View
705
Download
162
Category
Preview:
DESCRIPTION
dok
Citation preview
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
1. TEMPAT DAN URAIAN PEKERJAAN.
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah : Pembuatan Pedestrian dan Pembuatan Fasilitas
Parkir Timur di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
a. Pekerjaan Tanah dan Pasir,
b. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran,
c. Pekerjaan Beton Bertulang
d. Pekerjaan Besi dan Kanopi,
e. Pekerjaan Keramik,
f. Pekerjaan Elektrikal,
g. Pekerjaan Cat-Catan.
1.2. Lokasi Pekerjaan.
Pekerjaan ini berlokasi di Komplek Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
1.3. Lama Waktu Pekerjaan
Lama waktu pekerjaan ini adalah 60 (enam puluh) hari kalender.
1.4. Tenaga dan Sarana Bekerja :
a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan, kebutuhan tenaga antara lain:
No Kualifikasi Pendidikan Pengalaman Kuantitas
1 Site Manager S1 Arsitektur 4 Tahun 1 Orang
2 Pelaksana D3/SMK
Bangunan
1 Tahun 2 Orang
3 Logistik SMK 1 Tahun 1 Orang
4 Administrasi SMK/SMEA 1 Tahun 1 Orang
Catatan: Dilampirkan dengan bukti Ijazah
b. Alat-alat Bantu seperti : beton mollen, alat-alat pengangkut/truck/dump truck dan peralatan lain
yang dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
No Jenis Kapasitas Jumlah Status
1 Genset 5 KVa 1 set Sendiri/ sewa
2 Pemotong Besi 1 buah Sendiri/ sewa
3 Gerinda beton 1 buah Sendiri/ sewa
4 Pick Up 1,5 m3 1 buah Sendiri/ sewa
5 Molen 0.350m3 2 buah Sendiri/ sewa
6 Stamper 1 buah Sendiri/ sewa
7 Mesin Pemadat Paving 1 buah Sendiri/ sewa
8 Mesin las 1 buah Sendiri/ sewa
Catatan : dilampiri bukti kepmilikan/sewa
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan
agar pelaksanaan pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya.
1.5. Cara pelaksanaan.
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
Spesifikasi Teknis, Gambar rencana, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan serta mengikuti petunjuk
Tim Pengelola Teknis Kegiatan (TPTK).
1.6. Pada akhir kerja Penyedia Barang/Jasa diharuskan membersihkan area Kegiatan dari segala kotoran
akibat kegiatan pembangunan, termasuk sisa-sisa material bangunan serta gundukan tanah, bekas
galian dan lain sebagainya.
1 JENIS DAN MUTU BAHAN.
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai dengan SNI (Standar
Nasional Indonesia).
2 PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
3.1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan
tambahannya.
a. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
b. Kep Men PU No. 061/KPTS/1981 tentang Produser Pokok Pengadaan Bangunan Gedung
Negara;
c. AV 1941 Persyaratan Pembangunan di Indonesia yang disahkan oleh Pemerintah Belanda
(khususnya pasal-pasal yang masih berlaku);
d. Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang dikeluarkan oleh Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 332/KPTS/M/2002, tanggal 21 Agustus 2002 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
e. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBB) 1982;
f. Peraturan Konstruksi Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1991/SNI 15-1991-03;
g. Peraturan yang dikeluarkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PUIL 1987), SNI 0255.1987.D;
h. Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang Tenaga Kerja Harian, Mingguan dan Bulanan/
Borongan);
i. Peraturan Menteri PU No. 29/PRT/M/2006, tanggal 1 Desember 2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
j. Peraturan Pembangunan Indonesia 1981;
k. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Tahun 1981;
l. Peraturan dan standart-standart yang berkaitan dengan penilaian bahan bangunan di Indonesia;
m. Menurut aturan/petunjuk dan uraian-uraian serta penjelasan yang mungkin diberikan Pengelola
Kegiatan;
n. Menurut peraturan-peraturan setempat yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pembangunan termasuk kelengkapan bangunan untuk saluran air minum instalasai listrik dan
sebagainya dari instansi yang berwenang;
o. Peraturan lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini;
p. Menurut lampiran gambar bestek dan gambar detail yang telah disahkan oleh atasan langsung.
3.2. Untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang tercantum pada Subbab 1 tersebut di atas
berlaku dan mengikat pula:
a. Gambar bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas
dan Unsur Teknis termasuk juga gambar-gambar detail pelaksanaan (shop drawing) yang telah
diselesaikan oleh Penyedia Jasa dan sudah disahkan/disetujui Tim Pengelola Teknis Kegiatan
(TPTK);
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)/Spesifikasi Teknis;
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan;
d. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);
e. Jadual Pelaksanaan (Time Schedule) yang telah disetujui Pengawas Lapangan/ Tim Pengelola
Teknis Kegiatan (TPTK) dan Pejabat Pembuat Komitmen.
3 PENJELASAN SPESIFIKASI TEKNIS, GAMBAR DAN BOQ
4.1. Penyedia Barang/Jasa wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS)/Spesifikasi Teknis termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanvuling).
4.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), mak yang mengikat/ berlaku
adalah Boq. Perencana diminta untuk menjelaskan kebenarannya sesuai dengan tujuan dan maksud
perencanaan keselutuhan bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar lain.
4.3. Apabila terdapat perbedaan ukuran antara gambar skala besar dengan skala kecil, maka gambar
skala besar yang mengikat.
4.4. Bila RKS/Spesifikasi Teknis dan gambar sama-sama tak menyebutkan, sedangkan hal yang dimaksud
adalah perlu/vital, maka pemborong wajib melaksanakan hal tersebut dan sebelumnya dikonsultasikan
dengan pihak-pihak yang berkompeten.
4.5. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan
menimbulkan kesalahan, Penyedia Barang/Jasa wajib menanyakan kepada Konsultan Perencana, Tim
Pengelola Teknis Kegiatan (TPTK), atau Konsultan Pengawas dan Penyedia Barang/Jasa mengikuti
keputusannya.
4 PEKERJAAN PERSIAPAN DI LAPANGAN
5.1. Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan Direksi Keet dengan perlengkapan, yaitu 1 set meja kursi
tamu, 3 set meja kursi kerja, almari buku, papan tempel gambar beserta alat tulis, buku Konsultan
Pengawas antara lain : buku tamu, buku harian, perintah kerja, konsultasi, pengawas berkala
perencana, PPK dan lainnya yang diperlukan. Selain itu Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan
ruangan beserta kelengkapannya untuk mengadakan rapat koordinasi lapangan antara pihak yang
terkait, rapat paling lambat 2 minggu sekali.
5.2. Penyedia Barang/Jasa harus membuat bangsal kerja dan perlengkapannya untuk para pekerja dan
gudang penyimpanan barang-barang yang dapat dikunci, tempatnya akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.
5 JADWAL PELAKSANAAN
6.1. Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan, Penyedia Barang/Jasa wajib membuat Rencana Kerja
pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar Chart dan Curve S untuk bahan dan tenaga.
6.2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas
paling lambat dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
diterima Penyedia Barang/Jasa.
Rencana kerja yang telah disetujui Konsultan Pengawas, dan Pengelola Kegiatan akan disahkan oleh
Pemberi Tugas.
6.3. Penyedia Barang/Jasa wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Konsultan
Pengawas. Satu salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding di bangsal Penyedia
Barang/Jasa di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (prestasi kerja).
6.4. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi Penyedia Barang/Jasa berdasarkan Rencana Kerja
tersebut.
6 KUASA PENYEDIA BARANG/JASA DAN KEAMANAN DI LAPANGAN.
7.1. Untuk koordinasi kegiatan di lapangan, Penyedia Barang/Jasa harus menempatkan seorang kuasa
Penyedia Barang/Jasa atau biasa disebut Pelaksana Kepala/”Site Coordinator” yang cukup
berpengalaman untuk lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan dan mendapat kuasa penuh dari
Penyedia Barang/Jasa, dengan pendidikan minimal :
7.2. Dengan adanya pelaksana di lapangan tidak berarti bahwa Penyedia Barang/Jasa lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
7.3. Penyedia Barang/jasa wajib memberitahu secara tertulis kepada Tim Pengelola Teknis Kegiatan
(TPTK) dan Konsultan Pengawas, nama, jabatan, salinan ijasah yang disahkan dan pengalaman kerja
tenaga Pelaksana untuk mendapat persetujuan.
7.4. Bila kemudian hari, menurut Tim Pengeloa Teknis dan Konsultan Pengawas, Pelaksana kurang
mampu atau tidak cakap memimin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Penyedia Barang/jasa
secara tertulis untuk mengganti/menambah Pelaksana.
7.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan, Penyedia Barang/Jasa sendiri
(penanggungjawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.
7 PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN.
8.1. Penyedia Barang/Jasa diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang/barang milik
Kegiatan, Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan.
8.2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Konsultan Pengawas baik yang
telah dipasang maupun yang belum, menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
8.3. Apabila terjadi kebakaran, Penyedia Barang/Jasa bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Agar disediakan alat pemadam kebakaran yang
siap pakai yang ditempatkan di tempat-tempat yang akan ditetapkan kemudian oleh Konsultan
Pengawas.
