View
234
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4)
Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 173
BETON AGREGAT RINGAN DENGAN SUBSTITUSI PARSIAL
BATU APUNG SEBAGAI AGREGAT KASAR
Dionisius Tripriyo AB.1, I. Gusti Putu Raka
2 dan Tavio
3
1Program Doktor, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,
E-mail: dion_tab@yahoo.com 2 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
3 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
E-mail: Tavio_w@yahoo.com
ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang beton agregat ringan dengan menggunakan agregat batu apung. Batu
apung lokal dari pulau Lombok digunakan sebagai substitusi parsial agregat kasar pada campuran
beton. Pembahasan berdasarkan data pengujian benda uji di laboratorium. Pengujian bertujuan
untuk mengetahui kadar optimum substitusi parsial batu apung sebagai agregat kasar pada beton
agregat ringan yang berkaitan dengan kuat tekan dan kuat tarik belah beton. Sifat-sifat batu apung
sebagai agregat ringan diuji dengan dengan pengujian grading, density, specific gravity dan
absorpsi. Pengujian dilakukan terhadap empat jenis agregat campuran berdasarkan perbandingan
prosentase agregat ringan batu apung dan agregat normal yaitu 0:100, 20:80, 30:70 dan 50:50.
Mengingat permukaan berongga batu apung maka dilakukan perbaikan permukaan dengan cement
pasta coating. Rencana mutu beton 40 MPa. Benda uji beton berbentuk silinder 150x300 mm Benda
uji dibagi menjadi beberapa seri pengujian dengan kadar substitusi parsial batu apung yang berbeda
yaitu 0%, 20%, 30%, 50% terhadap berat agregat kasar. Dari evaluasi kuat tekan dan kuat tarik
belah beton diambil kadar optimum batu apung. Berdasarkan kadar optimum batu apung dibuat
beberapa seri benda uji untuk melihat pengaruh penambahan fly ash 20% dan 30% serta additive
berupa superplasticizer (sikament LN) dan retarder (plastiment Vz). Pengujian pada benda uji
terdiri dari uji kuat tekan dan uji kuat tarik belah berturut-turut mengikuti standar ASTM C39-94
dan ASTM 496-96. Hasil pengujian adalah beton agregat ringan dengan density sebesar 1850
kg/m3, kuat tekan dan kuat tarik belah beton maksimum yaitu 39,21 Mp dan 4,05 Mpa pada kadar
substitusi parsial batu apung 20% dari berat agregat kasar, penambahan fly ash 20%, additive
sikament Ln 1,5% dan plastiment Vz 0,4% dari berat semen dan perbaikan permukaan batu apung
dengan cement pasta coating.
Kata-kata kunci : batu apung, substitusi parsial, beton agregat ringan, kuat tekan, kuat tarik belah
1. PENDAHULUAN
Beton agregat ringan merupakan material penting dan diminati sehingga saat ini telah diaplikasikan pada struktur
bangunan dan jembatan. Beton agregat ringan mempunyai keuntungan ekonomi jika dibandingkan beton agregat
normal. Meskipun biaya pervolume beton lebih tinggi tetapi karena beratnya yang ringan menyebabkan
pengurangan dimensi struktur sehingga secara keseluruhan akan memberikan biaya yang lebih rendah. Kemajuan
teknologi beton yang dicapai telah memungkinkan beton agregat ringan struktural diproduksi secara masal dengan
kuat tekan mutu normal antara 17,24 – 41,36 MPa [1], bahkan telah dilakukan studi terhadap beton agregat ringan
mutu tinggi antara 30–108 MPa [2]. Secara tradisional batu apung sering dipakai sebagai agregat kasar pada
campuran beton untuk pembuatan elemen struktur ringan seperti panel dinding dan paving block. Pemakaiannya
yang terbatas dan dengan memperhatikan potensi ketersediaan menunjukkan bahwa batu apung belum dimanfaatkan
secara optimal.
