View
126
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
Firqah firqah dalam islam adalah
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan berkembangnya dan meluasnya Islam di dunia, sudah
barang tentu perkembangan itu tidak terlepas dari berbagai problematika yang
timbul, baik yang timbul dari dalam Islam itu sendiri maupun dari luar Islam.
Dan diantara problematika yang timbul dari dalam diri Islam itu sendiri
adalah timbulnya firqah atau golongan yang benihnya sudah mulai dirasakan
tatkala nabi Muhammad saw sudah meninggal. Sejarah Islam telah mencatat
tentang banyaknya firqah-firqah atau golongan-golongan yang ada di dalam
tubuh umat Islam. Dan berdasarkan keterangan dari beberapa hadis, dari
kesemua firqah atau golongan tersebut semuanya dikatakan sebagai
firqah/golongan yang sesat kecuali hanya satu golongan. Hal ini tentunya
didasarkan atas dasar keterangan dari matan hadis yang sudah sering kita
jumpai bahkan sudah sering kita kaji.
Artinya:
Abdullah bin Amr berkatan: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya umat
bani Israil terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umatku
akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, kesemuanya akan
masuk ke neraka kecuali satu golongan yang akan selamat. Para sahabat
bertanya: Siapakah satu golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?
Beliau menjawab: yaitu golongan yang mengikuti ajarannku dan ajaran para
Sahabatku.
Memang ada yang menilai hadis tersebut mengandung kelemahan. Akan
tetapi, apabila dijadikan pegangan dan pedoman untuk mengukur pandangan
dan perilaku yang dapat dibenarkan oleh ajarang Islam, pastilah lebih baik
1
dibanding keterangan para pakar yang belum pasti kekuatan dan
kebenarannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sejarah timbulnya firqah dalam Islam ?
2. Apa saja sebab-sebab timbulnya firqah dalam Islam ?
3. Apa saja firqah-firqah yang berpengaruh ?
4. Bagaimana sikap NU terhadap firqah-firqah dalam islam ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui sejarah timbulnya firqah dalam Islam.
2. Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya firqah dalam Islam.
3. Untuk mengetahui firqah-firqah yang berpengaruh.
4. Untuk mengetahui sikap NU terhadap firqah-firqah dalam islam.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Sejarah Timbulnya Firqah dalam Islam
1. Bibit-Bibit Perselisihan Diantara Umat Islam
Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW
mencakup tiga aspek yaitu Iman, Islam, Ihsan atau Aqidah. Syari’ah dan
Akhlak atau disebut juga dengan Thariqat, Fiqih dan Tashawuf.
Iman, Islam dan Ihsan telah diterapkan dan diamalkan oleh
Rasulullah SAW beserta para sahabatnya secara terpadu tidak dapat di
pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Apabila ada suatu yang
kurang difahami, maka para sahabat langsung bertanya kepada
Rasulullah SAW, kemudian beliau menjelaskannya berdasarkan petunjuk
dari Allah SWT.
Dapat disimpulakan bahwa pada zaman Rasulullah SAW tidak ada
pertentangan di kalanagan umat dalam menjalankan agama baik di
bidang Aqidah (Tauhid) Syari’ah (Fiqih) maupun Akhlak (Tasawuf),
semuanya berjalan secara terpadu, serempak serta seimbang.
Rasulullah SAW berpulang menghadap Allah SWT Rabbul Izzati
pada hari Senin tanggan 12 Rabiul Awal tahun 11 H. pada usia ke 63
tahun. Beliau meninggalkan agama Islam dalam keadaan sempurna.
Ketika Rasulullah wafat terjadilah perselisihan di kalangan para sahabat
dalam masalah wafatnya Rasulullah SAW, tempat makam Rasulullah
SAW dan siapa pengganti Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat
islam. Inilah yang disebut sebagai bibit-bibit perselisihan di kalangan
umat islam.
2. Pendapat Kaum Muhajirin dan Anshar
a. Tentang Wafatnya Rasulullah SAW
Setelah mendengar kabar wafatnya Rasulullah SAW, Umar bin
Khattab Ra berkata : “Sesungguhnya hanya orang munafik yang
beranggapan bahwa Rasulullah Saw telah meninggal dunia, padahal
Rasulullah Saw sedang pergi menghadap Tuhan-Nya seperti yang
3
dilakukan Nabi Musa As yang pergi meninggalkan kaumnya selam
40 hari lalu kembali lagi kepada mereka demi Allah, Rasulullah Saw
akan kembali kepada kita, maka barang siapa yang mengatakan
Rasulullah Saw telah meninggal akan saya potong tangan dan
kakinya”.
Sahabat Abu Bakar Ra datang kemudian dia masuk rumah
menemui putrinya sayyidah Aisyah Ra, lalu mendekati jasad
Rasulullah Saw yang ditutupi kain hitam, dia menyibakkannya lalu
mencium Rasulullah Saw sambil menangis, dia berkata : “Demi ayah
dan ibuku sebagai tebusan kalau Allah telah menentukan kematian
ini atas engkau, berarti engkau memang telah meninggal dunia.”
