Bibit

Preview:

DESCRIPTION

bibit

Citation preview

  • JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2010, VOL. 10 NO. 1, 7 - 13

    7

    Peran Usaha Perbibitan Dalam Pengembangan Ternak SapiPerah di Indonesia(The Role of Breeding Farm on Dairy Cattle Development InIndonesia)

    Achmad Firman, Sri Bandiyati Komar Prajoga, dan HermawanFakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

    AbstrakUsaha perbibitan pada peternakan sapi perah memegang peranan penting dalam

    penyediaan stock bibit sapi perah. Dalam kerangka budidaya sapi perah, perbibitan ataubreeding merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari siklus feeding, breeding, danmanagement. Ke tiga faktor tersebut sangat penting dalam usahaternak sapi perah. Tujuandari kajian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana peran perbibitan dan program-programperbibitan dalam penyediaan ternak pengganti, dan untuk mengetahui berapa besarinvestasi yang diperlukan dalam usaha perbibitan sapi perah. Metode yang dilakukan padakajian ini adalah kajian pustaka yang dititikberatkan pada usaha perbibitan sapi perah. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil mapping terhadap peran pelaku perbibitansapi perah dapat dikatakan bahwa (1) usaha perbibitan sapi perah sangat berperan dalammemasok kebutuhan akan bibit; (2) belum maksimalnya pelaku usaha di sapi perah dalammengembangkan perbibitan; (3) selama ini, peran usaha perbibitan sapi perah hanyaditujukkan sebagai penyedia ternak pengganti produksi/replacement stock, padalahdiperlukan juga untuk menghasilkan produksi bibit sapi perah unggulan untukmenghasilkan elit cow dan proven bull; dan (4) usaha perbibitan sapi perah memerlukaninvestasi yang cukup besar, namun usaha ini cukup prospektif untuk diusahakan karenamampu menghasilkan keuntungan per harga pokok produksi sebesar 3,4% per bulan ataumelebihi suku bunga bank.Kata Kunci: Peranan, Perbibitan, Sapi Perah

    AbstractThe breeding farm on dairy cattle development takes an important play in farm

    system. The breeding farm is one of factors that influnces a dairy farm except feeding andmanagement. The objectives of the research are to know role of breeding in a replacementstock system, and how many capital can invest in the breeding farm. The methology ofresearch was used a depth review literature that describe about the role of breeding farmingand investment of dairy breeding. The research results determined that (1) dairy breedingfarm had a good role to support dairy development; (2) the breeding farm has not beenundertaken optimally, yet; (3) the breeding farm has been focused on a replacement stock,not to produce proven bull or elite bull; and (4) based on analysis results determines that thebreeding farm has a good prospective for business because the profit is approximately 3.4%per month and it is more than the interest rate.Key words: The Role, Breeding, and Dairy Cattle

    PendahuluanPada pada dekade 1990-an, industri

    persapiperahan mengalami masa keemasandimana pemerintah melakukan perlindungan dandukungan terhadap industri sapi perah diIndonesia. Proteksi yang diberikan adalah dengandikeluarkannya program BUSEP (bukti serap)sebagai syarat bagi Industri Pengolahan Susu(IPS) untuk melakukan impor susu dari luarnegeri. Artinya, pemerintah mewajibkan IPSuntuk menyerap susu segar dalam negeri (SSDN).Dengan adanya dukungan yang diberikanpemerintah, terjadi peningkatan jumlah populasisapi perah yang cukup signifikan dari tahun 1985

    1993 dari 193.000 ekor menjadi 236.386 ekoratau selama delapan tahun meningkat sebanyak43.386 ekor (Dirjen Peternakan dalam berbagaitahun dikutip oleh Firman, 2010).

