View
12
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
DAKWAH BERBASIS KEMANUSIAAN:
STUDI TERHADAP AKSI KEMANUSIAAN MEDICAL
EMERGENCY RESCUE COMMITTEE (MER-C) INDONESIA
DI GAZA (2009-2015) DAN LOMBOK (2018)
Diajukan Kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor
dalam Bidang Dakwah dan Komunikasi
Oleh:
Rubiyanah
31141200000023
PROGRAM DORTOR PENGKAJIAN ISLAM
KONSENTRASI DAKWAH AN KOMUNIKASI
SEKOLAH PASCASARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2019 M/1439 H
i
PENGANTAR PENULIS
Buku yang merupakan karya akademik hasil penelitian
program doctor (disertasi) ini berusaha mendeskripsikan secara lebih
mendalam tentang aktivitas sebuah lembaga kemanusiaan di
Indonesia yang aksinya bukan hanya dilakukan di dalam negeri, akan
tetapi juga di luar negeri. Membincang mengenai lembaga
kemanusiaan dengan segala aksi yang dilakukan baik di lokasi
bencana alam maupun konflik bukanlah hal yang istimewa,
mengingat begitu banyak LSM kemanusiaan yang muncul terutama
pasca reformasi 1998. Menjadi menarik ketika aksi kemanusiaan ini
mulai merambah ke wilayah konflik seperti ke Gaza Palestina,
sebagaimana yang dilakukan oleh Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sebuah lembaga kemanusiaan yang juga lahir
pasca reformasi. Utamanya, ketika penulis mengkaji tentang lembaga
ini melalui perspektif yang berbeda, yakni dakwah. Aksi kemanusiaan
MER-C di Gaza dengan karakter wilayah konflik memiliki tantangan
tersendiri, karena pertaruhannya adalah nyawa. Para relawan
menyebutnya dengan istilah ‚jihad profesi‛, karena meski tidak turut
memanggul senjata dalam situasi perang akan tetapi perjuangannya
ketika mengevakuasi dan menolong korban, tidak kalah ‚heroic‛nya
dengan para pejuang Palestina itu sendiri.
Secara eksplisit, MER-C tidak menyebut lembaga mereka
memiliki misi dakwah, akan tetapi dalam perspektif dakwah, aksi
kemanusiaan yang telah dilakukan MER-C sejalan dengan prinsip-
prinsip dakwah yang tertuang dalam al-Qur’an maupun al-Sunnah. Di
antaranya adalah prinsip kemanusiaan universal sebagai perwujudan
ukhrijat Li al-nas, amar ma’ruf dalam aksi kemanusiaan MER-C,
nahy munkar melalui jihad profesi dan rahmatan Lil ‘a>lami>n sebagai
wujud prinsip keimanan.
Proses penulisan disertasi hingga selesai menjadi buku ini
bukanlah tanpa kendala, banyak peristiwa yang mewarnai sepanjang
penyelesaiannya, oleh karena itulah puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan inayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan disertasi ini hingga menjadi sebuah
buku. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada banyak pihak
yang turut membantu dan memotivasi, yakni: Prof. Jamhari MA,
Ph.D selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Dr. Hamka Hasan, MA selaku Wakil Direktur dan Prof. Dr.
ii
Didin Saepudin, MA selaku Ketua Program Doktor Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terkhusus Prof. Andi Faisal Bakti, MA., Ph.D sebagai
Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan arahan sehingga sangat membantu penulis dalam
menuangkan pikiran secara sistematis dan terarah dalam penulisan
disertasi ini. Demikian pula kepada Prof. Dr. Murodi, MA. sebagai
pembimbing II, yang selalu memberi motivasi kepada penulis agar
dapat menyelesaikan disertasi ini
Syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT, karena telah
menganugerahkan kedua orang tua, almarhum H. Nahar Nasir dan Hj.
Sainah. Keduanyalah yang telah memberikan kasih sayang, mendidik
dan melimpahkan penulis dengan beribu harapan dan doa. Semoga
Allah mengampuni dosa-dosanya dan beroleh syurga. Keluarga besar
penulis, khususnya suami tercinta, H. Abdul Jalil<, MA, yang telah
mendampingi sekaligus memberikan dukungan moril, materil dan doa
yang tak kenal lelah, sehingga rela menunda penyelesaian
disertasinya demi menyuport penulis. Semoga Allah memudahkan
segala urusan ‚papa‛ baik di dunia maupun di akhirat. Kepada putra-
putra tersayang, Muhammad Nur Azami, Taqiyuddin Zanki Haidar
dan Yusya Najih Malika, yang selalu menjadi inspirasi dan
penyemangat bagi penulis. Kakanda tercinta Muhammad Haris dan
isteri, dan keponakan-keponakan tersayang.
Seluruh karyawan dan civitas akademika Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta khususnya Dekan,
Suparto, M.Ed., Ph.D, beserta jajaran dekanat dan seluruh rekan
dosen, khususnya kepada senior dosen Dr. Arief Subhan, MA.
Apresiasi yang tinggi juga penulis sampaikan kepada seluruh
karyawan dan civitas akademika SPs UIN Jakarta yakni para dosen
yang telah melakukan tranformasi ilmu kepada penulis serta pegawai
staf Sekretariat dan staf Perpustakaan, yang selalu memberikan
pelayanan dengan terbaik. Tidak lengkap rasanya jika penulis belum
menyebut rekan-rekan mahasiswa di SPs Program Doktor dan
Magister yakni: Mumin Roup, Mauidlotun Nisa, Yuke Rahmawati,
Nikmatullah, Rosdiana, Farhan, Inda Kartika, Noblana Adib, Restia,
Sahlan, dan Masayu Masita yang telah meluangkan waktunya untuk
berdiskusi, membantu secara teknis, serta menjadi penyemangat dan
inspirator selama proses studi yang cukup panjang.
iii
Terakhir ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada para
Jamaah Majelis Taklim yakni, Majelis Taklim al-Mauizhoh dan
Bahrul Ulum Bintaro, Majelis Taklim Miftahul ‘Ilmi Pondok Cabe
dan seluruh jamaah bimbingan penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Mohon maaf jika selama menjalani program doctoral
sering tidak bisa hadir karena terkonsentrasi pada penyelesaian
disertasi.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan
dan kekeliruan, oleh karena itu, saran dan masukan yang positif dan
konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaanya. Akhirnya penulis berharap semoga buku ini dapat
memberikan dedikasi keilmuan.
Jakarta, 6 November 2019
Penulis,
Rubiyanah
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan ALA-LC ROMANIZATION tables
sebagai berikut :
A. Konsonan
Arab Latin Arab Latin
}d ض A ا
}t ط B ب
}z ظ T ت
، ع Th ث
Gh غ J ج
F ف }h ح
Q ق Kh خ
K ك D د
L ل Dh ذ
M م R ر
N ن Z ز
ه،ة S س H
W و Sh ش
Y ي }s ص
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fath{ah A A
Kasrah I I
D{amah U U
x
2. Vokal Rangkap
Tanda Nama Huruf Latin Nama
...ي Fath{ah dan ya Ai a dan i
... و Fath{ah dan
wau
Au a dan u
3. Vokal Panjang
Tanda Nama Gabungan
Huruf
Nama
Fath{ah dan alif a> a dan garis di ــا
atas
ي Kasrah dan ya i> i dan garis di ــ
atas
و D{ammah dan ــ
wau
u> u dan garis di
atas
Contoh :
س ين ول H{usain : ح h{aul : ح
C. Ta’ Marbu>t{ah
Transliterasi ta’ marbu>t{ah ( ة( di akhir kata, bila dimatikan ditulis
“h” baik yang dirangkai dengan kata sesudahnya atau tidak.
Contoh :
مرأة : Mar’ah مدرسة : Madrasah
Ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang
sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan
sebagainya, kecuali yang dikehendaki lafadz aslinya.
D. Shiddah
Shiddah/Tashdi>d ditransliterasi akan dilambangkan dengan huruf,
yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu.
Contoh :
xi
ربنا : Rabbana> شوال : Shawwa>l
E. Kata Sandang
Kata sandang “ لا “ dilambangkan berdasarkan huruf yang
mengikutinya, jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis dengan
huruf yang bersangkutan, dan ditulis “al” jika diikuti dengan
huruf qamariyah.
Contoh :
القلم : al-Qalam الزهرة : al-zahrah
xiii
Abstrak Dakwah seringkali diidentikkan dengan aktivitas tabligh melalui mimbar masjid dan Majelis Taklim. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, membuat aktivitas tabligh menjadi pilihan dakwah yang semakin semarak di tengah masyarakat. Dakwah sesungguhnya tidak hanya dilakukan melalui penyampaian lisan. Aksi-aksi kemanusiaan yang dilakukan baik oleh individu maupun kelompok/organisasi juga merupakan bagian dari dakwah, sebagaimana yang dilakukan oleh sebuah organisasi kemanusiaan Medical Emergency Resque Committee (MER-C) Indonesia. Aksi kemanusiaan MER-C sejalan dengan Prinsip-prinsip dakwah karena terkait dengan kemaslahatan umat yang didasarkan pada prinsip kemanusiaan. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan, bagaimana aksi kemanusiaan organisasi MER-C dapat dikatakan sebagai aktivitas dakwah? Pertanyaan tersebut dibedah dengan menggunakan teori dakwah keumatan (konsep ummah) Ali Syari’ati dan Sayyid Qutb, yaitu da’wah ila> al-khair yang diformulasikan oleh Andi Faisal Bakti berdasarkan prinsip dakwah yang terdapat dalam QS. Ali Imran/3:104 dan 110, yakni dakwah ila al-khair yang meliputi prinsip ukrijat li al-Nas, al-amr bi al-ma’ruf wa an-nahy’an al-munkar, dan tu’minuna billah. Penelitian ini mendukung penelitian Hilman Latief, Fethulleh Ghulen, Peter Redfild dan Jamal Krafes yang menekankan pada persoalan sosial dan kemanusiaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berbasis lapangan denganmenggunakan pendekatan fonemenologi dan etnometodologi. Pendekatan fenomenologi mengacu pada konsep bahwa pengetahuan tentang agama (dakwah) diperluas pada fenomena-fenomena sosial lain. Sedangkan pendekatan etnometodologi untuk mendeskripsikan secara detail tentang praktek-praktek sosial yang terorganisasi secara alamiah pada aksi MER-C. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah aksi kemanusiaan MER-C Indonesia di Gaza dan Lombok. Untuk aksi kemanusiaan MER-C di Gaza, sumber data primer berupa buku karya Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter, Kisah dr. Joserizal dan TIM MER-C Menantang Maut, Menyelamatkan Ribuan Nyawa, Demi Kemanusiaan, disertai dengan hasil wawancara dengan para relawan yang melakukan misi baik di Gaza maupun Lombok. Sumber sekunder penelitian ini adalah litertur-literatur yang relevan dengan permasalahan yang diangkat.
Temuan penelitian disertasi ini adalah bahwa aksi MER-C di wilayah Gaza dan Lombok merupakan bagian dari aktivitas dakwah.
xiv
Dengan menggunakan analisis dakwah keumatan, dapat di simpulkan bahwa; sebagai NGO kemanusiaan, MER-C mewakili perwujudan da’wah ummah yang didasarkan pada da’wah ila< al-khair, yakni, prinsip kemanusiaan universal sebagai perwujudan ukhrijat li al-nas, amar ma’ruf dalam aksi kemanusiaan MER-C, nahy munkar melalui jihad profesi, rahmatan lil ‘ala>mi>n sebagai wujud prinsip keimanan.
Kata Kunci: Dakwah, Ummah, Aksi Kemanusiaan, Rahmatan Lil
‘a>lami>n, Relawan dan MER-C.
xv
ملخص الرسالة
. لقد جعل المجالس العلمةتم غالبا تشبه الدعوة بأنشطة التبلغ الدن ف منابر المساجد و
تطور تكنولوجا المعلومات واالتصاالت خارا ألنشطة التبلغ الت تزداد ازدحاما ف
الت قوم اإلنسانة األعمال الخرة. إن سانن الدعوة لست مقصورة على اللالمجتمعات. إ
لجنة اإلنقاذ الطبة للطوارئ كما تفعل , بها األفراد والجماعات / المنظمات جزء من الدعوة
(MER-Cف إندونسا )ة الت تقوم بها قم الدعو. وأما الMER-C بمشكلة ترتبط
.اإلنسانةالمبادئ األساسة والقم التواصل االجتماع على
هل لدها اإلنسانة الشئون إلى اإلجابة على سؤال المنظمات العاملة ف ا البحثسعى هذ
السؤال باستخدام البحث واالطالع علىتم ؟. ه تقوم بأعمال إنسانة بحتة مة أقم الدعوال
لى , وه الدعوة إسد قطب من أجل األمة )مفهوم األمة( لـ على شرعت ونظرة الدعوة
أعن التبلغ, والتغر, ف إطار التواصل اإلسالم ت ك ب ل ص ي ف د ن صاغه أ تالالخر
ان ل م وتكون األمة واألمر بالمعروف والنه عن المنكر. ثم تؤد نتجة هذا البحث بحوث ه
ن, و الت تؤكد على القضاا االجتماعة جمال كرفس, و بتر ردفلدلطف, و ف تح هللا غل
واإلنسانة.
.االثنومثودولوجوعلم ظواهرمع أسالب علم الإن هذا البحث بحثا نوعا بعمله المدان
الدعوة( تمتد إلى ظواهر أي ) الدنةاهر إلى مفهوم أن المعرفة وظلعلم الشر النهج
ف بالتفصل حول للتوصدولوج هو حن أن منهج علم االثنومثو . علىاجتماعة أخرى
مصدر البانات و .MER-Cل اعمأالت تم تنظمها بشكل طبع ف ةاالجتماع اتللواقع
مدنة غزةف اإلندونسة (MER-C)لـ ةل اإلنساناعمهو األ ا البحثالرئس ف هذ
مصادر ف غزة ، كانت MER-Cبالنسبة لألعمال اإلنسانة الت تقوم بها . ولومبوك
: وه ورتا ت. بودارتو البانات األساسة عبارة عن كتب كتبها جوسرزال جرنالس
طببقصة السانج دكتر )طرق الطبب ف الجهاد(, جاالن جهاد تحت العناون التالة
من أجل , إنقاذ اآلالف من األرواح, الموت ف مواجهة MER-C أفراد و جوسرزال
. قاموا بمهام ف كل من غزة ولومبوكالذن قه مقابالت مع متطوعن راف. ثم اإلنسانة
تناول بالبحث.ذات الصلة بالقضاا المكتب المصدر الثانوي لهذا البحث هو الوأما
ف منطقة غزة ولومبوك ه جزء من MER-Cه أن تصرفات جة هذا البحثنتتظهر
بصفتها منظمة غر ن أجل األمة أنه: ومكن االستنتاج باستخدام تحلل الدعوة م الدعوة.
تكون الخر مع لىإ وةدعالالدعوة لألمة بناء على تحقق MER-Cتمثل حكومة إنسانة
ف مىطقت غزة ونىمبىك هى جزء مه أوشطت انىعظ. باستخذاو تحهم انتبشر انعاو ، األمة,
تجسذا نذعىة MER-Cمكه استىتاج أوه ؛ بصفتها مىظمت غر حكىمت إوساوت ، تمثم
اخرجت باعتبارها تجسذااألمت انقائمت عهى انذعىة إنه انخر ، أي انمبادئ اإلوساوت انعانمت
xvi
مىكر مه خالل انىه عه ان MER-C معروف ف انعمم اإلوساو لبا انمر األ، نهىاس
كذنم عهى مبذأ اإلمان. رحمت نهعهمهانجهاد انمحترف ،
.MER-Cو ة: الدعوة ، األمة ، األعمال اإلنسانة ، المتطوعون ، الكلمات المفتاح
xvii
ABSTRACT
The da’wa is often identified with the tabligh activity, through the mosque pulpit and the taklim assemblies. Furthurmore, the progress of information and communication technology, the tabligh activity is still a choice of the da’wa which is increasingly lively amid the community. Therefore, true da’wa is not only done through verbal delivery. The humanitarian actions carried out both by individuals and groups/organizations are also part of the da’wa, as is done by a humanitarian organization, Indonesia Medical Emergency Resque Committee (MER-C). MER-C humanitarian action is in line with the principles of the da’wa because it is related to the benefit of the people based on humanitarian principles.
This study seeks to answer the question of organizations engaged in humanity, how the da’wa values in MER-C humanitarian movement? The question was dissected using the theory of public proselytizing (ummah concept) Ali Syri'ati and Sayyid Qutb, namely preaching ila al-khair which by Andi Faisal Bakti was formulated with a frame of Islamic communication, namely Tabligh, Taghyir, takwin al ummah and al- amr bi al-maruf wa an nahy an al munkar. This research supports the research of Hilman Latief, Fethulleh Ghulen, Peter Redfild and Jamal Krafes which emphasize social and humanitarian issues.
This research is a field-based qualitative research with a phenomenology and an ethnometodology approach. The phenomenological approach refers to the concept that knowledge of religion (the da’wa) is extended to other social phenomena, while the ethnometodology approach is to describe in detail about social practices that are naturally organized in MER-C's humanitarian actions. The primary data source of this research is the action of MER-C’s da’wa and humanitarian movements in Gaza and Lombok. For MER-C's humanitarian actions in Gaza, the primary data sources are books by Dr Joserizal Jurnalis and Rita T. Budiarti under the title are the Doctor way of jihad, The Story of Dr. Joserizal and the Mer-C TEAM Challenge Death, and Save Thousands of Life For Humanity. Furthermore, the primary data sources are the results of interviews with volunteers who carried out missions both in Gaza and Lombok. The secondary sources of this research are literatures improving to the issues raise.
The findings of this dissertation which humanitarian actions carried out by the MER-C, the humanitarian organizations, in the Gaza region and Lombok, are part of the da’wa. By using the analysis
xviii
of religious proselytizing it can be concluded, as a non-governmental organization (NGO) of humanity, that is, the embodiment of ukhriat li al-nas, ‘amar ma’ruf in the MER-C humanitarian action, nahy munkar through professional jihad, rahmatan lil alamin as a manifestation of the principle of faith.
Key words: Da’wa, Ummah, Humanitarian Actions, Volenteers,
Rahmatan Lil ‘a>lami>n, and MER-C.
xix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3.1: Logo MER-C .............................................. 94
2. Gambar 3.2: Rumah Sakit yang didirikan MER-C
bersama warga di Galilea, Halmahera Maluku Utara ...... 95
3. Gambar 3.3: Klinik Sosial Yogyakarta............................ 96
4. Gambar 3.4: Posko Kesehatan di wilayah Gempa
Lombok Utara .................................................................. 97
5. Gambar 3.5: Armada Mobile Clinik di wilayah Gempa
Lombok Utara .................................................................. 98
6. Gambar 3.6: Rumah Sakit Indonesia di Gaza Palestina .. 99
7. Gambar 4.1: Jalur Gaza-Palestina ................................... 127
8. Gambar 4.2: Rekam Jejak Kekuasaan Israel atas
Palestina ........................................................................... 127
9. Gambar 4.3: Peta Pembagian 2 Wilayah Palestina
oleh Inggris ...................................................................... 147
10. Gambar 4.4: Partisi Wilayah Palestina oleh PBB
Tahun 1947 ...................................................................... 148
11. Gambar 4.5: Rumah Sakit Indonesia di Gaza.................. 153
12. Gambar 4.6: Wisma Rakyat Indonesia di Gaza-
Palestina ......................................................................... 161
xx
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1: Misi Kemanusiaan Dalam Negeri Periode 1999-2002 ........................................................................ 102
2. Tabel 3.2: Misi Kemanusiaan Dalam Negeri Periode 2003-2007…... ................................................................. 104
3. Tabel 3.3: Misi Kemanusiaan Dalam Negeri Periode 2008-2012 ........................................................................ 107
4. Tabel 3.4: Misi Kemanusaan Dalam Negeri Periode 2013-2018 ........................................................................ 108
5. Tabel 3.5: Misi Kemanusiaan Luar Negeri tahun 2001 – 2006 ..................................................................... 113
6. Tabel 3.6: Misi Kemanusiaan Luar Negeri tahun 2009 – 2012 ..................................................................... 114
7. Tabel 3.7: Misi Kemanusiaan Luar Negeri tahun 2013 – 2019 ..................................................................... 116
8. Tabel 3.8: Standar Operasional Procedure (SOP) penerimaan relawan MER-C ............................................ 121
9. Tabel 4.1: Jumlah Penduduk Tiga Kota Penting Palestina Berdasarkan Agama ......................................... 129
10. Tabel 4.2: Awal Mula Inggris Mulai Menyentuh Palestina........................................................................... 131 11. Tabel 4.3: Ikhwanul Muslimin Melawan Israel ............... 134 12. Tabel 4.4: Tentang Resolusi PBB No. 338 dan 242 136 13. Tabel 4.5: Histori KKT Camp David ............................... 141 14. Tabel 4.6: Histori Aksi Kemanusiaan MER-C untuk Gaza-Palestina .................................................................. 150 15. Tabel 4.7: Jumlah Penduduk NTB menurut Agama yang
Dianut Tahun 2016 .......................................................... 164 16. Tabel 4.8: Delapan Gempa di Lombok dalam Sejarah ..... 169 17. Tabel 4.9: Luas Daerah Kabupaten Lombok Utara dirinci Menurut Kecamatan ............................................. 173 18. Tabel 4.10: Jumlah Dusun di Kabupaten Lombok Utara
dirinci Menurut Kecamatan ............................................. 173 19. Tabel 4.11: Daftar Tim Medis - Dokter Umum MER-C .. 180 20. Tabel 4.12: Daftar Tim Medis - Dokter Spesialis MER-C .............................................................................. 181 21. Tabel 4.13: Daftar Tim Medis - Perawat MER-C ............. 184 22. Tabel 4.14: Daftar Tim Medis - Bidan MER-C ................ 186 23. Tabel 4.15: Daftar Tim Medis – Co-Ass MER-C ............. 187 24. Tabel 4.16: Daftar Relawan Non-Medis MER-C untuk
Gempa Lombok Tahun 2018 ........................................... 187
xxi
DAFTAR ISI
Pengantar Penulis ......................................................................... i
Kata Pengantar Pembimbing I ..................................................... v
Kata Pengantar Pembimbing II.................................................... vii
Pedoman Transliterasi .................................................................. ix
Abstrak ......................................................................................... xiii
Daftar Tabel dan Gambar ............................................................. xix
Daftar Isi ....................................................................................... xxi
BAB I: PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang Pentingnya Dakwah Berbasis
Kemanusiaan ...................................................................... 1
B. Kajian Terdahulu yang Terkait ........................................... 17
C. Metodologi Penelitian ......................................................... 23
D. Sistematika Penulisan ......................................................... 25
BAB II: DAKWAH KEUMATAN DAN NILAI-NILAI
KEMANUSIAAN ............................................................. 27
A. Diskursus Dakwah: Dakwah Keumatan, Komunikasi Islam,
dan Islam Rahmatan lil ‘A>lami>n ........................................ 27
1. Makna dan Kewajiban Dakwah ..................................... 27
2. Konsep Keumatan dalam Dakwah
(Dakwah Ila al-khair) .................................................... 33
3. Dakwah sebagai Komunikasi Islam ............................... 48
4. Islam Rah{matan lil ‘a >lami>n sebagai Karakteristik
Dakwah Keumatan ......................................................... 61
B. Gerakan Kemanusiaan ( Humanitarian Movement) ........... 68
1. Humanitas ...................................................................... 69
2. Humanisme ................................................................... 70
3. Humanitarianisme ......................................................... 75
C. Aksi Kemanusiaan dalam Perspektif Religious NGO ....... 79
D. Relasi Dakwah dan Aksi Kemanusiaan ............................. 85
BAB III: PRINSIP DAN AKSI KEMANUSIAAN MEDICAL
EMERGENCY RESCUE COMMITTEE (MER-C) ........ 91
A. Sejarah dan Prinsip Kemanusiaan MER-C ......................... 91
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan MER-C ................... 91
xxii
2. Prinsip Rahmatan lil ‘a>lami>n sebagai Landasan
Aksi MER-C ................................................................... 92 B. Aktivitas Kemanusiaan ....................................................... 94
C. Relawan sebagai “Ujung Tombak” Aksi Kemanusiaan… 118
D. Model Penggalangan Dana ................................................. 121
BAB IV: KARAKTERISTIK DAN DISTINGSI GAZA DAN
LOMBOK SEBAGAI WILAYAH SASARAN DAKWAH
KEMANUSIAAN MER-C ............................................. 125
A. Karakteristik Gaza sebagai Objek Dakwah Kemanusiaan
MER-C Pasca Konflik Kemanusiaan ................................ 125
1. Geopolitik Gaza dalam Tragedi Kemanusiaan
Palestina ......................................................................... 125
2. Dinamika Konflik Kemanusiaan di Gaza ...................... 129
3. MER-C dan Solidaritas Muslim Indonesia untuk
Gaza ................................................................................. 149
a. Pendirian Rumah Sakit Indonesia ............................. 152
b. Assesment dan Humanitarian Politik ....................... 155
c. Pengiriman Tim Medis dan Non Medis .................... 158
B. Karakteristik Lombok sebagai Objek Dakwah
Kemanusiaan MER-C Pasca Bencana Alam ................. … 162
1. Lombok dalam Keanekaragaman Suku, Budaya
dan Agama ................................................................... 162
2. Sejarah Kebencanaan di Lombok .................................. 168
3. Bencana Lombok Tahun 2018 sebagai Awal Aksi
Kemanusiaan MER-C di Lombok ................................... 171
a. Cakupan Wilayah dan Jangkauan Aksi
Kemanusiaan MER-C di Lombok .............................. 176
b. Relawan, Armada, dan Logistik ............................... 178
c. Pendirian Posko Kesehatan dan Layanan
Pengobatan Keliling ................................................... 189
C. Distingsi Gaza dan Lombok sebagai Objek Dakwah
MER-C.... ............................................................................ 191 1. Distingsi Aksi Dakwah MER-C di Gaza ....................... 191
2. Distingsi Aksi Dakwah MER-C di Lombok .................. 193
BAB V: PRINSIP DAKWAH DALAM AKSI KEMANUSIAAN
MER-C ............................................................................... 199
A. Prinsip Kemanusiaan Universal sebagai Perwujudan
xxiii
Ukhrijat Li al-nas ............................................................... 199
B. Amar Ma’ruf dalam Aksi Kemanusiaan MER-C ................ 210
C. Nahi Munkar melalui Jihad Profesi .................................... 234
D. Rahmatan Lil ‘A >lami>n sebagai Wujud Prinsip
Keimanan ............................................................................ 256
BAB VI: PENUTUP .................................................................. 273
A. Kesimpulan ......................................................................... 273
B. Saran ................................................................................... 274 C. Rekomendasi....................................................................... 275
Daftar pustaka .............................................................................. 277
Glosarium ..................................................................................... 295
Indeks ........................................................................................... 303
Biografi Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pentingnya Dakwah Berbasis Kemanusiaan
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah pertanyaan bagaimana
aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh organisasi yang bergerak
dalam bidang kemanusiaan yaitu MER-C, dapat dikatakan sebagai
aktivitas dakwah? Pertanyaan ini didasari oleh term dakwah yang
seringkali diidentikkan dengan aktivitas tabligh melalui mimbar
masjid dan Majelis Taklim, sehingga terkesan individual dan efeknya
hanya dapat di dengar tapi kurang dirasakan manfaatnya dalam
realitas. Pada dasarnya, dakwah juga dapat dilakukan melalui
aktivitas perbuatan yang lebih bisa dirasakan manfaatnya bagi umat,
seperti dengan melakukan aksi kemanusiaan pada korban akibat
konflik maupun bencana alam yang kerap terjadi.
Mencermati banyaknya krisis kemanusiaan di dalam maupun di
luar negeri seperti bencana alam, konflik antar negara atau golongan
dan agama, seringkali memunculkan persoalan kemanusiaan yang
seakan tidak pernah berhenti untuk diselesaikan. Meski Peradaban
dalam konteks ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami
kemajuan yang luar biasa, pada kenyataannya hal ini tidak serta merta
membawa kedamaian bagi umat manusia. Di berbagai penjuru dunia
kini masih sering terjadi konflik, peperangan dan bahkan terorisme.1
Berdasarkan data tahun 2014, Office for The Coordination of
Humanitarian Affair (OCHA) mencatat, tren konflik di dunia
mengalami peningkatan yang signifikan. Dua wilayah yang paling
sering mengalami konflik adalah Timur Tengah dan Afrika. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk mengurangi potensi konflik agar krisis
kemanusiaan tidak semakin berlarut-larut. Ada lebih dari 50 juta orang
terpaksa mengungsi karena kekerasan dan konflik. Sedikitnya rata-rata
30 ribu orang mengungsi setiap hari. Angka ini termasuk 38,2 juta
pengungsi dalam negeri (IDP), 19,5 juta pengungsi, dan 1,8 pencari
suaka. Konflik terkini yang “menyuplai” pengungsi terbanyak adalah
negara Suriah, yakni mencapai 3,88 juta jiwa.2
1Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di
Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h. xxii-xxiii. 2“Dampak Bencana dan Konflik di Dunia Kian Mengkhawatirkan,”
dalam http://kemanusiaan.id/2015/12/07, diakses, 03 Maret 2016.
2
Di sisi lain, bencana karena faktor alam, menimbulkan korban
terdampak dan kerugian yang sangat besar, meski jumlahnya tidak
bertambah secara signifikan dari tahun sebelumnya. Dilansir pada
situs resmi kemanusiaan, pada tahun 2013, dari 319 bencana alam,
jumlah korban terdampak mencapai 141 juta orang, berbanding 97
juta. Bencana dengan dampak terbesar di tahun 2015 adalah cuaca
ekstrim yang melanda India. Kerugiannya mencapai US$ 7 miliar.
Menyusul Tsunami di Jepang, banjir di India dan Pakistan, gempa
bumi di Tiongkok, dan kekeringan di Brazil.3
Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara merupakan
wilayah yang cukup sering mengalami bencana alam4 dan bencana
kemanusiaan akibat konflik antar golongan yang menyebabkan
jatuhnya banyak korban jiwa. Tsunami dan gempa bumi di Aceh,
konflik Kristen-Muslim di Maluku, perang di Timor Leste,
ketegangan sebagian kelompok Buddha dan Muslim Rohingya di
Myanmar, serta ketegangan-ketegangan politik Mindanao dan
3“Dampak Bencana dan Konflik di Dunia Kian Mengkhawatirkan,”
dalam http://kemanusiaan.id/2015/12/07, diakses, 03 Maret 2016.
4Wilayah Indonesia merupakan kawasan yang rawan terhadap
bencana gempa karena berada pada zona ring of fire (cincin api). Indonesia
juga Indonesia dikelilingi oleh ratusan gunung berapi, yang jika meletus
menyebabkan ancaman terhadapkeselamatan warga.Jika di amati, sepanjang
tahun 2014, peristiwa gunung meletus merajai bencana alam terdahsyat di
Indonesia. Mulai Gunung Sinabung di Tanah Karo, Sumatera Utara, hingga
Gunung Sangeang di Bima, Nusa Tenggara Barat. Tak hanya menimbulkan
kerugian materi, letusan gunung juga menelan korban jiwa yang tak sedikit
jumlahnya.Bencana dahsyat berupa air bah atau banjir bandang juga
menerjang Manado, Sulawesi Utara. Sebanyak 19 orang tewas tersapu air bah
dan rumah serta harta benda warga hilang terbawa arus banjir bandang.
Jelang tutup tahun 2014, bencana dahsyat kembali menghentakkan rakyat
Indonesia. Tanah longsor yang menimbun Desa Jemblung, Karangkobar,
Banjarnegara pada Jumat 12 Desember 2014 sore itu menyisakan pilu yang
mendalam bagi para keluarga korban. Diperkirakan 108 orang tertimbun
material longsor, dan 97 korban ditemukan tewas. Lihat
http://news.liputan6.com, Bencana Alam Terdahsyat di Indonesia sepancang
tahun 2014, diakses 03 Maret 2016.
3 Thailand Selatan adalah beberapa peristiwa yang telah menyebabkan
banyak korban jiwa.5
Sepanjang 2012, konflik agama naik di seluruh dunia dan
mencapai tingkat tertinggi dalam enam tahun terakhir, demikian hasil
studi terbaru. Survei Pew Research Center menemukan bahwa
sepertiga dari 198 negara yang mereka teliti mengalami konflik agama
yang tinggi atau bahkan sangat tinggi.6 Krisis kemanusiaan yang
cukup menyita perhatian dan membutuhkan banyak penanganan
adalah kasus kemanusiaan penduduk muslim Rohingnya. Diskriminasi
yang dialami penduduk muslim Rohingya selama beberapa dekade
terakhir, mengakibatkan mereka berupaya melarikan diri dari
Myanmar. Nasib muslim Rohingnya diakui oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) sebagai salah satu kaum minoritas yang paling
teraniaya di dunia.7
Banyaknya bencana dan konflik yang terjadi mendorong
komunitas muslim di wilayah Asia Tenggara yang diwakili organisasi
masyarakat sipil maupun solidaritas kemanusiaan dan politik, mulai
mengorganisasikan diri untuk secara langsung terjun di lokasi bencana
alam ataupun lokasi konflik guna membantu para korban. Hal ini
dapat dilihat, ketika bencana tsunami di Aceh dan gempa bumi di
Yogyakarta yang menyebabkan ribuan orang menjadi korban serta
ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal. Tidak sedikit lembaga
kemanusiaan yang berasal dari organisasi berbasis keagamaan terjun
di lokasi tersebut.8
Di kalangan umat Islam sendiri, organisasi-organisasi
kemanusiaan Islam tumbuh subur sebagai respons terhadap peristiwa
bencana maupun sebagai upaya menerjemahkan nilai, prinsip, dan
5Hilman Latief, Zezen Zaenal Mutaqin, (Ed.), Islam dan Urusan
Kemanusiaan, Konflik, Perdamaian dan Filantropi, (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2015), Cet. ke-1, h. 17. 6“Mempertanyakan Agama dalam Mencegah Konflik dan Krisis
Kemanusiaan,” Berita Online, dalam
https://www.qureta.com/post/mempertanyakan-agama-dalam-mencegah-
konflik-dan-krisis-kemanusiaan, diakses 22 September 2017. 7“Sketsatorial Tragedi Rohingnya Myanmar,” Berita Online, dalam
https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/181402-sketsatorial-
tragedi-rohingya-myanmar, diakses 22 September 2017. 8Hilman Latief, Zezen Zaenal Mutaqin (Ed.), Islam dan Urusan
Kemanusiaan, Konflik, Perdamaian dan Filantropi, h. 17.
4 rumusan etika keagamaan dalam ruang publik yang lebih luas.
9
Beberapa organisasi kemanusiaan Islam yang telah banyak
berpartisipasi dalam aksi kemanusiaan di antaranya adalah; Aksi
Cepat Tanggap (ACT), Al-Azhar Peduli Umat (APU), Yayasan
Hidayatullah dan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).
Dilansir dari situs resmi MER-C pada tajuk profil MER-C,
Medical Emergency Rescue Committee atau yang lebih dikenal
dengan MER-C adalah sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang
berasaskan Islam dan berpegang pada prinsip rahmatan lil ‘a>lami>n,
yakni memberi rahmat kepada seluruh alam,
yakni pertolongan kepada semua makhluk baik personal maupun
kelompok tanpa melihat latar belakang agama, mazhab, harakah,
kebangsaan, etnis, golongan, politik, melainkan atas dasar to help the
most vulnerable people and the most neglected people.10
Organisasi MER-C didirikan pada tanggal 14 Agustus 1999
oleh sekumpulan mahasiswa Universitas Indonesia yang berinisiatif
melakukan tindakan medis untuk membantu korban konflik di
Maluku, Indonesia Timur. Ketika menyoroti penanganan korban
kerusuhan dan pengungsi pada tragedi Ambon. Organisasi yang ketika
awal berdiri menamakan diri TMM-UI ini menemukan sikap yang
tidak profesional seperti ketidaknetralan dan keberpihakan tenaga
medis dalam kancah pertempuran. Begitu pula dengan distribusi
bantuan berupa logistik yang diberikan pada kedua belah pihak yang
bertikai tidak adil dan merata. Ada pihak yang mendapatkan bantuan
logistik dan pelayanan medis secara wajar, namun ada pihak yang
tidak mendapatkannya. Kondisi ini diperburuk oleh mobilitas tenaga
medis ke daerah kerusuhan yang kurang. Berdasarkan hal inilah maka
kemudian MER-C memfokuskan kegiatannya dengan memberikan
pelayanan medis untuk korban perang, kekerasan akibat konflik,
kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam di dalam maupun di
luar negeri.11
Ketika terjun ke lapangan, para mahasiswa tersebut
menyaksikan langsung bagaimana penanganan korban kerusuhan dan
pengungsi tidak optimal khususnya dalam pelayanan medis, maka
9Hilman Latief, Zezen Zaenal Mutaqin (Ed.), Islam dan Urusan
Kemanusiaan, Konflik, Perdamaian dan Filantropi, h. 18. 10
MER-C, “Profil MER-C,” dalam http://www.MER-C.org, Profil-
MER-C, diakses 30 Desember 2014. 11
http://www.mer-c.org, Profil-mer-c, diakses 30 Desember 2014.
5 timbul pemikiran dibutuhkan sebuah lembaga yang bergerak dalam
bidang kegawatdaruratan medis. Sebuah lembaga yang mempunyai
sifat amanah, profesional, netral, mandiri, sukarela, dan memiliki
mobilitas tinggi. Apalagi kerusuhan yang terjadi di Indonesia
cenderung meningkat pada saat itu. Menyusul kerusuhan berikutnya
setelah Ambon, terjadi pula konflik di Sambas dan Aceh yang
menimbulkan kerusuhan12
Kondisi ini diperburuk oleh mobilitas
tenaga medis ke daerah kerusuhan yang kurang. Hal inilah yang
mendasari MER-C memfokuskan kegiatannya dengan memberikan
pelayanan medis untuk korban perang, kekerasan akibat konflik,
kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam di dalam maupun di
luar negeri.
Sampai saat ini, MER-C sudah mengirimkan lebih dari 124
misi kemanusiaan ke berbagai daerah di tanah air ditambah dengan 3
misi terbaru di tahun 2018 yakni, misi ke Lombok, Palu dan Donggala
serta Banten.13
Sedangkan di luar negeri adalah 2 misi ke Afghanistan,
1 misi ke Irak, 1 misi ke Iran (di bawah naungan Departemen
Kesehatan RI), 1 misi ke Thailand, 2 misi ke Kashmir Pakistan, 1 misi
ke Libanon Selatan, 1 misi ke Sudan, 1 misi ke Somalia, 2 misi ke
Palestina (pada saat agresi militer Israel ke Jalur Gaza) dan 5 misi ke
Palestina yang berkaitan dengan pembangunan RS Indonesia serta
misi ke Myanmar. MER-C yang semula hanya berbasis di Jakarta, kini
jiwanya sudah mulai merambah ke berbagai daerah. Ditandai dengan
adanya cabang dan perwakilan MER-C dengan 6 cabang tersebar di
dalam negeri, 1 cabang berada di Jerman, dan 1 cabang berada di
Gaza, Palestina.14
Aksi MER-C yang cukup berani adalah dengan membangun
rumah sakit Indonesia di Gaza Palestina. Keberanian MER-C ini
didasari oleh rasa kemanusiaan yang mendalam menyaksikan begitu
banyaknya korban yang berjatuhan akibat serangan militer Israel ke
Gaza Palestina. Korban bukan hanya penduduk yang beragama Islam,
12
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
(Jakarta, Qanita, 2011), Cet. ke-2. Lihat juga MER-C, “Sejarah MER-C,”
dalam http://MER-C.org/index.php/Id/tentang-kami/sejarah-MER-C, diakses
04-10-2017. 13
Lihat Table 3 Bab III, MER-C: Karakteristik Dakwah dan Misi
Kemanusiaan, 75-84 14
MER-C, “Profil MER-C,” dalam http://www.MER-C.org,Profil-
MER-C,diakses 30 Desember 2014.
6 akan tetapi juga penduduk beragama lain yang berada di Palestina.
Dari sinilah terlihat bahwa aksi kemanusiaan yang dilakukan MER-C
tidak dibatasi pada suku, agama dan bangsa.
Melihat kebutuhan akan sarana kesehatan, khususnya yang
berfokus pada trauma dan rehabilitasi serta jumlah donasi masyarakat
Indonesia yang cukup besar kala itu, maka tim MER-C dengan
sejumlah wartawan dari Indonesia bertemu dengan Menteri Kesehatan
Palestina di Gaza, dr. Bassim Naim. Kesempatan yang langka
tersebut, dimanfaatkan oleh MER-C untuk menyampaikan rencana
pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza. Rencana ini
disambut dengan sangat baik. Atas nama rakyat Indonesia yang
diwakili oleh dr. Joserizaal Jurnalis, SP. OT dan atas nama rakyat
Gaza yang diwakili oleh dr. Bassim Naim, melakukan
penandatanganan MOU Pembangunan RSI di Gaza. Penandatanganan
ini turut disaksikan oleh dr. Sarbini Abdul Murad (Ketua Presidium
MER-C), Drs. HM. Mursalin (Forum Umat Islam), Ir. Hanibal WY
Wijayanta (Jurnalis ANTV), Andi Jauhari (Jurnalis ANTARA) dan
para ulama Gaza.15
Ada beberapa alasan sehingga rumah sakit yang dibangun di
Gaza diberi nama Rumah Sakit Indonesia (RSI) di antaranya adalah
disebabkan oleh seluruh dana yang ada berasal dari masyarakat
Indonesia, rumah sakit tersebut diharapkan bisa menjadi bukti
silaaturrahim jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat
Palestina, dan dengan keberadaan RSI ini, MER-C ingin memberi
pesan bahwa di tanah Palestina ada aset dan sumbangan rakyat
Indonesia untuk rakyat Palestina.16
Aksi yang dilakukan MER-C di Palestina ini, menunjukkan
bahwa dakwah yang dilakukan MER-C sudah merambah pada area
yang lebih mengglobal, karena telah merambah wilayah luar negeri,
sehingga dunia menjadi lebih mengetahui tentang keberadaan dan
aktivitas MER-C Indonesia. Dalam menyikapi imperialisasi budaya,
15
MER-C, “RS. Indonesia-Palestina,” dalam http://www.MER-
C.org.2013-08-17-14-09-55/, diakses pada 1 Mei 2015 pukul 20.09 Wib. 16
Penandatanganan MOU Pembangunan RSI di Gaza.
Penandatanganan ini turut disaksikan oleh dr. Sarbini Abdul Murad (Ketua
Presidium MER-C), Drs. HM. Mursalin (Forum Umat Islam), Ir. Hanibal WY
Wijayanta (Jurnalis ANTV), Andi Jauhari (Jurnalis ANTARA) dan para
ulama Gaza. Lihat MER-C, “RS. Indonesia-Palestina,” dalam
http://www.MER-C.org, diakses 1 Mei 2015.
7 MER-C bergerak dalam aktivitas kemanusiaan tanpa mengenal suku,
bangsa, ras dan agama, sehingga dapat mengubah pandangan dunia
barat yang selama ini mencitrakan Islam di Indonesia yang penuh
dengan kekerasan, intoleransi dan cenderung mengarah pada
terorisme. Kehadiran MER-C dalam aksi kemanusiaan dengan
mengusung nilai-nilai universal Islam seperti: persamaan, keadilan
dan kebebasan mampu memperkenalkan identitas dakwah rahmatan lil
„alamin yang dapat dirasakan semua pihak. Dengan demikian, secara
tidak langsung nilai-nilai budaya lokal Islam Indonesia: ramah,
santun, toleran, gotong-royong, cinta damai dan lain-lain bisa
menjelma menjadi budaya global.
Pengalaman MER-C dalam aksi kemanusiaan di luar negeri
dan kancah internasional juga dapat dilihat pada aktifitasnya dalam
merespon isu kemanusiaan di Rohingnya. Sebagaimana pemberitaan
yang dilansir oleh Republika.CO.ID, bahwa pembangunan Rumah
Sakit Indonesia di Rakhine State, Myanmar, terus berjalan meskipun
situasi belum kondusif akibat konflik antaretnis di negara tersebut.
Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) mengatakan, dua
relawan insinyur MER-C yang sudah berpengalaman dalam
pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina telah
berangkat ke Myanmar. Mereka akan menindaklanjuti program
pembangunan Rumah Sakit Indonesia yang memasuki tahap kedua
dari tiga tahap yang direncanakan. Pembangunan Rumah Sakit
Indonesia di wilayah konflik Rakhine State merupakan kerja sama
MER-C dan Palang Merah Indonesia (PMI). Hal itu adalah sebuah
langkah diplomasi kemanusiaan di dunia internasional. Sebelumnya
pada bulan januari 2016 juga telah dilakukan penyerahan secara resmi
Rumah Sakit Islam (RSI) Gaza hasil sumbangan rakyat Indonesia
kepada pemerintah Palestina, yang diterima oleh menteri kesehatan
Palestina Jawad Awwad. Masyarakat Gaza mengenal rumah sakit ini
dengan nama Mustasyfa Indonesia.17
Aksi kemanusiaan MER-C di dalam negeri di antaranya
adalah misi yang dilakukan di Lombok Nusa Tenggara Barat yang
mengalami bencana alam berupa gempa bumi secara bertubi-tubi.
Gempa terbaru yang melanda Lombok Utara pada tanggal 5 Agustus
2018 menimbulkan banyak korban jiwa dan cedera. Oleh karena itu,
aktivitas rutin sebagian wilayah Lombok nyaris lumpuh pascagempa
17
Republika, “Dari Rakyat Indonesia untuk Palestina,” Jakarta:
Republika, Ahad, 10 Januari 2016, 1.
8 besar yang mengguncang wilayah ini. Terutama gempa besar pada 29
Juli 2018 dengan kekuatan 6,4 SR. Gempa susulan yang lebih besar
kembali terjadi sepekan kemudian dengan kekuatan hingga 7 SR.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis
sampai dengan 13 Agustus 2018 pukul 10.00 WITA tercatat sebanyak
593 gempa susulan terjadi di Lombok. Kebanyakan gempa susulan
yang terjadi tidak besar, terasa hanya seperti getaran atau goyangan
kecil. Satu gempa susulan yang terjadi pada 9 Agustus 2018 juga
cukup besar.
Merespon gempa besar dengan kekuatan mencapai 7 SR ini,
Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menetapkan Pulau
Lombok sebagai wilayah misi kemanusiaan jangka panjang. Hingga
saat ini, MER-C telah menurunkan 31 relawan dengan rincian enam
dokter spesialis, 12 dokter umum, 5 perawat dan 8 relawan non
medis.18
Menurut Rima Manager MER-C, Tim Bedah MER-C telah
melakukan 14 tindakan operasi. Tim Bedah merupakan kerjasama
antara MER-C, PABOI Jaya (Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah
Orthopaedi Indonesia) dan Fakultas Kedokteran UI. Tim medis dan
bedah selanjutnya akan terus dikirimkan berdasarkan kebutuhan di
lapangan.19
Tim mobile clinic menyusuri desa-desa yang belum tersentuh
bantuan di Kabupaten Lombok Utara dan telah melayani 505 pasien
korban gempa. Pada fase akut, MER-C membentuk empat tim kecil.
Pertama, Tim Mobile Clinic untuk melakukan case finding, fokus di
Kabupaten Lombok Utara. Kedua, Tim Rujuk Balik dan Kontrol
untuk mengawasi perawatan pasien di tempat penampungan
sementara. Ketiga, Tim Perawatan Pasien Bangsal. Keempat, Tim
Bedah, saat ini bertugas di RSUD Awet Muda, Narmada Lombok
Barat. Untuk mendukung kerja medis di lapangan, MER-C
18
Zahrotul Oktaviani, “MER-C Tetapkan Lombok Misi Kemanusiaan
Jangka Panjang,” Berita Online, dalam
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/18/08/15/pdi9j5313-
merc-tetapkan-lombok-misi-kemanusiaan-jangka-panjang, diakses 17
November 2018. 19
Fuji Eka Permana, “MER-C Tangani Korban Gempa Patah Tulang
yang Terabaikan,” Berita Online, dalam
https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/09/09/pesdto380-
merc-tangani-korban-gempa-patah-tulang-yang-terabaikan, diakses 17
September 2018.
9 mengirimkan satu truk berisi bantuan medis dan kemanusiaan untuk
Lombok diantaranya tenda-tenda dan peralatan guna pembukaan RS
Lapangan di Lombok Utara. MER-C juga mengirimkan kendaraan
operasional berupa satu unit ford ranger dan dua unit motor trail.
Kendaraan tersebut untuk memperluas jangkauan mobile clinic MER-
C. Tidak hanya mengobati dan memberi bantuan medis, MER-C juga
melakukan pemantauan kesehatan Pasien gempa Lombok pasca
operasi20
. Itu artinya, MER-C sangat konsen dan total melakukan aksi
kemanusiaan yang fokus pada bantuan medis, atau bahkan non-medis
seperti fasilitas umum lainnya.
Kiprah MER-C dalam kegiatan kemanusiaan sudah tidak
diragukan lagi. Ahmad Syafi‟i Ma‟arif21
menyebutkan, aktivitas MER-
C merupakan terobosan bagi bantuan kemanusiaan tanpa diskriminasi.
Di mana pun terjadi korban kemanusiaan akibat konflik vertikal atau
horisontal, organisasi ini sudah dapat dipastikan siap terjun ke sana
dengan segala resikonya. Pandangan Ahmad Syafi‟i Ma‟arif diperkuat
oleh Adi Sasono (tokoh LSM), bahwa lintasan sejarah MER-C
20
Zahrotul Oktaviani, “MER-C Pantau Kesehatan Pasien Gempa
Lombok Usai Operasi,” Berita Online, dalam
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/18/08/23/pdwcis313-merc-pantau-kesehatan-pasien-gempa-
lombok-usai-operasi, diakses 18 Oktober 2018. 21
Ahmad Syafi‟i Ma‟arif adalah tokoh pluralis yang banyak
menyumbangkan gagasan dan pemikiran keislaman dalam naungan payung
besar kemajemukan bangsa Indonesia. Ia lahir di Sumpur Kudus, Sumatera
Barat, 31 Mei 1935. Syafi‟i Ma‟arif melanjutkan studinya ke perguruan
tinggi di Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Surakarta selama satu
tahun. Gelar Sarjana Muda berhasil diraihnya dari Universitas Cokroaminoto
pada tahun 1964, sedangkan gelar Sarjananya diperoleh dari IKIP
Yogyakarta empat tahun kemudian. Ia memperoleh gelar Master dari Ohio
State Universitas, Amerika Serikat. Kemudian gelar Doktor diperolehnya dari
Universitas Chicago dalam Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur
Dekat pada tahun 1993. Ia menulis disertasi: “Islam as the Basis of State: A
Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly
Debates in Indonesia”. Ia terlibat secara intensif melakukan pengkajian
terhadap al-Qur‟an dengan bimbingan sorang tokoh pembaharu pemikiran
Islam, Fazlur Rahman. Di sinilah, Syafi‟i Ma‟arif kerap terlibat diskusi
intensif dengan Nurcholish Madjid dan Amien Rais yang sedang menjalani
pendidikan Doktor (http//m.muhammadiyah.or.id/id/content-168-det-prof-dr-
ahmad-safii). Ia pernah menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah, Presiden
World Conference on Religion for Peace, dan pendiri Ma‟arif Institute.
10 memberi bukti tetap berkembangnya idealisme dan cita-cita
kemanusiaan yang luhur di masyarakat Indonesia, tatkala
kecenderungan menyembah harta benda, membungkuk pada
kekuasaan, dan semangat mencari kenikmatan sendiri sangat
membudaya.22
Dari sisi dakwah, program bantuan kemanusiaan MER-C
sangat relevan dengan gerakan dakwah bi al-h{a>l yang mengusung
semangat rahmatan lil ‘a>lami>n, yaitu terwujudnya saling mengasihi
dan saling menyayangi di antara sesama manusia sebagaimana firman
Allah QS. Al-Hujurat [49]: 13. Esensi dari makna dakwah adalah
upaya untuk memberikan solusi Islam terhadap berbagai masalah
kehidupan, seperti: ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik,
kesehatan, sains, teknologi dan sebagainya. Oleh sebab itu, dakwah
harus tampil secara aktual dalam arti memecahkan masalah kekinian
dan sedang hangat dipersoalkan oleh masyarakat. Faktual berarti
kongkrit dan nyata, sedangkan kontekstual yaitu relevan menyangkut
problem yang sedang dihadapi masyarakat.23
Kegiatan dakwah yang selama ini hanya terpusat di masjid-
masjid, majelis taklim dan forum-forum diskusi sudah saatnya
mengalami desentralisasi. Yakni, dakwah harus berada di pusat-pusat
informasi, area ekonomi dan bisnis, pemukiman elit hingga
pemukiman-pemukiman kumuh, lokasi-lokasi bencana, daerah-daerah
konflik, rumah-rumah sakit, dan lain-lain. Organisasi Kemasyarakatan
Islam dan lembaga-lembaga dakwah harus mengambil peran dalam
pengembangan program dakwah bi al-h{a>l.24 Yang dimaksud dengan
dakwah bi al-h{a>l ialah “dakwah dengan perbuatan nyata.” Karena itu,
dakwah bi al-h{a>l lebih mengarah kepada tindakan atau aksi
22
Azimah Rahayu, Senja Merah Di Tanah Maluku, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 1425 H/2004 M), Cet. ke-1, 5. 23
M. Yunan Yusuf, “Metode Dakwah: Sebuah Pengantar Kajian,”
dalam Munzier Suparta, Harjani Hefni (Ed.), Metode Dakwah, h. xiii. 24
Kata al-hal secara etimologis berarti “keadaan”. Arti ini
menunjukkan realitas yang terwujud dalam perbuatan nyata. Dengan
demikian, dakwah bi al-h{a>l dapat diartikan: “mengajak/menyeru ke jalan
Allah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat melalui perbuatan nyata yang
sesuai dengan keadaan manusia”. Lihat Ahmad Warson Munawwir, Kamus
Arab Indonesia (Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak,
1984), 336. Lihat juga E. Hasim dalam bukunya Kamus Istilah Islam,
(Bandung: Pustaka, 1987), h. 24.
11 menggerakkan obyek dakwah (mad’u>), sehingga dakwah tersebut
lebih berorientasi pada optimalisasi potensi mad‟u dan pengembangan
masyarakat.
Di sinilah dituntut partisipasi lebih, bukan hanya dari ahli
agama semata, tetapi juga para pakar lainnya: guru/dosen, dokter,
ekonom, sosiolog, jurnalis, insinyur pertanian dan sebagainya. Jadi,
dakwah bisa diperankan oleh siapa saja yang berminat menyebarkan
dan mempraktikkan kebaikan, keadilan, kesejahteraan kecerdasan,
serta pembelaan kepada kaum tertindas. Dalam QS Ali „Imran/3:104
ditegaskan: “Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebaikan, memerintahkan yang ma‟ruf dan
mencegah kemunkaran. Mereka itu adalah orang-orang yang
beruntung.” Bila ditinjau secara mikro, ayat tersebut menunjukkan
bahwa yang berkewajiban melaksanakan dakwah, yaitu kalangan
profesional di bidang dakwah saja seperti para kyai, ustadz dan
muballigh. Namun dalam konteks makro, kewajiban dakwah
ditujukan kepada setiap muslim berdasarkan profesinya masing-
masing, seperti guru/dosen, dokter, ekonom, sosiolog, jurnalis,
insinyur pertanian dan sebagainya. Kata min pada redaksi “minkum”
dapat diartikan li al-baya>n, yang berarti dari kalian semua. Dakwah berarti “panggilan kepada Islam” atau “penyebaran
Islam” yang secara luas juga berarti kesejahteraan sosial. Ini
dikarenakan kegiatan amal dan aksi kemanusiaan adalah bentuk
pengaplikasian lima rukun Islam.25
Dakwah harus menjadi tindakan
nyata, sebab memberi contoh yang riil lebih baik dibandingkan
dengan hanya berbicara (lisa>n al-h{a>l afd{al min lisa>n al-maqa>l). Ditegaskan dalam al-Qur‟an
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu
membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?.” (QS al-
Baqarah/2:44).
Fakta sosial menunjukkan bahwa masyarakat miskin,
kelompok-kelompok kecil, dan komunitas-komunitas marjinal dalam
25
Jamal Krafess, “The Influence Of The Muslim Religion In
Humanitarian Aid,” International Review of The Red Cross, Vol. 7 No. 858,
June 2005, h. 327.
12 segala hal tidak lagi cukup direspon hanya dengan ujaran lisan untuk
menyelesaikannya.26
Dakwah saat ini harus mampu menjawab
persoalan umat yang lebih realistis yakni masalah-masalah yang
bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan, seperti kesejahteraan,
kasih sayang, keadilan, persamaan hak, kesehatan dan toleransi.
Di dalam Alquran disebutkan:
ا أن الل سىل إذا دعاكم لما يحييكم واعلمى وللر أيها الذيه ءامىىا استجيبىا لل يحىل ي
.إليه تحشرون بيه المرء وقلبهۦ وأوهۥ
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan
Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi
kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-
Nyalah kamu akan dikumpulkan”. (QS al-Anfa>l/8:24).
Pernyataan ayat tersebut menggambarkan bahwa dakwah
yang menghidupkan adalah dakwah yang secara sistematis
memberdayakan umat untuk konsisten melaksanakan tugas-tugas
individu dan masyarakat yang berada pada garis akidah, ibadah,
akhlak serta muamalah.27
Kata “yuhyi>kum”28
(menghidupkan) yang
tertuang dalam surat al-Anfa>l ayat 24 di atas, berarti mencakup
peningkatan kualitas ilmu, iman, karya dan kerja.
Usaha mewujudkan iman dan Islam dapat dilakukan melalui
komunikasi (tabli>gh),29
pembudayaan nilai-nilai dan kontrol sosial (al-‘amru bi al-ma’ru>f wa an-nahy ‘an al-munkar), keteladanan perilaku
(uswatun h{asanah), serta melalui pergerakan (harakah) dengan
26
Moh. Ali Azis, Rr. Suhartini, A. Halim, Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat Paradigma Aksi dan Metodologi, (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2005), Cet. ke-1, h. v. 27
M. Yunan Yusuf, “Masalah Dakwah: Agenda dan Solusi,” dalam
Munzier Suparta, Harjani Hefni (Ed.), Metode Dakwah, h. 21. 28
Kata yuhyi>kum berarti yushlihkum (memberikan kemaslahatan).
Lihat „Imad al-Din Abi al-Fida‟ Isma‟il bin „Umar bin Katsir al-Qurasyi al-
Dimasyqiy, Al-Mis{ba>h{ al-Muni>r fi Tahdhi>b Tafsi>r Ibn Kathi>r (Riya>d{: Da>r al-
Sala>m li al-Nashr wa al-Tauzi>’, 1421 H/2000 M), Cet. ke-2, h. 532. 29
Andi Faisal Bakti, “The Contribution of Dakwah to Communication
Studies: Risale-i Nur Collection Perspective,” diakses melalui
http://www.risaleinur.com/studies/139-conferences/2010/4127-the-
contribution-of-dakwah-to-communication-studies.html, 28 Juni 2019, pukul:
16:12 WIB.
13 menciptakan organisasi sebagai wadah bersama yang akan
menghimpun dan memobilisasi kekuatan Islam untuk keperluan
dakwah. Maka sebagai aktualisasi iman, dakwah merupakan
keharusan dan menjadi tugas suci bagi setiap muslim sesuai dengan
kapasitas dan kapabilitas yang dimilikinya masing-masing.30
Jika tujuan dakwah adalah mengajak umat untuk menerapkan
nilai-nilai Islam dalam semua segi kehidupan,31
maka aktivitasnya
tidak terbatas pada kegiatan penyampaian dalam bentuk lisan
(tabli>gh), melainkan meniscayakan tumbuhnya organisasi berbasiskan
Islam yang bergerak dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial,
seperti kesejahteraan dan kemanusiaan.32
Dari sisi dakwah, program
bantuan kemanusiaan MER-C merupakan bagian dari gerakan dakwah
bi al-hal yang mengusung semangat rahmatan lil ‘a>lami>n, yaitu
terwujudnya saling mengasihi dan saling menyayangi di antara sesama
manusia. Ja‟far „Umar T}a>lib (mantan Panglima Laskar Jihad)
mengatakan, MER-C adalah salah satu lembaga yang telah banyak
memberikan bantuan dalam perjuangan kaum muslimin di Maluku,
baik bantuan yang diberikan langsung kepada masyarakat muslim
khususnya, maupun bantuan yang diberikan kepada personil pejuang
yang terluka ketika menjalankan misi perjuangan. Tidak berlebihan
30
Azyumardi Azra, “Kata Pengantar-I”, dalam Ilyas Ismail,
Paradigma Dakwah Sayyid Qut}b: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah,
h. xxvii. 31
Muhammad Abu al-Fath al-Bayanuniy, Al-Madkhal Ila> ‘Ilmi al-Da’wah, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1442 H/1991 M), Cet. ke-1, h. 17.
32Sejarah telah membuktikan, selama periode Mekkah (611-622 M)
pengikut Rasulullah saw hanya terdiri dari sejumlah kecil penduduk Mekkah.
Mereka adalah suatu kelompok yang lemah, yang tidak memiliki wilayah dan
kedaulatan. Mereka juga terus-menerus dimusuhi oleh kaum Quraisy,
kelompok penguasa Mekkah. Tetapi, pada periode Madinah (622-632 M)
posisi umat Islam berubah total dari kelompok yang tertindas menjadi
kelompok yang memimpin dan menjadi komunitas yang kuat serta mampu
berdiri sendiri. Lihat Musdah Mulia, Negara Islam, (Depok: Kata Kita,
2010), Cet. ke-1, Edisi ke-2, 16. Rasulullah saw mampu membentuk basis
Islam yang tangguh di Madinah setelah mendapat kepercayaan dan dukungan
dari masyarakat Madinah untuk menjadi pemimpin di wilayah itu. Topangan
institusi yang kuat ini menjadi jalan mulus dalam pengembangan dakwah
yang lebih artikulatif secara sistematik yang menyentuh empiris-humanis,
yakni melakukan usaha maksimal mewujudkan nilai-nilai Islam dalam
realitas kehidupan sosial.
14 jika Ustadz Salim Segaf al-Djufri (tokoh ulama) memberi apresiasi
dengan mengatakan bahwa MER-C telah berkhidmat kepada umat,33
tanpa mengenal suku, bangsa, ras maupun agama.
Dalam kajian ilmu dakwah, konsep dakwah yang berpedoman
pada dakwah rahmatan lil ’a>lami>n,34
ditegaskan dalam Alquran bahwa
Rasulullah saw sebagai juru dakwah diutus oleh Allah SWT untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana dalam QS. Al-Anbiya
[21]: 107. Menurut Asep Muhyiddin, konsep rahmatan lil ‘a>lami>n
(penebar kasih bagi sekalian alam), merupakan konsep agung dan
sentral dalam hubungan manusia dan proses interaksinya dalam
kehidupan, dan bisa jadi merupakan konsep sentral kedua dalam Islam
setelah tauhid. Apabila sentralitas tauhid berhubungan dengan Tuhan,
maka rah{matan lil ‘a>lami>n memiliki dominasi instrumental dalam
kehidupan di dunia.35
Lebih jauh Asep Muhyiddin menyebutkan bahwa konsep
rah{matan lil ‘a>lami>n harus dimaknai sebagai konsep terbuka terhadap
nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini berkembang, seperti
penghargaan terhadap prestasi dan aktualisasi manusia, keterbukaan,
bahkan prinsip nilai-nilai kemanusiaan. Kontekstualisasi konsep
33
Azimah Rahayu, Senja Merah Di Tanah Maluku, h. 6. 34
Kata rahmatan merupakan bentuk mashdar dari rah{ima-yarh{amu,
secara harfiah artinya: ‚al-riqqah wa al-ta’at}u>f‛ (kasih sayang). Lihat ‘Ibn
Manz}u>r, Lisa>n al-‘Ara>b, (Kairo: Dar al-Hadith, 2003 M/1423 H), Juz 4, h.
102. Al-Jurja>ni mengartikan kata rahmah: ‚ira>dah is}lah al-khai>r‛
(menghendaki datangnya kebaikan). Lihat Al-Syari>f ‘Ali> bin Muhammad al-
Jurja>ni, Al-Ta’rifa>t, (Kairo: Dar al-Kutu>b al-Islamiyah, 2012 M/1433 H),
Cet. ke-1, h. 124. Sedangkan kata al-‘a>lami>n adalah bentuk jama‟ dari kata
„alam, yang biasa dipahami dalam arti alam raya atau segala sesuatu selain
Allah. Para ulama ahli tafsir memahami kata „alam dalam arti kumpulan
sejenis makhluk Allah yang hidup, baik hidup sempurna maupun terbatas.
Jadi ada alam manusia, alam malaikat, alam jin, alam hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Sedangkan kata al-„alamin dipahami oleh para ulama ahli tafsir
dalam arti semua manusia. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah:
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol.
8, Cet. Ke-1, h. 480. Dengan demikian, rahmatan lil ‟alamin dapat diartikan:
“mewujudkan segala sesuatu yang membawa maslahat dan manfaat untuk
kehidupan umat manusia”. 35
Asep Muhyiddin, “Dakwah dalam perspektif Al-Qur‟an,” dalam
Kajian Dakwah Multiperspektif: Teori, Metodologi, Problem dan Aplikasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet. ke-1, h. 30.
15 rah{matan lil ‘a>lami>n akan menjadi jembatan terhadap pelaksanaan
dakwah, sekaligus menjadi arah dan tujuan dakwah.36
Sejalan dengan pendapat Asep Muhyiddin, Krafess
menyatakan bahwa, aksi kemanusiaan (humanism) adalah sebuah
prinsip fundamental dalam ajaran Islam. Humanitarian adalah sebuah
kewajiban yang sama pentingnya seperti shalat, puasa, dan berangkat
haji ke Mekah. Dimensi keimanan inilah yang memotivasi,
menghubungkan, dan memperkuat aspek emosional dan aspek
kewajiban sebuah amal.37
Aksi kemanusiaan adalah sebuah ritual dan juga sebuah
kewajiban. Ketika seorang Muslim melakukan aksi kemanusiaan, dia
melakukannya semata-mata sebagai sebuah ibadah, untuk menjadi
lebih dekat pada Tuhan.38
Ini berarti, seluruh aktivitas dakwah harus
melahirkan kemaslatan bagi umat manusia, karena seorang da‟i (juru
dakwah) menyandang predikat sebagai “khairu ummah” (umat
terbaik), dan dilahirkan untuk manusia (ukhrijat li al-nas) yang
senantiasa menyeru kepada kebaikan, mencegah kemunkaran dan
menegakkan keimanan (QS. A>li ‘Imra>n/3:110). Falk & Warrer
menyebutkan bahwa organisasi keagamaan bisa dan memang sudah
seharusnya berperan penting dalam perkembangan dan bantuan
kemanusiaan, memperkenalkan visi alternatif dari solidaritas,
keadilan, dan perubahan sosial, serta menjamin perkembangan holistik
umat ketimbang mempromosikan agama melalui pendekatan
neoliberal.39
36
Asep Muhyiddin, “Dakwah dalam Perspektif Al-Qur‟an.” h. 30. 37
Jamal Krafess, “The Influence Of The Muslim Religion In
Humanitarian Aid,” h. 327. 38
Jamal Krafess, “The Influence Of The Muslim Religion In
Humanitarian Aid,” h. 341. 39
“Neo-liberalisme” adalah sebuah bentuk liberalisme baru, yakni
sejumlah kebijakan ekonomi dengan persaingan bebas tanpa kontrol sama
sekali. Dampak dari neo-liberalisme adalah yang kaya makin kaya dan yang
miskin makin miskin, hal ini disebabkan karena neo-liberalisme menjadikan
pasar sebagai penguasa, pada pemerintahan terjadi pengurangan anggaran
untuk pelayanan public, deregulasi untuk kepentingan pengusaha (pemilik
modal), privatisasi asset-aset Negara dan menghapuskan seluruh kepentingan
umum (masyarakat)” lihat https://www.urbanpoor.or.id/artikel/apa-itu-
neoliberalisme dan W.D Falk and Austin W. Farrer, “Humanism”, The
Personalist Forum, Vol. 5, No. 2, University Of Illionis Press, 1989, h. 71.
16
MER-C adalah organisasi yang berasaskan Islam dan
berpegang pada prinsip rah{matan lil ‘a>lami>n, dengan seluruh
aktivitasnya yang diarahkan untuk tujuan kemanusiaan,
menggambarkan arah dan tujuan dakwah yang sesungguhnya, karena
Islam telah memperkenalkan konsep yang menjunjung nilai-nilai
kemanusiaan, yang secara tegas digariskan dalam al-Qu‟ran:
“Dan sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami
tebarkan mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki
dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka di atas banyak
makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS.
al-Isra>’/17:70).
Konsep dan visi misi Islam Rahmatan lil ‘A>lami>n MER-C ini
seakan menjadi sesuatu yang menarik jika dikaitkan dengan budaya
keagamaan khususnya Islam di Lombok. Sebagaimana diketahui
bersama, Lombok merupakan pulau terbesar di Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB). Lombok sendiri terbagi dalam 5 bagian yaitu,
Kotamadya Mataram, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok
Timur, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Barat.40
Lombok memiliki julukan “Pulau Seribu Masjid” karena saking
banyaknya masjid di sana. Di dalam satu kelurahan, bisa terdapat
delapan masjid. Antara masjid satu dengan masjid lainnya hanya
dipisahkan sebuah jalan atau tiga sampai empat rumah. Berdasarkan
catatan Kantor Wilayah Departemen Agama, NTB, jumlah masjid di
Lombok pada tahun 2001 telah mencapai 4.500 buah. Ini belum
termasuk jumlah musholla. Jika dibandingkan dengan luas wilayah
NTB yang mencapai 20.153 meter persegi, maka, rata-rata, setiap 500
meter terdapat masjid.41
Hampir 90% penduduk Lombok beragama
40
“Tentang Lombok,” http://visitlomboksumbawa.com/tentang-
lombok, diakses 30 Mei 2018. 41
Adhar Hakim, “Merenda Perdamaian di Pulau Seribu Masjid,” dari
laman https://www.liputan6.com/news/read/11670/merenda-perdamaian-di-
pulau-seribu-masjid, diakses 30 Mei 2018.
17 Islam.
42 Fakta menjadi penting diangkat dalam kaitan dakwah melalui
aksi kemanusiaan MER-C di Lombok, selain karena alasan Lombok
merupakan wilayah dan daerah yang dilanda bencana alam berupa
gempa bumi secara bertubi-tubi pada tahun 2018.
Memang organisasi MER-C tidak menyebut dirinya sebagai
lembaga keagamaan, tapi seluruh aktifitasnya menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan, yakni memberikan pertolongan medis dan bantuan
tanpa mengenal ras, suku, bangsa, agama dan status sosial. Nilai-nilai
inilah yang sejalan dengan prinsip dakwah rahmatan lil ‘a>lami>n.
Melihat isu-isu faktual yang ada terkait respon MER-C terhadap Gaza-
Palestina yang sangat luar biasa dengan berdirinya Rumah Sakit
Indonesia (RSI) dari tahun 2009 hingga kini untuk konteks misinya di
luar negeri dan gempa bertubi-tubi yang terjadi di Lombok Nusa
Tenggara Barat pada tahun 2018 dengan karakteristik masyarakat dan
wilayah Lombok (NTB) yang sangat agamis dengan karakter Islam
yang kuat, maka penelitian disertasi ini difokuskan pada Gaza dan
Lombok sebagai perwakilan wilayah misi kemanusiaan MER-C di luar
dan dalam negeri. Perlu diketahui bahwa misi kemanusiaan MER-C di
Gaza dilakukan jauh sebelum MER-C melakukan aksi kemanusiaan di
Lombok. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji “Dakwah
Berbasis Kemanusiaan yang dilakukan oleh Organisasi Medical
Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia di Gaza (1999-
2000) dan Lombok (2018)” dalam aksi kemanusiaannya.
B. Kajian Terdahulu yang Terkait
Penelitian mengenai dakwah melalui gerakan kemanusiaan
atau religious humanitarian organization, telah dilakukan oleh
beberapa peneliti, di antaranya adalah Hilman Latif dengan judul
penelitian, Islamic Charities and Dakwah Movements in A Muslim
Minority Island: The Experience of Niasan Muslim. Secara garis
besar, tulisan ini membahas peran organisasi-organisasi amal Islam
(Islamic Charities), yang bergerak dalam bidang amal dan pengiriman
relawan (Islamic Charity) seperti Dewan Dakwah Islamiyah (DDII),
Al-Azhar Peduli Ummat (APP), Yayasan Hidayatullah dan lain-lain
terjun langsung dalam membantu masyarakat Nias dengan mendirikan
sekolah darurat, membangun sarana ibadah serta melakukan trauma
42
Tika Rusdina, “To Know The History Of Islam At Bayan Beleq
Mosque”, dalam http://www.lombokindonesia.org/history-islam-bayan-
beleq-mosque/, diakses 30 Mei 2018.
18 healing bagi anak-anak setelah mengalami musibah bencana alam
gempa dan tsunami. Organisasi amal Islam (Islamic Charity), telah
berusaha untuk membuat program kesejahteraan di bawah skema
dakwah.43
Menggunakan pendekatan sosiologis, kultural dan religius.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian penulis, karena menyimpulkan
bahwa organisasi dakwah dapat menciptakan program kesejahteraan
dengan menunjukan dakwah Islam yang inklusif meski di berada di
tengah komunitas yang berbeda.
Adapun penelitian tentang organisasi kemanusiaan MER-C,
secara sekilas juga dibahas Hilman Latief dalam penelitiannya yang
berjudul Symbolic and Ideological Contestation Over Humanitarian
Emblems: The Red Crescent in Islamizing Indonesia.44
Penelitian ini
lebih membahas tentang pertarungan antara simbolik, religius dan
identitas dalam organisasi kemanusiaan di Indonesia atas
permasalahan lambang kemanusiaan. Menurutnya, berdirinya
organisasi kemanusiaan BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia), MER-
C (Medical Emergency Rescue Unit), dan HAI (Hilal Ahmar
Indonesia) yang dicetus oleh para aktivis Muslim ini merupakan
upaya respon terhadap pelbagai krisis kemanusiaan di Indonesia yang
disebabkan oleh bencana alam dan konflik. Penggunaan simbol bulan
sabit merah oleh organisasi kemanusiaan ini merupakan upaya
memberikan warna yang „identik‟ dengan Islam, dan sempat memicu
ketegangan pada tingkat ideologis maupun politis dikalangan aktivis
kemanusiaan.
Peter Redfild, dalam penelitiannya yang berjudul A Less
Modest Witness Collective advocacy and Motivated Truth in a
Medical Humanitarian Movement, membahas secara mendalam
tentang perilaku aktivis dan relawan yang menjadi penggerak sebuah
organisasi kemanusiaan dengan menggunakan pendekatan religius
43Hilman Latief, “Islamic Charities and Dakwah Movements in A
Muslim Minority Island: The Experience of Niasan Muslim,” Journal Of
Indonesia Islam, Volume 06, Desember 2012 Postgraduate Program (PPs)
and the Institute for the Study of Religion and Society (LSAS), the State
Institute for Islamic Studies (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, h. 221. 44
Hilman Latief, “Symbolic and Ideological Contestation Over
Humanitarian Emblems: The Red Crescent in Islamizing Indonesia,” Studia
Islamika, Vol. 18 No. 2 2011, 249-286.
19 secara umum,.
45 Pendekatan yang digunakan selain psikologis juga
normatif. Penelitian ini ini sama-sama membahas tentang nilai-nilai
religious pada organisasi kemanusiaan, tapi fokusnya lebih kepada
relawan, sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah
penelitian ini tidak hanya terfokus pada pembahasan tentang relawan
melainkan lebih luas tentang aktifitas dan dasar gerakan oganisasi.
Penelitian yang dilakukan Peter Redfild menyimpulkan bahwa attitude
atau sikap kesalehan dan kesederhana para aktivis atau relawan dari
sebuah organisasi kemanusiaan menjadi sentral dalam menentukan
kebenaran moral dan nilai-nilai etika organisasi.
Penelitian Jamal Krafess “The Influence Of The Muslim
Religion In Humanitarian Aid”, menyatakan bahwa, aksi
kemanusiaan (humanism) adalah sebuah prinsip fundamental dalam
ajaran Islam. Humanitarian adalah sebuah kewajiban yang sama
pentingnya seperti shalat, puasa, dan berangkat haji ke Mekah.
Dimensi keimanan inilah yang memotivasi, menghubungkan, dan
memperkuat aspek emosional dan aspek kewajiban sebuah amal. Aksi
kemanusiaan adalah sebuah ritual dan juga sebuah kewajiban. Ketika
seorang Muslim melakukan aksi kemanusiaan, dia melakukannya
semata-mata sebagai sebuah ibadah, untuk menjadi lebih dekat pada
Tuhan.46
Elizabeth Ferris, dalam penelitiannya yang berjudul Faith-
based and Secular Humanitarian Organization. Penelitian yang
dilakukan dengan objek organisasi agama umat Kristiani ini
menyarankan perlunya pekerjaan yang menyangkut bidang kapasitas
organisasi kemanusiaan dan kerjasama dengan program LSM yang
bersangkutan. Menurut Ferris, gerakan berbasis agama ini akan
menjadi aktor yang unik dalam organisasi kemanusiaan karena
memiliki akar yang kuat dalam memenuhi unsur lokal, namun tetap
mengglobal.47
45
Peter Redfild, “A Less Modest Witness Collective advocacy and
Motivated Truth in a Medical Humanitarian Movement,” Wiley, American
Etnologist, vol. 33, No. 1, February 2006. 46
Jamal Krafess, “The Influence Of The Muslim Religion In
Humanitarian Aid,” 341. 47
Elizabeth Ferris, “Faith-based and Secular Humanitarian
Organization,” International Review of the Red Cross, Vol. 87 No. 858
2005, h. 311-326.
20
Marie Juul Petersen, dalam penelitiannya yang berjudul,
International Religious NGOs at The United Nations: A Study of a
Group of Religious Organizations. Menurut Juul, dengan
meningkatnya minat organisasi keagamaan dalam bantuan
kemanusiaan, menunjukkan inisiatif untuk memperkuat kerjasama
dengan organisasi-organisasi keagamaan di seluruh dunia. Pendekatan
yang digunakan oleh Marie Juul Peterson adalah religius dan
humanis.48
Jika pada Penelitian sebelumnya membahas tentang sikap
relawan kemanusiaan, maka penelitian Peterson fokusnya lebih
kepada kekuatan sebuah kerjasama antar organisasi kemanusiaan
berbasis agama dalam perannya terhadap krisis kemanusiaan di
seluruh dunia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa organisasi
keagamaan sebagai faktor penting dan sangat diperlukan dalam
pembangunan dan bantuan kemanusiaan.49
Tulisan tentang organisasi dakwah yang berfokus pada
dakwah bi al-h{a>l juga ditulis oleh Husni Mubarak yang berjudul,
Dakwah bi al-h{a>l: Inspirasi Gerakan Gülen di Turki. Husni melihat
gerakan dakwah bi al-h{a>l yang dilakukan oleh Gülen dengan kaca
mata teori gerakan sosial (social movement theory).50
Yakni, mengapa
gerakan Gülen yang merupakan gerakan keagamaan juga pantas
dianggap sebagai gerakan sosial. Gerakan Gülen adalah gerakan sosial
keagamaan yang berusaha merespon isu-isu kontemporer seperti
pendidikan, toleransi dan dialog antar umat beragama, serta bantuan
kemanusiaan. Tulisan ini memiliki persamaan dengan penelitian yang
akan penulis lakukan, yakni membahas tentang gerakan sosial
kemanusiaan, akan tetapi penelitian yang akan penulis lakukan lebih
spesifik menyoroti tentang aksi kemanusiaan khususnya dalam
menangani bencana dan korban perang, baik di dalam maupun di luar
wilayah Indonesia.
48
Marie Juul Peterson, “International Religious NGOs at The United
Nations: A Study of a Group of Religious Organizations,” The Journal of
Humanitarian Assistance, 17 November, 2010. 49
Marie Juul Peterson, “International Religious NGOs at The United
Nations: A Study of a Group of Religious Organizations,” The Journal of
Humanitarian Assistance, 17 November, 2010. 50
Husni Mubarak, “Dakwah bi al-h{a>l: Inspirasi Dakwah ala Gerakan
Gülen Di Turki,” artikel diakses 29 Desember 2014
Acenghusni.wordpress.com/2012/08/30.
21
Ilyas Ismail, dalam penelitiannya tentang Paradigma Dakwah Sayyid Qut}b: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah,
menguraikan jika organisasi-organisasi dalam penelitian di atas lebih
terfokus pada masalah sosial kemanusiaan maka penelitian tentang
dakwah harakah Sayyid Qut}b lebih menekankan pada pendekatan
sosial politik karena Sayyid Qut}b berpendapat bahwa dakwah harus
meliputi seluruh sistem kehidupan baik agama, sosial, maupun politik.
Maka dakwah harakah (gerakan) meniscayakan adanya organisasi
yang berfungsi sebagai institusi atau wadah yang akan menghimpun
dan menyatukan potensi-potensi dan kekuatan umat untuk
dimanfaatkan dan diberdayakan bagi kepentingan dakwah.51
Konsep
dakwah melalui gerakan yang diperkenalkan oleh Sayyid Qut}b sangat
populer, dan banyak menjadi acuan bagi gerakan-gerakan sejenis
khususnya di negara-negara Islam.
Selain tentang paradigma dakwah, penelitian tentang aksi
relawan medis dalam melakukan aksi kemanusiaannya, baik di dalam
maupun di luar negeri juga sudah banyak dilakukan. Desi Susilawati
pada tahun 2016 telah melakukan riset tentang pengalaman perawat
Indonesia dalam memberikan penanganan gawat darurat pada korban
konflik bersenjata di luar negeri.52
Ia menggunakan pendekatan
fenomenologi dalam mengeksploarasi makna pengalaman perawat
Indonesia dalam memberikan penanganan kegawatdaruratan pada
korban konflik bersenjata di luar negeri. Dari hasil penelitiannya
ditemukan dua belas pengalaman yang dialamai para perawat yaitu,
memiliki panggilan hati yang kuat untuk memberikan bantuan,
mempunyai jiwa petualang dalam merawat, mengalami ujian dalam
memenuhi panggilan hati, menghadapi ketidakseragaman persiapan
sebelum keberangkatan, menghadapi kondisi yang tidak terduga di
daerah konflik, mengahadapi situasi keamanan yang tidak pasti,
merasakan kegelisahan pribadi namun tetap berusaha professional,
berusaha memodifikasi tindakan kegawatdaruratan dan sumber daya,
menghadapi dilemma dalam pemberian pelayanan di daerah yang
restritif, menggunakan strategi bertahan dalam keterbatasan dan
51
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qut}b: Rekonstruksi
Pemikiran Dakwah Harakah, (Jakarta: Penamadani, 2008), Cet. ke-2. 52
Desi Susilawati, “Studi Fenomenologi Pengalaman Indonesia dalam
Memberikan Penanganan Kegawatdaruratan pada Korban Konflik Bersenjata
di Luar Negeri,” Tesis, Prodi Magister Keperawatan, Peminatan Gawat
Darurat, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, 2016.
22 ancaman keamanan, merasakan kepuasan telah memenuhi panggilan
hati untuk memberikan pelayanan yang di atas standard dan
mengharapkan adanya pembenahan dalam persiapan dan peningkatan
kerja sama dengan pihak terkait. Temuan di atas menguatkan
penelitian disertasi ini dalam mengeksplorasi betapa aksi kemanusiaan
yang dilakukan oleh lembaga NGO khususnya dalam bidang Medis
seperti MER-C sangat berat.
Tidak hanya itu, Ariyati Wulandari pada tahun 2018 juga
bahkan telah mengkaji MER-C secara langsung tentang MER-C dalam
menangani pengungsi etnis Rohingnya melalui program Rumah Sakit
Indonesia di Rakhine State, Myanmar.53
Dalam penelitiannya, ia
menggunakan teori English School untuk melihat pentingnya
kehadiran masyarakat internasional dalam politik dunia dan
pentingnya rezim internasional yang mengatur tatanan Hubungan
Internasional, serta konsep Non-Governmental Organization (NGO)
untuk menjelaskan mengenai NGO. Ia menjelaskan bahwa MER-C
sebagai aktor non-negara yang dinilai penting dalam perspektif
English School. Upaya MER-C dalam menangani pengungsi etnis
Rohingnya melalui program Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State
dilakukan karena terjadi diskriminasi dan kekerasan terhadap etnis
Rohingnya yang merupakan etnis minoritas di Myanmar sehingga
mendorong etnis Rohingnya menetap di kamp pengungsian. Ada tiga
tahap dalam pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State
yang sudah sampai pada tahap kedua, dan mulai masuk pada tahap
ketiga. Dalam menjalankan misi ini, MER-C harus menghadapi
banyak tantangan. Rumah Sakit merupakan bantuan jangka panjang
MER-C untuk para etnis Rohingnya yang menjadi korban konflik
kemanusiaan di Myanmar. Penelitian ini cukup relevan dengan
disertasi ini dalam konteks misi MER-C yang fokus pada gawat
darurat Medis. Meski demikian, penelitian Aryati ini hanya pada aksi
kemanusiaan tanpa mengungkap kembali apa yang ada di balik misi
itu. Oleh karena itu, disertasi ini akan mengungkap apa yang
sebenarnya terjadi yang belum pernah diungkap dari aksi kemanusiaan
MER-C.
53
Ariyati Wulandari, “Upaya Medical Emergency Rescue Committee
(MER-C) dalam Menangani, Pengungsi Etnis Rohingnya Melalui Program
Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State, Myanmar,” Tesis, Program
Magister Ilmu Sosial, Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan
Bandung, 2018.
23
Dari kajian literatur yang ada, dapat dikatakan bahwa posisi
penelitian ini adalah mendukung penelitian terdahulu seperti Hilman
Latief, Fethulleh Ghulen, Peter Redfild dan Jamal Krafes yang lebih
menekankan pada persoalan sosial dan kemanusiaan sebagai
implementasi dari nilai-nilai dakwah bi al-hal dan menentang
pendapat yang hanya menekankan pendekatan sosial politik
sebagaimana konsep gerakan dakwah Sayyid Qutb dalm penelitian
yang ditulis oleh Ilyas Ismail. Meskipun penelitian tentang MER-C
juga telah dilakukan oleh Desi Susilawati dan Ariyati Wulandari, akan
tetapi setelah ditelusuri, belum ditemukan adanya penelitian tentang
MER-C sebagai organisasi yang berbasis keagamaan. Maka posisi
penelitian ini adalah untuk memberikan pandangaan yang lebih
khusus yakni bagaimana sebuah organisasi kemanusiaan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan universal juga memiliki
basis gerakan yang berlandaskan prinsip-prinsip kemanusiaan dan
dakwah.
C. Metodologi Penulisan
Buku yang merupakan hasil penelitian untuk disertasi
program doktor ini, menggunakan pendekatan normatif,
fenomenologis dan etnometodologi. Pendekatan normatif digunakan
sebab ia memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli
dari Tuhan yang di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran
manusia. Untuk bidang sosial, agama tampil menawarkan nilai-nilai
kemanusiaan, kebersamaan, kesetiakawanan, tolong-menolong,
tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya.54
Karena yang
diteliti tentang dakwah dalam aksi kemanusiaan MER-C, maka
pendekatan normatif di sini ialah telaah mendalam terhadap gerakan
kemanusiaan MER-C berdasarkan norma atau kaidah yang sesuai
dengan ajaran Islam khususnya dakwah.55
Dalam konteks pendekatan
fenomenologis, penelitian ini mengacu pada konsep bahwa
pengetahuan tentang agama diperluas pada fenomena-fenomena sosial
lain dengan menggunakan cara yang sama dengan ilmuan-ilmuan
dalam bidang ilmu yang berbeda. Dengan kata lain fenomenologi
54
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo,
2008), Cet. ke- 21, h. 34. 55
Normatif adalah “berpegang teguh pada norma; menurut norma atau
kaidah yang berlaku”. Lihat Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 693.
24 menarik suatu teori interpretasi dengan melakukan studi agama dalam
suatu cara non teologis. Gagasan umumnya tetap bersifat liberal yakni
menegaskan pentingnya pengkajian yang setara terhadap kultur
keagamaan dan sudut pandang tradisi yang berbeda-beda dengan
mengkonstruksi suatu kasus demi kepentingan studi agama dalam
dunia akademik.56
Sedangkan pendekatan etnometodologi adalah
bertujuan mendeskripsikan secara detail tentang praktek-praktek sosial
yang terorganisasi secara alamiah57
pada aksi kemanusiaan MER-C.
Dengan menggunakan pendekatan normatif, fenomenologis, dan
etnometodologi, peneliti melakukan pengelompokkan secara
sistematik tentang karakteristik data untuk menggambarkan aktivitas
kemanusiaan yang dilakukan oleh MER-C, watak keagamaan para
relawan dan aktivis dihubungkan nilai-nilai dakwah pada organisasi
MER-C.
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber primer dan
sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah aksi dakwah
dan gerakan kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee
(MER-C) Indonesia khususnya di Gaza dan Lombok. Selain itu hal
terkait secara umum, sekretariat organisasi MER-C di Jalan Kramat
Lontar, No. J-150 Kecamatan Senen Jakarta-Pusat terutama para
dokter dan relawan menjadi sumber primer. Khusus aksi kemanusiaan
MER-C di Gaza, buku karya Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti,
Jalan Jihad Sang Dokter, Kisah dr. Joserizal dan TIM MER-C
Menantang Maut, Menyelamatkan Ribuan Nyawa, Demi
Kemanusiaan menjadi data primer Aksi kemanusiaan MER-C di Gaza.
Sedangkan sumber sekunder penelitian ini adalah karya tulis atau
litertur-literarur yang relevan dengan permasalahan yang diangkat,
khususnya buku-buku dan tulisan, catatan lapangan, serta pemberitaan
media massa yang berisi tentang pemberitaan mengenai aksi
kemanusiaan MER-C di Gaza dan Lombok.
56
Clive Erricker, “Pendekatan Fenomenologis,” dalam Peter Connolly
(ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LkiS, 2012), Cet. ke-4,
h. 118-119. 57
Andi Faisal Bakti, Commucation and Family Planning in Islam in
Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development
Program, (Leiden-Jakarta: INIS, 2004), h. 222. Lihat juga dalam artikel
Daniel Susilo, “Etnometodologi sebagai Pendekatan Baru dalam Kajian Ilmu
Komunikasi,” Jurnal Studi Komunikasi, Volume 1, Edisi 1, Maret 2017. h.
65.
25
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode wawancara, observasi dan dokumentasi sesuai dengan jenis-
jenis sumber data yang diperlukan. Wawancara dilakukan kepada
pimpinan lembaga yakni presidium MER-C, relawan dan perwakilan
masyarakat penerima manfaat, seperti dr. Joserizal Jurnalis, SpOT, dr.
Hadiki Habib, SpPD, Rima Manzanaris (Manajer Operasional MER-
C), Iis Islamiah (relawan non-medis), Rita Tambunan (perawat), dan
Khairul Mustafa (relawan MER-C dari Yayasan Al-Fatah), Kepala
Dusun Boyotan Baru – Desa Gumantar- Kec. Kayangan, Lombok
Utara, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kayangan, Anisa (korban
gempa/penerima manfaat), dan lain sebagainya.