Penggunaan material beton agregat ringan struktural belum selaras dengan pengetahuan mengenai perilaku struktur
dengan terbatasnya informasi mengenai beton agregat ringan struktural pada peraturan bangunan saat ini. Di
Indonesia pengetahuan mengenai beton agregat ringan struktural belum berkembang meskipun telah dilakukan studi
yang terkait dengan pemanfaatan batu apung dan dilaporkan mempunyai kuat tekan yang memenuhi syarat untuk
komponen beton struktur ringan [3].
ACI 213R-87 [1] menjelaskan terdapat beberapa agregat ringan yang dapat dipakai untuk menghasilkan beton
agregat ringan antara lain vermicutlite, perlite, batu apung (pumice stone), scoria, expanded slag, expanded clay dan
expanded slate. Batu apung sebagai salah satu bahan agregat ringan terbentuk dari pembekuan lava vulkanik gunung
berapi. Batu apung mempunyai density yang kecil yaitu antara 300–800 kg/m3
dan termasuk agregat ringan [4].
Dionisius Tripriyo AB., I. Gusti Putu Raka dan Tavio
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 174
Beton dengan substitusi batu apung dapat digolongkan sebagai beton agregat ringan. Substitusi parsial atau
mengganti sebagian agregat kasar normal dengan agregat ringan batu apung pada beton dapat dijadikan
penyelesaian permasalahan density agregat kasar yang besar sekitar 1200-1700 kg/m3. Density agregat kasar
merupakan penyebab beratnya elemen struktur beton utama seperti balok dan kolom.
Batu apung seperti diperlihatkan pada Gambar 1 mempunyai density kecil, absorpsi besar dan bentuk permukaan
berpori yang menyebabkan beton agregat ringan batu apung akan mempunyai perilaku mekanik seperti kuat tekan
dan kuat tarik yang berbeda dengan beton agregat normal. Sifat porous batu apung menyebabkan lemahnya ikatan
antara agregat dengan mortar pada interface zone [5].
Gambar 1. Batu Apung Diameter 1-2 cm dan 2-3 cm
2. TUJUAN PENELITIAN
Pemanfaatan batu apung sebagai substitusi parsial agregat kasar pada beton agregat ringan struktural belum pernah
dilakukan. Karenanya penelitian mengenai kadar substitusi parsial batu apung dan pengaruhnya terhadap perilaku
mekanik beton ringan agregat batu apung seperti kuat tekan dan kuat tarik belah penting untuk dilakukan. Kadar
optimum substitusi parsial batu apung sebagai agregat kasar yang merupakan tujuan dari penelitian ini diharapkan
berguna untuk pemanfaatan batu apung sebagai agregat pada beton ringan struktural.
3. KAJIAN PUSTAKA
Jenis-Jenis Beton Agregat Ringan
Beton agregat ringan merupakan salah satu bagian dari beton ringan (lightweight concrete) selain aerated
lightweight concrete dan no fine lighweight concrete. Beton agregat ringan dapat dibuat dari agregat ringan yang
berasal dari a) agregat ringan produk industri misalnya furnace bottom ash, furnace klinker, b) agregat ringan
natural misalnya batu apung (pumice stone) dan scoria, c) agregat ringan artifisial misalnya slag, expand shale,
expand clay, perlite dan vermiculite [1].
Menurut ACI 213R-87 [1] terdapat tiga jenis beton agregat ringan berdasarkan density, yaitu: a) Beton agregat
ringan kepadatan rendah dengan density kering udara 400 – 800 kg/m3 dan kuat tekan antara 0,69–6,89 MPa.
Agregat ringan yang digunakan antara lain vermiculite dan perlite. b) Beton agregat ringan kekuatan moderat
dengan density kering udara 800–1400 kg/m3
dan kuat tekan antara 6,89–17,24 MPa. Agregat ringan yang
digunakan antara lain batu apung (pumice stone) dan scoria. c) Beton agregat ringan struktural dengan density
kering udara 1440 – 1850 kg/m3 dan kuat tekan lebih besar dari 17,24 MPa. Agregat ringan yang digunakan antara
lain pumice stone, slag, clay dan slate.
