untuk merangkulnya menjadi mitra kerja.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
79
Universitas IndonesiaGambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
79
BAB 7
PEMBAHASAN
7.1 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih mempunyai kekurangan
dan keterbatasan antara lain masih kurangnya pengalaman peneliti dalam
pelaksanaan penelitian dengan metoda kualitatif, tidak semua informan bidan di
desa dapat hadir memenuhi undangan untuk melakukan FGD, dari 9 yang di
rencanakan hadir 7 informan bidan di desa, tidak semua informan bidan
koordinator sebagai triangulasi sumber dapat diwawancarai hal ini karena bidan
koordinator dari puskesmas Cilebut sedang dalam keadaan sakit sedangkan bidan
koordinator pengganti kurang bisa memberikan informasi yang di butuhkan, dari
ketiga kepala puskesmas yang ada hanya dua yang dapat memberikan informasi
hal ini di karenakan kepala puskesmas sedang melaksanakan pelatihan.
7.2 Komponen Input
7.2.1 Sumber Tenaga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber tenaga bidan di desa
sebagai pembina wilayah di masing – masing desa sudah tersedia, hal tersebut
nampak dari ungkapan para informan FGD bidan di desa, Bidan Koordinator
Kepala Puskesmasnya, serta data tenaga kesehatan yang tersedia. Sedangkan
persepsi bidan tentang kecukupan tenaga bidan yang tersedia sebagian besar
sudah merasa cukup bahwa satu bidan di desa membina satu wilayah desa, ada
sebagian lagi menyatakan bahwa satu bidan di desa kurang cukup dengan alasan
bahwa beban kerja sebagai bidan di desa di rasakan terlalu berat karena
mengampu banyak posyandu dan area binaan terlalu luas.
Berdasarkan observasi data puskesmas dan informasi sumber lain ketiga
puskesmas di wilayah kecamatan sukaraja masing – masing desa di wilayah
tersebut mempunyai satu bidan di desa sebagai bidan pembina wilayah desa.
Tidak semua bidan di desa tinggal di desa binaanya tersebut. Dari 13 desa, 3 desa
yang bidan desanya tidak tinggal di desa. Hal tersebut karena mereka telah
mempunyai rumah di luar wilayah desa binaanya tersebut.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Sumber daya manusia adalah kekuatan yang bersumber dari manusia
baik tenaga, pemikiran, maupun support moral, atau sering juga disebut Human
Resource, tenaga atau kekuatan. Hal tersebut merupakan hal yang penting yang
dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan atau program (Fathoni, 2006)
Tugas pokok bidan adalah melaksanakan kegiatan puskesmas di desa
wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi,
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan diberikan. Selain itu, bidan juga
menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh
kesadarannya untuk berperilaku sehat. (Depkes RI, 1992)
7.2.2 Dana
Dana yang di gunakan dalam kegiatan kemitraan di wilayah kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor, bersumber dari dana BOK. Dana tersebut di
aplikasikan dalam pertemuan di puskesmas dengan melibatkan bidan, paraji, serta
lintas sektoral yang melibatkan kepolisian, koramil, kecamatan, serta kelurahan.
Bidan di desa tidak terlibat langsung dalam pengelolaan dana yang di gunakan
untuk pertemuan kemitraan, pengelolaan di pegang oleh pengurus keuangan
puskesmas atau bidan koordinator puskesmasnya.
Selain dana yang bersumber dari anggaran dana puskesmas, sebenarnya
dana untuk kegiatan ini juga dapat diusulkan melalui dana peningkatan dan
kesehatan dan pendidikan yang ada dalam alokasi dana desa (ADD) sesuai dengan
BAB 7 tentang Sumber Keuangan dari PP 72 tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Pemerintah Desa (Depkes RI, 2008). Dalam hal ini seluruh sumber informan
belum tahu adanya hal tersebut.
Pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam
pembangunan. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat primer di tanggung
oleh pemerintah bersama dengan masyarakat yang di tujukan untuk menangani
masalah kesehatan masyarakat yang menjadi prioritas pembangunan (Depkes RI,
2009)
Selain dana kemitraan yang digunakan untuk pertemuan, ada dana lain
yang berkaitan erat dengan kemitraan bidan dan dukun paraji, yaitu dana
pembagian jasa persalinan. Ada variasi persentase pembagian jasa persalinan di
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
81
Universitas Indonesia
tiap-tiap desa, hal tersebut sesuai dengan hasil kesepakatan yang telah dituangkan
dalam MOU. Semenjak di berlakukannya program Jampersal sejak bulan April
2011, terjadi pergeseran cara pemberian jasa dan jumlah yang harus di berikan
kepada dukun, hal tersebut belum tertuang dalam kesepakatan yang baru,
sehingga bidan di desa membuat kebijakan tersendiri dalam hal ini.
Di dalam hal ini, Kepala Puskesmas hanya menyarankan sistem
pembagian jasa persalinan dilakukan sesuai persentase kesepakatan MOU, namun
di berikan setelah klaim jampersal terbayar. Belum ada ketentuan tertulis tentang
pembagian jasa persalinan yang baru setelah ada kebijakan program Jampersal.
Sistem dana bergulir dalam kemitraan bidan di desa dan dukun bayi yang
dilaksanakkan di kabupaten Trenggalek dapat meningkatkan jumlah persalinan
yang ditolong tenaga kesehatan dan menurunkan jumlah kematian ibu setelah
sistem tersebut dilaksanakan selama lima tahun (Depkes RI, 2006a)
Pembagian jasa persalinan akan menjadi lebih baik lagi apabila ada
kesepakatan yang jelas antara bidan dan paraji dengan di komunikasikan secara
baik. Terutama apabila ada kebijakan baru yang bisa mempengaruhi kesepakatan
sebelumnya. Komunikasi antar pelaku kemitraan tentang pembagian jasa tersebut
akan memberikan kontribusi yang cukup positif bagi berlangsungnya kemitraan
yang telah terbina.
Dana pelayanan persalinan dari askeskin / Jamkesmas juga dapat dikelola
dengan sistem dana bergulir yaitu dengan cara memberikan uang muka kepada
dukun bayiyang selanjutnya akan ditambah oleh bidan di desa sesuai dengan
kesepakatan dan ketentuan yang berlaku, jika dukun tersebut merujuk atau
mengantarkan ibu hamil atau bersalin untuk periksa dan melahirkan dengan bidan
di desa (Depkes RI, 2006b)
7.2.3 Sarana
Secara umum pelaksanaan kemitraan bidan di desa dan paraji di wilayah
kecamatan Sukaraja di saranai oleh pihak puskesmas, selain itu desa juga turut
serta dalam memfasilitasi pertemuan kemitraan dalam hal ini penyediaan tempat
pertemuan kegiatan kemitraan antara bidan dan paraji yang juga melibatkan sektor
lain. Peran serta dinas kesehatan dirasakan kurang berperan dalam kontribusi
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
82
Universitas Indonesia
sarana untuk pertemuan kemitraaan. Sedangkan untuk ketersediaan sarana buku –
buku pedoman kemitraan untuk bahan acuan kemitraan seluruh informan bidan di
desa belum ada yang memilikinya. Puskesmas tidak menyediakan buku tersebut
karena pihak dinas kesehatanpun belum memberikan buku tersebut.
Sarana dan prasarana merupakan hal pokok sekaligus modal dasar untuk
berfungsinya suatu organisasi (Mills & Gibson, 1990). Seperti halnya yang di
kemukakan oleh Notoatmodjo (1993) yaitu bahwa bantuan dan dukungan fasilitas
sarana dan prasarana akan berakibat mampu meningkatkan kerja seseorang.
Ketersediaan sarana yang di perlukan untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan suatu program akan memperlancar keberlanjutan program itu sendiri.
Menurut Bruce;1990,Fromberg;1988,Gambone;1991 dalam Azwar;1996 bahwa
apabila tenaga dan sarana tidak sesuai dengan standar dan dana tidak sesuai
kebutuhan maka sulit diharapkan baiknya mutu pendidikan.
7.2.4 Metode
Dalam penelitian ini bidan di desa wilayah kecamatan Sukaraja
melakukan perdekatan personal terhadap mitranya (Paraji) dengan membina
komunikasi secara langsung pada saat berkunjung kerumah, saat persalinan,
bertemu di jalan ataupun melakukan pendekatan melalui sarana pertemuan
kemitraan. Pendekatan yang dilakukan bidan di desa mengalami mengalami
beberapa hambatan sehingga hubungan personal belum terbina secara utuh.
Beberapa faktor yang menyebabkan bidan di desa kesulitan melakukan
pendekatan dan komunikasi terhadap mitranya antara lain karena adanya
perbedaan usia yang cukup jauh, pendidikan, pola pikir, respon paraji terhadap
bidan, jarak rumah yang terlalu jauh dengan tempat tinggal bidan serta perasaan
segan untuk datang atau berkunjung.