Sedangkan observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan
dan misi kemanusiaan yang dilakukan MER-C baik dengan
mendatangi langsung sekretariat organisasi MER-C di Jalan Kramat
Lontar, No. J-150 Kecamatan Senen Jakarta-Pusat dan langsung
mendatangi Posko kemanusiaan MER-C di Lombok (NTB). Adapun
Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dokumen lembaga
yang berkaitan dengan aktifitas aksi kemanusiaan yang dilakukan
MER-C khususnya di Lombok, seperti catatan lapangan, buletin,
brosur, foto-foto kegiatan maupun kliping pemberitaan pada koran,
buku dan majalah, dan semua hal yang relevan dengan topik
penelitian ini.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini sistematika penulisan dibagi ke dalam
bab-bab sebagai berikut, bab pertama pendahuluan yang berisi tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian meliputi,
jenis dan pendekatan penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik
pengolahan dan analisa data, dan sistematika penulisan. Pada bab dua dibahas tentang dakwah keumatan dan nilai-
nilai kemanusiaan perspektif komunikasi Islam. Pada bab ini dibahas tentang diskursus dakwah keumatan, komunikasi Islam, dan Islam rah{matan lil ‘a>lami>n, makna dan kewajiban dakwah, konsep keumatan dalam dakwah (dakwah ila al-khair), dakwah sebagai komunikasi Islam, Islam rah{matan lil ‘a >lami>n sebagai karakteristik dakwah keumatan. Selain itu juga dibahas terkait gerakan kemanusiaan (Humanitarian Action) yang terdari tiga konsep, yaitu humanitas, humanisme, humanitarianisme. Bahkan pada bab ini juga
26 dibahas tentang aksi kemanusiaan dalam perspektif religious NGO dan relasi dakwah dan aksi kemanusiaan.
Pada bab tiga, pertama menguraikan tentang sejarah dan prinsip kemanusiaan. Kedua, membahas mengenai aktivitas kemanusiaan, ketiga, Relawan sebagai “ujung tombak” aksi kemanusiaan dan, bagian keempat, uraian terkait model penggalangan dana. Medical Emergency Rescue Committee (MER-C): karakteristik dakwah dan misi kemanusiaan. sejarah dan perkembangan MER-C,visi, misi dalam lambang MER-C, struktur kepengurusan, sifat dan kedudukan keanggotaan relawan, misi kemanusiaan MER-C di dalam dan luar negeri, dan model penggalangan dana menjadi pembahasan utama bab ini.
Adapun bab empat dipaparkan mengenai karakteristik dan distingsi Gaza dan Lombok sebagai wilayah sasaran dakwah kemanusiaan MER-C. Pada bab ini dijelaskan secara detail tentang Gaza sebagai objek dakwah kemanusiaan MER-C di luar negeri. Untuk konteks Gaza, diungkap mengenai geopolitik Gaza dalam tragedi kemanusiaan Palestina, dinamika konflik kemanusiaan di Gaza, dan MER-C dan solidaritas muslim Indonesia untuk Gaza yang meliputi pendirian rumah sakit Indonesia, assesment dan humanitarian politik, pengiriman tim medis dan non medis, pada konteks Lombok, bab ini menjelaskan tentang Lombok sebagai objek dakwah kemanusiaan MER-C di dalam negeri, Lombok dalam keanekaragaman suku, budaya dan agama, sejarah kebencanaan Lombok dan aksi organisasi kemanusiaan, bencana Lombok tahun 2018 sebagai awal misi kemanusiaan MER-C di Lombok yang meliputi assesment dan humanitarian politik, pengiriman tim medis dan non medis, pendirian posko kesehatan, dan layanan pengobatan keliling. Dari sana juga dijelaskan tentang distingsi Gaza dan Lombok sebagai objek dakwah MER-C. Bab inti terakhir dalam penelitian ini ada pada bab V yang membahas tentang prinsip dakwah pada aksi kemanusiaan organisasi MER-C di Gaza dan Lombok. Prinsip-prinsip dakwah yang tergambar pada aksi MER-C dibahas dalam beberapa tema, yaitu, prinsip kemanusiaan universal sebagai perwujudan ukhrijat li al-nas, amar ma‟ruf dalam aksi kemanusiaan MER-C, nahy munkar melalui jihad profesi dan rahmatan lil ‘a>lami>n sebagai wujud prinsip keimanan. Bab keenam adalah penutup yang berisi kesimpulan, saran dan rekomendasi penelitian.
27
BAB II
DAKWAH KEUMATAN DAN NILAI-NILAI
KEMANUSIAAN
Bab ini akan membahas tentang kerangka teori terkait tema
yang diteliti. Pembahasan diuraikan dalam tiga bagian. Pertama,
uraian seputar diskursus tentang Dakwah; yakni konsep keumatan
dalam dakwah (dakwah ila al-khair), komunikasi islami dan Islam
rahmatan li al-‘a>lami>n. Kedua, uraian terkait konsep seputar
humanitas, humanisme; humanitarianisme; serta aksi kemanusiaan
dalam pandangan Islam. Akhir dari pembahasan akan dibahas pada
subbab ketiga, seputar uraian tentang relasi dakwah dengan aksi
kemanusiaan.
A. Diskursus Dakwah: Dakwah Keumatan, Komunikasi Islami,
dan Islam rahmatan li al-‘a>lami>n
1. Makna dan Kewajiban Dakwah
Kata dakwah, berasal dari bahasa Arab, da’a>-yad’u>-da’watan,
yang berarti: “seruan; panggilan; ajakan; undangan; permintaan”.1
Kata dakwah yang terdapat di dalam al-Qu‟ran, apabila dilihat dari
akar katanya “da’a>”, paling tidak memiliki sepuluh arti, yaitu:
menyeru (QS. Ali „Imra>n/3:104); memanggil (QS. ar-Ru>m/30:25);
do‟a (QS. al-Baqarah/2:186); menganggap (QS. Maryam/19:91);
mengharapkan (QS. al-Furqa>n/25:13); meminta (QS.
Muhammad/47:37); keluhan (QS. al-A’ra>f/7:5); mengadu (QS. al-
Qamar/54:10); menyembah (QS. al-Jin/72:18); berteriak (QS. al-
Insyiqa>q/84:11). Perbedaan makna dari akar kata da’a> menunjukkan
bahwa tidak cukup memahami pengertian dakwah hanya dalam
konteks bahasa.
Istilah dakwah diungkapkan al-Qu‟ran dalam bentuk fi’il maupun mas{dar. Al-Qu‟ran menggunakan kata dakwah untuk
mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan risiko masing-masing
pilihan. Di dalam al-Qu‟ran, dakwah dalam arti “mengajak” memiliki
dua arti yakni mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan mengajak ke
neraka atau kejahatan.2
1Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,
(Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, 1984), h. 439. 2M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 17.
28
Di samping itu, ayat-ayat yang menjelaskan istilah dakwah
banyak sekali dalam konteks yang berbeda. Misalnya mengajak
(manusia) kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran (QS. Ali
‘Imra>n/3:104); mengajak ke jalan Allah (QS. al-Nah}l/16:125); ajakan
kepada di>n al-Isla>m (QS. al-Sh}aff/61:7); menyeru kepada jalan yang
lurus (QS. al-Mu’minu>n/23:73); orang-orang musyrik yang menyeru
berhala-berhalanya agar memberi petunjuk; dan hasilnya seruan
mereka tidak diperkenankan, karena berhala-berhala tersebut tetap
diam (QS. al-A’ra>f/7:193); ajakan kepada Allah dan RasulNya (QS.
an-Nu>r/24:48 dan 51); ajakan berpegang kepada Kitab Allah (QS. Ali
‘Imra>n/3:23).
Berdasarkan inilah, ada yang berpendapat bahwa aktivitas
dakwah dalam konteks mengajak kepada kebaikan harus disebut
dengan “dakwah Islam”, sebab terdapat ajakan yang menjurus kepada
kemunkaran. Namun ada pula yang menegaskan, terminologi dakwah
telah maklum (dikenal) di kalangan masyarakat muslim sebagai
kegiatan ajakan yang bersifat Islami. Dengan demikian, istilah dakwah
sudah jelas keberadaannya, yakni aktivitas mengajak/menyeru ke jalan
Allah dan RasulNya. Karenanya, segala bentuk ajakan yang tidak
Islami bukanlah dakwah.
Dari pengertian tersebut dapatlah dipahami bahwa dakwah
pada dasarnya mengajak; yakni menyadarkan, mengarahkan dan
membimbing manusia agar berbuat sesuai dengan tuntunan ajaran
Islam tanpa adanya paksaan. Dakwah merupakan suatu aktivitas
mengajak kepada orang lain dalam bentuk lisan, tulisan, maupun
tingkah laku, yang dilakukan secara sadar untuk mengamalkan ajaran
Islam dengan berbagai metode. Tujuannya adalah untuk mengubah
manusia, baik individu maupun masyarakat dari kondisi yang tidak
baik kepada yang lebih baik, sehingga dapat meraih kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.3
3Di dalam al-Qur‟an, terdapat dua jenis pesan dakwah: Pertama, yang
maknanya memanggil akal agar digunakan untuk berpikir mencari kebenaran.
Allah SWT seringkali menggunakan redaksi “afala> ta’qilu>n” (tidakkah
engkau memikirkan). Kedua, pesan yang maknanya menghimbau rasa serta
hati agar tersentuh dan dapat memahami kebenaran. Hal ini diungkapkan al-
Qur‟an dengan redaksi “afala> tash’uru>n (tidakkah engkau merasakan). Lihat
Ahmad Atabik, “Konsep Komunikasi Dakwah Persuasif Dalam Perspektif
29
Pada praktiknya, masalah pemahaman dan wawasan umat
Islam tentang dakwah menjadi problem dakwah itu sendiri.4 Pertama,
dakwah dipahami sebagai sebuah misi menyebarkan agama, yakni
mengajak orang-orang yang mempercayainya sebagai tugas suci yang
wajib dilakukan.5 Pemahaman semacam ini diungkapkan oleh Max
Muller, bahwa semangat memperjuangkan kebenaran itulah yang tak
kunjung padam dari jiwa para penganutnya, sehingga kebenaran itu
terwujud dalam fikiran, kata-kata dan perbuatan, sampai berhasil
menanamkan nilai kebenaran tersebut ke dalam jiwa setiap orang,
sehingga apa yang diyakini sebagai kebenaran diterima oleh seluruh
manusia.6 Pendapat Muller ini menggiring pemaknaan dakwah
menjadi sempit, yakni mengarah kepada misi atau tugas mengubah
keyakinan dengan berbagai cara agar mendapat banyak pengikut.
Kedua, dakwah dipahami sebagai kegiatan tabli>gh yang identik
dengan ritualitas keagamaan dalam bentuk ceramah dan pengajian-
pengajian majelis taklim. Pemahaman ini membuat aktifitas dakwah
hanya terlihat ketika peringatan hari-hari besar Islam dan tabligh-
tabligh akbar.
Terminologi dakwah sebagai sebuah kegiatan mengajak
dalam bentuk tabli>gh diungkapkan oleh beberapa pemikir dakwah
Al-Qur‟an, At-Tabsyir, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Volume 2,
Nomor 2, Juli-Desember 2014, h. 125. 4Problem dakwah secara garis besar dapat diidentifikasi ke dalam dua
faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal berkaitan dengan soal
wawasan dan pelaksanaan dakwah di kalangan umat Islam. Sedangkan faktor
eksternal berkaitan dengan upaya-upaya dari kelompok tertentu yang
memusuhi Islam. Lihat Muhammad Ab>u al-Fath} al-Bayanuni>y, Al-Madkhal Ila> ‘Ilmi al-Da’wah, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1442 H/1993 M), Cet.
ke-2, h. 352-353. 5Sifat misionar agama ini dapat dilihat dalam kitab suci agama kristen
yang terdapat pernyataan” Pergilah kamu ke seluruh bumi, beritakanlah injil
itu kepada sekalian alam‟ (Markus, 16:15), dan “sebab itu pergilah kamu,
jadikanlah sekalian bangsa itu muridku serta membaptiskan dia dengan nama
Bapa, Anak dan Ruhul Kudus” (Matius/28:9). Dalam kitab suci al-Qur‟an
juga dinyatakan: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu” (QS. Al-Ma>idah/5:67). 6Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam, (Jakarta:
Widjaya,1981), Cet. ke-2, h. 1.
30
seperti Muhammad Abu> al-Fat} al-Bayanuni>y dan Syekh ‘Ali> Mahfu>z}.7
Meskipun kedua pemikir tersebut memberikan definisi dakwah yang
sangat identik dengan kegiatan tabli>gh (ceramah), namun penekanan
makna dakwah tidak hanya dibatasi pada makna tabli>gh, tetapi juga
bagaimana pesan-pesan yang disampaikan dapat direalisasikan dalam
kehidupan.
Pemikir sekaligus praktisi dakwah Sayyid Qut}b menyatakan
bahwa dakwah adalah mengajak orang lain ke jalan Allah, bukan
untuk mengikuti seseorang (da>’i>) atau kelompoknya. Bagi da‟i,
tidaklah dakwah yang dilakukan itu, kecuali menjalankan tugas dan
kewajibannya kepada Allah SWT”.8 Pengertian dakwah yang
diungkapkan Sayyid Qut}b di satu sisi sejalan dengan konsep dakwah
Max Muller, yaitu menekankan pada misi suci yang wajib
dilaksanakan. Namun di sisi lain terdapat perbedaan yang mendasar,
yakni dalam pemikiran Sayyid Qut}b, dakwah adalah upaya maksimal
orang yang beriman untuk mewujudkan sistem (ajaran) Islam di dalam
realitas kehidupan, yang meliputi: akidah, ibadah, akhlak, syariah,
muamalah (ekonomi, politik serta hubungan antar negara) sesuai
prinsip dan asas Islam. Ini berarti, dakwah menjadi kewajiban yang
harus ditunaikan oleh seluruh umat Islam.
Ismail Raji al-Faruqi menyebutkan bahwa urgensi dari seluruh
aktivitas dakwah baik secara teori maupun praktek, dimulai dari
bagaimana cara seorang muslim memandang hakekat dirinya sebagai
seorang yang memiliki kewajiban menyeru semua manusia kepada
7Muhammad Ab>u al-Fath} al-Bayanuni>y merumuskan pengertian
dakwah sebagai berikut:
اىحاج اقع ف تطثق تعي ىياس اإلسال تثيغ
“Menyampaikan dan mengajarkan Islam kepada manusia untuk diterapkan
dalam realitas”
األجو اىعاجو تسعادج ىفصا اىنش ع اى تاىعشف األش اىذ اىخش عي اىاس حث
“Mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh berbuat baik
serta mencegah berbuat munkar untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat”. Lihat M. Yunan Yusuf dalam Munzier Suparta, Harjani Hefni (Ed.),
Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. ke-1, h. xv. 8Sayyid Qut}hb, Tafsi>r fi> Z}ilal al-Qur’a>n, (Kairo: Da>r al-Shuru>q,
1992), Jilid 4, Cet. ke-17, h. 2201-2202.
31
kehidupan yang tunduk hanya kepada Allah dan kepada Islam sebagai
aturan dan prinsip hidup.9
Pandangan al-Faruqi sejalan dengan pernyataan al-Qur‟an
surat Yusuf /12: 108:
“Katakanlah, inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujjah yang
nyata; Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang
musyrik”.
Ahmad Mushthafa al-Maraghi menafsirkan kalimat هذه سبيلي إلى
:dengan penegasan هللا
ز اىذعج اىت أدع إىا اىطشقح اىت أا عيا تحذ هللا إخالص اىعثادج
.ى د األثا األطا ست جyaitu dakwah yang aku serukan dan jalan yang aku tempuh ini, yakni
mentauhidkan Allah dan ikhlas beribadah kepadaNya semata, tanpa
patung dan berhala, adalah sunnah dan jalanku. Sedangkan kalimat
يرة أنا و من اتبعنيصعلى ب ditafsirkan: “Aku meyakini apa yang aku serukan,
dan aku mempunyai hujjah atas apa yang aku katakan. Demikian pula
dakwah ini diserukan oleh orang-orang yang mengikuti, mengimani
dan membenarkan aku.
اىحجح اىثشا عي ” أقه مزىل ذع ا أا عي ق ا أدع إىا ىذ
إىا أضا اتثع أ ت طذق.10
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Islam sebagai agama
yang lurus (al-din al-hanif), tidak menuntut kepatuhan dan ketaatan
menjalankan ajaran agama secara taqlid (ikut-ikutan tanpa dasar yang
kuat), melainkan ia adalah agama yang didasarkan atas hujjah dan
keterangan yang jelas. Islam bukan sekedar akidah yang bersemi di
dalam hati, bukan juga sekedar syiar-syiar agama atau ibadah ritual,
tetapi agama ini merupakan ikutan (ittiba>’) secara sempurna kepada
9Ismail R. Al-Faruqi, Louis Lamya Al-Faruqi, The Cultural Atlas of
Islam, (Macmillan Publishing Company, New York, Amerika Serikat, 1986),
h. 217. 10
Ahmad Mus{t{afa> al-Maraghi<, Tafsi>r al-Maraghi>, (Beirut: Da>r al-
Kutub al-‘ilmiyah, 1436 H/2015 M), Cet. ke-3, Jilid 13-15, h. 42.
32
Rasulullah saw menyangkut apa yang beliau sampaikan dari
Tuhannya, dan apa yang beliau sunnahkan. Rasulullah saw adalah
patron yang harus diikuti oleh para da‟i dalam melaksanakan dakwah,
betapa pun tidak mungkin dapat menyamainya, dakwah „ala bashirah,
yakni atas dasar bukti-bukti yang jelas serta disertai keikhlasan yang
penuh.11
Karena itu, yang dituntut dari setiap muslim adalah
berdakwah sebatas kemampuannya, walaupun hanya satu ayat. Sesuai
keterangan sebuah hadis: “sampaikanlah dari ajaranku walau hanya
satu ayat” (Riwayat Bukhari).12
Bahkan dalam al-Qur‟an ditegaskan:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya...” (QS al-Baqarah/2:286).
Hal ini diperkuat dengan penjelasan sebuah hadis:
س ى ، فئ نشا فيغش تذ ن سأ ، ستطع فثقيث ى ، فئ تطع فثيسا
.. )سا سي( ا رىل أضعف اإل 13
“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran,
hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Bila ia tidak mampu
melakukannya, maka hendaklah mengubah dengan lisannya. Bila ia
tidak mampu juga, maka hendaklah melakukan penentangan
kemungkaran dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman”. (HR.
Muslim. Nomor 49).
Hadis di atas menguatkan pernyataan QS. Ali „Imran /3:110
bahwa dakwah dalam arti yang luas merupakan kewajiban yang harus
dipikul oleh setiap muslim/muslimah. Minimal komitmen sikap
inklusif dan universal terhadap seluruh manusia, menolak
kemungkaran dengan hatinya, jika tidak bisa melakukan amar ma‟ruf-
11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’a>n (Jakarta : Lentera Hati, 2002), Cet. ke-1, Volume 6, h.
522. 12
Hadits ini dari sahabat Abdullah bin „Amr bin al-Ash bin Wa‟il bin
Hasyim bin Su‟aid bin Sa‟ad bin Sahm al-Sahmiy. Ia adalah salah satu di
antara al-‘Abadilah (para sahabat yang bernama Abdullah, seperti „Abdullah
Ibn Umar, ‘Abdullah ibn Abbas, dan sebagainya) yang pertama kali memeluk
Islam, dan seorang di antara fuqaha‟ dari kalangan sahabat. Ia meninggal
pada bulan Dzulhijjah pada peperangan al-Harrah, atau menurut pendapat
yang lebih kuat, ia meninggal di Tha‟if. 13
Abu al Husain Muslim bin al-Hajja>j al-Qusyairi> an-Naisabu>ri>, S}ahih Muslim, (Beirut: Da>r al-Ihya’ al Turats al-‘Arabi>, 261 H.), Jilid I, Nomor 49,
h. 69.
33
nahi munkar melalui power fisik dan lisan. Karena penolakan
kemungkaran dengan hati itu adalah tempat bertahan yang minimal
dan benteng penghabisan. Konsekuensi logisnya, jika hati sebagai
tempat bertahan yang terakhir sudah ditinggalkan, maka selemah-
lemahnya iman itupun sudah lenyap.
2. Konsep Keumatan dalam Dakwah (Dakwah Ila al-khair)
Penggunaan kata ummah dalam al-Qur‟an mengandung
beberapa pengertian, antara lain: seluruh manusia umat yang satu (QS.
al-Baqarah/2:213); masyarakat dengan tugas tertentu (QS. Ali ‘Imran/3:104); segolongan manusia yang menganut agama (QS. Ali ‘Imran/3:110); setiap generasi yang kepada mereka diutus seorang
Rasul (al-Nahl/16:36). Pengertian yang beragam tentang makna
ummah memiliki kesamaan dalam arti kelompok atau komunitas yang
tidak terbatas hanya yang beragama Islam (QS. al-Naml/27:83).
Dalam konteks sosiologis, ummah adalah “himpunan manusia
yang seluruh anggotanya bersama-sama menuju satu arah yang sama,
bahu membahu, dan bergerak secara dinamis di bawah kepemimpinan
bersama”.14
Dalam Piagam Madinah, kata ummah dapat
diinterpretasikan sebagai “negara”. Mengacu kepada QS. Ali ‘Imran/3:104 dan 158, ummah identik dengan masyarakat yang
mengemban fungsi tertentu, yaitu menyelenggarakan keumatan
dengan menegakkan amar ma‟ruf dan nahi munkar serta
menyelenggarakan sistem musyawarah.
Istilah ummah dapat diartikan sebagai kelompok tertentu yang
menjadi wakil masyarakat. Pembentukan kelompok ini akhirnya
menjelma menjadi suatu pemerintahan atau negara.15
Dengan
demikian, ummah yang diekspresikan dalam realitas sejarah
khususnya pada periode Madinah adalah ummatan wahidah (kesatuan
masyarakat). Walaupun beragam dalam segala hal, namun masyarakat
Madinah adalah umat yang satu. Kaum Yahudi menjadi satu ummah
dengan kaum muslimin di bawah Piagam Madinah. Nabi Muhammad
saw telah menyusun persetujuan untuk mendapatkan ketetapan-
ketetapan yang disepakati bersama, bukan mendirikan sebuah negara
teologis. Dalam hal ini semua kelompok suku dan agama diberikan
14
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h, h. 174. 15
M. Dawam Rahardjo, “Ummah”, Ulumul Qur‟an, III, 1, (1992), h.
61.
34
otonomi penuh untuk memelihara tradisi serta kebiasaan mereka
masing-masing.
Keragaman masyarakat Madinah waktu itu (ras, suku, dan
agama) dipersatukan di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw,
dan itulah yang dinamakan ummah. Ini menunjukkan makna ummah
berlaku bagi komunitas tanpa dibedakan dengan nama agama,
walaupun secara konotatif sering dinisbatkan kepada komunitas
muslim. Misalnya ummah diidentikkan dengan masyarakat Indonesia,
padahal penduduk di negeri ini plural, khususnya dari sisi agama:
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Oleh sebab itu,
sudah tidak dipersoalkan jika ada ungkapan umat Kristen, umat
Hindu, umat Budha atau umat Konghucu. Barakat Ahmad
mengatakan:
“While the orientalists differ as regards the development of
the term in the Qur‟an, some Muslim scholars assert that the
term ummah describes the community of Muslim, but this is
only partly true. It describes the de facto position. In theory
the use of the term ummah during the major portion of the
Apostle‟s career was not restricted to Muslims alone.”16
Para orientalis membedakan perkembangan istilah al-Qur‟an
tentang ummah. Sebagian sarjana Muslim menyatakan bahwa istilah
ummah menggambarkan masyarakat Muslim, tetapi ini tidak
seluruhnya benar. Istilah ini menggambarkan kedudukan secara de
facto. Secara teoretis, penggunaan istilah ummah adalah selama karir
kerasulan dan tidak terbatas pada komunitas Muslim saja).
Nabi Muhammad saw membangun ummah bersifat universal
dan berlaku untuk seluruh manusia. Konsep ummah diterapkan di
Madinah berdasarkan kesepakatan antar berbagai suku yang memiliki
keyakinan agama yang berbeda. Kesepakatan tersebut dikenal dengan
Piagam Madinah atau Sahifah, yakni Undang-Undang Dasar yang
mengikat anggota masyarakat Madinah dengan perjanjian. Karena itu,
masyarakat Madinah sering disebut masyarakat Sahifah.17
Dengan adanya Piagam Madinah, secara bertahap Nabi
Muhammad saw dapat mengorganisasikan penduduk Madinah yang
heterogen menjadi masyarakat yang tertib dan teratur, yaitu
16
Barakat Ahmad, Muhammad and The Jews, A Re-Examination,
(New Delhi: 1979), h. 39. 17
Barakat Ahmad, Muhammad and The Jews, h. 39.
35
masyarakat yang di dalamnya terdapat satu sistem hubungan tertib
sosial yang mencakup semua kelompok untuk hidup bersama dan
bekerja sama dalam satu wilayah. Sebelum itu, masyarakat Arab tidak
pernah hidup sebagai satu komunitas antar suku dengan suatu
kesepakatan.18
Dalam Piagam Madinah, ummah menjadi prinsip kunci untuk
memahami komunitas warga Madinah. Konsep inilah yang menjadi
perekat utama dalam komunitas negara Madinah. Aplikasi ummah
dalam negara Madinah sarat dengan visi etis kehidupan
bermasyarakat, seperti: toleransi, solidaritas sosial, egalitarianisme,
taat asas, keterbukaan, partisipasi, berketuhanan dan sebagainya.
Ummah juga ditugasi fungsi kontrol untuk menyeru kebaikan dan
mencegah kemungkaran.19
Konsep ummah yang dibangun Nabi Muhammad saw
diidentikkan dengan masyarakat madani atau civil society. Istilah
madani,20
diambil dari kata madinah yang secara etimologis
18
Musdah Mulia, Negara Islam, (Depok: Kata Kita, 2010), Cet. ke-1,
Edisi kedua, h. 213. 19
Vita Fitria dan Sri Agustin Sutrisnowati, “Civil Society, Konsep
Ummah Dan Masyarakat Madani,”
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/view/3199, diakses 17
Mei 2016, h. 18. 20
Pada abad ke-14, Ibn Khaldun dalam bukunya, The Muqaddimah:
An Introduction to History, (New York, N.Y: Pantheon House,1958)
mengenalkan konsep hadharah yang kini dapat diterjemahkan menjadi
masyarakat madani. Dalam dunia Melayu, masyarakat sipil secara populer
didefinisikan sebagai masyarakat madani atau masyarakat sipil. Namun
demikian, Barat tidak menyukai istilah itu. Mereka lebih memilih istilah
independen. Di Indonesia, para sarjana menggunakan istilah masyarakat sipil
berdasarkan dua pandangan, yaitu “tradisionalis” terutama NU, dan
“modernis” yang kebanyakan simpatisan Muhammadiyah. Kelompok
pertama cenderung menerjemahkan civil society ke dalam arti asli dari istilah
tersebut, yakni masyarakat sipil. Kalangan tradisionalis tidak setuju
menerjemahkan civil society sebagai masyarakat madani, sebab istilah
masyarakat sipil berasal dari Barat pada zaman modern, sehingga tidak dapat
berlaku surut pada masyarakat muslim. Namun di dunia Melayu saat ini,
definisi masyarakat madani yang paling diterima, yang bagi sebagian ulama
memiliki makna yang lebih normatif dari pada “masyarakat sipil”. Lihat Andi
Faisal Bakti, “Paramadina and its Approach to Culture and Communication:
36
mengandung dua makna, yaitu masyarakat kota dan masyarakat
beradab. Mengacu pada kota Nabi Muhammad saw, kota Madinah al-
Munawwarah dipercayai sebagai negara-kota Islam yang ideal.
Implikasinya adalah bahwa masyarakat sipil bukanlah konsep baru
dalam Islam. Olaf Schumann21
menyatakan, “kata madaniyyah yang
disebutkan oleh Muhammad Abduh22
sebanding dengan kata polis
dalam bahasa Yunani. Bagi Schumann, meskipun ada kesenjangan
kronologis antara kata madaniyyah dan polis, namun keduanya
memiliki kesamaan konseptual. Secara semantik, kata madinah dan
madani terkait erat, dan tidak terlalu jauh dari makna polis. Dalam
bahasa Ibrani modern digunakan kata medinat yang akar katanya sama
dengan madina, seperti Medinet Yisrael (Kota Israel). Maka, kata
madinah dan madani juga mengacu pada negara.”23
Istilah masyarakat madani dibawa ke Indonesia oleh Dato Seri
Anwar Ibrahim yang ketika itu sebagai Menteri Keuangan dan wakil
Perdana Menteri Malaysia, dalam acara Simposium Nasional pada
Festival Istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Nama masyarakat
madani merupakan terjemahan dari “mujtama‟ madani”, yang
diperkenalkan oleh Naquib al-Attas, seorang ahli sejarah dan
peradaban Islam dari Malaysia, pendiri Institut for Islamic Thougt and
Civilization (ISTAC) yang disponsori oleh Anwar Ibrahim.24
Di Indonesia, istilah masyarakat madani dipopulerkan oleh
Nurcholish Madjid. Ia mendeskripsikan istilah ini dalam perspektif
keindonesiaan dengan menafsirkan bahwa wujud nyata masyarakat
madani, pertama kali dalam sejarah adalah hasil usaha Nabi
Muhammad saw. Tindakannya mengganti nama dari Yatsrib menjadi
Madinah bukanlah suatu kebetulan, karena perubahan nama tersebut
an Engagement in Civil Society,” In: Archipel, Volume 68, 2004.
https://doi.org/10.3406/arch.2004.3840. Diakses, 10 Oktober 2018. 21
Olaf Schumann, “Dilema Islam Kontemporer: Antara Masyarakat
madani dan Negara Islam,” Paramadina 1 (2), 1999, h. 48-75. 22
Muhammad Abduh menyebutkan kata madaniyyah dalam karyanya:
Al-Islam wa al-Nashraniya ma‟a al-„Ilm wa al-Madaniyyah, (1970). 23
Andi Faisal Bakti, “Demokrasi, Tata Kelola Pemerintahan, Dan
Masyarakat Madani Di Indonesia” dalam Andi Faisal Bakti dkk., (ed.),
Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi, (Ciputat: Churia Press, 2012),
Cet. ke-1, h. 16-17. 24
Vita Fitria dan Sri Agustin Sutrisnowati, “Civil Society, Konsep
Ummah Dan Masyarakat Madani,” h. 15.
37
semacam isyarat langsung akan adanya definisi proklamasi atau
deklarasi, bahwa di tempat baru itu hendak terwujud suatu masyarakat
yang teratur. Pada hakikatnya, masyarakat madani adalah reformasi
total terhadap masyarakat Arab Jahiliyah yang tidak mengenal hukum,
dan terhadap supremasi kekuasaan pribadi seorang penguasa.25
“Nurcholish Madjid mendirikan Paramadina26
tahun 1986,
empat tahun sebelum Naquib al-Attas mengenalkan istilah masyarakat
madani. Nama Paramadina diambil dari parama (prime) dan dina
(agama kami). Ketika masyarakat sipil menjadi konsep yang tersebar
luas di Indonesia, Madjid mengadopsinya sebagai terjemahan baru
untuk masyarakat madani. Pada tahun 1990-an, masyarakat madani
memasuki kamus Melayu-Indonesia, dan digunakan oleh para sarjana
serta pejabat pemerintah sejak masa Soeharto. Habibie, presiden
pertama ICMI menggunakan istilah tersebut secara ekstensif. Tahun
1999, terbit buku “Transformasi Bangsa menuju Masyarakat Madani”
yang ditulis oleh anggota ICMI dan Nurcholish Madjid.”27
Salah satu elemen penting terwujudnya masyarakat madani
adalah “civilize society” (masyarakat yang berbudaya). Karena itu,
konsep masyarakat madani atau civil society bukan hanya merupakan
konsep ideal, tetapi juga berlandaskan empirik. Ada beberapa
karakteristik yang dapat dikatakan sebagai ciri-ciri dari masyarakat
25
Vita Fitria dan Sri Agustin Sutrisnowati, “Civil Society, Konsep
Ummah Dan Masyarakat Madani,” h.16. 26
Lembaga yang didirikan Nurcholis Madjid ini dikatakan berasal dari
kata parama (perdana/utama) dan dina (agama kita), yang berarti “agama
utama kita”. Dengan demikian, tahun 1986-1990, Madjid tidak
menghubungkan Paramadina dengan kata madina, bahkan ia juga tidak
pernah menyebutkan istilah “masyarakat madani”, atau masyarakat sipil,
karena istilah itu hanya dikenal di Indonesia pada tahun 1990. Namun setelah
pidato al-Attas, Madjid mengadopsi arti Paramadina sebagai kombinasi dari
para dan madina. Padahal, Paramadina pada mulanya sering dijelaskan oleh
Madjid berasal dari kata parama (prime/utama) dan dina (agama kita), ketika
organisasi in didirikan tahun 1986. Madjid juga mengembangkan lebih jauh
ide-idenya mengenai masyarakat madani dengan menggunakan kata madina
sebagai tema inti dari pidato-pidato dan makalahnya dalam berbagai seminar.
Lihat Andi Faisal Bakti, “Demokrasi, Tata Kelola Pemerintahan, Dan
Masyarakat Madani Di Indonesia,” h. 17. 27
Andi Faisal Bakti, “Paramadina and its Approach to Culture and
Communication: an Engagement in Civil Society,” In: Archipel, Volume 68,
2004. https://doi.org/10.3406/arch.2004.3840, diakses 8 Juni 2015.
38
madani: a) masyarakat demokratis; b) masyarakat yang menjunjung
tinggi dan menghargai HAM; c) masyarakat yang mempunyai
komitmen tinggi bagi tegaknya hukum; d) masyarakat yang
profesional.28
Sebagai sebuah konsep, civil society berasal dari proses
sejarah masyarakat Barat. Akar perkembangannya dapat dirunut mulai
Cicero (106-43 SM) dan bahkan sampai Aristoteles (384-322 SM).
Cicero merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah civil
society dalam filsafat politiknya. Di sini, civil society identik dengan
the state (negara), yaitu sebuah komunitas yang mendominasi
sejumlah komunitas lain.29
Sedangkan Aristoteles tidak menggunakan
istilah civil society, tetapi koininie politike, yakni sebuah komunitas
politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam pengambilan
keputusan. Namun pada pertengahan abad 18, terminologi ini
mengalami pergeseran makna. Negara dan civil society kemudian
dimengerti sebagai dua buah entitas yang berbeda, sejalan dengan
proses pembentukan sosial dan perubahan-perubahan struktur politik
di Eropa sebagai akibat dari zaman enlightment dan modernisasi yang
sangat berperan menggusur rezim-rezim absolut.
Tidak hanya dalam konsep Barat, Islam pun sudah menerapkan
konsep yang identik dengan civil society melalui pemerintahan Nabi
Muhammad saw dengan memproklamirkan Piagam Madinah dengan
konsep ummahnya. Dalam perkembangannya, pemaknaan konsep
ummah yang identik dengan civil society mengalami perubahan
istilah, yakni konsep masyarakat madani.30
Syafi‟i Ma‟arif
membedakan civil society dengan masyarakat madani melalui
perspektif sejarah, menurutnya civil society merupakan hasil dari
gerakan renaisans yang modern namun bersifat sekuler, yakni
memiliki nilai spirituan dan moral-transendental yang lemah karena
menyingkirkan Tuhan dalam prakteknya. Sedangkan masyarakat
madani hadir dan lahir dari nilai-nilai ketuhanan dan petunjuk Tuhan.
28
Vita Fitria dan Sri Agustin Sutrisnowati, “Civil Society, Konsep
Ummah Dan Masyarakat Madani,”
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/view/3199, h. 19-20. 29
Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society, (Jakarta:
LP3S, 1996), h. 1. 30
Vita Fitria dan Sri Agustin Sutrisnowati, “Civil Society, Konsep
Ummah Dan Masyarakat Madani,”
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/view/3199, h. 11-12.
39
Dengan demikian Ma‟arif menyimpulkan bahwa masyarakat madani
adalah masyarakat yang terbuka, egaliter, dan toleran berdasarkan
etika transcendental yang bersumber dari wahyu Allah.31
Dari uraian di atas dapat ditegaskan, konsep ummah yang
diterapkan oleh Nabi Muhammad saw memiliki relevansi dengan
masyarakat madani atau civil society, antara lain:32
1. Dari segi watak dasar, kedua konsep tersebut mempunyai kesamaan
sifat, yaitu terbuka, dinamis, dan berorientasi non utopis. Bedanya,
sifat keterbukaan dan dinamika makna ummah jauh lebih luas
dibandingkan civil society, sementara watak non utopis civil
society lebih menonjol, karena umumnya ia terbentuk dari dari
realitas empirik, sementara ummah tidak sepenuhnya empirik,
karena mengandung muatan-muatan normatif yang terderivasi dari
ajaran agama.
2. Dilihat dari latar belakang munculnya konsep, civil society muncul
dari latar belakang yang beragam dari situasi masyarakat yang
terancam kacau akibat menguatnya individualisme dan tajamnya
benturan kepentingan. Sedangkan ummah, situasi konflik yang
terjadi antar suku di Madinah, krisis moral, dan spiritual masa itu
sangat melatarbelakangi munculnya konsep ummah. Persamaan
antara kedua konsep tersebut, sama-sama berakar dari konflik
dalam masyarakat. Perbedaannya, terletak pada keberadaan dan
fungsi negara. Dalam konsep ummah, institusi negara yang
dibentuk masih sederhana, dan kinerja masyarakat dinilai lebih
penting dari pada kinerja negara. Sementara negara menurut
Hobbes, keberadaannya dipandang sebagai suatu keharusan yang
mempunyai kekuatan absolut dan memegang peranan penting
dalam mengelola masyarakat.
3. Hubungannya dengan agama, civil society merupakan konsep
sekuler yang dalam perjalanannya mendapat sentuhan dan
legitimasi agama. Sedangkan ummah adalah konsep normatif
keagamaan yang dalam praktiknya dicoba diobjektivikasikan
dalam realitas empirik.
31
A. Syafi‟i Ma‟arif, Mencari Autentisitas Dalam Kegalauan,
(Yogyakarta: PSAP, 2004), h. 84. 32
Vita Fitria dan Sri Agustin Sutrisnowati, “Civil Society, Konsep
Ummah Dan Masyarakat Madani,” h. 20-21.
40
4. Unsur perekat kesatuan civil society adalah kewarganegaraan.
Sedangkan perekat ummah cukup beragam, bisa agama, kesamaan
generasi, kesamaan karakter etik, kesamaan bangsa, dan
sebagainya. Dalam hal ini, dimensi agama lebih dominan
mewarnainya.
Penerapan konsep ummah yang dibangun Nabi Muhammad
saw di Madinah berjalan efektif, karena spiritnya menekankan
pentingnya aspek komunitas dalam masyarakat. Dipersatukannya
penduduk Madinah menjadi satu umat merupakan indikator bahwa di
dalam ummah terpancang bangunan persaudaraan, persamaan, dan
keadilan berlandaskan nilai-nilai etika dan spiritualitas. Salah satu
nilai spiritualitas yang paling pokok seperti diungkapkan QS. Ali
„Imran/3:110 adalah beriman kepada Allah SWT.
Beberapa pendapat menyebutkan bahwa istilah ummah, tidak
hanya berarti umat satu agama tertentu, tetapi semua pengnut agama
lain yang berada dalam pemerintahan Islam yang diistilahkan dengan
ahl zimmy. Seiring dengan dominannya sistem Negara nasional di
kalangan umat Islam, konsep ummah menciut menjadi umat Islam. 33
Menurut Ali Syari‟ati, ummah adalah konsep khas yang ada
dalam Islam. Ia menggantikan beberapa istilah yang disebutkan oleh
Montgomery Watt mempunyai kemiripan erat, seperti: nation,
qabi>lah, qaum, sha’b, t{abaqah, mujtama’/jama>’ah, t{a>ifah, ras, massa,
people.34
Dikatakan Ali Syari’ati menyatakan bahwa kata ummah
33
Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan manusia, Pengantar
Antropologi Agama, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada), 2006, h. 212. 34
Ali Syari‟ati, Al-Ummah wa al-Ima>mah, (Beirut: Dar al-Amir li al-
Tsaqafah wa al-„Ulum, 1438 H/2007 M), Cet. ke-2, h. 41-44. Nation akar
katanya naitre, artinya bangsa. Sifat dasar dan pengikat alamiah yang sakral
dan real yang mengikat individu-individu dalam masyarakat (nation) adalah
kekerabatan, ras, dan keamanan keturunan (al-qara>bah wa wah{dah al-dam wa al-‘irq). Istilah qabilah telah berusia sangat tua, bahkan mungkin lebih tua
dibandingkan istilah nation. Qabi>lah merupakan kumpulan individu-individu
yang memiliki tujuan yang sama, yang bernaung di bawah qabilah itu. Unsur
yang paling kuat dalam mempersatukan individu-individu dalam masyarakat
seperti ini adalah kesamaan tujuan, yaitu cita-cita yang dengannya mereka
menjadi bersatu. Qaum adalah komunitas yang kehidupannya dibangun atas
dasar penyelenggaraan fungsi-fungsi secara bersama-sama antara individu-
individu (qiya>m al-afra>d bi al-ishtira>k muttah{idi>n fi> ada>i al-‘amal). Artinya,
individu-individu yang menjadi anggota qaum itu, merupakan sekelompok
41
berasal dari ‚amma‛, yang berarti ‚bermaksud (qas{ada) dan berniat
keras (‘az{i>ma). Pengertian ini mencakup tiga makna: gerakan
(h{arakah), tujuan (hadaf), dan ketetapan hati yang sadar (qiraru wa’in). Pada awalnya, kata amma berarti ‚kemajuan‛ (al-taqaddum).
Secara luas, kata amma mengandung empat arti: usaha (ikhtiya>r), gerakan (h{arakah), kemajuan (taqaddum), dan tujuan (hadaf). Berdasarkan makna-makna ini, secara prinsipal, kata ummah dapat
diartikan sebagai ‚jalan yang terang‛ (al-t{ari>q al-wa>d{ih{), artinya,
kelompok manusia yang menuju ke jalan tertentu. Dengan demikian,
kepemimpinan dan keteladanan (al-qiya>dah wa al-iqtida>’), jalan dan
tempat yang dilalui (al-masi>r wa al-t{ari>q) terangkum dalam istilah
ummah.
Istilah ummah digunakan Syari‟ati untuk menyebut konsep
masyarakat ideal. Keistimewaan ummah menurutnya adalah
menempatkan kebersamaan dalam arah tertentu serta pembentukan
kekerabatan baik lahir maupun batin sebagai ciri dasar yang mengikat
umat manusia. Istilah ummah merupakan istilah yang dinamis dengan
landasan ideologi yang bergerak mengarah pada tujuan bersama.
Ali Shariati mendefinisikan makna ummah:
جاعح إساح شتشك جع أفشادا ف ذف شتشك، قذ اىتف تعض حه
.تعض، ىن تحشما تاتجا ذف اىشج عي أساس قادج شتشمح“Sekumpulan manusia yang para anggotanya memiliki tujuan yang
sama, yang satu sama lain bahu membahu agar dapat bergerak menuju
tujuan yang dicita-citakan, berdasarkan kepemimpinan yang
disepakati bersama”. 35
Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa konsep
ummah dalam pandangan Syari‟ati, terdiri dari tiga unsur: (1)
persamaan tujuan yang dimiliki oleh sekelompok orang (al-ishtira>k fi> al-hadaf wa al-qiblah); (2) adanya pergerakan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan (al-masi>r bi ittija>h al-qiblah wa al-hadaf); (3)
orang yang menghuni suatu wilayah tertentu dan secara bersama-sama
melaksanakan tugas mereka. Thabaqah (kelas) adalah sekumpulan manusia
yang memiliki langgam hidup, institusi, profesi, dan penghasilan yang sama
serta setingkat. Orang-orang itu membentuk elit atau kelas tertentu. Istilah
muj’tama’ atau jama>’ah, sekarang berlaku di kalangan masyarakat umum,
seperti halnya ia berlaku pula dalam dunia keilmuan (al-is{t{ila>h al-shai’ fi > al-wast{i al-‘a>m kama> annaha> al-musht{alah{ al-‘a>lami>).
35Ali Syari’ati, Al-Ummah wa al-Ima>mah, h. 46-49.
42
keharusan akan adanya pemimpin dan petunjuk kolektif atau imamah (wuju>b al-qiya>dah wa al-hida>yah al-mushtarikah).
36
Konsep ummah yang diungkapkan oleh Ali Syari‟ati sejalan
dengan rumusan pengertian ummah menurut Ahmad Mushtafa al-
Maraghi, yaitu:
اىجاعح اىؤىفح أفشاد ى ساتطح تض، حذج ن تا ماألعضاء ف تح
اىشخض“Kelompok atau organisasi yang menghimpun individu-individu
dalam satu ikatan, sehingga memiliki ketergantungan antara satu
dengan lainnya bagaikan anggota tubuh, untuk saling melengkapi sisi-
sisi kelemahan dan sedapat mungkin terhindar dari kesalahan berbuat
dosa”.37
Pada prinsipnya, ummah merupakan masyarakat terorganisir
yang melaksanakan tugas suci, yaitu menegakkan amar ma‟ruf dan
nahi munkar dengan landasan keimanan yang kokoh kepada Allah
SWT (QS. Ali „imran/3:110). Komunitas yang konsisten
memerintahkan agar manusia berbuat baik, dan mencegah mereka dari
kemungkaran yang didasarkan pada keimanan disebut “khairu ummah‛, yakni umat terbaik yang dilahirkan ke muka bumi. Sayyid
Qutb menyebutkan bahwa khairu ummah adalah “al-ummah al-muslimu>n‛ (kaum muslimin).
38
Dengan demikian, khairu ummah memiliki arti yang khusus
untuk umat Islam yang konsisten menjalankan aktivitas dakwah
dengan tiga indikator: al-amr bi al-ma‟ruf (memerintahkan berbuat
kebajikan), al-nahy ‘an al-munkar (mencegah kemungkaran), dan al-
i>ma>n billa>h (beriman kepada Allah. Keberhasilan dakwah diukur jika
tercapai tujuan akhir dari dakwah, yakni terwujudnya khairu ummah (umat terbaik) yang basisnya didukung oleh muslim yang memiliki
kualitas SDM (khair al-bariyyah) sebagaimaan dalam QS. al-
Bayyinah/98:7-8. Sebagai khairu ummah, seorang muslim berarti
telah memiliki dedikasi (pengabdian) terhadap agamanya, dan sebagai
khair al-bariyyah, ia mempunyai kemampuan kualitatif bagi alam
semesta (rah{matan lil ‘a >lami>n). Berdasarkan itu, dalam melaksanakan
36
Ali Syari‟ati, Al-Ummah wa al-Ima>mah, h. 48-49. 37
Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Beirut: Dar al-
Fikr, t.th). 38
Sayyid Qut}hb, Tafsi>r fi> Z}ilal al-Qur’a>n, h. 447.
43
aktivitas dakwah dibutuhkan kekuatan kolektif yang terlembagakan
dalam institusi keumatan.
Sedangkan urgensi keumatan dalam dakwah, dapat dilihat dari
pernyataan ayat al-Qur‟an tentang kewajiban melakukan dakwah
dalam surat Ali „Imran /3: 104:“Dan hendaklah di Antara kamu ada
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat
ma‟ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar… “. Kata hendaklah
yang dalam dalam bahasa Arabnya “waltakun‛ menuntukkan perintah
wajib. Lam yang masuk pada fi’il mudhari’ (takun), disebut lam amar,
yaitu lam yang bermakna perintah.
Berdasarkan ayat tersebut, Sayyid Qut{b mengklasifikasikan
tugas berdakwah ke dalam tiga katagori. Pertama, da’wah ila > al-khair39
(mengajak kepada kebajikan) adalah diwajibkan kepada umat
Islam secara keseluruhan, baik jamaah, penguasa, organisasi dan
sebagainya. Kedua, dakwah dalam tahap al-amr bi al-ma’ru>f40
39
Al-Khair adalah nilai universal yang diajarkan oleh al-Qur‟an dan
Sunnah. Menurut Rasulullah saw, al-khair mengandung arti: “ittiba>’ al-qur’a>n wa sunnati>” (mengikuti al-Qur‟an dan sunnahku). M. Quraish Shihab,
Tafsir Al-Mishba>h, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Cet. ke-1, Vol. 2, h. 164.
Ahmad Mushtafa al-Maraghi menyebutkan, al-khair ialah “sesuatu yang di
dalamnya terkandung kebaikan bagi umat manusia dalam masalah agama dan
duniawi” (ma> fi>hi s{ala>h{ al-na>s fi> al-di>n wa al-dunya>). Lihat Ahmad Mushtafa
al-Mara>ghi>, Tafsi>r al-Maraghi, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1436
H/2015 M), Jilid 2, Cet. ke-3, h. 17. 40Al-Ma’ruf adalah ‚sesuatu yang baik menurut pandangan umum
satu masyarakat selama sejalan dengan al-khair‛. Konsep ma’ruf hanya
membuka pintu bagi perkembangan positif masyarakat, bukan
perkembangan negatifnya. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 164-165.
Ahmad Mushtafa al-Maraghi lebih mempertegas, al-ma’ruf ialah ‚apa yang
dianggap baik oleh syariat dan akal‛ (ma> istahsanahu> al-shar’u wa al-‘aql). Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, 17. sedangkan munkar adalah ‚apa yang dilarang syara’ dan dinilai buruk oleh akal sehat‛ (ma> naha> ‘anhu al-shara’ wa istaqbahahu al-‘aqlu al-Sali>m). Bandingkan Muhammad
Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafasir, (Kairo: Dar al-Shabuniy, 1431 H/2009
M), Jilid 1, Cet. ke-1, h. 201. Dari dua definisi tersebut, yang menjadi
ukuran ma’ruf atau munkarnya sesuatu ada dua, yaitu agama dan akal sehat
atau hati nurani, bisa kedua-duanya sekaligus atau salah satunya. Semua
yang diperintahkan oleh agama adalah ma’ruf, begitu juga sebaliknya, semua
yang dilarang agama adalah munkar. Adapun hal-hal yang tidak ditentukan
oleh agama, maka ukuran ma’ruf dan munkarnya ditentukan oleh akal sehat
44
(menyuruh berbuat yang ma’ruf), dan ketiga dakwah dalam bentuk
al-nahy an al-munkar41 (mencegah dari perbuatan yang mungkar).
Katagori dakwah yang kedua dan ketiga ini hanya dapat dilakukan
oleh penguasa, karena amar ma’ru>f-nahi munkar tidak akan terealisasi
tanpa kekuasaan.42
Maka dalam berdakwah harus ada dua kelompok,
yaitu kelompok yang bertugas mengajak dan kelompok yang bertugas
memerintah serta melarang. Kelompok kedua ini merupakan golongan
dari kalangan pemegang kekuasaan, sebab yang ma‟ruf dapat
terwujud, dan yang munkar dapat sirna jika merealisasikan perintah
dan larangan ditopang dengan kekuasaan.
Adapun jenis wajib yang dimaksud di dalam dakwah menurut
Toha Yahya Omar adalah wajib kifayah. Namun dakwah itu tidak
akan sukses apabila umat Islam hanya menganggapnya sebagai fardhu
kifayah seperti halnya menyalatkan orang mati.43
Kewajiban dakwah
bagi umat Islam diletakkan dalam dua konsepsi. Pertama, secara
mikro yang berarti: segolongan umat, yakni kelompok professional di
bidang dakwah (para da‟i, muballigh, ulama, cendekiawan). Kedua,
secara makro, yaitu seluruh umat Islam diwajibkan berdakwah sesuai
dengan profesinya masing-masing.44
atau hati nurani. Berdasarkan ini, al-Ashfahani mendefinikan: ‚Ma’ru>f adalah sebuah nama untuk semua perbuatan yang dikenal baiknya melalui
akal atau syara’, dan munkar adalah apa yang ditolak oleh keduanya‛ (Wa al-ma’ru>f ismun likulli fi’lin yu’rafu bi al-‘aqli aw al-syari’ husnuhu>, wa al-munkar ma yunkaru bihima>). Lihat Al-Raghib al-Ashfahani, Mufrada>t Alfazh al-Qur’a>n, (Beirut: Da>r al-Fikr,1432 H/2010 M), h. 249.
41Al-Munkar adalah ‚sesuatu yang dinilai buruk oleh suatu
masyarakat serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi‛. M. Quraish Shihab,
Tafsir Al-Mishba>h, h. 164. 42
Sayyid Qutb, fi> Z{ila<l al-Qur’a>n, h. 444. 43
Toha Yahya Omar, Ilmu Da’wah, (Jakarta: Penerbit Widjaya,
1985), Cet. Ke-4, h. 4. 44
Simbol dakwah secara non verbal bisa berarti bahwa dakwah dapat
dilakukan oleh semua kaum muslimin berdasarkan profesi yang digelutinya.
Misalnya, seorang muslim yang kebetulan mempunyai keahlian dalam
melukis dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui coretan cat
minyak di atas kanvas lukisannya. Dalam hal ini, setiap muslim merupakan
seorang komunikator (da’i) untuk memengaruhi orang lain agar mengikuti
pesan-pesan dakwah yang disampaikan. Sedangkan secara khusus, orang
yang seharusnya berperan lebih intensif sebagai komunikator (da’i) adalah
45
Kata minkum pada QS. Ali ‘Imran/3:104 dipahami oleh
sebagian ulama dalam arti ‚al-tab’i>d{‛ (sebagian), sehingga perintah
berdakwah yang dipesankan oleh ayat tersebut tidak tertuju kepada
setiap orang. Ada juga ulama yang memfungsikan kata minkum
dalam arti ‚al-baya>n‛ (penjelasan), sehingga perintah berdakwah
ditujukan kepada setiap muslim sesuai kemampuannya. Jadi, ada dua
hal yang perlu digarisbawahi berkaitan dengan QS. A>li ‘Imra >n/3:104.
Pertama, nilai-nilai Ilahi tidak boleh dipaksakan, tetapi disampaikan
secara persuasif dalam bentuk ajakan yang baik. Kedua, al-ma’ru>f,
yang merupakan kesepakatan umum masyarakat, sewajarnya
diperintahkan, dan al-munkar seharusnya dicegah. Karena itu,
mengajak kepada al-khair (kebajikan) didahulukan, kemudian
memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar.45
Sebagaimana telah diungkapkan di atas tentang konsep
ummah yang merupakan bagian dari pembahasan wacana masyarakat
sipil (civil society), Andi mengemukakan konsep dakwah sebagai
komunikasi Islam dimulai dari melakukan table>g} (informasi), tag}yi>r (perubahan sosial), khairu ummah (komunitas teladan), dan al-akhla>q al-kari>mah (perilaku mulia, masyarakat sipil), yang tujuannya adalah
untuk melestarikan sensitivitas konflik, konflik konstruktif, dan
konflik resolusi.46
Andi menekankan pentingnya tanggung jawab
ummah dalam melaklukan perubahan sosial (taghyi>r).47 Melakukan
mereka yang memang mempunyai profesi atau sengaja memokuskan dan
mengonsentrasikan dirinya dalam tugas menggali mutiara-mutiara ilmu
serta ajaran Islam untuk disampaikan kepada orang lain (mad’u), sehingga
ilmu dan ajaran agamanya tersebut dapat memengaruhi sikap dan tingkah
laku mereka yang menjadi objek dakwah. Lihat Ahmad Atabik, ‚Konsep
Komunikasi Dakwah Persuasif Dalam Perspektif Al-Qur’an,‛ At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember
2014, h. 122. 45
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h, h. 164. 46
Andi Faisal Bakti, Isabelle Lecomte, “The Integration of Dakwah in
Journalsm: Peace Journalism,” Jurnal Komunikasi Islam, Volume 05,
Nomor 01, Juni 2015. Diakses, 10 Oktober 2018 47
Andi Faisal Bakti, “Media and Religion: Rodja TV‟s
Involvementbin the Civil Society Discourse for Community Development,”
Malaysian Journal of Communication Jilid 34 (3) 2018: 226-244. Diakses 10
Oktober 2018, melalui Https://doi.org/10.17576JKMJC-2018-3403-13.
46
taghyi>r dalam dakwah adalah bagian dari proses menuju terbentuknya
khairu Ummah yang bercirikan al-akhla>q al-kari>mah (perilaku mulia
masyarakat sipil) yang bertujuan untuk membangun kepekaan social,
perdamaian, dan resolusi konflik nilai-nilai universal dan inklusif,
seperti keadilan, keamanan, keselamatan, keharmonian, toleransi, dan
hormat kepada semua manusia sebagaimana diajarkan oleh Islam.
Perwujudan dari civil society atau umamah adalah dengan
bermunculnya kelompok atau lembaga-lembaga social keagamaan
yang berperan dalam pengembangan masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan dan keadilan. Lembaga-lembaga tersebut selain
bergerak dalam institusi keagamaan seperti pesantren, organisasi
kemasyarakatan (Ormas) dan majelis-majelis pengajian. Dari
organisasi ini kemudian banyak pula yang membentuk diri menjadi
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang belandaskan agama
(keislaman)
Sebagaimana diketahui bahwa LSM merupakan
sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun
sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatannya. Pemberdayaan masyarakat
miskin/kurang mampu tidak dapat dilakukan dengan hanya melalui
program peningkatan produksi, tetapi juga pada upaya peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat miskin. LSM hadir dari
sintesa fakta tentang kondisi sosial di Indonesia masih menjadi
masalah utama dalam pemerintahan Indonesia, seperti kemiskinan
ataupun kelaparan. Tak hanya itu, masalah yang terjadi secara alami
pun menjadi penyebab keadaan sosial yang buruk, sebut saja bencana
alam yang sering terjadi seperti halnya banjir, tanah longsor, atau pun
tsunami.
Di Indonesia kini terdapat banyak organisasi soasial,
keagamaan profesi dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat
(LSM), dan bertambah banyak jumlahnya di masa reformasi terutama
di kalangan organisasi profesi. Pada masa orde baru organisasi-
organisasi dan LSM, berada dalam wadah tunggal kekuasaan
pemerintah melalui korporatisme dan birokratisasi hampir di semua
47
aspek kehidupan. Kini di era reformasi peran ormas dan LSM masih
tetap penting sebagai fungsi kontrol pemerintah.48
Salah satu ormas Islam yang berperan besar
mengaktualisasikan dakwah bi al-h{a>l adalah Muhammadiyah.
Aktivitas dakwahnya terlembagakan dalam program-program
monumental, seperti: sekolah, madrasah, universitas, rumah sakit,
panti asuhan, koperasi dan sebagainya.49
Model dakwah yang
dilakukan oleh muhammadiyah inilah yang kemudian diikuti oleh
organisasi-organisasi dakwah lain di Indonesia. Mereka mulai
mengembangkan kegiatannya tidak hanya melalui dakwah lisan tapi
juga dengan perbuatan atau aksi nyata melalui pemberdayaan ummat.
Sebagai salah satu negara yang memiliki penduduk muslim
terbesar di dunia adalah Indonesia yang juga merupakan tempat
persinggahan organisasi-organisasi filantropi berbasis keagamaan. Di
kalangan Muslim, kini lembaga-lembaga seperti Islamic Relief,
Muslim Aid, Helping Hand, dan IIRO (International Islamic Relief
Organization) telah hadir di Indonesia dan bekerjasama dengan
organisasi-organisai filantropi nasional, seperti Dompet Dhuafa,
Rumah Zakat, PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat) dan sebagainya.50
Jika diperhatikan dengan seksama kehadiran Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) kemanusiaan ini memiliki peran sangat
urgen dalam mewujudkan dakwah ila al-khair sebagai bagian dari
taghyir (perubahan sosial), sehingga mampu melahirkan khairu
ummah (komunitas teladan), dan akhlaq al-karimah (perilaku mulia,
masyarakat sipil). salah satunya adalah LSM Medical Emergency
Rescue Committee (MER-C). Organisasi ini sangat aktif dalam misi
kemanusiaan, seperti membantu korban kejahatan perang di Palestina,
korban kerusuhan di Ambon, dan korban bencana alam di berbagai
daerah. Kiprah MER-C dalam aksi kemanusiaan secara implisit
membawa misi amar ma‟ruf dan nahi munkar, walaupun nilai-nilai
yang diusung bersifat universal.
48
Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di
Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h. 83-84.
49Khalimi, Ormas-Ormas Islam (Sejarah, Akar Teologi dan Politik),
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. ke-1, h.308-311.
50Hilman latief, “Agama dan Pelayanan Sosial: Interpretasi dan Aksi
Filantropi Dalam Tradisi Muslim dan Kristen di Indonesia,” Jurnal Religi,
Vol. IX, No. 2, Juli 2013, h. 186-187.
48
3. Dakwah sebagai Komunikasi Islami
Kata komunikasi menurut Hamid Maulana, berasal bahasa
latin communico, yang berarti ‚berbagi,‛ yaitu sebuah proses sosial
yang mengacu pada tindakan menyampaikan, bertukar ide,
pengetahuan, atau informasi.51
Pendapat senada disebutkan Muis
bahwa secara etimologi, komunikasi berasal dari bahasa latin, yakni
communicare yang berarti berbicara, menyampaikan pesan, informasi,
perasaan, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang
kepada yang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus
balik (feedback).52
Beberapa pakar memberikan definisi yang berbeda-beda
tentang komunikasi, ada yang memfokuskan pada unsur penyampaian,
unsur mempengaruhi, dan unsur kontrol sosial.53
Berelson dan
Steinner, mendefinisikan komunikasi sebagai “penyampaian,
informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui
penggunaan simbol-kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain”.54
Komunikasi dalam pengertian ini, lebih difokuskan pada unsur
penyampaian, dan definisi yang disampaikan berelson dan Steinner
adalah yang paling banyak dipergunakan. Sementara Shannon dan
Weaver, menambahkan definisi tersebut dengan “mencakup semua
prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang
lainnya”.55
Definisi ini lebih menekankan pada unsur mempengaruhi.
Unsur kontrol sosial, memberikan makna lain dari definisi
komunikasi yang diungkapkan oleh Shachter yang menulis bahwa,
“komunikasi merupakan mekanisme untuk melaksanakan kekuasaan”.
Kontrol sosial di mana seseorang berusaha mempengaruhi perilaku,
51
Mowlana, H “Theoretical perspectives on Islam and
communication,” China Media Research , 3 (4), 2007, h. 23-33. 52
A. Muis, Komunikasi Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), Cet. ke-1, h. 36. 53
Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam
Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Blobal Develompment
Program, (Leiden-Jakarta: INIS, 2004), h. 39-40. 54
Bernard Berelson, dan Gray Steinner, Human Behavior, (New
York: Harcourt, Brace Jovanivich Inc, 1964) dalam B Aubrey Fisher, Teori-
teori Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1978), h. 10. 55
Claude Shannon dan Warren Weaver, The Mathemmatical Theory
of Communication, (Urbana: University of Illinois Press, 1949), h. 10.
49
keyakinan, sikap, dan seterusnya dari orang lain dalam suatu suasana
sosial.56
Pendapat shachter, sejalan dengan pengertian komunikasi yang
diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy, yakni “suatu proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media”.57
Pembicaraan mengenai pengertian komunikasi tidak dapat dilepaskan
dari pemikiran Harold Lasswell. Ia mengatakan bahwa cara yang
paling nyaman untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang, siapa? Apa yang dikatakan?
Melalui saluran apa? Kepada siapa? Dengan efek apa?58
Atau yang
dikenal dengan istilah 5W 1 H.
Jika diuraikan secara sederhana, maka dapat diartikan bahwa
komunikasi menurut Lasswell harus mencakup lima unsur, yakni
orang yang meyampaikan pesan (komunikator), pesan yang
disampaikan (message), alat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan (media), orang yang menerima pesan (komunikan), dan
bagaimana efek dari pesan yang disampaikan. Definisi ini menjadi
sangat populer dalam pembahasan ilmu komunikasi karena
memberikan gambaran yang cukup lengkap tentang proses
komunikasi.
Melalui penjelasan Lasswel ini, dapat diambil pengertian
bahwa, komunikasi adalah proses yang resiprokal dan berkelanjutan
dengan semua pihak yang terlibat saling berkaitan dengan
menciptakan makna bersama. Dengan demikian, komunikasi lebih
tepatnya didefinisikan sebagai proses menciptakan makna bersama.59
Oleh karena itulah penting ditekankan bahwa unsur pemberi,
penerima, media dan efek sebuah pesan menjadi faktor yang penting
dalam proses komunikasi.
56
Stanley Schachter, “Deviation, Rejection, and Communication,”
Journal of Abnormal and Social Psychology, 46, h.190-270. 57
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. ke-7, h. 5. 58
Harold Lasswell dalam Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi
Massa, Melek Media dan Budaya, (Jakarta: Erlangga, 2012), Jilid 1, Edisi 5,
h. 5. 59
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, Melek Media dan
Budaya, (Jakarta: Erlangga, 2012), Jilid 1, Edisi 5, h. 6.
50
Dari beberapa definisi komunikasi yang telah diungkapkan
oleh beberapa pakar di atas, kiranya pendapat Alo Liliweri dalam
bukunya “Komunikasi Serba Ada Serba Makna” yang mengutip
pendapat Ruben dan Stewart cukup mewakili, yakni, “Komunikasi
merupakan sesuatu yang sangat esensial bagi individu, relasi,
kelompok, organisasi dan masyarakat, dia merupakan garis yang
menghubungkan antara manusia dan dunia, komunikasi sebagai sarana
manusia untuk mengekspresikan diri dan memengaruhi orang lain”.
Karena itu, jika manusia tidak berkomunikasi, maka dia tidak dapat
menciptakan dan memelihara relasi dengan sesama dalam kelompok,
organisasi dan masyarakat; komunikasi memungkinkan manusia
mengkoordinasikan semua kebutuhannya dengan dan bersama orang
lain.60
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan, bahwa
komunikasi merupakan pendorong proses sosial, yang ditentukan oleh
akumulasi, pertukaran dan penyebaran pengetahuan. Tanpa
komunikasi, manusia akan tetap hidup primitif tanpa organisasi sosial.
Tanpa komunikasi, manusia akan statis, terjebak dalam perilaku
instingtif, dan tidak banyak berbeda dari hewan.61
Berdasarkan sifat-
sifatnya, komunikasi terbagi mennjadi dua jenis; komunikasi tatap
muka (face to face communication) dan komunikasi bermedia
(mediated communication). Komunikasi tatap muka dipergunakan
apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior
change) dari komunikan. Di sinilah terlihat fungsi feedback langsung
dan biasa digunakan sebagai komunikasi yang persuasif. Sedangkan
komunikasi bermedia (public media dan mass media) pada umumnya
digunakan untuk komunikasi informatif karena tidak begitu banyak
diharapkan mampu mengubah tingkah laku. Lebih-lebih media
massa.62
Secara lebih detail maksud dari komunikasi persuasi adalah,
“melakukan upaya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku
seseorang melalui cara-cara yang luwes, manusiawi dan halus, dengan
akibat munculnya kesadaran, kerelaan, dan perasaan senang serta
adanya keinginan untuk bertindak sesuai dengan yang dikatakan
60
Ruben & Stewart, 1988, dalam Alo Liliweri, Komunikasi Serba
Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. ke-1, h. 35. 61
William L. Rivers, Media Massa dan Masyarakat Modern, h. 33. 62
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 32..
51
persuader/komunikator”.63
Pada prakteknya komunikasi semacam ini
sering digunakan dalam upaya propaganda64
dan kampanye sebagai
upaya memengaruhi dan mencari dukungan sebanyak-banyaknya dari
masyarakat. Begitu pula dengan kegiatan khutbah/ceramah para dai
dan pendeta sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai agama dan
kesadaran pemeluknya untuk mengikuti ajaran-ajaran agama yang
mereka bawakan. Dalam hal ini teknik memengaruhi sebagai bagian
dari unsur komunikasi terlihat jelas dari cara-cara komunikasi yang
dilakukan.
Komunikasi Massa ialah penyebaran pesan dengan
menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak,
yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan.
Seperti pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan
film dan lain-lain. Komunikasi massa ditujukan kepada khalayak yang
jumlahnya relatif besar. Adapun fungsi dari komunikasi massa adalah,
menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate), dan
menghibur (to entertain).65
Sebagian besar teori komunikasi berasal
daripada Barat dan mengikut perpektif Barat, sehingga nilai-nilai yang
dikembangkan dalam teori komunikasi tidak didasarkan pada konteks
63
Soleh Soemirat, H. Hidayat Satari, Asep Suryana, Komunikasi
persuasif, (Jakarta: Universitas terbuka, 2007), Cet. ke-5, h. 26.
64Propaganda berasal dari bahasa Yunani, yaitu “propagare” yang
artinya menyebarkan atau meluaskan. Misalnya dikatakan: Plato telah
melaksanakan propaganda, artinya menyiarkan ide-idenya yang terkenal
melalui pembujukan lewat syiar dan kata-kata sasteranya. Propaganda
sifatnya umum, dapat digunakan untuk maksud-maksud baik atau untuk
maksud-maksud buruk. Lihat Toha Yahya Omar, Ilmu Da‟wah (Jakarta:
Widjaya, 1985), Cet. ke-4, 2. Istilah Propaganda adalah konsep Barat dan
digunakan untuk pertama kalinya oleh sebuah komite Cardinals (Didirikan
pada 1622 oleh Paus Gregorius) dari Romawi Gereja Katolik memiliki
perawatan dan pengawasan misi asing. Propaganda berasal dari bahasa Latin
propagare dan aslinya berarti menyebarkan Injil dan mendirikan Gereja di
negara non-Kristen. Sejak Perang Dunia I, yang definisinya telah
berkembang berkonotasi alat persuasi dan manipulasi individu dan perilaku
kolektif. Lihat Hamid Mowlana, “Theoretical Perspectives on Islam and
Communication”, China Media Research, 3(4), 2007, h. 26. 65
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 32.
52
sosial, budaya dan agama sebuah masyarakat.66
Hamid Maulana
menganggap bahwa Komunikasi Islam adalah respon Islam terhadap
komunikasi model Barat. Komunikasi yang selaras dengan nilai-nilai
budaya dan sejarah dunia Islam. Pusat analisisnya adalah gagasan
Tablig (propagasi).67
Pada komunikasi Islam, landasan teori dan
filosofinya tentulah al-Qur‟an dan hadits. Dengan sendirinya
komunikasi Islam terikat pada pesan khusus, yakni dakwah.68
Dalam kajian ilmu komunikasi Islam (Islamic
Communication) etika dakwah menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan. Kontribusi dakwah dalam komunikasi dirumuskan oleh
Andi Faisal Bakti dengan istilah Tabligh Information (SMCR), yakni
Sender (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran/media), dan
Receiver (penerima). Untuk melihat hasil dari proses SMCR, Andi
menambahkan dengan Effect (dampak), sehingga terjadi Convergence
(titik temu) yang menghasilkan Active Reception (penerimaan aktif)
yang kemudian disingkat dengan (SMCR-E-Convergence-AR).69
Masih menurut Andi, model ini bukannya tanpa dasar dalam
sains. Studi komunikasi setelah WW II mengakui model SMCR, di
mana Pengirim, Pesan, Saluran, dan Penerima memiliki hubungan
linier. Akibatnya, model E (efek) diperkenalkan, dengan alasan bahwa
hasilnya, atau apa yang diterima, lebih penting daripada apa yang
dikatakan oleh pengirim menggunakan media massa. Namun, model
ini tetap impoten, karena penerima dianggap pasif. Kemudian spesialis
komunikasi datang dengan menggunakan model penerima aktif, dalam
upaya untuk memperbaiki model SMCR dan E. Sementara mereka
yang memperkenalkan model-model ini percaya bahwa, dengan
menggunakan saluran yang baik, pengirim akan membawa pesan
66
Sofia Hayati Yusoff, Western And Islamic Communication Model:
A Comparative Analysis On A Theory Application,
http://abqarijournal.usim.edu.my/current-issue/volume-7-2016. 67
Khiabany, G. De-westernizing media theory, or reverse
orientalism; 'Islamic communication' as theorized by Hamid
Mowlana. Media Culture & Society, 2003 ,25, h. 415-422. 68
A. Muis, Komunikasi Islam, h. 66. 69
Andi Faisal Bakti, “The Contribution of Dakwah to
Communication Studies: Risale-i Nur Collection Perspective,” diakses
melalui http://www.risaleinur.com/studies/139-conferences/2010/4127-the-
contribution-of-dakwah-to-communication-studies.html, 28 Juni 2019, pukul:
16:12 WIB.
53
langsung ke penerima, dan yang terakhir akan secara otomatis
memahami apa yang diinginkan pengirim untuk dipahami. Model
penerima aktif (Active Reception) berpendapat bahwa selama
penerima tetap dianggap pasif, tidak ada pesan yang dapat
disampaikan. Namun menurut teori ini, tidak ada penerima yang pasif.
Bahkan, lebih sering daripada tidak, penerima mengerti melampaui
apa yang dimaksud oleh pengirim.70
Al-Qur‟an memberikan penjelasan tentang prinsip-prinsip
komunikasi dalam hubungannya dengan interaksi manusia baik secara
individu maupun kelompok sebagai berikut:
1. Perkataan Yang Benar (Qaulan Sadi>dan )
Dalam al-Qur‟an disebutkan: ““Wahai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan
yang benar”. (QS al-Ahzab/33:70). Perkataan yang benar (qaulan
sadidan) pada ayat tersebut, dari sudut bahasa mengandung arti “tepat
mengenai sasaran”. Al-Imam Ismail bin Umar bin Katsir menafsirkan
qaulan sadidan dengan makna ‚mustaqi>man la> i’wijajan wa la> inh{ira<fan”, yakni perkataan yang lurus.
71 Menurut Ibn Abbas, qaulan
sadidan berarti ‚qaulan s{awwa>ban” (perkataan yang tepat). Sedangkan
al-Qurthubi mengartikannya dengan “qas{dan wa h{aqqan” (perkataan
yang benar).72
Dari penjelasan ini dapat ditegaskan bahwa bahasa lisan
yang harus digunakan dalam berkomunikasi, adalah perkataan jujur,
santun, menyejukkan, solutif terhadap masalah yang dihadapi, tidak
agitatif dan provokatif serta tepat sasaran.
Dalam Islam, setiap orang yang berbicara dituntut untuk
menyampaikan kata-kata yang baik, benar dan mendidik. Rasulullah
saw berpesan agar setiap mukmin mampu menjaga lisannya di saat
70
Andi Faisal Bakti, “The Contribution of Dakwah to
Communication Studies: Risale-i Nur Collection Perspective,” diakses
melalui http://www.risaleinur.com/studies/139-conferences/2010/4127-the-
contribution-of-dakwah-to-communication-studies.html, 28 Juni 2019, pukul:
16:12 WIB. 71
Imad al-Din Abi al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurashi>
al-Dimasyqi, Al-Mis{ba>h\{ al-Muni>r fi Tahdhi>b Tafsi>r Ibn Kathi>r, h. 108. 72
Abu> ‘Abdulla>h Muh{ammad bin Ah{mad al-Ans{a\>ri> al-Qurt{ubi>, Al-Ja>mi’ li Ah{ka>m al-Qur’a>n, (Kairo: Da>r al-Hadi>th, 1431 H/2010 M), Jilid 7, h.
540.
54
berbicara. Beliau menegaskan: “Amal apakah yang paling dicintai
Allah? Para sahabat terdiam, lalu Rasul bersabda: amal tersebut
adalah menjaga lisan”. (HR. Baihaqi dari Abu Juhfah).
2. Perkataan yang Membekas pada Jiwa (Qaulan Bali>ghan )
Ungkapan qaulan balighan terdapat dalam surat al-Nisa‟ ayat
63:
“Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah
mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu,
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasihat,
serta katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas
pada jiwanya”.
Khitab ayat tersebut ditujukan kepada orang-orang munafik
yang berupaya keras menghalangi ajakan untuk patuh kepada hukum
Allah dan Rasul-Nya sebagaimana dalam QS al-Nisa’/4:61. Maka
bagi para da‟i (juru dakwah), dalam menyampaikan pesan dakwahnya
di hadapan orang-orang munafik diperlukan bahasa yang bisa
memberi kesan dan membekas pada hati mereka, sebab di hati orang-
orang munafik banyak dusta, khianat serta ingkar janji. Muhammad
Rasyid Ridha menjelaskan maksud ayat “qaulan balighan fi
anfusihim” dengan penafsiran: “yughawwis{u fi>ha> wa yuballighu gha>yata ma yura>du bihi> minha>” (meyampaikan perkataan yang
menyentuh lubuk hati terdalam, hingga sampai pada tujuan yang
diinginkan).73
Kata “bali>gh”74
dalam bahasa Arab artinya sampai, mengenai
sasaran, atau mencapai tujuan. Jika dikaitkan dengan komunikasi,
baligh berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa
yang dikehendaki.75
Karena itu, qaulan balighan dapat diterjemahkan
73
Muhammad Rahyi>d Rid{a>, Tafsi<r al-Qur’an al-Hakim/ Tafsir al-Mana\>r, (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2011), Cet. ke-3, h. 188.
74Para pakar bahasa menyatakan bahwa kata balighan mengandung
arti “sampainya sesuatu ke sesuatu yang lain”. Ia juga bermakna “cukup”,
karena kecukupan mengandung arti sampainya sesuatu kepada batas yang
dibutuhkan. Seorang yang pandai menyusun kata, sehingga mampu
menyampaikan pesannya dengan baik lagi cukup dinamai baligh. Muballigh
adalah seorang yang menyampaikan suatu berita yang cukup kepada orang
lain. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, h. 468. 75
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1992), Cet.
ke-4, h. 81.
55
ke dalam komunikasi yang efektif. Sebagai komunikator, da‟i harus
mampu berbicara yang efektif dalam menyampaikan pesan
dakwahnya, sehingga tepat mengenai sasaran. Rasulullah saw
memberi contoh dengan khutbah-khutbahnya yang singkat, namun
padat maknanya.76
Beliau berbicara dengan wajah yang serius dan
memilih kata-kata yang sedapat mungkin menyentuh hati para
pendengarnya.77
Jalaluddin Rakhmat membagi pengertian qaulan balighan
menjadi dua katagori. Pertama, qaulan balighan terjadi jika
komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat
khalayak yang dihadapinya. Dalam istilah al-Qur‟an, ia berbicara “fi> anfusihim (tentang diri mereka). Sedangkan dalam istilah al-Sunnah,
“berkomunikasilah kamu sesuai dengan kadar akal mereka”. Hal ini
sejalan dengan penegasan QS. Ibrahim/14:4: “Tidaklah Kami utus
seorang Rasul, kecuali ia harus menjelaskan dengan bahasa
kaumnya”. Kedua, qaulan balighan terjadi jika komunikator
menyentuh khalayaknya pada hati dan otaknya sekaligus.78
3. Perkataan yang Lembut (Qaulan Layyinan )
Terma qaulan layyinan yang terdapat dalam surat Thaha ayat
43-44: “Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun, sesungguhnya ia
melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia sadar atau
takut”, merupakan perintah Allah yang ditujukan kepada Nabi Musa
dan Harun supaya menyampaikan peringatan terhadap Fir‟aun dengan
qaulan layyinan (perkataan yang lembut), karena ia telah menjalani
kekuasaan melampaui batas. Ayat di atas mengajarkan agar pesan
dakwah yang disampaikan kepada penguasa yang tiran, hendaknya
bersifat sejuk dan lemah lembut. Karena jika dilakukan dengan
perkataan yang bernada keras dan lantang, dapat memancing respon
yang lebih keras dari mereka, sehingga menghilangkan peluang untuk
76
Rasulullah saw menyebut istilah kata-kata yang singkat, bermakna
padat dengan “jawami‟ al-kalim”. 77
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, h. 82. 78
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, h. 83.
56
berdialog antara kedua belah pihak, yaitu: da>’in dan penguasa sebagai
mad’u> (objek dakwah).79
Perkataan yang bernada keras dan lantang dalam
berkomunikasi ketika berhadapan dengan penguasa yang zhalim dan
kejam, merupakan tindakan yang gegabah dan tergesa-gesa.
Kegagalan berkomunikasi seperti ini diibaratkan seperti seorang
wanita tua yang di usianya yang senja melahirkan anak. Ia
menginginkan bayinya yang baru lahir itu cepat besar, sehingga ia
memberi makan roti kepada bayi tersebut dengan harapan akan segera
tumbuh dewasa. Namun yang terjadi, bayi itu malah meninggal,
karena roti yang diberikan tidak bisa dicerna.
4. Perkataan yang Baik (Qaulan Ma’ru>fan )
Secara etimologis, ma‟ruf berarti “kebaikan yang dikenal”
(thayyibah al-arf).80
Sedangkan dalam pengertian terminologis, al-
Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani mendefinisikan: “kullu ma> yah{sunu fi> al-shar’i>” (segala apa yang dianggap baik oleh syara‟).
81
Dengan demikian, qaulan ma‟rufan dapat diartikan “perkataan atau
ungkapan yang pantas dan baik. Di dalam al-Qur‟an, term qaulan
ma‟rufan ditemukan pada tiga surat dan empat ayat, yaitu satu ayat
pada surat al-Baqarah ayat 235, dua ayat pada surat al-Nisa‟ ayat 5
dan 8, serta satu ayat lagi terdapat pada surat al-Ahzab ayat 32. Semua
ayat tersebut turun pada periode Madinah.82
Menurut Jalaluddin Rakhmat, qaulan ma‟rufan adalah
perkataan yang baik. Allah menggunakan frase ini ketika bicara
tentang kewajiban orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin,
atau orang-orang yang kuat atas kaum dhu‟afa (kalangan yang lemah).
Qaulan ma‟rufan berarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan
pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukkan pemecahan
terhadap kesulitan kepada orang lemah.83
79
Munzier Suparta, Harjani Hefni, (Ed.), Metode Dakwah, (Jakarta:
Kencana, 2003), Cet. ke-1, h. 169. 80
Louis Ma’luf, Al-Munjid Fi> al-Lughah wa al-A’la>m (Beirut: Da>r
al-Masyriq, 2003), Cet. ke-40, h. 500. 81
Ali bin Muhammad al-Jurja>ni>, Al-Ta’ri>fa>t, h. 240. 82
Munzier Suparta, Harjani Hefni, (Ed.), Metode Dakwah, h.170. 83
Jalaluddin Rakhmat, ‚Etika Komunikasi Perspektif Religi‛,
Makalah Seminar, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 18 Mei 1996).
57
5. Perkataan yang Ringan (Qaulan Maisu<ran )
Kata maisuran merupakan bentuk isim maf‟ul dari yasara-
yaisiru-yusran, yang artinya mudah. Maka qaulan maisura dapat
diartikan “perkataan yang mudah diterima, ringan, pantas dan tidak
berbelit-belit”. M. Quraish Shihab menafsirkan qaulan maisu>ran
dengan makna “ucapan yang tidak menyinggung perasaan dan bisa
melahirkan harapan serta optimisme”.84
Berkomunikasi dengan qaulan
maisuran berarti, pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah
dimengerti dan dipahami tanpa memerlukan pemikiran yang
mendalam.
Ungkapan qaulan maisuran terdapat dalam al-Qur‟an surat al-
Isra‟ ayat 28:
“Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat
dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada
mereka ucapan yang mudah”. Sebagian ulama berpendapat bahwa
ayat ini turun ketika Rasulullah saw atau kaum muslimin menghindar
dari orang yang meminta bantuan karena merasa malu tidak dapat
memberinya. Melalui ayat inilah Allah memberi tuntunan yang lebih
baik, yakni menghadapi hal itu dengan menyampaikan kata-kata yang
baik serta harapan memenuhi keinginan peminta di masa datang.85
6. Perkataan yang Mulia (Qaulan Kari>|\\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\ \\\\\\\\\\\man )
Istilah qaulan kariman bisa ditemukan dalam surat al-Isra‟
ayat 23:“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”, dan
janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik”. Kata kariman biasa diterjemahkan
mulia, yang menurut para pakar bahasa mengandung arti “yang mulia
atau terbaik sesuai objeknya”.86
Jika dikaitkan dengan kata qaulan,
maka bermakna “perkataan yang santun, sopan dan ta‟zhim”.
Komunikasi dengan qaulan kariman sasarannya adalah orang yang
telah lanjut usia. Sedangkan pendekatan yang digunakan ialah dengan
84
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, Vol. 7, h. 453. 85
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, Vol. 7, h. 453. 86
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, Vol. 7, h. 445.
58
perkataan yang mulia, santun, penuh penghormatan dan penghargaan,
tidak menggurui serta tidak bicara keras. Dalam pandangan Islam,
qaulan kariman diperlukan jika berkomunikasi dengan kelompok
orang yang sudah masuk katagori usia lanjut,87
sebab kondisi fisik
mereka yang sudah mulai melemah membuat mudah tersinggung
apabila menerima perkataan yang keras dan menggurui.
Keenam prinsip komunikasi menurut al-Qur‟an88
yang telah
diuraikan di atas merupakan etika Islam dalam berkomunikasi, sebab
al-Qur‟an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia.89
Kata kunci untuk komunikasi yang banyak digunakan al-Qur‟an
adalah kata “al-baya>n” (penjelasan) dan “qaul” (perkataan). Al-
87
QS al-Isra‟/17:23. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr ra.
Rasulullah saw bersabda: “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, dan
murka Allah tergantung pada kemarahan orang tua”. (Riwayat Tirmidzi dan
Hakim). Diriwayatkan dari Abu Usaid Malik bin Rabi‟ah al-Sa‟idi ia berkata
bahwa ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah saw, tiba-tiba datang
seorang laki-laki dari Bani Salimah, ia bertanya kepada Rasulullah saw: “Ya
Rasulullah, apakah masih ada jalan untuk berbakti terhadap ayah dan ibuku
setelah keduanya wafat?”. Rasulullah saw menjawab: “Ya, dengan cara
menshalatkan jenazahnya, memintakan ampunan Allah untuk keduanya,
melaksanakan wasiatnya, dan menghubungkan tali silaturrahim terhadap
orang-orang yang tidak dapat dihubungi melainkan karena keduanya, dan
menghormati teman-teman keduanya”. (Riwayat Abu Daud). 88
Prinsip komunikasi yang pertama menurut al-Qur‟an adalah
berkata yang benar. Bagi orang Islam (muslim), ucapan yang benar adalah
ucapan yang sesuai dengan al-Qur‟an, Sunnah dan ilmu. (QS Luqman/31:20).
Prinsip kedua, ucapan yang jujur (tidak dusta). Prinsip ketiga, berbicara yang
efektif. Sejalan dengan perintah Rasulullah saw: “Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik, bila tidak mampu
diamlah”. (Riwayat Bukhari-Muslim). Prinsip keempat, berkata yang pantas,
maslahat serta bermanfaat. Para pakar komunikasi sepakat dengan para
psikolog bahwa kegagalan komunikasi berakibat fatal baik secara individual
maupun sosial. Lihat Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, 76). Prinsip kelima,
berbicara yang mudah dicerna dan dipahami. Prinsip keenam, berkata yang
santun dan ta‟zhim. 89
QS al-Rahman/55:1-4: “(Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah
mengajarkan al-Qur‟an, Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai
berbicara”.
59
Shaukani mengartikan al-baya>n sebagai kemampuan berkomunikasi.90
Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah saw dalam sebuah hadits:
نزب، الل أ أتحث ا عشف ثا اىاس، ت سسى حذ .91 “Berbicaralah dengan manusia sesuai kadar pemehaman
mereka, apakah kalian ingin jika Allah dan Rasul-Nya
didustakan?”. (HR. Bukhari, Nomor. 127)
Teori Komunikasi Islami, sangat terikat pada rambu-rambu
etika menurut perintah al-Qur‟an dan hadits Nabi. Konsekwensinya
adalah sensor dan lisensi penerbitan atau pembangunan stasiun
penyiaran harus diupayakan mengakomodasi prinsip-prinsip
komunikasi yang tertuang dalam al-Qur‟an dan al-Hadis.
Komunikator harus berhati-hati dalam merancang pesan verbal dan
non verbalnya. Dalam komunikasi yang dialogis, komunikator harus
memperlakukan khalayaknya sebagai mitra yang setara, bukan objek
untuk dimanipulasi. Pengetahuan komunikator tentang khalayak
bukanlah dimaksudkan untuk menipu mereka, tetapi untuk memahami
mereka, bernegosiasi dengan mereka, dan bersama-sama saling
menghormati.92
Prinsip-prinsip dalam al-Qur‟an inilah yang kemudian
dijadikan sebagai pedoman berkomunikasi dalam Islam.
Komunikasi yang beradab dan beretika tentu tidak bisa
dilepaskan dengan penggunaan bahasa. Bahasa adalah simbol
komunikasi, atau biasa disebut sebagai alat komunikasi. Sama dengan
kode-kode mediator, kode-kode artifack, dan kode-kode indeks yang
bersifat non verbal adalah simbol bermuatan pesan yang bermakna
suatu bahasa. Fenomena kehidupan manusia yang disebut “bahasa”
biasa juga berkaitan dengan konsep yang bisa dikonkritkan dengan
gambar.93
Ucapan secara lisan, iklan di media, berita di surat kabar
atau televisi, tulisan di handphone, khususnya di Sosial Media seperti;
SMS, BBM, Facebook, WhatsApp, Instagram dan lain-lain, serta
adegan dalam film, lirik lagu, puisi bahkan bahasa tubuh, adalah
bentuk-bentuk pesan manusia. Perbedaan dalam menafsirkan pesan
90
Lihat Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, h. 77. 91
Abu> ‘Abdilla>h Muhammad bin Isma>il al-Bukha>ri>, S}ahih Al-
Bukha>ri>, (tt: Da>r Thauqun al-Naja>h, 1422 H), Jilid 1, Nomor. 127. h. 37. 92
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, h. 62. 93
Ellys Lestari Pambayun, Communication Quotient, Kecerdasan
Komunikasi dalam Pendekatan Emosional dan Spiritual, h. 35.
60
dapat berbeda-beda dalam diri manusia. Pesan yang disalurkan dengan
media yang berbeda, dapat mempengaruhi perbedaan penerimaan
terhadap pesan itu sendiri. Begitupula latar belakang budaya,
pengalaman, pengetahuan dan ideologi, biasanya akan memunculkan
penafsiran atau pemaknaan yang berbeda.94
Etika media massa non-Islam, dikembangkan di kalangan
negara-negara Barat. Hal ini dapat dilihat di dalam kode etik
jurnalisme dan hukum media massa di negara-negara Barat, yang
kemudian diadopsi oleh sistem hukum Indonesia melalui penjajah
Belanda. Misalnya delik-delik komunikasi massa dan delik-delik pers
dalam KUH-Pidana termasuk pornografi. Oleh karena itulah
regulasinya cenderung berkiblat ke Barat.95
Para pemikir muslim yang memiliki perhatian terhadap
komunikasi Islam seperti Hamid Maulana,96
Majid Tehranian,97
Andi
94
Ellys Lestari Pambayun, Communication Quotient, Kecerdasan
Komunikasi dalam Pendekatan Emosional dan Spiritual, h. 22. 95
A. Muis, Komunikasi Islami, h. 75. 96
Hamid Maulana adalah salah seorang intelektual muslim yang
sangat concern mengkaji tentang “komunikasi Islam”, dari sejumlah
penelitiannya, ia telah menawarkan model komunikasi yang didasarkan pada
etika Islam dan menantang model komunikasi Barat yang sekuler. Di antara
karya-karyanya dalam bidang komunikasi Islam adalah, “De-Westernizing
media theory, or reverse Orientalism: „Islamic communication” dan
“Theoretical perspectives on Islam and communication as
theorized”, (Lihat “De-Westernizing media theory, or reverse Orientalism:
„Islamic communication as theorized”, Media, Culture & Society © 2003
SAGE Publications (London, Thousand Oaks and New Delhi), Vol. 25: 415–
422 ). 97
Majid Tehranian lahir 22 Maret 1937, di Iran, menyelesaikan
pendidikannya di Dartmouth College, B.A., 1959; Universitas Harvard,
M.A. (studi Timur Tengah), 1961, dan Ph.D. (Ekonomi politik dan
pemerintahan), 1969. Setelah sekian lama belajar dan tinggal di AS,
Tehranian dinaturalisasikan menjadi warga AS. Karya tulis dalam bidang
komunikasi diantaranya adalah; Socio-economic and Communication
Indicators in Development Planning: A Case Study of Iran, Unesco (Paris,
France), 1980, dan Global Communication and World Politics: Domination,
Development, and Discourse, Lynne Rienner Publishers (Boulder, CO),
1999. (Lihat https://www.encyclopedia.com/arts/educational-
magazines/tehranian-majid-1937.
61
Faisal Bakti,98
dan lain-lain, berusaha merumuskan teori komunikasi
yang berpedoman pada nilai-nilai dan etika Islam, dengan al-Quran
sebagai landasannya. Hal ini dilakukan sebagai respon terhadap etika
komunikasi yang diperkenalkan dunia barat.
