View
224
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB 9
MENGANALISIS DAN MENGINTERPRETASIKAN DATA-DATA PENELITIAN KUALITATIF
Menganalisis data kualitatif memerlukan pemahaman bagaimana menarik
makna dari sebuah teks dan gambar sehingga kita bisa membangun jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam bab ini, kita akan mempelajari enam langkah
dalam menganalisis dan menginterpretasi data kualitatif: menyiapkan dan mengorganisir
data, menelusuri dan mengkode basis data, mendeskripsikan temuan-temuan dan
membangun tema-tema, menyajikan dan melaporkan temuan, menginterpretasikan
makna temuan, dan memvalidasi keakuratan temuan-temuan.
Pada akhir bab ini, anda diharapkan mampu:
Menyebutkan langkah-langkah dalam melakukan analisis data kualitatif
Mendeskripsikan bagaimana mengorganisasikan dan mentranskripsikan data
kualitatif
Membaca data secara keseluruhan dan membentuk kesan pertama tentang data
teks
Melakukan pengkodean sebuah transkrip atau teks file
Mengembangkan deskripsi kualitatif yang rinci
Menghasilkan tema-tema kualitatif
Membangun gambaran visual yang merepresentasikan data
Membuat interpretasi kualitatif dari data
Mengecek keakuran temuan dan interpretasi
Setelah selesai melakukan wawancara pertama dengan seorang siswa, Maria
memulai proses analisis data kualitatifnya. Ia mula—mula mentranskripsikan rekaman
audio dari wawancara yang dilakukannya. Ia memperoleh transkrip sepanjang 20
halaman. Ketika dia membaca transkrip tersebut, ia membuat beberapa catatan pinggir.
Catatan-catatan ini berisi kesan pertamanya, seperti “siswa perlu melindungi diri mereka
sendiri dengan senjata” atau “setiap orang membawa senjata”. Setelah membaca
159
transkrip sekali lagi, Maria bertanya pada dirinya sendiri, “Apa-apa saja yang dikatakan
oleh para siswa itu yang dapat menjawab pertanyaan penelitian saya?” Ia menyadari
bahwa para siswa itu mendeskripsikan tempat di sekolah di mana mereka cenderung
membawa senjata. Juga, dia mengetahui bahwa tema-tema atau pola-pola tertentu
muncul dalam respon mereka. Ia mengelompokkan respon para siswa itu ke dalam lima
tema berkenaan dengan pengalaman mereka membawa senjata di sekolah: perlindungan
atas diri sendiri, kebiasaan membawa senjata, tempat menyembunyikan senjata, takut
tertangkap tangan, dan sangsi bila tertangkap tangan. Ia membuat tabel yang menyarikan
tema-tema ini, dan ia catat bagaimana tema-tema ini mencerminkan atau berbeda dari
pengalaman-pengalaman yang dilaporkan oleh peneliti-peneliti lain dalam kepustakaan.
Ia juga membawa tema-tema tersebut ke dalam focussed group interview dengan
beberapa siswa dan menanyakan kepada mereka apakah ia secara tepat mengidentifikasi
pengalaman-pengalaman mereka tersebut.
BAGAIMANA ANDA MENGANALISIS DATA KUALITATIF?
Maria melanjutkan langkahnya sesuai dengan enam langkah yang biasa diikuti
dalam menganalsis data kualitatif. Anda bisa memvisualisasikan langkah-langkah utama
pertama dalam proses ini dengan jalan meneliti pendekatan “bottom up” seperti terlihat
pada DIAGRAM 9.1. Sebagaimana diperlihatkan dalam Diagram ini, peneliti kualitatif
mula-mula mengumpulkan data dan kemudian menyiapkannya untuk dianalisis. Analisis
ini pada awalnya terdiri dari pengembangan pemahaman umum tentang data dan
kemudian mengkode deskripsi dan tema tentang fenomena umum. Mari kita cermati
beberapa karakteristik dari proses ini secara lebih rinci.
Bentuknya induktif, mulai dari data-data spesifik atau rinci (seperti transkripsi
atau catatan-catatan yang telah diketik dari wawancara) terus ke kode-kode atau
tema-tema yang bersifat umum. Dengan mempedomani kerangka ini, kita akan
terbantu memahami bagaimana peneliti kualitatif melahirkan tema-tema umum
yang berasal dari basis data yang rinci dan beragam. Walaupun analisis awal
terdiri dari pemilahan-pemilahan data (hal ini akan dibicarakan lagi ketika
160
membicarakan pengkodean data), tujuan akhirnya adalah menghasilkan
gambaran yang lebih luas cakupannya dan terkonsolidasi (Tesch, 1990).
Ini mencakup proses analisis yang simultan sementara pengumpulan data masih
juga berlangsung. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan dan analisis data
(dan barangkali juga penulisan laporan) merupakan kegiatan yang simultan.
Apabila anda mengumpulkan data, anda pada waktu yang sama juga
menganalisis informasi lain yang sebelumnya telah dikumpulkan, untuk mencari
gagasan-gagsan umum. Prosedur ini berbeda dari pendekatan-pendekatan
tradisional (penelitian kuantitatif), dimana pengumpulan data dilakukan sebelum
analisis data.
Tahapannya juga iteratif, artinya siklus pengumpulan data dan analisis data
terjadi ulang alik. Dalam penelitian kualitatif, anda mungkin mengumpulkan
cerita-cerita dari individu-individu tertentu dan kemudian kembali lagi untuk
mendapatkan informasi lebih banyak lagi untuk mengisi kesenjangan yang
terdapat dalam cerita mereka tersebut sementara analisis tentang cerita mereka
itu sedang berlangsung.
Peneliti kualitatif menganalisis data-data penelitiannya dengan membaca data-
data tersebut berulang kali dan menganalisisnya setiap kali ia membacanya.
Setiap kali ia membaca basis datanya, ia mengembangkan pemahaman yang
lebih mendalam tentang informasi yang diberikan oleh para partisipan.
Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat hanya satu pendekatan yang diterima
dalam analisis data, walaupun ada beberapa petunjuk untuk proses ini (lihat Dey,
1993, Miles dan Huberman, 1994). Ia merupakan proses yang eklektif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian interpretatif yang bermakna bahwa si
peneliti membuat personal assessment (asesmen pribadi) terhadap suatu
deskripsi yang cocok untuk situasi atau tema yang menggambarkan kategori-
kategori informasi yang utama. Interpretasi yang dibuat oleh si peneliti
berkenaan dengan sesuatu transkrip, misalnya, berbeda dari interpretasi yang
dibuat oleh orang lainnya. Ini tidak berarti bahwa interpretasi yang dibuat oleh si
161
peneliti itu lebih baik atau lebih akurat; ini semata-mata berarti bahwa si peneliti
membawa perspektifnya sendiri dalam memberikan interpretasi.
BAGAIMANA ANDA MENYIAPKAN DAN MENGORGANISASIKAN DATA-DATA UNTUK ANALISIS?
Persiapan awal dari data untuk dianalisis memerlukan pengorganisasian informasi
yang bertumpuk-tumpuk itu, mengubahnya dari data-data berbentuk lisan, tulisan
menjadi file yang sudah diketik dan menentukan apakah data-data itu akan dianalisis
secara manual atau dengan komputer.
Mengorganisasikan Data
Pada tahap awal dari penelitian kualitatif, kita mengorganisasikan data-data ke
dalam file folder atau file dalam komputer atau kartu-kartu berindeks. Pengorganisasian
data sangat penting dalam penelitian kualitatif karena setumpuk informasi telah
terkumpul selama masa penelitian. Tumpukan data yang banyak yang terkumpul dari
wawancara sering mengagetkan peneliti muda. Contoh, wawancara yang berdurasi 30
menit sering menghasilkan sekitar 20 halaman transkrip diketik satu spasi. Dengan data
sebanyak ini, mentranskripsikan dan mengorganisasikan informasi memerlukan suatu
sistem pengorganisasian yang bisa mengambil beberapa bentuk seperti:
Mengembangkan matriks atau tabel tentang sumber yang dapat digunakan
membantu mengkategorikan bahan (lihat tabel dalam penelitian kualitatif
gunman incident, (Asmussen & Creswell, 1995);
Mengorganisasikan bahan-bahan atas dasar tipe: semua wawancara, semua
observasi, semua dokumen, dan semua gambar atau bahan-bahan visual
lainnya; sebagai alternatif kita juga mengorganisasikannya atas partisipan,
situs, lokasi, atau kombinasi dari kesemuanya ini.
Simpan duplikat kopi dari semua bentuk data.
Mentranskripsikan Data
Anda mungkin masih ingat dari Bab 8 bahwa kita mendapatkan kata-kata melalui
wawancara dengan partisipan atau menuliskan catatan lapangan selama observasi. Kita
162
harus mengubah kata-kata tersebut ke dalam file-file komputer untuk keperluan analisis.
Atau mungkin anda mendengarkan pita rekaman audio atau membaca catatan-catatan
lapangan untuk memulai proses analisis ini. Apabila waktu yang tersedia singkat dan dana
juga terbatas, berkemungkinan kita hanya mampu mendapatkan beberapa wawancara
saja atau beberapa catatan observasi yang bisa ditranskripsikan. Prosedur yang paling
komplit, sebenarnya, adalah semua wawancara dan catatan-catatan observasi selesai
ditranskripsikan. Aturan mainnya adalah untuk setiap satu jam rekaman diperlukan waktu
empat jam untuk metranskripsikannya (Dana Miller, personal communication, April 11,
2000). Walaupun demikian, proses mentranskripsikan ini merupakan padat karya dan kita
perlu mengalokasikan waktu yang banyak untuk itu.