Kemudian Sahabat Abu Bakar keluar dari rumah lalu masuk
masjid, pada waktu itu sahabat Umar masih tetap berdiri sambil
berbicara dengan para sahabat. Sahabat Abu BAkar
berkata :”Duduklah Umar !” , sahabat Umar tidak mau duduk, maka
para sahabat berpaling kepada sahabat Abu Bakar Ra.
Setelah situasi agar tenang kemudian sahabat Abu BAkar Ra
berpidato, “Barang siapa diantara kalian yang menyembah
Muhammad Saw, maka sesungguhnya Muhammad Saw telah
meninggal dunia, tetapi barang siapa yang menyembah Allah, maka
Allah SWT Maha Hidup tidak akan meninggal selamanya.”
Umar Bin Khattab berkata : “Demi Allah setelah aku mendengar
Abu Bakar membaca ayat ini, akupun menjadi linglung hingga aku
tidak kuat mengangkat kedua kakiku, aku tertunduk diatas tanah,
kini aku seudah tahu bahwa Rasululullah Saw telah meninggal.”
b. Tentang Tempat Pemakaman Rasulullah SAW
Sahabat Abu Bakar Ra berkata”Saya telah mendengar rasulullah
Saw bersabda :”tiadalah seorang Nabi meninggal dunia”, maka Abu
Thalhah menyingkirkan tempat tidur dimana beliau meninggal
dunia, lalu dia menggali liang lahat persis dibawah tempat tidur itu.
Kemudian orang-orang masuk ke dalam kamar secara bergiliran
sepuluh-sepuluh untuk menshalati jenazah Rasulullah Saw, giliran
4
pertama adalah keluarga beliau kemudian disusul oleh sahabat
muhajirin lalu sahabat Anshar, lalu kaum wanita dan yang terakhir
adalah anak-anak. Semua ini dilakukan pada hari Selasa penuh
hingga malam Rabu, Sayyidah Aisyah berkata : “Kami tidak
mengetahui penguburan Rasulullah Saw, hingga kami mendengar
suatu sekop di tengah malam Rabu.”
c. Tentang pengganti Rasulullah SAW
Rasululah Saw tidak pernah berwasiat baik secara lisan maupun
tulisan tentang siapa pengganti beliau. Hal ini diserahkan
sepenuhnya kepada kaum muslimin karena beliau menilaai bahwa
para sahabat utamanya yang termasuk ke dalam Assabiqunal
Awwalun telah siap memilih orang yang layak sebagai pengganti
beliau menjadi umat islam. Ketika jenazah Rasulullah Saw masih
membujur yaitu harai Senin sahabat Anshar mengadakan
perundingan di gedung “Saqifah Bani Sa’idah” untuk mengangkat
pemimpin mereka yaitu Sa’ad bin Ubadah sebagai pemimpin umat
islam pengganti Rasulullah Saw. Mendengar hal ini sahabat Abu
Bakar dan sahabat Umar langsung mendatangi mereka. Sahabat Ali
tidak diikutsertakan karena sedang sibuk mengurusi jenazah
Rasulullah Saw, maka terjadilah ketegangan diantara kaum
Muhajirin dan anshar.
Sahabat Anshar merasa punya hak untuk menjadi Khalifah
karena mereka telah mmembantu Rasulullah Saw dengan harta
semua, tewnaga, pikiran bahkan nyawanya sehingga misi
Rasulullah Saw berhasil. Sahabat Muhajirin merasa lebih berhak
karena mereka adalah orang-orang pertama masuk Islam
(Assabiqul awwalun), rela mengorbankan segalanya, rumahnya,
ladangnyaa, kebunnya, anak istrinya bahkan tempat kelahirannya
demi membela perjuangan Rasulullah Saw.
Setelah musyawarah yang panjang dan menegangkan akhirnya
para sahabat baik Muhajirin maupun Anshar sepakat mengangkat
Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq sebagai “Khalifah” pengganti
5
Rasulullah Saw dengan alasan sahabat Abu Bakar As-Shiddiq
adalah
a) Orang yang pertama masuk Islam.
b) Orang yang selalu membenarkan Rasulullah saw sehingga
mendapat gelar As-Shiddiq.
c) Orang yang menyertai Rasulullah Saw ketika Aisyah di
Mekkah.
d) Orang yang ditunjuk Rasulullah Saw menjadi imam shalat
ketika beliau sakit.
e) Orang yang disebut oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Dengan terpilihnya sahabat Abu Bakar As-Shiddiq Ra sebagai
khalifah dengan cara musyawarah dan mufakat maka hilanglah
perselisihan diantara para sahabat.
3. Urutan Pemerintahan Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin adalah gear yang diberikan oleh Rasulullah
SAW kepada para penganut beliau yang memerintah dengan adil dan
bijaksana serta mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Ulama Ahlusunnah Wal Jama’ah sepakat bahwa masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin itu berlangsung ± 30 tahun yaitu :
a. Khalifah Abu bakar Shiddiq, 2 tahun (11 H-13 H) atau (632-634 M).
dipilih berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat.
b. Khalifah Umar Bin Khattab, 10 tahun (13-23 H) atau (634-644 M).
diangkat berdasarkan surat wasiat dari khalifah Abu Bakar As-
Shiddiq. Beliau wafat sebagai syuhada karena dibunuh oleh Abu
Lu’luk seorang Yahudi.
c. Khalifah Ustman Bin Affan, 12 tahun (23-35 h) atau (644-656 M).
