View
266
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
PADA PESERTA DIDIK KELAS V
MIN MULUR SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN
2010/2011
SKRIPSI
OLEH:
RATIH WULANDARI
K7107010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA
BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V
MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
OLEH:
RATIH WULANDARI
K 7107010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
KEPALA BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V
MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
NAMA : RATIH WULANDARI
NIM : K7107010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Selasa
Tanggal : 26 April 2011
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. A Dakir, M. Pd Dra. Mg. Dwijiastuti, M.Pd
NIP. 19491106 197603 1 001 NIP. 19500712 197903 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
KEPALA BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V
MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
NAMA : RATIH WULANDARI
NIM : K7107010
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 9 Mei 2011
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sukarno, M. Pd …………………
Sekretaris : Drs. Kartono, M. Pd …………………
Anggota I : Drs. A. Dakir, M. Pd …………………
Anggota II : Dra. Mg. Dwijiastuti, M. Pd ………………....
Disahkan oleh,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP.19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Ratih Wulandari. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA
BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V MIN MULUR
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April, 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis
deskripsi pada siswa Sekolah Dasar kelas V MIN Mulur Sukoharjo dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur tahun
pelajaran 2010/2011. Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas
V MIN Mulur Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri atas 15 siswa.
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi. Variabel dalam penelitian
tindakan ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Sedangkan langkah-langkah dalam penelitian ini terdiri dari identifikasi
masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi hasil
penelitian dan merevisi perencanaan untuk tahap selanjutnya. Pada penelitian ini
menggunakan 2 siklus, sedangkan tiap siklus terdiri atas 2 pertemuan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, tes, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif.
Sedangkan validitas data yang digunakan berupa triangulasi metode dan triangulasi
data. Sumber data yang diperoleh yaitu berasal dari sumber data primer dan sumber
data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Penggunaan model
pembelajaran tipe Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan
menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo . Hal ini dapat terlihat
pada kegiatan pembelajaran menulis deskripsi dengan meningkatnya keterampilan
menulis deskripsi siswa.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada
pratindakan nilai rata-rata kelas 58,6 dengan ketuntasan klasikal 33,3%. Pada siklus I
menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 72,45 dengan ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 69,9%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi
75,58 dan ketuntasan kalsikal menjadi 80%. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V MIN Mulur tahun
pelajaran 2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Ratih Wulandari. IMPROVING STUDENTS’S WRITING DESCRIPTIVE
SKILL THROUGH COOPERATIVE LEARNING MODEL OF NUMBERED
HEADS TOGETHER (STRUKTUR) AT THE 5TH
GRADE STUDENTS OF
MIN MULUR ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis, Surakarta : Teacher
Training and Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, April,
2011.
The purpose of this research is to improve student’s skill in writing
descriptive skill of the 5th
grade students of MIN Mulur Sukoharjo by using
cooperatve learning model of numbered heads together (struktur). The subject of this
classroom action research is 5th
grade students of MIN Mulur Sukoharjo academic
year 2010/2011 which consists of 15 students. Variable that are targeted to change in
the research is improvement of student’s writing of descriptive and the variable is
cooperative learning model of numbered heads together (struktur).
In this researching conduct a classroom action research. The procedure of
the research consist of identifying the problems, planning the action, implementing
the action, observing or monitoring the action, reflecting the result of the
observation, and revising the plan for following steps. In the research, using 2 cycles
with each cycles consists of 2 meetings. In collecting the data, the researcher uses
observing, interview, test and documentation. Technique of validity data that is used
triangulation method and triangulation data. Source of the data is taken from primer
and secunder data. Based on the result of the research , it can be conclude that the
using cooperative learning model of numbered together (struktur) is able to improve
writing description skill of grade 5th
student of MIN Mulur Sukoharjo.
The result of this research show that there is an improvement in student’s
descriptive writing skill. It could be seen from result of student’s test descriptive
writing that indicated and increase, namely, in pre-action is 58,6 with classical
completeness 33,3%. In the cycle I, the average of classical score attains 72,45 and
classical completeness increases to 69,9%. In the cycle II, the average of classical
score increase to 75,58 and classical completeness increase to 80%. Therefore, it can
be concluded that The cooperative learning model of numbered together (struktur)
can improve student’s descriptive writing skill at the 5th
grade students of MIN
Mulur academic year 2010/201
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“AKU tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-KU”
(Hadits Qudsi Riwayat Bukhari)
“You Are What You Think”
(Salim A. Fillah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada :
Ibunda (Tuminem) Tercinta
Atas segala do’a dan upaya
Kakak-kakakku Suratmi Puji Rahayu, Sayekti Wahyuningsih, Sarwoko Tri
Atmojo, Muryanto Catur Atmojo, dan Adikku Dewi Nawang Wulan
Semoga terus tersenyum dan mendukung
Bapak dan Ibu Dosen PGSD FKIP UNS
Terima kasih atas ilmu dan bimbingannya
Almamater UNS Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
HALAMAN MOTTO .............................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................... xiv
KATA PENGANTAR .............................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 10
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................... 12
A. Tinjauan Pustaka ................................................................ 12
B. Penelitian Relevan ............................................................... 34
C. Kerangka Berpikir ............................................................. 35
D. Hipotesis Tindakan ............................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 37
A. Setting Penelitian ................................................................ 37
1. Tempat Penelitian ........................................................... 37
2. Waktu Penelitian ............................................................. 37
B. Subjek Penelitian ................................................................. 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .......................................... 38
1. Bentuk Penelitian ............................................................ 38
2. Strategi Penelitian ........................................................... 39
D. Sumber Data ....................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 41
F. Validitas Data ..................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data .......................................................... 44
H. Indikator Kerja .................................................................... 45
I. Prosedur Penelitian .............................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 50
A. Profil Tempat Penelitian ...................................................... 50
B. Deskripsi Kondisi Awal ...................................................... 51
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian...................................... 54
1. Siklus I ............................................................................ 54
2. Siklus II ........................................................................... 68
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ......................... 80
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................. 89
A. Simpulan .............................................................................. 89
B. Implikasi .............................................................................. 89
C. Saran .................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Silabus Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V ............................. 96
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .............................. 97
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................. 106
Lampiran 4 : Data Wawancara Guru Bahasa Indonesia ................................... 123
Lampiran 5 : Data Wawancara Siswa Kelas V (pratindakan) ......................... 125
Lampiran 6 : Data Wawancara Siswa Kelas V (pascatindakan) ....................... 127
Lampiran 7 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1 ................ 129
Lampiran 8 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2 ................ 132
Lampiran 9 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1 ............... 136
Lampiran 10 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2 ............... 139
Lampiran 11 : Penjelasan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG II) ........... 143
Lampiran 12 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ............... 152
Lampiran 13 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ............... 154
Lampiran 14 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ............. 156
Lampiran 15 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 .............. 158
Lampiran 16 : Rekapitulasi Nilai Siswa praSiklus ............................................. 160
Lampiran 17 : Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus I Pertemuan 1 ........................... 161
Lampiran 18 : Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus II Peretemuan 2 ........................ 162
Lampiran 19 : Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus II Pertemuan 1 .......................... 163
Lampiran 20 : Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus II Pertemuan 2 .......................... 164
Lampiran 21 : Dokumentasi Penelitian ............................................................... 165
Lampiran 22 : Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi .................................. 168
Lampiran 23 : Surat Keputusan Dekan FKIP ..................................................... 169
Lampiran 24 : Surat Permohonan Izin Research Kapada Kepala Sekolah ......... 170
Lampiran 25 : Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................ 171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................ 36
Bagan 2. Strategi Tindakan Model Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas ...... 40
Bagan 3. Pengolahan Data Menurut Miles dan Huberman ................................... 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ....................................... 38
Tabel 2. Frekuensi Data Nilai Menulis Deskripsi praSiklus ................................ 52
Tabel 3. Data Hasil Menulis Deskripsi Siswa pra-Siklus .................................... 53
Tabel 4. Data Nilai Siklus I Pertemuan 1 ............................................................. 64
Tabel 5. Data Hasil Tes Siklus I Pertemuan 1 ..................................................... 65
Tabel 6. Data Nilai Siklus I Pertemuan 2 ............................................................. 65
Tabel 7. Hasil Tes Siklus I Pertemuan 2 .............................................................. 66
Tabel 8. Perbandingan Rata-rata Hasil Nilai Siklus I dan praSiklus ................... 66
Tabel 9. Data Nilai Siklus II Pertemuan 1 ........................................................... 75
Tabel 10. Hasil Tes Siklus II Pertemuan 1 ............................................................ 76
Tabel 11. Data Nilai Siklus II Pertemuan 2 .......................................................... 77
Tabel 12. Hasil Tes Siklus II Pertemuan 2 ............................................................ 78
Tabel 13. Perbandingan Hasil Nilai Siklus I dan Siklus II ................................... 79
Tabel 14. Perbandingan Hasil Nilai praSiklus, Siklus I, dan Siklus II ................. 80
Tabel 15. Perbandingan Prosentase praSiklus, Siklus I, dan Siklus II .................. 84
Tabel 16. Aktivitas Siswa dan Guru ..................................................................... 85
Tabel 17. Rata-rata Aktivitas Siswa dan Guru ...................................................... 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa praSiklus ......................... 53
Grafik 2. Nilai Siklus I Pertemuan 1 ..................................................................... 64
Grafik 3. Nilai Siklus I Pertemuan 2 ..................................................................... 66
Grafik 4. Perbandingan Nilai Rata-rata praSiklus dan Siklus I ............................ 67
Grafik 5. Perbandingan Prosentase Ketuntasan praSiklus dan Siklus I ................ 68
Grafik 6. Data Nilai Siklus II Pertemuan 1 ........................................................... 76
Grafik 7. Data Nilai Siklus II Pertemuan 2 ........................................................... 77
Grafik 8. Perbandingan Nilai Rata-rata Siklus I dan Siklus II .............................. 79
Grafik 9. Perbandingan Nilai Rata-rata praSiklus, Siklus I dan Siklus II ............. 80
Grafik 10.Perbandingan Prosentase Ketuntasan praSiklus, Siklus I, danSiklus II 84
Grafik 11.Rata-rata Aktivitas Siswa dan Guru Siklus I dan Siklus II ................... 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah Ta’ala, yang telah melimpahkan
segala rahmat, hidayah serta inayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA
BERNOMOR STRUKTUR PADA PESERTA DIDIK KELAS V MIN MULUR
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.
Peneliti menyadari, terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan FKIP UNS.
2. Drs. Kartono, M. Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS.
3. Drs. A. Dakir, M. Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada peneliti.
4. Dra. Mg. Dwijiastuti, M. Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada peneliti.
5. Warsito, S.Ag, selaku Kepala Sekolah MIN Mulur yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk melakukan penelitian di MIN Mulur.
6. Sri Lestari, S.Pd. I selaku guru kelas V MIN Mulur yang telah merelakan
waktunya untuk mengarahkan peneliti dalam penelitian.
7. Nur Widayati, S. Pd. I selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V yang
telah bersedia berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian.
8. Peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 yang
selalu semangat dalam belajar
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu peneliti berharap kepada pembaca guna memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan untuk penelitian
berikutnya.
Peneliti berharap bahwa karya yang kecil ini dapat memberikan manfaat besar
bagi pembaca sekalian. Mohon maaf bila terdapat kesalahan dan kekeliruan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Sekian, terima kasih atas perhatian pembaca sekalian.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No.20/2003 bab III pasal 4 ayat 1
tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan disebutkan bahwa pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa. Hal ini menandakan bahwa setiap Warga Negara berhak
dan wajib mendapatkan pendidikan secara merata tanpa terkecuali. Pada
hakekatnya pendidikan bagi setiap warga Negara adalah sebagai upaya
pengembangan potensi sehingga siswa mampu menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, dan nilai kultural seperti apa yang telah termaktub
dalam Undang-undang Sisdiknas di atas.
Penyelenggaraan pendidikan suatu negara tentu saja memiliki suatu
tujuan yang akan dicapai, salah satunya adalah membentuk manusia yang cerdas.
Seperti yang tertulis dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, “Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ….”
Artinya Negara melalui pemerintah memiliki kewajiban menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan yang berkualitas sehingga akan menciptakan manusia yang
cerdas baik cerdas secara intelektual maupun cerdas dalam hal akhlak dan
karakter.
Menurut Dr. Howard Gardner dalam May Lwin dkk dalam bukunya,
Frames of Mind: The Theory of Multiple Intellegencess (1983), menyebutkan
bahwa kecerdasan ada tujuh macam, yaitu kecerdasan linguistik-verbal,
kecerdasan logis matematis, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan ritmik-musik,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal.
Dari ketujuh kecerdasan yang ada pada diri manusia salah satu kecerdasan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
selalu ada dan melekat dari semenjak lahir terus dipelajari adalah kecerdasan
linguistik-verbal.
Kecerdasan linguistik-verbal adalah kecerdasan yang mengacu pada
kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan
kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan
pikiran-pikiran dalam berbicara, membaca, dan menulis (May Lwin, dkk,
2001:11). Kecerdasan verbal penting bukan hanya untuk keterampilan
berkomunikasi melainkan juga penting untuk mengungkapkan pikiran, keinginan,
dan pendapat seseorang. Kecerdasan linguistik-verbal sudah dimiliki dan
dipelajari anak sejak bayi. Dimulai dari kemampuan menyimak seorang bayi
terhadap orang dewasa, lalu tahap bayi mengoceh dengan bahasanya sendiri
(kedua tahap ini disebut perkembangan paraliguistik) (Gleason, 1985:3), sampai
pada tahap selanjutnya yaitu pengucapan satu kosa kata, hingga mampu membuat
kalimat pendek.
Selama periode usia Sekolah Dasar, anak-anak dihadapkan pada tugas
utama mempelajari bahasa tulis. Perkembangan bahasa anak pada periode usia
Sekolah Dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan
mereka menggunakan bahasa menjadi berkembang.
Menurut Piaget ada 4 fase perkembangan kognitif pada anak, yaitu: a)
usia lahir - 2 tahun, anak mengalami Periode Sensorimotor yaitu anak
memanipulasi objek di lingkungan dan mulai membentuk konsep, b) usia 2 – 7
tahun, anak mengalami Periode Praoperasional yaitu anak memahami pikiran
simbolik, tetapi belum dapat berpikir logis, c) usia 7 – 11 tahun, anak mengalami
Periode Operasional yaitu anak dapat berpikir logis mengenai benda-benda
konkret. Sedangkan menurut Fase-fase Perkembangan Bahasa, dibagi menjadi: a)
usia lahir – 2 tahun mangalami Fase Fonologis yaitu anak bermain dengan bunyi-
bunyi bahasa, mulai mengoceh sampai menyebutkan kata-kata sederhana, b) usia
2 – 7 tahun mengalami Fase Sintaktik yaitu anak menunjukkan kesadran gramatis,
berbicara menggunakan kalimat, c) usia 7 – 11 tahun mengalami Fase Semantik
yaitu anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dalam kata. Namun, pada kenyataannya Fase-fase Perkembangan Bahasa lebih
banyak digunakan karena dipandang sangat relevan dengan pembelajaran bahasa.
Pada periode usia sekolah, perkembangan bahasa yang paling jelas
terlihat adalah perkembangan semantik dan pragmatik. Di samping memahami
bentuk-bentuk baru, anak belajar menggunakannya untuk berkomunikasi dengan
lebih efektif (Oblet, 1985 lewat Owen 1992:355)
Menurut Fase-fase Perkembangan Bahasa di atas perkembangan
semantik terjadi pada usia anatara 7 – 11 tahun. Pada usia ini anak sudah memiliki
kemampuan metalinguistik, yaitu kesadaran yang memungkinkan pengguna
bahasa melakukan refleksi menjadi semakin berkembang utamanya pada usia
sekolah. Kemampuan berpikir tentang bahasa dan melakukan refleksi ini
tercermin dalam perkembangan keterampilan membaca dan menulis (Owens,
1992:335)
Menurut Budiasih dan Zuchdi (1997), anak usia SD sudah mampu
mengembangkan bahasa figuratif yang memungkinkan penggunaan bahasa secara
kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal
atau makna sebenarnya untuk menciptakan kesan emosional. Yang termasuk
bahasa figuratif misalnya ungkapan kepala dingin, penggunaan bahasa metafora
contohnya suaranya membelah bumi, makana kiasan seperti wajahnya seperti
bulan purnama, dan lain-lain.
Anak usia 7 – 11 tahun adalah anak yang menduduki jenjang Sekolah,
yang pada umumnya mnduduki kelas 5 SD. Anak-anak pada usia ini mulai
mengenal adanya berbagai pandangan mengenai suatu topik. Mereka dapat
mendeskripsikan sesuatu, tetapi deskripsi yang mereka buat lebih bersifat personal
dan tidak mempertimbangkan makna informasi yang disampaikannnya bagi
pendengar. Informasi tersebut biasanya tidak selalu benar, karena tercampur
dengan hal-hal yang ada dalam khayalan (Owens, 1992:358)
Anak usia tersebut cukup memiliki kemampuan menjelaskan atau
mendeskripsikan suatu benda, hal, keadaan, dan sebagainya. Baik itu yang
berwujud riil maupun abstrak. Juga tentang hal-hal yang ada di angan-angan atau
benak mereka, mereka cukup mampu untuk menjelaskan atau menggambarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
lewat kata-kata dengan jelas. Anak usia 7-11 tahun telah cukup memiliki
perbendaharaan kata yang cukup banyak dan bervariatif. Seiring pertumbuhan
fisiknya, kemampuan berfikir untuk menyerap kosa kata juga berkembang dengan
pesat.
Keterampilan berbahasa anak dapat meliputi keterampilan menyimak,
membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat sekali kaitannya antara
satu dengan yang lainnya. Untuk memperoleh keterampilan berbahasa mula-mula
anak pada masa kecil belajar menyimak, kemudian dilanjutkan belajar berbicara.
Setelah itu dilanjutkan dengan keterampilan membaca dan menulis saat mereka
memasuki bangku sekolah terutama Sekolah Dasar.
Keempat keterampilan tersebut sangat erat kaitannya dengan proses
berpikir seseorang dalam mendasari suatu bahasa. Bahasa seseorang merupakan
cerminan dari pemikirannya. Semakin seseoarng terampil dalam berbahasa,
semakin jelas dan cerah jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa bisa dipelajari
dengan menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari.
Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, pada saat permulaan anak-anak
dihadapkan pada tugasnya yang utama yaitu mempelajari bahasa tulis. Hal ini
hampir tidak akan berjalan lancar jika anak tersebut belum bisa menguasai bahasa
lisan. Perkembangan bahasa anak pada periode usia Sekolah Dasar ini meningkat
dari bahasa lisan ke bahasa tulis.
Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran
keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa itu sendiri. Tata bahasa,
kosa kata, dan juga sastra hendaknya disajikan dalam konteks tertentu, yaitu
dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang sedang diajarkan, bukan
sebagai pengetahuan tata bahasa, teori pengembangan kosa kata, teori sastra
sebagai pendukung atau alat penjelas. Namun keterampilan-keterampilan
berbahasa yang ditekankan adalah pengajaran berbahasa Indonesia berupa
keterampilan reseptif (keterampilan mendengar dan membaca) dan keterampilan
produktif (keterampilan menulis dan berbicara). Sedangkan pada pengajaran
berbahasa tentu diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dilanjutkan pada tahap-tahap keterampilan produktif. Tujuannya agar peningkatan
keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang padu dan utuh.
Menulis merupakan keterampilan lanjutan yang memiliki tingkat yang
lebih tinggi dibanding keterampilan berbahasa mendengarkan dan membaca.
Menulis yang termasuk dalam keterampilan produktif dalam berbahasa bisa
dilakukan siswa asalkan dia telah terbiasa mendengarkan bacaan atau informasi
dan gemar atau sering membaca suatu bacaan. Hal ini dikarenakan erat kaitannya
dengan kosa kata dan pemahaman siswa terhadap suatu hal, lebih-lebih jika jenis
bacaan yang sering ditemui anak adalah bacaan deskriptif. Selain itu dapat
meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya untuk berpikir secara abstraktif.
Keterampilan menulis telah diajarkan guru SD pada siswa-siswanya
sejak mereka duduk di bangku kelas 1. Keterampilan menulis merupakan
keterampilan yang sangat penting baik dalam dunia pendidikan khususnya atau
dalam kehidupan masyarakat secara umum. Keterampilan menulis sangat penting
karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa.
Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau
pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu dapat
mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis.
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak lamgsung. Menulis adalah suatu kegiatan yang aktif
dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang cukup sistematis yang
diungkapkan dalam bahasa tulis. Meskipun demikian keterampilan bahasa tulis
dipengaruhi oleh keterampilan bahasa produktif lainnya, seperti aspek berbicara
maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak. Selain itu
pengetahuan tentang pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat,
penggunaan ejaan dan tanda baca sampai pada tahap keterampilan menulis atau
mengarang dengan menerapkan berbagai jenis tipe karangan baik itu eksposisi,
argumentasi, narasi, dan juga deskripsi.
Deskripsi artinya memberikan sesuatu atau menggambarkan sesuatu
dengan kata-kata, sehingga pembaca seolah-olah melihat atau merasakannya
(Sabarti Akhadiah, 1992:82). Keterampilan menulis deskripsi adalah keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
menulis yang bertujuan untuk menyajikan suatu objek atau suatu hal yang
menjadikan pembaca seolah-olah melihat objek atau mengalami suatu hal dengan
sendirinya.
Berdasarkan pengalaman Guru dalam mengajar keterampilan menulis,
ditemukan bahwa menulis kerap kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan
kurang mendapat respon yang baik dari siswa, termasuk keterampilan menulis
deskripsi. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Siswa tidak
tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka
terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan. Siswa
sering mengalami keadaan yang dinamakan sindrom kertas kosong ( blank page
syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya.
Menulis merupakan suatu keterampilan dan suatu keterampilan hanya
akan berkembang jika dilatih secara terus-menerus atau lebih sering.
Membiasakan anak untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan merupakan
sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat dan
berkembang secara maksimal.
Keterampilan menulis di kelas terkadang juga hanya diajarkan pada saat
pembelajaran bahasa saja khususnya Bahasa Indonesia. Padahal pembelajaran
keterampilan menulis dapat dipadukan atau diintegrasikan dalam setiap proses
pembelajaran di kelas. Pengintegrasian bisa diaplikasikan dalam dua bentuk, yaitu
pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dalam
keterampilan berbahasa yang lain, misalnya berbicara. Sedangkan pengintegrasian
eksternal adalah keterampilan menulis dipadukan dengan mata pelajaran lain
diluar mata pelajaran bahasa Indonesia, misalnya IPS.
Keadaan yang lain yaitu pola pembelajaran menulis di kelas yang
diterapkan sangat kaku dan mekanis. Mulai dari menentukan topik, membuat
kerangka karangan, membuat ide pokok paragraf, melengkapi kalimat utama,
mengembangkan kalimat utama menjadi kalimat penjelas, dan sebagainya. Pola-
pola tersebut selalu berulang dan terkesan kaku. Pola tersebut tidak salah, hanya
saja kurang bermakna dan berkesan pada anak. Tanpa adanya metode atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
strategi pengajaran yang tepat, pola penulisan yang seharusnya memudahkan anak
untuk menulis justru menjadi momok tersendiri bagi anak.
Indikatornya yaitu hasil tulisan siswa yang relatif rendah baik kuantitas
maupun kualitasnya. Kebanyakan dari mereka menulis tapi tidak dalam bentuk
paragraf yang utuh dan masih sedikit tulisannya yang dinilai baik. Pada umumnya
anak kurang dapat mengelola gagasan secara sistematis. Mengapa hal itu terjadi
sementara jam pelajaran Bahasa Indonesia sendiri memiliki porsi yang cukup
banyak? Dimungkinkan selama ini siswa jarang menulis dengan kata-kata mereka
sendiri. Mereka hanya menyalin tulisan dari papan tulis. Hal itu berakibat pada
dangkalnya penguasaan kosa kata untuk mengungkapkan gagasan dengan kata-
kata lain dan kurang dapat berfikir logis karena mereka selalu dituntut dan jarang
diberi kesempatan bertanya. Mereka kurang mendapatkan kebebasan untuk
mengembangkan suatu topik atau kalimat menjadi sebuah paragraf yang utuh dan
padu.
Anggapan bahwa keberhasilan siswa lebih banyak dilihat dari nilai yang
diraih dalam tes, ulangan umum, dan Ujian Sekolah menjadikan siswa tidak
mengedepankan pelajaran mengarang sebagai suatu pelajaran yang penting, begitu
pun juga dengan Guru. Guru hanya memberikan latihan atau pembahasan
terhadap soal-soal yang bersifat reseptif, seperti membaca bukan soal-soal yang
bersifat produkti misalnya menulis. Perlu diingat bahwa soal-soal pada Ujian
Sekolah tidak memasukkan materi menulis dan mengarang, maka semakin
tersingkirlah keterampilan menulis dalam proses pembelajaran.
Banyak guru Sekolah Dasar (SD) mengalami kesulitan untuk
membiasakan anak belajar menulis. Salah satu penyebabnya yaitu kurangnya
pemahaman guru SD akan pentingnya keterampilan menulis bagi anak siswa SD.
Belum Banyak dari mereka yang menyuguhkan meteri pembelajaran mengarang
dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Sehingga wajar jika siswa
akhirnya tidak mampu dan tidak menyukai pembelajaran menulis (mengarang).
Padahal penggunaan model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan sangat
penting untuk membangkitkan kesenangan siswa dalam hal mengarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Padahal mengarang atau menulis merupakan keterampilan dasar yang
dapat dikembangkan di luar pembelajaran formal seperti halnya di sekolah.
Mengarang dapat dikembangkan menjadi sebuah hobi ataupun sebagai profesi
yang dapat menghasilkan karya-karya baik itu yang berwujud materi maupun
nonmateri. Mangarang atau menulis dapat mengembangkan kemampuan berpikir
anak lebih realistis, logis, inofativ, dan meluas. Menulis menjadikan siswa dapat
berpikir kritis dan detail dalam menanggapi suatu hal, lebih-lebih dalam menulis
deskri.psi
Belum digunakannya model pembelajaran yang inovatif oleh guru dalam
membelajrkan keterampilan menulis selama ini perlu diubah sedikit demi sedikit.
Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya tinggi kualitas teoritisnya tetapi juga
tinggi kualitas praktisnya. Siswa hanya dijejali teori-teori tentang menulis, cara
menulis, dan lainnya sementara teori-teori tersebut jarang dipraktekkan.
Pembelajaran yang konvensional dan tidak menyenangkan tentu saja
menyebabkan siswa bosan dan kurang tertarik untuk belajar menulis. Dari
penilaian terhadap tugas menulis deskripsi yang dilakukan, cukup banyak anak
memperoleh nilai belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), apalagi
untuk mencapai kriteria memiliki keterampilan menulis deskripsi dengan baik.
Penilaian tugas tersebut didasarkan pada aspek ejaan, koherensi, kohesi, dan
penggunaan kosa kata. Kelemahan siswa yang paling utama terletak kurang
berkembangnya pengguanaan kosa kata, kebanyakan dari mereka mengulang-
ulang kalimat yang sama. Kesalahan lain yang sering muncul adalah penggunaan
huruf kapital yang tidak sesuai dengan EYD. Pada aspek kohesi dan koherensi,
siswa juga banyak yang mengalami kelemahan, mereka kurang bisa
menggabungkan kalimat dengan baik.
Rendahnya kemampuan menulis deskripsi di atas merupakan masalah
yang dihadapi guru. Setelah dilakukan wawancara dengan pihak terkait, dapat
ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan
menulis deskripsi tersebut.
1. Dalam pembelajaran berlangsung, Guru hanya menggunakan cara
konvensional yaitu metode ceramah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Pembelajaran kurang menarik dan menyenangkan bagi siswa
Permasalahan lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan
menulis di sekolah adalah sistem penilaian dan pencapaian target kurikulum
pembelajaran hanya diukur berdasarkan tes-tes tertulis di akhir mid semester,
semester, atau tahun pelajaran. Padahal tidak semua keterampilan berbahasa dapat
dievaluasi dengan menggunakan hasil tes-tes tertulis. Tes-tes tertulis hanya salah
satu bagian saja dari teknik penilaian.
Bertolak pada paapran di atas, agar keterampilan menulis deskripsi siswa
dapat meningkat dengan baik sesuai harapan, maka harus digunakan model
pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Melalui penggunaan model
pembelajaran yang inovatif yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif
kepala bernomor struktur, maka pembelajaran akan lebih efektif dan
menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan keterampilan menulis deskripsi
siswa. Dalam pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur siswa dibuat
menjadi kelompok-kelompok kecil, siswa dapat saling bekerja sama dan bertanya
antarteman seandaiya ada siswa yang tidak berani bertanya langsung pada Guru.
Pada pembelajaran kepala bernomor struktur, tiap-tiap siswa dalam satu kelompok
memiliki peran yang berbeda-beda menurut pembagian Guru, sehingga siswa
merasa bahwa dirinya memiliki peran dan tanggung jawab tersendiri dalam
kelompok. selain itu keunggulan dari model kooperatif tipe Kepala Bernomor
Struktur adalah dapat memacu diri siswa karena setiap peserdik memiliki
tanggung jawab masing-masing baik itu terhadap kelompok ataupun terhadap diri
pribadinya. Oleh karenanya peneliti tertarik untuk mengambil judul :
”Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur Pada Peserta Didik Kelas V MIN
Mulur Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
B. Rumusan Masalah
Secara umum permasalahan yang akan penulis kaji dalam penelitian ini
adalah: Keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur
Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011.
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
”Apakah penggunaan model pembelajaraan kooperatif tipe Kepala
Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta
didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis
deskripsi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala
Bernomor Struktur pada peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo tahun
pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar diperoleh manfaat
secara praktis dan teoritis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan model pembelajaran untuk anak kelas 5 Sekolah Dasar
di MIN Mulur dalam belajar menulis deskriptif
b. Memperluas pengetahuan penulis terhadap permasalahan yang
berhubungan dengan menulis deskriptif pada anak SD kelas 5 yang
dilakukan penulis
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
a. Bagi Siswa
1) Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala bernomor
struktur pembelajaran menulis siswa SD akan lebih bermakna dan
optimal
2) Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala bernomor
struktur, siswa SD dapat saling bekerja sama dan bersosialisasi
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kinerja guru karena dengan model pembelajaran
kooperatif kepala bernomor struktur dapat mengefektifkan waktu
pembelajaran.
2) Model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur merupakan
sarana bagi Guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan
khususnya pembelajaran menulis.
3) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga
dapat menarik perhatian siswa
c. Bagi Sekolah
Manfaat yang dapat diperoleh sekolah dari penelitian ini adalah
memberikan ide penggunaan modelpembelajaran yang inovatif untuk
meningkatkan prestasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Keterampilan Menulis Deskripsi
a. Pengertian Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam
melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri
maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-
simbol bahasa tersebut (Agus Suriamiharja, 1997:2)
Pengertian menulis sendiri menurut H.G. Tarigan dalam Agus
Suriamiharja adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga
orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau
mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Sedangkan menurut
Robert Lado dalam H.Akhlah Husen,dkk mengatakan bahwa: ”To write is to
put down the grapic symbols that represent a language one understands, so
that other can read these grapic representation”. Dapat diartikan bahwa
menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan
suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh
oang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya.
Hal ini diperkuat oleh pendapat David Webb dalam Agus
Suriamiharja, dkk (1997) yang mengatakan baahwa”Seorang anak yang
pendiam dan malu lebih senang mengungkapkan pendapatnya secara tertulis,
karena dia merasa takut dan sulit untuk mengungkapkan secara lisan.” Dari
pendapat itu menunjukkan bahwa tidak semua anak dapat mengungkapkan
perasaannya secara lisan walaupun hal ini dapat diusahakannya, tetapi sebagai
akibatnya tidak semua pendapat terungkapkan dengan cara tersebut. Jalan
keluarnya adalah dengan memberikan kesempatan kepada si anak untuk
mengungkapkan secara tertulis. Dengan demikian, dapat dilihat apakah si anak
mengerti atau tidak mengerti pokok pembicaraan yang sedang berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Jurnal internasional oleh David dalam (http://www.isetl.org/ijtlhe/)
mengemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan menulis sebagai berikut:
Writing contributes uniquely to learning. Through writing we can
create new possibilities not inherent to speaking and observation (Emig, 1997).
Artinya menulis dapat memberikan kontribusi unik untuk belajar. Melalui
menulis kita dapat membuat kemungkinan-kemungkinan baru yang tidak
melekat pada berbicara dan observasi semata (Emig, 1997).
Writting is an active learning process key to improving
communicatioan (both written and oral) and thinkin, writing is embedded
within social process some formal and others informal, and writing is
primarily (although formal not exlusively) in a social activity (Russell, 1997;
Young. 1994). Artinya menulis adalah proses pembelajaran aktif yang
dijadikan kunci untuk meningkatkan komunikasi (baik tertulis maupun lisan)
dan berfikir, menulis adalah proses sosial dalam bentuk formal maupun
informal, dan menulis adalah kegiatan utama (walaupun tidak ekslusif) dalam
kegiatan sosial (Russell, 1997; Young. 1994).
Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan
tulisan. Menulis berarti menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau
melahirkan pikiran atau perasaaan seperti mengarang, membuat surat,
membuat laporan, dan sebagainya (Nunuy Nurjanah, 1997:2).
Sedang menurut Sabarti Akhadiah,dkk (1997) proses menulis adalah
rangkaian kegiatan mulai dari menemukan gagasan sampai menghasilkan
tulisan.
Menurut Henry Guntur Tarigan (1982:13) ”Menulis sebagai suatu
keterampilan berbahasa mencakup empat komponen yang tidak bisa dipisahkan
yaitu keterampilan: 1) menyimak; 2) berbicara; 3)membaca; 4)menulis.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang tidak dapat
dipisahkan dengan keterampilan berbahasa yang lain terutama membaca.
Ketrampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dikuasai
seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan
membaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan padu.
Keterampilan menulis membutuhkan suatu bentuk ekspresi gagasan yang
berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosa
kata dan tata bahasa tertentu atau kaidah bahasa yang digunakan sehingga
dapat menggambrakan atau dapat menyajikan informasi yang diekspresikan
secara jelas.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan pikiran, gagasan,
perasaan dalam bentuk simbol-simbol atau lambang grafis tertentu yang
berwujud tulisan (bukan lisan) yang dimengerti oleh penulis maupun pembaca,
sehingga keduanya memahami apa yang diungkapkan dalam tulisan tersebut.
Banyak yang mengatakan keterampilan mengarang atau menulis itu
sulit, tetapi Arswendo Atmowiloto dalam bukunya mengatakan bahwa,
”Mengarang itu gampang”. Sebenarnya keterampilan menulis bila diminati
dan ditekuni, maka akan menjadi mudah. Sulit atau mudah itu tergantung
persepsi seseorang. Bisa karena biasa. Keterampilan menulis apabila sudah
terbiasa dilakukan tidak akan menjadi sulit, meskipun menulis merupakan
suatu keterampilan berbahasa yang komplek. Heaton dalam St.Y. Slamet
(2008:98), kompleksitas kegiatan menulis atau mengarang untuk menyusun
karangan yang baik meliputi (1) keterampilan gramatikal, (2) penuangan isi,
(3) keterampilan stilistika, (4) keterampilan mekanis, dan (5) keterampilan
memutuskan. Sehubungan dengan kompleksnya kegiatan yang diperlukan
untuk menulis, maka menulis harus dipelajari dan diperoleh melalui proses
belajar sejak kecil atau sejak Sekolah Dasar dan dilatih dengan sungguh-
sungguh.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis
Menurut Agus Suriamiharja,dkk (1997:3) seseorang dikatakan telah
mampu menulis dengan baik jika dia dapat mengungkapkan maksudnya
dengan jelas sehingga orang lain dapat memahami apa yang diungkapnya. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Morsey dalam kutipan
H.G. Tarigan, bahwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tulisan dikemukakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam,
meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain dan maksud serta
tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (atau para
penulis) yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannnya dengan
jelas dan mudah dipahami.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang
penulis yang baik sekurang-kurangnya harus memiliki kepekaan terhadap
keadaan sekitarnya agar tujuan penulisannya dapat dipahami oleh pembaca.
H.G. Tarigan dalam Nunuy Nurjanah mengatakan bahwa: ”Penulis ulung
adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat.
Maksudnya seorang penulis harus tanggap terhadap situasi di
sekitarnya. Dapat membaca situasi, dapat menggambarkan keadaan, dan dapat
memaparkan keadaan sekitar dalam kalimat yang baik dan padu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan menurut D.
