View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
52
BAB III
TINJAUAN UMUM WILAYAH PERANCANGAN
3.1. DEFINISI KOTA SURAKARTA
3.1.1. Aspek Fisik Kota Surakarta
Gambar 3. 1. Peta Surakarta
Sumber : Google, Peta Surakarta, 2017
Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai kota Solo,
merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng
pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian
sekitar 92 meter diatas permukaan air laut. Dengan Luas sekitar 44
km2, Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15″ - 110 45` 35″
Bujur Timur dan 70` 36″ - 70` 56″ Lintang Selatan. Kota Surakarta
dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar yaitu sungai
Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo
pada jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama
serta lalu lintas perdagangannya.
Batas wilayah kota Surakarta sebelah utara adalah
kabupaten Karanganyar dan kabupaten Boyolali. Batas wilayah
53
sebelah timur adalah kabupaten Sukoharjo dan kabupaten
Karangnyar, batas wilayah sebelah barat adalah kabupaten
Sukoharjo dan kabupaten Karangnyar, sedang batas wilayah
sebelah selatan adalah kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi
dalam lima wilayah kecamatan yang meliputi 51 kelurahan.
Kota Surakarta terletak di dataran rendah di ketinggian 105
m dpl dan di pusat kota 95 m dpl, dengan luas 44,1 km2 (0,14 %
luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km timur laut
Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang serta dikelilingi oleh
Gunung Merbabu dan Merapi (tinggi 3.115 m) di bagian barat, dan
Gunung Lawu (tinggi 2.806 m) di bagian timur. Agak jauh di
selatan terbentang pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini
subur karena dikelilingi oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di
Jawa, serta dilewati oleh Kali Anyar, Kali Pepe, dan Kali Jenes.
Mata air bersumber dari lereng gunung Merapi, yang
keseluruhannya berjumlah 19 lokasi, dengan kapasitas 3.404
I/detik. Ketinggian rata-rata mata air adalah 800-1.200 m dpl. Pada
tahun 1890 – 1827 hanya ada 12 sumur di Surakarta. Saat ini
pengambilan air bawah tanah berkisar sekitar 45 l/detik yang
berlokasi di 23 titik. Pengambilan air tanah dilakukan oleh industri
dan masyarakat, umumnya ilegal dan tidak terkontrol.
Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral
muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik Merapi dan
Lawu. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang
cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik
untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti
tembakau dan tebu. Namun demikian, sejak 20 tahun terakhir
industri manufaktur dan pariwisata berkembang pesat sehingga
banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri
dan perumahan penduduk.
Keadaan Geografis
54
Secara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara
110º45’15”- 110º45’35” BT dan 7º36’00”- 7º56’00”LS dengan
luas wilayah 44,04 km² dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Boyolali
2. Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karanganyar
3. Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo
4. Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karanganyar
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan seluas keseluruhan
44,04 km2 dengan jumlah penduduk sesuai sensus tahun 2000
sejumlah 490.214 jiwa. Kecamatan yang mempunyai luas wilayah
paling besar yaitu Kecamatan Banjarsari (14,81 km2), sedangkan
kecamatan yang mempunyai luas paling kecil yaitu Kecamatan
Serengan. Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon (915.418 jiwa/km2)
dan terendah terdapat pada Kecamatan Laweyan (10.127
jiwa/km2). Secara umum kota Surakarta merupakan dataran rendah
dan berada antara pertemuan kali/sungai-sungai Pepe, Jenes
dengan Bengawan Solo, yang mempunyai ketinggian ±92 dari
permukaan air laut.
55
Gambar 3. 2. Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo.
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Tabel 3 .1 Luas Wilayah Kota Surakarta.
NO KECAMATAN LUAS (Km2)
1. Laweyan 8.64
2. Serengan 3.19
3. Pasar Kliwon 4.82
4. Jebres 12.58
5. Banjarsari 14.81
TOTAL 44.04
Sumber : Litbang Kompas diolah dari Badan Pusat Statistik Kota
Surakarta, 2017
Kota Solo adalah salah satu daerah yang memiliki banyak
potensi sejarah, tradisi dan budaya Jawa yang dibanggakan
56
masyakatnya. Di Kota Solo adalah salah satu daerah yang memiliki
banyak potensi budaya dan menjadi daerah salah satu tujuan
wisata.
