View
163
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
DAFTAR ISI
SUSUNAN TIM PENYUSUN LAPORAN
BAB I : Program Persiapan Keberangkatan
I.1. Maksud dan Tujuan Program
I.2. Kegiatan / Materi Program
I.3. Pemilihan Pimpinan Delegasi
I.4. Persiapan Administrasi
I.5. Acara Pelepasan Keberangkatan
BAB II : Program Orientasi Umum ( kegiatan di Training Centre )
BAB III : Program Spesialisasi (substansi) sesuai bidangnya dan dilengkapi dengan foto kegiatan/ materi-materi. Sampaikan materi beserta analisanya. Beberapa kunjungan bisa dilaporkan tujuan dan manfaatnya.
BAB IV : Kesimpulan dan saran
LAPORAN KETUA KELOMPOK
Adalah : memuat hal-hal kenyataan yang terjadi di lapangan, baik yang sesuai maupun diluar skenario, dengan mencantumkan saran-saran perbaikan guna penyempurnaan pelaksanaan program dimasa mendatang. Dimana saran-saran dimaksud didapatkan melalui pengumpulan pendapat para peserta delegasi Indonesia serta melalui pengamatan umum
Contoh : Program persiapan keberangkatan, Laporan selama memimpin rombongan, Summary Pelaksanaan Kegiatan di Jepang, Pemilihan daerah program spesialisasi di daerah, saat evaluasi baik di Jepang maupun di Jakarta, serta penggalangan ikatan alumni, dll.
Rancangan Laporan
BAB I : Program Persiapan Keberangkatan
(Uraian dari kegiatan per kegiatan)
BAB II : Program Orientasi Umum ( kegiatan di Training Centre ) dan Program Spesialisasi Local Governance di Kota Shizuoka
BAB III : Evaluasi Kegiatan kepada pihak JICA di Jepang dan SETNEG RI di Jakarta
BAB IV : Rencana Pembinaan ALUMNI JICA
DAFTAR ISI
KETERANGAN HALAMAN
BAB I : Program Persiapan Keberangkatan
I.1. Maksud dan Tujuan Program
I.2. Kegiatan / Materi Program
I.3. Pemilihan Pimpinan Delegasi
I.4. Persiapan Administrasi
I.5. Acara Pelepasan Keberangkatan
..........................................................
..........................................................
..........................................................
..........................................................
.........................................................
.........................................................
BAB II : Program Orientasi Umum ( kegiatan di Training Centre )
II.1.Pembukaan Trainning Programme For Youngleaders 2010
II.2. Pelatihan Bahasa Jepang
II.3.Kuliah Umum “Politik dan Pemerintahan Jepang” oleh Profesor Umekawa Masami (Guru Besar Ilmu Politik Universitas Aichi Gakuin)
.........................................................
.........................................................
........................................................
........................................................
BAB III : Local Governance (Program Spesialisasi (substansi) sesuai bidangnya dan dilengkapi dengan foto kegiatan/ materi-materi. Sampaikan materi beserta analisanya. Beberapa kunjungan bisa dilaporkan tujuan dan manfaatnya).
........................................................
BAB IV : Kesimpulan dan saran ........................................................
BAB I
Program Persiapan Keberangkatan
I.1. Maksud dan Tujuan Program
I.2. Kegiatan / Materi Program
I.3. Pemilihan Pimpinan Delegasi
Kegiatan pemilihan pimpinan delegasi (ketua kelompok) dilaksanakan melalui pemilihan langsung oleh para peserta pada bidang Local Governance atas suara terbanyak, kriteria ditentukan secara spontan oleh masing-masing individu.
I.4. Persiapan Administrasi
Sebelum keberangkatan Panitia melaksanakan Re-Checking terhadap kesiapan administrasi para peserta melalui pemanggilan satu persatu peserta dan menyampaikan apa yang menjadi kekurangan berkas sebagaimana telah disampaikan terlebih dahulu sebelum keberangkatan ke Jakarta (NAM Centre).
I.5. Acara Pelepasan Keberangkatan
BAB II
Program Orientasi Umum (kegiatan di Training Centre )
Peserta Training Programme For Young Leaders 2010 tiba di Jepang
(Nagoya) pada hari Minggu tanggal 5 Desember 2010 dan pada hari itu staf dari
JICA Chubu memberikan pengarahan berkenaan dengan akomodasi serta
fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan para peserta training selama berada di
JICA Centre Chubu, Program Orientasi umum diselenggarakan oleh JICA Chubu
dan dibantu oleh JICE (Japan International Cooperation Centre) sebagai
penerjemah juga bertindak sebagai koordinator peserta Training Programme For
Young Leaders 2010 selama mengikuti kegiatan yang telah ditetapkan, orientasi
umum tersebut dilaksanakan selama 2 (dua) hari yaitu pada tanggal 6 – 7
Desember 2010 bertempat di ruang seminar yang merupakan salah satu fasilitas
yang terdapat di JICA Centre Chubu.
Kegiatan Orientasi Umum merupakan program persiapan sebelum peserta
mengikuti materi-materi trainning yang telah disiapkan pada masing-masing
program spesialisasi, kegiatan orientasi tersebut antara lain :
I. Pengarahan Staf JICA dan JICE;
II. Pembukaan Trainning Programme For Young Leaders 2010;
III. Orientasi oleh Staf JICA Centre Chubu
IV. Pelatihan Bahasa Jepang;
V. Kuliah Umum “Politik dan Pemerintahan Jepang”
Kegiatan tersebut diatas dilaksanakan mulai pkl.08.00 sd 16.00 dan khusus
untuk sesi kuliah umum Politik dan Pemerintahan Jepang dilaksanakan sampai
dengan pukul 18.00 wakti Nagoya.
I. Pengarahan Teknis dari Staf JICA Chubu dan JICE
Pengarahan Pengarahan Teknis dari Staf JICA Chubu dan JICE sebagai
penerjeman dan koordinator peserta training yang dilaksanakan sesaat sebelum
dilaksanakannya upacara pembukaan Trainning Programme For Young Leaders
2010, materi pengarahan berkaitan dengan tata tertib yang wajib di patuhi oleh
seluruh peserta selama berada di JICA Centre Chubu maupun pada saat
pelaksanaan trainning nanti, selain itu dijelaskan juga mengenai pengisian
registration form dan dokumen-dokumen pengajuan asuransi untuk peserta
selama berada di Jepang serta informasi penting lainnya sebelum dimulainya
pelaksanaan trainning.
II. Pembukaan Training Programme For Young Leaders 2010
Kegiatan Trainning Programme For Youngleaders 2010 dibuka secara resmi
oleh Mr Okiyama sebagai Deputi General Jica Chubu, dalam sambutannya beliau
menyampaikan ucapan selamat datang dan harapan bagi peserta agar dapat
menjalankan program pelatihan dengan sungguh-sungguh serta hasil yang
didapatkan baik pengetahuan maupun pengalaman dapat menjadikan suatu
pembelajaran pada saat kembali ke tanah air, disamping itu dari peserta juga
diberikan kesempatan untuk menyampaikan sambutan dan penyerahan
cinderamata.
III. Orientasi oleh Staf JICA Centre Chubu
Materi yang disampaikan pada sesi ini adalah Penjelasan tentang Relasi
antar lembaga-lembaga yang bersangkutan dalam pengelolaan kegiatan training
JICA, pada dasarnya terdapat tiga pihak pengelola training ini yaitu Program
Officer sebagai manajer seluruh kegiatan, Koordinator Program training dan
Course organizer. Untuk Pelatihan Local Governance, course organizer adalah
Local Goverment Shizuoka City dalam hal ini diwakili oleh Shizuoka City
Association for Multicultural Exchange (SAME), dimana lembaga tersebut
bergerak dalam bidang kepemudaan dan pertukaran, promosi budaya, dijelaskan
pula adanya perubahan program training untuk pemimpin muda sejak tahun
anggaran 2007 yang mulanya mengutamakan persahabatan, kini fokus pada
training teknik sehingga manfaat yang akan didapatkan akan lebih bermakna.
Peserta Trainning mewakili organisasi/instansi Pemerintahan yang telah
melalui tahap seleksi diharapkan dapat melihat langsung implementasi
kebijakan dan partisipasi masyarakat dan sektor swasta di jepang yang
diharapkan peserta mampu membuat inisiatif di tanah air sesuai kondisi riil,
program training mengharapkan hasil yang dapat memecahkan masalah
pembangunan dan bisa diterapkan di tanah air, dalam rangkaian terakhir
dijelaskan juga tentang seputar penyusunan Laporan Rangkuman dan presentasi
di hari terakhir training.