Sifat-sifat Beton Agregat Ringan
Bulk Density atau density beton agregat ringan bervariasi tergantung pada density agregat, kadar semen dan faktor
air-semen. Secara umum density beton agregat ringan akan naik jika density agregat dan kadar semen meningkat,
tetapi akan menurun jika faktor air-semen meningkat. Density beton agregat ringan sangat berpengaruh pada sifat-
sifat mekanik yang dihasilkan seperti kuat tekan dan kuat tarik. Beton agregat ringan dengan density rendah akan
sukar dipadatkan sehingga segregasi yang terjadi menyebabkan rendahnya kuat tekan dan kuat tarik. Penentuan
density beton agregat ringan berdasarkan standar ASTM C567-91 [6]. Menurut Satish dkk. [7], density beton
agregat ringan terbagi menjadi density tinggi antara 1550-1850 kg/m3 dan density menengah antara 800–1550
kg/m3. Menurut ACI 213R-87 [1] terdapat tiga density beton agregat ringan yaitu: a) density rendah antara 400–
800 kg/m3. b) density menengah antara 800–1400 kg/m
3 dan c) density tinggi antara 1440–1850 kg/m
3.
Kuat tekan beton dinyatakan dalam bentuk kuat tekan benda uji beton silinder 150x300 mm pada umur 28 hari yang
diuji berdasarkan standar ASTM C39 [8]. Kuat tekan beton ditentukan dengan persamaan:
Beton Agregat Ringan Dengan Substitusi Parsial Batu Apung Sebagai Agregat Kasar
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 175
A
Pfc = (1)
dengan fc = kuat tekan, P = beban tekan aksial dan A = luas penampang benda uji.
Kuat tekan beton agregat ringan sangat dipengaruhi oleh density agregat, faktor air-semen, kadar semen dan umur
beton. Secara umum kuat tekan beton agregat ringan akan naik jika secara berturut-turut density, kadar semen dan
umur beton meningkat, tetapi kuat tekan beton akan turun jika faktor air-semen meningkat [7]. Secara
makrostruktur, kuat tekan beton ditentukan oleh ikatan antara agregat dengan pasta semen pada interface zone.
Kehancuran pada beton biasanya terjadi karena lemahnya ikatan antara pasta semen dengan agregat pada interface
zone. Perkuatan interface zone pada beton agregat ringan merupakan suatu cara untuk mendapatkan kuat beton yang
tinggi. Beberapa bahan tambahan dengan kandungan silika tinggi dapat dipakai untuk memperbaiki interface zone
antara lain terak nikel, silica fume dan fly ash [5].
Tegangan tarik pada beton dapat terjadi karena geser, torsi dan aksi lain serta dapat menyebabkan terjadinya retak-
retak. Sehingga penting untuk dapat memprediksi kuat tarik belah beton. Percobaan kuat tarik belah berdasarkan
ASTM C496-96 [9]. Benda uji berupa silinder beton ukuran 150x300 mm ditempatkan secara horizontal di antara
dua tumpuan dari mesin tekan. Kuat tarik belah benda uji ditentukan dengan persamaan:
DL
Pfc
π
2= (2)
dengan ft = kuat tarik belah beton, P = beban tekan diametral, L = panjang benda uji , d = diameter benda uji.
4. METODE PENELITIAN
Material
Material batu apung berasal dari Pulau Lombok. Tidak dilakukan pengujian kimia terhadap batu apung. Beberapa
sifat fisik batu apung yang diperoleh dari pengujian adalah density sebesar 393 kg/m3 dan modulus kehalusan
sebesar 9,18. Untuk mengurangi permukaan berpori batu apung yang berpengaruh pada sifat absorpsi air dilakukan
perbaikan permukaan batu apung dengan cement pasta coating. Bahan coating menggunakan air dan semen dengan
perbandingan 1:1 dan perekat viscocrete 0,15% dari berat semen. Bahan coating kemudian dicampur dengan batu
apung menggunakan mixer selama lebih kurang tiga menit. Hasil adukan berupa batu apung yang sudah dicoating
dikeringkan di suhu kamar selama satu hari. Pengujian absorpsi dilakukan untuk mengetahui perubahan permukaan
berpori batu apung sebelum dan sesudah coating (Gambar 2). Hasil pengujian absorpsi sebelum coating sebesar
60,19% dan sesuadah coating sebesar 17,75%.