Di kawasan keraton juga ada dua Kampung Batik yang
sudah berbasis komunitas dan berlandaskan islam, Kampung Batik
Laweyan dan Kampung Batik Kauman. Batik merupakan sandang
yang membutuhkan aksesoris untuk melengkapinya, sehingga jika
industri perhiasan ini berkembang dan bisa berjaya lagi akan dapat
mengangkat perekonomian yang berbasis komunitas dan
berlandaskan islam yang kuat di sekitaran kawasan keraton dan
tujuan akhir akan terwujud yaitu Segitiga Sentra Industri Kreatif.
3.1.2. Aspek Non Fisik Kota Surakarta
a. Aspek Kependudukan Kota Surakarta
Salah satu sensus paling awal yang dilakukan di
wilayah Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) pada
tahun 1885 mencatat terdapat 1.053.985 penduduk, termasuk
2.694 orang Eropa dan 7.543 orang Tionghoa. Wilayah seluas
5.677 km² tersebut memiliki kepadatan 186 penduduk/km².
Ibukota karesidenan tersebut sendiri pada tahun 1880 memiliki
124.041 penduduk.
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2010
adalah 503.421 jiwa, terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821
wanita, yang tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51
kelurahan dengan daerah seluas 44,1 km2. Perbandingan
kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita
terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan
penduduknya sebesar 66%. Catatan dari tahun 1880
memberikan cacah penduduk 124.041 jiwa. Pertumbuhan
penduduk dalam kurung 10 tahun terakhir berkisar 0,565 % per
tahun. Tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah 11.370
57
jiwa/km2, yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah
(kepadatan Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km2).
Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota
Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8
terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-13 terkecil, dan
populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota
administratif di Indonesia (Wikipedia, 2017).
Tabel 3 .2 Daftar Kecamatan di Surakarta
Sumber : https://wikipedia.org/Daftar_kecamatan_Kota_Surakarta,2017
b. Aspek Ekonomi Kota Surakarta
Industri batik menjadi salah satu industri khas Solo.
Sentra kerajinan batik dan perdagangan batik antara lain di
Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar batik
tradisional lain menjadi salah satu pusat perdagangan batik di
Indonesia. Perdagangan di Solo berada di bawah naungan dinas
industri dan perdagangan.
Selain Pasar Klewer, Solo juga memiliki banyak pasar
tradisional, di antaranya Pasar Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi,
dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional yang lain
menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain nama
pasaran (hari) dalam bahasa Jawa : Pasar Pon, Pasar Legi,
sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan
nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain
itu ada pula pasar barang antik yang menjadi tujuan wisata,
58
yaitu Pasar Triwindu/Windu Jenar (setiap Sabtu malam diubah
menjadi Pasar Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata
Alun-Alun Utara Keraton Solo.
Pusat bisnis kota Solo terletak di sepanjang jalan Slamet
Riyadi. Beberapa bank, hotel, pusat perbelanjaan, restoran
internasional, hingga tujuan wisata dan hiburan terletak di
sepanjang jalan protokol ini, termasuk Graha Soloraya, Loji
Gandrung (rumah dinas wali kota). Pada hari minggu pagi,
jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup bagi kendaraan bermotor,
untuk digunakan sebagai ajang Solo Car Free Day, sebagai
bagian dari tekad pemda untuk mengurangi polusi. Beberapa
mal modern di Solo antara lain Solo Square, Solo Grand Mall
(SGM), Solo Paragon, Solo Center Point (SCP), Singosaren
Plaza, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC),
Hartono Mall Solo Baru, Pusat Perbelanjaan Luwes (Ratu
Luwes, Sami Luwes, Luwes Sangkrah, Luwes Gading, Luwes
Nusukan, Luwes Mojosongo, Luwes Palur), dan Palur Plaza.
Solo memiliki beberapa pabrik yang mempekerjakan
karyawan dalam jumlah yang besar antara lain Sritex,
Konimex, dan Jamu Air Mancur. Selain itu masih ada banyak
pabrik-pabrik lain di zona industri Palur. Industri batik juga
menjadi salah satu industri khas Solo (Wikipedia, 2017).
3.1.3. Potensi Kota Surakarta sebagai Pendukung Perencanan Sentra
Industri.
Batik merupakan sandang yang membutuhkan aksesoris untuk
melengkapinya, sehingga jika Sentra industri kerajinan khas Solo ini
berkembang dan Berjaya, maka akan dapat mengangkat
perekonomian kota Surakarta khususnya meningkatkan Pendapatan
Pajak daerah.
Potensi kota Surakarta sebagai pendukung perencanaan Sentra
Industri Kerajinan Khas Solo Sebagai berikut :
59
1) Sudah adanya dua kampung batik yang berbasis komunitas, yaitu
kampung batik laweyan dan Kampung Batik Kauman
2) Kota Surakarta terkenal akan kebudayaanya, berbagai macam
kerajinan yang mencirikhaskan kota tersebut menjadikan kota
Surakarta sangat berpotensi untuk perencanaan Sentra Industri.