8 ALAT-ALAT PENUNJANG KESELAMATAN
Semua alat yang akan digunakan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Penyedia
Barang/Jasa, sebelum pekerjaan secara fisik dimulai dalam keadaan baik dan siap pakai antara lain :
9.1. Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur;
9.2. Mesin pemadat tanah (stamper);
9.3. Dan alat-alat lain yang diperlukan dalam pelaksanaan.
9 SITUASI DAN UKURAN
10.1. Situasi :
a. Pekerjaan tersebut dalam Subbab 1 merupakan rencana yang akan dilaksanakan;
b. Ukuran-ukuran tersebut dalam gambar dimaksudkan sebagai ukuran yang mengikat dalam
pelaksanaan dan sebagai pegangan Penyedia Barang/Jasa;
c. Penyedia Barang/Jasa wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah, sifat dan luasnya
pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi penawarannya;
d. Kelaian atau kekurangan ketelitian Penyedia Barang/Jasa dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan tuntutan;
e. Pekerjaan yang bersifat memasang kembali atau meneruskan/menyambung/melanjutkan,
ukuran hendaknya disesuaikan kondisi lapangan;
10.2. Ukuran :
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm dan m, kecuali ukuran-
ukuran tertentu yang dinyatakan dalam inch atau mm;
b. Duga lantai (permukaan atas lantai) ditetapkan sesuai gambar rencana;
c. Menentukan satu titik duga sebagai pedoman duga untuk bangunan yang baru dan mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas/Perencana dan unsur teknis;
d. Memasang papan bangunan (bowplank).
1) ketepatan letak bangunan diukur sesuai gambar pedoman block plan dan di bawah
pengawasan Konsultan Pengawas dengan patok kayu kruing 5/7 cm yang dipancang kuat-
kuat dan papan terentang dengan ketebalan 3 cm diketam rata pada sisi atasnya;
2) Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan pembantu yang ahli dalam cara-cara mengukur
menurut situasi dan kondisi tanah bangunan, yang selalu berada/dijumpai di lapangan.
10 SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
11.1. Semua bahan yang didatangkan harus tetap mengacu/berpedoman pada Subbab 2.
11.2. Konsultan Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan Penyedia Barang/Jasa wajib
memberitahukan.
11.3. Semua bahan bangunan yang akan digunakan harus diperiksakan dahulu kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
11.4. Bahan yang telah mendapatkan persetujuan harus ditandai dengan paraf Konsultan Pengawas atau
pihak yang ditunjuk lalu disimpan di rak sample.
11.5. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Penyedia Barang/Jasa di lapangan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan
selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
11.6. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa tetapi
ternyata ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Penyedia Barang/Jasa dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.
11 PEMERIKSAAN PEKERJAAN
12.1. Sebelum mulai pekerjaan lanjutan, Penyedia Barang/Jasa diwajibkan minta kepada Konsultan
Pengawas melakukan pemeriksaan. Baru apabila Konsultan Pengawas telah menyetujui bagian
pekerjaan tersebut Penyedia Barang/Jasa dapat meneruskan pekerjaannya.
12.2. Bila permintaan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam diterimanya surat
permohonan pemeriksaan) tidak dipenuhi oleh Konsultan Pengawas (kecuali terhalang hari libur),
Penyedia Barang/Jasa dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa
dianggap telah disetujui Konsultan Pengawas. Hal ini dikecualikan bila Konsultan Pengawas minta
perpanjangan waktu.
12.3. Bila Penyedia Barang/Jasaa melanggar pasal 12 ini, Konsultan Pengawas berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan
pemasangan menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/jasa.
12 PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DAN PERBAIKAN.
13.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diperintahkan dengan tertulis oleh Pemberi Tugas.
13.2. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan pekerjaan yang
dimasukkan oleh Penyedia Barang/Jasa yang pembayaranya diperhitungkan bersama-sama
Penyedia Barang/Jasa dengan angsuran terakhir.
13.3. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuanya tidak tercantum dalam harga satuan yang dimasukkan
dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan Pengawas bersama-
sama Penyedia Barang/Jasa dengan persetujuan Pemberi Tugas melalui negosiasi harga
penawaran.
13.4. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan penyerahan
pekerjaan, tetapi Konsultan Pengawas/ Tim Pengelola Teknis Kegiatan (TPTK) dapat
mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.
13 PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
15.1. Bahan :
Tanah setempat (ditempat areal pekerjaan) atau tanah dari lokasi lain yang memenuhi syarat
penggunaan.
Alat-alat pelaksanaan pekerjaan.
Alat gali dan alat urug serta alat pemadat yang cukup memadai.
15.2. Macam Pekerjaan :
a. Pekerjaan Pembersihan Lokasi.
a. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembersihan dan menyingkirkan semua jenis tumbuhan;
b. Dalam hubungan ini juga harus dibongkar dan disingkirkan semua akar-akar tumbuhan yang
berada di bawah permukaan tanah, sebelum Penyedia Barang/Jasa mulai bekerja di tanah
lokasi.
b. Pekerjaan Galian.
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan menggali dengan luas dan kedalaman tertentu, dengan
persyaratan teknis tertentu pula sesuai dengan kegunaannya.
Misalnya : galian untuk pondasi umpak beton, dll, sesuai dengan gambar rencana.
c. Pekerjaan Urugan.
Urugan pasir dilakukan pada :
1) Urugan tanah kembali
2) Urugan pasir bawah pondasi
3) Urugan tanah mendatangkan
4) Urugan pasir bawah lantai
d. Pemadatan.
Setiap pekerjaan urugan harus disertai pekerjaan pemadatan, hal ini dimaksudkan untuk
mengubah sifat tanah urug yang lepas/loose menjadi padat/dense.
e. Pembuangan sisa tanah.
Pekerjaan ini adalah membuang sisa tanah galian atau tanah yang didatangkan dari luar ke
lokasi di luar areal Kegiatan atau bekas bongkaran yang tidak terpakai, dengan ijin Konsultan
Pengawas.
15.3. Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Pekerjaan Pembersihan :
1) Tanah yang akan ditempati bangunan harus benar-benar dibersihkan dari segala kotoran,
semua akar-akar dan sisa barang/benda yang ada. Pembersihan ini untuk seluruh areal
bangunan.
2) Lapisan tanah paling atas/top soil harus dibersihkan dari luar humus dll, setebal 10-20 cm
pembersihan ini harus dilaksanakan sampai 3 m dari batas bangunan, tanah hasil
pembersihan ini hanya boleh untuk mengurug halaman, yang diatasnya tidak ada bangunan.
3) Bila kondisi tanah jelek atau labil, maka lapisan tanah ini harus digali sampai kedalaman
tertentu dan diganti dengan tanah perbaikan berupa sirtu (pasir dan batu gunung).
b. Pekerjaan Galian :
1) Penyedia Barang/Jasa harus menentukan posisi/lokasi tempat galian dengan tepat,
kemudian sebelum digali harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, hal ini
untuk menghindari terjadinya salah gali, sehingga harus diurug yang memerlukan
persyaratan tersendiri.
2) Semua pekerjaan penggalian harus didasarkan pada panjang, lebar, kedalaman, dan
kemiringan slopenya sesuai dengan gambar rencana dan pertimbangan kemudahan
pengerjaannya.
3) Pekerjaan galian harus dilaksanakan sampai mencapai tanah baik, sebagai pedoman harus
mengikuti kedalaman yang tertera dalam gambar rencana.
4) Jika sebelum mencapai kedalaman seperti yang tertera dalam gambar rencana, ternyata
ditemui tanah keras atau batu kasar ataupun halangan yang lain, maka Penyedia
Barang/Jasa harus minta petunjuk Konsultan Pengawas.
5) Jika galian telah mencapai kedalaman sesuai dengan gambar rencana, ternyata tanah dasar
galian menunjukkan hal-hal yang meragukan, maka Penyedia Barang/Jasa harus minta
petunjuk dari Konsultan Pengawas.
6) Penyedia Barang/Jasa harus selalu memonitor kedalaman galian bersama Konsultan
Pengawas, agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan kedalaman galian.
7) Jika terjadi kesalahan penggalian melebihi kedalaman yang ditentukan, maka Penyedia
Barang/Jasa tidak diperkenankan langsung mengurug selisih kedalaman tersebut dengan
tanah, tetapi untuk penyelesaiannya minta petunjuk Konsultan Pengawas.
8) Tanah bekas galian harus ditempatkan agak jauh dari lokasi galian.
9) Jika lubang galian tergenang air atau terdapat kotoran sebelum pondasi dipasang, maka
sebelum pemasangan pondasi lubang galian harus dibersihkan dari sisa-sisa kotoran atau
lapisan lumpur yang melekat.
c. Pekerjaan Urugan :
1) Urugan pasir.
a) Urugan pasir harus dilaksanakan dibawah pondasi footplat ketebalan urugan pasir
sesuai dengan gambar rencana.
b) Letak, tebal, dan jenis pasir yang tercantum dalam RKS/Spesifikasi Teknis ini
disesuaikan dengan gambar rencana.
2) Urugan tanah kembali merata
Urugan tanah kembali dtujukan untuk meratakan tanah bekas galian agar rata sesuai
dengan kondisi semula sebelum dilakukan pekerjaan.