Mentranskripsikan adalah proses mengubah rekaman audio atau catatan lapangan
menjadi data berbentuk teks. Figue 9.2 mencantumkan daftar kegiatan yang disarankan
untuk dilakukan dalam wawancara yang direkam diihat dari sisi orang yang
mentranskripsikan (transcriptionist). Kita boleh menggunakan transcriptionist untuk
mengetikkan file-file berbentuk teks atau kita pun boleh mentranskripsikannya langsung.
Apapun, untuk data-data yang bersumber dari wawancara, si transcriptionist memerlukan
peralatan khusus guna membantunya membuat transkrip. Peralatan ini terdiri dari
sebuah mesin yang memungkinkan dia memulai dan menyetop pita rekaman atau
memainkannya sesuai dengan kecepatan yang diinginkan. Berikut adalah beberapa
petunjuk untuk memfasilitasi sebuah transkrip:
Buat garis pinggir sekitar 2 inci pada kedua sisi dokumen teks sehingga
memungkinkan kita membuat catatan pinggir pada saat melakukan analisis.
Beri jarak antara komentar si pewawancara dan komentar orang yang
diwawancarai. Ini akan memungkinkan kita membedakan secara jelas
antara keduanya pada saat melakukan analisis.
Beri tanda dengan jelas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh si
pewawancara. Kita tidak akan menganalisis pertanyaan-pertanyaan yang
kita ajukan, akan tetapi mengidentikasi pertanyaan-pertanyaan tersebut
dengan jelas memperlihatkan di mana sebuah pertanyaan berhenti dan di
163
mana pula pertanyaan lainnya dimulai. Sering terjadi kita menganalisis
semua jawaban terhadap satu buah pertanyaan.
Gunakan judul (heading) yang lengkap dan rinci berisikan informasi tentang
wawancara atau bahagian dari observasi. Judul-judul protokol wawancara
dan observasi pada Bab 8 memperlihatkan tipe isi (materi) yang
dimasukkan dalam sebuah transkrip.
Transkripsikan semua kata-kata, dan ketikkan kata “jeda” untuk
menyatakan bahwa orang yang diwawancarai memerlukan waktu yang
relatif lama memberikan komentar/jawabannya. Tanda-tanda jeda ini bisa
jadi memberikan informasi yang berguna tentang jumlah kali orang yang
diwawancarai tidak bisa memberikan respon terhadap pertanyaan yang
diajukan. Kita juga bisa merekam aktivitas lainnya yang terjadi selama
wawancara. Contoh, ketikkan “tertawa” ketika orang yang diwawancarai
tertawa, “telepon berbunyi” untuk menyataan adanya telepon masuk yang
mengiterupsi wawancara, atau “tak terdeangar apa-apa” untuk menyatakan
bahwa transcriptionist tidak dapat menentukan apa yang sedang dikatakan.
Secara umum, mentranskripsikan semua kata-kata akan memberikan data
yang mengungkapkan semua rincian tentang sesuatu wawancara.
Menganalisis secara Manual atau dengan Komputer
Dengan popularitas komputer, para peniliti memiliki pilihan apakah akan
menganalisis data-data penelitiannya secara manual atau dengan menggunakan
komputer. Analisis data kualitatif secara manual bermakna bahwa para peneliti
membaca data-data penelitiannya, menandainya dengan tangan, dan memilah-milahnya
menjadi bahagian-bahagian. Biasanya menganalisis data berbentuk teks mencakup
kegiatan berupa mengkode dengan warna untuk memperlihatkan bahagian-bahagian dari
teks atau menggunting-gunting kalimat-kalimat teks kemudian merekatkannya ke dalam
kartu-kartu. Beberapa orang peneliti kualitatif senang menganalisis semua data-datanya
scara manual. Analisis secara manual mungkin disenangi apabila kita:
164
Menganalisis data base yang kecil (seperti kurang dari 500 halaman
transkrip atau catatan lapangan) dan file-filenya bisa dengan mudah
ditelusuiri serta lokasi teks-teks itu mudah diakses.
Tidak merasa nyaman menggunakan komputer atau belum tahu
bagaimana menggunakan perangkat/program-program komputer untuk
menganalisis data kualitatif.
Ingin lebih dekat dengan data dan memiliki rasa nyaman dengan data-data
tersebut tanpa ada campur tangan mesin.
Memiliki waktu untuk menganalisisnya secara manual karena analisis
secara manual merupakan kegiatan yang padat karya mulai dari mensortir,
mengorganisasikan dan mencari kata-kata dalam sebuah data base.
Bagi orang-orang lain yang memiliki minat lebih besar terhadap teknologi, dan
punya waktu untuk mempelajari program-program komputer, analsisis dengan komputer
merupakan pilihan yang ideal. Analisis data kualitatif dengan komputer bermakna bahwa
para peneliti menggunakan program komputer untuk memfasilitasi proses memasukkan
data-data ke dalam komputer (storing), menganalisis dan mensortir data-data. Dengan
perkembangan program-program komputer, kita memiliki pilihan apakah mengkode
secara manual atau menganalisis dengan komputer. Kita bisa mendasari keputusan kita
atas beberapa faktor. Gunakan program komputer apabila:
Kita akan menganalisis data base yang besar (lebih dari 500 halaman
transkrip atau catatan lapangan) dan perlu mengorganisasikan dan
menelusuri informasi yang bertumpuk-tumpuk
Kita sudah terlatih dengan baik menggunakan prgram komputer dan
merasa nyaman menggunakan komputer
Kita memiliki sumber daya untuk membeli program komputer atau
bisa memiliki akses terhadap program tersebut
Kita perlu memeriksa dengan teliti setiap kata atau kalimat guna
mendapatkan kutipan-kutipan atau makna dari teks sesuai dengan
keperluan penelitian kita.
165
Gunakan program komputer kualitatif
Program komputer kualitatif tidak menganalisis data untuk kita. Walaupun
demikian, program komputer tersebut menyediakan beberapa fasilitas yang memfasilitasi
data analisis. Program komputer untuk mengnalisis data kualitatif adalah program yang
memungkinkan kita menyimpan dan mengorganisasikan data, dan memberikan label atau
kode terhadap data-data penelitian kita, dan memfasilitasi pencarian data-data tertentu
serta menentukan lokasi dari suatu teks atau kata-kata.
Prosedur Penggunaan Program-program atau Perangkat Lunak
Prosedur umum penggunaan program atau perangkat lunak itu adalah sebagai
berikut:
1. Ubah a word processing file menjadi text file (file berbentuk teks) atau import
word processing file secara langsung ke dalam program komputer. Word
processing file itu akan menjadikan wawancara, catatan lapangan, atau teks-teks
lainnya seperti dokumen hasil dari scanning, sudah tertranskripsikan.
2. Pilih program komputer yang akan digunakan. Program tersebut harus memiliki
fasilitas yang bisa menyimpan data, mengorganisasikan data, memberikan label
atau kode , dan mencari data.
3. Masukkan file itu ke dalam program komputer dan beri nama.
4. Baca file itu secara keseluruhan dan tandai kalimat-kalimat atau paragraf-
paragraf yang berisikan gagasan-gagasan yang mengacu pada apa-apa yang
dikatakan oleh para partisipan di dalam teks.
5. Berikan label/ kode untuk setiap teks yang sudah diblok. Lanjutkan proses
menandai teks dan memberi label/kode untuk keseluruhan text file.
6. Setelah memblok dan memberikan label/kode terhadap teks, cari semua teks
yang cocok/sesuai dengan masing-masing kode tersebut, dan buat print out nya.
7. Gabungkan kode-kode (label-label) ini menjadi hanya beberapa tema pokok, atau
kategori, dan masukkan juga bukti-bukti yang mendukung masing-masing
kategori tersebut.
Karakteristik Utama dari Program-program atau Software
166
Banyak diantara perangkat lunak program komputer untuk menganalisis data
kualitatif saat ini sudah tersedia secara komersial. Tinjauan yang terbaru tentang
perangkat lunak program ini menganalisis fasilitas yang dimilikinya didasarkan pada
delapan dimensi utama seperti terlihat pada Diagram 9.3 (Creswell & Maietta, 2002).
Dengan menggunakan informasi dari Figre 9.3 ini, yang mungkin perlu kita pertimbangkan
adalah menemukan program yang mudah digunakan, yang bisa menerima dua-duanya:
text file (dari transkrip) dan images (gambar), yang memungkinkan kita membaca dan
mengkajii teks dan mengkategorikannya, dan yang menyimpan dan menemukan data-
data berbentuk teks atau gambar dengan mudah dalam rangka membuat laporan
kualitatif. Kita bisa jadi ingin menggabungkan analisis-analisis yang dikompilasi oleh
peneliti yang berbeda, seperti ketika sebuah tim peneliti menganalisis data atau
mengimport atau mengeksport analisis kita ke dalam perangkat lunask program
komputer tertentu (seperti mengeksport analisis anda ke perangkat lunak program-
program lainnya seperti mengeksport-nya ke SPSS atu mengimportnya dari spredsheet).