Diangkat berdasarkan pilihan Dewan Formatur yang diketuai dan di
wakili oleh sahabat Abdur Rachman Bin Auf. Beliau wafat sebagaai
syuhada dibunuh oleh pemberontak.
6
d. Khalifah Ali Bin Abi Thalib, 5 tahun (35-40 H) atau (656-661 M).
Diangkat secara paksa oleh para sahabat senior untuk
menentramkan keadaan yang kacau balau akibat terbunuhnya
khalifah Ustman Bin Affan oleh pembenrontak yang datang dari
Mesir. Demi panggilan kewajiban sahabat Ali bersedia
menerimanya, walaupun beliau bakal menghadapi berbagai
tantangan dan fitnah.
Untuk menghormati kesucian kota Makkah dan Madinah dari
berbagai kerusuhan, beliau memindahkan pusat pemerintahan Islam
dari kota Madinah ke kota Bashrah di Irak. Beliau wafat sebagai
syuhada dibunuh oleh Abdul Rahman Bin Muljam seorang
Khawarij.
4. Kelompok Yahudi Sumber Perpecahan Umat Islam
Diakhir masa pemerintahan khalifah Utsman datanglah sekelompok
Yahudi dari Yaman dipimpin oleh pendeta Abdullah Bin Saba’ ke
Madinah pura-pura masuk Islam. Tujuannya jelas untuk meruntuhkan
kekuasaan Islam dengan cara mengadu domba sesame umat Islam (Ingat
politik penjajah Belanda di Indonesia).
Adapun prakteknya diaa menyebarkan fitnah terhadap khalifah
Utsman Bin Affan :
a. Pemilihan khalifah Utsman Bin Affan tidak sah, karena atas dasaar
KKN yaitu sahabat Abdur Rachman Bin Auf yang diserahi oleh
Dewan Formatur untuk memilih antara sahabat Utsman dan sahabat
Ali kemudian dia memilih sahabat Utsman adalah family sahabat
Utsman sama0sama dari bani Umayyah.
b. Khalifah utsman banyak mengangkat pejabat dari keluarganya
sendiri yaitu Bani Umayyah.
c. Khalifah Utsman sangat boros di dalam menggunakan uang Negara,
hanya untuk memperkaya keluarga Bani Umayyah.
d. Para pejabat Negara, utamanya gubernur Syam (Siria) yaitu sahabat
Muawiyah Bin Abi Sufyan dan gubernur Mesir yaitu sahabat Amru
7
Bin Ash hidup mewah suka berfoya-foya dengan uang negara
(korupsi).
e. Disisi lain, dia Abdullah Bin Saba’ menjunjung dan memuja sahabat
Ali setinggi langit dengan cara :
a) Membuat hadist palsu (maudhu’) yang mengatakan bahwa
sahabat Ali adalah “Al Wishoyah” yaitu orang yang diwasiati
oleh Rasulullah Saw sebagai pengganti palsu.
Tertulis di dalam Taurat bahwa setiap nabi mempunyai washi (putra
mahkota) dan Ali adalah putra mahkota Nabi Muhammad Saw.
Propaganda Abdullah Bin Saba ini berhasil membakar emosi sebagain
umat islam, sehingga datanglah pemberontakan dari Mesir menuntut agar
khalifah Utsman turun dari jabatan. Karena khalifah Utsman tidak mau
maka pemberontakan menerobos masuk ke dalam rumah melalui atap,
kemudian mereka membunuh khalifah Utsman yang sedang membaca
Al-Qur’an dalam keadaan berpuasa, maka beliau mati syahid, masuk
surga tanpa hisab.
Dengan terbunuhnya khalifah Utsman oleh pemberontak yang
mengaku umat Islam maka terbukalah pintu fitnah bagi umat islam yang
tidak dapat ditutup lagi sampai turunnya Nabi Isa As ke dunia.
Setelah di pilihnya sahabat Ali Bin Abi Thalib sebagai Khalifah yang ke
empat, fitnah bukannya redaa apalagi hilang akan tetapi semakin melebar
banyak gubernur yang menginginkan jabatan khalifah, menuduh dan
memfitnah sahabt Ali bersekongkol dengan pemberontak dalam
pembunuhan khalifah Utsman Bin Affan Ra.