Hasil survey Mc Dermott (1997) mengatakan bahwa salah satu hambatan
dalam komunikasi antara dukun bayi dan bidan di desa adalah karena perbedaan
umur dan latar belakang budaya. Sedangkan menurut Depkes RI (2006) kualitas
komunikasi yang kurang baik cenderung berkaitan dengan hubungan interpersonal
yang kurang baik dengan dukun bayi.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
83
Universitas Indonesia
Salah satu cara supaya bidan di desa dapat diterima baik oleh masyarakat
desa adalah ia perlu melakukan hubungan baik dengan dukun dan masyarakat
dengan memperhatikan faktor sosio budaya setempat serta faktor kelebihan
“dukun” dalam pelayanan masyarakat. Johnson (1981) menyatakan bahwa agar
mampu mengembangkan dan memelihara komunikasi yang akrab dan produktif
kita memerlukan untuk memiliki sejumlah ketrampilan dasar. Pertama, harus
saling memahami, yaitu mempunyai sikap percaya, pembukaan sendiri, keinsafan
diri dan penerimaan diri. Yang kedua harus mampu mengkomunikasikan pikiran
dan perasaan kita, kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan
sikap dan rasa senang serta kemampuan memdengarkan dengan cara yang akan
menujukkan bahwa kita memahami lawan komunikasi kita. Yang ke tiga harus
saling memberikan dan menerima dukungan atau saling menolong. Selanjutnya
yang keempat harus mampu memecahkan konflik dan bentuk-brntuk masalah
antar pribadi yaitu dengan mendekatkan kita dengan lawan komunikasi kita dan
menjadikan komunikasi menjadi tumbuh dan berkembang.
Sesuai dengan penelitian Adisasmita, Tarigan dan Hadi (2003) yang
mengemukakan bahwa pendekatan dan intensitas komunikasi antara bidan di desa
dan dukun bayi berperan dalam kemitraan. Semakin tanggap dan sensitif seorang
bidan di desa terhadap kebutuhan dan motif dukun bayi semakin mudah bidan di
desa mempengaruhi dukun bayi untuk bekerja sama. Begitu juga dengan
penelitian Suryaningsih (2001) mengungkapkan bahwa komunikasi intensif yang
dilakukan bidan di desa diakui sebagai salah satu hal yang mendukung kemitraan
(pendampingan) meskipun pengalihan dukun bayi sebagai penolong persalinan
tetap dilakukan secara bertahap.
Untuk membina komunikasi dan hubungan dengan mitranya yaitu paraji
bidan di desa diharapkan mengerti serta memiliki ketrampilan dalam
berkomunikasi sehingga dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan
dukun bayi/paraji.
Telah di buat MOU atau kesepakatan tertulis antara bidan dan dukun
paraji dengan di tanda tangani oleh kepala puskesmas, camat, serta pihak desa
sebagia saksi. Di buatnya MOU tersebut diharapkan bisa menjadi sarana bidan di
desa dan dukun paraji duduk berdampingan untuk menyepakati keputusan
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
84
Universitas Indonesia
bersama. Namun dalam kenyataannya menurut bidan di desa hasil kesepakatan
tersebut tidak dilaksanakan sepenuhnya.
Di dalam kemitraan ada kesepakatan tertulis tentang peran dan tugas
antara bidan dengan dukuny yang di ketahui oleh kepala desa ataupun tokoh
masyarakat (Depkes RI, 2008).
Selain itu untuk mendukung terjalinnya hubungan kemitraan dan sebagai
wujud penghargaan terhadap seseorang perlu adanya reward atau penghargaan
bagi pelaku kemitraan tersebut. Namun dari hasil penelitian ini reward atau
penghargaan bagi bidan itu sendiri belum pernah ada. Sedangkan bagi paraji
hanya satu wilayah puskesmas saja yaitu dari sukaraja yang memberikan
bingkisan lebaran bagi paraji yang bermitra baik dengan bidannya.
Dari hasil penelitian tentang sanksi, di wilayah kerja puskesmas
Kecamatan Sukaraja sudah di tentukan adanya bentuk sanksi yang tertuang dalam
MOU. Namun sanksi tersebut belum pernah dilaksanakan secara sebenarnya
sesuai kesepakatan.
7.3 Komponen Proses
7.3.1 Pendataan dan Pemetakan Dukun
Dari hasil penelitian ini, pendataan dan pemetakan dukun oleh bidan di
desa belum maksimal, tidak semua bidan di desa wilayah kecamatan Sukaraja
sudah mengenal baik setiap paraji yang tinggal di wilayah desa binaan bidan.
Bidan mengetahui paraji tersebut karena sudah mengenalnya secara langsung,
tahu ketika ada kemitraan atau hanya mengetahui paraji tersebut dari laporan
kader atau informasi dari pasien. Hal tersebut dikarenakan jarak antara rumah
dukun yang terlalu jauh dengan tempat tinggal bidan di desa, masa kerja bidan di
desa yang masih baru, serta belum terbinanya kemitraan antara bidan di desa
dengan sebagian paraji.
Dari seluruh jumlah paraji yang berjumlah 65 orang, 48 diantaranya
bermitra dengan bidan di desa, dan sisanya 17 belum bermitra. Menurut bidan di
desa paraji yang bermitra telah di kenal oleh bidannya, merujuk pasien ke bidan,
dan pernah datang pada saat pertemuan kemitraan. Sedangkan yang tidak bermitra
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
85
Universitas Indonesia
sebagian belum di kenal oleh bidannya, masih suka menolong persalinan sendiri,
tidak pernah merujuk pasien ke bidan dan tidak hadir dalam pertemuan kemitraan.
Dalam survey yang dilakukan McDermott (1997), salah satu faktor yang
menyebabkan sulitnya bidan dalam membina hubungan dengan dukun bayi adalah
karena pebedaan usia dan asal daerah, karena bidan - bidan yang diturunkan ke
desa adalah bidan yang masih muda dan tidak selalu berasal dari daerah tempat
dimana bidan ditempatkan.
7.3.2 Koordinasi dengan lintas sektor
Bagi bidan di desa koordinasi lintas sektor memiliki arti penting dalam
mempengaruhi masyarakat untuk melakukan perilaku hidup sehat, termasuk
didalamnya melaksanakan persalinan dengan tenaga kesehatan. Koordinasi yang
dillakukan oleh bidan di desa dengan kader PKK dan tokoh masyarakat dilakukan
pada saat pelaksanaan posyandu, sedangkan koordinasi yang dilakukan dengan
lintas sektor yang melibatkan pihak Kepolisian, Koramil, Kecamatan dan
Kelurahan di fasilitasi oleh puskesmas. Kegiatan yang dilakukan dengan lintas
sektor tersebut selama ini hanya terbatas tentang sosialisasi program kemitraan
dan sosialisasi kesepakatan / MOU antara bidan di desa dan paraji.
Melakukan koordinasi dan sosialisasi di tingkat desa bertujuan untuk
mendapatkan dukungan serta kesepakatan pada pelaksanaan kemitraan bidan
dengan dukun dari aparat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK dan
masyarakat itu sendiri (Depkes RI, 2008)
7.3.3 Membina Dukun Paraji
Pembinaan yang dilakukan bidan di desa dalam kemitraan dianggap
mempunyai peranan penting bagi bidan untuk mempermudah penyampaian
informasi yang berkaitan dengan kemitraan, seperti bagaimanakah pembagian
peran dan tugas antara bidan dan paraji saat persalinan, penjaringan ibu hamil,
selain itu pembinaan dapat meningkatkan hubungan bermitra antara bidan dan
paraji. Selama ini pembinaan secara rutin dilakukan bidan di desa belum
terlaksana dikarenakan keterbatasan dana dan anggaran. Pembinaan terhadap
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
86
Universitas Indonesia
paraji menurut bidan di desa memuat informasi tentang perawatan ibu dan bayi,
tanda bahaya kehamilan dan pembagian tugas/kerja.
Terhenti atau tidak berjalannya suatu organisasi apapun sering terjadi
dikarenakan tersumbatnya saluran komunikasi diantara anggota organisasi
tersebut (Notoadmodjo, 2005). Dengan demikian terlihat bahwasanya berjalannya
suatu kemitraan di desa di pengaruhi oleh intensitas pertemuan antara bidan dan
dukun paraji. Pertemuan dengan frekuensi yang lebih sering maka akan terjalin
hubungan yang lebih harmonis antara pelaku kemitraan, sehingga diharapkan
bidan lebih bisa memberikan arahan dan pengaruhnya kepada paraji dengan lebih
baik, dan bagi dukun akan membuat lebih nyaman bermitra dengan bidan, lebih
terbuka serta tidak segan lagi untuk mnghubungi bidan bila ada persalinan
ataupun hal lain yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Memberikan informasi maupun advokasi kepada mitra merupakan cara
yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya
kemitraan (Notoatmodjo, 2005). Penting bagi bidan untuk memberikan informasi
yang jelas tentang tugas dan tanggungjawabnya sebagai bidan, serta tugas dan
tanggungjawab dukun yang sebenarnya.
7.3.4 Melaksanakan Kegiatan Program Kemitraan
Dalam pelaksanaan kemitraan antara bidan dengan paraji menurut bidan
di desa yang menilai kemitraannya baik dengan paraji melakukan pertolongan
persalinan dengan paraji yang ada di wilayah desanya, menerima laporan dan
rujukan ibu hamil dari paraji, sering bertemu dalam acara baik informal dan non
informal, serta mendapatkan sambutan yang baik saat bertemu atau bekerja sama.