Selama 3 (tiga) hari para peserta trainning akan tnggal di Kota Nagoya, oleh
karena itu dijelaskan sekilas tentang Nagoya City, disebutkan bahwa Kota
Nagoya merupakan kota terbesar di Aichi perfektur dengan jumlah penduduk 2,2
juta dan merupakan kota terbesar nomor 4 setelah Tokyo (populasi 12 juta),
Yokohama (populasi 3,5 juta), dan Osaka (populasi 2,5 juta). Jica center yang
kami tempati berada di daerah Chubu di Kota Nagoya dengan jumlah penduduk
1,27 juta yang merupakan kota pengahasil barang-barang industri No. 1. Macam
industri yang ada seperti perlengkapan transportasi, mesin-mesin berat, industri
mobil termasuk Toyota, tekstil, keramik dan lain-lain. Bagi yang tertarik
mengunkungi tempat-tempat wisata di jepang, Jica memberi alamat website
yaitu www.jnto.go.jp, juga disampaikan pengarahan tentang penggunaan dan
sistem telefon di Nagoya, serta sistem transportasi yang biasa digunakan di
Nagoya seperti kereta bawah tanah/subway dan bis.
IV. Pelatihan Bahasa Jepang
Pelatihan Bahasa Jepang diikuti oleh seluruh peserta Trainning Programme
For Youngleaders 2010 selama 2 kali pertemuan, sesi pertama adalah Penjelasan
singkat mengenai sejarah bahasa jepang oleh Hayama sensei yang mengatakan
bahwa pada 300 SM manusia belum memakai bahasa dalam berkomunikasi.
Dalam masa tahun 300 SM – 900 SM digunakan bahasa Kanji (cina) dan mulai
ditemukan bahasa jepang hiragana dan katakana. Oleh karena itu hingga kini
terdapat empat tulisan jepang yaitu kanji, hiragana, katakana dan alfabet. Pada
sesi ke-dua disampaikannya latihan komunikasi singkat berkaitan dengan
aktifitas komunikasi sehari-hari, dengan metoda pengajaran yang menarik
membuat materi pelatihan semakin efektif diterima peserta.
V. Kuliah Umum “Politik dan Pemerintahan Jepang”
oleh Profesor Umekawa Masami (Guru Besar Ilmu Politik Universitas Aichi
Gakuin).
Kuliah umum Politik dan Pemerintahan disampaikan oleh Profesor Umekawa
Masami yang memberikan gambaran sekilas tentang sistem Pemerintahan dan
Politik di Jepang diantaranya perbandingan dari segi karakteristik wilayah dan
politik pemerintahan antara Indonesia dan Jepang, Indonesia memiliki luas
wilayah 4,8 kali daripada Jepang. Luas Indonesia mencapai 1.811.569 km²
sedangkan luas Jepang 377.915 km². Meski demikian jumlah populasi Jepang
hanya 1,9 kali Indonesia. Jumlah penduduk Jepang mencapai 127.078.679 juta
dan Indonesia sebanyak 242.968.354 juta. Ini merupakan perbedaan pertama
dari segi demografi kedua negara, perbedaan lain adalah sistem pemerintahan
indonesia yang Presidensiil dan di pimpin oleh presiden dengan bentuk negara
republik. Sedangkan Jepang merupakan negara monarki konstitusional yang
memiliki kaisar (emperor) dan perdana menteri. Kaisar Jepang kini adalah Akihito
dan Perdana menteri adalah Naoto Kan dari Partai Demokratik Jepang. Jepang
tidak memiliki majelis seperti MPR dan DPD seperti halnya Indonesia dan hanya
memiliki DPR yang terbagi menjadi dua yaitu Dewan Perwakilan (majelis rendah)
dan Dewan Konselor (majelis tinggi), Dewan Perwakilan dipilih oleh rakyat dan
dapat dibubarkan dengan jumlah kursi 480 dan masa jabatan 4 tahun.
Sedangkan Dewan Konselor dipilih oleh rakyat dan tidak dapat dibubarkan.
Jumlah kursi sebanyak 242 dengan masa jabatan 6 tahun;
Penjelasan selanjutnya mengenai keluarga kekaisaran, bahwa kaisar
merupakan jabatan turun temurun yang jatuh pada anak laki-laki pertama dalam
keluarga, fungsi Kaisar di Jepang seperti layaknya ratu inggris berfungsi sebagai
simbol negara dan simbol persatuan rakyat. Meski demikian kaisar jepang tidak
memiliki properti pribadi sebesar milik ratu inggris. Fungsi kaisar sebagai simbol
menyebabkan terbatasnya hak kaisar seperti dalam hal berbicara dan tidak
punya wewenang berkonsultasi dengan perdana menteri. Kaisar berhak melantik
perdana menteri yang telah disepakati oleh DPR. Kaisar juga berhak memberikan
penghargaan dan melaksanakan tindakan seremonial seperti menerima delegasi
atau tamu dari luar negeri meski tidak diperbolehkan membicarakan politik
dengan duta tersebut;
Kekuasaan kaisar yang terbatas merupakan hasil perjuangan rakyat jepang yang
mencabut hak kaisar sejak PD II melalui konstitusi karena kekuasaannya yang
tak terbatas dan semena-mena.
Sistem pemilu di jepang yang akan memilih Majelis rendah dan Majelis
tinggi.Penjelasan sejarah Jepang dan sistem kekaisaran sebelum 1945 yang
dimulai dengan Periode Kuno (3-12); Zaman Feodalisme (abad 12-1868) dan
Zaman Modern ditandai dengan dominasi kekaisaran Meiji yang kuat, dimana
kaisar juga berperan sebagai panglima tertinggi tentara; Dalam Undang-undang
dasar Meiji (1889 – 1945) Kaisar merupakan sosok yang suci dan tak
terbantahkan. Kaisar berhak membuat undang-undang serta menyetujui rencana
undang-undang. Setelah perang dunia II, undang-undang dasar Meiji dihapus.
Jepang memiliki 47 prefektur (wilayah yuridiksi) yang masing-masing
diperintah oleh gubernur bersama dengan dewan legislatif daerah. Dijelaskan
pula keberadaan Shi (city), Cho (town) dan Son (village) dalam prefektur jepang.
Sementara itu dalam sistem pemerintahan daerah mereka juga memiliki Kepala
daerah, Gubernur dan walikota serta Parlemen daerah yang secara bersama
mengatur perundang-undangan. Fungsi pemerintah daerah di jepang
diantaranya adalah pendaftaran penduduk; pelayanan kesehatan masyarakat;
penyediaan transportasi publik; distribusi air bersih dan lain-lain.
Narasumber juga memberikan waktu kepada peserta untuk menyampaikan
pertanyaan dan kesempatan ini dimanfaatkan dengan antusias oleh para
peserta, walaupun dengan waktu yang disediakan sangat terbatas.
BAB III
Trainning Bidang Local Governance
Program Pelatihan untuk Bidang Local Governance dilaksanakan di Prefektur
Shizuoka, tepatnya di Shizuoka City selama kurun waktu 14 Hari dan efektif
terdapat 7 kali peninjauan lapangan dan 6 kali perkuliahan pemberian materi
dari narasumber yang telah ditentukan, diantaranya :
a. Perkuliahan Manajemen Kota Shizuoka;
b. Peninjauan penanggulangan gempa dan bencana Prefektur Shizuoka;
c. Peninjauan ke Group Shop Pallet;
d. Kunjungan ke Balai Kesehatan dan Kesejahteraan Joto;
e. Perkuliahan mengenai dukungan kemadirian penyandang cacat;
f. Kunjungan kehormatan ke Walikota Shizuoka;
g. Kunjungan ke Mizumiiro Kirakuichi;
h. Perkuliahan mengenai dukungan Bisnis area pedesaan Kota Shizuoka;
i. Kunjungan ke Sumpu Takumi Shuku;
j. Perkuliahan mengenai dukungan Regenerasi Industri Lokal;
k. Kunjungan SOHO Shizuoka;
l. Kunjungan ke Centre of Creative Communication (CCC);
m. Perkuliahan tentang pengembangan industri Kota Shizuoka;
n. Kunjungan ke Silver Jinzai Centre;
o. Perkuliahan Kesejahteraan orang lanjut usia;
p. Diskusi dan Review perkuliahan;
q. Penyusunan Laporan Sub-Kelompok;
r. Pertukaran Budaya;
s. Presentasi laporan Sub-Kelompok;
t. Acara Perpisahan.