Maka perang saudara pun tidak dapat dihindari lagi sehingga timbullah
perang Jaml, perang Siffin, majlis Tahkim yang pada akhirnya memecah
belah umat Islam menjadi beberapa Firqah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab
terjadinya firqah-firqah adalah
a. Masalah politik (masalah dunia) yaitu rebutan jabatan Khaifah.
b. Fanatik kesukuan bangsa Arab
8
Pada masa Rasulullah Saw masalah suku ini telah dihilangkan
diganti dengan sebutan Muhajirin bagi umat Islam pendatang dan
Ashar bagi penduduk asli Madinah. Tetapi setelah Rasulullah Saw
wafat, fanatic kesukuan ini muncul kembali. Dengan tujuan
menghimpun dukungan dan kekuatan seperti kabilah Aus, kabilah
Khowarij, Suku Quraisy, Bani Hasyim dan Bani Umayyah.
c. Gerakan kaum munafik (orang kafir yang pura-pura masuk Islam)
tidak bisa di antisipasi lagi, karena wahyu dari Allah sudah tidak
turun.
d. Munculnya hadist-hadist palsu yang di buat oleh orang-orang Ahli
Kitab (Yahudi Nasrani) dengan tujuan mengadu domba sesame umat
Islam.
Hadist-hadist palsu ini (maudhu) beredar dengan subur sampai
datangnya Imam. Imam Muhaditsin yang menyeleksi hadist-hadist
yang shaheh saja kemudian di bukukan yang di sponsori oleh enam
orang Imam yaitu Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Tirmidzi,
Imam Nasai. Imam Ibnu Madjah dan Imam Abu Dawud. Karya
mereka dosebut “Kutubus Sittah”.
e. Timbulnya masalah baru yang tidak pernah ada pada zaman
Rasulullah Saw atau tidak pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw
seperti tentang sifat-sifat Allah SWT, ayat-ayat Mutasyabihat dan
tentang keadilan Allah, sehingga muncullah “Ijtihad” yang hasilnya
bisa berbeda.
Dilihat dari segi permasalahan yang diperselisihkan, firqah-firqah dalam
Islam dapat dikelompokkan menjadi :
No. Permasalahan yang diperselisihkan Nama Firqah atau Aliran
1. Sifat Tuhan dan Peng-Esaan sifat Karramiyah, Majassimah,
Mu’tazilah, Asy’ariyah
2. Qadar dan Keadilan Tuhan Qadariyah, Jabariyah,
Nijariyah, Karramiyah,
9
Asy’ariyah
3. Janji dan Ancaman, batasan tentang Iman
dan Kafir
Marji’ah, Wa’idiyahh,
Karramiyah, Mu’tazilah,
dan Asy’ariyah
4. Penentu baik dan buruk, risalah kenabian
dan Imamah
(kepemimpinan umat)
Syi’ah, Khawarij,
Karramiyah, Mu’tazilah
dan Asy’ariyah
Selain faktor-faktor tersebut di atas, perselisihan dikalangan umat islam
dan timbulnya firqah-firqah dalam islam juga disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut :
1. Fanatik kesukuan dan ke-Araban.
2. Perebutan khilafah.
3. Hubungan antara umat Islam dengan pemeluk agama lain.
4. Penerjemah buku-buku filsafat Yunani.
5. Banyak pembicaraan hal-hal yang rumit.
6. Ayat-ayat mutasyabbihat dalam al-Qur’an
Sekalipun terdapat beberapa perbedaan pendapat yang melahirkan
beberapa firqah dan aliran, baik dalam bidang politik, kepercayaan (akidah),
maupun fikih, namun umat Islam tetap sepakat (tidak terjadi perselisihan)
dalam hal-hal berikut ini :
1. Keesaan Allah.
2. Kedudukan Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah.
3. Kedudukan al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad .
4. Rukun-rukun Islam (shalat lima waktu, puasa, zakat, haji).
5. Hal-hal yang ditentukan oleh agama secara pasti (qath’i) dan jelas, seperti:
haram memakan daging babi, bangkai, minum minuman keras, zina dan
lain-lain
B. Sebab-Sebab Timbulnya Firqah dalam Islam
10
Setelah terpilihnya Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah yang keempat,
fitnah bukannya reda apalagi hilang, akan tetapi semakin melebar banyak
Gubenur yang menginginkan jabatan Khalifah, menuduh dan memfitnah
khalifah Ali bersekongkol dengan pemberontak dalam pembunuhan khalifah
Utsman bin Affan Ra.
Maka perang saudarapun tidak dapat dihindari lagi sehingga timbullah
perang Jamal, perang Siffin, Majlis Tahkim yang pada akhirnya memecah
belah Umat Islam menjadi beberapa Firqoh. Sebagaimana yang telah
diperingatkan oleh Rasullah Saw dengan sabdanya :
”Kaum Yahudi telah terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nasrani telah
terpecah menjadi 72 golongan dan umat-ku akan terpecah menjadi 73
golongan, satu golongan yang selamat sedangkan sisanya celaka, para
sahabat bertanya, “siapakah golongan yang selamat itu wahai
Rasulullah? Beliau menjawab “mereka adalah Ahlussunah wal
Jama’ah”… (HR. Tabrani)
Dalam hadist lain Rasulullah Saw. Bersabda:
“Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jejak-ku dan jejak para
sahabat-ku. (HR. Tirmidzi)
Berdsarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab
terjadinya firqoh adalah sebagai berikut :
11
1. Masalah politik (masalah dunia) yaitu rebutan jabatan Khalifah.
2. Fanatik kesukuan bangsa arab.
Pada masa Rasulullah Saw. Masalah suku ini telah dihilangkan diganti
dengan sebutan “Muhajirin” bagi umat islam pendatang dan “anshar”
bagi penduduk asli Madinah. Tetapi setelah Rasulullah Saw. Wafat
fanatic kesukuan ini muncul kembali. Dengan tujuan menghimpun
dukungan dan kekuatan, seperti kabilah Aus, kabilah Khowarij, suku
Quraisy, Bani Hasyim dan Bani Umayyah.