Agregat halus yang dipakai adalah pasir alam. Agregat kasar normal yang dipakai adalah batu pecah mesin ukuran
19 mm. Semen yang dipakai adalah jenis ordinary portland cement Tipe 1. Pengujian fisik agregat halus dan kasar
sesuai standar ASTM.
(a) Sebelum Coating (b) Setelah Coating
Gambar 2. Keadaan Permukaan Batu apung Lombok
Benda Uji
Mutu campuran beton direncanakan sebesar 40 MPa. Rancangan campuran beton agregat ringan dengan substitusi
penuh batu apung mengikuti ACI 211.1–91 [10]. dan dengan substitusi sebagian batu apung mengikuti ACI 211.2–
98 [11]. Bahan adukan diambil sewaktu pembuatan benda uji kuat tekan dan kuat tarik. Pada umur 28 hari dilakukan
pengujian semua benda uji. Campuran beton ditambah dengan fly ash, additive sikament Ln dan plastiment Vz
(Gambar 3) sehingga workabilitas campuran beton agregat ringan batu apung menjadi lebih baik dengan perubahan
slump dari rata-rata 8,5 cm menjadi 13,50 cm(Gambar 4).
Dionisius Tripriyo AB., I. Gusti Putu Raka dan Tavio
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 176
Pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah dilakukan pada benda uji silinder beton berukuran 150 x 300 mm.
Pengujian kuat tekan menggunakan alat compressive testing machine sesuai ASTM C39-94 [8]. Pengujian kuat tarik
belah menggunakan alat split cylinder sesuai ASTM C496-96 [9]. Benda uji dikelompokan menjadi empat seri uji
kuat tekan dan empat seri uji kuat tarik untuk melihat pengaruh variabel kadar substitusi parsial batu apung terhadap
berat agregat kasar yaitu 0%, 20%, 30% dan 50%. Kemudian berdasarkan kadar optimum batu apung dibuat empat
seri uji kuat tekan dan empat seri uji kuat tarik untuk melihat pengaruh variabel fly ash sebesar 20% dan 30% serta
additive sikament Ln 1,5% dan plastiment Vz 0,4%.
(a) Sikament Ln (b) Plastiment Vz (c) Fly Ash Tipe F
Gambar 3. Additive pada Campuran Beton Agregat Ringan Batu Apung
(a) Sebelum ditambah Additive (b) Setelah ditambah Additive
Gambar 4. Workabilitas Campuran Beton Agregat Ringan Batu Apung
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keruntuhan Benda Uji Beton Agregat Ringan Batu Apung
Pengamatan pada daerah pengujian untuk benda uji kuat tekan dan kuat tarik dilakukan selama pengujian. Segera
setelah beban puncak, terjadi penurunan kekuatan secara drastis yang menyebabkan benda uji runtuh mendadak
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.
(a) Benda Uji Kuat Tekan (b) Benda Uji Kuat Tarik
Gambar 5. Keruntuhan Benda Uji Beton Agregat Ringan Batu Apung
Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Agregat Ringan Batu Apung
Hasil eksperimental untuk kuat tekan dan kuat tarik benda uji beton agregat ringan batu apung pada masing-masing
kadar substitusi batu apung yaitu 0%, 20%, 30% dan 50% dan perbandingan kuat tekan dan kuat tariknya
diperlihatkan berturut-turut pada Tabel 1 dan Gambar 6.