    Akan tetapi, trend peningkatan populasisapi perah mengalami hambatan saat Indonesiamengalami krisis ekonomi. Denganditandatanganinya Letter of Intent antarapemerintah RI dengan IMF, pemerintahmengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 4Tahun 1998 di mana pemerintah mencabutperlindungan terhadap peternak sapi perah denganmenghapus kebijakan rasio susu impor dan susulokal terhadap IPS. Kondisi ini berdampak buruk

  • JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2010, VOL. 10 NO. 1

    8

    terhadap industri persapiperahan di Indonesia.Implikasinya adalah terjadi penurunan populasisapi perah di tahun 1999 (Gambar 1). Turunnyajumlah populasi sapi perah ini karena peternakmerasa sudah tidak ada insentif menarik lagi diusaha sapi perah. Pasca krisis ekonomi, populasisapi perah mulai mengalami peningkatan, namundari tahun 2002 2009 tidak mengalamipeningkatan alias stagnasi. Kondisi ini dapatdisebabkan oleh beberapa faktor, salah satunyaadalah pasokan bibit sapi perah. Bibit sangatdiperlukan sebagai ternak pengganti (replacementstock) usaha sapi perah karena bibit akanmenggantikan sapi-sapi perah betina dewasa yangsudah tidak produktif lagi. Oleh karena itu,permasalahan yang dapat diangkat adalahsejauhmana peran usaha perbibitan sapi perah dananalisis usahanya.

    MetodeKajian ini menggunakan metode studi

    kasus dengan pendekatan literature review. Kajianliterature ini digunakan untuk menggambarkanbagaimana peran perbibitan sapi perah dalamrangka penyediaan bibit yang berkualitas untukmenggantikan ternak sapi perah yang telahdiafkir. Selain itu, untuk menggambarkansejauhman peran program-program perbibitandalam menyediakan sumber bibit sapi perah diIndonesia.

    Hasil Dan PembahasanPerbibitan merupakan upaya peningkatan

    populasi dan kualitas genetik ternak. Sedangkanindustri perbibitan adalah upaya peningkatanpopulasi dan kualitas genetik ternak dalam skalaindustri atau besar dengan menggunakanteknologi perbibitan. Berdasarkan PeraturanMenteri Pertanian No. NOMOR : 36/Permentan/OT.140/ 8/ 2006 tentang Sistem Perbibitan TernakNasional, ada tiga hal penting yang terkait denganperbibitan, yaitu perbibitan, bibit ternak, danbenih. Perbibitan adalah kegiatan budidayamenghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiriatau untuk diperjualbelikan. Bibit Ternak adalahsemua hasil pemuliaan ternak yang memenuhipersyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.Benih adalah pemuliaan ternak yang berupa mani(semen), sel (oocyt), telur tetas dan embrio.Dengan definisi tersebut dapat diartikan bahwakegiatan perbibitan dimaksudkan untukmenghasilkan bibit ternak baik untuk keperluanpeternak itu sendiri ataupun untuk kegiatankomersil. Namun hakekat dari perbibitan adalah

    upaya penyelamatan plasma nutfah atau generasiternak agar tidak punah.

    Begitu pula dengan perbibitan sapi perahyang dimaksudkan untuk meningkatkan populasidan kualitas genetik sapi perah yang pada intinyaadalah dalam rangka pelestarian sapi perah. Hasilperbibitan sapi perah, tentunya akan menghasilkanbibit sapi perah. Bibit sapi perah adalah semuasapi perah hasil pemuliaan ternak yang memenuhipersyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan(Peraturan Menteri Pertanian Nomor55/Permentan/OT.140/10/2006). Jadi dengandemikian, untuk menghasilkan bibit sapi perahyang memenuhi persyaratan tertentu atauberkualitas harus melalui berbagai tahapan agarmenghasilkan bibit sapi perah yang berkualitas.Tahapan yang dimaksud adalah tahapan prosesuntuk menghasilkan bibit yang berkualitas.

