View
18
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
makalah kesehatan
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI ANEMIA
DISUSUN OLEH :
OKTAVIANTI
NIM : 13200110
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI ANEMIA
1. DEFINISI
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit
lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan
Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif
Mansjoer,dkk. 2001)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada
trimester II (Saifudin, 2002)
2. ETIOLOGI
Menurut Mochtar( 1998) penyeban anemia pada umunya adalah :
1) Perdarahan
2) Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat.
3) Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema,
dll.
4) Kelainan darah
5) Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
6) Malabsorpsi
Penyebab anemia pada kehamilan :
1) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
2) Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
3) Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
4) Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)
5) Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil
1) Umur < 20 tahun atau > 35 tahun\
2) Perdarahan akut
3) Pekerja berat
4) Makan < 3 kali dan makanan yang dikonsumsi kurang zat besi
C. TANDA GEJALA DAN KLASIFIKASI
1. Gejala Klinis
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang – kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun( anoreksia),
konsentrasi hilang, nafas pendek,( pada anemia parah), dan keluhan mual muntah
pada hamil muda, palpitasi.
2. Klasifikasi
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :
1) Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya
unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan,
atau karena terlapau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada
pendarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan , terutama pada
trisemester terakhir. Apabila masuknya besi tidak bertambah dan kehamilan, maka
mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih – lebih pada kehamilan kembar.
2) Anemia megaloblastik( 29,0%)3
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensi asam folat (
pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitamin
B12( cynocobalamin).
3) Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan sumsum tulang
kurang mampu membuat sel – sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik
dalam kehamilan. Darah tepi menunjukan gambara normositer dan normokrom,
tidak ditemukan ciri – ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. Etiologi
anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti,
kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racunatau obat – obatan.
4) Anemiahemolitik
Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi
hamil, apabila hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat. Sebaliknya
mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis henolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia. Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi
dalam 2 golongan besar, yakni :
(1) Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada
sferositosis, eliptositosis, anemia hemolitik herediter , thalasemia, anemia sel
sabit, hemoglobinopatia C, D, G, H, I, dan paraxysmal noctural haemoglobinuria.
(2) Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular , seperti pada
infeksi ( malaria, sepsis, dsb), keracunan arsenikum , neoarsphenamin, timah,
sulfonamid, kinin, paraquin, pimaquin, nitrofuratoin ( Furadantin), racun ular pada
defisiensi G6PD , antagonismus rhesus atau ABO, leukemia, penyakin Hodgkin,
limfasarkoma, penyakit hati, dll. ( Ilmu Kebidanan, 451-457)
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II
kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000
ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah
partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta,
yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
Palpasi : turgor kulit, capillary refill, pembesaran kelenjar limfa, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus.
Auskultasi : auskultasi DJJ dan denyut jantung ibu
2. Pemeriksaan Diagnostik.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1) Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%
2) Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
3) Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5) Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemaH.
G. Penatalaksanaan
1) Therapy pengobatan
(1) Therapy oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian
besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu
polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit
sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2
tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu
pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan
akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu
menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang
normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat
besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamil daripada wanita normal. Umumnya
asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita normal.Pengobatan yang
lain:
Asam folik 15 – 30 mg per hari
Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
(2) Therapi parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan
penyerapan oenyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah tua.
Therapy parenteral ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat
disuntikan dextran besi (imferon) atau sorbitol besi (Jectofer)
a. Pencegahan.
(1) Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.
(2) Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar
penyerapan zat besi.
(3) Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit
infeksi dan penyakit cacingan.
(4) Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat
menghambat penyerapan zat besi.
H. Diagnosa yang mungkin muncul:
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah
2) Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan/ke sel
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen
4) Risiko cedera terhadap janin
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan
mengenai anemia
6) PK Anemia.
I. Rencana asuhan keperawatan
1) Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x.... jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil:
- Berat badan klien dalam batas normal.
- Klien tidak mengalami mual-muntah
- Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan
INTERVENSI
NO MANDIRI KOLABORASI
1 1. Tentukan keadekuatan kebiasaan
asupan mutrisi dulu/sekarang
dengan menggunakan batasan 24
ja. Perhatikan kondisi rambut
kuku dan kulit.
R: kesejahteraan janin dan ibu
tergantung pada nutrisi ibu
selama kehamilan sebagaimana
selama 2 tahun sebelum
kehamilan.
2. Dapatkan riwayat kesehatan;
catat usia (khususnya kurang dari
17 tahun, lebih dari 35 tahun).
R: remaja dapat cenderung
malnutrisi/anemia, dan klien
lansia mungkin cenderung
obesitas/diabetes gestasional.
3. Pastikan tingkat penegetahuan
tentang kebutuhan diet.