3) Urugan tanah mendatangkan untuk peninggian level
a) Bagian-bagian yang harus diurug sampai mencapai ketinggian yang ditentukan, tanah
urugan harus cukup baik, bebas dari sisa (rumput/akar-akar lain-lainnya)
b) Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis tebal maksimal hamparan 30 cm
setiap
lapisan, kemudian tanah tersebut dilembabkan sebelum dilakukan pemadatan
mengguna-
kan alat stamper minimal setara MTR 80 dengan CBR 4% rendam air.
c) Semua level untuk urugan kembali harus sesuai dengan gambar rencana.
16. PEKERJAAN KANSTIN DAN PAVING BLOK
16.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi :
a. Penimbunan dan leveling tanah yang dipadatkan dengan stamper dan mesin wales/giling.
b. Pemasangan pasir yang dipadatkan setebal 10 cm di atas tanah padat.
c. Pemasangan pasir pada celah-celah paving.
d. Perataan permukaan paving.
e. Pemasangan paving topi uskup
f. Pemasangan kanstin
16.2 Material
a. Kanstin baru yang tidak memiliki cacat produksi atau kerusakan lain pada saat dipasang
b. Kanstin Dimensi 50x25x18 cm
c. Paving konblok tipe holand 10x20 cm t. 8 cm K300
d. Topi uskup
e. Pasir dan cement Portland
f. Tanah timbunan
16.3 Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum paving konblok dan kanstin dipasang tanah dipadatkan terlebih dahulu dan dileveling,
b. Setelah pemadatan lakukan pengurugan pasir lapis demi lapis dan bersamaan dengan pemadatan
pasir,
c. Setelah elevasi pasir sesuai dengan gambar dengan ketebalan urugan pasir 10 cm lakukan
pemasangan paving block dengan elevasi sesuai dengan gambar kerja,
d. Lakukan pengukuran untuk menentukan kesikuan dan kelusan dari nat paving yang akan dipasng
menggunakan benang,
e. Lakukan bowplank agar elevasi paving sama semua,
f. Pemasangan paving dikerjakan bertahap dengan pemasangan diratakan dengan dipukul
menggunakan palu kayu,
g. Setelah pemasangan selesai lakukan pengisian nat-nat paving menggunakan pasir halus hingga
terisi sempurna,
h. Siram menggunakan air agar pasir pada paving padat pada celah-celahnya,
i. Lakukan pemadatan dan perataan menggunakan mesin stempel paving hingga paving rata
sempurna.
j. Pasang plesteran sebagai dudukan untuk memasang kanstin, pastikan permukaan mempunyai
ketinggian yang sama dengan melakukan pengukuran menggunakan waterpass
k. Pemasangan kanstin menggunakan perekat plesteran dengan tebal 1-2 cm, dan permukaan
plesteran di finishing menggunakan acian semen hingga halus
17. PEKERJAAN PASANGAN
17.1. Pekerjaan Pasangan terdiri dari :
a. Pasangan pondasi batu belah 1pc : 5ps pondasi talud dan rolag
b. Pasangan 1 bata 1pc:5ps
c. Pasangan batu telor untuk umpak
17.2. Bahan
Pasir :
a. Pasir pasang dari butiran mineral keras, bersih, kadar lumpur maksimum 5% pasir harus tidak
mengadung zat organik dan angka kehalusan yang lolos ayakan 0.3 mm minimal 15%, untuk
pasir beton sesuai dengan ketentuan pasal 11 PUBI 1982.
b. Pasir yang digunakan adalah dari jenis pasir pasang, pasir spesi untuk pasangan bata harus
disaring dengan kasa 5 mm dipasang miring 50 derajat dari bidang tanah.
Air :
a. Air yang digunakan harus bersih tidak mengandung lumpur, minyak benda terapung yang bisa
dilihat secara visual, zat organik dan sebagainya.
Semen :
a. Peraturan semen portland Indonesia.
b. Semen PC yang digunakan adalah semen jenis I dengan standar mutu SII 0013-18, dan
memenuhi persyaratan kimia dan fisik sesuai tabel 1-1 dan 1-2 PUBI 1982.
Batu Bata :
a. Bermutu, matang, keras, ukuran-ukuran sama rata dan saling tegak lurus, tidak retak-retak
tidak mengandung batu dan tidak berlubang-lubang.
b. Penyedia Jasa Pemborongan harus menyerahkan sample daripada bata yang akan dipakai
untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas. Batu bata yang ternyata tidak memenuhi
syarat harus segera dikeluarkan dari area pekerjaan.
c. Bata merah harus berkualitas baik sesuai dengan SNI 15.2094.1991.
Ukuran
Panjang 22 cm
Lebar 11 cm (sesuai dengan ukuran di Yogyakarta)
Tebal 5 cm
d. Prosentase pecah pada batu bata merah untuk konstruksi pasangan maksimum 10%.
e. Bata merah yang digunakan adalah ukuran standart dengan toleransi sesuai tabel 27-1 dan
27-2 PUBI 1982 dan tabel 27-3 PUBI 1982 (tentang kuat tekan).
Batu Belah :
a. Batu kali harus memenuhi syarat-syarat sejenis batu hitam yang keras, liat, berat dan
berwarna kehitam-hitaman dan mempunyai muka lebih dari 3 sisi ukuran 20 cm.
b. Tidak ringan dan porous.
c. Bahan asal adalah batu besar yang kemudian dibelah/dipecah-pecah menjadi ukuran normal
menurut tata cara pekerjaan yang bersangkutan.
d. Memenuhi Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI-3-1970).
e. Batu-batu tersebut harus bersih dari zat-zat yang akan mengurangi kekuatan dan kelengketan
spesi.
Batu Telor :
a. Batu yang digunakan batu kali bulat/oval dengan diameter bulat/oval 5 cm,
b. Batu yang digunakan dengan rongga batu yang tidak besar (rongga/pori-pori kecil),
c. Batu berwarna abu-abu (tidak hitam),
d. Bebas lumpur dan debu.
17.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
Pasangan batu bata:
a. Pemasangan dinding pagar menggunakan pasangan bata 1 bata,
b. Perlengkapan untuk pengangkutan bata atau adukan harus sedemikian rupa sehingga tidak
merusak bata.
c. Setelah permukaan pagar lama disiapkan dengan baik, batu bata dipasang diatas adukan
setebal antara 1,5 - 2,5 cm.
d. Bata tidak boleh dipasang pada waktu hujan lama atau hujan besar, adukan yang hanyut
karena hujan harus segera disingkirkan.
e. Tidak diperkenankan berdiri diatas pekerjaan bata sebelum mengeras.
f. Bata harus dipasang dengan baik, rata, horizontal, dikerjakan dengan alat-alat pengukur datar
ataupun tegak ("lot", dsb), sambungan sama rata, sudut persegi, naad tegak tidak segaris
(silang) permukaan baik dan rata, "bergigi" (tiap sambungan saling menutup).
g. Pada penghentian-penghentian pasangan harus dipakai penggigian miring.
h. Jika setelah pekerjaan pemasangan ternyata ada bata yang menonjol atau tidak rata, maka
bagian-bagian ini harus dibongkar dan diperbaiki kembali atas biaya Penyedia Jasa
Pemborongan konstruksi.
i. Bata yang pecah dengan ukuran kurang dari setengah tidak dibenarkan untuk dipakai. Untuk
yang patah dua tidak boleh melebihi dari 5 % (lima persen).
j. Sebelum pemasangan, semua bata harus dibasahi dengan air bersih sampai kenyang, atau
direndam dalam air sehingga buih-buih hilang.
k. Sebelum dilakukan pemasangan bata pasang perpil-perpil untuk pengambilan kelurusan dan
tegak lurus pasangan bata.
l. Pasangan bata tiap harinya tidak boleh naik melebihi 1 m/hari.
m. Untuk pasangan batu bata merah dinding yang sudah tidak bisa dijangkau karena telah tinggi
dapat dipergunakan alat batu perancah/getek/BI.
n. Pasangan dinding harus secara continue dibasahi dengan air.
o. Pasangan batu bata merah dinding yang telah kering harus selalu disiram dengan air untuk
membantu proses dalam perekatan.
p. Adukan yang tumpah kebawah pada waktu pemasangan bata bekas dan yang sudah
ditinggalkan lebih dari 2 jam tidak boleh dipakai atau dicampurkan dengan yang baru.
q. Penguatan untuk pasangan bata dilakukan menurut kebutuhannya atau atas petunjuk-petunjuk
Konsultan Pengawas.
Pasangan batu belah :
a. Pasangan dinding saluran menggunakan pasangan batu belah dengan campuran 1pc : 5ps..
b. Celah-celah besar antara batu diisi dengan batu belah yang lebih kecil.
c. Batu yang digunakan adalah batu pecah dan bukan berupa batu bulat serta batu tidak boleh
porus. Dengan cara pemecahan batu dilakukan di luar alur/galian pondasi.
d. Batu-batu tersebut harus bersih dari zat-zat yang akan mengurangi kekuatan dan kelengketan
spesi.
e. Pemasangan batu harus ditata sedemikian rupa sehingga tidak akan ada rongga dan tidak
hanya ditumpuk dan dilapisi spesi, sehingga pada akhirnya akan mengurangi kekuatan daya
dukung pondasi.