4. Islam Rah{matan li al-‘A<lami>n sebagai Karakteristik
Dakwah Keumatan
Islam adalah agama dakwah yang sangat menjunjung tinggi
nilai kedamaian dan kasih sayang, sebagaimana misi kenabian
Muhammad saw dalam memperkenalkan dan mendakwahkan Islam
kepada seluruh umat manusia sebagaimana QS. al-Anbiya/21: 107.
Karakteristik Islam sesungguhnya didasarkan pada sifat rahman dan
rahim yang merupakan salah satu dari nama-nama Allah yang agung.
Oleh karena itu, dakwah harus sesuai dengan tuntunan yang dilakukan
oleh Rasulullah saw, yaitu menebarkan rahmat bagi seluruh umat
manusia tanpa memandang suku, ras, agama dan bangsa.
Dakwah seperti ini dapat dilihat pada pandangan Faruqi yang
membagi hakekat dakwah ke dalam 3 (tiga) dimensi, yakni dimensi
kebebasan, rasionalitas dan universalisme. Pada hakekat kebebasan
dalam dakwah, Faruqi mendasarinya pada QS al-Baqarah/2:256 yang
berbunyi “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat...”. Pada dimensi kebebasan dakwah Islam harus dilakukan
98
Andi Faisal Bakti lahir di Wajo, 15 November 1962. Guru Besar
pada fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta ini,
menyelesaikan studi doktoralnya di McGill University, Montreal Kanada
pada tahun 2000. Andi memiliki perhatian yang sangat besar pada kajian
komunikasi Islam, khususnya dakwah. Dari puluhan karya tulisnya, baik
berupa buku, makalah yang telah dipresentasikan pada tingkat nasional
maupun internasional, maupun artikel jurnal bertaraf internasional,
kebanyakan membahas tentang komunikasi Islam dan dakwah. Di antara
karya Andi Faisal Bakti dalam bidang Komunikasi Islam adalah:
“Paramadina and its Approach to Culture and Communication: an
Engagement in Civil Society,” In: Archipel, Volume 68, 2004. “The
Integration of Dakwah in Journalism: Peace Journalism,” Jurnal Komunikasi
Islam, Volume 05, Nomor 01, Juni 2015, Media and Religion: Rodja TV‟s
Involvementbin the Civil Society Discourse for Community Development,
Jurnal Komunikasi Malaysian Journal of Communication,The Contribution
of Dakwah to Communication Studies: Risale-i Nur Collection Perspective.
62
dengan sangat serius, dan diharapkan diterima dengan komitmen yang
sama terhadap kebenaran. Objek dakwah harus merasa bebas sama
sekali dari ancaman, serta benar-benar yakin bahwa kebenaran ini
hasil penilaiannya sendiri, bukan paksaan atau tekanan dari pihak da‟i.
Karena dakwah tujuannya untuk meyakinkan mad‟u (objek dakwah)
bahwa Allah adalah Pencipta, Tuhan dan Hakimnya.99
Ajakan
memaksa disertai ancaman dan tekanan agar mengkonversikan
keyakinan yang lama, lalu memeluk agama baru merupakan
pelanggaran berat terhadap diri manusia, setelah pembunuhan.
Dengan demikian, kewajiban kaum muslimin dalam berdakwah bukan
menjamin hasilnya, karena mereka hanya melaksanakan dakwah, dan
Allah yang menentukan hasil akhirnya, apakah mad‟u (objek dakwah)
mau menerima atau menolak sebagaimana dalam QS. al-
Qashas/28:56. Di samping dimensi kebebasan dalam berdakwah, Al-Faruqi
menekankan pula urgensi rasionalitas. Menurutnya, dakwah Islam
merupakan ajakan untuk berpikir, berdebat dan berargumentasi. Oleh
sebab itu, dakwah tidak bersifat dogmatis, melainkan proses kritis
penalaran yang selalu terbuka terhadap bukti baru, alternatif baru,
memperhatikan temuan baru ilmu pengetahuan serta kebutuhan baru
situasi manusia. Da‟i bukan duta sistem otoriter, tetapi pemikir yang
bekerja sama dengan mad‟u (objek dakwah) dalam memahami dan
mengapresiasi wahyu Allah, melalui ciptaan (makhluk) dan melalui
para nabiNya.100
Sedangkan mengenai dimensi universalisme dalam dakwah,
Al-Faruqi menyoroti keberadaan manusia sebagai objek dakwah yang
mempunyai kedudukan sama di hadapan Allah SWT. Ia melandaskan
argumennya pada al-Qur‟an (QS. al-Hujurat/49:13). Menurut Al-
Faruqi, semua manusia merupakan objek dakwah Islam. Tidak ada
orang yang dikecualikan terlepas dari sasaran ajakan Islami, karena
Allah menyeru semua manusia ke jalanNya. Semua manusia adalah
makhlukNya, dan Dialah Pencipta serta Tuhan mereka. Menyeru ke
jalan Allah yang dalam konteks dakwah disebut ‘amar ma’ruf nahi> munkar, tidak dibatasi pada suku, etnis, bangsa dan keturunan
tertentu. Berkaitan dengan hal ini Al-Faruqi mengatakan, jika Allah
membatasi seruanNya, berarti Dia juga membatasi Diri dan kuasa-
99
Ismail R. Al-Faruqi, Louis Lamya Al-Faruqi, h. 220. 100
Ismail R. Al-Faruqi, Louis Lamya Al-Faruqi, h. 221.
63
Nya, atau ada kesewenangan yang kontradiktif dengan keadilan-
Nya.101
Kebutuhan akan upaya penerjemahan dan penjelasan dari
teks-teks Islam yang disyaratkan al-Qur‟an ke konteks sosial umat
dalam proses dakwah, di bahas oleh Asep Muhyiddin, di antaranya
adalah, konsep Da>r al-Sala>m (peace and harmony area) yakni
menjadikan dakwah sebagai alat atau cara menjadikan manusia hidup
damai dan harmonis dalam proses interaksi antara satu dengan yang
lainnya. Kedua konsep Integralisme, yakni dakwah harus dilakukan
secara komprehensif, dengan mempertimbangkan sudut-persoalan
dakwah, kemampuan, kapasitas, dan target-target dakwah yang lebih
realistik. Integralisme dakwah juga dipahami sebagai bentuk
pelaksanaan dakwah yang dilakukan secara terorganisir dan
manajerial.102
Mengenai konsep rahmatan lil „alamin (penebar kasih bagi
sekalian alam) menurut Muhyiddin, merupakan konsep agung dan
sentral dalam hubungan manusia dan proses interaksinya dalam
kehidupan di dunia ini. Masih menurut Muhyiddin, konsep ini bisa
dikatakan sebagai konsep kedua setelah tauhid. Apabila sentralitas
tauhid berhubungan dengan Tuhan, maka rahmatan lil „alamin
memiliki dominasi dalam kehidupan di dunia. Arah dan tujuan
dakwah hendaknya menebar nilai-nilai rahmah ini, baik dalam
penyampaian maupun dalam mengemas pendekatan-pendekatan
dakwah, karena misi Islam tidak bisa disampaikan dengan cara
pemaksaan.103
Dakwah merujuk pada fitrah manusia, karena dalam fitrah
itulah ada kebenaran yang diharapkan akan hadir pada diri mad’u> (objek dakwah), dan diterimanya dengan ketulusan. Dengan demikian,
aktivitas dakwah tidak ada paksaan dan tidak ada tipu muslihat yang
cenderung menghalalkan segala cara, baik melalui tindakan kekerasan,
intimidasi maupun kelicikan. Bentuk dakwah seperti ini identik
dengan aksi nyata yang dapat dirasakan keberadaannya untuk
101
Ismail R. Al-Faruqi, Louis Lamya Al-Faruqi, h. 221. 102
Asep Muhyiddin, “Dakwah Perspektif Al-Qur‟an,” dalam Kajian
Dakwah Multiperspektif, Teori, Metodologi, Problem dan Aplikasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. ke-1, h. 28-29. 103
Asep Muhyiddin, “Dakwah Perspektif Al-Qur‟an,” dalam Kajian
Dakwah Multiperspektif, Teori, Metodologi, Problem dan Aplikasi, h. 30.
64
kemaslahatan umat manusia, atau dikenal dengan dakwah bi al-h{a>l dan rah{matan lil ‘a>lami>n.
Istilah rahmatan lil‟ālamīn terdiri dari dua kata: rahmatan dan
al-„alamin yang dihimpit dengan huruf lam. Kata rahmatan merupakan
bentuk mas{dar dari rah{ima-yarh{amu, yang secara harfiah artinya: “al-riqqah wa al-ta’athuf” (kasih sayang
104 Al-Jurjani mengartikan kata
rahmah: “ira>dah is{a>l al-khair” (menghendaki datangnya kebaikan).105
Kata al-‘a>lami>n adalah bentuk jama’ dari kata ‘alam, yang biasa
dipahami dalam arti alam raya atau segala sesuatu selain Allah. Para
ulama ahli tafsir memahami kata ‘alam dalam arti kumpulan sejenis
makhluk Allah yang hidup, baik hidup sempurna maupun terbatas.
Jadi ada alam manusia, alam malaikat, alam jin, alam hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Adapun kata al-‘a>lami>n dipahami oleh para ulama
ahli tafsir dalam arti semua manusia.106
Sayyid Qut{b mengartikan rah{matan lil ‘a>lami>n dengan
“rah{matan bashariyyah”, yakni menjadi rahmat bagi kemanusiaan.
Kerasulan Nabi Muhammad saw menjadi rahmat bagi umat manusia,
sebab ia diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta.
Dengan demikian, seluruh umat manusia baik yang beriman maupun
ingkar, yang taat ataupun membangkang tetap mendapatkan rahmat
dari ajaran-ajaran Rasul berupa kebaikan dan kemaslahatan.107
Muhammad „Ali< al-S{abu>ni> menafsirkan rah{matan lil ‘a >lami>n
dengan “rah{matan li al-khalqi ajma’i>n” (رحمة للخلق أجمعين) , yaitu rahmat
bagi seluruh makhluk.108
Dengan kehadiran Rasulullah saw membawa ajaran Islam,
seluruh makhluk di alam semesta ini memperoleh rahmat. Dengan
rahmat itu, terpenuhilah hajat batin manusia untuk meraih ketenangan,
ketentraman, serta pengakuan atas wujud, hak, bakat dan fitrahnya,
sebagaimana terpenuhi pula hajat keluarga kecil dan besar,
104
Lihat Ibn Manzhur, Lisa>n al-‘Ara>b, (Kairo: Da>r al-Hadi>th, 2003
M/1423 H), Juz 4, h. 102. 105
Lihat Al-Syari>f ‘Ali> bin Muhammad al-Jurja>ni, Al-Ta’rifa>t, (Jakarta: Dar al-Kutu>b al-Islamiyah, 2012 M/1433 H), Cet. ke-1, h. 124.
106M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h: Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an, h. 480. 107
Sayyid Quthb, Tafsir fi> Z{ila<l al-Qur’an, h. 402. 108
Muhammad Ali al-Shabuni<<, S{afwat al-Tafa>si>r (Kairo: Dar al-
Shabuniy, 14 31 H/2009 M), Cet. Ke-1, h. 253.
65
menyangkut perlindungan, bimbingan dan pengawasan serta saling
pengertian dan penghormatan.109
Berdasarkan itu, rahmatan lil ‘a>lami>n dapat diartikan:
“mewujudkan segala sesuatu yang membawa maslahat dan manfaat
untuk kehidupan umat manusia”. Bila dikaitkan dengan dakwah, dapat
disimpulkan bahwa dakwah rah{matan lil ‘a>lami>n adalah aktivitas
mengajak dan merealisasikan ajaran-ajaran Islam dengan ramah,
santun, bersahabat, tidak menghujat serta partisipatif yang terwujud
dalam aksi nyata untuk kemaslahatan bagi umat manusia. Ini korelatif
dengan unsur utama dalam dakwah, yakni subyek (da<’i>) dan objek
(mad’u>) yang kedua-duanya adalah manusia. Maka dakwah ditujukan
untuk umat manusia, bukan untuk Tuhan, karena yang membutuhkan
sentuhan dakwah itu manusia.110
Rasulullah saw adalah sentral figur da‟i yang memiliki uswah
hasanah bagi kaum muslimin. Allah SWT mengutusnya sebagai
rahmat bagi alam semesta. Ditegaskan al-Qur‟an:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”. (QS al-Anbiya‟/21:107).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw
diutus sebagai seorang rasul untuk menjadi rahmat bagi seluruh umat
manusia. Dengan demikian, mereka yang menerima rahmat itu dan
meresponnya dengan sikap syukur, akan memperoleh kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat. Sedangkan mereka yang menolak serta
mengingkarinya, maka akan mengalami kerugian baik di dunia
109
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, h. 520.
110QS al-Baqarah/2:256 menegaskan: ‚Tidak ada paksaan dalam
(menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara
jalan yang benar dengan jalan yang sesat ... ‚. Dalam QS Ali Imran/3:144
dinyatakan: ‚Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu
beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kalian berbalik menjadi
murtad? Barangsiapa kembali murtad, maka ia tidak akan merugikan Allah
sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur‛.
66
maupun di akhirat kelak.111
Ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw
diutus Allah SWT dengan membawa ajaran yang mengandung
kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Hanya saja banyak manusia
yang berpaling, sehingga tidak merasakan kebahagiaan dalam urusan
agama maupun urusan dunia. Al-Qur‟an menggambarkan orang-orang
yang berpaling dari risalah Rasul sebagai berikut: “Tidakkah kamu
memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan
kekufuran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu
neraka Jahannam? Mereka masuk ke dalamnya, dan itulah seburuk-
buruk tempat kediaman”. (QS Ibrahim/14:28-29).
Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu
Hurairah, Rasulullah saw bersabda:
ح ا تعثت سح إ أتعث ىعاا، إ ى112
. “Sesungguhnya aku diutus tidak untuk menjadi pelaknat, melainkan
aku diutus untuk menjadi rahmat”. (Riwayat Muslim).113
Dalam
beberapa hadits, Rasulullah saw menjelaskan urgensi cinta kasih dan
solidaritas sosial kemanusiaan, antara lain:
1. Dari Anas ra, dari Nabi saw bersabda:
ا حة ىفس ، حت حة ألخ أحذم ال ؤ114
. “Salah seorang di antara kalian tidaklah sempurna imannya
sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri”. (Riwayat Bukhari, Nomor, 13).
2. Rasulullah saw bersabda:
اح اىش ، شح ح ا اىش اسح األسض ف ن شح اء، ف اىس
ح شجح اىش ، ح اىش ا ف طي طي الل ا قطع قطع الل
111
‘Imad al-Di>n Abi al-Fida’ Isma’il bin ‘Umar bin Kathi> \\\\\r al-
Qurashi> al-Dimashqi>, Al-Mis{bah al-Muni>r fi< Tahdzhi<b Tafsi<r Ibn Kathi\>r, (Riyad{: Da>r al-Sala>m: 1421 H/2000 M), Cet. Ke-2, h. 880.
112Abu al Husain Muslim bin al-Hajja>j al-Qusyairi> an-Naisabu>ri>,
S}ahih Muslim, (Beirut: Da>r al-Ihya’ al Turats al-‘Arabi>, 261 H.), Jilid 4,
Nomor 2599, h. 87. 113
‘Ima>d al-Di>n Abi al-Fida’ Isma’il bin ‘Umar bin Kathi> \\\\\r al-
Qurashi> al-Dimashqi>, Al-Mis{bah al-Muni>r Fi< Tahdzhi<b Tafsi<r Ibn Kathi\>r, h.
880. 114
Abu> ‘Abdilla>h Muhammad bin Isma>il al-Bukha>ri>, S}ahih al-Bukha>ri>, (tt: Da>r Thauqun al-Naja>h, 1422 H), Jilid 1, Nomor. 127. h. 37.
67
“Orang-orang yang menyebarkan kasih sayang akan dikasihi
Allah SWT. Maka sayangilah makhluk di bumi, niscaya yang di
langit akan menyayangi kalian. Kasih sayang adalah cabang
dari yang maha pengasih. Barangsiapa yang menyambungkan
kasih sayang tersebut, maka Allah akan menyambungkannya,
dan barangsiapa yang memutuskan kasih sayang, maka Allah
akan memutuskannya”. (RH. At-Turmidzi). 115
Dakwah rahmatan lil „alamin yaitu menyebarkan Islam
dengan menebar kasih sayang, bukan kekerasan dan pemaksaan, serta
mengedepankan sikap toleransi dan bijaksana. Dalam konteks
Indonesia, dakwah rahmatan lil „alamin tergambar pada aktivitas
dakwah para wali songo, yang ditampilkan dengan wajah yang ramah,
santun dan menyejukkan.116
Tujuan utama dari dakwah, yaitu
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di
akhirat. Hal ini identik dengan tujuan hidup yang dinginkan oleh
manusia, yakni terwujudnya kebaikan di dunia dan di akhirat.
Diungkapkan dalam sebuah doa: “Ya Tuhan kami, berikanlah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta jagalah kami dari
siksa neraka”. (QS. al-Baqarah/2:201).
Dakwah rahmatan lil „alamin sangat erat kaitannya dengan
cara pelaksanaan dakwah. Di dalam al-Qur‟an terdapat penjelasan
mengenai cara pelaksanaan berdakwah, yaitu surat al-Nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka menurut cara
yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang
sesat dari jalan-Nya, dan lebih mengetahui siapa orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
Ayat tersebut memberikan gambaran tentang tata cara
berdakwah dengan cara hikmah (da’wah bi al-h{ikmah). Kata al-
hikmah ditinjau dari sudut kebahasaan berarti: ‚al-‘Ilmu ma’a al-‘amal” (ilmu yang disertai amal). Sedangkan secara istilah, al-Shari>f
‘Ali< bin Muh{ammad al-Jurja>ni< mendefinisikan al-hikmah:
ا قح اىثششحاىحنح عي ثحث ف ع حقائق األشاء عي ا عي ف اىجد تقذس اىط
115
Abu> I>sa> Muhammad bin I>sa> bin Saurah at-Tirmidzi>, Sunan at-Tirmidzi, (Mesir: Maktabah , 1395 H.), Jilid 4, Nomor1924, h. 323
116Said Aqil Siradj dan Mamang Muhammad Haerudin, Jalan
Dakwah Rahmatan Lil ‘Alamin, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2015), Cet. Ke-1, h. 37-41.
68
“Hikmah ialah ilmu yang membahas tentang hakikat-hakikat segala
sesuatu yang ada menurut kadar kemampuan manusia”.117
Jika dikaitkan dengan dakwah, yang dimaksud segala sesuatu
(al-asyya‟) dalam definisi di atas adalah segala unsur yang tercakup
dalam pelaksanaan dakwah: isi dakwah; unsur manusia yang dihadapi;
unsur kondisi (ruang dan waktu); unsur bentuk dan cara dakwah yang
sesuai.
Al-Raghib al-Ishfahani merumuskan pengertian al-hikmah
tercapainya kebenaran berdasarkan ilmu إطا تح اىحق تاىعي اىعقو":
dan akal”.118
Dengan demikian, hikmah berarti kemampuan memilih
bentuk yang tepat dan mempergunakannya secara efektif.
Islam dihadirkan sebagai agama yang dapat memberikan
solusi untuk semua, baik kaum muslimin, non muslim, laki-laki,
perempuan, mayoritas maupun minoritas. Dakwah Rasulullah di
Madinah dapat menjadi contoh bagaimana berdakwah pada
masyarakat yang heterogen dan multikultural: ras, suku dan agama.
Dengan dakwah persuasif, Rasulullah saw dalam waktu singkat dapat
membangun basis Islam yang kuat dan peradaban modern masyarakat
Madinah. Fanatisme terhadap identitas kesukuan, perbedaan jenis
kelamin dan saling bertikai dalam dendam yang berkepanjangan
merupakan indikator yang melekat di kalangan masyarakat Madinah
sebelum kedatangan Rasulullah saw yang membawa Islam sebagai
rahmatan lil „alamin.
Prinsip koeksistensi untuk mengentaskan kemiskinan,
keterbelakangan, mengakhiri konflik, memajukan pendidikan,
menegakkan keadilan, menjunjung kebinekaan, serta anti terhadap
kekerasan harus dijadikan paradigma baru dakwah Islam.119
Rahmatan
lil‟alamin merupakan karakteristik Islam yang harus dijadikan prinsip
dalam berdakwah.
B. Gerakan Kemanusiaan (Humanitarian Movement)
Istilah „kemanusiaan‟ memiliki kaitan erat dengan tiga istilah,
yaitu humanity, humanism, dan humanitarianism. Ketiga kata ini
117
Al-Shari<f ‘Ali bin Muhammad al-Jurjani>, Al-Ta’rifat, h. 105. 118
Al-Raghib al-Ishfahaniy, Mu’jam Mufrada>t Alfa>z{ al-Qur’a>n,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1432 H/2010 M), h. 98. 119
Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin, Islam dan Urusan
Kemanusiaan. Konflik Perdamaian dan Filantropi, h. 62.
69
merupakan satu terminologi kemanusiaan yang memiliki makna dan
perkembangan yang berbeda di dunia. Berikut secara singkat
dijelaskan perkembangan ketiga istilah tersebut.
1. Humanitas
Jonathan Glover dalam buku yang berjudul “Humanity: A
Moral History of the Twentienth Century” mengungkapkan bahwa
konsep kemanusiaan muncul berawal dari banyaknya atrocities atau
kekerasan yang masih dalam tahap misleading. Pada awal abad ke-20,
kekerasan di suatu negara di pandang sebagai hal yang wajar.Muncul
mitos yang menyatakan bahwa sejarah manusia memang tidak terlepas
dari perang, pembunuhan, kejahatan dan kekerasan. Sejarah
kehidupan manusia selalu diiringi dengan kisah perang yang
mencerminkan bahwa dunia penuh dengan konflik.120
Namun
demikian, latar ini yang menyebabkan masyarakat Eropa mulai
mengakui adanya otoritas moral dan etika.
Muncul tokoh seperti Immanuel Kant (1724-1804 M) yang
mulai mengkritisi konsep manusia dan kemanusiaan. Menurutnya,
banyaknya kekerasan menyebabkan etika, moral, dan nilai-nilai agama
mulai dipertanyakan lagi. Ia menulis bahwa humanitas itu sendiri
merupakan sebuah harga diri, di mana pengakuan sebagai manusia
sangat dibutuhkan setiap individu dan selalu digunakan hingga akhir
waktu. Teori yang diungkapkan oleh Kant tersebut dikenal sebagai
teori moralitas, di mana dalam teori tersebut tindakan moral bukan
berarti sekedar melakukan hal yang benar, tetapi melakukan hal yang
benar demi melakukan hal yang benar itu sendiri, bukan
melakukannya karena hal tersebut benar atau cocok menurut diri kita.
Sebuah tindakan bisa dikategorikan sebagai tindakan moral apabila
tindakan tersebut muncul karena amal yang baik yang bisa
diuniversalkan sebagai hal yang baik.121
Konsep di atas menjadi landasan pemikiran konsep
kemanusiaan. Bahkan dalam artikel yang ditulis oleh Kenneth A.
120
Jonathan Glover, Humanity: A Moral History of the Twentieth
Century, (Connecticut:Jonathan Cape, 1999), h. 1-3. 121
Dalam Jonathan Glover, Humanity: A Moral History of the
Twentieth Century, 23. Lihat juga Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan
Hati Sejak Thales Sampai Chapra, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), h. 257.
70
Penman dan Samuel H. Adams, ditegaskan bahwa humanitas juga bisa
dianggap sebagai landasan pemikiran dari humanitarianisme, yang
dimana sifat kemanusiaan yang dimiliki oleh seseorang hakekatnya
adalah being kind, melakukan segala sesuatunya dengan pikiran,
respect dan memiliki rasa simpati kepada orang lain. Respect dan
simpati merupakan „human response‟ atau respon otomatis yang
dimiliki setiap manusia.122
Relasi antara humanitas dan humanitarian
akan di ulas pada subbab humanitarianisme.
2. Humanisme
Pada akar kata kedua, konsep kemanusiaan erat kaitannya
dengan istilah humanisme, yang mana secara historis, para ahli
sepakat bahwa humanismesebenarnya berasal dari kata latin
humanitas yang berarti pendidikan manusia. Dalam bahasa Yunani,
istilah ini lebih dikenal dengan “paideia” yang berarti pendidikan
yang fokus pada kebebasan sebagai tujuan utamanya.123
Menurut
Tony Davies, humanisme memiliki sejarah yang sangat kompleks,
mengandung banyak makna dan konteks. Sebagaimana halnya
rasionalisme dan liberalisme, humanisme juga terlahir sebagai anak
kandung renaisans. Masing-masing aliran tersebut memiliki target dan
tujuan berbeda. Jika rasionalisme merupakan proyek untuk
menegaskan eksistensi akal dan liberalisme adalah usaha untuk
membuka ladang persaingan yang kompetitif, maka humanisme secara
sederhana dapat dipahami sebagai upaya meneguhkan sisi
kemanusiaan.124
Sedangkan menurut Falk &Farer, kemanusiaan
adalah paham tentang kebebasan manusia, dan yang terpenting bagi
manusia adalah kemanusiaannya itu sendiri.125
Ali Syariati mengartikan humanisme sebagai suatu mazhab
yang intinya adalah kebebasan dan kesempurnaan manusia sebagai
makhluk utama yang didasarkan pada respon terhadap kebutuhan-
122
Kenneth A. Penman & Samuel H. Adams, “Humane, Humanities,
Humanitarian, Humanism,” di akses pada 20/08/2016. 123
Donald M. Borchet (ed.) Encyclopedia of Philosophy, Vol. 4,
Second Edition, (Farmington Hills: Thompson Gale, 2006), h. 477. 124
Tony Davies, Humanism, (London: Routledge, 2001), h. 2. 125
W.D Falk and Austin W. Farrer, “Humanism,”The Personalist
Forum, Vol. 5, No. 2, (1989): 69-81, h. 70.
71
kebutuhan yang membentuk keistimewaan manusia.126
Alasan pokok
mengapa humanisme memajukan kultus pada manusia adalah karena
agama-agama di masa lalu merendahkan kepribadian manusia,
meremehkan posisinya di atas dunia, memaksanya agar
mengorbankan dirinya di hadapan para dewa dan Tuhan.127
Pendapat
ini sebenarnya merupakan kesimpulan Syari‟ati terhadap pandangan
beberapa pemikir barat tentang arti humanisme yang cenderung
beraliran liberalis, marxis dan ekstensialis, di samping agama.
Sejarah menunjukkan bahwa pandangan humanisme berasal
dari Yunani Kuno, yaitu ketika Sokrates mengarahkan filsafatnya
pada kesadaran etik bagaimana cara meningkatkan martabat manusia
sebagai individu dan masyarakat. Inilah esensi dari perhatian
humanisme yang membentuk sejarah pemikiran dan kebudayaan
Eropa. Pada masa renaisans,128
manusia mulai diakui eksistensinya
dan dihargai sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk
mengatur dunianya.129
Sebagai reaksi terhadap dominasi agama atas
126
Ali Syari‟ati, Kritik Islam Atas Marxisme dan Sesat-Sesat Pikir
Barat Lainnya, Cet. Ke-1, (Bandung:Mizan, 1983), h. 52. 127
Ali Syari‟ati, Tugas Cendekiawan Muslim, Cet. Ke 2, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 1. Lihat juga Mashadi, “Pemikiran dan
Perjuangan Ali Syari‟ati,” Jurnal Al- Ulum, Vol. 11, No. 1, (Juni 2011): 115
– 138, h. 116. 128
Zaman renaissance sering disebut sebagai sebagai zaman
humanisme, sebab pada abad pertengahan manusia kurang dihargai sebagai
manusia, kebenaran diukur berdasarkan kebenaran gereja, bukan menurut
yang dibuat oleh manusia. Dengan demikian ciri utama renaissance adalah
humanisme, individualisme, lepas dari agama. Manusia sudah mengandalkan
akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan pengetahuan,
meskipun harus diakui bahwa filsafat belum menemukan bentuk pada zaman
renaissance, melainkan pada zaman sesudahnya, yang berkembang pada
waktu itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains
yang kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkan agama kristen karena
semangat humanisme. Fenomena tersebut cukup tampak pada abad
modern.Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia
mempunyai kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka
humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur
dunianya.Lihat Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales
Sampai Chapra, h. 126-127. 129
Humanisme dan renaissance adalah dua gerakan yang tidak bisa
dipisahkan, dan mempunyai keterkaitan yang erat. Humanisme bertujuan
72
rasionalitas manusia, seperti yang terjadi pada abad pertengahan,
muncul pandangan yang menekankan pada otoritas atau kedaulatan
manusia, yakni gerakan humanis. Gerakan humanis bertujuan untuk
keluar dari dominasi agama dan mengajarkan bahwa manusia pada
prinsipnya adalah makhluk bebas dan berkuasa penuh atas eksistensi
dan masa depannya.130
Humanisme Sokrates tersebut mempengaruhi awal agama
Kristen yang berusaha memasukan pemikiran terbaik tradisi Yunani
dan Yahudi. Humanisme Barat lahir dari pemberontakan terhadap
kekuasaan Gereja yang bersifat dogmatis pada abad Pertengahan.
Pandangan antroposentris beranggapan bahwa kehidupan tidak
berpusat pada Tuhan tapi pada manusia. Etosnya adalah semangat
menghargai nilai-nilai yang dibangun oleh manusia sendiri. Peradaban
antroposentris menjadikan manusia sebagai tolok ukur kebenaran dan
kepalsuan, untuk memakai manusia sebagai kriteria keindahan dan
untuk memberikan nilai penting pada bagian kehidupan yang
menjanjikan kekuasaan dan kesenangan manusia.131
”Dengan dasar
ini, humanisme Yunani, melalui penyangkalan terhadap dewa-dewa,
ketidak-percayaan pada pemerintahan mereka dan pemutusan
hubungan antara manusia dan syurga, berjuang untuk sampai pada
alam antroposentris untuk menjadikan manusia sebagai batu ujian
kebenaran dan kepalsuan, untuk memakai manusia sebagai kriteria
untuk menggebrak kebekuan gereja yang memasung kebebasan, kretifitas dan
nalar manusia, sedangkan renaissance adalah pendobrakan manusia untuk
setiadankonstan dengan jatidirinya. Dengan kata lain, manusia mulai
memiliki kesadaran-kesadaran baru yang mengedepankan nilai dan keluhuran
manusia. Lihat Aisyah, “Humanisme dan Renaissance dalam Pandangan
Filsafat,”Jurnal Al-Fikr, Vol. 17, No. 3 (2013):5-6. 130
Ada tiga aspek dari humanism renaissance: pertama, pemutusan
dengan masa lalu, yaitu budaya abad pertengahan; kedua kembali kepada
sumber, yaitu budaya Yunani dan Romawi; dan ketiga, kesinambungan
dengan zaman waktu itu. LihatM. Sastrapratedja, “Setelah Limaratus Tahun,
Berakhirkah Humanisme?”Jurnal Diskursus, Jurnal Filsafat dan Teologi
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Vol. 2, No. 2. (Oktober 2003): 1-2. 131
Ali Syari‟ati, Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat-Pikir Barat
Lainnya, h. 56. Lihat juga Muhammad Nur, “Rekonstruksi Epistemologi
Politik: Dari Humanistik Ke Profetik,” Jurnal Asy- Syir‟ah, Vol. 48, No. 1,
(Juni 2014): 131-159, h. 153.
73
keindahan dan memberikan nilai penting pada bagian kehidupan yang
meningkatkan kekuatan dan kesenangan manusia.”132
Namun demikian, saat ini konsep humanisme tidak lagi
dihubungkan dengan kebudayaan Romawi dan Yunani Kuno.
Humanisme berkembang menjadi gerakan lintas budaya dan universal,
dalam arti berbagai sikap dan kualitas etis dari lembaga-lembaga
politik yang bertujuan membentengimartabatmanusia. Dalam
perkembangannya, humanisme terbagi dua; humanisme religius dan
humanisme sekuler. Keduanya memiliki kesamaan prinsip, yakni
sama-sama berusaha agar eksistensi manusia diakui.Humanisme
sekuler lebih menekankan aspek kemanusiaan secara menyeluruh,
didasarkan pada kebebasan dan kesempurnaanya,sedangkan
humanisme religius mendasari pemikirannya pada aspek moral dan
spiritual.
Humanisme sekuler tidak menjadikan spiritualitas agama
sebagai hal yang penting dalam kehidupan manusia. Para pemikir-
pemikir sosial abad ke-19, seperti Auguste Comte (1798-1857 M),
Karl Marx (1818-1883 M), Herbert Spencer (1820-1903 M), Sigmund
Freud (1856-1939 M), Emile Durkheim (1858-1917 M), dan Max
Weber (1864-1920 M); pada umumnya meyakini bahwa agama secara
berangsur-angsur akan hilang dan menjadi sesuatu yang tidak penting
terutama bagi masyarakat industri (modern), karena masyarakat
industri (modern) diproyeksikan untuk berorientasi sekuler.133
Humanisme sekular, yang oleh Syari‟ati disebut sebagai humanisme
ateis barat, menyingkirkan Tuhan sebagai basis moral dan
menggantinya dengan suara hati nurani, menganggap bahwa manusia
sebagai makhluk yang di dalam dirinya telah memiliki kesadaran
moral yang bersumber dari karakter asli kemanusiaannya.Sampai di
situ, kesadaran moral bukan lagi keluar dari kedalaman tabiat
manusia, tetapi diubah bentuknya menjadi kesadaran sosial yang
berakar dalam aspek lingkungan sosial manusia yang selalu berubah.
132
Ali Syari‟ati, Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat-Pikir Barat
Lainnya, h. 56. 133
Pippa Noris dan Ronald Inglehart, Sacrad and Sekular: Religion
and Politics Worldwide, (New York: Cambridge University Press, 2004), h.
3-5.
74
Jadi moral menjadi rangkaian nilai suci dan transendental menjadi
korban pergolakan dan hampir terhapuskan.134
Berbeda dengan humanisme sekuler, humanisme religius
adalah sebuah gerakan yang muncul dari hasil diskusi beberapa filsuf,
guru, penulis dan rohaniawan yang mengadakan diskusi seputar
pentingnya humanisme di dalam agama. Sebagai istilah, humanisme
religius tergolong baru, namun akar-akarnya dapat ditelusuri jauh ke
dalam lubuk agama-agama. Tidak diragukan lagi, pemimpin besar
agama seperti Buddha, Konfusius, Yesus dan Muhammad telah
membuat kontribusiyang substansial dari sisi etika terhadap tradisi
humanis.Jika menengok kepada pembahasan sebelumnya tentang
humanisme, terdapat kesatuan yang menyenangkan antara agama dan
humanisme, khususnya selama masa renaissance, tetapi kemudian
beberapa filosof abad pencerahan seperti Dennis Dederot, Voltaire,
Baron d‟Holbach, David Hume dan lain-lain, mempersoalkan
penyatuan antara agama dan humanisme pada masa ini. Mereka
merasa ada yang salah dalam persekutuan Kristen dan humanisme
oleh sebab kekuasaan pemerintahan dikontrol oleh Kristen. Karena
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pemimpin Kristen, maka para
filosof pencerahan menginginkan adanya perbaikan-perbaikan
kesalahan-kesalahan ini dengan meletakan pemerintahan di atas
landasan hak-hak asasi manusia.135
Tokoh-tokoh seperti John Dewey, Roy Wood Sellars,
Muhammad Iqbal, Mohammed Arkoun, Ali Shari‟ati, dan lain-lain
menyadari adanya elemen humanisme dalam agama; Yesus mencintai
umat manusia, semua agama seperti Islam juga sangat perhatian pada
kemanusiaan. Para humanis religius ini mengakui bahwa agama dalam
kebudayaan manusia hadir untuk membantu manusia dalam rangka
mengatasi egoisme (self centeredness) yang mengasingkan diridari
dan dari jiwa yang lebih dalam. Sehingga ciri dari konsep humanisme
religius adalah selalu menyerukan ketertundukan kepada Tuhan
134
Ali Syari‟ati, Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat-Pikir Barat
Lainnya, h. 61. 135
Jon Avery dan Hasan Askari, Menuju Humanisme Spiritual
Kontribusi Perspektif Muslim Humanis, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h.
6-7.
75
sebagai asas paling tinggi, namun tetap memberikan penghargaan
terhadap martabat manusia.136
Meskipun sebagai aliran filsafat, humanisme memiliki
pandangan yang menganjurkan manusia untuk memiliki sifat
filantropis yang mengedepankan persahabatan, kepedulian,
kebersamaan dan sebagainya antar sesama manusia,137
namun jika
tidak dilandaskan pada nilai-nilai religius, konsep ini dapat merebut
keseluruhan moral manusia dari agama, sehingga memungkinkan
perkembangan dan pertumbuhan ruhaniah atas dasar kebajikan moral
semata tanpa kepercayaan pada Tuhan.138
Hossen Nasr berpandangan
bahwa humanisme spiritual dapat menjadi alternatif dalam
menghadapi fenomena sosial yang semakin kompleks. Spiritualitas
agama menjadi hal yang penting untuk membangun institusi sosial,
sebab humanisme sekular yang menafikan sisi spiritual dan
humanisme religius yang cenderung dipahami doktrinal belum cukup
menjadi filosofi hidup masyarakat, karena belum dapat sepenuhnya
mengangkat harkat dan martabat eksistensi manusia yang
sebenarnya.139
3. Humanitarianisme
Humanitarianisme menurut Soedjatmoko merupakan
kelanjutan dari humanisme dan memiliki orientasi dasar ke arah
kebebasan dan kesejahteraan manusia.140
Namun demikian,
136
M. Amin Abdullah, “Humanisme Religius versus Humanisme
Sekuler: Menuju Sebuah Humanisme Spiritual,” dalam Islam dan
Humanisme: Aktualisasi Humanisme Islam di Tengah Krisis Humanisme
Sekuler, ed. Kamdani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 189-190. 137
Masduki, Humanisme Spiritual, h. 30. 138
Ali Syari‟ati, Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat-Pikir Barat
Lainnya, h. 62. 139
Masduki, Humanisme Spiritual, 26. Lihat juga Sayyed Hossein
Nasr, The Encounter of Man and Nature, h. 17. 140
Soedjatmoko, “Humanitarianism: An Ethical Framework of
Human Solidarity,” dalam Kathleen Newland & Kemala Chandrakirana
Soedjatmoko (ed.), Transforming Humanity: The Visionary Writings of
Soedjatmoko (Connecticut: Kumarian Press, 1994), 186, dalam Siswanto
Masruri, “Menuju Humanitarianisme: Studi Evolusi Pola Pemikiran
Kemanusiaan Soedjatmoko,” Disertasi, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2002, h. 2.
76
humanitarianisme berbeda dengan humanisme. Humanisme adalah
suatu aliran masa renaisans yang ditujukan terutama kepada sastra
klasik (Latin dan Yunani), sejarah, dan cinta tanah air dalam
pemikirannya.
Jika humanisme muncul banyak disebabkan oleh keinginan
untuk melepaskan diri dari dominasi agama, maka kelahiran
humanitarianisme justeru dilatarbelakangi oleh semangat agama. Jika
dalam perkembangannya humanisme ingin mendekatkan diri kepada
agama, humanitarianisme tetap mengedepankan dan peduli terhadap
nilai-nilai agama.141
Secara sederhana, humanitarianisme adalah
doktrin yang menekankan kesejahteraan manusia. Humanitarianisme
muncul pada abad ke-18, namun lebih dikenal pasca berakhirnya era
perang dingin, sekitar akhir abad ke-20.142
Kata “Humaniter” yang berarti kemanusiaan, memiliki
cakupan makna yang luas, antara lain: upaya untuk menyejahterakan
manusia; etika kebaikan, kebajikan, dan sikap simpatik kepada sesama
manusia tanpa membedakan ras, warna kulit, golongan, bangsa dan
agama.143
Secara universal, humanitarianisme memiliki empat prinsip
yang diadopsi oleh hampir seluruh aktor-aktor kemanusiaan yaitu;
humanity, impartiality,neutrality, dan independence.144
a. Prinsip humanity bertujuan untuk melindungi kehidupan dan
kesehatan dan menjamin penghormatan terhadap manusia, sebab
penderitaan manusia harus diatasi di manapun ketika ditemukan,
dengan perhatian khusus pada kelompok yang paling rentan
(vulnerability), seperti anak-anak, perempuan, para pengungsi
141
Ephraim Isaac, “Humanitarianism across Religion and Cultures,”
dalam Thomas G. Weiss & Larry Minear (ed.), Humanitarianism across
Borders: Sustaining Civilians in Times of War(London: Lynne Rienner
Publishers, 1993), h. 14. 142
Michael Barnett & Thomas G. Weiss, “Humanitarianism: A Brief
History of the Present,” dalam Michael Barnett & Thomas G. Weiss (ed.),
Humanitarianism in Question: Politics, Power Ethics, (London: Cornell
University Press, 2008), h. 1. 143
Michael Barnett & Thomas G. Weiss, “Humanitarianism: A Brief
History of the Present,” h. 8. 144
Lihat Unocha, “OCHA on Message:Humanitarian Principles,”
dalam
https://docs.unocha.org/sites/dms/Documents/OOM_HumanPrinciple_Englis
h.pdf, di akses pada 04/03/2017.
77
dan orang tua. Setiap orang memiliki hak dan martabat yang
harus dihormati dan dilindungi. Pekerja kemanusiaan harus
mempertahankan kemampuan mereka untuk mendapatkan
sekaligus mempertahankan akses ke semua penduduk yang rentan
agar akses tersebut dapat dnegosiasikan dengan semua pihak
dalam konflik maupun tidak.
b. Prinsip neutrality yaitu aktor humanitarian action tidak boleh
berpihak dalam permusuhan atau terlibat dalam permasalahan
yang bersifat politik, ras, agama atau ideologi. Transparansi dan
keterbukaan prinsip utama untuk menjaga netralitas. Neutrality
untuk sebuah organisasi ini didasarkan pada pendekatan HAM
meskipun hal ini menjadi tantangan untuk mengatasi kekerasan
HAM. Neutrality bukan pembenaran untuk memaafkan impunitas
atau menutup mata terhadap pelanggaran HAM berat.
c. Prinsip impartiality yaitu aksi kemanusiaan harus dilakukan atas
dasar mandiri, memberikan prioritas kepada kasus yang paling
mendesak marabahaya dan tidak membuat perbedaan atas dasar
kebangsaan, ras, jenis kelamin, keyakinan agama, kelas atau
pendapat politik. Hal ini dimaksudkan bahwa bantuan
kemanusiaan itu diberikan ke semua orang yang menderita,
berdasarkan pada kebutuhan mereka dengan sesuai dan tepat
sasaran. Hak asasi manusia adalah dasar dan kerangka kerja
untuk penilaian kebutuhan. Prinsip ini meliputi proporsionalitas
(ketika sumber daya tidak cukup, maka mereka yang paling
terkena dampak harus menjadi prioritas) serta prinsip
nondiskriminasi (tidak ada yang harus mengalami diskriminasi
berdasarkan jenis kelamin, usia, etnis, identitas, dll).
d. Prinsip independence yaitu aksi kemanusiaan harus bebas dan
bersih dari tujuan politik, ekonomi, militer atau lainnya yang
berkaitan dengan bidang di mana tindakan kemanusiaan sedang
dilaksanakan. Pada umumnya pelaksanaan aksi kemanusiaan
pasti melibatkan stakeholder yaitu penerima manfaat, otoritas
nasional / lokal, donor dan lembaga bantuan. Dalam hubungan
ini, NGO harus bersifat otonom bertanggung jawab untuk
penerima manfaat dan tidak terpengaruh oleh politik dari pemberi
donor maupun otoritas nasional.
Keempat prinsip tersebut secara garis besar menjadi landasan
bagi para pekerja kemanusiaan dalam melakukan aksi-aksi
kemanusiaan. Namun tidak menutup kemungkinan bagi aktor NGO
78
untuk mengembangkan prinsip-prinsip yang lain di luar humanitarian
principles, untuk dirumuskan dan diimplementasikan ke dalam peran
yang mereka jalani sebagai NGO yang bergerak di bidang
kemanusiaan. Mengenai prinsip-prinsip ini, Thomas G. Weiss & Larry
Minear memiliki pandangan tersendiri tentang realisasi beberapa
prinsip-prinsip etis pada humanitarianisme, antara lain:
a. Pembebasan; membebaskan manusia dari penderitaan yang
mengancam kehidupan (relieving life-threatening suffering).
b. Kemerdekaan; merdeka dari intervensipenguasapolitik
(independence).
c. Non-partisipan; tidak ada keberpihakan yang mengedepankan
agenda-agenda politik sektarian (non-participant-ship).
d. Akuntabilitas; bertanggung jawab dan transparan pada publik
(accountability).
e. Proporsionalitas; memiliki ketegasan pandangan bahwa
kehidupan manusia berharga di suatu bagian dunia, dan
berharga pula di bagian dunia lainnya (proportionality to
need).
f. Kompatibilitas; sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
dalam upaya pengembangan sumber-sumber yang ada
(appropriateness).
g. Kontekstualitas; berpedoman pada pandangan komprehensif
tentang kebutuhan yang menghargai hak-hak asasi manusia,
dan memberikan infomrasi penting tentang sebab-sebab
konflik (contextualization).
h. Kedaulatan; penangguhan kedaulatan demi pembebasan
manusia dari penderitaan yang mengancam kehidupan
(subsidiary of sovereignty).145
Pertama kali prinsip-prinsip tindakan kemanusiaan diadopsi
secara formal pada tahun 1965, ketika gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional mendukung kemanusiaan,
ketidakberpihakan, netralitas, independensi, kesatuan, sukarela
pelayanan dan universalitas sebagai prinsip mendasarnya. Prinsip ini
tertulis dalam Konvensi Jenewa 1864, Meskipun dalam perjalanannya
145
Thomas G. Weiss & Larry Minear (ed.), Humanitarianism across
Borders: Sustaining Civilians in Times of War, (London: Lynne Rienner
Publishers, 1993), 6-7.
79
membutuhkan proses belajar dan trial and error selama satu abad
dalam prakteknya, sampai pada kemanusiaan modern.146
Berdasarkan hal ini, maka Humanitarianisme barat kegiatan
yang berhubungan dengan masalah-masalah yang terkait dengan
bantuan kemanusiaan.
C. Aksi Kemanusiaan dalam Perspektif Religious NGO
Isu mengenai bencana sejak dahulu hingga saat ini menjadi
persoalan yang selalu menyita perhatian. Jika dahulu penanganan
bencana hanya dilakukan dalam lingkup dan skala yang kecil di suatu
wilayah atau negara, maka penanganan bencana dewasa ini telah
melibatkan banyak aktor, tidak hanya peran negara yang menjadi
sorotan disana, namun aktor non-negara seperti organisasi
internasional, kelompok masyarakat, MNC/ TNC, media massa juga
memiliki ruang tersendiri. Relasi antara aktor tersebut dalam isu
bencana dapat dijelaskan sebagai hubungan antara negara penerima
donor dan lembaga pendonor. Fenomena ini memperlihatkan
menguatnya solidaritas transnasional dalam merespon terjadinya
bencana. 147
Selanjutnya, globalisasi telah menyebabkan bencana, tidak
lagi menjadi persoalan lokal semata, namun telah menjadi masalah
global. Isu bencana dewasa ini telah menjadi isu yang melewati lintas
batas negara. Misalnya, bencana kabut asap di sebuah negara akan
mempengaruhi kondisi politik dan ekonomi negara lain, khususnya
negara tetangga. Bencana yang terjadi di negara tertentu saat ini telah
menjadi perhatian masyarakat dunia sehingga pada setiap terjadinya
bencana, bantuan kemanusiaan dari lembaga-lembaga internasional,
baik yang berasal dari negara, perusahaan transnasional atau
organisasi internasional, selalu hadir di wilayah bencana.148
Selain bencana yang disebabkan oleh factor alam, bencana
yang juga cukup menyita perhatian dan membutuhkan penanganan
146
Redaksi, “Hukum Kemanusiaan,” dalam
www.icrc.org/en/document/pakistan-conference-humanitarian-action-light-
sharia-andinternational-hukum kemanusiaan, diakse 7 Mei 2018. 147
Anita Afriani Sinulingga, “Isu Bencana dan Prinsip-Prinsip
Humanitarian Dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional,” Andalas Journal
of International Studies, Vol. 5, No. 1 Mei Tahun 2016, h.18. 148
Anita Afriani Sinulingga, “Isu Bencana dan Prinsip-Prinsip
Humanitarian Dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional,” h. 18
80
adalah bencana yang ditimbulkan akibat konflik. Konflik yang terjadi
akibat kepentingan kelompok- kelompok tertentu, selalu menimbulkan
kerusakan dan melanggar kemanusiaan. Realitas sosial konflik dalam
skala besar sungguh mengerikan dan merenggut beribu-ribu nyawa
manusia. Kenyataan sosial semacam ini menantang seluruh umat
manusia untuk menghadapi dan menyelesaikannya.149
Sebagai tanggapan atas krisis buatan manusia dan alam di
seluruh dunia dan terutama di negara-negara Muslim, Liga Dunia
Muslim, dengan dukungan penuh dari Arab Saudi, membentuk
Organisasi Urusan Islam Internasional (IRO). Contoh lembaga amal
keagamaan lain yang disponsori oleh negara adalah Qatar Charity dan
the Asian Muslim Charity Fund (AMCF) di Uni Emirat Arab.
Asosiasi multiguna tersebut beroperasi di seluruh dunia untuk
menyediakan bantuam bagi orang-orang miskin dan untuk mendukung
menyebarkan syiar Islam (dakwah), dan untuk melakukan proses
pengislaman kembali.150
Di negara-negara Barat yang sudah maju
seperti Australia dan Amerika Serikat, negara dapat mensponsori
agensi-agensi yang juga bekerja untuk membantu dan
mengembangkan proyek yang dijalankan di negara berkembang.
Sebagai bukti, program dan aktivitas yang telah berjalan puluhan
tahun, yaitu AUSAID (Australia), (USAID) (Amerika Serikat), dapat
bekerja sama dengan lembaga keagamaan, meskipun kenyataannya
agensi tersebut tidak mendukung program syiar keagamaan dan hanya
membantu sebatas solidaritas kemanusiaan.151
Menelaah dinamika asosiasi sukarelawan berbasis keagamaan
di berbagai negara Arab, Amani Kandil menyarankan bahwa negara
memiliki sekurang-kurangnya dua peran: Pertama, menyediakan
payung hukum dan kondisi atmosfir yang kondusif untuk
perkembangan sektor sukarela; dan kedua, membentuk pola praktek
149
Martino Sardi, Bertindak Aktif Tanpa Kekerasan Demi
perdamaian yang Berkesinambungan, dalam Hilman Latief…, Islam dan
Urusan Kemanusiaan, h. 197. 150
Lihat Abdel-Rahman Ghandour, “Humanitarianism, Islam and the
West: Contest or Cooperation,” dalam
http://www.odihpn.org/report.asp?ID=2582, diakses 2008. 151
Hilman Latief, Islamic Charities and Social Activism Welfare,
Dakwah dan Politics in Indonesia, h. 45.
81
sukarela diantaranya dengan memberikan dukungan publik dan
mengakui program sukarelawan.152
Sejarah perkembangan NGO di mulai sejak abad ke-17 di
Inggris yang merupakan tradisi untuk membangun organisasi
masyarakat dalam membantu dan mendorong penyelesaian krisis di
masyarakat. Aktor-aktor utamanya berasal dari kalangan agamawan
dan pihak swasta profesional. Tradisi ini menguat pada perang dunia
ke satu dan ke dua di awal abad ke-20, dengan lahirnya berbagai NGO
internasional di Eropa untuk penanggulangan krisis akibat perang,
seperti kelaparan, kemiskinan, pengungsian, pelarian politik,dan
kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh negara terhadap
masyarakat153
.
Sejarah Barat mengungkap bahwa partisipasi timbul dari
kalangan bawah, dan masyarakat yang gelisah. Gejala itulah yang
dilihat oleh Alexis de Tocqueville pada tahun 30-an abad ke-19, yakni
timbulnya perkumpulan dan perhimpunan sukarela (voluntary
association). Perkumpulan dan asosiasi itulah yang kemudian menjadi
“sokoguru masyarakat” (civil society). Dan apa yang disebut oleh
Tocqueville itu tak lain adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
yang dalam masyarakat Barat ini disebut sebagai Non Goverment
Organisation (ORNOP, Organisasi Non Pemerintah) dan perkumpulan
sukarela (voluntary association).154
Berdasarkan tujuan dan motivasinya organisasi kemanusiaan,
dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu organisasi kemanusiaan
sekuler dan religius. NGO atau LSM kemanusiaan sekuler, bidang
pelayanannya umumnya dicirikan pada bidang perlindungan
lingkungan, keadilan sosial, bantuan kemanusiaan, pendidikan,
budaya dan bidang pekerjaan. Namun demikian, sekuler tidak berarti
bahwa seseorang tidak dapat mengambil pendekatan religius untuk
bekerja di bidang ini. Pada sebagian besar LSM religius merumuskan
tujuan mereka di dalam bidang pekerjaan seperti perlindungan
152
Amani Kandil, “Civic Service in the Arab Region,” Non-Profit
and Voluntary Sector Quarterly, Vol. 33, No. 4 (Desember 2004), h. 46. 153
David Korten, Getting to the 21st Century: Voluntary Action
and the Global Agenda, (West Hartford : Kumarian Press, 1990). 154
David Korten, “Third Generation NGO Strategies: A Key to
People-centered Development, World Development, 15 (Supplement),
Autumn, 1987, h. 145–59.
82
lingkungan, keadilan sosial, bantuan kemanusiaan, pendidikan dan
budaya. Namun, berdasarkan religiusitas mereka, mereka juga
mengenalkan bidang kerja baru yaitu promosi religius, yang dipahami
di sini sebagai berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penguatan
atau promosi agama.155
Religious NonGovermental Organization (RNGO) atau yang
biasa disebut “LSM agama" identitas dan misinya secara sadar berasal
dari ajaran satu atau lebih tradisi agama atau spiritual dan yang
beroperasi pada dasar nirlaba, independen, dan sukarela untuk
mempromosikan dan mewujudkan ide-ide yang diartikulasikan secara
kolektif tentang kepentingan publik di tingkat nasional atau
internasional.156
Organisasi – organisasi kemanusiaan yang menjaga afiliasi
mereka dengan agama tertentu sering disebut faith-based NGO (FBO)
atau LSM keagamaan. FBO adalah “setiap organisasi yang mengambil
inspirasi dari ajaran dan prinsip-prinsip agama tertentu.” Selain itu,
biasanya FBO terhubung dengan lembaga agama seperti gereja atau
masjid; sementara, di sisi lain, FBO juga secara terbuka menyatakan
misi keagamaan mereka.157
Sebelumya selama beberapa dekade, agama telah diabaikan
oleh para praktisi dan peneliti pembangunan atau bantuan
kemanusiaan.158
Faktanya, menurut sosiolog Kurt Alan ver Beek,
agama adalah sebuah hal yang mustahil untuk berkembang‟. Verbe
Beek telah mengkaji tiga jurnal paling terkenal tentang pengembangan
dan bantuan kemanusiaan pada tahun 1982 hingga 1998, namun ia
hanya menemukan sedikit referensi bertema keagamaan dan itupun
bukanlah topik utamanya. Kurt kemudian menyimpulkan bahwa tidak
satupun Lembaga Pembangunan dan NGO memiliki kebijakan
155
Marie Juul Petersen, International Religious NGOs at The United
Nations: A Study of a Group of Religious Organizations , h. 1. 156
Julia Berger, Religious Nongovernmental Organizations: An
Exploratory Analysis, http://www.jstor.org/stable/27927824, diakses 08
Januari 2014, pukul: 14.51 WIB. 157
Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin, Islam dan Urusan
Kemanusiaan…, h. 38. 158
Marie Juul Petersen, International Religious NGOs at The United
Nations: A Study of a Group of Religious Organizations, h. 1.
83
tentang agama atau spiritualitas.159
Hal ini bukanlah sesuatu yang baru
karena bagi para praktisi dan peneliti sekuler, agama bukan bagian
yang penting dalam aktifitas pembangunan maupun bantuan
kemanusiaaan.
Beberapa tahun terakhir, hal tersebut tidak lagi menjadi
mustahil. Bahkan, ada yang mengatakan agama itu telah menjadi
mode. Topik keagamaan dibahas dalam acara-acara besar NGO, hal
ini terbukti dengan semakin banyak peneliti yang tertarik pada
membicarakan soal agama di berbagai konferensi, seminar, artikel,
laporan, dan buku-buku yang membahas tema keagamaan. Ada
sejumlah alasan dalam 'transformasi agama' bagi sarjana dan praktisi
yang berurusan dengan pembangunan dan bantuan kemanusiaan.
Pertama, banyaknya peristiwa dan fenomena membuktikan
pentingnya agama dalam kehidupan masyarakat. Terbukti pada
Revolusi Iran 1979, munculnya hak Injil sebagai kekuatan politik di
Amerika Serikat, peran gereja Katolik dalam transisi demokrasi di
Eropa Timur, dan pertumbuhan gerakan Pantekosta di Amerika Latin,
dan akhirnya muncul Islamisme militan.160
Dalam matriks dinamis dari jaringan organisasi kompleks
yang merupakan masyarakat sipil global, munculnya RNGO nasional
dan internasional menantang gagasan bahwa tatanan global yang
muncul akan menjadi murni sekuler. Ada semakin banyak bukti di
antara pemerintah dan ekonom tentang pemulihan hubungan ideologi
agama dan sekuler di ruang publik, yang sebagian besar didorong oleh
pengakuan akan batas-batas pendekatan sekuler murni pada solusi dari
masalah ekonomi, lingkungan, dan sosial dunia. Contoh terbaru
termasuk pertemuan World Faiths and Dialog Development 1998
yang diselenggarakan bersama oleh Uskup Agung Canterbury dan
Presiden Bank Dunia, serta keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk menjadi tuan rumah KTT Perdamaian Agama dan Pemimpin
Spiritual Milenium Dunia.161
159
Kurt Alan Ver Beek, ‟Spirituality: a development taboo‟,
Development in Practice, vol. 10, no. 1 (2000), h. 31. 160
Marie Juul Petersen, International Religious NGOs at The United
Nations: A Study of a Group of Religious Organizations, h.1. 161
Julia Berger, “Religious Nongovernmental Organizations: An
Exploratory Analysis,” diakses 08 Januari 2014.
84
Kedua, ada peningkatan dramatis dalam jumlah dan
visibilitas organisasi keagamaan yang terlibat dalam pembangunan
dan bantuan kemanusiaan, atau Organisasi Berbasis Agama (Faith
Based Organization/FBO). Sebagaimana sering dibahas, organisasi
keagamaan bukanlah penemuan baru. Sepanjang sejarah terdapat
Rumah Sakit Katolik, Yayasan Islam, dan biara-biara Buddha,
beberapa diantara mereka memberikan bantuan kepada orang miskin.
Beberapa tahun terakhir, organisasi keagamaan kontemporer seperti
itu tampaknya telah mencapai keunggulan tertentu. Di AS misalnya,
dana pemerintah untuk FBO hampir dua kali lipat dari 10,5 persen
pada tahun 2001 hingga 19,9 persen pada 2005. Demikian juga, dana
NGO internasional terbesar pada sektor keagamaan memiliki
anggaran tahunan 1,6 miliar dolar AS. Selain itu, NGO Muslim di
sana bangkit, dan secara lokal, asosiasi keagamaan dan organisasi
masyarakat sering menjadi salah satu penyedia layanan paling
penting. Di Afrika Sub-Sahara misalnya, Bank Dunia memperkirakan
bahwa sebanyak lima puluh persen dari semua layanan kesehatan dan
pendidikan disediakan oleh FBO.162
Ketiga, kegagalan program penyesuaian struktural pada 1980-
an dan 1990-an mendorong banyaknya kritik dari NGO, gerakan akar
rumput dan organisasi keagamaan. Hal ini mengakibatkan pergeseran
dari pendekatan negara dan pasar ke pendekatan yang lebih luas dan
konsepsi pembangunan yang lebih holistik, dengan fokus pada
'masyarakat sipil', 'pembangunan manusia' dan „partisipasi‟.
'Pembukaan ruang pengembangan ini memfasilitasi dimasukkannya
tidak hanya dari NGO sebagai arus utama, tetapi juga organisasi
keagamaan sebagai aktor yang sah di bidang pembangunan dan
bantuan kemanusiaan.163
Hal ini menunjukkan bahwa menjadikan kan nilai-nilai
agama dan doktrin sebagai dasar acuan atau inspirasi untuk
kemanusiaan bukanlah hal yang baru. Praktik amal kebajikan dan
kemanusiaan merupakan bagian penting dari semua agama, termasuk
162
Marie Juul Petersen , International Religious NGOs at The United
Nations: A Study of a Group of Religious Organizations , h.1. 163
Marie Juul Petersen , International Religious NGOs at The United
Nations: A Study of a Group of Religious Organizations , h. 1.
85
Yahudi, Kristen, Hindu dan Buddha.164
Dengan demikian pada
dasarnya seluruh aktivitas yang dilakukan oleh LSM kemanusiaan,
memiliki landasan yang sama dalam bantuan kemanusiaan.
D. Relasi Dakwah dengan Aksi Kemanusiaan
Konsep-konsep Islam yang tertuang dalam ayat-ayat al-
Qur‟an tidak hanya dirumuskan menjadi ideologi, tetapi juga menjadi
teori-teori Ilmu pengetahuan Islam, artinya Islam perlu dirumuskan
menjadi ilmu. Jika pada periode utopia umat islam masih berfikir
dalam kerangka mitis, sementara pada zaman ideologi mereka hanya
terlibat pada persoalan ideologi dan kekuasaan, maka pada periode
sekarang perlu merumuskan konsep-konsep normatif Islam sebagai
teori.165
Menurut Kuntowijoyo, ayat-ayat dalam al-Quran adalah suatu
grand theory (teori besar) yang masih perlu diterjemahkan ke dalam
teori middle range (teori tingkat menengah) yang operasional,166
oleh
karena itulah ayat-ayat yang berbicara tentang dakwah yang
seluruhnya masih bersifat grand theory, perlu dioperasionalkan ke
dalam makna yang lebih luas.
Atas dasar prinsip keterlibatan agama dengan realitas sosial,
maka aktualisasi iman dan takwa seorang Muslim menjadi
keniscayaan dalam arti horizontal. Jelasnya bahwa sikap taat kepada
Tuhan mesti dimanifestasikan dalam bentuk yang lebih relevan
terhadap kebutuhan masyarakat, “Kesadaran Ketuhanan” (God
Conciousness), yaitu kesadaran akan Tuhan Yang Maha hadir dalam
kehidupan sehari-hari. Hal itu berarti keimanan kepada Allah Swt
harus termanifestasikan dalam bentuk-bentuk kebajikan dalam
kehidupan, yakni kepedulian terhadap keadilan sosial. Pada sisi lain,
konsep tauhid serta ibadah tidak akan bermakna bila tidak dipahami
dalam perspektif sosial. Karenanya merupakan suatu keniscayaan
mengukur kesalehan seseorang dalam perspektif sosial.167
164
Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin, Islam dan Urusan
Kemanusiaan…, h. 37
165Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Interpretasi untuk Aksi,
(Bandung: Mizan, 1991, Cet. Ke-3, h. 187.
166Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Interpretasi untuk Aksi, h. 188.
167Alwi Bani Rakhman Teologi Sosial; Keniscayaan Keberagamaan
yang Islami Berbasis Kemanusiaan, ESENSIA Vol. XIV No. 2 Oktober
2013, h. 177.
86
Dengan merekonstruksi sejarah kenabian Muhammad dan
mencermati ulang secara mendalam, Ashgar Ali Engineer
berkesimpulan bahwa Islam mempunyai perhatian utama pada
keadilan sosial untuk membebaskan kaum lemah dan tertindas. Kaum
lemah dan tertindas, entah karena sebab kultural, sosial, maupun
struktural, adalah mereka-mereka yang selama ini tidak mendapat
tempat yang memadai dalam soal kemanusiaan. Islam juga
berkehendak untuk menciptakan masyarakat yang egaliter.168
Dakwah mengajarkan kepada umat bahwa Islam datang
membawa rahmat untuk seluruh alam (rahmatan lil „aalamin), terlebih
lagi untuk pemeluknya. Karena itu sangat disayangkan jika
kerahmatan tersebut tidak dirasakan menyentuh segi-segi kehidupan
nyata kaum muslimin terutama yang hidup di wilayah terpencil yang
secara ekonomi masih membutuhkan bantuan. Sentuhan yang mereka
butuhkan tidak hanya dalam bentuk ajaran agama yang bersifat ritual,
tetapi juga yang menyangkut hajat hidup lain, seperti ekonomi,
pendidikan maupun kesehatan.169
Terminologi dakwah yang sering diidentikkan dengan
ritualitas keagamaan dalam format ceramah, tabligh dan pengajian-
pengajian majelis taklim, menurut Andi Faisal Bakti, seharusnya tidak
diterjemahkan lagi sebagai sesuatu yang mengarah pada makna
seperti: hallo-hallo, propagation, missionary, proselytization. Hal ini,
bukan hanya kurang produktif, tetapi malah bisa jadi kontra produktif
dan boomerang, karena dakwah islamiah kemudian dibenci dan
ditakuti”.170
Format dakwah seperti ini memang menjadi aktifitas yang
paling dominan di antara bentuk-bentuk dakwah yang lain. Namun
demikian, seiring dengan terjadinya perubahan sosial yang semakin
dinamis, persoalan dakwah tidak lagi terfokus pada hal-hal teologis,
168Lihat lebih jauh Asghar Ali Engineer, They Too Fought for
India's Freedom: The Role of Minorities, (India: Hope India Publications,
2006). 169
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran
Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. Ke-1,
398 170
Andi Faisal Bakti, “Globalisasi: Dakwah Cerdas Era Globalisasi
AntaraTantangan dan harapan,” Materi Seminar Nasional Sehari tentang
“Globalisasi: Tantangan dan Harapan Dakwah Masa Depan,” pada Fakultas
Dakwah, IAIN Raden Fatah, Palembang, 8 Maret 2005, h. 2.
87
akan tetapi harus mampu menjawab persoalan umat yang lebih
realistis seperti perkembangan teknologi, media, humanisme,
kesejahteraan, keadilan, persamaan hak, dan toleransi. Karena
masalah-masalah semacam ini selalu muncul di masyarakat, maka
penyelesaiannya tidak lagi cukup direspon hanya dengan ujaran
lisan.171
Dakwah humanistik tidak berorientasi pada orasi lelucon
semata/ tetapi mengarah kepada isu-isu kemanusiaan, misalnya
bagaimana kepekaan Islam terhadap kemiskinan, lingkungan,
kebodohan dan pengangguran. Isu-isu ini kemudian dikemas melalui
pesan-pesan Islam yang bisa menggerakkan motivasi umat Islam
untuk merubah nasibnya atau merubah cara kehidupannya yang lebih
baik. Pesan agama ternyata lebih efektif untuk merubah capa berpikir,
karena pesan agama memiliki nilai sakralitas. Dakwah humanistk ini
juga sebagai jawaban kontribusi Islam terhadap isu-isu kemanusiaan
untuk merubah kehidupan yang lebih baik.172
Oleh karena itu dalam konteks ini dakwah seharusnya tidak
hanya dapat “dimengerti” tetapi juga dapat dirasakan manfaatnya oleh
seluruh umat manusia, oleh karena itulah dalam kajian ilmu dakwah
dikenal istilah dakwah bi al-h{a>l. Kata al-h{a>l secara etimologis berarti
“keadaan”.173
Arti ini menunjukkan realitas yang terwujud dalam
perbuatan nyata. Dengan demikian, dakwah bi al-h{a>l dapat diartikan:
“mengajak/menyeru ke jalan Allah untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat melalui perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaan
manusia”. Rumusan ini memberi gambaran, bahwasanya yang
menjadi objek dakwah itu adalah manusia, bukan Tuhan. Selama ini
dakwah terlalu sibuk mengurusi Tuhan, bukan manusia. Akibatnya
dakwah gagal mengembangkan daya rasional dan sikap empiris,
kecuali memaksa orang menyesuaikan doktrin, serta mengancam
memasukkan ke dalam neraka. Dakwah bi al-h{a>l lebih mengarah
kepada tindakan atau aksi menggerakkan objek dakwah (mad’u>),
171
Moh. Ali Azis, Rr. Suhartini, A. Halim, Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat Paradigma Aksi dan Metodologi (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2005), Cet. ke-1, v. 172
Zainuddin, “Dakwah Humanistik (Mengelola Persepsi Positif
Antar Ormas Islam)”, Jurnal MD Vol. II No. 1 Juli-Desember 2009, h. 6.
173Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir; Kamus Arab-
Indonesia, h. 336.
88
sehingga dakwah tersebut lebih berorientasi pada pengembangan
masyarakat.
Peran lembaga-lembaga dakwah dalam pemberdayaan
masyarakat merupakan implementasi dari pelaksanaan dakwah bi al-
hal. Dalam konteks dakwah bi al-hal, pemahaman tentang kebutuhan
dan solusi persoalan umat sebagai sasaran dakwah mutlak diperlukan.
Sebagai contoh, berdakwah di kalangan masyarakat miskin tidak akan
efektif dengan hanya berceramah, namun lebih cocok jika dilakukan
dalam bentuk pemberian yang lebih konsumtif seperti makanan,
pakaian dan lain-lain. Bahkan pemberian yang lebih produktif seperti
beasiswa pendidikan, modal usaha akan lebih berarti. Inilah salah satu
bentuk dakwah bi al-hal. Sejalan dengan ungkapan hikmah: „Lisan al-
hal afsahu min lisan al-maqal” (perbuatan nyata lebih utama daripada
sekedar bicara).
Kontekstualisasi ajaran dan nilai Islam dalam kehidupan
masyarakat adalah salah satu jalan dakwah. Konsepsi riil Islam
tentang agenda dakwah sebenarnya telah ada, namun belum menjadi
fokus untuk dikaji dan dikembangkan secara sistematis. Misalnya
optimalisasi dana wakaf, zakat dan hibah dengan sistem pengelolaan
yang baik serta profesional.174
Kegiatan ini disebut dengan filantropi
Islam.
Dewasa ini dapat disaksikan peran-peran yang semakin besar
dari organisasi-organisasi kemanusiaan Islam di Asia Tenggara, hal
ini mencerminkan pemahaman yang maju di kalangan muslim tentang
isu-isu kemanusiaan. Setidaknya, ijtihad-ijtihad sosial dan kolektif
telah dimulai oleh aktivis sosial muslim dengan mengubah praktek
filantropi menjadi kegiatan sosial kemanusiaan yang lebih luas, tertata
dan profesional.175
Tumbuhnya kebutuhan akan kegiatan filantropis
tersebut menyuburkan tumbuhnya berbagai macam lembaga donor
dan amal. Pola pertumbuhan lembaga donor yang berdiri di luar
masjid tersebut menarik untuk ditelisik bahwa sekarang ini nilai-nilai
keagamaan kini sudah menjadi nilai umum. Masyarakat, utamanya
kelas menengah muslim memaknai bahwa ritual-ritual sosial seperti
174
Amri Syarif Hidayat, “Membangun Dimensi Baru Dakwah Islam
: Dari Dakwah Tekstual menuju Dakwah Kontekstual,” Jurnal Risalah Vol.
XXIV, Edisi 2, November 2013, h. 2.
175Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin, Islam dan Urusan
Kemanusiaan, h. 39.
89
halnya amal, zakat, infaq, dan shadaqah sendiri menjadi kebutuhan
hidup yang harus dipenuhi. Menurut data yang dihimpun dari
Republika (2015) menyebutkan potensi zakat bisa mencapai 15-20
triliun per tahun yang dihimpun dari kalangan kelas menengah
muslim.176
Organisasi-organisasi ini telah berperan penting
mengaktualisasikan dakwah dalam realitas kehidupan sosial. Aksi-
aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi tersebut
banyak memberi manfaat bagi kemaslahatan umat. Pengentasan
kemiskinan, bantuan kemanusiaan kepada masyarakat sipil yang
sedang dilanda konflik politik dan kekuasaan. Dan Pemberian
beasiswa untuk kaum dhu‟afa adalah wujud nyata aktifitas dakwah
yang dapat dirasakan dalam tataran sosial-humanis. Kebajikan
atau kedermawanan seperti sadaqah, charity, philantropy dan lain-lain
merupakan bagian penting dari sistem kepercayaan dalam Islam.
Bahkan masalah kebajikan dan kedermawanan ini menjadi bagian dari
rukun Islam, yang diantaranya ditunjukkan oleh konsep zakat. Kata
zakat berulangkali disebutkan di dalam al-Quran, dan seringkali
dipersandingkan dengan kata shalat. Hal ini menunjukkan bahwa al-
Quran memberikan penekanan yang sama tentang kewajiban manusia
terhadap Tuhan dan kewajiban terhadap sesama manusia.177
Aksi-aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
kemanusiaan Islam baik nasional maupun internasional, adalah salah
satu bentuk dakwah yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan.
Ini menunjukkan bahwa dakwah memiliki relasi yang integral dengan
aksi kemanusiaan yang merupakan upaya mewujudkan dakwah yang
humanis.
Demikian landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini.
Selanjutkan akan dibahas mengenai objek kajian penelitian pada bab
III
176
Wasisto Raharjo Jati, “Kesalehan Sosial Sebagai Ritual Kelas
Menengah Muslim Sebagai Ritual Kelas Menengah Muslim Sebagai Ritual
Kelas Menengah Muslim,” Ibda‟: Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 13, No. 2,
Juli - Desember 2015, H, h. 337. 177
Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin, Islam dan Urusan
Kemanusiaan, h. 31-32.
15
91
BAB III
PRINSIP DAN AKSI KEMANUSIAAN MEDICAL
EMERGENCY RESCUE COMMITTEE (MER-C)
Bab ini membahas tentang prinsip dan aksi kemanusiaan
organisasi MER-C sebagai objek penelitian. Pembahasan diuraikan
dalam empat bagian. Pertama, uraian seputar sejarah dan prinsip
kemanusiaan. Kedua, membahas mengenai aktivitas kemanusiaan.
Ketiga, relawan sebagai “ujung tombak” aksi kemanusiaan. Keempat,
uraian terkait model penggalangan dana.
A. Sejarah dan Prinsip Kemanusiaan MER-C
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan MER-C
Medial Emergency Rescue Committee atau disingkat MER-
C, adalah organisasi kemanusiaan yang didirikan oleh mahasiswa
Universitas Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1999.1 Awal
berdirinya organisasi ini adalah ketika sekumpulan mahasiswa yang
kebanyakan berasal dari fakultas kedokteran merasa terpanggil untuk
membantu korban yang berjatuhan akibat konflik yang menimbulkan
kerusuhan di Ambon Maluku, Indonesia Timur. Sebagai mahasiswa
kedokteran, tentu saja bantuan yang ingin mereka lakukan adalah
tindakan medis, mengingat banyaknya korban yang berjatuhan akibat
konflik ini. Saat itu informasi melalui televisi belum terlalu ramai
memberitakan akan tetapi sumber-sumber informasi lain
menyebutkan kerusuhan di wilayah ini bukan hanya menyebabkan
korban meninggal dunia, akan tetapi juga membumihanguskan
sebagian wilayah timur Indonesia, sehingga menimbulkan
penderitaan rakyat Maluku. Situasi ini diperburuk oleh mobilitas
tenaga medis ke daerah kerusuhan yang kurang.
Setelah melalui banyak persiapan, mulai dari kumpul bertukar
pikiran dan berbagi empati, hingga rapat dan penggalangan dana,
maka pada bulan April 1999 Mahasiswa Universitas Indonesia yang
tergabung dalam Tim Medis Mahasiswa Universitas Indonesia
(TMM-UI), mengirimkan tim ke Ambon. Tim yang terdiri dari
beberapa orang mahasiswa dan dokter ini telah melakukan berbagai
aksi kemanusiaan, antara lain berupa pelayanan pengobatan bagi
pengungsi dan hospitalisasi di sebuah rumah sakit yang tidak
1MER-C, “Sejarah MER-C”, dalam http://MER-
C.org/index.php/Id/tentang-kami/sejarah-MER-C, diakses 04-10-2017.
92
berfungsi sejak kerusuhan berlangsung. Ketika terjun ke lapangan,
para mahasiswa tersebut menyaksiksn langsung bagaimana
penanganan korban kerusuhan dan pengungsi tidak optimal khususnya
dalam pelayanan medis, maka timbul pemikiran dibutuhkan sebuah
lembaga yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis.
Sebuah lembaga yang mempunyai sifat amanah, profesional, netral,
mandiri, sukarela, dan memiliki mobilitas tinggi. Apalagi kerusuhan
yang terjadi di Indonesia cenderung meningkat pada saat itu.
Menyusul kerusuhan berikutnya setelah Ambon, terjadi pula konflik
di Sambas dan Aceh yang menimbulkan kerusuhan2. Berdasarkan hal
inilah maka kemudian MER-C memfokuskan kegiatannya pada
pelayanan medis untuk korban perang, kekerasan akibat konflik,
kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam di dalam maupun di
luar negeri.
MER-C yang semula hanya berbasis di Jakarta, kini sudah
memiliki cabang di dalam dan luar negeri. Di dalam negeriMER-C
memiliki 6 cabang yang tersebar di berbagai daerah, yakni cabang
Medan, Yogyakarta, Surakarta, Mataram dan Makasar dan Padang.
Namun belakangan karena satu dan lain hal, MER-C cabang Padang
ditutup dan yang masih eksis beroperasi adalah 5 cabang. Sedangkan
cabang dan perwakilan MER-C di luar negeri adalah, 1 cabang berada
di Jerman dan 1cabang berada di Gaza, Palestina. Tujuan didirikannya
cabang-cabang tersebut adalah untuk memudahkan koordinasi dan
mendekatkan pelayanan sekaligus meningkatkan kualitas dalam
membantu ummat.
2. Prinsip Rahmatan lil ‘a >lami>n sebagai Landasan Aksi MER-C
Prinsip adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar
berpikir, bertindak, dan sebagainya).3 Dengan demikian, prinsip
berarti kebenaran yang mendasar sebagai pedoman untuk berpikir,
bersikap, dan berprilaku. Prinsip rahmatan lil ‘a>lami>n di dalam
organisasi MER-C disertai dengan prinsip profesionalitas dan
2Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
(Jakarta, Qanita, 2011), Cet. ke-2. Lihat juga MER-C, “Sejarah MER-C”,
dalam http://MER-C.org/index.php/Id/tentang-kami/sejarah-MER-C, diakses
04-10-2017. 3Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. ke-10, h. 788.
93
netralitas. Prinsip ini ditetapkan karena berdasarkan pengalaman
terjun ke lokasi, banyak ditemukan sikap yang kurang professional
dan ketidaknetralan. Tim relawan MER-C ketika tiba di wilayah
konflik dan kerusuhan Ambon, menyaksikan distribusi bantuan baik
berupa logistik maupun pelayanan medis yang diberikan kepada kedua
belah pihak yang bertikai tidak adil dan merata. Bahkan tenaga medis
yang seharusnya bersikap netral dan tidak berpihak sebagai wujud
dari profesionalime sulit ditemui, ada pihak yang mendapatkan
bantuan, ada pula yang tidak. Dengan adanya prinsip ini diharapkan
seluruh relawan yang tergabung dengan MER-C memiliki sikap adil
dalam memberikan bantuan dan pelayanan pada korban, baik di
wialyah yang tertimpa bencana alam maupun wilayah konflik.
MER-C mempunyai visi: “Menjadi sebuah organisasi sosial
kemanusiaan dalam bidang kegawatdaruratan medis yang bersifat
amanah, profesional, sukarela, netral, mandiri, serta mobilitas tinggi
dalam memberikan bantuan medis untuk korban perang, kekerasan
akibat konflik, kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam yang
terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.4
Sedangkan misi MER-C:
1. Memberikan bantuan medis sesuai dengan visi MER-C kepada
masyarakat yang membutuhkan baik diminta maupun tidak;
2. Membangun sistem dan struktur organisasi untuk mencapai
visi yang telah ditetapkan;
3. Mempersiapkan SDM yang amanah, profesional, netral dan
berkemampuan untuk memberikan bantuan medis;
4. Membangun kerjasama dengan lembaga terkait.5
Berdasarkan visi dan misi di atas, maka ditetapkan asas serta
tujuan MER-C, yaitu: MER-C berasaskan Islam6 dan berpegang pada
prinsip rahmatan lil ‘a>lami>n.
4Azimah Rahayu, Senja Merah Di Tanah Maluku, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 1425 H/2004 M), Cet. ke-1, h. 84. 5Azimah Rahayu, Senja Merah Di Tanah Maluku, h. 84.
6Azas Islam sebagai dasar resmi organisasi MER- C, awalnya bukan
tanpa perdebatan dan kendala, mengingat pada masa itu seluruh organisasi
yang berdiri di Indonesia harus berazaskan pancasila. Azas Islam dinilai tidak
saja bertentangan dengan konstitusi melainkan juga dengan dasar negara,
yakni Pancasila. Akan tetapi Dr. Joserizal sebagai salah seorang pencetus
berdirinya MER- bersikukuh tentang hal ini, sehingga menyebabkan sulitnya
mendapatkan notaris yang memproses pendirian lembaga ini. Hingga
94
Lambang organisasi MER-C adalah bulan sabit merah dan
bola dunia. Bulan sabit menunjukkan simbol Islam, dan bola dunia
yang berarti universal, menunjukkan rahmatan lil ‘a>lami>n, rahmat
bagi sekalian alam sebagai prinsip MER-C dalam menjalankan tugas-
tugas kemanusiaan. Adapun badan hukumnya diputuskan berbentuk
lembaga swadaya masyarakat (LSM). Dengan badan hukum ini,
diharapkan MER-C akan lebih luas beraktivitas dan luwes dalam
mengumpulkan dana. Berikut logo MER-C.
Gambar 3.1
Logo MER-C
Adapun tujuan MER-C: “memberikan pelayanan medis untuk
korban perang, kekerasan akibat konflik, kerusuhan, kejadian luar
biasa dan bencana alam baik di dalam maupun luar negeri”.7
Berdasarkan tujuan inilah maka focus utama organisasi MER-C
adalah dalam bidang gawat darurat medis.8
B. Aktivitas Kemanusiaan
Dalam perjalanannya, aktifitas kemanusiaan MER-C tidak
hanya melakukan pertolongan dalam bentuk pengobatan korban
secara langsung, akan tetapi misinya telah meningkat pada
pembangunan beberapa Klinik Sosial dan Rumah Sakit baik di dalam
akhirnya ada seorang notaris bernama Vidya Shah bersedia memproses akta
pendirian MER-C dengan tetap berazaskan Islam. Lihat Joserizal Jurnalis dan
Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter, (Jakarta:Qanita, November 2011. 7Azimah Rahayu, Senja Merah Di Tanah Maluku, h. 84-85.
8Wawancara dengan Rima Manzanaris, Manager Operasional MER-
C, 6 September 2018, di sekretariat MER-C, Jl. Kramat Lontar Jakarta Pusat.
95
maupun luar negeri. Program pembangunan Klinik Sosial dan Rumah
Sakit di dalam negeri di antaranya adalah:
1. Rumah Sakit Galela, Halmahera, Maluku Utara.
Berbeda dengan pembangunan sarana kesehatan di wilayah
lain, pembangunan RS di Galela dilakukan MER-C bersama-
sama dengan masyarakat setempat. Sejak awal masyarakat
setempat sangat bersemangat dan ikut bergotong royong
membantu pekerjaan pembangunan juga penggalangan dana bagi
Rumah Sakit ini. Hal ini dikarenakan belum terdapat Rumah
Sakit di wilayah ini. Apabila masyarakat membutuhkan
pengobatan dan penanganan medis lebih lanjut, maka mereka
harus menempuh perjalanan ke Tobelo atau bahkan ke Ternate.
Di atas tanah seluas 4.000 m2 wakaf dari salah seorang warga,
pembangunan struktur rumah sakit yang tepatnya berada di desa
Towara sudah mencapai 70%. Sementara untuk bagian bangunan
yang sudah dapat difungsikan baru mencapai 30%. Keberadaan
sebuah rumah sakit memang sangat dibutuhkan oleh warga
Galela.9 Ini merupakan Rumah Sakit pertama yang dibangun oleh
MER-C pasca kerusuhan Ambon yang terjadi pada tahun 1999.
Gambar 3.2
Rumah Sakit yang didirikan MER-C bersama warga di
Galilea, Halmahera Maluku Utara10
9MER-C, “MER-C dan Masyarakat Galela Bersama-sama
Membangun Rumah Sakit”, dalam http://MER-C.org/program-MER-C/MER-
C-dan-masyarakat-galela-bersama-sama-bangun-rs, diakses 07 Februari
2019. 10
Gambar diambil melalui http://MER-C.org/program-MER-C/MER-
C-dan-masyarakat-galela-bersama-sama-bangun-rs, diakses 07 Februari
2019.
96
2. Klinik Sosial Yogyakarta
Tanggal 1 April 2011, Klinik Sosial Yogyakarta
diresmikan. Peresmian ini sekaligus menjadi awal dibukanya
sarana kesehatan yang pembangunannya sudah dimulai sejak
tahun 2006. Masyarakat sekitar kini bisa mendapat pelayanan
kesehatan dengan tarif murah dan terjangkau di klinik ini.11
Gambar 3.3
Klinik Sosial Yogyakarta
3. Klinik Sosial Papua12
MER-C menetapkan wilayah Kiprah MER-C di Papua dan
Papua Barat sudah dimulai sejak Februari 2006 melalui program
klinik sosial di tiga wilayah kabupaten, yaitu : Kabupaten
Mimika (Provinsi Papua) Kabupaten Sorong (Provinsi Papua
Barat), Kabupaten Raja Ampat (Provinsi Papua Barat). Wilayah
pelayanan klinik melalui system mobile clinic mencakup + 30
distrik atau kampong dengan rata-rata jumlah pasien mencapai +
3.000 orang setiap bulannya. MER-C menempatkan relawan
dokter melalui program PTT (Praktek Tidak Tetap) dan relawan
perawat secara rotasi dan berkala dengan kegiatan meliputi:
a. Pelayanan kesehatan dasar baik di posko maupun melalui
program mobile clinic yang terjadwal.
11
MER-C, “Klinik Sosial Yogyakarta”, dalam http://MER-
C.org/klinik-sosial-yogyakarta, diakses 07 Februari 2019. 12
MER-C, “MER-C untuk Papua 1”, dalam http://MER-C.org/MER-
C-untuk-papua-1, diakses 07 Februari 2019.
97
b. Pemeriksaan malaria
c. Mendampingi Kegiatan UKS (Unit Kesehatan Sekolah)
d. Penyuluhan Kesehatan
e. Menjadi mitra kesehatan seperti : Mitra Puskesmas
Pembantu (Pustu), Mitra Puskesmas Keliling (Pusling),
Mitra Posyandu dan Mitra TNI.
4. Pembangunan Posko Kesehatan dan Mobile Clinik di Lombok
Pada tanggal 08 Agustus 2018, Tim MER-C mulai
melakukan tindakan operasi bagi para korban gempa di RSU
Mataram. Kegiatan mobile clinic terus dilanjutkan untuk
menyisiri wilayah-wilayah terdampak gempa khususnya di
Lombok Utara. Tim MER-C dibagi dalam empat tim kecil. Tim 1,
yaitu tim bedah bertugas di RSU Mataram untuk membantu
menangani pasien-pasien korban gempa yang mengalami trauma
tulang yang banyak dirujuk ke rumah sakit ini. Tim 2 bertugas di
RS Tanjung, Kab. Lombok Utara. Sementara tim 3 dan tim 4
melakukan mobile clinic ke wilayah gempa di desa Gumantar,
kecamatan Kayangan, dan menyisiri beberapa dusun di desa ini.
Desa Gumantar terletak di kaki gunung Rinjani, lima km dari tepi
pantai Lombok Utara. Desa ini berjarak sekitar 30 km dari posko
utama.
Gambar 3.4
Posko Kesehatan di wilayah Gempa Lombok Utara
98
Gambar 3.5
Armada Mobile Clinik di wilayah Gempa Lombok Utara
Program pembangunan sarana kesehatan di luar negeri
diantaranya adalah:
1. Rumah sakit Indonesia di Gaza, Palestina.
Selain program pembangunan sarana kesehatan di wilayah
konflik dan bencana di dalam negeri, Divisi Konstruksi MER-C
juga tengah melakukan pembangunan RS di luar negeri, yaitu di
Gaza, Palestina. Tanah RS seluas 16.261 m2 yang terletak di
Bayt Lahiya, Gaza Utara merupakan wakaf dari Pemerintah
Palestina di Gaza. Sementara dana pembangunan RS sampai saat
ini seluruhnya berasal dari donasi rakyat Indonesia, tidak ada
dana bantuan asing. Untuk itu, RS ini diberi nama RS
INDONESIA (RSI) dengan harapan bisa menjadi bukti
silaturahim jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat
Palestina.
Pembangunan RSI dimulai sejak 14 Mei 2011. Pada akhir
April 2012, pembangunan tahap 1 untuk struktur RSI selesai.
Pada 1 November 2012, pembangunan tahap 2 RSI untuk
pekerjaan Arsitektur dan ME (Mechanical Elctrical) dimulai.
Pembangunan tahap ini diawasi dan dikerjakan langsung oleh
relawan Indonesia yang tergabung dalam Divisi Konstruksi MER-
C. Pembangunan tahap 2 diperkirakan akan selesai pada awal
tahun 2014. Ikhtiar selanjutnya yang dilakukan oleh MER-C
99
adalah penggalangan dana untuk pengadaan alat kesehatan
RSI.13
Gambar 3.6
Rumah Sakit Indonesia di Gaza Palestina
Program pembangunan RSI di Gaza Palestina kemudian
dilanjutkan dengan kembali mengirim relawan untuk melakukan
untuk program pembangunan tahap II. Pada hari Jumat, 23
Februari 2019, MER-C memberangkatkan tim relawan pertama
sebanyak 6 orang menuju Gaza Palestina, sedangkan pada Sabtu
siang, pukul 11.00 WIB menyusul 26 sukarelawan lainnya,
sehingga total untuk pembangunan tahap II RSI di Gaza sebanyak
32 orang. Adapun para sukarelawan yang diberangkatkan itu,
sebagian besar merupakan alumni pembangunan tahap pertama,
yang komitmen dan keahliannya sudah terbukti dan teruji dengan
berdirinya RSI di Gaza yang ada saat ini.14
2. Rumah Sakit di Rakhine State Myanmar
Konflik Myanmar terjadi antara etnis Rakhine dan
Rohingya. Konflik ini berlangsung dalam jangka waktu yang
cukup panjang. Tepatnya pada tahun 1962, sebuah kudeta militer
menghasilkan satu partai, negara militer dengan system sosialis
13
MER-C, “Rumah Sakit Indonesia Gaza Palestina”, dalam
http://MER-C.org/rumah-sakit-indonesia-gaza-palestina, diakses 7 Mei 2018 14
MER-C, “Sukarelawan MER-C ke Gaza”, dalam http://MER-
C.org/berita-media/bangun-rs-indonesia-tahap-ii-32-sukarelawan-MER-C-ke-
gaza, diakses 6 Maret 2019.
100
pada pemerintahan bertahan selama lebih dari enam puluh tahun.
Selama masa itu pula, tentara Burma melakukan banyak
pelanggaran hak asasi manusia, seperti membunuh, memperkosa,
dan menyiksa. Negara, khususnya tentara melakuka pengusiran
massal pada tahun 1977dan 1992. Kondisi ini telah menimbulkan
banyaknya penduduk yang mengungsi. Dua tahun kemudian,
banyak dari Rohingya terpaksa kembali ke Myanmar. Orang-
orang Rohingya yang kembali diberi hak terbatas untuk bergerak
dan pekerjaan. Ribuan pengungsi tetap terlantar hingga saat ini.