R: menentukan kebutuhan
belajar khusus. Pada periode
pranatal, laju basal metabolik
meningkatkan (khususnya pada
kehamilan lanjut) karena
peningkatan aktivitas tiroid yang
berhubungan dengan
1. Buat rujukan yang perlu sesuai
indikasi (misalnya, pada ahli diet,
pelayanan sosial)
R: mungkin diperlukan bantuan
tambahan terhadap pilihan nutrisi;
dapat membatasi anggaran
keuangan.
2. Rujuk pada program makanan
wanita, bayi, anak-anak dengan
tepat.
R: yayasan penyelenggara program
makanan suplemen membantu
meningkatkan secara optimal nutrisi
ibu/janin.
pertumbuhan fetus dan jaringan
pada ibu, menjadi potensial
risiko terhadap klien dengan
nutrisi buruk. Penambahan 800
mg zat besi diperlukan selama
kehamilan untuk perkembangan
jaringan ibu/janin dan kondisi
janin di dalam rahim. Selama
trismester ketiga, kebutuhan
terhadap zat besi minimal, dan
diet seimbang dengan
peningkatan kebutuhan kalori
biasanya adekuat.
4. Berikan informasi tertulis/verbal
yang tepat tentang diet pranatal
dan suplemen vitamin/zat besi
setiap hari.
R: materi referensi yang dapat
dipelajari dirumah kemudian
meningkatkan kemungkinan
klien memilih diet seimbang.
5. Evaluasi motivasi/sikap dengan
mendengar keterangan klien dan
meminta umpan balik tentang
informasi yang telah diberikan.
R: bila klien telah termotivasi
untuk emmperbaiki diet, evaluasi
lebih lanjut atau intervensi lain
mungkin dapat diindikasikan.
6. Tanyakan keyakinan berkenaan
dengan diet sesuai budaya dan
hal-hal yang tabu selama
kehamilan.
R: dapat menunjukkan motivasi
untuk mengikuti anjuran pemberi
layanan kesehatan. Sebagai
contoh beberapa budaya menolak
zat besi, meyakini bahwa ini
mengeraskan tulang ibu dan
emmbuat sulit melahirkan.
7. Perhatikan adanya pika/ngidam.
Kaji pilihan bahan bukan
makanan dan tingkat motivasi
untuk memakannya.
R: memakan bahan bukan
makanan pada kehamilan
mungkin didasarkan pada
kebutuhan psikologis,fenomena
budaya, respon terhadap lapar,
dan/atau respon tubuh terhadap
kebutuhan nutrisi. (misalnya
mengunyah es dapat
menandakan anemia). Catatan:
mencerna kanji untuk pakaian
dapat menimbulkan anemia
defisiensi; dan mencerna
lempung/tanah liat dapat
mengakibatkan gangguan
fekal/BAB.
8. Timbang berat badan klien;
pastikan berat badan pregravid
biasanya. Berikan informasi
tentang penambahan pranatal
yang optimum.
R: ketidak adekuatan
penambahan berat badan pranatal
dan/atau di bawah berat badan
normal masa kehamilan,
meningkatkan risiko reetardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR)
pada janin dengan berat badan
lahir rendah. Penelitian
menemukan adanya hubungan
positif antara kegemukan ibu
pregravid dan peningkatan angka
morbiditas perinatal berkenaan
dengan kelahiran preterm.
9. Tinjau ulang frekuensi dan
beratnya mual/muntah.
R: mual/muntah trimester
pertama dapat berdampak negatif
pada status nutrisi pranatal,
khususnya pada periode kritis
perkembangan janin.
10. Pantau kadar hemoglobin
(Hb)/hematokrit (Ht).
R: mengidentifikasi adanya
anemia dan potensial penurunan
kapasitas pembawa oksigen ibu.
Klien dengan kadar Hb kurang
dari 12 g/dL atau kadar Ht
kurang atau sama dengan 37 %
dipertimbangkan anemia pada
trimester pertama.
11. Ukur pembesaran uterus.
R: malnutrisi ibu berefek negatif
terhadap pertumbuhan janin dan
memperberat penurunan
komplemen sel otak pada janin,
yang mengakibatkan
kemunduran perkembangan janin
dan kemungkinan lebih lanjut.
2) Dx 2 : Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan/ke sel
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam,perfusi ke
jaringan/ke sel efektif dengan kriteria hasil :
- Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)
- Tidak terdapat kebiruan pada kulit
- CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik)
Intervensi :
N
O
MANDIRI KOLABORASI
1. 1. Perhatikan status fisiologis ibu,
status
sirkulasi dan volume darah.
R: kejadian perdarahan potensial
merusak hasil kehamilan,
kemungkinan menyebabkan
hipovolemia atau hipoksia
uteroplasenta.
2. Lakukan pemeriksaan fisik CRT
dengan menekan kuku pasien.