Pasangan batu telor :
a. Sebelum melakukan pemasangan batu bidang kerja dinding pagar dibersihakan terlebih
dahulu.
b. Batu telor yang akan dipasang dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran dan lumpur.
c. Pemasangan menggunakan spesi plesteran 1pc : 3ps dengan ketebalan plesteran
menyesuaikan ketebalan batu telor dengan olesan acian semen.
d. Setelah pemasangan batu telor bersihkan batu telor (jangan sampai terdapat bekas plesteran
pada sisi terluar batu yang tidak terbenam plesteran.
e. Pembersihan menggunakan air hingga bersih dan sikat kawat.
f. Jika sudah terlanjur kering pada sisi terluar batu telor disikat hingga bekas plesteran hilang.
Pasangan pavingblock :
a. Sirtu di bawah paving block dihamparkan dengan ketebalan 10 cm, harus dipadatkan hingga
mencapai kepadatan kering 95% dan permukaan terlihat rata.
b. Pasir urug dihamparkan di atas sirtu dan di bawah paving block dengan ketebalan 5 cm,
dipadatkan hingga permukaan terlihat rata.
c. Pemasangan paving block sedemikian rupa sehingga saling mengunci dan stabil.
d. Permukaan paving block harus rata betul dengan kemiringan maksimal 1%. Arah kemiringan
permukaan akan ditentukan di lapangan dan harus sedemikian rupa hingga air permukaan
dapat mengalir dengan lancar ke arah drainase di sekitarnya.
Tanggulan pembatas pohon :
a. Tanggulan terbuat dari pasangan setengah bata dilapis plester dan acian.
b. Diameter tanggulan pembatas pohon dibuat sama besar dengan diameter lubang 1 meter
untuk setiap pohon.
18. PEKERJAAN PLESTERAN
18.1 Pekerjaan Plesteran terdiri dari :
a. Plesteran rolag pasangan pondasi
b. Acian dinding
c. Sponengan sudut
d. Plesteran ban-banan
18.2 Pekerjaan Plesteran dengan proporsi campuran :
a. Plesteran kanstin 1pc : 3ps.
b. Pekerjaan sponengan sudut saluran dengan 1pc : 3ps,
c. Plesteran dan acian rabat beton dengan motif alur.
d. Acian dikerjakan dengan semen.
e. Seluruh pekerjaan Plesteran dan Acian harus sesuai dengan syarat dalam PUBB - NI 2-1971, NI
3-1970, dan NI 8-1974
18.3 Bahan
a. Semen portland (PC) yang digunakan adalah semen jenis I dengan standar mutu SII 0013-81
dan sesuai dengan SNI 15.2049.1994.
b. Pasir yang digunakan adalah dari jenis pasir pasang.
c. Pasir untuk plesteran sebelum diaduk terlebih dahulu harus diayak (maksimal 3 mm x 3 mm).
18.4 Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pasangan batu belah harus dibersihkan dari segala kotoran dan spesi yang melebihi bata, dan
sebelum diplester disiram air terlebih dahulu.
b. Plesteran harus selalu dibasahi/disiram merata hingga selalu lembab sampai pasangan
plesteran menjadi kuat.
c. Acian yang sudah jadi harus dirawat atau dijaga proses pengeringannya agar tidak mendadak
pengeringannya, dengan cara menyiram air sedikit demi sedikit.
d. Bidang-bidang yang telah selesai diplester harus segera dikontrol dengan mistar (stall
alumunium) yang panjangnya tidak boleh kurang dari 200 cm.
e. Sebelum beton diplester harus dibersihkan terlebih dahulu permukaannya kemudian dikasarkan
dengan kaprotan 1pc : 3ps.
f. Sebelum permukaan diaci terlebih dahulu disiram air dan digosok dengan raskam agar
permukaan mudah dilapisi,
g. Pekerjaan acian dilakukan dengan PC setipis mungkin, rata dan rapi. Pekerjaan acian dilakukan
dengan raskam kayu sehingga permukaan rata dan halus.
h. Pada dinding pertemuan siku plesteran tegak lurus agar bidang sponeng dapat tegak lurus
dengan campuran 1pc : 2ps, menggunakan dua bidang mistar yang lurus.
i. Diwajibkan kepada Penyedia Jasa Pemborongan, jika terdapat macam plesteran yang belum
tercantum dalam RKS dan gambar yang dianggap meragukan untuk dimintakan petunjuk dan
penjelasannya kepada Pemberi Tugas /Konsultan Perencana.
19. PEKERJAAN BETON DAN BETON BERTULANG
19.1. Pekerjaan ini meliputi, pekerjaan jembatan penghubung, fondasi tiang kanopi, dan pekerjaan lain
yang disebutkan dalam pekerjaan ini.
19.2. Beton campuran Mix Design terdiri dari campuran semen, air, dan Agregat (pasir dan split). Tidak
boleh ada material lain yang diijinkan kecuali dengan persetujuan Konsultan Perencana, pemberi
tugas. Setelah beton mengeras, maka harus diperoleh suatu material yang rapat, padat dan awet
yang akan mempunyai beton karakteristik sesuai spesifikasi.
19.3. Bahan Beton.
a. Semen Portland (PC).
Semen portland (PC) yang digunakan adalah semen jenis I dengan standar mutu SII 0013-81 dan
sesuai dengan SNI 15.2049.1994 serta memenuhi persyaratan kimia dan fisik sesuai tabel 1-1
dan 1-2 PUBI tahun 1982, Peraturan Semen Portland Indonesia (NI.-72), Peraturan Beton
Bertulang Indonesia SKSNI T-15-1991-03.
Semen harus sampai di tempat kerja dalam kondisi baik serta dalam kantong-kantong semen
asli dari pabrik.
Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak diperkenankan
menggunakan bermacam-macam jenis/ merk semen untuk suatu konstruksi/ struktur yang
sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih disegel
dan tidak pecah. Semua semen disimpan didalam gudang yang tertutup dan terlindungi dari
kerusakan-kerusakan.
Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air, berventilasi baik, di atas lantai setinggi 30
cm. Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.
b. Agregat (pasir, split atau batu pecah).
Agregat halus dan kasar dipakai agregat alami atau buatan. Agregat tidak boleh mengandung
bahan yang dapat merusak beton dan ketahanan tulangan terhadap karatan.
Agregat kasar berupa koral yang diperoleh dari pemecah batu, dipakai ukuran 3/4 cm, agregat
kasar harus keras dan tidak berpori dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI.3-1956)
Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( SKSNI T-15-1991-03 )
Tidak mudah hancur ( tetap keras ), tidak porous, dan mempunyai sudut yang tajam.
Bebas dari tanah/ tanah liat ( tidak bercampur dengan kotoran-kotoran lain)
Gradasi dari aggregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang
baik, padatan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi
campuran yang akan dipakai.
Pemberi Tugas dapat meminta kepada Penyedia barang/ jasa Penyedia Barang/ Jasaan untuk
mengadakan test kualitas dari aggregat tersebut dari tempat penimbunan.
c. Besi Tulangan.
Besi tulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa, sehingga bebas dari
hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah.
d. Bendrat.
Bendrat atau kawat pengikat harus berukuran minimal 1 mm, kualitas baik dan tidak berkarat
e. Air.
Air untuk campuran dan untuk pemeliharaan beton harus dari air bersih dan tidak mengandung
zat-zat yang dapat merusak mutu beton.
19.4. Mutu Beton Bertulang
Mutu beton yang disyaratkan Perbandingan dari berbagai adukan (specie) diberikan sesuai mix
design dengan cara trial mix sehingga memenuhi K-250 dan mendapat persetujuan Pemberi Tugas.
Untuk beton non struktur dilakukan secara manual dengan campuran 1pc: 2ps: 3kr.
19.5. Cetakan Beton.
a. Begesting harus cukup kuat, menggunakan kayu kalimantan klas III atau kayu tahun lokal yang
baik dan tidak bocor (kedap air), apabila menggunakan papan ukuran minimal 2 x 15 cm.
b. Kayu steger dengan diameter minimal 7,5 cm, jarak pemasangan maximal 50 cm, konstruksi
cetakan beton tidak boleh menggunakan bambu.
c. Pemasangan begesting dan steger harus benar dan kokoh, sehingga dimensi dan peil sesuai
dengan dimaksud.
19.6. Pembesian.
a. Pekerjaan besi beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan gambar bestek dan peraturan yang
berlaku.
b. Pembengkokan tulangan harus dilaksanakan pada kondisi dingin, dengan panjang kait dan
panjang penyaluran tegangan sesuai ketentuan.
c. Perkuatan antar besi tulangan, menggunakan kawat beton (bendrat), ikatan harus kuat dan
kokoh.
19.7. Beton Deking.
Beton deking harus dibuat khusus dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Beton deking dari campuran 1pc : 3ps
b. Ukuran tebal beton deking, menyesuaikan ketentuan yang ada sedang panjang/lebarnya kurang
lebih 2,5 x 2,5 cm.
c. Tiap beton deking supaya diberi kawat beton untuk dapat diikatkan dengan besi tulangan,
sehingga posisi beton deking terjamin ketepatannya.
d. Beton deking supaya dipasang secukupnya, sehingga menjamin ketebalan selimut beton.
