View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
9
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Teori
Harga pasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga dasar
suatau saham. Dalam perhitungan indeks harga saham menggunakan harga
dasar suatu saham. Umumnya harga saham bertentangan dengan nilai
saham, semakin minim kabar yang dapat dikumpulkan untuk mengukur
nilai saham, semakin jauh perbedaan tersebut (Hartono, 2005:67). Dalam
menjalankan investasi saham, seseorang investor senantiasa menginginkan
adanya tingkat pengembalian atau keuntungan.
1. Return Saham
Dalam teori pasar modal, return dapat diartikan dengan tingkat
pengembalian yang didapatkan oleh seorang investor dari saham yang
diperdagangkan di pasar modal atau saham perusahaan yang sudah go
public. Pasar saham tidak terus-menerus memberikan return yang pasti
untuk investor. Akan tetapi ada komponen-komponen lain dari return
saham yang berpotensi investor mendapatkan keuntungan yaitu dari
capital gain, saham bonus, dan dividen.
Terdapat dua jenis komponen dari suatu return yaitu pendapatan
lancar (current income) dan keuntungan selisih harga (capital gain).
Profit yang didapatkan melalui pembayaran yang bersifat periodik
seperti
10
pembayaran, bunga obligasi, devidend, bunga deposito dan lain
sebagainya adalah pendapatan lancar. Pendapatkan lancar juga
merupakan profit yang diperoleh dalam wujud kas atau setara kas yang
bisa dicairkan dengan cepat. Contohnya seperti kupon bunga obligasi
yang menyetor bunga kedalam giro/cek sehingga bisa diuangkan, salin
itu pula ada dividen saham yang ditukar dalam bentuk saham yang
dialihkan berbentuk uang kas dengan cara menjual saham yang diperoleh
(Robert Ang, 1997).
Komponen kedua dari return saham yaitu keuntungan selisih
harga merupakan keuntungan yang didapatkan karena adanya selisih
harga jual dengan harga beli suatu instrumen investasi. Akan tetapi, tidak
semua instrumen investasi menyediakan komponen return berupa
capital gain atau capital loss. Capital gain sangat bergantung dengan
harga pasar dari instrumen investasi yang bersagkutan, artinya sarana
investasi itu selesai diperdagangkan di pasar karena terjadi perdagangan,
oleh karena itu menimbulkan perbedaan-perbedaan vvalue dari suatu
investasi. Invstasi yang bisa menyuguhkan capial gain layaknya saham
dan obligasi, sebaliknya yang tidak bisa membagikan kompenen return
capital gain yaitu seperti tabungan dan sertifikat deposito.
Return bisa berbentuk return realisasi yang telah terjadi atau
return ekspektasi yang belum terjadi akan tetapi diharapkan dapat terjadi
di masa yang akan datang. Return realisasi adalah return yang sudah
terjadi dan di hitung berdasarkan data historis. Pentingnya return
11
realisasi diaplikasikan untuk alat ukur performa dari suatu
perusahaan sebagai dasar rujukan penentu return ekspektasi dan risiko
di masa yang akan datang.
Return saham sebenarnya (Ri,t) didapatkan melalui harga saham
perhari dari sekuritas i pada waktu ke-t (Pi,t) kemudian dikurang harga
saham perhari dari sekuritas i pada waktu ke t-1 (Pi,t-1), dibagi harga
saham perhari dari sekuritas i pada waktu t-1 (Pi,t-1) atau dengan rumus:
𝑅𝑖,𝑡=
𝑃𝑖,𝑡 − 𝑃𝑖,𝑡−1
𝑃𝑖,𝑡−1
Sebaliknya guna memperoleh return maupun laba tersendiri
seseorang investor wajib mementingkan risiko yang akan dihadapinya,
apabila ingin mendapatkan retrun khusus. Risiko adalah oportunitas
perbedaan dari return aktual yang diperoleh dengan return yang
diinginkan.
Semakin tinggi probabilitas perbedaan, akan semakin besar
risiko yang akan terjadi pada investasi tersebut. Sebab dari macam-
macam risiko yaitu, risiko inflasi, risiko pasar, risiko bisnis, risiko suku
bunga, risiko finansial, risiko nilai tukar mata uang, risiko likuiditas.
Jenis risiko dibagi menjadi dua, yakni risiko umum (General risk) dan
risiko spesifik (Risiko perusahaan). Risiko umum adalah risiko yang
berhubungan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara menyeluruh.
Risiko spesifik yaitu risiko yang tidak berkaitan dengan perubahan pasar
secara menyeluruh.
12
2. Abnormal Return
Abnormal return adalah selisih dari return yang sesungguhnya
dengan return yang diharapkan. Abnormal return juga dapat digunakan
untuk alat ukur apakah terjadi reaksi pasar terhadap suatu pengumuman
atau event yang dipublikasikan di pasar modal (Hartono, 2010).