Program-program Khusus yang Tersedia
Untuk memilih sebuah program perangkat lunak, anda perlu meneliti karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh program tersebut. Contoh yang baik dari perangkat lunak
analisis data kualitatif yang tersedia secara komersial adalah melalui www.sagepub.com.
Ringkasan singkat dari program tersebut antara lain adalah :
Atlas.ti. program PC windows memungkinkan anda mengorganisasikan file-file data
berbentuk teks, grafik, audio video bersama-sama dengan pengkodean, memo dan
temuan-temuan dalam sebuah poyek atas sebuah kegiatan. Selanjutnya, anda bisa
mengkode, memberikan anotasi, dan membandingkan segmen-segmen informasi.
Anda bisa secara cepat mencari memanggil, dan menjelajahi semua segmen-
segmen data dan catatan yang relevan bagi sebuah gagasan dan yang terpenting
membangun jaringan-jaringan unik yang memungkinkan anda terhubung secara
visual ke tulisan-tulisan tertentu, memo-memo dan kode-kode dalam sebuah peta
167
konsep. Program ini tersedia dari Scientific Software Development
(www.atlasti.com).
Ethnograph. Ethnograph hanya untuk PC Windows saja adalah program komputer
yang rentan yang dirancang untuk menganalisis data yang dikumpulkan melalui
penelitian kualitatif sehingga lebih mudah, lebih efisien dan lebih efektif.
Ethnograph membantu anda mencari dan mencatat segmen-segmen data yang
ingin anda temukan menandainya dengan kode kata-kata, dan melakukan analisis
yang dapat dipanggil kembali untuk dimasukkan dalam laporan atau untuk dianalisis
lagi selanjutnya. Ethnograph akan menangani file-file dan dokumen-dokumen data
proyek anda apakah data itu berbentuk transkripsi wawancara, catatan lapangan,
atau respon-respon survei terbuka, atau dokumen-dokumen berbentuk teks
lainnya. Program ini tersedia melalui Qualis Research, www.qualisresearch.com.
HyperRESEARCHTM. Program ini tersedia untuk Windows atau Macintosh. Program
ini mudah digunakan sebagai perangkat lunak kualitatif yang memungkinkan anda
mengkode dan memanggil kembali membangun teori dan melakukan analisis
terhadap data-data anda. Sekarang, dengan adanya multimedia yang canggih
HyperRESEARCHTM ini memungkinkan anda untuk bekerja dengan teks, grafik, audio
dan sumber-sumber video, menjadikannya alat analisis penelitian yang bermanfaat.
HyperRESEARCHTM adalah program analisis data yang solid dalam rangkat memberi
kode dan memanggil kembali dengan kemampuan-kemampuan tambahan yakni
membangun teori yang diberikan oleh Hypothesis Tester. Program ini yang
dikembangkan oleh Research Ware, tersedia melalui www.scolaria.com.
MAXqda. Program Windows PC ini merupakan alat yang hebat untuk analisis teks
yang bisa anda gunakan untuk analisis penelitian grounded dalam rangka mengkode
dan memanggil kembali dan begitu juga dan menganalisis teks yang lebih rumit. Ia
memungkinkan anda mengkombinasikan prosedur-prosedur kuantitatif dan
kualitatif. Program ini memiliki interface yang sederhana, mudah digunakan yang
terdiri dari 4 jendela utama yang memperlihatkan teks, kode, dan segmen teks yang
diberi kode dan teks itu sendiri yang diimpor dari program lain. Kemampuan yang
168
unik dari program ini adalah bahwa anda bisa memberikan “beban” pada kode-kode
dalam rangka memberikan signifikansi terhadap sepotong pengkodean. Anda bisa
dengan mudah mengkopy, melakukan merger, split atau delete kode. Matriks-
matriks data dapat diimpor dan diekspor antara SPSS, SAS, dan paket-paket statistik
lainnya. Program ini dikembangkan oleh Udo Kuckartz dari Jerman, tersedia melalui
www.maxqda.com.
Nvivo. Program perangkat lunak ini juga tersedia untuk Windows PC, ia
mengkombinasikan manajemen yang efisien untuk data-data yang tidak terstruktur
dan non-numeric dengan proses yang hebat untuk melakukan pengindeksan,
pencaharia, dan berteori. Dirancang oleh para peneliti daam rangka menjadikan
data-data yang rumit itu masuk akal. Nvivo menawarkan alat yang bisa melakukan
pengkodean dengan cepat melalui eksplorasi dan manajemen serta analisis.
Terutama sekali bermanfaat bagi kemampuan program untuk menciptakan
matriks-matriks data teks untuk perbandingan. Ia juga memberikan kategori-
kategori pemetaan visual yang diientifikasi dalam penelitian anda. Nvivo tersedia
disini www.qsrinternational.com.
BAGAIMANA ANDA MENELUSURI DAN MENGKODE DATA DALAM ANALISIS
Setelah anda mengorganisasikan dan menstranskripsikan data serta menentukan
apakah akan menganalisisnya secara manual atau dengan menggunakan komputer,
datanglah saatnya anda memulai analisis data. Ini terdiri dari kegiatan penelusuran data
dan mengembangkan kode sebagai langkah pertama.
Penelusuran data untuk mendapatkan gambaran umum
Langkah pertama dalam data analisis adalah analisis penelusuran data. Analisis
penelusuran awal dalam penelitian kualitatif terdiri dari penelusuran data untuk
mendapatkan gambaran umum dari data secara keseluruhan, mencatat ide-ide yang
muncul dalam bentuk memoing, melihat pengorganisasian data, dan mempertimbangkan
apakah masih perlu data-data tambahan. Misalnya, Agar (1980) menyarankan agar anda
169
“… membaca transkrip secara keseluruhan berulang-ulang”. Telusuri rincian informasi
yang ada, upayakan untuk memahami wawancara secara keseluruhan sebelum dipilah-
pilah ke dalam bahagian-bahagian”(hal 103). Penulisan memos pada halaman pinggir
catatan lapangan, transkrip, atau di bawah foto akan membantu proses penelusuran awal
terhadap data. Memo-memo ini dibuat dalam ungkapan-ungkapan, ide-ide, konsep-
konsep pendek yang timbul di dalam pikiran anda.
Dalam penelitian kualitatif tentang “gunman incident”, Asmussen & Crewell, 1995)
mengumpulkan berbagai bentuk data sebagaimana diperihatkan oleh matriks Tabel 1
tentang tipe-tipe pengumpulan data serta sumber data (lihat paragraf 11). Untuk mulai
membangun pemahaman tentang informasi yang berbagai ragam ini, mereka
menghabiskan banyak waktu mengkaji semua dokumen dan transkrip. Walaupun mereka
secara khusus telah melaporkan proses ini (misalnya paragraf 12), mereka juga meninjau
catatan-catatan lapangan yang diperoleh dari observai, wawancara, surat-surat kabar,
dan videotape yang direkan dari TV guna mendapatkan bacaan awal tentang reaksi
kampus terhadap insiden tersebut.
PENGKODEAN DATA
Proses selanjutnya dalam menganalisis teks (atau gambar) dimulai dengan
pengkodean data. Pengkodean adalah proses memilah-milah dan memberikan label pada
teks dalam rangka memperoleh informasi dan tema-tema umum yang terkandung di
dalam data. Walaupun tidak ada petunjuk tentang pengkodean data, beberapa ilmuwan
menyepakati prosedur umum (lihat Creswell, 2003; Tesch, 1990).
Model visual (Diagram 9.4) akan membantu anda mempelajari prosedur tersebut.
Tujuan dari proses pengkodean adalah untuk membangun gambaran (pemahaman)
umum tentang data yang tertuang dalam teks, memilah-milahnya ke dalam segmen-
segmen teks atau gambar, memberi masing-masing segmen itu label berupa kode,
mengecek masing-masing kode tersebut apakah ada yang tumpang tindih atau redundant
(pengulangan), dan kemudian memadukan kode-kode tersebut menjadi tema-tema
umum. Ini merupakan proses induksi dalam rangka menyortir data menjadi beberapa
170
tema saja. Dalam proses ini juga kita memilih data-data yang spesifik untuk digunakan
dan meninggalkan data-data lainnya yang tidak secara khusus memberikan dukungan
atau bukti terhadap tema-tema.
Ada beberapa langkah yang dikuti dalam mengkode data. Walaupun sebenaranya
tidak ada prosedur yang sudah baku, tapi Tesch (1990), dan Creswell (2003) menyarankan
langkah-langkah berikut:
(1)Dapatkan sebuah pemahaman umum. Baca semua transkrip data secara cermat.
buat catatan di pinggir ketika muncul beberapa ide di kepala.
(2)Ambil sebuah dokumen (hasil wawancara, atau catatan lapangan). Pilih yang
paling menarik, paling pendek, atau yang berada di onggokan data (file) yang
paling atas. Telusuri dokumen tersebut, ajukan pertanyaan “Apa yang dibicarakan
orang ini? “ Cari makna yang tersirat dan tuliskan di pinggir dalam bentuk dua atau
tiga kata dan lingkari.
