View
130
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
REKAM MEDIK
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. MS
Rekam Medik : 709751
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun 4 Desa Dangku Kel. Dangku Kec.
Rambang Dangku, Muara Enim
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 7 Maret 2013 Pukul.19.00 WIB
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal)
Keluhan Utama : mau melahirkan dengan anak tak lahir-lahir
Riwayat Perjalanan Penyakit :
± 10 jam SMRS, os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang,
hilang timbul makin lama makin sering dan kuat, R/keluar darah lendir (+),
R/ keluar air-air (+) 2 jam SMRS. Os lalu pergi ke bidan, dipasang infus,
dan dipimpin mengejan selama 1 jam, tetapi anak tetap tak lahir-lahir. Os
lalu ke RSMH, os mengaku hamil cukup bulan dengan gerakan anak masih
dirasakan.
Riwayat Perkawinan : 1 x lamanya 14 tahun.
Riwayat Reproduksi : Menarche umur 13 tahun, haid teratur, siklus 28
hari, lamanya 4 hari, haid pertama hari terakhir
lupa.
1
Riwayat obstetri : G8P5A2
Tempat
Bersalin
Tahun Hasil
Kehamilan
Jenis
Persalinan
Penyulit Nifas Anak
Kelamin Berat Keadaan
Dukun 2001 Aterm Spontan - Baik ♀ ? Sehat
Dukun 2002 Aterm Spontan - Baik ♀ ? Sehat
Dukun 2004 Aterm Spontan - Baik ♂ ? + 5 bln
Dukun 2006 - - - Baik - - -
Dukun 2008 ? Spontan - Baik ♀ ? + 4 bln
Dukun 2010 - - - Baik - - -
Dukun 2011 ? Spontan - Baik ♀ ? Sehat
Hamil 2013
Riwayat sosial ekonomi : Sedang
Riwayat gizi : Nafsu makan baik dan tidak ada gangguan pada
miksi maupun defekasi. Berat badan sebelum
hamil 68 kg, tinggi badan 155 cm. BMI : 28,3
(Kesan: overweight)
Riwayat penyakit yang pernah diderita :
R/ Kencing manis disangkal
R/ Darah tinggi disangkal
R/ Penyakit jantung disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK (7 Maret 2013)
A. Status Present
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Frekuensi pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,7 oC
Berat badan : 68 kg
2
Tinggi badan : 155 cm
Konjungtiva palpebra pucat : -/-
Sklera ikterik : -/-
Gizi : sedang
Payudara hiperpigmentasi : (+/+)
Jantung : gallop (-), murmur (-)
Paru-paru : bising nafas vesikuler (+) normal,
wheezing (-), ronkhi (-)
Hati dan lien : sulit dinilai
Edema pretibia : (-/-)
Varises : (-/-)
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
B. Status Obstetri
Pemeriksaan luar: (7-03-2013 Pukul.19.00 WIB )
Tinggi fundus uteri 3 jari bawah proc. xiphoideus (37 cm), detak
jantung janin 136 kali/menit teratur, letak janin memanjang, punggung
kanan, terbawah kepala, penurunan HI-II (4/5), his 2x / 10’/ 25”, TBJ
3720 gram.
Pemeriksaan dalam vagina : (7-03-2013 Pukul.19.00 WIB )
Inspekulo : Portio livide, OUE terbuka, fluor (-), fluxus (+), cairan
ketuban tidak aktif, tes lakmus (+) merah menjadi biru,
erosi/laserasi/polip (-).
Vaginal Toucher: Portio lunak, posisi medial, pendataran 75 %,
pembukaan 6 cm, ketuban (-), bau (-), mekonium (+), penurunan
kepala hodge I-II, penunjuk sutura sagitalis lintang.