Mereka bertahan hidup dari bantuan kemanusiaan dunia
internasional sambil terus menanggung penindasan brutal oleh
penjaga perbatasan negara. Penindasan seperti itu termasuk wajib
militer untuk melakukan kerja paksa, penahanan sewenang-
wenang, pemukulan, dan perlakuan buruk lainnya. 15
Tragedi ini membuat MER-C terpanggil untuk melakukan
misi kemanusiaan. Sesuai dengan prinsip to help the most
vulnerable people and the most neglected people. Setelah melalui
proses koordinasi dan perizinan yang cukup panjang, Rabu, 12
September 2012, MER-C memberangkatkan Tim Medis Pertama
ke Myanmar yang terdiri dari 2 dokter spesialis, 2 dokter umum
dan 1 tenaga logistic yang bertugas hingga 19 September 2012.
Bukan hal yang mudah untuk bisa mengunjungi apalagi
memberikan pengobatan di kamp. Namun setelah bernegosiasi
dengan Pemerintah dan Militer Myanmar, akhirnya Tim
diizinkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dan donasi.
Bahkan Tim memfasilitasi Pemerintah dan Myanmar Red Cross
untuk melakukan pelayanan kesehatan di kedua belah pihak yang
bertikai. Oleh karena itu, MER-C menjadi LSM Pertama dari
Indonesia yang dapat melakukan tindakan medis (pelayanan
kesehatan) di kedua belah pihak. 16
Sebagai sebuah lembaga sosial kemanusiaan, selain
menyalurkan bantuan amanah dari masyarakat Indonesia, juga
15
Engy Abdelkader, “The Rohingya Muslims in Myanmar: Past,
Present, and Future”, dalam
https://scholarsbank.uoregon.edu/xmlui/bitstream/handle/1794, diakses 07
Februari 2019. 16
MER-C, Program Indonesia Health Center Myanmar”, dalam
http://MER-C.org/program-indonesia-health-center-myanmar, diakses 07
Februari 2019.
101
berupaya melakukan Diplomasi Kemanusiaan dan Politik
Kemanusiaan dalam rangka untuk mengurangi dampak
perang/konflik dan mencegah korban berjatuhan yang lebih
banyak. Hal ini sudah dilakukan oleh MER-C sejak terjadinya
konflik Ambon.
Kini, untuk Myanmar yang memiliki masalah konflik etnis
dan stateless bagi warga muslim (tidak terbatas etnis Rohingya),
MER-C juga memberi perhatian khusus pada Myanmar.
Berdasarkan hasil kunjungan dan pengamatan langsung di
lapangan, MER-C menetapkan wilayah ini sebagai wilayah misi
jangka panjangnya melalui program pembangunan “Indonesia
Health Center”.
Program ini mendapat respon positif dari pemerintah
Myanmar dengan menyediakan sebidang lahan di Mrauk U,
Rakhine State. Lokasi ini diusulkan oleh Pemerintah Myanmar
dengan pertimbangannya di Mrauk U terdapat komunitas Budha
dan Muslim yang bisa hidup berdampingan, walaupun ada juga
internal displacement. Seperti bantuan sekolah yang telah
dibangun oleh pemerintah Indonesia di Minbya, MER-C juga
berharap IHC di Mrauk U bisa menjadi sarana berbaur
masyarakat Budha dan Muslim serta dapat mendorong
rekonsiliasi konflik di Myanmar.
Enam bulan sudah sejak November 2017, RS Indonesia di
Rakhine State memulai pekerjaannya, pada akhir Mei 2018
pekerjaan sudah mencapai 50 persen. Tiang-tiang penyangga dan
sebagian atap sudah terpasang, dinding-dinding juga sudah
nampak menutupi bangunan seluas 2.100 meter persegi.17
MER-C dalam misinya telah melakukan kerja nyata dalam
program bantuan kemanusiaan, baik dalam negeri maupun luar
negeri. Penentuan wilayah dan sasaran misi dilakukan dengan
didasarkan pada beberapa kriteria, di antaranya adalah wilayah
yang memiliki skala bencana yang luas, (tidak harus ditetapkan
sebagai wilayah bencana nasional oleh pemerintah), masyarakat
setempat tidak mampu menangani, dan belum tersentuh bantuan
17
MER-C, “Pembangunan RS Indonesia di Myanmar Capai 50
Persen”, dalhttp://MER-C.org/berita, Pembangunan RS Indonesia di
Myanmar Capai 50 Persen, diakses 7 Februari 2019.
102
dari manapun.18
Pada prinsipnya MER-C akan mencari wilayah
yang benar-benar belum tersentuh bantuan, meski wilayah
tersebut adalah wilayah yang terpencil apalagi terisolir sehingga
akses ke wilayah tersebut sulit memperoleh bantuan. Jika di
wilayah tersebut telah di datangi bantuan dari berbagai pihak, dan
seluruh wilayah telah tertangani, maka MER-C tidak akan turun.19
Berikut Misi Kemanusiaan yang telah dilakukan MER-C
baik di dalam maupun di luar negeri.
1. Misi Dalam Negeri
Berikut misi nyata MER-C dalam 18 tahun terakhir yang telah
dilakukan di dalam negeri, 20
sebagaimana dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Misi Kemanusiaan Dalam Negeri Periode 1999-2002
Tahun Periode Daerah Misi Misi
1999 Agustus-
Desember
Ambon Bantuan
korban
Konflik
(bantuan obat-
obatan dan
bantuan 750
kg susu
balita).
2000 Januari-
Oktober
Halmahera, Ambon dan
Poso.
Bantuan
korban
Konflik
(bantuan obat-
18
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, relawan MER-C, 20 Desember
2018 19
Wawancara dengan Rima Manzanaris, Manager Operasional MER-
C, 6 September 2018, di sekretariat MER-C, Jl. Kramat Lontar Jakarta Pusat. 20
MER-C, “Misi dalam Negeri”, dalam http://MER-
C.org/index.php/Id/2015-09-21-08-40-15/misi-dalam-negeri. diakses 08
September, 2017.
103
obatan).
Juni –
Desember
Banggai, Bengkulu,
Atambua, Purworejo,
Aceh dan Padang.
Bantuan
korban
bencana alam,
banjir, gempa,
tsunami dan
tanah longsor.
2001 Januari-
Februari
Sangihe Talaud dan
Ciamis.
Bantuan
korban
bencana alam
banjir.
Maret-
Agustus
Sampit dan Sampang
Madura, Pontianak, nias
dan Poso.
Bantuan
korban
Konflik untuk
pengungsi dan
wabah kolera.
2002 Februari -
Maret
Pati, Purworejo,
Kebumen, Situbondo -
Banjir,
Banjir
27
November
Aceh Selatan
9 - 15
Septem
ber
Kalimantan Timur - Pembludakan
TKI
14 - 26
September
Sulawesi Tengah (Poso
III)
Konflik
16
November
NAD Gempa
Pada periode 1999 hingga 2010 ada sekitar 62 misi nyata
MER-C yang telah dilakukan di dalam negeri. Pertama pada Agustus
sampai Desember 1999 telah disalurkan bantuan ketika konflik di
Ambon, bantuan berupa obat-obatan dan bantuan 750 kg susu balita.
Kemudian MER-C memberikan bantuan obat-obatan untuk korban
konflik di Halmahera, Ambon, dan Poso pada Januari hingga Oktober
2000. Masih pada tahun yang sama bantuan juga diberikan untuk
korban bencana alam, banjir, gempa, tsunami, dan tanah longsor pada
Juni hingga Desember 2000 di Banggai, Bengkulu, Atambua,
Purworejo, Aceh, dan Padang.
104
Disusul pada periode Januari-Februari 2001, MER-C juga
membagikan bantuan pada korban bencana alam banjir di Sangihe
Talaud dan Ciamis, masih pada tahun yang sama bantuan juga
didsitribusikan bantuan korban konflik untuk pengungsi dan wabah
kolera di Sampit dan Sampang Madura, Pontianak, nias dan Poso pada
Maret sampai Agustus 2001.
Selanjutnya bantuan juga telah diterima oleh korban banjir di
Pati, Purworejo, Kebumen, Situbondo pada Ferburari-Maret 2002.
Kemudian MER-C memberikan bantuan untuk korban banjir pada 27
November 2002. Tak hanya itu, MER-C menyubsidi bantuan adanya
TKI di Kalimantan Timur pada 9 hingga 15 September 2002.
Kemudian pada periode 14 sampai 26 September bantuan juga
diberikan untuk korban konflik di Sulawesi Tengah (Poso III).
Terakhir, bantuan yang diberikan pada 2002 diserahkan untuk korban
gempa NAD.
Tabel 3.2
Misi Kemanusiaan Dalam Negeri Periode 2003-2007
Tahun Periode Daerah Misi Misi
2003 Januari Cilacap Banjir
April Flores
4-16
November
Sumatera Utara
22 - 25
Desemb
er
Jambi
Mei Nanggroe Aceh
Darussalam
Operasi
Militer
Agustus Bulukumba (Sulawesi
Selatan)
Konflik
September Ternate Pemulangan
Anak Asuh
2004 Desember -
Januari
Kalimantan Selatan Banjir,
Januari Aceh Mediasi
Pembebasan
Sandera GAM
105
Februari
dan
Desember
Nabire (Papua) Gempa Bumi
Padang
Februari
Maret
Aceh Singkil Pengobatan
massal di
pengungsia
n , 26
April Salemba Bentrokan
pada
Pembebasan
Ust. Abu
Bakar Basyir
17 Agustus
2004 –
2008
Teluk Buyat (Sulawesi
Utara) -
Pencemaran
Lingkungan,
2005 Desember
– sekarang
Aceh (NAD Gempa bumi
dan Tsunami
April- Mei Nias ( Sumatera Utara ) Gempa Bumi
2006 April Yogyakarta Siaga Merapi
Desember Madina ( Sumatera Utara
)
Gempa Bumi
Mei Bantul (Yogyakarta)
April Yogyakarta (DIY) Angin Puting
Beliung
Desember Langkat (Sumatera Utara) Banjir Desember Tamiang (Sumatera
Utara)
Desember Sinjai (Sulawesi Selatan) Banjir &
Tanah
Longsor
Desember Pangandaran (Jawa Barat) Gempa Bumi
&Tsunami
2007 Februari-
Maret
Jakarta Banjir
Desember
Januari
Kudus- Pati (Jawa
Tengah)
106
Maret - 04
April
Padang (Sumatera Barat Gempa Bumi
September Bengkulu Utara
(Bengkulu
25 Juli - 10
Agustus
Morowali (Sulawesi
Tengah)
Banjir &
Tanah
Longsor Desember Karanganyar & Solo
(Jawa Tengah)
3 Agustus Yogyakarta Evakuasi
Kecelakaan
Pesawat
Garuda
Oktober Cilincing (Jakarta Utara) Kebakaran
Misi nyata MER-C juga menyasar korban Gempa bumi dan
Tsunami di Aceh yang dilakukan sejak 2005 hingga saat ini. Adapun
pada periode April hingga Mei 2005 misi nyata MER-C dijalankan di
Nias ( Sumatera Utara ) saat ada gempa bumi. Untuk periode April
2006 misi nyata pada saat Siaga Merapi di Yogyakarta. Kemudian
disusul pada Desember ada juga misi nyata untuk korban gempa bumi
di Sumatera Utara. Pun pada April 2006, ada juga misi nyata untuk
korban angin puting beliung di Yogyakarta (DIY) pada April 2006,
pada Desember ada juga misi nyata untuk banjir yang terjadi di
Langkat dan Tamiang di Sumatera Utara, tak hanya itu, bantuan juga
diberikan untuk korban banjir dan tanah longsir di Sinjai Sulawesi
Selatan dan untuk korban gempa bumi dan tsunami di Pangandaran,
Jawa Barat.
Selanjutnya misi yang telah dilaksanakan oleh MER-C pada
2007 antara lain: misi yang dilaksanakan untuk korban banjir di
Jakarta pada Februari hingga Maret dan banjir yang terjadi di Kudus-
Pati (Jawa Tengah) pada Januari 2007. Kemudian pada Maret hingga
4 April dan September dilaksanakan misi MER-C untuk korban gempa
bumi di beberapa wilayah seperti Padang, Sumatera Barat dan
Bengkulu Utara. Berbeda dengan biasanya, pada 3 Agustus 2007 juga
misi nyata juga dilakukan dalam Evakuasi Kecelakaan Pesawat
Garuda di Yogyakarta.
107
Tabel 3.3
Misi Kemanusiaan Dalam Negeri Periode 2008-2012
Tahun Daerah Misi Misi
2008 Bojonegoro (Jawa Timur)
Rawa Buaya (Jakarta Barat)
Situbondo (Jawa Timur
Pati (Jawa Tengah)
Bojonegoro, Blora, Tuban
(Jawa Timur)
LP Batu Nusakambangan (Jawa
Tengah),
Pengobatan
Cianjur (Jawa Barat) Longsor
Sidoarjo (Jawa Timur Pengungsi Lumpur
Lapindo
2009 Manokwari - Saosapor, Mega,
Abun (Papua Barat
Gempa
Polman (Sulawesi Barat) Banjir
Sragen (Jawa Timur) Longsor,
Bojonegoro
Situ Gintung (Tanggerang)
Pengalengan dan Tasikmalaya Gempa Bumi
Padang
2010 Ciwidey Tanah longsor
Kerusuhan Tanjung Priok
Banggai (Sulawesi Tengah), - Longsor
Wasior (Papua Barat) Banjir Bandang
Mentawai – Tsunami
Merapi Jogjakarta, Solo,
Semarang
Erupsi
2011 Buyat (Sulawesi Utara Pengecekan kesehatan
warga, kerjasama
dengan KLH
Tegal
Padang- Balaiselasa, Air Haji,
Kiambang (Pesisir Selatan),
Banjir Bandang
108
2012 Lampung Konflik Mesuji
Sampang Advanced Konflik Pengungsi
Sampang
Padang - Pasaman Timur –
Galodoh
Banjir Bandang
Medis Sambelia, Lombok
Timur, NTB
Sementara pada tahun 2008 juga ada beberapa misi yang
dilakukan MER-C, misalnya pada November hingga 6 Desember
bantuan diberikan untuk pengungsi atau luapan lumpur lapindo di
Sidoarjo. Lalu misi MER-C pada tahun 2009 antara lain; misi untuk
korban gempa di Manokwari - Saosapor, Mega, Abun (Papua Barat)
yang dilakukan pada Januari 2009, kemudian ada juga bantuan untuk
korban banjir yang terjadi di Polman (Sulawesi Barat). Lalu misi pada
tahun yang sama juga dilaksanakan di Pengalengan dan Tasikmalaya
untuk korban gempa bumi pada September hingga Oktober 2009.
Sedangkan misi nyata yang dilakukan pada 2010 misalnya bantuan
yang diberikan untuk korban erupsi Merapi Jogjakarta, Solo,
Semarang sejak 2011 hingga saat ini.
Tabel 3.4
Misi Kemanusiaan Dalam Negeri Periode 2013-2018
Tahun Periode Daerah Misi Misi
2013 18 Januari Attahiriyah, Bukit Duri,
Jakarta Selatan
Banjir
21 Januari Muara Baru, Jakarta Utara
23 Januari Tanah Pasir, Penjaringan,
Jakarta Utara
–, 17
Februari
Kec. Panyabungan,
Mandailing Natal
Banjir
Bandang
18 – 19
Februari
Desa Manyabar, Desa
Pagaran Tonga,
Mandailing Natal
–, 1 – 3
Maret
Tanjung Balai
Juli Aceh Gempa
Agustus- Sumatra Utara Gunung
109
November Meletus
014 14 Januari Sumatera Utara Gunung
Meletus
19 Januari Manado Banjir
Bandang –- 20
Januari
Kebon Baru, Tebet,
Jakarta Selatan
23 Januari Petamburan, Jakarta Pusat
25 Januari Basement Carefour MT
Haryono, Cawang Jakarta
Selatan
26 Januari Kp Melayu Besar, Kebon
Baru, Jakarta Selatan
– 28
Januari
Desa Cabang Dua, Kab.
Bekasi
31 Januari Desa Kresek dan Kronjo
Tangerang
2 Februari Gajah mada, Jakarta Pusat
27 Januari
– 12
Februari
Graha Cempaka Mas,
Jakarta Pusat
Advokasi
Kesehatan
2 Februari
dan April
Sumatera Utara Gunung
Meletus
Feb-Maret Jawa Timur (MER-C
Jogyakarta dan Solo),
9 Maret Sumatera Utara
10 April Rudenim Belawan II
Medan – Sumatera Utara,
Medis
Pengungsi
Rohingya
(MER-C
Medan)
November NAD Medis Banjir
Aceh
15 - 17
Desember
Banjarnegara - Jawa
Tengah
Medis
Longsor
Desember -
4 Januari
Suku Bajou Bekerjasama
dengan Kementrian
Kelautan Perikanan
Medis
110
(KKP) Pusat - Berau,
Kalimantan Timur
2015 15 Januari Sumatra Utara (MER-C
Medan
Medis Banjir
17 - 18
Januari
Banjarnegara - Jawa
tengah
Medis
Longsor
26 Juli - 2
Agustus
Papua, Assessment
konflik
Tolikara
2016 12 – 13
April 2016
kampung aquarium, luar
batang, penjaringan
Jakarta Utara
Assassment
penggusuran
20 – 22
Juni
Purworejo – Jawa Tengah
(MER-C Jogyakarta
Medis
Longsor
27 - 30 Juli kec. Carita dan Kec.
Mancak – Banten
Medis banjir
bandang dan
Longsor
22 - 31
Desemb
er
Nusa Tenggara Barat
22 - 26
Agustus
Poso, Sulawesi Tengah Advanced
Kasus Poso
bekerjasama
dengan
KOMNAS
HAM
23 - 26
September
–Oktober
A Garut, Jawa Barat Advanced
banjir
bandang dan
longsor di
Garut
bekerjasama
dengan
WANADRI -
Lima
Amanah,
Panti Asuhan
Ibu Aledja
111
Garut, Sumber
Alam Garut,
ITB'83 dan
ILUNI UI
4
November
2016
Kawal Garut, Jawa Barat
Aksi Damai 4/11
Kerusuham
2
Desember
Jakarta Medis Kawal
Aksi Damai
2/12
7 - 10
Desember
Aceh Medis Gempa
Pidie Jaya
(MER-C Aceh
dan MER-C
Medan)
2017 14 - 25
Maret
Poso Sulawesi Utara Penanganan
Medis Terkait
Kasus Poso
4 - 11 April Aceh Recovery dan
Trauma
Healing
Gempa Pidie
Jaya
11 April Ponorogo - Jawa Timur Longsor
Ponorogo -
Jawa Timur
(MER-C
Jogyakarta)
24 - 27
April
Maluku Utara Supervisi
Pembangunan
RS MER-C
Galela
2018 6 Agusutus
2018 -30
September
2018
Lombok-Utara Gempa Bumi
Lombok
November
2018-
Desember
Palu dan Donggala Gempa Bumi
dan Tsunami
112
2018
Januari
2019-
Februari
Anyer- Banten Gempa Bumi
dan Tsunami
Selanjutnya di awal tahun 2014, tepatnya dimulai pada 14
Januari 2014 MER-C juga melakukan misi ketika ada erupsi gunung
berapi di Sumatera Utara, kemudian ada juga bantuan yang disalurkan
ketika ada banjir bandang di beberapa wilayah di Jakarta. Lalu pada
periode 10 April 2014 juga memberikan bantuan berupa bantuan
medis pengungsi Rohingya (MER-C Medan) di Rudenim Belawan II
Medan – Sumatera Utara.
Kegiatan misi selanjutnya yaitu pada periode 15 Januari 2015
MER-C menyalurkan bantuan berupa medis untuk korban banjir di
Medan, Sumatera, serta Assessment konflik Tolikara di Papua pada
periode 26 Juli hingga 2 Agustus 2015. Kemudian pada periode 2016,
salah satunya telah disalurkan bantuan medis ketika banjir bandan dan
longsor terjadi di Carita dan Kec. Mancak – Banten. Sementara salah
satu misi nyata yang dilakukan pada periode 2017 adalah Penanganan
Medis Terkait Kasus Poso Sulawesi Utara yang dilaksanakan pada 14
hingga 25 Maret 2017.
Tak hanya itu, ada juga Recovery dan Trauma Healing Gempa
Pidie Jaya yang dilakukan di Acer pada April 2017. Masih dalam
bulan yang sama yaitu April 2017, ada juga kegiatan Supervisi
Pembangunan RS MER-C Galela di Maluku Utara. Sementara
kegiatan misi nyata yang dilakukan MER-C seperti bantuan untuk
korban Gempa Bumi Lombok pada 6 Agustus 2018 -30 September
2018, selanjutnya bantuan untuk korban Gempa Bumi dan Tsunami di
Palu dan Donggala pada November 2018-Desember 2018, terakhir
pada akhir tahun 2018 hingga awal tahun 2019 yaitu bantuan untuk
korban Gempa Bumi dan Tsunami di Anyer-Banten.
Dari data misi yang telah dilaksanakan oleh MER-C pada
level dalam negeri, dapat terlihat jelas bahwa visi utama MER-C yang
diejawantahkan dalam core-nya, “Gawat Darurat Medis” telah nyata
diwujudkan. Hal ini dapat terlihat dari tahun ke tahun mulai tahun
1999-2018 mayoritas misinya berbentuk medis, baik melalui
pengobatan maupun fisik rumah sakit atau klinik.
113
3. Misi Luar Negeri
Adapun misi luar negeri21
, MER-C telah sukses melakukan
pengabdiannya dalam mengimplementasikan misi kemanusiaan, selain
melakukan kegiatan di dalam negeri, MER-C juga memiliki capaian
yang sedikit banyak memberikan sumbangsih pada perdamaian dunia
pada beberapa kesempatan misi di luar negeri. Berapa negara tersebut
yang menjadi wilayah bantuan kemanusiaan MER-C seperti di benua
Asia, negara Afghanistan, Irak, Iran, Pakistan, Libanon, Palestina,
Nepal, Myanmar, dan Filipina. Di benua Afrika ada dua negara yang
telah menjadi wilayah misi kemanusiaan Sudan dan Somalia.
Sementara ada, satu wilayah di Spanyol yang menjadi titik tolak untuk
menembus wilayah jalur Gaza, Palestina.
Misi kemanusiaan MER-C di luar negeri dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3.5
Misi Kemanusiaan Luar Negeri tahun 2001 – 2006
Tahun Periode Daerah Misi Misi
2001
Oktober - 7
Desember
Afganistan
Perang
2002
14 Mei - 12
Juni
2003
1 - 22 April Irak
2004
01 Januari - 27
Februari
Iran Gempa Bumi
November Thailand Selatan Konflik
2005
13 - 28
Oktober
Kashmir Pakistan
2006 2 - 13
September
Nabatiyeh (Libanon
Selatan) -
Perang
21
http://MER-C.org/index.php/Id/2015-09-21-08-40-15/misi-luar-
negeri. diakses 08 September, 2017.
114
Dari tabel di atas terlihat keterlibatan MER-C yang turut
membantu misi kemanusiaan wilayah negara berpenduduk Islam. Misi
tersebut berupaya membantu secara internasional korban yang jatuh
akibat peperangan (antar etnis atau konflik berdasarkan aliran) dan
bencana alam. Pada masa-masa tersebut misi kemanusiaan
mendapatkan dukungan dana dari solidaritas umat Islam di Indonesia,
meskipun pada tahun-tahun tersebut masyarakat Indonesia masih
berada pada masa sulit yakni membenahi masalah sosial untuk bangkit
dari krisis moneter dan baru saya terlepas dari masa rezim Orde Baru,
Suharto.
Pada tahun 2001 sampai dengan 2006 MER-C kembali
mengirimkan misi kemanusiaan pada masa perang berkecamuk., yakni
di Afghanistan, pada tahun yang sama juga membantu di negara Irak,
dan Libanon. Pada kurun waktu tersebut yaitu tahun 2004, MER-C
kembali melakukan misi kemanusiaan pada musibah gempa bumi di
Iran. Selanjutnya tahun 2005 misi kemanusiaan kembali dilanjutkan
pada konflik di Kashmir Pakistan, dilanjutkan pada tahun 2006
melakukan misi kemanusiaan untuk korban perang Nabatiyeh
(Libanon Selatan).
Tabel 3.6
Misi Kemanusiaan Luar Negeri tahun 2009 – 2012
Tahun Periode Daerah Misi Misi
2009 1 Januari
- 8 Mei 2009
Palestina Agresi militer,
22 Mei - 2
Juni
Sudan Pengungsi
2010 24 Maret - 6
Apri
Flotila Pelayaran
19 Mei - 21
Juni
Flotila Pelayaran
Menembus
Blokade Gaza
13 Juli 2010 –
sekarang
Gaza – Palestina Pembangunan
RS Indonesia
27 Agustus -
10
September
Pakistan Banjir
Bandang
115
Gaza – Palestina Asia To Gaza
Solidarity
Caravan
2011 20 april - 20
Mei
Gaza – Palestina Pembangunan
RS Indonesia
di
4 - 20
Desember
Somalia Kelaparan
pengungsi
2012 9 Maret - 8
April
Jerussalem) Misi to via
darat
(Indonesia -
Pakistan- Iran-
Turki-
Lebanon-
Jordan -
Jerusalem)
26 Maret- 4
April
GMJ (Global
March) via
udara
(Indonesia -
Jordan)
20 Juli 2012 -
13 Maret
Konstruksi
MER-C untuk
pembangunan
RS Indonesia
di Gaza -
Palestina
(tahap 2)
21 Oktober
2012 - 13
Maret
Gaza – Palestina Konstruksi dan
Supervisi
MER-C untuk
pembangunan
RS Indonesia
(tahap 2)
12 - 19
September
Myanmar Konflik
Rakhine &
Rohingnya
116
Pada 2009 sampai dengan 2010, misi kemanusiaan dilakukan
di dua negara Afrika yaitu Sudan dan Somalia. Terdapat satu wilayah
Flotilla, bagian dari laut yang termasuk negara Spanyol merupakan
jalur untuk menembus akses jalur Gaza, Palestina. Pada 2010, setelah
MER-C berhasil menembus Flotilla dan masuk ke jalur Gaza, maka
solidaritas kemanusiaan memulai pembangunan Rumah Sakit
Indonesia di Gaza. Sebagai tahap awal.yaitu konstruksi dan supervisi.
Bersamaan dengan itu MER-C mengirim pula misi kemanusiaan ke
Rakhine dan Rohingya, yang dilanda konflik etnis dengan pemerintah
Myanmar.
Tabel 3.7
Misi Kemanusiaan Luar Negeri tahun 2013 – 2019
Tahun Periode Daerah Misi Misi
2013 15 Februari 2013
-
13 Maret 2014
Gaza – Palestina Konstruksi
MER-C untuk
pembangunan
RS Indonesia
(tahap 2)
15 Maret Supervisi
Konstruksi
MER-C untuk
pembangunan
RS Indonesia
(tahap 2)
22 November - 4
Desember
Filipina Bedah MER-C
untuk Filipina
- Topan
Haiyan
2014 17 Februari - 13
Maret 2014
Gaza – Palestina Supervisi
Konstruksi
MER-C untuk
pembangunan
RS Indonesia
di (tahap 2
28 Juni 2014 - 25
Juni 2014
Konstruksi
MER-C untuk
Pengadaan
Alat-Alat
Kesehatan RS
117
Indonesia
(tahap 3) dan
pembangunan
Wisma Rakyat
Indonesia.
2015 16 - 26 Februari
2015
Myanmar Tim Medis ke
2 Konflik
Rakhine &
Rohingnya
25 – 30 Agustus
2015
Serah Terima
Ambulans &
Survey
Indonesia
Health Center)
4 - 17 Mei 2015
Nepal Tim Medis
MER-C untuk
Nepal
kerjasama
dengan
Wanadri -
Gempa Bumi,
2017 15 - 21 Mei 2017 Rakhine State,
Myanmar
Konstruksi I
Pembangunan
RS Indonesia
2018 Februari-Agustus
2019
Gaza-Palestina Perbaikan
Rumah Sakit
Indonesia dan
Darurat Medis
2019 Gaza-Palestina Pembangunan
lantai 2
Rumah Sakit
Indonesia
Pada tabel di atas, rentang waktu 2013 sampai 2018 MER-C
kembali melanjutkan misi kemanusiaan ke Gaza, Palestina kontruksi
tahap 2 Rumah Sakit Indonesia. Bersamaan dengan itu pula pada
kurun waktu tersebut MER-C membangun pula Rumah Sakit di
Rakhine State, Myanmar. Pada tahun 2015 tim medis MER-C
bekerjasama dengan Wanadri membantu korban gempa bumi Nepal.
118
Pada tahun 2017 MER-C melakukan konstruksi I Pembangunan
Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State, Myanmar
Misi terbaru MER-C di luar negeri kembali dilakukan di awal
tahun 2019 dengan menambah pembangunan Rumah Sakit Indonesia
di Gaza menjadi dua lantai. Sampai saat ini, misi kemanusiaan yang
dilakukan MER-C terus berjalan dengan dukungan solidaritas seluruh
rakyat Indonesia untuk rakyat Pelestina.
Berbeda dengan di dalam negeri, di luar negeri, MER-C
melakukan misinya mulai tahun 2001-2017. Artinya, 2 tahun setelah
beraksi di dalam negeri, baru kemudian berlanjut pada level luar
negeri. Di luar negeri, MER-C lebih fokus pada pembangunan sarana
medis seperti rumah sakit dan klinik. MER-C nampaknya memiliki
misi bagaimana Indonesia secara non-profit berperan nyata dalam
bentuk fisik pembangunan medis di wilayah konflik internasional.
C. Relawan sebagai “Ujung Tombak” Aksi Kemanusiaan
Jenis badan hukum MER-C adalah Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM),. Dengan berlatarbelakang keinginan untuk
memberikan pertolongan pada orang yang membutuhkan baik dari
bidang medis maupun non medis, baik berupa tenaga, pikiran, dana,
informasi dan lain-lain, maka keanggotaanya bersifat luas, dapat
merekrut siapa saja yang mempunyai niat baik untuk membantu umat
manusia yang sedang tertimpa musibah. Untuk itu MER-C menyebut
keanggotaannya sebagai relawan. Relawan yang bergabung dengan
MER-C sifatnya adalah unpaid volunteer yang berarti tidak
mendapatkan bayaran. Selain itu yang menjadi ciri khas MER0C
adalah relawannya harus netral dan legal dalam bertugas. Netral
artinya, MER-C mengobati siapa pun tanpa memandang perbedaan
agama, kelompok, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud
legal ialah, MER-C tidak akan terjun ke lapangan sebelum mendapat
izin dari pihak yang memiliki otoritas di suatu wilayah. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Rima:
“Apa lagi kalau misalnya ke luar negeri seperti ke Gaza. Di
sana ada banyak terowongan. Oleh karenanya, jangan sampai setelah
119
kami tiba di sana, ternyata belum mendapat izin resmi dari pihak
setempat”.22
Syarat-syarat tertentu yang harus dilalui untuk melakukan
misi kemanusiaan ke suatu wilayah kemudian disosialisasikan kepada
para relawan yang tergabung di MER-C. Sosialisasi dilakukan,
mengingat para relawan yang bersifat unpaid volunteer dan mereka
tidak difasilitasi dengan asuransi kesehatan atau kematian Karena
MER-C adalah lembaga non profit. Oleh karena itu agar semua yang
dilakukan tidak dianggap illegal, maka MER-C harus menjalani
tahapan-tahapan proses seperti perizinan dan lain-lain.
Adapun dalam rekrutmen nya, kedudukan dan keanggotaan
relawan dibagi menjadi empat (4) kategori yaitu:23
1. Kategori M: Yaitu tenaga medis yang bersedia menjadi relawan
dan siap membantu terlaksananya program-program MER-C
sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya.
2. Kategori E: Tenaga medis yang bersedia menjadi relawan dan
siap membantu terlaksananya program-program MER-C sesuai
dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya, serta siap
menjadi relawan yang diterjunkan ke daerah operasi.
3. Kategori R: Tenaga non medis yang bersedia menjadi relawan
dan siap membantu terlaksananya program-program MER-C
sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya,
serta siap menjadi relawan yang diterjunkan ke daerah operasi.
4. Kategori C: Tenaga non medis yang bersedia menjadi relawan
dan siap membantu terlaksananya program-program MER-C
sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya.
Adapun tahap penyeleksian penerimaan relawan MER-C
memiliki Standard Operasional Procedure (SOP) yang telah
ditetapkan, yakni dimulai dengan tahap pendaftaran relawan yang
dilakukan satu kali dalam satu tahun dan hanya pada waktu-waktu
tertentu, seperti ketika terjadi bencana dan lain-lain.24
Sebagaimana
dijelaskan oleh salah seorang relawan:
22
Wawancara dengan Rima Manzanaris, Manager Operasional
MER-C, 6 September 2018, di sekretariat MER-C, Jl. Kramat Lontar Jakarta
Pusat. 23
Azimah Rahayu, Senja Merah Di Tanah Maluku, h. 86 24
Dokumen Sub Divisi Relawan MER-C.
120
“Untuk bergabung menjadi relawan, tentu harus daftar
terlebih dahulu, yaitu dengan mengirim CV dan lain sebagainya,
sehingga yang bersangkutan masuk database terlebih dahulu. Dengan
demikian, bisa diketahui bahwa kami, misalnya, punya relawan
seorang guru, psikolog, IT dan yang lainnya. Jadi, ketika kami
membutuhkan keilmuan dan keahlian yang bersangkutan, maka kami
akan menghubunginya.”25
Calon relawan yang telah mendaftar, kemudian diseleksi
melalui wawancara. Wawancara dilakukan oleh tim pewawancara
yang terdiri dari dua (2) orang relawan MER-C yang telah
berpengalaman dan mengacu pada formulir wawancara yang telah
dibuat oleh sub divisi relawan. MER-C. Tahap selanjutnya adalah
penapisan (skrining) tahap I dan II.
Pada penapisan tahap I seleksi dilakukan dengan tujuan untuk;
1). Pengenalan kegiatan-kegiatan MER-C secara umum; 2).
Memberikan materi-materi dasar yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan MER-C seperti: kegawatdaruratan, pengambilan/pengolahan
informasi di bawah koordinasi sub divisi Diklat dan Relawan. Pada
penapisan tahap II seleksi dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
materi-materi lanjutan guna meningkatkan kemampuan di bawah
koordinasi sub divisi Diklat dan Relawan dalam bentuk magang di
divisi-divisi yang merupakan tahap akhir seleksi. Setelah proses
penapisan tahap II barulah kemudian calon relawan dilantik menjadi
relawan untuk kemudian diikutkan dalam Diklat (Pendidikan dan
Latihan).26
Setelah menjalani pendidikan dan latihan sebagai modal
pengetahuan kerelawanan dan lain-lain, calon relawan kemudian
diwajibkan mengikuti proses magang selama satu tahun untuk
memperkenalkan dunia kerelawanan. Dan jika tahapan-tahapan ini
telah dilalui, maka untuk memastikan kesungguhan maka diadakanlah
proses rekomitmen ulang, setelah presidium memutuskan siapa saja
yang layak menjadi relawan dalam rapat kerja tahunan MER-C,
barulah para calon relawan dilantik oleh ketua presidium MER-C. Dan
mereka resmi bergabung sebagai relawan MER-C.27
Berikut bagan
25
Wawancara dengan Iis Islamiyah, Relawan Non Medis MER-C, 13
September 2018 26
Dokumen Sub Divisi Relawan MER-C. 27
Dokumen Sub Divisi Relawan MER-C.
121
Standar Operasional Procedure (SOP) penerimaan relawan MER-C
oleh Sub Divisi Relawan:
Tabel: 3.8.
Standar Operasional Procedure (SOP) penerimaan relawan
MER-C
Kedudukan relawan sangat urgen, hal tersebut dapat dilihat
dari struktur kepengurusan yang juga diisi oleh para relawan yang
berlatar belakang medis (dokter), tapi sejak beberapa tahun
belakangan juga mulai diisi oleh relawan berlatar belakang non medis
yaitu Ir. Faried Thalib. Relawan yang merupakan insinyur bidang sipil
ini memulai kiprah keterlibatannya di MER-C ketika terjadi bencana
tsunami Aceh. Sejak saat itu, Ir. Faried Thalib selalu siap hadir di
berbagai wilayah perang, konflik dan bencana baik di dalam maupun
di luar negeri. Bahkan kini Ir. Faried Thalib tengah mengomandoi
program pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza,
Palestina dan pembangunan Rumah Sakit MER-C di Galela, Maluku
Utara.
D. Model Penggalangan Dana
Organisasi MER-C menggalang dana melalui program
rekening donasi berupa zakat (maal), infak dan sedekah. Donasi yang
dihimpun oleh MER-C di salurkan sesuai dengan akad dan amanah
para donatur melalui rekening-rekening amanah MER-C.28
Jadi dana
yang masuk ke MER-C benar-benar hanya dalam bentuk sumbangan
masyarakat, baik melalui individu maupun kelompok-kelompok
masyarakat. Mengenai sistem penggalangan dana ini diungkapkan
oleh Habib sebagai berikut:
28
MER-C, Rekening Donasi”, dalam http://MER-C.org/rekening-
donasi, diakses 06 Maret 2019.
Pendaftaran Relawan Wawancara Penapisan Tahap I
Penapisan Tahap II Pelantikan Relawan
Diklat dan
Magang (wajib)
dalam waktu 1
tahun
122
“Sebenarnya kami agak berbeda, baik dengan ormas maupun
dengan organisasi keagamaan. Sebagai sebuah LSM, kami
bisa dibilang agak unik, karena sebagaimana umumnya
LSM, di mana sumber dananya berasal dari sumbangan
orang-orang, maka kami sendiri sebenarnya tidak
memprogramkan penggalangan dana secara rutin. Jadi,
hubungan kami dengan masyarakat lain itu sebenarnya
melengkapi. Itu yang menjadi prinsip kami. Ini untuk bisnis
utamanya MER-C. Bisnis utamanya itu kan kebencanaan.
Jadi, prinsip kita adalah melengkapi, dan fokus kepada yang
most verneurable dan most neglegted. Jadi, kami tidak akan
dijumpai di area-area publik. Karena amanah yang diberikan
kepada kami, akan kami sampaikan kepada orang yang
memang sangat memerlukan. Jadi, kalau misalkan kami
mengadakan kegiatan ketika bencana berada di lahan
terbuka, kemudian banyak bendera, iklan dan lain
sebagainya, mungkin tidak ketemu.”29
Sebagaimana LSM kemanusiaan lain, MER-C juga menerima
zakat, infak dan sedekah untuk dikelola, akan tetapi dalam hal
pendanaan misi, penerimaan dana lebih ditekankan dalam bentuk
donasi melalui rekening kemanusiaan. Hal ini dilakukan agar lebih
fleksibel, yakni sesuai kehendak masyarakat ke mana donasinya ingin
disalurkan. oleh karena itulah semua rekening memiliki nama,
misalnya rekening donasi untuk RSI Palestina dan, untuk Myanmar,
untuk Tsunami Aceh, gempa Lombok, Tsunami Palu dan Donggala
atau Tsunami Banten dan lain-lain. Sedangkan untuk biaya
operasional MER-C mengambil seperdelapan dari dana yang masuk.30
Berdasarkan wawancara dengan Rima Manzanaris tentang
penerimaan dana, seluruhnya murni dari rekening donasi dan tidak ada
dana sponsor dari lembaga atau perusahaan tertentu. Sumbangan
melalui zakat hanya berasal dari zakat profesi, yakni individu bukan
perusahaan. Semua dana yang masuk berasal dari sumbangan umat
29
Wawancara pribadi dengan dr. Hadiki Habib, Relawan Medis
MER-C, di secretariat MER-C, Jl. Kramat Lontar Jakarta Pusat. 20 Desember
2018 pukul: 13.30 WIB. 30
Wawancara pribadi dengan dr. Joserizal Jurnalis, Relawan
sekaligus pendiri MER-C, di Rumah Sakit Siaga Pasar Minggu, 29 Juni 2016,
pukul: 15.30 WIB.
123
Islam, meskipun donasi tidak dibatasi hanya kepada umat Islam
karena bersifat umum.31
Penerimaan dana yang murni berasal dari masyarakat
bertujuan untuk menjaga independensi. Menurut Rizal, salah satu ciri-
ciri NGO yang sehat itu adalah independensi. Kalau tidak independen,
maka akan memunculkan problem. Independisi NGO itu dapat dlihat
dari sumber dana.32
Dengan demikian agar dalam setiap program dan
misinya tidak ada pihak manapun yang bisa mengatur dan
mengarahkan MER-C untuk mempromosikan salah satu kelompok
atau organisasi.
Jika ditelusuri secara keorganisasian, karakteristik MER-C
sebagai NGO kemanusiaan, seluruh aturan-aturannya mencerminkan
sebagai organisasi kemanusiaan murni. Akan tetapi jika melihat dasar
organisasi yang berlandaskan Islam dengan prinsip rahmatan lil ‘a>lami>n, MER-C merupakan bagian dari organisasi kemanusiaan
dalam kategori Religiuos NGO (LSM Keagamaan). MER-C bukanlah
satu-satunya lembaga NGO dari Indonesia, akan tetapi di antara
lembaga dan NGO yang lain, MER-C memiliki karakteristik
tersendiri. MER-C secara umum memiliki dua misi kegiatan,
Humanitarian Aid dan Humanitarian Politic. Pada konteks
Humanitarian Aid, MER-C membantu dan melakukan pertolongan
pada orang-orang yang sangat teraniaya, terluka dan terlupakan.
Artinya MER-C mencari celah dan lahan misi kemanusiaan yang
kosong dan belum ditanggapi oleh lembaga NGO lain. Pada konteks
Humanitarian Politics, MER-C mengajak kepada semua pihak
termasuk pemerintah dan masyarakat dunia untuk mencegah
terjadinya kerusakan lebih berat dari suatu bencana alam, peperangan,
dan sebagainya dengan melakukan penyuluhan, kampanye, negosiasi
kepada pihak terkait.
31
Wawancara dengan Rima Manzanaris, Manager Operasional
MER-C, 6 September 2018. 32
Wawancara pribadi dengan dr. Joserizal Jurnalis, Relawan
sekaligus pendiri MER-C, di Rumah Sakit Siaga Pasar Minggu, 29 Juni 2016,
pukul: 15.30 WIB.
125
BAB IV
KARAKTERISTIK DAN DISTINGSI GAZA DAN
LOMBOK SEBAGAI WILAYAH DAKWAH
KEMANUSIAAN MER-C
Bab ini membahas tentang aksi kemanusiaan MER-C di Gaza
dan Lombok untuk mengungkap dakwah berbasis kemanusiaan yang
dilakukan oleh MER-C. Realitas Gaza dan Lombok sebagai objek
dakwah MER-C yang mewakili misi kemanusiaan akibat konflik
kemanusiaan dan gempa bumi dibahas secara detail. Kedua wilayah
ini memiliki distingsi problem yang cukup menarik dibahas dan
diungkap dalam melihat sejauh mana MER-C melakukan aksi
kemanusiaan terhadap dua wilayah yang sumber kebencanaannya
berbeda. Setiap wilayah yang menjadi sasaran aksi kemanusiaan
MER-C memiliki karakteristik tersendiri. Gaza sebagai salah satu
wilayah aksi kemanusiaan MER-C di luar negeri, sedangkan Lombok
merupakan representasi dari objek aksi kemanusiaan MER-C di dalam
negeri.
A. Karakteristik Gaza sebagai Objek Dakwah Kemanusiaan
MER-C Pasca Konflik Kemanusiaan
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Gaza merupakan objek
dakwah kemanusiaan MER-C yang mewakili kebencanaan akibat
konflik kemanusiaan. Kebencanaan di Gaza disebabkan oleh agresi
militer yang dilakukan oleh pihak- pihak yang berkepentingan politik,
termasuk antara Israel dan gerakan islamisme Hamas.
1. Geopolitik Gaza dalam Tragedi Kemanusiaan Palestina
Gaza dan wilayah Yordania pada zaman dahulu merupakan
bagian dari wilayah yang disebut dengan Syam. Dari wilayah Syam
ini, semua kitab suci agama samawi menjelaskan peranan pentingnya
sejak masa nabi-nabi terdahulu hingga masa Nabi Muhammad SAW,''
jelasnya. Kelompok ahli kitab, umat Yahudi dan Nasrani, memiliki
nubuat tersendiri bagi tanah Syam ini. Mulai dari tanah perjanjian bagi
umat Yahudi, wilayah yang mengisahkan masa kecil Nabi Isa AS bagi
umat Nasrani, dan wilayah yang dijanjikan Rasulullah SAW sebagai
benteng terakhir perlindungan umat Islam di akhir zaman.1
1Julie Marks, ‚Gaza Sejarah Yang Memicu Konflik Israel-
Palestina,‛ Berita Online, dalam https://www.matamatapolitik.com/gaza-
126
Dari sisi geografis, wilayah Gaza merupakan pintu perbatasan
Palestina di wilayah Gaza ke Mesir. Selain itu, Gaza merupakan
bagian dari sebagian besar wilayah subur di Tanah Palestina yang saat
ini telah dicaplok Israel. Dari sisi geopolitik, Gaza merupakan
pertahanan terakhir kelompok perjuangan Hamas yang tidak ingin
bernegosiasi bagi pembagian wilayah Palestina, kecuali mengacu pada
wilayah Palestina di perjanjian 1946. Walapun ada Ramallah yang
dikuasai Fatah yang masih menoleransi negosiasi pembagian wilayah
bagi dua negara.2
Jalur Gaza dipisahkan oleh Israel dari Yerusalem, yang
memiliki makna religius dan budaya yang mendalam bagi Arab dan
Yahudi. Israel dan Palestina mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota
negaranya. Sebelum Israel menjadi sebuah bangsa, mayoritas orang
yang tinggal di wilayah itu adalah orang Palestina-Arab yang tinggal
di tempat itu yang kemudian dikenal sebagai Palestina. Jalur Gaza
merupakan bentangan tanah seluas 140 mil persegi yang terletak di
sepanjang pantai Mediterania antara Mesir dan Israel. Wilayah ini
telah mengalami puluhan tahun demonstrasi, operasi militer, dan
kekerasan ketika Israel dan Otoritas Palestina telah menegaskan hak
untuk mengontrol daerah tersebut.3 Berikut peta jalur Gaza yang
masih bertahan mempertahankan Palestina dari Israel.
sejarah-yang-memicu-konflik-israel- palestina/, diakses 7 Januari 2018.
2Amri Amrullah, ‚Gaza Benteng Terakhir Palestina,‛ Berita
Online, dalam https://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-
israel/14/07/15/n8r5ip-gaza- benteng-terakhir-palestina-1, diakses 29 Januari
2019. 3Julie Marks, Gaza Sejarah Yang Memicu Konflik Israel-
Palestina,‛ Berita Online, dalam https://www.matamatapolitik.com/gaza-
sejarah-yang-memicu-konflik-israel- palestina/, diakses 7 Januari 2018.
127
Gambar: 4.1 Jalur Gaza Palestina
Sumber Gambar:
https://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina
-israel/14/07/15/n8r5ip-gaza-benteng-terakhir palestina-1
Gaza merupakan wilayah yang masih bertahan sampai saat ini
di Palestina. Dari tahun 1946 hingga abad ke-20 M. Berikut gambar
dinamika dan sejarah Israel menguasai tanah Palestina.
Gambar 4.2
Rekam Jejak Kekuasaan Israel atas Palestina
Sumber Gambar:
https://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-
israel/14/07/15/n8r5ip-gaza-benteng-terakhir-palestina-1
128
Gambar di atas memperlihatkan bahwa konflik perebutan tanah
Palestina oleh Israel sudah dimulai pada tahun 1946. Kemudian pada
tahun 1947 sudah hampir setengah wilayah Palestina dikuasai oleh
Israel. Kemudian puncak ketegangan yang amat panjang pada tahun
1946 hingga 1967 hampir tiga perempat bagian wilayah Palestina
dikuasai Israel. Artinya, wilayah Palestina hanya tinggal seperempat
lagi. Tidak berhenti sampai di situ, Israel dengan sekutunya tidak
menyerah untuk menaklukkan Palestina secara utuh hingga pada tahun
2000 wilayah Palestina yang tersisa hanya Gaza dan wilayah-wilayah
kecil lainnya.
Palestina memiliki 22 kota mulai dari arah utara ke arah selatan:
1) Safad, 2) Akka, 3) Tabariya, 4) Beisan, 5) Nazareth, 6) Jenin, 7)
Nablus, 8- Tulkarim, 9) Qalqiliyah, 10) Lidd, 11) Ramla, 12)
Ramallah, 13) Al-Quds (Jerusalem), 14) Jericho, 15) Betlehem, 16)
Al-Khalil (Hebron), 17) Majdal, 18) Jabaliya, 19) Gaza, 20)
Bersheeba, 21) Khan Yunis, 22) Rafah. Dari 22 kota tersebut ada 3
kota yang sangat terkenal yaitu Gaza, Tepi barat dan Yerussalem.
Gaza adalah kota yang terletak di kawasan pesisir timur Laut Tengah,
di bagian selatan Palestina. Kota ini kini adalah kota terpenting di
Jalur Gaza. Kota ini juga termasuk dalam kota-kota tertua di dunia. Di
kota ini terdapat makam Hasyim bin Abdi Manaf (kakek Rasulullah
saw). Dan di kota inilah Imam Syafi’i dilahirkan. Ramallah adalah
kota terbesar di Palestina yang juga merupakan ibukota Palestina.
Kota ini adalah yang paling penting, urutan nomor satu,
dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Palestina, karena di kota ini
terdapat banyak tempat suci tiga agama samawi: Islam, Yahudi,
Kristen.4
Dibawah ini tabel jumlah penduduk ke-3 kota tersebut
berdasarkan agama yang dipeluk.
4https://filestin.wordpress.com/2009/07/14/kota-kota-penting-di-
palestina/diakses, 26 September 2019, pukul 14:00 WIB.
129
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Tiga Kota Penting Palestina Berdasarkan Agama
N
o.
Kota Islam Yahudi Kristen
dan
lainnya
Jumlah
1. Jalur Gaza 1.525.700
(80,3%)
361.000
(19%)
13.300
(0,7%)
1.900.000
2. Tepi Barat 210.000
(75%)
476.000
(17%)
224.000
(8%)
2.800.000
3. Yerusalem 281.000
(62%)
497.000
(35%)
14.000
(2%)
801.000
Total 3.906.700
(71%)
1.334.000
(24,3%)
251.300
(4,6%)
5.501.000
2. Dinamika Konflik Kemanusiaan di Gaza
Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi
yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan
seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu
pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki
pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang
dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial
total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua
negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan
satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur
Gaza, Tepi Barat, dan Jerussalem Timur.
Pada saat pemerintahan Inggris dengan secara intensif
melucuti senjata rakyat Palestina. Namun pada kesempatan lain,
pemerintah Inggris menutup mata pada pihak Israel, bahkan
menggalakkan pemilikan senjata secara rahasia, mempersenjatai
mereka, dan membentuk milisi serta melatih mereka. Hingga pada
saat pecahnya perang 1948, jumlah pasukan bersenjata Israel sudah
mencapai 70.000 tentara. Jumlah ini tiga kali lipat dari jumlah tentara
Arab yang ikut bagian dalam kancah perang 1948.5
Palestina mempunyai sejarah yang sangat panjang sejak
kerajaan Romawi berkuasa. Sejak tahun 1517 hingga 1917 kerajaan
5Shaleh, Muhsin Muhammad, Sejarah, Perkembangan dan Konspirasi,
(Gema Insani Press, Jakarta, 2004), h. 46-48.
130
Ottoman Turki menguasai Arab termasuk wilayah yang saat ini
menjadi Lebanon, Syria dan Palestina. Selama perang dunia ke I
(1914-1918), Turki menjadi sekutu Jerman. Ketika Jerman dan Turki
kalah, pada tahun 1916 kontrol atas wilayah kekuasaan kerajaan
Ottoman dilimpahkan pada Inggris (British Mandate) dan Perancis
(France Mandate) dibawah perjanjian
Sykes-Picot Agreement, yang membagi Arab menjadi beberapa
wilayah. Lebanon dan Syria dibawah kekuasaan Perancis (France
mandate) sementara Irak dan Palestina termasuk wilayah yang saat ini
dikenal dengan negara Jordan dibawah kekuasaan Inggris (British
Mandate). Baik bangsa Arab maupun Yahudi sama-sama berjasa pada
Inggris dalam perang dunia I sehingga Inggris berhasil mengalahkan
Jerman dan Turki.Setelah perang usai, pihak Arab meminta wilayah
yang dulu dikuasaiTurki termasuk Palestina sepenuhnya menjadi
milik Arab. Tapi pihak Yahudi juga meminta pada Inggris yang dulu
menjanjikan seluruh Palestina (termasuk Jordan yang dulu belum ada)
untuk diserahkan pada bangsa Yahudi.6 Pada tanggal 2 November
1917 Inggris menawarkan pembagian wilayah menjadi 2 disebelah
timur sungai Jordan menjadi milik Yahudi Palestina dan sebelah barat
sungai Jordan menjadi milik Arab Palestina. Pada saat itu tempat yang
tadinya untuk bangsa Arab Palestina dinamakan
Jika dibandingkan wilayah lain, Gaza merupakan daerah yang
paling sering mendapat serangan brutal Zionis Israel. Salah satu
penyebabnya adalah keberadaan pejuang militan HAMAS yang
memang secara konsisten berada di garda terdepan memperjuangkan
Palestina melawan pendudukan tentara Israel. Maka wajar kemudian,
Gaza disebut sebagai salah satu medan jihad di dunia saat ini. Selain
sebagai tempat para mujahidin mencari jalan untuk syahid, Gaza
memang sangat istimewa.
Warga negara asing yang disegani oleh penduduk Gaza adalah
warga negara Indonesia. Selain karena Indonesia dikenal sebagai
negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, juga karena
Indonesia selalu memberikan dukungan moril. Hal ini jika
dibandingkan dengan negara lain baik negara di Timur Tengah lain
sekalipun. Itulah mengapa nama Indonesia begitu istimewa di mata
warga Gaza.Yang mencengangkan, anak-anak di Gaza tidak ada
6Muhsin Muhammad Shaleh,, Sejarah, Perkembangan dan Konspirasi,
h. 47.
131
memiliki trauma sedikitpun meski mereka tinggal di area konflik
tersebut. Selain karena sudah terbiasa dengan dentuman bom dan
mortar, suasana jihad di sekeliling turut membentuk karakter tangguh
sejak kecil.
Sejarah dan latar belakang konflik antara Israel dan Palestina
bisa ditarik mundur sejak tahun 2000 SM. Namun dalam sejarah
kontemporer, konflik Palestina-Israel dimulai pada tahun 1967 ketika
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut
Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat
dan Yerussalem (Yordania).7 Oleh Karena itu, penting dijelaskan
secara runtut rekam jejak embrio konflik yang begitu panjang antara
Israel dan Palestina yang terangkum pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Awal Mula Inggris Mulai Menyentuh Palestina
Inggris Mulai Menyentuh Palestina
Tahun Kasus Konflik Kemanusiaan
1838 M
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang
merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849 M
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke
Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina
baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948
jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964
sudah hampir 3 juta orang.
1882 M
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina
yang berselubung agama, simpati, dan kemanusiaan
bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891 M
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke
Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-
besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu
khilafah sudah ―sakit-sakitan‖, sehingga dijuluki
―the sick man at Bosporus‖. Dekadensi pemikiran
meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat
membuat terobosan dengan memodernisir
7Munzalan Mubarakan, ‚Sejarah dan Latar Belakang Konflik Israel-
Palestina dari 2000 SM sampai Sekarang‛, Berita Online, dalam
https://simomot.com/2014/07/14/sejarah-dan-latar-belakang-konflik-israel-
palestina-dari-2000sm-sampai-sekarang/, diakses 12 Januari 2019.
132
infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api
dari Damaskus ke Madinah via Palestina. Sayang,
sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh
Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah
dipengaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus,
dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
1897 M
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia
di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis
mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi
tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah
bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara
berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum
zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi –
walaupun secara rahasia – pada ―tanah yang
bersejarah bagi mereka‖. Sebelumnya Inggris
hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau
di Amerika Latin. Di kongres itu, Herzl menyebut,
Zionisme adalah jawaban bagi ―diskriminasi dan
penindasan‖ atas umat Yahudi yang telah
berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini
mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi
hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi
sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, ―Dalam
50 tahun akan ada negara Yahudi !‖ Apa yang
direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun
1948.
1916 M
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu
(Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya
Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram
wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah
dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir
dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat
kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman
berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka
sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang
lebih besar).
1917 M
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James
Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu
pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa
133
Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di
Palestina dalam membantu pembentukan tanah air
Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa
(cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris
untuk menguasai Palestina.
1938 M
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan
Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan
mereka pada PD I yang telah menghancurkan
ekonomi Jerman. Maka mereka perlu ―penyelesaian
terakhir‖ (endivsung). Ratusan ribu keturunan
Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke
luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis
lain serta kaum intelektual yang berbeda politik
dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah
PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya
karena menguasai banyak surat kabar atau kantor-
kantor berita di dunia.
1944 M
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara
terbuka memaparkan politik ―membiarkan orang-
orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka
ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan
mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.‖
Kondisi Palestina pun memanas.
1947 M
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina
menjadi dua negara: Arab dan Israel.
14 Mei 1948 Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di
Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan
kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan
agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang
masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa
mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir, dan
lain-lain. Palestine Refugees menjadi tema dunia.
Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan
menganggap mereka telah memajukan area yang
semula kosong dan terbelakang.Timbullah perang
antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya.
Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada
di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme
Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun
134
1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab
Palestina yang telah ditetapkan PBB.
Keterangan di atas sebagaimana diketahui bahwa pada tahun
1835, Inggris telah memberikan sponsor kepada Irael untuk
mendirikan Sekolah Yahudi pertama di Palestina. Tidak sampai di situ
saja, secara terang-terangan pada tahun 1838 Inggris membuka kantor
konsulat di Yerussalem. Persekutun Inggris dan Israel tersebut
menjadi embrio kuat hingga kini yang memiliki pengaruh besar
terhadap penguasaan Palestina oleh Israel.
Tabel 4.3
Ikhwanul Muslimin Melawan Israel
Ikhwanul Muslimin Melawan Israel
Tahun Kasus Konflik Kemanusiaan
2 Desember
1948
Protes keras Liga Arab atas tindakan Amerika
Serikat dan sekutunya berupa dorongan dan
fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis
ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin
(IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000
mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini
kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel,
namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir
takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan
kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau
dihukum mati.
29 Oktober
1956
Israel dibantu Inggris dan Prancis menyerang Sinai
untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu
ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke
Hizbut Tahrir (salah satu gerakan Islam) untuk
mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut
Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.
1964 M
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine
Liberation Organization). Dengan ini secara resmi,
nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-
Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam
sedunia.
1967 M Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama
135
6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil
merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran
tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem
(Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan
angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi
dari CIA (Central Intelligence Agency), sebuah
Badan Intelijen Pusat milik Amerika. Sementara itu
angkatan udara Mesir ragu membalas serangan
Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut
terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan
tembakan selama dia ada di udara.
November
1967
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi
Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur
Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6
hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan
penyelesaian secara adil masalah pengungsi
Palestina.
1969 M
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai
ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di
Yordania.
1970 M
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi
perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam
oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan.
Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari
AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas
PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke
Libanon.
6 Oktober
1973
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai
dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya
Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal
dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir
menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh
Amerika. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa
berkompromi, karena dia hanya siap untuk
melawan Israel, namun tidak siap berhadapan
dengan Amerika Serikat. Arab membalas
kekalahan itu dengan menutup keran minyak.
Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
136
Pada tanggal 2 Desember 1948 adalah puncak sikap Negara
Liga Arab atas Ameriaka Serikat dan sekutunya dalam aksi zionis ke
Palestina. Melalui Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-
Banna, Israel dilawan dengan mengirim 10.000 mujahidin. Mulai
pada tahun 1948 hingga 1973 pula, gejolak konflik Liga Arab dengan
Israel semakin meluap dalam bentuk peperangan yang cukup popular
di dunia internasional.
Tabel 4.4
Tentang Resolusi PBB No. 338 dan 242.
Resolusi PBB No. 338 dan 242
Tahun Kasus Konflik Kemanusiaan
22 Oktober
1973
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi
Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan
resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di
Timur Tengah.
1977 M
Pertimbangan ekonomi (perang telah
memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat
pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab.
Ia menawarkan perdamaian, jika Israel
mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara
Arab merasa dikhianati. Karena langkah
politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh
pada tahun 1982.
1978,
September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp
David yang diprakarsai Amerika Serikat.
Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas
kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah
pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel
Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian
1979. namun Israel tetap menolak perundingan
dengan PLO dan PLO menolak otonomi.
Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak
pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi
lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga
tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu
memveto resolusi PBB yang tidak
menguntungkan pihak Israel.
137
1980 M
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai
musim panas 1980 kota Yerussalem yang
didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982 M
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan
pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila.
Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini
tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena lagi-
lagi hak veto dari Amerika Serikat. Bahkan Israel
juga dengan sembrono melakukan serangkaian
pengeboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq,
Libya, dan Tunis.
1987 M
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-
orang Palestina yang tinggal di daerah
pendudukan terhadap tentara Israel mulai
meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS,
suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya
dengan pendidikan dan sosial.
15 Nopember
1988
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria,
ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik
Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur
sebagai ibukota negara dengan Presiden
pertamanya adalah Yasser Arafat. Setelah Yasser
Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh
Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang
identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan
500 orang.
Desember1988
Amerika Serikat membenarkan pembukaan dialog
dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung
mengakui eksistensi Israel dengan menuntut
realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu
memproklamirkan Republik Palestina di
pengasingan di Tunis.
Maret 1991
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita
Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan
―menikah dengan revolusi Palestina‖.
September
1993
PLO Israel saling mengakui eksistensi masing-
masing dan Israel berjanji memberikan hak
otonomi kepada PLO di daerah pendudukan.
Motto Israel adalah ―land for peace‖ (tanah untuk
138
perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh
pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di
Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara
Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat, dan Yordania)
menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan
Saudi mengeluarkan ―fatwa‖ untuk mendukung
perdamaian. Setelah kekuasaan di daerah
pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai
perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi
segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka
sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan
Yahudi. Yasser Arafat, Yitzak Rabin, dan Shimon
Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya
tersebut.
1995 M
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi
fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi
fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang
shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel,
laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan
dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina
yang menuntut kemerdekaan total menteror ke
tengah masyarakat Israel dengan bom ―bunuh
diri‖. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian
yang tidak adil itu. Sebenarnya ―land for peace‖
diartikan Israel sebagai ―Israel dapat tanah, dan
Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup
damai).‖
1996 M
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh
Netanyahu dari partai kanan. Itu artinya
kemenangan Yahudi yang anti perdamaian.
Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan
perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara
Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah
otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin
menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi
di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga
ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali
membuat perjanjian baru. AS tidak senang bahwa
Israel jalan sendiri di luar garis yang
139
ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS
terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai
agen-agennya di negara-negara Arab untuk
―mengingatkan‖ si ―anak emasnya‖ ini. Maka
sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali
memusuhi Israel. Mufti Mesir bahkan kini
memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu
Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga
mencoba menjadi penengah, yang sebenarnya juga
hanya untuk kepentingan masing-masing dalam
rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu.
Mereka juga tidak rela jika Amerika Serikat
beraksi sendiri tanpa bicara dengan Eropa.
2002 – 2008
M
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta
menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat
Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB, dan Amerika
Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah
menerima peta itu namun dengan 14 ―reservasi‖.
Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah
rencana pemisahan diri yang kontroversial yang
diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon.
Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel
menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh
―kehadiran sipil dan militer yang permanen‖ di
Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana,
dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan
―mengawasi dan mengawal kantong-kantong
eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol
eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus
melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari
Jalur Gaza.‖ Pemerintah Israel berpendapat bahwa
―akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim
bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,‖
sementara yang lainnya berpendapat bahwa,
apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-
satunya ialah bahwa Israel akan diizinkan untuk
menyelesaikan tembok. Artinya, penghalangtTepi
Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi
Barat seperti adanya sekarang ini‖.
140
Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu
tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud Olmert
yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri
Israel menggantikan Ariel Sharon yang
berhalangan tetap karena sakit – berpidato. Dalam
pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji
untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat,
damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum
minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan
dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali
berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal
dan pasti dengan bangsa Palestina.
Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel
bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia
mengharapkan bangsa Palestina pun harus
fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan
bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin
Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka
Israel ―akan menentukan nasibnya di tangannya
sendiri‖ dan secara langsung menyiratkan aksi
sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini
sebagian besar tergantung pada niat baik partai-
partai lain untuk bekerja sama dengan perdana
menteri yang baru terpilih.
Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-
habisan Israel ke Gaza pada tanggl 27 Desember
2008), sudah terjadi serangan-serangan kecil di
antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza,
disebabkan Israel menutup tempat-tempat
penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza
sehingga pasokan bahan bakar minyak terhenti,
yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit
listrik di Jalur Gaza tutup. Sebagai catatan akhir,
Perdana Menteri Israel setelah Benjamin
Netanyahu berutur-turut adalah Ehud Barak, Ariel
Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam
penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud
Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di Palestina
adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP),
141
dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah
Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail
Haniya.
Maret 2000 Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon
ke Masjidil Aqsa memicu kerusuhan. Masjidil
Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci
umat Islam. Intifadah gelombang kedua pun
dimulai.
Aksi perlawanan Liga Arab atas Israel direspon oleh Dewan
Keamanan PBB pada tahun 1973 dengan dikeluarkannya resolusi
Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242
dan perundingan damai di Timur Tengah. Artinya pada tahun 1973
mulai kembali terjadi konflik yang dahsyat bahkan pada bulan Maret
tahun 2000, Intifadah kedua dimulai. Dapat dibayangkan bahwa
hingga tahun 2000, konflik ini belum juga mendapatkan solusi,
bahkan bertambah melebar dengan konflik-konflik yang lain.
Tabel 4.5
Histori KKT Camp David.
KKT Camp David
Tahun Kasus Konflik Kemanusiaan
2000 KTT Camp David 2000 antara Palestina dan Israel.
Maret-April
2002
Israel membangun Tembok Pertahanan di Tepi
Barat dan diiringi rangkaian serangan bunuh diri
Palestina.
Juli 2004 Mahkamah Internasional menetapkan
pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum
internasional dan Israel harus merobohkannya.
9 Januari
2005
Mahmud Abbas, dari Fatah, terpilih sebagai
Presiden Otoritas Palestina. Ia menggantikan
Yasser Arafat yang wafat pada 11 November 2004.
Juni 2005 Mahmud Abbas dan Ariel Sharon bertemu di
Yerusalem. Abbas mengulur jadwal pemilu karena
khawatir Hamas akan menang.
Agustus 2005 Israel hengkang dari permukiman Gaza dan empat
wilayah permukiman di Tepi Barat.
Januari 2006 Hamas memenangkan kursi Dewan Legislatif,
142
menyudahi dominasi Fatah selama 40 tahun.
Januari-Juli
2008
Ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus
suplai listrik dan gas. Dunia menuding Hamas tak
berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM
Palestina Ismail Haniyeh berkeras pihaknya tak
akan tunduk.
November
2008
Hamas batal ikut serta dalam pertemuan unifikasi
Palestina yang diadakan di Kairo, Mesir. Serangan
roket kecil berjatuhan di wilayah Israel.
26 Desember
2008
Serangan Israel ke Gaza dimulai 26 Desember
2008. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka,
yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-
pusat operasi Hamas. Korban dari warga sipil
berjatuhan.
Mei 2010 Israel mem-blokede seluruh jalur bantuan menuju
Palestina.
30 Mei 2010 Tentara Israel Menembaki kapal bantuan Mavi
Marmara yang membawa ratusan Relawan dan
belasan ton bantuan untuk Palestina. Hingga kini
konflik masih terjadi.
Data di atas memperlihatkan betapa panjang sejarah dan asal
mula konflik Israel dan Palestina. Ada sekitar 72 catatan penting
sejarah panjang konflik yang kini masih memanas. Dengan melihat
sejarah di atas, dapat secara objektif dilihat akar masalah yang ada
hingga kini.
Tidak sampai di situ, kesepakatan Damai Oslo tahun 1993 dan
1995 antara pemimpin Palestina dan Israel bernegosiasi untuk
penarikan Israel dari Gaza dan daerah-daerah penting lainnya, yang
terjadi pada tahun 2005 di bawah Perdana Menteri Ariel Sharon.
Perang Enam Hari antara Israel dan saingan Arab Palestina, Mesir,
Suriah, Yordania dan Irak menggambar ulang peta Timur Tengah
pada 1967.8 Sejak Persetujuan Oslo, Pemerintah Israel dan Otoritas
Nasional Palestina secara resmi telah bertekad untuk akhirnya tiba
pada solusi dua negara. Masalah-masalah utama yang tidak
terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah:
8Julie Marks, ‚Gaza Sejarah Yang Memicu Konflik Israel-Palestina,‛
Berita Online, dalam https://www.matamatapolitik.com/gaza-sejarah-yang-
memicu-konflik-israel-palestina/, diakses 18 Desember 2018.
143
a. Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem
Timur yang mencakup wilayah-wilayah dari Negara Palestina
yang diusulkan.
b. Keamanan Israel.
c. Keamanan Palestina.
d. Hakikat masa depan negara Palestina.
e. Nasib para pengungsi Palestina.
f. Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib
para penduduk pemukiman itu.
g. Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem,
termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok (Ratapan)
Barat.
h. Masalah pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-
Israel 1948. Masalah Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem
Timur muncul sebagai akibat dari Perang Enam Haripada
1967.9
Selama ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan
berbagai tingkat intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan
prinsip-prinsip yang berada di balik semuanya. Pada kedua belah
pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul kelompok-kelompok
yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang
penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan
yang aktif, dan lain sebagainya.10
Ada pula orang-orang yang
bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang satu atau yang
lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul taktik-taktik
yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula
orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari
tujuan-tujuan dari kedua belah pihak. Dan menyebutkan ―kedua
belah‖ pihak itu sendiri adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan
Hamas saling berbeda pendapat tentang tujuan-tujuan bagi bangsa
Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang berbagai partai
9Munzalan Mubarakan, ‚Sejarah dan Latar Belakang Konflik Israel-
Palestina dari 2000SM sampai Sekarang,‛ Berita Online, dalam
https://simomot.com/2014/07/14/sejarah-dan-latar-belakang-konflik-israel-
palestina-dari-2000sm-sampai-sekarang/, diakases 12 Januari 2019. 10
Julie Marks, ‚Gaza Sejarah Yang Memicu Konflik Israel-Palestina,‛
Berita Online, dalam https://www.matamatapolitik.com/gaza-sejarah-yang-
memicu-konflik-israel-palestina/, diakses 18 Desember 2018.
144
politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada
partai-partai Yahudi Israel.
Mengingat pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran
ringkas mengenai sifat konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu
berarti, mereka yang menganjurkan perlawanan Palestina dengan
kekerasan biasanya membenarkannya sebagai perlawanan yang sah
terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas
Palestina, yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh
A.S. Banyak yang cenderung memandang perlawanan bersenjata
Palestina di lingkungan Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai hak yang
diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam PBB. Sebagian
memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan,
yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu
sendiri.
Demikian pula, mereka yang bersimpati dengan aksi militer
Israel dan langkah-langkah Israel lainnya dalam menghadapi bangsa
Palestina cenderung memandang tindakan-tindakan ini sebagai
pembelaan diri yang sah oleh bangsa Israel dalam melawan kampanye
terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Palestina seperti
Hamas, Jihad Islami, Al Fatah dan lain-lainnya, dan didukung oleh
negara-negara lain di wilayah itu dan oleh kebanyakan bangsa
Palestina, sekurang-kurangnya oleh warga Palestina yang bukan
merupakan warga negara Israel. Banyak yang cenderung percaya
bahwa Israel perlu menguasai sebagian atau seluruh wilayah ini demi
keamanannya sendiri. Pandangan-pandangan yang sangat berbeda
mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing pihak
di dalam konflik ini telah menjadi penghalang utama bagi
pemecahannya.
Sebuah usul perdamaian yang muncul adalah peta menuju
perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia,
PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah
menerima peta itu namun dengan 14 ―reservasi‖. Pada saat ini Israel
sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial
yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana
yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan
menyingkirkan seluruh ―kehadiran sipil dan militer yang permanen‖ di
Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di
Tepi Barat), namun akan ―mengawasi dan mengawal kantong-kantong
eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah
145
udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut
dari Jalur Gaza.‖ Pemerintah Israel berpendapat bahwa ―akibatnya,
tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah
wilayah pendudukan,‖ sementara yang lainnya berpendapat bahwa,
apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa
Israel ―akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok [artinya,
Penghalang Tepi Barat Israel] dan mempertahankan situasi di Tepi
Barat seperti adanya sekarang ini‖
Dengan rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel
menyatakan bahwa rencananya adalah mengizinkan bangsa Palestina
untuk membangun sebuah tanah air dengan campur tangan Israel yang
minimal, sementara menarik Israel dari situasi yang diyakininya
terlalu mahal dan secara strategis tidak layak dipertahankan dalam
jangka panjang. Banyak orang Israel, termasuk sejumlah besar
anggota partai Likud hingga beberapa minggu sebelum 2005 berakhir
merupakan partai Sharon — kuatir bahwa kurangnya kehadiran militer
di Jalur Gaza akan mengakibatkan meningkatnya kegiatan
penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar Gaza. Secara khusus
muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok militan Palestina
seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat Pembebasan Palestina
akan muncul dari kevakuman kekuasaan apabila Israel memisahkan
diri dari Gaza. Bahkan Hamas mengambil alih gaza pada tahun 2006,
diwarnai lebih banyak konflik dengan Israel. Hamas merupakan
sebuah kelompok politik Islamis yang memenangkan pemilihan dan
mengambil alih Gaza pada tahun 2006. Sejak itu, Hamas menduduki
tempat itu, yang telah menjadi tempat demonstrasi, pengeboman,
serangan darat dan tindakan kekerasan lainnya. Israel dan Amerika
Serikat, serta beberapa negara lain, menganggap Hamas sebagai
organisasi teroris.
Warga Palestina di Jalur Gaza tidak memiliki tentara resmi,
tetapi mereka memiliki ribuan senjata, roket, dan senjata lainnya.
Karena Israel mengontrol garis pantai Gaza dan semua titik masuk ke
wilayah tersebut, para ahli percaya banyak dari senjata ini
diselundupkan ke wilayah tersebut atau disediakan oleh sekutu anti-
Israel dari negara lain, seperti Iran. Tiga konflik besar antara Israel
dan Hamas telah terjadi di Jalur Gaza sejak 2005. Operation Case
Lead (2008-2009) dan Operation Pillar of Defense (2012) dilakukan
untuk menanggapi serangan roket ke perbatasan Gaza-Israel,
sementara penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel oleh dua
146
anggota Hamas memicu konflik tujuh minggu yang dikenal sebagai
Operation Protective Edge pada tahun 2014.
Dari tanggal 30 Maret 2018 hingga 15 Mei 2018, orang-orang
Palestina di Gaza ambil bagian dalam demonstrasi yang direncanakan
yang disebut ―Great March of Return,‖ yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kesadaran akan hak-hak pengungsi dan bertepatan
dengan relokasi Kedutaan Besar AS ke Yerusalem. Ketegangan telah
meningkat, menambah daftar konfrontasi kekerasan yang semakin
banyak yang terjadi di Jalur Gaza. Meskipun banyak upaya
perdamaian, wilayah ini dicirikan oleh ketidakstabilan dan peperangan
dan terus menjadi daerah yang bergejolak.11
Menurut sejarah, Israel dan dunia sudah berupaya melakukan 5
kali usaha perdamaian setidaknya dalam kurun waktu 80 tahun
terakhir, sebagai berikut:
a. Deklarasi Perdamaian oleh Diplomat Inggris
Lord Peel, diplomat Inggris ditugaskan oleh Inggris
untuk mencari tahu penyebab pemberontakan arab di daerah tersebut.
Setelah beberapa bulan menyelidiki, ia menyimpulkan bahwa ada 2
kubu yang berbeda, yaitu Arab dan Yahudi yang ingin memerintah
daerah yang sama. Untuk menyelesaikan persmasalahan itu, Peel
mengeluarkan deklarasi perdamaian yang jadi cikal bakal resolusi 2
negara atau biasanya dikenal dengan Two States Solution. Dalam
isinya, orang Arab di Palestina akan mendapat 80 persen dari daerah
yang diperebutkan. Adapun Yahudi yang akan mendirikan negara
Israel dengan porsi sekitar 20% dari daerah tersebut. Orang-orang
Yahudi menerima keputusan ini, tetapi kelompok Arab menolaknya.
11
Julie Marks, ‚Gaza Sejarah Yang Memicu Konflik Israel-Palestina,‛
Berita Online, dalam https://www.matamatapolitik.com/gaza-sejarah-yang-
memicu-konflik-israel-palestina/, diakses 18 Desember 2018.
147
Gambar 4.3
Peta Pembagian 2 Wilayah Palestina oleh Inggris
b. PBB Membentuk Rencana Partisi pada Tahun 1947
.Konflik yang terus berlanjut tersebut kemudian coba
ditengahi oleh Perserikatan Bangsa Bangsa. Mereka mengusulkan
sebuah usulan pembagian wilayah atau partisi. Menurut hasil partisi,
daerah tersebut akan dibagi 50:50. Saat voting, sebanyak 72 persen
suara berpihak pada usulan itu, tetapi kelompok Arab menolaknya.
Meski menjadi mayoritas, penolakan tersebut didukung oleh salah
salah satu negara besar, yaitu Mesir. Akhirnya, pada tahun 1948,
untuk pertama kalinya Liga Arab melakukan invasi dan berusaha
menghancurkan Israel. Selama 9 bulan bertempur, Liga Arab pun
kalah telak terhadap pasukan Israel.
Hal ini menyebabkan daerah yang sebelumnya sudah
diputuskan oleh PBB secara terpaksa harus diambil alih oleh Israel.
Hanya wilayah Gaza yang masih dikuasai oleh administrasi Mesir.
Wilayah tepi barat dan Yerusalem juga masih berada di tangan
administrasi Yordania.
148
Gambar 4.4
Partisi Wilayah Palestina oleh PBB Tahun 1947
c. Pertemuan Liga Arab di Sudan Tahun 1967
Pertemuan Liga Arab di Sudan Tahun 1967 menelurkan
persetujuan "The Three No's". Isi persetujuan ini adalah No Peace
With Israel (tidak ada perdamaian dengan Israel), No Recognition of
Israel (tidak ada pengakuan Israel), dan No Negotiations With
Israel (tidak ada negosiasi bersama Israel). Keputusan ini mereka buat
sebagai salah satu langkah untuk menguatkan strategi politik luar
negeri mereka setelah kekalahan pasukan Liga Arab yang kedua
kalinya dalam Perang Enam Hari melawan Israel.
Kekalahan Liga Arab dalam Perang Enam Hari cukup
memalukan. Sebab, pasukan Israel jauh lebih sedikit daripada pasukan
Koalisi Liga Arab. Tentu sebagaimana kita ketahui, hasil Perang
Enam Hari menciptakan kondisi wilayah Israel-Palestina seperti
sekarang ini.
d. Pertemuan Camp David pada Tahun 2000
Pada tahun 2000, terjadi sebuah pertemuan bersejarah antara
Israel dan Palestina di Camp David, Amerika Serikat. Pertemuan ini
adalah salah satu usaha untuk menemukan jalan keluar atau titik
tengah untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Dalam
pertemuan ini, Perdana Mentri Israel Ehud Barak mengumbar
149
beberapa janji.
Janji-janji itu antara lain, akan mengakui negara Palestina,
wilayah Gaza seluruhnya dikuasai oleh Palestina, pengakuan bahwa
94 persen wilayah tepi barat dikuasai secara penuh oleh Palestina dan
Yerusalem timur menjadi Ibu kota Palestina. Namun, ketua Organisasi
Pembebasan Palestina Yasser Arafat menolak semua usulan yang
diajukan. Walhasil, selama 14 hari, pertemuan ini tidak menghasilkan
apa-apa.
e. Perdana Menteri Israel Ehud Olmert Melanjutkan
Perundingan dengan Palestina pada Tahun 2008
Israel kembali mengumbar janji. Dalam pertemuan tahun
2008, mereka menyatakan akan menambah daerah untuk Palestina.
Sekali lagi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak semua jalan
damai yang ingin ditempuh oleh Israel.
3. MER-C dan Solidaritas Muslim Indonesia untuk Gaza
Sebagaimana digambarkan dalam kronologi geopolitiknya,
Gaza selalu dirundung banyak konflik dan berujung pada perang
yang berkepanjangan. Konsekwensinya adalah banyaknya korban
yang berjatuhan akibat serangan dari pihak Israel kepada warga
Palestina khususnya di Gaza, atau akibat serangan dari kedua belah
pihak. Puncaknya adalah ketika Sabtu, 27 Desember 2008, Israel
memulai gempuran dahsyat pertamanya ke Jalur Gaza, korban
kembali berjatuhan. MER-C yang merupakan lembaga kemanusiaan
yang bergerak pada gawat darurat medis, memantapkan misinya
untuk berangkat ke Gaza, Palestina. Pada hari Kamis, 01 Januari
2009, tim Medis MER-C bersama dengan tim Pemerintah RI
berangkat ke Gaza guna menyalurkan bantuan kepada para korban.
Setelah menunggu selama dua pekan di perbatasan, pada tanggal 17
Januari 2009 Tim MER-C baru berhasil memasuki Jalur Gaza.
Ketika itu, wilayah Gaza masih dalam keadaan puncak serangan.12
Akibat agresi Israel selama 22 hari, jumlah korban yang
meninggal tercatat 1.366 orang yang terdiri dari 437 anak-anak, 110
wanita dan 123 lansia. Sementara jumlah cidera tercatat 5.650 orang
(Data dari Kementrian Kesehatan Palestina di Gaza). Pada fase
12
http://mer-c.org/rumah-sakit-indonesia-gaza-palestina, diakses 24
Agustus 2018, pukul: 08:00 WIB.
150
emergency setelah Israel memuntahkan rudal dan bomnya ke
wilayah Gaza Palestina, selain mengirimkan relawan medis sebagai
tim bedah untuk membantu para korban agresi, MER-C juga
menyalurkan amanah dana dari masyarakat Indonesia berupa
bantuan obat-obatan dan mobil ambulans.13
Rekam jejak aksi kemanusiaan MER-C untuk Gaza Palestina
secara kontinyu, dimulai pada tahun 2009. Yang paling puncak
adalah pada tahun 2011, MER-C dengan segala upaya mewujudkan
misinya dengan membangun Rumah Sakit Indonesia untuk Gaza.
Pembangunan Rumah Sakit Indonesia berlangsung selama 4 tahun
yang berakhir pada tahun 2014. Bukan hanya Rumah Sakit, pada
tahun 2014, MER-C mulai membangun Wisma Rakyat Indonesia di
Gaza.
Berikut aksi kemanusiaan MER-C untuk Gaza-Palestina yang
dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.6
Histori Aksi Kemanusiaan MER-C untuk Gaza-Palestina
Tanggal Wilayah/Objek Aksi
Kemanusiaan
1 Januari
- 8 Mei 2009
Palestina Agresi militer
27 Agustus - 10
September 2010
Gaza – Palestina Asia To Gaza
Solidarity Caravan
20 april - 20 Mei
2011
Gaza – Palestina Pembangunan RS
Indonesia di Gaza
21 Oktober 2012 - 13
Maret 2012
Gaza – Palestina Konstruksi dan
Supervisi MER-C
untuk
pembangunan RS
Indonesia (tahap 2)
15 Februari 2013 -
13 Maret 2014
Gaza – Palestina Konstruksi MER-C
untuk
pembangunan RS
13
http://mer-c.org/rumah-sakit-indonesia-gaza-palestina, diakses 24
Agustus 2018, pukul: 08:00 WIB.
151
Indonesia (tahap 2)
15 Maret 2013 Supervisi
Konstruksi MER-C
untuk
pembangunan RS
Indonesia (tahap 2)
17 Februari - 13
Maret 2014
Gaza – Palestina Supervisi
Konstruksi MER-C
untuk
pembangunan RS
Indonesia di (tahap
2
28 Juni 2014 - 25
Juni 2014
Konstruksi MER-C
untuk Pengadaan
Alat-Alat
Kesehatan RS
Indonesia (tahap 3)
dan pembangunan
Wisma Rakyat
Indonesia.
Februari – Agustus
2018
Gaza-Palestina Konstruksi MER-C
untuk Pengadaan
Alat-Alat
Kesehatan RS
Indonesia (tahap 3)
dan pembangunan
Wisma Rakyat
Indonesia.
Sejak pertama kali kedatangan MER-C ke Gaza yakni bulan
Januari 2009, aktivitasnya masih terus terfokus pada penanganan
korban akibat serangan. Selama sepekan berada di RS Asy Syifa,
Gaza City, Tim MER-C banyak menemui korban-korban agresi
dengan luka (trauma) berat bahkan harus kehilangan anggota
tubuhnya akibat bom dan rudal Israel yang membabi-buta.14
14
http://mer-c.org/rumah-sakit-indonesia-gaza-palestina, diakses 24
Agustus 2018,pukul: 08:00 WIB.
152
a. Pendirian Rumah Sakit Indonesia
Rumah Sakit di Gaza adalah bagian dari komitmen MER-C
membatu Palestina dalam segi kemanusiaan dan komitmen menjalin
persahabatan antara Palestina dan Indonesia. Dengan demikian,
MER-C turut menjembatani persahabatan antara Palestina dan
Indonesia. Dengan membantu Palestina, MER-C mampu
mengejawahtahkan konsitutisi. Palestina merupakan the hottest area
in the world. Jadi, konflik dunia yang sebenarnya ada di Palestina.
Oleh karena itu, MER- C memiliki alasan besar dan kuat untuk
terlibat di sana.15
Melihat kebutuhan akan sarana kesehatan khususnya yang
berfokus pada trauma dan rehabilitasi serta jumlah donasi dari
masyarakat Indonesia yang cukup besar kala itu, maka Jum'at, 23
januari 2009, tim MER-C didampingi sejumlah wartawan dari
Indonesia bertemu dengan Menkes palestina di Gaza, dr. Bassim
Naim. Pada kesempatan yang langka tersebut, dimanfaatkan tim
MER-C untuk menyampaikan rencana pembangunan RS Indonesia
(RSI) di Jalur gaza. Rencana ini disambut sangat baik. Atas nama
rakyat Indonesia yang diwakili oleh dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT
dan atas nama rakyat Gaza yang diwakili oleh dr. Bassim Naim
melakukan penandatanganan MOU Pembangunan RSI di Gaza.
Penandatanganan ini turut disaksikan oleh dr. Sarbini Abdul Murad
(Ketua Presidium MER-C), Drs. H.M. Mursalin (Forum Umat
Islam), Ir. Hanibal WY Wijayanta (Jurnalis ANTV), Andi Jauhari
(Jurnalis ANTARA) dan para ulama Gaza. Keberadaan RSI ini
diharapkan bias membantu menangani pasien-pasien yang
mengalami trauma fisik dan merehabilitasi mereka sehingga mereka
bisa mandiri dan beraktifitas kembali.16
Pembangunan rumah sakit pada saat itu sempat dihentikan
beberapa hari akibat pertempuran. Pembangunan rumah sakit
dimulai sejak pertengahan 2011 dengan menempati lahan milik
pemerintah Palestina seluas 1,6 hektar. Saat ini untuk struktur
bangunan telah hampir selesai dengan menghabiskan anggaran
sebesar Rp 12 miliar, dari total anggaran lebih dari Rp 30 miliar.
15
Wawancara dengan dr. Joserizal Jurnalis, di Rumah Sakit Siaga,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Tanggal 29 Juni 2016, Pukul 11.30 WIB. 16
http://mer-c.org/rumah-sakit-indonesia-gaza-palestina, diakses 24
Agustus 2018, pukul: 08:00 WIB.
153
Dana pembangunan rumah sakit Indonesia berasal dari sumbangan
masyarakat Indonesia. Komunikasi antara para relawan di Gaza
dengan kantor MER-C di Jakarta pada saat itu juga masih berjalan
baik. Para relawan mengisahkan tentang bom yang dijatuhkan Israel
pada saat itu berjarak 50 sampai 100 meter dari Rumah Sakit
Indonesia.17
MER-C berhasil membangun Rumah Sakit Indonesia yang
berada di daerah Gaza, Palestina. Hal itu pun disambut baik seluruh
warga Palestina. Pembangunan Rumah Sakit Indonesia tersebut
bertujuan untuk membantu warga Palestina dalam pengobatan
maupun pemulihan. Pembangunan Rumah Sakit Indonesia
merupakan wujud solidaritas muslim rakyat Indonesia akan konflik
yang menimpa warga Palestina. Dengan adanya RSI di Palestina
menjadi bentuk kepedulian rakyat Indonesia akan peperangan yang
terjadi.
Gambar 4.5
Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Sumber Gambar:
Sumber:
http://hi.umy.ac.id/MER-C-berhasil-bangun-rsi-di gaza/
Menurut menteri Kesehatan Palestina, Bassim Naim, lokasi
tempat didirikannya Rumah Sakit Indonesia ini (Bayt Lahiyah, Gaza
Utara) sangat tepat, mengingat posisinya yang berdekatan dengan
penjajah Israel, dan saat perang korban terbanyak di daerah Gaza
17
Wawancara dengan dr. Joserizal Jurnalis, di Rumah Sakit
Siaga, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Tanggal 29 Juni 2016, Pukul
11.30 WIB.
154
Utara ini.18
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Henry Hidayatullah,
bahwa lokasi Rumah Sakit ini sangat strategis, terutama saat
berkecamuk perang, sehingga evakuasi korban lebih cepat.19
Rumah Sakit Indonesia, terdiri dari dua lantai dan ruang
bawah tanah. Rumah Sakit ini memiliki 90 ruang rawat inap, 10
ruang instalasi gawat darurat, satu laboratorium, satu ruang
radiologi, dan sepuluh ruang perawatan insentif berkapasitas 100-
150 pasien. Fasilitas Rumah Sakit Indonesia di Gaza cukup lengkap,
antara lain meliputi aneka peralatan medis berteknologi canggih,
seperti alat bedah ortopedi dan CT Scan. Pembangunan fisik RSI
Gaza menelan biaya Rp 30 miliar. Kemudian, sekitar Rp 7,5 miliar
untuk bangunan pelengkap kompleks RSI dan Rp 65 miliar untuk
penyediaan alat kesehatan, sebagian peralatan rumah sakit seperti
tempat tidur dan lainnya.20
Rumah Sakit Indonesia mulai dari ide, proses disain yang
mencakup struktur, arsitektur dan ME sampai dengan tenaga
insinyur dan pekerja teknis yang terlibat dalam proses
pembangunan, adalah putra-putra bangsa Indonesia yang berstatus
sebagai relawan. Mereka memberikan sumbangsihnya tanpa
berharap imbalan dan semua dilakukan sebagai bentuk jihad
profesionalnya. Pada tanggal 27 Desember 2015, Rumah Sakit
Indonesia resmi beroperasi di Gaza.
Kesuksesan MER-C dalam membangun RSI di Gaza-Palestina
menjadi puncak keberhasilan MER-C dalam aksi kemanusiaannya.
Hal itu disebabkan mengingat bagaimana konflik yang sampai saat
ini masih berlangsung. Tantangan dan kendala yang dihadapi
relawan Indonesia di Gaza tentulah bukan hal yang mudah. Sampai
saat ini, bantuan terus menerus disalurkan oleh rakyat Indonesia
kepada warga Palestina. Baik melalui makanan, pakaian, maupun
sarana yang dibutuhkan warga Palestina. Puncak dari keinginan
18
http://mer-c.org/rumah-sakit-indonesia-gaza-palestina, diakses 24
Agustus 2018, pukul: 08:00 WIB.
19https://lifestyle.kompas.com/read/2015/06/20//Rumah.Sakit.Indones
ia.di.Palestina. Siap.Beroperasi 20
https://www.merdeka.com/peristiwa/wapres-jk-akan-resmikan-
rumah-sakit- indonesia-di-gaza.html
155
umat muslim dunia adalah kemerdekaan untuk Palestina.21
Menurut
Albasuni, salah seorang informan dari perwakilan rakyat Gaza,
bahwa Gaza akan tetap membutuhkan bantuan dari rakyat Indonesia.