(3)Mulai proses ini dengan mengkode dokumen. Termasuk ke dalam proses ini
adalah mengidentifikasi segment-segmen teks, tandai dengan tanda kurung, dan
beri kode berupa kata atau frasa yang secara tepat mendeskripsikan makna dari
segment teks tersebut. Kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf yang secara tepat
terkait dengan sebuah kode disebut “text segment”. Kode adalah label yang
digunakan untuk mendeskripsikan satu segment dari teks atau gambar (image).
Kode-kode ini bisa melambangkan banyak topik seperti daftar di bawah ini (lihat
Bogdan & Biklen, 1998):
Seting atau konteks (misalnya ruang kelas)
Perspektif yang dipegang oleh partisipan (pembelajar yang jelek)
Cara berpikir partisipan tentang orang dan objek anak-anak yang bermasalah)
Proses-proses seperti mengganggu di dalam kelas
Aktivitas seperti siswa duduk dengan tenang
Strategi-strategi seperti guru menjelaskan/memberi sitirahat
Hubungan dan struktur sosial seperti siswa berbicara satu sama lainnya
171
Seperti terlihat dari contoh-contoh ini, anda bisa memberikan kode
dalam bentuk kata-kata yang digunakan partisipan (seperti perspektif siswa
tentang siswa lainnya (poor students) yang disebut kode in vivo. Kode-kode tersebt
bisa juga dinyatakan dengan menggunakan istilah-istilah standar dalam dunia
pendidikan seperti peneliti yang mengacu pada “ruang kelas” atau ungkapan
dengan menggunakan kata-kata sendiri (pernyataan tentang “siswa berbicara satu
sama lain”. Anda tak perlu mengkode setiap kalimat atau memberikan kode ganda
(multple codes) untuk setiap kalimat. Alih-alih gunakan lean coding, yakni
pemberian beberapa kode saja untuk keseluruhan manuskript pada kali pertama
anda menelusuri manuskript tersebut. Contoh, untuk 20 halaman manuskript,
anda mungkin hanya memerlukan 10 sampai 15 buah kode pertama kali anda
menganalisis manuskript tersesebut. Dengan cara begini, anda bisa memperkecil
jumlah kode untuk tema-tema umum; jika tidak demikian, pekerjaan anda akan
sangat rumit dan jumlah kodenya akan banyak sekaii.
(4) Setelah selesai mengkode seuah teks secara keseluruhan, buatlah daftar kode
tersebut. Kelompokkan kode-kode yang sama dan cari kode-kode yang berulang.
Tujuannya adalah untuk memperkecil jumlah daftar kode menjadi sejumlah yang
dapat ditangani seperti antara 25 can 30. Usahakan untuk tidak mengkode
berkelebihan (overcode) karena jumlah tema juga tidak akan banyak.
(5) Ambil daftar kode tersebut dan lihat data kembali. Uji coba rancangan awal
skema pengorganisasian data ini untuk melihat apakah ada tema-tema baru yang
muncul. Lingkari kutipan-kutipan para partisipan yang mendukung kode-kode
tersebut.
(6)Kurangi jumlah kode sehingga cukup memperoleh lima sampai tujuh buah tema
atau deskripsi seting atau deskripsi partisipan. Tema (disebut juga kategori) adalah
kumpulan beberapa kode yang membentuk gagasan utama yang terdapat dalam
data base. Identifikasi ke lima atau tujuh tema tersebut dengan jalan meneliti
kode-kode yang melambangkan segala sesuatu yag paling sering dibicarakan oleh
partisipan dan yang unik dan serta mencengangkan, atau memiliki bukti atau
172
dukungan yang paling banyak, atau segala sesuatu yang anda harap-harapkan
ketika mempelajari fenomena ini. Alasan kenapa jumlah kode tersebut harus kecil
adalah bahwa menulis laporan penelitian kualitatif dengan memberikan informasi
yang rinci tentang tema yang jumlahnya sedikit jauh lebih baik dari memberikan
informasi yang bersifat umum tentang tema yang jumlahnya banyak. Sebuah
deskripsi dalam penelitian kualitatif adalah rincian informasi tentang orang,
tempat, atau peristiwa pada sebuah seting. Kode yang menggambarkan ruang
kelas di mana proses belajar mengajar terjadi yang mungkin anda gunakan dalam
penelitian pengajaran antara lain adalah “seating arrangement” (pengaturan
tempat duduk), “teaching approach” (pendekatan dalam pembelajaran), atau “lay-
out sebuah ruang kelas” guna pendeskripsikan sebuah kelas di mana proses
belajar mengajar berlangsung.
Seandainya anda adalah Maria, kode-kode apa saja yang kiranya anda gunakan
untuk mendeskripsikan sekolah yang anda teliti di mana para siswa membawa
senjata di sekolah? Seandainya anda menganalisis data tentang para siswa yang
membawa senjata, sebahagian dari analisis tersebut misalnya terkait dengan
deskripsi tentang lokasi di mana para siswa membawa senjata di pekarangan
sekolah. Anda mungkin perlu mengidentifikasi beberapa diantara tempat seperti
ini, mulai dari “locker”, atau tempat parkir. Apalagi kira-kira yang muncul di
kepala?
BAGAIMANA MENGGUNAKAN KODE UNTUK MEMBANGUN DESKRIPSI DAN TEMA
Dari Diagram 9.5 anda bisa melihat bahwa saya mulai berpikir tentang tema umum
yang muncul dari data saya. Dalam penelitian kualitatif, kita perlu menganalisis data-data
penelitian dalam rangka mencarikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Proses ini mencakup meneliti data secara rinci untuk mendeskripsikan apa yang anda
pelajari dari data-data yang ada, mengembangkan tema-tema atau kategori-kategori
umum dari gagasan-gagasan yang muncul dari data-data tersebut. Kegiatan
mendeskripsikan dan mengembagkan tema-tema dari data terdiri dari menjawab
173
pertanyaan umum penelitian dan membangun pemahaman yang mendalam tentang
fenomena pokok melalui pengembangan deskripsi dan tema. Tidak semua penelitian
kualitatif mencakup pengembangan deskripsi dan tema, akan tetapi semua penelitian
mencakup paling tidak- tema. Dimulai dari tema, kita kemudian menelusuri apa yang
ingin diwujudkan, bagaimana kita menggunakannnya, dan bagaimana wujudnya nanti
dalam laporan penelitian.
Deskripsi
Karena deskripsi, dalam penelitian kualitatif, adalah informasi rinci tentang orang,
tempat, dan/atau peristiwa pada sebuah seting, maka memulai analisis data setelah
terlebih dahulu membaca dan mengkode data akan lebih mudah. Pada beberapa bentuk
penelitian kualitatif seperti etnografi dan/ atau studi kasus, si peneliti memberikan
deskripsi tentang seting. Memberikan deskripsi secara rinci merupakan hal yang penting
dan ini diperoleh dari analisis data dari semua sumber (wawancara, observasi, dokumen)
untuk membangun potret individu dan peristiwa. Untuk mendeskripsikan sebuah
peristiwa, si peneliti memerlukan informasi tentang “Apa yang terjadi terhadap seting?”
seperti dalam studi kasus “gunman incident” (Asmussen & Crewell, 1995).. Atau si peneliti
boleh jadi perlu mendeskripsikan individu melalui pertanyaan seperti “Kayak apa sih
individu tersebut?”. Untuk membuat deskripsi tentang sesuatu tempat, pertanyaan
mungkin adalah “Kayak apa sih tempat ini?”, atau “Di mana sih di sekolah ini siswa
membawa senjata?”.
Dalam memberikan informasi yang rinci, sebuah deskripsi bisa membawa si
pembaca ke situs penelitian atau membantu si pembaca memvisualisasikan individu. Dan
ini memerlukan pengalaman dan latihan untuk bisa mendeskripsikan suatu seting secara
rinci. Contoh, perhatikan dua buah ilustrasi berikut dan lihat perbedaannya dalam derajat
kerinciannya.
Contoh yang jelek: Para pekerja membangun gedung pendidikan itu tiga lantai.
Contoh yang agak baik: Ketika gedung pendidikan itu sedang dibangun, balok-balok besi saling bersilangan dan tersambung satu sama lainnya. Sebuah derek raksasa mengangkat balok-balok besi itu dengan kabel-kabel besi yang diikatkan kuat dan ketat di sekelingnya.
174
Seorang pekerja yang berada di bawah balok besi tersebut itulah yang membantu mengikatnya. Ketika kami mengamati, balok besi tersebut berayun-ayun ke sana ke mari. Kami cemas kalau-kalau si operator derek itu tidak mengikatkan balok besi itu secara kuat dan ketat. Kalau itu benar, coba bayangkan marabahaya apa yang akan terjadi. Tapi untung, balok besi tersebut mendarat secara aman di tempat yang telah ditentukan.
Sebuah contoh yang baik adalah tulisan berikut yang diambil dari sebuah cerita pendek
oleh Budnitz (2000). Pengarang menulis tentang proses membuat kue serabi.
Ia mengaduk bahan-bahan dalam sebuah baskom; tepung tertumpah dan terjiprat ke meja dan ke lantai. Saya harus membersihkan itu semua nanti dan saya kira..... Mentega menggelembung dan meletup-letup di kuali ..... Ia
Dengan membaca cerita pendek yang hidup atau menelisik penelitian-penelitian kualitatif,
anda akan bisa menemukan ilustrasi-ilustrasi di mana penulisnya menggunakan deskripsi
rinci untuk menggambarkan pengalaman-pengalaman biasa (seperti pembuatan kue serabi)
dan mengantarkan anda ke seting itu sehingga anda hampir-hampir merasakan situasi yang
digambarkan.