Sebaliknya, bidan di desa yang menilai kemitraannya kurang, ternyata belum
mengenal seluruh paraji yang ada di daerah binaannya, hanya sebagian paraji
yang sudah bermitra yang melakukan rujukan, masih banyaknya persalinan yang
di tolong sendiri oleh paraji meskipun paraji tersebut telah menandatangani
kesepakatan, serta hubungan komunikasi yang kurang baik antara bidan di desa
dan paraji.
Semua desa di wilayah Kecamatan Sukaraja masyarakatnya sebagian
masih mempercayai dan memanfaatkan paraji dalam pelayanan kesehatan ibu dan
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
87
Universitas Indonesia
anak, terutama bagi ibu hamil, bersalin, dan nifas. Hal tersebut tercermin dari
masih banyaknya persalinan yang di tolong oleh paraji.
Menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak ibu di
Indonesia yang tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong persalinan
terlatih untuk memberikan asuhan persalinan dan kelahiran bayi, dengan alasan
bahwa tenaga penolong persalinan terlatih tidak benar-benar memperhatikan
kebutuhan, kebudayaan, tradisi, dan keinginan pribadi para ibu dalam
persalinandan kelahiran bayinya (Depkes RI, 2006).
Menurut hasil penelitian Ponny (2008) di kabupaten Katingan
menunjukkan bahwa dukun bayi masih menjadi kebutuhan masyarakat meskipun
bidan di desa sudah tersedia dekat dengan masyarakat. Hal yang sama juga di
dapatkan dari penelitian Ni Putu (2011) di Puskesmas Pangi, Kabupaten Parigi
Moutong bahwa sebagian masyarakat masih percaya dan lebih senang dengan
dukun karena mereka masih percaya mistis, adanya ikatan keluarga yang
terbentuk antara masyarakat dengan dukun atau dengan kata lain ada hubungan
kekerabatan, selain itu faktor biaya dan tradisi masyarakat, dan masayarakat
percaya dukun karena dukun adalah orang yang di tuakan.
Meskipun dalam hal ini pemerintah telah menggelontorkan kebijakan-
kebijakan yang diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat terutama dalam
pemanfaatan dukun paraji dalam pertolongan persalinan, pengaruh paraji masih
mempunyai kekuatan di masyarakat itu sendiri. Untuk itulah bidan perlu menjalin
kemitraan, meningkatkan hubungan personal dengan dukun paraji yang telah
dipercaya dan mempunyai kedudukan khusus di mata masyarakat. Dengan
dibutuhkannya dukun dan kedudukannya oleh masyarakat sehingga sangat
penting upaya untuk merangkul dukun paraji tersebut sebagai mitra bidan dalam
memberikan dukungan kepada ibu hamil, bersalin dan nifas. Terutama di daerah
dengan persalinan dukunnya masih tinggi (Depkes RI, 2008)
7.3.5 Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Program
Hasil dari pendalaman informasi yang di peroleh atas dasar hasil diskusi
kelompok dan wawancara mendalam mengenai kegiatan pemantauan dan evalusi
program kemitraan bidan dengan dukun bayi, selama ini belum ada penilaian
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
88
Universitas Indonesia
secara khusus baik oleh dinas kesehatan, puskesmas, ataupun dari desa. Hanya
laporan secara verbal saja yang disampaikan oleh bidan di desa apabila ditanya
oleh Kepala Puskesmas. Laporan adanya persalinan oleh dukun, cakupan
pemeriksaan kehamilan, kasus kematian, sudah terangkum dalam laporan PWS-
KIA yang diserahkan kepada koordinator setiap bulannya.
Berdasarkan buku pedoman Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi (Depkes
RI, 2008) bahwa pemantauan kegiatan kemitraan dari propinsi ke kabupaten 1 kali
per tahun, pemantauan Kabupaten ke Puskesmas-Desa adalah 3 bulan sekali
(laporan dari desa/Puskesmas) dan evaluasi dilakukan 1 kali dalam setahun
setelah proses kemitraan bidan dengan dukun berlangsung. Sedangkan di tingkat
propinsi dan kabupaten/kota melaui pertemuan bulanan, tingkat kecamatan melaui
lokakarya mini, dan di tingkat desa melalui pertemuan bulanan.
Pemantauan dan penilaian merupakan kegiatan yang di perlukan untuk
mengetahui keberhasilan suatu program dengan melihat apakah program tersebut
sesuai dengan rencana yang di tetapkan. Pemantauan dapat dilaksanakan secara
vertikal dari yang menduduki jabatan yang paling atas sampai ke pengurus yang
paling bawah. Atau secara horizontal adalah dengan koreksi dan perbaikan dari
teman sejajar. Sedangkan menilai atau evaluasi merupakan proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. Penilaian dilakukan terhadap aspek administrasi
seperti register dan laporan - laporan kegiatan. Kegiatan dilakukan berdasrkan
tahapannya sehingga penilaian dilakukan secara menyeluruh dan bersifat obyektif
yang berguna untuk memudahkan upaya perbaikan dan peningkatan selanjutnya
(Yaneu,2011).
7.4 Komponen Output
Indikator luaran atau output dalam pelakasanaan program kemitraan
bidan terhadap dukun paraji terlihat dari peningkatan pencapaian target KIA
terutama persalinan tenaga kesehatan, deteksi risiko tinggi oleh mayarakat dan
dari jumlah bidan yang bermitra dengan paraji.
Hasil penelitian informan FGD dan wawancara mendalam bahwa output
atau komponen keluaran pada pelaksanaan program kemitraan bidan di desa
belum sepenuhnya tercapai baik. Cakupan KIA sebagian mengalami peningkatan
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
89
Universitas Indonesia
meskipun tidak banyak, namun ada desa yang justru menurun. Dari yang
meningkat sebagian besar masih dibawah target nasional (90%) maupun target
puskesmas (85%). Sedangkan jumlah paraji yang bermitra dengan bidan masih
tetap. Paraji yang belum bermitra dengan bidan tahun lalu, saat ini belum juga
berjalan beriringan dan terangkul oleh bidan.
Hasil yang didapatkan dari hasil wawancara bidan koordinator, secara
umum cakupan pesalinan mengalami peningkatan, hanya saja kunjungan
pemeriksaan mengalami penurunan kualitas karena cakupan K1 mempunyai
selisih lebih besar dari jumlah cakupan K4.
Secara keseluruhan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di
wilayah kecamatan Sukaraja mengalami kenaikan dari tahun 2010 yaitu 77,2%
menjadi 82%. Cakupan kunjungan K4 menurun dari 86,6% menjadi 80,4% pada
tahun 2011. Jumlah paraji yang sudah bermitra dengan bidan adalah sama yaitu
dari 65 paraji 17 diantaranya belum bermitra. Persalinan dukun dari 1,8 menjadi
3%.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
90
BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi
bidan di desa terhadap pelaksanaan kemitraan terhadap dukun paraji di wilayah
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Komponen Input
Bidan di desa sebagai human source dalam kegiatan kemitraan
mempunyai peran yang penting dalam keberhasilan dan berjalannya suatu
kegiatan. Di setiap desa di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor
terdapat 1 bidan di desa yang membina wilayah terebut. Kecukupan dan
kesediaan bidan di desa dalam membina wilayah kerjanya di nilai belum
optimal. Begitu juga dana yang terkait, alokasi dana yang di peruntukkan
untuk kegiatan kemitraan bagi bidan di desa belum sepenuhnya dapat
meningkatkan kemitraan dengan paraji, selain itu perubahan cara dan jumlah
pembagian jasa persalinan setelah adanya program Jampersal belum tertuang
dalam kesepakatan tertulis yang baru.
Bagi bidan di desa sarana yang di berikan oleh puskesmas dan desa
adalah cukup dalam perannya untuk pertemuan kemitraan. Pendekatan dan
komunikasi bidan terhadap mitra kerjanya kurang dilaksanakan secara
optimal. Pendekatan yang dilakukan terhadap paraji mengalami hambatan
sehingga hubungan personal belum terbina secara utuh. Komunikasi yang
intensif mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan kemitraan.