Analisa, Tujuan dan Manfaat dari pelaksanaan Kegiatan pada
Trainning Programme For Young Leaders 2010 pada Kelompok Local
Governance
a. Perkuliahan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 9 Desember
2010 pukul 09.30 sd 12.00 waktu Shizuoka dengan materi “Manajemen Kota
Shizuoka” yang disampaikan oleh Mr.Haneda Nobuhito dari Departemen
Manajemen Administrasi, Seksi Manajemen Perencanaan Kota Shizuoka.
Sejak tanggal 1 April 2003 secara resmi Kota Shizuoka dan Kota Shimizu
resmi bergabung dengan nama Kota Shizuoka, berdasarkan sistem
perkotaan di Jepang sekarang ini Kota Shizuoka dari 18 Kota lainnya
merupakan daerah yang mempunyai hak otonom terbesar, terakhir yang
bergabung ke Kota Shizuoka antara lain adalah Kota Kambara dan Kota Yui,
populasi penduduk Kota Shizuoka saat ini adalah sebesar 717.000 jiwa
dengan luas wilayah 1.411 Km persegi, dari arah selatan terdapat teluk
Suruga, Utara berbatasan dengan Prefektur Nagano dan Yamanashi,
Pemerintah Kota Shizuoka telah menetapkan perencanaan umum dengan
jangka waktu 2005-2015 dengan capaian “Shizuoka sebagai Kota yang
ditargetkan”, sekarang Kota Shizuoka telah memasuki perencanaan ke-dua,
yang pertama ditetapkan pada kurun waktu 2005-2009, pada tahap ke-dua
sekarang ini Pemerintah Kota Shizuoka menetapkan Visinya yaitu “Membuat
Shizuoka Bersinar di Dunia”, untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan
beberapa strategi yaitu, membuat SDM, Nilai dan Kota yang bersinar melalui
peningkatan kesejahteraan masyarakat, nilai budaya, keamananan
kenyamanan kota dan pondasi kota yang berkualitas tinggi, Pada setiap
bulan hari senin minggu ke 1,2 dan 4 dilaksanakan Rapat Manajemen yang
diikuti oleh Walikota, Wakil Walikota, Kabid Pendidikan, Pengelola Badan
Usaha Umum, Kabid Bisnis Manajemen, Kabid Keuangan dan Kepala
Penanggung jawab diskusi, materi rapat terkait hal-hal penting mengenai
pelaksanaan kebijakan manajemen kota dan keputusan walikota. Untuk
membuat suatu produk Kebijakan diselenggarakan rapat pembentukkan
kebijakan yang dilaksanakan kapan saja sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan yang diikuti oleh Walikota dan Wakilnya serta unsur terkait.
Perkuliahan Manajemen Kota Shizuoka ini sangat bermanfaat bagi peserta
karena kita akan mengetahui dibalik keberhasilan yang telah dicapai dan
dirasakan selama peserta berada di Jepang ternyata dihasilkan atas dasar
komitmen pemerintah untuk menjalankan programnya sesuai apa yang telah
direncanakan dan disepakati melalui mekanisme yang telah diatur juga
dukungan dari masyarakat yang sangat baik terhadap kebijakan Kota
Shizuoka.
b. Peninjauan penanggulangan gempa dan bencana Prefektur Shizuoka
dilaksanakan pada pukul 13.30–16.00.
Pusat Penanggulangan Gempa Kota Shizuoka
Pertama-tama seluruh peserta dibagikan buku petunjuk penanggulangan dan
persiapan menghadapi gempa, materi lainya adalah mengenai metode
pencegah kerusakan yang timbul akibat gempa, misalnya mendesain rumah
dan bangunan yang anti gempa, serta menempelkan setiap barang dirumah
seperti lemari dan tv ke dinding untuk meminimalisir kerusakan ketika
gempa terjadi, setelah itu dilakukan simulasi tsunami (pusat gempa ini
menyediakan maket untuk simulasi tsunami) dan simulasi gempa (terdapat
tempat pijakan segiempat ukuran 6 x 6 meter yang digerakkan dengan
mesin untuk simulasi gempa. Simulasi yang kami ikuti, dibuat goncangan
gempa dari 6.0 skala richter hingga 8 skala richter) selain itu peserta
mengikuti simulasi pemakaian tabung kebakaran jika terjadi kebakaran.
Alat Simulasi Gempa
Alat Simulasi Gelombang Tsunami
Menurut petugas di pusat penanggulangan gempa, kebakaran sering terjadi
di jepang ketika dilanda gempa karena kebanyakan bangunan terbuat dari
kayu, kota Shizuoka merupakan kota yang rawan gempa karena lokasinya
yang berdekatan dengan laut. Meski demikian para ahli mampu memprediksi
terjadinya gempa karena gempa di Jepang terjadi secara seismik dan bisa
dipelajari melalui perubahan kondisi tanah dan selama ini mereka juga telah
mempersiapkan kebutuhan emergensi karena menurut perkiraan para ahli
gempa pasti akan terjadi di wilayah ini. Salah satu persiapannya adalah
membuat prosedur bahaya seperti jika diprediksi bahwa gempa akan terjadi
mereka akan menyiarkannya lewat media dan prosedur bahaya dan
evakuasi akan dilakukan termasuk mempersiapkan tempat-tempat darurat
penampungan sementara. Secara singkat fasilitas Pusat Penanggulangan
Bencana ini merupakan tempat penelitian sekaligus tempat belajar bagi
masyarakat Shizuoka sendiri untuk mengetahui lebih awal apa saja
kemungkinan bencana alam yang kerap terjadi di wilayah mereka serta
bagaimana mempersiapkan diri sedini mungkin untuk mencegah kerugian
fatal saat terjadinya bencana. Lokasi ini terbuka untuk umum dan hampir
setiap hari terdapat banyak pengunjung dari sekolah-sekolah, universitas
maupun masyarakat umum.
Manfaat yang kami dapatkan setelah mendapatkan pengarahan mengenai
penanggulangan gempa dan bencana di Prefektur Shizuoka adalah
mengetahui lebih dalam tentang program proteksi dan antisipasi Pemerintah
dalam menghadapi bencana yang kerap terjadi di wilayah Prefektur
Shizuoka, di Indonesia sudah dibentuk Badan Penanggulangan Bencana dari
tingkat pusat sampai Kabupaten/Kota, hanya yang perlu ditingkatkan adalah
kualitas SDM dan dukungan teknologi.
c. Peninjauan ke Group Shop Pallet
Peserta training melaksanakan peninjauan ke Group Shop Pallet pada hari
Jumat tanggal 10 Desember 2010.
Group Shop Pallet
Group Shop Pallet merupakan fasilitas dimana penyandang cacat dapat
bekerja untuk mandiri, fasilitas ini menampung 22 orang cacat yang mampu
bekerja, pekerjaan yang dilakukan diantaranya:
1) membuat kartu pos dari kardus susu kotak yang diolah sedemikian rupa
dengan sederhana sehingga menjadi kartu pos bergambar dengan bahan
kotak susu. Untuk pemasaran, mereka memiliki secamam gerai dipertokoan
yang dikhususkan menjual hasil karya para penyandang cacat, tidak hanya
dari Group Shop Pallet saja namun juga dari fasilitas semacam Group Shop
Pallet yang tersebar di Shizuoka,
2) merangkai suku cadang mobil. Suku cadang diantar langsung oleh
pemesan/perusahaan mobil untuk kemudian disatukan oleh pekerja tersebut,
3) membuat kerajinan tangan dari benang wol,
4) membuat kain jahit yang diisi dengan serbuk sisa kayu hingga padat
untuk menahan bentuk sepatu sesuai dengan aslinya dan tidak cepat rusak
ketika tidak dipakai.