Pemeriksaan panggul : promontorium tidak teraba, KD > 13cm, KV >
11,5 cm, linea inominata teraba 1/3-1/3, sakrum konkaf, spina
iskiadikus tidak menonjol, arkus pubis > 90o , dinding samping lurus,
kesan panggul luas, bentuk PAP ginekoid, DKP (-), pelvimatri Ro’ (-)
3
Laboratorium (7 Maret 2013)
Darah Lengkap
Hb : 10,1 gr/dl
Eritrosit : 4.090.000/mm3
Leukosit : 16.400/mm3
Hematokrit : 32%
Trombosit : 146.000/mm3
Kimia Darah
BSS : 97 mg/dl
Natrium : 141 mmol/l
Kalium : 3,9 mmol/l
IV. DIAGNOSIS KERJA
G8P5A2 hamil aterm in partu kala I fase aktif dengan partus kasep JTH
preskep
V. PROGNOSIS
Ibu : Dubia
Janin : Dubia
VI. PENATALAKSANAAN
- Perbaikan keadaan umum
O2 5 L/m
Lateroposisi
Perbaikan KU 1 jam dengan D5% (kocor 1 liter), dilanjutkan dengan
D5% : RL = 2:1 gtt xxx/menit
- Observasi TVi, His, DJJ
- Terminasi perabdominal
- Antibiotik amphisilin 4 x 1 g
- Kateter menetap, catat output dan input
- Konseling tubektomi
4
- Persiapan tindakan (alat, izin, obat, darah)
- Cek lab
- Lapor senior
PARTOGRAF (tidak ada)
LAPORAN OPERASI
Tanggal 7 Maret 2013
Pukul 20.32 WIB Operasi dimulai
Penderita terlentang dalam keadaan anestesi spinal. Dilakukan tindakan aseptik
dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi dipersempit
dengan doek steril. Dilakukan insisi mediana sepanjang ± 10 cm dimulai 2 jari
atas simfisis pubis sampai 1 jari bawah umbilicus. Kemudian insisi diperdalam
secara tajam dan tumpul sampai menembus peritoneum, tampak uterus sebesar
kehamilan aterm. Diputuskan untuk melakukan SSTP dengan cara sbb:
Insisi SBR semilunar ± 3 cm secara tajam di bagian tengah sampai
menembus cavum uteri kemudian diperlebar ke lateral secara tumpul
dengan jari. Ketuban minimal, jernih, bau (-)
Bayi dilahirkan dengan cara meluksir kepala.
Pukul 20.38 WIB
Lahir neonatus hidup laki-laki dengan BB : 3900 gr, PB : 49 cm, AS 8/9 FT AGA.
Ke dalam cairan infus dimasukkan oksitosin 20 IU. Plasenta dilahirkan dengan
tarikan ringan pada tali pusat.
5
Pukul 20.40 WIB
Plasenta lahir lengkap, BP: 710 g, PTP 50 cm, ukuran Ø 20x9 cm. Dilakukan
pembersihan kavum uteri dengan kassa. Kemudian dilanjutkan penjahitan pada
uterus sebagai berikut:
Dilakukan penjahitan SBR satu lapis secara jelujur feston dengan Vicryl
no. 1
Dilakukan tubektomi secara pomeroy pada kedua tuba
Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya
Dilakukan pencucian cavum abdomen dengan NaCl 0,9%.
Dilanjutkan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara sebagai
berikut:
Peritoneum dijahit secara jelujur dengan plain cat gut no.2.0
Otot dijahit secara jelujur dengan plain cat gut no. 2.0
Fascia dijahit secara jelujur feston dengan vicryl no.1
Subkutis dijahit secara satu-satu terputus dengan plain cat gut no. 2.0
Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vicryl no. 3.0
Luka operasi ditutup dengan softratulle dan opsite
Pukul 21.20 WIB Operasi selesai
Cairan Masuk Cairan Keluar
RL : 1000 Cc Urine : 200 Cc
Darah : - Cc Darah : 250 Cc
Total : 1000 Cc Total : 450 Cc
Diagnosis pra bedah : G8P5A2 hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan
partus kasep janin tunggal hidup persentasi kepala
Diagnosis pasca bedah: P6A2 post SSTP ai partus kasep
Tindakan : Seksio Sesaria Transperitonealis Profunda + tubektomi
pomery
Instruksi Post Op
6
- Cek Tanda Vital (BP, PR, RR, T)
Setiap 15 menit sampai dengan 1 jam pertama post op
Setiap 30 menit sampai dengan 4 jam pertama post op
Setiap 60 menit sampai dengan 24 jam pertama post op
- Cek Hb post op, bila HB < 12 g %, lakukan transfusi
- IVFD D5 + RL + 10 iu oksitosin 2 ampul, 1:2 gtt XX/menit
- Kateter menetap, catat input dan output
- Mobilisasi 24 jam
- Diet biasa
- Obat: 1. Ceftriaxon 1 gr 2 x 1 i.v.