3. Gerakan kaum munafik (orang kafir yang pura-pura masuk islam)
tidak bisa diantisipasi lagi, karena wahyu dari Allah swt sudah tidak
turun.
4. Munculnya hadist-hadist palsu yang dibuat oleh orang-orang ahli Kitab
(yahudi, Nasrani) dengan tujuan mengadu domba sesama umat islam.
Seperti contoh di bawah ini
:
Rasulullah Saw. Bersabda ,”yang dipercaya Allah di muka bumi ini
hanya tiga orang yaitu, Saya, Jibril dan Muawiyah”.
Rasulullah Saw. Bersabda, “apabila kalian melihat Muawiyah di atas
mimbar maka bunulah dia”.
Hadist-hadist palsu (maudhu) ini beredar dengan subur, sampai
datangnya imam. Imam muhadditsin yang menyeleksi hadist-hadist
yang shaheh saja kemudian dibukukan yang disponsori oleh enam
orang imam, yaitu: Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Tirmidzi,
12
Imam Nasa’I, Imam Ibnu Majah dan Imam Abu Dawud. Karya mereka
disebut “Kutubus sittah”
5. Timbulnya masalah baru yang tidak pernah ada pada zaman Rasulullah
Saw. Atau tidak pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw. Seperti,
tentang sifat-sifat Allah SWT, ayat-ayat Mustasyabihat dan tentang
keadilan Allah, sehingga muncullah “ijtihad” yang hasilnya bisa
berbeda.
Masalah Yang Diperselisihkan
Menurut KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dalam
kitabnya:”Risalah ahlus sunnah wal jama’ah” sejarah semula umat islam
di pulau jawa memiliki faham yang sama, baik dibidang aqidah, syari’ah
maupun akhlak yaitu dibidang aqidah (Tauhid) mengikuti Madzhab Abu
hasan, Al-Asy’ary, di bidang syari’ah Imam Syafi’I (Muhammah Bin
Idris) dan di bidang akhlaq (Tasawuf) mengikuti madzhab imam Ghazali
dan imam Abul Hasan As-Sadzali.
Kemudian padatahun 1330 H datanglah faham baru yang
melarang, bahkan mengharamkan amaliyah ziarah wali, talqin mayit,
sedekah bagi orang yang sudah mati, tawashul, peringatan Maulid Nabi
Muhammad Saw., Marhabanan (diba’an) dan membaca doa qunut. Mereka
itu adalah pengikut madzhab Muhammad Abdul Rasyid Ridho,
Muhammad Bin Abdul wahab (wahabi). Mereka mengharamkan Taqlid
kepada imam-imam madzhab dan mewajibkan setiap orang islam
melakukan ijtihad. Faham ini muncul dari Arab Saudi.
Kemudian muncul pula Madzhab Syi’ah Rofidhoh yang meghujat
sahabat abu bakar dan umar bin khatab , mereka berlebih-lebihan memuja
sahabat Ali bin Abi thalib, mereka mengatakan bahwa yang berhak
menggantikan Rasulullah Saw menjadi khalifah hanyalah sahabat Ali
sedangkan yang lain adalah perampok.
Muncul faham yang mengatakan bahwa manusia itu laksana robot
yang digerakkan oleh mesin, segala perbuatan manusia itu terjadi atas
kehendak Allah, tidak ada usaha sedikitpun dari manusia itu sendiri
13
sehingga perbuatan dosa manusia itu tidak akan disiksa selama dia
beriman kepada Allah SWT.
Munculnya faham yang berlawanan “Bahwa manusia itu bebas
melakukan apa saja sesuai kehendaknya, tidak ada sedikitpun campur
tangan Allah di dalamnya, sehingga manusia bertanggung jawab atas
segala perbuatannya serta menerima akibatnya.
Faham-faham di atas berbeda dengan Ahlussunnah wal jama’ah
yang mengambil jalan tengah antara faham Jabriyah dan Qadariyah.
C. Firqah-Firqah yang Berpengaruh
1. SYI’AH
Menurut etimologi, Syi’ah berarti pengikut atau pendukung.
Menurut terminologi, Syi’ah adalah para pendukung Ali bin Abi Thalib.
Ajaran dan pemikiran:
Para nabi dan imam syi’ah adalah ma’shum (terhindar dari perbuatan
dosa) dan wajib mendukungnya. Imamah merupakan hak Ali dan
keturunannya.