Angelo dikutip oleh H.G. Tarigan dalam Suriamiharja, 1997:3, yaitu:
1) Maksud dan tujuan penulis
2) Pembaca atau pemirsa
3) Waktu atau kesempatan
Untuk menjadi penulis yang baik, terlebih dahulu penulis harus
menentukan maksud dan tujuan penulisannya, agar pembaca memahami ke
mana arah tujuan penulisan itu sendiri. Selain itu yang harus diperhatikan
adalah kondisi pembaca, artinya tulisan ini ditunjukkan kepada pembaca yang
bagaimana (menurut usia, pengetahuan, minat). Dengan harapan tulisan yang
dibuat tepat sasaran. Sedangkan faktor terakhir yang harus diperhatikan adalah
waktu dam kesempatan, artinya apakah tulisan yang dibuatnya sesuai dengan
tujuan berlangsungnya suatu kejadian, sehingga menarik untuk dibaca.
c. Kegunaan Menulis
Banyak keuntungan yang didapat dan dihasilkan dari keterampilan
menulis. Menurut Sabarti Akhadiyah,dkk dalam Agus Suriamiharja, dkk
(1997:4) ada delapan kegunaan menulis yaitu sebagai berikut:
1) Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengukur sampai dimana
pengetahuaannya tentang suatu topik. Sehingga untuk mengembangkan
topik tersebut ia harus menggali pengetahuan dan pengalamannya.
2) Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan
Penulis haruslah orang yang pandai bernalar, menghubung-hubungkan,
membanding-bandingkan, mengembangkan fakta untuk menciptakan
berbagai gagasan.
3) Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi
sehubungan dengan topik yang ditulis.
Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan baik secara teoritis
maupun secara praktis mengenai fakta-fakta.
4) Penulis dapat terlatih mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta
mengungkapkannya secara tersurat.
5) Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih
obyektif
6) Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah
memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat
dalam konteks yang lebih kongkret.
7) Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis
menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi
penyadap informasi dari orang lain.
8) Dengan kegiatan menulis yang terencanakan dapat membiasakan berfikir
serta berbahasa secara tertib dan teratur.
d. Tujuan Menulis
Tujuan menulis menurut D. Angelo (1980:20) dapat ditinjau dari
beberapa segi, yaitu: 1) segi penulis, 2) segi pembaca, 3) segi waktu. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa menulis bila ditinjau dari segi penulis memiliki
beberapa tujuan yaitu mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau
menyenangkan, dan atau mengekspresikan peranan dan emosi yang kuat.
Sedangkan tujuan menulis bila ditinjau dari segi pembaca, bahwa penulis
hendaknya tidak hanya memilih satu pokok pembicaraan yang cocok, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
harus memperhatikan pembacanya, pertimbangan usia, jenis kelamin, tempat
tinggal, minat budaya, agama, politik, dan lain-lain. Peninjauan dari segi
waktu, menulis mencakup dalam masalah keadaan yang melibatkan
berlangsungnya suatau kejadian tertentu, waktu, dan tempat.
Sedangkan menurut Hugo Hartig (dalam Depdikbud: 235) ada beberapa
tujuan menulis, antara lain:
1) Assigment Purpose (tujuan penugasan)
Penulis menulis karena mendapat tugas, buakan atas kemauan sendiri.
Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku bacaan, membuat
cerita pendek, membuat laporan observasi dan sebagainya.
2) Altruistic Purpose (tujuan altruistik)
Penulis menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para
pembaca, menolong para pembaca untuk memahami, menghargai perasaan
dan penalarannya, ingin menjadikan hidup pembaca menyenangkan. Penulis
berkeyakinan bahwa pembaca adalah “teman” hidupnya. Sehingga penulis
benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu idea tau gagasan bagi
kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistik dapat
tercapai.
3) Persuasive Purpose (tujuan persuasi)
Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan
kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan oleh penulis. Tulisan semacam
ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah
produksi barang dagangan.
4) Informatical Purpose (tujuan informasional)
Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi
atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha menyampaikan
informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan
oleh penulis.
5) Self Expressive (tujuan pernyataan diri)
Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada
para pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
6) Creative Purpose (tujuan kreatif)
Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau
nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Di sini penulis
bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu. Dalam
informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya sekedar
tahu apa yang disajikan penulis, tetapi juga merasa terharu membaca tulisan
tersebut.
7) Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dikenal tulisannya, penulis berusaha member kejelasan kepada para
pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.
e. Fungsi Menulis
Fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung,
bukan tatap muka antara penulis dan pembaca. Penulis dan pembaca dapat
berkomunikasi melalui tulisan. Oleh karena itu, pada prinsipnya hasil menulis
yang paling utama adalah dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca,
sehingga pembaca memahami maksud penulis yang dituangkan dalm
tulisannya. Mengingat proses komunikasi ini dilakukan secara tidak langsung,
tidak melalui tatap muka antara penulis dan pembaca, dan agar tulisan itu
berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh penulis, maka isi tulisan harus
benar-benar dipahami baik oleh penulis maupun pembacanya. Apabila tidak
demikian, tidaklah mungkin tulisan itu berfungsi sebagai alat komunikasi
(Muchlisoh, 1992: 233).
Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam
cara berkomunikasi, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak
langsung. Kegiatan berbicara dan mendengar (menyimak) merupakan
komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca
merupakan komunikasi tidak langsung. Keterampilan menulis sebagai salah
satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting
di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat
mengungkapkan pikiran dan gagasannya untuk mencapai tujuan dan
maksudnya (Depdiknas, 177: 1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
f. Ragam Menulis
Ragam atau bentuk suatu tulisan atau karangan bermacam-macam.
Salah satunya dapat dilihat berdasarkan penggolongan dalam penyajian dan
tujuan penyampaiannya. Dengan mengetahui tujuan menulis dan bentuk tulisan
yang dibuatnya akan dapat mengarahkan seorang penulis secara lebih baik
dengan hasil yang maksimal.
Menurut St. Y. Slamet (2008:103) bahwa karangan dapat disajikan
dalam lima bentuk yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Sedangkan menurut Gorys Keraf (1997:124) menyatakan bahwa bentuk-bentuk
karangan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, atau argumentasi.
Narasi (penceritaan atau pengisahan) adalah ragam wacana yang
menceritakan proses kejadian suatu peristiwa (St. Y. Slamet, 2008:103).
Sedangkan menurut Gorys Keraf (1997:124), karangan narasi adalah karangan
yang berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara
kronologis.
Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan,
pengalaman, dan perasaan penulisnya (St. Y. Slamet, 2008:103). Hal senada
diungkapkan Gorys Keraf, bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang
berusaha untuk menggambarkan sesuatu hal sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan pancaindera terhadap
suatu obyek (1997:124).
Eksposisi (paparan) adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk
menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan suatu hal yang dapat
memperluas atau menambah pengetahuan dan pendangan pembacanya (St. Y.
Slamet, 2998:103). Menurut Gorys Keraf (1997:124) karangan eksposisi
adalah karangan yang bertujuan untuk memberi penjelasan atau informasi.
Argumentasi (pembahasan atau pembuktian) adalah ragam wacana
yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang
disampaikan oleh penulisnya (St. Y. Slamet, 2008:104). Pernyataan ini lebih
ditegaskan lagi oleh Gorys Keraf (1997:125) yang menyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang mengajukan pembuktian-
pembuktian, analisis yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran dan
pemecahan suatu pokok permasalahan.
Persuasi adalah ragam wacana yang bertujuan untuk mempengaruhi
sikap (St. Y. Slamet, 2008:104). Sedangkan menurut pendapat Sabarti
Akhadiah,dkk (1992:84) mengatakan bahwa karangan persuasi adalah
karangan yang bukan hanya sekedar membuktikan sesuatu tetapi juga berusaha
mempengaruhi pembaca. Dalam karangan persuasi berusaha bagaimana agar
pembaca terpengaruh dan melakukan apa yang diinginkan penulis.
g. Tahap-tahap dalam Menulis
Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi
dan melibatkan beberapa fase. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008:
14) ada beberapa fase dalam menulis yaitu meliputi:
1) Tahap prapenulisan
Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, yaitu tahap mencari,
menemukan dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalamanyang
diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis sehingga
apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik. Fase ini sangat
menentukan aktivitas dan hasil menulis berikutnya. Persiapan yang baik
sangat memungkinkan untuk menumpulkan bahan secara terarah,
mengaitpadukan antargagasan secara runtut, serta membahasnya secara
kaya, luas, dan dalam.
Sebaliknya, tanpa persiapan yang memadai, banyak kesulitan yang
akan ditemui bahwa penulis kecewa atau bahkan tertawa melihat hasil
tulisan yang dibuatnya. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas
memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau
informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan idea tau gagasan dalam
bentuk karangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Tahap penulisan
Pada tahap pramenulis, penulis telah menentukan topik dan tujuan,
mengumpulkan informasi yang relevan , serta membuat kerangka karangan.
Dengan selesainya itu semua, berarti penulis telah siap untuk menulis.
Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka
karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih
dan dikumpulkan.
Dalam pengembangan setiap ide, penulis dituntut untuk mengambil
keputusan, yaitu keputusan tentang kedalaman serta keluasan isi, jenis
informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan termasuk di
dalamnya teknik pengembangan alinea, serta gaya dan cara pembahasannya
(pemilihan kata, pengalimatan, pengalineaan) dan tentu saja keputusan itu
harus disesuaikan dengan topic, tujuan, corak karangan, dan pembaca
karangan.
3) Tahap pascapenulisan
Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram
yang penulis hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan
(revisi). Penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang suatu buram
karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik
untuk mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah untuk memperoleh
informasi tentang unsure-unsur karangan yang perlu disempurnakan.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau penulisnya sendiri.
Berdasarkan hasil penyuntingan itulah maka kegiatan revisi atau perbaikan
karangan dilakukan.
Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian,
penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsure-unsur karangan.
Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya. Bila revisi
berat, bisa juga sedang atau ringan. Pada revisi ringan, seperti yang
disebabkan oleh kesalahan unsure-unsur mekanik, kegiatan perbaikan itu
biasanya dilakukan bersamaan dengan penyuntingan. Tetapi untuk revisi
berat misalnya karena kesalahan urutan gagasan, contoh atau ilustrasi, cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pengembangan, penyampaian penjelasan atau bukti, kegiatan perbaikan itu
biasanya dilakukan setelah penyuntingan selesai. Bila perbaikan iti mendasa,
maka kegiatan revisi berat biasanya diikuti kembali dengan penulisan kembali
karangan (rewrite).
Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membaca keseluruhan karangan;
b. Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan apabila
ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, dan disempurnakan; serta
c. Melakukan perbaikan sesuai temuan saat penyuntingan
Berdasarkan penjabaran di atas, maka ketiga fase tersebut harus
dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang
penulis dalam proses tulis menulis.
h. Menulis Deskripsi
Deskripsi adalah sebuah bentuk karangan, sajian karangan, ragam
wacana, atau cara penyajian sebuah tulisan dalam bentuk yang lebih nyata,
sejelas-jelasnya sehingga pembaca mampu untuk merasakan, seolah-olah
melihat, ikut mengalami, atau beranggapan seperti apa yang dipaparkan penulis
tersebut. Karangan deskripsi melukiskan suatu objek dengan kata-kata. Objek
yang dilukiskan bisa berupa orang, benda, tempat, kejadian dan sebagainya.
Dalam karangan deskripsi penulis menunjukkan bentuk, rupa, suara, bau, rasa,
suasana, situasi suatu objek. Dalam memaparkan sesuatu seakan-akan
menghadirkan sesuatu tersebut ke hadapan pembaca.
Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan
suatu obyek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah
berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat
sendiri obyek tersebut (Gorys Keraf, 1995:16). Wacana deskriptif merupakan
wacana yang menjadikan pembacanya secara aktif mengalami proses mental
untuk ikut merasakan apa yang dituliskan oleh pengarang. Teknik menulis
deskripsi tergolong dalam karangan nonfiksi (Ahmad Rofi’uddin dkk,
2002:117), yaitu karangan yang disajikan dalam realitas yang aktual, benar-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
benar tejadi secara nalar. Karangan nonfiksi bukanlah karangan yang
mengandalkan cerita rekaan, bersifat imajinatif, atau khayalan. Thomas Elliot
Berry (1973:109), mengatakan: ”Good descriptive writing can have no haze,
no shadows, no blurring film between reader and subject”. Dapat diartikan
penulisan deskripsi yang bagus yaitu tanpa keraguan, tanpa bayangan, tanpa
kekaburan di antara pembaca dan penulis.
Menurut Sabarti Akhadiah,dkk (1992:82), deskripsi berarti
menggambarkan sesuatu dengan kata-kata, sehingga pembaca juga seolah-olah
melihat dan merasakan apa yang dimaksud penulis. ”Successful description
makes the reader see, hear, smell, taste, or feel, as the particular situation
demands” (Thomas Elliot Bery, 1973:109). Dapat diartiakan sebagai
kesuksesan pendeskripsian membuat pembaca melihat, mendengar, mencium,
mengecap, atau merasakan sabagaimana situasi yang dipaparkan.
Dikemukakan dalam (http://adegustiann.blogsme.com/2009/02/02
/ciri-ciri-tulisan-narasi-deskripsi-eksposisi-dan-argumentasi/) bahwa karangan
deskripsi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) menggambarkan atau
melukiskan sesuatu, 2) penggambaran itu dilakukan sejelas-jelasnya dengan
melibatkan kesan indra, 3) membuat pembaca atau pendengar merasakan
sendiri atau mengalami sendiri. Sedangkan langkah untuk menyusun sebuah
karangan deskripsi, yaitu:
1) tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
2) tentukan tujuan
3) mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan
4) menyusun data tersebut data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun
kerangka karangan)
5) menguraikan kerangka karangan-karangan menjadi menjadi deskripsi yang
sesuai dengan tema yang ditentukan.
Macam-macam pola pengembangan paragraf deskripsi dalam
(http://adegustiann.blogsme.com/2009/02/02/ciri-ciri-tulisan-narasi-deskripsi-
eksposisi-dan-argumentasi/) adalah sebagai berikut: 1) paragraf deskripsi
spasial, paragraf ini menggambarkan objek khusus ruangan, benda atau tempat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2) paragraf deskripsi subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti
tafsiran atau kesan perasaan penulis, 3) paragraf deskripsi objektif, paragraf ini
menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Untuk menghasilkan sebuah tulisan atau karangan pasti memerlukan
teknik tertentu, baik itu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi,
maupun deskripsi. Masing-masing teknik memiliki perbedaan, hal ini
disesuaikan dengan tujuan dan isi masing-masing karangan. Salah satu ciri
karangan yang baik adalah adanya unsur kohesi dan koherensi di dalamnya.
Menurut tim Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997), kohesi adalah
keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana
sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Sedangkan koherensi
adalah hubungan semantik yang mendasari sebuah wacana. Jadi sebuah wacana
atau karangan yang baik harus memiliki kohesi dan koherensi antarkalimat-
kalimat sehingga membentuk wacana atau karangan yang padu dan harmonis.
Menurut Atarsemi (1990: 143) kalimat itu mempunyai ciri-ciri: (1)
strukturnya teratur, (2) kata yang digunakan mendukung makna secara tepat,
dan (3) hubungan antarbagiannya logis. Sedangkan kalimat efektif adalah
kalimat yang memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh, dan
meninggalkan kesan. Kalimat tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
sesuai dengan tuntunan bahasa baku; (2) jelas; (3) ringkas atau lugas; (4)
adanya hubungan yang baik atau koherensi; (5) kalimat harus hidup; dan (6)
tidak ada unsur yang tidak berfungsi.
Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (2002:118), teknik
menulis wacana deskripsi, yaitu:
1) Mengamati objek yang akan ditulis
Untuk mendeskripsikan suatu objek dengan baik kita memerlukan materi
yang lengkap mengenai objek tersebut. Materi-materi tersebut kita peroleh
melalui observasi atau pengamatan. Materi-materi tersebut dapat
digambarkan melalui pertanyaan-pertanyaan berikut:
a) Bagaimanakah sifat-sifat fisik objek yang akan kita deskripsikan (bentuk,
ukuran, bahan, warna, rasa, bau, dan sebagainya)?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b) Adakah persamaan objek itu dengan objek yang lain?
c) Bagaimanakah perbedaan antara objek yang akan kita deskripsikan itu
dengan objek lain?
2) Menyeleksi dan menyusun rincian suatu deskripsi
Data atau informasi yang telah kita catat dari pengamatan perlu diseleksi
dan disusun dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Memilih data dan informasi yang memberikan kesan yang kuat. Ciri-ciri
atau sifat-sifat apakah yang dimilki oleh orang, tempat, benda, dan objek-
objek lain yang paling mengesankan.
b) Menyajikan informasi tentang objek yang kita deskripsikan dengan
kerangka deskripsi sesuai dengan objek yang kita deskripsikan.Macam-
macam kerangka deskripsi, yaitu: (1) deskripsi kerangka tempat, (2)
deskripsi kerangka waktu, (3) deskripsi dengan kerangka urutan-urutan,
misalnya pertama-tama mengemukakan pandangan umum mengenai
orang, benda, tempat, situasi,dll, mengemukakan bagian-bagian utamanya
lebih dulu kemudian baru bagian-bagian lainnya, mengemukakan bagian-
bagian yang kiranya akrab dengan pembaca baru bagian-bagian yang lain,
atau menggambarkan suatu objek dari atas ke bawah atau sebaliknya, dan
dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Menurut Gorys Keraf (1997:149) kerangka karangan adalah suatu
rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang digarap.
Sebuah kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut:
a) Untuk menyusun karangan secara teratur
Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat wujud gagasan-
gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan
dan hubungan timbal balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah
gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam
perimbangannya.
b) Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
Supaya pembaca dapat terpikat secara terus-menerus menuju kepada
klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sedemikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
sehingga tercipta klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian
pembaca.
c) Menghindari anggapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
Menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga
dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus
menetapkan pada bagian mana topik tadi harus diuraikan, sedangkan bagian
yang lain cukup dengan menunjuk kembali kepada bagian yang lain tadi
(lihat selanjutnya catatan kaki)
d)Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu
Dengan mempergunakan perincian-perincian dalam kerangka karangan
penulis dengan mudah akan mencari data-data atau fakta-fakta untuk
memperjelas atau membuktikan pendapat karangan itu.
Dengan demikian guna penyusuan kerangka karangan pembaca dapat
melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka
karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan.
2. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif
Kepala Bernomor Struktur
a. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif
1) Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Mills dalam Agus Suprijono (2010:45) mengatakan bahwa,
”Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil
observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Menurut
Arends dalam Agus Suprijono (2010:46), model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Sedangkan menurut Agus Suprijono (2010:45), model pembelajaran
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap
implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
Joyce dalam Agus Suprijono (2010:46) mengatakan, ”each model guides us
as we design instruction to help students achieve various object”. Bahwa
setiap model pembelajaran dapat menuntun kita untuk membuat
perencanaan untuk membantu siswa dalam menerima bermacam-macam
materi pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan
aktivitas pembelajaran.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola yang dirancang untuk merencanakan suatu
pembelajaran yang di dalamnya terdapat tujuan-tujaun pembelajaran, tahap-
tahap yang dilaksanakan dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran
sampai pengelolaan kelas sehingga siswa mencapai tujuan pembelajarn
melalui model pembelajaran yang telah ditentukan.
2) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1985) dalam Isjoni pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang
dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Anita Lie (2000)
dalam Isjoni (2008:23), menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah
pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas yang terstruktur.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham kontruktivisme. Hal ini sejalan dengan konstruktivisme
Vygotsky (Agus Suprijono, 2010), menekankan bahwa pengetahuan
dibangun dan dikonstruksi seacara mutual. Peserta didik berada dalam
konteks sosiohistoris.
Dukungan teori Vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif
adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie (Agus
Suprijono, 2010), model pembelajaran kooperatif didasarkan pada falsafah
homo homini socius, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sedangkan
Piaget (Agus Suprijono, 2010) berpendapat, dalam pendekatan
kontruktivisme, peserta didik mengonstruksikan pengetahuan dengan
mentransformasikan, mengorganisasikan, dan juga mereorganisasikan
pengetahuan dan informasi sebelumnya. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa diharapkan dapat bekerja sama, berinteraksi, saling tolong-menolong,
dan saling mentransformasikan masing-masing pengetahuan baik yang
dimiliki sebelumnya atau hasil yang didapat dalam kelompok sosial yang
telah ditentukan oleh guru.
Berdasarkan pada (http://subagio-subagio.blogspot.Com/2010/03/
implementasi-pendekatan-konstruktivisme.html) menyebutkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya ,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Dalam Lungdren (1994) pada (http://www.scribd.com/doc/
11540191/pembelajaran-kooperatif) menyebutkan unsur-unsur dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu: a) para siswa harus memiliki persepsi bahwa
mereka ”tenggelam atau berenang bersama,” b) para siswa harus memiliki
tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik mempelajari materi yang
dihadapi, c) semua siswa harus berpandangan bahwa mereka semua
memiliki tujuan yang sama, d) para siswa membagi tugas dan berbagi
tanggung jawab di antara para anggota kelompok, e) para siswa diberikan
satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi kelompok, f) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar, g) setiap siswa akan
diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif,
3) Macam-macam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Isjoni (2010:23-24) menyebutkan
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaaran yang telah
dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong siswa untuk
melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya diskusi
atau pengajaran oleh teman sebaya. Berikut ini beberapa jenis pembelajaran
kooperatif menurut Trianto (2007), yaitu:
a) Student Teams Achivement Division (STAD)
Slavin (dalam Nur, 2000:26) dalam Trianto (2007:52) menyatakan
bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan
4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan suku.
b) Tim Ahli (Jigsaw)
Langkah-langkah pembelajaran jigsaw:
(1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-
6 orang)
(2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang
telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab
(3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya
(4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya
(5) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya
bertugas mengajar teman-temannya
(6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, peserta didik dikenai
tagihan berupa kuis individu.
c) Investigasi Kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Implementasi tipe investigasi kelompok yaitu guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.
Kelompok di sini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban
persahabatn atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya
siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
4) Think Pair Share
Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang diarancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali dikembangkan oleh
Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip
Arends (1997) menyatakan bahwa Think Pair Share dapat memberi siswa
lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
5) Numbered Head Together (NHT)
NHT atau dalam bahasa Indonesia diartikan Penomoran Berpikir
Bersama adalah pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap
struktur kelas yang tradisional. Pertama kali dikembangkan oleh Spenser
Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
b. Tinjauan Tentang Model Kooperatif Kepala Bernomor
Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Menurut Isjoni
(2000:68), teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan pertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu
teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Jurnal Internasional dalam (http://titikhujan11.blogspot.com/2009/04/effect-of-
using-numbered-heads-together.html) menyatakan bahwa:
The NHT is a cooperative learning strategy that holds each student
accountable for learning the material. Students are placed in groups
and each person is given a number (from one to the maximum number
in each group). The teacher poses a question and students “put their
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
heads together” to figure out the answer. The teacher calls a specific
number to respond as spokesperson for the group. By having students
work together in a group, this strategy ensures that each member
knows the answer to problems or questions asked by the teacher.
Because no one knows which number will be called, all team
members must be prepared.
Yang artinya adalah strategi pembelajaran kooperatif yang memegang
setiap siswa bertanggung jawab untuk belajar materi. Siswa ditempatkan dalam
kelompok dan setiap orang diberi nomor (dari satu dengan jumlah maksimum
dalam setiap kelompok). Guru menimbulkan pertanyaan dan mahasiswa
"meletakkan kepala mereka bersama-sama" untuk mencari tahu jawabannya.
Guru memanggil nomor tertentu untuk menanggapi sebagai juru bicara untuk
grup. Dengan siswa memiliki bekerja sama dalam kelompok, strategi ini
memastikan bahwa setiap anggota tahu jawaban atas masalah atau pertanyaan
yang diajukan oleh guru. Karena tidak ada yang tahu nomor yang akan
dipanggil, semua anggota tim harus dipersiapkan.
Menurut Trianto (2007:63), dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan Numbered Heads Together, guru
menerapkan 4 fase, yaitu:
1. Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5
2. Fase 2: Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat amat
spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
3. Fase 3: Berfikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim
4. Fase 4: Menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Guru memanggil suatu nomor tetentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
c. Tinjauan Tentang Model Kooperatif Kepala Bernomor Struktur
1) Pengertian Tentang Kepala Bernomor Struktur
Kepala Bernomor Struktur merupakan variasi dari model
pembelajaran kooperatif. Seperti halnya model pembelajaran kooperatif
yang lain, Kepala Bernomor Struktur juga menekankan pada aspek
komunikasi sosial, kerja sama, dan interaksi antarindividu dalam satu
kelompok. Kepala Bernomor Struktur merupakan modifikasi dari Teknik
Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) yang dipakai oleh Spencer
Kagan.
Menurut Agus Suprijono (20101:92), langkah-langkah pembelajaran
teknik Kepala Bernomor yaitu sebagai berikut:
a) Langkah pertama
Kegiatan diawali dengan numbering, yaitu guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya
mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Misalnya jumlah
siswa sebanyak 40 anak, sedangkan konsep yang dibagi sebanyak 8,
maka terdapat 5 kelompok dalam kelas. Maka tiap-tiap kelompok diberi
nomor 1-8.
b) Langkah kedua
Setelah kelompok terbagi guru mengajukan beberapa pertanyaan yang
harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan pada tiap-
tiap kelompok untuk menemukan jawaban atas pertanyaan dari guru.
c) Langkah ketiga
Guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap
kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan
yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua
siswa dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat
giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih
mendalam, sehingga siswa dapat menemukan jawaban pertanyaan itu
sebagai pengetahuan yang utuh.
Di beberapa buku atau referensi pada langkah ketiga terdapat
perbedaan perlakuan atau tahap pembelajaran, seperti dalam buku yang
dikarang oleh Hanafiah dan Cucu Suhana menjelaskan, setelah guru
memberikan tugas pada tiap-tiap kelompok lalu masing-masing kelompok
mendiskusikannya, tahap selanjutnya adalah guru memanggil salah satu
nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama
mereka. Kemudian teman yang lain menanggapi, selanjutnya guru
memanggil lagi nomor yang lain begitu seterusnya.
Tujuan ”numbering” atau pemberian nomor pada tiap-tiap anak, baik
dalam pembelajaran Kepala Bernomor maupun kepala Bernomor Struktur
adalah agar guru tidak subyektif dalam menunjuk anak karena didasarkan
pada nomor, bukan pada nama. Selain itu agar seluruh siswa dapat aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Cara Membelajarkan Model Pembelajaran Kooperatif Kepala Bernomor
Struktur
Langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan tipe Kepala
Bernomor Struktur ( Hanafiah dan Cucu Suhana, 2009:43) sebagai berikut:
a) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam
kelompok mendapat nomor
b) Penugasan diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan nomor
terhadap tugas yang berangkai. Misalnya, peserta didik nomor satu
bertugas mencatat soal, peserta didik nomor dua mengerjakan soal, dan
peserta didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
c) Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antarkelompok. Peserta didik
disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa
peserta didik bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini
peserta didik dengan tugas yang sama dapat saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja sama mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
d) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok lain
e) Kesimpulan
Baik pada pembelajaran Kepala Bernomor maupun Kepala
Bernomor struktur, keduanya menerapkan langkah awal yaitu penomoran
atau numbering. Numbering yaitu pemberian nomor pada masing-masing
anak di tiap-tiap kelompok. Hanya saja pada pembelajaran Kepala
Bernomor Struktur, fungsi dari penomoran selain untuk membedakan
peran masing-masing anak juga untuk menunjukkan sebuah kerja sama
yang runtut dan berkesinambungan. Sebagai contoh kelompok yang
terdiri atas 4 anak, maka pengklasifikasian tugas bisa berupa: nomor 1
bertugas mencatat soal, nomor 2 bertugas mengerjakan soal, nomor 3
bertugas melaporkan hasil pekerjaan, dan nomor 4 bertugas menanggapi
hasil diskusi dari kelompok lain. Meskipun dalam satu kelompok
memiliki peran yang berbeda-beda, tapi dalam prosesnya seluruh anak
harus menguasai materi masing-masing anggota. Oleh sebab itu guru
harus mengarahkan agar anak-anak bekerja sama dan saling membantu
dalam kelompok.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu: Elvi Susanti (2009)
dengan judul
”Penerapan Metode Kooperatif Learning Tipe Teknik Kepala Bernomor
Struktur dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Pkn Kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 19 Kota Bengkulu”.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini yaitu pada siklus I diperoleh nilai rata-rata skor observasi guru
sebesar 34 dengan kriteria baik, dan rata-rata skor observasi siswa sebesar 32,5
dengan kriteria cukup. Pada siklus II rata-rata skor observasi guru sebesar 39,5
dengan kriteria baik dan rata-rata skor observasi siswa sebesar 38,5 dengan
kriteria baik. Hasil analisis ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I sebesar
52,7% dengan nilai rata-rata 6,902. Pada siklus II ketuntasan belajar secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
klasikal meningkat menjadi 91,6 % dengan nilai rata-rata siswa menjadi 8,069.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode Kooperatif Tipe
Teknik Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa dalam proses pembelajaran.
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran yang kurang tepat di dalam kelas dapat menimbulkan
permasalahan. Baik itu disebabkan oleh kesalahan penyampaian, cara mengajar
yang kurang tepat, penggunaan media dan alat belajar yang kurang tepat,
rendahnya motivasi belajar ataupun penggunaan model maupun metode
pembelajarn yang kurang tepat. Dalam sebuah proses pembelajaran, hendaknya
dilaksanakan sesuai kemampuan dan karakteristik anak sehingga metode maupun
model yang digunakan juga sesuai. Hal yang tak kalah penting dalam proses
pembelajaran adalah terciptanya PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). Sehingga selama proses pembelajaran, siswa tidak
hanya merasa senang untuk belajar tapi mereka aktif mengikuti pembelajaran
karena merasa ikut dilibatkan.
Setelah diketahui adanya kesalahan penyampaian dan penggunaan model
dan metode yang kurang tepat, atau belum diterapkannya model-model
pembelajaran inovatif , maka dapat diambil suatu tindakan untuk mengatasi
masalah yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kajian
teoritik yang telah diuraikan dia atas dapat diperoleh alur kerangka berpikir pada
bagan 1, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Penggunaan model
pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan
keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011.
Kondisi
Awal
Kemampuan peserta
didik dalam menulis
deskripsi rendah
Kurangnya alternatif
pembelajaran inovatif
Kondisi
Akhir
Tindakan
Dalam
pembelajaran guru
menerapkan model
koopertif tipe
Kepala Bernomor
Struktur
Proses dan hasil
keterampilan menulis
deskripsi peserta
didik meningkat
Memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk berperan
aktif dalam kelompok baik
secara individu maupun sosial
Manfaat model pembelajaran
tipe kepala bernomor struktur:
1. Melatih kemandirian
peserta didik dalam
melaksanakan tugas
2. Melatih rasa tanggung
jawab baik terhadap diri
sendiri maupun kelompok
Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam Penelitian ini penulis mengambil lokasi di MIN Mulur, yang
terletak di Desa Jati Kembaran Rt 03/VII Kelurahan Mulur Kecamatan Bendosari
Kabupaten Sukoharjo. Di sekolah ini terdapat 6 kelas yang terdiri dari kelas I
samapai kelas VI SD dengan jumlah siswa per kelasnya rata-rata 20 anak, hanya
saja kebetulan kelas yang dipakai peneliti berjumlah 15 anak. Pengambilan lokasi
penelitian yang bertempat di MIN Mulur Kecamatan Bendosari atas pertimbangan
beberapa alasan, yaitu: 1) peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik
dengan Kepala Sekolah dan guru serta karyawan karena peneliti merupakan
alumni dari MIN Mulur, 2) sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai
objek penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian
ulang, 3) kemampuan menulis pada siswa kelas V MIN Mulur masih tergolong
rendah, 4) sebelumnya guru belum pernah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur yang digunakan penulis dalam
penelitian tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan kurang lebih selama bulan Januari s.d bulan Mei,
yaitu dimulai dengan tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian. Untuk
tahap penyusunan dan pengajuan proposal dilakukan pada bulan Januari sampai
Februari 2011, tahap mengurus surat izin dan persiapan penelitian dilakukan pada
bulan Februari, pelaksanaann siklus I dan II dilaksanakan pada bulan Februari
sampai Maret. Dan tahap pelaporan dilaksanakan selama bulan Maret sampai
dengan Mei. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat
pada tabel 1, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Jan 2011
Feb 2011 Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan dan
pengajuan proposal
2. Mengurus
izin penelitian
3. Persiapan
penelitian
4. Pelaksanaan
silkus I
5. Pelaksanaan
siklus II
6. Penyusunan
laporan
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 MIN Mulur Tahun
Pelajaran 2010/2011. Siswa terdiri atas 15 anak. Yang terdiri dari 6 anak laki-laki
dan 9 anak perempuan. Keseluruhan anak adalah anak normal dan tidak ada yang
berkebutuhan khusus. Dari 15 anak tersebut rata-rata memiliki kemampuan
menulis deskripsi yang masih rendah. Masih cukup banyak anak yang memiliki
kemampuan menulis deskripsi belum mencapai atau melebihi batas nilai KKM
mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 70.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Untuk mengkaji permasalahn penelitian secara detail dan lengkap
diperlukan suatu pendekatan pemecahan suatu masalah melalui pemilihan strategi
penelitian yang tepat. Bentuk penelitian menurut paradigma kualitatif dapat
berupa penelitian kualitatif eksploratif, penelitian kaulitatif eksplanatif, penelitian
kualitatif deskriptif dan penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research
(CAR)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yang
menekankan pada pemecahan permasalahan untuk memperbaiki persoalaan nyata
dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung
dalam interaksi guru dengan siswa yang sedang belajar maka lebih menekankan
pada masalah proses, maka bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
Ada 3 pengertian yang dapat diterangkan dalam Penelitian Tindakan
Kelas, yaitu:
1) Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
2) Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk siswa.
3) Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam yang sama menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama pula (Suharsimi Arikunto dalam Sarwiji Suwandi, 2009:10)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti terhadap suatu permasalahan
yang ada di dalam kelas selama proses pembelajaran untuk dicari pemecahannya
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
2. Strategi Penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan
model siklus, yaitu: (a) planning atau perencanaan; (b) acting atau tindakan; (c)
observing atau pengamatan; (d) reflecting atau refleksi. Namun, sebelum
diadakannya tahap planning (perencanaan) sebelumnya biasa dilakukan tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
berupa pengamatan situasi pembelajaran dan evaluasi situasi pembelajaran pada
awal sebelum dilaksanakannya siklus.
Sedangkan menurut Kemmis dan Mc. Tagart (dalam Suharsimi Arikunto,
2006:97) strategi tindakan model siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat
digambarkan dalam bagan 2, yaitu:
Bagan 2. Strategi Tindakan Model Siklus dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK)
Pelaksanaan Siklus II
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
Siklus I
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
D. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah:
1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Teknik yang
dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain:
pendokumentasian proses pembelajaran, observasi, wawancara, dan tes.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).
Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: daftar
nilai, RPP, dan Silabus.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar yang ditetapkan. Menurut Sugiyono (2008:62),
pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
cara.
Berikut teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1988), menyatakan manfaat observasi
sebagai berikut:
1) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks
data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan
yang holistik.
2) Dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh pandangan atau konsep sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3) Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati
orang lain, khususnya orang atau yang berada dalam lingkungan itu.
4) Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan
terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau
ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
5) Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi
koresponden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih
komprehensif.
6) Melalui pengamatan di lapangan peneliti tidak hanya mengumpulkan daya
yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana
situasi sosial yang diteliti.
(dalam Sugiyono, 2008: 64-67)
Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung
(direct observation), yaitu observasi yang dilakukan oleh peneliti secara langsung
terhadap obyek yang diteliti. Observasi yang dilakukan meliputi: 1) observasi
keaktifan siswa kelas V MIN Mulur Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011
sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur;
2) observasi siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala
bernomor struktur.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu berupa wawancara terhadap
Guru Bahasa Indonesia kelas V MIN Mulur baik sebelum atau sesudah
menggunakan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur, informasi
yang digali dari kegiatan wawancara, antara lain:
1. Pelaksanaan pembelajaran menulis (model dan metode yang digunakan guru)
2. Kendala yang dihadapi
3. Hasil pembelajaran yang selama ini dilaksanakan
4. Kemungkinan penggunaan model pembelajaran baru dalam mengatasi kendala
3. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:150), tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.
Adapun tes yang digunakan yaitu tes proses selama kegiatan pembelajaran
menulis deskripsi siswa kelas V MIN Mulur Sukoharjo. Tes dilakukan untuk
mengukur hasil yang diperoleh siswa dan juga untuk mengetahui proses
pembelajaran selama kegiatan menulis deskripsi yang dilakukan siswa.
Tes lain yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa tes tertulis berbentuk
unjuk kerja menulis deskripsi. Tes dilakukan baik itu pre-tes ataupun post-tes. Pre
tes dilakukan pada waktu sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif
kepala bernomor struktur (pra-siklus). Sedangkan post-tes dilakukan setiap akhir
pertemuan dalam pembelajaran menulis deskripsi yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Struktur.
4. Dokumentasi
Rekaman dan dokumen suatu program melayani dua tujuan: 1) ia adalah
dasar informasi tentang kegiatan dan proses program, 2) dapat memberi evaluator
(peneliti) ide tentang pertanyaan penting selanjutnya melalui pengamatan dan
wawancara yang lebih langsung (Michael Patton, 2006:150).
Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan peneliti berupa: silabus
Bahasa Indonesia kelas V, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), rekapitulasi
nilai hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V MIN Mulur sebelum dan
sesudah pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif Kepala Bernomor
Struktur serta dokumentasi berupa foto-foto selama proses pembelajaran.
F. Validitas Data
Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi metode dan triangulasi sumber.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1. Triangulasi metode, yaitu pengumpulan data yang telah diperoleh melalui
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yakni dicek melalui
observasi, wawancara, dan tes.
2. Dari data-data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan tes,
lalu data dikroscek kembali dengan informasi yang diperoleh dari peserta
didik, guru, dan kepala sekolah ataupun pihak-pihak yang terkait dalam
penelitian (triangulasi sumber).
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data penelitian dari 3
sumber yang bebeda, yaitu dari hasil observasi (lampiran 7 – lampiran
15),wawancara (lampiran 4 – lampiran 6), dan hasil tes peserta didik
(lampiran 16 – lampiran 20). Setelah data terkumpul, lalu diadakan kroscek
kembali dari data-data tersebut kepada sumber-sumber yang berkaitan, yaitu
peserta didik, guru, dan Kepela Sekolah.
G. Teknik analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data model
interaktif. Berdasarkan Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008:91),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh
Data yang berupa hasil observasi dan wawancara diklasifikasikan sebagai
data kualitatif. Data ini diiterpretasikan dan dihubungkan dengan data kuantitatif
(tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis yang
mencakup kegiatan untuk mengetahui hasil dari tindakan tiap siklus dengan
indikator ketercapaian sekaligus mengungkapkan kelemahan dan kelebihan
kinerja guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Data yang berupa tes
diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif
komparatif, yaitu membandingkan nilai tes antarsiklus dengan indikator
pencapaian. Analisisi dilakukan terhadap nilai yang diperoleh pada setiap
siklusnya dan membandingkan hasil tes di setiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Berikut merupakan bagan pengolahan data menurut Miles dan Huberman
(1994:429) dalam Burhan Bungin (2001:145) :
Bagan 3. Pengolahan Data Menurut Miles dan Huberman
Dari bagan di atas langkah, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Melakukan analisisi awal, mengumpulkan dokumen-dokumen, yaitu berupa:
silabus, Rencaana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan daftar nilai mata
pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MIN Mulur khususnya pokok bahasan
menulis.
2. Penyajian Data
Mengembangkan bentuk sajian data dengan cara menyusun sekumpulan
informasi yang memberi kemungkinan untuk penarikan sebuah kesimpulan dan
tindakan selanjutnya dari masalah.
3. Reduksi Data
Penyederhanaan data menjadi bentuk yang lebih ringan, mudah, tajam,
membuang yang tidak perlu hingga mendapatkan inti data yang selanjutnya
dapat disimpulkan dan diverifikasi
4. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian bersumber dari beberapa data yang
telah dikumpulkan dan dianalisis. Data-data tersebut berupa: dokumentasi, hasil
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Reduksi Data Simpulan:
Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
wawancara, hasil observasi, dan hasil tes. Hasil tes tersebut mengacu pada
patokan nilai KKM Bahasa Indonesia yaitu 70. Sedangkan indikator kinerjanya
yaitu apabila keterampilan menulis deskripsi siswa kelas V MIN Mulur meningkat
dari keterampilan menulis deskripsi mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum
diterapkannya model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur dan
jumlah siswa yang mendapat nilai menulis deskripsi di atas KKM sebanyak 80%
(12 siswa) dari 15 peserta didik.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode PTK terdiri dari 2
siklus. Adapun langkah-langkanya sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Pada tahapan ini peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
1) Media pembelajaran
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Instrumen untuk evaluasi berupa soal-soal tertulis, lembar kerja siswa baik
diskusi maupun individu
4) Lembar observasi.
b. Tindakan
1) Guru melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pokok
bahasan menulis deskripsi dengan model kooperatif
2) Guru membagikan topi kepala bernomor kepada seluruh siswa secara acak
3) Guru membagi siswa dalam 5 kelompok sesuai dengan warna dan nomor
kepala yang dipakai siswa (satu kelompok terdiri atas 3 siswa dengan
nomor kepala 1-3, tugas setiap nomor yaitu: nomor 1 sebagai pemimpin
dan bertugas mencatat hasil pengamatan (menuliskan ciri-ciri deskripsi
sebuah objek); nomor 2 bertugas menyusun catatan hasil pengamatan
dalam kalimat-kalimat; nomor 3 bertugas memperbaiki penulisan laporan
dengan bahasa dan ejaan yang benar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
4) Guru memberi lembar kerja kelompok pada masing-masing kelompok dan
memberi soal untuk didiskusikan bersama
5) Guru beserta siswa membahas hasil diskusi bersama dengan metode tanya
jawab interaktif
Dalam siklus I terdiri atas 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama
pembelajaran tentang pengertian karangan deskripsi dan langkah-langkah
untuk menyusun karangan menjadi karangan deskripsi, sedangkan
pertemuan kedua mendiskusikan tentang menyebutkan ciri-ciri suatu objek
dan menyusun karangan menjadi laporan deskripsi pengamatan.
c. Pengamatan atau observasi
1) Guru melakukan pengamatan atau observasi selama proses pembelajaran
menulis deskripsi berlangsung. Hal-hal yang diamati: keaktifan, kerja
sama, kedisiplinan, dan lain-lain.
2) Guru melakukan pengamatan atau evaluasi sementara terhadap hasil belajar
menulis deskripsi siswa pada tiap akhir pembelajaran.
d. Refleksi
Guru melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada
pembelajaran di siklus I. Dasar dari tindakan ini adalah hasil belajar
keterampilan menulis deskripsi beserta lembar observasi yang digunakan
selama proses pembelajaran. Sedangkan acuan refleksi yang digunakan adalah
indikator ketercapaian, yaitu banyaknya siswa yang mencapai nilai di atas
KKM (>70) sebesar 60% (9 siswa). Apabila pada evaluasi pada siklus I belum
menunjukkan ketercapaian target, maka perlu adanya tindak lanjut pada siklus
II.
Berikut hasil yang diperoleh selama pembelajaran siklus I berlangsung:
1) Peserta didik cukup banyak yang belum bisa menyebutkan ciri-ciri atau
dekripsi suatu objek secara mendetail
2) Peserta didik cukup banyak yang belum bisa menyusun kalimat-kalimat
menjadi pargraf yang runtut dan benar.
3) Hasil penulisan karangan deskripsi masih terdapat banyak kesalahan dalam
hal penulisan tanda baca dan EYD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4) Kerja sama belum terjalin secara baik dan solid antaranggota kelompok
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Tahap perencanaan yang dilaksanakan pada siklus II meliputi tahap perbaikan
dan penyempurnaan dari pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka perlu diadakan rencana
perbaikan, sabagai berikut:
1) Guru memberikan materi pembelajaran menulis deskripsi lebih rinci dan
mendalam (baik itu materi bagaimana menentukan ciri-ciri deskripsi objek,
materi menyusun kalimat-kalimat menjadi paragraf deskripsi, dan materi
penulisan sesuai dengan EYD dan tanda baca yang benar.
2) Guru mengadakan observasi yang lebih intensif terhadap setiap kerja
kelompok.
3) Guru memberikan soal evaluasi dengan meningkatkan tingkat kesulitan
dari siklus I
Pada tahap perencanaan siklus kedua ini peneliti juga menyiapkan Rencana
Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), instrumen penelitian dan menetapkan
indikator kinerja yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
b. Tindakan
Langkah-langkah yang dilaksanakan oleh peneliti dalam melaksanakan siklus
II, sebagai berikut:
1) Siswa tetap dibagi ke dalam 5 kelompok, dengan susunan kelompok sama
dengan susunan kelompok pada siklus I
2) Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru
dengan batasan waktu yang telah ditetapkan
3) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya secara bergiliran
4) Guru memberikan umpan balik dan melakukan tanya jawab interaktif
5) Guru memberikan evaluasi akhir berupa soal yang dikerjakan secara
individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Seperti halnya siklus I yang terdiri atas 2 pertemuan, siklus II juga terddiri
atas 2 pertemuan. Pertemuan pertama peneliti menekankan kompetensi
menulis deskripsi yang dikerjakan secara kooperatif atau kerja sama,
sedang pada pertemuan kedua peneliti menekankan kompetensi menulis
deskripsi secara individu.
c. pengamatan atau observasi
guru mengadakan pengamatan sesuai dengan lembar pengamatan. Seperti
halnya siklus I, peneliti mengamati hal-hal sebagai berikut: keaktifan siswa,
kerja sama, kedisiplinan,dan peran serta setiap anggota dalam kelompok.
d. refleksi
Setelah dilaksanakannya pembelajaran pada siklus II, maka diadakan analisis
secara menyeluruh terhadap hasil belajar baik proses maupun produk. Dari
analisis hasil diketahui bahwa hasil keterampilan menulis deskripsi siswa kelas
V meningkat sesuai indikator kinerja, yaitu ketercapaian nilai di atas KKM
(>70) sebanyak 80% (12 anak dari 15 anak). Jadi dari pelaksanaan siklus I
hingga siklus II dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif kepala bernomor dapat meningkatkan
keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Bendosari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah lembaga pendidikan
Negeri MIN Mulur yang terletak di Desa Jati Kembaran Rt 03/VII, kelurahan
Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. MIN (Madrasah Ibtidaiyah
Negeri) Mulur merupakan sekolah yang menyediakan pendidikan jenjang dasar.
MIN Mulur adalah madrasah satu-satunya yang berstatus “Negeri” di Kecamatan
Bendosari. Sehingga tidak mengherankan apabila peserta didik-peserta didiknya
berasal dari wilayah yang cukup heterogen, bahkan ada beberapa yang berasal
dari kecamatan yang berbeda. MIN Mulur merupakan salah satu lembaga
pendidikan dasar yang berusaha mendidik generasi bangsa agar menjadi generasi
yang cerdas baik itu cerdas secara intelektual, spiritual, dan sosial. Karena
merupakan sekolah madrasah yang berbasis agama, MIN Mulur tidak hanya
mengajarkan materi pelajaran umum, tetapi juga materi-materi tentang
pembelajaran agama. Jumlah keseluruhan mata pelajaran yang ada di MIN Mulur
adalah 16 mata pelajaran, 10 mata pelajaran umum dan 6 mata pelajaran agama,
seperti: Al Qur’an Hadits, BTA (Baca Tulis Al Qur’an), Fikih, Akidah Akhlak,
SKI (Sejarah Kebudayaan Islam), dan Bahasa Arab. Sedangkan setiap 1 jam
pelajaran berlangsung selama 30 menit. Seluruh mata pelajaran tersebut diajarkan
mulai dari jenjang kelas I sampai kelas VI.
Pada penelitian ini, peneliti mengadakan penelitian di kelas V yang
dipimpin oleh Ibu Sri Lestari, S.Pd.I. Kelas V merupakan kelas yang terdiri atas
15 peserta didik, 9 peserta didik putri dan 6 peserta didik putra. Dilihat dari
jumlah peserta didiknya, kelas ini memiliki keistimewaan yaitu kelas dengan
jumlah paling sedikit disbanding kelas-kelas lainnya yang rata-rata berjumlah 30
peserta didik. Dilihat dari karakter peserta didik-peserta didiknya pun cukup
berbeda dari karakter peserta didik di kelas-kelas yang lain. Sebenarnya tidak
sedikit dari peserta didik kelas V yang berprestasi baik dari sisi akademik maupun
nonakademik. Namun, ada beberapa peserta didik yang malas dan kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
berprestasi. Banyak guru mengatakan bahwa kelas ini cukup kesulitan dalam
beberapa materi pelajaran, terutama Bahasa Indonesia khususnya pada
keterampilan menulis. Ada beberapa peserta didik yang enggan dan kurang
tertarik dalam bidang menulis. Ada juga yang merasa kesulitan untuk
menuangkan ide dan pikirannya dalam bentuk tulisan. Sedang yang lain merasa
kesulitan untuk mengorganisasikan kata-kata menjadi kalimat atau menyusun
kalimat-kalimat menjadi paragraf yang baik. Hal ini disebabkan beberapa faktor,
diantaranya kurang menariknya pembelajaran menulis sehingga peserta didik
kurang termotivasi dan terpacu untuk belajar menulis. Guru jarang menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan
menantang. Akibatnya hasil yang diperoleh kurang maksimal. Beberapa peserta
didik belum mencapai ketuntasan nilai sesuai KKM (yaitu 70). Sedang yang lain
belum mencapai nilai yang memuaskan sesuai kriteria penilaian dalam
kompetensi menulis. Latar belakang ini yang memotivasi peneliti untuk
mengadakan penelitian dalam upaya meningkatkan keterampilan dalam bidang
menulis, khususunya dalam hal ini penulis memilih keterampilan menulis
deskripsi.
Dalam penelitian ini peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif
Kepala Bernomor Struktur dengan harapan bahwa peserta didik-peserta didik
termotivasi dan tertarik untuk belajar menulis, sehingga keterampilan menulis
peserta didik kelas V MIN Mulur khususnya dalam hal menulis dapat meningkat.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Berikut adalah hal-hal yang menjadi dasar diadakannya penelitian:
Rendahnya hasil menulis peserta didik kelas V MIN Mulur khususnya
dalam hal menulis deskripsi, hal ini didasarkan pada data nilai peserta didik.
Sebagai gambaran awal pembelajaran yang dilaksanakan guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia yaitu Ibu Nur Widayati, S.Pd.I, bahwa pembelajaran menulis
yang selama ini berlangsung masih mengalami banyak kendala dan kekurangan,
antara lain: kurangnya keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran,
kurangnya perhatian peserta didik terhadap penyampaian guru, dan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
beberapa peserta didik yang enggan mengerjakan tugas dari guru selama
pembelajaran menulis berlangsung. Kendala-kendala ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya pembelajaran yang diterapkan oleh guru Bahasa
Indonesia belum inovatif dan tidak menarik minat belajar peserta didik. Sehingga
hal ini menyebabkan hasil pembelajaran yang diperoleh kurang maksimal
terutama pada kompetensi menulis.
Berikut adalah data nilai menulis deskripsi peserta didik dalam bentuk
data interval sebelum dilakukan tindakan atau pra-siklus (lihat lampiran 16)
tertera pada tabel 2, yaitu:
Tabel 2. Frekuensi Data Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Kelas V
MIN Mulur Sebelum Tindakan (pra-siklus)
No Nilai Nilai tengah
(x)
Frekuensi
(f) F(x) Prosentase
1 11-20 15,5 1 15,5 6,6 %
2 21-30 25,5 1 25,5 6,6 %
3 31-40 35,5 2 71 13,3 %
4 41-50 45,5 1 45,5 6,6 %
5 51-60 55,5 2 111 13,3 %
6 61-70 65,5 3 196,5 20 %
7 71-80 75,5 5 377,5 33,3 %
Jumlah 318,5 15 842,5 100 %
Rata-rata Kelas = 58,6
Berdasarkan tabel frekuensi data nilai kemampuan awal peserta didik
dalam menulis deskripsi sebelum diberikan tindakan pada gambar di atas, maka
dapat disajikan grafik kemampuan awal (pra-siklus) siswa dalam menulis
deskripsi, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Grafik 1. Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Kelas V MIN Mulur
Sebelum Tindakan (pra-siklus)
Nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata yang diperoleh, dan prosentase
ketuntasan pada waktu pra-siklus dapat dilihat pada tabel 3, yaitu:
Tabel 3. Data Hasil Nilai Menulis Dskripsi Peserta didik pra-Siklus
Keterangan Hasil Nilai
Nilai terndah 20
Nilai tertinggi 80
Rata-rata 58,6
Prosentase ketuntasan 33,3 %
Dari tabel frekuensi dan gambar grafik di atas, dapat diketahui nilai awal
atau pra-siklus peserta didik kelas V MIN Mulur dengan interval 10 dan jumlah
kelas 7, nilai tertinggi peserta didik adalah 80 dan nilai terendahnya 20.
Peserta didik yang memperoleh nilai antara 11– 20 sebanyak 1 anak,
nilai antara 21 – 30 ada 1 anak, nilai antara 31 – 40 ada 2 anak, nilai 41-50 ada 1
anak, nilai 51-60 ada 2 anak, nilai antara 61 – 70 ada 3 anak, dan nilai antara 71-
0
1
2
3
4
5
11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
80 ada 5 anak. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa peserta didik yang
memperoleh nilai di atas nilai KKM (pada interval 71 – 80) ada 5 peserta didik atau
33,3 % dari jumlah keseluruhan peserta didik.
Menurut analisis hasil evaluasi pra-siklus atau tes awal sebelum diadakan
tindakan, diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 58,6 atau dapat dikatakan bahwa
nilai rata-rata kelas belum mencapai batas KKM yaitu 70. Bila dianalisis lebih
jauh lagi, masih ada peserta didik yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu
sebanyak 10 peserta didik. Sedangkan bila dibandingkan dengan harapan yang
diinginkan peneliti dan sekolah masih cukup jauh yaitu peningkatan hasil
keterampilan menulis deskripsi peserta didik sebesar 80 % atau 12 anak dari total
peserta didik 15 anak. Dari hasil tes awal dapat diambil kesimpulan sementara
bahwa keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur masih
rendah.
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Tindakan siklus I
Pelaksanaan siklus 1 selama lebih kurang 1 minggu mulai dari tanggal 9
Februari sampai dengan tanggal 11 Februari 2011 (2 kali pertemuan).
Adapun tahapan yang dilaksanakan selama siklus 1 adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Berdasarkan Kurikulum Pendididkan Dasar kelas V (silabus SD) pada
pokok bahasan Kompetensi Dasar menulis, peneliti melakukan langkah-
langkah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
Kepala Bernomor Struktur. Langkah-langkah tersebut, antara lain:
1) Memilih pokok bahasan yang sesuai dengan kompetensi menulis deskripsi.
Alasan memilih pokok bahasan terkait adalah:
(a) Pada pokok bahasan menulis deskripsi, guru belum menerapkan
model pembelajaran inovatif yang dapat menarik perhatian peserta
didik sehingga hasil karangan deskripsi peserta didik belum baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
(b) Menulis deskripsi merupakan kompetensi kebahasaan yang
melibatkan isi materi pelajaran maupun di luar materi pelajaran.
Sehingga keterampilaan menulis yang dimiliki dapat dikembangkan
meskipun di luar konteks pembelajaran.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti bersama guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis deskripsi.