2. Tramadol 3 x 1 amp i.v.
3. Asam Tranexamic 3x 1 ampul i.v.
- Lapor dokter jaga bila ada keluhan
Laboratorium (8 Maret 2013)
Darah Lengkap
Hb : 9,3 gr/dl
Eritrosit : 3.610.000/mm3
Leukosit : 219.000/mm3
Hematokrit : 28%
Trombosit : 141.000/mm3
Hitung Jenis Leukosit
Basofil : 0 %
Eosinofil : 0 %
Netrofil batang : 1 %
Netrofil segmen : 88 %
Limfosit : 5 %
Monosit : 6 %
Kimia Darah
7
Protein total : 5,6 g/dl
Albumin : 2,8 g/dl
Globulin : 2,8 g/dl
Bilirubin total : 0,41 mg/dl
Bilirubin direk : 0,19 mg/dl
Bilirubin indirek : 0,22 mg/dl
SGOT : 27 mg/dl
SGPT : 5 mg/dl
FOLLOW UP
Jumat, 8 Maret 2013
06.30 S: Post op SSTP
O: KU : baik
TD : 100/70mmHg
Nadi : 60x/mnt
RR : 20x/mnt
T : 36,5 oC
Status obstetri
- PL : FU 3 jbpst, perut datar lemas, kontraksi baik,
lokhia rubra, perdarahan aktif (-),luka operasi
ditutup hipafix.
- Status : P6A2, post SSTP neonatus hidup, ♂, BB 3900g,
PB 49cm, Apgar Score 8
- P :
1. Evaluasi tanda-tanda vital ibu
2. Cek Hb post operasi (hasil laboratorium : Hb
9,3 g/dl)
3. IVFD D5 + RL + 10 iu oksitosin 2 ampul, 1:2 gtt
XX/menit
4. Kateter menetap catat intake dan output
5. Mobilisasi bertahap
8
6. Diet biasa
7. Terapi Medikamentosa :
a. Ceftriaxon 1 gr 2 x 1 i.v.
b. Tramadol 3 x 1 amp i.v.
c. Asam Tranexamic 3x 1 ampul i.v.
Sabtu, 9 Maret 2013
06.30 Status Present
TD : 110/70mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
T : 36,5oC
Status obstetri
- PL : FU 3 jbpst, perut datar lemas, kontraksi baik, lokhia rubra,
perdarahan aktif (-)
- Status : P6A2, post SSTP neonatus hidup, ♂, BB 3900g, PB
49cm, Apgar Score 8
- P :
1. Evaluasi tanda-tanda vital ibu
2. IVFD RL gtt xx/menit
3. Kateter menetap catat intake dan output
4. Mobilisasi bertahap
5. Diet biasa
6. Terapi Medikamentosa :
a. Cefadroxil tab 2 x 500 mg
b. Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
c. Vit. B comp tab 3 x 1
Minggu, 10 Maret 2013
9
06.30 Status Present
TD : 110/70mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
T : 36,5oC
Status obstetri
- PL : FU 3 jbpst, perut datar lemas, kontraksi baik,
lokhia rubra, perdarahan aktif (-)
- Status : P6A2, post SSTP neonatus hidup, ♂, BB 3900g,
PB 49 cm, Apgar Score 8
- P :
1. Evaluasi tanda-tanda vital ibu
2. IVFD RL gtt xx/menit
3. Kateter menetap catat intake dan output
4. Mobilisasi bertahap
5. Diet biasa
6. Terapi Medikamentosa :
a. Cefadroxil tab 2 x 500 mg
b. Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
c. Vit. B comp tab 3 x 1
- Output : 1700 cc
Senin, 11 Maret 2013
06.30 Status Present
TD : 110/70mmHg
N : 88 x/mnt
RR : 20x/mnt
T : 36,5oC
Status obstetri
- PL : FU 3 jbpst, perut datar lemas, kontraksi baik,
lokhia rubra, perdarahan aktif (-)
10
- Status : P6A2, post SSTP neonatus hidup, ♂, BB 3900g,
PB 49cm, Apgar Score 8
- P :
1. Evaluasi tanda-tanda vital ibu
2. IVFD RL gtt xx/menit
3. Kateter menetap catat intake dan output
4. Mobilisasi bertahap
5. Diet biasa
6. Terapi Medikamentosa :
a. Cefadroxil tab 2 x 500 mg
b. Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
c. Vit. B comp tab 3 x 1
7. Lapor Chief Jaga
- Input : 1100 cc
- Output : 1200 cc
- IWL : 250 cc
- Ballance : 250 cc
BAB II
11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Partus Kasep
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. Sedangkan partus kasep adalah
merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu
lama sehingga timbul komplikasi pada ibu dan atau janin, seperti dehidrasi,
infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan Kematian Janin Dalam Kandungan
(KJDK). Harus pula kita bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu
persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada
pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi selama 2 jam terakhir.