MOU atau kesepakatan tertulis juga merupakan salah satu cara supaya terjalin
suatu kedekatan antara bidan di desa bisa duduk berdampingan untuk
kesepakatan bersama. Dalam pelaksanaannya kesepakatan tersebut belum
sepenuhnya terimplementasikan. Belum pernah ada reward atau penghargaan
kepada bidan di desa yang melakukan kemitraan baik dengan paraji di
wilayah kerjanya. Selain itu, tidak semua puskesmas memberikan
memberikan reward nya kepada paraji.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
91
Universitas Indonesia
2. Komponen Proses
Dalam pelaksanaan kemitraan yang dilakukan oleh bidan di desa di
wilayah kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor, hasil penelitian menunjukkan
pendataan dan pemetaan dukun paraji oleh bidan di desa belum dilaksanakan
sepenuhnya, bidan di desa kurang mengenal bahkan ada yang tidak mengenal
dukun yang ada di wilayah kerjanya. Masih terbatasnya koordinasi dengan
lintas sektor di wilayah Kecamatan Sukaraja, sehingga dukungan masyarakat
tentang kemitraan bidan dengan paraji kurang optimal. Bagi bidan kurangnya
frekuensi dan intensitas bertemunya bidan dengan paraji memberikan
hambatan bagi bidan di desa melakukan pembinaan dengan paraji. Pembinaa
dianggap penting untuk mempermudah penyampaian informasi dan edukasi
tentang kemitraan. Pelaksanakan kemitraan yang dianggap baik oleh bidan di
desa karena paraji sudah berkolaborasi dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi ibu dan memberikan respon baik terhadap keberadaan bidan di
desa, sebaliknya kemitraan yang dianggap tidak baik bagi bidan desa bahwa
paraji masih tetap menolong persalinan dan kurangnya respon paraji terhadap
Bidan di desa. Pemantauan dan evaluasi kegiatan untuk mengetahui tingat
keberhasilan program kemitraan bidan di desa di wilayah Kecamatan
Sukaraja belum terlaksana. Pelaporan dilakukan oleh bidan di desa bukan
dalam bentuk format khusus evaluasi kemitraan, melainkan dalam bentuk
verbal, sedangkan hasil cakupan upaya pelayan KIA laporan dalam bentuk
PWS.
3. Komponen Output
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan secara umum mengalami
peningkatan namun masih dibawah target nasional, dan terkait hal tersebut
kasus kematian ibu penambahan kasus. Sedangkan untuk jumlah paraji yang
bermitra dengan bidan di desa wilayah kecamatan Sukaraja tidak mengalami
perubahan dari tahun sebelumnya.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
92
Universitas Indonesia
8.2 Saran
8.2.1 Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Bogor dan Puskesmas)
a. Dalam pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun paraji
perlu adanya dukungan serta pengelolaan yang serius dan lebih baik
lagi mulai dari komponen input, proses dan output sehingga dapat
menjadi solusi pencapaian target cakupan KIA khususnya pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan menekan adanya kasus
kematian.
b. Perlu adanya kesepakatan tertulis yang baru sesuai dengan jalannya
kebijakan program yang berpengaruh terhadap kemitraan.
c. Meningkatkan sistem pemantauan dan evaluasi yang
berkesinambungan, sehingga hasil dari evaluasi tersebut dapat
dijadikan perbaikan pada kegiatan selanjutnya.
d. Memberikan pelatihan-pelatihan terkait kemitraan, seperti pelatihan
tentang KIE yang mampu mengasah kemampuan bidan di desa dalam
caranya berkomunikasi, penyampaian informasi dan edukasi sehingga
dapat menjadi bekal untuk bidan di desa dalam merangkul dukun dan
masyarakat.
8.2.2 Bagi Bidan di Desa
a. Membina hubungan komunikasi yang baik dan intensif dengan paraji
di wilayah desanya baik yang sudah bermitra maupun yang belum
bermitra.
b. Menjaga hubungan personal yang baik dengan mitra kerja yaitu paraji
dengan mempererat tali bersilaturahmi.
c. Menjalankan peran dan fungsinya lebih optimal sebagai tenaga
pelaksana kesehatan di wilayah kerjanya dengan meningkatkan
semangat bekerja.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
93
Universitas Indonesia
d. Perlu ditanamkan kesadaran bahwa kemitraan bidan dengan paraji
merupakan kegiatan bersama, sehingga walaupun dana dan anggaran
terbatas diharapkan bidan di desa dapat memanfaatkan sarana
pertemuan/potensi wilayah yang ada seperti kegiatan gotong royong,
PKK, majelis taklim, lokakarya mini Desa dan kegiatan-kegiatan
lainnya sehingga memperkuat dukungan dari masyakat serta peran
aktif masyarakat terkait program yang dilaksanakan.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, A., Tarigan, L., H.,& Hadi, E., N., (2003). ‘Partnership Between
Village Midwife (Bidan) and TBA (Dukun/Paraji) in Several Provinces
in Indonesia.’ Final Report. Jakarta
Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta : Bina Rupa Aksara
Departemen Kesehatan RI (1992). Panduan Bidan di Tingkat Desa. Jakarta :
Depkes RI
Departemen Kesehatan RI (2006). Dokumentasi Model Kemitraan Promosi
Kesehatan. Depkes RI Jakarta
Departemen Kesehatan RI (2006). Hikmah Pelaksanaan Proyek Safe Motherhood
: A Patrnership &Family Approach, Jakarta :Depkes RI
Departemen Kesehatan RI (2008). Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun,
Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, (2010). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor Tahun 2010. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor
Gibson,J.L.,Ivancevich,J.M.,& Donelly,J.H. (1985). Organisasi: Perilaku,
Struktur, Proses : Jilid 1 edisi kelima (Penerjemah Agus Dharma).
Jakarta : Erlangga
Green, L. W.,& Kreuter, M. W. (2005), Health Program Planning, An
Educational and Ecological Approach 4th Ed, Boston, Mc. Graw Hill
Herawaty (1998). Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Pelayanan Bidan
Di Desa Di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Tesis.
Universitas Indonesia
Kecamatan Sukaraja, (2011). Kecamatan Dalam Angka.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Kecamatan Sukaraja, (2011). Profil Kecamatan Sukaraja Tahun 2011.
Khrisna Aditya (2011). Analisis Persepsi Pekerja Terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT Multi Nitrotama Kimia Cikampek Tahun 2011.
Skripsi. Depok. Universitas Indonesia
Madestria, N. (2011). Kajian Kemitraan Bidan Dan Dukun di Wilayah Kerja
Puskesmas Pangi Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah Tahun
2011. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok
Martha, E., dkk. (2007). Studi Hambatan dan Pendukung Penyediaan dan
Penggunaan Pelayanan Bidan di Desa (Kabupaten Pandeglang dan
Serang, Privinsi Banten). Laporan Hasil Penelitian Immpact di
Indonesia, Depok, Puska FKM UI
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan, Teori Dan Aplikasi. Jakarta. Rineka
Cipta
Ponny, N. (2008). Kajian Kemitraan Bidan Di Desa dan Dukun Bayi Di
Kabupaten Katingan Tahun 2008. [Tesis]. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok
Robbins, Stephen P (1996). Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi
Jilid Satu. Jakarta
Sarwono, Sarlito (1993). Sosiologi kesehatan, Beberapa Konsep Beserta
Aplikasinya, Gajah Mada, Universit y Press Yogyakarta.
Suryaningsih, D. (2001) Analisis Kualitatif Pendampingan Bidan di Desa Pada
Persalinan Yang Ditolong Oleh Dukun Bayi di Kecamatan Cicurug,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, [Tesis]. Program Pascasarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Depok
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
WHO (1992). Trainning of Traditional Birth Attendants (TBAS), A Guide for
Master Trainers, Geneva, WHO
Widyono, S. H. (2001). Analisis Terhadap Pemilihan Persalinan Pada Dukun
Bayi di Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Sintang Propinsi
Kalimantan Barat Tahun 1999. [Tesis]. Program Pascasarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI, Depok
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
MATRIKS HASIL FGD (FOCCUS GROUP DISCUSSION) DENGAN BIDAN DI DESA MENGENAI PERSEPSI PELAKSANAAN
KEMITRAAN DENGAN DUKUN BAYI DI WILAYAH KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT TAHUN 2011
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
INPUT
1. Sumber Daya
“...tempat kitamah satu desasatu bidanyah... cukup yasaya rasa, udahbisa ngehandelsaya rasa ya.
Awalanyaemang diharuskantinggal di situsamaKepalanya...”
“...satu bidansatu desa, sayasatu. Cukup lah...kadang jugadibantu ama yanglain juga... sayadisuruh ama IbuKepalatinggalnya di situjuga, tahunpertama dulungontrak yahhehehe... barusekarang beli didaerah situ..”
“...per desasatu bidannya,yang ngebina...saya rasa udahcukup sihya..kalao paskerepotanposyandudibantu jugaama temenpuskesmas......kebetulansaya udahpunya rumah disitu jadi yatinggalnya disitu...”
“...satu desa juga...maunya sih adatemennya hehe..biar bisa bagi-bagitugas, kan banyakya posyandu tempatsaya. Tapi yakarena udahaturannya gitu...saya tinggal disitu,ibu Kepala duluyang nyuruh...”
“... per desasatu bidan sih,tapi emangsaya nggaktinggal di situ,saya pulang keCibinong,nggak ya, ia(KepalaPuskesmas)nggakmaksain...”
“...sama satu aja..cukuplah ya bisakepegang... iya,saya tinggal disitu, kebetulanasal dari situhehehe...”
“...udah dibagi tiap-tiapdesa satu bidandesanya...cukup nggakcukup lah ya,ngurusinposyandubanyak sih ya,belum lagikegiatan yanglain, yapenyuluhan,lokmin desa..saya tinggal disitu, disuruhnyagitu...”
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
2. Danaa. Sumber dana
untukpertemuankemitraan
“... mmh,kurang tahu ya,tanya langsungaja deh samaBikornya... ntarsalah lagingomongnya...”
“... ada lah, ya.Kan kalopertemuan itu,pake danakemitraan...
...dari BOK sihkayaknya...”
“...setahu sayaada yah,dananya sihbuat pertemuangitu...rinciannya yanggak tahu...