Ambil sebuah ilustrasi yang sudah anda baca—tulisan deskriptif dalam studi kasus
“gunman incident” (Asmussen & Creswell, 1995). Diagram 9.6 melaporkan peristiwa yang
terjadi dua minggu setelah insiden “gunman” itu terjadi di kampus. Pembicaraan tentang
peristiwa ini memperlihatkan beberapa ciri dari deskripsi yang yang mungkin bisa anda
manfaatkan dalam deskripsi atau cartatan-catatan kualitatif atau dalam sebuah laporan
penelitian yang dipublikasikan. Tabel tersebut menunjukkan:
Tuisan tersebut dimulai dari menyebutkan kota Midwestern dan menukik ke
kampus, kemudian ke ruang kelas, dan akhirnya ke insiden itu sendiri. Deskripsi
umum-ke –khusus ini membantu pembaca memahami konteks atau tempat dari
insiden dan memberikan gambaran tempat “yang sebenarnya” di mana tragedi ini
terjadi.
Para pengarang berusaha menggunakan rincian yang hidup untuk mencitakan
deskripsi itu. Kita tahu, misalnya, bahwa senjata itu adalah senjata semi otomatik
yang digunakan pada pertempuran militer di Korea dan tepatnya berapa banyak
peluru yang dapat diisikan ke dalam senjata tersebut.
175
Peristiwa itu menjadi hidup dalam deskripsi ini berkat penggunaan kata kerja action
dan penggunaan kata sifat dan kata keterangan yang berorientasi gerakan. Pelaku
dalam “gunman incident” tidak keluar dari bangunan tapi ngeloyor pergi begitu saja.
Para pengarang tidak membuat interpretasi atau mengevaluasi situasi tersebut –
mereka semata-mata melaporkan “fakta” sebagaimana yang mereka lihat dari
sumber-sumber data. Majalah “Times” mengilustrasikan rincian dari terjadinya
persitiwa ini secara khusus.
Tulisan tersebut berisikan juga kutipan-kutipan guna memberikan penekanan dan
realisme peristiwanya. Kutipan-kutipan ini pendek, bahkan hanya satu kata
(misalnya “terganggu”). Bisa juga lebih panjang, yakni berupa ungkapan pendek atau
kalimat pendek, akan tetapi dalam sebuah artikel pendek, para penulisnya harus
memikirkan ruang yang tersedia untuk menarasikannya dan biasanya menggunakan
kutipan-kutipan itu sependek mungkin.
Tema
Disamping deskripsi, penggunaan tema adalah cara lain menganalisis data kualitatif.
Karena tema merupakan kode-kode yang sama yang secara agregatif membentuk sebuah
gagasan pokok yang ada dalam data base, makanya tema menjadi unsur pokok dalam
analisis data kualitatif. Sama halnya dengan kode, tema-tema ini memiliki label yang pada
dasarnya tidak lebih dari dua sampai empat buah kata (misalnya “penolakan”,
perencanaan kampus”).
Melalui analisis data awal, anda mungkin memerlukan 30 sampai 50 kode. Pada
tahap-tahap selanjutnya kode ini berkurang dan menjadi 5 sampai 7 buah tema utama
melalui proses pengurangan reduplikasi dan pengulangan-pengulangan yang tidak perlu.
Ada beberapa jenis tema; para penulis biasanya mengidentifikasi sebagai berikut:
Tema-tema biasa: tema-tema yang biasanya diharapkan muncul (misalnya,
“pengenalan terhadap kebiasaan merokok”);
Tema-tema yang tak biasa: tema-tema yang kemunculannya tak terduga selama
penelitian (misalnya “kebijakan penggunaan tembakau di sekolah”);
176
Tema-tema yang sukar diklasifikasin: tema-tema yang berisikan gagasan-gagasan
yang tidak mudah dimasukkan pada satu tema atau tumpang tindih dengan tema-
tema lainnya (misalnya “para siswa ngumpul-ngumpul di taman?);
Tema-tema utama dan tema-tema minor: tema-tema yang merepresentasikan
gagasan-gagasan utama dan gagasan-gagasan minor atau sekunder yang terdapat
di dalam data base. Contoh, sebuah tema mungkin berupa: “upaya untuk berhenti
merokok”; tema minornya adalah “reaksi fisik”, “tekanan dari teman sejawat
untuk terus merokok”, atau “mulai dan berhenti”;
Boleh jadi akan sangat bermanfaat bila kita mengkaji tema-tema yang muncul
selama analisis data. Diagram 9.7 merupakan bahagian dari pembicaraan tema “safety”
(keselamatan) yang ditemui dalam studi kasus “gunman incident” (Asmussen & Crewell,
1995). Anda mungkin menganggap tema “keselamatan” adalah tema biasa karena kita
melihat hal itu terjadi di kampus. Beberapa partisipan menyebut-nyebut tema ini,
sehingga si peneliti memilih tema tersebut dan menggunakannya :kata-kata” si partisipan.
Para peneliti menganlisis data-datanya dari perspektif ganda tentang tema “keselamatan”
ini. Istilah “perspektif ganda” bermakna bahwa anda memberikan beberapa pandangan
dari individu-individu dan sumber-sumber data yang berbeda sebagai bukti yang
mendukung sesuatu tema. Perspektif ganda, anda mungkin masih ingat pada Bab 2,
merupakan konsep penting ketika kita memberikan makna terhadap kompleksitas suatu
fenomena dalam penelitian kualitatif. Dalam tulisan ini, misalnya, para peneliti
melaporkan dari perspektif:
Kepala bahagian kemahasiswaan
Para anggota badan pengelola universitas
Para pejabat keamanan kampus
Kantor pelayanan bimbingan dan psikologi
Guru besar di kampus
Memperhatikan bahwa para peniliti memiliki satu tema utama dan beberapa sub
tema yang bergayut pada tema pokok merupakan suatu hal yang bermanfaat. Bila
didiagramkan, pengembangan tema akan seperti berikut:
177
Tema utma : keselamatan
Sub tema : keselamatan mahasiswa di dalam ruangan kelas, jenis-jenis pelayanan.
Akhirnya, untuk memperlihatkan realitas, para peneliti mencantumkan kutipan-
kutipan singkat wawancara dan berita-berita di koran.
Tulisan yang kita bicarakan di atas tidak memasukkan satu unsur lain dari
pengembangan tema. Penggambaran yang realistik dari suatu informasi tidak hanya bersifat
satu pihak. Dalam upaya mendapatkan gambaran tentang situasi yang kompleks, peneiiti
kualitatif perlu juga menganalisis data untuk mencari bukti yang kontradiktif (contrary
evidence). Contrary Evidence adalah informasi yang tidak memberikan dukungan atau
konfirmasi bagi sebuah tema dan memberikan informasi yang malah bertentangan. Kayak
apakah tema ini ? Seandainya para peneliti dalam studi kasus “gunman incident” mencari
bukti seperti ini, mereka boleh jadi menemukan bahwa beberapa orang mahasiswa
sebenarnya merasa “aman”
Hal lainnya berkenaan dengan pengembangan tema adalah bahwa si peneliti
sampai pada satu poin di mana tema-tema berkembang secara penuh dan utuh dan
bukti-bukti baru ternyata tidak memunculkan tema tambahan. Saturation (penjenuhan)
adalah suatu titik di mana si peneliti telah mengidentifikasi tema-tema pokok dan tidak
ada lagi informasi baru yang dapat ditambahkan ke dalam daftar tema atau ke dalam
rincian tema-tema yang ada. Walaupun demikian, ini juga berupa pernyataan subjektif
yang oleh hampir semua peneliti kualitatif disadari. Dalam pengembangan tema “upaya-
upaya untuk berhenti merokok” misalnya, si peneliti membuat kesimpulan dari
wawancara yang ekstensif dengan para siswa yang memiliki kebiasaan merokok. Ia
menemukan bukti melalui contoh-contoh spesifik dan kutipan-kutipan yang
menggambarkan tema tersebut, dan ketika ia membolak balik transkripsi wawancara,
tidak ada lagi informasi baru yang muncul pada saat ia membaca dan mengulang
membaca lagi transkripsi wawancara. Dengan demikian, ia menyimpulkan ia sudah
sampai pada titik jenuh untuk tema dimaksud. Apabila hal ini dicek lagi dengan partisipan
(lihat pembiacaran tentang validasi keakuratn temuan-temuan penelitian pada bahagian
178
selanjutnya dari bab ini), dalam rangka melakukan validasi, ternyata hal tersebut benar
adanya.
Tingkat dan tema yang saling terkait
Anda akan melihat bahwa banyak diantara penelitian kualitatif berhenti pada
tataran laporan berbentuk deskripsi dan tema. Walaupun demikian, anda bisa menambah
kelebihan dan wawasan bagi penelitian anda dengan jalan membuat tema-tema itu
bertingkat atau terkait satu sama lainnya.