Persalinan pada primitua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang
mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan
kenyataan bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih,
jadi permulaan dan berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus
lama menurut penelitian adalah 2,8-4,9%.3,7
2.2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :2,4,,5,8
1. Tenaga atau Kekuatan (power) : his (kontraksi uterus), kontraksi otot
dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi
ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan mendorong dan lama
persalinan. His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga persalinan mengalami hambatan
atau kemacetan. Jenis-jenis kelainan his:
a. Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan
lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal. Selama
ketubannya masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu
maupun janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama.
Keadaan ini dinamakan inersia Uteri Primer. Inersia Uteri Sekunder:
12
kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan
dalam waktu yang lama.
b. His terlampau kuat. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga biasa,
kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan
terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang
sangat singkat.
c. Incoordinate uterine contraction. Disini sifat his berubah, tonus otot
uterus meningkat juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung
seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-
bagiannya. His menjadi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
2. Janin (passanger) : letak janin, posisi janin, presentasi janin dan bentuk
janin.
a. Kelainan letak, posisi atau presentasi janin
- Posisi Oksipitalis Posterior Persisten
- Presentasi Puncak Kepala
- Presentasi Muka
- Presentasi Dahi
- Letak Sungsang
- Letak Lintang
- Presentasi Ganda
b. Kelainan bentuk janin
- Pertumbuhan janin yang berlebihan
- Hidrosefalus
- Kelainan bentuk janin yang lain: janin kembar melekat (double
monster), janin dengan perut besar, tumor-tumor lain pada
janin.
c. Jalan Lintas (passage) : ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks
untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina
untuk memanjang. Panggul menurut morfologinya dibagi 4 yaitu :
13
- Panggul ginekoid. Jenis panggul yang paling banyak pada
wanita normal, mempunyai diameter terbaik untuk lahirnya
janin tanpa komplikasi. Pintu atas panggul berbentuk hamper
bulat. Bentuk panggul ini ditemukan pada 45% wanita.
- Panggul anthropoid. Panggul yang memiliki bentuk agak
lonjong seperti telur, pada bidang pintu atas panggul dengan
diameter terpanjang anteroposterior. Arkus pubis sempit dan
lebarnya kurang dari 2 jari, sehingga menyebabkan
penyempitan pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini
ditemukan pada 35% wanita.
- Panggul android. Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi
jelek dan lebih jarang dijumpai dibanding bentuk ginekoid.
Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter
transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati
sacrum. Spina iskiadika menonjol ke dalam jalan lahir dan
pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis yang
menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.
- Panggul platipelloid. Panggul berbentuk datar dengan tulang-
tulang yang lembut, jenis panggul ini paling jarang dijumpai
dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita. Pintu
atas panggul lebih jelas terlihat dimana menunjukan
pemendekan dari diameter antero-posterior, sebaliknya
diameter transversal lebar.
Saluran (kanal) pelvis yang menjadi jalan janin selama persalinan terdiri
dari pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu bawah panggul.5,8
a. Pintu atas panggul atau inlet. Ada 2 diameter terpenting pada pintu
atas panggul yaitu :
- Diameter antero-posterior dari promontorium sakrum ke pinggir
atas simfisis pubis, disebut konjugata vera, ukuran normalnya
adalah 11-12 cm.
14
- Diameter transversal adalah bagian terlebar dari pintu atas
panggul dengan ukuran 13 cm.
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari
10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Oleh karena pada
panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh
pintu atas panggul, maka dalam hal ini Serviks uteri kurang mengalami
tekanan kepala. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak
tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada
pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli.
b. Rongga panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran yang
paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan setinggi kedua
spina iskiadika. Distansia interspinarum normal }10,5 cm. Perhatikan
pula bentuk os sakrum, apakah kelengkungkunganya baik.
c. Pintu bawah panggul atau outlet. Arkus pubis pada pelvis normal
membentuk sudut 90°. Bila kurang sekali dari 90° maka kepala janin
akan lebiih sulit dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke
dorsal. Kelainan traktus genitalis juga dapat menyebabkan terjadinya
distosia.