    Pemerintah, melalui berbagai unitkerjanya, telah berupaya untuk meningkatkanpasokan bibit sapi perah ke peternak, baik denganmensuplai semen beku ataupun dengan mensuplaiembrio beku. Namun, yang selama ini dijalankandan efektif dilaksanakan di peternak adalahintrodusir semen beku dengan inseminasi buatan.Ada empat unit pelaksana teknis (UPT)pemerintah pusat yang menangani perbenihan(semen dan embrio beku) dan perbibitan ternak,yaitu (1) perbenihan adalah Balai BesarInseminasi Buatan (BBIB) Singosari dan BalaiInseminasi Buatan (BIB) Lembang memproduksisemen beku, serta Balai Embrio Transfer (BET)Cipelang yang memproduksi embrio beku, dan (2)perbibitan sapi perah adalah BBPTU Sapi Perahyang memproduksi bibit sapi perah unggul.Berikut uraian masing-masing kinerja produksi keempat UPT pusat yang berfungsi mensuplai benihdan bibit ternak (Tabel 1).

    Berdasarkan Tabel 1, dapat diberikangambaran bahwa produksi benih, terutama semenbeku, mampu memenuhi permintaan akan semenbeku untuk keperluan inseminasi buatan. Sebagaicontoh, jika total populasi sapi perah sebanyak376.534 ribu ekor tahun 2009, kemudiandiperkirakan yang produktif sebanyak 60%(225.920 ekor), maka diperkirakan kebutuhandosis semen untuk keperluan inseminasi buatanadalah 451.840 dosis semen. Berdasarkan datayang dikeluarkan oleh BIB-Lembang dan BIBB-Singosari menunjukkan bahwa masing-masingbalai mampu memproduksi semen beku sebanyak237.157 dosis dan 497.009 dosis pada tahun 2009.Artinya, semen beku yang dihasilkan oleh keduabalai tersebut mencapai 734.166 dosis pada tahun2009.

  • Firman, dkk., Peranan Usaha Pembibitan Sapi Perah

    9

    Tabel 1. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan

    No Nama UPTTugas Pokok danFungsi

    Hasil Produksi

    1. BBIB Singosari* Produksi,pemasaran, evaluasimutu semen ternakunggul; danpengembangan IB

    Jumlah produksi dosis semen beku yang dihasilkan padatahun 2008, 2009, dan Mei 2010 masing-masing adalah:

    - Semen Sapi Potong: 1.719.673 dosis, 1.832.189 dosis, dan770.033 dosis

    - Semen Sapi Perah : 434.722 dosis, 497.009 dosis, dan53.623 dosis

    - Total Produksi: 2.154.395 dosis, 2.329.198 dosis, dan814.531 dosis

    2. BIB Lembang** Produksi danpemasaran mutusemen ternakunggul; sertapengembangan IB

    Jumlah dosis semen beku yang dihasilkan pada tahun 2005:- 692.644 dosis semen

    Jumlah dosis semen beku yang dihasilkan tahun 2008- Sapi Potong: 972328 dosis- Sapi Perah: 119.693 dosis- Total Produksi: 1.092.021

    Jumlah dosis semen beku yang dihasilkan pada tahun 2009:- Sapi Potong:1.301.794 dosis- Sapi Perah : 237.157 dosis- Total Produksi: 1.538.951 dosis

    3. BET Cipelang*** Produksi,pengembangan dandistribusi embrioternak

    Data Tahun 2005:- Jumlah embrio yang dihasilkan 917 embrio, dan yang

    berhasil dibekukan sebanyak 321 embrio.- Total pedet hasil embrio transfer sebanyak 106 ekor (65

    sapi perah dan 41 sapi potong)Data Tahun 2006

    - Jumlah Embrio FH= 32, Sapi Potong= 114, FH yangberhasil ditransfer = 10, dan sapi potong yang bisaditransfer = 29Data Tahun 2007

    - Jumlah Embrio FH= 158, Sapi Potong= 200, dan FH yangberhasil ditransfer =14, Sapi Potong yang ditransfer = 16Data Tahun 2008

    - Jumlah Emb rio FH= 62, Sapi Potong = 132, dan FH yangberhasil ditransfer = 31, Sapi Potong yang berhasilditransfer = 31Data Tahun 2009