Beton Agregat Ringan Dengan Substitusi Parsial Batu Apung Sebagai Agregat Kasar
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 177
Tabel 1. Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton Agregat Ringan
Batu Apung dengan Variabel % Kadar Batu Apung
No. Kode
Benda Uji
Kadar Batu Apung
(%)
Kuat Tekan Rata-rata
(Mpa) Kuat Tarik Belah Rata-rata
(Mpa)
1 BARBA0 0 40,24 4,53
2 BARBA20 20 27,93 2,92
3 BARBA30 30 21,49 2,55
4 BARBA50 50 15,68 1,84
(a) Perbandingan Kuat Tekan (b) Perbandingan Kuat Tarik Belah
Gambar 6. Perbandingan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah
Beton Agregat Ringan Batu Apung dengan Variabel % Kadar Batu Apung
Dari Tabel 1 dan Gambar 6 dapat diketahui bahwa kadar optimum substitusi batu apung yang dipakai adalah 20%
dengan peningkatan kuat tekan dan kuat tarik lebih besar 78,13% dan 36,99% dibandingkan substitusi 50% batu
apung. Tetapi dibandingkan dengan beton agregat normal terdapat penurunan kuat tekan dan kuat tarik belah sebesar
30,59% dan 35,54%. Hal ini disebabkan karena density batu apung yang kecil menyebabkan workabilitas campuran
menjadi kurang baik yaitu batu apung dalam campuran beton cenderung untuk terpisah sehingga pemadatan yang
dilakukan kurang optimal dan meyebabkan cenderung terjadi segregasi. Pengamatan terhadap permukaan benda uji
yang runtuh ditemukan lemahnya ikatan antara agregat dengan mortar pada interface zone. Pengamatan lain karena
modulus kehalusan batu apung sebesar 9,18 melebihi syarat ASTM C136-95a (6,3-7,0), akibatnya adukan beton
yang diperoleh memerlukan faktor air semen yang tinggi yang menyebabkan konsistensi jumlah air sulit dijaga.
Untuk mengatasi masalah lemahnya ikatan pada interface zone maka dilakukan dengan menambah fly ash.
Sedangkan untuk memperbaiki lubang pori batu apung dilakukan dengan cement pasta coating. Kemudian untuk
mengatasi masalah workabilitas dan konsistensi jumlah air dilakukan dengan menambah additive sikament Ln dan
plastisment Vz. Hasil pengujian terhadap benda uji menunjukkan adanya peningkatan kuat tekan dan kuat tarik
belah seperti diperlihatkan berturut-turut pada Tabel 2 dan Gambar 7.
Tabel 2. Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton Agregat Ringan Batu Apung
pada Kadar 20% Batu Apung dengan Variabel % Fly Ash, Additive dan Coating
No. Kode Benda Uji
Fly
Ash
(%)
Sika
Ln
(%)
Sika
Vz
(%)
Kuat
Tekan
Rata-rata
(Mpa)
Kuat
Tarik
Rata-rata
(Mpa)
1 BRBA20 0 0 0 27,93 2,92
2 BRBA20 20 0 0 35,69 3,74
3 BRBA20 30 0 0 30,85 3,17
4 BRBA20 20 1,5 0,4 36,75 3,82
5 BRBA20 30 1,5 0,4 32,22 3,49
6 BRBA20+Coating 20 1,5 0,4 39,24 4,05
7 BRBA20+Coating 30 1,5 0,4 33,89 3,65
4,53
2,92
2,55
1,84
0
1
2
3
4
5
6
Ku
at
Ta
rik
(M
Pa
)
BRBA
0
BRBA20 BRBA30 BRBA50
40,24
27,93
21,49
15,68
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Ku
at
Te
ka
n (
MP
a)
BRBA0 BRBA20 BRBA30 BRBA50
Dionisius Tripriyo AB., I. Gusti Putu Raka dan Tavio
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 178
27,93
35,69
30,85
36,75
32,22
39,24
33,89
0
10
20
30
40
50
60
Ku
at
Te
ka
n (
MP
a)
BRBA20 BRBA20Fa20BRBA20Fa30 BRBA20Fa20Ln1.5Vz0.4BRBA20Fa30Ln1.5Vz0.4 BRBA20Fa20Ln1.5Vz0.4+BRBA20Fa30Ln1.5Vz0.4+
2,92
3,74
3,17
3,82
3,49
4,05
3,65
0
1
2
3
4
5
6
Ku
at
Ta
rik
(M
Pa
)
BRBA20 BRBA20Fa20BRBA20Fa30 BRBA20Fa20Ln1.5Vz0.4BRBA20Fa30Ln1.5Vz0.4 BRBA20Fa20Ln1.5Vz0.4+BRBA20Fa30Ln1.5Vz0.4+
(a) Perbandingan Kuat Tekan (b) Perbandingan Kuat Tarik Belah
Gambar 7. Perbandingan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Agregat Ringan
Batu Apung dengan Variabel % Fly Ash, Additive dan Coating
Dari Tabel 9 dan Gambar 6 dapat diketahui bahwa penggunaan kadar fly ash 20% berpengaruh pada peningkatan
kuat tekan dan kuat tarik belah beton agregat ringan batu apung sebesar 21,74% dan 21,93% dibandingkan beton
ringan batu apung tanpa fly ash. Beton ringan batu apung dengan fly ash jika ditambah sika Ln 1,5% dan sika Vz
0,4% maka terjadi kenaikan kuat tekan dan kuat tarik sebesar 2,88% dan 2,09% dibandingkan beton agregat ringan
batu apung dengan fly ash tanpa tambahan additive. Dan pelapisan lubang pori batu apung dengan pasta semen
menghasilkan kenaikan kuat tekan dan kuat tarik sebesar 6,35% dan 5,68% dibandingkan dengan beton agregat
ringan batu apung tanpa lapisan pasta semen.