Terbentuknya perbedaan abnormal return antara periode
sebelum peristiwa dengan periode saat peristiwa, saat peristiwa dengan
sesudah peristiwa, maupun periode sebelum peristiwa dengan sesudah
peristiwa berlangsung, dapat disimpulkan bahwa pasar bereaksi terhadap
peristiwa tersebut. Abnormal return dapat diperoleh dengan rumus
beriku:
𝐴𝑅𝑖,𝑡 = 𝑅𝑖,𝑡 − 𝐸(𝑅𝑖,𝑡)
Keterangan :
𝐴𝑅𝑖,𝑡 = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
𝑅𝑖,𝑡 = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada
peiode peristiwa ke-t
𝐸(𝑅𝑖,𝑡) = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t
3. Anomali Pasar
Anomali merupakan kejadian yang tidak diproyeksi dan yang
memberikan investor kesempatan untuk mendapatkan abnormal return.
Anomali datang pada seluruh bentuk efisien pasar, baik bentuk kuat,
semi kuat, maupun bentuk lemah. Ada empat anomali pasar yang dikenal
13
dalam teori keuangan (Hartono, 2010:503). Keempat macam anomali
pasar yang dimaksud yaitu anomali musiman (seasonal anomaly),
anomali akuntansi (accounting anomaly), anomali perusahaan (firm
anomaly), dan anomali peristiwa (event anomaly).
Anomali perusahaan dibedakan menjadi empat, yakni
institutional holdings, size anomaly, neglect, dan closed-end mutual
funds. Anomali musiman dibedakan menjadi enam, yaitu week en effect,
holidays effect, January effect, seasonal effect, end of month effect, dan
day of the week effect. Anomali peristiwa terjadi akibat dari volume line
anomaly, insidier trading anomaly, listings anomaly, dan analysts’
recommendation anomaly. Adapun anomali akuntansi dapat dibedakan
menjadi enam macam, yakni earnings momentum anomaly, price
earnings ratio anomaly, dividend yield anomaly, price to book anomaly,
price to sales anomaly, dan earnings suprise.
Monday effect dan weekend effect adalah bagian dari anomali
musiman. Anomali ini menyatakan bahwa harga saham cenderung
mengalami kenaikan secara rata-rata pada akhir pekan dan mengalami
penurunan pada Senin (Cahyaningdiyah, 2005).
4. Efisiensi Pasar
Pasar efisien adalah suatu kondisi di mana informasi terkait
semua harga dapat diperoleh secara terbuka dan cepat tanpa ada
hambatan khusus (Fahmi, 2012:215). Pasar dikatakan efisien jika harga
sekuritas menggambarkan secara penuh informasi yang tersedia
14
(Hartono, 2010:513). Tiga bentuk utama dari efisiensi yakni, efisiensi
bentuk kuat (strong form), efisiensi bentuk setengah kuat (semi-strong
form), dan efisiensi bentuk lemah (weak form).
a. Efisiensi Bentuk Lemah (weak form)
Pasar disebut efisien saat keadaan lemah apabila nilai-nilai
saham saat ini sudah menggambarkan menurut keseluruhan segala
laporan harga saham di waktu lampau. Hipotesis untuk menguji
bentuk lemah ini berhubungan dengan hipotesis langkah acak
(random walk hypothesis). Apabila harga-harga mengikuti pola
langkah acak, maka perubahan harga dari waktu ke waktu sifatnya
adalah random atau acak yang independen. Perubahan ini berarti
bahwa harga ini tidak ada hubungnya dengan perubahan harga
kemarin atau hari-hari sebelumnya.
Pengujian pasar bentuk lemah dapat dilaksanakan dengan
pengujian statistik yakni dengan menguji independensi dari
perubahan-perubahan harga sekuritas. Apabila hasil pengujian
menunjukan independensi harga-haga, maka implikasinya yaitu
investor tidak dapat menggunakan nilai-nilai masa lalu dari
variabel-variabel penduga untuk memprediksi harga atau return saat
ini. Jika tingkat efesiensi bentuk lemah tersebut tercapai, tidak
seoarangpun akan mendapat keuntungan di atas normal (abnormal
return).
15
b. Efesiensi Bentuk Setengah Kuat (semi-strong form)
Pasar disebut efisien ketika berbentuk setengah kuat apabila
nilai dari saham memperlihatkan semua laporan yang telah
diterbitkan. Informasi publik akan terlihat ke dalam harga saham
secara cepat. Menurut Hartono (2010:514) pasar disebut efisien
bentuk setengah kuat apabila investor bereaksi dengan cepat untuk
menyerap abnormal return menuju ke harga keseimbangan yang
baru. Apabila investor menyerap abnormal return dengan lambat,
maka pasar dikatakan tidak efisien bentuk setengah kuat.
Pengujian bentuk efisien setengah kuat memakai pengujian
studi peristiwa (event study). Event study melaksanakan
pengawasan atas perilaku harga saham secara akurat guna
memahami bagaimana saham bereaksi. Apabila ditemukan
keterlambatan dalam penyesuaian harga, maka investor dapat
memanfaatkan keterlambatan tersebut untuk mendapatkan
keuntungan abnormal return, sehingga pasar modal itu tidak efisien
dalam bentuk setengah kuat.
Pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat yaitu teori
untuk menguji seberapa cepat harga sekuritas dapat merefleksikan
informasi yang dipublikasikan. Apabila pengumuman di pasar
mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada
waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi tersebut
dilihat dengan adanya perubahan harga sekuritas yang
16
bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return
sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal
return.
c. Efesiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form)
Pasar disebut efisien dalam bentuk kuat jika investor
ataupun calon investor mempunyai informasi pribadi yang tidak
terefleksi di harga sekuritas. Efisiensi pasar bentuk kuat mengatakan
bahwa semua informasi yang relevan dan tersedia tercermin dalam
harga saham. Apabila pasar efisien berada dibentuk kuat, sehingga
tidak terdapat perseorangan investor maupun kelompok investor
yang mendapatkan laba abnormal dikarenakan memiliki laporan
pribadi. Langkah dalam mengevaluasi efisiensi berbentuk kuat
iyalah mengevaluasi kelompok yang dianggap mempunyai jalur
laporan yang tidak diterbitkan, yakni para portofolio manager dan
corporate insiders. Apabila komunitas tersebut ketahuan
mendapatkan tingkat penghasilan rata-rata maka dari itu pasar
dikatakatan efisien berbentuk kuat.
5. Studi Peristiwa
Studi peristiwa adalah studi yang mempelajari respons pasar
terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan
sebagai suatu pengumuman. Studi peristiwa bisa dipergunakan sebagai
kajian berita dari suatu pengumuman dan bisa juga diaplikasikan untuk
menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Hartono, 2010:516).
17
Studi peristiwa akan mempelajari respons pasar kepada suatu
peristiwa yang beritanya dipublikasikan. Reaksi ini bisa dinilai memakai
return sebagai poin perubahan harga atau dengan menerapkan abnormal
return. Apabila menggunakan abnormal return maka dapat dikatakan
bahwa suatu pengumuman yang memiliki kandungan informasi akan
memberikan abnormal return terhadap pasar.
Kandungan informasi diuji untuk mengamati respons suatu
pengumuman. Apabila pengumuman mengandung informasi karenanya
diinginkan pasar akan bereaksi oleh pengumuman yang diterima.
Respons pasar ditunjukan dengan adanya perubahan-perubahan dari
sekuritas yang berhubungan, contohnya tercermin dari perubahan harga,
abnormal return, dan volume perdagangan. Pengujian kandungan
informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman
dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat untuk menguji
seberapa cepat pasar bereaksi.
B. Kerangka Pikir
Hari senin ialah permulaan hari perdagangan sesudah hari cuti akhir
minggu (non trading day). Hari cuti tersebut mengakibatkan turunnya
semangat pasar modal dan mood investor dalam menginvestasikan
modalnya, oleh karena itu peforma bursa akan melemah. Rendahya return
ketika hari Senin bisa disebabkan lantaran perusahaan-perusahaan emiten
18
umumnya menahan pemberitahuan berita buruk (bad news) sampai ketika
hari Jumat dan ditanggapi oleh pasar ketika hari Senin.
Layaknya dengan hasil penelitian terdahulu dan konsep-konsep
dasar yang sudah diuraikan sebelumnya, oleh dari itu kerangka pemikiran
teoritis bisa disusun seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningdiyah dan Widiastuti
(2010) menemukan bahwa return saham negatif pada hari Senin dan return
terbesar pada hari Jumat. Fenomena pengaruh minggu ke empat (week Four
effect) tidak ditemukan dalam penelitian ini karena pengaruh hari Senin
tidak hanya didorong oleh return negatif yang terjadi pada hari Senin dari
posisi keempat dan kelima, namun juga didorong oleh return negatif pada
hari Senin minggu kedua dan ketiga. Iramani dan Mahdi (2016),
menemukan bahwa hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap
return saham di BEJ. Hasil analisis tersebut juga menunjukan adanya
perbedaan yang signifikan antara return hari Senin dan retrun hari Selasa,
dimana pada hari Senin return bernilai negatif dan pada hari Selasa return
bernilai positif.
Return Jumat (𝑋1) Return Senin (𝑋2)
Return Saham
Kompas 100 (Y)
≠
19
Stephanie, dkk (2014), menemukan bahwa terdapat return saham
hari Jumat minggu sebelumnya mempunyai pengaruh terhadap return
Senin yang menunjukan adanya fenomena Monday effect selama periode
2010-2014 pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks saham LQ 45 di
Bursa Efek Indonesia. Azlina (2009), menemukan yaitu terdapat gejala
Monday effect pada Bursa Efek Indonesia yang terjadi pada return pasar
Januari 2005 sampai dengan Desember 2007. Gejala Monday effect di
Bursa Efek Indonesia tidak stabil dan bervariasi dari tahun ke tahun
sepanjang Januari 2005 sampai dengan Desember 2007.
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu,
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“Terdapat berbedaan yang signifikan antara return pada akhir pekan
perdagangan (Jumat) dan return awal pekan perdagangan (Senin)
perusahaan kategori kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2019”.
Recommended