Ngundangnyasih dari lintassektor yah...”
“...kalo masalahdana mah yangkeuanganpuskesmas kali yayang tahurinciannya, kita mahmmm..pelaksananya ajah...“
“... dana buatpertemuan adaya, saya rasacukup banyakjuga sih ya, kanampe ngundangpolisi, koramil,pak camat,lurahnya gitu ...
...bikornyayang tahudetailnya yah,heheh..”
“...tahu ya, tanyake pengurusuangny, aja lah,nggak enak kalosalah ngomong,
... sumbernya sihemang dari BOKtapi buat apa ajaya nggak tahu ...”
“... tahunyadana itu mahbuatpertemuan...
...dari BOK ...”
b. Pembagianjasapersalinanantara bidandengan paraji
“...adapembagiannya... dari biayapersalinan yangdi kasihpasien..,ditempat saya10% nan itu
“...gimana yah,sekarang adajampersal itu sihya. Kita kan gakdi bayar lansungsama pasien ya,ya kita nggakkasih lah. Ia
“...persalinannya... gimanaya.. jaditerpaksa pakeuang sendiridulu, dikasihkan itu keparaji, kalau
“... mmmhh..sebenarnya tinggalkita hitung aja ya,berapa kali ianganter pasien.Kalau klaim udahcair ya kita kasihtuh paraji berapa
“...ya, kalaudianyanganterin ajadikasihnyalima (5%) atausepuluh (10%)aja ya. Kalausambil bantu-
“... sepuluh persen(10%), kadangjuga lima belaspersen (15%)tergantung sih ya,ada yangnungguinpasiennya ampe
“...pas dulu sihbisa sampai25% nan yah,tergantungjuga. Kalausekarang mah..agak itu jugasebenarnya,
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
...yah... uangklaim yangkhususpersalinan kan350 ribu aja,kita harusngeklaim dulukan ya... ya kaloia periksanyakekita bisa kitaklaimkan jugaANC nya, kalonggak yabersalinnyadoang, palingama nifasnya 3kali 10.000...persenanpembagiannyaya yang daribersalin aja.Kalau dulu kanmungkin kitatarik 400 ribuya, trus ntar ma
(paraji) kandapet juga daripasiennya. Tiap-tiap kunjung jugadapet yah, kalokita manaklaimnya lama,kadang-kadangjuga kurangsyarat-syaratnya...(BD4)
...kalau sejak adajampersal teh,udah nggak adapembagian lagi,udah gak berlakukesepakatannya...ya mana yangakan dibagi...orang kitaaja dapetnyajuga entar-entar,nunggunya 2bulan, 3 bulan.
nunggu klaimntar takutnya iangitung rujukansegini, sayangitungnyasegini, kalobeda ntardianya berpikiryang enggak-enggak, trusnggak maungrujuk lagi,akhirnya yapake kantongpribadi dululah... gimanalagi... biardianya jugarajinngarujuk...”
persennya, tapi yanggak kayak dikasih langsung sihsebenarnya. Trusuang klaimpersalinan kancuma sedikit ya..350 ribu klaim..”
bantuin ampeselesai ya kitakasih lebihdong, tigapuluh, empatpuluh lah,soalnyabantuin bersih-bersih juga...
Sejak adajampersal,nggak lagiyah.Kebanyakanjuga nganterdoang sih, iadapet langsungdari pasien,kitanyadapetnyanunggu, ..”
selesai yaditambahin gitu...ya meskipun kitayang ngerjainsemuanya, tapikan ia ikut didalem yah, kasihsupport ibunya,pijitin, kadangbantuin kitajuga....”
menurun, kanbiayapersalinanjampersal 350,trus ntar maparaji 15 %nya dikumpulindulu, di catat,di kasih kaloudah dapatuang kitanya...darijampersal...”
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
paraji langsungkasih 20 % gitu,sekarang mahnggak bisalangsung...”
Kalau pakejampersal trusdia (pasien) kasihuang ke kita,kitanya dimarahin, di tegorama Kepala...”
3. Sarana “...selama inimah saranaatau fasilitaspuskesmas yangnyediain, kayakpas pertemuanitu, puskesmasyang nyediaintempatnya.
Kalau yang daridinas belum adaya kayaknya...”
“... paspertemuankemitraan didesa, kayak tahunkemarin, desa yayang kasihsarana.Walaupun yangngundang daripuskesmas, tapidesa yang siapinmacem-macemnya... “
“...daripuskesmasjuga. yang daridinas yangdiundangpaling-palinghanyabikornnya...”
“... saranakemitraan palingtempatpertemuannya ya,puskesmas yangngurusin gitu-gitu..”.
“...puskesamsnya yah yangkasih fasilitaspertemuan,yang ngundangparaji untukpertemuan,ngundang lintassektor jugayah... “
“...di tempat sayapihak puskesmasjuga yangngadainnya, yangnyiapainnya.....”
“...iyah, pihakpuskesmasyang nyediainsarananya...”
4. Metode “... pendekatannya saat adapesalinan yah,
“... pernah sihkitaberkunjungkerunahnya gitu,
“...cara kitamendekatidukun yah, saat
“...pendekatannyapaling pas ketemuandi puskesmas saja
“...berusahamendekati sihudah, tapi
“...mendekatinyakita kerumahnya,meski nggak bawa
“.. selama iniemang belumpernah
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
kita sama-samakerja ngurusinpasien bersalin,ya pas itu kitasambilngobrol...
...untukkesepakatanMOU nya ada,ditandatanganioleh bidan danparajinya, trusdisaksikan olehkepala desasetempat, jugacamatnya...
nganterin uangtransportkemitraan..nggak ngobrolya, Cumangomong biasaaja, lagi apamak, repotnggak, gitu-gituaja...
...ada sihMOUnya.. isinyatentangpertolonganpersalinan yangnggak bolehdilakukan parajisendirian, truspembagian fee,trus salingmenghubungi,gitu..
kita kemitraangitu yah,ya..kita ketemumungkin pasdijalan,ngobrol sihenggak yah, sayhello gitu-gituajah. Kunjungkerumahpernah, pasnganterundangan ataubuat nanyadata...
... MOU udahdi buat... tapibelum adaperbaruan...
sih. Tempat sayakan jaraknya adajauh ya ma parinyamasuk ke dalembanget, jadi palingyang dekat aja yangkadang ketemu dijalan, , apa paskondangan...ngobrol juga kok. kaloharus kesana-sanacapek yah
MOU sih aya... tapiya cuman formalitasajah yah menurutsaya...
kadang simaparaji nggakrespek ya,kurang apa ya..kayak cuek-cuekan kalodiajakngomong...
Karena udahtua kali yah..
...ada,kesepakatannyaditandatanganikita amamaparajinya...ditandatanganiama ibu kepala,pak camatsama lurahnyaya kita ya...
apa-apa, ada yangtanggapannyabaik, ada jugayang nggak bikinsreg.macem-macem. Tapi kanudah usaha...
...perjanjiannyaada, di buat dulupas kemitraan,tapi yapelaksanaannyagimana ya... nggakitu sih sesuai..masih ada parajiyang juga nolong,trus sangsinyajuga gak jalan.
kerumahnyasatu-satu ya,kalau pas adakemitraan ajakita coba ajakngobrol gituyah.. ada jugaparaji yangkerumah saatada persalinangitu..
...iya, adaMOU nyaada...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
...nggak ada ya,belum pernahada reward....bidan nggakada, yang buatparajinya juganggak ada ya ditempat saya..
Tapisebenernyakalau adaseperti itu bisajadipenyemangatbuat kita kerjayah...”
“...sanksiemang adah diMOU in tapibelum pernahada tindaklanjutnya...
...di dalam MOUkalo si Parajimenolongpersalinansendiri tanpabidan, maka uanghasil pemberianpasien tersebutdiminta 100%oleh FMD, bukankita yangmintainnya, tapidesa... ya,...memang belumsihrealisasinya...”
...dulu parajiyang periksakepuskesmasyang punyaaskin ataunggak kitagratisin, tapisemenjak lebihketatpemeriksaantentangkeuanganpuskesmas, yanggak lagi.Malah jaditemuan kan yananti...
“...sanksiselama inibelum pernahdilakukan... “
...penghargaannyasih belum ada yah,sebenarnya bagusjuga kalo diadainyah heheh..
“... sanksi ada juga,belum ada yangpernah kenasanksi..”.
...amin, kalauada rewardbuat kita..heheh...harusnya dinastuh ya yangkasih ya..,selama ininggak adasamasekali..maparaji yang baik ajamitranya yangdikasih,sembako pashari lebaran ituyah...”
“...samasanksinyanggak jalanjuga..
... maparaji nyakalo pas lebaran ituyah di kasihbingkisan sembakoama puskesmas,tapi untuk yangbermitra terus amakita...”
“...ada sihsangsinya, diminta ya uangnyayang dari hasilmenolongpersalinan...semuanya 100%.Tapi selama ini sihsaya rasa belumpernah parajinyayang nolongdimintain ya,gimana ya... desajuga gak enak kaliya... kan ada tuh
... belum adayang buat kitakita... yangbuat maparajiya itusembako...”