    - Jumlah Embrio FH= 74, Sapi Potong = 289, dan FH yangberhasil ditransfer = 3, Sapi Potong yang berhasil ditransfer= 5

    4. BBPTUBaturraden***

    Pemuliaan,pemeliharaan,produksi, danpemasaran bibitunggul sapi perah

    Data Tahun 2005 menunjukkan bahwa:Bibit unggul sapi perah yang telah disertifikasi:(a) Grade A (produksi susu lebih dari 6000 kg ME 2 x 305

    hari) sebanyak 6 ekor(b) Grade B (produksi susu antara 5000 6000 kg ME 2 x 305

    hari) sebanyak 8 ekor(c) Grade C (produksi susu antara 4000 5000 kg ME 2 x 305

    hari) sebanyak 11 ekorProduksi susu yang dihasilkan: 213.933,50 literPenjualan Bibit Sapi Perah Unggul: tad

    Sumber:*) BBIB Singosari, 2010**) BIB Lembang, 2010***) BET Cipelang, 2010***) Fakultas Peternakan UNPAD, 2006Keterangan: tad = tidak ada data

  • JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2010, VOL. 10 NO. 1

    10

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkanbahwa rata-rata service per conception (rata-ratakeberhasilan sampai betina sapi perah itu buntingbuting) adalah 2 (Utami, Sri, dkk., 2004 danNababan, 2008), maka semen yang diintordusir kebetina tersebut akan menghasilkan jumlah betinabunting sebanyak 451.840 ekor. Hasil beberapariset menunjukkan bahwa tingkat kegagalankelahiran pada sapi adalah 10-15%, maka pedetyang akan dihasilkan sebanyak 384.064 ekor.Jika, rasio kelahiran pedet jantan dan betinaadalah 50:50, maka pedet betina yang akandihasilkan adalah sebanyak 192.032 ekor sebagaiternak pengganti (replacement stock).Kenyataannya menunjukkan bahwa jumlahpopulasi sapi perah di Indonesia tidak meningkatsecara signifikan dari tahun 2002-2009 (lihatGambar 1). Data Direktorat Jenderal Peternakan(2009) menunjukkan bahwa jumlah populasi sapiperah di Indonesia dari tahun 2002-2009 beradadikisaran 350 ribu sampai 370 ribu, padahal jikakita melihat angka produksi semen beku yangdihasilkan oleh ke dua balai tersebut, seharusnyarata-rata populasi sapi perah bisa meningkat diatas 190 ribu ekor per tahunnya. Kondisi ini perludilakukan penelitian lebih lanjut tingkat kegagalankelahiran dan kematian pedet dalam setiaptahunnya.

    Dalam rangka peningkatan populasi sapiperah, pemerintah telah mengaplikasikanteknologi transfer embrio. Akan tetapi, tingkatkeberhasilan transfer embrio ini masih sangatrendah, selain itu embrio beku yang dihasilkanmasih sangat mahal untuk dipasarkan ke peternaksapi perah. Program lainnya adalah menghasilkaninduk bibit yang unggul. Akan tetapi, balai yangditugaskan untuk menghasilkan bibit unggul sapiperah tersebut masih terbatas pada riset.

    Apabila dipetakan rantai pasokan semendan embrio beku dan pelaku yang terlibat dalamrantai tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.Berdasarkan gambar tersebut, sistem pasokansemen dan embrio beku bisa dilakukan dengandua cara, yaitu produksi dalam negeri ataupunimpor. Semen dan embrio beku digunakan untukkebutuhan input produksi bagi usaha budidayasapi perah, baik yang dilakukan oleh peternak,koperasi, pemerintah, ataupun pihak swasta. Bibityang diintrodusir ke ternak betina tersebut,nantinya akan dijadikan sebagai ternak penggantibagi sapi-sapi perah yang sudah tidak produktiflagi.