Sekte-sekte Syi’ah:
Kaisaniyah (Karabiyyah dan Hasyimiyyah), Zaidiyah (Jarudiyyah,
Sulaimaniyyah, dan Badriyyah atau Shalihiyyah), Imamiyyah (Ismailiyyah
dan Itsna Asyariyyah), dan Ghulat (as-Sabaiyah dan al-Ghuraiyah),
2. KHAWARIJ
Secara bahasa: khawarij bentuk plural dari kharijah, artinya kelompok
yang menyempal.
Secara istilah: orang-orang yang menyatakan keluar dari kepemimpinan
Ali bin Abi Thalib setelah peristiwa tahkim (arbitrase).
Ajaran dan pemikiran :
a. Khalifah dipilih dengan pilihan yang bebas dan sah.
b. Khalifah tidak dimonopoli kalangan tertentu.
c. Pengangkatan pemimpin tidak wajib menurut syariat.
14
d. Orang yang berbuat dosa dianggap kafir.
Sekte-sekte Khawarij :
Azariqah, Najdat, Shafariyah, ‘Ajaridah, dan Ibadhiyah.
3. MURJIAH
Aliran ini timbul di Damaskus pada akhir abad pertama Hijriyah.
Golongan ini dinamakan Murjiah, karena lafadz itu berarti menunda atau
mengembalikan.
Golongan ini berpendapat bahwa seorang mukmin yang melakukan
dosa besar itu tetap mukmin, tetapi ia tetap berdosa, sedang ketentuan
nasibnya terserah kepada Allah kelak di akherat, apakah dimaafkan atas
rahmatnya atau disiksa atas keadilan-Nya.
4. MU’TAZILAH
Secara bahasa, Mu’tazilah berasal dari kata i’tazala, yaitu
memisahkan diri. Karena pemisahan diri tokoh Mu’tazilah bernama
Washil bin Atha, dari majelis Hasan al-Bashri.
Secara istilah, kelompok yang memisahkan diri dari orang lain.
Kelompok ini biasa disebut pula dengan Ashab al-Adl wa al-Tauhid
(penyokong keadilan dan monoteisme), dan sering pula dijuluki dengan
kelompok Qadariyyah dan ‘Adliyyah.
Ajaran dan Pemikiran :
a. Prinsip tauhid : mengesakan Allah dengan tidak mempercayai sifat-
sifat Allah.
b. Prinsip ‘Adl : Tuhan tidak berbuat buruk dan tidak melupakan apa
yang wajib dikerjakanNya.
c. Prinsip al-wa’d wa al-wa’id: keadilan menghendaki supaya orang
yang bersalah mendapat hukuman dan orang yang berbuat baik
diberi upah, sebagaimana dijanjikan Tuhan.
15
d. Prinsip al-manzilah baina al-manzilatain: pembuat dosa besar
bukanlah kafir dan bukan mukmin.
e. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar: kewajiban amar ma’ruf nahi
munkar dengan seruan dan bila perlu dengan kekerasan.
Sekte-sekte Mu’tazilah :
Al-Washiliyah, Al-Hudzailiyah, an-Nadhamiyyah, Al-khabithiyah dan
al-Haditsiyah, al-Bisyariyah, al-Muammariyyah, al-Mardariyyah, as-
Tsumamiyyah, al-Hisyamiyyah, al-Jahizhiyyah, al-Khayyathiyyah dan
al-Ka’biyyah, al-Jubaiyyah dan al-Bahsyaniyyah.
5. QADARIYAH
Aliran ini muncul sekitar th 70 H. Yang dipelopori oleh Ma’bad
Al-Jauhani Al-Bisri, Ghailan ad Dimsyqi.
Faham Qodariyah ini bagian dari faham Mu’tazilah, karena imam-
imamnya terdiri dari orang-orang Mu’tazilah. Timbulnya aliran Qodariyah
ini di Irak pada zaman pemerintah Khalifah Abdul Malik bin Marwan.
Aliran ini berpendapat, bahwa manusia itu mempunyai kekuasaan
mutlak atas dirinya dan segala amal perbuatannya. Dengan kemauan dan
kekuasaan sendiri, manusia dapat berbuat baik atau buruk dengan tidak
ada kekuasaan lain yang memaksanya.
6. JABARIYAH
Aliran jabariyah (Jahamiyah) adalah golongan yang menentang
gerakan Qodariyah. Pendirinya adalah Jaham bin Shafwan. Jahamlah yang
mula-mula mengatakan bahwa manusia adalah dalam keadaan terpaksa.
Pendapat-pendapat golongan ini di antaranya adalah :
a. Surga dan Neraka itu tidak abadi, yang abadi hanyalah Tuhan saja.
b. Allah tidak dapat dilihat kelak di akhirat.
16
c. Tuhan itu tidak boleh mempunyai sifat-sifat yang sama dengan
makhluk, tuhan tidak boleh dinyatakan mempunya sifat hayat ataupun
sifat mati.
d. Qur’an itu adalah sebagai makhluk Allah yang dibuatnya (artinya
Hadits : Baru).
7. ASWAJA (ASY’ARIYAH DAN MATURIDIYAH)
Etimologi
Ahl : Keluarga, pengikut , atau golongan.