“...nggak adapelaksanaanya, sanksi cumandi tulis doangdi MOU...”
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
ya maparajianaknya jadipamong desa...
PROSES
1. Pendataan danPemetaanDukun Paraji
...tahu ya, kenalmabeurang nya.Ketemunya paslokmin desa...semua maparaji tahu,kenal banget sihenggak, tapiminimal pernahketemu..
... iyah di tempatsaya ada 3orang yang agakbandel satu,kadang sukanolong sendiri,semua udahbermitra yah...
... cuma 2paraji ya, jadiya kenal sih..,bermitra kokkita...
... ada yang udahketemu, tapi adajuga yang belum,yang belum pernahketemu tahunamanya darikadernya, jugapasiennya yang sukacerita... rumahnyakan jauh ya, trusbanyak bangetparaji ditempatsaya, saya nggakkenal semua...
...kenal lah maparajinya, tahu,Cuma dianyanggak pernahkirim kekitapasen, ya kitajarangketemuannya...
... semua bidanmah tahu siapaparaji yang ada didesanya kali yah,Mereka kenal kok.Kalo rumah –rumahnya parajiya nggak semuatahu ya, kan adayang masuk kedaerah banget...
...saya kanbelum lamatinggal disitunya, jadi yabelummengenalsemua, tapiminimal tahunamanya,meski belumpernahketemuan..kalau paskemitraannggak datengdia...
2. Koordinasidengan lintassektor
... yang kitalakukan sendirisih sama PKKya pas
Kalo adapertemuan desaitu, kita ngobrolama pak
Koordinasi tuhpenting ya,bagi kita,biasanya ama
... lintas sektor ma,dari puskesmas yayang ngundang.Kita ikutan hadir
...kalau darikita-kita ajakan paraji dahnggak mau
... kalau menurutsaya mah kurangngefek ya, gimanaya, orang pas ada
... saya sihpaling samakadernya ya,yang linsek itu
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
posyandu gitu...
... yang lintassektor , kitamahberharapnyakalau merekahadir jugadalampertemuan kanparajinya maudengar tuhpenjelasan.Kalo menolongpersalinan truskok sampaimeninggal bisadi kenakanhukuman...
sekdesnya, atauama RT nya,tentangkemitraan..
... kalo yanglintas sektordiundangnya kePuskesmas kalolagi adapertemuan.Biasanya daripolisi, darikoramil,kecamatan, truslurahnya..
... semua(paraji) kan adayang nggakdateng yah, jadiada yang nggaktahu juga adapenjelasan-penjelasan dari
kadernya kalokita , kalo yangtokoh-tokoh itupuskesmasyangkoordinasinya
...kita kaninginnyamereka ituberperan serta,mereka kan disegani, trusmenurut sayamereka sesuaikalaumemberikanpenjelasantentang tentanghukum-hukum...
juga di pertemuanitu, yang resmimengundang pihakpuskesmasnya...
dengar kali ya,kalau mereka(Polisi, camat,lurah, koramil)yang bicarakan lainyah...agak adarasa takutnya....makanya lintassektor perluterlibat juga,biar merekajugamendukungkita...
kematian ibubersalin, yangdatengin cumankita-kita doang,tahu sendirilah maparaji sama kitamah cuma iya iyadoang, abis ntuyah udah, nolonglagi... meskipunudah sama lintassektor tetep ajajalan di tempat...
puskesmas sihyangmengkoordinir.
... yang hadirdi depan yanglintas sektor,biasanya daripolisi, truskoramil yah,trus camatnya,lurahnya,kadang diwakilin amasekdesnya...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
mereka...
3. MembinaDukun
.. selama ini ma,pembinaanyang rutinbelum sih,perbulan gitubelum, kalaupas pertemuanitu ajadikatakan kalaungerawat talipusat begini,kalau ngurutbayi atauibunya nggakboleh kenceng-kenceng, trustanda-tandabahayanya ini,gitu...
...pembinaanbuat parajipenting yasebenarnya,disana kan kitabisa ngomong maparajinya kalotugas kita begini,tugas merekabegitu, itumenurut saya...
... pembinaanrutin untuk maparaji sekarangmah nggak ya,dulunya pernahada pelatihan,pelatihan maparaji sebelumtahun berapayah..., 2000ankayaknya, tapimalahanparajinyatambah PD tuh,nolong sendiri,apa –apasendiri,mentang-mentang udahdilatih gitu,untungnyaudah gak ada
... pembinaansecara khusus,waktu khusus belumada selama ini sayarasa... harusnyamasuk anggaranjuga lho itu...
...di tempatsaya ada ya,pembinaan. Itupas kalo lagiada pertemuangitu dipuskesmas..,untuk yangberkala belumsih ya...
... belum dilakukansecara resmi, kaloitu ya, pembinaanya pas pertemuanitu aja kita kasihtahunya, bahwaperan dukunsekarang begini,tidak boleh lagimenolongsendiri...
... yang rutinbelum ada...,nggak adadana nya,anggarannyabuat pertemuanaja saya kiraya...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
lagi tuhsekarang...
4. MelaksanakanKegiatanKemitraan
... sebenarnyasih udah baik yakemitraannya,udah padangarujuk kekita, hanya sajamasih ada maparaji yangnolong sendiri,padahal udahdikasihpembinaan, ntaralasannyakebrojolan,padahal nggaksatu dua lho maE nolong bayi,masak semuakebrojolan...
... saya rasacukup lumayandianya (paraji)datang sih ya paspertemuankemitraan, pasada lokmin desa,ya.. meski tetepaja masih adanolong sendiri...
... si maparajiikutan nganter,juga nemeninsampai selesai,sampai bayinyalahir, jugabantuin bersih-bersih...
...ada yang udahbaik juga, adayang belumjuga..soalnyaada tuhya
mereka (bumil)periksanyapernah ke sayaya, tapibersalinnyamalahan keparaji, maparaji nggakngerujuk kekita,nggak kasihtahu kita, ditolonglahsendiri. Ntartahunya pasimunisasi, ee
...belum itu yatempat saya,ada itu persalinansungsang yah,ditolong ma paraji,pasiennya cerita masaya pas imunisasi.Kata si maparajinyaini mah emak udahtahu ilmunya, dulunolong si Y jugabisa...kita kan udahbermitra ya samamereka tapi ya itudia, masih saja PDnolong sendiri...
... ya susah sihya, dariparajinya gakbisa diomongin, daripasiennya jugabegitu, emangada yah satudua orang gitu,maunyalahirnyadirumah aja,jadi manggilmaparaji.Karena kalaubidan kan kasihsarannya kerumahnyabidan ataupuskesmasyah...
... yang baik sihbantuin kitabanget, biasanyakan suka ngeluh-ngeluh pegel yahpasienya,maparaji yangmijetin, sayabilangin bolehpijet-pijet tapitangan ma kakinyaaja. Trus ma Nngelus-elusperutnya, ama dikomat-kamitingitu... dimantrain...hehehe..
Yang nggak baikya.. kita nggakbermitra ma dia,
... kalo maparaji hanyakasih supportaja sama doa-doa, yangnolong bayinyaya saya,keluarinplasenta amajahitnya semuasaya, kalaubayinya udahlahir simaparaji yangkasih bajunya,ngebedongingitu... kadangmijitin kitajuga lho, diaitu ramah...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
ternyata udahlahir...heheh...
ada yang belumjuga saya kenal sihya..
5. Evaluasiprogram
... laporankegiatan adakali ya dibikornya,laporannya pasada pertemuanitu biasanya,kalau yangkhusus padaevalusipelaksanaanyabelum ada sih..
... belum adasetahu saya...nggak adaformatnya, yangkita laporinpaling cuma PWSaja...
...selama iniPWS aja yangkita laporinrutin perbulan, kalaukegiatanpaling-palingcuman ditanyaaja, amaBikornya atauKepala, ituaja...
... iyah.. pas ditanyaaja kitangejawabnya,tertulisnya belum...
... gimana kitabuatnya ya...saya nggaktahu itunyaformatnya...setahu saya yaPWS itu...
... kita selalulaporan rutin nyaPWS KIA, udahmacem-macem itulaporannya disana...
...laporannyaya PWS itu, disitu kan ada yapersalinanbidan berapa,paraji berapa,yangmeninggalberapa, trusyangpendampinganama parajiberapa, adaitu..
OUTPUT ...kalau di desasaya mah,linakes daritahun lalu naik
... kalau hasildari cakupan-cakupanmeningkat ya,
...paraji yangsuka nganterinngarujuk tetapya itu, nggak
...yang tahun 2011itu emang banyakpersalinanmaparijinya, 50 an
...lumayan naikya, saya senangitu, kebetulanemang semua
... sama ,biasaajah, tempat sayamah masih ada ajapersa linan
...alhamdulillah cakupannyanaik, cuman ya,masih ada
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber Informasi
Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7
sih yah...meskisedikit...
tapi yangbermitra itu-ituaja, belum adayang gabunglagi...
ada tambahantapi emangpersalinannyaagak naik.diempat saya..
lebih naik dari tahun2010, 40 an saat itu..
bermitradengan saya...
dukunnya... dukunnyanolong, jumlahyang bermitratetap, yang lainbelumterangkul...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM BIDAN KOORDINATOR PUSKESMAS MENGENAI PELAKSANAAN KEMITRAAN
DENGAN DUKUN PARAJI DI WILAYAH KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR JAWABARAT TAHUN 2012
Informasi
Sumber InformasiHasil
BK1 BK2
INPUT1. Sumber Daya ...bidannya satu desa satu dan itu cukup... harus
tinggal di situ, udah peraturannya kan ya, bidan desaya harus tinggal di desa...