    Peranan pengembangan perbibitan sapiperah, tidak hanya dapat dilakukan olehpemerintah saja, melainkan dapat dilakukan olehpelaku lainnya, seperti koperasi, peternak, danpihak swasta. Koperasi persusuan/KUDmempunyai andil yang cukup besar dalampengembangan sapi perah. Beberapa koperasi adayang melakukan rearing/pembesaran yangditunjukkan untuk replacement stock. Misalnya,KPSBU Lembang melakukan rearing/pembesaranpedet untuk kepentingan replacement stock,KPBS bersama PT. Ultra Jaya membentuk unitusaha yaitu UPBS yang melakukan impor bibitsapi perah, KSU Tandangsari Sumedangmelakukan rearing/pembesaran pedet untukkepentingan replacement stock.

    Peternak yang merupakan ujung tombangindustri sapi perah di Indonesia. Jumlah peternaksapi perah yang turut berpartisipasi dalampemeliharaan sapi perah pada tahun 2009 tercatatsebanyak 127.275 orang (Setiadi, 2009). Potensipeternak menghasilkan pedet betina baik yangakan digunakan sebagai replacement stock atauternak bibit cukup potensial. Akan tetapi,beberapa studi di Jawa Barat menunjukkan bahwakecenderungan peternak di Jawa Barat jarangmemelihara pedet betina untuk replacement stockkarena biaya produksinya tinggi. Di samping itu,tidak adanya recording sapi perah di tingkatpeternak semakin memperburam kualitas bibitsapi perah yang dihasilkan di tingkat peternakpadahal potensi bibit ternak berupa pedet betinayang dihasilkan oleh seluruh peternak cukup besarsekali. Contoh potensi pedet betina di wilayahkerja salah satu koperasi persusuan terbesar diJawa Barat berdasarkan hasil sensus tahun 2008,yaitu 1.795 ekor pedet betina, sedangkan daramuda sebanyak 208 ekor. Data ini bisa menjadibukti bahwa terjadi pengeluaran pedet betina yangcukup besar ke luar wilayah ini karena peternaktidak memelihara pedet betina sebagaireplacement stock karena biaya pemeliharaannyamahalPeran swasta dalam perbibitan sapi perah lebihcenderung statis, bahkan mereka cenderungmelakukan upaya perbibitan sendiri dan untukkebutuhan replacement stock-nya sendiri.Beberapa perusahaan yang melakukan produksidan usaha rearing, yaitu PT. Taurus Dairy Farm,PT. Greenfield, PT. Nasatra Kejora, dan lainnya

  • Firman, dkk., Peranan Usaha Pembibitan Sapi Perah

    11

    Selama ini, usaha perbibitan khususnyapembesaran pedet menjadi dara bunting belumdiminati oleh pelaku usaha peternakan sapi perahkarena biayanya masih relatif mahal dibandingkandengan usaha produksi susu sapi. Hal ini bisadimengerti karena upaya pembesaran pedet tidakmenghasilkan susu harian sebagaimana halnyausaha budidaya sapi perah. Dengan usahabudidaya sapi perah, peternak bisa mendapatkanpendapatan harian dari susu yang dihasilkannyasedangkan usaha pembesaran pedet baru akandinikmati setelah 20 bulan kemudian setelah daratersebut bunting dan dijual.

    Akan tetapi, jika usaha perbibitan(rearing) sapi perah dibandingkan dengan usahaproduksi susu sapi perah, usaha perbibitantersebut mempunyai nilai kelayakan finansialnya.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2menggambarkan perbandingan usaha rearingpedet betina sapi perah sebanyak 4 ekor dengan