Potensi yang ada di kampung silir sebagai pendukung
perencanaan Sentra industry.
a) Di kampung Silir sudah ada pengrajin yang masih nerkecimpung
di bidang kerajina, Akan tetapi belum mempunyai tempat yang
dapat menampung para pengrajin untuk melakukan jual beli
kerajinan yang terpusat.
b) Di sekitar kampung silir sudah adanya pasar tradisioanl “Pasar
Notoharjo” yang saat ini di fungsikan untuk jual beli barang
bekas, namun mayoritas kepemilikan kios-kios dimiliki oleh
orang asing yang mempunyai dana yang besar. Sehingga perlu
adanya pusat untuk melakukan jual-beli yang berpihak pada
masyarakat lokal yang di kelola oleh pemerintah daerah.
3.1.4. Potensi Fisik Kota Surakarta
a. Pembagian Adminitratif wilayah
Secara administratif, Kota Surakarta terdiri dari 5 (lima)
wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Laweyan, Serengan,
Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Dari kelima kecamatan
ini, terbagi menjadi 51 kelurahan, 595 Rukun Warga (RW) dan
2669 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan Jayengan termasuk
dalam Kecamatan Serengan.
b. Wisata dan Rekreasi
Pandawa Water World Solo Baru, Taman
Balekambang, Keraton Surakarta, Taman Sriwedari.
c. Industri
Batik Keris, PTPN IX, Sritex,
d. Kerajinan
60
Kerajinan wayang , blangkon, keris, batik, Gamelan,
jopa-japu, Kaca hias dan lain- lain.
3.1.5. Potensi Non Fisik Kecamatan Pasar kliwon
Secara keseluruhan menurut monografi dinamis Kelurahan
Pasar Kliwon, Kecamatan Kliwon, pada bulan November 2014,
dihuni oleh 3.292 kepala keluarga, terdiri dari laki-laki 6.544 dan
perempuan 6.720 jiwa dengan total penduduk 13.264 jiwa.
Sedangkan komposisi penduduk menurut usia dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3 .3 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio), Kecamatan Pasar
Kliwon, Surakarta, Tahun 2017
Sumber : Laporan Monografi Dinamis, Kecamatan Pasar
Kliwon, Surakarta,2017, diolah.
3.2. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURAKARTA
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta merupakan pedoman
untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang, rencana
pembangunan jangka menengah, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah kota Surakarta, mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, keserasian dan keseimbangan antar sektor, penetapan lokasi
dan fungsi ruang untuk investasi dan penataan ruang kawasan strategis.
NO KEL. UMUR LK PR JUMLAH
1 0 - 4 2328 2324 4,652
2 5 - 9 1382 1271 2,653
2 10 - 14 1400 1305 2,705
3 15 - 19 1512 1413 2,925
3 20 - 24 1390 1393 2,783
4 25 - 29 1642 1500 3,142
4 30 - 39 2917 2777 5,694
5 40 - 49 2299 2399 4,698
5 50 - 59 1710 1807 3,517
6 60 + 1069 1355 2,424
17,649 17,454 35,103JUMLAH
61
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakara disusun dengan
memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain :
tantangan globalisasi, otonomi, dan aspirasi daerah, serta kondisi fisik
Kota Surakarta (Pemerintah Kota Surakarta, 2012).
Gambar 3. 3. Peta Rencana Struktur Ruang Kota Surakarta
Sumber : Peraturan Daerah Kota Surakarta, 2017
Gambar 3. 4. Peta Rencana Pola Ruang Kota Surakarta
Sumber : Peraturan Daerah Kota Surakarta, 2017
62
Gambar 3. 5. Peta Rencana Kawasan Strategis Kota Surakarta
Sumber : Peraturan Daerah Kota Surakarta, 2017
3.3. DEFINISI UMUM KELURAHAN SEMANGGI
Semanggi merupakan salah satu kawasan terdapat di Kota
Solo. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui Kantor Kelurahan
Semanggi, jumlah penduduk tahun 2010 berjumlah 30,411 jiwa.
Jumlah tersebut meningkat di tahun 2012 menjadi 31,607 jiwa.
Kawasan padat penduduk ini, menjadi alternatif penghuni dikarenakan
tidak adanya tempat tinggal yang layak bagi mereka sehingga lahan
kosong yang ada dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan
tempat tinggal yang menyebabkan kepadatan. Masyarakat setempat
membagi membagi Kelurahan Semanggi menjadi dua wilayah yaitu,
barat dan timur. Semanggi berkembang menjadi permukiman padat,
konsentrasi kemisikinan dengan relasi kekeluargaan yang kuat.