RPP tersebut direncanakan selam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3
x 30 menit di setiap pembelajaran. RPP yang disusun meliputi aspek:
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model, langkah-
langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, penilaian (RPP
ada pada lampiran)
3) Mempersiapkan fasilitas dan media pembelajaran
Fasilitas yang dipersiapkan yaitu penataan ruang kelas yang
dikondisikan sesuai dengan model pembelajaran kooperatif, yaitu jumlah meja
dan kursi disesuaikan dengan jumlah peserta didik kemudian ditata menurut
jumlah kelompok.
Sedangkan media yang digunakan berupa:
a) Gambar-gambar berwarna sebagai media di depan kelas, yaitu gambar
buah anggur dan durian
b) Topi kepala bernomor antara 1 – 3 masing-masing terdiri atas 5
warna, yaitu merah, hijau, biru, coklat, dan kuning
4) Menyiapkan lembar pengamatan dan penilaian
Lembar pengamatan berfungsi untuk merekam seluruh kegiatan
pembelajaran berlangsung. Lembar pengamatan berupa lemabar
pengamatan kinerja guru saat mengajar dan lembar observasi keaktifan
peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Lembar pengamatan kerja
dinilai oleh guru Bahasa Indonesia sebagai pihak observer (peneliti
sebagai guru yang bertindak melaksanakan penelitian), sedangkan lembar
pengamatan keaktifan peserta didik dinilai oleh peneliti sebagai pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pelaksana penelitian. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar
penilaian dan lembar kerja peserta didik baik itu kelompok maupun
individu. Lembar penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan
pembelajaran. Sedangkan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik
didasarkaan pada pedoman penilaian menulis deskripsi Bahasa Indonesia.
b. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti bekerja sama
dengan Guru Bahasa Indonesia. Peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan
sedangkan guru bertindak sebagai observer yang mengamati jalannya proses
pembelajaran.
1) Pertemuan ke – 1
Pada pertemuan ke-1 pokok bahasan menulis deskripsi
mempelajari tentang bagaimana mendiskripsikan gambar secara mendetail
dan terperinci, menuliskan pendiskripsian gambar dalam bentuk catatan
sederhana/ konsep awal, serta menyusun catatan sederhana/konsep awal
menjadi paragraf deskripsi. Sedangkan aspek pembelajaran yang ditekankan
pada pertemuan ke-1 ini adalah kemampuan peserta didik dalam berdiskusi
(kooperatif). Adapun langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran sebagai
berikut:
a) Kegiatan awal
(1) Peserta didik mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dari
guru
(2) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab mengenai ciri-ciri
suatu benda, misalnya ciri-ciri rumah masing-masing anak
(3) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Peserta didik mengamati gambar buah (anggur dan durian) yang
diberikan oleh guru
(b) Secara berkelompok, peserta didik mencatat ciri-ciri atau
deskripsi dari gambar tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(c) Peserta didik menyusun hasil catatannya dalam kalimat yang
baik
(2) Elaborasi
(a) Peserta didik melakukan diskusi kelompok untuk menjawab
pertanyaan dari guru, yaitu peserta didik melakukan tugas sesuai
dengan bagian masing-masing dalam sebuah kelompok. Peserta
didik dengan nomor 1 bertugas mencatat/menuliskan hasil
pengamatan, ssiwa dengan nomor 2 bertugas menyusun catatan
dalam bentuk kalimat, dan peserta didik nomor 3 bertugas
memperbaiki penulisan dengan bahasa dan ejaan yang benar
(b) Peserta didik kembali melakukan diskusi kelompok untuk
mengkoreksi pekerjaanya
(3) Konfirmasi
(a) Perwakilan masing-masing kelompok membacakan catatan hasil
pengamatannya
(b) Perwakilan masing-masing kelompok membacakan hasil
karangan deskripsinya
c) Kegiatan akhir
(a) Guru bersama peserta didik memberikan kesimpulan terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan
(b) Peserta didik-peserta didik menyimak penjelasan dari guru tentang
materi pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya, yaitu
menyusun karangan deskripsi yang baik dengan menggunakan tanda
baca dan EYD yang baik.
2) Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke-2 peserta didik-peserta didik akan mendapat
materi tentang bagaimana menyusun karangan deskripsi, yaitu meliputi
pembelajaran mengenai ciri-ciri karangan deskripsi, bagaimana menyusun
karangan deskripsi yang baik, dan pembelajaran mengenai penulisan dan
penggunaan EYD yang benar dalam penulisan. Pembelajaran pada
pertemuan ke-2 ini menekankan pada aspek kemampuan peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dalam berdiskusi dan kemampuan individu peserta didik dalam
menyelesaikan tugas.
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh, sebagai
berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Guru membantu peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam
menerima pelajaran
(2) Guru mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan yang
lalu tentang ciri-ciri kalimat deskripsi
(3) Melalui tanya jawab interaktif guru bersama peserta didik
mendeskripsikan salah satu teman sekelas sebagai kegiatan apersepsi
pembelajaran
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Peserta didik membentuk kelompok-kelompok belajar dengan
susunan anggota seperti pertemuan yang lalu
(b) Melalui diskusi kelompok, guru memberikan pertanyaan secara
lisan kepada kelompok-kelompok secara acak
(2) Elaborasi
(a) Guru memberikan lembar kerja kelompok tentang materi
penulisan dan penggunaan EYD
(b) Melalui bimbingan guru, peserta didik mendiskusikan tugas
yang telah dikerjakan
(3) Konfirmasi
(a) Melalui bimbingan guru, peserta didik bersama guru mengulas
hasil pekerjaan yang telah dikerjakan
(b) Melalui tanya jawab, guru dan peserta didik membahas hasil
pekerjaan
c) Kegiatan Akhir
1) Peserta didik bersama guru memberikan kesimpulan terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan, yaitu tentang bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
menyusun karangan deskripsi yang baik dan penggunaan EYD yang
benar dalam penulisan
2) Peserta didik menerima tugas dari guru sebagai Pekerjaan Rumah
(PR) yaitu mengadakan pengamatan terhadap ruang dapur dan
menuliskannya dalam bentuk karangan deskripsi yang padu
3) Peserta didik menyimak penjelasan dari guru tentang materi
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya
yaitu menyusun karangan deskripsi menjadi laporan pengamatan
atau laporan deskripsi
c. Observasi
Observasi atau pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
menggunakan model kooperatif Kepala Bernomor Struktur dengan
menggunakan lembar pengamatan, baik itu lembar pengamatan kinerja guru
saat mengajar ataupun lembar keaktifan peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung (terlampir). Selain itu untuk merekam kegiatan
selama proses pembelajaran dalam bentuk gambar dengan menggunakan
kamera.
Tujuan diadakannya observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian
jalannya pembelajaran terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah dirancang sebelumnya. Selain itu untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat keberhasilan penggunaan model pembelajaran kooperatif kepala
Bernomor Struktur dalam meningkatkan keterampilan menulis deskripsi
peserta didik. Oleh karena itu observasi tidak hanya dilakukan erhadap proses
pembelajaran yang dilaksanakan saja tetapi juga menyangkut aktivitas guru
selama melaksanakan pembelajaran terutama mengenai pengorganisasian
kelas.
Berikut merupakan uraian observasi terhadap pembelajaran pada
siklus I:
Pertemuan ke-1
Indikator :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
8.2.1 Mampu melakukan pengamatanterhadap suatu objek
(kegiatan)
8.2.2 Mampu mendeskripsikan/menggambarkan suatu objek
dengan terperinci/mendetail
8.2.3 Mampu mencatat hasil pengamatan dalam bentuk catatan
sederhana/konsep awal
8.2.4 Mampu menyusun catatan sederhana/konsep awal menjadi
paragraf deskripsi yang baik
Pertemuan ke-2
Indikator :
8.2.5 Mampu menjelaskan ciri-ciri karangan deskripsi
8.2.6 Mampu menyusun karangan deskripsi dengan baik
8.2.7 Mampu menggunakan EYD dan aturan penulisan dalam
menulis deskripsi
Media:
1. Gambar buah anggur dan durian
2. Topi kepala bernomor 1 – 3 dengan warna berbeda (merah, kuning, hijau,
biru, dan coklat)
Berikut merupakan hasil observasi selama siklus I :
1) Kegiatan peserta didik
Hasil pengamatan terhadap kemampuan dan keaktifan peserta didik
selama proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut:
(a) Kemampuan dan keaktifan personal:
(1) Peserta didik kurang aktif dalam merespon setiap apersepsi yang
diberikan oleh guru
(2) Peserta didik cukup aktif dalam memperhatikan penjelasan guru
saat memberikan materi
(3) Peserta didik cukup aktif menyimak setiap instruksi dari guru
meskipun ada beberapa yang tidak memperhatikn
(4) Peserta didik masih kurang aktif dalam kegiatan diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(5) Peserta didik belum begitu terampil membuat catatan
sederhana/konsep awal dari pendeskripsian objek
(6) Kemampuan peserta didik dalam mengembangkan catatan
sederhana/konsep awal ke dalam paragraf deskripsi masih kurang
(b) Kemampuan dan keaktifan kelompok
(1) Peserta didik belum bisa bekerja secara kooperatif atau masih
bersifat individual
(2) Tanggung jawab individu terhadap kelompok cukup baik
(3) Keterampilan sosial yaitu membantu teman yang kesulitan masih
rendah
(4) Kedisiplinan kelompok dalam menjalankan tugas masih kurang
2) Kegiatan guru
(1) Guru dapat menyampaikan materi pembelajaran degan cukup
menyenangkan
(2) Gerakan guru (posisi guru saat menjelaskan, posisi guru saat menulis
di papan tulis, dan mimik guru saat menjelaskan) sudah baik
(3) Kekuatan suara, intonasi, dan penekanan pada saat menjelaskan sudah
cukup baik
(4) Guru sudah menggunakan isyarat verbal (ucapan eward dan
punishment) selama proses pembelajaran
(5) Dalam menerapkan keterampilan operasional (membuka pelajaran,
mendorong dan melibatkan peserta didik selama pembelajaran,
mengajukan pertanyaan, dan mengakhiri pelajaran) cukup baik
(6) Proses pembelajaran belum berjalan sesuai alokasi waktu yang
ditetapkan
3) Hasil keterampilan menulis deskripsi peserta didik
Berdasarkan data hasil keterampilan menulis deskripsi peserta
didik pada pertemuan ke- 1 siklus I (terlampir) dapat diuraikan sebagai
berikut:
(1) Dilihat dari segi isi yaitu kelengkapan ciri-ciri objek deskripsi sudah
cukup baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(2) Pengorganisasian konsep awal menjadi sebuah paragraf deskripsi
masih kurang
(3) Pemilihan kosa kata belum begitu baik
(4) Dilihat dari segi kebahasaan cukup baik
(5) Dilihat dari aspek mekanik susunan penulisan masih kurang karena
masih banyak terdapat kesalahan dalam hal penulisan dan penggunaan
EYD
d. Refleksi
Data yang diperoleh selama pembelajaran menulis deskripsi
seluruhnya dikumpulkan, baik itu pada pertemuan 1 maupun pada pertemuan 2.
Berdasarkan hasil observasi selama proses pelaksanaan tindakan, pembelajaran
menulis deskripsi telah mengalami peningkatan pada hasil belajar
dibandingkan hasil pra-siklus. Hasil yang dicapai cukup signifikan, meskipun
belum mencapai batas ketuntasan yang diharapkan yaitu 80 % peserta didik
mencapai nilai lebih dari nilai KKM (70) dan cukup memiliki keterampilan
menulis deskripsi dengan baik.
Peningkatan yang cukup signifikan itu disebabkan oleh salah satunya
adalah penggunaan model kooperatif yang inovatif yaitu model kooperatif
Kepala Bernomor Struktur. Penerapan model tersebut menjadikan peserta didik
lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dari guru.
Peserta didik merasa mendapatkan hal baru dan pengalaman yang berbeda
selama proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif Kepala
Bernomor Struktur.
Namun, yang perlu diperhatikan bahwa masih ada beberapa
kekurangan pada pembelajaran yang diadakan pada siklus I, diantaranya yaitu:
1) penerapan model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur belum
sepenuhnya terlaksana secara maksimal. 2) pada saat diterapkannya model
pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur peserta didik-peserta didik
terlihat antusias, meskipun ada beberapa peserta didik yang belum mengerti
makna pembelajaran yang sebenarnya. 3) ada beberapa peserta didik yang
enggan untuk memperhatikan materi dengan serius meskipun beberapa di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
antarnya telah menunjukkan keantusiasannya. 4) kerja sama peserta didik
dalam kelompok belum terjalin dengan baik, karena masih ada beberapa
peserta didik yang individulisme.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada tahap siklus I masih
didapati beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, oleh karenanya
peneliti berusaha untuk mencari solusi dari kekurangan tersebut, diantaranya
peneliti menerapkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan selama
proses pembelajaran berlangsung agar peserta didik semakin tertarik dan
semangat dalam mengikuti pelajaran, peneliti juga memberikan variasi tugas
kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik-peserta didik tidak
merasa bosan dalam mengerjakan, selain itu peneliti juga memberikan motivasi
di sela-sela pembelajaran baik itu berupa penghargaan verbal maupun non-
verbal dengan tujuan agar peserta didik semakin antusias dalam belajar.
Sehubungan dengan hal itu, maka peneliti merencanakan untuk mengadakan
siklus berikutnya, yaitu siklus II.
Berikut ini adalah data nilai yang diperoleh pada pembelajaran siklus
I, baik pertemuan ke-1 maupun ke-2 :
1) Hasil Nilai Siklus I Pertemuan ke-1
Indikator:
a) Mampu melakukan pengamatan terhadap suatu objek (kegiatan)
b) Mampu mendeskripsikan/menggambarkan suatu objek gambar dengan
terperinci/mendetail
c) Mempu mencatat hasil pengamatan dalam bentuk catatan
sederhana/konsep awal
d) Mampu menyusun catatan sederhana/konsep awal menjadi paragraf
deskripsi yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4. Data nilai Siklus I pertemuan ke-1
No Nilai Nilai Tengah
(x)
Frekuensi
(f) f (x) Prosentase
1 55-58 56,5 1 56,5 6,6 %
2 59-62 60,5 1 60,5 6,6 %
3 63-66 64,5 1 64,5 6,6 %
4 67-70 68,5 2 137 20 %
5 71-74 72,5 5 362,5 33,3 %
6 75-78 76,5 5 382,5 33,3 %
Jumlah 411 15 1.063,5 100 %
Rata-rata Kelas = 71,3
Berdasarkan tabel frekuensi nilai pada siklus I pertemuan ke-1 maka dapat
digambarkan pada grafik 2, yaitu:
Grafik 2. Nilai Siklus I Pertemuan ke-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
55-58 59-62 63-66 67-70 63-66 67-70 71-74 75-78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 5. Hasil Tes Siklus I Pertemuan ke-1
Keterangan Hasil Nilai
Nilai terendah 57
Nilai tertinggi 78
Rata-rata 71,3
Prosentase Ketuntasan 66,6 %
2) Hasil Nilai Siklus I Pertemuan ke-2
Indikator:
a) Mampu menjelaskan ciri-ciri karangan deskripsi
b) Mampu menyusun karangan deskripsi dengan baik
c) Mampu menggunakan EYD dan tanda baca dengan baik dalam menulis
deskripsi
Tabel 6. Data Nilai Siklus I Pertemuan ke-2
No Nilai Nilai Tengah
(x)
Frekuensi
(f) F (x) Prosentase
1 62-65 63,5 1 63,5 6,6 %
2 66-69 67,5 2 135 20 %
3 70-73 71,5 5 357,5 26,6 %
4 74-77 75,5 3 226,5 20 %
5 78-81 79,5 3 238,5 20 %
6 82-85 83,5 1 83,5 6,6 %
Jumlah 441 15 1.108,5 100 %
Rata-rata Kelas= 73,66
Berdasarkan tabel frekuensi nilai pada siklus I pertemuan ke-2 di atas, maka dapat
digambarkan pada grafik 3, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Grafik 3. Data Nilai Siklus I Pertemuan ke-2
Tabel 7. Hasil Tes Siklus I Pertemuan ke-2
Keterangan Hasil Nilai
Nilai terendah 62
Nilai tertinggi 84
Rata-rata 73,66
Prosentase 73,3 %
Dari kedua data di atas (hasil siklus I pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2) maka
dapat dibuat tabel rata-rata hasil nilai pada pra-siklus dan siklus I sebagai berikut:
Tabel 8. Perbandingan Rata-rata Hasil Nilai siklus I dan pra-Siklus
No Keterangan Siklus I Rata-rata
Siklus I
Nilai Hasil
pra-siklus Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Nilai Terendah 57 61 59 20
2 Niali Tertimggi 78 84 81 80
3 Rata-rata Kelas 71,3 75,66 73,45 58,6
4 Prosentase 66,6% 73,3% 49,9% 33,3%
0
1
2
3
4
5
6
62-65 66-69 70-73 74-77 78-81 82-85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran pada pertemuan ke-
2 siklus I mengalami peningkatan bila dibanading pada pertemuan ke-1. Dilihat
dari nilai terendah spertemuan ke-1 yaitu 57 telah meningkat menjadi 61, nilai
tertinggi yang semula sebesar 78 meningkat menjadi 84, rata-rata kelas pada
pertemuan ke-1 sebesar 71,3 telah mengalami peningkatan sebesar 4,36 menjadi
75,66. Sedangkan peningkatan cukup signifikan terlihat pada prosentase
ketuntasan belajar peserta didik, yaitu pad a pertemuan ke-1 hanya 66,6% telah
meningkat cukup baik menjadi 73,3%.
Dari kedua hasil nilai baik pertemuan ke-I maupun ke-2 dibuat rata-rata
secara keseluruhan, sehingga didapat rata-rata hasil nilai siklus I, kemudian hasil
tersebut dapat dibandingkan dengan hasil sebelum diadaknnya tindakan (pra-
siklus), untuk lebih jelasnya dapat dibuat grafik perbandingan, yaitu grafik 4 dan
grafik 5:
Grafik 4. Perbandingan Nilai Rata-rata pra-Siklus dan Siklus I
58.6
73.45
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
pra siklus siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Grafik 5. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar Peserta didik Kelas V
dalam Menulis Deskripsi pra-Siklus dan Siklus I
2. Tindakan siklus II
Pelaksanaan siklus II diadakan selama lebih kurang 1 minggu, yaitu
dimulai tanggal 14 Februari 2011 dan berakhir tanggal 17 Februari 2011. Siklus II
terdiri atas 2 pertemuan, dengan alokasi waktu tiap pertemuan adalah 3x30 menit.