R: keadaan capillary refill test yang
tidak kembali dalam waktu
1. Berikan suplemen oksigen pada
klien
R: meningkatkan ketersediaan
oksigen untuk ambilan
janin.sehingga kapasitas oksigen
yang dibawa janjin meningkat.
2. Lakukan/ ulang NST sesuai
indikasi
R: mengevaluasi secara elektronik
respon DJJ terhadap gerakan janin,
bermanfaat dalam menentukan
kesejahteraan janin (tes reaktif)
kurang dari 2 dapat menandakan
anemia.
3. Auskultasi dan laporkan DJJ,
catat bradikardi, atau takikardi.
Catat perubahan pada aktivitas
janin (hipoaktif atau hiperaktif).
R: mengkaji berlanjutnya hipoksia
janin. Pada awalnya janin
berespon pada penurunan kadar
oksigen dengan takikardia dan
peningkatan gerakan. Bila tetap
deficit, bradikardia dan
penurunan aktivitas terjadi.
4. Catat kehilangan darah ibu
mungkin dan adanya kontraksi
uterus.
R: Bila kontraksi uterus disertai
dilatasi serviks, tirah baring dan
medikasi mungkin tidak efektif
ddalam mempertahankan
kehamilan. Kehilangan darah ibu
secara berlebihan menurunkan
perfusi plasenta.
5. Anjurkan tirah baring pada posisi
miring kiri
R: menghilangkan tekanan vena
kava inferior dan meningkatkan
sirkulasi plasenta atau janin dan
pertukaran oksigen.
versus hipoksia (nonreaktif).
3. Ganti kehilangan darah/ cairan ibu.
R: mempertahankan volume
sirkulasi yang adekuat untuk
transport oksigen. Bila penyimpanan
oksigen menetap, janin kehabisan
tenaga untuk melakukan mekanisme
koping, dan kemungkinan SSP
rusak / janin meninggal.
Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
pasien dapat beraktivitas dengan baik.
Kriteria hasil :
- Nadi dan tekanan darah dalam batas normal (nadi 60-100x/menit; TD
90/60-140/90 mmHg)
- Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah
Intervensi :
N
O
MANDIRI KOLABORASI
1 Mandiri
1. Jelaskan alasan perlunya tirah
baring, penggunaan posisi
rekumben lateral kiri/miring, dan
penurunan aktivitas.
R : Tindakan ini ditujukan untuk
mempertahankan janin jauh dari
serviks dan meningkatkan perfusi
uterus. Tirah baring dapat
menurunkan peka rangsang
uterus.
2. Berikan tindakan kenyamanan
seperti gosokan punggung,
perubahan posisi, atau penurunan
stimulus dalam ruangan (mis.
Lampu redup)
R : Menurunkan tegangan otot
dan kelelahan serta
meningkatkan rasa nyaman.
3. Berikan latihan gerak pada pasien
secara bertahap (aktif dan pasif).
R: aktivitas dan latihan sangat
penting bagi pasien yang
mengalami intoleransi aktivitas
karena
kurang latihan akan
menyebabkan otot menjadi atrofi.
4. Kelompokkan aktivitas sebanyak
mungkin, seperti pemberian obat,
tanda vital, dan pengkajian.
R : Meningkatkan kesempatan
klien untuk beristirahat lebih
lama diantara interupsi untuk
tindakan berikutnya
5. Berikan periode tanpa interupsi
untuk istirahat/tidur.
R : Meningkatkan istirahat,
mencegah kelelahan, dan dapat
meningkatkan relaksasi.
6. Berikan aktivitas pengalihan,
seperti membaca, mendengarkan
radio, dan menonton televisi,
atau kunjungan dengan teman
yang dipilih atau keluarga.
R : Membantu klien dalam
koping dengan penurunan
aktivitas.
4) Dx 4 : Risiko cedera terhadap janin
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x….diharapkan
risiko cedera pada janin dapat tertanggulangi, dengan kriteria hasil :
- Denyut jantung bayi dalam batas normal (120-160 x/menit)
- Hasil USG tidak menunjukan tanda – tanda abnormalitas.
- Tinggi fundus arteri sesuai umur kehamilan
Intervensi
NO MANDIRI KOLABORASI
1 1. Perhatikan kondisi ibu yang
berdampak pada sirkulasi janin.
R: Faktor yang mempengaruhi
atau menurunkan
sirkulasi/oksigenasi ibu
mempunyai dampak yang sama
pada kadar oksigen
janin/plasenta. Janin yang tidak
mendapatkan cukup oksigen
untuk kebutuhan metabolisme
anaerob yang menghasilkan
asam laktat yang menimbulkan
kondisi asidosis.