Al-Sunnah : Al-Thariqah wa law ghaira mardhiyah (jalan atau cara
walaupun tidak diridhai).
Al-Jama>‘ah : Perkumpulan, kumpulan orang yang memiliki
tujuan.
Aswaja : Kaum yang mengikuti jalan yang ditempuh Nabi
Muhammad saw. dan para sahabatnya (khulafa>’ al-rashidi>n ).
Ajaran Aswaja :
a. Iman : percaya dengan adanya rukun iman yang enam.
b. Islam : mengakui adanya rukun Islam yang lima.
c. Ihsan : menghadirkan Allah dalam setiap ibadah
Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah Islam murni sebagaimana yang
diajarkan oleh Nabi SAW dan sesuai dengan apa yang telah digariskan
serta diamalkan oleh para sahabatnya. Ahlussunnah Wal-Jama’ah
bukanlah aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang
menyimpang dari ajaran Islam hakiki.
Tidak ada seorang pun yang menjadi pendiri Ahlussunnah Wal-
Jama’ah. Yang ada hanyalah ulama yang merumuskan kembali ajaran
Islam tersebut, setelah lahirnya beberapa faham dan aliran keagamaan
yang berusaha mengaburkan ajaran Rasulullah dan para sahabatnya yang
murni itu.
Pengenalan istilah Ahlussunnah Wal-Jama’ah sebagai suatu aliran
dalam Islam, baru nampak pada para pengikut al-Asy’ari, seperti Al-
17
Baqillani (w. 403H) Al-Baghdadi (w. 249) Al-Juwaini, Al-Ghazali As-
Syahrastani dan Ar-Razi. Akan tetapi pendapat mereka tentang Aswaja
bukan dalam kerangka madzhab. Baru pada pendapat az-Zabidi (w.1205
H) beliau secara tegas menyatakan bahwa yang dimaksud Aswaja adalah
mereka yang mengikuti Asy’ari dan al-Maturidi. (Siradj, 2007:7).
D. Sikap NU Terhadap Firqah-Firqah dalam Islam
Sejak didirikan pertama kali pada 31 Januari 1926,
melalui pendirinya Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari NU
mengeluarkan rambu-rambu peringatan terhadap paham Syi’ah. Peringatan
tersebut dikeluarkan agar warga NU ke depan berhati-hati menyikapi
fenomena perpecahan akidah. Meski pada masa itu aliran Syi’ah belum
sepopuler sekarang, akan tetapi KH. Hasyim Asya’ari memberi peringatan
kesesatan Syi’ah melalui berbagai karyanya.
Karya-karya tersebut diantaranya:
1. Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
2. Risalah Ahlu al-Sunnah wal Jama’ah.
3. al-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyid al-Mursalin.
4. Al-Tibyan fi Nahyi ‘an Muqatha’ah al-Arham wa al-Aqrab wa al-Akhwan
KH. Hasyim Asy’ari, dalam kitabnya “Muqaddimah Qanun Asasi li
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’” memberi peringatan kepada warga nahdliyyin
agar tidak mengikuti paham Syi’ah. Menurutnya, madzhab Syi’ah Imamiyyah
dan Syi’ah Zaidiyyah bukan madzhab sah. Madzhab yang sah untuk diikuti
adalah Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Beliau mengatakan: “Di zaman
akhir ini tidak ada madzhab yang memenuhi persyaratan kecuali empat
madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Adapun madzhab yang lain
seperti madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah adalah ahli bid’ah.
Sehingga pendapat-pendapatnya tidak boleh diikuti” (Muqaddimah Qanun
Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’).
18
KH. Hasyim Asy’ari mengemukakan alasan mengapa Syi’ah Imamiyyah
dan Zaidiyyah termasuk ahli bid’ah yang tidak sah untuk diikuti.. Dalam
kitab Muqaddimah Qanun Asasi hal, beliau mengecam golongan Syi’ah yang
mencaci bahkan mengkafirkan sahabat Nabi SAW. Mengutip hadis yang
ditulis Ibnu Hajar dalam Al-Shawa’iq al-Muhriqah, Syeikh Hasyim Asy’ari
menghimbau agar para ulama’ yang memiliki ilmu untuk meluruskan
penyimpangan golongan yang mencaci sahabat Nabi SAW itu. Hadis Nabi
SAW yang dikuti itu adalah: “Apabila telah nampak fitnah dan bid’ah
pencacian terhadap sahabatku, maka bagi orang yang berilmu harus
menampakkan ilmunya. Apabila orang yang berilmu tersebut tidak
melakukan hal tersebut maka baginya laknat Allah, para malaikat dan laknat
seluruh manusia”.
Peringatan untuk membentengi akidah umat itu diulangi lagi oleh Syeikh
Hasyim dalam pidatonya dalam muktamar pertama Jam’iyyah Nahdlatul
Ulama’, bahwa madzhab yang sah adalah empat madzhab tersebut, warga NU
agar berhati-hati menghadapi perkembangan aliran-aliran di luar madzhab
Ahlussunnah wal Jama’ah tersebut. Dalam Qanun Asasi itu, Syeikh Hasyim
Asy’ari menilai fenomena Syi’ah merupakan fitnah agama yang tidak saja
patut diwaspadai, tapi juga harus diluruskan..