Situasi Dalam Group Shop Pallet
Produk Yang Dihasilkan Penyandang Cacat dari Group Shop Pallet
Kunjungan ini sangat berkesan dan bermanfaat karena kita dapat menlihat
langsung semangat yang dimiliki masyarakat Shizuoka walaupun dengan
ketidaksempurnaan yang dialaminya, motivasi hampir sepenuhnya ada pada
dirinya masing-masing, Pemerintah hanya memfasilitasi dalam kesempatan
bekerja.
d. Kunjungan ke Balai Kesehatan dan Kesejahteraan Joto
Balai Kesehatan dan Kesejahteraan Joto merupakan lembaga yang dibentuk
Pemerintah Kota Shizuoka sebagai wadah pembinaan para penyandang
cacat, jarak balai ini tidak jauh dari Group Shop Pallet, melalui balai ini
Pemerintah juga menyediakan konsultasi bagi penyandang cacat dan
keluarganya tentang keinginan mereka untuk bekerja, sebab terdapat
beberapa fasilitas seperti Group Shop Pallet di kota ini dengan spesialisasi
pekerjaan yang berbeda-beda dan menampung beragam keahlian
penyandang cacat tersebut, di Balai kesehatan dan Kesejahteraan Joto ini
sudah dilengkapi model fasilitas umum untuk penyandang cacat.
Keseriusan Pemerintah dalam memberdayakan masyarakat sekalipun para
penyandang cacat menjadikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang terus
meningkat dan mandiri mungkin hal tersebut menjadikan catatan bagi para
peserta training.
e. Perkuliahan mengenai dukungan kemadirian penyandang cacat
Setelah mengunjungi Balai Kesehatan dan Kesejahteraan Joto kami
berangkat menuju tempat perkuliahan yang akan dimulai pukul 13.00,
perkuliahan yang akan diberikan adalah mengenai dukungan kemadirian
penyandang cacat Pemerintah kota Shizuoka bervisi untuk menciptakan kota
yang cocok untuk penyandang cacat. Jumlah penduduk Kota Shizuoka
diperkirakan mencapai 720.000 jiwa dengan jumlah penduduk cacat sekitar
31.000 jiwa (5% dari total penduduk). Penderita cacat fisik sebanyak 23.000
orang, cacat mental 5.000 orang dan gangguan jiwa mencapai 3.000 orang,
untuk mencapai visi tersebut Pemerintah Kota diantaranya mengeluarkan
Undang-Undang kemandirian penyandang cacat untuk memastikan bahwa
orang cacat dapat hidup dengan layak dan mandiri serta sama rata dengan
orang biasa. Secara garis besar UU ini berisi beragam pelayanan yang
tersedia dalam upaya merealisasikan lingkungan yang didalamnya para
penyandang cacat dapat hidup tenang dan mandiri. Pemerintah juga
menyediakan pelayanan khusus untuk orang cacat tanpa membedakan jenis
cacatnya, sentralisasi sistem pelayanan dan memperbaiki sarana fasilitas
gedung yang aksessible bagi orang cacat.Pemberian dukungan pemerintah
sesuai UU kemandirian penyandang cacat adalah : 1) pemberian perawatan
seperti penyediaan panti, pengobatan dan perawatan serta rawatan
kunjungan, 2) Pemberian pelatihan melalui pelatihan kemandirian seperti
fisioterapi dan konsultasi, penempatan pekerjaan dan dukungan hidup
bersama (group home) agar mereka bisa hidup normal bersama orang biasa,
3) Dukungan medis yaitu berupa rehabilitasi medis, medical training serta
pengobatan rumah sakit jiwa dan untuk sektor Pemerintah diwajibkan
mempekerjakan orang cacat sebanyak 2,1% dari total karyawan pemerintah
di kantor-kantor tersebut. Sedangkan untuk mendorong agar perusahaan
swasta juga mempekerjakan penyandang cacat maka pemerintah
memberikan subsidi bagi perusahaan yang mau memperkerjakan orang
cacat, untuk anak-anak yang cacat, pemerintah kota Shizuoka telah
mempersiapkan sekolah bagi mereka dari tingkat SD, SMP dan SMA bersama
di satu lokasi.
Setelah mendapatkan perkuliahan kami menyimpulkan bahwa pada
prinsipnya Pemerintah Indonesia sudah melakukan langkah-langkah konkrit
terkait upaya mensejahterakan penyandang cacat yaitu dengan
diterbitkannya Undang-undang Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang
Cacat dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Penyandang Cacat, hanya dalam implementasi
harus mendapatkan dukungan dari semua stakeholders.
f. Kunjungan kehormatan ke Walikota Shizuoka
Peserta training akan diterima oleh Walikota Shizuoka pada pukul 16.00
bertempat di kantor Pemerintah Kota Shizuoka, pertama-tama peserta dari
Indonesia memperkenalkan diri dan daerahnya secara singkat, Walikota
menyampaikan pesan diantaranya bahwa sebagai pegawai Pemerintah
harus mampu membuat warganya aman dan nyaman ditempat tinggalnya
sendiri, dan dalam hal ekonomi daerah dikatakan bahwa pembangunan
penting namun harus berbasis lokal. Daerah harus mampu mencukupi
kebutuhan daerahnya sendiri dengan produksi lokal baru kemudian
berdagang dengan daerah-daerah lain. Selain itu juga beliau mengingatkan
pentingnya bagi daerah untuk menjaga tradisi dan keaslian daerahnya
masing-masing sebab menghargai sejarah akan meningkatkan kecintaan
terhadap wilayah dan negara sendiri.
Kesan setelah diterima oleh Walikota Shizuoka adalah keramahtamahan
seorang pejabat dirasakan melalui akrabnya dan kesan santai yang
ditimbulkan karena protokoler yang sangat sederhana tanpa mengurangi
kewibawaan seorang Walikota menjadikan komunikasi diantara kita menjadi
efektif.
g. Kunjungan ke Mizumiiro Kirakuichi
Pada hari senin tanggal 13 Desember 2010 peserta Training melakukan
kunjungan ke Mizumiiro Kirakuchi yang terletak kira-kira setengah jam dari
pusat Kota Shizuoka.
Mizumiiro Kirakuichi
Fasilitas ini terletak terletak di daerah pegunungan dan perbukitan yang
dipenuhi oleh perkebunan teh dan memang terkenal akan hasil tehnya di
seluruh Jepang. Mizumiiro Kirakuchi merupakan semacam toko yang menjual
hasil produk penduduk di sekitar pegunungan berupa teh, ubi gajah/keladi,
telur dan hasil makanan olahan lainnya.
Produk Lokal Yang Dijual di Mizumiiro Kirakuichi
Fasilitas ini dibangun dengan bantuan pemerintah Kota Shizuoka dan
sebagian dari rekan-rekan sesama petani, selama disini kami ditunjukkan
mesin pembuat konyaku (keladi yang sudah diolah menjadi bahan makanan)
serta metode pembuatan kue mochi.
Setelah melaksanakan kunjungan kami berkesimpulan bahwa tingkat
kesadaran masyarakat akan bekerja sangat tinggi sehingga memudahkan
Pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, fasilitas yang
diberikan Pemerintah dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, disamping itu
rasa tanggung jawab masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup juga
sangatlah tinggi.
h. Perkuliahan mengenai dukungan Bisnis area pedesaan Kota Shizuoka
Perkuliahan dilaksanakan setelah para peserta melakukan kunjungan
lapangan ke Mizumiiro Kirakuichi, kuliah disampaikan oleh Mr Kato Takahiko
dari Divisi Pengembangan Daerah Pedesaan Deapartemen Perekonomian
Kota Shizuoka, keberadaan daerah pedesaan dianggap sangat penting bagi
pemerintah Kota Shizuoka karena merupakan penghasil produk industri
pertanian, kehutanan, perikanan dan kayu; daerah pedesaan di pegunungan
menjaga kelestarian lingkungan hutan sebagai sumber air, mencegah
longsor dan lain-lain; juga karena merupakan tempat berinteraksi antara
masyarakat dan alam serta berfungsi sebagai tempat bersantai; selain itu
juga karena banyak orang yang tinggal di daerah pedesaan di pegunungan
yaitu mencapai hampir 33.000 jiwa dari total 717.578 jiwa. Sumber utama
pertanian meliputi : Teh hijau, wasabi, jeruk, jamur shitake, rebung dan
sayur mayur. Untuk pertanian menghasilkan cemara dan pohon pinus.
Permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan daerah pedesaan di
pegunungan karena harga hasil pertanian turun karena panen yang lambat;
kerugian karena gangguan binatang liar; rendahnya permintaan kayu
domestik saat ini; dan generasi muda yang cenderung pergi ke kota untuk
bekerja dan menolak menjadi petani.
Berikut adalah beberapa program yang telah dilakukan pemerintah Kota
Shizuoka untuk menghidupkan kembali daerah pedesaan, yaitu :
1. Dukungan bagi penduduk yang sudah bermukim di daerah tersebut yaitu
dibuat lingkungan yang nyaman bagi penduduk untuk terus menetap;
2. Menerima penduduk baru dari luar di daerah tersebut;
3. Menghidupkan kembali daerah permukiman dengan cara menciptakan
bidang industri baru dan mempertahankan industri daerah.