Rakyat Gaza tidak akan pernah meminta bantuan kepada Indonesia
secara langsung, namun kondisi rakyat Gaza justru menjadi sarkastik
bahwa rakyat Gaza sangat dan akan terus membutuhkan bantuan
dari rakyat Indonesia salah satunya melalui MER-C.22
b. Assesment dan Humanitarian Politik MER-C bukanlah satu-satunya lembaga NGO di Indonesia,
akan tetapi di antara lembaga dan NGO yang lain, MER-C memiliki
karakteristik tersendiri. MER- C secara umum memiliki dua misi
kegiatan, Humanitarian Aid dan Humanitarian Politic. Pada konteks
Humanitarian Aid, MER-C membantu dan melakukan pertolongan
pada orang-orang yang sangat teraniaya, terluka dan terlupakan.
Artinya MER-C mencari celah dan lahan misi kemanusiaan yang
kosong dan belum ditanggapi oleh lembaga NGO lain. MER-C juga
berupaya menjangkau tempat atau daerah yang lebih membutuhkan.
Ketika Afganistan pecah dengan konflik yang cukup panas, MER-C
secara cepat merespon aksi kemanusiaan di sana. MER-C tidak
memandang wilayah dan subjek tertentu untuk dibantu. MER-C
hadir dengan karakteristik prinsip rahmatan lil alamin yang
memberikan pertolongan yang rahmat pada semua alam, tidak
membeda-bedakan dalam memberikan pertolongan, dan
mengutamakan pada yang paling membutuhkan. MER-C
memprioritaskan yang lebih membutuhkan.23
Kemudian pada konteks Humanitarian Politics, MER-C
mengajak kepada semua pihak termasuk pemerintah dan masyarakat
dunia untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih berat dari suatu
bencana alam, peperangan, dan sebagainya. Dengan melakukan
penyuluhan, kampanye, lobi, dan sebagainya, MER-C telah
21
Ludmila, ―MER-C Berhasil Bangun RSI di Gaza, Berita Online, dalam http://hi.umy.ac.id/MER-C-berhasil-bangun-rsi-di-gaza/‖,
diakses 12 Februari 2019. 22
Wawancara dengan Ahmad Albasuni (Rakyat Gaza-Palestina), di
Kampus SPs.
UIN Jakarta, Tanggal 20 Mei 2019, Pukul 10.30 WIB. 23
Wawancara dengan dr. Joserizal Jurnalis, di Rumah Sakit Siaga,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Tanggal 29 Juni 2016, Pukul 11.30 WIB.
156
melakukan Humanitarian Politics. Salah satu bentuk humanitarian
politics yang dilakukan MER-C di Maluku adalah dengan
melakukan lobi-lobi dengan TNI untuk segera memberikan bantuan
ke daerah-daerah yang sifatnya terpencil, memberikan masukan,
kemudian juga melakukan lobi-lobi dengan masyarakat Kristen
Ambon dan Muslim Maluku yang ada di Jakarta waktu itu. Bahkan
dr. Joserizal mengatakan bahwa untuk aksi Humanitarian Politics
tersebut, ia mengunjungi negara-negara Eropa dalam rangka
memberikan kesadaran (awarness) pada masyarakat Eropa agar
tidak main-main dengan konflk horizontal yang berbasis agama,
seperti fenomena Arab Spring, dan lain sebagainya. Penyadaran ini
sebagai upaya agar bangsa di dunia tidak mendukung konflik
horizontal berbasis agama.24
Perlu ditegaskan bahwa para relawan MER-C tidak dibayar
(unpaid) atau non-profit.25
Pada awal berdirinya MER-C, mayoritas
relawan berasal dari tim medis, namun kini relawan non-medis juga
terbuka untuk berpartisipasi di MER-C. Hal ini diperkuat bahwa
selain aspek bantuan medis, MER-C juga membangun Hall Center
sebagai ruang mediasi perdamaian sebagai bentuk konkret dan
bantuan fisik dari aksi Humanitarian Politics. Seperti di Myanmar,
MER-C membangun Hall Center antara kampung Budha dan
Muslim, sebagaimana di Afghanistan. Aksi MER-C oleh para
relawannnya tidak terkungkung hanya pada motif panggilan profesi
atau motif sesama muslim, akan tetapi semua manusia dan bangsa
yang membutuhkan bantuan. Upaya ini bahkan telah dilakukan
MER-C di Philipina untuk membantu korban-korban di sana.
Bahkan MER-C pernah menawarkan diri ke Newzealand, akan tetapi
hanya Myanmar yang mau menerima kedatangan para relawan
MER-C. Artinya, sebenarnya dalam melakukan pertolongan, MER-C
secara tegas berasaskan Islam rahmatan lil alamin yang memberikan
pertolongan kepada siapa saja tanpa melihat latar belakang agama.
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga-
lembaga kemanusiaan yang terlibat dalam konflik di Syiria misalnya
juga ikut melakukan aktivitas-aktivitas yang sifatnya propaganda
24
Wawancara dengan dr. Joserizal Jurnalis, di Rumah Sakit Siaga,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Tanggal 29 Juni 2016, Pukul 11.30 WIB. 25
Wawancara dr. Hadiki Habib di Sekretariat MER-C tanggal 20
Desember 2019. Pukul 14: 00 WIB.
157
dan melakukan kegiatan membentuk opini untuk melakukan
propaganda yang bersifat hoaks. Diberitakan ada pembangunan
rumah sakit, akan tetapi faktanya tidak. Ini sebenarnya yang tidak
boleh dilakukan oleh NGO, bahkan NGO misalnya tidak boleh
terlibat dalam mengirim senjata, memberikan pada salah satu pihak
dalam bentuk finansial atau senjata. Para relawan MER-C harus
tetap dalam tugas yaitu melakukan pertologan kemanusiaan.
Memberikan bantuan dalam bentuk senjata bukan tugas MER-C
dalam konteks Humatarian Politics.26
Hal ini penting ditekankan
bahwa Humanitarian Politics itu penting, sebab dengan hanya niat
menolong saja tidak cukup, akan tetapi perlu adanaya negosiasi dan
lobi secara masif. Seperti pada kasus konflik Maluku, MER-C
datang ke Maluku dengan melakukan lobi kepada TNI, pemerintah,
dan masyarakat Kristen Maluku. Dengan begitu akan diketahui
secara riil kondisi Maluku yang berpotensi adanya perang dan
konflik panjang.
Karakteristik MER-C yang juga sangat prinsip adalah
mengenai dana yang diberikan oleh masyarakat luas. Meski dari
publik, publik tidak boleh ikut campur dan mendikte aksi
kemanusiaan MER-C. Artinya, tidak ada motif apapun kecuali hanya
motif kemanusiaan. Prinsip ini untuk menjaga independensi MER-C,
sebab salah satu ciri-ciri NGO yang sehat adalah independensi yang
tinggi. Independisi NGO termasuk MER-C dapat dilihat dari sumber
dana.27
MER-C ingin menunjukan bahwa MER-C merupakan
lembaga NGO yang berasaskan Islam yang memberikan pertolongan
dengan prinsip rahmatan lil ‘’a>lami>>n, adil untuk semua orang,
tanpa terkecuali, dari berbagai agama, ras, dan bangsa. Hal ini jika
dikaitakan dengan misi dakwah, sangat memungkinkan bahwa
MER-C telah melakukan dakwah secara implisit dalam aksi
26
Wawancara dengan dr. Joserizal Jurnalis, di Rumah Sakit Siaga,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Tanggal 29 Juni 2016, Pukul 11.30 WIB. 27MER-C membuat rekening sesuai dengan nama tujuan
kemanusiaan yang dilakukan, seperti rekening khusus Afganistan,
Myanmar, Gaza, dan lain sebagainya sebagai bentuk akad dalam rangka
menjaga amanah dan kepercayaan para donatur. Di samping itu, MER-C juga membuat rekening kemanusiaan yang sifatnya fleksibel. MER-C memiliki rekening dana operasional dan MER-C mengambil 1/8 untuk
dana operasional dari dana masuk.
158
kemanusiaannya. Jadi ini bagian dari dakwah yang tidak langsung
sebenarnya. Dakwah MER-C tidak berupa penyampaian ayat-ayat
Alquran, akan penyampaian nilai-nilai rahmatan lil ‘a>lami>n yang
tujuan akhirnya adalah keadilan. Para relawan MER-C diwajibkan
memiliki jiwa independen dan adil dalam melaksanakan misi
kemanusiaan. Sebab di lapangan misi, tentu akan didapati
fenomena-fenomena ketidakadilam oleh pihak-pihak tertentu atau
bahkan agama tertentu. Tugas MER-C hanya mencegah mencegah
jatuhnya korban lebih banyak lagi. Dakwah Islam bukan berarti
dengan peperangan dan penindasan.
c. Pengiriman Relawan Medis dan Non Medis
Umat Islam Indonesia terus menunjukan perhatiannya pada
korban serangan Israel di Jalur Gaza. Medical Emergency Rescue
Committee (MER-C) mengirimkan relawan ke Jalur Gaza untuk
memberi bantuan medis maupun non- medis. Menurut siaran pers
MER-C yang diterima oleh detikcom pada Minggu, 28 Januari 2008,
MER-C telah mengirim tim bedah yang siap melakukan operasi
bedah tulang bagi para korban luka-luka di Jalur Gaza, sebab dari
Indonesia, lembaga sosial medis yang sudah berpengalaman di
medan perang hanya membawa alat operasi dan obat-obatan
secukupnya. Obat-obatan dan peralatan medis lainnya dibeli ketika
MER-C tiba di perbatasan.
Menurut dr. Jose Rizal Jurnalis, bukan hal yang mudah bagi
MER-C untuk memasuki Jalur Gaza.28
"MER-C pada tahun 2008
masuk jalur Gaza melalui Mesir. Dari perbatasan Mesir, MER-C
memasukkan obat-obatan dan tim medisnya ke Jalur Gaza. MER-C
pada tahun 2009 juga kembali mengirim tim medis untuk
memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina yang
menderita akibat serangan tentara Israel. Tim pertama sudah berhasil
masuk ke Gaza tanggal 17 Januari 2009 dan sudah bekerja di rumah
sakit As Syifa di Gaza. Pada tanggal 24 Januari 2009, tim kedua
yang terdiri atas 7 relawan berangkat ke Kairo dan langsung menuju
ke basecamp MER-C di El Arish. Tim terdiri atas seorang dokter
umum, seorang dokter spesialis bedah umum, seorang dokter
28
Reza, ‚MER-C akan Kirimkan Tim Medis ke Jalur Gaza,‛ Berita Online, dalam https://news.detik.com/berita/d-1060286/MER-C-akan-
kirim-tim-medis-ke-jalur-gaza
159
spesialis penyakit dalam, satu residen bedah syaraf dan tiga relawan
non medis yang mendukung kegiatan tim medis MER-C yang ada di
Kota Gaza. Selanjutnya MER-C juga mengirimkan bantuan medis
berkala sesuai kebutuhan lapangan ke wilayah konflik tersebut.
Hingga pada tanggal 24 Januari 2009 MER-C telah menggalang
sekitar Rp 10 miliar dana kemanusiaan dari masyarakat Indonesia
untuk rakyat Palestina. Dari Rp 10 miliar dana yang terkumpul, baru
terpakai Rp 2 miliar.29
Adanya rumah sakit yang dibangun oleh MER-C di Gaza
tentu saja banyak dibutuhkan relawan baik relawan medis maupun
non-medis. Hal ini dibuktikan oleh pengakuan rakyak Gaza-
Palestina bahwa Indonesia telah mendatangkan relawan baik medis
maupun medis. Diakui memang, relawan medis baik dokter maupun
perawat akan tetap membutuhkan bantuan dari relawan biasa (non-
medis). Suasana yang begitu genting, akan menuntut kerja cepat dari
berbagai pihak khususnya untuk darurat medis.30
MER-C mengirimkan tim medis untuk membantu rakyat Gaza
yang menjadi korban serangan Israel. Manajer Operasional MER-C
Indonesia, Rima Theresia Manzanaris mengatakan bahwa MER-C
telah memberangkatkan tim bedah ke Gaza yang terdiri dari dokter
spesialis orthopedi dan traumatologi, dokter spesialis bedah, dokter
spesialis anestesi, perawat bedah dan perawat ICU untuk bekerja di
unit yang telah dibuka. Ia mengatakan bahwa MER-C juga telah
bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Gaza untuk
memobilisasi SDM kesehatan dari RS lain di Jalur Gaza untuk
ditempatkan di RS Indonesia. Ia menyebutkan, bahwa sekitar tahun
2016 donasi yang terkumpul di MER-C telah mencapai Rp
31.991.462.488 untuk pangadaan alat-alat kesehatan dan sekitar Rp
5.454.607.082 diakomodasikan untuk bantuan kemanusiaan.
Tercatat pada bulan Juli tahun 2016 relawan MER-C di Gaza
berjumlah 19 orang, mengingat pada saat itu serangan rudal Israel
masih cukup masif sehingga Rumah Sakit Indonesia mengalami
29
Hanin Mazaya dan Sabili, ‚MER-C Tambah Relawan ke Gaza,‛
Berita Online, dalam https://www.arrahmah.com/2009/01/24/MER-C-
tambah-relawan-ke-gaza/, diakses 2 Desember 2018. 30
Wawancara dengan Ahmad Albasuni (Perwakilan Rakyat Gaza-
Palestina), di Kampus SPs. UIN Jakarta, Tanggal 20 Mei 2019, Pukul
10.30 WIB.
160
kerusakan pada jendela dan plafon akibat terkena tembakan rudal
yang lokasinya tidak jauh dari RS Indonesia31
Pada saat itu juga, menurut Joserizal Jurnalis, Ketua
presidium lembaga kemanusiaan bidang medis MER-C mengatakan
bahwa ada 28 relawan MER-C yang bertugas menyelesaikan
pembangunan rumah sakit ini masih terus bertahan di sana walaupun
kondisi logistik terus menipis, meski pembangunan Rumah Sakit
Indonesia (RSI) di Bayt Lahiya, Gaza Utara, Palestina saat ini
terhambat akibat intensitas serangan militer Israel ke Gaza yang
terus meningkat.32
Pada saat itu kebutuhan utama para relawan
adalah makanan. Mereka bertahan di ruang bawah tanah Rumah
Sakit Indonesia yang tengah dibangun dengan Logistik yang
terbatas. Tidak ada jaminan keamanan dari siapapun di sana
termasuk dari pemerintah Palestina. Bahkan meski dalam keadaan
sangat berbahaya, MER-C tetap mengirim tim medis terutama ahli
bedah ke Gaza, jika pertempuran di Gaza terus meningkat.
Menurut dr. Joserizal yang dilansir dari Kompas pada tanggal
29 Desember tahun 2008, ada sebanyak 3 orang perwakilan Medical
Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia akan segera
berangkat ke Palestina untuk ikut memberikan bantuan kepada
rakyat Palestina. Ia juga mengatakan bahwa 3 perwakilan MER-C itu
juga membawa sejumlah bantuan dari Indonesia untuk Palestina.
Selain bantuan berupa obat-obatan ada juga sembako. Sebanyak tiga
orang dari MER-C yang berangkat ke Palestina terdiri atas dua orang
dokter dan satu orang yang mengurus logistik. Pemerintah Republik
Indonesia (RI) melalui Departemen Kesehatan (Depkes) juga
menyiapkan bantuan obat-obatan senilai Rp 2 miliar kepada bangsa
Palestina menyusul serangan Israel hingga mengakibatkan jatuhnya
ratusan korban sipil maupun para pejuangnya. Serangan-serangan
udara Israel itu telah menewaskan sedikitnya 298 warga Palestina, di
31
Esthi Maharani, ―MER-C Segera Kirimkan Tim Medis ke Gaza,
Berita Online, dalam
https://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-
israel/14/07/16/n8stkt- merc-segera-kirimkan-tim-medis-ke-gaza, diakses
2 Desember 2018. 32
Andylala Waluyo, ―MER-C Mempertahankan Relawan
Indonesia di Gaza. Berita Online, dalam
https://www.voaindonesia.com/a/MER-C-pertahankan-relawan- indonesia-
di-gaza/1548669.html, diakses 20 Desember 2018.
161
mana sekitar 180 di antaranya adalah pejabat keamanan gerilyawan
Hamas.33
Tim relawan MER-C dalam aksinya selalu berusaha
mendokumentasikan kegiatan kemanusiaan mereka dengan memanfaatkan teknologi informasi yang sedang berkembang/trend dalam bentuk video, film dokumenter dan gambar- gambar melalui you tube dan sosial media seperti face book dan lain-lain. Sedangkan dalam bentuk kerjasama publikasi dengan media, MER-C menggandeng Harian Umum Republika, Republika Online, www. Era Muslim.com, dan juga TV One. Sedangkan salah satu buku yang sudah diterbitkan adalah ―Senja Merah di Tanah Maluku‖ Untaian Hikmah Misi Kemanusiaan MER-C, sebuah buku yang dikarang oleh Azimah Rahayu, bercerita tentang proses kelahiran organisasi ini.
34
Untuk mendukung aktivitas para relawan, MER-C juga berinisiatif membangun wisma bagi para relawan yang datang ke Gaza. Wisma Rakyat Indonesia terdiri dari 2 lantai ini dibangun oleh para relawan dan berfungsi sebagai kantor MER-C serta tempat tinggal para relawan Indonesia yang bertugas di Gaza. Saat ini sebanyak 4 relawan masih menempati Wisma Rakyat Indonesia. Ke depan, wisma akan menjadi tempat tinggal bagi para relawan Indonesia baik medis maupun non medis yang akan bertugas di Gaza selanjutnya. Warga Indonesia yang sedang berkunjung ke Gaza, juga dipersilahkan untuk menginap di wisma ini.
35
Gambar 4.6
Wisma Rakyat Indonesia di Gaza-Palestina
33
Kompas.com. "MER-C Kirim Tim Medis ke Palestina, Berita Online, https://nasional.kompas.com/read/2008/12/29/1117177/MER-C.Kirim.Tim.Medis.ke.Palestina, diakses 2 Desember 2018.
34Azimah Rahayu, Senja Merah Di Tanah Maluku, h. 238.
35MER-C, ―Menengok Wisma Rakyat Indonesia di Gaza‖, dalam https://MER- C.org/rs-indonesia/menengok-wisma-rakyat-indonesia-di-
gaza, diakses 12 Februari 2018.
162
Sumber Gambar:
https://MER-C.org/rs-indonesia/menengok-wisma-rakyat-
indonesia-di-gaza
Semua usaha yang dilakukan MER-C untuk dapat mengangkat
aksi-aksi kemanusiaan yang bernuansa lokal menjadi mengglobal
lewat pemanfaatan media ini, diperkuat oleh pendapat Andi Faisal
bakti yang menyebutkan bahwa untuk menyikapi konsekwensi dari
era globalisasi, diperlukan kecerdasan tertentu dalam berdakwah,
agar dapat mengimbangi kondisi tersebut. Dalam hal kemajuan sains
dan teknologi, masih menurut Andi, justru harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin agar dakwah tidak tertinggal. ―Dakwah harus
berakar dari kepercayaan akan emprisisme yang sangat kuat.36
Hal
ini diperkuat oleh pengakuan salah seorang rakyat Gaza yang
mengatakan bahwa secara umum rakyat Gaza tidak mengenal MER-
C secara khusus sebagai lembaga kemanusiaan Indonesia yang
mempelopori berdirinya Rumah Sakit Indonesia di Gaza.37
Akan
tetapi upaya kemanusiaan yang dilakukan dengan mendirikan
Rumah Sakit sangat diapresiasi oleh rakyat Palestina.
B. Karakteristik Lombok sebagai Objek Dakwah Kemanusiaan
MER-C Pasca Bencana Alam
1. Lombok dalam Keanekaragaman Suku, Budaya, dan
Agama
Lombok merupakan sebuah pulau yang terletak di Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB).38
Pemerintahan di wilayah ini di bagi
36
Andi Faisal Bakti, Globalisasi: Dakwah Cerdas Era
Globalisasi Antara Tantangan dan harapan, h. 2. 37
Wawancara dengan Ahmad Albasuni (Perwakilan Rakyat Gaza-
Palestina), di Kampus SPs. UIN Jakarta, Tanggal 20 Mei 2019, Pukul
10.30 WIB. 38
Pulau Lombok adalah pulau yang terletak di timur pulau Bali,
pulau ini masuk menjadi salah satu bagian dari kepulauan sunda kecil.
Pulau lombok di sebelat baratdipisahkan oleh Selat Lombok dari Bali dan
Sebelah timur dipisahkan oleh Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa.
Pulau Lombok masuk ke dalam daerah pemerintahan Provinsi Nusa
tenggara barat, dengan ibu kota pemerintahan di Mataram. Provinsi Nusa
tenggara barat, di bagi menjadi 2 pulau besar yaitu Pulau Lombok dan
Pulau Sumbawa. Lihat, https://www.ntbprov.go.id/pages/geografis.
163
menjadi 4 Kabupaten dan 1 Kota,39
Kota Mataram, Ibu kota di
Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Ibu kota di Gerung, Kabupaten
Lombok Tengah, Ibu kota di Praya, Kabupaten Lombok Timur, Ibu
kota di Selong, Kabupaten Lombok Utara, Ibu kota di Tanjung.
Wilayah yang dikenal dengan istilah pulau seribu masjid ini,40
memiliki potensi keindahan alam yang sudah sangat terkenal di
mancanegara. Lombok adalah pulau perawan yang menjadi pusat
pemerintahan daerah Nusa Tenggara Barat. Panorama alam yang
memikat dan penuh keajaiban, membuat pulau ini tidak kalah
indahnya dengan pulau tetangganya yaitu Bali.
Keanekaragaman suku, budaya dan agama di pulau Lombok,
menjadikan pulau ini sebagai ikon kehidupan masyarakat yang
damai, jauh dari konflik dan kekerasan baik atas nama suku, ras,
maupun agama. Dari segi etnisitas, pulau Lombok didominasi oleh
suku Sasak yang penduduk asli pulau Lombok, kemudian suku Bali
yang mayoritas bertempat tinggal di Kabupaten Lombok Barat dan
Kota Mataram. Di samping itu terdapat etnis Tionghoa, suku Bima,
Sumbawa, Jawa dan suku-suku lainnya yang datang ke pulau
Lombok sebagai imigran. Kedatangan mereka dengan aneka ragam
latar belakang. Mulai dari motif ekonomi hingga pendidikan.41
Sebagian besar suku sasak adalah pemeluk agama Islam,
sebagian kecil menganut sekte/aliran Islam watu telu dan ada juga
yang memeluk agama budha (Tersebar sebagain besar di Lombok
utara). Bahasa ibu dari suku sasak adalah bahasa sasak dan di
gunakan sebagai percakapan sehari-hari, selain bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional. Penduduk lainnya di pulau lombok adalah
suku Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.42
Sedangkan dilihat dari
jumlah pemeluk agama, terdiri dari agama Islam berjumlah, 96,78%,
39
https://www.ntbprov.go.id/pages/geografis. 40
Berdasarkan catatan Kantor Wilayah Departemen Agama, NTB,
jumlah masjid di Lombok telah mencapai 4.500 buah. Ini belum termasuk
jumlah mushola. Bila dibandingkan dengan luas wilayah NTB yang
mencapai 20.153 meter persegi, boleh dikata, rata-rata, setiap 500 meter
ada masjid. Lihat https://www.liputan6.com/news/ merenda-perdamaian-
di-pulau-seribu-masjid, diakses, 28-11-2018. 41
Al-Zaenuri, Tantangan Kehidupan Beragama di Lombok, El-
Hikam, ejournal.Volume IV, Nomor 2, Juli-Desember 2011 kopertais4.or.id,
2016, diakses, 15-11-2018. 42
https://www.ntbprov.go.id/pages/geografis. Diakses, 08-11-2018.
164
disusul Hindu, 2,45%, Budha, 0,32%< dan Katolik, 0,19%.43
Sebagaimana pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7
Jumlah Penduduk NTB menurut Agama yang Dianut Tahun 201644
No. Kabupaten
/ Kota
Islam Kristen Kathol
ik
Hindu Budha Kho
ng
Hu
Cu
Kepe
rcaya
an
1. Lombok
Barat
94,33 0,19 0,07 5,14 0,27 0,00 0,00
2. Lombok
Tengah
99,65 0,03 0,01 0,29 0,01 0,00 0,00
3. Lombok
Timur
99,92 0,02 0,01 0,06 0,00 0,00 0,00
4. Sumbawa 96,45 0,42 0,47 2,55 0,06 0,00 0,03
5. Dompu 97,96 0,24 0,17 1,62 0,00 0,00 0,00
6. Bima 99,50 0,14 0,29 0,07 0,00 0,00 0,00
7. Sumbawa
Barat
98,44 0,33 0,29 0,92 0,01 0,00 0,01
8. Lombok
Utara
92,19 0,02 0,01 3,56 4,21 0,00 0,00
9. Mataram 82,00 1,60 0,86 14,47 1,06 0,01 0,00
43
https://ntb.bps.go.id/statictable/2017/11/15/189/persentase-
penduduk-menurut-
kabupaten-kota-dan-agama-yang-dianut-di-provinsi-nusa-tenggara-barat-
2016. Diakses, 08-
11-2018 44
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat,
―Persentase Penduduk Menurut Kabupaten Kota dan Agama yang Dianut
di Provinsi Nusa Tenggara Barat2016,
https://ntb.bps.go.id/statictable/2017/11/15/189/persentase-penduduk-menurut-
kabupaten-kota-dan-agama-yang-dianut-di-provinsi-nusa-tenggara-barat-
2016.html.
165
10. Bima 98,51 0,81 0,49 0,17 0,03 0,00 0,00
NTB 96,78 0,26 0,19 2,45 0,32 0,00 0
,
0
0
Posisi agama dalam kesadaran masyarakat Sasak di pulau
Lombok sangat penting. Agama tidak hanya menjadi pondasi sosial
dalam membina moralitas individu dan kelompok, melainkan
bergerak dan menyatu di dalam sistem budaya. Meski masyarakat
Sasak di Lombok tidak memiliki prinsip verbal seperti masyarakat
suku Minang, adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah, bagi
masyarakat Lombok agama harus menopang segala lini sistem
sosial, budaya, maupun politik. Karena itu, melanggar hukum agama
menjadi satu hal yang tidak dapat ditolerir karena sering juga
dianggap melanggar tradisi.45
Islam merupakan agama yang dipeluk oleh mayoritas
penduduk pulau Lombok. Agama Nasrani pada mulanya merupakan
agama yang dibawa oleh penjajah Belanda yang datang ke Lombok
pada tahun 1894, saat ini dianut oleh para pendatang dari luar,
terutama dari Nusa Tenggara Timur, Jawa dan Batak. Sedangkan
agama Hindu yang dulu dibawa oleh orang-orang dari Kerajaan
Karang Asem Bali, dianut oleh orang-orang yang berasal dari bali
dan keturunannya. Sampai saat ini mereka tidak mau membaur
dengan masyarakat Sasak karena umumnya tempat tinggal mereka
mengelompok pada satu kampung, baik yang ada di kota Mataram
maupun di Lombok Barat.46
Meskipun posisinya sebagai mayoritas, para pemeluk Islam
sangat menghormati keragaman budaya dan agama di daerah
mereka. Hal ini dikarenakan sebagai sebuah agama, Islam memiliki
ajaran yang sangat fleksibel. Karakter ajarannya yang ramah dan
terbuka membuat Islam tidak sekedar menjadi agama, namun juga
45
Lihat Fahrurrozi, Dakwah Tuan Guru dan Transformasi Sosial Di
Lombok Nusa Tenggara Barat, Disertasi, Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. h. 67. 46
Zaki Yamani Athhar, Kearifan Lokal Dalam Ajaran Islam
Wetu Telu Di Lombok, Jurnal Ulumuna, Volume IX Edisi 15 Nomor 1
Januari-Juni 2005, h. 191.
166
sebagai tradisi yang hidup. sehingga mampu diterima oleh berbagai
kultur dan lapisan sosial masyarakat.47
Islam di Lombok pada umumnya tradisionalis. Institusi
pesantren dengan tuan guru yang kharismatik merupakan sosok
sentral yang mendominasi kehidupan keagamaan masyarakat
muslim di Lombok. Kharisma dan pengaruh tuan guru didasarkan
pada jaringan hubungan patronase dengan santri-santri mereka yang
datang dari seluruh penjuru Lombok bahkan sampai wilayah lain di
luar Lombok seperti Bali dan Sumbawa.48
Para penyiar Islam awal dalam menyampaikan dakwahnya
lebih banyak menggunakan pendekatan kondisional, artinya ajaran-
ajaran Islam yang didakwahkan disesuaikan dengan kondisi
masyarakat pada saat itu. Adat-istiadat atau kebiasaan-kebiasaan
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, tidak ditentang. Para penyiar
Islam bersifat toleran, sehingga masyarakat Sasak pada saat itu
tertarik untuk menerima dan menganut ajaran baru ini.49
Setelah
Orde Baru peristiwa konflik cenderung intens disebabkan faktor
internal dan eksternal masyarakat di Lombok itu sendiri, misalnya
konflik agama islam dengan Kristen tahun 2000, konflik LDII
dengan masyarakat lokal tahun 2002 di Lombok Timur dan
seterusnya.50
Hal ini sejalan dengan pendapat Zaenuri bahwa
Lombok sebagai daerah yang agamis tetap memiliki potensi
konflik horizontal yang sangat tinggi, karena disebabkan oleh
beragam faktor. Padahal secara sosial dan budaya, masyarakat
Lombok merupakan masyarakat yang patuh dan taat, terutama
kepada orang tua dan guru-guru, seperti Tuan Guru51
(alim ulama)
47
Lalu Muhammad Ariadi, Haji Sasak: Sebuah potret Dialektika Haji dan Kebudayaan Lokal, (Jakarta: Impressa Publishing), 2012, h. 61.
48Fahrurrozi, Dakwah Tuan Guru Dan Transformasi Sosial Di
Lombok Nusa Tenggara Barat, h. 136. 49
Zaki Yamani Athhar, Kearifan Lokal Dalam Ajaran Islam
Wetu Telu Di Lombok, h. 74. 50
Saiful Hamdi, ‚Politik Islah: Re-Negosiasi Islah, Konflik dan
Kekuasaan di Nahdlatul Wathan Lombok Timur,‛ Jurnal Kawistara,
Volume 1, No. 1, 21 April 2011, h. 2. 51
Tuan Guru merupakan pemimpin kharismatik dalam bidang
agama atau orang- orang yang menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan
agama dan mengarahkan para pemeluk agama Islam, bahkan tidak hanya
167
sebagai panutan masyarakat Lombok. Merekalah biasanya yang
diharapkan mampu meredam terjadinya gejolak konflik yang ada di
tengah-tengah masyarakat.52
Pemahaman keagamaan masyarakat
Lombok sangat tergantung kepada pemahaman para Tuan Guru
sebagai panutan di Lombok. Ia adalah merupakan figur yang setiap
saat ditiru dan digugu dalam segala hal, baik perkataan maupun
tindakan. Tuan Guru bagi masyarakat Lombok memegang posisi
sentral, sehingga dapat dikatakan bahwa mereka itu sebagai
pemimpin non formal di Lombok.53
Pengaruh yang sangat kuat dari sosok seorang Tuan Guru,
khususnya dalam beragama masyarakat Lombok juga sangat
berpengaruh pada pola pikir dan kehidupan. Dalam memerankan
fungsi sosial sebagai tokoh agama dan tokoh masyarakat, tuan guru
tetap berhubungan dengan semua kalangan, mulai dari rakyat jelata
sehingga elit penguasa. Interaksi sosial yang dilakukan oleh tuan
guru selalu sarat dengan dinamika, apalagi tuan guru adalah manusia
yang dinamis, kreatif dan inovatif yang selalu memerankan
interaksi-interaksi yang bersifat simbolik dengan relasi social.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang
menyangkut hubungan antarperseorangan, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok lain. Interaksi sosial
merupakan kunci dalam sendi- sendi kehidupan sosial karena tanpa
keberlansungannya proses interaksi tidak mungkin terjadi aktivitas
dalam kehidupan sosial. Secara sederhana interaksi sosial dapat
terjadi apabila dua orang saling bertemu, saling menegur, saling
berkenalan, dan mengetahui. Pada saat itulah interaksi terjadi.
Bentuk-bentuk interaksi sosial tuan guru tersebut seperti kerjasama
dalam urusan keagamaan seperti urusan teologi, fiqh, dan sebagainya.
Tetapi juga dalam urusan sosial kemanusiaan, di wilayah lain diluar Pulau
Lombok mereka dikenal dengan sebutan Kyai, Ustadz dll. Lihat
Fakhrurrozi, ‚Dakwah Tuan Guru Dan Transformasi Sosial Di Lombok
Nusa Tenggara Barat,‛ Disertasi, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010. h. 132. 52
Al Zaenuri, ‚Tantangan Kehidupan Beragama di Lombok El-
Hikam,‛ ejournal. Volume IV, Nomor 2, Juli-Desember 2011 kopertais4.or.id, 2016, diakses, 15-11-2018.
53Fahrurrozi, ‚Dakwah Tuan Guru dan Transformasi Sosial di
Lombok Nusa Tenggara Barat,‛ h. 132.
168
dengan pemerintah, LSM dalam menjalankan misi agama, bahkan
sebaliknya para aparat pemerintah menjalin kerjasama dengan para
tuan guru merupakan modal sosial yang paling urgen dalam
menciptakan perubahan di tengah-tengah komunitas masyarakat.54
Kondisi geografis, adat istiadat dan agama sangat berpengaruh
terhadap cara mereka menerima dan berinteraksi dengan masyarakat
luar yang berbeda adat istiadat, agama dan juga bahasa. Hal ini dapat
dilihat dari bagaimana cara penerimaan masyarakat Lombok
terhadap para relawan yang diterjunkan oleh lembaga kemanusiaan
yang menaungi mereka ketika terjadi musibah. Masyarakat di
wilayah tersebut tidak serta merta mau menerima bantuan atau mau
ikut bekerjasama dengan para relawan karena dianggap sebagai para
pendatang yang meskipun bertujuan membawa bantuan, dan
menolong akan tetapi mereka tetap dianggap sebagai orang asing.
2. Sejarah Kebencanaan di Lombok
Menilik catatan sejak era kolonial, harus diakui bahwa
sudah sejak Lombok termasuk wilayah rawan gempa sebagaimana
Sumatera dan Papua.55
Secara tektonik, Lombok memang wilayah
rawan gempa bumi. Sebab, posisi Lombok terletak di antara dua
pembangkit gempa, yang dijuluki dengan seismik aktif. Dua
pembangkit gempa ini berasal dari selatan dan utara. Di selatan
terdapat zona subdiksi lempeng Indo-Australia yang menujam ke
bawah Pulau Lombok.56
Sedangkan dari utara ada struktur geologi bernama Sesar Naik
Flores atau Flores Bacj Arc Thrusting. Sesar Naik ini, jalurnya
memanjang dari Laut Bali ke timur hingga Laut Flores. Oleh karena
itu tidak heran jika Lombok memang rawan gempa, karena jalur
54
Fahrurrozi, ‚Dakwah Tuan Guru Dan Transformasi Sosial di
Lombok Nusa Tenggara Barat,‛ h. 132. 55
Randy Wirayudha, ‚Tujuh Gempa Lombok dalam Catatan Sejarah,‛ Berita Online, dalam https://historia.id/modern/articles/tujuh-gempa-lombok-dalam-catatan- sejarah-P94oz, diakses 2 Januari 2019.
56Bayu Adi Wicaksono, ‚Fakta Sejarah di Balik Gempa Besar
Lombok,‛ Berita Online, dalam https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/fakta-
sejarah-di-balik-gempa- besar-lombok/ar-BBLBcqf, diakses 1 Januari 2019.
169
Sesar Naik Flores ini sangat dekat dengan Pulau Lombok. Jika
melihat peta, aktivitas kegempaan atau seismisitas Pulau Lombok,
tampak seluruh Pulau Lombok banyak sebaran titik episenter.
Artinya, memang banyak aktivitas gempa di wilayah ini. Meskipun
kedalaman hiposenternya dan magnitudonya bervariasi, namun
tampak jelas wilayah lombok memang aktif gempa yang bersumber
dari subduksi lempeng, Sesar Naik Flores dan sesar lokal di Pulau
Lombok dan sekitarnya. Dari sebaran seismitas ini pun cukup
menjadi dasar untuk mengatakan bahwa Lombok memang rawan
gempa.
Puncak terakhir gempa Lombok terjadi pada tahun 2018.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),
titik gempa berada di 18 kilometer (km) barat laut Kabupaten
Lombok Timur pada kedalaman 15 km. Guncangan yang mencapai
7,0 Skala Richter (SR) turut merobohkan ribuan bangunan dan
memicu tsunami kecil. Menurut data Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) di laman bnpg.go.id, gempa
tersebut sudah menelan 91 orang tewas dan 209 lainnya luka-luka.
Gempa disebutkan sebagai gempa utama dari aktivitas Sesar Naik
Flores yang dimulai sejak 29 Juli 2018, di mana turut mengguncang
permukaan bumi dengan magnitudo 6.4 SR.
Gempa tahun 2018 menjadi gempa kesekian yang terjadi di
Pulau Lombok sejak akhir abad ke-19. Menurut catatan historis,
gempa tektonik kali ini merupakan yang terbesar. Ada tujuh gempa
yang pernah terjadi di Lombok dengan kekuatan di atas 6,0 SR.
Artinya bahwa Lombok telah mengalami gempa sebanyak depalan
kali, sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 4.8
Delapan Gempa di Lombok dalam Sejarah
No. Periode Tahun Gempa Lombok
1. 25 Juli 1856
2. 21-24 Desember 1970
3. 28 Mei 1972.
170
4. 10 April 1978
5. 30 Mei 1979
6. 1 Januari 2000
7. 9 Juni 2016
8. 29 Juli dan 5 Agustus 2018
Pada tanggal 25 Juli 1856, Lombok mengalami gempa
tektonik pertama yang tercatat dalam literatur era kolonial, tepatnya
pada 1918, berupa disertasi Arthur Wichmann dari Koninklijke
Nederlandse Akademie van Wetenschappen (KNAW) yang berjudul
The Earthquakes of the Indian Archipelago until the Year 1857. Ia
mengungkap bahwa gempa besar terjadi di Lombok, tepatnya di
Labuan Tereng, pada 25 Juli 1856. Gempa itu juga memicu
gelombang tsunami yang menghantam pesisir Ampenan di Mataram.
Selanjutnya gempa Lombok kedua terjadi pada 21-24 Desember
1970. USGS mencatat bahwa kota Praya di Pulau Lombok juga
diguncang dua gempa besar pada 21 dan 24 Desember 1970. Pada
21 Desember, gempa berkekuatan 6,0 SR dan berpusat di kedalaman
75 km itu mengguncang perairan di selatan Lombok. Pada 24
Desember, letak pusat gempanya di kedalaman 70 km dan
kekuatannya 5,6 SR. Tidak ada korban tewas akibat dua gempa
tersebut. Kemudian yang ketiga terjadi pada 28 Mei 1972. USGS
juga mencatat ada getaran gempa berpusat di 262 km selatan Praya
pada 28 Mei 1972. Kekuatannya mencapai 6,3 SR dengan
kedalaman 15 km. Tidak ada korban jiwa akibat bencana ini. Hanya
beberapa bangunan runtuh akibat guncangannya yang terbilang
besar namun tiak memicu tsunami. Pada 10 April 1978, gempa
keempat terjadi di Lombok. Menurut catatatan BMKG, gempa pada
10 April 1978 ini berpusat di 297 km selatan Praya dan
berkekuatan 6,7 SR. Gempa tidak menimbulkan korban jiwa.
Gempa yang berada di kedalaman 19 km ini hanya menimbulkan
sejumlah bangunan rusak parah namun tidak memicu tsunami.
Selang satu tahun, yaitu pada 30 Mei 1979. Sebanyak 37 orang
dilaporakan tewas, menurut data BMKG, dalam bencana gempa
berkekuatan 6,1 SR. Selain itu, sejumlah rumah dan bangunan rusak
berat.
171
Kemudian 21 tahun kemudian pada 1 Januari 2000 baru
terjadi kembali. Gempa bermagnitudo 6,1 SR di Lombok pada saat
itu mengawali abad 21. Gempa tersebut tidak menelan korban jiwa
dan memicu potensi tsunami, akan tetapi merusak sekitar 2000
rumah. Selanjutnya enam tahun kemudian 9 Juni 2016, gempa
berkekuatan 6,2 SR di Lombok pada 284 km selatan pesisir Kute
pada kedalaman 19 km tersebut melukai sembilan orang.
Guncangannya dirasakan kuat hingga ke Pulau Bali dan Pulau
Sumbawa, namun tak memicu potensi tsunami. Gempa pada tahun
2016 tersebut merupaka tahun terakhir sebelum kemudian terjadi
gempa pada 29 Juli dan 5 Agustus 2018 kemarin. Itu artinya pada
selang sekitar 12 tahun, gempa Lombok terakhir ini terjadi. Gempa
besar dengan magnitude 7,0 Skala Richter yang mengguncang
Lombok, Nusa Tenggara Barat tahun 2018 ini merupakan bencana
alam gempa terbesar yang pernah melanda pulau itu.
3. Bencana Lombok Tahun 2018 sebagai Awal Misi
Kemanusiaan MER-C di Lombok
Gempa bumi berkekuatan 6,4 SR kembali mengguncang
beberapa wilayah di Lombok pada 29 Juli 2018. Gempa bumi ini
mengakibatkan korban jiwa 16 orang dan lebih dari 10.000
bangunan rusak. Sedangkan BMKG mencatat, setidaknya ada 585
kejadian gempa susulan sampai dengan pukul 07.00, 5 Agustus
2018. Setidaknya ada enam kejadian gempa bumi yang memiliki
magnitudo lebih dari 5,5 SR. Gempa bumi magnitudo 6,4 SR yang
terjadi pada 29 Juli 2018 merupakan awal dari rangkaian Gempa
Lombok 2018.57
Sebagaimana diketahui kawasan Bali dan Nusa Tenggara
memiliki tatanan tektonik yang rumit dan aktif. Keberadaan zona
subduksi di bagian selatan yang merupakan zona tumbukan antara
Lempeng Kerak Samudra Indo-Australia dengan Lempeng Benua
Eurasia. Salah satu implikasi dari adanya aktivitas tumbukan pada
zona ini adalah terjadinya gempa bumi. Sedangkan di bagian utara
Bali dan Nusa Tenggara, kondisi tektoniknya dipengaruhi oleh
57
Kompas. com, ‚Melihat Kembali Gempa Lombok 2018
dan Sejarah Kegempaannya,‛ Berita Online, https://regional.kompas.com/read/2018/09/23, melihat- kembali-gempa-
lombok-2018-dan-sejarah-kegempaannya, diakses 12 Desember 2018.
172
adanya aktivitas pada busur belakang Flores yang terbagi dalam dua
segmen. Berdasarkan buku Peta Bahaya Gempa Indonesia 2017,
kedua segmen tersebut adalah Segmen Bali dan Segmen Lombok
Sumbawa.58
Wilayah yang terdampak besar musibah gempa bumi adalah
Kabupaten Lombok Utara. Ibukota Lombok Utara adalah Tanjung
yang juga berfungsi sebagai pusat Pemerintahan. Wilayah ini
mempunyai luas wilayah daratan 809.53 km2 yang terdiri dari
wilayah khusus seperti hutan lindung, kawasan margasatwa, dan lain
sebagainya seluas 361,86 km2 (44,30%) dan sisanya daratan rata
untuk lahan pertanian dll seluas 447,67 km2 55,30%). Luas wilayah
perairan Lombok Utara adalah 594,71 km2 dengan panjang pantai
127 km2.
Kabupaten Lombok Utara pada awalnya merupakan bagian
dari Kabupaten Lombok Barat yang termasuk dalam 15 (lima belas)
Kecamatan yaitu Kecamatan Bayan, Gangga, Kayangan, Tanjung,
Pemenang, Gunungsari, Batulayar, Narmada, Lingsar, Labuapi,
Kediri, Kuripan, Gerung, Lembar dan Sekotong Tengah. Seiring
dengan terjadinya perkembangan yang menuntut pelayanan
administrasi pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan
masyarakat yang maksimal tercetus keinginan warga masyarakat
Kabupaten Lombok Barat bagian Utara untuk mengusulkan
pemekaran Kabupaten Lombok Barat bagian Utara menjadi
Kabupaten Lombok utara. Alasan pemekaran Kabupaten ini adalah
dalam rangka percepatan pembangunan dan mendekatkan pelayanan
masyarakat sehingga memudahkan akses masyarakat Lombok Barat
bagian utara ke pusat pemerintahan Kabupaten.59
58
Republika. com, ‚MER-C Terjunkan Tim Nasional ke
Lombok,‛ dalam https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/wakaf/18/08/16/pdk8cb319-merc-terjunkan- tim-nasional-ke-lombok,
diakses 12 Desember 2018. 59
http://lombokutarakab.go.id/v1/profil-daerah/sejarah-singkat.
Diakses 1211-2018.
173
Tabel 4.9
Luas Daerah Kabupaten Lombok Utara dirinci Menurut Kecamatan
Sumber : BPS Provinsi NTB (Lombok Utara Dalam Angka 2008).
Luas wilayah perairan hampir sebanding dengan luas wilayah
Daratan yang digunakan untuk lahan pertanian, perindustrian,
pemukiman, Perikanan tambak, industri, pariwisata, pelabuhan, dan
lain-lain. Ini artinya hampir seluruh kecamatan di Lombok Utara
memiliki wilayah lautan yang berpengaruh pada kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan disetiap kecamatan yang harus
meliputi kebikajan pengelolaan wilayah daratan dan wilayah lautan
dengan misi yang memuat peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan pengelolaan berdasar potensi unggulan diwilayah yang
bersangkutan (masing-masing kecamatan).
Tabel 4.10
Jumlah Dusun di Kabupaten Lombok Utara dirinci Menurut
Kecamatan
Sumber : Data Primer Kecamatan Tahun 2013.
174
Kondisi topografi Kabupaten Lombok Utara pada bagian
utara menyusur ke bagian tengah yang merupakan gugusan
pegunungan dengan hutan lindung yang berfungsi sebagai hidrologi,
sedangkan sepanjang pantainya hanya terdapat dataran rendah yang
sempit dan terbatas. Pada bagian tengah membentang dari timur ke
barat terdapat suatu dataran rendah yang cukup luas yang
merupakan suatu daerah pertanian yang subur. Pada wilayah bagian
selatan terdapat suatu dataran pebukitan yang hutannya berfungsi
sebagai penyangga hidrologi.
Luas wilayah perairan hampir sebanding dengan luas wilayah
daratan yang digunakan untuk lahan pertanian, perindustrian,
pemukiman, perikanan tambak, industri, pariwisata, pelabuhan, dan
lain-lain. Ini artinya hampir seluruh kecamatan di Lombok Utara
memiliki wilayah lautan60
yang berpengaruh pada kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan disetiap kecamatan, meliputi
kebijakan pengelolaan wilayah daratan dan wilayah lautan dengan
misi yang memuat peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan
pengelolaan berdasar potensi unggulan di wilayah masing-masing
kecamatan.61
Lombok merupakan bagian dari kawasan Bali dan Nusa
Tenggara, yang memiliki tatanan tektonik yang rumit dan aktif.
Keberadaan zona subduksi di bagian selatan yang merupakan zona
tumbukan antara Lempeng Kerak Samudra Indo-Australia dengan
Lempeng Benua Eurasia. Salah satu implikasi dari adanya aktivitas
tumbukan pada zona ini adalah terjadinya gempa bumi. Sedangkan
di bagian utara Bali dan Nusa Tenggara, kondisi tektoniknya
dipengaruhi oleh adanya aktivitas pada busur belakang Flores yang
terbagi dalam dua segmen. Berdasarkan buku Peta Bahaya Gempa
Indonesia 2017, kedua segmen tersebut adalah Segmen Bali dan
Segmen Lombok Sumbawa. Setidaknya ada tujuh kejadian gempa
sejak 1963 di Bali dan Lombok dengan magnitudo yang relatif
60
Pantai-pantai yang berada di Lombok Utara, di antaranya pantai
Senggigi, pantai Kute dan pantai tanjung Aan, serta beberapa pulau kecil
(Gili) seperti gili Trawangan, gili Air, Gili Meno dan lain-lain, menjadi
destinasi wisata yang terkenal sebagai ikon pulau Lombok yang indah.
Lihat juga http://lombokutarakab.go.id/v1/profil-daerah/sejarah- singkat. 61
Profil Daerah Sejarah Singkat, dalam
http://lombokutarakab.go.id/v1/profil- daerah/sejarah-singkat, diakses 10
Desember 2018.
175
besar. Ketujuh gempa itu adalah gempa pada 18 Mei 1963, 22 Mei
1963, 2 gempa pada 14 Juli 1976, 30 Mei 1979, 20 Oktober 1979,
dan 17 Desember 1979.62
Bencana alam di Lombok menelan banyak korban jiwa, baik
luka-luka maupun meninggal dunia. Selain itu tidak sedikit yang
kehilangan tempat tinggal dan harta benda lainnya. Banyak korban
membutuhkan bantuan baik makanan, tempat tinggal maupun
layanan kesehatan. Bencana yang cukup besar tersebut tidak dapat
ditangani seluruhnya oleh pemerintah melainkan membutuhkan
bantuan berbagai pihak, seperti lembaga kemanusiaan non
pemerintah. Dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk
merecoveri wilayah ini untuk dapat kembali kepada kehidupan
normal. Banyaknya informasi yang tersebar baik di media cetak,
elektronik maupun media sosial menggugah keinginan masyarakat
di seluruh Indonesia untuk mengirimkan bantuan berupa makanan
dan obat-obatan, baik melalui perorangan, organisasi
kemasyarakatan maupun lewat lembaga-lembaga bantuan milik
pemerintah seperti BNPB dan PMI atau perusahaan swasta.
Organisasi atau lembaga kemanusiaan di antaranya Aksi Cepat
Tanggap (ACT), Dompet duafa, PKPU, BSMI, MER-C dan lain-lain
turut memprakarsai dan menginisiasi masyarakat untuk membantu
korban. Berbagai macam model bantuan dilakukan untuk disalurkan
kepada korban yang membutuhkan.
MER-C datang dengan aksi kemanusiaannya ke Lombok
murni karena bencana, bukan karena masyarakat Lombok mayoritas
Muslim. Sebagai bukti juga, MER-C pernah datang ke Nias pada
saat di sana terjadi Tsunami, padahal penduduk di sana bukan
mayoritas Muslim. Begitu pula MER-C juga pernah datang ke
Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Jadi,
MER-C melakukan aksi kemanusiaan di wilayah tertentu karena
murni adanya bencana berskala besar dan daerah tersebut
membutuhkan pengelolaan bencana. Bahkan menurut dr. Habib,
selain kriteria di atas, ada tambahan kriteria lain yaitu wilayah
tersebut membutuhkan program rehabilitasi, sebab kini di MER-C
62
Kompas. com, ‚Melihat Kembali Gempa Lombok 2018
dan Sejarah Kegempaannya,‛ dalam
https://regional.kompas.com/read/2018/09/23, melihat-kembali- gempa-
lombok-2018-dan-sejarah-kegempaannya, diakses 25 -11-2018.
176
sudah ada divisi konstruksi yang ikut serta dalam program
rehabilitasi.63
a. Cakupan Wilayah dan Jangkauan Misi Kemanusiaan MER-C di
Lombok
Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sebagai
lembaga kemanusiaan yang sudah mempunyai banyak pengalaman
dalam membantu korban bencana alam dan konflik baik di dalam
maupun luar negeri, turut menginisiasi sekaligus menyalurkan
bantuan masyarakat untuk korban bencana alam gempa bumi
Lombok. langkah awal yang dilakukan MER-C adalah dengan
segera mengirimkan relawan dari MER-C Cabang Mataram untuk
melakukan initial assessment ke lokasi bencana.
Sesuai dengan fokus bantuannya yaitu gawat darurat medis,
MER-C langsung mendatangi Lombok dan menuju lokasi terdampak
gempa. Tim MER-C bergerak menuju Lombok Utara, tepatnya
daerah Bayan untuk melakukan initial assessment (penilaian awal)
bencana, guna mengetahui dan mendata secara langsung apa saja
yang dibutuhkan dan mengatur rencana pengiriman bantuan
selanjutnya. Tim juga membawa bantuan obat-obatan, air minum
dan makanan sebagai bantuan awal untuk korban bencana.64
MER-C bersama PABOI Jaya (Perhimpunan Dokter Spesialis
Bedah Orthopaedi dan Traumatologi), dan Departemen Orthopaedi
FKUI/RSCM, juga mengirimkan Tim gabungan pada tanggal 07
Agustus 2018. Tim ini adalah Tim khusus Bedah yang akan
berfokus pada tindakan operasi bagi korban gempa yang biasanya
banyak mengalami patah tulang akibat tertimpa reruntuhan
bangunan. Sejumlah peralatan dan perlengkapan operasi bedah
orthopaedi telah disiapkan dan membawa barang bawaan tim.
Berikut susunan tim gabungan MER-C, PABOI Jaya (Perhimpunan
Dokter Spesialis Bedah Orthopaedi dan Traumatologi), dan
Departemen Orthopaedi FKUI/RSCM :
63
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018,
pukul 14.00
WIB. 64MER-C, ‚Misi dalam Negeri Lombok Dilanda Gempa MER-C
Kirim Relawan,‛ dalam http://MER-C.org/misi-dalam-negeri/lombok-
dilanda-gempa-MER-C-kirim-relawan, diakses 17 Desember 2018.
177
1. dr. Yogi Prabowo, SpOT (Ketua Tim)
2. dr. Dwi Purnomo, Setyo, SpOT
3. dr. Mohamad Sadabaskara, SpOT
4. dr. Basuki Adam, SpOT
5. dr. Indragiri, SpAn
6. dr. Zecky Eko Triwahyudi
7. dr. Muhammad Deryl Ivansyah
8. dr. Fahmi Anshori
9. dr. Lia Rahmarini
10. Islamiyah Samaun65
Pasca kedatangan tim bedah dan tambahan relawan medis dari
Jakarta pada tanggal 8 Agustus 2018, Tim MER-C mulai melakukan
tindakan operasi bagi para korban gempa di RSU Mataram.
Kegiatan mobile clinic terus dilanjutkan untuk menyisiri wilayah-
wilayah terdampak gempa khususnya di Lombok Utara.
Tim MER-C dibagi dalam empat tim kecil. Tim 1, yaitu Tim
Bedah bertugas di RSU Mataram untuk membantu menangani
pasien-pasien korban gempa yang mengalami trauma tulang yang
banyak dirujuk ke rumah sakit ini. Tim 2 bertugas di RS Tanjung,
Kab. Lombok Utara. Sementara Tim 3 dan Tim 4 melakukan mobile
clinic ke wilayah gempa di desa Gumantar, kecamatan Kayangan,
dan menyisiri beberapa dusun di desa ini. Desa Gumantar terletak di
kaki gunung Rinjani, lima km dari tepi pantai Lombok Utara. Desa
ini berjarak sekitar 30 km dari posko utama MER-C di RS Tanjung.
Hampir 95 persen bangunan permukiman di desa itu roboh.
Sementara 46 warga desa dinyatakan meninggal dan ratusan lainnya
luka luka akibat gempa.
Salah satu korban luka adalah anak berusia 8 tahun yang
misalnya, datang ke posko mobile MER-C dengan muka dan
punggung yang penuh luka baret. Di pahanya ada luka yang sudah
dijahit. Namun ternyata masih ada luka di kepala yang belum dijahit.
Ketika dokter MER-C memeriksa, kondisi lukanya cukup lebar dan
dalam sampai tulang tengkorak kepala terlihat. Lukanya juga sudah
65
Tim Bedah Gabungan MER-C Paboi Jaya dan Departemen
Orthopedi FKUI Bertolak ke Lombok‖, dalam
https://mercinews.com/read/2018/08/07/9889/tim-bedah-gabungan-MER-C-paboi-jaya-dan-dept-orthopaedi-fkui-rscm-bertolak-ke-lombok, diakses
10 Desember 2019.
178
terinfeksi. Akhirnya tim merujuk anak ini ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Desa Gumantar memiliki
1.697 kepala keluarga, terbagi atas delapan dusun dengan jarak yang
cukup jauh antara satu dusun dengan dusun lainnya. Sebagian
kondisi jalan mengalami kerusakan akibat tertimpa longsor.66
Cakupan wilayah jangkauan misi MER-C di Lombok dapat
dilihat dari fakta bahwa ketika relawan MER-C ada di rumah sakit,
maka MER-C hanya akan menerima pasien saja, bukan mencari
korban. Artinya korban sendiri yang datang atas kesadaran kondisi
darurat medis mereka, tanpa melihat asal daerah Lombok mana
mereka datang. Akan tetapi jika MER-C di daerah tertentu seperti di
Kayangan desa Gumantar, maka MER-C hanya fokus pada korban di
daerah Gumantar. Bahkan MER-C melakukan kerjasama dengan
PUSKESMAS setempat sehingga laporannya berkoordinasi dengan
PUSKESMAS. Sebab jika masih ada pemerintahan melalui Dinas
Kesehatan dan orang di daerah itu, MER-C pasti melakukan
prosedur perizinan. Akan tetapi jika tidak ada lagi, seperti Tsunami
Aceh, maka MER-C akan secepatnya melakukan tindakan menolong
dan melakukan aksi kemanusiaan sesuai dengan darurat.67
b. Relawan, Armada dan Logistik Bencana alam di Lombok menelan banyak korban jiwa, baik
luka-luka maupun meninggal dunia. Selain itu tidak sedikit yang
kehilangan tempat tinggal dan harta benda lainnya. Banyak korban
membutuhkan bantuan baik makanan, tempat tinggal maupun
layanan kesehatan. Bencana yang cukup besar tersebut tidak dapat
ditangani seluruhnya oleh pemerintah melainkan membutuhkan
bantuan berbagai pihak, seperti lembaga kemanusiaan non
pemerintah. Dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk
merecoveri wilayah ini untuk dapat kembali kepada kehidupan
normal.
Mengingat luasnya jangkauan gempa dan banyaknya korban
66MER-C, ‚Tim MER-C Lakukan Operasi dan Terus Lanjutkan
Mobile Clinic,‛ dalam www.MER-C.org, diakses 29 November 2018. 67
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018,
pukul 14.00 WIB.
179
yang membutuhkan bantuan, Medical Emergency Rescue
Committee (MER-C) menetapkan Pulau Lombok sebagai wilayah
misi kemanusiaan jangka panjang. Sebagaimana diketahui dalam
suatu bencana, relawan adalah ujung tombak aktifitas bantuan,
karena tanpa relawan bantuan yang diberikan oleh para donator yang
telah menyumbang tidak akan berarti apa-apa. Oleh karena itulah
semakin banyak relawan yang ikut serta mendaftar untuk terjun ke
lapangan akan semakin membantu pelaksanaan misi kemanusiaan.
Sesuai dengan koor bisnisnya sebagai lembaga gawat darurat
medis, dibutuhkan lebih banyak jumlah relawan medis yang tejun ke
lapangan untuk membantu korban yang luka-luka maupun yang
meninggal dunia. Adapun relawan non medis juga sangat
dibutuhkan dalam mobilitas bantuan mengingat banyaknya aktifitas
dan penanganan terhadap korban, disamping dibutuhkan juga tenaga
yang mengatur logistik bantuan dan keberlangsungan misi
kemanusiaan.
Standar minimal relawan yang telah ditetapkan oleh MER-C
adalah; 1). Kesiapan fisik dan mental, 2). Bersedia terjun ke lokasi
bencana 1-2 minggu, 3). Sehat jasmani maupun rohani dan 4). Ikhlas
dan sukarela tanpa dibayar (unpaid). Relawan di MER-C memang
bersifat temporal, datang dan pergi sesuai dengan keluangan waktu
masing-masing. MER-C memiliki relawan-relawan yang cukup
militan yang rela menolong dengan hati dan kesamaan visi dan misi.
Meski demikian MER-C tetap melakukan seleksi, wawancara, dan
pembinaan kepada para relawan dan calon relawan secara kontinyu,
untuk menghindari kemungkinan- kemungkinan penyalahgunaan
status relawan itu pasti tetap ada. Menanamkan keberania para
relawan untuk beraksi di daerah-daerah konflik yang penuh dengan
gencatan senjata merupakan hal yang cukup berat dan harus
dilakukan. Jika hal ini tidak dikontrol dan dievaluasi dengan baik,
kegiatan humanitarian akan rusak oleh oknum-oknum yang memiliki
misi keberpihakan dengan kelompok tertentu. Meskipun MER-C
berasaskan Islam dalam aksi kemanusiaannya, akan tetapi relawan
MER-C tidak boleh memberikan ketidakadailan pada orang lain. itu
hal-hal yang berat bagi aktivis kemanusiaan. Jadi, militan saja tidak
cukup bagi relawan MER-C, ia harus memiliki wawasan yang baik
sehingga para relawan mampu adil.68
Hasil penelitian Elida dan
68
Wawancara dengan dr. Joserizal Jurnalis, di Rumah Sakit Siaga,
180
Fathul tentang kinerja relawan, menemukan bahwa pelayanan
kinerja relawan, disebut pelayanan inspiratif, terdiri dari tiga tema
besar; (1) melayani dengan tulus, memiliki enam indikator, yaitu
empati, mendengarkan, sukarela, memberi dukungan, senang
melayani, dan berkesan; (2) melayani dengan total, memiliki tujuh
indikator, yaitu memiliki sistematika pelayanan (SOP), prakarsa
(inisiatif), daya cipta (kreatif), belajar, kerja sama, siap sedia dan
professional; dan (3) melayani dengan dakwah yang terdiri dari
beberapa tindakan kerelawanan berdasarkan syariat atau ajaran
agama.69
Merujuk dari dua standar relawan tersebut dapat dikatakan
bahwa untuk menjadi seorang relawan syarat yang paling utama
adalah kemauan kerelaan untuk melayani. Berikut daftar tim relawan
medis dan non medis yang dikirim MER-C pasca musibah gempa
bumi Lombok, NTB tahun 2018. Tim relawan medis meliputi dokter
umum, dokter spesialis, perawat, bidan, dan mahasiswa kedokteran
(Co- Ass). Sedangkan tim relawan non-Medis meliputi sopir,
logistik, dan pembantu umum.
Tabel 4.11
Daftar Tim Medis - Dokter Umum MER-C70
No Nama Asal Tanggal Berangkat Tgl
1 dr. AD Irma
Ramdhani
Mataram
Menetap
2 dr. Muhammad Nauval
3 dr. Lalu Yan Hidayat
4 dr. Denuna Enjana
5 dr. Miftahul Masruri
Medan 6 Agustus 2018 14 Agust
2018 dr. Akita Rukmana
Akbar
Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Tanggal 29 Juni 2016, Pukul 11.30 WIB.
69Elida Syahriati dan Fathul Himam, ―Kinerja Relawan yang
Berafiliasi pada Organisasi Non-Profit (Lembaga Sosial
Kemanusiaan), dalam http://etd.repository.ugm.ac.id, diakses 11 Januari
2019. 70
Diolah dari dokumen sekretariat MER-C .
181
7 dr. Aten Aswari Putra
Mataram Menetap
8 dr. Yan Kusuma A. Mataram Menetap
9 dr. Lia Rahmarini Pusat
7 Agustus 2018
14 Agust
2018
10 dr. Zecky Eko Triwahyudi
Pusat 18 Agust 2018
11 dr. Hamzah Hafiq Yogyakarta 10 Agustus 2018 15 Agust 2018
12 dr. Ahmad Azam Hisabullah
Pusat 11 Agustus 2018 19 Agust 2018
13 dr. Henry
Hidayatullah, M.Si
Pusat
16 Agustus 2018
19 Agust 2018
14 dr. Tonggo Meaty
Fransisca
Pusat 25 Agust 2018
15 dr. Nurul Setyowati
Soleman
Pusat 25 Agust 2018
16 dr. Vino Daniel Pusat 28
Agust 2018
17 dr. AA. Gede Suprihatin Suputra
Pusat (Lamongan)
23 Agustus 2018
02 Sept 2018
18 dr. Laily Anna Diah Ardi Shinta
Yogyakarta 02 Sept 2018
19 dr. Salkamal Pusat
(Sorong) 26 Agustus 2018 03 Sept
2018
20 dr. Dian Fridayani
Pusat 4 September 2018 11 Sept 2018
21 dr. Kemas Hafied Rizky
Pusat 11 Sept 2018
22 dr. Angie Erdhita Pusat
(Bandung) 11 Sept
2018
23 dr. Aditya Rifqi Fauzi
Yogyakarta 14 Sept 2018
24 dr. Arif Eko Wibowo Pusat
10 September 2018 16 Sept
2018
182
25 dr. Meirda Retna Kencana
Pusat 16 Sept 2018
26 dr. Fiha Seratin Pusat
17 September 2018
24 Sept 2018
27 dr. Jeanny Dwi Adriyanti
Pusat (Surabaya)
24 Sept 2018
28 dr. Naf'an Akhun Khuliyan
Pusat 24 September 2018
30 Sept 2018
29 dr. Ahmad Azam Hisabullah
Pusat
29 Sept 2018
Dari tabel daftar tim relawan medis kategori dokter umum
di atas, terlihat jelas ada 26 dokter umum yang dikirimkan oleh
MER-C untuk Lombok pasca gempa bumi Lombok pada tahun
2018. Ada 6 dokter umum yang langsung didatangkan dari
Mataram sebagai wilayah yang paling dekat dari Lombok. 2
dokter umum dari Medan, 3 dokter dari Yogyakarta, dan yang
paling banyak adalah kiriman dari sekretariat MER-C pusat yaitu
sekitar 18 dokter umum yang di antaranya berasal dari Surabaya,
Lamongan, Sorong, dan Bandung. Tim relawan medis kategori
dokter umum berada di Lombok mulai tanggal 6 Agustus hingga
tanggal 19 September.
Selain dokter umum, dokter spesialis juga diturunkan oleh
MER-C sebagai relawan gempa bumi Lombok NTB. Berikut data
dokter spesialis pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.12
Daftar Tim Medis - Dokter Spesialis MER-C71
No. Nama Asal Tanggal
Berangkat
Tanggal
Pulang
1.
dr. Arief Rachman,
Sp.Rad
Pusat 6 Agustus 2018 12 Agustus
2018
26 Agustus 2018
8 September
2018
71
Diolah dari dokumen sekretariat MER-C.
183
2. dr. Yogi Prabowo, SpOT Pusat
7 Agustus 2018 12 Agustus
2018
3. dr. Indragiri, SpAn
Pusat 13
Agustus 2018
4. dr. Hadiki Habib, SpPD Pusat
11 Agustus 2018
19 Agustus
2018
5. dr. Risa Dumastoro, SpOT
Yogyakarta 16 Agustus
2018
6. dr. Muhammad Yusuf Hisam, Sp. An
Yogyakarta 13 Agustus 2018
17 Agustus
2018
7. dr. Fachrisal, SpOT
Pusat 16 Agustus
2018 19
Agustus 2018
8. Drg. Elisabeth Lilyana Sarri Pusat
10 September 2018
19 September
2018
Data di atas dapat dilihat bahwa ada 8 dokter spesialis
yang dikirim oleh MER-C pada gempa bumi Lombok-NTB pada
tahun 2018. 6 dokter spesialis dari Pusat dan 2 dari Yogyakarta.
Dari 8 dokter spesialis tersebut, ada 1 dokter spesialis Radiologi,
3 dokter spesialias tulang, 1 dokter spesialis penyakit dalam, 2
dokter spesialis anastesi, dan 1 dokter spesialis gigi. Dokter
spesialis radiologi sebagai relawan yang tanggap untuk
memastikan tidak ada organ tubuh korban bencana yang rusak
sehingga dapat secara cepat ditangani jika memang ada tulang
atau organ tubuh lainnya yang perlu dibedah. Oleh karena itu,
dokter spesialis radiologi lebih awal dikirim ke Lombok
disbanding dokter spesialis lainnya, yaitu tepat pasca terjadinya
gemba pada tanggal 6 Agustus 2018.
Hal ini terbukti bahwa mayoritas korban gempa Lombok
2018 mengalami kerusakan tulang atau bahkan patah tulang
sehingga dokter spesialis terbanyak yang dikirim oleh MER-C
adalah dokter spesialis Ortopedi dan Tulang. Dokter spesialis
Ortopedi dan Tulang dikirim oleh MER-C dari tanggal 7 Agustus
184
hingga 19 Agustus 2018. Tidak hanya dokter spesialis tulang, 2
dokter spesialias anastesi juga di kirim oleh MER-C dari tanggal 7
Agustus hingga 17 Agustus secara bergantian sebagai tim
tindakan bedah dan operasi bagi korban gempa yang divonis patah
tulang dan terkena penyakit dalam. Oleh sebab itu MER-C juga
mengirimkan 1 dokter penyakit dalam ke Lombok dari tanggal 11
Agustus hingga 19 Agustus. Dokter spesialis yang terakhir
dikirim oleh MER-C adalah 1 dokter spesialis gigi yaitu pada 10
September hingga 19 Sepetember.
Dikirimnya dokter umum dan dokter spesialis
meniscayakan adanya perawat yang membantu para dokter
melalukan aksi tanggap medisnya terhadap korban gempa di
Lombok. Oleh karena itu, MER-C mengirimkan relawan medis
kategori perawat sebagaimana pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.13
Daftar Tim Medis - Perawat MER-C72
No. Nama Asal Tanggal
Berangkat
Tanggal
Pulang
1. Kipa Jundapri, S.Kep. Ners
Medan 6 Agustus 2018 19 Agustus 2018
2. Bayu Setiyani Yogyakarta
10 Agustus 2018
15 Agustus
2018
3. Miftah, Amd. Kep Pusat 11 Agustus 2018
19 Agustus
2018
4. Thoyib, Amd. Kep Pusat 25 Agustus
2018
5. Gandhi Pranowo AMK
Yogyakarta 16 Agustus
2018
6. Ita Muswita Pusat 16 Agustus 2018
25 Agustus
72
Diolah dari dokumen sekretariat MER-C.
185
2018
20 November
2018
7. Nurhayati Pusat 25 Agustus
2018
8. Ade Andrian, S.Kep. Ners
Medan 16 Agustus 2018
28 Agustus
2018
9. Bima Anggara, Amd. Kep
Medan 25 Agustus
2018
10. Taufik Nursidik, S.Kep. Ns
Pusat (Lampu
ng)
28 Agustus
2018
11. Aspri Dermawan, Amd.Kep
Medan 23 Agustus 2018
02 September
2018
12. Heri Gunawan Pusat 4 September 2018
22 September
2018
13. Zaid Iriwasan Amd. Kep
Pusat 16 September
2018
14. Rita Elseria Tambunan
Pusat 10 September 2018
19 September
2018
15. Eko Awaluddin Amd. Kep
Pusat 19 September
2018
16.
Thoyib, Amd. Kep Pusat 17 September
2018 30
September 2018
17. Hamdan Makmun
Al Gafiki, S.Kep,
Ners
Mataram Oktober 2018 November
2018
Perawat yang dikirmkan oleh MER-C ke Lombok dari bulan
186
Agustus hingga November kurang lebih ada 17 orang. Pada Pada
tanggal 11 Agustus 2018 ada 3 perawat dari Pusat 2 dan Yoyang
dikirim oleh MER-C ke Lombok. Kemudian pada tanggal 16
November 2018 ada 5 perawat 2 dari Pusat, 2 dari Medan, dan 1
dari Lampung yang juga dikirim. Pada tanggal tersebut, MER-C
megirimkan perawat terbanyak. Ada 1 perawat yang terakhir dari
Mataram masih siap siaga di Lombok hingga bulan November. Hal
ini terbukti bahwa MER-C telah merencanakan dan membuat
strategi aksi kemanusiaannya dengan mengantisipasi relawan dari
wilayah yang berasal dari wilayah yang tidak jauh dari Lombok,
seperti wilayah Mataram.
Tabel 4.14
Daftar Tim Medis - Bidan MER-C73
No. Nama Asal Tanggal
Berangkat
Tanggal
Pulang
1. Rafi'u Hafizhati, Amd.Keb.
Yogyakarta 23 Agustus 2018
2 September
2018
2. Gita Agustina, Amd.Keb.
Mataram Oktober 2018 November 2018
Salah satu korban yang perlu menjadi prioritas pada gempa
bumi Lombok, NTB adalah ibu dan balita. Oleh karena itu, tidak
hanya dokter umum, dokter spesialis, dan perawat, MER-C secara
khusus mengirim 2 bidan dari Yogyakarta dan Mataram untuk
memberikan layanan kepada ibu dan balita yang menjadi korban.
Bahkan jika melihat kembali data yang ada, bidan tersebut masih
siap siaga di Lombok hingga bulan November. Itu artinya, meski
para dokter umum dan dokter spesialis sudah meninggalkan
Lombok, bidan tersebut masih berada di Lombok untuk memastikan
kesehatan ibu dan balita yang ada di sana. Strategi MER-C pada saat
itu adalah mengirim bidan dari Mataram untuk menjadi relawan
mengingat Mataram jarak jangkaunya sangat dekat dari tempat
gempa, sehingga bidan memungkinkan tinggal lebih lama di tempat
korban bencana.
73
Diolah dari dokumen sekretariat MER-C.
187
Yang menarik juga ditemukan bahwa, tidak hanya tim-Medis
profesional, MER-C juga secara terbuka menerima dan mengirimkan
tim medis dari mahasiswa yang masih dalam proses kegiatan Co-
Ass. Hal semacam ini menjadi sebuah tantangan baru kepada calon
dokter dan ahli medis untuk mempraktikkan ilmu kedokteran
mereka di tempat-tempat darurat medis seperti pasca gempa bumi
Lombok tahun 2018. Berikut data tim medis dari mahasiswa
kedokteran yang tengah menjalani Cos-Ass.
Tabel 4.15
Daftar Tim Medis – Co-Ass MER-C74
No.
Nama Asal Tanggal
Berangkat
Tanggal
Pulang
1. Anisa Naziha, S.Ked.
Solo 26 Agustus
2018
2 September
2018 2. Nurul Hidayah,
S.Ked.
3. Afrinda Darmawan, S.Ked.
4 September 2018
Data di atas terlihat bahwa ada 3 mahasiswa kedokteran yang
tengah menjalani Co-Ass yang dikirim oleh MER-C untuk
membantu melakukan aksi kemanusiaanya di Lombok. Ketiga
mahasiswa tersebut berasal dari Solo. Mereka tiba di Lombok pada
tanggal 26 Agustus 2018 hinggan 4 September 2018.
Tabel 4.16
Daftar Relawan Non-Medis MER-C untuk Gempa Lombok
Tahun 2018
No. Nama Asal Tanggal
Berangkat
Tanggal
Pulang
1. Iis Islamiah 07 Agust 2018
14 Agustus 2018
74
Diolah dari dokumen sekretariat MER-C.
188
10 Sept 2018
19 September
2018
16 Nov 2018
20 November
2018
2. Widi Kusnadi Pusat 6 Agust 2018
14 Agustus 2018
2. Akhmad Khusaini, S.Th.I
Mataram Menetap
3. Ikhsan Adi Kurniawan S. I. P
Yogyakarta 10 Agust 2018
08 September
2018
4. Tuwarjie Yogyakarta 11 September
2018
5. Supriyanto, SKM Pusat 11 Agustus
2018
2 September 2018
6. Johan Syahputra Pusat 13 Agustus
2018
08 September
2018
7. Ramlan Pusat (Al-Fatah) 20 Agustus 2018
8. Khoirul Mustofa Pusat (Lampung)
4 September
2018
30 Oktober 2018
9. Sholeh/Obew Pusat (Bandung)
16 September
2018
10. Moch. Gurhana Pusat (Bandung)
16 September
2018
11. Subandriyo
(Logistik)
Pusat 10 September
2018
19 September
2018
12. Mulyadi Jafar (Sopir)
Pusat 17 September
2018
30 September
2018
13. Johan Syahputra (Sopir)
Pusat 24 September
30 September
189
2018 2018
Dari semua data yang ada dapat disimpulkan bahwa relawan
MER-C yang terjun ke lapangan pada musibah gempa bumi Lombok
adalah 53 orang relawan medis yang terdiri dari 36 dokter baik
umum maupun spesialis, dan 17 orang baik berprofesi sebagai bidan
maupun perawat. Sedangkan relawan non medis berjumlah 14
orang.
c. Pendirian Posko Kesehatan dan Layanan Pengobatan Keliling
Untuk mendukung kerja medis di lapangan, MER-C bahkan
mengirimkan satu truk berisi bantuan medis dan kemanusiaan untuk
Lombok diantaranya tenda- tenda dan peralatan guna pembukaan RS
Lapangan di Lombok Utara sekaligus mengirimkan kendaraan
operasional berupa satu unit ford ranger dan dua unit motor trail.
Kendaraan tersebut untuk memperluas jangkauan mobile clinic
MER-C.75
Pada tanggal 11 Agustus 2018, Tim Bedah MER-C telah
melakukan 14 tindakan operasi. Tim mobile clinic telah melayani
505 pasien korban gempa dengan cara menyusuri desa-desa yang
belum tersentuh bantuan di Kabupaten Lombok Utara. Rima
mengatakan, pada fase akut, MER-C membentuk empat tim kecil.
Pertama, Tim Mobile Clinic untuk melakukan case finding, fokus di
Kabupaten Lombok Utara. Kedua, Tim Rujuk Balik dan Kontrol
untuk mengawasi perawatan pasien di tempat penampungan
sementara. Ketiga, Tim Perawatan Pasien Bangsal. Keempat, Tim
Bedah, saat ini bertugas di RSUD Awet Muda, Narmada Lombok
Barat.
Pada tahap awal setelah proses assessment yang dilakukan
oleh relawan MER-C cabang Mataram, tim MER-C dari pusat
membawa bantuan obat-obatan, air minum dan makanan sebagai
bantuan awal untuk korban bencana gempa di Lombok. Medical
75
Republika. com, ‚MER-C Tetapkan Lombok Misi Kemanusiaan
Jangka Panjang,‛ Berita Online, dalam
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/18/08/15, merc-
tetapkan-lombok-misi-kemanusiaan-jangka-panjang, diakses 7 Oktober
2018.
190
Emergency Rescue Committee (MER-C) mengirim bantuan medis
dan kemanusiaan tahap dua untuk korban bencana alam di Pulau
Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bantuan dikirim melalui
jalur darat menggunakan mobil truk dari Kantor Pusat MER-C di
Jakarta pada Selasa 4 September 2018. Bantuan medis dan
kemanusiaan tersebut merupakan tahap dua yang dikirim oleh MER-
C. Sebelumnya pada Agustus 2018 telah dikirimkan juga berbagai
bantuan dan perlengkapan untuk pendirian Rumah Sakit Lapangan
yang dibawa oleh truk dan mobil double cabin.
Rima mengatakan, pengiriman bantuan dalam rangka
menyalurkan donasi dari para donatur yang masuk ke rekening
kemanusiaan MER-C. Sejak awal bencana terjadi, donasi yang ada
terus disalurkan dalam bentuk berbagai bantuan yang dibutuhkan
oleh masyarakat korban gempa bumi.76
Ia menjelaskan bahwa
bantuan medis tahap dua yang dikirim MER-C terdiri atas obat-
obatan seperti obat syrup untuk anak-anak, cairan-cairan pembersih
luka, 500 paket hygiene kit, 400 terpal, 320 selimut dan 250 sarung.
Serta 100 kasur, 100 handuk, 100 box masker, 200 tempat
penampungan air bersih, kain, jilbab, pakaian bayi, mainan anak
dan 150 mushaf Al-Qur’an. Tim relawan MER-C di lokasi juga telah
bersiap menerima kedatangan bantuan medis dan kemanusian
tahap dua. Mereka melakukan assessment ke lokasi-lokasi
terdampak gempa untuk mendata lokasi yang masih sangat minim
bantuan.
Pada tanggal 4 September juga, Tim Lanjutan MER-C yang
terdiri dari sembilan relawan berangkat ke Lombok melalui jalur
udara. Mereka terdiri atas empat dokter umum, dua perawat dan tiga
relawan logistik. Hal ini merupakan komitmen jangka panjang MER-
C untuk turut serta dalam penanganan bencana di Lombok. Tercatat
sebanyak 60 relawan dengan berbagai keahlian telah dikirimkan ke
negeri seribu masjid yang kini luluh lantak akibat gempa.77
76
Wawancara dengan Rima Manzanaris, Manajer Operasional MER-C pada tanggal 6 September 2018 di Sekretariat MER-C Pasar
Senin, Jakarta Pusat. 77
Republilka. com, ‚MER-C Kirim Bantuan Medis Tahap Dua ke
Lombok,‛ Berita Online, dalam https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/wakaf/18/09/04/peilo7384- merc-kirim-bantuan-medis-tahap-dua-
ke-lombok#, diakses 12 November 2018.
191
C. Distingsi Gaza dan Lombok sebagai Objek Dakwah MER-C
Kesuksesan aksi kemanusiaan MER-C di Gaza dan Lombok
bukan berarti tidak ada tantangan, kekurangan, dan faktor
penghambat. Begitu sebaliknya, di balik tantangan tersebut, pasti
juga ada kelebihan dan faktor pendukung yang mengantarkan
suksesnya aksi kemanusiaan yang dilakukan MER-C di Gaza dan
Lombok.
1. Distingsi Aksi Dakwah MER-C di Gaza
Gaza merupakan wilayah Palestina yang hingga kini masih
menjadi polemik antara Palestina dan Israel, bahkan dunia
internasional. Fakta itu menjadi niscaya jika Gaza sampai saat ini
sulit dimasuki oleh semua orang, bahkan saat Gaza mengalami
konflik kemanusiaan pada akhir-akhir ini. Hal tersebut bahkan
menjadi hambatan lembaga-lembaga kemanusiaan dari luar, tidak
terkecuali para relawan MER-C saat ingin melakukan aksi
kemanusiaan di Gaza.
Pada Konteks aksi MER-C di Gaza, sebagai NGO yang
bergerak dalam gawat darurat medis, aksi ysng dilakukan adalah
pertolongan pada korban-korban akibat konflik dan perang, maka
penanganannya pun cenderung lebih menantang dan berliku, sebab
untuk sampai ke lokasi tujuan tidaklah mudah, harus melalui jalur-
jalur yang sudah diblokade pemerintah Israel, sementara Indonesia
tidak memiliki hubungan diplomatik. Untuk sampai ke wilayah Gaza
dengan bantuan obat-obatan dan peralatan medis, MER-C harus
melalui jalur darat dan melewati perbatasan Mesir dan Israel. Pada
konteks dan situasi inilah dua misi kegiatan, Humanitarian Aid dan
Humanitarian Politic dilakukan. Dalam merealisasikan program
MER-C menyangkut aksi kemanusiaan ke Palestina, Joserizal
menjalin komunikasi dengan pihak pemerintah, baik pihak
pemerintah Indonesia seperti Kedubes Indonesia untuk Palestina
serta Kementerian Kesehatan, maupun pihak pemerintah atau
otoritas Palestina di Indonesia.
Seorang anggota relawan MER-C dan sembilan orang dari
berbagai lembaga baik jurnalis maupun wartawan mengalami
masalah untuk masuk ke Gaza. Dari 10 orang jumlah rombongan,
hanya lima yang boleh masuk. Seorang anggota MER-C, serta
wartawan lain termasuk dalam kelompok yang ditolak. Mereka
sempat kembali ke kota terdekat, dan pasca dibantu seorang warga
192
lokal untuk bisa masuk kembali ke Gaza, mereka akhirnya bisa
masuk ke Gaza pada hari berikutnya dan langsung menuju ke
Rumah Sakit Indonesia di Gaza.78
Wakil Duta Besar Palestina untuk Indonesia menyatakan
bahwa, banyak NGO kemanusiaan yang datang ke Palestina, seperti
Palang Merah Internasional dan lain-lain. Kebanyakan dari mereka
datang membawa obat-obatan, akan tetapi yang membedakan MER-
C dengan NGO kemanusiaan lain adalah, MER-C bergerak
membangun Rumah Sakit yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
Palestina, khususnya di wilayah Gaza. Hal ini sangat bermanfaat dan
rakyat Palestina sangat berterimakasih kepada MER-C, khususnya
dan rakyat Indonesia pada umumnya.79
Meskipun demikian, di sisi lain Taher juga mengkritisi
beberapa NGO lain yang kadang melakukan misi kemanusiaan
untuk rakyat Gaza dan Palestina, tapi secara prosedural tidak melalui
pembicaraan resmi dengan pihak terkait pemerintah Palestina seperti
Kedubes. Padahal jika ingin melalukan misi bantuan kemanusiaan
ke Palestina, dan dibicarakan secara resmi melalui jalur pemerintah
Palestina, maka pemerintah Palestina melalui Duta Besarnya, akan
membantu memberikan informasi terkait kebutuhan bantuan, lokasi
dan izin. Masih menurut Taher, pada proses awal, MER-C belum
melakukan prosedur tersebut, akan tetapi selanjutnya prosedur
tersebut dilakukan oleh MER-C.80
Meski Rumah Sakit Indonesia sudah berdiri, tantangan yang
muncul adalah sampai saat ini Gaza tetap tegang dengan agresi
militer Israel. Oleh karena itu, tidak sedikit bangunan-bangunan
Rumah Sakit hancur akibat serangan rudal Israel. Mengetahui
kenyataan tersebut, MER-C secara kontinyu tetap memantau dan
78
Marcheilla Ariesta, ‚Cerita Jurnalis Metro TV Bangga Indonesia
Bangun RS di Gaza,‛ Berita Online, dalam
https://www.medcom.id/internasional/asia/yKX9V9aN-cerita- jurnalis-
metro-tv-bangga-indonesia-bangun-rs-di-gaza, diakses 12 Desember
2018, pukul 15: 30 WIB. 79
Wawancara dengan Taher Hamad, di Kantor Kedubes Palestina
untuk Indonesia, tanggal 22 Agustus 2019, Jl. Ki Magunsarkoro No. 64,
Pegangsaan, Menteng, Jakarta-Pusat, pukul 10.30 WIB. 80
Wawancara dengan Taher Hamad, di Kantor Kedubes Palestina
untuk Indonesia, tanggal 22 Agustus 2019, Jl. Ki Magunsarkoro No. 64,
Pegangsaan, Menteng, Jakarta-Pusat, pukul 10.30 WIB.
193
memperbaiki bagian bagian bangunan Rumah Sakit yang rusak dan
hancur. Bahkan tidak hanya bangunan, secara otomatis banyak
perlengkapan medis yang juga ikut rusak. Oleh karena itu MER-C
harus selalu siap mengirim peralatan medis yang baru untuk
mengganti yang telah rusak.
2. Distingsi Aksi Dakwah MER-C di Lombok
Alasan MER-C memilih Lombok sebagai objek aksi
kemanusiaan sebab musibah Lombok memiliki skala yang besar.
Bagi MER-C, bencana Lombok termasuk dalam kategori bencana
nasional, meski mungkin bagi pemerintah tidak. Jadi, MER-C
memiliki asesemant sendiri. Artinya, jika MER-C melihat bahwa
suatu bencana tersebut skalanya besar dan butuh gotong royong
masyarakat, maka MER akan ikut serta bergotong royong.81
Ciri khas Kayangan, Lombok sebagai objek aksi dakwah
MER-C, wilayah ini terkenal sebagai daerah minim air, terutama
ketika terjadi gempa, mata air tertimbun longsor. Inilah yang
menjadi hambatan dan sempat membuat relawan MER-C ingin
menyerah dan frustasi waktu itu. Dari sisi karakter masyarakatnya,
masyarakat Lombok pada tiap-tiap daerah punya karakteristik yang
khas dengan kesukuannya, sehingga tantangan yang ada adalah
bagaimana para relawan dituntut untuk berkomunikasi ala
masyarakat Lombok. Padahal, secara umum relawan MER-C
mayoritas berasal dari Jakarta atau Pusat. Sebagian mereka ada yang
terkesan jaga image, dan ada pula yang masih menjunjung sekat-
sekat kesukuan, sehingga, menuntut kami untuk berkomunikasi lebih
cair dengan mereka dan tidak terlalu memperlihatkan gaya dialek
Jakarta.82
Selain itu, tantangan yang lain adalah MER-C harus
menunjukkan secara langsung perannya terlebih dahulu kepada
masyarakat Lombok. Hal ini disebabkan oleh masyarakat Lomboh
masih ragu dengan aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh MER-C.
81
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, Koordinator Pembina
Relawan MER-C, di Kantor Sekretariat MER-C pada tanggal 20 Desember
2018, pukul 14.00 WIB. 82
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018,
Di Sekretariat MER-C, Jakarta Pusat, pukul 14.00 WIB.
194
Misalnya, pada saat MER-C akan membangun MCK, masyarakat
sekitar sangat acuh. Namun ketika semua perlengkapannya suda ada
dan siap, mereka kemudian memberikan respon. Begitu pula ketika
MER-C membuat sekolah darurat di Lombok yang pada awal akan
dibangun oleh Dinas Pendidikan setempat namun gagal, masyarakat
terkesan apatis. Akan tetapi setelah sekolah darurat itu berdiri dan
diadakan kegiatan, masyarakat mulai membuka diri. Meski
demikian, secara umum masyarakat mengaku sangat terbantu oleh
MER-C.
Hal pertama dilakukan MER-C pada saat datang ke Lombok
adalah menemui tokoh masyarakat yang ada di sana, baik kepala
dusun maupun kepala sekolah, membangun MCK, mendirikan
tenda. Artinya MER-C secara etis melakukan musyawarah dengan
para pejabat pemerintah di tingkat wilayah yang ada, oleh karena
banyak dilakukan negosiasi sebab ada beberapa hal yang pasti tidak
setujui oleh pemerintah terkait program MER-C. Dengan koordinasi
dan musyawarah, pada akhirnya didapatkan solusi yang lebih baik.
Selain tantangan yang ada, tentu juga ada beberapa faktor
pendukung MER- C saat melakukan aksi di Lombok. Pertama, dari
situasi gempa, di Lombok Utara bukan merupakan ibu kota provinsi,
Mataram yang merupakan ibu kota provinsi sehingga Mataram
mampu menjadi area penyangga semua kebutuhan di wilayah
gempa. Jadi, ketika MER-C membutuhkan perlengkapan atau bahan-
bahan medis lainnya, para relawan masih bisa mendapatkannya di
Mataram. Hal ini berbeda dengan gempa yang terjadi di Palu, di
mana ibu kotanya langsung yang mengalami gempa. Akibatnya,
tidak ada penyokong, sehingga semua kebutuhan dan perlengkapan
harus dibawa dari luar. Sedangkan di Lombok para relawan tidak
perlu membawanya dari luar, kecuali ketika awal mula saja karena
saat itu tidak ada listrik dan situasinya belum kondusif.83
Kedua, MER-C memiliki relawan-relawan baru yang punya
semangat tinggi dan berani ditempatkan di Lombok hingga sampai
satu bulan, sehingga kontinuitas programnya lebih terjamin. Jika
hanya satu minggu, biasanya akan terjadu perbedaan persepsi antara
satu sama lain, sehingga programnya bisa tidak berkelanjutan dan
83
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, Sp.PD, tanggal 20 Desember
2018, Di Sekretariat MER-C, Jakarta Pusat, pukul 14.00 WIB.
195
runtut. Hal ini tidak telepas dari upaya MER-C yang memberlakukan
standar minimal bagi relawan. Relawan MER-C harus siap
ditempatkan lebih dari satu minggu, sehat, tidak dibayar, ikhlas, dan
sukarela.