Pelurusan akidah itu menurut beliau adalah tugas orang berilmu, jika
ulama’ diam tidak meluruskan akidah, maka mereka dilaknat Allah SWT.
Kitab “Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama” sendiri
merupakan kitab yang ditulis oleh Syeikh Hasyim Asy’ari, berisi pedoman-
pedoman utama dalam menjalankan amanah keorganisasian Nahdlatul
Ulama. Peraturan dan tata tertib Jam’iyyah mesti semuanya mengacu kepada
kitab tersebut. Jika Syeikh Hasyim Asy’ari mengangkat isu-isu kesesatan
Syi’ah dalam “Muqaddimah Qanun Asasi”, itu berarti persoalan kontroversi
Syi’ah dinilai Syeikh Hasyim sebagai persoalan sangat penting untuk
diketahui umat Islam Indonesia. Artinya, persoalan Syi’ah menjadi agenda
setiap generasi Nahdliyyin untuk diselesaikan sesuai dengan pedoman dalam
kitab tersebut.
19
Pandangan yang sama pernah dilontarkan oleh Al-Maghfurlah KH. As’ad
Syamsul ‘Arifin, kyai kharismatik dari PP. Salafiyyah Syafi’iyyah Situbondo
Jawa Timur pada tahun 1985. Saat itu Kyai As’ad diwawancarai Koran
Surabaya Pos tentang faham Syi’ah di Jawa Timur. Kyai yang disegani oleh
warga nadliyyin itu menampakkan sikap tegas, menurutnya kelompok Syi’ah
ekstrem harus dihentikan di Indonesia. Agar tidak meluas gerakannya, Kyai
As’ad mengimbau umat Islam Indonesia diminta meningkatkan
kewaspadaannya.
Jadi, sebenarnya sejak awal pendiri NU berpandangan bahwa paham
Syi’ah telah melakukan penodaan agama. Bahkan jika mengamati butir-butir
fatwa Syeikh Hasyim tersebut, penodaan Syi’ah itu telah melampau batas dan
menukik jauh ke dalam keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah. Sehingga, sejak
awalnya paham Syi’ah tidak diterima di kalangan NU.
Wacana-wacana NU untuk kembali ke khittah 1926 selayaknya tidak
sekedar dimaknai bercerai dengan partai politik manapun, akan tetapi yang
lebih terpenting lagi adalah khittah yang telah dibangun pendiri NU
dilaksanakan saat ini oleh semua elemen warga NU. Yaitu khittah kembali
kepada kitab Qanun Asasi. Operasionalisasi khittah ini adalah membendung
aliran sesat, seperti Syi’ah dan Ahmadiyyah. Khittah ini dapat dimaknai
sebagai khittah untuk menjaga kemurnian akidah Ahlussunnah wal Jama’ah,
bersih dari berbagai aliran-aliran sempalan yang menodai agama Islam.
Karena berdirinya jam’iyyah NU adalah untuk menyebarkan paham yang
benar tentang Ahlussunnah wal Jama’ah. Memang sudah semestinya, NU
bersikap tegas terhadap aliran Syi’ah.
20
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah umat Islam sepeninggal Rasulullah SAW ditandai dengan
munculnya berbagai golongan, kelompok dan aliran. Kemunculan golongan,
kelompok dan aliran tersebut dilatar belakangi oleh persoalan politik yang
menyangkut pembunuhan terhadap khalifah Usman bin Affan yang berbuntut
penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
Sebab-sebab timbulnya firqah dalam islam adalah Fanatik kesukuan dan
ke-Araban yang merupakan warisan jahiliyah. Perebutan kepemimpinan.
Hubungan antara umat Islam dengan pengikut agama lain. Penerjemahan
materi-materi filsafat. Mengkaji permasalahan-permasalahan yang sulit
dipahami oleh akal.
Firqah-firqah yang berpengaruh yaitu : Syi’ah, Khawarij, Murjiah,
Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah, Aswaja (asy’ariyah dan maturidiyah).
Sejak awal pendiri NU berpandangan bahwa paham Syi’ah telah
melakukan penodaan agama. Bahkan jika mengamati butir-butir fatwa Syeikh
Hasyim tersebut, penodaan Syi’ah itu telah melampau batas dan menukik jauh
ke dalam keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah. Sehingga, sejak awalnya
paham Syi’ah tidak diterima di kalangan NU.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat memahami sejarah
timbulnya firqah-firqah dalam islam dan dapat mengetahui firqah apa saja
yang berpengaruh.
21
DAFTAR PUSTAKA
Harun Nasution. 2006. Sejarah Teologi Islam. Jakarta: UI-Press
Asy-syahrastani. 2006. Al-Milal wa Al-Nihal. Surabaya: PT Bina Ilmu
Harun Nasution. 2002. Teologi Islam : Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan. Jakarta: UI Press
Navis, Abdurrahman. 2015. Risalah Ahlusunnah Wal-Jama’ah. Surabaya : Khalista
22
Recommended