Guna mendukung pengembangan bisnis dengan sumber daya alam yang
ada di pedesaan maka diupayakan agar hasil-hasil pertanian memiliki nilai
tambah sehingga nilai jual akan tinggi; memperbaiki manajemen industri
pertanian dan kehutanan untuk efisiensi dan efektivitas; menciptakan
peluang bisnis melalui pertukaran dan interaksi yaitu dimana orang kota
dianjurkan untuk berkunjung ke desa untuk berinteraksi dengan orang di
desa sehingga tercipta saling pengertian dan kebersamaan serta menuntun
kearah penciptaan bidang bisnis dan industri baru; mempromosikan
keuntungan membangun usaha di daerah pegunungan/menggalakan
investasi usaha di daerah Shizuoka, beberapa kebijakan yang telah
dilaksanakan pemerintah kota Shizuoka untuk mendorong pengembangan
pedesaan di pegunungan yaitu: 1) program ‘Inilah No.1 di daerahku’ yaitu
sebuah program menghidupkan kembali desa dengan memberdayakan
sumber daya lokalnya, 2) Program menjadikan Shizuoka sebagai tempat
penghasil teh hijau No.1 se-Jepang melalui pemberian hibah sebesar kurang
lebih 1 milyar rupiah (10 juta yen) untuk daerah yang memiliki proposal baik
tentang bagaimana mengembangkan wilayahnya; 3) program
mengembangkan SDM serta mendidik generasi penerus di industri
pertanian; 4) program penanggulangan kerugian akibat gangguan binatang
liar dengan membuat pagar listrik; 5) program mendukung pengembangan
bisnis di daerah pedesaan dengan mengirim tanaga ahli untuk memberi
penjelasan tentang inovasi produk maupun marketing serta cara-cara
meningkatkan penjualan; 6) program pertukaran anak ke daerah pertanian,
hutan dan nelayan untuk menimbulkan rasa memiliki dan pengalaman yang
berbedal 7) program pemberian subsidi untuk petani di daerah perbukitan
dengan syarat mereka meneruskan kegiatan pertanian di daerah kurang
beruntung tersebut; 8) program pertukaran kota dan daerah untuk
mempromosikan wilayahnya masing-masing.
Kami melihat program Pemerintah Indonesia terhadap perbaikan
perekonomian masyarakat di wilayah Pedesaan terlalu bersifat hadiah
sehingga kreatifitas dan daya juang masyarakat akan terus menurun,
mungkin sebaiknya Pemerintah lebih memberikan motivasi dan bimbingan
teknis bagi masyarakat untuk bekerja.
i. Kunjungan ke Sumpu Takumi Shuku
Kunjungan ke Sumpu Takumishuku dilaksanakan pada hari selasa tanggal 14
Desember 2010.
Kegiatan di Sumpu Takumi Shuku
Sumpu Takumishuku merupakan fasilitas untuk beragam kegiatan yang
memperkenalkan dan memasarkan kerajinan tangan tradisional dari
Prefektur Shizuoka, Sumpu Takumishuku terletak 15 menit perjalanan bis ke
daerah Mariko, Suruga-ku, Kota Shizuoka, secara keseluruhan di
Prefektur/Propinsi Shizuoka terdapat 22 fasilitas serupa yang menawarkan
keragaman jenis kerajinan, Sumpu Takumishuku merupakan fasilitas yang
terdekat dari Kota Shizuoka dan lengkap, Fasilitas di Sumpu Takumishuku
diantaranya adalah ruang pameran untuk segala macam pameran kerajinan
tangan, ruang kerja untuk pelatihan pembuatan kerajinan dari bambu dan
kayu, ruang berlatih membuat kerajinan dari tanah liat, ruang untuk berlatih
membuat makanan jepang dan ruang ‘tea room’ bagi mereka yang ingin
berlatih cara tradisional menyeduh teh hijau, dan museum tentang
kebudayaan jepang secara umum dan kota Shizuoka khususnya, tempat ini
dibuka selain sebagai sarana mendapat laba juga sebagai salah satu media
mengenalkan kerajinan tangan masyarakat Shizuoka dan sarana pendidikan
karena anak-anak SD disana diwajibkan untuk memperlajari langsung dari
ahlinya melalui fasilitas Sumpu Takumishuku ini.
Pendidikan Pengenalan Kerajinan Tradisional Bagi Siswa Sekolah Dasar
Selain itu tempat ini juga menjadi tujuan pariwisata dimana pengunjung
dapat mencoba makanan khas Shizuoka serta belajar langsung membuat
kerajinan tangan yang ditawarkan di tempat tersebut. Dalam hal ini fasilitas
Sumpu Takumishuku bekerja sama dengan beberapa agen travel untuk
mengikutsertakan masyarakat sekitar dalam tur misalnya penduduk sekitar
ada yang memiliki kebun jeruk, maka wisatawan yang datang mengunjungi
Sumpu Takumishuku juga akan diajak melihat langsung dan memetik jeruk
di kebun jeruk. Pengunjung Sumpu Takumishuku dalam setahun tercatat
mencapai 300.000 orang, Sumpu Takumishuku dibangun pada tahun 1999
atas dana pemerintah kota Shizuoka sebesar 50%, 30% dari perusahaan
kereta listrik dan sisanya dari beragam perusahaan yang berminat untuk
terlibat. Selama ini fasilitas ini dikelola oleh swasta namun sejak tahun 2006
ditetapkan bahwa untuk pengelolaan Sumpu Takumishuku akan ditenderkan
setiap 5 tahun. Wilayah Mariko tempat fasilitas ini dibangun terdapat sekitar
1000 pengrajin, sehingga keberadaan Sumpu Takumishuku sangat
membantu mereka memasarkan produksi mereka dan sering mereka
mendapat pesanan dari luar. Untuk bahan baku mereka menyediakan dan
mengolah sendiri, Setelah melakukan observasi dengan melihat langsung
produk-produk kerajinan dari masyaraka Shizuoka yang di fasilitasi oleh
Pemerintah kami mengambil kesimpulan bahwa masyarakat dalam
memproduksi kerajinan harus memiliki landasan pelestarian terhadap seni
budaya warisan leluhur disamping orientasi bisnis, sehingga akan
menghasilkan produk yang berkualitas dan terjaganya kesinambungan seni
budaya di daerah.
j. Perkuliahan mengenai dukungan Regenerasi Industri Lokal
Perkuliahan dilaksanakan setelah kunjungan lapangan ke Sumpu
Takumishuku, Pemateri perkuliahan adalah Mr Iwasaki Tomohiko dari Divisi
Industri Lokal, Biro Perekonomian Kota Shizuoka, dalam perkuliahan
diinformasikan bahwa hasil industri lokal yang berkembang di Kota Shizuoka
saat ini merupakan perpaduan antara teknik kerajinan tradisional dari kayu
dengan teknologi mutakhir dengan hasil produksi seperti furniture kayu,
sandal kayu, sepatu, mainan plastik, boneka suruga dan perlengkapannya,
altar Budha, kerajinan bambu suruga, kain motif cetak, boneka Hina Suruga,
kayu balok, alat tulis kayu, pembuatan mainan kereta api kayu dan kapal
laut dan banyak lainnya.Meski demikian terdapat beberapa permasalahan
terkait regenerasi industri kerajinan tangan tradisional karena banyaknya
barang murah impor dan perubahan pola hidup masyarakat serta sedikitnya
minat generasi muda terhadap industri ini menyebabkan adanya
kekhawatiran hilangnya budaya daerah ini karena permasalahan-
permasalahan tersebut oleh karena itu Pemerintah telah menyiapkan 10
anjuran kegiatan untuk program regenerasi industri kerajinan tangan yaitu:
Kegiatan pengorganisasian; Meningkatkan daya tarik dan penghargaan pada
dunia industri; promosi industri tradisional ke masyarakat; Mencari SDM
penerus bidang ini; menciptakan lingkungan dan jiwa yang antusias untuk
belajar dan bekerja di bidang industri tradisional; Membangun sekolah
kerjainan tangan; membuat sistem regenerasi; membangun prasarana
pengembangan industri tradisional; Membuat strategi baru untuk distribusi
dan pemasaran; Serta mengumpulkan informasi untuk pengembangan
industri tradisional, berdasar 10 anjuran tersebut kini telah dilaksanakan
beberapa program atau kegiatan yang berkaitan dengan regenerasi penerus
industri kerajinan tradisional yaitu: A) pelantikan ahli seni tradisional dan
kerajinan tangan Kota Shizuoka dengan memberikan uang insentif 50.000
yen saat pelantikan, B) Sistem dukungan pengrajin (craftman) dengan
pemberian pelatihan jangka pendek (paling lama 3 bulan), jangka panjang
(paling lama 2 tahun) dan bantuan dana kemandirian (paling lama 3 tahun),
C) kursus pelatihan seni tradisional dan kerajinan tangan dengan cara
menyampaikan beragam teknik kerajinan tradisional kepada pengrajin
generasi muda, D) membentuk profil kelompok Suruga Creative yaitu
perkumpulan para ahli dari generasi muda dengan latar belakang jenis
pekerjaan berbeda yang aktif dalam kegiatan kerajinan, E) pembangunan
toko pusat penjualan dan promosi produk industri lokal seperti Sumpu
Takumishuku ( tempat untuk mencoba membuat kerajinan dan belajar
tentang sejarah kota Shizuoka untuk semua lapisan masyarakat) dan Sumpu
Rakuichi (tempat untuk penjualan dan promosi produk industri lokal).