- Vulva : edema, stenosis dan tumor
- Vagina : stenosis vagina kongenital, septum vagina, tumor vagina
- Serviks uteri : dysfunctional uterine action (parut serviks uteri),
konglutinasio orifisii eksterni, karsinoma servisis uteri
- Uterus : mioma uteri
- Ovarium : tumor ovarium
3. Kejiwaan (psyche)
Persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan
orang terdekat dan intregitas emosional. Selain karena kejiwaan bisa juga
dipengaruhi oleh faktor penolong (provider) : pimpinan yang salah.
Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong
persalinan juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong
persalinan bertindak dalam memimpin proses terjadinya kontraksi uterus
15
dan mengejan hingga bayi dilahirkan. Selanjutnya melakukan perawatan
terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu, penolong persalinan seharusnya
seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil serta mengetahui
dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang melahirkan, sehingga bila
ada komplikasi selama persalinan, penolong segera dapat melakukan
rujukan.
Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dan secara statistik bermakna
terhadap kejadian kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter,
sehingga selanjutnya perlu persalinan tindakan di RS. Demikian pula hasil
penelitan Rusydi di RSUP Palembang, menemukan bahwa partus kasep
yang akhirnya dilakukan tindakan operasi, merupakan kasus rujukan yang
sebelumnya ditolong oleh bidan dan dukun di luar rumah sakit.
Sebab-sebab terjadinya partus kasep ini adalah multikomplek dan
tentu saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan
persalinan yang baik, dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebab
adalah antara lain:3
a. kelainan letak janin
b. kelainan-kelainan panggul
c. kelainan his
d. pimpinan partus yang salah
e. janin besar atau ada kelainan congenital
f. primitua
g. perut gantung, grandemulti
h. ketuban pecah dini
2.3. Gejala klinik 3,6,7
1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan
lemah, pernapasan cepat dan meteorismus, cincin retraksi patologis, edema
vulva, edema serviks, his hilang atau lemah.
16
Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan
yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen
bawah uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah
uterus.
Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri:
perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari
luar, pemeriksaan dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke atas,
robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.
2. Pada janin
a. Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif, air
ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b. Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup
besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius.
Biasanya kaput suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan
menghilang dalam beberapa hari.
c. Moulage kepala yang hebat, akibat tekanan his yang kuat,
lempenglempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu
sama lain.
d. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
e. Kematian Janin Intra Parital (KJIP)
2.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:7
1. Adanya tanda dan gejala klinis partus lama:
a. Ibu kelelahan dan dehidrasi
b. Vulva edema
c. Perut kembung
d. Demam
e. Kaput suksedaneum
f. RUI
17
2. Adanya komplikasi pada ibu:
a. Gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, asidosis
b. Infeksi intrauterin sampai sepsis
c. Dehidrasi sampai syok
d. Robekan jalan lahir sampai robekan rahim (ruptur uteri)
3. Adanya komplikasi pada janin:
a. Gawat janin
b. Kematian janin
2.5 Penatalaksanaan7
Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk:
1. Koreksi cairan (rehidrasi)
2. Koreksi keseimbangan asam basa
3. Koreksi keseimbangan elektrolit
4. Pemberian kalori
5. Pemberantasan infeksi
6. Penurun panas
Tindakan yang diberikan:
1. Pasang infus dan kateter urin
2. Pemberian cairan, kalori dan elektrolit
a. Infus Ringer laktat, kalori dan elektrolit
b. Infus dekstrosa 5% 250cc, tetesan cepat. Cairan dapat diberikan
menurut kebutuhan.
3. Koreksi asam basa dengan pengukuran karbondioksida darah dan pH (bila
perlu)
4. Pemberian antibiotika spektrum luas secara parenteral.
a. Inj. Ampicillin 1gr/6jam, Inj. Gentamycin 80mg/12jam, metronidazole
selama 3 hari, dilanjutkan amoksisilin 3x500mg/hari selama 2 hari.
b. Inj. Cefotaxime 1gr/hr, selama 3 hari, dilanjutkan amoksisilin
3x500mg/hari selama 3 hari.