...kalau bidannya yang tinggalnya di desa itu, Cikeas,Cadas, Nagrak, Gunung geulis, sedang yang laintinggalnya diluar wilayah...udah punya rumahsendiri kan...
2. Danaa. Sumber dana
b. Pembagian jasa persalinan
... dana dari BOK yah, penggunaannya untukpertemuan... selama ini pertemuannya baru 1 kalidalam setahun yah, kemarin tuh mengundang linsekjuga sih...
... memang sudah ada MOU nya pembagian jasapersalinannya, berapa persennya tergantung maunyabidan ama paraji sih ya. Selama ini memang jalan,cuman itu.. setelah program jampersal kan harusnyaada kesepakatan baru, ini belum...
...sebenarnya masalah dana pihak BOK yang lebihtahu... pertemuan kemitraan selama ini baru sekaliya, iya pertahun.
... sekarang belum ada kesepakatan baru lagi, tahunsekarang ya, kan udah berlaku jampersal. dulunyaudah, beda-beda sih tiap desa. Tergantung berapayang dulunya disepakati...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber InformasiHasil
BK1 BK2
3. Saranaa. Penyediaan fasilitas pertemuan kemitraan
b. Ketersediaan buku-buku pedomankemitraan
“...selama ini puskesmas yang fasilitasin, dinasbelum ada...”
“... belum ada ya bukunya, belum dikasih daridinas...”
“...pertemuan ada di puskesmas , didesa juga adafasilitasnya puskesmas ama desa juga...
... ada nggak ya, kurang tahu saya...”
c. Metodea. Cara pendekatan bidan di desa terhadap
dukun paraji
b. Adanya MOU/kesepakatan Kemitraanantara bidan di desa dengan dukun paraji
“...memang nggak semua mempunyai kemampuanpendekatan yang baik, biasanya yang baik itunakesnya bagus, paraji seneng rujuk pasien ke dia,ada sih ya yang terkesan judesan gitu...”
“...udah semua, tiap desa...”
“...banyak faktor sih saya rasa, ada kan ya, bidannyatuh dah baik, sabar, ramah, eee parajinya yangkelewat egois, tapi ada juga itu bu, paraji takut deketma dia, dianya terkenal galak gitu, tapi sebenernyadia baik kok....”“...iyah aya, tiap desa udah di buatkan...”
PROSES
1. Pendataan dan Pemetaan Dukun Paraji “... memang kalau di sini semuanya mengetahuinyasiapa nama-namanya paraji yah, mereka tahu, bisananya ke kaderya juga...”
“...belum semua tahu saya kira ya, ada yang belumlama kan kerjanya, trus ada yang jauh banget juga,apalagi dianya nggak pernah ikutan pertemuan, jadiyah bidan mungkin belum kenal...”
2. Koordinasi Lintas sektor “... tentu kita berkoordinasi lintas sektor, darikepolisian, koramil, kecamatan, kelurahan, tokohmasyarakat. Kita mengundang mreka saat petemuankesepakatan MOU...”
“... itu penting ya, biar mereka mendukung. Merekakan cukup berpengaruh di masyarakat, jadi kita jugamelibatkan mereka... dari kepolisian, koramil,kecamatan, kelurahan itu...”
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Informasi
Sumber InformasiHasil
BK1 BK2
3. Membina Dukun Paraji “...belum ada sih bu.. rutinnya...” “...untuk yang sekarang belum ya, tapi kedepan kitaberharap itu juga dilaksanakan, kalo sering ketemukan jadi lebih akrab...”
4. Melaksanakan Kegiatan Kemitraan “... ya lumayan ada yang baik ada yangsusah...sebenarnya nggak parajinya aja ya yangsusah kita ajak mitra ya, kitanya kan juga nggak bisamaksa ya, ada yang mau di bilangin kalau lahiran kebidan, ada juga yang nggak usah dibilangin udahtahu gitu yah, tapi ada juga yang nggak mau denger,udah gimana ya... sugestinya udah biasa ama parajisih...”
“...Secara umum baik sih ya, mereka terjunkemasyarakat udah bagus, tapi karena belum deket,jadi ya kemitraannya dengan paraji kurang bagus....”
OUTPUT “...bervariasi ya perdesanya, ada yang persalinannyanaik, ada juga maparajinya yang malahan naik, yangagak banyak maparinya tuh desa Pasir Jambu,dulunya sempat bagus sih, tapi kesini-sini persalinanmalahan maparajinya nambah bahkan yang tahun2011 kemarin itu 60 an persen linakesnya...”
“...yah... gimana ya, hasilnya memang belummemuaskan ya,masih dibawah target juga. tahun2011 itu emang agak naik maparajinya, gimana ya..jampersal juga udah di sosialisasi, bidan tiap desaada, hehehe...belum maksimal kali yah.. .”
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI INFORMAN/RESPONDEN
Kepada
Yth:........(calon informan)
Di Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Bogor
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Peminatan
Kebidanan Komunitas, bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Gambaran Persepsi
Bidan Di Desa Dalam Pelaksanaan Kemitraan Dengan Dukun Paraji di Wilayah Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2012”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana persepsi bidan tentang pelaksanaan kemitraan dengan dukun
paraji di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat tahun 2012. Rencana
pelaksanaan penelitian ini berupa FGD / Diskusi Kelompok Terarah dan Wawancara
Mendalam kepada informan/responden (........................). Berkaitan dengan hal tersebut,
peneliti mohon kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan
menandatangani lembar persetujuan yang akan peneliti berikan.
Demikian permohonan ini peneliti sampaikan, segala informasi yang ibu berikan akan
dirahasiakan dan hanya digunakan sebagai bahan penelitian. Atas segala perhatian ibu,
peneliti ucapkan terimakasih.
Bogor, ..... Mei 2012
Peneliti
(Retna Pertiwi)
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Petunjuk Wawancara Mendalam
I. Petunjuk Umum
1. Sampaikan terimakasih atas ketersediaannya
2. Jelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian
3. Minta ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam selama wawancara
II. Petunjuk Wawancara Mendalam
1. Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti
2. Wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan dalam Pedoman
Wawawancara Mendalam
3. Pewawancara mencatat gambaran situasi ,tingkah laku dan ekpresi informan secara
tepat dan benar.
4. Infomasi bebas untuk menyampaikan pendapat
5. Pendapat, pengalaman, saran dan komentar informan sangat bernilai
6. Jawaban informan tidak ada yang salah atau yang benar,karena semata-mata hanya
untuk penelitian.
7. Semua keterangan akan dijamin kerahasiaannya
8. Wawancara akan direkam dengan tape recorder untuk membantu ingatan peneliti.
III. Pelaksanaan Penelitian
1. Perkenalan dari Peneliti
2. Perkenalan dari informan
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
PENELITIAN KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN BAYI (PARAJI) DI
KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2012
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN
Setelah saya mendapat perjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui kemitraan bidan dengan dukun bayi (paraji) di kecamatan Sukaraja kabupaten
Bogor provinsi Jawa Barat tahun 2012, dengan ini saya :
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
Sebagai* :
a. Kepala Puskesmas
b. Bidan Koordinator Puskesmas
c. Bidan di Desa
Dengan ini menyatakan * : a. Bersedia b. Tidak bersedia
Untuk berperan dalam penelitian ini
Tempat dan tanggal :
Tanda tangan :
Nama Responden :
(* Lingkari jawaban anda)
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
PANDUAN FGD/DISKUSI KELOMPOK TERARAH
KEMITRAAN BIDAN DIDESA DAN DUKUN PARAJI
INFORMAN : BIDAN DI DESA
I. Perkenalan
II. Kesepakatan bahwa pembicaraan direkam, hanya untuk kepentingan pendidikan
dan peningkatan program, perlu di tekankan bahwa pendapat semua yang hadir
sangat berarti, dan di harapkan keikutsertaanya dalam menyampaikan pendapat.
III. Diskusi.
Tanggal :
Tempat :
Lama :
No Bidan Umur Status Pendidikan Lama Kerja
1 B1
2 B2
3 B3
4 B4
5 B5
6 B6
7 B7
8 B8
9 B9
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
INPUT
Sumber Tenaga
Berapa banyak desa yang di bina oleh ibu? Menurut ibu apakah itu cukup? Mengapa?
Apakah ibu tinggal di desa tersebut? Mengapa?
Dana
1. Menurut ibu apakah ada ketersediaan dana yang digunakan khusus untuk pelaksanaan
program kemitraan antara bidan dan dukun bayi? Apabila ada, apakah ibu mengetahui dari
manakah sumber dana tersebut? dan dialokasikan untuk apa sajakah dana tersebut?
2. Bagaimanakah pembagian jasa persalinan antara ibu dan dukun paraji yang bermitra di
wilayah desa binaan ibu?