Pemerintah Jepang (Shizuoka) sangat mengapresiasi terhadap hasil
kreatifitas masyarakat hal tersebut dijadikan potensi/komoditas Kota
Shizuoka, para pemuda difasilitasi dalam mengembangkan kreatifitasnya.
k. Kunjungan ke SOHO Shizuoka
Pada hari Rabu tanggal 15 Desember 2010, peserta training
melaksanakan kunjungan ke SOHO Shizuoka.
Small Office Home Office (SOHO)
SOHO adalah singkatan dari (Small Office Home Office), SOHO
merupakan fasilitas pemerintah kota yang dibangun sejak bulan Februari
2001 dan berisi kantor-kantor kecil yang disewa oleh wirausaha baru di Kota
Shizuoka. Kantor ini terdiri dari 13 ruangan dan satu ruang rapat. Gedung
yang dipakai adalah milik pemerintah kota dan ruang-ruang kecil tersebut
disewakan dengan biaya kurang lebih 7 juta rupiah perbulan dengan
maksimum sewa selama 5 tahun, hingga kini ruang kantor SOHO penuh
tersewa. Terdapat beragam penyewa dengan bidang usaha yang berbeda-
beda seperti perusahaan kecantikan yang menjual produk secara online,
layanan bantuan belajar ke luar negeri, perusahaan iklan dan promosi, art
studio dan lain-lain. Namun yang berkantor disini sebagian hanya
administrasi serta bagian promosi dan memiliki kantor untuk produksi di
tempat lain di Kota Shizuoka, Pemerintah membangun tempat ini dan
operasional dikelola oleh pihak ketiga, terdapat seorang manajer dan dua
orang karyawan untuk mengelola SOHO, manajer SOHO bernama Mr Tomoki
Sakano, seorang mantan pegawai bank, penunjukan beliau sebagai manajer
karena pengalamannya di bank bermanfaat untuk memberi penjelasan
kepada calon atau wirausahawan baru mengenai permodalan dan memberi
pelanggan network yang dibutuhkan, masyarakat umum juga bisa datang ke
SOHO dan bertanya mengenai business plan maupun cara promosi dan
distribusi serta permasalahan modal usaha. Secara singkat, SOHO
memberikan pelayanan berikut: konsultasi untuk wirausaha baru tentang
promosi penjualan, finansial; dan pembinaan wirausaha baru dengan
dukungan berupa pengenalan pada jaringan perbankan untuk memperoleh
pinjaman serta memperkenalkan kepada calon klien potensial, disamping itu
kami menyaksikan tiga presentasi dari tiga tenant/pemyewa yang berbeda
berbicara tentang kelebihan dan kekurangan SOHO, secara umum mereka
berkata puas terhadap kemampuan SOHO memberikan masukan terkait
bisnis yang mereka jalani dan luasnya jaringan/network yang dimiliki SOHO
sehingga memudahkan wirausaha baru ini mendapat informasi maupun
koneksi dalam perdagangan, mereka juga puas terhadap SOHO karena
terdapat 13 tenants yang berbeda-beda sehingga memudahkan mereka
bertukar pikiran dan menemukan ide-ide baru. Kelemahan yang mereka
rasakan adalah mahalnya uang sewa kantor tersebut serta privasi kurang
karena layout kantor yang bersekat-sekat dengan tinggi dinding yang tidak
penuh.
Situasi Ruangan Kantor Usaha di SOHO
Di Indonesia model seperti SOHO Shizouka ini sudah ada tetapi didirikan dan
dikembangkan oleh swasta, mungkin sebagai terobosan Pemerintah Pusat
atau Daerah dapat mendirikan fasilitas seperti ini dengan biaya sewa yang
terjangkau guna memfasilitasi usahawan kecil, menengah bahkan industri
rumah tangga.
l. Kunjungan ke Centre of Creative Communication (CCC)
CCC dibentuk sejak tahun 2008 oleh pemerintah dan dikelola oleh
Shizuoka Contents Valley Consortium. CCC berlokasi disebuah gedung bekas
sekolah di dekat kantor walikota di pusat kota Shizuoka. Dalam gedung ini
terdapat 10 ruang mendidik para krator, 1 ruang presentasi, 2 ruang
pelatihan, 1 galery dan 2 ruang pameran. CCC merupakan salah satu
fasilitas untuk mendidik creator/pencipta seni dengan mengadakan berbagai
kegiatan pameran dan seminar bagi creator sebagai bagian mencapai visi
kota Shizuoka sebagai pusat industri, terdapat 9 kali pameran dan 20 kali
seminar yang telah dilaksanakan dalam satu tahun ini dan 4 kali penerbitan
newsletter.
Gedung CCC ini digunakan untuk tempat perkuliahan peserta training selama
di Shizuoka, kebetulan SAME yaitu lembaga yang bertindak melakukan
organize selama peserta berada di Shizuoka.
m. Perkuliahan tentang pengembangan industri Kota Shizuoka.
Perkuliahan pengembangan industri Kota disampaikan oleh Mr. Suzuki
Jun, Menurut hasil statistik terdapat 5 jenis usaha dengan jumlah produksi
terbanyak di tiga distrik Kota Shizuoka (distrik Aoi, Suruga dan Shimizu) yaitu
Produk Elektronik, Produk makanan dan minuman serta rokok dan pakan
ternak, produk logam bukan besi, mesin manufaktur dan mesin alat angkut.
Sementara itu produk khas daerah peringkat atas se-jepang di bidang
pertanian meliputi teh hijau, wasabi, jeruk, dan bunga mawar; bidang
perikanan meliputi ikan tuna beku, ikan tuna kalengan, sakura ebi, dan
seafood; bidang manufaktur yaitu model mainan plastik, air conditioner,
furnitur, altar budha, boneka Hina dan sebagainya.
Dalam perencanaan umumnya, Kota Shizuoka mentargetkan model kota
dengan pemusatan bidang industri untuk pengembangan industri baru
berdasar kekhasan daerah dan industri lokal yang ditopang oleh kekuatan
ilmu pengetahuan. Karenanya pemerintah selalu menjalin kerjasama dengan
beberapa universitas untuk menemukan terobosan-terobosan baru melalui
penelitian pengembangan.
Pemerintah Kota Shizuoka dengan aktif memberikan dukungan
wirausaha dan usaha kecil, dukungan kerjasama bidang industri dan
pendidikan serta dukungan pengembangan SDM sebagai bagian dari visi
menciptakan kota Shizuoka sebagai pusat industri kebanggaan dunia.
Bentuk dukungan wirausaha dan usaha kecil yaitu: Konsultasi
pembuatan bidang usaha baru, loket konsultasi dari para ahki di bidang
usaha kecil dan menengah, mengirim para ahli dan dukungan marketing.
Sedangkan bentuk dukungan kerjasama bidang industri dan pendidikan
meliputi menadakan program penelitian bersama antara bidang industri dan
pendidikan serta membuat loket konsultasi di universitas strategis untuk
memudahkan industri memanfaatkan jasa penelitian. Untuk dukungan
pengembangan SDM dibuat program pendidikan wiraswastawan di instansi
pendidikan seperti mengenalkan neragam industri kepada anak sekolah
untuk mendapat gambaran, kelas khusus tentang marketing dan dukungan
mendidik oleh para ahli dari universitas.