Density Beton Agregat Ringan Batu Apung
Dari Tabel 3 dan Gambar 8, diketahui bahwa semakin bertambahnya kadar substitusi batu apung maka density
beton agregat ringan mengalami penurunan. Kadar optimum batu apung 20% menyebabkan penurunan density beton
agregat ringan sebesar 22% dibandingkan dengan beton agregat normal yaitu dari 2359 kg/m3 menjadi 1850 kg/m3.
Sedangkan akibat penambahan fly ash dan additive relatif tidak berpengaruh pada pengurangan density beton (Tabel
4 dan Gambar 8).
Tabel 3. Density Beton Agregat Ringan Batu Apung
dengan Variabel % Kadar Batu Apung
No. Kode Benda
Uji
Kadar
Batu Apung
(%)
Density
Rata-rata
(kg/m³)
1 BARBA0 0 2359
2 BARBA20 20 1887
3 BARBA30 30 1774
4 BARBA50 50 1680
Tabel 4. Density Beton Agregat Ringan Batu Apung pada Kadar 20%
Batu Apung dengan Variabel % Fly Ash, Additive dan Coating
No. Kode Benda Uji
Fly
Ash
(%)
Sika
Ln
(%)
Sika
Vz
(%)
Density
Rata-rata
(kg/m³)
1 BARBA20 0 0 0 1887
2 BARBA20 20 0 0 1850
3 BARBA20 30 0 0 1840
4 BARBA20 20 1,5 0,4 1852
5 BARBA20 30 1,5 0,4 1845
6 BARBA20+Coating 20 1,5 0,4 1850
7 BARBA20+Coating 30 1,5 0,4 1860
Beton Agregat Ringan Dengan Substitusi Parsial Batu Apung Sebagai Agregat Kasar
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 179
Gambar 8. Perbandingan Density Beton Agregat Ringan Batu Apung dengan
Variabel % Batu Apung, Fly Ash, Additive dan Coating
Faktor Kekuatan dan Density Beton Agregat Ringan batu Apung
Faktor kekuatan dan density K dievaluasi dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan kuat tekan, kuat tarik belah
dan density beton agregat ringan batu apung terhadap beton agregat normal. Secara umum K adalah perbandingan
kuat dan density beton agregat ringan batu apung terhadap kuat dan density beton agregat normal. Faktor kuat tekan,
kuat tarik belah dan density beton berturut-turut adalah K1, K2 dan K2. Hubungan antara proporsi campuran beton
agregat ringan batu apung dengan faktor K1, K2 dan K3 diperlihatkan pada Tabel 5.
Dari Tabel 5, terlihat bahwa beton agregat ringan batu apung mempunyai kekuatan dan density lebih kecil daripada
beton agregat normal. Pada substitusi kadar optimum 20% batu apung dengan tambahan fly ash 20%, additive sika
Ln1,5%, sika Vz0,4% serta permukaan batu apung dilapisi pasta semen, penurunan kuat tekan dan kuat tarik belah
yang terjadi jika dibandingkan beton agregat normal tidaklah terlalu nyata yaitu sebesar 3% dan 16% namun dengan
density lebih ringan 22% dibandingkan density beton agregat normal. Penggunaan batu apung sebagai substitusi
parsial agregat kasar pada beton agregat ringan dengan kuat tekan 39,24 MPa cukup berarti jika didasarkan batasan
kuat tekan minimal beton struktural menurut ACI {1} yaitu 17,24 MPa.