Ketiga, para relawan MER-C yang turun lapangan ini punya
hubungan interpersonal yang cukup baik, terutama cara
berkomunikasinya, sehingga untuk berinteraksi dengan masyarakat
Lombok sangat mudah. Hal ini juga disebabkan oleh keprofesional
para relawan MER-C. Relawan MER-C adalah relawan yang sudah
profesional, baik dokter maupu perawat sehingga dapat ditempatkan
sesuai keahlian mereka ketika melakukan tugas. Untuk relawan lain
diluar itu juga ada tersendiri yaitu relawan non medis yang juga
profesional bahkan mereka juga berasal dari luar Indonesia. Relawan
non-medis MER-C juga mahir dalam beberapa hal, semisal survey
lapangan, membangun tenda, dan lain-lain. MER-C sangat
membutuhkan keterampilan non-medis, sebab medis saja tidak
cukup. Meski demikina, MER-C dalam misi-misi tertentu sangat
ketat dalam merekrut relawan. Misalnya misi konflik atau misi luar
negeri, MER-C meminta relawan yang sudah punya pengalaman
melakukan misi kemanusiaan dalam negeri, memiliki emosi yang
baik, dan memiliki kemampuan komunikasi serta negosiasi yang
baik.84
Untuk konteks wilayah Kayangan, Lombok Utara, pada
dasarnya banyak lembaga kemanusiaan selain MER-C yang datang
namun poskonya cukup jauh dari Kayangan. Oleh karena itu, pada
dasarnya setiap lembaga kemanusiaan ingin menyebar di tempat
yang belum dijangkau lembaga kemanusiaan lainnya sehingga
mereka bisa fokus dengan wilayahnya masing-masing. Hal ini juga
termasuk strategi dan misi MER-C yang berupaya menolong wilayah
yang belum dijangkau lembaga lain seperti di Kayangan yang belum
dijangkau oleh lembaga lain. Oleh karena itu, MER-C fokus di
Kayangan sebab di daerah lain sudah banyak relawannya.
Ketika konflik di Ambon, banyak relawan dan lembaga
kemanusiaan yang datang membantu. Jika melihat data MER-C,
84
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018,
Di Sekretariat MER-C, Jakarta Pusat, pukul 14.00 WIB.
196
MER-C beberapa kali datang ke Ambon, baik Ambon satu maupun
Ambon dua dan seterusnya. Bahkan konflik Ambon menjadi
berkepanjangan ketika tidak ada yang mengkampanyekan dan
meliput kejadian ini. Berbeda dengan kasus Lombok, banyak
relawan yang datang ke Lombok pasca bencana. Di antara mereka,
ada yang secara khusus bertugas mencari air saja, sehingga MER-C
tidak turut aktif mencari air. Artinya, jika dibandingan dengan di
Ambon, MER-C di Lombok dapat lebih fokus melakukan aksi
kemanusiaannya yaitu gawat darurat medis.
Posisi MER-C sama seperti lembaga-lembaga lain yang
mendaftarkan diri di klaster kesehatan. Yang membedakan MER-C
dengan lembaga kemanusiaan lain adalah aktivitasnya. Dalam
managemant bencana, MER-C selalu menekankan prioritas pasien.
Para relawan medis MER-C harus bisa memprioritaskan mana
pasien yang harus segera ditolong dan mana yang bisa menunggu,
bahkan harus memprioritaskan keamanan penolong. Bagaimana
aliran pasien itu tidak menumpuk di satu tempat. Sebagai contoh
misalnya ketika di Lombok Utara, rumah sakit yang menjadi rujukan
ialah RS. Tanjung dan pada akhirnya rumah sakit tersebut koleps,
yang akhirnya dibangun RS. Lapangan yang juga punya kapasitas
pertolongan yang tidak maksimal. Oleh karena itu dengan terpaksa
para pasien dikirim ke RS. di Mataram. Ketika mengirim pasien ke
RS Mataram, para relawan MER-C harus melakukan pemilahan.
Artinya, tidak semua pasien harus dikirim ke sana. Ketika semuanya
dikirim ke sana tanpa dipilah-pilah terlebih dahulu, maka pasien
yang keadaannya tidak terlalu gawat ikut dikirim juga ke sana. Hal
tersebut justru menambah kebencanaan. Pasien yang tidak terkena
gempa yang akan berobat ke RS dalam kondisi sakit jantung tidak
bisa tertolong dan meninggal sebab RS. Mataram sudah dipenuhi
korban gempa dari Lombok Utara. Padahal pasien kiriman dari
Lombok ada yang tidak terlalu gawat atau justru yang ketinggalan di
Lombok Utara adalah pasien yang lebih gawat. Hal ini menjadi
penting bagi MER-C untuk melakukan seleksi dan pemilihan tingkat
kedaruratannya.85
MER-C memilih antara pasien yang harus dikirim dan pasien
85
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, Koordinator Pembina
Relawan MER-C, di Kantor Sekretariat MER-C pada tanggal 20 Desember
2018, pukul 14.00 WIB.
197
yang bisa dikerjakan di tempat. MER-C memberikan alternatif aliran
pasien. Ketika di Lombok, MER-C bekerja di RS. Awat Muda yang
ada daerah di Lombok Barat. Di sana, MER-C bekerja sama dengan
pemerintah daerah yang ada di sana. Pihak RS. memberikan tempat
perawatan di depan RS untuk menangani pasien yang telah
mendapatkan tindakan operasi dan bahkan MER-C juga melakukan
beberapa tindakan operasi.86
Selain MER-C, ada juga BSMI, PMI dan lain-lain yang fokus
pada bantuan medis. Semua lembaga sejenis saling melakukan
koordinasi, sebab Kementerian Kesehatan memiliki kebijakan
bahwa setiap bencana perlu mendirikan klaster kesehatan dengan
level tertentu. Misalnya, ada klaster kesehatan provinsi atau nasional
sebagaimana di Lombok. Penanggung jawab level ini adalah
pemerintah provinsi atau gubernur dengan mengerahkan Dinas
Kesehatan sebagai pelaksana. pelaksananya langsung dinas
kesehatan. Oleh karena itu, MER-C melakukan koordinasi dengan
Dinas Kesehatan yang ada. Klaster kesehatan yang didirikan oleh
Dinas Kesehatan secara kontinyu melakukan pertemuan rutin
sehingga para relawan MER-C bisa mengeluarkan pendapat dan
bertanya terkait penanganan pasien.
MER-C membuat skala prioritas. Misalnya pada saat gempa,
korban terbanyak ialah orang-orang yang patah tulang, maka yang
lebih diprioritas adalah patah tulang. Meski demikian dokter yang
dikirim oleh MER-C tidak hanya dokter spesialis patah tulang, akan
tetapi juga dokter spesialis lain seperti spesialis penyakit dalam,
dokter gigi, dan lain sebagainya.87
Dokter lain selain dokter spesialis
patah tulang membantu mengatur managemant bencana, misalnya
mengatur jadwal sehingga jelas deskripsi kerja masing-masing
relawan, ada yang dinas di rumah sakit, ada yang bagian
membangun relasi sehingga semua korban bisa mendapat tempat di
rumah sakit Narmada dan di Kayangan. Masyarakat tidak bisa
secara tiba-tiba menentukan sendiri tempat mereka akan dirawat,
sebab tim MER-C harus melihat terlebih dahulu lokasi yang ada.
86
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, Koordinator Pembina
Relawan MER-C, di Kantor Sekretariat MER-C pada tanggal 20 Desember
2018, pukul 14.00 WIB. 87
Lihat kembali tabel 4. Tentang relawan medis kategori dokter
spesialis dan dokter umum.
198
Pada saat bencana Lombok, awalnya MER-C melakukan aksi
kemanusiaan di wilayah Narmada dan Tanjung, baru kemudian
meluas ke daerah Kayangan. Uniknya MER-C adalah aksi
kemanusiaannya langsung berupa asesmen sekaligus melakukan
pertolongan. Dari asesmen dan aksi pertolongan, tim MER-C
selanjutnya datang dengan membawa alat-alat dan relawan lain yang
dibutuhkan sesuai permintaan tim asesmant yang pertama.88
88
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018,
Di Sekretariat MER-C, Jakarta Pusat, pukul 14.00 WIB.
199
BAB V
PRINSIP DAKWAH DALAM AKSI KEMANUSIAAN MER-C
Umat Islam adalah umat terbaik (khaira ummah) di antara
umat-umat lainnya (QS Ali „Imran/3:110). Salah satu alasan mengapa
umat Islam disebut umat terbaik, karena aktivitasnya menegakkan
amar ma‟ruf dan nahi munkar yang didorong oleh iman kepada Allah.
Tiga unsur ini: amar ma‟ruf, nahi munkar, dan iman kepada Allah
(tu’minuna billah) merupakan bagian yang integral dalam dakwah.
Maka keberadaan MER-C dapat dikatagorikan sebagai khaira ummah
ukhrijat li al-nas (umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia), jika
dalam aktivitas menjalankan misi kemanusiaan itu tercermin amar
ma’ruf, nahi munkar, dan iman kepada Allah. Oleh karenanya, pada
bab ini diungkap empat prinsip yang tergambar dari aksi kemanusiaan
MER-C di Gaza dan Lombok, yakni, prinsip kemanusiaan universal
sebagai perwujudan ukhrijat Li al-nas, amar ma‟ruf dalam aksi
kemanusiaan MER-C, nahy munkar melalui jihad profesi dan
rahmatan lil ‘a>lami>n sebagai wujud prinsip keimanan.
A. Prinsip Kemanusiaan Universal sebagai Perwujudan Ukhrijat
Li al-Nas Prinsip-prinsip kemanusiaan universal (Humanitarian
Principles) terdiri dari empat prinsip yang telah diakui di seluruh
dunia, yaitu humanity, impartiality, neutrality, dan independence. Para
pekerja kemanusiaan dan (NGO) kemanusiaan dunia menjadikan
prinsip ini sebagai landasan atau pedoman dalam melakukan misi
kemanusiaan mereka. Namun tidak menutup kemungkinan bagi aktor
NGO untuk mengembangkan prinsip-prinsip yang lain di luar
humanitarian principles, untuk diimplementasikan ke dalam peran
yang mereka jalani.
Pertama kali prinsip-prinsip tindakan kemanusiaan diadopsi
secara formal. Pada tahun 1965, ketika Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional mendukung kemanusiaan,
ketidakberpihakan, netralitas, independensi, kesatuan, sukarela
pelayanan dan universalitas sebagai prinsip mendasarnya. Prinsip ini
tertulis dalam Konvensi Jenewa 1864, Meskipun dalam perjalanannya
membutuhkan proses belajar dan trial and error selama satu abad
dalam praktiknya, sampai pada kemanusiaan modern. Dengan
pertumbuhan dan diversifikasi sektor kemanusiaan, instrumen lainnya
200 dikembangkan, seperti Resolusi Majelis Umum PBB 46/182 dan
58/114. Pada tahun 1994 ICRC telah menyelenggarakan serangkaian
konferensi dan lokakarya dengan Universitas Islam di Indonesia,
Pakistan (2004), Iran (2005), Yaman (2006), Maroko (2006, 2009),
Tunisia (2010), Mali (2008), Uganda (2011), Kenya (2013), Indonesia
(2013), Senegal (2014) dan yang terakhir pada tahun 2014 di
Pakistan.1
Sebagian besar LSM keagamaan, menjadikan agama sebagai
nilai dan prinsip dasar motivasi dan tujuan misi. Sebuah survei
terhadap 320 pernyataan misi organisasi, menunjukkan bahwa
sebagian besar menyebutkan agama sebagai sumber motivasi dan
inspirasi.2 Hal ini juga terjadi pada LSM kemanusiaan yang
berlandaskan Islam. Prinsip kemanusiaan merupakan bagian dari
aspek ajaran tertinggi dalam Islam, yaitu Tauhid. Paham bahwa
manusia berasal dari sumber yang satu membawa kepada ajaran
bahwa manusia seluruhnya bersaudara, meskipun berlainan warna,
bangsa, bahasa maupun agama. Paham tauhid mengajarkan bahwa
seluruh manusia berasal dari asal yang satu membawa kepada
humanitarianisme. Humanitarianisme, bukan hanya kasih sayang
kepada sesama manusia, tetapi juga kasih sayang kepada alam,
binatang dan tumbuh-tumbuhan, serta alam benda mati; mencintai
seluruh alam natur ciptaan Tuhan.3
Meskipun LSM religius beroperasi dalam kerangka hukum
dan politik yang sama dari masyarakat sipil sekuler, misi dan
operasinya dipandu oleh konsep ilahi dan pengakuan akan sifat suci
kehidupan manusia. Sejak awal, LSM telah menjadi entitas moral.
Mereka telah menentang "yang salah", mendukung "yang benar", serta
berusaha mengubah distribusi kekuasaan dan sumber daya yang tidak
adil yang menguntungkan orang-orang yang kehilangan haknya. LSM
religius, mengakui asal-usul nilai historis yang "beralasan" dari
agama. Aturan Emas "Kasihilah sesamamu manusia," yang
mendukung semua tradisi keagamaan, menasihati orang-orang untuk
1ICRC, “Hukum Kemanusiaan,” dalam
www.icrc.org/en/document/pakistan-conference-humanitarian-action-light-
sharia-andinternational-hukum kemanusiaan, diakses 17 Januari 2018. 2Marie Juul Petersen, International Religious NGOs at The United
Nations: A Study of a Group of Religious Organizations, h. 2. 3Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, (Jakarta:
Mizan) 1998, h. 211.
201 memperhatikan kondisi orang lain, sehingga membawa praktik
religius ke dalam ranah publik.4
Prinsip kemanusiaan universal (Humanitarian Principles) jika
disandingkan dengan prinsip rahmatan lil ‘a>lami>n, memiliki irisan
yang sangat dekat bahkan cenderung melahirkan nilai-nilai yang
sejalan. Nilai-nilai kemanusiaan dalam bingkai Islam rahmatan lil ‘a>lami>n menjadi asas perjuangan organisasi Medical Emergency
Rescue Committee (MER-C) dalam melaksanakan program-program
kemanusiaannya. Hal ini dapat terlihat dari slogan dalam setiap aksi
kemanusiaan yang dilakukan di mana pun berada, baik dalam aksi
pertolongan korban di lokasi bencana alam maupun lokasi konflik.
Prinsip tersebut diterjemahkan dalam pengertian memberi rahmat
(pertolongan) kepada semua makhluk baik personal maupun
kelompok tanpa melihat latar belakang agama, mazhab, harakah,
kebangsaan, etnis, golongan, politik, penjahat/bukan,
pemberontak/bukan, melainkan atas dasar to help the most vulnerable
people and the most neglected people.5
Hal ini dilakukan karena wilayah-wilayah yang didatangi
memiliki beragam suku, agama, ras, dan golongan. Ketika berada di
wilayah yang menjadi sasaran misi kemanusiaan, seluruh aktivitasnya
didasarkan pada prinsip kemanusiaan universal yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Dalam perspektif Islam, konsep
kemanusiaan didasarkan pada prinsip benar dan salah, bukan
didasarkan pada prinsip baik dan buruk, atau enak dan tidak enak,
karena baik dan buruk itu bersifat relatif.6 Sedangkan benar dan salah
diukur berdasarkan dalil-dalil agama yang bersumber dari al-Qur‟an
dan Sunnah. Prinsip yang dijalankan MER-C dalam aksi kemanusiaan
berpedoman pada al-Qur‟an:
ب ٱىبط إب أ ػذ ن أمش إ
ا قجبئو ىزؼبسف شؼثب ن جؼي أث رمش ن خيق
خجش ػي ٱلل إ ن أرقى ٱلل
4Julia Berger, “Religious Nongovernmental Organizations: An
Exploratory Analysis,” International Journal of Voluntary and Nonprofit
Organizations, Vol. 14,No. 1 (March 2003), h. 15-39. 5Lihat alamat website resmi MER-C pada www.MER-C.org.
6QS. al-Baqarah/2:216: “... Boleh jadi kamu tidak menyenangi
sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu,
padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui”.
202 “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa serta bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha mengenal” (QS. Al-H{ujura>t/49: 13).
Aksi kemanusiaan MER-C yang terwujud dalam memberi
bantuan medis bagi para korban konflik/perang di Palestina dan
korban bencana alam di Lombok menunjukkan bukti konkret bahwa
aktivitas organisasi ini membawa pesan-pesan moral tentang
perdamaian, persaudaraan, penegakan keadilan, dan penghormatan
terhadap hak-ahak asasi manusia. Ini berarti, secara kelembagaan
MER-C merupakan khairu ummah (umat terbaik) yang dilahirkan
untuk membawa manfaat dan kemaslahatan untuk sesama manusia
(ukhrijat li al-nas).7 Kehadiran MER-C di tengah umat membawa
rahmat yang kebaikannya dapat dirasakan oleh semua pihak tanpa
dibedakan berdasarkan ras, suku, bangsa, maupun agama, karena
dalam misi kemanusiaan MER-C adalah menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan yang berpegang pada Islam rahmatan lil ‘a>lami>n.
Kata ukhrijat dalam QS Ali ‘Imran/3:110 secara harfiah
berarti ‚uzhhirat‛ (ditampakkan, ditampilkan, dizhahirkan).8 Ahmad
Mushtafa al-Maraghi menjelaskan kata ukhrijat dengan arti: ‚ أظشد
‛,حز رضد ػشفذ9 umat yang ditampakkan, sehingga mereka
berbeda dengan umat lain, dan dapat dikenal indikatornya. Inilah
yang disebut dengan khairu ummah (umat terbaik). Menurut Sayyid
Qutb, khairu ummah merupakan anugerah khusus dari Allah bagi
umat Muhammad saw, karena dengan kehendakNyalah umat ini
menjadi umat terbaik dalam eksistensinya terhadap umat yang lain.
Penggunaan kata ukhrijat dalam bentuk mabniy li al-majhul (al-mabniy li ghair al-fail) perlu mendapat perhatian. Perkataan ini
mengesankan adanya tangan pengatur yang halus (bi al-yad al-mudabbirah al-lathifah), yang mengeluarkan umat ini dan
mendorongnya untuk tampil dari kegelapan dan keghaiban, serta dari
7Istilah yang diungkapkan QS Ali „Imran/3:110.
8Jalal al-Din Muhammad bin Ahmad al-Mahalli, Jalal al-Din Abd
al-Rahman bin Abi Bakr al-Suyuthi, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, (Beirut: Dar
al-Fikr, 1401 H/1981 M), h. 58. 9Ahmad Mushtafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Beirut: Dar al-
Kutub al-„Ilmiyah, 1436 H/2015 M), Cet. ke-3, h. 23.
203 balik tirai yang tidak ada seorang pun dapat mengetahui apa yang ada
di balik tirai itu kecuali Allah (alladzi la ya’lamu ma waraahu illa Allah). Ini adalah sebuah kalimat yang menggambarkan adanya
gerakan yang mengorbitkan umat ke panggung eksistensi umat yang
mempunyai peranan dan kedudukan khusus ( ىب قب أخ راد دس خبص
.(خبص10
Keterkaitan dengan peran MER-C, kalimat ukhrijat li al-nas
menjadi spirit agar selalu tampil membawa kemaslahatan dan manfaat
bagi kehidupan umat manusia. Salah seorang pendiri MER-C,
Joserizal Jurnalis11
mengatakan, berbuat adil12
untuk semua orang,
tanpa melihat siapa yang ditolong, mengutamakan yang lebih
membutuhkan pertolongan tanpa membedakan suku, agama dan
bangsa menjadi prinsip organisasi MER-C. Secara tidak langsung, ini
merupakan bagian dari dakwah, walaupun tidak terlihat
menyampaikan ayat-ayat dan hadits-hadits, tetapi nilai-nilai rah{matan
10
Sayyid Qutb, Fi Zhilal al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Syuruq, 1425
H/2004 M), Cet. ke-34, h. 447. 11
Joserizal Jurnalis adalah salah seorang pendiri MER-C yang sejak
awal turut dalam banyak kegiatan misi kemanusiaan baik di dalam maupun di
luar negeri. Misi pertama yang dilakukan MER-C pada konflik Ambon tahun
1999, diikuti oleh Joserizal ketika baru saja lulus dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (UI). Dokter spesialis Ortopedi ini dalam setiap misi
kemanusiaannya juga telah melakukan banyak operasi khususnya patah
tulang pada korban-korban konflik maupun bencana alam. Pengalaman ketika
terjun dalam aksi kemanusiaanya bersama MER-C dituangkan dalam sebuah
buku berjudul “A True Story Jalan Jihad Sang Dokter”, Kisah dr. Joserizal
dan Tim MER-C menantang maut, menyelamatkan ribuan nyawa, demi
Kemanusiaan. 12
Adil artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya ialah
tidak memihak antara yang satu dengan yang lain. Menurut istilah, adil
adalah menetapkan suatu kebenaran terhadap dua masalah atau beberapa
masalah, untuk dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan
oleh agama. https://www.viva.co.id, (diakses 16 Agustus 2016). Dalam QS.
al-Nisa‟/4:135 ditegaskan: “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi
saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan”.
204 lil ‘a>lami>n terwujud dalam realitas keadilan,
13 yakni bertindak atas
dasar kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa nafsu. Menurut
Mirda, rah{matan lil ‘a>lami>n yang dipahaminya sebagai relawan medis
yang tergabung dengan MER-C, yaitu menolong siapa pun tanpa
melihat sisi yang lain, baik ras, gender, ataupun agama.14
Rumah Sakit Indonesia yang dibangun di Gaza, memberikan
manfaat bukan hanya bagi penduduk Gaza yang beragama Islam,
tetapi juga bagi penduduk Gaza non muslim. Taher Hamad
mengatakan, meskipun Rumah Sakit Indonesia yang dibangun di Gaza
adalah sumbangan rakyat Indonesia yang mayoritas muslim, akan
tetapi dalam memberikan pelayanan tidak memandang latar belakang
korban yang datang, umat Nasrani pun mendapatkan pelayanan yang
sama.15
Tidak ada diskriminasi pelayanan bagi pasien, karena tujuan
utamanya adalah menolong korban dan mengurangi penderitaan
korban.
MER-C bergerak di bidang kesehatan, dan di situlah terdapat
nilai-nilai dakwah tanpa harus melakukan aktivitas ceramah seperti
para muballigh. Artinya, dengan melayani masyarakat dan korban,
berarti telah melakukan bagian dari dakwah. Dalam hal ini, tim
relawan MER-C berdakwah melalui profesi mereka dengan cara
mengobati para korban bencana alam atau konflik. Sebagai organisasi
yang berasaskan Islam dengan misi rah{matan lil ‘a>lami>n, MER-C
tidak menolak bagi umat agama lain untuk bergabung menjadi
relawan selagi bersedia mengikuti aturan lembaga ini. MER-C akan
menurunkan relawan muslim ke daerah bencana yang mayoritas
penduduknya muslim, seperti Aceh. Sedangkan di daerah bencana
yang penduduknya mayoritas non muslim semisal Manado, maka
MER-C akan mempertimbangkan terlebih dahulu relawan yang bisa
diturunkan. Dari sini, tim relawan muslim yang diterjunkan di wilayah
13
Wawancara dengan Joserizal Jurnalis, Sp.OT, tanggal 29 Juni
2016, di Rumah Sakit Siaga, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pukul 11.30
WIB. 14
Wawancara dengan Mirda, relawan MER-C yang berprofesi
dokter, di lokasi bencana, Kayangan, Lombok Utara, tanggal 13 September
2018. 15
Wawancara dengan Taher Hamad, Wakil Duta Besar Palestina
untuk Indonesia, di Kantor Kedubes Palestina untuk Indonesia, tanggal 22
Agustus 2019, Jl. Ki Magunsarkoro No. 64, Pegangsaan, Menteng, Jakarta-
Pusat, pukul 10.30 WIB.
205 mayoritas non muslim dituntut untuk memperlihatkan akhlak seorang
muslim, terutama dengan cara melayani semua pasien secara
profesional tanpa harus memandang perbedaan agama.16
Prinsip rah{matan lil ‘a>lami>n sebenarnya adalah konsep
kemanusiaan universal dalam Islam yang sudah teruji. Perlakuan
Rasulullah saw terhadap orang-orang kafir Quraisy dengan memberi
maaf di kala penaklukan kota Mekkah (fath{ Makkah), bahkan
membebaskan mereka tanpa ada balas dendam merupakan bukti
kongkret aktualisasi rah{matan lil ‘a>lami>n yang terjelma dalam konsep
kemanusiaan universal. Dasar kemanusiaan ini menjadi kunci penting
dalam keberhasilan dakwah Rasulullah Saw. Ajaran humanisme
termaktub dengan jelas dalam khutbah Rasulullah saw di Padang
Arafah ketika menunaikan haji wada‟, yang melahirkan gagasan
brilian tentang menghormati hak sesama manusia dan realisasi
ekonomi yang sehat tanpa sistem ribawi. 17
Di Indonesia, humanisme merupakan salah satu dasar dari
butir sila Pancasila, yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. Ini
mengandung arti, orang yang bertauhid kepada Allah, tetapi tidak
sampai kepada kemanusiaan dikatagorikan orang yang berdusta dalam
agama. Semua manusia di hadapan Allah SWT adalah sama, yang
membedakan hanyalah takwa sebagaimana dalam QS. al-
Hujurat/49:13. Islam meletakkan dasar-dasar kesetaraan derajat dan hak
asasi manusia. Karena itulah, semua pandangan yang
mendiskriminasikan tidak dapat diterima. Entitas Islam sebagai
16
Wawancara dengan Iis Islamiyah, relawan non Medis MER-C di
lokasi bencana, Kayangan, Lombok Utara, pada tanggal 13 September 2018.
Ia bergabung di MER-C sejak tahun 2000. 17
Pada tahun 10 Hijri, Rasulullah saw melaksanakan ibadah haji
akbar. Karena haji ini merupakan haji terakhir, ahli sejarah kemudian
menyebutnya sebagai haji wada‟ (haji perpisahan). Di Arafah, Rasulullah saw
berkhutbah yang tidak sedikit pun berkenaan dengan ibadah ritual. Dalam
khutbah itu, Rasulullah saw memulainya dengan menekankan kewajiban
menghormati darah dan kehormatan seseorang (hak asasi manusia).
Rasulullah saw meminta perhatian para jamaah haji terhadap sistem ekonomi
jahiliyah yang tidak adil, yang diwujudkan dalam praktik riba. Rasulullah
saw juga berbicara tentang hak-hak perempuan, dan berpesan kepada kaum
mukmin untuk melindungi dan menghormati mereka (kaum perempuan).
Lihat Jalaluddin Rakhmat, Membuka Tirai Kegaiban: Renungan-Renungan
Sufistik, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. ke-9, h. 60.
206 rah{matan lil ‘a>lami>n mengakui eksistensi pluralitas sebagai
sunnatullah. Pluralitas adalah syarat determinan dalam penciptaan
makhluk di muka bumi. Konsep humanisme yang diajarkan oleh
Rasulullah Saw begitu luhur, tidak saja menyerukan perdamaian lintas
batas, tetapi saling menjaga dan memperat tali persaudaraan dengan
siapa pun.18
Semangat ketuhanan melahirkan kesalehan pribadi atau
individual, yang ditunjukkan melalui kepatuhan dalam menjalankan
doktrin pokok agama, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan ibadah
formal lainnya. Sementara semangat kemanusiaan melahirkan
kesalehan sosial yang terwujud dalam bentuk empati, simpati, dan
solidaritas sosial. Dalam Islam, semangat ketuhanan tanpa semangat
kemanusiaan dikecam sebagai pendusta agama sebagaimana dalam
QS. al-Ma‟un/107:1-7. Sebaliknya, semangat kemanusiaan tanpa
semangat ketuhanan ditolak dan tidak dapat diterima, karena amal
yang dilakukan bagaikan fatamorgana atau bayangan palsu
sebagaimana dalam QS. al-Nur/24:39.
Semangat ketuhanan dan semangat kemanusiaan merupakan
kesatuan yang integral. Namun faktanya, ada orang yang memiliki
semangat ketuhanan sangat tinggi, tetapi ia menutup mata terhadap
problem sosial di sekelilingnya. Ia beragama, tetapi tanpa disertai
kesalehan sosial. Sebaliknya, ada orang yang memiliki semangat
kemanusiaan yang tinggi, moralis dan humanis, tetapi ia tidak
bersedia menisbahkan diri untuk melaksanakan doktrin pokok
agama.19
Berdasarkan hal itu, MER-C melandasi aksi kemanusiaan
dengan semangat ketuhanan, sehingga tim relawan dalam
menjalankan misinya didorong dengan power ikhlas.
Joserizal memberi contoh sikap ksatria Shalahuddin al-Ayubi
yang mengobati musuhnya ketika sakit.20
Begitu pula, di saat
18
Muhammad Makmun Rasyid, “Islam Rahmatan Lil Alamin
Perspektif KH. Hasyim Muzadi,” Jurnal Episteme, Vol. 11, No. 1, Juni 2016,
h. 111. 19
A. Ilyas Ismail, The True Da’wa Menggagas Paradigma Baru
Dakwah Era Milenial, h. 128. 20
Suatu malam, Richard the Lion Raja Inggris, musuh Shalahuddin
al-Ayubi sedang sakit di dalam tenda tentara Kristen. Tiba-tiba ada satu
sosok manusia datang kepada Richard the Lion untuk mengobati
penyakitnya. Tidak ada yang menyangka kalau yang mengobati Raja Inggris
yang sedang sakit itu adalah Shalahuddin al-Ayubi yang menyamar agar
207 Shalahuddin al-Ayubi memasuki Jerusalem dengan tidak didasari
dendam, itu menunjukkan implementasi nilai-nilai kemanusiaan
universal dalam Islam yang berkeadilan.21
Shalahuddin al-Ayubi yang
juga sering disebut sebagai Sultan Saladin adalah pahlawan Islam
ketika terjadi perang salib. Ia berasal dari keturunan Kurdi, bukan
orang Arab, dan bukan pula berkebangsaan Palestina. Tetapi ia
menghabiskan sepanjang hidupnya untuk berjihad membebaskan
Palestina dan al-Aqsha.
Pada hari jum‟at tanggal 27 Rajab 583 H bersamaan dengan
tanggal peristiwa Isra‟ Mi‟raj Rasulullah saw, Jerusalem diambil alih
pasukan kaum muslimin yang dipimpin Shalahuddin al-Ayubi.
Banyak orang yang terdiri dari ulama, pembesar-pembesar, pedagang,
dan orang-orang biasa datang merayakan kemenangan ini setelah
menunggu hampir 90 tahun saat shalat jum‟at digelar kembali di Bayt al-Muqaddas. Shalahuddin al-Ayubi tidak melakukan pembalasan
terhadap tentara-tentara salib (Kristen) yang telah membunuh umat
Islam ketika orang-orang Kristen merebut Jerusalem. Sesuai tuntunan
ajaran Islam, orang sipil tidak boleh dibunuh dalam peperangan.22
Inilah keteladanan seorang ksatria, tokoh muslim yang sangat bijak,
adil, dan toleran dalam menjalankan dakwah. Saat itu, banyak
kalangan Kristen yang memeluk agama Islam karena terkesan dengan
keluhuran akhlak Shalahuddin al-Ayubi. Joserizal dan tim MER-C
ingin menghadirkan perjuangan dalam misi kemanusiaan seperti yang
ditampilkan oleh Shalahuddin al-Ayubi.
Berkenaan dengan memberi pertolongan dan perlindungan
kepada kalangan non muslim yang membutuhkan bantuan, ditegaskan
dalam QS. al-Taubah/9:6:
إ ىل ث ۥ ر أ أثيغ ث ٱلل
غ مي غ ٱعزجبسك فأجش حز ششم ٱى أحذ أ
ل ؼي ق
identitasnya tidak ketahuan. Ia sanggup membuang perasaan benci untuk
merawat musuhnya sendiri yang sudah tidak berdaya.
https://m.kaskus.co.id/thread/54cd3906138b463c588b456b/kisah-, (diakses
01-02-2015). 21
Wawancara dengan Joserizal Jurnalis, 29 Juni 2016. 22
Kaskus, “Kisah”, dalam
https://m.kaskus.co.id/thread/54cd3906138b463c588b456b/kisah-, (diakses
01-02-2015).
208 “Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah,
kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian)
itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui”.
Ibn Katsir memaparkan bahwa ayat tersebut menjadi acuan
Rasulullah saw dalam memperlakukan orang kafir atau musyrik yang
ingin mendapatkan perlindungan, apakah statusnya sebagai orang
yang minta petunjuk (mustarsyid), atau sebagai delegasi dari orang-
orang kafir. Hal itulah yang dilakukan oleh sekelompok kafir Quraisy
(jama>’ah min al-rusul min Quraish) yang terdri dari: „Urwah bin
Mas‟ud, Mukriz bin Hafsh, Suhail bin „Amr, dan lain-lain. Satu
persatu dari orang-orang musyrik itu menghadap Rasulullah saw
seraya menyampaikan permasalahan-permasalahannya, sehingga
mereka mengetahui bagaimana kaum muslimin mengagungkan Rasul.
Sebuah pemandangan mengagumkan yang tidak mereka jumpai pada
diri raja-raja di masa itu. Mereka pulang kepada kaumnya dengan
membawa berita tersebut. Peristiwa ini merupakan faktor terbesar
yang mendorong sebagian besar mereka menerima agama Islam.23
Berlandaskan spirit QS. al-Taubah/9:6, Joserizal mengatakan
bahwa tim relawan MER-C akan menolong siapa pun dengan
menjunjung prinsip profesionalitas dan netralitas. Ketika menangani
pasien non muslim di Ambon, yang merupakan wilayah konflik antara
muslim dan non muslim, para korban dari kalangan non muslim yang
ditolong mengetahui tim medis MER-C itu terdiri dari para dokter
muslim. Awalnya mereka sempat curiga, namun setelah dijelaskan
bahwa tim dokter MER-C akan membantu seluruh pasien tanpa
membedakan suku, agama, dan ras. Karena itu, di ruang operasi, ada
pasien muslim yang meneriakan Allahu Akbar, sementara pasien non
muslim meneriakan kata Haliluya. Posisi MER-C waktu itu berada di
tengah-tengah, tidak memihak salah satu kelompok, walaupun tim
medis MER-C adalah para dokter muslim. Inilah yang disebut dengan
profesionalitas dalam bekerja, dan netralitas dalam memberi bantuan,
yang menurut MER-C sebagai manifestasi dari makna “rah{matan lil ‘a>lami>n”.
24
23
Imad al-Din Abu al-Fida‟ Ismail bin „Umar bin Katsir al-Qurasyi
al-Dimasyqiy, Al-Mishbah al-Munir Fi Tahdzib Tafsir Ibn Katsir, (Riyadh:
Dar al-Salam li al-Nasyr wa al-Tauzi‟, 2000 M/1421 H), Cet. ke-2, h. 555. 24
Wawancara dengan Rima Manzanaris, Manajer Operasional MER-
C pada tanggal 6 September 2018 di Sekretariat MER-C, pukul 13.00 WIB.
209 Dalam melaksanakan aksi kemanusiaan, MER-C tidak hanya
fokus di bidang kebencanaan, tetapi juga pada kasus lainnya, seperti
masalah teroris. Ketika ada salah seorang teroris yang sakit, dan tidak
ada satu pun lembaga yang mau mengurusnya karena khawatir
dituduh sebagai bagian dari teroris, maka MER-C hadir mendampingi
teroris tersebut dengan mempertimbangkan berbagai resiko yang akan
terjadi. Tim medis MER-C mengobati teroris bukan berarti pro
terhadap ideologinya, tetapi karena yang bersangkutan itu sakit.
Misalnya di saat Abu Bakar Ba‟asyir sedang sakit, MER-C
menanganinya setelah melakukukan negosiasi dengan pihak
kepolisian. Ini menunjukkan bahwa MER-C merupakan lembaga yang
fokus di bidang gawat darurat dengan prinsip, siapa pun itu, bahkan
seorang penjahat atau Zionis sekali pun, jika terluka, harus dibantu
dan ditolong. Prinsip ini bagian dari dakwah yang tersirat di lembaga
MER-C, dengan harapan bahwa bantuan tersebut memberikan kesan
positif tentang ajaran Islam yang sesungguhnya,25
yakni rahmatan lil ‘a>lami>n.
Konsep kemanusiaan secara universal itu berarti, Islam sudah
menyatakan prinsip rah{matan lil ‘a>lami>n. Jika melihat sejarah masa
lalu, bagaimana misalnya seorang Salahuddin Ayyubi ketika
musuhnya sakit diobati dan ketika masuk Yarusalem tidak dendam.
Hal itu sebagai bukti bahwa Islam memiliki nilai-nilai kemanusiaan
universal berkeadilan. Posisi Islam bergantung pada umatnya
memposisikannya. Meski demikian, MER-C dalam aksi
kemanusiaannya tidak boleh mendakwahi orang yang ditolong,
misalnya memberi al-Quran, sembako dan. Pengobatan MER-C dalam
aksi kemanunisaannya hanya boleh menjelaskan bahwa MER-C
adalah Islam yang siap menolong siapa saja.
MER-C tidak boleh mendoktrin objek aksi kemanusiaannya.
Biarkan mereka mengerti sendiri bagaimana orang Islam melakukan
kegiatan kemanusiaan.26
Bahkan kode etik dakwah juga melarang hal
yang demikian, kecuali objek dakwah secara pribadi ingin mengetahui
Islam secara utuh. Jika kondisinya demikian, MER-C harus
menjelaskan Islam dengan baik. MER-C mempriortaskan yang paling
membutuhkan dan tidak boleh melihat dari latar belakang suku,
25
Wawancara dengan Iis Islamiyah, relawan MER-C pada tanggal 13
September 2018. 26
Wawancara dengan dr. Joserizal Jurnalis, di Rumah Sakit Siaga,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Tanggal 29 Juni 2016, Pukul 11.30 WIB.
210 agama, partai, negara, madzab sebagaimana prinsipnya rahmatan lil ‘A>lami>n, kasih sayang untuk seluruh alam.
B. Amar Ma’ruf dalam Aksi Kemanusiaan MER-C
Pembahasan mengenai ummah yang diterjemahkan sebagai
civil society oleh beberapa kalangan memunculkan suatu pertanyaan
mendasar, seperti apa sebenarnya gambaran sebuah masyarakat
madani atau civil society jika diwujudkan dalam sebuah komunitas
atau masyarakat setelah masa Rasulullah saw. Gambaran suatu
komunitas ideal atau masyarakat madani secara historis mengacu pada
masyarakat Madinah di bawah kekuasaan Nabi Muhammad saw, di
mana masyarakat Madinah dimaksud adalah masyarakat pluralis yang
terikat dalam prinsip-prinsip yang tertuang dalam Piagam Madinah.
Sebagaimana telah dibahas secara teoritik pada bab dua mengenai
konsep keumatan, maka dapat diasumsikan bahwa jika suatu
kelompok masyarakat telah menjalankan kewajiban dan fungsinya
dalam mengajak kepada kebaikan (dakwah ila> al-khair), menegakkan
amar ma’ruf dan nahi munkar berarti kelompok masyarakat tersebut
dapat dikatakan sebagai khairu ummah atau sebaik-baik umat
sebagaimana QS. Ali Imran/3:104 dan 110.
Konsep amar ma’ruf nahi munkar27 menunjukkan bahwa
Islam sangat berkepentingan pada realitas sosial. Ayat-ayat al-Qur‟an
27
Secara etimologi, amr ma’ru >f nahy munkar berarti menyuruh
kepada yang ma’ru >f, dan mencegah dari yang mungkar. Kata Ma’ruf terambil dari akar kata ‘arafa, yakni bentuk isim maf’ul yang secara
etimologis berarti dikenal, sebaliknya munkar, berasal dari akar kata ankara,
yaitu bentuk isim maf’ul yang artinya adalah sesuatu yang tidak dikenal.
Menurut Muhammad Abduh, ma’ruf adalah apa yang dikenal (baik) oleh
akal sehat dan hati nurani (ma ’arafathu al-‘uqu>l wa al-t {aba’ al-Sali>mah),
sedangkan munkar adalah apa yang ditolak oleh akal sehat dan hati nurani
(ma> ankarathu al-‘uqu>l wa al-t {aba’ al-Sali>mah). Lihat Muhammad Rasyid
Ridha, Tafsir al-Mana>r, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2011), Jilid IV,
Cet. ke-3, h. 23. Muhammad Ali al-Shabuni mendefinisikan ma’ruf dengan
‚apa yang diperintahkan syara’ (agama) dan dinilai baik oleh akal sehat‛
(ma amara bihi al-syara’ wa istahsanahu al-‘aqlu al-salim), sedangkan
munkar adalah ‚apa yang dilarang syara’ dan dinilai buruk oleh akal sehat‛
(ma naha> ‘anhu al-syara’ wa istaqbahahu al-‘aqlu al-Sali>m). Bandingkan
Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwat al-Tafasir, (Kairo: Dar al-Shabuniy,
1431 H/2009 M), jilid 1, Cet. ke-1, h. 201. Dari dua definisi tersebut, yang
menjadi ukuran ma’ruf atau munkarnya sesuatu ada dua, yaitu agama dan
211 yang secara eksplisit menggunakan istilah “amr ma’ru>f nahy munkar‛
ditemukan dalam beberapa tempat, yaitu: QS. Ali „Imran/3:104, 110,
114; QS. al-A‟raf/7:157; QS. al-Taubah/9:71, 112; QS. al-Hajj/22:41;
dan QS. Luqman/31:17. Salah satu dari ayat itu yang dengan tegas
memerintahkan untuk melakukan amr ma’ru>f nahy munkar adalah QS.
Ali „Imran/3:104, sebagai berikut:28
ئل ى أ نش ٱى ػ ؼشف ثٱى ش أ ش إى ٱىخ خ ذػ
أ ن ىزن
فيح ٱى
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma‟ruf, dan mencegah
dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”
(QS. Ali Imran/3:104).29
akal sehat atau hati nurani, bisa kedua-duanya sekaligus atau salah satunya.
Semua yang diperintahkan oleh agama adalah ma’ruf, begitu juga
sebaliknya, semua yang dilarang agama adalah munkar. Adapun hal-hal yang
tidak ditentukan oleh agama, maka ukuran ma’ruf dan munkarnya
ditentukan oleh akal sehat atau hati nurani. Berdasarkan ini, al-Ashfahani
mendefinikan: ‚Ma’ru>f adalah sebuah nama untuk semua perbuatan yang
dikenal baiknya melalui akal atau syara’, dan munkar adalah apa yang
ditolak oleh keduanya‛ (Wa al-ma’ru>f ismun likulli fi’lin yu’rafu bi al-‘aqli aw al-shari’ h{usnuhu>, wa al-munkar ma> yunkaru bihima>). Lihat Al-Raghib
al-Ashfahani, Mufrada>t Alfa>z{ al-Qur’a>n, (Beirut: Da>r al-Fikr,1432 H/2010
M), h. 249. 28
Muchlis M. Hanafi (Ed.), Damai Bersama Al-Qur’an: Meluruskan
Kesalahpahaman seputar Konsep Perang dan Jihad dalam Al-Qur’an,
(Jakarta: LPMQ, 2018), Cet. ke-2, h. 219-220. 29
Sebagian ulama ahli tafsir memahami status perintah menyuruh
berbuat baik dan mencegah berbuat buruk (amr ma’ru >f nahy munkar) adalah
fardhu kifayah (wajib kelompok). Preposisi huruf ‚min‛ pada ayat tersebut
menunjukkan arti ‚sebagian‛ (li al-tab’idh), yakni sebagian dari setiap
komunitas harus melakukan aktivitas amar ma’ru>f nahy munkar. Mengapa
tidak seluruhnya? Karena seseorang yang akan melakukan aktivitas itu harus
tahu mana yang ma‟ruf dan mana yang mungkar, serta harus mengetahui
mana yang menjadi prioritas (taqdi>m al-ahamm min al-muhim). Jika tidak,
dikhawatirkan yang terjadi justru sebaliknya, menyuruh yang mungkar dan
mencegah yang ma‟ruf, bersikap tegas pada yang seharusnya lembut atau
sebaliknya. Akibat wawasan yang sangat terbatas dan tidak tahu perspektif
pihak lain, lalu mencegah hal-hal yang sebenarnya bukan mungkar.
Sementara itu, ada juga yang memahami preposisi huruf “min‛ sebagai
penjelas (li al-tabyi>n), sehingga berimplikasi pada kewajiban setiap individu
muslim untuk melakukan amar ma’ru>f nahi munkar berdasarkan kadar
212
Menurut Kuntowijoyo, belum bisa dikatakan Islami jika kaum
muslimin bersikap acuh tak acuh terhadap kondisi struktural
masyarakatnya, sementara mereka mengetahui bahwa kondisi tersebut
bersifat mungkar.30
Islam memiliki dinamika untuk timbulnya desakan
pada adanya transformasi sosial secara terus-menerus sebagai akar
dari misi ideologisnya, yakni cita-cita untuk menegakkan amar ma’ru>f nahy munkar di masyarakat sebagai kerangka keimanan kepada
Tuhan. Amar ma’ru>f berarti humanisasi dan emansipasi, nahy munkar
kemampuannya, baik dengan power (kekuasaan), perkataan (nasihat),
maupun sekadar dalam hati. Lihat Muchlis M. Hanafi (Ed.), Damai Bersama
Al-Qur’an: Meluruskan Kesalahpahaman seputar Konsep Perang dan Jihad
dalam Al-Qur’an, 220. Dinyatakan dalam sebuah hadis:
ػ أث عؼذ اىخذس سض هللا ػ فبه: عؼذ سعه هللا صي هللا ػي عي قه " سأ
فيغش ثذ، فئ ى غزطغ فجيغب، فئ ى غزطغ فجقيج، رىل أضؼف اإلب" )سا ن نشا
غي(.
Dari Abu Sa‟id al-Khudriy r.a berkata: aku mendengar Rasulullah saw
bersabda, “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, hendaklah ia
mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika
tidak mampu, maka dengan hatinya. Yang demikian itu termasuk selemah-
lemahnya iman” (HR. Muslim).
Muhammad bin „Allan al-Shaddiqiy mengutip penjelasan Ibrahim
al-Matbuliy yang mengatakan bahwa mengubah kemungkaran dengan tangan
(taghyir al-munkar bi al-yad) adalah tugas para penguasa dan jajarannya (li al-wula>h wa man qarabahum), sedangkan dengan teguran (ucapan)
merupakan tugas para ulama (li al-‘ulama>’ wa al-‘a>mili>n), dan dengan hati
adalah mereka yang memiliki nurani (li arbab al-qulub). Lihat Muhammad
bin ‘Allan al-Shiddiqiy al-Syafi’iy al-Asy’ariy al-Makkiy, Dalil al-Fa>lih{i>n li T{uruq Riya>d{ al-S{a>lih{i>n, (Beirut: Kairo: Dar al-Hadits, 1998 M/1419 H), Juz
1, Cet. ke-1, h. 397. Penguasa memiliki power berupa kekuatan fisik yang
dapat memaksa melalui kebijakan yang ditetapkannya, dan ulama menduduki
posisi penting sebagai pemegang urusan keagamaan (al-shuu>n al-di>niyyah).
Power penguasa dan nasihat ulama akan menjadi kekuatan eksistensial
pendukung dakwah jika keduanya dapat sejalan dalam penegakkan amar
ma’ruf nahi munkar. Kedudukan penguasa dan ulama akan menjadi uli al-
amr yang wajib ditaati oleh kaum muslimin bila konsisten melaksanakan misi
dakwah (QS. al-Nisa‟/4:59). Namun sebaliknya, penguasa dan ulama tidak
boleh ditaati dan diikuti ketika kebijakan serta fatwa yang mereka keluarkan
paradoks dengan kebenaran absolut, yaitu al-Qur‟an dan Sunnah. 30
Lihat QS. al-Baqarah/2:42 menyatakan: “Janganlah kalian
mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan, dan janganlah kalian
menyembunyikan kebenaran, sedangkan kalian mengetahui”.
213 merupakan upaya untuk liberasi. Di setiap masyarakat, dengan
struktur dan sistem apapun, serta dalam tahap historis manapun, cita-
cita untuk humanisasi, emansipasi, liberasi dan transendensi, akan
selalu memotivasi gerakan transformasi Islam.31
Kuntowijoyo menyamakan pengertian amar ma‟ruf dengan
humanisasi, yaitu “memanusiakan manusia, menghilangkan
kebendaan, ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari
manusia.”32
Dengan demikian, aksi kemanusiaan yang dilakukan
MER-C di wilayah korban konflik seperti Palestina dan korban
bencana alam di Lombok dapat dikatagorikan amar ma‟ruf, sebab aksi
tersebut memiliki tujuan yang sama dengan humanisasi, yakni
memanusiakan manusia. Melalui aksi kemanusiaan inilah MER-C
berperan mendorong umat agar berbuat kebaikan yang dapat
melahirkan kesejahteraan dan keadilan.
Untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat, pemerintah
atau sektor bisnis swasta tidak dapat diharapkan secara maksimal.
Lagi pula, untuk tindakan beberapa aksi sosial akan lebih baik jika
dilakukan kelompok masyarakat (civil society) dan komunitas agama
ketimbang oleh pemerintah atau pihak swasta. Gerakan sosial
biasanya tumbuh sebagai respon masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah yang dianggap seringkali menghilangkan hak warga
negara, ekonomi, sosial, budaya maupun politik.33
Dalam konteks ini,
sebagai sebuah LSM, MER-C memiliki keunikan di mana sumber
dananya berasal dari sumbangan masyarakat umum. Artinya sumber
pendanaan MER-C bukan dari pemerintah. Oleh karena itu, MER-C
sebenarnya tidak memprogramkan penggalangan dana secara rutin.
Jadi hubungan MER-C dengan masyarakat lain itu sebenarnya
melengkapi. Bisnis utama MER-C adalah kebencanan dengan prinsip
melengkapi yang fokus pada korban yang paling terancam dan yang
paling terabaikan.34
31
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung:
Mizan, 1991), h. 338-339. 32
Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi dan
Etika, (Bandung: Mizan, 2005), h. 98. 33
Husni Mubarak, “Dakwah Bil Hal: Inspirasi Dakwah ala Gerakan
Gulen di Turki,” dalam http://www.fethullah-gulen.net, , August 2012,
diakses 24 Februari 2017. 34
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018,
di Sekretariat MER-C, Jakarta Pusat, pukul 14.00 WIB.
214
Sebelum masa reformasi (masa orde baru), gerakan sosial
yang tumbuh di masyarakat diawasi dengan ketat, sehingga sulit untuk
berkembang dan mendapat tekanan yang sangat kuat dari penguasa.
Bahkan seringkali dianggap sebagai kelompok yang dianggap
terlarang jika kegiatannya tidak sejalan dengan penguasa pada saat itu.
Tekanan-tekanan yang semakin kuat serta penguasaan politik,
ekonomi, dan pemerintahan hanya terfokus pada kepentingan
kelompok penguasa dan segelintir orang. Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) yang semakin melemahkan rakyat membuat
seluruh elemen masyarakat bersatu menuntut adanya perubahan.
Dengan didukung oleh mahasiswa dan kelompok-kelompok ormas,
maka muncullah gerakan reformasi yang dikenal dengan istilah
reformasi 1998 di mana demokrasi kembali ditegakkan.
Runtuhnya pemerintah Orde Baru memberi ruang gerak bagi
proses demokratisasi dan kesempatan bagi elemen-elemen masyarakat
serta komunitas agama untuk berkembang dan maju. Hal ini juga
menjadi peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan organisasi-
organisasi sosial kemasyarakatan sebagai representasi kebebasan
berekspresi yang dilakukan dalam bentuk civil society. Salah satu
perwujudan dari penguatan civil society adalah munculnya lembaga-
lembaga kemanusiaan yang berbasis keislaman. Sebagian besar
lembaga kemanusiaan Islam merupakan hasil inisiatif dari masyarakat
sipil, artinya lembaga itu didirikan, didanai, dan dijalankan oleh
komunitas-komunitas yang ada dalam masyarakat.35
Hal ini
dibuktikan dengan kondisi kini MER-C sebagai lembaga kemanusiaan
memiliki ruang gerak yang cukup luas. Meski demikian MER-C
secara baik menjalin komunikasi dengan pemerintah dalam
pelaksanaan aksi kemanusiaannya.
MER-C berpegang pada prinsip tidak memihak dalam
menjalin hubungan dengan pemerintah. Misalnya, ketika MER-C
menangani masalah di lokasi bencana atau konflik, maka MER-C akan
menilainya berdasarkan perspektif MER-C tanpa adanya unsur
kepentingan lain. Sehingga, di satu sisi bisa saja MER-C akan terlihat
berseberangan dengan pemerintah, namun di saat yang sama, MER-C
mampu bekerja sama dengan pemerintah pada perihal yang berbeda.
Salah satu contoh MER-C bekerjasama dengan pemerintah adalah saat
pengadaan rumah sakit Indonesia di Myanmar. Ketika itu MER-C,
35
Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin, Islam dan Urusan
kemanusiaan, h. 24.
215 PMI, dan wakil presiden bekerja sama dalam mewujudkan program
kampanye kemanusiaan di Myanmar. “Dalam kasus Myanmar, kami
memiliki ide yang sama dengan Jusuf Kala, bahkan membangun
MOU secara resmi”. Namun, di saat yang lain MER-C terlihat sedikit
berseberangan dengan pemerintah, meskipun sebenarnya tidak
berseberangan. Misalnya, ketika MER-C ikut serta menjadi tim medis
pada aksi 212. Secara politik, sebenarnya pada waktu itu MER-C tidak
dalam arti memihak kubu tertentu. Namun, prinsip MER-C ialah we
help the most veurnerable (kami menolong orang yang sedang terkena
bahaya) dan most neglegted. Pada saat itu MER-C melihat bahwa yang
mengalami bahaya ialah masyarakat Muslim. Misalnya mereka
mengalami tekanan dari aspek politik. Dari sini MER-C menemukan
relevansi dan momentum atas politik kemanusiaan.36
Bagi umat Islam, kesadaran akan pentingnya menegakkan
kebenaran, menciptakan kehidupan yang lebih baik dengan landasan
nilai-nilai agama dan kemanusiaan, bukan hanya menjadi idealisme
semata, apalagi selama puluhan tahun dibelenggu oleh kebijakan-
kebijakan penguasa khususnya dalam kehidupan beragama, padahal
sebagai penduduk mayoritas. Kesadaran semacam ini merupakan
bagian dari cita-cita yang belum dapat direalisasikan secara penuh
pada masa orde baru, khususnya merealisasikan hal tersebut melalui
kegiatan dakwah. Prinsip koeksistensi untuk mengentaskan
kemiskinan, keterbelakangan, mengakhiri konflik, memajukan
pendidikan, menegakkan keadilan, menjunjung kebhinekaan, serta
anti terhadap kekerasan harus dijadikan paradigma baru dakwah
Islam.37
Dakwah harus diarahkan pada tindakan atau aksi
menggerakkan obyek dakwah (mad’u>), sehingga berorientasi pada
kebutuhan umat dan pengembangan masyarakat muslim. Untuk dapat
merealisasikan hal tersebut, dibutuhkan adanya sebuah wadah atau
institusi. Menurut Murodi, para juru dakwah mesti menggunakan
institusi sebagai basis gerakan, agar apa yang dilakukannya
mendapatkan legitimasi yang lebih kuat. Jaringan dan sumber daya
tidak hanya milik sendiri, melainkan juga ada pada orang lain. Karena
36
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018,
di Sekretariat MER-C, Jakarta Pusat, pukul 14.00 WIB. 37
Hajriyanto Y Thohari, “Islam, Urusan Kemanusiaan dan
Kebangsaan,” dalam Hilman Latief, Zezen Zaenal Mutaqin (Ed.), Islam dan
Urusan kemanusiaan, h. 62.
216 itu, institusi atau lembaga menjadi sesuatu yang penting menjadi basis
gerakan sosial. Dengan demikian, juru dakwah lebih mudah
melakukan pendampingan masyarakat.38
Pada posisi ini, MER-C telah mengejawantahkan konsep
dakwah yang diungkapkan Murodi yang menitikberatkan pada basis
gerakan yang terwadahi institusi, dengan posisinya sebagai suatu
lembaga yang legal dan serius menyampaikan kebaikan dalam aksi
kemanusiaannya yang berfokus pada darurat medis. Meski demikian,
MER-C lahir dari keprihatinan para aktivis mahasiswa umum
termasuk mahasiswa kedokteran yang prihatin akan konflik negeri,
seperti konflik Maluku yang terbukti merupakan konflik horizontal
antara masyarakat muslim dan kristen yang menelan banyak korban.
Korban-korban akibat konflik Maluku tidak tertolong dengan baik.
Meski pemerintah mengirim tenaga militer yang cukup, akan tetapi
dirasa kurang cukup. Dari sana perlu dibentuk sebuah lembaga NGO
yang independen dan cepat untuk mengatasi darurat medis yang kini
bernama MER-C.39
Dakwah yang telah terlembagakan dalam sebuah institusi
hendaknya diarahkan pada persoalan umat yang kontekstual, dengan
melibatkan seluruh komponen umat Islam dari beragam profesi dan
keahlian termasuk tidak kalah pentingnya adalah kekuasaan sebagai
pengambil kebijakan. Tanpa perpaduan semua itu, tujuan dakwah
tidak akan tepat sasaran. Karena problematika sosial tidak dapat
ditimpakan kepada negara saja, maka dukungan aktif umat Islam
sangat diperlukan, sebab yang terkena dampaknya sebagian besar
adalah umat Islam itu sendiri.40
Banyak lembaga yang bergerak dalam kegiatan dakwah, di
antaranya ada yang secara langsung menamakan lembaga tersebut
dengan lembaga dakwah, namun ada pula yang tidak secara langsung
menamakan diri sebagai lembaga dakwah. Lembaga yang secara
langsung menamakan diri sebagai lembaga dakwah di antaranya:
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Lembaga Dakwah NU
38
Murodi, Dakwah dan Filantropi, Jalan Menuju Kesejahteraan
Umat, (Jakarta: FDK Press), 2015, h. 90-91. 39
Wawancara dengan Joserizal Jurnalis, Sp.OT, tanggal 29 Juni
2016. Pukul 11.30 WIB. 40
Amri Syarif Hidayat, “Membangun Dimensi Baru Dakwah Islam :
Dari Dakwah Tekstual Menuju Dakwah Kontekstual,” Jurnal Risalah Vol.
XXIV, Edisi 2, November 2013, h. 9.
217 (LDNU), Lembaga Dakwah Muhammadiyah, Majelis Dakwah
Islamiyah (MDI), Lembaga Dakwah Kemuliaan Islam (LDKI),
Perkumpulan Lembaga Dakwah dan Pendidikan Islam Indonesia
(PULDAPII), dan sebagainya.
Terkait dengan dakwah keumatan, MER-C secara tegas
mengklaim dirinya sebagai sebuah lembaga dengan tujuan
mewujudkan misi dakwah, namun tidak secara eksplisit menamakan
diri sebagai lembaga dakwah yang bergerak dalam bidang filantropi,
charity dan bantuan kemanusiaan. MER-C hadir di tengah konflik
kemanusiaan untuk membawa pesan perdamaian, membantu korban
bencana alam maupun korban konflik. Salah satu nilai paling urgen di
organisasi MER-C ini ialah bahwa para relawannya unpaid volunteer
(relawan yang tidak dibayar). Menurut Rima,41
MER-C memiliki staf
paling banyak berjumlah sepuluh orang. Adapun sisanya mayoritas
bertindak sebagai relawan, yang notabennya semua pengurus mulai
dari level pimpinan, ketua divisi, anggota-anggota divisi dan lain-lain.
Mereka tidak bermaksud mencari nafkah di lembaga ini, tetapi mereka
berusaha meluangkan waktunya sebagai bentuk kepedulian sosial.
Begitu pula relawan yang turun ke daerah bencana, mereka tidak
mendapatkan uang saku dari MER-C, melainkan hanya ditanggung
biaya transportasi. Selain unpaid volunteer, yang menjadi ciri khas
MER-C adalah netral dan legal. Netral di sini artinya, MER-C
mengobati siapa pun tanpa memandang perbedaan agama, kelompok,
suku, etnis dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud legal, yaitu
bahwa MER-C tidak akan terjun ke lapangan sebelum mendapat izin
resmi dari pihak setempat.42
Sebagai civil society dan lembaga yang
memiliki SK yang jelas serta akta notaris yang resmi, MER-C tidak
akan mengadakan kegiatan kecuali setelah mendapat izin dari
pemerintah.43
41
Rima adalah manajer operasional MER-C yang bergabung dengan
organisasi ini sejak tahun 2002. Ia pertama kali mendaftarkan diri ke MER-C
untuk formasi sekretaris, dan saat itu masih semester 9 di FISIP UI.
Ketertarikannya kepada MER-C, karena melihat kepedulian sosial para
relawan/para dokter yang luar biasa dengan meluangkan waktunya dalam
aksi kemanusiaan. 42
Wawancara dengan Rima, manajer operasional MER-C pada
tanggal 6 September 2018. 43
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, Sp.PD, pada tanggal 20
Desember 2018 di Sekretariat MER-C. Pukul: 14:00 WIB.
218
Yang melatarbelakangi dibentuknya lembaga MER-C adalah
dibutuhkannya wadah tempat para aktivis kemanusiaan merealisasikan
tugasnya. Setiap ada panggilan untuk melaksanakan aksi
kemanusiaan, para aktivis selalu kesulitan dalam mengorganisir
kegiatan. Misalnya ketika terjadi konflik antar agama di Ambon yang
tidak kunjung selesai. Para aktivis kemanusiaan mendapatkan
kesulitan untuk mempersiapkan pengiriman tim ke wilayah konflik.
Padahal saat itu, tenaga medis sangat dibutuhkan di wilayah tersebut.
Karena belum terbentuk organisasi kemanusian yang berbadan
hukum, maka tim bantuan medis selalu dibentuk dadakan begitu
terjadi konflik, bencana alam, atau kejadian luar biasa lainnya. Dari
sinilah keberadaan lembaga atau organisasi yang dapat mewadahi tim
secara permanen mutlak diperlukan, sehingga penanganan
kegawatdaruratan medis bisa lebih terkoordinasi.
Prioritas program MER-C lebih mempertimbangkan sisi
emergency, yakni ada tahapan-tahapan tertentu dalam melaksanakan
aksi kemanusiaan. Tim relawan MER-C akan turun ke lapangan, jika
suatu daerah sedang membutuhkan, dan jika lembaga lain sudah
banyak yang datang, maka tim MER-C akan keluar dari daerah itu,
sebab dipandang bahwa bantuan telah cukup. Misalnya terkait
masalah banjir Jakarta, secara kelembagaan MER-C tidak harus turun
langsung ke lapangan, karena banjir Jakarta tidak terlalu emergency.
Namun demikian, MER-C tetap memantau untuk melihat
perkembangan di lapangan. Apabila keadaannya sudah sangat krusial,
jumlah korban semakin banyak, barulah tim relawan MER-C
diterjunkan ke lokasi bencana. Hal ini dilakukan MER-C agar tidak
overlapping (tumpang tindih) dengan lembaga lain.44
Atas dasar itu,
MER-C selalu mencari daerah yang tertinggal atau terlupakan dari
bantuan, mungkin disebabkan jarak yang jauh dan sulit medannya
untuk dijangkau. Seperti kasus di Lombok, aktivitas tim MER-C
banyak berada di daerah-daerah terisolir dan belum tersentuh bantuan.
Bahkan ketika lembaga-lembaga lain misinya telah selesai, MER-C
masih melaksanaan aksi kemanusiaan di lokasi korban bencana.
Dalam QS. Ali Imran/3:104 disebutkan bahwa segolongan
umat yang konsisten mengajak kepada kebajikan dan menegakkan
amar ma’ru>f nahy munkar adalah kelompok yang beruntung, yakni
44
Wawancara dengan Iis Islamiyah, relawan MER-C pada tanggal 13
September 2019, pukul 13.00 WIB.
219 meraih kemaslahatan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. MER-C
hadir membawa misi kemanusiaan yang realisasinya melahirkan
maslahat dan manfaat bagi umat manusia. Aktivitas MER-C lebih
mencerminkan pada kesalehan sosial yang terwujud dalam bukti
nyata yang dapat dirasakan secara riil, bukan bergerak pada tataran
teori yang normatif, Ini menunjukkan, aksi kemanusiaan MER-C
dapat dikatagorikan sebagai dakwah bi al-h{a>l. Diperkuat pendapat
al-Ashfahani, kata ummah yang dikaitkan dengan da’wah ila al-khair dan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu ‚kelompok yang memilih ilmu
dan amal saleh sebagai landasan aktivitasnya, sehingga mereka
menjadi contoh bagi kelompok lain‛ (jama>’atan yatakhayyaru>n al-‘ilma wa al-‘amala al-s{a>lih{a yaku>nu>n uswatan li ghairihim).
45
Relevan dengan pernyataan Joserizal, relawan MER-C ketika
melaksanakan aksi kemanusiaan dilarang mendoktrin orang-orang
yang ditolong menggunakan ayat-ayat al-Qur‟an dan Hadis. Biarkan
saja mereka mengerti sendiri bagaimana orang Islam melakukan
kegiatan kemanusiaan.46
Sikap seperti ini secara implisit memberi
penegasan bahwa di dalam aksi kemanusiaan MER-C, tercermin
ajakan melakukan kebaikan (amar ma’ruf) yang diwujudkan melalui
perbuatan, bukan dengan perkataan.
Tim relawan MER-C yang tidak dibayar, dan lembaga MER-C
yang netral dalam menjalankan aksi kemanusiaan, serta legalitas yang
jelas sebagai organisasi yang mendapat izin resmi dari pemerintah
menunjukkan kualitas kolektif yang terlembagakan secara sistemik,
yang disebut dengan ummah. Dengan kekuatan yang terorganisir,
MER-C bergerak melaksanakan program-program mulia dalam bentuk
kesalehan sosial, yakni memberikan bantuan kemanusiaan kepada
pihak yang membutuhkan. MER-C merupakan NGO yang
45
Al-Raghib al-Ashfahani, Mufrada>t Alfa>z{ al-Qur’a>n, (Beirut: Dar
al-Fikr,1432 H/2010 M), h. 22. 46
Wawancara dengan Joserizal Jurnalis, Sp.OT, tanggal 29 Juni
2016. Joserizal adalah seorang pejuang kemanusiaan dengan dasar iman yang
mantap menolong sesama hamba Allah dengan qalbu. Itulah ciri khasnya.
Selamat mengabdi demi kemanusiaan (Dr. Rustam S. Pakaya, M.PH). Dwiki
Darmawan, seorang musisi mengungkapkan, dr. Joserizal yang saya kenal
tidak sekadar seorang dokter ahli bedah, beliau adalah seorang pejuang sejati
yang berbakti dengan hati di medan yang tersulit sekalipun”. Lihat Joserizal
Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter, (Jakarta: Qanita,
2011), Cet. ke-2.
220 pengelolaannya tidak seperti perusahaan. Karena itu, di MER-C yang
lebih ditekankan adalah kekeluargaan, sehingga antara relawan,
pengurus atau pimpinan terjalin hubungan yang dekat dan akrab.47
Setidaknya ada tiga pemahaman kaum muslimin dalam
memahami dan mengamalkan perintah menegakkan amar ma’ru>f nahy munkar. Pertama, kelompok yang melakukan amar ma’ru>f nahy munkar dengan paksaan dan kekerasan. Kelompok ini beranggapan
bahwa tingkatan paling tinggi dalam melakukan amar ma’ru>f nahi munkar adalah dengan menggunakan kekuatan fisik, sehingga
kegiatan yang bersifat eksplosif, terutama untuk menakut-nakuti orang
lain agar tidak melakukan hal yang sama, perlu dilakukan dengan
paksaan dan kekerasan. Konsekuensinya, ada perorangan atau
lembaga yang bertindak seakan penegak hukum dengan merazia dan
merusak area yang dianggap sebagai wilayah tempat kemungkaran,
atau memaksa orang lain untuk melakukan ibadah tertentu sebagai
manifestasi dari amar ma’ru>f dengan kekuatan fisik. Orang yang tidak
shalat dipaksa pergi ke masjid, yang tidak puasa dipaksa untuk puasa.
Mereka memaksa orang lain menjalankan ajaran agama di bawah
ancaman, akhirnya terjadi aktivitas nahi munkar dengan melahirkan
kemungkaran baru.48
Padahal dalam berdakwah seharusnya berpegang
pada prinsip: ‚amar ma’ru>f bi al-ma’ruf, nahi munkar bi al-ma’ruf‛
(menyuruh berbuat baik dengan cara yang baik, dan mencegah berbuat
mungkar juga dengan cara yang baik).49
Hal ini juga menjadi prinsip
47
Wawancara dengan Rima Manzanaris, Manajer Operasional MER-
C pada tanggal 6 September 2018 di Sekretariat MER-C, pukul 13.00 WIB. 48
Muchlis M. Hanafi (Ed.), Damai Bersama Al-Qur’an: Meluruskan
Kesalahpahaman seputar Konsep Perang dan Jihad dalam Al-Qur’an, h.
223. 49
Dalam QS. al-Nahl/16:125 memberi tuntunan cara dakwah yang
efektif dengan pendekatan: bi al-h{ikmah (mengetahui kondisi obyek
dakwah), al-mau’iz {ah al-h{asanah (pengajaran yang baik), dan ja>dilhum bi allati> hiya ah{san (berdiskusi dengan argumentasi yang logis dan dapat
diterima pihak lain, tanpa menyakiti). Dipertegas dalam QS. al-
Baqarah/2:256: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan
yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Tagut (Setan dan apa saja yang
disembah selain dari Allah SWT) dan beriman kepada Allah, maka sungguh,
dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.
Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. Sabab al-nuzul QS. al-
Baqarah/2:256, adanya peristiwa yang berkaitan dengan Abu al-Husain dari
221 MER-C, ia tidak pada koridor lembaga atau organisasi Islam tertentu
yang berwenang mengklaim dan berfatwa hukum tertentu misalnya
dengan menyatakan bahwa prostitusi harus ditutup. Namun dalam
aspek profesional, MER-C berusaha mengkampanyekan bersikap
profesional di daerah bencana.50
Kedua, orang yang melakukan amar ma’ru>f nahy munkar didasarkan pada kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat.
Misalnya, pejabat struktural menggunakan fungsi dan kewenangannya
untuk menegakkan amar ma’ruf nahy munkar kepada bawahan atau
kelompok yang menjadi tanggung jawabnya. Sementara itu, seorang
ilmuan, akademisi, praktisi, dan sejenisnya melakukan amar ma’ru>f nahy munkar dengan lisan atau tulisan untuk menggugah orang lain
melakukan kebaikan dan mencegah dirinya dan orang lain dari
perbuatan mungkar. Adapun orang awam, melakukan amar ma’ru>f setidaknya dengan hati, yaitu ada getaran ketidaksenangan terhadap
perbuatan mungkar yang dilakukan orang lain.51
Dalam konteks orang
awam, nahy munkar tidak dapat dilakukan, sebab kedudukannya lebih
lemah dibandingkan dengan pihak mad’u> (obyek dakwah), sehingga
tidak mungkin melakukan pencegahan, kecuali dengan keteguhan
golongan Anshar yang berasal dari Bani Salim bin „Auf al-Anshari. Ketika
itu ia mempunyai dua orang anak yang memeluk agama Nasrani. Ia lalu
bertanya kepada Rasulullah apakah ia boleh memaksa kedua anaknya agar
memeluk Islam. Allah SWT kemudian menurunkan ayat ini sebagai
jawabannya, yaitu bahwa umat Islam (termasuk Rasulullah saw) tidak
diperbolehkan memaksa seseorang untuk memeluk Islam (Riwayat Abu
Daud, Ibn Hibban, al-Nasa‟i, al-Suddiy dan Ibn Jarir). Lihat Departemen
Agama RI, Al-Qur’an Bayan, (Bayan Qur‟an, 2009), h. 42. Informasi ini
menjelaskan bahwa memaksa anak sendiri untuk memeluk Islam saja tidak
diperbolehkan. Rasulullah saw dengan sangat elegan, berdasarkan wahyu ini
menyampaikan bahwa agama merupakan hak setiap orang untuk
menentukannya. Karena itu, umat Islam tidak mempunyai hak untuk
memaksa orang lain meninggalkan keyakinan yang lama, berpindah memeluk
Islam. 50
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, Sp.PD, tanggal 20
Desember 2018, di Sekretariat MER-C, Jakarta Pusat, pukul 12.30 WIB. 51
Muchlis M. Hanafi (Ed.), Damai Bersama Al-Qur’an: Meluruskan
Kesalahpahaman seputar Konsep Perang dan Jihad dalam Al-Qur’an, h.
223-224.
222 hati
52 menentang kemungkaran. Oleh sebab itu MER-C dengan status
legalnya sebagai sebuah lembaga kemanusiaan melakukan kerjasama
dengan berbagai pihak termasuk pemerintah yang memiliki wewenang
dan kedudukan tingi di masyarakat. Misalnya MER-C bekerjasama
dengan pemerintah adalah saat pengadaan rumah sakit Indonesia di
Myanmar. Di mana MER-C, PMI dan wakil presiden bekerja sama
dalam mewujudkan program kampanye kemanusiaan di Myanmar.53
Ketiga, orang yang tidak mau peduli dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas kebaikan seseorang dengan menjadi penyeru
(da’i) kepada yang ma’ruf dan mencegah perbuatan mungkar yang
dilakukan orang lain. Kelompok ini lebih tepat dikatagorikan sebagai
orang-orang apatis atau sangat permisif terhadap pentingnya amar ma’ru>f nahy munkar. Indikator orang yang berada dalam katagori ini
adalah selalu bersikap acuh terhadap lingkungannya, apakah untuk
perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Ia lebih mengutamakan
kesalehan individual dari pada kesalehan sosial, dan lebih
mementingkan penyelamatan diri sendiri dari pada penyelamatan
umat.54
Pada konteks ini MER-C sangat berpegang teguh pada prinsip
amar ma’ru >f nahi munkar melalui etika sosial yang baik dan menjaga
hubungan antara lembaga yang sejenis dengan MER-C. Ketika MER-
C berada di tengah lembaga kemanusiaan yang kekurangan logistik
dalam membantu, dan MER-C justru memiliki logistik yang lebih,
52
Dari al-Nu‟man bin Basyir r.a, Rasulullah saw bersabda: “ingatlah
bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa
ia adalah hati (Riwayat Bukhari dan Muslim). Dijelaskan dalam hadits lain,
bahwa Rasulullah saw memohon kepada Allah agar hatinya terus dijaga
dalam kebaikan. Teks do‟anya sebagai berikut: ‚Ya muqallib al-qulu>b, thbabit qalbi> ‘ala> di>nik‛ (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati,
teguhkanlah hatiku di atas agamaMu). Imam Ahmad telah meriwayatkan
sebuah hadis yang bersumber dari Anas r.a. Ia berkata, Rasulullah saw
bersabda: ‚Iman seseorang tidak akan lurus (benar) sebelum hatinya lurus‛.
Para ulama mengatakan, hati adalah ‚ma>lik al-a’d{h{a>‛ (rajanya anggota
badan), sedangkan anggota badan adalah ‚junu>duhu‛ (tentaranya). 53
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, Sp.PD, tanggal 20
Desember 2018, di Sekretariat MER-C, Jakarta Pusat pukul 14.00 WIB 54
Muchlis M. Hanafi (Ed.), Damai Bersama Al-Qur’an: Meluruskan
Kesalahpahaman seputar Konsep Perang dan Jihad dalam Al-Qur’an, h.
224.
223 MER-C tetap akan memberikan logistik tersebut meski mungkin
diatasnamakan lembaga lain. Hal ini menjadi prinsip bahwa amar
ma‟ruf nahi munkar MER-C tidak butuh pelabelan dan kampanye
publik.55
Dengan merekonstruksi sejarah kenabian Muhammad saw dan
mencermati ulang al-Quran secara mendalam, Islam mempunyai
perhatian utama pada keadilan sosial untuk membebaskan kaum
lemah dan tertindas.56
Konsep ummah sebagai komunitas masyarakat
yang mendukung prinsip keadilan dan pembebasan tersebut menjadi
landasan dakwah kelembagaan. Kemunculan lembaga-lembaga yang
berorientasi pada da’wah ila> al-khair dan amar ma’ru >f nahy munkar dalam bentuk organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan dan
organisasi kemanusiaan merupakan implementasi dari ummah.
Lembaga keumatan dapat digolongkan pada kelompok masyarakat
madani atau civil society, yakni masyarakat yang terorganisir,
profesional, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia (HAM), serta
berkomitmen untuk tegaknya hukum dan keadilan. Keberadaan MER-
C sebagai lembaga keumatan sangat diharapkan perannya, yang
hingga saat ini sudah terbukti dan teruji. Masyarakat dari seluruh
kalangan telah merasakan manfaat aksi kemanusiaan MER-C dalam
menebar kebaikan dan kedamaian. Hal ini menjadi asensi aktivitas
dakwah MER-C.57
Amar ma’ru>f nahy munkar merupakan tugas yang
menentukan eksistensi dan kualitas umat Islam. Ditegaskan al-Qur‟an:
خ أخشجذ ىيبط ش أ خ مز ثٱلل رؤ نش ٱى ػ ر ؼشف ثٱى ش رأ
غق ٱىف أمثش ؤ ٱى شا ى خ ت ىنبو ٱىنز أ ءا ى
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
55
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib di Sekretariat MER-C,
Jakarta Pusat, tanggal 20 November 2018, pukul 12.20 WIB. 56
Hajriyanto Y Thohari, “Islam, Urusan Kemanusiaan dan
Kebangsaan,” dalam Hilman Latief, Zezen Zaenal Mutaqin (Ed.), Islam dan
Urusan kemanusiaan, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2015), Cet. ke-1, h.
51. 57
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, pada tanggal 20 Desember
2018 di Sekretariat MER-C.
224 baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik” (QS. Ali Imran/3:110).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa keberadaan umat Islam
sebagai umat terbaik (khairu ummah) ditentukan oleh perannya dalam
mengemban tugas amar ma’ru>f nahy munkar. Bila tugas itu diabaikan
atau tidak dilaksanakan, dengan sendirinya umat Islam tidak lagi
menjadi umat yang terbaik, bahkan bisa terpuruk menjadi umat yang
terburuk. Rasulullah saw menegaskan dalam sebuah hadits: “Sebaik-
baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya, dan
seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya dan buruk
amalnya” (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Hadis ini mengisyaratkan peran
umat Islam dalam produktivitas amal kebajikan menjadi indikator
kualitas keislamannya. Ini juga menjadi inspirasi dan motivasi para
relawan MER-C untuk menebar kebaikan dengan menolong sesama
tanpa imbalan. Kalau dalam aspek kerelawanan atau bencana
kemanusian, MER-C selalu berpegang bahwa tujuan utama MER-C
adalah menolong orang. Artinya, jangan sampai kepentingan lainnya
semisal promosi lembaga dan semisalnya itu lebih dominan ketimbang
tujuan utamanya. Hal ini menjadi MER-C untuk menghindari konflik
internal lembaga.58
Para relawan rela meninggalkan memberikan
waktunya secara cuma-cuma, padahal meraka dengan waktunya
tersebut mampu mengahsilkan pundi-pundi materi yang tidak sedikit.
Bahkan pengorbanan mereka tersebut masih tidak cukup, mereka
harus bekerja secara profesional dalam berderma. Sebenarnya, unpaid
volunteer itu merupakan bentuk edukasi yang paling bermakna.
Mereka sudah meninggalkan keluarganya dan tidak digaji.59
Umat Islam sebagai khairu ummah harus memiliki komitmen
etis yang tertuang dalam empat hal. Pertama, komitmen yang kuat
pada kebenaranan dan kebaikan. Kedua, mampu mengidentifikasi apa
yang baik dan apa yang buruk. Ketiga, mampu melakukan yang baik
dan meninggalkan yang buruk. Keempat mampu memengaruhi orang
lain agar berbuat baik (al-amr bi al-ma’ru>f) dan mencegah dari
keburukan (al-nahy ‘an al-munkar). Dalam banyak tafsir, term
‚khairu ummah‛ mengandung ide keutamaan atau keunggulan (al-
58
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib di Sekretariat MER-C,
Jakarta Pusat, tanggal 20 Desember 2018, pukul 12.20 WIB. 59
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib di Sekretariat MER-C,
Jakarta Pusat, tanggal 20 Desember 2018, pukul 12.20 WIB.
225 afd{aliyyah), baik dari segi ajaran (doktrinal) maupun dalam realitas
sejarah.60
Dalam paradigma lama, sasaran utama dakwah adalah
konversi atau pengislaman, yakni perpindahan dari agama lain ke
dalam Islam. Seruan ke jalan Tuhan yang menjadi pesan utama
dakwah dimaknai sebagai ajakan untuk berpindah agama dari non
Islam ke dalam Islam. Dalam pemikiran ini, tidak heran bila konversi
sering dikaitkan dengan usaha dakwah, bahkan dijadikan sebagai
ukuran keberhasilan dakwah. Wahbah al-Zuhaili mengungkapkan,
dakwah mengandung dua ide dasar, yaitu: 1) memakmurkan dunia
atau memajukan peradaban (i’ma>r al-kaun/taqaddum al-had{a>ra>t), 2)
memberi perhatian dan nilai yang tinggi pada manusia dan
kemanusiaan (al-‘inayah bi al-ih{sa>n), yakni membangun kemuliaan
dan kemanusiaan, bukan hanya terhadap orang Islam, tetapi juga
seluruh umat manusia dan kemanusiaan.61
Dengan pengertian ini,
dakwah sejatinya bermakna “proyek besar” kemanusiaan, agar
manusia memperoleh petunjuk Tuhan, hidup damai dan bermartabat
sesuai keluhurannya sebagai manusia, makhluk paling mulia ciptaan
Allah dengan citra ketuhanan.62
Inilah yang diaplikasikan MER-C
melalui aksi-aksi kemanusiaan tanpa memandang suku, agama dan
ras.
Langkah yang dilakukan tim relawan MER-C, sesungguhnya
sejalan dengan pesan Rasulullah saw dalam sebuah hadis:
غي أخ اى غي ل اى ل ظي ، غي حبجخ ف مب أخ مب ، ف الل حبجز
ج فش ػ غي ج مشثخ، فش الل مشثخ ػ مشثبد خ، اىقب عزش
ب غي عزش الل خ اىقب63
.
60
A. Ilyas Ismail, The True Da’wa Menggagas Paradigma Baru
Dakwah Era Milenial, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), Cet. ke-1, h.
45-46 dan 143. 61
Lihat Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuhu>, (Kairo:
Dar al-Fikr, 2002). 62
A. Ilyas Ismail, The True Da’wa Menggagas Paradigma Baru
Dakwah Era Milenial, h. 47-48. 63
Abu> ‘Abdilla>h Muhammad bin Isma>il al-Bukha>ri>, S}ahih Al-
Bukha>ri>, (tt: Da>r Thauqun al-Naja>h, 1422 H), Jilid III, Nomor. 2442. h. 128.
Lihat juga dalam Abu al Husain Muslim bin al-Hajja>j al-Qusyairi> an-
Naisabu>ri>, S}ahih Muslim, (Beirut: Da>r al-Ihya’ al Turats al-‘Arabi>, tt) Jilid
4, Nomor 2580, h. 1996.
226 “Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, masing-masing
tidak boleh menzhalimi dan membiarkan yang lain tanpa pertolongan.
Barangsiapa memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan
memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa melepaskan kesusahan
saudaranya, maka Allah akan melepaskannya di hari kiamat. Dan
barangsiapa menutup cela seorang muslim, maka Allah akan menutup
cela dirinya pada hari kiamat” (Riwayat Bukhari Muslim).
Keteladanan merupakan contoh konkret yang lebih bermakna
dalam pelaksanaan dakwah. Aksi kemanusiaan MER-C selama ini,
tidak hanya memberi manfaat bagi para korban bencana dan konflik
peperangan, namun memberikan teladan dan spirit kepada umat
tentang “arti hidup”, yakni menjadi orang yang paling bermanfaat
terhadap sesamanya. Adi Sasono,64
mengapresiasi kegiatan-kegiatan
yang dilakukan MER-C. Ia menegaskan: “MER-C Insya Allah telah
dan akan selalu menjadi teladan bagi pilihan hidup mulia dan
bermartabat sebagai muslim dan bangsa Indonesia dalam kemelut
peradaban yang cenderung memuja hidup aman, membungkuk kepada
kekuasaan, dan menghamba kepada benda. Semoga tradisi MER-C
menjadi pencerah kehidupan kita semua, tidak sekadar dalam ucapan,
tapi dalam tindakan nyata”.65
Karenanya, dakwah itu tidak hanya
dimengerti, tetapi juga harus dirasakan keberadaannya oleh mad’u.
Dalam konteks ini, makna da‟i cakupannya lebih luas yang tidak
hanya identik dengan penceramah.
Ketika diwawancarai tentang dakwah melalui perbuatan,
Taher Hamad mengungkapkan bahwa aksi kemanusiaan MER-C
dengan membangunan Rumah Sakit di gaza, merupakan perwujudan
dakwah bi al-‘amal, atau yang oleh Taher diistilahkan dengan “real
feeling”, karena dapat dirasakan manfaatnya secara riil oleh
masyarakat gaza yang merupakan korban akibat konflik
berkepanjangan. “Masyarakat Gaza sangat bersyukur dan
64
Ketika itu Adi Sasono menjabat Menteri Kooperasi di era Presiden
BJ. Habibie, dan ketua umum kooperasi Indonesia. Ia juga merupakan tokoh
LSM Indonesia. 65
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
(Jakarta: Qanita, 2011), Cet. ke-2.
227 berterimakasih atas dukungan dan perhatian rakyat Indonesia kepada
penduduk Gaza.”66
Sejalan dengan pergeseran konsep dari orasi (table<gh) ke
transformasi (iqa>ma>t al-mujtama’ al-Isla>miy) dan dengan belajar dari
da‟i pertama, yaitu Rasulullah saw, para sahabat, dan para ulama
sepanjang sejarah, termasuk para wali sembilan yang mengembangkan
Islam di Nusantara, maka da‟i sejatinya adalah pengembang
masyarakat Islam (developer of ummah) dan dengan sendirinya ia juga
pemimpin masyarakat atau umat Islam (leader of ummah). Pada diri
da‟i dituntut kekuatan intelektual dan wawasan Islam yang luas,
semangat kepemimpinan yang tinggi, serta kekuatan moral dan
spiritual. Dalam perspektif ini, semua da‟i adalah pekerja sosial, ,
tetapi tidak semua pekerja sosial adalah da‟i. Sebagai pengembang
masyarakat Islam dan leader, da‟i memiliki tugas dan tanggung jawab
yang lebih besar ketimbang pekerja sosial.67
Dari indikator yang ada
pada diri aktivis-aktivis muslim yang tergabung dalam tim aksi
kemanusiaan MER-C, mereka dapat dikatagorikan sebagai para da‟i,
karena keberadaan mereka dalam mengemban misi kemanusiaan tidak
hanya sebagai pekerja sosial, melainkan ada panggilan jihad68
guna
mewujudkan fastabiqu> al-khaira>t. Dalam al-Qur‟an, dakwah dapat diidentifikasi sebagai
panggilan aktualisasi iman (QS. al-Anfal/8:24), pencerahan agama
(QS Ibrahim/14:1 dan 5), dan proses pemberdayaan masyarakat
menuju kualitas “khairu ummah‛ (QS. Ali Imran/3:110). Dari sinilah
Ilyas mengemukakan bahwa dakwah tidak boleh dipahami hanya
sebagai ceramah atau pidato semata. Dakwah pada hakikatnya
mengandung makna transformasi dan pemberdayaan masyarakat
(is{la>h{ al-mujtama’) melalui perbaikan total terhadap semua aspek
kehidupan manusia yang meliputi: aspek agama, ekonomi,
66
Wawancara dengan Taher Hamad, di Kantor Kedubes Palestina
untuk Indonesia, tanggal 22 Agustus 2019, Jl. Ki Magunsarkoro No. 64,
Pegangsaan, Menteng, Jakarta-Pusat, pukul 10.30 WIB. 67
A. Ilyas Ismail, The True Da’wa Menggagas Paradigma Baru
Dakwah Era Milenial, h. 139-140. 68
Joserizal Jurnalis mengutip QS. Muhammad/47:7 yang menjadi
salah satu dasar misi kemanusiaan MER-C, yang berbunyi: “Wahai orang-
orang yang beriman, jika menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. Lihat Joserizal Jurnalis dan
Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter, h. 17.
228 pendidikan, politik, dan sosial budaya untuk membawa masyarakat
dan umat Islam menuju kualitas ‚khairu ummah‛ seperti yang dicita-
citakan. Dengan demikian, membangun dan mengembangkan
masyarakat Islam menuju umat terbaik merupakan gagasan dasar
dakwah dalam perspektif dakwah transformatif.69
Aksi-aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh para relawan
MER-C yang beragama Islam, sesuai dengan prinsip dakwah yang
digariskan al-Qur‟an dan Sunnah, yakni tidak memaksakan kehendak
sebagaimana pada QS. al-Baqarah/2:256. serta memberi keteladan70
kepada mad’u> (obyek dakwah). Sebuah ungkapan menyatakan: ‚Lisa>n al-h{a>l afs{ah{ min lisa>n al-maqa>l” (memberi contoh itu lebih baik dari
pada berbicara). Menurut Habib, para aktivis MER-C bekerja tidak
dibayar, namun dapat memberikan standar pelayanan yang prima dan
berusaha menunjukkan etika yang baik di daerah bencana, terutama
etika sosial, seperti: membangun hubungan sosial, ikut kerja secara
gotong-royong, dan sebagainya.71
Sejak berdirinya MER-C tahun 1999 hingga sekarang, kiprah
perjuangannya dalam aksi-aksi kemanusiaan tidak pernah terputus.
Apabila terdengar bencana menimpa negeri ini, ataupun di beberapa
negara luar Indonesia, MER-C dengan tim relawannya segera datang
ke tempat bencana memberikan bantuan. Keikhlasan, keberanian,
69
A. Ilyas Ismail, The True Da’wa Menggagas Paradigma Baru
Dakwah Era Milenial, h. 43 dan 45. 70
Rasulullah saw adalah contoh yang paling ideal untuk diteladani
oleh orang-orang yang memiliki kesadaran spiritual: mengharapkan ridha
Allah, menginginkan kehidupan hari akhirat, dan banyak berdzikir menyebut
nama-Nya (QS. al-Ahzab/:21). Dalam aktivitas dakwahnya, Rasulullah saw
senantiasa memberi keteladanan dengan keluhuran budi pekertinya. Inilah
yang telah menarik perhatian berbagai kelompok dari suku-suku, terutama
yang berdomisili di sekitar Madinah. Mereka banyak yang bergabung dengan
Rasulullah saw, bahkan tidak sedikit yang datang secara pribadi menyatakan
untuk memeluk Islam. Banyak juga utusan dari berbagai kabilah atau suku
yang datang menemui Rasulullah saw untuk berdialog. Misalnya Bani Sa‟ad
bin Bakar mengirimkan salah seorang anggotanya, yaitu Diman bin Sa‟labah
untuk menemui Rasulullah saw. Setelah selesai dialog, mereka menyatakan
memeluk Islam, karena merasa puas dengan penjelasan yang disampaikan
Rasul tentang agama Islam. Lihat Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah
Islam, (Jakarta: Widjaya, 1985), Cet. ke-3, h. 32. 71
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018
di Sekretariat MER-C.
229 profesionalisme, dan kecepatan bergerak adalah ciri khas MER-C.
Kegiatan yang dipimpin dr. Joserizal Jurnalis ini sungguh mewakili
hati nurani bangsa dan umat, serta mengukuhkan ukhuwah antar
bangsa di dunia.72
Ketika gempa melanda Lombok pada 5 Agustus 201873
yang
menyebabkan 436 orang meninggal dunia, dan 352.793 orang lainnya
mengungsi, MER-C menetapkan Pulau Lombok sebagai wilayah misi
kemanusiaan jangka panjang.74
Habib menegaskan, ada dua alasan
mengapa memilih Lombok sebagai sasaran aksi kemanusiaan.