Adapun tahapan yang dilaksanakan pada siklus II, sebagai berikut:
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi terhadap tindakan pada
siklus 1, didapat kesimpulan bahwa hasil pembelajaran selama siklus I telah
mengalami peningkatan dan capaian keberhasilan yang diinginkan yaitu 80 %
peserta didik mendapat nilai di atas KKM (70). Namun, keterampilan peserta
didik dalam menulis deskripsi belum dikatakan baik meskipun telah
mengalami peningkatan dibanding pada waktu pra-siklus. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, peneliti dengan bantuan guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia mengadakan perencanaan untuk melaksanakan tahap siklus II.
Peneliti menyusun kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
lebih cermat dan teliti.
33.3%
69.9%
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
pra siklus siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Sebagaimana halnya pada perencanaan tahap siklus I, langkah-
langkah perencanaan pada siklus II juga terdiri atas: a) pemilihan pokok
bahasan mataeri pembelajaran (penentuan Kompetensi Dasar dan Indikator);
b) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); c) persiapan fasilitas
dan media pembelajaran; d) persiapan lembar pengamatan dan penilaian
b. Pelaksanaan tindakan
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan,
deskripsi pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-1 pelajaran Bahasa Indonesia mempelajari tentang membuat
laporan pengamatan atau laporan deskripsi. Aspek penekan pembelajaran
pada siklus II pertemuan I adalah kemampuan kerja sama (kooperatif)
peserta didik dalam berdiskusi. Adapun langkah-langkah pembelajarannya
mencakup kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Peserta didik mempersiapkan diri untuk menerima materi
pembelajaran dari guru
(2) Guru memberikan kegiatan apersepsi berupa tanya jawab tentang
menulis laporan pengamatan
(3) Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran yang dilaksanakan yakni membuat laporan
pengamatan dengan menggunakan EYD dan tanda baca yang benar
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Secara berkelompok, peserta didik-peserta didik mendiskusikan
susunan dalam pembuatan laporan pengamatan
(b) Guru bertanya jawab terhadap peserta didik tentang materi
laporan pengamatan dan bagaimana menyusun karangan
deskripsi menjadi laporan pengamatan/deskripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
(2) Elaborasi
(a) Melalui diskusi kelompok, peserta didik mengerjakan tugas
dari guru berupa laporan pengamatan kelas dan kegiatan
peserta didik di dalam kelas
(b) Berdasarkan nomor kepala, tiap anggota kelompok
mengerjakan tugas sesuai dengan bagian masing-masing
(3) Konfirmasi
(a) Peserta didik bersama guru mengevaluasi jalannya diskusi yang
sedang berlangsung
(b) Melalui tanya jawab, peserta didik bersama guru membahas
tugas yang telah dilaksanakan
c) Kegiatan Akhir
(a) Peserta didik bersama guru memberikan kesimpulan dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan
(b) Guru memberikan umpan balik bagi peserta didik yang bertanya
(c) Guru memberikan pekerjaan rumah berupa laporan pengamatan
kegiatan masing-masing di rumah
2) Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke-2 materi yang akan dipelajari yaitu masih
tentang menulis laporan deskripsi pelajaran Bahsa Indonesia. Pada
pertemuan ke-2 ini lebih menekankan pada aspek kemampuan individu
tiap-tiap peserta didik baik untuk menyelesaikan tugas individu dalam
kelompok maupun tugas individu secara mandiri. Adapun langkah-
langkah pembelajaran yang ditempuh sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Peserta didik-peserta didik mempersiapkan diri untuk menerima
materi pembelajaran dengan bantuan guru
(2) Guru mengulas sedikit tentang materi menulis deskripsi dan
membuat laporan pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(3) Melaui kegiatan diskusi, peserta didik bersama guru membahas
tugas pada pertemuan sebelumnya yaitu berupa Pekerjaan Rumah
(PR) membuat laporan pengamatan aktivitas di rumah
(4) Guru memberikan tugas secara individu yaitu membuat laporan
pengamatan yang dilengkapi catatan sederhana/konsep awal.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Peserta didik mengamati gambar yang telah diberikan guru di
depan kelas yaitu gambar stasiun kereta api dan pertandingan
sepak bola Indonesia
(b) Peserta didik menuliskan ciri-ciri/deskripsi gambar-gambar
tersebut pada lembar kerja masing-masing
(2) Elaborasi
(a) Peserta didik menyusun hasil pekerjaannya menjadi sebuah
laporan pengamatan
(b) Guru mengobservasi kegiatan menulis peserta didik secara
menyeluruh
(3) Konfirmasi
(a) Peserta didik bertanya pada guru tentang hal-hal yang berkaitan
dengan tugas yang dirasa belum jelas
(b) Guru memberikan umpan balik setiap pertanyaan yang
diajukan peserta didik
c) Kegiatan Akhir
(a) Peserta didik mengumpulkan hasil pekerjaannya pada batas waktu
yang telah ditentukan
(b) Guru mengulas hasil pekerjaan peserta didik dan mengulang
kembali materi-materi yang telah diberikan sebelumnya
(c) Guru memberikan penguatan dan reward terhadap peserta didik
yang berprestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
c. Observasi
Peneliti selaku guru yang melakukantindakan penelitian
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Bahsa Indonesia untuk
melakukan observasi lebuh lanjut terhadap pelaksanaan pembelajaran
tahap siklus II. Seperti halnya pada siklus I, tindakan observasi
dilaksanakan untuk memantau kegiatan dan keaktifan peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung (dinilai oleh peneliti), selain itu aktivitas
peneliti sebagai pengajar juga dinilai, pihak yang menilai adalah guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia selaku observer.
Keseluruhan data yang diperoleh dalam penelitian ini termasuk
pencatatan hasil tes peserta didik akan dijadikan bahan atau masukan
untuk menganalisis keterampilan menulis deskripsi peserta didik secara
keseluruhan, baik itu pembelajaran tahap siklus I maupun tahap siklus II.
Adapun uraian hasil observasi pada siklus II, sebagai berikut:
Pertemuan: 1 (satu)
Indikator:
8.2.8 Mampu membuat laporan pengamatan/deskripsi sesuai
dengan susunan laporan yang benar
8.2.9 Mampu menggunakan EYD dan tanda baca yang benar
8.2.10 Mampu bekerja sama dalam sebuah diskusi kelompok
(kooperatif)
Pertemuan: 2 (dua)
Indikator:
8.2.11 Mampu menyusun laporan pengamatan/deskripsi secara
individu dengan utuh (mulai dari menyusun ciri-ciri/catatan
deskripsi sebuah objek, mengembangkan catatan sederhana
menjadi kalimat, menyusun paragraf deskripsi menjadi
laporan pengamatan)
Media:
1. Gambar stasiun kereta api dan pertandingan sepak bola
Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Berikut merupakan uraian hasil observasi selama pembelajaran
siklus II:
1) Kegiatan peserta didik
Hasil pengamatan terhadap kemampuan dan keaktifan peserta
didik selama proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut:
(a) Kemampuan dan keaktifan personal:
(1) Peserta didik cukup aktif dalam merespon setiap apersepsi yang
diberikan oleh guru
(2) Sebagian besar peserta didik cukup antusias dalam
memperhatikan penjelasan guru saat memberikan materi
(3) Peserta didik cukup aktif menyimak setiap instruksi dari guru
meskipun ada beberapa yang tidak memperhatikn
(4) Peserta didik cukup aktif dalam melaksanakan kegiatan diskusi
(5) Peserta didik cukup terampil membuat catatan
sederhana/konsep awal dari pendeskripsian objek. Hasil catatan
deskripsi peserta didik sudah cukup detail
(6) Kemampuan peserta didik dalam mengembangkan catatan
sederhana/konsep awal ke dalam paragraf deskripsi sudah
cukup baik
(b) Kemampuan dan keaktifan kelompok
(1) Peserta didik dapat bekerja sama antar anggota dalam
kelompok
(2) Tanggung jawab individu terhadap kelompok cukup baik
(3) Keterampilan sosial yaitu membantu teman yang kesulitan
sudah ada/muncul
(4) Kedisiplinan kelompok dalam menjalankan tugas cukup baik
2) Kegiatan guu
(1) Guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan sangat
menyenangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
(2) Gerakan guru (posisi guru saat menjelaskan, posisi guru saat
menulis di papan tulis, dan mimik guru saat menjelaskan) sudah
baik
(3) Kekuatan suara, intonasi, dan penekanan pada saat menjelaskan
sudah cukup baik
(4) Guru sudah menggunakan isyarat verbal (ucapan reward dan
punishment) selama proses pembelajaran
(5) Dalam menerapkan keterampilan operasional (membuka pelajaran,
mendorong dan melibatkan peserta didik selama pembelajaran,
mengajukan pertanyaan, dan mengakhiri pelajaran) cukup baik
(6) Proses pembelajaran sudah berlangsung sesuai alokasi waktu yang
ditetapkan
3) Hasil keterampilan menulis deskripsi peserta didik
Berdasarkan data hasil keterampilan menulis deskripsi peserta
didik pada pertemuan ke- 1 siklus I (terlampir) dapat diuraikan sebagai
berikut:
(1) Dilihat dari segi isi yaitu kelengkapan ciri-ciri objek deskripsi
sudah cukup baik
(2) Pengorganisasian konsep awal menjadi sebuah paragraf deskripsi
masih kurang
(3) Pemilihan kosa kata belum begitu baik
(4) Dilihat dari segi kebahasaan cukup baik
(5) Dilihat dari aspek mekanik susunan penulisan masih kurang karena
masih banyak terdapat kesalahan dalam hal penulisan dan
penggunaan EYD
d. Refleksi
Dari hasil pembelajaran siklus II, baik data yang diperoleh dari
pembelajaran pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2 dikumpulkan lalu
dianalisis.
Menurut observasi dan evaluasi yang dilaksanakan setelah
diadakannya tindakan siklus II, didapati kesimpulan bahwa hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan
hasil pembelajaran pada siklus I. Jumlah peserta didik yang mencapai
ketuntasan belajar melebihi nilai KKM (70) sejumlah 80%. Hal ini sesuai
batas/target yang diinginkan yaitu sebanyak 12 peserta didik dari total
keseluruhan 15 peserta didik. Batas ketuntasan yang diperoleh juga
disertai adanya keterampilan menulis deskripsi yang cukup baik pada
kemampuan individu. Meskipun ada beberapa anak yang memiliki
keterampilan menulis dekripsi yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh
faktor intern dari diri peserta didik, yaitu kurang adanya motivasi lebih
dari dalam diri peserta didik, peserta didik tertentu memang malas untuk
menulis, dan peserta didik tertebtu memiliki kemampuan berfikir yang
agak lambat dibanding kemampuan rata-rata peserta didik.
Berikut merupakan hasil nilai tes pada pembelajaran siklus II, yang
meliputi pertemuan 1 dan 2:
1) Hasil Nilai Siklus II Pertemuan ke-1
Indikator :
a) Mampu membuat laporan pengamatan/deskripsi sesuai dengan
susunan laporan yang benar
b) Mampu menggunakan EYD dan tanda baca yang benar
c) Mampu bekerja sama dalam sebuah diskusi kelompok (kooperatif)
Tabel 9. Data Nilai Siklus II Pertemuan ke-1
No Nilai Nilai Tengah
(x)
frekuensi f (x) Prosentase
1 62-65 63,5 2 127 13,3 %
2 66-69 67,5 1 67,5 6,6 %
3 70-73 66,5 1 66,5 6,6 %
4 74-77 74,5 3 223,5 20 %
5 78-81 79,5 6 477 40 %
6 82-85 83,5 2 167 13,3 %
Jumlah 435 15 1.128,5
Rata-rata Kelas= 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Dari table frekuensi di atas maka dapat digambarkan grafik 6, yaitu:
Grafik 6. Data Nilai Siklus II Pertemuan ke-1
Tabel 10. Hasil Tes Siklus II pertemuan ke-1
Keterangan Hasil Nilai
Nilai Terendah 62
Nilai Tertinggi 83
Rata-rata 75
Prosentase Ketuntasan 80 %
2) Hasil Nilai Siklus II Pertemuan ke-2
Indikator :
Mampu menyusun laporan pengamatan/deskripsi secara individu
dengan utuh (mulai dari menyusun ciri-ciri/catatan deskripsi
sebuah obyek, mengembangkan catatan sederhana menjadi
kalimat, menyususn paragraf deskripsi menjadi laporan
pengamatan)
0
1
2
3
4
5
6
7
62-65 66-69 70-73 74-77 78-81 82-85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 11. Data Nilai Siklus II Pertemuan ke-2
No Nilai Nilai Tengah
(x)
Frekuensi
(f) f (x) Prosentase
1 55-58 56,5 1 56,5 6,6 %
2 59-62 60,5 1 60,5 6,6 %
3 63-66 64,5 1 64,5 6,6 %
4 67-70 68,5 1 68,5 6,6 %
5 71-74 72,5 1 72,5 6,6 %
6 75-78 76,5 1 76,5 6,6 %
7 77-80 78,5 2 157 13,3 %
8 81-84 82,5 2 165 13,3 %
9 83-86 84,5 4 338 26,6 %
10 87-90 88,5 1 88,5 6,6 %
Jumlah 733 15 1.147,4 100 %
Rata-rata= 76,73
Dari tabel frekuensi nilai siklus II pertemuan ke-2 di atas maka dapat disajikan
grafik 7, yaitu:
Grafik 7. Data Nilai Siklus II Pertemuan ke-2
0
1
2
3
4
5
55-58 59-62 63-66 67-70 71-74 75-78 77-80 81-84 83-86 87-90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 12. Hasil Tes Siklus II Pertemuan 2:
Keterangan Hasil Nilai
Nilai Terendah 58
Nilai Tertinggi 89
Rata-rata 76,73
Prosentase Ketuntasan 80 %
Dari paparan nilai di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding dengan
hasil pembelajaran pada siklus I. Rata-rata hasil menulis deskripsi terus meningkat
dari pertemuan 1 sebesar 75 menjadi 76,73. Dilihat dari nilai tertinggi yang
diperoleh peserta didik juga meningkat dari 83 menjadi 89. Selain itu ketuntasan
hasil belajar pada siklus II, baik itu pertemuan ke-1 maupun ke-2 telah
menunjukkan peningkatan yang cukup tajam dan sejalan dengan target yang ingin
dicapai yaitu ketuntasan belajar mencapai 80 % atau sebanyak 12 anak dari total
peserta didik 15 anak. Hal ini juga diikuti dengan peningkatan keterampilan
menulis peserta didik yang semakin baik, dari segi kualitas maupun kuantitas.
Analisis lebih jauh mengenai hasil tulisan peserta didik yang berupa
laporan pengamatan, bila dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus
sebelumnya, hasil pembelajaran pada siklus II telah mengalami banyak
peningkatan. Peningkatan-peningkatan tersebut dalam hal:
1) ciri-ciri deskripsi objek yang semakin detail
2) pengorganisasian kalimat yang semakin baik
3) susunan kalimat cukup koheren
4) kuantitas tulisan yang semakin baik.
Disamping itu juga masih ada kekurangan antara lain: penggunaan EYD
yang belum tepat serta penggunaan tanda baca yang masih cukup banyak
kesalahan.
Namun secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
keterampilan peserta didik dalam menulis deskripsi. Untuk lebih jelasnya
disediakan tabel perbandingan nilai rata-rata siklus I dan siklus II
Tabel 13. Perbandingan Hasil Nilai pada Siklus I dan Siklus II
No Keterangan Siklus I
Rata-rata Siklus II
Rata-rata Pert 1 Pert 2 Pert 1 Pert 2
1 Nilai Tertinggi 78 84 81 83 89 86
2 Nilai Terendah 57 62 59,5 63 58 60,5
3 Rata-rata 71,3 73,6 72,45 75 76,7 75,58
4 Prosentase 66,6 % 73,3% 69,95% 80% 80% 80%
Berdasarkan tabel 12, maka dapat disajikan grafik peningkatan menulis deskripsi
peserta didik siklus I dan siklus II, yaitu:
Grafik 8. Perbandingan Nilai Rata-rata Siklus I dan Siklus II
Dari grafik perbandingan nilai rata-rata di atas, terlihat peningkatan yang
cukup berarti yaitu sebesar 3,13. Sedangkan secara keseluruhan, baik itu pada
awal pra-siklus, siklus I, maupun siklus II peningkatan rata-rata menulis deskripsi
peserta didik dapat dilihat pada tabel 14:
72.45 75.58
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
siklus I siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 14. Perbandingan Hasil Nilai pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No Keterangan pra-Siklus Siklus I Siklus II
1 Nilai Tertinggi 80 81 86,75
2 Nilai Terendah 20 59,5 60,5
3 Rata-rata 58,6 72,45 75,58
4 Prosentase Ketuntasan 33,3 % 69,9 % 80 %
Berdasarkan tabel 14, maka dapat dilihat grafik perbandingan:
Grafik 9. Perbandingan Nilai Rata-rata pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melaksanakan tindakan sebanyak 2 siklus yaitu berupa
pembelajaran selama 4 kali pertemuan, diperoleh hasil peningkatan keterampilan
menulis deskripsi peserta didik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya hasil tes
belajar pada kompetensi menulis deskripsi. Selain itu adnya peningkatan hasil
pekerjaan peserta didik yang semakin membaik. Pada siklus I dan II telah
dilaksanakan pembelajaran materi menulis deskripsi dengan indikator sebagai
berikut:
1. Mampu menjelaskan cirri-ciri karangan deskripsi
58.6
72.4575.58
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
pra siklus siklus I siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2. Mampu mendeskripsikan/menggambaarkan suatu objek dengan
terperinci/mendetail
3. Mampu mencatat hasil pengamatan dalam bentuk catatan
sederhana/konsep awal
4. Mampu menyususn catatan sederhana/konsep awal menjadi paragraf
deskripsi yang baik
5. Mampu menyusun karangan deskripsi dengan baik
6. Mampu menggunakan EYD dan aturan penulisan dalam menulis deskripsi
7. Mampu membuat laporan pengamatan/deskripsi seuai dengan susunan
pembuatan laporan
8. Mampu bekerja sama dalam sebuah diskusi
9. Mampu menyusun laporan pengamatan/deskripsi secara individu dengan
utuh
Hasil penelitian selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hasil wawancara terhadap guru
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan sebelum dan sesudah
dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan model koopertif Kepala
Bernomor Struktur, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
a) Sebelum dilakukan tindakan
Guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif yang inovatif
sehingga gaya mengajar terkesan monoton, akibatnya peserta didik kurang
antusias dan tertarik dalam melaksanakan pembelajaran, selain itu nilai hasil
menulis deskripsi peserta didik belum mencapai hasil yang memuaskan
b) Sesudah dilakukan tindakan
Penggunaan model pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik. Hal ini dapat
dilihat dari hasil tes peserta didik.