Di Kelurahan Semanggi terdapat beberapa segmen
permukiman kumuh, sedikitnya terdapat 6.683 rumah. Kawasan yang
tergolong area rawan banjir, karena lokasi kawasan berada tidak jauh
dari Sungai Bengawan Solo. Berdasarkan data kependudukan Kelurahan
Semanggi terdapat 8.635 kepala keluarga yang bermukim. Spesifikasi
kondisi rumah yang memakai f asilitas WC umum sebesar 35%, WC
63
pribadi sebesar 54%, dan rumah yang mendapat fasilitas PDAM
sebesar 33%. Di bagian utara Kelur ahan Semanggi terdapat kawasan
permukiman padat di bantaran rel kereta api
Kantor Kelurahan Semanggi sebagai salah satu bagian dari
Kecamatan Pasar kliwon Kota Surakarta yang terletak di Jalan Serayu VII
No.4 dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Sangkrah Kecamatan Pasarkliwon
Kota Surakarta
Sebelah Timur : Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Selatan : Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kelurahan Joyosuran dan Kelurahan
Pasarkliwon
Luas Wilayah : 166.82 ha merupakan dataran rendah, dengan
ketinggian ± 92 m diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 19-35˚C,
Jarak Kelurahan Semanggi ke pusat Pemerintahan Kecamatan ± 900 m
Jarak Kelurahan Semanggi ke pusat Pemerintahan Kota ± 3 km Jarak
Kelurahan Semanggi ke pusat Pemerintahan Provinsi ± 105 km
Kota Surakarta memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai
berikut :
Gambar 3. 6. Peta Kecamatan Pasar Kliwon
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Surakarta, 2017
64
Gambar 3. 7. Peta Kelurahan Semanggi
Sumber : www.solokotakita.org, 2017
3.3.1. Potensi Kelurahan Semanggi
Potensi yang ada di Kelurahan Semanggi yaitu masih
adanya pengrajin yang masih bertahan untuk tetap berkecimpung
di bidang kerajinan khas Solo. Di Kelurahan Semanggi sudah ada
masjid dengan gaya arsitektur modern.
Di sekitar Kawasan juga terdapat Pasar Barang-barang
bekas yang saat ini masih berfungsi, namun kondisi pasar
Notoharjo saat ini masih terbilang kurang untuk Standarisasi.
Sehingga perlu adanya pusat dan penataan untuk mengembangkan
pasar tersebut sehingga pemerintah kota Surakarta merencanakan
Perencanaan Sentra industry kerajinan.
Gambar 3. 8. Salah Satu Pasar Tradisional yang masih berproduksi
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
65
3.3.2. Potensi Non Fisik Kelurahan Semanggi
a. Kependudukan
Kelurahan Semanggi terdiri dari 11 dusun yaitu
Jayengan, Gandekan, Keparen, Surobawon, Kartodipuran,
Borotodipuaran, Nyutran , Notokusuman , Macanan, Suroloyan
dan Kali Larangan. Pada tahun 2012 dengan jumlah 1.046
kepala keluarga, jumlah 832 rumah dan jumlah penduduk 3,482
jiwa.
Tabel 3 .4 Kependudukan Kelurahan Semanggi pada tahun 2016.
Kategori Jumlah
Total Kepala Keluarga 1.046
Total Penduduk 3.482
Rata-rata jiwa per KK 3,3
Anak usia 7-18 th 610
Jumlah Rumah 832
Rata-rata Jumlah KK per rumah 0,8 %
Penduduk usia 7-18 th yang tidak bersekolah 0,3 %
% KK Miskin 11 %
% Orang cacat 0,52 %
Sumber : www.solokita.co.id, 2017.
b. Kondisi Sosial dan Ekonomi
a. Kondisi sosial
Letak Kelurahan Semanggi yang setrategis di dekat
kantor Kelurahan Semanggi / balai masyarakat yang
menjadikan sosial masyarakat dan hubungan pemerintah
dengan masyarakat sangat baik.
b. Kondisi ekonomi
Dalam suatu kawasan pasti terdapat perbedaan
tingkat ekonomi masyarakatnya, begitu pula pada
kawasan pengrajin Industri kerajinan, dilihat dari kondisi
Kelurahan Jayengan, maka akan terlihat keadaan
66
masyarakat yang memiliki ekonomi baik, itu terlihat pada
rumah penduduk yang berada pada jalan utama. Tetapi
kalau ditinjau pada kondisi lingkungan masih
ditemukannya masyarakat-masyarakat dengan ekonomi
lemah.