    pemeliharaan 3 ekor sapi perah laktasi yangdilakukan oleh peternak. Hasilnya, pemeliharaansapi perah laktasi selama 18 bulan belum mampumenghasilkan keuntungan bagi peternak bahkancenderung minus karena tingginya biaya investasi.Namun, tiga tahun ke depan usaha pemeliharaansapi perah dapat memberikan keuntungan bagipengelolanya. Sedangkan usaha rearing yangdilakukan oleh peternak sebanyak ekor pedetbetina menunjukkan bahwa selama pemeliharaan18 bulan diharapkan bobot dara mencapai 300 kgdan dapat bunting pada umur 15 16 bulansehingga ketika dijual pada umur ternak 20 bulantelah bunting sekitar 4 5 bulan. Jadi, sebenarnyapeternak bisa melakukan rearing sambilmelakukan produksi susu, selain akanmendapatkan pendapatan dari penjualan susu danpenjualan pedet jantan, peternak juga akanmendapatkan income dari penjualan dara buntingyang dipelihara sejak pedet.

    ProdusenSemenBeku

    KoperasiPersusuan

    PerusahaanSwasta

    PeternakSapi Perah

    PasarEkspor

    IndukSapi Perah

    PerusahaanSwasta

    PeternakSapi Perah

    Payment System

    Distribusi Semen Beku Tenik Penanganan dan Pelayanan

    Gambar 2. Agribisnis dan Pelaku Perbibitan Sapi Perah

    Gambar 1. Perkembangan Populasi Sapi Perah (ekor)(Sumber: Dirjen Peternakan pada berbagai tahun)

    MasaKeemasan

    MasaDegradasi

    MasaStagnasi

  • JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2010, VOL. 10 NO. 1

    12

    Tabel 2. Perbandingan Usaha Rearing Pedet Betina dengan Usaha Produksi Susu

    No UraianPemeliharaan

    4 ekor pedet 3 sapi laktasi

    I Penerimaan

    a. Produksi susu - 43.650.000

    b. Penjualan pedet jantan - 4.000.000

    c. Penjualan dara bunting 50.000.000 -

    Total 50.000.000 47.650.000

    II Biaya

    A. Biaya Produksi

    Pembelian Pedet 10.000.000

    Pakan 20.256.000 16.677.000

    IB dan keswan 600.000 240.000

    Tenaga Kerja Keluarga - -

    Total A 30.856.000 16.917.000

    B. Investasi

    Kandang pedet 3.000.000

    Kandang Dara 8.400.000 2.250.000

    Pembelian sapi laktasi - 37.500.000

    Total B 11.400.000 39.750.000

    Total Biaya (A+B) 42.256.000 56.667.000

    III Net Benefit 7.744.000 7.660.000

    IV Return of Investment 4,4 0,19

    V HPP (perekor) 7.714.000 80.000

    VI Profit/bulan 265.889 425.556

    VII Persentase profit dgn HPP/bulan 3,4 5,32

    VIII Suku bunga pasar/bulan (%) 1,3 1,3

    Berdasarkan hasil analisis tersebut denganjelas memperlihatkan bahwa usaha perbibitan sapiperah mempunyai prospek yang cukup baikseiring dengan permintaan bibit yang masih cukupbesar. Jika usaha perbibitan akan diterapkan dipeternak, maka peternak harus melakukan duakegiatan sekaligus, yaitu usaha perbibitan danproduksi susu. Hal ini dilakukan agar peternaktetap mendapatkan pendapatan bulanan dari usahaproduksi susunya.

    KesimpulanPeran usaha perbibitan sapi perah belum

    dilakukan secara maksimal padahal potensi cukupbesar pada masing-masing pelaku terutama dipeternak, Peran usaha perbibitan sapi perah dapat

    dikatakan masih jauh dari harapan karena bibitsapi perah yang dihasilkan cenderung sebagaipenyedia ternak pengganti produksi/replacementstock, sedangkan produksi bibit sapi perahunggulan untuk menghasilkan elit cow dan provenbull baik yang dihasilkan oleh UPT, UPTD,peternak ataupun koperasi relatif masih terbatasPerbibitan perlu dukungan semua pelaku industripersapiperahan. Hasil analisis usaha perbibitan,khususnya perbesaran, sapi perah menunjukkanbahwa usaha pembesaran/rearing untuk 30 pedetbetina umur 2 bulan selama 18 bulan mampumemberikan keuntungan. Demikian pula,pembesaran pedet untuk replacement stock yangdilakukan peternak bisa memberikan keuntunganyang nyata, namun khusus untuk peternak

  • Firman, dkk., Peranan Usaha Pembibitan Sapi Perah

    13

    pemeliharaannya harus disatukan denganpemeliharaan ternak produksi.