2. Observasi terhadap guru
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas guru mengalami peningkatan. Pada
pembelajaran siklus I, rata-rata skor hasil observasi terhadap guru pada pertemuan
pertama 3,11 dan pada pertemuan kedua 3,41. Jadi rata-rata skor aktivitas guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dalam pembelajaran siklus I adalah 3,32 (baik). Sedangkan hasil observasi
terhadap guru pada siklus II ( lampiran 9 dan 11 ), rata-rata hasil observasi pada
pertemuan pertama 3,21 dan pada pertemuan kedua 3,74. Jadi rata-rata aktivitas
guru dalam pembelajaran siklus II adalah 3,66 (baik).
3. Hasil nilai tes menulis deskripsi peserta didik
a. Data nilai peserta didik kelas V sebelum diterapkannya model pembelajaran
koopertif Kepala Bernomor Struktur
Pada waktu diadaknnya tes pra-siklus diketahui nilai rata-rata diperoleh
sebesar 58,6. Dari hasil ini masih didapati banyak peserta didik yang mendapat
nilai kurang dari KKM (70), yaitu sebanyak 10 peserta didik. Peserta didik
yang memperoleh nilai antara 71 – 80 sebanyak 5 anak, nilai antara 61 – 70 ada
3 anak, nilai antara 51 – 60 ada 2 anak, nilai antara 41 – 50 ada 1 anak, nilai
antara 31 – 40 ada 2 anak, nilai antara 21-30 sebanyak 1 anak, dan yang
mendapat nilai antara 11-20 ada 1 anak. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa peserta didik yang memperoleh nilai > 70 (pada interval 71 – 80) ada 5
peserta didik atau 40% dari jumlah keseluruhan peserta didik.
b. Data nilai peserta didik siklus I
Berdasarkan daftar nilai yang terdapat pada lampiran. dapat diketahui nilai
hasil evaluasi menulis deskripsi peserta didik pada siklus I yang terdiri atas 2
pertemuan, sebagai berikut:
1) Pada pertemuan ke-1 peserta didik yang memperoleh nilai antara rentang
55-58 ada 1 peserta didik, 59-62 sebanyak 1 peserta didik, 63-66 ada 1
peserta didik, 67-70 ada 2 peserta didik, nilai 71-74 sebanyak 5 peserta
didik dan yang mendapat nilai antara 75-78 sebanyak 5 peserta didik. Dari
data tersebut dapat diketahui rata-rata nilai sebesar 71,3 dan prosentase
ketuntasan belajar peserta didik mencapai 66,6 %.
2) Pada pertemuan ke-2 peserta didik yang memperoleh nilai 61-65 sebanyak
2 peserta didik, nilai 66-69 ada 1 peserta didik, 70-73 ada 1 peserta didik,
74-77 ada 3 peserta didik, 78-81 ada 6 peserta didik, dan yang mendapat
nilai 82-85 ada 2 peserta didik. Bila dilihat dari rentang nilai yang ada,
maka pada siklus I pertemuan ke-2 prosentase ketuntasan belajar peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
didik mengalami peningkatan menjadi 73,3 %, artinya terjadi kenaikan
sebesar 6,7%. Dilihat dari nilai rata-rata juga meningkat dari pertemuan ke-
1 sebesar 71,3 menjadi 73,66.
Sedangkan bila dibandingkan dengan pra-siklus, pembelajaran pada siklus
I mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bila dilihat dari nilai
rata-rata yang semula 58,6 meningkat menjadi 72,45 (lihat tabel 12),
begitu juga dengan prosentase ketuntasan belajar juga meningkat, yang
semula 40 % telah meningkat menjadi 69,9%.
c. Data nilai peserta didik siklus II
1) Pada pertemuan ke-1 peserta didik yang mendapat nilai anatara rentang 62-
65 sebanyak 2 peserta didik, nilai 66-69 sebanyak 1 peserta didik, nilai 70-
73 ada 1 peserta didik, nilai 74-77 sebanyak 3 peserta didik, nilai 78-81
sebanyak 6 peserta didik, dan yang mendapat nilai 82-85 ada 2 peserta
didik. Sedangkan rata-rata keseluruhan peserta didik sebesar 75.
2) Pada pertemuan ke-2 peserta didik yang mendapata nilai antara 55-58
sebanyak 1 peserta didik, nilai 59-62 ada 1 peserta didik, nilai 63-66 ada 1
peserta didik, nilai 67-70 ada 1 peserta didik, nilai 71-74 ada 1 peserta
didik, nilai 75-78 ada 1 peserta didik, nilai 77-80 sebanyak 2 peserta didik,
nilai 81-84 ada 2 peserta didik, nilai 83-86 ada 4 peserta didik, dan nilai
antara 87-90 ada 1 peserta didik. Rata-rata kelas sebesar 76,73. Bila
dibandingkan dengan nilai pada pertemuan 1 terdapat peningkatan sebesar
1,73.
Bila dibandingkan dengan pra-siklus, pembelajran pada siklus II
mengalami peningkatan yang cukup baik, yaitu rata-rata yang semula
sebesar 58,6 meningkat tajam menjadi 76,6.
Dengan melihat temuan hasil penelitian yang berupa data-data nilai di
atas maka dapat diketahui adanya peningkatan proses maupun hasil pembelajaran
menulis deskripsi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Kepala
Bernomor Struktur. Peningkatan dapat dilihat dari perhitungan rata-rata nilai
ketika diadakannya pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 15, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 15. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Menulis Deskripsi Peserta
didik pada pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No Pembelajaran Menulis
Deskripsi Pra-siklus
Sesudah dilaksanakan tindakan
Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata 58,6 72,45 75,58
2 Nilai tertinggi 80 81 86
3 Nilai terendah 20 59,5 60,5
4 Prosentase Ketuntasan 33.3 % 49,9 % 80 %
Sedangkan bila dilihat dari prosentase ketuntasan hasil nilai peserta didik
secara keseluruhan, baik itu pra-siklus, siklus I. dan siklus II, dapat dilihat pada
grafik 10, yaitu:
Grafik 10. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Menulis deskripsi praSiklus,
Siklus I, dan Siklus II
Dari data perbandingan antara pra-siklus, siklus I, dan siklus II dapat
dianalisis sebagai berikut:
Nilai rata-rata dari pembelajaran pra-siklus hingga siklus II terus
mengalami peningkatan yaitu rata-rata yang semula 58.6 menjadi 72,45 terus
meningkat hingga 75,58. Sedangkan nilai tertinggi yang semula pada waktu pra-
33.3%
69.9%
80%
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
pra siklus siklus I siklus II
Pro
sen
tase
Ket
un
tasa
n B
elaj
ar
men
ulis
des
krip
si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
siklus sebesar 80 setelah diadakan siklus I meningkat menjadi 81, dan setelah
dilaksanakan siklus II meningkat lagi menjadi 86,75. Untuk nilai terendah pada
masa pra-siklus terdapat peserta didik yang mendapat nilai 20, pada siklus I telah
mengalami peningkatan menjadi 59,5, hingga pada siklus II meningkat menjadi
60,5. Kat pada siklus I menjadi 66,6% dan di akhir pembelajaran siklus II
mengalami peningkatan menjadi 80% yaitu sejumlah 12 anak memiliki
keterampilan menulis deskripsi yang baik, artinya bahwa target penelitian dapat
tercapai.
Dilihat dari hasil pekerjaan peserta didik dalam menulis deskripsi sudah
mengalami peningkatan yang cukup berarti. Peserta didik yang semula belum bisa
mendeskripsikan objek sudah terampil mendeskripsikan objek dengan ciri-ciri
cukup detail, semula susunan kalimat belum begitu baik setelah diadakannya
pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yaitu dapat
menyusun sebuah karangan dekripsi ataupun laporan pengamatan dengan baik.
Dari 15 peserta didik dapat dikatakan yang memiliki rata-rata
keterampilan menulis deskripsi dengan baik berkisar sekitar 12 peserta didik, yang
memiliki keterampilan menulis deskripsi sedang berjumlah 2 peserta didik,
dan terdapat 1 peserta didik peserta didik yang memiliki keterampilan
menulis deskripsi dengan kriteria kurang. Faktor yang mendasari kurangnya
keterampilan anak tersebut adalah dari dalam diri anak sendiri. Anak kurang
memberikan respon yang positif terhadap proses pembelajaran meskipun guru
telah berusaha mengadakan pendekatan personal dan memberikan motivasi dan
bimbingan.
Sedangkan penilaian terhadap aktivitas baik guru maupun peserta didik
dapat dilihat pada tabel 16:
Tabel 16. Aktivitas Peserta didik dan Guru
No Jenis Aktivitas Siklus I Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Aktivitas
peserta didik 2,85(kurang) 3,14(cukup) 3,42(cukup) 3,85(baik)
2 Aktivitas Guru 2,78(kurang) 3,09(cukup) 3,59(baik) 3,81(baik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Dari tabel di atas maka dapat dibuat tabel rata-rata penilaian, yaitu:
Tabel 17. Rata-rata Aktivitas Peserta didik dan Guru pada Siklus I dan Siklus II
Skor rata-rata Siklus I Siklus II
Aktivitas Peserta didik 2,99 (kurang) 3,63 (baik)
Aktivitas Guru 2,93 (kurang) 3,70 (baik)
Grafik 11. Rata-rata Aktivitas Peserta didik dan Guru pada Siklus I dan
Siklus II
Berdasarkan tabel dapat diketahui aktivitas peserta didik pada siklus I
pertemuan 1 memiliki skor rata-rata 2,85 (kurang), hal ini mencerminkan bahwa
pada pembelajaran siklus I pertemuan 1 peaerta didik belum melaksanakan proses
pembelajaran secara aktif. Sedangkan pada pertemuan 2 aktivitas peserta didik
mulai menunjukkan peningkatan menjadi 3,14 (cukup), bila dibuat rata-rata maka
skor aktivitas peserta didik siklus I sebesar 2,99 (kurang). Dengan kata lain
peserta didik belum berperan aktif selama proses pembelajaran. Keadaan ini
menjadi meningkat pada pertemuan 1 siklus II, skor aktivitas peserta didik
menjadi 3,42 (cukup) sampai pada akhir siklus II aktivitas peserta didik semakin
meningkat menjadi 3,85 (baik), bila dibuat rata-rata maka didapati skor sebesar
3,63 (baik), artinya telah terjadi peningkatan aktivitas peserta didik dibanding
siklus I.
siklus I siklus II
Aktivitas Siswa 2.99 3.63
Aktivitas Guru 2.93 3.7
2.993.63
2.933.7
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
Ra
ta-r
ata
Ak
tiv
ita
s S
isw
a d
an
Gu
ru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Aktivitas guru pada pertemuan 1 siklus I memiliki skor 2,78 (kurang),
sdengkan pada pertemiuan 2 telah terjadi peningkatan menjadi 3,09 (cukup), rata-
rata aktivitas guru pada siklus I sebesar 2,93 (kurang). Namun terjadi peningkatan
pada siklus II pertemuan 1 yaitu sebesar 3,59 (baik) dan meningkat menjadi 3,81
(baik) di pertemuan akhir siklus II, dan didapati rata-rata skor akhir siklus II
sebesar 3,70 (baik). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa baik peserta didik
maupun guru keduanya mengalami peningkatan aktivitas pada setiap siklusnya.
Peneliti sebagai guru selalu berusaha meningkatkan aktivitas di setiap pertemuan.
Guru selalu mengadakan evaluasi di setiap akhir pertemuan yang bermanfaat
untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan pengajaran pada pembelajaran yang
usai dilaksanakan sehingga dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
aktivitasnya pada pertemuan berikutnya. Selain itu guru juga mngedakan evaluasi
pada aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran baik. Dari beberapa
pertemuan terdapat aktivitas yang kurang pada peserta didik. Hal ini karena masih
adanya beberapa kendala dan kekurangan yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung, baik itu siklus I mapun siklus II. Kendala-kendala tersebut antara
lain: 1) kurangnya partisipasi peserta didik, mereka masih terlihat malu-malu dan
belum begitu antusias selama proses pembelajaran, hal ini dimungkinkan karena
mereka berhadapan dengan guru baru; 2) sebagian dari peserta didik masih belum
mengerti makna pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur; 3) beberapa
dari peserta didik masih bersikap individual, sehingga pembelajaran koopertif
belum berjalan sesuai harapan; 4) ada peserta didik yang masih enggan
memperhatikan apalagi mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mereka
bersikap malas dan acuh tak acuh, bahkan ada 1 anak yang tidak mengerjakan
tugas sama sekali.
Dari kendala-kendala tersebut peneliti mengadakan upaya perbaikan
yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan, dalam
hal ini peneliti berusaha mengadakan pendekatan personal terhadap tiap-tiap
peserta didik. Peneliti memberikan arahan dan bimbingan pada peserta didik
bagaimana melakasanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif Kepala Bernomor Struktur. Selain itu peneliti memberikan bimbingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pada masing-masing kelompok bagaimana mereka seharusnya bekerja sama
dalam melaksanakan tugas. Peneliti juga tidak lupa untuk memberikan motivasi
dan penghargaan baik itu penghargaan verbal maupun nonverbal yang
dimaksudkan agar peserta didika-peserta didik lebih termotivasi selama proses
pembelajaran dilaksanakan.
Dari analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat dibuat suatu
kesimpulan yaitu adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi peserta
didik kelas V MIN Mulur tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan tersebut tejadi
pada hasil menulis deskripsi peserta didik ddan juga aktivitas peserta didik selama
proses pembelajaran. Peserta didik menjadi lebih aktif dan tertarik untuk belajar.
Peserta didik juga belajar bagaimana bekerja sama dengan teman
lain,bersosialisasi, dan bertukar pikiran dengan teman sebayanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur
Sukoharjo dengan melaksanakan 2 siklus pembelajaran yang terdiri atas 4 kali
pertemuan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Bahwa hipotesis
yang diajukan pada penelitian ini telah terbukti. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan menulis
deskripsi peserta didik terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan hasil pembelajaran pratindakan nilai rata-rata kelas
58,6 dengan ketuntasan klasikal 33,3%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata
kelas mencapai 72,45 dengan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 69,9%. Pada
siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 75,58 dan ketuntasan kalsikal
menjadi 80%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif Kepala Bernomor Struktur dapat meningkatkan keterampilan menulis
deskripsi siswa kelas V MIN Mulur tahun pelajaran 2010/2011
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 2 siklus
yang terdiri atas 4 kali pertemuan, maka dapat diberikan suatu implikasi
penelitian, sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Kepala Bernomor struktur untuk meningkatkan keterampilan menulis
deskripsi peserta didik kelas V MIN Mulur Sukoharjo terbukti telah
mengalami peningkatan hasil belajar peserta didik, hal tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
Dalam menerapkan pembelajaran model kooperatif hendaknya
guru dapat memilih tipe pembelajaran yang lebih bervariatif. Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
dengan menggunakan model kooperatif Kepala Bernomor Struktur
merupakan salah satu variasi/tipe dalam cakupan model pembelajaran
kooperatif. Dalam penerapannya, model kooperatif Kepala Bernomor
struktur memiliki kelebihan-kelebihan dibanding pembelajaran kooperatif
lainnya, diantaranya: 1) adanya tanggung jawab individu terhadap
kelompok karena tugas didasarkan pada masing-masing nomor kepala
yang dipakai siswa; 2) kerja sama antarkelompok lebih terjalin intens
karena tugas yang diberikan bersifat berururtan sehingga siswa merasa
memiliki tanggung jawab tersendiri pada tiap-tiap bagian tugas tersebut.
Selama proses pembelajaran guru harus selalu memperhatikan
keadaan dan perilaku siswanya. Guru harus mengadakan pendekatan
secara klasikal lebih-lebih pendekatan personal. Guru sebagai fasilitator
sekaligus motivator harus memahami siswa mana saja yang membutuhkan
bimbingan khusus dan pengarahan lebih. Hal tersebut dikarenakan
mengingat tiap-tiap peserta didik memiliki sifat dan karakter yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lain, sehingga perlu adanya
tindakan khusus untuk mengatasinya.
Hasil rata-rata nilai peserta didik setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif Kepala Bernomor Struktur meningkat. Hal ini
menunjukkan adanya keberhasilan pembelajaran baik itu pada hasil
maupun proses.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh guru maupun calon
guru dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran atau untuk
mengatasi kendala-kendala yang ada selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang
telah dipaparkan pada bab IV, maka hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan acuan atau lebih dikembangkan oleh guru yang menghadapi
permasalahan sama atau sejenis. Dengan memperhatikan berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi pembelajaran, guru dapat memilih model
pembelajaran inovatif yang efektif dan tepat guna meningkatkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
belajar khususnya pada keterampilan menulis deskripsi mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
C. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan dan implikasi yang telah disajikan, ada
beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan, di antaranya:
1. Bagi Sekolah
Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia
kependidikan, hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru
dalam setiap diskusi, seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya. Sehingga
dalam pembelajaran, guru dapat lebih inovatif, kretaif dan efektif
menggunakan model pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap
sulit oleh peserta didik.
2. Bagi Guru
a) Hendaknya guru mengupayakan suatu rancangan atau persiapan
pembelajaran yang sistematis dan terarah pada setiap pembelajaran
yang akan dilaksanakan, baik itu berupa persiapan Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan evaluasi. Dengan begitu diharapkan proses maupun
hasil pembelajaran berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan yang
ingin dicapai.
b) Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran peserta didik secara
aktif dalam melaksanakan pembelajaran terutama pada pemebelajaran
menulis, sehingga peserta didik dapat mengkonstruksikan sendiri
pengetahuan mereka, lebih dapat berpikir luas dan pembelajaran
berpusat pada siswa (student center), sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator dalam pembelajaran.
c) Dalam melaksanakan setiap pembelajaran sebaiknya guru berusaha
menerapkan pembelajaran yang inovatif dan menantang bagi peserta
didik. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki pengalaman
yang bermakana di setiap kegiatan belajarnya. Selain itu peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
merasa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.
3. Bagi Peserta Didik
Peserta didik hendaknya selalu meningkatkan kreativitas,berpikir
kritis, dan berpikir luas dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan,
lebih-lebih dalam kompetensi menulis. Peserta didik harus meningkatkan
kemampuan diri dengan berani berpendapat dan menyampaikan gagasan.
Selain itu peserta didik harus berperan aktif di setiap pembelajaran baik itu
secara individu lebih-lebih pada pembelajaran yang bersifat kooperatif
atau kelompok.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian pada
permasalahan dan pokok pembahasan yang sama hendaknya lebih
memperhatikan kekurangan dan kelemahan pada penelitian ini sehingga
dapat ditingkatkan dan menghasilkan temuan penelitian yang lebih baik
lagi.
Recommended