19.8. Campuran Beton
a. Campuran beton dibuat dengan perkiraan perbandingan volume, dengan macam campuran 1pc
: 2ps : 3splt untuk foot plat, sloof, kolom, ring balok, tahu beton (acuan selimut beton)
b. Kekentalan
Banyaknya air untuk campuran beton harus ditentukan sedemikian rupa sehingga tercapai sifat
mudah dikerjakan sesuai dengan penggunaannya. Untuk mencegah terjadinya air pada
campuran beton berlebihan atau kurang, nilai slump harus berada dalam batasan yang
disyaratkan PBI-1971 seperti tabel di bawah ini :
No. Macam Pekerjaan Pemerosotan (slump)
Maximum (cm) Minimum (cm)
1.
2.
Footplate umpak kolom
Plat beton penutup saluran
10
10
8
8
Pekerjaan Beton yang tidak memenuhi persyaratan slump tidak boleh digunakan dalam pekerjaan.
19.9. Perancah dan Begesting
a. Perancah harus memakai bahan kayu yang bermutu baik, kayu harus memenuhi peraturan
konstruksi Kayu Indonesia (PKKI – 1961) dan disetujui Pemberi Tugas /Direksi.
b. Jarak Steger/Perancah maximum 40 cm serta diberi kayu pengaku antar perancah.
c. Ketinggian perancah/steger sesuai dengan konstruksi gambar rencana.
d. Pekerjaan begesting memakai kayu yang kuat, rapi dan kaku, sehingga setelah dibongkar
memberikan bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalus.
e. Untuk pekerjaan kolom, balok, plat papan begesting dilapisi dengan triplek agar produk beton
menjadi beton expose.
f. Sebelum pengecoran, sisi dalam dari begesting harus disiram dengan air dan bebas dari kotoran
atau benda – benda yang tidak diperlukan.
g. Pemberi Tugas dan Tim Pengelola Teknis Kegiatan (TPTK) harus mengecek perancah dan
begesting sebelum dilaksanakan pengecoran.
19.10. Pengadukan
Pengadukan semua beton harus dilaksanakan dengan mesin pengaduk beton (Beton Molen) dan
Ready Mix. Site mix dilakukan untuk fondasi tiang kanopi. Jika volume mencukupi dan dalam waktu
bersamaan dapat menggunkaan Ready Mix.
19.11. Pengecoran
a. Sebelum dilaksanakan pengecoran beton, Pemberi Tugas harus mengecek/mengontrol :
1) Begesting dan Steger
2) Kesiapan pelaksanaan meliputi :
a) Alat Pengaduk Beton (Molen)
b) Alat pengangkut
c) Tenaga Kerja
d) Kesiapan Bahan – Bahan yang digunakan
b. Sebelum pengecoran kebersihan cetakan beton dan kebenaran serta ketepatan pemasangan
besi beton harus diperhatikan sebaik-baiknya.
c. Celah-celah antara papan harus cukup rapat sehingga pada waktu pengecoran tidak ada air
adukan yang keluar.
19.12. Pembongkaran Acuan dan Perancah
a. Pembongkaran acuan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan PBI 1971 pasal 5 dan SK-
SNI 1991.
b. Pembongkaran acuan dan perancah minimal beton tersebut dapat memikul beban sendiri
(selama 28 hari)
c. Pembongkaran begesting harus hati – hati supaya sisi sudut tajam tidak rusak.
19.13. Perawatan/pemeliharaan Beton
a. Pemeliharaan beton dilakukan setelah dilakukan pengecoran dalam pengeringannya harus
dibasahi air atau goni yang basah.
b. Mempersiapkan dari pengaruh sinar matahari sehingga tidak terjadi penguapan / pengeringan
yang terlalu cepat.
c. Mempersiapkan perlindungan beton yang baru dicor dari kemungkinan datangnya hujan.
d. Membasahi atau merendam plat lantai secara terus menerus minimal 14 Hari.
19.14. Baja Tulangan
a. Uraian
Pekerjaan yang menyangkut Baja Tulangan yaitu Berupa penyediaan, pemotongan,
pembengkokan dan pemasangan batang – batang baja untuk tulangan beton.
Kelas mutu baja tulangan untuk pekerjaan ini memakai baja tulangan BJTP-24 dan BJTD-40.
b. Syarat – syarat pelaksanaan :
1) Pembengkokan
a) Potongan batang pada tulangan pokok harus dibengkokan paling sedikit 5 (lima) kali
diameter
b) Baugel harus dibengkokan menurut pbi 1971
c) Tidak diijinkan membengkokan dalam begesting.
2) Pemasangan / Penyetelan
a) Baja tulangan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana baik kebutuhan
tulangan maupun diameter.
b) Baja Tulangan pokok harus dikat dengan sengkang / begel yang jarak dan diameter
disesuaikan dengan gambar rencana.
3) Jarak Tulangan
a) Jarak antara tulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari diameter batang atau
ukuran maximum agregat ditambah 1 cm,dengan minimum 3 cm.
b) Jika tulangan pada balok terdiri lebih dari satu lapis batang, maka jarak tulangan
pada lapis atas harus tepat diletakan diatasnya dengan jarak vertikal minimum 2,5
cm.
4) Sambungan
a) Jika tidak perlu, batang – batang tulangan jangan dipotong dan harus ditempatkan
pada seluruh panjangnya.
b) Hindari sambungan batang – batang pada tegangan maximum ( daerah tarik )
c) Bila keadan harus disambung, maka potongan harus dilewatkan ( sambungan
lewatan tulangan ) sesuai dengan peraturan – peraturan dalam PBI 1971.
d) Sambungan – sambungan harus diikat dengan aman pada dua tempat.
Untuk mengetahui mutu dan tegangan luluh karakteristik baja, rekanan harus mengambil beberapa
sampel untuk tes / pengujian mutu baja.
19.15. Ukuran atau Dimensi Beton dan Penulangan Beton :
a. Ukuran/dimensi beton dalam perhitungan adalah ukuran cetak.
b. Dimensi beton dan tulangan harus sesuai dengan yang tercantum dalam gambar bestek.
c. Dimensi dan Penulangan Beton sesuai yang tercantum dalam gambar rencana kerja.
d. Pekerjaan beton bertulang antara lain pembuatan footplate, kolom, sloof dan ring balk.
e. Keretakan atau kerusakan beton yang diakibatkan oleh tidak baiknya pelaksanaan dan
kurangnya pemeliharaan beton merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa Pemborongan.
19.16. Pekerjaan yang dikerjakan : a. Pembuatan umpak beton dan kolom pedestal, b. Pembuatan plat penutup saluran air hujan tebal 10 cm
20. PEKERJAAN BESI
20.1 Macam pekerjaan: a. Pemasangan angkur besi b. Pemasangan tiang kolom pipa galvanis dia. 3" med. A c. Pemasangan kuda-kuda pipa galvanis dia. 2" med. A d. Pemasangan web-web pengaku kuda-kuda pipa galvanis dia. 1" med. A e. Pemasangan gording pipa besi galvanis dia. 2" med. A f. Pemasangan penutup polikarbonat g. Pamasangan plat pendes tebal 6 mm h. Pemasangan plat besi konsol tebal 6 mm i. Pemasangan trekstang dia. 12 mm j. Pemasangan besi penggantung atap dia. 10 mm k. Pemasangan roofmesh M 5 ulir l. Pemasangan tutup pipa besi tebal 2 mm m. Pemasangan skur kaki plat besi tebal 6 mm n. Pemasangan railing jembtan stainless steel 3”
20.2 Bahan yang digunakan a. Angkur besi polos dia. 12 mm b. Pipa besi galvanis dia. 3", 2", med. A
c. Plat besi esyer tebal 6 mm d. Trekstang dia. 12 mm
e. Roofmesh M 5 ulir
f. Pipa stainless steel 3”
20.3 Syarat-syarat pelaksanaan
a. Pekerjaan harus bertaraf klas satu, semua pekerjaan ini harus diselesaikan bebas dari
puntiran, tekanan dan hubungan terbuka. Semua bagian harus mempunyai hubungan ukuran
yang tepat sehingga dalam memasang tidak akan memerlukan pengisian kecuali bila gambar
detail menunjukkan hal tersebut.
b. Semua detail dan hubungan harus dibuat secara teliti dan dipasang dengan hati-hati untuk
menghasilkan tampak yang rapi sekali. Semua perlengkapan atau barang-barang/ pekerjaan
lain yang perlu demi kesempurnaan pemasangan walapun tidak secara khusus diperlihatkan
dalam gambar atau persyaratan disini, harus diharus diadakan/ disediakan, kecuali jika
diperlihatkan atau persyaratan lain.
c. Penyedia Barang/ Jasa harus mengambil ukuran-ukuran sesungguhnya ditempat pekerjaan
dan tidak hanya dari gambar-gambar karja untuk memasang pada tempatnya, terutama pada
bagian yang terhalang oleh benda lain.
d. Pemasangan harus dilakukan dengan toleransi yang diijinkan dalam standar yang telah
disetujui, bila toleransi tidak tercantum maka perlu dikonsultasikan kepada pihak terkait yaitu
konsultan perencana ataupun konsultan pengawas.