Tabel 5. Faktor Kekuatan dan Density Beton Agregat Ringan Batu Apung
No
Proporsi Campuran
Beton Agregat Ringan Batu Apung
Faktor Kekuatan dan Density Beton
Agregat Ringan Batu Apung Terhadap
Beton Agregat Normal
Kuat Tekan
K1
Kuat Tarik
K2
Density
K3
1 BARBA0 (Normal) - - -
2 BARBA20 0,69 0,64 0,80
3 BARBA20+Fly Ash 20 0,89 0,83 0,78
4 BARBA20+Fly Ash20+Additive 0,91 0,84 0,78
5 BARBA20%+Fly Ash20+Additive+Coating 0,97 0,89 0,79
KESIMPULAN
1. Kadar optimum substitusi parsial batu apung pada beton agregat ringan batu apung adalah 20% dari berat
agregat kasar dengan kuat tekan dan kuat tarik belah sebesar 39,24 MPa dan 4,05 MPa. Kondisi campuran
beton agregat ringan memerlukan tambahan 20% fly ash, additive sika Ln 1,5% dan sika Vz 0,4% dengan
permukaaan batu apung dilapisi pasta semen.
2. Density beton agregat ringan batu apung adalah 1850 kg/m3 lebih ringan 22% daripada beton agregat normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. ACI Committee 213R-87, (1999), Guide for Structural Lightweight Aggregate Concrete, ACI Committee 213,
American Concrete Institute..
2. Khaloo, A.R., El Dash,K.L., dan Ahmad, S.H., (1999), Model for Lightweight Concrete Columns Confined by
Either Single Hoops or Interlocking Double Spirals, ACI Materials Journal, V.96-S96, pp.883-890.
2359
18871774
1680
1250
1500
1750
2000
2250
2500
2750
3000
Be
rat
Je
nis
(k
g/m
3)
BN BRBA20 BRBA30 BRBA50
1887 1850 1840 1852 1845 1850 1860
1250
1500
1750
2000
2250
2500
2750
3000
Be
rat
Je
nis
(K
g/m
3)
BRBA20 BRBA20Fa20BRBA20Fa30 BRBA20Fa20Ln1.5Vz0.4BRBA20Fa30Ln1.5Vz0.4 BRBA20Fa20Ln1.5Vz0.4+BRBA20Fa30Ln1.5Vz0.4+
Dionisius Tripriyo AB., I. Gusti Putu Raka dan Tavio
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 180
3. Handoko S., (1997), Studi Penggunaan Batu Apung untuk Beton Ringan sebagai Komponen Struktural,
Laporan Penelitian No.01/Pen/SIPIL/1997, UK Petra, Surabaya.
4. ASTM C330-03, (1996), Standard Specification for Lightweight Aggregates for Structural Concrete, ASTM
Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia.
5. Sugiri Saptahari, (2005), Penggunaan Terak Nikel sebagai Agregat dan Campuran Semen untuk Beton Mutu
Tinggi, Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan, ITB, Bandung, V.1, No.1.
6. ASTM C567-91, (1996), Test Method for Unit Weight of Structural Lightweight Concrete, ASTM Standards:
Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia.
7. Chandra Satish and Berntsson Leif, (2002), Lightweight Aggregate Concrete: Science, Technology and
Applications, Chalmers University of Technology, Goteborg, Sweden, William Andrew Publishing, Norwich,
New York, USA.
8. ASTM C39-94, (1996), Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimens, ASTM
Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia.
9. ASTM C496-96, (1996), Test Method for Splitting Tensile Strength of Cylindrical Concrete Specimens, ASTM
Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia.
10. ACI 211.1-91, (1991), Standard Practice for Selecting Proportion for Normally Structural Concrete. ACI
Committee 211, American Concrete Institute.
11. ACI 211.2-98, (1998), Standard Practice for Selecting Proportion for Structural Lightweight Concrete. ACI
Committee 212, American Concrete Institute.
Recommended