Kota Shizuoka memiliki tiga fasilitas penting untuk mendukung cita-
citanya menciptakan kota industri dunia dan mendukung wiraswasta kecil
dan menengah yaitu dengan membangun 1) Shimizu Industry and
Information Plaza yang dikelola oleh Kadin Shizuoka, 2) CCC Shizuoka untuk
membentuk creator-creator baru dan menghasilkan produk-produk baru,
serta 3) SOHO Shizuoka dengan bentuk dukungan penciptaan ruang kerja
untuk promosi dan konsultasi pengembangan usaha.
Karakteristik kebijakan pemerintah kearah penciptaan bidang usaha
baru adalah melalui penggabungan sumber daya khas di kota ini dan ilmu
pengetahuan seperti universitas-universitas dan tempat penelitian yang
tersedia di Shizuoka. Untuk itu pemerintah melakukan berbagai macam
tindakan yaitu :
1. Mendorong peciptaan keragaman industri produk kesehatan dan
makanan. Proyek yang telah dilaksanakan yaitu: Project food science
hill : yaitu dalam rangka penciptaan produk baru industri makanan,
produk olahan bahan kimia dan obat-obatan maka dilakukan kegiatan
penelitian besar-besaran dengan mensubsidi sejumlah 100-200juta yen
selama 6 tahun untuk penelitian (kerjasama antara industri dan dunia
pendidikan)
2. Program kluster industri baru di bidang lingkungan. Sasarannya
terutama adalah area sekitar teluk Suruga. Penelitian yang dilakukan
adalah : Penggunaan air bawah laut untuk penambakan di darat;
Menanam tumbuhan di dalam ruangan agar tetap bisa menanam dalam
segala cuaca; Penggunaan penyulingan air.
3. Pengembangan Industri contents. Dengan merujuk pada Silicon valley di
USA, maka di Shizuoka juga dibuat konsep Shizuoka Contents Valleys.
Pada tahun 2005 dibentuk Shizuoka Contents valley concortium (SCV)
dengan proyek yang dinamakan Matching Project yaitu
mempertemukan antara creator luar negeri dan dalam negeri untuk
pengembangan produk baruu yang kaya akan pola desain. Selain itu
juga diselenggarakan Shizuoka Contents Valley festival untuk
mempromosikan hasil dari Matching project tersebut
Hasil diskusi dengan pembicara dan peserta dari indonesia secara
umum dapat diketahui bahwa permasalah umum yang terjadi di baik wilayah
Propinsi maupun Kabupaten di Indonesia adalah kurang terlibatnya institusi
pendidikan dalam pengembangan daerah, untuk itu diharapkan di masa
yang akan datang agar pemerintah maupun masyarakat lebih aktif
menggunakan hasil-hasil penelitian Universitas maupun lembaga penelitian
lain dalam rangka penemuan ide baru ataupun memperkuat yang telah ada.
n. Kunjungan ke Silver Jinzai Centre
Kedatangan kami ke Silver jinzai Centre pada tanggal 16 Desember
2010 diterima oleh Mr Seki, Manajer fasilitas ini. Beliau menginformasikan
bahwa fasilitas serupa terdapat di hampir setiap kota di Jepang dan
merupakan lembaga berbadan hukum yang menerima pekerjaan baik jangka
pendek maupun panjang untuk anggotanya, pada dasarnya di jepang
terdapat dua macam panti jompo yaitu panti yang menerima orang tua yang
tidak lagi mau dan mampu bekerja serta panti yang menerima orang tua
yang masih ingin bekerja di masa pensiunnya, fasilitas Silver Jinzai center ini
merupakan tempat dimana lansia yang bergabung akan disalurkan bekerja
di berbagai bidang sesuai keinginan dan kemampuan mereka, pekerjaan
yang umumnya mereka lakukan diantaranya adalah pengasuh anak, penata
taman, manajemen parkir, tukang masak, membersihkan rumah, mencuci
pakaian, pemandu pariwisata, montir sepeda, sebagai penerima pengunjung
di fasilitas olah raga dan lain-lain, anggota Silver Jinzai center berumur 60
tahun keatas.
Pendirian Silver Jinzai ini sesuai dengan Undang-undang pemerintah
mengenai kestabilan kesempatan bekerja untuk lansia. Lansia memang
menjadi salah satu permasalahan utama di jepang, karena jumlah penduduk
umur 65 tahun keatas disini telah mencapai 23,1% dari total populasi
jepang. Selain itu terdapat tren penurunan jumlah penduduk dan sedikit
jumlah pasangan yang memutuskan menikah dan punya anak, karenanya
jumlah kaum muda menurun dan jumlah lansia terus bertambah.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah meningkatkan standar kesehatan
sehingga balita meninggal menurun dan angka harapan hidup meningkat
(Angka harapan hidup jepang : Laki-laki 78,56 tahun dan Perempuan 85,52
tahun). Salah satu alasan lansia Jepang banyak yang bekerja adalah karena
permasalahan ekonomi karena meskipun terdapat uang pensiun namun
karena tekanan ekonomi makan makin tinggi pula kebutuhan biaya hidup.
Fasilitas ini selain menyalurkan lansia bekerja juga memiliki kelompok
hobi sepeti menari, memasak, kerajinan tangan dan lain-lain. Meski lansi
bekerja, namun terbukti mereka menjadi lebih sehat karena bekerja
dibanding lansia yang diam di rumah dan mengurangi resiko pikun dini dan
Dementia. Selain itu dalam fasailitas ini mereka dapat berkenalan dengan
banyak anggota lain daripada menganggur di rumah. Lansia juga melakukan
kegiatan volunteer sebagai bentuk kontribusi mereka pada masyarakat.
Pada dasarnya tujuan fasilitas ini adalah mengajak kemandirian
peserta/anggota. Silver Jinzai center ini tidal menyediakan panti jompo
dimana lansia menginap dan mendapat perawatan, sebab panti semacam itu
dikelola oleh kantor kesejahteraan kota.
Pada kesempatan ini mereka/para lansia perempuan menyajikan dua
tarian Jepang lengkap dengan kimono dan kipas khas untuk menari. Peserta
JICA berpartisipasi dalam salah satu tariannya.
Kondisi di Indonesia tidak jauh berbeda tentang kebijakan pelayanan
dan perlakuan terhadap orang Lansia secara umum, mengingat jumlah
orang lansia yang cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk secara umum maka kebijakan Pemerintahan Indonesia harus
ditopang dan didukung oleh semua kalangan masyarakat dan para
pengusaha.
o. Perkuliahan Kesejahteraan orang lanjut usia
Perkuliahan tentang Kesejahteraan Orang Lanjut Usia Kota Shizuoka
dilaksanakan siang hari setelah kunjungan ke Silver Jinzai, sebagaimana
dijelaskan jumlah lansia di Jepang (65 tahun keatas) meningkat pesat sejak
tahun 2003 dengan jumlah 19,3% dari total penduduk hingga kini mencapai
22,7% di tahun 2008. Diperkirakan pada tahun 2015 nanti akan penduduk
lansia mencapai 26% dimana diantara 4 orang, 1 orang adalah lansia dan
tahun 2025 dimunkinkan diantara 2 penduduk, 1 adalah lansia. Karena itu
permasalah ini menjadi serius di Jepang
Slogan kota Shizuoka yang mendasari kebijakan kesejahteraan lansia
adala : Menciptakan masyarakat yang didalamnya para lansia mempunyai
semangat hidup, terjaganya martabat, dan menjalani hidup dengan mandiri.
Dengan kata kunci Semangat Hidup, Martabat, Hidup Mandiri dan
Kemasyarakatan.
Empat tujuan dasar kebijakan kesejahteraan lansia :
1. Mewujudkan masyarakat yang didalamnya para lansia memiliki
semangat hidup dan dapat hidup sejahtera melalui pemberian
dukungan beragam kegiatan yang memotivasi semangat hidup,
dukungan pekerjaan bagi lansia dan dukungan kegiatan
keikutsertaan kemasyarakatan.
2. Mewujudkan masyarakat yang didalamnya para lansia dapat terjaga
kesehatannya juga tertangani perawatannya dengan menggalakkan
program kesehatan masyarakat serta dukungan perawatan bagi
lansia.
3. Mewujudkan masyarakat yang didalamnya para lansia bermartabat,
hidup sejahtera yang menopang kehidupan masyarakat, melalui
penataan sistem dukungan bagi lansia dan penderita Demensia dan
pembelaan hak bagi lansia sebab ditemukan kasus-kasus kekerasan
terhadap lansia baik kekerasan fisik, psikis dan seksual. Pemerintah
juga menyediakan konsultasi umum bagi lansia serta mendirikan
Care Management atau pusat perawatan bagi lansia di suatu area.