Pertama, karena bencana di Lombok sekalanya besar, yang dapat
dikatagorikan sebagai bencana nasional. Dalam hal ini MER-C
memiliki assessment 75
sendiri, yakni melihat bahwa bencana tersebut
skalanya besar dan membutuhkan partisipasi masyarakat dalam wujud
“gotong-royong”. Maka MER-C hadir untuk ikut serta dalam upaya
memberi solusi kongkret dengan membantu korban bencana bersama
masyarakat. Kehadiran MER-C di Lombok bukan atas pertimbangan
72
Pernyataan Taufik Ismail, Budayawan yang dikutip dari Joserizal
dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter, (Jakarta: Qanita, 2011), Cet.
ke-2. 73
Sebelumnya, pada tanggal 29 Juli 2018 telah terjadi gempa darat
berkekuatan 6,4 Mw yang melanda Pulau Lombok pukul 06.47 WITA. Pusat
gempa berada di 47 km timur laut Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat
dengan kedalaman 24 km. Guncangan gempa bumi dirasakan di seluruh
wilayah Pulau Lombok, Pulau Bali, dan Pulau Sumbawa. Korban jiwa dalam
gempa ini: 20 orang tewas, 401 luka-luka, 10.062 rumah rusak. Gempa ini
merupakan rangkaian gempa bermagnitudo lebih besar mengguncang
Lombok, yaitu pada tanggal 5 Agustus 2018.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Lombok_Juli_2018. 74
Republika. com, “MER-C Tetapkan Lombok Misi Kemanusiaan
Jangka Panjang,” Berita Online, dalam
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/18/08/15/pdi9j5313-
merc-tetapkan-lombok-misi-kemanusiaan-jangka-panjang, (diakses 15
Agustus 2018). 75
Assessment adalah “suatu proses untuk mengetahui kemampuan
seseorang terhadap suatu kompetensi berdasarkan bukti-bukti”. Pada
dasarnya, assessment itu merupakan suatu proses penelusuran bukti.
Assessment adalah menelusuri bukti kompetensi suatu profesi, dan yang
menjadi acuan pembuktiannya yaitu Kriteria Unjuk Kerja (KUK) yang
terdapat dalam unit-unit Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI). Lihat http://www.astido.org/content/artikel/Ispatda/70/0, (diakses 1
Pebruari 2012).
230 penduduknya yang mayoritas muslim, tetapi karena panggilan
kemanusiaan untuk menolong sesama umat yang tertimpa musibah.
MER-C juga datang ke Nias pada saat di sana terjadi Tsunami,
padahal penduduk Nias mayoritas non muslim. Begitu pula MER-C
datang ke Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Budha.
Kedua, karena membutuhkan manajemen pengelolaan bencana. Di
MER-C sudah ada yang namanya divisi konstruksi yang belakangan
ini ikut serta dalam program rehabilitasi.76
Aksi kemanusiaan MER-C di Lombok dan daerah-daerah
korban bencana alam, dilihat dari aspek dakwah jelas menunjukkan
aktivitas dakwah bi al-hal. Bukankah dalam Islam diperintahkan
membantu sesama manusia yang membutuhkan bantuan?. Disebutkan
dalam QS. al-Baqarah/2:177, bahwa terwujudnya kebajikan itu jika
iman, islam, dan ihsan terintegrasi dalam realitas kehidupan, yakni
memberi bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan
(dhawi> al-qurba>, al-yata>ma>, al-masa>ki>n, ibn al-sabi>l, al-sa>ili>n, al-riqa>b). Di masa Rasulullah saw dan para sahabat, banyak kalangan
non muslim yang simpatik dan tertarik memeluk agama Islam tanpa
paksaan karena melihat keluhuran akhlak kaum muslimin.
Adalah kisah inspiratif tentang sikap Rasulullah saw yang
sangat perhatian terhadap kondisi pengemis tua dan tunanetra (tidak
bisa melihat) dari bangsa Yahudi yang menetap di salah satu sudut
pasar di Madinah. Setiap hari Rasul datang menyuapi pengemis
tersebut tanpa menyebut identitasnya, padahal dari mulut pengemis itu
selalu keluar kata-kata kebencian: “Muhammad sebagai orang jahat
yang harus dijauhi”. Hingga pada akhirnya, pengemis tua Yahudi itu
terkejut, karena tangan yang biasa menyuapinya selama ini berbeda
pada suatu hari. Adalah tangan Abu Bakar Siddik yang senantiasa
ingin meneladani Rasulullah saw dalam segala hal. Saat itulah,
pengemis Yahudi mendapatkan berita bahwa tangan yang selama ini
menyuapinya telah tiada, dan tangan itu adalah tangan Rasulullah
saw.77
Inilah salah satu gambaran dari dakwah Rasulullah saw yang
lebih mengedepankan keteladanan berupa kesalehan sosial yang dapat
dirasakan secara langsung oleh obyek dakwah (mad’u>). MER-C dalam
76
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018
di Sekretariat MER-C. 77
“Kajian Gaya Hidup Muslim,” dalam
https://m.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2015/09/28/7946,
diakses 28 September 2015.
231 menjalankan aksi kemanusiaan tidak secara formal menyebut identitas
ke-Islamannya, namun secara substantif telah mengimplementasikan
nilai-nilai Islam. Aktivitas ini merefleksikan dakwah bi al-h{a>l yang
dicontohkan Rasulullah saw.
Walaupun fokus utama MER-C di bidang medis, namun jika
sewaktu-waktu menemukan suatu keadaan, misalnya masyarakat di
daerah bencana harus diajari mengaji, maka tim relawan MER-C akan
bekerja sama dengan lembaga lain yang kompeten di bidang itu.
Pesantren al-Fatah di NTB pernah diajak kerja sama dengan MER-C.
Dalam hal ini, para relawan al-Fatah yang mengajar, sedangkan MER-
C yang memfasilitasi. Karena merasa sejalan dengan MER-C,
pimpinan al-Fatah menyatakan bahwa para relawan al-Fatah siap
membantu kegiatan yang dilakukan MER-C jika sewaktu-waktu
dibutuhkan. Ini menjadi akad, jika MER-C membutuhkan relawan
yang berkaitan dengan keagamaan, maka mereka akan dihubungi.78
Selain dengan al-Fatah, MER-C juga bekerja sama dengan
pihak pemerintah yang lebih ke arah koordinasi. Pada tahun 2015
akhir, kementerian kelautan pernah meminta bantuan MER-C dalam
menangani kasus suku Bajo di Kalimantan. Ketika itu, ada tujuh ratus
anak suku Bajo yang berasal dari tiga negara, yaitu: Filipina,
Indonesia, dan Malaysia.79
Pihak Kementerian Kelautan datang ke
MER-C untuk meminta bantuan kesehatan. Tim relawan MER-C yang
terdiri dari Islamiyah, Rima, dan Yuli berangkat ke lokasi untuk
memberikan bantuan kesehatan kepada suku Bajo. Pilihan
Kementerian Kelautan untuk bekerja sama dengan MER-C, bukan
dengan lembaga-lembaga lain seperti: Kemensos, PMI, atau
Kemenkes, karena atas perintah langsung dari Menteri Kelautan. Tim
relawan MER-C pun pernah melakukan aksi kemanusiaan saat sunami
78
Wawancara dengan Iis Islamiyah, Relawan Non-Medis MER-C,
tanggal 13 September 2018. 79
Suku Bajo atau suku Sama adalah suku bangsa yang tanah asalnya
Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Suku ini merupakan suku nomaden yang
hidup di atas laut. Suku Bajo yang hidupnya berpindah-pindah di perairan
sekitar Filipina, Malaysia, dan Indonesia bisa melakukan selam bebas atau
tanpa bantuan alat selama 13 menit. Bahkan, mereka dapat menyelam hingga
kedalaman 70 meter. Ini mungkin dipengaruhi kebiasaan mereka menyelam
untuk menangkap ikan, gurita, hingga kepiting. Penyelaman ini dilakukan
setiap hari tanpa bantuan alat modern, dan hanya berbekal tombak untuk
mendapatkan buruannya. https://sains.kompas.com, (diakses, 22 April 2018).
232 Aceh selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Kinerja MER-C
inilah yang mungkin menjadi penilaian Menteri Kesehatan, Susi
Pujiastuti.80
Dalam menangani kasus suku Bajo, MER-C menurunkan
sepuluh dokter pada setiap satu minggu, sebab bila waktu itu MER-C
hanya menurunkan dua dokter dalam tiga hari, maka yang mati bisa
tim relawan, karena jumlah pengungsi sangat banyak. Oleh karenanya,
MER-C sengaja menurunkan sepuluh dokter, sehingga dalam
seminggu dapat langsung menemukan kesimpulan. Perjuangan tim
relawan MER-C tidak hanya berhenti pada aktivitas medis, tetapi juga
harus memberi edukasi para pengungsi. Persoalan yang lebih serius
adalah mereka layaknya binatang, karena melakukan hubungan suami
istri di mana saja. Mereka juga tidak pernah mandi, bahkan tidak
mengenal yang namanya sabun dan sejenisnya. Tim relawan MER-C
mengajari mereka tentang tata cara mandi menggunakan sabun dan
sampo, sehingga mereka dapat memahami cara menggunakan sabun
dan sampo ketika mandi. Respon para pengungsi suku Bajo terhadap
relawan MER-C sangat positif. Mereka membandingkan ketika
ditangkap di Malaysia, diperlakukan dengan kasar, namun di
Indonesia, walaupun ditangkap tetapi diobati.81
Ini bukan hal yang
mudah, karena mengubah kebiasaan yang sudah mengakar untuk
beralih kepada hal yang baru membutuhkan kerja keras dan
penanganan serius. Dalam perspektif dakwah, sesungguhnya tim
relawan MER-C telah melakukan aktivitas dakwah melalui kerja nyata
yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sesama umat manusia, yakni
para pengungsi suku Bajo.
Mirda,82
relawan MER-C mengatakan bahwa aksi
kemanusiaan yang dilakukannya didasari panggilan jiwa untuk
membersihkan diri dan mengamalkan ilmu yang telah diperoleh di
bangku kuliah. Menurut Mirda, turjun ke lapangan membantu korban
bencana mengingatkan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT,
80
Wawancara dengan Iis Islamiyah, Relawan Non-Medis MER-C,
tanggal 13 September 2018. 81
Wawancara dengan Iis Islamiyah, Relawan Non-Medis MER-C,
tanggal 13 September 2018. 82
Mirda adalah relawan MER-C yang berprofesi sebagai dokter. Ia
bergabung dengan MER-C pada tahun 2009 dengan motivasi “memujudkan
keinginan membantu orang yang benar-benar sangat membutuhkan”, seperti
korban bencana yang memang sangat darurat.
233 karena kita masih punya tempat tinggal, masih bisa makan, anak dan
keluarga dalam keadaan sehat serta terlindungi. Sebagai dokter, Mirda
berpegang pada sumpah agar selalu menghargai setiap jiwa, baik itu
yang masih berada dalam kandungan ataupun orang yang sudah tua
tanpa memandang suku, agama, ras, status sosial dan sebagainya. Ini
semua sudah menjadi bagian dari sumpah profesi dokter untuk
memanusiakan manusia bagaimana pun backround (latar
belakangnya).
Ketika ada bencana, itu merupakan sebuah panggilan untuk
memberikan pertolongan. Mirda meyakini bahwa yang dilakukannya
adalah bagian dari dakwah. Pertama, menolong orang, kedua,
menunjukkan tentang bagaimana cara mensyukuri apa yang
dianegerahkan Allah. Dengan demikian, bentuk dakwah yang
dilakukan Mirda lebih kepada memberi contoh yang baik. Dengan
upaya maksimal Mirda menyampaikan pesan-pesan agama kepada
para pasien, betapa pun pengetahuan agamanya tidak mendalam.
Mirda selalu mengingatkan pasien-pasien muslim agar tidak lupa
shalat.83
Melalui MER-C inilah Mirda dapat merealisasikan panggilan
jiwanya dan mengamalkan ilmu untuk diberikan kepada masyarakat.
Dari sini, dapat dipastikan betapa urgennya lembaga keumatan yang
berfungsi mewadahi potensi individu menjadi kekuatan kolektif,
sehingga terwujud dalam realitas.
Aksi kemanusiaan yang dilakukan MER-C secara implisit
membawa pesan amar ma‟ruf, perintah menjalankan yang ma‟ruf
(kebaikan). Kata ma‟ruf bermakna “sesuatu yang telah dikenal baik
oleh masyarakat”. Dengan demikian, menolong, menghargai, bersikap
adil, jujur, bersahabat, adalah contoh-contoh dari ma‟ruf yang telah
menjadi budaya universal masyarakat beradab dan diterima sebagai
nilai-nilai luhur kehidupan.84
Kehadiran MER-C di tengah masyarakat
memberi dampak positif, karena senantiasa melaksanakan aktivitas-
aktivitas yang melahirkan kebaikan untuk orang lain, seperti:
menolong, bersikap adil kepada semua pihak yang ditolong, menjalin
persaudaraan, dan jujur mempertanggungjawabkan program-
programnya berdasarkan manajemen yang profesional dan akuntabel.
83
Wawancara dengan Mirda, relawan MER-C yang berprofesi
sebagai dokter pada tanggal 13 September 2018. 84
Muchlis M. Hanafi (Ed.), Damai Bersama Al-Qur’an, Meluruskan
Kesalahpahaman seputar Konsep Perang dan Jihad dalam al-Qur’an,
(Jakarta: LPMQ, 2018), Cet. ke-2, h. 224.
234 C. Nahi Munkar melalui Jihad Profesi
Menurut Habib, organisasi MER-C memiliki dua jargon,
yaitu: jihad profesi dan politik kemanusiaan.85
Jihad profesi dalam
pandangan MER-C, bahwa para profesional yang tergabung sebagai
tim relawan, baik dokter, insinyur, arsitek, dan yang lainnya untuk
berjihad sesuai dengan profesinya masing-masing. Jihad merupakan
istilah Islam, tapi di sini digabungkan dengan istilah profesi. Jadi
bagaimana caranya agar para profesional seperti dokter bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi relawan, bukan hanya sibuk
mengumpulkan uang lewat praktik (melayani pasien). MER-C selalu
menanamkan keyakinan dalam jiwa para relawan, Allah SWT tidak
akan menyempitkan rezeki dengan menyisihkan waktu dalam
menjalankan misi kemanusiaan.86
Secara etimologi, makna jihad adalah “bersungguh-sungguh”.
Dalam al-Qur‟an, makna jihad87
seringkali dihubungkan dengan
perintah berjihad, dan perintah tersebut tidak selalu harus dipahami
dengan berperang,88
apalagi melakukan tindakan keji seperti
85
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, dokter spesialis penyakit
dalam (SpPD) pada tanggal 20 Desember 2018 di Sekretariat MER-C. 86
Wawancara dengan Rima Manzanaris, Manajer operasional,
tanggal 6 September 2018. 87
Kata jihad terulang dalam al-Qur‟an sebanyak empat puluh satu
kali dengan berbagai bentuknya. Kata jihad terambil dari kata jahd, yang
berarti “letih atau sukar”. Jihad memang sulit dan menyebabkan keletihan.
Ada juga yang berpendapat bahwa jihad berasal dari akar kata “juhd” yang
berarti “kemampuan”. Ini karena jihad menuntut sang mujahid mengeluarkan
segala daya dan kemampuannya demi mencapai tujuan. Lihat M. Quraish
Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. ke-3, h. 501-
502. 88
Dalam sejarah kehidupan umat manusia, perang merupakan tradisi
manusia yang universal dan turun temurun sejak masa klasik hingga masa
modern sekarang ini. Dalam catatan sejarah sejak abad ke-15 SM hingga
abad ke-19 M (34 abad), ada sekitar 31,5 abad di mana umat manusia selalu
dirundung peperangan yang terus-menerus. Sementara lebihnya sekitar 2,5
abad, umat manusia hidup dalam suasana damai. Dalam sejarah politik Islam,
perang menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari perilaku kamum
muslimin sejak masa Rasulullah saw hingga sekarang ini. Pada masa Rasul
tercatat ada istilah ghazwah dan sariyyah, perang yang diikuti oleh Rasul
secara langsung dan perang yang hanya diserahkan kepada para sahabat.
Kemudian masa al-khulafa>’ al-ra>shidu>n, perang sangat dominan dalam
235 pengeboman, pembunuhan, serta tindakan-tindakan anarkis. Dalam
banyak tempat, kata jihad dipergunakan dalam arti perjuangan
membela agama pada umunya, termasuk perjuangan mengamalkan
ajaran agama dalam bentuk ketaatan dan takwa kepada Allah
sebagaimana dalam QS. al-Maidah/5:35. Jihad seringkali
disalahpahami artinya, mungkin disebabkan karena ia lazim diucapkan
pada saat perjuangan fisik, sehingga diidentikkan dengan perlawanan
bersenjata.89
Makna jihad yang dipahami oleh MER-C seperti diungkapkan
Habib, memiliki kesamaan esensial dengan ormas Islam
Muhammadiyah yang memaknai dan mengaktualisasikan jihad
sebagai ikhtiar mengerahkan segala kemampuan (badl al-juhd) untuk
mewujudkan kehidupan seluruh umat manusia yang maju, adil,
melihat eksistensi kaum muslimin pada saat itu. Perang tidak saja berdimensi
politik, tetapi juga sebagai bagian dari kerja sosial kemasyarakatan. Lebih
lanjut, peperangan yang terjadi pada masa imperium Umayyah dan
Abbasiyyah telah mengantarkan pada terbentuknya sistem ketentaraan di
lingkungan pemerintahan Islam. Dalam penulisan sejarah Islam, perang dan
tentara merupakan dua kata yang berkesinambungan. Untuk itu, membahas
perang berarti membahas tentara, dan sebaliknya. Beberapa istilah yang
dipakai untuk membahasakan masing-masing kata tersebut di antaranya: al-jiha>d, al-qita>l, al-h{arb, sariyyah, ghazwah, al-‘askariyyah, al-jaish, al-jund.
Beberapa kata ini memberi banyak inspirasi perjuangan dalam konteks
mempertahankan Islam dari berbagai gangguan musuh-musuh di luar Islam.
Namun dari beberapa kata tersebut, yang sering digunakan adalah al-jiha>d, al-ghazwah, dan al-h{arb. Dari tinjauan bahasa, tiga kata itu mempunyai arti
sama, yakni memerangi musuh. Dalam arti keagamaan, musuh kaum
muslimin adalah kaum kuffar, sehingga memerangi mereka berarti
menegakkan jihad. Sedangkan dalam konteks kenegaraan, musuh adalah
siapa pun baik muslim maupun non muslim yang berusaha melawan
kepemimpinan negara Islam. Dengan demikian, musuh di sini berarti musuh
dari komunitas politik Islam atau negara Islam, yakni militer dari negara
musuh. QS al-Maidah/5:64 QS al-Anfal/8:57, dan QS Muhammad/47:4
menyebut kata al-harb yang bermakna “peperangan”. Perang disyariatkan
oleh Islam dalam upaya mempertahankan diri eksistensi Islam dan kaum
muslimin. Karena itu, perang bukanlah konsep utama yang dikembangkan
dalam Islam. Lihat Imam Yahya, “Jihad dan Perang dalam Literatur
Muslim”, dalam Hilman Latief, Zezen Zaenal Mutaqin (Ed.), Islam dan
Urusan Kemanusiaan, 135-139. 89
Muchlis M. Hanafi (Ed.), Damai Bersama Al-Qur’an: Meluruskan
Kesalahpahaman seputar Konsep Perang dan Jihad dalam Al-Qur’an, h. 75.
236 makmur, bermartabat, dan berdaulat. Jihad dalam pandangan
Muhammadiyah bukanlah perjuangan dengan kekerasan, konflik, dan
permusuhan. Karena itu, Muhammadiyah mengagendakan revitalisasi
visi dan karakter bangsa, serta makin mendorong gerakan
mencerdaskan kehidupan bangsa yang lebih luas sebagaimana cita-cita
kemerdekaan Republik Indonesia.90
Sebagai aktivis kemanusiaan yang bergabung dengan MER-C
sejak tahun 2002, Habib memahami bahwa bersungguh-sungguh
melaksanakan ajaran Allah SWT merupakan makna dasar jihad.
Dalam Islam, kesalehan itu terbagi dua, yakni kesalehan individual
dan kesalehan sosial, yang dikenal dengan istilah h{ablun min Alla<h wa h{ablun min al-na>s. Agar kesalehan sosial ini lebih terkampanyekan
lagi dalam bentuk yang lebih membumi, maka setiap orang harus
mengejawantahkannya ke setiap kalangan sesuai wawasan dan
kapasitasnya masing-masing.91
Inilah yang disebut dakwah bi al-h{a>l, yakni mengajak berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran
melalui kerja nyata, dan ini menjadi jihad profesi.
Akar kata yang sama dengan jihad adalah “muja>hadah‛,
sighah musha<rakah yang berarti perjuangan melawan hawa nafsu
dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ulama membagi
jihad ke dalam tiga arti: jihad terhadap musuh-musuh yang tampak;
jihad dalam memerangi musuh berupa setan; jihad melawan hawa
nafsu. Ini didasarkan pada penjelasan QS. al-Haj/22:39 dan QS. al-
Taubah/9:73 yang secara eksplisit menyebutkan kata jihad. Dalam
terminologi agama, jihad tidak selalu diartikan berperang mengangkat
senjata untuk memerangi non muslim, seperti dipahami sebagian
kalangan umat Islam. Secara umum, arti jihad dikatagorisasikan
menjadi tiga pengertian, antara lain:
1. Jihad dengan hati, yaitu berjihad untuk memerangi hawa nafsu
yang muncul dari dirinya sendiri. Hawa nafsu ini hanya bisa
ditangani oleh diri sendiri. Inilah yang dimaksud dengan jihad
internal, yakni jihad dalam memerangi hawa nafsu, yang disebut
oleh Rasulullah saw “jiha>d al-akbar”. Jihad diinterpretasikan
sebagai upaya individual seorang hamba untuk mendekatkan diri
90
Republika, “Jihad Menurut Pandangan Muhammadiyah,” Tanwir
Muhammadiyah, Ahad, 17 Februari 2019, h. 3. 91
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, dokter spesialis penyakit
dalam (SpPD) di Sekretariat MER-C, 20 Desember 2018. Pukul: 14:00 WIB.
237
kepada Khaliqnya, dan hanya diri sendirilah yang bertindak
sebagai subyek menang atau kalah;
2. Jihad dengan harta benda, yakni mendermakan hartanya di jalan
Allah SWT. Pada pengertian ini, jihad diartikan sebagai social
action (aksi sosial) antar sesama makhluk. Konteks kemiskinan
yang selalu melanda umat Islam di sepanjang zaman tentunya
harus menjadi perhatian kaum muslimin untuk berusaha maksimal
agar terbebas dari segala bentuk kemiskinan. Islam telah
mengajarkan prinsip ekonomi Islam seperti zakat dan bait al-mal
yang secara konseptual bisa menjadi kekuatan besar dalam
meningkatkan kesejahteraan umat;
3. Jihad dengan nyawa. Pada pengertian ini, jihad diartikan sebagai
perang yang sesungguhnya dalam menegakkan keadilan dan
mewujudkan kesalehan. Edmund Bosworth dalam Armies of the
Prophet menyebutkan, jihad dalam pengertian inilah yang
merupakan salah satu isu populer dalam proses hubungan Islam
dan Kristen selama beberapa abad yang ditandai dengan banyaknya
konflik militer dan angkatan laut antara negara-negara Islam dan
non Islam.92
Di MER-C banyak orang profesional, baik itu dokter,
insinyur, ahli IT, dan ahli ekonomi. Dalam perspektif ilmu keislaman,
mungkin mereka tidak banyak paham agama, tidak hafal ayat-ayat al-
Qur‟an, hadits dan tidak pula mahir public speaking. Jika dakwah
diartikan dengan aktivitas ceramah atau kultum (kuliah tujuh menit),
maka mereka tidak melakukan kegiatan itu. Namun jika dakwah
dipahami sebagai ajakan Islami yang dilakukan melalui lisan, tulisan,
maupun perbuatan (kerja nyata), maka aktivitas para aktivis MER-C
dalam gerakan kemanusiaan dapat dikatagorikan dakwah bi al-h{a>l. Habib mengatakan, sebagai dokter kami hanya bisa menyuntik dan
melakukan hal-hal yang berkenaan dengan medis. Namun demikian,
kami berusaha agar aktivitas menyuntik ini dapat bernilai dakwah.
Inilah yang dinamakan dengan jihad profesi.93
92
Imam Yahya, “Jihad dan Perang dalam Literatur Muslim”, dalam
Hilman Latief, Zezen Zaenal Mutaqin (Ed.), Islam dan Urusan
Kemanusiaan, h. 137-138. 93
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, di Sekretariat MER-C, 20
Desember 2018. Pukul: 14:00 WIB.
238
Istilah jihad profesi juga diungkapkan oleh, Mirda,94
relawan
MER-C, bahwa ia yang berprofesi sebagai dokter rela meninggalkan
rumah dan pasien-pasien tetapnya di tempat praktik, lalu bergabung
dengan tim medis MER-C untuk melaksanakan misi kemanusiaan.
Mirda menegaskan, turun ke lapangan menjadi relawan, menyebarkan
ilmu, pengetahuan, dan skill di daerah bencana dengan mengharapkan
ridha Allah, merupakan bagian dari jihad. Ini adalah cara jihad
seorang dokter, yakni dengan mendedikasikan dirinya di jalan Allah
melalui profesi yang digelutinya dalam melaksanakan misi
kemanusiaan. Bergabung dengan MER-C bukanlah perihal yang
mudah, karena membutuhkan keyakinan kuat yang didasari oleh ru>h{ al-jiha>d.
Mirda mengatakan bahwa, aksi kemanusiaan yang
dilakukannya didasari panggilan jiwa untuk membersihkan diri dan
mengamalkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah. Menurut
Mirda, turjun ke lapangan membantu korban bencana mengingatkan
diri untuk bersyukur kepada Allah SWT, karena kita masih punya
tempat tinggal, masih bisa makan, anak dan keluarga dalam keadaan
sehat serta terlindungi. Sebagai dokter, Mirda berpegang pada sumpah
agar selalu menghargai setiap jiwa, baik itu yang masih berada dalam
kandungan ataupun orang yang sudah tua tanpa memandang suku,
agama, ras, status sosial dan sebagainya. Ini semua sudah menjadi
bagian dari sumpah profesi dokter untuk memanusiakan manusia
bagaimana pun backround (latar belakangnya).95
Ketika ada bencana, itu merupakan sebuah panggilan untuk
memberikan pertolongan. Mirda meyakini bahwa yang dilakukannya
adalah bagian dari dakwah. Pertama, menolong orang, kedua,
menunjukkan tentang bagaimana cara mensyukuri apa yang
dianugerahkan Allah. Dengan demikian, bentuk dakwah yang
dilakukan Mirda lebih kepada memberi contoh yang baik. Dengan
upaya maksimal Mirda menyampaikan pesan-pesan agama kepada
para pasien, betapa pun pengetahuan agamanya tidak mendalam.
94
Mirda adalah relawan MER-C yang berprofesi sebagai dokter. Ia
bergabung dengan MER-C pada tahun 2009 dengan motivasi “memujudkan
keinginan membantu orang yang benar-benar sangat membutuhkan”, seperti
korban bencana yang memang sangat darurat. 95
Wawancara dengan dr. Mirda relawan medis MER-C, di posko
kesehatan MER-C, Desa Gumantar, Kec. Kayangan, Lombok Utara,
13 September 2018. Pukul: 10:00 WIB.
239 Mirda selalu mengingatkan pasien-pasien muslim agar tidak lupa
shalat.96
Melalui MER-C inilah Mirda dapat merealisasikan panggilan
jiwanya dan mengamalkan ilmu untuk diberikan kepada masyarakat.
Dari sini, dapat dipastikan betapa urgennya lembaga keumatan yang
berfungsi mewadahi potensi individu menjadi kekuatan kolektif,
sehingga terwujud dalam realitas.
Adapun yang dimaksud dengan politik kemanusiaan, MER-C
memahaminya sebagai siasat atau mencari cara agar orang-orang yang
vulnerable (yang terkena bahaya) dan neglected (yang terabaikan)
dapat tertolong. Misalnya, ketika relawan MER-C ikut serta menjadi
tim medis pada aksi 212, secara politis MER-C tidak dalam arti
memihak kubu tertentu. Namun prinsipnya ialah “we help the most
vurnerable and the most neglected” (kami menolong orang yang
sedang terkena bahaya dan terabaikan). Pada saat itu tim MER-C
melihat bahwa yang mengalami bahaya adalah masyarakat muslim,
karena mengalami tekanan dari aspek politik. Contoh lain, Abu Bakar
Ba‟asyir merupakan vurnerable human, usia lanjut, dan mengalami
hukuman. Waktu itu, ia tidak ada yang mengurus, dan lembaga-
lembaga kemanusiaan pun menjauhinya. Maka MER-C datang untuk
memberi pertolongan sebagai profesional terhadap seseorang yang
harus segera ditolong, sehingga hak-hak asasinya terpenuhi.97
Ada
ungkapan dari Abu Bakar Ba‟asyir: “Apa yang telah dilakukan MER-
C selama diniatkan ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah adalah
amal saleh di sisi Allah”.98
Dalam melaksanakan misi kemanusiaan, MER-C membangun
jejaring dengan pihak-pihak terkait, seperti: TNI, Polri, Laskar Jihad
dan lain-lain. Ketika konflik GAM, MER-C membangun jejaring
dengan pihak TNI maupun GAM yang saat itu panglimanya adalah
Ishak Daud. Di saat pihak GAM mengalami kondisi yang vurnerable
atau neglected, tim MER-C yang mayoritas berprofesi sebagai dokter
datang memberi pertolongan kepada mereka berkaitan dengan
kesehatan. Kedatangan tim MER-C ke markas GAM atas seizin TNI,
begitu pun pihak GAM mengetahui bahwa misi yang diemban MER-C
itu kemanusiaan yang profesional dan netral. Kemampuan
96
Wawancara dengan Mirda, relawan MER-C yang berprofesi
sebagai dokter pada tanggal 13 September 2018. 97
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018. 98
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
(Jakarta, Qanita, 2011), Cet. ke-2.
240 membangun jejaring dengan pihak-pihak terkait yang dapat menjadi
sarana untuk memudahkan melakukan aktivitas aksi kemanusiaan bisa
dikatagorikan “politik kemanusiaan”.99
Kata ummah dalam QS Ali „Imran/3:104 yang diterjemahkan
dengan arti “segolongan orang”, yang harus merealisasikan misi suci
untuk mengajak kepada kebaikan (da’wah ila al-khair) dan
menegakkan amar ma’ru >f nahi munkar, merujuk pada makna profesi
setiap individu. Karena itu, aktivitas yang dilakukan oleh seorang
muslim atau kaum muslimin apa pun profesinya yang mencerninkan
nilai-nilai Islam dapat dikatakan dakwah. Aktivis MER-C yang
berprofesi sebagai dokter melaksanakan tugasnya berkaitan dengan
masalah medis. Di sinilah nilai-nilai dakwah dimasukkan di saat
memberikan pertolongan medis pada pasien. Demikian pula ketika
para aktivis turun ke daerah-daerah bencana alam, mereka yang
beragama Islam selalu menunjukkan identitasnya sebagai muslim,
dengan tetap menjaga sikap netral dan profesional yang merupakan
upaya dalam merealisasikan prinsip rah{matan lil ‘a<lami>n.100
Ini sangat
relevan dengan aktivitas dakwah Rasulullah saw dan para sahabat
yang memperlakukan secara ramah kepada kalangan non muslim di
Madinah, bahkan keselamatan mereka pun dilindungi negara,
sehingga mereka disebut ahl al-dhimmi. Sebagai organisasi yang berasaskan Islam dan berpegang pada
prinsip rah{matan lil ‘a<lami>n, MER-C bertujuan memberikan
pelayanan medis untuk korban perang, kekerasan akibat konflik,
kerusuhan, kejadian luar biasa, dan bencana alam di dalam maupun
luar negeri. Organisasi ini merupakan lembaga yang keanggotaannya
disebut relawan, yaitu para aktivis yang tidak dibayar dalam setiap
melakukan misi kemanusiaannya (unpaid volunteers). Misi yang
diemban dalam perjuangan MER-C adalah gerakan kemanusiaan di
bidang kegawatdaruratan medis yang bersifat amanah,101
profesional,
netral, mandiri, sukarela, dan mobilitas tinggi.
99
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018. 100
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018. 101
MER-C berpegang pada QS al-Anfal/8:27 yang berbunyi: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul,
dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui. Lihat Joserizal Jurnalis dan Rita T.
Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter, (Jakarta: Qanita, 2011), Cet. ke-2, h. 245.
241
Keikhlasan menjalankan tugas dan kejujuran memegang
amanah yang dilandasi profesionalisme serta spririt yang tinggi,
menjadi indikator penting dalam pelaksanaan dakwah. Hal ini
tercermin pada sifat Rasulullah saw: siddiq, amanah, fathanah, dan
tabligh. Karena itu, dalam berdakwah harus ada kejujuran bertutur dan
bertindak, amanah memegang kepercayaan umat, kecerdasan
memahami problematika yang dihadapi, serta tanggungjawab
melaksanakan keawajiban. Inilah yang tertanam dalam organisasi
MER-C, yaitu mewujudkan kebaikan yang dapat dirasakan umat
manusia dengan mengharap keridhaan Allah SWT.
Mengenai penanganan secara profesional, tentu semua dokter
pun profesional, termasuk juga lembaga seperti WHO di PBB. Yang
membedakan MER-C dengan lembaga-lembaga lainnya adalah bahwa
tim MER-C bekerja dengan panggilan jihad dalam arti bersungguh-
sungguh melaksanakan tugas misi kemanusiaan karena Allah.
Meskipun tidak dibayar, tetapi tim MER-C bisa melakukan beberapa
hal. Pertama, memberikan standar pelayanan yang sama. Kedua, tim
MER-C bertanggungjawab atas dana yang diamanahkan dari donatur
dan simpatisan MER-C yang mayoritas umat Islam, walaupun ada
juga yang berasal dari kalangan non muslim. Ketiga, tim MER-C
berusaha menunjukkan etika yang baik di daerah bencana, terutama
etika sosial dan bersikap inklusif di tengah mereka yang tertimpa
bencana tanpa membedakan status sosial, suku, ataupun agama.102
.
Komitmen MER-C dalam merealisasikan amanah umat
tampak dalam upaya pendirian rumah sakit di Gaza Palestina. Pada
hari Ahad tanggal 3 Mei 2009, Perdana Menteri Palestina, Ismail
Haniya menulis surat yang ditujukan kepada dr. Arief Rachman
sebagai perwakilan MER-C Indonesia. Surat tersebut berisikan ucapan
terima kasih dari pihak pemerintah dan rakyat Palestina atas dukungan
MER-C dalam perjuangan rakyat Palestina menghadapi penjajah
Israel. Melalui Perdana Menteri, pemerintah Palestina menyediakan
sebidang tanah dengan luas 1,5 hektar di utara Gaza untuk mendirikan
rumah sakit yang menjadi tanda hubungan mulia antara rakyat
Palestina dan rakyat Indonesia, sehingga tercatat sebagai monumen
bersejarah.103
102
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018. 103
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
h. 273.
242
Pengakuan tertulis dari pemerintah Palestina direspon positif
oleh pimpinan MER-C, Joserizal Jurnalis. Dengan semangat yang
tinggi, Joserizal bersama MER-C terus berupaya menghimpun dana
dari masyarakat Indonesia agar dapat mewujudkan cita-cita mulia
membangun rumah sakit di Gaza. Memang tidak mudah membangun
rumah sakit di Gaza, karena Israel sejak tahun 2007 sudah menutup
jalur akses ke Palestina, sehingga bahan bangunan seperti besi dan
semen yang dibutuhkan untuk membangun rumah sakit sulit
didatangkan.104
Penutupan jalur ini didasarkan kekhawatiran Israel,
bahwa bahan-bahan bangunan itu akan digunakan untuk membangun
basis pertahanan di sana. Kondisi yang sulit tidak membuat tekad tim
MER-C mundur, panggilan jihad menjadi motivasi untuk terus
bergerak merealisasikan program pembangunan rumah sakit. Faried
yang ditunjuk sebagai ketua tim konstruksi MER-C terus bekerja
mematangkan rencana arsitektur bangunan rumah sakit. Pada saat
yang sama, Joserizal mendapat kabar dari Departemen Luar Negeri
yang membatalkan rencana pembangunan rumah sakit. Pendirian
rumah sakit itu dinilai tidak perlu dilakukan, sebab tidak efektif dan
efisien. Padahal, ketika itu Departemen Kesehatan dan MER-C telah
menyiapkan dana sebesar Rp 22 miliar untuk pembangunan Rumah
Sakit Indonesia.105
Kebijakan Departemen Luar negeri tersebut tidak
melemahkan tekad MER-C mendirikan rumah sakit Indonesia di Gaza.
Pertengahan Desember 2009, tim MER-C mendapat dukungan dari
pemerintah melalui Agung Laksono untuk mewujudkan pembangunan
Rumah Sakit Indonesia di jalur Gaza. Ikhtiar paralel juga dilakukan
104
Kepala Presidium MER-C yang ikut terlibat pembangunan rumah
sakit sejak awal, Henry Hidayatullah menyebutkan, ada beberapa tantangan
yang dihadapi. Pertama, masalah kepemilikan lahan yang menjadi hak
prerogatif mereka. Kedua, sering kesulitan memperoleh izin masuk, karena
tim MER-C masuk ke Gaza melalui Mesir. Untuk itu, tim MER-C harus
mengantongi izin masuk dari tiga pihak, yakni Pemerintah, Intelijen Mesir,
dan Pemerintah Palestina. Alasan sulitnya pemberian akses, karena terkait
faktor keselamatan. Setiap tim MER-C mau datang ke Gaza, bisa saja masuk
ke Mesir, tetapi tidak bisa masuk ke Gaza, atau sudah berada di dalam Gaza,
tetapi tidak bisa keluar dari sana. https://amp-rappler-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.rappler.com/indonesia/118547-indonesia-
bangun-, (diakses 10 Januari 2016). 105
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
h. 274-275.
243 MER-C dengan menemui Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi
pada pertengahan bulan Maret 2010. Dalam pertemuan itu, Sudi
Silallahi memberi kabar gembira bahwa nota kesepahaman (MoU)
pembangunan Rumah Sakit Indonesia di jalur Gaza akan segera
ditandatangani. Pembangunan fisik baru dimulai pada Mei 2011, dan
resmi beroperasi pada tanggal 27 Desember 2015 dengan menelan
dana sekitar Rp 126 miliar. Kehadiran Rumah Sakit Indonesia sangat
diapresiasi oleh warga Palestina, karena keberadaannya sangat
bermanfaat bagi mereka.106
Upaya MER-C yang memelopori
berdirinya Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah contoh kongkret
dari dakwah bi al-h{a>l. Rumah Sakit Indonesia merupakan bentuk
konkret kontribusi total bangsa Indonesia mebantu Palestina. Dana
ratusan miliar untuk biaya pembangunan merupakan sumbangan dari
warga di Tanah Air. Dana tersebut disumbangkan oleh warga dari
kelas menengah ke bawah. Sedangkan peralatan medis sebagian besar
dari Eropa, dan tempat tidurnya didatangkan dari Tiongkok. Selain itu,
seratus relawan dari Indonesia juga ikut terlibat proses pembangunan
rumah sakit. Kini, Rumah Sakit Indonesia dikelola oleh petugas medis
Palestina. MER-C sebagai manajer agar petugas medis Indonesia bisa
dikirim ke Gaza secara rutin.107
MER-C merupakan salah satu perwujudan dari ummah yang
mengemban misi: da’wah ila> al-khair (mengajak kepada kebajikan)
dan amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan berbuat yang ma’ruf,
mencegah yang mungkar). Organisasi MER-C sangat konsen
mengajak manusia kepada kebajikan, dan mencegah kemungkaran.
Amar ma’ru>f nahi munkar yang dilakukan MER-C dapat terlihat dari
aktivitas kemanusiaan yang telah dilakukan baik di dalam maupun
luar negeri. Aksi kemanusiaan MER-C jelas sejalan dengan pesan QS.
Ali Imran/3:110 yang menyatakan: “Kamu (umat Islam) adalah umat
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh
106
“Indonesia Bangun Rumah Sakit Indonesia,” Berita Online,
dalam https://amp-rappler-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.rappler.com/indonesia/118547-indonesia-
bangun-, (diakses 10 Januari 2016). 107
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
h. 1-3. Lihat juga Redaksi, “Indonesia Bangun Rumah Sakit Indonesia”
https://amp-rappler-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.rappler.com/indonesia/118547-indonesia-
bangun-, (diakses 10 Januari 2016).
244 (berbuat) yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah ...”. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw menegaskan:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk
sesamanya”. (HR. Ahmad, al-Thabrani, al-Daruquthni). Pernyataan al-
Qur‟an dan Sunnah tersebut menunjukkan bahwa indikator menjadi
khairu ummah (umat terbaik) yaitu “memberi manfaat kepada umat
manusia”.
Sayyid Quthub mengatakan, Islam tidak hanya agama dalam
arti sempit (religi), tetapi juga sistem hidup (manhaj h{ayah) yang
mengatur segi-segi kehidupan manusia. Sebagai sistem hidup, Islam
menghendaki kebaikan dan kemaslahatan hidup, tidak hanya
kemaslahatan individual, namun juga kesalehan sosial, bahkan
kesalehan publik (negara). Kesalehan negara ini sangat urgen, karena
orang baik belum tentu menjadi warga negara yang baik bila negara
buruk. Bahkan di negara yang buruk, orang baik bisa menjadi warga
negara yang buruk. Agar kesalehan negara dapat terwujud, perlu
didukung dengan tiga pilar utama. Pertama, pemahaman dan
pengamalan agama yang menekankan tidak hanya pada segi-segi
formalisme, akan tetapi juga pada substansi dan misi profetiknya
dalam mengupayakan kesejahteraan bersama bagi umat dan bangsa
(QS al-Baqarah/2:177).108
Kedua, tanggungjawab sosial dalam bentuk amar ma‟ruf dan
nahi munkar (al-amr bi al-ma’ru>f wa al-nahy ‘an al-munkar), yakni
membangun sistem Islam dan menanamkan nilai-nilai yang dianggap
baik dilihat dari segi agama maupun budaya, serta membebaskan
masyarakat dari berbagai kezhaliman dan pelanggaran moral. Ketiga,
keadilan sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
dan bangsa. Dalam Islam, keadilan merupakan nilai keutamaan yang
paling mendekati takwa (QS. al-Maidah/5:8). Karena itu, setiap orang
terlebih lagi para penguasa dan pejabat publik diperintahkan
menegakkan keadilan, agar terbangun kesalehan negara.109
108
A. Ilyas Ismail, The True Da’wa Menggagas Paradigma Baru
Dakwah Era Milenial, h. 132-133. 109
A. Ilyas Ismail, The True Da’wa Menggagas Paradigma Baru
Dakwah Era Milenial, h. 133. Dinyatakan dalam QS. al-Nisa‟/4:58 sebagai
berikut: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil”.
245
Pengakuan Joserizal Jurnalis,110
keterlibatannya dalam aksi-
aksi kemanusiaan bersama MER-C karena tersentuh dan termotivasi
dengan panggilan jihad yang termaktub di dalam QS al-
Hujurat/49:15:
أ ى ذا ثأ ج شربثا ى سعىۦ ث ا ثٱلل ءا ٱىز ؤ ب ٱى ف إ فغ
ذق ٱىص ئل ى أ عجو ٱلل
“Sesungguhnya orang-orang yang mukmin yang sebenarnya adalah
mereka yang beriman kepada Allah dan RasunNya, kemudian mereka
tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di
jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”.
Tayangan televisi yang menyiarkan serangan-serangan Israel
di Gaza Palestina, dan tampak di layar tersebut penduduk sipil yang
tersiksa, terluka, bahkan tidak sedikit yang gugur akibat berondongan
senjata, membuat Joserizal merasa geram. Hatinya pedih melihat
saudara-saudaranya sesama muslim menderita dan terzhalimi. Sebagai
seorang dokter bedah tulang, ia tidak mungkin tinggal diam
menyaksikan korban yang bergelimpangan akibat kebiadaban perang,
apalagi yang menjadi korban adalah mayoritas kaum muslimin.
Panggilan jihad yang didasari iman kepada Allah dan Rasul-Nya,
menggerakkan hati Joserizal untuk turun tangan ke lapangan dengan
spirit bekerja cepat, menghidupkan MER-C dalam misi Palestina.
Membantu rakyat Palestina adalah bagian dari kewajiban agama. Al-
Aqsha adalah kiblat umat Islam pertama yang kini berada di tangan
orang yang tidak beratanggungjawab. Karena itu, al-Aqsha harus
dibebaskan.111
Pembebasan al-Aqsha bukan berarti mengusir orang-orang
non muslim, tetapi memberikan kesempatan kepada semua penganut
agama untuk menghormati Jerusalem,112
seperti yang dilakukan
110
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
h. 1. 111
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
h. 1-3. 112
Jerusalem adalah kota suci bagi tiga agama besar di dunia, yaitu:
Islam, Yahudi, dan Kristen. Karena latar belakang sejarah yang panjang,
ratusan atau mungkin ribuan tahun, kota ini memiliki beberapa nama:
Jerusalem, al-Quds, Yerushalayim, Aelia. Semua nama tersebut mencirikan
karakter dan warisan yang beragam. Kota ini juga merupakan tempat tinggal
beberapa nabi, seperti: Nabi Daud, Nabi Sulaiman, hingga Nabi Isa AS. Di
246 Khalifah Umar bin Khattab. Semua orang Yahudi dan Nasrani boleh
beribadah ke sana. Berbeda dengan sekarang, kaum muslimin
dihalang-halangi dan dihambat tentara Israel ketika hendak beribadah
di Masjid al-Aqsha, seakan-akan Jerusalem itu wilayah Israel.
Joserizal menganggap perjuangan orang-orang Palestina merebut
kembali daerah-daerah mereka adalah perjuangan yang wajar, sebab
merekalah sebagai pemilik tanah tersebut. Mereka terusir setelah
Israel masuk dengan bantuan Inggris ketika Perang Dunia II.
Realitasnya, Israel tidak mau hidup berdampingan. Zionis itu tidak
mengizinkan Palestina sebagai sebuah negara berdaulat memiliki
angkatan bersenjata.113
Ini menunjukkan arogansi mereka yang selalu
menggunakan kekuatan militer dengan dukungan negara super power
Amerika Serikat. Berbeda terbalik ketika Islam menguasai Jerusalem,
kaum muslimin memberikan hak yang sama kepada kaum Yahudi dan
Nasrani untuk beribadah di al-Aqsha.
Masjid al-Aqsha merupakan salah satu masjid yang disucikan
oleh kaum muslimin, sebab pernah menjadi tempat pijakan pertama
Rasulullah saw ketika mi’ra>j ke Sidra>t al-Muntaha> untuk menghadap
Allah SWT di maqam tertinggi. Masjid al-Aqsha adalah masjid kedua
yang dibangun di muka bumi setelah Masjid al-Haram, yang jaraknya
sekitar empat puluh tahun.114
Ada tiga masjid yang sangat disakralkan
masa Nabi Muhammad saw, beliau pun pernah menginjakkan kaki di tanah
para nabi ini. Dalam suatu perjalanan dari Mekkah menuju Jerusalem,
kemudian dari Jerusalem ke Sidrat al-Muntaha. Perjalanan ini dikenal dengan
peristiwa Isra‟ dan Mi‟raj. Jerusalem tidak pernah menjadi bagian dari negeri
Islam di masa hidup Nabi Muhammad saw. Negeri yang penuh berkah
tersebut (alladhi> ba<rakna> h{aulah) baru masuk menjadi wilayah Islam pada
masa Umar bin Khattab. https://kisahmuslim.com/3825-pembebasan-
jerusalem-di-masa-umar, (diakses 22 Januari 2019). 113
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
h. 3. 114
Dinyatakan dalam sebuah hadits, “Abu Dzar berkata: Aku
bertanya, wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun di
muka bumi? Rasul menjawab, “Masjid al-Haram”. Aku bertanya kembali,
kemudian yang mana lagi? Rasul menjawab, “Masjid al-Aqsha”. Aku
bertanya, berapa jarak antara keduanya? Rasul menjawab, “empat puluh
tahun”. Kemudian Rasulullah saw bersabda, di manapun kamu berada, jika
tiba waktu shalat, maka shalatlah, karena tempat itu adalah masjid” (HR.
Jama‟ah). Lihat Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981
M/1401 H), Jilid 1, Cet. ke-3, h. 208.
247 oleh kaum muslimin, yaitu: Masjid al-Haram, Masjid Nabawi, dan
Masjid al-Aqsha.115
Keberadaan Masjid al-Aqsha tidak dapat
dilepaskan dengan kota Jarusalem, yakni kota di mana Masjid al-
Aqsha berada. Kota ini menyimbolkan niai-nilai spiritualitas dan
sakralitas, sehingga kaum muslimin, Yahudi dan Nasrani
menjadikannya sebagai tempat suci.116
Ibn Taimiyah mengatakan, yang sesungguhnya disebut Masjid
al-Aqsha ialah seluruh kompleks di atas bukit Moria di Bait al-Maqdis
atau Jerusalem, yang kompleks tersebut sekarang dikenal dalam
bahasa Arab sebagai ‚al-H{ara>m al-Shari>f‛ (tanah suci mulia). Di atas
kompleks al-Haram al-Syarif itulah dahulu berdiri Masjid al-Aqsha
yang pertama oleh Nabi Sulaiman, yang oleh orang Arab dinamakan
‚Haikal Sulaiman‛ atau dalam bahasa Inggrisnya “Solomon Temple”.
Masjid al-Aqsha yang didirikan oleh Nabi Sulaiman ini dihancurkan
oleh Nebukadnezar. Kemudian „Uzair, dengan bantuan seorang raja
Persia, Bahman, membangunnya kembali secara sederhana. Lalu raja
Yahudi, Herodus, membangun kembali masjid itu dengan sangat
megah, di saat-saat sekitar kelahiran Nabi Isa al-Masih. Masjid al-
Aqsha yang kedua ini kemudian dihancurkan oleh Titus dari Roma,
pada tahun 70 Masehi. Karena kebencian orang-orang Romawi
kepada bangsa Yahudi, mereka berusaha melenyapkan sama sekali
sisa-sisa keyahudian pada Bait al-Maqdis dan bekas Masjid al-Aqsha
itu, dengan menjadikannya pusat penyembahan berhala mereka.. Di
atas bekas Masjid al-Aqsha, mereka membangun patung Dewi Aelia,
berhala Romawi, dan nama Jerusalem atau Bait al-Maqdis diubah
menjadi Aelia Kapitolina, atau Aelia saja. Orang Arab mengenalnya
sebagai Iliyya, sehingga nama ini pun tercantum dalam naskah
perjanjian keamanan yang dibuat Umar bin Khattab untuk penduduk
Bait al-Maqdis.117
115
Dari Jabir, bahwasanya Nabi saw bersabda: “Shalat di Masjid al-
Haram nilainya seratus ribu kali dibanding shalat di masjid lain. Shalat di
masjidku (Masjid Nabawi) nilainya seribu kali dibanding shalat di masjid
lain, dan shalat di Bait al-Maqdis (Masjid al-Aqsha) nilainya lima ratus kali
shalat di masjid lain” (Riwayat al-Baihaqi). Lihat Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, h. 210.
116Abdul Fatah, “Keberkahan Al-Aqsha Perspektif Hermeneutika
Schleiermacher,” Jurnal Penelitian, Vol. 14, No. 1, 2017, h. 2. 117
Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban: Membangun
Makna dan Relevansi Doktrin Islam Dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina,
248
Islam menyucikan kota Jerusalem, karena di sinilah Masjid al-
Aqsha berada dan menjadi kiblat pertama kaum muslimin. Orang
Yahudi juga menyakini kota ini sebagai kota suci mereka, kota yang
dijanjikan Tuhan bagi kaum Yahudi. Di samping itu, Yahudi juga
menyakini tembok barat yang mereka menyebutnya sebagai tembok
ratapan, yaitu pintu untuk bertemu dengan Tuhan mereka. Menyentuh
tembok ratapan berarti menyentuh Tuhan, kalaupun tidak bisa
bertemu Tuhan mereka berkirim surat kepada Tuhan. Terdapat begitu
banyak pesan doa yang diselipkan di celah-celah pintu tembok. Itulah
surat kepada Tuhan. Sedangkan bagi kaum kristiani, Jerusalem adalah
tempat di mana Yesus dimakamkan, tepatnya di Gereja Makam
Kristus yang dibangun oleh Ratu Helena.118
Bahkan kaum kristiani
1995), Cet. ke-1, h. 28-29. Dalam QS al-Isra‟/17:4-8 bahwa anak cucu Israil,
yaitu kaum Yahudi akan membuat kerusakan di bumi dua kali, dan pada
kedua peristiwa perusakan itu Allah SWT mengirimkan adzab-Nya kepada
mereka berupa hancur luluhnya Masjid al-Aqsha atau Bait al-Maqdis, dan
terhinanya bangsa Yahudi. Secara lebih rinci, QS al-Isra‟/17:4-8
menjelaskan: “Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu,
“kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila
datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan)
itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu
mereka merajalela di kampung-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti
terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan
mereka, Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami
jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti)
kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka
(kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman
(kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan
wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjid al-Aqsha),
sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka
membinasakan apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhan kamu
melimpahkan rahmat kepada kamu; tetapi jika kamu kembali (melakukan
kejahatan), niscaya Kami kembali (mengadzabmu). Dan Kami jadikan neraka
Jahanam penjara bagi orang kafir”. 118
Ratu Helena adalah ibunda Raja Konstantin yang mendirikan
Konstantinopel. Ia membangun “Gereja Kiamat” (Gereja Kebangkitan),
karena menurut anggapan kaum Nasrani, gereja itu berdiri di atas kubur Nabi
Isa al-Masih setelah disalib, yang dari kubur itu beliau dibangkitkan kembali
terjadi pada tahun 328 Masehi. Ratu Helena memerintahkan untuk
membuang segala macam kotoran dan sampah ke atas Karang Suci
249 meyakini bahwa kebangkitan Yesus untuk kedua kalinya akan muncul
di kota ini. Yahudi, Kristen dan Islam mengklaim bahwa mereka
semua memiliki hak atas Jerusalem. Kaum Yahudi mendasarkan atas
klaimnya pada pristiwa abad 11 SM, tatkala Raja Daud mengalahkan
dan merebut kota itu. Bagi kaum kristiani, kesucian kota Jerusalem
diperoleh dari kehidupan dan karya Yesus serta penyaliban dan
kebangkitannya di kota tersebut. Sedangkan bagi kaum muslimin,
Jerusalem menjadi penting karena di kota itu Rasulullah saw transit
dalam perjalanan Isra‟, dan dari tempat itu pula bertolak Mi‟raj.119
Berdasarkan catatan sejarah, pada tahun 637 M, pasukan
Islam sudah mendekati wilayah Jerusalem yang saat itu di bawah
tanggungjawab Uskup Sophronius120
sebagai perwakilan Byzantium
(Shakhrah), yaitu kiblat orang Yahudi, sebagai penghinaan kepada mereka.
Ratu Helena juga memerintahkan untuk menghancurkan sisa-sisa Masjid al-
Aqsha peninggalan Herodus yang masih berdiri, sehingga yang tersisa
hanyalah sebuah tembok, yang oleh orang Yahudi disebut “Tembok Ratap”
(Wailing Wall). Kini tembok itu merupakan tempat paling suci bagi kaum
Yahudi, dan menjadi tujuan kunjungan mereka yang terpenting. Lihat
Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan
Relevansi Doktrin Islam Dalam Sejarah, h. 27 dan 29. 119
Abdul Fatah, “Keberkahan Al-Aqsha Perspektif Hermeneutika
Schleiermacher,” h. 2-3. Disebutkan dalam QS. al-Isra‟/17:1: “Mahasuci
(Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam
hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”. 120
Santo Sophronius berasal dari kota Damsyik (sekarang
Damaskus-Suriah). Awalnya ia adalah seorang guru dan ahli retorika.
Kerinduannya untuk menjadi seorang pelayan Tuhan membuat Sophronius
meninggalkan Damsyik dan mulai mengembara ke pertapaan-pertapaan dan
biara-biara di sekitar Asia kecil. Ia berkelana sampai ke tanah Mesir, di mana
ia tinggal selama beberapa tahun dan dibimbing oleh Patriark Alexandria,
Santo Yohanes Penderma. Di sekitar tahun 580 M, Sophronius pindah ke
Jerusalem dan masuk biara Santo Theodosius di dekat kota Bethlehem.
Ketika muncul ajaran sesat monotelitisme, Sophronius dengan gigih melawan
ajaran sesat yang menyatakan bahwa Kristus hanya memiliki satu kodrat
Ilahi, dan menolak kodrat manusia-Nya. Ia menulis banyak buku demi
membendung pengaruh ajaran ini. Buku-bukunya kini telah hilang. Pada
tahun 633 M, Sophronius berangkat ke ibukota Kekaisaran Romawi Timur
Konstantinopel demi memperingatkan para pemimpin Gereja agar tidak
terpengaruh oleh monotelitisme yang ternyata mendapat dukungan dari kaisar
250 dan kepala gereja Kristen Jerusalem. Ketika pasukan Islam di bawah
kepemimpinan Khalid bin Walid dan Amr bin Ash mengepung kota
suci tersebut, Sophronius tetap menolak untuk menyerahkan
Jerusalem kepada kaum muslimin kecuali jika Khalifah Umar bin
Khattab yang datang langsung menerima penyerahan darinya.
Mendengar kabar tersebut, Umar bin Khattab langsung berangkat dari
Madinah menuju Jerusalem dengan mengendarai keledai dan ditemani
satu orang pengawal. Setibanya di Jerusalem, Umar bin Khattab
disambut oleh Sophronius yang benar-benar merasa kagum dengan
sosok pemimpin muslim ini. Salah seorang yang paling berkuasa di
muka bumi kala itu, hanya menyandang pakaian sederhana yang tidak
jauh berbeda dengan pengawalnya. Umar bin Khattab diajak
mengelilingi Jerusalem, termasuk mengunjungi Gereja Makam Suci
(menurut keyakinan Kristen, Nabi Isa dimakamkan di gereja ini).
Ketika waktu shalat tiba, Sophronius mempersilakan Umar bin
Khattab untuk shalat di gereja, namun ia menolaknya dengan alasan
ada kekhawatiran, jika melaksanakan shalat di gereja nanti umat Islam
akan mengubah gereja itu menjadi masjid, dengan dalih Khalifah
Umar bin Khattab pernah shalat di situ. Ini jelas menzhalimi hak umat
Nasrani. Kemudian Umar bin Khattab shalat di luar gereja. Di
hadapan para utusan Sophronius, Uskup Agung Bait al-Muqaddas
yang datang mengajak berdamai, Umar bin Khattab berkata sambil
tersenyum: “berikan perlindungan kepada mereka, jangan merasa
khawatir, beri mereka keamanan”.121
Kekaguman Joserizal Jurnalis dan tim MER-C terhadap sikap
Umar bin Khattab yang mampu memobilisasi kekuatan kaum
Heraklius (Kaisar Byzantium 610-641 M). Meskipun misinya ke
Konstantinopel tidak membuahkan hasil, namun Sophronius terpilih menjadi
Patriark Jerusalem pada tahun 634 M. Setelah penobatannya, Sophronius
menuliskan sebuah surat kepada Paus Honorius I dan para patriark gereja di
wilayah Timur. Dalam suratnya ia menegaskan pandangannya akan dua
kodrat Yesus, kodrat manusia dan kodrat Ilahi. Perjuangan Sophronius baru
membuahkan hasil pada tahun 680 M, kurang lebih 40 tahun setelah
kematiannya, yaitu saat diselenggarakan konsili Konstantinopel III. Hasil
konsili ini menolak ajaran monotelitisme dan menyatakannya sebagai ajaran
sesat. http://katakombe.org/para-kudus/item/sophronius.html, (diakses 13
Maret 2016). http://scdc.binus.ac.id/kmk/2017/03/santo-sofronius-pengaku-
iman/, (diakses 11 Maret 2017). 121
Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab, Terjemahan Ali
Audah, (Jakarta: Tintamas Indonesia, 2015), Cet. ke-15, h. 288-291.
251 muslimin agar tetap menahan diri dan menjaga toleransi dalam
beragama dengan pihak non muslim yang dalam kondisi sangat
terdesak ketika wilayah Palestina dikuasai pasukan kaum muslimin
yang dipimpin Khalid bin Walid dan Amr bin Ash, menunjukkan
bahwa di dalam jiwa aktivis MER-C ini tertanam spirit jihad dan
dakwah. Jihad tidak harus diselesaikan dengan eksekusi senjata, dan
dakwah tidak harus diakhiri dengan paksaan. Keteladanan Umar bin
Khattab jelas mencerminkan keluhuran ajaran Islam yang membawa
rahmat bagi alam semesta. MER-C hadir di tengah umat membawa
manfaat dan solusi dengan misi kemanusiaan sebagai respon
menentang kezhaliman.
Setelah Jerusalem dikuasai oleh kaum muslimin, Khalifah
Umar bin Khattab segera menata kembali kota suci itu, dan
menjadikannya kota penting bagi kaum muslimin. Umar bin Khattab
memerintahkan agar area Kuil Sulaiman, yakni area tempat Rasulullah
saw berangkat menuju Sidra>t al-Muntaha dibersihkan dari sampah-
sampah yang dibuang orang-orang Kristen untuk menghina orang
Yahudi. Umar bin Khattab bersama para tentaranya dan dibantu
beberapa orang Yahudi membersihkan wilayah tersebut, kemudian
merenovasi komplek Masjid al-Aqsha. Di masa pemerintahan Umar
bin Khattab dan kekhalifahan Bani Umayyah, Jerusalem menjadi kota
pusat ziarah keagamaan dan perdagangan. Penaklukan Jerusalem pada
masa pemerintahan Umar bin Khattab pada tahun 637 M, merupakan
peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Islam. Selama 462 tahun
wilayah ini menjadi daerah kekuasaan Islam dengan jaminan
keamanan memeluk agama dan perlindungan terhadap kelompok
minoritas berdasarkan fakta yang dibuat Umar bin Khattab ketika
menaklukan kota Jerusalem.122
Untuk mengatur hak dan kewajiban penduduk Jerusalem
antara yang muslim dan non muslim, sebagai upaya mengatasi gejolak
yang biasanya muncul di dalam masyarakat transisi, maka Umar bin
Khattab membuat perjanjian tertulis yang dikenal dengan Mi>tha>q ‘Aelia>.123
Teks perjanjian itu sebagai berikut:
122
“Pembebasan Jerusalem di Masa Umar,” dalam
https://kisahmuslim.com/3825-pembebasan-jerusalem-di-masa-umar,
(diakses 22 Januari 2019). 123
Mitsaq Aelia atau Piagam Aelia adalah sebuah piagam perjanjian
yang dibuat Umar bin Khattab ketika melakukan pembebasan al-Quds (Aelia)
dari tangan Romawi yang ditanda tangani pada tanggal 20 Rabi‟ al-Awal 15
252 “Bismillahirrahmanirrahim. Ini adalah jaminan keamanan dari hamba
Allah, Umar Amir al-mukminin, kepada penduduk Jerusalem:
memberikan jaminan terhadap jiwa mereka, harta, gereja-gereja, salib-
salib, orang-orang yang lemah, dan mereka tidak dipaksa
meninggalkan agama mereka. Tidak ada seorang pun di antara mereka
yang merasa terancam dan diusir dari Jerusalem. Orang-orang Yahudi
tidak akan tinggal bersama mereka di Jerusalem.124
Penduduk
Jerusalem diwajibkan membayar pajak ringan (jizyah) seperti yang
dilakukan oleh penduduk kota-kota lainnya. Mereka harus
mengeluarkan orang-orang Byzantium (Romawi) dan para perampok.
Orang-orang Jerusalem yang tetap ingin tinggal di wilayah Bizantium,
mereka boleh membawa barang-barang dan salib-salib. Mereka
dijamin aman sampai tiba di tempat tujuan. Setelah itu, mereka pun
masih dibolehkan kembali lagi ke Jerusalem jika ingin berkumpul
dengan keluarga mereka, namun mereka wajib membayar pajak
sebagaimana penduduk lainnya. Apabila mereka sudah membayar
H/5 Februari 636 M. Piagam ini bertujuan memberikan jaminan keamanan
dan keselamatan berbagai pihak di dalam wilayah Jerusalem yang baru saja
diambil alih oleh pasukan kaum muslimin. Piagam ini sangat efektif untuk
membuat masyarakat pluralis Palestina lebih tenang, karena pengambilalihan
kota ini dari kerajaan Romawi lebih dirasakan masyarakat sebagai
pembebasan ketimbang penaklukan, apalagi penjajahan. Pasukan kaum
muslimin dapat dipandang sebagai pembebasan umat Kristen lokal di
Jerusalem yang dikuasai penguasa Kristen Romawi-Byzantium karena
dianggap tidak sesuai dengan ajaran-ajaran mereka. Kristen lokal di Aelia
tidak mengakui hasil Konsili Kalsedon, yang dihasilkan Kristen Roma-
Byzantium. Pada saat bersamaan, Kristen lokal Aelia juga membenci kaum
Yahudi dan Kuil Solomon mereka dijadikan tempat pembuangan sampah.
Perjanjian Aelia memberikan jaminan eksistensi terhadap tiga agama
dominan sebelumnya, yaitu Yahudi, Kristen lokal, Kristen Orthodox
Romawi-Byzantium, dan tentu saja ditambah dengan Islam. Melalui Piagam
Aelia, Khalifah Umar bin Khattab mendamaikan antara Kristen lokal dan
Kristen Romawi-Byzantium, minoritas Yahudi di kota Jerusalem, dan agama
Islam yang baru datang di wilayah itu. Lihat Nasaruddin Umar,
“Pembelajaran dari Piagam Aelia”, Media Indonesia, Jakarta, 23 Pebruari
2018. m.mediaindonesia.com, (diakses 22 Januari 2019). 124
Ini adalah permintaan penduduk Jerusalem, karena penduduk
Jerusalem sangat membenci orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi
membunuh tawanan Nasrani di wilayah Persia. Sampai ada riwayat yang
menyebutkan, Umar bin Khattab menjamin tidak ada Yahudi yang lewat dan
bermalam di Jerusalem.
253 pajak sesuai dengan kewajiban, maka segala apa yang ada dalam surat
perjanjian ini, merupakan janji dengan Allah, jaminan RasulNya, para
Khalifah, dan jaminan orang-orang yang beriman”.125
Umar bin
Khattab menutup surat perjanjian tersebut dengan tanda tangannya,
disaksikan oleh Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Abd al-Rahman bin
„Auf, dan Mu‟awiyah bin Abi Sufyan.
Dua hal yang tidak dapat dilupakan oleh Joserizal Jurnalis
berkaitan dengan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Pertama, karena kewajiban agama. Bagi Joserizal, agama bukan
sebagai candu dan bukan pula diazepam (obat penenang).126
Karena
itu, ajarannya harus diimplementasikan dalam realitas kehidupan.
Ketentraman hati dapat diarasakan jika amanah Allah bisa ditunaikan.
Menjadi dokter ahli bedah adalah amanah yang harus diwujudkan
untuk memberi manfaat kepada orang-orang yang membutuhkan
bantuan, seperti korban perang di Gaza Palestina. Kedua, peranan
muslim Palestina bagi Indonesia sebagai negara pertama yang
mengakui kemerdekaan Indonesia.
Dalam merealisasikan program MER-C menyangkut aksi
kemanusiaan ke Palestina, Joserizal menjalin komunikasi dengan
pihak pemerintah, sebab untuk sampai ke lokasi tujuan tidaklah
mudah, harus melalui jalur-jalur yang sudah diblokade pemerintah
Israel, sementara Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik.
Tekad dan keyakinan kuat bahwa Allah SWT akan selalu memberi
jalan bagi hambaNya yang ikhlas berbuat kebajikan, tertanam dalam
jiwa Joserizal dan para relawan MER-C. Rencana pengiriman misi
kemanusiaan ke Gaza mendapat respon positif dari pemerintah, yang
diwakili Menteri Kesehatan era Presiden Soesilo Bambang Yudoyono,
Siti Fadilah.127
Dengan dukungan pemerintah, Joserizal dan MER-C
dapat berangkat ke Palestina membawa misi kemanusiaan. Namun
posisi MER-C tetap netral, tidak berafiliasi dengan partai politik
tertentu, apalagi menjadi alat kekuasaan.
125
Dikutip dari al-Thabari dalam ‚Ta>rikh al-T{abari>‛. Lihat
Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab, Terjemahan Ali Audah, h.
288-289. 126
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
h. 23. 127
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
h. 5-7.
254 Tidak hanya ke Palestina, misi kemanusiaan MER-C juga
menembus Afganistan dan Irak. Di sini tampak jelas bahwa MER-C
merupakan organisasi kemanusiaan yang netral dan mandiri. Atas
rekomendasi dari Salim Zaid, Duta Besar Taliban di Islamabad,
Joserizal dan tim relawan MER-C dapat masuk ke Kandahar.
Rekomendasi ini yang menjadikan MER-C sebagai organisasi non
pemerintah pertama yang dapat masuk Afganistan, ketika peperangan
melanda Kandahar untuk pertama kalinya. Betapapun Taliban
seringkali disebut-sebut fanatik dengan pakaian, yakni baju-baju ala
Barat diidentikkan dengan baju kafir, namun Joserizal mampu
meyakinkan Salim Zaid untuk menjalankan misi kemanusiaan,
padahal ia ketika menghadap mengenakan kemeja dan celana blue
jeans. Joserizal menegaskan kepada Salim Zaid: “Saya dokter, saya
bawa uang, bawa obat, dan bawa tim. Saya mau ke Afganistan.
Kondisi yang darurat mungkin menjadi pertimbangan Salim Zaid
untuk tidak lagi memerhitungkan penampilan Joserizal dan timnya.128
Begitupun ketika MER-C hendak mengirimkan tim ke Irak,
Joserizal masuk ke Irak lewat pintu perbatasan Yordania. Visa masuk
ke Irak yang diurusnya di Amman bisa selesai dalam waktu lima jam,
padahal dalam keadaan permulaan perang, tidak mudah bagi suatu
negara untuk memberi izin masuk kepada orang asing dengan begitu
saja. Di kala sejumlah organisasi non pemerintah masih mengantri izin
masuk di perbatasan, MER-C berhasil melaluinya dan menjadi satu-
satunya NGO yang masuk ke Irak di masa awal perang. Dari sinilah
Joserizal meyakini bahwa dengan modal ikhlas, Allah SWT
memberikan kemudahan-kemudahan.129
Kerja keras, kerja tuntas, tawakal sebagaimana dalam QS. al-
Thalaq/65:3, serta pantang menyerah merupakan prinsip yang
dipegang teguh oleh Joserizal dan tim MER-C. Suatu ketika, Joserizal
dan tim MER-C membeli obat-obatan di Damaskus, Suriah. Pada saat
mengurus visa Suriah di Kedutaan Besar Suriah di Amman, ia
mendapat masalah. Namun dengan kegigihannya, Joserizal dengan
128
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
h. 8. 129
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
9. Sejalan dengan pernyataan QS al-Thalaq/65:2 dan 4: “... Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar
baginya”. “... Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya”.
255 anggota tim MER-C terus berusaha mengurus visa tersebut, dan
akhirnya berhasil atas bantuan Duta Besar Suriah untuk Yordania.130
Kepiawaian Joserizal dalam melakukan lobi dengan pihak-pihak yang
berwenang menunjukkan bahwa ia dapat dikatagorikan seorang da‟i
yang menguasai metode dalam berdakwah sesuai QS. al-
Nahl/16:125, yaitu: h{ikmah (mengetahui siapa obyek dakwah),
mau’z{ah al-h{asanah (pengajaran yang baik), dan muja>dalah al-ah{san
(berdialog dan berdiskusi dengan logis serta dapat diterima tanpa
menyinggung perasaan). Dinyatakan al-Qur‟an:
سثل إ أحغ ز
ثٱى ذى ج ػظخ ٱىحغخ ٱى خ عجو سثل ثٱىحن ٱدع إى
ض ث أػي زذ ثٱى أػي و ػ عجيۦ “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang terbaik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
sesat dari jalanNya, dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk”. (QS. al-Nahl/16:125).
Dalam menjalankan aksi kemanusiaan, MER-C sangat hati-
hati untuk bertindak dan menentukan wilayah aksi. Hal ini terbukti
dengan tidak adanya sejarah yang menceritakan MER-C datang ke
Suriah, meski Suriah merupakah salah satu wilayah konflik di dunia
yang menelan banyak korban. Hal ini disebabkan oleh sulitnya MER-
C melakukan negosisasi dan izin dari pemerintah. Di samping itu
konflik Suriah tidak murni konflik politik, tapi juga konflik antar
Madzhab dan gerakan-gerakan radikal. Jika MER-C tidak melalui
pemerintah secara resmi, maka ketika keluar dari Suriah, para relawan
MER-C bisa dianggap ISIS yang berimplikasi negatif bagi eksistensi
MER-C. Hal ini berbeda dengan di Gaza, meski kondisinya sangat
berbahaya, para relawan harus profesional. Dengan izin resmi dari
pemerintah, maka tim relawan MER-C dapat masuk melalui kedutaan.
Sedangkan jika hendak ke Suriah, pasti mengalami kesulitan, mau
masuk lewat mana.131
Saat ini dakwah melalui jihad profesi menjadi salah satu cara
para profesional melakukan jalan dakwah, karena kemampuan tabligh
130
Joserizal Jurnalis dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter,
h. 9-10. 131
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, tanggal 20 Desember 2018.
Pukul 12.30 WIB.
256 dan retorika tidak bisa dilakukan semua orang. Dakwah melalui jihad
profesi menjadi model baru dakwah yang membumi dan merespon
kebutuhan ummat. Jihad profesi yang dilakukan oleh tim relawan
MER-C dalam aksi kemanusiaan tergolong pada aktivitas dakwah
dalam konteks nahi munkar. Dengan memberi pertolongan kepada
para korban konflik/perang di Palestina dan korban bencana alam di
Lombok, menunjukkan sikap tegas MER-C yang menolak kezhaliman,
ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan pelanggaran hak-hak asasi
manusia.
Nahi munkar dapat diartikan dengan liberasi, yaitu mencegah
diri dari setiap tindak kejahatan yang merusak. Nahi munkar juga
berarti, pembebasan dari kebodohan, kemiskinan ataupun
penindasan.132
Pencegahan kemungkaran yang dilakukan MER-C
diwujudkan melalui jihad profesi para dokter dan tim relawan lainnya
yang membantu program organisasi dengan upaya maksimal, sehingga
korban-korban konflik dan bencana alam dapat tertolong serta
tertanggulangi. Aktivitas ini adalah bukti bahwa MER-C melakukan
pencegahan agar korban tidak bertambah banyak yang berarti
mencegah dari segala jenis kemungkaran, seperti kezhaliman,
penindasan, ketidakadilan, pelanggaran hak-hak asasi manusia,
kebodohan, kemiskinan, ketidakpedulian membantu sesama, dan
sebagainya.
D. Rahmatan Lil ‘A>lami>n sebagai Wujud Prinsip Keimanan
Misi utama ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw adalah
rah{matan lil ‘a>lami>n (rahmat bagi alam semesta).133
Kehadiran Islam
di muka bumi, untuk membawa kemaslahatan, kebaikan, dan manfaat
yang dirasakan tidak hanya oleh manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan, tetapi juga makhluk-makhluk yang tidak bernyawa. Bagi
manusia, dengan rahmat itu terpenuhilah hajat batinnya untuk meraih
ketenangan, ketenteraman, serta pengakuan atas wujud, hak, bakat dan
fitrahnya menyangkut perlindungan, bimbingan, dan pengawasan,
serta saling pengertian dan penghormatan. Bagi makhluk yang lain,
132
Kuntowijoya, Islam sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi dan
Etika, h.104. 133
QS. al-Anbiya‟/21:107.
257 terpenuhi pula haknya untuk dipelihara dan dibimbing, sehingga
mereka dapat mencapai tujuan penciptaannya.134
Achmad Siddiq,135
mengajukan tiga gagasan penting untuk
mewujudkan Islam rah{matan lil ‘a>lami>n. Pertama, ukhuwah
Islamiyah. Aspek ini memiliki persaudaraan yang berkembang atas
dasar semangat keagamaan, baik tingkat nasional maupun
internasional. Kedua, ukhuwah wathaniyah, yakni persaudaraan yang
tumbuh atas dasar semangat kebangsaan. Ketiga, ukhuwah basyariyah,
adalah persaudaraan yang tumbuh atas semangat kemanusiaan. Jika
ukhuwah Islamiyah dan wathaniyah berjalan dengan baik dan benar,
134
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Jilid 2, (Jakarta:
Lentera Hati, 2011), Cet. ke-1, h. 254. Banyak pesan Rasulullah saw yang
mengajarkan agar mengasihi binatang, dimulai dari perintah tidak
membebaninya melebihi kemampuannya sampai dengan perintah mengasah
pisau terlebih dahulu sebelum menyembelihnya. Hal ini sudah ditanamkan
oleh Rasulullah saw kepada umatnya sebelum Eropa mengenal organisasi
pencinta binatang. Rasul juga memperingatkan, ada seorang wanita masuk
neraka karena mengurung seekor kucing, tanpa memberinya makan dan tidak
pula melepaskannya mencari makan untuk dirinya, hingga akhirnya kucing
tersebut mati. Di samping larangan menyakiti binatang, Rasul mengajarkan
tentang larangan memetik bunga sebelum mekar atau buah sebelum matang,
sebab tugas manusia adalah mengantar semua makhluk menuju tujuan
penciptaannya. Bahkan benda-benda yang tidak bernyawa pun mendapat
kasih sayang beliau. Ini terlihat ketika Rasul memberi nama-nama bagi
benda-benda khusus yang dimilikinya, seperti: memberi nama dhu> alfiqa>r untuk pedangnya, dha>t al-fad{u>l untuk perisainya, al-da>j nama pelana,
tikarnya bernama al-ku>z, cerminnya al-midalla>h, gelas minumnya al-s{a>dir, tongkatnya al-mamshu>k, dan lain-lain. Perlakuan Rasulullah saw terhadap
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tidak bernyawa
menunjukkan bukti kongkret misi ajaran Islam sebagai rah{matan lil ‘a >lami>n,
yakni kasih sayang kepada semua makhluk. Dengan demikian, Islam melalui
keteladanan Rasulullah saw menekankan urgensi hubungan kasih sayang
dengan sesama manusia tanpa membedakan suku, ras, atau agama. Karena
itu, ukhuwah (persaudaraan) merupakan salah satu ajaran sentral dalam
Islam, yang secara garis besar terbagi pada tiga tingkatan, yaitu: ukhuwah Isla>miyyah, ukhuwah bashariyyah, dan ukhuwah wat{aniyyah.
135Dikenal sebagai ulama kharismatik di kalangan masyarakat
Nahdhiyin, yaitu K.H. Achmad Siddiq, Rais „Am Syuriah NU tahun 1980-an.
258 maka ukhuwah basyariyah akan terwujud, sebab inti kebertauhidan
seseorang adalah kemanusiaan.136
Istilah ukhuwah Isla>miyyah menunjukkan makna
persaudaraan antara sesama muslim di seluruh dunia tanpa melihat
perbedaan warna kulit, bahasa, suku, bangsa dan kewarganegaraan.
Yang mengikat persaudaraan itu adalah kesamaan keyakinan atau
iman kepada Allah dan RasulNya. Ikatan keimanan ini jauh lebih
kokoh dan abadi dibandingkan dengan ikatan-ikatan primordial
lainnya, bahkan jauh lebih kuat dibandingkan dengan ikatan darah
sekalipun.137
Persaudaraan seiman itu ditegaskan dalam QS. al-
H{ujura>t ayat 10:
رشح ىؼين ٱرقا ٱلل ن أخ ح فأصيحا ث إخ ؤ ب ٱى إ“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, maka
damaikanlah antara dua saudaramu (jika terjadi perselisihan), dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmatNya”
Sebelum kedatangan Islam, bangsa arab dikenal sebagai
bangsa yang terpecah belah ke dalam suku-suku, yang satu sama
lainnya tidak hanya saling bersaing dan bermusuhan, bahkan tidak
jarang terjadi peperangan. Sebelum kedatangan Rasulullah saw ke
Yatsrib (kemudian dinamai Madinah), tidak ada yang dapat
mempersatukan antara suku Aus dan Khazraj, dua suku terbesar yang
sangat berpengaruh. Kehadiran Rasulullah saw di Madinah membawa
rahmat, karena beliau tidak hanya berhasil mempersatukan suku Aus
dan Khazraj, tetapi juga berhasil mempersatukan dan
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar.
Secara normatif, ukhuwah Isla>miyyah digambarkan oleh
Rasulullah saw dalam penegasan beberapa hadis:
شذ ثؼض ثؼضب. )سا اىجخبس غي(اىؤ ىيؤ مبىجب 138
“Orang mukmin yang satu dengan orang mukmin lainnya bagaikan
sebuah bangunan yang antara bagian-bagiannya satu sama lain saling
menguatkan” (Riwayat Bukhari Muslim). Bahkan dikatakan oleh
Nabi: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling
136
Muhammad Makmun Rasyid, “Islam Rahmatan Lil Alamin
Perspektif KH. Hasyim Muzadi,” Jurnal Episteme, Vol. 11, No. 1, Juni 2016,
h. 112. 137
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LPPI, 1999), Cet. ke-
1, h. 221. 138
Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, 2002), th. No.
5594.
259 mencintai, saling menyayangi, dan saling mengasihi seperti satu
tubuh, yang apabila salah satu bagian tubuh menderita sakit, maka
seluruh anggota tubuh yang lain akan merasakan sakit pula dengan
tidak dapat tidur dan demam” (HR. Bukhari Muslim).
Setiap muslim wajib menjaga dan mewujudkan ukhuwah
Islamiyah dalam realitas kehidupan, sehingga keberadaan ukhuah
Islamiyah tidak hanya teori atau ajaran kosong yang bersifat retoris.
Dijelaskan dalam surat al-Hujurat ayat 11 dan 12 enam sikap dan
perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT yang erat kaitannya dengan
hakikat makna ukhuwah Islamiyah, antara lain: memperolok-olokan
orang lain, baik laki-laki maupun perempuan, dengan kata-kata
maupun perbuatan yang dapat menimbulkan sakit hati dan
permusuhan; mencaci orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan
dan menghina; memanggil orang lain dengan gelar-gelar yang tidak
disukai; berburuk sangka; mencari-cari kesalahan orang lain; dan
bergunjing.
Di Indonesia, konsep ukhuwah Islamiyah telah menjadi
banyak perbincangan dan terdapat konsensus yang dapat dipahami
dengan dua cara yg berbeda. Pertama, bahwa ukhwah Islamiyah
menandakan solidaritas di antara sesama muslim, karena solidaritas
membutuhkan kohesi yang kuat di antara pelaku sosial, ideologis, dan
religius.139
Kedua, ukhuwwah Islamiyah dapat menonjolkan prinsip
persaudaraan dalam Islam, yang mencerminkan persaudaraan
universal. Muslim dapat dan harus membantu orang-orang yang
membutuhkan, terlepas dari masalah agama, sosial, atau politik
mereka. Menurut Quraish Shihab, faktor penunjang lahirnya
persaudaraan dalam arti luas ataupun sempit adalah persamaan.
139
Persaudaraan antar sesama muslim disebutkan dalam QS. al-
Ahzab/33:5: “Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai) nama
bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak
mengetahui bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-
saudaramu seagama dan maula-maulamu (hamba sahaya yang sudah
dimerdekaan atau seseorang yang telah dijadikan anak angkat). Tidak ada
dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang
disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Demikian
juga diungkapkan dalam sebuah hadits: “Antum As{h{a>bi>, ikhwa>nuna> al-ladhi>na ya’tu>na ba’di >” (Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara
kami adalah yang datang sesudah (wafat)-ku. Lihat Quraish Shihab,
Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. ke-1, h. 359.
260 Semakin banyak persamaan semakin kokoh pula persaudaraan.
Persamaan dalam rasa dan cita merupakan faktor yang sangat
dominan, yang mendahului lahirnya persaudaraan hakiki, dan pada
akhirnya menjadikan seorang saudara merasakan derita saudaranya.140
Pada umumnya, interpretasi yang pertama lebih dominan
dibandingkan yang kedua terutama dalam situasi ketika muslim
menjadi korban konflik. Penting untuk ditekankan bahwa kenyataanya
konsep persaudaraan, kesatuan komunal dan solidaritas sering
bercampur, karena inspirasi spiritual yang lebih mendasar dalam
memberikan praktik dalam Islam adalah lebih dekat dengan Tuhan
(taqwa). Oleh karena itu, berbagai kelompok dapat terlibat dalam
kegiatan sosial yang berorientasi spiritual. Terlepas dari orientasi
agama dan politik mereka. Sejalan dengan ini, gagasan yang tercatat
di dalam al-Qur'an mengenai berbuat baik merujuk kepada prinsip-
prinsip menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dapat
menjadi pertimbangan. Melakukan kebaikan dan mencegah
kemungkaran adalah prinsip-prinsip yang sudah digunakan untuk
mendukung perintah sosial dan aktifitas dakwah masyarakat muslim.
Pada konteks ukhwah islamiyyah, MER-C dengan penuh rasa cinta
membantu rakyat Gaza-Palestina dalam berbagai kebencanaan yang
diakibatkan oleh konflik kemanusiaan. Masyarakat Gaza yang
mayoritas beragama Islam tentu saja merupakan faktor penting yang
memotivasi MER-C melakukan aksi kemanusiaan di sana.141
Dalam kehidupan sosial politik Palestina, MER-C nampaknya
terinspirasi oleh Hamas yang telah banyak membantu korban perang
dengan Israel, meski memang MER-C tidak terlibat langsung dalam
140
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…, h. 359.
Ditegaskan al-Qur‟an: “Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati
kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada
mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya
sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya
dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. al-
Hashr/59:9). 141
Lihat kembali Joserizal dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang
Dokter, (Jakarta: Qanita, 2011), Cet. ke-2. Sepanjang Prolognya, Joserizal
tidak henti-hentinya menyebut Hamas dalam setiap ia memulai menceritakan
peristiwa-peristiwa dahsyat di Gaza-Palestina.
261 perlawanan Israel. E. Robinson bahkan menganggap Hamas sebagai
sebuah gerakan sosial.142
Selama Intifadah berlangsung, Hamas telah
memberikan kontribusi besar dalam peningkatan kondisi sosial dan
keagamaan masyarakat, peningkatan infrastruktur di bidang
pendidikan di Jalur Gaza dan West Bank (Tepi Barat). Gerakan
Hamas sangat popular dengan amal untuk kemanusiaan. Bagi
masyarakat Palestina di Jalur Gaza dan West Bank, Hamas merupakan
gerakan Sosial penyelamat karena ideologi dan solidaritasnya yang
tinggi terhadap bangsa Palestina.143
Adapun ukhuwah basyariyah dapat diartikan persaudaraan
yang dibina atas dasar kemanusiaan. Secara harfiah, kata basyariyah
berakar dari kata basyar yang berarti manusia. Al-Qur‟an menyatakan
bahwa semua manusia berasal dari satu keturunan, yaitu Adam dan
Hawa. Dengan demikian, semua manusia adalah bersaudara, karena
mereka memiliki asal-usul yang sama. Dijelaskan QS al-Nisa‟/4:1:
ب ٱىبط ٱرقا سثن أ ب سجبل مثشا ثث ب ج ب ص خيق حذح فظ ٱىز خيقن
سقجب ن ػي مب ٱلل إ ٱلسحب ثۦ ٱىز رغبءى ٱرقا ٱلل غبء
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah)
menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya
Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling
meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasimu”.
Mayoritas ulama memahami “min nafsin wa>h{idah‛ dalam QS.
al-Nisa’/4:1 dengan arti ‚Adam‛, sedangkan kata zaujaha> diartikan
istri Adam yang populer dengan nama Hawa. Muhammad Abduh,144
al-Qasimi, dan beberapa ulama kontemporer lainnya memahami min nafsin wa>h{idah dalam arti “jenis manusia laki-laki dan perempuan”,
142
Glenn E. Robinson, “Hamas as Social Movement”, dalam
Quintan Wiktorowiez, Islamic Activism: A Social Movement Theory
Approach, (Indiana: Indiana University Press, 2004), h. 122. 143
Kha>lid al-H{uru>b, Hama>s: al-Fikr wa al-Muma>rasah, (Beirut:
Mu’assasah al-Dira>sa>t al-Filist{i>niyyah, 1999), h. 47. 144
Pandangan Muhammad Abduh tentang makna “min nafsin w>ah{idah” diungkapkan oleh muridnya, Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-
Manar, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 2011), Jilid 4, Cet. ke-3, h. 263-
265.
262 sehingga QS. al-Nisa‟/4:1 sama dengan firman Allah dalam QS al-
Hujurat/49:13 yang berbicara tentang asal kejadian manusia, yakni
berasal dari seorang ayah dan ibu. Penekanan ayat ini pada persamaan
hakikat kemanusiaan orang perorang, karena setiap orang walau
berbeda-beda ayah dan ibunya, tetapi unsur dan proses kejadian
mereka sama. Sedangkan QS. al-Nisa‟/4:1 menjelaskan kesatuan dan
kesamaan orang perorang dari segi hakikat kemanusiaan, namun
konteksnya untuk menjelaskan berkembangbiaknya mereka dari
seorang ayah, yakni Adam, dan seorang ibu, yakni Hawa.145
Ini
menunjukkan bahwa seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena
mereka berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah saw bersabda:
ما ػجبد هللا إخاب )سا اىجخبس غي ػ أث ششح(
“Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (Riwayat Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah).
QS. al-Hujurat/:13 menjelaskan, bahwa Allah SWT
menciptakan manusia dalam keadaan yang berbeda, baik suku,
bangsa, budaya, adat istiadat, bahkan agama. Akan tetapi, Allah tidak
bermaksud menjadikan perbedaan tersebut sebagai penyebab
timbulnya pertikaian apalagi permusuhan. Sebaliknya, diciptakannya
perbedaan supaya mereka saling mengenal, menyayangi, dan
mencintai. Walaupun bangsa Arab adalah bangsa yang sangat
menghargai garis keturunan dan mengenal berbagai strata, Akan
tetapi, secara hakikat penciptaan manusia itu sama seluruhnya. Tidak
ada perbedaan satu bangsa dengan bangsa lain, tidak juga dikarenakan
suku, ras, dan warna kulit.
Rasulullah saw menegaskan:
ج ل ب أب اىبط أل إ سثن احذ مين د آد رشاة ل فضو ىؼشث ػي أػ
.ىؼج ػي ػشث ل لحش ػي أثض ل ل ثض ػي أحش إل ثبىزق“Wahai manusia, Tuhan kamu adalah Tuhan yang Esa, ayah kamu
satu berasal dari Adam dan Hawa yang berasal dari tanah. Tidak ada
keutamaan orang Arab dengan yang bukan Arab, orang berkulit merah
dan hitam, kecuali karena takwanya” (Riwayat Ahmad).
Yang dimaksud manusia adalah “sama” ialah sama-sama
makhluk Allah SWT yang secara fitrah adalah makhluk beragama.
Selain itu, manusia juga merupakan makhluk sosial yang mencintai
kebersamaan dan membenci pertikaian apalagi permusuhan. Para
145
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati,
2000), Cet. ke-1, Vol. 2, h. 314.
263 sosiolog menegaskan bahwa strata kehidupan dalam masyarakat akan
menimbulkan rasa persaingan (competition) dan perjuangan untuk
bertahan (struggle for exsistence). Keduanya merupakan konsepsi-
konsepsi dasar dalam pendekatan ekologis. Selain sebagai makhluk
sosial, manusia juga merupakan makhluk yang berketuhanan. Secara
fitrah setiap manusia membutuhkan agama sebagai pengatur
hidupnya. Oleh karena itu, Rasulullah saw memfungsikan agama
sebagai wadah pemersatu. ia memperlihatkan hubungan yang jelas
antara agama dan persamaan derajat. Agama merupakan fasilitator dan
dinamisator yang menjembatani perbedaan.146
Sedangkan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan setanah air)
dibangun oleh Rasulullah saw dengan ikatan kebersamaan. Setelah
Rasulullah saw tidak dapat membentuk basis Islam yang tangguh di
Mekkah, kemudian beliau mengalihkan perhatiannya ke Madinah
dengan motivasi undangan penduduk Madinah dari bani Aus dan
Khazraj. Melalui perjanjian al-‘Aqabah I dan II147
sebelumnya, pada
tanggal 12 Rabi‟ul Awal 1 H/24 September 622 M, Rasulullah saw
bersama Abu Bakar tiba di Madinah yang waktu itu bernama Yatsrib,
yaitu suatu kota yang terletak kira-kira 270 mil sebelah utara Mekkah,
dan berada pada ketinggian 2050 kaki di atas permukaan laut.148
Di Madinahlah Rasulullah saw mulai memberikan perhatian
yang serius untuk menciptakan suatu organ yang dapat diterima oleh
semua pihak dalam menangani segala urusan yang ada di kota itu.