18
5. Penurun panas
a. Kompres
b. Inj. Xylomidone 2cc IM
6. Terminasi persalinan:
a.Bila syarat persalinan per vaginam memenuhi dilakukan ekstraksi
vakum/ekstraksi forseps atau embriotomi
b.Bila syarat persalinan per vaginam tidak terpenuhi maka dilakukan SC.
2.6. Komplikasi 4,6
2.6.1 Ibu
a. Infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam
ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya
ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
b. Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ
c. Robekan jalan lahir
d. Ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus
menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada
wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio
sesarea.
e. Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan
rektum. Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas
panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama,
bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul
dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi,
maka dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari
setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal,
vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat
penekanan ini terjadi setelah persalinan kala dua yang sangat
berkepanjangan.
19
2.6.2 Anak
a. Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
b. Lahir dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak
menetap
c. Trauma persalinan
d. Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan
persalinan dengan tindakan.
20
BAB III
ANALISIS KASUS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa diagnosis
kasus ini adalah G8P5A2 hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan partus
kasep, janin tunggal hidup presentasi kepala. Suatu kehamilan dikatakan aterm
jika kehamilan tersebut berusia 37-42 minggu.1 Untuk mengetahui usia kehamilan
dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri, menggunakan rumus
Naegle melalui hari pertama haid terakhir (HPHT), rumus McDonald (tinggi
fundus uteri dikalikan 8 dan dibagikan 7 memberikan umur kehamilan dalam
minggu), Quickening of life (persepsi gerakan janin pertama) dan pemeriksaan
USG. Usia kehamilan penderita pada kasus ini ditentukan berdasarkan anamnesis
yaitu penderita mengaku hamil cukup bulan dan pengukuran tinggi fundus uteri
yang diketahui 3 jari bawah processus xiphoideus (34cm), menandakan bahwa
kehamilan aterm.4,5
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan.
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), serviks
mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) serta his yang mulai teratur.
Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-
pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.3
Partus dibagi menjadi 4 kala yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV. Kala I
atau kala pembukaan yaitu terjadinya pembukaan serviks sampai 10 cm. Kala II
disebut juga kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan
janin didorong ke luar sampai lahir. Kala III atau kala uri adalah terlepasnya
plasenta dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta
dan lamanya 1 jam.1,3
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase yaitu
fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung selama 6 jam dan pembukaan
21
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase aktif dibagi
menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi.
Pada fase akselerasi terjadi pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dalam waktu 2 jam.
Pada fase dilatasi maksimal terjadi pembukaan yang sangat cepat yaitu dari 4 cm
menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam. Pada fase deselerasi pembukaan menjadi
lambat kembali yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.3
Pada kasus ini, penderita sudah inpartu karena sudah terdapat tanda-tanda
inpartu yaitu keluarnya darah lendir, pembukaan dan pendataran serviks. Kala I
fase aktif karena pada pemeriksaan dalam pembukaan hanya 6 cm.
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum (OUI) akan membuka
lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri
eksternum (OUE) membuka. Pada multigravida OUI sudah sedikit terbuka, OUI
dan OUE mengalami penipisan dan pendataran serviks dalam saat yang sama.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida,
kala I berlangsung 13-14 jam sedangkan pada multipara berlangsung 6-7 jam.3
Partus kasep adalah suatu keadaan dari fase akhir persalinan yang tidak
mengalami kemajuan (kemacetan) dan berlangsung lama sehingga timbul
komplikasi ibu maupun janin atau keduanya.6
Diagnosis partus kasep pada kasus ini sudah tepat karena persalinan sudah
berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan (macet). Berdasarkan anamnesis
dapat diketahui bahwa penderita sudah dipimpin mengedan oleh bidan selama + 1
jam, tetapi anak tidak lahir-lahir. Parturient dipasang infus serta disuntik,
kemudian dipimpin mengejan, tetapi anak tetap tidak kunjung lahir. Parturient
kemudian dirujuk ke RSMH. Berdasarkan teori, seharusnya pimpinan persalinan
dilakukan pada kala II, yaitu pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan tidak boleh
lebih dari 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.6
Pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi pada ibu
akibat persalinan yang tidak mengalami kemajuan. Tanda-tanda dehidrasi juga
tidak ditemukan pada ibu. Tanda-tanda infeksi pada ibu belum ditemukan, suhu
ibu masih normal (36,7 oC), dari pemeriksaan dalam didapatkan ketuban sudah
22
pecah, tidak berbau dan terdapat mekoneum. Sudah terdapat tanda-tanda gawat
janin dengan ditemukannya mekonium yang bercampur dengan air ketuban serta
caput succedaneum berukuran 5x1cm walaupun DJJ 136x /menit dan teratur.