20.4 Penyambungan dan Pemasangan
. Penyambungan dan pemasangan menggunakan sistem las dan dilakukan dengan seksama
dan kokoh.
a. Pengelasan harus dilaksanakan dengan hati-hati, dikarenakan logam atau besi lama
yang digunakani mengelas harus bebas dari retak dan lain-lain, cacat yang mengurangi
kekuatan sambungan dan permukaannya harus halus. Permukaan-permukaan yang dilas
harus sama dan rata serta kelihatan teratur, las-las yang menunjukkan cacat harus dipotong
dan dilas kembali atas biaya Penyedia Barang/ Jasa.
b. Pekerjaan las dapat dilakukan di bengkel/di lokasi pekerjaan, untuk pekerjaan las yang
dilakukan di lapangan harus sama standardnya dengan pekerjaan las yang dilakukan
dibengkel, dan tidak diperkenankan melakukan pekerjaan las dalam keadaan basah atau
hujan. Untuk penyambungan las lumer permukaan yang akan dilas harus bebas dari kotoran
minyak, cat dan lain-lain
c. Cara pengelasan harus dilakukan menurut persyaratan yang berlaku atau disetujui oleh
Konsultan Pengawas, Las yang dipakai yaitu las sudut dan las tumpul, mutu las minimal
harus sama dengan mutu dari profil yang bersangkutan. Pekerjaan pengelasan yang tampak
harus dilakukan sehingga sama dengan permukaan sekitarnya.
d. Pengelasan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan sistem pengelasan
penuh setiap penyambungan antara batang dengan batang.
20.5 Macam las yang dipakai adalah las lumer (las dengan busur listrik)
a. Tebal las minimum : 3,50 mm
b. Panjang las minimum : 150 mm
c. Panjang las maximum : 40 x tebalnya.
d. Kekuatan dari bahan las yang dipakai, paling kecil sama dengan kekuatan baja yang
dipakai. Kelas E 60 atau grade SAW-1 sesuai ASTM-A 233. Konsultan Pengawas berhak
mengadakan test terhadap pengelasan di Balai Penelitian bahan-bahan menurut standard
yang berlaku di Indonesia.
20.6 Pemasangan ditempat Pembangunan
Penyedia Barang/Jasa berkewajiban untuk menjaga agar lapangan yang dipakai untuk menupuk
barang-barang yang telah diserahkan kepadanya tetap baik keadaannya dan jika perlu untuk
menyokong bagian-bagian konstruksi yang harus diangkut diberikan penutup, sandart-sandart
dan sebagainya. Bila oleh Konsultan Pengawas dianggap terlalu lama jangka waktu antara
saat pengangkut bagian-bagian yang tertumpuk maka akan diberikan peringatan.
20.7 Memotong dan menyelesaikan penggiran-pinggiran bekas irisan serta merapikan potongan-
potongan dan lainnya. Bagian-bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersiih. a. Meluruskan, memadatkan dan melengkungkan.
b. Melengkung dalam keadaan dingin hanya boleh dilakukan pada bagian-bagian non
struktur.
c. Untuk melengkungkan harus digunakan gilingan-gilingan lengkung.
d. Melengkungkan batang-batang menurut jari-jari yang kecil dilakukan dalam keadaan
panas.
e. Melengkungkan dalam keadaan panas harus dilakukan setelah bahannya menjadi
merah tua.
f. Melengkungkan dan memukul dengan martil tidak boleh dilakukan jika bahan yang dipanaskan
tidak menyinarkan cahaya. 20.8 Syarat Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan dilaksanakan terlebih dahulu pengukuran pada lokasi pekerjaan,
pengukuran harus disesuiakan dengan gambar kerja.
b. Pekerjaan dimulai dengan pembuatan mal terlebih dahulu untuk rangka atap sesuai dengan
gambar kerja.
c. Pemotongan semua besi sesuai dengan ukuran, pemotongan besi menggunakan pemotongan
model coak.
d. Sebelum dilas lakukan pengerindaan untuk membersihkan kulit kerak bekas pemotongan.
e. Penyambungan las dikerjakan dengan lasa penuh keliling pipa,
f. Pada saat pengelasan jangan dilakukan dengan sistem ditempat (atau pengelasan lama dapat
menyebabkan pipa berlubang),
g. Kotoran bekas las yang tidak rata atau berbintik-bintik akibat pembakaran las dilakukan
pegerindaan sampai rata dan bersig dari kulit kerak penlasan, jika terjadi lubang harus
dilakukan pendempulan sampai rata dengan menggunakan dempul besi sekualitas ISAMU,
lalu dilakukan pengamplasan pada bagian yang di dempul.
h. Angkur beton dipasang pada umpak dengan maal plat besi untuk menyesuaikan jarak antar
angkur pada saat pengecoran umpak beton,
i. Plat plandes yang akan di bor lakukan pengemalan dengan kondisi umpak yang telah ditanam
angkur beton,
j. Pemasangan kolom disatukan dengan plat plendes 6 mm dengan dipasang skur 4 sisi
sesuaikan dengan gambar,
k. Rangka atap dirakit terlebih dahulu, untuk penyatuan dengan kolom di lokasi pekerjaan
bersamaan dengan Uitzet,
l. Setelah dipasang lakukan penyambungan gording menggunakan pipa besi galvanis dia . 2 "
med. A sek. ISTW, Spindo, Krakatau Steel, Master,
m. Lapisan atas atap pasang roofmesh M 5 dengan rapi pada sisi tepi dilas dengan rangka,
n. Pada lapisan bawah dipasang polycarbonate sek. Twinlite / Lexan pada sisi tepi diberi U
alumunium pada sambungan diberi H alumunium.
o. Pada sambungan diberi sealent agar air tidak merembes.
21. PEKERJAAN LANTAI
21.1 Persyaratan.
a. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, pemborong diwajibkan mengadakan pengecekan terhadap
peil lantai dan kemiringannya.
b. Diantara setiap lapisan diberi tenggang waktu sehari untuk curing dengan penyiraman air.
c. Pekerjaan dan bahan-bahan untuk hal ini terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dahulu
dari Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas/Tim Pelaksanaan Teknis Kegiatan (TPTK).
21.2 Pelaksanaan
a. Di bawah lantai dipasang rabat beton 1Pc : 3Ps : 5Kr
b. Khusus utara gedung fakultas geologi tanpa rabat beton hanya spesi dibawah keramik dengan
ketebalan 3 cm.
c. Tegel keramik dipasang diatas plesteran dengan campuran 1pc:4ps.
d. Pemasangan tegel harus benar-benar rata dan datar, nat-natnya teratur rapi.
e. Setelah pemasangan tegel mengeras, kemudian dicuci dengan air dan nat-natnya diisi
dengan bubuk semen.
f. Pekerjaan pemasangan tegel yang telah selesai harus digosok dan dibersihkan dengan baik
g. Pekerjaan dan bahan-bahan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas
melalui Pengawas.
21.3 Bahan
a. Guiding Block
1) Ukuran : 30 x 30 cm
2) Dipakai : Lantai pedestrian bagian tengah
b. Keramik Rocktile
1) Ukuran : 30 x 30 cm
2) Dipakai : Lantai pedestrian bagian samping
c. Paving block dan Pengunci block
1) Ukuran : T8, K-300
2) Dipakai : Parkir Timur
c. Batu sikat
1) Ukuran : dia. 1-2 cm
2) Warna : -
3) Kualitas : -
4) Dipakai : penyekat antar kolom
21.4 Syarat Pelaksanaan
a. Lantai yang akan dipasang tegel terlebih dahulu tanahnya harus dipadatkan, kemudian diurug
dengan pasir urug sesuai dengan gambar bestek agar pasangannya tidak turun/ retak sewaktu
menerima beban diatasnya.
b. Sebelum pemasangan tegel dasar dari rabat beton campuran 1pc : 3ps : 5kr.
c. Sewaktu tegel dipasang permukaan tegel bagian bawah harus terisi padat dengan adukan.
d. Pola pemasangan tegel disesuaikan dengan gambar, demikian juga pengambilan as
pemasangan.
e. Naat tegel diisi dengan bahan semen tertentu yang tahan asam, basa dan kadap air. warna
perekat naat ini disesuaikan dengan warna keramik atau ditentukan oleh Pemberi Tugas
melalui Konsultant Pengawas.
f. Pengisian/pengecoran naat dilakukan paling cepat 24 jam setelah tegel dipasang.
g. Sewaktu pengisian naat ini tegel harus sudah benar-benar melekat dengan kuat pada lantai.
h. Sebelum diisi, celah-celah naat ini harus dibersihkan terlebih dahulu dari debu dan kotoran
lain.
i. Usahakan agar permukaan tegel yang sudah terpasang tidak terkena adukan/air semen.
j. Kotoran semen dan lain-lain yang menempel dipermukaan tegel pada waktu pengecoran naat
harus segera dibersihkan sebelum mengering/mengeras.
k. Bila pemasangan telah selesai seluruhnya, maka lantai harus di lap/ disapu sehingga bersih.
l. Permukaan lantai yang sudah terpasang, hasilnya harus rapi baik, tidak miring tidak
bergelombang, terpasang dengan kuat.
m. Bila masih diperlukan, tegel harus dibersihkan dengan lap basah atau dengan bahan-bahan
pembersih lunak yang ada dipasaran.
n. Untuk menghilangkan kotoran yang sukar dilepas, dapat digunakan sikat baja atau bahan
pembersih khusus, disesuaikan dengan jenis kotoran.
o. Pada bagian-bagian yang memerlukan pemotongan harus dilakukan dengan menggunakan mesin pemotong.
p. Finishing rabat beton menggunakan plesteran finishing alur dengan jarak alur 1-2 cm melintang agar tidak menyebabkan licin,
q. Rabat beton diberi tali air setiap jarak 1 m dengan lubang tali air 2 cm sampai menembus pasir untuk mencaga resapan pada lantai,
r. sisi tepi rabat beton difinishing aci halus dan rata agar pingulan tepi rabat bisa berbentuk sponengan.
22. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
22.1. Persyaratan umum
a. Pekerjaan yang harus dilaksanakan meliputi pemasangan instalasi penerangan, pemasangan
lampu, penyambungan daya dengan penerangan jalan.
b. Menyediakan peralatan serta material yang diperlukan baik yang tercantum dalam gambar atau
tidak, yang secara umum perlu untuk instalasi yang baik dan memenuhi persyaratan instalasi
listrik.
c. Pelaksanaan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh insiyur yang mempunyai Surat Pengakuan
(PAS) golongan B dari PLN.
d. Penyedia Jasa Pemborongan harus menggunakan dan menunjuk/dengan surat tugas kepada
instalir yang telah mempunyai Surat Ijin Kerja (SIKA) dan Surat Pengesahan Instalasi Listrik
(SPIL), serta telah mendapat persetujuan Pemimpin Kegiatandengan menunjuk-kan surat tugas.
Instalatir wajib membuat Gambar Rencana rangkap 3 (tiga) dan diajukan kepada Konsultan
Pengawas terlebih dahulu.
e. Pelaksanaan Instalasi Listrik yang memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku seperti :
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
22.2. Ruang Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan, tenaga pengetesan dari semua peralatan yang telah disebut dalam
spesifikasi ini, pengadaan dan pemasangan dari peralatan atau material seperti spesifikasi yang
disebutkan. Adapun pekerjaan yang dilaksanakan antara lain:
a. Pemasangan instalasi penerangan,
b. Pemasangan lampu,
c. Penyambungan daya dengan lampu jalan,
22.3. Bahan/Material:
a. Semua material/bahan yang akan digunakan/dipasang harus dari jenis bahan yang berkualtias
terbaik dan dalam keadaan baru, sesuai dengan mutu dan standart yang berlaku nasional.
b. Seluruh peralatan yang harus disuplay dalam pekerjaan ini harus direncanakan untuk bekerja
pada tegangan tinggi 220 volt dan 1 phase.
c. Kabel dan pipa
1) Kabel dan Bus Bar.
a) Hantaran untuk penghubung antara MDP ke lamou jalan digunakan kabel jenis NYY sesuai
dengan ukuran yang tercantum dalam gambar rencana kabel NYY.
b) Hantaran ke titik penerangan dan stop kontak dalam bangunan, menggunakan kabel jenis
NYM yang dilindungi dengan pipa PVC dan ditarik melalui cabel tray dengan ukuran
disesuaikan dengan kebutuhannya. sedangkan ukuran pipa minimal 20 mm dari klas AW
merk Wavin.
c) Kabel cabang dari panel (Branch Circuit) untuk lampu-lampu adalah tipe “NYA”.
d) Bus bar adalah dari bahan tembaga.
e) Kabel antar sekering dari tipe “NYY” (untuk dalam tanah).
f) Kabel yang dipasang harus memenuhi standart PLN (SPLN) dan PUIL.
g) Kabel untuk Lin (Phase, Netral, Arde) menggunakan minimal 2,5 mm2.
h) Semua tarikan kabel harus tidak ada sambungan
i) Kabel atau hantaran dari merk Supreme, kabel metal atau Kabelindo.
j) Kabel tanam menggunakan kabel NYFGBY 3x2,5 sqm².
2) Pemipaan.
a) Saluran kabel berupa pipa berukuran minimal 5/8” dan jumlah kabel di dalamnya
disesuaikan dengan peraturan dari PUIL.
b) Lekukan atau belokan harus dengan radius besar 3 kali diameter pipa dan harus rata.
c) Pipa dan bahan pralon ex. clipsal termasuk pipa yang dipasang di luar bangunan.
d) Semua pipa diklem dengan rangka atap menggunakan kabel tiss,
e) Setiap belokan pipa mengguanakan knee sek. clipsal.
3) Pemasangan Kabel.
a) Radius lengkungan kabel utama harus sesuai dengan rekomendasi Pabrik/Pem-buatnya.
b) Setiap feeder yang menembus tembok harus diberi selubung.
c) Kabel (feeder) yang ditanam dalam tanah/lantai harus diberi pelindung, letak dan
kedalaman harus sesuai dengan standart yang berlaku.
d) Setiap penyambungan kabel harus menggunakan sepatu kabel (cable plugs) sesuai
dengan ukuran kabel yang akan disambung kemudian dipatri atau dipres, sambungan dan
taps diberi isolasi dengan baik.
4) Pemasangan lampu dan fetting.
a) Fetting yang digunakan sekualitas Phillips dengan tabung (sesuaikan dengan pedestrian
yang sudah ada).
b) Lampu yang digunakan lampu sl. daya 18 watt
c) Setiap lampu diberi pengaman atau jaring-jaring fiting (teralis fitting menggunakan besi
waremesh.
5) Kotak Sambung
a) Kotak-kotak sambung harus digunakan dari jenis Dora-doos yang berkwalitas baik cocok
untuk keperluan tersebut
b) Pada ujung-ujung hantaran yang akan disambungkan pada titik penerangan atau yang
akan disambungkan kepada peralatan atau titik penerangan harus dilengkapi dengan kotak
sambungan dengan ujung yang mempunyai sambungan klem baut.
c) Semua sambungan hantaran dengan hantaran harus dilaksanakan dengan menggunakan
klem baut dan harus terlindung dengan bahan isolasi dari sentuhan yang mungkin timbul.
d) Sambungan antar hantaran dengan menggunakan rel-rel dari panel selama tidak
menggunakan klem baut, pada ujung hantaran harus dipasang sepatu-sepatu hantaran
yang berkapasitas sama dengan hantarannya dan disolder penuh pada hantarannya.
6) Sistem Pemasangan.
Pemasangan instalasi listrik didasarkan atas tegangan 220/380 volt, semua lampu yang
dipasang dengan tegangan 220 volt.
22.4. Pengujian.
a. Pengujian Tahanan Isolasi.
1) Kabel Feeder, kabel antar Panel dan instalasi akhir harus diuji tahanan Isolasinya sampai
dinyatakan baik.
2) Pengujian tahanan isolasi harus disaksikan oleh Pengawas.
3) Pengujian dilakukan berulang kali, untuk setiap group yang ada pada masing-masing panel.
4) Hasil minimal yang diijinkan adalah 25 mega ohm.
b. Pengujian tahanan sebaran tanah.
1) Pengujian dilakukan oleh Penyedia jasa konstruksi dengan disaksikan oleh pengawas dan
Dinas Keselamatan Kerja Depnaker setempat dan harus mendapat pengesahan dari
Depnaker
2) Pengujian untuk sebaran tanah dapat digunakan dengan alat uji tahanan sebaran tanah
elektronik
3) Tahanan sebaran tanah untuk arde semua panel maksimum 5 ohm
c. Pengujian dimasuki Tegangan.
Setelah pengujian pada a. dan b. dinyatakan baik Intalasi baru dapat diuji dimasuki tegangan.
Dalam pengujian dimasuki tegangan yang perlu diuji ialah:
1) Keadaan instalasi lampu-lampu dan peralatan pengaman selama 3 x 24 jam harus sudah
bekerja dengan baik.
2) Saklar-saklar dapat berfungsi untuk mematikan dan menghidupkan serta tidak terjadi panas
yang berlebihan.
3) MCCB dan MCB dapat bekerja dengan baik dan tidak terjadi panas yang berlebihan.
4) Lampu-lampu, dapat menyala , stop kontak ada tegangan listriknya.
5) Kotak-kotak sambung melekat dengan erat tidak terjadi los kontak.
Pengujian tersebut harus didata (disusun) dengan baik dan dibuatkan Berita Acaranya.
Bila pengujian tersebut dimasuki tegangan dan menggunakan listrik dari PLN/ milik proyek/user,
Penyedia jasa konstruksi wajib dibebani biaya pengganti pemakaian listrik setelah ada ijin dari
Pemberi Tugas.
d. Hasil yang tidak baik.
2) Bila didapat hasil pengujian yang tidak memenuhi persyaratan, Penyedia jasa konstruksi
harus segera memperbaiki.
3) Pengawas berhak memerintahkan kepada Penyedia jasa konstruksi untuk membongkar
pekerjaannya bila hasil uji tidak memenuhi persyaratan karena kecerobohan pekerja
Penyedia jasa konstruksi .
4) Setelah diadakan perbaikan dan dianggap sudah memenuhi persyaratan oleh Konsultan
Pengawas, pengujian dapat diulangi atas tanggungan biaya Penyedia barang jasa
konstruksi.