2. Ajari ibu untuk mengobservasi
gerakan janin
R: secara normalnya dalam
kandungan janin bergerak dan
merupakan tanda yang sehat
pada janin. Jika janin tidak
bergerak perlu diwaspai terjadi
cedera pada janin akibat
kekurangan nutrisi.
3. Kaji terhadap mual/muntah
1. Berikan suplemen oksigen
sesuai kebutuhan
R: meningkatkan
ketersediaan oksigen untuk
ambilan janin, khususnya
pada adanya anemia berat
atau bila sirkulasi maternal
menurun
2. Ultrasonografi
R: Penyakit anemia dapat
mengakibatkan IUGRnya
menurun
berlebihan.
R: Memajankan perkembangan
janin pada status asidotik dan
malnutrisi dan dapat
memperberat IUGR dan
pertumbuhan otak yang buruk.
4. Bantu dalam screening dan
kelainan genetik.
R: Kelainan seperti anemia sel
sabit mengharuskan tindakan
yang khusus untuk mencegah
efek negatif dalam pada
pertumbuhan janin.
5. Diskusikan efek negatif yang
potensial terjadi akibat kelainan
genetik
R: Retardasi pertunbuhan
intrauterus/pascanatal,
malformasi dan retardasi
mental dapat terjadi.
6. Pantau DJJ selama krisis sel
sabit
R: Asidosis /hipoksia ibu,
khusus pada trimester ketiga
dapat mengakibatkan kelainan
SSP janin. Krisis berulang
mempredisposisikan klien dan
janin pada peningkatan
mortalitas dan laju morbiditas.
7. Lakukan pemeriksaan leofold
untuk mengetahui keadaan
janin terutama mengukur tinggi
fundus.
R: tinggi fundus sesuai usia
kehamilan merupakan satu
tanda bahwa pertumbuhan janin
dalam kandungan ibu tidak
mengalami gangguan.
5) Dx 5 ; Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan
mengenai anemia
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat.
Kriteria hasil :
- Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian anemia
- Dapat mengikuti instruksi dan prosedur perawatan
- Dapat menunjukkan prilaku kesehatan yang positif untuk menanggulangi
anemia
Intervensi :
NO MANDIRI KOLABORASI
1 1. Kaji kesiapan klien untuk belajar.
R : Faktor-faktor seperti ansietas atau
kurang kesadaran tentang kebutuhan
terhadap informasi dapat
mempengaruhi kesiapan untuk
belajar. Penyerapan informasi
ditingkatkan bila klien termotivasi dan
siap untuk belajar.
2. Libatkan orang terdekat dalam proses
belajar-mengajar.
R : Dukungan dari orang terdekat
dapat membantu menghilangkan
ansietas yang nantinya menguatkan
prinsip-prinsip belajar dan mengajar.
3. Berikan informasi tentang perawatan
tindak lanjut bila klien pulang.
R : Klien mungkin perlu kembali
untuk keteraturan pemantauan
dan/atau tindakan.
4. Anjurkan periode istirahat reguler 2
sampai 3 kali sehari pada posisi
miring kiri setelah pulang. Bila tirah
baring dilanjutkan, anjurkan klien
menggunakan sebagian waktu dalam
sehari di tempat tidur.
R : Tingkatkan relaksasi dan kurangi
kelelahan. Bila klien bangun dan
bergerak, istirahat di kamar tidur
dapat memaksimalkan istirahat.
Namun, klien yang sepenuhnya tirah
baring dapat merasa terisolasi dan
bosan tanpa ”perubahan pandangan”.
5. Anjurkan pemberian intake yang
adekuat, banyak nutrisi untuk
kebutuhan ibu dan janin.
R : Intake nutrisi yang adekuat dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan
janin terutama zat besi, asam folat,
vit. B 12, dll. Dan berikan informasi
kepada pasien tentang dampak obat-
obatan terutama SF yang dapat
menyebabkan mual dan muntah oleh
karena itu ajarkan cara memakan obat
dengan benar misalnya
mengkonsumsi buah-buahan yang
mengandung vitamin C untuk
membantu mempercepat reabsorpsi
obat dan menganjurkan pasien untuk
tidak meminum kopi atau teh selama
meminum obat karena akan
memperlambat reabsorpsi obat.
Evaluasi
1. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual muntah
2. Tidak terdapat perubahan karakteristik pada kulit(rambut, kuku,dan
kelembapan)
3. Pasien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak mengeluh lemah dan
lelah
4. Tidak adanya risiko cedera pada janin dengan tinggi fundus sesuai
kehamilan
5. Pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat dengan mengikuti
tindakan dan prosedur perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
2. Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina
Pustaka.
3. Saifudin,A.B.2002. Buku Acuan Pelyanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:YBP-SP.
4. Doenges, M.E ( 2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk
Perencanaan & Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC
5. Manjoer,Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI:Media Aekulatius
6. Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP
Recommended