Membuat tema-tema bertingkat
Membuat tema-tema bertingkat berarti ada tema-tema mayor dan ada tema-tema
minor dan mengorganisir tema-tema tersebut bertingkat-tingkat sehingga terwujud
tema-tema yang lebih rumit yang berasal dari tema-tema elementer. Membut analisis
berlapis-lapis (juga disebut first- and second order abstractions) bermakna menampilkan
data-data dengan menggunakan tema-tema berlapis: mengaitkan tema-tema minor ke
dalam tema-tema mayor dan selanjutnya mengelompokkan tema-tema mayor ini ke
dalam tema-tema yang lebih besar lagi dan seterusnya. Analisis secara keseluruhan
menjadi makin lama makin rumit sejalan dengan makin mendalam dan makin meluasnya
abstraksi yang dilakukan oleh si peneliti tentang feenomena yang diteliti. Jumlah lapis
bervariasi dari dua sampai empat atau bahkan lima. Mengenal lapis-lapis ini akan
membantu kita memahami penggunaan lapis dalam layered qualitative analysis (analisis
kualitatif berlapis).
Beberapa pelapisan terjadi, misalya, di dalam studi kasus “gunman incindent”
(Asmussen & Creswell, 1995), walaupun para pengarangnya tidak secara khusus mengacu
pada prosedur analisis ini. Perhatikan Figre 9.8, yang memperlihatkan bahwa para
pengarang menggunakan empat lapis termasuk data base sebagai satu lapis. Para
pengarang mengumpulkan data-data dari beberapa sumber (lapis 1) dan menganalisisnya
dalam rangka membuat desrikripsi tentang peristiwa-peristiwa (lapis 2). Dari deskripsi ini
mereka membangun lima tema (lapis 3) dan mengkombinasikan tema-tema ini menjadi
dua buah perspektif umum (lapis 4). Mengenal bagaimana pelapisan terwujud akan
membantu anda melihat bagaimana para pengarang memulai analisisnya dengan
179
menggunakan detail (rincian) dan terus mengembangkan tema-tema yang lebih bersifat
umum dalam analisis mereka.
Tema-tema yang saling tekait
Pendekatan analisis tematik kedua mengaitkan tema-tema yang ada. Tema-tema
yang saling terkait bermakna bahwa si peneliti mengaitkan tema-tema dalam rangka
memperlihatan kronologi atau urutan peristwa, seperti ketika si peneliti berupaya
menarik suatu model konseptual atau teoritis. Contoh, lihat Diagram 9.9. Di sini kita
melihat sampel diagram dalam kuaitatif “grounded theory” (Creswell & Brown, 1992). Si
peneliti
mengkaji praktek-praktek yang digunakan oleh 33 orang ketua jurusan untuk
meningkatkan kemampuan para dosen melaksanakan penelitian di fakultas atau
universitas mereka masing-masing. Sebagaimana diperlihatkan dalam Diagram 9.9,
pengarang mengidentifikasi berbagai tema di dalam masing-masing kotak pada diagram
itu. Disamping itu, anak panah memperlihatkan kaitan antara masing-masing kotak.
Dalam urutan seperti ini, proses peningkatan kemampuan dosen melakukan penelitian
terkait dengan jenis isu tentang dosen (seperti memulai kegiatan penelitian), rambu-
rambu bahwa penelitian itu penting (seperti yang dicanangkan oleh ketua jurusan),
konteks yang terkait dengan tahapan pengembangan karir dosen (seperti tahap awal),
dan konteks kelembagaan yang lebih luas, seperti manfaatnya bagi jurusan. Ia juga
mencakup startegi-strategi khusus yang digunakan oleh ketua jurusan (jurusan sebagai
penyedia), dan outcome dari penggunaan strategi tersebut (misalnya terlampau awal
untuk bisa ditentukan). Singkatnya, proses ini memperlihatkan jaringan peristiwa atau
kegiatan yang saling terkait dalam upaya yang dilakukan oleh ketua jurusan guna
meningkatkan kinerja para dosen dalam penelitian.
BAGAIMANA MENAMPILKAN DAN MELAPORKAN TEMUAN?
Setelah data-data diberi kode, kemudian menganalisnya untuk membuat deskripsi
dan menemukan tema-tema, serta membangun lapis-lapis tema dan mengait-
ngaitkannya, nah tibalah saatnya anda melaporkan temuan-temuan anda sesuai dengan
180
pertanyaan penelitian. Temuan-temuan tersebut perlu ditampilkan dalam bentuk tabel
dan Diagrams dan mengembangkan narasi untuk menjelaskan apa yang anda temukan
sebagai respon terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian anda.
Menampilkan temuan-temuan penelitian
Peneliti kualitatif sering menayangkan temuan-temuan dalam bentuk visual (Miles
& Huberman, 1994) dengan menggunakan Diagrams dan gambar-gambar yang
memperjelas pembicaraan. Beberapa cara menampilkan temuan-temuan tersebut adalah
sebagai berikut:
Membuat tabel perbandingan: Ciptakan visual image dari informasi dalam
bentuk tabel perbandingan (lihat Spradley, 1980 b) atau sebuah matriks, tabel
yang membandingkan beberapa kelompok dalam satu tema (pria dan wanita
dalam hal “keamanan”, lihat Miles & Huberman, 1994 untuk contoh-contoh
tambahan. Dalam penelitian kualitatif berkenaan dengan makna
“profesionalisme”, si peneliti mengumpulkan pernyataan-pernyataan dari guru-
guru pria dan wanita pada sebuah sekolah. Pernyataan dari guru-guru ini, seperti
terlihat dalam Tabel 9.1, dicantumkan dalam tabel perbandingan untuk
memperlihatkan perbedaan antara pria dan wanita dalam pendekatan mereka
terhadap “profesionalisme”.
Membuat diagram batang secara hierarkis: Diagram ini secara visual
memperlihatkan tema-tema dan saling keterkaitannya satu sama lain (lihal lagi
Diagram 9.8 dalan studi kasus “gunman incient”, Asmussen & Creswell, 1995).
Tampilkan Diagrams: Diagrams dengan kotak memperlihatkan kaitan antara tema-
tema (lihat lagi Diagram 9.9 dari penelitian “grounded theory” oleh Crewell &
Brown, 1992).
Buat peta: Buat tata letak fisik dari suatu seting. Sebagaimana diperlihatkan oleh
Diagram 10, Miller, Creswell, dan Olander (1998) yang menajakan tata letak secara
fisik dari dapur sup dalam sebuah penelitian. Si peneliti menampilkan diagram
tersebut agar para pembaca dengan mudah memvisualisasikan di mana kegiatan-
kegiatan yang berbeda terjadi.
181
Kembangkan tabel demografis: Deskripsikan informasi personal atau demografis
untuk setiap orang atau situs di dalam penelitian. Dalam penelitian tentang jenis-
jenis teknologi yang digunakan oleh para instruktur di dalam ruang kuliah, si peneliti
mendeskripsikan masing-masing instruktur dan gaya penyampaiannya masing-
masing dalam bentuk tabel demografis seperti terlihat dalam Table 9.2. masing-
masing orang yang di dalam penelitian kualitatif memperlihatkan karakteristik
personal yang berbeda serta pendekatan-pendekatan yang mereka gunakan dalam
memanfaatkan teknologi. Tabel ini memperlihatkan kepada para pembacanya
informasi demografis untuk setiap instruktur, seperti jumlah tahun mengajar,
jender, tingkat kelas yang diajar, pendekatan dalam mengajar, dan bentuk
pemafaatan teknologi yang utama.
Melaporkan temuan-temuan penelitian
Bentuk utama dari penampilan dan pelaporan temuan-temuan dalam penelitian
kualitatif adalah diskusi naratif. Narrative Discussion adalah penulisan di mana si
pengarang menyarikan, secara rinci, temuan-temuan yang bersumber dari analisis data.
Tidak ada bentuk baku dalam diskusi narif; variasinya, dari satu penelitian ke penelitan
lainnya, sangat besar sekali. Walaupun demikian, akan bermanfaat sekali bila kita
identifikasi bentuk-bentuk yang sering digunakan, sebagaimana terlihat dalam Tabel 9.3.
Beberapa diantaranya sudah dibicarakan pada bahagian terdahulu seperti
pengembangan deskripsi, tema, atau tema-tema yang saling terkait. Yang lainnya juga
penting, terutama dalam penelitian kualitatif yang bersifat advokasi atau partisipatori,
misalnya mempertanyakan, menantang asumsi-asumsi yang didasarkan pada bukti-bukti
yang dipertunjukkan oleh para partisipan, atau mengadakan refleksi tentang bagaimana
partisipan berubah (misalnya sudah menjadi berdaya, menjadi advokat, menjaditerlibat/
berpartisipasi) selama penelitian berlangsung. Pilihan terhadap bentuk atau bentuk-
bentuk mana yang akan digunakan tergantung pada tujuan penelitian dan jenis data yang
anda analisis untuk mengungkapkan temuan-temuan penelitian.
182
Pertimbangkan juga unsur-unsur naratif yang terdapat di dalam laporan temuan
penelitian. Ketika kita berulang kali membalik-balik data base, dalam rangka
mengembangkan deskripsi dan tema, hal-hal berikut perlu diperhatikan:
Masukkan dialog guna memberikan dukungan bagi tema; Contoh, dalam
sebuah peneliian berkenaan dengan ketidakmampuan membaca yang terjadi
pada empat orang siswa sekolah menengah pertama (Kos (1991)
mengetengahkan dialog tentang tema “stres terkait dengan membaca” bagi
siswa bernama Karen.