Penyebab partus kasep multikompleks yang berhubungan dengan
pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan. Ada
beberapa faktor penyebab partus kasep yaitu faktor ibu (ibu tak cakap mengejan),
faktor kekuatan (his), faktor janin (janin besar, malpresentasi atau malposisi),
faktor panggul dan pertolongan yang salah (salah pimpin, manipulasi kristeler dan
pemberian uterotonik tidak pada tempatnya.6 Pada kasus ini, kemungkinan besar
disebabkan karena pertolongan yang salah, yaitu salah pimpin karena pada
pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 6 cm dan penurunan kepala pada
hodge I-II. Faktor janin pada kasus ini bisa juga menyebabkan terjadinya partus
kasep yaitu malposisi dimana penunjuknya adalah UUK melintang. Hal ini bisa
disebabkan karena multiparitas ataupun hidramnion
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah perbaikan keadaan umum, resusitasi
intra uterin, pemberian antibiotik dan rencana terminasi persalinan
perabdominam. Untuk memperbaiki keadaan umum, dilakukan rehidrasi yaitu
pemberian cairan dalam waktu 1-2 jam dengan pemasangan infus D5% (kocor 1-2
liter) dan lanjutkan RL:D5% 1:2 gtt xx/menit. IVFD D5% diberikan untuk
mengatasi hipoglikemi akibat kekurangan kalori karena lama mengedan serta
mengatasi dehidrasi. Pemasangan kateter menetap dimaksudkan untuk
mengetahui (kontrol) keseimbangan cairan. Kemudian observasi tanda vital ibu.
Tujuan pemberian antibiotik pada kasus ini adalah untuk mencegah infeksi
yang mungkin akan terjadi(profilaksis). Antibiotik yang diberikan adalah
ceftriaxon 2x1 g intravena. Tujuan pemberian injeksi asam tranexamic 3 ampul
adalah untuk mengatasi perdarahan pasca operasi. Selanjutnya dilakukan
persiapan operasi, seperti izin, obat dan alat.
Pemakaian kateter sampai dengan 7 hari postpartum bertujuan untuk
mengistirahatkan vesica urinaria dan mencegah terjadinya fistula.
23
BAB IV
KESIMPULAN
Diagnosis kasus ini ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
dimana diketahui bahwa persalinan berlangsung lama dan tidak mengalami
kemajuan (macet) serta didapatkan tanda-tanda komplikasi pada janin yang
mendukung diagnosis partus kasep.
Kemungkinan penyebab kasus ini adalah kesalahan pada penolong awal
(bidan) karena memimpin persalinan lebih dari 1 jam pada pasien multigravida
dan adanya malposisi pada janin dengan letak ubun-ubun kecil melintang.
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah perbaikan keadaan umum, resusitasi
intra uterin, pemberian antibiotik dan terminasi perabdominam. Terminasi
perabdominam dilakukan karena pada kasus ini sudah dijumpai komplikasi dan
gawat janin.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Yuniartika, Wachidah. 2009. Hubungan Persalinan Kala I Memanjang
dengan Kesejahteraan Janin di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Surakarta. Available from: Http://etd.eprints.ums.ac.id/4496/
2. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
Persalinan dengan Tindakan. Available from:
Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS__YULI_KUSUMAWATI.pdf
3. Mochtar, Rustam, Prof. Dr. MPH., 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri
Fisiologi,Obstetri Patologi, Edisi 2. Jakarta: EGC
4. Pereira, Gabriela. 2006. Partus Kasep. Available from:
Http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/03/partus-kasep
5. Wiknjosastro, Hanifa, Prof., dr., dkk.2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
6. Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams, Volume 1, Edisi 21.
EGC. Jakarta
7. Kumboyo, Doddy. A., SpOG, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik
Rumah Sakit Umum Daerah NTB. Mataram
8. Anonim. 2005. Partus Tak Maju. Available from:
Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter?20II
25
Recommended