Menarik untuk dicatat, bahwa masyarakat Madinah adalah prularistik
sifatnya baik dari segi ras maupun agama. Di sana terdapat campuran
ras Yahudi, Arab pengelana, terutama yang termasuk ke dalam dua
suku Aus dan Khazraj, serta kaum muslimin emigran dari
Mekkah.149
Untuk menyatukan karakteristik masyarakat Madinah yang
146
Azhar, “Sejarah Dakwah Nabi Muhammad pada Masyarakat
Madinah: Analisis Model Dakwah Ukhuah Basyariah dan Ukhuah
Wathaniyah,” Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol. 1, No. 2, 2017, h. 270. 147
Perjanjian al-Aqabah adalah “perjanjian antara Rasulullah saw
dengan delegasi penduduk Madinah yang telah memilih beliau sebagai
pemimpin politik dan keagamaan”. Lihat Muhammad Tahir Azhary, Negara
Hukum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet. ke-1, h. 12. 148
Madjid Ali Khan, Muhammad The Final Messenger, (New Delhi:
Iradah-i Adabiyat-i Delhi, 1980), h. 105. 149
Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan, (Yogyakarta: LKIS,
1993), Cet. ke-1, h. 19.
264 heterogen, Rasulullah saw membuat konstitusi berdasarkan konsensus
dari berbagai kelompok dan suku. Konsensus yang disusun oleh
Rasulullah saw itu dikenal dengan Piagam Madinah atau Sahifah,
yakni Undang-Undang Dasar yang mengikat anggota masyarakat
Madinah dengan perjanjian. Karenanya, masyarakat Madinah sering
disebut dengan “masyarakat Sahifah”.150
Pembentukan masyarakat politik di Madinah lebih
mencerminkan nilai-nilai demokratis, sebab wewenang atau
kekuasaan tidak memusat pada tangan satu orang seperti pada sistem
diktatorial, melainkan kepada orang banyak melalui musyawarah dan
kehidupan berkonstitusi, yaitu sumber wewenang dan kekuasaan tidak
terletak pada keinginan dan keputusan pribadi, tetapi pada suatu
dokumen tertulis yang prinsip-prinsipnya disepakati bersama. Dari
sini tergambar bahwa di dalam Piagam Madinah termuat prinsip-
prinsip dan kaidah-kaidah kenegaraan serta nilai-nilai kemanusiaan
yang sebelumnya tidak pernah dikenal umat manusia.151
Piagam Madinah merupakan basic political principles
(prinsip-prinsip dasar politik) dalam menghadapi kemajemukan
masyarakat Madinah.152
Pembentukan masyarakat politik di bawah
Piagam Madinah adalah ide pokok Rasulullah saw dalam
mengimplementasikan tatanan sosial politik yang mengenal
pendelegasian wewenang, yaitu adanya tatanan sosial dan politik yang
diperintah tidak oleh kemauan pribadi, melainkan secara bersama-
sama; tidak oleh prinsip-prinsip ad hoc153
yang dapat berubah-ubah
sejalan dengan kehendak pemimpin. Namun di sini diperintah oleh
prinsip-prinsip yang dilembagakan dalam dokumen konsensus dasar
semua anggota masyarakat, yaitu wujud konstitusi.
150
Barakat Ahmad, Muhammad and The Jews, A Re-Examination,
(New Delhi: 1979), h. 39. 151
Nurcholis Madjid, “Agama Dan Negara Dalam Islam Telaah Atas
Fiqh Siyasy Sunni” dalam Budhy Munawar-Rahman (Ed.), Kontekstualisasi
Doktrin Islam Dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1994), Cet. ke-1, h. 590. 152
Hendro Prasetyo, “Pancasila as an Islamic Ideology For
Indonesian Muslim,” Studi Islamika, I, 1, (April-June, 1994), h. 202-203. 153
Ad hoc ialah “panitia penyelidik terhadap suatu bagian yang
menjadi kepentingan dan tujuan akhir; format khusus yang menangani
masalah-masalah dengan segera untuk dicarikan solusinya. Lihat A Merriam-
Webster, Webstrer’s Ninth New Collegiate Dictionary, (U.S.A. Merriam-
Webster Inc., 1984), h. 56.
265 Dokumen Piagam Madinah yang dikeluarkan pada awal
dekade ketiga abad ke-7 M, secara eksplisit telah mengenalkan ide-ide
politik yang sangat revolusioner dan etis terhadap masyarakat
Madinah saat itu, sehingga mendukung inisiatif Rasulullah saw untuk
membangun basis bagi berlakunya prinsip hidup berdampingan secara
damai (co-existence). Ini bukti bahwa Rasulullah saw memiliki
semangat nasionalisme yang ditanamkan dalam persaudaraan setanah
air (ukhuwah wathaniyah). Heterogenitas masyarakat Madinah waktu
itu (ras, suku, dan agama) dipersatukan di bawah kepemimpinan
Rasul.
Dikeluarkannya Piagam Madinah jelas memiliki tujuan
strategis, yaitu mewujudkan suatu keserasian politik dengan
mengembangkan toleransi sosio-religius dan kultur seluas-luasnya.
Munculnya Piagam Madinah dalam membentuk masyarakat politik,
adalah gerakan revolusi terhadap kondisi sosial di Madinah.
Dikatakan revolusioner, karena semua penduduk Madinah bersama
para emigran Mekkah dikatagorikan sebagai satu umat berhadapan
dengan manusia lain (ummatan wa>h{idah min du>ni al-na>s).154
Masyarakat Madinah, walaupun beragam dalam segala hal, namun
mereka adalah umat yang satu. Kaum Yahudi menjadi satu ummah
dengan kaum muslimin di bawah Piagam Madinah. Rasulullah saw
telah menyusun suatu persetujuan untuk mendapatkan ketetapan-
ketetapan yang disepakati bersama, bukan mendirikan sebuah negara
teologis. Dalam hal ini, semua kelompok agama dan kelompok suku
diberikan otonomi penuh untuk memelihara tradisi serta kebiasaan
mereka masing-masing.
Dengan demikian, dalam masalah politik dan pemerintahan,
Rasulullah saw tidak menggunakan otoritas teologis. Piagam Madinah
adalah pembumian ajaran al-Qur‟an di bidang sosio-kultural dan
sosio-politik agar bergumul dengan realitas kehidupan yang dilandasi
oleh nilai-nilai Islam. Dokumen Piagam Madinah telah memberikan
dua landasan. Pertama, menjamin otonomi bagi kelompok yang
beragam, kebebasan untuk memeluk agama dan melaksanakan adat
istiadat, tradisi, serta persamaan hak bagi semua orang. Kedua,
menekankan pada sisi demokrasi dan konsensus, bukan pada
pemaksaan kehendak. Masyarakat Islam dapat dikatakan sebagai
masyarakat akidah dan ideologi, yaitu masyarakat yang menjadikan
154
Ahmad Syafi‟i Ma‟arif, “Piagam Madinah dan Konvergensi
Sosial,” Pesantren, III, 3 (1986), h. 18.
266 Islam sebagai konsep hidupnya, konstitusi pemerintahannya, sumber
hukumnya serta penentu arahnya di dalam semua urusan kehidupan
dan hubungan-hubungannya secara individual dan komunal, material
dan spiritual, serta nasional dan internasional. Namun demikian,
masyarakat Islam tidak boleh memvonis mati unsur lain yang
kebetulan memeluk agama lain.155
Di bawah kepemimpinan Rasulullah saw, umat Islam di
Madinah telah mengimplementasikan tiga prinsip dasar yang relevan
dengan petunjuk al-Qur‟an. Pertama, prinsip keadilan, yaitu
melakukan sesuatu sesuai dengan tempatnya, obyektif, dan tidak berat
sebelah. Umat Islam diperintahkan menjalin hubungan dengan
masyarakat yang non muslim tanpa melihat label agama, sehingga
berbagai kasus yang terjadi senantiasa ditangani dengan hukum
keadilan.156
Misalnya kasus pencurian yang dilakukan Fatimah binti
Abi al-Asad (seorang anak pembesar) dari kepala suku. Demi
keadilan, Rasulullah saw menetapkan hukuman sesuai dengan
perbuatan yang telah dilakukan oleh pelaku.
Kedua, prinsip egalitarian, yaitu persamaan hak di antara
masyarakat yang beragama Islam dan non muslim di dalam kehidupan
sosial. Umat Islam di Madinah tidak membedakan dan merasa lebih di
kalangan mereka, sehingga sikap toleransi dan gotong-royong
tertanam pada jiwa mereka. Penanaman sikap toleransi ini bertujuan
agar umat Islam dapat hidup berdampingan dengan sesamanya yang
memeluk agama lain. Bahkan Rasulullah saw menegaskan:
“Barangsiapa mengganggu seorang dzimmi,157
berarti akulah
lawannya, dan barangsiapa yang menjadi lawanku, pasti ia akan
dikalahkan di hari kiamat kelak” (HR. Abu Daud dan al-Baihaqi).
155
Yusuf Qardhawi, Minoritas Non Muslim, (Bandung: Mizan,
1985), Cet. ke-1, h. 14-15. 156
Dinyatakan dalam QS al-Maidah/5:8: “Wahai orang-orang yang
beriman, jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika)
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena (adil) itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan”. 157
Dzimmi ialah “orang yang tidak beragama Islam dan bernaung di
bawah pemerintahan Islam”. Lihat Muhammad Tahir Azhary, Negara
Hukum, h. 122.
267 Ketiga, prinsip kebebasan. Prinsip ini sangat sentral di dalam
ajaran Islam, sebab secara esensial Islam mengandung arti liberalition
(bebas), berarti bebas dari kenistaan dan kejahatan, sehingga mampu
merekonstruksi sekaligus memberikan alternatif terhadap masyarakat
berlandaskan nilai-nilai tauhid. Umat Islam memberikan kebebasan
terhadap kaum Yahudi dan Paganis untuk memeluk agama dan
kepercayaannya masing-masing, sebab jika mereka berpikir dengan
akal sehat, niscaya akan dapat membedakan mana agama yang benar
dan mana agama yang keliru sebagaimana dalam QS. al-
Baqarah/2:256.
Sikap umat Islam di Madinah dengan berpegang kepada
prinsip kebebasan, adalah karena komitmen terhadap Piagam Madinah
yang menggariskan: “Bagi orang Yahudi, agama mereka dan bagi
kaum muslimin agama mereka pula”.158
Rumusan ini yang terdiri dari
47 butir perjanjian tertulis, merupakan suatu pengakuan eksistensi
agama lain, yakni bebas menganut agama serta kepercayaan masing-
masing. Piagam Madinah telah memberikan landasan yang menjamin
otonomi bagi kelompok yang beragama, yaitu kebebasan untuk
memeluk dan melaksanakan suatu agama, serta persamaan hak bagi
semua orang. Karena itu, seluruh masyarakat Madinah mememiliki
status hukum yang sama, baik kelompok mayoritas maupun minoritas.
Dalam konteks dakwah, membangun ukhuwah wathaniyah
ialah menyampaikan Islam dengan menanamkan rasa cinta terhadap
tanah air. Rasa mencintai dan memiliki (sense of belonging ) tanah air
merupakan hal yang penting untuk menciptakan suasana yang
kondusif di suatu Negara. Dalam hal ini, Rasulullah saw telah
mencontohkan bahwa ajaran Islam tidak hanya berorientasi pada hal-
hal ukhrawi, melainkan juga pada aspek duniawi sebagaimana dalam
QS. al-Qashas/28:77. Sebagaimana yang terjadi pada masyarakat
Madinah, Rasulullah saw berhasil menyatukan mereka dalam ikatan
persaudaraan, namun belum mencapai pada tingkatan sense of
belonging tanah air (Madinah). 159
Dalam konteks ukhuah wathaniyyah atau persaudaraan
setanah air bahkan mungkin juga sesama manusia (ukhwah
158
Pasal 25 Piagam Madinah. Lihat W. Montgomery Watt, Politik
Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: P3M, 1988), Cet. ke-1, h. 198. 159
Azhar, “Sejarah Dakwah Nabi Muhammad saw pada Masyarakat
Madinah: Analisis Model Dakwah Ukhuah Basyariah dan Ukhuawah
Wathaniyah,” Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol. 1, No. 2, 2017, h. 264.
268 basyariyah), aksi-aksi kemanusiaan MER-C terlihat di dalam negeri
khususnya di wilayah-wilayah rawan konflik seperti di Ambon dan
Aceh. Dalam kasus Ambon dan Aceh, MER-C menggunakan starategi
jejaring dan kerjasama dengan pemerintah, sebab tanpa itu tiga prinsip
ukhwah tidak mungkin bisa bersinergi dan berintegrasi dengan baik.
Ketika ada konflik Ambon, MER-C membangun jejaring, baik dengan
TNI, Polisi, Laskar Jihad, begitu pula dengan CSIS. Tetapi dengan
CSIS MER-C hanya sebatas mengenal orang-orang dalam forum-
forum tertentu. sampai ke luar negeri, seperti ke Malaysia dan
Pilipina. Itu ketika konflik Ambon.160
Ketika konflik GAM, MER-C
juga membangun jejaring, baik dengan pihak TNI maupun dengan
GAM yang saat itu panglimanya ialah Ishak Daud. Sampai ketika
pihak GAM ini mengalami kondisi yang neglegted (terabaikan) atau
veurnerable (terancam), maka MER-C datang menolong.161
Dalam kaitannya dengan dunia medis, MER-C berupaya
bersikap netral pada saat menangani pasien. Misalnya, ketika terjadi
konflik antara kelompok Muslim dan non Muslim, dan kemudian ada
salah seorang pasien yang non Muslim datang kepada kami untuk
berobat, maka kami harus tetap melayaninya secara profesional.
Ketika pasien Non Muslim misalnya mengalami luka, maka kami
harus tetap menyuntiknya dengan dibius terlebih dahulu agar tidak
merasakan kesakitan. Inilah yang kami maksud dengan netral.
Artinya, jangan karena yang bersangkutan beragama non Muslim,
lantas kami langsung menyuntiknya tanpa dibius terlebih dahulu agar
ia merasakan kesakitan. Ini yang tentu saja kami hindari. Dengan etika
seperti ini, diharapkan dapat membangun citra Islam yang positif
sebagai agama yang ramah di mata pasien tersebut.162
Implementasi
MER-C yang seperti ini adalah dalam rangka menjaga ukhwah
wathaniyyah dan ukhwah basyariyyah sekaligus.
Ada beberapa alasan yang akhirnya menjadikan Rasulullah
saw memilih ukhuwah wathaniyah sebagai salah satu strategi
dakwahnya di Madinah. Pertama, terkait perbedaan rasa cinta dan
160
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib di Sekretariat MER-C,
Jakarta Pusat, tanggal 20 Desember 2018, pukul 12.20 WIB. 161
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, Sp.PD, tanggal 20
Desember 2018, di Sekretariat MER-C, Jakarta Pusat, pukul 12.20 WIB. 162
Wawancara dengan dr. Hadiki HabibSp.PD, tanggal 20 Desember
2018, di Sekretariat MER-C, Jakarta Pusat, pukul 12.20 WIB.
269 memiliki Madinah yang terjadi di antara kaum Anshar dan Muhajirin.
Kaum Anshar merupakan etnis asli yang berasal dari Madinah.
Dengan demikian, sense of belonging kaum Anshar terhadap Madinah
lebih besar dibandingkan dengan kaum Muhajirin yang berasal dari
Mekkah. Kedua, datang dari pihak eksternal muslim yang ada di
Madinah, yaitu kaum Yahudi. Sebagai penduduk asli Madinah,
kehadiran dan eksistensi muslim di Madinah menyebabkan eksistensi
kaum Yahudi dalam hal politik dan wilayah kekuasaan semakin
menyempit dan terbatas. Ketiga, adalah dampak dari menyempitnya
eksistensi kaum Yahudi. Mereka segera melakukan gerakan-gerakan
guna menghalangi gerakan dakwah Rasululah saw di Madinah.
Keempat, bukti nyata dari gerakan yang dilancarkan oleh Yahudi
untuk menghalangi dakwah Rasulullah saw. Mereka membangkitkan
semangat kesukuan (shu’u>biyyah) di kalangan bangsa Arab Madinah
yang bertujuan untuk memecah belah persatuan di antara umat Islam
di Madinah. Dalam hal ini mereka menggunakan isu-isu permusuhan
antara kaum Anshar dan Muhajirin yang sebenarnya telah mampu
diredam oleh Rasulullah saw.163
Kelima, ancaman dan serangan yang
berasal dari kaum Kafir Quraisy yang ada di Mekkah. Mereka
mengganggu umat Islam di Mekkah untuk mengganggu ketenangan
umat Islam di Madinah yang akhirnya akan berimbas pada
terganggunya stabilitas kota Madinah. Menghadapi realitas seperti itu,
Rasulullah saw merespon dengan menyusun langkah-langkah strategis
untuk memupuk ukhuwah wathaniyah masyarakat Islam di Madinah.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan Rasululah saw adalah:
memberikan penjelasan tentang urgensi cinta tanah air, melakukan
163
QS. Ali Imran/3:103. Diriwayatkan oleh Ibn Ishaq dan Abu al-
Syaikh, yang bersumber dari Zaid bin Aslam bahwa seorang Yahudi yang
bernama Syas bin Qais lewat di hadapan kaum Aus dan Khajraj yang sedang
bercakap-cakap dengan riang gembira. Ia merasa benci dengan keintiman
mereka, padahal asalnya bermusuhan. Ia menyuruh anak buahnya untuk ikut
serta bercakap-cakap dengan mereka. Mulailah kaum Aus dan Khajraj
berselisih dan menyobongkan kegagahan masing-masing, sehingga tampillah
Aus bin Qaizhi dari golongan Aus dan Jabbar bin Shakhr dari golongan
Khajraj saling mencaci, sehingga menimbulkan amarah kedua belah pihak,
yang menyulut keduanya untuk berperang. Berita ini sampai kepada
Rasulullah saw, dan Rasul pun datang mendamaikan mereka. Lalu turunlah
QS. Ali Imran ayat 103.
270 latihan ketangkasan dan bela diri, memanah dan mengunggang kuda,
serta melakukan berbagai ekspedisi.164
Ukhwah Islamiyah, ukhwah basyariah, dan ukhwah
wathaniyah menjadi bagian yang integral dalam landasan organisasi
MER-C, karena kebersamaan dan kekeluargaan sangat ditekankan.
Kekuatan utama MER-C bukan pada dana, tetapi lebih pada sumber
daya manusia (SDM) dan networking. Pada awal berdirinya, MER-C
banyak membangun networking, sehingga ketika ada program, tim
relawan MER-C banyak melakukan silaturrahmi ke berbagai media
dan lembaga lain, apalagi jika programnya di luar negeri. MER-C
membangun jejaring dengan berbagai lembaga, termasuk juga
Kemenlu, Kemenkes, dan lembaga-lembaga yang terkait dengan
bidang kerja MER-C. Selain itu, MER-C juga sesekali
mensosialisasikan program-programnya ke masjid-masjid besar.165
Konsep kemanusiaan secara universal itu berarti, Islam sudah
menyatakan prinsip rah{matan lil ‘a>lami>n. Jika melihat sejarah masa
lalu, bagaimana misalnya seorang Salahuddin Ayyubi ketika
musuhnya sakit diobati dan ketika masuk Yarusalem tidak dendam.
Hal itu sebagai bukti bahwa Islam memiliki nilai-nilai kemanusiaan
universal berkeadilan. Meski demikian, MER-C dalam aksi
kemanusiaannya tidak boleh mendakwahi orang yang ditolong,
misalnya memberi al-Quran, sembako dan lain-lain. Pengobatan
MER-C dalam aksi kemanunisaannya hanya boleh menjelaskan bahwa
MER-C adalah institusi yang mewadahi aksi kemanusiaan dan
berasaskan Islam, yang siap menolong siapa saja. Ini menunjukkan
aktualisasi teologis (keimanan) yang terjelma dalam rahmatan lil
‘alamin, sehingga manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh komunitas
kaum muslimin semata, melainkan segenap umat manusia.
MER-C tidak boleh mendoktrin objek aksi kemanusiaannya.
Biarkan mereka mengerti sendiri bagaimana orang Islam melakukan
kegiatan kemanusiaan.166
Bahkan kode etik dakwah juga melarang hal
yang demikian, kecuali objek dakwah secara pribadi ingin mengetahui
164
Azhar, “Sejarah Dakwah Nabi Muhammad saw pada Masyarakat
Madinah: Analisis Model Dakwah Ukhuah Basyariah dan Ukhuawah
Wathaniyah,” Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol. 1, No. 2, 2017, h. 264. 165
Wawancara dengan Rima, Manajer Operasional MER-C, tanggal
6 September 2018. 166
Wawancara dengan dr. Joserizal Jurnalis, di Rumah Sakit Siaga,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Tanggal 29 Juni 2016, Pukul 11.30 WIB.
271 Islam secara utuh. Jika kondisinya demikian, MER-C harus
menjelaskan Islam dengan baik. MER-C mempriortaskan yang paling
membutuhkan dan tidak boleh meilihat dari latar belakang suku,
agama, partai, negara, madzab sebagaimana prinsipnya rahmatan lil
alamin, kasih sayang untuk seluruh alam.
273
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang dakwah
berbasis kemanusiaan organisasi MER-C di Gaza dan Lombok,
dengan menggunakan analisis berdasarkan teori dakwah keumatan Ali
Shari’ati dan Sayyid Quthb, maka disertasi ini menyimpulkan bahwa
aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh MER-C merupakan aktivitas
dakwah. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas MER-C yang sejalan
dengan prinsip da’wah ila> al-khair yang juga sejalan dengan prinsip
kemanusiaan universal (humanitarian prinsiples), yakni melakukan aksi kemanusiaan yang realisasinya melahirkan maslahat dan manfaat
bagi umat manusia. Hal ini mengacu pada beberapa temuan dalam
penelitian ini yakni;
Pemilihan Gaza dan Lombok sebagai obyek aksi dakwah
kemanusiaan MER-C, memiliki distingsi yang khas. Gaza dengan
karakter konflik kemanusiaan dan Lombok dengan karakter bencana
alam menjadi dua varian yang menarik bagi MER-C dalam melakukan
aksi kemanusiaannya. Pemberitaan mengenai penderitaan penduduk
Palestina di Gaza akibat konflik dengan Israel, menghiasi berbagai
media, hal ini menyebabkan mayoritas rakyat Indonesia tergerak
untuk membantu rakyat Palestina atas nama kemanusiaan dan sebagai
dukungan moril. Organisasi MER-C mewakili rakyat Indonesia
memfasilitasi dan menyalurkan bantuan dari rakyat Indonesia. Aksi
kemanusiaan MER-C untuk Gaza Palestina dimulai pada tahun 2009,
setelah itu secara kontinyu MER-C melakukan aksi kemanusiaan
untuk Gaza-Palestina. Yang paling puncak adalah pada tahun 2011.
MER-C dengan segala kekuatan mewujudkan misinya dengan
membangun Rumah Sakit Indonesia untuk Gaza. Pembangunan
Rumah Sakit Indonesia berlangsung selama 4 tahun yang berakhir
pada tahun 2014. Kondisi keamanan Palestina yang tidak stabil dan
kerap menjadi sasaran serangan Israel, menjadi hambatan para
lembaga kemanusiaan dari luar tidak terkecuali para relawan MER-C
saat ingin melakukan aksi kemanusiaan di Gaza. Sedangkan Lombok
sebagai objek aksi kemanusiaan MER-C, karena musibah Lombok
memiliki skala yang besar. Aksi kemanusiaan MER-C ke Lombok
murni karena bencana, bukan karena masyarakat Lombok mayoritas
Muslim. Salah satu alasannya adalah karena wilayah tersebut
274 membutuhkan program rehabilitasi, sebab kini di MER-C sudah ada
divisi konstruksi yang ikut serta dalam program rehabilitasi. Karena
luasnya jangkauan gempa dan banyaknya korban yang membutuhkan
bantuan, MER-C menetapkan Pulau Lombok sebagai wilayah misi
kemanusiaan jangka panjang. Karakter Lombok, khususnya wilayah
Kayangan Lombok Utara, diantaranya adalah sumber air yang sulit
karena tertimbun longsor akibat gempa. Begitu pula dalam hal
komunikasi relawan MER-C mengalami hambatan karena
karakteristik masyarakat Lombok memiliki khas kesukuan. Demikian
juga, sikap apatis masyarakat Lombok mempengaruhi cara mereka
merespon kehadiran para relawan yang berasal dari luar daerah
mereka.
MER-C bukanlah satu-satunya lembaga NGO di Indonesia,
akan tetapi di antara lembaga dan NGO yang lain, MER-C memiliki
karakteristik tersendiri. MER-C secara umum memiliki dua misi
kegiatan, Humanitarian Aid dan Humanitarian Politic. Pada konteks
Humanitarian Aid, MER-C membantu dan melakukan pertolongan
pada orang-orang yang sangat teraniaya, terluka dan terlupakan.
Artinya MER-C mencari celah dan lahan misi kemanusiaan yang
kosong dan belum ditanggapi oleh lembaga NGO lain. MER-C
merupakan lembaga kemanusiaan yang tidak secara eksplisit
menyebut dirinya sebagai lembaga dakwah, akan tetapi dalam setiap
aksinya menggambarkan aktivitas dakwah, karena tujuan utamanya
adalah membantu korban akibat konflik dan bencana alam di mana
saja dan siapa saja tanpa melihat perbedaan suku, ras maupun agama.
Aktivitas MER-C lebih mencerminkan kesalehan sosial yang terwujud
dalam bukti nyata sehingga dapat dirasakan efeknya bagi umat
manusia. Prinsip dakwah pada aksi kemanusiaan organisasi MER-C di
Gaza dan Lombok, dapat digambarkan melalui empat prinsip yakni;
1). Prinsip kemanusiaan universal sebagai perwujudan ukhrijat Li al-
nas, 2). Amar ma’ruf dalam aksi kemanusiaan MER-C, 3). Nahy
munkar melalui jihad profesi, 4). Rahmatan lil ‘a>lami>n sebagai wujud
prinsip keimanan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang ada, ada beberapa implikasi dan saran-
saran dari hasil penelitian ini, sebagai berikut.
1. Mengingat berbagai macam masalah yang muncul pasca bencana
selain kesehatan, terutama masalah trauma pasca bencana,
275
hendaknya MER-C menambah rekrutmen relawan yang
berhubungan dengan masalah psikhis dan mental, seperti
psikolog dan agamawan atau Dai untuk menangani masalah
trauma mental dan psikologis.
2. Membuka program bersama dengan perguruan tinggi Islam untuk
berbagi pengetahuan mengenai kebencanaan agar muncul kader-
kader muslim dari perguruan tinggi yang memiliki disaster
awareness dan conflick awareness, sehingga mereka dapat
mempraktekan ilmunya di lapangan.
3. Meningkatkan publikasi dengan menggandeng media dalam
sosialisasi program, penggalangan dana maupun rekrutmen
relawan agar tidak terkesan ekslusif.
4. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang lembaga kemanusiaan
ditinjau dari perpektif agama daripada sekedar penelitian tentang
program dan aktifitas, karena nilai-nilai religius seringkali
menjadi dasar seseorang untuk bergabung dalam aksi
kemanusiaan.
5. Pentingnya meningkatkan manajemen dokumen tentang misi-
misi yang dilakukan MER-C, seperti dokumen alur kegiatan
dalam setiap misi dan dokumen tentang laporan penelitian-
penelitian tentang MER-C yang pernah dilakukan agar ketika ada
lembaga, mahasiswa atau individu yang akan melakukan
penelitian dapat menjadikan laporan penelitian terdahulu sebagai
bahan acuan penelitian.
6. Menerbitkan buku saku tentang komunikasi Islam dan semangat
kemanusiaan, mengingat MER-C adalah organisasi kemanusiaan
yang berazaskan Islam dan memiliki prinsip rah{matan lil ‘a<lami>n. Buku saku akan dapat dijadikan pegangan bagi para
mahasiswa atau individu yang konsen tentang masalah
kemanusiaan.
C. Rekomendasi
Rekomendasi penelitian ini adalah:
1. Perlu penguatan wawasan bagi para aktivis dakwah dan
masyarakat tentang dakwah yang selama ini dipahami
sebagai aktivitas ceramah atau tabligh, kepada wawasan
dakwah yang berorientasi pada aktivitas gerakan sosial dan
peduli kemanusiaan.
276
2. Pentingnya optimalisasi dan pengembangan potensi umat
dalam kegiatan dakwah oleh pemerintah sebagai pemangku
kebijakan, sehingga dapat mendorong kemunculan lembaga
dakwah yang profesional dan memberikan manfaat bagi
kesejahteraan umat.
Demikian kesimpulan, saran dan rekomendasi yang dapat
penulis uraikan sebagai penutup dari disertasi ini. Semoga
disertasi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
menambah khazanah karya-karya ilmiah yang positif bagi
perkembangan keilmuan Islam khususnya dalam bidang
keilmuan dakwah dan organisasi kemanusiaan. Walla>h a’lam bi ass{awa<b.
277
DAFTAR PUSTAKA
A. Jurnal dan Karya Penelitian
Aisyah, ‚Humanisme dan Renaissance dalam Pandangan
Filsafat,‛Jurnal Al-Fikr, Vol. 17, No. 3, 2013.
Atabik, Ahmad ‚Konsep Komunikasi Dakwah Persuasif Dalam
Perspektif Al-Qur’an‛, At-Tabsyir, Jurnal Komunikasi
Penyiaran Islam, Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 2014.
Athhar, Zaki Yamani, ‚Kearifan Lokal Dalam Ajaran Islam Wetu
Telu Di Lombok‛, Jurnal Ulumuna, Volume IX Edisi 15
Nomor 1 Januari-Juni 2005.
Azhar, ‚Sejarah Dakwah Nabi Muhammad saw pada Masyarakat
Madinah: Analisis Model Dakwah Ukhwah Basyariah dan
Ukhwah Wathaniyah‛, Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol.
1, No. 2, 2017.
Bakti, Andi Faisal, ‚Paramadina and its Approach to Culture and
Communication: an Engagement in Civil Society‛. In: Archipel, Volume 68, 2004.
https://doi.org/10.3406/arch.2004.3840.
--------, Isabelle Lecomte, ‚The Integration of Dakwah in Journalism:
Peace Journalism,‛ Jurnal Komunikasi Islam | Volume 05,
Nomor 01, Juni 2015. --------, ‚Media and Religion: Rodja TV’s Involvementbin the Civil
Society Discourse for Community Development,‛ Malaysian Journal of Communication diakses melalui
https://doi.org/10.17576/JKMJC-2018-3403-13
---------,‛The Contribution of Dakwah to Communication Studies:
Risale-i Nur Collection Perspective,‛ diakses melalui
http://www.risaleinur.com/studies/139-conferences/2010/4127-the-
contribution-of-dakwah-to-communication-studies.html, 28 Juni
2019, pukul: 16:12 WIB.
--------, ‚Globalisasi: Dakwah Cerdas Era Globalisasi
AntaraTantangan dan harapan‛, Materi Seminar Nasional
Sehari tentang ‚Globalisasi: Tantangan dan Harapan Dakwah
Masa Depan,‛ pada Fakultas Dakwah, IAIN Raden Fatah,
Palembang, 8 Maret 2005.
Beek, Kurt Alan Ver, ‚Spirituality: a development taboo’,
Development in Practice,‛ Vol. 10, no. 1, 2000.
278 Berger, Julia, ‚Religious Nongovernmental Organizations: An
Exploratory Analysis,‛
http://www.jstor.org/stable/27927824, diakses 08 Januari
2014, pukul: 14.51 WIB.
Fahrurrozi, ‚Dakwah Tuan Guru Dan Transformasi Sosial Di
Lombok Nusa Tenggara Barat‛, Disertasi, Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Falk, W.D. and Austin W, Farrer, ‚International Religious NGOs at
The United Nations: A Study of a Group of Religious
Organizations Humanism‛, The Personalist Forum, Vol. 5,
No. 2, Humanism, 1989, University of Illinois Press., 69-81,
4, dalam http.www.jstor//stable//20708550.
Fatah, Abdul, ‚Keberkahan Al-Aqsha Perspektif Hermeneutika
Schleiermacher,‛ Jurnal Penelitian, Vol. 14, No. 1, 2017.
Ferris, Elizabeth. ‚Faith-based and Secular Humanitarian
Organization,‛ International Review of the Red Cross, Vol.
87 No. 858 2005.
Fitria, Vita dan Sutrisnowati, Agustin Sri ‚Civil Society, Konsep
Ummah Dan Masyarakat Madani‛,
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/view/319
9.
Ghandour, Abdel-Rahman, ‚Humanitarianism, Islam and the West:
Contest or Cooperation,‛ dalam
http://www.odihpn.org/report.asp?ID=2582, diakses 2008.
G, Khiabany, ‚De-westernizing Media Theory, or Reverse
Orientalism; 'Islamic Communication' as Theorized by
Hamid Mowlana,‛ Media Culture & Society, 2003.
Hamdi, Saiful, ‚Politik Islah: Re-Negosiasi Islah, Konflik Dan
Kekuasaan Di Nahdlatul Wathan Lombok Timur,‛ Jurnal Kawistara, Volume 1, No. 1, 21 April 2011.
Hidayat, Amri Syarif, ‚Membangun Dimensi Baru Dakwah Islam:
Dari Dakwah Tekstual menuju Dakwah Kontekstual,‛ Jurnal Risalah Vol. XXIV, Edisi 2, November 2013.
Jati, Raharjo Wasisto, ‚Kesalehan Sosial Kesalehan Sosial Sebagai
Ritual Kelas Menengah Muslim Sebagai Ritual Kelas
Menengah Muslim Sebagai Ritual Kelas Menengah Muslim,‛
Ibda’: Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 13, No. 2, Juli -
Desember 2015.
279 Kandil, Amani, ‚Civic Service in the Arab Region,‛ Non-Profit and
Voluntary Sector Quarterly,‛ Vol. 33, No. 4, Desember 2004.
Korten, David, ‚Third Generation NGO Strategies: A Key to
People-centered Development,‛ World Development, 15
(Supplement), Autumn, 1987.
Krafess, Jamal. ‚The Influence Of The Muslim Religion In
Humanitarian Aid,‛ International Review of The Red Cross,
Vol. 7, No. 858, June 2005.
Latief, Hilman. ‚Islamic Charities And Dakwah Movements In A
Muslim Minority Island: The Experience Of Niasan Muslim,‛
Journal Of Indonesia Islam, Volume 06, Desember 2012
Postgraduate Program (PPs) and the Institute for the Study of
Religion and Society (LSAS), the State Institute for Islamic
Studies (IAIN) Sunan Ampel Surabaya.
---------, ‚Symbolic and Ideological Contestation Over Humanitarian
Emblems: The Red Crescent in Islamizing Indonesia,‛Studia Islamika, Vol. 18 No. 2, 2011.
Ma’arif, Ahmad Syafi’i, ‚Piagam Madinah dan Konvergensi Sosial,‛
Pesantren, III, 3 (1986).
Makmun Rasyid, Muhammad, ‚Islam Rahmatan Lil Alamin
Perspektif KH. Hasyim Muzadi,‛ Jurnal Episteme, Vol. 11,
No. 1, Juni 2016.
Mashadi, ‚Pemikiran dan Perjuangan Ali Syari’ati,‛ Jurnal Al- Ulum,
Vol. 11, No. 1, Juni 2011.
Masruri, ‚Menuju Humanitarianisme: Studi Evolusi Pola Pemikiran
Kemanusiaan Soedjatmoko,‛ Disertasi, Yogyakarta: IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002.
Mowlana, Hamid, ‚Theoretical Perspectives on Islam and
Communication,‛ China Media Research, 3(4), 2007.
Nur, Muhammad, ‚Rekonstruksi Epistemologi Politik: Dari
Humanistik Ke Profetik,‚ Jurnal Asy- Syir’ah, Vol. 48, No. 1,
Juni 2014.
Penman, Kenneth A. & Adams, Samuel H., ‚Humane, Humanities,
Humanitarian, Humanism,‛ di akses pada 20/08/2016.
Peterson, Marie Juul. ‚International Religious NGOs at the United
Nations A study of Group of Religious Organizations,‛ The Journal of Humanitarian Assistance, 17 November 2010.
Prasetyo, Hendro, ‚Pancasila as an Islamic Ideology For Indonesian
Muslim,‛ Studi Islamika, I, 1, April-June, 1994.
280 Rahardjo, M. Dawam, ‚Ummah‛, Ulumul Qur’an, III, 1, 1992.
Rakhman, Alwi Bani, ‚Teologi Sosial: Keniscayaan Keberagamaan
yang Islami Berbasis Kemanusiaan,‛ Jurnal Esensia, Vol.
XIV No. 2 Oktober 2013.
Redfild, Peter. ‚A Less Modest Witness Collective Advocacy and
Motivated Truth in a Medical Humanitarian Movement,‛
Wiley, American Etnologist, Vol.33, No. 1 February 2006.
Sastrapratedja, M, ‚Setelah Limaratus Tahun, Berakhirkah
Humanisme?‛ Diskursus: Jurnal Filsafat dan Teologi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Vol. 2, No. 2. (Oktober 2003).
Susilo, Daniel, “Etnometodologi sebagai Pendekatan Baru dalam Kajian Ilmu
Komunikasi,” Jurnal Studi Komunikasi, Volume 1, Edisi 1, Maret
2017.
Schachter, Stanley, ‚Deviaion, Rejection, and Communication,‛
Journal of Abnormal and Social Psychology, 46: 190-270.
Schumann, Olaf, ‚Dilema Islam Kontemporer: Antara Masyarakat
madani dan Negara Islam,‛ Paramadina 1 (2), 1999.
Susilawati, Desi, ‚Studi Fenomenologi Pengalaman Indonesia dalam
Memberikan Penanganan Kegawatdaruratan pada Korban
Konflik Bersenjata di Luar Negeri,‛ Tesis, Prodi Magister
Keperawatan, Peminatan Gawat Darurat, Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, 2016.
Sinulingga, Anita Afriani, ‚Isu Bencana dan Prinsip-Prinsip
Humanitarian Dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional,‛
Andalas Journal of International Studies, Vol. 5, No. 1 Mei
Tahun 2016.
Wulandari, Ariyati, ‚Upaya Medical Emergency Rescue Committee
(MER-C) dalam Menangani, Pengungsi Etnis Rohingnya
Melalui Program Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State,
Myanmar,‛ Tesis, Program Magister Ilmu Sosial, Sekolah
Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan Bandung,
2018.
Yusoff, Sofia Hayati, ‚Western And Islamic Communication Model:
A Comparative Analysis On A Theory Application,‛
http://abqarijournal.usim.edu.my/current-issue/volume-7-
2016.
Zaenuri, Al, ‚Tantangan Kehidupan Beragama di Lombok El-
Hikam,‛ Ejournal. Volume IV, Nomor 2, Juli-Desember 2011
kopertais4.or.id, 2016, diakses, 15-11-2018.
281 B. Buku
Abdillah, Masykuri, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011. Cet. Pertama.
Abdullah, M. Amin, ‚Humanisme Religius versus Humanisme
Sekuler: Menuju Sebuah Humanisme Spiritual,‛ dalam Islam dan Humanisme: Aktualisasi Humanisme Islam di Tengah Krisis Humanisme Sekuler, ed. Kamdani. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Ahmad, Barakat, Muhammad and The Jews, A Re-Examination. New
Delhi: 1979.
Amahzun, Muhammad. Manhaj Dakwah Rasulullah. Jakarta: Qisthi
Press, 2004, Cet. ke-1.
Antonio, Muhammad Syafi’i. The Super Leader Super Manager, Jakarta: Tazkia Publishing & ProLM Centre, 2008, Cet. ke-
13.
Ariadi, Lalu Muhammad, Haji Sasak: Sebuah potret Dialektika Haji dan Kebudayaan Lokal. Jakarta: Impressa Publishing, 2012.
AS Hikam, Muhammad, Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: LP3S,
1996.
Ashfahany, Al-Raghib al. Mu’jam Mufradat Al-Fazh al-Qu’ra>n.
Beirut: Dar al-Fikri, 1432 H/2010.
Audah, Ali. Konkordasi Qur’an: Panduan Kata Dalam Mencari Ayat Qur’an. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 1997, Cet. ke-2.
Azhary, Muhammad Tahir, Negara Hukum. Jakarta: Bulan Bintang,
1992, Cet. ke-1.
Azis, Moh. Ali. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009, Edisi Revisi,
Cet. ke-2.
Azis, Moh. Ali, Suhartini, Rr., Halim A., (Ed.). Dakwah Pemberdayaan Masyarakat Paradigma Aksi Metodologi. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2005, Cet. ke-1.
Azra, Azyumardi. ‚Pengantar-I‛ dalam Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qut}b: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah. Jakarta: Penamadani, 2008, Cet. ke-2.
‘Aziz, Jum’ah Amin Abdul. Fiqih Dakwah: Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, Solo: Intermedia, 1426 H/2005 M, Cet. ke-5.
Bakti, Andi Faisal, Communication and Family Planning in Islam Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Blobal Develompment Program, Leiden-Jakarta: INIS, 2004.
282 ----------, ‚Demokrasi, Tata Kelola Pemerintahan, dan Masyarakat
Madani Di Indonesia‛ dalam Andi Faisal Bakti dkk., (ed.),
Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi. Ciputat: Churia
Press, 2012, Cet. ke-1.
Banna, Hasan al. Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Bana. Jakarta:
al-I’tishom Cahaya Umat, 2010, Jilid 1 dan 2, Cet. ke-6.
Baran, Stanley J., Pengantar Komunikasi Massa, Melek Media dan Budaya. Jakarta: Erlangga, 2012.
Barnett, Michael & Weiss, Thomas G., ‚Humanitarianism: A Brief
History of the Present,‛ dalam Michael Barnett & Thomas G.
Weiss (ed.), Humanitarianism in Question: Politics, Power Ethics. London: Cornell University Press, 2008.
Byanuniy, Abu al-Fath al. Al-Madkhal Ila ‘Ilmi al-Da’wah. Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1442 H/1991 M, Cet. ke-1.
Berelson, Bernard, dan Steinner, Gray, Human Behavior. New York:
Harcourt, Brace Jovanivich Inc, 1964 dalam B Aubrey Fisher,
Teori-teori Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1978.
Borchet, Donald M., (ed.) Encyclopedia of Philosophy, Vol. 4,
Second Edition. Farmington Hills: Thompson Gale, 2006.
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2011, Cet.
ke-5.
Bukha>ri>, Abu> ‘Abdilla>h Muhammad bin Isma>il al. S}ahih Al-Bukha>ri>, tt: Da>r Thauqun al-Naja>h, 1422 H. Jilid III.
Davies, Tony, Humanism. London: Routledge, 2001.
Departemen Agama RI. Al-Hikmah Al-Qu’ra>n Dan Terjemahnya.
Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Dermawan, Andi, dkk, (Ed.). Metodologi Ilmu Dakwah, Yogyakarta:
LESFI, 2002.
Dimasyqiy,‘Imad al-Din Abi al-Fida’ Isma’il bin ‘Umar bin Katsir al-
Qurasyi al. Al-Mishbah al-Munir fi Tahdzib Tafsir Ibn Katsir. Riydh: Dar al-Salam li al-Nasyr wa al-Tauzi’, 1421
H/2000 M, Cet. ke-2.
Erricke, Cliver, ‚Pendekatan Fenomenologis‛, dalam Peter Connolly
(Ed.). Aneka Pendekatan Studi Agama. Yogyakarta: LkiS,
2012, Cet. ke-4.
Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,2008, Cet. ke-7.
283 Enginer, Asghar Ali, Islam dan Pembebasan. Yogyakarta: LKIS,
1993, Cet. ke-1.
Fisher, Aubrey, Teori-teori Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1978.
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad. Bogor:
Pustaka Litera Antarnusa, 1996, Cet. ke-20.
----------,Umar bin Khattab, Terjemahan Ali Audah. Jakarta: Tintamas
Indonesia, 2015, Cet. ke-15.
Hanafi, Muchlis M. (Ed.), Damai Bersama Al-Qur’an: Meluruskan Kesalahpahaman seputar Konsep Perang dan Jihad dalam Al-Qur’an. Jakarta: LPMQ, 2018, Cet. ke-2.
Hasan, Muhammad Amin, Khashaish al-Da’wah al-Islamiyah,
Maktabah al-Manar, 1403 H/1983 M, Cet. ke-1.
Hasim, E. Kamus Istilah Islam. Bandung: Pustaka, 1987.
H{uru>b, al-Kha>lid, Hama>s: al-Fikr wa al-Muma>rasah. Beirut:
Mu’assasah al-Dira>sa>t al-Filist{i>niyyah, 1999.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI, 1999, Cet. ke-1.
Isaac, Ephraim, ‚Humanitarianism across Religion and Cultures,‛
dalam Thomas G. Weiss & Larry Minear (ed.),
Humanitarianism across Borders: Sustaining Civilians in Times of War. London: Lynne Rienner Publishers, 1993.
Ismail, Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Qut}b: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, Jakarta: Penamadani, 2008, Cet.
ke-2.
--------, The True Da’wa Menggagas Paradigma Baru Dakwah Era Milenial, Jakarta: Prenada Media Group, 2018, Cet. Ke-1.
Jauziyah, Ibn Qayyim, al. Zad al-Ma’ad, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi,
tth., Juz 1.
Jurjani, al-Syarif ‘Ali bin Muhammad, al. Al-Ta’rifat, Jakarta: Dar al-
Kutub al-Islamiyah, 1433 H/2012 M, Cet. ke-1.
Jurnalis, Joserizal dan Rita T. Budiarti, Jalan Jihad Sang Dokter. Jakarta: Qanita, 2011), Cet. ke-2.
Korten, David, Getting to the 21st Century: Voluntary Action and the Global Agenda. West Hartford : Kumarian Press, 1990.
Khalimi, Ormas-Ormas Islam (Sejarah, Akar Teologi dan Politik). Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, Cet. ke-1.
Khan, Madjid Ali. Muhammad The Final Messenger. New Delhi:
Iradah-i Adabiyat-i Delhi, 1980.
284 Khaldun, Ibn, The Muqaddimah: An Introduction to History. New
York, N.Y: Pantheon House,1958.
Khudhari, Muhammad, al. Tarikh al-Tasyri al-Islami>. Beirut: Dar al-
Fikr, 1401/1981.
Isaac, Ephraim ‚Humanitarianism across Religion and Cultures,‛ dalam Thomas G. Weiss & Larry Minear (ed.), Humanitarianism across Borders: Sustaining Civilians in Times of War. London: Lynne Rienner Publishers, 1993.
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Bandung:
Mizan, 1991, Cet. Ke-3.
Latief, Hilman, Mutaqin, Zezen Zaenal. (Ed.). Islam dan Urusan Kemanusiaan, Konflik, Perdamaian dan Filantropi, Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2015, Cet. ke-1.
Lasswell, Harold dalam Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, Melek Media dan Budaya. Jakarta: Erlangga, 2012,
Jilid 1, Edisi 5.
Ma’arif, A. Syafi’i, Mencari Autentisitas Dalam Kegalauan.
Yogyakarta: PSAP, 2004.
Madjid, Nurcholis, ‚Agama dan Negara Dalam Islam Telaah Atas
Fiqh Siyasy Sunni‛ dalam Budhy Munawar-Rahman (Ed.),
Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah. Jakarta:
Paramadina, 1994, Cet. ke-1.
--------, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam Dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina, 1995,
Cet. ke-1.
Ma’luf, Louis, Al-Munjid Fi al-Lughah. Beirut: Dar al-Masyriq, 2003,
Cet. ke-40.
Manzhur, Ibn. Lisan al-‘Arab. Kairo: Dar al-Hadits, 1423 H/2003 M,
Juz 4.
Mara>ghi> Mus{t{afa>, Ahmad, al. Tafsi>r al-Mara>ghi>. Beirut: Da<r al-Kutub
al-‘ilmiyah, 1436 H/2015 M, Jilid 13-15, Cet. ke-3.
Masduki. Humanisme Spiritual, Paradigma Pengembangan Masyarakat Islam dalam Filsafat Sosial Hossein Nasr. Jakarta:
Gaung Persada Press Group, 2014, Cet. ke- 1.
Mulia, Musdah, Negara Islam. Depok: Kata Kita, 2010, Cet. ke-1,
Edisi kedua.
Murodi, Dakwah Islam dan Tantangan Masyarakat Quraisy, Kajian Sejarah Dakwah pada Masa Rasulullah SAW. Jakarta:
Kencana, 2013, Cet. ke. I.
285 --------, Dakwah dan Filantropi, Jalan Menuju Kesejahteraan Umat.
Jakarta: FDK Press, 2015.
Moore, H. Frazier, Public Relations: Principles Cases and Problem ,
t.t.: Amzon, 1981.
Moore, H. Frazier, Humas, Membangun Citra dengan Komunikasi, Lilawarti Trimo, Deddy Djamaludin Malik (Penerjemah).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Muhyiddin, Asep. ‚Dakwah Dalam Perspektif al-Qu’ra>n‛, dalam
Kajian Dakwah Multiperspektif: Teori, Metodologi, Problem dan Aplikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, Cet. ke-1.
---------,‚Mengkaji Untuk Keilmuan Dakwah: Sebuah Pengantar‛,
dalam Aep Kusnawan dkk. (Ed.), Dimensi Ilmu Dakwah.
Bandung: Widya Padjadjaran, 2009.
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia,
Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, 1984.
Naisabu>ri>, Abu al Husain Muslim bin al-Hajja>j al-Qusyairi>, an. S}ahih Muslim, Beirut: Da>r al-Ihya’ al Turats al-‘Arabi>, tt. Jilid 4.
Nasution, Harun, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran. Jakarta:
Mizan, 1998.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo,
2008.
Newland, Kathleen & Kemala Chandrakirana Soedjatmoko (ed.),
Transforming Humanity: The Visionary Writings of Soedjatmoko. Connecticut: Kumarian Press, 1994.
Nawawi, Syeikh al-Islamiy Muhyi al-Din Abi Zakariya Yahya bin
Syaraf al. Riyadh al-Shalihin, Pekalongan: Maktabah
Mathba’ah Raja Murah, tth.
Purnamasari, Irma Devita, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah dan Bijak Mendirikan Badan Usaha. Bandung: Kaifa, 2010.
Qardhawi, Yusuf, al. Minoritas Non Muslim. Bandung: Mizan, 1985,
Cet. ke-1.
Qarni, ‘Aidh, al. Keagungan Sirah Nabi saw, Yogyakarta: EL-
Thabina Press, 1428 H/2007 M, Cet. ke-1.
Qurthubi, Abu Abd Allah Muhammad bin Ahmad al-Anshari, al. Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an. Kairo: Dar al-Hadits, 1431
H/2010 M, Jilid 7.
Qut}b, Sayyid. Tafsir Fi Zhilal al-Qu’ra>n, Kairo: Dar al-Syuruq, 1992,
Jilid 4, Cet. ke-17.
286 Rahayu, Azimah. Senja Merah Di Tanah Maluku, Jakarta: Zikrul
Hakim, 1425 H/2004 M, Cet. ke-1.
Rakhmat, Jalaluddin, Membuka Tirai Kegaiban: Renungan-Renungan Sufistik. Bandung: Mizan, 1999, Cet. ke-9.
R, Ismail, Al-Faruqi, dan Lamya, Louis Al-Faruqi. The Cultural Atlas of Islam. Macmillan Publishing Company. New York,
Amerika Serikat, 1986.
Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir al-Qur’an al-Hakim/Tafsir al-Manar, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2011, Cet. ke-3.
Robinson, Glenn E., ‚Hamas as Social Movement‛, dalam Quintan
Wiktorowiez, Islamic Activism: A Social Movement Theory Approach. Indiana: Indiana University Press, 2004.
Ruben & Stewart, dalam Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana, 2011, Cet. ke-1.
Sabiq, Sayyid, Fiqh al-Sunnah. Beirut: Dar al-Fikr, 1981 M/1401 H),
Jilid 1, Cet. ke-3.
Sahabuddin, et.al., Ed., Ensiklopedia Al-Qu’ra>n: Kajian Kosakata.
Jakarta: Lentera Hati, 2007, Cet. ke-1, Jilid 1.
Shaleh, Muhsin Muhammad, Sejarah, Perkembangan dan Konspirasi. Gema Insani Press, Jakarta, 2004.
Shabuni, Muhammad Ali, al. Shafwah al-Tafa>si>r. Kairo: Dar al-
Shabuniy, 1431 H/2009 M, Cet. ke-1.
Shannon, Claude dan Weaver, Warren, The Mathemmatical Theory of Communication. Urbana University of Illinois Press, 1949.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qu’ra>n, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 8, Cet. ke-1.
---------, Membumikan al-Qu’ra>n, Bandung: Mizan, 1992, Cet. ke-1.
Soedjatmoko, ‚Humanitarianism: An Ethical Framework of Human Solidarity,‛ dalam Kathleen Newland & Kemala
Chandrakirana Soedjatmoko (ed.), Transforming Humanity: The Visionary Writings of Soedjatmoko. Connecticut:
Kumarian Press, 1994.
Sulthon, Muhammad. Desain Ilmu Dakwah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003, Cet. ke-1.
Suparta, Munzier, Hefni, Harjani, (Ed.), Metode Dakwah. Jakarta:
Kencana, 2003, Cet. ke-1.
Susilawati, Desi, ‚Studi Fenomenologi Pengalaman Indonesia dalam
Memberikan Penanganan Kegawatdaruratan pada Korban
Konflik Bersenjata di Luar Negeri‛, Tesis, Prodi Magister
287
Keperawatan, Peminatan Gawat Darurat, Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, 2016.
Syari’ati, Ali, Humanisme: Antara Islam dan Mazhab Barat, Cet. Ke-
1. Bandung: Pustaka Hidayah, 1996.
---------, Al-Ummah wa al-Ima>mah. Beirut: Dar al-Amir li al-
Tsaqafah wa al-‘Ulum, 1438 H/2007 M,, Cet. ke-2.
---------, Kritik Islam Atas Marxisme dan Sesat-Sesat Pikir Barat Lainnya, Cet. Ke-1. Bandung: Mizan, 1983.
---------,Tugas Cendekiawan Muslim, Cet. Ke 2. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1996.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Tirmidzi>, Abu> I>sa> Muhammad bin I>sa> bin Saurah, at. Sunan at-Tirmidzi, Mesir: Maktabah , 1395 H.), Jilid 4
Thohari, Hajriyanto Y, ‚Islam, Urusan Kemanusiaan dan
Kebangsaan‛, dalam Hilman Latief, Zezen Zaenal Mutaqin
(Ed.), Islam dan Urusan kemanusiaan. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2015, Cet. ke-1.
Watt, W. Montgomery, Politik Islam Dalam Lintasan Sejarah.
Jakarta: P3M, 1988, Cet. ke-1.
Webster, A Merriam, Webstrer’s Ninth New Collegiate Dictionary.
U.S.A. Merriam-Webster Inc., 1984.
Wulandari, Ariyati, ‚Upaya Medical Emergency Rescue Committee
(MER-C) dalam Menangani, Pengungsi Etnis Rohingnya
Melalui Program Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State,
Myanmar‛, Tesis, Program Magister Ilmu Sosial, Sekolah
Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan Bandung,
2018.
Yahya, Imam, ‚Jihad dan Perang dalam Literatur Muslim‛, dalam
Hilman Latief, Zezen Zaenal Mutaqin (Ed.), Islam dan Urusan Kemanusiaan. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2015,
Cet. ke-1.
Zuhaili, Wahbah, al, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Terjemahan, Jakarta:
Gema Insani, 2011, Jilid 8, Cet. Ke-1.
288 C. Website
Abdelkader, Engy, ‚The Rohingya Muslims in Myanmar: Past,
Present, and Future,‛
https://scholarsbank.uoregon.edu/xmlui/bitstream/handle/179
4, diakses 07 Februari 2019.
Amri Amrullah, ‚Gaza Benteng Terakhir Palestina,‛ Berita Online,
dalam
https://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-
israel/14/07/15/n8r5ip-gaza-benteng-terakhir-palestina-1,
diakses 29 Januari 2019.
Ariesta, Marcheilla, ‚Cerita Jurnalis Metro TV Bangga Indonesia
Bangun RS di Gaza,‛ Berita Online, dalam
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, ‚Persentase
Penduduk Menurut Kabupaten Kota dan Agama yang Dianut
di Provinsi Nusa Tenggara Barat 2016,‛
https://ntb.bps.go.id/statictable/2017/11/15/189/persentase-
penduduk-menurut-kabupaten-kota-dan-agama-yang-dianut-
di-provinsi-nusa-tenggara-barat-2016.html
Hakim, Adhar, ‚Merenda Perdamaian di Pulau Seribu Masjid,‛ dari
laman https://www.liputan6.com/news/read/11670/merenda-
perdamaian-di-pulau-seribu-masjid, diakses 30 Mei 2018.
Ludmila, ‚MER-C Berhasil Bangun RSI di Gaza,‛ Berita Online,
dalam http://hi.umy.ac.id/MER-C-berhasil-bangun-rsi-di-
gaza/‛, diakses 12 Februari 2019.
Maharani, Esthi, ‚MER-C Segera Kirimkan Tim Medis ke Gaza,‛
Berita Online, dalam
https://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-
israel/14/07/16/n8stkt-merc-segera-kirimkan-tim-medis-ke-
gaza, diakses 2 Desember 2018.
Mazaya, Hanin dan Sabili, ‚MER-C Tambah Relawan ke Gaza,‛
Berita Online, dalam
https://www.arrahmah.com/2009/01/24/MER-C-tambah-
relawan-ke-gaza/, diakses 2 Desember 2018.
MER-C, ‚Profil MER-C,‛ dalam http://www.MER-C.org, Profil-
MER-C, diakses 30 Desember 2014.
MER-C, ‚Tim MER-C Lakukan Operasi dan Terus Lanjutkan Mobile
Clinic,‛ dalam www.MER-C.org, diakses 29 November 2018.
289 MER-C, Rekening Donasi,‛ dalam http://MER-C.org/rekening-
donasi, diakses 06 Maret 2019.
MER-C, ‚Sejarah MER-C,‛ dalam http://MER-C.org/index.php/Id/tentang-kami/sejarah-MER-C, diakses 04-
10-2017.
MER-C, ‚MER-C dan Masyarakat Galela Bersama-sama Membangun
Rumah Sakit,‛ dalam http://MER-C.org/program-MER-C/MER-C-dan-masyarakat-galela-bersama-sama-bangun-rs,
diakses 07 Februari 2019.
MER-C, ‚Menengok Wisma Rakyat Indonesia di Gaza,‛ dalam
https://MER-C.org/rs-indonesia/menengok-wisma-rakyat-
indonesia-di-gaza, diakses 12 Februari 2018.
MER-C, ‚Klinik Sosial Yogyakarta,‛ dalam http://MER-C.org/klinik-
sosial-yogyakarta, diakses 07 Februari 2019
MER-C, ‚MER-C untuk Papua 1,‛ dalam http://MER-C.org/MER-C-
untuk-papua-1, diakses 07 Februari 2019.
MER-C, ‚Rumah Sakit Indonesia Gaza Palestina,‛ dalam
http://MER-C.org/rumah-sakit-indonesia-gaza-palestina,
diakses 7 Mei 2018
MER-C, ‚Sukarelawan MER-C ke Gaza,‛ dalam http://MER-C.org/berita-media/bangun-rs-indonesia-tahap-ii-32-
sukarelawan-MER-C-ke-gaza, diakses 6 Maret 2019.
MER-C, Program Indonesia Health Center Myanmar,‛ dalam
http://MER-C.org/program-indonesia-health-center-
myanmar, diakses 07 Februari 2019.
MER-C, ‚Pembangunan RS Indonesia di Myanmar Capai 50 Persen,‛
dalam http://MER-C.org/berita, Pembangunan RS Indonesia
di Myanmar Capai 50 Persen, diakses 7 Februari 2019.
MER-C, ‚MER-C Tetapkan 5 Presidium Baru Periode 2013-2018,‛
dalam http://www.MER-C.org/index.php/Id/component/k2/item/142-MER-C-
tetapkan-5-presidium-baru-periode-2013-2018, diakses 8 Mei
2018.
MER-C, ‚Rumah Sakit Indonesia-Palestina,‛ dalam
http://www.MER-C.org.2013-08-17-14-09-55/, diakses pada
1 Mei 2015 pukul 20.09 WIB.
290 _______, ‚MER-C Pantau Kesehatan Pasien Gempa Lombok Usai
Operasi‛, Berita Online, dalam
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/18/08/23/pdwcis313-merc-pantau-kesehatan-
pasien-gempa-lombok-usai-operasi, diakses 18 Oktober 2018.
Mubarakan, Munzalan, ‚Sejarah dan Latar Belakang Konflik Israel-
Palestina dari 2000SM sampai Sekarang,‛ Berita Online, dalam https://simomot.com/2014/07/14/sejarah-dan-latar-
belakang-konflik-israel-palestina-dari-2000sm-sampai-
sekarang/, diakases 12 Januari 2019.
Mubarak, Husni. ‚Dakwah Bil Hal: Inspirasi Dakwah ala Gerakan
Gulen di Turki‛, dalam http://www.fethullah-gulen.net, ,
August 2012, diakses 24 Februari 2017.
Oktaviani, Zahrotul, ‚MER-C Tetapkan Lombok Misi Kemanusiaan
Jangka Panjang,‛ Berita Online, dalam
https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/wakaf/18/08/15/pdi9j5313-merc-tetapkan-lombok-misi-
kemanusiaan-jangka-panjang, diakses 17 November 2018.
http://kemanusiaan.id/2015/12/07, diakses, 03 Maret 2016. dalam
‚Dampak Bencana dan Konflik di Dunia Kian
Mengkhawatirkan,‛
http://news.liputan6.com, , diakses 03 Maret 2016. dalam ‚Bencana
Alam Terdahsyat di Indonesia sepancang tahun 2014,‛
https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/181402-
sketsatorial-tragedi-rohingya-myanmar, diakses 22
September 2017. dalam Berita Online, ‚Sketsatorial Tragedi
Rohingnya Myanmar.‛ https://www.qureta.com/post/mempertanyakan-agama-dalam-
mencegah-konflik-dan-krisis-kemanusiaan, diakses 22
September 2017. dalam Berita Online, “Mempertanyakan
Agama dalam Mencegah Konflik dan Krisis Kemanusiaan,”
http://visitlomboksumbawa.com/tentang-lombok, diakses 30 Mei
2018. “Tentang Lombok,”
https://amp-rappler-com.cdn.ampproject.org/v/s//indonesia/118547-
indonesia-bangun-, (diakses 10 Januari 2016). dalam
“Indonesia Bangun Rumah Sakit Indonesia,”
https://amp-rappler com.cdn.ampproject.org/v/indonesia/118547-
indonesia-bangun-, (diakses 10 Januari 2016).“Indonesia
Bangun Rumah Sakit Indonesia,‛
291 https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/18/08/15,
merc-tetapkan-lombok-misi-kemanusiaan-jangka-panjang,
diakses 7 Oktober 2018. dalam Berita Online, ‚MER-C
Tetapkan Lombok Misi Kemanusiaan Jangka Panjang,‛
https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/wakaf/18/09/04/peilo7384-merc-kirim-bantuan-medis-
tahap-dua-ke-lombok#, diakses 12 November 2018. Berita Online, dalam ‚MER-C Kirim Bantuan Medis Tahap Dua ke
Lombok,‛
www.icrc.org/en/document/pakistan-conference-humanitarian-action-
light-sharia-andinternational-hukum kemanusiaan, diakse 7
Mei 2018. dalam ‚Kajian Gaya Hidup Muslim,‛
https://kisahmuslim.com/3825-pembebasan-jerusalem-di-masa-umar,
(diakses 22 Januari 2019). dalam ‚Hukum Kemanusiaan dan
Pembebasan Jerusalem di Masa Umar,‛ https://lifestyle.kompas.com/read/2015/06/20//Rumah.Sakit.Indonesia.
di.Palestina.Siap.Beroperasi https://www.merdeka.com/peristiwa/wapres-jk-akan-resmikan-rumah-
sakit-indonesia-di-gaza.html https://filestin.wordpress.com/2009/07/14/kota-kota-penting-di-
palestina/diakses, 26 September 2019, pukul 14:00 WIB.
Republika, ‚Dari Rakyat Indonesia untuk Palestina‛, Jakarta:
Republika, Ahad, 10 Januari 2016, 1.
Republika, ‚Jihad Menurut Pandangan Muhammadiyah,‛ Tanwir Muhammadiyah, Ahad, 17 Februari 2019, h. 3.
Reza, ‚MER-C akan Kirimkan Tim Medis ke Jalur Gaza‛, Berita Online, dalam https://news.detik.com/berita/d-
1060286/MER-C-akan-kirim-tim-medis-ke-jalur-gaza,
diakses 8 Januari 2019.
Rusdina, Tika, ‚To Know The History Of Islam At Bayan Beleq
Mosque,‛ dalam http://www.lombokindonesia.org/history-
islam-bayan-beleq-mosque/, diakses 30 Mei 2018.
Syahriati, Elida dan Fathul Himam, ‚Kinerja Relawan yang
Berafiliasi pada Organisasi Non-Profit (Lembaga Sosial
Kemanusiaan),‛ dalam http://etd.repository.ugm.ac.id,
diakses 11 Januari 2019.
292 Tim Redaksi Kompas, "MER-C Kirim Tim Medis ke Palestina,"
Berita Online, https://nasional.kompas.com/read/2008/12/29/1117177/MER-C.Kirim.Tim.Medis.ke.Palestina, diakses 2 Desember 2018.
Waluyo, Andylala, ‚MER-C Mempertahankan Relawan Indonesia di
Gaza,‛ Berita Online, dalam
https://www.voaindonesia.com/a/MER-C-pertahankan-
relawan-indonesia-di-gaza/1548669.html, diakses 20
Desember 2018.
Wicaksono, Bayu Adi, ‚Fakta Sejarah di Balik Gempa Besar
Lombok,‛ Berita Online, dalam https://www.msn.com/id-
id/berita/nasional/fakta-sejarah-di-balik-gempa-besar-
lombok/ar-BBLBcqf, diakses 1 Januari 2019.
Wirayudha, Randy, ‚Tujuh Gempa Lombok dalam Catatan Sejarah,‛
Berita Online, dalam https://historia.id/modern/articles/tujuh-
gempa-lombok-dalam-catatan-sejarah-P94oz, diakses 2
Januari 2019
D. Wawancara
Wawancara dengan dr. Joserizal Jurnalis, di Rumah Sakit Siaga,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 29 Juni 2016, Pukul 11.30
WIB.
Wawancara dengan dr. Hadiki Habib, Koordinator Pembina Relawan
MER-C, di Kantor Sekretariat MER-C pada tanggal 20
Desember 2018, pukul 14.00 WIB.
Wawancara dengan Iis Islamiyah, Relawan Non Medis MER-C, di
posko kesehatan MER-C, Desa Gumantar, Kec. Kayangan,
Lombok Utara, 13 September 2018, pukul 10.00 WIB.
Wawancara dengan, Kepala Dusun, korban bencana gempa, di Desa
Gumantar, Kec. Kayangan, Lombok Utara, 13 September
2018, pukul 19.00 WIB.
Wawancara dengan kepala sekolah SMP Negeri 3 Kayangan, di
halaman sekolah SMP Negeri 3 Kayangan, Desa Gumantar,
Kec. Kayangan, Lombok Utara, 14 September 2018, pukul
10.00 WIB.
Wawancara dengan Mirda, relawan medis, di posko kesehatan MER-C, Desa Gumantar, Kec. Kayangan, Lombok Utara, 13
September 2018, pukul 10.00 WIB.
293 Wawancara dengan Rima Manzanaris, Manager Operasional MER-C,
di Kantor Sekretariat MER-C, 6 September 2018. Pukul
13.00 WIB
Wawancara dengan Ahmad Albasuni (Perwakilan Rakyat Gaza-
Palestina), di Kampus SPs. UIN Jakarta, Tanggal 20 Mei
2019, Pukul 10.30 WIB.
Wawancara dengan Taher Hamad, Wakil Duta Besar Palestina Untuk
Indonesia, di Kantor Kedubes Palestina Jln. Ki
Mangunsarkono No. 64 Menteng Jakarta Pusat. Tanggal 22
Agustus 2019, Pukul 10:30 WIB.
E. Dokumen MER-C
Dokumen Sub Divisi Relawan MER-C.
Dokumen sekretariat MER-C
295
GLOSARIUM
Al-Hal : Keadaan atau perbuatan nyata. Jika
dikaitkan dengan dakwah bi al-Hal
berarti, mengajak/menyeru ke jalan
Allah untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat melalui perbuatan nyata.
Al-Khair : Nilai universal yang diajarkan oleh
al-Qur’an dan sunnah. Atau
sesuatu yang di dalamya
terkandung kebaikan bagi umat
manusia, dalam masalah agama
dan duniawi.
Al-Ma’ruf : Semua perbuatan yang dikenal
baik menurut akal dan syara’ serta
menurut pandangan umum satu
masyarakat yang sejalan
dengan nilai-nilai kebaikan
universal dan sejalan dengan al-
Khair
Al-Munkar : Sebagai lawan dari kata al-ma’ruf-
adalah sesuatu yang dinilai buruk
oleh suatu masyarakat serta
bertentangan dengan nilai-nilai
universal al-Qur’an dan Sunnah.
Civil Society : Sebuah konsep tentang kelompok
atau tatanan masyarakat yang
berdiri secara mandiri di hadapan
penguasa dan negara. Memiliki
ruang publik dalam mengemukakan
296
pendapat, dan adanya lembaga-
lembaga mandiri yang dapat
menyalurkan aspirasi dan
kepentingan publik.
Dakwah :Usaha-usaha menyeru dan
menyampaikan kepada individu
atau kelompok manusia tentang
amal ma’ruf nahy munngkar dengan
berbagai macam cara untuk meraih
ridha Allah SWT.
Etnometodologi : Metode pengorganisasian
masyarakat dengan melihat
beberapa aspek kebutuhan,
diantaranya: pencerahan dan
pemberdayaan dengan aneka ragam
prosedur dan pertimbangan yang
dapat dimengerti oleh anggota
masyarakat untuk bisa mencari
jalan dan bertindak.
Fenomenologi : Salah satu jenis pendekatan
penelitian kualitatif yang
diaplikasikan untuk mengungkap
kesamaan makna yang menjadi
esensi dari suatu konsep atau
fenomena yang secara sadar dan
individual dialami oleh sekelompok
individu dalam hidupnya.
Humanisme : Istilah filsafat yang berusaha
membahas dan mempromosikan
harkat dan martabat manusia. Juga
sebagai pemikiran etis yang
297
menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan berupa harkat, peran,
dan tanggugjawabnya.
Humanitarianisme : Paham yang menitikberatkan pada
perwujudan kesejahteraan manusia
khususnya dalam hak untuk hidup
tanpa membutuhkan kekuatan
spiritual yang ada diluar dirinya
(bantuan ilahi), khususnya bantuan
yang diberikan ketika manusia
berada pada kondisi kritis seperti
konflik dan bencana alam.
Humaniter : Kata ini biasanya digunakan untuk
hukum internasional mengenai
praktik-praktik yang dapat
diterima dalam pelaksanaan perang
dan konflik bersenjata yang
menimbulkan korban dari
masyarakat sipil.
Independen : Adalah kebebasan, bebas, merdeka
atau berdiri sendiri. Suatu negara
dikatakan independen apabila
negara tersebut mampu berdiri
sendiri tanpa bergantung pada
negara lainnya.
Kemanusiaan : Berasal dari kata manusia yang
berarti makhluk yang berakal budi.
Kemanusiaan berarti
memanusiakan manusia atau
mengembalikan manusia kepada
hakekatnya sebagai manusia.
298
Khair al-ummah : Umat terbaik (komunitas ideal)
Komunikasi Islam : Proses penyampaian pesan-pesan
keislaman dengan menggunakan
prinsip-prinsip komunikasi dalam
Islam. Pesan-pesan keislaman yang
disampaikan dalam komunikasi
Islam meliputi seluruh ajaran
Islam, meliputi akidah (iman),
syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).
Konflik : Tindakan yang secara sengaja
ditujukan untuk melaksanakan
kehendak satu pihak untuk
melawan pihak lain. Dengan
demikian, konflik merupakan suatu
hubungan sosial yang dimaknai
sebagai keinginan untuk
memaksakan kehendaknya pada
pihak lain.
Krisis : Adalah situasi yang berbahaya.
Contoh krisis adalah: Krisis iman,
kepecayaan, kebudayaan,
kemanusiaan, moneter, militer dan
moral.
MER-C : Lembaga kemanusiaan yang
menfokuskan diri pada bantuan
gawat darurat medis tanpa
mengenal suku , bangsa, ras, dan
agama serta memiliki prinsip
rahmatan lil ‘a>lami>n.
299
Netral : Tidak berpihak dan tidak membantu
salah satu pihak tertentu saja.
Nilai : Konsep yang menunjuk pada hal
hal yang menjadi pertimbangan
tentang apa yang dianggap baik,
layak, pantas, benar, penting, indah,
dan dikehendaki oleh masyarakat
dalam kehidupannya.
Organisasi : Sekumpulan manusia yang disusun
dalam kelompok-kelompok, yang
bekerjasama dalam struktur yang
terdiri dari pimpinan dan anggota
untuk mencapai tujuan bersama.
Prinsip : Suatu pandangan yang menjadi
pokok dasar berpikir, bertindak,
dan pedoman berperilaku yang
terbukti mempunyai nilai yang
langgeng dan permanen.
Profesional : Adalah seseorang yang memiliki
profesi atau pekerjaan yang
dilakukan dengan kemampuan
yang tinggi dan berpegang teguh
kepada nilai moral yang
mengarahkan serta mendasari
perbuatan.
Rahmatan lil ‘a>lami>n : Bahwa di utusnya Rasul
Muhammad untuk menyampaikan
risalah kasih sayang untuk seluruh
alam termasuk manusia baik yang
beriman kepada Nabi atau tidak.
300
Religius : Religius dapat dideskripsikan
sebagai sikap dan perilaku yang
patuh dalam beribadah sesuai
agama yang dianutnya, toleran
pada penganut agama lainnya dan
mampu hidup rukun. Karakter
religius sangat penting dalam
kehidupan seseorang dan menjadi
sikap hidup yang mengacu pada
tatanan dan larangan sikap yang
telah diatur dalam aturan
agamanya.
Sekuler : Sebuah ideologi yang menyatakan
bahwa sebuah institusi atau badan
negara harus berdiri terpisah dari
agama atau kepercayaan. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai
kepercayaan yang hanya mengakui
hal duniawiyah semata (now and
here).
Tabli>gh : Suatu cara mengajak atau
menyampaikan sekaligus
memberikan suatu contoh teladan
kepada orang lain untuk melakukan
perbuatan yang benar dalam
kehidupan sehari-hari. Tabligh bisa
bersifat komunikatif dan
argumentantif.
Taghyir : Upaya mengubah kondisi
masyarakat dari kondisi yang tidak
baik menjadi baik, dari yang baik
301
menjadi lebih baik dari semua segi
kehidupan.
Takwin al-ummah : Salah satu manhaj yang merindukan
terwujudnya generasi rabbani
untuk tegaknya pilar-pilar agama
dan berkomitmen menerapkan
nilai-nilai Islam dalam seluruh
aspek kehidupan.
Ummah : Himpunan manusia yang seluruh
anggotanya bersama-sama menuju
satu arah yang sama, bahu
membahu, dan bergerak secara
dinamis di bawah kepemimpinan
bersama.
Ukhrijat li al-Nas : Umat yang dilahirkan/ditampakkan,
sehingga keberadaannya berbeda
dengan umat lain, untuk membawa
kemaslahatan bagi manusia.
303
INDEKS
A
Abu al-Fath al-Bayanuni, 14
Agama, 3, 18, 25, 43, 50, 88,
139, 179, 181, 182, 243,
272, 273, 288, 289
Aksi Kemanusiaan, 83, 89,
127, 164, 165, 231
Ali Syari’ati, 43, 44, 75, 76,
77, 78, 79
Andi Faisal bakti, 178
Armada, 104, 197
Asep Muhyiddin, 15, 16, 66,
67
Azas, 99
Azyumardi Azra, 14
B
Bangsa, 3, 40, 88, 144, 161
Bantuan, 109, 209, 210
Bantuan Medis, 210
Bencana, 2, 83, 84, 179, 187,
189, 193, 197
Bencana alam, 193, 197
BMKG, 8, 187, 188, 189
C
Civil Society, 37, 38, 39, 40,
41, 48, 64
D
Dai, 300
Dakwah, 1, 5, 11, 12, 13, 14,
16, 19, 22, 29, 30, 31, 32,
35, 47, 48, 51, 56, 59, 60,
64, 65, 67, 71, 72, 85, 89,
90, 91, 92, 93, 135, 173,
178, 179, 182, 183, 184,
185, 211, 213, 228, 235,
238, 239, 247, 248, 250,
251, 268, 269, 280, 288,
293, 296
Dalam Negeri, 108, 111, 113,
115
Damai, 118, 155, 233, 234,
243, 244, 245, 257, 259
Desa Gumantar, 26, 103, 196,
262
Dokter, 5, 9, 26, 97, 99, 195,
199, 201, 203, 219, 224,
242, 249, 250, 252, 263,
264, 265, 266, 267, 269,
270, 278, 279, 280, 285
Donasi, 130
G
Gaza, 6, 7, 8, 18, 26, 28, 97,
104, 105, 120, 122, 123,
124, 126, 127, 130, 135,
136, 137, 138, 139, 140,
141, 142, 146, 151, 154,
155, 156, 157, 158, 159,
161, 163, 164, 165, 166,
167, 168, 169, 170, 173,
304
174, 175, 176, 177, 178,
179, 211, 212, 213, 220,
225,249, 265, 266, 267, 269,
278, 280, 285, 286, 298, 299
Gempa Bumi, 111, 112, 114,
119, 120, 121, 125
H
Hadiki Habib, 26, 108, 131,
171, 194, 197, 202, 214,
215, 216, 217, 218, 219,
236, 237, 240, 244, 245,
246, 247, 251, 253, 257,
260, 261, 263, 264, 265,
280, 294
Hamid Mowlana, 54, 55
Hilman Latief, 3, 4, 19, 20, 24,
72, 84, 85, 87, 89, 93, 94,
236, 237, 246, 259, 261
Humanisme, 74, 75, 76, 77,
78, 79, 80
Humanitarian Action, 27
Humanitarian Politik, 170
I
Implementasi, 294
Institusi, 183
Islam, 1, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11,
12, 14, 16, 17, 18, 19, 20,
21, 23, 25, 27, 29, 30, 31,
32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
39, 41, 43, 45, 46, 47, 48,
49, 50, 51, 54, 55, 57, 58,
59, 61, 62, 63, 64, 65, 66,
67, 68, 69, 71, 72, 75, 76,
77, 78, 79, 84, 87, 88, 89,
90, 91, 92, 93, 94, 99, 121,
132, 136, 139, 143, 146,
149, 151, 153, 167, 172,
173, 174, 180, 181, 182,
183, 184, 198, 220, 221,
222, 223, 225, 226, 227,
228, 229, 230, 231, 232,
234, 235, 236, 237, 238,
239, 241, 243, 245, 246,
247, 248, 250, 251, 253,
254, 257, 258, 259, 260,
261, 264, 265, 268, 269,
270, 272, 273, 274, 275,
276, 277, 281, 282, 283,
284, 285, 288, 289, 291,
292, 293, 294, 295, 296,
297, 300, 301
Israel, 6, 38, 135, 136, 137,
138, 140, 141, 142, 145,
146, 147, 148, 149, 150,
151, 153, 154, 155, 156,
157, 158, 159, 160, 161,
162, 163, 164, 166, 168,
169, 174, 175, 176, 177,
211, 213, 265, 266, 269,
270, 278, 286, 298
J
Jamal Krafess, 12, 16, 20, 21
Jawad Awwad, 8
Jihad Profesi, 257
305
Joserizal Jurnalis, 5, 26, 97,
99, 131, 132, 167, 168, 171,
172, 176, 199, 224, 225,
228, 231, 238, 242, 249,
250, 252, 263, 264, 265,
266, 267, 269, 270, 275,
278, 279, 280, 297
Julia Berger, 86, 88, 222
K
Keadilan, 50
Kemanusiaan, 1, 3, 4, 5, 9, 19,
26, 72, 80, 83, 84, 87, 89,
90, 93, 94, 96, 100, 107,
108, 111, 113, 115, 121,
122, 124, 135, 140, 143,
146, 148, 154, 177, 179,
189, 194, 199, 209, 221,
224, 237, 246, 252, 259, 261
Keumatan, 29, 35, 65
Kewajiban, 29, 47
Klinik, 100, 101, 102
Komunikasi, 26, 29, 31, 47,
48, 51, 52, 53, 54, 55, 60,
61, 62, 63, 64, 168
Komunikasi Islam, 29, 48, 51,
55, 62, 64
Konflik, 2, 3, 4, 23, 72, 84,
106, 109, 110, 111, 114,
115, 121, 123, 125, 135,
136, 137, 140, 142, 143,
146, 148, 154, 155, 156,
159, 161, 184
Korban, 6, 9, 23, 154, 238, 252
L
Lapangan, 10, 209, 210, 217
Layanan, 209
Lembaga Dakwah, 239
Logistik, 176, 197, 208
Lokasi, 107
Lombok, 5, 8, 9, 10, 17, 18,
26, 27, 28, 103, 104, 115,
119, 120, 131, 135, 179,
180, 181, 182, 183, 184,
185, 186, 187, 188, 189,
190, 191, 192, 193, 194,
195, 196, 197, 198, 199,
201, 202, 203, 205, 206,
207, 208, 209, 210, 211,
213, 214, 215, 216, 217,
218, 219, 220, 223, 225,
226, 235, 241, 252, 253,
262, 281, 298, 299
Lombok Utara, 8, 9, 17, 26,
103, 104, 179, 182, 190,
191, 192, 195, 196, 209,
215, 216, 217, 225, 226,
262, 299
Luar Negeri, 23, 120, 121,
122, 124, 266
M
Madinah, 14, 35, 36, 37, 38,
39, 42, 60, 72, 143, 232,
251, 253, 264, 275, 283,
285, 288, 289, 290, 291,
292, 293, 294, 296
306
Majelis Taklim, 1
Masjid, 18, 270, 271, 272, 273,
274, 276
Masyarakat Madani, 37, 38,
39, 40, 41
Menteri Kesehatan Palestina, 6
MER-C, 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 15, 17, 18, 19, 23, 24,
25, 26, 27, 28, 50, 96, 97,
98, 99, 100, 101, 102, 103,
104, 105, 106, 107, 108,
110, 113, 115, 116, 117,
118, 119, 120, 121, 123,
124, 125, 126, 127, 128,
129, 130, 131, 132, 135,
163, 164, 165, 166, 167,
168, 170, 171, 172, 173,
174, 175, 176, 177, 178,
179, 189, 190, 194, 195,
196, 197, 198, 199, 201,
202, 203, 205, 206, 207,
208, 209, 210, 211, 212,
213, 214, 215, 216, 217,
218, 219, 220, 222, 223,
224, 225, 226, 228, 229,
230, 231, 235, 236, 237,
238, 239, 240, 241, 242,
243, 244, 245, 246, 247,
248, 249, 250, 251, 252,
253, 254, 255, 256, 257,
259, 260, 261, 262, 263,
264, 265, 266, 267, 269,
275, 278, 279, 280, 281,
285, 286, 293, 294, 296,
298, 299, 300
Mirda, 225, 256, 261, 262
Misi, 5, 9, 108, 111, 113, 115,
120, 121, 122, 124, 126,
177, 189, 194, 195, 209,
224, 252, 264, 281
Murodi, 238
Muslim, 3, 12, 16, 19, 20, 21,
25, 34, 36, 50, 51, 62, 70,
75, 78, 84, 88, 90, 93, 107,
150, 163, 171, 172, 177,
194, 234, 237, 244, 248,
249, 254, 259, 261, 283,
284, 287, 290, 291, 294, 299
N
NGO, 23, 24, 27, 81, 82, 83,
85, 86, 87, 88, 89, 132, 170,
172, 173, 211, 212, 213,
220, 238, 242, 279, 299
Non Medis, 129, 174
O
Operasi, 10, 111, 154, 197
Organisasi, 4, 11, 19, 50, 84,
85, 86, 88, 93, 130, 163,
194, 199, 264, 267, 298
P
Palestina, 6, 7, 8, 18, 28, 50,
97, 104, 105, 120, 122, 123,
124, 126, 130, 131, 135,
307
136, 137, 138, 139, 140,
141, 142, 143, 144, 145,
146, 147, 148, 149, 150,
151, 154, 155, 156, 157,
158, 159, 160, 161, 162,
163, 164, 165, 166, 167,
168, 169, 170, 174, 175,
176,177, 178, 179, 211, 212,
213, 223, 225, 228, 235,
249, 265, 266, 267, 269,
270, 275, 276, 278, 281,
285, 286, 298
Pasien, 9, 10, 209, 217
Penanganan, 23, 118, 119
Penggalangan Dana, 130
Pengiriman, 174
Pengobatan, 111, 114, 209,
231, 296
Pengobatan Keliling, 209
Perang, 54, 121, 143, 144, 147,
155, 156, 162, 233, 234,
243, 244, 245, 257, 258,
259, 261, 270
Perawat, 203, 205
Persaudaraan, 283, 284
Peter Redfild, 20, 24
Piagam Madinah, 35, 36, 37,
41, 232, 289, 290, 291, 292,
293
Politik, 1, 38, 49, 50, 76, 107,
184, 293
Posko Kesehatan, 103, 208
Prinsip Kemanusiaan
Universal, 220
R
rahmatan lil ‘a>lami>n, 4, 11,
15, 18, 28, 69, 98, 99, 132,
173, 220, 222, 223, 231
Relasi, 74, 83, 89
Relawan, 27, 127, 128, 129,
130, 131, 132, 155, 174,
175, 176, 195, 197, 198,
199, 207, 214, 215, 216,
217, 218, 254, 255
Rima Manzanaris, 26, 100,
108, 127, 131, 132, 210,
230, 242, 257
Rita Tambunan, 26
Rumah Sakit, 6, 7, 8, 18, 23,
24, 88, 100, 101, 105, 124,
126, 130, 131, 132, 164,
166, 167, 168, 169, 171,
172, 176, 179, 199, 210,
212, 213, 225, 231, 249,
266, 267, 297, 298
S
Sayyid Qutb, 24, 45, 47, 224
Sejarah, 5, 14, 50, 73, 75, 85,
96, 97, 136, 137, 140, 141,
142, 155, 156, 159, 186,
187, 189, 193, 251, 272,
273, 288, 289, 293, 296
Solidaritas, 163
Suku, 117, 179, 254
Sumbangan, 132
308
T
Tabligh, 55
Tantangan, 91, 170, 178, 180,
184
Terabaikan, 9
Thomas W. Arnold, 31, 251
Tim Medis, 97, 106, 125, 174,
176, 177, 199, 201, 203,
205, 206
Tragedi Kemanusiaan, 135
U
Ummah, 35, 37, 39, 40, 41, 43,
44, 48
Y
Yerussalem, 139, 142, 145,
146, 149
BIOGRAFI PENULIS
Rubiyanah dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Agustus
1973. Perempuan asli Jakarta (Betawi) ini memulai pendidikan
formalnya pada Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Pasangggrahan
Jakarta Selatan tahun 1986 dan Madrasah Tsanawiyah di Yayasan
Pondok Pesantren Daar El- Maghfiroh, Tangerang tahun 1989,
kemudian menamatkan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Jakarta. Penulis melanjutkan
pendidikannya pada jenjang S1 di Fakultas Dakwah, Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, lulus pada tahun
1992, kemudian melanjutkan pendidikan Magister (S2), lulus tahun
2005 dan Program Doktoral (S3) di Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, lulus tahun 2019.
Karir Akademik penulis dimulai sebagai asisten dosen
(CPNS) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Jakarta pada tahun
1998, dosen tetap PNS tahun 2000 dan menjabat fungsional dosen
tahun 2005 dengan mengampu Matakuliah Keilmuan Dakwah, seperti
Sejarah Dakwah, Ilmu Dakwah I dan II serta Retorika/Ilmu Khitobah.
Tahun 2004-2010 penulis diangkat menjadi Sekretaris Konsentrasi
Jurnalistik, kemudian pada tahun 2010 terpilih menjadi Ketua
Konsentrasi jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi hingga
tahun 2014. Sebagai seorang dosen, penulis kerap melakukan
penelitian sebagai bagian dari Tri Darma Perguruan Tinggi. Di antara
tema penelitiannya adalah; 1). Respon Mad’u Terhadap Retorika
Dakwah Da’I (Studi Komparatif Dakwah bi al-Lisan Da’I pada
Majelis Taklim Kec. Pasanggrahan Jakarta-Selatan), (individu 2010),
2). Implementasi Dakwah bi al-Hal Melalui Pendidikan pada Kaum
Dhu’afa: Studi Kasus Sekolah Smart Ekselensia (Smart EI)
LembagaPengembangan Insani Dompet Du’afa, (Individu 2013), 3).
Penggunaan Hadits-Hadits Fadhail al-A’mal dalam Dakwah (Studi
terhadap Materi Dakwah Da’i pada Majelis Taklim di Kelurahan
Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur, (Individu 2015), 4). Peran
Ulama dalam Menjaga Toleransi Beragama di Kota Tangerang
Selatan dan Depok, (Ketua Tim, 2017) 5). Evaluasi Penerapan
Kurikulum Dokter Muslim di Program Studi Kedokteran dan Profesi
Dokter Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(anggota, 2018). Penulis juga pernah bergabung menjadi narasumber
pada kegiatan Kunjungan kepada Keluarga Napiter IPP II, Pusat Riset
Ilmu Kepolisian (PRIK-T) Universitas Indonesia (UI) (2015-2017)
dan DASPR UI (2018).
Karya berbentuk buku yang telah diterbitkan adalah, buku
“Pengantar Ilmu dakwah” (Lemlit UIN, 2010) dan buku “Rejuvenasi
Dakwah” (Dakwah Press, 2019). Beberapa Artikel penulis yang
diterbitkan dalam jurnal, diantaranya, Tafsir Historis Pertumbuhan
Tradisi Filsafat di Dunia Islam (Jurnal Refleksi, 2007), Rumah
Tangga Rasulullah sebagai Role Model Dakwah (Jurnal Dakwah dan
Komunikasi 2008), Problematika Masyarakat Modern dalam
Kerangka Dakwah, (Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 2010), Sejarah
Peranan Perempuan dalam Hijrah, (Al-Turas, 2010).
Adapun kegiatan professional dalam bidang pengabdian
masyarakat dilakukan melalui beberapa kegiatan yaitu, Pemberdayaan
Perempuan Melalui Pendidikan Agama dan Keterampilan pada
Komunitas Pemulung dan Sopir Bajaj di Kelurahan Bintaro Jakarta
Selatan (Kemenag, 2011), Pemberdayaan Perempuan Melalui
Pendidikan Agama dan Keterampilan pada Komunitas Pemulung dan
Sopir Bajaj di Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan (KPPA, 2013), Tim
Penilai Sertifikasi Pembimbing Haji (Kanwil Kemenag DKI), Literasi
ekonomi, Kesehatan, dan Pendidikan di Kecamatan CisataKabupaten
Pandeglang (LP2M, 2019) dan TIM penulis tetap Buletin Muslim
Muda Indonesia (MMI) kerjasama PPIM UIN Jakarta dengan The
Political Literacy Institute.
Saat ini penulis menjabat sebagai Dewan pakar pada Asosiasi
Komunikasi Penyiaran Islam (ASKOPIS) Indonesia, dan anggota pada
platform WWW. Cari Ustad.com. Penulis juga aktif sebagai
penceramah (dai) sekaligus narasumber tetap pada beberapa Majelis
Taklim di sekitar Jakarta Selatan, Tangerang dan Depok, dan kerap
memberikan ceramah agama pada kegiatan hari-hari besar keagamaan
dan lain-lain.
Recommended