(Komentar diberi label “R”; komentar Karen diberi label “K”).
K: Saya merasakan itu sulit bagi saya.R: Mm hmmm.K: Dan kadang-kadang saya bisa membaca sebuah buku lho dan beberapa buah buku
rasanya kok susah, gitu. Dan umm, ibu saya mengatakan kamu harus membaca atau .... kamu nggak kan bisa-bisanya.
R: Bagaimana itu menurut kamu, Karen?K: Umm, saya kira sedih juga sih! Dan umm, seperti yang dikatakan ibu saya, bahwa
kamu, kamu bisa jadi mendapat pekerjaan malam mengumpulkan sampah dan menyapu.
R: Mmm hmmmm,K: Dan kamu tentu nggak mau punya pekerjaan tetap kayak mama dan punya uang
sedikit.R:Mm akan tetapi harus ada toh orang yang mengumpulkan sampah.K: Yaaah, seseorang, tapi saya nggak tahu siapa itu orang (halaman 885 – 886)
Nyatakan dialog tersebut dalam bahasa ibu si partisipan (dengan dialek, logat
aslinya). Sebuah penelitian yang mengkaji kisah hidup wanita-wanita Amerika
yang berasal dari Afrika oleh Nelson (1990) memasukkan contoh-contoh
code-swithcing (alih kode) dalam dialek bahasa Inggeris (kulit hiam) untuk
memperlihatkan metafor-metafor orisinil berkenaan dengan wacana di meja
makan.
“I’m trying to communicate a shoe box full when you only give them (words) a matchbox . I’ m trying to relate the spiritual meaning (halaman 151)
Gunakan matafor dan analogi. Dalam melaporkan kompetisi dan minat yang
muncul selama implimentasi pendidikan jarak jauh, Epper (1997)
mengungkapkan secara metaforis tentang bagaimana dukungan mahasiswa
dan masyarakat seperti “politik pertandingan bola”:
183
Ketika percekcokan berlangsung, banyak mahasiswa berdiri menonton impian mereka tentang pendidikan melambung kesana kemari kayak politik main bola. Beberapa diantara mereka tidak merasa puas duduk di samping lapangan. Dari pulau-pulau, lembah-lembah, tempat-tempat terpencil, dan dari kejauhan berdatanganlah surat-surat kepada senat para dosen, legislator, dan surat-surat kabar. (halaman 506)
Cantumkan kutipan-kutipan yang bersumber dari data-data wawancara atau
observasi tentang seseorang individu. Kutipan-kutipan ini bisa menangkap
perasaan, emosi, dan cara-cara orang berbicara tentang apa-apa yang dialami
mereka.
Laporkan berbagai perspektif dan bukti-bukti yang berlawanan. Identifikasi
perspektif-perspektif ini dari orang-orang dan sumber informasi yang
berbeda, atau dari bermacam pandangan berbeda dari individu yang sama.
Tuliskan dalam bentuk rincian yang gamblang. Cari deskripsi yang mengena
tentang seseorang individu, sebuah peristiwa, atau kegiatan.
Perlihatkan ketegangan dan kontradiksi yang dialami oleh seseorang individu.
Contoh, Huber dan Whela (1999) menceritakan kisah-kisah yang dialami oleh
seorang guru wanita yang kurang mendapat dukungan sehubungan dengan
pendidikan seorang anak berkebutuhan khusus di dalam kelasnya. Pengarang
memperlihatkan ketegangan yang dirasakan oleh si guru antara apa yang
harus dilakukannya di dalam kelas dengan tekanan dari luar kelas yang dia
alami dari koordinator sekolah.
BAGAIMANA MEMBERIKAN INTERPRETASI TERHADAP TEMUAN?
Interpretasi mencakup pemberian makna terhadap data, atau “lessons learned”
(apa-apa yang dipelajari) sebagaimana dinyatakan oleh Lincoln and Guba (1995).
Interpretasi, dalam penelitian kualitatif, bermakna si peneliti melihat kebelakang kembali
dan membentuk makna yang lebih luas tentang fenomena berdasarkan pandangan
pribadi, perbandingan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu, atau dua-duanya.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang interpretatif: anda harus memberikan
makna terhadap temuan-temuan penelitian. Interpretasi ini dalam laporan penelitian
184
biasanya terdapat pada bahagian akhir yang berjudul “Pembahasan,”, “Kesimpulan,”
“Interpretasi,” atau “Implikasi”. Bahagian ini biasanya mencakup:
Tinjauan tentang temuan-temuan pokok dan sejauh mana pertanyaan-
pertanyan penelitian sudah terjawab;
Refleksi pribadi si peneliti tentang makna data-data penelitian;
Pandangan pribadi dibandingkan atau dipertentangkan dengan kajian pustaka;
Keterbatasan penelitian;
Saran-saran untuk penelitian lanjutan;
Meringkaskan Temuan
Bagian “pembahasan” dimulai dengan rekapitulasi umum dari temuan-temuan
utama. Kadang-kadang anda mengungkapkan pertanyaan penelitian satu demi satu dan
setelah itu memberikan temuan-temuan terhadap masing-masing pertanyaan tersebut.
Tujuan umum dari bagian ini adalah untuk menyajikan kepada para pembaca pandangan
umum tentang temuan-temuan dalam rangka menggambarkan hasil penelitian secara
lebih rinci berupa deskripsi dan tema.
Menggungkapkan refleksi pribadi
Karena para peneliti kualitatif menyakini bahwa pandangan-pandangan pribadi tak
bisa dipisahkan dari interpretasi, maka refleksi pribadi tentang makna data perlu
dimasukkan dalam penelitian. Anda mendasari interpretasi pribadi tersebut pada
perkiraan, pandangan, dan intuisi. Karena anda sudah berada di lapangan dan secara
pribadi sudah bertemu cukup lama dengan individu-individu, anda berada pada posisi
yang strategis untuk memberikan refleksi dan komentar tentang makna yang lebih luas
dari data-data. Dua buah contoh yang berikut ini mengilustrasikan keberagaman refleksi
pribadi yang ditemukan dalam penelitian-penelitian kualitatif.
Dalam penelitian etnografi klasik tentang anak yang suka mencemooh, Wolcot
(1983) memberikan refleksi tentang makna belajar oleh Brad:
Belajar—dalam pengertian enkulturasi yang luas tentang makna apa yang diperlukan orang untuk diketahui supaya kompeten pada peranan-peranan yang harus dapat dimainkannya di dalam masyarakat, ketimbang dalam maknanya yang sempit dari belajar yang terjadi di sekolah—adalah proses yang berkelanjutan dimana masing-masing manusia terlibat satu sama lainnya sepanjang hidupnya. (hal.24).
185
Contoh selanjutnya bagaimana para peneliti bisa memberikan komentar interpretatif
tentang pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab. Dalam diskusi oleh Tierney
(1993), yang berbicara dengan orang Afrika Amerika yang kebetulan menderita AIDS di
sebuah kampus universitas, si peneliti memutuskan wawancara dengan pertanyaan-
pertanyaan yang tak bisa dijawab.
Bagaimana kita membangun pemahaman antar perbedaan-perbedaan sehingga kita bisa mengakui dan menghormati satu sama lain ketimbang mempertanyakan legitimasi orang-orang lainnya? Apakah perlu pembaca ataupun pakar metodologi atau administrator yang tidak memahami kenyataan ini dengan berdiam diri saja? (hal.27).
Membuat perbandingan dengan literatur
Interpretasi boleh jadi juga mengandung referensi ke literatur dan kajian-kajian
terdahulu. Sama halnya dengan peneliti kuantitatif, peneliti kualitatif memberikan
interpretasi terhadap data atas dasar penelitian terdahulu, dengan memperlihatkan
bagaimana temuan-temuan penelitiannya mendukung atau bertentangan dengan
penelitian-penelitian terdahulu atau dua-duanya. Interpretasi seperti ini boleh jadi
membandingkan temuan-temuan kualitatif dengan pandangan-pandangan konseptual dari
para pakar ilmu sosial yang ada dalam literatur, atau boleh mengkombinasikan pandangan
pribadi dengan istilah-istlah atau gagasan-gagasan dalam bidang pendidikan atau ilmu sosial.
Dalam penelitian kualitatif tentang interaksi antara saudara kandung, yakni antara Down,
yang mengalami sindrom, dengan tiga orang saudaranya: Harry, Day, dan Quist (1998)
membuat kesimpulan dengan komentar-komentar interpretatif tentang memasukkan “Raul”
ke dalam situasi di luar seting keluarga. Para peneliti mengaitkan komentar-komentar
tersebut dengan yang terdapat di dalam literatur.