Perawatan yang dimaksud meliputi kesehatan, kesejahteraan, serta
fasilitas konsultasi dan lain-lain.
4. Mewujudkan masyarakat yang didalamnya para lansia hidup tenang
dan sejahtera, melalui pemberian dukungan untuk tinggal di rumah
sendiri maupun penyediaan sarana dan prasarana lingkungan di
sekitar tempat tinggal yang aman dan nyaman.
Tidak seperti di Indonesia dimana kebanyakan orang bekerja pada
sektor informal dan tidak memiliki asuransi jiwa untuk keamanan masa
tuanya, maka di jepang dibuat sistem agar setiap orang tercover dalam
asuransi kesehatan, ada sejumlah premi yang dibayar tiap bulan oleh
penduduk, dan meski ada yang tidak mampu membayar Pemerintah Kota
tetap mengaktifkan asuransi tersebut dan memiliki skema tertentu untuk
menanggung orang yang tidak bisa membayar tersebut, biasanya asuransi
orang bekerja umumnya dibayarkan oleh perusahaan, dan yang tidak
bekerja akan dikelola oleh Pemerintah Kota Shizuoka.
p. Diskusi dan Review perkuliahan
Pihak Shizuoka City Association for Multicultural Exchange (SAME)
memberikan waktu untuk me-review pelaksanaan perkuliahan dan berdiskusi
langsung dengan narasumber melalui pertanyaan-pertanyaan dari peserta
training terkait materi perkuliahan, waktu yang disediakan selama 2,5 jam
dimanfaatkan oleh peserta dengan antusias karena setiap sub kelompok
(Dukungan Penyandang Cacat dan Lansia, Dukungan Industri
Pedesaan/Pegunungan, Dukungan Wirausaha Baru) harus mempresentasikan
laporan dihadapan pihak JICA, SAME dan Pemerintah Kota Shizuoka.
q. Penyusunan Laporan Sub-Kelompok
Pihak Penyelenggara telah membagi kelompok kedalam 3 sub
kelompok, diantaranya Sub kelompok Dukungan Penyandang Cacat dan
Lansia, Sub kelompok Dukungan Industri Pedesaan/Pegunungan, Sub
kelompok Dukungan Wirausaha Baru, masing- masing sub kelompok
diberikan waktu untuk menyusun laporan dari bahan perkuliahan, kunjungan
lapangan dan diskusi yang nantinya dipresentasikan, pelaksanaan
penyusunan laporan Sub Kelompok dilaksanakan di CCC dengan alokasi
waktu 2,5 jam.
r. Pertukaran Budaya
Pertukaran Budaya dilaksankan pada hari sabtu tanggal 18 Desember
2010 di gedung Nambu Shogai Gakushu Centre, kegiatan ini diawali dengan
memasak masakan khas Indonesia yang dilakukan oleh sebagian peserta
training dengan disaksikan oleh perwakilan masyarakat Shizuoka yang
diundang, selanjutnya peserta training menampilkan beberapa ragam
budaya masing-masing Provinsi berupa persembahan nyanyian dan tarian.
s. Presentasi laporan Sub-Kelompok
Presentasi Laporan dari masing-masing Sub Kelompok dilaksanakan
pada akhir peserta berada di Kota Shizuoka, acara berlangsung di gedung
CCC dan diikuti oleh seluruh narasumber perkuliahan, direktur SAME,
perwakilan dari JICA Chubu dan perwakilan dari Pemerintah Kota Shizuoka,
masing-masing diberikan waktu 30 menit untuk presentasi dan diskusi.
t. Acara Perpisahan
Acara perpisahan dilaksanakan di sebuah Café yang tidak jauh jaraknya
dengan CCC tempat sehari-hari diselenggarakannya perkuliahan, tuan rumah
dan peserta training mengikuti acara ini dengan suka ria, ditutup dengan
tarian poco-poco dan saling bersulang yang menandakan keakraban dari
sebuah hubungan persahabatan.
BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN
I. KESIMPULANa. Dukungan Kemandirian Penyandang Cacat Dan Orang Lanjut Usia
Jumlah penyandang cacat di Shizuoka adalah 31 ribu (5%) dari total penduduk 720.000 jiwa. Pada Tahun 2006 Pemerintah Jepang telah menetapkan Undang-undang Dukungan Kemandirian Penyandang Cacat yang memuat landasan-landasan penyelenggaraan kebijakan secara komprehensif dan memiliki dukungan berbagai pihak serta direalisasikan dengan penuh komitmen.
Jumlah lansia di kota Shizuoka (diatas 65 tahun) sebanyak 165.774 jiwa dari total penduduk 728.738 jiwa tahun 2008, Pemerintah Jepang khususnya Kota Shizuoka menetapkan program-program terkait Kesehatan dan Kesejahteraan termasuk dukungan pada penderita demensia, motivasi, pembelaan hak dan penciptaan system dukungan lingkungan yang semuanya dilaksanakan dengan komitmen yang tinggi baik oleh Pemerintah, Masyarakat dan sektor Swasta.
b. Pengembangan dan Revitalisasi Kawasan Ekonomi Pertanian di Kawasan Pedesaan Kota Shizouka, Prefekture Shizouka Negara Jepang
Luas area pedesaan di Kota Shizuoka adalah 1.148 km persegi dari seluruh luas Kota Shizuoka yaitu 1.411 km persegi, pengembangan bisnis di daerah pedesaan Kota Shizuoka tidak selalu berjalan mulus, hal yang menjadi hambatan diantaranya, harga hasil pertanian yang tidak stabil, kerugian hasil produksi pertanian karena akibat hewan liar, hal lain yang
menjadi factor penghambat adalah penerusan ke generasi muda serta kebutuhan produk dalam negeri yang tidak stabil.
Untuk menghidupkan kembali daerah pedesaan Pemerintah menetapkan program-program yang mendukung pencapaian Visi dari Departemen Pertanian Pemerintah Kota Shizuoka yaitu Shizuoka adalah kota yang sama dan tumbuh berkembang antara daerah kota dan pedesaan, program-program tersebut antara lain adalah memperbaiki kenyamanan lingkungan pedesaan, penerimaan penduduk baru dari luar daerah dan menciptakan bidang industry baru dan mempertahankan industri daerah.
II. HAL-HAL YANG BISA DITERAPKAN DI INDONESIA (ACTION PLAN)a. Dukungan Kemandirian Penyandang Cacat Dan Orang Lanjut Usia
- Meningkatkan kembali komitmen untuk para penyandang cacat dan lansia;
- Memberikan apresiasi pada perusahaan swasta yang mempekerjakan para penyandang cacat, misalnya melalui pemberian reward, kemudahan perijinan, atau keringanan pajak;
- Optimalisasi fungsi Pemerintah Kecamatan untuk membantu penyandang cacat;
- Diversifikasi peran Posyandu dan peningkatan keahlian petugas Posyandu yang tersebar ditengah masyarakat selain pelayanan terhadap Ibu dan Bayi juga Perawatan terhadap Lansia dan melaksanakan Care Management sebagaimana telah dilaksanakan di Shizuoka.
b. Pengembangan dan Revitalisasi Kawasan Ekonomi Pertanian di Kawasan Pedesaan Kota Shizouka, Prefekture Shizouka Negara Jepang
c.
III. SARAN-SARAN UNTUK PENGEMBANGAN PROGRAM
- Sebaiknya isi dari program yang akan dilaksanakan di Jepang diinformasikan dulu setelah peserta dipastikan lolos mengikuti Training sehingga Peserta program dapat lebih mempersiapkan diri dan mempunyai bekal yang cukup dalam mengikuti semua program di Jepang;
- Terkait dengan pelaksanaan kegiatan utama di lokasi, waktunya terlalu singkat dimana dalam satu hari diisi oleh dua kegiatan yaitu kunjungan lapangan di pagi hari dan kuliah di siang hari, dan pada saat kuliah di siang hari sering terjadi waktu untuk tanya jawab tidak mencukupi sehingga banyak pertanyaan yang muncul dari para peserta belum terjawab. Sebaiknya pelaksanaan program utama dipisah, satu hari penuh untuk kunjungan lapangan dan satu hari penuh untuk kuliah dan diskusi mengenai materi dan hasil kunjungan lapangan.
Recommended