    Saran-saran yang dapat disampaikandalam kajian ini adalah: Mendorong peternakuntuk memelihara pedet betina untuk replacementstock dengan melakukan kombinasinya denganpemeliharaan sapi perah laktasi. Mengembangkankelompok-kelompok peternak yang khususmelakukan rearing sapi perah. Kerjasamakoperasi dengan kelompok peternak perbibitan.Pihak koperasi melakukan koleksi pedet betinadari peternak, sekaligus melakukan judgingterhadap pedet-pedet betina yang dikoleksidengan metode seleksi eksterior dan catatan sertasilsilahnya. Selanjutnya, pedet-pedet betina hasilseleksi diberikan kepada kelompok peternakrearing dengan sistem bagi hasil. Kerjasamakoperasi dengan perusahaan swasta untukperbibitan. Pihak koperasi melakukan koleksipedet betina dari peternak, sekaligus melakukanjudging terhadap pedet-pedet betina yangdikoleksi dengan metode seleksi eksterior dancatatan serta silsilahnya. Selanjutnya, pedet-pedetbetina hasil seleksi diberikan kepada kelompokpeternak rearing dengan sistem jual putus ataubagi hasil. Melakukan impor semen beku dari luaruntuk mengantisipasi terjadinya in breedingdalam jangka panjang. Kerjasama KSO antarapemerintah dengan PEMDA atau koperasi dalampenyediaan benih dan bibit sapi perah unggul.Peningkatan fungsi balai-balai benih dan bibit sapiperah unggul menuju komersialisasi produk dankelembagaan; Penjaringan calon bibit sapi perahunggul; Mendorong investasi perbibitan sapiperah kepada pihak swasta dalam satu kawasan;

    Permodalan perbibitan bagi pelaku yangmelakukan konsentrasi usaha di perbibitan.Pemerintah telah mengeluarkan Kredit UsahaPembibitan Sapi (KUPS) dengan bunga sebesar5% pertahun. Bunga ini layak atau tidak dapatdibuktikan pada Tabel 3 berikutnya.

    Daftar PustakaDinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Laporan

    Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jawa BaratTahun 2007. Dinas Peternakan Provinsi JawaBarat. Bandung

    Firman, Achmad. 2010. Agribisnis Sapi Perah: DariHulu sampai Hilir. Draft buku teks. FakultasPeternakan, Unpad. Jatinangor

    Fakultas Peternakan Unpad. 2006. Monitoring danEvaluasi Pembangunan Peternakan Tahun 2006.Kerjasama Fakultas Peternakan Unpad denganDirektorat Jenderal Peternakan. Jatinangor

    Herliantin. 2010. Perkembangan Data Produksi Semendi BBIB Singosari. Balai Besar InseminasiBuatan Singosari. Malang

    Nababan, Randy Leonardus. 2008. UsahaPemeliharaan Sapi Perah di PT. Taurus DairyFarm, Kecamatan Cicurug, KabupatenSukabumi. Fakultas Peternakan, UniversitasJendral Soedirman. Purwokerto

    Setiadi, Dedi. 2009. GKSI dengan Puslitbangnak danPerguruan Tinggi sebuah Keniscayaan dalamMembangun Sapi Perah Rakyat di Indonesia.Disampaikan pada Workshop Usaha Sapi PerahRakyat di Indonesia. Bogor.

    Sri Utami, Siswandi dan Abungamar Yahya. 2004.Lecture Note Manajemen Ternak Perah.Fakultas Peternakan Unversitas JendralSoedirman. Purwokerto