Pengujian harus dilakukan sampai mendapat hasil sesuai dengan pasal-pasal diatas.
23. PEKERJAAN CAT-CATAN
23.1. Persyaratan :
a. Pekerjaan pengecatan baru boleh dilakukan setelah :
1) Pipa besi bersih dari minyak dan karat.
2) Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh tenaga-tenaga dimana cat tersebut
diproduksi atau tenaga ahli mengecat dengan Pengawasan / petunjuk dari pabrik cat
tersebut.
3) Sesuai dengan ketentuan dalam NI-3 dan NI-4.
4) Cat yang akan dipergunakan berada dalam kaleng-kaleng yang masih disegel, tidak
pecah/bocor dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
5) Kontraktor utama bertanggungjawab bahwa warna-warna dan bahan adalah tidak palsu
dan sesuai dengan persetujuan Pemberi Tugas.
23.2. Bahan
a. Pengertian cat disini meliputi emulsi, enamel, vernis, sealer cement emulsion filler dan pelapis-
pelapis lain yang dipakai sebagai cat dasar, cat perantara dan cat akhir.
b. Cat pigmen harus dimasukkan dalam kaleng, dimana tertera nama perusahaan pembuat,
petunjuk pemakaian, formula, warna, nomor seri dan tanggal pembuatannya.
c. Semua cat yang akan dipakai harus mendapat persetujuan Pengelola Teknis dan Konsultan
Perencana, warna cat akan ditentukan kemudian.
e. Bahan pengencer digunakan dari produksi pabrik yang sama dengan bahan yang diencerkan.
23.3. Macam Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi :
a. Cat pipa besi Galvanis
b. Meni pipa besi
23.4. Syarat-syarat pelaksanaan
a. Dempul Besi
Sambungan besi setelah dilas dioles dempul besi hingga rata dan tidak terlihat berlubang atau tidak
rata, kemudian diamplas hingga halus.
b. Zinkchroomate :
Zinkchroomate dikerjakan sebelum dilakukan pencatan.
Sebelum zinkchromate, permukaan baja dibersihkan menggunakan sikat kawat baja untuk
menghilangkan kerak namun lapisan baja tetap utuh.
Agar dihindari membersihkan permukaan baja dengan amplas, karena akan merusak lapisan
pada permukaan baja.
Setelah disikat kawat baja, kotoran pada permukaan baja dibersihkan menggunakan kuas
debu. Setelah dibersihkan, permukaan baja dilapisi zinchromate sebanyak 2x, menggunakan
kuas biasa.
c. Cat dasar/meni besi
Segera setelah pekerjaan baja dibersihkan sampai kulit giling dan permukaan korosi terbuang
dan terlihat warna metalik, pengecatan meni dilaksanakan sampai rata dan baik
d. Cat besi
1) Cat dapat digunakan dengan kwas tangan yang disetujui atau dengan cara yang
disyaratkan oleh Direksi
2) Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab atau berdebu atau pada
cuaca lain yang jelek, kecuali diusahakan tindakan-tindakan seperlunya yang sesuai
dengan pendapat Direksi
3) Permukaan yang akan dicat harus kering dan tak berdebu. Lapisan berikutnya tidak
diberikan sebelum lapisan cat terdahulu telah mengering.
4) Lapisan penutup diberikan diatas cat dasar dalam tempo kurang lebih enam bulan tetapi
tidak boleh lebih cepat dari 48 jam setelah pengecetan dasar.
5) Bila terjadi demikian maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali atau dicat dasar
lagi seperti diuraikan diatas.
6) Cat (termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Direksi/ Konsultan Pengawas) harus
disapu dengan kuat pada permukaan baja, baut-baut pada setiap sudut-sudut,
sambungan pelat, lekuk-lekuk dan sebagainya, kemudian diratakan dengan baik.
7) Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air, diisi dengan cat yang
tebal, atau bila diperintahkan oleh Direksi/ Konsultan Pengawas, dengan menggunakan
semen kedap air atau bahan lain yang disetujui sebelum penyelesaian cat dasar.
8) Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata, pemakaian cat yang rata
ialah 12.5 mm2 per-liter untuk lapisan berikutnya.
24. PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN LAIN-LAIN
24.1 Membersihkan, merapikan dan meratakan halaman pada area pekerjaan.
24.2 Membersihkan dan merapikan halaman dari sisa bahan bangunan/material serta meratakan
ketinggian atau peil tanah sesuai dengan gambar rencana sejauh 3 m keliling.
24.3 Semua kerusakan bangunan dan lingkungan yang ada yang diakibatkan oleh pelaksanaan
bangunan baru, maka Penyedia Jasa Pemborongan bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
25. TATA TERTIB
25.1 Penyedia Jasa Pemborongan wajib menjaga keamanan dan ketertiban di lokasi pekerjaan.
25.2 Semua personil yang ditugaskan/yang bekerja harus mengikuti tata tertib dan peraturan yang
berlaku di lingkungan kegiatan.
25.3 Pada akhir kerja Penyedia Jasa Pemborongan diharuskan membersihkan area proyek dari segala
kotoran akibat kegiatan pembangunan termasuk sisa-sisa material bangunan, gundukan tanah
bekas galian dan lain sebagainya, serta memperbaiki jalan masuk yang rusak akibat alat angkut.
26. STANDART BAHAN
26.1. Dalam menggunakan bahan-bahan bangunan berdasarkan PUBI 1982 dan standart yang
dipakai di Indonesia, seperti terurai di bawah ini :
a. Semen Portland [ PC ].
Semen portland yang digunakan adalah semen jenis I dengan standart mutu SII 0013-81
b. A i r.
Air yang digunakan harus bersih tidak mengandung lumpur, minyak, benda-
benda terapung yang bisa dilihat secara visual dan asam-asam zat organik dan sebagainya.
c. Pasir pasang.
Pasir harus bersih, kadar lumpur maximum 5% tidak mengandung zat-zat organik
dan angka kehalusan yang lolos ayakan 0,3 mm minimal 15%.
d. Batu kali pecah
Batu kali dia. 20 cm pecah 3 sisi sesuai memenuhi Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan
Bangunan (NI-3-1970).
e. Batu pecah (split)
Batu pecah hasil olahan “STONE CRUSHER”.
Batu pecah yang digunakan adalah yang berukuran 10-25 mm.
Persyaratan batu pecah berdasarkan syarat fisik dan syarat kimia PUBI 1982 pasal 12 ayat 2.1
dan ayat 2.2
f. Pipa besi
Pipa besi yang dipergunakan pipa galvanis med. A dia. 3",2 “,dan 1" sekualitas ISTW, Spindo,
Krakatau Steel, Master
g. Roofmesh
Roofmesh yang dipergunakan M 5 ulir
h. Besi beton
Besi beton yang digunakan menggunakan mutu besi baja U 24 polos (dia. 12 mm)
Polycarbonat
Polycarbonat yang digunakan sekualitas Twinlite, Lexan
27. PENUTUP.
27.1 Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada penjelasan ternyata diperlukan,
akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
27.2 Apabila dalam syarat-syarat administrasi, umum dan teknis masih terdapat kekurang lengkapan
akan digunakan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
27.3 Apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas atau meragukan mengenai syarat-syarat administrasi,
umum dan teknis agar ditanyakan kepada pihak yang terkait.
Yogyakarta, 22 September 2015
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
TABEL SPESIFIKASI TEKNIS Pembuatan Pedestrian dan Pembuatan Fasilitas Parkir Timur di Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
No. Pekerjaan MATERIAL Spesifikasi MEREK
1 Penanam Rumput Gajah
Rumput Gajah Mini
2 Pekerjaan Pasangan dan beton
Semen PC tipe I Gresik, Holcim
Pasir Bersih Merapi, Progo
Kerikil Bersih (1-2 cm) Progo, Merapi
Batu hitam Batu pecah Progo, Merapi
Batu telor Diameter ±5 cm lokal
Batu bata 11 x 22 x 5 cm lokal
Besi beton BJTP-24, BJTD-40 KS, IS, MS
Ready mix K250 Holcim, ADP
3 Pekerjaan Besi dan Kanopi
Pipa Galvanis Medium A, 1”, 2”, 3” ISTW, Spindo, Krakatau Steel, Master
Plat besi 6 mm SNI
Wiremesh M 5, Ulir SNI
Trekstang 12 mm
Angkur besi Diameter 12 mm, 16 mm
Polycarbonate Twinlite, Lexan
Rocktile 30 x 30, tekstur Roman, atau sekualitas
Pipa Stainless steel 304, 3", 1.5mm Star
Cat besi Emco, Jotun
Zincromate Meiji, Kansai
4 Elektrikal Armature dan lampu Lampu SL 18 watt Phillips, atau sekualitas
Kabel Supreme
Pipa PVC AW Wavin, Pralon
MCB 6A / 1P Schneider, atau sekualitas
Contactor AC Schneider, atau sekualitas
Photo sensor
5 Pekerjaan Lantai Lantai keramik Rocktile, 30 x 30 cm Roman, atau sekualitas
Guiding Block 30 x 30 cm Standart
Paving Block Holland, K-300, press, tebal 8 cm Lokal
Yogyakarta,
Dibuat oleh,
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
Recommended