Kami dengan tegas berkeyakinan, seperti halnya yang ditemui dalam literatur tentang topik ini (Hurley-Geffner, 1995, Schnorr, 1990), bahwa persyaratan pertama adalah struktur sekolah yang inklusif dan berkelanjutan yang membiarkan para siswa dengan ketidakmampuannya itu bersama-sama dengan anggota-anggota keluarganya mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah (halaman 209)
Keterbatasan-keterbatasan lain dan saran-saran untuk penelitian lanjutan
Sama halnya dengan peneliti kuantitatif, peneliti kualitatif mengungkapkan keterbaasan-
keterbatasan atau kelemah-kelmahan yang terdapat dalam penelitiannya dan membuat
186
rekomendasi untuk penelitian lanjutan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut boleh jadi terkait
dengan masalah-masalah dalam pengumpulan data, pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab oleh
para partisipan, pemilihan sampel purposif terhadap individu-individu dan situs penelitian. Implikasi
bagi penelitian lanjutan boleh jadi juga mencantumkan pemanfaatn temuan-temuan penelitian bagi
praktek (seperti untuk keperluas kelas, sekolah, orang, misalnya orang dewasa atau remaja) atau
perlunya penelitian lanjutan. Anda mungkin juga perlu menyatakan implikasinya terhadap
pengambilan keputusan, seperti merencanaan praktek yang lebih baik (misalnya perencanaan
kampus yang lebih baik ke depan terutama yang terakait dengan bagaimana menangani insiden-
insiden kekerasan atau untuk para pembaca yang telah anda identifikasi dalam bahagian
pendahuluan laporan penenlitian anda.
BAGAIMANA ANDA MEMVALIDASI AKURASI TEMUAN-TEMUAN ANDA?
Dalam keseluruhan proses pengumpulan dan penganalisisan data, anda perlu menjamin
bahwa temuan-temuan dan interpretasi anda akurat adanya. Memvalidasi temuan-temuan
bermakna bahwa si peneliti menentukan keakuratan atau kredibilitas temuan-temuan melalui
strategi seperti member checking and traingulation (pengecekan dan triangulasi oleh mereka-mereka
yang terlibat dalam penelitian). Beberapa diantara para peneliti kualitatif telah berbicara tentang ini
(seperti Creswell & Miller, 2000; Lincoln & Guba, 1985). Para peneliti kualiatif tidak secara khusus
menggunakan kata bias dalam penelitian; mereka mengatakan bahwa semua penelitian bersifat
interpretatif dan bahwa para peneliti harus melakukan self-reflection tentang peranan mereka dalam
penelitian, bagaimana mereka memberikan interpretasi terhadap temuan-temuan penelitian,
sedangkan perjalanan hidup pribadi dan politik mereka telah terbentuk dan secara otomatis akan
mewarnai interpretasi mereka terhadap temuan-temuan tersebut (Creswell, 2007). Dengan
demikian, akurasi dan kredibilitas temuan-temuan merupakan hal yang paling penting. Ada berbagai
ragam istilah yang digunakan oleh para peneliti kualitatif untuk mendeskripsikan makna akurasi dan
kredibilitas ini (misalnya lihat otentisitas, trustworthiness (keterpercayaan) dalam Lincoln & Guba,
1985), dan strategi-strategi yang digunakan untuk memvalidasi tulisan-tulisan kualitatif bervariasi
jumlahnya (lihat delapan bentuk dalam Creswell & Miller, 2000). Di sini kita akan berbicara tentang
tiga bentuk yang secara khusus digunakan oleh para peneliti kualitatif: triangulasi, member checking
dan auditing.
Para peneliti kualitatif melakukan triangulasi terhadap sumber-sumber data yang
berbeda guna meningkatkan akurasi temuan penelitian. Triangulasi adalah proses
memperkuat bukti dari individu-individu yang berbeda (misalnya kepala sekolah dan
187
siswa), tipe-tipe data (misalnya catatan-catatan lapangan dan wawancara), atau metoda
pengumpulan data (misalnya dokumen dan wawancara) dalam rangka membangun
deskripsi dan tema dalam penelitian kualitatif. Si peneliti mengecek masing-masing
sumber informasi itu dan menemukan bukti yang mendukung sebuah tema. Ini
menjamin bahwa penelitian akan akurat karena informasi diperoleh dari berbagai
sumber, individu-individu, atau proses. Dengan cara begini, si peneliti akan melahirkan
laporan yang tidak hanya akurat tapi juga kredibel.
Para peneliti juga mengecek temuan-temuannya kepada para partisipan yang terlibat
dalam penelitian untuk menentukan apakah temuan-temuan mereka akurat adanya.
Member checking adalah sebuah proses di mana si peneliti menanyakan kepada satu
atau lebih partisipan penelitian guna mengecek akurasi dari suatu laporan. Pengecekan
ini dilakukan dengan membawa kembali temuan-temuan itu kepada para partisipan dan
menanyakan kepada mereka (tertulis atau melalui wawancara) tentang akurasi dari
laporan. Anda bertanya kepada para partisipan tentang bermacam aspek penelitian,
seperti apakah sesuatu deskripsi sudah lengkap dan realistik atau tidak, apakah tema-
tama sudah akurat untuk dimasukkan, dan apakah interpretasi-interpretasi sudah adil
dan reprsentatif.
Para peneliti boleh jadi juga minta bantuan kepada seseorang yang tidak terlibat dalam
kegiatan penlitian untuk melakukan pengecekan terhadap laporan penelitian itu dan
melaporkan hasilnya kembali secara tertulis berkenaan dengan kelebihan dan
kelemahan penelitian tersebut. Ini merupakan proses yang disebut audit eksternal, di
mana di peneliti menggaji dan mendapatkan pelayanan dari seseorang individu yang
tidak terlibat dalam kegiatan penelitian untuk mereview beberapa aspek yang berbeda
dari penelitian. Audit ini bisa terjadi selama atau setelah penelitian selesai, dan auditor
secara khusus mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti yang diutarakan oleh
Schwandt dan Halpern (1988):
Apakah temuan-temuan ini berakar (grounded) dari data?
Apakah kesimpulan-kesimpulannya logis?
Apakah tema-temanya tepat?
Bisakah keputusan-keputusan tentang penelitian dan perubahan-perubahan
metodologis diberikan justifikasi?
Sejauh mana terdapat bias dari si peneliti?
188
Strategi-strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan kredibilitas?
Mari kita kembali pada Maria, yang melakukan refleksi tentang apakah interpretasinya
“benar” adanya. Anda tentu masih ingat bahwa Maria menyadari bahwa interpretasi terhadap
temuan-temuan penelitianya mencakup perspektif dia sendiri yang bersumber dari pengalaman
dirinya sendiri. Sebagai seorang Latino, ia sadar akan adanya marginalisasi yang dirasakan oleh
beberapa anak yang dia wawancarai tentang kepemilikan senjata. Ia menyadari juga bahwa dalam
keluarga-keluarga Latino, ada atau tdak adanya dukungan keluarga memainkan peranan utama dan
bahwa interpretasinya tentang tema (seperti “alienation” (pemencilan) atau “hak untuk
memperthankan diri”) akan terefleksi dari perhatiannya terhadap isu-isu ini. Bagaimana mungkin
Maria memisahkan dirinya dari temuan-temuannya. Tentu saja jawaban kualitatif merupakan
interpretatsi yang harus melibatkan pendapat si peneliti. Pertanyaan yang lebih luas adalah apakah
laporan Maria akurat dan kredibel bagi mereka-mereka yang dia teliti? Maria bisa memvalidasi
laporan penelitiannya dengan jalan membicarakannya dengan sekelompok kecil siswa dan guru
yang diwancarainya dan menyuruh mereka membaca narasi dari tema-tema yang sudah
disusunnya. Selama proses ini berlangsung, kelompok tersebut berdiskusi secara terbuka apakah
tema-tema tersebut merefleksikan pengalaman-pengalaman mereka sendiri, dan kemudian Maria
bisa menambah dan mengubahnya di sana sini sesuai dengan disukusi tematik tersebut untuk
melaporkan pengalaman-pengalaman para siswa dan guru tersebut secara akurat dan kredible.
Sementara anda membayangkan apa yang dilakukan oleh Maria untuk mengecek akurasi
temuan-temuannya, pendekatan apa lagi yang mungkin digunakan Maria?
MENGKAJI KEMBALI ANALISIS DATA KUALITATIF DALAM STUDI KASUS “GUNMAN INCIDENT”
Dalam penelitian kualitatif : Gunman Incidnt”(Asmussen & Creswell, 1995), para peneliti
secara ringkas mendiskusikan prosedur analisis data pada paragraf 12. Mereka bercerita secara
rinci, memasukkan kuitipan-kutipan, dan memberikan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa.
Tambahan lagi, mereka menyajikan sebuah deskripsi dan juga pengembangan tema tentang
temuan-temuan penelitian. Mengurut peristiwa-peristiwa yang terjadi selama dua minggu setelah
insiden, dengan memberikan deskripsi secara rinci tentang peristiwa-peristiwa tersebut (paragraf
04 – 10). Mereka juga menganalisis data-data untuk melahirkan tema-tema, seperti lima buah
tema yang mereka sajikan pada paragraf 13 – 31. Pada bahagian akhir dari artikel mereka, mereka
memberikan interpretasi tentang makna yang lebih luas dari penelitian dengan jalan
mempertimbangkan dua buah perspektif yang luas – psikologis dan psikososial—untuk
189
menjelaskan signifikansi dari penelitian tersebut (paragraf 35). Akhirnya, mereka secara ringkas
mendiskusikan pendekatan mereka dalam rangka memvalidasi akurasi dan kredibilitas penelitian
mereka. Mereka lakukan ini dengan jalan membawa studi kasus ini kembali para partisipan untuk
mendapatkan umpan balik mereka dan untuk memasukkan komentar para partisipan tersebut ke
dalam laporan akhir penelitian (paragraf 12).
190
Recommended