Tabel 3 .5 Mata Pencaharian Usia 10 tahun keatas, kecamatan
Pasar Kliwon, Surakarta, tahun 2016.
NO PEKERJAAN JUMLAH
1 Pentani 12
2 Buruh Tani 2
3 Nelayan 0
4 Pengusaha 689
5 Buruh Industri 3,544
6 Buruh bangunan 2,902
7 Pedagang 4,304
8 Pengangkutan 1,581
9 PNS / TNI / Polri 279
10 Pensiun 257
11 Lain-lain 14,316
27,886JUMLAH
Sumber : Laporan Monografi Dinas Kecamatan Pasar Kliwon,
2017.
Penduduk di kawasan Pasar Kliwon ada yang
bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti
pedagang, pegawai negeri sipil, buruh industri,
pengangkutan dan pensiunan, dll.
3.3.3. Kondisi Ekstisting Lokasi Perencanaan Sentra Industri
Kerajinan di Kawasan Semanggi
a. Aspek Fungsi Kawasan
Kampung Silir kelurahan Semanggi saat ini merupakan
kawawan pemukiman dan kawasan industry, dengan adanya
pasar-pasar menjadikan kawasan semanggi sebagai kawasan
67
salah satu pusat industri salah satunya dengan adanya Pasar
Notoharjo.
b. Aspek Fisik / Teknis
Tata guna lahan adalah peraturan mengenai penggunaan
lahan dimana memerlukan sumber daya manusia dan sumber
daya lainya. Terdiri dari lahan terbangun (Urban Solid) dan
lahan terbuka ( Urban Void).
Gambar 3. 9. Peta Kelurahan Semanggi
Sumber : www. wikimapia.org, 2017
Kelurahan Semanggi di dominasi oleh pemukiman dan
Pasar Tradisional. Kondisi eksisting pencapaian dari Jl. Sungai
Serang I, yaitu arah Utara dari Sungai Bengawan Solo. Maka
menjadi Jalan Utama
Adanya potensi di Kelurahan Semanggi, Desa Silir,
Surakarta terdapat pula kekurangan guna mencapai desa Silir
sebagai desa wisata kreatif. Permasalahan yang ada di
Kelurahan Semanggi desa Silir adala tata bangunan di
Kelurahan Semanggi umumnya padat permukiman.
68
c. Sirkulasi, Parkir dan Pedestrian
Di Kelurahan Semanggi belum sirkulasi belum tertata
dan banyak jalan yang rusak. Belum adanya jalan khusus untuk
pejalan kaki yang nyaman
d. Ruang terbuka hijau
Kelurahan Semanggi merupakan kawasan padat
penghuni dan minimnya ruang terbuka hijau.
e. Penanda
Tanda-tanda petunjuk jalan, arah kesuatu kawasan
Semanggi masih minim. Hanya terdapat satu tanda yang
memberikan informasi kawasan Semanggi.
3.3.4. Kondisi Kampung silir Sekarang
Kampung Silir adalah sebuah kampung kecil di wilayah
Solo bagian timur. Menyebut nama itu di masa lalu akan selalu
timbul kesan negatif. Namun kita menemui kenyataan lain
sekarang. Di eks resosialisasi pelacuran di Kota Solo tersebut,
kini berdiri sebuah masjid megah dan sebuah gedung-gedung
pendidikan dan keterampilan Pusat Kegiatan Belajar
masyarakat (PKBM). Tak hanya gedung PKBM, di areal
tersebut MUI Kota Surakarta juga membangun sebuah masjid
cukup megah di kawasan Silir. Selain itu juga akan dibangun
Pusat Pemberdayaan Ekonomi Umat (PPEU). Yang dilakukan
oleh MUI tersebut adalah upaya untuk terus mendorong dan
menempatkan eks pelaku prostitusi ke arah kehidupan yang
lebih baik.
69
Gambar 3. 10. Masjid MUI Surakarta
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Gambar 3. 11. Site Eksisting Kampung Silir Kelurahan Semanggi
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Sesuai gambar diatas Kondisi Kampung Silir Kelurahan Semanggi
sekarang adalah :
nomor 1 yaitu Masjid MUI Surakarta;
nomor 2 yaitu Kantor Koramil SIlir”;
nomor 3 yaitu Jl. Sungai Serang 1;
nomor 4 yaitu Lokasi Site;
nomor 5 yaitu PDAM Semanggi;
nomor 6 yaitu Jl. Lokasi Site;
Recommended