Sarana
1. Menurut ibu siapakah yang menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan bidan desa
dalam melaksanakan program kemitraan?
2. Apakah ibu mempunyai buku pedoman kemitraan bidan dengan dukun? Siapakah yang
menyedikan? Apabila tidak, mengapa?
Metode
1. Bagaimanakah cara ibu melakukan pendekatan kepada paraji dalam pelaksanaan
kemitraan? Bagimana cara ibu berkomunikasi dan menghubungi dukun bayi?
2. Apakah ada reward atau penghargaan bagi bidan atau dukun yang bermitra? Mengapa?
Siapakah yang memberikan penghargaan? Dalam bentuk apakah penghargaan tersebut?
3. Apakah ada sanksi apabila ibu atau dukun tidak melakukan kemitraan? Mengapa?
Apabila ada sanksi, dalam bentuk apa sanksi tersebut? siapkah yang memberikan sanksi
tersebut ?
PROSES
1. Apakah ibu mengenal semua dukun bayi/paraji yang ada disini? Dari mana ibu
mengenalnya? Ada berapa jumlahnya? Siapa namanya? Dapatkah ibu menceritakan
masing-masing dukun tersebut?
2. Selama ini bagaimanakah koordinasi lintas sektor yang dilakukan oleh ibu unruk
menyusun dukungan?
3. Apakah ibu melakukan pembinaan secara rutin kepada dukun bayi, berapa bulan sekali?
Apabila tidak, mengapa? Menurut ibu apa saja yang perlu di sampakan kepada paraji
dalam pembinaan tersebut?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
4. Bagaimanakah kemitraan dengan dukun yang ibu lakukan pada saat memberikan
pelayanan kesehatan ibu di masa kehamilan, persalinan dan nifas? Adakah pembagian
tugas atau peran antara bidan dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan tersebut?
Mohon jelaskan.
5. Menurut ibu bagaimana pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan program
kemitraan dengan dukun di daerah ibu? Berapa bulan sekali dilakukan evaluasi program
kemitraan tersebut? bagaimana cara mengevaluasinya dan siapa saja yang terlbat?
6. Apakah ibu melakukan pelaporan kemitraan kepada puskesmas wilayah ibu? Apa
sajakah yang dilaporkan? Berapa bulan sekali pelaporan ke puskesmas dilakukan?
OUTPUT
Bagaimana menurut pendapat ibu tentang program kemitraan antara bidan dan dukun bayi di
desa binaan ibu? Apakah cakupannya sudah sesuai target? Bagaiman dengan jumlah bidan
yang bermitra sekarang ?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
KEMITRAAN BIDAN DIDESA DENGAN DUKUN PARAJI
INFORMAN : KEPALA PUSKESMAS
INPUT
Sumber Tenaga
Apakah setiap desa di wilayah Puskesmas ibu ada bidan di desanya?
Apakah Bidan di desa tinggal di desa tersebut? Mengapa?
Dana
1. Menurut ibu apakah ada ketersediaan dana yang digunakan khusus untuk pelaksanaan
program kemitraan antara bidan dan dukun bayi? Apabila ada, apakah ibu mengetahui
dari manakah sumber dana tersebut? dan dialokasikan untuk apa sajakah dana
tersebut?
2. Bagaimanakah pembagian jasa persalinan antara ibu dan dukun paraji yang bermitra di
wilayah desa binaan ibu?
Sarana
1. Menurut ibu siapakah yang menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan bidan
desa dalam melaksanakan program kemitraan?
2. Apakah bidan di desa mempunyai buku pedoman kemitraan bidan dengan dukun?
Siapakah yang menyedikan? Apabila tidak, mengapa?
Metode
1. Menurut ibu bagaimanakah cara bidan di desa melakukan pendekatan kepada paraji
dalam pelaksanaan kemitraan?
2. Apakah ada reward atau penghargaan bagi bidan atau dukun yang bermitra? Mengapa?
Siapakah yang memberikan penghargaan? Dalam bentuk apakah penghargaan tersebut?
3. Apakah ada sanksi apabila bidan di desa atau dukun tidak melakukan kemitraan?
Mengapa? Apabila ada sanksi, dalam bentuk apa sanksi tersebut? siapkah yang
memberikan sanksi tersebut ?
PROSES
1. Menurut ibu, apakah bidan di desa mengenal semua dukun bayi/paraji yang ada disini?
Dari mana mereka mengenalnya?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
2. Selama ini bagaimanakah koordinasi lintas sektor yang dilakukan oleh ibu unruk
menyusun dukungan?
3. Apakah selama ini bidan di desa melakukan pembinaan secara rutin kepada dukun bayi,
berapa bulan sekali? Apabila tidak, mengapa? Menurut ibu apa saja yang perlu di
sampakan kepada paraji dalam pembinaan tersebut?
4. Menurut ibu bagaimanakah kemitraan dengan dukun yang Bidan di desa lakukan pada
saat memberikan pelayanan kesehatan ibu di masa kehamilan, persalinan dan nifas?
Adakah pembagian tugas atau peran antara bidan dan dukun bayi dalam pelayanan
kesehatan tersebut? Mohon jelaskan.
5. Menurut ibu bagaimana pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan program
kemitraan dengan dukun di daerah ibu? Berapa bulan sekali dilakukan evaluasi program
kemitraan tersebut? bagaimana cara mengevaluasinya dan siapa saja yang terlbat?
6. Menurut ibu, apakah bidan di desa melakukan pelaporan kemitraan kepada puskesmas
wilayah ibu? Apa sajakah yang dilaporkan? Berapa bulan sekali pelaporan ke puskesmas
dilakukan?
OUTPUT
Bagaimana menurut pendapat ibu tentang program kemitraan antara bidan dan dukun bayi di
wilayah puskesmas ibu? Apakah cakupannya sudah sesuai target? Bagaiman dengan jumlah
bidan yang bermitra sekarang ?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
KEMITRAAN BIDAN DIDESA DENGAN DUKUN PARAJI
INFORMAN : BIDAN KOORDINATOR PUSKESMAS
INPUT
Sumber Tenaga
Apakah setiap desa di wilayah Puskesmas ibu ada bidan di desanya?
Apakah Bidan di desa tinggal di desa tersebut? Mengapa?
Dana
3. Menurut ibu apakah ada ketersediaan dana yang digunakan khusus untuk pelaksanaan
program kemitraan antara bidan dan dukun bayi? Apabila ada, apakah ibu mengetahui
dari manakah sumber dana tersebut? dan dialokasikan untuk apa sajakah dana
tersebut?
4. Bagaimanakah pembagian jasa persalinan antara ibu dan dukun paraji yang bermitra di
wilayah desa binaan ibu?
Sarana
3. Menurut ibu siapakah yang menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan bidan
desa dalam melaksanakan program kemitraan?
4. Apakah bidan di desa mempunyai buku pedoman kemitraan bidan dengan dukun?
Siapakah yang menyedikan? Apabila tidak, mengapa?
Metode
4. Menurut ibu bagaimanakah cara bidan di desa melakukan pendekatan kepada paraji
dalam pelaksanaan kemitraan?
5. Apakah ada reward atau penghargaan bagi bidan atau dukun yang bermitra? Mengapa?
Siapakah yang memberikan penghargaan? Dalam bentuk apakah penghargaan tersebut?
6. Apakah ada sanksi apabila bidan di desa atau dukun tidak melakukan kemitraan?
Mengapa? Apabila ada sanksi, dalam bentuk apa sanksi tersebut? siapkah yang
memberikan sanksi tersebut ?
PROSES
7. Menurut ibu, apakah bidan di desa mengenal semua dukun bayi/paraji yang ada disini?
Dari mana mereka mengenalnya?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
8. Selama ini bagaimanakah koordinasi lintas sektor yang dilakukan oleh ibu unruk
menyusun dukungan?
9. Apakah selama ini bidan di desa melakukan pembinaan secara rutin kepada dukun bayi,
berapa bulan sekali? Apabila tidak, mengapa? Menurut ibu apa saja yang perlu di
sampakan kepada paraji dalam pembinaan tersebut?
10. Menurut ibu bagaimanakah kemitraan dengan dukun yang Bidan di desa lakukan pada
saat memberikan pelayanan kesehatan ibu di masa kehamilan, persalinan dan nifas?
Adakah pembagian tugas atau peran antara bidan dan dukun bayi dalam pelayanan
kesehatan tersebut? Mohon jelaskan.
11. Menurut ibu bagaimana pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan program
kemitraan dengan dukun di daerah ibu? Berapa bulan sekali dilakukan evaluasi program
kemitraan tersebut? bagaimana cara mengevaluasinya dan siapa saja yang terlbat?
12. Menurut ibu, apakah bidan di desa melakukan pelaporan kemitraan kepada puskesmas
wilayah ibu? Apa sajakah yang dilaporkan? Berapa bulan sekali pelaporan ke puskesmas
dilakukan?
OUTPUT
Bagaimana menurut pendapat ibu tentang program kemitraan antara bidan dan dukun bayi di
wilayah puskesmas ibu? Apakah cakupannya sudah sesuai target? Bagaiman dengan jumlah
bidan yang bermitra sekarang ?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Recommended